ANALISIS TATA KELOLA KEUANGAN PADA BADAN PERTANAHAN NASIONAL (BPN) KABUPATEN WAJO
SKRIPSI
NIRWANA ALWI 105721121416
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2021
ANALISIS TATA KELOLA KEUANGAN PADA BADAN PERTANAHAN NASIONAL (BPN) KABUPATEN WAJO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Manajemen pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar
NIRWANA ALWI 105721121416
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSA
ii
iv
iii
v
iv
vi
v
vii
MOTTO HIDUP
Tidak ada manusia yang diciptakan gagal, yang ada hanyalah mereka
Gagal memahami potensi diri dan gagal merancang kesuksesannya
Tiada yang lebih berat timbangan Allah pada hari akhir nanti, selain
Taqwa dan akhlak mulia seperti wajah dipenuhi senyuman untuk
Kebaikan dan tidak menyakiti sesama
( HR Tirmidzi )
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini ku persembahkan untuk Ayahanda dan Ibu tercinta,
Yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doa, dorongan,
nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku
selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. Dalam hidupmu
Demi hidupku kalian ikhlas mengorbankan segala perasaan tanpa kenal
Lelah, dalam lapar berjuang separuh nyawa hingga segalanya.
Terima kasih
vi
viii
ABSTRAK
Nirwana Alwi. 2016 Analisis Tata Kelola Keuangan Pada Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten Wajo. (Dibimbing oleh A.Ifayani Haanurat
Dan Muh.Nur Rasyid).
Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Wajo merupakan aset penting
dalam sebuah daerah dalam ikut memberikan sumbangsih kepada masyarakat
melalui peran sertanya dalam membantu masyarakat mengenai pengalihan
tanah dan sertifikasi pertanahan. Penelitian ini memfokuskan kepada tata kelola
keuangan pada badan pertanahan nasional Kabupaten Wajo melalui,
Akuntabilitas, Keterbukaan, Pemberdayaan dan Pemeriksaan, dengan demikian
tujuan penelitian ini untuk mengetahui tata kelola keuangan pada badan
pertanahan nasional Kabupaten Wajo.
Metode Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan
untuk menggambarkan dan mendeskripsikan peristiwa yang ada dalam suatu
instansi pemerintahan yang terjadi di lapangan. Pengumpulan data dilakukan
dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini
menggunakan trianggulasi sumber untuk mengecek keabsahan data penelitian.
Analisis data penelitian ini menggunakan tiga komponen yang terdiri reduksi
data, penyajian, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bagaimana penanganan tata
kelola keuangan pada Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Wajo telah
diterapkan sesuai dengan Undang-Undang Dasar pada Pengelolaan Keuangan
Negara dengan indikator Akuntabilitas, Keterbukaan, Pemberdayaan dan
Pemeriksaan, Namun keterbukaan anggaran internal tidak dilakukan kepada
masyarakat.
Kata Kunci: Akuntabilitas, Keterbukaan,dan Pemberdayaan
vii
ix
Abstract
Nirwana Alwi. 2016 Analisis Tata Kelola Keuangan Pada Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten Wajo. (Dibimbing oleh A.Ifayani Haanurat
Dan Muh.Nur Rasyid).
Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Wajo is an important asset in a
region in contributing to the community through its participation in assisting the
community regarding land transfer and land certification. This study focuses on
financial governance in the national land agency of Wajo Regency through,
Accountability, Openness, Empowerment and Audit, thus the purpose of this
study is to determine financial governance in the national land agency of Wajo
Regency.
This research method is a descriptive study with a qualitative approach.
Qualitative descriptive research is a research that aims so describe and describe
the events that occur in a government agency that occur in the field. The data
was collected be means of observation, interview and documentation techniques.
This study uses triangulation of the sources to check the validity of the research
data. The data analysis of this study used three components consisting of data
reduction, presentation, and conclusion drawing.
The results of this study indicate that how the handling of financial
governance at the Wajo Regency National Land Agency has been implemented
in accordance with the Basic Law on State Financial Management with indicators
of Acuntability, Opennes, Empowerment and Audit, however, internal budget
disclosure is not carried out the public.
Keywords: Accountability, Openness,and Empowerment
viii
x
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
rahmaat dan hidayahnya yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya.
Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad
SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat
yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “ Analisis Tata
Kelola Keuangan Pada Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Wajo”.
Skripsi yang dibuat penulis ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih
kepada orang tua penulis bapak Muhammad Alwi dan Ibu Busra yang senantiasa
memberi harapan , semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak pamrih.
Dan suami tercinta Muhammad Annas yang selalu memberi dukungan,
semangat, dan pengertian, serta doa dalam penyusunan skripsi ini. Dan
saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan
semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala
pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan
penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada
penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan akhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula
penghargaan yang setinggi tingginya dan terima kasih banyak disampaikan
dengan hormat kepada:
ix
xi
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse,M.Ag. rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga
mampu menyelesaikan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE.,MM . Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar, serta para pembantu dekan yang
telah memberikan kemudahan dalam rangka penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Muh. Nur Rasyid, SE.,MM ketua program studi Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah
memberikan segala arahan dan perbaikan dalam penulisan skripsi ini.
4. Ibu Dr.Ir.A.Ifayani Haanurat,MM selaku pembimbing I yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan, putunjuk, arahan
dan saran-saran kepada penulis.
5. Bapak Muh. Nur Rasyid, SE.,MM selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan,
putunjuk, arahan dan saran-saran kepada penulis.
6. Bapak/Ibu dan asisten dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya
kepada penulis selama mengikuti kuliah.
7. Segenap staf pengajar dan staf kantor Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Makassar, khususnya pada program studi Manajemen yang
telah memberikan ilmu pengetahuan dan pelayanan akademik bagi penulis.
8. Bapak Abd. Salam, S.E. , selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kantor
Pertanahan Kabupaten Wajo.Beliau adalah mentor sekaligus Alumni di
Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional. Beliau adalah atasan dan juga mentor
penulis dalam pelaksanaan kegiatan habituasi dan aktualisasi. Beliau
x
xii
merupakan salah satu pejabat pengawas yang patut dicontoh, sosok yang
mampu bekerja cerdas disiplin dan sabar dalam melaksanakan tugasnya
serta bijaksana dalam mengambil keputusan. Beliau selalu mengajarkan
kepada Penulis untuk menjadi pribadi yang sabar dalam bekerja dan segala
perbuatan yang telah dilakukan dan selalu senantiasa belajar tentang
pertanahan terutama dalam lingkup tata usaha dan pelayanan publik.Selain
itu, beliau juga selalu memotivasi penulis sebagai generasi muda harus
selalu berinovasi serta memberikan pengabdian terbaik kepada instansi
ATR/BPN dengan tulus ikhlas.
9. Sahabatku dan Teman-teman seperjuangan Man 16 F tanpa terkecuali
terimakasih sudah hadir dan memberikan warna yang indah dalam hidupku.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya
para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan
kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.
Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Makassar, 10 Maret 2021
Nirwana Alwi
xi
xiii
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………… iv
HALAMAN PERNYATAAN………………………………………………………. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………………………………… vi
ABSTRAK………………………………………………………………………… vii
ABSTRACT................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. . ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………… xiv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………….. xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Manajemen ................................................................................. 7
B. Manajemen Keuangan ............................................................... 13
C. Pengelolaan Keuangan ............................................................ 16
D. Penelitian Terdahulu ................................................................... 24
E. Kerangka Konsep ..................................................................... 29
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Fokus Penelitian .......................................................................... 30
xii
xiv
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ....................................................... 31
C. Jenis dan Tipe Penelitian ............................................................ 31
D. Sumber Data ............................................................................. 32
E. Informan Penelitian ..................................................................... 33
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 33
G. Teknik Analisis Data ................................................................... 34
H. Keabsahan Data ......................................................................... 35
I. Rencana Penelitian ................................................................... 36
BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan .............................................. 37
A. Gambaran Umum Kabupaten Wajo ............................................ 37
B. Gambaran Umum Badan Pertanahan Nasional .......................... 38
C. Hasil Penelitian ........................................................................... 42
D. Pembahasan .............................................................................. 83
E. Keterkaitan Penelitian Terdahulu ................................................. 86
BAB V. Penutup ......................................................................................... 89
A. Kesimpulan ................................................................................. 88
B. Saran .......................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 92
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 94
RIWAYAT HIDUP PENULIS ........................................................................ 102
xiii
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Unsur Informan
Tabel 3.2 Rencana Penelitian
Tabel 4.1 Data Kepegawaian Kantor Pertanahan
xiv
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen pada dasarnya sebenarnya berfokus pada perilaku
manusia untuk mencapai tujuannya, oleh karena itu manusia
memperbaiki kualitas dan produktivitasnya dalam bekerja. Dalam hal ini
manajemen yakni adalah sebuah serangkaian aktivitas yang mana
kegiatan tersebut baik itu pada perencanaan, pengambilan keputusan,
pengendalian, pengorganisasian, serta kepemimpinan melalui
pengarahan sumber daya manusia, financial, fisik dan informasi untuk
mencapai maksud dan tujuannya (Griffin, 2004: 76)
Pada dasarnya manajemen keuangan menjadi salah satu bidang
yang sangat penting, dikarenakan manajemen keuangan menjadi
perhatian terhadap segala aktivitas dalam tata kelola keuangan baik itu
perusahaan maupun instansi pemerintah. pengelolaan keuangan negara
merupakan sebuah hal yang penting, baik itu untuk perekonomian negara
dan kesejahteraan masyarakatnya. Pada pengelolaan keuangan (money
management) pada umumnya merupakan sebuah kegiatan pengelolaan
dana sehari-hari yang dilakukan oleh seorang individu atau kelompok
yang memiliki tujuan untuk memperoleh kesejahteraan keuangan
(financial welfare) untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan pengelolaan
keuangan yang baik dengan itu keuangan mampu terjaga dengan baik
dan menyesuaikan pemakaian dengan kebutuhan sehingga keuangan
tidak berantakan dan dilakukan secara efisien serta tidak merugikan
1
2
untuk menerapkan proses pengelolaan uang dan aset lainnya dibutuhkan
tanggung jawab. (Ida dan Cinthia, 2010: 57).
Masyarakat dewasa ini, tentunya memiliki tuntutan pada
pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah yang ekonomis, efektif,
transparan, akuntabel, handal dan respensif semakin besar, termasuk
dalam pengelolaan keuangan pemerintah daerah. Dengan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2007 Tentang
Pengelolaan Uang Negara/ Daerah pada tata kelola keuangan demikian
perlu dilakukan untuk menghindari adanya penyimpangan keuangan baik
itu pemborosan atau ketidakefektifan dan efisiensi penggunaan bahkan
tentu dengan tidak adanya pengelolaan keuangan yang baik akan mampu
memberikan celah pada tindak pidana korupsi.
Tata kelola keuangan yang baik merupakan prinsip pokok yang
harus diberlakukan di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Untuk
menciptakan tata kelola keuangan yang baik diperlukan penguatan sistem
dan kelembagaan dengan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Financial Behavior atau yang biasa disebut dengan perilaku
keuangan adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia
secara aktual melakukan sebuah penentuan keuangan, khususnya dalam
mempelajari secara psikologi yang mempengaruhi keputusan tentang
keuangan, baik itu perusahaan dan pasar keuangan (Wicaksono dan
Divarda, 2015). Munculnya sebuah perilaku keuangan yakni merupakan
dampak dari besarnya hasrat yang dimiliki seseorang untuk memenuhi
kebutuhan - kebutuhan hidupnya sesuai dengan pendapatannya yang
diperoleh. Pada Pengetahuan ini tentang ilmu akuntansi, anggaran dan
3
perbendaharaan sekarang ini tidak lagi menjadi sebuah kegiatan yang
hanya dapat dilakukan di perusahaan industri, perdagangan, atau
sejenisnya, namun hal ini juga sudah menjadi sebuah keharusan bagi
individu. Dalam mengambil suatu keputusan terkait dengan keuangan,
individu dianggap melakukan secara rasional dalam mengidentifikasi dan
menggunakan informasi yang relevan sehingga dapat membuat
keputusan yang optimal dan maksimal.
Sebuah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dengan
proses pengelolaan keuangan yakni literasi keuangan. Baik secara
keseluruhan, dan literasi keuangan bisa diartikan sebagai sebuah
serangkaian proses pelaksanaan untuk meningkatkan pengetahuan
(knowladge), keterampilan (skill), dan keyakinan (confidence) untuk dapat
mengelola keuangan secara baik. Kemudian adapun beberapa faktor
yang mempengaruhi pada perilaku pengelolaan keuangan adalah sikap
terhadap uang. Uang yang merupakan kebutuhan utama tentu akan
dapat mempengaruhi seseorang dan mampu membuat seorang individu
untuk berpikir secara tidak rasional, hal tersebut mampu memberikan
pandangan yang berbeda pada semua individu dalam menyikapi uang.
Pada pengelolaan keuangan daerah merupakan sub sistem dari
pengelolaan keuangan negara merupakan sebuah elemen pokok dalam
pemerintah daerah. Dalam pengelolaan keuangan yang baik ialah
pengelolaan yang mampu mengoptimalisasikan potensi-potensi
pembangunan suatu daerah, sehingga dapat tercapai target-target dalam
peningkatan pembangunan daerah.
4
Untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam
pengelolaan keuangan pada badan pertanahan nasional kabupaten wajo
ini salah satunya dapat dilakukan dengan melalui penyampaian laporan
pertanggungjawaban untuk memenuhi prinsip pada pada pengelolaan
keuangan. Salah satu asas yang ada pada pengelolaan keuangan yakni
adanya aspek keterbukaan. Memberikan akses informasi pada
pengelolaan keuangan yang ada pada badan pertanahan nasional
kabupaten wajo kepada pemerintah daerah dan masyarakat mengenai
pengelolaan keuangan. Adapun yang terjadi pada pengelolaan keuangan
di badan pertanahan nasional kabupaten wajo ini tidak serta merta
terbuka kepada masyarakat tentunya dikarenakan prosedur dan
kurangnya akses media yang ada pada badan pertanahan nasional
kabupaten wajo oleh sebab itu masyarakat tidak mengetahui pengelolaan
keuangan sehingga adanya timbul rasa kurang percaya masyarakat
terhadap pemerintah.
Oleh sebab itu penulis ingin melakukan penelitian dengan
mengangkat judul “Analisis Tata Kelola Keuangan pada Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten Wajo” dengan adanya penelitian
tersebut tentu diharapkan pengelolaan keuangan menjadi lebih terbuka
dan responsif baik itu kepada pemerintah daerah dan juga kepada
masyarakat sendiri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas oleh sebab itu penulis membuat
rumusan masalah sebagai berikut :
5
1. Bagaimana akuntabilitas tata kelola keuangan pada badan
pertanahan nasional kabupaten wajo?
2. Bagaimana keterbukaan tata kelola keuangan pada badan
pertanahan nasional kabupaten wajo?
3. Bagaimana pemberdayaan tata kelola keuangan pada badan
pertanahan nasional kabupaten wajo?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya dalam hal ini tujuan
penelitian sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui seperti apa akuntabilitas tata kelola keuangan
pada badan pertanahan nasional kabupaten wajo.
2. Untuk mengetahui seperti apa keterbukaan tata kelola keuangan pada
badan pertanahan nasional kabupaten wajo.
3. Untuk mengetahui seperti apa pemberdayaan tata kelola keuangan
pada badan pertanahan nasional kabupaten wajo.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini semoga dapat memberikan pelajaran dalam aspek
teoritis (keilmuan) yaitu bagi perkembangan ilmu administrasi, khususnya
dibidang kebijakan publik, melalui pendekatan dan beberapa metode
dalam upaya menggali pendekatan - pendekatan baru dalam tata kelola
keuangan pada badan pertanahan nasional kabupaten wajo.
1. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
dan serta dapat menjadi sebuah karya yang dapat dijadikan sebagai
6
referensi dalam memperkaya keilmuan administrasi negara yang
berkaitan dengan tata kelola keuangan pada badan pertanahan
nasional kabupaten wajo.
2. Kegunaan praktis
a) Bagi Pemerintah sebagai bahan informasi dan pertimbangan tata
kelola keuangan badan pertanahan nasional kabupaten wajo.
b) Bagi pimpinan dan staf sebagai masukan dalam tata kelola
keuangan pada badan pertanahan nasional kabupaten wajo.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah kata yang berasal dari kata to manage yang
berarti mengatur. Manajemen memiliki unsur-unsur yakni terdiri dari
6M yaitu man, money, mothode, machines, materials, dan market.
Manajemen adalah sebuah cara/seni dalam mengelola suatu yang
hendak dikerjakan oleh orang lain dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan secara efisien dan efektif dan bersifat masif, kompleks
serta bernilai tinggi sehingga manajemen sangat dibutuhkan. Sumber
daya manusia adalah sebuah kekayaan (asset) organisasi yang tentu
harus dimanfaatkan secara maksimal sehingga diperlukannya sebuah
manajemen dalam mengatur sumber daya manusia sedemikian baik
guna untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sejak awal.
Peneliti mengutip pengertian manajemen menurut beberapa ahli.
Menurut Manulang (Atik & Ratminto, 2012: 1) mendefinisikan
manajemen sebagai suatu seni dan ilmu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, penyusunan dan pengawasan
daripada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu.
Adapun definisi manajemen yang dikutip dari Malayu S.P.
Hasibuan (2012;1) yang mengatakan “manajemen adalah ilmu dan
seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan
7
8
sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai
suatu tujuan tertentu”.
Selanjutnya Manajemen menurut Massie yang dikutip dari Azhar
Arsyad (2002;1) yang mengatakan “Manajemen adalah suatu proses
di mana kelompok secara kerja sama mengerahkan tindakan atau
kerjanya untuk mencapai tujuan bersama. Proses tersebut mencakup
teknik-teknik yang digunakan oleh para manajer untuk
mengkoordinasikan kegiatan atau aktifitas orang lain menuju
tercapainya tujuan bersama”
G.R Terry (Hasibuan, 2009 : 2) mendefinisikan manajemen
sebagai suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumbersumber
lainnya.
Sedangkan menurut Stoner dan Freeman (Safroni, 2012: 44)
manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan
proses penggunaan semua sumber daya organisasi untuk
tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Berdasarkan definisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan
bahwa manajemen merupakan suatu ilmu, seni dan proses kegiatan
yang dilakukan dalam upaya mencapai tujuan bersama dengan
mengelola sumber daya manusia dan sumber daya lainnya secara
optimal melalui kerja sama antar anggota organisasi
9
2. Fungsi - Fungsi Manajemen
Fungsi - fungsi manajemen yakni beberapa elemen yang menjadi
dasar yang selalu ada dan berkaitan pada proses manajemen tentu
akan dijadikan sebuah acuan oleh manajer pada saat melaksanakan
kegiatan dalam mencapai tujuan. Akan tetapi terdapat perbedaan
stigma pada fungsi-fungsi manajemen berdasarkan beberapa ahli.
Menurut George R. Terry (Hasibuan, 2009 : 38) fungsi-fungsi
manajemen yakni seperti Perencanaan (planning), Pengorganisasian
(organizing), Pengarahan (actuating) dan Pengendalian (controlling).
