BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses fisiologik dimana uterus mengeluarkan atau
berupaya mengeluarkan janin dan plasenta setelah masa kehamilan 20 minggu atau
lebih dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan
atau tanpa bantuan.23
2.2. Pembagian Persalinan
Menurut cara persalinan dibagi menjadi :
2.2.1. Persalinan biasa atau normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada
kehamilan cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada janin letak memanjang,
presentasi belakang kepala yang disusul dengan pengeluaran plasenta dan
seluruh proses kelahiran itu berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa
tindakan/pertolongan buatan dan tanpa komplikasi.24
2.2.2. Persalinan abnormal adalah persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat
maupun melalui dinding perut dengan operasi caesarea.25
2.3. Faktor-Faktor Dalam Persalinan
Ada beberapa faktor yang berperan dalam persalinan yaitu :
2.3.1. Tenaga atau Kekuatan (power) ; his (kontraksi uterus), kontraksi otot dinding
perut, kontraksi diafragma pelvis, ketegangan, kontraksi ligamentum
rotundum, efektivitas kekuatan mendorong dan lama persalinan.
2.3.2. Janin (passanger) ; letak janin, posisi janin, presentasi janin dan letak plasenta.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3. Jalan Lintas (passage) ; ukuran dan tipe panggul, kemampuan serviks untuk
membuka, kemampuan kanalis vaginalis dan introitus vagina untuk
memanjang.
2.3.4. Kejiwaan (psyche) ; persiapan fisik untuk melahirkan, pengalaman persalinan,
dukungan orang terdekat dan intregitas emosional.26
2.4. Tanda Persalinan
2.4.1. Tanda Permulaan Persalinan
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita
memasuki bulannya atau minggunya atau harinya yang disebut kala pendahuluan
(preparatory stage of labor). Ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
a. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu
atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu
terlihat, karena kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang
persalinan.
b. Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri menurun.
c. Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
d. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi
lemah dari uterus (false labor pains).
e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa
bercampur darah (bloody show).
Universitas Sumatera Utara
2.4.2. Tanda in-partu
a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan
kecil pada serviks.
c. Dapat disertai ketuban pecah dini.
d. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan terjadi pembukaan serviks.25
2.5. Tahap Persalinan
Tahap persalinan meliputi 4 fase/kala :
2.5.1. Kala I : Dinamakan kala pembukaan, pada kala ini serviks membuka sampai
terjadi pembukaan 10 cm. Proses membukanya serviks dibagi atas 2 fase :
a. Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat lambat
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
b. Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam,
pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm dan fase dilatasi maximal dalam
waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm
dan fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2
jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm.
Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada
primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam sedang pada
multigravida 8 jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam dan
multigravida 2 cm tiap jam.
Universitas Sumatera Utara
2.5.2. Kala II : Kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan kekuatan
mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung 1,5 jam
pada primigravida dan 0,5 jam pada multipara.
2.5.3. Kala III : Kala uri/plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan.
Prosesnya 6-15 menit setelah bayi lahir.27
2.5.4. Kala IV : Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1 jam, hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya perdarahan postpartum. Observasi
yang dilakukan melihat tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-
tanda vital (tekanan darah, nadi dan pernapasan), kontraksi uterus dan
terjadinya pendarahan.26
2.6. Bentuk Panggul Wanita
Panggul menurut morfologinya dibagi 4 yaitu :
2.6.1. Panggul ginekoid
Jenis panggul yang paling banyak pada wanita normal, mempunyai diameter
terbaik untuk lahirnya janin tanpa komplikasi.28 Pintu atas panggul tampak
berbentuk bulat atau agak lonjong/ellips. Diameter transversal dari bidang
pintu atas panggul (pap) lebih panjang sedikit dari diameter antero-posterior
dan hampir seluruh daerah pap merupakan ruangan yang terpakai untuk
kepala janin. Dilihat dari bidang pintu atas panggul, panggul menyerupai
silinder tanpa penyempitan dari bidang pintu atas panggul sampai bidang
pintu bawah panggul. Bentuk panggul ini ditemukan pada 45% wanita.29
Universitas Sumatera Utara
2.6.2. Panggul anthropoid
Panggul yang memiliki suatu bentuk agak lonjong seperti telur, pada bidang
pintu atas panggul dengan diameter terpanjang antero-posterior. Oleh karena
segmen posterior panjang dan sempit, kepala janin tegak lurus terhadap
diameter transversal dari pintu atas panggul. Arkus pubis sempit dan lebarnya
kurang dari 2 jari, sehingga menyebabkan penyempitan pintu bawah panggul.
