Akuntabilitas Finansial, Transparansi dan Partisipasi Masyarakat
Simposium Nasional Akuntansi XXI, Samarinda, 2018 1
Akuntabilitas Finansial, Transparansi dan Partisipasi Masyarakat dalam
Pengelolaan Dana Desa
(Studi di Desa Kalibeji, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang)
Marta Yulica Sari
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Priyo Hari Adi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Abstrak: Pemerintah dalam pengelolaan keuangan perlu menerapkan prinsip good governance
yaitu akuntabilitas finansial dan transparansi khusunya pada pengelolaan Dana Desa. Dalam
mengelola dana desa tersebut maka diperlukan peran pemerintah yang bertanggungjawab
dalam mengelola dana tersebut. Tidak hanya peran pemerintah saja, namun partisipasi
masyarakat juga dibutuhkan untuk mewujudkan akuntabilitas finansial dan transparansi
pengelolaan dana desa baik sebagai pengawas langsung maupun sebagai pengelola. Objek
penelitian ini adalah Desa Kalibeji, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui penerapan akuntabilitas finansial, transparansi dan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan dana desa di Desa Kalibeji, Kecamatan Tuntang, Kabupaten
Semarang. Metode penelitian menggunakan penelitian kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Desa Kalibeji sudah menerapkan prinsip akuntabilitas finansial,
transparansi, dan partisipasi dalam pengelolaan dana desa. Namun demikian tingkat tranparansi
dalam pengelolaan dana desa masih belum optimal khususnya terkait dengan penggunaan
beberapa media publikasi sehingga menyulitkan anggota masyarakat yang berkeinginan untuk
mengaskes informasi pengelolaan dana desa.
Kata Kunci: Akuntabilitas finansial, transparansi, partisipasi masyarakat, pengelolaan dana
desa
Akuntabilitas Finansial, Transparansi dan Partisipasi Masyarakat
Simposium Nasional Akuntansi XXI, Samarinda, 2018 2
1. Pendahuluan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Desa menyatakan bahwa Desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setiap tahun pemerintah
memberikan dana desa dengan jumlah tertentu untuk mendanai setiap kegiatan pembangunan
desa. Pengalokasian dana oleh pemerintah kabupaten untuk desa, yang berasal dari bagi hasil
penerimaan pajak daerah, bagi hasil penerimaan retribusi daerah, dan bagian dana perimbangan
keuangan pemerintah pusat dan daerah yang diterima pemerintah kabupaten kecuali dana
alokasi khusus (DJPK 2016).
Dengan adanya dana desa, masyarakat harus mampu berpartisipasi menjadi pengawas langsung
dan perlunya peran pemerintah kabupaten selaku pemberi dana untuk selalu memantau jalannya
pembangunan. Desa harus menunjukkan akuntabilitas dan transparansi finansialnya sebagai
penunjang penerapan otonomi desa, agar dapat berjalan dengan baik dan dapat
dipertanggungjawabkan kepada pemerintah pusat sebagai pengguna anggaran.
Pertanggung jawaban sering diartikan sebagai responsibility dan accountability. Perbedaan dari
keduanya adalah bahwa responsibility merupakan kewenangan yang diberikan oleh atasan
kepada bawahannya untuk melaksanakan suatu kebijakan, pertanggungjawaban ini digunakan
dalam instansi pemerintah, sedangkan accountability adalah perwujudan kewajiban –
kewajiban yang digunakan untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan dan
menjelaskan realisasi yang diperoleh sesuai dengan misi organisasi (Silvia and Ansar 2011).
Akuntabilitas finansial dapat diartikan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan
kegiatan organisasi dalam mencapai tujuan melalui media pertanggungjawaban yang dilakukan
secara periodik (Putriyanti 2012).
Akuntabilitas Finansial, Transparansi dan Partisipasi Masyarakat
Simposium Nasional Akuntansi XXI, Samarinda, 2018 3
Tranparansi merupakan bentuk keterbukaan dalam memberikan informasi oleh pemerintah
kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi yang berhubungan dengan aktivitas
pengelolaan sumber daya publik (Mardiasno 2002). Dalam hal ini transparansi memberikan arti
bahwa setiap masyarakat mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk mengetahui proses
anggaran yang menyangkut kepentingan dan aspirasi masyarakat, terutama pemenuhan
kebutuhan masyarakat yang banyak dalam pengelolaan dana desa.
Penelitian ini didukung dengan penelitian sebelumnya oleh Tamtama (2014), Riyanto (2015),
Lina Nasihatun (2015), Risti Valentina Huri (2015). Dengan menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan analisis deskriptif, penelitian-penelitian ini menunjukkan bahwa di
beberapa desa telah menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas baik dalam perencanaan
maupun pelaksanaan dana desa. Dengan menggunakan metode kuantitatif, penelitian Muslimin
(2012) menyimpulkan bahwa adanya akuntablitas pengelolaan dana desa di Desa Punagaya,
Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto.
Namun demikian, realitas menunjukkan masih adanya laporan pertanggungjawaban dana desa
yang dibuat belum mengikuti standar dan rawan manipulasi. Pengelolaan keuangan desa masih
minim pengawasan dan kurangnya pengetahuan terhadap penggunaan anggaran menjadi
penyebabnya. Seperti yang termuat pada harian Kompas tanggal 27 April 2017 bahwa masih
ada 600 laporan yang terkait penyelewengan dana desa. Penyelewengan ini disebabkan oleh
pelanggaran administrasi yang dilakukan oleh pengurus dana desa. Kurangnya pengetahuan
tentang prosedur administrasi pengelolaan dana desa menjadi salah satu alasannya. Begitu juga
yang termuat di berbagai media masa lainnya, terjadi 87 dugaan korupsi dana desa oleh
pemerintah desa yang akan diperiksa oleh KPK (SindoNews 2017). Dugaan Korupsi ini
dilaporkan oleh masyarakat. Dalam hal ini masyarakat menuntut transparansi dan akuntabilitas
terhadap dana desa, sehingga pemerintah desa perlu menambah tingkat transparansi dan
akuntabilitas terhadap dana desa. Adanya kasus yang telah dilaporkan ini mendorong
partisipasi masyarakat agar mengawasi dana desa di masing-masing daerahnya.
Akuntabilitas Finansial, Transparansi dan Partisipasi Masyarakat
Simposium Nasional Akuntansi XXI, Samarinda, 2018 4
Berdasarkan latar belakang di atas terjadi pertentangan antara realitas dan hasil penelitian
sebelumnya sehingga peneliti ingin mengetahui kembali penerapan akuntabilitas, transparansi
dan partisipasi masyarakat dalam mengelola dana desa di Desa Kalibeji, Kecamatan Tuntang,
Kabupaten Semarang. Menurut Moleong (2001), keterbatasan geografis dan praktis seperti
waktu, biaya, dan tenaga, perlu dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian,
sehingga peneliti memilih Desa Kalibeji karena pertimbangan faktor geografis dan praktis
tersebut. Selain itu peneliti memilih Desa Kalibeji karena ingin mengetahui sampai sejauh
mana pencapaian visi Desa Kalibeji yaitu pemerintah desa yang jujur, demokratis dan
trasparan menuju mayarakat Desa Kalibeji yang makmur, sejahtera dan aman.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana penerapan akuntabilitas,
transparansi dan partisipasi masyarakat dalam mengelola dana desa di Desa Kalibeji,
Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan akuntabilitas finansial, transparansi dan
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dana desa di Desa Kalibeji, Kecamatan Tuntang,
Kabupaten Semarang.
