Tata Kelola PT

download Tata Kelola PT

of 67

Transcript of Tata Kelola PT

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    1/67

    Penerapan Model Tata Kelola Keuangan Perguruan Tinggi Yang Baik Untuk

    Mewujudkan Good University Governance

    (Studi Pada PTM se Indonesia)

    Misbahul Anwar, SE., M.Si

    DR. Suryo Pratolo, M.Si., Akt., AAP-A

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    2012

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    2/67

    1

    DAFTAR ISI

    BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 4

    A. Latar Belakang ............................................................................................................. 4

    B. Tujuan Khusus ............................................................................................................. 6BAB II. STUDI PUSTAKA .................................................................................................... 9

    A. State of The Art ............................................................................................................ 9

    BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................................................... 25

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 36

    BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 53

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    3/67

    2

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. 1. Daftar Perguruan Tinggi Muhammadiyah berbentuk Universitas ......................... 5 Tabel 4. 1. Hasil Uji Validitas X1 .......................................................................................... 36Tabel 4. 2. Hasil Uji Validitas X 2 .......................................................................................... 38Tabel 4. 3. Hasil Uji Validitas X 3 .......................................................................................... 38Tabel 4. 4. Hasil Uji Validitas Y ............................................................................................ 39Tabel 4. 5. Hasil Uji Validitas Z ............................................................................................ 40Tabel 4. 6. Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................................ 41Tabel 4. 7. Skor Jawaban Dimensi Komitmen Manajemen (X 1) ........................................... 42Tabel 4. 8. Skor Jawaban Dimensi Keterbatasan Sistem Informasi (X2) .............................. 42Tabel 4. 9. Skor Jawaban Dimensi Otoritas Pengambil Keputusan (X3) .............................. 43Tabel 4. 10. Skor Jawaban Dimensi Penerapan Tata Kelola Keuangan Yang Baik (Y) ........ 43Tabel 4. 11. Skor Jawaban Dimensi Good University Governance (Z) ................................. 44Tabel 4. 12. Hasil Uji Regresi Model Pertama ...................................................................... 45Tabel 4. 13. Hasil Uji Regresi Model Kedua ......................................................................... 49

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    4/67

    3

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. 1. Hubungan Kualitas Pendidikan, Minat Mahasiswa, Jumlah Mahasiswa, &Sumber Daya. ................................................................................................. 7

    Gambar 2. 1. Hubungan Struktural Antarvariabel Lengkap .................................................. 24Gambar 3. 1. Sub Struktur Pertama ....................................................................................... 32Gambar 3. 2. Sub Struktur Kedua .......................................................................................... 34Gambar 4. 1. Grafik Uji Normalitas Model Pertama ............................................................. 45Gambar 4. 2. Grafik Uji Hetereskedastisitas Model Pertama ................................................ 45Gambar 4. 3. Model Penelitian Pertama ................................................................................ 46Gambar 4. 4. Grafik Uji Normalitas Model Kedua ................................................................ 48Gambar 4. 5. Hasil Uji Heteroskedastisitas Model Kedua ..................................................... 48Gambar 4. 6. Model Penelitian Kedua ................................................................................... 50

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    5/67

    4

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dari pendidikan

    menengah di jalur pendidikan sekolah yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi sebagai

    satuan pendidikan yang dimaksudkan untuk dapat menjadi komunitas kaum intelektual suatu

    bangsa. Komunitas intelektual ini diharapkan untuk menjadi komunitas yang mampu

    menelurkan inovasi-inovasi dan pemikiran-pemikiran dalam menghadapi permasalahan yang

    dihadapi oleh bangsa. Komunitas pendidikan tinggi juga dijadikan sebuah garda moral dan

    penjaga nilai-nilai luhur yang dianut oleh suatu bangsa, termasuk budaya, adat istiadat dan

    sebagainya. Dengan peranan dan harapan yang besar inilah kemudian anggota komunitas

    pendidikan tinggi kemudian mendapat posisi yang terhormat di tengah masyarakat. Dalam

    mewujudkan hal tersebut, yang dilakukan oleh perguruan tinggi adalah:

    1. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan

    akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau

    mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau kesenian.

    2. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian

    serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat

    dan memerkaya kebudayan nasional.

    Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi kemasyarakatan berbasiskan agama di

    Indonesia yang genap satu abad usianya sangat concern terhadap pendidikan termasuk di

    dalamnya adalah pendidikan tinggi sebagai bentuk da’wah amar ma’ruf nahi munkar dan dan

    bentuk gerakan pembaharuan (tajdid). Dalam mewujudkan perguruan tinggi yang

    berkualitas, Pusat Persyarikatan (PP) Muhammadiyah memiliki Majelis Pendidikan Tinggi,

    Penelitian dan Pengembangan (Majelis Diktilitbang) yang telah menetapkan visi di bidang

    pendidikan tinggi berupa terbangunnya tata kelola Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM)

    yang baik atau dikenal dengan istilah Good University Governance (GUG) menuju

    peningkatan mutu yang berkelanjutan.

    Pada saat ini, dari segi jumlah, perkembangan jumlah PTM adalah 152 buah dimana 37

    buah diantaranya berbentuk universitas yang bisa dipaparkan sebagai berikut:

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    6/67

    5

    Tabel 1. 1. Daftar Perguruan Tinggi Muhammadiyah berbentuk Universitasdi Indonesia

    No Nama Universitas

    1 Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

    2 Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

    3 Universitas Muhammadiyah Aceh

    4 Universitas Muhammadiyah Palembang

    5 Universitas Muhammadiyah Lampung

    6 Universitas Muhammadiyah Metro

    7 Universitas Muhammadiyah Bengkulu

    8 Universitas Muhammadiyah Jakarta

    9 Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

    10 Universitas Muhammadiyah Cirebon

    11 Universitas Muhammadiyah Sukabumi

    12 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

    13 Universitas Muhammadiyah Magelang

    14 Universitas Muhammadiyah Surakarta

    15 Universitas Muhammadiyah Purwokerto

    16 Universitas Muhammadiyah Purworejo

    17 Universitas Muhammadiyah Semarang

    18 Universitas Muhammadiyah Surabaya

    19 Universitas Muhammadiyah Malang

    20 Universitas Muhammadiyah Jember

    21 Universitas Muhammadiyah Ponorogo

    22 Universitas Muhammadiyah Gresik

    23 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

    24 Universitas Muhammadiyah Mataram25 Universitas Muhammadiyah Kupang

    26 Universitas Muhammadiyah Makassar

    27 Universitas Muhammadiyah Palu

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    7/67

    6

    No Nama Universitas

    28 Universitas Muhammadiyah Pare-Pare

    29 Universitas Muhammadiyah Luwuk Banggai

    30 Universitas Muhammadiyah Buton

    31 Universitas Muhammadiyah Kendari

    32 Universitas Muhammadiyah Gorontalo

    33 Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

    34 Universitas Muhammadiyah Riau

    35 Universitas Muhammadiyah Palangka Raya

    36 Universitas Muhammadiyah Pontianak

    37 Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

    Sumber: (http://www.pts.co.id)

    Penerapan tatakelola keuangan pada universitas di lingkungan PTM sementara ini masih

    bervariasi. Untuk itu pada tanggal 8 Juni 2009 Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah

    menerbitkan surat edaran no 182/1.3/D/2009 mengenai Pedoman Manajemen Keuangan

    PTM. Secara teori, keberhasilan penerapan sistem manajemen termasuk di dalamnya

    tatakelola keuangan dipengaruhi oleh banyak hal yang dapat dikelompokkan menjadi dua

    aspek utama yaitu aspek personil dan aspek sistem sehingga perlu dilakukan pengkajian

    lebih dalam mengenai peran kedua aspek tersebut terhadap keberhasilan implementasi

    tatekelola keuangan yang baik di perguruan tinggi. Untuk itulah maka penelitian ini akan

    dilakukan.

    B. Tujuan Khusus

    Tidak bisa dipungkiri bahwa pada saat ini tidak sedikit Perguruan Tinggi Swasta (PTS)

    mengalami penurunan kuantitas peminat yang berujung pada permasalahan keuangan yang

    akhirnya dilakukan penutupan PTS yang bersangkutan. Kualitas dan relevansi untuk

    meningkatkan daya saing lulusan perguruan tinggi merupakan suatu keharusan namun

    masalah kualitas perlu ditinjau lebih dalam karena bisa jadi masalah kualitas perguruan

    tinggi bisa jadi bukanlah masalah itu sendiri namun hanyalah merupakan suatu gejala,

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    8/67

    7

    sehingga harus diteliti lebih dalam dan ditemukan masalah utamanya. Faktor yang terkait

    dengan dengan kualitas dan relevansi pendidikan pada perguruan tinggi terkait dengan

    aspek sistem dan sumberdaya yang lain baik sumber daya manusia (dosen dan karyawan),

    infrastruktur, dan sumberdaya keuangan. Pada pengelolaan PTS, terdapat trade-off antara

    peningkatan jumlah mahasiswa, biaya SPP dan kualitas pendidikan. Semakin rendah kualitas

    pendidikan maka akan menyebabkan semakin berkurangnya jumlah mahasiswa dan akhirnya

    semakin kecil sumberdaya keuangan yang dimiliki. Semakin kecil sumber daya keuangan

    yang dimiliki maka semakin menurun pula kualitas pendidikan sebuah PTS. Apabila hal ini

    terjadi, dikhawatirkan akan berakibat pada semakin terpuruknya pendidikan di Indonesia.

    Saling keterkaitan antar aspek yang membentuk kualitas perguruan tinggi dipaparkan dalam

    gambar berikut:

    Banyak faktor yang dihadapi PTS untuk menjaga kondisi keberlanjutannya baik berupa

    faktor eksternal maupun faktor internal. Faktor eksternal antara lain persaingan antar PTS,

    persaingan dengan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi (PT) luar

    negeri, kemampuan daya beli masyarakat, lapangan kerja bagi lulusan yang semakin

    berkurang, dan lain-lain. Faktor internal antara lain manajemen internal PTS baik aspek

    sistem manajemen maupun personil yang dimiliki. Yang harus dilakukan PTS untukmencapai keunggulan dan keberlanjutan adalah dengan memfokuskan seluruh energinya

    pada pencapaian visi-misinya dengan menerapkan manajemen PTS yang berbasis pada

    kinerja. Manajemen yang berbasis kinerja merupakan manajemen yang memfokuskan

    Kualitaspendidikan tinggi Minat mahasiswa

    Jumlah mahasiswaSumber daya

    keuangan

    Gambar 1. 1. Hubungan Kualitas Pendidikan, MinatMahasiswa, Jumlah Mahasiswa, & Sumber Daya.

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    9/67

    8

    sumber daya pada pencapaian output , outcome , benefit , dan impact yang diikuti dengan

    sistem audit dan sistem reward dan punishment .

    Salah satu sumber daya utama selain sumber daya manusia yang merupakan energi dari

    suatu organisasi adalah sumber daya keuangan. Uang merupakan salah satu faktor yang

    mampu menggerakkan organisasi. Apabila uang dapat dikelola dalam pencarian sumber-

    sumbernya dan dalam penggunaannya terfokus pada visi-misi yang telah ditetapkan maka

    akan dapat mendukung keunggulan kompetitif PTS. Tatakelola keuangan yang

    memfokuskan pada kinerja pencapaian visi-misi organsiasi dapat diistilahkan dengan

    Tatakelola Keuangan berbasis Kinerja.

