ANALISIS POLA SIRKULASI ARUS MUSIM TIMUR DI PERAIRAN MUNCAR,
BANYUWANGI
ARTIKEL SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
Oleh
MUH FIRDAUS
NIM. 135080601111024
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ARTIKEL SKRIPSI
ANALISIS POLA SIRKULASI ARUS MUSIM TIMUR DI PERAIRAN MUNCAR,
BANYUWANGI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kelautan Pada Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya Malang
Oleh :
MUH FIRDAUS
NIM. 135080601111024
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Jurusan PSPK Dosen Pembimbing 1
Dr. Ir. Daduk Setyohadi, MP . Nurin Hidayati, ST., M.Sc.
NIP. 19630608 198703 1 003 NIP. 19781102 200502 2 001
Tanggal : Tanggal :
Dosen Pembimbing 2
Wingking Era Rintaka Siwi, M.Si.
NIP. 19800331 200901 2 002
Tanggal :
1
ANALISIS POLA SIRKULASI ARUS MUSIM TIMUR DI PERAIRAN MUNCAR, BANYUWANGI
Muh Firdaus¹), Nurin Hidayati²), Wingking Era Rintaka Siwi³)
ABSTRAK Perairan Muncar memiliki komoditas sektor perikanan dan perairan yang maju, dari sinilah timbul permasalahan yang kompleks yang terjadi di perairan tersebut. Maka untuk mengurangi serta mengantisipasi masalah tersebut, perlunya untuk mengetahui pola sirkulasi arus secara horizontal maupun vertikal di Perairan Muncar, Banyuwangi pada musim timur.Penelitian ini menggunakan metode Eularian adalah pengukuran arus yang melewati satu titik garis geografis. Data primer terdiri dari Arus Horizontal dari hasil pengukuran instrumentasi Current Meter, data model arus dari INDESO, data arus vertikal tahun 2011 dan 2015 pada musim timur dari hasil pengukuran instrumentasi ADCP tipe Nortex Aquadopp Current Profiler. Pola sirkulasi arus permukaan di Perairan Muncar, Banyuwangi Pada Musim Timur memiliki kecepatan arus berkisar 0.24 – 0.66 m/s. Arah arus dominan bergerak dari tenggara menuju ke barat laut. Pola sirkulasi arus secara vertikal menjelaskan bahwa kecepatan arus dari permukaan hingga menuju dasar perairan mengalami penurunan kecepatan arus yakni berkisar 0.01 – 0.76 m/s. Arah arus dominan bergerak dari tenggara menuju ke barat laut, tetapi pada layer paling dasar arah arusnya bergerak antara timur laut dan barat daya. Pemisahan arus dominan di pengaruhi oleh arus pasang surut, tetapi pada layer paling dasar dominan di pengaruhi oleh arus residu. Kata Kunci : Arus Horizontal, Arus Vertikal, INDESO, ADCP 1)*Program Studi Ilmu Kelautan FPIK UB, 2)*FPIK UB, 3)*Balai Penelitian dan Observasi Laut (BPOL), Bali.
ANALYSIS OF CURRENT CIRCULATION PATTERNS EAST MONSOON IN MUNCAR WATERS, BANYUWANGI
Muh Firdaus¹), Nurin Hidayati²), Wingking Era Rintaka Siwi³)
ABSTRACT Muncar waters have fisheries and aquatic commodities advanced, from here a complex problem that occurs in these waters. Therefore, to reduce and anticipate the problem, the need to know current circulation patterns horizontally or vertically in Muncar waters, Banyuwangi in the east monsoon. This study use Eulerian method is measuring current through a point of geographical line. Primary data consists of horizontal current of measurement instrumentation Current Meter, a data current model of INDESO, vertical current data in 2011 and 2015 on the east monsoon of the measurement instrumentation ADCP type Nortex Aquadopp Current Profiler. Surface current circulation patterns in the Muncar waters, Banyuwangi at East Monsoon has a flow rate between 0:24 - 0.66 m/s. While direction of currents dominant move from southeast to northwest. Current circulation pattern vertically explained that current velocity from surface down to bottom of waters decreased flow velocity of between 0.01 - 0.76 m/s. Direction of currents dominant move from southeast to northwest, but current is moving toward base layer between northeast and southwest. Separation of currents dominant influenced by tidal currents, but on base layer dominant influenced by a residual current. Kata Kunci : Horizontal Current, Vertical Current, INDESO, ADCP 1)*Departement Of Marine Science FPIK UB, 2)*FPIK UB, 3)*Institute for Marine Research and Observation (IMRO).
