Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 - Jurnal Universitas Bina Insan ...

41
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 56 Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527- 7243 KAJIAN HUBUNGAN INDSUTRIAL DTINJAU DARI PERAN SERIKAT PEKERJA DI PT BUMI BELITI ABADI Oleh : 1. Aandri Siandra Mahasiswa Magister Manajemen STIE MURA 2. Dheo Rimbano Dosen Tetap STIE MURA 2. Sutanta Dosen Tetap STIE MURA Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan industrial di PT. Bumi Beliti Abadi yang meliputi, fungsi serikat pekerja, peran serikat pekerja, cara menyelesaikan perselisihan hubungan industrial dan penerapan perjanjian kerja bersama di PT. Bumi Beliti Abadi. Adapun teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dokementasi dan tinjauan pustaka. Analisis data yang digunakan menggunakan reduksi data, display data, dan verifikasi data. Hasil penelitian ini adalah: Bahwasanya fungsi serikat pekerja di PT. Bumi Beliti Abadi fungsi serikat pekerja di PT. Bumi Beliti Abadi sudah dilakukan sebagaimana mestinya. Akan tetapi fungsi serikat dalam melakukan pemogokan kerja dan sebagai wakil pekerja buruh dalam memperjuangkan saham dalam perusahaan belum dilakukan.peran serikat pekerja yang di PT. Bumi Beliti Abadi sudah dilakukan tapi belum cukup optimal. Mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan industrial di PT. Bumi Beliti Abadi sudah dilakukan dengan benar. Hanya pada tahap pengadilan hubungan industrial bahkan ke mahkamah agung (jalur hukum) belum pernah terjadi dikarenakan perselisihan tersebut bisa tuntas pada musyawarah untuk mufakat. Penerapan PKB di PT. Bumi Beliti Abadi sudah diterapkan dan ada juga yang belum diterapkan. Sedangkan pada isinya ada sebagian hak pekerja yang belum dicantumkan atau pada penjelasannya bisa mengakibatkan salah tafsir. Kelemahan daripada hasil penelitian ini yaitu tidak melakukan penelitian yang sifatnya membandingkan antara perusahaan yang kurang optimal dan sudah optimal tentang hubungan industrialnya, sehingga didapatkan standar optimal yang sebenarnya. Belum melakukan pemilihan pada salah satu perselisihan, serikat pekerja atau penerapan perjanjian kerja bersama saja agar mendapatkan hasil yang sifatnya lebih spesifik (fokus pada satu objek). Kata Kunci: Hubungan Industrial, Serikat Pekerja, PKB PENDAHULUAN Pembangunan perekonomian di era globalisasi tidak terlepas dari pertumbuhan perusahaan dan industri yang memberikan sumbangan dalam bentuk pertumbuhan ekonomi nasional, di antaranya melalui

Transcript of Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 - Jurnal Universitas Bina Insan ...

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 56

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

KAJIAN HUBUNGAN INDSUTRIAL DTINJAU DARI PERAN SERIKAT

PEKERJA DI PT BUMI BELITI ABADI

Oleh :

1. Aandri Siandra

Mahasiswa Magister Manajemen STIE MURA

2. Dheo Rimbano

Dosen Tetap STIE MURA

2. Sutanta

Dosen Tetap STIE MURA

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan industrial di PT.

Bumi Beliti Abadi yang meliputi, fungsi serikat pekerja, peran serikat pekerja,

cara menyelesaikan perselisihan hubungan industrial dan penerapan perjanjian

kerja bersama di PT. Bumi Beliti Abadi. Adapun teknik pengumpulan data

dengan observasi, wawancara, dokementasi dan tinjauan pustaka. Analisis data

yang digunakan menggunakan reduksi data, display data, dan verifikasi data.

Hasil penelitian ini adalah: Bahwasanya fungsi serikat pekerja di PT. Bumi Beliti

Abadi fungsi serikat pekerja di PT. Bumi Beliti Abadi sudah dilakukan

sebagaimana mestinya. Akan tetapi fungsi serikat dalam melakukan pemogokan

kerja dan sebagai wakil pekerja buruh dalam memperjuangkan saham dalam

perusahaan belum dilakukan.peran serikat pekerja yang di PT. Bumi Beliti Abadi

sudah dilakukan tapi belum cukup optimal. Mekanisme penyelesaian perselisihan

hubungan industrial di PT. Bumi Beliti Abadi sudah dilakukan dengan benar.

Hanya pada tahap pengadilan hubungan industrial bahkan ke mahkamah agung

(jalur hukum) belum pernah terjadi dikarenakan perselisihan tersebut bisa tuntas

pada musyawarah untuk mufakat. Penerapan PKB di PT. Bumi Beliti Abadi sudah

diterapkan dan ada juga yang belum diterapkan. Sedangkan pada isinya ada

sebagian hak pekerja yang belum dicantumkan atau pada penjelasannya bisa

mengakibatkan salah tafsir. Kelemahan daripada hasil penelitian ini yaitu tidak

melakukan penelitian yang sifatnya membandingkan antara perusahaan yang

kurang optimal dan sudah optimal tentang hubungan industrialnya, sehingga

didapatkan standar optimal yang sebenarnya. Belum melakukan pemilihan pada

salah satu perselisihan, serikat pekerja atau penerapan perjanjian kerja bersama

saja agar mendapatkan hasil yang sifatnya lebih spesifik (fokus pada satu objek).

Kata Kunci: Hubungan Industrial, Serikat Pekerja, PKB

PENDAHULUAN

Pembangunan perekonomian

di era globalisasi tidak terlepas dari

pertumbuhan perusahaan dan industri

yang memberikan sumbangan dalam

bentuk pertumbuhan ekonomi

nasional, di antaranya melalui

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 57

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

penyerapan karyawan. Namun

mengingat semakin kompleknyasnya

kondisi saat ini, banyak masalah

yang timbul akibat dari

perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi informasi, serta keadaan

masyarakat yang semakin tansparan.

Hubungan industrial perusahaan

meliputi hubungan antara pengusaha

atau manajemen dan pekerja, yang

terkait dalam proses produksi barang,

atau pelayanan jasa sebuah

perusahaan. Hubungan tersebut perlu

dikelola dengan baik, agar tercipta

hubungan yang saling

menguntungkan dan harmonis

sehingga dapat meningkatkan

produktivitas organisasi atau

perusahaan. Hubungan pemerintah,

pengusaha, dan pekerja serta serikat

pekerja/serikat buruh perlu terus

menerus dibangun, dibina, dan

dipertahankan pelaksanaannya oleh

semua komponen. Peran

pemerintah sebagai regulator

sangat diperlukan untuk

keseimbangan posisi tawar

(bargaining position) antara pekerja

dan pengusaha dalam hubungan

kerja di perusahaan. Pelaksanaan

hubungan kerja di perusahaan yang

kondusif dapat menunjang

kelangsungan usaha (industrial

harmony and economic

development). Kelangsungan usaha

yang baik dapat meningkatkan

produktivitas perusahaan, yang

pada gilirannya dapat

meningkatkan kesejahteraan pekerja.

Dalam dunia internasional

hubungan industrial sudah

diakomodasi oleh organisasi

ketenagakerjaan internasional atau

Internasional Labour Organization

(ILO) pada tahun 1998 dan

mengeluarkan deklarasi yang pada

intinya mewajibkan semua negara

di dunia meratifikasi dan

menerapkan prinsip 8 konvensi

dasar ILO. Konvensi dasar tersebut

kemudian berkembang, dan

dikelompokkan menjadi empat

bidang, yaitu:

a) Kebebasan dan perlindungan hak

berserikat dan berunding

bersama, terdiri dari Konvensi

No. 87 dan No. 98

b) Larangan kerja paksa, terdiri dari

Konvensi N0. 29 dan No. 105

c) Larangan mempekerjakan anak,

terdiri dari Konvensi No. 138

dan No. 182

d) Larangan diskriminasi dan

penerimaan dan perlakuan

terhadap pekerja, terdiri dari

Konvensi No. 100 dan No. 111

Sedangkan di indonesia

hubungan industrial diatur menurut

Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan

Pasal 102, menerangkan bahwa:

a) Dalam melaksanakan hubungan

industrial, pemerintah

mempunyai fungsi menetapkan

kebijakan, memberikan

pelayanan, melaksanakan

pengawasan, dan melakukan

penindakan terhadap

pelanggaran peraturan

perundang-undangan

b) Dalam melaksanakan hubungan

industrial, pekerja/buruh dan

serikat pekerja/serikat buruhnya

mempunyai fungsi menjalankan

pekerjaan sesuai dengan

kewajibannya, menjaga

ketertiban demi kelangsungan

produksi, dan keahliannya serta

ikut memajukan perusahaan dan

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 58

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

memperjuangkan kesejahteraan

anggota beserta keluarganya.

c) Dalam melaksanakan hubungan

industrial, pengusaha dan

organisasi pengusahanya

mempunyai fungsi menciptakan

kemitraan, mengembangkan

usaha, memperluas lapangan

kerja dan memberikan

kesejahteraan pekerja/buruh

secara terbuka, demokratis, dan

berkeadilan.

Di Musi Rawas dan

Lubuklinggau hubungan industrial

sudah diterapkan, walaupun masih

belum menyeluruh diterapkan

merata di setiap perusahaan, hal

tersebut dengan ditandai exisnya

peran serikat pekerja yaitu Federasi

Serikat Pekerja Seluruh Indonesia

(F-SPSI) yang mempunyai kantor

di Desa Pedang Kecamatan Muara

Beliti dan juga Persatuan Pekerja

Muslim Indonesia (PPMI). Kedua

serikat ini seringkali melakukan

seminar tentang ketenaga kerjaan

dan hubungan industrial dalam

menjadi mitra pengusaha dan

sarana perjuangan para

pekerja/buruh dalam menuntut hak

hormatif dan kesejahteraannya.

Sementara itu di PT. BBA

yang merupakan perusahaan yang

bergerak dalam bidang expor Ruber

(Hasil Produksi Karet yang sudah

menjadi bahan setengah jadi) di PT.

BBA masih sering mengalami

kendala dalam hubungan industrial.

Baik yang merugikan perusahaan

maupun kerugian dari pihak pekerja.

Hal tersebut dikarenakan kurang

optimalnya peran Serikat

Pekerja/Buruh dalam menjaga

hubungan yang harmonis dengan

perusahaan. Kemudian daripada itu

masih banyak juga kesepakat-

kesepakan yang masih belum

mempunyai pedoman khusus yang

membahas tentang hak dan

kewajiban pekerja dan hak dan

kewajiban pengusaha, biasanya

disusun dalam buku Perjanjian Kerja

Bersama (PKB)

Rumusan Masalah

1. Bagaimana fungsi serikat

pekerja/buruh di PT. Bumi Beliti

Abadi?

2. Bagaimana peran serikat

pekerja/buruh di PT. Bumi Beliti

Abadi?

3. Bagaimana cara mengatasi

perselisihan hubungan industrial

antara pekerja dan pengusaha di

PT BBA?

4. Bagaimana penerapan perjanjian

kerja besrsama di PT Bumi Beliti

Abadi?

TINJAUAN PUSTAKA

Serikat Pekerja/Buruh

Menurut (Marwansyah, 2016:

394) serikat pekerja atau serikat

buruh (union) adalah “an

organization of workers, acting

collectively, seeking to promote and

protect its mutual interest

throughcollective bargaining”

(organisasi para pekerja, yang

bertindak secara kolektif, yang

berupaya memajukan dan

melindungi kepentingan bersama

melalui perundingan kolektif.

“Menurut Pasal 1 Undang-undang

Nomor 21 Tahun 2000 tentang

Serikat Pekerja/ Buruh dan Pasal 1

Undang-undang Nomor 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan,

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 59

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

serikat pekerja/buruh adalah

organisasi yang dibentuk dari, oleh

dan untuk pekerja/buruh

diperusahaan maupun diluar

perusahaan, yang bersifat bebas,

terbuka, mandiri, demokratis, dan

bertanggung jawab guna

memperjuangkan, membela serta

melindungi hak dan kepentingan

pekerja/buruh serta meningkatkan

kesejahteraan pekerja/buruh dan

keluarganya.” (Marwansyah,

2016:394 Ayunda putri (2017:1),

mengungkapkan bahwa serikat

pekerja merupakan organisasi

berunding bagi para pekerja. Dengan

kehadiran Serikat Pekerja para

pekerja dapat melakukan negosiasi

dengan pengusaha dalam hal

kebijakan perusahaan, sebab ketika

ada serikat pekerja maka menjadi

sebuah kewajiban bagi pengusaha

untuk menegosiasikan segala sesuatu

dengan serikat pekerja “Serikat

Pekerja atau serikat Buruh adalah

organisasi yang dibentuk dari, oleh,

dan untuk pekerja atau buruh baik

diperusahaan maupun diluar

perusahaan, yang bersifat bebas,

terbuka, mandiri, demokratis dan

bertanggungjawab guna

memperjuangkan, membela serta

melindungi hak dan kepentingan

pekerja atau buruh serta

meningkatkan kesejahteraan pekerja/

buruh dan keluarganya.” (Ridwan,

2017:1). Siti dan Tri (2013:216),

mengatakan serikat pekerja adalah

organisasi para pekerja yang

dibentuk untuk mempromosikan atau

menyatukan pendapat, melindungi,

dan memperbaiki, melalui kegiatan

kolektif, kepentingan–kepentingan

sosial , ekonomi dan politik para

anggotanya. Jadi serikat

pekerja/buruh adalah suatu wadah

untuk bekerja sama dalam mencapai

tujuan bersama para pekerja/buruh

yaitu untuk meningkatkan

kesejahteraan pekerja/buruh dan

keluarganya yang dilindungi dan

diakui oleh negara.

Hubungan Industrial

Menurut Fossum (dalam

Marwansyah, 2016: 385), hubungan

industrial mencakup semua praktik

yang mengimplemntasikan filosofi

dan kebijakan sebuah organisasi

yang berkaitan dengan pekerja.

Menurut amstrong (dalam

Marwansyah, 2016: 386), istilah

employee relations mencakup

industrial (industrial relations), yang

berkenaan dengan hubungan antara

manajemen dengan serikat pekerja,

yang melibatkan kesepakatan

bersama (collective agreements),

perundingan bersama (collective

bergaining), penyelesaian

perselisihan dan lingkungan kerja.

Menurut T.J. Dunlop yang dikutip

oleh (Sutanto, 2015:17), menegaskan

bahwa hubungan industrial

merupakan suatu “sub-sistem dari

total sistem” yang terkait dengan

konteks tertentu. Konteks yang

dimaksud adalah negara, lingkungan,

dan tempat kerja. Menurut Suwatno

dan Donni (2013:307) hubungan

industrial pada dasarnya

berhubungan dengan pembayaran

tenaga kerja yang murah,

kesepakatan yang dibuat antara

majikan dan karyawan, dimana

pengusaha memberikan kompensasi

bagi pekerjaan yang telah dilakukan

oleh karyawan. Jadi pada dasarnya

hubungan industrial merupakan

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 60

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

kegiatan yang berkenaan dengan

perundingan, kerja sama, perjanjian

dan penyelesaian masalah dengan

musyawarah antara serikat

pekerja/buruh dengan pihak

perusahaan. Tahapan yang harus

ditempuh dalam menyelesaiakan

perselisishan hubungan industri

menurut Irman (2013:1), yaitu (a)

Bipartit (b) Mediasi atau Konsiliasi

atau Arbitrase (c) Pengadilan

Hubungan Industrial. “Setiap

perselisihan hubungan industrial

pada awalnya diselesaikan dengan

musyawarah untuk mufakat. Apabila

gagal maka salah satu atau kedua

pihak mencatatkannya pada instansi

yang bertanggung jawab.setelah

dicatatkan bisa diselesaikan dengan

cara konsialisasi. Apabila tidak ada

kesepakatan juga maka diajukan

kepada pengadilan hubungan

industri. Pengadilan hubungan

industrial berada pada lingkungan

peradilan umum dan dibentuk pada

pengadilan negeri secara bertahap

dan pada mahkamah agung. Putusan

pengadilan hubungan industrial pada

pengadilan negeri mengenai

perselisihan kepentingan dan

perselisihan antara serikat

pekerja/buruh dalam suatu

perusahaan tidak dapat diajukan

kasasi kepada mahkamah agung.”

