STUDI PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP...

17
STUDI PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP KELIMPAHAN PLANKTON DI WILAYAH FISHING GROUND UTARA, TIMUR DAN SELATAN PERAIRAN JAWA TIMUR ARTIKEL SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN Oleh: MUHAMMAD IRLAN ASSIDIQ KUSUMA RAMADHAN 135080601111028 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Transcript of STUDI PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP...

STUDI PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP KELIMPAHAN

PLANKTON DI WILAYAH FISHING GROUND UTARA, TIMUR DAN SELATAN

PERAIRAN JAWA TIMUR

ARTIKEL SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

Oleh:

MUHAMMAD IRLAN ASSIDIQ KUSUMA RAMADHAN

135080601111028

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2017

STUDI PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP KELIMPAHAN

PLANKTON DI WILAYAH FISHING GROUND UTARA, TIMUR DAN SELATAN

PERAIRAN JAWA TIMUR

ARTIKEL SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Kelautan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya

Oleh:

MUHAMMAD IRLAN ASSIDIQ KUSUMA RAMADHAN

135080601111028

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG NOVEMBER, 2017

ARTIKEL SKRIPSI

STUDI PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP KELIMPAHAN

PLANKTON DI WILAYAH FISHING GROUND UTARA, TIMUR DAN SELATAN

PERAIRAN JAWA TIMUR

Oleh:

MUHAMMAD IRLAN ASSIDIQ KUSUMA RAMADHAN

135080601111028

Menyetujui,

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

(Ir. Aida Sartimbul, M.Sc., Ph.D.) (Dwi Candra Pratiwi, S.Pi., M.Sc.,MP)

NIP. 19680901 199403 2 001 NIP. 19860115 201504 2 001

Tanggal: Tanggal:

Mengetahui,

Ketua Jurusan PSPK

(Dr. Ir. Daduk Setyohadi, MP.)

NIP. 19630608 198703 1 003

Tanggal:

1

STUDI PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP KELIMPAHAN

PLANKTON DI WILAYAH FISHING GROUND UTARA, TIMUR DAN SELATAN

PERAIRAN JAWA TIMUR

Muhammad Irlan Assidiq Kusuma Ramadhan1, Aida Sartimbul1, Dwi Candra Pratiwi1

ABSTRAK

Laut merupakan sebuah ekosistem yang kompleks. Pada ekosistem laut terdapat rantai makanan yang sangat bergantung pada produsen primer, fitoplankton. Zooplankton pada ekosistem laut memiliki peran penting sebagai konsumen pertama yang menghubungkan dengan konsumen di tingkatan atasnya. Keberadaan plankton di ekosistem laut sangat dipengaruhi oleh parameter oseanografi. Secara geografis, Jawa Timur memiliki 3 wilayah perairan laut. Wilayah tersebut adalah bagian utara, bagian selatan dan bagian timur. Titik pengambilan data dilakukan secara purposive sampling yaitu pada wilayah fishing ground. Data yang diambil adalah parameter oseanografi dan plankton yang nanti akan diamati menggunakan metode Sedgwick Rafter Counting Cell. LAngkah selanjutnya adalah menampilkan parameter oseanografi secara vertikal dan perhitungan struktur komunitas plankton. Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini ada dua macam, yaitu clustering dan principal component analysis (PCA). Hasil analisis clustering mengelompokkan titik pengambilan data menjadi 3 kelompok. Hasil PCA menunjukkan adanya korelasi dari parameter oseanografi yang positif dan negatif terhadap kelimpahan fitoplankton dan zooplankton. Parameter yang berkorelasi positif terhadap kelimpahan fitoplankton adalah konsentrasi klorofil, turbiditas, salinitas dan oksigen terlarut, sedangkan terhadap kelimpahan zooplankton adalah derajat keasaman, oksigen terlarut, salinitas dan kelimpahan fitoplankton. Parameter yang berkorelasi negatif terhadap kelimpahan fitoplankton adalah suhu dan derajat keasaman, sedangkan pada kelimpahan zooplankton adalah suhu dan turbiditas.

Kata Kunci: Plankton, Oseanografi, PCA, Clustering, Fishing Ground

(1) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya

STUDY ON EFFECT OF OCEANOGRAPHY PARAMETER TO PLANKTON

ABUNDANCE IN FISHING GROUND TERRITORY OF NORTHERN, EASTERN

AND SOUTHERN OF EAST JAVA

Muhammad Irlan Assidiq Kusuma Ramadhan1, Aida Sartimbul1, Dwi Candra Pratiwi1

ABSTRACT

The sea is a complex ecosystem. In marine ecosystems there are food chains that rely heavily

on primary producers, phytoplankton. Zooplankton in marine ecosystems has an important role as the

first consumer to channel energy to consumers at the top level. The presence of planktons in marine

ecosystems is strongly influenced by oceanography parameters. Geographically, East Java has 3

waters. These waters are the northern, southern and eastern waters. The point of data collection is

