BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, tentu saja kita pernah menemukan
sepasang suami istri yang mengalami perseteruan yang salah satu
penyebabnya bisa jadi karena tidak adanya kesiapan mental dan pengetahuan
baik salah satu pihak maupun kedua-duanya dalam hal berbicara, akan tetapi
dalam makalah ini saya hanya akan membahas tentang adab berbicara seorang
istri saja. Jadi, pengetahuan seorang wanita tentang adab ketika bertingkah
laku dan berbicara itu sangat diperlukan. Tidak harus menunggu ketika
menikah baru kita memulai untuk belajar, melainkan dimulai sejak dini,
supaya ada persiapan maupun bekal yang akan kita terapkan pula ketika
saatnya mengarungi kehidupan berrumah tangga.
Apabila para calon ibu rumah tangga sudah terbiasa menanamkan adab
berbicara yang disertai dengan pancaran pribadi nan penuh cinta, lemah
lembut dalam bertutur, insyaallah dapat mengurangi kemungkinan terjadinya
percecokan dalam rumah tangga dan insyaalah suami senantiasa simpati dan
semakin terikat kepada sang istri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian adab berbicara?
1
2. Bagaimanakah adab berbicara dalam pandangan Islam?
3. Bagaimanakah adab berbicara seorang istri dalam membina rumah tangga
menurut pandangan islam?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui pemahaman adab berbicara
bagi seorang istri dalam membina rumah tangga yang Islami adalah sebagai
berikut:
a. Tujuan Umum
1. Mengetahui pengertian adab dan berbicara.
2. berbicara Mengetahui bagaimana adab berbicara dalam pandangan
Islam.
3. Mengetahui bagaimana adab berbicara seorang istri dalam membina
rumah tangga menurut pandangan islam.
b. Tujuan Khusus
Berdasarkan tujuan umum di atas, dapat dijabarkan menjadi
beberapa tujuam khusus sebagai berikut:
1. Mengetahui karakter berbicara seorang istri yang baik.
2. Mengetahui kapan seorang istri diperbolehkan untuk berbohong
kepada suami.
3. Mengetahui adab berbicara seorang istri dalam menciptakan suasana
rumah tenang dan damai.
2
4. Mengetahui apakah sikap-sikap istri dalam hal berbicara yang disukai
suami.
5. Mengetahui adab berbicara dalam mendidik anak.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
a. Manfaat Teoretis
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
bahan informasi tambahanbagi para pembaca yang ingin mengetahui
tentang adab berbicara seorang istri dalam membina rumah tangga yang
islami.
b. Manfaat Praktis
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas
penulis untuk membaca dan memahami tata cara berbicara, khususnya
ketika menjadi seorang istri dan membina rumah tangga yang syar’i. Serta
dijadikan bekal untuk direalisasikan dalam kehidupan berumah tangga
nantinya.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Islam adalah sebuah ajaran yang sangat tinggi memberitahu kita bahwa
seorang istri bukanlah mahluk sembarangan yang dapat diperlakukan
seenaknya, tapi ia adalah tempat suami memadu kasih, melindungi,
mengayomi, memberikan rasa aman, memperlakukannya bak puteri raja yang
elok nan cantik jelita, dipuja dan dimanja bagai sepasang sejoli yang tidak
pernah dapat dipisahkan. Islam mengajarkan cara untuk berumah tangga yang
harmonis, saling menyayangi, menghargai dan mengasihi. (Ra’d Kamil
Musthafa Al Hiyali: 2001)
2. Cinta yang sesungguhnya membutuhkan adanya sikap ta’at dan kesesuaian
antara yang cintai dengan apa yang tidak disukai oleh sang kekasih. (Hadi
Hasan Wasbi: 1999)
3. Perasaan ramah dan lemah lembut adalah merupakan karunia Allah yang besar
kepada hamba-Nya. Sikap tak sabar dan mudah tersinggung adalah gerak
setan. Sikap yang paling dicintai Allah adalah kesabaran dan kelembutan.
(Husyein Hilmi Isyik: 2002)
4. Keluarga bahagia adalah keluarga yang mendapat keredhaan Allah SWT.
Allah SWT redha kepada mereka dan mereka redha kepada Allah SWT.
Firman Allah SWT: “Allah redha kepada mereka dan mereka redha kepada-
4
Nya, yang demikian itu, bagi orang yang takut kepada-Nya”. (Surah Al-
Baiyyinah : 8).
