BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagai salah satu komponen yang penting dalam keperawatan adalah
keluarga. Keluarga merupakan unit terkecil setelah individu yang menjadi klien
dalam keperawatan (sebagai penerima asuhan keperawatan). Keluarga berperan
dalam menentukan cara pemberian asuhan yang dibutuhkan oleh anggota yang
membutuhkan.
Keluarga menempati posisi di antara individu dan masyarakat sehingga
dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga perawat memperoleh 2 sisi
penting yaitu memenuhi kebutuhan perawatan pada individu yang menjadi
anggota keluarga dan memenuhi perawatan keluarga yang menjadi bagian dari
masyarakat. Untuk itu dalam memberikan asuhan keperawatan perawat perlu juga
memperhatikan hal-hal penting antar lain nilai-nilai dan budaya yang di anut oleh
keluarga sehingga keluarga dapat menerima dan bekerja sama dangan petugas
kesehatan dalam hal ini adalah perawat dalam mencapai tujuan asuhan yang telah
ditetapkan.
Asuhan keperawatan keluarga merupakan salah satu bentuk pelayanan
kesehatan yang di laksanakan oleh perawat yang di berikan di rumah atau tempat
tinggal klien.bagi klien beserta keluarga sehingga klien dan keluarga tetap
memiliki otonomi untuk memutuskan hal-hal yang berkaitan dangan masalah
kesehatan yang di hadapinya. Perawat yang melakukan asuhan bertanggung jawab
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
terhadap peningkatan kemampuan keluarga dalam mencegah timbulnya penyakit,
meningkatan dan memelihara kesehatan, serta mengatasi masalah kesehatan.
Friedman (2002) menyatakan hingga sepuluh tahun terakhir, tidak banyak
perhatian yang diberikan kepada keluarga sebagai objek studi yang sistematik
dalam keperawatan. Tetapi sejalan dengan perkembangan ilmu, pengetahuan dan
teknologi keperawatan, maka pada saat sekarang keluarga dipandang sebagai
klien yang penting dalam mengupayakan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat secara keseluruhan.
Asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan tahap perkembangan keluarga
yang telah dicapai. Hal ini dilakukan dikarenakan setiap tahap perkembangan
keluarga berhubungan dengan tugas perkembangan keluarga dan masalah
kesehatan yang berbeda di setiap tahap tingkatannya. Perbedaan ini yang
menimbulkan aktivitas asuhan, pendekatan dan target pencapaian menjadi berbeda
pula.
Keluarga baru (Childbearing Family) merupakan tahap perkembangan
keluarga ke II, Friedman (2002), yang dimulai dengan kelahiran anak pertama dan
berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan. Menurut sebagian besar orang
menyatakan bahwa tahap ini merupakan tahap penuh stressor karena merupakan
tahap transisi menjadi orang tua. Sebuah ketidakseimbangan bisa terjadi sehingga
bisa menimbulkan krisis keluarga yang dapat berakhir dengan perasaan tidak
memadai menjadi orang tua dan menyebabkan gangguan dalam hubungan
pernikahan.
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
Berdasarkan paparan di atas, maka penulis akan memaparkan mengenai
Asuhan Keperawatan Keluarga pada Keluarga Childbearing yang dilakukan oleh
perawat untuk mengelola stressor yang mungkin timbul dan bersama keluarga
menentukan pemecahan permasalahan tersebut, sehingga keluarga mampu secara
mandiri menyelesaikan tugas perkembangannya, mengenali dan menyelesaikan
masalah kesehatannya dan pada akhirnya mampu tampil sebagai sebuah keluarga
mandiri, sejahtera, produktif dan menjalankan seluruh fungsi keluarga dengan
baik.
1.1. Masalah
Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam makalah ini adalah
bagaimana gambaran pemberian asuhan keperawatan pada keluarga
Childbearing ?
1.2. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan umum adalah untuk mendapatkan gambaran dari asuhan
keperawatan pada keluarga Childbearing
1.2.2. Tujuan Khusus
Tujuan khususnya adalah :
1. Menggambarkan konsep keluarga Childbearing
2. Menggambarkan pengkajian yang dilakukan pada keluarga
Childbearing
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
3. Menggambarkan diagnosis keperawatan pada keluarga
Childbearing
4. Menggambarkan perencanaan keperawatan pada keluarga
Chilbearing
1.3. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini adalah makalah ini terdiri dari 5
(lima) bab yang terdiri dari :
Bab I Bab ini berisi tentang pendahuluan yang memuat latar belakang,
tujuan, masalah dan sistematika penulisan.
Bab II Bab ini berisi tentang tinjauan pustaka yang memuat Konsep
Keluarga, konsep keluarga Chilbearing dan Konsep Asuhan
Keperawatan
Bab III Bab ini berisi tentang tinjauan kasus keluarga, pengkajian,
diagnosis dan rencana intervensi keperawatan
Bab IV Bab ini berisi tentang pembahasan kasus asuhan keperawatan
keluarga
Bab V Bab ini berisi tentang penutup yang memuat kesimpulan dan saran
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP KELUARGA
1. Pengertian
Keluarga adalah dua atau lebih yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan (Bailon & Maglaya, 1989).
Alasan keluarga sebagai unit pelayanan keperawatan menurut Friedman,
(2002) keluarga adalah sebagai unit utama dari masyarakat dan merupakan
lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat. Keluarga sebagai kelompok
dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah
kesehatan keluarga dalam kelompoknya sendiri, masalah kesehatan dalam
keluarga saling berkaitan, penyakit pada salah satu anggota keluarga juga akan
mempengaruhi seluruh keluarga tersebut. Keluarga merupakan perantara yang
efektif dan mudah untuk berbagai usaha kesehatan masyarakat, perawat dapat
menjangkau seluruh masyarakat melalui keluarga. Dalam memelihara klien
sebagai individu keluarga tetap berperan dalam pengambilan keputusan dalam
melakukan pemeliharaan anggota keluarga. Keluarga merupakan lingkungan yang
serasi untuk mengembangkan potensi tiap individu yang menjadi anggota dalam
keluarga.
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
Sedangkan tujuan perawatan kesehatan keluarga adalah memungkinkan
keluarga untuk mengelola masalah kesehatan dan mempertahankan fungsi dan
melindungi keluarga serta memperkuat pelayanan kepada masyarakat tentang
perawatan kesehatan.
2. Tipe-tipe Keluarga
a. Keluarga inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak-anaknya dalam satu rumah.
b. Keluarga besar (Extended Family) yaitu keluarga inti di tambah dengan
sanak saudara, misalnya kakek, nenek, bibi, keponakan, saudara sepupu
dll.
c. Keluarga berantai (Serial Family) yaitu keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti.
d. Keluarga duda/ janda (Single Family) yaitu keluarga yang terjadi
perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Composite) yaitu keluarga yang perkawinanya
berpoligami dan hidup bersama.
f. Keluarga kabitas (Cohabitation) yaitu dua orang yang menjadi satu
tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
3. Asuhan Keperawatan Keluarga
Menurut Setyowati dan Murwarni (2008), asuhan keperawatan keluarga
adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktek keperawatan
kepada keluarga, untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga
tersebut dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Tujuan umum asuhan keluarga adalah ditingkatkannya kemampuan
keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya secara mandiri dalam mengenal
masalah kesehatan keluarga, memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi
masalah kesehatan keluarga, melakukan tindakan keperawatan kesehatan kepada
anggota keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh, dan atau yang
membutuhkan bantuan/asuhan keperawatan, memelihara lingkungan (fisik, psikis
dan sosial) sehingga menunjang peningkatan kesehatan keluarga, memanfaatkan
sumber daya yang ada di masyarakat misalnya : puskesmas, puskesmas
pembantu, kartu sehat, dan posyandu untuk memperoleh pelayanan kesehatan.
a. Pengkajian keluarga dan individu di dalam keluarga
Yang termasuk pada pengkajian keluarga adalah :
1) Mengidentifikasi data demografi dan sosiokultural
2) Data lingkungan
3) Struktur dan fungsi keluarga
4) Stress dan strategi koping yang digunakan keluarga
5) Perkembangan keluarga
Sedangkan yang termasuk pada pengkajian terhadap individu sebagai
anggota keluarga, adalah pengkajian fisik, mental, emosi, sosial dan
spiritual.
b. Diagnosis
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap
adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga,
struktur keluarga, fungsi – fungsi keluarga dan koping keluarga, baik yang
bersifat aktual, resiko maupun sejahtera dimana perawat memiliki
kewenangan dan tanggung jawab untuk melaksanakan tindakan keperawatan
bersama – sama dengan keluarga dan berdasarkan kemampuan dan sumber
daya keluarga (Setyowati dan Murwarni, 2008).