Dan menurut pendapat Henry Fayol (Safroni, 2012 : 47), fungsi-fungsi
manajemen ini indikatornya ialah Perencanaan (planning),
Pengorganisasian (organizing), Pengarahan (commanding),
Pengkoordinasian (coordinating), Pengendalian (controlling).
Sedangkan berdasarkan Ricki W. Griffin (Safroni, 2012 : 47),
fungsi-fungsi manajemen pada dasarnya memiiki indikator sebagai
berikut, Perencanaan dan Pengambilan Keputusan (planning and
decision making), pengorganisasian (organizing), Pengarahan
(leading) serta pengendalian (controlling).
Fungsi-fungsi manajemen menurut ahli Henry Fayol
(ishak&Tanjung, 2003 : 76) yakni sebagai berikut:
a) Perencanaan (planning) yakni menjadi fungsi dasar (fundamental)
pada manajemen, dikarenakan pengorganisasian, pengarahan,
pengkoordinasian dan pengendalian juga harus lebih dulu
10
direncanakan. Perencanaan ini menjadi dinamis yang artinya
dapat dilakukan perubahan sewaktu-waktu berdasarkan dengan
kondisi yang terjadi pada saat itu. Perencanaan ini dapat dilihat
pada masa depan yang tidak pasti, karena perubahan kondisi dan
situasi tersebut, sedangkan pada hasil dari perencanaan akan
baru diketahui pada masa depan yang akan datang.
Definisi perencanaan lainnya yaitu, menurut Louis A. Allen
(Hasibuan, 2009 : 92) perencanaan adalah menentukan
serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Sedangkan menurut ahli manajemen,
Harold Koontz dan Cyril O’ Donnel (Sukarna, 2011 : 11)
perencanaan adalah fungsi daripada manajer didalam pemilihan
alternatif-alternatif, tujuan-tujuan kebijaksanaan, prosedurprosedur
dan program.
Menurut Koontz O’ Donnell (Ranupandojo, 1996 : 17)
menjelaskan bahwa tipe-tipe perencanaan dapat dibedakan
menjadi tujuan, kebijakan, prosedur, peraturan-peraturan,
anggaran, program dan strategi.
b) Pengorganisasian (organizing) pada fungsi pengorganisasian
yang jika diartikan dalam bahasa inggris yakni organizing berasal
dari sebuah kata organize merupakan menciptakan struktur dalam
bagian yang diintegrasikan dengan baik dan sedemikian rupa,
sehingga pada hubungan satu dengan yang lainnya terikat
dengan hubungan pada seluruh. Pengorganisasian ini tentu
berbeda dengan sebuah organisasi. Pengorganisasian yang
11
dimaksud yakni adalah fungsi manajemen dan sebuah proses
yang berubah-ubah, sedangkan organisasi yakni merupakan
suatu alat atau wadah yang bentuknya statis. Pengorganisasian
ini dapat dikatakan sebagai penentuan pekerjaan yang harus
dikerjakan, mengelompokkan tugas - tugas dan membagikan
pekerjaan pada setiap pegawai, dan menetapkan departemen -
departemen (subsistem) dan menentukan hubungan - hubungan.
c) Pengarahan (commanding) merupakan sebuah fungsi pengarahan
(commanding) menjadi fungsi yang sangat penting dan paling
mendominasi pada sebuah proses manajemen. Fungsi akan baru
dapat dilaksanakan setelah rencana, organisasi, dan pegawai
ada. Pada saat fungsi ini diimplementasikan maka proses
manajemen melakukan realisasi tujuan akan dimulai. Akan tetapi,
jika penerapan fungsi ini cukup sulit dan kompleks dikarenakan
keinginan pegawai tidak hanya dapat dipenuhi. Hal ini
dikarenakan pegawai merupakan makhluk hidup yang memiliki
pikiran, harga diri, cita-cita serta perasaan. Prinsip-prinsip pada
pengarahan (Syamsi, 1994 : 124) dapat dilihat pada keterpaduan
antara tujuan organisasinya dan tujuan individual, keterpaduan
antara tujuan sebuah kelompok serta tujuan organisasinya, kerja
sama sesama pimpinan, partisisipasi pada pembuatan keputusan,
menjalin komunikasi yang baik, efektif dan pengawasan yang
efisien.
d) Pengoordinasian (coordinating) ini dapat dilakukan setelah
pendelegasian wewenang serta membagikan tugas kepada para
12
pegawai dari manajer, kemudian langkah selanjutnya ialah
pengkoordinasian. Pada setiap bawahan harus mengerjakan
sebagian dari pekerjaan perusahaan, oleh sebab itu masing-
masing pekerjaan pada bawahan harus disatukan, diintegrasikan,
dan diarahkan untuk mencapai tujuan. Tanpa koordinasi tugas
dan pekerjaan dari setiap individu karyawan maka tujuan
perusahaan tidak akan tercapai. Koordinasi itu sangat penting
dalam suatu organisasi.
3. Pelaku-Pelaku Manajemen
Pelaku manajemen tentunya pasti manusia yang terkait dengan
human resource (SDM) yang qualified atau yang berkualitas
mengarah pada praktisi di bidangnya. Di mana manajemen akan
berjalan baik apabila dilakukan oleh orang-orang yang professional.
Di dalam sebuah perusahaan atau organisasi bisnis, organisasi sosial
maupun organisasi pemerintah yang memegang peran adalah
manajer, di mana dalam manajemen dikenal ada tiga tingkatan, yaitu:
a) Top Manager
(Manajemen puncak), dikenal pula dengan istilah executive officer,
bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara
umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Jabatan yang
termaksud manajer puncak seperti Presiden Direktur, Direktur Utama,
Direktur, CEO (Chief Executive Officer) dan lain-lain.
b) Midle Manager
13
(Manajemen menengah) : mencakup semua manajemen yang
berada diantara manajer lini pertama dan manajemen puncak dan
bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang
termasuk manajemen menengah diantaranya kepala bagian,
pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi, manajer
sumber daya manusia (SDM), manajer pemasaran, manajer
keuangan, manajer cabang, dan sekertaris disebut juga manajer
fungsional.
c) First Line Manager (manajemen lini pertama),
Dikenal dengan istilah manajemen oprasioanal merupakan
manajemen tingkat paling bawah yang bertugas memimpin dan
mengawasi karyawan non manajerial yang terlibat dalam proses
produksi. Manajer sering disebut penyelia (supervisor), manajer shift,
manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor
(foreman) dan para pengawasan yang terkait dengan pelaksanaan
tugas/pekerjaan.
B. Manajemen Keuangan
1. Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen Keuangan yakni merupakan sebuah proses pada
kegiatan yang berkaitan dengan keuangan perusahaan yang
berurusan dengan upaya untuk mendapatkan dana perusahaan dan
juga mengecilkan biaya perusahaan serta upaya yang dilakukan
dalam mengelola keuangan pada sebuah badan usaha maupun
organisasi untuk mampu mencapai tujuan keuangan yang diinginkan.
14
Definisi Manajemen Keuangan berdasarkan Horne dan
Wachowicz Jr. (2012:2) pada bukunya dengan judul Fundamentals of
Financial Management yang sudah dialihkan dalam bahasa yakni
Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan mengemukakan bahwasahnya:
“Manajemen keuangan berkaitan dengan perolehan aset, pendanaan,
dan manajemen aset dengan didasari beberapa tujuan umum”.
Sedangkan menurut Irham Fahmi (2013: 2), mengemukakan
bahwa: “Manajemen Keuangan merupakan penggabungan dari ilmu
dan seni yang membahas, mengkaji dan menganalisis tentang
bagaimana seorang manajer keuangan dengan mempergunakan
seluruh sumber daya perusahaan untuk mencari dana, mengelola
dana dan membagi dana dengan tujuan memberikan profit atau
kemakmuran bagi para pemegang saham dan suistainability
(keberlanjutan) usaha bagi perusahaan.”
2. Fungsi Manajemen Keuangan
Tolak ukur penting pada fungsi manajemen keuangan tergantung
pada besarnya suatu perusahaan. Misalnya pada perusahaan kecil,
fungsi keuangan ini biasanya dilakukan pada departemen akuntansi.
Sesudah perusahaan berkembang, berubah menjadi menjadi
departemen. Fungsi manajemen keuangan yang paling utama yakni
pada pembuatan keputusan investasi, pembiayaan dan dividen bagi
sebuah perusahaan maupun organisasi bahkan juga pada koperasi
maupun pada instansi - instansi pemeritah.
15
Berdasarkan Bambang Riyanto (2001:6) yang mengatakan bahwa
pada dasarnya manajemen keuangan juga memiliki fungsi yang terdiri
dari beberapa yakni :
a) Fungsi Penggunaan atau biasa disebut dengan Pengalokasian
Dana di mana pada pelaksanaannya manajemen keuangan harus
mampu membuat sebuah keputusan untuk investasi maupun pada
pemilihan alternatif investasi.
b) Fungsi Perolehan Dana yang biasa disebut yakni sebagai fungsi
yang mencari pendanaan perusahaan dalam pelaksanaannya
manajemen keuangan harus mampu mengambil suatu keputusan
pendanaan atau pemilihan pada alternatif pendanaan (financing
decision).
Definisi fungsi manajemen keuangan ialah untuk menjadi
pedoman bagi manajer perusahaan pada setiap pembuatan
keputusan yang dilakukan untuk kelancaran perusahaannya
terpenting dalam hal manajemen keuangannya, fungsi
manajemen keuangan memiliki tiga keputusan yang utama harus
dilakukan pada suatu perusahaan, yakni adalah :
a) Keputusan Investasi yakni adalah sebuah keputusan yang
diambil oleh manajer keuangan untuk allocation of fund atau
pengalokasian dana dalam bentuk investasi yang bisa
memberikan laba di masa depan. Keputusan investasi ini akan
dapat dilihat dari aktiva perusahaan, dan akan memberikan
pengaruh pada struktur kekayaan perusahaan yakni
perbandingan antara current assets dengan fixed asset.
16
b) Keputusan Pendanaan ialah sebuah keputusan manajemen
keuangan untuk melakukan pertimbangan serta analisis
perpaduan antara sumber dana yang cukup ekonomis bagi
perusahaan dalam mendanai kebutuhannya pada investasi
dan juga kegiatan operasional yang dilakukan perusahaannya.
Keputusan pendanaan akan dilihat pada sisi pasif perusahaan,
dengan melihat baik jangka pendek dan jangka panjang yang
terjadi maka perbandingan tersebut menjadi sebuah struktur
finansial. Dan jika dilihat yang ada hanya dana investasi pada
jangka panjang saja oleh karena itu perbandingan ini disebut
struktur modal. Pada pembuatan keputusan pendanaan
dipengaruhi oleh struktur modal baik struktur finansial
c) Keputusan Dividen ini merupakan sebuah bagian dari
keuntungan yang dimiliki suatu perusahaan yang kemudian
dibayarkan kepada pihak pemegang saham. Keputusan
dividen ini ialah sebuah keputusan manajemen keuangan
untuk menentukan seberapa besarnya proporsi keuntungan
yang dibagikan kepada pihak pemegang saham serta proporsi
dana yang hendak disimpan di perusahaan sebagai
keuntungan untuk pengelolaan perusahaan.
C. Pengelolaan Keuangan
1. Pengertian Pengelolaan
Pengertian umum pengelolaan yakni merupakan suatu kegiatan
yang merubah sesuatu hingga menjadi lebih baik dan memiliki nilai-
nilai yang tinggi dari sebelumnya. Pengelolaan dapat juga
17
didefinisikan sebagai suatu untuk melakukan sesuatu agar bisa lebih
sesuai dan cocok berdasarkan kebutuhan sehingga jauh lebih
bermanfaat. Nugroho (2003: 119) menyatakan bahwasahnya :
“Pengelolaan merupakan istilah yang dipakai dalam ilmu manajemen.
Secara etimologi istilah pengelolaan berasal dari kata kelola (to
manage) dan biasanya merujuk pada proses mengurus atau
menangani sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu.”
Jadi sebenarnya pengelolaan merupakan sebuah ilmu manajemen
yang berkaitan dengan proses yang mengurus dan menangani suatu
dalam mencapai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Sedangkan
berdasarkan Syamsu menitik beratkan pengelolaan sebagai sebuah
fungsi manajemen yang mencakup perencanaan, pelaksanaan,
pengorganisasian dan pengontrolan dalam mencapai sebuah efisiensi
pekerjaan.
Menurut Pamudji diatas mengenai pengelolaan keuangan dapat
dilihat menitik beratkan berdasarkan dua faktor penting yakni :
a) Pengelolaan sebagai pembangunan yang mampu merubah
suatu hal sehingga menjadi hal yang baru dan memiliki nilai
yang lebih tinggi dari sebelumnya
b) Pengelolaan ini sebagai pembaharuan yakni sebuah usaha
dalam melakukan pemeliharaan suatu agar selaras dengan
kebutuhan - kebutuhan.
Kemudian Atmosudirjo (2005: 160) memberikan pengertian
bahwasahnya yakni Pengelolaan ialah sebuah pengendalian dan
pemanfaatan pada semua faktor sumber daya yang dalam sebuah
18
perencanaan dibutuhkan dalam menyelesaikan sebuah tujuan
tertentu. Dari definisi diatas Admosudirjo menitik beratkan
pengelolaan dalam proses memanfaatkan dan mengendalikan semua
faktor sumber daya dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai sesuai
dengan perencanaan yang telah disusun.
Selanjutnya Menurut Moekijat (2000:1) menyatakan bahwa definisi
sebuah pengelolaan yakni suatu proses tertentu yang terdiri dari
kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengawasan yang dilakukan dalam menentukan dan mencapai tujuan
yang hendak dicapai dengan menggunakan cara manusia dan
sumber lainnya. Sehingga, Moekijat menitik beratkan pengelolaan ini
pada sebuah proses merencanakan, mengorganisasi, menggerakkan,
mengawasi dalam mencapai tujuan yang ditentukan dengan
menggunakan sumber daya manusia dan sumber yang lainnya.
2. Pengelolaan Keuangan Negara
Pengelolaan keuangan negara yakni merupakan bagian dari
sebuah pelaksanaan pemerintahan negara. Pengelolaan keuangan
negara ialah bentuk keseluruhan kegiatan pejabat pengelola
keuangan negara yang sesuai dengan kedudukan dan
kewenangannya yang diberikan, yang meliputi ;
a) perencanaan keuangan negara;
b) pelaksanaan keuangan negara;
c) pengawasan keuangan negara; dan
d) pertanggungjawaban keuangan negara.
19
Pengelolaan keuangan negara yang ada sebagai bentuk tanggung
jawab menteri keuangan selaku bendahara umum negara yang
merupakan rangkaian dari pengelolaan keuangan negara. Definisi
keuangan negara ialah keuangan yang diberikan wewenang oleh
bendahara umum negara yang mencakup rupiah dan valuta asing.
Sedangkan itu, uang negara juga terdiri dari uang dalam kas negara
serta uang pada bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran
kementerian negara atau lembaga pemerintah non kementerian, dan
lembaga negara.
Kuasa bendahara umum negara pada pengelolaan keuangan
negara yang dilakukan oleh kuasa bendahara umum negara yang
mencakup sebagai berikut;
a) mengatur sistem penerimaan dan pengeluaran keuangan kas
negara;
b) menunjuk bank serta lembaga keuangan yang lainnya dalam
rangka melaksanakan penerimaan dan pengeluaran anggaran
negara;
c) mengatur keuangan yang diperlukan pada kegiatan anggaran
negara;
d) menyimpan uang kas negara;
e) memberikan tempat pada uang negara;
f) mengelola dan melakukan investasi melalui pembelian surat utang
negara;
20
g) melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat yang
menggunakan anggaran atas beban rekening kas umum negara;
dan
h) menyajikan dan memberikan informasi keuangan negara
Pengelolaan keuangan negara bisa di rincikan ke dalam
pengelolaan kas umum negara, kegiatan penerimaan negara oleh
kementerian negara, lembaga non kementerian, dan lembaga negara.
Selanjutnya juga pada pengelolaan keuangan sebagai persediaan
untuk kebutuhan kementerian negara, lembaga pemerintah non
kementerian, dan lembaga negara. Perincian ini dilakukan bertujuan
sebagai pembeda fungsi, agar pada pengelolaan keuangan tetap
terarah dan tetap pada sasaran yang akan dicapai.
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara yang berarti Keuangan pada hak dan
kewajiban Negara yang bisa dinilai dengan uang serta segala sesuatu
hal baik berupa uang maupun menyerupai barang bisa dijadikan milik
Negara sehubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
Termasuk juga didalamnya berdasarkan bagian kekayaan Negara
dan segala hak dan kewajiban yang muncul dikarenakan: 1)ada pada
penguasaan, pengurusan dan pertanggungjawaban pejabat lembaga
negara, baik itu ditingkat pusat maupun berada ditingkat daerah;
2)Berada dalam jangkauan penguasaan dan pertanggungjawaban
Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yayasan,
badan hukum serta perusahaan yang memberikan modal pada
21
negara atau perusahaan yang memberikan modal pada pihak ketiga
sesuai dengan perjanjian dengan Negara.
Berdasarkan Godhart (Ekstein,1981: 21) , keuangan Negara iaah
bentuk keseluruhan dari undang undang yang telah ditetapkan secara
periodik yang memberikan kekuasaan pada pemerintah dalam
mengimplementasikan pengeluaran mengenai periode tertentu dan
memberikan alat pembiayaan yang dibutuhkan dalam menutup
pengeluaran tersebut. Adapun Unsur-unsur keuangan Negara
menurut Geodhart mencakup :
a) Periodik;
b) Pemerintah sebagai pelaksana anggaran keuangan;
c) Pelaksanaan anggaran yang mencakup dua wewenang, yakni
wewenang pada pengeluaran dan wewenang dalam menggali
sumber-sumber pembiayaan agar mampu menutup
pengeluaran - pengeluaran yang bersangkutan, dan
d) Bentuk anggaran Negara ialah berupa sebuah undang-
undang.
Keuangan Negara berdasarkan pengertian lain, yakni Van der
Kemp ialah seluruh hak yang bisa dinilai dengan uang, dan juga
segala sesuatu (baik menyerupai uang maupun barang) yang mampu
dijadikan milik negara sehubungan dengan hak-hak tersebut.
