BAB I
PENDAHULUANPENDAHULUAN
1.11.1 Latar belakang Latar belakang
Sumberdaya lahan merupakan modal pembangunan di
berbagai bidang, termasuk pengembangan pertanian, perkebunan,
dan kehutanan. Lahan merupakan sumberdaya yang amat diperlukan
bagi masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup,
meningkatkan kesejahteraan dan upaya memperoleh Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang lebih baik. Oleh karena itu, pengelolaan
sumberdaya lahan harus disesuaikan dengan potensinya agar
produktivitas lahan dapat dicapai secara optimal.
Program ketahanan pangan merupakan salah satu
program utama pembangunan pertanian lima tahun di Kabupaten
Bantul yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) guna menopang ketahanan ekonomi
daerah. Pembangunan ketahanan pangan diarahkan agar kekuatan
ekonomi domestik mampu menyediakan pangan bagi seluruh
masyarakat. Kebutuhan pangan akan terus meningkat dalam jumlah,
kualitas, keragaman dan keamanan sesuai dengan laju pertumbuhan
dan tingkat kesejahteraan penduduk yang terus berkembang.
Sebagai antisipasi krisis pangan Pemerintah Kabupaten Bantul
melakukan empat strategi diantaranya (1.) Strategi peningkatan
produksi padi dengan cara intensifikasi pertanian, (2). Optimalisasi
lahan pertanian ,(3). Menemukan pembasmi hama baru akibat
1
perubahan musim dan (4). Meningkatkan bidang pelayanan terkait
dengan kelembagaan petani, penyuluhan yang harus kita padukan
secara sinergis,"
Pencapaian produktivitas lahan secara optimal membutuhkan
suatu kajian terhadap sumberdaya lahan yang ada. Melalui kajian ini
dimaksudkan untuk menentukan dan membuat suatu perbandingan
terhadap kemungkinan bentuk-bentuk penggunaan lahan yang dapat
diterapkan di DAS Plilan. Kajian ini akan berhubungan dengan
kesesuaian lahan, dimana kajian terhadap kesesuaian lahan
mempunyai penekanan yang tajam yakni membuat alokasi
pemanfaatan ruang yang memiliki sifat-sifat positif dalam hubungannya
dengan keberhasilan produksi atau penggunaan lahan dengan lebih
optimal.
Peningkatan produksi pertanian khususnya tanaman pangan
dapat dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Peningkatan
produksi melalui intensifikasi dapat dilakukan dengan menerapkan
inovasi teknologi pertanian unggulan pada lahan sawah irigasi teknis.
Sedangkan peningkatan produksi melalui ekstensifikasi selain
ditempuh melalui peningkatan indeks pertanaman (IP) juga dapat
ditempuh melalui perluasan areal pertanian baru baik pada lahan
sawah maupun lahan kering dan pemanfaatan lahan tidur.
Tantangan dalam pengembangan ketahanan pangan di DAS
Plilan adalah semakin terbatasnya kapasitas produksi akibat
menurunnya kesuburan tanah dan degradasi lahan, serta semakin
2
terbatas dan ketidakpastian pasokan air untuk produksi pangan , serta
perilaku iklim yang semakin tidak pasti akibat pemanasan global.
Selain itu pola penggunaan lahan sangat terkait dengan tingkat
kepadatan penduduk. Di bagian Hilir (Lower Stream) dengan
kepadatan penduduk tinggi pertanian tanaman pangan dan
hortikultura berkembang dengan pesat, sedangkan di bagian hulu
(upper stream) dengan kepadatan penduduk rendah cenderung
berkembang tanaman perkebunan tanaman tahunan karena
kebutuhan tenaga kerja relatif lebih sedikit. Kondisi demikian telah
mengakibatkan adanya ketimpangan penggunaan lahan antara
tanaman pangan di satu pihak dan tanaman tahunan di pihak lain.
Pemilihan tanaman padi sawah, padi gogo, jagung, kedelai dan
kacang tanah di DAS Plilan dengan pertimbangan tanaman tersebut
merupakan tanaman pangan yang dijadikan kebutuhan utama dalam
pemenuhan kebutuhan pangan di daerah penelitian. Sehingga perlu
diketahui kesesuaian lahannya dan arahan pengembangannya guna
peningkatan produksi.
DAS Plilan memiliki sumberdaya lahan yang belum dikelola
sesuai dengan potensi yang ada, bahkan sebagian lahan masih dalam
kondisi belum tergarap dengan baik. Di era otonomi, semestinya
pemerintah setempat beserta masyarakat dan peran swasta dapat
menciptakan arahan pengelolaan lahan yang saling menguntungkan
.
3
1.2.1.2. Perumusan MasalahPerumusan Masalah
Sumberdaya alam merupakan modal pembangunan yang vital
guna mencapai kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan pelaksanaan
pembangunan yang berwawaan lingkungan, maka diperlukan
pemahaman hal-hal sebagai berikut :
(a). jenis dan potensi sumberdaya alam;
(b). sifat dan sebarannya di muka bumi;
(c). nilai ekonomis dari setiap sumber daya alam;
(d). nilai dan fungsi dalam ekologi;
(e). pemanfaatan sumberdaya alam;
(f). aturan dan rencana tataguna dan sumberdaya alam; dan
(g). upaya pelestarian pemanfaatannya.
Permasalahan dalam penggunaan lahan sifatnya umum di seluruh
dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang, terutama bila
diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk dan proses
industrialisasi. Hal tersebut sering menimbulkan benturan tingkat
kepentingan dalam memanfaatkan lahan. Selain itu informasi
mengenai potensi lahan, kesesuaian penggunaan lahan, dan tindakan
pengelolaan belum memadai bagi setiap areal lahan sebagai
pegangan pokok dalam pemenfaatan lahan. Adapun informasi yang
diperlukan adalah tersedianya informasi fisik lingkungan yang meliputi
sifat dan potensi lahan. Permasalahan yang dihadapi di wilayah
penelitian ditinjau dari sumberdaya lahan meliputi :
4
(a) Apakah Pemanfaatan lahan untuk budidaya tanaman pangan
sesuai dengan kelas kesesuaian lahannya?;
(b) Bagaimanakah potensi lahan di DAS Plilan untuk
pengembangan tanaman pangan?; dan
(c) belum diketahui arahan pengembangan kawasan produktif di
DAS Plilan.
Pokok permasalahan tersebut kesemuanya terjadi di DAS Plilan
yang menjadi pokok kajian kesesuaian lahan untuk budidaya
Pertanian tanaman pangan dan arahan pengembangannya.
Apabila masalah-masalah tersebut dapat diatasi berarti sumberdaya
lahan dapat memberikan kehidupan yang layak bagi masyarakat
setempat. Kehidupan yang layak tentunya mencerminkan kualitas
manusia yang layak pula.
1.3.1.3. TujuanTujuan
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk :
(1) mengetahui kesesuaian lahan untuk budidaya tanaman pangan
(padi sawah, padi gogo, jagung, kacang tanah, dan ketela pohon)
di DAS Plilan;
(2) mengetahui zonasi budidaya tanaman pangan dan arahan
pengembangannya pada setiap zona DAS; serta
(3) Merumuskan arahan pengembangan kawasan produktif di DAS
Plilan.
