ANALISIS DAMPAK DAN STRATEGI OPTIMALISASI
BANTUAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI
KABUPATEN BREBES
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Risatya Dandion
7111415062
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 11 Maret 2020
Mengetahui,
Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Pembimbing
Fafurida, S.E., M.Sc. Dyah Maya Nihayah, S.E., M.Si
NIP. 198502152008122004 NIP. 197705022008122001
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:
Hari :
Tanggal :
Penguji I
Andryan Setyadharma, S.E., M.Si., Ph. D.
NIP. 197901022008121003
Penguji II Penguji III
Yozi Aulia Rahman, S.E., M.Sc. Dyah Maya Nihayah, S.E., M.Si.
NIP. 198701222014041001 NIP. 197705022008122001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Drs. Heri Yanto, M.B.A., Ph.D
NIP. 196307181987021001
iv
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Risatya Dandion
NIM : 7111415062
Tempat Tanggal Lahir : Tegal, 25 November 1996
Alamat : Desa Grobog Kulon Rt. 002 Rw. 002 Kecamatan
Pangkah Kabupaten Tegal
Menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip
berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah
jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang, 11 Maret 2020
Risatya Dandion
NIM. 7111415062
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. Ingatlah Allah SWT jika hidup tak sesuai dengan keinginanmu. Allah SWT
mempunyai jalan hidup yang lebih baik untukmu.
2. Jika bisa diimpikan maka bisa diwujudkan (Walt Disney).
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kepada Allah SWT
atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
skripsi ini saya persembahkan untuk
kedua orang tua dan kedua kakak saya.
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis diberikan kelancaran
dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Dampak dan Strategi
Optimalisasi Bantuan Program Keluarga Harapan di Kabupaten Brebes” dengan
baik. Dalam proses penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya kerja sama dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan hormat penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri
Semarang.
2. Bapak Drs. Heri Yanto MBA, PhD., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Semarang.
3. Ibu Fafurida, S.E., M.Sc., Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
4. Dosen Penguji 1 Bapak Andryan Setyadharma, S.E., M.Si., Ph. D. yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi
ini.
5. Dosen Penguji 2 Bapak Yozi Aulia Rahman, S.E., M.Sc. yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Dyah Maya Nihayah, S.E., M.Si., dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, waktu, dan motivasi selama penyusunan
skripsi.
vii
7. Ibu Wijang Sakitri, S.Pd. M.Si., Dosen Wali Ekonomi Pembangunan A
2015 yang telah memberikan dorongan dan motivasi selama penulis
menimba ilmu di Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang.
8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuan kepada penulis selama diperkuliahan.
9. Dinas Sosial dan Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH)
Kabupaten Brebes yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
10. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2015 yang telah membersamai
selama perkuliahan dan memberikan semangat serta doa kepada penulis.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, jika masih terdapat kritik atau saran yang membangun penulis akan
senang hati menerima. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca.
Semarang, 11 Maret 2020
Penulis
viii
SARI
Dandion, Risatya. 2020. “Analisis Dampak dan Strategi Optimalisasi Bantuan
Program Keluarga Harapan di Kabupaten Brebes”. Skripsi. Jurusan Ekonomi
Pembangunan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing
Dyah Maya Nihayah, S.E., M.Si.
Kata Kunci : Kemiskinan, Program Keluarga Harapan, Analytical Hierarchy
Process (AHP).
Program Keluarga Harapan merupakan upaya pemerintah dalam
menuntaskan masalah kemiskinan dengan memperbaiki kualitas sumber daya
manusia melalui peningkatan kualitas kesehatan dan pendidikan. Dalam
pelaksanaan Program Keluarga Harapan masih terdapat beberapa kendala
diantaranya adalah fasilitas penunjang pelaksanaan Program Keluarga Harapan
belum memadai, sumber daya manusia, dan kurangnya ketepatan sasaran
penerima bantuan Program Keluarga Harapan, karena terdapat keluarga penerima
manfaat yang masuk dalam golongan masyarakat ekonomi menengah ke atas.
Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi dampak pelaksanaan serta
menyusun strategi optimalisasi bantuan Program Keluarga Harapan di Kabupaten
Brebes. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
dan kuantitatif. Data yang digunakan adalah data primer. Alat analisis yang
digunakan yaitu analisis deskriptif model interaktif Miles dan Huberman untuk
mengetahui dampak pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kabupaten
Brebes serta Analytical Hierarchy Process (AHP) yang digunakan untuk
menentukan urutan-urutan kriteria dan alternatif prioritas strategi optimalisasi
bantuan Program Keluarga Harapan di Kabupaten Brebes.
Hasil penelitian menemukan bahwa pelaksanaan Program Keluarga
Harapan di Kabupaten Brebes berdampak baik terhadap kualitas kesehatan dan
pendidikan masyarakat. Sedangkan berdasarkan alat analisis AHP urutan-urutan
kriteria prioritas strategi optimalisasi bantuan Program Keluarga Harapan di
Kabupaten Brebes adalah fasilitas, sumber daya manusia, dan mekanisme.
Kriteria fasilitas menjadi prioritas utama berdasarkan hasil analisis AHP dan
alternatif yang paling diprioritaskan dalam strategi optimalisasi bantuan Program
Keluarga Harapan di Kabupaten Brebes adalah penambahan media untuk
pelaksanaan FDS.
ix
ABSTRACT
Dandion, Risatya. 2020. “The Impact Analysis and Optimization Strategy for
Family Hope Program Assistance in Brebes Regency”. Final Project. Economic
Development Department. Faculty of Economics. State University of Semarang.
The Advisor Dyah Maya Nihayah, S.E., M.Si.
Keyword : Poverty, Family Hope Program, Analytical Hierarchy Process
(AHP).
The Family Hope Program is an effort by the government to solve the
problem of poverty by improving the quality of human resources through
improving the quality of health and education. In the implementation of the
Family of Hope Program there are still some obstacles including inadequate
supporting facilities for the implementation of the Family of Hope Program,
human resources, and the lack of targeting accuracy of beneficiaries of the Family
of Hope Program, because there are beneficiary families included in the middle
and upper economic community.
The purpose of this study was to identify the impact of implementation
and develop optimal strategies for the assistance of the Family Hope Program in
Brebes Regency. The method used in this research is descriptive qualitative and
quantitative. The data used are primary data. The analytical tool used is an
interactive descriptive analysis model of Miles and Huberman to determine the
impact of the implementation of the Family of Hope Program in Brebes Regency
and the Analytical Hierarchy Process (AHP) used to determine the order of
criteria and alternative priority strategies for optimizing the assistance of the
Family of Hope Program Program in Brebes Regency.
The results found that the implementation of the Family Hope Program in
Brebes Regency had a good impact on the quality of health and education of the
community. Meanwhile, based on AHP analysis tools, priority sequence criteria
for the optimization of the Family Hope Program assistance program in Brebes
Regency are facilities, human resources, and mechanisms. Facility criteria become
the main priority based on the results of the AHP analysis and the most prioritized
alternative in the optimization strategy of the Family Hope Program assistance in
Brebes Regency is the addition of media for FDS implementation.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................................... iii
PERNYATAAN .................................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v
PRAKATA ............................................................................................................ vi
SARI .................................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ................................................................................. 11
1.3. Cakupan Masalah ..................................................................................... 12
1.4. Rumusan Masalah .................................................................................... 12
1.5. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 13
1.6. Manfaat Penelitian ................................................................................... 13
1.6.1. Manfaat Teoritis .................................................................................. 13
1.6.2. Manfaat Praktis ................................................................................... 13
1.7. Orisinilitas Penelitian ............................................................................... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teoritis ......................................................................................... 15
2.1.1. Teori Pengeluaran Pemerintah ............................................................ 15
2.1.2. Kemiskinan ......................................................................................... 18
2.1.3. Program Keluarga Harapan ................................................................. 20
2.2. Penelitian Terdahulu ................................................................................ 25
2.2.1. Persamaan dan Perbedaan Penelitian .................................................. 31
2.3. Kerangka Berpikir .................................................................................... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan Desain Penelitian ...................................................................... 38
3.2. Fokus dan Lokus Penelitian ..................................................................... 38
3.3. Jenis dan Sumber Data ............................................................................. 39
3.4. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 41
xi
3.4.1. Wawancara .......................................................................................... 41
3.4.2. Dokumentasi ....................................................................................... 41
3.4.3. Angket atau Kuesioner ........................................................................ 42
3.5. Teknik Keabsahan Data ........................................................................... 42
3.6. Metode Analisis Data ............................................................................... 43
3.6.1. Analisis Deskriptif .............................................................................. 43
3.6.2. Analytical Hierarchy Process ............................................................. 44
3.7. Variabel Penelitian ................................................................................... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian ........................................................................................ 50
4.1.1. Gambaran Umum Program Keluarga Harapan ................................... 50
4.1.2. Hasil Analisis Deskriptif ..................................................................... 52
4.1.3. Hasil Analytical Hierarchy Process .................................................... 59
4.1.4. Analisis Deskripsi dan Alternatif Peneyelesaian dalam Optimalisasi
Program Keluarga Harapan di Kabupaten Brebes ............................... 68
4.2. Pembahasan Penelitian............................................................................. 69
4.2.1. Dampak Pelaksanaan Program Keluarga Keluarga Harapan di
