BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik
dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan
perfusi yang adekuat ke organ – organ vital tubuh. Hal ini muncul akibat kejadian
pada homeostasis tubuh yang serius seperti, perdarahan yang masif, trauma atau luka
bakar yang berat (syok hipovolemik), infark miokard luas atau emboli paru (syok
kardiogenik), sepsis akibat bakteri yang tak terkontrol (syok sepsis), tonus vasomotor
yang tidak adekuat (syok neurogenik) atau akibat respons imun ( syok anafilaktik).
1.2 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mempunyai wawasan yang lebih dalam dan
pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
dengan syok kardiogenik.
1.3.2 Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa dapat :
1. Melaksanakan pengkajian pada pasien dengan syok kardiogenik .
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan syok kardiogenik.
3. Menyusun rencana dan melaksanakan tindakan disertai rasionalisasi pada
pasien dengan syok kardiogenik.
1.3 SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penyusunan makalah ini menggunakan metode kasus dengan
sistematika penulisan
BAB 1: Pendahuluan (Latar belakang, tujuan, sistematika, dan manfaat penulisan)
BAB 2 : Tinjauan teori (Definisi, etiologi, patofisiologi, dan web of caution)
BAB 3 : Tinjauan Kasus (Asuhan Keperawatan)
BAB 4 : Pembahasan (Pengkajian, Diagnosa, Intervensi)
BAB 5 : Penutup (Simpulan)
1
1.4 MANFAAT PENULISAN
1.5.1 Manfaat bagi klien
Dengan ini kami mengharapkan klien mengerti dan memahami tentang
pengertian, penyebab, tanda – tanda, penanganan serta bahayanya syok
kardiogenik.
1.5.2 Manfaat bagi perawat
Sedangkan manfaat bagi profesi keperawatan, agar lebih aktif dalam
menerapkan asuhan keperawatan sesuai dengan konsep teori dan lebih
memperhatikan kondisi pasien sehingga pelaksanaan praktek keperawatan,
dapat berjalan sesuai dengan target yang ingin dicapai.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI SYOK KARDIOGENIK
Syok kardiogenik adalah gangguan yang disebabkan oleh penurunan curah jantung
sistemik pada keadaan volume intravaskular yang cukup, dan mengakibatkan hipoksia
jaringan.
Syok kardiogenik adalah syok yang disebabkan oleh tidak adekuatnya perfusi jaringan
akibat dari kerusakan fungsi ventrikel kiri.
Dari segi hemodinamik syok kardiogenik adalah kelainan jantung primer yang
mengakibatkan hal – hal berikut:
1. tekanan arterial sistole <90 mmHg (hipotensi absolut) atau paling tidak 60 mmHg di
bawah tekanan basal (hipotensi relatif)
2. gangguan aliran darah ke organ – organ penting (kesadaran menurun, vasokontriksi,
perifer, oliguri (urine <30 ml/jam)).
3. Tidak adanya gangguan preload atau proses non miokardial sebagai etiologi syok
(aritmia, asidosis, atau depresan jantung secara farmakologik maupun fisiologik.
4. Adanya gangguan miokardial primer secara klinik dan laboratorik.
Di sini ada 2 komponen penting dalam syok kardiogenik, yaitu:
1. Hipotensi: akibat memburuknya fungsi pompa jantung.
2. Gangguan perfusi jaringan sebagai konsekwensi akibat hipotensi.
3
2.2 ETIOLOGI
Syok kardiogenik biasanya disebabkan oleh karena gangguan mendadak fungsi
jantung atau akibat penurunan fungsi kontraktil jantung kronik. Secara praktik syok
kardiogenik timbul karena gangguan mekanik atau miopatik, bukan akibat gangguan elektrik
primer.
Etiologi syok kardiogenik adalah:
1. Infark miokard akut dengan segala komplikasinya.
2. Miokarditis akut.
3. Temponade jantung akut.
4. Endokarditis infektif.
5. Trauma jantung.
6. Ruptur korda tendinea spontan.
7. Kardiomiopati tingkat akhir.
8. Stenosis valvular berat.
9. Regurgilasi valvular akut.
10. Miksoma atrium kiri.
11. Komplikasi bedah jantung.
12. Ruptur septal ventrikel
2.3 PATOFISIOLOGI
Kelainan fisiologis yang menjadi dasar fisiologis adalah menurunnya kontraktilitas
otot jantung sebagai konsekwensi tidak berfungsinya sebagian otot jantung. Hasil bedah
mayat penderita IMA dengan syok kardiogenik menunjukkan 40% kerusakan otot
jantung. Mungkin ruptur dinding ventrikel, septum atau otot papilaris.