    Penelitian ini akan dilakukan dengan tujuan untuk meguji faktor-faktor sistem dan

    personil yang mempengaruhi pengembangan sistem tatakelola keuangan perguruan tinggi

    swasta. Dalam tahapan selanjutnya berdasarkan hasil penelitian ini akan dibangun disain

    model sistem tatakelola keuangan perguruan tinggi yang mampu mendukung tercapainya

    GUG dengan harapan hasilnya mampu mendukung perguruan tinggi memfokuskan

    energinya dalam pencapaian visi-misinya sehingga memiliki keunggulan kompetitif dan

    pada akhirnya kualitas pendidikan tinggi di Indonesia semakin membaik.

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    10/67

    9

    BAB II. STUDI PUSTAKA

    A. State of The Art

    Penelitian yang diajukan ini mendasarkan pada penelitian-penelitian sebelumnya yang

    membahas mengenai manajemen keuangan perguruan tinggi, antara lain adalah sebagai

    berikut:

    1. Penelitian Indriasari dan Tanti (2006) mengenai persepsi manajer pendidikan pada

    pelaporan manajemen.

    Penelitian ini menyimpulkan bahwa konsep tentang pengelola pendidikan yang

    profesional selalu dikaitkan dengan pengetahuan tentang wawasan dan kebijakan

    pendidikan, teori belajar dan pembelajaran, penelitian pendidikan (tindakan kelas),

    evaluasi pembelajaran, kepemimpinan pendidikan, manajemen pengelolaan kelas, serta

    teknologi informasi dan komunikasi. Manajemen pendidikan menurut penelitian

    Balitbangdikbud (1991) merupakan alternatif strategis untuk meningkatkan kualiatas

    pendidikan. Dengan demikian, upaya peningkatan kualitas pendidikan harus dimulai

    dengan pembenahan manajemen di samping peningkatan kualitas pendidik dan

    pengembangan sumber belajar.

    2. Penelitian Yunita, Rusliyawati, dan Yustikasari (2006) mengenai perbandingan

    penerapan manajemen keuangan pendidikan di Indonesia dan Australia.

    Kesimpulan dari penelitian di atas adalah mengenai perbandingan antara manajemen

    keuangan pendidikan yang diterapkan di Indonesia dan di Australia. Pengukuran yang

    dilakukan terhadap laporan keuangan pendidikan masing-masing sekolah menunjukkan

    masih lemahnya manajemen keuangan pendidikan yang ada dan selama ini diterapkan

    di Indonesia. Laporan keuangan sekolah di Australia telah mengelompokkan kos yang

    ada ke dalam kos langsung dan tidak langsung, sehingga penggunaan dana dapat dengan

    mudah ditelusuri dan diketahui. Dengan adanya pengelompokkan kos, kos total dapat

    diketahui sehingga penghitungan tentang berapa besarnya kos untuk setiap siswa dapat

    diketahui. Berbeda dengan Indonesia, banyak sekolah yang belum membuat laporan

    keuangan. Laporan keuangan yang ada juga menunjukkan bahwa kos hanya

    dikelompokkan sesuai dengan kegiatan rutin yang dilakukan, belum dikelompokkan

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    11/67

    10

    berdasarkan pengelompokan kos sehingga untuk menghitung berapa kos yang harus

    ditanggung oleh setiap siswa masih belum akurat. Pendidikan Indonesia seharusnya

    mencoba mengadaptasi hal-hal yang positif dari pendidikan negara-negara barat,

    termasuk manajemen keuangan pendidikan yang telah diterapkan pada sistem

    pendidikan negara-negara tersebut.

    3. Penelitian Elim, Wahyuni, dan Himawan (2006) mengenai strategi pengembangan

    manajemen keuangan pendidikan di Indonesia.

    Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian di atas menunjukkan bahwa kegagalan

    sistem pendidikan nasional (sisdiknas) di Indonesia, selain faktor komersialisasi yang

    menggeser esensi tujuan pendidikan, faktor lainnya adalah kurang pahamnya

    penyelenggara merumuskan sisdiknas, sehingga produk undang-undang sisdiknas

    menimbulkan pro-kontra karena tidak berupaya mengoptimalkan potensi manusia

    namun lebih mengarah kepada hal-hal yang tidak substansi-esensial, hanya bersifat

    materi finansial-kuantifikasi. Pembenahan manajemen keuangan pendidikan di

    Indonesia harus dimulai dengan menyusun suatu standar khusus mengenai manajemen

    keuangan pendidikan yang komprehensif, dan mencakup standar manajemen keuangan

    pendidikan dan standar keuangan. Untuk merancang sistem manajemen keuangan

    pendidikan yang baik, pembuat regulasi harus memperhatikan setiap aspek yang terkait

    dalam sistem pendidikan nasional, yaitu operator, evaluator, dan pengawas.

    4. Penelitian Hendrian dan Sutanto (2006) mengenai peran masyarakat dalam

    pengembangan kualitas manajemen pendidikan dalam perspektif akuntansi dan

    keuangan.

    Penelitian di atas menyimpulkan bahwa dengan rendahnya kemampuan pembiayaan

    pemerintah, konsep partisipasi masyarakat dalam pendidikan dengan mudah bergeser

    menjadi konsep mobilisasi pembiayaan dari masyarakat. Konsep mobilisasi ini masih

    jauh dari konsep kepedulian dan keikutsertaan warga dalam pembuatan kebijakan, serta

    pengambilan keputusan yang mempengaruhi pendidikan. Berbagai aspek manajemen

    pendidikan dalam perspektif keuangan dan akuntansi dapat menjadi titik awal dalam

    menentukan dari mana pemerintah dan masyarakat harusnya memperbaiki manajemen

    pendidikan. Anggaran pendidikan, pola subsidi pendidikan, pelaporan pengelolaan

    keuangan sekolah, pengukuran dan pelaporan kinerja sekolah, costing dan pricing

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    12/67

    11

    layanan pendidikan, audit keuangan dan kinerja sekolah adalah elemen-elemen yang

    perlu segera diperbaiki dan diadakan dalam sebuah format regulasi yang mengikat para

    pengelola pendidikan baik pada level kebijakan hingga level mikro pengelolaan sekolah

    ini semua penting dalam upaya memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia.

    5. Penelitian Mahsun (2006) mengenai studi cross sectional dan scorecard terhadap

    kinerja perguruan tinggi terakreditasi.

    Kesimpulan yang dihasilkan penelitian di atas adalah:

    a. Ada perbedaan kinerja antara perguruan tinggi dengan status terakreditasi A,

    perguruan tinggi dengan status terakreditasi B, dan perguruan tinggi dengan status

    terakreditasi C berdasarkan perspektif keuangan.

    b. Ada perbedaan kinerja antara perguruan tinggi dengan status terakreditasi A,

    perguruan tinggi dengan status terakreditasi B, dan perguruan tinggi dengan status

    terakreditasi C berdasarkan perpektif mahasiswa aktif.

    c. Tidak ada perbedaan kinerja antara perguruan tinggi dengan status akreditasi A,

    perguruan tinggi dengan status akreditasi B, dan perguruan tinggi dengan status

    akreditasi C berdasarkan perpektif proses bisnis internal.

    d. Ada perbedaan kinerja antara perguruan tinggi dengan status terakreditasi A,

    perguruan tinggi dengan status terakreditasi B, dan perguruan tinggi dengan status

    akreditasi C berdasarkan perspektif inovasi dan pembelajaran.

    Dari- penelitian-penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas pendidikan baik di

    pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi masih perlu untuk diperbaiki dan

    ditingkatkan. Salah satu aspek utama untuk mendukung kualitas pendidikan adalah

    manajemen di bidang pendidikan yang salah satunya adalah manajemen keuangan

    pendidikan. Penelitian ini akan dilakukan dengan tujuan untuk melihat sejauhmana

    implementasi tatakelola keuangan perguruan tinggi di Indonesia dalam hal ini adalah PTM

    dan faktor-faktor yang mempengaruhinya baik dari aspek sistem maupun dari aspek personil.

    Selanjutnya akan diuji pula pengaruh dari variabel-variabel di atas pada pencapaian (GUG)

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    13/67

    12

    B. Tinjauan Tentang Perguruan Tinggi

    Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 tahun 2003 pasal (19)

    menyebutkan bahwa pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan

    menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan

    doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Dan pada pasal 24 ayat (2) diatur

    bahwa perguruan tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai

    pusat penyelenggaraan pendidikan tinggi, penelitian ilmiah, dan pengabdian kepada

    masyarakat. Berkenaan dengan pendanaan, ayat (3) berbunyi perguruan tinggi dapat

    memperoleh sumber dana dari masyarakat yang pengelolaannya dilakukan berdasarkan

    prinsip akuntabilitas publik. Pendidikan tinggi, seperti halnya pendidikan dasar dan

    menengah, menurut UU Sisdiknas, bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama

    antara pemerintah, orang tua dan masyarakat. Ini artinya, masyarakat memiliki hak untuk

    mendirikan dan mengelola peguruan tinggi sesuai dengan peraturan perundang-undangan

    yang berlaku.

    Secara tradisional, peranan institusi perguruan tinggi berfokus pada transfer atau

    konservasi ilmu pengetahuan ( knowledge ) dan diharapkan untuk menjadi komunitas yang

    memegang teguh nilai-nilai ( values ) yang dianggap ideal atau dijunjung tinggi suatu bangsa.

    Ia diharapkan menjadi sebuah komunitas yang mampu melindungi dirinya dari kooptasi

    nilai-nilai lingkungan diluarnya yang mungkin korup atau mengandung keburukan. Inilah

    yang mendasari perlunya status independensi atau otonomi perguruan tinggi. Selain itu,

    sebuah kebebasan atau independensi juga diperlukan untuk mendukung terwujudnya inovasi

    atau perkembangan pemikiran dan ilmu pengetahuan. Kebebasan itu juga kemudian

    menyentuh individu-individu yang tercakup dalam komunitas tersebut, karena pada

    hakikatnya, inovasi dan pemikiran itu bukan dihasilkan oleh institusi, melainkan individu-

    individu didalamnya.

    Output dari perguruan tinggi diharapkan bukan hanya sumber daya manusia yang

    berkualitas dan siap kerja, tapi lebih dari itu, menjadi agen-agen bangsa yang sanggup

    mengelola dan mengarahkan perubahan di bangsa itu. Dengan dasar tujuan demikian, maka

    pengelolaan sebuah institusi perguruan tinggi tidak mungkin disamakan dengan pengelolaan

    sebuah negara maupun korporasi. Ada koridor-koridor tertentu yang berkaitan dengan nilai-

    nilai luhur ( values ), baik dalam hal akademik maupun social values yang harus dijaga

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    14/67

    13

    didalamnya. Sementara hal-hal lain dalam penyelenggaraannya harus ditempatkan sebagai

    means atau alat untuk mendukung pencapaian tujuan dasar tersebut.

    Selain perubahan dari sentralisasi ke desentralisasi yang membawa banyak

    perubahan juga bagaimana untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam

    menghadapi persaingan bebas abad ke-21. Kebutuhan ini ditampung dalam Undang-Undang

    No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta pentingnya tenaga guru dan dosen sebagai

    ujung tombak dari reformasi pendidikan nasional. Sistem Pendidikan Nasional Era

    Reformasi yang diatur dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 diuraikan dalam

    indikator-indikator akan keberhasilan atau kegagalannya, maka lahirlah Peraturan

    Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang kemudian

    dijelaskan dalam Permendiknas RI.

    Di dalam masyarakat Indonesia dewasa ini muncul banyak kritikan baik dari praktisi

    pendidikan maupun dari kalangan pengamat pendidikan mengenai pendidikan nasional yang

    tidak mempunyai arah yang jelas. Dunia pendidikan sekarang ini bukan merupakan

    pemersatu bangsa tetapi merupakan suatu ajang pertikaian dan persemaian manusia-

    manusiaa yang berdiri sendiri dalam arti yang sempit, mementingkan diri dan kelompok.

