Nama : Ferri Setiawan
NIM : 11684
Prodi : Manajemen Sumberdaya Perikanan
PEDOMAN INVESTASI KOMODITAS UDANG DI INDONESIA
Komoditas udang menyumbang 60 % dari total ekspor hasil perikanan Indonesia
dengan negara tujuan Jepang, Amerika, Korea, Thailand, China, Singapore, Taiwan, dan
Filipina. Hal tersebut dikarenakan harga udang ukuran besar (>30g/ekor) mencapai US $
10,00/kg di Luar Negeri. Kelompok udang yang memiliki nilai ekonomis adalah famili
Panaeidea dan famili Panulirudae. Produksi udang umumnya dilakukan melalui kegiatan
budidaya dan penangkapan, namun famili Panulirudae belum bisa dibudidayakan karena
teknologi budidayanya masih belum diketahui. Masalah utama yang dihadapi pada sektor
perikanan tangkap antara lain adanya kegiatan illegal fishing yang menyebabkan kerugian
besar tiap tahunnya. Di samping itu, masalah overfishing dan kerusakan habitat pada
beberapa wilayah penangkapan juga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit.
Komoditas udang yang umumnya dbudidayakan adalah udang windu ( P. Monodon).
Produktivitas udang tambak sangat bervariasi antara 100 – 10.000 kg/Ha/tahun tergantung
teknologi budidaya yang diterapkan. Akhir-akhir ini produksi udang tambak mengalami
penurunan akibat dari berjangkitnya masalah penyakit white spot virus karena lingkungan
budidaya yang tercemar limbah organik. Masalah ini dapat diatasi dengan cara membunuh
semua organisme carrier virus ini untuk memutus siklus hidupnya. Di samping itu, dengan
cara menggunakan benur bebas virus yang berasal dari Hatchery yang bersertifikat. Usaha
perikanan di Indonesia baik kegiatan perikanan tangkap maupun budidaya yang memiliki
ukuran usaha tertentu harus memiliki Ijin Usaha Perikanan. Dengan nilai ekonmis dan nilai
produktivitas yang besar maka akan menarik minat investor untuk berinvestasi di sektor
perikanan.
Sebagai langkah awal yang strategis dalam mempertimbangkan kegiatan usaha yang
dilakukan adalah : (1) pemilihan lokasi penangkapan/budidaya yang baik serta basis lokasi
kegiatan yang dapat menunjang aktivitas operasional. (2) Pemilihan teknologi yang akan
diterapkan pada masing-masing usaha (Penangkapan, Budidaya, Pembenihan) yang
berdampak pada besarnya investasi yang akan ditanamkan. Pada teknologi budidaya udang
harus menggunakan sistem tandon (resirkulasi) untuk mensiasati kondisi perairan yang
semakin buruk dan mencegah serangan penyakit. Sehingga dalam berinvestasi pada sektor
budidaya diperlukan pembiayaan yang cukup tinggi.
Pengembangan usaha penangkapan udang panaeid yang masih memungkinkan
adalah di WPP (Wilayah Pengelolaan Perikanan) VII dan WPP IX. Penangkapan udang
panaeid dapat dilakukan dengan pukat harimau dan pukat udang. Sedangkan usaha
penangkapan lobster yang mungkin adalah WPP III, WPP IV, WPP V, dan WPP IX dengan alat
tangkap berupa jaring udang, bubu, dan jaring lobster. Komponen biaya variabel yang
terbesar pada sektor budidaya terdapat pada pakan sedangkan komponen variabel yang
terbesat pada sektor penangkapan adalah bahan bakar. Kondisi penangkapan udang dalam
Pengkajian Stok Ikan di Perairan Indonesia menunjukkan bahwa di beberapa wilayang
perairan sudah mengalami overfishing dan diperlukan upaya investasi baru (budidaya dan
pembenihan) untuk mengurangi tekanan penangkapan.
Program Intensifikasi Pembudidayaan Ikan (INBUDKAN) merupakan salah satu upaya
dalam pembangunan perikanan budidaya. Program INBUDKAN dimulai pada tahun 2002
dengan 4 komoditas utama yaitu udang, kerapu, rumput laut, dan nila. Tujuan dari program
INBUDKAN adalah : (i) meningkatkan pendapatan pembudidaya melalui peningkatan mutu
budidaya yang efisien dan berkelanjutan, (ii) meningkatkan produksi budidaya yang
berorientasi pada ekspor, (iii) mendorong pembangunan ekonomi pedesaan melalui
budidaya ikan. Untuk menggerakkan program INBUDKAN dibentuk tim pada masing-masing
wilayah (Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Kecamatan). Tim INBUDKAN ini bertugas
mengendalikan dan melakukan koordinasi dalam satu tingkatan dalam hal penyediaan
sarana produksi, penyaluran modal, perencanaan, monitoring, dan evaluasi.
Permasalah yang dihadapi dalam implementasi program INBUDKAN disebabkan oleh
berbagai hal. Pada bagian organisasi dan tatalaksana masalah yang dihadapi antara lain Tim
INBUDKAN yang belum beroperasi secara optimal, kurangnya apresiasi pemerintah daerah,
dan tatalaksana program INBUDKAN yang belum berjalan sebagaimana mestinya. Pada
begian teknologi masalah yang dihadapi adalah teknologi resirkulasi yang belum diterapkan
karena memerlukan keahlian serta dana yang besar dan sebagian besar pembudidaya masih
belum menerapkan teknologi budidaya yang dianjurkan sehingga menyebabkan gagal
panen. Masalah pada kondisi lingkungan yang dihadapi adalah penurunan kondisi
lingkungan sehingga diperlukan perlakuan khusus pada lahan budidaya dan biaya
operasional meningkat.
Pemanfaatan perairan umum di Indonesia dicirikan oleh dua hal penting yaitu :
bersifat open access dan hak kepemilikan yang kurang jelas. Kedua hal tersebut memacu
tingkat eksploitasi yang berlebih sehingga diperlukan pengaturan. Pengaturan yang
dimaksudkan dapat berupa pengaturan alat tangkap, pengaturan wilayah penangkapan,
pajak, dan pungutan. Sedangkan pada sektor budidaya faktor yang mempengaruhi antara
lain lokasi budidaya, pasokan air, ketersediaan dan variasi input produksi, modal, dan
infrastruktur. Yang menjadi daya tarik utama investor dalam berinvestasi di komoditas
udang adalah permintaan pasar yang besar dan belum terpenuhi. Struktur biaya yang rinci
adalah informasi penting yang diperlukan oleh calon investor selain data potensi dan
peluang pasar.