Mawas Financial

31
Yustina Setiarini, S.Tp* MAWAS FINANCIAL MEMILIH LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN Gaya hidup, kebutuhan dan lembaga pembiayaan Hampir semua manusia membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dimana saat ini selain pemenuhan kebutuhan dasar dan fungsional juga telah me-ngarah pada gaya hidup. Perubahan gaya hidup masyarakat saat ini telah bergeser pada peningkatan kebutuhan barang konsumtif yang menunjang gaya hidup itu sendiri seperti pemenuhan barang rumah tangga (mobil, motor, televisi, lemari es, handphone dan lain-lain). Meski harga bersaing, bukan berarti semua orang mampu untuk membelinya secara tunai. bagia n 4

description

Kritis dan bijak menggunakan jasa Perusahaan Pembiayaan

Transcript of Mawas Financial

bagian4bunga rampaiYustina Setiarini, S.Tp*

MAWAS FINANCIAL MEMILIH LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

Gaya hidup, kebutuhan dan lembaga pembiayaan Hampir semua manusia membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dimana saat ini selain pemenuhan kebutuhan dasar dan fungsional juga telah me-ngarah pada gaya hidup. Perubahan gaya hidup masyarakat saat ini telah bergeser pada peningkatan kebutuhan barang konsumtif yang menunjang gaya hidup itu sendiri seperti pemenuhan barang rumah tangga (mobil, motor, televisi, lemari es, handphone dan lain-lain). Meski harga bersaing, bukan berarti semua orang mampu untuk membelinya secara tunai. Pembiayaan kendaraan motor dan mobil secara kredit merupakan alternatif pilihan yang cukup popular dan dapat membantu masyarakat untuk memiliki mobil dan motor. Keberadaannya telah terbukti mampu membantu meringan-kan masyarakat yang membutuhkan, bahkan masyarakat kelas menengah yang menginginkan barang-barang mahal serta dapat membantu memperbesar jangkauan usaha (bagi para pembisnis). Jelasnya, keberadaan lembaga pembiayaan telah membantu masyarakat untuk memiliki barang yang dibutuhkan dengan pembayaran yang bisa dilakukan ber-tahap dalam jangka waktu tertentu sesuai pendapatannya.Ada banyak lembaga keuangan yang menawarkan fasilitasi dana untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, diantaranya adalah lembaga pembiayaan dan perbankan. Menurut Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988, lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Sedangkan menurut Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009, lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penye-diaan dana atau barang modal. Atas dasar kepemilikannya, lembaga pembiayaan dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu: 1) perusahaan pembiayaan konsumen yang merupakan anak perusahaan dari pemasok barang dan jasa yang akan dibeli oleh debitur, 2) perusahaan pembiayaan konsumen yang merupakan satu grup usaha dengan pemasok barang dan jasa yang akan dibeli debitur, dan 3) perusahaan pembiayaan konsumen yang tidak mempunyai kaitan kepemilikan dengan pemasok barang dan jasa yang akan dibeli debitur. Salah satu usaha lembaga pembiayaan adalah menya-lurkan dana dengan sistem pembiayaan konsumen. Dasar hukum substanstif eksistensi pembiayaan konsumen adalah perjanjan antara para pihak yang dibuat dan ditandatangani berdasarkan asas kebebasan berkontrak. Sejauh yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum yang berlaku maka perjanjian seperti itu sah dan mengikat secara penuh.