done by purposive sampling that is in fishing ground area. The data taken are oceanography

parameters and plankton that will be observed using Sedgwick Rafter Counting Cell method. The next

step is to display vertical oceanography parameters and calculate the structure of the plankton

community. Statistical analysis which used in this study are two kinds, clustering and principal

component analysis (PCA). Clustering analysis result the point of data collection classified into 3

groups. PCA results show a correlation of positive and negative of oceanography parameters to the

abundance of phytoplankton and zooplankton. Parameters positively correlated with phytoplankton

abundance are chlorophyll, turbidity, salinity and dissolved oxygen, whereas to the abundance of

zooplankton is pH, dissolved oxygen, salinity and phytoplankton abundance. Parameters that

negatively correlated to phytoplankton abundance were temperature and pH, whereas in zooplankton

abundance were temperature and turbidity.

Keywords: Plankton, Oceanography, PCA, Clustering, Fishing Ground

(1) Faculty of Fisheries and Marine Science, Brawijaya University

2

1. PENDAHULUAN

Laut merupakan sebuah ekosistem

yang kompleks. Pada ekosistem laut terdapat

rantai makanan yang juga sangat bergantung

pada produsen primer. Fitoplankton memiliki

peran penting dalam ekosistem perairan.

Selain sebagai dasar dari rantai makanan

(primary producer) plankton juga dapat dijadikan

sebagai bioindikator tingkat kesuburan suatu

perairan. Terdapat hubungan positif antara

kelimpahan fitoplankton dengan produktivitas

perairan. Apabila kelimpahan fitoplankton di

suatu perairan tinggi, maka hal itu

menunjukkan bahwa perairan tersebut

memiliki produktivitas yang tinggi (Raymont,

1980 dalam Yuliana et al, 2012).

Keberadaan Zooplankton di ekosistem

laut sangat bergantung pada fitoplankton. Hal

ini dikarenakan fitoplankton merupakan

sumber makanan bagi zooplankton.

Zooplankton di ekosistem laut juga berperan

sebagai penghubung bagi biota – biota

karnivor kecil dan besar yang berada diatas

tingkatannya (Yuliana, 2014). Keberadaan

plankton di ekosistem laut sangat dipengaruhi

oleh parameter oseanografi. Menurut Yuliana

(2014), terdapat hubungan positif antara

kelimpahan plankton dengan parameter

oseanografi.

Secara geografis, Jawa Timur memiliki

3 wilayah perairan laut. Wilayah tersebut

adalah perairan laut bagian utara, perairan laut

bagian selatan dan juga perairan laut di bagian

timur (Selat Bali). Wilayah yang dipilih adalah

wilayah fishing ground yang berada pada

Perairan Mayangan, Probolinggo (Perairan

Utara), Perairan Muncar, Banyuwangi

(Perairan Timur) dan Perairan Puger, Jember

(Perairan Selatan).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui karakteristik dari parameter

oseanografi, struktur komunitas plankton,

serta pengaruh dari parameter oseanografi

terhadap kelimpahan plankton pada wilayah

fishing ground perairan Mayangan, Muncar dan

Puger, Jawa Timur.

2. MATERI DAN METODE

2.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Pengambilan data penelitian dilakukan

pada perairan Mayangan, (Probolinggo)

Muncar (Banyuwangi) dan Puger (Jember)

pada Bulan Februari 2017 – Mei 2017.

A

C

B

3

Gambar 1. Peta lokasi pengambilan data, (A) Mayangan, Probolinggo, (B) Muncar, Banyuwangi, (C) Puger, Jember.

2.2. Pengambilan Data

Pada penelitian ini, penentuan titik

pengambilan data dilakukan secara purposive

sampling pada fishing ground. Pada tiap titik

tersebut dilakukan pengukuran parameter

oseanografi menggunakan AAQ – 1183 secara

vertikal sampai dengan kedalaman ± 5 meter

dan pengambilan sampel plankton pada

kedalaman 0 dan 5 meter.

2.3. Pengamatan Sampel Plankton

Sebelum diamati, botol yang berisi

sampel plankton dikocok terlebih dahulu agar

endapan yang berada di bagian bawah botol

film dapat ikut teramati dibawah mikroskop.

Langkah selanjutnya dilakukan pengambilan

air laut dalam botol film dengan menggunakan

pipet tetes sebanyak 1 ml kedalam Sedgwick

Rafter Counting Cell.

2.4. Analisis Data

2.4.1. Analisis Parameter Oseanografi

Analisis parameter oseanografi pada

penelitian ini menggunakan metode analisis

deskriptif. Data hasil pengukuran di lapang

dibandingkan dengan Baku Mutu Kualitas Air

untuk Biota Laut, pada Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004.

