Bab 3

27
9 3.2. Unit Recovery 2.2.1. Carbon In Leach (CIL) Carbon In Leach merupakan proses adsorpsi senyawa kompleks Au-Ag yang telah terbentuk pada saat proses leaching oleh karbon aktif. Proses yang terjadi di CIL adalah penangkapan ion kompleks Au(CN) 2 - dan Ag(CN) 2 - oleh karbon aktif. Persamaan reaksi : 2[Au(CN) 2 - ] + Ca 2+ + C C[Ca – Au(CN) 2 ] 2 Plant I memiliki 5 tangki CIL berkapasitas 290 m 3 sedangkan plant 2 memiliki 7 tangki CIL, dimana tangki CIL 01 dan CIL 02 berkapasitas 290 m 3 sedangkan tangki CIL 03-CIL 07 berkapasitas 340 m 3 . Distribusi karbon aktif pada tangki CIL 01 dan tangki CIL terakhir dijaga 30 gpl dimaksudkan agar penyerapan Au dan Ag semaksimal mungkin sedangkan tangki yang berada di tengah disesuaikan sekitar 10 gpl. Jika parameter distribusi karbon aktif tidak tercapai, penambahan fresh karbon dilakukan sesuai dengan kebutuhan yang disebabkan oleh berkurangnya karbon aktif dalam tangki CIL akibat gesekan antar karbon, gesekan karbon dengan pipa, agitasi, dan pemompaan. Karbon aktif ditambahkan pada tangki CIL Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor

Transcript of Bab 3

Page 1: Bab 3

9

3.2. Unit Recovery

2.2.1. Carbon In Leach (CIL)

Carbon In Leach merupakan proses adsorpsi senyawa kompleks Au-Ag

yang telah terbentuk pada saat proses leaching oleh karbon aktif. Proses yang

terjadi di CIL adalah penangkapan ion kompleks Au(CN)2- dan Ag(CN)2

- oleh

karbon aktif.

Persamaan reaksi :

2[Au(CN)2-] + Ca2+ + C C[Ca – Au(CN)2]2

Plant I memiliki 5 tangki CIL berkapasitas 290 m3 sedangkan plant 2

memiliki 7 tangki CIL, dimana tangki CIL 01 dan CIL 02 berkapasitas 290 m3

sedangkan tangki CIL 03-CIL 07 berkapasitas 340 m3. Distribusi karbon aktif

pada tangki CIL 01 dan tangki CIL terakhir dijaga 30 gpl dimaksudkan agar

penyerapan Au dan Ag semaksimal mungkin sedangkan tangki yang berada di

tengah disesuaikan sekitar 10 gpl.

Jika parameter distribusi karbon aktif tidak tercapai, penambahan fresh

karbon dilakukan sesuai dengan kebutuhan yang disebabkan oleh berkurangnya

karbon aktif dalam tangki CIL akibat gesekan antar karbon, gesekan karbon

dengan pipa, agitasi, dan pemompaan. Karbon aktif ditambahkan pada tangki CIL

terakhir. Penambahan karbon aktif dilakukan berlawanan arah (counter current)

dengan arah aliran slurry bertujuan agar ion kompleks Au dan Ag dengan

konsentrasi kecil pada tangki CIL terakhir dapat teradsorpsi dikarenakan tingkat

adsorpsi karbon aktif yang masih tinggi, sedangkan pada tangki CIL pertama,

senyawa kompleks Au dan Ag sangat pekat sehingga karbon aktif dengan tingkat

adsorpsi yang rendah pun dapat langsung menyerapnya

Pada setiap tangki CIL terdapat carbon interstage screen (bukaan 0.8 mm)

tipe kambalda yang berfungsi untuk mencegah agar karbon tidak ikut bersama

dengan aliran slurry ke tangki berikutnya yang aliran slurry tersebut akan melalui

Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor

Page 2: Bab 3

10

launder (talangan) yang memanfaatkan gaya gravitasi sebagai pemompa

alirannya. Pemindahan karbon aktif ke tangki berikutnya dilakukan melalui

pemompaan slurry dengan karbon dimana melewati carbon transfer screen

(bukaan 0.5 mm) untuk mengembalikan slurry kembali ke tangki sebelumnya.