DP, survei dan kredit macetBudaya konsumtif masyarakat rupanya telah ikut mendorong maraknya lembaga pembiayaan saat ini, baik yang resmi maupun yang ilegal. Gayung bersambut dengan kepentingan lembaga pembiayaan dengan menawarkan ak-ses dan prosedur yang lebih mudah bagi masyarakat untuk mendapatkan barang-barang mahal dengan cara angsuran (dicicil). Dari hubungan ini diketahui bahwa masyarakat pengguna jasa (debitur/konsumen) berada dalam posisi yang membutuhkan atau mengajukan pembiayaan sehingga cenderung tidak seimbang karena posisinya yang menunggu persetujuan dari penyedia dana. Sifatnya pasif dan mengikuti aturan yang telah ada. Kalaupun nantinya terjadi kemacetan, biasanya konsumen akan terkaget-kaget karena konsekwen-sinya akan terasa berat dan dirasa merugikan. Dan jarang ada komplain konsumen merasa bersalah telah melakukan wan prestasi. Berdasarkan data laporan dari masyarakat melalui LOS-DIY menunjukan bahwa banyak kejadian wanprestasi yang disebabkan ketidaktelitian lembaga jasa keuangan dalam melakukan survei awal dan analisis kelayakan kredit untuk mengetahui kemauan dan kemampuan membayar calon debiturnya. Memang ada juga yang disebabkan oleh calon debitur yang tidak jujur menyampaikan informasi kondisi keuangan (pendapatan)-nya. Sebenarnya hubungan kredit semestinya sudah cukup menggunakan jaminan kepercayaan dari kreditur kepada debitur (konsumen). Lembaga pembiayaan langsung bisa memberi pembiayaan konsumen ketika dirinya sudah percaya konsumen (debitur) mau dan mampu membayar hutang-hutangnya tanpa harus mengukur pendapatan factual sekalipun. Jadi disini, prinsip-prinsip pemberian kredit berlaku. Perusahaan bisa jadi tidak menerapkan prinsip-prinsip pemberian kredit yang dikenal dengan 5C (Collateral, Capacity, Character, Capital, Condition of economy) secara cermat. Hal ini disebabkan karena marketing sendiri juga dikejar target dan kurang memahami pentingnya survei calon konsumen.Sebelum ada ketentuan Bank Indonesia (BI) yang tercantum didalam Surat Edaran No. 15/40/DKMP tanggal 23 September 2013 tentang Penerapan Manajemen Resiko pada bank yang melakukan pemberian kredit atau pembia-yaan pemilikan properti, kredit atau pembiayaan konsumsi beragun beragun properti dan kredit atau pembiayaan kendaraan bermotor, sering ditemui iklan-iklan kemudahan pembelian kendaraan bermotor/tanpa DP (sebut juga uang muka dan mungkin sekarang juga masih ada). Adapun besaran DP kredit atau pembiayaan kendaraan bermotor adlah 25% untuk kendaraan bermotor roda 2. Sedangkan DP untuk kendaraan roda 3 atau lebih diatur sebesar 30% untuk keperluan non produktif dan 20% untuk keperluan produktif. Ketentuan ini dimaksud agar perbankan dan lembaga pembiayaan selalu menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kreditnya. Bagi konsumen, pengaturan ini sebenarnya akan membantunya untuk memenuhi kebutuhan yang lain dan terhindar dari kemacetan karena DP yang besar akan mem-perkecil angsuran yang harus dibayarnya. Berarti pula dapat menghindarkan debitur (konsumen) dari kegagalan memiliki barang-barang tersebut akibat kemacetan kredit. Hampir semua kasus kemacetan kredit pembiayaan yang dilaporkan ke LOS-DIY dikarenakan besarnya angsuran tidak seimbang dengan pendapatannya.

Apa yang harus diperhatikan?Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan baik oleh lembaga pembiayaan maupun konsumen (debitur) yang akan melakukan perjanjian pembiayaan adalah:1. Transparansi informasiTransparansi adalah keterbukaan dalam melaksa-nakan proses pengelolaan usaha yang diwujudkan dalam bentuk penyampaian informasi materiil yang relevan mengenai jasa, produk dan kebijakan perusahaan kepada para stakeholder perusahaan, baik internal (karyawan) maupun eksternal (pemerintah, pemasok, distributor dan masyarakat termasuk konsumen). Transparansi juga bermakna kesempurnaan atau keutuhan informasi yang disampaikan terutama kepada konsumen (debitur). Dalam beberapa kasus pembiayaan, informasi-informasi penting yang berhubungan dengan kewajiban dan resiko yang ditanggung konsumen (debitur) terutama yang berkaitan dengan besaran nominal administrasi, asuransi dan fee perantara dan dealer, tidak didokumentasikan dan tidak disampaikan dengan baik kepada debitur. Informasi mengenai asuransi (nama perusahaan asuransi, jenis asuransi yang ditanggung, mekanisme klaim dan lain-lain) dan mekanisme/resiko jika terjadi pelunasan dini juga tidak dijelaskan kepada debitur. Salinan surat perjanjian juga banyak yang tidak diberikan bahkan banyak penandatangan perjanjian pembiayaan dilakukan di atas draft perjanjian yang masih kosong. Sudah bisa dipastikan cara ini menyebabkan debitur tidak akan mendapatkan informasi yang utuh dan jelas mengenai isi perjanjian dan resiko-resiko yang harus ditanggungnya.Penyampaian informasi secara transparan terkait hal-hal penting yang seyogyanya diketahui oleh calon konsumen merupakan kewajiban pelaku usaha. Dalam kasus lembaga pembiayaan, sebagian perusahaan telah melakukan penjelasan secara lisan, tanpa ada lembar konfimasi penjelasan yang tertera pada perjanjian yang memuat catatan penting penjelasan dan paraf (tanda tangan) calon konsumen sebagai bukti telah dijelaskan. Sebagian besar lembaga pembiayaan baru memberikan penjelasan terhadap ketentuan, aturan, tata tertib dan informasi lain-lain kepada konsumen setelah dilakukan penandatanganan perjanjian kredit. Penjelasan ini se-mestinya sudah disampaikan sebelumnya.

