Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 - Jurnal Universitas Bina Insan ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 - Jurnal Universitas Bina Insan ...
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 56
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
KAJIAN HUBUNGAN INDSUTRIAL DTINJAU DARI PERAN SERIKAT
PEKERJA DI PT BUMI BELITI ABADI
Oleh :
1. Aandri Siandra
Mahasiswa Magister Manajemen STIE MURA
2. Dheo Rimbano
Dosen Tetap STIE MURA
2. Sutanta
Dosen Tetap STIE MURA
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan industrial di PT.
Bumi Beliti Abadi yang meliputi, fungsi serikat pekerja, peran serikat pekerja,
cara menyelesaikan perselisihan hubungan industrial dan penerapan perjanjian
kerja bersama di PT. Bumi Beliti Abadi. Adapun teknik pengumpulan data
dengan observasi, wawancara, dokementasi dan tinjauan pustaka. Analisis data
yang digunakan menggunakan reduksi data, display data, dan verifikasi data.
Hasil penelitian ini adalah: Bahwasanya fungsi serikat pekerja di PT. Bumi Beliti
Abadi fungsi serikat pekerja di PT. Bumi Beliti Abadi sudah dilakukan
sebagaimana mestinya. Akan tetapi fungsi serikat dalam melakukan pemogokan
kerja dan sebagai wakil pekerja buruh dalam memperjuangkan saham dalam
perusahaan belum dilakukan.peran serikat pekerja yang di PT. Bumi Beliti Abadi
sudah dilakukan tapi belum cukup optimal. Mekanisme penyelesaian perselisihan
hubungan industrial di PT. Bumi Beliti Abadi sudah dilakukan dengan benar.
Hanya pada tahap pengadilan hubungan industrial bahkan ke mahkamah agung
(jalur hukum) belum pernah terjadi dikarenakan perselisihan tersebut bisa tuntas
pada musyawarah untuk mufakat. Penerapan PKB di PT. Bumi Beliti Abadi sudah
diterapkan dan ada juga yang belum diterapkan. Sedangkan pada isinya ada
sebagian hak pekerja yang belum dicantumkan atau pada penjelasannya bisa
mengakibatkan salah tafsir. Kelemahan daripada hasil penelitian ini yaitu tidak
melakukan penelitian yang sifatnya membandingkan antara perusahaan yang
kurang optimal dan sudah optimal tentang hubungan industrialnya, sehingga
didapatkan standar optimal yang sebenarnya. Belum melakukan pemilihan pada
salah satu perselisihan, serikat pekerja atau penerapan perjanjian kerja bersama
saja agar mendapatkan hasil yang sifatnya lebih spesifik (fokus pada satu objek).
Kata Kunci: Hubungan Industrial, Serikat Pekerja, PKB
PENDAHULUAN
Pembangunan perekonomian
di era globalisasi tidak terlepas dari
pertumbuhan perusahaan dan industri
yang memberikan sumbangan dalam
bentuk pertumbuhan ekonomi
nasional, di antaranya melalui
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 57
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
penyerapan karyawan. Namun
mengingat semakin kompleknyasnya
kondisi saat ini, banyak masalah
yang timbul akibat dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi informasi, serta keadaan
masyarakat yang semakin tansparan.
Hubungan industrial perusahaan
meliputi hubungan antara pengusaha
atau manajemen dan pekerja, yang
terkait dalam proses produksi barang,
atau pelayanan jasa sebuah
perusahaan. Hubungan tersebut perlu
dikelola dengan baik, agar tercipta
hubungan yang saling
menguntungkan dan harmonis
sehingga dapat meningkatkan
produktivitas organisasi atau
perusahaan. Hubungan pemerintah,
pengusaha, dan pekerja serta serikat
pekerja/serikat buruh perlu terus
menerus dibangun, dibina, dan
dipertahankan pelaksanaannya oleh
semua komponen. Peran
pemerintah sebagai regulator
sangat diperlukan untuk
keseimbangan posisi tawar
(bargaining position) antara pekerja
dan pengusaha dalam hubungan
kerja di perusahaan. Pelaksanaan
hubungan kerja di perusahaan yang
kondusif dapat menunjang
kelangsungan usaha (industrial
harmony and economic
development). Kelangsungan usaha
yang baik dapat meningkatkan
produktivitas perusahaan, yang
pada gilirannya dapat
meningkatkan kesejahteraan pekerja.
Dalam dunia internasional
hubungan industrial sudah
diakomodasi oleh organisasi
ketenagakerjaan internasional atau
Internasional Labour Organization
(ILO) pada tahun 1998 dan
mengeluarkan deklarasi yang pada
intinya mewajibkan semua negara
di dunia meratifikasi dan
menerapkan prinsip 8 konvensi
dasar ILO. Konvensi dasar tersebut
kemudian berkembang, dan
dikelompokkan menjadi empat
bidang, yaitu:
a) Kebebasan dan perlindungan hak
berserikat dan berunding
bersama, terdiri dari Konvensi
No. 87 dan No. 98
b) Larangan kerja paksa, terdiri dari
Konvensi N0. 29 dan No. 105
c) Larangan mempekerjakan anak,
terdiri dari Konvensi No. 138
dan No. 182
d) Larangan diskriminasi dan
penerimaan dan perlakuan
terhadap pekerja, terdiri dari
Konvensi No. 100 dan No. 111
Sedangkan di indonesia
hubungan industrial diatur menurut
Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan
Pasal 102, menerangkan bahwa:
a) Dalam melaksanakan hubungan
industrial, pemerintah
mempunyai fungsi menetapkan
kebijakan, memberikan
pelayanan, melaksanakan
pengawasan, dan melakukan
penindakan terhadap
pelanggaran peraturan
perundang-undangan
b) Dalam melaksanakan hubungan
industrial, pekerja/buruh dan
serikat pekerja/serikat buruhnya
mempunyai fungsi menjalankan
pekerjaan sesuai dengan
kewajibannya, menjaga
ketertiban demi kelangsungan
produksi, dan keahliannya serta
ikut memajukan perusahaan dan
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 58
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
memperjuangkan kesejahteraan
anggota beserta keluarganya.
c) Dalam melaksanakan hubungan
industrial, pengusaha dan
organisasi pengusahanya
mempunyai fungsi menciptakan
kemitraan, mengembangkan
usaha, memperluas lapangan
kerja dan memberikan
kesejahteraan pekerja/buruh
secara terbuka, demokratis, dan
berkeadilan.
Di Musi Rawas dan
Lubuklinggau hubungan industrial
sudah diterapkan, walaupun masih
belum menyeluruh diterapkan
merata di setiap perusahaan, hal
tersebut dengan ditandai exisnya
peran serikat pekerja yaitu Federasi
Serikat Pekerja Seluruh Indonesia
(F-SPSI) yang mempunyai kantor
di Desa Pedang Kecamatan Muara
Beliti dan juga Persatuan Pekerja
Muslim Indonesia (PPMI). Kedua
serikat ini seringkali melakukan
seminar tentang ketenaga kerjaan
dan hubungan industrial dalam
menjadi mitra pengusaha dan
sarana perjuangan para
pekerja/buruh dalam menuntut hak
hormatif dan kesejahteraannya.
Sementara itu di PT. BBA
yang merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang expor Ruber
(Hasil Produksi Karet yang sudah
menjadi bahan setengah jadi) di PT.
BBA masih sering mengalami
kendala dalam hubungan industrial.
Baik yang merugikan perusahaan
maupun kerugian dari pihak pekerja.
Hal tersebut dikarenakan kurang
optimalnya peran Serikat
Pekerja/Buruh dalam menjaga
hubungan yang harmonis dengan
perusahaan. Kemudian daripada itu
masih banyak juga kesepakat-
kesepakan yang masih belum
mempunyai pedoman khusus yang
membahas tentang hak dan
kewajiban pekerja dan hak dan
kewajiban pengusaha, biasanya
disusun dalam buku Perjanjian Kerja
Bersama (PKB)
Rumusan Masalah
1. Bagaimana fungsi serikat
pekerja/buruh di PT. Bumi Beliti
Abadi?
2. Bagaimana peran serikat
pekerja/buruh di PT. Bumi Beliti
Abadi?
3. Bagaimana cara mengatasi
perselisihan hubungan industrial
antara pekerja dan pengusaha di
PT BBA?
4. Bagaimana penerapan perjanjian
kerja besrsama di PT Bumi Beliti
Abadi?
TINJAUAN PUSTAKA
Serikat Pekerja/Buruh
Menurut (Marwansyah, 2016:
394) serikat pekerja atau serikat
buruh (union) adalah “an
organization of workers, acting
collectively, seeking to promote and
protect its mutual interest
throughcollective bargaining”
(organisasi para pekerja, yang
bertindak secara kolektif, yang
berupaya memajukan dan
melindungi kepentingan bersama
melalui perundingan kolektif.
“Menurut Pasal 1 Undang-undang
Nomor 21 Tahun 2000 tentang
Serikat Pekerja/ Buruh dan Pasal 1
Undang-undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan,
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 59
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
serikat pekerja/buruh adalah
organisasi yang dibentuk dari, oleh
dan untuk pekerja/buruh
diperusahaan maupun diluar
perusahaan, yang bersifat bebas,
terbuka, mandiri, demokratis, dan
bertanggung jawab guna
memperjuangkan, membela serta
melindungi hak dan kepentingan
pekerja/buruh serta meningkatkan
kesejahteraan pekerja/buruh dan
keluarganya.” (Marwansyah,
2016:394 Ayunda putri (2017:1),
mengungkapkan bahwa serikat
pekerja merupakan organisasi
berunding bagi para pekerja. Dengan
kehadiran Serikat Pekerja para
pekerja dapat melakukan negosiasi
dengan pengusaha dalam hal
kebijakan perusahaan, sebab ketika
ada serikat pekerja maka menjadi
sebuah kewajiban bagi pengusaha
untuk menegosiasikan segala sesuatu
dengan serikat pekerja “Serikat
Pekerja atau serikat Buruh adalah
organisasi yang dibentuk dari, oleh,
dan untuk pekerja atau buruh baik
diperusahaan maupun diluar
perusahaan, yang bersifat bebas,
terbuka, mandiri, demokratis dan
bertanggungjawab guna
memperjuangkan, membela serta
melindungi hak dan kepentingan
pekerja atau buruh serta
meningkatkan kesejahteraan pekerja/
buruh dan keluarganya.” (Ridwan,
2017:1). Siti dan Tri (2013:216),
mengatakan serikat pekerja adalah
organisasi para pekerja yang
dibentuk untuk mempromosikan atau
menyatukan pendapat, melindungi,
dan memperbaiki, melalui kegiatan
kolektif, kepentingan–kepentingan
sosial , ekonomi dan politik para
anggotanya. Jadi serikat
pekerja/buruh adalah suatu wadah
untuk bekerja sama dalam mencapai
tujuan bersama para pekerja/buruh
yaitu untuk meningkatkan
kesejahteraan pekerja/buruh dan
keluarganya yang dilindungi dan
diakui oleh negara.
Hubungan Industrial
Menurut Fossum (dalam
Marwansyah, 2016: 385), hubungan
industrial mencakup semua praktik
yang mengimplemntasikan filosofi
dan kebijakan sebuah organisasi
yang berkaitan dengan pekerja.
Menurut amstrong (dalam
Marwansyah, 2016: 386), istilah
employee relations mencakup
industrial (industrial relations), yang
berkenaan dengan hubungan antara
manajemen dengan serikat pekerja,
yang melibatkan kesepakatan
bersama (collective agreements),
perundingan bersama (collective
bergaining), penyelesaian
perselisihan dan lingkungan kerja.
Menurut T.J. Dunlop yang dikutip
oleh (Sutanto, 2015:17), menegaskan
bahwa hubungan industrial
merupakan suatu “sub-sistem dari
total sistem” yang terkait dengan
konteks tertentu. Konteks yang
dimaksud adalah negara, lingkungan,
dan tempat kerja. Menurut Suwatno
dan Donni (2013:307) hubungan
industrial pada dasarnya
berhubungan dengan pembayaran
tenaga kerja yang murah,
kesepakatan yang dibuat antara
majikan dan karyawan, dimana
pengusaha memberikan kompensasi
bagi pekerjaan yang telah dilakukan
oleh karyawan. Jadi pada dasarnya
hubungan industrial merupakan
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 60
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
kegiatan yang berkenaan dengan
perundingan, kerja sama, perjanjian
dan penyelesaian masalah dengan
musyawarah antara serikat
pekerja/buruh dengan pihak
perusahaan. Tahapan yang harus
ditempuh dalam menyelesaiakan
perselisishan hubungan industri
menurut Irman (2013:1), yaitu (a)
Bipartit (b) Mediasi atau Konsiliasi
atau Arbitrase (c) Pengadilan
Hubungan Industrial. “Setiap
perselisihan hubungan industrial
pada awalnya diselesaikan dengan
musyawarah untuk mufakat. Apabila
gagal maka salah satu atau kedua
pihak mencatatkannya pada instansi
yang bertanggung jawab.setelah
dicatatkan bisa diselesaikan dengan
cara konsialisasi. Apabila tidak ada
kesepakatan juga maka diajukan
kepada pengadilan hubungan
industri. Pengadilan hubungan
industrial berada pada lingkungan
peradilan umum dan dibentuk pada
pengadilan negeri secara bertahap
dan pada mahkamah agung. Putusan
pengadilan hubungan industrial pada
pengadilan negeri mengenai
perselisihan kepentingan dan
perselisihan antara serikat
pekerja/buruh dalam suatu
perusahaan tidak dapat diajukan
kasasi kepada mahkamah agung.”
Perjanjian Kerja Bersama
Menurut Suwarto dan Sutanto
(2015:40) Perjanjian Kerja Bersama
adalah suatu hasil proses dimana
manajemen dan unsur serikat
pekerja/serikat buruh berusaha
menentukan syarat kerja secara
bersama yang tidak lain untuk
mencegah timbulnya perselisihan
atau konflik yang kesemuanya juga
memelihara dan meningkatkan
hubungan baik diantara keduanya.
“Dalam dunia kerja, sebelum terjadi
hubungan kerja antara Pengusaha
dan Pekerja, dibuat suatu perjanjian
yang merupakan dasar kesepakatan
untuk memenuhi hak dan kewajiban
antara masing-masing pihak
(Pengusaha dan Pekerja). Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan mengatur
tentang perjanjian kerja, dan juga
mengatur tentang perjanjian kerja
bersama. Berdasarkan Pasal 1 angka
21 UU Ketenagakerjaan, perjanjian
kerja bersama (“PKB”) adalah
perjanjian yang merupakan hasil
perundingan antara serikat
pekerja/serikat buruh atau beberapa
serikat pekerja/serikat buruh yang
tercatat pada instansi yang
bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan dengan pengusaha,
atau beberapa pengusaha atau
perkumpulan pengusaha yang
memuat syarat syarat kerja, hak dan
kewajiban kedua belah pihak.”
(Alsha Alexandra Kartika:2013).
Simanjuntak (2013:82), menyatakan
yang dikutif oleh Arik Prasetya
(2015:86) Perjanjian kerja bersama
adalah bentuk dari kesepakatan atau
perjanjian yang dicapai dengan
proses perundingan antara
perwakilan serikat pekerja dengan
perwakilan pengusaha mengenai hak
dan kewajiban pekerja serta
kewenangan dan kewajiban
pengusaha. “Perjanjian Kerja
Bersama (PKB) adalah perjanjian
yang merupakan hasil perundingan
antara serikat pekerja/serikat buruh
atau beberapa serikat pekerja/serikat
buruh yang tercatat pada instansi
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 61
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan dengan pengusaha,
atau beberapa pengusaha atau
perkumpulan pengusaha yang
memuat syarat-syarat kerja, hak dan
kewajiban kedua belah
pihak.”(www.hubunganindustri.com:
2016).