2.4.2. Analisis Struktur Komunitas

2.4.2.1. Kelimpahan Plankton (N)

Jumlah individu atau sel plankton

dalam 1 m³ air di hitung dengan rumus

sebagai berikut (APHA, 1992 dalam Adani et

al, 2013):

N=T/L × P/p × V/v × 1/W

Keterangan : N = jumlah sel/individu per liter

T = luas total Sedgwick Rafter Counting Cell

(mm²)

L = luas satu lapangan pandang mikroskop

(mm²)

P = jumlah plankton pada seluruh lapangan

pandang

p = jumlah lapangan pandang yang diamati

V = Volume sampel plankton yang tersaring

(ml)

v = Volume sampel plankton yang diamati

(ml)

W = Volume sampel air yang tersaring (L)

2.4.2.2 Indeks Keanekaragaman (H’)

Perhitungan Indeks Keanekaragaman

dihitung menggunakan Indeks Shannon –

Wiener (Odum, 1971 dalam Hutabarat et al,

2014) berikut ini :

Fitoplankton :

Zooplankton :

Keterangan :

H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-

Wiener

pi = Jumlah individu suatu genus dari total

seluruh genus

ni = Jumlah individu genus ke-i

N = Jumlah total individu

Menurut Basmi (1999) dalam

Haninuna et al (2015), berdasarkan indeks

keanekaragamannya, keadaan suatu komunitas

plankton dikatakan stabil apabila :

H’ < 1 : komunitas biota tidak stabil

1 < H’ <3 : stabilitas komunitas biota sedang

4

H’ > 3 : stabilitas komunitas biota dalam

kondisi prima (stabil).

Menurut Odum (1971) dalam Kadir et al

(2015), Nilai H’ = 2 – 3 menunjukkan tingkat

pencemaran tercemar ringan, nilai H’ = 1 – 2

menunjukkan perairan tercemar sedang dan

nilai H’ = 0 – 1 menunjukkan perairan

tercemar berat.

2.4.2.3. Indeks Keseragaman

Indeks Keseragaman dapat dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut

(Arinardi et al (1996) dalam Hutabarat et al

(2014)) :

Keterangan :

E = Indeks Keseragaman

H’ = Indeks Keanekaragaman

Fitoplankton : H’maks = lnS

Zooplankton : H’maks = log2S

S = Jumlah genus

Menurut Krebs (1985) dalam

Hutabarat (2014), berikut adalah kriteria untuk

mengetahui Keseragaman dari komunitas

plankton:

E < 0,4 = Keseragaman antar genus

rendah

0,4 < E < 0,6 = Keseragaman antar genus

sedang

E > 0,6 = Keseragaman antar genus

tinggi

2.4.2.4. Indeks Dominansi

Rumus perhitungan Indeks Dominansi

adalah sebagai berikut (C) (Odum, 1996 dalam

Haninuna et al, 2015) :

∑(

)

Keterangan:

C = Indeks Dominansi

ni = Jumlah individu genus ke-i

N = Jumlah total Individu

Hasil yang diperoleh dari Perhitungan

Indeks Dominansi (C) ini berkisar dari angka

0 – 1. Apabila hasil yang diperoleh mendekati

angka 0 maka hal tersebut menunjukkan

hampir tidak adanya individu yang

mendominasi pada komunitas tersebut. Begitu

pula sebaliknya (Odum, 1996 dalam Haninuna

et al, 2015).

2.4.3. Analis Statistik

2.4.3.1. Analisis Clustering

Analisis clustering pada penelitian ini

bertujuan untuk mengelompokkan titik

pengambilan data berdasarkan karakteristik

parameter oseanografi dan kelimpahan

planktonnya. Analisis clustering pada penelitian

ini menggunakan perangkat lunak PAST v.3.

2.4.3.2. Principal Component Analysis

(PCA)

PCA pada penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui hubungan antara parameter

oseanografi dengan struktur komunitas

plankton pada tiap titik pengambilan data dan

perbedaan karakteristik pada titik – titik

pengambilan data. PCA pada penelitian ini

menggunakan perangkat lunak PAST v.3.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Parameter Oseanografi

Data hasil pengukuran parameter

oseanografi di wilayah fishing ground Perairan

Jawa Timur kemudian dibandingkan dengan

baku mutu air laut untuk biota laut

berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan

Hidup No. 51 Tahun 2004 Pada hasil yang

5

diperoleh terdapat parameter yang tidak sesuai

dengan standar baku mutu air laut. Parameter

tersebut adalah kekeruhan (Tabel 1).

Suhu

Berdasarkan Gambar 2a, nilai

parameter suhu dari Perairan Utara (My 1 dan

2) didapatkan nilai sebesar 29,83ºC±0,58 dan

30,30ºC±0,44, pada Perairan Timur (Mu 1 dan

2) didapatkan nilai sebesar 27,18ºC±0,70 dan

27,60ºC±0,11, dan pada Perairan Selatan (Pg 1

dan 2) diperoleh nilai sebesar 29,61ºC±0,17

dan 29,33ºC±0,04. Perbedaan nilai suhu rata –

rata dari tiap wilayah fishing ground

dipengaruhi oleh kondisi topografi tiap

perairan dan juga pengaruh dari Samudera

Hindia yang masih cukup besar pada wilayah

fishing ground di Pantai Puger sedangkan

pada wilayah fishing ground Perairan Muncar

masih dipengaruhi oleh kondisi Perairan Selat

Bali yang berada di sebelah Timurnya.