2
1. PENDAHULUAN
Perairan Muncar, Banyuwangi, yang
berada di wilayah Selat Bali merupakan
salah satu daerah dengan potensi
perikanan terbesar di Indonesia.
Perairan Muncar memiliki komoditas
sektor perikanan dan perairan yang
maju, dari sinilah timbul permasalahan
yang kompleks yang terjadi di perairan
tersebut. Salah satu masalahnya adalah
pencemaran, sedimentasi, reklamasi
pelabuhan, perencanaan bangunan
pantai, penentuan wilayah tambak serta
pengeloan wilayah perairan lainnya.
Maka untuk mengurangi serta
mengantisipasi masalah tersebut,
perlunya untuk mengetahui pola
sirkulasi arus secara horizontal maupun
vertikal di Perairan Muncar,
Banyuwangi. Menurut Lanuru (2011)
mengatakan bahwa arus laut menjadi
salah satu dinamika perairan yang
berpengaruh terhadap proses
oseanografi di suatu perairan. Arus laut
adalah suatu pergerakan secara
horizontal maupun vertikal yang
membawa massa air sehingga terjadi
perpindahan dari suatu tempat ke
tempat lain.
Arus laut didefinisikan sebagai
pergerakan massa air laut secara
horizontal maupun vertikal dari satu
lokasi ke lokasi lain untuk mencapai
kesetimbangan dan terjadi secara
kontinu. Proses terjadinya arus di suatu
perairan disebabkan karena 2 faktor
utama yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal, ialah seperti perbedaan
densitas air laut, gradien tekanan
mendatar serta juga gesekan lapisan
air. Faktor eksternal, ialah seperti gaya
tarik matahari serta juga bulan yang
dipengaruhi oleh tahanan dasar laut
serta juga gaya coriolis, gaya gravitasi,
gaya tektonik, perbedaan tekanan
udara, kondisi topografi, kedalaman
perairan serta juga angin (Marpaung
and Prayogo, 2014).
Pemahaman tentang arus di suatu
perairan bukan saja sangat penting dari
sisi pengelolaan, tetapi juga memiliki
peran yang sangat besar dipandang dari
sisi keamanan pemanfaatan kawasan
perairan dan jalur transportasi. Bertolak
dari hal tersebutlah, maka penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk
mendeskripsikan pola pergerakan dan
kecepatan arus horizontal dan vertikal
perairan Muncar, Banyuwangi pada
musim timur. Menurut Ismail and Aniq
Taofiqurohman S, (2012) mengatakan
bahwa pengetahuan tentang
karakteristik sirkulasi arus horizontal
maupun vertikal sangat perlu dilakukan
untuk kepentingan pengelolaan wilayah
perairan.
3
2. METODE
Pada penelitian ini teknik pengukuran
langsung arus permukaan dan dasar
perairan menggunakan metode
Eularian, menurut Rampengan (2009)
mengatakan bahwa teknik pengukuran
langsung arus di perairan dipisahkan
menjadi dua kategori, yaitu Metode
Eularian dan Metode Lagrangian.
Metode Eularian adalah pengukuran
arus yang melewati satu titik garis
geografis, sedangkan Metode
Lagrangian dilakukan dengan cara
mengikuti dan mengawasi pergerakan
benda apung. Penelitian ini dilakukan
pada musim timur di Perairan Muncar,
Banyuwangi. Berikut ini Gambar 1
tentang peta lokasi penelitian.
Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah primer yakni data
utama untuk mencapai tujuan dari
penelitian ini. Data primer di bedakan
menjadi 2 yakni data In-situ (Data
Pengukuran Langsung di lapang pada
28 s/d 29 November 2016)
menggunakan instrumentasi Current
Meter tipe C31 OTT dan Ex-situ (Data
yang di dapat kan dari Instasi BPOL,
Bali). Untuk data in-situ berupa data
arus horizontal (28 s/d 29 November
2016), sedangkan data ex-situ berupa
data Arus Horizontal INDESO
(November 2016 dan Juni s/d Agustus
2015) dan data Arus Vertikal (Juli 2011
dan Juni 2015) menggunakan
instrumentasi ADCP (Acoustic Doppler
Curret Profiler) tipe Nortex Aquadopp Gambar 1. Peta Lokasi
4
Current Profiler. Data sekunder yakni
pendukung pada penelitian ini. Data
Sekunder menggunakan data Angin dari
ECMWF (Juli 2011 dan Juni 2015) dan
data Pasang Surut diperoleh dari
instrumentasi ADCP.
