ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA
PADA MITRA TANI FARM, KECAMATAN CIAMPEA,
KABUPATEN BOGOR
NUR FAJRI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan
Usaha Penggemukan Domba Pada Mitra Tani Farm, Kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Nur Fajri
H34096075
ABSTRAK
NUR FAJRI. Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba Pada Mitra Tani
Farm, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh TINTIN
SARIANTI.
Domba merupakan penyumbang daging terbesar ketiga dari kelompok
ruminansia terhadap produksi daging nasional. MT Farm merupakan salah satu
perusahaan agribisnis berbasis peternakan yang berencana melakukan
pengembangan usaha untuk memenuhi permintaan pasarnya. Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis kelayakan pengembangan usaha di MT Farm berdasarkan
aspek non finansial dan aspek finansial. Selain itu, penelitian ini juga
menganalisis tingkat kepekaan pengembangan usaha melalui Analisis Switching
Value. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan bisnis ditinjau dari
analisis aspek non finansial layak untuk dijalankan. Demikian juga hasil analisis
finansial layak untuk dilaksanakan berdasarkan kriteria investasi, yaitu NPV
sebesar Rp 566,181,930, Net B/C sebesar 2.01, IRR sebesar 22.55 persen dan
Payback Period atau biaya investasi yang dikeluarkan dapat kembali dalam kurun
waktu dua tahun empat bulan satu hari. Sedangkan hasil Analisis Switching Value
menyatakan batasan terhadap peningkatan mortalitas domba yaitu 2.107109305
persen dan peningkatan harga bakalan domba yaitu sebesar 3.1854194939394
persen. Analisis Switching Value tersebut menunjukkan bahwa peningkatan
mortalitas domba lebih berpengaruh terhadap proses bisnis yang dijalankan
dibandingkan dengan peningkatan harga bakalan domba.
Kata-kunci : analisis kelayakan, domba, pengembangan usaha, peternakan
ABSTRACT
NUR FAJRI. Feasibility Analysis of Business Sheep Fattening at Mitra Tani Farm
in Ciampea District, Bogor Regency. Supervise by TINTIN SARIANTI.
Sheep is the third biggest contributors of ruminant families for meat
national product. MT Farm is one of a farm-based agribusiness companies that
planning to expand its business to fulfill market requirements. The aim for this
study to analyzing the feasibilty of sheep business expansion at MT Farm based
on financial and non financial aspects. This study also analyzing sensitiveness
levels of business expansion by Switching Value Analysis. Result of this study
shows that business expansion by analyzing non financial aspects is feasible to
run. Result of financial analysis is also feasible to run based on investment
criteria, that NPV Rp 566,181,930, Net BC is 2.01, and IRR is 22.55 percent of
Payback Period means investment costs will return in two years four months and
one day. While Switching Value Analysis shows the ascend limit of sheep’s
mortality is 2.107109305 percent, so ascending in prices of lamb is
3.1854194939394 percent. Switching Value Analysis shows that ascending of
sheep’s price give more influences than ascending of sheep’s mortality.
Keywords: business expansion, farm, feasibilty analysis, sheep
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agibisnis
NUR FAJRI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA
PADA MITRA TANI FARM, KECAMATAN CIAMPEA,
KABUPATEN BOGOR
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba Pada Mitra
Tani Farm, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor
Nama : Nur Fajri
NIM : H34096075
Disetujui oleh
Tintin Sarianti, SP MM
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba Pada Mitra Tani Fann, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor
Nama : Nur Fajri NIM : H34096075
Disetujui oleh
Tintin Sarianti, SP MM Pembimbing
Diketahui oleh
Tanggal Lulus: 2 4 FEB 2014
PRAKATA
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada
Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil
diselesaikan. Skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan, dukungan
dan arahan dari berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, kepada :
1. Etta, Eppa, Kak Fadli, Kak Ana, dan adikku Fahmi yang senantiasa
memberikan dukungan, semangat, dan doa kepada penulis sehingga skripsi
ini dapat dikerjakan dan diselesaikan dengan baik. Terima kasih banyak
keluarga besarku tercinta.
2. Ibu Tintin Sarianti, SP MM. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran selama membimbing
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Ir. Ratna Winandi, MS dan Ibu Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku
dosen penguji dalam sidang skripsi yang telah memberikan arahan dan
masukan kepada penulis.
4. Bapak Suprehatin, SP, MAB selaku dosen evaluator kolokium proposal yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan saran kepada
penulis.
5. Ibu Popong Nurhayati selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis.
6. Seluruh dosen dan staf yang telah memberikan ilmu dan membimbing penulis
selama penulis menyelesaikan studi.
7. Seluruh pihak Manajemen dan Karyawan Mitra Tani Farm yang terkait dalam
penyusunan skripsi ini, penulis berterima kasih atas waktu, kesempatan,
informasi dan dukungan yang telah diberikan.
8. Istriku Wenni Maryanti Daulay atas semangat, dukungan, pengertian dan
kasih sayang selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
9. Saudara-saudaraku di Wisma Mahasiswa Latimojong Bogor atas
persaudaraannya di tanah rantau ini.
10. Adib, Fachry, Asept, Ronal, Wahyu, dan rekan-rekan AGB 7 atas
kebersamaan dan keceriaannya selama menyelesaikan studi.
11. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen, keluarga besar
Ikatan Mahasiswa Sulawesi Selatan di Bogor, serta seluruh pihak yang tidak
dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014
Nur Fajri
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL xix
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xii
PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 8 Tujuan Penelitian 9 Manfaat Penelitian 10
TINJAUAN PUSTAKA 10 Kemitraan dalam pengembangan usaha peternakan domba 10 Kontribusi usaha peternakan domba terhadap kesejahteraan ekonomi
peternak 10 Aspek finansial dan non finansial dalam kajian studi kelayakan usaha
peternakan domba 11
KERANGKA PEMIKIRAN 13 Kerangka Pemikiran Teoritis 13
Teori Investasi 13 Studi Kelayakan Bisnis 14 Aspek-Aspek Kelayakan Bisnis 15 Analisis Switching Value 19
Kerangka Pemikiran Operasional 20
METODE PENELITIAN 22 Lokasi dan Waktu Penelitian 22 Jenis dan Sumber Data 22 Metode Analisis Data 22 Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial 22
Aspek Pasar 22 Aspek Teknis 23 Aspek Manajemen dan Hukum 23 Aspek Ekonomi dan Sosial 23 Aspek Lingkungan 23
Analisis Kelayakan Aspek Finansial 23 Net Present Value (NPV) 23 Internal Rate Of Return (IRR) 24
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 24
Payback Periode (PP) 24 Analisis Switching Value 25
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 25 Sejarah Perusahaan 25
Visi dan Misi Perusahaan 26 Lokasi Perusahaan 26
Fasilitas Usaha 26 Kegiatan Usaha 27
ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 27 Aspek Pasar dan Pemasaran 27
Bentuk Pasar 27 Permintaan dan Penawaran 28 Strategi Pemasaran 28 Strategi Produk 28 Strategi Harga 29 Strategi Distribusi 29 Strategi Promosi 31
Aspek Teknis 31 Lokasi Usaha 31 Fasilitas Kandang 32
Peralatan Pendukung 33 Bakalan Ternak 34 Sistem Penggemukan 35 Pemberian Pakan dan Minum 35 Pencegahan Penyakit 36
Aspek Manajemen 36 Struktur Organisasi 36 Karyawan 37
Aspek Hukum 38 Aspek Sosial dan Lingkungan 38
ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL 39 Analisis Kelayakan Finansial Sebelum Pengembangan Bisnis 39
Analisis Biaya (Outflow) 40
Analisis Manfaat (Inflow) 44 Analisis Kelayakan Finansial Dengan Pengembangan Bisnis 45
Analisis Biaya (Outflow) 45
Analisis Manfaat (Inflow) dengan Pengembangan Bisnis 48 Analisis Switching Value Pengembangan Usaha Domba MT Farm 51 Perhitungan Incremental Net Benefit 52
SIMPULAN DAN SARAN 54 Simpulan 54 Saran 54
DAFTAR PUSTAKA 55
LAMPIRAN 57
RIWAYAT HIDUP 82
DAFTAR TABEL
1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas harga yang berlaku menurut
subsektor lapangan usaha pertanian di Indonesia tahun 2008-2012 (Rp.
Milyar) 1
2. Rata-rata konsumsi protein (kg/kapita) Nasional menurut kelompok
makanan 2008-2012a 2
3. Konsumsi daging per kapita di Asia Tenggara pada tahun 1995- 2005a 3
4. Populasi komoditas ternak utama Nasional tahun 2008-2011 (000 ekor)a 3
5. Populasi Nasional domba tahun 2008-2011 di Indonesiaa 5
6. Populasi domba di Jawa Barat tahun 2009-2010a 6
7. Populasi domba di Kabupaten Bogor tahun 2006-2010a 7
8. Daftar Konsumen MT Farma 29
9. Daftar nama, penanggung jawab dan tingkat pendidikan akhir para
pekerja di Mitra Tani Farma 37
10. Biaya investasi MT Farm pada kondisi sebelum pengembangan usaha 40
11. Umur ekonomis dari investasi pada kondisi sebelum pengembangan
usaha 41
12. Biaya tetap pada peternakan MT Farm (sebelum pengembangan bisnis) 42
13. Biaya variabel yang dibutuhkan (kondisi sebelum pengembangan) 43
14. Penerimaan penjualan domba pada kondisi tanpa pengembangan
peternakan MT Farm 44
15. Nilai sisa investasi pada usaha penggemukan domba MT Farm (kondisi
tanpa pengembangan) 45
16. Biaya investasi yang dibutuhkan pada peternakan domba MT Farm
dengan pengembangan bisnis 46
17. Biaya tetap peternakan domba MT Farm dengan pengembangan bisnis 47
18. Biaya variabel peternakan domba MT Farm dengan pengembangan
bisnis 47
19. Penerimaan penjualan domba pada peternakan domba MT Farm dengan
pengembangan bisnis 48
20. Nilai sisa yang diterima pada usaha penggemukan domba MT Farm
dengan pengembangan bisnis 49
21. Analisis laba rugi pada usaha penggemukan domba MT Farm dengan
kondisi tanpa pengembangan bisnis 50
22. Analisis laba rugi pada peternakan domba MT Farm dengan kondisi
dengan pengembangan bisnis 50
23. Kriteria investasi dengan kondisi sebelum pengembangan dan setelah
pengembangan bisnis 51
24. Hasil analisis switching value usaha MT Farm pada kondisi setelah
pengembangan 52
25. Laba bersih yang didapatkan selama umur usaha (Incremental Net
Benefit) 53
26. Perhitungan Kriteria Investasi (Incremental Net Benefit) 53
DAFTAR GAMBAR
1. Kurva fungsi investasi 13
2. Kerangka pemikiran operasional 21
3. Lokasi kandang peternakan domba MT Farm 32
4. Rencana lokasi pengembangan usaha peternakan domba MT Farm 32
5. Kandang panggung MT Farm 33
6. Struktur organisasi di MT Farm 37
DAFTAR LAMPIRAN
1. Layout kandang Mitra Tani Farm 57
2. Siklus Saat ini 58
3. Siklus Pengembangan 60
4. Biaya investasi mitra tani farm sebelum pengembangan usaha 62
5. Biaya tetap mitra tani farm sebelum pengembangan usaha 63
6. Biaya variabel mitra tani farm sebelum pengembangan usaha 64
7. Penerimaan tahunan mitra tani farm sebelum pengembangan usaha 65
8. Cashflow mitra tani farm sebelum pengembangan usaha 66
9. Laporan laba-rugi mitra tani farm sebelum pengembangan usaha 68
10. Biaya investasi mitra tani farm setelah pengembangan usaha 69
11. Biaya tetap mitra tani farm setelah pengembangan usaha 70
12. Biaya variabel mitra tani farm setelah pengembangan usaha 71
13. Penerimaan tahunan mitra tani farm setelah pengembangan usaha 72
14. Cashflow mitra tani farm setelah pengembangan usaha 73
15. Laporan laba-rugi mitra tani farm setelah pengembangan usaha 75
16. Cashflow analisis switching value – kenaikan harga bakalan domba
sebesar 3.1854194939394% 76
17. Laporan laba-rugi analisis switching value – kenaikan harga bakalan
domba sebesar 3.1854194939394% 78
18. Cashflow analisis switching value – peningkatan mortalitas domba
sebesar 2.107109305% 79
19. Laporan laba-rugi analisis switching value – peningkatan mortalitas
domba sebesar 2.107109305% 81
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan sektor pertanian dan usaha agribisnis yang berdaya saing,
berkerakyatan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan, senantiasa didorong
untuk mewujudkan perekonomian nasional yang sehat, seperti yang tercermin dari
visi yang telah ditetapkan oleh Departemen Pertanian. Agribisnis merupakan salah
satu sektor dalam kegiatan perekonomian berbasis kekayaan alam yang
dimanfaatkan dalam melakukan kegiatan usaha berorientasi keuntungan. Bidang
peternakan merupakan salah satu subsektor agribisnis yang cukup penting karena
terkait dengan ketersediaan bahan pangan hewani masyarakat.
Berdasarkan data Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga yang
berlaku menurut subsektor lapangan usaha pertanian dari Tahun 2005-2010 dapat
dilihat bahwa sektor peternakan memberikan kontribusi untuk perekonomian
Indonesia, hal tersebut dapat dilihat dari Nilai Produk Domestik Bruto dari tahun
2005-2010 pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas harga yang berlaku menurut
subsektor lapangan usaha pertanian di Indonesia tahun 2008-2012 (Rp.
Milyar)
LAPANGAN USAHA TAHUN
2008 2009 2010 2011* 2012 **
Tanaman bahan makanan 349,795 419,195
(19.84)
482,377
(15.07)
529,968
(9.87)
574,330
(8.37)
Tanaman perkebunan 105,960 111,378
(5.11)
136,048
(22.15)
153,709
(12.98)
159,754
(3.93)
Peternakan dan hasil-hasilnya 83,276 104,884
(25.95)
119,372
(13.81)
129,298
(8.32)
146,090
(12.99)
Kehutanan 40,375 45,119
(11.75)
48,290
(7.03)
51,781
(7.23)
54,906
(6.04)
Perikanan 137,249 176,620
(28.69)
199,383
(12.89)
226,691
(13.70)
255,332
(12.63)
* Angka sementara, ** Angka sangat sementara , Angka dalam kurung menunjukkan
pertumbuhan dari tahun sebelumnya (%) aDirektorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2013), diadaptasi dari data Statistik
Peternakan dan Kesehatan Hewan
Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa PDB subsektor peternakan mempunyai
peranan penting karena terkait dengan ketersediaan bahan pangan hewani
masyarakat dan juga dalam meningkatkan pendapatan masyarakat serta devisa
negara. Pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 meningkat 25.95
persen dari tahun 2008. Pada tahun 2011, PDB peternakan diperkirakan akan
meningkat sebesar 8.32 persen, demikian halnya pada tahun 2012, PDB
peternakan diperkirakan akan meningkat sebesar 12.99 persen.
Pengembangan peternakan mempunyai peranan sangat penting dalam
pembangunan perekonomian nasional. Hal ini tercermin dalam misi pembangunan
peternakan, antara lain sebagai penyedia protein, energi, vitamin, serta mineral
untuk melengkapi hasil-hasil pertanian dan menciptakan peluang ekonomi untuk
2
meningkatkan pendapatan, membantu menciptakan lapangan kerja dan
melestarikan serta memanfaatkan sumberdaya alam pendukung peternakan.
Tabel 2. Rata-rata konsumsi protein (kg/kapita) Nasional menurut kelompok
makanan 2008-2012a
KOMODITI KONSUMSI PROTEIN (KG/KAPITA)
2008 2009 2010 2011 2012
Padi-padian 22.75 22.06 21.76 21.57 21.00
Ikan 7.94 7.28 7.63 8.02 7.49
Telur dan susu 3.05 2.96 3.27 3.25 2.94
Daging 2.40 2.22 2.55 2.75 2.92
Minyak dan lemak 0.39 0.34 0.34 0.31 0.27
aBadan Pusat Statistik (2013), diadaptasi dari Tabel Rata-rata Konsumsi Protein (kg/kapita)
Nasional Menurut Kelompok Makanan yang dapat diunduh dari http://www.bps.go.id diakses pada
tanggal 10 Desember 2013
Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa konsumsi protein nasional menurut
kelompok makanan masih rendah dan cenderung mengalami fluktuasi dengan tren
yang masih meningkat. Konsumsi protein yang rendah dikarenakan kondisi
perekonomian masyarakat yang mengakibatkan penurunan daya beli terhadap
produk daging. Harga daging yang meningkat dari tahun ke tahun merupakan
salah satu faktor yang membuat rendahnya konsumsi daging Indonesia. Ketua
umum Komite Daging Sapi Jakarta Raya Sarman Simanjorang mengatakan
dengan mahalnya harga daging di Indonesia berpengaruh negatif terhadap
konsumsi masyarakat pada daging.1
Tingkat konsumsi daging masyarakat Indonesia masih sangat rendah
dibandingkan dengan masyarakat di kawasan Asia Tenggara. Akan tetapi, untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri saja, belum dapat dipenuhi secara
mandiri (swasembada) sehingga harus impor. Untuk memenuhi kebutuhan daging
dalam negeri pemerintah masih harus impor rata-rata 26 persen dari kebutuhan,
apalagi tingkat konsumsi daging bagi masyarakat setiap tahunnya terus
meningkat.2
Dalam rangka peningkatan produksi pertanian pada periode lima tahun ke
depan (2010-2014), Kementerian Pertanian akan lebih fokus pada peningkatan 39
komoditas unggulan nasional. Komoditas unggulan nasional tersebut terdiri atas
tujuh komoditas tanaman pangan, sepuluh komoditas hortikultura, 15 komoditas
perkebunan, dan tujuh komoditas peternakan. Agar posisi swasembada tersebut
dapat berkelanjutan, maka target peningkatan produksinya harus dipertahankan
minimal sama dengan pertumbuhan permintaan dalam negeri, dengan
memperhitungkan laju pertumbuhan penduduk secara nasional, permintaan bahan
baku industri dalam negeri, kebutuhan stok nasional dalam rangka stabilitas harga
serta pemenuhan peluang ekspor (Kementan 2009).
1
Sarman Simanjorang 2013. Konsumsi Daging Orang Indonesia Lebih Rendah dari
Singapura & Malaysia. http://news.citydirectory.co.id [ 11 Mei 2013]
2 Suswono 2010. Konsumsi Daging Masyarakat Indonesia Rendah.
http://www.antaranews.com [11 Mei 2013]
3
Tabel 3. Konsumsi daging per kapita di Asia Tenggara pada tahun 1995- 2005a
NEGARA
KONSUMSI DAGING
(KG/KAPITA/TAHUN)
LAJU
(%)
1995 2005 1995-2005
Brunei Darussalam 70.2 60.6 -1.5
Indonesia 9.7 10.0 0.3
Kamboja 13.3 16.4 2.1
Laos 14.4 17.6 2.0
Malaysia 52.2 51.3 -0.2
Myanmar 8.2 23.0 10.8
Singapura 23.9 29.6 2.2
Thailand 28.5 26.7 -0.6
Vietnam 18.8 34.9 6.4
aFood and Agriculture Organization (2009), diadaptasi dari data State Of Food And Agriculture:
Live Stock in the Balance
Peningkatan pengembangan subsektor peternakan dapat dilihat dengan
adanya peningkatan populasi ternak pada komoditas ternak yang telah ada, baik
secara kuantitas maupun kualitasnya. Perkembangan populasi komoditas utama
ternak di Indonesia pada tahun 2008-2011 mengalami peningkatan dengan
pertumbuhan rata-rata per tahun 4.86 persen. Perkembangan rata-rata per tahun
masing-masing komoditas peternakan berkisar antara -10.40 persen (penurunan
populasi untuk ternak jenis kerbau) sampai 9.59 persen untuk jenis sapi perah.
Tabel 4 memperlihatkan perkembangan populasi komoditas ternak utama di
Indonesia mulai tahun 2008 sampai 2011.
Tabel 4. Populasi komoditas ternak utama Nasional tahun 2008-2011 (000 ekor)a
JENIS
TERNAK
TAHUN PERKEMBANGAN RATA-
RATA PER TAHUN (%) 2008 2009 2010 2011*
Kambing 15,147 15,815 16,620 17,483 4.90
Sapi Potong 12,257 12,760 13,582 14,824 6.56
Domba 9,605 10,199 10,725 11,372 5.79
Babi 6,838 6,975 7,477 7,758 4.32
Kerbau 1,931 1,933 2,000 1,305 -10.40
Sapi Perah 458 475 488 597 9.59
Kuda 393 399 419 416 1.94
TOTAL 46,629 48,556 51,311 53,755 4.86
* Angka sementara aDirektorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011), diadaptasi dari data Statistik
Peternakan dan Kesehatan Hewan
Domba merupakan penyumbang daging terbesar ketiga dari kelompok
ruminansia terhadap produksi daging nasional setelah sapi perah dan sapi potong,
sehingga usaha ternak ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha yang
menguntungkan. Domba telah lama dipelihara oleh sebagian masyarakat sebagai
tabungan dan sumber protein dengan manajemen pemeliharaan secara tradisional.
Pola usaha ternak domba sebagian besar berupa usaha rakyat untuk menghasilkan
bibit atau penggemukan.
Jenis ternak domba dapat menghasilkan beberapa macam komoditas
diantaranya berupa ternak hidup dari hasil reproduksi, daging, susu, maupun
4
limbah kotoran ternak yang banyak manfaatnya bagi usaha budidaya pertanian
tanaman pangan. Ternak domba, disamping dipandang sebagai penghasil berbagai
jenis komoditas utama, maka bagian-bagian dari hasil produksi ternak ini
merupakan bahan baku bagi proses produksi selanjutnya. Selain penghasil daging,
juga penghasil kulit, tulang, jeroan, darah dan bulu. Produk tersebut merupakan
bahan baku industri hilir berikutnya (Winarso & Yusja 2010).
Ternak domba memegang peranan penting dalam pengadaan bahan
makanan di Indonesia. Selain sebagai sumber protein hewani, ternak domba juga
mempunyai fungsi sosial, seperti dalam upacara keagamaan. Menurut Murtidjo
(1993) ternak domba memiliki beberapa kelebihan dan potensi ekonomi yang bisa
diandalkan dibandingkan usaha ternak besar yang lainnya yakni: badan ternak
domba relatif lebih kecil dan cepat dewasa sehingga usaha ternak domba memiliki
keuntungan ekonomi yang cukup tinggi. Domba merupakan ternak ruminansia
kecil yang dalam pemeliharaan tidak memerlukan lahan yang luas, investasi usaha
ternak domba membutuhkan modal relatif kecil sehingga setiap investasi lebih
banyak unit produksi dapat tercapai, modal usaha ternak domba lebih cepat
berputarnya sebab ternak domba cepat dewasa dan lebih cepat dipotong
dibandingkan dengan ternak ruminansia lain seperti kerbau ataupun sapi. Karkas
domba yang kecil akan lebih mudah dijual sehingga relatif lebih cepat dikonsumsi
(hal ini sangat penting bagi daerah yang peternakan domba yang sistem
pemasarannya belum sempurna atau masih jauh dari keramaian konsumen).