Hasil Penelitian Yang Relevan
1. Analisis Hubungan
Industrial Tanpa Adanya
Serikat Pekerja (Suatu Studi
Pada PT. Apexindo Pratama
Duta Tbk (Triana Puji
Lestari:2016) Penelitian ini
menjelaskan tentang hubungan
industrial tanpa adanya serikat
pekerja diperusahaan. Tujuan
dan penelitian ini adalah
menjelaskan bagaimana
hubungan industrial dan
hubungan bipartit di PT
Apexindo Pratama Duta Tbk.
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dan
memiliki tujuan penelitian
eksplanatif. Narasumber dalam
penelitian ini dipilih
berdasarkan masa kerja dari
karyawan di perusahaan yang
berbeda-beda. Pendekatan
yang digunakan dalam
penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Dilihat
dari tujuannya, penelitian ini
merupakan penelitian
eksplanatif bersifat
menerangkan. Selanjutnya,
teknik pengumpulan data
terbagi menjadi dua, yaitu (1)
data primer dan data (2)
sekunder. Teknik analisis data
yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik
analisis data kualitatif. Hasil
dari penelitian ini menunjukan
bahwa hubungan industrial dan
hubungan bipartit di
perusahaan dapat berjalan
dengan baik tanpa adanya
serikat pekerja. Hubungan
industrial yang terjalin saat ini
diperusahaan dapat dikatakan
berjalan dengan baik.
Walaupun tidak dapat
dipungkiri bahwa komunikasi
memang tidak selalu berjalan
dengan baik. Tidak
terbentuknya serikat pekerja di
perusahaan terjadi karena
berbagai macam alasan,
misalnya karena karyawan
telah puas dengan peraturan
perusahaan yang ada, tidak
adanya penggerak yang
memplopori untuk membentuk
serikat pekerja, hingga
kesibukan masing-masing
individunya yang pada
akhirnya tidak jadi mendirikan
serikat pekerja.
2. Fungsi Serikat Pekerja
Dalam Perlindungan Hak-
Hak Pekerja di PT. Pal
Indonesia (Satriando Fajar
Perdana:2014) Penelitian ini
dimaksudkan untuk
mengetahui fungsi dari Serikat
Pekerja ditempat penelitian
penulis, yang bertempat di PT.
PAL INDONESIA
(PERSERO).. Penelitian ini
termasuk penelitian Yuridis
Empiris yang bersifat
Deskriptif. Data penelitian ini
meliputi data Primer dan data
sekunder. Data Primer
merupakan data yang utama
dari penulisan Penelitian ini
dan didukung dengan data
Sekunder untuk mendukung
dari pernyataan data primer.
Teknik dari pengumpulan data
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 62
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
pada penulisan penelitian ini
adalah dengan mengumpulkan
data, wawancara, serta kuisener
yang dilakukan pada para
pekerja di PT. PAL
INDONESIA (PERSERO).
Tipe penelitian yang digunakan
adalah Deskriptif analisis, yang
menggambarkan tentang
hubungan hukum dengan
fungsi dari serikat pekerja itu
sendiri dengan data primeryang
berasal dari data riil yang
diperoleh dari Perusahaan PT.
PAL INDONESIA
(PERSERO). Hasil penelitian
di lapangan yang berada di PT.
PAL INDONESIA
(PERSERO) untuk mengenai
hubungan hukum antara
pekerja yang diwakili oleh
serikat pekerja kepada
pimpinan perusahaan tertuang
dalam hasil perjanjian, yang
disebut dengan Perjanjian
Kerja Bersama yang dibuat
oleh perwakilan pekerja
dengan pimpinan perusahaan.
Dan untuk mengenai fungsi
serikat pekerja di PT. PAL
INDONESIA (PERSERO),
sudah diterapkan dengan baik
dan sesuai dengan peraturan
perundang – undangan yang
berlaku.
3. Kajian Implementasi Sistem
Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Pada
Perusahaan Jasa Kontruksi
Di Kota Kupang (Yohana
Bolu Tena:2012) Keselamatan
dan kesehatan kerja (K3)
secara umum di Indonesia
masih sering terabaikan. Hal
ini ditunjukkan dengan masih
tingginya angka kecelakaan
kerja. Angka kecelakaan kerja
di Indonesia termasuk yang
paling tinggi di kawasan
ASEAN. Hampir 32% kasus
kecelakaan kerja yang ada di
Indonesia terjadi pada sektor
konstruksi yang meliputi
semua jenis pekerjaan proyek
gedung, jalan, jembatan,
terowongan, irigasi bendungan
dan sejenisnya
(www.jamsostek,com). Dan
jenis kecelakaan paling tinggi
adalah tertimpa (PT
Jamsostek,2011). Hal ini
tentunya sangat
memprihatinkan, dimana
karyawan sebagai asset penting
dalam perusahaan namun
tingkat kepedulian dunia usaha
terhadap K3 masih rendah .
Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui sejauhmana
penerapan sistem manajemen
K3 oleh kontraktor kelas
menengah dan besar di Kota
Kupang dan dampak yang
diakibatkannya. Adapun acuan
penelitian ini adalah ketentuan
yang ditetapkan dalam SMK3
berdasarkan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja (Permenaker)
No.PER. 05/MEN/1996.
Analisis menggunakan rumus
Normalisasi de Boer dengan
konsep
Traffic Light System. Hasil
penelitian menunjukan
implementasi SMK3
perusahaan jasa konstruksi di
Kota Kupang termasuk dalam
kategori kuning dengan
prosentase 62,38 % dan tingkat
kecelakaan masuk dalam
kategori hijau maka
implementasi SMK3 berada
pada level 2 (cukup aman).
Ketentuan-ketentuan SMK3
sebagian besar telah dilakukan
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 63
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
oleh perusahaan jasa
konstruksi. Sepuluh ketentuan
yang paling banyak diterapkan
adalah menetapkan kebijakan
K3, mengidentifikasi bahaya
yang akan terjadi,
menyediakan dana untuk
pelaksanaan K3, menentukan
pengendalian resiko
kecelakaan, peraturan yang
dibuat berdasarkan perundang-
undangan mengenai K3,
menyediakan fasilitas P3K
dalam jumlah yang cukup,
membuat tujuan dan sasaran
yang ingin dicapai, setiap pihak
yang terlibat dalam perusahaan
jasa konstruksi harus berperan
dalam menjaga dan
mengendalikan pelaksanaan
K3, adanya pembagian tugas
dan tanggung jawab yang jelas
dan implementasi pengendalian
untuk mengelola bahaya K3
METODOLOGI PENELITIAN
Di dalam penelitian ini,
penulis menggunakan metode
kualititatif. Menurut Sugiyono
metode kualitatif merupakan metode
penelitian yang berlandaskan
postpositivisme digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek yang
alamiah, dimana peneliti sebagai
instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara
triangulasi, analisis data bersifat
induktif kualitatif dan hasil
penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada
generalisasi. Agung Prasetyo
(2016:3) berpendapat, penelitian
kualitatif merupakan salah satu dari
jenis penelitian yang termasuk dalam
jenis penelitian kualitatif. Tujuannya
adalah untuk mengungkapkan
kejadian atau fakta, keadaan,
fenomena, variabel dan keadaan
yang terjadi saat penelitian
berlangsung dengan menyuguhkan
apa yang sebenarnya terjadi. Nanang
Andarwanto, dkk (2016:1),
mengatakan penelitian kualitatif
adalah penelitian tentang riset yang
bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis. Proses dan
makna (perspektif subyek) lebih
ditonjolkan dalam penelitian ini.
Landasan teori dimanfaatkan sebagai
pemandu agar fokus penelitian sesuai
dengan fakta di lapangan. Selain itu
landasan teori juga dimanfaatkan
sebagai gambaran umum tentang
latar penelitian dan sebagai bahan
pembahasan penelitian. Menurut
Yanuar Ikbar (2013:146) pendekatan
kualitatif merupakan pendekatan
penelitian yang berlandaskan
fenomologi dan paradigma
kontstruktivisme dalam
memngembangkan ilmu
pengetahuan. Menurut Basrowi &
Suwandi (2013:20) penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang
dilakukan berdasarkan paradigma,
strategi, dan model yang
dikembangkan sangat beragam.
Sedangkan menurut denzin &
Licolin dalam (Septiawan Santana,
2013:14) kualitatif adalah
multimetode dalam fokus, termasuk
pendekatan interpretif dan
naturalistik terhadap pokok
persoalannya.
Penelitian kualitatif lebih
menekankan pada aspek proses
daripada hanya sekedar hasil.
Penelitian kualitatif memiliki medan
yang alami sebagai sumber data
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 64
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
langsung sehingga bersifat deskriptif
naturalistik. Sejalan dengan pendapat
diatas, maka penelitian ini bertujuan
untuk mendepenelitiankan
pemahaman para pengelola
perusahaan terhadap hubungan
industrial dan manajemen k3 yang
telah dilaksanakan di PT. BBA.
Prosedur Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah
proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari
wawancara, catatan lapangan dan
dokumentasi. Dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabar ke dalam unit-
unit, melakukan sintesa, menyusun
dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari
serta membuat kesimpulan, sehingga
mudah dipahami diri sendiri dan
orang lain (Sugiyono, 2016:244).
Analisis data dimulai dengan
melakukan wawancara mendalam
dengan informan kunci, yaitu
seseorang yang benar-benar
memahami dan mengetahui situasi
objek penelitian. Setelah melakukan
wawancara, analisis data dimulai
dengan membuat transkip hasil
wawancara, dengan cara memutar
kembali rekaman hasil wawancara,
mendengarkan dengan seksama,
kemudian menuliskan kata-kata yang
didengar dengan sesuai dengan apa
yang ada direkaman tersebut. Setelah
peneliti menulis hasil wawancara
tersebut ke dalam transkrip,
selanjutnya peneliti harus membaca
secara cermat untuk kemudian
dilakukan reduksi data. Peneliti
membuat reduksi data dengan cara
membuat abstraksi, yaitu mengambil
dan mencatat informasi-informasi
yang bermanfaat sesuai dengan
konteks penelitian atau mengabaikan
kata-kata yang tidak perlu sehingga
didapatkan inti kalimatnya saja,
tetapi bahasanya sesuai dengan
bahasa informan.
Selanjutnya dilakukan
penyajian data, di penyajian data
dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antara
kategori-kategori, Flowcart dan
sejenisnya. Langkah terakhir adalah
menarik kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal masih sementara
dan akan terus berkembang.
Kesimpulan penelitian kualitatif
berupa temuan-temuan baru
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum tentang
Latar Penelitian
1. Sejarah Singkat PT. Bumi Beliti
Abadi
PT. Bumi Beliti Abadi
didirikan pada juni tahun 2005
berdasarkan akta notaris No. 56 yang
dibuat oleh Ny. Sumardillah Oriana
Roosdilan. SH, notaris di Jakarta
pada tanggal 20 Juni 2005. Persero
Terbatas Bumi Beliti Abadi (PT.
BBA) merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang produksi dan
expor ruber (karet yang dioleh
menjadi bahan setengan jadi). PT.
BBA mulai izin operasi pada tahun
2005. Direksi PT. Bumi Beliti Abadi
berkedudukan di Jl. Krekot Jaya
Molek Blok F RT/RW 002/07
Kelurahan Pasar Baru Kecamatan
Sawah Lebar Jakarta. Sedangkan
lokasi pabrik berada di Jalan Raya
Muara Beliti – Muara Kelingi KM 3
Desa Remayu Kecamatan Tuah
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 65
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
Negeri Kabupaten Musi Rawas
Provinsi Sumatera Selatan. Melihat
pada potensi sumber daya alam yang
ada di Indonesia, dalam hal ini
sumber daya alam nonmigas yang
sangat dekat dengan kehidupan
masyarakat pedesaan adalah karet
rakyat, maka amatlah tepat bila PT.
Bumi Beliti Abadi turut serta
mengelola potensi alam tersebut,
disamping peluang bisnis terbuka,
juga secara sosial sangant membantu
meningkatkan pendapatan perkapita
masyarakat setempat. PT. Bumi
Beliti Abadi merupakan satu-satunya
pabrik pengolahan dan expor ruber
yang berada di kabupaten Musi
Rawas, Lubuklinggau dan Musi
Rawas Utara. Dengan demikain
hampir beberapa hasil karet di
Kabupaten Musi Rawas,
Lubuklinggau dan Musi Rawas Utara
di tampung di PT. Bumi Beliti
Abadi. Sedangkan dalam kegiatan
produksi, PT. Bumi Beliti Abadi
belum ke tahap finishing yaitu
berupa produksi Ban Mobil dan
sebagainya produk yang berasala dari
karet. Akan tetapi PT. BBA hanya
memproduksi hanya sebatas menjadi
bahan setengah jadi (Ruber) yang
kemudian di export ke beberapa
negara, Jepang, Cina, India dan
sebagainya. Dari sejarah singkat dan
jabaran diatas maka dapat dikatakan
bahwasanya PT. Bumi Beliti Sampai
Saat ini sudah berdiri kurang lebih
12, 5 tahun lamanya. Dan merupakan
perusahaan satu-satunya yang
bergerak di bidang pengolahan karet
di Bumi Silampari (Lubuklinggau,
Musi Rawas dan Musi Rawas Utara)
sampai saat ini. Oleh karena itu
hampir semua hasil karet di daerah
tersebut di tampung di PT. Bumi
Beliti Abadi.
B. Depenelitian Hasil Penelitian
1. Fungsi Serikat Pekerja/Buruh
di PT. Bumi Beliti Abadi
a) Mekanisme pendirian serikat
pekerja/buruh di PT. Bumi
Beliti Abadi
Berdasarkan wawancara
dengan Kepala Pabrik Bapak
Bambang: “Pendirian serikat pekerja
itu pada awalnya kesepakatan
daripada pihak pekerja yang
kemudian melapor kepada dinas
tenaga kerja yang kemudian kami
hanya tinggal mengesahkannya
dengan melakukan perundingan
terlebih dahulu” (Bambang, Selasa,
23/01/2018).
Senada dengan pendapat
diatas Diana Mastia selaku Kepala
Bagian Personalia mengatakan
bahwa mekanisme pendirian serikat
pekerja/buruh adalah”
“Untuk mendirikan serikat
pekerja pertama adanya
kesepakatan dari pihak
pekerja yang kemudian
mereka mendaftarkan di dinas
tenaga kerja, setelah itu kami
tinggal mengesahkan dan
mengakui adanya serikat di
perusahaan ini dengan syarat-
sayarat sudah dilengkapi
salah-satunya jumlah anggota
minimal 10 orang.” (Diana
Mastia, Rabu, 24/01/2018).
Sedangkan menurut Jakfar
Sidik selaku Ketua Serikat Pekerja di
PT. Bumi Beliti abadi menjelaskan
mekanismenya yaitu:
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 66
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
“Untuk mendirikan serikat
pekerja itu pada awalnya
kami melapor kepada
pengurus cabang serikat
terlebih dahulu bahwa kami
mau mendirikan serikat
pekerja di PT.BBA.
kemudian kami melaporkan
kepada dinas tenaga kerja dan
mengisi form pendaftaran,
setelah disahkan kami
melakukan pertemuan kepada
persenolia dan menyerahkan
berkas untuk mendirikan
serikat dan pihak perusahaan
mengakui adanya serikat
pekerja di PT.BBA?” (Jakfar
Sidik, Rabu, 24/01/2018).
Dijelaskan lagi oleh Chairul
Efendi selaku Mandor Joker
sekaligus Wakil Ketua Serikat
Pekerja mekanisme pendirian serikat
pekerja adalah:
“Pendirian serikat pekerja
pada mulanya itu karena
permintaan teman-teman agar
kami pekerja bisa
menyampaikan aspirasi.