    Menurut H.A.R. Tilaar, hal tersebut disebabkan adanya dua kekuatan besar yaitu kekuatan

    politik dan kekuatan ekonomi. Kekuatan Politik Pendidikan masuk dalam subordinasi dari

    kekuatan-kekuatan politik praktis, yang berarti pendidikan telah dimasukkan ke dalam

    perebutan kekuasaan partai-partai politik, untuk kepentingan kekuatan golongannya.

    Pandangan politik ditentukan oleh dua paradigma yaitu paradigma teknologi dan paradigma

    ekonomi. Paradigma teknologi mengedepankan pembangunan fisik yang menjamin

    kenyaman hidup manusia. Paradigma ekonomi lebih mengedepankan pencapaian kehidupan

    modern dalam arti pemenuhan-pemenuhan kehidupan materiil dan mengesampingkan

    kebutuhan non materiil duniawi. Pada sisi kekuatan ekonomi, manusia Indonesia tidak

    terlepas dari modernisasi seperti teknologi informasi dan teknologi komunikasi.

    Neoliberalisme pendidikan membawa dampak positif dan negatif. Positifnya yaitu

    pendidikan menunjang perbaikan hidup dan nilai negatifnya yaitu mempersempit tujuan

    pendidikan atas pertimbangan efisiensi, produksi, dan menghasilkan manusia-manusia yang

    dapat bersaing, yaitu pada profit-oriented yang mencari keuntungan sebesar-besarnya

    terhadap investasi yang dilaksanakan dalam bidang pendidikan.

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    15/67

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    16/67

    15

    3. Transparency

    Transparansi mengandung arti bahwa pengambilan dan pengimplementasian keputusan

    dilakukan dalam tata cara yang mengukuti hukum dan peraturan. Ia juga berarti bahwa

    informasi tersedia secara bebas dan dapat diakses langsung oleh mereka yang akan

    dipengaruhi oleh keputusan tersebut. Informasi yang tersedia haruslah dalam bentuk dan

    media yang mudah dimengerti.

    4. Responsiveness

    Good governance memerlukan institusi dan proses didalamnya yang mencoba untuk

    melayani semua stakeholders dalam kerangka waktu tertentu yang sesuai.

    5. Consensus oriented

    Ada lebih dari satu aktor dan banyak sudut pandang dalam suatu komunitas. Good

    governance memerlukan mediasi dari kepentingan-kepentingan yang berbeda di

    masyarakat dalam rangka mencapai sebuah konsensus umum dalam masyarakat yang

    merupakan kepentingan atau keputusan yang terbaik yang dapat dicapai untuk seluruh

    masyarakat. Ini memerlukan perspektif luas dan jangka panjang mengenai apa yang

    diperlukan untuk pengembangan manusia secara berkesinambungan. Ini hanya dapat

    dicapai melalui pemahaman yang baik atas konteks historis, kultural dan sosial di

    komunitas atau masyarakat tersebut.

    6. Equity and inclusiveness

    Keberadaan sebuah masyarakat bergantung pada proses memastikan bahwa seluruh

    anggotanya merasa bahwa mereka memiliki kepentingan didalamnya dan tidak merasa

    dikucilkan dari mainstream masyarakat tersebut. Ini memerlukan semua kelompok,

    terutama yang paling lemah, memiliki kesempatan untuk meningkatkan atau

    mempertahankan keberadaan mereka.

    7. Effectiveness and efficiency

    Good governance berarti bahwa output dari seluruh proses dan institusi tepat sasaran atau

    sesuai dengan kebutuhan masyarakat disamping efisien dalam pemanfaatan sumber daya

    untuk melakukannya. Konsep efisiensi dalam konteks good governance juga mencakup

    penggunaan sumber daya alam dengan memperhatikan kesinambungan dan perlindungan

    lingkungan.

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    17/67

    16

    8. Accountability

    Akuntabilitas adalah salah satu kebutuhan utama dalam good governance . Tidak hanya

    untuk institusi pemerintahan, melainkan juga sektor swasta dan organisasi-organisasi civil

    society harus bisa diakun oleh publik dan stakeholders- nya. Secara umum, sebuah

    organisasi atau institusi bertanggung jawab pada pihak-pihak yang dipengaruhi oleh

    tindakan-tindakan atau keputusan-keputusan mereka. Akuntabilitas tidak mungkin

    ditegakkan tanpa adanya transparansi dan supremasi hukum.

    Secara sederhana, good university governance dapat kita pandang sebagai penerapan prinsip-

    prinsip dasar konsep “ good governance ” dalam sistem dan proses governance pada institusi

    perguruan tinggi, melalui berbagai penyesuaian yang dilakukan berdasarkan nilai-nilai yang

    harus dijunjung tinggi dalam penyelenggaraan perguruan tinggi secara khusus dan

    pendidikan secara umum. Basis pada tujuan pengembangan pendidikan dan keilmuan

    akademik, pengembangan manusia seutuhnya. Yang lain ditempatkan sebagai alat atau

    means , bukan tujuan dasar.

    Dalam penyelenggaraannya, sebuah institusi perguruan tinggi harus memenuhi

    prinsip-prinsip partisipasi, orientasi pada konsensus, akuntabilitas, transparansi, responsif,

    efektif dan efisien, ekuiti (persamaan derajat) dan inklusifitas, dan penegakan/supremasi

    hukum. Yang berbeda adalah nilai dan tujuan yang menjiwainya. Prinsip-prinsip manajerial

    tersebut hendaknya diterapkan untuk mendukung fungsi-fungsi dan tujun dasar pendidikan

    tinggi. Selain itu, perbedaan lain adalah dalam hal stakeholders yang terkait dengan

    penyelenggaraan pendidikan dan perguruan tinggi.

    Keistimewaan institusi perguruan tinggi dibanding institusi lain terletak pada fungsi

    dasarnya, yaitu dalam hal pendidikan, pengajaran dan usaha penemuan atau inovasi. Fungsi-

    fungsi inilah yang kemudian mendefinisikan peranan perguruan tinggi dalam masyarakat.

    Wacana yang kemudian sering mengemuka dalam penyelenggaraan perguruan tinggi

    kemudian adalah mengenai academic excellence dan manajemen perguruan tinggi, termasuk

    dalam hal pembiayaan.

    Ada sebuah kesepahaman atau kesetujuan umum mengenai pentingnya otonomi

    dalam usaha pencapaian academic excellence (yaitu dalam hal pengajaran dan riset) untuk

    perguruan tinggi, akan tetapi hal yang sama belum berlaku dalam hal manajerial dan

    pembiayaan. Perbedaan pandangan ini biasanya terkait dengan pentingnya fungsi perguruan

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    18/67

    17

    tinggi bagi masyarakat dan mahalnya biaya penyelenggaraan pendidikan tinggi.

    Kecenderungan saat ini, tingginya biaya pendidikan tinggi biasanya dianggap dapat

    membebani negara dan masyarakat, sehingga perguruan tinggi dianggap lebih baik berusaha

    mencari sumber-sumber pembiayaan mandiri.

    Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan good university

    governance ini, terutama dalam hal penerapan prinsip-prinsip atau karakteristik dasarnya.

    1. Penentuan stakeholders . Inti dari proses governance yang baik adalah bagaimana

    hubungan antar stakeholders didalamnya. Untuk itu, maka kita terlebih dahulu perlu

    mendefinisikan siapa para stakeholders tersebut. Stakeholder pertama adalah warga

    kampus, yaitu manajer eksekutif, mahasiswa, dosen, karyawan, dsb. Yang kedua

    adalah pihak-pihak diluar perguruan tinggi yang mempengaruhi atau dipengaruhi

    oleh keberadaan perguruan tinggi. Kelompok stakeholders kedua ini berarti

    termasuk negara, masyarakat umum, calon mahasiswa baru, sektor swasta dan

    sebagainya. Masyarakat secara umum merupakan entitas yang mendasari munculnya

    pendidikan tinggi, dan pada dasarnya pendidikan tinggi dibangun untuk mengabdi

    pada masyarakat, tidak hanya untuk membekali individu-individu dalam

    memperoleh pekerjaan yang layak baginya. Penyelenggara perguruan tinggi pada

    hakikatnya harus mampu memberikan pertanggungjawaban pada seluruh

    stakeholders ini.

    2. Pendefinisian peranan dan tanggung jawab masing-masing stakeholders . Hal ini

    harus didahului dengan pembangunan kesadaran dalam diri seluruh stakeholders

    bahwa mereka memiliki kepentingan dan karenanya harus turut berpartisipasi dalam

    penyelenggaraan perguruan tinggi.

    3. Partisipasi. Partisipasi atau pelibatan aktif dari seluruh stakeholders merupakan

    sesuatu yang vital dalam penyelenggaraan governance yang baik. Hal ini hanya

    dapat dilakukan apabila dari pihak stakeholders sendiri memiliki kesadaran untuk

    berpartisipasi dan ada kesempatan atau fasilitas yang terbuka seluas mungkin untuk

    itu. Kesempatan dan fasilitas ini harus disediakan oleh pihak penyelenggara

    perguruan tinggi. Partisipasi atau pelibatan ini harus terbuka dalam setiap langkah

    dalam proses pembangunan atau penyelenggaraan perguruan tinggi. Artinya, usaha

    pelibatan harus mulai dilakukan sejak tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    19/67

    18

    Selama ini, dalam praktiknya, usaha pelibatan atau kesempatan partisipasi hanya

    diberikan pada tahap implementasi sebuah program, sementara belum tentu seluruh

    stakeholders menyetujui program tersebut. Yang lebih parah lagi, “kesempatan” itu

    seringkali lebih bersifat sosialisasi program dari rektorat pada stakeholders . Seluruh

    stakeholders sudah harus mulai diberi kesempatan berpartisipasi sejak awal

    perencanaan program-program dan sasaran kedepan. Hal ini penting untuk menjaga

    komitmen seluruh stakeholders dan menjadi basis legitimasi program-program

    pembangunan.

    4. Penegakkan hukum. Pelaksanaan fungsi-fungsi perguruan tinggi tidak mungkin

    dapat berjalan dengan kondusif apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang

    ditegakkan dalam penyelenggaraannya. Aturan-aturan itu, berikut sanksi-sanksinya,

    hendaknya merupakan hasil konsensus dari stakeholders , untuk meningkatkan

    komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya. Aturan-aturan itu dapat disusun

    dalam bidang akademik maupun non-akademik. Yang perlu diperhatikan adalah

    aturan yang dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan stakeholders

    untuk berekspresi, melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-

    fungsi perguruan tinggi dengan seoptimal mungkin.

    5. Transparansi. Transparansi atau keterbukaan merupakan sebuah prasyarat dasar

    untuk menunjang adanya partisipasi dan menjaga akuntabilitas institusi. Proses

    partisipasi memerlukan ketersediaan informasi yang memadai dan kemudahan bagi

    seluruh stakeholders dalam mengakses informasi tersebut. Selain itu, transparansi

    memungkinkan seluruh stakeholders untuk dapat mengawasi dan mengevaluasi

    kinerja institusi. Dalam hal anggaran atau keuangan, transparansi ini menjadi sangat

    urgen. Akan tetapi, transparasi ini hendaknya tidak hanya dalam hal anggaran,

    melainkan seluruh dinamika yang terjadi dalam dinamika penyelenggaraan

    perguruan tinggi.

