BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Penyakit kanker kulit dewasa ini cenderung mengalami
peningkatan jumlahnya terutama di kawasan Amerika, Australia dan Inggris.
Berdasarkan beberapa penelitian, orang-orang kulit putih yang lebih banyak
menderita jenis kanker kulit ini. Hal tersebut diprediksikan sebagai akibat
seringnya mereka terkena (banyak terpajan) cahaya matahari. Di Indonesia
penderita kanker kulit terbilang sangat sedikit dibandingkan ke-3 negara tersebut,
namun demikian kanker kulit perlu dipahami karena selain menyebabkan
kecacatan (merusak penampilan) juga pada stadium lanjut dapat berakibat fatal
bagi penderita.
Kanker ini dapat dilihat secara visual langsung dan dengan
mengadakan pemeriksaan biopsi, diagnosis dapat ditegakkan dengan cepat. Oleh
karena itu sebelumnya kanker kulit dapat dideteksi secara dini. Tetapi
kenyataannya masih banyak pasien datang berobat untuk kanker kulit berada
dalam stadium lanjut, disertai kerusakan-kerusakan setempat yang sulit diobati
atau dengan anak sebar. Hal ini sangat disayangkan oleh karena kalau dideteksi
sedini mungkin dapat segera dilakukan tindakan pengobatan, maka hasilnya akan
sangat memuaskan. Oleh karena itu pengetahuan mengenai tanda-tanda dini dari
kanker kulit sangat penting, baik untuk pasien, maupun untuk para praktisi dokter
dan petugas kesehatan.
Jenis tumor ganas kulit yang banyak ditemukan diseluruh dunia ialah
karsinoma sel basal (basalioma), karsinoma sel skuamosa, yang tergolong
nonmelanoma dan melanoma maligna. Karsinoma sel basal adalah paling umum.
Di Amerika, sekitar 800.000 orang mengidap kanker ini setiap tahun, 75% kanker
kulit adalah kanker sel basal. Karsinoma sel skuamosa juga didapati pada 200.000
orang Amerika setiap tahun. Di Australia jumlah kasus baru KSB 652 per tahun
/100 ribu penduduk, sedangkan di AS 480 per tahun/100 ribu penduduk. Di 1
Indonesia menurut data Badan Registrasi Ikatan Ahli Patologi Indonesia tahun
1989, dari 1530 kasus kanker kulit, yang terbanyak adalah kasus karsinoma sel
basal yaitu 39,93% (Tambunan G,W.1995).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Basalioma adalah suatu tumor ganas kulit (kanker) yang berasal
dari pertumbuhan neoplastik sel basal epidermis dan apendiks kulit (Graham, R,
2005). Pertumbuhan tumor ini lambat, dengan beberapa macam pola pertumbuhan
sehingga memberikan gambaran klinis yang bervariasi, bersifat invasif, serta
jarang mengadakan metastasis (Nila, 2005). Basalioma adalah merupakan kanker
kulit yang timbul dari lapisan sel basal epidermis atau folikel rambut ; yang paling
umum dan jarang bermetastasis ; kekambuhan umum terjadi (Brunner and
Suddarth, 2000).
Kanker kulit adalah proses keganasan yang timbul dipermukaan kulit
dan berasal dari sel epitel, sel pluripotensial atau dari sel melanin di dalam kulit.
Tumor ganas kulit merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan
sel-sel kulit yang tidak terkendali, dapat merusak jaringan di sekitarnya dan
mampu menyebar ke bagian tubuh yang lain. Karena kulit terdiri atas beberapa
jenis sel, maka kanker kulit juga bermacam-macam sesuai dengan jenis sel yang
terkena.
2.2 ETIOLOGI
Lebih dari 90% faktor pencetus basalioma yaitu terpapar sinar matahari
atau penyinaran ultraviolet lainnya. Sering muncul usia > 40 tahun. Faktor resiko
lainnya :
1. Faktor genetik (sering terjadi pada kulit terang, mata biru atau hijau dan
rambut pirang atau merah).
