Laporan Oseanografi

93
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Laut Indonesia memiliki luas lebih kurang 5,6 juta km 2 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dengan potensi sumber daya terutama perikanan laut yang cukup besar baik dari kualitas maupun elevensitasnya, selain itu Indonesia tetap berhak untuk berpatisispasi diluas batas 200 mil dan ZEE, serta pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan alam dasar laut perairan internasional di luar batas kontinen (Prajitno, 2009). Oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu ilmu yang mempelajari lautan ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan suatu 1

Transcript of Laporan Oseanografi

Page 1: Laporan Oseanografi

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Laut Indonesia memiliki luas lebih kurang 5,6

juta km2 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km

dengan potensi sumber daya terutama perikanan laut

yang cukup besar baik dari kualitas maupun

elevensitasnya, selain itu Indonesia tetap berhak

untuk berpatisispasi diluas batas 200 mil dan ZEE,

serta pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan alam

dasar laut perairan internasional di luar batas

kontinen (Prajitno, 2009).

Oseanografi dapat didefinisikan secara

sederhana sebagai suatu ilmu yang mempelajari

lautan ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan

suatu ilmu yang murni, tetapi merupakan perpaduan

dari bermacam-macam ilmu dasar yang lain. Ilmu-

ilmu yang lain termasuk didalamnya ialah ilmu tanah

(geology), ilmu bumi (geography), ilmu fisika (physic),

ilmu kimia (chemistry), ilmu hayat (biology), dan ilmu

iklim (meterology) (Hutabarat dan Evans, 2008).

Oseanografi berasal dari bahasa Yunani,

oceanos yang berati laut dan graphos yang berati

1

Page 2: Laporan Oseanografi

gambaran atau diskriptis secara sederhana,

oceanografi dapat diartikan sebagai gambaran atau

diskripsi tentang laut (Wikipedia, 2009).

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari pratikum oseanografi yaitu agar

mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor kualitas air

seperti pH, suhu, salinitas, kecerahan, sifat optis air,

gelombang, serta pasang surut.

Tujuan dilaksanakan praktikum oseanografi

yaitu agar mahasiswa dapat melaksankan

pengukuran kualitas laut baik dari parameter fisika

dan parameter kimia.

1.3. Waktu dan Tempat

Praktikum oseanografi dilaksanakan pada hari

Sabtu, tanggal 22 Mei 2010, pada pukul 07.00 - 17.00

WIB. Di Pelabuhan Tanjung Tembaga Kabupaten

Probolinggo, Jawa Timur.

2

Page 3: Laporan Oseanografi

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perairan Laut

Air di laut merupakan campuran dari 96,5% air

murni dan 3,5% material lainnya seperti garam-

garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan

partikel-partikel tak terlarut. Sifat-sifat fisis utama air

laut ditentukan oleh 96,5% air murni (Subagio, 2010).

Lingkungan laut selalu berubah atau dinamis.

Cepat atau lambat perubahan itu sama-sama

mempunyai pengaruh, yakni kedua sifat perubahan

tersebut akan mengubah intensitas faktor-faktor

lingkungan. Perubahan apapun yang terjadi akan baik

bagi suatu kehidupan dan buruk bagi kehidupan yang

lain. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

kehidupan di laut diantaranya faktor lingkungan.

Faktor-faktor lingkungan maupun air, salinitas, suhu

dan cahaya (Rumimohtarto, 2009).

2.2. Parameter Fisika

2.2.1. Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor pembatas

terhadap ikan-ikan atau biota akuatik. Suhu dapat

3

Page 4: Laporan Oseanografi

mengendalikan fungsi fisiologis organisme dan

berperan secara langsung atau tidak langsung

bersama dengan komponen kualitas air lainnya

mempengaruhi kualitas akuatik. Temperatur air

mengendalikan spawning dan hatching,

mengendalikan aktivitas, memacu atau menghambat

pertumbuhan dan perkembangan, menyebabkan air

menjadi panas atau dingin sekali secara mendadak.

Temperatur air juga mempengaruhi berbagai macam

reaksi fisika dan kimiawi di dalam lingkungan akuatik

(Sovisa, 2009).

Menurut Nontji (1987), suhu air permukaan di

perairan nusantara kita umumnya berkisar antara 28 -

31oC. Suhu air didekat pantai biasanya sedikit lebih

tinggi daripada yang di lepas pantai.

Peningkatan suhu perairan mengakibatkan

peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan

valurisasi. Peningkatan suhu juga menyebabkan

penurunan gas di dalam air, misalnya gas O2, CO2,

N2, CH4 dan sebagainya (Hassam Efendi, 2009).

4

Page 5: Laporan Oseanografi

2.2.2. Kecepatan Arus

Arus adalah gerakan mengalir suatu massa air

ke arah tertentu. Arus ini bisa sehangat 30oC atau

sedingin -2oC, tergantung darimana air tersebut

berasal, dan lebar arus bisa lebih dari 60 km.

Sebagian besar arus bergerak dengan kecepatan 10

km per hari, meskipun untuk beberapa jenis arus

dapat bergerak lebih cepat. Arus membawa banyak

sekali air ke seluruh penjuru bumi, mempengaruhi

dan membantu mengatur iklim. Arus terdapat di

permukaan maupun di samudera yang dalam. Arus

mempunyai arti yang sangat penting dalam

menentukan arah pelayaran bagi kapal (Kurniawan

et,al., 2009).

Arus laut (sea current) adalah gerakan massa

air laut dari tempat ke tempat lain baik secara vertikal

(gerakan ke atas) maupun secara horisontal (gerakan

ke samping). Menurut letaknya arus dibedakan

menjadi dua yaitu arus atas dan arus bawah. Arus

atas adalah arus yang bergerak di permukaan laut,

sedangkan arus bawah adalah arus yang bergerak di

bawah permukaan laut (Hanafi, 2009).

5

Page 6: Laporan Oseanografi

2.2.3. Kecerahan dan Sifat Optis Air

Kecerahan

Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan,

kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada

kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air,

lapiran-lapisan manakah yang paling keruh, yang

agak keruh dan yang paling keruh (Kordi dan Andi,

2007).

Faktor kecerahan ini berhubungan dengan

penetrasi cahaya. Kecerahan perairan tinggi, berarti

penetrasi cahaya yang tinggi dan ideal untuk memicu

produktivitas perairan yang tinggi pula (Dedi, 2009).

Sifat Optis Air

Sifat optis air sangat berhubungan dengan

intensitas matahari, hal ini berkaitan dengan besar

sudut penyinaran yang terbentuk. Cahaya yang tiba di

permukaan air sebagian akan dipantulkan, sebagian

akan diteruskan. Pada permukaan laut yang

bergelombang cahaya sebagian dipantulkan

dihamparkan, sinar yang diteruskan sebagian akan

diabsorbsi air (Naylor, 2002).