Domba memiliki sifat menggerombol sehingga memudahkan dalam pemeliharaan
sistem gembala terutama jika pemeliharaan diserahkan anggota keluarga yang
belum dewasa atau sudah sangat tua.
Purbowati (2009) lebih lanjut menjelaskan bahwa potensi pasar domba
cukup menjanjikan mengingat kebutuhan ternak ini untuk pasar dalam negeri
cukup besar, terutama pada saat hari raya Idul Adha. Peluang pasar yang telah
lama terbuka di berbagai kawasan internasional seperti Timur Tengah dan
ASEAN juga belum dimanfaatkan secara optimal.
Sebagai salah satu komoditas unggulan di bidang peternakan, domba
memiliki prospek untuk terus dikembangkan. Hal tersebut sejalan dengan
kebutuhan masyarakat pada ternak jenis ini. Berbagai upaya dilakukan oleh para
peternak untuk meningkatkan daya saing mereka. Pengembangan domba sebagai
salah satu ternak unggulan, juga ditunjang dengan komoditas ternak ini yang
terdistribusi di berbagai pulau atau provinsi di seluruh wilayah Indonesia.
Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa pada umumnya komoditas domba
terdistribusi di berbagai pulau atau provinsi di seluruh wilayah Indonesia atau
menyebar pada provinsi di seluruh Indonesia. Luasnya penyebaran populasi
komoditas domba tersebut membuktikan bahwa berbagai wilayah di tanah air
memiliki tingkat kecocokan yang baik untuk pengembangan, baik kecocokan dari
segi vegetasi, topografi, klimat, atau bahkan dari sisi sosial-budaya daerah
setempat.
5
Tabel 5. Populasi Nasional domba tahun 2008-2011 di Indonesiaa
PROVINSI POPULASI DOMBA
2008 2009 2010 2011*)
Nanggroe Aceh Darussalam 157,881 193,852 178,194 183, 901
Sumatera Utara 268,291 268,479 281,399 292,880
Sumatera Barat 5,335 4,567 5,737 6,017
Riau 5,798 3,366 3,708 3,434
Jambi 51,959 56,168 61,169 66,063
Sumatera Selatan 34,583 33,445 34,335 38,090
Bengkulu 4,341 4,767 4,767 3,746
Lampung 81,359 82,341 87,084 92,175
Bangka Belitung 123 159 167 192
Kepri 0 0 0 0
DKI Jakarta 1,561 1,432 1,155 1,132
Jawa Barat 5,311,836 5,770,661 6,275,299 6,768,735
Jawa Tengah 2,083,431 2,148,752 2,146,760 2,218,586
DI Yogyakarta 130,775 132,872 136,657 141,689
Jawa Timur 729,721 740,269 750,961 763,053
Banten 612,569 619,924 628,926 657,794
Bali 62 0 0 0
Nusa Tenggara Barat 27,875 25,878 29,194 29,924
Nusa Tenggara Timur 62,648 61,049 63,376 64,473
Kalimantan Barat 340 401 395 401
Kalimantan Tengah 4,630 1,606 1,639 1,672
Kalimantan Selatan 3,494 3,581 3,820 3,913
Kalimantan Timur 909 930 860 869
Sulawesi Utara 0 0 0 0
Sulawesi Tengah 7,167 24,699 9,036 10,681
Sulawesi Selatan 818 490 468 377
Sulawesi Tenggara 197 177 161 164
Gorontalo 0 0 0 0
Sulawesi Barat 0 0 0 0
Maluku 17,521 18,774 20,116 21,554
Malut 0 0 0 0
Papua 115 127 105 115
INDONESIA 9,605,339 10,198,766 10,725,488 11,371,630
* Angka sementara aDirektorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011), diadaptasi dari data Statistik
Peternakan dan Kesehatan Hewan
Selain potensial karena sudah banyak diternakkan oleh masyarakat
Indonesia di berbagai daerah, peluang pengembangan domba juga mengacu pada
pangsa pasar yang sangat terbuka dan terus berkembang. Kebutuhan masyarakat
dalam negeri terhadap domba akan terus meningkat, hal ini dapat dilihat dari
besarnya permintaan domba untuk kebutuhan konsumsi, kebutuhan qurban,
maupun untuk aqiqah. Potensi pasar ini akan terus berkembang sejalan dengan
pesatnya pertumbuhan penduduk dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi
yang berasal dari protein hewani.
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah terbaik untuk
pengembangan ternak domba, karena populasi domba di Provinsi Jawa Barat
adalah yang paling tinggi di Indonesia yaitu sebanyak 6,768,735 ekor atau
mencapai 59.52 persen populasi domba nasional. Jawa Barat sebagai provinsi
dengan populasi ternak domba terbesar secara nasional tidak kurang dari enam
6
juta ekor atau sekitar 59.52 persen dari populasi ternak domba nasional sehingga
pantas dinyatakan sebagai provinsi domba. Ditjenak (2011) menyatakan bahwa
domba yang ada di Jawa Barat dikenal sebagai plasma nutfah domba garut yang
tidak dimiliki negara lain (Ditjenak 2011). Besarnya populasi domba di Jawa
Barat dikarenakan semua Kabupaten di Jawa Barat memiliki ternak domba.
Bogor merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi
untuk pengembangan peternakan domba. Dari data Dinas Peternakan Kabupaten
Bogor pada tahun 2006 sampai 2010 menjelaskan bahwa populasi domba terbesar
terdapat pada Kecamatan Parung Panjang dengan peningkatan populasi sebesar
155.37% (Tabel 6). Besarnya peningkatan populasi tersebut karena adanya
peningkatan yang signifikan pada tahun 2009 sebesar 14,700 ekor yang
sebelumnya hanya 2,009 ekor.
Tabel 6. Populasi domba di Jawa Barat tahun 2009-2010a
KABUPATEN DOMBA PENINGKATAN
PERTAHUN (%) 2009 2010
Bogor 278,608 280,798 0. 79
Sukabumi 482,268 509,757 5.69
Cianjur 309,923 354,459 14.37
Bandung 220,531 223,437 1.32
Garut 601,439 718,720 19.50
Tasikmalaya 251,007 271,191 8.04
Ciamis 209,160 211,798 1.26
Kuningan 126,239 129,137 2.29
Cirebon 178,340 178,989 0.36
Majalengka 294,501 345,723 17.39
Sumedang 157,406 139,079 -11.6
Indramayu 188,579 206,550 9.53
Subang 228,977 232,568 1.57
Purwakarta 709,842 859,164 21.03
Karawang 987,848 1,126,510 14.04
Bekasi 174,573 218,847 25.36
Bandung Barat 338,296 188,047 -44.4
TOTAL 5,737,537 5,068,204 -11.66 aDinas Peternakan Jawa Barat (2010), diadaptasi dari data Populasi Domba Propinsi Jawa Barat
Kecamatan Ciampea merupakan salah satu kecamatan yang memiliki
peternakan domba di Kabupaten Bogor. Peningkatan jumlah populasi domba lebih
sedikit dibandingkan dengan kecamatan lainnya yaitu sebesar 2.96 persen rata-
rata per tahun (Tabel 7). Padahal sebagai penghasil daging, domba memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan dengan hewan ternak penghasil daging
lainnya yaitu domba memiliki sifat lebih mudah berdaptasi dengan lingkungan,
lebih mudah dalam perawatan, dan modal yang diperlukan untuk membuat usaha
peternakan domba lebih kecil. Hal ini merupakan peluang bagi semua pihak yang
ingin mengembangkan sektor peternakan khususnya peternakan domba, karena
peningkatan konsumsi pangan hewani yang tidak diimbangi dengan peningkatan
produksi membuka lebar kesempatan berusaha di bidang peternakan khususnya
peternakan domba. Selain itu juga kecamatan ini merupakan daerah yang strategis
untuk pemasaran domba ke daerah Jabodetabek karena ditunjang oleh akses jalan
yang sangat memadai.
7
Tabel 7. Populasi domba di Kabupaten Bogor tahun 2006-2010a
NO. KECAMATAN
TAHUN PENINGKA
TAN RATA-
RATA PER
TAHUN (%) 2006 2007 2008 2009 2010
1 Nanggung 6,014 6,797 8,075 7,292 10.007 14.84
2 Leuwiliang 5,388 4,527 4,569 4,377 5.304 0.48
3 Leuwi Sadeng 2,502 2,262 2,307 2,011 2.522 1.45
4 Pamijahan 9,960 10,200 10,755 13,910 26.372 31.69
5 Cibungbulang 5,973 6,314 6,840 7,856 9.817 13.46
6 Ciampea 5,957 4,076 5,026 5,249 6.073 2.96
7 Tenjolaya 2,152 2,188 2,418 2,425 2.623 5.16
8 Dramaga 3,657 3,926 4,363 4,417 7.738 23.74
9 Ciomas 5,220 5,014 5,401 1,275 2.109 -1.80
10 Tamansari 2,582 2,813 3,207 1,431 5.127 56.47
11 Cijeruk 6,064 6,090 6,509 9,123 11.584 18.61
12 Cigombong 5,020 5,479 6,084 7,098 7.814 11.73
13 Caringin 5,784 6,048 6,095 5,849 5.927 0.66
14 Ciawi 5,152 4,836 4,079 4,593 4.672 -1.86
15 Cisarua 5,327 4,731 6,241 8,906 8.271 14.03
16 Megamendung 7,895 6,237 6,419 7,295 7.478 -0.48
17 Sukaraja 6,466 5,572 3,142 3,060 3.253 13.43
18 Bbk. Madang 9,380 5,645 3,483 3,862 3.832 -17.00
19 Sukamakmur 7,728 8,511 8,073 6,183 7.785 1.87
20 Cariu 23,419 23,271 21,212 9,272 9.613 -15.52
21 Tanjungsari 9,744 11,141 12,564 11,767 11.208 4.00
22 Jonggol 11,989 13,754 13,959 12,150 12.435 1.40
23 Cileungsi 5,590 5,608 4,553 6,368 6.173 4.58
24 Klapa Nunggal 4,130 3,899 3,522 3,574 3.572 -3.46
25 Gn. Putri 4,022 4,022 3,070 2,573 2.437 -11.29
26 Citeureup 7,322 7,361 4,970 4,836 5.113 -7.22
27 Cibinong 1,248 1,177 1,758 2,158 2.808 24.13
28 Bojonggede 3,363 4,280 4,969 4,969 2.124 -3.47
29 Tajur Halang 3,136 2,304 2,517 2,517 3.732 7.74
30 Kemang 2,453 2,369 2,381 2,205 4.144 19.41
31 Rancabungur 7,625 7,999 8,548 6,819 11.904 16.52
32 Parung 983 959 782 663 1.316 15.59
33 Ciseeng 3,506 3,589 2,494 2,615 5.418 20.97
34 Gn. Sindur 1,588 1,828 1,955 1,690 3.225 24.83
35 Rumpin 5,876 5,576 4,750 1,520 6.362 57.66
36 Cigudeg 8,274 5,522 5,507 23,700 11.024 60.83
37 Sukajaya 9,248 9,453 10,416 32,500 15.376 42.93
38 Jasinga 4,235 4,180 4,277 12,200 10.978 44.06
39 Tenjo 1,657 1,850 1,850 13,600 6.548 148.73
40 Parung Panjang 1,383 1,845 2,009 14,700 6.980 155.37
TOTAL 229.012 223,253 221,149 280,608 280,798 5.88 aDinas Peternakan Jawa Barat (2010), diadaptasi dari data Populasi Domba Propinsi Jawa Barat
Mitra Tani Farm (MT Farm) adalah salah satu usaha peternakan yang
bergerak di bidang penggemukan domba yang ada di Kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor. MT Farm termasuk peternakan yang memiliki skala usaha yang
besar karena memiliki kapasitas produksi diatas seratus ekor ternak, selain itu
memiliki fasilitas kandang yang kapasitasnya mampu menampung hingga 800
ekor ternak domba. Dalam menjalankan roda usaha peternakannya, pihak
8
manajemen MT Farm tentunya mengeluarkan sumberdaya modal yang besar
sehingga dalam pengelolaannya diperlukan suatu studi kelayakan bisnis untuk
menghindari berbagai kemungkinan kerugian dari modal telah dikeluarkan dan
yang akan diinvestasikan. Dengan hadirnya usaha Peternakan Domba MT Farm,
diharapkan tidak hanya menguntungkan bagi peternaknya sendiri, tetapi juga
memiliki manfaat bagi masyarakat sekitar dan sebagai pemasukan pendapatan
pemerintah daerah setempat.
Perumusan Masalah
MT Farm merupakan salah satu perusahaan agribisnis berbasis peternakan
bergerak di bidang penggemukan domba yang ada di Bogor. Usaha peternakan ini
berdiri di atas lahan seluas 800 m2, dengan kapasitas kandang 600 sampai dengan
800 ekor yang terletak di Jalan Manunggal 51 No. 39 RT. 04/05 Desa Tegalwaru,
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Sejak tahun 2004 hingga saat ini MT
Farm mampu menghasilkan 200-300 ekor domba setiap bulan untuk memenuhi
permintaan pasarnya.
Minat masyarakat yang terus meningkat akan domba memberikan peluang
bisnis bagi pengusaha penggemukan domba seperti MT Farm. Produk utama yang
ditawarkan oleh peternakan MT Farm adalah domba hidup dengan bobot yang
bervariasi. Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan salah satu manajemen
MT Farm yakni Bapak Amrul, beliau menyatakan permintaan domba setiap tahun
terus mengalami peningkatan walaupun harga domba terus meningkat. MT Farm
dengan kapasitas yang ada saat ini belum mampu memenuhi permintaan pasarnya
yang berasal dari lembaga-lembaga aqiqah dan restoran cepat saji yang semakin
banyak tersebar di Jabodetabek, serta permintaan masyarakat akan hewan qurban
yang terus meningkat terutama pada saat menjelang hari raya. Lebih lanjut beliau
menyatakan bahwa melihat kondisi pasar yang terus meningkat merupakan suatu
peluang untuk mengembangkan usaha, hal ini dapat dilihat dari jumlah
permintaan konsumennya yang sudah mencapai 538 ekor per bulan dan belum
mampu dipenuhi oleh MT Farm atau masih terdapat peluang pasar sebesar 238-
338 ekor. Adanya peningkatan permintaan ini maka pihak pengelola MT Farm
akan mengupayakan untuk memenuhi kebutuhan pasarnya serta meningkatkan
pendapatan usahanya. Sebagai langkah konkrit dalam memenuhi permintaan
pasarnya, MT Farm berencana melakukan pengembangan usaha dengan cara
meningkatkan kapasitas produksinya.
Melihat rencana pengembangan yang akan dilakukan oleh MT Farm cukup
besar, maka dapat dipastikan bahwa sumberdaya modal yang akan digunakan
untuk rencana investasi ini akan sangat besar pula. Mengingat bahwa biaya yang
akan digunakan untuk investasi pengembangan sangat besar serta kondisi yang
akan datang dipenuhi dengan kemungkinkan terjadinya perubahan-perubahan
yang akan mempengaruhi kelayakan pengembangan usaha domba, maka
diperlukan suatu analisis kelayakan bisnis atau usaha, serta merupakan analisis pra
investasi yang digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan kondisi
ekonomi dan hasil analisa bisnis jika terjadi perubahan atau ketidaktepatan dalam
perhitungan biaya atau manfaat. Faktor-faktor perubahan tersebut tentunya akan
mempengaruhi kelayakan suatu aktivitas bisnis. Oleh karena itu, diperlukan
9
analisis dan identifikasi kondisi yang mungkin akan terjadi dari informasi-
informasi yang sesuai dengan bisnis yang akan dikembangkan.
Analisis kelayakan usaha sangat diperlukan oleh banyak kalangan,
khususnya bagi para investor selaku pemrakarsa, bagi lembaga keuangan seperti
bank selaku pemberi kredit dan bagi lembaga pemerintahan yang memberikan
fasilitas tata peraturan hukum dan perundang-undangan, yang tentunya
kepentingan semuanya itu berbeda satu sama lainnya. Analisis kelayakan usaha
terdapat berbagai aspek yang harus dikaji dan diteliti kelayakannya sehingga hasil
daripada studi tersebut digunakan untuk memutuskan apakah sebaiknya proyek
atau bisnis tersebut layak untuk dijalankan, dikembangkan atau dibatalkan.
Berdasarkan pada tingkat kepentinganya, penerapan analisis kelayakan
usaha dalam suatu usaha yang ditinjau dari berbagai aspek yaitu aspek non
finansial dan aspek finansial. Aspek-aspek non finansial terdiri dari aspek teknis,
aspek manajemen, aspek sosial, aspek pasar dan aspek lingkungan, serta aspek
finansial agar dapat memberikan hasil yang maksimal. Selain itu, usaha
penggemukan domba memiliki beberapa ketidakpastian yang memungkinkan
terjadinya perubahan-perubahan yang akan mempengaruhi kelayakan usaha.
Perubahan-perubahan tersebut antara lain berupa penurunan harga penjualan
domba dan peningkatan harga bakalan domba. Harga penjualan domba dan harga
bakalan domba terus berfluktuasi sehingga mempengaruhi kelayakan
pengembangan usaha penggemukan domba dari sisi aspek finansial sehingga
perlu dilakukan analisis sensitivitas.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam
penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana kelayakan pengembangan usaha penggemukan domba di MT
Farm berdasarkan aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum,
aspek sosial, ekonomi dan budaya, serta aspek lingkungan.
2. Bagaimana kelayakan pengembangan usaha penggemukan domba di MT
Farm pada aspek finansial.
3. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) pengembangan usaha
penggemukan domba di MT Farm apabila terjadi peningkatan mortalitas
domba dan peningkatan harga bakalan domba melalui Analisis Switching
Value.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis kelayakan pengembangan usaha penggemukan domba
di MT Farm berdasarkan aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan
hukum, aspek sosial, ekonomi dan budaya, aspek lingkungan.
2. Kelayakan pengembangan usaha penggemukan domba di MT Farm pada
aspek finansial.
3. Untuk mengukur tingkat kepekaan (sensitivitas) pengembangan usaha
penggemukan domba di MT Farm apabila terjadi peningkatan mortalitas
domba dan peningkatan harga bakalan domba melalui Analisis Switching
Value.
10
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Perusahaan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi,
masukan dan pertimbangan dalam menjalankan operasional usaha dan
menentukan kebijakan terkait dengan kegiatan operasional dan
pengembangan usahanya.
2. Investor atau masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu
referensi dalam mempertimbangkan penanaman modal pada pengembangan
usaha peternakan domba.
3. Penulis, selain sebagai syarat menyelesaikan pendidikan, juga dapat
meningkatkan pengetahuan, dan melatih penulis untuk dapat menerapkan
teori-teori yang diperoleh dari perkuliahan.
TINJAUAN PUSTAKA
Kemitraan dalam pengembangan usaha peternakan domba
Salah satu upaya untuk meningkatkan populasi domba dan meningkatkan
pendapatan petani adalah dengan melakukan perbaikan terhadap sistem
pengembangan usaha domba itu sendiri. Sistem pengembangan usaha ternak
domba dapat dilaksanakan dengan pola kemitraan yang melibatkan berbagai pihak
(Eliser 2000). Model pengembangan terbaik adalah dengan pemberdayaan petani,
pemerintah daerah, LSM dan investor. Model kemitraan di Sumatera Utara yang
diteliti oleh Eliser (2000) menggambarkan dua kondisi wilayah yang berbeda.
Daerah yang diteliti yaitu daerah Kabupaten Langkat dan daerah tempat
transmigran. Pada daerah Langkat pola kemitraan memberikan pengaruh positif
kepada masyarakat dan mengalami peningkatan populasi sebesar 46 persen dari
populasi awal. Sedangkan untuk daerah tansmigran pola kemitraan mengalami
kegagalan yang faktor utamanya disebabkan oleh kurangnya koordinasi antara
lembaga terkait.
Kontribusi usaha peternakan domba terhadap kesejahteraan ekonomi
peternak
Usaha ternak merupakan usaha yang memiliki potensi yang dapat
dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi peternak. Kontribusi
usaha ternak domba terhadap keluarga petani investasi yang dapat diuangkan oleh
petani. Misalnya kontribusi ternak domba terhadap petani di Kecamatan Cikajang,
Kabupaten Garut. Penelitian Rahmat (2008) di lokasi tersebut menunjukkan
bahwasanya kontribusi pendapatan masyarakat dari beternak domba yaitu
Rp 3,155,469/tahun untuk 12 orang peternak skala I (dengan kepemilikan rata-rata
ternak 9.04 Setara Domba Dewasa), Rp 3,618,378 per tahun untuk 22 orang
peternak skala II (dengan kepemilikan rata-rata ternak 13.42 Setara Domba
Dewasa) dan Rp 8,078,140 per tahun untuk lima orang peternak pada skala III
(dengan kepemilikan rata-rata ternak 35.40 Setara Domba Dewasa). Kontribusi ini
akan semakain meningkat apabila skala usaha peternak domba semakin besar. Hal
11
ini dibuktikan dengan penghitungan kontribusi pendapatan keluarga peternak
yaitu kontribusi sebesar 6.33 persen pada skala I, kontribusi sebesar 11.35 persen
pada skala II dan 27.54 persen untuk skala ke III.
Daerah Bogor merupakan daerah yang sesuai untuk mengembangkan
potensi sumberdaya perternakan karena selain memegang peranan penting dalam
perekonomian pedesaan Bogor, ketersediaan sumberdaya ternak juga sangat
mendukung dalam kegiatan produksi. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan Yulida pada 2008 yang meneliti tentang Potensi sumberdaya
peternakan di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor untuk pengembangan ternak
domba. Peneliti menggambarkan bahwa sumberdaya yang tersedia masih
mendukung dalam pembangunan ternak domba di Kecamatan Ciampea antara
yang lain sumberdaya alam, manusia, modal dan kelembagaan peternakan. Jumlah
ternak yang saat ini mencapai 422 ekor, dengan melihat jumlah sumberdaya pakan
ternak yang masih surplus di Kecamatan Ciampea diperkirakan masih dapat
dilakukan penambahan ternak hingga mencapai 102 ekor.
Aspek finansial dan non finansial dalam kajian studi kelayakan usaha
peternakan domba
Widodo (2010) melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan usaha
penggemukan domba pada Agrifarm di Desa Cihideung Udik Kecamatan
Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hasil analisis ini menyatakan bahwa
usaha tersebut layak pada pada aspek non finansial, berdasarkan aspek pasar,
peluang pasar masih terbuka karena masih adanya gap yang cukup besar antara
permintaan dan penawaran. Berdasarkan aspek teknis, variabel utama faktor
pendukung jalannya usaha pada aspek ini menunjukkan adanya keberpihakan
yang cukup baik sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik.
