BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Selama beberapa waktu, sifilis telah keluar dari pandangan, pikiran, dan
memori, Tetapi insiden di dunia Barat sekarang telah bangkit lagi dan bisa sekali
lagi menjadi masalah kesehatan utama. Perubahan ini telah mengikuti jumlah
meningkat pesat manusia Immunodeficiency Virus (HIV) positif di seluruh dunia,
bersama dengan kedatangan wisatawan kesehatan, ekonomi migran,pencari suaka,
dan ketersediaan mudah murah perjalanan.
Sama seperti sifilis tetapi menghilang sebagai sebuah entitas dalam memori
kerja besar sebagian dokter anestesi, maka tiba-tiba muncul kembali sebagai
kondisi yang ada pada wanita menyajikan operasi untuk SC. Gambar 1
menunjukkan perubahan kejadian sifilis di Inggris selama 10 tahun terakhir.
Tinjauan ulang ini dimaksudkan menginformasikan untuk dokter anestesi
merawat wanita dengan sifilis.
1.2 Tujuan
Menjelaskan tentang penyakit infeksi sifilis yang menyertai kehamilan serta
pengaruhnya terhadap janin, sehingga mahasiswa mengerti dan mengetahui
tentang penyakit sifilis khususnya pada kehamilan dan persalinan. Sehingga pada
praktek lapangn dapat memberikan penatalaksanaan yang tepat sesuai dengan
teori di dalam makalah ini.
1.3 Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam pembuatan makalah ini adalah tentang infeksi
sifilis yang menyertai kehamilan yang meliputi:
1. Definisi
2. Etiologi
3. Patofisiologi
4. Tanda dan Gejala
5. Klasifikasi
6. Komplikasi
1
7. Penularan
8. Pengaruh Terhadap Kehamilan dan Persalainan
9. Diagnosis
10. Penatalaksanan dan Terapi
11. Prognosis
12. Asuhan Setelah Persalinan Pada Penderita Sifilis
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Penyakit Sifilis merupakan salah satu penyakit menular seksual (PMS). Lesi
sifilis bisa terlihat jelas ataupun tidak terlihat dengan jelas. Penampakan lesi bisa
dipastikan hampir seluruhnya terjadi karena hubungan seksual.
Penyakit ini bisa menular jika ia melakukan hubungan seksual dengan wanita
lainnya. Namun tidak hanya sebatas itu, seorang ibu yang sedang hamil yang telah
tertular penyakit ini bisa menularkannya kepada janinnya. Sifilis juga dapat
diartikan sebagai penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum,
merupakan peyakit kronis dan dapat menyerang seluruh organ tubuh dan dapat
ditularkan pada bayi di dalam kandungan melalui plasenta
Efek sipilis pada kehamilan dan janin tergantung pada lamanya infeksi
terjadi, dan pada pengobatannya. Jika segera diobati dengan baik, maka ibu akan
melahirkan bayinya sengan keadaan sehat. Tetapi sebaliknya jika tidak segera
diobati akan menyebabkan abortus dan partus prematurus dengan bayi meninggal
di dalam rahim atau menyebabkan sipilis kongenital. Sifilis Kongenital terjadi
pada bulan ke-4 kehamilan.
Apabila sifilis terjadi pada kehamilan tua, maka plasenta memberi
perlindungan terhadap janin sehingga bayi dapat dilahirkan dengan sehat. Dan
apabila infeksi sifilis terjadi sebelum pembentukan plasenta maka harus dilakukan
pengobatan dengan segera, sehingga kemungkinan infeksi pada janin dapat
dicegah.
2.2 Etiologi
Penyebab infeksi sifilis yaitu Treponema pallidum. Treponema pallidum
merupakan salah satu bakteri spirochaeta. Bakteri ini berbentuk spiral. Terdapat
empat subspecies yang sudah ditemukan, yaitu Treponema pallidum pallidum,
Treponema pallidum pertenue, Treponema pallidum carateum, dan Treponema
pallidum endemicum.
3
Treponema pallidum pallidum merupakan spirochaeta yang bersifat motile
yang umumnya menginfeksi melalui kontak seksual langsung, masuk ke dalam
tubuh inang melalui celah di antara sel epitel. Organisme ini juga dapat
menyebabkan sifilis. ditularkan kepada janin melalui jalur transplasental selama
masa-masa akhir kehamilan.
