Skripsi Optimalisasi PAN
-
Upload
nerz-clish -
Category
Documents
-
view
17 -
download
3
description
Transcript of Skripsi Optimalisasi PAN
OPTIMALISASI SUMBER PENDAPATAN ASLI NAGARI DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN NAGARI
(Studi Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu)
SKRIPSI
OlehNerz Clish
No. BP. 12345678910
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai SyaratGuna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan
JURUSAN ILMU PEMERINTAHANFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
2014
ABSTRAK
Optimalisasi Sumber Pendapatan Asli Nagari Dalam Menunjang Pembangunan Nagari (Studi Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu)
Berlakunya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ini memberi kewenangan atau otonomi yang luas pada pemerintah daerah. Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat No. 9 Tahun 2007, Sumatera Barat kembali menerapkan sistem pemerintahan nagari. Berkaitan dengan nagari, bagian dana perimbangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah termasuk salah satu sumber pendapatan dan penerimaan nagari, namun dana tersebut tidaklah memadai sehingga pemerintah nagari diharapkan dapat mencari sumber dana lain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan.
Setelah ditetapkan judul penelitian seperti di atas, maka dapat ditetapkan berbagai persoalan yang akan diteliti yaitu : mengetahui sumber Pendapatan Asli Nagari, kendala-kendala dalam meningkatkan sumber Pendapatan Asli Nagari serta mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala meningkatkan Pendapatan Asli Nagari.
Penelitian ini didesain sebagai kualitatif yang mendeskripsikan suatu situasi atau objek yang bersifat faktual dengan mengkaji permasalahan– permasalahan yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sumber Pendapatan Asli Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu bersumber dari biaya administratif, bagi hasil pajak daerah kabupaten dan dana perimbangan keuangan pusat dan daerah. Kendala-kendala dalam optimalisasi sumber pendapatan asli nagari adalah pemerintahan nagari yang baru dibentuk, rendahnya kemampuan manajerial dan organisasi aparat dan pemerintah nagari, tidak berjalannya fungsi pengawasan bamus sebagai perangkat nagari, tidak berjalannya akuntabilitas sistem pengelolaan Dana Alokasi Umum Nagari Nagari (DAUN). Upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala optimalisasi pendapatan asli nagari adalah meningkatkan kualitas SDM, meningkatkan fasilitas yang mendukung kinerja pemerintah daerah, aparat dan perangkat nagari dan meningkatkan peran serta politik masyarakat serta menghimpun sumber kekuatan dan sumber dana dari pihak luar. Disarankan pemerintah nagari mampu meningkatkan kualitas SDM pemerintah, aparat, perangkat dan masyarakat nagari sehingga mampu menoptimalkan kemampuan untuk meningkatkan sumber pendapatan asli nagari.
Kata kunci : Pemerintahan Nagari, Pendapatan Asli Nagari.
i
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ABSTRAK ................................................................................................... iKATA PENGANTAR ................................................................................. iiDAFTAR ISI................................................................................................. ivDAFTAR TABEL ....................................................................................... vDAFTAR GAMBAR ................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................1.1................................................................................................. Latar
Belakang Masalah.................................................................. 11.2................................................................................................. Rumu
san Masalah ........................................................................... 51.3................................................................................................. Tujua
n Penulisan ............................................................................ 61.4................................................................................................. Manfa
at Penelitian ........................................................................... 6BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 8
2.1. Pembangunan Nagari ........................................................... 82.2. Sistem Pemerintahan Nagari ................................................ 122.3. Pendapatan Asli Nagari ........................................................ 182.4. Kendala Peningkatan Pendapatan Asli Nagari .................... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 283.1................................................................................................. Metod
e Yang Digunakan ................................................................. 283.2................................................................................................. Popula
si dan Sampel ........................................................................ 293.3................................................................................................. Tekni
k Pengumpulan Data ............................................................. 303.4................................................................................................. Sumbe
r Data...................................................................................... 343.5................................................................................................. Analis
is Data ................................................................................... 343.6................................................................................................. Waktu
dan Lokasi Penelitian ............................................................ 35BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 36
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................... 364.2. Sumber Pendapatan Asli Nagari Sungai Sirah Kuranji
Hulu Kecamatan Sungai Geringging ................................. 48
ii
4.3. Kendala-kendala Dalam Meningkatkan Sumber Pendapatan Asli Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu................................ 60
4.4. Upaya-upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Kendala Dalam Meningkatkan Sumber Pendapatan AsliNagari Sungai Sirah Kuranji Hulu....................................... 64
BAB V PENUTUP ................................................................................... 705.1. Kesimpulan .......................................................................... 705.2. Saran .................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Ninik Mamak, Suku dan Gelar Pusako Nagari SungaiSirah Kuranji Hulu....................................................................... 37
Tabel 4.2 Luas Wilyah Sungai Sirah Kuranji Hulu BerdasarkanKorong ........................................................................................ 38
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu MenurutKorong Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jumlah KK ................. 41
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Dewasa dan Anak-anak Nagari SungaiSirah Kuranji Hulu Menurut Korong .......................................... 42
Tabel 4.5 Tabel Sumber Pendapatan Asli Nagari Sungai SirahKuranji Hu................................................................................... 48
Tabel 4.6 Jenis dan Biaya Pelayanan Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu ............................................................................... 50
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar. 1 Peta Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu...................................... 39
Gambar.2 Struktur Organisasi Pemerintahan Nagari Sungai SirahKuranji Hulu .............................................................................. 45
Gambar. 3 Struktur Organisasi BAMUS Nagari Sungai SirahKuranji Hulu .............................................................................. 46
Gambar. 4 Struktur Organisasi Lembaga Pemeberdaayaan MasyarakatNagari Sungai Sirah Kuranji Hulu ............................................ 47
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Terjadinya perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,juga
mengakibatkan perubahan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat. Salah
satu bentuk perubahan yang terjadi adalah dalam sistem pemerintahan yang
sentralistik menjadi sistem desentralistik yang sering juga disebut dengan
otonomi daerah. Hal ini ditandai dengan keluarnya UU No. 22 Tahun 1999
kemudian disempurnakan dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah.
Berlakunya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah ini membawa perubahan besar dalam sistem pemerintahan di daerah,
karena daerah kabupaten dan kota diberi kewenangan atau otonomi yang luas,
nyata dan bertanggungjawab untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat di daerah menurut keinginan sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sejalan dengan itu, UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah juga
memberikan peluang kepada pemerintah daerah untuk menentukan nama dan
bentuk pemerintahan terendah. Hal ini Tergambar dalam rumusan UU No. 32
Tahun 2004 Pasal 1 (12) yang menyebutkan bahwa “Desa atau yang disebut
dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan
1
2
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Selanjutnya dalam penjelasan pasal
202 UU No. 32 Tahun 2004 menyatakan bahwa desa yang dimaksud dalam
ketentuan undang-undang tersebut diantaranya nagari di Sumatera Barat,
Gampong di Propinsi Nangroe Aceh Darussalam, Lembang di Sulawesi
Selatan, Kampung di Kalimantan Selatan dan Papua dan Negeri di Maluku.
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahanan Daerah ini,
mengakibatkan pemerintah pusat memberi kewenangan kepada pemerintah
propinsi, pemerintah propinsi kepada pemerintah daerah kabupaten/kota dan
begitu selanjutnya sampai pada tingkat pemerintahan terendah.1
Sebelum keluarnya UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah, nagari lebih banyak menerima bantuan dana dari pemerintah
dibandingkan dengan pendapatan nagari itu sendiri. Hal ini disebabkan nagari
yang terbentuk di Sumatera Barat tidak memiliki basis ekonomi yang kuat,
disebabkan miskinnya sumberdaya sehingga kehidupan dan efektivitas
pemerintah nagari sangat tergantung pada bantuan pemerintah di tingkat atas.2
Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat No. 9 Tahun
2007, Sumatera Barat kembali menerapkan sistem pemerintahan nagari,
sehingga masalah dana atau pembiayaan tetap menjadi perhatian utama.
Walaupun desa telah tergabung dalam sebuah nagari, bukan berarti nagari
telah mampu berdiri sendiri terutama menyangkut dana atau keuangan nagari.
Sehubungan dengan keadaan di atas, daerah tidak bisa seutuhnya melepaskan
1 Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah2 Efiyandry. 2001. Kembali ke Nagari. Solok; Biro Pemerintah Nagari. Hal: 105
3
diri dari pemerintah pusat mengenai pembiayaan daerah, begitu juga halnya
dengan nagari sebagai pemerintahan terendah di Sumatera Barat. Maka
pemerintah pusat mengeluarkan UU No. 25 Tahun 1999, yang disempurnakan
dengan UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat
dan Daerah. Undang-Undang ini dikeluarkan agar tidak terjadi kerancuan
dalam masalah keuangan, baik di daerah maupun di pusat dan juga untuk
menciptakan keseimbangan antara pusat dan daerah.
Berkaitan dengan nagari, bagian dana perimbangan antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah termasuk salah satu sumber pendapatan dan
penerimaan nagari. Adanya bantuan dana ini adalah wajar karena pada awal
pelaksanaan pemerintah nagari, sumber pendapatan asli nagari belum bisa
memberikan kontribusi yang memadai. Padahal suatu pemerintahan harus
melaksanakan pelayanan masyarakat dan melakukan pembangunan.
Pemerintah nagari memiliki kewenangan untuk mengatur kepetingan
masyarakatnya. Wali nagari dalam penyelenggaraan pemerintahan
bertanggung jawab pada Badan Perwakilan Rakyat Nagari dan menyampaikan
laporan pelaksanaan tugas tersebut kepada Bupati. Wali nagari sebagai
pemimpin di nagari harus mampu memikirkan kemajuan dan kesejahteraan
masyarakatnya dan tidak hanya bergantung pada bantuan yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah. Hal ini disebabkan karena banyaknya tugas-tugas yang
diemban oleh pemerintah daerah, sehingga tidak semua kebutuhan nagari
dapat diperhatikan oleh pemerintah daerah. Oleh karena itu pemerintah nagari
diharapkan dapat mencari sumber dana lain untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan pembangunan.
4
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan di Nagari Sungai
Sirah Kuranji Hulu dapat dilihat bahwa perbandingan pendapatan asli nagari
tidak seimbang dengan kebutuhan nagari. Hal ini dapat dilihat dari anggaran
pendapatan dan belanja nagari tahun 2014, dimana pendapatan asli nagari
hanya sekitar Rp 350.000,- sedangkan kebutuhan nagari yaitu Rp 77.732.683,-
Berdasarkan hal ini dapat dilihat adanya perbedaan yang signifikan antara
pendapatan asli nagari dengan kebutuhan nagari. Jika tidak ada bantuan dari
pemerintah daerah maka Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu secara otomatis
tidak akan dapat menjalankan pembangunan yang sudah direncanakan.
Dengan kata lain Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu pada saat ini masih sangat
tergantung pada bantuan pemerintah daerah. Oleh sebab itu peningkatan
potensi nagari harus dilakukan semaksimal mungkin oleh pemerintah nagari.
Salah satu upaya yang strategis adalah dengan menggali dan
memberdayakan potensi nagari. Pemberdayaan potensi nagari dalam
meningkatkan pendapatan asli nagari dilakukan dengan pendirian Badan
Usaha Milik Nagari, kerjasama dengan pihak ketiga dan melakukan pinjaman,
pengelolaan lahan hutan Nagari dan pengelolaan sumber air dan sungai,
pengelolaan tempat wisata nagari. Sumber pandapatan yang telah diambil alih
oleh nagari, tidak dibenarkan diambil alih oleh Kabupaten.3
Sumber pendapatan nagari pada umumnya sesuai dengan keadaan atau
kondisi wilayah serta bagaimana kebijakan yang dibuat pemerintah nagari.
Sungai Sirah Kuranji Hulu adalah nagari yang berada di kecamatan Sungai
Geringging, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, Indonesia. Nagari
3 Pasal 121 Perda Kab.Padang Pariaman No. 05 Tahun 2009 Tentang Pemerintahan Nagari.
5
ini dibentuk pada tahun 2011 dari pemekaran Nagari Kuranji Hulu. Nagari
Sungai Sirah Kuranji Hulu, mempunyai luas wilayah sekitar 35,70 Km2 yang
terdiri dari 8 buah Korong yaitu : Koto Bangko, Bungo Tanjuang, dan
Kampung Kaciak dengan luas wilayah 13,97 Km2, Korong Kubu Alahan
Kuranji dan Sungai Rantai dengan luas wilayah 12,42 Km2, dan Korong
Ladang Rimbo Timur dan Ladang Rimbo Barat dengan luas wilayah 9,31
Km2.
Berdasarkan keadaan yang demikian, maka penulis tertarik untuk
mengetahui dan memahami bagaimana proses pendapatan asli nagari. Oleh
karena itu masalah ini perlu dikaji dalam suatu penelitian dengan judul
“Sumber Pendapatan Asli Nagari Dalam Menunjang Pembangunan Nagari
(Studi Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu)”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemikiran ini dirumuskan permasalahan penelitian yang
merupakan fokus kajian studi ini adalah :
1. Bagaimana sumber Pendapatan Asli Nagari Sungai Sirah Kuranji
Hulu Kecamatan Sungai Geringging dalam menunjang
pembangunan nagari ?