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat terkait dengan penerapan akuntabilitas, transparansi
dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dana desa di Desa Kalibeji, Kecamatan Tuntang,
Kabupaten Semarang. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
mengenai tingkat akuntabilitas dan transparansi pengelolaan dana desa khususnya di Desa
Kalibeji dan bagi masyarakat Kalibeji, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan mengenai pengelolaan dana desa sehingga masyarakat dapat ikut berpartisipasi
dalam mengelola dana desa.
Akuntabilitas Finansial, Transparansi dan Partisipasi Masyarakat
Simposium Nasional Akuntansi XXI, Samarinda, 2018 5
2. Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu
2.1. Dana Desa
Keuangan desa pada dasarnya merupakan bagian dari keuangan negara, seperti yang diatur
dalam UU No. 6 Tahun 2014 tentang Keuangan Desa. Keuangan Desa diartikan sebagai semua
hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang
dan barang yang dapat dimiliki desa untuk melaksanakan hak dan kewajibannya. Dana desa
digunakan untuk membiayai seluruh rencana pemerintahan desa untuk melaksanakan kegiatan
pembangunan, pemerintahan, dan pemberdayaan masyarakat desa dengan meningkatkan
potensi lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian
pembangunan secara partisipasi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dalam meningkatkan
pemerataan pendapatan dan pembangunan dalam berbagai bidang.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa pasal 68 pengertian dana
desa adalah bagian dari dana perimbangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota
untuk desa paling sedikit 10% yang pembagiannya untuk setiap desa secara proporsional yang
merupakan dana desa”.
2.2. Akuntabilitas
Dalam UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme menjelaskan bahwa yang dimaksud asas akuntabilitas adalah
asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil dari kegiatan penyelenggaraan negara
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi
negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas
juga dapat diartikan sebagai suatu jaminan pertanggungjawaban secara terbuka kepada pihak
yang terkena dampak penerapan kebijakan atas setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh
pemerintahan (Krina 2003). Sedangkan menurut Darise (2007) akuntabilitas merupakan bentuk
pertanggungjawaban yang wajib dilakukan bagi individu dalam mengelola dan mengendalikan
sumber daya serta melaksanakan kebijakan dalam rangka untuk mencapai tujuan yang telah
Akuntabilitas Finansial, Transparansi dan Partisipasi Masyarakat
Simposium Nasional Akuntansi XXI, Samarinda, 2018 6
ditetapkan. Peneliti menyimpulkan bahwa akuntabilitas merupakan kewajiban dalam bentuk
pertanggungjawaban kinerja suatu organisasi yang harus dilakukan oleh seseorang maupun
kelompok dalam pengelolaan dan pengendalian serta pelaksanaan kebijakan.
Akuntabilitas yang digunakan dalam lingkup pemerintahan termasuk diantaranya pemerintahan
desa adalah akuntabilitas finansial. Menurut Mahmudi (2007) akuntabilitas finansial adalah
bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam
menggunakan dana publik secara efektif, ekonomi dan efisien, terhindar dari kebocoran dan
pemborosan dana serta korupsi. Akuntabilitas finansial menekan pada jumlah finansial dan
anggaran. Akuntabilitas finansial sangat penting dilakukan karena berisi pertanggungjawaban
dalam mengelola keuangan publik sehingga akan menjadi sorotan masyarakat. Akuntabilitas
ini mengharuskan lembaga lembaga pemerintah untuk membuat laporan keuangan sebagai
gambaran kinerja finansial organisasi kepada pihak eksternal. Dari pernyataan tersebut maka
sangat penting bagi pemerintah desa untuk melakukan akuntabilitas finansial sebagai bentuk
pertanggungjawaban dalam pengelolaan anggaran yang telah ditetapkan sehingga masyarakat
dapat mengetahui bagaimana hasil kinerja pemerintah desa yang sebenarnya.
2.3. Transparansi
Transparansi merupakan pengungkapan dalam bentuk pertanggungjawaban secara periodik
yang bersifat material kepada pihak yang memiliki kepentingan dalam hal ini yaitu masyrarakat
sehingga memungkinkan untuk mengetahui dan mendapatkan informasi mengenai keuangan
daerah (Hanifah 2015). Transparansi juga diartikan sebagai bentuk keterbukaan organisasi
untuk menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah dilihat dan
dimengerti bagi siapa saja yang berkepentingan (Atmadja 2013). Sedangkan menurut United
Nations Development Program (UNDP) transparansi dibangun atas dasar kebebasan untuk
mendapatkan informasi. Informasi yang diperoleh berkaitan dengan kepentingan publik secara
langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan.
Akuntabilitas Finansial, Transparansi dan Partisipasi Masyarakat
Simposium Nasional Akuntansi XXI, Samarinda, 2018 7
Menurut Krina (2003) transparansi memiliki 2 aspek, yaitu (1) komunikasi publik yang
diberikan oleh pemerintah, dan (2) hak yang dimiliki masyarakat untuk memperoleh informasi.
Jika pemerintah tidak menangani kinerjanya dengan baik maka kedua aspek tersebut akan sulit
dilakukan. Transparansi dapat dicapai dengan manajemen kinerja yang baik.
2.4. Akuntabilitas Pengelolaan Dana desa
Akuntabilitas merupakan unsur utama dari good corporate governance. Akuntabilitas
merupakan hal yang sangat penting bagi pengelolaan keuangan di setiap organisasi, baik
organisasi pemerintah maupun non pemerintah. Pelaksanaan akuntabilitas dengan
menggunakan prinsip-prinsip good governace sangat penting di setiap organisasi yang
bertujuan agar organisasi tersebut dapat dipercaya oleh pemangku kepentingan, oleh karena itu
setiap organisasi pemerintahan maupun non-pemerintahan diharuskan melaksanakan prinsip
akuntabilitas tersebut, termasuk dalam pengelolaan dana desa (Atmadja 2013).
Dalam penyelenggaraan pemerintahan maupun penyelenggaraan perusahaan yang baik,
dinyatakan juga bahwa dalam akuntabilitas berisi kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan
segala kegiatan terutama dalam bidang administrasi keuangan kepada pihak yang
berkepentingan. Akuntabilitas dapat dilakukan dengan menyediakan kesempatan kepada
semua pihak yang berkepentingan untuk bertanya maupun menuntut pertanggungjawaban para
pelaksana program dan pengambil keputusan ditingkat masyarakat daerah. Dalam hal ini maka
semua kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan dana desa harus dapat diakses oleh semua
unsur yang berkepentingan terutama masyarakat di wilayahnya (Sulistyani 2004).