Berdasarkan aspek manajemen, usaha penggemukan domba Agrifarm telah
melakukan pembagian kerja meski dengan struktur yang sederhana. Berdasarkan
aspek sosial, usaha ini cenderung tidak merusak lingkungan dan justru mampu
menyerap tenaga kerja.
Dalam membuat perkiraan pendapatan yang akan diperoleh di masa yang
akan datang perlu dilakukan perhitungan secara cermat dengan membandingkan
data dan informasi yang ada sebelumnya. Begitu pula perkiraan dengan biaya-
biaya yang akan dikeluarkan selama periode tertentu. Pada aspek finansial asumsi-
asumsi tersebut ditunjukkan dalam aliran cash atau cashflow perusahaan selama
periode usaha. Dengan dibuatnya aliran kas perusahaan, kemudian dinilai
kelayakan investasi tersebut melalui kriteria kelayakan investasi. Tujuannya
adalah untuk menilai apakah investasi tersebut layak atau tidak dijalankan dilihat
dari aspek keuangan (finansial).
Alat ukur yang digunakan untuk menentukan kelayakan suatu usaha
berdasarkan kriteria investasi umumnya sama yaitu Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), Net B/C dan Payback Period (PP). Walaupun
demikian, hasil yang diperoleh dari tiap usaha berbeda-beda. Tidak hanya
tergantung pada jenis usaha saja namun besar kecilnya usaha dan cara pengelolaan
juga mengakibatkan memberikan nilai yang berbeda. Penelitian tentang kelayakan
finansial penggemukan kambing dan domba yang dilakukan oleh Fitrial (2009)
pada Mitra Tani Farm berlokasi di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.
12
menganalisis aspek finansial usaha penggemukan kambing dan domba peternakan
Mitra Tani Farm selama lima tahun dengan tingkat diskonto 8.5 persen diperoleh
nilai NPV sebesar Rp 359,346,744, net B/C dan Gross B/C sebesar 2.53, IRR
sebesar 11.7 persen dan PP selama 1.5 tahun. Hasil dari analisis yang diperoleh
masing-masing kriteria investasi tersebut sesuai dengan nilai indikator yang
ditetapkan sehingga usaha penggemukan kambing dan domba layak untuk
dijalankan. Sedangkan pada penelitian Widodo (2010) yang hanya memiliki
produk berupa domba, pada aspek finansial hasil analisis ini menyatakan bahwa
aspek finansial yang meliputi NPV, IRR, Net B/C, PP dan BEP, usaha
penggemukan domba Agrifarm ini layak untuk dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat
dari analisis finansial yang menunjukkan NPV lebih besar dari nol yaitu
Rp 31,615,070 IRR sebesar 43 persen, dimana lebih besar dari discount rate
sebesar 6.5 persen. Nilai Net B/C lebih besar dari satu, yaitu 2.93. Payback Period
(PP) yang diperoleh adalah sebesar 3.3 tahun atau sama dengan 3 tahun 4 bulan
dimana masih lebih kecil dari umur proyek serta nilai break even point (BEP)
usaha Penggemukan Domba Agrifarm ini adalah sebanyak 532 ekor.
Beberapa penelitian analisis kelayakan usaha, para peneliti melakukan
analisis nilai pengganti (switching value), analisis ini dilakukan untuk menguji
kepekaan setiap perubahan kenaikan harga input dan penurunan output
(penjualan). Fitrial (2009) melalui pendekatan nilai analisis switching value
menunjukan usaha tersebut dapat mentolerir kenaikan harga input mencapai 5.34
persen dan penurunan kuantitas penjualan output sebesar 4.79 persen. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2010) mengenai analisis kelayakan usaha
penggemukan domba pada Agrifarm di Desa Cihideung Udik Kecamatan
Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan analisis switching value,
penurunan volume penjualan ternak Agrifarm lebih berpengaruh dibandingkan
dengan peningkatan biaya operasional. Batas penurunan volume penjualan ternak
Agrifarm agar usaha ini tetap layak dilaksanakan adalah sebesar 3.69 persen,
sedangkan batas peningkatan biaya operasional adalah sebesar 6.98 persen.
Penelitian terdahulu yang dikaji memiliki manfaat yang dapat diambil antara
lain adalah penggunaan metode, lokasi penelitian yang digunakan oleh peneliti
sebelumnya. Adapun penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian terdahulu. Persamaan penelitian ini dengan penelititan terdahulu adalah
objek penelitian yang sama yaitu domba dan metode yang digunakan serta analisis
kelayakan usaha yaitu NPV (Net Present Value), Net B-C Ratio, IRR ( Internal
Rate of Return), Payback Period dan Switching Value yang diteliti oleh Eliser
(2000), Rahmat (2008), Yulida (2008), Fitrial (2009) dan Widodo (2010).
Sedangkan perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian
sebelumnya yaitu penelitian yang akan dilakukan membahas investasi baru yang
akan dijalankan oleh perusahaan sehingga data yang digunakan berdasarkan
berupa data estimasi berdasarkan historical data perusahaan.
13
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, berasal
dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun
kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini, akan dijelaskan pada sub bab
berikut.
Teori Investasi
Penilaian investasi dalam studi kelayakan Usaha bertujuan untuk
menghindari terjadinya keterlanjutan investasi yang tidak menguntungkan karena
bisnis yang tidak layak. Kekeliruan dan kesalahan dalam menilai investasi akan
menyebabkan kerugian dan risiko yang besar. Penilaian investasi memiliki
konsekuensi dalam jangka panjang, pada umumnya dalam jumlah yang besar, dan
komitmen yang sulit untuk diubah. Gittinger (1986) mengungkapkan bahwa
kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-
barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaat-
manfaat setelah beberapa periode waktu. Secara umum, bisnis merupakan
kegiatan yang mengeluarkan biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil
atau benefit dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-
kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit bisnis.
Gray et al (1992) mendefinisikan suatu kegiatan investasi sebagai kegiatan
yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan
mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit. Sumber-sumber
yang dapat dipergunakan dalam pelaksanaan bisnis dapat berbentuk barang-
barang modal, tanah, bahan-bahan setengah jadi, tenaga kerja dan waktu.
Sedangkan benefit dapat berbentuk tingkat konsumsi yang lebih besar,
penambahan kesempatan kerja, perbaikan tingkat pendidikan atau kesehatan, dan
perubahan/perbaikan suatu sistem atau struktur.
Gambar 1. Kurva fungsi investasi
Mankiw (2007), menyatakan bahwa investasi bergantung pada tingkat
bunga. Penurunan tingkat bunga riil akan mengurangi biaya modal. Karena itu,
hal ini menunjukkan hal ini meningkatkan jumlah laba dari kepemilikan modal
dan meningkatkan insentif untuk mengakumulasi lebih banyak modal. Demikian
Tingkat
Bunga Riil, r
Investasi, I
14
pula, kenaikan tingkat bunga riil akan meningkatkan biaya modal dan menye-
babkan perusahaan menurunkan investasi. Karena itu, kurva investasi yang
mengaitkan investasi dengan tingkat bunga akan miring ke bawah. Adapun kurva
fungsi investasi dapat ditunjukkan pada Gambar 1. Pada Gambar 1, menunjukkan
bahwa investasi tetap bisnis naik ketika tingkat bunga turun. Hal tersebut
dikarenakan tingkat bunga yang lebih rendah menurunkan biaya modal dan karena
itu memiliki modal menjadi lebih menguntungkan.
Kenyataan yang dihadapi oleh pemilik modal adalah sumberdaya semakin
langka, suatu kegiatan investasi dapat memberikan manfaat yang berbeda dari
berbagai alternatif bisnis yang ada, sehingga pemilik modal perlu mengetahui
secara pasti tingkat manfaat (benefit) yang dicapai dalam suatu bisnis, dapat
memilih alternatif bisnis yang paling menguntungkan, dapat menentukan prioritas
investasi dari berbagai alternatif yang ada, dapat mengurangi pemborosan
sumberdaya. Oleh karena itu, diperlukan studi kelayakan bisnis yang dapat
menunjukkan apakah bisnis yang direncanakan atau sudah dilakukan layak untuk
dilaksanakan atau dipertahankan.
Studi Kelayakan Bisnis
Bisnis merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya
dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah
untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan
dalam suatu unit. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan bisnis
adalah siklus bisnis yang terdiri dari tahap-tahap identifikasi, persiapan dan
analisis penilaian, pelaksanaan dan evaluasi (Gitingger, 1986).
Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah
suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan
(Nurmalina et al, 2009). Selain itu studi kelayakan bisnis dapat diartikan sebagai
penelitian tentang dapat tidaknya suatu bisnis (biasanya merupakan bisnis
investasi) dilaksanakan dengan berhasil (Jumingan, 2009). Pengertian
keberhasilan bagi pihak yang berorientasi profit dan non profit bisa berbeda. Bagi
pihak yang berorientasi profit semata, biasanya mengartikan keberhasilan suatu
bisnis dalam artian yang lebih terbatas dibandingkan dengan pihak non profit,
yaitu diukur dengan keberhasilan proyek tersebut dalam menghasilkan profit.
Sedangkan pihak non profit (misalnya pemerintah), pengertian berhasil bisa
berupa seberapa besar penyerapan tenaga kerja, pemafaatan sumber daya yang
melimpah di tempat tersebut, dan faktor-faktor lain yang dipertimbangkan
terutama manfaatnya bagi masyarakat luas.
Menurut Suliyanto (2010), studi kelayakan bisnis merupakan penelitian
yang bertujuan untuk memutuskan apakah sebuah ide bisnis layak untuk
dilaksanakan atau tidak. Sebuah ide bisnis dinyatakan layak untuk dilaksanakan
jika ide teresbut dapat mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi semua pihak
(stakeholder) dibandingkan dampak negatif yang ditimbulkan. Sedangkan
Subagyo (2007) menyatakan bahwa studi kelayakan adalah penelitian yang
mendalam terhadap suatu bisnis tentang layak atau tidaknya bisnis tersebut untuk
dilaksanakan. Stusi kelayakan bisnis adalah penelitian yang menyangkut berbagai
aspek, baik itu dari aspek pasar dan pemasaran, teknis dan teknologi, manajemen
dan hukum, sosial, ekonomi dan budaya, lingkungan, maupun aspek keuangan.
15
Aspek-Aspek Kelayakan Bisnis
Dalam menentukan layak atau tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari
berbagai aspek. Setiap aspek untuk bisa dikatakan layak harus memiliki suatu
standar nilai tertentu, namun keputusan penilaian tidak hanya dilakukan pada satu
aspek saja. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus didasarkan kepada
seluruh aspek yang akan dinilai nantinya. Menurut Kasmir dan Jakfar (2003)
ukuran kelayakan masing-masing jenis usaha sangat berbeda misalnya antara jasa
dan non jasa, seperti pendirian hotel dengan usaha pembukaan perkebunan kelapa
sawit. Akan tetapi, aspek-aspek yang digunakan untuk menyatakan layak atau
tidaknya adalah sama sekalipun bidang usahanya berbeda.
Aspek-aspek yang dinilai dalam studi kelayakan bisnis meliputi aspek pasar,
aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya,
aspek lingkungan dan aspek keuangan.
Aspek Pasar
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), pasar secara sederhana diartikan sebagai
tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi. Namun
dalam praktiknya pengertian pasar dapat lebih luas lagi. Artinya pembeli dan
penjual tidak harus bertemu di suatu tempat untuk melakukan transaksi, tetapi
cukup melalui sarana elektronik seperti telepon, faksmili atau melalui internet.
Sedangkan pemasaran adalah upaya untuk menciptakan dan menjual produk
kepada berbagai pihak dengan maksud tertentu. Pemasaran berusaha menciptakan
produk dan mempertukarkan produk baik barang maupun jasa kepada konsumen
di pasar.
Husnan dan Muhammad (2000), menyatakan bahwa peranan analisa aspek
pasar dalam pendirian maupun perluasan usaha pada studi kelayakan bisnis
merupakan variabel pertama dan utama untuk mendapat perhatian, aspek pasar
dan pemasaran. Menurut Nurmalina et al (2009), aspek pasar dan pemasaran
mempelajari mengenai: (1) permintaan, baik secara total ataupun diperinci
menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai, sehingga diperlukan
proyeksi permintaan. (2) Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri, maupun
dari luar negeri (impor), dan bagaimana perkembangan di masa lalu dan
bagaimana perkiraan di masa yang akan datang. Faktor-faktor tersebut
mempengaruhi penawaran, seperti jenis barang yang bisa menyaingi, dan
perlindungan dari pemerintah. (3) Harga, dilakukan perbandingan dengan barang-
barang impor, produksi dalam negeri lainnya. (4) Program pemasaran, mencakup
strategi pemasaran yang akan dipergunakan bauran pemasaran (marketing mix).
Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan
perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam sasaran. Alat bauran
pemasaran diklasifikasikan menjadi empat unsur yang dikenal dengan empat P
yaitu produk (Product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion)
(Kotler 1997).
Aspek Teknis
Nurmalina et al (2009), mengatakan bahwa aspek teknis merupakan suatu
aspek yang berkenan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan
pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Berdasarkan analisa ini
dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya
eksploitasinya.
16
Hal yang perlu dianalisis pada aspek teknis adalah penentuan lokasi bisnis,
skala produksi yang optimal karena skala produksi yang terlalu besar akan
menimbulkan pemborosan namun skala produksi yang terlalu kecil akan
kehilangan peluang untuk mendapatkan keuntungan, pemilihan mesin dan
peralatan, penentuan tata letak (layout) yang baik, dan pemilihan teknologi
(Suliyanto, 2010).
Analisis secara teknis berhubungan dengan bisnis (penyediaan) dan output
(produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa. Hal ini sangat penting, dan
kerangka kerja bisnis harus dibuat secara jelas supaya analisis secara teknis dapat
dilakukan dengan teliti (Gittinger 1986). Aspek-aspek lain dari analisa bisnis
hanya akan dapat berjalan bila analisis secara teknis dapat dilakukan, walaupun
asumsi-asumsi teknis dari suatu perencanaan bisnis mungkin sekali perlu direvisi
sebagaimana aspek-aspek yang lain diteliti secara terperinci.
Aspek Manajemen dan Hukum
Aspek manajemen meliputi manajemen pembangunan dalam bisnis dan
manajemen dalam operasi. Manajemen pembangunan bisnis adalah proses untuk
merencanakan penyiapan sarana fisik dan peralatan lunak lainnya agar bisnis yang
direncanakan tersebut bisa mulai beroperasi secara komersial tepat pada waktunya
(Husnan dan Muhammad 2000).
Aspek hukum menyangkut tentang bentuk badan usaha yang akan
digunakan (dikaitkan dengan kekuatan hukum dan konsekuensinya), dan
mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan
sumber dan berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, dan izin. Disamping hal
tersebut, aspek hukum dari suatu kegiatan bisnis diperlukan dalam hal
mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan
kerjasama (networking) dengan pihak lain (Nurmalina et al, 2009).
Aspek Ekonomi dan Sosial
Setiap usaha yang dijalankan, tentu akan memberikan dampak positif dan
negatif. Dampak positif dan negatif ini akan dirasakan oleh berbagai pihak, baik
bagi pengusaha itu sendiri, pemerintah, ataupun masyarakat luas.
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003) bagi masyarakat adanya investasi
ditinjau dari aspek ekonomi adalah akan memberikan peluang untuk
meningkatkan pendapatannya. Sedangkan bagi pemerintah dampak positif yang
diperoleh adalah dari aspek ekonomi memberikan pemasukan berupa pendapatan
baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sebaliknya, dampak negatif
tidak akan terlepas dari aspek ekonomi seperti eksplorasi sumber daya alam yang
berlebihan, masuknya pekerja dari luar daerah sehingga mengurangi peluang bagi
masyarakat sekitarnya. Dampak positif dari aspek sosial bagi masyarakat secara
umum adalah tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, seperti
pembangunan jalan, jembatan, listrik, dan sarana lainnya. Kemudian bagi
pemerintah dampak negatif dari aspek sosial adanya perubahan demografi di suatu
wilayah, perubahan budaya, dan kesehatan masyaraka. Dampak negatif dalam
aspek sosial termasuk terjadinya perubahan gaya hidup, budaya, adat istiadat dan
struktur sosial lainnya. Oleh karena itu, diharapkan dari aspek ekonomi dan sosial,
pada bisnis yang akan dijalankan memberikan dampak positif yang lebih banyak.
Dengan kata lain, berdirinya suatu bisnis secara ekonomi dan sosial banyak
memberikan manfaat dibandingkan kerugiannya.
17
Aspek Lingkungan
Lingkungan di tempat bisnis yang akan atau sedang dijalankan harus
dianalisis secara cermat. Hal ini disebabkan, lingkungan di satu sisi dapat menjai
peluang dari bisnis yang akan dijalankan, namun di sisi lain lingkungan juga dapat
menjadi ancaman bagi perkembangan bisnis. Keberadaan bisnis dapat
berpengaruh terhadap lingkungan, baik lingkungan masyarakat maupun
lingkungan ekologi tempat bisnis tersebut akan dijalankan.
Suatu bisnis dapat menimbulkan berbagai aktivitas sehingga menimbulkan
dampak bagi lingkungan di sekitar lokasi bisnis. Perubahan kehidupan masyarakat
sebagai akibat dari adanya aktivitas bisnis dapat berupa semakin ramainya lokasi
di sekitar lokasi bisnis, timbulnya kerawanan sosial, timbulnya penyakit
masyarakat, juga perubahan gaya hidup sebagai akibat masuknya tenaga kerja dari
luar daerah. Sedangkan dampak terhadap lingkungan ekonomi dapat berupa
penyerapan tenaga kerja, peningkatan kesejahteraan masyarakat, atau bahkan
tergusurnya bisnis yang selama ini telah berjalan di masyarakat. Sementara itu,
dampak bagi lingkungan ekologi dapat berupa polusi, baik polusi udara, tanah, air,
maupun suara (Suliyanto, 2010). Oleh karena itu, sebelum suatu usaha dijalankan
maka sebaiknya dilakukan terlebih dahulu studi tentang dampak lingkungan yang
akan timbul, baik sekarang maupun yang akan datang. Analisis mengenai
dampak lingkungan hidup sudah merupakan bagian kegiatan studi kelayakan
usaha dan kegiatan yang harus dijalankan. Hasil studi ini akan berguna untuk para
perencana serta bagi pengambil keputusan.
Aspek Finansial
1. Teori Biaya dan Manfaat
Analisis finansial diawali dengan biaya dan manfaat dari suatu proyek.
Analisis finansial bertujuan untuk membandingkan pengeluaran uang dengan
revenue earning bisnis (Kadariah et al, 1999). Dalam analisis bisnis, penyusunan
arus biaya dan arus manfaat sangat penting untuk mengukur besarnya nilai tambah
yang diperoleh dengan adanya bisnis.
Biaya merupakan pengeluaran atau pengorbanan yang dapat mengurangi
manfaat yang akan diterima. Sedangkan manfaat merupakan hasil yang
diharapkan akan berguna bagi individu, lembaga, ataupun masyarakat yang
merupakan hasil dari suatu investasi. Biaya dan manfaat ini bisa merupakan biaya
dan manfaat langsung ataupun biaya dan manfaat tidak langsung. Biaya dan
manfaat langsung adalah biaya dan manfaat yang bisa dirasakan dan dapat diukur
sebagai akibat langsung dan merupakan tujuan utama dari suatu bisnis, sedangkan
biaya dan manfaat tidak langsung merupakan biaya dan manfaat yang dirasakan
secara tidak langsung dan merupakan utama dan tujuan utama dari suatu bisnis.
Biaya dan manfaat yang dimaksudkan kedalam analisis bisnis adalah biaya dan
manfaat yang bersifat langsung.
Biaya yang diperlukan untuk suatu bisnis terdiri dari biaya modal, biaya
operasional dan biaya lainnya yang terlibat dalam pendanaan suatu bisnis. Biaya
modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka
panjang, dengan contoh tanah, bangunan dan perlengkapan, pabrik dan mesin-
mesin, biaya pendahuluan sebelum operasi, serta biaya-biaya lainnya dalam
penelitian.
18
2. Laba Rugi
Menurut Gittinger (1986) laporan laba rugi adalah suatu laporan keuangan
yang meringkas penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode
akuntansi yang menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tersebut.
Laba merupakan sejumlah nilai yang tersisa setelah dikurangkannya pengeluaran-
pengeluaran yang timbul di dalam memproduksi barang dan jasa dari penerimaan
yang diperoleh dengan menjual barang dan jasa tersebut. Dengan kata lain,
pendapatan (laba) merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran.
Penerimaan netto timbul dari penjualan barang dan jasa yang dikurangi dengan
potongan penjualan, barang yang dikembalikan dan pajak penjualan. Pengeluaran
tunai untuk operasi mencakup seluruh pengeluaran tunai yang timbul untuk
memproduksi output, diantaranya yaitu biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku.
Pengurangan biaya langsung untuk memproduksi suatu barang dengan total
penerimaan bersih akan menghasilkan pendapatan bruto.
Komponen lain dalam laporan laba rugi adalah adanya biaya penjualan,
biaya umum dan biaya administrasi. Pengurangan komponen-komponen tersebut
tersebut terhadap laba bruto akan menghasilkan laba operasi sebelum penyusutan.
Penyusutan merupakan pengeluaran operasi bukan tunai yang merupakan proses
alokasi biaya yang berasal dari harta tetap ke tiap periode operasi yang
menyebabkan nilai harta tetap tersebut menjadi berkurang. Pengurangan
penyusutan terhadap laba operasi sebelum penyusutan laba operasi sebelum
penyusutan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak.
Komponen selanjutnya dalam laporan laba rugi adalah komponen
pendapatan atau beban di luar operasi seperti bunga yang diterima, bunga yang
dibayar, subsidi dan cukai. Penambahan pendapatan diluar operasi dan
pengurangan beban diluar operasi akan menghasilkan laba sebelum pajak.
Pengurangan pajak penghasilan terhadap pendapatan sebelum pajak akan
menghasilkan laba bersih (net benefit). Hal inilah yang merupakan pengembalian
kepada pemilik usaha yang tersedia baik untuk dibagikan ataupun untuk
diinvestasikan kembali.
3. Analisis Kriteria Investasi
Laporan rugi laba mencerminkan perbandingan pendapatan yang diperoleh
dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan. Laporan rugi laba menunjukan hasil
operasi perusahaan selama periode operasi. Menurut Husnan dan Muhammad
(2000), bahwa dalam menganalisa suatu proyek investasi lebih relevan terhadap
kas bukan terhadap laba, karena dengan kas seseorang bisa berinvestasi dan
membayar kewajibannya, sehingga untuk mengetahui sejauh mana keadaan
finansial perusahaan, perlu dilakukan analisis aliran kas (Cashflow).
Analisis kriteria investasi merupakan analisis untuk mencari suatu ukuran
menyeluruh tentang baik tidaknya suatu usaha yang telah dikembangkan. Setiap
kriteria investasi menggunakan Present Value yang telah di-discount dari arus-
arus benefit dan biaya selama umur suatu usaha (Kadariah et al 1999). Penilaian
investasi dalam suatu usaha dilakukan dengan memperbandingkan antara semua
manfaat yang diperoleh akibat investasi dengan semua biaya yang dikeluarkan
selama proses investasi dilaksanakan.