Diagnosis keperawatan adalah keputusan tentang respon keluarga tentang
masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuann asuhan keperawatan keluarga
sesuai dengan kewenangan perawat (Setiadi, 2008).
Tahap dalam diagnosis keperawatan keluarga antara lain analisis data,
perumusan masalah dan prioritas masalah.
Komponen diagnosis keperawatan keluarga meliputi problem, etiologi
dan sign/simpton. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga sama
dengan diagnosis klinik yang dapat dibedakan menjadi 5 (lima) kategori
yaitu :
a. Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)
b. Resiko (ancaman kesehatan)
c. Wellness (keadaan sejahtera)
d. Sindrom
Prioritas dari diagnosa keperawatan yang ditemukan dilakukan jika
diagnosis keperawatan ditemukan dihitung dengan menggunakan skala
prioritas (Skala Baylon dan Maglaya) sebagai berikut :
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
No Kriteria Bobot Skor
1. Sifat masalah 1 Aktual = 3
Resiko = 2
Potensial = 1
2. Kemungkinan masalah
untuk dipecahkan
2 Mudah = 2
Sebagian = 1
Tidak dapat = 0
3. Potensi masalah untuk
dicegah
1 Tinggi = 3
Cukup = 2
Rendah = 1
4. Menonjolnya masalah 1 Segera diatasi = 2
Tidak segera diatasi = 1
Tidak dirasakan adanya masalah
= 0
c. Perencanaan
Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta
rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ada. Tujuan di rumuskan
untuk mengatasi atau meminimalkan stressor dan intervensi dirancang
berdasarkan tiga tingkat pencegahan.
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
Penetapan tujuan jangka panjang ( tujuan umum ) mengacu pada bagaimana
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
mengatasi problem atau masalah di keluarga, sedangkan penetapan tujuan
jangka pendek (tujuan khusus) mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi.
Contoh pembuatan rencana keperawatan keluarga seperti pada tabel di
bawah ini :
Diagnosis
Keperawatan
Tujuan Evaluasi Rencana
IntervensiKriteria Standar
d. Implementasi
Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan
program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari
keluarga, dan memandirikan keluarga. Pada tahap ini perawat tidak bekerja
sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan
yang menjadi tim perawatan kesehatan di rumah.
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
merupakan sekumpulan informasi yang sistematik berkenaan dengan
program kerja dan efektivitas dari serangkaian program yang digunakan
terkait program kegiatan, karakteristik dan hasil yang telah dicapai.
Evaluasi dilaksanakan dengan tujuan mendapatkan informasi tentang :
1) Efektifitas dan efisiensi program
2) Kesesuaian program dengan rencana dan tuntutan keluarga
3) Pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
4) Masalah yang muncul dalam pengembangan program dan
penyelesaiannya.
4. Peran Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Keluarga
Menurut Setiadi (2008) dalam memberikan asuhan keperawatan
kesehatan keluarga, ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat
antara lain adalah :
a. Pengenal kesehatan (health monitor)
b. Pemberi pelayanan pada anggota keluarga yang sakit
c. Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga
d. Fasilitator
e. Pendidik kesehatan
f. Penyuluh dan konsultan
5. Level/Tingkatan Praktik Keperawatan Keluarga
Terdapat beberapa level / tingkatan keperawatan keluarga menurut
Bozzet, 1987 dalam Friedman (1998) yang dikutip Achjar, H (2010) yaitu :
a. Level 1
Individu merupakan fokus intervensi dan keluarga sebagai background.
Keluarga dipandang sebagai konteks bagi klien yang merupakan latar
belakang atau fokus sekunder, sedangkan individu merupakan bagian terdepan
atau fokus primer yang berkaitan dengan pengkajian dan intervensi
keperawatan. Dalam hal ini perawat keluarga, dapat menganggap keluarga
sebagai bagian sistem pendukung sosial klien tetapi hanya dengan sedikit
keterlibatan keluarga dalam rencana perawatan klien.
b. Level 2
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
Keluarga sebagai penjumlahan dari anggota – anggotanya (keluarga sebagai
kumpulan dari anggota keluarga). Dalam praktek keperawatan keluarga,
keluarga dipandang sebagai kumpulan dari anggota keluarga, sehingga asuhan
keperawatan bisa digunakan untuk seluruh anggota keluarga tersebut. Asuhan
keperawatan diberikan bukan hanya pada satu individu, tetapi bisa lebih
individu.
c. Level 3
Subsistem dalam keluarga bisa dilihat dari hubungan antara anggota – anggota
keluarga. Subsistem keluarga merupakan pusat perhatian sebagai penerima
pengkajian dan intervensi keperawatan keluarga.
d. Level 4
Seluruh anggota keluarga merupakan fokus intervensi. Keluarga dipandang
sebagai klien atau sebagai fokus utama pengkajian dan perawatan keluarga.
Keluarga menjadi yang utama dengan anggota keluarga sebagai latar belakang
atau konteks. Keluarga sebagai sistem yang berinteraksi, adanya saling
ketergantungan antara subsistem keluarga dengan keseluruhan keluarga dan
lingkungan sekitar.
B. KONSEP KELUARGA CHILDBEARING
1. Pengertian
Menurut Duvall & Miller (1985) dalam Friedman (2002), keluarga
Childbearing adalah keluarga yang dimulai dengan kelahiran anak pertama dan
berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan. Keluarga childbearing adalah keluarga
yang berada pada tahap perkembangan ke II .
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
Menurut Rodgers dalam Friedman (1998), keluarga Chilbearing adalah
keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran
anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan secara umum bahwa
keluarga Childbearing adalah keluarga yang berada pada tahap perkembangan
ke II mulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai
anak pertama berusia 30 bulan.
2. Tugas Perkembangan Keluarga Childbearing
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan
krisis keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dalam Friedman (2002) dari 46
orang tua dinyatakan 17% tidak bermasalah, dan selebihnya bermasalah dalam
hal suami merasa diabaikan, peningkatan perselisihan dan argumen, interupsi
dalam jadual kontinyu dan kehidupan seksual dan sosial terganggu dan
menurun.
Menurut Duvall & Miller (1985) dan Charter & McGoldrick (1988)
dalam Friedman (2002), tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain
adalah:
1. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
(mengintegrasikan bayi baru ke keluarga)
2. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan
anggota keluarga
3. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan dengan
pasangan
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
4. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan
peran orangtua dan kakek nenek dalam pengasuhan
Menurut Spradley( ) tugas perkembangan keluarga Childbearing adalah:
persiapan untuk bayi, penataan role masing-masing dan tanggung jawab,
persiapan biaya, adaptasi dengan pola hubungan seksual, pengetahuan tentang
kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua.
3. Perhatian Pelayanan Kesehatan
Perhatian pelayanan kesehatan yang menjadi fokus utama asuhan
keperawatan pada keluarga childbearing menurut Friedman (2002), adalah :
a. Persiapan untuk pengalaman melahirkan
Kehamilan dan kelahiran bayi perlu dipersiapkan pasangan suami istri. Saat
Kehamilan terjadi adaptasi maternal yang merupakan proses sosial dan
kognitif yang kompleks bukan hanya berdasarkan naluri tetapi dipelajari.
Awal kehamilan istri biasanya banyak tidur dan mempunyai keinginan untuk
berhenti dari aktivitas sehari – hari yang penuh tuntutan dan rutinitas.
Trimester ke II mulai mengalihkan perhatian ke dalam kandungannya.
Trimester III perlambatan aktivitas dan waktu terasa cepat berlalu sehingga
aktivitas dibatasi. Istri mulai mengubah konsep dirinya menjadi siap menjadi
orang tua.
b. Transisi menjadi orang tua
Perawat perlu memfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif dan
hangat, sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua tercapai. Ibu
dan Ayah kadang – kadang secara tiba – tiba berselisih dengan semua peran
yang mengasyikan yang telah dipercayakan.