Bentuk panggul ini ditemukan pada 35% wanita.
2.6.3. Panggul android
Panggul mirip laki-laki, mempunyai reputasi jelek dan lebih jarang dijumpai
dibanding bentuk ginekoid. Panggul android ditandai oleh daerah segmen
posterior yang sempit dengan ujung sakrum menonjol ke depan dan segmen
anterior relatif panjang. Dilihat dari pintu atas panggul tampak seperti bentuk
segitiga, tulang-tulang dari panggul android umumnya berat sehingga ruangan
untuk penurunan kepala juga terbatas. Spina iskiadika menonjol ke dalam
jalan lahir dan pintu bawah panggul menunjukan suatu arkus pubis yang
menyempit. Bentuk panggul ini ditemukan pada 15% wanita.
2.6.4. Panggul platipelloida
Panggul berbentuk datar dengan tulang-tulang yang lembut, jenis panggul ini
paling jarang dijumpai dan jumlahnya kurang dari 5% ditemukan pada wanita.
Pintu atas panggul lebih jelas terlihat dimana menunjukan pemendekan dari
diameter antero-posterior, sebaliknya diameter transversal lebar. Penyempitan
panggul tengah bukanlah suatu masalah, karena arkus pubis sangat lebar dan
Universitas Sumatera Utara
sakrum pendek mengarah kebelakang, maka distosia pada pintu bawah
panggul jarang terjadi.29
Frekuensi dan ukuran jenis-jenis panggul berbeda diantara berbagai bangsa,
dipengaruhi faktor sosial dan ekonomi. Pada panggul ukuran normal dan jenis apapun
panggulnya, kelahiran pervaginam janin dengan Berat Badan (BB) yang normal tidak
akan mengalami kesukaran. Akan tetapi karena pengaruh gizi, ukuran panggul dapat
menjadi lebih kecil dari pada standar normal sehingga bisa terjadi kesulitan dalam
persalinan pervaginam. Terutama kelahiran pada panggul android dapat menimbulkan
distosia yang sukar diatasi.27
Saluran (kanal) pelvis yang menjadi jalan janin selama persalinan terdiri dari
pintu atas panggul, rongga panggul, dan pintu bawah panggul.
i. Pintu atas panggul atau inlet
Pintu atas panggul atau inlet, bagian belakangnya dibatasi oleh promontorium
dan ala ossis sacri, sedangkan bagian depan oleh tulang-tulang pubis. Pada
pelvis normal wanita, pintu atas panggul berbentuk bulat kecuali pada
promontorium sakrum yang menonjol.
Ada 2 diameter terpenting pada pintu atas panggul yaitu :
a. Diameter antero-posterior dari promontorium sakrum ke simfisis pubis,
ukuran normal diameter antero-posterior adalah 11-12 cm. Diameter ini
dapat diperkirakan dengan jari-jari tangan ketika melakukan pemeriksaan
vagina.
b. Diameter transversal adalah bagian terlebar dari pintu atas panggul dengan
ukuran 13 cm.
Universitas Sumatera Utara
ii. Rongga panggul
Rongga panggul adalah kanal yang melengkung diantara pintu atas dan pintu
bawah panggul. Pada pelvis normal wanita rongga ini berbentuk sirkuler,
melengkung ke dalam dan seluruh diameternya berukuran sekitar 12 cm.
iii. Pintu bawah panggul atau outlet
Pintu bawah panggul berbentuk seperti wajik (diamond) dan bagian anterior
dibatasi oleh arkus pubis dimana pelvis normal wanita membentuk sudut 900.
Pada bagian lateral dibatasi oleh spina iskiadika dan dibagian posterior oleh
koksigis dan ligament sakro-tuberosa.