5. ”Communication: the transmission of information, ideas, emotions, skills, etc.
by the uses of symbol…” , kurang lebih artinya komunikasi adalah transmisi
informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya. Tindakan atau proses
transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi. Bennard Berelson dan
Gary A. Steinner (1964:527)
5
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Adab Berbicara
3.1.1 Pengertian adab berbicara secara umum
Sebelum membahas tentang apa itu adab berbicara dalam ajaran
Islam, saya memaparkan terlebih dahulu tentang apa itu adab dan berbicara
menurut kamus besar bahasa Indonesia.
Menurut kamus besar bahasa indonesia, adab adalah kehalusan dan
kebaikan budi pekerti, kesopanan, ahlak. Lalu berbicara menurut kamus
besar bahasa indonesia adalah berkata, bercakap, berbahasa.
Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa adab berbicara
adalah budi pekerti atau kesopanan dalam berkata atau pun bercakap
dengan orang lain.
3.1.2 Adab Berbicara dalam Pandangan Islam
Dalam ajaran Islam, adab-adab berbicara telah di arahkan
sedemikian rupa baik yang terkandung dalam kitabullah (Al-Qur’an)
maupun Al Hadist. Ada pun beberapa ayat yang di dalamnya terkandung
adab berbicara antara lain sebagai berikut:
�ه� .1 ل وا �جه�ر� ت � و�ال �ي �ب الن ص�وت� ف�وق� �م �ك صو�ات� أ ف�ع�وا �ر ت � ال �وا ء�ام�ن �ذ�ين� ال "ه�ا ي
� �اأ ي
) ون� ع�ر� �ش ت � ال �م ت ن� و�أ �م �ك عم�ال
� أ �ط� ب �ح ت �ن أ �عض+ �ب ل �م �عض�ك ب �ج�هر� ك ق�ول� �ال �ن�)2ب إ
6
�ه�م �وب ق�ل الله� �ح�ن� امت �ذ�ين� ال �ك� �ئ �ول أ الله� س�ول� ر� د� ن ع� �ه�م صو�ات� أ �غ�ض"ون� ي �ذ�ين� ال
) ع�ظ�يم; جر;� و�أ ة; م�غف�ر� �ه�م ل �قو�ى �لت )3ل
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan
suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya
dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap
sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan
kamu tidak menyadari. Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan
suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati
mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang
besar”. (Al-Hujurat: 2-3)
2. ) ح�م�ير� ال ل�ص�وت� صو�ات�� أل ا �ر� ك ن
� أ �ن� إ �ك� ص�وت م�ن و�اغض�ض �ك� ي م�ش ف�ي )19و�اقص�د
Artinya: “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”. (Luqman: 19)
3. ) �يم; ل ح� Fي� غ�ن و�الله� ذGى� أ �ع�ه�ا ب �ت ي ص�د�ق�ة+ م�ن ر; ي خ� ة; و�م�غف�ر� وف; م�عر� )263ق�ول;
Artinya: “Perkataan yang baik dan pemberian ma`af lebih baik dari sedekah
yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan sipenerima).
Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun”. (al-Baqarah: 263).
3.2 Adab berbicara seorang istri dalam membina rumah tangga menurut
pandangan islam
7
Selain memiliki naluri keibuan, kemampuan mengatur dan mengurus
suami dan anak-anak dalam mengarungi bahtera rumah tangganya, seorang
istri juga perlu memiliki adab berbicara yang mendapat keridhaan dari Allah
SWT.
3.2.1 Karakter Berbicara Seorang Istri yang Baik.
Seorang istri yang shalehah tentu saja memiliki adab berbicara yang
baik. Memelihara perilaku tutur yang baik dan syar’i adalah sebuah
perangkat yang penting bagi seorang istri dalam membina rumah tangga.
Di dalam mengarungi bahtera rumah tangga, etika berbicara itu bisa
dikatakan penting. Apabila nada atau pun tekanan berbicara kita salah, bisa
saja menimbulkan efek kesalah pahaman bahkan menimbulkan rasa
tersinggung pada salah satu partisipan.
Ada beberapa karakter berbicara seorang istri yang baik yang harus
dimiliki, antara lain:
1. Menyambut suami sepulang dari pekerjaan yang melelahkan itu dengan
untaian kata yang menyejukkan.
