5/12/2018 Acute Lympoblastic Leukemia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/acute-lympoblastic-leukemia 1/19
ACUTE LYMPOBLASTIC LEUKEMIA
Nama : Rian Ma’rufi
No : 09711077
Kelompok Tutorial : 05
Tutor : dr. Dewi Purba
FAKULTAK KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2010
5/12/2018 Acute Lympoblastic Leukemia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/acute-lympoblastic-leukemia 2/19
ACUTE LYMPHOBLASTIC LEUKEMIA
Pendahuluan
Definisi
Leukemia merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh
anak-anak di berbagai belahan dunia. Acute Lymphoblastic Leukemia
(ALL) mempunyai presentase sebesar 75% dari seluruh penderita
leukemia dengan penderita terbanyak adalah anak-anak berumur 4 tahun.
Acute Myeloid Leukemia (AML) dilaporkan 20% dari seluruh penderita
leukemia dengan penderita umumnya adalah bayi baru lahir sampai umur
10 tahun. Penyakit leukemia lainnya adalah kronic myeloid leukemia dan
kronik lymphoid leukemia yang sangat jarang terjadi pada anak-anak.
Manifestasi klinik dari penyakit-penyakit tersebut sangat mirip, karena
semuanya sama-sama mengganggu fungsi dari sumsum tulang belakang
oleh karena itu diperlukan uji klinis dan uji laboratorium spesifik yang
berbeda untuk mendapatkan diagnosis dan terapi yang tepat. (William et
all, 2000:1543)
Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) merupakan salah satu
penyakit keganasan sel darah putih yang ditandai dengan banyaknya
jumlah limfoblas atau sel limfosit yang masih muda. Limfoblas diproduksi
di sumsum tulang belakang dan pada ALL limfoblas berproliferasi dan
akhirnya menyebar ke berbagai organ di dalam tubuh. Limfoblas tidak
berfungsi untuk melawan infeksi sebelum menjadi limfosit yang dewasa,
oleh karena itu anak-anak yang terkena ALL akan mudah terkena
berbagai infeksi dan demam karena limfoblas tidak berdiferensiasi
menjadi limfosit yang mempunyai fungsi untuk melawan infeksi. (Robert,
2005:293; Fauci et all 2008)
ALL mempunyai presentase 75% dari seluruh penyakit leukemia
yang umumnya diderita oleh anak-anak berumur antara dua sampai lima
tahun. Sebagian besar anak-anak penderita ALL mempunyai gejala klinis
seperti demam, pucat, perdarahan, hepatomegali dan adenopati. (Zairul
2004; Fauci et all 2008)
5/12/2018 Acute Lympoblastic Leukemia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/acute-lympoblastic-leukemia 3/19
Tingkat kesembuhan untuk anak-anak kurang dari 30% sedangkan
untuk orang dewasa antara 35 sampai 60%. Untuk penyembuhan dari ALL
sangat tergantung dari diagnosis dan terapi yang tepat. Perpaduan antara
pengetahuan dan ilmu kedokteran yang baik sangat diperlukan padapenyembuhan penyakit ini. (Robert, 2005:293; Fauci et all 2008)
Prevalensi
ALL merupakan salah satu penyakit leukemia yang mempunyai
presentase kejadian terbanyak, sebesar 75% dari seluruh penyakit
leukemia. Tingkat insidensi ALL adalah 1:60.000 orang sampai
3,1:100.000 orang pertahun dengan puncak insidensi pada usia 3-5 tahun.
Di Amerika terdapat 2500 anak-anak yang terdiagnosis ALL setiap
tahunnya. ALL lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita.
Saudara kandung mempunyai risiko menderita ALL empat kali lebih besar.
Pada kembar monozigot dari pasien ALL mempunyai risiko 20% untuk
berkembang menjadi ALL. (William, 2000:1543; Panji, 2007:728)
Pembahasan
Etiologi
Etiologi dari penyakit ALL masih belum sepenuhnya diketahui,
namun ALL dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi, radiasi,
bahan kimia dan genetik. Faktor keturunan dan sindroma predisposisi
genetik mempunyai hubungan dengan anak-anak yang menderita ALL.