Analisa data hasil pengolahan data
arus horizontal dan vertikal
menggunakan analisis stastistik dengan
software Minitab 17 dan Microsoft Excel.
Metode analisis statistik yang digunakan
adalah Validasi RE dan MRE untuk
menvalidasi data arus horizontal lapang
dengan Model INDESO, kemudian RAL
(Rancangan Acak Lengkap) dan RAK
(Rancangan Acak Kelompok) untuk data
arus vertikal.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pola Sirkulasi Arus Horizontal
Hasil pola sirkulasi arus horizontal
dari model INDESO (Infrastructure
Development Of Space Oceanografphy)
di Perairan Muncar, Banyuwangi pada
musim timur. Berikut ini Gambar 2
tentang pola sirkulasi arus di Perairan
Muncar, Banyuwangi.
Pola sirkulasi arus permukaan di
Perairan Muncar, Banyuwangi pada
musim timur memiliki Kecepatan rata-
rata arus permukaan di Perairan Muncar
Banyuwangi sebesar 0.24 – 0,66 m/s.
Arah arus bergerak dominan dari
tenggara menuju barat laut, tetapi ada
sebagian bergerak kearah selatan
menuju perairan Teluk Pangpang yang
mempuyai kedalaman relatif dangkal.
Arus yang bergerak menuju ke daratan
arahnya dibelokkan menuju ke arah
barat daya karena adanya pelabuhan Gambar 2. Pola Sirkulasi Arus Horizontal
5
perikanan di Perairan Muncar,
Banyuwangi.
Mengenai kecepatan arusnya secara
umum semakin menuju daratan
kecepatannya semakin melemah hal ini
diduga karena tingkat kelandaian
topografi yang lebih dangkal. Menurut
Hutabarat and Evans (1985)
menjelaskan bahwa secara umum
gerakan arus permukaan laut terutama
disebabkan oleh adanya angin yang
bertiup di atas permukaan air. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi
arus permukaan laut antara lain bentuk
topografi dasar laut, teluk, selat serta
pulau-pulau yang di sekitarnya, gaya
Coriolis, arus ekman, perbedaan
tekanan air, arus musiman, kelandaian
serta perbedaan densitas, upwelling dan
sinking.
Hasil validasi data arus lapang dan
model INDESO menghasilkan nilai
Mean Relative Error (MRE) sebesar
3.93 %. Sugiyono (2011) dalam
Leksono et al., (2013) menyatakan
bahwa verifikasi model yang masih
dapat diterima adalah jika rata-rata
kesalahan relatif yang berada pada
batas 40%. Maka dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa hasil model
INDESO pada musim timur akurat.
3.2 Profil Vertikal Kecepatan Arus
Hasil pengolahan data profil vertikal
kecepatan arus menggunakan software
Matlab R2009a menunjukan perbedaan
yang signifikan antara layer 1, 2 dan 3,4
pada tahun 2011. Berikut ini Gambar 3
tentang profil vertikal kecepatan arus
2011.
Gambar 3. Profil Vertikal Kecepatan Arus 2011
Hasil grafik profil kecepatan arus
pada Juli 2011 tersebut dapat di
jelaskan bahwa dari layer 1 – 4 terjadi
penurunan kecepatan arus yang
signifikan hal ini dipengaruhi oleh
adanya hembusan angin di permukaan
yang lebih tinggi, dimana angin yang
masuk kedalam perairan seiring
bertambah kedalaman kecepatannya
semakin menurun. Hal sesuai dengan
hasil penelitian Wardheni et al., (2014)
yang menyatakan bahwa kecepatan
arus pada kolom air permukaan memiliki
kecepatan yang paling besar,
sedangkan kecepatan arus pada kolom
air dasar memiliki kecepatan paling
kecil. Semakin dalam suatu kolom air
makin kecepatan arus akan semakin
berkurang. Hal ini disebabkan oleh
6
adanya gaya gesek dasar perairan.