Menurut Umar (2007) menganalisis aspek keuangan dari suatu studi
kelayakan bisnis bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui
perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara
19
pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan
proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan
dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang. Kriteria investasi yang
digunakan yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net
Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP).
a. Net Present Value (NPV)
Menurut Suliyanto (2010) Net Present Value merupakan metode yang
dilakukan dengan cara membandingkan nilai sekarang dan aliran kas masuk
bersih (proceed) dengan nilai sekarang dari biaya pengeluaran suatu investasi
(outlays). Jika hasil perhitungan NPV positif berarti investasi akan memberikan
hasil yang lebih tinggi dibandingkan rate of return minimum yang diinginkan.
Sebaliknya jika NPV negatif berarti investasi akan memberikan hasil yang
lebih rendah dibandingkan rate of return minimum yang diiginkan, maka
investasi pada usaha tersebut sebaiknya tidak dijalankan. Perhitungan NPV
dilakukan untuk mengetahui keuntungan bersih yang diperoleh dari usaha MT
Farm dan usaha ini layak jika nilai NPV yang diperoleh lebih besar dari nol.
b. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return merupakan metode untuk menghitung tingkat
bunga yang dapat menyamakan antara present value dari semua aliran kas
masuk dengan aliran kas keluar dari suatu investasi proyek (Suliyanto, 2010).
Usaha dikatakan layak, jika nilai IRR yang diperoleh lebih besar atau sama
dengan tingkat discount rate yang digunakan (IRR ≥ discount rate).
c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net Benefit Cost Ratio merupakan rasio aktivitas dari jumlah nilai
sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi
selama umur investasi (Kasmir dan Jakfar, 2009). Menurut Umar (2007)
menghitung Net Benefit Cost Ratio adalah dengan menghitung perbandingan
antara nilai sekarang (present value) dari rencana penerimaan-penerimaan kas
bersih di masa yang akan dating dengan nilai sekarang (present value) dari
investasi yang akan dilaksanakan. Dengan kata lain dihitung dengan
membandingkan antara PV kas masuk dengan PV kas keluar.
d. Payback Period (PP)
Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup
kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan
aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan initial cash investment
dengan cash inflow nya yang hasilnya merupakan satuan waktu (Umar, 2007).
Metode Payback Period ini cukup sederhana sehingga mempunyai kelemahan.
Kelemahan utamanya yaitu metode ini tidak memperhatikan konsep nilai
waktu dari uang di samping juga tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah
payback. Usaha ini dikatakan layak jika nilai PP kurang dari umur bisnis
peternakan dombaMitra Tani Farm (PP < umur usaha).
Analisis Switching Value
Gittinger (1986) menyatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas
adalah nilai pengganti (switching value). Analisis Switching Value merupakan
metode yang digunakan untuk menganalisis nilai pengganti terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi agar bisnis dapat memenuhi tingkat minimum diterimanya
bisnis. Dengan kata lain, sampai berapa persen perubahan yang terjadi pada
20
variabel yang diduga bisa menyebabkan perubahan sehingga bisnis dikatakan
masih dapat diterima. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan
terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV=0).
Kerangka Pemikiran Operasional
MT Farm merupakan salah satu perusahaan agribisnis berbasis peternakan
bergerak di bidang penggemukan domba yang ada di Bogor. Usaha peternakan ini
berdiri di atas lahan seluas 800 m2
dengan kapasitas kandang 600 sampai dengan
800 ekor yang terletak di Jalan Manunggal 51 No. 39 RT. 04/05 Desa Tegalwaru,
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Sejak tahun 2004 hingga saat ini MT
Farm mampu menghasilkan 200-300 ekor domba setiap bulan untuk memenuhi
permintaan pasarnya.
MT Farm dengan kapasitas yang ada saat ini belum mampu memenuhi
permintaan pasarnya yang berasal dari lembaga-lembaga aqiqah dan restoran
cepat saji yang semakin banyak tersebar di Jabodetabek, serta permintaan
masyarakat akan hewan qurban yang terus meningkat terutama pada saat
menjelang hari raya. Melihat kondisi pasar yang terus meningkat merupakan suatu
peluang untuk mengembangkan usaha, hal ini dapat dilihat dari jumlah
permintaan konsumennya yang sudah mencapai 538 ekor per bulan dan belum
mampu dipenuhi oleh MT Farm atau masih terdapat peluang pasar sebesar 238-
338 ekor. Adanya peningkatan permintaan ini maka pihak pengelola MT Farm
akan mengupayakan untuk memenuhi kebutuhan pasarnya serta meningkatkan
pendapatan usahanya. Sebagai langkah konkrit dalam memenuhi permintaan
pasarnya, MT Farm berencana melakukan pengembangan usaha dengan cara
meningkatkan kapasitas produksinya.
Analisis kelayakan dan potensi pengembangan usaha ternak domba
mencakup kajian terhadap dan aspek finansial dan aspek non finansial yang terdiri
dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek
lingkungan. Penentuan kelayakan aspek non finansial dari pengembangan usaha
domba yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan membandingkan antara
keadaan di lapang dengan teori-teori yang terkait melalui studi literatur.
Sedangkan penentuan aspek finansial menggunakan kriteria investasi yaitu NPV
(Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit Cost
Ratio) dan PP (Payback Period). Untuk menghadapi peningkatan harga input dan
penurunan kuantitas ouput yang selalu mengalami perubahan-perubahan maka
diperlukan kewaspadaan terhadap usaha tersebut dengan menganalisis melalui
analisis pengganti (Switching Value Analysis). Dengan analisis ini akan diketahui
berapa besarnya batas perubahan tersebut sehingga membuat usaha tersebut tidak
layak.
Hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan informasi
tentang kelayakan finansial maupun non finansial dari pengembangan usaha
domba yang diusahakan oleh MT Farm serta dapat membantu pengusaha dalam
mengambil keputusan dalam menginvestasikan modalnya. Apabila kegiatan
investasi tersebut berdasarkan analisis yang dilakukan layak untuk dijalankan,
maka hasil penelitian ini akan direkomendasikan kepada MT Farm agar terus
mengembangkan usahanya. Sebaliknya apabila hasil analisis yang dilakukan
menunjukkan bahwa kegiatan investasi pada usaha tersebut tidak layak maka di
21
analisis kembali aspek-aspek yang menyebabkan bisnis tidak layak. Adapun
bagan kerangka pemikiran operasional penelitian ini dapat dilihat pada gambar
berikut.
Gambar 2. Kerangka pemikiran operasional
Mitra Tani Farm
MT Farm baru mampu memenuhi kebutuhan pasarnya
sebanyak 200-300 ekor domba per bulan
Terdapat peningkatan permintaan menjadi 538 ekor per
bulan
Analisis Kelayakan Usaha
Analisis Aspek Nonfinansial:
1. Aspek Pasar
2. Aspek Teknis
3. Aspek Manajemen dan Hukum
4. Aspek sosial, Ekonomi
5. Aspek Lingkungan
Aspek Finansial:
1. NPV (Net Present Value)
2. B/C Ratio ( Net Benefit Cost Ratio)
3. IRR (Internal Rate of Return)
4. PP (Payback Period)
5. Analisis Switching Value
Layak
Lanjutkan Pengembangan
Tidak Layak
MT Farm berencana melakukan pengembangan usaha
dengan cara meningkatkan kapasitas produksi domba untuk
memenuhi permintaan pasarnya
22
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di peternakan MT Farm yang bertempat di Jalan
Manunggal 51 No. 39 RT. 04/05 Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan bahwa MT Farm sebagai peternakan yang bergerak di bidang
penggemukan domba yang akan mengembangkan usahanya merupakan usaha
yang memiliki prospek yang baik. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan
mulai bulan Februari 2012.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak manajemen
MT Farm. Data primer itu sendiri mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan selama
umur usaha baik biaya investasi maupun biaya operasional, serta penerimaan
selama usaha berjalan. Data primer yang digunakan tersebut berupa historical
data perusahaan. Data sekunder diperoleh dari studi literatur beberapa skripsi,
internet dan buku-buku yang berkaitan dengan materi penelitian ini. Selain itu,
data yang diperoleh juga berasal dari observasi di lapangan.
Metode Analisis Data
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif berupa analisis deskriptif yang dilakukan untuk
mendefinisikan mengenai gambaran sistem usaha dan aspek non finansial yang
terdiri dari aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi,
budaya, serta aspek lingkungan dari pengembangan usaha domba oleh MT Farm.
Sedangkan analisis data secara kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat
kelayakan finansial berdasarkan kriteria NPV, IRR, Net B/C dan PP yang diolah
menggunakan komputer program Microsoft Excel. Melalui switching value
analysis, data yang ada dicoba untuk dirubah dengan melakukan perubahan
kenaikan harga bakalan domba (bibit) dan penurunan mortalitas domba, sehingga
dapat dilihat sejauh mana kemampuan usaha tersebut bertahan terhadap perubahan.
Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial
Aspek Pasar
Analisis aspek pasar dikaji dengan cara deskriptif untuk mengetahui berapa
besar potensi pasar untuk masa yang akan datang. Untuk keperluan ini perlu
diketahui tingkat permintaan pasar pada masa lalu, sekarang dan masa yang akan
datang, dan melihat keseluruhan potensi pasar yang dapat diserap oleh perusahaan
MT Farm serta strategi pemasaran yang digunakan untuk mencapai market share
yang telah diterapkan.
23
Aspek Teknis
Dalam aspek teknis yang akan diteliti pada pengembangan usaha ternak
domba MT Farm adalah mengenai lokasi usaha, luasan produksi dan layout usaha.
Analisis ini dilakukan dengan mengidentifikasi aspek teknis tersebut secara
langsung di lapangan kemudian dibandingkan dengan teori yang ada.
Aspek Manajemen dan Hukum
Dalam aspek manajemen akan dilihat mengenai pengelola usaha dan
struktur organisasi. Sedangkan aspek hukum melihat kelengkapan dan keabsahan
dokumen yang berkaitan dengan pengembangan usaha pada MT Farm, mulai dari
bentuk badan usaha sampai dengan izin-izin yang dimiliki.
Aspek Ekonomi dan Sosial
Penelitian dalam aspek ekonomi pada pengembangan usaha oleh MT Farm
ini adalah dengan melihat seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan jika usaha
tersebut dijalankan. Pengaruh tersebut terutama terhadap ekonomi seperti
peningkatan pendapatan masyarakat yang bekerja di peternakan tersebut serta
dampak sosialnya terhadap masyarakat seperti tersedianya sarana dan prasarana
akibat adanya usaha tersebut.
Aspek Lingkungan
Aspek lingkungan yang diteliti pada pengembangan usaha domba oleh MT
Farm ini adalah menganalisis seberapa dampak usaha tersebut terhadap
lingkungan di sekitarnya, baik terhadap udara, air, dan udara yang berdampak
terhadap kehidupan masyarakat di sekitarnya.
Analisis Kelayakan Aspek Finansial
Dalam melakukan analisis finansial diperlukan kriteria investasi sebagai
indikator yang menyatakan apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dijalankan.
Kriteria kelayakan investasi yang digunakan antara lain Net Present Value (NPV),
Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback
Periode (PP).
Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara
total present value manfaat dengan total present value biaya, atau jumlah present
value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Rumus umum yang
digunakan dalam perhtungan NPV adalah sebagai berikut:
∑
Dimana:
Bt = Manfaat pada tahun t
Ct = Biaya pada tahun t
n = Umur ekonomis usaha
t = Tahun kegiatan bisnis
i = Tingkat Discount Rate (%)
24
Dalam metode NPV, terdapat tiga penilaian kriteria investasi. Jika NPV
suatu usaha sama dengan nol (NPV=0), artinya bisnis tersebut hanya mampu
mengembalikan sebesar modal yang dikeluarkan, dengan kata lain bisnis tersebut
tidak untung dan tidak rugi. Jika NPV lebih besar dari nol (NPV>0), artinya suatu
bisnis dinyatakan menguntungkan dan memberikan manfaat dan dapat dikatakan
layak untuk dilaksanakan. Jika NPV lebih kecil dari nol (NPV<0), artinya bisnis
tersebut dinyatakan merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan.
Internal Rate Of Return (IRR)
Internal Rate Of Return (IRR) adalah tingkat rata-rata keuntungan tahunan
bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen.
Suatu bisnis dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari opportunity cost of
capital (DR). Rumus untuk menghitung IRR adalah:
Dimana:
i1 = discount rate yang menghasilkan NPV positif
i2 = discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV yang bernilai positif
NPV2 = NPV yang bernilai negatif
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C ratio dalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan
manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang
menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satuan kerugian
bisnistersebut. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:
∑
∑
Dimana:
Net B/C = Nilai Benefit – Cost Ratio
Bt = Manfaat pada tahun t
Ct = Biaya tahun t
i = Discount rate (%)
t = Tahun
Dalam perhitungan Net B/C ratio, terdapat tiga penilaian kriteria investasi.
Jika Net B/C sama dengan 1 (Net B/C = 1), maka bisnis tidak untung dan tidak
rugi. Jika Net B/C lebih besar dari satu (Net B/C>1), maka bisnis menguntungkan.
Jika Net B/C lebih kecil dari satu (Net B/C<1), maka bisnis tersebut rugi.
Payback Periode (PP)
Payback Periode merupakan jangka waktu kembalinya seluruh jumlah
investasi yang ditanamkan dalam satuan waktu. Semakin cepat waktu
pengembalian, maka semakin baik bisnis tersebut untuk diusahakan. Akan tetapi
25
metode ini memiliki kelemahan yaitu diabaikannya nilai waktu uang (time value
of money) dan diabaikannya cashflow setelah periode payback. Rumus yang
digunakan untuk menghitung pengembalian investasi adalah:
Dimana:
I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan
Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya
Analisis Switching Value
Analisis Switching Value digunakan untuk melihat pengaruh perubahan
dalam bisnis seperti kenaikan atau penurunan biaya, kenaikan atau penurunan
harga jual produk, atau perubahan keadaan lain terhadap kelayakan suatu bisnis.
Hal tersebut merupakan suatu cara untuk menghadapi ketidakpastian yang dapat
saja terjadi pada keadaan yang telah diperkirakan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan Switching Value untuk menguji usaha tersebut pada perubahan-
perubahan agar diketahui batas kekuatan usaha tersebut pada perubahan yang
terjadi. Analisis Switching Value dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan-
perubahan yang terjadi pada tingkat penerimaan dan biaya yang akan
mempengaruhi kondisi usaha tersebut. Analisis Switching Value dilakukan
terhadap penurunan mortalitas domba dan peningkatan harga bakalan domba.
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah Perusahaan
MT Farm merupakan sebuah perusahaan agribisnis yang bergerak dalam
bidang peternakan domba. Perusahaan ini didirikan oleh alumni-alumni Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor, yaitu Budi Susilo Setiawan, S.Pt, M. Afnan
Wasom, S.Pt, Bahrudin, S.Pt, dan Amrul Lubis, S.Pt pada bulan September 2004.
Sebelum mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang peternakan domba ini,
semasa kuliah mereka telah menjalankan usaha sebagai supplier domba, tetapi
usaha tersebut hanya dijalankan saat hari raya qurban. Hal ini disebabkan belum
adanya investor yang mau menginvestasikan modalnya ke dalam usaha tersebut,
sehingga saat itu modal yang mereka dapatkan cukup kecil yaitu hanya berasal
dari Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Melihat prospek yang cukup
menjanjikan dari usaha peternakan kambing dan domba tersebut, akhirnya setelah
menyelesaikan perkuliahan, mereka bersama-sama mendirikan kelompok usaha
yang diberi nama MT Farm tersebut.
Pada awal berdirinya MT Farm mendapatkan modal usaha dari seorang
investor yaitu Drs. Muhtadi sebesar Rp 100,000,000 dengan persentase bagi hasil
sebesar 30 persen untuk investor dan 70 persen untuk MT Farm. Modal tersebut
kemudian digunakan untuk pembuatan kandang ternak dan kantor, pembelian
ternak, serta pembelian sarana dan prasarana penunjang lainnya seperti komputer,
peralatan kantor, serta peralatan kandang.
26
Pengembangan usaha lain berupa katering aqiqah bernama Salamah Aqiqah,
rumah kambing, dan setiap menjelang hari raya qurban mengadakan tabungan
qurban. MT Farm memiliki tingkat perkembangan yang sangat cepat terbukti
selama dua tahun sudah dapat memegang wilayah penjualan yang cukup luas
yaitu Jabodetabek, Bandung, dan Solo.
Visi dan Misi Perusahaan
MT Farm sebagai perusahaan yang prospektif dibidang penggemukan
domba dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan asal ternak khusus ternak
domba, seperti perusahaan lain MT Farm juga memiliki visi dan misi. Visi MT
Farm adalah sebagai pusat penjualan ternak domba di Jabodetabek sedangkan
misinya adalah sebagai penyedia ternak domba yang murah, sehat dan berkualitas.
Visi dan misi ini diwujudkan dalam rangka ”menuju mitra tani sejahtera” yang
menjadi slogan dan sekaligus cita-cita mulia dari MT Farm.
Lokasi Perusahaan
MT Farm mempunyai kantor dan kandang pada tempat yang sama yaitu
terletak di Jalan Baru Manunggal 51 No. 39 RT 04/RW 05 Desa Tegalwaru
Ciampea, Bogor. Luas lahan yang dimiliki perusahaan untuk kantor dan kandang
800 m2
sedangkan luas lahan yang digunakan untuk menanam rumput gajah
sebagai makanan ternak adalah seluas ± 5 ha dengan lokasi yang terpisah-pisah
tetapi masih berdekatan dengan lokasi kantor dan kandang. Kantor digunakan
sebagai pusat kegiatan untuk mengelola administrasi perusahaan dan tempat
menyimpan dokumen-dokumen penting perusahaan. Selain itu, juga digunakan
sebagai tempat tinggal dari tiga orang managernya, yaitu manager pemasaran,
produksi, serta keuangan. Lahan yang digunakan untuk kandang ini cukup luas,
karena diperlukan untuk kegiatan bongkar muat ternak baik yang dipasok maupun
yang akan dikirim, sehingga dibutuhkan tempat untuk masuk truk maupun parkir
dari kendaraan operasional perusahaan.
Fasilitas Usaha
Perusahaan memiliki fasilitas usaha terutama dalam pelaksanaan proses
produksi, pemasaran dan kegiatan administrasi perusahaan. Fasilitas usaha yang
digunakan selain kandang, kantor dan kebun rumput, MT Farm juga memiliki
tempat pemotongan hewan ternak, tempat pembuatan pupuk bokasi, peralatan dan
perlengkapan lainnya yang mendukung berjalannya usaha. Peralatan dan
perlengkapan yang digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan usahanya
anatara lain adalah dua unit mobil pick-up, dua unit sepeda motor, satu unit
komputer dan printer, freezer, pesawat telepon, serta peralatan kandang seperti
sprayer, timbangan, sabit, dan sebagainya. Kendaraan operasional digunakan
dalam pemasaran dan distribusi. Komputer dan printer berfungsi sebagai alat
bantu dalam melakukan kegiatan administrasi perusahaan. Freezer digunakan
untuk menyimpan sementara daging ternak yang telah dipotong tetapi belum
diantarkan kepada konsumen.
27
Kegiatan Usaha
MT Farm merupakan perusahaan subsektor peternakan yang bergerak dalam
bidang penggemukan domba. Penggemukan yang dimaksudkan disini adalah
ternak diberikan perlakuan khusus, dikandangkan secara intensif, dan diberi
makan sampai periode tertentu dan kemudian dijual.
Input yang digunakan pada unit usaha pembibitan MT Farm antara lain
bakalan domba yang sehat dan berkualitas, pakan hijauan, pakan konsentrat,
ampas tahu, serta obat-obatan dan vitaminnya. Usaha pembibitan ini mendapatkan
bibit khusus yang berkualitas yang berasal dari Jawa Tengah, Bandung dan Garut.
Ketiga daerah tersebut memiliki bibit yang berkualitas. Selain bibit, pakan juga
merupakan hal utama yang menentukan keberhasilan usaha peternakan. Pakan
yang dibutuhkan oleh ternak berupa hijauan, konsentrat dan ampas tahu. Hijauan
didapat dari lahan sendiri yang dimiliki MT Farm maupun lahan yang disewa.
Sementara pakan konsentrat didapatkan dari Bandung. Konsentrat di MT Farm
merupakan campuran dari bungkil kopra, dedak, jagung, dan pollard. Ampas tahu
sendiri didapatkan dari daerah sekitar Tegalwaru yaitu daerah Leuweung Kolot.
Obat-obatan dan vitamin domba didatangkan dari perusahaan obat-obatan ternak
di Jakarta dan Bandung seperti Kalbe Farma, PT. Tekad Mandiri Citra (TMC) dan
PT. Medion. Konsumen peternakan MT Farm sebagian besar adalah lembaga-
lembaga aqiqah yang tersebar di daerah Jabodetabek, pedagang pasar, dan juga
konsumen individu yang datang langsung ke peternakan MT Farm. Peternakan
domba seperti MT Farm tentunya menghasilkan limbah berupa kotoran ternak,
kotoran ternak yang dihasilkan dimanfaatkan sebagai pupuk kandang pada lahan
rumput yang dimiliki MT Farm, jika pupuk kandang masih berlebih maka akan
dijual kepada petani-petani sekitar yang membutuhkan.
ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL
Aspek Pasar dan Pemasaran
Analisis aspek pasar memegang peranan yang sangat penting karena sumber
pendapatan utama dari perusahaan berasal dari penjualan produk yang dihasilkan.
Analisis aspek pasar menganalisis jenis produk yang di produksi, banyaknya
permintaan produk oleh konsumen, menganalisis banyaknya penawaran produk
oleh pesaing, serta menganalisis cara atau strategi agar produk yang dihasilkan
dapat diterima oleh konsumen dengan lebih efisien dibandingkan oleh pesaing.
Sedangkan analisis aspek pemasaran menganalisis cara atau strategi agar produk
yang dihasilkan dapat sampai ke konsumen dengan lebih efisien dibandingkan
pesaing.
Bentuk Pasar
Bentuk pasar untuk usaha penggemukan domba adalah pasar oligopoli. Hal
ini terlihat hanya ada beberapa usaha penggemukan domba sebagai produsen yang
menguasai pangsa pasar yang ada. Khusus di daerah Bogor, usaha yang bergerak
di bidang peternakan domba tercatat ada lima peternakan besar, baik yang bersifat
pembibitan maupun penggemukan. Kelima peternakan besar itu adalah
28
Peternakan Domba Tawakkal di Cimande, PT Caprito A.P di Carui, Duafa Farm
di Pasir Buncir, drg. Jajang S. di Pekansari dan Budi Susilo di Tegalwaru.
Peternakan domba ini masing-masing memiliki populasi berkisar 150-1200 ekor
dengan populasi terbesar dimiliki oleh Peternakan Domba Tawakkal yaitu 1200
ekor.