2. Pemaparan sinar X yang berlebihan.
3. Senyawa kimia arsen.
4. Trauma.
5. Ulkus kronis (Marwali, 2000).
3
2.3 EPIDEMIOLOGI
Menurut penelitian Tjarta di Indonesia peringkat kanker kulit adalah:
1. Karsinoma sel basal 36,67%
2. Karsinoma sel squamosa 11.4%
3. Melanoma maligna 0,59%
4. Tumor ganas adneksa kulit dan tumor ganas kulit lainnya 8,5%
2.4 PATOGENESA
Komprecher (1903) mengatakan bahwa KSB berasal dari sel basal
epidermis, Adamson (1914) menyangsikan bahwa KSB berasal dari sel basal dan
mengajukan teori bahwa KSB berasal dari fokus embrionik laten yang timbul dari
keadaan dorman pada usia lanjut (Rata IGK. 1999).
Lever (1948) mengemukakan bahwa KSB bukan karsinoma dan tidak
berasal dari sel basal, tetapi adalah tumor nevoid dan hamartoma yang berasal dari
sel germinativum epithel primer (primary epithelial germ cell) yaitu sel-sel yang
belum matang (Rata IGK. 1999).
Teori lain dari Pinkus menyatakan bahwa KSB berasal dari sel pluri
potensial yang terbentuk secara kontinyu sepanjang hidup, menjadi aktif pada usia
tua dan mempunya potensi untuk membentuk rambut, kelenjar sebum, dan
kelenjar apokrin.
Patogenesis KSB didahului dengan kolagen yang sering dijumpai pada
kulit yang sedikit pigmennya dan mendapat sinar matahari yang berlebih sehingga
nutrisi epidermis terganggu yang mana hal ini merupakan predileksi terjadinya
suatu kelainan kulit (Ranhdle. 1999).
Melanin berfungsi sebagai energi amorf yang dapat menyerap energi dan
menghilangkan dalam bentuk panas. Jika energi terlalu besar dapat merusak dan
4
mematikan sel atau mengalami mutasi untuk selanjutnya menjadi sel kanker
(Fitzpatrick TB. 1992).
2.5 MANIFESTASI KLINIS.
Predileksinya terutama pada wajah (pipi, dahi, hidung, lipat nasolabial,
daerah periorbital), leher. Meskipun jarang, dapat pula dijumpai pada lengan,
tangan, badan, tungkai, kaki, dan kulit kepala (Buditjahjono S.2000)
Gambar 2.1 (sumber: Buditjahjono S.2000)
Gambaran klinik KSB bervariasi, Lever membagi KSB menjadi 5 bentuk:
1. Nodulo-ulseratif, termasuk ulkus rodens
2. Berpigmen
3. Morfea atau fibrosing atau sklerosing
4. Superfisial
5. Fibroepitelioma.
Tipe Nodulo-Ulseratif
Merupakan jenis yang paling sering dijumpai. Lesi biasanya tampak
sebagai lesi tunggal. Paling sering mengenai wajah, terutama pipi, lipat nasolabial,
5
dahi, dan tepi kelopak mata. Pada awalnya tampak papul atau nodul kecil,
transparan seperti mutiara, berdiameter kurang dari 2 cm, dengan tepi meninggi.
\
Gambar 2.2 (sumber: Fitzpatrick TB. 1992)
Permukaannya tampak mengkilat, sering dijumpai adanya telengiektasia,
dan kadang-kadang dengan skuama yang halus atau krusta tipis. Berwarna seperti
mutiara, kadang-kadang seperti kulit normal sampai eritema pucat. Lesi
membesar secara perlahan dan suatu saat bagian tengah lesi menjadi cekung,
meninggalkan tepi yang meninggi keras. Jika terabaikan, lesi-lesi ini akan
mengalami ulserasi (disebut ulkus rodent), dengan dekstruksi jaringan
disekitarnya.
Tipe Berpigmen
Gambaran klinisnya sama dengan tipe nodulo ulceratif. Bedanya, pada
jenis ini berwarna coklat, atau hitam berbintik-bontik atau homogen yang secara
klinis dapat menyerupai melanoma.
6
Gambar 2.3 (sumber: Fitzpatrick TB. 1992)
Tipe Morfea atau Fibrosing atau Sklerosing
Biasanya terjadi pada kepala dan leher, lesi tampak sebagai plak sklerotik
yang cekung, berwarna putih kekuningan, dengan batas tidak jelas. Pertumbuhan
perifer diikuti oleh perluasan sklerotik di tengahnya.
Gambar 2.4 (sumber: Fitzpatrick TB. 1999)
7
Tipe Superfisial
Lesi biasanya multiple, mengenai badan. Secaran klinis tampak sebagai
plak transparan, eritematosa sampai berpigmen terang, berbentuk oval sampai
irreguler dengan tepi berbatas tegas, sedikit meninggi, seperti benang atau kawat
atau kawat. Biasanya dihubungkan dengan ingesti arsenik kronik.