Pada tangki CIL terakhir terdapat carbon safety screen (bukaan 0.5 mm)

tipe square straight bertujuan untuk mengurangi hilangnya karbon aktif yang ikut

terbawa ke thickener. Final loaded carbon pada tangki CIL pertama (diharapkan

memiliki kandungan Au ± 1000 gpt) untuk kemudian dipompa ke carbon surge

bin (kapasitas 6 ton) yang terlebih dahulu melewati loaded carbon screen,

sebelum masuk kolom loaded carbon surge bin, loaded carbon disemprot oleh

fresh water untuk membersihkan loaded carbon dari slurry. Slurry yang ikut

bersama karbon akan dikembalikan ke tangki CIL pertama masing-masing plant.

3.2.2. Elution

Elution merupakan proses desorpsi atau pelepasan kembali senyawa

kompleks Au dan Ag dari karbon aktif. Metode elution yang dipakai di UBPE

Pongkor adalah Anglo American Research Laboratory (AARL).

Proses elution dilakukan dalam 6 tahap, dimana sebelumnya dilakukan

pencucian karbon menggunakan fresh water, bertujuan untuk membersihkan

karbon dari lumpur yang masih menempel. Tahap-tahap proses elution, yaitu:

Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor

Page 3: Bab 3

11

Gambar 3.7 Diagram Alir Proses Elution

1. Acid Wash ~ 5 menit

Pencucian dengan HCl bertujuan untuk melarutkan pengotor, seperti ion

organik, senyawa CaCO3, MgCO3, dan silika yang teradsorb yang menutupi pori-

pori karbon aktif pada loaded carbon sehingga tidak mengganggu pada saat

proses desorpsi. Batasan tahap 1 selesai setelah karbon terendam seluruhnya oleh

HCl.

Reaksi :

CaCO3 + 2HCl CaCl2 + CO2 + H2O

MgCO3 + 2HCl MgCl2 + CO2 + H2O

C[Ca-Au(CN)2]2 + 2H+ Ca2+ + C-AuCN + 2HCN

Konsentrasi HCl yang dibutuhkan untuk proses elution adalah 3% wt yang

diperoleh dengan cara mengencerkan larutan HCl 30% wt. Larutan HCl yang

telah digunakan dialirkan ke tangki CIL terakhir berfungsi untuk menurunkan pH

sehingga proses destruksi cyanide pada detox tidak terlalu terbebani.

Tahap acid wash dilakukan selama 5-10 menit, dan dalam rentang waktu

tersebut diharapkan semua loaded carbon telah tercuci dengan baik. Larutan HCl

Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor

ACID WASH

WATER WASH

RECYCLE ELUTION

PRE-TREATMENT

COOLING

WATER ELUTION

Page 4: Bab 3

12

yang telah digunakan kemudian dialirkan ke tangki CIL terakhir untuk

menurunkan pH slurry sehingga proses pengendapan di thickener berlangsung

efektif. HCl yang digunakan untuk sekali proses acid wash antara 500-900 kg

HCl.

Gambar 3.8 Diagram Alir Proses Acid Wash

2. Water Wash ~ 110 menit, 70-90°C

Water wash adalah tahap pencucian loaded carbon dari larutan HCl 3%

yang masih berada di dalam elution column. Pada tahap pencucian ini digunakan

fresh water yang telah dipanaskan di dalam plate heat exchanger (PHE) hingga

suhunya menjadi 70-90 oC. Media pemanas yang digunakan adalah glycol yang

sebelumnya telah dipanaskan terlebih dahulu di dalam heater. Pencucian ini

dilakukan selama dua jam. Solution hasil pencucian tersebut kemudian dialirkan

ke dalam tangki CIL terakhir.

Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor

Page 5: Bab 3

13

Gambar 3.9 Diagram Alir Proses Water Wash

3. Pre-Treatment ~ 30 menit, 85-110°C

Pre-Treatment bertujuan melemahkan ikatan senyawa kompleks Au dan Ag

dengan karbon. Prosesnya menggunakan larutan caustic cyanide, yaitu campuran

antara caustic (NaOH) dan cyanide (NaCN) dengan konsentrasi 3% NaOH dan

3% NaCN (30000 ppm). pH larutan ± 12.8. Secara mass balance, hasil dari proses

pre-treatment akan masuk ke eluate tank.

Reaksi:

C-Ca[Au(CN)2]2 + NaCN 2Au(CN)2- + Na+ + Ca2+ + C

C-AuCN + NaCN Au(CN)2- + Na+ + C

Caustic cyanide yang digunakan pada tahap pre-treatment ini dipanaskan terlebih

dahulu di dalam plate heat exchanger hingga temperatur 85-110oC. Suhu yang

tinggi merupakan faktor utama pelepasan Au dan Ag. Proses pre-treatment

berlangsung selama 20-30 menit. Solution dari tahap pre-treatment ini dialirkan

melewati electrolyte filter untuk menyaring kotoran dan karbon aktif yang

Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor

Page 6: Bab 3

14

terbawa di dalam solution. Kemudian solution hasil penyaringan akan dialirkan ke

dalam eluate tank melewati reclaim heat exchanger.

Gambar 3.10 Diagram Alir Proses Pre-treatment

4. Recycle Elution ~ 120-130 menit, 100-120°C

Pada proses recycle elution terjadi peristiwa pelepasan sempurna senyawa

kompleks Au dan Ag dengan karbon. Tahap ini menggunakan recycle elution

(berasal dari tahap 5 dan 6 pada batch elution sebelumnya), sekitar 5 bed volumes

(60 m3) yang disimpan dalam recycle tank. Temperatur recycle elution yakni 100-

120°C berasal dari recyle tank yang berisi recycle water yang dilewatkan ke plate

heat exchanger sebelum masuk elution column sehingga meningkatkan efisiensi

Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor

Page 7: Bab 3

15

pelepasan senyawa kompleks Au dan Ag dengan karbon. Hasil dari proses recycle

elution (larutan kaya) masuk ke dalam eluate tank dan siap untuk di

elektrowinning.

Gambar 3.11 Diagram Alir Proses Recycle Elution

5. Water Elution ~ 110-160 menit, 100-120°C

Hot fresh water digunakan untuk mengeluarkan senyawa kompleks Au dan

Ag yang masih tersisa dalam karbon dan menghasilkan recycle solution yang

mengisi recycle tank sampai 4 bed volumes untuk digunakan pada proses elution

selanjutnya.

Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor

Page 8: Bab 3

16

Gambar 3.12 Diagram Alir Proses Water Elution

6. Cooling ~ 60 menit, 60-100°C

Pada tahap pendinginan, elution heater dimatikan tetapi pompa sirkulasi

masih berjalan. Fresh water digunakan untuk mendinginkan karbon di elution

column dan dialirkan ke recycle tank untuk digunakan pada proses elution

selanjutnya. Pendinginan karbon bertujuan agar karbon tidak teroksidasi menjadi

CO jika karbon berada dalam keadaan panas kontak langsung dengan udara.

Pada proses elution terdapat 3 elution heater, 1 plate heat exchanger, dan 1

reclaim plate heat exchanger. Glycol dipanaskan dalam heater sehingga dapat

menghasilkan panas yang selanjutnya ditransfer ke column inflows dalam plate

heat exchanger. Column outflows mentransfer panas ke dalam column inflows

dalam reclaim heat exchanger untuk pemanasan sebelum masuk ke heat

exchanger utama.