Sedangkan berdasarkan Otto Ekstein, pada public finance
menyatakan bahwasahnya keuangan negara ialah sebuah bidang
yang mempelajari dampak dari anggaran belanja atas ekonomi,
22
terkhusus pada dampak dari dicapainya ekonomi yang penting pada
pertumbuhan, keadilan, dan efisien
Definisi keuangan negara sebagai mana yang telah dicantumkan
pada penjelasan umum Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
Tentang Keuangan Negara adalah sebagai berikut;
a) Dari sisi objek, yang dimaksud pada keuangan negara
mencakup hak dan kewajiban negara yang bisa dinilai dengan
uang termasuk juga kebijakan dan kegiatan pada bidang
fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan sebuah negara
yang dipisahkan, serta segala berdasarkan suatu baik berupa
uang maupun barang yang bisa dijadikan milik negara
sehubungan dengan kegiatan hak dan kewajiban tersebut;
b) Dari sisi subjek, yang dimaksudkan dengan keuangan negara
ialah mencakup pada objek seperti hal diatas yang dimiliki
oleh negara, maupun dikuasai oleh pemerintah pusat,
pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan
lain yang berkaitan dengan keuangan negara.
c) Dari sisi proses, keuangan negara ini meliputi seluruh
rangkaian pelaksanaan yang sehubungan dengan
pengelolaan objek sebagaimana hal diatas bermula dari
perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai
pada proses pertanggungjawaban.
d) Dari sisi tujuan, keuangan negara mencakup seluruh
kebijakan, kegiatan pelaksanaan dan hubungan hukum yang
berhubungan dengan pemilikan maupun penguasaan objek
23
sebagaimana hal diatas dalam rangka pelaksanaan
pemerintahan negara
Sesuai dengan amanat Pasal 23C Undang-Undang Keuangan
Negara perlu jelaskan aturan pokok yang sudah ditetapkan pada
Undang-Undang Dasar 1945 tersebut ke dalam asas-asas umum
yang mencakup baik itu asas-asas yang sudah lama dikenal
dalam pengelolaan keuangan Negara, seperti asas tahunan, asas
universalitas, asas kesatuan dan asas spesialitas maupun asas-
asas baru sebagai pencerminan best practice (penerapan nilai-
nilai yang baik. Terdapat empat prinsip dasar pengelolaan
keuangan Negara, yaitu sebagai berikut;
a) Akuntabilitas yakni berdasarkan hasil atau kinerja;
b) Keterbukaan pada setiap transaksi keuangan pemerintah;
c) Pemberdayaan keterampilan manajer profesional; dan
d) Adanya lembaga pemeriksa eksternal yang kuat, profesional
dan mandiri serta dihindarinya duplikasi dalam pelaksanaan
pemeriksaan
Pada dasarnya, keuangan negara sebagai sumber pembiayaan
dalam rangka mencapai tujuan negara tidak bisa dipisahkan
dengan ruang lingkup yang dimilikinya. Oleh sebab itu ruang
lingkup menentukan substansi yang dikandung dalam keuangan
Negara. Sebenarnya keuangan negara harus memiliki ruang
lingkup agar terdapat kepastian hukum yang menjadi pegangan
bagi pihak-pihak yang melakukan pengelolaan keuangan negara.
24
D. Penelitian Terdahulu
Untuk mendukung penelitian yang akan dilakukan, maka terdapat
penelitian sebelum yang relevan dengan penelitian ini.
1. Penelitian ini dilakukan oleh Kiky Sri rejeki tahun 2015 pada studi
akuntansi dan bisnis dengan hasil penelitian Undang-Undang Desa
memberi konsekuensi ekonomi yang besar bagi Desa dengan
mengalokasikan APBN langsung kepada setiap Desa di Indonesia.
Desa tidak lagi dianggap hanya sebagai objek pembangunan, tetapi
juga sebagai subjek pembangunan. Desa langsung dilibatkan dalam
proses perencanaan hingga pelaksanaan pembangunan. Desa
memiliki kemandirian dan juga fleksibilitas untuk menentukan prioritas
pembangunannya. Dalam rangka mewujudkan desa yang mandiri dan
sejahtera, maka tata kelola pemerintahan desa yang efektif dan
efisien menjadi sangat penting, terutama mengenai tata kelola
keuangan. Tata kelola Pemerintahan Desa dimulai dari perencanaan
dan penganggaran hingga pembinaan dan pengawasan. Dalam
menjalankan pemerintahannya, Desa seharusnya bertindak
transparan, mulai dari tingkatan perencanaan hingga pelaksanaan.
Segala kegiatan Desa dengan tujuan untuk kemakmuran Desa juga
harus dapat dipertanggungjawabkan. Pemerintah Desa harus mampu
menyediakan mekanisme akuntabilitas melalui laporan
pertanggungjawaban. Pembangunan Desa yang mandiri dan
sejahtera juga membutuhkan partisipasi dari masyarakat. BPD dapat
menjadi jalan bagi partisipasi masyarakat untuk membangun
desanya. BPD dapat memberikan saran dan masukan mengenai
25
prioritas pembangunan Desa dan juga dapat berfungsi sebagai
pengawas dalam pelaksanaan pembangunan Desa. Pembinaan dan
pengawasan juga perlu dilakukan untuk menjamin keberlangsungan
perbaikan kinerja dari Pemerintah Desa.
2. Penelitian ini dilakukan oleh Alizar Mustafa dan Sitaresmi Wahyu
Handani pada tahun 2017 dengan judul penelitian Pengukuran Kinerja
Sistem Informasi Tata Kelola Keuangan Kantor Kecamatan
Kemranjen Kabupaten Banyumas Menggunakan, Framework Cobit
5.0 Pada Domain MEA (Monitor, Evaluate, ASSESS) Pengukuran
capability level proses tata kelola keuangan dengan menggunakan
COBIT 5 pada Kecamatan Kemranjen memiliki ruang lingkup
(enterprise goals) sebanyak 7, IT- Related Goals sebanyak 12 control
objective dan total proses TI (IT Process) sebanyak 3 proses pada
domain MEA. Domain MEA sebanyak 3 proses yaitu monitor, evaluasi
dan menilai kinerja dan penyesuaian (MEA01), monitor, evaluasi dan
menilai sistem pengendalian internal (MEA02), menilai kepatuhan
dengan kesesuaian kebutuhan eksternal (MEA03). Hasil dari ketiga
proses tersebut mendapatkan nilai rata-rata capability level atau
tingkat kemampuan sebesar yang artinya berada pada level 2 atau
Managed Process itu berarti proses yang dilakukan sekarang
diimplementasikan, dikelola (direncanakan, dimonitor dan
disesuaikan) dan produk kerja yang tepat ditetapkan, dikendalikan
dan dipelihara. Penelitian ini hanya menghasilkan rekomendasi pada
permasalahan yang ditemukan dan sub domain yang masih berada
ditingkat kematangan repeatable atau bisa diulang
26
3. Penelitian ini dilakukan oleh Kristie Onasis dan Robin pada tahun
2016 jurusan manajemen dengan judul penelitian Pengaruh Tata
Kelola Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan
Sektor Keuangan Yang Terdaftar di BEI adapun hasil penelitian yakni
Ukuran direksi memiliki pengaruh signifikan positif terhadap nilai
perusahaan yang bergerak di sektor keuangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Isshaqet al. (2009), Sulong dan Nor (2008), Beiner et al. (2004),
Oxelheim dan Randoy (2001), Fallatah dan Dickins (2012),
Babatunde dan Olaniran (2009), serta Stefanescu (2011). Hasil ini
bertolak belakang dengan penelitian Obradovich dan Gill (2013),
Kumar dan Singh (2013), Gill dan Mathur (2011), serta Haniffa dan
Hudaib (2006). Dewan independen memiliki pengaruh signifikan
positif terhadap nilai perusahaan yang bergerak di sektor keuangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rouf (2011), Abbasi et al. (2012),
Helland dan Sykuta (2005), serta Stefanescu (2011). Hasil ini bertolak
belakang dengan penelitian Sulong dan Nor (2008), Oxelheim dan
Randoy (2001), Fallatah dan Dickins (2012), Sami et al. (2009), serta
Babatunde dan Olaniran (2009). Komite audit memiliki pengaruh
signifikan positif terhadap nilai perusahaan yang bergerak di sektor
keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Obradovich dan Gill (2013),
Rouf (2011), serta Tornyeva dan Wereko (2012). Hasil ini bertolak
belakang dengan penelitian Babatunde dan Olaniran (2009). Rapat
27
komite audit memiliki pengaruh signifikan positif terhadap nilai
perusahaan yang bergerak di sektor keuangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh DeZoort et al. (2002), Coleman (2007) dan Bouaziz dan Triki
(2012), namun bertolak belakang dengan hasil penelitian Ojulari
(2012).
4. Penelitian ini dilakukan oleh A. Khorul Anam, Muhammad Ridho dan
Fatchur Rohman pada tahun 2017 dengan judul penelitian
Implementasi Sistem Informasi Yayasan (SIYAP) Terhadap Kualitas
Tata Kelola Keuangan Yayasan Pendidikan Islam Di Jepara dengan
hasil penelitian Seluruh tahapan program pengabdian masyarakat
meliputi Pengembangan sistem informasi yayasan (SIYap);
Penerapan dan Proses implementasi aplikasi SIYap; Penyusunan
prosedur mutu tata kelola keuangan; Implementasi prosedur mutu
tatakelola keuangan; serta pendampingan dan penerapan manajemen
tata kelola keuangan telah dilaksanakan dengan baik, dengan output
luaran berupa aplikasi SIYap versi 0.1 dan dokumen Prosedur Mutu
pengelolaan keuangan dan kelembagaan yayasan. Pengelolaan
keuangan yayasan saat ini telah menggunakan sistem
terkomputerisasi, melalui implementasi SIYap maka akan dapat
meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasi dan mengurangi
timbulnya kesalahan atau manipulasi dalam sistem akuntansi.
Laporan keuangan telah disajikan dengan baik, tepat waktu dan
akurat melalui sistem. Mekanisme pengelolaan keuangan dan
kelembagaan telah diatur melalui berbagai prosedur mutu yang telah
28
disusun, hal ini menunjukkan pelaksanaan tata kelola kelembagaan
yang baik. Dengan implementasi tata kelola kelembagaan yang baik
maka akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas serta mengurangi
timbulnya kesalahan dalam pengelolaan yayasan.
5. Penelitian ini dilakukan oleh Indra Dwi Hartanto dan Aries Tjahyanto
pada tahun 2010 dengan judul penelitian Analisa Kesenjangan Tata
Kelola Teknologi Informasi Untuk Proses Pengelolaan Data
Menggunakan Cobit (Studi Kasus Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia) dan hasil penelitian sebagai berikut, Tata kelola
teknologi informasi pada proses pengelolaan data di Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia saat ini secara umum telah
cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan atribut tingkat kematangan tata
kelola teknologi informasi yang sebagian besar berada pada tingkat
kematangan level 2 (repeatable but intuitive) dan level 3 (defined
process). Ekspetasi terhadap tata kelola teknologi informasi yang
semakin baik oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
Hal ini ditunjukan dengan keinginan pencapaian tingkat kematangan
tata kelola teknologi informasi pada level 5 (optimized) Agar proses
perbaikan tata kelola teknologi informasi menuju tingkat kematangan
yang diharapkan dapat optimal, maka diperlukan strategi proses
perbaikan tata kelola teknologi informasi yakni perbaikan tata kelola
teknologi informasi dilakukan secara bertahap.
29
E. Kerangka Konsep
Tata kelola keuangan pada badan pertanahan nasional kabupaten
wajo tentunya tidak lepas dari manajemen keuangan serta pengelolaan
keuangan negara, dengan berdasarkan pada undang-undang 1945
dengan pasal 23C dengan prinsip pengelolaan keuangan negara ada
empat prinsip dasar pengelolaan keuangan yakni adalah 1) akuntabilitas
2) keterbukaan 3) pemberdayaan dan 4) pemeriksaan yang digunakan
sebagai indikator pengukur dalam penelitian tata kelola keuangan pada
badan pertanahan nasional kabupaten wajo. Dan digambarkan dengan
konsep sebagai berikut
(Gambar: 2.1)
Tata Kelola
Keuangan
a. Akuntabilitas
b. Keterbukaan
c. Pemberdayaan
Pengelolaan Manajemen
Keuangan Pada Badan
Pertanahan Nasional
Kabupaten Wajo
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Fokus Penelitian
Adapun fokus penelitian pada penelitian tata kelola keuangan
pada badan pertanahan nasional kabupaten wajo yakni adalah
akuntabilitas, keterbukaan, pemberdayaan dan pemeriksaan pada
manajemen tata kelola pada instansi tersebut, meliputi:
1. Tata Kelola Keuangan yakni adalah pengelolaan keuangan yang
dilakukan oleh pemerintah badan pertanahan nasional kabupaten
wajo.
2. Akuntabilitas yakni adalah sebuah konsep dimana sebuah
pertanggung jawaban yang dilakukan oleh pemerintah badan
pertanahan nasional kabupaten wajo terhadap pengelolaan
keuangan.
3. Keterbukaan yakni adalah transparansi yang dilakukan oleh
pemerintah badan pertanahan nasional kabupaten wajo pada seluruh
pengelolaan dana yang digunakan baik masuk dan keluar keuangan.
4. Pemberdayaan yakni adalah pemberdayaan yang dilakukan pada
manajer/ staf manajemen pengelolaan keuangan pada badan
pertanahan nasional kabupaten wajo..
5. Pengelolaan keuangan pada badan pertanahan nasional kabupaten
wajo yakni pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh pemerintah
untuk mengatur keuangan pada instansinya.
30
31
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama 2 bulan yang direncanakan
mulai bulan juli - September 2020. Adapun penelitian ini dilaksanakan
pada Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Wajo, beralamat di Jalan
Pahlawan No.30,Lapongkoda,Tempe,Kabupaten Wajo,Sulawesi Selatan.
C. Jenis dan Tipe Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian deskriptif kualitatif. Yang
di mana jenis penelitian ini menjelaskan mengenai suatu prosedur penelitian
yang menggunakan data deskriptif berupa kata, tulisan serta lisan dari
pelaku yang dapat diamati. Adapun tipe penelitian ini adalah fenomenologi,
yaitu suatu penelitian yang dilakukan melalui pemaparan dan pengalaman
yang dialami oleh informan dengan didukung data kualitatif, di mana peneliti
berusaha untuk mengungkapkan suatu fakta tertentu dan memberikan
gambaran secara objektif tentang keadaan dan permasalahan yang
dihadapi. Penelitian ini akan dilaksanakan agar dapat mendapatkan
gambaran secara objektif mengenai diskresi tata kelola keuangan badan
pertanahan nasional kabupaten wajo balai Sama halnya menurut Sugiyono
(2012: 11) penelitian berdasarkan tingkat kejelasan dapat didefinisikan
bahwasahnya Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan
agar mengetahui seberapa besar nilai variabel mandiri, baik pada satu
variabel atau mandiri tanpa membuat perbandingan, dan menghubungkan
pada variabel yang lain.
26
26
32
D. Sumber Data
Dalam hal ini sumber data yang digunakan untuk melakukan penelitian ini
ialah sebagai berikut :
1. Data primer ialah data yang didapatkan melalui hasil penelitian secara
langsung kepada objek yang akan diteliti. Data primer ini didapatkan
dengan hasil wawancara langsung terhadap responden atau pihak-pihak
yang terkait ataupun melalui kuesioner yang diberikan yaitu berupa daftar
pertanyaan yang berkaitan dengan tata kelola keuangan badan
pertanahan nasional kabupaten wajo.
2. Data sekunder ialah data yang diperoleh dari sebuah pihak ke dua, ketiga
dan seterusnya. Misalnya dari sebuah instansi ataupun organisasi yang
bersangkutan, atau perorangan dari pihak yang telah mengumpulkan dan
mengalihkannya, seperti data dokumentasi, data wawancara dengan
masyarakat, foto-foto, buku dan lain-lain yang relevan dengan penelitian.
Hal ini diperoleh dengan mencari dan mengumpulkan data dari informan
baik itu secara tertulis ataupun gambar-gambar dan tulisan - tulisan yang
berkaitan dengan penelitian.
E. Informan Penelitian
Dalam desain penelitian deskriptif kualitatif, jenis informan/responden ada
dua yaitu informan kunci (key informan) dan informan sekunder (secondary
informan). Informan kunci yaitu mereka yang dianggap menguasai objek
penelitian. Sedangkan pada informan sekunder untuk melengkapi informasi
data - data tentang objek penelitian untuk membanyak analisis, tetapi tidak
harus ada. Adapun informan dalam penelitian ini ialah :
33
NO. Unsur Informan
1. Kepala Badan Pertanahan Nasional Kab. Wajo
2. Kabid Perencanaan, evaluasi dan Pelaporan
3. Kabid Keuangan dan BMN
4. Kabid Organisasi dan Kepegawaian
5. Kabid Seksi Infrastruktur Pertahanan
6. Kabid Pengadaan Tanah
7. Kabid Penanganan Masalah dan Pengendalian pertanahan
Tabel 3.1 (unsur informan)
F. Teknik Pengumpulan Data
Pada teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai, yakni berikut :
1. Wawancara (Interview)
Teknik pengumpulan data ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran
- gambaran tentang objek yang akan menjadi bahan penelitian dengan cara
tanya jawab secara lebih rinci dan terbuka dengan secara langsung pada
informan/responden. Wawancara ialah percakapan yang dilakukan dengan
maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh kedua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang akan mengajukan pertanyaan dan yang
akan diwawancarai (interviewee) kemudian memberikan jawaban atas
pertanyaan yang ditanyakan itu.
2. Obervasi Langsung
Teknik ini merupakan sebuah pengamatan yang dilakukan secara
langsung pada objek yang akan diteliti guna mendapatkan keterangan yang
berupa informasi, data serta fakta akurat yang berkaitan dengan objek
34
penelitian. Pada teknik ini juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
keseimbangan antara keterangan informan atau responden dan data pada
kenyataan yang ada dengan melakukan pengamatan secara langsung
terhadap objek dan tetap mengawasi keabsahannya. Observasi di definisikan
sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik pada gejala atau
masalah yang nampak di objek penelitian.
3. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Sugiyono (2015:329) adalah suatu cara yang
digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip ,
dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan
yang mendukung penelitian. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan
data kemudian ditelaah. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi silabus, RPP dan profil sekolah.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan atas
penjelasan oleh Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012: 92-99), yaitu:
1. Reduksi Data (data reduction)
Reduksi data adalah tindakan memilih dan memilah data-data yang sesuai
dengan obyek penelitian melalui rangkuman, memilih data - data pokok, dan
memfokuskan pada hal-hal yang dianggap penting, mencari tema dan pola
serta membuang hal-hal yang dianggap tidak perlu.
2. Penyajian Data (display data)
Data yang dikumpulkan oleh penulis akan disajikan dalam bentuk uraian
singkat dengan menjelaskan hubungan masing-masing kategori dan
melampirkan dalam sebuah bagan.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (conclusion drawing and verification)
35
Kesimpulan yang ditemukan masih bersifat sementara sampai ditemukannya
data dan bukti yang lebih valid untuk digunakan pada tahap selanjutnya.
H. Keabsahan Data
Salah satu cara yang digunakan oleh peneliti dalam pengujian kredibilitas
data adalah dengan triangulasi. Sugiyono (2012), membagi triangulasi ke
dalam tiga macam, yaitu:
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang sudah
diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam hal ini peneliti melakukan
pengumpulan dan pengujian data yang sudah diperoleh dari hasil
pengamatan, wawancara, dan dokumen-dokumen yang ada. Kemudian
peneliti melakukan perbandingan antara hasil pengamatan dengan
wawancara, dan membandingkan lagi antara hasil wawancara dengan
dokumentasi yang ada .
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan data dari
sumber yang sama tetapi menggunakan teknik yang berbeda. Dalam hal ini
data yang didapatkan dari wawancara, kemudian melakukan pengecekan
dengan observasi dan dokumen. Jika tiga teknik ini mendapatkan hasil data
yang berbeda, maka peneliti harus mendapatkan data yang valid dengan
cara melakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber daya untuk mengetahui
data mana yang benar atau mungkin semuanya benar karena pendapat
mereka berbeda-beda.