Resiko terkena ALL bertambah pada penderita sindrom Down, sindrom
Shwachman, sindrom Bloom dan ataxia-telangiectasia. (Kara et all2002:109)
Beberapa faktor lingkungan yang berhubungan dengan ALL adalah
radiasi ionik, paparan dengan benzena, kebiasaan merokok dan obat
kemoterapi. Pada radiasi ionik seperti pada orang-orang yang selamat
dari ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki mempunyai risiko
tinggi menderita ALL. Paparan dengan benzena dapat menyebabkan
aplasia sumsum tulang, merusak kromosom dan dapat menyebabkan
5/12/2018 Acute Lympoblastic Leukemia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/acute-lympoblastic-leukemia 4/19
leukemia. Merokok pada usia lebih dari enam puluh tahun juga
meningkatkan risiko menderita ALL. Pemberian obat kemoterapi juga
dapat meningkatkan faktor risiko ALL. (Panji, 2007:728)
Faktor lain yang menyebabkan kenaikan faktor resiko adalah
seseorang yang mempunyai jenis kelamin laki-laki, berumur dua sampai
lima tahun, berkulit putih, seseorang yang mempunyai derajat
sosialekonomi yang tinggi, riwayat terkena radiasi sebelum ataupun
setelah lahir. (Sunarto, 1999; Kara et all, 2002:109)
Patogenesis
Kelainan sitogenetik yang paling sering ditemukan pada ALL dewasa
adalah translokase kromosom 9 dan 22 atau dapat disingkat t(9;22)/BCR-
ABL yang mempunyai presentase 20-30% dan t(4;11)/ALL1-AF4 yang
mempunyai presentase sebesar 6%. Kelainan ini mempunyai prognosis
yang buruk. Fusi gen BCR-ABL merupakan hasil dari translokase
kromosom 9 dan 22 yang dapat dideteksi dengan pulse-field gel
electrophoresis atau reverse-transcriptase polymerase chain reaction. ABL
sendiri merupakan nonreceptor tyrosine protein kinase yang berfungsi
mentransfer molekul fosfat ke substrat protein sehingga terjadi aktivasi
jalur transduksi sinyal yang penting dalam regulasi proliferasi dan
pertumbuhan sel. (Panji, 2007:728)
Kelainan lainnya adalah karyotip hipodiploid yang mempunyai
prognosis yang buruk, sedangkan t(10;14) dan karyotip hiperdiploid
mempunyai prognosis yang baik. Makanisme lain dari kanker adalah tidak
teraktivasi atau hilangnya gen supresor tumor seperti p16 dan p15 yang
berfungsi untuk pengontrol siklus sel sehingga kanker dapat dicegah.
Kejadian lain yang cukup sering terjadi adalah delesi, mikrodelesi dan
penyusunan kembali gen yang melibatkan p16. Kelainan lainnya yang
sering terjadi juga adalah kelainan ekspresi dari gen supresor tumor Rb
dan p53. Kelainan yang melibatkan dua atau lebih gen-gen ini ditemukan
pada sepertiga pasien ALL dewasa. (Panji, 2007:728)
5/12/2018 Acute Lympoblastic Leukemia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/acute-lympoblastic-leukemia 5/19
Patofisiologi dari penyakit ALL ini dimulai dari sel limfoblas yang
tidak dapat bermaturasi atau menjadi sel limfosit yang dewasa. Kondisi ini
menyebabkan ekspresi gen yang abnormal dan menyebabkan pertukaran
sel-sel primer lain oleh sel limfoblas sehingga menyebabkan proseseritropoesis dan trombopoesis terganggu dan akhirnya menyebabkan
anemia, trombositopenia dan neuropenia. Selanjutnya sel-sel leukemi
berproliferasi dan menyebar melalui perifer dan akhirnya menginvasi
organ-organ vital seperti ginjal atau hepar yang menyebabkan
splenomegali ataupun hepatomegali. (Anthony, 2008:1964; Ching,
2006:1321)
Klasifikasi
Menurut imunologi, ALL diklasifikasikan menurut ada atau tidaknya
antigen pada permukaan sel. ALL menurut imunologi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Prekusor sel B-ALL merupakan 70-80% pada orang dewasa dan 80-
90% pada anak-anak dari seluruh klasifikasi ALL menurut imunologi.