5
1.4.1.4. Manfaat Manfaat
Berdasarkan tinjauan ilmiah akademik, hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat:
(a) memberikan masukan dalam pembangunan nasional agar
lahan dimanfaatkan secara optimal dan rasional;
(b) sebagai sumbangan informasi bagi penentu kebijakan baik
pemerintah maupun non-pemerintah dalam rangka alih
fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian; dan
(c) memberikan masukan kepada petani dalam menentukan jenis
tanaman yang paling berpotensi untuk berproduksi sesuai
dengan potensinya di DAS Plilan.
1.5. Ruanglingkup Penelitian Ruanglingkup Penelitian
1.5.1.1.5.1. Ruang Lingkup Waktu dan Wilayah KajianRuang Lingkup Waktu dan Wilayah Kajian
Wilayah Kajian meliputi seluruh DAS Plilan, yang meliputi
Kabupaten Bantul dan Gunungkidul Secara detil Kecamatan yang
termasuk dalam DAS Plilan adalah: Kabupaten Bantul meliputi
kecamatan Imogiri yang terdiri dari Desa Selopamioro.
1.5.2.1.5.2. Ruang Lingkup Sasaran Ruang Lingkup Sasaran
Ruang lingkup kajian adalah :
(a) Mengkaji kesesuaian lahan untuk budidaya tanaman pangan di
DAS Plilan pada unit upper stream, middle stream dan lower
stream,
6
(b) Mengkaji arahan pengembangan pertanian tanaman pangan di
DAS Plilan
1.6.1.6. Batasan OperasionalBatasan Operasional
Untuk lebih memfokuskan agar hasil penelitian dapat optimal, maka
penelitian ini dibatasi dalam ruang lingkup sebagai berikut ini.
(a) Ruang lingkup wilayah; meliputi wilayah kecamatan Imogiri
Kabupaten Bantul dan kecamatan Panggang Kabupaten
Gunungkidul.
(b) Penggunaan lahan; segala macam campur tangan manusia,
baik secara menetap ataupun berpindah-pindah terhadap suatu
kelompok sumberdaya alam dan sumberdaya buatan.
(Hardjowigeno, Widiatmaka, 2007)
(c) Evaluasi lahan merupakan alat/cara dalam menentukan rencana
penggunaan lahan di suatu daerah. Evaluasi lahan merupakan
proses membandingkan dan dasar interpretasi dari tanah,
tumbuhan, iklim, dan aspek lain dan untuk penentuan
penggunaan lahan tertentu untuk tujuan social dan ekonomi
(Brinkman dan Smith, 1973 dalam Vink A.P.A, 1975).
(d) Lahan aktual; lahan yang masih alami atau belum diberikan
tindakan-tindakan perbaikan yang berarti dalam tingkat
penelolaan untuk keperluan tertentu, (Hardjowigeno,
Widiatmaka, 2007)
7
(e) Lahan potensial; lahan yang dapat memberikan hasil pertanian
yang tinggi walaupun dengan biaya pengelolaan yang rendah.
(Hardjowigeno, Widiatmaka, 2007)
(f) Kesesuaian lahan; gambaran tingkat kecocokkan sebidang
lahan untuk suatu penggunaan tertentu, FAO (1976).
(g) Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan
data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan
tersebut diberikan masukanmasukan yang diperlukan untuk
mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik
tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh
tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial
menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila
dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat
berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau
lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan
tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila
komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai.
(Hardjowigeno, Widiatmaka, 2007)
(h) Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan kesatuan dengansungai dan anak-anak sungainya
yang dibatasi oleh pemisah topografis yang
berfungsimenampung air yang berasal dari curah hujan,
menyimpan dan mengalirkannya melalui kedanau atau ke laut
secara alami. (SK Menhut Nomor : 52/Kpts-II/2001)
8
(i) Sub DAS adalah bagian DAS yang menerima air hujan dan
mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utama. Setiap
DAS terbagi habis ke dalam Sub DAS – Sub DAS. (SK Menhut
Nomor : 52/Kpts-II/2001)
(j) Pengelolaan DAS Secara Terpadu adalah suatu proses
formulasi dan implementasi kebijakan dan kegiatan yang
menyangkut pengelolaan sumberdaya alam, sumberdaya
buatan dan manusia dalam suatu DAS secara utuh dengan
mempertimbangkan aspek-aspek fisik, sosial, ekonomi dan
kelembagaan di dalam dan sekitar DAS untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. (SK Menhut Nomor : 52/Kpts-II/2001)
(k) Daerah Aliran Sungai (DAS); suatu daerah tertentu yang bentuk
dan sifat alamnya sedemikian rupa, sehingga merupakan
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang melalui
daerah tersebut dalam fungsinya untuk menampung air yang
berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya dan kemudian
mengalirkannya melalui sungai utamanya (single outlet), (SK
Menhut Nomor : 52/Kpts-II/2001)
(l) Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau yang bersifat
kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai
keragaan (performance) yang berpengaruh terhadap
kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri
atas satu atau lebih karakteristik lahan (land characteristic).
Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara
9
langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan
berdasarkan karakteristik lahan (FAO, 1976).
(m)Tanaman pangan dan hortikultura adalah merupakan bagian
dari sektor pertanian, yang cakupan komoditasnya meliputi
segala jenis tumbuhan non kayu yang bermusim panen pendek
dan hasilnya sangat berguna bagi manusia dan mahluk hidup
lainnya sebagai bahan makanan mereka, yang memiliki nilai
ekonomis cukup tinggi. Yang termasuk dalam kelompok
Tanaman Pangan antara lain adalah padi, gandum, kedelai,
jagung dan umbi-umbian. Sedangkan Hortikultura meliputi
segala jenis sayur-sayuran, buah-buahan, bunga-bungaan atau
tanaman hias, dan tanaman obat-obatan.
1.7. Keaslian Penelitian.
Perbandingan penelitian ini dengan penelitian yang
terdahulu tidak ada yang spesifik. Sejauh pengetahuan penulis,
penelitian tentang Kajian Kesesuaian Lahan untuk Budidaya
Pertanian Tanaman Pangan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Plilan
Kabupaten Bantul belum pernah dilakukan, adapun tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian lahan untuk
budidaya tanaman pangan (padi sawah, padi gogo, jagung,
kacang tanah dan ketela pohon). Sedangkan penelitian
sebelumnya yang terkait dengan kajian kesesuaian lahan untuk
budidaya pertanian tanaman pangan antara lain dilakukan oleh
(1) Sudibyo (1993) dengan judul kemampuan lahan dan
10
kesesuaian lahan untuk tanaman lahan kering di Kecamatan
Arjasa Kabupaten Jember. (2) Ekaning mardiyanti (1996) dengan
judul evaluasi kesesuaian lahan untuk permukiman di kecamatan
salaman kabupaten magelang. Tujuan penelitian
digunakanMemplajari variable fisik lahan dan faktor penghambat
yang timbul dalam evaluasi kesesuaian lahan permukiman.
Metode yang Intepretasi foto udara, pemetaan satuan lahan dan
determinasi watak fisik tanah dan air.
Rosul dengan judul (1999) evaluasi penggunaan lahan
terhadap RDTRK Kabupaten Bantul dengan mengunakan SIG.