2. Klausula baku perjanjian kredit Sampai saat ini semua lembaga pembiayaan masih menggunakan klausula baku pada perjanjian pembiaya-annya. Bentuk perjanjian dan penggunaan huruf didalam penulisan perjanjian baku paling banyak menggunakan kalimat yang panjang dan tulisan yang kecil sehingga calon debitur malas untuk mempelajarinya. Disinilah pentingnya penjelasan diawal sebelum penandatanganan perjanjian apalagi motivasi konsumen sendiri yang penting disetujui dan cepat cair. Calon konsumen seharusnya sudah mempelajari dan memahami klausul Perjanjian Kredit yang akan disepakati karena ketika menandatangani maka dianggap sudah mengerti dan sepakat. Maka perlu kritis mempertanyakan hal-hal yang sekiranya belum dipahami termasuk konsekwensi jika terlambat, bunga, denda, penarikan dan biaya bahkan sampai proses lelang. Yang tidak boleh lupa terkait asuransi (jika ada).Dalam kaitannya dengan bisnis lembaga pembia-yaan, pasal 18 ayat 1 huruf d UndangUndang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen telah mengatur 2 larangan yang ditujukan bagi pelaku usaha yaitu: 1) pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/ atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian, dan 2) pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak langsung dilarang untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkait dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran. Larangan pencantuman klausula baku yang dilarang ini juga telah dipertegas didalam pasal 18 ayat (2) yaitu klausula baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca jelas, atau yang ungkapannya sulit dimengerti. Dalam kondisi yang tidak paham terhadap isi perjanjian, debitur telah diminta untuk menandatanganinya. Meski dilarang, perjanjian pembia-yaan yang sudah ditentukan oleh lembaga pembiayaan ini masih banyak digunakan.

3. Survey dan dokumen penguatLembaga pembiayaan dan calon konsumen (sebut debitur) wajib menjelaskan segala yang akan diperjanji-kan secara jujur dan hati-hati. Sejak dilakukan survei untuk kelayakan kreditnya, calon debitur harus jujur menjelaskan kondisi keuangan, pekerjaan, pendapatan dan tanggungan sesuai fakta, tidak bohong, tidak manipulatif. Lembaga pembiayaan juga harus transparan dan obyektif menjelaskan kepada calon debitur hasil survei dan analisa kelayakan kredit yang dibuatnya. Bagi calon debitur yang akan menggunakan jasa lembaga pembiayaan untuk memenuhi kebutuhannya maka perlu diperhatikan persyaratan dokumen berikut ini:

a. Dokumen kelayakan konsumenDokumen kelayakan konsumen adalah dokumen yang diperlukan lembaga pembiayaan untuk menentukan tingkat kelayakan konsumen. Dokumen ini antara lain berupa: 1) identitas konsumen (KTP, Paspor, SIM, NPWP, anggaran dasar, sural izin usaha, dan lain-lain), 2) bukti pekerjaan, penghasilan, tanggungan atau keadaan keuangan konsumen (slip gaji, neraca dan rugi laba dan lain-lain), 3) laporan survei petugas pembiayaan konsumen pada tempat tinggal, pekerjaan atau usaha dari konsumen, dan 4) dokumen pendukung seperti persetujuan istri/ suami, rekomendasi pihak yang dapat dipercaya dan lain-lain.