3. Triangulasi Waktu
36
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan
melalui teknik wawancara dengan narasumber, teknik wawancara ini
dilakukan pada pagi hari pada saat narasumber masih segar bugar dan
belum ada masalah sehingga akan memberikan data yang valid. Untuk itu
pengujian kredibilitas ini dilakukan dengan mengecek wawancara, observasi
dan teknik lainnya dalam waktu dan situasi yang berbeda
I. Rencana Penelitian
Agar penelitian ini lebih terarah dan terencana dengan baik, maka peneliti
menyusun jadwal penelitian sebagai berikut
No URAIAN
KEGIATAN
Juni Juli Agustus September
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembuatan
Proposal
2 Seminar
Proposal
3 Penelitian
4 Analisis Data
5 Konsultasi
6 Pembuatan
Seminar Hasil
7 Seminar Hasil
Tabel 3.2 (rencana penelitian)
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Wajo
Kabupaten Wajo dengan ibu kotanya Sengkang, terletak dibagian tengah
Provinsi Sulawesi Selatan dengan jarak 242 km dari Makassar Ibukota Provinsi
Sulawesi Selatan, memanjang pada arah laut tenggara dan terakhir merupakan
selat, dengan posisi geografis antara 3º 39º - 4º 16º LS dan 119º 53º-120º 27
BT.2 Luas wilayahnya adalah 2.506,19 Km² atau 4,01% dari luas Propinsi
Sulawesi Selatan dengan rincian Penggunaan lahan terdiri dari lahan
tegal/kebun 38.769,4 Ha, ladang/huma 11.780 Ha, perkebunan 29.914,1 Ha,
tanah tanaman kayu-kayu hutan 7.226,5 Ha, dan lainnya 62.575 Ha. Batas
wilayah Kabupaten Wajo sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Luwu dan Kabupaten Sidrap.
1. Sebelah Selatan : Kabupaten Bone dan Soppeng.
2. Sebelah Timur : Teluk Bone.
3. Sebelah Barat : Kabupaten Soppeng dan Sidrap.
Topografi di Kabupaten Wajo mempunyai kemiringan lahan cukup bervariasi
mulai dari datar, bergelombang hingga berbukit. Sebagian besar wilayahnya
tergolong datar dengan kemiringan lahan/lereng 0 – 2 % luasnya mencapai
212,341 Ha atau sekitar 84 %, sedangkan lahan datar hingga bergelombang
dengan kemiringan / lereng 3 – 15 % luas 21,116 Ha (8,43%), lahan yang berbukit
dengan kemiringan / lereng diatas 16 – 40 % luas 13,752 Ha (5,50 %) dan
kemiringan lahan diatas 40 % (bergunung) hanya memiliki luas 3,316 Ha
(1,32%).4
37
38
B. Gambaran Umum Badan Pertanahan Nasional
Kantor Pertanahan Kabupaten Wajo terletak dalam wilayah Kelurahan
Lapangkoda, Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan,
tepatnya di Jalan Andi Lantara No. 38, Sengkang.
1. Sumber Daya Manusia
Kantor Pertanahan Kabupaten Wajo memiliki sumber daya manusia yang
terdiri dari 77 orang yang terdiri Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai
Pemerintah Non Pegawai Negeri (PPNPN), serta pegawai honor lainnya. Rincian
dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 4.1 Data Kepegawaian Kantor Pertanahan Kabupaten Wajo
No. Pangkat/Golongan Jumlah Pegawai
1. Pembina/IV a 1
2. Penata Tk.I/III d 5
3. Penata /III c 6
4. Penata Muda Tk./III b 5
5. Penata Muda/III a 7
6. Pengatur Tk. I/II d 1
7. Pengatur/II c 3
8. Pengatur Muda Tk.I/Iib 4
9. Pengatur Muda/ Iia 2
10. PPNPN 33
11. Honorer 9
12. Security, Supir, OB 3
13. Purnabakti 2
Jumlah 81
Sumber : Kepegawaian Kantah Wajo, 2019.
39
2. Visi Misi Badan Pertanahan Nasional
Adapun Visi dan Misi Kantor Pertanahan Kabupaten Wajo adalah sebagai
berikut:
Visi :
Menjadi lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat serta keadilan dan keberlanjutan kemasyarakatan,
kebangsaan dan kenegaraan RI.
Misi :
Mengembangkan dan menyelenggarakan politik dan kebijakan pertanahan
untuk :
a. Meningkatkan Kinerja dan Profesionalisme Serta Iman dan Taqwa
Pegawai.
b. Mewujudkan Komitmen Bersama Memberikan Pelayanan Yang
Berkualitas dan Jaminan Kepastian Hukum.
c. Meningkatkan Mutu Pelayanan Yang Responsif, Transparan, Akuntabel
dan Tidak Diskriminatif.
d. Mewujudkan Penyelesaian Sengketa dan Konflik Pertanahan Yang
Berkeadilan.
e. Berkomitmen Mensukseskan Program Strategis Nasional dan Rencana
Strategis Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo Sesuai Ketentuan Yang
Berlaku.
40
3. Tugas dan Fungsi Badan Pertanahan Nasional
a) Tugas:
1) Menyusun bahan daftar inventaris aplikasi komputer dan
spesifikasi perangkat keras komputer dan jaringan yang
digunakan;
2) Menyusun bahan petunjuk penggunaan aplikasi komputer,
pengelolaan sistem dan jaringan komputer;
3) Melakukan pengelolaan sistem operasi komputer atau
aplikasi yang digunakan dalam unit kerja terkait untuk
memberikan hak akses user kepada pegawai;
4) Melakukan instalasi dan pembaharuan aplikasi komputer
dan anti virus;
5) Melakukan pengelolaan database;
6) Melakukan pemantauan dan deteksi kerusakan dan
pemeliharaan terhadap aplikasi, perangkat dan jaringan
komputer agar berjalan secara optimal; dan
7) Menyusun bahan permasalahan dan perubahan /
perkembangan aplikasi, perangkat dan jaringan komputer.
b) Tugas :
Mengawasi, mengelola dan memelihara sistem jaringan
komputer dan sirkuit data.
41
4. Struktur Organisasi Badan Pertanahan Nasional
Skema Bagan Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Wajo
42
C. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka peniliti akan
menjabarkan tentang Analisis Tata Kelola Keuangan pada badan
Pertanahan Nasional Kabupaten Wajo berdasarkan pada undang-
undang 1945 dengan pasal 23C dengan prinsip pengelolaan
keuangan negara ada empat prinsip dasar pengelolaan keuangan
yakni adalah 1) akuntabilitas 2) keterbukaan 3) pemberdayaan
dan 4) pemeriksaan data yang diperoleh akan dijabarkan
mengenai analisis tata kelola keuangan Badan Pertanahan
Nasional Kabupaten Wajo.
Penelitian ini menggunakan tolak ukur undang-undang 1945
dengan pasal 23C dengan prinsip pengelolaan keuangan negara
ada empat prinsip dasar pengelolaan keuangan dapat diukur
dengan indikator berikut :
a. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah sebuah konsep etika yang dekat dengan
administrasi publik pemerintahan (lembaga eksekutif
pemerintah, lembaga legislatif parlemen dan lembaga yudikatif
kehakiman) yang mempunyai beberapa arti antara lain, hal ini
sering digunakan secara sinonim dengan konsep-konsep
seperti yang dapat dipertanggungjawabkan (responsibility),
kemampuan memberikan jawaban (answeraility), yang dapat
dipersalahkan (blameworthiness) dan yang mempunyai
ketidakbebasan (liability) termasuk istilah lain yang mempunyai
43
keterkaitan dengan harapan dapat menerangkannya.
Akuntabilitas secara umum dapat diartikan sebagai permintaan
pertanggungjawaban atas pemenuhan tanggung jawab yang
diserahkan kepadanya. Dalam tugasnya mengaudit laporan
keuangan, auditor dituntut bekerja dengan akuntabilitas yang
tinggi dan secara profesional. Hal ini untuk memenuhi
permintaan klien yang menginginkan kinerja yang tinggi.
Dengan indikator diatas adapun pertanyaan wawancara
yang dilakukan peneliti kepada 7 narasumber yakni, Kepala
Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Wajo, Kabid
Perencanaan evaluasi dan Pelaporan, Kabid Keuangan dan
BMN, Kabid umum dan kepegawaian, Kabid seksi infrastruktur
pertanahan, Kabid pengadaan Tanah, Kabid penanganan
masalah dan pengendalian pertanahan.
a) Berdasarkan indikator akuntabilitas mengenai
akuntabilitas pengelolaan keuangan pada Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten Wajo, peneliti kemudian
mewawancarai SA selaku Kepala Badan Pertanahan
Kabupaten Wajo, mengatakan bahwasannya :
“...kalau akuntabilitasnya kita ini secara vertikal, tidak
terkait dengan pemerintah daerah jadi kita ini tidak ada
campur tangan dari pihak pemerintah daerah, bentuk
akuntabilitasnya kita tiap bulan ada pelaporan anggaran
atau biasa dikatakan rekonsiliasi anggaran(hasil
wawancara 5 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya akuntabilitas
pengelolaan keuangan pada Badan Pertanahan Nasional
Kabupaten Wajo itu dilakukan secara vertikal, tidak bersangkutan
44
dengan pemerintah daerah, bentuknya yakni dengan rekonsiliasi
pelaporan keuangan tiap bulannya. Kemudian selanjutnya
dilakukan wawancara bersama SI selaku kabid perencanaan,
evaluasi dan pelaporan mengatakan bahwa:
“...akuntabilitas itu kan kalau kita di kementerian agraria
badan pertanahan ini jadi kita akuntabilitasnya ada di
kementerian kemudian turun ke kanwil baru ke kantor
pertanahan, jadi kita melakukan pelaporan pada kantor
wilayah nanti diteruskan ke kementerian agraria dipusat..” (
Hasil wawancara 5 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya akutabilitas
badan pertanahan nasional Kabupaten Wajo dengan bentuk
pelaporan pada kantor wilayah yang kemudian akan diteruskan
pada kementerian agraria. Selanjutnya dilakukan wawancara
bersama TO selaku Kabid keuangan dan BMN yang mengatakan
bahwasanya :
“...kalau sistem akuntabillitas yang kita punya di badan
pertanahan ini kita tiap bulan ada pelaporan terkait dengan
pencairan anggaran KPPN kantor pelayanan
perbendaharaan negara namanya kita mengajukan SPM di
KKPN watampone..” (Hasil wawancara 5 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya sistem
akuntabilitas pada badan pertanahan dilakukan sebelum
pencairan anggaran pada kantor pelayanan perbendaharaan
negara sebelum melakukan pencairan anggaran. Kemudian
selanjutnya dilakukan juga wawancara bersama AM selaku kabid
keorganisasian dan kepegawaian mengatakan bahwa :
“..kalau untuk akuntabilitas pertanggung jawabannya kita
ini di badan pertanahan kita langsung ke kanwil, tidak
melapor ke daerah, jadi semua kegiatan dan program kita
atas arahan dan tanggung jawab pada kementerian
agraria..” (Hasil wawancara 6 Agustus 2020)
45
Dari wawancara di atas menyatakan bahwasanya pertanggung
jawaban badan pertanahan nasional Kabupaten Wajo ini naik
pada kantor wilayah kemudian langsung kepada kementerian
agraria dan tidak termasuk pada akuntabilitas pemerintah daerah.
Selanjutnya dilakukan wawancara bersama GAS selaku Kabid
seksi Infrastruktur Pertanahan yang menyatakan bahwa :
“..kalau untuk akuntabilitasnya kita diinfrastruktur
pertanahan ini kita punya sistem sendiri di bidangnya
kemudian ada laporan mingguan ke atasan, dan laporan
bulanan untuk semua evaluasi keuangan dikantor..” (Hasil
wawancara 6 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwasanya bidang
infrastruktur pertanahan melakukan pelaporan setiap minggu pada
kepala badan pertanahan nasional dan setiap bulannya ada
evaluasi mengenai keuangan. Kemudian selanjutnya dilakukan
wawancara bersama AAA selaku kepala bidang pengadaan tanah
mengatakan :
“..untuk akuntabilitas keuangannya kita ini dipengadaan
tanahkan paling laporan ke atasan mengenai pemakaian
keuangan kemudian mengenai pengadaan tanah untuk
pemerintah kabupaten wajo seperti apa dan jumlah-
jumlahnya saja dilaporkan langsung ke kantor wilayah...”
(Hasil Wawancara 6 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwasannya akuntabilitas
keuangan pada bidang pengadaan tanah yakni laporan keuangan
mengenai pemakaian dan pengadaan tanah yang dilakukan untuk
kabupaten wajo dan dilaporkan dipertanggungjawabkan pada
kantor wilayah. Kemudian lagi dilakukan wawancara bersama MA
selaku kabid penanganan masalah dan pengendalian tanah
mengatakan bahwa:
46
“...Untuk bidang penanganan masalah dan pengendalian
tanah ini sekiranya kalau untuk pertanggungjawaban
keuangan itu biasanya bendahara bidang kemudian
dilaporkan kebagian keuangan seperti apa kemudian
bagian keuangan nanti yang urus untuk keatasnya...” (Hasil
wawancara 6 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas menunjukkan bahwasanya bidang
penanganan masalah dan pengendalian tanah ini untuk
akuntabilitas keuangannya dilakukan oleh bendahara bidang
kemudian dilakukan pelaporan pada bidang keuangan dan setelah
itu bidang keuangan yang melakukan pelaporan selanjutnya.
Dari hasil kutipan wawancara pada indikator akuntabilitas
mengenai akuntabilitas keuangan pada analisis tata kelola
keuangan pada badan pertanahan nasional Kabupaten wajo yakni
bahwasahnya akubtabilitas keuangannya secara vertikal, tidak
terkait oleh pemerintah daerah. Hal tersebut membuat pelaporan
keuangan badan pertahanan nasional Kabupaten wajo berada
pada garis kementerian agraria yang diwakili oleh kantor wilayah,
dan dilakukan rekonsiliasi terhadap belanja dan pencairan
pendanaan dari perbendaharaan negara, sehubungan dengan
laporan keuangan pada masing-masing bidang yakni akuntabilitas
atau laporan keuangan dilaporkan pada bidang keuangan dan
kemudian diadakan evaluasi terkait dengan laporan keuangan
setiap bulannya.
b) Berdasarkan indikator akuntabilitas mengenai seperti apa
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan pada Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten Wajo, peneliti kemudian
47
mewawancarai SA selaku Kepala Badan Pertanahan
Kabupaten Wajo, mengatakan bahwasanya :
“...bentuk pertanggung jawabannya yaitu kita bertanggung
jawab atas pencairan keuangan yang ada di badan
pertanahan ini jadi kita memiliki 5 bidang masing-masing
mereka punya kegiatan yang akan didanai seperti itu..”
(Hasil wawancara 5 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya pertanggung
jawaban badan pertanahan nasional kabupaten wajo ini yakni
pencairan keuangan untuk berjalannya program-program kerja
dari badan pertanahan sendiri dan dibagi atas 5 bidang yang ada
pada badan pertanahan nasional Kabupaten Wajo. Kemudian
selanjutnya dilakukan wawancara bersama SI selaku kabid
perencanaan, evaluasi dan pelaporan mengatakan bahwa:
“...pertanggung jawabannya itu berdasarkan program
kerjanya masing-masing kita tentu akan mengevaluasi
program kerja apa saja yang berjalan, kemudian berapa
anggarannya apakah relevan pengeluaran dengan yang
seharusnya..” (Hasil Wawancara 5 Agustus 2020)
Dari hasil wawancara diatas menyatakan bahwasanya
pertanggung jawaban yang dilakukan badan pertanahan nasional
yakni berdasarkan program kerja seperti apa program kerja dan
berapa pendanaan dan pemeriksaan pada hasil kerja dan
pemeriksaan pada pembelanjaan yang dilakukan pada masing-
masing bidang yang ada pada badan pertanahan nasional
Kabupaten Wajo. Selanjutnya dilakukan wawancara bersama TO
selaku Kabid keuangan dan BMN yang mengatakan bahwasanya:
“..pertanggung jawabannya kita ya jelas terkait dengan
keuangan, pembelanjaan pada badan pertanahan ini, jadi
kalau ada pembelanjaan pada kegiatan apa pada salah
satu bidang kemudian mereka menyetorkan proposal
48
anggaran kemudian kita periksa relevan kita cairkan..”
(Hasil wawancara 5 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwasanya pertanggung
jawaban badan pertanahan nasional Kabupaten Wajo ini pada
pembelanjaan anggaran kegiatan pada bidang kantor badan
pertanahan dengan berdasarkan proposal dan bertanggung jawab
mencairkan pengadaan keuangan. Kemudian selanjutnya
dilakukan juga wawancara bersama AM selaku kabid
keorganisasian dan kepegawaian mengatakan bahwa :
“...pertanggung jawaban untuk bidang ini biasanya terkait
dengan pengadaan honorer, atau ada kegiatan
kepegawaian pelatihan biasanya kita setor ke atasan
kepala badan pertanahan kemudian beserta anggarannya
kalau disetujui anggaran akan dicairkan melalui keuangan
BMN...” (Hasil wawancara 6 Agustus 2020)
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwasanya bentuk
pertanggung jawaban bidang keorganisasian dan kepegawaian
yakni melakukan penyetoran berkas terkait dengan pembelanjaan
kegiatan dan persetujuan dilakukan oleh badan pertanahan
nasional yang kemudian dilakukan pencairan keuangan pada
keuangan dan BMN. Selanjutnya dilakukan wawancara bersama
GAS selaku Kabid seksi Infrastruktur Pertanahan yang
menyatakan bahwa :
“...bentuk pertanggung jawaban khususnya dari bidang
infrastruktur sekiranya dari keuangan yang kami miliki
digunakan pada kegiatan program pelaksanaan badan
pertanahan, kemudian dituangkan dalam sebuah laporan
kerja..” (Hasil Wawancara 6 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya bentuk
pertanggungjawaban keuangannya yakni program-program
pelaksanaan kegiatan pada bidang infrastruktur pertanahan
49
dituangkan pada laporan hasil kerja. Kemudian selanjutnya
dilakukan wawancara bersama AAA selaku kepala bidang
pengadaan tanah mengatakan :
“..kalau bentuk pertanggung jawabannya itu kembali lagi
kepada pelaporan, jadi kita laporkan semua kegiatan yang
telah dilakukan dengan pelaporan keuangan seperti itu..”
(Hasil wawancara 6 Agustus 2020)
Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwasanya bentuk dari
pertanggung jawaban bidang pengendalian tanah yakni adalah
laporan hasil kegiatan dan laporan keuangan terhadap kegiatan-
kegiatan yang dilakukan. . Kemudian lagi dilakukan wawancara
bersama MA selaku kabid penanganan masalah dan
pengendalian tanah mengatakan bahwa:
“..sekiranya sama semua ya untuk pertanggung jawaban
kan itu dari laporan kerja, jadi melalui anggara yang
diberikan oleh bagian keuangan kemudian tentu kita ada
pelaporan mengenai anggaran kembali ke staf keuangan
sendiri...” (Hasil Wawancara 6 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwasanya anggaran
yang diberikan staf keuangan pada bidang penanganan masalah
dan pengendalian tanah di pertanggung jawabkan melalui laporan
hasil kerja dan juga laporan keuangan.