Struktur tubuhnya yang berupa heliks memungkinkan Treponema pallidum
pallidum bergerak dengan pola gerakan yang khas untuk bergerak di dalam
medium kental seperti lender (mucus). Dengan demikian organisme ini dapat
mengakses sampai ke sistem peredaran darah dan getah bening inang melalui
jaringan dan membran mucosa.
2.3 Patofisiologi
Perjalanan penyakit ini cenderung kronis dan bersifat sistemik. Hampir semua
alat tubuh dapat diserang, termasuk sistem kardiovaskuler dan saraf. Selain itu
wanita hamil yang menderita sifilis dapat menularkan penyakitnya ke janin
sehingga menyebabkan sifilis kongenital yang dapat menyababkan kelainan
bawaan atau bahkan kematian. Jika cepat terdeteksi dan diobati, sifilis dapat
disembuhkan dengan antibiotika. Tetapi jika tidak diobati, sifilis dapat
berkembang ke fase selanjutnya dan meluas ke bagian tubuh lain di luar alat
kelamin.
2.4 Tanda dan Gejala Shipilis
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1-13 minggu setelah terinfeksi;
rata-rata 3-4 minggu. Infeksi bisa menetap selama bertahun-tahun dan jarang
menyebabkan kerusakan jantung, kerusakan otak maupun kematian.
Infeksi oleh Treponema pallidum berkembang melalui 4 tahapan:
1. Fase Primer
Terbentuk luka atau ulkus yang tidak nyeri (cangker) pada tempat yang
terinfeksi; yang tersering adalah pada penis, vulva atau vagina. Cangker juga
bisa ditemukan di anus, rektum, bibir, lidah, tenggorokan, leher rahim, jari-
jari tangan atau bagian tubuh lainnya. Biasanya penderita hanya memiliki1
ulkus, tetapi kadang-kadang terbentuk beberapa ulkus. Cangker berawal
sebagai suatu daerah penonjolan kecil yang dengan segera akan berubah
4
menjadi suatu ulkus (luka terbuka), tanpa disertai nyeri. Luka tersebut tidak
mengeluarkan darah, tetapi jika digaruk akan mengeluarkan cairan jernih
yang sangat menular. Kelenjar getah bening terdekat biasanya akan
membesar, juga tanpa disertai nyeri.
Luka tersebut hanya menyebabkan sedikit gejala sehingga seringkali
tidak dihiraukan. Luka biasanya membaik dalam waktu 3-12 minggu dan
sesudahnya penderita tampak sehat secara keseluruhan.
2. Fase Sekunder
Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu ruam kulit, yang muncul
dalam waktu 6-12 minggu setelah terinfeksi. Ruam ini bisa berlangsung
hanya sebentar atau selama beberapa bulan. Meskipun tidak diobati, ruam ini
akan menghilang. Tetapi beberapa minggu atau bulan kemudian akan muncul
ruam yang baru.
Pada fase sekunder sering ditemukan luka di mulut. Sekitar 50%
penderita memiliki pembesaran kelenjar getah bening di seluruh tubuhnya
dan sekitar 10% menderita peradangan mata. Peradangan mata biasanya tidak
menimbulkan gejala, tetapi kadang terjadi pembengkakan saraf mata sehingga
penglihatan menjadi kabur.
Sekitar 10% penderita mengalami peradangan pada tulang dan sendi
yang disertai nyeri. Peradangan ginjal bisa menyebabkan bocornya protein ke
dalam air kemih. Peradangan hati bisa menyebabkan sakit kuning (jaundice).
Sejumlah kecil penderita mengalami peradangan pada selaput otak
(meningitis sifilitik akut), yang menyebabkan sakit kepala, kaku kuduk dan
ketulian.
Di daerah perbatasan kulit dan selaput lendir serta di daerah kulit yang
lembab, bisa terbentuk daerah yang menonjol (kondiloma lata). Daerah ini
sangat infeksius (menular) dan bisa kembali mendatar serta berubah menjadi
pink kusam atau abu-abu. Rambut mengalami kerontokan dengan pola
tertentu, sehingga pada kulit kepala tampak gambaran seperti digigit ngengat.