Tujuan penelitian Evaluasi pemanfaatan ruang dan analisis
jumlah bangunan dan rumah. Metode yang digunakan Analisis
peta dengan sistem SIG dan uji statistik. Hasilnya Peta satuan
lahan,peta kesesuaian lahan,dalam bentuk analog serta
klasifikasi faktor penghambat (4) Herlambang (2000) dengan
judul evaluasi sumberdaya lahan untuk pertanian di daerah
kecamatan purwodadi kabupaten purworejo (5) Syafruddin (2000)
dengan judul evaluasi kesesuaian lahan untuk memproduksi
daun tanaman nilam di kabupaten aceh besar dan kabupaten
banyumas jateng (6) Rahayu (2008) dengan judul evaluasi
kesesuaian lahan terhadap rencana tataguna lahan kota
purworejo.Adapun daftar penelitian-penelitian sebelumnya
dibandingkan dengan penelitian penulis disajukan dalam Tabel
1.1
11
Tabel 1.1 Daftar penelitian tentang kajian kesesuaian lahan no Peneliti Judul Tujuan Metode Hasil
1
Sudibyo(1993)
Kemampuan lahan dan kesesuaian untuk tanaman lahan kering di kec arjasa kab. Jember
Menentukan kelas kemampuan lahan dan kesesuaian lahan untuk padi gogo,jagung,tebu dan tembakau
Sampling stratified,random sampling dan analisis diskriptif
Peta kelas kemampuan lahan dan kesesuaian lahan
2
Ekaning mardiyanti(1996)
Evaluasi kesesuaian lahan untuk pemukiman di kecamatan salaman kabupaten magelang
Memplajari variable fisik lahan dan faktor penghambat yang timbul dalam evaluasi kesesuaian lahan permukiman
Intepretasi foto udara, pemetaan satuan lahan dan determinasi watak fisik tanah dan air
Peta satuan lahan,peta kesesuaian lahan,dalam bentuk analog serta klasifikasi faktor penghambat
3
Rosul(1999)
Evaluasi penggunaan lahan terhadap RUTRK Bantul menggunakan SIG
Evaluasi pemanfaatan ruang dan analisis jumlah bangunan dan rumah
Analisis peta dengan sistem SIG dan uji statistik
Evaluasi penggunaan lahan terhadap penyimpangan penggunaan lahan
4 Syafruddin(2000)
Evaluasi kesesuaian lahan untuk memproduksi daun tanaman nilam di kabupaten aceh besar dan banyumas jateng
Menyusun klasifikasi kesesuaian lahan potensial dengan menentukan nilai kriteria penciri lahan pada setiap kelas kesesuaian lahan untuk nilam
Cluster analisis ( analisis tandem)
Penggunaan klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman nilam
5 Herlambang(2000)
Evaluasi sumberdaya lahan untuk pertanian di daerah kecamatan purwodadi kab. purworejo
Evaluasi kesesuaian lahan dan penentuan jenis tanaman semusim non padi
Sampling teknik area,sampling untuk menentukan titik sample lokasi pengamatan, analisis diskrptif
Peta kesesuaian lahan tanaman semusim non padi
6 Rahayu(2008)
Evaluasi kesesuaian lahan terhadap rancana tata guna lahan kota purworejo
Mengetahui arahan pemanfaatan lahan
Analisis kesesuaian lahan dan overlay peta kesesuaian lahan dengan rencana detail tata ruang kota (RDTRK) daerah penelitian
Peta arahan pemanfaatan lahan daerah penelitian
7 Wahyudi(2008)
Kajian kesesuaian lahan untuk budidaya pertanian tanaman pangan di DAS Plilan kabupaten bantul
1.mengetahui kesesuaian lahan untuk budidaya tanaman pangan (padi sawah, padi gogo, jagung, kacang tanah, dan ketela pohon) di DAS Plilan;2. mengetahui zonasi budidaya tanaman pangan dan arahan pengembangannya pada setiap zona DAS; serta3. Merumuskan arahan pengembangan kawasan produktif di DAS Plilan.
Analisis Kesesuaian lahan pada setiap satuan lahan dengan metode maching (penjodohan),Analisis Zonasi DASAnalisis pengembangan kawasan Produktif
Peta kesesuaian lahan untuk budidaya tanaman pangan,Peta Zonasi DASPeta Arahan Pengembangan kawasan produktif
12
BAB IIBAB II
TINJAUAN PUSTAKATINJAUAN PUSTAKA
2.1. Daerah A2.1. Daerah Aliran Sungailiran Sungai
Daerah Aliran Sungai (DAS) diartikan sebagai bentang lahan yang
dibatasi oleh pembatas topografi (topography devide), yang
menangkap, menampung dan mengalirkan air hujan ke suatu outlet
(Tim IPB, 2002).
Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 1991 tentang Sungai
mengartikan Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai suatu kesatuan
wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah, dimana air meresap
dan atau mengalir melalui sungai dan anak-anak sungainya.
Selanjutnya menurut Kamus Tata Ruang, 1997 mengartikan
Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai suatu daerah tertentu yang
bentuk dan sifat alamnya sedemikian rupa, sehingga merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang melalui
daerah tersebut dalam fungsinya untuk menampung air yang berasal
dari air hujan dan sumber-sumber air lainnya yang penyimpanannya
serta pengalirannya dihimpun dan ditata berdasarkan hukum-hukum
alam sekelilingnya demi keseimbangan daerah tersebut; daerah
sekitar sungai, meliputi punggung bukit atau gunung yang merupakan
tempat sumber air dan semua curahan air hujan yang mengalir ke
sungai, sampai daerah dataran dan muara sungai (Kamus Tata
Ruang, 1997)
13
Tanah ialah bagian teratas dari litosfer yang tersingkap menjadi
daratan. Karena itu tanah termasuk salah satu unsur sumberdaya alam
dari suatu bentang lahan. Tanah terbentuk oleh proses-proses
perombakan batuan penyusun litosfer yang dilaksanakan oleh gaya-
gaya yang bersumber dalam atmosfer, biosfer, dan sampai tingkatan
tertentu juga hidrosfer, di dalamlingkupan timbulan (relief) dan
bergerak sepanjang jalannya waktu. Tanah memiliki tebal dan daerah
persebaran tergantung padsa intensitas, interaksi dan variasi masing-
masing faktor pembentuknya. Dengan demikian tanah adalah suatu
tubuh alam yang ikut memberikan ciri khusus suatu bentang lahan.
Pengertian penggunaan lahan (landuse) dan penutup lahan (land
cover) sangat penting dalam aktivitas perencanaan dan pengelolaan
yang berkaitan dengan permukaan bumi. Penutup lahan menunjukkan
keterkaitan aktivitas manusia terhadap sepetak (suatu bagian) lahan.
Penggunaan lahan saat menunjukkan intervensi manusia baik
permanen maupun siklik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Penggunaan saat sekarang mencerminkan keadaan sosial ekonomi
penduduk. Penggunaan lahan saat sekarang ini penting untuk
perencanaan penggunaan lahan misalnya untuk memperkirakan
kebutuhan sekolahan, pusat-pusat pelayanan dan pajak hasil bumi.
Oleh karena itu penggunaan lahan dan penutup lahan penting untuk
aktivitas perencanaan dan pengelolaan lahan.