Penyakit jantung tidak mampu memusatkan secara sinkron atau penekanan dan aliran
darah ke aorta dihindarkan. LVED (The Left Ventricular End – Diastolic Pressure) dan
Arterial pressure (LAP) meningkat dari sistolik outflow yang tidak efisien. Pada akhirnya,
tekanan arteri pulmonari meningkat dan bagian cairan di dalam pulmonari selaput
intersitial dan alveoli menurunkan daerah permukaan untuk pertukaran gas.
Penyebab kardiogenik syok pada umumnya berasal dari ventrikel kanan yang mana
menjadi lemah akibat miokardial infark dan ketidakmampuan untuk mensuplai volume
stroke untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi jaringan atau sel-sel tubuh. Kerusakan 40%
dari jantung karena miokardial infark merupakan presipitasi (faktor yang mempercepat)
terjadinya syok.
4
2.4 MANIFESTASI KLINIS SYOK KARDIOGENIK
Timbulnya syok kardiogenik dalam hubungannya dengan IMA dapat dikategorikan dalam :
1.Timbulnya tiba-tiba dalam waktu 4-6 jam setelah infark akibat gangguan dari miokard masiv atau ruptur dinding bebas ventrikel kiri.
2. Timbulnya secara perlahan dalam beberapa hari sebagai akibat infark berulang.
3. Timbul kira-kira 2 sampai 10 hari setelah infark disertai timbulnya bising mitral sistolik, ruptur septum atau disosiasi elektromekanik. Ini sering disertai atau tanpa disertai nyeri dada, tetapi sering disertai sesak napas akut.
Keluhan nyeri dada pada IMA biasanya pada daerah substernal, rasa seperti ditekan, ditusuk, dan disertai rasa takut. Rasa nyeri menjalar ke leher, rahang, lengan, dan punggung. Nyeri biasanya hebat, berlangsung lebih dari setengah jam, tidak menghilang dengan obat- obat nitrat.
5
2.5 WEB OF CAUTION
6
Infark Miokard Akut Gagal Jantung
Necrosis Miokard
Kerusakan Oot Jantung
Gangguan Kontraktilitas Miokard
Disfungsi Ventrikel kiri
Syok Kardiogenik
Curah Jantung
Aliran Darah Arteri Koroner
Nutrisi O2 Kejaringan Darah Ke Pulmonal
Gangguan Perfusi
Jaringan
Metabolisme Basal
Terganggu
Energi
Kelelahan dan Kelemahan
Intoleransi Aktivitas
Asupan o2 Ke Jantung
Hipoksia Miokardium
(Mekanisme Anaerob)
Nyeri Dada
Gangguan Rasa Nyaman
Kerusakan Pertukaran Gas
Pola Nafas Tidak Efektif
2.6 KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari syok kardiogenik diantaranya :
a. Cardiopulmonary arrest
b. disritmia
c. stroke
d. tromboemboli
2.7 PEMERIKSAAN FISIK DAN DIAGNOSTIK
1) Sistem Pernapasan / Respirasi
Sesak, pernapasan dangkal, tachypnea( napas cepat dan dalam), pada auskultasi
terdengar ronchi, ortopnea, hipoksia
2) Sistem Cardiovaskuler
Tekanan darah menurun, irama gallop atau S4 ( murmur ), disritmia, takikardia,
fibrilasi ventrikel, distensi vena jugularis, akral dingin, pucat, dan lembab, bising
jantung.
3) Sistem Persyarafan / neurologi
Apatis, letargi, semikoma, dan nyeri hebat.
4) Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, kreatinin serum meningkat,
nitrogen urea serum meningkat.
5) Sistem Pencernaan / Gastrointestinal
nyeri tekan pada epigastrik, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual,
muntah, nyeri saat menelan, sangat kehausan.
6) Sistem integumen
Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), akral pucat, dingin, lembab, sianosis.
Pemeriksaan Diagnostik
1. FOTO THORAKS
7
Umumnya normal atau kardiomegali ringan hingga sedang, edema peru
hingga intersisial/alveolar dan mungkin ditemukan efusi pleura.
2. EKG
Umumnya menunjukkan IMA dengan atau tanpa gelombang Q dan electrical
alternans menunjukkan adanya efusi perikardial dengan tamponade jantung.