Diameter terpenting pada pintu bawah panggul yaitu :
a. Diameter transversal atau diameter inter-tuberosa berukuran 11 cm.
b. Diameter antero-posterior yang diukur dari aspek arkus pubis ke koksigis
selama kelahiran kepala janin, koksigis melengkung ke belakang sehingga
diameter membesar. Diameter yang besar ini berukuran sekitar 13 cm.10
2.7. Fungsi Panggul Wanita
Fungsi umum panggul wanita yaitu :
2.7.1. Bagian keras panggul wanita
a. Panggul besar berfungsi menyangga isi abdomen (perut).
b. Panggul kecil berfungsi membentuk jalan lahir dan tempat alat genitalia.
2.7.2. Bagian lunak panggul wanita
a. Membentuk lapisan dalam jalan lahir.
b. Menyangga alat genitalia agar tetap dalam posisi yang normal saat hamil
maupun saat kala nifas.
Universitas Sumatera Utara
c. Saat persalinan berperan dalam proses kelahiran dan kala uri.30
2.8. Partus Tak Maju
Partus tak maju yaitu persalinan yang ditandai tidak adanya pembukaan
serviks dalam 2 jam dan tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam.8
Partus tak maju (persalinan macet) berarti meskipun kontraksi uterus kuat,
janin tidak dapat turun karena faktor mekanis. Kemacetan persalinan biasanya terjadi
pada pintu atas panggul, tetapi dapat juga terjadi pada ronga panggul atau pintu
bawah panggul.10
Partus tak maju yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak
menunjukan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar paksi
selama 2 jam terakhir.25
2.8.1. Penyebab Partus Tak Maju
Penyebab partus tak maju yaitu :
a. Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan, tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan
panggul ibu. Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu
menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak.27
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati
panggul. Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus
yang efisien, letak, presentasi, kedudukan janin yang menguntungkan dan
kemampuan kepala janin untuk mengadakan molase. Sebaliknya kontraksi
uterus yang jelek, kedudukan abnormal, ketidakmampuan kepala untuk
Universitas Sumatera Utara
mengadakan molase dapat menyebabkan persalinan normal tidak mungkin.28
Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan < 145 cm dapat terjadi disproporsi
sefalopelvik, kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi,
sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi
obstetri.31
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis,
hal ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis
dengan selamat. Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala
janin normal, atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara
bayi besar dan pelvis sempit. Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis
sebelum usia kehamilan 37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut
kepala belum mencapai ukuran lahir normal.
Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi :
i. Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan,
relaksasi sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat
memungkinkan berlangsungnya kelahiran pervaginam).
ii. Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini
memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi).
iii. Definit (ini berarti pelvis sempit, bentuk kepala abnormal atau janin
mempunyai ukuran besar yang abnormal, misalnya hidrosefalus, operasi
diperlukan pada kelahiran ini).10
Universitas Sumatera Utara
b. Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu posterior dan
kepala yang sulit lahir pada presentasi bokong.
b.1. Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian
terendah. Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul, saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga
panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit.32
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali
bila bayi kecil atau pelvis luas, persalinan dilakukan dengan tindakan
caesarea. IR presentasi dahi 0,2% kelahiran pervaginam, lebih sering pada
primigravida.33
b.2. Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung
melebar dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian
terbawah anak pada pintu atas panggul menjelang persalinan. Bila pasien
berada pada persalinan lanjut setelah ketuban pecah, bahu dapat terjepit
kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau lengan keluar dari
vagina.27
Universitas Sumatera Utara
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus
atau pada sudut akut panjangnya poros ibu, sebagaimana yang terjadi
pada letak melintang. Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan
dinding abdomen dan otot uterus kendur, prematuritas, obstruksi panggul.
b.3. Presentasi Muka
Pada presentasi muka, kepala mengalami hiperekstensi sehingga
oksiput menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian
terendah. Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala, bila pelvis
sempit atau janin sangat besar. Pada wanita multipara, terjadinya
presentasi muka karena abdomen yang menggantung yang menyebabkan
punggung janin menggantung ke depan atau ke lateral, seringkali
mengarah kearah oksiput. Presentasi muka tidak ada faktor penyebab
yang dapat dikenal, mungkin terkait dengan paritas tinggi tetapi 34%
presentasi muka terjadi pada primigravida.32
c. Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya : Hidrosefalus,
pertumbuhan janin lebih besar dari 4.000 gram, bahu yang lebar dan
kembar siam.
d. Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis, stenosis vagina
kongenital, perineum kaku dan tumor vagina.10
Universitas Sumatera Utara
2.8.2. Komplikasi Persalinan yang Terjadi Pada Partus Tak Maju
a. Ketuban pecah dini
Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak tertutup dengan
sempurna oleh janin ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil.27 Bila kepala
tertahan pada pintu atas panggul, seluruh tenaga dari uterus diarahkan ke
bagian membran yang menyentuh os internal, akibatnya ketuban pecah dini
lebih mudah terjadi.
b. Pembukaan serviks yang abnormal
Pembukaan serviks terjadi perlahan-lahan atau tidak sama sekali karena
kepala janin tidak dapat turun dan menekan serviks. Pada saat yang sama,
dapat terjadi edema serviks sehingga kala satu persalinan menjadi lama.
Namun demikian kala satu dapat juga normal atau singkat, jika kemacetan
persalinan terjadi hanya pada pintu bawah panggul. Dalam kasus ini hanya
kala dua yang menjadi lama. Persalinan yang lama menyebabkan ibu
mengalami ketoasidosis dan dehidrasi.
Seksio caesarea perlu dilakukan jika serviks tidak berdilatasi. Sebaliknya,
jika serviks berdilatasi secara memuaskan, maka ini biasanya menunjukan
bahwa kemacetan persalinan telah teratasi dan kelahiran pervaginam mungkin
bisa dilaksanakan (bila tidak ada kemacetan pada pintu bawah panggul).10
c. Bahaya ruptur uterus
Ruptur uterus, terjadinya disrupsi dinding uterus, merupakan salah satu
dari kedaruratan obstetrik yang berbahaya dan hasil akhir dari partus tak maju
Universitas Sumatera Utara
yang tidak dilakukan intervensi. Ruptur uterus menyebabkan angka kematian
ibu berkisar 3-15% dan angka kematian bayi berkisar 50%.23
Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir keluar, janin
akan didorong ke segmen bawah rahim melalui kontraksi. Jika kontraksi
berlanjut, segmen bawah rahim akan merengang sehingga menjadi berbahaya
menipis dan mudah ruptur. Namun demikian kelelahan uterus dapat terjadi
sebelum segmen bawah rahim meregang, yang menyebabkan kontraksi
menjadi lemah atau berhenti sehingga ruptur uterus berkurang.
Ruptur uterus lebih sering terjadi pada multipara jarang terjadi, pada
nulipara terutama jika uterus melemah karena jaringan parut akibat riwayat
seksio caesarea. Ruptur uterus menyebabkan hemoragi dan syok, bila tidak
dilakukan penanganan dapat berakibat fatal.
d. Fistula
Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka sebagian
kandung kemih, serviks, vagina, rektum terperangkap diantara kepala janin
dan tulang-tulang pelvis mendapat tekanan yang berlebihan. Akibat kerusakan
sirkulasi, oksigenisasi pada jaringan-jaringan ini menjadi tidak adekuat
sehingga terjadi nekrosis, yang dalam beberapa hari diikuti dengan
pembentukan fistula. Fistula dapat berubah vesiko-vaginal (diantara kandung
kemih dan vagina), vesiko-servikal (diantara kandung kemih dan serviks) atau
rekto-vaginal (berada diantara rektum dan vagina). Fistula umumnya
terbentuk setelah kala II persalinan yang sangat lama dan biasanya terjadi
Universitas Sumatera Utara
pada nulipara, terutama di negara-negara yang kehamilan para wanitanya
dimulai pada usia dini.10
e. Sepsis puerferalis
Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat terjadi
setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan
42 hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat gejala-gejala : nyeri
pelvis, demam 38,50c atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja cairan
vagina yang abnormal, berbau busuk dan keterlambatan dalam kecepatan
penurunan ukuran uterus.34
Infeksi merupakan bagian serius lain bagi ibu dan janinya pada kasus
partus lama dan partu tak maju terutama karena selaput ketuban pecah dini.