    6. Responsivitas. Sifat responsif ini dapat kita bagi dalam dua konteks. Pertama, pihak

    penyelenggara perguruan tinggi harus mampu menangkap isu-isu dan permasalahan-

    permasalahan yang terjadi dalam dinamika penyelenggaraan perguruan tinggi

    tersebut. Mereka harus mampu merespon harapan-harapan stakeholders dan

    menyikapi permasalahan yang terjadi. Yang kedua, dalam konteks yang lebih luas,

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    20/67

    19

    perguruan tinggi secara institusi harus mampu bersikap responsif terhadap

    permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya dan mempu bertindak atau

    berpartisipasi untuk menyikapinya. Pada dasarnya, pendidikan tinggi harus mampu

    responsif untuk menyikapi permasalahan-permasalah di bangsa yang menaunginya

    dan selalu berusaha untuk memenuhi harapan-harapan dan amanat yang diembannya

    dari masyarakat.

    7. Orientasi pada konsensus. Proses pengambilan segala keputusan atau kebijakan

    dalam penyelenggaraan perguruan tinggi hendaknya mengutamakan konsensus atau

    kesepakatan dari stakeholders .

    8. Persamaan derajat dan inklusivitas. Seluruh prinsip-prinsip tadi hanya mungkin

    terwujud apabila ada satu kesepahaman mengenai persamaan derajat ( equity ) setiap

    entitas stakeholders . Artinya, paradigma yang dipakai bukanlah hierarkikal atau ada

    satu kelompok yang derajatnya lebih tinggi dibanding kelompok lain. Sebaliknya,

    paradigma yang dipakai adalah persamaan derajat dan adanya pemahaman bersama

    bahwa perbedaan antar stakeholders sebenarnya terletak pada peranan, tanggung

    jawab, dan amanat yang diemban. Dengan begitu akan tercipta rasa saling

    menghargai dan menghormati antar stakeholders , mengingat penyelenggaraan

    perguruan tinggi tidak akan berjalan dengan baik apabila salah satu dari peran

    masing-masing stakeholders tidak berfungsi.

    9. Efektifitas dan efisiensi. Output dari seluruh proses penyelenggaraan atau program-

    program yang digariskan harus tepat sasaran (efektif) atau sesuai dengan kebutuhan

    dan harapan stakeholders . Yang terutama adalah efektif dalam menunjang fungsi-

    fungsi pendidikan, khususnya dalam hal peningkatan mutu akademik dan riset.

    Selain itu, penyelenggaraan perguruan tinggi juga harus efisien dalam pemanfaatan

    sumber daya untuk melakukannya.

    10. Akuntabilitas. Institusi perguruan tinggi harus mampu mempertanggungjawabkan

    seluruh rangkaian proses penyelenggaraan perguruan tinggi terhadap seluruh

    stakeholders , baik internal maupun eksternal, terutama pada masyarakat umum.

    Pertanggungjawaban ini dapat dilakukan secara rutin dengan jangka waktu tertentu.

    Misalnya, dalam hal anggaran setiap tahun perlu dilakukan proses audit, baik audit

    internal maupun audit eksternal yang dilakukan oleh akuntan publik. Hasil audit

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    21/67

    20

    maupun laporan pertanggungjawaban lain harus dengan mudah dapat diakses oleh

    seluruh stakeholders . Selain itu, untuk mendukung akuntabilitas ini, prinsip

    transparansi juga harus diterapkan dengan benar.

    11. Values yang harus dijunjung tinggi perguruan tinggu. Seluruh prinsip ini harus

    dilakukan dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai dan tujuan dasar yang dianut

    dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi, dan diterapkan untuk menunjang

    pelaksanaan fungsi-fungsi dasar perguruan tinggi. Perguruan tinggi mengemban

    amanat dan harapan yang besar dari masyarakat, bangsa dan negara, sehingga

    penyimpangan dari nilai-nilai ini merupakan sebuah pengkhianatan terhadap amanat

    dan harapan itu.

    D. Tantangan Perguruan Tinggi Swasta

    Dalam rangka mewujudkan GUG, hal-hal yang menjadi tantangan perguruan tinggi swasta

    antara lain adalah bagaimana menumbuhkan sumber-sumber pendanaan baru yang produktif,

    tatakelola keuangan, kebebasan lebih besar dalam merumuskan kurikulum dan hal-hal lain

    yang terkait dengan bidang akademis, akuntabilitas publik dan sebagainya. Pemikiran-

    pemikiran baru mulai bermunculan mengenai bagaimana konsep penyelenggaraan institusi

    perguruan tinggi yang dianggap cukup ideal untuk menghadapi tantangan-tantangan baru

    tersebut. Konsep tersebut, apapun bentuknya, harus memperhatikan pelibatan dan

    pemenuhan kebutuhan dari seluruh stakeholders yang terkait dengan institusi perguruan

    tinggi, mengingat peranan ideal pendidikan tinggi bagi sebuah bangsa yang sangat vital

    dalam menelurkan calon putra-putra terbaiknya dan memperhatikan bahwa lingkungan

    perguruan tinggi merupakan sebuah komunitas yang relatif kritis terhadap permasalahan-

    permasalahan disekitarnya.

    Pengelolaan dana perguruan tinggi haruslah diikuti dengan transparansi anggaran

    secara menyeluruh kepada publik berdasarkan prinsip keadilan, akuntabilitas, dan kejujuran

    seperti yang dijelaskan dalam pasal 48 UU Sisdiknas No 20/2003. Prinsip akuntabilitas dan

    transparansi adalah prinsip dasar untuk membawa sebuah perguruan tinggi menuju GUG .

    Memahami prinsip-prinsip dasar dalam GUG akan memacu untuk mencari bentuk yang

    terbaik sebuah perguruan tinggi yang paling dekat dengan para sivitas akademika.

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    22/67

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    23/67

    22

    meningkatkan akuntabilitas kinerja (Artley, 2001) dan penggunaan informasi kinerja (The

    Urban Institute, 2002). Cavalluzzo dan Ittner (2003) juga berpendapat bahwa komitmen

    manajemen berpengaruh positif terhadap pengembangan indikator kinerja, akuntabilitas

    kinerja dan penggunaan informasi kinerja yang dihasilkan oleh penerapan sistem manajemen

    yang baik.

    Keterbatasan Sistem Informasi

    Teknologi merupakan salah satu faktor kunci yang mempengaruhi kesuksesan implementasi

    suatu sistem informasi. Organisasi yang tidak memiliki teknologi yang tepat dan memadai

    biasanya akan mengalami kesulitan dalam mendesain, mengimplementasi, dan mengevaluasi

    produk atau jasa yang sudah dihasilkan (Poole et a l., 2001). Di lain pihak, organisasi dengan

    kualitas sistem informasi yang lebih baik akan dapat mengimplementasikan sistem tatakelola

    organisasi secara lebih mudah dibandingkan dengan organisasi dengan sistem informasi

    yang kurang baik karena biaya tatakelola yang lebih kecil sebagaimana dinyatakan oleh

    Krumwiede (1998) dalam Cavalluzo dan Ittner (2003). Kondisi ini mengarah kepada

    hubungan positif antara kemampuan sistem informasi yang ada dengan kesuksesan

    implementasi. Beberapa hasil penelitian di sektor publik mengindikasikan bahwa masalah

    sistem informasi menggambarkan hambatan utama terhadap kesuksesan implementasi sistem

    tatakelola organisasi. Hal ini berhubungan dengan keterbatasan kemampuan sistem informasi

    yang ada untuk memberikan data yang reliabel, valid, tepat waktu dan dengan biaya yang

    efektif. Kravcuk dan Schank (1996) menunjukkan bahwa organisasi sektor publik sering

    menghadapi masalah yang serius dalam tatakelola keuangan karena adanya berbagai masalah

    dalam sistem informasi yang digunakan seperti perbedaan definisi data, teknologi,

    kemudahan akses, dan jumlah data yang didapatkan. Penggunaan sistem pengukuran kinerja

    untuk akuntabilitas dan mendukung pembuatan keputusan kemungkinan menjadi terbatas

    karena keterbatasan sistem informasi akan menghalangi para manajer memperoleh data yang

    tepat waktu dan reliabel. Menurut Cavalluzzo dan Ittner (2003), keterbatasan sistem

    informasi dalam suatu organisasi berpengaruh negatif terhadap pengembangan sistem

    tatakelola organisasi.

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    24/67

    23

    Otoritas Pengambilan Keputusan

    Otoritas pengambilan keputusan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mempunyai

    otorisasi atau hak untuk membuat keputusan dengan persyaratan yang telah ditentukan

    terlebih dahulu dalam rangka mencapai tujuan strategis organisasi (Cavalluzzo dan Ittner,

    2003). Pendelegasian otoritas pengambilan keputusan dari pimpinan kepada para

    bawahannya merupakan elemen penting untuk terciptanya peningkatan kinerja organisasi

    (Yasunari Tamada dan Tsung-Sheng Tsai, 2004). Terpusatnya otoritas pengambilan

    keputusan akan menghambat kreatifitas dan pengambilan resiko, yang pada akhirnya akan

    menghambat berbagai usaha untuk melakukan perubahan dan inovasi dalam suatu organisasi

    (Poole et al., 2001). Terpusatnya otoritas pengambilan keputusan juga akan mengurangi

    tingkat akuntabilitas diantara personil organisasi sektor publik dan menyebabkan timbulnya

    keputusan tentang kinerja dan sumber daya yang tidak diinginkan serta mismanagement yang

    mengarah pada penurunan kualitas pelayanan publik (Mwita, 2000). Dalam lingkup

    penerapan tatakalola keuangan yang baik, Laurensius (2004) berpendapat bahwa personil

    perlu diberi otoritas untuk membuat ukuran atau target kinerja sendiri dan untuk mencapai

    target itu sesuai aturan ( rules of the game ) yang berlaku dalam organisasi. Implementasi

    sistem pengukuran kinerja sering gagal karena faktor keterlibatan karyawan tidak

    diperhatikan. Keterlibatan staf program dalam pengembangan sistem pengukuran kinerja

    merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat penggunaan informasi kinerja

    dalam suatu organisasi (The Urban Institute, 2002). Otoritas pengambilan keputusan juga

    merupakan faktor yang mempengaruhi terwujudnya akuntabilitas kinerja (Artley, 2001).

    Selanjutnya Cavalluzzo dan Ittner (2003) telah membuktikan bahwa otoritas pengambilan

    keputusan yang diberikan kepada pihak manajemen berpengaruh positif terhadap

    pengembangan sistem pengukuran kinerja, akuntabilitas kinerja dan penggunaan informasi

    kinerja yang dihasilkan oleh implementasi sistem pengukuran kinerja. Pendapat ini cukup

    beralasan karena para manajer yang mempercayai bahwa implementasi sistem tatakelola

    yang baik akan dapat mendukung aktifitas pembuatan keputusan mereka.

    Berdasarkan telaah literatur di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

    H1: Komitmen manajemen berpengaruh positif terhadap penerapan tatakelola keuangan

    yang baik.

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    25/67

    24

    H2: Keterbatasan sistem informasi berpengaruh negatif terhadap penerapan tatakelola

    keuangan yang baik.

    H3: Otoritas pengambilan keputusan berpengaruh positif terhadap penerapan tatakelola

    keuangan yang baik.

    H4: Komitmen manajemen berpengaruh positif terhadap Good University Governance .

    H5: Keterbatasan sistem informasi berpengaruh negatif terhadap Good University

    Governance .

    H6: Otoritas pengambilan keputusan berpengaruh positif terhadap Good University

    Governance

    H7: Tatakelola keuangan yang baik berpengaruh positif terhadap Good University

    Governance .