Berdasarkan Gambar 2b, suhu pada

Perairan Mayangan berada pada kisaran 29 –

30,5ºC. Pada Perairan Muncar berada pada

kisaran 27, 5 – 28ºC. Pada Perairan Puger

berada pada kisaran 29 – 30ºC. Ketiga

perairan masih berada pada rentang suhu pada

standar baku mutu air laut.

Gambar 2. Rata – rata suhu yang diperoleh

pada ketiga perairan (A). Profil vertikal suhu ketiga perairan (B).

Salinitas

Berdasarkan Gambar 3a, nilai

parameter salinitas dari Perairan Utara (My 1

dan 2) didapatkan nilai sebesar 32,50‰±0,27

dan 32,31‰±0,25, pada Perairan Timur (Mu

1 dan 2) didapatkan nilai sebesar

32,94‰±0,19 dan 32,82‰±0,04, dan pada

Perairan Selatan (Pg 1 dan 2) diperoleh nilai

sebesar 31,05‰±1,05 dan 33,27‰±0,12.

Perbedaan nilai salinitas yang diperoleh tidak

terlalu mencolok. Menurut Hutabarat (2001),

nilai salinitas di perairan laut lepas dapat

mencapai angka 35‰ apabila dilakukan

pengukuran di titik yang tidak dipengaruhi

oleh keadaan pesisir.

Berdasarkan Gambar 3b, salinitas pada

Perairan Mayangan berada pada kisaran 32 –

33‰. Pada Perairan Muncar berada pada

kisaran 32,5 – 33‰ dan cenderung tidak

mengalami perubahan seiring bertambahnya

kedalaman perairan. Pada Perairan Puger

berada pada kisaran 28,5 – 33.5‰. Ketiga

perairan masih berada pada rentang salinitas

pada standar baku mutu air laut.

29,83 30,30 27,18 27,60 29,61 29,33 0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

My 1 My 2 Mu 1 Mu 2 Pg 1 Pg 2

Utara Timur Selatan

A

B

6

Gambar 3. Rata – rata salinitas yang diperoleh

pada ketiga perairan (A), Profil vertikal salinitas ketiga perairan (B).

Derajat Keasaman (pH)

Berdasarkan Gambar 4a, didapat nilai

Derajat Keasaman (pH) dari tiap wilayah

fishing ground masing – masing perairan.

Nilai parameter Derajat Keasaman (pH) dari

Perairan Utara (My 1 dan 2) didapatkan nilai

sebesar 8,50±0,00 dan 8,13±0,00, pada

perairan Timur (Mu 1 dan 2) didapatkan nilai

sebesar 8,04±0,21 dan 8,29±0,08 dan pada

Perairan Selatan (Pg 1 dan 2) diperoleh nilai

sebesar 8,18±0,01 dan 8,11±0,03.

Berdasarkan Gambar 4b, derajat

keasaman pada Perairan Mayangan berada

pada kisaran 8 – 8,5. Pada Perairan Muncar

berada pada kisaran 8 – 8,5. Pada Perairan

Puger berada pada kisaran 8 – 8,5. Ketiga

perairan masih berada pada rentang derajat

keasaman pada standar baku mutu air laut.

Gambar 4. Rata – rata derajat keasaman yang

diperoleh pada ketiga perairan (A), Profil vertikal derajat keasaman ketiga perairan (B).

Kekeruhan

Berdasarkan Gambar 5a, didapat nilai

Kekeruhan (NTU) dari tiap wilayah fishing

ground masing – masing perairan. Nilai

parameter Kekeruhan (NTU) dari Perairan

Utara (My 1 dan 2) didapatkan nilai sebesar

0,05 NTU±0,07 dan 0,11 NTU±0,08, pada

Perairan Timur (Mu 1 dan 2) didapatkan nilai

sebesar 13,78 NTU±7,76 dan 21,51

NTU±2,37 dan pada Perairan Selatan (Pg 1

dan 2) diperoleh nilai sebesar 79,55

NTU±40,88 dan 36,13 NTU±39,89. Hasil

yang diperoleh pada tiap wilayah memiliki

perbedaan yang sangat mencolok.