Barren carbon dipompakan kembali ke tangki CIL terakhir. Untuk periode

waktu tertentu, ketika karbon menunjukkan penurunan akivitas, barren carbon di

Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor

Page 9: Bab 3

17

reaktivasi dalam regeneration kiln pada temperatur 650-700°C sebelum masuk ke

tangki CIL.

Gambar 3.13 Diagram Alir Proses Colling

3.2.3. Electrowinning

Electrowinning adalah proses pengendapan Au dan Ag secara elektrolisa.

Larutan kaya dalam eluate tank dipompakan ke electrowinning cells dengan

menggunakan eluate pump. Electrowinning cells terdiri dari 5 bak electrowinning

yang dipasang paralel, dimana pada setiap bak electrowinning terdapat 11 mesh

anode sebagai kutub positif, 10 wire mesh cathode sebagai kutub negatif yang

keduanya terbuat dari bahan SS-316, dan 1 rectifier untuk mengubah arus AC

menjadi arus DC dengan arus 1100 A dan tegangan 8 V

Reaksi elektowinning:

Anodic : 2OH¯ O2 + H2O + 2e-

Cathodic : 2Au(CN)2- + 2e- 2Au + 4CN¯

Overall Reaction : 2Au(CN)2- + 2OH- 2Au + O2 + H2O + 4CN¯

Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor

Page 10: Bab 3

18

Dengan menggunakan arus 1100 A dan tegangan 8 V, maka Au dan Ag

akan mengendap di katoda membentuk cake. Jika arus yang digunakan > 1100 A,

khawatir endapan Au dan Ag di katoda akan sulit dipisahkan dari katoda dengan

penyemprotan air. Karena logam yang akan diendapkan adalah Au dan Ag, maka

digunakan tegangan 8 V, selain itu juga dimaksudkan agar logam-logam selain Au

dan Ag tidak ikut terendapkan di katoda.

Selama elektrowinning, sodium hydroxide (NaOH) ditambahkan dalam

return spent sump untuk menjaga agar pH > 12.5, hal ini bertujuan untuk

meminimalkan terjadinya korosi pada anoda. Barren solution (< 3 ppm Au)

digunakan kembali dalam cyanide mixing solution untuk proses leaching. Barrent

solution atau larutan yang telah diambil kandungan Au dan Ag, kemudian

dipompakan ke holding tank untuk dicampur dengan NaCN yang digunakan untuk

keperluan proses leaching. Barrent solution sebagai make-up cyanide ini

dilakukan karena kandungan cyanide di barrent solution masih tinggi yaitu sekitar

3000 ppm.

Pada electrowinning dilakukan penambahan NaOH untuk menjaga pH

sebesar 12,5 karena ada kemungkinan terjadi penurunan pH akibat terbentuknya

suasana asam oleh reaksi antara gas H2 dengan CN- yang akan menghasilkan gas

HCN.

Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor

Page 11: Bab 3

19

Gambar 3.14 Diagram Alir Proses Elektrowinning dan Smelting

3.2.4. Smelting

Setelah 3-5 batch elektrowinning selesai, cake (Au dan Ag) dipisahkan

dari katoda dengan semprotan air bertekanan tinggi, kemudian dimasukkan ke

dalam vacuum filter untuk menghilangkan larutan dan dikeringkan dengan cara

digarang diatas tungku pada suhu 700-9000C. Setelah dikeringkan, cake siap

untuk dilebur pada temperatur 1000-1200 °C dengan penambahan borax sebanyak

5-6 kg borax untuk 300 kg cake sebagai flux (slag conditioning) yang dapat

menurunkan titik lebur Au dan Ag. Slag dipisahkan kemudian dore bullion

dituang ke dalam cetakan (bullion moulds). Komposisi dore bullion memiliki

rentang 7-15% Au, 80-92% Ag, < 2% pengotor, dan dengan dimensi 15 mm x 450

mm x 330 mm. Dore bullion dikirim ke Logam Mulia Refinery.

Slag akan diambil dan ditampung untuk dilebur kembali karena masih

mengandung Au dan Ag yang mungkin terambil pada saat pengambilan slag.

Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor

AIR KAYA

ELUATE TANK

DRYING

ELEKTROWINNING CELLS

DORE BULLION

SMELTING FURNACE

CAKE bullion

SLAG

CAUSTIC SODA

BORAX

SPENT RETURN

SUMP CYANIDE HOLDING

TANK

BARENT SOLUTION

Page 12: Bab 3

20

Setelah memadat, slag digerus dan dimasukkan ke dalam dapur peleburan yang

dilebur menggunakan alat yang berbeda, dinamakan monarch. Proses peleburan

slag berlangsung 2 kali. Setelah dilebur, didinginkan dan dipisahkan dari

pengotornya, logam padat Au dan Ag yang dihasilkan akan diikutkan kembali

bersama peleburan utama, slag-nya akan dikirim ke FOB diikutkan bersama feed

ore untuk digiling kembali ke unit penggerusan.

3.2.5 Reaktivasi Karbon

Pada proses CIL, selain menyerap logam Au dan Ag, karbon aktif

juga akan menyerap bahan-bahan lain seperti senyawa organik saat karbon aktif

berada dalam slurry. Akibat pemakaian yang terus-menerus, maka suatu saat

karbon akan menjadi jenuh dan pori-pori karbon tertutup oleh senyawa lain

sehingga tidak dapat digunakan untuk penyerapan. Senyawa-senyawa lain yang

menutupi karbon ini disebut sebagai fouling. Fouling ini adalah akumulasi

senyawa organik maupun anorganik yang mempengaruhi adsorpsi Au dan Ag dan

menyebabkan penurunan tingkat kapasitas adsorpsi dan efektivitas proses desorpsi

(elution).

Reaktivasi karbon bertujuan membuka kembali pori-pori karbon yang tertutup

oleh fouling. Cara untuk mengaktifkan kembali karbon dapat dilakukan dengan

dua cara, yaitu acid wash pada tahap elution dan pemanasan di kiln. Acid wash

berfungsi menghilangkan inorganic fouling, sedangkan organic fouling, yang sulit

dihilangkan hanya dengan acid wash, dihilangkan dengan pemanasan di kiln.

Reaktivasi dengan pemanasan di kiln dilakukan dengan memanfaatkan tenaga

steam, temperatur reaktivasi yang diperlukan ± 650 – 700 °C. Temperatur steam

berperan penting dalam reaktivasi karbon aktif. Jika terlalu rendah, kemungkinan

penghilangan fouling akan kurang maksimal, sedangkan bila terlalu tinggi dapat

menyebabkan karbon aktif terdegradasi dan menjadi lemah. Pemanasan tersebut

membuat pori-pori karbon terbuka dan senyawa-senyawa atau kotoran-kotoran

yang menutupinya terlepas. Karbon aktif yang telah diaktivasi akan ditampung di

Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor

Page 13: Bab 3

21

carbon transfer sump yang kemudian ditambahkan fresh carbon dari fresh carbon

feed bin dan fresh water untuk mempermudah pemompaan karbon ke tangki CIL

terakhir.

Pada waktu tertentu, dilakukan pengecekan terhadap nilai aktivitas karbon aktif di

laboratorium. Standar nilai keaktifan karbon :

0-50 hr-1 : buruk

50-100 hr-1 : rata-rata/moderat

100-200 hr-1 : baik

>200 hr-1 : sangat baik

Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor

Page 14: Bab 3

22

3.3. Unit Pengolahan Limbah

Gambar 3.15 Diagram Alir Proses Pengolahan Limbah

Untuk mencegah atau mengurangi dampak pencemaran lingkungan akibat

kegiatan industri sesuai dengan ketentuan daerah maupun pemerintah maka perlu

dilakukan pengelolaan lingkungan dalam mengatasi pencemaran lingkungan yang

terjadi. Dalam industri pertambangan, proses pengolahan mineral tambang

umumnya dilakukan dengan menggunakan bahan kimia yang berbahaya terhadap

lingkungan hidup, begitu pula pengolahan bijih emas pada PT Aneka Tambang,

Tbk-UBP Emas Pongkor. Oleh karena itu, limbah yang dihasilkan perlu diolah

terlebih dahulu sehingga memenuhi baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan,

yaitu Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 202 Tahun 2004

mengenai Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan

Bijih Emas dan atau Tembaga.

Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor

Page 15: Bab 3

23

Dengan adanya penanganan ini, kadar dari reagen kimia yang digunakan maupun

ion logam terlarut dapat direduksi sehingga airnya dapat dimanfaatkan kembali

maupun dibuang ke lingkungan sesuai dengan baku mutu lingkungan yang telah

ditetapkan, begitu pula dengan limbah padatnya. Proses pengolahan limbah ini

meliputi:

3.3.1. Tailing Thickening

Pada tahap ini terjadi pengendapan slurry dengan bantuan flokulan. Flokulan

merupakan reagen yang ditambahkan untuk mempercepat pengendapan partikel

solid (pemisahan partikel solid dari slurry). Flokulan yang digunakan, yaitu

anionic polyacrylamides dengan kadar 0.02%, yang kemudian dilakukan

pengenceran 10x agar rantai polimer membentuk polimer yang akan menangkap

partikel solid dengan efektif.

Umpan yang berasal dari tangki CIL terakhir dengan kadar sianida 200-300 ppm,

pH ~10 dan 30-35% solid, masuk ke dalam Distributor 1, di mana terjadi

pengenceran dengan menggunakan air yang berasal dari overflow Center Well 2

hingga mencapai 22-25% solid. Pengenceran bertujuan agar rantai polimer dapat

bergerak bebas untuk menangkap partikel solid. Umpan kemudian masuk Center

Well 1 dan ditambahkan flokulan. Di dalam Center Well 1 terjadi pengendapan

partikel solid dengan bantuan flokulan, yang kemudian overflow dari Center Well

1 masuk ke dalam Thickener Overflow Tank 1, yang akan masuk ke dalam Ball

mill sebagai recycle cyanide karena masih memiliki kadar sianida yang cukup

tinggi. Sedangkan underflow dari Center Well 1 dengan 45-50% solid, masuk ke

dalam Distributor 2 untuk kembali dilakukan pengenceran agar proses

pengendapan pada Center Well 2 dapat berjalan efektif, yang kemudian overflow

dari Center Well 2 masuk ke dalam Thickener Overflow Tank 2 yang akan

menjadi air pengencer pada Distributor 1 dan masuk juga ke dalam Ball mill

sebagai recycle cyanide. Sedangkan underflow dari Center Well 2 akan masuk ke

dalam Thickener Underflow Sump dengan kadar sianida 200-250 ppm, pH ~10

Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor

Page 16: Bab 3

24

dan 55-60% solid, yang kemudian dipompakan ke dalam tangki Detox (dengan

~40% solid) untuk dilakukan proses detoksifikasi sianida. Proses tersebut

dilakukan baik pada Plant 1 maupun Plant 2.

3.3.2. Detoksifikasi

Pada tahap ini terjadi proses destruksi sianida dengan menggunakan SMBS

(Sodium Meta-bisulfit) serta CuSO4. Metode ini dilakukan untuk mengoksidasi

sianida (CN¯) menjadi sianat (CNO¯) dengan menggunakan O2 sebagai

pengoksidasi dengan bantuan SO2 dari SMBS (kadar 25%) dan CuSO4 (kadar

0.25%) sebagai katalis. Reaksi yang terjadi, yaitu:

Na2S2O5 (s) + H2O 2SO2 (g) + 2NaOH

CN¯ + SO2 (g) + H2O + O2 (g) CNO¯ + H2SO4

Umpan dari Thickener Underflow Sump, baik dari Plant 1 maupun Plant 2, masuk

ke dalam Tangki Detox yang operasionalnya secara overflow, yaitu jika Tangki

Detox 1 penuh maka akan masuk ke Tangki Detox 2. Umpan yang masuk (dengan

kadar CN¯ 200-250 ppm) mengalami proses oksidasi (dengan waktu tinggal

minimal 4 jam) untuk menurunkan kadar CN¯. Selain itu, terjadi juga penurunan

pH, yang disebabkan oleh terbentuknya H2SO4 sebagai produk sampingan.