Kekeruhan menggambarkan sifat optis air yang

ditentukan berdasarkan benyaknya cahaya yang

6

Page 7: Laporan Oseanografi

diserap oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air.

Kekeruhan disebabkan oleh bahan organik dan

anorganik yang tersuspensi dan terlarut, maupun

bahan anorganik dan organik yang berupa plankton

dan mikroorganisme lain (Ansori, 2010).

2.2.4. Pasang Surut

Pasang surut adalah gerakan naik turunnya

permukaan laut (sea level) secara periodik yang

ditimbulkan oleh adanya gaya tarik menarik dari

benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan

terhadap massa air bumi (Kurniawan et,al., 2008).

Pasang surut air laut (ocean side) merupakan

bentuk gerakan air laut yang terjadi karena pengaruh

gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi. Hal ini

didasarkan pada bunyi hukum yaitu “dua benda akan

terjadi saling tarik menarik dengan kekuatan yang

berbanding terbalik dengan pagkat dua jaraknya”.

Berdasarkan hukum tersebut berarti makin jauh

jaraknya makin kecil daya tariknya, karena jarak dari

bumi ke matahari lebih jauh daripda jarak ke bulan.

Maka pasang surut permukaan air laut lebih banyak

dipengaruhi oleh bulan (Hanafi, 2009).

7

Page 8: Laporan Oseanografi

2.2.5. Gelombang

Gelombang laut atau ombak merupakan

gerakan air laut yang paling umum dan mudah

diamati. Helmoles menerangkan prinsip dasar

terjadinya gelombang laut sebagai berikut, “jika ada

dua massa benda kerapatannya (densitasnya)

bergesekan satu sama lain, maka pada bidang

gerakannya akan terbentuk gelombang”. Gelombang

terjadi karena beberapa sebab, antara lain angin,

menabrak pantai, atau gempa. Berdasarkan gerakan

permukaannya, gelombang dapat dikelompokkan

sebagai berikut: gerak osilasi, gerak transiasi, gerak

swash dan back swash (Hanafi, 2009).

Menurut Hutabarat dan Stewart (2008),

gelombang selalu menimbulkan sebuah ayunan air

yang bergerak tanpa henti-hentinya pada lapisan

permukaan laut dan jarang dalam keadaan sama

sekali diam. Hembusan angin sepoi-sepoi pada cuaca

yang tenang sekalipun sudah cukup dapat

menimbulkan riak gelombang. Sebaliknya dalam

keadaan dimana terjadi badai yang besar dapat

menimbulkan gelombang besar yang dapat

8

Page 9: Laporan Oseanografi

mengakibatkan suatu kerusakan hebat pada kapal-

kapal atau daeah-daearah pantai.

2.3. Parameter Kimia

2.3.1. pH

pH adalah cerminan dan derajat keasaman

yang diukur dari jumlah ion hidrogen menggunakan

rumus umum pH=-log (H+). Air murni terdiri dari ion H+

dan OH- dalam jumlah berimbang hingga pH air murni

biasa. Makin banyak ion OH- dalam cairan makin

rendah ion H+ dan makin tinggi pH. Cairan demikian

disebut cairan alkalis. Sebaliknya makin banyak ion

H+ makin rendah pH dan cairan tersebut bersifat

asam (Andayani, 2005).

Air laut mempunyai kemampuan menyangga

yang sangat besar untuk mencegah perubahan pH.

Perubahan pH sedikit saja dan pH alami akan

membeerikan petunjuk terganggunya sistem

penyangga. Hal ini dapat menimbulkan perubahan

dan ketidakseimbangan kadar CO2 yang

membahayakan kehidupan biota laut. pH air laut

permukaan di Indonesia umumnya bervariasi dari

9

Page 10: Laporan Oseanografi

lokasi ke lokasi antara 6,0-8,5 (SMK Negeri 3 Kimia

Madiun, 2009).

2.3.2. Salinitas

Secara ideal, salinitas merupakan jumlah dari

seluruh garam-garaman dalam gram pada setiap

kilogram air laut. Secara praktis, adalah susah untuk

mengukur salinitas di laut, oleh karena itu penentuan

harga salinitas dilakukan dengan meninjau komponen

yang terpenting saja yaitu klorida (Cl). Kandungan

klorida diterapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah

dalam garam ion klorida pada 1 kg air laut jika semua

halogen digantikan kandungan oleh klorida.

Penetapan ini mencerminkan proses kimiawi titrasi

untuk menentukan kandungan klorida (Kurniawan

et.al, 2008).

Di perairan samudera, salinitas biasanya

berkisar antara 34-35o/oo. Di perairan pantai terjadi

pengenceran, misalnya karena pengaruh aliran

sungai, salinitas bisa turun rendah. Sebaliknya di

daerah dengan penguapan yang sangat kuat,

salinitas bisa meningkat tinggi (Nontji, 1987).

10

Page 11: Laporan Oseanografi

2.3.3. DO (Dissolved Oxygen)

Menurut Kordi dan Andi (2007), oksigen adalah

salah satu jenis gas yang terlarut di dalam air dengan

jumlah yang sangat banyak, yaitu menempati urutan

kedua setelah nitrogen. Oksigen merupakan salah

satu faktor pembatas, sehingga apabila

ketersediaannya di dalam air tidak mencukupi

kehidupan biota budidaya, maka segala aktivitas biota

akan terhambat.

Oksigen adalah salah satu unsur kimia

penunjang utama kehidupan. Dalam air laut, oksigen

dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk proses

respirasi dan untuk menguraikan zat organik oleh

mikroorganisme. Ketiadaan oksigen dalam suatu

perairan akan menyebabkan organisme dalam

perairan tersebut tidak dapat hidup dalam waktu yang

lama. Oleh karena itu salah satu cara untuk menjaga

kelestarian kehidupan dalam laut adalah dengan cara

memantau kadar oksigen dalam perairan tersebut

(Hutagalung et.al, 1985).

11

Page 12: Laporan Oseanografi

3. METODOLOGI

3.1. Alat dan Fungsi

3.1.1. Parameter Fisika

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum

Oseanografi beserta fungsinya adalah sebagai

berikut:

a. Suhu

Thermometer: sebagai alat

yang digunakan untuk

mengukur suhu perairan

dalam skala °C (derajat

Celcius).

Stopwatch: sebagai alat

yang digunakan untuk

mengukur waktu selama 2-3

menit ketika thermometer

dimasukkan ke dalam

perairan.

b. Kecerahan

Secchi disk: sebagai alat yang

digunakan untuk mengukur

kecerahan perairan.

12

Page 13: Laporan Oseanografi

Tongkat skala 2,5

m: sebagai alat

yang digunakan

untuk mengukur

panjang tali pada

secchi disk.

Karet gelang: sebagai alat

yang digunakan untuk

menandai nilai besaran D1 dan

D2.

c. Pasang surut

Tide staff: sebagai alat yang

digunakan untuk mengukur

ketinggian saat pasang.

d. Gelombang

Tongkat skala 2,5 m:

sebagai alat yang

digunakan untuk

mengukur ketnggian

puncak dan lembah

gelombang.