2. Kendala-kendala apa yang ditemui dalam meningkatkan sumber
Pendapatan Asli Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu Kecamatan
Sungai Geringging dalam menunjang pembangunan nagari?
3. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan dalam mengatasi kendala
meningkatkan sumber Pendapatan Asli Nagari Sungai Sirah
6
Kuranji Hulu Kecamatan Sungai Geringging dalam menunjang
pembangunan nagari ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah uraian
diatas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini antara lain adalah untuk:
1. Mengetahui sumber Pendapatan Asli Nagari Sungai Sirah Kuranji
Hulu Kecamatan Sungai Geringging dalam menunjang
pembangunan nagari.
2. Mengetahui kendala-kendala dalam meningkatkan sumber
Pendapatan Asli Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu Kecamatan
Sungai Geringging dalam menunjang pembangunan nagari.
3. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi
kendala meningkatkan Pendapatan Asli Nagari Sungai Sirah
Kuranji Hulu Kecamatan Sungai Geringging dalam menunjang
pembangunan nagari.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
terutama dalam mempelajari Sistem Pemerintahan Daerah yang
berkaitan erat dengan Sistem Pemerintahan Nagari sebagai
pemerintahan terendah di Propinsi Sumatera Barat.
7
2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
referensi bagi pemerintah nagari untuk meningkatkan Pendapatan
Asli Nagari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembangunan Nagari
Menurut Siagian memberikan pengertian tentang pembangunan
sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan
yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara
dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa
(nation building)”. Sedangkan Ginanjar Kartasasmita memberikan
pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan
ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana4
Menurut Deddy T. Tikson bahwa pembangunan nasional dapat
pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara
sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan.
Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya, dapat dilihat melalui
peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri
dan jasa, sehingga kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin
besar. Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan menjadi semakin
kecil dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan industrialisasi dan
modernisasi ekonomi. Transformasi sosial dapat dilihat melalui
pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan memperoleh akses
terhadap sumber daya sosial-ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan,
perumahan, air bersih,fasilitas rekreasi, dan partisipasi dalam proses
4 Sondang P, Siagian. 1994. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta : Penerbit Rhineka Cipta. hal.192
8
9
pembuatan keputusan politik. Sedangkan transformasi budaya sering
dikaitkan, antara lain, dengan bangkitnya semangat kebangsaan dan
nasionalisme, disamping adanya perubahan nilai dan norma yang dianut
masyarakat, seperti perubahan dan spiritualisme ke
materialisme/sekularisme. Pergeseran dari penilaian yang tinggi kepada
penguasaan materi, dari kelembagaan tradisional menjadi organisasi
modern dan rasional. 5
Strategi pembangunan Indonesia adalah peningkatan pemerataan
pembangunan beserta hasil-hasilnya melalui arah kebijakan pembangunan
sektoral dan pemberdayaan masyarakat (people empowering) terutama di
desa atau nama lain seperti yang tercantum dalam UU No 32 Tahun 2004
ketentuan umum pasal 1. Pembangunan desa bersifat multisektoral dalam
artian bahwa metode pembangunan masyarakat sebagai subyek
pembangunan, program, serta sebagai gerakan masyarakat dalam
melaksanakan pembangunan dilandasi oleh kesadaran untuk
meningkatkan kehidupan yang lebih baik.
Berdasarkan catatan statistik diketahui bahwa hampir 80% penduduk
di Indonesia bertempat tinggal di wilayah pedesaan. Dengan jumlah
penduduk yang besar dan komponen alam yang potensial akan
mendapakan asset pembangunan, apabila dikembangkan dan diaktifkan
secara intensif dan efektif untuk meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat desa.
5 Deddy T, Tikson. 2005. Administrasi Pembangunan. Bandung : Alfabeta. Hal. 72-73
10
Di Sumatera Barat Sistem Pemerintahan yang terendah adalah nagari
yang merupakan perubahan bentuk dari sistem pemerintahan desa yang
lama. Kembalinya ke sistem pemerintahan nagari tentu saja membawa
perbedaan dalam berbagai sektor tidak terkecuali sektor keuangan nagari.
Mengenai keuangan Nagari diberikan dalam bentuk Dana Alokasi Umum
Nagari (DAUN) yang diberikan secara stimulan setiap tahunnya, dan
masing-masing nagari akan mendapat pembagian yang berbeda-beda
berdasarkan indikator jumlah penduduk, luas wilayah, tingkat pendidikan
dan mata pencaharian masyarakat di nagari tersebut.
Kebijakan dana pembangunan nagari secara bottom up yang
disebutkan, pada hakekatnya menjadi tidak lain dari suatu upaya politik
developmentalism di nagari, yang penyelenggaraannya ditekankan pada
dua aspek yaitu pertama, menciptakan ruang atau peluang bagi masyarakat
untuk mengembangkan dirinya; kedua, mengupayakan pemberdayaan
masyarakat agar mampu memanfaatkan ruang/peluang yang tercipta6.
Pelaksanaan program pembangunan nagari oleh pemerintah telah
membuat nagari dan penduduknya menjadi semakin tidak berdaya secara
politik. Proses pembangunan nagari yang berjalan tidak menjadikan nagari
berubah, berkembang menjadi lebih baik dan lebih bermakna, namun
sebaliknya. Ini menjadikan nagari baik dari sosial, ekonomi maupun
politik justru tetap berada dalam kemiskinan dan keterbelakangan.
Pembangunan yang dimaksudkan untuk membuat rakyat semakin banyak
punya pilihan tentang masa depan yang diinginkan, namun program
6 Gany, A Radi. 2001. Demokratisasi Masyarakat Nagari Dinamika Politik dan Kelembagaan Politik Nagari. Jurnal Pengembangan Partisipasi Masyarakat Vol. 9 No. 22 Juni. Hal. 5
11
pembangunan nagari yang ditentukan tidak menciptakan harapan atau
kemungkinan pilihan masyarakat (public choice) nagari.
Politik pembangunan nagari lebih tertuju pada aspek politik dan
kebijakan pemerintah terhadap pembangunan ditingkat nagari. Program
pembangunan nagari untuk membuat rakyat semakin banyak punya pilihan
tentang masa depan yang diinginkan. Proses pembangunan nagari
menghasilkan tata kehidupan politik yang menumbuhkan demokrasi.
Sehingga keputusan politik terhadap program pembangunan nagari
bertujuan untuk mengembangkan kapasitas masyarakat, untuk
meningkatkan kualitas kehidupannya dan kesejahteraan masyarakat
nagari.7
Berbagai program pembangunan nagari dalam perencanaan
partisipatif yang diterapkan oleh pemerintah yang secara umum untuk
pemenuhan kebutuhan masyarakat nagari, tertuang dalam Keputusan
Menteri Dalam Negeri (Direktur Jenderal Pembangunan Nagari) Nomor
414. 24/185/set 10 Juni 1996, bahwa dalam rangka penerapan metode
P3MD terdapat 12 program/kegiatan umum yang erat kaitannya dengan
arah pembangunan nagari. Program tersebut ditujukan untuk :
1) Meningkatkan partisipasi politik masyarakat dalam pengambilan
keputusan termasuk kelompok miskin dan perempuan;
2) Meningkatkan kualitas hidup masyarakat dibidang pendidikan
dan kesehatan;
7 Mas’oed, A. 2005. Peranan Kebudayaan Tradisional Indonesia dalam Modernisasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hal. 17
12
3) Meningkatkan penyediaan prasarana sosial ekonomi masyarakat
nagari;
4) Memperluas kesempatan berusaha dan mengembangkan usaha
bagi masyarakat;
5) Mengembangkan kapasitas masyarakat dalam merencanakan,
menyelenggarakan, dan melestarikan pembangunan serta
mengakses sumber daya yang tersedia;
6) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam melakukan
pengawasan terhadap program permbangunan dinagari;
7) Mengembangkan dan memperkuat kelembagaan pembangunan di
nagari.
2.2. Sistem Pemerintahan Nagari
Nagari adalah kesatuan masyarakat hukum adat dalam daerah
Provinsi Sumatera Barat yang terdiri dari himpunan beberapa suku yang
mempunyai wilayah tertentu batas-batasnya, mempunyai harta kekayaan
sendiri, berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam
memilih pimpinan pemerintahannya.8
Nagari juga merupakan kesatuan keluarga yang lebih besar dari
suku, nagari biasanya terdiri dari lebih kurang 4 suku yaitu keluarga besar
yang setali darah dari beberapa paruik menurut garis keturunan ibu.9
Nagari bukan saja dipahami sebagai kualitas teritorial, tetapi juga
merupakan kualitas geneologis. Dalam hal ini nagari merupakan lembaga
8 Perda Kabupaten Padang Pariaman No. 05 tahun 2009 tentang Pemerintahan Nagari9 Soeroto, S. (2005). Pemahaman Sejarah Indonesia: Sebelum dan Sesudah Revolusi.
Jakarta: Pustaka LP3ES. Hal. 20
13
pemerintah sekaligus merupakan lembaga kesatuan sosial utama yang
dominan. Sebagai kesatuan lembaga masyarakat otonom, nagari adalah
republik mini yang jelas anggotanya. Nagari punya pemerintahan sendiri,
punya adat sendiri serta tata kehidupan keanggotaannya diakui.10
Dalam melaksanakan kewenangan yang dimiliki untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakatnya, di nagari dibentuk Badan Perwakilan
Rakyat Nagari sebagai lembaga Legislasi (menetapkan peraturan nagari) dan
menampung serta menyalurkan aspirasi masyarakat bersama wali nagari.
Lembaga ini pada hakikatnya adalah mitra kerja pemerintah nagari yang
memiliki kedudukan sejajar dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan,
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
Sebagai lembaga legislasi, Badan Perwakilan Rakyat Nagari
memiliki hak menyetujui atau tidak terhadap peraturan nagari yang dibuat
oleh pemerintah nagari. Selain itu sebagai lembaga pengawasan, Badan
Perwakilan Rakyat Nagari memiliki kewajiban untuk melakukan kontrol
terhadap implementasi peraturan nagari, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Nagari serta pelaksanaan keputusan wali nagari. Di samping itu di nagari
juga dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan nagari sesuai dengan
kebutuhan nagari untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan, hal ini disebabkan karena wali nagari tidak
dapat menjalankan tugas-tugas pemerintahan tanpa adanya bantuan dan
partisipasi dari masyarakat serta wali nagari juga membutuhkan kerjasama
dengan perangkat nagari lainnya.
10 Maani, Karjuni Dt. 2006. Penerapan Konsep Balanced Scorecard Dalam Pemberdayaan Pemerintah Nagari . Jurnal Suluah Bendang, Vol V. No. I April 2006 . Hal : 22-24
14
Penyelenggara pemerintah nagari terdiri atas.11
1. Wali nagari
2. Sekretaris nagari
3. Kepala urusan pemberdayaan dan pemerintahan
4. Kepala urusan ketentraman dan ketertiban
5. Kepala urusan kesejahteraan rakyat
6. Kepala urusan administrasi keuangan dan aset nagari
7. Wali Jorong
Ada beberapa tugas dan kewajiban wali nagari adalah sebagai berikut. 12
a. Wali Nagari mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
b. Dalam melaksanakan tugas Wali Nagari mempunyai wewenang :
1) Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Nagari
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BAMUS
Nagari;
2) Mengajukan rancangan Peraturan Nagari;
3) Menetapkan Peraturan Nagari yang telah mendapat
persetujuan bersama BAMUS Nagari;
4) Menyusun dan mengajukan rancangan Peraturan Nagari
mengenai APB Nagari untuk dibahas dan ditetapkan
bersama BAMUS Nagari;
5) Membina kehidupan masyarakat Nagari;
6) Membina perekonomian Nagari;11 Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman No. 05 Tahun 2009 tentang Pemerintahan
Nagari. Op.cit Pasal 2112 Ibid. Bab IV. Pasal 24
15
7) Mengoordinasikan Pembangunan Nagari secara partisipatif;
8) Mewakili Nagari di dalam dan diluar Pengadilan dan dapat
menunjuk kuasa hokum untuk mewakilinya sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan; dan
9) Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan.
c. Wali Nagari mempunyai kewajiban.13
1) Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila,
melaksanakan Undang – Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
2) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
3) Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat;
4) Melaksanakan kehidupan Demokasi;
5) Melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Nagari yang
bersih dan bebas dari kolusi, korupsi dan nepotisme;
6) Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja
Pemerintahan Nagari;
7) Mentaati dan menegakkan seluruh Peraturan Perundang–
undangan;
8) Menyelenggarakan Administrasi Pemerintahan Nagari yang
baik;
13 Ibid. Pasal 25
16
9) Melaksanakan dan mempertanggung jawabkan pengelolaan
keuangan Nagari;
10) Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan Nagari;
11) Mendamaikan perselisihan masyarakat di Nagari;
12) Mengembangkan pendapatan masyarakat dan Nagari;
13) Membina, mengayomi dan melestarikan nilai–nilai sosial
budaya dan adat istiadat;
14) Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di Nagari;
15) Mengembangkan potensi Sumber Daya Alam dan
melestarikan lingkungan hidup.