Prekusor sel B-ALL dapat dibagi menjadi common ALL, sel T-ALL dan pre
B-ALL. Common ALL mempunyai presentase 50% dari prekusor B-ALL,
sisanya adalah null ALL dan pre B-ALL. Null ALL berasal dari sel yang
sangat primitif dan banyak terdapat pada ALL dewasa. (Panji, 2007:728;
Robert, 2005:294)
Semua tipe ALL kecuali sel B mempunyai ekspresi yang meningkatdari terminal deoxynucleotidyl transferase (TdT), suatu enzim yang
terlibat dalam pengaturan kembali gen reseptor sel T dan
immunoglobulin. Peningkatan TdT sangat berguna dalam diagnosis ALL.
Klasifikasi ALL menurut imunologi mempunyai karakteristik yang khas
pada setiap klasifikasinya. Karakteristik yang khas pada klasifikasi ALL
menurut imunologi adalah sebagai berikut : (Panji, 2007:728; Robert,
2005:293)
5/12/2018 Acute Lympoblastic Leukemia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/acute-lympoblastic-leukemia 6/19
Frekuensi (%)
Fenotip Karakteristik Anak-anak Dewasa
Pre-B CD10+, slg- 80-90 70-80
Sel B CD10±, slg+ 0-5 5-10
Sel T CD10-, CD7+,
CD5+, CD2+,
CD6±, CD3±, slg-
10-20 10-20
Menurut morfologinya, ALL dapat diklasifikasikan menurut ukuran
sel blas, sitoplasma dan nukleoli. ALL menurut morfologi, dapatdiklasifikasikan sebagai berikut (Kara et all, 2002:110; Robert, 2005:294) :
L1 L2 L3
Sel blas Kecil
Regular
Kromatin :
homogen
Besar
Irregular
Kromatin :
bergerombol
Besar
Regular
Kromatin :
homogen
Nukleoli Tidak jelas Jelas Jelas
Sitoplasma Sedikit Berlebih Berlebih
Bervakuola dan
basofilikFrekuensi
(%)
85 14 1
Menurut genetiknya, ALL dapat diklasifikasikan menurut jumlah DNA
dan menurut translokasi kromosom. Menurut genetik, ALL dapat
dikalsifikasikan sebagai berikut (Robert, 2005:293)
5/12/2018 Acute Lympoblastic Leukemia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/acute-lympoblastic-leukemia 7/19
Menurut jumlah DNA, ALL diklasifikasikan menjadi hiperploidi dan
hipoploidi. Pada hiperploidi terdapat kromosom berlebihan, biasanya
terdapat pada anak-anak. Sedangkan pada hipoploidi sangat jarang
terjadi. Sedangkan menurut translokasi, yaitu adanya translokasikromosom 9 dan 22, diderita umumnya pada orang dewasa (30%) dan
pada anak-anak hanya sekitar (5%). Pada t(8;14) terdapat pada tipe sel B,
pada t(1;19) pada tipe pre sel B sedangkan pada t(11;14) pada tipe sel T.