Empat aspek yang penting diperhatikan dalam mengkaji
penggunaan lahan adalah bentuk penggunaan lahan, teknik
14
pemanfaatan, orientasi/rotasi penggunaan, dan produktivitas. Makna
penggunaan lahan masa kini bagi perencana adalah merupakan
cerminan pemanfaatan sumberdaya alam yang palin optimal, dan
ekonomis; cerminan kebutuhan pengguna untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya; menunjukkan ketrampilan dan pengetahuan pengguna saat
ini; dan menunjukkan ketersediaan sarana dan prasarana, modal
tenaga kerja, pemasaran, dan adaptasi terhadap masalah yang terjadi.
2.2 . Kesesuaian Lahan. Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan adalah gambaran tingkat kecocokan suatu lahan
untuk tipe penggunaan lahan (jenis tanaman dan tingkat pengelolaan)
tertentu (FAO, 1976). Adapun yang dimaksud dengan klasifikasi
kesesuaian lahan adalah proses penafsiran atau pengelompokan
wilayah lahan menjadi bagian-bagian yang lebih rinci menurut tingkat
kecocokannya apabila digunakan untuk penggunaan tertentu.
Klasifikasi kesesuaian lahan lebih bersifat spesifik untuk suatu
tanaman atau penggunaan lahan tertentu, sedang klasifikasi
Kesesuaian lahan lebih bersifat umum untuk suatu penggunaan yang
lestari.
Sistem klasifikasi kesesuaian lahan menurut FAO (1976), terdiri
dari empat kategori yang menunjukan tingkat generalisasi yang
sifatnya menurun, sebagai berikut: Ordo Kesesuaian lahan (Order):
menunjukkan jenis macam kesesuaian atau keadaaan kesesuaian
secara umum. Kelas Kesesuaian lahan (Class): menunjukkan tingkat
15
kesesuaian dalam ordo. Sub-kelas Kesesuaian lahan (Sub-Class):
menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan
dalam kelas. Satuan kesesuaian lahan (Unit): menunjukkan
perbedaan-perbedaan kecil yang diperlukan dalam pengelolaan di
dalam Sub-kelas.
Kesesuaian lahan pada tingkat Ordo menunjukkan apakah lahan
sesuai atau tidak sesuai apabila digunakan untuk penggunaan
tertentu. Tingkat Ordo kesesuaian lahan ini selanjutnya dibedakan
menjadi dua, yakni;
(1) Ordo Sesuai (S); sesuai (suitable)
Lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang dapat digunakan
untuk suatu penggunaan tertentu sesuai lestari, tanpa atau sedikit
risiko kerusakan terhadap sumberdaya lahannya. Keuntungan yang
diharapkan dari hasil pemanfaatan lahan ini akan melebihi masukan
(input) yang diberikan pada tersebut.
(a) Kelas Sangat Sesuai (S1): sangat sesuai (highly suitable)
Lahan yang termasuk kelas ini, yakni lahan tidak mempunyai
pembatas yang berat untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari,
atau lahan hanya mempunyai pembatas yang kurang berarti dan tidak
berpengaruh secara nyata terhadap produksi lahan tersebut, serta
tidak akan menambah masukan dari yang biasa dilakukan dalam
mengusahakan lahan tersebut.
(b) Kelas Cukup Sesuai (S2): cukup sesuai (moderately suitable)
16
Lahan yang termasuk kelas cukup sesuai, yakni lahan dengan
pembatas agak berat untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari.
Pembatas tersebut akan mengurangi produktifitas lahan dan
keuntungan yang diperoleh, serta meningkatkan masukan untuk
mengusahakan lahan tersebut.
(c) Kelas Sesuai Marginal (S3): sesuai marginal (marginally suitable)
Lahan yang termasuk kelas ini mempunyai pembatas sangat berat
apabila digunakan untuk suatu penggunaan tertentu yang lestari.
Pembatas yang ada sifatnya akan mengurangi produktifitas ataupun
keuntungan yang diperoleh dan perlu menaikkan masukan untuk
mengusahakanlahan tersebut.
(2) Ordo Tidak Sesuai (N); tidak sesuai (not suitable)
Lahan yang termasuk ordo ini mempunyai pembatas sedemikian
rupa sehingga pembatas tersebut mencegah terhadap suatu
penggunaan tertentu secara lestari.
Kesesuaian lahan pada kategori kelas, yakni tingkat kesesuaian
lahan yang menunjukkan pembagian lebih lanjut dari kategori ordo dan
menggambarkan tingkat keseuaian dari ordo. Simbol kategori kelas ini
menggunakan nomor urut yang ditulis dibelakang simbol ordo, dan
nomor urut tersebut menunjukkan tingkatan kelas yang menurun
dalam suatu kategori ordo. Jumlah kategori kelas untuk setiap ordo
sebenarnya tidak terbatas, namun demikian dianjurkan untuk
menggunakan tiga kelas dalam Ordo Sesuai dan dua kelas untuk Ordo
Tidak Sesuai. Penetapan jumlah kelas tersebut didasarkanpada
17
keperluan minimum untuk mencapai tujuan interpretasi yang pada
umumnya terdiri atas lima kelas, yakni sangat sesuai, cukup sesuai,
sesuai marginal, tidak sesuai saat sekarang, dan tidak sesuai
permanen.
(a). Kelas Tidak Sesuai Saat Sekarang (N1): tidak sesuai saat
sekarang (currently not suitable)
Lahan yang termasuk kelas ini menpunyai pembatas dengan
tingkat sangat berat akan tetapi masih memungkinkan untik diatasi.
Hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan saat
sekarang dengan biaya yang rasional.
(b). Kelas Tidak Sesuai Permanen (N2): tidak sesuai permanen
(permanently not suitable)
Lahan yang termasuk kelas ini mempunyai pembatas sangat berat.
Sehingga tidak mungkin untuk digunakan untuk suatu penggunaan
tertentu yang lestari.
Kesesuaian lahan pada kategori sub-kelas. Yakni tingkat
kesesuaian lahan yang mencerminkan jenis pembatas atau macam
perbaikan yang yang diperlukan dalam suatu tingkatan kelas. Setiap
kategori kelas, kecuali 51 dapet dikelompokkan lagi ke dalam satu atau
lebih sub-kelas berdasarkan atas pembatas yang ada. Jenis pembatas
tersebut ditunjukkan dengan simbol huruf kecil yang diletakkan di
belakang simbol kelas. Misalnya kelas S2 yang mempunyai pembatas
kedalaman tanah efektif (S). Akan menurunkan sub-kelas kesesuaian
lahan dengan simbol S2s.
18
Simbol pembatas pada kategori sub-kelas biasanya hanya satu.
Akan tetapi dapat juga dua atau tiga dengan catatan bahwa jenis
pembatas yang dominan diletakkan pertama. Sebagai contoh apabila
suatu kategori sub-kelas kesesuaian lahan dengan simbol S2ts,maka
pembatas topografi (t) adalah yang dominan. Dan pembatas
kedalaman tanah efektif (s) adalah pembatas berikutnya atau sebagai
pembatas tambahan.