Menurut Han et al., (2008)
menjelasakan bahwa arus selalu
berhubungan dengan kedalaman,
dimana pada kedalaman yang lebih
dalam gerakan air mejadi lambat.
Hasil pengolahan data profil vertikal
kecepatan arus menggunakan software
Matlab R2009a menunjukan perbedaan
yang signifikan antara layer 1-4 pada
tahun 2015. Berikut ini adalah Gambar 4
tentang profil vertikal kecepatan arus
2015.
Gambar 4. Profil Vertikal Kecepatan Arus 2015
Hasil grafik profil kecepatan arus
pada Juli 2015 tersebut dapat di
jelaskan bahwa dari layer 1 – 4 terjadi
penurunan kecepatan arus yang
lumayan signifikan hal ini dipengaruhi
oleh adanya hembusan angin di
permukaan yang lebih tinggi, dimana
angin yang masuk kedalam perairan
seiring bertambahnya kedalaman
kecepatannya semakin menurun. Hal
sesuai dengan hasil penelitian Tarhadi
et al., (2014) yang menyatakan bahwa
kecepatan arus di permukaan lebih
besar dibandingkan dengan kecepatan
arus pada lapisan tengah maupun
dasar. Hal ini di sebabkan pada lapisan
permukaan bertambahnya pengaruh
energi angin yang membangkitkan arus
permukaan, sedangkan sebaliknya
semakin bertambahnya kedalaman
maka kecepatan arusnya semakin
berkurang adanya gesekan ditiap
lapisan kedalaman serta adanya
gesekan didasar perairan turut
mengurangi laju kecepatan arus seiring
bertambahnya kedalaman. Menurut
Hutabarat and Evans (1985)
menjelaskan bahwa kecepatan arus
akan berkurang sesuai dengan makin
bertambahnya kedalaman perairan dan
akhirnya angin menjadi tak berpengaruh
sama sekali terhadap kecepatan arus.
Hal ini juga sesuai dengan pendapat
Safwan (2006) dalam (Tarhadi et al.,
2014), menjelaskan bahwa arus yang
mengalir di atas dasar laut akan
mengalami pengaruh gesekan dasar,
seperti halnya lapisan permukaan laut
dimana lapisan spiral ekman terbentuk
oleh pengaruh gesekan angin.
7
Hasil grafik kecepatan arus di tahun
2011 lebih tinggi dari pada tahun 2015,
hal ini diduga karena faktor kecepatan
angin yang berbeda antara tahun 2011
dan 2015. Hal ini sesuai dengan alasan
tersebut yang memang kecepatan angin
di tahun 2011 lebih tinggi dari pada
tahun 2015. Kecepatan angin tahun
2011 5.38 m/s dan tahun 2015 4.54 m/s.
Hasil grafik layer 1 - 4 tersebut juga
bisa klasifikasikan kecepatan arus
berdasarkan kedalaman kolom perairan
yakni untuk layer 1 (kedalaman 0 - 2.9m)
merupakan kecepatan arus pada kolom
air permukaan karena memiliki
kecepatan tertinggi. Layer 2 (kedalaman
3 - 5.9m) merupakan kecepatan arus
pada kolom air tengah karena memiliki
kecepatan sedang. Sedangkan untuk
layer 3(kedalaman 6 - 8.9m) dan layer 4
(kedalaman 9 - 12m) merupakan
kecepatan arus pada kolom dasar
perairan karena memiliki kecepatan
terendah. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Tarhadi et al., (2014) yang
menjelaskan bahwa pembagian arus
secara vertikal berdasarkan
kecepatannya di bedakan menjadi 3
kolom perairan yakni permukaan
perairan, bagian tengah perairan dan
dasar perairan.
3.3 Variasi Kecepatan Arus Vertikal
Berikut ini adalah (Tabel 1 dan 2)
mengenai kecepatan arus minimum,
maksimum, rata-rata pada setiap layer
di tahun 2011 dan 2015.