2. Menyambut saudara dan teman-teman suami dengan pembicaraan yang
ramah dan dengan senang hati. Ketika saudara maupun teman-teman
sang suami bersilaturahmi ke rumah kita, seorang istri jangan sampai
membiarkan sang suami sendirian melayani dan menemani mereka,
sementara istri bersikap tak acuh dan sibuk sendiri. Istri yang baik, akan
8
menyambut saudara dan kerabat suaminya dengan tutur kata yang
ramah serta melayani dalam arti menyuguhkan makanan dan minuman.
Sikap dan adab tutur istri yang seperti ini dapat mencegah kebosanan
suami.
3. Tidak membicarakan berbagai masalah atau keluhan secara rinci kepada
suami karena lapar, sakit, dan lain-lain kecuali jika benar-benar
terpaksa.
4. Tidak menceritakan kesulitan-kesulitan rumah tangga kepada tetangga
dan teman-teman atau di tempat umum.
5. Tidak sekali-kali membicarakan rahasia suami istri dan masalah pribadi
lainnya, baik yang positif maupun negatif.
6. Tidak membicarakan suami kepada orang lain bahwa ia adalah
gudangnya kekurangan, tidak bertanggung jawab atau tidak menghargai
kehidupan rumah tangga.
7. Mengeluarkan kata-kata pujian atas pemberian suami, agar suami
merasa bahwa kehadirannya dihargai oleh istri. Tidak ada ruginya bagi
seorang istri jika memberikan kata-kata pujian kepada suami, atas
pengorbanan dan pemberiannya. Jangan karena apa yang diberikan oleh
suami tidak begitu sesuai dengan apa yang diinginkan, lalu istri
mencemooh dan menolak pemberiannya. Alangkah indahnya jika istri
dapat menerima dan mengucapkan terimakasih serta memuji
pemberiannya.
9
8. Tidak Sekali-kali bersikeras bahwa pendapat atau pembicaraan anda lah
yang paling benar. Apapun pendapat dan keputusan suami, selama itu
tidak melenceng dari perintah Allah SWT.,istri harus berbesar hati
mengalah dan mau menerima pendapat suami.
9. Ketika berdiskusi dengan suami, membuat pandangan yang sama, yang
saling mendukung agar sama-sama dapat berpendapat yang benar demi
mencapai kebaikan kehidupan bersama.
3.2.2 Kapan Seorang Istri Diperbolehkan Untuk Berbohong?
Ada kalanya istri dapat berbicara yang tidak sesuai dengan yang
dirasakannya. Tergantung pada situasi dan kondidsi-kondisi tertentu. Islam
memperbolehkan istri berbohong kepada suami apabila hal itu menyangkut
perasaannya. Ada beberapa poin dalam hal ini, antara lain sebagai berikut:
1. Istri hendaknya menyembunyikan perasaan bencinya, tidak mengamuk
dan tidak menceritakannya kepada orang lain, terutama kepada suami
dan keluarga. Sebaik-baiknya istri akan sangat menjaga perasaan
suaminya, walaupun misalnya ia tidak menyukai suaminya karena
suaminya sangat jarang memberikan hadiah dan sebagainya.
2. Rasulullah SAW menganjurkan para istri untuk berbohong dengan kata-
kata menyangkut perasaannya di depan suami. Kemudian tidak
membicarakan kekurangan suami di hadapannya, supaya suami simpati
kepada istri. Alangkah baiknya jika seorang istri memuji dulu kelebihan-
10
kelebihan suami di hadapannya dari pada harus menunjuk langsung
kekurangan suami, sebab bisa saja suami merasa sedih atau berkecil hati
atas penilaian istrinya.
3. Diterima dari Ummu Kultsum binti Uqbas, ia berkata : “Saya tidak
mendengar Rasulullah SAW memberikan keringanan dalam berbohong
apapun; kecuali dalam tiga hal, laki-laki yang mengucapkan perkataan
dimaksudkan untuk mendamaikan; laki-laki yang mengucapkan
perkataan ketika berperang; dan laki-laki yang berkata kepada istrinya
serta istri yang berkata kepada suaminya (untuk menjaga keharmonisan
rumah tangga).” (H . R . Muslim)
4. Pandai memuji kemurahan suaminya. Dengan memuji kebaikan suami,
insyaallah dapat menyadarkan hati suami. Misalnya ketika suami lupa
akan kewajibannya untuk memberikan uang belanja pada suatu saat, istri
dapat memuji bahwa ia adalah suami yang selalu mengingat
kewajibannya sebagai kepala keluarga dengan tutur kata yang lembut,
maka bisa saja suami akan ingat dengan sendirinya tanpa memarahi sang
istri.
5. Tidak berbicara yang membandingkan suami dengan suami orang lain.
Sebab hal itu dapat menumbuhkan masalah dan menimbulkan rasa benci
suami terhadap istri. Misalnya dalam hal seperti ini, suami orang lain
memiliki penghasilan yang lebih besar dari pada suami kita, kita jangan
sampai membanding-bandingkan suami kita dengan suami orang
11
tersebut bahwa suami kita tidak mampu mendapatkan penghasilan besar
seperti suami orang itu, melainkan istri haruslah memuji kegigihan dan
menyemangati suami agar semangat suami dalam mencari nafkah yang
halal senantiasa meningkat. Coba bayangkan, bila kita yang berada di
posisi suami, kita tentu akan merasa kecewa dan sedih karena usaha dan
pengorbanan kita tidak dihargai oleh istri yang tercinta.
6. Tidak perlu membicarakan kesalahan suami secara blak-blakkan.
Sebagai manusia biasa seperti kita, sang suami juga tentu saja tidak
luput dari berbagai kesalahan. Apabila istri menemukan kesalahan yang
dilakukan oleh suami misalnya suami terlambat menjemput istri dari
suatu majelis, istri tidak harus memarahi suami karena
keterlambatannya, melainkan bisa dengan cara menanyakan ia dari mana
dan membicarakan hal-hal lainnya dulu tanpa harus menjurus langsung
pada kesalahannya.
7. Menuturkan kata-kata yang lembut dan cerdik kepada suami untuk
menyetujui pendapat istri. Bahkan bagi penyelarasan pendapatnya dalam
beberapa hal. Firman Allah SWT: “Dan bantahlah mereka dengan cara
yang lebih baik” (Q.S. An-Nahl: 125). Apabila suami krang setuju
dengan pendapat istri, istri dapat menolak pendapat suami dengan
membujuk suami secara lembut dan memuji-muji bahwa ia adalah suami
yang penuh pengertian, baik hati dan sebagainya. Sebab, jika istri
12
membantah pendapat suami dengan amarah, ditakutkan akan
menimbulkan percecokan bahkan bertengkar dan sebagainya.
3.2.3 Adab berbicara seorang istri dalam menciptakan suasana rumah
tenang dan damai
Ketahuilah wahai para istri bahwa istri mampu menciptakan rumah
menjadi tempat yang tenang dan damai, sebagai tempat berteduh suami dan
anak-anaknya, salah satunya tidak menyambut kedatangan suami dengan
membicarakan setumpuk keluhan tentang anak-anak maupun kelelahan
pekerjaan di rumah. (Sayyid Al- Iraqi: 2007).
Berbicara lemah lembut dalam melayani suami dan mendidik anak
sangat penting bagi peran seorang istri dalam menciptakan kenyamanan dan
kedamaian rumah. Apabila istri tidak dapat menanamkan suara lemah
lembut dalam hal seperti ini, misalnya selalu membentak dan berteriak
ketika mendidik anak, selalu memarahi suami karena terlambat pulang dan
sebagainya, bisa menimbulkan pertikaian dalam rumah tangga, dan suasana
rumah tidak tenang dapat menimbulkan kejenuhan bagi anak maupun
suami, sehingga mereka akan merasa tidak betah berlama-lama di dalam
rumah. Tetapi, alangkah indahnya jika istri senantiasa menerapkan adab
berbicara yang dapat menumbuhkan rasa nyaman pada anak dan suami
untuk selalu berada di sisi rumah tangga tersebut.
3.2.4 Sifat-Sifat Istri dalam Hal Berbicara yang Disukai Suami.
13
Ada beberapa sifat istri yang disukai suaminya, dalam hal ini khusus
tentang sifat atau tabiatnya ketika berbicara, antara lain sebagai berikut:
1. Tidak pernah membentak apabila membantah suami.
2. Selalu berkata jujur, tidak suka berbohong.
3. Tidak suka marah dan emosi.
4. Tidak suka merendahkan atau mencemo’oh orang lain.
5. Tidak pernah segan menanyakan kesalahannya, segera mengakui
kesalahan itu serta menjelaskan sebab-sebabnya,
6. Tidak pernah menceritakan segala kekurangan suami akan tetapi selalu
berusaha menceritakan yang baik-baik saja.