Kategori kesesuaian lahan satuan (unit), adalah pembagi rinci dari
kesesuaian lahan pada kategori sub-kelas. Semua satuan yang
terdapat dalam satu sub-kelas mempunyai tingkat kesesuaian lahan
yang sama pada kategori kelas dan memiliki jenis pembatas yang
sama pula dalam tingkatan sub-kelas. Kesesuaian lahan pada kategori
satuan ini berbeda antara satu dengan lainnya dalam hal sifat-sifat
atau gatra (aspek) tambahan dari pengelolaan yang diperlukan. Dan
seringkali merupakan pembeda rinci dari pembatas-pembatasny.
Dengan diketahuinya pembatas secara rinci akan memudahkan
interpretasi perencanaan pada tingkat usaha tani.
Simbol kesesuaian lahan untuk kategori satuan ini dibedakan
dengan angka yang ditempatkan setelah simbol sub-kelas .seperti S3t-
2, S3t-3 Tidak terdapat batasan mengenai jumlah kategori satuan
dalam satu sub-kelas.
Cara penamaan kategori kesesuaian lahan dari ordo sampai
satuan secara skematis ditunjukkan pada Gambar 2.1 Struktur
19
klasifikasi kesesuaian lahan dengan simbol-simbolnya secara ringkas
disajikan pada diagram Gambar 2.2
KATEGORIORDO KELAS SUB KELAS
Sesuai (S)
Tidak Sesuai (N)
Sangat sesuai (S1)
Cukup sesuai (S2)
Susuai marginal (S3)
Tidak sesuai Sekarang (N1)
Tidak Sesuai Permanen (N2)
S2m S2e-1
S2e S2e-2
S2d S2e-3
N1m
N1t
N2
Gambar 2.1
Penamaan Kategori Kesesuaian Lahan dari Ordo Sampai Satuan
Gambar 2.2
Cara Penamaan Kategori Kesesuaian Lahan dari Ordo sampai Satuan
S3t-I
Ordo Sesuai (S) Sub Kelas (S3t)
Kelas Sesuai Marginal(S3)
Satuan I dari Sub Kelas (S3t)
20
Berdasarkan data lapangan dan laboratorium parameter lahan dan
klasifikasi kesesuaian lahan untuk berbagai jenis tanaman seperti
budidaya tanaman pangan di daerah penelitian.
2.3 Pendekatan Bentanglahan dalam Evaluasi Kesesuaian Lahan Pendekatan Bentanglahan dalam Evaluasi Kesesuaian Lahan
Bentuklahan (landform) adalah merupakan bagian dari permukaan
bumi yang mempunyai bentuk khas sebagai akibat pengaruh dari proses
dan struktur batuan selama periode waktu tertentu. Keberadaan
bentuklahan ditentukan oleh faktor-faktor topografi, struktur/batuan, dan
proses eksogenetik (Senawi, 2008).
Sutikno (1991) menyebutkan sebagian aspek utama dalam
geomorfologi telah banyak digunakan sebagai dasar analisis untuk kajian
terapan seperti evaluasi kemampuan dan kesesuaian lahan untuk
berbagai tujuan. Sutikno (1995) menguraikan bahwa bentuklahan
mempunyai keterkaitan dengan parameter lingkungan fisik yang lain,
sehingga bentanglahan dipermukaan bumi menjadi suatu daerah yang
memiliki karakteristik yang mirip.
Di bidang survai tanah, geomorfologi sangat membantu dalam
menyusun satuan peta. Hal ini dapat dimengerti bahwa unsur pembentuk
satuan bentuklahan dan tanah sebagian sama yaitu: topografi, batuan
induk dan iklim (Buringh dan Vink dalam Verstappen, 1983).
Goosen, (1972), identifikasi dan pendekatan secara rinci dari
permukaan-permukaan geomorfik dan bentuklahan-bentuklahan
memberikan indikasi perkembangan tanah. Dari bahan endapa aluvial
21
yang sama akan berkembang menjadi tanah berbeda, karena perbedaan
relief dan waktu. Atas dasar karakterisik permukaan geomorfik dapat
dideliniasi satuan-satuan bentanglahannya.
2.4 Kerangka Penelitian.Kerangka Penelitian.
Perencanaan budidaya tanaman pangan merupakan sarana untuk
meningkatkan daya manfaat lahan, yang merupakan (a) keinginan atau
kebutuhan masyarakat umum ke dalam pola lingkungan hidupnya, dan (b)
sebagai pengungkapan atau kebijaksanaan pemerintah tentang
pengembangan dan pengelolaan lingkungan (Bondan Hermanislamet,
1988)
Tujuan perencanaan penggunaan lahan berdasarkan zona
agroekologi adalah: (a) pemanfaatan lahan yang sesuai dengan
kesesuaian lahannya, (b) menjamin kelestarian lingkungan, (c) menunjang
keinginan/kebutuhan masyarakat, dan (d) mencapai pola pemanfaatan
lahan yang paling tinggi. Dari segi lingkupnya, perencanaan penggunaan
lahan berdasarkan kesesuaian lahan untuk budidaya tanaman pangan di
DAS Plilan; mengetahui zonasi budidaya tanaman pangan dan arahan
pengembangannya yang sesuai disetiap zona pengembangan.
Meningkatnya kebutuhan akan lahan sebagai akibat pertambahan
jumlah penduduk yang sangat pesat dan aneka ragam kebutuhan
masyarakat, maka perencanaan pemanfaatan lahan yang berciri
menjamin kelestarian lingkungan perlu digalakan. Dengan kata lain dapat
22
pula disebutkan bahwa pengembangan pemanfaatan sumberdaya perlu
terus ditingkatkan sesuai dengan tuntutan manusia yang semakin
meningkat, akan tetapi di sisi lain usaha konservasi juga harus dilakukan.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut, dapatlah dipahami
bahwa penatagunaan lahan memegang peran pokok dalam perencanaan
dan arahan pengembangan, karena pada akhirnya kegiataan peanfaatan
lahan dilaksanakan di atas bidang-bidang lahan. Seperti telah
diungkapkan di muka pula, bahwa lahan merupakan kesatuan wilayah di
permukaan bumi yang merupakan pengulangan dari sifat-sifat geosfer
yang relatif tetap, baik di atas maupun di bawah wilayah tersebut,
termasuk di dalamnya: tubuh tanah, air, batuan, geomorfologi, udara
(atmosfer), tumbuhan, hewan dan sumberdaya lainnya. Padahal
perencanaan ruang meliputi: tataguna tanah, air, udara . Dengan demikian
jelas, bahwa penatagunaan lahan berarti menata tanah, air, udara dan
sumberdaya lainnya sesuai dengan fungsinya.
Berkaitan dengan kajian kesesuaian sumberdaya lahan untuk
perencanaan penatagunaan lahan , maka harus dipertimbangkan aspek-
aspek pokok lahan yang akan berpengaruh terhadap watak dan
karakteristik fisik lahan. Watak dan karakteristik lahan inilah yang akan
berpengaruh terhadap potensi sumberdaya lahan untuk mendukung
peruntukan yang optimal dan lestari. Keberadaan lahan sebagai ruang
sangat terkait dengan kebutuhan dan kepentingan manusia terhadap
23
lahan tersebut, sedang di sisi lain sumberdaya lahan terbatas, sehingga
untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan hidupnya, maka terjadi
persaingan pemanfaatan lahan. Adanya persaingan tersebut, berakibat
munculnya suatu kegiatan manusia dalam pemilihan penggunaan lahan
yang bermanfaat.