Kabupaten Brebes ............................................................................... 69
4.2.2. Strategi Optimalisasi Bantuan Program Keluarga Harapan di
Kabupaten Brebes ............................................................................... 72
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 79
5.2. Saran ........................................................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 82
LAMPIRAN .......................................................................................................... 86
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1. Kriteria Penerima Bantuan PKH .................................................................... 2
1.2. Ketentuan Bantuan PKH................................................................................. 3
1.3. Jumlah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dan Bantuan Sosial Program
Keluarga Harapan Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur ....... 4
1.4. Persentase Penduduk Miskin Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Jawa Timur tahun 2014-2018 ......................................................................... 5
1.5. Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa) Kabupaten/Kota Provinsi Jawa
Tengah 2014-2018 .......................................................................................... 6
1.6. KPM, Jumlah Bantuan, dan Persentase Penerima PKH Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2018 ........................................................................................ 8
2.1. Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 25
3.1. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan ................................................. 45
4.1. Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Brebes Tahun 2014-2018 ............. 51
4.2. Jumlah Keluarga Penerima Manfaat per Kecamatan di Kabupaten Brebes . 52
4.3. Kriteria Optimalisasi Program Keluarga Harapan ........................................ 59
4.4. Kriteria Fasilitas............................................................................................ 61
4.5. Kriteria Sumber Daya Manusia .................................................................... 63
4.6. Kriteria Mekanisme ...................................................................................... 64
4.7. Urutan Alternatif Strategi Optimalisasi Program Keluarga Harapan di
Kabupaten Brebes ......................................................................................... 66
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah mennurut Wagner ........................... 17
2.2. Lingkaran Setan Kemiskinan ........................................................................ 19
2.3. Mekanisme Pelaksanaan Bantuan PKH........................................................ 24
2.4. Kerangka Berpikir ........................................................................................ 37
3.1. Model Interaktif Miles dan Huberman ......................................................... 43
3.2. Kerangka Hierarki AHP ............................................................................... 48
4.1. Output Analytical Hierarchy Process (AHP) Seluruh Kriteria Penerapan
Program Keluarga Harapan di Kabupaten Brebes ........................................ 60
4.2. Output Analytical Hierarchy Process (AHP) Kriteria Fasilitas ................... 61
4.3. Output Analytical Hierarchy Process (AHP) Kriteria Sumber Daya
Manusia......................................................................................................... 63
4.4. Output Analytical Hierarchy Process (AHP) Kriteria Mekanisme .............. 65
4.5. Output Analytical Hierarchy Process (AHP) Seluruh Alternatif Strategi
Optimalisasi Program Keluarga Harapan di Kabupaten Brebes................... 67
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kuesioner Analytical Hierarchy Process (AHP) ........................................... 86
2. Hasil Deskripsi Wawancara Keyperson ......................................................... 96
3. Hasil Tabulasi Kuesioner Analytical Hierarchy Process (AHP) ................. 105
4. Output Analytical Hierarchy Process (AHP) ............................................. 106
5. Informasi Data Keyperson ........................................................................... 108
6. Surat Izin Observasi .................................................................................... 109
7. Surat Izin Penelitian ..................................................................................... 110
8. Dokumentasi Penelitian ............................................................................... 113
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Conditional Cash Transfer atau bantuan tunai bersyarat adalah salah satu
program pengeluaran pemerintah yang terkait dengan pencapaian Millenium
Development Goals (MDGs), terutama dalam kesejahteraan dan pembangunan
masyarakat (Mursyidah, 2017). Menurut Fiszbein & Schady dalam Mursyidah
(2017), program bantuan tunai bersyarat merupakan program unik dalam upaya
membantu generasi saat ini keluar dari masalah kemiskinan, serta memutus siklus
kemiskinan untuk berikutnya, melalui pengembangan modal manusia. Pemerintah
Indonesia telah menerapkan program pengentasan kemiskinan berbentuk
Conditional Cash Transfer sejak tahun 2007 di bawah naungan Kementerian
Sosial, yang disebut dengan Program Keluarga Harapan (PKH). Program PKH
merupakan program pemberian bantuan sosial kepada Rumah Tangga Sangat
Miskin (RTSM) yang terdaftar dalam data terpadu program penanganan fakir
miskin dan ditetapkan sebagai peserta penerima PKH (Kementerian Sosial RI,
2018).
Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2018 tentang
Program Keluarga Harapan (PKH) menjadi landasan pelaksanaan program
tersebut. Dalam peraturan itu, disebutkan juga kriteria-kriteria komponen peserta
penerima bantuan yang terbagi menjadi tiga kelompok yaitu kesehatan,
pendidikan, dan kesejahteraan sosial. Untuk menjadi peserta penerima bantuan
Program Keluarga Harapan, RTSM yang telah terdaftar di Basis Data Terpadu
2
(BDT) harus memenuhi minimal satu kriteria yang sudah ditetapkan dalam
Permensos RI Nomor 1 tahun 2018 Pasal 5.
Tabel 1.1. Kriteria Penerima Bantuan PKH
No. Kriteria Komponen
1. Kriteria Komponen Kesehatan
Ibu hamil/menyusui
Anak berusia 0 sampai dengan 6 tahun
2. Kriteria Komponen Pendidikan
Anak sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah atau sederajat
Anak sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah atau
sederajat
Anak sekolah menengah atas/madrasah aliyah atau sederajat
Anak usia 6 sampai dengan 21 tahun yang belum menyelesaikan
wajib belajar 12 tahun
3. Kriteria Komponen Kesejahteraan Sosial
Lanjut usia mulai dari 60 tahun
Penyandang disabilitas diutamakan penyandang disabilitas berat
Sumber : Permensos No. 1 Tahun 2018
Sebagai salah satu program bantuan sosial yang bertujuan mengentaskan
masalah kemiskinan, Program Keluarga Harapan mempermudah akses rumah
tangga sangat miskin terutama untuk ibu hamil/menyusui dan anak-anak untuk
mendapatkan berbagai fasilitas layanan kesehatan dan pendidikan yang tersedia di
sekitar mereka. Selain itu, pemerintah juga mendorong manfaat PKH agar
mencakup penyandang disabilitas dan lanjut usia (lansia) dengan meningkatkan
taraf kesejahteraan sosialnya, sesuai dengan amanat konstitusi dan Nawacita
Presiden Republik Indonesia.
Misi besar PKH untuk menuntaskan masalah kemiskinan semakin
bertambah berat jika melihat banyaknya jumlah penduduk miskin di Indonesia
pada September tahun 2018 yang mencapai 25,67 juta jiwa dan target 7-8 %
penurunan kemiskinan sesuai dengan yang ditetapkan dalam Rencana
3
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Program Keluarga Harapan
diharapkan dapat berkontribusi secara signifikan untuk menurunkan jumlah
penduduk miskin, kesenjangan (gini ratio), dan meningkatkan indeks
pembangunan manusia (IPM).
Program Keluarga Harapan menjadi salah satu program prioritas nasional
yang termuat dalam Rencana Kerja Pemerintah (RAK). Sehingga untuk
mewujudkan misi besar PKH, pada tahun 2018 pemerintah Indonesia
mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 17,5 triliun rupiah yang bersumber dari
Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk jumlah penerima PKH sebanyak 10.000.232
jiwa. Bantuan sosial Program Keluarga Harapan terbagi menjadi dua jenis yaitu
bantuan tetap dan bantuan komponen yang diberikan dengan ketentuan sebagai
berikut :
Tabel 1.2. Ketentuan Bantuan PKH
Jenis Bantuan Nominal Bantuan
A. Bantuan Tetap untuk Setiap Keluarga
1. Reguler Rp. 550.000,-
2. PKH AKSES Rp. 1.000.000,-
B. Bantuan Komponen untuk Setiap Jiwa dalam Keluarga PKH
1. Ibu Hamil Rp. 2.400.000,-
2. Anak Usia Dini Rp. 2.400.000,-
3. Sekolah Dasar Rp. 900.000,-
4. Sekolah Menengah Pertama Rp. 1.500.000.-
5. Sekolah Menengah Atas Rp. 2.000.000,-
6. Disabilitas Berat Rp. 2.400.000,-
7. Lanjut Usia Rp. 2.400.000,-
Sumber : PKH Kementerian Sosial, 2018
Melalui bantuan sosial yang diterimanya, peserta penerima program PKH
didorong untuk memperbaiki akses ke layanan kesehatan, pendidikan, dan
pangan, serta pendampingan terhadap akses ke berbagai program perlindungan
4
sosial. Program Keluarga Harapan dirancang sebagai program utama
penanggulangan kemiskinan nasional yang berkaitan langsung dengan berbagai
program-program perlindungan dan pemberdayaan sosial berskala nasional
lainnya.
Provinsi Jawa Tengah menjadi daerah ketiga yang paling banyak
menerima bantuan Program Keluarga Harapan setelah Provinsi Jawa Timur dan
Provinsi Jawa Barat. Tabel 1.3. menunjukan jumlah keluarga penerima manfaat
dan bantuan sosial Program Keluarga Harapan yang diterima oleh Provinsi Jawa
Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur pada tahun 2018.
Tabel 1.3. Jumlah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dan Bantuan Sosial
Program Keluarga Harapan Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,
dan Jawa Timur
No Provinsi Jumlah KPM Bantuan Sosial
(dalam Rupiah)
1 Jawa Barat 1.724.641 460.786.552.350
2 Jawa Tengah 1.537.360 413.068.240.000
3 Jawa Timur 1.750.155 470.205.358.250
Sumber: PKH Kementerian Sosial, 2018
Tabel 1.3. menunjukan jumlah keluarga penerima manfaat dan bantuan
sosial pada tahun 2018 dengan tiga provinsi paling banyak menerima bantuan
yaitu Provinsi Jawa Timur sebesar 1.750.155 KPM dan Rp. 470.205.358.250,00,
diikuti oleh Provinsi Jawa Barat yaitu sebesar 1.724.641 KPM dan Rp.
460.786.552.350,00, dan terakhir yaitu Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah
keluarga penerima manfaat sebesar 1.537.360 KPM dan bantuan sosial sebesar
Rp. 413.068.240.000,00. Walaupun Provinsi Jawa Tengah menempati posisi
ketiga pada jumlah keluarga penerima manfaat dan bantuan sosial Program
Keluarga Harapan, persentase penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah pada
5
tahun 2014 s.d. 2018 memiliki nilai yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat.
Tabel 1.4. menunjukan jika pada tahun 2018, nilai persentase penduduk
miskin di Provinsi Jawa Tengah mencapai 11,19%. Kemudian nilai persentase
penduduk miskin tertinggi kedua yaitu Provinsi Jawa Timur sebesar 10,98% dan
terakhir adalah Provinsi Jawa Barat dengan nilai persentase penduduk miskin
mencapai 7,45%.
Tabel 1.4. Persentase Penduduk Miskin Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,
dan Jawa Timur tahun 2014-2018
No Provinsi 2014 2015 2016 2017 2018
1 Jawa Barat 9,18 9,53 8,95 8,71 7,45
2 Jawa Tengah 13,58 13,32 13,19 12,23 11,19
3 Jawa Timur 12,42 12,34 12,05 11,77 10,98
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat, 2018
Salah satu kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah yang telah
menerapkan Program Keluarga Harapan adalah Kabupaten Brebes. Pemerintah
daerah Kabupaten Brebes telah menerapkan Program Keluarga Harapan sejak
tahun 2011, yang dilatarbelakangi dengan tingkat kemiskinan yang cukup tinggi.
Hal ini dapat dilihat pada data Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah tahun
2014 s.d. 2018 yang disajikan pada tabel berikut:
6
Tabel 1.5. Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa) Kabupaten/Kota Provinsi
Jawa Tengah 2014-2018
No. Kabupaten/Kota 2014 2015 2016 2017 2018
1 Kabupaten Cilacap 239.8 243.5 240.2 238.3 193.2
2 Kabupaten Banyumas 283.5 285.9 283.9 283.2 226.2
3 Kabupaten Purbalingga 176 176.5 171.8 171.9 144.2
4 Kabupaten Banjarnegara 159.5 165.4 158.2 156.8 141.7
5 Kabupaten Kebumen 242.3 241.9 235.9 233.4 208.7
6 Kabupaten Purworejo 102.1 101.2 99.1 98.6 83.5
7 Kabupaten Wonosobo 165.8 166.4 160.1 159.2 138.3
8 Kabupaten Magelang 160.5 162.4 158.9 157.2 143.4
9 Kabupaten Boyolali 118.6 120 117 116.4 98.2
10 Kabupaten Klaten 168.2 172.3 168 165 151.7
11 Kabupaten Sukoharjo 78.9 79.9 78.9 76.7 65.4
12 Kabupaten Wonogiri 123.8 123 124.8 123 102.8
13 Kabupaten Karanganyar 107.3 106.4 107.7 106.8 87.8
14 Kabupaten Sragen 130.3 130.4 126.8 124 116.4
15 Kabupaten Grobogan 186.5 184.5 184.1 181 168.7
16 Kabupaten Blora 116 115 113.9 111.9 102.5
17 Kabupaten Rembang 120 119.1 115.5 115.2 97.4
18 Kabupaten Pati 148.1 147.1 144.2 141.7 123.9
19 Kabupaten Kudus 65.8 64.1 64.2 64.4 60
20 Kabupaten Jepara 100.5 100.6 100.3 99 86.5
21 Kabupaten Demak 162 160.9 158.8 152.6 144.1
22 Kabupaten Semarang 79.8 81.2 80.7 79.7 75.7
23 Kabupaten Temanggung 85.5 87.5 87.1 86.8 75.4
24 Kabupaten Kendal 110.5 109.3 107.8 106.1 94.7
25 Kabupaten Batang 82.1 83.5 82.6 81.5 66.1
26 Kabupaten Pekalongan 109.3 112.1 113.3 111.6 89.5
27 Kabupaten Pemalang 237 235.5 227.1 225 208.3
28 KabupatenTegal 140.3 143.5 144.2 141.8 114.1
29 Kabupaten Brebes 355.1 352 348 343.5 309.2
30 Kota Magelang 11 10.9 10.6 10.6 9.6
31 Kota Surakarta 55.9 55.7 55.9 54.9 47
32 Kota Salatiga 10.8 10.6 9.7 9.6 9.2
33 Kota Semarang 84.7 84.3 83.6 80.9 73.6
34 Kota Pekalongan 23.6 24.1 23.6 22.5 20.5
35 Kota Tegal 20.9 20.3 20.3 20.1 19.4
Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Tengah, 2014 s.d. 2018
7
Kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks dan
multidimensional. Hidup dalam kondisi kemiskinan bukan hanya tentang
kekurangan uang dan tingkat pendapatan, tetapi juga menyangkut hal lain, seperti
tingkat kesehatan, pendidikan, keadilan, tindak kriminal, dan ketidakberdayaan
(Suryawati, 2005). Tabel 1.4. menunjukan bahwa selama lima tahun terakhir,
terdapat beberapa kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki jumlah
penduduk miskin cukup tinggi, salah satunya adalah Kabupaten Brebes. Pada
tahun 2014 jumlah penduduk miskin di Kabupaten Brebes yaitu sebesar 355,1
ribu orang. Kemudian jumlah tersebut menurun ditahun 2015 menjadi 352 ribu
orang dan tahun 2016 jumlah penduduk miskin kembali mengalami penurunan
menjadi 348 ribu orang. Selanjutnya pada tahun 2017, jumlah penduduk miskin
Kabupaten Brebes yaitu sebesar 343.5 ribu orang dan ditahun 2018 adalah 309.2
ribu orang. Meskipun jumlah penduduk miskin di Kabupaten Brebes mengalami
penurunan dalam lima tahun terakhir, jumlah tersebut masih selalu menjadi yang
tertinggi di kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah.
Tingginya angka jumlah penduduk miskin di Kabupaten Brebes,
berdampak juga pada banyaknya jumlah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dan
anggaran untuk pelaksanaan Program Keluarga Harapan yang dialokasikan ke
Kabupaten Brebes. Banyaknya jumlah KPM dan alokasi anggaran yang diterima
oleh Kabupaten Brebes dapat diliihat pada tabel berikut:
8
Tabel 1.6. KPM, Jumlah Bantuan, dan Persentase Penerima PKH Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2018
No. Kabupaten/Kota KPM Bantuan
(dalam Rupiah) %
1 Kabupaten Banjarnegara 50.168 13.412.566.800 3.26 %
2 Kabupaten Banyumas 99.022 26.577.491.700 6.44 %
3 Kabupaten Batang 32.898 8.798.420.300 2.14 %
4 Kabupaten Blora 38.675 10.457.448.250 2.52 %
5 Kabupaten Boyolali 40.512 10.981.883.200 2.64 %
6 Kabupaten Brebes 120.426 34.248.314.050 8.35 %
7 Kabupaten Cilacap 88.638 23.884.233.300 5.77 %
8 Kabupaten Demak 56.385 15.103.984.750 3.67 %
9 Kabupaten Grobogan 61.179 16.550.548.650 3.98 %
10 Kabupaten Jepara 42.754 11.455.607.900 2.78 %
11 Kabupaten Karanganyar 31.969 8.601.005.150 2.08 %
12 Kabupaten Kebumen 69.020 18.520.081.000 4.49 %
13 Kabupaten Kendal 41.037 10.992.586.950 2.67 %
14 Kabupaten Klaten 59.826 16.296.589.100 3.89 %
15 Kota Magelang 2.979 802.780.650 0.19 %
16 Kota Pekalongan 4.668 1.247.835.800 0.3 %
17 Kota Salatiga 3.510 948.726.500 0.23 %
18 Kota Semarang 26.064 6.988.026.400 1.7 %
19 Kota Surakarta 15.471 4.156.960.850 1.01 %
20 Kota Tegal 7.483 1.997.019.050 0.49 %
21 Kabupaten Kudus 21.217 5.692.661.950 1.38 %
22 Kabupaten Magelang 54.629 14.603.196.150 3.55 %
23 Kabupaten Pati 61.751 16.593.010.850 4.02 %
24 Kabupaten Pekalongan 34.781 9.296.849.350 2.26 %
25 Kabupaten Pemalang 63.881 17.053.998.350 4.16 %
26 Kabupaten Purbalingga 54.954 14.769.531.900 3.57 %
27 Kabupaten Purworejo 34.505 9.279.428.750 2.24 %
28 Kabupaten Rembang 36.644 9.891.923.400 2.38 %
29 Kabupaten Semarang 29.381 7.900.443.350 1.91 %
30 Kabupaten Sragen 39.142 10.614.837.700 2.55 %
31 Kabupaten Sukoharjo 28.575 7.722.025.250 1.86 %
32 Kabupaten Tegal 56.567 15.102.066.450 3.68 %
33 Kabupaten Temanggung 32.987 8.803.329.450 2.15 %
34 Kabupaten Wonogiri 39.972 10.851.892.200 2.6 %
35 Kabupaten Wonosobo 47.733 12.870.934.550 3.1 %
Sumber : PKH Kementerian Sosial, 2018
9
Tabel 1.6. menunjukan bahwa pada tahun 2018 Kabupaten Brebes
mempunyai jumlah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) sebanyak 120.426 dengan
alokasi anggaran yang diterima sebesar Rp. 34.248.314.050. Angka tersebut
merupakan yang terbanyak di kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dengan
persentase sebesar 8,35 %.
Pelaksanaan Program Keluarga Harapan menurut hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh Samosir (2013), menemukan jika pelaksanaan Program
Keluarga Harapan justru menimbulkan permasalahan baru yaitu untuk
memperoleh bantuan Program Keluarga Harapan terdapat beberapa masyarakat
sengaja hamil sebagai salah satu persyaratan menjadi peserta PKH, terdapat
pengambilan dana bantuan PKH yang diambil oleh orang yang bukan peserta
PKH, KPM perlu membayar untuk mendapatkan kartu peserta PKH, proses
pendampingan tidak berjalan efektif dan memberikan dampak yang kurang
positif, serta masyarakat mengalami kesulitan dalam mengakses layanan
kesehatan, yang disebabkan karena permasalahan transportasi dan kurangnya
kesadaran masyarakat mengenai kualitas kesehatan. Sedangkan dalam komponen
pendidikan, menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Lee & Hwang (2016)
menemukan bahwa pengeluaran biaya hidup dan pendidikan yang tinggi serta
subsidi yang rendah mendorong anak-anak untuk bekerja daripada bersekolah.
Permasalahan lain dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan
diantaranya adalah kurangnya dana untuk memberikan sarana dan prasarana
pendukung dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan, kurangnya
ketersediaan sumber daya manusia berupa pendamping, tidak adanya mekanisme
10
maupun aturan yang mengharuskan pelaporan penggunaan dana bantuan oleh
peserta Program Keluarga Harapan, semakin menurunnya kepatuhan peserta
penerima bantuan Program Keluarga Harapan, serta database penerima bantuan
Program Keluarga Harapan tidak selalu di-update dan verifikasi sehingga
menyebabkan pelaksanaan Program Keluarga Harapan kurang tepat sasaran
(Astari & Pambudi, 2018). Permasalahan lain database disebabkan juga oleh
mekanisme proses seleksi dan penetapan penerima bantuan yang dilakukan oleh
stakeholder terkait, yang hanya melibatkan wali kampung dan kader-kadernya
yang berakibat dalam penentuan penerima bantuan PKH hanya melihat hubungan
antara kader yang mendata dan orang yang didata (Ekardo, dkk., 2014).
Sementara itu, menurut penelitian sebelumnya yang dilaksanakan di
Kabupaten Brebes, permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan Program
Keluarga Harapan berdasarkan hasil penelitian Fidyatun (2011), menemukan
bahwa terdapat permasalahan dalam koordinasi vertikal yang dilakukan dari Unit
Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) kabupaten kepada UPPKH
kecamatan yaitu daerah yang jauh dari kabupaten sulit dalam pelaporan dan
dijangkau oleh petugas kabupaten dan pendataan peserta PKH masih belum
menemui ketepatan sasaran, hal ini disebabkan karena standard data yang
digunakan adalah standard nasional sedangkan setiap daerah memiliki standard
kemiskinan yang berbeda. Permasalahan lain dalam pelaksanaan Program
Keluarga Harapan di Kabupaten Brebes diantaranya adalah kekurangan fasilitas
kesehatan misalnya air bersih dan MCK, masih terdapat rumah tangga sangat
miskin (RTSM) yang merasa bantuan belum tercukupi karena sebagian anggota
11
keluarga dari RTSM bersekolah di sekolah swasta yang mengharuskan membayar
iuran bulanan, serta terdapat ketergantungan RTSM terhadap bantuan yang
diberikan (Susilo & Suyono, 2017). Berdasarkan permasalahan-permasalahan
yang terjadi dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan, peneliti berinisiatif
untuk melakukan penelitian terkait analisis dampak dan strategi optimalisasi
bantuan Program Keluarga Harapan di Kabupaten Brebes.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti dapat
mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada sebagai berikut :
1. Kabupaten Brebes merupakan salah satu daerah di Provinsi Jawa Tengah
yang memiliki jumlah penduduk miskin terbanyak
2. Kurangnya ketepatan sasasaran peserta penerima bantuan Program
Keluarga Harapan yang disebabkan karena database penerima bantuan
yang tidak selalu di-update dan verifikasi
3. Keterbatasan sumber daya manusia dan fasilitas penunjang pelaksanaan
Program Keluarga Harapan
4. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pelaksanaan Program Keluarga
Harapan
5. Permasalahan dalam koordinasi vertikal antara UPPKH kabupaten dan
UPPKH kecamatan yang disebabkan karena daerah yang jauh dari pusat
pemerintahan sulit dalam melakukakan pelaporan dan sulit dijangkau oleh
petugas UPPKH kabupaten
12
1.3. Cakupan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi cakupan
masalah yang lebih sempit. Permasalahan pada penelitian ini difokuskan pada
Analisis Dampak dan Strategi Optimalisasi Bantuan Program Keluarga Harapan
di Kabupaten Brebes.
1.4. Rumusan Masalah
Kabupaten Brebes menjadi salah satu daerah di Provinsi Jawa Tengah
yang telah menerapkan Program Keluarga Harapan sejak tahun 2011. Penerapan
Program Keluarga Harapan di Kabupaten Brebes dilatarbelakangi dengan jumlah
penduduk miskin yang tinggi. Pada tahun 2014 s.d. 2018, jumlah penduduk
miskin di Kabupaten Brebes selalu menjadi yang tertinggi di Provinsi Jawa
Tengah. Hal itu berdampak pada jumlah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dan
alokasi anggaran bantuan program PKH di Kabupaten Brebes yang menjadi
terbanyak di Provinsi Jawa Tengah. Tercatat pada tahun 2018, jumlah KPM dan
anggaran yang diterima oleh Kabupaten Brebes, yaitu sebesar 120.426 KPM dan
Rp. 34.248.314.050,-. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, pelaksanaan
Program Keluarga Harapan di Kabupaten Brebes mempunyai beberapa
permasalahan yaitu terdapat permasalahan dalam koordinasi vertikal yang
dilakukan dari Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) kabupaten
kepada UPPKH kecamatan, pendataan peserta PKH masih belum menemui
ketepatan sasaran, kekurangan fasilitas kesehatan misalnya air bersih dan MCK
serta terdapat ketergantungan RTSM terhadap bantuan yang diberikan.
Berdasarkan pemaparan rumusan masalah di atas, maka didapat pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
13
1. Bagaimana dampak pelaksanaan Program Keluarga Harapan terhadap
Keluarga Penerima Manfaat di Kabupaten Brebes?
2. Bagaimana strategi optimalisasi bantuan Program Keluarga Harapan di
Kabupaten Brebes?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian yang sudah dirumuskan di atas, maka
tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi dampak pelaksanaan Program Keluarga Harapan
terhadap Keluarga Penerima Manfaat di Kabupaten Brebes.
2. Menentukan strategi optimalisasi bantuan Program Keluarga Harapan di
Kabupaten Brebes.
1.6. Manfaat Penelitian
1.6.1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan dalam hal dampak pelaksanaan Program Keluarga Harapan di
Kabupaten Brebes serta membuka kemungkinan untuk penelitian lebih lanjut
mengenai strategi optimalisasi bantuan Program Keluarga Harapan di Kabupaten
Brebes.
1.6.2. Manfaat Praktis
1. Bagi Instansi Pemerintah
Penelitian ini dapat membantu pemerintah khususnya Unit Pelaksana
Program Keluarga Harapan (UPPKH) dan Dinas Sosial Kabupaten Brebes
dalam memberikan dan menerapkan kebijakan terkait optimalisasi bantuan
Program Keluarga Harapan.
14
2. Pembaca dan Masyarakat Umum
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam penerapan
ilmu pengetahuan dan sebagai pengalaman yang dapat dijadikan referensi
mengenai identifikasi dampak serta memberikan informasi yang lebih jelas
mengenai strategi optimalisasi bantuan Program Keluarga Harapan.
1.7. Orisinalitas Penelitian
Berdasarkan orisinalitas penelitian dapat dikatakan bahwa yang
membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada judul
penelitian, waktu penelitian, fokus penelitian, serta penelitian ini merupakan
penelitian berjenis deskriptif kualitatif dengan menggunakan alat analisis
deskriptif model interaktif Miles dan Huberman serta Analytical Hierarchy
Process (AHP).
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teoritis
2.1.1. Teori Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah. Menurut
Sukirno (2015), pengeluaran pemerintah merupakan biaya yang harus
dikeluarakan pemerintah untuk menyediakan fasilitas pendidikan, fasilitas
kesehatan, pengeluaran untuk menyediakan polisi dan tentara, pembayaran gaji
untuk pegawai pemerintah dan pembelanjaan untuk mengembangkan infrastruktur
yang dilakukan dalam rangka kepentingan masyarakat luas. Pengeluaran
pemerintah dapat digolongkan menjadi dua hal yakni konsumsi dan investasi.
Konsumsi pemerintah dapat berbentuk pembelian barang dan jasa. sementara
investasi pemerintah meliputi pembangunan infrastruktur seperti jalan, sekolah,
irigasi, dan rumah sakit termasuk juga didalamnya pemberian bantuan yang
berdampak langsung terhadap masyarakat.
Menurut Mangkoesoebroto (2014), teori pengeluaran pemerintah dapat
dibagi menjadi dua golongan yaitu teori pengeluaran pemerintah secara mikro dan
teori pengeluaran pemerintah secara makro. Dalam tinjauan teori ekonomi mikro,
perkembangan pengeluaran pemerintah bertujuan untuk menganalisis faktor-
faktor yang menimbulkan permintaan akan barang publik dan faktor-faktor yang
mempengaruhi tersedianya barang publik (Azwar, 2016). Sedangkan dalam
tinjauan teori ekonomi makro, pengeluaran pemerintah terdiri dari tiga pos utama
yang dapat digolongkan sebagai berikut (Boediono, 1999) :
16
a. Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa
b. Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai
Perubahan gaji pegawai mempunyai pengaruh terhadap proses makro
ekonomi, di mana perubahan gaji pegawai akan mempengaruhi tingkat
permintaan secara tidak langsung.
c. Pengeluaran pemerintah untuk transfer payment
Salah satu jenis pengeluaran pemerintah yang dapat berdampak langsung
pada kesejahteraan masyarakat.
Menurut Wagner, pengeluaran pemerintah semakin lama akan semakin
meningkat. Apabila pendapatan per kapita masyarakat meningkat dalam suatu
perekonomian, maka secara relatif akan meningkatkan pengeluaran pemerintah
(Mangkoesoebroto, 2014). Hukum teori yang diungkapkan oleh Wagner, dapat
diformulasikan sebagai berikut:
<
< .. <
Keterangan :
PkPP : pengeluaran pemerintah per kapita
PPK : pendapatan per kapita, yaitu GDP/jumlah penduduk
1, 2, .. n : jangka waktu (tahun)
Hukum Wagner mempunyai bentuk kurva eksponensial. Bentuk kurva
hukum wagner dapat dilihat pada gambar 2.1. yang ditunjukan oleh kurva 1 yang
mempunyai bentuk eksponensial, dan bukan seperti yang ditunjukan oleh kurva 2
17
Gambar 2.1. Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah menurut Wagner
Sumber : Guritno Mangkoesoebroto, 2014
2.1.1.1. Transfer Payment atau Pembayaran Transfer
Transfer payment dalam hal ini bukan berupa pembelian barang dan jasa
oleh pemerintah, melainkan pencatatan pembayaran atau pemberian langsung
kepada masyarakat, dapat berupa pemberian subsidi atau bantuan langsung
kepada berbagai golongan masyarakat (Boediono, 1999). Salah satu bentuk
pengeluaran pemerintah melalui transfer payment adalah kebijakan pengentasan
kemiskinan yang berjenis Conditional Cash Transfer.
Menurut Fiszbein & Schady dalam Mursyidah (2017), Conditional Cash
Transfer atau program bantuan tunai bersyarat merupakan program unik dalam
upaya membantu generasi saat ini keluar dari masalah kemiskinan, serta memutus
siklus kemiskinan untuk berikutnya, melalui pengembangan modal manusia.
Program Conditional Cash Transfer berfokus pada perbaikan kualitas hidup
keluarga sangat miskin melalui kemudahan akses ke layanan pendidikan, layanan
kesehatan, dan perbaikan pangan, serta dalam jangka panjang program
Conditional Cash Transfer diharapkan dapat mengurangi tingkat kemiskinan.
𝑃𝑘𝑃𝑃
𝑃𝑃𝐾
Kurva 1
Kurva 2
Waktu 0 1 2 3 4 5
18
Bolsa Familia merupakan salah satu bentuk dari program Conditional
Cash Transfer yang berasal dari negara Brazil. Program ini merupakan program
Conditional Cash Transfer terbesar di dunia dalam hal cakupan dan pembiayaan
(Shei, dkk. 2014). Program ini memberikan transfer ke keluarga miskin untuk
mempermudah mengakses layanan pendidikan, kesehatan, dan perbaikan gizi.
Program Bolsa Familia di Brazil telah berhasil dalam meningkatkan pemanfaatan
layanan kesehatan di masyarakat dan ada efek limpahan positif pada saudara
kandung yang lebih tua (Shei, dkk. 2014). Program Bolsa di Brazil juga telah
meningkatkan pendaftaran untuk anak sekolah kelas 1-4 sebesar 5,5% dan
menurunkan angka putus sekolah sebesar 0,5 poin, sedangkan untuk kelas 5-8
program Bolsa di Brazil berhasil meningkatkan pendaftaran sebesar 6,5% dan
menurunkan angka putus sekolah sebesar 0,3 poin (Glewwe & Kassouf, 2012).
Di negara Mexico, program Conditional Cash Transfer dikenal dengan
PROGRESA. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Kronebusch & Damon
(2019), program PROGRESA di Mexico hampir pasti memiliki pengaruh positif
dan signifikan pada tingkat makro dan mikronutrien untuk individu yang tinggal
di Mexico. Program PROGRESA meningkatkan konsumsi vitamin dan mineral
masyarakat Mexico sebesar 15% dan 7%, yang menunjukan program transfer
tunai bersyarat di negara Mexico mungkin memiliki efek positif terhadap kondisi
gizi masyarakat.
2.1.3. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan suatu kondisi ketika seseorang tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal.
19
Menurut Supriatna dalam Probosiwi (2016), penduduk masuk dalam kategori
miskin jika kesejahteraan hidupnya berada dalam kondisi keterbatasan yang
ditandai dengan rendahnya tingkat pendidikan, produktivitas kerja, pendapatan,
kesehatan, dan gizi. Munculnya kemiskinan disebabkan oleh berbagai macam
penyebab.
Menurut Niswati (2014), penyebab munculnya kemiskinan bermuara pada
teori lingkaran setan kemiskinan (Vicious Circle of Poverty) yang dikemukakan
oleh Ragnar Nurkse. Adanya keterbelakangan, tidak sempurnanya pasar,
kurangnya modal berdampak pada tingkat produktivitas yang rendah. Kurangnya
tingkat produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang diterima.
Rendahnya pendapatan yang diterima akan mempengaruhi jumlah tabungan dan
investasi. Rendahnya nilai investasi akan mengakibatkan keterbelakangan dan
seterusnya (Marmujiono, 2014).
Gambar 2.2. Lingkaran Setan Kemiskinan
Sumber : Niswati, 2014
Produktivitas
Modal & SDM
Investasi Tabungan
Pendapatan
20
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang penanganan fakir miskin
menjadi dasar pemerintah Indonesia dalam upaya pengentasan masalah
kemiskinan melalui kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan. Dalam undang-
undang tersebut, pasal 1 ayat (2) menyebutkan bahwa:
“Penanganan fakir miskin adalah upaya yang terarah, terpadu, dan
berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat dalam bentuk kebijakan, program dan kegiatan pemberdayaan,
pendampingan, serta fasilitas untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap
warga negara.”
Menurut Rusdarti & Sebayang (2013), upaya pemerintah untuk
menuntaskan masalah kemiskinan tidak akan berhasil apabila tidak didukung
dengan kebijakan-kebijakan yang berpihak pada masyarakat miskin. Salah satu
kebijakan pengentasan kemiskinan yang dianggap berpihak ke masyarakat miskin
adalah program bantuan sosial berjenis Conditional Cash Transfer (CCT).
Pemerintah Indonesia telah melaksanakan program CCT yang dikenal dengan
Program Keluarga Harapan dan telah dilaksanakan sejak tahun 2007. Melalui
pelaksanaan program PKH, pemerintah berupaya meningkatkan pendapatan dan
mengurangi beban masyarakat miskin dengan harapan masyarakat dapat lebih
mudah mengakses layanan pendidikan, kesehatan, dan mencukupi kebutuhan
pangan yang kemudian berdampak pada perbaikan kualitas hidup masyarakat.
2.1.4. Program Keluarga Harapan
2.1.4.1. Pengertian Program Keluarga Harapan
Dalam petunjuk teknis pelaksanaan Program Keluarga Harapan tahun
2018, program PKH didefinisikan sebagai program pemberian bantuan sosial
bersyarat kepada keluarga dan/atau seseorang miskin dan rentan yang terdaftar
dalam data terpadu program penanganan fakir miskin, yang diolah oleh Pusat
21
Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial dan ditetapkan sebagai keluarga
penerima manfaat PKH.
2.1.4.2. Proses Seleksi dan Penetapan Lokasi
Proses seleksi dan penetapan lokasi Program Keluarga Harapan didasari
atas basis data terpadu untuk program perlindungan sosial dari TNP2K yang
bersumber dari hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) oleh Badan
Pusat Statistik. Adapun yang menjadi syarat dalam proses seleksi dan penetapan
lokasi pelaksanaan Program Keluarga Harapan adalah sebagai berikut :
1. Pengajuan proposal dari pemerintah daerah kabupaten/kota ke Unit
Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) pusat dengan
melampirkan surat rekomendasi dari pemerintah provinsi.
2. Ketersediaan fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan yang memadai
untuk mendukung pelaksanaan Program Keluarga Harapan.
3. Penyediaan fasilitas sekretariat UPPKH kabupaten/kota.
4. Penyediaan fasilitas sekretariat UPPKH kecamatan.
5. Penyediaan dana penyertaan PKH melalui APBD I dan APBD II minimal
5 % dihitung dari total bantuan peserta PKH baik provinsi maupun di
tingkat kabupaten/kota.
2.1.4.3. Tujuan Program Keluarga Harapan
Dalam petunjuk teknis pelaksanaan Program Keluarga Harapan tahun
2018, Program Keluarga Harapan mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Meningkatkan taraf hidup Keluarga Penerima Manfaat melalui akses
layanan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial;
22
2. Mengurangi beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan keluarga
miskin dan rentan;
3. Menciptakan perubahan perilaku dan kemandirian Keluarga Penerima
Manfaat dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan serta
kesejahteraan sosial;
4. Mengurangi kemiskinan dan kesenjangan;
5. Mengenalkan manfaat produk dan jasa keuangan formal kepada Keluarga
Penerima Manfaat.
2.1.4.4. Sasaran Program Keluarga Harapan
Dalam petunjuk teknis pelaksanaan Program Keluarga Harapan tahun
2018, sasaran PKH merupakan keluarga miskin dan rentan yang terdaftar dalam
data terpadu program penanganan fakir miskin yang memiliki komponen
kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial.
Sasaran PKH Akses merupakan keluarga miskin dan rentan yang
memiliki komponen kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial yang
berada di wilayah :
1. Pesisir dan pulau-pulau kecil;
2. Daerah tertinggal/terpencil;
3. Perbatasan antarnegara.
2.1.4.5. Kriteria Penerima Program Keluarga Harapan
Dalam petunjuk teknis pelaksanaan Program Keluarga Harapan tahun
2018, kriteria komponen penerima Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan
adalah sebagai berikut :
23
1. Kriteria komponen kesehatan meliputi :
a. Ibu hamil/menyusui;
b. Anak berusia 0 sampai dengan 6 tahun.
2. Kriteria komponen pendidikan meliputi :
a. Anak sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah atau sederajat;
b. Anak sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah atau
sederajat;
c. Anak sekolah menengah atas/madrasah aliyah atau sederajat;
d. Anak usia 6 (enam) sampai dengan 21 (dua puluh satu) tahun yang
belum menyelesaikan wajib belajar 12 (dua belas) tahun.
3. Kriteria komponen kesejahteraan sosial meliputi :
a. Lanjut usia mulai dari 60 (enam puluh) tahun;
b. Penyandang disabilitas diutamakan penyandang disabilitas berat.
2.1.4.6. Mekanisme Pelaksanaan Program Keluarga Harapan
Mekanisme pelaksanaan program PKH diatur dalam Pasal 32 Peraturan
Menteri Sosial Nomor 2 Tahun 2018 tentang Program Keluarga Harapan dengan
tahapan sebagai berikut :
1. Perencanaan;
2. Penetapan calon peserta PKH;
3. Validasi data calon penerima manfaat PKH;
4. Penetapan keluarga penerima manfaat PKH;
5. Penyaluran bantuan sosiala PKH;
6. Pendampingan PKH;
7. Peningkatan Kemampuan Keluarga;
24
8. Verifikasi komitmen keluarga penerima manfaat PKH;
9. Pemutakhiran data keluarga penerima manfaat PKH;
10. Transformasi kepesertaan PKH.
Gambar 2.3. Mekanisme Pelaksanaan Bantuan PKH
Sumber : PKH Kemensos, 2018
Secara umum pelaksanaan Program Keluarga Harapan mempunyai
permasalahan pada penetapan calon peserta PKH yang tidak tepat sasaran. Hal
itu disebabkan karena adanya permasalahan data terkait kondisi keluarga miskin
di lapangan. Menurut Aminudin dan Sari (2010), pembuatan sistem pendukung
keputusan dapat membantu memutuskan kelayakan seseorang calon peserta
penerima PKH berdasarkan kategori penilaian yang diinputkan ke dalam sistem.
Pembuatan sistem tersebut dapat mempermudah pemerintah dan meminimalisir
kesalahan dalam menentukan calon peserta penerima Program Keluarga
Harapan.
25
2.2. Penelitian Terdahulu
Peneliti menggunakan penelitian terdahulu dengan tujuan untuk dijadikan
sebagai referensi penulisan, pertimbangan masalah, tujuan, manfaat, dan metode
penelitian. Penelitian terdahulu dapat mempermudah peneliti dalam melakukan
penelitain dan memberikan konsep atau gambaran sistematis untuk penelitian
yang akan dilaksanakan. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan
pertimbangan dan acuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No Penulis/
Tahun
Tujuan
Penelitian
Metode
Penelitian Hasil Penelitian
1 Lee dan
Hwang/
2016
Penelitian ini
bertujuan untuk
menganalisis
apakah subsidi
yang diberikan
oleh bantuan
tunai bersyarat
Indonesia
terhadap
program pekerja
anak (Program
Keluarga
Harapan : PKH)
sudah cukup
bagi anak-anak
untuk berhenti
bekerja dan
kembali
bersekolah
Pendekatan
kuantitatif
dengan alat
anlisis Net
Present
Value
Hasil menunjukkan bahwa
pengembalian keuangan untuk
anak-anak yang bergabung
dengan PKH untuk menghadiri
sekolah dasar lebih rendah
daripada pengembalian mereka
yang tidak berpartisipasi dalam
jangka pendek dan menengah.
Hanya dalam jangka panjang,
pengembalian finansial bagi
sebagian besar peserta program
lebih besar daripada rekan-rekan
yang tidak berpartisipasi.
Subsidi itu terlalu rendah dan
pendek untuk membuat anak-
anak bersekolah dan mendorong
anak-anak kembali ke tempat
kerja.
2 Shei, Costa,
Reis, dan
Albert I
Ko/2014
Penelitian ini
bertujuan untuk
meneliti dampak
Bolsa Familia
pada kesehatan
anak di
pemukiman
kumuh di pusat
kota besar
Pendekatan
kuantitatif
Bolsa Família telah
meningkatkan kemungkinan
kunjungan anak-anak ke pos
kesehatan untuk mendapatkan
layanan pencegahan. Pada anak
di bawah tujuh tahun, Bolsa
Família dikaitkan dengan
peningkatan peluang untuk
pemantauan pertumbuhan (OR =
3,1; 95% CI 1,9-5,1), vaksinasi
26
(OR = 2,8; 95% CI 1,4-5,4), dan
pemeriksaan (OR = 1,6; 95% CI
0,98-2,5), dan dengan jumlah
kunjungan pemantauan
pertumbuhan (β = 0,6; p =
0,049) dan pemeriksaan (β = 0,2;
p = 0,068). Ada efek limpahan
positif pada saudara yang lebih
tua (usia 7-17) tidak lagi
diperlukan untuk memenuhi
persyaratan kesehatan. Bolsa
Família meningkatkan peluang
mereka untuk memantau
pertumbuhan (OR = 2.5; 95% CI
1.3-4.9) dan pemeriksaan (OR =
1.7; 95% CI 0.9-3.2) dan
meningkatkan kesehatan
psikososial (β = 2.6; p = 0.007).
3 Glewwe
dan
Kassouf/
2012
Penelitian ini
bertujuan untuk
menguji dampak
Program Bolsa
Escola/Familia
Brasil pada hasil
pendidikan
anak-anak di
Brasil
Pendekatan
kuantitatif
dengan data
panel
Hasil penelitian menunjukkan
program Bolsa telah
meningkatkan pendaftaran siswa
masuk Brazil sekitar 5,5% di
kelas 1-4 dan 6,5% di kelas 5-8.
Program ini juga telah
menurunkan angka putus
sekolah sekitar 0,5 poin dan
menaikkan tingkat promosi
sebesar 0,9 poin untuk anak-
anak kelas 1-4 dan telah
mengurangi angka putus sekolah
sekitar 0,4 poin dan menaikkan
tingkat promosi sebesar 0,3
untuk anak-anak kelas 5-8.
Hanya sekitar sepertiga anak-
anak Brazil berpartisipasi dalam
program Bolsa, dengan asumsi
tidak ada efek spillover ke non
peserta. Dampak program ini
diluar perkiraan sekitar tiga kali
lebih tinggi.
4 Kronebusch
dan Damon/
2019
Penelitian ini
bertujuan untuk
mempelajari
efek
PROGRESA,
program transfer
Pendekatan
kuantitatif
Hasil penelitian menemukan
bahwa konsumsi vitamin dan
mineral rumah tangga meningkat
sebesar 15% dan 7%. Hasil itu
menunjukan transfer tunai
bersyarat mungkin memiliki
27
tunai bersyarat
di Mexico pada
tingkat
konsumsi
makronutrien
dan
mikronutrien
dari peserta
program
efek positif terhadap konsumsi
vitamin A, zat besi dan kalsium
yang kurang di konsumsi oleh
sebagian besar penduduk
Mexico. Peneliti juga
menemukan program
PROGRESA meningkatkan
konsumsi karbohidrat olahan
sebesar 23% dan lemak jenuh
sebesar 3%
5 Milan,
Macours,
Maluccio,
Tejerina/
2020
Penelitian ini
bertujuan untuk
memperkirakan
efek jangka
panjang 13
tahun setelah
program
bantuan tunai
bersyarat di
Honduras
dimulai selama
lima tahun
Pendekatan
kuantitatif
Hasil penelitian menemukan
dampak positif dan kuat pada
hasil pendidikan untuk kohort
rentang usia yang sangat luas.
Ini termasuk peningkatan lebih
dari 50% untuk tingkat
penyelesaian sekolah menengah
dan probabilitas mencapai studi
universitas bagi mereka yang
terpapar pada usia sekolah. Hasil
lebih lanjut menunjukan efek
positif CCT secara statistik pada
migrasi internasional diantara
perempuan non-pribumi dan
laki-laki non pribumi. Penelitian
ini juga menunjukan adanya
banyak kendala yang tersisa
yang dapat mencegah target
populasi besar mendapatkan
efek jangka panjang yang lebih
tinggi dari intervensi CCT.
6 Mursyidah/
2017
Penelitian ini
bertujuan untuk
menganalisis
efektivitas
program
bantuan tunai
bersyarat dalam
mengatasi
kemiskinan dan
kelaparan
Metode
Deskriptif
Kualitatif
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa setelah 2
tahun berjalan tujuan Program
Keluarga Harapan yang
merupakan bentuk dari program
bantuan tunai bersayarat di
Kabupaten Temanggung belum
tercapai. Dilihat dari sebelum
dan sesudah PKH, status gizi
bayi dan balita dan kesejahteraan
keluarga di Kabupaten
Temanggung tidak berbeda,
perkembangannya hampir sama,
masih dalam keadaan konstan
sebelum dan sesudah PKH
28
dilaksanakan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa program
bantuan tunai bersyarat di
Kabupaten Temanggung belum
efektif dalam mengatasi
kemiskinan dan kelaparan
7 Samosir/
2013
Penelitian ini
bertujuan untuk
menganalisis
tingkat
efektivitas
pelaksanaan
PKH tahun 2011
Metode
deskriptif
kuantitatif
Hasil penelitian menemukan
bahwa Program Keluarga
Harapan menimbulkan
permasalahan baru yaitu
munculnya ibu hamil di
kelompok RTSM untuk
memperoleh PKH, sekitar 10,72
% dana Program Keluarga
Harapan diambil oleh orang
yang bukan peserta PKH,
kepemilikan kartu
JAMKESMAS selain kartu PKH
menunjukan masih terdapat
tidak adanya koordinasi antara
Dinas Sosial dan Dinas
Kesehatan masing-masing
kabupaten/kota, tenaga
pendamping dalam pelaksanaan
PKH tidak berjalan efektif,
pelaksanaan PKH mempunyai
dampak kurang positif.
8 Astari dan
Pambudi/
2018
Penelitian ini
bertujuan untuk
mendeskripsika
n dan
menganalisis
kebijakan
pemerintah
berupa Program
Keluarga
Harapan serta
mengetahui
keefektifan
program
tersebut dalam
upaya
menanggulangi
kemiskinan di
Kecamatan
Pandak
Metode
deskriptif
kualitatif
Hasil penelitian menemukan
bahwa pelaksanaan Program
Keluarga Harapan terdapat
penyimpangan yaitu adanya
masyarakat yang menjadi
peserta PKH dengan kondisi
ekonomi sudah mapan tetapi
masih terdaftar sebagai peserta
PKH. Pencairan dana bantuan di
Kecamatan Pandak belum
berjalan dengan baik, selama
pelaksanaan PKH di Kecamatan
Pandak, masyarakat peserta
PKH telah dapat menerima
haknya berupa bantuan uang
tunai, bantuan keuangan PKH
belum sepenuhnya dapat
memberikan sumbangsih yang
berarti bagi peserta PKH.
29
9 Rahmawati
dan
Kisworo/
2017
Metode
deskriptif
kualitatif
Hasil penelitian menunjukan
bahwa pendamping memiliki
empat peran ketrampilan yaitu
peran fasilitatif, pendidik,
representatif/perwakilan
masyarakat, dan teknis. Faktor
internal yang menjadi kendala
adalah kesulitan pengumpulan
data, adaptasi lingkungan baru.
Faktor eksternal yang menjadi
kendala adalah penginformasian
yang mendadak, jarak tempuh,
lokasi yang berada di gang
sempit. Faktor pendukung
adalah antusiasme penerima
bantuan serta sarana yang
memadai.
10 Ekardo,
Firdaus, dan
Elfemi/2014
Penelitian ini
bertujuan untuk
mendeskripsika
n efektivitas
Program
Keluarga
Harapan (PKH)
dalam upaya
pengentasan
kemiskinan di
Nagari Lagan
Hilir Punggasan
Metode
deskriptif
kualitatif
Hasil penelitian menunjukan
bahwa pelaksanaan Program
Keluarga Harapan di Nagari
Lagan Hilir punggasan sudah
efektif jika dilihat dari tujuan
program. Namun disisi lain
penetapan sasaran penerima
bantuan bagi RTSM di Nagari
Lagan Hilir Punggasan belum
bisa dikatakan efektif penentuan
sasaran belum tepat sasaran.
11 Kholif,
Noor, dan
Siswidiyant
o/2014
Penelitian ini
bertujuan untuk
menganalisis
bagaimana
implementasi
PKH dan faktor
yang dihadapi
PKH dalam
menanggulangi
kemiskinan
Metode
deskriptif
kualitatif
Implementasi Program Keluarga
Harapan di Kecamatan
Dawarblandong Kabupaten
Mojokerto belum berhasil.