Berikut adalah frekuensi insidensi pada kasus klasifikasi menurut genetik
(Ching, 2006:1324; Robert, 2005:293,294):
Abnormal Anak-anak Dewasa
Hiperploidi 23-26% 6-7%
Hipoploidi 1% 2%
t(1;19)(q23;p13.3) 3% di kulit putih, 11%
di kulit hitam
2-3%
t(9;22)(q34;q11.2) 3% 25-30%
t(4;11)(q21;q23) 2% 3-7%
t(8;14)(q23;q32.3) 2% 4%
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis ALL sangat bervariasi. Pada umumnya gejala klinis
digambarkan kegagalan sumsum tulang dan keterlibatan ekstramedular
oleh sel-sel leukemia. Akumulasi limfoblas di sumsum tulang
mengakibatkan sel normal di darah perifer menurun dan menyebabkan
anemia, infeksi bahkan perdarahan. Demam dan infeksi merupakan gejala
yang sering timbul akibat dari tidak adanya pertahanan utama sel darah
putih atau limfosit untuk melawan infeksi. Perdarahan juga terjadi pada
1/3 pasien ALL (Panji, 2007:728; John, 1993:1893).
Manifestasi klinis lainnya adalah sebagai berikut (Panji, 2007:728;
John, 1993:1893; William, 2000:1544) :
5/12/2018 Acute Lympoblastic Leukemia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/acute-lympoblastic-leukemia 8/19
1. Anemia sering terjadi pada penderita ALL disebabkan karena sel
leukemi berpoliferasi, menyebabkan eritropoesis dan trombopoesis
tertekan. Tanda-tanda anemia pada umumnya yaitu letih, lesu,
lemah, pusing dan nyeri dada.2. Anoreksia atau kurangnya nafsu makan pada sebagian besar
penderita ALL.
3. Nyeri tulang dan sendi yang disebabkan oleh infiltrasi sumsum
tulang oleh sel leukemia.
4. Demam yang diikuti berkeringat sebagai tanda dari
hipermetabolisme.
5. Infeksi yang disebabkan limfoblas tidak berdiferensiasi menjadi
limfosit yang berfungsi untuk pertahanan tubuh melawan infeksi.
Infeksi ini biasanya seperti otitis media, faringitis atau peneumonia.
6. Perdarahan, peteki (50%) atau purpura yang disebabkan sel-sel
normal di darah perfier menurun seperti trombositopenia sehingga
perdarahan tidak dapat dicegah.
7. Splenomegali (60%), Hepatomegali atau Limfadenopati dapat terjadi
karena sel-sel leukemik dilepaskan dari sumsum tulang ke perifer
dan menginvasi organ-organ vital.
8. Leukemia sistem saraf pusat menyebabkan nyeri kepala, muntah
bahkan kelumpuhan saraf dan kelainan neurologik fokal.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk konfirmasi diagnostik
ALL, prognosis dan terapi yang tepat untuk penderita ALL. (Panji,
2007:728)
A. Hitung Darah Lengkap
Jumlah leukosit pada 20% penderita ALL umumnya >50.000/µl,
Hiperleukositosis dengan jumlah leukosit >100.000/µl terjadi pada 15%
penderita dan jumlah leukosit ini dapat melebihi 200.000/µl. Anemiadilaporkan pada 80% penderita, dan terjadi trombositopenia dengan
5/12/2018 Acute Lympoblastic Leukemia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/acute-lympoblastic-leukemia 9/19
jumlah trombosit <100.000/µl, dengan 1/3 dari penderita ALL jumlah
trombositnya < 25.000/µl. Selain anemia dan trombositopenia,
granulositopenia biasanya sering terjadi pada penderita ALL. Selain itu,
pada hitung leukosit, proporsi sel blas sangat bervariasi dari 0 sampai100%. (Panji, 2007:729; Robert, 2005:295)
B. Aspirasi dan Biopsi Sumsum Tulang
Pemeriksaan ini penting untuk konfirmasi diagnosis dan klasifikasi
ALL, sehingga semua penderita ALL harus melaksanakan pemeriksaan ini.
