9
3.2. Unit Recovery
2.2.1. Carbon In Leach (CIL)
Carbon In Leach merupakan proses adsorpsi senyawa kompleks Au-Ag
yang telah terbentuk pada saat proses leaching oleh karbon aktif. Proses yang
terjadi di CIL adalah penangkapan ion kompleks Au(CN)2- dan Ag(CN)2
- oleh
karbon aktif.
Persamaan reaksi :
2[Au(CN)2-] + Ca2+ + C C[Ca – Au(CN)2]2
Plant I memiliki 5 tangki CIL berkapasitas 290 m3 sedangkan plant 2
memiliki 7 tangki CIL, dimana tangki CIL 01 dan CIL 02 berkapasitas 290 m3
sedangkan tangki CIL 03-CIL 07 berkapasitas 340 m3. Distribusi karbon aktif
pada tangki CIL 01 dan tangki CIL terakhir dijaga 30 gpl dimaksudkan agar
penyerapan Au dan Ag semaksimal mungkin sedangkan tangki yang berada di
tengah disesuaikan sekitar 10 gpl.
Jika parameter distribusi karbon aktif tidak tercapai, penambahan fresh
karbon dilakukan sesuai dengan kebutuhan yang disebabkan oleh berkurangnya
karbon aktif dalam tangki CIL akibat gesekan antar karbon, gesekan karbon
dengan pipa, agitasi, dan pemompaan. Karbon aktif ditambahkan pada tangki CIL
terakhir. Penambahan karbon aktif dilakukan berlawanan arah (counter current)
dengan arah aliran slurry bertujuan agar ion kompleks Au dan Ag dengan
konsentrasi kecil pada tangki CIL terakhir dapat teradsorpsi dikarenakan tingkat
adsorpsi karbon aktif yang masih tinggi, sedangkan pada tangki CIL pertama,
senyawa kompleks Au dan Ag sangat pekat sehingga karbon aktif dengan tingkat
adsorpsi yang rendah pun dapat langsung menyerapnya
Pada setiap tangki CIL terdapat carbon interstage screen (bukaan 0.8 mm)
tipe kambalda yang berfungsi untuk mencegah agar karbon tidak ikut bersama
dengan aliran slurry ke tangki berikutnya yang aliran slurry tersebut akan melalui
Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor
10
launder (talangan) yang memanfaatkan gaya gravitasi sebagai pemompa
alirannya. Pemindahan karbon aktif ke tangki berikutnya dilakukan melalui
pemompaan slurry dengan karbon dimana melewati carbon transfer screen
(bukaan 0.5 mm) untuk mengembalikan slurry kembali ke tangki sebelumnya.
Pada tangki CIL terakhir terdapat carbon safety screen (bukaan 0.5 mm)
tipe square straight bertujuan untuk mengurangi hilangnya karbon aktif yang ikut
terbawa ke thickener. Final loaded carbon pada tangki CIL pertama (diharapkan
memiliki kandungan Au ± 1000 gpt) untuk kemudian dipompa ke carbon surge
bin (kapasitas 6 ton) yang terlebih dahulu melewati loaded carbon screen,
sebelum masuk kolom loaded carbon surge bin, loaded carbon disemprot oleh
fresh water untuk membersihkan loaded carbon dari slurry. Slurry yang ikut
bersama karbon akan dikembalikan ke tangki CIL pertama masing-masing plant.
3.2.2. Elution
Elution merupakan proses desorpsi atau pelepasan kembali senyawa
kompleks Au dan Ag dari karbon aktif. Metode elution yang dipakai di UBPE
Pongkor adalah Anglo American Research Laboratory (AARL).
Proses elution dilakukan dalam 6 tahap, dimana sebelumnya dilakukan
pencucian karbon menggunakan fresh water, bertujuan untuk membersihkan
karbon dari lumpur yang masih menempel. Tahap-tahap proses elution, yaitu:
Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor
11
Gambar 3.7 Diagram Alir Proses Elution
1. Acid Wash ~ 5 menit
Pencucian dengan HCl bertujuan untuk melarutkan pengotor, seperti ion
organik, senyawa CaCO3, MgCO3, dan silika yang teradsorb yang menutupi pori-
pori karbon aktif pada loaded carbon sehingga tidak mengganggu pada saat
proses desorpsi. Batasan tahap 1 selesai setelah karbon terendam seluruhnya oleh
HCl.