5
Gejala lainnya adalah merasa tidak enak badan (malaise), kehilangan nafsu
makan, mual, lelah, demam dan anemia.
3. Fase Laten.
Setelah penderita sembuh dari fase sekunder, penyakit akan memasuki
fase laten dimana tidak nampak gejala sama sekali. Fase ini bisa berlangsung
bertahun-tahun atau berpuluh-puluh tahun atau bahkan sepanjang hidup
penderita. Pada awal fase laten kadang luka yang infeksi kembali muncul .
4. Fase Tersier.
Pada fase tersier penderita tidak lagi menularkan penyakitnya. Gejala
bervariasi mulai ringan sampai sangat parah.
Gejala ini terbagi menjadi 3 kelompok utama :
1) Sifilis tersier jinak
Pada saat ini jarang ditemukan. Benjolan yang disebut gumma muncul di
berbagai organ; tumbuhnya perlahan, menyembuh secara bertahap dan
meninggalkan jaringan parut. Benjolan ini bisa ditemukan di hampir
semua bagian tubuh, tetapi yang paling sering adalah pada kaki dibawah
lutut, batang tubuh bagian atas, wajah dan kulit kepala. Tulang juga bisa
terkena, menyebabkan nyeri menusuk yang sangat dalam yang biasanya
semakin memburuk di malam hari.
2) Sifilis kardiovaskuler.
Biasanya muncul 10-25 tahun setelah infeksi awal. Bisa terjadi aneurisma
aorta atau kebocoran katup aorta. Hal ini bisa menyebabkan nyeri dada,
gagal jantung atau kematian.
3) Neurosifilis
Sifilis pada sistem saraf terjadi pada sekitar 5% penderita yang tidak
diobati.
6
5. Jenis utama dari neurosifilis adalah :
a. Neurosifilis meningovaskuler.
Merupakan suatu bentuk meningitis kronis. Gejala yang terjadi
tergantung kepada bagian yang terkena, apakah otak saja atau otak
dengan medulla spinalis:
- Jika hanya otak yang terkena akan timbul sakit kepala, pusing,
konsentrasi yang buruk, kelelahan dan kurang tenaga, sulit tidur, kaku
kuduk, pandangan kabur, kelainan mental, kejang, pembengkakan saraf
mata (papiledema), kelainan pupil, gangguan berbicara (afasia) dan
kelumpuhan anggota gerak pada separuh badan.
- Jika menyerang otak dan medulla spinalis gejala berupa kesulitan
dalam mengunyah, menelan dan berbicara; kelemahan dan penciutan otot
bahu dan lengan; kelumpuhan disertai kejang otot (paralisa spastis);
ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dan peradangan
sebagian dari medulla spinalis yang menyebabkan hilangnya
pengendalian terhadap kandung kemih serta kelumpuhan mendadak yang
terjadi ketika otot dalam keadaan kendur (paralisa flasid).
b. Neurosifilis paretik.
Juga disebut kelumpuhan menyeluruh pada orang gila. Berawal
secara bertahap sebagai perubahan perilaku pada usia 40-50 tahun.
Secara perlahan mereka mulai mengalami demensia. Gejalanya berupa
kejang, kesulitan dalam berbicara, kelumpuhan separuh badan yang
bersifat sementara, mudah tersinggung, kesulitan dalam berkonsentrasi,
kehilangan ingatan, sakit kepala, sulit tidur, lelah, letargi, kemunduran
dalam kebersihan diri dan kebiasaan berpakaian, perubahan suasana hati,
lemah dan kurang tenaga, depresi, khayalan akan kebesaran dan
penurunan persepsi.
7
c. Neurosifilis tabetik.
Disebut juga tabes dorsalis. Merupakan suatu penyakit medulla
spinalis yang progresif, yang timbul secara bertahap. Gejala awalnya
berupa nyeri menusuk yang sangat hebat pada tungkai yang hilang-
timbul secara tidak teratur. Penderita berjalan dengan goyah, terutama
dalam keadaan gelap dan berjalan dengan kedua tungkai yang terpisah
jauh, kadang sambil mengentakkan kakinya.