b. Dokumen perjanjianDokumen perjanjian adalah dokumen yang menunjukan kesepakatan antara lembaga pembiayaan (kreditur) dengan konsumen (debitur). Dokumen ini antara lain berupa: 1) perjanjian pembiayaan antara konsumen dengan perusahaan pembiayaan, dan 2) perjanjian pengikatan bentuk jaminan (cessie piutang, akta pembebanan fidusia/tanggunan dan lain-lain)

c. Dokumen kepemilikan obyek pembiayaan Dokumen kepemilikan obyek pembiayaan adalah dokumen yang merupakan bukti kepemilikan atas barang yang dibiayai dengan pembiayaan konsumen. Dokumen ini antara lain berupa BPKB, faktur, sertifikat, bukti penyerahan barang, bukti pemesanan barang dan lain-lain.

d. Dokumen kepemilikan jaminanDokumen kepemilikan jaminan adalah dokumen yang terkait dengan kepemilikan jaminan atas pemenuhan kewajiban calon debitur. Dokumen ini antara lain berupa BPKB, sertifikat tanah, faktur, dan lain-lain.

Pada saat pengajuan kredit, dokumen konsumen kadang tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Calon konsumen banyak yang tidak jujur menyampaikan besaran pendapatan dan besarnya tanggungan kredit ditempat lain. Hal ini dilakukan agar permohonan pembiayaannya disetujui. Ketidakjujuran ini bisa juga atas sepengetahuan marketing/surveyor atau justru ide dari petugas perusahaan pembiayaan. Oleh karena itu guna menghindari timbulnya masalah kemacetan di kemudian hari, calon konsumen perlu mengukur kemampuan diri. Perusahaan pembiayaan harus cross check data serta melakukan pengawasan internal terhadap setiap data marketing/surveyor apakah benar calon konsumen layak dibiayai atau tidak, sekaligus untuk mengetahui penyimpangan prosedur dan perilaku yang berpotensi merugikan perusahaan.

4. Jaminan dan akta fidusiaJaminan dibagi menjadi 3 yaitu jaminan utama, jaminan pokok dan jaminan tambahan.

a. Jaminan utamaSebenarnya jaminan utama pemberian kredit dari kreditur kepada debitur adalah kepercayaan. Dalam rangka membangun kepercayaan ini debitur memang seharusnya melakukan survei dan analisa kelayakan kredit konsumen menggunakan prinsip-prinsip pemberian kredit berlaku (5C)

b. Jaminan pokokJaminan pokok kredit pembiayaan adalah barang yang dibeli dengan dana tersebut. Jika dana untuk membeli mobil maka mobil tersebutlah jaminan pokoknya. Biasanya jaminan tersebut dibuat dalam bentuk fiduciary transfer of ownership (fidusia). Karena adanya fidusia ini, maka seluruh dokumen yang berkenaan dengan kepemilikan barang yang bersangkutan akan dipegang oleh kreditur sampai kreditnya lunas. Didalam ketentuan Undang-Undang Fidusia secara tegas diatur tentang larangan bagi pemberi fidusia (debitur) untuk mengalihkan, menggadaikan atau menyewakan kepada pihak lain benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Dalam berbagai kasus seringkali didapati debitur wanprestasi telah memindahtangankan (menggadaikan atau menjual) objek jaminan tanpa sepengetahuan kreditur sehingga menimbulkan masalah baru.

c. Jaminan tambahanJaminan tambahan diberlakukan bila kreditur meyakini resiko kemacetan angsuran tinggi dan jaminan pokok dirasa belum cukup. Biasanya jaminan tambahan berupa pengakuan hutang, kuasa menjual barang dan cessie dari asuransi serta surat persetujuan suami/istri.

5. Membayar angsuran dan penarikan oleh debt collectorKarena sebab tertentu banyak debitur yang memilih membayar angsuran melalui debt collector yang datang ke rumahnya. Banyak kasus yang mengikuti cara ini. Setoran yang dibayarkan oleh debitur sering tertunda dibayarkan kea kun pembayaran debitur, malah ada yang tidak dibayarkan. Akibatnya debitur terkena denda dan bunga yang dihitung perhari dan otomatis dibukukan oleh sistem komputer. Jika pola ini diberlakukan sudah seharusnya kreditur harus menyampaikan kepada debitur terkait dengan penggunaan bukti pembayaran yang syah agar jika timbul masalah bisa dirunut penyebabnya.Seringkali masalah bermula dari konsumen yang tidak tertib membayar angsuran sehingga berdasarkan perjanjian unit harus ditarik. Biaya penarikan sering menjadi masalah karena tidak ada standar yang jelas dan selalu dibebankan kepada konsumen. Dalam proses ini kreditur sering bekerja sama dengan pihak ketiga (debt collector) dan besaran biaya penarikan itu relatif tergantung tingkat kesulitan pengambilan. Pembebanan biaya tarik kepada debitur ini tidak sesuai dengan prinsip kewajaran mengingat tindakan ini dalam rangka menjaga kepentingan pelaku usaha. Bila hal ini tetap diberlakukan, sudah sejak awal perjanjian hal ini seharusnya dijelaskan kepada debitur..