Reaksi :
CaCO3 + 2HCl CaCl2 + CO2 + H2O
MgCO3 + 2HCl MgCl2 + CO2 + H2O
C[Ca-Au(CN)2]2 + 2H+ Ca2+ + C-AuCN + 2HCN
Konsentrasi HCl yang dibutuhkan untuk proses elution adalah 3% wt yang
diperoleh dengan cara mengencerkan larutan HCl 30% wt. Larutan HCl yang
telah digunakan dialirkan ke tangki CIL terakhir berfungsi untuk menurunkan pH
sehingga proses destruksi cyanide pada detox tidak terlalu terbebani.
Tahap acid wash dilakukan selama 5-10 menit, dan dalam rentang waktu
tersebut diharapkan semua loaded carbon telah tercuci dengan baik. Larutan HCl
Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor
ACID WASH
WATER WASH
RECYCLE ELUTION
PRE-TREATMENT
COOLING
WATER ELUTION
12
yang telah digunakan kemudian dialirkan ke tangki CIL terakhir untuk
menurunkan pH slurry sehingga proses pengendapan di thickener berlangsung
efektif. HCl yang digunakan untuk sekali proses acid wash antara 500-900 kg
HCl.
Gambar 3.8 Diagram Alir Proses Acid Wash
2. Water Wash ~ 110 menit, 70-90°C
Water wash adalah tahap pencucian loaded carbon dari larutan HCl 3%
yang masih berada di dalam elution column. Pada tahap pencucian ini digunakan
fresh water yang telah dipanaskan di dalam plate heat exchanger (PHE) hingga
suhunya menjadi 70-90 oC. Media pemanas yang digunakan adalah glycol yang
sebelumnya telah dipanaskan terlebih dahulu di dalam heater. Pencucian ini
dilakukan selama dua jam. Solution hasil pencucian tersebut kemudian dialirkan
ke dalam tangki CIL terakhir.
Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor
13
Gambar 3.9 Diagram Alir Proses Water Wash
3. Pre-Treatment ~ 30 menit, 85-110°C
Pre-Treatment bertujuan melemahkan ikatan senyawa kompleks Au dan Ag
dengan karbon. Prosesnya menggunakan larutan caustic cyanide, yaitu campuran
antara caustic (NaOH) dan cyanide (NaCN) dengan konsentrasi 3% NaOH dan
3% NaCN (30000 ppm). pH larutan ± 12.8. Secara mass balance, hasil dari proses
pre-treatment akan masuk ke eluate tank.
Reaksi:
C-Ca[Au(CN)2]2 + NaCN 2Au(CN)2- + Na+ + Ca2+ + C
C-AuCN + NaCN Au(CN)2- + Na+ + C
Caustic cyanide yang digunakan pada tahap pre-treatment ini dipanaskan terlebih
dahulu di dalam plate heat exchanger hingga temperatur 85-110oC. Suhu yang
tinggi merupakan faktor utama pelepasan Au dan Ag. Proses pre-treatment
berlangsung selama 20-30 menit. Solution dari tahap pre-treatment ini dialirkan
melewati electrolyte filter untuk menyaring kotoran dan karbon aktif yang
Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor
14
terbawa di dalam solution. Kemudian solution hasil penyaringan akan dialirkan ke
dalam eluate tank melewati reclaim heat exchanger.
Gambar 3.10 Diagram Alir Proses Pre-treatment
4. Recycle Elution ~ 120-130 menit, 100-120°C
Pada proses recycle elution terjadi peristiwa pelepasan sempurna senyawa
kompleks Au dan Ag dengan karbon. Tahap ini menggunakan recycle elution
(berasal dari tahap 5 dan 6 pada batch elution sebelumnya), sekitar 5 bed volumes
(60 m3) yang disimpan dalam recycle tank. Temperatur recycle elution yakni 100-
120°C berasal dari recyle tank yang berisi recycle water yang dilewatkan ke plate
heat exchanger sebelum masuk elution column sehingga meningkatkan efisiensi
Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor
15
pelepasan senyawa kompleks Au dan Ag dengan karbon. Hasil dari proses recycle
elution (larutan kaya) masuk ke dalam eluate tank dan siap untuk di
elektrowinning.