Ciri lain yang menunjukkan bahwa struktur pasar yang terbentuk struktur
pasar oligopoli adalah dapat dilihat dari produk yang diperjualbelikan homogen.
Produk yang dimaksud tentunya adalah ternak domba. Masing-masing peternakan
yang ada yang bergerak di bidang penggemukan domba menawarkan jenis produk
yang sama dengan menonjolkan kualitas yang dimiliki oleh masing-masing
peternakan tersebut. MT Farm misalnya, menonjolkan ternaknya yang sehat dan
berkualitas, dan begitu juga peternakan yang lainnya. Harga jual yang terbentuk
ditentukan oleh produsen. Adanya hambatan yang relatif kuat dalam memasuki
pasar yang ada. Hal ini disebabkan oleh potensi pasar yang ada telah dikuasai oleh
peternakan domba yang disebutkan di atas.
Permintaan dan Penawaran
Ternak domba merupakan ternak yang memiliki fungsi sosial dan
keagamaan. Ketersediaan pasar untuk ternak jenis ini selalu ada, baik dalam
negeri maupun luar negeri semakin terbuka lebar. Secara umum kenyataan ini
didorong oleh beberapa faktor yaitu adanya peningkatan jumlah penduduk,
peningkatan pendapatan dan kesadaran masyarakat akan gizi, dan penduduk
Indonesia yang mayoritas memeluk agama Islam. Direktorat Jenderal Peternakan
(2009) menyatakan bahwa permintaan domba setiap tahun mengalami kenaikan
sebesar dan permintaan tersebut masih kewalahan untuk dipenuhi oleh peternak
yang ada di Jawa Barat dikarenakan kapasitas produksi yang masih rendah.
Permintaan domba ternyata tidak hanya berasal dari pasar lokal saja tetapi juga
berasal dari pasar luar negeri, khususnya dari Timur Tengah. Hal ini merupakan
peluang bagi MT Farm dalam jangka panjang. Jika dalam perjalanan usahanya
MT Farm mampu bersaing dan mengembangkan skala bisnisnya, MT Farm dapat
mengambil peran untuk memenuhi kebutuhan daging di pasar internasional.
Sementara itu, produsen yang menawarkan ternak domba tidak sebanding
dengan tingkat permintaan yang ada. Kenyataan ini dapat dilihat dari rendahnya
tingkat pertumbuhan populasi yang tidak sebanding dengan tingkat permintaan
akan ternak domba tersebut. Adanya permintaan daging domba yang cukup besar
baik untuk kebutuhan domestik maupun luar negeri tersebut membuka peluang
bagi MT Farm sebagai salah satu usaha untuk menyediakan kebutuhan daging
domba.
Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran yang dilakukan oleh MT Farm berupa peningkatan
kerjasama, peningkatan kualitas ternak dan peningkatan layanan kepada
konsumen serta dalam penetapan harga jual ternak berdasarkan kondisi dan
konsumen.
Strategi Produk
Produk adalah sesuatu yang ditawarkan agar dapat memuaskan keinginan
dan kebutuhan konsumen. Produk yang dimaksud adalah ternak domba yang telah
digemukkan. MT Farm selalu berusaha meningkatkan kualitas ternaknya melalui
29
penanganan di proses penggemukan dan pemeliharaan. Penanganan yang
dimaksud adalah pembelian pakan secara teratur, pemberian vitamin serta
menjaga kebersihan ternak dan kandang.
Strategi Harga
Strategi harga dari MT Farm berupa penetapan harga jual ternak domba
berdasarkan kondisi dan konsumen. Kondisi yang dimaksud jika ada pembeli
yang menawar ternak yang belum mendapatkan penanganan apapun dari MT
Farm maka ternak tersebut akan dijual langsung oleh MT Farm walaupun
keuntungan yang didapatkan lebih rendah dibandingkan ternak domba yang sudah
mendapatkan penanganan, atau dengan kata lain ternak yang belum dibiayai pun
sudah menguntungkan. Sedangkan berdasarkan konsumen yang dimaksud adalah
penentuan harga jual tergantung pada jenis konsumen, seperti lembaga aqiqah,
dan konsumen perorangan mendapatkan harga yang lebih tinggi dibandingkan
dengan konsumen pedagang atau tukang jagal. Hal tersebut dilakukan karena
pedagang atau tukang jagal akan memasarkan kembali produknya dipasaran
sehingga masing-masing pihak mendapatkan keuntungan.
Harga yang diberikan kepada konsumen untuk satu kilogram bobot hidup
domba adalah kurang lebih sebesar Rp 37,500 dan biasanya pada hari-hari
tertentu seperti hari raya Idul Adha permintaan terhadap hewan qurban meningkat
tajam, bahkan melebihi dari jumlah domba yang dipelihara. Harga biasanya
meningkat dari harga yang telah ditentukan.
Strategi Distribusi
Dalam pendistribusian ternak kepada pelanggan, MT Farm menyediakan
fasilitas delivery service secara cuma-cuma untuk wilayah Bogor. Sedangkan
untuk wilayah di luar Bogor akan dikenakan biaya, tergantung pada jumlah ternak
yang dibeli dan jarak tempuh. Daftar konsumen MT Farm dapat dilihat pada Tabel
8.
Tabel 8. Daftar Konsumen MT Farma
No. Nama Konsumen Alamat Telp
Kebutuhan
per bulan
(Ekor)
Wilayah
Penyebaran
1 Sahabat Aqiqah, CV Jl. Teuku Umar Raya No. 32,
Karawaci - Tangerang
021 - 71100095 /
021 -92900095 20
Tangerang,
Depok,
JakSel,
Bekasi,
JakTim,
Bogor, JakBar
2 Sari Rasa Group
(Sate Khas Senayan)
Cabang Cinere, Kasablanka,
Kebon Sirih 021 - 31926238 240 Jakarta
3 Era Aqiqah
Jl Pulo Gadel no 27 (Depan
Kec Makasar), Kel Pinang
Ranti, Kec Makasar - Jakarta
Timur
021 - 70754243 15
Depok,
JakSel,
JakTim
4
Interact Solusi
Komunika, CV
(Habib Aqiqah)
Jl. Kelurahan Blok B 41 -
Pinang, Tangerang - Banten
15145
021 - 94033331 /
021 - 46550746 20 Jabodetabek
5 Fadhilah Aqiqah Jl. Lele Kayu Tinggi No.51,
Cakung Timur, Jakarta Timur
021 -98239312 /
021 -70997471 40 Jabodetabek
6 Kambing Aqiqah
Jl. Karadenan-Sukahati
(Tikungan Salam) Cibinong,
Bogor
0251 - 8958595 /
021 - 87927595 25 Jabodetabek
30
Tabel 8. (Lanjutan)
No. Nama Konsumen Alamat Telp
Kebutuhan
per bulan
(Ekor)
Wilayah
Penyebaran
7 Aqiqah Saung
Domba
Jl. Margonda Raya, Gg.
Pepaya No. 32,Rt. 01, Rw.
007, Depok 16424
021 - 7863834 /
021 - 96820099 /
021 - 94250738
8 Jabodetabek
8 Al-Mizan Aqiqah
Jl. Kampung Jati no.49, Kel.
Jati, Pulogadung, Jakarta
Timur
021-71002295 /
021-91739838 5 Jabodetabek
9 Cahaya Aqiqah Jl. Bendungan Melayu RT.06
/ 01 No 42B 021 - 91004834 5 Jabodetabek
10 Amanah Aqiqah
Jl. Mesjid Al-Anfal No. 85,
Kel. Tugu Selatan, Kec.
Koja, Jakarta Utara 14260
021-4308637 /
021-98125607 60 Jabodetabek
11 Syukur Aqiqah
Jl. Pondok Ungu Permai,
Sektor V Blok B4 No. 11,
Bekasi
021 - 44248799 /
021 - 94280271 5 Jabodetabek
12 Aqiqah Center
Jl. Bunga Dalam 2 No.14 RT
02/09, Kelurahan Palmeriam
- Kecamatan Matraman,
Jakarta Timur - 13140
021 - 85572424 5 Jabodetabek
13 El Barkah
Jl. Lanji No.411 Rt 010/06
Papanggo Jakarta Utara
14340
021 - 65833371 /
021 - 32506747 5 Jabodetabek
14 Daffa farm Jl Anggrek No 24 Tomang,
Jakarta 11430 021-70462255 5 Jabodetabek
15 Shofiyyah Aqiqah
Jl. Kayu Tinggi Gg. Perdana
1 no: 10 RT. 08 RW. 12, Kel.
Cakung Timur Kec. Cakung,
Jakarta Timur.
021 - 41603205 5 Jabodetabek
16 ZamZam Aqiqah Jl. Raya Cinere No. 107
Cinere - Depok 021 - 99945222 5 Jabodetabek
17 Missi Aqiqah
Jl. Raya Citayam, gang ceplik
rt6/5 no 71 kel. Pondok Jaya,
depok 16431, Jawa Barat
021 - 99088161 20 Jabodetabek
18 Assalam Aqiqah
Jl. Peruk kota legenda,
Bekasi Timur 17310, Jawa
Barat
021 - 97442900 20 Jabodetabek
19 Aqiqah Alhidayah Jl. Jambu 1. No.45, Depok
13425, Jawa Barat 021 - 83837048 5 Jabodetabek
20 Kandang Aqiqah
Jl. Alif Rt 03/02 Kelurahan
pasir putih kecamatan
sawangan, Depok, Jawa Barat
021 -77887138 5 Jabodetabek
21 Widji Farm
Jl. Komplek perumahan
BPN/DDN Tonjong
Tajurhalang, Bogor, Jawa
Barat
0251-8551327 5 Jabodetabek
22 Bina Aqiqah
Jl. kavling depkes rt01 rw.17
kel /kec pancoran mas, depok
16436, Jawa Barat
021 - 77214263 /
021 - 33001252 5 Jabodetabek
23 An' am Mandiri
Indonesia, PT
Ciganjur, Jakarta Selatan
12630, Jakarta 021 - 92483234 5 Jabodetabek
24 H. Imron RosadiI
Meat Fresh, PD
Jl. Pasar Tebet Barat Jl. Tebet
Barat Dalam Raya, Jakarta
Selatan 12850, Jakarta
021 - 8306839 5 Jabodetabek
JUMLAH 538
a Data Primer Peternakan MT Farm (2012)
31
Strategi Promosi
Sasaran pasar MT Farm adalah lembaga-lembaga aqiqah, restoran cepat saji,
pedagang atau tukang jagal serta konsumen individu. Strategi promosi yang
dilakukan saat ini berupa iklan melalui media radio, internet, brosur dan
silaturrahmi kepada segmen-segmen pasar yang ada.
Setelah dilaksanakan pengembangan, MT Farm berencana untuk
meningkatkan strategi promosi kepada masyarakat berupa program kerjasama
investasi retail dan investasi kavling, dengan mengajak masyarakat yang
berkeinginan beternak domba melalui sistem pola kerjasama bagi hasil/margin
dari hasil penjualan.
Dari hasil analisis aspek pasar, dapat disimpulkan bahwa usaha
penggemukan domba MT Farm layak untuk diusahakan karena permintaan akan
daging domba di wilayah Jabodetabek masih sangat besar sementara produksi
daging dari peternak belum mampu memenuhi kebutuhan yang besar tersebut.
Dengan adanya pengembangan di MT Farm dapat mengurangi gap antara
permintaan dan penawaran sehingga dapat memenuhi permintaan domba.
Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan aspek penting dalam perencanaan bisnis, tanpa
aspek teknis perusahaan akan mengalami kesulitan dalam melakukan
pengembangan bisnis. Adapun aspek teknis dalam usaha MT Farm ini meliputi
lokasi usaha, fasilitas kandang, peralatan pendukung, bakalan ternak, sistem
penggemukan, pemberian pakan dan minum serta pencegahan penyakit.
Lokasi Usaha
Kondisi lokasi usaha milik peternakan MT Farm cukup baik jika ditinjau
dari keadaan kontur tanah yang luas dan datar sehingga sangat layak untuk
membangun kandang dan kantor, demikian halnya dengan ketersediaan air bersih
yang berasal dari sumur bor sehingga tidak mengalami masalah kekeringan pada
saat menghadapi musim kemarau. Daya dukung wilayah usaha MT Farm terkait
dengan ketersediaan pakan alami bagi domba juga sangat baik, hal ini dapat
dilihat dari lahan rumput untuk pakan telah tersedia. Selain hal tersebut,
ketersediaan aliran listrik untuk mendukung kegiatan operasional peternakan MT
Farm juga sudah baik, serta lokasi peternakan yang dimiliki berada di daerah yang
lebih tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya sehingga sirkulasi udara pada
peternakan berjalan lancar. Hal lain yang juga tidak kalah pentingnya adalah
ketersediaan lahan yang masih kosong disekitar peternakan MT Farm. Lahan
kosong tersebut dapat dimanfaatkan untuk penambahan jumlah kandang atau
dapat dimanfaatkan untuk penanaman pakan alami jika peternakan terus
mengalami pengembangan. Lokasi usaha Peternakan Domba MT Farm baik tanpa
pengembangan usaha maupun dengan pengembangan usaha dapat dilihat pada
Gambar 3 dan Gambar 4.
32
Gambar 3. Lokasi kandang peternakan domba MT Farm
Gambar 4. Rencana lokasi pengembangan usaha peternakan domba MT Farm
Fasilitas Kandang
Kandang merupakan salah satu kebutuhan utama di peternakan domba
karena fungsinya yang sangat vital bagi pertumbuhan domba. Sistem
pemeliharaan yang digunakan oleh MT Farm adalah pemeliharaan secara insentif,
sehingga domba yang digemukkan akan terus menerus berada di dalam kandang,
sehingga fasilitas kandang perlu mendapatkan perhatian lebih dari pengelola.
Jenis kandang yang digunakan oleh MT Farm dalam menjalankan usahanya
adalah kandang panggung. Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Amrul
(salah satu pengelola MT Farm), beliau menjelaskan bahwa pertimbangan utama
menggunakan kandang panggung, karena kotoran dan urine domba bisa langsung
jatuh ke kolong kandang sehingga tidak mengotori lantai kandang dan mudah
dibersihkan. Selain itu, kandang panggung juga memiliki sirkulasi udara yang
baik sehingga kesegaran udara di peternakan terjaga dan domba menjadi lebih
sehat.
Kandang di MT Farm berjumlah 5 buah yang terdiri dari panggung A, B, C,
D, dan E. Tiap kandangnya memiliki ukuran 15 x 8 m dengan ukuran tiap pen
koloni yaitu 3 x 2 m dan ukuran untuk tiap pen individu yaitu 1,5 x 1 m. Tipe atap
terbuat dari asbes, alas terbuat dari potongan bambu dan kayu. Pada baris pinggir
terdiri dari 5 pen sebagai kandang pen koloni, baris pinggir kandang pen koloni
tempat pakan terbuat dari kayu di sisi muka petak. Panjang tempat pakan ini
33
disesuaikan dengan panjang pen, tempat minum terbuat dari paralon yang
diletakkan di sepanjang sisi luar kandangnya. Tiap pen dibatasi dengan kayu
setinggi 98 cm. Hal ini bertujuan agar pejantan tidak dapat melompat berpindah
dari petak satu ke pen lainnya. Jumlah domba tiap pen koloni 9 – 10 ekor domba.
Baris tengah terdiri dari 9 pen sebagai kandang pen individu untuk pemisahan
induk bunting dan melahirkan. Baris tengah pen memiliki ukuran 1,5 m x 1 m.
Antara satu pen ke pen lain dibuat tempat pakan dengan ukuran 1,5 m x 1 m.
Antara satu pen ke pen lain dibuat tempat pakan dengan ukuran 1 mx 0.37 m,
tempat minum untuk kandang induk bunting berupa ember plastik biasa. Jarak
tiap kandang pembibitan ini 1 m. kapasitas kandang mampu menampung ± 200
ekor domba.
Gambar 5. Kandang panggung MT Farm
MT Farm juga mempunyai tempat pemotongan ternak yang terletak di
belakang kandang. Tempat pemotongan ini digunakan perusahaan untuk
memotong ternak yang telah dipesan oleh konsumen dalam bentuk karkas. Selain
itu, MT Farm memiliki tempat pembuatan pupuk bokasi yang berada di belakang
kandang. Selain digunakan sebagai tempat pembuatan dan penyimpanan pupuk,
tempat ini juga digunakan sebagai tempat penyimpanan kulit ternak yang sudah
dipotong dan dikeringkan.
Peralatan Pendukung
Kegiatan harian yang dilakukan di peternakan MT Farm semakin berjalan
lancar dengan dukungan peralatan pendukung yang memadai. Peralatan yang
dimaksud adalah peralatan untuk memotong dan mengolah pakan seperti sabit
yang tajam dan mesin pencacah rumput untuk menghasilkan pakan yang mudah
untuk dikonsumsi oleh ternak. Alat pendukung lain yang digunakan untuk
mengolah pakan seperti ember dan gayung untuk mempermudah proses
pemberian pakan buatan seperti konsentrat atau complete feed. Selain alat-alat
yang telah disebutkan, MT Farm juga memiliki alat pencampur pakan (mixer)
yang berfungsi sebagai pengolah bahan pakan agar tercampur secara merata.
Peralatan pendukung yang tidak kalah pentingnya adalah peralatan
kebersihan. Peralatan kebersihan yang digunakan oleh MT Farm untuk
membersihkan kandang antara lain sapu lidi yang berfungsi untuk menyapu atau
mendorong kotoran dari kolong kandang, sekop untuk mengarahkan kotoran ke
saluran pembuangan atau penampungan, selang untuk menyemprotkan air, dan
34
mesin steam yang berfungsi untuk mempercepat proses pembersihan kotoran
sehingga waktu dan tenaga yang digunakan lebih efisien dan hasilnya lebih bersih.
Peralatan kesehatan juga menjadi sangat penting untuk diperhatikan karena
berfungsi untuk memberikan perlakuan kesehatan secara rutin, mengecek
kesehatan domba, hingga sebagai alat pertolongan saat terjadi gannguan kesehatan
pada domba. Peralatan kesehatan yang digunakan di MT Farm berupa jarum
suntik (Spoit) yang berguna sebagai alat bantu untuk memberikan obat-obatan
atau vitamin, baik pada saat domba sakit atau pada saat melakukan perawatan
rutin. Selain spoit, peralatan kesehatan yang digunakan di MT Farm adalah alat
untuk mencekokkan obat ke dalam mulut domba atau Drencher. Drencher
berbentuk seperti spoit tetapi ukurannya lebih besar.
Alat lain yang juga penting untuk sebuah peternakan adalah timbangan. MT
Farm menggunakan dua jenis timbangan yaitu timbangan domba dan timbangan
pakan. Timbangan domba berfungsi untuk mengetahui efektivitas pemberian
pakan terhadap domba yang dilakukan secara berkala, sedangkan timbangan
pakan berfungsi untuk menimbang pakan baik konsentrat maupun pakan alami,
sehingga diharapkan jumlah pakan yang diberikan tidak kurang atau berlebih.
Bakalan Ternak
Kualitas bakalan menentukan keberhasilan usaha penggemukan domba. MT
Farm menggunakan bakalan jantan untuk proses penggemukan karena kebutuhan
pakan bakalan jantan lebih sedikit dibandingkan dengan bakalan betina. Selain itu,
penambahan bobot bakalan jantan lebih tinggi dibandingkan bakalan betina, dan
penggunaan bakalan jantan akan juga bertujuan untuk menjaga populasi bakalan
betina yang produktif.
Bakalan domba dapat diperoleh dari berbagai tempat pembibitan domba,
baik dari peternakan rakyat maupun peternak komersial untuk pembelian bakalan
dalam skala besar. Dalam memilih bakalan, MT Farm memiliki syarat bakalan
domba yang akan digemukkan, adapun syaratnya adalah sebagai berikut :
Berbadan sehat dan tidak cacat.
Bulu halus, tidak kasar, dan tidak gimbal.
Umur kurang dari satu tahun
Gigi susu belum ada yang tanggal.
Bobot berkisar 15-20 kilogram.
Bakalan domba yang baru datang dari peternakan asalnya diberikan
perlakuan khusus pada saat tiba di MT Farm. Perlakuan khusus yang di maksud
adalah sebagai berikut :
a. Penimbangan
Penimbangan dilakukan agar bobot awal bakalan sebelum
digemukkan dapat diketahui.
b. Pemberian tanda pengenal
Untuk memudahkan identifikasi, tanda yang digunakan berupa
kalung yang berupa rangkaian huruf dan angka.
c. Pemberian minum dan pakan awal
Setelah dilakukan dua proses sebelumnya, bakalan domba
dimasukkan ke kandang dan diberikan pakan rumput untuk adaptasi awal
dan diberikan air minum.
35
d. Pemberian vitamin dan obat-obatan
Vitamin dan obat-obatan diberikan pada hari kedua berupa vitamin
B kompleks, obat cacing, dan antibiotik dengan cara disuntikkan. Vitamin
B kompleks disuntikkan di paha sebelah kanan dan antibiotik di paha
sebelah kiri, sedangkan obat cacing diberikan melalui mulut (dicekok).
e. Pencukuran bulu dan memandikan
Tujuannya untuk menghindari munculnya penyakit, terutama jika
bulu kotor dan gimbal.
Sistem Penggemukan
Tujuan utama proses penggemukan diantaranya adalah untuk memenuhi
kebutuhan akan daging domba yang semakin tinggi di berbagai daerah, sedangkan
secara prinsip adalah meningkatkan bobot secara optimal dengan menggunakan
pakan semurah mungkin dan meminimalisasi gerak domba.
Usaha penggemukan domba secara intensif dapat menghasilkan
penambahan bobot sekitar 100 gram per hari atau kenaikan bobot domba dapat
mencapai minimum 3 kilogram dalam jangka waktu satu bulan, bahkan beberapa
jenis tertentu jika proses penggemukan dilakukan secara intensif dapat mencapai
lebih dari 4 kilogram per bulan. Siklus penggemukan dapat ditentukan oleh
peternak agar dapat menentukan waktu untuk memulai proses penggemukan
hingga waktu panen.
Sistem penggemukan yang dilakukan di MT Farm menggunakan
penggemukan sistem insentif. Penggemukan sistem insentif yaitu domba
dikandangkan dan tidak digembalakan. Pakan yang diberikan berupa konsentrat
buatan pabrik tanpa pakan tambahan berupa pakan alami atau rumput.
Penggunaan konsentrat sebagai pakan utama bertujuan agar penambahan bobot
domba bisa dicapai secara optimal. Penggemukan domba dengan sistem insentif
menggunakan kandang yang sesuai dengan kebutuhan domba dan perlengkapan
kandang disesuaikan agar pengurus kandang dapat bekerja lebih efisien.
Pemberian Pakan dan Minum
Bakalan ternak diberi makan dua kali setiap harinya yaitu pagi dan sore.
Pagi hari pukul 06.00 WIB dan kemudian dilanjutkan sore pada pukul 15.00 WIB.
Pakan yang diberikan berupa konsentrat dengan dosis 1 kilogram per hari per ekor.