Bahaya infeksi akan meningkat karena pemeriksaan vagina yang berulang-
ulang.10
2.8.3. Pengaruh Partus tak maju Pada Bayi
a. Perubahan-perubahan tulang-tulang kranium dan kulit kepala
Akibat tekanan dari tulang-tulang pelvis, kaput suksedaneum yang
besar atau pembengkakan kulit kepala sering kali terbentuk pada bagian
kepala yang paling dependen dan molase (tumpang tindih tulang-tulang
kranium) pada kranium janin mengakibatkan perubahan pada bentuk
kepala.10 Selain itu dapat terjadi sefalhematoma atau penggumpalan darah
di bawah batas tulang kranium, terjadi setelah lahir dan dapat membesar
setelah lahir.35
Universitas Sumatera Utara
b. Kematian Janin
Jika partus tak maju dibiarkan berlangsung lebih dari 24 jam maka
dapat mengakibatkan kematian janin yang disebabkan oleh tekanan yang
berlebihan pada plasenta dan korda umbilikus.
Janin yang mati, belum keluar dari rahim selama 4-5 minggu
mengakibatkan pembusukan sehingga dapat mencetuskan terjadinya
koagulasi intravaskuler diseminata (KID) keadaan ini dapat
mengakibatkan hemoragi, syok dan kematian pada maternal.10
2.9. Tanda Partus tak maju
Pada kasus persalinan macet/tidak maju akan ditemukan tanda-tanda kelelahan
fisik dan mental yang dapat diobservasi dengan :
a. Dehidrasi dan Ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering)
b. Demam
c. Nyeri abdomen
d. Syok (nadi cepat, anuria, ekteremitas dingin, kulit pucat, tekanan darah
rendah) syok dapat disebabkan oleh ruptur uterus atau sepsis.10
2.10. Epidemiologi Partus Tak Maju
2.10.1. Distribusi Partus Tak Maju
a. Orang
Penelitian Gessesssew dan Mesfin di RS Adigrat Zonal tahun 2001 diperoleh 195
kasus partus tak maju, 114 kasus terjadi pada wanita usia 20-34 tahun dengan
proporsi 58,4%, 60 kasus terjadi pada wanita usia > 34 tahun dengan proporsi 30,8%
dan 21 kasus terjadi pada wanita usia < 20 tahun dengan proporsi 10,8%. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
pada paritas diperoleh 90 kasus terjadi pada paritas 1-4 dengan proporsi 46,2%, 59
kasus terjadi pada paritas 0 dengan proporsi 30,2% dan 46 kasus terjadi pada paritas
≥ 5 dengan proporsi 23,6%.16
Penelitian Simbolon di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang tahun 2007
diperoleh 273 kasus partus tak maju, 201 kasus terjadi pada wanita usia 20-35 tahun
dengan proporsi 73,6%, 63 kasus terjadi pada wanita usia > 35 tahun dengan proporsi
23,1% dan 9 kasus terjadi pada wanita usia < 20 tahun dengan proporsi 3,3%.
Sedangkan pada paritas diperoleh 118 kasus terjadi pada paritas 0 dengan proporsi
43,2%, 98 kasus terjadi pada paritas 1-3 dengan proporsi 35,9% dan 57 kasus terjadi
pada paritas > 3 dengan proporsi 20,9%.22
b. Tempat dan Waktu
Di negara-negara maju panggul kecil telah berkurang sebagai penyebab distosia.
namun pada kelompok ekonomi lemah di negara maju dan penduduk kota yang
miskin di negara berkembang, panggul kecil masih ada dan menyebabkan partus tak
maju. Di negara-negara maju 70% wanita bentuk panggul normal dan di Asia 80%
wanita bentuk panggul normal.36
Penelitian Adhikari dkk di RS di India tahun 1993-1998 diperoleh 43.906
persalinan terdapat 245 kasus partus tak maju dengan proporsi 1%.37 Penelitian Ikojo
dkk di RS Pendidikan Enugu Nigeria tahun 1999-2004 diperoleh 4.521 persalinan
terdapat 120 kasus partus tak maju dengan proporsi 2,7%.38
Di Indonesia proporsi partus tak maju 9% dari penyebab kematian ibu
langsung.8 Penelitian Olva di RSU Unit Swadana Subang Jawa Barat tahun 2001
diperoleh 400 persalinan terdapat 200 kasus partus tak maju dengan proporsi 50%.39
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian Sidabutar di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2000-2004 diperoleh
proporsi partus tak maju 19,7% yaitu 1.418 kasus dari 7.163 persalinan.40 Hasil
penelitian Idriyani di RSIA Fatimah Makasar tahun 2006 diperoleh proporsi partus
tak maju 2,9% yaitu 74 kasus dari 2.552 persalinan.41
2.10.2. Determinan dari Partus Tak Maju
a. Host
a.1. Usia
Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu untuk hamil dan melahirkan
adalah 20-35 tahun karena pada usia ini secara fisik dan psikologi ibu sudah cukup
matang dalam menghadapi kehamilan dan persalinan.