Gambar 3.11 Diagram Alir Proses Recycle Elution
5. Water Elution ~ 110-160 menit, 100-120°C
Hot fresh water digunakan untuk mengeluarkan senyawa kompleks Au dan
Ag yang masih tersisa dalam karbon dan menghasilkan recycle solution yang
mengisi recycle tank sampai 4 bed volumes untuk digunakan pada proses elution
selanjutnya.
Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor
16
Gambar 3.12 Diagram Alir Proses Water Elution
6. Cooling ~ 60 menit, 60-100°C
Pada tahap pendinginan, elution heater dimatikan tetapi pompa sirkulasi
masih berjalan. Fresh water digunakan untuk mendinginkan karbon di elution
column dan dialirkan ke recycle tank untuk digunakan pada proses elution
selanjutnya. Pendinginan karbon bertujuan agar karbon tidak teroksidasi menjadi
CO jika karbon berada dalam keadaan panas kontak langsung dengan udara.
Pada proses elution terdapat 3 elution heater, 1 plate heat exchanger, dan 1
reclaim plate heat exchanger. Glycol dipanaskan dalam heater sehingga dapat
menghasilkan panas yang selanjutnya ditransfer ke column inflows dalam plate
heat exchanger. Column outflows mentransfer panas ke dalam column inflows
dalam reclaim heat exchanger untuk pemanasan sebelum masuk ke heat
exchanger utama.
Barren carbon dipompakan kembali ke tangki CIL terakhir. Untuk periode
waktu tertentu, ketika karbon menunjukkan penurunan akivitas, barren carbon di
Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor
17
reaktivasi dalam regeneration kiln pada temperatur 650-700°C sebelum masuk ke
tangki CIL.
Gambar 3.13 Diagram Alir Proses Colling
3.2.3. Electrowinning
Electrowinning adalah proses pengendapan Au dan Ag secara elektrolisa.
Larutan kaya dalam eluate tank dipompakan ke electrowinning cells dengan
menggunakan eluate pump. Electrowinning cells terdiri dari 5 bak electrowinning
yang dipasang paralel, dimana pada setiap bak electrowinning terdapat 11 mesh
anode sebagai kutub positif, 10 wire mesh cathode sebagai kutub negatif yang
keduanya terbuat dari bahan SS-316, dan 1 rectifier untuk mengubah arus AC
menjadi arus DC dengan arus 1100 A dan tegangan 8 V
Reaksi elektowinning:
Anodic : 2OH¯ O2 + H2O + 2e-
Cathodic : 2Au(CN)2- + 2e- 2Au + 4CN¯
Overall Reaction : 2Au(CN)2- + 2OH- 2Au + O2 + H2O + 4CN¯
Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor
18
Dengan menggunakan arus 1100 A dan tegangan 8 V, maka Au dan Ag
akan mengendap di katoda membentuk cake. Jika arus yang digunakan > 1100 A,
khawatir endapan Au dan Ag di katoda akan sulit dipisahkan dari katoda dengan
penyemprotan air. Karena logam yang akan diendapkan adalah Au dan Ag, maka
digunakan tegangan 8 V, selain itu juga dimaksudkan agar logam-logam selain Au
dan Ag tidak ikut terendapkan di katoda.
Selama elektrowinning, sodium hydroxide (NaOH) ditambahkan dalam
return spent sump untuk menjaga agar pH > 12.5, hal ini bertujuan untuk
meminimalkan terjadinya korosi pada anoda. Barren solution (< 3 ppm Au)
digunakan kembali dalam cyanide mixing solution untuk proses leaching. Barrent
solution atau larutan yang telah diambil kandungan Au dan Ag, kemudian
dipompakan ke holding tank untuk dicampur dengan NaCN yang digunakan untuk
keperluan proses leaching. Barrent solution sebagai make-up cyanide ini
dilakukan karena kandungan cyanide di barrent solution masih tinggi yaitu sekitar
3000 ppm.
Pada electrowinning dilakukan penambahan NaOH untuk menjaga pH
sebesar 12,5 karena ada kemungkinan terjadi penurunan pH akibat terbentuknya
suasana asam oleh reaksi antara gas H2 dengan CN- yang akan menghasilkan gas
HCN.
Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor
19
Gambar 3.14 Diagram Alir Proses Elektrowinning dan Smelting
3.2.4. Smelting
Setelah 3-5 batch elektrowinning selesai, cake (Au dan Ag) dipisahkan
dari katoda dengan semprotan air bertekanan tinggi, kemudian dimasukkan ke
dalam vacuum filter untuk menghilangkan larutan dan dikeringkan dengan cara
digarang diatas tungku pada suhu 700-9000C. Setelah dikeringkan, cake siap
untuk dilebur pada temperatur 1000-1200 °C dengan penambahan borax sebanyak
5-6 kg borax untuk 300 kg cake sebagai flux (slag conditioning) yang dapat
menurunkan titik lebur Au dan Ag. Slag dipisahkan kemudian dore bullion
dituang ke dalam cetakan (bullion moulds). Komposisi dore bullion memiliki
rentang 7-15% Au, 80-92% Ag, < 2% pengotor, dan dengan dimensi 15 mm x 450
mm x 330 mm. Dore bullion dikirim ke Logam Mulia Refinery.
Slag akan diambil dan ditampung untuk dilebur kembali karena masih
mengandung Au dan Ag yang mungkin terambil pada saat pengambilan slag.
Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor
AIR KAYA
ELUATE TANK
DRYING
ELEKTROWINNING CELLS
DORE BULLION
SMELTING FURNACE
CAKE bullion
SLAG
CAUSTIC SODA
BORAX
SPENT RETURN
SUMP CYANIDE HOLDING
TANK
BARENT SOLUTION
20
Setelah memadat, slag digerus dan dimasukkan ke dalam dapur peleburan yang
dilebur menggunakan alat yang berbeda, dinamakan monarch. Proses peleburan
slag berlangsung 2 kali. Setelah dilebur, didinginkan dan dipisahkan dari
pengotornya, logam padat Au dan Ag yang dihasilkan akan diikutkan kembali
bersama peleburan utama, slag-nya akan dikirim ke FOB diikutkan bersama feed
ore untuk digiling kembali ke unit penggerusan.
3.2.5 Reaktivasi Karbon
Pada proses CIL, selain menyerap logam Au dan Ag, karbon aktif
juga akan menyerap bahan-bahan lain seperti senyawa organik saat karbon aktif
berada dalam slurry. Akibat pemakaian yang terus-menerus, maka suatu saat
karbon akan menjadi jenuh dan pori-pori karbon tertutup oleh senyawa lain
sehingga tidak dapat digunakan untuk penyerapan. Senyawa-senyawa lain yang
menutupi karbon ini disebut sebagai fouling. Fouling ini adalah akumulasi
senyawa organik maupun anorganik yang mempengaruhi adsorpsi Au dan Ag dan
menyebabkan penurunan tingkat kapasitas adsorpsi dan efektivitas proses desorpsi
(elution).
Reaktivasi karbon bertujuan membuka kembali pori-pori karbon yang tertutup
oleh fouling. Cara untuk mengaktifkan kembali karbon dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu acid wash pada tahap elution dan pemanasan di kiln. Acid wash
berfungsi menghilangkan inorganic fouling, sedangkan organic fouling, yang sulit
dihilangkan hanya dengan acid wash, dihilangkan dengan pemanasan di kiln.
Reaktivasi dengan pemanasan di kiln dilakukan dengan memanfaatkan tenaga
steam, temperatur reaktivasi yang diperlukan ± 650 – 700 °C. Temperatur steam
berperan penting dalam reaktivasi karbon aktif. Jika terlalu rendah, kemungkinan
penghilangan fouling akan kurang maksimal, sedangkan bila terlalu tinggi dapat
menyebabkan karbon aktif terdegradasi dan menjadi lemah. Pemanasan tersebut
membuat pori-pori karbon terbuka dan senyawa-senyawa atau kotoran-kotoran
yang menutupinya terlepas. Karbon aktif yang telah diaktivasi akan ditampung di
Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor
21
carbon transfer sump yang kemudian ditambahkan fresh carbon dari fresh carbon
feed bin dan fresh water untuk mempermudah pemompaan karbon ke tangki CIL
terakhir.