Stopwatch: sebagai alat yang

digunakan untuk menghitung

13

Page 14: Laporan Oseanografi

selang waktu antara puncak

gelombang 1 sampai puncak

gelombang 2.

e. Kecepatan arus

Botol plastik 600 ml:

sebagai alat yang

digunakan untuk

pelampung dan

pemberat.

Tali raffia: sebagai alat yang

digunakan untuk penghubung

antara kedua botol dan penentu

jarak.

Stopwatch: sebagai alat yang

digunakan untuk mengukur waktu

yang dibutuhkan untuk

meregangkan tali secara

sempurna.

f. Sifat optis air

Secchi disk: sebagai alat yang

digunakan untuk mengukur

kecerahan perairan.

14

Page 15: Laporan Oseanografi

Tongkat skala 2,5 m:

sebagai alat yang

digunakan untuk

mengukur panjang

tali pada secchi disk

yang ditandai sebagai

D1 dan D2.

Jam : sebagai alat yang digunakan

untuk menghitung waktu

pengukuran kecerahan 1 dan 2

dengan selisih waktu 1 jam

Karet gelang: sebagai alat

yang digunakan untuk

menandai nilai besaran D1 dan

D2.

3.1.2. Parameter Kimia

a. pH

Kotak standart pH:

sebagai alat yang

digunakan untuk

membandingkan

warna dengan warna

15

Page 16: Laporan Oseanografi

yang tertera pada

kertas pH sehingga

diketahui nilai pH

perairan.

b. Salinitas

Refraktometer: sebagai alat

yang digunakan untuk

mengukur salinitas perairan.

Pipet tetes: sebagai alat yang

digunakan untuk mengambil dan

meneteskan air sampel ke

prisma refraktometer.

16

Page 17: Laporan Oseanografi

c. DO (Dissolved Oxygen)

Botol DO: sebagai alat yang

digunakan untuk wadah air sampel

dan tempat pencampuran larutan.

Water sampler: sebagai alat

yang digunakan untuk

membantu pengambilan air

sampel pada kedalaman

tertentu.

Pipet tetes: sebagai alat yang

digunakan untuk mengambil dan

memindahkan larutan kimia

dalam jumlah sedikit.

Buret: sebagai alat yang digunakan

untuk menampung larutan titran pada

saat titrasi.

Statif: sebagai alat yang digunakan

untuk menyangga buret pada saat

titrasi.

Corong: sebagai alat yang digunakan

untuk memudahkan dalam

memasukkan larutan titran ke dalam

buret.

17

Page 18: Laporan Oseanografi

18

Page 19: Laporan Oseanografi

3.2. Bahan dan Fungsi

3.2.1. Parameter Fisika

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum

Oseanografi beserta fungsinya sebagai berikut:

a. Suhu

Tali raffia: sebagai bahan yang

digunakan untuk pegangan

thermometer agar tidak mengalami

kontak langsung dengan tangan.

Air laut: sebagai bahan yang

digunakan untuk objek yang diukur

suhunya.

b. Kecerahan

Karet gelang: sebagai bahan

yang digunakan tanda pada tali

secchi disk sebagi D1 dan D2.

Air sampel: sebagai bahan yang

digunakan untuk objek yang

diukur kecerahannya.

c. Pasang surut

Air sampel: sebagai bahan yang

digunakan untuk media/objek yang

diukur pasang surutnya.

19

Page 20: Laporan Oseanografi

d. Gelombang

Air sampel: sebagai bahan yang

digunakan untuk media/objek

yang diukur gelombangnya

e. Kecepatan arus

Tali raffia: sebagai bahan yang

digunakan untuk bahan yang

digunakan untuk pemberi jarak

pada botol pemberat dan

pelampung sebesar 30 cm dan

jarak sepanjang 5 meter.

Air laut lokal: sebagai bahan

yang digunakan untuk mengisi

salah satu botol sebagai

pemberat dan yang diukur

kecepatan arusnya.

20

Page 21: Laporan Oseanografi

3.2.2. Parameter Kimia

a. pH

Kertas pH: sebagai bahan yang

digunakan untuk mengukur pH

(keasaman-kebasaan) perairan.

Air laut: sebagai bahan yang

digunakan untuk objek yang diukur

pH-nya.

b. Salinitas

Tissue: sebagai bahan yang digunakan

untuk membersihkan kaca optic pada

refraktometer.

Aquadest: sebagai bahan yang

digunakan untuk mangkalibrasikan

kaca optik pada refraktometer.

Air laut: sebagai bahan yang

digunakan untuk objek yang diukur

salinitasnya.

c. DO

MnSO4: sebagai bahan yang

digunakan untuk mengikat oksigen.

21

Page 22: Laporan Oseanografi

NaOH+KI: sebagai bahan yang

digunakan untuk menbentuk endapan

coklat dan melepaskan I2.

H2SO4: sebagai bahan yang

digunakan untuk mengencerkan

endapan dan pengkondisian asam.

Amilium: sebagai bahan yang

digunakan untuk mengkondisikan

basa dan indicator warna ungu serta

melepas I2.

Na-thiosulfat: sebagai bahan

yang digunakan untuk larutan

titran.

Air sampel: sebagai bahan yang

digunakan untuk objek yang

diukur kadar DO-nya.

22

Page 23: Laporan Oseanografi

3.3. Skema Kerja

3.3.1. Parameter fisika

a. Suhu

Dimasukkan thermometer ke dalam perairan

dengan membelakangi matahari

Ditunggu 3 menit hingga air raksa pada

thermometer berhenti pada skala tertentu

Diangkat thermometer dari perairan

Dibaca skala pada thermometer dengan cepat

agat tidak terkontaminasi dengan suhu di

darat

Dicatat hasilnya

23

Thermometer

Hasil

Page 24: Laporan Oseanografi

b. Kecerahan

Ditenggelamkan secara perlahan hingga tidak

terlihat pertama kali

Ditandai dengan karet sebagai D1

Ditenggelamkan lagi hingga benar-benar tidak

nampak

Diangkat secchi disk secara perlahan hingga

tampak pertama kali

Ditandai dengan karet sebagai D2

Diukur panjang tali dengan menggunakan

tongkat skala sebagai D1 dan D2

Dihitung dengan rumus kecerahan D=

24

Hasil

Secchi disk

Page 25: Laporan Oseanografi

c. Pasang surut

Dipasang pada daerah pasang surut yang

msih terendam air pada saat surut terendah

Dicatat tinggi permukaan air pada tide staff

sebagai tinggi permukaan mula-mula t0 (cm)

Dicatat tinggi permukaan air setelah 1 – 2 jam

sebagai t1 (cm)

Dihitung kecepatan pasang surut dalam selisih

kedua hasil pengukuran

25

Hasil

Tide staff

Page 26: Laporan Oseanografi

d. Gelombang

Tinggi gelombang

Ditancapkan tongkat skala dalam air

Diukur tinggi gelombang dengan cara dilihat

langsung oleh praktikan

Diulangi pengukuran sebanyak 3 kali

Periode gelombang

Ditancapakan tongkat skala dalam air

Diukur waktu yang diperlukan antara puncak

gelombang 1 dengan gelombang 2

Diulangi pengukuran sebanyak 3 kali

26

Tongkat skala

Hasil

Tongkat skala

Hasil

Page 27: Laporan Oseanografi

e. Kecepatan arus

Dikaitkan tali raffia sepanjang 5 meter pada 2

botol plastik

Dimasukkan air lokal pada salah satu botol

hingga penuh sebagai pemberat

Dialirkan / dihanyutkan kedua botol plastik

mengikuti arus hingga tali menegang sambil

diukur dengan stopwatch

Dihitung kecepatan arus dengan rumus: v =

s/t

27

Botol plastik

Hasil

Page 28: Laporan Oseanografi

f. Sifat optis air

Dimasukkan ke dalam perairan hingga tidak

terlihat pertama kali

Ditandai bagian tali pada permukaan dengan

karet sebagai D1

Ditenggelamkan lagi secchi disk perlahan-

lahan hingga benar-benar tidak terlihat

Diangkat secchi disk secara perlahan hingga

terlihat pertama kali ditandai sebagi D2

Diukur D1 dan D2

Dihitung nilai kecerahan dengan rumus

28

Secchi disk

Hasil

Page 29: Laporan Oseanografi

3.3.2 Parameter kimia

a. pH

Dicelupkan ke dalam airDidiamkan selama kurang lebih 1 menitDiangkat dari perairanDikibaskan sampai setengah keringDicocokkan warna pH paper pada kotak standartDicatat nilai pH-nya

b. Salinitas

Dibuka tutup refraktometerDikalibrasi dengan aquadestDikeringkan dengan tissue secara satu arahDitetesi air sampel kurang lebih 2-3 tetesDitutup tutup refraktometerDiarahkan ke cahayaDilihat skala pada pojok kiri refraktometer

29

Refraktometer

Hasil

pH paper

Hasil

Page 30: Laporan Oseanografi

c. Oksigen Terlarut (DO)

Dibuka tutup water samplerDimasukkan botol DO yang sudah dibuka tutupnya ke dalam tabung samplerDitutup water sampler dengan selang panjang kita pegang dan selang pendek didalam water samplerDimasukkan water sampler ke dalam peraiaran dengan menutup selang panjangDari setelah pada area peraiaran yang akan diambil samplernya selang dibuka dan ditunggu bunyi “ Bluup”Diangkat dengan menutup water sampler dengan keadaan air di dalam penuhDibolak-balik botol jika masih ada gelembung udara maka percobaan diulang

Ditetesi MnSO4 dan dihomogenkanDitetesi NaOH+KI dan dihomogenkanDibiarkan hingga endapan coklat terpisah dari air beningDikeluarkan cairan bening menggunakan selang aerator

30

Water sampler

Botol DO

Air sampel

Page 31: Laporan Oseanografi

Dikeluarkan sisa cairan bening dengan pipet tetesDitetesi H2SO4 sebanyak 2 mLDitetesi amilum sebanyak 2-3 tetesDihomogenkan

Dicatat volume botol DODituang larutan Na2S2O3 sampai batas tertinggi dengan bantuan corongDicatat volume Na2S2O3 awal sebagai V1

Diletakkan botol DO dibawah buretDititrasi sampai bening pertama kali sambil menggoyang-goyangkan botol DODitutup klep pada buret

Dihitung DO

31

Hasil

Botol DO

Page 32: Laporan Oseanografi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Praktikum

Parameter Nilai Parameter Kimia :

1. Salinitas 2. DO3. pH

19 ppt7,23 mg/L8

Parameter Fisika :1. Suhu

2. Kecepatan Arus3. Gelombang4. Periode gelombang5. Kecerahan

6. Sifat Optis Air

7. Pasang Surut

11.30 WIB : 32O C12.30 WIB : 28O C0,15 m/s21 cm2,7 detik11.30 WIB : 445 cm12.30 WIB : 467,5 cm11.30 WIB : 82,5o

12.30 WIB : 97,5o

8 cm/jam

o Perhitungan

Parameter Fisika

1. Keceparan Arus

P tali : 5 m

Waktu : 33.5 detik

Kecepatan : 0,15 m/s

2. Tinggi Gelombang dan Periode

32

Page 33: Laporan Oseanografi

Parameter I II III Rata2

Tinggi Gelombang 23 18 22 21 cm

Periode Gelombang 2,1 4,0 1,9 2,7 detik

3. Kecerahan dan Sifat Optis Air

Pada Jam : 11.30 WIB: d1=420, d2=70

D = 445 cm

12.30 WIB: d1 = 455, d2 = 480

D = 467,5 cm

4. Pasang Surut

Selang waktu = 5 jam

Panjang tide staff = 40 cm

Pasut = 40/5 = 8 cm/jam

33

Page 34: Laporan Oseanografi

Parameter Kimia

1. Perhitungan DO

V titran : 12 ml

N titran : 0,025

DO = V titran x N titran x 1000 x 8

V Botol DO - 4

= 12 x 0,025 x 1000 x 8

250 - 4

= 7,23 mg/L

34

Page 35: Laporan Oseanografi

4.2. Analisa Prosedur

4.2.1. Parameter Fisika

a. Suhu

Pada saat praktikum oseanografi dilakukan

pengukuran suhu. Pertama siapkan alat dan bahan

yaitu, thermometer air raksa sebagai pengukuran

suhu dan tali rafia sebagai pengikat pada

thermometer agar thermometer tidak terkontaminasi

dengan suhu tubuh. Setelah itu dilakukan

pengukuran suhu dengan cara membelakangi

matahari agar data yang diperoleh valid dan juga

agar tidak dipengaruhi oleh suhu dari sinar matahari.

Saat pengukuran suhu di dalam perairan

thermometer di masukkan di perairan selama 2-3

menit. Kemudian thermometer dibaca skalanya di

dalam perairan agar tidak terkontaminasi suhu

matahari dan lingkungan di atas perairan. Lalu

diangkat dan dicatat hasilnya.

b. Kecepatan Arus

Pada saat praktikum oseanografi dilakukan

pengukuran kecepatan arus. Pertama siapkan alat

dan bahan yaitu, botol plastik 600 ml 2 buah

35

Page 36: Laporan Oseanografi

sebagai pemberat dan pelampung, tali rafia 5 m

sebagai jarak pengubung antara 2 botol, dan

stopwatch sebagai perhitungan selang waktu

pengukuran kecepatan arus. Setelah itu dilakukan

pengukuran kecepatan arus dengan cara diisi salah

satu botol dengan air likal yang berfungsi sebagai

pemberat dan satu lagi sebagai pelampung.

Kemudian ke 2 botol yang sudah diikatkan dan

dihubungkan dengan tali rafia tersebut di hanyutkan

ke perairan bersamaan dengan dinyalakan

stopwatch. Lalu stopwatch dimatikan ketika tali rafia

pada ke 2 botol meranggang sempurna. selanjutnya

data di catat dan dihitung dengan rumus :

36

Page 37: Laporan Oseanografi

c. Kecerahan dan Sifat Optis Air

Kecerahan

Pada saat praktikum oseanografi dilakukan

pengukuran kecerahan. Pertama siapkan alat dan

bahan yaitu, secchi disk yang sudah dikaitkan dengan

tali sebagai pengukuran sebagai kecerahan dan

tongkat skala sebagai pengukur panjang dari D1 dan

D2 serta karet gelang berfungsi untuk menandai tali

pada secchi disk sebagai d1 dan D2 . Setelah itu

dilakukan pengukuran kecerahan dengan cara

memasukkan secchi disk ke dalam perairan secara

perlahan- lahan hingga tidak tampak pertama kali

yang ditandai dengan karet gelang sebagai D1, lalu di

tenggelamkan kembali sampai benar-benar tidak

terlihat. Kemudian secchi disk diangkat perlahan-

lahan sampai terlihat untuk pertama kali yang di

tandai dengan karet gelang sebagai D2. Setelah itu

D1 dan D2 diukur panjangnya dengan tongkat skala.

37

Page 38: Laporan Oseanografi

Lalu data dicatat dan dihitung dengan rumus:

Sifat Optis Air

Pada saat praktikum oseanografi dilakukan

pengamatan sifat optis air yang dimana pada

dasarnya sama dengan pengukuran kecerahan, tetapi

pengamatan ini dilakukan 2x dalam rentang waktu

tertentu. Pengamatan ini mempunyai selisih waktu 1

jam untuk pengukuran kecerahan. Setelah saat

selisih wakti digunakan untuk menghitung sudut α

untuk pengukuran kecerahan ke 1, dimna pada pukul

06.00 WIB setra dengan 0o yang perubahan derajat

akan bertambah setiap 1 jam 15o. Demikian pada

pengukuran P yaitu untuk pengukuran kecerahan ke

2.

d. Pasang Surut

Pada saat praktikum oseanografi dilakukan

pengukuran pasang surut. Pertama siapkan alat dan

bahan yang digunakan yaitu, tide staff yang lengkap

dengan selang aerasi yang diberi lubang pada bagian

bawah untuk melihat air tanpa pengarih gelombang.

Setelah itu pengukuran pasang surut dilakukan

38

Page 39: Laporan Oseanografi

dengan cara tide staff ditancapkan ke dalam perairan

denan jarak 50 m dari permukaan pantai. Lalu dilihat

ketinggian perairan dari skala air pada selang aerasi

yang dicatat sebagai To. Dilakukan pengamatan yang

sama pada sore hari yang ducatat sebagai T1.

Kemudian dihitung selisih pasang dan surut air laut

yang dihubungkan dengan lama waktu pengamatan.

e. Gelombang

Tinggi Gelombang

Pada saat praktikum oseanografi dilakukan

pengukuran tinggi gelombang yang terdiri dari

pengamatan puncak gelombang dan lembah

gelombang. Pertama siapkan alat dan bahan yang

digunakan yaitu, tongkat skala yang berfungsi untuk

mengukur ketinggian puncak gelombang dan lembah

gelombang dan stopwatch sebagai penghitung selang

waktu dari puncak gelombang 1 ke puncak

gelombang 2. Pengukuran ini dilakukan dengan cara

melihat nilai puncak gelombang tertinggi dari tongkat

skala sedangkan lembab gelombang terendah dilihat

dari nilai tongkat skala yang terendah pula.

39

Page 40: Laporan Oseanografi

Pengukuran dan pengamatan ini dilakuan sebanyak

3X.

Periode Gelombang

Pada saat praktikum oseanografi dilakukan

pengukuran periode gelombang, yaitu dengan cara

mengukur waktu yang dibutuhkan gelombang saat

mencapai puncak pertama yang diakukan bersamaan

dengan dinyalakan stopwatch. Kemudian saat puncak

kedua stopwatch dimatikan. Untuk mendapat data

yang valid, pengamatan periode gelombang ini

dilakukan 3X pengamatan.

40

Page 41: Laporan Oseanografi

4.2.2. Parameter Kimia

a. pH

Pada saat praktikum oseanografi dilakukan

pengukuran pH. Pertama siapkan alat dan bahan

yang digunalan yaitu, pH paper untuk mengukur pH

perairan. Setelah itu untuk mengukur pH, kertas pH

dicelupkan ke dalam perairan dan ditunggu selama 2

– 3 menit. Kemudian kertas pH diangkat dan dikibas-

kibaskan hingga kering agar warnanya terserap dan

dapat dicocokkan pada kotak pH standart sehingga

diketahui nilai pH perairan.

b. Salinitas

Pada saat praktikum oseanografi dilakukan

pengukuran salinitas. Pertama siapkan alat dan

bahan yang digunakan yaitu, refraktometer untuk

mengukur salinitas perairan. Untuk mengukur

salinitas dilakukan dengan cara mengkalibrasi optik

refraktometer dengan aquades dan dikeringkan

dengan menggunakan tissue dengan menggosokkan

satu arah, yang bertujuan agar tidak meninggalkan

serat pada optik refraktometer. Setelah itu sampel air

laut diteteskan di lensa refraktometer dan ditutup.

41

Page 42: Laporan Oseanografi

Kemudian diarahkan pada sinar matahari dan diamati

serta dibaca skala di sebelah kanan. Lalu dicatat

hasilnya.

c. DO

Pada saat praktikum oseanografi dilakukan

pengukuran DO. Pertama siapkan alat dan bahan

yang digunakan yaitu, water sampler sebagai alat

yang digunakan untuk mengambil sample pada

kedalaman tertentu. Untuk menggunakan water

sampler yaitu dengan cara dibuka tutup water

sampler dan dimasukkan botol DO didalam water

sampler dengan kondisi tutup botol DO terbuka.

Setelah itu water sampler ditutup tetapi selang aerasi

yang terhubung pada water sampler dibuka dan water

sampler siap diturunkan ke dalam perairan dengan

bantuan tali. Kedalamannya merupakan setengah

dari nilai kecerahan karena diasumsikan dengan

kelipatan plankton yaitu sedang. Lalu water sampler

yang sudah mencapai kedalaman tertentu, kemudian

selang aerasi didekatkan ke telinga dan didengarkan

sampai bunyi “blup” yang menandakan bahwah water

sampler terisi penuh. Selanjutnya botol DO ditutup

42

Page 43: Laporan Oseanografi

didalam water sampler tetapi jangan sampai botol DO

terdapat gelembung udara. Apabila terdapat

gelembung udara pengambilan sampel diulangi lagi.