Penderita tidak dapat merasa ketika kandung kemihnya penuh
sehingga pengendalian terhadap kandung kemih hilang dan sering
mengalami infeksi saluran kemih.
Bisa terjadi impotensi. Bibir, lidah, tangan dan seluruh tubuh
penderita gemetaran. Tulisan tangannya miring dan tidak terbaca.
Sebagian besar penderita berperawakan kurus dengan wajah yang
memelas. Mereka mengalami kejang disertai nyeri di berbagai bagian
tubuh, terutama lambung. Kejang lambung bisa menyebabkan muntah.
Kejang yang sama juga terjadi pada rektum, kandung kemih dan pita
suara. Rasa di kaki penderita berkurang, sehingga bisa terbentuk luka di
telapak kakinya. Luka ini bisa menembus sangat dalam dan pada
akhirnya sampai ke tulang di bawahnya. Karena rasa nyeri sudah hilang,
maka sendi penderita bisa mengalami cedera.
Gejala sifilis kongenital
a. Kelainan kongenital dini
• Makulopapular pada kulit
• Retinitis
• Terdapat tonjolan kecil pada mukosa
• Hepatosplenomegali
• Ikterus
• Limfadenopati
• Osteokondrosis
• Kordioretinitis
• Kelainan pada iris mata
8
b. Kelainan kongenital terlambat (lanjut)• Gigi hutchinnson• Gambaran mulberry pada gigi molar• Keratitis intertinal• Retaldasi mental• Hidrosefalus
2.5 Klasifikasi
Penyakit sifilis memiliki empat stadium yaitu primer, sekunder, laten dan
tersier. Tiap stadium perkembangan memiliki gejala penyakit yang berbeda-beda
dan menyerang organ tubuh yang berbeda-beda pula :
a. Stadium Dini atau I (Primer)
Tiga minggu setelah infeksi, timbul lesi pada tempat masuknya
Treponema pallidum. Lesi pada umumnya hanya satu. Terjadi afek primer
berupa penonjolan-penonjolan kecil yang erosif, berkuran 1-2 cm, berbentuk
bulat, dasarnya bersih, merah, kulit disekitarnya tampak meradang, dan bila
diraba ada pengerasan. Kelainan ini tidak nyeri. Dalam beberapa hari, erosi
dapat berubah menjadi ulkus berdinding tegak lurus, sedangkan sifat lainnya
seperti pada afek primer. Keadaan ini dikenal sebagai ulkus durum.
Sekitar tiga minggu kemudian terjadi penjalaran ke kelenjar getah bening
di daerah lipat paha. Kelenjar tersebut membesar, padat, kenyal pada perabaan,
tidak nyeri, tunggal dan dapat digerakkan bebas dari sekitarnya. Keadaan ini
disebut sebagai sifilis stadium 1 kompleks primer. Lesi umumnya terdapat
pada alat kelamin, dapat pula di bibir, lidah, tonsil, putting susu, jari dan anus.
Tanpa pengobatan, lesi dapat hilang spontan dalam 4-6 minggu, cepat atau
lambatnya bergantung pada besar kecilnya lesi.
b. Stadium II (Sekunder)
umumnya bila gejala sifilis stadium II muncul, sifilis stadium I sudah
sembuh. Waktu antara sifilis I dan II umumnya antara 6-8 minggu. Kadang-
kadang terjadi masa transisi, yakni sifilis I masih ada saat timbul gejala
stadium II.
9
Sifat yang khas pada sifilis adalah jarang ada rasa gatal. Gejala konstitusi
seperti nyeri kepala, demam, anoreksia, nyeri pada tulang, dan leher biasanya
mendahului, kadang-kadang bersamaan dengan kelainan pada kulit. Kelainan
kulit yang timbul berupa bercak-bercak atau tonjolan-tonjolan kecil. Tidak
terdapat gelembung bernanah. Sifilis stadium II seringkali disebut sebagai The
Greatest Immitator of All Skin Diseases karena bentuk klinisnya menyerupai
banyak sekali kelainan kulit lain. Selain pada kulit, stadium ini juga dapat
mengenai selaput lendir dan kelenjar getah bening di seluruh tubuh.
c. Sifilis Stadium III
Lesi yang khas adalah guma yang dapat terjadi 3-7 tahun setelah infeksi.