Perjanjian Kerja Bersama

Menurut Suwarto dan Sutanto

(2015:40) Perjanjian Kerja Bersama

adalah suatu hasil proses dimana

manajemen dan unsur serikat

pekerja/serikat buruh berusaha

menentukan syarat kerja secara

bersama yang tidak lain untuk

mencegah timbulnya perselisihan

atau konflik yang kesemuanya juga

memelihara dan meningkatkan

hubungan baik diantara keduanya.

“Dalam dunia kerja, sebelum terjadi

hubungan kerja antara Pengusaha

dan Pekerja, dibuat suatu perjanjian

yang merupakan dasar kesepakatan

untuk memenuhi hak dan kewajiban

antara masing-masing pihak

(Pengusaha dan Pekerja). Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan mengatur

tentang perjanjian kerja, dan juga

mengatur tentang perjanjian kerja

bersama. Berdasarkan Pasal 1 angka

21 UU Ketenagakerjaan, perjanjian

kerja bersama (“PKB”) adalah

perjanjian yang merupakan hasil

perundingan antara serikat

pekerja/serikat buruh atau beberapa

serikat pekerja/serikat buruh yang

tercatat pada instansi yang

bertanggung jawab di bidang

ketenagakerjaan dengan pengusaha,

atau beberapa pengusaha atau

perkumpulan pengusaha yang

memuat syarat syarat kerja, hak dan

kewajiban kedua belah pihak.”

(Alsha Alexandra Kartika:2013).

Simanjuntak (2013:82), menyatakan

yang dikutif oleh Arik Prasetya

(2015:86) Perjanjian kerja bersama

adalah bentuk dari kesepakatan atau

perjanjian yang dicapai dengan

proses perundingan antara

perwakilan serikat pekerja dengan

perwakilan pengusaha mengenai hak

dan kewajiban pekerja serta

kewenangan dan kewajiban

pengusaha. “Perjanjian Kerja

Bersama (PKB) adalah perjanjian

yang merupakan hasil perundingan

antara serikat pekerja/serikat buruh

atau beberapa serikat pekerja/serikat

buruh yang tercatat pada instansi

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 61

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

yang bertanggung jawab di bidang

ketenagakerjaan dengan pengusaha,

atau beberapa pengusaha atau

perkumpulan pengusaha yang

memuat syarat-syarat kerja, hak dan

kewajiban kedua belah

pihak.”(www.hubunganindustri.com:

2016).

Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Analisis Hubungan

Industrial Tanpa Adanya

Serikat Pekerja (Suatu Studi

Pada PT. Apexindo Pratama

Duta Tbk (Triana Puji

Lestari:2016) Penelitian ini

menjelaskan tentang hubungan

industrial tanpa adanya serikat

pekerja diperusahaan. Tujuan

dan penelitian ini adalah

menjelaskan bagaimana

hubungan industrial dan

hubungan bipartit di PT

Apexindo Pratama Duta Tbk.

Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif dan

memiliki tujuan penelitian

eksplanatif. Narasumber dalam

penelitian ini dipilih

berdasarkan masa kerja dari

karyawan di perusahaan yang

berbeda-beda. Pendekatan

yang digunakan dalam

penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif. Dilihat

dari tujuannya, penelitian ini

merupakan penelitian

eksplanatif bersifat

menerangkan. Selanjutnya,

teknik pengumpulan data

terbagi menjadi dua, yaitu (1)

data primer dan data (2)

sekunder. Teknik analisis data

yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik

analisis data kualitatif. Hasil

dari penelitian ini menunjukan

bahwa hubungan industrial dan

hubungan bipartit di

perusahaan dapat berjalan

dengan baik tanpa adanya

serikat pekerja. Hubungan

industrial yang terjalin saat ini

diperusahaan dapat dikatakan

berjalan dengan baik.

Walaupun tidak dapat

dipungkiri bahwa komunikasi

memang tidak selalu berjalan

dengan baik. Tidak

terbentuknya serikat pekerja di

perusahaan terjadi karena

berbagai macam alasan,

misalnya karena karyawan

telah puas dengan peraturan

perusahaan yang ada, tidak

adanya penggerak yang

memplopori untuk membentuk

serikat pekerja, hingga

kesibukan masing-masing

individunya yang pada

akhirnya tidak jadi mendirikan

serikat pekerja.

2. Fungsi Serikat Pekerja

Dalam Perlindungan Hak-

Hak Pekerja di PT. Pal

Indonesia (Satriando Fajar

Perdana:2014) Penelitian ini

dimaksudkan untuk

mengetahui fungsi dari Serikat

Pekerja ditempat penelitian

penulis, yang bertempat di PT.

PAL INDONESIA

(PERSERO).. Penelitian ini

termasuk penelitian Yuridis

Empiris yang bersifat

Deskriptif. Data penelitian ini

meliputi data Primer dan data

sekunder. Data Primer

merupakan data yang utama

dari penulisan Penelitian ini

dan didukung dengan data

Sekunder untuk mendukung

dari pernyataan data primer.

Teknik dari pengumpulan data

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 62

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

pada penulisan penelitian ini

adalah dengan mengumpulkan

data, wawancara, serta kuisener

yang dilakukan pada para

pekerja di PT. PAL

INDONESIA (PERSERO).

Tipe penelitian yang digunakan

adalah Deskriptif analisis, yang

menggambarkan tentang

hubungan hukum dengan

fungsi dari serikat pekerja itu

sendiri dengan data primeryang

berasal dari data riil yang

diperoleh dari Perusahaan PT.

PAL INDONESIA

(PERSERO). Hasil penelitian

di lapangan yang berada di PT.

PAL INDONESIA

(PERSERO) untuk mengenai

hubungan hukum antara

pekerja yang diwakili oleh

serikat pekerja kepada

pimpinan perusahaan tertuang

dalam hasil perjanjian, yang

disebut dengan Perjanjian

Kerja Bersama yang dibuat

oleh perwakilan pekerja

dengan pimpinan perusahaan.

Dan untuk mengenai fungsi

serikat pekerja di PT. PAL

INDONESIA (PERSERO),

sudah diterapkan dengan baik

dan sesuai dengan peraturan

perundang – undangan yang

berlaku.

3. Kajian Implementasi Sistem

Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja Pada

Perusahaan Jasa Kontruksi

Di Kota Kupang (Yohana

Bolu Tena:2012) Keselamatan

dan kesehatan kerja (K3)

secara umum di Indonesia

masih sering terabaikan. Hal

ini ditunjukkan dengan masih

tingginya angka kecelakaan

kerja. Angka kecelakaan kerja

di Indonesia termasuk yang

paling tinggi di kawasan

ASEAN. Hampir 32% kasus

kecelakaan kerja yang ada di

Indonesia terjadi pada sektor

konstruksi yang meliputi

semua jenis pekerjaan proyek

gedung, jalan, jembatan,

terowongan, irigasi bendungan

dan sejenisnya

(www.jamsostek,com). Dan

jenis kecelakaan paling tinggi

adalah tertimpa (PT

Jamsostek,2011). Hal ini

tentunya sangat

memprihatinkan, dimana

karyawan sebagai asset penting

dalam perusahaan namun

tingkat kepedulian dunia usaha

terhadap K3 masih rendah .

Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui sejauhmana

penerapan sistem manajemen

K3 oleh kontraktor kelas

menengah dan besar di Kota

Kupang dan dampak yang

diakibatkannya. Adapun acuan

penelitian ini adalah ketentuan

yang ditetapkan dalam SMK3

berdasarkan Peraturan Menteri

Tenaga Kerja (Permenaker)

No.PER. 05/MEN/1996.

Analisis menggunakan rumus

Normalisasi de Boer dengan

konsep

Traffic Light System. Hasil

penelitian menunjukan

implementasi SMK3

perusahaan jasa konstruksi di

Kota Kupang termasuk dalam

kategori kuning dengan

prosentase 62,38 % dan tingkat

kecelakaan masuk dalam

kategori hijau maka

implementasi SMK3 berada

pada level 2 (cukup aman).

Ketentuan-ketentuan SMK3

sebagian besar telah dilakukan

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 63

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

oleh perusahaan jasa

konstruksi. Sepuluh ketentuan

yang paling banyak diterapkan

adalah menetapkan kebijakan

K3, mengidentifikasi bahaya

yang akan terjadi,

menyediakan dana untuk

pelaksanaan K3, menentukan

pengendalian resiko

kecelakaan, peraturan yang

dibuat berdasarkan perundang-

undangan mengenai K3,

menyediakan fasilitas P3K

dalam jumlah yang cukup,

membuat tujuan dan sasaran

yang ingin dicapai, setiap pihak

yang terlibat dalam perusahaan

jasa konstruksi harus berperan

dalam menjaga dan

mengendalikan pelaksanaan

K3, adanya pembagian tugas

dan tanggung jawab yang jelas

dan implementasi pengendalian

untuk mengelola bahaya K3

METODOLOGI PENELITIAN

Di dalam penelitian ini,

penulis menggunakan metode

kualititatif. Menurut Sugiyono

metode kualitatif merupakan metode

penelitian yang berlandaskan

postpositivisme digunakan untuk

meneliti pada kondisi objek yang

alamiah, dimana peneliti sebagai

instrumen kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara

triangulasi, analisis data bersifat

induktif kualitatif dan hasil

penelitian kualitatif lebih

menekankan makna daripada

generalisasi. Agung Prasetyo

(2016:3) berpendapat, penelitian

kualitatif merupakan salah satu dari

jenis penelitian yang termasuk dalam

jenis penelitian kualitatif. Tujuannya

adalah untuk mengungkapkan

kejadian atau fakta, keadaan,

fenomena, variabel dan keadaan

yang terjadi saat penelitian

berlangsung dengan menyuguhkan

apa yang sebenarnya terjadi. Nanang

Andarwanto, dkk (2016:1),

mengatakan penelitian kualitatif

adalah penelitian tentang riset yang

bersifat deskriptif dan cenderung

menggunakan analisis. Proses dan

makna (perspektif subyek) lebih

ditonjolkan dalam penelitian ini.

Landasan teori dimanfaatkan sebagai

pemandu agar fokus penelitian sesuai

dengan fakta di lapangan. Selain itu

landasan teori juga dimanfaatkan

sebagai gambaran umum tentang

latar penelitian dan sebagai bahan

pembahasan penelitian. Menurut

Yanuar Ikbar (2013:146) pendekatan

kualitatif merupakan pendekatan

penelitian yang berlandaskan

fenomologi dan paradigma

kontstruktivisme dalam

memngembangkan ilmu

pengetahuan. Menurut Basrowi &

Suwandi (2013:20) penelitian

kualitatif merupakan penelitian yang

dilakukan berdasarkan paradigma,

strategi, dan model yang

dikembangkan sangat beragam.

Sedangkan menurut denzin &

Licolin dalam (Septiawan Santana,

2013:14) kualitatif adalah

multimetode dalam fokus, termasuk

pendekatan interpretif dan

naturalistik terhadap pokok

persoalannya.

Penelitian kualitatif lebih

menekankan pada aspek proses

daripada hanya sekedar hasil.

Penelitian kualitatif memiliki medan

yang alami sebagai sumber data

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 64

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

langsung sehingga bersifat deskriptif

naturalistik. Sejalan dengan pendapat

diatas, maka penelitian ini bertujuan

untuk mendepenelitiankan

pemahaman para pengelola

perusahaan terhadap hubungan

industrial dan manajemen k3 yang

telah dilaksanakan di PT. BBA.

Prosedur Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah

proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari

wawancara, catatan lapangan dan

dokumentasi. Dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam

kategori, menjabar ke dalam unit-

unit, melakukan sintesa, menyusun

dalam pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari

serta membuat kesimpulan, sehingga

mudah dipahami diri sendiri dan

orang lain (Sugiyono, 2016:244).

Analisis data dimulai dengan

melakukan wawancara mendalam

dengan informan kunci, yaitu

seseorang yang benar-benar

memahami dan mengetahui situasi

objek penelitian. Setelah melakukan

wawancara, analisis data dimulai

dengan membuat transkip hasil

wawancara, dengan cara memutar

kembali rekaman hasil wawancara,

mendengarkan dengan seksama,

kemudian menuliskan kata-kata yang

didengar dengan sesuai dengan apa

yang ada direkaman tersebut. Setelah

peneliti menulis hasil wawancara

tersebut ke dalam transkrip,

selanjutnya peneliti harus membaca

secara cermat untuk kemudian

dilakukan reduksi data. Peneliti

membuat reduksi data dengan cara

membuat abstraksi, yaitu mengambil

dan mencatat informasi-informasi

yang bermanfaat sesuai dengan

konteks penelitian atau mengabaikan

kata-kata yang tidak perlu sehingga

didapatkan inti kalimatnya saja,

tetapi bahasanya sesuai dengan

bahasa informan.

Selanjutnya dilakukan

penyajian data, di penyajian data

dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antara

kategori-kategori, Flowcart dan

sejenisnya. Langkah terakhir adalah

menarik kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal masih sementara

dan akan terus berkembang.

Kesimpulan penelitian kualitatif

berupa temuan-temuan baru

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum tentang

Latar Penelitian

1. Sejarah Singkat PT. Bumi Beliti

Abadi

PT. Bumi Beliti Abadi

didirikan pada juni tahun 2005

berdasarkan akta notaris No. 56 yang

dibuat oleh Ny. Sumardillah Oriana

Roosdilan. SH, notaris di Jakarta

pada tanggal 20 Juni 2005. Persero

Terbatas Bumi Beliti Abadi (PT.

BBA) merupakan perusahaan yang

bergerak dalam bidang produksi dan

expor ruber (karet yang dioleh

menjadi bahan setengan jadi). PT.

BBA mulai izin operasi pada tahun

2005. Direksi PT. Bumi Beliti Abadi

berkedudukan di Jl. Krekot Jaya

Molek Blok F RT/RW 002/07

Kelurahan Pasar Baru Kecamatan

Sawah Lebar Jakarta. Sedangkan

lokasi pabrik berada di Jalan Raya

Muara Beliti – Muara Kelingi KM 3

Desa Remayu Kecamatan Tuah

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 65

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

Negeri Kabupaten Musi Rawas

Provinsi Sumatera Selatan. Melihat

pada potensi sumber daya alam yang

ada di Indonesia, dalam hal ini

sumber daya alam nonmigas yang

sangat dekat dengan kehidupan

masyarakat pedesaan adalah karet

rakyat, maka amatlah tepat bila PT.

Bumi Beliti Abadi turut serta

mengelola potensi alam tersebut,

disamping peluang bisnis terbuka,

juga secara sosial sangant membantu

meningkatkan pendapatan perkapita

masyarakat setempat. PT. Bumi

Beliti Abadi merupakan satu-satunya

pabrik pengolahan dan expor ruber

yang berada di kabupaten Musi

Rawas, Lubuklinggau dan Musi

Rawas Utara. Dengan demikain

hampir beberapa hasil karet di

Kabupaten Musi Rawas,

Lubuklinggau dan Musi Rawas Utara

di tampung di PT. Bumi Beliti

Abadi. Sedangkan dalam kegiatan

produksi, PT. Bumi Beliti Abadi

belum ke tahap finishing yaitu

berupa produksi Ban Mobil dan

sebagainya produk yang berasala dari

karet. Akan tetapi PT. BBA hanya

memproduksi hanya sebatas menjadi

bahan setengah jadi (Ruber) yang

kemudian di export ke beberapa

negara, Jepang, Cina, India dan

sebagainya. Dari sejarah singkat dan

jabaran diatas maka dapat dikatakan

bahwasanya PT. Bumi Beliti Sampai

Saat ini sudah berdiri kurang lebih

12, 5 tahun lamanya. Dan merupakan

perusahaan satu-satunya yang

bergerak di bidang pengolahan karet

di Bumi Silampari (Lubuklinggau,

Musi Rawas dan Musi Rawas Utara)

sampai saat ini. Oleh karena itu

hampir semua hasil karet di daerah

tersebut di tampung di PT. Bumi

Beliti Abadi.