Pada proses penggemukan ini pakan jenis hijauan tidak diberikan terhadap ternak
karena kandungan protein yang dimiliki terlalu rendah sehingga tidak efektif.
Jumlah konsentrat yang yang diberikan sebesar 3-5% dari bobot domba per
ekor per hari, atau dapat berpatokan pada aturan di bawah ini :
Domba dengan bobot kurang dari 30 kilogram diberi konsentrat sekitar 0,7
kg per ekor per hari.
Domba dengan bobot lebih dari 30 kilogram diberi konsentrat sebanyak 1
kg per ekor per hari.
Jika konsentrat yang diberikan masih tersisa cukup banyak, maka tempat
pakan wajib dibersihkan oleh tenaga kandang, tetapi jika konsentrat tersisa hanya
sedikit maka tempat pakan tidak perlu dibersihkan.
Dalam membiasakan bakalan domba untuk mengkonsumsi pakan konsentrat
secara penuh, maka proses adaptasi perlu dilakukan secara bertahap. Tahap awal,
bakalan diberikan pakan rumput 100%, kemudian hari berikutnya, bakalan diberi
36
pakan rumput 75% dan 25% konsentrat. Tahap tersebut dijalankan maksimal dua
minggu, kemudian tahap selanjutnya domba akan mengkonsumsi konsentrat
secara full.
Air minum harus selalu tersedia untuk ternak, air yang digunakan untuk
minum domba sebaiknya bersih, segar, dan terhindar dari berbagai bahan kimia
berbahaya. Air yang tersisa dan kotoran yang menempel di wadah dibersihkan dan
dibilas, setelah itu diisi kembali dengan air bersih yang siap untuk di minum.
Pencegahan Penyakit
Pemberian obat-obatan dan vitamin dilakukan pada saat bakalan datang
pertama kali di peternakan dengan cara disuntikkan dan dicekokkan. Khusus
vitamin dapat juga diberikan pada saat domba sakit dan ketika akan dikirimkan ke
pembeli (konsumen) agar stamina domba terjaga selama proses pengiriman,
sedangkan obat-obatan diberikan ketika domba terserang penyakit.
Berdasarkan hasil analisis teknis, dapat dikatakan bahwa usaha dari bisnis
domba yang dilaksanakan layak untuk dilaksanakan. Ketersediaan sarana dan
prasarana untuk menunjang kegiatan teknis dapat disediakan oleh pemilik
peternakan. Pakan dan ampas tahu yang tersedia sepanjang tahun menjadikan
kegiatan teknis dapat dilakukan secara suistainable. Peralatan dan teknologi yang
digunakan masih sederhana, namun tidak mengganggu kelancaran aktifitas para
karyawan saat bekerja.
Aspek Manajemen
Analisis aspek manajemen dilakukan untuk melihat apakah pembangunan
dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan
sehingga rencana bisnis dapat dikatakan layak atau tidak layak (Umar, 2005).
Analisis aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola proyek dan
struktur organisasi yang ada. Proyek yang dijalankan berhasil apabila dijalankan
oleh orang-orang yang profesional mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga
pengendalikannya agar tidak terjadi penyimpangan. Demikian pula dengan
struktur organisasi harus sesuai dengan bentuk dan tujuan proyek, serta kebutuhan
tenaga kerja harus terinci dengan baik.
Struktur Organisasi
Pihak-pihak yang terlibat dalam suatu unit usaha yang dikelola dan
mempunyai tugas masing-masing dinamakan struktur organisasi, struktur
organisasi yang dikelola MT Farm adalah jenis struktur organisasi lini dengan
prinsip kekeluargaan yang menjadi dasar pengelolaanya. Struktur organisasi dapat
dilihat dalam Gambar 6.
37
Gambar 6. Struktur organisasi di MT Farm
Struktur organisasi pada Gambar 6, menjelaskan bahwa sistem manajemen
terpusat pada seorang General Manager yaitu Bapak Budi Susilo Setiawan yang
bertanggung jawab keseluruhan pengelolaan MT Farm. General Manager
membawahi tiga orang manager yaitu manager pemasaran, manager produksi, dan
manager keuangan. Setiap manager memiliki tugas masing-masing, manager
pemasaran bertanggung jawab atas pemasaran dan mempromosikan hasil usaha.
Manager produksi memiliki tanggung jawab terhadap manajemen pemeliharaan
dan produksi domba yang dipelihara, seperti mengelola pemeliharaan, kesehatan,
reproduksi dan ketersediaan domba sampai siap untuk dijual. Manager keuangan
mengelola sistem keuangan dan administrasi.
Karyawan
MT Farm memiliki 14 pekerja yang sebagian besar berasal dari lingkungan
di sekitar MT Farm yaitu dari desa Tegalwaru dan Ciampea Ilir dengan tujuan
mensejahterakan masyarakat. Daftar pekerja tetap dan tidak tetap dapat dilihat
pada Tabel 9.
Tabel 9. Daftar nama, penanggung jawab dan tingkat pendidikan akhir para
pekerja di Mitra Tani Farma
NO. NAMA PENANGGUNG JAWAB TINGKAT
PENDIDIKAN
1 Andi Kandang pembibitan dan chopper SD
2 Amir Kandang penggemukan dan chopper SD
3 Odih Kandang penggemukan domba SD
4 Tono Kandang penggemukan domba SD
5 Isak Pemotongan rumput SD
6 Pardi Pemotongan rumput SD
7 Andri Pemotongan rumput SD
8
Isep Pemotongan rumput SD
9 Indra Supir SD
Bagian Kandang
Amrul Lubis S.Pt
Manager Keuangan
Budi Susilo Setiawan S.Pt
General Manager
Bahrudin S.Pt
Manager Produksi
M. Afnan S.Pt
Manager Pemasaran
Karyawan Produksi Staf Administrasi Marketing
Bagian Transportasi
Bagian arit rumput
38
Tabel 9. (Lanjutan)
NO. NAMA PENANGGUNG JAWAB TINGKAT
PENDIDIKAN
10 Encup Supir SD
11 Mihad Supir SD
12 Yayuk Administrasi SMA
13 Iwan Marketing SMA
14 Angga Marketing SMA
a Data Primer Peternakan MT Farm (2012)
Suatu usaha dikatakan layak untuk dijalankan dari aspek manajemen jika
perusahaan menerapkan prinsip-prinsip manajemen secara konsisten. MT Farm
sebagai sebuah perusahaan telah memiliki struktur organisasi meski masih sangat
sederhana seperti yang terlihat pada Gambar 6. Struktur organisasi sebenarnya
juga dapat menjadi gambaran tipe organisasi yang digunakan oleh perusahaan.
Usaha ternak domba MT Farm saat ini sudah memiliki struktur organisasi yang
jelas sehingga seluruh orang yang terlibat dalam organisasi melakukan pekerjaan
masing-masing sesuai yang telah ditetapkan.
Aspek Hukum
MT Farm sebagai peternakan yang bergerak dibidang penggemukan domba
memiliki bentuk badan usaha dan hukum yang jelas sebagai Firma (Fa). Pada
bulan Juni 2006 MT Farm telah terdaftar di Dinas Peternakan Pemerintahan
Kabupaten Bogor sebagai Usaha Peternakan Rakyat dengan nomor registrasi
1.5/010-TD.Nak/VI/2006. Selain itu, MT Farm juga memiliki surat keterangan
izin domisili usaha dari Pemerintahan Kecamatan Ciampea dengan nomor surat
511.1454/2010/XI/2007 dan dari kelurahan setempat.
Jika ditinjau secara aspek hukum, MT Farm merupakan bentuk badan usaha
dan hukum yang jelas sebagai Firma (Fa). Dalam menjalankan bisnis MT Farm
belum pernah mengalami kendala dalam aktivitasnya, sehingga usaha layak untuk
dijalankan .
Aspek Sosial dan Lingkungan
Menurut Gittinger (1986) suatu usaha dikatakan layak dari aspek sosial
memberi dampak positif terhadap penghasilan negara, berpengaruh terhadap
devisa negara, membuka peluang kerja, dan berdampak positif terhadap
pengembangan wilayah dimana proyek dilaksanakan.
Keberadaan MT Farm menimbulkan berbagai dampak, baik dampak sosial
maupun lingkungan. MT Farm memberikan dampak secara ekonomi berupa
penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat sekitar peternakan MT Farm. MT Farm
sebagai usaha bisnis juga memberikan pengaruh bagi pendapatan negara atau
pemerintah daerah berupa pajak dari keuntungan usaha. Selain itu, keberadaan
MT Farm tidak memberikan dampak buruk bagi kondisi lingkungan daerah
sekitar proyek.
MT Farm juga selalu melaksanakan pengajian rutin bagi seluruh pekerja dan
warga sekitar. Kegiatan ini rutin dilakukan sebagai tanggung jawab sosial kepada
masyarakat sekitar. Untuk kegiatan sosial di desa, Bapak Budi Susilo Setiawan
39
juga ikut berpartisipasi dalam bentuk sumbangan dana baik untuk anak yatim-
piatu maupun untuk kegiatan acara yang dilakukan oleh lingkungan sekitar.
Jika dilihat dari aspek sosial, MT Farm layak untuk dijalankan karena
memberikan dampak positif yang diberikan kepada warga sekitar. Selain tidak
menimbulkan limbah yang dapat merusak lingkungan, kegiatan usaha ini juga
dapat menambah kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar dan memberikan
kontribusi bagi negara berupa pajak.
ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL
Analisis aspek finansial bertujuan untuk melihat sejauh mana kelayakan
pelaksanaan usaha ini dari segi keuangan. Analisis finansial dilakukan dengan
menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi seperti Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period
(PP) dan Analisis Switching Value. Untuk menganalisis kriteria-kriteria tersebut
digunakan suatu metode perhitungan atau yang sering disebut arus kas (cashflow).
Cashflow disusun untuk menunjukan perubahan kas selama satu periode tertentu
serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukan
dari mana sumber-sumber kas dan penggunaannya. Lebih sederhanannya cashflow
bertujuan untuk mengetahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang
dikeluarkan dalam proyek atau usaha yang dijalankan oleh MT Farm.
Langkah penting lainnya yang digunakan untuk menentukan berhasilnya
aspek finansial adalah membuat laporan laba rugi. Laporan laba rugi berisi
tentang total penerimaan, pengeluaran dan kondisi keuntungan yang diperoleh
suatu perusahaan dalam satu tahun akuntansi atau produksi. Laporan laba rugi
menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama
periode tertentu.
Pada pembahasan aspek finansial dalam penelitian ini akan menggunakan
dua jenis perhitungan, berupa perhitungan bisnis yang berjalan sebelum adanya
pengembangan bisnis (kondisi saat ini). MT Farm saat ini memiliki kandang
berjumlah lima unit diatas lahan seluas 800 m2 dengan kapasitas produksi sebesar
200 sampai dengan 300 ekor domba per bulan. Selanjutnya kondisi II, MT Farm
akan melakukan penambahan sebanyak tiga unit kandang penggemukan dengan
lahan yang sama dengan kondisi saat ini yaitu tanpa pengembangan bisnis (800
m2).
Analisis Kelayakan Finansial Sebelum Pengembangan Bisnis
Analisis kelayakan finansial menggunakan dasar perhitungan harga yang
berlaku sekarang dan dilakukan per tahun. Jangka waktu analisis dilakukan
selama 5 tahun. Analisis finansial yang dilakukan meliputi analisis investasi dan
re investasi, pembiayaan dan proyeksi laba-rugi. Analisis kelayakan finansial
dilakukan dengan dua skenario yaitu skenario pertama analisis kelayakan pada
kondisi sekarang yaitu dengan lima kandang domba dan belum melakukan
pengembangan bisnis dan untuk skenario kedua adalah melakukan pengembangan
bisnis dengan menambah tiga unit kandang dengan luasan tanah yang sama yaitu
800 m2, analisis yang dilakukan juga dengan menghitung nilai terhadap Switching
40
value terhadap peningkatan mortalitas domba dan kenaikan harga bakalan domba.
Komponen yang terdapat pada analisis ini merupakan komponen yang terjadi
pada saat penelitian dilaksanakan.
Analisis Biaya (Outflow)
Komponen biaya yang dikeluarkan dalam budidaya domba mencakup biaya
investasi, biaya re investasi dan biaya operasional yaitu biaya tetap dan biaya
variabel. Berikut adalah rincian biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur bisnis.
Biaya Investasi dan biaya Re Investasi Biaya investasi yang dikeluarkan pada saat awal usaha yaitu pada tahun
pertama. Biaya ini merupakan biaya dalam pengadaan barang-barang investasi.
Apabila terdapat aset yang memiliki umur ekonomis kurang dari umur usaha,
maka dilakukan re-investasi. Biaya investasi pada Peternakan MT Farm dapat
dilihat pada Tabel 9.
Besaran biaya investasi awal yang dikeluarkan oleh Peternakan MT Farm
pada investasi awal yaitu sebesar Rp 656,384,500. Barang-barang investasi yang
bernilai paling besar yaitu kandang, tanah dan mobil operasional. Barang-barang
investasi yang dikeluarkan pada awal pendirian usaha mengalami penyusutan
setiap tahunnya dengan proporsi yang berbeda.
Tabel 10. Biaya investasi MT Farm pada kondisi sebelum pengembangan usaha
NO. JENIS INVESTASI JUMLAH SATUAN HARGA
SATUAN (RP)
BIAYA
INVESTASI
(RP)
1 Tanah 800 m2 50,000 40,000,000
2 Kandang 5 Unit 40,000,000 200,000,000
3 Bangunan Kantor 1 Unit 55,000,000 55,000,000
4 Mesin cacah rumput 1 Unit 5,000,000 5,000,000
5 Timbangan 1 Unit 2,250,000 2,250,000
6 Sumur Bor 1 Buah 3,000,000 3,000,000
7 Bak Penampungan 1 Buah 2,500,000 2,500,000
8 Pompa Air 2 Unit 950,000 1,900,000
9 Unit Komputer & Jaringan 2 Unit 3,400,000 6,800,000
10 Mobil Operasional (Carry) 2 Unit 91,000,000 182,000,000
11 Mobil Operasional (L300) 1 Unit 120,000,000 120,000,000
12 Motor 2 Unit 12,000,000 24,000,000
13 Arit 5 Buah 25,000 125,000
14 Cangkul 5 Unit 35,000 175,000
15 Sepatu Boot 15 Pasang 85,000 1,275,000
16 Golok 5 Buah 65,000 325,000
17 Sekop 5 Buah 50,000 250,000
18 Carangka 5 Buah 33,500 167,500
19 Pisau 5 Buah 30,000 150,000
20 Asahan 3 Buah 35,000 105,000
21 Toren 5 Unit 1,250,000 6,250,000
22 Instalasi Pipa Air * 1 Unit 337,000 337,000
23 Lampu 25 Buah 35,000 875,000
24 Printer 1 Buah 1,900,000 1,900,000
25 Pesawat Telepon dan Fax 1 Buah 2,000,000 2,000,000
TOTAL 341,030,500 656,384,500
41
Penyusutan masing-masing barang investasi dipengaruhi umur teknis yang
mampu diperoleh dari barang investasi. Dasar penentuan umur teknis diperoleh
dari lama barang tersebut dapat dipergunakan dengan layak. Umur teknis dari tiap
barang investasi yang dikeluarkan dapat dilihat pada Tabel 11.
Dalam hal ini, tanah tidak diperhitungkan umur ekonomisnya karena tanah
dapat dipergunakan sepanjang tahun (melebihi umur usaha) dan tidak berkurang
nilai kesuburannya atau nilai spesifik lainnya sehingga dalam penyusutan, tanah
tidak dimasukkan didalamnya.
Tabel 11. Umur ekonomis dari investasi pada kondisi sebelum pengembangan
usaha
NO. JENIS INVESTASI UMUR EKONOMIS
(TAHUN) PENYUSUTAN (RP)
1 Tanah - -
2 Kandang 8 25,000,000
3 Bangunan Kantor 8 6,875,000
4 Mesin cacah rumput 5 1,000,000
5 Timbangan 3 750,000
6 Sumur Bor - -
7 Bak Penampungan 8 312,500
8 Pompa Air 5 380,000
9 Unit Komputer & Jaringan 5 1,360,000
10 Mobil Operasional (Carry) 5 36,400,000
11 Mobil Operasional (L300) 5 24,000,000
12 Motor 5 4,800,000
13 Arit 1 125,000
14 Cangkul 1 175,000
15 Sepatu Boot 1 1,275,000
16 Golok 1 325,000
17 Sekop 1 250,000
18 Carangka 1 167,500
19 Pisau 1 150,000
20 Asahan 1 105,000
21 Toren 5 1,250,000
22 Instalasi Pipa Air * 5 67,400
23 Lampu 2 437,500
24 Printer 2 950,000
25 Pesawat Telepon dan Fax 3 666,667
TOTAL BIAYA PENYUSUTAN (Rp) 106,821,567
Selain biaya investasi, ada biaya re investasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan agar usaha pembibitan dapat terus berjalan ketika barang investasi
yang dikeluarkan telah habis umur ekonomisnya. Barang-barang investasi yang
umur ekonomisnya dibawah umur usaha akan dilakukan re investasi setiap akhir
42
periode umur ekonomis. Tidak semua biaya investasi mengalami re investasi,
hanya beberapa biaya saja yang umur ekonomisnya tidak selama umur usaha.
Pada tahun ke-2, dilakukan re investasi sebesar Rp 2,572,500 untuk
mengganti barang-barang investasi yang umurnya hanya satu tahun yaitu arit,
cangkul, sepatu boot, golok, sekop, carangka, pisau, dan asahan. Untuk tahun ke-3
re investasi sebesar Rp 5,347,500 dilakukan untuk mengganti barang-barang
yang berumur satu dan dua tahun yaitu arit, cangkul, sepatu boot, golok, sekop,
carangka, pisau, asahan, lampu dan printer. Pada tahun ke-4 biaya re investasi
meningkat untuk mengganti barang yang berumur satu tahun dan tiga tahun yaitu
arit, cangkul, sepatu boot, golok, sekop, carangka, pisau, asahan, timbangan, serta
telepon dan fax dengan total sebesar Rp 6,822,500. Re investasi pada
tahun ke-5 sama dengan tahun ketiga yaitu mengganti barang yang berumur satu
dan dua tahun yaitu sebesar Rp 5,347,500.
Biaya Operasional
Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara berkala selama
pelaksanaan usaha. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
Ada delapan komponen biaya tetap yang dikeluarkan oleh MT Farm setiap
tahunnya antara lain gaji karyawan, THR karyawan, ATK, sarung tangan karet,
masker, medikal kit serta biaya telepon, internet, listrik dan biaya penyusutan.
Besaran biaya tetap yang dikeluarkan setiap tahun dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Biaya tetap pada peternakan MT Farm (sebelum pengembangan bisnis)
NO. JENIS BIAYA JUMLAH SATUAN
TOTAL
HARGA /
BULAN (RP)
TOTAL
HARGA PER
TAHUN (RP)
1-5
1 Gaji Tenaga kerja 12 Orang
12,000,000
144,000,000
2 Gaji Manajer 4 Orang
16,000,000
192,000,000
3 Tunjangan Hari Raya 16 Orang g
28,000,000
28,000,000
4 ATK 1 Paket
500,000
6,000,000
5 Sarung tangan karet 1 Box
50,000
600,000
6 Masker 1 Box
18,000
216,000
7 Medical Kit 1 Paket
500,000
6,000,000
8 Biaya Telepon &
Internet & Listrik 1 Paket
600,000
7,200,000
TOTAL BIAYA TETAP (Rp)
384,016,000
Biaya telepon, internet dan listrik sebesar Rp 600,000 per bulan yang
digunakan untuk membiayai penerangan dan menghidupkan mesin pompa air di
peternakan, serta untuk kegiatan pemasaran seperti menelepon kepada
pembeli/pelanggan dan internet sebagai media promosi. Gaji karyawan dibayar
tetap setiap bulannya sebesar Rp 28,000,000. Untuk THR karyawan dibayarkan
43
sebesar Rp 28,000,000 dengan total karyawan sebanyak 16 orang untuk bonus
hari raya Idul Fitri. Komponen biaya tetap lainnya adalah untuk keperluan alat
tulis kantor (ATK), sarung tangan karet, masker dan medikal kit. Komponen biaya
tetap yang dikeluarkan jumlahnya konstan setiap tahun.
Biaya variabel yang yang dikeluarkan antara lain pakan konsentrat, rumput,
obat-obatan dan bakalan domba. Daftar biaya variabel yang digunakan dapat
dilihat pada Tabel 13 dan Lampiran.
Tabel 13. Biaya variabel yang dibutuhkan (kondisi sebelum pengembangan)
NO. JENIS BIAYA
BIAYA
TAHUN 1
(RP)
BIAYA
TAHUN 2
(RP)
BIAYA
TAHUN 3
(RP)
BIAYA
TAHUN 4
(RP)
BIAYA
TAHUN 5
(RP) 1 Pakan Konsentrat 672,305,200 491,576,400 479,774,400 511,560,000 684,546,800
2 Rumput 6,163,200 4,531,200 4,636,800 4,926,400 5,784,000
3 Obat - obatan 11,815,360 8,267,520 8,115,840 8,666,880 11,367,360
4 Bakalan domba 1,906,740,000 1,401,840,000 1,434,510,000 1,524,105,000 1,789,425,000
TOTAL BIAYA
VARIABEL (Rp) 2,597,023,760 1,906,215,120 1,927,037,040 2,049,258,280 2,491,123,160
Pakan utama yang dibutuhkan pada usaha penggemukan domba adalah
pakan konsentrat. konsentrat yang dibutuhkan sebanyak 240,109 kg dengan harga
Rp 2,800 per kg pada tahun pertama, pada tahun kedua dibutuhkan sebanyak
175,563 kg dengan harga Rp 2,800 sehingga memelukan biaya sebesar Rp
491,576,400, pada tahun ketiga dibutuhkan sebanyak 171,348 kg dengan harga Rp
2,800 sehingga memelukan biaya sebesar Rp 479,774,400, pada tahun keempat
dibutuhkan konsentrat sebanyak 182,700 kg dengan harga Rp 2,800 sehingga
memelukan biaya sebesar Rp 511,560,000 dan pada tahun kelimat dibutuhkan
konsentrat sebanyak 244,481 kg dengan harga Rp 2,800 sehingga memelukan
biaya sebesar Rp 684,546,800.
Selain konsentrat, domba yang digemukkan juga diberi rumput. Rumput
yang dibutuhkan sebanyak 30,816 kg pada tahun pertama, 22,656 kg pada tahun
kedua, 23,184 kg pada tahun ketiga, 23,184 kg pada tahun keempat dan 28,900 kg
pada tahun kelima dengan harga Rp 200 per kg. Sehingga dibutuhkan biaya
sebesar Rp 6,163,200 pada tahun pertama, pada tahun kedua sebesar Rp 4,531,200,
pada tahun ketiga sebesar Rp 4,636,800, pada tahun keempat sebesar Rp
4,926,400 dan pada tahun kelima sebesar Rp 5,784,000.