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
c. Perawatan bayi yang sehat
Ibu yang pertama kali mempunyai anak akan banyak meminta bantuan di
dalam proses perawatan bayinya. Banyaknya nasehat dari orang tua,
tetangga, teman dan lingkungan terkadang membuat ibu baru merasa
kebingungan. Kelelahan secara fisik dan emosional dapat membuat ibu baru
mengalami post partum blues dan perasaan tidak berdaya.
d. Mengenali secara dini dan menangani masalah – masalah kesehatan fisik
anak dengan tepat
Keluarga baru belum mempunyai pengalaman mengenai proses pengasuhan
dan perawatan anak terutama mengenai tanda dan gejala suatu kondisi sakit.
Mereka banyak membutuhkan bantuan untuk melakukan tindakan
mendapatkan pelayanan kesehatan. Kebanyakan belajar dan mendapatkan
pengetahuan dari orang tua atau teman yang telah lebih dulu mempunyai
anak.
e. Imunisasi
Keluarga baru banyak yang sudah memahami pentingnya mengimunisasikan
bayinya. Tetapi pada sebagian budaya yang menolak untuk melakukan
tindakan ini dikarenakan kepercayaan imunisasi akan menimbulkan sakit.
Penyuluhan dan bantuan layanan kesehatan juga dibutuhkan oleh keluarga.
f. Pertumbuhan dan perkembangan yang normal
Pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi perhatian yang penting. Pada
masa ini anak sedang berada pada proses interaksi dan adaptasi dengan
lingkungan baru. Keluarga perlu diberitahukan untuk melakukan
pengawasan terhadap tumbuh kembang anak dengan secara teratur
membawa anak ke pelayanan kesehatan seperti posyandu, puskesmas atau
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
petugas kesehatan terdekat. Sehingga dapat teridentifikasi kondisi gangguan
dari tumbuh kembang anak.
4. Masalah Yang Lazim Terjadi Pada Keluarga Childbearing
Tahap ini dimulai dengan kehamilan dan kelahiran anak pertama dan
berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan. Transisi menjadi orang tua adalah salah
satu kunci dalam siklus kehidupan keluarga, dan sistem permanen dalam keluarga
mulai terbentuk. Masa menjadi orang tua ini bagi sebagian orang merupakan
masa transisi kehidupan yang penuh stress, periode ketidakseimbangan,
memerlukan banyak perubahan yang dapat menyebabkan krisis keluarga,
perasaan tidak memadai jadi orang tua, dan menyebabkan gangguan hubungan
pernikahan.
Stressor yang paling sering adalah kehilangan kebebasan personal akibat
tanggung jawab menjadi orang tua, kurangnya waktu dan hubungan persahabatan
dalam pernikahan sering teridentifikasi.
Penyesuaian menjadi orang tua menjadi hal penting karena kehadiran
bayi sebagai anggota baru membutuhkan perubahan yang tiba – tiba sampai
menuntut peran yang tidak henti – hentinya. Perasaan tidak memadai, kurangnya
bantuan dari keluarga dan teman, saran yang bertentangan dan profesional
pelayanan kesehatan.
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
Ibu biasanya sangat kelelahan baik secara fisik maupun psikologis dan
terbebani dengan tugas rumah tangga dan mungkin oleh tanggung jawab
pekerjaan.
Pola komunikasi pernikahan yang baru, berkembang dengan hadirnya
seorang anak, pola hubungan antar pasangan dan sebagai orang tua menunjukkan
pola transaksional yang berubah drastis.
Friedman, (2002) mengobservasi bahwa orang tua bayi sedikit berbicara
satu sama lain, sedikit memiliki kesenangan, kurang menstimulasi percakapan
dan kualitas pernikahan menurun sehingga pada tahap ini kebahagiaan
pernikahan lebih rendah.
Penyesuaian dengan keluarga besar dan teman – teman juga terjadi, akses
terhadap jaringan kerja dan sistem dukungan sosial untuk menerima kepuasan
dan memiliki perasaan positif tentang kehidupan keluarga, keluarga muda juga
perlu mengetahui kapan mereka membutuhkan bantuan dan dari mana mereka
mendapatkannya serta kapan mereka harus bergantung pada sumber – sumber
dan kekuatan dari dalam diri mereka sendiri.
Hubungan pernikahan yang kuat dan aktif turut berperan dalam
kestabilan dan moralitas keluarga. Hubungan suami istri yang memuaskan akan
memberikan kekuatan dan energi pada pasangan untuk diberikan kepada bayinya.
5. Kehamilan
Berdasarkan definisi bahwa keluarga Childbearing adalah
keluarga yang dimulai dengan kehamilan sampai kelahiran hingga anak
pertama berusia 30 bulan, maka perlu juga pembahasan tentang kehamilan
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
dan perubahan peran apa saja yang terjadi dalam keluarga terkait dengan
kehamilan.
Ibu Hamil (Maternal) adalah: suatu kondisi dimana seorang
perempuan mengalami suatu kondisi kehamilan. Kehamilan adalah suatu
kondisi yang terjadi bila ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur
(ovum) dan sel mani (spermatozoa).
Kehamilan terbagi atas trimester I (1 – 14 minggu), trimester II (14 – 28
minggu), trimester III (28 – 42 minggu).
Masalah-masalah yang sering terjadi pada ibu hamil adalah :
1. Respon terhadap perubahan citra tubuh
Perubahan fisiologis kehamilan menimbulkan perubahan bentuk
tubuh yang cepat dan nyata. Selama trimester I bentuk tubuh
sedikit berubah, tetapi pada trimester II pembesaran abdomen yang
nyata, penebalan pinggang dan pembesaran payudara memastikan
status kehamilan. Wanita merasa seluruh tubuhnya bertambah
besar dan menyita ruang yang lebih luas. Perasaan ini semakin kuat
seiring bertambahnya usia kehamilan. Secara bertahap terjadi
kehilangan batasan – batasan fisik secara pasti, yang berfungsi
memisahkan diri sendiri dari orang lain dan memberi rasa aman.
Sikap wanita terhadap tubuhnya di duga dipengaruhi oleh nilai –
nilai yang diyakininya dan sifat pribadinya. Sikap ini sering
berubah seiring kemajuan kehamilan. Sikap positif terhadap tubuh
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
biasanya terlihat selama trimester I. Namun, seiring kemajuan
kehamilan, perasaan tersebut menjadi lebih negatif. Pada
kebanyakan wanita perasaan suka atau tidak suka terhadap tubuh
mereka dalam keadaan hamil bersifat sementara dan tidak
menyebabkan perubahan persepsi yang permanen tentang diri
mereka.
2. Ambivalensi selama masa hamil
Ambivalensi didefinisikan sebagai konflik perasaan yang simultan,
seperti cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu, atau suatu
keadaan. Ambivalensi adalah respon normal yang dialami individu
yang mempersiapkan diri untuk suatu peran baru. Kebanyakan
wanita memiliki sedikit perasaan ambivalen selama hamil. Bahkan
wanita yang bahagia dengan kehamilannya, dari waktu ke waktu
dapat memiliki sikap bermusuhan terhadap kehamilan atau janin.
Pernyataan pasangan tentang kecantikan seorang wanita yang tidak
hamil atau peristiwa promosi seorang kolega ketika keputusan
untuk memiliki seorang anak berarti melepaskan pekerjaan dapat
meningkatkan rasa ambivalen. Sensasi tubuh, perasaan bergantung,
dan kenyataan tanggung jawab dalam merawat anak dapat memicu
perasaan tersebut. Perasaan ambivalen berat yang menetap sampai
trimester III dapat mengindikasikan bahwa konflik peran sebagai
ibu belum diatasi (Lederman, 1984). Setelah kelahiran seorang
bayi yang sehat, kenangan akan perasaan ambivalen ini biasanya
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
lenyap. Apabila bayi yang lahir cacat, seorang wanita
kemungkinan akan mengingat kembali saat – saat ia tidak
menginginkan anak tersebut dan merasa sangat bersalah. Tanpa
penyuluhan dan dukungan yang memadai, ia dapat menjadi yakin
bahwa perasaan ambivalennya telah menyebabkan anaknya cacat.
3. Hubungan seksual
Ekspresi seksual selama masa hamil bersifat individual Beberapa
pasangan menyatakan puas dengan hubungan seksual mereka,
sedangkan yang lain mengatakan sebaliknya. Perasaan yang
berbeda – beda ini dipengaruhi oleh faktor – faktor fisik, emosi,
dan interaksi, termasuk takhayul tentang seks selama masa hamil,
masalah disfungsi seksual, dan perubahan fisik pada wanita.