3.3.3. Backfill Sillo

Hasil proses Detoksifikasi kemudian tailing dipompakan ke Backfill Silo yang

beroperasi secara overflow, dengan kadar sianida ≤1 ppm, pH 6-9 dan 40-45%

solid. Backfill Silo merupakan tempat penampungan sementara sebelum material

backfilling dipompakan ke Backfilling Facility, yang terlebih dahulu ditampung di

Backfill Sump. Material ini kemudian dicampur dengan semen, yang akan

digunakan sebagai material pengganti untuk mengisi ruang kosong di lokasi

tambang akibat proses pertambangan (metode cut and fill). Jika Backfill Silo

Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor

Page 17: Bab 3

25

penuh, maka overflow akan dipompa ke Tailing Dam, yang terlebih dahulu

ditampung di Tailing Sump.

3.3.4 Tailing Dam

Tailing Dam berfungsi sebagai tempat pembuangan akhir tailing. Tailing dam

menampung limbah yang berasal dari hasil proses detoxification dengan

konsentrasi sianida kurang dari 1 ppm. Tailing Dam harus selalu dikontrol agar

tidak terisi penuh karena overflow yang keluar ke lingkungan belum sesuai

dengan baku mutu yang ditentukan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka

terdapat empat pompa, dua pompa pertama digunakan untuk memompakan

overflow Tailing Dam ke Process Water Tank untuk meminimalisasi limbah yang

terbuang ke lingkungan. Sedangkan dua pompa lagi digunakan untuk

memompakan lumpur ke Bak Pengendapan, yang selanjutnya akan digunakan

untuk reklamasi lahan di sekitar Tailing Dam. Selain itu, terdapat pula pipa

overflow dari Tailing Dam menuju Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Cikaret untuk diolah agar air limbah yang keluar ke lingkungan sesuai dengan

baku mutu yang ditentukan. Tailing Dam dilengkapi pula dengan Seepage

Collection Dam, yang digunakan untuk menampung resapan air dari dam agar

tidak bercampur dengan air tanah. Untuk memantau resapan air, dibuat pula

sumur pantau, yang jumlahnya disesuaikan dengan kondisi daerah sekitar dam.

Pada Tailing Dam juga terjadi proses pengendapan limbah dan destruksi sianida

secara alamiah. Destruksi sianida umumnya terjadi akibat penguapan HCN secara

alamiah. Namun dapat pula terjadi degradasi secara biologi, adanya oksidasi,

hidrolisis dan fotolisis.

Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor

Page 18: Bab 3

26

3.3.5. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Limbah cair yang dihasilkan dari aktifitas pertambangan dan pengolahan bijih

emas di PT. ANTAM UBPE Pongkor akan diolah di instalasi pengolahan air

limbah (IPAL) yang terdiri dari dua unit yaitu IPAL Tambang dan IPAL Cikaret.

IPAL Tambang

IPAL Tambang merupakan tempat pengolahan air limbah yang berasal dari

kegiatan backfilling dan penambangan agar memenuhi baku mutu lingkungan

sebelum dibuang ke lingkungan, dengan parameter seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Baku Mutu Air Limbah IPAL Tambang

Keputusan Menteri Negara LH No.202 tahun 2004 Objective Target Internal

(OTI) ANTAM

CN¯ ≤ 0.5 ppm 0.35 ppm

pH 6-9 7-8

SS ≤ 200 ppm ≤ 50 ppm

Umpan yang berasal dari overflow Settling Pond, Station 14 (ST 14) dan Process

Water Tank masuk ke dalam Effluent Tank untuk dilakukan proses destruksi

sianida dan proses penurunan suspended solid (SS) serta penurunan pH air

limbah. Proses yang terjadi pada Effluent Tank di IPAL Tambang sama dengan

IPAL Cikaret. Namun, flokulan dan koagulan yang digunakan berbentuk

konsentrat/larutan karena suspended solid dan kadar sianida padaIPAL Tambang

tidak terlalu tinggi, hanya berasal dari kegiatan backfilling dan proses

penambangan.