Berdasarkan Gambar 5b, kekeruhan

Perairan Mayangan berada pada kisaran 0 – 1

NTU. Pada Perairan Muncar berada pada

kisaran 5 – 30 NTU. Pada Perairan Puger

berada pada kisaran 20 - >50 NTU. Nilai

32,50 32,31 32,94 32,82 31,05 33,27 0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

My 1 My 2 Mu 1 Mu 2 Pg 1 Pg 2

Utara Timur Selatan

8,50 8,13 8,04 8,29 8,18 8,11 0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

My 1 My 2 Mu 1 Mu 2 Pg 1 Pg 2

Utara Timur Selatan

A

B

A

B

7

Tabel 1. Hasil pengukuran parameter oseanografi yang dibandingkan dengan Baku Mutu Air Laut KEPMEN LH. No. 51 Th. 2004

Titik

Parameter Oseanografi

Suhu (°C)

Salinitas (‰)

Derajat Keasaman (pH)

Kekeruhan (NTU)

DO (mg/L)

Klorofil (mg/m3)

±StDev ±StDev ±StDev ±StDev ±StDev ± StDev

MY 1 29,83 32,50 8,50 0,04 7,73 0,28

±0,58 ±0,27 ±0,00 ±0,07 ±0,08 ±0,02

MY 2 30,30 32,31 8,13 0,11 7,77 0,29

±0,44 ±0,25 ±0,00 ±0,08 ±0,10 ±0,02

Rata – Rata

30,06 32,41 7,60 0,07 7,75 0,28

MU 1 27,18 32,94 8,04 13,78 8,81 2,40

±0,70 ±0,19 ±0,21 ±7,76 ±0,27 ±0,40

MU 2 27,60 32,82 8,29 21,51 8,99 3,47

±0,11 ±0,04 ±0,08 ±2,37 ±0,04 ±1,11

Rata – Rata

27,39 32,88 8,17 17,64 8,90 2,93

PG 1 29,61 31,05 8,18 79,75 7,48 3,06

±0,17 ±1,05 ±0,01 ±40,88 ±0,07 ±1,87

PG 2 29,33 33,27 8,11 36,13 7,58 1,02

±0,04 ±0,12 ±0,03 ±39,89 ±0,02 ±0,21

Rata – Rata

29,47 32,16 8,15 57,94 7,53 2,04

Baku Mutu

28 – 32ºC

28 – 35‰ 7 – 8,5 < 5 NTU > 5

mg/L -

Keterangan : Cetak Tebal : Tidak sesuai dengan Standar Baku Mutu Keputusan Menteri Lingkungan

Hidup No. 51 Tahun 2004

8

kekeruhan yang diperoleh pada ketiga perairan

hanya Perairan Mayangan yang sesuai dengan

standar baku mutu air laut.

Gambar 5. Rata – rata kekeruhan yang

diperoleh pada ketiga perairan (A), Profil vertikal kekeruhan ketiga perairan (B).

Oksigen Terlarut

Berdasarkan Gambar 6a, didapat nilai

Oksigen Terlarut (mg/L) dari tiap wilayah

fishing ground masing – masing perairan.

Nilai parameter Oksigen Terlarut (mg/L) dari

Perairan Utara (My 1 dan 2) didapatkan nilai

sebesar 7,73 mg/L±0,08 dan 7,77

mg/L±0,10, pada Perairan Timur (Mu 1 dan

2) didapatkan nilai sebesar 8,81 mg/L±0,27

dan 8,99 mg/L±0,04 dan pada Perairan

Selatan (Pg 1 dan 2) diperoleh nilai sebesar

7,48 mg/L±0,07 dan 7,58 mg/L±0,02.

Berdasarkan Gambar 6b, oksigen

terlarut pada Perairan Mayangan berada pada

kisaran 7,5 – 8 µg/L. Pada Perairan Muncar

berada pada kisaran 8,5 – 9 µg/L. Pada

Perairan Puger berada pada kisaran 7 – 7,5

µg/L. Ketiga perairan memiliki nilai oksigen

terlarut yang sesuai dengan standar baku mutu

air laut.

Gambar 6. Rata – rata oksigen terlarut yang

diperoleh pada ketiga perairan (A), Profil vertikal oksigen terlarut ketiga perairan (B).

Klorofil

Berdasarkan Gambar 7a, didapat nilai

rata – rata klorofil pada wilayah fishing ground di

Perairan Mayangan, Puger dan Muncar Jawa

Timur. Pada perairan Utara (Mayantgan 1 dan

2) diperoleh nilai 0,28 µg/m3±0,02 dan 0,29

µg/m3±0,02, pada Perairan Timur (Muncar 1

dan 2) diperoleh nilai 2,40 µg/m3±0,40 dan

3,47 µg/m3±1,11 dan pada Perairan Selatan

(Puger 1 dan 2) diperoleh nilai 3,06

µg/m3±1,87 dan 1,02 µg/m3±0,21.

Berdasarkan Gambar 7b, konsentrasi

klorofil pada Perairan Mayangan berada pada

kisaran 0 – 1 µg/m3. Pada Perairan Muncar

0,05 0,11 13,78 21,51 79,75 36,13 0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

140,00

My 1 My 2 Mu 1 Mu 2 Pg 1 Pg 2

Utara Timur Selatan

7,73 7,77 8,81 8,99 7,48 7,58 0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

10,00

My 1 My 2 Mu 1 Mu 2 Pg 1 Pg 2

Utara Timur Selatan

A

B

A

B

9

berada pada kisaran 2 - 7 µg/m3. Pada

Perairan Puger berada pada kisaran 0 - >7

µg/m3. Menurut Mursyidin (2015), ketiga

perairan sudah dapat menjamin kelangsungan

kegiatan perikanan komersial.