Selain kewajiban di atas Wali Nagari mempunyai kewajiban
untuk memberikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Nagari
kepada Bupati, memberikan Laporan Keterangan Pertanggung
jawaban kepada BAMUS Nagari, serta menginformasikan Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Nagari kepada masyarakat. 14 Laporan
penyelenggaraan Pemerintahan Nagari disampaikan kepada Bupati
melalui Camat 1 (satu) kali dalam satu tahun. Laporan Keterangan
Pertanggung jawaban kepada BAMUS Nagari disampaikan 1 (satu)
kali dalam satu tahun dalam Musyawarah BAMUS Nagari.
Menginformasikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Nagari
kepada masyarakat dapat berupa selebaran yang ditempelkan pada
papan pengumuman atau diinformasikan secara lisan dalam berbagai
pertemuan masyarakat Nagari, Radio Komunitas atau media lainnya.
14 Ibid. Pasal 25
17
Laporan digunakan oleh Bupati sebagai dasar melakukan
evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Nagari dan sebagai bahan
pembinaan lebih lanjut. Laporan akhir masa jabatan Wali Nagari
disampaikan kepada Bupati melalui Camat dan kepada BAMUS
Nagari.
Larangan bagi Wali Nagari adalah. 15
a. Menjadi pengurus Partai Politik;
b. Merangkap jabatan sebagai Ketua dan/atau Anggota BAMUS
Nagari, dan Kerapatan Adat Nagari di Nagari yang bersangkutan;
c. Merangkap jabatan sebagai Anggota DPRD;
d. Terlibat dalam kampanye Pemilihan Umum, Pemilihan Presiden
dan Pemilihan Kepala Daerah;
e. Merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok
masyarakat, dan mendiskriminasikan warga atau golongan
masyarakat lain;
f. Melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang, barang
dan/ atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan
atau tindakan yang akan dilakukannya;
g. Menyalahgunakan wewenang; dan
h. Melanggar sumpah/janji jabatan.
15 Ibid Pasal 26
18
2.3. Pendapatan Asli Nagari
Pendapatan asli nagari merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh
terhadap jalannya roda pemerintahan nagari. Sebab dengan pendapatan yang
baik tentunya roda pemerintahan dan pembangunan dapat berjalan dengan
lancar. Pendapatan asli nagari merupakan suatu bentuk penerimaan dari suatu
badan atau lembaga pemerintahan nagari.
Pendapatan adalah penghasilan atau hasil usaha.16 Pendapatan adalah
“keseluruhan penerimaan berupa uang dari pihak lain, dengan jalan dinilai
dengan uang yang berlaku pada saat itu”. 17
Bila pendapat tersebut dikaitkan dengan pemeritah nagari maka yang
dimaksud dengan pendapatan asli nagari adalah semua penghasilan atau
penerimaan nagari baik berupa uang atau barang sebagai hasil usaha yang
dilakukan pemerintah nagari.
Pendapatan Nagari menurut peraturan perundang-undangan adalah. 18
1) Pendapatan asli desa terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan
desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong dan lain
lain pendapatan asli desa yang syah.
2) Bagi hasil pajak daerah kabupaten/kota paling sedikit 10% untuk
desa, dan dari retribusi kabupaten/kota sebagian diperuntukkan
untuk desa.
3) Bahagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang
diterima kabupaten/kota untuk desa paling sedikit 10% yang
16 Poerwadarminta, W.J.S. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Hal.142
17 Kamaluddin, R. 1983. Beberapa Aspek Pembangunan Nasional dan Daerah. Jakarta : Glalia Indonesia. Hal.46
18 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 72 Tahun 2005 tentang Desa
19
pembagiannya untuk setiap desa secara proporsional yang
merupakan alokasi dana desa
4) Bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah propinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota dalam rangka pelaksanaan urusan
pemerintah
Sedangkan yang dimaksud dengan kekayaan desa terdiri dari. 19
a) Tanah kas desa
b) Pasar desa
c) Pasar hewan
d) Tambatan perahu
e) Bangunan desa
f) Pelelangan ikan yang dikelola oleh desa
g) Lain - lain kekayaan milik desa
Secara khusus dijelaskan bahwa pendapatan asli nagari adalah sebagai
berikut .20
a) Sumber Pendapatan Nagari terdiri atas :
(a) Pendapatan asli nagari, terdiri dari hasil usaha nagari, hasil
kekayaan nagari, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong
royong, dan lain-lain pendapatan asli nagari yang sah;
(b) Bagi hasil pajak daerah Kabupaten paling sedikit 10% (sepuluh
per seratus) untuk Nagari dan dari retribusi Kabupaten sebagian
diperuntukkan bagi hasil retribusi Kabupaten sebagian
diperuntukkan bagi Nagari;
19 Ibid Pasal 12120 Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman No.05 Tahun 2009. Op.Cit. Pasal 121
20
(c) Bagian dari dana perimbangan keuangan Pusat dan Daerah
yang diterima oleh Kabupaten/untuk Nagari paling sedikit 10%
(sepuluh per seratus), yang pembagiannya untuk setiap Nagari
secara proporsional yang merupakan Alokasi Dana Nagari;
(d) Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan
Pemerintah Kabupaten dalam rangka pelaksanaan urusan
Pemerintahan yang disalurkan melalui kas Nagari;
(e) Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.
(f) Sumber pendapatan Nagari yang telah dimiliki dan dikelola
oleh Nagari tidak dibenarkan diambil alih oleh Pemerintah atau
Pemerintah Daerah.
Sementara itu kekayaan nagari dijelaskan bahwa kekayaan Nagari
kekayaan nagari seperti berikut ini.21
(a) Kekayaan Nagari yang dimiliki oleh KAN;
(b) Kekayaan Pemerintahan Nagari.
Materi kekayaan nagari dapat berupa :
(a) Tanah Nagari;
(b) Pasar Nagari;
(c) Pasar hewan;
(d) Tambatan perahu;
(e) Bangunan Nagari;
(f) Objek rekreasi yang diurus oleh Nagari;
(g) Pemandian umum yang diurus oleh Nagari;
21 Ibid. Pasal 122
21
(h) Hutan Nagari;
(i) Perairan dalam batas tertentu yang diurus oleh Nagari;
(j) Jalan Nagari;
(k) Pelelangan ikan yang dikelola oleh Nagari;
(l) dan lain-lain kekayaan milik Nagari.
Kekayaan Pemerintahan Nagari adalah berbagai materi dan asset yang
dimiliki oleh pemerintahan nagari yang terdiri atas.22
(a) Aset bekas Nagari yang menjadi aset Pemerintahan Nagari;
(b) Tanah kas Nagari;
(c) Kantor Wali Nagari yang dibangun dengan APBD dan partisipasi
masyarakat Nagari;
(d) Lain-lain kekayaan Pemerintahan Nagari.
(4) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini tentang
kekayaan Nagari akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
tersendiri.
Sumber pendapatan asli nagari sebagaimana yang dimaksudkan diatas
dapat didefinisikan sebagai berikut. 23
(1) Sumber Pendapatan Daerah yang berada di Nagari baik pajak
maupun retribusi yang sudah dipungut oleh Provinsi atau
Kabupaten tidak dibenarkan adanya pungutan tambahan oleh
Pemerintah Nagari.
22 Ibid. Pasal 122 ayat (3)23 Ibid Pasal 123
22
(2) Pungutan retribusi dan pajak lainnya yang telah dipungut oleh
Nagari tidak dibenarkan dipungut atau diambil alih oleh
Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kabupaten.
(3) Bagian Nagari dari perolehan bagian pajak dan retribusi daerah
ditetapkan dengan Peraturan Bupati dan pengalokasiannya
ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Sumber-sumber lain yang dijadikan sumber pendapatan asli nagari
adalah :24
(1) Pemberian hibah dan sumbangan.
(2) Sumbangan yang berbentuk barang, baik barang bergerak maupun
barang tidak bergerak dicatat sebagai barang inventaris kekayaan
milik Nagari sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
Undangan.
(3) Sumbangan yang berbentuk uang dicantumkan di dalam APB
Nagari.
2.4. Kendala Peningkatan Pendapatan Asli Nagari
Dalam upaya peningkatan pendapatan asli nagari tentunya tidak akan
terlepas dari adanya kendala-kendala yang dihadapi yang datang dari berbagai
aspek kehidupan. Pada umumnya daerah dalam hal ini nagari memiliki banyak
problem dalam upaya meningkatkan pendapatan asli nagari. Adapun kendala
yang dihadapi oleh nagari dalam meningkatkan pendapatan asli nagari adalah
sebagai berikut.
24 Ibid. Pasal 124
23
a. Sumber Daya Manusia
Peranan masyarakat dalam mencapai peningkatan pendapatan
asli nagari akan semakin besar dan sangat menentukan. Pada
umumnya daerah memiliki sumber daya alam yang cukup
memadai dan bahkan sangat potensial, masalah yang dihadapi
adalah kemampuan sumber daya manusia, yang tidak bisa
mengelola sumberdaya alamnya.
Untuk meningkatkan Pendapatan Asli Nagari perlu upaya
pembelajaran dan pertumbuhan melalui pembinaan SDM nagari,
baik SDM yang menjalankan tugas pemerintahan nagari (wali
nagari dan perangkatnya) maupun SDM yang duduk sebagai
pimpinan dan anggota BPAN. Membangun SDM nagari
merupakan tugas yang membutuhkan waktu lama, dilakukan terus
menerus dan berkesinambungan yang juga harus diperhatikan oleh
pemerintah tingkat atasnya. 25
Ciri SDM yang baik dan handal antara lain adalah sebagai
berikut.26
1) Memiliki kesehatan jasmani dan rohani;
2) Memiliki kemampuan dalam bidang material, finansial
dan pekerjaan atau mata pencaharian tertentu;
3) Memiliki kemampuan propesional dan kepribadian yang
baik menghayati dan mengamalkan keimanan dan
ketakwaan sesuai dengan agama yang dianutnya;25 Maani. Op.Cit Hal.726 Oemar Hamalik.2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: Grasindo. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Hal. 5
24
4) Memiliki mental kemandirian dan inovatif atau maju ;
5) Memiliki kemampuan mendayagunakan atau menciptakan
hasil-hasil ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna dan
bertindak berlandaskan sistem nilai dan moral etika
bangsa;
6) Memiliki kemampuan melestarikan dan mendayagunakan
bioekologi dan geoekologi secara baik dan benar;
7) Memiliki ketahanan dan ketangguhan serta membina
keselamatan dan rasa aman yang mantap;
Saat ini masalah yang dihadapi oleh sebahagian nagari adalah
masalah pemberdayaan Sumber Daya Manusia. Oleh karena itu
Pemerintahan nagari dituntut mampu mencari solusi yang terbaik
agar dapat meningkatkan Sumber Daya Manusia yang minim ini,
terutama sekali yang harus ditingkatkan Sumberdaya aparatur
pemerintah nagari. Sebab dengan birokrasi yang baik maka akan
dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan
pendapatan asli nagari.
Peningkatan kemampuan aparatur pemerintahan nagari
hendaknya benar-benar dilandaskan kepada penerapan “adat
basandi syarak, syarak basandi kitabullah, syarak mamakai adat
mangato “, artinya sumber daya aparatur pemerintah nagari yang
akan ditingkatkan kemampuan substansialnya, harus jelas
pertimbangan penentuan formasinya serta jelas pula prospek
pengembangan dan pendayagunaannya. Pendapatan asli nagari
25
sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusianya. Sebab
dengan kualitas sumber daya manusia yang baik akan dapat
meningkatkan pendapatan asli nagari.27
Pemerintah nagari tentunya bekerja keras menyiapkan
sumber daya manusia yang berkualitas agar jangan terjadi
ekploitasi sumber daya alam oleh orang lain / masyarakat daerah
lainnya, sehingga masyarakat nagari hanya sebagai penonton di
nagarinya sendiri, sementara orang lain memperebutkan kekayaan
alam mereka. Masyarakat jangan menjadi asing atau terasing di
daerahnya. Masyarakat harus menjadi tuan rumah di daerahnya
sendiri.
Untuk menanggulangi minimnya sumber daya manusia dapat
dilakukan dengan cara memanfaatkan secara maksimal sumber
daya manusia yang ada dengan pelatihan. Sumber daya manusia
yang handal sangat berperan sekali dalam mengelola pinjaman
untuk menggerakkan dan meningkatkan kegiatan sosial ekonomi
masyarakat. Kemampuan manajerial aparat nagari sangat
menentukan keberhasilan nagari untruk memperoleh pinjaman dan
menggunakan dana pinjaman yang mampu menggerakkan ekonomi
nagari. Pinjaman seyogyanya dilakukan hanya apabila dapat
dikelola dengan baik untuk memicu dan memacu kegiatan ekonomi
yang meningkatkan nilai tambah secara berkesinambungan.
Pinjaman harus dapat dikembalikan dari usaha yang dihasilkan
27 Maani. Op.Cit Hal.8
26
oleh pinjaman tersebut. Jika tidak maka pinjaman justru akan
menyeret dan menjadikan beban masyarakat yang tidak
terselesaikan.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan pemerintah nagari
adalah dengan mempersiapkan masyarakat untuk lebih berdaya,
mampu bersaing, dan profesional.
b. Sumber Daya Alam
Sumber daya alam adalah semua bagian bumi yang mampu
memberi penghidupan bagi manusia, meliputi isi perut bumi, tanah,
air, udara maupun tumbuh- tumbuhan yang terdapat diatasnya.28
Bagi nagari yang memiliki sumber daya alam yang minim
sangat besar pengaruhnya terhadap upaya peningkatan pendapatan
asli nagari. Meskipun hanya dengan sumber daya alam yang minim
diharapkan nagari dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya,
agar dapat meningkatkan pendapatan asli nagari.