Obat-obat diberikan pada saat terjadi serangan penyakit pada domba. Obat-
obat yang dibutuhkan pada tahun pertama sebanyak 3,692 ml, tahun kedua
sebanyak 2,584 ml, tahun ketiga sebanyak 2,536 ml, tahun keempat sebanyak
2,708 ml dan tahun kelima sebanyak 3,522 ml dengan harga Rp 3,200 per ml.
Sehingga total biaya yang yang dibutuhkan pada tahun pertama sebesar Rp
11,815,360, tahun kedua sebesar Rp 8,267,520, tahun ketiga sebesar Rp 8,115,840,
tahun keempat sebesar Rp 8,666,880 dan tahun kelima sebesar Rp 11,367,360.
Selain pemberian pakan konsentrat, rumput dan obat-obat, biaya variabel
lainnya yang dibutuhkan adalah bakalan domba. Bakalan domba yang dibutuhkan
setiap tahunnya berbeda-beda, pada tahun pertama bakalan domba yang
dibutuhkan sebesar 3,852 ekor, pada tahun kedua sebesar 2,832 ekor, pada tahun
ketiga dibutuhkan bakalan domba sebesar 2,898 ekor, pada tahun keempat sebesar
3,079 ekor dan pada tahun kelima dibutuhkan bakalan domba sebesar 3,615 ekor
dengan harga Rp 495,000 per ekornya atau Rp 33,000 per kg dengan bobot/ekor
44
domba sebesar 15 kg. Sehingga total biaya yang dibutuhkan pada tahun pertama
sebesar Rp 1,906,740,000, pada tahun kedua sebesar Rp 1,401,840,000, pada
tahun ketiga sebesar Rp 1,434,510,000, pada tahun keempat sebesar Rp
1,524,105,000 dan pada tahun kelima sebesar Rp 1,789,425,000.
Analisis Manfaat (Inflow)
Manfaat merupakan seluruh kondisi yang mendorong tercapainya suatu
tujuan usaha yaitu keuntungan. Manfaat yang diterima dari Peternakan MT Farm
berasal dari penjualan domba. Nilai sisa untuk barang-barang investasi setelah
mengalami penyusutan juga dimasukkan sebagai pemasukan diakhir tahun umur
usaha.
Usaha penggemukan domba MT Farm memperoleh penerimaan dari hasil
penjualan bakalan ternak yang telah digemukkan selama beberapa periode tertentu
dan merupakan penerimaan utama perusahaan. Penerimaan penjualan dihitung
berdasarkan jumlah ternak dikalikan dengan harga jual ternak per kilogram per
bobot hidup. Manfaat yang diterima MT Farm dari penjualan domba dengan
kondisi tanpa pengembangan dapat dilihat pada Tabel 14 dan Lampiran.
Tabel 14. Penerimaan penjualan domba pada kondisi tanpa pengembangan
peternakan MT Farm
TAHUN PENJUALAN (RP)
1 3,140,331,875
2 2,312,881,875
3 2,368,800,000
4 2,489,383,750
5 3,881,718,750
Nilai ini diperoleh dari pertumbuhan bobot bakalan selama satu periode
dikali dengan jumlah populasi ternak domba per periode dan kemudian dikalikan
dengan harga jual per kilogram per bobot hidup, dengan tingkat mortalitas 5
persen pada tahun pertama dan kedua, pada tahun ketiga sebesar 4 persen, tahun
keempat sebesar 3 persen dan tahun kelima sebesar 2 persen.
Pada tahun pertama diperoleh total penjualan domba sebanyak 3750 ekor.
Pada tahun kedua diperoleh penjualan domba sebanyak 2762 ekor. Pada tahun
ketiga diperoleh domba sebanyak 2707 ekor. Pada tahun keempat diperoleh
jumlah penjualan sebanyak 2845 ekor. Sedangkan pada tahun kelima diperoleh
jumlah penjualan domba sebanyak 4141 ekor. Pada tahun kelima total penjualan
meningkat disebabkan karena tingkat mortalitas domba yang semakin menurun.
Pada penelitian ini, nilai sisa yang terdapat pada usaha penggemukan domba
MT Farm menjadi tambahan manfaat di akhir usaha yaitu tahun ke-5. Nilai sisa
diperoleh dari nilai suatu barang yang belum habis umur ekonomisnya selama
umur usaha dapat dilihat pada Tabel 15.
45
Tabel 15. Nilai sisa investasi pada usaha penggemukan domba MT Farm
(kondisi tanpa pengembangan)
NO. INVESTASI NILAI UMUR BIAYA NILAI
SISA EKONOMIS PENYUSUTAN
1 Tanah 40,000,000 - - 40,000,000
2 Kandang 200,000,000 8 25,000,000 75,000,000
3 Bangunan Kantor 55,000,000 8 6,875,000 20,625,000
4 Timbangan 2,250,000 3 750,000 750,000
5 Bak Penampungan 2,500,000 8 312,500 937,500
6 Lampu 35,000 2 437,500 437,500
7 Printer 1,900,000 2 950,000 950,000
8 Pesawat Telepon
dan Fax 2,000,000 3 666,667 666,667
TOTAL NILAI SISA (Rp) 139,366,667
Tabel 15 menunjukkan total nilai sisa yang diperoleh pada akhir umur usaha
adalah Rp 139,366,667 tidak semua barang investasi memiliki nilai diakhir tahun
umur usaha, hal tersebut dikarenakan umur ekonomis barang-barang investasi
relatif lebih pendek ataupun sudah habis umur ekonomisnya tepat pada tahun
terakhir.
Analisis Kelayakan Finansial Dengan Pengembangan Bisnis
Pengembangan bisnis yang akan dilakukan oleh MT Farm yaitu dengan
menambahkan beberapa investasi yang dipergunakan untuk perluasan skala
produksi peternakan. Rencana pengembangan yang akan dilaksanakan yaitu
dengan melakukan pengembangan bisnis dengan menambah tiga unit kandang
dengan luas tanah yang sama dengan tanpa pengembangan bisnis sebesar 800 m2
dan penambahan jumlah bakalan domba, dengan asumsi menggunakan modal
sendiri yang diperoleh dari tabungan dari investasi peternakan pada tahun
sebelumnya. Komponen yang akan dianalisis sama dengan komponen pada
kondisi sebelum pengembangan.
Analisis Biaya (Outflow)
Komponen biaya yang dikeluarkan dalam bisnis domba mencakup biaya
investasi, biaya re-investasi dan biaya operasional yaitu biaya tetap dan biaya
variabel. Rincian biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur bisnis dengan
kondisi pengembangan dapat dilihat pada tabel 16.
Biaya Investasi Baru dan Biaya Re-Investasi Dengan adanya pengembangan bisnis ini maka akan mempengaruhi
terhadap investasi lain. Penambahan kandang akan menambah alat-alat teknis
yang berhubungan dengan karyawan maupun dengan kandang. Biaya barang-
barang investasi pada kondisi pengembangan di MT Farm dapat dilihat pada
Tabel 16.
46
Pada Tabel 16 diperlihatkan bahwa semua komponen investasi mengalami
peningkatan dari kondisi awal yang diakibatkan oleh pengembangan bisnis.
Peningkatan ini banyak dipengaruhi oleh pertambahan kandang, bak
penampungan, pompa air, arit, cangkul, sepatu boot, golok, sekop, carangka, pisau,
asahan, sprayer, toren, lampu, printer, sepeda motor dan penambahan satu unit
mobil operasional (Carry). Untuk biaya re-investasi untuk tahun berikutnya
dilakukan untuk mengganti barang-barang investasi yang telah habis umur
ekonomisnya.
Tabel 16 . Biaya investasi yang dibutuhkan pada peternakan domba MT Farm
dengan pengembangan bisnis
NO. JENIS INVESTASI JUMLAH SATUAN
HARGA
SATUAN
(RP)
TOTAL
HARGA
(RP)
1 Tanah 800 M2 50,000 40,000,000
2 Kandang 8 UNIT 40,000.000 320,000,000
3 Bangunan Kantor 1 UNIT 55,000,000 55,000,000
4 Mesin cacah rumput 2 UNIT 5,000,000 10,000,000
5 Timbangan 2 UNIT 2,250,000 4,500,000
6 Sumur Bor 1 BUAH 3,000,000 3,000,000
7 Bak Penampungan 1 BUAH 2,500,000 2,500,000
8 Pompa Air 2 UNIT 950,000 1,900,000
9 Unit Komputer & Jaringan 2 UNIT 3,400,000 6,800,000
10 Mobil Operasional (Carry) 2 UNIT 91,000,000 182,000,000
11 Mobil Operasional (L300) 2 UNIT 120,000,000 240,000,000
12 Motor 2 UNIT 12,000,000 24,00,000
13 Arit 6 BUAH 25,000 150,000
14 Cangkul 6 UNIT 35,000 210,000
15 Sepatu Boot 20 PASANG 85,000 1,700,000
16 Golok 6 BUAH 65,000
390,000
17 Sekop 6 BUAH 50,000 300,000
18 Carangka 6 BUAH 33,500
201,000
19 Pisau 6 BUAH 30,000 180,000
20 Asahan 6 BUAH 35,000 210,000
21 Toren 6 UNIT
1,250,000 7,500,000
22 Instalasi Pipa Air * 1 UNIT
337,000 337,000
23 Lampu 40 BUAH 35,000
1,400,000
24 Printer 2 BUAH 1,900,000 3,800,000
25 Pesawat Telepon dan Fax 2 BUAH 2,000,000
4,000,000
TOTAL BIAYA INVESTASI (Rp) 910,078,000
47
Biaya Operasional
Biaya operasional yang dikeluarkan untuk biaya tetap dan biaya variabel
komponennya masih sama dengan pada saat sebelum pengembangan, namun nilai
yang dikeluarkan berbeda dengan sebelum pengembangan. Perubahan biaya
tersebut dapat dilihat pada Tabel 17 dan Tabel 18.
Tabel 17. Biaya tetap peternakan domba MT Farm dengan pengembangan bisnis
NO. JENIS BIAYA JUMLAH
TOTAL
HARGA /
BULAN (RP)
TOTAL HARGA
PER TAHUN
(RP)
1-5
1 Gaji Tenaga kerja 15 15,000,000 180,000,000
2 Gaji Manajer 4 16,000,000 192,000,000
3 Tunjangan Hari Raya 19
Rp
31,000,000 31,000,000
4 ATK 1 500,000 6,000,000
5 Sarung tangan karet 1 50,000 600,000
6 Masker 1 18,000 216,000
7 Medical Kit 2 1,000,000 12,000,000
8 Biaya Telepon & Internet &
Listrik 1 600,000 7,200,000
TOTAL BIAYA TETAP (Rp) 429,016,000
Penambahan jumlah kandang berpengaruh terhadap jumlah karyawan yang
dibutuhkan. Penambahan kandang dengan pengembangan bisnis sebanyak tiga
unit, sehingga total kandang yang dibutuhkan adalah delapan unit. Maka dengan
kondisi tersebut dibutuhkan total 19 tenaga kerja termasuk manager dan tenaga
kerja lainnya yang bertugas untuk memberikan pakan setiap pagi dan sore,
memandikan domba serta membersihkan kandang.
Penggajian karyawan meningkat menjadi sebesar Rp 15,000,000 per bulan,
sehingga biaya THR karyawan menjadi Rp 31,000,000 untuk 19 karyawan
termasuk manager yang diberikan saat Hari Raya Idul Fitri. Peningkatan harga
juga terjadi untuk pembelian medikal kit. Sementara untuk pembelian ATK,
sarung tangan karet, masker dan biaya telepon, internet dan listrik diasumsikan
tetap.
Biaya variabel yang yang dikeluarkan untuk usaha peternakan domba
tersebut dengan pengembangan bisnis antara lain pakan konsentrat, rumput, obat-
obatan dan bakalan domba. Tabel 18 menunjukkan biaya variabel peternakan
domba MT Farm dengan pengembangan bisnis.
Tabel 18. Biaya variabel peternakan domba MT Farm dengan pengembangan
bisnis
NO. JENIS BIAYA
BIAYA
TAHUN 1
(RP)
BIAYA
TAHUN 2
(RP)
BIAYA
TAHUN 3
(RP)
BIAYA
TAHUN 4
(RP)
BIAYA
TAHUN 5
(RP) 1 Pakan Konsentrat 1,125,230,400 1,125,230,400 1,125,230,400 1,125,230,400 1,049,907,600
2 Rumput 10,540,800 10,540,800 10,540,800 10,540,800 8,784,000
3 Obat - obatan 20,203,200 18,973,440 18,973,440 18,973,440 17,392,320
4 Bakalan domba 4,348,080,000 4,348,080,000 4,348,080,000 4,348,080,000 3,623,400,000
TOTAL BIAYA
VARIABEL (Rp) 5,504,054,400 5,502,824,640 5,502,824,640 5,502,824,640 4,699,483,920
48
Pakan utama yang dibutuhkan pada usaha penggemukan domba adalah
pakan konsentrat. konsentrat yang dibutuhkan sebanyak 401,868 kg dengan harga
Rp 2,800 per kg pada tahun pertama sampai dengan tahun keempat, sehingga
memerlukan biaya sebesar Rp 1,125,230,400 dan pada tahun kelima dibutuhkan
konsentrat sebanyak 374,967 kg dengan harga Rp 2,800 sehingga total biaya yang
diperlukan sebesar Rp.1,049,907,600 .
Selain konsentrat, rumput juga dibutuhkan untuk usaha penggemukan
domba. Rumput yang dibutuhkan sebanyak 52,704 kg pada tahun pertama sampai
dengan tahun keempat dengan harga Rp 200 per kg, sehingga dibutuhkan biaya
sebesar Rp.10,540,800. Pada tahun kelima rumput yang dibutuhkan sebanyak
43,920 kg sehingga total biaya yang diperlukan sebesar Rp 8,784,000.
Obat-obat diberikan pada saat terjadi serangan penyakit pada domba. Obat-
obat yang dibutuhkan pada tahun pertama sebanyak 6,314 ml, tahun kedua sampai
dengan tahun tahun keempat sebanyak 5,929 ml dan tahun kelima sebanyak 5,435
ml dengan harga Rp 3,200 per ml. Sehingga total biaya yang yang dibutuhkan
pada tahun pertama sebesar Rp 20,203,200, tahun kedua sampai dengan tahun
keempat sebesar Rp 18,973,440 dan tahun kelima sebesar Rp 17,392,320.
Selain pemberian pakan konsentrat, rumput dan obat-obat, biaya variabel
lainnya yang dibutuhkan adalah bakalan domba. Pada tahun pertama sampai
dengan tahun keempat, bakalan domba yang dibutuhkan sebesar 6,588 ekor dan
pada tahun kelima dibutuhkan bakalan domba sebesar 5,490 ekor dengan harga
Rp 660,000 per ekornya atau Rp 33,000 per kg dengan bobot/ekor domba sebesar
20 kg. Sehingga total biaya yang dibutuhkan pada tahun pertama sampai dengan
tahun keempat sebesar Rp 4,348,080,000 dan pada tahun kelima sebesar Rp
3,623,400,000. Jumlah domba yang dibeli bergantung kepada populasi domba
yang ada pada kandang. Komponen biaya variabel pada tahun berikutnya dapat
dilihat pada Lampiran.
Analisis Manfaat (Inflow) dengan Pengembangan Bisnis
Manfaat yang diterima dari penjualan output yang dihasilkan selama umur
usaha 5 tahun dicantumkan pada Tabel 19. Domba dijual dengan harga yang
berfluktuatif tiap tahunnya, pada tahun pertama domba dijual seharga Rp 37,500
per kg, Rp 38,500 per kg pada tahun kedua dan ketiga, pada tahun keempat
dengan harga Rp 39,500 per kg dan Rp 40,000 per kg pada tahun kelima.
Tabel 19. Penerimaan penjualan domba pada peternakan domba MT Farm
dengan pengembangan bisnis
TAHUN PENJUALAN (RP)
1 6,052,725,000
2 6,214,131,000
3 6,214,131,000
4 6,375,537,000
5 6,456,240,000
Nilai ini diperoleh dari pertumbuhan bobot bakalan selama satu periode
dikali dengan jumlah populasi ternak domba per periode dan kemudian dikalikan
dengan harga jual per kilogram per bobot hidup, dengan asumsi tingkat mortalitas
49
2 persen. Pada tahun pertama sampai dengan tahun kelima diperoleh total
penjualan sebanyak 6,456 ekor.
Umur ekonomis dan nilai beli dari variabel investasi tersebut berbeda-beda
sehingga nilai sisanya pun berbeda-beda. Terdapat beberapa variabel investasi
yang memiliki nilai sisa di akhir umur usaha. Nilai sisa yang didapatkan dari sisa
investasi pada tahun terakhir dengan skenario pengembangan bisnis disajikan
pada Tabel 20.
Tabel 20. Nilai sisa yang diterima pada usaha penggemukan domba MT Farm
dengan pengembangan bisnis
NO. INVESTASI NILAI UMUR BIAYA NILAI
SISA EKONOMIS PENYUSUTAN
1 Tanah 40,000,000 - - 40,000,000
2 Kandang 320,000,000 8 40,000,000 120,000,000
3 Bangunan Kantor 55,000,000 8 6,875,000 20,625,000
4 Timbangan 2,250,000 3 1,500,000 1,500,000
5 Bak Penampungan 2,500,000 8 312,500 937,500
6 Lampu 35,000 2 700,000 700,000
7 Printer 3,800,000 2 1,900,000 1,900,000
8 Pesawat Telepon
dan Fax 4,000,000 3 1,333,333 1,333,333
TOTAL NILAI SISA (Rp) 186,995,833
Tabel 20 menunjukkan total nilai sisa yang diperoleh pada akhir umur usaha
adalah Rp 186,995,833, tidak semua barang investasi memiliki nilai diakhir tahun
umur usaha, hal tersebut dikarenakan umur ekonomis barang-barang investasi
relatif lebih pendek ataupun sudah habis umur ekonomisnya tepat pada tahun
terakhir.
Analisis laba rugi usaha, pendapatan diperoleh dari penerimaan dan nilai
sisa investasi, sedangkan komponen biaya disusun oleh biaya tetap, biaya variabel,
dan pajak penghasilan. Perhitungan laba rugi usaha dimulai dengan mengurangi
jumlah seluruh penerimaan dengan total biaya tetap dan biaya variabel setiap
tahunnya. Perhitungan laba rugi tersebut didapatkan nilai penerimaan sebelum
bunga dan pajak (EBIT) atau laba kotor yang kemudian dikurangi dengan biaya
bunga sehingga didapatkan penerimaan sebelum pajak atau laba bersih sebelum
pajak (EBT). Sebagai langkah akhir, dilakukan pengurangan terhadap EBT
dengan pajak penghasilan untuk setiap EBT yang bernilai positif atau memperoleh
keuntungan. Dengan demikian, didapatkan nilai penerimaan setelah pajak atau
laba-rugi bersih usaha. Untuk biaya tetap pada komponen biaya operasional
ditambahkan dengan komponen biaya penyusutan dari barang-barang investasi
per tahunnya. Analisis laba rugi untuk bisnis domba pada masa sekarang dapat
dilihat pada Tabel 21.
50
Tabel 21. Analisis laba rugi pada usaha penggemukan domba MT Farm dengan
kondisi tanpa pengembangan bisnis
TAHUN LABA SEBELUM
PAJAK (RP)
PAJAK (30%)
(RP)
LABA BERSIH
(RP)
1 416,470,548 124,941,165 291,529,384
2 279,829,188 83,948,757 195,880,432
3 314,925,393 94,477,618 220,447,775
4 313,287,903 93,986,371 219,301,532
5 1,403,124,690 420,937,407 982,187,283
TOTAL 2,727,637,723 818,291,317 1,909,346,406
Analisis laba rugi pada Tabel 21 memperlihatkan bahwa pada tahun pertama,
MT Farm masih mendapat laba bersih sebesar 291,529,384 setelah dipotong 30
persen pajak dari laba sebelum pajak sebesar Rp 416,470,548. Pada tahun pertama
perusahaan telah menanggung beban pajak karena pada tahun tersebut telah
dilakukan penjualan domba yang dimiliki dari periode yang sebelumnya
( sebelum tahun analisis). Untuk tahun kedua hingga tahun kelima MT Farm tetap
dikenakan pajak karena pada laba sebelum pajak tidak terdapat nilai negatif (rugi).
Total laba bersih (EAT) yang diterima dari bisnis domba MT Farm yaitu sebesar
Rp 1,909,346,406. Keuntungan tersebut diperoleh setelah memperhitungkan pajak
pendapatan sebesar 30 persen untuk setiap laba kotor yang diperoleh setiap
tahunnya.
Penambahan investasi memberikan pengaruh terhadap perubahan nilai laba
rugi. Analisis laba rugi untuk bisnis domba dengan skenario pengembangan bisnis
dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Analisis laba rugi pada peternakan domba MT Farm dengan kondisi
dengan pengembangan bisnis
TAHUN LABA SEBELUM
PAJAK (RP)
PAJAK (30%)
(RP)
LABA BERSIH
(RP)
1 372,185,367 111,655,610 260,529,757
2 534,821,127 160,446,338 374,374,789
3 534,821,127 160,446,338 374,374,789
4 696,227,127 208,868,138 487,358,989
5 1,767,266,680 530,180,004 1,237,086,676
TOTAL 3,905,321,427 1,171,596,428 2,733,724,999
Kelayakan finansial usaha penggemukan domba MT Farm ini dapat dilihat
dari beberapa kriteria penilaian investasi yaitu Payback Period (PP), Net Present
Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Net B/C. Hasil perhitungan
kriteria penilaian investasi pada usaha penggemukan domba MT Farm pada masa
sekarang dan setelah pengembangan bisnis dapat dilihat pada Tabel 23.
51
Tabel 23. Kriteria investasi dengan kondisi sebelum pengembangan dan setelah
pengembangan bisnis
KRITERIA INVESTASI SEBELUM
PENGEMBANGAN
SETELAH
PENGEMBANGAN
NPV 34,300,433 566,181,930
Net B/C 1,38 2.01
IRR 7,35% 22.55%
PP 3,93 2.41
Berdasarkan analisis finansial pada Tabel 23, dapat dilihat bahwa usaha MT
Farm pada kondisi tanpa pengembangan bisnis menghasilkan NPV yang lebih
besar dari nol, yaitu sebesar Rp 34,300,433. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ini
akan memberikan keuntungan sebesar Rp 34,300,433 selama umur usaha 5 tahun.
Dengan demikian, berdasarkan kriteria NPV usaha MT Farm ini layak untuk
dilaksanakan. Nilai Net B/C yang diperoleh yaitu sebesar 1.38. Hal ini berarti
setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat sebesar Rp 1.38.
Nilai Net B/C yang diperoleh lebih dari satu, sehingga usaha ini layak untuk
dilaksanakan. Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 7.35 persen dimana IRR
tersebut lebih dari discount factor (DF) yang ditetapkan yaitu 6 persen. Dengan
demikian, berdasarkan kriteria IRR usaha MT Farm ini layak untuk dilaksanakan.