Selain masuk ke dalam Effluent Tank, umpan juga langsung masuk ke dalam

Decant Pond, yaitu yang berasal dari overflow Settling Pond. Namun, karena

kadar sianida cukup rendah dan partikel tidak terlalu halus, maka kedalam Decant

Pond hanya ditambahkan flokulan.

Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor

Page 19: Bab 3

27

Air limbah yang telah diolah di Effluent Tank ditampung terlebih dahulu di

Decant Pond untuk kembali dilakukan pengendapan dan destruksi sianida secara

alami, yang kemudian 50% dipompakan ke Fresh water Tank dan sisanya dibuang

ke Sungai Cikaniki. Sedangkan underflow masuk ke dalam Station 12 (ST 12)

untuk diproses kembali karena masih mengandung emas.

IPAL Cikaret

IPAL Cikaret merupakan tempat pengolahan overflow Tailing Dam agar

memenuhi baku mutu lingkungan sebelum dibuang ke lingkungan, dengan

parameter seperti pada Tabel 2.

Tabel 3.2. Baku Mutu Air Limbah IPAL Cikaret

Keputusan Menteri Negara LH No.202 tahun

2004

Objective Target Internal

(OTI) ANTAM

CN¯ ≤ 0.5 ppm 0.35 ppm

pH 6-9 7-8

SS ≤ 200 ppm ≤ 80 ppm

Umpan yang berasal dari Tailing Dam masuk ke dalam Effluent Tank untuk

dilakukan proses destruksi sianida dan proses penurunan suspended solid (SS)

serta penurunan pH air limbah. Proses destruksi sianida dilakukan dengan

menggunakan Metode Degussa (dengan waktu tinggal 30-60 menit), yaitu

menggunakan hidrogen peroksida (H2O2) sebagai pengoksidasi sianida menjadi

sianat dan CuSO4 sebagai katalis. Reaksi yang terjadi, yaitu:

CN¯ + H2O2 CNO¯ + H2O

Untuk menurunkan suspended solid digunakan koagulan dan flokulan sehingga

partikel solid dapat mengendap, menghasilkan air limbah yang jernih dan

memenuhi baku mutu lingkungan. Flokulan dan koagulan yang digunakan

berbentuk curah dengan dosis yang cukup tinggi karena suspended solid dan

Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor

Page 20: Bab 3

28

kadar sianida pada IPAL Cikaret cukup tinggi. Partikel solid yang terdapat di

IPAL Cikaret sangat halus sehingga larutan yang dihasilkan merupakan larutan

koloid, yang sulit diendapkan oleh flokulan. Oleh karena itu perlu ditambahkan

koagulan, yaitu Poly Aluminum Chloride (PAC) untuk menetralkan muatan pada

koloid sehingga dapat terjadi pengendapan partikel solid dengan efektif dan cepat.

Sedangkan penurunan pH bukan menjadi fokus utama karena pH yang dihasilkan

dari proses detoksifikasi sudah memenuhi baku mutu lingkungan. Namun pH

koagulan yang cukup rendah ~2, dapat memberikan efek positif, yaitu dapat

menurunkan pH hingga mencapai OTI yang dibuat oleh PT Aneka Tambang,

Tbk-UBP Emas Pongkor.

Air limbah yang telah diolah di Effluent Tank ditampung terlebih dahulu di

Decant Pond untuk kembali dilakukan pengendapan dan destruksi sianida secara

alami, yang kemudian dapat dibuang ke Sungai Cikaniki.

Laporan Kerja Praktik di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor