ANALISIS PERSEPSI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP SUSU KAMBING DI KOTA DEPOK
SKRIPSI
ARIEF RAHMAN HAKIM H34070020
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2011
RINGKASAN
ARIEF RAHMAN HAKIM. Analisis Persepsi Ibu rumah tangga Terhadap Susu Kambing Di Kota Depok). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NARNI FARMAYANTI).
Subsektor peternakan telah mengalami peningkatan kinerja dari tahun ke tahun. Salah satu acuan dalam melihat kinerja suatu sektor adalah Produk Domestik Bruto (PDB). Pada tahun 2006 Badan Pusat Statistik mencatat subsector peternakan memiliki kontribusi sebesar 11 persen (Rp 51.074 miliar) dari jumlah total PDB sektor pertanian secara nasional. Sedangkan, pada tahun 2009 angka tersebut meningkat menjadi 12,12 persen (Rp 104,040 milyar) dari jumlah total PDB sektor pertanian secara nasional. Hal ini menunjukan bahwa subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.
Salah satu jenis produk peternakan yang permintaannya semakin meningkat adalah susu. Terdapat beberapa jenis susu yang beredar di masyarakat, diantaranya susu sapi dan susu kambing. Jika dibandingkan dengan susu sapi, susu kambing masih belum terlalu familiar di masyarakat. Meskipun demikian, kandungan gizi susu kambing tidak kalah dibanding dengan susu sapi.
Susu kambing dapat menjadi alternatif bagi seseorang yang alergi terhadap susu sapi. Menurut para ahli, komposisi kimia susu kambing dan morfologisnya yang unik membuatnya mudah untuk diserap oleh organ pencernaan. Oleh karena itu, pada konsumen susu kambing jarang ditemui yang menderita diare. Bahkan komposisi susu kambing memiliki kemiripan dengan air susu ibu (ASI) sehingga tidak kalah dengan susu sapi yang sering dijadikan susu pengganti ASI. Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis persepsi ibu rumah tangga terhadap produk susu kambing, (2) Menganalisis sikap ibu rumah tangga untuk memberikan produk susu kambing kepada anak balitanya, dan (3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap susu kambing dan sikap responden untuk memberikan produk susu kambing kepada anak balitanya,
Penelitian dilakukan di enam kelurahan di Kota Depok, yaitu Kelurahan Pondok Petir, Kelurahan Curug, Kelurahan Tapos, Kelurahan Beji, Kelurahan Mekarsari, dan Kelurahan Pancoran Mas. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dan dilakukan mulai dari bulan Juni 2011 hingga Juli 2011.
Berdasarkan hasil analisis tingkat persepsi terhadap produk susu kambing dapat diketahui bahwa sebanyak 34 responden memiliki skor persepsi yang rendah terhadap produk susu kambing, sedangkan 26 responden memiliki skor persepsi yang tinggi terhadap produk susu kambing. Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden belum pernah mengkonsumsi produk susu kambing. Produk susu kambing merupakan produk susu yang belum terlalu familiar di masyarakat. Selain itu, sulitnya mencari lokasi penjualan dan masih minimnya promosi produk susu kambing menyebabkan responden memiliki persepsi buruk terhadap produk susu kambing.
Berdasarkan hasil analisis sikap ibu rumah tangga untuk memberikan produk susu kambing kepada anak balitanya dapat diketahui 28 responden tertarik
untuk memberikan konsumsi susu kambing kepada anak balitanya, sedangkan 32 responden tidak tertarik memberikan konsumsi produk susu kambing kepada anak balitanya. Berdasarkan keterangan responden, sikap melakukan pemberian susu kambing bagi anak dikarenakan faktor kandungan gizi produk susu kambing yang tinggi dan meyakini hal tersebut bermanfaat bagi pertumbuhan anak balitanya.
Berdasarkan hasil analisis logistik faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap produk susu kambing adalah pengalaman mengkonsumsi susu kambing. Berdasarkan hasil analisis logistik juga dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sikap ibu rumah tangga untuk memberikan produk susu kambing kepada anak balitanya adalah pengalaman mengkonsumsi susu kambing dan tingkat persepsi ibu rumah tangga terhadap produk susu kambing.
ANALISIS PERSEPSI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP SUSU KAMBING DI KOTA DEPOK
ARIEF RAHMAN HAKIM H34070020
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2011
Judul Skripsi : Analisis Persepsi Ibu Rumah Tangga Terhadap Susu Kambing di Kota Depok
Nama : Arief Rahman Hakim
NIM : H34070020
Menyetujui, Pembimbing
Ir. Narni Farmayanti, MSc NIP. 19630228 199003 2 001
Mengetahui Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Persepsi
Ibu Rumah Tangga Terhadap Susu Kambing di Kota Depok” adalah karya sendiri
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Oktober 2011
Arief Rahman Hakim H34070020
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 9 Oktober 1990, sebagai anak
pertama dari tiga bersaudara dari pasangan (Alm) Bapak Suherman dan Ibu
Nurdjannah.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Pondok Petir 01 pada
tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di
SLTP Muhammadiyah 22 Pamulang. Pendidikan menengah atas di SMU
Muhammadiyah 25 Pamulang yang diselesaikan pada tahun 2007. Pada tahun
2007 Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI), dan pada tahun 2007 penulis diterima pada Departemen
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti pendidikan penulis aktif dalam berbagai kegiatan di
dalam maupun di luar kampus. Penulis tercatat sebagai ketua Sharia Economic
Student Club (SES-C) FEM IPB periode 2009-2010 dan ketua Ikatan Pelajar
Muhammadiyah Kota Tangerang Selatan periode 2011-2013. Penulis juga aktif
mengikuti kepanitiaan-kepanitiaan yang dilaksanakan oleh organisasi-organisasi
di kampus khususnya pada tingkat fakultas.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Persepsi
Ibu rumah tangga Terhadap Produk Susu Kambing di Kota Depok”.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi ibu rumah tangga
terhadap produk susu kambing, menganalisis sikap ibu rumah tangga untuk
memberikan produk susu kambing kepada anak balitanya, menganalisis faktor-
faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap produk susu kambing dan sikap
responden untuk memberikan produk susu kambing kepada anak balitanya, dan
mendeskripsikan rekomendasi bauran pemasaran produk susu kambing.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu
dan memberikan perhatian kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan dan
bagi siapapun yang membacanya.
Bogor, Oktober 2011
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai
bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih
dan penghargaan kepada :
1. Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan,
waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini.
2. Ir. Burhanuddin, MM selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis
yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi
perbaikan skripsi ini.
3. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji dari wakil Departemen
Agribisnis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan
saran demi perbaikan skripsi ini.
4. Orang tua dan adik-adik tercinta untuk setiap dukungan, cinta kasih dan doa
yang diberikan.
5. Ir. Joko Purwono, MS yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh
dosen serta staf Departemen Agribisnis.
6. Abed Nego Herbowo selaku pembahas seminar, terima kasih atas masukan
dan dukungan selama penulis menyelesaikan skripsi.
7. Siti Nurmaryam, K. Affan Farisi, Eka Pratiwi, Maysitha Mutiara, Ario
Bismoko, atas bantuannya selama pencarian responden.
8. Teman-teman Agribisnis 44 dan Keluarga Besar SES-C FEM IPB atas
semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi. Serta pihak
yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas semangat dan
bantuannya selama penulis menyelesaikan skripsi.
Bogor, Oktober 2011
Arief Rahman Hakim
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xv
I PENDAHULUAN .................................................................. 1 1.1. Latar Belakang .................................................................. 1 1.2. Perumusan Masalah ........................................................... 4 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................ 8 1.4. Manfaat Penelitian .............................................................. 8 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ................................................... 8
II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 9 2.1. Karakteristik Konsumen..……………………………………. 9 2.2. Persepsi Konsumen .......................................................... 9
III KERANGKA PEMIKIRAN ................................................... 12 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................. 12
3.1.1 Karakteristik Konsumen ............................................. 12 3.1.2 Persepsi …………..………… .................................... 13 3.1.3 Sikap………….………………………. ...................... 15
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ...................................... 16
IV METODE PENELITIAN ....................................................... 19 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 19 4.2. Metode Penentuan Sampel ................................................... 19 4.3. Data dan Instrumentasi ..................................................... 19 4.4. Metode Pengumpulan Data .............................................. 20 4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data .............................. 20
4.5.1 Analisis Deskriptif ................................................... 21 4.5.2 Metode Regresi Logistik .................................... 21 4.5.3 Rentang Skala………………………………. ............. 28
4.6 Definisi Operasional………………………………. ............ 28
V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN......................... 30 5.1. Letak geografis Kota Depok ................................................. 30 5.2. Keadaan Demografi Kota Depok........................................... 31 5.3. Keadaan Ekonomi Kota Depok………………… ................. 32
5.3.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Depok ………………………………………… 32 5.3.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Perkapita ... 33
VI HASIL DAN PEMBAHASAN…. ............................................. 35 6.1. Karakteristik Umum Konsumen…… ................................... 35
6.1.1 Karakteristik Umum Konsumen Berdasarkan Variabel Usia………………. ................................................... 35
6.1.2 Karakteristik Umum Konsumen Berdasarkan Variabel Tingkat Pendidikan……………….. ............................ 36
6.1.3 Karakteristik Umum Konsumen Berdasarkan Variabel TingkPekerjaan Pendidikan ........................................... 36
6.1.4 Karakteristik Umum Konsumen Berdasarkan Variabel Tingkat Pengeluaran ...................................................... 37
6.1.5 Karakteristik Umum Konsumen Berdasarkan Variabel Pengalaman Mengkonsumsi Susu Kambing…………... 38
6.2. Persepsi Konsumen Terhadap Produk Susu Kambing ........... 39 6.2.1 Persepsi Konsumen Ditinjau dari Aspek Bauran Pemasaran …………………………………………. .. 39
6.2.1.1 Aspek Produk .................................................. 40 6.2.1.2 Aspek Harga .............................................. .... 41 6.2.1.3 Aspek Tempat……….................................... 41 6.2.1.4 Aspek Promosi,,,, ............................................. 42
6.2.2 Persepsi Konsumen Ditinjau dari Aspek Psikologis .... 42 6.3. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Konsumen Terhadap Produk Susu Kambing…………..….. 43 6.4. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketertarikan
Konsumen Untuk Memberikan Produk Susu Kambing Kepada Anak Balitanya………………………..….. ............. 46
VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 51 7.1 Kesimpulan ........................................................................ 51 7.2 Saran ................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 53
LAMPIRAN .................................................................................... 55
DAFTAR TABEL Nomor Halaman
1. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Variabel Usia Tahun 2011........................................................................................ 35
2. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkatan Pendidikan Tahun 2011..................................................................... 36
3. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Variabel Pekerjaan Tahun 2011....................................................................... 37
4. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Variabel Pengeluaran Tahun 2011.................................................................... 38
5. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Variabel Pengalaman Mengkonsumsi Susu Kambing Tahun 2011…............. 38
6. Skor Rata-Rata Persepsi Responden Terhadap Produk Susu Kambing Tahun 2011……………………………………………………………………... 40
7. Skor Rata-Rata Persepsi Responden Terhadap Harga Susu Kambing Tahun 2011................................................................................................... 41
8. Skor Rata-Rata Persepsi Responden Terhadap Lokasi Penjualan Susu Kambing Tahun 2011................................................................ 41
9. Skor Rata-Rata Persepsi Responden Terhadap Promosi Susu Kambing Tahun 2011........................................................................ 42
10. Skor Rata-Rata Persepsi Responden Terhadap Aspek Psikologis yang Berhubungan dengan Produk Susu Tahun 2011....................... 43
11. Hasil Estimasi Regresi Logistik Terhadap Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Responden Untuk Memiliki Persepsi Baik Terhadap Produk Susu Kambing……..…………………………….…......................... 44
12. Hasil Estimasi Regresi Logistik Terhadap Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Sikap Responden untuk Memberikan Produk Susu Kambing kepada Anak Balitanya ................................................................................. 48
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Grafik Perkembangan Produksi Susu Jawa Barat 2006 – 2010 . 1
2. Tahap Pemrosesan Informasi........................................... .......... 14
3. Kerangka Pemikiran Operasional ........................................... . 18
4. Pertumbuhan Ekonomi Kota Depok Tahun 2004 - 2008 ....... . 34
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman 1. Perbandingan Komposisi Gizi Pada Susu Sapi, Susu Kambing
dan ASI…........ ........................................................................ 55
2. Perkembangan Penduduk Kota Depok Tahun 2004 - 2008........ 56
3. Output Analisis Regresi Logistik Persepsi Responden Terhadap Susu Kambing...... .................................................................... 57
4. Output untuk Analisis Regresi Logistik Sikap Responden untuk Memberikan Konsumsi Susu Kambing Kepada Anak Balitanya. 60
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Subsektor peternakan telah mengalami peningkatan kinerja dari tahun ke
tahun. Salah satu acuan dalam melihat kinerja suatu sektor adalah Produk
Domestik Bruto (PDB). Pada tahun 2006 Badan Pusat Statistik mencatat
subsektor peternakan memiliki kontribusi sebesar 11 persen (Rp 51.074 miliar)
dari jumlah total PDB sektor pertanian secara nasional. Sedangkan, pada tahun
2009 angka tersebut meningkat menjadi 12,12 persen (Rp 104,040 milyar) dari
jumlah total PDB sektor pertanian secara nasional. Hal ini menunjukan bahwa
subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya
bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.
Salah satu jenis produk peternakan yang permintaannya semakin
meningkat adalah susu. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan konsumsi
susu nasional. Pada tahun 2008 konsumsi susu masyarakat Indonesia hanya
sebesar 7,7 liter per kapita pertahun, pada tahun 2010 meningkat sebesar 52%
menjadi 11,7 liter per kapita pertahun1
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi susu nasional. Berikut data produksi susu Provinsi Jawa Barat pada tahun 2006-2010 yang ditampilkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik Perkembangan Produksi Susu Provinsi Jawa Barat Tahun
2006-2010 (Ton) Sumber: Direktorat Jendral Peternakan, 2010
1Anonim. 2010. http://www.suarapembaruan.com/home/konsumsi-susu-indonesia-meningkat/1850 [20 Juni 2011]
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
2006 2007 2008 2009 2010
2
Grafik diatas menunjukkan adanya perkembangan produksi susu dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2006 produksi susu Provinsi Jawa Barat sebesar 211.889 ton,
jumlah itu meningkat pada tahun 2010 yang mencapai 262.176 ton. Adanya
peningkatan kesadaran akan kesehatan dan gizi masyarakat, menyebabkan
peningkatan permintaan terhadap komoditi susu sebagai sumber protein hewani.
Terdapat beberapa jenis susu yang beredar di masyarakat, diantaranya susu
sapi, susu kuda, susu kerbau dan susu kambing. Susu kambing adalah susu yang
diperoleh dengan jalan pemerahan seekor kambing perah atau lebih yang
dilakukan secara teratur, terus-menerus, dan hasilnya berupa susu segar murni
tanpa dicampur, dikurangi, atau ditambah sesuatu (Sarwono 2002). Jika
dibandingkan dengan susu sapi, susu kambing masih belum terlalu familiar di
masyarakat. Meskipun demikian, kandungan gizi susu kambing tidak kalah
dibanding dengan susu sapi.
Masyarakat yang sadar akan kesehatan memberikan perhatian khusus
terhadap susu kambing karena memiliki manfaat yang tinggi. Kandungan protein,
lemak, kalori, fosfor, kalium, dan vitamin A dalam susu kambing lebih tinggi
dibandingkan susu sapi (Lampiran 1). Selama ini, susu kambing banyak
dikonsumsi sebagai obat bagi para penderita berbagai penyakit, seperti anemia,
asam urat, asma, kudis, osteoporosis, tuberkulosis, dan lain-lain (Moeljanto dan
Wiryanta 2002).
Susu kambing dapat menjadi alternatif bagi masyarakat yang alergi
terhadap susu sapi. Menurut para ahli, komposisi kimia susu kambing dan
morfologisnya yang unik membuatnya mudah untuk diserap oleh organ
pencernaan. Oleh karena itu, pada konsumen susu kambing jarang ditemui yang
menderita diare. Bahkan komposisi susu kambing memiliki kemiripan dengan air
susu ibu (ASI) sehingga tidak kalah dengan susu sapi yang sering dijadikan susu
pengganti ASI (Setiawan dan Tanius 2002).
Kota Depok merupakan salah satu kotamadya yang terletak di Provinsi
Jawa Barat. Kota Depok memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik. Indeks daya
beli masyarakat kota Depok meningkat dari 576,76 di tahun 2006 menjadi 586,49
di tahun 2009. Selain itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kota Depok
tertinggi se-Jawa Barat dan Nomor 3 se-Indonesia, yaitu 76,68 pada tahun 2009.
3
Indeks ini menunjukkan penduduk kota Depok memiliki keunggulan dalam
tingkat daya beli, kesehatan dan pendidikan. Dengan demikian para penduduk
Kota Depok khususnya para orang tua yang memiliki anak balita cenderung
memiliki kesadaran yang tinggi dalam hal kesehatan, diantaranya adalah dalam
hal pemenuhan gizi anak.
Anak usia bawah lima tahun atau balita merupakan usia penting dalam
pertumbuhan fisik dan perkembangan otak seorang manusia. Pemberian makanan
yang mengandung nutrisi yang baik akan membantu mengoptimalkan proses
pertumbuhan anak. Kebanyakan orang tua melakukan pemberian konsumsi susu
kepada anaknya dalam rangka pemenuhan kebutuhan gizi bagi anak mereka.
Menurut Engel et al (1994), ibu rumah tangga memiliki peran sebagai gate
keeper yaitu, memberikan inisiatif pemikiran dalam keluarga mengenai pembelian
produk dan pengumpulan informasi untuk membantu pengambilan keputusan,
khususnya mengenai keputusan pembelian bahan pangan keluarga. Ibu rumah
tangga memiliki peranan penting dalam pemilihan jenis makanan yang akan
dikonsumsi oleh anak mereka.
Susu kambing merupakan susu yang memiliki potensi untuk menjadi
alternatif bagi para ibu dalam memberikan konsumsi susu kepada anaknya.
Menurut Sears (2011) susu kambing memiliki keunggulan dibanding susu sapi
karena mengandung protein alergi yang lebih sedikit, lemaknya lebih mudah
dicerna, dan mengandung laktosa yang lebih sedikit2 sehingga cocok untuk
dikonsumsi oleh anak usia balita.
Informasi mengenai kandungan gizi susu kambing belum banyak diketahui
oleh masyarakat. Oleh karena itu perlu dilakukan sosialisasi untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat terhadap susu kambing. Pengetahuan terhadap produk
susu kambing akan mempengaruhi keputusan pembelian. Semakin banyak
pengetahuan yang dimiliki konsumen menyebabkan konsumen akan lebih efisien
dan lebih tepat dalam mengolah informasi, serta mampu memanfaatkan informasi
tersebut pada saat memutuskan produk apa yang akan dikonsumsi (Sumarwan
2002).
2 Bararah. 2011. http://www.detikhealth.com/read/2011/02/04/111622/1559973/764/susu-kambing-lebih-mudah-dicerna-bayi [20 September 2011]
4
Salah satu aspek penting dalam memasyarakatkan suatu produk, dalam hal
ini susu kambing adalah aspek pemasaran. Keberhasilan pemasaran suatu produk
ditentukan oleh citra yang positif dari konsumen terhadap produk tersebut. Citra
dalam hal ini merupakan persepsi, keyakinan dan kesan masyarakat terhadap
suatu produk. Salah satu upaya dalam mengetahui citra masyarakat terhadap susu
kambing adalah adanya kajian karakteristik individu konsumen dan persepsi
terhadap produk susu kambing.
Konsumen memiliki keragaman latar belakang budaya, pendidikan, dan
keadaan sosial ekonomi lainnya. Oleh karena itu, para pengusaha memiliki
kepentingan untuk memahami dan mengetahui apa yang dibutuhkan oleh
konsumen dan bagaimana mereka mengambil keputusan sehingga pengusaha
dapat memproduksi barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan konsumen. Para
pengusaha harus dapat mempelajari bagaimana konsumen berpikir dan
berperilaku serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya, sehingga
pengusaha dapat merancang strategi pemasaran yang tepat. Para pengusaha yang
memahami bagaimana konsumen berperilaku, juga akan mampu mempengaruhi
perilaku konsumen. Mempengaruhi perilaku konsumen adalah mempengaruhi
pilihan konsumen agar mau memilih produk yang ditawarkan oleh pengusaha
tersebut (Sumarwan 2002).
1.2. Perumusan Masalah
Kota Depok merupakan salah satu kota yang memiliki pertumbuhan
ekonomi yang baik dan memiliki Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kota
Depok tertinggi se-Jawa Barat pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan penduduk
kota Depok sudah memiliki kepedulian terhadap kesehatan dan memiliki tingkat
daya beli yang tinggi. Selain itu padat sensus penduduk tahun 2010, Kota Depok
memiliki angka laju pertumbuhan penduduk tertinggi setelah Kabupaten Bekasi.
Hal ini dapat diasumsikan Kota Depok memiliki jumlah balita yang tinggi
Tingkat kesadaran akan kesehatan yang tinggi di kota Depok akan
berpengaruh terhadap kesadaran para orang tua tentang pentingnya kandungan
nutrisi seimbang yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi untuk
5
mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Salah satu upaya dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi seimbang adalah pemberian susu.
Anak usia bawah lima tahun atau balita merupakan usia penting dalam
pertumbuhan fisik dan perkembangan otak seorang manusia. Pemberian makanan
yang tidak tepat biasanya mengakibatkan kekurangan gizi. Hal tersebut dapat
mengakibatkan penurunan pertumbuhan anak, karena itu sangat penting
memperhatikan kebutuhan gizi balita.3
Walaupun konsumsi susu masyarakat Indonesia masih tergolong rendah,
namun secara umum terus meningkat dari tahun ke tahun. Kebutuhan yang ada
dan ekspektasi yang besar dari orang tua terhadap pemenuhan nutrisi anak melalui
konsumsi susu merupakan suatu prospek usaha yang potensial bagi industri susu.
Angka penjualan susu formula bagi anak balita di dunia diprediksi meningkat
sebesar 37 persen sampai tahun 2013. Sementara data dari Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia tahun 2007 menyebutkan, konsumsi susu formula bagi anak
balita meningkat dari 15 persen pada tahun 2003 menjadi 30 persen pada tahun
20074.
Susu kambing telah lama dikenal memiliki kandungan atau nilai nutrisi
dan nilai medis yang baik. Menurut Setiawan dan Tanius (2003), komposisi kimia
susu kambing dan bentuk morfologisnya sangat unik. Ini disebabkan butiran
lemak susu sangat homogen dan berdiameter sangat kecil (mikro) sehingga sangat
mudah diserap oleh organ pencernaan. Protein susu kambing tidak memiliki efek
laksatif dan baik untuk dikonsumsi anak-anak maupun lansia karena lebih mudah
dicerna.
Merebaknya kasus alergi bayi terhadap susu formula (cow milk allergy)5
dan isu mengenai adanya enterobakter sakazaki pada susu sapi formula6,
membuat susu kambing berpotensi menjadi alternatif bagi para orang tua untuk
memilih susu kambing dibandingkan susu sapi formula sebagai produk susu yang
dikonsumsi anaknya. Susu kambing dikenal sebagai susu anti alergi. Hal ini
3Ahira. 2011. http://www.anneahira.com/kebutuhan-gizi-balita.htm [19 Juni 2011] 4Anonim. 2011. http://monitorindonesia.com/2011/02/indonesia-pasar-utama-produk-susu-formula/ [19 Juni 2011] 5Anonim. 2010. http://info-sehat.com/inside_level2.asp?artid=655&secid=&intid=3 [19 Juni 2011] 6Anonim. 2011. http://www.beritajatim.com/detailnews.php/1/Ekonomi/2011-02-15/92929/__Resah_Bakteri_Sakazaki,_Permintaan_Susu_Etawa_Meningkat [19 Juni 2011]
6
dikarenakan susu kambing hampir tidak memiliki kandungan zat kasein sebagai
penyebab terjadinya alergi seperti yang terkandung di dalam susu sapi.7
Adanya berbagai mitos yang berkembang di masyarakat membuat
konsumen memiliki persepsi yang berbeda terhadap produk susu kambing. Susu
kambing dianggap memiliki bau yang sama seperti aroma kambing. Padahal,
aroma tersebut muncul dari wadah susu yang tercemar aroma yang dihasilkan oleh
kelenjar kambing. Jika pengolahan dilakukan secara benar, susu kambing tidak
akan memiliki aroma yang mengganggu8. Mitos lain yaitu susu kambing tidak
boleh dikonsumsi penderita tekanan darah tinggi, mitos itu tidak benar.
Kandungan utama susu kambing yaitu kalium, justru berfungsi menstabilkan
tingginya tekanan darah, mengatur fungsi kerja jantung9.
Persepsi konsumen akan berbeda antara konsumen satu dengan yang
lainnya. Persepsi merupakan suatu cara konsumen dalam melihat realitas yang
ada, meskipun seringkali apa yang dipikirkan konsumen sebagai suatu realitas
bukanlah realitas yang sebenarnya. Konsumen cenderung membuat keputusan
berdasarkan apa yang mereka rasakan sebagai realitas, maka sangat penting bagi
pemasar untuk memahami persepsi konsumen mengenai produknya (Schiffman
dan Kanuk 1994 diacu dalam Sumarwan 2002).
Para pengusaha susu kambing memiliki kepentingan untuk mengetahui
persepsi konsumen atas produk yang dihasilkannya. Dengan mengetahui hal
tersebut, para pengusaha dapat menciptakan sebuah citra yang baik melalui upaya
menghasilkan dan menyampaikan produk yang diinginkan konsumen. Sehingga
diharapkan dapat menciptakan peluang pasar baru bagi para pengusaha susu, yaitu
para ibu yang memiliki anak balita.
Konsumen dalam hal ini para ibu rumah tangga yang memiliki anak balita,
memiliki peranan penting dalam pengambilan keputusan tentang produk susu
yang akan dikonsumsi anaknya. Pada umumnya, mereka mempunyai persepsi
yang berbeda dalam memandang produk susu kambing. Berbagai pertimbangan
7Anonim. 2010. http://www.kambingonline.com/index.php?option=com_content& view=article&id=66:susu-kambing-susu-sapi-dan-asi&catid=35:umum&Itemid=41[19 Juni 2011] 8Anonim. 2010. health.kompas.com/read/2010/05/05/11142490/Alergi.Susu.Sapi.Coba. Susu.Kambing. [19 Juni 2011] 9http://www.susu-kambing.com/read.php?news=1 [19 Juni 2011]
7
baik dari aspek seperti harga, manfaat, dan nilai gizi yang terkandung akan
menjadi kriteria dalam memandang produk susu kambing.
Konsumen menerima ratusan rangsangan (stimulus) yang masuk ke dalam
panca indera setiap harinya. Namun, tidak semua stimulus diperhatikan atau
disimpan dalam ingatan konsumen. Pengolahan informasi pada diri konsumen
terjadi ketika salah satu panca indera konsumen menerima input dalam bentuk
stimulus, yang berupa produk, nama merek, kemasan, iklan, ataupun nama
pengusaha. Pengusaha harus mengerti bagaimana konsumen mengolah informasi
agar dapat merancang komunikasi yang efektif bagi konsumen (Sumarwan 2002).
Pengusaha memiliki kewajiban untuk memahami persepsi konsumen
sasarannya. Pemahaman akan persepsi konsumen dapat membantu dalam
menyusun strategi pemasaran yang tepat. Hal ini akan berdampak pada
terciptanya kepuasan konsumen karena pengusaha dapat menciptakan produk
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Persepsi konsumen tergantung
dari seberapa jauh suatu objek memberi arti atau manfaat terhadap konsumen
tersebut. Konsumen bertindak dan beraksi pada umumnya berdasarkan persepsi
mereka, bukan pada kenyataan objektifnya. Pengusaha sebaiknya lebih
mementingkan persepsi dibandingkan kenyataan objektif, karena apa yang ada
dalam persepsi konsumen akan mempengaruhi aksi dan kebiasaan dalam
keputusan pembelian. Oleh karena itu, pengusaha harus memahami persepsi
konsumen secara keseluruhan.
Kotler (2000) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
konsumen ke dalam kategori budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Faktor
pribadi atau karakteristik pribadi individu merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keputusan konsumen. Karakteristik tersebut meliputi usia,
pekerjaan, pendidikan, pendapatan, pengeluaran, dan lain-lain. Dalam Sumarwan
(2002) perbedaan karakteristik menggambarkan ciri unik dari masing-masing
individu. Perbedaan karakteristik ini akan mempengaruhi respon individu
terhadap lingkungannya secara konsisten
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana persepsi ibu rumah tangga terhadap produk susu kambing?
8
2. Bagaimana sikap ibu rumah tangga untuk memberikan produk susu kambing
kepada anak balitanya?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi ibu rumah tannga
terhadap produk susu kambing dan sikap ibu rumah tangga untuk
memberikan produk susu kambing kepada anak balitanya ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan
di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis persepsi ibu rumah tangga terhadap produk susu kambing.
2. Menganalisis sikap ibu rumah tangga untuk memberikan produk susu
kambing kepada anak balitanya.
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi ibu rumah tangga
terhadap produk susu kambing dan sikap ibu rumah tangga untuk
memberikan produk susu kambing kepada anak balitanya
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perusahaan
distributor dan pengusaha susu kambing, dalam hal karakteristik konsumen dan
persepsi konsumen. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk melatih diri,
berpikir dan menuangkan ide serta pemikirannya ke dalam laporan penelitian serta
menambah wawasan mengenai perilaku konsumen terutama untuk produk susu
kambing. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi
penelitian lebih lanjut.
1.5. Ruang Lingkup
Penelitian mengenai perilaku konsumen ini dibatasi pada produk susu
kambing dengan tujuan untuk mempersempit ruang lingkup penelitian. Penelitian
ini hanya menganalisis tingkat persepsi ibu rumah tangga terhadap produk susu
kambing dan sikap ibu rumah tangga untuk memberikan konsumsi susu kambing
kepada anak balitanya.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karakteristik Konsumen
Dalam suatu pasar, konsumen terdiri dari berbagai macam latar belakang
budaya. Hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan karakteristik antara satu
budaya dengan budaya lainnya. Untuk dapat merancang strategi pemasaran yang
tepat bagi konsumen, pengusaha perlu memahami perbedaan karakteristik
konsumen. Karakteristik konsumen dapat mempengaruhi pilihan konsumen
terhadap barang dan jasa maupun merek yang akan dibeli.
Sinaga (2010), dengan judul penelitian “Analisis Sikap, Persepsi
Konsumen dan Rentang Harga Pada Beras Organik SAE (Sehat Aman Enak) Pada
Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy Kabupaten Bogor Jawa Barat” menggunakan
variabel jenis kelamin, usia, status pernikahan, jumlah anggota keluarga, tingkat
pendidikan, pekerjaan, dan tingkat pendapatan per bulan untuk mengidentifikasi
karakteristik konsumen. Sedangkan Dewi (2009), dengan judul penelitian
“Analisis Sikap Konsumen terhadap Produk Susu Kedelai Cair Murni Tanpa
Merek di Kota Jakarta” menyebutkan bahwa karakter umum responden produk
susu kedelai murni di kota Jakarta yang mewakili konsumen susu kedelai cair
murni dapat digambarkan melalui kategori usia, jenis kelamin, pendidikan
terakhir, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Septiana (2010), dengan judul
penelitian “Analisis persepsi Konsumen Cokelat Stick pada Perusahaan Alia
Chocolate Kabupaten Bogor, Jawa Barat” menyebutkan bahwa karakter umum
responden produk cokelat stick dapat digambarkan melalui kategori usia, jenis
kelamin, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan.
Penelitian di atas menunjukkan adanya beberapa hal yang memiliki
hubungan erat dengan karakteristik konsumen. Beberapa hal tersebut adalah usia,
jenis kelamin, pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan.
2.2 Persepsi Konsumen
Persepsi konsumen merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keputusan proses pembelian konsumen akan suatu produk. Pemahaman terhadap
persepsi konsumen perlu dilakukan oleh para pengusaha agar mampu
menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.
10
Fauzah (2009), dengan judul penelitian “Persepsi Santri dalam Keputusan
Mengkonsumsi Susu Kambing (Studi Kasus di Pondok Pesantren Modern Sahid
Desa Gunung Menyang Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor). Hasil
penelitian ini mengemukakan bahwa persepsi santri terhadap cita rasa susu
kambing berhubungan sangat nyata dengan keputusan mengkonsumsi.
Nasution (2009), dengan judul penelitian “Persepsi dan Sikap Konsumen
terhadap Keamanan Pangan Susu Formula dengan Adanya Isu Bakteri
Enterobacter sakazakii di Kecamatan Tanah Sareal Bogor”. Hasil penelitian ini
mengemukakan bahwa dengan adanya isu Enterobacter sakazakii, para responden
susu Dancow dan SGM memiliki persepsi terhadap keamanan pangan dengan
adanya isu ini. Responden mempunyai penilaian bahwa berpengaruh terhadap isu
ini. Namun mereka tetap mengkonsumsi susu Dancow dan SGM, karena mereka
belum tahu pasti merek susu apa saja yang telah terkontaminasi bakteri. Selain itu,
responden merasa cocok dengan produk yang selama ini mereka berikan pada
anak-anaknya. Hubungan karakteristik responden yaitu orang tua terutama kaum
ibu dengan persepsi konsumen terhadap kemanan pangan pada susu formula
dengan adanya isu Enterobacter sakazakii memiliki hubungan sangat kuat dan
bernilai positif.
Julaeha (2010), dengan judul penelitian “Analisis Persepsi dan Sikap
Konsumen terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin (Kasus:
Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor)”. Penelitian ini
menyebutkan bahwa berdasarkan tingkat pengetahuan keamanan pangan,
sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang cukup baik terhadap
keamanan pangan. Sementara itu,berdasarkan hasil analisis tingkat persepsi
terhadap produk oreo setelah adanya isu melamin, sebagian besar responden
memiliki persepsi yang buruk terhadapa produk Oreo, hal ini dapat disebabkan
karena responden kurang mengetahui kebenaran pemberitaan isu melamin.
Responden banyak yang terpengaruh oleh isu tersebut.
Septiana (2010), dengan judul penelitian “Analisis persepsi Konsumen
Cokelat Stick pada Perusahaan Alia Chocolate Kabupaten Bogor, Jawa Barat”
menyebutkan bahwa konsumen yang membeli produk cokelat stick Alia di bazar
memiliki penilaian yang lebih baik terhadap faktor atribut dan kemasan produk,
11
harga, dan promosi produk dibandingkan konsumen yang melakukan pembelian
produk cokelat stick di outlet. Hal ini menunjukkan faktor atribut produk
mempengaruhi penilaian persepsi konsumen terhadap suatu produk.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah adanya
persamaan dalam menggunakan alat analisisnya yaitu analisis regresi logistik
yang dilakukan oleh Julaeha (2010). Sementara itu, Fauziah (2009) menggunakan
metode chi-square untuk mengetahui hubungan antara persepsi santri dengan
keputusan mengkonsumsi susu kambing. Sedangakan pada penelitian Septiana
(2010) menggunakan metode analisis faktor dalam menganalisis persepsi
konsumen cokelat stick. Berdasarkan penelitian tentang persepsi diatas belum ada
yang melakukan penelitian tentang persepsi ibu rumah tangga terhadap susu
kambing
12
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Konsumen dan Perilaku Konsumen
Menurut Sumarwan (2002), konsumen terdiri dari dua jenis yaitu
konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli
barang dan jasa untuk digunakan sendiri, sedangkan konsumen organisasi
meliputi organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintah, dan
lembaga lainnya (sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit dan lain-lain).
Menurut Sumarwan (2002), perbedaan karakteristik menggambarkan ciri
unik dari masing-masing konsumen. Perbedaan karakteristik ini akan
mempengaruhi respon konsumen terhadap lingkungannya secara konsisten,
dalam hal ini bagaimana seorang konsumen mengambil keputusan dalam proses
pembelian suatu produk.
Karakteristik konsumen meliputi pengetahuan dan pengalaman konsumen,
kepribadian konsumen, serta karakteristik demografi konsumen merupakan faktor
yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen dan persepsi konsumen.
Konsumen yang memiliki pengetahuan dan pengalaman lebih banyak mengenai
produk akan memiliki informasi yang besar terhadap produk tersebut, sehingga
konsumen cenderung tidak termotivasi untuk mencari informasi karena konsumen
merasa cukup terhadap pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya dalam
mengambil keputusan. Kepribadian konsumen akan berpengaruh pada motivasi
konsumen dalam mencari informasi terhadap produk. Konsumen yang memiliki
kepribadian pencari informasi akan meluangkan waktu untuk mencari informasi
yang lebih banyak. Karakteristik demografi konsumen meliputi beberapa variabel
seperti usia, pendidikan, agama, suku bangsa, warga negara, keturunan,
pendapatan, jenis kelamin, status pernikahan, jenis keluarga, pekerjaan, lokasi
geografi, jenis rumah tangga, dan kelas sosial. Perbedaan karakteristik demografi
akan membentuk persepsi yang berbeda pula pada perilaku pembelian yang
dilakukan konsumen. Pendidikan juga mempengaruhi konsumen dalam pemilihan
produk atau merek. Konsumen yang berpendidikan tinggi cenderung mencari
13
informasi yang banyak sebelum memutuskan untuk membelinya (Sumarwan
2002).
Perilaku konsumen didefinisikan sebagai berbagai tindakan yang langsung
terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa,
termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti berbagai tindakan
tersebut (Engel, Blackwell dan Miniard 1994). Tindakan-tindakan yang termasuk
dalam kajian perilaku konsumen adalah pengenalan kebutuhan, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan pasca pembelian. Dalam melakukan
tindakan-tindakan tersebut, konsumen dipengaruhi beberapa faktor, seperti
pengaruh lingkungan, perbedaan individu, dan proses psikologis yang meliputi
pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku.
3.1.2. Persepsi
Persepsi didefinisikan sebagai proses individu dalam memilih,
mengorganisasi dan menginterpretasikan stimuli atau perangsang menjadi sebuah
gambaran yang utuh dan menyeluruh (Schiffman dan Kanuk 1994, diacu
dalam Sumarwan 2003). Hal ini dapat digambarkan sebagai cara konsumen
melihat realitas di luar dirinya atau dunia sekelilingnya (Engel, et al, 1994)
Membahas topik persepsi akan terkait dengan pemrosesan informasi, yaitu
suatu proses yang dengannya suatu stimulus diterima, ditafsirkan, disimpan dalam
ingatan dan akan dipanggil lagi (recall) kemudian. Pemrosesan
informasididasarkan pada model yang dikembangkan oleh McGuire dalam
Engel et al (1994). Tahap-tahap dari model tersebut dapat didefinisikan sebagai
berikut
1. Pemaparan (exposure), yaitu pencapaian kedekatan terhadap suatu stimulus sedemikian rupa sehingga muncul peluang diaktifkannya satu atau lebih dari kelima indera manusia.
2. Perhatian (attention), yaitu alokasi kapasitas pemrosesan untuk stimulus yang baru masuk.
3. Pemahaman (comprehension), yaitu interpretasi terhadap makna stimulus.
4. Penerimaan (acceptance), yaitu dampak persuasif stimulus kepada konsumen.
5. Retensi (retention),yaitu pemindahan tafsir stimulus dalam ingatan jangka panjang
14
Gambar 2. Tahap Pemrosesan Informasi (Engel 1994)
Pemaparan (exposure) terjadi pada saat keseluruhan stimulus dirasakan oleh
seseorang. Seseorang mengerti adanya stimulus berdasarkan sensory threshold,
apakah stimulus tersebut memenuhi absolute threshold, yaitu batas minimum
jumlah stimulus yang dapat dideteksi oleh penerima sensor. Perhatian (attention)
adalah proses selanjutnya dari stimulus yang telah di terima. Kapasitas otak
manusia tidak mampu memperoses seluruh informasi, sehingga konsumen
hanya akan memberi perhatian terhadap sesuatu yang memiliki daya tarik.
Pemahaman (interpretation) mengacu kepada stimulus yang telah
memberikan arti tersendiri. Pemahaman tentang persepsi konsumen bagi pemasar
akan sangat penting dibandingkan pengetahuan mereka tentang realitas suatu
obyek. Kemampuan untuk memahami keseluruhan dari persepsi konsumen akan
membantu pemasar untuk mmencari faktor-faktor yang mempengaruhi
konsumenuntuk membeli produk (Schiffman dan Kanuk 1994, dalam Sumarwan
2003).
Persepsi juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana seseorang
memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi menjadi suatu
Gambaran yang berarti mengenai suatu objek, sedangkan Mowen dalam
15
Sumarwan (2003) menyebut tahap pemaparan, perhatian dan pemahaman sebagai
persepsi. Selanjutnya ia mendefinisikan persepsi sebagai sebuah proses dimana
individu memperoleh informasi, memberi perhatian atas informasi tersebut dan
pada akhirnyaakan memaham informasi tersebut.
Menurut Sumarwan (2003), persepsi adalah bagaimana seorang konsumen
melihat realitas di luar dirinya atau dunia sekelilingnya. Konsumen seringkali
memutuskan pembelian suatu produk berdasarkan persepsinya terhadap produk
tersebut. Menurut Setiadi (2003), persepsi merupakan proses yang terdiri dari
seleksi perseptual, organisasi persepsi, dan interpretasi terhadap stimulus. Seleksi
perseptual terjadi saat konsumen menangkap dan memilih stimulus berdasarkan
berbagai informasi yang ada dalam ingatan konsumen. Sebelum seleksi persepsi
terjadi, terlebih dahulu stimulus harus mendapatkan perhatian dari konsumen.
Organisasi persepsi berarti bahwa konsumen mengelompokkan informasi dari
berbagai sumber ke dalam pengertian yang menyeluruh untuk memahami lebih
baik dan bertindak atas pemahaman itu. Prinsip dasar dari organisasi persepsi
adalah penyatuan yang berarti berbagai stimulus akan dirasakan dan
dikelompokkan secara menyeluruh. Interpretasi persepsi adalah memberikan
interpretasi atas stimulus yang diterima konsumen. Setiap stimulus yang menarik
bagi konsumen akan diinterpretasikan oleh konsumen.
Persepsi yang dihasilkan setiap individu tidak akan pernah dapat serupa
untuk realitas yang sama.setiap perubahan lingkungan yang terjadi akan diterima
oleh sensor manusia dengan sensasi yang berbeda-beda. Persepsi setiap individu
memiliki keunikan yang menyebabkan berbeda satu sama lain karena perbedaan
individu dalam memiliki harapan, kebutuhan, keinginan dan pengalaman
sebelumnya dalam mengkonsumsi suatu produk.
3.1.3. Sikap
Menurut Umar (2000), sikap adalah evaluasi, perasaan dan kecenderungan
seseorang yang relatif konsisten terhadap suatu objek atau gagasan. Sikap akan
menempatkan seseorang dalam satu pikiran untuk menyukai atau tidak menyukai
sesuatu, bergerak mendekati atau menjauhinya. Sikap merupakan inti dari rasa
16
suka dan tidak suka bagi orang, kelompok, situasi, objek dan ide-ide tidak
berwujud tertentu.
Setiadi (2003) menyatakan sikap sebagai konsep yang paling khusus dan
sangat dibutuhkan dalam psikologis social kontemporer. Sikap juga merupakan salah
satu konsep yang paling penting digunakan pemasaran dalam rangka memahami
konsumen. Sikap terhadap suatu produk yaitu mempelajari kecenderungan
konsumen untuk mengevaluasi produk baik disukai ataupun tidak disukai secara
sengaja secara konsisten.
Engel (2004) menyatakan kepercayaan dapat mempengaruhi kekuatan
hubungan antara sikapdan perilaku. Sikap yang dipegang dengan penuh
kepercayaan biasanya akan dapat diandalkan untuk membimbing perilaku.
Kepercayaan dapat mempengaruhikerentanan sikap terhadap perubahan.
Sikap akan lebih resisten terhadapperubahan bila dipegang dengan
kepercayaan yang lebih besar. Sifat juga bersifat dinamis, dimana sikap akan
berubah bersama waktu. Oleh karenanya perusahaandapat meperoleh manfaat
dari penelitian sikap sebagai salah satu cara untuk mengantisipasi perubahan
yang potensial dalam permintaan produk dan perilaku konsumsi.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Berdasarkan data tahun 2009, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kota
Depok merupakan yang tertinggi se-Jawa Barat dan peringkat ketiga se-Indonesia.
Angka IPM yang tinggi di kota Depok akan berdampak kepada semakin
meningkatknya kesadaran para orang tua akan pentingnya kandungan nutrisi
seimbang yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi untuk
mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Salah satu upaya dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi seimbang adalah pemberian susu.
Susu kambing merupakan minuman yang sangat menyehatkan.
Kandungan gizinya terhitung lengkap dan mudah diserap sempurna oleh tubuh
sehingga cocok bagi balita. Usia balita adalah usia yang penting dalam tumbuh
kembang anak. Sehingga, kebutuhan gizi balita harus diperhatikan. Pemberian
makanan yang memiliki kandungan gizi yang baik seperti susu akan membantu
proses perkembangan dan pertumbuhan anak.
17
Konsumen dalam hal ini para orang tua yang memberikan susu kepada
anak balitanya, memiliki peranan penting dalam pengambilan keputusan tentang
produk susu yang akan dikonsumsi anaknya. Pada umumnya, mereka mempunyai
persepsi yang berbeda dalam memandang produk susu kambing. Karakteristik
konsumen yang berasal dari berbagai macam latar belakang yang berbeda dapat
mempengaruhi pilihan konsumen terhadap barang dan jasa maupun merek yang
akan dibeli. Berbagai pertimbangan yang berasal dari produk susu kambing (nilai
gizi yang terkandung, aroma, rasa, kemasan) harga, lokasi penjualan, promosi
akan menjadi kriteria dalam memandang produk susu kambing. Selain itu, faktor
psikologis seperti mitos terhadap susu kambing dan sumber informasi yang
diperoleh konsumen berkaitan dengan produk susu kambing juga ikut
mempengaruhi persepsi konsumen terhadap susu kambing.
Persepsi konsumen merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
keputusan konsumen akan pembelian suatu produk. Pemahaman terhadap persepsi
konsumen melalui analisis karakteristik dan persepsi konsumen terrhadap produk
susu kambing diperlukan agar para pengusaha dapat merancang strategi
pemasaran yang tepat untuk memasarkan produk mereka kepada konsumen.
Kotler (2000) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen
ke dalam kategori budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Faktor pribadi atau
karakteristik pribadi individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keputusan konsumen. Karakteristik tersebut meliputi usia, pekerjaan, pendidikan,
pendapatan, pengeluaran, dan lain-lain. Sedangkan faktor psikologis Adapun alur
kerangka pemikiran operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
18
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional
Produk Susu Kambing
Karakteristik Konsumen
1. Usia 2. Jenis Pekerjaan 3. Tingkat Pendidikan 4. Tingkat
Pendapatan 5. Kategori Tempat
Tinggal 6. Pengalaman
Mengkonsumsi
Bauran Pemasaran Produk Susu Kambing
1. Kandungan Gizi 2. Rasa 3. Aroma 4. Kemasan 5. Harga 6. Kemudahan
Memperoleh 7. Promosi Produk
Aspek Psikologis Produk Susu kambing
1. Mitos Aroma
Kambing pada Susu Kambing
2. Mitos Susu Kambing Meningkatkan Tekanan Darah
Persepsi Ibu Rumah Tangga
Sikap Ibu Rumah Tangga Kota Depok Untuk Memberikan Produk Susu Kambing
IV METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di enam kelurahan di Kota Depok, yaitu
Kelurahan Pondok Petir, Kelurahan Curug, Kelurahan Tapos, Kelurahan Beji,
Kelurahan Mekarsari, dan Kelurahan Pancoran Mas. Pemilihan lokasi penelitian
dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa karakteristik
wilayah tersebut sudah cukup mewakili data yang diperlukan dalam penelitian ini.
Penelitian dilakukan mulai dari bulan Juni 2011 hingga Juli 2011
4.2. Metode Penentuan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik judgement
sampling. Teknik ini dilakukan berdasarkan pertimbangan pribadi dan sampel
yang dipilih dianggap dapat mewakili kriteria yang ditentukan oleh peneliti dan
bersedia untuk mengisi kuesioner. Kriteria konsumen tersebut adalah para ibu
yang memberikan susu kepada anaknya dan bersedia untuk di wawancara.
Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 60 orang. Penentuan ini
dilakukan berdasarkan jumlah minimal 30 responden yang secara empiris jumlah
dapat memberikan ragam sampel yang stabil sebagai pendugaan ragam populasi
(Walpole 1997). Penambahan responden dilakukan dengan asumsi bahwa semakin
banyak jumlah responden maka data yang diperoleh akan semakin baik dengan
mempertimbangkan kemampuan penulis.
4.3 Data dan Instrumentasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara kepada responden
dengan panduan kuesioner. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini
diperoleh dari dokumen-dokumen milik lembaga-lembaga publikasi pemerintah,
seperti Badan Pusat Statistik, hasil studi literatur dan referensi lainnya berupa
berbagai buku, artikel, hasil penelitian sebelumnya serta dari situs-situs internet
yang berhubungan dengan topik penelitian.
20
Instrumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner.
Kuesioner tersebut berisikan sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab oleh
responden. Kuesioner yang digunakan terdiri dari pertanyaan terstruktur dan
pertanyaan semi terstruktur.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan metode
survei. Menurut Nazir (2002), metode survei adalah pengumpulan data primer
dengan melakukan tanya jawab dengan responden. Jenis pertanyaan dalam
kuesioner tersebut adalah pertanyaan berstruktur dan pertanyaan semistuktur.
Pertanyaan berstruktur adalah pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa sehingga
responden dibatasi dalam memberi jawaban kepada beberapa alternatif saja atau
kepada satu jawaban saja. Responden yang digunakan adalah responden yang
sesuai dengan kriteria pada penarikan sampel.
4.5. Metode Pengolahan Data
Data yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah data kualitatif dan
kuantitatif, selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan langkah-langkah
berikut:
1. Pengeditan, semua data yang diperoleh di lapang akan diedit. Tujuan dari
pengeditan adalah untuk memilih semua data dan informasi yang diperoleh
berdasarkan kerangka formulasi yang telah ditetapkan.
2. Tabulasi, langkah ini bertujuan untuk menyajikan data-data dalam bentuk
tabel dan gambar untuk mempermudah penyajian dan interpretasi data-data
tersebut.
3. Interpretasi bertujuan menghubungkan semua variable yang telah ditetapkan
dalam kerangka pemikiran yang akan digunakan dengan hasil penelitian yang
diperoleh.
Dalam melakukan penelitian ini, digunakan metode analisis deskriptif
(descriptive analysis) dan metode regresi logistik. Pengolahan data
menggunakan microsoft excel 2007 dan SPSS 16.
21
4.5.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran,
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari analisis deskriptif
adalah untuk membuat gambaran sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-
fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir 2005).
Analisis deskriptif dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap,
yaitu: tahap pertama adalah pemberian kuesioner kepada responden,
mentabulasikan semua jawaban responden berdasarkan kuesioner, dan melakukan
analisis berdasarkan hasil yang diperoleh dari pentabulasian. Metode ini akan
memberikan keluaran berupa data karakteristik responden.
4.5.2. Metode Regresi Logistik
Analisis regresi logistik merupakan bagian dari analisis regresi. Regresi
logistik adalah persamaan matematik yang menggambarkan hubungan antara
variabel tak bebas dengan sejumlah variabel bebas. Pada model regresi logistik
variabel tak bebasnya bersifat biner atau dikotomi yakni memiliki nilai yang
diskontinu 1 dan 0 (Juanda. Regresi logistik merupakan suatu model dimana
respon variabel terikat (Y) bersifat memihak kepada 1 dari 2 atau lebih pilihan
yang ada. Model logit juga menggambarkan bagaimana peluang atau kemungkin
terpilihnya salah satu dari sejumlah pilihan yang tersedia. Variabel terikat (Y)
dibuat dalam bentuk dummy (0,1,2,3,...).
Nilai variabel tak bebas dari model logistik antara 0 dan 1, bentuk fungsi
dari model logistik adalah : ln = + x + .
P adalah nilai peluang dari variabel tak bebas yang nilainya biner, yaitu 0 dan 1.
Nilai P diperoleh dari : Y= Prob(Y=1) = (∝ )
Sebaran peluang yang digunakan dalam fungsi logit adalah sebaran logistik,
sehingga nilai harapan bersyarat Y jika diketahui X adalah:
E (YX) = π (X) = - ( )
( ) dengan g(X) = ln ( )( )
Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel respon adalah persepsi
konsumen terhadap produk susu kambing yang dibagi menjadi dua kategori yaitu,
22
konsumen tertarik memberikan susu kambing kepada anak balitanya (1) dan
konsumen tidak tertarik memberikan susu kambing kepada anak balitanya (0).
Variabel bebas yang mempengaruhi persepsi konsumen untuk tertarik
memberikan produk susu kambing kepada anak balitanya adalah variabel
persepsi. Kotler (2000) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
konsumen ke dalam kategori budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Faktor
pribadi atau karakteristik pribadi individu merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keputusan konsumen. Karakteristik tersebut meliputi usia,
pekerjaan, pendidikan, pendapatan, pengeluaran, dan lain-lain. Dalam Sumarwan
(2002) perbedaan karakteristik menggambarkan ciri unik dari masing-masing
individu. Perbedaan karakteristik ini akan mempengaruhi respon individu
terhadap lingkungannya secara konsisten.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka salah satu faktor yang diduga
mempengaruhi persepsi konsumen terhadap produk susu kambing adalah
karakteristik konsumen. Adapun beberapa karakteristik konsumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah usia, tingkat pengeluaran, tingkat
pendidikan, dan status pekerjaan.
Variabel lain yang diduga dimasukkan ke dalam pengolahan analisis
regresi logistik ini yaitu persepsi terhadap produk susu kambing. Pengukuran
persepsi suatu produk biasanya dilihat dari atribut yang terdapat pada produk
tersebut, seperti harga, rasa, aroma, kandungan gizi, dan kemudahan memperoleh
suatu produk.
Hipotesa dari ketujuh variabel yang akan dianalisis adalah:
1. Usia
Perbedaan usia diduga akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
persepsi konsumen terhadap produk susu kambing. Hal ini terkait dengan
tingkat kepercayaan, pengetahuan, selera dan kesadaran nilain pemberian
suatu produk. Usia berhubungan dengan tingkat pengetahuan seseorang,
sehingga semakin bertambah usia, konsumen akan cenderung memiliki
pengetahuan yang lebih banyak dibanding usia yang lebih muda. Dengan
demikian diduga bahwa usia yang lebih tua akan memiliki persepsi yang lebih
23
baik terhadap produk susu kambing. Pengelompokkan usia konsumen adalah
berdasarkan besarnya sebaran usia responden.
2. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan konsumen diduga akan mempengaruhi persepsi
konsumen terhadap produk susu kambing. Tingkat pendidikan seseorang akan
mempengaruhi nilai-nilai yang dianut, cara berpikir, dan cara pandang bahkan
persepsinya terhadap suatu hal. Konsumen yang memiliki pendidikan lebih
baik akan lebih responsif terhadap informasi dan mempengaruhi konsumen
dalam pemilihan suatu produk (Sumarwan, 2002). Sehingga diduga, semakin
tinggi tingkat pendidikan konsumen akan mempengaruhi persepsi yang baik
terhadap produk susu kambing. Pengelompokkan tingkat pendidkan
konsumen adalah berdasarkan latar belakang pendidikan konsumen, yaitu:
tamatan SD (0), SMP (1), SMA/Sederajat (2), Diploma (3), Sarjana (4) , dan
Pasca Sarjana (5)
3. Status pekerjaan
Status pekerjaan merupakan salah satu variabel yang menentukan status atau
kelas sosial seseorang. Konsumen yang berada pada kelas yang sama akan
menunjukkan persamaan dalam persamaan nilai-nilai yang dianut, gaya
hidup, dan perilaku karena kelas sosial akan mempengaruhi apa yang
dikonsumsi oleh seorang konsumen (Sumarwan, 2002). Variabel status
pekerjaan dikategorikan menjadi Ibu rumah tangga (0), pegawai negeri (1),
dan non-pegawai negeri (2).
4. Tingkat pengeluaran
Besarnya pengeluaran keluarga yang dikeluarkan per bulan diduga akan
mempengaruhi persepsi konsumen terhadap produk susu kambing. Besarnya
pengeluaran konsumen dapat menggambarkan tingkat pendapatan yang
diperoleh. Semakin besar tingkat pendapatan konsumen akan mempermudah
konsumen untuk membeli berbagai kebutuhan hidup, tidak hanya kebutuhan
primer dan sekunder saja. Sehingga diduga, semakin besar tingkat
pengeluaran akan mempengaruhi persepsi yang baik terhadap produk susu
kambing. Variabel tingkat pengeluaran dikategorikan menjadi rendah (0),
24
sedang (1), dan tinggi (2). Pengelompokkan tingkat pengeluaran konsumen
adalah berdasarkan besarnya sebaran tingkat pengeluaran responden
5. Pengalaman mengkonsumsi produk susu kambing
Pengalaman mengkonsumsi susu kambing diduga mempengaruhi tingkat
pengetahuan konsumen terhadap produk susu kambing. Semakin banyak
pengetahuan konsumen mengenai produk susu kambing, maka cenderung
akan memiliki persepsi yang positif terhadap produk susu kambing. Variabel
pengalaman mengkonsumsi susu kambing dikategorikan menjadi belum
pernah (0), dan pernah (1).
6. Tingkat persepsi responden terhadap produk susu kambing
Tingkat persepsi diduga akan mempengaruhi keputusan konsumen untuk
melakukan pemberian produk susu kambing kepada anak balitanya. Semakin
baik persepsi seseorang, maka kemungkinan akan melakukan pemberian
produk susu kambing kepada anak balitanya. Variabel tingkat persepsi
terhadap produk susu kambing dikategorikan menjadi persepsi buruk (0) dan
persepsi baik (1)
Dengan demikian model regresi logistik untuk menentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi persepi responden terhadap produk susu kambing dengan variabel
tak bebas (Y), yaitu persepsi baik (1) atau persepsi buruk (0). Dengan demikian
model regresi logistik pada penelitian ini adalah:
Pi= ( .… )
Setelah ditransformasikan kedalam logit menjadi:
Logit (Pi) = Ln [Pi / (1- Pi)]
= β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 +β6X6
= β0 + β1 Usia + β2 Tingkat pengeluaran + β3 Tingkat pendidikan
+ β4 Status pekerjaan + β5 Pengalaman mengkonsumsi
Dimana:
β0 = intercept
X1 = Usia
X2 = Tingkat pendidikan; rendah (0), SD (0), SMP (1), SMA/Sederajat (2),
Diploma (3), Sarjana (4) , dan Pasca Sarjana (5)
25
X3 = Status pekerjaan; ibu rumah tangga (0) pegawai negeri (1)
dan non-pegawai negeri (2)
X4 = Tingkat pengeluaran; rendah (0), sedang (1), dan tinggi (2)
X6 = Pengalaman mengkonsumsi susu kambing; belum pernah (0), pernah (1)
Β0 = Konstanta
B1-6 = Koefisien variabel bebas atau parameter yang akan diestimasi (logits)
Sedangkan untuk model regresi logistik sikap ibu rumah tangga untuk
memberikan konsumsi susu kambing kepada anaknya adalah sebagai berikut:
Pi= ( .… )
Setelah ditransformasikan kedalam logit menjadi:
Logit (Pi) = Ln [Pi / (1- Pi)]
= β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 +β6X6
= β0 + β1 Usia + β2 Tingkat pengeluaran + β3 Tingkat pendidikan
+ β4 Status pekerjaan + β5 Pengalaman mengkonsumsi +
β6Tingkat persepsi
Dimana:
β0 = intercept
X1 = Usia
X2 = Tingkat pendidikan; SD (0), SMP (1), SMA/Sederajat (2), Diploma (3),
Sarjana (4) , dan Pasca Sarjana (5)
X3 = Status pekerjaan; ibu rumah tangga (0) pegawai negeri (1)
dan non-pegawai negeri (2)
X4 = Tingkat pengeluaran; rendah (0), sedang (1), dan tinggi (2)
X5 = Pengalaman mengkonsumsi susu kambing; belum pernah (0), pernah (1)
X6 = Tingkat persepsi; persepsi buruk (0), persepsi baik (1)
Β0 = Konstanta
B1-6 = Koefisien variabel bebas atau parameter yang akan diestimasi (logits)
Dari keenam variabel diatas, terdapat enam data kategori yang termasuk
data nominal dan ordinal, yaitu tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat
pengeluaran, kategori tempat tinggal, pengalaman mengkonsumsi susu kambing,
26
dan tingkat persepsi terhadap produk susu kambing. untuk variabel usia tidak
dilakukan pengkategorian karena usia responden relatif berdekatan.
4.5.2.1. Evaluasi Model Dugaan
Menurut Juanda (2009), perlu dilakukan uji signifikansi model regresi
logistik dugaan dan uji signifikansi masing-masing variabel independent untuk
memeriksa apakah model secara statistic signifikan, serta variabel independent
apa saja yang berpengaruh signifikan terhadapa variabel dependent.
1) Uji Signifikansi Model Regresi Logistik Dugaan
Untuk menyimpulkan apakah model signifikan, dilakukan melaui uji hipotesa
statistik, yang dinyatakan sebagai,
H0: β1=β2=…= βj=…= βk=0 (model dugaan tidak signifikan)
H1: Minimal ada satu βj 0 (model dugaan signifikan)
Untuk menguji hipotesa tersebut, digunakan statistic uji likehood ratio berikut
ini,
퐺 = −2퐿푛(
)
Dimana, Ln adalah logaritma dengan basis bilangan natural (e).
Statistik G menyebar mengikuti sebaran Chi-square (X2) dengan derajat bebas=df=k. Pada output computer tersaji pula nilai P, dimana P=Peluang (X2
df=dk>G). Apabila P<α atau G>X2(df=k)α maka disimpulkan tolak H0 pada taraf
nyata α. 2) Uji Signifikansi Masing-masing Variabel Independent (Xj)
Apabila dari uji sebelumnya, disimpulkan bahwa model dugaan signifikan,
maka perlu ditelusuri lebih lanjut variabel independent mana yang
pengaruhnya signifikan terhadap variabel dependent. Untuk itu, dilakukan
melalui uji hipotesa statistik berikut ini,
H0: βj=0 (variabel Xj tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel respon)
H1: βj 0 (variabel Xj berpengaruh signifikan terhadap variabel respon)
Statistik uji Wald di bawah ini, digunakan untuk menguji hipotesa tersebut.
Wj=[ ( )
]
Dimana,
27
bj = Koefisien model dugaan untuk variabel independent Xj
SECoef (bj) = Simpangan baku koefisien Xj
Statistik Wj menyebar mengikuti sebaran normal baku (Z). Jika P<α atau |푊푗|
Zα/2 maka disimpulkan tolak H0 pada tarafnyata α.
4.5.2.2 Nilai Odds Ratio
Ukuran yang sering digunakan untuk melihat hubungan antara peubah
bebas dan peubah tidak bebas dalam model logistic adalah nilai odds ratio (Ψ).
Adapun nilai odds ratio untuk predictor Xj adalah sebagai berikut:
a) Untuk Xj dalam bentuk variabel dummy
Odds ratio untuk Xj = = ⋯ ( ) ⋯
⋯ ( ) ⋯
= 푒
Artinya, peluang sukses kategori Xj=1 besarnya 푒 kali lipat dibandingkan
Xj=0, cateris paribus.
b) Untuk Xj dalam bentuk matriks
Odds ratio untuk Xj = = ⋯ ( ) ⋯
⋯ ( ) ⋯
= 푒
Artinya, bila Xj bertambah satu satuan Xj,maka peluang suksesnya 푒 kali lipat
dibandingkan sebelumnya, cateris paribus. Nilai odds ratio berkisar antara nol hingga tak hingga. Adapun nilai odds ratio
dapat dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu:
a) Bila bj bertanda positif, maka odds ratio akan bernilai lebih dari satu, yang
artinya Xj berpengaruh positif terhadap variabel respon sukses.
b) Bila bj bertanda negatif, maka odds ratio akan bernilai antara satu dan nol,
yang artinya Xj berpengaruh negatif terhadap variabel respon sukses.
c) Bila bj bernilai nol, maka odds ratio akan bernilai satu, yang artinya Xj tidak
berpengaruh terhadap variabel respon sukses.
28
4.5.3 Rentang Skala
Dalam analisis tingkat persepsi responden terhadap produk susu kambing,
transformasi data dilakukan dengan menggunakan statistika deskriptif berupa nilai
rata-rata jumlah skor yang didapat dari hasil wawancara responden. Pada
pertanyaan mengenai bauran pemasaran aspek produk, harga dan lokasi penjualan
skor diukur dengan nilai antara 1 (sangat tidak setuju) hingga 4 (sangat setuju).
Sedangkan pada pertanyaan mengenai bauran pemasaran aspek promosi dan aspek
psikologis skor diukur dengan nilai antara 1 (sangat setuju) hingga 5 (sangat tidak
setuju). Setelah itu, data skor diatur dalam rentang skala yang besar interval
kelasnya sama. Rentang skala dicari setelah jumlah kelas ditentukan. Simamora
(2005) menyebutkan persamaan untuk mencari besar interval kelas yaitu:
Rs = (m-n)/b
Dimana: Rs = Rentang skala
m = skor tertinggi pada skala
n = skor terendah pada skala
b = jumlah kelas atau kategori yang kita buat
Dalam analisis tingkat persepsi terhadap produk susu kambing, nilai
maksimum adalah 4, nilai minimum 1 dengan jumlah kelas adalah 2 (baik dan
buruk). Maka perhitungannya : (4-1)/2 = 1,5
skor 1-2,5 = persepsi buruk
skor 2,5-4 = persepsi baik
4.6. Definisi Operasional
1. Responden adalah orang pada saat dilakukan penelitian yang bersedia untuk
diwawancara dan mengisi kuesioner.
2. Karakteristik Konsumen adalah gambaran sosial yang melekat pada
konsumen dalam hal ini meliputi: usia, tingkat pendidikan, tingkat
pengeluaran dan jenis pekerjaan
3. Usia adalah rentang waktu responden dari lahir hingga saat ini.
4. Tingkat Pendidikan adalah pendidikan terakhir yang telah ditempuh
responden.
29
5. Jenis Pekerjaan adalah pencaharian yg dijadikan pokok penghidupan atau
sesuatu yang dilakukan untuk mendapat nafkah responden saat ini.
6. Tingkat Pengeluaran adalah jumlah uang yang dikeluarkan responden selama
satu bulan terakhir.
7. Persepsi Konsumen adalah cara pandang konsumen terhadap produk susu
kambing.
V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
5. 1. Letak Geografis Kota Depok
Kota Depok secara geografis terletak diantara 106043’00” BT -
106055’30” BT dan 6019’00” - 6028’00”. Kota Depok berbatasan langsung dengan
Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan dan wilayah khusus ibukota Jakarta
di sebelah utara, Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi dan Kecamatan Gunung
Putri Kabupaten Bogor di sebelah timur, Kecamatan Cibinong dan Kecamatan
Bojong Gede Kabupaten Bogor di sebelah selatan, kecamatan Parung dan
Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor di sebelah barat. Letak Kota Depok
sangat strategis diapit oleh Kota Jakarta dan Kota Bogor. Hal ini meyebabkan
Kota Depok semakin tumbuh dengan pesat seiring meningkatnya perkembangan
jaringan transportasi yang terhubung dengan kota-kota lainnya.
Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah
dataran rendah - perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50 – 140
meter diatas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15%. Kota
Depok sebagai wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar
200,29 km2.
Kondisi geografisnya dialiri oleh sungai-sungai besar yaitu Sungai
Ciliwung dan Cisadane serta 13 sub Satuan Wilayah Aliran Sungai. Kondisi
topografi berupa dataran rendah bergelombang dengan kemiringan lereng yang
landai menyebabkan masalah banjir di beberapa wilayah, terutama kawasan
cekungan antara beberapa sungai yang mengalir dari selatan menuju utara: Kali
Angke, Sungai Ciliwung, Sungai Pesanggrahan dan Kali Cikeas.
Sumber Daya Lahan Kota Depok mengalami tekanan sejalan dengan
perkembangan kota yang sedemikian pesat. Sebagaimana kita ketahui berdasarkan
data analisis Revisi RT-RW Kota Depok (2000-2010) dalam pemanfaatan ruang
kota, kawasan pemukiman pada tahun 2005 mencapai 8.915.09 ha (44,31%) dari
total pemanfaatan ruang Kota Depok.
Pada tahun 2005 kawasan terbuka hijau tercatat 10.106,14 ha (50,23%)
dari luas wilayah Depok atau terjadi penyusutan sebesar 0,93 % dari data tahun
2000. Meningkatnya tutupan permukaan tanah, berdampak terhadap penurunan
31
kondisi alam Kota Depok, terutama disebabkan tekanan dari pemanfaatan lahan
untuk kegiatan pemukiman yang mencapai lebih dari 44,31 % dari luas wilayah
kota. Sementara luas kawasan terbangun tahun 2005 mencapai 10.013,86 ha
(49,77%) dari luas wilayah Kota Depok atau meningkat 3,59 % dari data tahun
2000.
Luas kawasan terbangun sampai dengan tahun 2010 diproyeksikan
mencapai 10.720,59 ha (53,28%) atau meningkat 3,63 % dari data tahun 2005.
Sementara luas ruang terbuka (hijau) pada tahun 2010 diproyeksikan seluas
9.399,41 ha (46,72%) atau menyusut 3,63 % dari tahun 2005.
5.2. Keadaan Demografi Kota Depok
Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk
Kota Depok sementara adalah 1.738.570 orang, yang terdiri atas 880.816 laki-laki
dan 857.754 perempuan. Luas wilayah Kota Depok hanya 200,29 Km2, maka
kepadatan penduduk Kota Depok adalah 8.680 jiwa/Km2. Tingkat kepadatan
tersebut tergolong padat, apalagi dengan penyebaran penduduk yang tidak merata.
Secara umum Kota Depok memiliki Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP)
tahun 2004-2008 adalah sebesar 4.65 %. Perhitungan laju pertumbuhan penduduk
ini berdasarkan jumlah penduduk yang tercatat dan terdata pada Kecamatan
Dalam Angka Kota Depok. Perumbuhan penduduk ini dipengaruhi selain oleh
pertambahan alamiah penduduk (kelahiran), juga dipengaruhi oleh besarnya
“migrasi” penduduk luar yang masuk Kota Depok (diakibatkan pengisian
perumahan formal yang dibangun di wilayah Kota Depok). Mengenai
perkembangan penduduk dan nilai Laju Pertumbuhan Penduduk dapat dillihat
pada Lampiran 2.
Wilayah Depok termasuk dalam daerah beriklim tropis dengan perbedaan
curah hujan yang cukup kecil dan dipengaruhi oleh iklim musim. Secara umum
musim kemarau antara bulan April-September dan musim hujan antara bulan
Oktober-Maret. Kota Depok memiliki temperatur dan kelembaban rata-rata
masing-masing sebesar 24,30 - 330 Celsius dan 25 persen.
32
5.3. Keadaan Ekonomi Kota Depok
Kota Depok semakin memantapkan diri sebagai “Urban City” yang
dicirikan dengan struktur perekonomian yang dominan yaitu sektor sekunder
(industri) dan tersier (perdagangan, hotel dan restoran). Hal ini dijlelaskan pada
nilai PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kota Depok tahun 2003-2007,
menurut harga berlaku sektor yang tinggi adalah industri ( 37.03 %), kemudian
sektor perdagangan yaitu sebesar 33.67 %.
Dari data tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa kedua sektor
tersebut (industry dan perdagangan) merupakan sektor yang mendominasi struktur
perekonomian Kota Depok. Jika dilihat dari struktur ekonomi Kota Depok yang
dominan adalah industri, hal ini didukung dengan kebijakan RTRW Jawa Barat
2025 yang menetapkan Kota Depok sebagai Metropolitan Bodebek (Bogor-
Depok-Bekasi) dengan fungsinya sebagai PKN (Pusat Kegiatan Nasional).
Kawasan andalan Bodebek dalam tata ruang Provinsi Jawa Barat diarahkan agar
mempunyai keunggulan dalam bidang industri, pariwisata, perdagangan dan jasa,
sumber daya manusia yang mempunyai keterkaitan dengan sumber daya lokal,
berdaya saing, berorientasi ekspor dan ramah lingkungan. Besarnya sektor industri
dalam memberikan kontribusi bagi PDRB Kota Depok, menyebabkan kegiatan
industri tetap diarahkan untuk dipacu pertumbuhannya, sehingga perkembangan
sektor ini akan terus meningkat. Perkembangan industri di Kota Depok didukung
oleh faktor kebijakan yang mengarahkan Kota Depok memiliki keunggulan di
bidang industri, selain itu didukung pula oleh faktor sumber daya manusia, dan
pemasarannya.
5.3.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Depok
Salah satu faktor pendukung guns terciptanya perencanaan pembangunan
perekonomian yang baik adalah tersedianya data statistik yang dapat dijadikan
bahan evaluasi hasil pembangunan yang telah dicapai dan sebagai pereancanaan
dimasa yang akan datang. Salah satu data yang dibutuhkan, terutama dibidang
ekonomi adalah data Produk Domestik Bruto (PDRB).
Penyajian PDRB atas dasar harga konstan mencerminkan perubahan
PDRB tanpa dipengaruhi oleh perubahan harga yang biasanya cenderung
33
meningkat dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan ekonomi kota Depok tahun ini
naik dengan melambat yaitu sebesar 6,42 persen. Laju pertumbuhan ekonomi
Kota Depok masih diatas laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang sebesar
5,83 persen atau 0,59 poin lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Jawa
Barat.
Selama periode tahun 2008, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
yang dihitung atas dasar harga berlaku di Kota Depok mencapai Rp.
12.542.499,04 juta atau mengalami peningkatan sebesar 18,33 persen
dibandingkan tahun sebelumnya yakni sebesar Rp 10.599.147,15,-juta. Sedangkan
PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 mengalami peningkatan sebesar 6,42
persen dari Rp 5.422.760,39,- juta tahun 2007 menjadi Rp 5.770.827,64,- juta
pada tahun 2008
5.3.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Perkapita
Indikator yang sering dipakai untuk menggambarkan tingkat kemakmuran
masyarakat secara makro adalah pendapatan per kapita. Semakin tinggi
pendapatan yang diterima penduduk di suatu wilayah maka tingkat kesejahteraan
di wilayah yang bersangkutan dapat dikatakan bertambah baik. Oleh karena
pendapatan faktor produksi dan transfer yang mengalir keluar (transfer out) serta
pendapatan faktor produksi dan transfer yang masuk (transfer in) yang merupakan
komponen penghitungan pendapatan regional, belum dapat dihitung mab yang
dapat disajikan hanya PDRB perkapita. Nilai PDRB perkapita diperoleh dari nilai
PDRB dibagi penduduk pertengahan tahun. Nilai ini menunjukkan rata-rata
banyaknya pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk daerah tersebut. Nilai
ini sangat tergantung dari jumlah penduduk pertengahan tahun, artinya jika jumlah
penduduk daerah tersebut banyak, maka PDRB perkapita yang menjadi kecil,
sebaliknya jika daerah tersebut berpenduduk sedikit, maka PDRB perkapita
menjadi besar.
PDRB perkapita Kota Depok atas dasar harga berlaku menunjukkan
kenaikan dari Rp 7.318.250,87 pada tahun 2007 menjadi Rp 8.369.131,29 pada
tahun 2008 atau meningkat 14,36 persen. Kendati demikian peningkatan PDRB
perkapita di atas masih belum menggambarkan secara riil kenaikan daya beli
34
masyarakat Kota Depok secara umum. Hal ini disebabkan pada PDRB perkapita
yang dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku masih terkandung
faktor inflasi yang sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat.
Untuk memantau perkembangan daya beli masyarakat secara riil bisa
digunakan PDRB perkapita yang dihitung dari PDRB atas dasar harga konstan.
PDRB perkapita Kota Depok yang dihitung dari PDRB atas dasar harga konstan
mengalami peningkatan dari Rp 3.744.180,58 pada tahun 2007 menjadi Rp
3.850.653,21 pada tahun 2008 atau naik 2,84 persen. Berikut Grafik pertumbuhan
ekonomi Kota Depok
Gambar 4. Pertumbuhan ekonomi Kota Depok tahun 2004-2008 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Depok, 2010
Pertumbuhan ekonomi Kota Depok menggambarkan adanya peningkatan
daya beli masyarakat. Perkembangan daya beli masyarakat yang terjadi dan serta
didukung dengan pertumbuhan penduduk Kota Depok dapat menjadi indikasi
adanya peluang yang terbuka untuk mengembangkan usaha susu kambing sebagai
alternatif susu bagi anak balita.
VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Karakteristik Umum Ibu Rumah Tangga
Penelitian terhadap karakteristik Ibu rumah tangga diperlukan untuk
menganalisis gambaran umum dari Ibu rumah tangga di Kota Depok. Ibu rumah
tangga yang digunakan untuk menjadi responden dalam penelitian ini adalah Ibu
rumah tangga yang pada saat penelitian memberikan konsumsi susu kepada anak
balitanya. Karakteristik umum responden dijelaskan oleh variabel usia,
pendidikan, pekerjaan, dan pengeluaran. Variabel tersebut kemudian akan
ditabulasikan berdasarkan persentase dari keseluruhan jumlah responden.
6.1.1. Karakteristik Umum Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Variabel Usia
Usia merupakan karakteristik demografi yang penting untuk diketahui,
karena perbedaan usia mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap
suatu produk (Sumarwan 2002). Usia dibagi berdasarkan kategori yang ditetapkan
oleh BPS pada tahun 2010. Data usia dapat di lihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Variabel Usia Tahun 2011
Usia (Tahun)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
20-24 3 5
25-29 24 40
30-34 21 35
35-39 10 16,67
40-44 2 3,33
Total 60 100
Dari hasil penelitian diketahui mayoritas usia responden berada di rentang
usia dewasa awal (20-40 tahun). Tahap usia tersebut merupakan masa paling
produktif dalam siklus hidup manusia (Papilia dan Olds 1986 yang diacu dalam
Nasution 2009).
36
6.1.2. Karakteristik Umum Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Variabel Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar responden yang
berpartisipasi pada penelitian ini memiliki pendidikan setingkat dan diatas SMA.
Peneliti menilai dengan adanya hasil ini, responden dalam penelitian telah
memiliki pendidikan yang cukup memadai sehingga mampu memahami kuesioner
selama pengambilan data. Data tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 2. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Variabel Tingkatan Pendidikan Tahun 2011
Pendidikan Jumlah
(Orang) Persentase (%)
SMP 5 8,33
SMA 22 36,67
Diploma 18 30
Sarjana 11 18,33
Pasca Sarjana 4 6,67
Total 60 100
Tingkat pendidikan akan terkait dengan banyaknya informasi dan akan
mempengaruhi keputusan seseorang dalam melakukan pembelian. Semakin tinggi
tingkat pendidikannya, maka konsumen akan lebih responsif dalam mengolah
informasi (Sumarwan 2002).
6.1.3. Karakteristik Umum Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Variabel Pekerjaan
Jenis pekerjaan akan mempengaruhi tingkat pendapatan seseorang dan
kemudian diduga mempengaruhi pola konsumsi dan proses keputusan pembelian
terhadap suatu produk bagi orang tersebut. Data pekerjaan dapat dilihat pada
Tabel 4.
37
Tabel 3. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Variabel Pekerjaan Tahun 2011
Status Pekerjaan Jumlah
(Orang)
Persentase (%)
Ibu Rumah Tangga 34 90
Pegawai Negeri 9 5
Non-Pegawai Negeri 17 5
Total 60 100
Para Ibu yang memiliki profesi non-pegawai negeri rata-rata mendapatkan
penghasilan yang lebih besar dibandingkan para ibu yang berprofesi sebagai
pegawai negeri. Sedangkan para ibu yang memiliki profesi pegawai negeri rata-
rata memiliki waktu luang yang lebih banyak dibandingkan dengan para ibu yang
berprofesi sebagai non-pegawai negeri untuk mengurus rumah tangga.
Terdapat perbedaan antara ibu yang memiliki pekerjaan dengan ibu yang
tidak memiliki pekerjaan atau ibu rumah tangga penuh terhadap pembentukan
kebiasaan bagi anak. Ibu yang memiliki pekerjaan berarti sebagian waktunya akan
tersita, sehingga perannya dalam hal mengurus anak terpaksa dikerjakan oleh
orang lain (Suhardjo 1989 yang diacu dalam Nasution 2009).
6.1.4. Karakteristik Umum Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Variabel Pengeluaran
Para peneliti seringkali mengalami kesulitan untuk memperoleh data
mengenai pendapatan dari responden. Responden merasa tidak nyaman jika harus
mengungkapkan pendapatan yang diterimanya dan sebagian merasa bahwa
pendapatan adalah hal yang sangat pribadi sehingga sangat sensitif jika diketahui
orang lain. Untuk mengatasi persoalan tersebut, penelitian ini menggunakan
metode lain dalam mengukur pendapatan seorang konsumen, yakni melalui
pendekatan pengeluaran rumah tangga perbulan (Sumarwan 2002). Data
pengeluaran responden dapat dilihat pada Tabel 5.
38
Tabel 4. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Variabel Pengeluaran Tahun 2011
Besaran Pengeluaran
(Rupiah)
Jumlah
(Orang)
Persentase (%)
1.000.000-2.500.000 29 48,33
2.500.000-5.000.000 25 41,67
>5.000.000 6 10
Total 60 100
Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata responden memiliki tingkat
penghasilan yang cukup sehingga mampu memberikan konsumsi susu bagi anak.
Sebagian responden memiliki pekerjaan selain menjadi ibu rumah tangga
sehingga berkontribusi menambah pendapatan keluarga. Hal ini menyebabkan
mereka memiliki pengeluaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden
lainnya.
6.1.5. Karakteristik Umum Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Variabel
Pengalaman Mengkonsumsi Susu Kambing Responden yang pernah mengkonsumsi susu kambing akan memiliki
tingkat pengetahuan yang lebih tinggi terhadap produk susu kambing dibanding
responden yang belum pernah mengkonsumsi susu kambing. Tingkat pengetahuan
akan mempengaruhi persepsi Ibu rumah tangga terhadap susu kambing. Data
pengalaman mengkonsumsi susu kambing dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 5. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Variabel Pengalaman Mengkonsumsi Susu Kambing Tahun 2011
Pengalaman Mengkonsumsi Jumlah
(Orang)
Persentase (%)
Pernah Mengkonsumsi Susu
Kambing 13 21,67
Belum Pernah Mengkonsumsi
Susu Kambing 47 78,33
Total 60 100
39
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui sebagian besar responden belum
pernah mengkonsumsi susu kambing. Apabila dibandingkan dengan susu sapi dan
susu kedelai, masyarakat masih jarang mengkonsumsi susu kambing secara rutin.
Selama ini, susu kambing lebih dikenal masyarakat dengan khasiatnya sebagai
obat sehingga hanya dikonsumsi oleh kalangan tertentu.
6.2. Persepsi Ibu Rumah Tangga Terhadap Produk Susu Kambing
Persepsi turut menentukan pengambilan keputusan konsumsi yang
dilakukan oleh Ibu rumah tangga. Persepsi yang baik terhadap suatu produk dapat
menjadi dorongan bagi Ibu rumah tangga untuk mengkonsumsi produk tersebut
secara berkelanjutan. Susu kambing sebagai alternatif susu yang diberikan kepada
anak balita adalah hal baru bagi Ibu rumah tangga sehingga diperlukan adanya
analisis persepsi Ibu rumah tangga terhadap produk susu kambing dari berbagai
aspek. Penelitian ini akan membahas persepsi Ibu rumah tangga dari aspek bauran
pemasaran (4P) dan aspek psikologi. Besarnya skor persepsi diukur dengan
metode skoring rata-rata yang didapat dari penjumlahan skor kuesioner dengan
nilai antara 1 (sangat tidak setuju) hingga 4 (sangat setuju). Persepsi Ibu rumah
tangga dianggap baik apabila memiliki skor rata-rata lebih dari 2,5.
6.2.1. Persepsi Ibu Rumah Tangga Ditinjau dari Aspek Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran merupakan salah satu aplikasi dari strategi pemasaran
yang terdiri dari 4P, yaitu product, price , place, dan promotion. Bauran
pemasaran merupakan hal yang sangat penting bagi Ibu rumah tangga dalam
mengambil keputusan untuk melakukan konsumsi sehingga penting bagi pemasar
untuk mengembangkan bauran pemasaran yang tepat bagi Ibu rumah tangga.
6.2.1.1. Aspek Produk
Suatu produk yang memiliki citra yang baik di benak konsumen akan lebih
mudah diterima oleh konsumen. Citra produk sama halnya dengan persepsi
konsumen terhadap suatu produk atau biasa juga dikenal dengan brand image dari
suatu produk. Persepsi terhadap suatu produk muncul akibat adanya stimulus yang
diterima oleh indra. Untuk produk susu kambing akan dibahas berdasarkan
40
kandungan gizi, aroma, rasa, dan kemasan produk. Tabel 7 menunjukkan skor
rata-rata persepsi responden terhadap produk susu kambing.
Tabel 6. Skor Rata-Rata Persepsi Responden Terhadap Produk Susu Kambing Tahun 2011
No Pernyataan Persepsi Tentang Produk Susu Kambing Skor Rata-rata
1. Susu kambing memiliki kandungan gizi yang tinggi 2,98
2. Aroma susu kambing tidak jauh berbeda dengan susu sapi 2,32
3. Rasa susu kambing enak untuk dikonsumsi 2,5
4. Kemasan produk susu kambing yang beredar saat ini
menarik 2,3
Skor rata-rata 2,52
Berdasarkan hasil penelitian, responden memiliki persepsi yang baik
terhadap kandungan gizi susu kambing. Mereka percaya susu kambing memiliki
kandungan gizi yang tinggi yang akan bermanfaat bagi kesehatan. Dalam hal
aroma, persepsi Ibu rumah tangga terhadap aroma susu kambing dari berbagai
kalangan adalah buruk. Apabila dibandingkan dengan susu sapi, responden
menilai aroma susu kambing lebih amis sehingga tidak terlalu menyukai aroma
susu kambing. Sedangkan dalam hal kemasan, responden dari berbagai kategori
memiliki persepsi buruk. Kemasan susu kambing yang selama ini banyak beredar
masih bersifat sederhana. Mereka menilai, kemasan produk susu kambing harus
ditingkatkan lagi agar lebih menarik minat Ibu rumah tangga.
6.2.1.2. Aspek Harga
Harga merupakan imbalan yang diterima perusahaan dari Ibu rumah
tangga atas produk yang telah diciptakan. Harga merupakan salah satu faktor
utama yang dapat mempengaruhi pilihan para pembeli. Oleh karena itu
menganalisis persepsi Ibu rumah tangga terhadap harga suatu produk sangat
penting untuk dilakukan. Tabel 8 berikut ini menunjukkan skor rata-rata persepsi
responden terhadap harga produk susu kambing
41
Tabel 7. Skor Rata-Rata Persepsi Responden Terhadap Harga Susu Kambing Tahun 2011
No Pernyataan Persepsi tentang Harga Susu Kambing Skor Rata-rata
1. Harga susu kambing cukup terjangkau 2,57
Berdasarkan hasil penelitian, persepsi Ibu rumah tangga terhadap harga
susu kambing adalah baik. Responden menilai harga susu kambing yang beredar
selama ini yaitu Rp. 50.000- Rp. 80.000 perliter masih cukup terjangkau. Menurut
mereka, harga tersebut tidak jauh berbeda apabila dibandingkan dengan harga
susu formula yang selama ini diberikan kepada anak mereka.
6.2.1.3. Aspek Tempat
Kemudahan memperoleh suatu produk menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi permintaan konsumen terhadap suatu produk. Sehingga faktor
lokasi penjualan menjadi salah satu hal yang penting untuk dipehatikan dalam
memasarkan suatu produk. Tabel 9 berikut ini menunjukkan skor rata-rata
persepsi responden terhadap lokasi penjualan susu kambing yang ada di sekitar
lingkungan tempat tinggal mereka.
Tabel 8. Skor Rata-Rata Persepsi Responden Terhadap Lokasi Penjualan Susu Kambing Tahun 2011
No Pernyataan Persepsi tentang Tempat Penjualan Susu
Kambing Skor Rata-rata
1. Menurut saya tempat-tempat yang menjual susu
kambing mudah untuk ditemukan 2,08
Berdasarkan hasil penelitian, persepsi Ibu rumah tangga terhadap lokasi
penjualan susu kambing buruk. Selama ini, masih jarang ditemui tempat-tempat
yang menjual susu kambing. Susu kambing kebanyakan dijual langsung oleh
peternak atau didistribusikan melalui agen. Susu kambing juga dapat dijumpai di
apotek-apotek yang menjual susu kambing beku. Namun hal ini kebanyakan tidak
diketahui oleh Ibu rumah tangga. Mereka menilai, dibandingkan susu formula
42
atau susu kedelai yang dapat dijumpai di toko atau minimarket, susu kambing sulit
untuk diperoleh.
6.2.1.4. Aspek Promosi
Promosi merupakan kegiatan yang dilakukan pemasar untuk melakukan
pemberian informasi mengenai suatu produk. Informasi berperan terhadap
kemampuan konsumen dalam mengenali suatu produk yang diatwarkan. Tabel 10
berikut menunjukkan skor rata-rata persepsi responden terhadap promosi produk
susu kambing.
Tabel 9. Skor Rata-Rata Persepsi responden Terhadap Promosi Susu Kambing Tahun 2011
No Pernyataan Persepsi tentang Promosi Susu Kambing Skor Rata-rata
1. Menurut saya, promosi tentang susu kambing masih
sangat kurang 2,03
Berdasarkan hasil penelitian, persepsi Ibu rumah tangga terhadap promosi
susu kambing buruk. Ibu rumah tangga menilai promosi susu kambing masih
jarang ditemui apabila dibandingkan susu formula yang dapat dengan mudah
diketahui melalui berbagai iklan di media cetak maupun elektronik. Promosi susu
kambing selama ini kebanyakan hanya melalui brosur. Ibu rumah tangga menilai
promosi terhadap produk susu kambing harus ditingkatkan agar mereka
mengetahui manfaat produk dan lokasi penjualan produk susu kambing.
6.2.2. Persepsi Ibu Rumah Tangga Ditinjau dari Aspek Psikologis
Salah satu masalah yang dihadapi konsumen susu kambing adalah masalah
psikologis dikarenakan kambing merupakan hewan yang memiliki aroma yang tak
sedap. Hal ini menjadi hambatan bagi kebanyakan orang untuk mengkonsumsi
susu kambing karena mengkhawatirkan aroma kambing pada susu kambing.
Selain itu, daging kambing dipercaya dapat mengakibatkan meningkatnya tekanan
darah yang mengakibatkan penyakit darah tinggi sehingga menjadi salah satu
bahan pertimbangan untuk mengkonsumsi susu kambing. Tabel 10 berikut ini
menunjukkan skor rata-rata persepsi Ibu rumah tangga terhadap aspek psikologis.
43
Tabel 10. Skor Rata-Rata Persepsi Responden Terhadap Aspek Psikologis yang Berhubungan dengan Produk Susu Kambing Tahun 2011
No Pernyataan Persepsi tentang Mitos yang Berhubungan dengan Produk Susu Kambing Skor Rata-rata
1. Susu kambing memiliki aroma yang sama seperti aroma kambing 2,73
2. Susu kambing dapat meningkatkan tekanan darah yang mengakibatkan penyakit darah tinggi 2,75
Skor rata-rata 2,74
Berdasarkan hasil penelitian, responden menilai susu kambing memiliki
aroma yang berbeda dengan aroma kambing. Aroma prengus yang masih terdapat
dalam produk susu kambing diakibatkan oleh proses pemerahan susu kambing
yang kurang baik. Sehingga produk susu kambing yang diperah dengan proses
yang baik tidak memiliki aroma prengus sama sekali.
Berdasarkan hasil penelitian, responden menilai susu kambing tidak
memiliki pengaruh terhadap tekanan darah. Mereka menilai, tekanan darah yang
meningkat saat mengkonsumsi daging kambing tidak terjadi ketika
mengkonsumsi susu kambing karena susu kambing tidak mengandung kolesterol
yang tinggi seperti daging kambing.
6.3. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Ibu Rumah
Tangga Terhadap Produk Susu Kambing Model logit untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
terhadap produk susu kambing dengan variabel tak bebas (Y) yang terbagi
menjadi dua yaitu Y=0 (persepsi buruk) dan Y=1 (persepsi baik). Sedangkan
variabel bebas terbagi menjadi enam variabel yaitu usia, pendidikan, pekerjaan,
tingkat pengeluaran, kategori tempat tinggal, dan pengalaman mengkonsumsi susu
kambing.
Berdasarkan hasil penelitian, dari 60 responden sebanyak 26 (43,33
persen) orang mempunyai persepsi yang baik terhadap susu kambing dan 34
orang (56,67 persen) mempunyai persepsi yang buruk. Hal ini disebabkan karena
sebagian besar responden belum pernah mengkonsumsi produk susu kambing.
Produk susu kambing merupakan produk susu yang belum terlalu familiar di
masyarakat. Selain itu, sulitnya mencari lokasi penjualan dan masih minimnya
44
promosi produk susu kambing menyebabkan responden memiliki persepsi buruk
terhadap produk susu kambing.
Hasil dugaan model logistik menunjukkan bahwa pada tingkat
kepercayaan 85 persen didapatkan nilai signifikansi Hosmer dan Lemeshow Test
sebesar 0,552. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan nilai alpha 0,15. Hal ini
menunjukkan bahwa secara keseluruhan model tersebut cukup baik, artinya paling
sedikit terdapat satu variabel bebas yang berpengaruh nyata (nilai koefisien tidak
sama dengan nol) terhadap tingkat persepsi Ibu rumah tangga terhadap produk
susu kambing di Kota Depok.
Persentase kebenaran model menduga persepsi terhadap produk susu
kambing adalah sebesar 56,7 persen (Lampiran 3). Hal ini berarti bahwa terdapat
kesalahan sebesar 44,3 persen dalam menduga tingkat persepsi responden
terhadap produk susu kambing dengan menggunakan variabel-variabel bebas
(variabel X) yang telah disebutkan di atas. Adapun variabel yang berpengaruh
nyata terhadap persepsi Ibu rumah tangga adalah variabel yang memiliki nilai
signifikansi di bawah nilai alpa 15 persen (0,15). Nilai signiikansi dari masing-
masing kategori variabel dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil Estimasi Regresi Logistik Terhadap Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Responden Untuk Memiliki Persepsi Baik Terhadap Produk Susu Kambing
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 1a Usia -.082 .078 1.102 1 .294 .922
Pendidikan .570 .409 1.947 1 .163 1.768 Pekerjaan .471 2 .790 Pekerjaan(1) -.379 .831 .208 1 .649 .685 Pekerjaan(2) -.699 1.031 .459 1 .498 .497 Pengeluaran .413 2 .813 Pengeluaran(1) .654 1.486 .193 1 .660 1.922 Pengeluaran(2) .213 1.264 .028 1 .866 1.237 Pengalaman 1.231 .707 3.030 1 .082 3.424 Constant .272 3.002 .008 1 .928 1.313
45
Berdasarkan Tabel 11, maka dapat dilihat bahwa hanya variabel
pengalaman yang memiliki pengaruh nyata terhadap persepsi Ibu rumah tangga.
Hal ini dikarenakan variabel tersebut memiliki P-value (Sig.) lebih kecil dari
alpha yang ditetapkan yaitu 0,15. Pengaruh dari masing-masing variabel tersebut
akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Usia
Berdasarkan hasil logistik pada Tabel, bahwa nilai P-value lebih besar dari
0,15 sehingga usia tidak memiliki pengaruh signifikan bagi persepsi Ibu
rumah tangga terhadap susu kambing. Hal ini dikarenakan susu kambing
dapat dikonsumsi oleh semua usia. Sehingga variabel usia tidak
berpengaruh terhadap persepsi Ibu rumah tangga terhadap produk susu
kambing.
2. Pendidikan
Berdasarkan hasil logistik pada Tabel, bahwa nilai P-value lebih besar dari
0,15 sehingga pendidikan tidak memiliki pengaruh signifikan bagi
persepsi Ibu rumah tangga terhadap susu kambing. Hasil wawancara
menunjukkan, walaupun memiliki tingkatan pendidikan yang berbeda
pengetahuan terhadap produk susu kambing relatif sama. Sehingga tingkat
pendidikan tidak membedakan secara nyata persepsi mereka terhadap
produk susu kambing.
3. Pekerjaan
Berdasarkan hasil logistik pada Tabel, bahwa nilai P-value lebih besar dari
0,15 sehingga pekerjaan tidak memiliki pengaruh signifikan bagi persepsi
Ibu rumah tangga terhadap susu kambing. Hal ini dikarenakan citra produk
susu kambing yang selama ini lebih banyak dijadikan sebagai obat,
sehingga pemahaman Ibu rumah tangga terhadap produk susu kambing
relatif sama dan tidak terpengaruh jenis pekerjaan tertentu.
4. Pengeluaran
Berdasarkan hasil logistik pada Tabel, bahwa nilai P-value lebih besar dari
0,15 sehingga pengeluaran tidak memiliki pengaruh signifikan bagi
persepsi Ibu rumah tangga terhadap susu kambing. Bagi kalangan tertentu
susu kambing memang relatif mahal, tetapi bagi sebagian kalangan lainnya
46
harga susu kambing tidak jauh berbeda dengan harga susu formula yang
biasa mereka berikan selama ini kepada anak balitanya. Hal ini
menyebabkan tingkat pengeluaran tidak memiliki pengaruh yang nyata
terhadap persepsi Ibu rumah tangga terhadap produk susu kambing
5. Pengalaman Mengkonsumsi Susu Kambing
Berdasarkan hasil logistik pada Tabel, bahwa nilai P-value lebih kecil dari
0,15 sehingga pengalaman mengkonsumsi susu kambing memiliki
pengaruh signifikan bagi persepsi Ibu rumah tangga terhadap susu
kambing. Nilai koefisiennya positif dan odd ratio-nya 3,424. Hal ini
menunjukkan bahwa responden yang pernah mengkonsumsi susu kambing
memiliki peluang 3,424 kali lebih besar untuk memiliki persepsi baik
terhadap produk susu kambing dibandingkan dengan responden yang
belum pernah mengkonsumsi susu kambing. Hal ini sesuai dengan dugaan
sebelumnya, responden yang pernah mengkonsumsi susu kambing
memiliki pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan responden yang
belum pernah mengkonsumsi susu kambing. Sehingga mereka memiliki
persepsi yang lebih baik terhadap susu kambing.
6.4. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Ibu Rumah Tangga untuk Memberikan Produk Susu Kambing kepada Anak Balitanya Variabel bebas dalam model logit untuk menentukan sikap responden
untuk memberikan produk susu kambing kepada anak balitanya berbeda dengan
model logit pada tingkat persepsi. Dimana dalam model logit untuk sikap
responden untuk memberikan produk susu kambing kepada anak balitanya
ditambahkan satu varibel bebas yaitu tingkat persepsi responden terhadap produk
susu kambing. Sehingga variabel bebas yang digunakan dalam model logit ini
menjadi usia, pendidikan, pekerjaan, pengeluaran, kategori tempat tinggal,
pengalaman mengkonsumsi susu kambing, dan tingkat persepsi respond terhadap
produk susu kambing.
Dari 60 responden yang diwawancarai, sebanyak 28 responden (46,67
persen) tertarik untuk memberikan konsumsi susu kambing kepada anak
balitanya, dan sebanyak 32 responden (53,33 persen) mengaku tidak tertarik
47
memberikan susu kambing kepada anak balitanya. Berdasarkan keterangan
responden, sikap melakukan pemberian susu kambing bagi anak lebih banyak
dipengaruhi oleh faktor kandungan gizi produk susu kambing yang tinggi dan
meyakini hal tersebut bermanfaat bagi pertumbuhan anak balitanya
Hasil dugaan model logistik menunjukkan bahwa pada tingkat
kepercayaan 85 persen didapatkan nilai signifikansi Hosmer dan Lemeshow Test
sebesar 0,478. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan nilai alpha 0,15. Hal ini
menunjukkan bahwa secara keseluruhan model tersebut cukup baik, artinya paling
sedikit terdapat satu variabel bebas yang berpengaruh nyata (nilai koefisien tidak
sama dengan nol) terhadap sikap responden di Kota Depok untuk memberikan
konsumsi susu kambing kepada anak balitanya.
Persentase kebenaran model menduga persepsi terhadap produk susu
kambing adalah sebesar 53,3 persen (Lampiran 4). Hal ini berarti bahwa terdapat
kesalahan sebesar 46,7 persen dalam menduga sikap Ibu rumah tangga untuk
memberikan produk susu kambing kepada anak balitanya dengan menggunakan
variabel-variabel bebas (variabel X) yang telah disebutkan di atas.
Adapun variabel yang berpengaruh nyata terhadap sikap Ibu rumah tangga
untuk memberikan produk susu kambing kepada anak balitanya adalah variabel
yang memiliki nilai signifikansi di bawah nilai alpa 15 persen (0,15). Nilai
signiikansi dari masing-masing kategori variabel dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Hasil Estimasi Regresi Logistik Terhadap Variabel-Variabel yang
Mempengaruhi Sikap Responden untuk Memberikan Produk Susu Kambing kepada Anak Balitanya
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a Usia -.085 .088 .933 1 .334 .918
Pendidikan .095 .453 .044 1 .833 1.100
Pekerjaan 2.097 2 .350 Pekerjaan(1) -1.430 1.016 1.983 1 .159 .239
Pekerjaan(2) -.506 1.247 .164 1 .685 .603
Pengeluaran .599 2 .741 Pengeluaran(1) .563 1.679 .113 1 .737 1.756
Pengeluaran(2) .920 1.466 .394 1 .530 2.510 Pengalaman 1.262 .872 2.091 1 .148 3.531 Persepsi 2.267 .695 10.635 1 .001 9.651 Constant 1.199 3.493 .118 1 .732 3.315
48
Berdasarkan Tabel, maka dapat dilihat variabel kategori tempat tinggal,
pengalaman, dan persepsi memiliki pengaruh nyata terhadap persepsi Ibu rumah
tangga. Hal ini dikarenakan variabel tersebut memiliki P-value (Sig.) lebih kecil
dari alpha yang ditetapkan yaitu 0,15. Pengaruh dari masing-masing variabel
tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Usia
Berdasarkan hasil logistik pada Tabel, bahwa nilai P-value lebih besar dari
0,15 sehingga usia tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap sikap Ibu
rumah tangga untuk memberikan produk susu kambing kepada anak
balitanya. Hal ini dikarenakan responden memiliki rentang usia yang
berdekatan dan berada dalam klasifikasi usia yang sama yaitu usia
produktif. Sehingga variabel usia tidak berpengaruh terhadap sikap Ibu
rumah tangga untuk memberikan produk susu kambing kepada anak
balitanya.