Sumber daya alam juga merupakan suatu aspek yang sangat
menentukan bagaimana pencapaian pendapatan asli nagari. Namun
hal itu jangan sampai menyurutkan kinerja aparatur pemerintah
nagari untuk meningkatkan pendapatan asli nagari.
Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh pemerintah nagari
untuk meningkatkan pendapatan asli nagari adalah dengan
pemberdayaan sumber daya yang ada. Misalnya untuk meningkatkan
kualitas bibit ikan maka diadakan penyuluhan, kemudian dalam 28 Wignjosoebroto,S,2000. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu Teknik Analisis untuk
Peningkatan Produktivitas Kerja. Edisi I cetakan Kedua, Surabaya : Penerbit Guna widya. Hal.8
27
bidang pertanian dilakukan penyuluhan pertanian lapangan,
tujuannya agar hasil panen petani meningkat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian Yang Digunakan
Penelitian ini akan mengunakan pendekatan kualitatif dengan tipe
deskriptif analisis, yaitu mendeskripsikan suatu situasi atau objek yang
bersifat faktual dengan mengkaji permasalahan-permasalahan yang
terjadi pada saat sekarang guna memperoleh gambaran yang menyeluruh
tentang permasalahan pada rumusan masalah. Penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif analisis ialah penelitian yang dimaksudkan untuk
eksplorasi dan klarifikasi dan klasifikasi mengenai suatu fenomena atau
kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang
berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. 29
Metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati”. Berdasarkan alas an-alasan
sebagaimana pendapat ahli tersebut maka penelitian ini layak
mengunakan metode kualitatif, sehingga didapatkan data yang akurat
untuk dianalisa dan dideskripsikan sebagai sebuah fakta sosial.30
29 Faisal, Sanafiah. 1999. Format – format Penelitian. Jakarta : Raja Grafika Persada. Hal. 198
30 Bogdan, R.C dan Taylor. 2002. Pengantar Metode Penelitian Kuantitatif Suatu Pendekatan Fenomenologis terhadap Ilmu-Ilmu Sosial. Surabaya :Usaha Nasional. Hal.29
28
29
3.2 Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang mempunyai
karakteristik tertentu dalam suatu penelitian. Populasi dalam penelitian
ini adalah populasi terbatas. “Populasi terbatas, yaitu populasi yang
memiliki sumber data yang jelas batas- batasnya secara kuantitatif” 31
Berdasarkan penelitian ini populasi adalah seluruh perangkat
nagari dan masyarakat di Kenagarian Sungai Sirah Kuranji Hulu.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian ini berdasarkan kebutuhan
penelitian di butuhkan informan atau orang yang sengaja dipilih atau
ditentukan peneliti untuk memberikan informasi tentang latar
penelitian. Artinya ia mengetahui, memahami, mempunyai
pengalaman akan situasi ataupun kondisi latar penelitian, dengan kata
lain informan adalah orang dalam yang suka rela memberi pandangan
akan sikap, nilai kebudayaan latar penelitian 32
Teknik penentuan informan dilakukan secara purposive, dengan
pertimbangan agar mudah dalam mendapatkan data yang kongkrit dari
sumber yang kompeten dibidangnya. Penetapan Informan berdasarkan
kepada kompetensi dan latar belakang yang sesuai dengan bidang
tugasnya sehari-hari, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan validitas
31 Bungin, Prof. Dr. H.M Burhan. 2008. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. hal. 99.
32 Moleong, LJ, 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosda Karya. Hal. 90
30
data dan untuk memudahkan dalam menganalisis data yang terkumpul.
Selanjutnya penetapan informan tersebut dengan pertimbangan bahwa
mereka dinilai layak untuk menjelaskan pertanyaan penelitian ini.
Pemilihan informan yang dipilih berdasarkan kriteria tersebut
adalah untuk mempermudah peneliti dalam memperoleh data dan
informasi mengenai proses pendapatan asli nagari di Nagari Sungai
Sirah Kuranji Hulu. Dalam hal ini maka ditetapkan jumlah sampel
adalah sebanyak 5 orang yang terdiri atas.
a. Walinagari Sungai Sirah Kuranji Hulu : Mayuni Dt. Kamulie
b. Ketua BAMUS Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu :
Mahyuddin
c. Ketua LPM Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu : Makmur,
S.Pd
d. Sekretaris Walinagari Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu :
Sukarni
e. Kepala Urusan Pembangunan Nagari Sungai Sirah Kuranji
Hulu : Joni Eka Putra
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah pengamatan,
wawancara dan studi kepustakaan dimana ketiganya saling mendukung
atau menunjang dan melengkapi.
Teknik Pengumpulan Data, Menurut Burhan33 metode
pengumpulan data pada Penelitian Kualitatif yang paling independen
33 Bungin, Burhan, 2008, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik Dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana. Ha. 107
31
terhadap semua metode pengumpulan data dan teknik analisis data
adalah metode wawancara mendalam, observasi partisipasi, dan bahan
dokumenter. Atas dasar alasan tersebut maka untuk memperoleh data
yang akurat dan relevan dengan penelitian ini, maka teknik yang diambil
dalam mengumpulkan data pada penelitian ini adalah :
3.3.1 Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan langkah awal dalam metode
pengumpulan data. Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data
yang diarahkan kepada pencarian data dan informasi melalui dokumen-
dokumen, baik dokumen tertulis, foto-foto, gambar, maupun dokumen
elektronik yang dapat mendukung dalam proses penulisan.”Hasil
penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung foto-foto atau
karya tulis akademik dan seni yang telah ada.34
Maka dapat dikatakan bahwa studi pustaka dapat memengaruhi
kredibilitas hasil penelitian yang dilakukan.
3.3.2 Studi Lapangan
Studi lapangan (field research) adalah pengumpulan data secara
langsung ke lapangan. Pada penelitian ini studi lapangan yang
dilakukan adalah sebagai berikut :35
a. Observasi
Observasi merupakan langkah kedua dalam melakukan
pengumpulan data setelah penulis melakukan studi pustaka.
34 Sugiyono. 2008. Op.cit. Ha.l 8335 Ibid. Hal. 70-85
32
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
melakukan pengamatan tentang keadaan yang ada di lapangan.
Dengan melakukan observasi, penulis menjadi lebih memahami
tentang subyek dan obyek yang sedang diteliti.
Pengamatan (observasi) dilakukan karena pengamatan
optimal mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif,
kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan
sebagainya. Pengamatan memungkinkan peneliti melihat dunia
sebagaimana yang dilihat oleh objek penelitian, menangkap arti
fenomena dari segi pandangan dan anutan para subjek pada keadaan
ini.
Pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang
dirasakan dan dihayati untuk subjek sehingga memungkinkan
pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama baik dari pihak
peneliti maupun dari pihak subjek.
Observasi dilakukan terhadap fakta-fakta dan gejala-gejala
yang didapat dilapangan, terutama data mengenai indikator
akuntabilitas dan budaya kerja, data yang diperoleh melalui
observasi dikumpulkan, dicatat atau direkam melalui media tape
recorder dan foto camera.
b. Wawancara
Wawancara merupakan langkah yang diambil selanjutnya setelah
observasi dilakukan. Wawancara atau interview merupakan teknik
33
pengumpulan data dengan cara bertatap muka secara langsung antara
pewawancara dengan informan. Wawancara dilakukan jika data yang
diperoleh melalui observasi kurang mendalam.
Wawancara digunakan untuk mendapatkan data atau informasi
yang lebih konkrit, yang tidak dapat melalui pengamatan. Wawancara
yang dipakai adalah wawancara terfokus, yang terdiri dari pertanyaan-
pertanyaan yang tidak mempunyai struktur tertentu dalam pedoman
wawancara, namun terpusat pada suatu pusat tertentu.36
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data primer dengan
sistem purposive. Data primer adalah data yang diambil langsung dari
informan atau key informan. Data yang diperoleh melalui wawancara
dicatat, direduksi dan dikatagorikan untuk selanjutnya diverifikasi
untuk dianalisis. Sedangkan metode wawancara yang digunakan
adalah wawancara mendalam ( in-depth interview ),
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data yang akurat dari
informan dalam mengetahui tanggapan dan respon infoman terebut,
serta mempermudah penulis untuk menganalisa data yang telah
diperoleh. Pedoman wawancara hanyalah berisi petunjuk secara garis
besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-
pokok yang direncanakan tercakup seluruhnya. Dengan pertanyaan
terbuka dapat dilacak permasalahan dan tujuan penelitian secara
mendalam dan lebih jauh secara terperinci.Teknik wawancara
digunakan untuk mengetahui tentang apa yang mereka lakukan dan
36 Koentjaraningrat. 1977. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia. Hal. 75
34
rasakan serta bagaimana tindakan-tindakan yang mereka lakukan
dalam menghadapi permasalahan.
3.4. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian
langsung ke lokasi penelitian (field research) untuk mencari data- data yang
lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui studi
kepustakaan, yaitu menyadur dari buku-buku, jurnal ilmiah, peraturan
perundang- undangan yang relevan dengan penelitian.
3.5. Analisis Data
Analisa data adalah proses penyusunan data agar ditafsirkan, dan
dilakukan melalui suatu proses penelitian yaitu dari awal sampai akhir penelitian.
Setelah data-data diperoleh, dan kemudian dikelompokkan berdasarkan tujuan
penelitian sehingga data yang diperoleh tersebut dapat menjawab semua
pertanyaan peneliti. 37
Teknik analisa yang digunakan adalah analisa kualitatif, namun dalam
pelaksanaanya tidak terlepas dari kombinasi antara metode analisa kuantitatif dan
kualitatif, berupa teknik analisa deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh
dianalisis secara kualitatif dengan mengunakan model deskriptif analys. Menurut
Mardalis38 sebagaimana dikutip Singarimbun; teknik ini bertujuan untuk
mendiskripsikan, mencatat, menganalisa dan menginterpretasikan kondisi-kondisi 37 Nasution S. 1992. Metode penelitian kualitatif/naturalistik . Bandung: Tarsito38 Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1999. Metode Penelitian Survai, Edisi Revisi,
Jakarta : LP3ES. Hal. 26
yang terjadi pada saat ini. Inipun diperkuat oleh Singarimbun39 bahwa kedua
metode analisa saling melengkapi, yang dimaksudkan untuk mengukur secara
cermat fenomena sosial tertentu dengan analisis deskriptif melalui prosedur –
prosedur
3.6. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kenagarian Sungai Sirah Kuranji Hulu
Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman. Dipilihnya lokasi ini
penulis berdomisili di Kenagarian Sungai Sirah Kuranji Hulu tersebut, serta
mempermudah penulis untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan
dalam penelitian ini.
Penelitian ini dilakukan semenjak dilakukannya pengambilan data dan
survey awal sebagai data sekunder penelitian hingga dilakukannya pengambilan
data primer dengan melakukan wawancara dengan narasumber dan observasi
yang dilakukan secara mendalam. Penelitian ini dimulai dari Bulan September
2014 hingga Januari 2015.
39 Ibid halaman 4
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Deskripsi Singkat Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu
a. Sejarah
Keberadaan Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu merupakan
pemekaran dari nagari Induk yaitu Nagari Kuranji Hulu semenjak
tahun 2011. Penduduk berasal dari kesatuan adat istiadat Nagari
Kuranji Hulu Induk seperti berasal dari Padang Panjang, Maninjau,
Matur dan daerah lainnya.
Seperti kenagarian yang berada di Kecamatan Sungai
Geringging Nagari ini masih memegang teguh prinsip-prinsip Adat
Basandi Syarak Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK). Masyrakat
nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu terdiri 7 (tujuh) suku dibawah
kepemimpinan 17 orang ninik mamak sebagai tercantum tebel
berikut ini :
36
37
Tabel.4.1Ninik Mamak, Suku dan Gelar Pusako Nagari Sungai Sirah
Kuranji Hulu
SUKU GELAR PUSAKOSikumbang 1.1 Dt. Sinaro
1.2 Dt. Parmati Mudo1.3 Dt. Simarajo
Caniago 2.1 Dt. Mudo2.2 Basa Kubu2.3 Dt. Tambijo
Jambak 3.1 Dt. Kando SutanTanjung 4.1 Rky Indo Marajo
4.2 Dt. Mudo4.3 Dt. Bandaro4.4 Dt. Anjah Pahlawan4.5 Dt. Mandindiang4.6 Dt. Kando4.7 Dt. Jalelo
Koto 5.1 Dt. KotoMandailiang 6.1 Dt. Marajo SaihPiliang 7.1 Dt. KamulieSumber : Profil Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu 2012
Sejak dari proses pemekaran hingga saat sekarang ini Nagari
Sungai Sirah Kuranji Hulu baru dipimpin oleh walinagari yang dipilih
langsung oleh masyarakat Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu yaitu
Bapak Mahyuni Dt. Kamulie.
b. Keadaan Geografis
Kenagarian Sungai sirah Kuranji Hulu adalah salah satu dari 4
(empat) kenagarian yang ada di Kecamatan sungai Geringging.