Masih adanya kemiskinan, gizi
buruk dan ibu meninggal karena
melahirkan, serta masih
rendahnya masyarakat yang
mendukung peningkatan
kesejahteraan. Saran yang dapat
dilaksanakan yakni menambah
biaya operasional dan
memperbaiki fasilitas, sanksi
harus dilaksanakan, menambah
pegawai dengan perekrutan yang
baik, mengevaluasi kebijakan
serta pemberian penghargaan
30
kepada perseorangan.
12 Fidyatun/
2012
Penelitian ini
bertujuan untuk
mengevaluasi
pelaksanaan
Program
Keluarga
Harapan Bidang
Kesehatan di
Kabupaten
Brebes
Metode
deskriptif
kualitatif
Hasil penelitian menunjukan
koordinasi vertikal dilakukan
dari UPPKH Kabupaten kepada
UPPKH Kecamatan, dimana
dalam pelaksanaannya terdapat
masalah, yaitu daerah yang jauh
dari Kabupaten sulit dalam
pelaporan dan dijangkau oleh
petugas Kabupaten.
Pendataan peserta PKH
menggunakan data dari pusat,
yaitu BPS, di anggap masih
belum memenuhi ketepatan
sasaran, hal ini dikarenakan
standard data yang digunakan
adalah standard nasional,
sedangkan keadaan lapangan
memiliki standard kemiskinan
yang berbeda dengan daerah
lain.
13 Susilo dan
Suyono/
2019
Penelitian ini
adalah untuk
mengevaluasi
tingkat
pelaksanaan
Program
Keluarga
Harapan (PKH)
di desa
Kertasinduyasa
kecamatan
Jatibarang
kabupaten
Brebes.
Metode
deskriptif
kualitatif
Hasil penelitian menemukan
bahwa proses pelaksanaan
pelaksanaan Program Keluarga
Harapan di Desa Kertasinduyasa
Kecamatan Jatibarang
Kabupaten Brebes sudah
berjalan baik, terlihat dari proses
pertemuan awal, pendampingan
pencairan bantuan,
pemutakhiran data, dan
verifikasi komitmen peserta.
Kekurangan dari PKH tersebut
terletak pada RTSM yang
memiliki rasa ketergantungan
dari bantuan PKH, serta unutk
proses pemutakhiran data harus
ditingkatkan lagi karena proses
ini berkaitan sekali dengan
nominal yang diberikan pada
saat pencairan bantuan.
Selanjutnya, UPPKH Kecamatan
Jatibarang perlu meningkatkan
kinerja antar lembaga internal
dan eksternal program
31
2.2.1. Persamaan dan Perbedaan Penelitian
1. Persamaan dan perbedaan antara penelitan ini dengan penelitian yang
dilakukan oleh Mursyidah
Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Mursyidah yaitu sama-sama meneliti objek penelitian Program Keluarga
Harapan dan penggunaan metode penelitan dengan pendekatan deskriptif
kualitatif. Kesamaaan lain antara keduanya terletak pada penggunaan teknik
analisis data dengan menggunakan model interaktif Miles dan Huberman yang
terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan.
Sedangkan perbedaan antara keduanya terletak pada penggunaan
Analytical Hierarchy Process sebagai alat untuk memprioritaskan
permasalahan pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kabupaten Brebes.
Perbedaan mendasar kedua penelitian ini terletak pada lokasi penelitan dan
periode pengamatan yang dilakukan.
2. Persamaan dan perbedaan antara penelitan ini dengan penelitian yang
dilakukan oleh Samosir
Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Samosir yaitu sama-sama meneliti objek penelitian bantuan Program
Keluarga Harapan.
Sedangkan perbedaan antara keduanya terletak pada penggunaan
Analytical Hierarchy Process dan metode penelitian yang dilakukan oleh
Samosir dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah two-stage sampling yaitu tahap pertama
32
menggunakan probability proportional to size (PPS), dan tahap kedua
menggunakan systematic sampling. Perbedaan lain terletak pada periode
pengamatan penelitian.
3. Persamaan dan perbedaan antara penelitan ini dengan penelitian yang
dilakukan oleh Astari dan Pambudi
Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Astari dan Pambudi yaitu sama-sama meneliti objek penelitian Program
Keluarga Harapan dengan menggunakan metode penelitan pendekatan
kualitatif dan teknik analisis data deskriptif kualitatif Miles dan Huberman.
Kesamaan lain terletak pada teknik pengumpulan data dan teknik kebasahan
data.
Sedangkan perbedaan antara keduanya terletak pada lokasi penelitian,
Astari dan Pambudi mengambil lokasi penelitian di Kecamatan Pandak
Bantul. Perbedaan lain terletak pada penggunaan Analytical Hierarchy
Process yang bertujuan untuk menyusun prioritas permasalahan Program
Keluarga Harapan di Kabupaten Brebes dan periode pengamatan penelitian..
4. Persamaan dan perbedaan antara penelitan ini dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ekardo, Ekardo, Firdaus, dan Elfemi
Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ekardo, dkk. yaitu sama-sama meneliti objek penelitian Program
Keluarga Harapan dengan menggunakan metode penelitan pendekatan
kualitatif. Kesamaan lain antara keduanya terletak pada teknik pemilihan
informan dan teknik pengumpulan data.
33
Sedangkan perbedaan antara keduanya terletak pada lokasi penelitian
Ekardo, dkk. yang berada di Nagari Lagan Hilir Kabupaten Pesisir Selatan.
Perbedaan lain terletak pada penggunaan Analytical Hierarchy Process yang
bertujuan untuk optimalisasi Program Keluarga Harapan di Kabupaten Brebes
dan periode pengamatan penelitian.
5. Persamaan dan perbedaan antara penelitan ini dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kholif, Noor, dan Siswidiyanto
Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Kholif, dkk. yaitu sama-sama meneliti objek penelitian Program Keluarga
Harapan dengan menggunakan metode penelitan pendekatan kualitatif.
Kesamaan lain antara keduanya terletak pada analisis data Miles dan
Huberman dan teknik pengumpulan data.
Sedangkan perbedaan antara keduanya terletak pada lokasi penelitian
Kholif, dkk. yang berada di Kecamatan Dawarblandong Kabupaten
Mojokerto. Perbedaan lain terletak pada penggunaan Analytical Hierarchy
Process yang bertujuan untuk optimalisasi Program Keluarga Harapan di
Kabupaten Brebes dan periode pengamatan penelitian.
6. Persamaan dan perbedaan antara penelitan ini dengan penelitian yang
dilakukan oleh Fidyatun
Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Fidyatun yaitu sama-sama meneliti objek penelitian Program Keluarga
Harapan di Kabupaten Brebes dan penggunaan metode penelitan dengan
34
pendekatan deskriptif kualitatif dengan lokasi penelitan yaitu di Kabupaten
Brebes.
Sedangkan perbedaan antara keduanya terletak pada penggunaan
Analytical Hierarchy Process yang bertujuan untuk optimalisasi Program
Keluarga Harapan di Kabupaten Brebes dan periode pengamatan penelitian.
Fidyatun melakukan periode pengamatan penelitian di tahun 2011, sedangkan
penelitian ini dilakukan pada tahun 2019.
7. Persamaan dan perbedaan antara penelitan ini dengan penelitian yang
dilakukan oleh Susilo dan Suyono
Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Susilo dan Suyono yaitu sama-sama meneliti objek penelitian Program
Keluarga Harapan di Kabupaten Brebes dan penggunaan metode penelitan
dengan pendekatan deskriptif kualitatif dan teknik analisis data dengan
menggunakan model interaktif Miles dan Huberman yang terdiri dari
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Sedangkan perbedaan antara keduanya terletak pada penggunaan
Analytical Hierarchy Process yang bertujuan untuk optimalisasi Program
Keluarga Harapan di Kabupaten Brebes dan periode pengamatan penelitian.
Susilo dan Suyono melakukan periode pengamatan penelitian pada tahun
2017, sedangkan penelitian ini dilaksanakan di tahun 2019.
2.3. Kerangka Berpikir
Kemiskinan merupakan masalah yang sudah lama muncul di Indonesia.
Era orde baru hingga sekarang, Indonesia secara konsisten melakukan
pembangunan, akan tetapi permasalahan kemiskinan di Indonesia belum
35
terselesaikan. Kemiskinan biasanya ditunjukan dengan rendahnya tingkat
pendapatan dan daya beli masyarakat. Kemiskinan di Indonesia menyebar di
seluruh daerah dengan kondisi yang berbeda-beda. Kabupaten Brebes merupakan
salah satu wilayah di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki jumlah penduduk
miskin terbanyak.
Salah satu upaya pemerintah dalam menekan angka kemiskinan di
Kabupaten Brebes adalah melaksanakan Program Keluarga Harapan (PKH) untuk
memperbaiki kualitas kesehatan dan kualitas pendidikan. Program PKH
diharapakan dapat mempermudah masyarakat dalam mengakses layanan
pendidikan, kesehatan, dan mencukupi kebutuhan pangan, sehingga masyarakat
miskin dapat mempebaiki kualitas hidupnya. Program Keluarga Harapan
mempunyai sasaran penerima yaitu Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang
memenuhi sedikitnya satu kriteria peserta program PKH, yaitu memiliki ibu
hamil/menyusui, memiliki anak usia 0-6 tahun, anak sekolah dasar/sederajat, anak
sekolah menengah pertama/sederajat, anak sekolah menengah atas/sederajat, anak
usia 6-21 tahun yang belum menyelesaikan wajib sekolah 12 tahun, lanjut usia
mulai dari usia 60 tahun, dan penyandang disabilitas.