7. Diam ketika suami hendak berbicara, memberikan kesempatan serta
mendengarkannya. Suami akan merasa bahwa istrinya memperhatikan
pembicaraannya.
8. Tidak suka menyanjung laki-laki lain dihadapan suami selain
menyanjung suaminya, karena yang demikian itu dapat menimbulkan
rasa cemburu dan mengundang masalah, bahkan suami dapat berpaling
dari sitrinya.
9. Sedikit berbicara, karena berbicara itu ibarat perak dan diam itu ibarat
emas.
10. Tidak pernah membuang-buang waktu dengan kegiatan menghasut dan
menyumpah orang lain.
14
11. Selalu bermusyawarah dengan suami dalam urusan kecil maupun besar,
menanamkan kepercayaannya serta menghargai pendapat suami.
12. Selalu berbicara yang menjaga perasaan suami atau menghindari ucapan
yang dapat menyinggung suami.
13. Bila mendapat bingkisan dari suami, istri pandai berterimakasih dan
memperlihatkan rasa genbira yang terdorong oleh rasa cinta kepadanya.
14. Rajin menyampaikan pendapat kepada suami.
15. Rajin melontarkan kata-kata manis dan berdaya emotif yang khas.
Setiap kali kata-kata itu dilontarkan, ia akan menjadi kunci hati dan
perekat cinta suami kepada istri.
16. Senantiasa menghibur waktu senggang suami dengan tingkah atau kata-
kata yang menarik.
17. Tidak bersikeras ketika berdialog atau berdiskusi bersama suami. Selalu
menghindari perkataan yang dapat menimbulkan perdebatan dan
penyampaian pendapat yang terus-menerus.
18. Tidak berteriak-teriak dalam keadaan tertentu.
19. Tidak suka memarahi suami karena suami tidak ada di rumah, akan
tetapi mengerti persaannya dengan sabar menunggu karena rindu dan
hormat kepadanya.
15
3.2.5 Adab Berbicara dalam Mendidik Anak
Selain menemani dan melayani suaminya, istri masih memiliki peran
penting lagi, yaitu mendidik anak-anaknya. Tentu saja ketika mendidik,
diperlukan aspek berbicara.
Hal ini dapat diperhatikan betapa eloknya kata-kata Nabiyang beliau
ucapkan secara jelas dan terang tanpa terbelit-belit yang kemudian
diperhatikan secarah penuh oleh anak. Beliau awali pembicaraan beliau
dengan kata, “Nak!” (Ya Ghulam!). Hal ini dapat membangkitkan perhatian
anak serta membuatnya merasa mendapat perhatian dari orang lain, sama
seperti bila anak muda mendengar panggilan “Wahai anak muda!”.
Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Anas bahwa ia berkata, “Nabi
pernah berkata kepadaku,, “Wahai anakku sayang, jika engkau mampu
berada di waktu pagi dan petang hari sementara di dalam hatimu tidak
terdapat kecurangan (khianat) kepada seorang pun, maka lakukanlah. Sebab,
yang demikian itu adalah bagian dari sunnahku. Siapa yang menghidupkan
sunnahku berarti menghidupkanku, dan siap yang menghidupkanku maka
kelak ia akan bersamaku di dalam surga.”
Di sini Nabi Muhammad SAW menggunakan ungkapan “Wahai
anakku sayang” (ya bunayya). Hal ini dimaksudkan untuk membangkitkan
perasaan anak, menarik perhatiannya serta membangunkan kesadarannya
agar mendengarkan hadist yang disampaikan oleh beliau. Nabi menyusun
secara urut informasi-informasi yang beliau sampaikan agar mudah
16
dihafalkan oleh si anak. Beliau juga membuat mata rantai dalam berbicara
agar mudah dipahami oleh anak. Di samping itu beliau mengatakannya
dalam nuansa penuh kehangatan dengan kata-kata “wahai anakku sayang”.