Sungai Sirah Kuranji Hulu mempunyai luas wilayah sekitar 68,9 Km2
yang terdiri dari 8 buah Korong yang dijelaskan berdasarkan tabel
berikut :
38
Tabel 4.2Luas Wilayah Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu Berdasarkan
Korong
No Nama Korong Luas Wilayah (Km2)1. Koto Bangko 92. Sungai Sirah 63. Bungo Tanjung 94. Kampung Kaciak 135. Kubu Alahan Kuranji 96. Sungai Rantai 13.47. Ladang Rimbo Timur 4,58. Ladang Rimbo Barat 5
Jumlah 68,9 Sumber : Profil Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu 2012.
Sungai Sirah Kuranji Hulu mempunyai batas wilayah sebagai
berikut :
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Agam
2) Sebelah Timur Laut berbatasan dengan Malai III Koto dan
IV Koto Aur Malintang
3) Sebelah Timur berbatasan dengan dengan Kecamatan V
Koto Kampung Dalam
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Nagari Pilubang Sungai
Limau
5) Sebelah Barat dengan Nagari Kuranji Hulu
39
Gambar. 1 Peta Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu
Secara geomorfologis permukaan wilayah berbentuk dataran tinggi,
dengan banyak bukit dan lembah yang curam dengan ketianggian 34 - 40
40
mdpl dan suhu rata-rata 280C. Ada beberapa sungai yang mengaliri dataran
Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu diantaranya.
1) Sungai Batang Sipaku, dimana sungai ini memberikan nilai
ekonomi yang tinggi bagi masyarakat yang mampu mengairi
persawahan penduduk seluas + 600 Ha, di wilayah Korong
Kampuang Kaciak, Sungai Rantai, Kubu Alahan Kuranji, dan
Koto Bangko.
2) Sungai Batang Toboh yang dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat di wilayah Korong Sungai Sirah, Bunga Tanjung, dan
Koto Bangko yang mengairi persawahan dan kolam ikan seluas +
300 Ha.
3) Sungai Batang Si Limau yang memberikan manfaat pada
masyarakat di wilayah Korong Ladang Rimbo Barat dan Korong
Ladang Rimbo Timur dan mampu mengairi areal persawahan
sekitar 75 Ha.
4) Sungai Batang Sikaciak yang memberikan manfaat bagi
masyarakat di wilayah Korong Sungai Rantai dan Alahan Kuranji
dan mengairi areal persawahan seluas 50 Ha.
c. Demografi Penduduk
Jumlah penduduk nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu
berdasarkan hasil sensus penduduk Tahun 2012 adalah sebanyak
13.822 jiwa dimana jenis kelamin perempuan adalah rasio penduduk
terbanyak yaitu sebanyak 7.640 jiwa dan laki-laki sebanyak 6.142
jiwa. Jumlah rumah tangga atau KK adalah sebanyak 2.870 KK,
41
dengan kepadatan penduduk/Km2 adalah 2.634 jiwa dan jumlah
KK/Km2 adalah 297 KK. Komposisi penduduk terbanyak adalah
kelompok umur dewasa (15-64 tahun) yaitu sebanyak 9.054 jiwa dan
kelompok umur anak-anak (0-14 tahun) sebanyak 4.768 jiwa. Jumlah
dan komposisi penduduk untuk masing-masing Korong dapat
dijelaskan berdasarkan tabel berikut :
Tabel. 4.3Jumlah Penduduk Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu
Menurut Korong Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jumlah KK
No Nama KorongJumlah Penduduk Jumlah
KKLaki-laki Perempuan Jumlah1. Koto Bangko 897 1.079 1.976 4032. Sungai Sirah 810 970 1.780 3973. Bungo Tanjung 849 1.003 1.852 3714. Kampung
Kaciak913 1.054 1.967 398
5. Kubu Alahan Kuranji
666 802 1.468 345
6. Sungai Rantai 811 1.094 1.905 3237. Ladang Rimbo
Timur601 865 1.466 321
8. Ladang Rimbo Barat
595 813 1.408 312
Jumlah 6.142 7.680 13.822 2.870 Sumber : Profil Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu, 2012
Tabel. 4.4Jumlah Penduduk Dewasa dan Anak-anak
Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu Menurut Korong
42
No Nama KorongJumlah Penduduk
Dewasa(15-64 Tahun)
Anak –anak(0-14 Tahun)
Jumlah
1. Koto Bangko 1.165 811 1.9762. Sungai Sirah 1.085 695 1.7803. Bungo Tanjung 1.241 611 1.8524. Kampung Kaciak 1.322 645 1.9675. Kubu Alahan
Kuranji973 495 1.468
6. Sungai Rantai 1.204 701 1.9057. Ladang Rimbo
Timur1.061 407 1.466
8. Ladang Rimbo Barat
1.005 403 1.408
Jumlah 9.056 4.766 13.822 Sumber : Profil Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu, 2012
d. Agama dan Budaya.
Penduduk Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu 100% bergama
Islam. Untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan masyarakat
ditunjang oleh sarana ibadah yang terdiri atas 8 buah Mesjid, 90 buah
mushala/suarau dan 38 TPA/TPSA. Keberadaan sarana ibadah tersebut
merupakan hasil wakaf masyarakat dan dibangun secara gotong royong
dan didanai dengan memanfaat infaq dan sedekah dari masyarakat
Sungai Sirah Kuranji Hulu, donatur dan perantauan.
Seperti Masyarakat Minangkabau Lainnya Nagari Sungai Sirah
Kuranji Hulu juga memegang teguh filosofi ABS-SBK (Adat Basandi
Syarak, Syarak Basandi Kitabullah) dengan memaknai Syarak Mangato
Adat Memakai dimana dalam artian kaedah bahasa setiap tatanan
kehidupan bermasyarakat diatur oleh tatanan adat istiadat yang
berpedoman pada Al Quran dan Sunnah, dimana dalam tatatnan
kehidupan bermasyarakat Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu selalu
43
memegang teguh ajaran agama Islam dan adat istiadat yang berlaku di
Nagari. Untuk mengantisipasi terhadap dampak buruk era globalisasi
pada masyarakatnya peran penting alim ulama dan niniak mamak sangat
mempunyai peran penting dalam permasalahan ini. Selain itu
penyelenggaraan pemerintahan dalam pelaksanaan pembangunan pun
juga menggunakan jalan musyawarah untuk mufakat yang melibatkan
unsur masyarakat yang terdiri atas ninik mamak, cadiak pandai, alim
ulama, bundo kanduang dan pemuda yang terkoordinir dalam wadah
Lembaga Permusyawaratan Nagari.
e. Perekonomian Masyarakat
Penduduk di Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu pada umumnya
adalah petani dengan garapan padi dan palawija, adapun luas areal yang
mereka olah merupakan luas areal sawah dan perkebunan terluas di
Kecamatan Sungai Geringging yaitu seluas 1.243 Ha, dengan hasil per
hectar nya adalah 5,5 ton/tahun atau totalnya adalah 5390 ton/tahun.
Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) yang menggarap sawah dan
hasil perkebunan di Sungai Sirah Kuranji Hulu terdiri dari 43 Kelompok
Tani, yang masing-masing kelompok tani mulai didirikan semenjak
tahun 1988 hingga 2009. Hingga saat ini kelompok tani berperan aktif
untuk meningkat jumlah hasil panen dan produksi perkebunan.
Realisasi sumber pendapatan asli daerah yang bersumber pajak
bumi dan bangunan (PBB) dari masyarakat nagari Sungai Sirah Kuranji
Hulu adalah sebanyak Rp. 15.007.449,- dari jumlah target sebanyak Rp.
47.722.112,-
44
Dari sektor perdagangan terdapat lima buah pasar yaitu Pasar
Koto Bangko di Korong Sungai Sirah, Pasar Duruan Anjuang Korong
Sungai Sirah, Pasar Sungai Putih Korong Koto Bangko, Pasar Simpang
Sungai Rantai di Korong Sungai Rantai dan Pasar Bukit Laban di
Korong Kubu Alahan Kuranji. Namun melihat luas lahan pasar yang
sempit mengakibatkan jumlah daya tampung penjual dan pembeli sangat
sedikit sehingga dari sektor ini tidak begitu mempunyai peran penting
untuk perekonomian masyarakat Sungai Sirah Kuranji Hulu secara
keseluruhan dan hanya berdampak pada masyarakat disekitar pasar.
4.1.2. Deskripsi Pemerintahan Nagari
Pemerintahan Nagari yang dibentuk dari hasil Pemekaran dari
Nagari Induk Kuranji Hulu merujuk pada Perda Provinsi Sumatera Barat
No. 9 Tahun 2000, dimana Nagari merupakan organisasi pemerintahan
terdepan yang tidak lagi berada dibawah Camat karena Nagari merupakan
kesatuan masyarakat hukum adat yang mempunyai susunan asli
berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa.
a. Sturuktur Organisasi Pemerintahan Nagari
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman
No. 12 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Nagari maka disusun
Struktur Pemerintahan Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu sebagai
berikut.
WALINAGARIMayuni Dt. Kamulie
WALINAGARIMayuni Dt. Kamulie
SEKRETARIS PltSukarni
SEKRETARIS PltSukarni
BENDAHARA UMUMMeri Amdani
BENDAHARA UMUMMeri Amdani
KAUR KESRADedi P. Tanjung
KAUR KESRADedi P. Tanjung
KAUR PEMBANGUNANJoni Eka Putra
KAUR PEMBANGUNANJoni Eka Putra
KAUR PEMERINTAHANSukarni
KAUR PEMERINTAHANSukarni
STAFFAlim ChanJunaidiSyarifuddin
STAFFAlim ChanJunaidiSyarifuddin
WK. B. TanjungM. Nur
WK. B. TanjungM. Nur
WK. Kp. KaciakPadek
WK. Kp. KaciakPadek
WK. Sei SirahAli Amran
WK. Sei SirahAli Amran
WK. Koto BangkoRasidin
WK. Koto BangkoRasidin
WK. Ld. Rimbo . BAkhiruddin
WK. Ld. Rimbo . BAkhiruddin
WK. Ld. Rimbo. TAmir Hosen
WK. Ld. Rimbo. TAmir Hosen
WK. Kubu A.KZahar Chan
WK. Kubu A.KZahar Chan
WK. Sei. RantaiAhmad CandraWK. Sei. Rantai
Ahmad Candra
45
Gambar. 2 Struktur Organisasi PemerintahanNagari Sungai Sirah Kuranji Hulu
Dalam melaksanakan kewenangan yang dimiliki untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakatnya, di nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu
juga dibentuk Badan Permusyawatan Nagari (BAMUS) Nagari sebagai
lembaga Legislasi (menetapkan peraturan nagari) dan menampung serta
menyalurkan aspirasi masyarakat bersama walinagari. Lembaga ini pada
hakikatnya adalah mitra kerja pemerintah nagari yang memiliki kedudukan
sejajar dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat. Adapun susunan organisasi BAMUS Nagari
Sungai Sirah Kuranji Hulu adalah sebagai berikut.
KETUA BAMUSMAHYUDIN
KETUA BAMUSMAHYUDIN
WAKIL KETUAWAKIL KETUA
SM. Dt. Majo Sa’ih
SM. Dt. Majo Sa’ih ALI DUAN ALI UMARALI DUAN ALI UMAR RAFLI HENDRIRAFLI HENDRI
ANGGOTAANGGOTA
ALI WARDANAALI WARDANASYOFYAN SAURISYOFYAN SAURI
Y. RKY. INDO MARAJO
Y. RKY. INDO MARAJO
AKHIRUDDIN,S.Pd Dt. KOTO
AKHIRUDDIN,S.Pd Dt. KOTO
SARIFUDDINSARIFUDDIN MARLINI SUSILAWATI, S.Pd
MARLINI SUSILAWATI, S.Pd
BUSTANUL ARIPIN, S.PdDt. SINARO
BUSTANUL ARIPIN, S.PdDt. SINARO
46
Gambar. 3 Struktur Organisasi BAMUSNagari Sungai Sirah kuranji Hulu
Sebagai lembaga legislasi, BAMUS memiliki hak menyetujui atau
tidak terhadap peraturan nagari yang dibuat oleh pemerintah nagari. Selain
itu sebagai lembaga pengawasan, Badan Perwakilan Rakyat
Nagari memiliki kewajiban untuk melakukan kontrol terhadap implementasi
peraturan nagari, Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagari serta
pelaksanaan keputusan wali nagari. Di samping itu di nagari juga dapat
dibentuk lembaga kemasyarakatan nagari sesuai dengan kebutuhan nagari
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan, hal ini disebabkan karena wali nagari tidak dapat
menjalankan tugas-tugas pemerintahan tanpa adanya bantuan dan partisipasi
dari masyarakat serta wali nagari juga membutuhkan kerjasama dengan
perangkat nagari lainnya.
47
Untuk meningkatkan peran serta masyarakat, maka dibentuk
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dimana struktur organisasi
LPM Nagari Sungai Sirah Kuranji adalah sebagai berikut.