Tabel 1. Variasi Kecepatan Arus Tahun 2011
Layer Kec Min
(m/s)
Kec Max
(m/s)
Kec Rata-
rata (m/s)
1 0.23 0.76 0.46
2 0.10 0.44 0.25
3 0.02 0.21 0.11
4 0.02 0.20 0.09
Gambar 5. Overlay Kecepatan Arus 2011 dan 2015
8
Tabel 2. Variasi Kecepatan Arus Tahun 2015
Layer Kec Min
(m/s)
Kec Max
(m/s)
Kec Rata-
rata (m/s)
1 0.21 0.66 0.44
2 0.10 0.39 0.24
3 0.03 0.19 0.09
4 0.01 0.19 0.08
Hasil variasi kecepatan arus
berdasarkan layer kedalaman di
dapatkan bahwa pada tahun 2011 untuk
layer 1 tipe kecepatan arusnya
merupakan perairan arus cepat.
Sedangkan layer 2 tipe kecepatan
arusnya merupakan perairan arus
sedang. Untuk layer 3 tipe kecepatan
arusnya merupakan perairan arus
lambat. Dan untuk layer 4 tipe
kecepatan arusnya merupakan perairan
arus lambat.
Hasil variasi kecepatan arus
berdasarkan layer kedalaman di
dapatkan bahwa pada tahun 2015 untuk
layer 1 tipe kecepatan arusnya
merupakan perairan arus cepat.
Sedangkan layer 2 tipe kecepatan
arusnya merupakan perairan arus
sedang. Untuk layer 3 tipe kecepatan
arusnya merupakan perairan arus
lambat. Dan untuk layer 4 tipe
kecepatan arusnya merupakan perairan
arus lambat.
Hal ini sesuai dengan pendapat
Rukminasari (2011) yang menjelaskan
bahwa berdasarkan kecepatan arusnya
maka perairan dapat dikelompokkan
menjadi berarus sangat cepat (> 1 m/s),
cepat (0.51 – 1 m/s), sedang (0.251 –
0.5 m/s), lambat (0.11 – 0.25 m/s) dan
sangat lambat (< 0.1 m/s).
3.4 Pola Arah Arus Vertikal
Hasil pengolahan pola arus yang di
olah menggunakan software WRPLOT
di dapatkan hasil sebagai berikut ini
adalah Tabel 3 tentang pola arah secera
vertikal berdasarkan layer kedalaman
pada tahun 2011 dan 2015.
Tabel 3. Pola Arah Arus
Layer Tahun 2011 Tahun 2015
1
2
3
4
Hasil tahun 2011 pola arah arus
secara vertikal di layer 1 – 3 arah
arusnya semakin bervariasi seiring
bertambahnya kedalaman akan tetapi
9
arah dominannya bergerak menuju
barat laut. Sedangkan untuk layer 4 arah
arus berbeda dengan layer atas yakni
bergerak antara timur laut dan barat
daya hal ini diduga karena faktor
gesekan dasar perairan atau friksi dan
pengaruh pergerakan angin yang
semakin rendah saat mencapai dasar
perairan. hal serupa juga terjadi pada
pola arus secara vertikal pada data arus
tahun 2015 yang tidak jauh berbeda
pergerakan pola arah arusnya. Menurut
Stewart (2006) dalam Tarhadi et al.,
(2014) menjelaskan bahwa pergerakan
arah arus laut tidak sepenuhnya
dipengaruhi oleh kondisi angin. Karena
arus yang disebabkan oleh angin akan
bergerak tidak searah dengan
pergerakan angin, namun akan
dibelokkan sekitar 45°. Belahan bumi
utara pembelokan arahnya terjadi ke
sebelah kanan, sedangkan untuk
belahan bumi selatan akan berbelok ke
arah kiri. Hal ini juga sesuai dengan
pernyataan Hutabarat and Evans (1985)
bahwa perubahan arah arus yang
kompleks susunannya terjadi sesuai
dengan makin bertambahnya
kedalaman suatu perairan.
3.5 Tren Arus dengan Pasang Surut
Hasil pengolahan mengenai tren
kecepatan arus berdasarkan layer
kedalaman terhadap proses pasang
surut ini yakni ingin mengetahui
bagaimana kecepatan arus saat pasang
dan surut pada tiap layernya.