Gambar 7. Rata – rata klorofil yang diperoleh

pada ketiga perairan (A), Profil vertikal klorofil ketiga perairan (B).

3.2. Struktur Komunitas Plankton

3.2.1. Komposisi Plankton

Pada wilayah fishing ground Perairan

Mayangan, Muncar dan Puger ditemukan

zooplankton sebanyak 18 genus yang berasal

dari 4 Kelas yaitu Eurotatoria, Hexanauplia,

Maxillopoda dan Malacostraca (Tabel 2). Pada

wilayah fishing ground Perairan Mayangan,

Muncar dan Puger ditemukan fitoplankton

sebanyak 27 genus yang berasal dari 6 Kelas

yaitu Kelas Bacillariophyceae,

Trebouxiophyceae, Coscinodiscophyceae,

Dinophyceae, Calcarea dan Mediophyceae

(Tabel 3).

3.2.2. Struktur Komunitas

Kelimpahan Plankton

Berdasarkan Gambar 8, Hasil

kelimpahan zooplankton (ind/L) yang

diperoleh dari wilayah fishing ground di Perairan

Jawa Timur diperoleh nilai Kelimpahan

zooplankton yang berkisar dari 592000 –

1488000 ind/L. Nilai kelimpahan zooplankton

tertinggi diperoleh dari wilayah fishing ground

Perairan Muncar, Banyuwangi. Nilai

Kelimpahan terendah diperoleh dari wilayah

fishing ground Perairan Puger, Jember.

Berdasarkan Gambar 8, Hasil

kelimpahan fitoplankton (sel/L) yang

diperoleh dari wilayah fishing ground di Perairan

Jawa Timur diperoleh nilai Kelimpahan

fitoplankton yang berkisar dari 736000 –

9264000 sel/L. Nilai kelimpahan fitoplankton

tertinggi diperoleh dari wilayah fishing ground

Perairan Muncar, Banyuwangi. NIlai

kelimpahan fitoplankton terendah diperoleh

dari wilayah fishing ground Perairan Mayangan,

Probolinggo.

Gambar 8. Kelimpahan plankton pada ketiga perairan

Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E)

dan Dominansi (C)

Fitoplankton

Indeks keanekaragaman fitoplankton

pada ketiga perairan berada pada kisaran

angka 1 – 3 (Tabel 4).

0,28 0,29 2,40 3,47 3,06 1,02 0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

4,50

5,00

My 1 My 2 Mu 1 Mu 2 Pg 1 Pg 2

Utara Timur Selatan

736

9.264

1.248 1.056 1.488 592

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

Mayangan Muncar Puger

Fitoplankton(Sel/L)Zooplankton(Ind/L)

A

B

x10

00

10

Tabel 2. Komposisi zooplankton yang ditemukan

No. Kelas Genus Perairan

Mayangan Muncar Puger

1. Eurotatoria Branchionus 14 - - Pompholyx 4 - - Keratella 4 - -

2. Hexanauplia

Calanus 10 36 2 Oithona 8 2 6

Diaptomus 4 - - Acartia 4 - -

Macrosetella 7 - 4 Ascomyzon - 2 - Corycaeus - 1 4 Euterpina - 2 - Oncaea - 4 10

Thalestris - 7 - Paracalanus - 8 4

3. Maxillopoda Cyclops 7 - -

4. Malacostraca Siriella 4 - 5

Nauplius - 20 2 Tenagomysis - 2 -

Tabel 3. Komposisi fitoplankton yang ditemukan

No. Kelas Genus Perairan

Mayangan Muncar Puger

1. Bacillariophyceae

Chaetoceros 4 162 5

Thalassiothrix 5 39 6

Pleurosigma 3 10 6

Corethron 4 - -

Asterionella - 10 -

Campylodiscus - 1 -

Nitzschia - 7 -

Thallasionema - 40 18

Grammatophora - - 8

Bacillaria - - 8

Surirella - - 6

2. Trebouxiophyceae Eremosphaera 3 - -

Lagerheimia 3 - 5

3. Coscinodiscophyceae

Actinocyclus 5 - -

Coscinodiscus 6 21 10

Guinardia - 7 -

Hemidiscus - 4 -

Proboscia - 5 -

Rhizosolenia - 31 -

Triceratium - 1 3

4. Dinophyceae Ceratium 9 23 -

Protoperadinium - 30 -

5. Calcarea Leucosolenia 4 - -

6. Mediophyceae

Bellerochea - 2 -

Bacteriastrum - 179 -

Cerataulina - 7 -

Leptocylindrus - - 3

11

Hal ini menunjukkan kondisi tersebut

tergolong sedang. Berdasarkan bioindikator

fitoplankton, pada ketiga perairan

menunjukkan tingkat pencemaran sedang.