Gambar. 4 Struktur Organisasi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu
KETUA LPMMakmur, S.Pd
WAKIL KETUAAbdul Rasyid
SEKRETARISAzwar Anas
BENDAHARAWardi Martono,
S.pd
WKL. SEKRETARISSuhartoni
Kasie Pembinaan Orkes ALEXANDER
Kasie Pembinaan PendidikanNASRULLAH, S.Pd
Kasie K3 Dan Lingkungan
Kasie Pembinaan KoperasiRASANAH
Kasie Pemb SaprasEDI TANJUNG
Kasie Pemb. Kes dan KB
ANGGOTAAzwar
Anwar Dalir, S.Pd
ANGGOTAPondiri
Ali Munir
ANGGOTAAswar
Mustafa Kamal
ANGGOTARudi
Safarudin
ANGGOTAMasrizalKhaidir
ANGGOTAYus Karani
Kasie Pembinaan Kesejahteraan Sosial SUARDI
Kasie Pembinaan Pemberdayaan PerempuanDESMAWATI
ANGGOTAAmir HosenMaha Sardi
48
4.2 Sumber Pendapatan Asli Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu
Berdasarkan hasil wawancara dengan Sekretaris Sungai Sirah Kuranji
Hulu Bapak Sukarni, sumber pendapatan asli nagari satu-satu nya adalah
bersumber dari Dana Perimbangan Pemerintah Pusat dan Daerah serta biaya
yang bersumber dari penarikan biaya pembiyaan pengurusan izin yang
dilayani di kantor walinagari Sungai Sirah Kuranji Hulu40. Menurut Bapak
Sukarni pungutan biaya ini tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Padang Pariaman No.05 Tahun 2009 Tentang Pemerintahan Nagari Pasal 121
dan 122. Hasil rekapitulasi data yang disusun sendiri oleh Bapak Sukarni
Pendapatan Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu dijelaskan dalam bentuk tabel
sebagai berikut :
Tabel 4.5Tabel Sumber Pendapatan Asli Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu
No. Sumber Pendapatan Asli Nagari Jumlah1. Pendapatan Asli Nagari
b. Hasil Usaha Nagari Rp. 0c. Kekayaan Nagari Rp. 0d. Hasil Swadaya dan Partisipasi Rp. 0e. Hasil Gotong Royong Rp. 0f. Dan Lain-lain Rp. 350.000
2. Bagi hasil pajak daerah Kabupaten Rp. 1.500.7453. Dana perimbangan keuangan Pusat dan
Daerah (Dana Alokasi Umum Nagari)Rp. 16.953.420
4. Bantuan keuangan dari Pemerintah Rp. 05. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga
yang tidak mengikatRp. 0
Jumlah Rp. 18.804.165Sumber : Wawancara dengan Sekretaris Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu
Berdasarkan wawancara Kepala Urusan Pembangunan dan Nagari
Sungai Sirah Kuranji Hulu Bapak Joni Eka Putra, sumber terbesar adalah dana
40 Wawancara dengan Bapak Sukarni (Sekretaris Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu), tanggal 21 Desember 2014
49
perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diperoleh dalam bentuk Dana
Alokasi Umum Nagari (DAUN). Dana perimbangan yang diperoleh oleh
Kabupaten Padang Pariaman dalam Tahun 2015 adalah sebanyak Rp.
10.172.052.023, dimana dana perimbangannya untuk Kabupaten Padang
Pariaman 10% diperuntukkan untuk pembangunan Nagari Dalam Bentuk
Dana Alokasi Umum Nagari. Dari sejumlah dana tersebut perolehan untuk
Nagari Sungai Sirah adalah sebanyak Rp. 16.953.420. Sumber pendapatan lain
menurut Bapak Joni Eka Putra bersumber dari bagi hasil pajak yang diperoleh
untuk nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu adalah sebanyak 10% dengan jumlah
pungutan pajak yang diperoleh dari Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu adalah
sebanyak Rp. 15.007.449, maka total yang diperoleh oleh nagari sebanyak
Rp.1.5007.500,-.41
Selain itu menurut Kepala Urusan Pembangunan Nagari Sungai Sirah
Kuranji Hulu sumber pendapatan Nagari yang telah dimiliki dan dikelola oleh
nagari yang tercantum dalam item dan lain-lain pada tabel di atas terdapat
sumber yang diperoleh melalui pungutan biaya administrasi yang dibenarkan
oleh peraturan daerah. Hingga saat ini setelah dikeluarkan honor petugas
kantor walinagari, sisa pendapatan yang diperoleh nagari per tanggal 12
Januari 2015 adalah sebanyak Rp. 350.000. Pendapatan Nagari yang
bersumber dari pungutan biaya administratif tersebut diantaranya dijelaskan
dalam tabel berikut:
Tabel. 4.6
41 Wawancara dengan Bapak Joni Eka Putra (Kepala Urusan Pembangunan Nagari Sungai Sirah Kuranji hulu), tanggal 21 Desember 2014
50
Jenis dan Biaya Pelayanan Administrasi Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu
Jenis Pelayanan Admistrasi Jumlah Biaya
Pengurusan Permohonan KTP Rp. 0.-
Pengurusan Permohonan Kartu Keluarga Rp. 0.
Surat Keterangan Beasiswa Rp. 10.000.
Surat Keterangan Tidak Mampu Rp. 10.000.
Surat Pindah Rp. 10.000.
Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) Rp. 10.000.
Surat Meninggal Dunia Rp. 10.000.
Surat Keterangan Domisili Rp. 10.000.
Surat Keterangan Pernah Menikah Rp. 10.000.
Surat Keterangan Belum Pernah Menikah Rp. 10.000.
Surat Keterangan Asal Usul Kayu Rp. 10.000. / M3
Surat Keterangan Ahli Waris Rp. 10.000.
NA Nagari Untuk Perempuan Rp. 40.000.-
NA Nagari Untuk Laki-laki Rp. 50.000.-
NA Lompat Pagar Perempuan Rp. 150.000.-
NA Lompat Pagar laki-laki Rp. 150.000.-
Surat Keterangan Usaha Domisili Rp. 10.000.-
Legalisir Walinagari Rp. 0
Rekomendasi Permohonan Perizinan Rp. 20.000.-
Surat Keterangan Kelahiran Rp. 10.000.-
Surat Keterangan kepemilikan Tanah Rp. 100.000.-
Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
Rp. 20.000.-
Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Rp. 50.000.-
Surat Keterangan Meninggal Dunia Rp. 10.000.-
Surat Keterangan Lainnya Rp. 10.000.-
Sumber : Wawancara dengan Sekretaris Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu
Merdasarkan hasil wawancara dengan Ketua BAMUS Nagari Sungai
Sirah Kuranji yaitu Bapak Mayuddin Dt. Kamulie pungutan administrative
51
tersebut telah mempunyai aspek legalitas, karena merupakan hasil
permusyawaratan antara Nagari dan BAMUS yang dituangkan dalam sebuah
Peraturan Nagari, yang disahkan bersama-sama antara Pemerintahan Nagari
dan BAMUS Sungai Sirah Kuranji Hulu.
Selain berbagai sumber di atas ada berbagai macam potensial sumber
pendapatan asli nagari yang tengah jadi wacana untuk dikembangkan dan
dalam tahap-tahap pengakajian, telaah dan lobbying antara BAMUS dan
Pemerintahan Nagari. Potensial Sumber Pendapatan Nagari adalah sebagai
berikut.
4.2.1. Tanah Nagari.
Menurut Bapak Sukarni Sekretaris Nagari Sungai Sirah
Kuranji Hulu, tanah nagari yang dimaksud adalah tanah yang
dimiliki oleh nagari berupa hasil hibah masyarakat yang
diperoleh berpuluh-puluh tahun yang lalu. Tanah nagari tersebut
berupa tanah lokasi tempat perencanaan pembangunan kantor
nagari yang baru, lapangan bola volley dan lapangan sepak bola,
dengan kisaran total + 2.25 Ha.
Menurut Bapak Makmur, S.Pd tanah nagari tersebut
dinilai sebagai bentuk potensial yang dapat dijadikan sumber
pendapatan asli nagari karena mempunyai nilai jual yang bisa
dijadikan untuk menghimpun modal untuk usaha ekonomi yang
dikelola oleh nagari. Namun sayangnya pemerintah nagari
belum mendapat persetujuan dari BAMUS untuk realisasi
rencana tersebut.42
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua BAMUS
Sungai Sirah Kuranji Hulu mengenai anggunan Tanah Nagari
untuk menghimpun modal Badan Usaha Milik Nagari tidak
disetujui oleh sebagian besar anggota BAMUS mengingat
besarnya kerugian yang didapatkan oleh nagari jika usaha itu
gagal. Selain itu jenis usaha yang diajukan dipandang tidak
mempunyai prospek yang bagus serta pengelolaan rencana
Badan Usaha Nagari tersebut diserahkan kepada orang-orang
yang tidak memiliki kompetensi untuk mengembangkan Badan
Usaha tersebut.43
4.2.2. Pasar Nagari
Kenagarian Sungai Sirah Kuranji mempunyai 5 buah pasar
nagari : Pasar Koto Bangko, Pasar Durian Anjuang Korong
Sungai Sirah, Pasar Sungai Rantai, Pasar Bukit Laban dan Pasar
Simpang Sungai Rantai.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua LPM Sungai
Sirah Kuranji Hulu, hingga saat ini pasar ini hanya dikelola oleh
pemuda masing-masing Korong. Kisaran retribusi yang
diperoleh oleh pemuda masing-masing korong adalah Rp.
350.000,- per minggu. Menurut ketua LPM pengambilan alih
42 Wawancara dengan Bapak Makmur, S.Pd (Ketua LPM Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu) Tanggal 21 Desember 2014
43 Wawancara dengan Bapak Mahyudin (Ketua BAMUS Sungai Sirah Kuranji Hulu) Tanggal 21 Desember 2014
52
pengelolaan yang belum diambil nagari karena belum adanya
kesapakatan dengan masing-masing Korong dan ini merupakan
kewenangan walinagari untuk mengkoordinasikan dengan
walikorong, karena wali Korong merupakan struktur organisasi
pemerintahan nagari yang berada dibawah jajaran walinagari
Sungai Sirah Kuranji Hulu. Menurut Ketua LPM potensi ini
seharusnya secepatnya dilakukan oleh nagari karena begitu
besarnya dana yang dihasilkan oleh pungutan retribusi tersebut
selain itu nagari dapat mengajukan proposal pembangunan dan
perbaikan pasar nagari kepada Pemerintah Daerah Kabupaten
Padang Pariaman karena banyak tersedianya dana untuk
program tersebut, karena proses tersebut hanya dapat dilakukan
oleh pemerintah nagari bukan atas dasar perkumpulan pemuda
atau Korong. Dengan adanya pembangunan dan perbaikan atas
pasar-pasar nagari tersebut maka serapan atas kunjungan penjual
tiap minggunya menjadi lebih besar sehingga retribusi yang
diperoleh semakin besar pula.
4.2.3. Sumber Mata Air dan Pemandian umum (Pamsimas)
Berdasarkan wawancara dengan Kepala Urusan
Pembanguan Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu44, program
Penyedian Air Minum dan Sanitasi Masyarakat (PAMSIMAS)
adalah program pemerintah pusat yang ditujukan untuk
penyedian air bersih dan kesehatan lingkungan bagi masyarakat
44 Wawancara Bapak Joni Eka Putra (Kepala Urusan Pembangunan Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu) Tanggal 4 Januari 2015
53
di seluruh Indonesia, dimana pembangunan sarana penyedian air
bersih tersebut memanfaat sumber mata air nagari dan
pembangunannya dibiayai oleh pemerintah. Pengelolaan sarana
tersebut diserahkan kembali kepada masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara Ketua LPM Sungai Sirah
Kuranji Hulu, Pamsimas yang dibangun di nagari Sungai Sirah
kuranji Hulu tersebar di 8 korong. Saat sekarang ini pengelolaan
pamsimas diambil alih oleh pemuda masing-masing Korong.
Pengelolaan tersebut melibatkan 3-5 orang pengelola, dimana
pengelola memungut biaya operasional yang terdiri atas biaya
pemeliharaan dan jasa pengelola. Pengelola menarik iuran
sebesar Rp. 15.000,- per rumah/bulan. Masing – masing
Pamsimas mengelola penyedian air bersih 10-30 rumah.45
Menurut Ketua LPM sendiri Pamsimas ini merupakan
salah potensi Pendapatan Asli Nagari karena pengelolaan
pamsimas ini bisa saja diambil alih oleh nagari, dimana hasil
pungutan dapat digunakan untuk pembangunan nagari. Jika saja
di rata-ratakan tiap pamsimas mengelola 15 rumah, maka ada
jumlah total adalah 120 rumah, jika masing-masing rumah
membayar iuran sebesar Rp. 15.000,- maka akan diperoleh dana
sebesar Rp.1.800.000,-/bulan. Jika dikeluarkan biaya
pemeliharaan dan jasa petugas pemungut iuran masing-masing
5% maka maka biaya operasional yang dikeluarkan adalah
45 Wawancara dengan Bapak Makmur, S.Pd (Ketua LPM Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu) Tanggal 4 Januari 2015
54
Rp.180.000,-/bulan sehingga dana bersih yang didapat oleh
nagari sebesar Rp. 1.620.000,-. Besaran nilai yang didapat
dirasa cukup untuk meningkatkan pembangunan nagari.
4.2.4. Pemanfaatan Hutan Nagari.
Menurut Ketua LPM dalam wawancara ada wacana
pemanafaatan hutan nagari untuk meningkatkan pendapatan asli
nagari. Pemanfaatan hutan nagari dapat dilakukan tanpa
merusak kelestarian alam, dimana nagari dapat menebang pohon
yang cukup umur dan menggantikan dengan pohon baru, selain
itu nagari dapat memanfaatkan hasil hutan lainnya seperti rotan,
bambu, kayu bakar dan hasil lainnya yang mempunyai nilai jual.