Penelitian sebelumnya tentang dana desa oleh Muslimin (2012) menggunakan metode
kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten
Janeponto dengan tujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan akuntabilitas pengelolaan
dana desa. Berdasarkan evaluasi dan penilaian dari bagian pemerintahan Desa Punagaya,
Kecamatan Bangkala adalah salah satu desa, yang dinilai baik dalam pelaksanaan program dana
desa. Penilaian didasarkan pada beberapa indikator yaitu : (1) meningkatnya akuntabilitas
Akuntabilitas Finansial, Transparansi dan Partisipasi Masyarakat
Simposium Nasional Akuntansi XXI, Samarinda, 2018 8
pengelolaan dana desa dari pengelola dana desa di tingkat desa, (2) kesesuaian antara rencana
dan realisasi baik fisik maupun administrasi dalam penggunaan dana desa, (3) tertib
administrasi dalam pengelolaan dana dana desa, dan (4) meningkatnya pengetahuan masyarakat
tentang dana desa. Penelitian ini menyimpulkan bahwa adanya akuntabilitas pengelolaan dana
desa di Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto. Faktor akuntabilitas dana
desa terbatas pada keterampilan, keinginan dan tingkat partisipasi. Perencanaan program dana
desa di Desa Punagaya secara bertahap telah melaksanakan konsep pembangunan partisipasi
masyarakat desa.
Penelitian Riyanto (2015) tentang pengelolaan dana desa di Kabupaten Kutai Kartanegara
menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan dan
mendeskripsikan faktor pendukung dan faktor penghambat akuntabilitas finansial dalam
mengelola dana desa di Kantor Desa Perangat Selatan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
akuntabilitas finansial dalam pengelolaan dana desa dapat dipertanggungjawabkan bagi semua
pihak pemerintah desa.
Transparansi Pengelolaan Dana desa
Transparansi adalah prinsip yang memberikan kebebasan bagi seseorang untuk
mendapatkan informasi tentang penyelenggaraan pemerintah, yaitu informasi tentang proses
pembuatan kebijakan serta hasil yang telah dicapai (Krina 2003). Berdasarkan pernyataan
tersebut, yang dimaksud dalam penelitian ini antara lain, adanya kesempatan dalam
memperoleh informasi yang mudah dipahami oleh masyarakat dengan adanya laporan berkala
mengenai pengelolaan dana desa dan adanya publikasi mengenai detail keuangan dana desa
yang dilakukan pemerintah Desa Kalibeji kepada masyarakat.
Penelitian lain dilakukan oleh Irma (2015) tentang pengelolaan dana desa di Kecamatan Dolo
Selatan, Kabupaten Sigi dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan akuntabilitas, mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
dana desa dalam administrasi keuangan dan untuk mengetahui manfaat ekonomi melalui dana
Akuntabilitas Finansial, Transparansi dan Partisipasi Masyarakat
Simposium Nasional Akuntansi XXI, Samarinda, 2018 9
desa. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pelaksanaan dana desa di kecamatan Dolo selatan
telah dilakukan dan dikelola secara akuntabel dan transparan. Meski demikian, penerapan
prinsip akuntabilitas pada tahap ini terbatas pada akuntabilitas fisik, administrasi belum
sepenuhnya dilakukan dengan sempurna karena belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan
peraturan daerah. Masih cukup banyak temuan yang mengindikasikan bahwa pengelolaan
administrasi keuangan dana desa belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan peraturan daerah.
Saran bagi penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitian dengan memilih tingkat
partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan hasil-hasil
pembangunan desa di Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi.
Menurut Krina (2003) dalam rangka mewujudkan adanya transparansi publik, dapat dilakukan
upaya sebagai berikut: (1) adanya informasi yang dapat diakses oleh masyarakat, (2)
Menyediakan kesempatan untuk menggali dan mengumpulkan masukan dari berbagai pihak
termasuk aktivitas warga dalam kegiatan publik khususnya dalam mengelola dana desa, (3)
Memberikan informasi kepada pengguna jasa layanan publik seperti penyedia panduan
kegiatan masyarakat dan proses perencanaan dalam mengelola dana desa.
Partisipasi Pengelolaan Dana desa
Partisipasi masyarakat merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan desa,
sehingga seluruh lapisan masyarakat akan mendapatkan kekuatan dan hak yang sama untuk
menuntut atau mendapatkan bagian yang adil dari manfaat pembangunan termasuk diantaranya
dalam mengelola dana desa (Krina 2003). Berdasarkan pernyataan tersebut untuk menciptakan
akuntabilitas diperlukan partisipasi dari pimpinan pemerintah dan masyarakat dalam menyusun
dan mengawasi anggaran (Rubin 1996). Sehingga di dalam mengelola dana desa partisipasi
masyarakat diharapkan dapat meningkatkan fungsi pengawasan.
Menurut Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa, masyarakat adalah pemangku
kepentingan yang paling utama dalam melaksanaan pembangunan di desa. Demi mewujudkan
penggunaan dana desa secara transparan dan akuntabel, masyarakat dapat ikut serta melalui;
Akuntabilitas Finansial, Transparansi dan Partisipasi Masyarakat
Simposium Nasional Akuntansi XXI, Samarinda, 2018 10
(a) Pengaduan masalah penggunaan dana desa melalui pusat pengaduan dan penanganan
masalah (crisis center) Kementerian Desa, Transmigrasi dan Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan atau website LAPOR Kantor Sekretariat Presiden, (b) Pendampingan desa termasuk
terhadap proses penggunaan dana desa sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan,
dan/atau (c) Studi, pemantauan dan publikasi terhadap praktik baik dan buruk desa-desa dalam
penerapan prioritas penggunaan dana desa sesuai kewenangan.
3. Metoda Penelitian
3.1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif. Metode ini bertujuan untuk mendeskripsikan
data yang terkumpul secara sistematis dan akurat, sehingga dengan menggunakan metode ini,
diharapkan penulis dapat menggambarkan keadaan secara jelas mengenai akuntabilitas,
transparansi dan partisipasi terhadap pengelolaan dana desa di Desa Kalibeji, Kecamatan
Tuntang, Kabupaten Semarang.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari koresponden dengan cara wawancara langsung kepada pihak yang berkompeten
dan memahami pengelolaan dana desa di Desa Kalibeji, Kecamatan Tuntang, Kabupaten
Semarang. Data sekunder diperoleh dari dokumen –dokumen yang terdapat di kantor Desa
Kalibeji, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendukung hasil penelitian ini, maka peneliti melakukan pengumpulan data yang berupa
data primer dan data sekunder. Sehingga peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
berupa :
Akuntabilitas Finansial, Transparansi dan Partisipasi Masyarakat
Simposium Nasional Akuntansi XXI, Samarinda, 2018 11
1. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap informan-informan yang dijadikan narasumber yaitu
Kepala Desa, Sekertaris Desa dan Bendahara agar memperoleh data yang lebih lengkap
dan valid yang mungkin tidak terdapat pada dokumen. Wawancara dilakukan dengan
pertanyaan terbuka dan juga menggunakan alat perekam untuk semakin memudahkan
penulis dalam penulisan hasil wawancara karena akan diperoleh data yang lebih akurat
dan dapat lebih mudah dalam memasukkannya ke laporan hasil penelitian akuntabilitas,
transparansi dan partisipasi terhadap dana desa di Desa Kalibeji, Kecamatan Tuntang,
Kabupaten Semarang.