Indeks keseragaman fitoplankton pada ketiga

perairan berada diatas angka 0,6. Hal ini

menunjukkan keseragaman antar genus

fitoplankton yang tinggi pada tiap perairan.

Indeks dominansi fitooplankton pada ketiga

perairan mendekati angka 0. Hal ini

menunjukkan tidak ada fitoplankton tertentu

yang mendominasi pada ketiga perairan.

Tabel 4. H’, E dan C komunitas Fitoplankton

Perairan H' E C

Mayangan 2,239 0,972 0,114

Muncar 2,419 0,837 0,381

Puger 2,339 0,976 0,102

Zooplankton

Hasil yang diperoleh pada Perairan

Mayangan diperoleh hasil > 3, hal tersebut

menunjukkan kondisi stabilitas komunitas

zooplankton pada Perairan Mayangan

tergolong prima (stabil). Pada Perairan

Muncar dan Puger berada pada angka 1 – 3

(Tabel 5), maka hal ini menunjukkan kondisi

stabilitas komunitas zooplankton pada

Perairan Muncar dan Puger tergolong sedang.

Berdasarkan bioindikator zooplankton, pada

wilayah fishing ground Perairan Mayangan

menunjukkan tingkat pencemaran ringan,

Perairan Muncar dan Puger menunjukkan

tingkat pencemaran sedang. Indeks

keseragaman zooplankton pada ketiga

perairan berada diatas angka 0,6. Hal ini

menunjukkan keseragaman antar genus

zooplankton yang tinggi pada tiap perairan.

Indeks dominansi zooplankton pada ketiga

perairan mendekati angka 0. Hal ini

menunjukkan tidak ada zooplankton yang

mendominasi pada ketiga perairan.

Tabel 5. H’, E dan C komunitas Zooplankton

Perairan H' E C

Mayangan 3,168 0,954 0,124

Muncar 2,501 0,753 0,233

Puger 2,822 0,941 0,159

3.3. Analisis Statistik

3.3.1. Clustering

Berdasarkan dendogram pada Gambar

40, karakteristik titik pengambilan data dibagi

menjadi 3 kelompok. Kelompok 1 merupakan

titik pengambilan data pada MU 1 H dan MU

2 V. Kelompok 2 merupakan titik

pengambilan data pada MU 1 V dan MU 2 H.

Kelompok 3 merupakan titik pengambilan

data pada PG 1 V, PG 2 H, MY 1 V, MY 2 H,

MY 2 V, MY 1 H, PG 1 H dan PG 2 V.

Gambar 9. Dendogram yang menunjukkan pengelompokan berdasarkan titik pengambilan data

3.3.2. PCA

Perairan Muncar (Timur) memiliki

karakteristik kelimpahan fitoplankton,

konsentrasi klorofil, kelimpahan zooplankton,

salinitas dan oksigen terlarut (DO) yang lebih

tinggi dibanding dengan Perairan Mayangan

(Utara) dan Puger (Selatan). Pada Perairan

Mayangan memiliki karakteristik suhu yang

12

tinggi dibanding dengan perairan Muncar dan

Puger. Pada Perairan Puger memiliki

karakteristik turbiditas (kekeruhan) yang tinggi

dibanding Perairan Mayangan dan Muncar

(Gambar 10).

Terdapat parameter oseanografi yang

berkorelasi positif dengan kelimpahan

fitoplankton, parameter tersebut adalah

klorofil, turbiditas, salinitas dan oksigen

terlarut. Adanya korelasi positif ini

menunjukkan terjadinya kenaikan nilai dari

parameter tersebut akan diikuti dengan

kenaikan kelimpahan fitoplankton. Parameter

yang berkorelasi negatif dengan kelimpahan

fitoplankton adalah suhu dan derajat

keasaman (pH). Hal ini sesuai dengan Marlian

et al (2015); Irawan dan Sari (2013);

Rahmawati et al (2014); Susana (2009); dan

Patty et al (2015). Juga terdapat parameter

oseanografi yang berkorelasi positif dengan

kelimpahan zooplankton, parameter tersebut

adalah derajat keasaman (pH), oksigen terlarut

(DO), salinitas, dan kelimpahan fitoplankton.

Adapun parameter yang berkorelasi negatif

dengan kelimpahan zooplankton seperti suhu

dan turbiditas. Hal ini sesuai dengan Serihollo

(2015); Susanna (2009); Patty et al (2015); dan

Rahmawati et al (2014).

Gambar 10. Ordinasi sampel ketiga perairan

4. KESIMPULAN

Perairan Muncar memiliki karakteristik

kelimpahan fitoplankton, konsentrasi klorofil,

kelimpahan zooplankton, salinitas dan oksigen

terlarut (DO) tinggi. Perairan Mayangan

memiliki karakteristik suhu yang tinggi.