Dengan berlanjutnya kehamilan, perubahan bentuk tubuh, citra
tubuh, dan rasa tidak nyaman mempengaruhi keinginan kedua
belah pihak untuk menyatakan seksualitas mereka. Selama
trimester I seringkali keinginan seksual wanita menurun, terutama
jika ia merasa mual, letih, dan mengantuk. Saat memasuki
trimester II kombinasi antara perasaan sejahteranya dan kongesti
pelvis yang meningkat dapat sangat meningkatkan keinginannya
untuk melampiaskan seksualitasnya. Pada trimester III peningkatan
keluhan somatik (tubuh) dan ukuran tubuh dapat menyebabkan
kenikmatan dan rasa tertarik terhadap seks menurun (Rynerson,
Lowdermilk, 1993). Pasangan tersebut perlu merasa bebas untuk
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
membahas hubungan seksual mereka selama masa hamil.
Kepekaan individu yang satu terhadap yang lain dan keinginan
untuk berbagi masalah dapat menguatkan hubungan seksual
mereka. Komunikasi antara pasangan merupakan hal yang penting.
Pasangan yang tidak memahami perubahan fisiologis dan emosi,
yang terjadi dengan cepat selama masa hamil, dapat menjadi
bingung saat melihat perilaku pasangannya. Dengan membicarakan
perubahan – perubahan yang mereka alami, pasangan dapat
mendefinisikan masalah mereka dan menawarkan dukungan yang
diperlukan. Perawat dapat memperlancar komunikasi antar
pasangan dengan berbicara kepada pasangan tentang perubahan
perasaan dan perilaku yang mungkin dialami wanita selama masa
hamil (Rynerson, Lowdermilk, 1993)
4. Kekhawatiran tentang janin
Kekhawatiran orang tua terhadap kesehatan anak berbeda – beda
selama masa hamil (Gaffney, 1988). Kekhawatiran pertama timbul
pada trimester I dan berkaitan dengan kemungkinan terjadinya
keguguran. Banyak wanita yang sengaja tidak mau
memberitahukan kehamilannya kepada orang lain sampai periode
ini berlalu. Ketika janin menjadi semakin jelas, yang terlihat
dengan adanya gerakan dan denyut jantung, Kecemasan orang tua
yang terutama ialah kemungkinan cacat pada anaknya. Orang tua
mungkin akan membicarakan rasa cemasnya ini secara terbuka dan
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
berusaha untuk memperoleh kepastian bahwa anaknya dalam
keadaan sempurna. Pada tahap lanjut kehamilan, rasa takut bahwa
anaknya dapat meninggal semakin melemah. Kemungkinan
kematian ini terbukti semakin tidak dipikirkan orang tua.
Tugas Perkembangan Ibu Hamil (Maternal) :
1. Menerima Kehamilan
Langkah pertama dalam beradaptasi terhadap peran ibu ialah
menerima ide kehamilan dan mengasimilasi status hamil ke dalam
gaya hidup wanita tersebut (Lederman, 1984). Tingkat penerimaan
dicerminkan dalam kesiapan wanita dan respons emosionalnya
dalam menerima kehamilan. Kesiapan menyambut kehamilan
Ketersediaan keluarga berencana mengandung makna bahwa
kehamilan bagi banyak wanita merupakan suatu komitmen
tanggung jawab bersama pasangan. Namun, merencanakan suatu
kehamilan tidak selalu berarti menerima kehamilan (Entwistle,
Doering, 1981).Wanita lain memandang kehamilan sebagai suatu
hasil alami hubungan perkawinan, baik diinginkan maupun tidak
diinginkan, bergantung pada keadaan. Wanita yang siap menerima
suatu kehamilan akan dipicu gejala - gejala awal untuk mencari
validasi medis tentang kehamilannya. Beberapa wanita yang
memiliki perasaan kuat, seperti “tidak sekarang,” bukan saya,” dan
“ tidak yakin,” mungkin menunda mencari pengawasan dan
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
perawatan (Rubin, 1970). Namun , beberapa wanita menunda
validasi medis karena akses keperawatan terbatas, merasa malu,
atau alasan budaya. Untuk orang lain, kehamilan dipandang
sebagai suatu peristiwa alami, sehingga tidak perlu mencari
validasi medis dini. Setelah kehamilan dipastikan respon emosi
wanita dapat bervariasi, dari perasaan sangat gembira sampai
syok, tidak yakin, dan putus asa. Reaksi yang diperlihatkan banyak
wanita ialah respon” suatu hari nanti, tetapi tidak sekarang.”
Wanita lain dengan sederhana menerima kehamilan sebagai
kehendak alam. Banyak wanita mula- mula terkejut ketika
mendapatkan diri mereka hamil. Namun, seiring meningkatnya
penerimaan terhadap kehadiran seorang anak, akhirnya mereka
menerima kehamilan. Tidak menerima kehamilan tidak dapat
disamakan dengan menolak anak. Seorang wanita mungkin tidak
menyukai kenyataan dirinya hamil, tetapi agar anak itu dilahirkan.
Respon Emosional Wanita yang bahagia dan senang dengan
kehamilannya sering memandang hal tersebut sebagai pemenuhan
biologis dan merupakan bagian dari rencana hidupnya. Mereka
memiliki harga diri yang tinggi dan cenderung percaya diri akan
hasil akhir untuk dirinya sendiri, untuk bayinya, dan untuk
anggota keluarga yang lain. Meskipun secara umum keadaan
mereka baik, namun kelabilan emosional yang terlihat pada
perubahan mood yang cepat untuk dijumpai pada wanita hamil.
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
Perubahan mood yang cepat dan peningkatan sensitifitas terhadap
orang lain ini membingungkan calon ibu dan orang- orang di
sekelilingnya. Peningkatan iritabilitas, uraian air mata dan
kemarahan serta perasaan suka cita, serta kegembiraan yang luar
biasa muncul silih berganti hanya karena suatu provokasi kecil
atau tanpa provokasi sama sekali. Perubahan hormonal yang
merupakan bagian dari respon ibu terhadap kehamilan, dapat
menjadi penyebab perubahan mood, hampir sama seperti saat akan
menstruasi atau selama menopause. Alasan lain, seperti masalah
seksual atau rasa takut terhadap nyeri selama melahirkan, juga
dijadikan penjelasan timbulnya perilaku yang tidak menentu ini.
Seiring kemajuan kehamilan, wanita lebih menjadi terbuka tentang
terhadap diri sendiri dan orang lain. Ia bersedia membicarakan hal-
hal yang tidak pernah dibahas atau yang dibahas hanya dalam
keluarga dan tampak yakin bahwa pikiran- pikirannya dan gejala -
gejala yang dialaminya akan menarik untuk si pendengar yang
dianggapnya protektif. Keterbukaan ini, disertai kesiapan untuk
belajar, meningkatkan kesempatan untuk bekerja sama dengan
wanita hamil dan meningkatkan kemungkinan diselenggarakannya
perawatan yang efektif dan terapeutik untuk mendukung
kehamilan. Apabila anak tersebut diingingkan, rasa tidak nyaman
yang timbul akibat kehamilan cenderung dianggap sebagai suatu
iritasi dan upaya dilakukan untuk meredakan rasa nyaman tersebut
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
biasanya membawa keberhasilan. Rasa senang yang timbul karena
memikirkan anak yang akan lahir dan perasaan dekat dengan anak
membantu menyesuaikan diri terhadap rasa tidak nyaman ini.
Pada beberapa keadaan wanita yang biasanya mengeluhkan
ketidak nyamanan fisik dapat mencari bantuan untuk mengatasi
konflik peran ibu dan tanggung jawabnya. Pengkajian lebih lanjut
tentang toleransi dan kemampuan koping perlu dilakukan
(Lederman, 1984)
2. Mengenal peran ibu
Proses mengidentifikasi peran ibu dimulai pada awal setiap
kehidupan seorang wanita, yakni melalui memori - memori ketika
ia, sebagai seorang anak, diasuh oleh ibunya. Persepsi kelompok
sosialnya mengenai peran feminim juga membuatnya condong
memilih peran sebagai ibu atau wanita karir, menikah atau tidak
menikah, dan mandiri dari pada interdependen. Peran - peran batu
loncatan, seperti bermain dengan boneka, menjaga bayi, dan
merawat adik - adik, dapat meningkatkan pemahaman tentang arti
menjadi seorang ibu. Banyak wanita selalu menginginkan seorang
bayi, menyukai anak - anak, dan menanti untuk menjadi seorang
ibu. Mereka sangat dimotivasi untuk menjadi orang tua. Hal ini
mempengaruhi penerimaan mereka terhadap kehamilan dan
akhirnya terhadap adaptasi prenatal dan adaptasi menjadi orang
tua (Grossman, Eichler, Winckooff,1980 ;Lederman, 1984).