2. Observasi
Peneliti melakukan observasi dengan cara tinggal di desa tersebut selama 3 (tiga)
minggu sebagai pendukung dari hasil wawancara untuk melihat bagaimana
akuntabilitas, transparansi dan partisipasi terhadap pengelolaan dana desa di Desa
Kalibeji, Kecamatan Tuntang. Dengan melakukan observasi peneliti mempunyai bukti
yang nyata dan akurat tentang peristiwa yang terjadi di Desa Kalibeji, Kecamatan
Tuntang.
3. Dokumentasi
Selain dari beberapa teknik pengumpulan data tersebut, peneliti juga menggunakan
dokumentasi pada Desa Kalibeji yang berupa Laporan Keuangan Desa Kalibeji,
Kecamatan Tuntang.
3.4. Teknik Analisis Data dan Pengukuran Konsep
Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teknik yang
dijabarkan oleh Miles dan Huberman (1984) dengan menggunakan analisis data model
interaktif yang terdiri atas empat komponen, yaitu pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Akuntabilitas Finansial, Transparansi dan Partisipasi Masyarakat
Simposium Nasional Akuntansi XXI, Samarinda, 2018 12
Pengukuran Konsep dimaksudkan agar Konsep yang digunakan dalam penelitian dapat
terukur, sehingga dapat menjawab indikator-indikator empiris yang telah dibuat.
Akuntabilitas Finansial, Transparansi dan Partisipasi Masyarakat
Simposium Nasional Akuntansi XXI, Samarinda, 2018 13
3.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Konsep
Tabel 1 Definisi Operasional dan Pengukuran Konsep
No Konsep Definisi Indikator Empiris Alat Ukur
1. Akuntabilitas Akuntabilitas publik adalah bentuk
pertanggungjawaban yang dapat menjamin bahwa
setiap kegiatan yang dilakukan pemerintahan dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka oleh pelaku
kepada semua pihak. (Depdagri 2002).
1. Tercapainya tujuan dalam pengelolaan
dana desa
2. Adanya pengawasan oleh tim pelaksana
3. Adanya laporan pertangungjawaban
pengelolaan dana desa
4. Adanya keterlibatan pemerintah.
1. Mekanisme
pertanggungjawaban
2. Laporan tahunan
3. Laporan pertanggungjawaban
4. Sistem pemantauan kinerja
penyelenggara dana desa
5. Sistem pengawasan
6. Mekanisme reward and
punishment
2. Transparansi Transparansi adalah prinsip yang menjamin
kebebasan bagi seseorang untuk mendapatkan
informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan,
yakni informasi tentang kebijakan proses pembuatan
dan pelaksanaannya serta hasil-hasil yang dicapai
(Depdagri 2002)
1. Adanya sistem yang menjamin
standarisasi dan keterbukaan dari
semua proses pengelolaan dana desa
2. Adanya yang memfasilitasi pertanyaan
publik tentang berbagai kebijakan
dalam mengelola dana desa
3. Keterbukaan informasi maupun
pelaporan tindakan menyimpang di
dalam proses pengelolaan dana desa
terhadap masyarakat
1. Publikasi kebijakan publik
melalui alat alat komunikasi.
2. Penanganan keluhan melalui
media masa
3. Pertemuan masyarakat
Akuntabilitas Finansial, Transparansi dan Partisipasi Masyarakat
Simposium Nasional Akuntansi XXI, Samarinda, 2018 14
3. Partisipasi Didasarkan pada asumsi bahwa organisasi
pemerintahan akan bekerja lebih baik jika setiap
anggota diberi kesempatan untuk terlibat secara
langsung dalam setiap pengambilan keputusan.
Hal ini menyangkut 2 aspek yaitu :
a. Keterlibatan masyarakat melalui terciptanya
komitmen dan nilai diantara masyarakat agar
termotivasi dengan kuat pada program
yang direncanakan.
b. Keterlibatan publik, dalam desain dan
implementasi program dalam pengelolaan dana
desa (Peter 2001)
1. Kemampuan masyarakat untuk terlibat
dalam proses pembuatan keputusan
dalam pengelolaan dana desa
2. Akses masyarakat untuk
menyampaikan pendapat dari proses
pengambilan keputusan
1. Pertemuan kelompok
masyarakat
2. Diskusi publik
3. Media Massa
4. Votting
Sumber : Krina (2003) dimodifikasi
Akuntabilitas Finansial, Transparansi dan Partisipasi Masyarakat
Simposium Nasional Akuntansi XXI, Samarinda, 2018 15
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
Desa Kalibeji yang menjadi objek penelitian ini merupakan desa yang berada di Jl. Raya Muncul,
Ambarawa-Salatiga, Desa Kalibeji, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Desa kalibeji
sudah ada sejak abad ke-14 bukti dari hal itu adalah adanya yoni situs watu gentong peninggalan era
runtuhnya majapahit di area desa kalibeji. Meski demikian belum ditemukan secara persis kenapa desa ini
disebut dengan “kalibeji”, menurut pemangku wilayah (kepala desa) desa kalibeji menyatakan bahwa kata
“kalibeji” diambil dari “kali” dan “beji” dimana kata “kali” diambilkan dari dusun kaliglagah dan “beji”
diambilkan dari dusun “beji” dulunya kedua dusun itu saling bertengkar dan akhirnya memutuskan untuk
bersatu membentuk sebuah desa “kalibeji”. Desa Kalibeji terdiri dari 5 (lima) dusun yaitu Dusun
Kaliglagah, Dusun Kebrok, Dusun Cebur, Dusun Bejiwetan, dan Dusun Bejirejo.
Visi Desa Kalibeji yaitu Menjadikan pemerintah desa yang jujur, demokratis dan
trasparan menuju mayarakat desa kalibeji yang makmur, sejahtera dan aman. Sedangkan tujuan desa
Kalibeji : (1) Membangun Sistem Pemerintahan yang baik dan bersih, (2) Memanfaatkan sumber daya
manusia dan potensi yang ada untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan desa, (3) Menciptakan
Suasana aman dan damai, kehidupan masyarakat desa yang demokratis dan (4) Melestarikan lingkungan
dan budaya masyarakat desa kalibeji.
4.2. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik perlu adanya akuntabilitas, khusunya akuntabilitas
finansial. Akuntabilitas finansial berisi kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala kegiatan
terutama dalam bidang administrasi keuangan kepada pihak yang berkepentingan. Pihak yang
berkepentingan yang dimaksud adalah pemerintah pusat atau daerah dan terutama masyarakat. Dalam hal
ini maka semua kegiatan khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan dana desa harus dapat diakses oleh
semua pihak yang berkepentingan terutama masyarakat di wilayahnya.