Usia <20 tahun organ-organ reproduksi belum sempurna secara keseluruhan dan
perkembangan kejiwaan belum matang sehingga belum siap menjadi ibu dan
menerima kehamilannya. Usia >35 tahun organ reproduksi mengalami perubahan
yang terjadi karena proses menuanya organ kandungan dan jalan lahir kaku atau tidak
lentur lagi. Selain itu peningkatn umur seseorang akan mempengaruhi organ yang
vital seperti sistim kardiovaskuler, ginjal dll (pada umur tersebut mudah terjadi
penyakit pada ibu yang akan memperberat tugas organ-organ tersebut sehingga
berisiko mengalami komplikasi pada ibu dan janin).44
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan hasil penelitian di Makassar yang dilakukan oleh Idriyani tahun
2006 dengan menggunakan desain penelitian case control study menemukan ibu yang
mengalami partus tak maju kemungkinan 1,8 kali lebih besar berumur < 20 tahun dan
> 35 tahun dibandingkan umur 20-35 tahun.41
a.2. Paritas
Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.
Paritas 0 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal yang lebih
tinggi. Lebih tinggi paritas lebih tinggi kematian maternal.27
Ibu hamil yang memiliki paritas 4 kali atau lebih, kemungkinan mengalami
gangguan kesehatan, kekendoran pada dinding perut dan kekendoran dinding rahim
sehingga berisiko mengalami kelainan letak pada janin, persalinan letak lintang,
robekan rahim, persalinan macet dan perdarahan pasca persalinan.1
Sesuai dengan hasil penelitian di Subang Jawa Barat yang dilakukan oleh Olva
tahun 2001 dengan menggunakan desain penelitian case control study menemukan
ibu yang mengalami partus tak maju kemungkinan 1,3 kali lebih besar yang
paritasnya 0 dan > 3 dibandingkan paritas 1-3.39
a.3. Riwayat Persalinan
Persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan persalinan prematur, seksio
caesarea, bayi lahir mati, persalinan lama, persalinan dengan induksi serta semua
persalinan tidak normal yang dialami ibu merupakan risiko tinggi pada persalinan
berikutnya.10
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan hasil penelitian di Medan yang dilakukan oleh Sarumpaet tahun
1998-1999 dengan menggunakan desain penelitian case control study menemukan
ibu yang mengalami komplikasi persalinan kemungkinan 7,3 kali lebih besar
mempunyai riwayat persalinan jelek dibandingkan yang tidak mempunyai riwayat
persalinan jelek. Riwayat persalinan jelek pada kasus didapatkan partus tak maju
24,6%.42
Hasil penelitian di Kasongo Zaire tahun 1971-1975, Ibu yang memiliki riwayat
persalinan yang buruk kemungkinan 10 kali lebih besar untuk mengalami persalinan
macet dari pada ibu yang tidak memiliki riwayat persalinan buruk.43
a.4. Anatomi Tubuh Ibu Melahirkan
Ibu bertubuh pendek < 150 cm yang biasanya berkaitan dengan malnutrisi dan
terjadinya deformitas panggul merupakan risiko tinggi dalam persalinan, tinggi badan
< 150 cm berkaitan dengan kemungkinan panggul sempit. Tinggi badan Ibu < 145 cm
terjadi ketidakseimbangan antara luas panggul dan besar kepala janin.1,10
Sebagian besar kasus partus tak maju disebabkan oleh tulang panggul ibu terlalu
sempit sehingga tidak mudah dilintasi kepala bayi waktu bersalin. Proporsi wanita
dengan rongga panggul yang sempit menurun dengan meningkatnya tinggi badan,
persalinan macet yang disebabkan panggul sempit jarang terjadi pada wanita tinggi.