B. Depenelitian Hasil Penelitian

1. Fungsi Serikat Pekerja/Buruh

di PT. Bumi Beliti Abadi

a) Mekanisme pendirian serikat

pekerja/buruh di PT. Bumi

Beliti Abadi

Berdasarkan wawancara

dengan Kepala Pabrik Bapak

Bambang: “Pendirian serikat pekerja

itu pada awalnya kesepakatan

daripada pihak pekerja yang

kemudian melapor kepada dinas

tenaga kerja yang kemudian kami

hanya tinggal mengesahkannya

dengan melakukan perundingan

terlebih dahulu” (Bambang, Selasa,

23/01/2018).

Senada dengan pendapat

diatas Diana Mastia selaku Kepala

Bagian Personalia mengatakan

bahwa mekanisme pendirian serikat

pekerja/buruh adalah”

“Untuk mendirikan serikat

pekerja pertama adanya

kesepakatan dari pihak

pekerja yang kemudian

mereka mendaftarkan di dinas

tenaga kerja, setelah itu kami

tinggal mengesahkan dan

mengakui adanya serikat di

perusahaan ini dengan syarat-

sayarat sudah dilengkapi

salah-satunya jumlah anggota

minimal 10 orang.” (Diana

Mastia, Rabu, 24/01/2018).

Sedangkan menurut Jakfar

Sidik selaku Ketua Serikat Pekerja di

PT. Bumi Beliti abadi menjelaskan

mekanismenya yaitu:

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 66

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

“Untuk mendirikan serikat

pekerja itu pada awalnya

kami melapor kepada

pengurus cabang serikat

terlebih dahulu bahwa kami

mau mendirikan serikat

pekerja di PT.BBA.

kemudian kami melaporkan

kepada dinas tenaga kerja dan

mengisi form pendaftaran,

setelah disahkan kami

melakukan pertemuan kepada

persenolia dan menyerahkan

berkas untuk mendirikan

serikat dan pihak perusahaan

mengakui adanya serikat

pekerja di PT.BBA?” (Jakfar

Sidik, Rabu, 24/01/2018).

Dijelaskan lagi oleh Chairul

Efendi selaku Mandor Joker

sekaligus Wakil Ketua Serikat

Pekerja mekanisme pendirian serikat

pekerja adalah:

“Pendirian serikat pekerja

pada mulanya itu karena

permintaan teman-teman agar

kami pekerja bisa

menyampaikan aspirasi.

Setelah itu ada beberapa

temen-teman yang

menghadap kepada pengurus

cabang Serikat Pekerja

Seluruh Indonesia (SPSI)

yang kantornya di Desa

Pedang Kecamatan Muara

Beliti. Setelah pengurus

cabang menyetujui kami

mendaftarkan Pengurus Unit

Kerja (PUK) SPSI PT. BBA

di dinas tenaga kerja Musi

Rawas. Setelah dinilai layak

maka kami kemudian

melaporkannya ke pihak

personalia selaku dan

personalia menyampaikannya

kepada direksi perusahaan.”

(Chairul Efendi, Rabu,

24/01/2018).

Dari penjelasan beberapa

informan diatas , secara garis besar

dapat simpulkan bahwa dalam

mekanisme pendirian serikat pekerja

di PT. Bumi Beliti Abadi yaitu

bermula ketika ada beberapa pekerja

yang memiliki pemikrian untuk

mendirikan serikat pekerja untuk

menjamin kesejahteraan mereka,

setelah itu pekerja tersebut mencari

anggota yang sekurang-kurangnya

berjumlah 50 orang anggota

kemudian mendaftarkannya ke

pengurus cabang. Setelah itu

merembuk atau pemberitaan kepada

Dinas Tenaga Kerja Musi Rawas.

Setelah disahkan oleh Dinas, maka

melaporkan kepada personalia yang

mana selanjutnya personalia

mengajukan peda pihak direksi

perusahaan. Dan tahap akhir

melakukan kesepakatan iuran dan

merumuskan Perjanjian Kerja

Bersama.

b) Fungsi serikat pekerja/buruh di

PT. Bumi Beliti Abadi

Berdasarkan wawancara

dengan Kepala Pabrik Bapak

Bambang: “Bagi kami pihak

perusahaan sangat dibantu dengan

adanya serikat pekerja, yang mana

ketika ada masalah dengan karyawan

kami selaku pihak manajemen tidak

lagi di hadapi semua karyawan. Akan

tetapi cukup melalui perwakilan

serikat pekerja saja” (Bambang,

Selasa, 23/01/2018).

Senada dengan pendapat

diatas Diana Mastia selaku Kepala

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 67

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

Bagian Personalia mengatakan

bahwa fungsi serikat pekerja/buruh

adalah: “Fungsi serikat pekerja pada

bidang kami yaitu personalia

membantu kami dalam melakukan

pembinaan para pekerja dan

membantu kami dalam melakukan

peningkatan kinerja dengan melalui

mentaati peraturan-peraturan yang

ada.” (Diana Mastia, Rabu,

24/01/2018).

Sedangkan menurut Jakfar

Sidik selaku Ketua Serikat Pekerja di

PT. Bumi Beliti abadi menjelaskan

fungsinya yaitu: “Fungsi daripada

serikat pekerja itu yaitu menjamin

kesejahteraan pekerja beserta

keluarganya, artinya hal yang utama

didirkannya serikat pekerja di PT.

Bumi Beliti ini sebagai wadah untuk

meningkatkan kesejahteraan pekerja

beserta keluarganya.” (Jakfar Sidik,

Rabu, 24/01/2018).

Dijelaskan lagi oleh Chairul

Efendi selaku Mandor Joker

sekaligus Wakil Ketua Serikat

Pekerja mekanisme pendirian serikat

pekerja adalah: “Fungsi serikat

pekerja itu pertama membantu kami

para mandor dalam membina para

pekerja, membantu perusahaan untuk

komunikasi dan membantu pekerja

PT. BBA dalam membela hak-hak

para pekerja.” (Chairul Efendi,

Rabu, 24/01/2018).

Dari penjelasan beberapa

informan diatas , secara garis besar

dapat simpulkan bahwa fungsi

daripada serikat pekerja di PT. Bumi

Beliti yaitu sebagai wadah

komunikasi antara perusahaan dan

pngontrol pekerja dan perusahaan

dalam menjalankan undang-undang

tenaga kerja serta membantu pihak

personalia dan mandor dalam

peningkatan pemahaman dunia kerja

agar bisa meningkatkan kinerja dan

produktivitas dan menjamin hak para

pekerja agar tercapainya

kesejahteraan pekerja beserta

keluarganya. Yang mana sudah

tercantum dalam undang-undang

tenaga kerja.

c) Keadaan hubungan industrial

ketika dulu belum ada serikat

pekerja/buruh dengan sekarang

sudah ada serikat

pekerja/buruh

Berdasarkan wawancara

dengan Kepala Pabrik Bapak

Bambang hubungan industrial ketika

dulu belum ada serikat dan sudah ada

serikat:

“Pada waktu di PT. BBA

belum ada serikat komunikasi

kami dengan karyawan

kurang begitu efektif

sehingga acap kali mengalami

perselisihan-perselisihan

kecil. Akan tetapi setelah

adanya serikat kami tidak

kesulitan lagi untuk

melakukan komunikasi

dengan karyawan terutama

dalam menerapkan peraturan

baru.” (Bambang, Selasa,

23/01/2018).

Selaras dengan pendapat

diatas Diana Mastia selaku Kepala

Bagian Personalia mengatakan

bahwa keadaan hubungan industrial

ketika belum ada serikat dan sudah

ada serikat pekerja:

“Sangat jauh berbeda yang

mana pada saat dahulu kami

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 68

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

mengalami kesulitan selaku

personalia dalam melakukan

pembinaan pekerja, dengan

adanya serikat pekerja kami

merasa terbantu dan

muaranya kami bisa menjalin

hubungan yang harmonis

anatar kami pihak personalia

dengan pekerja.” (Diana

Mastia, Rabu, 24/01/2018).

Sedangkan menurut Jakfar

Sidik selaku Ketua Serikat Pekerja di

PT. Bumi Beliti abadi menjelaskan:

“Keadaan hubungan

industrial ketika sebelum

adanya serikat pekerja belum

terlalu baik, dikarenakan

perusahaan belum

sepenuhnya menjamin

kesejahteraan pekerja beserta

keluarganya, karena dulu

belum adanya perjanjian kerja

bersama. Setelah adanya

serikat pekerja, maka

kesejahteraan ini mulai

terlihat, terlihat semua

pekerja disini sudah memiliki

kendaraan semua walaupun

Cuma roda dua. Hal tersebut

karena sudah adanya

perjanjian kerja bersama yang

kami rancang sedemikian

rupa dan akhirnya pekerja

menjadi termotivasi untuk

tidak melanggar peraturan

yang ada.” (Jakfar Sidik,

Rabu, 24/01/2018).

Ditambah lagi oleh Andi

Susanto Selaku Mandor Produksi

Basah yang bekerja dari awal

berdirinya PT. Bumi Beliti Abadi:

“Hubungan industrial ketika

dulu sebelum adanya serikat

sering terjadinya perselisihan

mulai dari perselisihan karena

upah, lembur dan ketidak

pastian waktu kerja, kadang

kerja kadang tidak. Sehingga

sering terjadinya perselisihan

bahkan sampai melakukan

mogok kerja. Setelah adanya

serikat maka hal tersebut bisa

diatasi dengan adanya serikat

pekerja bahkan adanya

perjanjian kerja bersama pada

kepengurusan kedua serikat

pekerja. Dan perselisihan

antara pekerja dan perusahaan

bisa diminimalisir.” (Andi

Susanto, Selasa, 23/01/2018).

Dari penjelasan beberapa

informan diatas , secara garis besar

dapat simpulkan bahwa keadaan

hubungan industrial ketika dahulu

sebelum adanya serikat pekerja dan

setelah adanya serikat pekerja

sekarang di PT. Bumi Beliti berbeda

jauh satu sama lainnya. Yang mana

dahulu ketika belum adanya serikat

pekerja pihak perusahaan kesulitan

dalam berkomunikasi dengan para

pekerja sedangkan dari personalia

kesulitan juga dalam membina para

pekerja dalam mentaati peraturan

perusahaan. Sedangkan dari segi

pekerja dahulu kesejahteraan pekera

kurang begitu diperhatikan dengan

seringnya upah tidak dibayar pada

mula pendirian perusahaan dan jam

kerja yang acap kali tidak menentu,

kadang kerja kadang tidak sehingga

terjadinya mogok kerja.

Semenjak adanya serikat

pekerja maka, perusahaan terbantu

dalam berkomunikasi dengan para

pekerja serta personalia tidak

kesulitan lagi dalam memberikan

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 69

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

pemahaaman kepada pekera tentang

peraturan perusahaan. Sedangkan

para pekerja kesejahteraan mulai

muncul walaupun belum begitu

optimal yang mana hak-hak normatif

dan non normatif sudah dituangkan

dalam perjanjian kerja bersama yang

merupakan daripada produk serikat

pekerja. Dan muaranya perselisihan

hubungan industrial baik besar

ataupun kecil bisa diminimalisir.

2. Peran Serikat Pekerja/Buruh di

PT. Bumi Beliti abadi

a) Peran serikat pekerja/buruh

yang berada di PT.Bumi Beliti

Abadi selama ini

Berdasarkan wawancara

dengan Kepala Bagian Personalia

peran serikat pekerja selama ini

adalah: “Menurut pantauan kami

selaku personalia sudah cukup baik.

Akan tetapi belum dikatakan

optimal. Masih banyak pekerjaan

rumah pengurus serikat untuk

menjadi optimal.” (Diana Mastia,

Rabu, 24/01/2018).

Selaras dengan pendapat

diatas Jakfar Sidik Selaku Ketua

Serikat mengatakan bahwa: “Peran

kami di PT. Bumi beliti Abadi untuk

mensejahterakan pekerja beserta

keluarganya sudah cukup. Akan

tetapi kami mengakui belum bisa

dikatakan optimal dikarenakan hal-

hal tertentu.” (Jakfar Sidik, Rabu,

24/01/2018).

Sedangkan menurut Andi

Susanto selaku mandor produksi

basah berpendapat bahwa peran

serikat pekerja selama ini yaitu:

“Belum begitu optimal,

karena masih ada kebijakan-

kebijakan perusahaan yang

merugikan pekerja, artinya

peran serikat pekerja belum

optimal. Selain itu penilaian

saya pengurus serikat kurang

berani dalam membela hak-

hak pekerja, hanya sekedar

cari aman. Kemudian

daripada itu pengurus sering

mengambil keputusan tanpa

adanya rapat terlebih dahulu

dengan anggota” (Andi

Susanto, Selasa, 23/01/2018).

Selaras dengan pendapat

Andi Susanto, Samsul Bahri Pekerja

Joker menjelaskan bahwa:

“Peran serikat pekerja selama

ini belum begitu optimal,

masih banyak pekerjaan

serikat pekerja yang belum

dilakukannya. Seperti rapat

anggota, menampung aspirasi

anggota, dan mendampingi

pekerja yang berselisih

dengan pekerja. Walaupun

begitu optimal tapi keadaan

serikat cukup membantu kami

walupun masih jauh dari kata

optimal.” (Samsul Bahri,

Rabu, 24/01/2018)

Dari penjelasan beberapa

informan diatas , secara garis besar

dapat simpulkan bahwa peran serikat

pekerja di PT. Bumi Beliti abadi

sudah cukup berperan dalam

membantu perusahaan dan pekerja

sendiri. Akan tetapi masih banyak

juga pekerjaan-pekerjaan yang belum

dilakukan sehingga peran tersebut

belum begitu optimal terutama pada

peran serikat pekerja dalam

melakukan peningkatan

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 70

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

kesejahteraan pekerja beserta

keluarganya.

b) Faktor yang menyebabkan

serikat pekerja/buruh kurang

optimal

Berdasarkan wawancara

dengan Kepala Pabrik faktor yang

menyebabkan serikat pekerja kurang

optimal adalah: “Ada beberapa faktor

yang menyebabkan serikat pekerja

kurang optimal, yaitu karena kurang

aktifnya anggota dan pengurus

serikat, waktu yang hampir dikatakan

sedikit sekali untuk meluangkannya

pada serikat menginggat status

anggotanya sebagai pekerja.

(Bambang, Selasa, 23/01/2018).

Berbeda dengan pendapat

diatas Jakfar Sidik Selaku Ketua

Serikat mengatakan bahwa:

“Faktornya adalah ketidak pahaman

anggota kami dalam memahami arti

dan bagaimana cara berserikat yang

baik, kemudian ditambah lagi dengan

belum adanya fasilitas sekretariat

yang disediakan oleh perusahaan,

sehingga komunikasi kami dengan

anggota yang lain jadi tidak begitu

berjalan dengan lancara.” (Jakfar

Sidik, Rabu, 24/01/2018)

Sedangkan menurut Andi

Susanto selaku mandor produksi

basah berpendapat bahwa yaitu:

“Faktornya adalah kurang

terbukanya pengurus serikat tentang

serikat pekerja dan keaktifan para

anggota untuk membangun

organisasi pekerja ini dan kurang

netralnya pengurus serikat pekerja.”

(Andi Susanto, Selasa, 23/01/2018).

Diperjelas lagi oleh Samsul

Bahri bahwa faktor yang

menyebabkan peran serikat pekerja

kurang optimal adalah:

“Faktor tersebut dikarenakan

kepengurusan yang kurang

demokratis dan

keterbukaannya, masalah

uang kas saja kami tidak

pernah diperlihatkan.

Kemudian daripada itu sistem

rekrutmen anggota serikat

kurang demokrasi karena

ketika karyawan baru masuk

langsung dipotong gajinya

dan secara otomatis sudah

masuk menjadi anggota.

Padahal seharusnya pengurus

harus menjelaskan terlebih

dahulu apa itu serikat dan

seluk beluknya serta meminta

pekerja untuk mengisi

formulir tanda persetujuan.

Hal-hal tersebut menandakan

pengurus kurang begitu

memahami serikat dan

demokrasi sebuah organisasi

sehingga kurangn optimalnya

peran serikat dalam menjamin

kesejahteraan pekerja beserta

keluarganmya.” (Samsul

Bahri, Rabu, 24/01/2018).

Dari penjelasan beberapa

informan diatas , secara garis besar

dapat simpulkan bahwa faktor yang

menyebabkan kurang optimalnya

serikat pekerja di PT. Bumi Beliti

Abadi yaitu yang pertama

disebabkan oleh perusahaan yang

mana kurang suportnya perusahaan

dalam melakukan dan memberikan

fasilitas kepada serikat pekerja dalam

menjalankan organisasinya.

Kedua disebabkan oleh

kepengurusan serikat yang mana

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 71

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

pengurus serikat kurang demokrasi

dalam menjalankan organisasi yang

menyebabkan tidak terbukanya

pengurus serikat dalam mengambil

kebijakan organisasi.

Ketiga disebabkan oleh

anggota serikat itu sendiri, yang

mana anggota serikat kurang

memahami tentang serikat itu

sendiri, serta minimnya waktu untuk

menjalankan organisasi serikat

sebagaimana mestinya. Dari

beberapa faktor tersebut timbulnya

kurang kompaknya pengurus dan

anggota serikat pekerja di PT. Bumi

Beliti tersebut, lebih individualis.

c) Peran serikat pekerja dalam

membantu komunikasi antara

pekerja dengan perusahaan

Berdasarkan wawancara

dengan Kepala Bagian Personalia

peran serikat dalam membantu

komunikasi antara pengusaha dengan

pekerja:

“Serikat pekerja sangat

membantu komunikasi

perusahaan, apalagi dibidang

kami yaitu personalia yang

berhubungan langsung

dengan pekerja. Kami merasa

terbantu dalam

menyampaikan peraturan-

peraturan yang ada,

menyampaikan tata terbit

bagi pekerja serta

menyampaikan

pengumuman-pengumuman

yang sifatnya mendesak

seperti kenaikan gaji tiap

tahun, pemberhentian para

pekerja dan pemindahan

pekerja serta skorsing pekerja

yang kurang disiplin.

Begitupun sebaliknya aspirasi

pekerja disampaikan kepada

kami melalui serikat pekerja.”

(Diana Mastia, Rabu,

24/01/2018).

Selaras dengan pendapat

diatas Jakfar Sidik Selaku Ketua

Serikat mengatakan bahwa:

“Peran serikat untuk

membantu perusahaan

dengan pekerja yaitu sebagai

mediasi yang mana ketika

perusahaan perlu

menyampaikan sesuatu hal

yang dianggap penting, maka

perusahaan menyampaikan

hal tersebut melalui kami

selaku pengurus serikat. Pun

sebaliknya ketika karyawan

berkeinginan meyampaikan

aspirasi ataupun masukan

kepada perusahaan, maka

kami berusaha melakukan

dan meyampaikannya kepada

pihak manajemen

perusahaan.” (Jakfar Sidik,

Rabu, 24/01/2018)

Sedangkan menurut Andi

Susanto selaku mandor produksi

basah berpendapat bahwa peran

serikat pekerja dalam membantu

komunikasi adalah: “Saya kira

serikat pekerja cuma menyampaikan

kebijakan-kebijakan perusahaan dan

aspirasi pekerja saja. Akan tetapi

masih ada pengurs serikat yang tidak

menyampaikan aspirasi pekerja jika

hal tersebut terlalu berat baginya.

(Andi Susanto, Selasa, 23/01/2018).

Diperjelas lagi oleh Samsul

Bahri bahwa faktor yang

menyebabkan peran serikat pekerja

kurang optimal adalah:

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 72

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

“Peran serikat pekerja dalam

membantu komunikasi antara

pekerja dengan perusahaan

sudah dilaksanakan seperi

misalnya ketika perusahaan

perlu menyampaikan sesuatu,

pekerja menyampaikan

aspirasi dan berunding

bersama ketika pekerja

terkena masalah. Akan tetapi

masih sering juga komunikasi

tersebut tidak tersampaikan

dengan baik dikarenakan

aspirasi yang disampaikan itu

berupa aspirasi perorangan

bukan aspirasi organisasi,

karena tidak dibahas terlebih

dahulu pada rapat anggota.”

(Samsul Bahri, Kamis,

24/01/2018).

Dari penjelasan beberapa

informan diatas , secara garis besar

dapat simpulkan bahwa peran serikat

pekerja dalam membantu komunikasi

anatara pengusaha dengan pekerja di

PT. Bumi Beliti Abadi sangat

membantu perusahaan yang mana

ketika perusahaan bermaksud

menyampaikan sesuatu, perusahaan

menyampaikan hal tersebut kepada

serikat pekerja kemudian serikat

pekerja menyampaikan langsung

kepada pekerja. Seperti penyampaian

kenaikan Upah Minimum Provisnis

(UMP) pertahun, skorsing karyawan,

pemutusan hubungan kerja karyawan

dan penyampaian hal-hal yang

dianggap penting.

Sebaliknya ketika pekerja

bermaksud menyampaikan aspirasi

tentang sesuatu hal, maka serikat

pekerja menampung aspirasi dari

pekerja kemudian menyampaikannya

kepada perusahaan. Akan tetapi

dalam penyampaian aspirasi para

pekerja, serikat pekerja sering lalai

dalam menyampaikan hal tersebut.

Yang mana aspirasi-aspirasi yang

sifatnya berat sering tidak

tersampiakan oleh karena aspirasi

tersebut tidak dibahas dalam rapat

anggota agar kesepakatan bisa

terwujud. Seringkalai pengurus

serikat pekerja mengambil keputusan

tanpa mendiskusikannya kepada

anggota serikat.

3. Cara Mengatasi Perselisihan

Hubungan Industrial antara

Pekerja dan Pengusaha di PT.

Bumi Beliti Abadi

a) Faktor yang mempengaruhi

perselisihan hubungan

industrial

Berdasarkan wawancara

dengan Kepala Pabrik faktor yang

mempengaruhi perselisihan

hubungan industrial adalah:

“Perselisihan hubungan

industrial itu disebabkan oleh

banyak faktor. Baik faktor

dari pihak pekerja ataupun

dikarenakan kekeliruan dari

kami. Seperti karena pekerja

yang kurang disiplin sehingga

harus kami tidak lanjuti

dengan pemutusan hubungan

kerja yang kemudian

berlanjut pada perundingan.

Kemudian dikarenakan

kekeliruhan kami dalam

menerapkan peraturan. Dan

dikarenakan komunikasi yang

tidak tersampaikan contohnya

peraturan perusahaan yang

baru.” (Bambang, Selasa,

23/01/2018).

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 73

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

berbeda dengan pendapat

diatas Jakfar Sidik Selaku Ketua

Serikat mengatakan bahwa:

“Faktor perselisihan

hubungan industrial itu

biasanya muncul ketika

kebijakan perusahaan yang

dianggap merampas hak para

pekerja, sperti pemutusan

hubungan kerja sepihak, upah

yang tidak sesuai, pesangon

yang tidak diberikan ketika

terkena pemutusan hubungan

kerja dan pada intinya ketika

tidak adanya kesepaktan

antara pekerja dengan

perusahaan.” (Jakfar Sidik,

Rabu, 24/01/2018)

Sedangkan menurut Dedi

Efendi selaku mandor produksi

kering menerangkan bahwa:

“Faktor yang biasanya yaitu

karena adalah ketika

perusahaan melanggar hak

kami para pekerja. Dan juga

biasanya perselisihan juga

timbul karena antar pekerja

itu sendiri yang

melakukannya. Misalnya

pekerja berkelahi sesama

pekerja itu karnea sering

bergurau. Pekerja berselisih

dengan mandor itu karena

kesalah pahaman dan pekerja

tersebut tidak menurut

perintah mandor.” (Dedi

Efendi, Selasa, 23/01/2018)

Diperjelas lagi oleh Samsul

Bahri bahwa faktor yang

menyebabkan perselisihan adalah:

“Sampai saat saya bekerja

perselisihan belum begitu

terjadi yang besar, akan tetapi

perselisihan atas kesalah

pahaman. Seperti contoh

ketika ada pekerja yang satu

shif dengan saya berjumlah

kurang lebih 20 orang

berakhir masa kontraknya dan

tidak diperpanjang lagi. Ada

perbedaan penafsiran dalam

pkb tentang uang balas jasa.

Hal-hal perbedaan memaknai

perjanjian kerja bersama

tersebut sering menjadi faktor

perselisihan.” (Samsul Bahri,

Rabu, 24/01/2018).

Dari penjelasan beberapa

informan diatas , secara garis besar

dapat simpulkan bahwa perselisihan

hubungan industrial di PT. Bumi

Beliti Abadi itu tidak ada

perselisihan terlalu besar, hanya

sekedar perselisihan kecil-kecil yang

semuda bisa diatasi dengan cara

perundingan tanpa harus menempuh

jalan hukum ataupun mogok kerja

semenjak adanya perjanjian kerja

bersama. Adapun faktor penyebab

terjadinya perselisihan hubungan

kerja yaitu pertama dikarenakan dan

disebabkan oleh perusahaan dalam

memahami peraturan ketenaga

kerjaan dan perjanjian kerja bersama.

Kedua disebabkan oleh para

pekerja yang juga tidak taat pada tata

tertib perusahaan seperti merokok,

sering tidak masuk yang

mengakibatkan skorsing ataupun

pemutusan hubungan kerja. Ketiga

dikarenakan pekerja yang sering

bermain-main yang mengakibatkan

perkelahian baik dengan mandor

ataupun dengan sesama pekerja.

Terakhir dikarenakan kesalah

pahamam dalam mentafsirkan

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 74

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

redaksi daripada perjanjian kerja

bersama.

b) Mekanisme dalam penyelesaian

perselisihan hubungan

industrial di PT. Bumi Beliti

Abadi

Berdasarkan wawancara

dengan Kepala Bagian Personalia

mekanisme dalam penyelesaian

perselisihan hubungan industrial

adalah:

“Ketika ada perselisihan kami

dan serikat pekerja

melakukan perundingan.

Mekanismenya dimulai dari

laporan dan pekerja yang

mempunyai serikat, kemudian

serikat mengajukan kepada

kami dan kami melakukan

penjadwalan untuk

mengahirkan pekerja yang

terkena masalah dan serikat

pekerja sebagi pendamping.

Kami rundingankan masalah

tersebut sampai selesai dan

sampai ada kesepakatan.”

(Diana Mastia, Rabu,

24/01/2018).

Selaras dengan pendapat

diatas Jakfar Sidik Selaku Ketua

Serikat mengatakan bahwa:

“Mekanismenya ketika

adanya perselisihan, kami

melakukan identifikasi

penyebab terjadinya

perselisihan dengan

mendatangi pekerja yang

berselisih dengan pengusaha.

Kemudian kami melakukan

pertemuan dengan pihak

perusahan, apabila kami

belum menemukan

kesepakatan maka kami

mengundang dinas tenaga

kerja sebagai penengah

perselisihan tersebut. Jika

belum juga ditemukannya

kesepakatan, maka kami

membawanya kerana hukum

atas masalah tersebut. Tetapi

sampai sekarang untuk

sampai ke rana hukum kami

belum melakukan itu hanya

sampai di tingkat dinas tena

kerja saja. Sementara itu kami

pernah melakukan

penyelesaian perselisihan

hubungan industrial dengan

cara bipartit, yang mana

penyelesaiannya dengan cara

melakukan perundingan dan

negosiasi antara serikat

pekerja dengan pihak

manajemen perusahaan tanpa

melibatkan orang ketiga yaitu

pemerintah yang mana pada

waktu itu pemutusan

hubungan kerja sebanyak 20

orang pada tahun 2016”

(Jakfar Sidik, Rabu,

24/01/2018)

Sedangkan menurut Cahirul

Efendi selaku mandor joker

menerangkan bahwa: “Apabila

perselisihan antar pekerja itu

biasanya bisa diselesaikan oleh

mandor, apabila perselisihan itu

antara pekerja dengan perusahaan

akan dilakukan perundingan anatara

pekerja dan perusahaan dengan di

dampingi oleh serikat pekerja.”

(Chairul Efendi, Rabu, 24/01/2018)

Diperjelas lagi oleh Andi

Susanto adalah: “Pada intinya

pekerja berkonsultasi dengan mandor

dahulu apabila bekenaan dengan

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 75

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

pekerjaan baru menyampaikan

kepada serikat pekerja dan

menyelesaikannya dengan

perwakilan perusahaan dalam hal ini

personalia dan kepala pabrik.” (Andi

Susanto, Selasa, 23/01/2018).

Dari penjelasan beberapa

informan diatas , secara garis besar

dapat simpulkan bahwa mekanisme

penyelesaian hubungan industrial di

PT. Bumi Beliti bahwa ketika adanya

perselisihan, dilakukannya

identifikasi penyebab terjadinya

perselisihan dengan mendatangi

pekerja yang berselisih dengan

pengusaha. Kemudian melakukan

pertemuan dengan pihak perusahan

yaitu personalia dan kepala pabrik

serta manajemen perusahaan, apabila

belum menemukan kesepakatan

maka kami mengundang dinas tenaga

kerja sebagai penengah perselisihan

tersebut. Jika belum juga

ditemukannya kesepakatan, maka

akan dibawa ke ranah hukum atas

masalah tersebut. Tetapi sampai

sekarang untuk sampai ke ranah

hukum PT. Bumi Beliti Abadi belum

melakukan itu.

c) Strategi perusahaan dan serikat

untuk tetap menjalin hubungan

yang harmonis di PT. Bumi

Beliti Abadi

Berdasarkan wawancara

dengan Kepala Pabrik strategi

perusahaan untuk tetap menjaga

hubungan yang harmonis di PT.

Bumi Beliti Abadai yaitu: “Strategi

kami yaitu berupaya melakukan dan

menjalankan undang-undang

tenagakerja dan perjanjian kerja

bersama. Ketika itu diterapkan maka

perselisihan bisa dihindari.”

(Bambang, Selasa, 23/01/2018)

Selaras dengan pendapat

diatas, Kepala Bagian Personalia

mengatakan bahwa: “Strategi kami

cukup sederhana yaitu berupaya

melakukan sesuatu sesuai aturan dan

mengedepankan hak kewajiban

masing-masing. Baik bagi pekerja

maupun bagi kami selaku perwakilan

perusahaan.” (Diana Mastia, Rabu,

24/01/2018)

Sedangkan Jakfar Sidik

selaku ketua serikat pekerja

menjelaskan bahwa stateginya

adalah:

“Strategi kami dalam upaya

menjalin hubungan harmonis

adalah menyakinkan dan

meminta perusahaan agar

menjalankan peraturan yang

ada yaitu dengan merujuk

pada peraturan tentang

ketenagakerjaan dan

perjanjian kerja bersama

(PKB) agar kesejahteraan

pekerja beserta keluarganya

terjamin. Ketika

kesejahteraan itu sudah

didapati, maka hubungan

harmonis akan tercipta

dengan sendirinya.” (Jakfar

Sidik, Rabu, 24/01/2018)

Dari sisi lain Dedi Efendi

selaku mandor mengatakan

strateginya dari pandangan seorang

mandor yaitu:

“Itu saya tidak begitu paham,

akan tetapi perusahaan dan

serikat pekerja mempunyai

strategi masing-masing untuk

menghindari perselisihan.

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 76

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

Sedangkan bagi saya selaku

mandor agar perselisihan

antara saya dengan pekerja

dan pekerja antar pekerja itu

dengan cara mengayomi

mereka dan memberikan

contoh yang baik dengan

mereka. Bukan dengan cara

marah-marah.” (Dedi Efendi,

Selasa, 23/01/2018)

Dari penjelasan beberapa

informan diatas , secara garis besar

dapat simpulkan bahwa strategi

perusahaan dan serikat pekerja dalam

menjaga hubungan industrial di PT.

Bumi Beliti Abadi adalah: Pertama,

berupaya melakukan dan

menjalankan undang-undang

tenagakerja dan perjanjian kerja

bersama.

Kedua, berupaya melakukan

sesuatu sesuai aturan dan

mengedepankan hak kewajiban

masing-masing. Baik bagi pekerja

maupun bagi kami selaku perwakilan

perusahaan.

Ketiga menyakinkan dan

meminta perusahaan agar

menjalankan peraturan yang ada

yaitu dengan merujuk pada peraturan

tentang ketenagakerjaan dan

perjanjian kerja bersama (PKB) agar

kesejahteraan pekerja beserta

keluarganya terjamin. Ketika

kesejahteraan itu sudah didapati,

maka hubungan harmonis akan

tercipta dengan sendirinya.

4. Penerapan Perjanjian Kerja

Bersama di PT. Bumi Beliti

Abadi

a) Perjanjian kerja bersama yang

sudah ada sekarang

“Menurut saya pribadi masih

ada hak kami yang belum dijelaskan

secara rinci, misalnya tentang cuti,

kesehatan dan keselamatan kerja

yang belum begitu rinci karena toilet

yang kami gunakan airnya kotor,

bekas air olahan limbah. Kemudian

sistem kerja yang terlalu berat.”

(Dedi Efendi, Selasa, 23/01/2018)

Sedangkan menurut Andi

Susanto: “Ada sebagian hak-hak

pekerja yang belum dicantumkan

dalam PKB, seperti tunjangan

kerajinan, bonus akhir tahun dan

tranfortasi pekerja.” (Andi Susanto,

Selasa, 23/01/2018).

Selaras dengan Andi Susanto,

Samsul Bahri mengemukakan

bahwa: “Ada beberapa hak pekerja

belum dicantumkan mengenai

tunjangan, bonus, tranfortasi pekerja

dan pelatihan para pekerja.” (Samsul

Bahri, Rabu, 24/01/2018).

Seoarang pekerja produksi

kering menambahkan: “Untuk

menjamin keseluruhan belum, karena

masih ada isi perjanjian kerja

bersama yang masih belum terlalu

rinci dijelaskan sehingga ketika kami

mengartikan berbeda-beda.”

(Sudirman, Selasa, 23/01/2018).

Dari penjelasan beberapa

informan diatas , secara garis besar

dapat simpulkan bahwa perjanjian

kerja bersama di PT. Bumi Beliti

Abadi masi ada sebagian hak-hak

pekerja yang belum dicantumkan

dalam PKB, seperti tunjangan

kerajinan, bonus akhir tahun dan

tranfortasi pekerja, pelatihan pekerja,

serta beberapa pasal yang belum

begitu jelas sehingga sering

perbedaan penafsiran.

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 77

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

b) Hal yang belum optimal

diterapkan dalam perjanjian

kerja bersama di PT. Bumi

Beliti Abadi

Berdasarkan wawancara

peneliti dengan Jakfar Sidik selaku

ketua Serikat Pekerja di Pt. Bumi

Beliti bahwa:

“Ada beberapa bagian yang

belum optimal diterapkan

terutama masalah

keselamatan dan kesehatan

kerja serta tata tertib. Masih

seringnya pekerja yang

mengalami kecelakaan kerja

serta pekerja yang sakit

dikarenakan pekerjaaanya

menandakan bahwa bagian

keselamatan dan kesehatan

kerja belum begitu optimal

diterapkan. Kemudian masih

seringnya karyawan

melanggar tata terbi juga

menandakan bagian tata tertib

di PKB belum begitu optimal

diterapkan.” (Jakfar Sidik,

Rabu, 24/01/2018)

Selaras dengan penjelasan

diatas. Dedi Efendi menjelaskan hal

yang belum optimal diterapkan

dalam perjanjian kerja bersama

bahwa:

“Hal yang belum optimal

yaitu tentang keselamatan dan

kesehatan kerja dan tempat

ibadah. Kami selaku mandor

sering ditanya oleh bawahan

kami masalah toilet yang

airnya kotor, keselamatan

kerja karena mesin yang

dijalankan begitu cepat

sehingga seringnya pekerja

mengalami kecelakan putus

tangan, putus kaki bahkan ada

yang sampai meninggal, dan

tempat ibadah yang

perusahaan belum

menyediakannya di dalam

lingkungan pabrik, sehingga

pekerja sering sholat di

tempat kantin bahkan di

sebelah gardu PLN yang

merupakan kawasan

berbahaya karena banyak

kabel-kabel listrik.” (Dedi

Efendi, Selasa, 23/01/2018)

Sedangkan Chairul Efendi

menambahkan bahwa ada beberapa

hal yang belum optimal diterapkan

dalam perjanjian kerja bersama yaitu:

“Yang belum optimal

diterapkan adalah jam kerja

para karyawan serta

keselamatan dan kesehatan

kerja karyawan. Pada jam

kerja karyawan kami selaku

pekerja shift 2 merasa dianak

tirikan, karena kami kurang

jam lembur serta pada

penerapannya sering berubah-

rubah tempat kerjanya,

bahkan nama bagian kami ini

dinamakan shif joker.

Seharusnya shif itu

bergantian dengan shif 1.

Sehingga kami bisa juga

bekerja pada pagi hari.

Kemudian untuk keselamtan

kerja, kami sering mengalami

kecelakan kerja dikarenakan

penerangan di waktu malam

hari kurang.” (Chairul Efendi,

Rabu, 24/01/2018)

Dari penjelasan beberapa

informan diatas , secara garis besar

dapat simpulkan bahwa beberapa

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 78

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

bagian yang belum optimal

diterapkan terutama masalah

keselamatan dan kesehatan kerja

serta tata tertib keselamatan kerja

karena mesin yang dijalankan begitu

cepat sehingga seringnya pekerja

mengalami kecelakan putus tangan,

putus kaki bahkan ada yang sampai

meninggal. Masih seringnya pekerja

yang mengalami kecelakaan kerja

serta pekerja yang sakit dikarenakan

pekerjaaanya menandakan bahwa

bagian keselamatan dan kesehatan

kerja belum begitu optimal

diterapkan.

Kemudian masih seringnya

karyawan melanggar tata tertib juga

menandakan bagian tata tertib di

PKB belum begitu optimal

diterapkan. adalah jam kerja para

karyawan serta keselamatan dan

kesehatan kerja karyawan. Pada jam

kerja karyawan pekerja shift 2

merasa dianak tirikan, karena kami

kurang jam lembur serta pada

penerapannya sering berubah-rubah

tempat kerjanya, bahkan nama

bagianshif ini dinamakan shif joker.

c) Isi perjanjian kerja bersama

yang belum dilaksanakan baik

oleh pihak perusahaan ataupun

pihak pekerja

Berdasarkan wawancara

peneliti dengan Dedi Efendi Selaku

Mandor beliau menjelasakan bahwa:

“Iya, masih ada perjanjian kerja

belum diterapkan yaitu koperasi dan

sarana olaraga, serta tranfortasi bagi

karyawan dan ambulance serta klinik

untuk para pekerja.” (Dedi Efendi,

Selasa, 23/01/2018)

Begitupun dengan Chairul

Efendi selaku mandor produksi joker

mengatakan masih ada isi perjanjian

kerja yang belum dilaksanakan yaitu:

“Saya rasa masih ada yang

belum dilaksanakan seperti tempat

ibadah, sarana olaraga dan koperasi

pekerja. Untuk tempat ibadah

perusahaan mengatakan telah

membangun sebuah mushola, akan

tetapi mushola tersebut terletak

diluar pabrik, dan jauh dari pekerja.

Tempat tersebut hanya bisa

digunakan pada jam diluar kerja dan

berada disekitar penduduk.” (Chairul

Efendi, Rabu, 24/01/2018)

Kemudian Andi Susanto

menambahkan: “Masih ada is

perjanjian kerja bersama belum

dilaksanakan, seperti keselamatan

dan kesehatan kerja yang mana

pekerja produksi basah sampai

terkena struk dikarenakan kelelahan

bekerja. Cuti haid yang belum

dijalankan karena ketidak tahuan

pekerja kami, dan koperasi pekerja.”

(Andi Susanto, Selasa, 23/01/2018).

“Masih banyak isi perjanjian

kerja bersama yang belum

dilaksanakan. Seperti tempat

ibadah di lingkungan dekat

pabrik, bukan diluar pabrik,

karena kalau diluar itu bukan

tempat ibadah pekerja tapi

tempat ibadah penduduk yang

merupakan bagian daripada

CSR, cuti haid bagi

permpuan, keselamatan dan

kesehatan kerja serta koperasi

pekerja yang semua hal

tersebut sudah dicantumkan

tapi belum dilaksanakan.”

(Samsul Bahri, Kamis,

24/01/2018).

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 79

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

Dari penjelasan beberapa

informan diatas , secara garis besar

dapat simpulkan bahwa perjanjian

kerja belum diterapkan yaitu

koperasi dan sarana olaraga, serta

tranfortasi bagi karyawan dan

keselamatan dan kesehatan kerja

seperti ambulance serta klinik untuk

para pekerja, tempat ibadah yang

berada di lingkungan pabrik dan

kantor, cuti haid. Dari beberapa hal

diatas belum dilaksanakan dan

diterapkan di PT. Bumi Beliti Abadi

yang mana dikarenakan beberapa

alasan.

Seperti koperasi dan sarana

olaraga bagi pekerja belum

dilaksanakan dikarenakan tidak

adanya waktu pekerja untuk

mengurusnya. Sedangkan untuk

keselamatan dan kesehatan kerja

yang masih banyak belum

dilaksanakan dikarenakan memakan

biaya yang cukup mahal serta tempat

ibadah tidak disediakan dikarenakan

sudah dibangun akan tetapi itu diluar

dekat dengan penduduk bahkan nama

masjid yang digunakan memakai

nama penduduk setempat yaitu

Masjid Haji Hasan. Sedangkan cuti

haid tidak dilaksanakan karena

ketidak tahuan pekerja perempuan

akan hal tersebut yang mana

kurangnya peran serikat dalam

mensosialisasikannya.

PEMBAHASAN TEMUAN

PENELITIAN

A. Fungsi Serikat Pekerja/Buruh

di PT. Bumi Beliti Abadi

1. Mekanisme pendirian serikat

pekerja/buruh di PT. Bumi

Beliti Abadi

Menurut Federasi Serikat

Metal Indonesia (2013:1-2) metode

atau tata cara pendirian serikat yaitu:

a) Pertama, baca dan pelajarilah UU

No. 21/2000 dan UU No. 13/

2003, pasal 104 sebelum Anda

mendirikan serikat pekerja/serikat

buruh. Usahakanlah memahami

hal-hal penting tentang serikat

pekerja/serikat buruh. Dengan

membaca undang-undang

tersebut, Anda punya pemahaman

tentang serikat pekerja/serikat

buruh, tujuannya dan keuntungan

dengan hadirnya serikat

pekerja/serikat buruh di

perusahaan.

b) Kedua, tidak perlu takut

mendirikan serikat pekerja/serikat

buruh. Banyak orang takut

membentuk serikat pekerja/serikat

buruh, apalagi menjadi pengurus;

takut kalau perusahaan akan

memecat atau menekan

pekerja/buruh. Itu tidak

sepatutnya terjadi

c) Ketiga, dibutuhkan sekurang-

kurangnya 10 (sepuluh) orang

untuk membentuk serikat

pekerja/serikat buruh. Anda tidak

harus menunggu banyak anggota

untuk membentuk serikat

pekerja/serikat buruh; sepuluh

orang cukup. Undanglah sepuluh

orang untuk rapat dan ambillah

kesepakatan untuk membentuk

serikat pekerja/serikat buruh dan

tentukan pengurusnya. Catatlah

nama-nama yang hadir dalam

rapat pendirian serikat

pekerja/serikat buruh tersebut,

keputusan yang diambil, dan

pengurusnya dalam notulen rapat.

Ini Anda perlukan ketika mau

mendaftarkan serikat

pekerja/serikat buruh ke instansi

terkait.

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 80

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

d) Keempat, daftarkanlah serikat

pekerja/serikat buruh Anda ke

instansi terkait untuk

mendapatkan bukti nomor

pencatatan. Serikat pekerja/serikat

buruh baru disebut resmi kalau

sudah mendapat nomor bukti

pencatatan dari instansi terkait

(Dinas Tenaga Kerja dari

pemerintah Kabupaten atau

walikotamadya di mana

perusahaan berdomisili.) Buatlah

surat permohonan kepada instansi

terkait agar serikat pekerja/serikat

buruh Anda dicatat di instansi

pemerintah.

e) Kelima, informasikanlah

kehadiran SP/SB ke menejemen

perusahaan Anda. Anda perlu

memberitahukan kepada

menejemen perusahaan bahwa

karyawan telah membentuk

serikat pekerja / serikat buruh.

Berikanlah satu salinan anggaran

dasar dan anggaran tumah tangga

dan juga nomor bukti pencatatan

SP/SB sebagai informasi buat

menejemen perusahaan.

f) Keenam, komunikasikanlah

kehadiran SP/SB kepada

karyawan. Berikanlah informasi

tentang kehadiran, tujuan dan

keuntungan dari kehadiran SP/SB

di perusahaan. Informasikanlah

bahwa SP/SB adalah mitra

menejemen untuk mengelola

perusahaan dan ajaklah karyawan

untuk ikut menjadi anggota

SP/SB.

g) Ketujuh, catatlah daftar anggota

SP/SB dalam buku anggota.

Sesuai undang-undang, hanya

anggota yang tercatat di Buku

Anggota yang resmi jadi anggota

SP/SB. Jadi, usahakanlah agar

karyawan mengisi formulir

pendaftaran anggota dan tulislah

nama-nama anggota yang telah

mendaftar di Buku Anggota. Anda

bisa juga membuat Kartu Anggota

SP/SB sebaga bukti anggota

SP/SB

Sedangkan berdasarkan

temuan peneliti bahwa dalam

mekanisme pendirian serikat pekerja

di PT. Bumi Beliti Abadi yaitu

bermula ketika ada beberapa pekerja

yang memiliki pemikrian untuk

mendirikan serikat pekerja untuk

menjamin kesejahteraan mereka,

setelah itu pekerja tersebut mencari

anggota yang sekurang-kurangnya

berjumlah 50 orang anggota

kemudian mendaftarkannya ke

pengurus cabang. Setelah itu

merembuk atau pemberitaan kepada

Dinas Tenaga Kerja Musi Rawas.

Setelah disahkan oleh Dinas, maka

melaporkan kepada personalia yang

mana selanjutnya personalia

mengajukan peda pihak direksi

perusahaan. Dan tahap akhir

melakukan kesepakatan iuran dan

merumuskan Perjanjian Kerja

Bersama.

Berdasarkan jurnal Federasi

Serikat Pekerja Metal Indonesia dan

dibandingkan dengan temuan

penelitian, dapat dilihat bahwa

mekanisme pendirian serikat pekerja

di PT. Bumi Beliti Abadi sudah

sesuai dengan prosedur yang telah

ditetapkan. Akan tetatpi sedikit

perbedaan pendapat antara jumlah

minimal anggota serikat yang harus

mengikuti ketika mendaftarkan

serikat, yang mana dalam pendapat

Federasi Serikat Pekerja Metal

Indonesia bahwasanya tidak harus

banyak anggota untuk mendirikan

serikat pekerja, cukup 10 orang saja.

Sedangkan di PT. Bumi Beliti Abadi

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 81

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

meminta anggota harus tidak boleh

kurang dari 50 orang.

2. Fungsi serikat pekerja/buruh di

PT. Bumi Beliti Abadi

Sebagaimana telah diuraikan,

Pasal 4 UU Nomor 21 Tahun 2000

menyebutkan bahwa serikat

pekerja/buruh bertujuan memberikan

perlindungan, pembelaan hak dan

kepentingan, serta meningkatkan

kesejahteraan yang layak bagi

pekerja/buruh dan keluarganya.

Selanjutnya dalam ayat (2) pasal

yang sama, dijelaskan bahwa untuk

mencapai tujuan di atas, serikat

pekerja/serikat buruh mempunyai

fungsi sebagai berikut (Marwansyah,

2015:394)

a) Sebagai pihak dalam pembuatan,

perjanjian kerja bersama dan

penyelesaian perselisihan

industrial

b) Sebagai wakil pekerja/buruh

dalam lembaga kerja sama di

bidang ketenagakerjaan sesuai

dengan tingkatannya

c) Sebagai sarana penyalur aspirasi

dalam memperjuangkan hak dan

kepentingan anggotanya

d) Sebagai sarana menciptakan

hubungan industrial yang

harmonis, dinamis, dan

berkeadilan sesuai

denganperaturan perundang-

undangan yang berlaku

e) Sebagai perencana, pelaksana dan

penanggung jawab pemogokan

pekerja/buruh sesuai dengan

peraturan perundang-undangan

yang berlaku

f) Sebagai wakil pekerja/buruh

dalam memperjuangkan

kepemilikan saham dalam

perusahaan.

Sedangkan berdasarkan

temuan peneliti bahwa, secara garis

besar dapat simpulkan bahwa fungsi

daripada serikat pekerja di PT. Bumi

Beliti yaitu sebagai wadah

komunikasi antara perusahaan dan

pngontrol pekerja dan perusahaan

dalam menjalankan undang-undang

tenaga kerja serta membantu pihak

personalia dan mandor dalam

peningkatan pemahaman dunia kerja

agar bisa meningkatkan kinerja dan

produktivitas dan menjamin hak para

pekerja agar tercapainya

kesejahteraan pekerja beserta

keluarganya. Yang mana sudah

tercantum dalam undang-undang

tenaga kerja.

Berdasarkan pendapat

Marwansyah dan dibandingkan

dengan temuan penelitian, dapat

dilihat bahwa fungsi serikat pekerja

di PT. Bumi Beliti Abadi sudah

dilakukan sebagaimana mestinya.

Yang mana fungsi serikat pekerja

pada intinya yaitu sebagai pihak

perundingan perjanjian kerja

bersama dalam menjalankan undang-

undang tenaga kerja agar terbinanya

hubungan yang harmonis dengan

melalui kesejahteraan pekerja dan

keluarganaya. Akan tetapi fungsi

mengenai pendapat Marwansyah

bahwa fungsi serikat dalam

melakukan pemogokan kerja dan

sebagai wakil pekerja buruh dalam

memperjuangkan saham dalam

perusahaan belum dilakukan.

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 82

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

3. Keadaan hubungan industrial

ketika dulu belum ada serikat

pekerja/buruh dengan sekarang

sudah ada serikat

pekerja/buruh

Tujuan umum serikat pekerja

atau gerakan pekerja menurut

Marwansyah (2015:394) adalah:

a) Mempertahankan dan, jika

mungkin, meningkatkan standar

kehidupan dan status ekonomi

para anggota.

b) Meningkatkan dan, jika mungkin,

menjamin keamanan individu dari

ancaman dan situasi darurat yang

bisa muncul dari fluktuasi pasar,

perubahan teknologi, atau

keputusan pihak manajemen.

c) Mempengaruhi hubungan

kekuasaan dalam sistem sosial

dengan cara-cara yang sejalan dan

tidak merugikan tujuan serikat

pekerja.

d) Meningkatkan kesejahteraan

seluruh pekerja, baik anggota

serikat pekerja maupun bukan

anggota.

e) Menciptakan mekanisme yang

memberi perlindungan terhadap

kebijakan dan praktik-praktik

yang berubah-ubah di tempat

kerja.

Sedangkan berdasarkan

temuan peneliti bahwa, secara garis

besar dapat simpulkan bahwa

keadaan hubungan industrial ketika

dahulu sebelum adanya serikat

pekerja dan setelah adanya serikat

pekerja sekarang di PT. Bumi Beliti

berbeda jauh satu sama lainnya.

Yang mana dahulu ketika belum

adanya serikat pekerja pihak

perusahaan kesulitan dalam

berkomunikasi dengan para pekerja

sedangkan dari personalia kesulitan

juga dalam membina para pekerja

dalam mentaati peraturan

perusahaan. Sedangkan dari segi

pekerja dahulu kesejahteraan pekera

kurang begitu diperhatikan dengan

seringnya upah tidak dibayar pada

mula pendirian perusahaan dan jam

kerja yang acap kali tidak menentu,

kadang kerja kadang tidak sehingga

terjadinya mogok kerja.

Semenjak adanya serikat

pekerja maka, perusahaan terbantu

dalam berkomunikasi dengan para

pekerja serta personalia tidak

kesulitan lagi dalam memberikan

pemahaaman kepada pekera tentang

peraturan perusahaan. Sedangkan

para pekerja kesejahteraan mulai

muncul walaupun belum begitu

optimal yang mana hak-hak normatif

dan non normatif sudah dituangkan

dalam perjanjian kerja bersama yang

merupakan daripada produk serikat

pekerja. Dan muaranya perselisihan

hubungan industrial baik besar

ataupun kecil bisa diminimalisir.

Berdasarkan pendapat

Marwansyah dan dibandingkan

dengan temuan penelitian, bahwa

keadaan hubungan industrial ketika

dulu sebelum adanya serikat pekerja

dengan sekarang sudah adanya

serikat pekerja di PT. Bumi Beliti

Abadi sangat kontras satu sama lain.

Yang mana ketika dahulu sering

terjadinya perselisihan sampai

terjadinya mogok kerja dikarenakan

kesejahtraan dan hak para pekerja

belum terjamin, sekarang sudah

dapat diminimalisir dengan adanya

serikat pekerja yang mana membantu

meningkatakan standar ekonomi para

pekerja serta menjamin kesejateraan

para pekerja dan keluarganya.

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 83

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

Akan tetapi sebagaimana

pendapat Marwansyah yang mana

tujuan serikat pekerja meningkatkan

dan, jika mungkin, menjamin

keamanan individu dari ancaman dan

situasi darurat yang bisa muncul dari

fluktuasi pasar, perubahan teknologi,

atau keputusan pihak manajemen

belum dilaksanakan . Hal tersebut

masih lemahnya struktur organisasi

serikat pekerja di PT. Bumi Beliti

Abadi dalam bidang keamanan dan

hukum belum dirumuskan.

B. Peran Serikat Pekerja/Buruh di

PT. Bumi Beliti abadi

1. Peran serikat pekerja/buruh

yang berada di PT.Bumi Beliti

Abadi selama ini

Berdasarkan pendapat

Budiarti menjelaskan beberapa

indikator serikat pekerja yaitu:

a) Negosiasi adalah saat dimana

serikat pekerja melakukan

perundingan dengan pihak

manajemen untuk perjanjian kerja

bersama. Perjanjian kerja bersama

ini adalah mengikat kedua belah

pihak.

b) Keterwakilan adalah serikat

pekerja mewakili anggota-anggota

individual ketika mereka

menghadapi masalah dalam

bekerja. Apabila seorang pekerja

merasa bahwa mereka

diperlakukan secara tidak adil, ia

dapat meminta perwakilan serikat

pekerja untuk membantu

menyelesaikan permasalahan

tersebut dengan manajer atau

pengusaha

c) Informasi dan saran adalah serikat

pekerja memiliki kekayaan

informasi yang berguna bagi

mereka yang berada di tempat

kerja. Mereka dapat memberikan

saran mengenai berbagai macam

isu yang luas seperti berapa

banyak hari libur yang diperoleh

setiap tahunnya, berapa banyak

bayaran yang diperoleh apabila

pekerja mengambil cuti hamil,

dan bagaimana cara memperoleh

pelatihan dalam pekerjaan.

d) Layanan keanggotaan, meliputi

banyak hal dan memberikan

manfaat langsung bagi pekerja

anggota dan keluarganya, misal:

(1) pendidikan dan pelatihan (2)

bantuan hukum; (3) layanan

koperasi baik berupa simpan

pinjam ataupun barang; (4)

layanan potongan harga (5)

layanan pensiun serikat pekerja;

(6) tunjangan kesejahteraan,

anggota serikat pekerja dapat

memperoleh tunjangan kematian

dan uang keanggotaan ketika

pensiun.

Sedangkan berdasarkan

temuan peneliti bahwa, secara garis

besar dapat simpulkan bahwa peran

serikat pekerja di PT. Bumi Beliti

abadi sudah cukup berperan dalam

membantu perusahaan dan pekerja

sendiri. Akan tetapi masih banyak

juga pekerjaan-pekerjaan yang belum

dilakukan sehingga peran tersebut

belum begitu optimal terutama pada

peran serikat pekerja dalam

melakukan peningkatan

kesejahteraan pekerja beserta

keluarganya.

Berdasarkan pendapat

Budiarti dan dibandingkan dengan

temuan penelitian, bahwa peran

serikat pekerja yang seharusnya

dilakukan di PT. Bumi Beliti Abadi

sudah dilakukan tapi belum cukup

optimal dari beberapa bidang seperti

dalam melakukan negosiasi,

penyampaian informasi dua arah,

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 84

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

keterwakilan para pekerja yang

pencapaiannya yaitu kesejahteraan

para pekerja . Sedangkan dalam

pelayanan anggota dari serikat belum

dilakukan yaitu: (1) pendidikan dan

pelatihan (2) bantuan hukum; (3)

layanan koperasi baik berupa simpan

pinjam ataupun barang; (4) layanan

potongan harga (5) layanan pensiun

serikat pekerja; (6) tunjangan

kesejahteraan, anggota serikat

pekerja dapat memperoleh tunjangan

kematian dan uang keanggotaan

ketika pensiun. Kesemua pelayanan

tersebut belum dilakukan sama

sekali.

2. Faktor yang menyebabkan

serikat pekerja/buruh kurang

optimal

Menurut serikat pekerja

perumperuri (2014:1) Agar serikat

pekerja dapat di kelola secara

profesional perlu di

tumbuhkembangkan 6 perinsip

utama yang menjadi dasar gerakan

SP, yaitu apa yang di sebut dan di

singkat SIDURE, yaitu: Solidarity,

Independency, Democraty, Unity,

Responsibility, dan Equality.

Sedangkan berdasarkan

temuan peneliti bahwa, secara garis

besar dapat simpulkan bahwa faktor

yang menyebabkan kurang

optimalnya serikat pekerja di PT.

Bumi Beliti Abadi yaitu yang

pertama disebabkan oleh perusahaan

yang mana kurang suportnya

perusahaan dalam melakukan dan

memberikan fasilitas kepada serikat

pekerja dalam menjalankan

organisasinya.

Kedua disebabkan oleh

kepengurusan serikat yang mana

pengurus serikat kurang demokrasi

dalam menjalankan organisasi yang

menyebabkan tidak terbukanya

pengurus serikat dalam mengambil

kebijakan organisasi.

Ketiga disebabkan oleh

anggota serikat itu sendiri, yang

mana anggota serikat kurang

memahami tentang serikat itu

sendiri, serta minimnya waktu untuk

menjalankan organisasi serikat

sebagaimana mestinya. Dari

beberapa faktor tersebut timbulnya

kurang kompaknya pengurus dan

anggota serikat pekerja di PT. Bumi

Beliti tersebut, lebih individualis.

Berdasarkan jurnal Serikat

Pekerja Perumperuri dan

dibandingkan dengan temuan

penelitian, selain kurangnya fasilitas

daripada perusahaan faktor yang

menyebabkan kurang optimalnya

peran serikat pekerja di PT. Bumi

Beliti sangan berkaitan dengan

pendapat serikat pekerja peremperuri

bahwa Agar serikat pekerja dapat di

kelola secara profesional perlu di

tumbuhkembangkan 6 perinsip

utama yang menjadi dasar gerakan

SP, yaitu apa yang di sebut dan di

singkat SIDURE, yaitu: Solidarity,

Independency, Democraty, Unity,

Responsibility, dan Equality. Hal

tersebutlah yang belum dilakukan

oleh serikat pekerja di PT. Bumi

Beliti Abadi yang menyebabkannya

kurang optimal yaitu menjalankan

solidaritas, independen, demokrasi,

tumbuh, sukarela dan mandiri.

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 85

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

3. Peran serikat pekerja dalam

membantu komunikasi antara

pekerja dengan perusahaan

Adapun Fungsi Serikat

Pekerja menurut Simanjuntak (dalam

Triana, 2013) adalah:

a) Serikat pekerja berfungsi sebagai

saluran informasi yang efektif dari

pengusaha kepada para pekerja

b) Dengan memanfaatkan jalur dan

mekanisme serikat pekerja,

perusahaan dapat menghemat

waktu dalam mengakomodasikan

hak pekerja serta untuk membina

para pekerja dalam memberikan

perintah

c) Serikat pekerja berfungsi dalam

pendekatan hubungan antara

manusia sebagai mitra pengusaha

dalam mengembangkan hubungan

semi formal

d) Serikat pekerja sebagai mitra

pengusaha, dapat juga

memobilisasikan seluruh pekerja

sebagai anggotanya untuk bekerja

secara disiplin, bertanggung

jawab dan penuh semangat

e) Serikat pekerja yang fungsi

dengan baik, akan menghindari

masuknya gangguan-gangguan

luar yang dapat menggangu

proses produksi dan ketenangan

bekerja

Sedangkan berdasarkan

temuan peneliti bahwa, secara garis

besar dapat simpulkan bahwa peran

serikat pekerja dalam membantu

komunikasi anatara pengusaha

dengan pekerja di PT. Bumi Beliti

Abadi sangat membantu perusahaan

yang mana ketika perusahaan

bermaksud menyampaikan sesuatu,

perusahaan menyampaikan hal

tersebut kepada serikat pekerja

kemudian serikat pekerja

menyampaikan langsung kepada

pekerja. Seperti penyampaian

kenaikan Upah Minimum Provisnis

(UMP) pertahun, skorsing karyawan,

pemutusan hubungan kerja karyawan

dan penyampaian hal-hal yang

dianggap penting.

Sebaliknya ketika pekerja

bermaksud menyampaikan aspirasi

tentang sesuatu hal, maka serikat

pekerja menampung aspirasi dari

pekerja kemudian menyampaikannya

kepada perusahaan. Akan tetapi

dalam penyampaian aspirasi para

pekerja, serikat pekerja sering lalai

dalam menyampaikan hal tersebut.

Yang mana aspirasi-aspirasi yang

sifatnya berat sering tidak

tersampiakan oleh karena aspirasi

tersebut tidak dibahas dalam rapat

anggota agar kesepakatan bisa

terwujud. Seringkalai pengurus

serikat pekerja mengambil keputusan

tanpa mendiskusikannya kepada

anggota serikat.

Berdasarkan pendapat

Simanjuntak dan dibandingkan

dengan temuan penelitian, bahwa

peran serikat pekerja dalam

membantu komunikasi antara

perusahaan dengan pekerja sudah

dilakukan sebagaimana salah satu

fungsi serikat pekerja menurut jurnal

serikat pekerja perumperuri yaitu

sebagai saluran informasi yang

efektif dari pengusaha kepada para

pekerja. Akan tetapi ketika

sebaliknya para pekerja melakukan

penyampaian aspirasi, serikat pekerja

sering mengabaikannya. Seharunya

pengurus serikat bukan mengabaikan

aspirasi tersebut, akan tetapi harus di

bahas pada rapat anggota setelah

semua aspirasi dari para pekerja

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 86

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

ditampungkan dan menyeleksinya

bukan malah diabaikan.

B. Cara Mengatasi Perselisihan

Hubungan Industrial antara

Pekerja dan Pengusaha di PT.

Bumi Beliti Abadi

1. Faktor yang mempengaruhi

perselisihan hubungan

industrial

“Hubungan industrial di Indonesia

dipengaruhi banyak faktor . Selain

kondisi internal perusahaan yang

memainkan peran sangat

menentukan seperti hubungan

antara pekerja/Serikat Pekerja

dengan pengusaha,kondisi kerja

(working Condition) dan budaya

di dalam perusahaan (corporate

culture),juga kondisi eksternal

perusahaan yaitu eksistrensi

pemerintah dalam memainkan

tugas dan fungsinya sebagai

regulator yang bertindak membuat

perundang-undangan sebagai alat

untuk mengontrol sisitim

hubungan industrial baik pada

tingkat mikro perusahaan maupun

tingkat makro

perusahaan,assosiasi serikat

pekerja dan organisasi pengusaha

selaku organisasi yang

mempunyai kepentingan( interest

groups) untuk memperjuangkan

kelompoknya masing-masing.”

(Aruan, 2014:2)

Sedangkan berdasarkan

temuan peneliti, secara garis besar

dapat simpulkan bahwa perselisihan

hubungan industrial di PT. Bumi

Beliti Abadi itu tidak ada

perselisihan terlalu besar, hanya

sekedar perselisihan kecil-kecil yang

semuda bisa diatasi dengan cara

perundingan tanpa harus menempuh

jalan hukum ataupun mogok kerja

semenjak adanya perjanjian kerja

bersama. Adapun faktor penyebab

terjadinya perselisihan hubungan

kerja yaitu pertama dikarenakan dan

disebabkan oleh perusahaan dalam

memahami peraturan ketenaga

kerjaan dan perjanjian kerja bersama.

Kedua disebabkan oleh para

pekerja yang juga tidak taat pada tata

tertib perusahaan seperti merokok,

sering tidak masuk yang

mengakibatkan skorsing ataupun

pemutusan hubungan kerja. Ketiga

dikarenakan pekerja yang sering

bermain-main yang mengakibatkan

perkelahian baik dengan mandor

ataupun dengan sesama pekerja.

Terakhir dikarenakan kesalah

pahamam dalam mentafsirkan

redaksi daripada perjanjian kerja

bersama.

Berdasarkan pendapat Aruan

dan dibandingkan dengan temuan

penelitian, bahwa faktor yang

mempengaruhi perselisihan

hubungan industrial di PT. Bumi

Beliti Abadi sudah sesuai dengan

pendapat Aruan tersebut. Yang mana

pada pendapat ahli tersebut

dipengaruhi faktor internal mualai

dari sisttim kerja dan budaya

perusahaan, yang mana pada temuan

penelitian ini mengatakan bahwa

perselisihan itu disebabkan oleh

peraturan yang dilanggar oleh

pekerja dan kesalah pahaman anatara

pekerja dan perusahaan yang semua

tersebut tergantung pada sistem dan

budaya perusahaan itu masing-

masing. Dalam hal ini PT. Bumi

Beliti Abadi sistem kerjanya yang

berat yang mengakibatkan

perselisihan dan budaya perusahaan

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 87

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

yang kurang paham akan peraturan

yang mengakibatkan kesalah

pahaman dan berujung perselisihan

kecil.

2. Mekanisme dalam penyelesaian

perselisihan hubungan

industrial di PT. Bumi Beliti

Abadi

“Setiap perselisihan hubungan

industrial pada awalnya

diselesaikan dengan musyawarah

untuk mufakat. Apabila gagal

maka salah satu atau kedua pihak

mencatatkannya pada instansi

yang bertanggung jawab.setelah

dicatatkan bisa diselesaikan

dengan cara konsialisasi. Apabila

tidak ada kesepakatan juga maka

diajukan kepada pengadilan

hubungan industri. Pengadilan

hubungan industrial berada pada

lingkungan peradilan umum dan

dibentuk pada pengadilan negeri

secara bertahap dan pada

mahkamah agung. Putusan

pengadilan hubungan industrial

pada pengadilan negeri mengenai

perselisihan kepentingan dan

perselisihan antara serikat

pekerja/buruh dalam suatu

perusahaan tidak dapat diajukan

kasasi kepada mahkamah

agung.”(Marwansyah, 2015:408)

Sedangkan berdasarkan

temuan peneliti, secara garis besar

dapat simpulkan bahwa mekanisme

penyelesaian hubungan industrial di

PT. Bumi Beliti bahwa ketika adanya

perselisihan, dilakukannya

identifikasi penyebab terjadinya

perselisihan dengan mendatangi

pekerja yang berselisih dengan

pengusaha. Kemudian melakukan

pertemuan dengan pihak perusahan

yaitu personalia dan kepala pabrik

serta manajemen perusahaan, apabila

belum menemukan kesepakatan

maka kami mengundang dinas tenaga

kerja sebagai penengah perselisihan

tersebut. Jika belum juga

ditemukannya kesepakatan, maka

akan dibawa ke ranah hukum atas

masalah tersebut. Tetapi sampai

sekarang untuk sampai ke ranah

hukum PT. Bumi Beliti Abadi belum

melakukan itu hanya sampai di

tingkat dinas tena kerja saja.

Berdasarkan pendapat

Marwansyah dan dibandingkan

dengan temuan penelitian, maka

dapat simpulkan bahwa mekanisme

penyelesaian perselisihan hubungan

industrial di PT. Bumi Beliti Abadi

sudah dilakukan dengan benar. Mulai

dari musyawarah untuk mufakat

terlebih dahulu baru dilakukan

pencataan di dinas terkait. Hanya

pada tahap pengadilan hubungan

industrial bahkan ke mahkamah

agung (jalur hukum) belum pernah

terjadi dikarenakan perselisihan

tersebut bisa tuntas pada

musyawarah untuk mufakat. Hal

tersebut dikarenakan perselisihan

tersebut hanya maslah kecil saja.

Adapun mengenai penyelesaian

secara bipartit sudah pernah

dilakukan pada tahun 2016 pada saat

penyelesaian 20 orang pekerja yang

di PHK yang tidak mendapatkan

pesangon atau uang balas jasa

dikarenakan ada penafsiran yang

berbeda antara pekerja dan pihak

manajemen. Setelah dilaukan

penyelesaian secara bipartit terdapat

kesepakatan bahwa ke-20 pekerja

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 88

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

tersebut mendapatkan haknya yaitu

pesangon selama 2 tahun masa kerja.

3. Strategi perusahaan dan serikat

untuk tetap menjalin hubungan

yang harmonis di PT. Bumi

Beliti Abadi

Adapun prinsip-prinsip dasar

hubungan industrial menurut

Suwatno dan Jonni (2013:311-312)

adalah sebagai berikut:

a) Kepentingan yang sama

Pengusaha, pekerja, dan

pemerintah dan masyarakat pada

umumnya, sama-sama mempunyai

kepentingan atas keberhasilan dan

kelangsungan perusahaan. Sebab itu

terutama pengusaha dan pekerja

harus sama-sama memberikan upaya

yang maksimal melalui pelaksanaan

tugas sehari-hari untuk menjaga

kelangsungan perusahaan dan

meningkatkan keberhasilan

perusahaan. Pekerja dan serikat

pekerja harus membuang kesan

bahwa perusahaan hanya

kepentingan pengusaha. Demikian

juga pengusaha harus membuang

sikap yang memperlakukan pekerja

hanya sebagai produksi)

b) Perusahaan dan Industri

Perusahaan merupakan

sumber penghasilan bagi banyak

orang. Semakin banyak pengusaha

yang mengembangkan perusahaan

atau membuka usaha baru, semakin

banyak pekerja yang memperoleh

penghasilan. Semakin banyak

perusahaan yang berhasil

meningkatkan produktivitas, semakin

banyak pekerja memperoleh

peningkatan penghasilan. Dengan

demikian, pendapatan nasional akan

meningkat dan kesejahteraan

masyarakat akan meningkat pula)

c) Hubungan Fungsional

Pengusaha dan pekerja

mempunyai hubungan fungsional

dan masing-masing mempunyai

fungsi yang berbeda dengan

pembagian kerja atau pembagian

tugas. Pengusaha sebagai pemimpin

mempunyai fungsi menggerakan,

membina dan mengawasi. Pekerja

mempunyai fungsi melakukan

pekerjaan operasional. Pengusaha

bukan mengekploitasi pekerja. Setiap

pekerja melakukan pekerjaan dalam

waktu tertentu dalam satu hari

dengan cukup waktu istirahat setiap

hari dan hari istirahat setiap minggu

atau setiap bulan. Setiap pekerja

melakukan tugas sesuia dengan

beban kerja yang wajar bagi

kemanusiaan. Pekerja tidak

mengabdi kepada pengusaha akan

tetapi pada pelaksanaan tugas dan

tanggung jawab. Pembagian kerja

seperti itu merupakan ciri organisasi

modern)

d) Bagian dari Organisasi

Perusahaan

Pengusaha dan pekerja

merupakan anggota keluarga

perusahaan. Sebagai anggota

keluarga mereka harus saling

mengasihi, saling memperhatikan

kepentingan yang lain dan saling

membantu. Pengusaha perlu

memahami cara pikir dan

kepentingan pekerja/serikat pekerja.

Pengusaha perlu memperhatikan

kondisi dan kebutuhan pekerja dan

sedapat mungkin memenuhinya.

Sebaliknya pekerja dan serikat

pekerja perlu memahami

keterbatasan pengusaha. Demikian

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 89

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

bila timbul masalah atau persoalan

harus diselesaikan secara

kekeluargaan, tidak secara

bermusuhan)

e) Mengurangi Perselisihan

Tujuan pembinaan hubungan

industrial adalah menciptakan

ketenangan berusaha dan

ketentraman bekerja supaya dengan

demikian dapat meningkatkan

produktivitas perusahaan. Untuk itu

masing-masing unsur mitra sosial –

pengusaha dan pekerja – harus

menjaga diri untuk tidak menjadi

sumber masalah dan perselisihan.

Seandainya terdapat perbedaan

pendapat, perbedaan persepsi dan

perbedaan persepsi dan diupayakan

yanpa mengganggu proses produksi.

Setiap gangguan produksi akan

merugikan pengusaha, masyarakat

dan pekerja sendiri)

f) Kesejahteraan bersama

Peningkatan produktivitas

perusahaan harus dapat

meningkatkan kesejahteraan

bersama, yaitu kesejahteraan

pengusaha dan kesejahteraan pekerja.

Pekerja yang berhasrat memperoleh

upah lebih tinggi, harus siap

meningkatkan produktivitas

kerjanya. Bila seorang pekerja

menerima upah lebih tinggi dari nilai

kontribusi yang diberikannya ke

perusahaan, maka terpaksa ada orang

lain yang menerima upah lebih

rendah dari nilai kontribusinya

membayar lebih mahal.

Sedangkan berdasarkan

temuan peneliti, secara garis besar

dapat simpulkan bahwa strategi

perusahaan dan serikat pekerja dalam

menjaga hubungan industrial di PT.

Bumi Beliti Abadi adalah: Pertama,

berupaya melakukan dan

menjalankan undang-undang

tenagakerja dan perjanjian kerja

bersama.

Kedua, berupaya melakukan

sesuatu sesuai aturan dan

mengedepankan hak kewajiban

masing-masing. Baik bagi pekerja

maupun bagi kami selaku perwakilan

perusahaan.

Ketiga menyakinkan dan

meminta perusahaan agar

menjalankan peraturan yang ada

yaitu dengan merujuk pada peraturan

tentang ketenagakerjaan dan

perjanjian kerja bersama (PKB) agar

kesejahteraan pekerja beserta

keluarganya terjamin. Ketika

kesejahteraan itu sudah didapati,

maka hubungan harmonis akan

tercipta dengan sendirinya.

Berdasarkan pendapat

Suwatno dan Joni dan dibandingkan

dengan temuan penelitian, dapat

dikatakan bahwa strategi perusahaan

dan serikat pekerja dlam menjaga

hubungan industrial yang harmonis

sudah menaju prinsif dasar yang

dikemukan oleh Suwatno dan Joni.

Yang mana berdasarkan pada

kepentingan yang sama, perusahaan

dan industri, hubungan fungsional,

mengurangi perselisihan,

kesejahteraan bersama dengan

ditemukannya di PT. Bumi Beliti

Abadi temuan bahwa dilakukkanya

upaya menjalankan undang-undang,

menjalankan hak dan kewajiban

masing masing berdasrkan

perusahaan industri dan hubungan

fungsional serta menerapkan

perjanjian kerja bersama yang telah

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 90

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

dibuat agar kesejahteraan bersama

bisa didapatkan. Sehingga

terciptanya hubungan yang baik akan

tetapi belum bisa dikatakan

harmonis.

C. Penerapan Perjanjian Kerja

Bersama di PT. Bumi Beliti

Abadi

1. Perjanjian kerja bersama yang

sudah ada sekarang

Menurut Suwarto dan Sutanto

(2015:82-87) indikator isi atau materi

umum perjanjian kerja bersama

antara lain:

a) Mukadimah

b) Pihak-pihak yang membuat PKB

c) Umum

d) Hubungan kerja

e) Hari kerja dan jam kerja

f) Pembebasan dari pekerjaan

g) Pengupahan

h) Perawatan dan pengobatan

i) Keselamatan dan kesehatan

kerja

j) Kesejahteraan

k) Peningkatan keterampilan

l) Tata tertib

m) Penyelesaian keluh kesah

n) Pemutusan hubungan kerja

(PHK)

o) Masa berlakunya PKB

p) Penutup

Sedangkan dari hasil

penemuan penelitian ini, secara garis

besar dapat simpulkan bahwa

perjanjian kerja bersama di PT. Bumi

Beliti Abadi masi ada sebagian hak-

hak pekerja yang belum dicantumkan

dalam PKB, seperti tunjangan

kerajinan, bonus akhir tahun dan

tranfortasi pekerja untuk menuju

pabrik, pelatihan pekerja, serta

beberapa pasal yang belum begitu

jelas sehingga sering perbedaan

penafsiran.

Berdasarkan pendapat

Suwatno dan Joni dan dibandingkan

dengan temuan penelitian, maka

dapat dikatakan bahwa dari segi bab

pembagian isi perjanjian kerja

bersam sudah dilakukan. Akan tetapi

ada sebagian pasal yang belum

dicantumkan seperti tunjangan

kerajinan terdapat pasalnya saja akan

tetapi tidak adanya penjelasan, bonus

akhir tahun, tranfortasi jemputan

pekerja, pelatihan pekerja dan

beberapa pasal yang belum begitu

detai yang mengakibatkan perbedaan

penafsiran.

2. Hal yang belum optimal

diterapkan dalam perjanjian

kerja bersama di PT. Bumi

Beliti Abadi

Menurut buku (PKB PT.

BBA, 2015) indikator isi perjanjian

kerja bersama adalah:

1) Mukaddimah

2) Bab 1 (ketentuan umum)

3) Bab 2 (organisasi pekerja)

4) Bab 3 (hubungan kerja)

5) Bab 4 (waktu kerja dan

istirahat/cuti)

6) Bab 5 (pengupahan)

7) Bab 6 (kesejahteraan)

8) Bab 7 (keselamatan dan

kesehatan kerja)

9) Bab 8 (disiplin kerja)

10) Bab 9 (berakhirnya hubungan

kerja)

11) Bab 10 (tindakan disiplin dan

skorsing)

12) Bab 11 (ketentuan penutup)

13) Tanda tangan pembuat PKB

Menurut temuan hasil

penelitian ini, secara garis besar

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 91

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

dapat simpulkan bahwa beberapa

bagian yang belum optimal

diterapkan terutama masalah

keselamatan dan kesehatan kerja

serta tata tertib. Keselamatan kerja

karena mesin yang dijalankan begitu

cepat sehingga seringnya pekerja

mengalami kecelakan putus tangan,

putus kaki bahkan ada yang sampai

meninggal. Masih seringnya pekerja

yang mengalami kecelakaan kerja

serta pekerja yang sakit dikarenakan

pekerjaaanya menandakan bahwa

bagian keselamatan dan kesehatan

kerja belum begitu optimal

diterapkan.

Masih seringnya karyawan

melanggar tata tertib juga

menandakan bagian tata tertib di

PKB belum begitu optimal

diterapkan. Adalah jam kerja para

karyawan serta keselamatan dan

kesehatan kerja karyawan. Pada jam

kerja karyawan pekerja shift 2

merasa dianak tirikan, karena kami

kurang jam lembur serta pada

penerapannya sering berubah-rubah

tempat kerjanya, bahkan nama

bagianshif ini dinamakan shif joker.

Berdasarkan menurut Buku

PKB PT. Bumi Beliti Abadi dan

disandingkan dengan penemuan

penelitian ini maka ada beberapa bab

serta pasal yang belum optimal

dilakukan diantaranya yaitu pada bab

4, bab 7 dan Bab 8. Yang mana pada

masing-masing bab tersebut menurut

pekerja belum begitu optimal

diterapkan oleh PT. Bumi Beliti

Abadi.

3. Isi perjanjian kerja bersama

yang belum dilaksanakan baik

oleh pihak perusahaan ataupun

pihak pekerja

Menurut buku (PKB PT.