Permasalahan dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan menurut
hasil penelitian sebelumnya yaitu kurangnya dana untuk memberikan sarana dan
prasarana pendukung dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan, kurangnya
ketersediaan sumber daya manusia berupa pendamping, semakin menurunnya
kepatuhan peserta penerima bantuan Program Keluarga Harapan, terdapat
permasalahan dalam koordinasi vertikal yang dilakukan dari UPPKH kabupaten
36
kepada UPPKH kecamatan, ketergantungan RTSM terhadap bantuan yang
diberikan, terdapat rumah tangga sangat miskin (RTSM) yang merasa bantuan
belum tercukupi karena sebagian anggota keluarga dari RTSM bersekolah di
sekolah swasta yang mengharuskan membayar iuran bulanan, database penerima
bantuan Program Keluarga Harapan tidak selalu di-update dan verifikasi, serta
mekanisme proses seleksi dan penetapan penerima bantuan yang dilakukan oleh
stakeholder terkait, yang hanya melibatkan wali kampung dan kader-kadernya
yang berakibat dalam penentuan penerima bantuan PKH hanya melihat hubungan
antara kader yang mendata dan orang yang didata.
Untuk mengidentifikasi dampak dan mengoptimalkan pelaksanaan
Program Keluarga Harapan dalam menuntaskan masalah kemiskinan, diperlukan
analisis deskriptif sebagai alat untuk mengidentifikasi dampak dan Analytical
Hierarchy Procress (AHP) yang digunakan sebagai alat analisis untuk
memprioritaskan permasalahan dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan
yang dapat digunakan sebagai upaya mengoptimalisasi peranan Program Keluarga
Harapan di Kabupaten Brebes. Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disusun
kerangka berpikir sebagai berikut:
37
Gambar 2.4. Kerangka Berpikir
Kemiskinan di Kabupaten
Brebes
Pelaksanaan PKH
Menuntaskan masalah kemiskinan, melalui :
1. Perbaikan Kualitas Pendidikan
2. Perbaikan kualitas Kesehatan
Belum optimal :
terdapat hambatan-hambatan pelaksanaan yaitu
data, sumber daya manusia, dan fasilitas
Analytical Hierarchy Process Analisis Deskriptif
Analisis Dampak dan Strategi Optimalisasi
Bantuan Program Keluarga Harapan di
Kabupaten Brebes
79
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang analisis dampak
dan strategi optimalisasi bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kabupaten
Brebes, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisis deskriptif, pelaksanaan Program Keluarga
Harapan di Kabupaten Brebes memberikan dampak yang cukup baik
terhadap kualitas sumber daya manusia. Kegiatan Forum Development
Session (FDS) dalam Program Keluarga Harapan mengubah pola pikir
keluarga penerima manfaat untuk memperbaiki kualitas kesehatan dan
pendidikannya. Hasil analisis deskriptif juga menemukan hambatan dalam
pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kabupaten Brebes. Hambatan
tersebut diantaranya adalah keterbatasan fasilitas penunjang untuk para
pendamping dalam melaksanakan Forum Development Session (FDS),
jumlah bantuan yang diterima dalam komponen kriteria anak sekolah
dasar belum mencukupi, rasio antara pendamping dan keluarga penerima
manfaat yang belum ideal, masih terdapat keluarga penerima manfaat yang
belum sadar untuk meningkatkan kualitas hidupnya dan terakhir adalah
permasalahan data terkait keluarga miskin untuk penentuan calon
penerima bantuan.
2. Penyusunan strategi optimalisasi bantuan Program Keluarga Harapan di
Kabupaten Brebes menggunakan alat analisis AHP memperoleh kriteria
80
yang paling diprioritaskan yaitu fasilitas dan alternatif yang paling
diprioritaskan adalah penambahan media untuk pelaksanaan FDS. Hal
tersebut sesuai dengan temuan analisis deskriptif di lapangan bahwa
pendamping mempunyai kendala keterbatasan fasilitas penunjang berupa
proyektor dalam pelaksanaan Forum Development Session (FDS).
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitan, pembahasan, dan kesimpulan dalam
penelitian ini, maka saran yang diberikan adalah sebagai berikut :
1. Dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan, masih terdapat keluarga
penerima manfaat yang belum sadar untuk meningkatkan kualitas
hidupnya. Pemerintah harus menyosialisasikan pentingnya pendidikan dan
kesehatan untuk menyadarkan keluarga penerima manfaat serta
memperoleh dampak yang lebih signifikan dalam pelaksanaan Program
Keluarga Harapan.
2. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan Program Keluarga Harapan di
Kabupaten Brebes, maka perlu adanya penambahan fasilitas dalam
pelaksanaan Program Keluarga Harapan khususnya fasilitas untuk
pendamping dalam melakukan perannya di Forum Development Session.
Selanjutnya kriteria sumber daya manusia dan mekanisme juga tidak boleh
diabaikan dan harus dilakukan secara rutin. Sosialisasi dan edukasi
mempunyai dampak yang cukup signifikan terhadap pemahaman
masyarakat untuk Program Keluarga Harapan. Sementara itu,
permasalahan data dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan juga
81
memerlukan update dan verifikasi data untuk memperbaiki ketepatan
sasaran.
82
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal. (2017). Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung
Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Kota
Depok: PT Rajagrafindo Persada;
Aminudin, N., & Sari, I. A. P. (2010). Sistem Pendukung Keputusan (DSS)
Penerima Bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) pada Desa Bangun
Rejo Kec. Punduh Pidada Pesawaran dengan Menggunakan Analytical
Hierarchy Process (AHP). Jurnal TAM Technology Acceptance Model Vol.
5;
Astari, U. T., & Pambudi, A. (2018). Efektivitas Program Keluarga Harapan di
Kecamatan Pandak Bantul. FIS UNY Vol. 7 No. 5;
Azwar. (2016). Peran Alokatif Pemerintah melalui Pengadaan Barang/Jasa dan
Pengaruhnya terhadap Perekonomian Indonesia. Kajian Ekonomi Keuangan
Volume 20 Nomor 2;
Boediono. (1999). Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta;
Bungin, H. M. B. (2017). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: PT Kharisma Putra Utama;
Dumairy. (1997). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga;
Ekardo, A., & dkk. (2014). Efektivitas Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam
Upaya Pengentasan Kemiskinan di Nagari Lagan Hilir Kab. Pesisir Selatan.
Jurnal Ilmu Sosial Mamagan Vol. 3 No. 1;
Emzir. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Kota Depok: PT
Rajagrafindo Persada;
Fidyatun, E. (2012). Evaluasi Program Keluarga Harapan (PKH) Bidang
Kesehatan di Kabupaten Brebes Tahun 2011. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Volume 1 Nomor 2;
Glewwe, P., & Kassouf, A. L. (2012). The Impact of The Bolsa Escola/Familia
Conditional Cash Transfer Program on Enrollment, Dropout Rates and
Grade Promotion in Brazil. Journal of Development Economics Vol. 97 No.
2;
Kementerian Sosial. (2018). Perubahan Pertama Atas Keputusan Direktur
Jenderal Perlindunngan dan Jaminan Sosial Nomor: 01/LJS/08/2018
83
tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Sosial Non Tunai. Komplek
Kementerian Sosial, Jakarta: Kementerian Sosial;
Kholif, K. N., & dkk. (2014). Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH)
dalam Menanggulangi Kemiskinan di Kecamatan Dawarblandong
Kabupaten Mojokerto. Jurnal Adminsitrasi Publik (JAP) Vol. 2 No. 4;
Kronebusch, N., & Damon, A. (2019). The Impact of Conditional Cash Transfer
on Nutrition Outcomes: Experimental Evidence from Mexico. Economics
and Human Biology Vol. 33;
Kurniasih & Nihayah, D.M. (2018). Human Resources Planning Strategy at
Vocational High School in Tegal Regency. Economics Development
Analysis Journal Vol. 7 No. 3;
Lee, K. W., & Hwang, M. (2016). Conditional Cash Transfer Against Child
Labor: Indonesia Program Keluarga Harapan. Asia Pacific Educ. Rev Vol.
17;
Lubis, P., & dkk. (2017). Penerapan Metode Analitical Hierarchy Process dalam
Penentuan Warga Penerima Program Keluarga Harapan (PKH) (Studi
Kasus: Kantor Lurah Tegal Sari Mandala II). Media Informatika Budidarma
Volume 1 Nomor 1;
Marmujiono, S. P. (2014). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Kemiskinan dan Strategi Pengentasan Kemiskinan di Kab. Brebes Tahun
2009-2011. EDAJ Volume 3 Nomor 1;
Mangkoesoebroto, G. (2014). Ekonomi Publik: Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta;
Milan, T. M., & dkk. (2020). Experimental Long-term Effects of Early-childhood
and School-age Exposure to a Conditional Cash Transfer Program. Journal
of Development Economics Volume 143;
Moelong, L. J. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya;
Mursyidah, L. (2017). Efektivitas Program Bantuan Tunai Bersyarat Mengatasi
Kemiskinan dan Kelaparan. Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik
Volume 5 Nomor 2;
Niswati, K. (2014). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan di Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2003-2011. Eko Regional Volume 9 Nomor 2;
84
Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2018. (2018).
Program Keluarga Harapan;
Probosiwi, R. (2016). Pengangguran dan Pengaruhnya terhadap Tingkat
Kemiskinan (Unemployment and Its Influence on Poverty Level). Jurnal
PKS Volume. 15 Nomor 2;
Rahmawati, E., & Kisworo, B. (2017). Peran Pendamping dalam Pemberdayaan
Masyarakat Miskin melalui Program Keluarga Harapan. Journal of
Nonformal Education and Community Empowerment Vol. 1 No. 2;
Rusdarti & Sebayang, L. K. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Economia Volume 9 Nomor 1;
Samosir, A. P. (2013). Analisis Efektivitas Pelaksanaan Program Keluarga
Harapan 2011. Jurnal Borneo Administraror Vol. 9 No. 2;
Shei, A., & dkk. (2014). The Impact of Brazil’s Bolsa Familia Conditional Cash
Transfer Program on Children’s Health Care Utilization and Health
Outcomes. BMC International Health and Human Rights Vol. 14 No. 10;
Sukirno, S. (2015). Makroekonomi: Teori Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada;
Suryana. (2010). Metode Penelitian : Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif. Bandung: Univeristas Pendidikan Indonesia
Suryawati, C. (2005). Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional. JMPK
Volume 8 Nomor 3;
Susilo, E. V., & Suyono, D. (2019). Evaluasi Pelaksanaan Program Keluarga
Harapan (PKH) di Desa Kertasinduyasa Kecamatan Jatibarang Kabupaten
Brebes Tahun 2017. Indonesian Governance Journal Volume 2 Nomor 2;
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2011. (2011). Penanganan
Fakir Miskin.
Top Related