Guma umumnya satu, dapat multipel, ukuran milier sampai berdiameter
beberapa sentimeter. Guma dapat timbul pada semua jaringan dan organ,
termasuk tulang rawan pada hidung dan dasar mulut. Guma juga dapat
ditemukan pada organ dalam seperti lambung, hati, limpa, paru-paru, testis dll.
Kelainan lain berupa nodus di bawah kulit, kemerahan dan nyeri.
d. Sifilis Tersier
Termasuk dalam kelompok penyakit ini adalah sifilis kardiovaskuler dan
neurosifilis (pada jaringan saraf). Umumnya timbul 10-20 tahun setelah infeksi
primer. Sejumlah 10% penderita sifilis akan mengalami stadium ini. Pria dan
orang kulit berwarna lebih banyak terkena. Kematian karena sifilis terutama
disebabkan oleh stadium ini. Diagnosis pasti sifilis ditegakkan apabila dapat
ditemukan Treponema pallidum. Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop
lapangan gelap sampai 3 kali (selama 3 hari berturut-turut).
Tes serologik untuk sifilis yang klasik umumnya masih negatif pada lesi
primer, dan menjadi positif setelah 1-4 minggu. TSS (tes serologik sifilis)
dibagi dua, yaitu treponemal dan non treponemal. Sebagai antigen pada TSS
non spesifik digunakan ekstrak jaringan, misalnya VDRL, RPR, dan ikatan
komplemen Wasserman/Kolmer. TSS nonspesifik akan menjadi negatif dalam
3-8 bulan setelah pengobatan berhasil sehingga dapat digunakan untuk menilai
keberhasilan pengobatan. Pada TSS spesifik, sebagai antigen digunakan
treponema atau ekstraknya, misalnya Treponema pallidum hemagglutination
10
assay (TPHA) dan TPI. Walaupun pengobatan diberikan pada stadium dini,
TSS spesifik akan tetap positif, bahkan dapat seumur hidup sehingga lebih
bermakna dalam membantu diagnosis.
2.6 Komplikasi
1. Komplikasi Pada Janin Dan Bayi
Dapat menyebabkan kematian janin, partus immaturus dan partus
premature. Bayi dengan sifilis kongenital memiliki kelainan pada tulang,
gigi, penglihatan, pendengaran, gangguan mental dan tumbuh kembang
anak. Oleh karena itu, setiap wanita hamil sangat dianjurkan untuk
memeriksakan kesehatan janin yang dikandungnya. Karena pengobatan
yang cepat dan tepat dapat menghindari terjadinya penularan penyakit dari
ibu ke janin.
2. Komplikasi Terhadap Ibu
a. Menyebabkan kerusakan berat pada otak dan jantun
b. Kehamilan dapat menimbulkan kelainan dan plasenta lebih besar,
pucat, keabu-abuan dan licin
c. Kehamilan <16 minggu dapat menyebabkan kematian janin
d. Kehamilan lanjut dapat menyebabkan kelahiran prematur dan
menimbulkan cacat.
2.7 Penularan
Sifilis bisa ditularkan atau diturunkan dari seorang ibu kepada anak dalam
kandungannya. Sipilis kongenital, melalui infeksi transplasental terjadi pada saat
janin berada di dalam kandungan ibu yang menderita sifilis. Penularan karena
mencium atau pada saat menimang bayi dengan sifilis kongenital jarang sekali
terjadi.
Cara penularan sifilis lainnya antara lain melalui transmisi darah. Hal ini bisa
terjadi jika pendonor darah menderita sifilis pada stadium awal. Ada lagi
kemungkinan penularan cara lain, yaitu penularan melalui barang-barang yang
tercemar bakteri penyebab sifilis, Treponema pallidum, walaupun itu baru secara
teoritis saja, karena kenyataannya boleh dikatakan tidak pernah terjadi.
Jadi dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa resiko penularan
penyakit syphilis dapat terjadi jika:
11
1. Melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang mengidap penyakit
sifilis, jika tidak (pernah) melakukan hubungan seksual aktif dengan
penderita sifilis maka dia tidak akan punya resiko terkena penyakit ini.