Pada waktu tertentu, dilakukan pengecekan terhadap nilai aktivitas karbon aktif di
laboratorium. Standar nilai keaktifan karbon :
0-50 hr-1 : buruk
50-100 hr-1 : rata-rata/moderat
100-200 hr-1 : baik
>200 hr-1 : sangat baik
Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor
22
3.3. Unit Pengolahan Limbah
Gambar 3.15 Diagram Alir Proses Pengolahan Limbah
Untuk mencegah atau mengurangi dampak pencemaran lingkungan akibat
kegiatan industri sesuai dengan ketentuan daerah maupun pemerintah maka perlu
dilakukan pengelolaan lingkungan dalam mengatasi pencemaran lingkungan yang
terjadi. Dalam industri pertambangan, proses pengolahan mineral tambang
umumnya dilakukan dengan menggunakan bahan kimia yang berbahaya terhadap
lingkungan hidup, begitu pula pengolahan bijih emas pada PT Aneka Tambang,
Tbk-UBP Emas Pongkor. Oleh karena itu, limbah yang dihasilkan perlu diolah
terlebih dahulu sehingga memenuhi baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan,
yaitu Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 202 Tahun 2004
mengenai Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan
Bijih Emas dan atau Tembaga.
Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor
23
Dengan adanya penanganan ini, kadar dari reagen kimia yang digunakan maupun
ion logam terlarut dapat direduksi sehingga airnya dapat dimanfaatkan kembali
maupun dibuang ke lingkungan sesuai dengan baku mutu lingkungan yang telah
ditetapkan, begitu pula dengan limbah padatnya. Proses pengolahan limbah ini
meliputi:
3.3.1. Tailing Thickening
Pada tahap ini terjadi pengendapan slurry dengan bantuan flokulan. Flokulan
merupakan reagen yang ditambahkan untuk mempercepat pengendapan partikel
solid (pemisahan partikel solid dari slurry). Flokulan yang digunakan, yaitu
anionic polyacrylamides dengan kadar 0.02%, yang kemudian dilakukan
pengenceran 10x agar rantai polimer membentuk polimer yang akan menangkap
partikel solid dengan efektif.
Umpan yang berasal dari tangki CIL terakhir dengan kadar sianida 200-300 ppm,
pH ~10 dan 30-35% solid, masuk ke dalam Distributor 1, di mana terjadi
pengenceran dengan menggunakan air yang berasal dari overflow Center Well 2
hingga mencapai 22-25% solid. Pengenceran bertujuan agar rantai polimer dapat
bergerak bebas untuk menangkap partikel solid. Umpan kemudian masuk Center
Well 1 dan ditambahkan flokulan. Di dalam Center Well 1 terjadi pengendapan
partikel solid dengan bantuan flokulan, yang kemudian overflow dari Center Well
1 masuk ke dalam Thickener Overflow Tank 1, yang akan masuk ke dalam Ball
mill sebagai recycle cyanide karena masih memiliki kadar sianida yang cukup
tinggi. Sedangkan underflow dari Center Well 1 dengan 45-50% solid, masuk ke
dalam Distributor 2 untuk kembali dilakukan pengenceran agar proses
pengendapan pada Center Well 2 dapat berjalan efektif, yang kemudian overflow
dari Center Well 2 masuk ke dalam Thickener Overflow Tank 2 yang akan
menjadi air pengencer pada Distributor 1 dan masuk juga ke dalam Ball mill
sebagai recycle cyanide. Sedangkan underflow dari Center Well 2 akan masuk ke
dalam Thickener Underflow Sump dengan kadar sianida 200-250 ppm, pH ~10
Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor
24
dan 55-60% solid, yang kemudian dipompakan ke dalam tangki Detox (dengan
~40% solid) untuk dilakukan proses detoksifikasi sianida. Proses tersebut
dilakukan baik pada Plant 1 maupun Plant 2.