Penelitian di Nigeria Utara dari seluruh ibu yang mengalami persalinan macet,
proporsi wanita dengan panggul sempit memiliki tinggi badan < 145 cm sebesar 40%,
tinggi badan 150 cm sebesar 14% dan tinggi badan 160 cm sebesar 1%.50
Universitas Sumatera Utara
a.5. Pendidikan
Ibu dengan pendidikan yang lebih tinggi lebih memperhatikan kesehatannya
selama kehamilan dibandingkan dengan ibu yang tingkat pendidikannya rendah.
Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penting dalam usaha menjaga kesehatan
ibu, anak dan juga keluarga. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu semakin
meningkat juga pengetahuan dan kesadarannya dalam mengantisipasi kesulitan
kehamilan dan persalinan sehingga termotivasi untuk melakukan pengawasan
kehamilan secara berkala dan teratur.43
b. Agent
Partus tak maju disebabkan faktor mekanik pada persalinan yaitu terhambatnya
jalan lahir janin. Terhambatnya jalan lahir disebabkan ketidakseimbangan bentuk dan
ukuran panggul (passage), besarnya janin (passenger) dan kontraksi uterus (power).
Bentuk dan ukuran panggul yang sempit menghambat jalan lahir janin, panggul yang
sempit dipengaruhi faktor nutrisi dalam pembentukan tulang panggul, penyakit dan
cedera pada tulang panggul.36
c. Enviroment
c.1. Keadaan Sosial ekonomi
Derajat sosial ekonomi masyarakat akan menunjukan tingkat kesejahteraan dan
kesempatannya dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Jenis pekerjaan ibu
maupun suaminya akan mencerminkan keadaan sosial ekonomi keluarga.
Berdasarkan jenis pekerjaan tersebut dapat dilihat kemampuan mereka terutama
dalam pemenuhan makanan bergizi, khususnya bagi ibu hamil, pemenuhan kebutuhan
makanan bergizi sangat berpengaruh terhadap kehamilannya. Kekurangan gizi dapat
Universitas Sumatera Utara
berakibat buruk pada ibu dan anak, misalnya terjadi anemia, keguguran, perdarahan
saat hamil. sesudah hamil, infeksi dan partus macet.
Perbedaan pemukiman antara daerah perkotaan dan pedesaan ternyata
mempengaruhi tinggi rendahnya kematian maternal. Kemiskinan, ketidaktahuan,
kebodohan, transportasi yang sulit, ketidakmampuan membayar pelayanan yang baik,
kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan, jarak rumah yang jauh untuk mendapatkan
bantuan tenaga ahli juga mempengaruhi persalinan, kebiasaan kawin muda,
kepercayaan masyarakat dan praktik tradisional, pantangan makanan tertentu pada
wanita hamil merupakan faktor ikut berperan.10,27
c.2. Ketersediaan Tenaga Ahli dan Rujukan
Angka kematian maternal yang tinggi disuatu negara sesungguhnya
mencerminkan rendahnya mutu pelayanan. Pelayanan kesehatan mempunyai peran
yang sangat besar dalam kematian materal. Faktor tersebut meliputi : kurangnya
kemudahan untuk pelayanan kesehatan maternal, asuhan medik yang kurang dan
kurangnya tenaga yang terlatih.23 Petugas kesehatan yang tidak terlatih untuk
mengenali persalinan macet (partograf tidak digunakan). Kegagalan dalam bertindak
terhadap faktor risiko dan penundaan dalam merujuk ke tingkat pelayanan yang lebih
tinggi (misalnya untuk seksio caesarea) merupakan fakor partus tak maju.10
Universitas Sumatera Utara
2.11. Pencegahan
2.11.1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang
sehat agar tetap sehat atau tidak sakit.