-200
-100
0
100
200
0.000.100.200.300.400.500.600.70
12
14
16
18
11
01
12
11
41
16
11
81
20
12
21
24
12
61
28
13
01
32
1
Overlay Kecepatan Arus Layer 1 Tahun 2011 dengan
Ketinggian Pasang Surut
Kecepatan Arus (m/s)
Ketinggian Pasang Surut (cm)
-200
-100
0
100
200
0.000.100.200.300.400.500.600.70
12
14
16
18
11
01
12
11
41
16
11
81
20
12
21
24
12
61
28
13
01
32
1
Overlay Kecepatan Arus Layer 2 Tahun 2011 dengan
Ketinggian Pasang Surut
Kecepatan Arus (m/s)
Ketinggian Pasang Surut (cm)
-200
-100
0
100
200
0.000.100.200.300.400.500.600.70
12
14
16
18
11
01
12
11
41
16
11
81
20
12
21
24
12
61
28
13
01
32
1
Overlay Kecepatan Arus Layer 3 Tahun 2011 dengan
Ketinggian Pasang Surut
Kecepatan Arus (m/s)
Ketinggian Pasang Surut (cm)
10
-200
-100
0
100
200
0.000.100.200.300.400.500.600.70
12
14
16
18
11
01
12
11
41
16
11
81
20
12
21
24
12
61
28
13
01
32
1
Overlay Kecepatan Arus Layer 4 Tahun 2011 dengan
Ketinggian Pasang Surut
Kecepatan Arus (m/s)
Ketinggian Pasang Surut (cm)
-200
-100
0
100
200
0.000.100.200.300.400.500.600.70
12
14
16
18
11
01
12
11
41
16
11
81
20
12
21
24
12
61
28
13
01
32
1
Overlay Kecepatan Arus Layer 4 Tahun 2011 dengan
Ketinggian Pasang Surut
Kecepatan Arus (m/s)
Ketinggian Pasang Surut (cm)
-200
-100
0
100
200
0.000.100.200.300.400.500.600.70
12
14
16
18
11
01
12
11
41
16
11
81
20
12
21
24
12
61
28
13
01
32
1
Overlay Kecepatan Arus Layer 1 Tahun 2015 dengan
Ketinggian Pasang Surut
Kecepatan Arus (m/s)
Ketinggian Pasang Surut (cm)
-200
-100
0
100
200
0.000.100.200.300.400.500.600.70
12
14
16
18
11
01
12
11
41
16
11
81
20
12
21
24
12
61
28
13
01
32
1
Overlay Kecepatan Arus Layer 2 Tahun 2015 dengan
Ketinggian Pasang Surut
Kecepatan Arus (m/s)
Ketinggian Pasang Surut (cm)
-200
-100
0
100
200
0.000.100.200.300.400.500.600.70
12
14
16
18
11
01
12
11
41
16
11
81
20
12
21
24
12
61
28
13
01
32
1
Overlay Kecepatan Arus Layer 3 Tahun 2015 dengan
Ketinggian Pasang Surut
Kecepatan Arus (m/s)
Ketinggian Pasang Surut (cm)
-200
-100
0
100
200
0.000.100.200.300.400.500.600.70
12
14
16
18
11
01
12
11
41
16
11
81
20
12
21
24
12
61
28
13
01
32
1
Overlay Kecepatan Arus Layer 4 Tahun 2015 dengan
Ketinggian Pasang Surut
Kecepatan Arus (m/s)
Ketinggian Pasang Surut (cm)
11
Hasil overlay ke 4 layer tahun 2011
dan 2015 pada gambar dibawah ini
tersebut dapat disimpulkan bahwa tren
kecepatan arus tertinggi dominan
berada pada saat terjadinya pasang,
baik menuju pasang ataupun saat
pasang tertinggi dan juga pengaruh
kedangkalan perairan untuk layer 1 dan
2, sedangkan untuk layer 3 dan 4
dengan tren yang sebaliknya hal ini
disebabkan karena pada saat surut
maupun menuju surut kecepatan arus
dominan tertinggi saat berada di
perairan dasar. Menurut Tarhadi et al.,
(2014) menjelaskan bahwa kecepatan
arus akan lebih tinggi pada saat pasang
terutama untuk perairan dangkal,
karena pergerakan menuju ke arah laut
untuk zona arus perairan permukaan
dan tengah, sedangkan untuk zona arus
dasar perairan berbanding terbalik.