Spesimen yang didapat harus diperiksa untuk analisis histologi,
sitogenetik dan immunophenotyping. Sediaan apus sumsum tulang yang
diperiksa tampak hiperselular dengan limfoblas yang jumlahnya cukup
banyak, lebih dari 90% sel berinti pada ALL dewasa. Jika sumsum tulang
digantikan seluruhnya oleh sel-sel leukemia maka tidak dapat
dimungkinkan aspirasi atau pengambilan cairan untuk biopsi dari sumsum
tulang sehingga touch imprint dari jaringan biopsi penting untuk
gambaran sitologi. (Panji, 2007: 729; Kara et all, 2002:110; Robert,
2005:294)
Gambaran sumsum tulang :
L1
Sel Blas Kecil
Regular
Kromosom : homogen
Nukleoli Tidak jelas
Sitoplasma Sedikit
Frekuensi (%) 85
5/12/2018 Acute Lympoblastic Leukemia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/acute-lympoblastic-leukemia 10/19
C. Sitokimia
Gambaran morfologi darah tepi atau sumsum tulang kadang-kadang
sulit untuk dapat membedakan ALL atau AML. Oleh karena itu harus
diperiksa dengan pemeriksaan sitokimia, seperti pewarnaan Sudan black
dan Mieloperoksidase (MPO) yang akan memberikan hasil negatif pada
pemeriksaan ALL. Mieloperoksidase merupakan enzim sitoplasmik yang
ditemukan pada granula primer dari prekusor granulositik yang dapat
dideteksi sel blas AML. Pemeriksaan sitokimia juga berguna untuk
membedakan precursor B dan sel B-ALL dari sel T-ALL. Limfosit T yang
ganas akan terdeteksi oleh pewarnaan fosfatase asam. Dengan
pewarnaan periodic acid Schiff (PAS) sel B akan memberikan hasil yang
positif pada 70% pasien. Untuk memeriksa adanya TdT dapat dideteksi
L2
Sel Blas Besar
Irregular
Kromosom :
Gerombol
Nukleoli Jelas
L3
Sel Blas Besar, Regular,
Kromosom :Homogen
Nukleoli Jelas
Sitoplasma Berlebih, Bervakuola
Basofilik
5/12/2018 Acute Lympoblastic Leukemia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/acute-lympoblastic-leukemia 11/19
dengan pewarnaan imunoperoksidase. (Panji, 2007:729; Ching,
2006:1326)
D. Imunofenotip
Reagen yang diperlukan pada pemeriksaan imunofenotip adalah
antibodi terhadap sel prekusor B, sel T dan sel B. Pada sel prekusor B
adalah CD10, CD19, CD79A, CD22 dan TdT. Sedangkan pada sel T adalah
CD1a, CD2, CD3, CD4, CD5. CD7, CD8, dan TdT. Pada pemeriksaan
selanjutnya untuk sel B adalah CD19, CD20 dan CD22. Sekitar 15-54% ALL
dewasa didapatkan ekspresi antigen mieloid, antigen ini adalah CD13,
CD15 dan CD33. (Panji, 2007:729; Ching, 2006:1327)
Subtipe Karakteristik Anak-
anak
Dewa
sa
Berhubungan
Sel B
prekusor
CD19, CD22,
CD79a
Pre-pre-B CD10- 5 11 Leukositosis, CNS
Leukemia,
Pseudodiploid
Early pre-
B
CD10+ 63 52 1-9 tahun, leukopenia,
hiperploidi
Pre-B CD10± 16 9 Leukositosis,
pseudodiploid
Sel B CD19, CD22,
CD79a
3 4 Dominan pria, CNS
leukemiaSel T CD2, CD1, CD4,
CD8
12 18 Dominan pria,
hiperleukositosis
E. Sitogenetik
Pemeriksaan sitogenik sangatlah berguna, karena beberapa
kelainan sitogenik berhubungan dengan subtipe ALL tertentu. Seperti
translokasi t(8;14), t(2;8) dan t(8;22) yang hanya ditemukan pada ALL sel
5/12/2018 Acute Lympoblastic Leukemia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/acute-lympoblastic-leukemia 12/19
B, dan kelainan kromosom ini menyebabkan ekpresi gen c-myc pada
kromosom 8 yang berlebihan. (Panji, 2007:729)
F. Biologi Molekular
Pemeriksaan biologi molekular dikerjakan bila pemeriksaan