3.3.2. Detoksifikasi
Pada tahap ini terjadi proses destruksi sianida dengan menggunakan SMBS
(Sodium Meta-bisulfit) serta CuSO4. Metode ini dilakukan untuk mengoksidasi
sianida (CN¯) menjadi sianat (CNO¯) dengan menggunakan O2 sebagai
pengoksidasi dengan bantuan SO2 dari SMBS (kadar 25%) dan CuSO4 (kadar
0.25%) sebagai katalis. Reaksi yang terjadi, yaitu:
Na2S2O5 (s) + H2O 2SO2 (g) + 2NaOH
CN¯ + SO2 (g) + H2O + O2 (g) CNO¯ + H2SO4
Umpan dari Thickener Underflow Sump, baik dari Plant 1 maupun Plant 2, masuk
ke dalam Tangki Detox yang operasionalnya secara overflow, yaitu jika Tangki
Detox 1 penuh maka akan masuk ke Tangki Detox 2. Umpan yang masuk (dengan
kadar CN¯ 200-250 ppm) mengalami proses oksidasi (dengan waktu tinggal
minimal 4 jam) untuk menurunkan kadar CN¯. Selain itu, terjadi juga penurunan
pH, yang disebabkan oleh terbentuknya H2SO4 sebagai produk sampingan.
3.3.3. Backfill Sillo
Hasil proses Detoksifikasi kemudian tailing dipompakan ke Backfill Silo yang
beroperasi secara overflow, dengan kadar sianida ≤1 ppm, pH 6-9 dan 40-45%
solid. Backfill Silo merupakan tempat penampungan sementara sebelum material
backfilling dipompakan ke Backfilling Facility, yang terlebih dahulu ditampung di
Backfill Sump. Material ini kemudian dicampur dengan semen, yang akan
digunakan sebagai material pengganti untuk mengisi ruang kosong di lokasi
tambang akibat proses pertambangan (metode cut and fill). Jika Backfill Silo
Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor
25
penuh, maka overflow akan dipompa ke Tailing Dam, yang terlebih dahulu
ditampung di Tailing Sump.
3.3.4 Tailing Dam
Tailing Dam berfungsi sebagai tempat pembuangan akhir tailing. Tailing dam
menampung limbah yang berasal dari hasil proses detoxification dengan
konsentrasi sianida kurang dari 1 ppm. Tailing Dam harus selalu dikontrol agar
tidak terisi penuh karena overflow yang keluar ke lingkungan belum sesuai
dengan baku mutu yang ditentukan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka
terdapat empat pompa, dua pompa pertama digunakan untuk memompakan
overflow Tailing Dam ke Process Water Tank untuk meminimalisasi limbah yang
terbuang ke lingkungan. Sedangkan dua pompa lagi digunakan untuk
memompakan lumpur ke Bak Pengendapan, yang selanjutnya akan digunakan
untuk reklamasi lahan di sekitar Tailing Dam. Selain itu, terdapat pula pipa
overflow dari Tailing Dam menuju Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Cikaret untuk diolah agar air limbah yang keluar ke lingkungan sesuai dengan
baku mutu yang ditentukan. Tailing Dam dilengkapi pula dengan Seepage
Collection Dam, yang digunakan untuk menampung resapan air dari dam agar
tidak bercampur dengan air tanah. Untuk memantau resapan air, dibuat pula
sumur pantau, yang jumlahnya disesuaikan dengan kondisi daerah sekitar dam.
Pada Tailing Dam juga terjadi proses pengendapan limbah dan destruksi sianida
secara alamiah. Destruksi sianida umumnya terjadi akibat penguapan HCN secara
alamiah. Namun dapat pula terjadi degradasi secara biologi, adanya oksidasi,
hidrolisis dan fotolisis.
Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor
26
3.3.5. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Limbah cair yang dihasilkan dari aktifitas pertambangan dan pengolahan bijih
emas di PT. ANTAM UBPE Pongkor akan diolah di instalasi pengolahan air
limbah (IPAL) yang terdiri dari dua unit yaitu IPAL Tambang dan IPAL Cikaret.