Perairan Puger memiliki karakteristik

turbiditas (kekeruhan) yang tinggi. Selain

parameter kekeruhan kondisi parameter

oseanografi ketiga wilayah fishing ground

masih dalam keadaan baik.

Kelimpahan zooplankton dan

fitoplankton ditemukan cukup melimpah pada

ketiga perairan. Keanekaragaman zooplankton

dan fitoplankton tergolong sedang, kecuali

pada Perairan Mayangan yang memiliki

keanekaragaman zooplankton stabil. Tingkat

keseragaman antar genus tergolong merata

dan tidak ditemukan dominansi pada tingkat

genus di ketiga perairan.

Hubungan antara parameter

oseanografi ada yang berkorelasi positif

(konsentrasi klorofil, turbiditas, salinitas dan

oksigen terlarut) dengan kelimpahan

fitoplankton dan ada yang berkorelasi negatif

(suhu dan derajat keasaman (pH)). Terdapat

beberapa parameter oseanografi yang

berkorelasi positif (derajat keasaman (pH),

oksigen terlarut (DO), salinitas, dan

kelimpahan fitoplankton) dengan kelimpahan

zooplankton dan ada yang berkorelasi negatif

(suhu dan turbiditas).

DAFTAR PUSTAKA

Adani, Nabila, G., Muskanonfola, Max R. dan Hendrarto, Ignatius B. 2013. Kesuburan Perairan Ditinjau dari Kandungan Klorofil-A Fitoplankton: Studi Kasus di Sungai Wedung, Demak. Diponegoro Journal of Maquares. Vol. II, No. 4 : 38 – 45.

13

Haninuna, Esau D. N., Gimin, Ricky dan Kaho, Ludji M. Rihu. 2015. Pemanfaatan Fitoplankton Sebagai Bioindikator Berbagai Jenis Polutan di Perairan Intertidal Kota Kupang. Jurnal Ilmu Lingkungan. Vol. XIII No. 2 : 72 – 85.

Hutabarat, Philipus Uli Basa., Redjeki, Sri dan Hartati, Retno. 2014. Komposisi dan Kelimpahan Plankton di Perairan Kayome Kepulauan Togean Sulawesi Tengah. Journal of Marine Research. Vol. III No. 4 : 447 – 455.

Irawan, Aditya dan Sari, Lily Inderia. 2013. Karakteristik Distribusi Horizontal Parameter Fisika-Kimia Perairan Permukaan di Pesisir Bagian Timur Balikpapan. Jurnal Ilmu Perikanan Tropis. Vol. XVIII No. 2. ISSN : 1402 – 2006.

Kadir, Masykhur Abdul., Damar, Ario., dan Kristanti, Majariana. 2015. Dinamika Spasial dan Temporal Struktur Komunitas Zooplankton di Teluk Jakarta. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. Vol. XX (2) : 247 – 256.

Marlian, N., Damar, A., Effendi, H., 2015. The Horizontal Distribution Clorophyll-a Fitoplankton as Indicator of the Tropic State in Waters of Meulaboh Bay, West Aceh. J. Ilmu Pertan. Indones. 20, 272–279. doi:10.18343/jipi.20.3.272

Patty, Simon I., Arfah, Hairati., Abdul., Malik. S. 2015. Zat Hara (Fosfat, Nitrat), Oksigen Terlarut dan pH Kaitannya dengan Kesuburan di Perairan Jikumerasa, Pulau Buru. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis. Vol.I No. 1.

Rahmawati, Iin., Hendrarto, Ignasius B., dan Purnomo, Pujiono W. 2014. Fluktuasi Bahan Organik dan Sebaran Nutrien Serta Kelimpahan Fitoplankton dan Klorofil-a di Muara Sungai Sayung Demak. Diponegoro Journal of Maquares. Vol. III, No. 1 : 27 – 36.

Serihollo, Lukas G.G., et al. 2015. The Composition and Abundance of Phytoplankton in Ambonia Bay (Inside), Indonesia. International Journal of Scientific and Technology Research. Vol. IV No.9 : 437 – 439.

Susana, Tjutju. 2009. Tingkat Keasaman (pH) dan Oksigen Terlarut Sebagai Indikator Kualitas Perairan Sekitar Muara Sungai Cisadane. Jurnal Teknologi Lingkungan. Vol. V, 33 – 39.

Yuliana., Adiwilaga, Enan M., Harris, Enang., Pratiwi, Niken T.M. 2012. Hubungan Antara Kelimpahan Fitoplankton dengan Parameter FIsik – Kimiawi Perairan di Teluk Jakarta. Jurnal Akuatika Vol III No.2 : 169 – 179.

Yuliana. 2014. Keterkaitan Antara Kelimpahan Zooplankton dengan Fitoplankton dan Parameter Fisika – Kimia di Perairan Jailolo, Halmahera Barat. Jurnal Maspari. ISSN: 2087 – 055

14