Saat ini belum ada upaya nagari memanfaatkan hutan nagari
tersebut sebagai sumber pendapatan asli nagari.
Menurut Ketua LPM Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu
luas areal Hutan Nagari + 25 Ha. Sebagian besar hasil hutan
yang dapat diambil saat ini adalah kayu yang dapat digunakan
untuk konstruksi perumahan dan meubel. Sebagian besar hasil
hutan nagari ini dimanfaatkan oleh pengusahan somel yang
banyak tersebar di wilayah Sungai Sirah kuranji Hulu. Menurut
Ketua LPM untuk saat ini pemanfaatan ini baru sebatas
pemanfaatan hasil hutan yang berbatasan langsung dengan tanah
milik warga, belum ada pemanfaatan penuh di seluruh areal
hutan nagari, mengingat susahnya koordinasi untuk penerbitan
surat izin terkait dengan konservasi alam.
55
4.2.5. Jalan Nagari
Hasil wawancara dengan Kaur Pembangunan Nagari
Sungai Sirah Kuranji Hulu, pemanfaatan jalan nagari
merupakan potensi sumber pendapatan asli nagari, dimana jalan
nagari yang sering digunakaan oleh berbagai truk dan mobil-
mobil dengan sarat muatan dengan nilai ekonomis dapat
diberlakukan penarikan retribusi setiap kendaraan yang melalui
jalan nagari tersebut. 46
Menurut Kaur Pembangunan Nagari Sungai Sirah Kuranji
Hulu jalan Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu banyak dilalui
oleh truk yang memuat hasil perkebunan masyrakat seperti
sawit, padi, palawija dan bahan galian pasir dan kerikil. Untuk
galian pasir ada sekitar 10-15 truk yang memuat galian kerikil
dan pasir. Pemberlakukan pungutan retribusi ini masih dalam
rancangan peraturan nagari. Dari Rancangan Peraturan Nagari
yang telah disusun oleh Bidang Pembangunan Nagari besaran
tarif yang dapat dikenakan sesuai dengan besaran tariff dengan
nagari lain. Besaran tariff yang akan diberlakukan merupakan
hasil studi banding di Nagari Kasang salah satu nagari di
kabupaten Padang Pariaman. Besaran tarif yang telah
direncanakan adalah sebagai berikut.
46 Wawancara dengan Bapak Joni Eka Putra (Kepala Urusan Pembangunan Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu) Tanggal 12 Januari 2015
56
1) Kapasitas muatan dibawah 2 ton atau kurang dari 2
ton sebesar Rp. 2.000/Kali masuk/kali keluar
2) Kapasitas muatan diatas 2 ton - 8 ton sebesar Rp.
5.000/kali masuk/kali keluar
3) Kapasitas muatan 8 ton ke atas sebesar Rp.
10.000/kali masuk/kali keluar.
Menurut Kaur Pembangunan Nagari Sungai Sirah Kuranji
Hulu jika peraturan ini di atur oleh Pertauran Nagari maka ini
akan menjadi sumber pendapatan asli nagari yang tidak sedikit
jumlahnya.
4.2.5. Pengelolaan Sungai dan Bahan Galian Pasir dan Kerikil
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua LPM, di
kenagarian Sungai Sirah Kuranji Hulu ada empat sungai dengan
potensi bahan galian pasir dan kerikil yang besar. Selain sungai
tersebut dapat mengelola pemeliharaan air tawar dan ikan
larangan. Menurut Ketua LPM potensi sungai yang besar saat
ini telah dikelola oleh masyarakat sekitar sungai. Namun belum
ada retribusi yang dapat diambil dari proses penggalian bahan
pasir dan kerikil tersebut dikarenakan belum adanya Perna yang
mengatur proses pemungutan retribusi tersebut.47
Hasil wawancara dengan Kaur Pembangunan Nagari
Sungai Sirah Kuranji Hulu untuk pemungutan Pasir telah ada
dalam Ranperna Sungai Sirah Kuranji Hulu dan saat sekarang
47 Wawancara dengan Bapak Makmur, S.Pd (Ketua LPM Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu) Tanggal 14 Januari 2015
57
Ranperna tersebut masih dalam telaahan ahli hukum dan belum
diserahkan kepada BAMUS. Telaahan ini merupakan usulan
dari BAMUS sendiri. Menurut Ketua BAMUS sendiri belum
adanya Perna yang diterbitkan bukan karena adanya koordinasi
Bamus dengan Pemerintahan Nagari karena kurangnya
pemahaman anggota BAMUS akan Perna itu sendiri, oleh
karena itu sebagian besar anggota BAMUS menyarankan untuk
mengkosultasikan Ranperna yang telah disusun dengan Ahli
Hukum Tata Negara, sehingga apabila telah diterbitkan nanti
tidak tumpang tindih dengan peraturan dan perundangan di
atasnya, dan mencakup segala aspek yang dikandung dalam
Ranperna tersebut, baik aspek manfaat begitu juga dengan aspek
legalnya.48
4.2.6. Pemungutan Dana Partisipasi Perusahaan dan Ormas dalam Nagari.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua LPM, setiap
perusahaan dan Ormas yang ada dan/atau beroperasi dalam
Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu merupakan potensi Nagari
yang oleh karenanya Pemerintah Nagari dan lembaga Nagari
yang ada berkewajiban untuk melindungi dan ikut mendukung
jalannya perusahaan dan ormas sebagai bentuk potensi yang
dimilikinya, oleh karena itu setiap perusahaan wajib
memberikan dana partisipasi kepada Nagari dengan besaran
48 Wawancara dengan Bapak Joni Eka Putra (Kepala Urusan Pembangunan Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu) Tanggal 14 Januari 2015
58
dana partisipasi yang dapat ditetapkan oleh nagari dalam bentuk
Perna.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kaur Pembangunan
Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu pemungutan dana partisipasi
yang dianggap potensial sebagai pendapatan asli nagari ini
sedang dalam tahap penyusunan Ranperna. Menurut Kaur
Pembangunan Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu nagari
menganggap potensial partisipasi perusahaan ini sebagai sumber
pendapatan asli nagari karena begitunya banyaknya perusahaan
rumah tangga dan ormas (parpol) yang ada di kenagarian Sungai
Sirah Kuranji Hulu. Besaran dana pungutan yang telah disusun
dalam Ranperna adalah berdasarkan hasil survey dilakukan,
survey yang dilakukan adalah survey kesanggupan perusahaan
dan ormas yang ada di nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu untuk
memberikan dana partisipasi setiap tahunnya.
Menurut Kaur Pembangunan Nagari Sungai Sirah Kuranji
Hulu, Nagari merencanakan memberlakukan dana partisipasi
dengan besaran sebagai berikut :
1. Perusahaan besar Rp 1.000.000,-/tahun;
2. Perusahaan menengah Rp 500.000,-/tahun;
3. Perusahaan kecil Rp 250.000,-/tahun.
Pemungutan dana partisipasi tersebut dilakukan oleh
perangkat Nagari yang ditunjuk untuk kemudian diserahkan
kepada bendaharawan (selambat-lambatnya 1x24 jam).
59
Peraturan ini dapat disertai sanksi berupa penolakan pengurusan
rekomendasi izin usaha dari nagari yang dikeluarkan oleh
Camat.
4.3. Kendala-kendala Dalam Meningkatkan Sumber Pendapatan Asli Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu
Untuk mengetahui gambaran kendala dalam optimalisasi
Pendapatan Asli Nagari (PAN), peneliti hanya melakukan wawancara
secara terbuka dengan walinagari. Kendala tersebut adalah sebagai
berikut.49
a. Pemerintahan nagari baru dibentuk, sehingga upaya untuk
optimalisasi sumber pendapatan asli nagari belum menjadi
prioritas.
Menurut Walinagari pada awal pembentukan pemerintah
nagari ini dan awal masa pemerintahannya sebagai walinagari,
nagari selain berfokus pada pendataan ulang data kependudukan
dari nagari yang lama menjadi nagari yang baru, dan setelah itu
disusul dengan permasalahan bantuan pasca gempa 2009 yang
masih belum tuntas pada saat itu. Selain itu nagari juga sangat
terfokus pada kegiatan pembangunan kantor walinagari yang baru.
Pada tahun kedua pemerintahan nagari disibukkan dengan
kegiatan e-KTP, dan segala tetek bengek yang berurusan dengan
data kependudukan. Setelah itu disusul pula dengan kegiatan
49 Wawancara dengan Bapak Mayuni, Dt. Kamulie (Walinagari Sungai Sirah Kuranji Hulu) Tanggal 21 Januari 2014
60
penyusunan Daftar Pemilih Tetap (DPT) untuk pemilu tahun 2014
dan Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2015.
b. Rendahnya Koordinasi Pemerintah Nagari dan Perangkat Nagari
(BAMUS).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Walinagari kendala
yang terjadi adalah rendahnya koordinasi pemerintah nagari
dengan perangkat nagri (BAMUS), dimana BAMUS tidak dapat
melihat potensi dan prospek Badan Usaha Nagari yang telah
mereka ajukan. Prospek yang dimaksud adalah pemanfaatan tanah
nagari sebagai anggunan untuk memperoleh modal mendirikan
Koperasi Unit Simpan Pinjam Nagari, dimana strategi ini tidak
mendapatkan izin oleh BAMUS, sehingga potensi sumber daya
yang akan dikembangkan menjadi terbengkalai.
Menurut walinagari Sungai Sirah Kuranji Hulu, inovasi
yang akan dilaksanakan oleh Nagari adalah membangun Badan
Usaha Milik Nagari yang dapat dilakukan oleh Koperasi Unit Desa
yang telah dimiliki nagari. Inovasi yang akan dilaksanakan adalah.
1) Layanan pembayaran listrik online
2) Layanan Usaha Eknomi Desa-Simpan Pinjam (UED-SP)
3) Layanan Agrobisnis (penjualan pupuk, bibit tanaman,dll)
Untuk inovasi dan rencana pengembangan Badan Usaha
Milik Nagari membutuhkan modal yang lebih besar, dan upaya
untuk menghimpun modal untuk saat ini masih belum mendapat
persetujuan dari BAMUS.
61
c. Rendahnya Kualitas SDM Aparat Nagari dan Perangkat Nagari.
Menurut walinagari rendahnya kualitas SDM aparat nagari
dan perangkat nagari (BAMUS) mengakibatkan tidak
tertampungnya aspirasi masyarakat dan tidak berjalannya sistem
pemerintahan dalam upaya meningkatkan pendapatan asli nagari.
BAMUS sebagai wakil dari masyarakat tidak melakukan
pengawasan, BAMUS juga tidak pernah ikut serta dalam
pemecahan masalah perekonomian nagari. Tidak pernah
memberikan solusi pada nagari untuk meningkatkan perekonomian
nagari seperti upaya identifikasi sumber potensial untuk
meningkatkan sumber pendapatan asli nagari serta tidak
menjalankan analisa yang diajukan oleh pemerintah nagari untuk
melaksanakan rencana kegiatan berupa Badan Usaha Milik Nagari
dengan porelahan modal dari anggunan tanah milik nagari.
Ditambah pula dengan kekurang pahaman aparatur nagari
yang tidak memahami kedudukan masing-masing baik dalam hal
kewenanagan, tugas dan fungsi masing-masing pihak.
Baik aparat maupun perangkat nagari masih ada yang belum
memahami betul apa tugas dan fungsi mereka, oleh karena itu
sikap arogansi ini muncul karena adanya ketidaktahuan mereka
terhadap tugas dan fungsi yang dimaksud. Kurangnya pemahaman
ini terkait dengan tingkat pendidikan anggota BAMUS, sekurang-
kurangnya anggota BAMUS harus mengerti proses hukum dan
dasar-dasar ilmu pemerintahan dan dan administrasi Negara.
62
d. Kurangnya Fasilitas dan Anggaran Dana Yang Menunjang Tugas Pokok dan Fungsi Aparat dan Perangkat Nagari
Menurut Walinagari berbagai fasilitas yang dapat menunjang
kerja aparat dan perangkat nagari di Nagari Sungai Sirah Kuranji
Hulu sangatlah minim. Untuk kerja aparat baik dalam hal
administratif maupun tugas pokok dan fungsi masing-masing
hanya ditunjang oleh 2 perangkat computer dan tidak ditunjang
layanan internet seperti halnya nagari-nagari lain di Kabupaten
Padang Pariaman. Jaringan internet sangat bermanfaat sekali dalam
menunjang kinerja aparat dan perangkat, dimana dari internet
tersebut dapat memperoleh info-info dan referensi terbaru tentang
cara dan upaya meningkatkan pembangunan dan kinerja aparat dan
perangkat.
Selain sarana internet sarana transportasi yang tersedia juga
sangat minim hanya satu buah motor dinas walinagari, walaupun
dapat digunakan oleh aparat namun tidak ditunjang dana
operasional. Mengingat medan yang dilalui cukup berat dan jauh
dalam survey setiap wilayah perlu adaya penambahan sarana
transportasi.
Menurut walinagari selain sarana yang tersedia, anggaran dana
untuk operasional pemerintahan nagari juga sangat minim.