IPAL Tambang
IPAL Tambang merupakan tempat pengolahan air limbah yang berasal dari
kegiatan backfilling dan penambangan agar memenuhi baku mutu lingkungan
sebelum dibuang ke lingkungan, dengan parameter seperti pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Baku Mutu Air Limbah IPAL Tambang
Keputusan Menteri Negara LH No.202 tahun 2004 Objective Target Internal
(OTI) ANTAM
CN¯ ≤ 0.5 ppm 0.35 ppm
pH 6-9 7-8
SS ≤ 200 ppm ≤ 50 ppm
Umpan yang berasal dari overflow Settling Pond, Station 14 (ST 14) dan Process
Water Tank masuk ke dalam Effluent Tank untuk dilakukan proses destruksi
sianida dan proses penurunan suspended solid (SS) serta penurunan pH air
limbah. Proses yang terjadi pada Effluent Tank di IPAL Tambang sama dengan
IPAL Cikaret. Namun, flokulan dan koagulan yang digunakan berbentuk
konsentrat/larutan karena suspended solid dan kadar sianida padaIPAL Tambang
tidak terlalu tinggi, hanya berasal dari kegiatan backfilling dan proses
penambangan.
Selain masuk ke dalam Effluent Tank, umpan juga langsung masuk ke dalam
Decant Pond, yaitu yang berasal dari overflow Settling Pond. Namun, karena
kadar sianida cukup rendah dan partikel tidak terlalu halus, maka kedalam Decant
Pond hanya ditambahkan flokulan.
Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor
27
Air limbah yang telah diolah di Effluent Tank ditampung terlebih dahulu di
Decant Pond untuk kembali dilakukan pengendapan dan destruksi sianida secara
alami, yang kemudian 50% dipompakan ke Fresh water Tank dan sisanya dibuang
ke Sungai Cikaniki. Sedangkan underflow masuk ke dalam Station 12 (ST 12)
untuk diproses kembali karena masih mengandung emas.
IPAL Cikaret
IPAL Cikaret merupakan tempat pengolahan overflow Tailing Dam agar
memenuhi baku mutu lingkungan sebelum dibuang ke lingkungan, dengan
parameter seperti pada Tabel 2.
Tabel 3.2. Baku Mutu Air Limbah IPAL Cikaret
Keputusan Menteri Negara LH No.202 tahun
2004
Objective Target Internal
(OTI) ANTAM
CN¯ ≤ 0.5 ppm 0.35 ppm
pH 6-9 7-8
SS ≤ 200 ppm ≤ 80 ppm
Umpan yang berasal dari Tailing Dam masuk ke dalam Effluent Tank untuk
dilakukan proses destruksi sianida dan proses penurunan suspended solid (SS)
serta penurunan pH air limbah. Proses destruksi sianida dilakukan dengan
menggunakan Metode Degussa (dengan waktu tinggal 30-60 menit), yaitu
menggunakan hidrogen peroksida (H2O2) sebagai pengoksidasi sianida menjadi
sianat dan CuSO4 sebagai katalis. Reaksi yang terjadi, yaitu:
CN¯ + H2O2 CNO¯ + H2O
Untuk menurunkan suspended solid digunakan koagulan dan flokulan sehingga
partikel solid dapat mengendap, menghasilkan air limbah yang jernih dan
memenuhi baku mutu lingkungan. Flokulan dan koagulan yang digunakan
berbentuk curah dengan dosis yang cukup tinggi karena suspended solid dan
Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor
28
kadar sianida pada IPAL Cikaret cukup tinggi. Partikel solid yang terdapat di
IPAL Cikaret sangat halus sehingga larutan yang dihasilkan merupakan larutan
koloid, yang sulit diendapkan oleh flokulan. Oleh karena itu perlu ditambahkan
koagulan, yaitu Poly Aluminum Chloride (PAC) untuk menetralkan muatan pada
koloid sehingga dapat terjadi pengendapan partikel solid dengan efektif dan cepat.
Sedangkan penurunan pH bukan menjadi fokus utama karena pH yang dihasilkan
dari proses detoksifikasi sudah memenuhi baku mutu lingkungan. Namun pH
koagulan yang cukup rendah ~2, dapat memberikan efek positif, yaitu dapat
menurunkan pH hingga mencapai OTI yang dibuat oleh PT Aneka Tambang,
Tbk-UBP Emas Pongkor.
Air limbah yang telah diolah di Effluent Tank ditampung terlebih dahulu di
Decant Pond untuk kembali dilakukan pengendapan dan destruksi sianida secara
alami, yang kemudian dapat dibuang ke Sungai Cikaniki.
Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor