10-51 Penelitian Tindakan Kelas
D. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH 1. Perumusan Masalah
Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam pendahuluan dapat
dirumuskan permasalahan sebagi berikut: apakah menerapkan
pembelajaran dengan mendayagunakan alat peraga dan serangkaian
pertanyaan kognitif pada materi pokok segiempat dapat meningkatkan
keaktivan dan hasil belajar siswa kelas VII A di SMP Sukamaju
Semarang.
2 Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan akan
dilakukan kegiatan sebagai berikut. Untuk memecahkan masalah
dalam pembelajaran akan digunakan alat peraga. Alat peraga akan
dibuat bersama oleh tim peneliti yang digunakan untuk menerangkan
tentang sifat dan luas segiempat.
Langkah berikutnya peneliti akan menggunakan strategi
pembelajaran dengan memberikan serangkaian pertanyaan kognitif, di
mana dalam metode ini dikembangkan untuk mencapai setidak-
tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar
akademik, kemampuan komunikasi, dan pengembangan keterampilan
sosial.
Untuk menanamkan materi segiempat dimulai dengan
menggunakan alat peraga dan diikuti dengan serangkaian
pertanyaan-pertanyaan kognitif yang membantu siswa dalam
memahami materi segiempat. Begitu juga dalam memahami soal-soal
tentang segiempat selalu dengan menggunakan serangkaian
pertanyaan kognitif.
E. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan pembelajaran
dengan mendayagunakan alat peraga dan dikuti dengan serangkaian
10-52 Penelitian Tindakan Kelas
pertanyaan kognitif pada materi segiempat siswa kelas VII A SMP
Sukamaju Semarang, sehingga dapat diketahui: apakah pembelajaran
dengan mendayagunakan alat peraga dan serangkaian pertanyaan
kognitif dapat meningkatkan keaktivan belajar dan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal pada materi pokok segiempat.
F. MANFAAT HASIL PENELITIAN
Dari hasil penelitian ini diharapkan.
(1) Siswa dapat meningkat kemampuannya dalam menyelesaikan soal
sifat dan luas segiempat dan soal cerita yang terkait dengan
segiempat.
(2) Dengan menjadi tim penelitian, maka akan membantu guru untuk
menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran.
(3) Menghasilkan alat peraga yang menarik yang dapat digunakan
dalam jangka panjang.
(4) Memberikan suatu contoh model pembelajaran dengan
mengunakan serangkaian pertanyaan kognitif.
(5) Menumbuhkan minat guru untuk memecahkan masalah melalui
penelitian tindakan kelas.
(6) Meningkatkan hubungan kerja sama antara LPTK dan Sekolah
Dasar dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
G. KAJIAN PUSTAKA 1. Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar
Menurut Peaget (Hastuti, 1995) proses belajar seseorang akan
mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai dengan
umurnya. Penjenjangan ini sifatnya hirarkhi, artinya harus dilalui
berdasarkan urutan/tahapan. Tahap atau tingkat yang dimaksud
adalah.
a. Tingkat sensori motor (0-2 tahun), rabaan dan gerak merupakan
hal-hal yang penting dalam pengalamannya dan ia belajar
berdasarkan pengalamannya itu, berpikir dengan perbuatannya.
10-53 Penelitian Tindakan Kelas
Mereka belajar mengkoordinasi persepsi dan fungsi motoriknya
untuk mengenal dunianya.
b. Tingkat pre-operasional (2-7), tahap di mana anak mulai
menggunakan lambang-lambang. Kemampuan melambangkan
tampak pada kegiatan bermain. Keterampilan-keterampilan mulai
tunbuh dengan baik dan faktor ini dapat mendorong anak terampil,
menggunakan bahasa, mereka mulai belajar menalar dan
membentuk konsep.
c. Tingkat operasi kongkrit (7-11 tahun), tahap di mana pengerjaan-
pengerjaan logis dapat dilakukan dengan bantuan benda-benda
konkret. Pengamatan dan pikiran memperlihatkan kemajuan. Anak
mampu mengkonversi angka, benda terutama yang kongkret.
Kekongkretan ini membantu guru dan siswa memahami makna
kata.
d. Tingkat operasi formal (11 tahun- dewasa), pengerjaan logis dapat
dilakukan tanpa bantuan benda-benda konkret. Pada tingkat ini
anak mengembangkan kemampuan berpikir abstrak dan hipotik,
mereka mampu menalar secara sistematik dan mampu menarik
kesimpulan.
Pendapat Peaget ini didukung oleh Bruner yang menyatakan
bahwa usia SD untuk mendapatkan daya tangkap dan serapnya
meliputi ingatan, pemahaman dan penerapan masih memerlukan
mata dan tangan (Tim PKG, 1988:1).
Adapun prinsip-prinsip pembelajaran matematika SMP menurut
Dirjendikdasmen (1993) antara lain: (1) dalam menyajikan topic-topik
baru hendaknya dimulai dari tahapan yang paling sederhana menuju
tahapan yang lebih kompleks, dari yang dekat kepada anak menuju
lingkungan yang lebih luas; (2) pengalaman-pengalaman sosial anak
dan penggunaan benda-benda konkrit perlu dilakukan guru untuk
membantu pemahaman anak-anak; (3) setiap langkah dalam