Dalam mengungkapkan kenyataan keterjadian ekonomi di dalam organisasi, perangkat Desa
Kalibeji menggunakan Laporan Keuangan. Laporan Keuangan tersebut khususnya dalam pengelolaan dana
desa dibuat secara periodik. Di dalam pihak internal pemerintah Desa Kalibeji, laporan keuangan dana desa
dilaporkan setiap satu bulan sekali. Namun, di dalam lingkup eksternal yaitu Desa, laporan keuangan dana
desa dilaporkan secara semester, yaitu pada saat tengah tahun pada bulan Juni dan akhir tahun pada bulan
Desember. Laporan keuangan yang ditujukan di dalam lingkup kecamatan dibuat secara bertahap sesuai
Akuntabilitas Finansial, Transparansi dan Partisipasi Masyarakat
Simposium Nasional Akuntansi XXI, Samarinda, 2018 16
dengan waktu diterimanya dana desa yaitu Tahap I (satu) pada bulan Juni sebesar 60% dan Tahap II (dua)
pada bulan Oktober sebesar 40%. Selain terdapat dalam lampiran, hal ini terekam dari peryataan bendahara
Desa Kalibeji, yaitu ibu Sunarti.
“Penerimaan dana desa ada 2 tahap yaitu 60 % dan 40 % tahap 1 bulan Juni tahap 2 di
bulan Oktober. Khusus intern kantor desa itu laporannya perbulan entah itu
pembangunan entah itu pemberdayaan entah itu pemerintahan itu perbulan. Tapi kalau
untuk tingkat desa itu laporannya dibuat semesteran, semester satu dan semester dua yaitu
awal tahun dan akhir tahun. Kalau Kecamatan pertahap. kalau tingkat masyarakat juga
bisa bertahap dan semesteran.”
Tujuan yang telah ditetapkan Desa Kalibeji dalam pengelolaan dana desa sudah tercapai. Menurut
Kepala Desa Kalibeji yaitu Bapak Ngatman, Tingkat pencapaian tujuan pengelolaan dana desa sebesar 75%
(tujuh puluh lima persen). Seperti yang diungkapkan di dalam UU No. 6 Tahun 2014 tentang Keuangan
Desa, dana desa digunakan untuk membiayai seluruh rencana pemerintah desa untuk melaksanakan
kegiatan pembangunan pemerintah berupa perbaikan jalan yang rusak dan pemberdayaan masyarakat, Desa
Kalibeji menggunakan dana desa untuk membiayai pembangunan jalan dan perbaikan terhadap RTLH
(Rumah Tidak Layak Huni). Tingkat keberhasilan tujuan pengelolaan dana desa ini dapat terlihat dari sudah
banyaknya perbaikan jalan yang rusak sebagai akses utama perekonomian warga desa Kalibeji.. Selain itu
hal tersebut juga terekam melalui pernyataan kepala desa, yaitu Bapak Ngatman.
“Tujuan pengelolaan dana desa 75% (tujuh puluh lima persen) sudah tercapai. Tujuannya
untuk pembangunan masih infrastuktur dan pemberdayaan masyarakat termasuk RTLH
(Rumah Tidak Layak Huni).”
Peneliti melakukan konfirmasi dengan salah satu warga yaitu bapak Prapto
“Tujuan dana desa sudah tercapai, Tujuannya untuk pembangunan dalam segala bidang.
Ada untuk PKK, Paud dan sarana prasarana. Di Desa Kalibeji sedang fokus ke
pembangunan jalan. Setiap ada dana langsung dikerjakan.”
Pengawasan dalam pengelolaan dana desa Kalibeji dilakukan oleh Pelaksana Teknis Pengelolaan
Keuangan Desa (PTPKD) yaitu terdiri dari kepala desa sebagai penanggungjawab, sekertaris desa sebagai
koordinator dan bendahara sebagai kepala urusan keuangan. Desa Kalibeji bertanggungjawab memberikan
pelaporan pengelolaan dana desa kepada kecamatan dan kabupaten. Sistem pemantauan juga dilakukan
oleh pemerintah pusat melalui aplikasi langsung yang terhubung dengan pemerintah pusat yang digunakan
untuk memberikan laporan kegiatan khususnya dalam mengelola dana desa yang harus dilaporkan setiap
berakhirnya kegiatan.
Akuntabilitas Finansial, Transparansi dan Partisipasi Masyarakat
Simposium Nasional Akuntansi XXI, Samarinda, 2018 17
Adapun mekanisme pengawasan yang terekam berdasarkan penjelasan dari sekertaris desa yaitu
bapak Nurcholis.
“Adapun beberapa mekanisme pengawasan. Untuk tingkat lapangan di dalam
pembangunan yaitu TPK (Tim Pengelola Kegiatan) untuk mengontrol pembangunan di
lapangan, PK (Pelaksana Kegiatan) dan pemerintah desa juga mengontrol. Kemudian
dari kecamatan ada tim yang melakukan pembinaan pengelolaan dana desa. Pada tingkat
kabupaten di kejaksaan ada TP4D (Tim Pembentukan Tim Pengawal dan Pengaman
Pemerintah dan Pembangunan) salah satu tugasnya adalah mengawasi pengelolaan
dana desa, apakah ada penyimpangan atau tidak dan sebagai tempat konsultasi.
Inspektorat memiliki tugas untuk turun ke desa dan mengecek bagaimana pengelolan
dana desa. Adapun yang melakukan pembinaan terhadap pengelolaan dana desa yaitu
TP4D, Bapermas, Dispermas Kabupaten Semarang melakukan pengawasan dan pada
tahun ini sudah ada MOU bahwa polres juga melakukan pengawasan terhadap
pengelolaan dana desa. Pada tingkat kabupaten pengawasan dilakukan di awal dengan
memberi panduan pengelolaan dana desa dengan mencantumkan tujuan dana yang boleh
dan tidak untuk dikelola.”
Seperti yang tertera dalam Permendesa PDTT Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penetapan
Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2016 telah diatur tentang pelaksanaan fungsi pembinaan,
monitoring, evaluasi dan pengawasan yang dilakukan oleh (a) pemerintah Kabupaten/Kota, (b)
Pemerintah Desa dan BPD, serta (c) partisipasi masyarakat. Mekanisme pengawasan pengelolaan
dana desa Kalibeji untuk tingkat lapangan di dalam pembangunan yaitu TPK (Tim Pengelola Kegiatan),
PK (Pelaksana Kegiatan) dan pemerintah desa memiliki tugas mengotrol pembangunan. Dalam
pengawasan pengelolaan dana desa, kecamatan juga membentuk tim untuk melakukan pembinaan
pengelolaan dana desa. Pada tingkat kabupaten, pemerintah membentuk TP4D (Tim Pembentukan, Tim
Pengawal dan Pengaman Pemerintah dan Tim Pembangunan) salah satu tugasnya adalah mengawasi
pengelolaan dana desa dan sebagai tempat konsultasi. Inspektorat daerah memiliki tugas untuk turun ke
desa dan mengecek bagaimana pengelolaan dana desa. Adapun yang melakukan pembinaan terhadap
pengelolaan dana desa yaitu TP4D, Bapermas, Dispermas Kabupaten Semarang dan Polres.