Analisis kesesuaian lahan didasarkan pada pencocokkan antara
Karakteristik lahan (kualitas lahan) dan Persyaratan Tumbuh Tanaman
padi sawah, padi gogo, jagung, kedelai dan kacang tanah. Zonasi
budidaya tanaman pangan dan arahan pengembangannya berdasarkan
hasil evaluasi lahan yaitu kelas kesesuaian lahan setiap satuan pemetaan.
Satuan pemetaan menggunakan satuan bentuklahan yang digunakan
sebagai dasar untuk pengambilan sampel tanah di lapangan.
Interpretasi peta RBI digunakan untuk memperoleh peta lereng dan
penggunaan lahan tentatif yang akan di tumpangsusunkan sehingga akan
diperoleh peta tentatif bentuklahan. Peta tersebut dijadikan dasar untuk
survai dan pengambilan sampel di lapangan. Sampel tanah dari lapangan
selanjutnya akan dianalisis berupa sifat fisik tanah (tekstur tanah) dan
kimia tanah (pH, KTK,N,P2O5,K2O, dan salinitas). Variabel kualitas lahan
yang lain diperoleh dari pengataman lapangan dan data sekunder.
Analisis kesesuaian lahan diolah dengan program LCLP, hasil yang
diperoleh berupa kelas kesesuaian lahan untuk tanaman pangan.
Integrasi pendekatan ekologi bentang lahan dengan menggunakan Sistem
Informasi Geografi, digunakan untuk mengetahui sebaran kelas
kesesuaian lahan disetiap satuan bentuklahan dan arahan
24
Peta Rupa Bumi Skala 1 : 25.000
Digitasi
Overlay
Peta Tentatif Satuan Lahan
Peta Land Use Skala 1 : 25.000
Peta Administrasi
Peta LerengSkala 1 : 25.000
Survei Lapangan/Sampel Tanah
Analisis Laboratorium
Kualitas Lahan
Persyaratan Tumbuh Tanaman padi sawah,
padi gogo, jagung, kedelai dan kacang
tanah.
PresentLanduse
Produktivitas
MatchingLCLP
Integrasi
Pendekatan Ekologi-Bentanglahan
Menggunakan GIS
(Geographic Information System)
Peta Zonasi Budidaya Tanaman Pangan dan arahan pengembangan
pengembangannya. Kerangka penelitian secara diagramatis pada
Gambar 2.3
25
Gambar 2.3. Kerangka Penelitian
2.52.5 HipotesisHipotesis
Berdasarkan konsep teori yang ada, diterapkan pada daerah
penelitian, maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut ini.
(1) Budidaya pertanian tanaman Pangan di DAS Plilan yang ada saat
ini sebagian besar tidak sesuai dengan kesesuaian lahannya.
(2) Sesuai penelitian zonasi DAS, maka pada bagian hulu lebih tidak
sesuai untuk budidaya tanaman, bagian tengah lebih sesuai untuk
budidaya tanaman ketela pohon, jagung, kacang tanah dan padi
gogo, dan bagian hilir sesuai untuk tanaman padi sawah.
(3) Kawasan produktif ditentukan berdasrkan kelas kesesuaian lahan
(S1) pada masing-masing zonasi DAS,
26
BAB IIBAB IIII
METODE PENELITIANMETODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan cara
mengumpulkan data-data karakteristik lahan (tanah, lereng, banjir, erosi,
keairan) pada setiap satuan lahan. Pengumpulan data secara sampling,
dan di analisis secara kuantitatif dan spasial.
LokasiLokasi
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Sub-DAS Plilan, yang secara
administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Imogiri, Kabupaten
Bantul, dan Kecamatan Panggang Kabupaten Gunungkidul Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara administrasi Sub-DAS Plilan di
sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Jetis dan Pleret, di sebelah
timur berbatasan dengan Kecamatan Dlingo, di sebelah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Panggang, dan di sebelah barat
berbatasan dengan Kecamatan Pundong.
Berdasarkan peta Rupa bumi skala 1 : 25.000 lembar 1408 – 222
(Sheet Imogiri) daerah penelitian terletak pada 7o57’00” LS – 7o 59’ 00”
LS dan 110o21’00” BT – 110o25’00” BT. Berdasarkan perhitungan luas
Sub-DAS Plilan adalah sekitar 1066,02 hektar atau 10,66 Km2. Sub-DAS
Plilan secara administrasi terdiri dari 9 Pedukuhan yaitu Dukuh Lanteng II,
Kajor Wetan, Kajor Kulon, Srunggo I, Srunggo II, Nawungan II, Kalidadap
II, Banyumeneng I, dan Banyumeneng II.
27
Bahan dan AlatBahan dan Alat
Bahan dan Alat penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
(a) Peta Topografi dengan skala 1 : 25.000 atau Peta Rupa Bumi skala
1 : 25.000, untuk mengetahui kondisi morfologi daerah penelitian;
(b) Peta Geologi dengan skala 1 : 100.000, untuk mengetahui kondisi
geologi seperti jenis batuan dan struktur batuan;
(c) Peta Administrasi skala 1 : 25.000, untuk mengetahui luas wilayah,
nama kecamatan, batas wilayah dan informasi jalan;
(d) Peta Penggunaan Lahan skala 1 : 25.000, untuk mengetahui
informasi tentang penggunaan lahan yang ada di daerah penelitian;
dan
(e) Peta Lereng 1 : 25.000, untk mengetahui informasi mengenai kondisi
kemiringan lereng dan klas kemiringan lereng serta persebarannya;
Kegiatan pengumpulan data sampai dengan pengukuran
(measuring) dan checking di lokasi penelitian. Oleh karena itu peralatan
yang digunakan dalam kegiatan survei ini adalah:
(a) “Soil sampling tools” untuk pengukuran dan pengamatan tanah,
batuan morfologi/morfometri dan proses geomorfologi, (ring
permeabilitas, bor permeabilitas, bor tanah);
(b) “Soil test kit” untuk sidik sifat tanah (morfologi profil tanah) di
lapangan (sifat fisik dan kimia tanah);
28
(c) Program komputer (perangkat lunak) untuk pemrosesan data spasial
hasil interpretasi peta-peta dan analisis spasial/Sistem Informasi
Geografis (SIG) dan Land Clasification Land Use Planning (LCLP);
(d) Perangkat alat laboratorium untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah;
(e) “chek list” dan kuesioner untuk pengumpulan data fisik dan sosial
ekonomi;
(f) kompas geologi untuk pengukuran struktur geologi;
(g) palu geologi untuk pengambilan contoh batuan;
(h) alat tulis-menulis dan formulir isian lapangan;
(i) kamera digital utnuk dokumentasi data;
(j) GPS untuk pengukuran koordinat lokasi, dan
(k) seperangkat komputer untuk pengolahan data spasial denga sistem
informasi geografi (SIG).