2. Ibu menderita sifilis saat sedang mengandung kepada janinnya lewat
transplasental
3. Lewat transfusi darah dari darah penderita sifilis.
2.8 Pengaruh Terhadap Kehamilan
Sifilis yang terjadi pada ibu yang hamil dapat mempengaruhi proses
kehamilannya dan janin. Berikut ini adalah pengaruh sifilis terhadap kehamilan
yaitu:
1. Infeksi pada janin terjadi setelah minggu ke 16 kehamilan dan pada
kehamilan dini, dimana Treponema telah dapat menembus barier plasenta.
2. Akibatnya kelahiran mati dan partus prematurus.
Bayi lahir dengan lues konginetal : pemfigus sifilitus, diskuamasi telapak
tangan-kaki, serta kelainan mulut dan gigi.
3. Bila ibu menderita baru 2 bulan terakhir tidak akan terjadi lues
konginetal.
2.9 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Diagnosis pasti
ditegakkan berdasarkan hasil pemeriskaan laboratorium dan pemeriksaan fisik.
Infeksi pada janin terjadi minggu 16 kehamilan dapat terjadi; partus prematurus,
kelahiran mati, cacat bawaan pada janin.
Diagnosis pada ibu hamil agak sulit di tegakkan karena pada ibu hamil terjadi
perubahan hormon. Diagnosis dapat ditegakkan
a. Pemeriksaan serologik: VDRL (veneral diesses research laboratory)
b. Dengan mempergunakan lapangan gelap, untuk membuktikan langsung
terdapat spirokaeta treponea palidum.
c. Fungsi lumbal untuk membuktikan neurosifilis.
12
2.10 Penatalaksanaan dan Terapi
Wanita hamil dengan sifilis harus diobati sedini mungkin, sebaiknya
sebelum hamil atau pada triwulan I untuk mencegah penularan terhadap janin.
Suami harus diperiksa dengan menggunakan tes reaksi wasserman dan VDRL,
bila perlu diobati dangan terapi penisilin G injeksi. Penting untuk diketahui dalam
pemilihan obat-obatan untuk ibu hamil perlu memperhatikan pengaruh buruk
yang akan terjadi pada janinya. Sedangkan jenis pinisilin dan eritrosin merupakan
obat untuk ibu hamil yang tidak memberikan efek atau pengaruh buruk terhadap
janinnya
Terapi Infeksi Sifilis Pada Kehamilan
Fase Laten kurang dari 1 tahun :
• Penisilin G Benzathine 2,4 juta unit IM
• Eritromisin PO 500 mg/ 4 kali/ selama 15 hari
• Cefriaxone IM 250 mg/ 4 kali selama 15 hari
Sifilis laten lebih dari 1 tahun :
• Penisilin G Benzathin 2,4 juta IM/ 3 kali dalm seminggu Eritromisin 500
mg/ 4 kali/ hari selama 30 hari
Kardiovasculer atau neuro sifilis :
• Pinisilin cristal G 2,4 juta unit setiap 4 hari selama 10 sampai 14 hari
diikuti pinisilin G Benzathin secara IM 2,4 juta unit
• Penisilin procain G secara IM setiap hari 2,4 juta unit ditambah probenecid
500 mg sebanyak 4 kali/ hari selama 10-14 hari kemudian diikuti penisilin
G Benzatin sebanyak 2,4 juta unit secara IM Sebenarnya penisilin
merupakan obat pilihan.
13
Anjuran pengobatan sifilis yang harus dilakukan pada ibu hamil stadium
primer, sekunder, atau laten durasi kurang dari 1 tahun dapat diberikan
pengobatan utama yaitu penisilin G Benzathin 2,4 juta unit secara IM. Tetapi jika
ibu mengalami alergi dapat diganti dengan Eritomisin 500 ng PO selama 15 hari
serta setriakson 250 mg secara IM selama 10 hari. Sedangkan pada Sifilis laten
durasi lebih dari 1 tahun atau sifilis kardiovasculer diberikan obat utama penisilin
G Benzathin 2,4 juta unit secara IM setiap minggu 3x, tetapi jika ibu mengalami
alergi penisilin dapat diganti dengan Eritromicin 500 ng PO selama 30 hari.