BBA, 2015) indikator isi perjanjian

kerja bersama adalah:

1) Mukaddimah

2) Bab 1 (ketentuan umum)

3) Bab 2 (organisasi pekerja)

4) Bab 3 (hubungan kerja)

5) Bab 4 (waktu kerja dan

istirahat/cuti)

6) Bab 5 (pengupahan)

7) Bab 6 (kesejahteraan)

8) Bab 7 (keselamatan dan

kesehatan kerja)

9) Bab 8 (disiplin kerja)

10) Bab 9 (berakhirnya hubungan

kerja)

11) Bab 10 (tindakan disiplin dan

skorsing)

12) Bab 11 (ketentuan penutup)

13) Tanda tangan pembuat PKB

Sedangkan berdasarkan

temuan hasil penelitian , secara garis

besar dapat simpulkan bahwa

perjanjian kerja yang belum

diterapkan yaitu pasilitas organisasi,

koperasi dan sarana olaraga, dan

keselamatan dan kesehatan kerja

seperti ambulance serta klinik untuk

para pekerja, tempat ibadah yang

berada di lingkungan pabrik dan

kantor, cuti haid. Dari beberapa hal

diatas belum dilaksanakan dan

diterapkan di PT. Bumi Beliti Abadi

yang mana dikarenakan beberapa

alasan.

Seperti koperasi dan sarana

olaraga bagi pekerja belum

dilaksanakan dikarenakan tidak

adanya waktu pekerja untuk

mengurusnya. Sedangkan untuk

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 92

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

keselamatan dan kesehatan kerja

yang masih banyak belum

dilaksanakan dikarenakan memakan

biaya yang cukup mahal serta tempat

ibadah tidak disediakan dikarenakan

sudah dibangun akan tetapi itu diluar

dekat dengan penduduk bahkan nama

masjid yang digunakan memakai

nama penduduk setempat yaitu

Masjid Haji Hasan. Sedangkan cuti

haid tidak dilaksanakan karena

ketidak tahuan pekerja perempuan

akan hal tersebut yang mana

kurangnya peran serikat dalam

mensosialisasikannya.

Berdasarkan menurut Buku

PKB PT. Bumi Beliti Abadi dan

disandingkan dengan penemuan

penelitian ini maka ada beberapa bab

serta pasal yang belum dilaksanakan

diantaranya yaitu pada bab 2 pasal 5

tentang fasilitas organisasi,bab 4

pasal 12 cuti haid dan melahirkan

(khusus cuti haid saja), bab 6 pasal

26 kegiatan keagamaan, pasal 27

koperasi, pasal 28 olaraga, pasal 33

pemeliharaan dan peningkatan K3.

Dari beberapa pasal tersebut

seharusnya bisa dilaksanakan jika

pengurus serikat berperan aktif

dalam melakukan tujuan dasar

serikat pekerja yaitu menjamin

kesejahteraan pekerja beserta

keluarganya. Seperti cuti haid yang

kurangnya sosialisai serikat pada

anggotanya yang perempuan,

kselamatan dan kesehatan kerja yang

mana agar tidak ada lagi kecelakaan

kerja serta sakit dikarenakan

pekerjaan tersebut dan hal yang

penting yaitu tempat ibadah yang

seharusnya dibangun di kawasan

lingkungan pabrik. Pada kasus

tempat ibadah ini pihak perusahaan

sudah membangunnya, akan tetapi

pembangunan tersebut diluar

daripada kawasan pabrik bahkan

diluar pagar perusahaan yang mana

hal tersebut bukan untuk pekerja

akan tetapi sebagai dana CSR untuk

penduduk sekitar. Hal tersebut

dibuktikan dengan penamaan masjid

tersebut dengan nama salah satu

penduduk sekitar.

SIMPULAN DAN

REKOMENDASI

A. Simpulan

1. Bahwa fungsi serikat pekerja di

PT. Bumi Beliti Abadi sudah

dilakukan sebagaimana mestinya.

Yang mana fungsi serikat pekerja

pada intinya yaitu sebagai pihak

perundingan perjanjian kerja

bersama dalam menjalankan

undang-undang tenaga kerja agar

terbinanya hubungan yang

harmonis dengan melalui

kesejahteraan pekerja dan

keluarganaya. Akan tetapi fungsi

mengenai pendapat Marwansyah

bahwa fungsi serikat dalam

melakukan pemogokan kerja dan

sebagai wakil pekerja buruh

dalam memperjuangkan saham

dalam perusahaan belum

dilakukan.

2. Bahwa peran serikat pekerja yang

seharusnya dilakukan di PT. Bumi

Beliti Abadi sudah dilakukan tapi

belum cukup optimal dari

beberapa bidang seperti dalam

melakukan negosiasi,

penyampaian informasi dua arah,

keterwakilan para pekerja yang

pencapaiannya yaitu

kesejahteraan para pekerja .

Sedangkan dalam pelayanan

anggota dari serikat belum

dilakukan yaitu: (1) pendidikan

dan pelatihan (2) bantuan hukum;

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 93

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

(3) layanan koperasi baik berupa

simpan pinjam ataupun barang;

(4) layanan potongan harga (5)

layanan pensiun serikat pekerja;

(6) tunjangan kesejahteraan,

anggota serikat pekerja dapat

memperoleh tunjangan kematian

dan uang keanggotaan ketika

pensiun. Kesemua pelayanan

tersebut belum dilakukan sama

sekali

3. Mekanisme penyelesaian

perselisihan hubungan industrial

di PT. Bumi Beliti Abadi sudah

dilakukan. Hanya pada tahap

pengadilan hubungan industrial

bahkan ke mahkamah agung (jalur

hukum) belum pernah terjadi

dikarenakan perselisihan tersebut

bisa tuntas pada musyawarah

untuk mufakat atau dengan

lembaga bipartit.

4. Penerapan PKB di PT. Bumi

Beliti Abadi sebagian sudah

diterapkan, akan tetapi ada

sebagian juga yang belum

diterapkan dikarenakan alasan

tertentu yaitu pada bab 2 pasal 5

tentang fasilitas organisasi,bab 4

pasal 12 cuti haid dan melahirkan

(khusus cuti haid saja), bab 6

pasal 26 kegiatan keagamaan,

pasal 27 koperasi, pasal 28

olaraga, pasal 33 pemeliharaan

dan peningkatan K3.

B. Rekomendasi

1. Bagi serikat pekerja agar

menjalankan fungsinya dalam

melakukan pembelaan hak para

pekerja demi menjamin

kesejahteraan pekerja dan

keluarganya. Serta bagi pihak

perusahaan PT. Bumi Beliti Abadi

tidak menghalang-halangi pihak

serikat pekerja untuk menjalankan

fungsinya serta menyediakan

fasilitas bagi serikat pekerja

tersebut.

2. Bagi serikat pekerja agara

mengoptimalkan peran serikat

pekerja serta menjalankan

organisasi sesuai dengan prinsip

dasar serikat pekerja. Lebih

mengedepankan sifat demokratis

agar penampungan aspirasi para

anggota bisa tersalurkan dan

disampaikan kepada pihak

perusahan. Bagi pihak perusahaan

PT. Bumi Beliti Abadi agar

menjalankan perannya sebagai

mitra bagi serikat pekerja dalam

mensejahterakan pekerja dan

keluarganya serta membantu

meningkatkan kualitas produksi.

3. Bagi serikat pekerja agar

mempertahankan hubungan

industrial di PT. Bumi Beliti tetap

harmonis dengan mengedepankan

perundingan bersama dan akan

lebih baik cukup dengan

perundingan bipartiti. Sedangnkan

bagi perusahaan agar menanggapi

dan merespon ketika pekerja

menginginkan perundingan

bersama. Dengan cara tersebut

maka hubungan industrial yang

harmonis akan terwujud.

4. Bagi serikat pekerja agar

mengawal isi perjanjian kerja

bersama yang sudah ada, serta

menambahkan hak-hak pekerja

yang dianggap penting dan belum

tercantum di PKB. Sedangkan

perusahaan PT. Bumi Beliti abadi

agar menjalankan dan

menerapkan semua isi daripda

PKB yang ada sehingga hubungan

yang harmonis bisa didapatkan.

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 94

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

DAFTAR PUSTAKA

Adhe N. Tawakkal. 2014. Arti,

FungsiI dan Tujuan

Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3). Diakses dari

http://72tw.blogspot.co.id/2014

/01/arti-fungsii-dan-tujuan-

keselamatan-dan.html. Minggu

27 Agustus 2017, pukul 10.05

WIB.

Akademik, Tim. 2017. Panduan

Penyusuanan Penelitian.

Lubuklinggau: Stie Mura

Program Pascasarjana Magister

Manajemen.

Alisandy I. Prince. 2013. Rancangan

Sistem Pola Hubungan

Industrial Yang Berkembang di

Indonesia. Diakses dari

http://opini-

isep.blogspot.co.id/2012/02/ran

cangan-sistem-pola-

hubungan.html. Minggu 27

Agustus 2017, pukul 13:00

WIB.

Alfajar, Siti dan Heru, T. 2013.

Manajemen Sumber Daya

Manusia Sebagai Dasar

Meraih Keunggulan Bersaing.

Jakarta: LTPP STIM YKPN.

Anto Pati. 2016. Prinsip Dasar

Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) . Diakses dari

http://ahlik3umum1.blogspot.c

o.id/2016/03/prinsip-dasar-

k3.html. Minggu 27 Agustus

2017, pukul 10.25 WIB.

Aninditiya, A, Dimas. 2015.

Pengaruh Perjanjian Kerja

dan Perjanjian Kerja

Bersama Terhadap Hak-hak

Karyawan dan Kepuasan

Kerja. Malang: Universitas

Brawijaya.

Arikunto, Suharsimi. 2013.

Manajemen Penelitian.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arto Sugi. 2014. Peraturan

Perusahaan dan Perjanjian.

Diakses dari

http://artonang.blogspot.co.id/2

014/12/peraturan-perusahaan-

dan-perjanjian.html. Minggu

27 Agustus 2017, pukul 13:00

WIB.

Ayunda Putry. 2015. Pengertian Dan

Tujuan Serikat Pekerja

Menurut Ahli. Diakses dari

http://specialpengetahuan.blogs

pot.co.id/2015/04/pengertian-

dan-tujuan-serikat-

pekerja.html. Minggu 27

Agustus 2017, pukul 09.30

WIB.

Azhari Nasri. 2015. Sumber Data

dan Jenis Data. Diakses dari

https://azharnasri.blogspot.co.i

d/2015/04/sumber-data-jenis-

data-dan-teknik.html, Senin 14

September 2017, pukul 20.05

WIB

Basrowi dan Suwandi. 2014.

Memahami Penelitian

Kualitatif. Jakarta. Rineka Cipta

Budiarti Indah. 2013. Negoisasi

Dalam Pembuatan Perjanjian

Kerja Bersama. Diakses dari

http://oblikpekerja.blogspot.co.

id/p/perjanjian-kerja-bersama-

untuk.html. Senin 2 Oktober

2017, pukul 21.05 WIB.

Hamid Azwar 2013, Kesehatan dan

Keselamatan Kerja, diakses dari

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 95

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

http://azwarhamid.blogspot.co.i

d/2013/04/kesehatan-dan-

keselamatan-kerja.html, Sabtu

23 September 2017, pukul

23:05 WIB

Hanggraeni, Dewi. 2013. Manajemen

Sumber Daya Manusis. Jakarta

: Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia.

Ikbar, Yanuar. 2013. Metode

Penelitian Sosial Kualitatif

Panduan Membuat Tugas

Akhir/ Karya Ilmiah. Jakarta:

Aditama.

Kamil Hauzan. 2016. 3 Prinsip

Dalam K3 (Keselamatan dan

Kesehatan Kerja). Diakses dari

http://gumbalid.weebly.com/ho

me/3-prinsip-dalam-k3-

keselamatan-dan-kesehatan-

kerja, Senin 2 Oktober 2017,

pukul 22.30 WIB.

Marwansyah. 2016. Manajemen

Sumber Daya Manusia.

Bandung: Alfabeta.

Milen, E, Ayuma. 2016. Analisis

Level Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) Proyek

Kontruksi Terhadap Risiko

dan Manajemen K3. Bandar

Lampung: Universitas

Lampung.

Muhammad Hafidz, 2016,

Mengoreksi Arah PHI Ketika

Perlindungan, Menjadi

Perselisihan, diakses dari

http://buruh-

online.com/2016/03/mengoreks

i-arah-dan-kebijakan-phi-

ketika-perlindungan-menjadi-

perselisihan.html, Senin 2

Oktober 2017, pukul 20.05

WIB

Nelson F. Saragih. 2015. Prinsip

Serikat Pekerja. Diakses dari

http://specialpengetahuan.blogs

pot.co.id/2015/04/pengertian-

dan-tujuan-serikat-

pekerja.html. Minggu 27

Agustus 2017, pukul 10.05

WIB

Patiha Isti. 2017. Pengertian dan

Tujuan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3). Diakses

dari

http://isttifatiha108.blogspot.co

.id/2016/12/pengertian-dan-

tujuan-k3-keselamatan.html.

Sabtu 16 September 2017,

pukul 21:20 WIB.

Perdana, S, Fajar. 2013. Fungsi

Serikat Pekerja Dalam

Perlindungan Hak-hak Pekerja

di PT. Pal Indonesia.

Surabaya: Universitas

Pembangunan Nasional

“Veteran Jawa Timur”.

Pujilestari, T. 2013. Analisis

Hubungan Industrial Tanpa

Adanya Serikat Pekerja (Suatu

Studi Pada PT. Apexindo

Pratama Duta Tbk. Depok:

Universitas Indonesia.

Sanjaya Ade. 2015. Pengertian

Serikat Pekerja Tujuan Tata

Cara Pembentukan Buruh

Fungsi dan Kewajiban dan

Perlindungan. Diakses dari

http://www.landasanteori.com/

2015/10/pengertian-serikat-

pekerja-tujuan-tata.html. Senin

2 Oktober 2017, pukul 21.05

WIB.

INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 96

Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-

7243

Santana, Septian. 2013. Menulis

Ilmiah Metode Penelitian

Kualitatif. Jakarta. Buku Obor.

Sari, R, Ratna. 2013. Penerapan

Manajemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja Dalam

Meminimalkan Kecelakaan

Kerja Pada PT. Waru Kaltim

Plantation. Palangkaraya:

Universitas Mulawarman.

Semut Telinga. 2016. Pengertian

Perjanjian Kerja dan

Perjanjian Kerja Bersama.

Diakses dari

http://telingasemut.blogspot.co.

id/2016/03/perjanjian-kerja-

perjanjian-kerja.html. Senin 2

Oktober 2017, pukul 21.30

WIB.

Siagian, P. Sondang. 2013.

Manajemen Sumber Daya

Manusia. Jakarta: Bumi Aksara

Sugiyono. 2016. Metode

Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugeng. 2014. Upaya Penyelesaian

Perselisihan yang Wajib

Diketahui Buruh atau

Perusahaan.Diakses dari

http://rechthan.blogspot.co.id/2

016/05/upaya-penyelesaian-

perselisihan.html. Minggu 27

Agustus 2017, pukul 10:00

WIB.

Suharsimi Arikunto. (2015).

Manajemen Penelitian, PT Asdi

Mahasatya, Jakarta

Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun

2003 Tentang Sistem.

Sutrisno, Edi. 2014. Manajemen

Sumber Daya Manusia.

Bandung: Alfabeta

Suwarto dan Sutanto. 2015.

Hubungan Industrial Dalam

Praktek Dilengkapi Dengan

Pendekatan Teori. Jakarta:

Asosiasi Hubungan Industrial

Indonesia.

Suwatno dan Priansa, Juni

Donni. 2013.

Manajemen SDM

Dalam Organisasi

Publik dan Bisnis.

Bandung: Alfabeta.

Uzier T. Rahmi. 2017. 3 Tata Cara

Penyelesaian Perselisihan

Hubungan Induistrial Yang

Wajib Anda Ketahui. Diakses

dari

http://blog.bplawyers.co.id/3-

tata-cara-penyelesaian-

perselisihan-hubungan-

industrial-yang-wajib-anda-

ketahui/, Sabtu 16 September

2017, pukul 21:20 WIB.