Menurut Krina (2003) adapun indikator dalam akuntabilitas finansial yaitu ;(1) Tercapainya tujuan
dalam pengelolaan dana desa (2) Adanya pengawasan oleh tim pelaksana (3) Adanya laporan
pertangungjawaban pengelolaan dana desa (4) Adanya keterlibatan pemerintah. Proses akuntabilitas yang
dilakukan Desa Kalibeji yaitu tujuan dalam pengelolaan dana desa Kalibeji sudah tercapai dengan melihat
pembangunan yang sudah dilakukan desa Kalibeji, adanya pengawasan tim pelaksana yaitu pengawasan
yang dilakukan oleh Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD), adanya laporan
pertanggungjawaban pengelolaan dana desa yaitu laporan keuangan dana desa dibuat secara periodik, dan
adanya keterlibatan pemerintah dalam melakukan pengawasan pemerintah desa, kecamatan maupun
Akuntabilitas Finansial, Transparansi dan Partisipasi Masyarakat
Simposium Nasional Akuntansi XXI, Samarinda, 2018 18
kabupaten. Dengan melihat indikator dan realita yang ada maka pengelolaan dana desa di desa Kalibeji
sudah menerapkan akuntabilitasnya.
4.3. Transparansi Pengelolaan Dana Desa
Publikasi kebijakan publik melalui alat komunikasi, penanganan keluhan melalui media masa dan
adannya pertemuan masyarakat merupakan unsur yang ada dalam pengelolaan dana desa. Ketiga unsur
tersebut merupakan satu kesatuan, apabila ada salah satu unsur yang tidak terpenuhi maka belum dapat
dikatakan transparan.
Rincian penggunaan dana transfer termasuk didalamnya pengelolaan dana desa tidak hanya dirinci
di dalam laporan keuangan internal desa namun dipublikasikan juga melalui spanduk dalam bentuk kain
maupun plastik yang ditempel di depan kantor desa dan website desa Kalibeji yang bisa diakses siapa saja.
Hal ini terekam melalui pernyataan bendahara desa Kalibeji yaitu ibu Sunarti.
“Informasi tentang pengelolaan dana desa terpasang pada MMT yang ditempel di
dinding depan kantor desa dan melalui website tetapi websitenya baru dibuat bulan Mei
jadi belum sempat memasukkan laporan keuangan pengelolaan dana desa.”
Menurut Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa, Kepala desa wajib menyampaikan laporan
realiasasi APB Desa secara tertulis termasuk dana desa kepada masyarakat melalui media informasi yang
mudah diakses, seperti papan pengumuman, radio komunitas, website desa, dll. Masyarakat melakukan
pemantuan dan terlibat aktif dalam musyawarah desa yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan
Desa. Berdasarkan pemaparan bendahara desa Kalibeji informasi pengelolaan dana desa sudah terpasang
pada spanduk yang ditempel di depan kantor desa yang mudah di akses dan melalui website. Namun setelah
peneliti telusuri, ternyata di dalam website desa tersebut belum menampilkan rincian penggunaan dana
transfer yang termasuk di dalamnya adalah pengelolaan dana desa.
Hal ini juga sama halnya dengan yang disampaikan oleh kepala desa yaitu bapak Ngatman.
“Informasi tentang pengelolaan dana desa disampaikan melalui pertemuan RT, dan
terpasangnya MMT yang berisi APBDES baik di desa maupun di dusun. Disetiap adanya
pembangunan juga terpasang MMT yang berisi jenis anggaran, jenis kegiatan.”
Setelah peneliti telusuri ternyata benar disetiap objek yang dikelola dengan menggunakan dana
desa terdapat spanduk kecil yang berisi rincian jumlah dana desa yang digunakan untuk pembangunan.
Selain itu laporan keuangan pengelolaan dana desa di sampaikan melalui pertemuan-pertemuan
rutin yang diadakan desa Kalibeji. Bukti kehadiran masyarakat dalam pertemuan ini dapat dilihat dari daftar
hadir dalam setiap pertemuan yang terdapat dalam lampiran. Rincian pengelolaan dana desa tersebut juga
Akuntabilitas Finansial, Transparansi dan Partisipasi Masyarakat
Simposium Nasional Akuntansi XXI, Samarinda, 2018 19
di arsip dalam dokumen-dokumen yang juga dapat dilihat oleh semua pihak jika ada pihak yang ingin
mengetahui. Hal ini terekam melalui pernyataan Bapak Prapto sebagai perwakilan masyarakat.
“Pemerintah desa mempublikasikan segala informasi tentang pengelolaan dana desa
melalui musyawarah bangunan, jika ada masyarakat yang ingin mengaskes informasi
tentang pengelolaan dana desa dapat langsung ke balai desa, di sana ditulis semuanya
melalui papan informasi. Informasi yang disampaikan semuanya tentang pembelian
material, pembayaran tukang dan lainnya. Yang memfasilitasi pertanyaan masyarakat
tentang berbagai kebijakan dalam mengelola dana desa yaitu kepala dusun.”
Hal ini juga sama halnya dengan yang disampaikan oleh bapak Budi Utomo sebagai salah satu
ketua RW di Dusun Beji Wetan
“Pemerintah desa mempublikasikan segala informasi tentang pengelolaan dana desa
melalui melalui undangan pertemuan untuk disosialisasikan ke perangkat – perangkat
desa termasuk RT dan RW. Jika ada masyarakat yang ingin mengaskes informasi tentang
pengelolaan dana desa dapat langsung disampaikan kepada kantor desa. Informasi yang
disampaikan semuanya tentang adanya pembangunan yaitu jumlah dananya berapa,
kapan dana itu cair, dan kapan dana itu bisa diambil. Yang memfasilitasi pertanyaan
masyarakat tentang berbagai kebijakan dalam mengelola dana desa yaitu papan
informasi di Kantor Desa.”
Informasi dan pertanyaan yang dibutuhkan masyarakat difasilitasi dengan telah tersedianya
informasi di website, pertemuan masyarakat, publikasi yang berada di kantor desa dan pemerintah desa
bersedia memberi pelayanan langsung bagi masyarakat yang membutuhkan bukti fisik berupa foto dan hasil
nyata dari setiap kegiatan dalam pengelolaan dana desa. Informasi yang diberikan berupa jenis kegiatan,
nominal pemasukan dana desa, nominal pengeluaran dana desa dan SILPA (Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran) dana desa.
Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
menyatakan bahwa transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan
dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Dalam
pengelolaan dana desa, informasi publik diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk
memperoleh informasi yang mudah dipahami oleh masyarakat. Informasi yang telah diterapkan desa
Kalibeji ini bisa dilihat dengan dengan adanya laporan berkala mengenai pengelolaan dana desa dan adanya
publikasi dalam bentuk pemasangan spanduk atau pengumuman saat musyawarah mengenai detail
keuangan dana desa kepada masyarakat. Publikasi yang belum dilaksanakan desa Kalibeji yaitu
mencantumkan laporan keuangan di dalam website. Website merupakan salah satu bentuk keterbukaan
bagi masyarakat luas. Oleh karena itu website berpengaruh dalam transparansi karena dengan adanya
informasi pengelolaan dana desa yang dicantumkan dalam website masyarakat yang ingin mengetahui
pengelolaan dana desa dapat langsung mengakses tanpa harus datang langsung ke kantor desa.