sitogenetik rutin gagal dilakukan. Pemeriksaan biologi molekular juga
berfungsi untuk mendeteksi t(12;21) yang tidak dapat terdeteksi dengan
pemeriksaan sitogenik yang standar. Pemeriksaan biologi molekular juga
dapat berfungsi untuk mendeteksi gen BCR-ABL yang mempunyai
prognosis yang buruk. (Panji, 2007:729)
Penatalaksanaan mendiagnosis ALL adalah sebagai berikut (Elias et
all, 2005:1518) :
1. Melakukan perhitungan sel blas. Pada keganasan, jumlah sel blas
≥ 20%
2. Melihat morfologi dengan pengecatan sitokimiawi, seperti MPO
dan TdT, jika MPO memberikan hasil positif (+) maka sudah
dipastikan bahwa penyakit tersebut terdiagnosis AML, dan jika
memberikan hasil (-) maka masih memungkinkan bahwa
penyakit tersebut adalah ALL. Pemeriksaan TdT dapat
memberikan hasil (+) dan (-).
3. Melakukan pemeriksaan immunofenotip, jika ditemukan CD19
atau CD79a maka dipastikan bahwa ALL tersebut termasuk pro-
pre sel B-ALL, jika ditemukan CD10 dipastikan termasuk CALLA
ALL, jika ditemukan Antibodi atau Ig di sitoplasma maka
termasuk pre sel B-ALL, jika Ig ditemukan di permukaan sel
dapat dipastikan termasuk sel B-ALL dewasa dan jika terdapat
penanda sel-T maka termasuk sel T-ALL.
4. Mengidentifikasi subtipe dari ALL tertentu menggunakan
pemeriksaan metode sitogenetik.
Berikut mekanisme penatalaksanaan diagnosis ALL (Elias et all,
2005:1518) :
5/12/2018 Acute Lympoblastic Leukemia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/acute-lympoblastic-leukemia 13/19
Pemeriksaan Penunjang Lainnya
Koagulasi pada penyakit ALL biasanya normal dan koagulasi
intravaskular diseminata jarang terjadi. Pada pasien dengan sel-sel
leukemia yang cepat membelah dan tumor burden yang tinggi biasanya
disertai kelainan metabolik seperti hiperurikemia. Pungsi lumbal juga
dapat dilakukan pada saat diagnosis untuk memeriksa cairan
serebospinal. Keterlibatan saraf pusat dapat didefinisikan sebagai apabila
ditemukan lebih dari 5 leukosit/mL cairan serebospinal dengan morfologi
sel blas pada spesimen sel yang disentrifugasi. (Panji, 2007:729)
Pemeriksaan lainnya yang berhubungan dengan ALL termasuk
abnormalnya hipogammaglobulinemia, LDH dan level asam uric, dan
beberapa elektolit yang abnormal, seperti hiperpospatemia, hipocalcemia
dan hiperkalemia. Pada hiperpospatemia dan hiperkalemia dapat
bertambah buruk saat proses terapi, ketika jumlah sel blas lisis atau
menurun. (Robert, 2005:296)
5/12/2018 Acute Lympoblastic Leukemia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/acute-lympoblastic-leukemia 14/19
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari ALL termasuk Anemia aplastik dan
myelofibrolisis yang menunjukkan kegagalan sumsum tulang. Infeksi
mononukleosis memberikan gejala yang hampir sama dengan ALL, namun
dengan menggunakan pemeriksaan apusan darah menunjukkan atipical
limfosit. Pada beberapa pasien dengan demam dan nyeri otot yang tidak
diketahui sebabnya dapat didiagnosis sebagai rheumatoid atritis. Infiltrasi
sumsum tulang oleh tipe lain sel ganas (neuroblastoma,
rhabdomyosarcoma, Ewing’s sarcoma dan retinoblastoma). Limfositosis,
limfadenopati dan hepatosplenomegali yang berhubungan dengan infeksi
virus dan limfoma. (William, 2000:1545)
Terapi
Setelah diagnosis ditegakkan, penderita ALL harus segera diterapi
dengan mengkombinasikan berbagai obat untuk menginduksi remisi.