Memilih jasa perusahaan pembiayaan yang tepatBeberapa tips untuk memilih perusahaan pembiayaan yang tepat adalah sebagai berikut;1. Intropeksi dan mencari informasi sebanyak-banyaknyaCermati jumlah uang muka dan besaran angsuran. Sesuaikan uang muka dengan kemampuan membayar. Besarnya uang muka akan menentukan waktu dan jumlah angsuran yang harus dibayar. Semakin kecil uang muka, semakin besar angsuran dan jangka waktu angsuran semakin lama. Hal ini berguna untuk menghindari kredit macet. Besaran angsuran yang wajar semestinya tidak melebihi 1/3 dari pendapatan bersih. Kita dapat mengukur kemampuan kredit kita menggunakan fasilitas simulasi kredit yang biasanya disediakan oleh perusahaan pembiayaan untuk memperhitungkan pembiayaan kredit. Banyak perusahaan pembiayaan menawarkan kredit dengan uang muka kecil dan jangka waktu yang lama. Namun perlu diperhatikan bahwa masing-masing perusahaan tentu ketetapan bunga dan besar cicilan yang berbeda. Artinya jenis kendaraan, uang muka dan jangka angsuran yang sama, belum tentu jumlah akhirnya akan sama pula. Jadi, kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya terkait dengan besaran uang muka, besaran angsuran, kemungkinan resiko yang timbul dan sesuaikan dengan kemampuan adalah langkah yang bijak. Lanjutkan upaya ini dengan melakukan perbandingan alias komparasi harga antar perusahaan pembiayaan.

2. Tentukan pilihan perusahaan pembiayaanAda 2 lembaga yang menyediakan sarana kredit. Pertama adalah institusi perbankan. Sektor perbankan lebih berhati-hati dalam mengucurkan dana untuk kredit kepemilikan barang bagi individu, walaupun beberapa waktu belakangan ini beberapa bank mulai menawarkan kredit kepemilikan barang bagi masyarakat individu. Kedua adalah lembaga pembiayaan (payment agent). Lembaga pembiayaan biasanya bergerak di industri otomotif, baik sebagai Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) atau dealer. Jika kita akan membeli mobil dengan cara kredit, cermatlah memilih perusahaan pembiayaan atau leasing dan perhitungkan kembali dengan seksama finansialnya. Tujuannya agar tidak terjadi masalah dalam pembayarannya hingga kita menerima Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB). Pilih perusahaan pembiayaan yang terdaftar sebagai anggota Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), baik perbankan ataupun lembaga pembiayaan. Perusahaan pembiayaan yang baik akan memiliki jaringan kerjasama yang luas dengan dealer-dealer rekanan. Pilih perusahaan dengan reputasi serta manajemen yang baik. Pembelian menggunakan jasa perusahaan pembiayaan berarti kita terikat perjanjian sewa jual. Untuk itu, perlu dipastikan perusahaan pembiayaannya merupakan perusahaan yang terpercaya demi kelancaran pengurusan surat kepemilikan ketika telah menuntaskan kredit. Juga bila ada masalah, pada umumnya perusahaan yang sudah punya nama cenderung kooperatif terhadap konsumen alias prokonsumen