Untuk menghindari risiko partus tak maju dapat dilakukan dengan :
a. Memberikan informasi bagi ibu dan suaminya tentang tanda bahaya
selama kehamilan dan persalinan.
b. Pendidikan kesehatan reproduksi sedini mungkin kepada wanita usia
reproduksi pra-nikah.
c. Meningkatkan program keluarga berencana bagi ibu usia reproduksi yang
sudah berkeluarga.1
d. Memperbaiki perilaku diet dan peningkatan gizi.
e. Antenatal Care dengan yang teratur untuk mendeteksi dini kelainan pada
ibu hamil terutama risiko tinggi
f. Mengukur tinggi badan dan melakukan pemeriksaan panggul pada
primigravida.
g. Mengajurkan untuk melakukan senam hamil.
h. Peningkatan pelayanan medik gawat darurat.
i. Menyediakan sarana transportasi dan komunikasi bagi ibu-ibu yang
melahirkan dirumah (Maternity Waiting Home) apabila terjadi
komplikasi, sehingga harus di rujuk ke fasilitas yang lebih baik.10
Universitas Sumatera Utara
2.11.2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan
yang tepat untuk mencegah timbulnya komplikasi, yaitu :
a. Diagnosis dini partus tak maju meliputi
a.1. Pemeriksaan Abdomen
Tanda-tanda partus tak maju dapat diketahui melalui pemeriksaan abdomen
sebagai berikut :
a.1.1. Kepala janin dapat diraba diatas rongga pelviss karena kepala tidak
dapat turun
a.1.2. Kontraksi uterus sering dan kuat (tetapi jika seorang ibu mengalami
kontraksi yang lama dalam persalinanya maka kontraksi dapat berhenti
karena kelelahan uterus)
a.1.3. Uterus dapat mengalami kontraksi tetanik dan bermolase (kontraksi
uterus bertumpang tindih) ketat disekeliling janin.
a.1.4. Cincin Band/Bandles ring ; cincin ini ialah nama yang diberikan pada
daerah diantara segmen atas dan segmen bawah uterus yang dapat
dilihat dan diraba selama persalinan. Dalam persalinan normal, daerah
ini disebut cincin retraksi. Secara normal daerah ini seharusnya tidak
terlihat atau teraba pada pemeriksaan abdomen, cincin bandl adalah
tanda akhir dari persalinan tidak maju. Bentuk uterus seperti kulit
kacang dan palpasi akan memastikan tanda-tanda yang terlihat pada
waktu observasi.
Universitas Sumatera Utara
a.2. Pemeriksaan Vagina
Tanda-tandanya sebagai berikut :
a.2.1. Bau busuk dari drainase mekonium
a.2.2. Cairan amniotik sudah keluar
a.2.3. Kateterisasi akan menghasilkan urine pekat yang dapt mengandung
mekonium atau darah
a.2.4. Pemeriksaan vagina : edema vulva (terutama jika ibu telah lama
mengedan), vagina panas dan mengering karena dehidrasi, pembukaan
serviks tidak komplit. Kaput suksedaneum yang besar dapat diraba dan
penyebab persalinan macet antara lain kepala sulit bermolase akibat
terhambat di pelvis, presentasi bahu dan lengan prolaps.
a.3. Pencatatan Partograf
Persalinan macet dapat juga diketahui jika pencatatan pada partograf
menunjukan :
a.3.1. Kala I persalinan lama (fase aktif) disertai kemacetan sekunder
a.3.2. Kala II yang lama
a.3.3. Gawat janin (frekuensi jantung janin < dari 120 permenit, bau busuk
dari drainase mekonium sedangkan frekuensi jantung janin normal
120-160 permenit)
a.3.4. Pembukaan serviks yang buruk walaupun kontraksi uterus yang kuat.
b. Melakukan penanganan secepat mungkin untuk mencegah terjadinya komplikasi,
partus tak maju berisiko mengalami infeksi sampai ruptur uterus dan biasanya
Universitas Sumatera Utara
ditangani dengan tindakan bedah, seksio caesarea, ekstraksi cunam atau vacum
oleh sebab itu harus dirujuk kerumah sakit.10
2.11.3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan dengan mencegah terjadinya komplikasi yang
lebih berat dan kematian, yaitu :
a. Rehidrasikan pasien untuk mempertahankan volume plasma normal dan
menangani dehidrasi, ketosis dengan memberikan natrium laktat 1 liter dan
dekstrosa 5% 1-2 liter dalam 6 jam.
b. Pemberiaan antibiotik untuk mencegah sepsis puerperalis dan perawatan intensif
setelah melahirkan.10
Universitas Sumatera Utara