Setelah itu ada beberapa
temen-teman yang
menghadap kepada pengurus
cabang Serikat Pekerja
Seluruh Indonesia (SPSI)
yang kantornya di Desa
Pedang Kecamatan Muara
Beliti. Setelah pengurus
cabang menyetujui kami
mendaftarkan Pengurus Unit
Kerja (PUK) SPSI PT. BBA
di dinas tenaga kerja Musi
Rawas. Setelah dinilai layak
maka kami kemudian
melaporkannya ke pihak
personalia selaku dan
personalia menyampaikannya
kepada direksi perusahaan.”
(Chairul Efendi, Rabu,
24/01/2018).
Dari penjelasan beberapa
informan diatas , secara garis besar
dapat simpulkan bahwa dalam
mekanisme pendirian serikat pekerja
di PT. Bumi Beliti Abadi yaitu
bermula ketika ada beberapa pekerja
yang memiliki pemikrian untuk
mendirikan serikat pekerja untuk
menjamin kesejahteraan mereka,
setelah itu pekerja tersebut mencari
anggota yang sekurang-kurangnya
berjumlah 50 orang anggota
kemudian mendaftarkannya ke
pengurus cabang. Setelah itu
merembuk atau pemberitaan kepada
Dinas Tenaga Kerja Musi Rawas.
Setelah disahkan oleh Dinas, maka
melaporkan kepada personalia yang
mana selanjutnya personalia
mengajukan peda pihak direksi
perusahaan. Dan tahap akhir
melakukan kesepakatan iuran dan
merumuskan Perjanjian Kerja
Bersama.
b) Fungsi serikat pekerja/buruh di
PT. Bumi Beliti Abadi
Berdasarkan wawancara
dengan Kepala Pabrik Bapak
Bambang: “Bagi kami pihak
perusahaan sangat dibantu dengan
adanya serikat pekerja, yang mana
ketika ada masalah dengan karyawan
kami selaku pihak manajemen tidak
lagi di hadapi semua karyawan. Akan
tetapi cukup melalui perwakilan
serikat pekerja saja” (Bambang,
Selasa, 23/01/2018).
Senada dengan pendapat
diatas Diana Mastia selaku Kepala
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 67
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
Bagian Personalia mengatakan
bahwa fungsi serikat pekerja/buruh
adalah: “Fungsi serikat pekerja pada
bidang kami yaitu personalia
membantu kami dalam melakukan
pembinaan para pekerja dan
membantu kami dalam melakukan
peningkatan kinerja dengan melalui
mentaati peraturan-peraturan yang
ada.” (Diana Mastia, Rabu,
24/01/2018).
Sedangkan menurut Jakfar
Sidik selaku Ketua Serikat Pekerja di
PT. Bumi Beliti abadi menjelaskan
fungsinya yaitu: “Fungsi daripada
serikat pekerja itu yaitu menjamin
kesejahteraan pekerja beserta
keluarganya, artinya hal yang utama
didirkannya serikat pekerja di PT.
Bumi Beliti ini sebagai wadah untuk
meningkatkan kesejahteraan pekerja
beserta keluarganya.” (Jakfar Sidik,
Rabu, 24/01/2018).
Dijelaskan lagi oleh Chairul
Efendi selaku Mandor Joker
sekaligus Wakil Ketua Serikat
Pekerja mekanisme pendirian serikat
pekerja adalah: “Fungsi serikat
pekerja itu pertama membantu kami
para mandor dalam membina para
pekerja, membantu perusahaan untuk
komunikasi dan membantu pekerja
PT. BBA dalam membela hak-hak
para pekerja.” (Chairul Efendi,
Rabu, 24/01/2018).
Dari penjelasan beberapa
informan diatas , secara garis besar
dapat simpulkan bahwa fungsi
daripada serikat pekerja di PT. Bumi
Beliti yaitu sebagai wadah
komunikasi antara perusahaan dan
pngontrol pekerja dan perusahaan
dalam menjalankan undang-undang
tenaga kerja serta membantu pihak
personalia dan mandor dalam
peningkatan pemahaman dunia kerja
agar bisa meningkatkan kinerja dan
produktivitas dan menjamin hak para
pekerja agar tercapainya
kesejahteraan pekerja beserta
keluarganya. Yang mana sudah
tercantum dalam undang-undang
tenaga kerja.
c) Keadaan hubungan industrial
ketika dulu belum ada serikat
pekerja/buruh dengan sekarang
sudah ada serikat
pekerja/buruh
Berdasarkan wawancara
dengan Kepala Pabrik Bapak
Bambang hubungan industrial ketika
dulu belum ada serikat dan sudah ada
serikat:
“Pada waktu di PT. BBA
belum ada serikat komunikasi
kami dengan karyawan
kurang begitu efektif
sehingga acap kali mengalami
perselisihan-perselisihan
kecil. Akan tetapi setelah
adanya serikat kami tidak
kesulitan lagi untuk
melakukan komunikasi
dengan karyawan terutama
dalam menerapkan peraturan
baru.” (Bambang, Selasa,
23/01/2018).
Selaras dengan pendapat
diatas Diana Mastia selaku Kepala
Bagian Personalia mengatakan
bahwa keadaan hubungan industrial
ketika belum ada serikat dan sudah
ada serikat pekerja:
“Sangat jauh berbeda yang
mana pada saat dahulu kami
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 68
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
mengalami kesulitan selaku
personalia dalam melakukan
pembinaan pekerja, dengan
adanya serikat pekerja kami
merasa terbantu dan
muaranya kami bisa menjalin
hubungan yang harmonis
anatar kami pihak personalia
dengan pekerja.” (Diana
Mastia, Rabu, 24/01/2018).
Sedangkan menurut Jakfar
Sidik selaku Ketua Serikat Pekerja di
PT. Bumi Beliti abadi menjelaskan:
“Keadaan hubungan
industrial ketika sebelum
adanya serikat pekerja belum
terlalu baik, dikarenakan
perusahaan belum
sepenuhnya menjamin
kesejahteraan pekerja beserta
keluarganya, karena dulu
belum adanya perjanjian kerja
bersama. Setelah adanya
serikat pekerja, maka
kesejahteraan ini mulai
terlihat, terlihat semua
pekerja disini sudah memiliki
kendaraan semua walaupun
Cuma roda dua. Hal tersebut
karena sudah adanya
perjanjian kerja bersama yang
kami rancang sedemikian
rupa dan akhirnya pekerja
menjadi termotivasi untuk
tidak melanggar peraturan
yang ada.” (Jakfar Sidik,
Rabu, 24/01/2018).
Ditambah lagi oleh Andi
Susanto Selaku Mandor Produksi
Basah yang bekerja dari awal
berdirinya PT. Bumi Beliti Abadi:
“Hubungan industrial ketika
dulu sebelum adanya serikat
sering terjadinya perselisihan
mulai dari perselisihan karena
upah, lembur dan ketidak
pastian waktu kerja, kadang
kerja kadang tidak. Sehingga
sering terjadinya perselisihan
bahkan sampai melakukan
mogok kerja. Setelah adanya
serikat maka hal tersebut bisa
diatasi dengan adanya serikat
pekerja bahkan adanya
perjanjian kerja bersama pada
kepengurusan kedua serikat
pekerja. Dan perselisihan
antara pekerja dan perusahaan
bisa diminimalisir.” (Andi
Susanto, Selasa, 23/01/2018).
Dari penjelasan beberapa
informan diatas , secara garis besar
dapat simpulkan bahwa keadaan
hubungan industrial ketika dahulu
sebelum adanya serikat pekerja dan
setelah adanya serikat pekerja
sekarang di PT. Bumi Beliti berbeda
jauh satu sama lainnya. Yang mana
dahulu ketika belum adanya serikat
pekerja pihak perusahaan kesulitan
dalam berkomunikasi dengan para
pekerja sedangkan dari personalia
kesulitan juga dalam membina para
pekerja dalam mentaati peraturan
perusahaan. Sedangkan dari segi
pekerja dahulu kesejahteraan pekera
kurang begitu diperhatikan dengan
seringnya upah tidak dibayar pada
mula pendirian perusahaan dan jam
kerja yang acap kali tidak menentu,
kadang kerja kadang tidak sehingga
terjadinya mogok kerja.
Semenjak adanya serikat
pekerja maka, perusahaan terbantu
dalam berkomunikasi dengan para
pekerja serta personalia tidak
kesulitan lagi dalam memberikan
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 69
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
pemahaaman kepada pekera tentang
peraturan perusahaan. Sedangkan
para pekerja kesejahteraan mulai
muncul walaupun belum begitu
optimal yang mana hak-hak normatif
dan non normatif sudah dituangkan
dalam perjanjian kerja bersama yang
merupakan daripada produk serikat
pekerja. Dan muaranya perselisihan
hubungan industrial baik besar
ataupun kecil bisa diminimalisir.
2. Peran Serikat Pekerja/Buruh di
PT. Bumi Beliti abadi
a) Peran serikat pekerja/buruh
yang berada di PT.Bumi Beliti
Abadi selama ini
Berdasarkan wawancara
dengan Kepala Bagian Personalia
peran serikat pekerja selama ini
adalah: “Menurut pantauan kami
selaku personalia sudah cukup baik.
Akan tetapi belum dikatakan
optimal. Masih banyak pekerjaan
rumah pengurus serikat untuk
menjadi optimal.” (Diana Mastia,
Rabu, 24/01/2018).
Selaras dengan pendapat
diatas Jakfar Sidik Selaku Ketua
Serikat mengatakan bahwa: “Peran
kami di PT. Bumi beliti Abadi untuk
mensejahterakan pekerja beserta
keluarganya sudah cukup. Akan
tetapi kami mengakui belum bisa
dikatakan optimal dikarenakan hal-
hal tertentu.” (Jakfar Sidik, Rabu,
24/01/2018).
Sedangkan menurut Andi
Susanto selaku mandor produksi
basah berpendapat bahwa peran
serikat pekerja selama ini yaitu:
“Belum begitu optimal,
karena masih ada kebijakan-
kebijakan perusahaan yang
merugikan pekerja, artinya
peran serikat pekerja belum
optimal. Selain itu penilaian
saya pengurus serikat kurang
berani dalam membela hak-
hak pekerja, hanya sekedar
cari aman. Kemudian
daripada itu pengurus sering
mengambil keputusan tanpa
adanya rapat terlebih dahulu
dengan anggota” (Andi
Susanto, Selasa, 23/01/2018).
Selaras dengan pendapat
Andi Susanto, Samsul Bahri Pekerja
Joker menjelaskan bahwa:
“Peran serikat pekerja selama
ini belum begitu optimal,
masih banyak pekerjaan
serikat pekerja yang belum
dilakukannya. Seperti rapat
anggota, menampung aspirasi
anggota, dan mendampingi
pekerja yang berselisih
dengan pekerja. Walaupun
begitu optimal tapi keadaan
serikat cukup membantu kami
walupun masih jauh dari kata
optimal.” (Samsul Bahri,
Rabu, 24/01/2018)
Dari penjelasan beberapa
informan diatas , secara garis besar
dapat simpulkan bahwa peran serikat
pekerja di PT. Bumi Beliti abadi
sudah cukup berperan dalam
membantu perusahaan dan pekerja
sendiri. Akan tetapi masih banyak
juga pekerjaan-pekerjaan yang belum
dilakukan sehingga peran tersebut
belum begitu optimal terutama pada
peran serikat pekerja dalam
melakukan peningkatan
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 70
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
kesejahteraan pekerja beserta
keluarganya.
b) Faktor yang menyebabkan
serikat pekerja/buruh kurang
optimal
Berdasarkan wawancara
dengan Kepala Pabrik faktor yang
menyebabkan serikat pekerja kurang
optimal adalah: “Ada beberapa faktor
yang menyebabkan serikat pekerja
kurang optimal, yaitu karena kurang
aktifnya anggota dan pengurus
serikat, waktu yang hampir dikatakan
sedikit sekali untuk meluangkannya
pada serikat menginggat status
anggotanya sebagai pekerja.
(Bambang, Selasa, 23/01/2018).
Berbeda dengan pendapat
diatas Jakfar Sidik Selaku Ketua
Serikat mengatakan bahwa:
“Faktornya adalah ketidak pahaman
anggota kami dalam memahami arti
dan bagaimana cara berserikat yang
baik, kemudian ditambah lagi dengan
belum adanya fasilitas sekretariat
yang disediakan oleh perusahaan,
sehingga komunikasi kami dengan
anggota yang lain jadi tidak begitu
berjalan dengan lancara.” (Jakfar
Sidik, Rabu, 24/01/2018)
Sedangkan menurut Andi
Susanto selaku mandor produksi
basah berpendapat bahwa yaitu:
“Faktornya adalah kurang
terbukanya pengurus serikat tentang
serikat pekerja dan keaktifan para
anggota untuk membangun
organisasi pekerja ini dan kurang
netralnya pengurus serikat pekerja.”
(Andi Susanto, Selasa, 23/01/2018).
Diperjelas lagi oleh Samsul
Bahri bahwa faktor yang
menyebabkan peran serikat pekerja
kurang optimal adalah:
“Faktor tersebut dikarenakan
kepengurusan yang kurang
demokratis dan
keterbukaannya, masalah
uang kas saja kami tidak
pernah diperlihatkan.
Kemudian daripada itu sistem
rekrutmen anggota serikat
kurang demokrasi karena
ketika karyawan baru masuk
langsung dipotong gajinya
dan secara otomatis sudah
masuk menjadi anggota.
Padahal seharusnya pengurus
harus menjelaskan terlebih
dahulu apa itu serikat dan
seluk beluknya serta meminta
pekerja untuk mengisi
formulir tanda persetujuan.
Hal-hal tersebut menandakan
pengurus kurang begitu
memahami serikat dan
demokrasi sebuah organisasi
sehingga kurangn optimalnya
peran serikat dalam menjamin
kesejahteraan pekerja beserta
keluarganmya.” (Samsul
Bahri, Rabu, 24/01/2018).
Dari penjelasan beberapa
informan diatas , secara garis besar
dapat simpulkan bahwa faktor yang
menyebabkan kurang optimalnya
serikat pekerja di PT. Bumi Beliti
Abadi yaitu yang pertama
disebabkan oleh perusahaan yang
mana kurang suportnya perusahaan
dalam melakukan dan memberikan
fasilitas kepada serikat pekerja dalam
menjalankan organisasinya.
Kedua disebabkan oleh
kepengurusan serikat yang mana
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 71
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
pengurus serikat kurang demokrasi
dalam menjalankan organisasi yang
menyebabkan tidak terbukanya
pengurus serikat dalam mengambil
kebijakan organisasi.
Ketiga disebabkan oleh
anggota serikat itu sendiri, yang
mana anggota serikat kurang
memahami tentang serikat itu
sendiri, serta minimnya waktu untuk
menjalankan organisasi serikat
sebagaimana mestinya. Dari
beberapa faktor tersebut timbulnya
kurang kompaknya pengurus dan
anggota serikat pekerja di PT. Bumi
Beliti tersebut, lebih individualis.
c) Peran serikat pekerja dalam
membantu komunikasi antara
pekerja dengan perusahaan
Berdasarkan wawancara
dengan Kepala Bagian Personalia
peran serikat dalam membantu
komunikasi antara pengusaha dengan
pekerja:
“Serikat pekerja sangat
membantu komunikasi
perusahaan, apalagi dibidang
kami yaitu personalia yang
berhubungan langsung
dengan pekerja. Kami merasa
terbantu dalam
menyampaikan peraturan-
peraturan yang ada,
menyampaikan tata terbit
bagi pekerja serta
menyampaikan
pengumuman-pengumuman
yang sifatnya mendesak
seperti kenaikan gaji tiap
tahun, pemberhentian para
pekerja dan pemindahan
pekerja serta skorsing pekerja
yang kurang disiplin.