Demikianlah keelokan Rasulullah yang dapat diikuti oleh seorang
istri dalam hal mendidik putera-puterinya.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, kelembutan,
kesantunan, serta kepandaian istri dalam menyesuaikan pembicaraan serta
memilih dan memilah kata-kata dengan situasi dan kondisi yang dialami
suami maupun anaknya. Menerapkan perilaku dan tutur kata yang syar’i dan
berbicara dengan penuh cinta agar suami dan anak senantiasa rindu dan betah
berada di dalam rumah, serta mendidik anak-anak berbicara seperti apa yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW terhadap anak-anak beliau. Seperti itulah
adab berbicara seorang istri dalam pandangan Islam.
4.2 Saran
Bagi para wanita muslimah, marilah kita sama-sama mempersiapkan
dan menerapkan hal-hal yang telah diuraikan di atas dalam kehidupan kita.
Bagi saudari-saudariku yang sedang menempuh kehidupan rumah tangga,
semoga makalah ini dapat bermanfaat, dan bagi saudariku yang belum
mendapat gelar seorang istri, mari kita sama-sama mempersiapkan peran kita
dalam hal menanamkan dan memelihara sopan santun dan menjadi pribadi
yang penuh cinta.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://park-chairunnisa.blogspot.com/2012_12_01_archive.html
Al Hiyali, Ra’d Kamil Musthafa.2001. Az-Zuwaaj Al Islami As-Said, Al Jumhuriah: Mosul-Irak.
Al-Iraqi, Sayyid.2007. 1000 Kunci Kebahagiaan, Bandung: Pustaka Setia.
Anonim. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Anonim. 2009. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: Sygma Exsamedia Arkanleema
Isyik, Husyein Hilmi.2002. Sosok Muslim dalam Pandangan Islam, Putra Pelajar: Surabaya.
Ruvandi.2005. Seni Berkeluarga Islami, Yogyakarta: Bina Media.
Sadikin, Muhammad. 2010. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, Bekasi: Laskar Aksara.
Suwaid, Muhammad. Tips Mendidik Anak Ala Nabi, Solo: Pustaka Arafah.
19
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan
rakhmat, taufik serta petunjuk-petunjuk-Nya penulisan Makalah tentang Adab
Berbahasa dalam Lingkungan Keluarga ini dapat diselesaikan.
Shalawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, yang
telah merangkul kita dari masa kebodohan ke masa yang kian pesat ini.
Makalah yang berjudul Adab Berbicara Bagi Seorang Istri dalam
Membina Rumah Tangga yang Sakinah, Mawaddah Warahmah ini merupakan
salah satu tugas akhir dalam mata kuliah Berbicara.
Penulis menyadari bahwa ide-ide, bimbingan dan sumbang saran dari
berbagai pihak telah memberikan kontribusi yang besar bagi penyusunan makalah
ini. Oleh sebab itu dengan kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan
perhatian dan bantuan untuk penyelesaian makalah ini.
Selama penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Untuk itu penulis mwngucapkan terimakasih kepada
penulis.
Ciamis, Januari 2014
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................... 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................... 4
BAB III PEMBAHASAN .......................................................................... 6
3.1 Pengertian Adab Berbicara ..................................................... 6
3.1.1 Pengertian adab berbicara secara umum ....................... 6
3.1.2 Adab Berbicara dalam Pandangan Islam ....................... 6
3.2 Adab berbicara seorang istri dalam membina rumah tangga
menurut pandangan islam ....................................................... 8
3.2.1 Karakter Berbicara Seorang Istri yang Baik.................. 8
3.2.2 Kapan Seorang Istri Diperbolehkan Untuk Berbohong? 10
3.2.3 Adab berbicara seorang istri dalam menciptakan
suasana rumah tenang dan damai .................................. 13
3.2.4 Sifat-Sifat Istri dalam Hal Berbicara yang Disukai
Suami. ............................................................................ 14
ii
3.2.5 Adab Berbicara dalam Mendidik Anak ......................... 16
BAB IV PENUTUP .................................................................................... 18
4.1 Simpulan .................................................................................. 18
4.2 Saran ....................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 19
iii
ADAB BERBICARA BAGI SEORANG ISTRI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG SAKINAH, MAWADDAH WARAHMAH
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu TugasMata Kuliah Berbicara
Oleh:
YULITASARINIM. 2108130150
Kelas 1 – F Karyawan
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUHCIAMIS
2014
iv
Top Related