Jadi berdasarkan hasil wawancara diatas pada indikator
akuntabilitas mengenai bentuk pertanggung jawaban badan
pertanahan nasional Kabupaten Wajo yakni dengan melakukan
pelaporan berdasarkan program kerja dan melakukan pelaporan
hasil kerja beserta anggaran pembelanjaan pada kegiatan-
kegiatan yang hendak dan akan dilaksanakan pada badan
pertanahan nasional Kabupaten Wajo.
50
c) Berdasarkan indikator akuntabilitas mengenai perwujudan
kewajiban yang dilakukan dalam mengelola keuangan
pada Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Wajo,
peneliti kemudian mewawancarai SA selaku Kepala Badan
Pertanahan Kabupaten Wajo, mengatakan bahwasanya :
“...kewajibannya kita ya kalau uangnya cair kita harus ada
pertanggung jawaban, anggaran kita salurkan sesuai
dengan kebutuhan kantor dan yang berhak menerima
semisalnya gaji teman-teman staf honorer...” (Hasil
wawancara 5 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas bahwasanya perwujudan kewajiban dalam
mengelola keuangan badan pertanahan nasional ini dengan
mempertanggung jawabkan semua keuangan yang dicairkan pada
badan pertanahan ini dan kemudian disalurkan ketempat yang
seharusnya disalurkan. Kemudian selanjutnya dilakukan
wawancara bersama SI selaku kabid perencanaan, evaluasi dan
pelaporan mengatakan bahwa:
“...sekiranya kewajibannya kita dalam mengelola keuangan
itu harus jujur, benar-benar melaporkan sesuai dengan apa
yang sebenarnya kewajiban ini jugakan bentuk dari sebuah
tanggung jawab yang diberikan dan harus
dilaksanakan..”(Hasil wawancara 5 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya kewajiban dalam
mengelola keuangan yakni jujur dan melakukan pelaporan sesuai
dengan kegiatan dikarenakan kewajiban ini adalah sebuah bentuk
juga dari pertanggung jawaban dan tugas pegawai. . Selanjutnya
dilakukan wawancara bersama TO selaku Kabid keuangan dan
BMN yang mengatakan bahwasanya :
“..keuangan ini kan sebenarnya kita diberikan tugas untuk
mengelola keuangan jadi kewajibannya kita ya ini anggaran
harus dilaksanakan sesuai dengan yang seharusnya kalau
51
untuk program pelaksanaan kita laksanakan kalau untuk
pengadaan barang untuk pengadaaan jadi dilaksanakan
sesuai dengan yang seharusnya...” (Hasil wawancara 5
Agustus 2020)
Dari berdasarkan hasil wawancara diatas bahwasanya keuangan
merupakan sebuah tugas yang diberikan dan wajib dilaksanakan
sesuai pelaksanaannya, baik itu untuk pelaksanaan program kerja
ataupun pengadaaan barang. Kemudian selanjutnya dilakukan
juga wawancara bersama AM selaku kabid keorganisasian dan
kepegawaian mengatakan bahwa :
“...ada banyak kewajiban yang dilakukan untuk
pengelolaan keuangan, yang pertama penggunaan
anggaran yang tepat, kemudian juga kalau ada kelebihan
anggaran sekiranya dikembalikan ke staf keuangan,
karenakan kewajiban kita mengelola ini untuk
melaksanakan kegiatan dan juga gaji dari staf kalau masih
ada lebihnya kita kembalikan ke yang bersangkutan. (Hasil
wawancara 6 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya kewajiban
pengelolaan anggaran yakni dengan menggunakan anggaran
dengan tepat dan sesuai dengan program kerja dan untuk
kelebihan anggaran dikembalikan ke bagian keuangan.
Selanjutnya dilakukan wawancara bersama GAS selaku Kabid
seksi Infrastruktur Pertanahan yang menyatakan bahwa :
“...kewajibannya kita ya kita harus benar-benar mengelola
keuangan, tidak boleh ada kesalahan, harus berhati-hati,
digunakan sesuai dengan kebutuhan program kegiatan..”
(Hasil wawancara 6 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas bahwasanya kewajiban pengelolaan
keuangan yakni pegawai harus benar-benar mengelola sesuai
dengan kebutuhan program kerja. Kemudian selanjutnya
52
dilakukan wawancara bersama AAA selaku kepala bidang
pengadaan tanah mengatakan :
“...kewajibannya kita dalam mengelola keuangan ini
dengan menyalurkan keuangan dengan tepat, dan sesuai
dengan penggunaan serta kebutuhan saja...” (Hasil
wawancara 6 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas diketahui bahwasanya kewajiban
pengelolaan keuangan yakni dengan menyalurkan anggaran
dengan tepat dan sesuai dengan kebutuhan penggunaan.
Kemudian lagi dilakukan wawancara bersama MA selaku kabid
penanganan masalah dan pengendalian tanah mengatakan
bahwa:
“...kewajiban kita ya harus bertanggung jawab ke anggaran
yang diberikan ini, digunakan berdasarkan kebutuhan, dan
digunakan sebaik-baiknya tidak boros kalau sebisa
mungkin hemat anggaran kemudian bisa ada penambahan
program kerja..” (Hasil wawancara 6 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas bahwasanya kewajiban dalam mengelola
keuangan yakni dengan bertanggung jawaba pada anggaran yang
ada dan digunakan sesuai dengan kebutuhan serta sebisa
mungkin melakukan penghematan pada anggaran.
Berdasarkan hasil wawancara keseluruhan pada indikator
akuntabilitas mengenai perwujudan kewajiban yang dilakukan
yakni bertanggung jawab terhadap anggaran dengan menyalurkan
anggaran sesuai dan tepat, kemudian melakukan pengeluaran
anggaran dengan sebenar-benarnya baik itu pada pelaksanaan
program kerja maupun pada pengadaaan barang, serta juga
menghemat anggaran untuk penambahan program kerja yang
ada.
53
d) Berdasarkan indikator akuntabilitas mengenai kemampuan
pegawai dalam melakukan pengelolaan keuangan Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten Wajo, peneliti kemudian
mewawancarai SA selaku Kepala Badan Pertanahan
Kabupaten Wajo, mengatakan bahwasanya :
“...kalau untuk kemampuan pegawai dalam mengelola
keuangan jadi kita ada staf memang yang mengurusi soal
keuangan dan mereka memang sudah terlatih dan orang-
orang pilihan yang dianggap mampu mengelola
keuangan...” (Hasil wawancara 5 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas diketahui pada kemampuan pegawai
dalam mengelola keuangan baik dikarenakan pegawai keuangan
sendiri adalah orang yang terpilih dan terlatih untuk mengelola
keuangan khususnya di badan pertanahan nasional Kabupaten
Wajo. Kemudian selanjutnya dilakukan wawancara bersama SI
selaku kabid perencanaan, evaluasi dan pelaporan mengatakan
bahwa:
“...kemampuan pegawai dalam pengelolaan keuangan kita
ini disini alhamdulilah baik, kita ada bagian keuangan yang
memang orang-orang yang sesuai dengan kemampuannya
mengelola keuangan dan kemudian mereka juga di
dampingi oleh orang-orang kantor wilayah jadi untuk
kemampuan sekiranya tidak ada masalah...” (Hasil
wawancara 5 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya kemampuan
pegawai dalam mengelola keuangan baik, dikarenakan staf
keuangan berasal dari sesuai dengan keahliannya serta adanya
pendampingan kantor wilayah terkait anggaran. Selanjutnya
dilakukan wawancara bersama TO selaku Kabid keuangan dan
BMN yang mengatakan bahwasanya :
54
“...alhamdulilah untuk kemampuan pengelolaan kita disini
tidak ada masalah, kemudian juga di bagian keuangan ini
saya dibantu oleh dua staf lagi yang memang berasal dari
orang-orang berpengalaman dibidangnya...” (Hasil
wawancara 5 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas dapat ketahui bahwasanya kemampuan
pegawai dalam pengelolaan keuangan tidak ada masalah,
dikarenakan bagian keuangan dibantu oleh dua orang staf yang
berpengalaman dan ahli di bidangnya. Kemudian selanjutnya
dilakukan juga wawancara bersama AM selaku kabid
keorganisasian dan kepegawaian mengatakan bahwa :
“...untuk kemampuan pengelolaan keuangan sekiranya
tidak ada masalah, pegawai staf kita sudah mumpuni
bahkan bendahara kita ini masing-masing diberikan
pelatihan dan sertifikasi..” (Hasil wawancara 6 Agustus
2020
Dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya kemampuan
pegawai dalam melakukan pengelolaan keuangan sudah
mumpuni, bendahara keuangan diberikan pelatihan dan ikut serta
dalam sertifikasi. Selanjutnya dilakukan wawancara bersama GAS
selaku Kabid seksi Infrastruktur Pertanahan yang menyatakan
bahwa:
“...kalau untuk kemampuan pengelolaan keuangan tidak
ada masalah dek, teman-teman disini sudah diberikan
arahan dan pelatihan langsung dari kementerian untuk
pengelolaan keuangan...” (Hasil wawancara 6 Agustus
2020)
Dari wawancara diatas bahwasanya kemampuan pegawai pada
pengelolaan keuangan badan pertanahan nasional Kabupaten
Wajo baik, sebab pelatihan keuangan diarahakan melalui
langsung dari kementerian untuk pengelolaan keuangan.
55
Kemudian selanjutnya dilakukan wawancara bersama AAA selaku
kepala
“...sekiranya untuk kemampuan pegawai pada pengelolaan
keuangan tidak diragukan lagi, karena perekrutan kita ini
memang langsung dari kementrian yang tentu syarat dan
prosedurnya yang ketat...” (Hasil wawancara 6 Agustus
2020)
Dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya kemampuan
pegawai dalam pengelolaan keuangan tidak diragukan sebab
perekrutan pegawai dilakukan oleh kementerian dengan syarat
dan prosedur yang ketat. Kemudian lagi dilakukan wawancara
bersama MA selaku kabid penanganan masalah dan
pengendalian tanah mengatakan bahwa:
“...kalau kemampuan pegawai dalam mengelola keuangan
tidak ada masalah, kita ada pengiriman pegawai ke pusat
untuk melakukan pelatihan dan pegawai khususnya
bendahara disini sudah ada beberapa yang sudah
tersertifikasi langsung dari kementerian keuangan...” (Hasil
wawancara 6 Agustus 2020)
Dari wawancara di atas menyatakan bahwasanya kemampuan
pegawai dalam mengelola keuangan baik dikarenakan pegawai
badan pertanahan nasional Kabupaten Wajo mengirimkan
pegawainya untuk melakukan pelatihan dan juga beberapa
pegawai sudah berlisensi dari kementrian keuangan.
Jadi berdasarkan indikator akuntabilitas mengenai kemampuan
pegawai dalam mengelola keuangan badan pertanahan nasional
Kabupaten Wajo sudah baik, dikarenakan penempatan pegawai
yang sesuai dengan kemampuan dan skillnya, serta pemberian
pelatihan pengelolaan dan arahan dari kantor wilayah. Dan juga
sudah ada beberapa pegawai sudah berlisensi/ sertifikasi
56
langsung mengenai pengelolaan keuangan dari kementerian
keuangan sendiri.
e) Berdasarkan indikator akuntabilitas mengenai seberapa
penting pengelolaan keuangan pada Badan Pertanahan
Nasional Kabupaten Wajo, peneliti kemudian
mewawancarai SA selaku Kepala Badan Pertanahan
Kabupaten Wajo, mengatakan bahwasahnya :
“...penting sekali, karena keuangan itu harus akuntabel dan
transparan jadi kalau keuangan tidak akuntabel dan
transparan tentu akan menimbulkan masalah
kedepannya..” (Hasil wawancara 5 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya akuntabilitas
keuangan sangat penting dikarenakan dalam sebuah akuntabilitas
harus bersifat akuntabel dan transparan. Kemudian selanjutnya
dilakukan wawancara bersama SI selaku kabid perencanaan,
evaluasi dan pelaporan mengatakan bahwa:
“..akuntabilitas itu penting dan sangat diperlukan, karena
akuntabilitas ini yang menjadi tanggung jawabnya kita
untuk melakukan pelaporan kepada bagian keuangan dan
menjadi wujud nyata bahwasannya anggaran alirannya
kemana saja...” (Hasil wawancara 5 Agustus 2020)
Dari hasil wawancara diatas menyatakan bahwasanya
akuntabilitas penting karena menjadi bentuk nyata dari tanggung
jawab pengelolaan keuangan yang dilakukan pegawai dan
menjadi bukti fisik pada pelaporan keuangan. Selanjutnya
dilakukan wawancara bersama TO selaku Kabid keuangan dan
BMN yang mengatakan bahwasanya :
“...seberapa penting, ini sangat penting karena kita dituntut
untuk mempertanggung jawabkan anggaran, kita ada
pelaporan setiap semester mengnai anggaran keuangan
57
jadi kita harus transparan mengenai pengelolaan
keuangan..” (Hasil wawancara 5 Agustus 2020)
Dari hasil wawancara diatas bahwasanya akuntabilitas sangat
penting pada sebuah pengelolaan keuangan karena dalam
pengelolaan keuangan pegawai dituntut untuk memberikan
pertanggung jawaban dari anggaran yang diberikan oleh sebab itu
akuntabilitas keuangan ini sangat penting. Kemudian selanjutnya
dilakukan juga wawancara bersama AM selaku kabid
keorganisasian dan kepegawaian mengatakan bahwa :
“...pentingnya akuntabilitas supaya kita juga yang
mengelola anggaran, punya tanggung jawab punya tugas
dan amanah dari negara yang harus dilaksanakan sesuai
dengan yang seharusnya karena ini anggaran kan
istilahnya cukup sensitif jadi dengan adanya akuntabilitas
bisa menjadi batas untuk penyimpangan-penyimpangan
keuangan..” (Hasil wawancara 6 Agustus 2020)
dari hasil wawancara diatas menyatakan bahwsanya pentingnya
kauntabilitas dalam pengelolaan keuangan yakni agar pegawai
memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugasnya dalam
mengelola keuangan dan juga akuntabilitas ini menghindari
penyalahgunaan anggaran. Selanjutnya dilakukan wawancara
bersama GAS selaku Kabid seksi Infrastruktur Pertanahan yang
menyatakan bahwa:
“...menurut saya akuntabilitas sangat penting, kenapa,
akuntabilitas keuangan seperti pelaporan keuangan dan
yang lainnya kan adalah kewajibannya kita jadi sepaket itu
semua tidak bisa lepas...” (Hasil wawancara 6 Agustus
2020)
Dari wawancara diatas bahwasanya akuntabilitas sangat penting
dikarenakan akuntabilitas menjadi paket bersama pelaporan yang
menjadi kewajiban dalam pengelolaa keuangan pada badan
58
pertanahan nasional Kabupaten Wajo. Kemudian selanjutnya
dilakukan wawancara bersama AAA selaku kepala :
“...pentingya akuntabilitas dalam hal ini sekiranya menjadi
sebuah kewajiban untuk setiap pengelolaan keuangan,
karena kita harus akuntabel memang sudah sifatnya jadi
mau tidak mau akuntabel menjadi hal yang utama...” (Hasil
wawancra 6 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas bahwasanya akuntabel merupakan sebuah
sifat yang ada pada akuntabilitas dan seharusnya dan selayaknya
memang ada pada akuntabilitas sehingga akuntabilitas tidak bisa
dipisahkan dan menjadi sangat penting kemudian wawancara
bersama MA selaku kabid penanganan masalah dan
pengendalian tanah mengatakan bahwa:
“...akuntabilitas tentu sangat penting karena akuntabilitas
sangat krusial dengan pengelolaan keuangan, dengan
akuntabilitas keuangan jadi bisa dipertanggung
jawabankan oleh sebab itu lahir pelaporan...” (Hasil
wawancara 6 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas bahwasanya akutabilitas penting
dikarenakan sangat krusial dengan pengelolaan keuangan,
keuangan harus ada akuntabilitas yang mampu dipertanggung
jawabkan dan dilaporkan. berdasarkan hasil wawancara
keseluruhan mengenai pentingnya akuntabilitas yakni sangat
penting dikarenakan dalam pengelolaan keuangan harus bersifat
akuntabel dan transparan dengan adanya akuntabilitas keuangan
mampu dipertanggung jawabkan dan dilaporkan sesuai dengan
pemakaian anggaran oleh badan pertanahan nasional Kabupaten
Wajo.
f) Berdasarkan akuntabilitas mengenai seperti apa
pemeriksaan pengelolaan keuangan pada Badan
59
Pertanahan Nasional Kabupaten Wajo, peneliti kemudian
mewawancarai SA selaku Kepala Badan Pertanahan
Kabupaten Wajo, mengatakan bahwasannya :
“...untuk pemeriksaan anggaran biasanya kita ada
pemeriksaan rutin dari inspektorat, dan juga badan
pemeriksaan keuangan terkait anggaran pembelanjaan...”
(Hasil wawancara 5 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas bahwasanya pemeriksaan pada
pengelolaan keuangan badan pertanahan nasional yakni adanya
pemeriksaan dari inspektorat dan badan pemeriksaan keuangan
negara. Kemudian selanjutnya dilakukan wawancara bersama SI
selaku kabid perencanaan, evaluasi dan pelaporan mengatakan
bahwa:
“...pemeriksaan keuangan biasanya ini dilakukan pada
saat evaluasi, kita mengadakan pemeriksaan anggaran
belanja pada masing-masing bidang, kalau pemeriksaan
dari luar itu ada inspektorat daerah dan BPK..” (Hasil
wawancara 5 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya pemeriksaan
anggaran yakni dilakukan pada saat evaluasi pada tiap tiap
bidang, dan untuk pemeriksaan dari luar ada dari inspektorat
daerah dan Badan Pemeriksa Keuangan. Selanjutnya dilakukan
wawancara bersama TO selaku Kabid keuangan dan BMN yang
mengatakan bahwasanya :
“...pemeriksaan keuangan untuk internalnya kita ini
dilakukan pada saat evaluasi anggaran tiap pekan, kalau
untuk dari luar itu dari kepolisian, inspektoran dan badan
pemeriksa keuangan..” (Hasil wawancara 5 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas menyatakan bahwsanya pemeriksaan
internal dilakukan tiap pekan, dan untuk pemeriksaan keuangan
dari luar dari kepolisian, inspektorat dan badan pemeriksaan
60
keuangan. Kemudian selanjutnya dilakukan juga wawancara
bersama AM selaku kabid keorganisasian dan kepegawaian
mengatakan bahwa :
“...pemeriksaan pada keuangan dilakukan oleh inspektorat,
KPPN juga biasa pemeriksaan terkait pelaporan, dan yang
rutin pemeriksaan itu badan pemeriksaan keuangan..”