Beberapa obat dapat bekerja secara aktif pada ALL dengan
mengkombinasikan obat tersebut dengan tepat. Keberhasilan terapi ALL
terdiri dari kontrol sumsum tulang dan penyakit sistemiknya, juga terapi
atau pencegahan SSP. Lama rata-rata terapi ALL bervariasi, antara 1,5-3
tahun dengan tujuan untuk eradikasi populasi sel leukemia. (Panji,
2007:730)
Terapi ALL dibagi menjadi :
A. Induksi remisi
Tujuan dari terapi induksi remisi adalah mencapai remisi komplit
hematologik, yaitu eradikasi sel leukemia yang dapat dideteksi secara
morfologi dalam darah dan sumsum tulang dan kembalinya
hematopoiesis normal. Terapi paling penting pada induksi remisi ini
adalah pemberian prednison, vinkristin, antrasiklin dan juga L-
5/12/2018 Acute Lympoblastic Leukemia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/acute-lympoblastic-leukemia 15/19
asparaginase. Pada beberapa regimen dapat diberikan tambahan obat
seperti siklofosfamid, sitarabin dosis konvensional atau tinggi. Pemberian
daunorubisin dengan dosis intensifikasi harus dikombinasikan dengan
pemberian GSCF untuk menurunkan angka mortalitas. (Panji, 2007:731;Anu, 2010:21)
B. Intensifikasi
Setelah tercapai remisi komplit, maka selanjutnya adalah
melakukan terapi intensifikasi dengan tujuan untuk mengeliminasi atau
menghilangkan sel leukemia residu untuk mencegah relaps dan juga
timbulnya sel yang resisten denga pemberian obat. Terapi ini diulang 6
bulan kemudian. Studi Cancer and Leukemia Group B menunjukkan
bahwa kelangsungan hidup lebih baik pada pasien ALL yang mencapai
remisi dan mendapat 2 kali terapi intensifikasi. Terapi ini menggunakan
mielosupresi dengan berbagai dosis dari obat yang berbeda sesuai
dengan protokol yang dipakai. (Panji, 2007:731)
C. Profilaksis susunan saraf pusat
Terapi profilaksis SSP sangat penting dilakukan dikarenakan sekitar
50-75% pasien ALL yang tidak mendapatkan terapi profilaksis ini akan
mengalami relaps pada SSP. Terapi ini mengkombinasikan antara
kemoterapi intratekal, radiasi kranial (dosis 500-1200 cGy, dilanjutkan
2400cGy, dan dapat diturunkan menjadi 1800cGy) dan pemberian
sistemik obat yang mempunyai bioavaliabilitas SSP yang tinggi sepertimetotreksat atau sitarabin dosis tinggi. (Panji, 2007:731; John, 1993:1904)
D. Pemeliharaan jangka panjang
Terapi pemeliharaan jangka panjang terdiri dari pemberian 6-
merkaptopurin setiap hari dan metotreksat seminggu sekali selama 2
sampai 3 tahun. Pada ALL anak terapi ini memperpanjang disease-free
survival, sedangkan pada ALL dewasa angka relaps tetap tinggi. (Panji,2007:731)
5/12/2018 Acute Lympoblastic Leukemia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/acute-lympoblastic-leukemia 16/19
Beberapa terapi lain dapat dilaksanakan untuk memberikan hasil
yang terbaik. Terapi tersebut dapat berupa transplantasi sumsum tulang.