2. Pendidikan
Berdasarkan hasil logistik pada Tabel, bahwa nilai P-value lebih besar dari
0,15 sehingga pendidikan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
sikap Ibu rumah tangga untuk memberikan produk susu kambing kepada
anak balitanya. Hasil wawancara menunjukkan, walaupun memiliki
tingkatan pendidikan yang berbeda pengetahuan terhadap produk susu
kambing relatif sama. Sehingga tingkat pendidikan tidak membedakan
secara nyata sikap Ibu rumah tangga untuk memberikan produk susu
kambing kepada anak balitanya
3. Pekerjaan
Berdasarkan hasil logistik pada Tabel, bahwa nilai P-value lebih besar dari
0,15 sehingga pekerjaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
sikap Ibu rumah tangga untuk memberikan produk susu kambing kepada
anak balitanya. Walaupun responden memiliki jenis pekerjaan yang
berbeda pemahaman Ibu rumah tangga terhadap produk susu kambing
relatif sama dan tidak terpengaruh jenis pekerjaan tertentu. Sehingga jenis
pekerjaan tidak membedakan secara nyata sikap Ibu rumah tangga untuk
memberikan produk susu kambing kepada anak balitanya
49
4. Pengeluaran
Berdasarkan hasil logistik pada Tabel, bahwa nilai P-value lebih besar dari
0,15 sehingga pengeluaran tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
sikap Ibu rumah tangga untuk memberikan produk susu kambing kepada
anak balitanya. Pengeluaran yang akan dikeluarkan apabila memberikan
susu kambing dianggap tidak jauh berbeda dibandingkan pengeluaran
yang selama ini dikeluarkan untuk memberikan susu kepada anak.
Sehingga jenis pengeluaran tidak membedakan secara nyata sikap Ibu
rumah tangga untuk memberikan produk susu kambing kepada anak
balitanyaPengalaman Mengkonsumsi Susu Kambing
5. Pengalaman
Berdasarkan hasil logistik pada Tabel, bahwa nilai P-value lebih kecil dari
0,15 sehingga pengalaman mengkonsumsi susu kambing memiliki
pengaruh signifikan bagi persepsi Ibu rumah tangga terhadap susu
kambing. Nilai koefisiennya positif dan odd ratio-nya 3,531. Hal ini
menunjukkan bahwa responden yang pernah mengkonsumsi susu kambing
memiliki peluang 3,531 kali lebih besar untuk memiliki sikap positif untuk
memberikan susu kambing kepada anaknya dibandingkan dengan
responden yang belum pernah mengkonsumsi susu kambing. Hal ini sesuai
dengan dugaan sebelumnya, responden yang pernah mengkonsumsi susu
kambing memiliki pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan
responden yang belum pernah mengkonsumsi susu kambing. Sehingga
mereka memiliki persepsi yang lebih baik terhadap produk susu kambing.
6. Persepsi Ibu Rumah Tangga Terhadap Produk Susu Kambing
Berdasarkan hasil logistik pada Tabel, bahwa nilai P-value lebih kecil dari
0,15 sehingga pengalaman mengkonsumsi susu kambing memiliki
pengaruh signifikan bagi persepsi Ibu rumah tangga terhadap susu
kambing. Nilai koefisiennya negatif dan odd ratio-nya 9,651. Hal ini
menunjukkan bahwa responden yang memiliki persepsi baik terhadap
produk susu kambing memiliki peluang 9,651 kali lebih besar untuk
memiliki sikap positif untuk memberikan susu kambing kepada anaknya
dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi buruk. Dengan
50
demikian responden yang memiliki persepsi baik akan memiliki
kecenderungan untuk tertarik memberikan susu kambing kepada anaknya.
Hal ini sesuai dengan dugaan awal, bahwa semakin baik persepsi Ibu
rumah tangga terhadap produk susu kambing maka akan berpengaruh
positif terhadap sikap untuk memberikan produk susu kambing kepada
anaknya.
Dari hasil analisis diatas maka dapat disimpulkan bahwa variabel yang
memiliki pengaruh nyata terhadap sikap Ibu rumah tangga untuk memberikan
produk susu kambing kepada anaknya adalah pengalaman mengkonsumsi susu
kambing, dan persepsi Ibu rumah tangga terhadap produk susu kambing.
sedangkan variabel usia, pendidikan, pekerjaan, dan pengeluaran tidak
berpengaruh nyata terhadap sikap Ibu rumah tangga untuk memberikan produk
susu kambing kepada anaknya.
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin diperoleh serta hasil analisis
pada pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisis persepsi ibu rumah tangga terhadap produk susu
kambing dapat diketahui bahwa sebanyak 56,67 persen responden
memiliki skor persepsi yang rendah terhadap produk susu kambing,
sedangkan 43,33 persen responden memiliki skor persepsi yang tinggi
terhadap produk susu kambing.
2. Berdasarkan hasil analisis sikap ibu rumah tangga untuk memberikan
produk susu kambing kepada anak balitanya dapat diketahui 46,67 persen
responden tertarik untuk memberikan konsumsi susu kambing kepada
anak balitanya, sedangkan 53,33 persen responden tidak tertarik
memberikan konsumsi produk susu kambing kepada anak balitanya.
3. Berdasarkan hasil analisis logistik faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi ibu rumah tangga terhadap produk susu kambing adalah
pengalaman mengkonsumsi susu kambing dan berdasarkan hasil analisis
logistik juga dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
sikap ibu rumah tangga untuk memberikan produk susu kambing kepada
anak balitanya adalah pengalaman mengkonsumsi susu kambing dan
tingkat persepsi ibu rumah tangga terhadap produk susu kambing.
7.2. Saran
1. Produk susu kambing memiliki citra yang kurang baik berdasarkan
persepsi ibu rumah tangga. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi pengusaha
susu kambing yang ingin memasarkan produknya kepada para ibu yang
memiliki anak balita melalui usaha meminimalkan atau bahkan
menghilangkan aroma kurang sedap dari produk susu kambing, dan
memperbaiki pengemasan produk
52
2. Untuk penelitian selanjutnya beberapa saran yang dapat diberikan adalah
penambahan variabel bebas pada analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi dan ketertarikan konsumen terhadap produk susu
kambing, seperti variabel pengetahuan terhadap produk susu kambing. Hal
ini disebabkan variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini masih
sangat terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad NF. 2002. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Kambing Perah dan Pemasaran Susu Kambing : Kasus di Pusat Pelatihan dan Pedesaan Swadaya (P4S) Cita Rasa, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Astarina EPA. 2007. Analisis Persepsi Konsumen Terhadap Perilaku Pembelian Produk House Brand Hero Kategori Bahan Pangan. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Perkembangan Persentase Pengeluaran Rata-Rata per Kapita Tahun 2006 - 2009. Jakarta: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta.
Dewi LA. 2009. Sikap Konsumen terhadap Produk Susu Kedelai Cair Murni Tanpa Merek di Kota Jakarta. [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Engel JF, Blackwell RD, Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen. Jilid I dan II. Edisi keenam. Bina Rupa Akasara. Jakarta
Fauzah RS. 2009. Persepsi Santri dalam Keputusan Mengkonsumsi Susu Kambing (Studi Kasus di Pondok Pesantren Modern Sahid Desa Gunung Menyang Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor). Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Hidayat M. 2009. Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Susu Kambing di Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Juanda B. 2009. Ekonometrika: Permodelan dan Pendugaan. Bogor: IPB Press.
Julaeha. 2010. Analisis Persepsi dan Sikap Konsumen terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin (Kasus: Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor). Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Kotler P, Amstrong G. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jilid 1. Terjemahan. Bob Sabran, M.M. Principles Of Marketing. Erlangga. Jakarta.
Kotler P, Amstrong G. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jilid 2. Terjemahan. Bob Sabran, M.M. Principles Of Marketing. Erlangga. Jakarta.
Moeljanto RD, Wiryanta, BTW. 2002. Khasiat & Manfaat Susu Kambing. Jakarta : Agromedia Pustaka.
54
Nasution IA. 2009. Persepsi dan Sikap Konsumen terhadap Keamanan Pangan Susu Formula dengan Adanya Isu Bakteri Enterobacter sakazakii di Kecamatan Tanah Sareal Bogor. [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Octavia I. 2010. Analisis Kelayakan Finansial dan Strategi Pemasaran Susu Kambing (Studi Kasus : CV Ettawa Dairy Farm, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Sarwono B. 2002. Beternak Kambing Unggul. Jakarta: Penebar Wadaya.
Septiana I. 2010. Analisis persepsi Konsumen Cokelat Stick pada Perusahaan Alia Chocolate Kabupate Bogor, Jawa Barat. [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Setiadi JN. 2003. Perilaku Konsumen dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta: Kencana
Setiawan T, Tanius, A. 2003. Beternak Kambing Perah Peranakan Ettawa. Jakarta: Penebar Swadaya.
Simamora B. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sumarwan U. 2002. Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Umar H. 2002. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Walpole RE. 1997. Pengantar Statistika. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
55
Lampiran 1. Perbandingan Komposisi Gizi Pada Susu Sapi, Susu Kambing dan ASI
Komposisi Susu Sapi Susu Kambing ASI Protein (Gr) 3,30 3,60 1,00 Lemak (Gr) 3,30 4,20 4,40 Karbohidrat (Gr) 4,70 4,50 6,90 Kalori (Cat) 61,00 69,00 70,00 Fosfor (Gr) 93,00 111,00 14,00 Kalsium (Gr) 19,00 134,00 32,00 Magnesium (Gr) 13,00 14,00 3,00 Besi (Gr) 0,05 0,05 0,03 Natrium (Gr) 49,00 50,00 17,00 Kalium (Gr) 152,00 204,00 51,00 Vitamin A (IU) 126,00 185,00 271,00 Vitamin B1 (Mg) 0,04 0,05 0,014 Vitamin B2 (Mg) 0,16 0,14 0,04 Vitamin B6 (Mg) 0,08 0,28 0,18 Niasin (Mg) 0,04 0,05 0,01 Sumber: United State Department of Agriculture (1976) dalam Setiawan & Tanius (2003)
56
Lampiran 2. Perkembangan Penduduk Kota Depok Tahun 2004-2008
No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) LPP 2004 2005 2006 2007 2008
1 Sawangan 75,454 77,364 79,117 82,180 82,953 1.99 2 Bojongsari 64,324 67,011 68,458 70,870 71,939 2.37
3 Pancoran Mas 135,948 138,112 140,158 142,597 162,585 3.92
4 Cipayung 70,704 72,725 74,458 75,093 84,492 3.9 5 Sukmajaya 148,195 150,441 152,270 211,253 227,486 10.7 6 Cilodong 49,361 51,668 52,539 72,888 77,240 11.3 7 Cimanggis 181,334 183,006 185,199 188,555 196,694 0.79 8 Tapos 137,861 141,226 144,718 153,567 168,663 4.47 9 Beji 93,945 97,072 100,525 113,838 116,327 4.77
10 Limo 47,697 49,582 50,444 53,008 56,381 3.64 11 Cinere 60,394 61,563 62,408 64,083 68,067 2.54 KOTA DEPOK 1,065,217 1,089,771 1,110,294 1,227,932 1,312,827 4.65
Sumber: Kecamatan Dalam Angka
55
Lampiran 3. Output untuk Analisis Regresi Logistik Persepsi terhadap produk Susu Kambing
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 60 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 60 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 60 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Buruk 0 Baik 1
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
Persepsi Percentage
Correct Buruk Baik
Step 0 Persepsi Buruk 34 0 100.0
Baik 26 0 .0
Overall Percentage 56.7
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.268 .261 1.060 1 .303 .765
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
56
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 8.389 7 .300
Block 8.389 7 .300
Model 8.389 7 .300
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square Nagelkerke R
Square
1 73.719a .130 .175 a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig.
1 6.857 8 .552
Classification Tablea
Observed
Predicted
Persepsi Percentage
Correct Buruk Baik
Step 1 Persepsi Buruk 26 8 76.5
Baik 15 11 42.3
Overall Percentage 61.7
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a Usia -.082 .078 1.102 1 .294 .922
Pendidikan .570 .409 1.947 1 .163 1.768
Pekerjaan .471 2 .790 Pekerjaan(1) -.379 .831 .208 1 .649 .685
Pekerjaan(2) -.699 1.031 .459 1 .498 .497
Pengeluaran .413 2 .813 Pengeluaran(1) .654 1.486 .193 1 .660 1.922
Pengeluaran(2) .213 1.264 .028 1 .866 1.237
Pengalaman 1.231 .707 3.030 1 .082 3.424
Constant .272 3.002 .008 1 .928 1.313 a. Variable(s) entered on step 1: Usia, Pendidikan, Pekerjaan, Pengeluaran, Pengalaman.
57
Lampiran 4. Output untuk Analisis Regresi Logistik Sikap Responden untuk memberikan konsumsi susu kambing kepada anak balitanya
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 60 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 60 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 60 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak Tertarik Memberikan Susu Kambing Ke Anak 0
Tertarik Memberikan Susu kambing Ke Anak 1
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 82.911 -.133
2 82.911 -.134 a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 82.911 c. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
Keputusan
Percentage Correct
Tidak Tertarik Memberikan
Susu Kambing Ke Anak
Tertarik Memberikan
Susu kambing Ke Anak
Step 0 Keputusan Tidak Tertarik Memberikan Susu Kambing Ke Anak 32 0 100.0
Tertarik Memberikan Susu kambing Ke Anak 28 0 .0
Overall Percentage 53.3
a. Constant is included in the model.
58
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
Keputusan
Percentage Correct
Tidak Tertarik Memberikan
Susu Kambing Ke Anak
Tertarik Memberikan
Susu kambing Ke Anak
Step 0 Keputusan Tidak Tertarik Memberikan Susu Kambing Ke Anak 32 0 100.0
Tertarik Memberikan Susu kambing Ke Anak 28 0 .0
Overall Percentage 53.3
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.134 .259 .266 1 .606 .875
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 25.498 8 .001
Block 25.498 8 .001
Model 25.498 8 .001
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square Nagelkerke R
Square
1 57.413a .346 .462 a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig.
1 7.552 8 .478
Classification Tablea
59
Observed
Predicted
Keputusan
Percentage Correct
Tidak Tertarik Memberikan
Susu Kambing Ke Anak
Tertarik Memberikan
Susu kambing Ke Anak
Step 1 Keputusan Tidak Tertarik Memberikan Susu Kambing Ke Anak 28 4 87.5
Tertarik Memberikan Susu kambing Ke Anak 7 21 75.0
Overall Percentage 81.7
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a Usia -.085 .088 .933 1 .334 .918
Pendidikan .095 .453 .044 1 .833 1.100
Pekerjaan 2.097 2 .350 Pekerjaan(1) -1.430 1.016 1.983 1 .159 .239
Pekerjaan(2) -.506 1.247 .164 1 .685 .603
Pengeluaran .599 2 .741 Pengeluaran(1) .563 1.679 .113 1 .737 1.756
Pengeluaran(2) .920 1.466 .394 1 .530 2.510
Pengalaman 1.262 .872 2.091 1 .148 3.531
Persepsi 2.267 .695 10.635 1 .001 9.651
Constant 1.199 3.493 .118 1 .732 3.315 a. Variable(s) entered on step 1: Usia, Pendidikan, Pekerjaan, Pengeluaran, Pengalaman, Persepsi.
Top Related