    E. Model Penelitian

    Berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan dapat disusun model penelitian sebagai

    berikut:

    Komitmenmanajemen

    KeterbatasanSistem

    Informasi

    Otoritaspengambilkeputusan

    Penerapan SistemTata kelola

    keuangan yangbaik

    GoodUniversity

    Governance

    Gambar 2. 1. Hubungan Struktural Antarvariabel Lengkap

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    26/67

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    27/67

    26

    (Sekaran, 2003). Dalam operasionalisasi variabel, masing-masing variabel diuraikan definisi

    operasionalnya.

    Definisi operasional dari masing-masing variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

    Variabel X 1: Komitmen Manajemen

    Variabel ini mengukur tingkat komitmen manajemen untuk menyediakan sumber daya

    dalam implementasi sistem pengukuran kinerja organisasi. Diukur berdasarkan jawaban

    responden bahwa organisasi memiliki komitmen untuk mengalokasikan sumber daya yang

    digunakan dalam penerapan sistem tatakelola keuangan yang baik (meliputi: waktu, orang,

    uang); menugaskan staf organisasi untuk melakukan evaluasi terhadap sistem tatakelola

    keuangannya, menugaskan divisi/ departemen dalam organisasi untuk melakukan evaluasi

    tatakelola keuangannya; mengumpulkan data yang relevan dan reliabel sehingga dapat

    digunakan untuk mendukung tatakelola keuangan yang baik; serta menggunakan benchmark

    untuk mengevaluasi penerapan sistem tatakelola keuangan yang ada.

    Variabel X 2: Keterbatasan Sistem Informasi

    Variabel ini mengungkapkan keterbatasan kemampuan sistem informasi yang dimiliki suatu

    organisasi untuk memberikan data yang diperlukan secara valid, reliabel, dan tepat waktu.

    Variabel ini diukur berdasarkan jawaban responden terhadap beberapa pertanyaan mengenai:

    kesulitan memperoleh data yang valid atau reliabel; kesulitan memperoleh data secara tepat

    waktu; biaya pengumpulan data yang tinggi; dan ketidakmampuan teknologi informasi yang

    ada untuk memberikan data yang diperlukan.

    Variabel X 3: Otoritas Pengambil Keputusan

    Variabel ini mengungkapkan tingkat otoritas pengambilan keputusan berdasarkan informasi

    kinerja yang didelegasikan oleh organisasi kepada personilnya untuk mendukung pencapaian

    tujuan strategis organisasi. Tingkat otoritas pembuatan keputusan diukur berdasarkan

    jawaban responden terhadap pertanyaan yang menanyakan seberapa tinggi otoritas

    pembuatan keputusan yang dimiliki para manajer pada tingkatan responden untuk mencapai

    tujuan strategis organisasi.

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    28/67

    27

    Variabel Y:Penerapan Tatakelola Keuangan Yang Baik

    Tatakelola keuangan yang baik merupakan mekanisme pengelolaan keuangan di suatu

    organisasi yang dimuali sejak perencanaan, penatausahaan keuangan, pelaporan keuangan,

    audit, dan penghargaan serta hukuman yang dilaksanakan yang mampu mendukung proses

    akademik, proses sumber daya, dan proses tatakelola yang lain secara cepat dan tepat.

    Pengukuran variabel ini dilakukan dengan mengeksplorasi jawaban responden mengenai

    keberadaan dan kualitas dari perencanaan, penatausahaan keuangan, pelaporan keuangan,

    audit, dan pemberian penghargaan serta hukuman terkait penerapan sistem tatakelola

    keuangan pada universitas.

    Variabel Z: Good University Governance

    GUG adalah suatu mekanisme tatakelola organisasi yang memenuhi komponen-komponen

    GUG yang dalam hal ini adalah terciptanya transparansi, akuntabilitas, responsif, adil, dan

    bertanggungjawab. Pengukuran variabel GUG ini dilakukan dengan mengeksplorasi jawaban

    responden tentang sejauhmana transparansi, akuntabilitas, responsivitas, keadilan, dan

    tanggungjawab universitas dalam berbagai hal.

    C. Populasi

    Menurut Sekaran (2003), populasi adalah the entire group of people, events, or things of

    interest that the researcher wishes to investigate, sedangkan sampel adalah a subset of the

    population .

    Populasi sebagai keseluruhan unit analisis penelitian ini adalah seluruh PTM di Indonesia

    sebagai unit analisisnya. Jumlah responden setiap unit analisis pada penelitian ini adalah:

    Rektor, Wakil Rektor Bidang Akademik, Wakil Rektor Bidang Keuangan, Wakil Rektor

    bidang Kemahasiswaan, Dekan, Wakil Dekan, Kepala Prodi, dan Sekretaris Prodi.

    D. Metode Analisis

    Metode Pengujian DataMengingat pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, kesungguhan

    responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan merupakan hal yang sangat penting

    dalam penelitian ini. Keabsahan atau kesahihan suatu hasil penelitian sosial sangat

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    29/67

    28

    ditentukan oleh alat ukur yang digunakan. Apabila alat ukur yang digunakan tidak valid atau

    tidak dapat dipercaya (tidak reliabel), hasil penelitian yang diperoleh tidak akan

    menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Pentingnya aspek validitas dan reliabilitas

    tersebut menjadi alasan pentingnya pengujian validitas dan reliabilitas pada data yang

    diperoleh sebelum nantinya dianalisis.

    Uji Validitas ( Test of validity )

    Uji Validitas digunakan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah disusun benar-benar

    dapat mengukur apa yang perlu diukur. Uji Validitas dimaksudkan sebagai ukuran seberapa

    cermat alat ukur melakukan fungsi ukurannya. Suatu alat ukur yang validitasnya tinggi akan

    mempunyai varian kesalahan yang kecil sehingga data yang terkumpul merupakan data yang

    dapat dipercaya.

    Uji Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian validitas terhadap item

    pertanyaan (validitas item). Pengertian dari validitas item adalah bahwa setiap item

    (pertanyaan) dapat dikatakan valid jika mempunyai dukungan yang kuat terhadap skor total.

    Dengan kata lain, sebuah item pertanyaan dikatakan mempunyai validitas yang tinggi jika

    terdapat skor kesejajaran (korelasi yang tinggi) terhadap skor total item. Pengujian terhadapvaliditas item ini dilakukan dengan mengkorelasikan masing-masing skor butir pertanyaan

    dengan total skor untuk masing-masing variabel menggunakan korelasi Product Momen

    Pearson (Syahri Alhusni, 2002). Apabila angka korelasi signifikan berarti alat ukur tersebut

    valid dan layak digunakan dalam pengujian hipotesis penelitian. Sebaliknya bila tidak

    signifikan maka tidak akan diikutsertakan dalam pengujian hipotesis penelitian.

    Setelah dapat ditentukan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah valid, maka selanjutnya pertanyaan yang dinyatakan valid tersebut diuji

    reliabilitasnya.

    Uji Reliabilitas ( Test of reliability )

    Pengujian reliabilitas atau keandalan adalah berkaitan dengan tingkat kepercayaan terhadap

    instrumen penelitian. Penerapan uji reliabilitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah

    instrumen berupa kuesioner pada dasarnya menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan,

    kestabilan atau konsistensi yang baik dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    30/67

    29

    individu, walaupun dilakukan dalam waktu yang berbeda. Dapat disimpulkan, reliabilitas

    instrumen berhubungan dengan ketepatan hasil penelitian. Uji reliabilitas dilakukan terhadap

    pertanyaan-pertanyaan yang sudah valid untuk mengetahui sejauhmana hasil pengukuran

    tetap konsisten bila dilakukan pengukuran kembali terhadap gejala yang sama.

    Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan cronbach alpha dimana Instrumen

    dikatakan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien yang diperoleh >0,60

    (Imam Ghozali, 2002).

    Paparan Analisis Deskriptif

    Sebelum data yang sudah diuji validitas dan reliabilitas digunakan untuk menguji hipotesis,

    terlebih dahulu akan dipaparkan analisis deskriptif data penelitian untuk melihat kondisi riil

    masing-masing dimensi dan variabel. Kriteria kondisi dimensi dan variabel dibangun dengan

    mengkonversikan skala likert yang digunakan sebagai berikut:

    1. Menentukan nilai konversi dari skor skala likert yang digunakan.

    Skala likert memiliki skor minimal 1 dan skor maksimal 5. Skor maksimal 5

    menunjukkan nilai maksimal yaitu nilai 100%. Dengan pertimbangan tersebut maka skor

    1 dikonversikan menjadi nilai sebesar: 1/5 x 100%=20 %. Jangkauan nilai masing-masing

    skor dapat dihitung: (100%-20%)/5=16%

    2. Mengkonversi skor jawaban responden menjadi nilai.

    Konversi skor jawaban responden menjadi nilai menggunakan rata-rata tertimbang

    sebagai berikut:

    Nilai= [ ] max xS F FiSi

    ∑∑

    Dimana

    Fi : frekuensi untuk skor i

    Si : skor 1

    Smax : skor maksimal = 5

    F : frekuensi

    3. Membuat kesimpulan deskriptif sesuai dengan sebagai berikut:

    a) Apabila 20%

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    31/67

    30

    b) Apabila 36%

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    32/67

    31

    Heteroskedastisitas

    Heteroskedastisitas menunjukkan bahwa varian variabel tidak sama untuk semua

    pengamatan. Situasi heteroskedastisitas menyebabkan terjadinya kesalahan dalam menaksir

    koefisien regresi. Untuk melihat terjadi atau tidaknya heteroskedastisitas, dapat dilakukan

    dengan mendasarkan pada grafik plot antara nilai prediksi variabel (Z PRED) dengan

    residualnya (SRESID). Apabila tidak terdapat pola tertentu dari sebaran titik-titik pada grafik

    dan titik-titik menyebar di antara angka 0 pada sumbu Y, maka dapat dikatakan model

    regresi tidak terjadi heteroskedastisitas (Montgomery & Peck, 1992).

    Metode Analisis Data dan Rancangan Pengujian Hipotesis

    Pengujian hipotesis dilakukan terhadap hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya untuk

    menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis tersebut. Pengujian dilakukan untuk

    mengetahui pengaruh antar variabel seperti tertuang pada paradigma struktural secara

    lengkap. Pengujian atas struktur di atas dilakukan menggunakan analisis jalur ( path

    analysis ).

    Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan model analisis jalur dengan

    alasan bahwa model penelitian merupakan model struktural yang meliputi baik pengaruh

    langsung maupun pengaruh tidak langsung.