Sedangkan pada Neurosifilis diberikan pengobatan utama pinisilin G akueous
kristalin 2,4 juta unit 4x selama 10-14 hari diikuti dengan penisilin G Benzethin
2,4 juta unit secara IM. Atau dapat diberi pinisilin G akueous prokain 2,4 juta unit
IM setiap hari dengan probenesid 500 mg PO selama 10-14 hari, kemudian diikuti
dengan penisilin G Benzethin 2,4 juta secara IM.
2.11 Prognosis
Setelah menjalani pengobatan, prognosis untuk sifilis fase primer, sekunder
dan fase laten adalah baik. Prognosis untuk sifulis fase tersier pada hati atau otak
adalah buruk, karena kerusakan yang telah terjadi biasanya tidak dapat diperbaiki.
2.12 Asuhan Setelah Persalinan Pada Penderita Sifilis
1. Bila keadekuatan pengobatan pada ibu tidak diketahui atau jika ibu tidak
mendapatkan pinisilin ibu harus mendapatkan terapi
2. Diantara bayi yang selamat, banyak yang menderita sifilis congenital
yang dapat menyebabkan kecacatan fisik dan retardasi mental.
14
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN SÍFILIS
KONGENITAL
3.1 DATA SUBJEKTIF
Seorang ibu hamil dengan umur kehamilan 28 minggu hamil anak pertama ,
mengeluh flu, seperti demam dan pegal-pegal, serta kemerahan pada kaki dan
tangan .Ibu mengatakan suaminya menderita sífilis serta belum teratasi .Ibu
merasa cemas jika ibu dan bayi yang dikandungnya tertular sífilis. Ibu bekerja
sebagai ibu rumah tangga dan tidak mengetahui aktivitas suaminya diluar rumah.
Ibu khawatir suaminya sering ‘jajan‘ mungkin tidak menyadari kalau dirinya
sudah mengidap penyakit sifilis.
3.2 DATA OBJEKTIF
1. pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : baik kesadaran : CM
b. Status emosional : stabil
c. Tanda vital :
Tekanan Darah : 120/90 mmhg
Suhu : 37,5 ˚C
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 22x/menit
d. BB/TB : 55kg/ 150cm
e. Status Gizi :
IMT : 55/(1,5)2 = 24,4
LILA : 24 cm
f. Genetalia : luka kemerahan dan basah didaerah vagina
g. Ekstrimitas : ruam ditelapak kaki dan tangan’
15
3.3 ASSESMENT
1. Diagnosa Kebidanan
Ny ‘S’ umur 25 tahun G1P0Ab0Ah0 UK : 28 minggu dengan sífilis
kongenital
2. Masalah
Ibu mengatakan cemas bila ibu dan bayi yang dikandungnya tertular sífilis
kongenital.
3. Kebutuhan
- KIE tentang penyakit sifilis kongenital dalam kehamilan.
- KIE cara penularan sifilis dari ibu ke bayi yang dikandungnya.
4. Diagnosa potensial
Ibu hamil dengan asma berpotensi terjadi kerusakan kulit,hati,limpa, dan
keterbelakangan mental pada bayi.
5. Masalah potensial
Tidak ada
6. Kebutuhan Tindakan Segera Berdasarkan Kondisi Klien
- Mandiri
Tidak dilakukan
- Kolaborasi
Pemeriksaan laboratorium di Laboratorium untuk pemeriksaan kimia
darah, ureum,kreatinin,GDS
7. Merujuk
16
Merujuk ke bagian kebidanan Rumah sakit untuk pengobatan dan
penanganan lebih lanjut.
3.4 PLANNING
1. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan yang dirasakannya yaitu :flu,
demam, pegal-pegal, serta kemerahan pada kaki dan tangan merupakan
tanda- tanda sifilis
- Ibu memahami bahwa keluhan yang dialaminya adalah gejala- gejala
sifilis.
2. Menganjurkan dan menjelaskan pada ibu tentang teknik relaksasi,
pengurangan rasa nyeri dan menciptakan lingkungan yang nyaman dengan
mengganti alat tenun yang kotor.
- Ibu memahami tentang teknik relaksasi, pengurangan rasa nyeri dan
menciptakan lingkungan yang nyaman.
3. Menganjurkan ibu untuk banyak minum, memakai pakaian yang tipis dan
longgar ,dan melakukan kompres apabila demam dengan menggunakan
air hangat di dahi dan lengan.