G
Gambar 2.6 (sumber: Fitzpatrick TB. 1992)
Tipe Fibroepithelial
Paling sering terjadi pada punggung bawah. Secara klinis, lesi berupa
papul kecil yang tidak bertangkai atau bertangkai pendek, dengan permukaan
halus dengan warna yang bervariasi.
Sindrom Epitelioma Sel Basal Nevoid
Dikenal pula sebagai sindrom Gorli-goltz. Merupakan kelainan autosomal
dominan dengan penetrasi yang bervariasi, ditandai oleh 5 gejala mayor:
1. KSB multiple yang terjadi pada usia muda.
2. Cekungan-cekungan pada telapak tangan dan telapak kaki.
3. Kelainan pada tulang, terutama tulang rusuk.
4. Kista pada tulang rahang.
5. Kalsifikasi ektopik dari falks serebri dan struktur lainnya.
Disamping gejala mayor ini, dijumpai banyak kelainan sistem organ multiple,
yang berhubungan dengan sindroma ini.
8
Multiple Nodular
Palmar Pits
Gambar 2.7 (sumber: Fitzpatrick TB. 1992)
Nevus Sel Basal Unilateral Linier
Merupakan jenis yang sangat jarang dijumpai. Lesi berupa nodul dan
komedo, dengan daerah atropi bentuk striae, distribusi zosteriformis atau linier,
unilateral. Lesi biasa dijumpai sejak lahir, dan lesi ini tidak meluas dengan
meningkatnya usia.
Sindrom Bazex
Sindroma ini digambarkan pertama kalinya oleh Bazex, diturunkan secara
dominan dengan ciri khas:
1. Atrofoderma folikuler, yang ditandai oleh folikuler yang terbuka lebar,
seperti ice pick marks, terutama pada ekstremitas.
2. Epitelioma sel basal kecil, multiple pada wajah, biasanya timbul pertama
kali saat remaja atau awal dewasa. Namun kadang-kadang dapat juga
timbul pada akhir masa anak-anak.
Di samping itu dapat pula di jumpai anhidrosis lokal atau hipohidrosis
generalisata, hipotrikosis kongenital pada kulit kepala dan daerah lainnya.
2.6 KLASIFIKASI T.N.M
9
Tis: Carcinoma in situ (pre-invasive carcinoma)
To: Tidak jelas bentuk tumor primer
T1: <2cm
T2: (2-5)cm
T3: >5cm
T4: Menyebar ke tulang atau otot
N0: Tidak ada penyebaran ke kelenjar getah bening regional.
N1: Penyebaran homolateral dan mudah di gerakkan.
N2: Kontra atau bilateral dan mudah digerakkan.
N3: Melekat di jaringan sekitarnya.
M0: Tidak jelas metastasis.
M1: Jelas metastasis jauh.
2.7 HISTOPATOLOGI
Lever membagi KSB dalam beberapa tipe histopatologi yang terdiri atas KSB
yang berdiferensi dan KSB tidak berdiferensi.
1. KSB yang berdiferensi
a) Jenis keratotik
Disebut juga tipe pilar oleh karena berdiferensiasi kearah rambut,
menunjukkan sel-sel parakeratotik dengan gambaran inti yang memanjang
dan sitoplasma agak eosinofilik dan di jumpai homcyst, selain sel-sel
undifferentiated dengan sitoplasma basofilik.
b) Jenis kistik
Di jumpai adanya bagian–bagian kistik di bagian tengah massa tumor
yang terjadi akibat generasi sel-sel tumor atau deferensiasi sel-sel kearah
kelenjar.
10
c) Jenis adenoid
Adanya gambaran struktur mirip kelenjar yang yang di batasi jaringan
ikat kadang-kadang ditemukan lumen yang di kelilingi sel bersekresi .dalam
lumen dapat di temukan semacam bahan koloid atau massa amorf.
2. KSB tidak berdifferensiasi atau KSB solid
Merupakan gambaran histopatologik yang banyak di temukan. Berupa
pulau-pulau sel dengan bentuk dan ukuran bermacam-macam, terdiri dari sel-sel
basaloid, dengan inti basofilik yang bulat atau lonjong, sitoplasma sedikit sel-sel
pada tepi massa tumor tersusun palisade (Lever WF. 1983).