(Hasil wawancara 6 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya pemeriksaan
tata kelola keuangan dilakukan oleh inspektorat, KPPN dan badan
pemeriksa keuangan. Berdasarkan hasil wawancara keseluruhan
pada indikator pemeriksaan bahwasanya pemeriksaan badan
pertanahan nasional Kabupaten Wajo yakni pemeriksaan internal
oleh pimpinan kantor, dan untuk pemeriksaan dari luar yakni
kepolisian, inspektorat daerah, KPPN, dan BPK.
g) Berdasarkan indikator Pemeriksaan mengenai kendala
pemeriksaan pengelolaan keuangan pada Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten Wajo, peneliti kemudian
mewawancarai SA selaku Kepala Badan Pertanahan
Kabupaten Wajo, mengatakan bahwasanya :
“...kendala pemeriksan biasanya ada data yang tidak
sesuai ini dari selisih dari transaksi anggaran, ini yang
menjadi kendala yang cukup berat untuk kami karena
dipertanyakan dan berlangsung berjam-jam untuk
dikembalikan ke anggaran awal...”
Dari wawancara diatas menyatakan bahwsanya kendala dalam
pemeriksaan keuangan yakni adanya selisih transaksi pada
pembelanjaan anggaran, dan cukup butuh waktu yang lama untuk
mendapatkan hasil selisihnya. Kemudian selanjutnya dilakukan
61
wawancara bersama SI selaku kabid perencanaan, evaluasi dan
pelaporan mengatakan bahwa:
“...Pengendalian realisasi belanja dan
pertanggungjawaban ketepatan sasaran atas program
pengelolaan subsidi belum memadai...” (Hasil wawancara 5
Agustus 2020)
Dari wawancara diatas bahwasanya kendala pemeriksaan
keuangan yalni pengendalian realisasi belanja serta ketepatan
sasaran program dalam pengelolaan subsi yang masih belum
memadai. Selanjutnya dilakukan wawancara bersama TO selaku
Kabid keuangan dan BMN yang mengatakan bahwasanya :
“..kendala-kendala yang kami rasakan pada saat
pemeriksaan itu ada-ada saja, pernah terjadi selisih
transaksi, kemudian penatahausaha dan pencatatan belum
tertib, dan masih banyak kendala-kendala yang muncul
pada saat pemeriksaan...” (Hasil wawancara 5 Agustus
2020)
Dari wawancara diatas menyatakan bahwsanya kendala
pemeriksaan pengelolaan keuangan yakni adanya selisih
transaksi, penatausahaan dan pencatatan yang tidak tertib dan
banyak lainnya. Kemudian selanjutnya dilakukan juga wawancara
bersama AM selaku kabid keorganisasian dan kepegawaian
mengatakan bahwa :
“...kendala pada pemeriksaan anggaran biasanya pada
program kerja yang belum selesai...” (Hasil wawancara 6
Agustus 2020)
Dari wawancara diatas menunjukkan bahwasanya kendala
pemeriksaan yakni program kerja belum selesai dikerjakan.
indikator pemeriksaan terkait mengenai kendala pemeriksaan
yakni adanya selisih transaksi pada pembelanjaan anggaran,
62
penatausahaan dan pencatatan yang tidak tertib, program kerja
belum selesai dikerjakan dan kendala teknis lainnya.
Jadi berdasarkan hasil kutipan wawancara pada
keseluruhan indikator akuntabilitas dapat disimpulkan
bahwasannya akubtabilitas keuangannya secara vertikal, tidak
terkait oleh pemerintah daerah. Hal tersebut membuat pelaporan
keuangan badan pertahanan nasional Kabupaten wajo berada
pada garis kementrian agraria yang diwakili oleh kantor wilayah,
dan dilakukan rekonsiliasi terhadap belanja dan pencairan
pendanan dari perbendaharaan negara, sehubungan denga
laporan keuangan pada masing-masing bidang yakni akuntabilitas
atau laporan keuangan dilaporkan pada bidang keuangan dan
kemudian diadakan evaluasi terkait dengan laporan keuangan
setiap bulannya. mengenai bentuk pertanggung jawaban badan
pertanahan nasional Kabupaten Wajo yakni dengan melakukan
pelaporan berdasarkan program kerja dan melakukan pelaporan
hasil kerja beserta anggaran pembelanjaan pada kegiatan-
kegiatan yang hendak dan akan dilaksanakan, serta mengenai
perwujudan kewajiban yang dilakukan yakni bertanggung jawab
terhadap anggaran dengan menyalurkan anggaran sesuai dan
tepat, kemudian melakukan pengeluaran anggaran dengan
sebenar-benarnya baik itu pada pelaksanaan program kerja
maupun pada pengadaaan barang, serta juga menghemat
anggaran untuk penambahan program kerja yang ada. Pada
kemampuan pegawai dalam mengelola keuangan badan
63
pertanahan nasional Kabupaten Wajo sudah baik, dikarenakan
penempatan pegawai yang sesuai dengan kemampuan dan
skillnya, serta pemberian pelatihan pengelolaan dan arahan dari
kantor wilayah. Dan juga sudah ada beberapa pegawai sudah
berlisensi/ sertifikasi langsung mengenai pengelolaan keuangan
dari kementrian keuangan sendiri. pentingnya akuntabilitas yakni
sangat penting dikarenakan dalam pengelolaan keuangan harus
bersifat akuntabel dan transparan dengan adanya akuntabilitas
keuangan mampu dipertanggung jawabkan dan dilaporkan sesuai
dengan pemakaian anggaran oleh badan pertanahan nasional
Kabupaten Wajo. bahwasannya pemeriksaan tata kelola
keuangan dilakukan oleh inspektorat, KPPN dan badan pemeriksa
keuangan. Berdasarkan hasil wawancara keseluruhan pada
indikator pemeriksaan bahwasanya pemeriksaan badan
pertanahan nasional Kabupaten Wajo yakni pemeriksaan internal
oleh pimpinan kantor, dan untuk pemeriksaan dari luar yakni
kepolisian, inspektorat daerah, KPPN, dan BPK. Dan mengenai
kendala pemeriksaan yakni adanya selisih transaksi pada
pembelanjaan anggaran, penatausahaan dan pencatatan yang
tidak tertib, program kerja belum selesai dikerjakan dan kendala
teknis lainnya.
2. Keterbukaan
keterbukaan (openness) pemerintah dalam memberikan informasi
yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada
64
pihak-pihak yang membutuhkan informasi. Transparansi
(transparency) secara harfiah adalah jelas (obvious), dapat dilihat
secara menyeluruh (able to be seen through). Dengan demikian
transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan suatu proses
kegiatan. Transparansi dilakukan oleh pemerintah yang melaksanakan
kebijakan kepada masyarakat yang menjadi sasaran kebijakan untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan. keterbukaan adalah prinsip
untuk membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
akses informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan organisasi dengan memperhatikan perlindungan
atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia Negara. Dari beberapa
pendapat para ahli mengenai definisi transparansi maka dapat
disimpulkan bahwa transparansi adalah keterbukaan antara para
pemegang keputusan dengan para pemegang kepentingan untuk
mendapatkan akses yang sama mengenai informasi mengenai sumber
daya dan dana yang didapatkan dan digunakan oleh suatu organisasi
Dengan indikator diatas adapun pertanyaan wawancara yang
dilakukan peneliti kepada 7 narasumber yakni, Kepala Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten Wajo, Kabid Perencanaan evaluasi
dan Pelaporan, Kabid Keuangan dan BMN, Kabid umum dan
kepegawaian, Kabid seksi infrastruktur pertanahan, Kabid pengadaan
Tanah, Kabid penanganan masalah dan pengendalian pertanahan.
a) Berdasarkan indikator Keterbukaan mengenai seperti apa
keterbukaan pengelolaan keuangan pada Badan Pertanahan
Nasional Kabupaten Wajo, peneliti kemudian mewawancarai SA
65
selaku Kepala Badan Pertanahan Kabupaten Wajo, mengatakan
bahwasanya :
“...kalau untuk mengenai keterbukaan kita tiap minggu
melaksanakan evaluasi realisasi anggaran terkait program-
program yang sudah direalisasikan..” (Hasil wawancara 5
Agustus 2020)
Dari hasil wawancara diatas bahwasanya keterbukaan dilakukan
dengan pengadaaan evaluasi realisasi anggaran terhadap
program-program yang sudah dikerjakan oleh masing-masing
bidang. Kemudian selanjutnya dilakukan wawancara bersama SI
selaku kabid perencanaan, evaluasi dan pelaporan mengatakan
bahwa:
“...keterbukaan anggaran biasanya dilakukan pada saat
evaluasi, kita ada kegiatan pelaporan kemudian di evaluasi
baik dari kinerja pelaksana program sampai anggaran
detail pembelanjaan semuanya kita terbuka...” (Hasil
wawancara 5 Agustus 2020)
Dari hasil wawancara diatas bahwasanya keterbukaan dilakukan
pada saat evaluasi kerja baik itu memberikan evaluasi pada
kinerja pelaksanaan maupun evaluasi detail pembelanjaan
anggaran. Selanjutnya dilakukan wawancara bersama TO selaku
Kabid keuangan dan BMN yang mengatakan bahwasanya :
“...jadi tidak perlu ada yang ditutup-tutupi kita punya
evaluasi dengan pimpinan, dan semua staf kita selalu
melaporkan anggaran sesuai dengan pemakaian anggaran
tentunya dan apa saja kegiatan yang dilaksanakan...”(Hasil
wawancara 5 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya keterbukaan ini
dilakukan melalui rapat evaluasi bersama kepala badan
pertanahan bersama seluruh staf dan melalukan pelaporan
anggaran dan pelaksanaan kegiatan. Kemudian selanjutnya
66
dilakukan juga wawancara bersama AM selaku kabid
keorganisasian dan kepegawaian mengatakan bahwa :
“...untuk keterbukaan jadi kita ada pelaporan kegiatan dan
detail anggaran yang digunakan terkait program
pelaksanaaan pada bidang keorganisasian dan
kepegawaian ini kemudian disetor ke pimpinan untuk
melakukan evaluasi...” (Hasil wawancara 6 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya keterbukaan
yakni dengan adanya pelaporan serta evaluasi anggaran dengan
seksama yang terkait pada program bidang keorganisasian dan
kepegawaian. Selanjutnya dilakukan wawancara bersama GAS
selaku Kabid seksi Infrastruktur Pertanahan yang menyatakan
bahwa:
“...keterbukaan itu pasti kita terbuka dengan anggaran
yang diberikan, kan ada evaluasi baik itu pelaksanaan
program kerja sekaligus juga tentu ada evaluasi
anggaran...” (Hasil wawancara 6 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas dapat dilihat bahwasanya keterbukaan
bidang infrastruktur pertanahan ini terbuka pada saat dilakukan
evaluasi-evaluasi dari pimpinan. Kemudian selanjutnya dilakukan
wawancara bersama AAA selaku kepala :
“...keterbukaan tentu menjadi sebuah hal yang sangat
diperlukan dalam sebuah pengelolaan anggaran, dan
keterbukaan ini kita tuangkan dalam laporan kerja, di dalam
laporan kita berikan detail mengenai segala anggaran dan
kegiatan...”(Hasil wawancara 6 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya keterbukaan
sangat dibutuhkan pada pengelolaan anggaran khususnya pada
badan pertanahan nasional Kabupaten Wajo, dan keterbukaan ini
dituangkan pada pelaporan yang jelas dan terperinci. kemudian
67
wawancara bersama MA selaku kabid penanganan masalah dan
pengendalian tanah mengatakan bahwa:
“...kita terbuka semua anggaran keuangan kita laporkan,
baik itu secara tertulis maupun laporan personal ke atasan,
jadi atasan tau mengenai semua anggaran yang ada di
bidang kami ini...”(Hasil wawancara 6 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas bahwasanya keterbukaan anggaran pada
bidang penanganan masalah dan pengendalian tanah semua
anggaran yang dimiliki oleh bidang tersebut dilaporkan secara
tertulis maupun secara langsung kepada pimpinan.
Berdasarkan hasil wawancara diatas pada indikator keterbukaan
mengenai keterbukaan pada pengelolaan keuangan badan
pertanahan nasional Kabupaten Wajo ini dilakukan dengan
evaluasi-evaluasi setiap minggunya kepada atasan dan
dituangkan dalam laporan tertulis dan secara detail sehingga tidak
ada yang ditutupi dalam pengelolaan anggaran.
b) Berdasarkan indikator Keterbukaan mengenai keterbukaan
instansi dalam memberikan informasi yang luas dan mudah pada
pengelolaan keuangan pada Badan Pertanahan Nasional
Kabupaten Wajo, peneliti kemudian mewawancarai SA selaku
Kepala Badan Pertanahan Kabupaten Wajo, mengatakan
bahwasanya :
“...kita sosialiasikan melalui media online kita ada akun
facebook, twitter kemudian memberikan informasi kegiatan
bahkan ada juga kegiatan-kegiatan kita yang diliput media
televisi lokal untuk menjangkau masyarakat, surat kabar
nasional juga...” (Hasil wawancara 5 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya instansi
memberikan informasi yang luas dan mudah melalui media online
68
seperti akun facebook dan twitter untuk mengunggah kegiatan,
serta media televisi lokal dan surat kabar nasional. Kemudian
selanjutnya dilakukan wawancara bersama SI selaku kabid
perencanaan, evaluasi dan pelaporan mengatakan bahwa:
“...pemberian informasi kita kepada masyarakat sudah
banyak sekali jalan, apa lagi jaman sekarang sudah sangat
canggih hampir semua orang memiliki media sosial, mau
anak muda mau orang tua jadi kita pergunakan media
sosial untuk memberitahu kegiatan-kegiatan yang ada di
BPN ini..” (Hasil wawancara 5 Agusutus 2020)
Dari hasil wawancara diatas bahwasanya pemberian informasi
kepada masyarakat luas dengan menggunakan media sosial
dengan mudah dan cepat untuk memberikan informasi mengenai
kegiatan badan pertanahan nasional Kabupaten Wajo. .
Selanjutnya dilakukan wawancara bersama TO selaku Kabid
keuangan dan BMN yang mengatakan bahwasanya :
“...memberikan informasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan
badan pertanahan kita menggunakan banyak media, media
cetak seperti koran, sosialisasi media online baik itu berita
online yang tentu sangat mudah diakses...” (Hasil
wawancara 5 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas bahwasanya usaha badan pertanahan
nasional memberikan laporan terhadap kegiatan-kegiatan yang
dilakukan kepada masyarakat yakni memberikan informasi melalu
media cetak dan media berita online yang lebih mudah untuk
diakses. Kemudian selanjutnya dilakukan juga wawancara
bersama AM selaku kabid keorganisasian dan kepegawaian
mengatakan bahwa :
“...untuk memberikan informasi yang mudah ke
masyarakat sekiranya saat ini sudah jauh lebih mudah, apa
lagi masyarakat saat ini hampir semua mau muda atau tua
69
sudah memiliki media sosial khususnya facebook kita bisa
bagikan postingan kegiatan-kegiatan...”(Hasil Wawancara 6
Agustus 2020)
Dari hasil wawancara diatas bahwasanya informasi bagi
masyarakat mengenai kegiatan program kerja badan pertanahan
jauih lebih mudah dengan menggunakan media sosial facebook
dikarenakan semua umur sudah menggunakan media sosial
tersebut. Selanjutnya dilakukan wawancara bersama GAS selaku
Kabid seksi Infrastrur Pertanahan yang menyatakan bahwa:
“...kalau dulu memang aga susah memberikan sosialisasi
kepada masyarakat namun dengan akses yang serba
mudah tentu juga membuat penyampaian informasi
menjadi lebih mudah pelayanan lebih muda dengan serba
online..” (Hasil wawancara 6 Agustus 2020)
Dari hasil wawancara diatas bahwasanya pemberian informasi
secara luas dan mudah pada masyarakat jauh lebih mudah
dengan penggunaan sistem online baik secara pelayanan dan
penyebaran informasi. Kemudian selanjutnya dilakukan
wawancara bersama AAA selaku kepala :
“...dalam memberikan infromasi yang mudah dan cepat
kepada masyarakat sekarang ini sekiranya sudah sangat
muda, orang orang yang tertuju juga sudah hampir lebih
dari 50 persen kalau yang tidak menggunakan media sosial
biasanya disediakan dengan manual dan kita melayani
informasi dengan manual juga..” (Hasil wawancara 6
Agustus 2020)
Dari wawancara diatas bahwasanya pemberian informasi dengan
mudah dan cepat oleh badan pertanahan nasional Kabupaten
wajo dilakukan dengan media online, dan juga penyediaan
informasi secara langsung dikantor diperuntukkan bagi yang
belum mampu mengakses media online. kemudian wawancara
70
bersama MA selaku kabid penanganan masalah dan
pengendalian tanah mengatakan bahwa:
“...kita ada website memberikan informasi secara akurat,
tidak hanya itu kita juga menggunakan media-media yang
lain baik itu banner-banner dikantor dan sekitaran, serta
media sosial lainnya..” (Hasil wawancara 6 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas bahwasanya badan pertanahan nasional
memberikan informasi melalui website dengan lengkap dan
akurat, serta banner dan baliho yang digunakan dikantor dan
sekitar kantor dan juga beberapa media sosial lainnya.