3.6 Pemisahan Arus
Hasil pemisahan arus bertujuan untuk
mengetahui apakah arusnya dominan
dipengaruhi oleh pasang surut atau arus
residu. Berikut ini adalah hasil overlay
antara arus total, arus pasang surut dan
arus residu.
• Tahun 2011
Hasil grafik arus total dan arus
pasang surut hampir sama sehingga
kecepatan arus di layer 1 dominan di
pengaruhi oleh pasang surut.
Presentase arus pasang surut sebesar
76.67% sedangkan untuk arus residu
23.33%.
Hasil grafik grafik arus total dan arus
pasang surut hampir sama sehingga
kecepatan arus di layer 2 dominan di
pengaruhi oleh pasang surut.
Presentase arus pasang surut sebesar
72.41% sedangkan untuk arus residu
27.59%.
Hasil grafik arus total dan arus
pasang surut hampir sama sehingga
12
kecepatan arus di layer 3 dominan di
pengaruhi oleh pasang surut meskipun
nilai arus residu juga mendekati arus
total. Presentase arus pasang surut
sebesar 69.23% sedangkan untuk arus
residu 30.77%.
Hasil grafik justru arus total dan
residu hampir sama sehingga
kecepatan arus di layer 4 dominan di
pengaruhi oleh arus residu meskipun
nilai arus pasut hampir mendekati arus
total. Presentase arus pasang surut
sebesar 30% sedangkan untuk arus
residu 70%.
• Tahun 2015
hasil grafik arus total dan arus
pasang surut hampir sama sehingga
kecepatan arus di layer 1 dominan di
pengaruhi oleh pasang surut.
Presentase arus pasang surut sebesar
77.19% sedangkan untuk arus residu
22.81%.
Hasil grafik arus total dan arus
pasang surut hampir sama sehingga
kecepatan arus di layer 2 dominan di
pengaruhi oleh pasang surut.
Presentase arus pasang surut sebesar
79.17% sedangkan untuk arus residu
20.83%.
Hasil grafik arus total dan arus
pasang surut hampir sama sehingga
kecepatan arus di layer 3 dominan di
pengaruhi oleh pasang surut meskipun
nilai arus residu juga hampir mendekati
arus total. Presentase arus pasang surut
sebesar 70% sedangkan untuk arus
residu 30%.
Hasil grafik arus total dan residu
hampir sama sehingga kecepatan arus
13
di layer 4 dominan di pengaruhi oleh
arus residu meskipun nilai arus pasut
juga hampir mendekati arus total.
Presentase arus pasang surut sebesar
33.33% sedangkan untuk arus residu
63.67%.
Hasil grafik keseluruhan pada setiap
layer dari tahun 2011 dan 2015 dapat
disimpulkan bahwa layer 1 dan 2
memilik presentase yang lebih tinggi.
Hal ini disebabkan karena pada
kedalaman hingga 6 meter pasang surut
masih lebih dominan berpengaruh dari
pada faktor lainnya. Akan tetapi pada
layer 3 yang merupakan layer adaptasi
dari dominannya pengaruh arus pasang
surut dan arus residu. Layer 4 yang
merupakan layer paling dasar dominan
dipengaruhi oleh arus residu. Menurut
Thurmann (2007) menjelaskan bahwa
jika pola arus di suatu perairan
menunjukkan pola yang fluktuatif
mengikuti pola arus pasang surut maka
dapat dikatan bahwa arus pasang surut
merupakan arus yang dominan di
perairan tersebut. Menurut Triadmodjo
(1999) dalam Rampengan (2009)
mengatakan bahwa di perairan sempit
dan semi tertutup seperti selat dan teluk,
pasut merupakan penggerak utama
sirkulasi massa airnya. Akan tetapi
semakin bertambahnya kedalaman
hingga dasar perairan pengaruh pasang
surut semakin berkurang.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian tentang
“Analisis Pola Sirkulasi Arus Horizontal
Dan Vertikal Di Perairan Muncar,
Banyuwangi Pada Musim Timur”
sebagai berikut :
1. Pola sirkulasi arus permukaan di
Perairan Muncar, Banyuwangi Pada
Musim Timur memiliki kecepatan
arus berkisar antara 0.24 – 0.66 m/s.
Sedangkan arah arus dominan
bergerak dari tenggara menuju ke
barat laut.