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
Wanita yang lain tidak mempertimbangkan dengan terinci arti
menjadi seorang ibu bagi diri mereka sendiri. Konflik selama masa
hamil, seperti tidak menginginkan kehamilan dan keputusan -
keputusan yang berkaitan denga karir dan anak harus diselesaikan,
3. Hubungan Ibu – Anak
Ikatan emosional dengan anak mulai timbul pada periode prenatal,
yakni ketika wanita mulai membayangkan dan melamunkan
dirinya menjadi ibu (Rubin, 1975; Gaffney, 1988a). Mereka mulai
berpikir seakan-akan dirinya adalah seorang ibu dan
membayangkan kualitas ibu seperti apa yang mereka miliki. Orang
tua yang sedang menantikan bayi berkeinginan untuk menjadi
orang tua yang hangat, penuh cinta, dan dekat dengan anaknya.
Mereka mencoba untuk mengantisipasi perubahan - perubahan
yang mungkin terjadi pada kehidupannya akibat kehadiran sang
anak dan membayangkan apakah mereka bisa tahan terhadap
kebisingan, kekacauan, kurangnya kebebasan, dan bentuk
perawatan yang harus mereka berikan. Mereka mempertanyakan
kemampuan mereka untuk membagi kasih mereka kepada anak
yang belum dilahirkan ini. Rubin (1967) menemukan bahwa
wanita “ menerapkan “dan menguji perannya sebagai ibu dengan
mengambil contoh ibunya sendiri atau wanita lain pengganti ibu
yang memberi pelayanan, dukungan, atau berperan sebagai
sumber informasi dan pengalaman. Hubungan ibu - anak terus
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
berlangsung sepanjang masa hamil sebagai suatu proses
perkembangan(Rubin, 1975)
4. Persiapan melahirkan
Banyak wanita khususnya Nulipara, secara aktif mempersiapkan
diri untuk menghadapi persalinan. Mereka membaca buku,
menghadiri kelas untuk orang tua, dan berkomunikasi dengan
wanita lain (ibu, saudara perempuan, teman, orang yang tidak
dikenal).Mereka akan mencari orang terbaik untuk memberi
nasihat, arahan, dan perawatan (Patterson, Freese, Goldenberg,
1990). Rasa cemas dapat timbul akibat kekhawatiran akan proses
kelahiran yang aman untuk dirinya dan anaknya (Rubin, 1975).
5. Hubungan dengan Pasangan
Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya
ialah ayah sang anak (Richardson,1983). Semakin banyak bukti
menunjukkan bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh
pasangan prianya selama hamil akan menunjukkan lebih sedikit
gejala emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi persalinan, dan
lebih mudah melakukan penyesuaian selama masa nifas
(Grossman,Eichler,Winckoff,1980; May,1982). Ada 2 kebutuhan
utama yang ditunjukkan wanita selama ia hamil
(Richardson,1983). Kebutuhan pertama ialah menerima tanda –
tanda bahwa ia dicintai dan dihargai. Kebutuhan kedua ialah
merasa yakin akan penerimaan pasangannya terhadap sang anak
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
dan mengasimilasi bayi tersebut ke dalam kelurga. Rubin (1975)
menyatakan bahwa wanita hamil harus “memastikan tersedianya
akomodasi sosial dan fisik dalam keluarga dan rumah tangga
untuk anggota baru tersebut.” Hubungan pernikahan tidak tetap,
tetapi berubah dari waktu ke waktu. Bertambahnya seorang anak
akan mengubah sifat ikatan pasangan untuk selama – lamanya.
Lederman (1984) melaporkan bahwa hubungan istri dan suami
bertambah dekat selama masa hamil. Dalam studinya, ia
mengatakan bahwa kehamilan berdampak mematangkan
hubungan suami – istri akibat peran dan aspek – aspek baru yang
ditemukan dalam diri masing – masing pasangan.
6. Kesiapan untuk melahirkan
Menjelang akhir trimester III, wanita akan mengalami kesulitan
napas dan gerakan janin menjadi cukup kuat sehingga
mengganggu tidur ibu. Nyeri pinggang, sering berkemih,
keinginan untuk berkemih, konstipasi, dan timbulnya varies dapat
sangat mengganggu. Ukuran tubuh yang besar dan rasa canggung
mengganggu kemampuannya melakukan pekerjaan rumah tangga
rutin, dan mengambil posisi yang nyaman untuk tidur dan
istirahat. Pada saat ini kebanyakan wanita akan tidak sabar untuk
menjalani persalinan, apakah disertai rasa suka cita, rasa takut,
atau campuran keduanya. Keinginan yang kuat untuk melihat hasil
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
akhir kehamilannya dan untuk segera menyelesaikannya membuat
wanita siap masuk ke tahap persalinan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Kasus
Keluarga Tn. J, merupakan keluarga yang baru menikah pada bulan Januari 2010.
Keduanya menikah atas dasar saling mencintai. Umur Tn. J 28 tahun, dan istrinya Ny. F
25 tahun. Ny. F saat ini sedang mengandung anak pertama mereka. Usia kandungan
Ny.F memasuki minggu ke 27. Ny.F rutin memeriksakan kandungannya ke bidan dan
pernah satu kali periksa ke dokter kandungan diantar dan dibiayai oleh kakak
perempuannya yang berprofesi sebagi tenaga kesehatn di sebuah RS pemerintah. Tn J
adalah seorang mahasiswa yang saat ini sedang menyelesaikan tugas akhirnya di sebuah
perguruan tinggi swasta di Jogjakarta, dan Ny.F sebelumnya pernah bekerja sebagai guru
honorer di sebuah SMP Negeri, karena aalsan kehamilan yang sering muntah-muntah
dan fisik yang lemah akhirnya Ny.F keluar dari pekerjaannya. Saat ini, sumber keuangan
keluarga Tn.J adalah dari orangtua Tn.J karena baik Tn J maupun Ny.F belum ada yang
bekerja.
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
Ny. F sering merasakan kesedihan dan merasa kesal dengan suaminya, karena
suaminya dianggap belum siap menjadi seorang suami dan ayah yang baik karena pada
saat ini, Tn.J yang duduk di semester 11 belum juga menyelesaikan tugas akhirnya, serta
tidak mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, karena sebenarnya
Tn.J bisa bekerja apa saja dengan ijazah D3 yang telah dikantonginya. Ny.F menyatakan
bahwa Tn.J jarang sekali pergi ke kampus untuk mengurus tugas akhirnya dan jika
ditanya Tn. J menjadi tersinggung dan marah, sehingga Ny.F cenerung memilih untuk
diam ketimbang mengkomunikasikan permasalahn mereka karena takut Tn.j akan
marah. Kegiatan sehari-hari mereka hanya dihabiskan di rumah kos. Tn.J maupun Ny F
banyak menghabiskan waktu mereka untuk tidur. Pada malam hari Tn.J sering begadang
untuk bermain game online di kosnya.
Puncaknya, selama seminggu ini, komunikasi antara Ny. F dan Tn. J terputus.
Kebanyakan saling berdiam diri. Dan Ny. F sering menangis dan kadang pergi ke luar ke
sekitar kos untuk sekedar menenangkan diri.
Kajian selanjutnya akan dituangkan dalam format pengkajian sebagaimana
tercantum di bawah ini.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Umum
1) Nama Kepala Keluarga : Tn. J
2) Usia : 28 tahun
3) Pendidikan : D3
4) Pekerjaan : Mahasiswa (belum bekerja)
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
5) Alamat :
6) Komposisi Anggota Keluarga :
No Nama Umur L/P Agama Hub dgn KK Pendidikan Pekerjaan
1 Ny. F 25 tahun P Islam Istri Sarjana -
Genogram :
Keterangan
: Ny. F
: tinggal satu rumah
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
7) Tipe/Bentuk Keluarga :
Keluarga inti, terdiri dari suami, istri dan calon anak di kandungan
Ny.F.