Jadi berdasarkan hasil wawancara pada indikator keterbukaan
mengenai keterbukaan instansi dalam memberikan informasi yang
mudah dan cepat bagi masyarakat yakni dengan media online
seperti penggunaan website kantor yang memberikan informasi
lengkap dan jelas, kemudian menggunakan media sosial seperti
facebook dan twitter untuk mengunggah kegiatan, dan juga
penyiaran media perteleveisian secara lokal yang ada
dikabupaten wajo, serta media cetak dan berita online.
c) Berdasarkan indikator Keterbukaan mengenai pentingnya
keterbukaan terkait pengelolaan keuangan pada Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten Wajo, peneliti kemudian
mewawancarai SA selaku Kepala Badan Pertanahan Kabupaten
Wajo, mengatakan bahwasanya :
“...penting sekali kita masalah keterbukaan, tapi untuk
internal anggaran mungkin kita tidak meluas kemasyrakat,
tapi kalau ada pemeriksaan internal dari inspektorat dan
BPK...” (Hasil wawancara 5 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya keterbukaan
sangat penting, namun demikian anggaran internal belum meluas
71
terbuka ke masyarakat, keterbukaan internal biasanya melalui
pemeriksaan anggaran inspektoran dan Badan Pemeriksaan
keuangan. . Kemudian selanjutnya dilakukan wawancara bersama
SI selaku kabid perencanaan, evaluasi dan pelaporan
mengatakan bahwa:
“...tentu keterbukaan di badan pertanahan nasional ini
sangat penting, karena keterbukaan menjadi kepercayaan
bagi masyarakat dan juga kantor wilayah serta kementerian
sehingga keterbukaan anggaran seperti halnya
akuntabilitas..” (Hasil wawancara 5 Agustus 2020)
Dari hasil wawancara diatas bahwasanya keterbukaan pada
pengelolaan keuangan badan pertanahan nasional sangat penting
sebab keterbukaan menjadi kepercayaan semua kalangan
terhadap transparansi keuangan pada badan pertanahan nasional
Kabupaten Wajo. Selanjutnya dilakukan wawancara bersama TO
selaku Kabid keuangan dan BMN yang mengatakan bahwasanya:
“...keterbukaan sekiranya sama halnya dengan
akuntabilitas kedua hal tersebut sepaket tanpa adanya
akuntabilitas dan transparansi tidak ada gunanya
pengelolaan keuangan..” (Hasil wawancara 5 Agustus
2020)
Dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya keterbukaan
merupakan hal yang penting sama halnya dengan akuntabilitas
hal, jika kedua hal tersebut tidak ada maka tidak perlu adanya
pengelolaan keuangan. Kemudian selanjutnya dilakukan juga
wawancara bersama AM selaku kabid keorganisasian dan
kepegawaian mengatakan bahwa :
“..ya tentu keterbukaan ini penting, anggaran harus terbuka
dilakukan untuk apa saja, kejelasan penggunaan anggaran
harusnya jelas...” (Hasil wawancara 6 Agustus 2020)
72
Dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya keterbukaan
menjadi sebuah hal yang sangat penting, di karenakan anggaran
yang masuk harus terbuka jelas dan penggunaaannya dilakukan
untuk apa saja. Selanjutnya dilakukan wawancara bersama GAS
selaku Kabid seksi Infrastrur Pertanahan yang menyatakan
bahwa:
“...keterbukaan anggaran tentu diperlukan untuk evaluasi
anggaran, maupun kinerja dan program-program yang
telah dilakasanakan keterbukaan juga menjadi sebuah
bentuk pertanggung jawaban...” (Hasil wawancara 6
Agustus 2020)
Dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya keterbukaan
anggaran menjadi suatu hal penting dan sangat diperlukan untuk
melakukan evaluasi kerja baik itu pada pelaksanaan program
kerja dan juga pada anggaran. Kemudian selanjutnya dilakukan
wawancara bersama AAA selaku kepala :
“...anggaran merupakan sebuah hal yang sensitif oleh
sebab itu keterbukaan pada anggaran itu sangat
diperlukan, dan tentunya menghindari penyimpangan-
penyimpangan dalam pengelolaan keuangan..” (Hasil
wawancara 6 Agustus 2020)
Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwasanya pengelolaan
keuangan merupakan kegiatan yang cukup sensitif sehingga
diperlukan adanya keterbukaan anggaran untuk menghindari
penyimpangan-penyimpangan pengelolaan keuangan. kemudian
wawancara bersama MA selaku kabid penanganan masalah dan
pengendalian tanah mengatakan bahwa:
“...keterbukaan anggaran tentu sangat dibutuhkan pada
pengelolaan keuangan, tanpa adanya keterbukaan
anggaran, pengelolaan anggaran pasti dilaksanakan
semaunya saja, tidak teratur kemudian juga tercipta banyak
73
masalah penyalah gunaan keuangan...” (Hasil wawancara
6 Agustus 2020)
dari hasil wawancara diatas menyatakan bahwasanya
keterbukaan anggaran sangat dibutuhkan dikarenkan tanpa
adanya keterbukaan anggaran pelaksanaan tata kelola keuangan
menimbulkan dampak yang cukup besar terhadap penyimpangan
dan penyalah gunaan dalam pengelolaan keuangan.
Oleh sebab itu berdasarkan wawancara pada indikator
keterbukaan mengenai pentingnya keterbukaan bagi pengelolaan
keuangan yakni sangat penting dikarenakan keterbukaan menjadi
sebuah alasan mengapa pengelolaan keuangan dilaksanakan,
dengan melakukan evaluasi dan menghindari dari penyimpangan
dan penyalahgunaan keuangan yang bisa saja terjadi pada
pengelolaan keuangan.
Jadi berdasarkan hasil kutipan wawancara pada indikator
keterbukaan dapat disimpulkan bahwasanya mengenai
keterbukaan pada pengelolaan keuangan badan pertanahan
nasional Kabupaten Wajo ini dilakukan dengan evaluasi-evaluasi
setiap minggunya kepada atasan dan dituangkan dalam laporan
tertulis dan secara detail sehingga tidak ada yang ditutupi dalam
pengelolaan anggaran. Dan keterbukaan instansi dalam
memberikan informasi yang mudah dan cepat bagi masyarakat
yakni dengan media online seperti penggunaan website kantor
yang memberikan informasi lengkap dan jelas, kemudian
menggunakan media sosial seperti facebook dan twitter untuk
mengunggah kegiatan, dan juga penyiaran media perteleveisian
74
secara lokal yang ada dikabupaten wajo, serta media cetak dan
berita online. Serta pentingnya keterbukaan bagi pengelolaan
keuangan yakni sangat penting dikarenakan keterbukaan menjadi
sebuah alasan mengapa pengelolaan keuangan dilaksanakan,
dengan melakukan evaluasi dan menghindari dari penyimpangan
dan penyalahgunaan keuangan yang bisa saja terjadi pada
pengelolaan keuangan.
3. Pemberdayaan
Pemberdayaan berasal dari bahasa Inggris “empowerment” yang
biasa diartikan sebagai pemberkuasaan. Dalam arti pemberian atau
peningkatan “kekuasaan” (power) kepada masyarakat yang lemah
atau tidak beruntung. Rappaport mengartikan empowerment sebagai
suatu cara dimana rakyat, organisasi dan komunitas diarahkan agar
dapat berkuasa atas kehidupannya. Pemberdayaan masyarakat
merupakan serangkaian upaya untuk menolong masyarakat agar
lebih berdaya dalam meningkatkan sumber daya manusia dan
berusaha mengoptimalkan sumber daya tersebut sehingga dapat
meningkatkan kapasitas dan kemampuannya dalam memanfaatkan
potensi yang dimilikinya sekaligus dapat meningkatkan kemampuan
ekonominya melalui kegiatankegiatan swadaya.
Dengan indikator diatas adapun pertanyaan wawancara yang
dilakukan peneliti kepada 7 narasumber yakni, Kepala Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten Wajo, Kabid Perencanaan evaluasi
dan Pelaporan, Kabid Keuangan dan BMN, Kabid umum dan
75
kepegawaian, Kabid seksi infrastruktur pertanahan, Kabid pengadaan
Tanah, Kabid penanganan masalah dan pengendalian pertanahan.
a) Berdasarkan indikator Pemberdayaan mengenai seperti
pemberdayaan pegawai pada pengelolaan keuangan pada
Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Wajo, peneliti kemudian
mewawancarai SA selaku Kepala Badan Pertanahan Kabupaten
Wajo, mengatakan bahwasanya :
“...untuk pemberdayaan ini biasa ada pelatihan diklat, atau
seminar, dan melakukan bimbingan-bimbingan teknis dan
itu biasanya dikantor wilayah atau di KPPN..” (Hasil
wawancara 5 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya pemberdayaan
pegawai ini diberdayakan melalui pelatihan diklat dan pembinaan-
pembinaan pengelolaan keuangan. Kemudian selanjutnya
dilakukan wawancara bersama SI selaku kabid perencanaan,
evaluasi dan pelaporan mengatakan bahwa:
“...pemberdayaan ini untuk pegawai biasanya mereka di
ikut sertakan untuk pelatihan khusus untuk pengelolaan
keuangan dan biasanya yang biasa diikut sertakan dari
bagian keuangan..” (Hasil wawancara 5 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas diketahui bahwasanya pemberdayaan
pada pegawai ditugaskan untuk mengikuti pelatihan khusus
mengenai pengelolaan keuangan bagi para pegawai khususnya
pada bidang keuangan badan pertanahan. Selanjutnya dilakukan
wawancara bersama TO selaku Kabid keuangan dan BMN yang
mengatakan bahwasanya :
“...untuk pemberdayaan kita melakukan banyak kegiatan
untuk pemberdayaan pegawai dalam hal pengelolaan
keuangan, ada pembinaan-pembinaan dari KPPN, ada
seminar-seminar yang ditugaskan pegawai untuk mengikuti
76
ada juga pelatihan dasar-dasar keuangan..” (Hasil
wawancara 5 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya pemberdayaan
dalam pengelolaan keuangan berbagai macam, baik itu
pembinaan dari KPPN, pelatihan dasar-dasar keuangan bahkan
seminar-seminar pengelolaa keuangan. Kemudian selanjutnya
dilakukan juga wawancara bersama AM selaku kabid
keorganisasian dan kepegawaian mengatakan bahwa :
“..untuk pemberdayaan seperti ini biasanya mengikuti
kegiatan diklat keuangan yang dilakukan baik itu
kementrian keuangan juga kita kirim pegawai untuk
mengikuti pelatihan seperti itu..” (Hasil wawamcara 6
Agustus 2020)
Dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya pemberdayaan
yang biasa dilakukan oleh badan pertanahan nasional yakni
dengan mengirimkan pegawai untuk mengikuti pelatihan
keuangan dari kementrian keuangan. Selanjutnya dilakukan
wawancara bersama GAS selaku Kabid seksi Infrastrur
Pertanahan yang menyatakan bahwa:
“...dengan mengikuti pelatihan keuangan, ada juga yang
kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya
dan tentu disuport oleh kantor..”(Hasil wawancara 6
Agustus 2020)
Dari wawancara diatas menyebutkan bahwasanya pemberdayaan
yakni dengan mengikuti pelatihan keuangan, dan juga
memberikan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan. . Kemudian
selanjutnya dilakukan wawancara bersama AAA selaku kepala :
“...ada banyak untuk memberdayaakan pegawai
memberikan dukungan terhadap kemampuannya mereka,
dengan memberikan tugas pelatihan dan keikut sertaan
dalam kegiatan keuangan..” (Hasil wawancara 6 Agustus
2020)
77
Dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya dalam
memberdayakan pegawai pengelolaan keuangan yakni dengan
mendukung pegawai dalam mengikuti pelatihan dan memfasilitasi
pelatihan bagi pegawai. kemudian wawancara bersama MA
selaku kabid penanganan masalah dan pengendalian tanah
mengatakan bahwa:
“...memberdayakan pegawai pada pengelolaan keuangan
ya tentu dengan mengikut sertakan pegawai pelatihan
keuangan, bukan hanya untuk pegawai bagian keuangan
tapi bagi semua pegawai sehingga semua pegawai mampu
mengelola keuangan dengan baik..” ( Hasil wawancara 6
Agustus 2020)
Dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya pemberdayaan
pegawai pada pengelolaan keuangan yakni dengan mengikut
sertakan pegawai dalam pelatihan pengelolaan keuangan baik itu
diluar pegawai keuangan sehingga semua pegawai mampu
mengelola keuangan dengan baik.
Jadi berdasarkan indikator pemberdayaan mengenai seperti apa
pemberdayaan pegawai pada badan pertanahan nasional
Kabupaten Wajo yakni dengan mengikut sertaka pegawai untuk
pelatihan keuangan, dan seminar-seminar serta juga adanya
pembinaan dari KPPN mengenai pengelolaan keuangan serta
memberikan dukungan dengan memberikan beasiswa untuk
melanjutkan pendidikan.
b) Berdasarkan indikator Pemberdayaan mengenai seperti kualitas
pemberdayaan pegawai pada pengelolaan keuangan pada
Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Wajo, peneliti kemudian
78
mewawancarai SA selaku Kepala Badan Pertanahan Kabupaten
Wajo, mengatakan bahwasanya :
“...kualitas pemberdayaannya baik, karenakan ini
pelatihannya memang langsung dari KPPN/ kantor
pelayanan perbendaharaan negara..” (Hasil wawancara 5
Agustus 2020)
Dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya kualitas
pembedayaan baik dikarenakan pelatihan diberikan oleh kantor
pelayanan perbendaharaan negara. Kemudian selanjutnya
dilakukan wawancara bersama SI selaku kabid perencanaan,
evaluasi dan pelaporan mengatakan bahwa:
“...kualitas pemberdayaan yang saya lihat dari teman yang
sudah mengikuti peltihan lumayanlah ada peningkatan...”
(Hasil wawancara 5 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwasanya peningkatan
kualitas dari pelatihan pemberdayaan pegawai dalam pengelolaan
keuangan cukup baik dan memiliki peningkatan. Selanjutnya
dilakukan wawancara bersama TO selaku Kabid keuangan dan
BMN yang mengatakan bahwasanya :
“..setau saya untuk kualitas dari pemberdayaan pasti ada
peningkatan, mereka melakukan pelatihan ada yang 3 hari
bahkan satu minggu sekiranya ada peningkatan kualitas
dan kemampuan..” (Hasil wawancara 5 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas bahwasanya dari pemberdayaan tersebut
tentu akan menghasilkan peningkatan pada kualitas dan
kemampuan pegawai pada pengelolaan keuangan. Kemudian
selanjutnya dilakukan juga wawancara bersama AM selaku kabid
keorganisasian dan kepegawaian mengatakan bahwa :
“...seharusnya ada peningkatan kualitas dengan
pemberdayaan yang seperti itu, sebenarnya juga
79
tergantung pegawainya mampu menerima pembaharuan
atau tidak..”(Hasil wawancara 6 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya dengan
pemberdayaan yang cukup seharusnya mampu memberikan
kualitas yang baik pada pegawai, namun hal tersebut tergantung
pegawai mampu atau tidaknya pada proses pemberdayaan.
Selanjutnya dilakukan wawancara bersama GAS selaku Kabid
seksi Infrastrur Pertanahan yang menyatakan bahwa:
“...menurut saya kualitas pemberdayaan pegawai cukup
mumpuni mereka memberikan sebuah hal baru, dan
mempermudah proses pengelolaan keuangan..” (Hasil
wawancara 6 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas bahwasanya kualitas dari pemberdayaan
pegawai cukup baik dikarenakan ada pembaharuan dan
kemudahan dalam pengelolaan keuangan. Kemudian selanjutnya
dilakukan wawancara bersama AAA selaku kepala :
“...kualitas dari pemberdayaan yang saya lihat baik, karena
tidak semua pegawai mampu mengelola keuangan...”(Hasil
wawancara 6 Agustus 2020)
Dari hasil wawancara diatas menyatakan bahwasanya kualitas
pemberdayaan pegawai dalam pengelolaan keuangan badan
pertanahan nasional yakni baik dikarenakan tidak semua pegawai
mampu melakukan pengelolaan keuangan. kemudian wawancara
bersama MA selaku kabid penanganan masalah dan
pengendalian tanah mengatakan bahwa:
“...kualitas pemberdayaan sejauh ini baik-baik saja, tidak
ada masalah dengan pengelolaan keuangan selama
ini...”(Hasil wawancara 6 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya kualitas
pemberdayaan pegawai dalam pengelolaan keuangan badan
pertanahan nasional tidak ada masalah sejauh ini.
80
Berdasarkan wawancara pada indikator pemberdayaan mengenai
kualitas pemberdayaan yakni sejauh ini baik-baik saja di
karenakan kualitas pegawai setelah melakukan pemberdayaan
meningkat tidak ada masalah, bahkan terjadi pembaharuan dan
kemudahan dalam mengelola keuangan, serta tidak semua
pegawai mampu melakukan pengelolaan keuangan oleh sebab itu
pengelolaan keuangan sejauh ini tidak ada masalah terkait
dengan kualitas pegawai.
c) Berdasarkan indikator Pemberdayaan mengenai kendala
pemberdayaan pegawai pada pengelolaan keuangan pada
Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Wajo, peneliti kemudian
mewawancarai SA selaku Kepala Badan Pertanahan Kabupaten
Wajo, mengatakan bahwasanya :
“...sejauh ini saya sebagai pimpinan kantor selama saya
menjabat untuk kendala pemberdayaan sekiranya belum
ada dek alhamdulilah..”(Hasil wawancara 5 Agustus 2020)
Dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya tidak ada
kendala dari pemberdayaan pengelolaan keuangan badan
pertanahan nasional Kabupaten Wajo. Kemudian selanjutnya
dilakukan wawancara bersama SI selaku kabid perencanaan,
evaluasi dan pelaporan mengatakan bahwa:
“...dari yang saya lihat kendala biasanya jadwalnya
pegawai yang padat apa lagi kalau akhir bulan atau akhir
tahun, biasanya pegawai tidak bisa ikut pelatihan dan
seminar yang biasanya diluar kota..” (Hasil wawancara 5
Agustus 2020)
Dari hasil wawancara diatas bahwasanya kendala dari
pemberdayaan ini biasanya ada pada jadwal pegawai yang padat
sehingga susah untuk mengikuti pelatihan yang diselenggarakan
81
diluar kota. Selanjutnya dilakukan wawancara bersama TO selaku
Kabid keuangan dan BMN yang mengatakan bahwasanya :
“...kendalanya biasa pekerjaan yang banyak, kemudian
kalau mau mengikuti pelatihan agak susah karena kegiatan
dilaksakan biasanya jauh tapi kita juga tidak bisa tinggalkan
pekerjaan..”(Hasil wawancara 5 Agustus 2020)
Dari hasil wawancara diatas menyatakan bahwasanya kendala
dalam mengikuti pemberdayaan yakni pekerjaan yang tidak bisa
dilepaskan dan jarak antara tempat pelatihan yang jauh sehingga
biasa pegawai tidak mengikuti kegiatan pemberdayaan.
selanjutnya dilakukan juga wawancara bersama AM selaku kabid
keorganisasian dan kepegawaian mengatakan bahwa:
“...kendala pada pemberdayaan sekiranya menurut saya
tidak ada bahkan kantor memberikan fasilitas kepada staf
pegawai..” (Hasil wawancara 6 Agustus 2020)
Dari hasil wawancara diatas menyatakan bahwasanya tidak ada
kendala pada pemberdayaan bahkan kantor memberikan fasilitas
untuk mengikuti pemberdayaan. Selanjutnya dilakukan
wawancara bersama GAS selaku Kabid seksi Infrastrur
Pertanahan yang menyatakan bahwa:
“...kalau untuk kendalanya biasanya ada tabrakan jadwal
antara program kerja, dengan jadwal pelatihan atau
seminar sehingga tidak bisa mengikuti...” (Hasil wawancara
6 Agustus 2020)
dari wawancara diatas menyatakan bahwasanya kendala
pemberdayaan pegawai yakni bentrok jadwal kegiatan program
kerja dengan pemberdayaan sehingga tidak bisa meninggalkan
pekerjaan. . Kemudian selanjutnya dilakukan wawancara bersama
AAA selaku kepala :
“...kendala biasanya ada pada jarak. Waktu juga biasa
menjadi kendala karena tidak sesuai dengan waktu teman-
82
teman yang sedang sibuk..” (Hasil wawancara 6 Agustus
2020)
Dari wawancara diatas bahwasanya kendala dalam
pemberdayaan pada pengelolaan keuangan yakni adalah waktu
yang tidak tepat, dan jarak yang jauh. Berdasarkan wawancara
keseluruhan pada indikator pemberdayaan mengenai kendala
pemberdayaan yakni adalah waktu yang tidak sesuai terjadi
bentrok jadwal antara pekerjaan dan jadwal pelatihan, kemudian
pekerjaan yang banyak tidak memungkinkan untuk ditinggalkan.
Jadi berdasarkan kutipan wawancara keseluruhan pada
indikator pemberdayaan dapat disimpulkan mengenai seperti apa
pemberdayaan pegawai pada badan pertanahan nasional
Kabupaten Wajo yakni dengan mengikut sertaka pegawai untuk
pelatihan keuangan, dan seminar-seminar serta juga adanya
pembinaan dari KPPN mengenai pengelolaan keuangan serta
memberikan dukungan dengan memberikan beasiswa untuk
melanjutkan pendidikan. Dan untuk kualitas pemberdayaan yakni
sejauh ini baik-baik saja di karenakan kualitas pegawai setelah
melakukan pemberdayaan meningkat tidak ada masalah, bahkan
terjadi pembaharuan dan kemudahan dalam mengelola keuangan,
serta tidak semua pegawai mampu melakukan pengelolaan
keuangan oleh sebab itu pengelolaan keuangan sejauh ini tidak
ada masalah terkait dengan kualitas pegawai. Serta kendala
pemberdayaan yakni adalah waktu yang tidak sesuai terjadi
bentrok jadwal antara pekerjaan dan jadwal pelatihan, kemudian
pekerjaan yang banyak tidak memungkinkan untuk ditinggalkan.