    Prosedur teknik pengujian hipotesis menggunakan analisis jalur adalah sebagai

    berikut:

    1. Perumusan persamaan struktural dan diagram jalur.

    2. Menghitung atau menentukan koefisien jalur.

    3. Pengujian koefisien jalur.

    4. Dekomposisi pengaruh kausal antar variabel.

    Pengujian hipotesis sejalan dengan paradigma penelitian seperti tertuang pada

    gambar hubungan struktural antarvariabel. Berdasarkan gambar tersebut, struktur hubungan

    antar variabel dapat dibagai ke dalam tiga sub struktur sedangkan pengujian hipotesisnya

    adalah sebagai berikut:

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    33/67

    32

    1) Pengujian pengaruh komitmen manajemen (X 1), keterbatasan sistem informasi (X 2),

    dan otoritas pengambil keputusan (X 3) terhadap penerapan tatakelola keuangan

    yang baik (Y)

    Pengujian hipotesis pertama, kedua, dan ketiga mendasarkan pada sub struktur pertama yang

    mengidentifikasikan pengaruh dari variabel X 1, X 2, X 3 terhadap Y dengan persamaan sebagai

    berikut:

    Y=P YX 1 X1+P YX 2X2+P YX3X3+P Y εεεε 1

    Persamaan struktural di atas dapat digambarkan ke dalam bentuk sebagai berikut:

    Uji hipotesis pertama tentang pengaruh variabel X 1, X 2, X 3, terhadap variabel Y dilakukan

    dengan menguji hipotesis sebagai berikut:

    Ho : PYX i=0

    Ha : PYX i≠ 0

    i : 1,2,3

    Nilai PYX i adalah nilai koefisien jalur yang ditaksir atau dihitung berdasarkan data hasil

    pengamatan. Hipotesis di atas diuji dengan menggunakan pengujian t dalam rangka menilai

    signifikansi dari nilai PYX i sebagai berikut:

    a) Menentukan nilai t hitung dengan rumus (Kusnendi, 2005):

    )( YXi

    YXiYXi se

    t ρ

    ρ = di mana:

    ρ Yxi = koefisien jalur yang akan diuji

    PYX1

    P Y ε εε ε 1 PYX3

    PYX2 Y

    X1

    X2

    X3

    Gambar 3. 1. Sub Struktur Pertama

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    34/67

    33

    tYxi = nilai t hitung dari setiap koefisien jalur variabel eksogen

    se ( ρ YXi) = standar error koefisien jalur yang bersesuaian

    b) Menguji nilai t hitung yang sudah dihasilkan pada poin pertama dengan caramembandingkan t hitung dengan t tabel (dengan dk=n-k-2) dimana n adalah jumlah

    pengamatan dan k menunjukkan jumlah variabel eksogen yang terdapat dalam sub

    struktur yang sedang diuji atau dengan membandingkan nilai p value (sig t) hasil

    output regresi menggunakan SPSS dengan nilai α (0,05) yang telah ditentukan

    sebelumnya. Apabila t hitung lebih besar dari t tabel atau p value (sig t) lebih kecil

    dari α , dapat disimpulkan bahwa Ho berhasil ditolak atau dalam hal ini nilai

    koefisien jalur yang didapatkan adalah signifikan.

    3) Pengujian keempat, kelima, keenam, dan ketujuh: pengaruh komitmen

    manajemen (X 1), keterbatasan sistem informasi (X 2), otoritas pengambil

    keputusan (X 3), dan penerapan tatakelola keuangan yang baik (Y) terhadap good

    university governance (Z)

    Pengujian hipotesis keempat, kelima, dan keenam mendasarkan pada sub struktur kedua

    yang mengidentifikasikan pengaruh dari variabel X 1, X 2, X 3 dan Y terhadap Z dengan

    persamaan sebagai berikut:

    Z=P ZX1 X1+P ZX2 X2+P ZX3 X3+P ZY Y+P Z εεεε 2

    Persamaan struktural di atas dapat digambarkan ke dalam bentuk sebagai berikut:

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    35/67

    34

    Uji hipotesis keempat, kelima, keenam, dan ketujuh tentang pengaruh variabel X 1, X 2, X 3,

    danY terhadap variabel Z dilakukan dengan menguji hipotesis sebagai berikut:

    Ho : P ZXi=0

    Ha : P ZXi ≠ 0

    i:1,2,3

    dan

    Ho : P ZY=0

    Ha : P ZY≠ 0

    Nilai P ZXi dan P ZY adalah nilai koefisien jalur yang ditaksir atau dihitung berdasarkan data

    hasil pengamatan. Hipotesis di atas diuji dengan menggunakan pengujian t dalam rangka

    menilai signifikansi dari nilai P ZXi dan P ZY sebagai berikut:

    a) Menentukan nilai t hitung dengan rumus:

    )(PZXi

    ZXi ZXi se

    Pt =

    PYX 1

    PYX 3

    PYX 2

    Z

    X1

    X2

    X3

    PZY

    Y

    ε 2

    PZ ε 2

    Gambar 3. 2. Sub Struktur Kedua

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    36/67

    35

    )( PZY

    ZY ZY se

    Pt =

    di mana:

    PZXi dan P ZY = Koefisien jalur yang akan diuji

    tZxi dan t ZY = Nilai t hitung dari setiap koefisien jalur variabel eksogen

    se (PZXi) dan se (PZY) = Standar error koefisien jalur yang bersesuaian

    b) Menguji nilai t hitung dengan membandingkan t hitung dengan t tabel (dengandk=n-k-2) dimana n adalah jumlah pengamatan dan k menunjukkan jumlah variabel

    eksogen yang terdapat dalam sub struktur yang sedang diuji atau dengan

    membandingkan nilai p value (sig t) hasil output regresi menggunakan SPSS dengan

    nilai α yang telah ditentukan sebelumnya (0,05). Apabila t hitung lebih besar dari t

    tabel atau p value (sig t) lebih kecil dari α , dapat disimpulkan bahwa Ho berhasil

    ditolak atau dalam hal ini nilai koefisien korelasi yang didapatkan adalah signifikan.

    c) Untuk menguji signifikansi pengaruh X 1, X 2, X 3, dan Y terhadap Z secara simultan

    dilakukan dengan uji F dengan membandingkan nilai pvalue

    (sig t) dari uji Fterhadap nilai α . Apabila p value (sig t) lebih kecil dari α , dapat disimpulkan bahwa

    Ho berhasil ditolak yang berarti bahwa pengaruh X 1, X 2, X 3, dan Y terhadap Z

    secara simultan diterima.

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    37/67

    36

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Uji Validitas

    1. Uji Validitas Variabel X 1

    Uji validitas Variabel X 1 menggunakan menggunakan korelasi Product Momen Pearson

    (Syahri Alhusni, 2002) dihasilkan temuan statistik sebagai berikut:

    Tabel 4. 1. Hasil Uji Validitas X1

    Correlations

    X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X1

    X11 Pearson Correlation 1 .690 ** .663 ** .252 .505 ** .069 .442 * .244 .658 **

    Sig. (2-tailed) .000 .000 .180 .004 .718 .015 .194 .000

    N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

    X12 Pearson Correlation .690 ** 1 .730 ** .009 .382 * .094 .374 * .378 * .607 **

    Sig. (2-tailed) .000 .000 .964 .037 .621 .042 .039 .000

    N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

    X13 Pearson Correlation .663 ** .730 ** 1 .102 .386 * .187 .416 * .171 .620 **

    Sig. (2-tailed) .000 .000 .591 .035 .321 .022 .366 .000

    N 30 30 30 30 30 30 30 30 30X14 Pearson Correlation .252 .009 .102 1 .508 ** .470 ** .303 .073 .600 **

    Sig. (2-tailed) .180 .964 .591 .004 .009 .103 .700 .000

    N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

    X15 Pearson Correlation .505 ** .382 * .386 * .508 ** 1 .484 ** .428 * .422 * .822 **

    Sig. (2-tailed) .004 .037 .035 .004 .007 .018 .020 .000

    N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

    X16 Pearson Correlation .069 .094 .187 .470 ** .484 ** 1 .332 .237 .655 **

    Sig. (2-tailed) .718 .621 .321 .009 .007 .073 .207 .000

    N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

    X17 Pearson Correlation .442 * .374 * .416 * .303 .428 * .332 1 .275 .652 **

    Sig. (2-tailed) .015 .042 .022 .103 .018 .073 .141 .000

    N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

    X18 Pearson Correlation .244 .378 * .1 71 .0 73 .422 * .237 .275 1 .537 **

    Sig. (2-tailed) .194 .039 .366 .700 .020 .207 .141 .002

    N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

    X1 Pearson Correlation .658 ** .607 ** .620 ** .600 ** .822 ** .655 ** .652 ** .537 ** 1

    Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .002

    N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

    **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    38/67

    37

    Correlations

    X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X1

    X11 Pearson Correlation 1 .690 ** .663 ** .252 .505 ** .069 .442 * .244 .658 **

    Sig. (2-tailed) .000 .000 .180 .004 .718 .015 .194 .000

    N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

    X12 Pearson Correlation .690 ** 1 .730 ** .009 .382 * .094 .374 * .378 * .607 **

    Sig. (2-tailed) .000 .000 .964 .037 .621 .042 .039 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

    X13 Pearson Correlation .663 ** .730 ** 1 .102 .386 * .187 .416 * .171 .620 **

    Sig. (2-tailed) .000 .000 .591 .035 .321 .022 .366 .000

    N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

    X14 Pearson Correlation .252 .009 .102 1 .508 ** .470 ** .303 .073 .600 **

    Sig. (2-tailed) .180 .964 .591 .004 .009 .103 .700 .000

    N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

    X15 Pearson Correlation .505 ** .382 * .386 * .508 ** 1 .484 ** .428 * .422 * .822 **

    Sig. (2-tailed) .004 .037 .035 .004 .007 .018 .020 .000

    N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

    X16 Pearson Correlation .069 .094 .187 .470 ** .484 ** 1 .332 .237 .655 **

    Sig. (2-tailed) .718 .621 .321 .009 .007 .073 .207 .000

    N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

    X17 Pearson Correlation .442 * .374 * .416 * .303 .428 * .332 1 .275 .652 **

    Sig. (2-tailed) .015 .042 .022 .103 .018 .073 .141 .000

    N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

    X18 Pearson Correlation .244 .378 * .1 71 .0 73 .422 * .237 .275 1 .537 **

    Sig. (2-tailed) .194 .039 .366 .700 .020 .207 .141 .002

    N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

    X1 Pearson Correlation .658 ** .607 ** .620 ** .600 ** .822 ** .655 ** .652 ** .537 ** 1

    Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .002

    N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

    **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

    *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

    Pada tabel di atas tampak bahwa seluruh indikator (X 1.1, X 1.2 , X 1.3 , X 1.4 , X 1.5 , X 1.6, X 1.7 , X 1.8)

    memiliki nilai korelasi terhadap X 1 di atas 0,3 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua

    butir pertanyaan pada variabel X 1 adalah valid.

    2. Uji Validitas Variabel X 2

    Uji validitas Variabel X 2 menggunakan menggunakan korelasi Product Momen Pearson

    (Syahri Alhusni, 2002) dihasilkan temuan statistik sebagai berikut:

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    39/67

    38

    Tabel 4. 2. Hasil Uji Validitas X 2

    Correlations

    X21 X22 X23 X24 X2

    X21 Pearson Correlation 1 .890 ** .548 ** -.044 .835 **

    Sig. (2-tailed) .000 .002 .818 .000

    N 30 30 29 30 30X22 Pearson Correlation .890 ** 1 .472 ** .126 .885 **

    Sig. (2-tailed) .000 .010 .507 .000

    N 30 30 29 30 30

    X23 Pearson Correlation .548 ** .472 ** 1 -.139 .677 **

    Sig. (2-tailed) .002 .010 .471 .000

    N 29 29 29 29 29

    X24 Pearson Correlation -.044 .126 -.139 1 .331

    Sig. (2-tailed) .818 .507 .471 .074

    N 30 30 29 30 30

    X2 Pearson Correlation .835 ** .885 ** .677 ** .331 1

    Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .074

    N 30 30 29 30 30

    **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

    Pada tabel di atas tampak bahwa seluruh indikator (X 2.1, X 2.2 , X 2.3 , X 2.4) memiliki nilaikorelasi terhadap X 2 di atas 0,3 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan

    pada variabel X 2 adalah valid.

    3. Uji Validitas Variabel X3

    Uji validitas Variabel X 3 menggunakan menggunakan korelasi Product Momen Pearson

    (Syahri Alhusni, 2002) dihasilkan temuan statistik sebagai berikut:

    Tabel 4. 3. Hasil Uji Validitas X 3

    Correlations

    X31 X32 X3

    X31 Pearson Correlation 1 .604 ** .898 **

    Sig. (2-tailed) .000 .000

    N 30 30 30X32 Pearson Correlation .604 ** 1 .893 **

    Sig. (2-tailed) .000 .000

    N 30 30 30

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    40/67

    39

    Correlations

    X31 X32 X3

    X3 Pearson Correlation .898 ** .893 ** 1

    Sig. (2-tailed) .000 .000

    N 30 30 30

    **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

    Pada tabel di atas tampak bahwa seluruh indikator (X 3.1 , X 3.2) memiliki nilai korelasi

    terhadap X 3 di atas 0,3 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan pada

    variabel X 3 adalah valid.

    4. Uji Validitas Variabel Y

    Uji validitas Variabel Y menggunakan menggunakan korelasi Product Momen Pearson

    (Syahri Alhusni, 2002) dihasilkan temuan statistik sebagai berikut:

    Tabel 4. 4. Hasil Uji Validitas Y

    Correlations

    Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y

    Y1 Pearson Correlation 1 .823 ** .701 ** .406 * .575 ** .280 .456 * .885 **

    Sig. (2-tailed) .000 .000 .026 .001 .134 .011 .000

    N 30 30 30 30 30 30 30 30

    Y2 Pearson Correlation .823 ** 1 .785 ** .293 .383 * .117 .314 .773 **

    Sig. (2-tailed) .000 .000 .117 .037 .538 .091 .000

    N 30 30 30 30 30 30 30 30

    Y3 Pearson Correlation .701 ** .785 ** 1 .053 .310 .107 .381 * .718 **

    Sig. (2-tailed) .000 .000 .782 .095 .572 .038 .000

    N 30 30 30 30 30 30 30 30

    Y4 Pearson Correlation .406 * .293 .053 1 .541 ** .467 ** .003 .510 **

    Sig. (2-tailed) .026 .117 .782 .002 .009 .987 .004

    N 30 30 30 30 30 30 30 30

    Y5 Pearson Correlation .575 ** .383 * .310 .541 ** 1 .549 ** .161 .703 **

    Sig. (2-tailed) .001 .037 .095 .002 .002 .396 .000

    N 30 30 30 30 30 30 30 30

    Y6 Pearson Correlation .280 .117 .107 .467 ** .549 ** 1 .282 .582 ** Sig. (2-tailed) .134 .538 .572 .009 .002 .131 .001

    N 30 30 30 30 30 30 30 30

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    41/67

    40

    Correlations

    Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y

    Y7 Pearson Correlation .456 * .314 .381 * .003 .161 .282 1 .602 **

    Sig. (2-tailed) .011 .091 .038 .987 .396 .131 .000

    N 30 30 30 30 30 30 30 30

    Y Pearson Correlation .885 ** .773 ** .718 ** .510 ** .703 ** .582 ** .602 ** 1

    Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .004 .000 .001 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30

    **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

    *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

    Pada tabel di atas tampak bahwa seluruh indikator (Y 1, Y 2, Y 3, Y 4, Y 5, Y 6, Y 7) memiliki nilai

    korelasi terhadap Y di atas 0,3 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan

    pada variabel Y adalah valid.

    5. Uji Validitas Variabel Z

    Uji validitas Variabel Z menggunakan menggunakan korelasi Product Momen Pearson

    (Syahri Alhusni, 2002) dihasilkan temuan statistik sebagai berikut:

    Tabel 4. 5. Hasil Uji Validitas Z

    Correlations

    Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z

    Z1 Pearson Correlation 1 .840 ** .779 ** .581 ** .703 ** .895 **

    Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .000

    N 30 30 30 30 30 30

    Z2 Pearson Correlation .840 ** 1 .791 ** .585 ** .859 ** .927 **

    Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .000

    N 30 30 30 30 30 30

    Z3 Pearson Correlation .779 ** .791 ** 1 .698 ** .643 ** .896 **

    Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

    N 30 30 30 30 30 30

    Z4 Pearson Correlation .581 ** .585 ** .698 ** 1 .577 ** .795 **

    Sig. (2-tailed) .001 .001 .000 .001 .000

    N 30 30 30 30 30 30Z5 Pearson Correlation .703 ** .859 ** .643 ** .577 ** 1 .857 **

    Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .000

    N 30 30 30 30 30 30

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    42/67

    41

    Correlations

    Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z

    Z Pearson Correlation .895 ** .927 ** .896 ** .795 ** .857 ** 1

    Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

    N 30 30 30 30 30 30

    **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

    Pada tabel di atas tampak bahwa seluruh indikator (Z 1, Z 2, Z 3, Z 4, Z 5) memiliki nilai korelasi

    terhadap Z di atas 0,3 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan pada

    variabel Z adalah valid.

    B. Hasil Uji Reliabilitas

    Hasil uji reliabilitas dengan metode pengujian nilai Cronbach alpha, diperoleh hasil sebagai

    berikut:

    Tabel 4. 6. Hasil Uji Reliabilitas

    Reliability Statistics

    Cronbach's

    Alpha N of Items

    .918 26

    Berdasarkan nilai Cronbach Alpha diatas diperoleh nilai 0.918 di atas nilai r table 0.37

    dengan df=26 dan prob 0,05. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa seluruh butir

    pertanyaan pada kuesioner adalah reliabel/andal.

    C. Hasil Uji Deskriptif

    1. Hasil Uji Deskriptif variabel X 1

    Hasil uji deskriptif jawaban responden atas pertanyaan pada variabel X 1 adalah sebagaiberikut:

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    43/67

    42

    Tabel 4. 7. Skor Jawaban Dimensi Komitmen Manajemen (X 1)

    Butir

    5

    Butir

    6

    Butir

    7

    Butir

    8

    Butir

    9

    Butir

    10

    Butir

    11

    Butir

    12f

    f xskor %

    Skor 5 17 15 12 5 11 8 8 5 81 405 34%

    Skor 4 12 14 16 13 13 11 19 18 116 464 48%

    Skor 3 1 1 2 8 4 8 3 5 32 96 13%

    Skor 2 0 0 0 4 2 1 0 2 9 18 4%

    Skor 1 0 0 0 0 0 2 0 0 2 2 1%

    TOTAL 30 30 30 30 30 30 30 30 240 985 100%

    Nilai konversi skor jawaban responden adalah = 985/(240x5)= 0,82, dengan skor 0.82

    artinya secara deskriptif menunjukkan bahwa tingkat Komitmen Manajemen berada pada

    selang tinggi.

    2. Hasil Uji Deskriptif Variabel X2

    Hasil uji deskriptif jawaban responden atas pertanyaan pada variabel X 1 adalah sebagai

    berikut:

    Tabel 4. 8. Skor Jawaban Dimensi Keterbatasan Sistem Informasi (X2)

    Butir 13 Butir14 Butir15 Butir16 f f x skor %

    Skor 5 1 1 0 3 5 25 4%

    Skor 4 8 9 7 12 36 144 30%

    Skor 3 8 5 10 8 31 93 26%

    Skor 2 11 13 11 6 41 82 34%

    Skor 1 2 2 1 1 6 6 5%

    TOTAL 30 30 29 30 119 350 99,00%

    Nilai konversi skor jawaban responden adalah = 350/(119x5)= 0,58 dengan skor 0.58 artinya

    secara deskriptif menunjukkan bahwa Keterbatasan Sistem informasi berada pada selang

    menengah.

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    44/67

    43

    3. Hasil Uji Deskriptif Variabel X 3

    Hasil uji deskriptif jawaban responden atas pertanyaan pada variabel X 3 adalah sebagai

    berikut:

    Tabel 4. 9. Skor Jawaban Dimensi Otoritas Pengambil Keputusan (X3)

    Butir 17 Butir 18 F f x skor %

    Skor 5 2 0 2 10 3%

    Skor 4 13 9 22 88 37%

    Skor 3 10 12 22 66 37%

    Skor 2 4 7 11 22 18%

    Skor 1 1 2 3 3 5%

    TOTAL 30 30 60 189 100,00%

    Nilai konversi skor jawaban responden adalah = 189/(60x5)= 0,63 dengan skor 0.63 artinya

    secara deskriptif menunjukkan bahwa Otoritas Pengambil Keputusan berada pada selang

    menengah.

    4. Hasil Uji Deskriptif Variabel Y

    Hasil uji deskriptif jawaban responden atas pertanyaan pada variabel Y adalah sebagai

    berikut:

    Tabel 4. 10. Skor Jawaban Dimensi Penerapan Tata Kelola Keuangan Yang Baik (Y)

    Butir 19 Butir 20 Butir 21 Butir 22 Butir 23 Butir 24 Butir 25 f f xskor

    %

    Skor 5 5 7 9 10 11 13 2 57 285 27,14%

    Skor 4 15 16 11 17 12 8 12 91 364 43,33%

    Skor 3 6 4 7 3 6 6 8 40 120 19,05%

    Skor 2 3 3 3 0 1 3 4 17 34 8,10%

    Skor 1 1 0 0 0 0 0 4 5 5 2,38%

    TOTAL 30 30 30 30 30 30 30 210 808 100,00%

    Nilai konversi skor jawaban responden adalah = 808/(210x5)= 0,76 dengan skor 0.76 artinya

    secara deskriptif menunjukkan bahwa Penerapan Tata Kelola Keuangan Yang Baik berada

    pada selang tinggi.

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    45/67

    44

    5. Hasil Uji Deskriptif Variabel Z

    Hasil uji deskriptif jawaban responden atas pertanyaan pada variabel Z adalah sebagai

    berikut:

    Tabel 4. 11. Skor Jawaban Dimensi Good University Governance (Z)

    Butir 26 Butir 27 Butir 28 Butir 29 Butir 30 ff x

    skor %Skor 5 1 4 3 2 4 14 70 9%

    Skor 4 22 20 20 13 18 93 372 62%

    Skor 3 4 3 5 11 6 29 87 19%

    Skor 2 1 3 1 3 2 10 20 7%

    Skor 1 2 0 1 1 0 4 4 3%

    TOTAL 30 30 30 30 30 150 553 100,00%

    Nilai konversi skor jawaban responden adalah = 553/(150x5)= 0,73 dengan skor 0.73 artinya

    secara deskriptif menunjukkan bahwa Good University Governance berada pada selang

    tinggi.

    D. Uji Struktural Model Penelitian1. Uji Model Pertama

    a. Uji Asumsi Klasik Regresi Model Pertama

    Hasil uji asumsi klasik menunjukkan bahwa regresi model 1 memenuhi asumsi normalitas

    yang ditunjukkan dengan normal probability plot pada gambar 4.1 menunjukkan penyebaran

    titik-titik di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal yang mengindikasikan

    bahwa model regresi analisis jalur memenuhi asumsi normalitas. Hasil uji heterskedastisitas,

    yang ditunjukkan gambar 4.2 mengindikasikan tidak terdapat pola tertentu dari sebaran titik-

    titik pada grafik dan titik-titik menyebar di antara angka 0 pada sumbu Y, yang artinya tidak

    terjadi heteroskedastisitas.

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    46/67

    45

    Gambar 4. 1. Grafik Uji Normalitas Model Pertama

    Gambar 4. 2. Grafik Uji Hetereskedastisitas Model Pertama

    b. Uji Hipotesis 1, 2, dan 3

    Dari uji regresi model pertama dihasilkan hasil uji sebagai berikut:

    Tabel 4. 12. Hasil Uji Regresi Model Pertama

    Model Summaryb

    Model RR

    SquareAdjustedR Square

    Std.

    Error oftheEstimate

    Change StatisticsDurbin-Watson

    R SquareChange F Change df1 df2

    Sig. FChange

    1 .896 a .803 .781 2.09859 .803 35.373 3 26 .000 1.654

    a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1

    b. Dependent Variable: Y

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    47/67

    46

    Coefficients a

    Model

    Unstandardized CoefficientsStandardizedCoefficients

    t Sig.