- Ibu mengerti dan bersedia untuk melaksanakan anjuran bidan.
4. Menganjurkan ibu untuk melibatkan keluarga dalam perawatan agar ibu
mendapatkan support dan dukungan dari keluarga sehingga mempercepat
proses penyembuhan.
- Ibu mengerti dan keluarga bersedia untuk terlibat dalam proses
pengobatan dan perawatan ibu.
17
5. Menganjurkan ibu dan suami untuk tidak berganti- ganti pasangan karena
hal ini dapat menyebabkan penyakit menular seksual dan dapat
menyebabkan penyebaran dari penyakit menular seksual menjadi lebih
luas.
- Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia untuk tidak berganti- ganti
pasangan begitu juga dengan suami.
6. Menjelaskan pada ibu tentang teknik pengurangan rasa nyeri yaitu dengan
pengompresan dengan air hangst pada daerah yang nyeri, dan
meminimalisir terjadinya sentuhan atu gesekan pada daerah yang yang
nyeri.
- Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia melaksanakan
7. Menjelaskan pada ibu bahwa sifilis bisa menimbulkan komplikasi pada
ibu dan bayi sehingga ibu harus menjaga kondisinya agar tidak terjadi
komplikasi.
- Ibu memahami penjelasan bidan dan akan selalu menjaga kondisinya.
8. Menganjurkan ibu untuk pemeriksaan laboratorium di laboratorium untuk
pemeriksaan kimia darah, ureum,kreatinin,GDS.
- Ibu bersedia melakukan pemeriksaan laboratorium di Laboratorium ‘
9. Merujuk ibu ke bagian kebidanan Rumah Sakit untuk pengobatan dan
penanganan lebih lanjut.
- Ibu bersedia dirujuk bagian kebidanan Rumah Sakit untuk pengobatan
dan penanganan lebih lanjut.
10. Menjelaskan kepada ibu untuk kunjungan ulang satu bulan lagi atau jika
ada keluhan.
- Ibu bersedia datang satu bulan lagi atau jika ada keluhan.
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penyakit Sifilis merupakan salah satu penyakit menular seksual (PMS). Lesi
sifilis bisa terlihat jelas ataupun tidak terlihat dengan jelas. Penampakan lesi bisa
dipastikan hampir seluruhnya terjadi karena hubungan seksual.
Dapat menyerang seluruh organ tubuh dan dapat ditularkan pada bayi di
dalam kandungan melalui plasenta. Pada Sifilis Kongenital terjadi pada bulan ke-
4 kehamilan. Penyebab infeksi sifilis yaitu Treponema pallidum. Treponema
pallidum merupakan salah satu bakteri spirochaeta.
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1-13 minggu setelah terinfeksi;
rata-rata 3-4 minggu. Infeksi bisa menetap selama bertahun-tahun dan jarang
menyebabkan kerusakan jantung, kerusakan otak maupun kematian. Infeksi oleh
Treponema pallidum berkembang melalui 4 tahapan yaitu fase primer, sekunder,
laten dan tersier.
Penularan karena mencium atau pada saat menimang bayi dengan sifilis
kongenital jarang sekali terjadi, transfusi darah dari darah penderita sifilis,
transplasenta, melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang mengidap
penyakit sifilis.
Pengobatannya dapat diberikan antibiotik pilihan yaitu Penisilin selain itu
juga diberikan eritromisin kerena tidak mempengaruhi janinnya.
19
4.2 Saran
Kami sadar bahwa makalah yang kami susun masih banyak terdapat
kesalahan. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
yang positif dan membangun, guna penyusunan makalah kami berikutnya agar
dapat tersusun lebih baik lagi.
20
DAFTAR PUSTAKA
Muchtar, Rustam. 1989. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Varney, Helen, dkk. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC
Pawiroharjo, Sarwono.1998. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Syaifudin, A.B. 2002. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarata : Yayasan Bina Pustaka
Ratna, Eni, dkk. 2009. Asuhan Kebidanan Komuitas. Yogyakarta : Nuha Medika
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Rabe, Thomas. 2002. Buku Saku Ilmu Kandungan. Jakarta : Hipokrates
www.scrib.com
www.megastro.com
21