83
D. Pembahasan
Pelaksanaan pada tata kelola keuangan pada Badan Pertanahan
Nasional Kabupaten Wajo sudah dilaksanakan dengan baik dan sesuai
dengan berdasarkan pada undang-undang 1945 dengan pasal 23C
dengan prinsip pengelolaan keuangan negara dengan berdasarkan
empat prinsip tata kelola keuangan yakni 1) akuntabilitas 2) keterbukaan
3) pemberdayaan dan dari ketiga prinsip tersebut pada penelitian ini
masing-masing dijelaskan sebagai berikut:
1. akuntabilitas dapat disimpulkan bahwasanya akubtabilitas keuangannya
secara vertikal, tidak terkait oleh pemerintah daerah. Hal tersebut
membuat pelaporan keuangan badan pertahanan nasional Kabupaten
wajo berada pada garis kementrian agraria yang diwakili oleh kantor
wilayah, dan dilakukan rekonsiliasi terhadap belanja dan pencairan
pendanan dari perbendaharaan negara, sehubungan denga laporan
keuangan pada masing-masing bidang yakni akuntabilitas atau laporan
keuangan dilaporkan pada bidang keuangan dan kemudian diadakan
evaluasi terkait dengan laporan keuangan setiap bulannya. mengenai
bentuk pertanggung jawaban badan pertanahan nasional Kabupaten
Wajo yakni dengan melakukan pelaporan berdasarkan program kerja dan
melakukan pelaporan hasil kerja beserta anggaran pembelanjaan pada
kegiatan-kegiatan yang hendak dan akan dilaksanakan, serta mengenai
perwujudan kewajiban yang dilakukan yakni bertanggung jawab terhadap
anggaran dengan menyalurkan anggaran sesuai dan tepat, kemudian
melakukan pengeluaran anggaran dengan sebenar-benarnya baik itu
pada pelaksanaan program kerja maupun pada pengadaaan barang,
84
serta juga menghemat anggaran untuk penambahan program kerja yang
ada. Pada kemampuan pegawai dalam mengelola keuangan badan
pertanahan nasional Kabupaten Wajo sudah baik, dikarenakan
penempatan pegawai yang sesuai dengan kemampuan dan skillnya,
serta pemberian pelatihan pengelolaan dan arahan dari kantor wilayah.
Dan juga sudah ada beberapa pegawai sudah berlisensi/ sertifikasi
langsung mengenai pengelolaan keuangan dari kementrian keuangan
sendiri. pentingnya akuntabilitas yakni sangat penting dikarenakan dalam
pengelolaan keuangan harus bersifat akuntabel dan transparan dengan
adanya akuntabilitas keuangan mampu dipertanggung jawabkan dan
dilaporkan sesuai dengan pemakaian anggaran oleh badan pertanahan
nasional Kabupaten Wajo. pemeriksaan tata kelola keuangan dilakukan
oleh inspektorat, KPPN dan badan pemeriksa keuangan. Berdasarkan
hasil wawancara keseluruhan pada indikator pemeriksaan bahwasanya
pemeriksaan badan pertanahan nasional Kabupaten Wajo yakni
pemeriksaan internal oleh pimpinan kantor, dan untuk pemeriksaan dari
luar yakni kepolisian, inspektorat daerah, KPPN, dan BPK. Dan mengenai
kendala pemeriksaan yakni adanya selisih transaksi pada pembelanjaan
anggaran, penatausahaan dan pencatatan yang tidak tertib, program
kerja belum selesai dikerjakan dan kendala teknis lainnya.
2. keterbukaan dapat disimpulkan bahwasanya mengenai keterbukaan pada
pengelolaan keuangan badan pertanahan nasional Kabupaten Wajo ini
dilakukan dengan evaluasi-evaluasi setiap minggunya kepada atasan dan
dituangkan dalam laporan tertulis dan secara detail sehingga tidak ada
yang ditutupi dalam pengelolaan anggaran. Dan keterbukaan instansi
85
dalam memberikan informasi yang mudah dan cepat bagi masyarakat
yakni dengan media online seperti penggunaan website kantor yang
memberikan informasi lengkap dan jelas, kemudian menggunakan media
sosial seperti facebook dan twitter untuk mengunggah kegiatan, dan juga
penyiaran media perteleveisian secara lokal yang ada dikabupaten wajo,
serta media cetak dan berita online. Serta pentingnya keterbukaan bagi
pengelolaan keuangan yakni sangat penting dikarenakan keterbukaan
menjadi sebuah alasan mengapa pengelolaan keuangan dilaksanakan,
dengan melakukan evaluasi dan menghindari dari penyimpangan dan
penyalahgunaan keuangan yang bisa saja terjadi pada pengelolaan
keuangan.
3. pemberdayaan dapat disimpulkan mengenai seperti apa pemberdayaan
pegawai pada badan pertanahan nasional Kabupaten Wajo yakni dengan
mengikut sertaka pegawai untuk pelatihan keuangan, dan seminar-
seminar serta juga adanya pembinaan dari KPPN mengenai pengelolaan
keuangan serta memberikan dukungan dengan memberikan beasiswa
untuk melanjutkan pendidikan. Dan untuk kualitas pemberdayaan yakni
sejauh ini baik-baik saja di karenakan kualitas pegawai setelah
melakukan pemberdayaan meningkat tidak ada masalah, bahkan terjadi
pembaharuan dan kemudahan dalam mengelola keuangan, serta tidak
semua pegawai mampu melakukan pengelolaan keuangan oleh sebab itu
pengelolaan keuangan sejauh ini tidak ada masalah terkait dengan
kualitas pegawai. Serta kendala pemberdayaan yakni adalah waktu yang
tidak sesuai terjadi bentrok jadwal antara pekerjaan dan jadwal pelatihan,
86
kemudian pekerjaan yang banyak tidak memungkinkan untuk
ditinggalkan.
E. Keterkaitan Penelitian Terdahulu
1. Sehubungan dengan Penelitian ini dilakukan oleh Kiky Sri rejeki tahun
2015 pada studi akuntansi dan bisnis dengan hasil penelitian Undang-
Undang Desa memberi konsekuensi ekonomi yang besar bagi Desa
dengan mengalokasikan APBN langsung kepada setiap Desa di
Indonesia. Pada penelitian ini mengenai Tata kelola Pemerintahan
Desa dimulai dari perencanaan dan penganggaran hingga pembinaan
dan pengawasan terutama mengenai tata kelola keuangan. Pemerintah
Desa harus mampu menyediakan mekanisme akuntabilitas melalui
laporan pertanggungjawaban. Sedangkan keterkaitannya pada
penelitian ini yakni analisis tata kelola keuangan pada badan
pertanahan nasional Kabupaten Wajo, khususnya pada pengelolaan
keuangan dengan mekanisme akuntabilitas, keterbukaan,
pemberdayaan serta pemeriksaan yang tentu melalui pertanggung
jawaban laporan keuangan pada pemakaian anggaran keuangan, dan
ketersediaan transparansi yang ada pada badan pertanahan nasional
Kabupaten Wajo.
2. Sehubungan dengan pada Penelitian yang dilakukan oleh Alizar
Mustafa dan Sitaresmi Wahyu Handani pada tahun 2017 mengenai
Pengukuran Kinerja Sistem Informasi Tata Kelola Keuangan Kantor
Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas Menggunakan,
Framework Cobit 5.0 Pada Domain MEA (Monitor, Evaluate, ASSESS),
dikelola (direncanakan, dimonitor dan disesuaikan) dan produk kerja
87
yang tepat ditetapkan, dikendalikan dan dipelihara. Sedangkan pada
penelitian ini mengenai pengelolaan keuangan pada badan pertanhan
nasional Kabupaten Wajo yang menggunkana pengukuran berdasarkan
asas pengelolaan keuangan undang-undang 19945 melalui
akuntabilitas, keterbukaan, pemberdayaan dan pemeriksaan, dengan
hasil penelitian akuntabilitas pertanggung jawaban berdasarkan laporan
keuangan, dan keterbukaan ketersediaan informasi keuangan namun
tidak terbuka meluas kepada masyarakat, sehingga untuk
pemberdayaan pegawai dilakukan pelatihan untuk meningkatkan
kemampuan pegawai, serta adanya pemeriksaaan dari badan yang
berwenang.
3. Sehubungan dengan penelitian ini dilakukan oleh Kristie Onasis dan
Robin pada tahun 2016 jurusan manajemen dengan judul penelitian
Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Pada
Perusahaan Sektor Keuangan Yang Terdaftar di BEI, Dewan
independen memiliki pengaruh signifikan positif terhadap nilai
perusahaan yang bergerak di sektor keuangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia, sedangkan pada penelitian ini analisis tata kelola
keuangan badan pertanahan nasional Kabupaten wajo, berdasarkan
hubungan kedua penelitian yakni berfokus pada analisis pengelolaan
keuangan pada masing-masing objek penelitian.
4. Penelitian dilakukan oleh A. Khorul Anam, Muhammad Ridho dan
Fatchur Rohman pada tahun 2017 dengan judul penelitian
Implementasi Sistem Informasi Yayasan (SIYAP) Terhadap Kualitas
Tata Kelola Keuangan Yayasan Pendidikan Islam Di Jepara dengan
88
hasil penelitian Seluruh tahapan program pengabdian masyarakat
meliputi Pengembangan sistem informasi yayasan (SIYap);
sehubungan dengan penelitian ini mengenai analisis tata kelola
keuangan badan pertanahan nasional Kabupaten Wajo, yakni adanya
penelitian pada manajemen keuangan pada masing-masing objek
penelitian untuk mengetahui seperti apa pengelolaan keuangan serta
kualitas manajemen pengelolaan keuangan pada objek penelitian yang
dituju.
5. Penelitian ini dilakukan oleh Indra Dwi Hartanto dan Aries Tjahyanto
pada tahun 2010 dengan judul penelitian Analisa Kesenjangan Tata
Kelola Teknologi Informasi Untuk Proses Pengelolaan Data
Menggunakan Cobit (Studi Kasus Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia) dan hasil penelitian sebagai berikut, Tata kelola
teknologi informasi pada proses pengelolaan data di Badan Pemeriksa
Keuangan Republik untuk pada penelitian ini sehubungan pada
penelitian ini untuk mengetahui pengelolaan data yang digunakan untuk
memberikan informasi pada badan pemeriksaan keuangan, sedangkan
untuk penelitian ini informasi data keuangan sehubungan dengan
manajemen keuangan.
89
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1) Akuntabilitas
Akuntabilitas dalam tata kelola keuangan Badan Pertahanan
Nasional sudah bisa dikatakan baik dikarenakan pertanggung
jawaban yang dilakukan oleh instansi kepada perwakilan wilayah
langsung oleh kementrian Agraris telah dilaksanakan sesuai dengan
standar dan pelaksanaan pelaporan keuangan. Kemudian pada
akuntabilitas juga dilaksanakan evaluasi keuangan pada setiap
bidang pada Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Wajo masuk
pada pelaporan keuagan baik itu pengeluaran dan pemasukan yang
dimiliki oleh masing-masing bidang. dengan adanya akuntabilitas
keuangan mampu dipertanggung jawabkan dan dilaporkan sesuai
dengan pemakaian anggaran oleh badan pertanahan nasional
Kabupaten Wajo. pada tata kelola keuangan pada Badan Pertanahan
Nasional Kabupaten Wajo dianggap berjalan dengan baik sebab
adanya pemeriksaan rutin dan berkala dilakukan oleh badan
pemeriksaan keuangan dan inspektorat kabupaten wajo. Kemudian
pemeriksaan tidak hanya dilakukan juga oleh instansi luar, namun
adanya pemeriksaan Badan Pertanahan Kepada masing-masing
bidang dan Pegawainya sendiri juga dilaksanakan pemeriksaan.
2) Keterbukaan
89
90
Keterbukaan pada tata kelola keuangan Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten Wajo diangap tidak sepernuhnya
terbuka dalam mengelola keuangan. Sebab tidak adanya
keterbukaan kepada masyarakat, namun tetapi keterbukaan
Badan Pertanahan terhadap instansinya serta pelaporannya
sudah dilaksanakan dengan baik. Dengan memberikan informasi
yang jelas terhadap pelaporan keuangan, pendekatan yang
dilakukan kepada masyarakat dengan menggunakan media sosial
untuk berinteraksi sehingga keterbukaan ini dapat menghindari
dari penyimpangan dan penyalahgunaan keuangan yang bisa saja
terjadi pada pengelolaan keuangan.
3) Pemberdayaan
Pemberdayaan pada tata kelola keuangan pada Badan Pertanahan
Nasional Kabupaten Wajo ini dianggap sudah baik dikarenakan
pemberdayaan pegawai keuangan secara rutin diberikan pelatihan
dan mengikut sertakan dalam kegiatan peningkatan SDM
pegawai.sehingga kualitas pemberdayaan yakni sejauh ini baik-baik
saja di karenakan kualitas pegawai setelah melakukan
pemberdayaan juga meningkat.
B. Saran
1. Diharapkan Kementrian Agraria menfasilitasi pegawainya dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
2. Diharapkan Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Wajo meningkatkan
akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan.
91
3. Diharapkan agar penelitian berikutnya mampu dijadikan sebagai acuan
dalam melaksanakan penelitian.
92
DAFTAR PUSTAKA
Arep Ishak & Tanjung Hendri, 2003, manajemen Motivasi. Jakrta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran, edisi 1. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Atmosudirdjo, Prajudi. 2005. Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah.
Malayu: Rineka Cipta.
Bambang Riyanto. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE,
Yogyakarta
Fahmi, Irham. 2013. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Griffin, 2004. Komitmen Organisasi, Terjemahan, Jakarta : Erlangga
Hasbuan, Malayu. 2009. Manajemen : Dasar, Pengertian, dan Masalah Edisi
Revisi . Jakarta : Bumi Aksara
Hasibuan, Malayu. 2012. “Manajemen Sumber Daya Manusia “. Jakarta : PT.
Bumi Aksara.
Horne, James C. Van dan John M Wachowicz Jr. 2012. Prinsip-Prinsip
Manajemen Keuangan (Edisi 13). Jakarta : Salemba Empat
Ibnu Syamsi. 1994. Pokok-pokok Organisasi dan Manajemen. Jakarta. Rineka
Cipta.
Ida Dan Chintia Yohana Dwinta, 2010, Pengaruh Locus Of Control, Financial
Knowledge, Dan Income Terhadap Financial Management Behavior,
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol 12, No 3:131-144
J. Setiadi, Nugroho, SE., MM., 2003, ”Perilaku Konsumen Konsep dan
Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran”. Jakarta: Kencana
Moekijat. 2000. Kamus Manajemen, Bandung, Penerbit CV. Mandar Maju.
Ranupandojo, Heidjrachman. 1996. Dasar-dasar Manajemen, Yogyakarta:
UPPAMP YJPN, Edisi Revisi, cet.ke-2.
Safroni, Ladzi. 2012. Manajemen dan Reformasi Pelayanan Publik dalam
Konteks Birokrasi Indonesia. Surabaya : Aditya Media Publishing
Septi Winarsih, Atik & Ratminto. 2012. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
93
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukarna. 2011. Dasar-Dasar Manajemen. CV. Mandar Maju. Bandung
Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 23 C Tentang Prinsip Pengelolaan
Keuangan Negara.
Wicaksono, Edrea Divarda. (2015). Pengaruh Financial Literacy Terhadap
Perilaku Pembayaran Kartu Kredit Pada Karyawan di Surabaya.
Finesta, 3(1), 85- 90.
94
L
A
M
P
I
R
A
N
95
PEDOMAN WAWANCARA
ANALISIS TATA KELOLA KEUANGAN PADA BADAN PERTANAHAN
NASIONAL KABUPATEN WAJO
No Indikator Pertanyaan Wawancara
1. Akuntabilitas
1. Bagaimana akuntabilitas pada balai
Pada Badan Pertanahan Nasional
Kabupaten Wajo?
2. seperti apa bentuk tanggung jawab
kerja yang dilakukan dalam tata
kelola keuangan Pada Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten
Wajo?
3. seperti apa perwujudan kewajiban
yang dilakukan dalam mengelola
keuangan pada Pada Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten
Wajo?
4. bagaimana kemampuan pegawai
dalam melakukan pengelolaan
keuangan pada Pada Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten
Wajo?
96
5. seberapa penting akuntabilitas
pengelolaan keuangan dalam
pengelolaan keuangan pada Pada
Badan Pertanahan Nasional
Kabupaten Wajo?
2. Keterbukaan 1. Seperti apa keterbukaan yang
dilakukan kepala Badan Pertanaha
Nasional Kabupaten Wajo pada
tata kelola keuangan ?
2. Seperti keterbukaan instansi Pada
Badan Pertanahan Nasional
Kabupaten Wajo dalam
memberikan informasi yang luas
dengan mudah ?
3. Seberapa penting keterbukaan
pada pengelolaan keuangan pada
Pada Badan Pertanahan Nasional
Kabupaten Wajo?
3. Pemberdayaan 1. Seperti apa pemberdayaan yang
dilakukan kepada pegawai dalam
mengelola keuangan pada Badan
97
Pertanahan Nasional Kabupaten
Wajo?
2. Bagaimana kualitas pemberdayaan
pada pengelolaan keuangan Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten
Wajo?
3. Bagaimana kendala yang dihadapi
pada pemberdayaan pegawai
dalam mengelola keuangan Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten
Wajo?
4. Pemeriksaan 1. Apakah ada pemeriksaan eksternal
oleh pemerintah terhadap
pengelolaan keuangan pada Badan
Pertanaha Nasional Kabupaten
Wajo ?
2. apa saja yang menjadi kendala
dalam pemeriksaan pengelolaan
keuangan pada Badan Pertanaha
Nasional Kabupaten Wajo ?
98
Lampiran gambar proses wawancara
99
100
101
102
103
104
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nirwana Alwi, lahir di Tarumpakkae, kecamatan
Majauleng, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan pada
tanggal 23 Februari 1998. Anak kedua dari dua
bersaudara dari pasangan Muhammad Alwi dan
Busra. Penulis mulai memasuki jenjang pendidikan
Sekolah Dasar pada tahun 2004 disekolah dasar (SD) Negeri 231 LIU,
Kecamatan Majauleng, Kabupaten Wajo. Dan tamat pada tahun 2010,
penulis melanjut pendidikannya di sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri 1 Majauleng Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo dan tamat
pada tahun 2013. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikannya di Sekolah Menengah Atas ( SMA) Negeri 1 Majauleng
Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo dan tamat pada tahun 2016.
Tahun 2016 penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar
dengan menyelesaikan Judul Skripsi pada tahun 2021:”Analisis Tata
Kelola Keuangan Pada Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten
Wajo”.
Top Related