Begitupun sebaliknya aspirasi
pekerja disampaikan kepada
kami melalui serikat pekerja.”
(Diana Mastia, Rabu,
24/01/2018).
Selaras dengan pendapat
diatas Jakfar Sidik Selaku Ketua
Serikat mengatakan bahwa:
“Peran serikat untuk
membantu perusahaan
dengan pekerja yaitu sebagai
mediasi yang mana ketika
perusahaan perlu
menyampaikan sesuatu hal
yang dianggap penting, maka
perusahaan menyampaikan
hal tersebut melalui kami
selaku pengurus serikat. Pun
sebaliknya ketika karyawan
berkeinginan meyampaikan
aspirasi ataupun masukan
kepada perusahaan, maka
kami berusaha melakukan
dan meyampaikannya kepada
pihak manajemen
perusahaan.” (Jakfar Sidik,
Rabu, 24/01/2018)
Sedangkan menurut Andi
Susanto selaku mandor produksi
basah berpendapat bahwa peran
serikat pekerja dalam membantu
komunikasi adalah: “Saya kira
serikat pekerja cuma menyampaikan
kebijakan-kebijakan perusahaan dan
aspirasi pekerja saja. Akan tetapi
masih ada pengurs serikat yang tidak
menyampaikan aspirasi pekerja jika
hal tersebut terlalu berat baginya.
(Andi Susanto, Selasa, 23/01/2018).
Diperjelas lagi oleh Samsul
Bahri bahwa faktor yang
menyebabkan peran serikat pekerja
kurang optimal adalah:
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 72
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
“Peran serikat pekerja dalam
membantu komunikasi antara
pekerja dengan perusahaan
sudah dilaksanakan seperi
misalnya ketika perusahaan
perlu menyampaikan sesuatu,
pekerja menyampaikan
aspirasi dan berunding
bersama ketika pekerja
terkena masalah. Akan tetapi
masih sering juga komunikasi
tersebut tidak tersampaikan
dengan baik dikarenakan
aspirasi yang disampaikan itu
berupa aspirasi perorangan
bukan aspirasi organisasi,
karena tidak dibahas terlebih
dahulu pada rapat anggota.”
(Samsul Bahri, Kamis,
24/01/2018).
Dari penjelasan beberapa
informan diatas , secara garis besar
dapat simpulkan bahwa peran serikat
pekerja dalam membantu komunikasi
anatara pengusaha dengan pekerja di
PT. Bumi Beliti Abadi sangat
membantu perusahaan yang mana
ketika perusahaan bermaksud
menyampaikan sesuatu, perusahaan
menyampaikan hal tersebut kepada
serikat pekerja kemudian serikat
pekerja menyampaikan langsung
kepada pekerja. Seperti penyampaian
kenaikan Upah Minimum Provisnis
(UMP) pertahun, skorsing karyawan,
pemutusan hubungan kerja karyawan
dan penyampaian hal-hal yang
dianggap penting.
Sebaliknya ketika pekerja
bermaksud menyampaikan aspirasi
tentang sesuatu hal, maka serikat
pekerja menampung aspirasi dari
pekerja kemudian menyampaikannya
kepada perusahaan. Akan tetapi
dalam penyampaian aspirasi para
pekerja, serikat pekerja sering lalai
dalam menyampaikan hal tersebut.
Yang mana aspirasi-aspirasi yang
sifatnya berat sering tidak
tersampiakan oleh karena aspirasi
tersebut tidak dibahas dalam rapat
anggota agar kesepakatan bisa
terwujud. Seringkalai pengurus
serikat pekerja mengambil keputusan
tanpa mendiskusikannya kepada
anggota serikat.
3. Cara Mengatasi Perselisihan
Hubungan Industrial antara
Pekerja dan Pengusaha di PT.
Bumi Beliti Abadi
a) Faktor yang mempengaruhi
perselisihan hubungan
industrial
Berdasarkan wawancara
dengan Kepala Pabrik faktor yang
mempengaruhi perselisihan
hubungan industrial adalah:
“Perselisihan hubungan
industrial itu disebabkan oleh
banyak faktor. Baik faktor
dari pihak pekerja ataupun
dikarenakan kekeliruan dari
kami. Seperti karena pekerja
yang kurang disiplin sehingga
harus kami tidak lanjuti
dengan pemutusan hubungan
kerja yang kemudian
berlanjut pada perundingan.
Kemudian dikarenakan
kekeliruhan kami dalam
menerapkan peraturan. Dan
dikarenakan komunikasi yang
tidak tersampaikan contohnya
peraturan perusahaan yang
baru.” (Bambang, Selasa,
23/01/2018).
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 73
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
berbeda dengan pendapat
diatas Jakfar Sidik Selaku Ketua
Serikat mengatakan bahwa:
“Faktor perselisihan
hubungan industrial itu
biasanya muncul ketika
kebijakan perusahaan yang
dianggap merampas hak para
pekerja, sperti pemutusan
hubungan kerja sepihak, upah
yang tidak sesuai, pesangon
yang tidak diberikan ketika
terkena pemutusan hubungan
kerja dan pada intinya ketika
tidak adanya kesepaktan
antara pekerja dengan
perusahaan.” (Jakfar Sidik,
Rabu, 24/01/2018)
Sedangkan menurut Dedi
Efendi selaku mandor produksi
kering menerangkan bahwa:
“Faktor yang biasanya yaitu
karena adalah ketika
perusahaan melanggar hak
kami para pekerja. Dan juga
biasanya perselisihan juga
timbul karena antar pekerja
itu sendiri yang
melakukannya. Misalnya
pekerja berkelahi sesama
pekerja itu karnea sering
bergurau. Pekerja berselisih
dengan mandor itu karena
kesalah pahaman dan pekerja
tersebut tidak menurut
perintah mandor.” (Dedi
Efendi, Selasa, 23/01/2018)
Diperjelas lagi oleh Samsul
Bahri bahwa faktor yang
menyebabkan perselisihan adalah:
“Sampai saat saya bekerja
perselisihan belum begitu
terjadi yang besar, akan tetapi
perselisihan atas kesalah
pahaman. Seperti contoh
ketika ada pekerja yang satu
shif dengan saya berjumlah
kurang lebih 20 orang
berakhir masa kontraknya dan
tidak diperpanjang lagi. Ada
perbedaan penafsiran dalam
pkb tentang uang balas jasa.
Hal-hal perbedaan memaknai
perjanjian kerja bersama
tersebut sering menjadi faktor
perselisihan.” (Samsul Bahri,
Rabu, 24/01/2018).
Dari penjelasan beberapa
informan diatas , secara garis besar
dapat simpulkan bahwa perselisihan
hubungan industrial di PT. Bumi
Beliti Abadi itu tidak ada
perselisihan terlalu besar, hanya
sekedar perselisihan kecil-kecil yang
semuda bisa diatasi dengan cara
perundingan tanpa harus menempuh
jalan hukum ataupun mogok kerja
semenjak adanya perjanjian kerja
bersama. Adapun faktor penyebab
terjadinya perselisihan hubungan
kerja yaitu pertama dikarenakan dan
disebabkan oleh perusahaan dalam
memahami peraturan ketenaga
kerjaan dan perjanjian kerja bersama.
Kedua disebabkan oleh para
pekerja yang juga tidak taat pada tata
tertib perusahaan seperti merokok,
sering tidak masuk yang
mengakibatkan skorsing ataupun
pemutusan hubungan kerja. Ketiga
dikarenakan pekerja yang sering
bermain-main yang mengakibatkan
perkelahian baik dengan mandor
ataupun dengan sesama pekerja.
Terakhir dikarenakan kesalah
pahamam dalam mentafsirkan
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 74
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
redaksi daripada perjanjian kerja
bersama.
b) Mekanisme dalam penyelesaian
perselisihan hubungan
industrial di PT. Bumi Beliti
Abadi
Berdasarkan wawancara
dengan Kepala Bagian Personalia
mekanisme dalam penyelesaian
perselisihan hubungan industrial
adalah:
“Ketika ada perselisihan kami
dan serikat pekerja
melakukan perundingan.
Mekanismenya dimulai dari
laporan dan pekerja yang
mempunyai serikat, kemudian
serikat mengajukan kepada
kami dan kami melakukan
penjadwalan untuk
mengahirkan pekerja yang
terkena masalah dan serikat
pekerja sebagi pendamping.
Kami rundingankan masalah
tersebut sampai selesai dan
sampai ada kesepakatan.”
(Diana Mastia, Rabu,
24/01/2018).
Selaras dengan pendapat
diatas Jakfar Sidik Selaku Ketua
Serikat mengatakan bahwa:
“Mekanismenya ketika
adanya perselisihan, kami
melakukan identifikasi
penyebab terjadinya
perselisihan dengan
mendatangi pekerja yang
berselisih dengan pengusaha.
Kemudian kami melakukan
pertemuan dengan pihak
perusahan, apabila kami
belum menemukan
kesepakatan maka kami
mengundang dinas tenaga
kerja sebagai penengah
perselisihan tersebut. Jika
belum juga ditemukannya
kesepakatan, maka kami
membawanya kerana hukum
atas masalah tersebut. Tetapi
sampai sekarang untuk
sampai ke rana hukum kami
belum melakukan itu hanya
sampai di tingkat dinas tena
kerja saja. Sementara itu kami
pernah melakukan
penyelesaian perselisihan
hubungan industrial dengan
cara bipartit, yang mana
penyelesaiannya dengan cara
melakukan perundingan dan
negosiasi antara serikat
pekerja dengan pihak
manajemen perusahaan tanpa
melibatkan orang ketiga yaitu
pemerintah yang mana pada
waktu itu pemutusan
hubungan kerja sebanyak 20
orang pada tahun 2016”
(Jakfar Sidik, Rabu,
24/01/2018)
Sedangkan menurut Cahirul
Efendi selaku mandor joker
menerangkan bahwa: “Apabila
perselisihan antar pekerja itu
biasanya bisa diselesaikan oleh
mandor, apabila perselisihan itu
antara pekerja dengan perusahaan
akan dilakukan perundingan anatara
pekerja dan perusahaan dengan di
dampingi oleh serikat pekerja.”
(Chairul Efendi, Rabu, 24/01/2018)
Diperjelas lagi oleh Andi
Susanto adalah: “Pada intinya
pekerja berkonsultasi dengan mandor
dahulu apabila bekenaan dengan
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 75
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
pekerjaan baru menyampaikan
kepada serikat pekerja dan
menyelesaikannya dengan
perwakilan perusahaan dalam hal ini
personalia dan kepala pabrik.” (Andi
Susanto, Selasa, 23/01/2018).
Dari penjelasan beberapa
informan diatas , secara garis besar
dapat simpulkan bahwa mekanisme
penyelesaian hubungan industrial di
PT. Bumi Beliti bahwa ketika adanya
perselisihan, dilakukannya
identifikasi penyebab terjadinya
perselisihan dengan mendatangi
pekerja yang berselisih dengan
pengusaha. Kemudian melakukan
pertemuan dengan pihak perusahan
yaitu personalia dan kepala pabrik
serta manajemen perusahaan, apabila
belum menemukan kesepakatan
maka kami mengundang dinas tenaga
kerja sebagai penengah perselisihan
tersebut. Jika belum juga
ditemukannya kesepakatan, maka
akan dibawa ke ranah hukum atas
masalah tersebut. Tetapi sampai
sekarang untuk sampai ke ranah
hukum PT. Bumi Beliti Abadi belum
melakukan itu.
c) Strategi perusahaan dan serikat
untuk tetap menjalin hubungan
yang harmonis di PT. Bumi
Beliti Abadi
Berdasarkan wawancara
dengan Kepala Pabrik strategi
perusahaan untuk tetap menjaga
hubungan yang harmonis di PT.
Bumi Beliti Abadai yaitu: “Strategi
kami yaitu berupaya melakukan dan
menjalankan undang-undang
tenagakerja dan perjanjian kerja
bersama. Ketika itu diterapkan maka
perselisihan bisa dihindari.”
(Bambang, Selasa, 23/01/2018)
Selaras dengan pendapat
diatas, Kepala Bagian Personalia
mengatakan bahwa: “Strategi kami
cukup sederhana yaitu berupaya
melakukan sesuatu sesuai aturan dan
mengedepankan hak kewajiban
masing-masing. Baik bagi pekerja
maupun bagi kami selaku perwakilan
perusahaan.” (Diana Mastia, Rabu,
24/01/2018)
Sedangkan Jakfar Sidik
selaku ketua serikat pekerja
menjelaskan bahwa stateginya
adalah:
“Strategi kami dalam upaya
menjalin hubungan harmonis
adalah menyakinkan dan
meminta perusahaan agar
menjalankan peraturan yang
ada yaitu dengan merujuk
pada peraturan tentang
ketenagakerjaan dan
perjanjian kerja bersama
(PKB) agar kesejahteraan
pekerja beserta keluarganya
terjamin. Ketika
kesejahteraan itu sudah
didapati, maka hubungan
harmonis akan tercipta
dengan sendirinya.” (Jakfar
Sidik, Rabu, 24/01/2018)
Dari sisi lain Dedi Efendi
selaku mandor mengatakan
strateginya dari pandangan seorang
mandor yaitu:
“Itu saya tidak begitu paham,
akan tetapi perusahaan dan
serikat pekerja mempunyai
strategi masing-masing untuk
menghindari perselisihan.
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 76
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
Sedangkan bagi saya selaku
mandor agar perselisihan
antara saya dengan pekerja
dan pekerja antar pekerja itu
dengan cara mengayomi
mereka dan memberikan
contoh yang baik dengan
mereka. Bukan dengan cara
marah-marah.” (Dedi Efendi,
Selasa, 23/01/2018)
Dari penjelasan beberapa
informan diatas , secara garis besar
dapat simpulkan bahwa strategi
perusahaan dan serikat pekerja dalam
menjaga hubungan industrial di PT.
Bumi Beliti Abadi adalah: Pertama,
berupaya melakukan dan
menjalankan undang-undang
tenagakerja dan perjanjian kerja
bersama.
Kedua, berupaya melakukan
sesuatu sesuai aturan dan
mengedepankan hak kewajiban
masing-masing. Baik bagi pekerja
maupun bagi kami selaku perwakilan
perusahaan.
Ketiga menyakinkan dan
meminta perusahaan agar
menjalankan peraturan yang ada
yaitu dengan merujuk pada peraturan
tentang ketenagakerjaan dan
perjanjian kerja bersama (PKB) agar
kesejahteraan pekerja beserta
keluarganya terjamin. Ketika
kesejahteraan itu sudah didapati,
maka hubungan harmonis akan
tercipta dengan sendirinya.
4. Penerapan Perjanjian Kerja
Bersama di PT. Bumi Beliti
Abadi
a) Perjanjian kerja bersama yang
sudah ada sekarang
“Menurut saya pribadi masih
ada hak kami yang belum dijelaskan
secara rinci, misalnya tentang cuti,
kesehatan dan keselamatan kerja
yang belum begitu rinci karena toilet
yang kami gunakan airnya kotor,
bekas air olahan limbah. Kemudian
sistem kerja yang terlalu berat.”
(Dedi Efendi, Selasa, 23/01/2018)
Sedangkan menurut Andi
Susanto: “Ada sebagian hak-hak
pekerja yang belum dicantumkan
dalam PKB, seperti tunjangan
kerajinan, bonus akhir tahun dan
tranfortasi pekerja.” (Andi Susanto,
Selasa, 23/01/2018).
Selaras dengan Andi Susanto,
Samsul Bahri mengemukakan
bahwa: “Ada beberapa hak pekerja
belum dicantumkan mengenai
tunjangan, bonus, tranfortasi pekerja
dan pelatihan para pekerja.” (Samsul
Bahri, Rabu, 24/01/2018).