Akuntabilitas Finansial, Transparansi dan Partisipasi Masyarakat
Simposium Nasional Akuntansi XXI, Samarinda, 2018 20
4.4. Partisipasi Pengelolaan Dana Desa
Dalam pengelolaan dana desa, kinerja pemerintahan desa akan dinilai baik jika masyarakat juga
ikut berpartisipasi di dalamnya. Keterlibatan masyarakat ini dapat melalui proses pengambilan keputusan
dalam pertemuan kelompok masyarakat dan diskusi publik tentang pengelolaan dana desa.
Desa Kalibeji juga melibatkan partisipasi masyarakat dalam mengelola dana desa. Bentuk
partisipasi masyarakat desa itu sendiri yaitu terlibat melalui swadaya dengan menjadi tenaga kerja dalam
melaksanakan pembangunan, mengusulkan penggunaan dana desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat di
setiap dusun, menyusun RAPB (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja) dan sebagai panitia kecil
dalam pembangunan. Hal ini terekam melalui pernyataan bapak Nurcholis sebagai sekertaris desa.
“Peran masyarakat dalam mengelola dana desa yaitu mengusulkan penggunaan dana
desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat di setiap dusun, menyusun RAPB, adanya
swadaya masyarakat dalam pembangunan”
Peneliti melakukan konfirmasi langsung kepada salah satu perwakilan masyarakat yaitu bapak
Prapto. Secara eksplisit beliau menyampaikan “Peran masyarakat dalam mengelola dana desa yaitu
sebagai tukang dalam pembangunan dana desa.”
Hal ini juga disampaikan melalui rekaman salah satu perwakilan masyarakat yaitu bapak Budi
Utomo yang mengemukanan “Peran masyarakat dalam mengelola dana desa yaitu mengawasi,
membentuk panitia kecil, ada juga yang menjadi ketua pembangunan, bendahara dan sekretaris.”
Sesuai dengan ketentuan pasal 80; pasal 81 dan pasal 82 UU Desa mengharuskan
perencanaan pembangunan desa mengikutsertakan masyarakat dan pelaksanaan pembangunan
harus melibatkan seluruh masyarakat desa dengan semangat gotong royong dan menjamin peran
serta masyarakat desa dalam pemantauan dan pengawasan pembangunan. Seperti yang telah
disampaikan perwakilan masyarakat dalam pengelolaan dana desa Kalibeji, masyarakat telah
terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan gotong royong sebagai swadaya dalam
melaksanakan pembangunan.
Dalam proses pengambilan keputusan terkait pengelolaan dana desa masyarakat juga terlibat dalam
musyawarah yang diadakan setiap setahun sekali pada tingkat desa. Terdapat dua macam musyawarah yaitu
musyawarah dusun dan musyawarah desa. Proses pembuatan keputusan dalam pengelolaan dana desa di
tingkat dusun yaitu pertama masyarakat memberikan usulan melalui pertemuan RT yang diadakan rutin
setiap sebulan sekali pada setiap dusun kemudian usulan tersebut akan dimusyawarahkan lagi pada tingkat
Akuntabilitas Finansial, Transparansi dan Partisipasi Masyarakat
Simposium Nasional Akuntansi XXI, Samarinda, 2018 21
RW dan disalurkan melalui musyawarah Dusun. Setelah masyarakat memberikan usulan-usulan melalui
musyawarah dusun, masyarakat menyampaikan usulan pengelolaan dana desa melalui musyawarah desa
dan pemerintah desa memberikan keputusan melalui diskusi publik yang diikuti oleh perwakilan dari setiap
dusun.
Hal ini terekam melalui pernyataan bapak Ngatman sebagai kepala desa.
“Proses pembuatan keputusan dalam pengelolaan dana desa ada beberapa tahap yaitu
tahap pertama adalah penjaringan aspirasi per RT dan tahap kedua adalah aspirasi
dibawa ke tingkat dusun dan kemudian dibawa ke tingkat desa. Pada tahap akhir yang
telah diputuskan di rapat Desa akan menjadi rencana berikutnya.”
Peneliti melakukan konfirmasi langsung kepada salah satu perwakilan masyarakat yaitu bapak
Prapto menyatakan “Akses masyarakat dalam menyampaikan pendapat dari proses pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan dana desa yaitu melalui musyawarah RT,RW dan Dusun.”
Menurut Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa, keterlibatan masyarakat merupakan
salah satu kunci keberhasilan pembangunan Desa. Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan
pembangunan diwujudkan dalam bentuk penggunaan hak menyampaikan pendapat dalam rangka
pengambilan keputusan, akses dan kontrol terhadap sumberdaya. Dengan melihat realita yang ada
maka pengelolaan dana desa di desa Kalibeji sudah menerapkan partisipasi masyarakat. Hal ini bisa terlihat
dengan adanya peran masyarakat dalam mengambil keputusan untuk mengelola dana desa melalui
kehadiran masyarakat dalam setiap musyawarah yang diadakan baik tingkat RT, RW, Dusun dan tingkat
Desa. Dengan kehadiran masyarakat dalam musyawarah sehingga aspirasi masyarakat benar-benar dapat
direalisasikan. Dalam mengelola dana desa masyarakat jugat terlibat aktif sebagai panitia pembangunan
maupun terlibat sebagai swadaya dalam mengelola pembangunan dengan menggunakan dana desa.
5. Simpulan, Keterbatasan dan Saran
5.1. Simpulan
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat praktik akuntabilitas,
transparansi dan partisipasi pengelolaan dana desa yang dilaksanakan para pengurus Desa Kalibeji
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang sudah memadai. Hal ini dicerminkan melalui realita yang ada.
Dalam menerapkan akuntabilitasnya desa Kalibeji sudah berhasil mencapai tujuan yang ditetapkan dengan
melihat pembangunan jalan, RTLH dan lain-lain. Selain itu akuntabilitas dalam pengelolaan dana desa
Akuntabilitas Finansial, Transparansi dan Partisipasi Masyarakat
Simposium Nasional Akuntansi XXI, Samarinda, 2018 22
Kalibeji dapat dilihat dari adanya pengawasan tim pelaksana yaitu pengawasan yang dilakukan oleh
Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD), adanya laporan pertanggungjawaban pengelolaan
dana desa yaitu laporan keuangan dana desa dibuat secara periodik, dan adanya keterlibatan pemerintah
dalam melakukan pengawasan pemerintah desa, kecamatan maupun kabupaten.
Transparansi merupakan bentuk keterbukaan dalam menyampaikan informasi dalam pengelolaan
dana desa. Dengan adanya laporan berkala mengenai pengelolaan dana desa dan adanya publikasi dalam
bentuk pemasangan spanduk atau pengumuman saat musyawarah mengenai detail keuangan dana desa
kepada masyarakat membuktikan bahwa desa Kalibeji telah menerapkan transparansi. Walaupun demikian,
masih ada publikasi yang belum dilaksanakan desa Kalibeji yaitu mencantumkan laporan keuangan di
dalam website. Bentuk keterbukaan secara umum melalui website ini berpengaruh dalam transparansi
karena akan menyulitkan masyarakat yang ingin mengaskes informasi pengelolaan dana desa.