Data Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam 7
komponen yaitu: (1) tanah, (2) iklim, (3) geologi, (4) Vegetasi/penggunaan
lahan, (5) geomorfologi, (6) Hidrologi, (7), kependudukan . Data masing –
masing komponen tersebut dikumpulkan dari survei lapangan dan
instansional. Adapun variabel masing-masing komponen yang akan diukur
di lapangan maupun survei instansional, secara rinci disajikan pada Tabel
3.1.
29
Tabel 3.1 Jenis Data dan Tipe dataJENIS DATA TIPE DATA KETERANGAN
1. Geomorfologi
Kemiringan lereng Primer Survei lapangan
Panjang lereng Primer Survei lapangan
Bentuk lereng Primer Survei lapangan
Kedalaman lapukan Primer Survei lapangan
2. Iklim
Suhu Sekunder Survei intansional
Curah hujan Sekunder Survei intansional
Lama penyinaran matahari Sekunder Survei intansional
Bulan basah/kering Sekunder Survei intansional
3. Geologi
Tipe batuan Sekunder Survei lapangan/interpretasi Peta
Stratigrafi Sekunder Survei lapangan/interpretasi Peta
2. Tanah
Solum, Struktur, Tekstur tanah Primer Survei lapangan/analisis lab
Berat volume, Konsistensi Primer Survei lapangan/analisis lab
Porositas Primer Survei lapangan/analisis lab
Permebilitas Primer Survei lapangan/analisis lab
drainase Primer Survei lapangan/analisis lab
Kadar kapur Primer Survei lapangan/analisis lab
Bahan organik, KTK, PH, alkalinitas Primer Survei lapangan/analisis lab
4. Penggunaan lahan
bentuk penggunaan lahan, Primer dan Sekunder
Survei lapangan
teknik pemanfaatan lahan, Primer dan Sekunder
Survei lapangan
oirentasi/rotasi penggunaan, Primer dan Sekunder
Survei lapangan
produktivitas. Primer dan Sekunder
Survei lapangan
5. Iklim/hidrologi
Erosivitas hujan Sekunder Interpretasi peta
Kepadatan aliran Sekunder Interpretasi peta
6. Hidrologi
Bahaya banjir Primer Survei lapangan
Lama genangan Primer Survei lapangan
7. Kependudukan, Sosial, ekonomi
Jumlah penduduk dan Infrastruktur wilayah
Sekunder Survei intansional
30
Pendekatan PenelitianPendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan 2 pendekatan yaitu :
1. Landscape approach
Mendasarkan pada kenampakan bentang alamnya saja. Apabila
dipertimbangkan aspek lainnya yaitu litologi dan genesis hasil
klasifikasinya akan lebih baik. Tidak terkait dengan survei
“morfogenetic”. unit lahan disusun dari hasil tumpang susun
(overlay) peta bentuklahan, lereng dan landuse pada skala yang
sama. Dari hasil overlay tersebut diperoleh satuan lahan untuk
dianalisis guna menentukan kelas Kesesuaian lahan.
2. Parametric approach
Identik dengan”elemental approach” oleh karena itu parameter
yang dipilih dapat disesuaikan dengan persyaratan survei.
Pengolahan data dengan komputer dapat dilakukan. Pendekatan
ini untuk melakukan kesesuaian lahan dengan menggunakan
metode matching. Dalam hal ini penerapan GIS dengan program
komputer ArcView dan Land Capability Land use Planing (LCLP)
sangat diperlukan. Metode matching yaitu mencocokkan antara
persyaratan tumbuh masing-masing jenis tanaman pangan
(kualitas lahan) yang meliputi :Temperatur (t), Rata-rata suhu
tahunan (ºC), Ketersediaan air (w), Bulan kering dan Curah hujan
tahunan (mm), Media perakaran (r), Drainase tanah, Tekstur tanah
dan Kedalaman efektif (cm), Retensi hara (f), KTK tanah dan pH
31
tanah. Ketersediaan hara (n), N total, P205 tersedia, dan K20
tersedia. Kegaraman (c), Salinitas (mmhos/cm), Kondisi Medan (s),
Kemiringan lahan (%), Batuan di permukaan (%), dan Singkapan
batuan (%). Dengan hasil pengamatan lapangan dan uji
laboratorium (karakteristik lahan).
Cara Pengumpulan DataCara Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui survei data sekunder
(instansional), yang didukung atau dilengkapi dengan survei data primer
melalui kegiatan pengamatan dan pengukuran lapangan (checking).
a) Survei data sekunder merupakan kegiatan pengumpulan data
angka dan peta tentang keadaan wilayah yang telah tersedia pada
berbagai instansi terkait di daerah penelitian.
b) Survei data primer merupakan kegiatan pendukung berupa
pengumpulan data melalui pengamatan dan pengukuran di
lapangan, serta wawancara semi terstruktur dengan penduduk,
tokoh masyarakat atau lembaga.
Analisis Data Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam
tiga analisis, yaitu:
3.1.1. Analisis untuk mengetahui tingkat Kesesuaian Lahan
Analisis data dilakukan dengan cara menilai karakteristik lahan
pada setiap satuan lahan dengan menggunakan kriteria klasifikasi lahan.
32
Matching (penjodohan) dilakukan dengan cara menjodohkan variable-
variabel karakteristik lahan, kualitas lahan dengan kriteria kelas
kesesuaian lahan berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman.
Setelah data karakteristik lahan tersedia, maka proses
selanjutnya adalah evaluasi lahan yang dilakukan dengan cara matching
(mencocokan) antara karakteristik lahan pada setiap satuan lahan
dengan persyaratan tumbuh/penggunaan lahan. Proses evaluasinya
dapat dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan program LCLP
ataupun secara manual. Evaluasi dengan cara komputer akan
memberikan hasil yang sangat cepat, walaupun tanaman yang dievaluasi
cukup banyak. Sedangkan dengan cara manual memerlukan waktu yang
lebih lama, karena evaluasi dilakukan satu persatu pada setiap satuan
lahan untuk setiap tanaman.
Hasil penilaian berupa kelas dan subkelas kesesuaian lahan dari
tanaman yang dinilai ditentukan oleh faktor pembatas terberat. Faktor
pembatas tersebut dapat terdiri dari satu atau lebih tergantung dari
karakteristik lahannya. Hal yang sama juga digunakan untuk penentuan
klasifikasi kesesuaian lahan: Klasifikasi kesesuaian lahan berdasarkan
tingkat Suitable atau Non Suitable. Kualitas lahan sebagai prasyarat
tumbuh tanaman dan tingkat kesesuaian laha disajikan pada lampiran.
3.1.2. Analisis untuk mengetahui zonasi budidaya tanaman pangan
Analisis zonasi budidaya tanaman pangan berdasarkan dari hasil
tingkat kesesuaian lahan tanaman pangan pada setiap satuan
33
bentuklahan yang terdapat di DAS Plilan. Zonasi tersebut terbagi dalam
tiga zona yaitu bagian hulu (upper stream), tengah (middle stream) dan
hilir (lower stream). Pembagian zona DAS Plilan dan hasil tingkat
kesesuaian lahan tanaman pangan di tumpangsusun sehinga akan
diperoleh zonasi budidaya tanaman pangan di DAS Plilan.