3. EKOKARDIOGRAFI
Penting untuk menilai hipokinesis berat ventrikel difusi atau segemental (bila
berasal dari infark miokard), efusi perikardial, katup aorta dan mitral, ruptur septum
dan pintasan intrakardiak.
4. KATETERISASI JANTUNG
Umumnya tidak perlu kecuali pada kasus tertentu untuk mengetahui anatomi
pembuluh darah koroner dan fungsi ventikel kiri untuk persiapan bedah pintas
koroner atau angioplasti koroner transluminasi perkutan. Untuk menunjukkan defek
mekanik pada septum ventrikel atau regugritasi mitral akibat disfungsi atau ruptur
otot papilaris.
5. LABORATORIUM
a. Pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit darah tetap diperlukan untuk evaluasi
secara keseluruhan meskipun tidak berguna di dalam membuat diagnosis awal (initial
diagnosis).
b. Pemeriksaan enzim jantung.
c. CBC and serum electrolyte panel .
d. Kadar kreatinin dan blood urea nitrogen (BUN).
e. Gas darah arteri.
f. Studi koagulasi.
Penemuan laboratorium (Laboratory findings) menurut Fauci AS, et.al(2008):
Hitung leukosit secara khas meningkat disertai dengan left shift.
Tidak adanya prior renal insufficiency, fungsi ginjal pada mulanya normal,
namun blood ureanitrogen (BUN) dan Creatinine meningkat secara cepat (rise
progressively).
8
Hepatic transaminases jelas meningkat karena hipoperfusi hati (liver
hypoperfusion).
Perfusi jaringan yang buruk ( poor tissue perfusion)dapat menyebabkan anion
gap acidosis dan peningkatan (elevation) kadar asam laktat (lactic acid level ).
Gas darah arteri (arterial blood gases) biasanya menunjukkan hypoxemia dan
metabolic acidosis,dimana dapat dikompensasi oleh respiratory alkalosis.
Petanda jantung (cardiac markers),creatine phosphokinase dan MB
fractionnya, jelas meningkat, begitu juga troponins I dan T
2.8 PENATALAKSANAAN
1. Etiologi syok harus ditentukan secepat mungkin
2. Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik.
3. Pemberian oksigen 28 – 48% dengan venturi fase mark.
4. Naikkan kaki ke atas 30 – 45 derajat.
5. Pasang infus kiri dan kanan, grojok dengan cairan RL
6. Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada harus
diatasi dengan pemberian morfin. Morfin, diberikan untuk mengurangi sesak napas
pada asma cardial, hati-hati depresi pernapasan.
7. Berikan dopamin 2 – 15 mg/kg/m, Norepineprin 2-20 mg/kg/m atau
Dobutamin 2.5 mm/kg/m untuk meninggikan tekanan perfusi arterial dan
kontraktilitas. Boleh juga diberikan Amrinon intravena (kalau ada).
8. Tirah baring
9. Diet makanan lunak, rendah garam.
10. Pemberian diuretik
Untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal. Bila sudah diresepkan
harus diberikan pada siang hari agar tidak menganggu istirahat pada malam hari,
intake dan output pasien harus dicatat mungkin pasien dapat mengalami kehilangan
cairan setelah pemberian diuretik. Pasien juga harus menimbang badannya setiap hari
turgor kulit untuk menghindari terjadinya tanda-tanda dehidrasi.
11. Terapi vasodilator dan natrium nitropurisida, obat-obatan vasoaktif merupakan
pengobatan utama untuk mengurangi impedansi (tekanan) terhadap penyemburan
darah oleh ventrikel. Dan juga untuk menurunkan tekanan darah sehingga kerja
jantung menurun. Bahan-bahan ini menyebabkan arteri dan vena mengalami dilatasi,
9
sehingga menimbulkan lebih banyak pintasan volume intravaskuler keperifer dan
menyebabkan penurunan preload dan afterload. Bahan vasoaktif ini biasanya
diberikan bersama dopamin, suatu vasopresor yang membantu memelihara tekanan
darah yang adekuat.
10
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Identitas
a. Umur. Terjadi pada umur 60 tahun ke atas
b. Jenis kelamin: : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat
setelah menopause
c. Hereditas
d. Ras: insiden pada kulit hitam lebih tinggi
3.1.2 Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
a. Oliguri (urin < 20 ml/jam)b. Mungkin ada hubungan dengan IMA.c. Nyeri substernal seperti IMA.
2. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya px . merasa nyeri atau “discomfort” dada trauma tumpul dada (mekanisme, waktu, kekuatan, alat pelindung) atau luka bakar listrik, nausea, dispnea atau orthopnea, diaporesis, perasaan akan meninggal atau ketakutan, kehausan, sensasi dingin.
3. Riwayat penyakit terdahulu
Anomali kongenital jantung ,infark miokard sebelumnya, penyakit jantung lainnya, pembedahan (umum atau cardiovaskuler), tromboemboli, medikasi, allergi, penggunaan alkohol atau obat-obatan.
4. Riwayat penyakit keluarga
PJK (penyakit jantung koroner), IMA (Infark Miokard Akut), DM (Diabetes Melitus), Hipertensi.
5. Riwayat PsikososialSosial ekonomi rendah, kurang pengetahuan orang tua terhadap penyakit, dan kebiasaan px maupun (orang tuanya).
11
3.1.3 Data biopsikososial – spiritual
a) Aktivitas / istirahat :
Gejala : iskemia, anemia, infeksi, emboli paru, kelebihan cairan.
Tanda : lemas, pucat, letih
b) Sirkulasi :
Gejala : riwayat syok kardiogenik dan sebelumnya pernah mengalami penyakit infark
miokard, angina, atau gagal jantung kongastif.
Tanda : gagal memompa, penurunan aliran vena, frekuensi jantung, frekuensi nadi,
bunyi napas, bunyi jantung, irama jantung.
c) Integritas Ego :
Gejala : takut, stres berdasarkan penyakit/ kepribadian.
Tanda : berbagai manifestasi perilaku, misal takut, marah .
d) Eliminasi :
Gejala : Periksa urine, warna, bau .
e) Makanan / cairan :
Gejala :
Kehilangan nafsu makan
mual muntah
Tanda :
Distensi abdomen
oedem
f) Hygiene
Gejala : - Keletihan / lekemahan,selama aktifitas perawatan diri.
Tanda : - perawatan menandakan perawatan profesional
g) Neurosensori
Gejala : - kelemahan Tanda : - penurunan perilaku
12
h) Nyeri / Kenyamanan :
Gejala : -nyeri dada
- angina akut
Tanda : - tidak tenang - perilaku melindungi diri
- gelisah
i) Pernapasan :
Gejala : - Dipsnea saat aktifitas menggunakan alat-alat bantu untuk menggantikan
jantung yang gagal.
j) Keamanan
Gejala : - perubahan dalam fungsi mental
- kehilangan kekuatan
k) Interaksi sosial
Gejala : - penurunan keikutsertaan dlm aktifitas sosial yang biasa dilakukan
3.1.4 Pemeriksaan Fisik
a. Tampilan umum (inspeksi) :
Pasien tampak pucat, diaforesis (mandi keringat), gelisah akibat
aktivitas simpatis berlebih.
Pasien tampak sesak/sulit bernapas.
Kombinasi nyeri dada substernal > 30 menit dan banyak keringat
dicurigai kuat adanya stemi.
Oliguri (urin < 20 mL/jam).
Tekanan vena sentral > 10 mmHg
b. Denyut nadi dan tekanan darah (palpasi):
Sinus takikardi (> 100 x/menit) terjadi pada sepertiga pasien.
Adanya sinus bradikardi atau blok jantung sebagai komplikasi dari
infark
Nadi teraba lemah dan cepat
Tensi turun < 80-90 mmHg.
13
c.Pemeriksaan jantung (auskultasi):
Adanya bunyi jantung S4 dan S3 Gallop, Penurunan intensitas bunyi
jantung pertama dan split paradoksikal bunyi jantung kedua.
Dapat ditemukan murmur mid sistolik atau late sistolik apikal bersifat
sementara.
Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar.
Indeks jantung kurang dari 2,2 L/menit/m2
3.1.5 Pemeriksaan Diagnostik
1.Electrocardiography (elektrokardiografi)
Elevasi segmen ST dapat terobservasi. Right-sided leads dapat
menunjukkan suatu pola infark ventrikel kanan, yang mengindikasikan
terapi yang berbeda dari terapi untuk penyebab–penyebab lainnya dari syok
kardiogenik.
Pada pasien karena infark miokard akut dengan gagal ventrikel kiri
( LV failure ), gelombang Q ( Q waves ) dan / atau > 2 - mm ST elevation
pada multiple leads atau left
bundle branch block biasanya tampak. Lebih dari setengah (> 50%) dari
semua infark yang berhubungan dengan syok adalah anterior. Global ischemia
karena severe left main stenosis biasanya disertai dengan depresi ST berat (>3
mm) pada multiple leads.