8) Suku Bangsa :
Keluarga Tn. Berasal dari suku jawa, dan Ny. F berasal dari suku
Lampung
9) Agama :
Keluarga menganut agama Islam. Ny. F rajin melaksanakan ibadah
solat lima waktu, tetapi Tn.J kadang-kadang melewatkan 1 waktu solat
terutama solat subuh karena bangun kesiangan.
10) Status Sosial Ekonomi Keluarga :
Tn. J belum bekerja. Kebutuhan mereka masih ditanggung oleh orang
tua Tn.J. Setiap bulan mereka dikirimi uang sebesar Rp.1.000.000,-
Pengaturan kebutuhan rumah tangga dilakukan oleh Ny.F. dan Ny. F
mengatakan seringnya uang habis sebelum dikirimi bulan berikutnya.
Ny.F berniat akan mencari pekerjaan sebagai guru les bahasa Inggris
untuk menambah penghasilan mereka.
11) Aktivitas Keluarga
Tn. J maupun Ny.F sering menghabiskan waktu mereka di kost. Ny F
mengatakan bahwa Tn.J sudah 1 bulan ini tidak pernah ke kampusnya
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
untuk mengurus tugas akhirnya. Ny.F mengisi waktunya dengan
memasak dan membaca buku. Hampir tidak ada aktivitas rekreasi
bersama, dengan alasan berhemat. Rekreasi yang dilakukan hanya
menonton TV, dan bermain game online bagi Tn.J.
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
12) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini :
Keluarga berada pada tahap perkembangan childbearing family. Ny.F
sedang mengandung anak usia 27 minggu. Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah :
Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit, keluarga Tn. J
telah menikah selama 1,5 tahun dan akan mempunyai anak 1
dengan kehamilan Ny.F berusia 27 minggu telah membentuk
keluarga sebagai unit yang terdiri dari ayah, ibu dan calon anak.
Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,
keluarga Tn. J mengalami krisis yang diakibatkan perubahan peran
dan tanggung jawab yang cepat dari status lajang menjadi suami
istri dan calon orang tua. Sehingga beberapa permasalahan
muncul pada proses ini.
Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran orang tua kakek dan nenek, keluarga Tn. J
masih mempunyai keluarga dan teman yang bisa memberikan
dukungan tetapi belum dimanfaatkan dengan optimal.
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
Mensosialisasikan dengan lingkungan besar masing – masing
pasangan, tugas ini sudah dilakukan.
Memperbaiki hubungan setelah terjadinya konflik mengenai tugas
perkembangan dan kebutuhan berbagai anggota keluarga,
keluarga Tn. J membutuhkan bantuan pihak luar baik keluarga,
teman maupun petugas kesehatan dalam menyelesaikan krisis di
keluarganya.
13) Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, keluarga
Tn. J mengalami krisis yang diakibatkan perubahan peran dan
tanggung jawab yang cepat dari status lajang menjadi suami istri dan
calon orang tua. Sehingga beberapa permasalahan muncul pada
proses ini.
14) Riwayat keluarga inti
Tn. J dan Ny. F menikah atas keinginan sendiri setelah melalui masa
berpacaran selama 1 bulan. Menurut keduanya, dulu mereka menikah
atas dasar saling mencintai, Menurut Ny. F, pada awalnya Ny. F
merasa belum siap untuk menikah, tetapi atas desakan Tn.J yang tidak
mau menunda pernikahan karena akan menimbulkan fitnah di
masyarakat maka pada akhirnya kemudian menikah walaupun secara
finansial belum siap.
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
15) Riwayat Keluarga sebelumnya :
Tn. J adalah anak ketiga dari 3 bersaudara. Ayah Tn. J adalah seorang
pensiunan PNS dan pernah mengalami penyakit batu di saluran
kencingnya, sedangkan Ny. F adalah anak ke delapan dari 9
bersaudara, ayah Ny.F juga seorang pensiunan PNS dan tidak ada
riwayat penyakit yang ditirunkan maupun kecacatan yang ada di
keluarganya.
c. Lingkungan
16) Karakteristik rumah :
Rumah yang dihuni Tn. Z merupakan rumah kos ,mereka tinggal di
sebuah kamar berukuran 3 x 4 m2, jenis rumah permanen, lantai
rumah plester. Kamar kos mempunyai 1 jendela dan udara mudah
keluar masuk kamar. Dapur dan kamar mandi diganakan bersama-
sama dengan penghuni kos yang lain yang terletak di belakang rumah.
Sumber air yang digunakan PAM, kualitas air khas kaporit, tidak
berwarna. WC model leher angsa, pembuangan ke septic tank,
sampah dikumpulkan dan diambil oleh petugas dua kali seminggu .
Denah rumah :
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
Keterangan :
1 : kamar
2 : kamar
3 : WC
4 : ruang tamu
5 : sudut dapur
17) Karakteristik Tetangga dan Komunitas :
Rumah kos Tn. J terletak di gang yang ramai dan sangat berdekatan
dengan tetangga. Hubungan dengan tetangga kamar kos cukup akrab,
tetapi hubungan dengan lingkungan sekitar rumah kos mereka tidak
dilakukan. Sebagian besar tetangga kamar kos mereka adalah
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
1 2 3
45
2,5 m 2,5 m 1 m
2 m
2 m
mahasiswa. Jarak ke Puskesmas kira-kira 2 km, ke rumah sakit kira-
kira 7 km. Alat transportasi motor, beca, dan angkot.
18) Mobilitas Geografi Keluarga
Tn. J baru 2 bulan tinggal di lingkungan tersebut, karena sebelumnya
tinggal di tempat lain. Sebelumnya, Tn.J dan Ny.F terpisah, Ny.F dulu
tinggal bersama orang tua Tn.J di Sumatra ketika Ny.F masih bekerja.
Dengan alasan sedih jauh dari suami, akhirnya Ny.F memutuskan
untuk menyusul suaminya di Jogjakarta..
19) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Tn. J kadang berkunjung ke rumah kakaknya yang berbeda
kota dengan mereka. Ny. F mengatakan hubungannya cukup baik
dengan keluarga suaminya. Keluarga Ny. F jarang berkunjung karena
jarak yang sangat jauh. Keluarga mereka tidak pernah mengikuti
kegiatan yang ada di lingkungan rumah kos mereka.
20) Sistem pendukung keluarga
Keluarga Tn. J maupun Ny.F selalu memberikan dukungan baik materi
maupun moril kepada mereka, apalagi dengan kondisi kehamilan Ny.F
yang semakin membesar, saudara-saudara dari keduanya sering
merasa kasihan dan terkadang mengirimkan sedikit uang untuk
dibelikan susu dan vitamin bagi Ny.F.
d. Struktur Keluarga
21) Pola dan Proses Komunikasi
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
Komunikasi antara anggota keluarga pada awalnya sangat lancar,
harmonis, saling membantu dan saling pengertian. Namun lama
kelamaan Tn.J cenderung tertutup apalagi jika disinggung masalah
kuliahnya yang tidak kunjung selesai Tn.J sering marah kepada Ny.F.
Akhirnya komunikasi terjalin hanya sebatas hal – hal umum rutinitas
rumah tangga. Semakin hari pola komunikasi semakin tidak
berkualitas, di kos Tn. J cenderung diam dan sibuk dengan game
online di laptopnya.
22) Struktur Kekuatan
Pengendali keluarga adalah Tn. J sebagai kepala keluarga. Secara
umum tidak ada yang mendominasi kekuasaan hanya struktur
tertinggi dipegang oleh kepala keluarga. Jika ada anggota keluarga
yang sakit akan dilakukan upaya mendapatkan perawatan dan
pengobatan sesuai dengan kemampuan dan keyakinan keluarga.
23) Struktur peran :
Tn. J sebagai kepala keluarga belum menjalankan perannya sebagai
mestinya untuk mencari nafkah, Ny. F sebagai istri menjalankan
peran menyiapkan kebutuhan suami dan menyelesaikan pekerjaan
rumah tangga.
24) Nilai – nilai dan norma – norma budaya :
Nilai – nilai yang dianut keluarga sesuai dengan nilai atau masyarakat
dimana keluarga tinggal.