Seoarang pekerja produksi
kering menambahkan: “Untuk
menjamin keseluruhan belum, karena
masih ada isi perjanjian kerja
bersama yang masih belum terlalu
rinci dijelaskan sehingga ketika kami
mengartikan berbeda-beda.”
(Sudirman, Selasa, 23/01/2018).
Dari penjelasan beberapa
informan diatas , secara garis besar
dapat simpulkan bahwa perjanjian
kerja bersama di PT. Bumi Beliti
Abadi masi ada sebagian hak-hak
pekerja yang belum dicantumkan
dalam PKB, seperti tunjangan
kerajinan, bonus akhir tahun dan
tranfortasi pekerja, pelatihan pekerja,
serta beberapa pasal yang belum
begitu jelas sehingga sering
perbedaan penafsiran.
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 77
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
b) Hal yang belum optimal
diterapkan dalam perjanjian
kerja bersama di PT. Bumi
Beliti Abadi
Berdasarkan wawancara
peneliti dengan Jakfar Sidik selaku
ketua Serikat Pekerja di Pt. Bumi
Beliti bahwa:
“Ada beberapa bagian yang
belum optimal diterapkan
terutama masalah
keselamatan dan kesehatan
kerja serta tata tertib. Masih
seringnya pekerja yang
mengalami kecelakaan kerja
serta pekerja yang sakit
dikarenakan pekerjaaanya
menandakan bahwa bagian
keselamatan dan kesehatan
kerja belum begitu optimal
diterapkan. Kemudian masih
seringnya karyawan
melanggar tata terbi juga
menandakan bagian tata tertib
di PKB belum begitu optimal
diterapkan.” (Jakfar Sidik,
Rabu, 24/01/2018)
Selaras dengan penjelasan
diatas. Dedi Efendi menjelaskan hal
yang belum optimal diterapkan
dalam perjanjian kerja bersama
bahwa:
“Hal yang belum optimal
yaitu tentang keselamatan dan
kesehatan kerja dan tempat
ibadah. Kami selaku mandor
sering ditanya oleh bawahan
kami masalah toilet yang
airnya kotor, keselamatan
kerja karena mesin yang
dijalankan begitu cepat
sehingga seringnya pekerja
mengalami kecelakan putus
tangan, putus kaki bahkan ada
yang sampai meninggal, dan
tempat ibadah yang
perusahaan belum
menyediakannya di dalam
lingkungan pabrik, sehingga
pekerja sering sholat di
tempat kantin bahkan di
sebelah gardu PLN yang
merupakan kawasan
berbahaya karena banyak
kabel-kabel listrik.” (Dedi
Efendi, Selasa, 23/01/2018)
Sedangkan Chairul Efendi
menambahkan bahwa ada beberapa
hal yang belum optimal diterapkan
dalam perjanjian kerja bersama yaitu:
“Yang belum optimal
diterapkan adalah jam kerja
para karyawan serta
keselamatan dan kesehatan
kerja karyawan. Pada jam
kerja karyawan kami selaku
pekerja shift 2 merasa dianak
tirikan, karena kami kurang
jam lembur serta pada
penerapannya sering berubah-
rubah tempat kerjanya,
bahkan nama bagian kami ini
dinamakan shif joker.
Seharusnya shif itu
bergantian dengan shif 1.
Sehingga kami bisa juga
bekerja pada pagi hari.
Kemudian untuk keselamtan
kerja, kami sering mengalami
kecelakan kerja dikarenakan
penerangan di waktu malam
hari kurang.” (Chairul Efendi,
Rabu, 24/01/2018)
Dari penjelasan beberapa
informan diatas , secara garis besar
dapat simpulkan bahwa beberapa
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 78
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
bagian yang belum optimal
diterapkan terutama masalah
keselamatan dan kesehatan kerja
serta tata tertib keselamatan kerja
karena mesin yang dijalankan begitu
cepat sehingga seringnya pekerja
mengalami kecelakan putus tangan,
putus kaki bahkan ada yang sampai
meninggal. Masih seringnya pekerja
yang mengalami kecelakaan kerja
serta pekerja yang sakit dikarenakan
pekerjaaanya menandakan bahwa
bagian keselamatan dan kesehatan
kerja belum begitu optimal
diterapkan.
Kemudian masih seringnya
karyawan melanggar tata tertib juga
menandakan bagian tata tertib di
PKB belum begitu optimal
diterapkan. adalah jam kerja para
karyawan serta keselamatan dan
kesehatan kerja karyawan. Pada jam
kerja karyawan pekerja shift 2
merasa dianak tirikan, karena kami
kurang jam lembur serta pada
penerapannya sering berubah-rubah
tempat kerjanya, bahkan nama
bagianshif ini dinamakan shif joker.
c) Isi perjanjian kerja bersama
yang belum dilaksanakan baik
oleh pihak perusahaan ataupun
pihak pekerja
Berdasarkan wawancara
peneliti dengan Dedi Efendi Selaku
Mandor beliau menjelasakan bahwa:
“Iya, masih ada perjanjian kerja
belum diterapkan yaitu koperasi dan
sarana olaraga, serta tranfortasi bagi
karyawan dan ambulance serta klinik
untuk para pekerja.” (Dedi Efendi,
Selasa, 23/01/2018)
Begitupun dengan Chairul
Efendi selaku mandor produksi joker
mengatakan masih ada isi perjanjian
kerja yang belum dilaksanakan yaitu:
“Saya rasa masih ada yang
belum dilaksanakan seperti tempat
ibadah, sarana olaraga dan koperasi
pekerja. Untuk tempat ibadah
perusahaan mengatakan telah
membangun sebuah mushola, akan
tetapi mushola tersebut terletak
diluar pabrik, dan jauh dari pekerja.
Tempat tersebut hanya bisa
digunakan pada jam diluar kerja dan
berada disekitar penduduk.” (Chairul
Efendi, Rabu, 24/01/2018)
Kemudian Andi Susanto
menambahkan: “Masih ada is
perjanjian kerja bersama belum
dilaksanakan, seperti keselamatan
dan kesehatan kerja yang mana
pekerja produksi basah sampai
terkena struk dikarenakan kelelahan
bekerja. Cuti haid yang belum
dijalankan karena ketidak tahuan
pekerja kami, dan koperasi pekerja.”
(Andi Susanto, Selasa, 23/01/2018).
“Masih banyak isi perjanjian
kerja bersama yang belum
dilaksanakan. Seperti tempat
ibadah di lingkungan dekat
pabrik, bukan diluar pabrik,
karena kalau diluar itu bukan
tempat ibadah pekerja tapi
tempat ibadah penduduk yang
merupakan bagian daripada
CSR, cuti haid bagi
permpuan, keselamatan dan
kesehatan kerja serta koperasi
pekerja yang semua hal
tersebut sudah dicantumkan
tapi belum dilaksanakan.”
(Samsul Bahri, Kamis,
24/01/2018).
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 79
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
Dari penjelasan beberapa
informan diatas , secara garis besar
dapat simpulkan bahwa perjanjian
kerja belum diterapkan yaitu
koperasi dan sarana olaraga, serta
tranfortasi bagi karyawan dan
keselamatan dan kesehatan kerja
seperti ambulance serta klinik untuk
para pekerja, tempat ibadah yang
berada di lingkungan pabrik dan
kantor, cuti haid. Dari beberapa hal
diatas belum dilaksanakan dan
diterapkan di PT. Bumi Beliti Abadi
yang mana dikarenakan beberapa
alasan.
Seperti koperasi dan sarana
olaraga bagi pekerja belum
dilaksanakan dikarenakan tidak
adanya waktu pekerja untuk
mengurusnya. Sedangkan untuk
keselamatan dan kesehatan kerja
yang masih banyak belum
dilaksanakan dikarenakan memakan
biaya yang cukup mahal serta tempat
ibadah tidak disediakan dikarenakan
sudah dibangun akan tetapi itu diluar
dekat dengan penduduk bahkan nama
masjid yang digunakan memakai
nama penduduk setempat yaitu
Masjid Haji Hasan. Sedangkan cuti
haid tidak dilaksanakan karena
ketidak tahuan pekerja perempuan
akan hal tersebut yang mana
kurangnya peran serikat dalam
mensosialisasikannya.
PEMBAHASAN TEMUAN
PENELITIAN
A. Fungsi Serikat Pekerja/Buruh
di PT. Bumi Beliti Abadi
1. Mekanisme pendirian serikat
pekerja/buruh di PT. Bumi
Beliti Abadi
Menurut Federasi Serikat
Metal Indonesia (2013:1-2) metode
atau tata cara pendirian serikat yaitu:
a) Pertama, baca dan pelajarilah UU
No. 21/2000 dan UU No. 13/
2003, pasal 104 sebelum Anda
mendirikan serikat pekerja/serikat
buruh. Usahakanlah memahami
hal-hal penting tentang serikat
pekerja/serikat buruh. Dengan
membaca undang-undang
tersebut, Anda punya pemahaman
tentang serikat pekerja/serikat
buruh, tujuannya dan keuntungan
dengan hadirnya serikat
pekerja/serikat buruh di
perusahaan.
b) Kedua, tidak perlu takut
mendirikan serikat pekerja/serikat
buruh. Banyak orang takut
membentuk serikat pekerja/serikat
buruh, apalagi menjadi pengurus;
takut kalau perusahaan akan
memecat atau menekan
pekerja/buruh. Itu tidak
sepatutnya terjadi
c) Ketiga, dibutuhkan sekurang-
kurangnya 10 (sepuluh) orang
untuk membentuk serikat
pekerja/serikat buruh. Anda tidak
harus menunggu banyak anggota
untuk membentuk serikat
pekerja/serikat buruh; sepuluh
orang cukup. Undanglah sepuluh
orang untuk rapat dan ambillah
kesepakatan untuk membentuk
serikat pekerja/serikat buruh dan
tentukan pengurusnya. Catatlah
nama-nama yang hadir dalam
rapat pendirian serikat
pekerja/serikat buruh tersebut,
keputusan yang diambil, dan
pengurusnya dalam notulen rapat.
Ini Anda perlukan ketika mau
mendaftarkan serikat
pekerja/serikat buruh ke instansi
terkait.
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 80
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
d) Keempat, daftarkanlah serikat
pekerja/serikat buruh Anda ke
instansi terkait untuk
mendapatkan bukti nomor
pencatatan. Serikat pekerja/serikat
buruh baru disebut resmi kalau
sudah mendapat nomor bukti
pencatatan dari instansi terkait
(Dinas Tenaga Kerja dari
pemerintah Kabupaten atau
walikotamadya di mana
perusahaan berdomisili.) Buatlah
surat permohonan kepada instansi
terkait agar serikat pekerja/serikat
buruh Anda dicatat di instansi
pemerintah.
e) Kelima, informasikanlah
kehadiran SP/SB ke menejemen
perusahaan Anda. Anda perlu
memberitahukan kepada
menejemen perusahaan bahwa
karyawan telah membentuk
serikat pekerja / serikat buruh.
Berikanlah satu salinan anggaran
dasar dan anggaran tumah tangga
dan juga nomor bukti pencatatan
SP/SB sebagai informasi buat
menejemen perusahaan.
f) Keenam, komunikasikanlah
kehadiran SP/SB kepada
karyawan. Berikanlah informasi
tentang kehadiran, tujuan dan
keuntungan dari kehadiran SP/SB
di perusahaan. Informasikanlah
bahwa SP/SB adalah mitra
menejemen untuk mengelola
perusahaan dan ajaklah karyawan
untuk ikut menjadi anggota
SP/SB.
g) Ketujuh, catatlah daftar anggota
SP/SB dalam buku anggota.
Sesuai undang-undang, hanya
anggota yang tercatat di Buku
Anggota yang resmi jadi anggota
SP/SB. Jadi, usahakanlah agar
karyawan mengisi formulir
pendaftaran anggota dan tulislah
nama-nama anggota yang telah
mendaftar di Buku Anggota. Anda
bisa juga membuat Kartu Anggota
SP/SB sebaga bukti anggota
SP/SB
Sedangkan berdasarkan
temuan peneliti bahwa dalam
mekanisme pendirian serikat pekerja
di PT. Bumi Beliti Abadi yaitu
bermula ketika ada beberapa pekerja
yang memiliki pemikrian untuk
mendirikan serikat pekerja untuk
menjamin kesejahteraan mereka,
setelah itu pekerja tersebut mencari
anggota yang sekurang-kurangnya
berjumlah 50 orang anggota
kemudian mendaftarkannya ke
pengurus cabang. Setelah itu
merembuk atau pemberitaan kepada
Dinas Tenaga Kerja Musi Rawas.
Setelah disahkan oleh Dinas, maka
melaporkan kepada personalia yang
mana selanjutnya personalia
mengajukan peda pihak direksi
perusahaan. Dan tahap akhir
melakukan kesepakatan iuran dan
merumuskan Perjanjian Kerja
Bersama.
Berdasarkan jurnal Federasi
Serikat Pekerja Metal Indonesia dan
dibandingkan dengan temuan
penelitian, dapat dilihat bahwa
mekanisme pendirian serikat pekerja
di PT. Bumi Beliti Abadi sudah
sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan. Akan tetatpi sedikit
perbedaan pendapat antara jumlah
minimal anggota serikat yang harus
mengikuti ketika mendaftarkan
serikat, yang mana dalam pendapat
Federasi Serikat Pekerja Metal
Indonesia bahwasanya tidak harus
banyak anggota untuk mendirikan
serikat pekerja, cukup 10 orang saja.
Sedangkan di PT. Bumi Beliti Abadi
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 81
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
meminta anggota harus tidak boleh
kurang dari 50 orang.
2. Fungsi serikat pekerja/buruh di
PT. Bumi Beliti Abadi
Sebagaimana telah diuraikan,
Pasal 4 UU Nomor 21 Tahun 2000
menyebutkan bahwa serikat
pekerja/buruh bertujuan memberikan
perlindungan, pembelaan hak dan
kepentingan, serta meningkatkan
kesejahteraan yang layak bagi
pekerja/buruh dan keluarganya.
Selanjutnya dalam ayat (2) pasal
yang sama, dijelaskan bahwa untuk
mencapai tujuan di atas, serikat
pekerja/serikat buruh mempunyai
fungsi sebagai berikut (Marwansyah,
2015:394)
a) Sebagai pihak dalam pembuatan,
perjanjian kerja bersama dan
penyelesaian perselisihan
industrial
b) Sebagai wakil pekerja/buruh
dalam lembaga kerja sama di
bidang ketenagakerjaan sesuai
dengan tingkatannya
c) Sebagai sarana penyalur aspirasi
dalam memperjuangkan hak dan
kepentingan anggotanya
d) Sebagai sarana menciptakan
hubungan industrial yang
harmonis, dinamis, dan
berkeadilan sesuai
denganperaturan perundang-
undangan yang berlaku
e) Sebagai perencana, pelaksana dan
penanggung jawab pemogokan
pekerja/buruh sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
yang berlaku
f) Sebagai wakil pekerja/buruh
dalam memperjuangkan
kepemilikan saham dalam
perusahaan.
Sedangkan berdasarkan
temuan peneliti bahwa, secara garis
besar dapat simpulkan bahwa fungsi
daripada serikat pekerja di PT. Bumi
Beliti yaitu sebagai wadah
komunikasi antara perusahaan dan
pngontrol pekerja dan perusahaan
dalam menjalankan undang-undang
tenaga kerja serta membantu pihak
personalia dan mandor dalam
peningkatan pemahaman dunia kerja
agar bisa meningkatkan kinerja dan
produktivitas dan menjamin hak para
pekerja agar tercapainya
kesejahteraan pekerja beserta
keluarganya. Yang mana sudah
tercantum dalam undang-undang
tenaga kerja.
Berdasarkan pendapat
Marwansyah dan dibandingkan
dengan temuan penelitian, dapat
dilihat bahwa fungsi serikat pekerja
di PT. Bumi Beliti Abadi sudah
dilakukan sebagaimana mestinya.
Yang mana fungsi serikat pekerja
pada intinya yaitu sebagai pihak
perundingan perjanjian kerja
bersama dalam menjalankan undang-
undang tenaga kerja agar terbinanya
hubungan yang harmonis dengan
melalui kesejahteraan pekerja dan
keluarganaya. Akan tetapi fungsi
mengenai pendapat Marwansyah
bahwa fungsi serikat dalam
melakukan pemogokan kerja dan
sebagai wakil pekerja buruh dalam
memperjuangkan saham dalam
perusahaan belum dilakukan.
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 82
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
3. Keadaan hubungan industrial
ketika dulu belum ada serikat
pekerja/buruh dengan sekarang
sudah ada serikat
pekerja/buruh
Tujuan umum serikat pekerja
atau gerakan pekerja menurut
Marwansyah (2015:394) adalah:
a) Mempertahankan dan, jika
mungkin, meningkatkan standar
kehidupan dan status ekonomi
para anggota.
b) Meningkatkan dan, jika mungkin,
menjamin keamanan individu dari
ancaman dan situasi darurat yang
bisa muncul dari fluktuasi pasar,
perubahan teknologi, atau
keputusan pihak manajemen.
c) Mempengaruhi hubungan
kekuasaan dalam sistem sosial
dengan cara-cara yang sejalan dan
tidak merugikan tujuan serikat
pekerja.
d) Meningkatkan kesejahteraan
seluruh pekerja, baik anggota
serikat pekerja maupun bukan
anggota.
e) Menciptakan mekanisme yang
memberi perlindungan terhadap
kebijakan dan praktik-praktik
yang berubah-ubah di tempat
kerja.
Sedangkan berdasarkan
temuan peneliti bahwa, secara garis
besar dapat simpulkan bahwa
keadaan hubungan industrial ketika
dahulu sebelum adanya serikat
pekerja dan setelah adanya serikat
pekerja sekarang di PT. Bumi Beliti
berbeda jauh satu sama lainnya.
Yang mana dahulu ketika belum
adanya serikat pekerja pihak
perusahaan kesulitan dalam
berkomunikasi dengan para pekerja
sedangkan dari personalia kesulitan
juga dalam membina para pekerja
dalam mentaati peraturan
perusahaan. Sedangkan dari segi
pekerja dahulu kesejahteraan pekera
kurang begitu diperhatikan dengan
seringnya upah tidak dibayar pada
mula pendirian perusahaan dan jam
kerja yang acap kali tidak menentu,
kadang kerja kadang tidak sehingga
terjadinya mogok kerja.
Semenjak adanya serikat
pekerja maka, perusahaan terbantu
dalam berkomunikasi dengan para
pekerja serta personalia tidak
kesulitan lagi dalam memberikan
pemahaaman kepada pekera tentang
peraturan perusahaan. Sedangkan
para pekerja kesejahteraan mulai
muncul walaupun belum begitu
optimal yang mana hak-hak normatif
dan non normatif sudah dituangkan
dalam perjanjian kerja bersama yang
merupakan daripada produk serikat
pekerja. Dan muaranya perselisihan
hubungan industrial baik besar
ataupun kecil bisa diminimalisir.
Berdasarkan pendapat
Marwansyah dan dibandingkan
dengan temuan penelitian, bahwa
keadaan hubungan industrial ketika
dulu sebelum adanya serikat pekerja
dengan sekarang sudah adanya
serikat pekerja di PT. Bumi Beliti
Abadi sangat kontras satu sama lain.
Yang mana ketika dahulu sering
terjadinya perselisihan sampai
terjadinya mogok kerja dikarenakan
kesejahtraan dan hak para pekerja
belum terjamin, sekarang sudah
dapat diminimalisir dengan adanya
serikat pekerja yang mana membantu
meningkatakan standar ekonomi para
pekerja serta menjamin kesejateraan
para pekerja dan keluarganya.
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 83
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
Akan tetapi sebagaimana
pendapat Marwansyah yang mana
tujuan serikat pekerja meningkatkan
dan, jika mungkin, menjamin
keamanan individu dari ancaman dan
situasi darurat yang bisa muncul dari
fluktuasi pasar, perubahan teknologi,
atau keputusan pihak manajemen
belum dilaksanakan . Hal tersebut
masih lemahnya struktur organisasi
serikat pekerja di PT. Bumi Beliti
Abadi dalam bidang keamanan dan
hukum belum dirumuskan.
B. Peran Serikat Pekerja/Buruh di
PT. Bumi Beliti abadi
1. Peran serikat pekerja/buruh
yang berada di PT.Bumi Beliti
Abadi selama ini
Berdasarkan pendapat
Budiarti menjelaskan beberapa
indikator serikat pekerja yaitu:
a) Negosiasi adalah saat dimana
serikat pekerja melakukan
perundingan dengan pihak
manajemen untuk perjanjian kerja
bersama. Perjanjian kerja bersama
ini adalah mengikat kedua belah
pihak.
b) Keterwakilan adalah serikat
pekerja mewakili anggota-anggota
individual ketika mereka
menghadapi masalah dalam
bekerja. Apabila seorang pekerja
merasa bahwa mereka
diperlakukan secara tidak adil, ia
dapat meminta perwakilan serikat
pekerja untuk membantu
menyelesaikan permasalahan
tersebut dengan manajer atau
pengusaha
c) Informasi dan saran adalah serikat
pekerja memiliki kekayaan
informasi yang berguna bagi
mereka yang berada di tempat
kerja. Mereka dapat memberikan
saran mengenai berbagai macam
isu yang luas seperti berapa
banyak hari libur yang diperoleh
setiap tahunnya, berapa banyak
bayaran yang diperoleh apabila
pekerja mengambil cuti hamil,
dan bagaimana cara memperoleh
pelatihan dalam pekerjaan.
d) Layanan keanggotaan, meliputi
banyak hal dan memberikan
manfaat langsung bagi pekerja
anggota dan keluarganya, misal:
(1) pendidikan dan pelatihan (2)
bantuan hukum; (3) layanan
koperasi baik berupa simpan
pinjam ataupun barang; (4)
layanan potongan harga (5)
layanan pensiun serikat pekerja;
(6) tunjangan kesejahteraan,
anggota serikat pekerja dapat
memperoleh tunjangan kematian
dan uang keanggotaan ketika
pensiun.
Sedangkan berdasarkan
temuan peneliti bahwa, secara garis
besar dapat simpulkan bahwa peran
serikat pekerja di PT. Bumi Beliti
abadi sudah cukup berperan dalam
membantu perusahaan dan pekerja
sendiri. Akan tetapi masih banyak
juga pekerjaan-pekerjaan yang belum
dilakukan sehingga peran tersebut
belum begitu optimal terutama pada
peran serikat pekerja dalam
melakukan peningkatan
kesejahteraan pekerja beserta
keluarganya.
Berdasarkan pendapat
Budiarti dan dibandingkan dengan
temuan penelitian, bahwa peran
serikat pekerja yang seharusnya
dilakukan di PT. Bumi Beliti Abadi
sudah dilakukan tapi belum cukup
optimal dari beberapa bidang seperti
dalam melakukan negosiasi,
penyampaian informasi dua arah,
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 84
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
keterwakilan para pekerja yang
pencapaiannya yaitu kesejahteraan
para pekerja . Sedangkan dalam
pelayanan anggota dari serikat belum
dilakukan yaitu: (1) pendidikan dan
pelatihan (2) bantuan hukum; (3)
layanan koperasi baik berupa simpan
pinjam ataupun barang; (4) layanan
potongan harga (5) layanan pensiun
serikat pekerja; (6) tunjangan
kesejahteraan, anggota serikat
pekerja dapat memperoleh tunjangan
kematian dan uang keanggotaan
ketika pensiun. Kesemua pelayanan
tersebut belum dilakukan sama
sekali.
2. Faktor yang menyebabkan
serikat pekerja/buruh kurang
optimal
Menurut serikat pekerja
perumperuri (2014:1) Agar serikat
pekerja dapat di kelola secara
profesional perlu di
tumbuhkembangkan 6 perinsip
utama yang menjadi dasar gerakan
SP, yaitu apa yang di sebut dan di
singkat SIDURE, yaitu: Solidarity,
Independency, Democraty, Unity,
Responsibility, dan Equality.
Sedangkan berdasarkan
temuan peneliti bahwa, secara garis
besar dapat simpulkan bahwa faktor
yang menyebabkan kurang
optimalnya serikat pekerja di PT.
Bumi Beliti Abadi yaitu yang
pertama disebabkan oleh perusahaan
yang mana kurang suportnya
perusahaan dalam melakukan dan
memberikan fasilitas kepada serikat
pekerja dalam menjalankan
organisasinya.
Kedua disebabkan oleh
kepengurusan serikat yang mana
pengurus serikat kurang demokrasi
dalam menjalankan organisasi yang
menyebabkan tidak terbukanya
pengurus serikat dalam mengambil
kebijakan organisasi.
Ketiga disebabkan oleh
anggota serikat itu sendiri, yang
mana anggota serikat kurang
memahami tentang serikat itu
sendiri, serta minimnya waktu untuk
menjalankan organisasi serikat
sebagaimana mestinya. Dari
beberapa faktor tersebut timbulnya
kurang kompaknya pengurus dan
anggota serikat pekerja di PT. Bumi
Beliti tersebut, lebih individualis.
Berdasarkan jurnal Serikat
Pekerja Perumperuri dan
dibandingkan dengan temuan
penelitian, selain kurangnya fasilitas
daripada perusahaan faktor yang
menyebabkan kurang optimalnya
peran serikat pekerja di PT. Bumi
Beliti sangan berkaitan dengan
pendapat serikat pekerja peremperuri
bahwa Agar serikat pekerja dapat di
kelola secara profesional perlu di
tumbuhkembangkan 6 perinsip
utama yang menjadi dasar gerakan
SP, yaitu apa yang di sebut dan di
singkat SIDURE, yaitu: Solidarity,
Independency, Democraty, Unity,
Responsibility, dan Equality. Hal
tersebutlah yang belum dilakukan
oleh serikat pekerja di PT. Bumi
Beliti Abadi yang menyebabkannya
kurang optimal yaitu menjalankan
solidaritas, independen, demokrasi,
tumbuh, sukarela dan mandiri.
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 85
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
3. Peran serikat pekerja dalam
membantu komunikasi antara
pekerja dengan perusahaan
Adapun Fungsi Serikat
Pekerja menurut Simanjuntak (dalam
Triana, 2013) adalah:
a) Serikat pekerja berfungsi sebagai
saluran informasi yang efektif dari
pengusaha kepada para pekerja
b) Dengan memanfaatkan jalur dan
mekanisme serikat pekerja,
perusahaan dapat menghemat
waktu dalam mengakomodasikan
hak pekerja serta untuk membina
para pekerja dalam memberikan
perintah
c) Serikat pekerja berfungsi dalam
pendekatan hubungan antara
manusia sebagai mitra pengusaha
dalam mengembangkan hubungan
semi formal
d) Serikat pekerja sebagai mitra
pengusaha, dapat juga
memobilisasikan seluruh pekerja
sebagai anggotanya untuk bekerja
secara disiplin, bertanggung
jawab dan penuh semangat
e) Serikat pekerja yang fungsi
dengan baik, akan menghindari
masuknya gangguan-gangguan
luar yang dapat menggangu
proses produksi dan ketenangan
bekerja
Sedangkan berdasarkan
temuan peneliti bahwa, secara garis
besar dapat simpulkan bahwa peran
serikat pekerja dalam membantu
komunikasi anatara pengusaha
dengan pekerja di PT. Bumi Beliti
Abadi sangat membantu perusahaan
yang mana ketika perusahaan
bermaksud menyampaikan sesuatu,
perusahaan menyampaikan hal
tersebut kepada serikat pekerja
kemudian serikat pekerja
menyampaikan langsung kepada
pekerja. Seperti penyampaian
kenaikan Upah Minimum Provisnis
(UMP) pertahun, skorsing karyawan,
pemutusan hubungan kerja karyawan
dan penyampaian hal-hal yang
dianggap penting.
Sebaliknya ketika pekerja
bermaksud menyampaikan aspirasi
tentang sesuatu hal, maka serikat
pekerja menampung aspirasi dari
pekerja kemudian menyampaikannya
kepada perusahaan. Akan tetapi
dalam penyampaian aspirasi para
pekerja, serikat pekerja sering lalai
dalam menyampaikan hal tersebut.
Yang mana aspirasi-aspirasi yang
sifatnya berat sering tidak
tersampiakan oleh karena aspirasi
tersebut tidak dibahas dalam rapat
anggota agar kesepakatan bisa
terwujud. Seringkalai pengurus
serikat pekerja mengambil keputusan
tanpa mendiskusikannya kepada
anggota serikat.
Berdasarkan pendapat
Simanjuntak dan dibandingkan
dengan temuan penelitian, bahwa
peran serikat pekerja dalam
membantu komunikasi antara
perusahaan dengan pekerja sudah
dilakukan sebagaimana salah satu
fungsi serikat pekerja menurut jurnal
serikat pekerja perumperuri yaitu
sebagai saluran informasi yang
efektif dari pengusaha kepada para
pekerja. Akan tetapi ketika
sebaliknya para pekerja melakukan
penyampaian aspirasi, serikat pekerja
sering mengabaikannya. Seharunya
pengurus serikat bukan mengabaikan
aspirasi tersebut, akan tetapi harus di
bahas pada rapat anggota setelah
semua aspirasi dari para pekerja
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 86
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
ditampungkan dan menyeleksinya
bukan malah diabaikan.
B. Cara Mengatasi Perselisihan
Hubungan Industrial antara
Pekerja dan Pengusaha di PT.
Bumi Beliti Abadi
1. Faktor yang mempengaruhi
perselisihan hubungan
industrial
“Hubungan industrial di Indonesia
dipengaruhi banyak faktor . Selain
kondisi internal perusahaan yang
memainkan peran sangat
menentukan seperti hubungan
antara pekerja/Serikat Pekerja
dengan pengusaha,kondisi kerja
(working Condition) dan budaya
di dalam perusahaan (corporate
culture),juga kondisi eksternal
perusahaan yaitu eksistrensi
pemerintah dalam memainkan
tugas dan fungsinya sebagai
regulator yang bertindak membuat
perundang-undangan sebagai alat
untuk mengontrol sisitim
hubungan industrial baik pada
tingkat mikro perusahaan maupun
tingkat makro
perusahaan,assosiasi serikat
pekerja dan organisasi pengusaha
selaku organisasi yang
mempunyai kepentingan( interest
groups) untuk memperjuangkan
kelompoknya masing-masing.”
(Aruan, 2014:2)
Sedangkan berdasarkan
temuan peneliti, secara garis besar
dapat simpulkan bahwa perselisihan
hubungan industrial di PT. Bumi
Beliti Abadi itu tidak ada
perselisihan terlalu besar, hanya
sekedar perselisihan kecil-kecil yang
semuda bisa diatasi dengan cara
perundingan tanpa harus menempuh
jalan hukum ataupun mogok kerja
semenjak adanya perjanjian kerja
bersama. Adapun faktor penyebab
terjadinya perselisihan hubungan
kerja yaitu pertama dikarenakan dan
disebabkan oleh perusahaan dalam
memahami peraturan ketenaga
kerjaan dan perjanjian kerja bersama.