Transplantasi ini digunakan untuk respon pengobatan kemoterapi yang
tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Transplantasi sumsum tulangsulit dilakukan jika dilakukan bersamaan dengan kemoterapi. (John,
1993:1908)
5/12/2018 Acute Lympoblastic Leukemia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/acute-lympoblastic-leukemia 17/19
Penutup
Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) merupakan salah satu
penyakit keganasan darah yang menyerang sel limfoblas, yang secara
normal sel ini akan berkembang menjadi sel limfosit yang mempunyai
fungsi untuk pertahanan tubuh atau untuk perlawanan terhadap infeksi.
ALL lebih banyak diderita anak-anak berusia dibawah 15 tahun, dengan
tingkat insidensi puncak pada usia 3-5 tahun. (Fauci et all 2008; Robert,
2005:293; William et all, 2000:1543)
ALL dapat diklasifikasikan menurut morfologi, imunologi dan
genetik. Menurut morfologinya dibedakan menjadi L1, L2 dan L3. Menurut
imunologi dapat dibedakan menjadi prekusor sel B-ALL, sel T-ALL dan sel
B-ALL. Menurut genetiknya dapat diklasifikasikan menjadi jumlah DNA dan
translokasi dari kromosom sel leukemi. (Kara et all, 2002:110; Panji,
2007:728; Robert, 2005:294)
Beberapa manifestasi klinis dari ALL adalah anemia,
trombositopenia, nyeri tulang, splenomegaly, hepatomegaly,
limfadenopati, perdarahan dan beberapa infeksi. Infeksi pada ALL
dikarenakan jumlah sel limfosit dewasa yang jumlahnya sedikit sehingga
tidak mampu untuk melawan infeksi. (Panji, 2007:730)
Uji laboratorium sangat penting dalam memisahkan ALL dengan
penyakit keganasan darah lainnya seperti AML, CML, dan CLL. Setelah ALL
dapat dibedakan dan diklasifikasikan, langkah selanjutnya adalah
pemberian terapi yang tepat. ALL memiliki beberapa terapi, yaitu induksi
remisi, intensifikasi, profilaksis susunan saraf pusat dan pemeliharaan
jangka panjang. Dengan diagnosis dan terapi yang tepat, ALL dapat
disembuhkan dengan cepat dan tepat. (Elias et all, 2005:1518)
5/12/2018 Acute Lympoblastic Leukemia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/acute-lympoblastic-leukemia 18/19
Daftar Pustaka
Crist, William M., William A. Smothson, 2000. Nelson Textbook of
Pediatrics, W.B. Saunders Company: Philadelphia.
Fauci, Anthony S. et al, 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine,
The McGraw-Hill Companies, Inc : New York.
Fianza, Panji Irani, 2007. Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta.
Hillman, R.S., Henry M.R., Kenneth A.A., 2005. Hematology In Clinical
Practice, The McGraw-Hill Companies, Inc: New York.
Jabbour, Elias J., Stefan Faderi, Hagop M. Kantarjian, 2005. Adult Acute
Lymphoblastic Leukemia,
www.mayoclinicproceedings.com/content/80/11/1517.full.pdf .
Diakses 15 Mei 2010.
Lukens, John N., 1993. Wintroube’s Clinical Hematology Ninth Edition, Lea
& Febiger, Inc: Philadelphia.
M. Karra, Kelly, M.D., 2002. Pediatric Hematology/ Oncology Secrets,
Hanley & Belfus, Inc: Philadelphia.
Pui, Ching-Hon, 2006. Williams Hematology Seventh Edition, The McGraw-
Hill Companies, Inc: New York.
Usvasalo, Anu, 2010. Acute Lymphoblastic Leukemia In Adolescents and
Young Adults In Finland,
www.educationalconcepts.net/oncobeat/pdf/ash_references.pdf .
Diakses 14 Mei 2010.