Minimnya anggaran dana dapat dikarenakan tidak adanya sumber
dana lain yang dapat diberikan pemerintah kabupaten untuk
meningkatkan kinerja aparat dan perangkat. Seandainya ada
63
penambahan anggaran dana maka dana tersebut dapat digunakan
oleh aparat dan perangkat untuk survey, pembinaan dan studi
banding ke nagari-nagari lain yang mempunyai terobosan-
terobosan baru dalam meningkatkan pembangunan.
4.4. Upaya-upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Kendala Dalam Meningkatkan Sumber Pendapatan Asli Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu
Upaya-upaya yang dilakukan pemerintahan nagari untuk mengatasi
segala kendala yang menghambat peningkatan sumber pendapatan asli
nagari untuk mempercepat pembangunan nagari Sungai Sirah Kuranji
Hulu, didasarkan pada hasil wanacara yang dilakukan dengan walinagri
yaitu dengan Bapak Mayuddin, Dt. Kamulie. Upaya-upaya tersebut adalah
sebagai berikut.50
a. Meningkatkan koordinasi anatara walinagari, aparat dan perangkat
nagari.
Berdasarkan dengan wawancara dengan walinagari saat sekarang
ini upaya yang dilakukan oleh pemerintah nagari adalah meningkatkan
koordinasi anatara pemerintah nagari dengan BAMUS sebagai
perangkat nagari. Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan
koordinasi dengan BAMUS adalah dengan mengadakan rapat dan
pertemuan dengan BAMUS akan tetapi pertemuan yang dilakukan
hanya sebatas laporan penerimaan dana dan perencanaan dalam jangka
pendek terkait dana yang diperoleh misalnya: rencana kegiatan
50 Wawancara dengan Bapak Mayuni, Dt. Kamulie (Waligari Sungai Sirah Kuranji Hulu) Tanggal 16 Januari 2015
64
65
keagamaan seperti maulid dan lain sebagainya. Pertemuan rencana
kerja dan rencana pembangunan sangat jarang terjadi.
b. Meningkatkan kualitas SDM
Menurut Walinagari dan BAMUS upaya-upaya yang telah
dilakukan dalam meningkatkan kualitas SDM adalah sebagai
berikut :
1) Kerjasama antar nagari
Kerjasama yang dilakukan berbentuk studi banding
dengan nagari yang berhasil dalam pembangunan nagari.
Studi banding yang dilakukan pada nagari atau desa yang
tersebar di Kabupaten Padang Pariaman. Hingga saat ini
kerjasama yang telah dilakukan adalah dengan Nagari
Sungai Sirah Kuranji Hilir Kecamatan Sungai Limau dan
dan Nagari Kasang Kecamatan Batang Anai. Kerjasama
yang telah dilakukan adalah berupa studi banding yang
dilakukan adalah untuk hal-hal sebagai berikut.
a. Meningkatkan pemahaman pemerintah nagari,
aparat nagari dan perangkat nagari tentang
tupoksinya masing-masing.
b. Meningkatkan kemampuan identifikasi potensial
sumber pendapatan asli nagari.
c. Meningkatkan kemampuan manajerial aset
pemerintah nagari.
66
d. Meningkatkan kemampuan administrasi dan
organisasi pemerintah nagari dan upaya
penerbitan peraturan nagari baik yang mendukung
finansial nagari, perekonomian masyarakat
maupun aspek kehidupan social masyarakat
sebagai aspek legalitas kegiatan dan upaya-upaya
produktif.
Kegiatan kerjasama yang dilakukan dapat dibiayai
dari kas nagari dan dari pemerintah daerah melalui
pengajuan proposal permohonan dana.
2) Pembinaan dari pemerintahan dan konsulen yang
berkompeten.
Menurut walinagari upaya pembinaan yang telah
dilakukan oleh pemerintahan nagari adalah mengajukan
proposal kepada pemerintah daerah untuk melakukan
pembinaan baik pembinaan tupoksi pemerintah daerah,
aparat dan perangkat nagari.
Pembinaan yang telah didapatkan adalah pembinaan
dari berbagai pihak konsulen yang berasal dari kementerian
dan dinas koperasi dan UKM, dinas perindustrian, dinas
sosial, dan bank. Pembinaan dapat ditujukan kepada
pemerintahan nagari, aparat, perangkat nagari dan
masyarakat.
67
b. Meningkatkan Fasilitas Yang Mendukung Kinerja
Pemerintah Daerah, Aparat Dan Perangkat Nagari.
Fasilitas yang tersedia saat sekarang ini hanya kantor
walinagari yang merupakan bekas kantor Korong terdahulu.
Kantor walinagari ini dirasa kurang representatif dan tidak
menunjang setiap kegiatan pemerintahan nagari dan
perangkat nagari.
Dengan jumlah Korong yang cukup banyak dan
jumlah penduduk yang banyak menjadikan kantor
walinagari sekarang dirasa sempit untuk penyimpanan
arsip, ruang layanan masyarakat maupun untuk
dilakuknnnya pertemuan.
Selain fasilitas kantor fasilitas yang lain juga dirasa
kurang memadai, seperti kendaraan dinas untuk menunjang
setiap perangkat daerah tidak ada sehingga keengganan
anggota BAMUS sebagai perangkat nagari untuk
menghadiri pertemuan dan rapat dengan pemerintah nagari.
Selain itu tidak tersedianya dana honor untuk anggota
BAMUS tersebut.
Untuk meningkatkan fasilitas tersebut pemerintah
nagari telah meningkatkan peran aktif masyarakat dan
membangun komunikasi yang intens dengan pemerintah
daerah untuk meningkatkan dana perimbangan dari pusat
dan PBB serta menambah alokasi dana lain yang bersumber
68
dari kedua dana tersebut. Selain itu dana ini dapat diporeh
dari pihak ketiga dan sumbangan dari masyarakat.
c. Meningkatkan Peran Serta Politik Masyarakat
Menurut walinagari keikutsertaan masyarakat dalam
upaya pembangunan adalah berbentuk aspirasi masyarakat
yang disalurkan melalui BAMUS sehingga aspirasi tersebut
dapat dituangkan dalam Renacana Anggaran dan Belanja
Nagari.
Menurut walinagari upaya yang telah dilakukan
adalah dengan pembinaan terhadap masyarakat memalui
penyulahan, himbauan dan pemberitahuan melalui
selebaran maupun kampanye mobil keliling.
d. Menghimpun sumber kekuatan dan sumber dana dari pihak
luar.
Menurut walinagari sumber kekuatan yang dimaksud
adalah akses dalam proses untuk memperoleh dana dan
meningkatkan dan mengembangkan sumber dana. Menurut
walinagari akses yang telah dilakukan adalah melakukan
koordinasi yang intens dengan perangkat daerah dan DPRD
dimana setiap permohonan bantuan dana melalui akses dan
persetujuan mereka terlebih dahulu.
Sedangkan sumber dana walinagari mengupayakan
adalah koordinasi dengan orang-orang yang potensial untuk
dijadikan donatur yang bersedia mendonasikan sedikit
69
hartanya kepada kas nagari. Menurut Kaur Pembangunan
pemerintah nagari telah aktif dalam membina komunikasi
dengan pihak-pihak seperti ini, misalnya pengusaha yang
tersebar luas nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu, donasi dari
masyarakat, donasi dari kementrian dan dinas-dinas yang
kompeten serta donasi dari perantauan.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini maka dapat penulis tarik kesimpulan sebagai
berikut :
a. Sumber Pendapatan Asli Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu
bersumber dari biaya administratif, bagi hasil pajak daerah
kabupaten dan dana perimbangan keuangan pusat dan daerah.
b. Kekayaan nagari yang menjadi potensial sumber nagari di Sungai
Sirah Kuranji Hulu adalah tanah nagari, pasar nagari, sumber mata
air dan pemandian umum (Pamsimas), pemanfaatan hutan nagari,
jalan nagari, pengelolaan sungai dan bahan galian pasir dan kerikil,
dan pemungutan dana partisipasi perusahaan dan ormas dalam
nagari.
c. Kendala-kendala dalam optimalisasi sumber pendapatan asli nagari
adalah pemerintahan nagari yang baru dibentuk, rendahnya
kemampuan manajerial dan organisasi aparat dan pemerintah
nagari, tidak berjalannya fungsi pengawasan bamus sebagai
perangkat nagari, tidak berjalannya akuntabilitas sistem
pengelolaan Dana Alokasi Umum Nagari Nagari (DAUN).
d. Upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala
optimalisasi pendapatan asli nagari adalah meningkatkan kualitas
SDM, meningkatkan fasilitas yang mendukung kinerja pemerintah
70
71
daerah, aparat dan perangkat nagari dan meningkatkan peran serta
politik masyarakat serta menghimpun sumber kekuatan dan sumber
dana dari pihak luar.
5.2. Saran
Dari penelitian yang dilakukan di Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu
ini maka dapat penulis sarankan hal-hal berikut :
a. Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Padang Pariaman
Agar dapat meningkatkan dana perimbangan keuangan pusat
dan daerah, dan meningkatkan keuangan nagari melalui bantuan
dana dari pemerintah daerah kepada nagari Sungai Sirah Kuranji
Hulu, yang dapat digunakan nagari untuk meningkatkan kualitas
SDM melalui kerjasama dan pembinaan sehingga pemerintah
nagari dapat mengoptimalkan sumber pendapatan asli nagari yang
dapat digunakan untuk pemabngunan nagari untuk kedepannya.
b. Pada Pemerintahan Nagari
Disarankan pemerintah nagari mampu meningkatkan
kualitas SDM pemerintah, aparat, perangkat dan masyarakat nagari
sehingga mampu menoptimalkan kemampuan untuk meningkatkan
sumber pendapatan asli nagari.
c. Pada Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat meningkatkan peran serta
politik masyarakat untuk pembangunan, dimana peran serta
tersebut dapat berupa aspirasi masyarakat yang nantinya akan
72
dituangkan dalam rencana anggaran pendapatan dan belanja nagari.
Sehingga pembangunan nagari sesuai dengan harapan masyarakat
nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu.
d. Pada Peneliti Selanjutnya
Perlu adanya penelitian lebih lanjut terkait dengan
pendapatan asli nagari khususnya dan pembangunan nagari
umumnya sehingga mampu mendapatkan manfaat yang lebih
berguna lagi untuk pembangunan bangasa dan Negara ini
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Bogdan, R.C dan Taylor. 2002. Pengantar Metode Penelitian Kuantitatif Suatu Pendekatan Fenomenologis terhadap Ilmu-Ilmu Sosial. Surabaya :Usaha Nasional.
Bungin, Prof. Dr. H.M Burhan (2008). Teknis Praktis Riset Komunikasi, Pengantar Burhan Bungin. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
Bungin, Burhan, 2008, Penelitian Kualitatif : komunikasi, ekonomi, kebijakan publik dan Ilmu sosial lainnya, Kencana, Jakarta
Deddy T. Tikson, 2005, Administrasi Pembangunan,. Bandung : Alfabeta.
Efiyandry. 2001. Kembali ke Nagari. Solok; Biro Pemerintah Nagari.
Faisal, Sanafiah, 1999, Format – format Penelitian, Raja Grafika Persada, Jakarta
Gany, A Radi. 2001.Demokratisasi Masyarakat Nagari Dinamika Politik dan Kelembagaan Politik Nagari. Jurnal Pengembangan Partisipasi Masyarakat Vol. 9 No. 22 Juni.
Haryanto, Sahmuddin, dan Arifuddin, 2007. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Pertama: Universitas Diponegoro. Semarang.
Joesron, Tati S. 2005. Manajemen Strategik Koperasi. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Kamaluddin, R. 1983. Beberapa Aspek Pembangunan Nasional dan Daerah. Jakarta : Glalia Indonesia.
KPPOD. 2013. Kajian 4 Rancangan Peraturan Nagari/Desa Kasang di Kabupaten Padang Pariaman (Jurnal). Jakarta : KPPOD Press
Koentjaraningrat. 1977. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia.
Maani, Karjuni Dt. 2006. Penerapan Konsep Balanced Scorecard Dalam Pemberdayaan Pemerintah Nagari . Jurnal Suluah Bendang, Vol V. No. I April 2006
Mas’oed, A.2005. Peranan Kebudayaan Tradisional Indonesia dalam Modernisasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
1
2
Moleong, LJ, 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosda Karya.
Nasution S. 1992. Metode penelitian kualitatif/naturalistik . Bandung: Tarsito
Oemar Hamalik.2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Grasindo. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Poerwadarminta, W.J.S. (1984). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Pranarka, dan Priyono, Onny 1996, Pemberdayaan, Konsep, Kebijakan, dan Implementasi, Centre for Strategic and International Studies, Jakarta.
Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1999. Metode Penelitian Survai, Edisi Revisi, Jakarta : LP3ES.
Soeroto, S. (2005). Pemahaman Sejarah Indonesia: Sebelum dan Sesudah Revolusi. Jakarta: Pustaka LP3ES
Sondang P.Siagian.1994. Teori dan Praktek Kepemimpinan .Jakarta:Penerbit Rhineka Cipta.
Tjokroamidjojo, Bintoro, 2000, Good Governance (Paradigma Baru Manajemen Pembangunan), UI Press, Jakarta.
Wignjosoebroto,S,2000. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Edisi I cetakan Kedua, Surabaya : Penerbit Guna widya.
Peraturan dan Perundang-undangan
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
Perda Kab.Padang Pariaman No. 05 Tahun 2009 Tentang Pemerintahan Nagari.