Kedua disebabkan oleh para
pekerja yang juga tidak taat pada tata
tertib perusahaan seperti merokok,
sering tidak masuk yang
mengakibatkan skorsing ataupun
pemutusan hubungan kerja. Ketiga
dikarenakan pekerja yang sering
bermain-main yang mengakibatkan
perkelahian baik dengan mandor
ataupun dengan sesama pekerja.
Terakhir dikarenakan kesalah
pahamam dalam mentafsirkan
redaksi daripada perjanjian kerja
bersama.
Berdasarkan pendapat Aruan
dan dibandingkan dengan temuan
penelitian, bahwa faktor yang
mempengaruhi perselisihan
hubungan industrial di PT. Bumi
Beliti Abadi sudah sesuai dengan
pendapat Aruan tersebut. Yang mana
pada pendapat ahli tersebut
dipengaruhi faktor internal mualai
dari sisttim kerja dan budaya
perusahaan, yang mana pada temuan
penelitian ini mengatakan bahwa
perselisihan itu disebabkan oleh
peraturan yang dilanggar oleh
pekerja dan kesalah pahaman anatara
pekerja dan perusahaan yang semua
tersebut tergantung pada sistem dan
budaya perusahaan itu masing-
masing. Dalam hal ini PT. Bumi
Beliti Abadi sistem kerjanya yang
berat yang mengakibatkan
perselisihan dan budaya perusahaan
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 87
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
yang kurang paham akan peraturan
yang mengakibatkan kesalah
pahaman dan berujung perselisihan
kecil.
2. Mekanisme dalam penyelesaian
perselisihan hubungan
industrial di PT. Bumi Beliti
Abadi
“Setiap perselisihan hubungan
industrial pada awalnya
diselesaikan dengan musyawarah
untuk mufakat. Apabila gagal
maka salah satu atau kedua pihak
mencatatkannya pada instansi
yang bertanggung jawab.setelah
dicatatkan bisa diselesaikan
dengan cara konsialisasi. Apabila
tidak ada kesepakatan juga maka
diajukan kepada pengadilan
hubungan industri. Pengadilan
hubungan industrial berada pada
lingkungan peradilan umum dan
dibentuk pada pengadilan negeri
secara bertahap dan pada
mahkamah agung. Putusan
pengadilan hubungan industrial
pada pengadilan negeri mengenai
perselisihan kepentingan dan
perselisihan antara serikat
pekerja/buruh dalam suatu
perusahaan tidak dapat diajukan
kasasi kepada mahkamah
agung.”(Marwansyah, 2015:408)
Sedangkan berdasarkan
temuan peneliti, secara garis besar
dapat simpulkan bahwa mekanisme
penyelesaian hubungan industrial di
PT. Bumi Beliti bahwa ketika adanya
perselisihan, dilakukannya
identifikasi penyebab terjadinya
perselisihan dengan mendatangi
pekerja yang berselisih dengan
pengusaha. Kemudian melakukan
pertemuan dengan pihak perusahan
yaitu personalia dan kepala pabrik
serta manajemen perusahaan, apabila
belum menemukan kesepakatan
maka kami mengundang dinas tenaga
kerja sebagai penengah perselisihan
tersebut. Jika belum juga
ditemukannya kesepakatan, maka
akan dibawa ke ranah hukum atas
masalah tersebut. Tetapi sampai
sekarang untuk sampai ke ranah
hukum PT. Bumi Beliti Abadi belum
melakukan itu hanya sampai di
tingkat dinas tena kerja saja.
Berdasarkan pendapat
Marwansyah dan dibandingkan
dengan temuan penelitian, maka
dapat simpulkan bahwa mekanisme
penyelesaian perselisihan hubungan
industrial di PT. Bumi Beliti Abadi
sudah dilakukan dengan benar. Mulai
dari musyawarah untuk mufakat
terlebih dahulu baru dilakukan
pencataan di dinas terkait. Hanya
pada tahap pengadilan hubungan
industrial bahkan ke mahkamah
agung (jalur hukum) belum pernah
terjadi dikarenakan perselisihan
tersebut bisa tuntas pada
musyawarah untuk mufakat. Hal
tersebut dikarenakan perselisihan
tersebut hanya maslah kecil saja.
Adapun mengenai penyelesaian
secara bipartit sudah pernah
dilakukan pada tahun 2016 pada saat
penyelesaian 20 orang pekerja yang
di PHK yang tidak mendapatkan
pesangon atau uang balas jasa
dikarenakan ada penafsiran yang
berbeda antara pekerja dan pihak
manajemen. Setelah dilaukan
penyelesaian secara bipartit terdapat
kesepakatan bahwa ke-20 pekerja
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 88
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
tersebut mendapatkan haknya yaitu
pesangon selama 2 tahun masa kerja.
3. Strategi perusahaan dan serikat
untuk tetap menjalin hubungan
yang harmonis di PT. Bumi
Beliti Abadi
Adapun prinsip-prinsip dasar
hubungan industrial menurut
Suwatno dan Jonni (2013:311-312)
adalah sebagai berikut:
a) Kepentingan yang sama
Pengusaha, pekerja, dan
pemerintah dan masyarakat pada
umumnya, sama-sama mempunyai
kepentingan atas keberhasilan dan
kelangsungan perusahaan. Sebab itu
terutama pengusaha dan pekerja
harus sama-sama memberikan upaya
yang maksimal melalui pelaksanaan
tugas sehari-hari untuk menjaga
kelangsungan perusahaan dan
meningkatkan keberhasilan
perusahaan. Pekerja dan serikat
pekerja harus membuang kesan
bahwa perusahaan hanya
kepentingan pengusaha. Demikian
juga pengusaha harus membuang
sikap yang memperlakukan pekerja
hanya sebagai produksi)
b) Perusahaan dan Industri
Perusahaan merupakan
sumber penghasilan bagi banyak
orang. Semakin banyak pengusaha
yang mengembangkan perusahaan
atau membuka usaha baru, semakin
banyak pekerja yang memperoleh
penghasilan. Semakin banyak
perusahaan yang berhasil
meningkatkan produktivitas, semakin
banyak pekerja memperoleh
peningkatan penghasilan. Dengan
demikian, pendapatan nasional akan
meningkat dan kesejahteraan
masyarakat akan meningkat pula)
c) Hubungan Fungsional
Pengusaha dan pekerja
mempunyai hubungan fungsional
dan masing-masing mempunyai
fungsi yang berbeda dengan
pembagian kerja atau pembagian
tugas. Pengusaha sebagai pemimpin
mempunyai fungsi menggerakan,
membina dan mengawasi. Pekerja
mempunyai fungsi melakukan
pekerjaan operasional. Pengusaha
bukan mengekploitasi pekerja. Setiap
pekerja melakukan pekerjaan dalam
waktu tertentu dalam satu hari
dengan cukup waktu istirahat setiap
hari dan hari istirahat setiap minggu
atau setiap bulan. Setiap pekerja
melakukan tugas sesuia dengan
beban kerja yang wajar bagi
kemanusiaan. Pekerja tidak
mengabdi kepada pengusaha akan
tetapi pada pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab. Pembagian kerja
seperti itu merupakan ciri organisasi
modern)
d) Bagian dari Organisasi
Perusahaan
Pengusaha dan pekerja
merupakan anggota keluarga
perusahaan. Sebagai anggota
keluarga mereka harus saling
mengasihi, saling memperhatikan
kepentingan yang lain dan saling
membantu. Pengusaha perlu
memahami cara pikir dan
kepentingan pekerja/serikat pekerja.
Pengusaha perlu memperhatikan
kondisi dan kebutuhan pekerja dan
sedapat mungkin memenuhinya.
Sebaliknya pekerja dan serikat
pekerja perlu memahami
keterbatasan pengusaha. Demikian
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 89
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
bila timbul masalah atau persoalan
harus diselesaikan secara
kekeluargaan, tidak secara
bermusuhan)
e) Mengurangi Perselisihan
Tujuan pembinaan hubungan
industrial adalah menciptakan
ketenangan berusaha dan
ketentraman bekerja supaya dengan
demikian dapat meningkatkan
produktivitas perusahaan. Untuk itu
masing-masing unsur mitra sosial –
pengusaha dan pekerja – harus
menjaga diri untuk tidak menjadi
sumber masalah dan perselisihan.
Seandainya terdapat perbedaan
pendapat, perbedaan persepsi dan
perbedaan persepsi dan diupayakan
yanpa mengganggu proses produksi.
Setiap gangguan produksi akan
merugikan pengusaha, masyarakat
dan pekerja sendiri)
f) Kesejahteraan bersama
Peningkatan produktivitas
perusahaan harus dapat
meningkatkan kesejahteraan
bersama, yaitu kesejahteraan
pengusaha dan kesejahteraan pekerja.
Pekerja yang berhasrat memperoleh
upah lebih tinggi, harus siap
meningkatkan produktivitas
kerjanya. Bila seorang pekerja
menerima upah lebih tinggi dari nilai
kontribusi yang diberikannya ke
perusahaan, maka terpaksa ada orang
lain yang menerima upah lebih
rendah dari nilai kontribusinya
membayar lebih mahal.
Sedangkan berdasarkan
temuan peneliti, secara garis besar
dapat simpulkan bahwa strategi
perusahaan dan serikat pekerja dalam
menjaga hubungan industrial di PT.
Bumi Beliti Abadi adalah: Pertama,
berupaya melakukan dan
menjalankan undang-undang
tenagakerja dan perjanjian kerja
bersama.
Kedua, berupaya melakukan
sesuatu sesuai aturan dan
mengedepankan hak kewajiban
masing-masing. Baik bagi pekerja
maupun bagi kami selaku perwakilan
perusahaan.
Ketiga menyakinkan dan
meminta perusahaan agar
menjalankan peraturan yang ada
yaitu dengan merujuk pada peraturan
tentang ketenagakerjaan dan
perjanjian kerja bersama (PKB) agar
kesejahteraan pekerja beserta
keluarganya terjamin. Ketika
kesejahteraan itu sudah didapati,
maka hubungan harmonis akan
tercipta dengan sendirinya.
Berdasarkan pendapat
Suwatno dan Joni dan dibandingkan
dengan temuan penelitian, dapat
dikatakan bahwa strategi perusahaan
dan serikat pekerja dlam menjaga
hubungan industrial yang harmonis
sudah menaju prinsif dasar yang
dikemukan oleh Suwatno dan Joni.
Yang mana berdasarkan pada
kepentingan yang sama, perusahaan
dan industri, hubungan fungsional,
mengurangi perselisihan,
kesejahteraan bersama dengan
ditemukannya di PT. Bumi Beliti
Abadi temuan bahwa dilakukkanya
upaya menjalankan undang-undang,
menjalankan hak dan kewajiban
masing masing berdasrkan
perusahaan industri dan hubungan
fungsional serta menerapkan
perjanjian kerja bersama yang telah
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 90
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
dibuat agar kesejahteraan bersama
bisa didapatkan. Sehingga
terciptanya hubungan yang baik akan
tetapi belum bisa dikatakan
harmonis.
C. Penerapan Perjanjian Kerja
Bersama di PT. Bumi Beliti
Abadi
1. Perjanjian kerja bersama yang
sudah ada sekarang
Menurut Suwarto dan Sutanto
(2015:82-87) indikator isi atau materi
umum perjanjian kerja bersama
antara lain:
a) Mukadimah
b) Pihak-pihak yang membuat PKB
c) Umum
d) Hubungan kerja
e) Hari kerja dan jam kerja
f) Pembebasan dari pekerjaan
g) Pengupahan
h) Perawatan dan pengobatan
i) Keselamatan dan kesehatan
kerja
j) Kesejahteraan
k) Peningkatan keterampilan
l) Tata tertib
m) Penyelesaian keluh kesah
n) Pemutusan hubungan kerja
(PHK)
o) Masa berlakunya PKB
p) Penutup
Sedangkan dari hasil
penemuan penelitian ini, secara garis
besar dapat simpulkan bahwa
perjanjian kerja bersama di PT. Bumi
Beliti Abadi masi ada sebagian hak-
hak pekerja yang belum dicantumkan
dalam PKB, seperti tunjangan
kerajinan, bonus akhir tahun dan
tranfortasi pekerja untuk menuju
pabrik, pelatihan pekerja, serta
beberapa pasal yang belum begitu
jelas sehingga sering perbedaan
penafsiran.
Berdasarkan pendapat
Suwatno dan Joni dan dibandingkan
dengan temuan penelitian, maka
dapat dikatakan bahwa dari segi bab
pembagian isi perjanjian kerja
bersam sudah dilakukan. Akan tetapi
ada sebagian pasal yang belum
dicantumkan seperti tunjangan
kerajinan terdapat pasalnya saja akan
tetapi tidak adanya penjelasan, bonus
akhir tahun, tranfortasi jemputan
pekerja, pelatihan pekerja dan
beberapa pasal yang belum begitu
detai yang mengakibatkan perbedaan
penafsiran.
2. Hal yang belum optimal
diterapkan dalam perjanjian
kerja bersama di PT. Bumi
Beliti Abadi
Menurut buku (PKB PT.
BBA, 2015) indikator isi perjanjian
kerja bersama adalah:
1) Mukaddimah
2) Bab 1 (ketentuan umum)
3) Bab 2 (organisasi pekerja)
4) Bab 3 (hubungan kerja)
5) Bab 4 (waktu kerja dan
istirahat/cuti)
6) Bab 5 (pengupahan)
7) Bab 6 (kesejahteraan)
8) Bab 7 (keselamatan dan
kesehatan kerja)
9) Bab 8 (disiplin kerja)
10) Bab 9 (berakhirnya hubungan
kerja)
11) Bab 10 (tindakan disiplin dan
skorsing)
12) Bab 11 (ketentuan penutup)
13) Tanda tangan pembuat PKB
Menurut temuan hasil
penelitian ini, secara garis besar
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 91
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
dapat simpulkan bahwa beberapa
bagian yang belum optimal
diterapkan terutama masalah
keselamatan dan kesehatan kerja
serta tata tertib. Keselamatan kerja
karena mesin yang dijalankan begitu
cepat sehingga seringnya pekerja
mengalami kecelakan putus tangan,
putus kaki bahkan ada yang sampai
meninggal. Masih seringnya pekerja
yang mengalami kecelakaan kerja
serta pekerja yang sakit dikarenakan
pekerjaaanya menandakan bahwa
bagian keselamatan dan kesehatan
kerja belum begitu optimal
diterapkan.
Masih seringnya karyawan
melanggar tata tertib juga
menandakan bagian tata tertib di
PKB belum begitu optimal
diterapkan. Adalah jam kerja para
karyawan serta keselamatan dan
kesehatan kerja karyawan. Pada jam
kerja karyawan pekerja shift 2
merasa dianak tirikan, karena kami
kurang jam lembur serta pada
penerapannya sering berubah-rubah
tempat kerjanya, bahkan nama
bagianshif ini dinamakan shif joker.
Berdasarkan menurut Buku
PKB PT. Bumi Beliti Abadi dan
disandingkan dengan penemuan
penelitian ini maka ada beberapa bab
serta pasal yang belum optimal
dilakukan diantaranya yaitu pada bab
4, bab 7 dan Bab 8. Yang mana pada
masing-masing bab tersebut menurut
pekerja belum begitu optimal
diterapkan oleh PT. Bumi Beliti
Abadi.
3. Isi perjanjian kerja bersama
yang belum dilaksanakan baik
oleh pihak perusahaan ataupun
pihak pekerja
Menurut buku (PKB PT.