2. Pola sirkulasi arus secara vertikal
menjelaskan bahwa kecepatan arus
dari permukaan hingga menuju dasar
perairan mengalami penurunan
kecepatan arus yakni berkisar antara
0.01 – 0.76 m/s. Sedangkan arah
arus dari layer 1 hingga 3 memiliki
arah arus yang sama yakni dominan
bergerak dari tenggara menuju ke
barat laut. Akan tetapi pada layer
paling dasar arah arusnya bergerak
antara timur laut dan barat daya. Dari
hasil pemisahan arus dapat di jelakan
bahwa arusnya dominan di pengaruhi
oleh arus pasang surut dari layer 1 –
3 , dan pada layer 4 dominan di
pengaruhi oleh arus residu.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis
berikan dari penelitian ini pada pembaca
14
ialah untuk penelitian selanjutnya
diperlukan data yang bisa mewakili 4
musim (musim timur, musim peralihan II,
musim barat dan musim peralihan I)
sehingga bisa membuat prediksi arus
yang lebih akurat dan mewakili data
tahunan.
DAFTAR PUSTAKA
Giri, I.N.A., Sentika, A.S., Suwirya, K.,
Marzuqi, M., 2016. Analisis Pola
Sirkulasi Arus Di Perairan Lombok
Untuk Pertumbuhan Benih Ikan
Kerapu Sunu, Plectropomus
Leopardus. J. Ris. Oseanografi 4,
357–366.
Han, G., Lu, Z., Wang, Z., Helbig, J.,
Chen, N., De Young, B., 2008.
Seasonal Variability Of The
Labrador Current And Shelf
Circulation Off Newfoundland. J.
Geophys. Res. 113.
Doi:10.1029/2007jc004376
Hidayah, Z., Wardhani, M.K., 2013.
Analisa Kesesuaian Dan Daya
Dukung Lingkungan Untuk
Budidaya Laut Di Perairan
Kabupaten Situbondo Dan
Banyuwangi.
Hutabarat, S., Evans, S.., 1985.
Pengantar Oseanografi. Ui-Press,
Jakarta.
Ismail, M.F.A., Aniq Taofiqurohman S,
2012. Simulasi Numeris Arus
Pasang Surut Di Perairan Cirebon.
Lanuru, M., 2011. Pengantar
Oseanografi,UniversitasHasanuddi
n :Makasar.
Leksono, A., Aymodjo, W., Maslukah, L.,
2013. Studi Arus Laut Pada Musim
Barat Di Perairan Pantai Kota
Cirebon. J. Oseanografi 2, 206–
213.
Marpaung, S., Prayogo, T., 2014.
Analisis Arus Geostropik
Permukaan Laut Berdasarkan Data
Satelit Altimetri. Pus. Pemanfaat.
Penginderaan Jauh Lapan.
Poerbandono, Djunarsjah, 2005. Survei
Hidrografi. Refika Aditama,
Bandung.
Rampengan, R.M., 2009. Pengaruh
Pasang Surut Pada Pergerakan
Arus Permukaan Di Teluk Manado.
Jurnal Perikanan Dan Kelautan
Unsrat V.
Rukminasari, 2011. Struktur Komunitas
Fitoplankton Pada Ekosistem
Padang Lamun Di Pulau
Kapoposang Dan Di Pulau
Sarappokeke Kabupaten Pangkep
Sulawesi Selatan. Program Studi
Ilmu Kelaut. Univ. Hasanudin
Makassar.
Stewart, R.., 2006. Introduction To
Physical Oceanogrpy, 2. Texas A &
M University, Texas.
15
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif Dan R & D.
Alfabeta, Jakarta.
Tarhadi, Elis, I., Agus, A.D., 2014. Studi
Pola Dan Karakteristik Arus Laut Di
Perairan Kaliwungu Kendal Jawa
Tengah Pada Musim Peralihan I. J.
Oseanografi 3, 16–25.
Thurmann, H.V., 2007. Introduction
Oceanogrphy. Bell And Howell
Company Columbus Ohio, Usa.
Triadmodjo, B., 1999. Teknik Pantai.
Beta Offset, Yogyakarta.
Wardheni, A., Alfi, S., Warsito, A., 2014.
Studi Arus Dan Sebaran Sedimen
Dasar Di Perairan Pantai Larangan
Kabupaten Tegal. J. Oseanografi 3,
277–283.
Top Related