Sesudah sampel air didapat. Kemudian

dilakukan pengujian dengan larutan – larutan kimia.

Pertama tutup botol DO dibuka dan diteteskan

MnSO4 sebanyak 2 ml/ 44 tetes yang bertujuan

mengikat endapan coklat. Selanjutnya botol DO

ditutup dan dihomogenkan dengan cara dibolak –

balik. Setelah itu di tunggu sampai pemisahan

oksigen yang menyatu dengan endapan coklat dan

larutan yang bening dibuang secara perlahan atau

dengan pipet tetes. Sehingga yang tetinggal larutan

yang terdapat endapan coklat. Selanjutnya

ditambahkan larutan H2SO4 sebanyak 22 ml/44 tetes

yang berfungsi untuk pengenceran endapan coklat

dan pengondisian asam dan ditambahkan kembali

amylum 2 -3 tetes yang berfungsi untuk indikator

warna ungu dan pengondisian basa, lalu di

homogenkan. Terakhir dititrasi dengan larutan Na-

thiosulfat hingga berubah warna menjadi bening

pertama kali. Kemudian volume titran dihabiskan

untuk titrasi dan larutan yang sudah dititrasi digoyang

43

Page 44: Laporan Oseanografi

– goyang agar homogen. Terakhir dicatat volume

titrasi dan dihitung dengan rumus:

4.3. Analisa Hasil

4.3.1. Parameter Fisika

a. Suhu

Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa

suhu permukaan air laut pada pukul 11.30 WIB

sebesar 32oC dan pada pukul 12.30 WIB sebesar

28oC. Menurut Romimohtarto (2001), di perairan

tropis perbedaan atau variasi suhu air laut sepanjang

tahun tidak besar. Suhu perairan nusantara berkisar

antara 27-32oC. Kejadian suhu ini adalah normal

untuk kehidupan biota laut di perairan Indonesia.

Suhu alami tertinggi di perairan tropis berada dekat

ambang batas sehingga menyebabkan kematian

biota laut. Oleh karena itu, peningkatan suhu yang

kecil saja dari alami dapat menimbulkan kematian

atau paling tidak gangguan fisiologi biota laut.

44

Page 45: Laporan Oseanografi

b. Kecepatan Arus

Berdasarkan hasil praktikum, diketahui

kecepatan arus yaitu 0,15 m/s. Arus terjadi

disebabkan oleh adanya angin. Karena arus

dipengaruhi angin, maka arah arus permukaan

mengikuti arah angin yang ada. Khususnya di Asia

Tenggara karena arah angin muson sangat kentara

perubahannya antara musim barat dan musim timur

maka arus laut permukaan juga banyak dipengaruhi

(Earlhamfa, 2009).

Kecepatan arus yang pernah diukur di selat

bagian utara dalam bulan-bulan Nopember dan

Desember, di permukaan dan di dekat dasar

menunjukkan kekuatan yang hamper sama. Di

lapisan permukaan 0,75 m/s dan di dekat dasar 0,83

m/s. pengaruh arus pasang surut di selat ini lebih kuat

daripada arus angin dan muson (Roimohtarto, 2001).

Terjadinya arus yang hampir selalu ke arah

barat daya disebabkan oleh adanya gradien

permukaan laut ke arah selat. Hal ini ditunjukkan oleh

adanya hubungan yang erat antara aliran mendatar

dan perbedaan permukaan laut antara Tanjung Priok

45

Page 46: Laporan Oseanografi

di pantai utara dan Palabuan Ratu di pantai selatan

Jawa (WYRTKI, 1961).

c. Kecerahan

Berdasarkan hasil praktikum, didapat nilai

kecerahan pada pukul 11.30 WIB sebesar 4,45 meter

dan pada pukul 12.30 WIB sebesar 4,68 meter.

Berdasarkan keputusan bahwa standar baku mutu

kecerahan air laut untuk biota laut adalah 3-6 meter

(Popo dan Mahendra, 2008). Berdasarkan hal

tersebut maka nilai kecerahan di perairan Probolinggo

masih dalam kisaran baku mutu yang baik.

Kemampuan penetrasi cahaya matahari

dipengaruhi kekeruhan air yaitu 1). Suspensi dalam

air (lumpur); 2). Planktonik dan jasad renik; 3). Warna

air; dan lain-lain (Vedca, 2007).

d. Sifat Optis Air

Pada pengukuran kecerahan pertama pada

pukul 11.30 WIB sebesar 4,45 meter dengan sudut

sinar matahari yang jatuh 82,5o dan kecerahan kedua

pada pukul 12.30 WIB sebesar 4,68 meter dengan

sudut sinar matahari yang jatuh 97,5o. Berdasarkan

46

Page 47: Laporan Oseanografi

hal tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

semakin besar sudut sinar matahari yang jatuh, maka

akan semakin besar tingkat kecerahan perairan

tersebut.

Berdasarkan sifat optiknya perairan dibagi atas

2 tipe, yakni tipe 1 (case-1 waters) dan tipe 2 (case-2

waters). Pada perairan tipe 1, fitoplankton dan

bioproduknya memegang peranan dominan dalam

menentukan sifat optik perairan. Perairan tipe 1 akan

berubah menjadi tipe 2, jika sedikitnya salah satu

komponen berikut ini masuk ke dalam perairan. Tipe

2 yaitu sedimen yang tersuspensi ulang dari dasar

perairan, terutama perairan dangkal, zat organik

terlarut berasal dari daratan yang masuk melalui

sungai (run off) dan material tersuspensi berasal dari

limbah rumah tangga (Wouthyuyzen dan Tanguri,

2004).

Dari sifat optik tersebut, maka pada umumnya

perairan tipe 1 diklasifikaskan sebagai perairan lepas

pantai (oseanik), sedangkan tipe 2 adalah perairan

pantai/dangkal (wilayah pesisir), seperti teluk Jakarta

(Wouthyuyzen dan Tanguri, 2004). Berdasarkan hal

47

Page 48: Laporan Oseanografi

tersebut, sifat optis perairan pada waktu praktikum

termasuk dalam perairan tipe 1.

e. Pasang Surut

Pada saat praktikum diketahui bahwa

kecepatan pasang surut di daerah Probolinggo yaitu 8

cm/jam. Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan

pasang rendah dipengaruhi rentang pasang surut

(tidal range). Sedangkan periode pasang surut

bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50

menit (Surbakti, 2007).

