2012_06_24_Makalah MAP

3
Nama : Ferri Setiawan NIM : 11684 Prodi : Manajemen Sumberdaya Perikanan PEDOMAN INVESTASI KOMODITAS UDANG DI INDONESIA Komoditas udang menyumbang 60 % dari total ekspor hasil perikanan Indonesia dengan negara tujuan Jepang, Amerika, Korea, Thailand, China, Singapore, Taiwan, dan Filipina. Hal tersebut dikarenakan harga udang ukuran besar (>30g/ekor) mencapai US $ 10,00/kg di Luar Negeri. Kelompok udang yang memiliki nilai ekonomis adalah famili Panaeidea dan famili Panulirudae. Produksi udang umumnya dilakukan melalui kegiatan budidaya dan penangkapan, namun famili Panulirudae belum bisa dibudidayakan karena teknologi budidayanya masih belum diketahui. Masalah utama yang dihadapi pada sektor perikanan tangkap antara lain adanya kegiatan illegal fishing yang menyebabkan kerugian besar tiap tahunnya. Di samping itu, masalah overfishing dan kerusakan habitat pada beberapa wilayah penangkapan juga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Komoditas udang yang umumnya dbudidayakan adalah udang windu ( P. Monodon). Produktivitas udang tambak sangat bervariasi antara 100  10.000 kg/Ha/tahun tergantung teknologi budidaya yang diterapkan. Akhir-akhir ini produksi udang tambak mengalami penurunan akibat dari berjangkitnya masalah penyakit white spot virus karena lingkungan budidaya yang tercemar limbah organik. Masalah ini dapat diatasi dengan cara membunuh semua organisme carrier virus ini untuk memutus siklus hidupnya. Di samping itu, dengan cara menggunakan benur bebas virus yang berasal dari Hatchery yang bersertifikat. Usaha perikanan di Indonesia baik kegiatan perikanan tangkap maupun budidaya yang memiliki ukuran usaha tertentu harus memiliki Ijin Usaha Perikanan. Dengan nilai ekonmis dan nilai produktivitas yang besar maka akan menarik minat investor untuk berinvestasi di sektor perikanan. Sebagai langkah awal yang strategis dalam mempertimbangkan kegiatan usaha yang dilakukan adalah : (1) pemilihan lokasi penangkapan/budidaya yang baik serta basis lokasi kegiatan yang dapat menunjang aktivitas operasional. (2) Pemilihan teknologi yang akan diterapkan pada masing-masing usaha (Penangkapan, Budidaya, Pembenihan) yang berdampak pada besarnya investasi yang akan ditanamkan. Pada teknologi budidaya udang

Transcript of 2012_06_24_Makalah MAP

Page 1: 2012_06_24_Makalah MAP

 

Nama : Ferri Setiawan

NIM : 11684

Prodi : Manajemen Sumberdaya Perikanan

PEDOMAN INVESTASI KOMODITAS UDANG DI INDONESIA

Komoditas udang menyumbang 60 % dari total ekspor hasil perikanan Indonesia

dengan negara tujuan Jepang, Amerika, Korea, Thailand, China, Singapore, Taiwan, dan

Filipina. Hal tersebut dikarenakan harga udang ukuran besar (>30g/ekor) mencapai US $

10,00/kg di Luar Negeri. Kelompok udang yang memiliki nilai ekonomis adalah famili

Panaeidea dan famili Panulirudae. Produksi udang umumnya dilakukan melalui kegiatan

budidaya dan penangkapan, namun famili Panulirudae belum bisa dibudidayakan karena

teknologi budidayanya masih belum diketahui. Masalah utama yang dihadapi pada sektor

perikanan tangkap antara lain adanya kegiatan illegal fishing yang menyebabkan kerugian

besar tiap tahunnya. Di samping itu, masalah overfishing dan kerusakan habitat pada

beberapa wilayah penangkapan juga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit.

Komoditas udang yang umumnya dbudidayakan adalah udang windu ( P. Monodon).

Produktivitas udang tambak sangat bervariasi antara 100  – 10.000 kg/Ha/tahun tergantung

teknologi budidaya yang diterapkan. Akhir-akhir ini produksi udang tambak mengalami

penurunan akibat dari berjangkitnya masalah penyakit white spot virus karena lingkungan

budidaya yang tercemar limbah organik. Masalah ini dapat diatasi dengan cara membunuh

semua organisme carrier virus ini untuk memutus siklus hidupnya. Di samping itu, dengan

cara menggunakan benur bebas virus yang berasal dari Hatchery yang bersertifikat. Usaha

perikanan di Indonesia baik kegiatan perikanan tangkap maupun budidaya yang memiliki

ukuran usaha tertentu harus memiliki Ijin Usaha Perikanan. Dengan nilai ekonmis dan nilai

produktivitas yang besar maka akan menarik minat investor untuk berinvestasi di sektor

perikanan.