2.Radiografi
Radiografi dada (chest roentgenogram) dapat terlihat normal pada mulanya
atau menunjukkantanda-tanda gagal jantung kongestif akut (acute congestive
heart failure), yaitu:
a.Cephalization karena dilatasi pembuluh darah-pembuluh darah pulmoner.
b.Saat tekanan diastolik akhir ventrikel kiri (left ventricular end-diastolic
pressures) meningkat, akumulasi cairan interstitial ditunjukkan secara
radiografis dengan adanya gambaran fluffy margins to vessels, peribronchial
cuffing, serta garis Curley A dan B. Dengan tekanan hidrostatik yang sangat
tinggi, cairan dilepaskan (exuded) ke alveoli,menyebabkan diffuse fluffy
alveolar infiltrates.
14
Gambaran foto/rontgen dada (chest x-ray) lainnya yang mungkin tampak
pada penderita syok kardiogenik:
a.Kardiomegali ringan
b.Edema paru (pulmonary edema)
c.Efusi pleura
d.Pulmonary vascular congestione.
Ukuran jantung biasanya normal jika hasil syok kardiogenik berasal dari
infark miokard yang pertama, namun membesar jika ada riwayat infark
miokard sebelumnya.
3.Bedside echocardiography
Ini berguna untuk menunjukkan:
a.Fungsi ventrikel kiri yang buruk (poor left ventricular function).
b.Menilai keutuhan katub (assessing valvular integrity).
c.Menyingkirkan penyebab lain syok, seperti: cardiac tamponade.
3.1.6 Terapi
a. Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri.
b. Anti ansietas, bila cemas.
c. Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi.
d. Sulfas atropine.
e. Terapi reperfusi : Reperfusi miokardium iskemik merupakan terapi yang
efektif untuk pasien dengan infark miokard akut dan syok kardiogenik.
3.1.7 Diagnosa keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas.
b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan nutrisi dan
oksigen ke jaringan.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan kelemahan.
d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri dada.
15
3.2 RENCANA TINDAKAN
No.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN/KRITERIA HASIL
INTERVENSI RASIONAL
1.
2.
Pola nafas tidak
efektif berhubungan
dengan kerusakan
pertukaran gas.
Gangguan perfusi
jaringan
Tujuan :Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam pola nafas pasien normalKriteria Hasil :1. Mempertahankan pola nafas normal / efektif bebas sianosis dan tanda atu gejala lain dari hipoksia dengan bunyi nafas sama secara bilateral, area paru bersih2. Menunjukkan reekspansi lengkap dengan tak ada pneumotorak / hemotorak
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam,
a. Evaluasi frekuensi pernapasan dan kedalaman. Catat upaya pernapasan, pelebaran nasal
b. Observasi penyimpangan dada. Selidiki penurunan ekspensi atau ketidak semetrian gerakan dada.
a. lihat pucat, sianosis, belang, kulit
Respons pasien bervariasi. Kecepatan dan upaya mungkin meningkat karena nyeri, takut, demam, penurunan volume sirkulasi ( kehilangan darah / cairan ), akumulsai sektret, hipoksia, atau distensi gaster. Penekanan pernapasan ( penurunan kecepatan) dapat terjadi dari penggunaan analgesik berlebihan. Pengenalan dan pengobatan fentilasi abnormal dapat mencegah komplikasi.
b. udara atau cairan pada area pleura mencegah ekstansi lengkap (satu sisi) dan memerlukan penkajian lanjut status ventilasi..
a.Vasokontriksi sistemik
16
3.
4.
berhubungan
dengan penurunan
nutrisi dan oksigen
ke jaringan.
Intoleransi Aktivitas sehubungan dengan kelelahan dan kelemahan
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri dada
diharapkan suplai oksigen dan asupan nutrisi ke jaringan normal.Kriteria hasil :Mendemontrasikan perfusi adekuat secara individual, contoh: kulit hangat dan kering, ada nadi perifer atau kuat, tanda vital dalam batas normal, pasien sadar/berorientasi, keseimbangan pemasukan atau pengeluaran, tak ada edema, bebas nyeri atau ketidak nyamanan.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan.Kriteria Hasil:mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur/ maju dengan frekuensi jamtung/irama dan TD dalam batas normal pasien dan kulit hangat, merah muda, dan kering.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan klien mampu melakukan.Kriteria Hasil:1. menyatakan nyeri hilang/terkontrol.2. tampak rileks dan
dingin/lembab. Catat kekuatan nadi perifer.
b.selidiki perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinue contoh, cemas, bingung, letargi, pingsan.
a.kaji ulang tanda/ gejala yang menunjukkan tidak toler1an terhadap aktivitas atau memerlukan pelaporan pada perawat/dokter.
a. catat lokasi dan intensitas nyeri (skala0-10). Selidiki perubahan karakteristik nyeri , contoh kesemutan.
diakibatkan oleh peniurunan curah jantung mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit an penurunan nadi.