BBA, 2015) indikator isi perjanjian
kerja bersama adalah:
1) Mukaddimah
2) Bab 1 (ketentuan umum)
3) Bab 2 (organisasi pekerja)
4) Bab 3 (hubungan kerja)
5) Bab 4 (waktu kerja dan
istirahat/cuti)
6) Bab 5 (pengupahan)
7) Bab 6 (kesejahteraan)
8) Bab 7 (keselamatan dan
kesehatan kerja)
9) Bab 8 (disiplin kerja)
10) Bab 9 (berakhirnya hubungan
kerja)
11) Bab 10 (tindakan disiplin dan
skorsing)
12) Bab 11 (ketentuan penutup)
13) Tanda tangan pembuat PKB
Sedangkan berdasarkan
temuan hasil penelitian , secara garis
besar dapat simpulkan bahwa
perjanjian kerja yang belum
diterapkan yaitu pasilitas organisasi,
koperasi dan sarana olaraga, dan
keselamatan dan kesehatan kerja
seperti ambulance serta klinik untuk
para pekerja, tempat ibadah yang
berada di lingkungan pabrik dan
kantor, cuti haid. Dari beberapa hal
diatas belum dilaksanakan dan
diterapkan di PT. Bumi Beliti Abadi
yang mana dikarenakan beberapa
alasan.
Seperti koperasi dan sarana
olaraga bagi pekerja belum
dilaksanakan dikarenakan tidak
adanya waktu pekerja untuk
mengurusnya. Sedangkan untuk
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 92
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
keselamatan dan kesehatan kerja
yang masih banyak belum
dilaksanakan dikarenakan memakan
biaya yang cukup mahal serta tempat
ibadah tidak disediakan dikarenakan
sudah dibangun akan tetapi itu diluar
dekat dengan penduduk bahkan nama
masjid yang digunakan memakai
nama penduduk setempat yaitu
Masjid Haji Hasan. Sedangkan cuti
haid tidak dilaksanakan karena
ketidak tahuan pekerja perempuan
akan hal tersebut yang mana
kurangnya peran serikat dalam
mensosialisasikannya.
Berdasarkan menurut Buku
PKB PT. Bumi Beliti Abadi dan
disandingkan dengan penemuan
penelitian ini maka ada beberapa bab
serta pasal yang belum dilaksanakan
diantaranya yaitu pada bab 2 pasal 5
tentang fasilitas organisasi,bab 4
pasal 12 cuti haid dan melahirkan
(khusus cuti haid saja), bab 6 pasal
26 kegiatan keagamaan, pasal 27
koperasi, pasal 28 olaraga, pasal 33
pemeliharaan dan peningkatan K3.
Dari beberapa pasal tersebut
seharusnya bisa dilaksanakan jika
pengurus serikat berperan aktif
dalam melakukan tujuan dasar
serikat pekerja yaitu menjamin
kesejahteraan pekerja beserta
keluarganya. Seperti cuti haid yang
kurangnya sosialisai serikat pada
anggotanya yang perempuan,
kselamatan dan kesehatan kerja yang
mana agar tidak ada lagi kecelakaan
kerja serta sakit dikarenakan
pekerjaan tersebut dan hal yang
penting yaitu tempat ibadah yang
seharusnya dibangun di kawasan
lingkungan pabrik. Pada kasus
tempat ibadah ini pihak perusahaan
sudah membangunnya, akan tetapi
pembangunan tersebut diluar
daripada kawasan pabrik bahkan
diluar pagar perusahaan yang mana
hal tersebut bukan untuk pekerja
akan tetapi sebagai dana CSR untuk
penduduk sekitar. Hal tersebut
dibuktikan dengan penamaan masjid
tersebut dengan nama salah satu
penduduk sekitar.
SIMPULAN DAN
REKOMENDASI
A. Simpulan
1. Bahwa fungsi serikat pekerja di
PT. Bumi Beliti Abadi sudah
dilakukan sebagaimana mestinya.
Yang mana fungsi serikat pekerja
pada intinya yaitu sebagai pihak
perundingan perjanjian kerja
bersama dalam menjalankan
undang-undang tenaga kerja agar
terbinanya hubungan yang
harmonis dengan melalui
kesejahteraan pekerja dan
keluarganaya. Akan tetapi fungsi
mengenai pendapat Marwansyah
bahwa fungsi serikat dalam
melakukan pemogokan kerja dan
sebagai wakil pekerja buruh
dalam memperjuangkan saham
dalam perusahaan belum
dilakukan.
2. Bahwa peran serikat pekerja yang
seharusnya dilakukan di PT. Bumi
Beliti Abadi sudah dilakukan tapi
belum cukup optimal dari
beberapa bidang seperti dalam
melakukan negosiasi,
penyampaian informasi dua arah,
keterwakilan para pekerja yang
pencapaiannya yaitu
kesejahteraan para pekerja .
Sedangkan dalam pelayanan
anggota dari serikat belum
dilakukan yaitu: (1) pendidikan
dan pelatihan (2) bantuan hukum;
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 93
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
(3) layanan koperasi baik berupa
simpan pinjam ataupun barang;
(4) layanan potongan harga (5)
layanan pensiun serikat pekerja;
(6) tunjangan kesejahteraan,
anggota serikat pekerja dapat
memperoleh tunjangan kematian
dan uang keanggotaan ketika
pensiun. Kesemua pelayanan
tersebut belum dilakukan sama
sekali
3. Mekanisme penyelesaian
perselisihan hubungan industrial
di PT. Bumi Beliti Abadi sudah
dilakukan. Hanya pada tahap
pengadilan hubungan industrial
bahkan ke mahkamah agung (jalur
hukum) belum pernah terjadi
dikarenakan perselisihan tersebut
bisa tuntas pada musyawarah
untuk mufakat atau dengan
lembaga bipartit.
4. Penerapan PKB di PT. Bumi
Beliti Abadi sebagian sudah
diterapkan, akan tetapi ada
sebagian juga yang belum
diterapkan dikarenakan alasan
tertentu yaitu pada bab 2 pasal 5
tentang fasilitas organisasi,bab 4
pasal 12 cuti haid dan melahirkan
(khusus cuti haid saja), bab 6
pasal 26 kegiatan keagamaan,
pasal 27 koperasi, pasal 28
olaraga, pasal 33 pemeliharaan
dan peningkatan K3.
B. Rekomendasi
1. Bagi serikat pekerja agar
menjalankan fungsinya dalam
melakukan pembelaan hak para
pekerja demi menjamin
kesejahteraan pekerja dan
keluarganya. Serta bagi pihak
perusahaan PT. Bumi Beliti Abadi
tidak menghalang-halangi pihak
serikat pekerja untuk menjalankan
fungsinya serta menyediakan
fasilitas bagi serikat pekerja
tersebut.
2. Bagi serikat pekerja agara
mengoptimalkan peran serikat
pekerja serta menjalankan
organisasi sesuai dengan prinsip
dasar serikat pekerja. Lebih
mengedepankan sifat demokratis
agar penampungan aspirasi para
anggota bisa tersalurkan dan
disampaikan kepada pihak
perusahan. Bagi pihak perusahaan
PT. Bumi Beliti Abadi agar
menjalankan perannya sebagai
mitra bagi serikat pekerja dalam
mensejahterakan pekerja dan
keluarganya serta membantu
meningkatkan kualitas produksi.
3. Bagi serikat pekerja agar
mempertahankan hubungan
industrial di PT. Bumi Beliti tetap
harmonis dengan mengedepankan
perundingan bersama dan akan
lebih baik cukup dengan
perundingan bipartiti. Sedangnkan
bagi perusahaan agar menanggapi
dan merespon ketika pekerja
menginginkan perundingan
bersama. Dengan cara tersebut
maka hubungan industrial yang
harmonis akan terwujud.
4. Bagi serikat pekerja agar
mengawal isi perjanjian kerja
bersama yang sudah ada, serta
menambahkan hak-hak pekerja
yang dianggap penting dan belum
tercantum di PKB. Sedangkan
perusahaan PT. Bumi Beliti abadi
agar menjalankan dan
menerapkan semua isi daripda
PKB yang ada sehingga hubungan
yang harmonis bisa didapatkan.
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 94
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
DAFTAR PUSTAKA
Adhe N. Tawakkal. 2014. Arti,
FungsiI dan Tujuan
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3). Diakses dari
http://72tw.blogspot.co.id/2014
/01/arti-fungsii-dan-tujuan-
keselamatan-dan.html. Minggu
27 Agustus 2017, pukul 10.05
WIB.
Akademik, Tim. 2017. Panduan
Penyusuanan Penelitian.
Lubuklinggau: Stie Mura
Program Pascasarjana Magister
Manajemen.
Alisandy I. Prince. 2013. Rancangan
Sistem Pola Hubungan
Industrial Yang Berkembang di
Indonesia. Diakses dari
http://opini-
isep.blogspot.co.id/2012/02/ran
cangan-sistem-pola-
hubungan.html. Minggu 27
Agustus 2017, pukul 13:00
WIB.
Alfajar, Siti dan Heru, T. 2013.
Manajemen Sumber Daya
Manusia Sebagai Dasar
Meraih Keunggulan Bersaing.
Jakarta: LTPP STIM YKPN.
Anto Pati. 2016. Prinsip Dasar
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) . Diakses dari
http://ahlik3umum1.blogspot.c
o.id/2016/03/prinsip-dasar-
k3.html. Minggu 27 Agustus
2017, pukul 10.25 WIB.
Aninditiya, A, Dimas. 2015.
Pengaruh Perjanjian Kerja
dan Perjanjian Kerja
Bersama Terhadap Hak-hak
Karyawan dan Kepuasan
Kerja. Malang: Universitas
Brawijaya.
Arikunto, Suharsimi. 2013.
Manajemen Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arto Sugi. 2014. Peraturan
Perusahaan dan Perjanjian.
Diakses dari
http://artonang.blogspot.co.id/2
014/12/peraturan-perusahaan-
dan-perjanjian.html. Minggu
27 Agustus 2017, pukul 13:00
WIB.
Ayunda Putry. 2015. Pengertian Dan
Tujuan Serikat Pekerja
Menurut Ahli. Diakses dari
http://specialpengetahuan.blogs
pot.co.id/2015/04/pengertian-
dan-tujuan-serikat-
pekerja.html. Minggu 27
Agustus 2017, pukul 09.30
WIB.
Azhari Nasri. 2015. Sumber Data
dan Jenis Data. Diakses dari
https://azharnasri.blogspot.co.i
d/2015/04/sumber-data-jenis-
data-dan-teknik.html, Senin 14
September 2017, pukul 20.05
WIB
Basrowi dan Suwandi. 2014.
Memahami Penelitian
Kualitatif. Jakarta. Rineka Cipta
Budiarti Indah. 2013. Negoisasi
Dalam Pembuatan Perjanjian
Kerja Bersama. Diakses dari
http://oblikpekerja.blogspot.co.
id/p/perjanjian-kerja-bersama-
untuk.html. Senin 2 Oktober
2017, pukul 21.05 WIB.
Hamid Azwar 2013, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja, diakses dari
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 95
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
http://azwarhamid.blogspot.co.i
d/2013/04/kesehatan-dan-
keselamatan-kerja.html, Sabtu
23 September 2017, pukul
23:05 WIB
Hanggraeni, Dewi. 2013. Manajemen
Sumber Daya Manusis. Jakarta
: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Ikbar, Yanuar. 2013. Metode
Penelitian Sosial Kualitatif
Panduan Membuat Tugas
Akhir/ Karya Ilmiah. Jakarta:
Aditama.
Kamil Hauzan. 2016. 3 Prinsip
Dalam K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja). Diakses dari
http://gumbalid.weebly.com/ho
me/3-prinsip-dalam-k3-
keselamatan-dan-kesehatan-
kerja, Senin 2 Oktober 2017,
pukul 22.30 WIB.
Marwansyah. 2016. Manajemen
Sumber Daya Manusia.
Bandung: Alfabeta.
Milen, E, Ayuma. 2016. Analisis
Level Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) Proyek
Kontruksi Terhadap Risiko
dan Manajemen K3. Bandar
Lampung: Universitas
Lampung.
Muhammad Hafidz, 2016,
Mengoreksi Arah PHI Ketika
Perlindungan, Menjadi
Perselisihan, diakses dari
http://buruh-
online.com/2016/03/mengoreks
i-arah-dan-kebijakan-phi-
ketika-perlindungan-menjadi-
perselisihan.html, Senin 2
Oktober 2017, pukul 20.05
WIB
Nelson F. Saragih. 2015. Prinsip
Serikat Pekerja. Diakses dari
http://specialpengetahuan.blogs
pot.co.id/2015/04/pengertian-
dan-tujuan-serikat-
pekerja.html. Minggu 27
Agustus 2017, pukul 10.05
WIB
Patiha Isti. 2017. Pengertian dan
Tujuan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3). Diakses
dari
http://isttifatiha108.blogspot.co
.id/2016/12/pengertian-dan-
tujuan-k3-keselamatan.html.
Sabtu 16 September 2017,
pukul 21:20 WIB.
Perdana, S, Fajar. 2013. Fungsi
Serikat Pekerja Dalam
Perlindungan Hak-hak Pekerja
di PT. Pal Indonesia.
Surabaya: Universitas
Pembangunan Nasional
“Veteran Jawa Timur”.
Pujilestari, T. 2013. Analisis
Hubungan Industrial Tanpa
Adanya Serikat Pekerja (Suatu
Studi Pada PT. Apexindo
Pratama Duta Tbk. Depok:
Universitas Indonesia.
Sanjaya Ade. 2015. Pengertian
Serikat Pekerja Tujuan Tata
Cara Pembentukan Buruh
Fungsi dan Kewajiban dan
Perlindungan. Diakses dari
http://www.landasanteori.com/
2015/10/pengertian-serikat-
pekerja-tujuan-tata.html. Senin
2 Oktober 2017, pukul 21.05
WIB.
INTERPROF (Jurnal Manajemen) Program Studi Magister Manajemen STIE MURA Page 96
Volume 4. Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2527-
7243
Santana, Septian. 2013. Menulis
Ilmiah Metode Penelitian
Kualitatif. Jakarta. Buku Obor.
Sari, R, Ratna. 2013. Penerapan
Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Dalam
Meminimalkan Kecelakaan
Kerja Pada PT. Waru Kaltim
Plantation. Palangkaraya:
Universitas Mulawarman.
Semut Telinga. 2016. Pengertian
Perjanjian Kerja dan
Perjanjian Kerja Bersama.
Diakses dari
http://telingasemut.blogspot.co.
id/2016/03/perjanjian-kerja-
perjanjian-kerja.html. Senin 2
Oktober 2017, pukul 21.30
WIB.
Siagian, P. Sondang. 2013.
Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Bumi Aksara
Sugiyono. 2016. Metode
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugeng. 2014. Upaya Penyelesaian
Perselisihan yang Wajib
Diketahui Buruh atau
Perusahaan.Diakses dari
http://rechthan.blogspot.co.id/2
016/05/upaya-penyelesaian-
perselisihan.html. Minggu 27
Agustus 2017, pukul 10:00
WIB.
Suharsimi Arikunto. (2015).
Manajemen Penelitian, PT Asdi
Mahasatya, Jakarta
Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem.
Sutrisno, Edi. 2014. Manajemen
Sumber Daya Manusia.
Bandung: Alfabeta
Suwarto dan Sutanto. 2015.
Hubungan Industrial Dalam
Praktek Dilengkapi Dengan
Pendekatan Teori. Jakarta:
Asosiasi Hubungan Industrial
Indonesia.
Suwatno dan Priansa, Juni
Donni. 2013.
Manajemen SDM
Dalam Organisasi
Publik dan Bisnis.
Bandung: Alfabeta.
Uzier T. Rahmi. 2017. 3 Tata Cara
Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Induistrial Yang
Wajib Anda Ketahui. Diakses
dari
http://blog.bplawyers.co.id/3-
tata-cara-penyelesaian-
perselisihan-hubungan-
industrial-yang-wajib-anda-
ketahui/, Sabtu 16 September
2017, pukul 21:20 WIB.