Pasang surut di Indonesia dapat dibagi menjadi

4 jenis yaitu: 1). Pasang surut harian ganda (semi

diurnal tide) yaitu pasang yang memiliki sifat dalam

satu hari terjadi dua kali pasang dan juga dua kali

surut; 2). Pasang surut harian tunggal (diurnal tide)

yaitu tipe pasang surut yang apabila dalam satu hari

terjadi 1 kali pasang dan 1 kali surut; 3). Pasang surut

campuran condong ke harian ganda (mixed tide

prevealling semi diurnal); 4). Pasang surut campuran

condong ke harian tunggal atau mixed tide prevealling

diurnal (Triatmojo, 1999). Di Probolinggo termasuk ke

48

Page 49: Laporan Oseanografi

dalam jenis pasang surut semi diurnal yaitu terjadi 2

kali pasang dan 2 kali surut.

f. Gelombang

Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa

tinggi gelombang sebesar 21 cm dan periode

gelombang 2,7 detik. Berdasarkan hasil yang didapat

bahwa gelombang pada perairan probolinggo

termasuk relative kecil.

Penyebab utama terjadinya gelombang adalah

angin. Gelombang dipengaruhi oleh kecepatan angin,

lamanya angin bertiup, dan jarak tanpa rintangan saat

angin bertiup. Pada hakikatnya gelombang yang

terbentuk oleh hembusan angin akan merambat lebih

jauh dari daerah yang menimbulkan angin tersebut.

Hal ini yang menyebabkan daerah di pantai selatan

pulau Jawa memiliki gelombang yang besar meskipun

angin setempat tidak begitu besar. Gelombang besar

yang dating tersebut bisa merupakan gelombang

kiriman yang erasal dari badai yang terjadi jauh di

bagian selatan Samudera Hindia (Jatilaksno, 2009).

Perairan laut Probolinggo merupakan laut utara Jawa,

49

Page 50: Laporan Oseanografi

sehingga gelombang yang terjadi merupakan

gelombang yang relative kecil.

4.3.2. Parameter Kimia

a. pH

Pada saat praktikum tidak dilakukan penguuran

terhadap parameter pH.

b. Salinitas

Berdasarkan hasil praktikum didapatkan bahwa

nilai salinitas sebesar 19 ppt. Salinitas merupakan

jumlah dari seluruh garam-garaman dalam gram pada

setiap kilogram air laut.

Salinitas permukaan di selat bagian utara

biasanya lebih rendah daripada di bagian selatan.

Salinitas selat Sunda bervariasi dari 31,5 ppt sampai

33,5 ppt. Rendahnya salinitas permukaan di selat

bagian utara disebabkan oleh masuknya massa air

dari laut Jawa ke selat hamper sepanjang tahun.

Kadar salinitas di bagian selatan biasanya lebih tinggi

dari 34 ppt dan di bagian utara lebih rendah dari 33

ppt (Romimohtarto, 2001).

50

Page 51: Laporan Oseanografi

c. Oksigen Terlarut (DO)

Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa

kadar oksigen terlarut (DO) sebesar 7,23 mg/L.

Meskipun oksigen dapat berdifusi dari udara ke air,

konsentrasi oksigen di dalam perairan lebih

bergantung pada proses biologi daripada proses

fisikanya (Andayani, 2005).

Kadar O2 terlarut dapat mengurangi efisiensi

pengambilan O2 oleh biota laut, sehingga dapat

menurunkan kemampuan biota tersebut untuk hidup

normal dalam lingkungannya. Kadar O2 terlarut di

perairan Indonesia berkisar antara 4,5-7,0 mg/L

(Romimohtarto, 2001).

4.4. Manfaat di Bidang Perikanan

4.4.1. Parameter Fisika

a. Kecerahan

Cahaya dibutuhkan oleh ikan untuk memangsa,

menghindar diri dari predator atau untuk beruaya.

Pada umumnya ikan berada pada daerah-daerah

yang penetrasi cahayanya masih baik, sedangkan

pada daerah yang gelap di mana penetrasi cahaya

51

Page 52: Laporan Oseanografi

sudah tidak ada, hanya dihuni ikan buas atau

predator yang lebih menyukai tempat gelap.

b. Suhu

Suhu merupakan faktor utama yang

mempengaruhi proses fisika kimia yang terjadi di

dalam perairan. Suhu air secara tidak langsung akan

mempengaruhi kelarutan oksigen dan secara

langsung mempengaruhi proses kehidupan

organisme. Perubahan suhu air akan langsung

mempengaruhi derajat metabolisme ikan. Bagi ikan

perubahan suhu perairan sekitarnya merupakan

faktor pemberi tanda secara alamiah yang

menentukan dimulainya proses-proses pemijahan,

ruaya dan sebagainya. Selain teradaptasi pada suhu

tinggi atau suhu rendah tertentu, ikan juga

mempunyai sifat tersendiri dalam mengadaptasi

perubahan suhu lingkungan, ikan air tawar

mempunyai daya toleransi yang besar terhadap

perubahan suhu.

52

Page 53: Laporan Oseanografi

c. Gelombang

Kecepatan arus di waduk mempengaruhi

keberadaan ikan. Ikan–ikan yang hidup di sungai

yang mempunyai arus deras akan beradaptasi bentuk

tubuh yang menyerupai cerutu atau stream line yang

berguna untuk meminimalkan pengaruh arus. Contoh

jenis ikan yang berbentuk stream line antara lain ikan

semah atau kancra (Tor douronensis). Menurut

Prasetyo (1994), ikan-ikan putih seperti jelawat

(Leptobarbus hoevenii) memijah di hulu sungai yang

berarus deras, sehingga telurnya memperoleh

oksigen yang cukup tinggi.

d. Pasang Surut

Untuk membudidayakn perikanan pasang surut

sangat bermanfaat yaitu dapat menyebabkan

fitoplankton yang terdapat didasar melakukan proses

rantai makan. Rantai makan tersebut kemudian

membantu ikan-ikan yang terdapat pada perairan

mendapat makanan. Hal ini dibantu dengan adanya

arus yang bergerak serta mengandung partikel-

partikel kimia, seperti nitrat dan fosfat.

53

Page 54: Laporan Oseanografi

e. Sifat Optis Air

Sifat optis air sangat berhubungan dengan

intensitas matahari, hal ini berkaitan dengan besar

sudut penyinaran yang terbentuk. Cahaya yang tiba di

permukaan air sebagian akan dipantulkan, sebagian

akan diteruskan. Pada permukaan laut yang

bergelombang cahaya sebagian dipantulkan

dihamparkan, sinar yang diteruskan sebagian akan

diabsorbsi air (Naylor, 2002).

Kekeruhan menggambarkan sifat optis air

yang ditentukan berdasarkan benyaknya cahaya yang

diserap oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air.

Kekeruhan disebabkan oleh bahan organik dan

anorganik yang tersuspensi dan terlarut, maupun

bahan anorganik dan organik yang berupa plankton

dan mikroorganisme lain (Ansori, 2010).

4.4.1. Parameter Kimia

a. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman adalah banyaknya ion

hydrogen yang terkandung di dalam air. Nilai pH di

sungai dipengaruhi oleh karakteristik batuan dan

tanah di sekelilingnya. Nilai pH perairan merupakan

54

Page 55: Laporan Oseanografi

salah satu faktor lingkungan yang berhubungan

dengan susunan spesies dari ikan. Kisaran pH yang

ideal untuk kehidupan ikan adalah antara 6,5-8,5.