Perfusi serebral secara langsung sehubungan dengan curah jantung dan juga dipengaruhi oleh elektronik atom, variasi asam basa, hipoksia,atau emboli sistemik.
Palpitasi, nadi tak teratur, adanyaNyeri dada/ispneu apat menginikasikan kebutuhan perubahan program olahraga/obat.
Membantu dalam evaluasi kebutuhan dan keefektifan intervensi. Perubahan dapat mengindikasikan terjadinya komplikasi, contoh
17
mampu tidur atau istirahat dengan tepat.3. menyatakanPemahaman nyeri fantom dan metode untuk menghilangkannya.
b. selidiki keluhan nyeri lokal atau kemajuan yang tak hilang dengan analgesik.
nekrosis atau infeksi.
Dapat mengindikasikan sindrom kompartemen, khususnya cedera traumatik.
18
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah mempelajari konsep teori asuhan keperawatan pada pasien syok kardiogenik,
maka berdasarkan pengamatan dan asuhan yang telah diberikan, ada beberapa hal yang
perlu menjadi pembahasan yaitu:
4.1. PENGKAJIAN
Prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan pengkajian pada pasien syok
kardiogenik adalah melakukan pengkajian secara lengkap dan sistematis sehingga
dalam merumuskan data focus yang menjadi permasalahan pasien dapat lebih mudah.
4.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasrkan teori asuhan keperawatan mengenai pasien syok kardiogenik, dalam
merumuskan diagnose keperawatan ada berapa kendala yang dihadapi.
Dari keempat diagnose keperawatan yang mungkin terjadi pada pasien syok
kardiogenik, hanya terdapat 4 gangguan pada pasien :
a. Pola napas tidak efektif.
b. Gangguan perfusi jaringan.
c. Gangguan rasa nyaman.
d. Intoleransi aktivitas.
4.3. RENCANA INTERVENSI DAN RASIONAL
Pada perumusan rencana intervensi keperawatan, mahasiswa merumuskan rencan
intervensi sesuai dengan kondisi pasien dan perencanaan yang memungkinkan untuk
dilakukan implementasi dan evaluasi keperawatan. Tidak semua perencanaan yang
ada pada konsep teori dapat diangkat dalam kasus karena mengingat kontak waktu
mahasiswa dengan pasien sangat terbatas sehingga hanya perencanaan yang mungkin
untuk diangkat yang kami utamakan.
Pemberian teraphy:
a. Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri.
b. Anti ansietas, bila cemas.
c. Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi.
19
d. Sulfas atropine.
e. Terapi reperfusi : Reperfusi miokardium iskemik merupakan terapi yang
efektif untuk pasien dengan infark miokard akut dan syok kardiogenik.
20
BAB V
PENUTUP
5.1 SIMPULAN
Syok kardiogenik adalah gangguan yang disebabkan oleh penurunan curah
jantung sistemik pada keadaan volume intravaskular yang cukup, dan
mengakibatkan hipoksia jaringan.
Pada tahap pengkajian pasien terdapat 4 diagnosa:
Pola napas tidak efektif.
Gangguan perfusi jaringan.
Gangguan rasa nyaman.
Intoleransi aktivitas.
5.2 SARAN
Ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dalam upaya meningkatkan
asuhan keperawatan pada pasien syok kardiogenik:
1. Diharapkan klien/keluarga mengerti dan memahami tentang
pengertian,penyebab, tanda – tanda, penanganan dan komplikasi syok
kardiogenik.
2. Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan agar lebih aktif dalam
menerapkan asuhan keperawatan sesuai dengan konsep teori dan lebih
memperhatikan kondisi pasien sehingga pelaksanaan praktek keperawatan
dapat berjalan sesuai dengan target yang ingin dicapai.
21
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo, Aru , Bambang Setiyohadi. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jaya, Hasrat.2004. Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan kardivaskuler Syok
Kardiogenik.
Wahyu, Made, dkk. 2009. Hasil Diskusi Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Syok
Kardiogenik. Denpasar : Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Doengoes, Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
22