3. Teliti dalam proses pengajuan kreditPerusahaan pembiayaan yang baik akan berusaha melindungi hak-hak calon debiturnya sama baiknya dengan usaha melindungi dirinya dari kerugian atau potensinya. Ciri-cirinya adalah adanya prosedur yang logis, keterbukaan dalam menjawab pertanyaan, dan kesesuaian antara apa yang disebut dalam promosi/iklan dan yang terungkap pada proses tanya-jawab lebih dalam. Jadi, pastikan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis. Menariknya, semakin teliti perusahaan menyaring calon debiturnya, biasanya semakin baik pula perlindungan hak-hak debiturnya. Jangan menjadi ragu hanya karena proses yang dilalui panjang atau persyaratan yang harus dipenuhi banyak. Jangan lupa untuk membaca semuanya dengan baik dan pahami apa yang disebutkan. Bertanyalah apabila ada yang tidak jelas, terutama suku bunga kredit, serta biaya-biaya tambahan pada kredit kendaraan seperti biaya administrasi, premi asuransi tanggal jatuh tempo angsuran, biaya denda keterlambatan angsuran serta biaya pelunasan dipercepat. Pilih perusahaan dengan biaya yang sesuai dengan kondisi keuangan kita dan jaminan bahwa perusahaan pembiayaan akan memberitahukan hak dan kewajiban konsumen secara jelas. Nah, terkait dengan pembelian tersebut, biasanya disertai juga dengan asuransi, maka jangan lupa juga minta bukti polis asuransi. Ini berguna apabila suatu ketika kendaraan hilang agar lebih memudahkan mengurus klaim asuransi.

4. Flexibelitas dan kemudahan akses informasi. Pilih perusahaan pembiayaan yang memiliki flesibilitas dalam pembayaran. Misalnya pembayaran bisa ditransfer melalui lebih dari satu bank, layanan ATM atau pembayaran melalui pos sehingga kita bisa membayar kapanpun dan dimanapun, tanpa kehilangan waktu untuk mendatangi kantor perusahaan pembiayaan. Bila sudah membayar, jangan lupa menyimpan bukti kuitansi pembayaran cicilan setiap bulan. Kelak itu akan diperlukan ketika mau mengambil surat kepemilikan kendaraan asli. Begitu juga dengan denda keterlambatan pembayaran, biasanya keterlambatan membayar satu hari pun tetap dikenakan denda. Karena itu, pilih perusahaan pembiayaan yang menerapkan denda kecil dan mekanisme yang jelas. Informasi mengenai produk, layanan, paket pembiayaan, cara pembayaran, hingga sisa angsuran harus dapat diakses melalui call center dan website, sehingga informasi dapat disampaikan dengan jelas kepada pelanggan. Pilih perusahaan dengan staf marketing yang profesional dan dapat menjelaskan hak serta kewajiban konsumen dengan baik. Pilih perusahaan yang sopan dan beretika ketika melakukan tagihan atau mengingatkan tagihan yang terlambat kita bayar, baik melalui telepon, surat, atau kunjungan ke rumah kita.

5. Tentukan asuransi yang dibutuhkanPada saat mengambil kredit kendaraan, lazimnya akan mengetahui asuransi yang menyertainya. Untuk hal ini, ada 2 jenis asuransi kendaraan yang umumnya ditawarkan, yaitu all risk dan total loss only (TLO). Yang terakhir hanya melindungi kehilangan kendaraan terkait pencurian dengan masa perlindungan sampai dengan 12 tahun. Sementara untuk all risk, cakupannya lebih luas lagi. Kendaraan juga akan dilindungi dari resiko kecelakaan, huru-hara dan bencana alam. Selain mengetahui manfaat apa yang akan didapatkan dari asuransi, pahami juga prosedur yang harus dilakukan untuk melakukan proses klaim. Pilih perusahaan pembiayaan yang mau membantu kita melakukan klaim asuransi kepada pihak asuransiketika terjadi klaim asuransi kendaraan.

Benar prosesnya, lancar kreditnya!!Calon konsumen kritis, pembiayaan berjalan manis.!!

*Penulis adalah Asisten Lembaga Ombudsman DIY

Referensi

Fuady, Munir. Hukum tentang Pembiayaan (dalam Teori dan Praktek). Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002.Wijaya, Gunawan, dan Ahmad Yani. Jaminan Fidusia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.Ratih. Tips Memilih Perusahaan Pembiayaan untuk Kendaraan Bermotor. http://www.carikredit.com/berita/detail/27/11/2013/tips-memilih-perusahaan pembiayaan-untuk-kredit-kendaraan/.Urki1vsuC9g. 4 Juli 2012. YLKI. Smart Consumer: Cermat Memilih Perusahaan Leasing. http:// radiopelitakasih.com/artikel/pendidikan/smart-consumer-ermat-memilih-perusahaan-leasing. 8 November 2013.Setiawan, Sakina Rakhma Diah. .http://bisniskeuangan.kompas.com/ read/2013/09/25/1933513/BI.Juga.Atur.DP.Kredit.Kendaraan.Bermotor. 25 September 2013.