Beberapa jenis ikan yang toleran terhadap pH asam

(< 6) adalah betook (Anabas testudieus), sepat

(Trichogaster sp), seluang (Rasbora leptosoma) dan

gabus (Ophichephalus striatus).

b. Salinitas

Manfaat salinitas pada bidang perikanan yaitu

membantu organisme-organisme di dalam perairan

menyerap garam-garam mineral dan partikel-partikel

organik yang diserap oleh tubuh organisme.

c. Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen di dalam air berguna untuk menunjang

kehidupan ikan dan organisme air lainnya. Kadar

oksigen terlarut di perairan yang ideal bagi

pertumbuhan ikan dewasa adalah > 5 mg/l. Pada

kisaran 4-5 mg/l ikan masih dapat bertahan tetapi

pertumbuhannya terhambat. Di waduk pada musim

kemarau kadar oksigen terlarut akan tinggi pada

55

Page 56: Laporan Oseanografi

bagian permukaan, sedangkan pada bagian dasar

kadar oksigen rendah.

56

Page 57: Laporan Oseanografi

5. PENUTUP

1.1. Kesimpulan

a. Oceanografi yaitu ilmu yang mempelajari lautan.

b. Air laut yaitu pencampuran dari 96,5% air murni

dan 35% material.

c. Parameter fisika diantaranya suhu, kecepatan

arus, kecerahan, sifat optis air, pasang surut, dan

gelombang.

d. Parameter kimia diantaranya pH, salinitas, dan

oksigen terlarut (DO).

e. Data dan hasil dari pengamatan, yaitu:

o Suhu pada pukul 11.30 = 32o C dan pada

pukul 12.30 = 28o C.

o Kecepatan arus sebesar 0,15 m/s.

o Kecerahan pada pukul 11.30 = 445 cm dan

pada pukul 12.30 = 467,5 cm.

o Sifat optis air pada pukul 11.30 = 82,5o dan

pada pukul 12.30 = 97,5o.

o Pasang surut sebesar 8 cm/jam.

o Panjang gelombang sebesar 21 cm.

o Periode gelombang sebesar 2,7 detik.

57

Page 58: Laporan Oseanografi

o DO sebesar 7,23 mg/l.

o Salinitas pada pukul 19 ppt.

1.2. Saran

Pada praktikum oseanografi saran kami

sebelum melakukan praktikum lapang sebaiknya

dipikirkan dan didiskusikan kembali bersama asisten

yang lain sebelum memilih hari dan waktu praktikum,

agar praktikum tidak bentrok atau tidak mengganggu

kuliah praktikan sehingga praktikan tidak dirugikan

karena adanya in hole. Apabila mengambil hari aktif

sebaiknya dilihat dahulu apakah pada hari aktif

tersebut praktikan dapat mengikuti praktikum lapang.

58

Page 59: Laporan Oseanografi

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2009. Oseanografi. http:// wikipedia.com.

Diakses pada tanggal 25 Mei 2010 pukul 19.00

WIB.

Andayani S. 2005. Manajemen Kualitas Air untuk

Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya Malang.

Dedi. 2009. Salinitas Air Laut. http://

www.dedi.blogspot.com. Diakses pada tanggal

25 Mei 2010 pukul 19.00 WIB.

Effendi E. 2007. Coastal Ecosystem and

Management. http://blog.unila.ac.id. Diakses

pada tanggal 24 Mei 2010 pukul 10.30 WIB.

Earlhamfa. 2009. Gerakan Air Laut dan Kualitas Air

Laut. http://www. lintasberita.com. Diakses pada

tanggal 24 Mei 2010 pukul 10.45 WIB.

Hanafi. 2009. Gerakan Air Laut dan Kualitas Air Laut.

http://www.earlfhamfa. wordpress.com. Diakses

pada tanggal 24 Mei 2010 pukul 10.45 WIB.

59

Page 60: Laporan Oseanografi

Hutabarat S dan Stewart ME. 2008. Pengantar

Oceanografi. Universitas Indonesia. Jakarta.

Hutagalung et.al. 1985. Beberapa Catatan Tentang

Penentuan Kadar Oksigen dalam Air Laut

Berdasarkan Metode Winkler. Oseana vol. X

nomor 4: 138-149.

Jatilaksono. 2009. Suhu Laut. http://jcom.

blogspot.com. Diakses pada tanggal 25 Mei

2010 pukul 10.45 WIB.

Kordi dan Andi. 2007. Telaah Kualitas Air. Rineka

Cipta. Jakarta.

Kurniawan et.al. 2008. Diktat Pengantar Oceanografi.

Nontji. 1987. Laut Nusantara. Jambatan. Yogyakarta.

Popo dan Mahendra. 2008. Studi Kualitas Air untuk

Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan. http://ejournal.ac.id. Diakses

pada tanggal 24 Mei 2010 pukul 11.05 WIB.

Prajitno A. 2009. Biologi Laut. Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya. Malang.

60

Page 61: Laporan Oseanografi

Romimohtarto. 2009. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan

Tentang Biologi Laut.

Romimohtarto. 2001. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan

Tentang Biologi Laut.

Romimohtarto. 1985. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan

Tentang Biologi Laut.

SMKN 3 Madiun. 2009. Kualitas Air Laut untuk

Budidaya Perikanan. http:// smk3ae.wordpress.

com. Diakses pada tanggal 23 Mei 2010 pukul

19.40 WIB.

Souisa. 2009. Pengaruh Faktor Fisik Terhadap

Lingkungan Perairan dan Kehidupan

Organisme. http://souisa. blogspot.com.

Diakses pada tanggal 24 Mei 2010 pukul 19.40

WIB.

Subagio. 2010. Pasang Surut Air Laut. http://

herugio1.blogspot.com. Diakses pada tanggal

24 Mei 2010 pukul 13.50 WIB.

Surbakti. 2007. Kualitas Perairan Laut.

http://www.surbakti.blogspot.com. Diakses pada

tanggal 24 Mei 2010 pukul 19.40 WIB.

61

Page 62: Laporan Oseanografi

Triatmojo. 1999. Perairan Laut Indonesia. Agromedia.

Jakarta.

Vedca. 2007. Teknologi Pengelolaan Kualitas Air.

http://www.stth.itb.ac.id. Diakses pada tanggal

24 Mei 2010 pukul 17.40 WIB.

62

Page 63: Laporan Oseanografi

Wouthyuyzen dan Tanguri. 2004. Pengukuran

Salinitas Teluk Jakarta Melalui Penginderaan

Warna Laut Menggunakan Data Multi-Temporal

Citra Satelit Landsat. http://cis.itb.ac.id. Diakses

pada tanggal 25 Mei 2010 pukul 19.40 WIB.

Wyrtki. 1961. Oceanografi. http://wyrtki. id.com.

Diakses pada tanggal 25 Mei 2010 pukul 19.20

WIB.

63