Desa Kalibeji sudah menerapkan partisipasi masyarakat dengan adanya peran masyarakat dalam
mengambil keputusan untuk mengelola dana desa melalui kehadiran masyarakat dalam setiap musyawarah
yang diadakan baik tingkat RT, RW, Dusun dan tingkat Desa. Kehadiran masyarakat dalam musyawarah
sehingga dapat menyalurkan aspirasi masyarakat benar-benar dapat direalisasikan. Dalam mengelola dana
desa masyarakat jugat terlibat aktif sebagai panitia pembangunan maupun terlibat sebagai swadaya dalam
mengelola pembangunan dengan menggunakan dana desa.
5.2. Keterbatasan Penelitian
Peneliti mengakui sekalipun sudah berupaya semaksimal mungkin dalam melakukan penelitian,
peneliti masih menemui keterbatasan – keterbatasan dan kekurangan dalam pelaksanaan penelitian di
lapangan antara lain; dalam mewawancarai beberapa warga sebagai informan dalam penelitian ini
terkadang jawaban yang diberikan kurang nyambung dengan apa yang sudah peneliti tanyakan. Bukti
dokumentasi yang diberikan sebagai lampiran kurang begitu jelas dikarenakan keterbatasan dalam
mendokumentasikannya.
5.3. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan tentang Akuntabilitas, Transparansi dan Partisipasi
dalam Pengelolaan Dana Desa Kalibeji, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, maka penulis dapat
mengajukan saran yang terkait dengan penelitian ini. Bagi pemerintah desa, perbaikan secara terus menerus
merupakan fokus dari pengelolaan dana desa dengan selalu mengikuti peraturan perundang undangan
terbaru, agar pemerintah desa dapat mengelola anggaran dana desa dengan baik terutama dalam
Akuntabilitas Finansial, Transparansi dan Partisipasi Masyarakat
Simposium Nasional Akuntansi XXI, Samarinda, 2018 23
pengeluaran dana desa. Untuk meningkatkan transparasi dalam pengelolaan dana desa sebaiknya perangkat
Desa Kalibeji menambahkan data keuangan dalam website Desa Kalibeji agar masyarakat dan siapapun
yang membutuhkan informasi dapat dengan mudah mengakses laporan keuangan.
Bagi penelitian selanjutnya sebaiknya mengkoordinasikan terlebih dahulu kepada para informan
yang benar-benar memahami topik yang akan ditanyakan dan mengenai waktu yang akan digunakan dalam
wawancara terutama masyarakat desa. Untuk dokumentasi yang digunakan sebaiknya menggunakan alat
yang memadahi sehingga data wawancara maupun gambar yang diperoleh lebih jelas.
6. Referensi
Atmadja, Anantawikraman Tungga. Akuntansi Manajemen Sektor Publik. Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha, 2013.
B, Bungin. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. .
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.
Bere, Sigiranus Marutho. Kompas. Maret 20, 2017. www.regional.kompas.com (accessed 6 12, 2017).
Darise, Nurlan. Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta: Indeks, 2007.
Depdagri, Bappenas. Buku Pedoman Penguatan Pengamanan Program Pembangunan Daerah. 2002.
DJPK. kementrian keuangan Republik Indonesia. November 21, 2016. www.djpk.depkeu.go.id (accessed
Juni Minggu, 2017).
Fanani, Ardian. Detiknews. maret 6, 2017. https://news.detik.com (accessed juni 12, 2017).
Hanifah, Sugeng. "Akuntabilitas dan Transparansi Pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan Belanja
Desa (APBDes)." Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol.4 No.8, 2015.
Huberman, M.B Milles and M.A. Qualitative Data Analysis. London: Sage Publication, 1984.
Irma, Ade. "Akuntabilitas Alokasi Dana Desa di Kecamatan Dolo Selatan Kabupaten Sigi." 2015.
Akuntabilitas Finansial, Transparansi dan Partisipasi Masyarakat
Simposium Nasional Akuntansi XXI, Samarinda, 2018 24
Krina, Loina Lalolo. "Indikator dan Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, transparasi dan pasrtisipasi." 2003.
Lina Nasihatun, Nafidah, Mawar Suryaningtyas. "Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam
Upaya Meningkatkan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat." Jurnal Bisnis dan
Manajemen Islam, 2015.
Mahmudi. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2007.
Mardiasno. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi Offset, 2002.
Muslimin, Mappamiring,St. Nurmaeta. "Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa Punagaya
Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto." Otoritas Jurnal Ilmu Pemerintahan, 2012.
Pemerintah Republik Indonesa. "Undang-Undang No.6 tahun 2014 tentang Desa." Jakarta: Sekretariat
Negara, 2014.
Pemerintah Republik Indonesia. Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa. Kementerian Koordinasi
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, 2016.
—. "Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa pasal 68." Jakarta: Sekretariat Negara, 2005.
—. "Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 pasal 7 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme." Jakarta: Sekretariat Negara, 1999.
—. "Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik."
Jakarta: Sekretariat Negara, 2008.
Pemerintah Republik Indonesia;. "Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa pasal 68."
Jakarta: Sekretariat Negara, 2005.
Peter, B. Guy. The Politics of Bureaucracy. London: Routledge, 2001.
Putriyanti, Aprisiami. "Penerapan Otonomi Desa dalam Menguatkan Akuntabilitas Pemerintahan Desa dan
Pemberdayaan Masyarakat di Desa Aglik Kecematan Grabag Kabuoaten Purworejo." eprints,
2012: 8.
Republik Indonesia, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. "Peraturan Menteri
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2015 Tentang Penerapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2016." 2015.
Akuntabilitas Finansial, Transparansi dan Partisipasi Masyarakat
Simposium Nasional Akuntansi XXI, Samarinda, 2018 25
Risti Valentina Huri, Djoko Supatmoko. "Akuntabilitas Pengelolaan Dan Pemanfaatan Alokasi Dana Desa
Dalam Proses Pembangunan di Desa Dasri Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi Tahun
2013." Artikel Ilmiah Mahasiswa, 2015.
Riyanto, Teguh. "Akuntabilitas Finansial Dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Kantor Desa
Perangat Selatan Kecamatan Marangkayu Kabupaten Kutai Kartanegara." eJournal Administrasi
Negara, 2015.
Rubin, Irene. "Budgeting for Accountability:Municipal Budgeting for the 1990s." Journal Public
Budgeting & Finance, Summer, 1996.
Silvia, J, and M Ansar. "Akuntabilitas dalam perspektif gereja Protestan." Jurnal Simposium Nasional
Akuntansi 14 (2011).
SindoNews. SindoNews.com. january 29, 2017. https://nasional.sindonews.com/read/1175141/13/87-
dugaan-korupsi-dana-desa-bakal-diusut-kpk-1485664555 (accessed july 6, 2017).
Sulistyani, Ambar. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: Gava Media, 2004.
Supatmoko, Risti Valentina Huri dan Djoko. "Akuntabilitas Pengelolaan dan Pemanfaatan Alokasi Dana
Desa Dalam Proses Pembangunan di Desa Dasri Kecamatan Tegalsari Kabupaten Bnyuwangi
Tahun 2013." 2015.
Tamtama, Derro Madya. "Akuntabilitas Pengelolaan ADD (Alokasi Dana Desa) di Kabupaten Madiun
Tahun 2013 (Studi Kasus pada Kecamatan Kare)." Artikel Ilmiah Mahasiswa 2014, 2014.
Top Related