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
e. Fungsi – Fungsi Keluarga
25) Fungsi Afektif :
Ny. F menyampaikan sebetulnya antar anggota keluarga saling
menyayangi. Tetapi karena Tn.J belum bekerja dan tidak juga serius
menyelesaikan tugas akhirnya, akhirnya membuat Ny.F merasa kesal
dan bersedih karena menganggap suaminya belum siap menjadi
seorang suami dan ayah yang baik bagi keluarganya.
26) Fungsi Sosialisasi :
Sosialisasi di dalam keluarga inti masih terdapat hambatan karena
kurangnya komunikasi dan sosialisasi dengan masyarakat sekitar juga
kurang berjalan dengan baik.
27) Fungsi Perawatan Kesehatan :
f. Koping Keluarga
28) Stressor keluarga jangka pendek :
Ny. F sering merasa sedih dan kesal karena Tn.J belum bekerja dan
dianggap tidak serius untuk nsegera menyelesaikan tugas akhirnya
padahal saat ini Ny.F sedang hamil anak mereka yang sudah berusia
27 minggu. Ny.F mengatakan bahwa Tn.J belum siap menjadi seorang
suami dan ayah yang baik.
Tn. J mengatakan bahwa sebenarnya ia belum siap menjalani
pernikahan ini, dia mengatakan bahwa dulu hanya mengikuti emosi
sesaat saja untuk menikah.
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
29) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah :
Kesal dengan kondisi seperti ini Ny. F menjaga jarak dengan suami,
dan Ny.F tidak berani menyinggung soal pekerjaan dan kuliah Tn. J
karena takut suaminya akan marah.
30) Strategi koping yang digunakan :
Jika ada masalah Ny. F cenderung banyak diam, Tn. J cenderung
mudah marah meskipun sebenarnya Tn.J memiliki karakter yang
tertutup. Ny. F selalu menceritakan permasalahannya dengan
kakaknya.
31) Strategi adaptasi disfungsional :
Ny. F cenderung banyak diam, Tn. J cenderung mudah marah,
komunikasi yang terjalin menjadi tidak efektif dan tidak berkualitas.
32) Pemeriksaan fisik
No Aspek yang diperiksa Ny. F Tn.J
1 Tekanan darah 100/60 mmHg 100/70 mmHg
Nadi 90 x/m 85 x/m
Respirasi 22x/m 20 x/m
BB 60 kg 65 kg
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
Suhu Tidak diukur Tidak diukur
Kepala dan leher :
Rambut dan kulit kepala Rambut panjang
sebahu, kulit kepala
bersih
kering, rambut
tampak tidak disisir
Mata :
Konjungtiva Tidak Anemis Tidak anemis
Sklera Tidak ikterik Tidak ikterik
Fungsi penglihatan Baik, tidak memakai
alat bantu
Baik, tidak memakai
alat bantu
Hidung : fungsi penciuman Baik Baik
Telinga : fungsi
pendengaran
Bersih, dapat
menjawab
pertanyaan yang
diajukan
Baik
Mulut dan gigi Bersih, gigi lengkap Gigi tampak
kehitaman dan
banyak karang gigi
2 Leher Tidak ada
pembesaran kelenjar,
JVP tidak meninggi
Tidak ada
pembesaran kelenjar,
JVP tidak meninggi
3 Dada Bunyi nafas vesikuler,
bunyi jantung murni
Bunyi nafas vesikuler,
bunyi jantung murni
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
reguler reguler
4 Abdomen Tidak ada distensi, BU
16x/m
Teraba panas, tidak
distensi, bising usus
lemah
5 Ekstremitas Dapat bergerak tanpa
keluhan
Lemah
6 Genitalia
BAB BAB 1 x/hari BAB 1 – 2x/hari
BAK Lancar Lancar, masih
mengompol di malam
hari
Catatan : Tn Z tidak dilakukan pemeriksaan fisik, karena tidak ada di rumah.
6. Harapan keluarga terhadap asuhan keperawatan keluarga
Ny. F berharap asuhan keperawatan keluarga bisa membantu
memecahkan permasalahan yang ada di keluarganya.
Analisis Data
No Data Diagnosis Keperawatan
1 Data Subjektif :
Ny. W mengatakan An. Z sedang sakit panas, batuk dan pilek
Ny. W mengatakan An. Z telah diberikan obat syrup yang dibeli
di apotek
Ny. W mengatakan kalau anak – anaknya sakit selalu dipijat
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
oleh paraji dan diberikan ramuan oles parutan bawang,
ketimun dan minyak telon
Data Objektif :
An. Z tidur di kamar yang suasananya agak gelap
TTV : Suhu : 39,2 oC, Nadi : 105x/m, Respirasi : 42x/m
Bunyi Nafas : ronchi
Teraba panas dan pembesaran kelenjar getah bening di bawah
mandibula
Suasana rumah agak gelap, lembab dan pengap karena jendela
selalu tertutup kain gordeng
2 Data Subjektif :
Ny. W mengatakan sangat kesal dengan suaminya, karena
suami tidak membantu pengasuhan anak dan membebankan
semua urusan rumah tangga kepada dirinya
Ny. W mengatakan dirinya sangat kelelahan dengan pekerjaan
rumah tangga, pengasuhan anak dan pekerjaannya sebagai
guru free lance bahasa
Ny. W mengatakan kesulitan untuk beristirahat, dan kadang
membiarkan An. Z main sendirian di rumah atau halaman
bahkan pernah hilang di gang ketika Ny. W ketiduran sambil
menyusui An. A
Ny. W mengatakan inisiatifnya untuk bekerja adalah untuk
membantu perekonomian keluarga, rumah masih ngontrak
Ny. W mengatakan selama 2 hari ini sudah tidak mengobrol
lagi dengan suaminya, kebanyakan saling berdiam diri
Ny. W mengatakan suka mengurung diri di kamar dan
menangis dan kadang pergi ke rumah orang tuanya untuk
Beban psikologis anggota
keluarga (Ny. W) pada
keluarga tn. Z
berhubungan dengan
perubahan peran dan
tanggung jawab menjadi
orang tua
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
menenangkan diri
Ny. W mengatakan merasa kesal jika anak – anak melakukan
kesalahan dan akhirnya marah - marah
Data Objektif :
Tn. Z tidak ada di rumah
Ny. W berwajah ketus dan tidak bersahabat saat menerima
perawat
TTV : TD : 100/60 mmHg, N : 90x/m, R : 22x/m
Raut wajah bereskpresi kesal dan kelelahan
3 Data Subjektif :
Ny. W mengatakan sedang hamil anak ke tiga dengan umur
kehamilan kira – kira 2 bulan, dengan hasil PP Test positif,
HPHT tidak ingat
Ny. W mengatakan tidak pernah ber KB karena keyakinan
agama
Ny. W mengatakan anak – anak tidak diimunisasi karena repot
kalau jadi sakit, tidak ke posyandu dan belum diperiksa
kehamilan ke tenaga kesehatan
Ny. W mengatakan tidak mempunyai jaminan kesehatan, jika
ada anggota keluarga sakit akan meminta bantuan paraji untuk
dipijat atau diberikan ramuan tradisional
Data Objektif :
PP test positif, ballotement (+)
Conjungtiva Ny. W anemis
BB Ny. W 41 kg
BB An. Z 9,5 kg, tidak diimunisasi, pola makan tidak teratur
Perilaku mencari
pertolongan kesehatan
yang tidak sesuai
berhubungan dengan KMK
memanfaatkan fasilitas
dan pelayanan kesehatan
yang ada
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
BB An. A sehat 8, 1 kg, tidak diimunisasi, pola makan tidak
sesuai dengan usia (bubur instan susu)
Prioritas Masalah :
Bersihan jalan nafas tidak efektif pada An. Z di Keluarga Tn Z berhubungan dengan
ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan ISPA.