3.1.3. Analisis arahan pengembangan kawasan produktif
Analisis arahan pengembangan kawasan produktif dilakukan
dengan cara mengevaluasi hasil kesesuaian lahan, penetapan kawasan
produktif berdasarkan tingkat kesesuaian lahan, yaitu Kelas sangat sesuai
(S1), cukup sesuai (S2), Sesuai marginal (S3), Tidak sesuai saat
sekarang (N1), dan tidak sesuai permanent (N2).
Kawasan produktif didasarkan pada penggunaan tertentu yang
sesuai lestari, tanpa atau sedikit risiko kerusakan terhadap sumberdaya
lahannya atau lahan hanya mempunyai pembatas yang kurang berarti dan
tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi lahan tersebut, serta
tidak akan menambah masukan dari yang biasa dilakukan dalam
mengusahakan lahan tersebut.
Hasil Yang DiharapkanHasil Yang Diharapkan
Hasil dari penelitian ini berupa laporan yang berisi antara lain:
a. kesesuaian lahan untuk budidaya tanaman pangan di DAS
Plilan
b. zonasi budidaya tanaman pangan dan
34
c. Arahan pengembangannya
Tahapan PenelitianTahapan Penelitian
Tahapan penelitian terbagi ke dalam 3 (tiga) tahapan kegiatan,
yaitu:
a. Tahap Persiapan, meliputi:
• Studi pustaka;
• Inventarisasi jenis data;
• Pencarian sumber data dan orientasi data;
• Pengadaan peta RBI dan peta-peta tematik skala 1:25.000;
• Pembuatan peta dasar skala 1:25.000;
• Rencana teknik dan metode;
• Persiapan orientasi dan survei lapangan; dan
• Konsultasi
b. Tahap Pelaksanaan
• Survei instansional terhadap semua data dasar yang
diperlukan;
• Pengamatan dan pengukuran lapangan sebagai upaya cross
check data, yang dilengkapi dengan wawancara semi
terstruktur dengan penduduk dan lembaga terkait;
• Digitalisasi dan editing peta dasar; dan
• Konsultasi
c. Tahap Penyelesaian/Pelaporan
• Penyusunan thesis hasil pendataan, hasil laboratorium dan
peta hasil digitasi;
• Konsultasi; dan
• Perbaikan peta-peta dan penggandaan.
35
Tahapan penelitian (alir penelitian) secara diagramatis disajikan
pada Gambar 3.1.
36
Mulai
Studi pustaka
Inventarisasi jenis data
Pembuatan Peta Dasar
Pembuatan Peta Satuan lahan
Desain sampel dan Survai lapangan
Pengumpulan data Primer
Pengumpulan data Sekunder
Uji Laboratorium
Data Sosek dan Persyaratan Tumbuh Tanaman
Analisis pembandingan (Matching)
Analisis Tingkat Kesesuaian lahan, Analisis Zonasi Budidaya tanaman panganAnalisis Arahan pengembangan
Selesai
Peta Tingkat Kesesuaian lahan, Peta Zonasi Budidaya tanaman panganArahan pengembangan Kawasan Produktif
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
Jadual PelaksanaanJadual Pelaksanaan
Penelitian penyusunan Tesis ini, dari pemilihan judul hingga
penyerahan Tesis ke bidang pendidikan Program S2 MPPDAS
Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada Yogyakarta, direncanakan
selama 16 Minggu (4 bulan), dengan rincian kegiatan disajikan pada
Tabel seagai berikut berikut :
Tabel 3.2 Rencana Pelaksanaan Penelitian
No. Kegiatan
Minggu bulan tahun 2009
Agustus September Oktober November
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.Pengajuan Judul Penelitian dan persetujuan
2.Penyusunan Proposal dan Konsultasi Pembimbing
3.
Seminar Prposal, Perbaikan dan Pengesahan
4.
Persiapan Penelitian dan Konsultasi Pembimbing
5.
Pengumpulan Data, Sampling Lapangan, Konsltasi Pembimbing
6.Penyusunan Data dan Konsultasi Pembimbing
7.Analisis Data dan Konsultasi Pembimbing
8.Pembahasan Hasil Dan Konsultasi Pembimbing
9.Penyusunan Hasil Dan Konsultasi Pembimbing
10. Seminar Hasil11. Perbaikan Hasl dan
pengesahan
37
12. Penjilidan Tesis13. Penyerahan TesisDAFTAR PUSTAKA
_________, 1986. PP Nomor. 29 Tahun 1986, tentang Pelaksanaan Analisis Dampak Lingkungan, Pemerintah Republik Indonesia.
_________, 1997. UU Nomor. 23 Tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pemerintah Republik Indonesia.
_________, 2001. SK Menhut Nomor. 52/Kpts-II/2001 , tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Pemerintah Republik Indonesia.
Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air, Institut Pertanian Bogor Press, Bogor.
Asdak, Chay. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Dasmann. 1980. Prinsip Ekologi untuk Pembangunan. Terjemahan Idjah Soemarwoto. Jakarta: Gramedia.
Dent, D. and A. Young.1981. Soil Survey and Land Evaluation. George Allen and Unwin (Publisher) ltd London.
Djaenudin, D, Marwan H., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Versi 3. 2000. Balai Penelitian Tanah, Puslitbang Tanah dan Agroklimat, Bogor.
FAO. 1976. A Framework For Land Evaluation FAO Soil Bulletin 32, Soil Resources Management Conservation Service, Land and Water Development Division.83.
Karmono, M. 1985. Pemanfaatan Penelitian Sumberdaya Lahan, PUSPICS-Fakultas Geografi, UGM, Yogyakarta.
Kurniawan, A. 2006. Petunjuk Praktikum Studio II MPPDAS, Fak. Geografi, UGM, Yogyakarta.
Malingreau, J.P. 1978. Penggunaan Lahan Pedesaan Penafsiran Citra untuk Inventarisasi dan Analisanya, Pusat Pendidikan interpretasi Citra Penginderaan jauh dan survei Terpadu UGM-BAKO-SURANAL, Yogyakarta.
Odum, EP. 1983. Basic Ecology. Jepan: Souders College Publishing Holt. Rinehart Winston The Drycle Press.
38
Rayes, M. L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Ritohardoyo, S. 2002. Penggunaan dan Tata Guna Lahan, Bahan Kuliah Fak.Geografi, UGM, Yogyakarta.
Sayogya. 1982. Ekologi Pedesaan, Sebuah Bunga Rampai, Bogor: Yayasan Obor Indonesia-IPB.
Sitorus, S. R. P. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan, Penerbit Tarsito, Bandung
Subandi, A. 2001. Tanggapan Masyarakat Terhadap Daya Dukung Lahan Pertanian Untuk Pembangunan Desa Tepus Kabupaten Gunung Kidul, Skripsi Program Studi Geografi, Universitas Gadjah Mada, tidak dipublikasikan.
Suyono. 1996. Analisis Sistem Bentang Lahan, (Tingkat Bahaya Erosi dan Kemampuan Lahan), Bahan Kuliah Program MPPDAS, Sekolah Pascasarjana UGM, Yogyakarta.
Supirin. 2004. Plestarian Sumber Daya Tanah dan Air, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Soemarwoto, O. 2005. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Yunianto. T. 2007. Analisis Sistem Bentang Lahan, (Tingkat Bahaya Erosi dan Kemampuan Lahan), Bahan Kuliah Program MPPDAS, Sekolah Pascasarjana UGM, Yogyakarta.
39