    Collinearity Statistics

    B Std. Error Beta Tolerance VIF

    1 (Constant) -5.980 3.362 -1.779 .087

    X1 .718 .114 .627 6.309 .000 .766 1.305

    X2 .292 .163 .167 1.793 .085 .869 1.150X3 .943 .257 .346 3.669 .001 .851 1.175

    a. Dependent Variable: Y

    Dari tabel model summary, nampak R Square (R 2 = Koefisien Determinasi) = 0,803. Angka

    tersebut menunjukkan nilai koefisien jalur variabel lain diluar model sebesar = PY ε 1 =

    √ 1 − 0,803 = 0,443847

    Dari tabel coefficients di atas dapat digambarkan model pertama sebagai berikut:

    Dari gambar 4.3. di atas dapat diungkapkan temuan-temuan penelitian terkait hipotesis 1,

    hipotesis 2, dan hipotesis 3 sebagai berikut:

    Hipotesis 1

    Dari gambar 4.3 dapat disimpulkan bahwa H 1 diterima, yang bermakna bahwa Komitemen

    Manajemen berpengaruh positif signifikan terhadap Penerapan Tata Kelola Keuangan Yang

    Baik. Dari uji deskriptif dihasilkan kondisi Komitmen Manajemen dan Penerapan Tata

    Kelola Keuangan Perguruan Tinggi berada pada kondisi yang tinggi. Hal ini berarti bahwa

    kondisi penerapan tatakelola keuangan PTM yang selama ini berada pada kondisi yang baik

    secara signifikan dipengaruhi oleh kondisi komitmen yang tinggi dari pengelola PTM.

    0,444 ε 1

    0.346

    0.627

    0.167 *

    X1

    YX2

    X3

    Gambar 4. 3. Model Penelitian Pertama

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    48/67

    47

    Hipotesis 2

    Dari gambar 4.3 dapat disimpulkan bahwa H 2 ditolak, yang bermakna bahwa Keterbatasan

    Sistem Informasi tidak berpengaruh terhadap Penerapan Tata Kelola Keuangan Yang Baik.

    Dari uji deskriptif dihasilkan kondisi Keterbatan Sistem Informasi delama ini terjadi pada

    kondisi menengah dalam arti terjadi keterbatasan sistem informasi meskipun tidak tinggi,

    namun kondisi tersebut tidak atau meyebabkan kondisi penerapan tatakelola keuangan PTM

    menjadi buruk yang ditunjukkan bahwa kondisi tatakelola keuangan PTM secara deskriptif

    sampai saat ini berada pada kondisi yang baik .

    Hipotesis 3

    Dari gambar 4.3 dapat disimpulkan bahwa H 3 diterima, yang bermakna bahwa Otoritas

    Pengambil Keputusan berpengaruh positif signifikan terhadap Penerapan Tata Kelola

    Keuangan Yang Baik. Dari uji deskriptif ditunjukkan bahwa tingkat otoritas pengambil

    keputusan berada pada ada kondisi menengah sedangkan kondisi penerapan tata kelola

    keuangan yang baik berada pada posisi tinggi. Hal ini dapat diartikan bahwa meskipun

    otoritas pengambil keputusan tidak berada pada kondisi tinggi namun menjadi salah satu

    penentu penerapan tatakelola keuangan yang baik pada PTM di seluruh Indonesia.

    2. Uji Model 2

    a. Uji Asumsi Klasik Regresi Model Kedua

    Hasil uji asumsi klasik menunjukkan bahwa regresi model 2 memenuhi asumsi normalitas

    yang ditunjukkan dengan normal probability plot pada gambar 4.4 menunjukkan penyebaran

    titik-titik di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal yang mengindikasikan

    bahwa model regresi analisis jalur memenuhi asumsi normalitas. Hasil uji heterskedastisitas,

    yang ditunjukkan gambar 4.5 mengindikasikan tidak terdapat pola tertentu dari sebaran titik-

    titik pada grafik dan titik-titik menyebar di antara angka 0 pada sumbu Y, yang artinya tidak

    terjadi heteroskedastisitas.

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    49/67

    48

    Gambar 4. 4. Grafik Uji Normalitas Model Kedua

    Gambar 4. 5. Hasil Uji Heteroskedastisitas Model Kedua

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    50/67

    49

    b. Uji Hipotesis 4, 5, 6, 7

    Dari uji regresi model kedua dihasilkan hasil uji sebagai berikut:

    Tabel 4. 13. Hasil Uji Regresi Model Kedua

    Model Summary

    Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

    1 .798 a .637 .579 .47078

    a. Predictors: (Constant), Y, X2, X3, X1

    ANOVA b

    Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

    1 Regression 9.714 4 2.428 10.957 .000 a

    Residual 5.541 25 .222

    Total 15.255 29

    a. Predictors: (Constant), Y, X2, X3, X1

    b. Dependent Variable: Z

    Coefficients a

    Model

    Unstandardized CoefficientsStandardizedCoefficients

    t Sig.B Std. Error Beta

    1 (Constant) .750 .499 1.505 .145

    X1 .298 .339 .201 .878 .389

    X2 -.189 .132 -.181 -1.435 .164

    X3 .022 .142 .025 .159 .875

    Y .678 .300 .598 2.258 .033

    a. Dependent Variable: Z

    Dari tabel summary, nampak R Square (R 2 = Koefisien Determinasi) = 0,637. Angka

    tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien jalur variabel lain diluar model = PZ ε 2 adalah

    sebesar= √ 1 − 0,637 = 0,602

    Dari tabel coefficients dapat digambarkan model kedua sebagai berikut:

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    51/67

    50

    Dari gambar 4.3. di atas dapat diungkapkan temuan-temuan penelitian terkait hipotesis 4,

    hipotesis 5, dan hipotesis 6, dan hipotesis 7, sebagai berikut:

    Hipotesis 4

    Dari gambar model kedua di atas dapat disimpulkan bahwa H 4 ditolak, yang bermakna

    bahwa Komitmen Manajemen tidak berpengaruh terhadap Good University Governance .Dengan memperimbangkan hasil uji deskriptif ditunjukkan bahwa kondisi GUG yang tinggi

    tidak dipicu oleh kondisi Komitmen Manajemen yang tinggi.

    Hipotesis 5

    Dari gambar model kedua di atas disimpulkan bahwa H 5 ditolak, yang bermakna bahwa

    Keterbatasan Sistem Informasi tidak berpengaruh terhadap Good University Governance .

    Dengan mempertimbangkan hasil uji deskriptif ditunjukkan bahwa kondisi GUG yang tinggi

    tidak dipicu oleh kondisi Keterbatasan Sistem Informasi yang kondisinya pada level

    menengah.

    Hipotesis 6

    Dari gambar model kedua di atas disimpulkan bahwa H 6 ditolak, yang bermakna bahwa

    Otoritas Pengambil Keputusan tidak berpengaruh terhadap Good University Governance .

    Dengan mempertimbangkan hasil uji deskriptif ditunjukkan bahwa kondisi GUG yang tinggi

    tidak dipicu oleh kondisi Otoritas Pengambil Keputusan pada tingkatan menengah.

    Hipotesis 7

    ε 2

    0,602

    X3

    X1

    Z

    X2

    0.025*

    -0.181 *

    0.201 *

    0.598

    Y

    Gambar 4. 6. Model Penelitian Kedua

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    52/67

    51

    Dari gambar model kedua di atas disimpulkan H7 diterima, yang bermakna bahwa

    Penerapan Tata Kelola Keuangan Yang Baik berpengaruh terhadap Good University

    Governance , dari uji deskriptif ditunjukkan bahwa kondisi GUG yang tinggi dipicu oleh

    kondisi Tata Kelola Keuangan Yang Baik pada tingkatan yang tinggi.

    Dari gambar model pertama dan kedua dapat digambarkan model penelitian secara lengkap

    sebagai berikut:

    Dari gambar lengkap gabungan model pertama dan model kedua diatas, selanjutnya

    disesuaikan dengan kondisi fenomena dapat dirumuskan model penelitian sebagai berikut:

    0,444

    0.346

    0.627

    0.167 * 0.59 8

    ε 2

    0,602

    0.201 *

    -0.181 *

    0.025* ε 1

    X1

    X2

    X3

    Y Z

    0,443

    0.346

    0.627

    Z0.59 8

    ε 2

    0,602

    ε 1

    Y

    X1

    X3

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    53/67

    52

    Dari struktur lengkap yang telah disesuaikan dapat diungkapkan temuan-temuan sebagai

    berikut:

    Kondisi penerapan tata kelola keuangan yang baik di perguruan tinggi Muhammadiyah se

    Indonesia yang selama ini telah berada pada kondisi yang tinggi dipengaruhi oleh kondisi

    Komitmen Manajemen yang selama ini pada kondisi yang tinggi dan kondisi Otoritas

    Pengambil Keputusan yang dalam kondisi menengah pada koefisien determinasi yang tinggi.

    Kondisi tata kelola keuangan yang baik pada kondisi yang tinggi ternyata mempengaruhi

    kondisi GUG yang tinggi pula, meskipun dengan koefisien determinasi yang rendah.

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    54/67

    53

    BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

    Dari temuan-temuan statistik baik statistik deskriptif maupun induktuf dapat disimpulkan

    bahwa kondisi aspek sistem GGG dan penerapan tatakelola keuangan yang baik pada PTM

    selama ini kondisinya tinggi. Kondisi kedua hal di atas dipengaruhi secara langsung maupun

    tidak langsung oleh komitmen manajemen dan otoritas pengambil keputusan dimanakeduanya merupakan dua aspek personil. Dari kedua aspek personil tersebut otoritas

    pengambil keputusan berada pada kondisi menengah sedang komitmen manajemen berada

    pada posisi tinggi. Kondisi keterbatasan sistem informasi pada PTM masih berada pada

    kondisi menengah yang artinya masih terjadi keterbatasan sistem informasi namun kondisi

    tersebut tidak mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap GUG.

    Dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa aspek non sistem keuangan lebih berperan dalam

    perwujudan GUG di PTM se Indonesia.

    Dari temuan-temuan penelitian di atas ada beberapa saran yang bisa dirumuskan antara lain:

    1. Perlu ditingkatkan dukungan teknologi sistem informasi sehingga mampu meminimalisisr

    kondisi keterbatasan sistem informasi dan diharapkan akan mendukung penerapan

    tatakelola keuangan yang baik yang akhirnya mampu meningkatkan GUG pada kondisiyang maksimal.

    2. Dalam mewujudkan penerapan tatakelola keuangan yang baik secara maksimal perlu

    diwujudkan peningkatan otoritas pengembil keputusan dalam sistem keuangan di PTM.

    3. Dalam mewujudkan GUG yang maksimal selain aspek non keuangan yang terbukti lebih

    memiliki peran dibandingkan aspek keuangan, penerapan tatakelola keuangan yang baik

    juga perlu ditingkatkan.

    Dari kesimpulan dan saran di atas bisa diberikan masukan bagi Majelis Pendidikan Dikti PP

    Muhammadiyah untuk mampu merumuskan standar kapasitas dan skill personil di bidang

    keuangan dan suatu sistem informasi di bidang tatakelola keuangan berbasis kinerja dan

    memberikan ruang gerak otoritas pengambil keputusan dimana sistem tersebut berbasis

    prinsip-prinsip tatakelola keuangan yang baik termasuk di dalamnya transparansi danakuntabilitas.

  • 8/16/2019 Tata Kelola PT

    55/67

    54

    Daftar Pustaka

    Artley, Will. 2001. The Performance Management Handbook Volume 3: Establis