No Kriteria Skor Pembenaran
1 Sifat masalah : Aktual 3/3 x 1 = 1 An. Z mengalami gangguan sistem pernafasan
atas ditandai dengan :
TTV : Suhu : 39,2 oC, Nadi : 105x/m, Respirasi
: 42x/m
Bunyi Nafas : ronchi
Teraba panas dan pembesaran kelenjar
getah bening di bawah mandibula
2 Kemungkinan masalah
dapat diubah : mudah
2/2 x 2 = 2 Latar belakang pendidikan Tn. Z dan Ny. W
adalah sarjana sehingga memudahkan untuk
menerima informasi dan penjelasan yang
diberikan oleh petugas
3 Potensi masalah untuk
dicegah : cukup
2/3 x 1 =
2/3
Masalah lebih lanjut belum terjadi dan dapat
dicegah dengan dukungan keluarga dalam
komunikasi dua arah dan keluarga Tn. Z cukup
mampu untuk melaksanakannya
4 Menonjolnya 2/2 x 1 = 1 Keadaan ekonomi keluarga cukup sehingga
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
masalah : masalah
berat harus segera
ditangani
sangat mungkin keluarga untuk meminta
bantuan layanan kesehatan terdekat, hanya
perlu kesepakatan pembagian tugas untuk
mengantar anak berobat
Total skor 4 2/3
Beban psikologis anggota keluarga (Ny. W) pada keluarga Tn. Z berhubungan dengan
perubahan peran dan tanggung jawab menjadi orang tua
No Kriteria Skor Pembenaran
1 Sifat masalah :
Ancaman kesehatan
2/3 x1 = 2/3 Anggota keluarga (Ny. W) mengatakan sangat
kesal dengan suaminya, karena suami tidak
membantu pengasuhan anak dan
membebankan semua urusan rumah tangga
kepada dirinya, sangat kelelahan dengan
pekerjaan rumah tangga, pengasuhan anak
dan pekerjaannya sebagai guru free lance
bahasa, kesulitan untuk beristirahat, dan
kadang membiarkan An. Z main sendirian di
rumah atau halaman bahkan pernah hilang di
gang ketika Ny. W ketiduran sambil menyusui
An. A, selama 2 hari ini sudah tidak mengobrol
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
lagi dengan suaminya, kebanyakan saling
berdiam diri, suka mengurung diri di kamar
dan menangis, serta merasa kesal jika anak –
anak melakukan kesalahan dan akhirnya
marah – marah
2 Kemungkinan
masalah dapat
diubah : Sebagian
½ x2 =1 Ny. W kadang pergi ke rumah orang tuanya
untuk menenangkan diri dan ada perawat
yang memberikan informasi untuk mengatasi
beban psikologis pada perubahan peran dan
tanggung jawab menjadi orang tua.
3 Potensi masalah
untuk dicegah :
cukup
2/3 x 1 =
2/3
Masalah lebih lanjut belum terjadi dan dapat
dicegah dengan sikap ibu yang terbuka dan
dukungan dari keluarga lainnya
4 Menonjolnya
masalah : masalah
berat harus segera
ditangani
2/2 x1 = 1 Beban psikologis Ny. W perlu segera ditangani,
karena akan berpengaruh kedalam kehidupan
berkeluarga sehari – hari, tumbuh kembang
anak dan kualitas hidup Ny. W sendiri
Total skor 3 1/3
Perilaku mencari pertolongan kesehatan yang tidak sesuai di keluarga Tn. Z
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada
No Kriteria Skor Pembenaran
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
1 Sifat masalah :
Ancaman Kesehatan
2/3 x 1 =
2/3
Ny. W mengatakan sedang hamil anak ke tiga
dengan umur kehamilan kira – kira 2 bulan,
dengan hasil PP Test positif, HPHT tidak ingat,
tidak pernah ber KB karena keyakinan agama,
anak – anak tidak diimunisasi karena repot
kalau jadi sakit, tidak ke posyandu dan belum
diperiksa kehamilan ke tenaga kesehatan dan
tidak mempunyai jaminan kesehatan, jika ada
anggota keluarga sakit akan meminta bantuan
paraji untuk dipijat atau diberikan ramuan
tradisional, ballotement (+), Conjungtiva Ny. W
anemis, BB Ny. W 41 kg, BB An. Z 9,5 kg, tidak
diimunisasi, pola makan tidak teratur, BB An. A
sehat 8, 1 kg, tidak diimunisasi, pola makan
tidak sesuai dengan usia (bubur instan susu)
2 Kemungkinan
masalah dapat
diubah : Sebagian
½ x 2 = 1 Ny. W mempunyai keinginan keluarganya
sehat dan kandungannya berjalan lancar,
selalu menggunakan pengobatan alternatif
dalam meningkatkan dan pemeliharaan
kesehatannya
3 Potensi masalah
untuk dicegah :
cukup
2/3 x 1 =
2/3
Masalah yang lebih lanjut belum terjadi, hanya
perlu disampaikan mengenai KB yang
merupakan cara teraman bagi ibu untuk tidak
hamil dulu setelah kelahiran anak ke tiga nanti
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
dan mengurangi resiko kematian ibu
4 Menonjolnya
masalah : Masalah
tidak dirasakan
0/2 x 1 = 0 Keluarga tidak merasakan sebagai masalah
Total skor 2 1/3
i. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan prioritas masalah maka diagnosis keperawatan pada keluarga
Tn. Z adalah :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif pada An. Z di Keluarga Tn. Z
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga dengan ISPA ditandai dengan :
Data Subjektif :
Ny. W mengatakan An. Z sedang sakit panas, batuk dan pilek
Ny. W mengatakan An. Z telah diberikan obat syrup yang dibeli di
apotek
Ny. W mengatakan kalau anak – anaknya sakit selalu dipijat oleh
paraji dan diberikan ramuan oles parutan bawang, ketimun dan
minyak telon
Data Objektif :
An. Z tidur di kamar yang suasananya agak gelap
TTV : Suhu : 39,2 oC, Nadi : 105x/m, Respirasi : 42x/m, tidak ada
retraksi dinding dada
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
Bunyi Nafas : ronchi
Teraba panas dan pembesaran kelenjar getah bening di bawah
mandibula
Suasana rumah agak gelap, lembab dan pengap karena jendela selalu
tertutup kain gordeng
b. Beban psikologis anggota keluarga (Ny. W) di Keluarga Tn. Z
berhubungan dengan bertambahnya tanggung jawab menjadi orang tua
ditandai dengan :
Data Subjektif :
Ny. W mengatakan sangat kesal dengan suaminya, karena suami
tidak membantu pengasuhan anak dan membebankan semua urusan
rumah tangga kepada dirinya
Ny. W mengatakan dirinya sangat kelelahan dengan pekerjaan rumah
tangga, pengasuhan anak dan pekerjaannya sebagai guru free lance
bahasa
Ny. W mengatakan kesulitan untuk beristirahat, dan kadang
membiarkan An. Z main sendirian di rumah atau halaman bahkan
pernah hilang di gang ketika Ny. W ketiduran sambil menyusui An. A
Ny. W mengatakan inisiatifnya untuk bekerja adalah untuk
membantu perekonomian keluarga, rumah masih ngontrak
Ny. W mengatakan selama 2 hari ini sudah tidak mengobrol lagi
dengan suaminya, kebanyakan saling berdiam diri
Ny. W mengatakan suka mengurung diri di kamar dan menangis dan
kadang pergi ke rumah orang tuanya untuk menenangkan diri
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
Ny. W mengatakan merasa kesal jika anak – anak melakukan
kesalahan dan akhirnya marah - marah
Data Objektif :
Tn. Z tidak ada di rumah
Ny. W berwajah ketus dan tidak bersahabat saat menerima perawat
TTV : TD : 100/60 mmHg, N : 90x/m, R : 22x/m
Raut wajah bereskpresi kesal dan kelelahan
c. Perilaku mencari pertolongan kesehatan yang tidak sesuai di Keluarga Tn.
Z berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada ditandai dengan :
Data Subjektif :
Ny. W mengatakan sedang hamil anak ke tiga dengan umur
kehamilan kira – kira 2 bulan, dengan hasil PP Test positif, HPHT tidak
ingat
Ny. W mengatakan tidak pernah ber KB karena keyakinan agama
Ny. W mengatakan anak – anak tidak diimunisasi karena repot kalau
jadi sakit, tidak ke posyandu dan belum diperiksa kehamilan ke
tenaga kesehatan
Ny. W mengatakan tidak mempunyai jaminan kesehatan, jika ada
anggota keluarga sakit akan meminta bantuan paraji untuk dipijat
atau diberikan ramuan tradisional
Data Objektif :
PP test positif, ballotement (+)
Conjungtiva Ny. W anemis
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
BB Ny. W 41 kg
BB An. Z 9,5 kg, tidak diimunisasi, pola makan tidak teratur
BB An. A sehat 8, 1 kg, tidak diimunisasi, pola makan tidak sesuai
dengan usia (bubur instan susu)
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
Top Related