Sebagai langkah awal yang strategis dalam mempertimbangkan kegiatan usaha yang

dilakukan adalah : (1) pemilihan lokasi penangkapan/budidaya yang baik serta basis lokasi

kegiatan yang dapat menunjang aktivitas operasional. (2) Pemilihan teknologi yang akan

diterapkan pada masing-masing usaha (Penangkapan, Budidaya, Pembenihan) yang

berdampak pada besarnya investasi yang akan ditanamkan. Pada teknologi budidaya udang

Page 2: 2012_06_24_Makalah MAP

 

harus menggunakan sistem tandon (resirkulasi) untuk mensiasati kondisi perairan yang

semakin buruk dan mencegah serangan penyakit. Sehingga dalam berinvestasi pada sektor

budidaya diperlukan pembiayaan yang cukup tinggi.

Pengembangan usaha penangkapan udang panaeid yang masih memungkinkan

adalah di WPP (Wilayah Pengelolaan Perikanan) VII dan WPP IX. Penangkapan udang

panaeid dapat dilakukan dengan pukat harimau dan pukat udang. Sedangkan usaha

penangkapan lobster yang mungkin adalah WPP III, WPP IV, WPP V, dan WPP IX dengan alat

tangkap berupa jaring udang, bubu, dan jaring lobster. Komponen biaya variabel yang

terbesar pada sektor budidaya terdapat pada pakan sedangkan komponen variabel yang

terbesat pada sektor penangkapan adalah bahan bakar. Kondisi penangkapan udang dalam

Pengkajian Stok Ikan di Perairan Indonesia menunjukkan bahwa di beberapa wilayang

perairan sudah mengalami overfishing dan diperlukan upaya investasi baru (budidaya dan

pembenihan) untuk mengurangi tekanan penangkapan.

Program Intensifikasi Pembudidayaan Ikan (INBUDKAN) merupakan salah satu upaya

dalam pembangunan perikanan budidaya. Program INBUDKAN dimulai pada tahun 2002

dengan 4 komoditas utama yaitu udang, kerapu, rumput laut, dan nila. Tujuan dari program

INBUDKAN adalah : (i) meningkatkan pendapatan pembudidaya melalui peningkatan mutu

budidaya yang efisien dan berkelanjutan, (ii) meningkatkan produksi budidaya yang

berorientasi pada ekspor, (iii) mendorong pembangunan ekonomi pedesaan melalui

budidaya ikan. Untuk menggerakkan program INBUDKAN dibentuk tim pada masing-masing

wilayah (Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Kecamatan). Tim INBUDKAN ini bertugas

mengendalikan dan melakukan koordinasi dalam satu tingkatan dalam hal penyediaan

sarana produksi, penyaluran modal, perencanaan, monitoring, dan evaluasi.

Permasalah yang dihadapi dalam implementasi program INBUDKAN disebabkan oleh

berbagai hal. Pada bagian organisasi dan tatalaksana masalah yang dihadapi antara lain Tim

INBUDKAN yang belum beroperasi secara optimal, kurangnya apresiasi pemerintah daerah,

dan tatalaksana program INBUDKAN yang belum berjalan sebagaimana mestinya. Pada

begian teknologi masalah yang dihadapi adalah teknologi resirkulasi yang belum diterapkan

karena memerlukan keahlian serta dana yang besar dan sebagian besar pembudidaya masih

belum menerapkan teknologi budidaya yang dianjurkan sehingga menyebabkan gagal

panen. Masalah pada kondisi lingkungan yang dihadapi adalah penurunan kondisi

Page 3: 2012_06_24_Makalah MAP

 

lingkungan sehingga diperlukan perlakuan khusus pada lahan budidaya dan biaya

operasional meningkat.

Pemanfaatan perairan umum di Indonesia dicirikan oleh dua hal penting yaitu :

bersifat open access dan hak kepemilikan yang kurang jelas. Kedua hal tersebut memacu

tingkat eksploitasi yang berlebih sehingga diperlukan pengaturan. Pengaturan yang

dimaksudkan dapat berupa pengaturan alat tangkap, pengaturan wilayah penangkapan,

pajak, dan pungutan. Sedangkan pada sektor budidaya faktor yang mempengaruhi antara

lain lokasi budidaya, pasokan air, ketersediaan dan variasi input produksi, modal, dan

infrastruktur. Yang menjadi daya tarik utama investor dalam berinvestasi di komoditas

udang adalah permintaan pasar yang besar dan belum terpenuhi. Struktur biaya yang rinci

adalah informasi penting yang diperlukan oleh calon investor selain data potensi dan

peluang pasar.