Payback Period (PP) yang diperoleh adalah sebesar 3.93 atau sama dengan tiga
tahun sembilan bulan. Nilai PP ini masih berada dibawah umur proyek, sehingga
berdasarkan kriteria PP usaha ini layak untuk dilaksanakan. Seluruh aspek
finansial yang dibahas pada kondisi sebelum pengembangan dinyatakan layak
karena seluruh kriteria yang dibahas telah memenuhi syarat.
Aspek finansial yang dibahas pada kondisi setelah pengembangan pada
Tabel 23 menunjukkan bahwa secara finansial usaha pengembangan bisnis domba
pada MT Farm layak untuk dilaksanakan. NPV yang diperoleh dari perhitungan
analisis cashflow pada pengembangan bisnis domba memberikan manfaat sebesar
Rp 566,181,930. Angka tersebut menunjukkan nilai sekarang dari manfaat bersih
yang akan diperoleh dari bisnis ini selama lima tahun dengan memperhitungkan
discount rate sebesar 6 persen. Bisnis domba dengan pengembangan ini memiliki
Net B/C sebesar 2.01. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00 yang
akan dikeluarkan akan menghasilkan manfaat sebesar Rp 2.01. Besar IRR pada
pengembangan bisnis ini adalah 22.55 persen, hal ini dapat diartikan bahwa usaha
ini layak untuk dilaksanakan karena IRR lebih tinggi dari discount rate yaitu
sebesar 6 persen. sementara Payback Period (PP) sebesar 2.41 atau biaya
investasi yang dikeluarkan dapat kembali dalam kurun waktu dua tahun empat
bulan.
Analisis Switching Value Pengembangan Usaha Domba MT Farm
Analisis Switching Value pada analisis usaha MT Farm ini digunakan untuk
mengetahui seberapa besar perubahan maksimal pada biaya operasional dan
volume penjualan yang paling berpengaruh dan dapat ditoleransi sehingga usaha
masih layak dilaksanakan. Switching Value atau nilai pengganti ditentukan dengan
uji coba sehingga menghasilkan NPV sama dengan nol, dan Net B/C sama dengan
satu.
52
Variabel yang dibahas dalam Analisis Switching Value adalah variabel yang
dianggap memiliki pengaruh yang besar terhadap pelaksanaan proyek. Dalam
penelitian ini variabel yang dibahas yaitu peningkatan mortalitas dari sisi inflow
dan peningkatan harga bakalan domba dari sisi outflow. Hasil analisis switching
value usaha penggemukan domba MT Farm dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Hasil analisis switching value usaha MT Farm pada kondisi setelah
pengembangan
KONDISI PERSENTASE (%) NPV NET B/C IRR
Peningkatan Mortalitas 2.107109305 0 1 6%
Kenaikan bakalan domba 3.1854194939394 0 1 6%
Berdasarkan analisis switching value dengan peningkatan mortalitas bakalan
domba sebesar 2.107109305 persen dihasilkan NPV sebesar Rp 0,00 IRR 6 persen,
Net B/C Rp 1,00 yang artinya saat tingkat kematian domba meningkat sebesar
2.107109305 persen, usaha ini akan mengalami titik impas. Peningkatan harga
bakalan domba sebesar 3.1854194939394 persen menyebabkan nilai NPV turun
menjadi Rp 0,00 IRR 6 persen, Net B/C Rp 1,00 yang artinya pada tingkat
penurunan harga mencapai 3.1854194939394 persen, usaha ini akan mengalami
titik impas. Batas peningkatan harga bakalan domba agar usaha ini tetap layak
dilaksanakan adalah sebesar 3.1854194939394 persen, sedangkan batas
peningkatan mortalitas domba adalah sebesar 2.107109305 persen. Apabila usaha
yang dijalankan menghadapi kondisi perubahan melebihi batas tersebut,
pelaksanaan usaha menjadi tidak layak untuk diusahakan secara finansial.
Perhitungan Incremental Net Benefit
Penambahan investasi berupa kandang di MT Farm menunjukkan bahwa
terdapat peningkatan biaya investasi dan biaya operasional pada bisnis.
Penambahan biaya tersebut perlu diketahui kelayakannya, apakah penambahan
investasi menguntungkan untuk dilaksanakan, sehingga perlu dilakukan analisis
lebih lanjut melalui perhitungan Incremental Net Benefit, yakni manfaat bersih
(net benefit with project) yang diperoleh dari usaha kondisi setelah pengembangan
bisnis dikurangi dengan usaha bisnis domba tanpa adanya pengembangan bisnis
(net benefit without project). Perhitungan untuk menentukkan tingkat kelayakan
dilakukan dengan kriteria investasi, dengan komponen biaya dan manfaat sebagai
berikut :
Komponen yang pertama adalah biaya dan manfaat tanpa adanya
pengembangan bisnis atau yang disebut dengan usaha tanpa proyek. Penerimaan
atau manfaat yang diterima usaha ini berasal dari penjualan domba dan nilai sisa.
Komponen pengeluaran biaya dengan kondisi tanpa pengembangan bisnis antara
lain biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel.
Komponen kedua adalah biaya dan manfaat pada domba dengan
penambahan investasi berupa kandang atau disebut sebagai usaha peternakan
dengan proyek. Pada usaha ini, manfaat (inflow) yang diterima berasal dari dari
penjualan domba dan nilai sisa yang diperoleh pada akhir umur bisnis. Komponen
53
pengeluaran biaya dengan kondisi pengembangan bisnis antara lain biaya
investasi, biaya tetap dan biaya variabel.
Prinsip Incremental Net Benefit digunakan untuk menilai keputusan
keuangan yang didasarkan pada selisih antara nilai dengan suatu alternatif dan
nilai tanpa alternatif. Incremental Net Benefit dapat diterjemahkan sebagai
tambahan keuntungan yang harus dibandingkan dengan incremental cost atau
biaya tambahan.
Total biaya investasi yang dikeluarkan pada usaha Peternakan MT Farm
dengan pengembangan bisnis memiliki perbedaan dengan biaya investasi yang
dikeluarkan pada MT Farm tanpa adanya pengembangan bisnis. Hal ini
disebabkan adanya tambahan komponen investasi yaitu kandang sehingga
mengubah biaya investasi lain yang disetarakan dengan kapasitas kandang setelah
pengembangan. Biaya variabel serta biaya tetap yang dikeluarkan juga berubah
akibat kapasitas produksi yang semakin besar. Laba bersih yang diperoleh dari
penambahan investasi selama umur usaha dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Laba bersih yang didapatkan selama umur usaha (Incremental Net
Benefit) (Rp)
Tahun Laba Bersih Laba Bersih Incremental
Sebelum Pengembangan Setelah Pengembangan Net Benefit
1 291,529,384 260,529,757 (30,999,627)
2 195,880,432 374,374,789 178,494,357
3 220,447,775 374,374,789 153,927,013
4 219,301,532 487,358,989 268,057,456
5 982,187,283 1,237,086,676 254,899,393
Total 1,909,346,406 2,733,724,999 824,378,592
Penambahan investasi yang dilakukan oleh MT Farm memberikan
penambahan terhadap laba bersih. Selisih nilai antara usaha tanpa pengembangan
bisnis dan dengan pengembangan bisnis yang didapatkan yaitu sebesar Rp
824,378,592. Hasil laba bersih tersebut dinyatakan bahwa pengembangan bisnis
dengan penambahan investasi memberikan manfaat tambahan terhadap laba
bersih.
Perhitungan kriteria investasi dilakukan dengan cara mengurangi nilai net
benefit dengan proyek dengan nilai net benefit tanpa proyek secara incremental
sehingga didapatkan hasil seperti pada Tabel 26.
Tabel 26. Perhitungan Kriteria Investasi (Incremental Net Benefit)
Kriteria Investasi Incremental Net Benefit
NPV 531,881,497
Net B/C 2.67
IRR 59.74%
PP 4.28
Nilai NPV yang diperoleh adalah sebesar Rp 531,881,497. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya penambahan investasi berupa kandang, memberikan
penambahan manfaat bersih dari kondisi tanpa pengembangan bisnis pada usaha
peternakan sebesar Rp 531,881,497 selama 5 tahun. Nilai NPV ini lebih besar 0
54
sehingga layak untuk dijalankan. Sementara, nilai IRR yang diperoleh lebih besar
dari tingkat diskonto yang digunakan yakni 6 persen sehingga layak untuk
dijalankan. Net B/C yang didapatkan adalah lebih besar dari satu yang
menunjukkan bahwa setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan dalam
pengembangan bisnis memperoleh manfaat lebih besar dari satu satuan. Nilai ini
memenuhi kriteria investasi dan layak untuk dijalankan. Kriteria yang terakhir
adalah Payback Periode yakni 4.28 yang menunjukkan waktu pengembalian dari
investasi yang ditanamkan adalah kurang dari umur usaha. Sehingga,
menunjukkan bahwa pada pengembangan bisnis yang dilaksanakan memberikan
manfaat bagi peternak serta layak untuk dijalankan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Berdasarkan analisis aspek non finansial yang ditinjau dari aspek pasar,
aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi dan
budaya, serta aspek lingkungan, pengembangan bisnis layak untuk
dijalankan.
2. Berdasarkan analisis finansial, pengembangan bisnis penggemukan domba
MT Farm layak untuk dilaksanakan jika dilihat dari kriteria investasi,
diantaranya NPV sebesar Rp 566,181,930, Net B/C sebesar 2.01, IRR
sebesar 22.55 persen dan Payback Period atau biaya investasi yang
dikeluarkan dapat kembali dalam kurun waktu dua tahun empat bulan.
3. Berdasarkan analisis switching value batasan terhadap peningkatan
mortalitas domba yaitu 2.107109305 persen dan peningkatan harga bakalan
domba yaitu sebesar 3.1854194939394 persen. Analisis switching value
tersebut menunjukkan bahwa peningkatan mortalitas domba lebih
berpengaruh terhadap proses bisnis yang dijalankan dibandingkan dengan
peningkatan harga bakalan domba. Namun demikian, persentase pengaruh
antara peningkatan harga bakalan domba dan peningkatan mortalitas domba
tidak berpengaruh nyata karena selisih persentase hanya sebesar
1.0783101889394 persen.
Saran
MT Farm sebaiknya lebih memperluas jaringan pemasaran, hal ini terkait
dengan perencanaan MT Farm untuk menerapkan program kerjasama dengan
mengajak masyarakat yang berkeinginan beternak dengan sistem pola kerjasama
bagi hasil, diantaranya program kerjasama investasi retail dan investasi kavling.
Selain itu, MT Farm sebaiknya memperbaiki pembukuan perusahaan untuk lebih
memudahkan manajemen untuk mengontrol keuangan peternakan, sehingga
program kerjasama yang direncanakan bisa terealisasi dengan baik, salah satunya
dengan mempermudah calon investor untuk melihat kondisi aliran kas pada usaha
MT Farm.
55
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2011. Statistik Peternakan
dan Kesehatan Hewan. Jakarta.
[Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan. 2009. Berita Resmi Statistik
Peternakan. Jakarta : Direktorat Jenderal Peternakan.
Eliser S. 2000. Analisis Ekonomi Kelembagaan Kemitraan Dalam Sistem
Pengembangan Usaha Ternak Domba Pada Lahan Kering, Di Provinsi
Sumatera Utara. (Tesis). Bogor. Ilmu Perencanaan Wilayah Dan Pedesaan.
Program Pasca Sarjana Institiut Pertanian Bogor.
Fitrial. 2009. Analisis Tingkat Kelayakan Finansial Penggemuka Kambing dan
Domba pada MT Farm, di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. [Skripsi].
Bogor: Jurusan Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta : UI Press.
Harianto B, Tim Penulis MT Farm. 2012. Petunjuk Praktis Penggemukan Domba.
Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Husnan S, Muhammad S. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta: Unit
Penerbit dan Percetakan AMP YKPN.
Jumingan. 2009. Studi Kelayakan Bisnis: Teori dan Pembuatan Proposal
Kelayakan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Kadariah, Kalina L, Gray C. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta : UI Press.
Kasmir, Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor: Prenada Media.
Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran. Jilid Satu. Jakarta: PT Prenhallindo.
Murtidjo, B.A. 1993. Memelihara Domba. Kanisius, Yogyakarta.
Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Unit Penerbit
Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian
Bogor.
Purbowati, E. 2009. Usaha Penggemukan Domba. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rahmat R. 2008. Kontribusi usaha ternak domba terhadap pendapatan keluarga
petani peternak (Study kasus Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut)
[Skripsi]. Bogor : Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Subagyo A. 2007. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Gramedia.
Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta: Andi.
Sumoprastowo, R. M. 1987. Beternak Domba Pedaging dan Wool. Jakarta:
Bharata Karya Aksara.
Sutama IK, Budiarsana IGM. 2009. Panduan Lengkap Kambing dan Domba.
Jakarta : Penerbit Swadaya.
Umar H. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Widodo. 2010. Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba pada Agrifarm,
Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
56
Winarso B, Yusja Y. 2010. Lokakarya nasional domba dan kambing : strategi
peningkatan produksi dan mutu domba dan kambing. Bogor : Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
Yulida. 2008. Analisis potensi sumberdaya peternakan di Kecamatan Ciampea
Kabupaten Bogor untuk pengembangan ternak domba [Skripsi]. Bogor :
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
57
LAMPIRAN
Lampiran 1. Layout kandang Mitra Tani Farm
Keterangan :
1. Pintu Masuk
2. Gudang Pakan
3. Kantor
4. Sumur / Sumber Air
5. Jalan Utama
6. Jalan untuk membersihkan
kandang
7. Jalan untuk membersihkan
kandang
A. Kandang
B. Kandang
C. Kandang
D. Kandang
E. Kandang
58
Lampiran 2. Siklus Saat ini
Bulan Bakalan
Baru
Fase
Pengemukan
Domba Siap
jual
Total
Domba
Dalam
Kandang
Domba
Terjual
(ekor)
Penerimaan
(Rp.)
2006
November 227 227
Desember 329 227 556
2007
Januari 237 329 227 793 216 180.606.875
Februari 380 237 329 946 313 261.760.625
Maret 311 380 237 928 226 188.563.125
April 383 311 380 1074 362 302.337.500
Mei 417 383 311 1111 296 247.439.375
Juni 490 417 383 1290 365 304.724.375
Juli 214 490 417 1121 397 331.775.625
Agustus 540 214 490 1244 467 389.856.250
September 90 540 214 844 204 170.263.750
Oktober 329 90 540 959 514 429.637.500
November 259 329 90 678 86 71.606.250
Desember 202 259 329 790 313 261.760.625
2008
Januari 313 202 259 774 247 206.066.875
Februari 330 313 202 845 192 160.716.250
Maret 245 330 313 888 298 249.030.625
April 294 245 330 869 314 262.556.250
Mei 350 294 245 889 233 194.928.125
Juni 125 350 294 769 280 233.913.750
Juli 192 125 350 667 333 278.468.750
Agustus 290 192 125 607 119 99.453.125
September 64 290 192 546 183 152.760.000
Oktober 243 64 290 597 276 230.731.250
November 225 243 64 532 61 50.920.000
Desember 161 225 243 629 231 193.336.875
2009
Januari 309 161 225 695 216 189.000.000
Februari 283 309 161 753 155 135.240.000
Maret 345 283 309 937 297 259.560.000
April 167 345 283 795 272 237.720.000
Mei 235 167 345 774 332 289.800.000
Juni 276 235 167 678 161 140.280.000
Juli 265 276 235 776 226 197.400.000
Agustus 162 265 276 703 265 231.840.000
September 201 162 265 628 255 222.600.000
Oktober 191 201 162 554 156 136.080.000
November 141 191 201 553 193 168.840.000
Desember 323 141 191 655 184 160.440.000
59
Lampiran 2. (Lanjutan)
Bulan Bakalan
Baru
Fase
Pengemukan
Domba Siap
jual
Total
Domba
Dalam
Kandang
Domba
Terjual
(ekor)
Penerimaan
(Rp.)
2010
Januari 143 323 141 607 137 119.673.750
Februari 275 143 323 741 314 274.146.250
Maret 143 275 143 561 139 121.371.250
April 126 143 275 544 267 233.406.250
Mei 338 126 143 607 139 121.371.250
Juni 277 338 126 741 122 106.942.500
Juli 316 277 338 931 328 286.877.500
Agustus 192 316 277 785 269 235.103.750
September 356 192 316 864 307 268.205.000
Oktober 303 356 192 851 186 162.960.000
November 224 303 356 883 346 302.155.000
Desember 386 224 303 913 294 275.171.250
2011
Januari 276 386 224 886 220 205.800.000
Februari 406 276 386 1068 378 354.637.500
Maret 491 406 276 1173 271 253.575.000
April 458 491 406 1355 398 373.012.500
Mei 458 458 491 1407 481 451.106.250
Juni 115 458 458 1031 449 420.787.500
Juli 306 115 458 879 449 420.787.500
Agustus 182 306 115 603 113 105.656.250
September 377 182 306 865 300 281.137.500
Oktober 546 377 182 1105 178 167.212.500
November 546 377 923 370 346.368.750
Desember 546 546 535 501.637.500
60
Lampiran 3. Siklus Pengembangan
Bulan Bakalan
Baru
Fase
Pengemukan
Domba Siap
jual
Total
Domba
Dalam
Kandang
Domba
Terjual
(ekor)
Penerimaan
(Rp.)
Tahun I
November 549 549
Desember 549 549 1098
Tahun II
Januari 549 549 549 1647 538 504.393.750
Februari 549 549 549 1647 538 504.393.750
Maret 549 549 549 1647 538 504.393.750
April 549 549 549 1647 538 504.393.750
Mei 549 549 549 1647 538 504.393.750
Juni 549 549 549 1647 538 504.393.750
Juli 549 549 549 1647 538 504.393.750
Agustus 549 549 549 1647 538 504.393.750
September 549 549 549 1647 538 504.393.750
Oktober 549 549 549 1647 538 504.393.750
November 549 549 549 1647 538 504.393.750
Desember 549 549 549 1647 538 504.393.750
Tahun III
Januari 549 549 549 1647 538 517.844.250
Februari 549 549 549 1647 538 517.844.250
Maret 549 549 549 1647 538 517.844.250
April 549 549 549 1647 538 517.844.250
Mei 549 549 549 1647 538 517.844.250
Juni 549 549 549 1647 538 517.844.250
Juli 549 549 549 1647 538 517.844.250
Agustus 549 549 549 1647 538 517.844.250
September 549 549 549 1647 538 517.844.250
Oktober 549 549 549 1647 538 517.844.250
November 549 549 549 1647 538 517.844.250
Desember 549 549 549 1647 538 517.844.250
Tahun IV
Januari 549 549 549 1647 538 517.844.250
Februari 549 549 549 1647 538 517.844.250
Maret 549 549 549 1647 538 517.844.250
April 549 549 549 1647 538 517.844.250
Mei 549 549 549 1647 538 517.844.250
Juni 549 549 549 1647 538 517.844.250
Juli 549 549 549 1647 538 517.844.250
Agustus 549 549 549 1647 538 517.844.250
September 549 549 549 1647 538 517.844.250
Oktober 549 549 549 1647 538 517.844.250
November 549 549 549 1647 538 517.844.250
Desember 549 549 549 1647 538 517.844.250
61
Lampiran 3. (Lanjutan)
Bulan Bakalan
Baru
Fase
Pengemukan
Domba Siap
jual
Total
Domba
Dalam
Kandang
Domba
Terjual
(ekor)
Penerimaan
(Rp.)
Tahun V
Januari 549 549 549 1647 538 531.294.750
Februari 549 549 549 1647 538 531.294.750
Maret 549 549 549 1647 538 531.294.750
April 549 549 549 1647 538 531.294.750
Mei 549 549 549 1647 538 531.294.750
Juni 549 549 549 1647 538 531.294.750
Juli 549 549 549 1647 538 531.294.750
Agustus 549 549 549 1647 538 531.294.750
September 549 549 549 1647 538 531.294.750
Oktober 549 549 549 1647 538 531.294.750
November 549 549 549 1647 538 531.294.750
Desember 549 549 549 1647 538 531.294.750
Tahun VI
Januari 549 549 549 1647 538 538.020.000
Februari 549 549 549 1647 538 538.020.000
Maret 549 549 549 1647 538 538.020.000
April 549 549 549 1647 538 538.020.000
Mei 549 549 549 1647 538 538.020.000
Juni 549 549 549 1647 538 538.020.000
Juli 549 549 549 1647 538 538.020.000
Agustus 549 549 549 1647 538 538.020.000
September 549 549 549 1647 538 538.020.000
Oktober 549 549 549 1647 538 538.020.000
November 549 549 1098 538 538.020.000
Desember 549 549 538 538.020.000
62
Lampiran 4. Biaya investasi mitra tani farm sebelum pengembangan usaha
63
Lampiran 5. Biaya tetap mitra tani farm sebelum pengembangan usaha
64
Lampiran 6. Biaya variabel mitra tani farm sebelum pengembangan usaha
65
Lampiran 7. Penerimaan tahunan mitra tani farm sebelum pengembangan usaha
66
Lampiran 8. Cashflow mitra tani farm sebelum pengembangan usaha
67
Lampiran 8. (lanjutan)
68
Lampiran 9. Laporan laba-rugi mitra tani farm sebelum pengembangan usaha
69
Lampiran 10. Biaya investasi mitra tani farm setelah pengembangan usaha
70
Lampiran 11. Biaya tetap mitra tani farm setelah pengembangan usaha
71
Lampiran 12. Biaya variabel mitra tani farm setelah pengembangan usaha
72
Lampiran 13. Penerimaan tahunan mitra tani farm setelah pengembangan usaha
73
Lampiran 14. Cashflow mitra tani farm setelah pengembangan usaha
74
Lampiran 14. (Lanjutan)
75
Lampiran 15. Laporan laba-rugi mitra tani farm setelah pengembangan usaha
76
Lampiran 16. Cashflow analisis switching value – kenaikan harga bakalan domba sebesar 3.1854194939394%
77
Lampiran 16. (lanjutan)
Lampiran 16. (Lanjutan)
78
Lampiran 17. Laporan laba-rugi analisis switching value – kenaikan harga bakalan domba sebesar 3.1854194939394%
79
Lampiran 18 Cashflow analisis switching value – peningkatan mortalitas domba sebesar 2.107109305%
80
Lampiran 18. (Lanjutan)
81
Lampiran 19. Laporan laba-rugi analisis switching value – peningkatan mortalitas domba sebesar 2.107109305%
82
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan pada tanggal 3
April 1984. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan
Bapak H. La Pesona dan Ibu Hj. Musdalifah.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Inpres Kantisang di kota
Ujung Pandang pada tahun 1996 kemudian melanjutkan pendidikan menengah
pertama di SLTP Negeri 23 Ujung Pandang dan selesai pada tahun 1999.
Pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2002 di SMK Negeri
2 Makassar. Pada tahun 2007 penulis menyelesaikan studi pada Program Diploma
III, Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2009 penulis melanjutkan studi ke tingkat
sarjana melalui Program Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Top Related