Gambar 2.8 (sumber: Elsevier.2004)
11
2.8 DIAGNOSIS
Diagnosis di tegakkan dengan gejala klinis dan pemeriksaan histopatologi
(Handayani. 1999).
2.9 DIAGNOSA BANDING
Secara klinis KSB didiagnosis banding dengan :
1. Karsinoma sel skuamousa
Gambar 2.9 Squamous Cell Carcinoma (sumber : Elsevier, 2004).
2. Melanocytyc naevi.
Gambar 2.10 Melanocytyc naevi. (sumber: Elsevier.2004)
12
3. Melanoma maligna.
Gambar 2.12 (sumber: Elsevier, 2004).
4. Keratosis seboroik.
Gambar 2.13 Keratosis seboroik (sumber: Elsevier.2004)
2.10 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan KSB bertujuan untuk mendapatkan kesembuhan dengan
hasil kosmetik yang baikserta hasil fungsional yang efektif. Dalam menentukan
cara penatalaksanaan KSB, banyak hal yang perlu diperhatikan, baik dari faktor
tumornya maupun pasiennya. Faktor tumor yang perlu di perhatikan adalah tipe
tumor, ukuran, lokasi, sifat pertumbuhan, dan apakah merupakan tumor primer
atau rekurens. Sedangkan faktor pasien yang perlu di pertimbangkan adalah usia,
riwayat penyakit lain, faktor psikologis dan riwayat pengobatan.
13
Secara garis besar, penatalaksanaan KSB di golongkan dalam 2 kelompok
yaitu dengan pembedahan dan tanpa pembedahan. Pembedahan dapat di lakukan
dengan cara eksisi dengan menggunakan skapel, bedah mikrografik Mohs,
kuretase dan elektrodesikasi jika diameter tumor kurang dari 0,5cm, bedah beku,
serta bedah laser. Penatalaksanaan tanpa pembedahan dilakukan dengan cara
radioterapi jika ukuran tumor 0,5-kurang dari 8cm, interferon intralesi, kemotrapi,
pemberian retinoid dan foto dinamik (Handayani. 1999).
2.11 KOMPLIKASI
Destruksi pada jaringan bawah kulit sampai tulang. Jarang sekali
metastasis ke organ lain (berbeda dengan karsinoma lainnya)
2.12 PROGNOSIS
Pengobatan pada KSB primer memberikan angka kesembuhan sekitar 95%
sedangkan pada KSB rekuren sekitar 92%. Pengobatan pada KSB rekuren lebih
sulit dari pada KSB primer, dan angka kekambuhan setelah di lakukan prosedur
yang ke dua adalah tinggi
14
BAB 3
RINGKASAN
KSB adalah tumor kulit ganas yang jarang bermetastase, sering di jumpai
pada kulit putih, laki-laki lebih banyak dari pada wanita. Faktor predisposisi dan
matahari sangat berperan dalam perkembangan KSB. Diagnosa ditegakkan dari
gejala klinis dan pemeriksaan histopatologi penatalaksanaan KSB dapat di
lakukan dengan pembedahan atau tanpa pembedahan.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Tambunan G,W. 1995. Karsinoma Kulit Dalam Sepuluh Jenis Kanker
Terbanyak di Indonesia. EGC. Jakarta.
2. Handayani. 1999. Penalaksanaan Karsinoma Sel basal. MDVI Vol I, no
26.
3. Hamzah.M. 2000. Kanker Kulit: Aspek Deteksi, Diagnosis Penentuan
Tongkat Penyakit dan Pencegahannya Dalam Kumpulan Makalah
Lengkap. PIT V, PERDOSKI, Semarang.
4. Rata IGK. 1999. Tumor Kulit. Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
FKUI edisi 3. Jakarta.
5. Ranhdle. 1999. Basal Cell Carcinoma In Dermatology Surg. Vol 22
6. Fitzpatrick TB. 1992. Dermatologi in General Medicine. Vol I, Mc-Graw
Hill.
7. Habif TP. MD. Basal Cell Carcinoma Dalam : Premalignant and
Malignant non melanoma skin Tumor Clinical Dermatology. A Color
Guide to Diagnosis and Therapy.
8. Tjarta A. 1995. Spektrum Kanker Kulit di Indonesia MDVI, Vol . No 22.
9. Buditjahjono S.2000. Tumot-Tumor Kulit.: dalam Harahap M. Ilmu
Penyakit Kulit Hipokrates.
10. Lever WF. 1983. Histopathologi of The Skin. edition. JB Lippicont
Company.
16