V SHAPED POWDER MIXER B INDO
-
Upload
poltekkesdepkes-sby -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of V SHAPED POWDER MIXER B INDO
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pencampuran adalah salah satu operasi farmasi yang
paling umum. Sulit untuk menemukan produk farmasi
dimana pencampuran tidak dilakukan pada tahap
pengolahan. Pencampuran dapat didefinisikan sebagai
proses di mana dua atau lebih komponen dalam kondisi
campuran terpisah atau kasar diperlakukan sedemikian
rupa sehingga setiap partikel dari salah satu bahan
terletak sedekat mungkin dengan partikel bahan atau
komponen lain. Proses ini melibatkan pencampuran
gas, cairan atau padatan dalam setiap kombinasi dan
rasio dua atau lebih komponen yang mungkin (Madinah,
2008).
Proses utama pada pencampuran adalah penyisipan
antar partikel jenis yang satu diantara partikel
jenis yang lain (atau beberapa jenis bahan yang
lain). Tingkat pencampuran umumnya, tergantung dari
1
lamanya waktu pencampuran. Namun demikian,
pencampuran yang lama tidak menjamin dicapainya
homogenitas ideal, karena proses pencampuran dan
pemisahan akan saling bersaing mendominasi
Terdapat banyak cara untuk melakukan pencampuran
dalam industri farmasi dan setiap teknik pencampuran
mempunyai hasil yang berbeda –beda. Seperti
pencampuran dengan teknik cone mixer, paddle mixer,
double cone mixer, octagonal mixer dsb.
Untuk memberikan hasil yang maksimal penulis
mencoba untuk membuat alat v shaped powder mixer
yang digunakan untuk proses pencampuran serbuk dalam
industri farmasi dengan tujuan hasil pencampurannya
lebih homogen..
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka
penulis ingin membuat V shaped powder mixer.
1.3 BATASAN MASALAH
2
Adapun batasan masalah dalam penyusunan tugas akhir
ini adalah:
1.3.1 Pembuatan alat menggunakan mikrokontroller.
1.3.2 Terdapat pengaturan timer yaitu : 5, 10, dan
15 menit.
1.3.3 Pada pencampuran menggunakan 18 rpm.
1.3.4 Menggunakan LCD sebagai tampilan data
(display).
1.3.5 Wadah V berkapasitas 0,5 kg.
1.3.6 Terdapat sensor putaran yang bertujuan untuk
menghitung jumlah putaran wadah V.
1.4 RUMUSAN MASALAH
Dapatkah dibuat V Shaped Powder Mixer sebagai alat
pencampuran serbuk ?
1.5 TUJUAN PENELITIAN
1.5.1 Tujuan Umum
3
Dibuatnya V shaped powder mixer sebagai alat pencampur
serbuk dalam industri farmasi.
1.5.2 Tujuan Khusus
1.5.2.1 Membuat rangkaian mikrokontroller
1.5.2.2 Membuat rangkaian driver motor
1.5.2.3 Membuat tampilan pada LCD
1.5.2.4 Membuat design dan rangkaian sensor
putaran
1.5.2.5 Menguji rangkaian keseluruhan
1.5.2.6 Melakukan kalibrasi timer dan RPM
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Teoritis
Meningkatkan wawasan dan pengetahuan di bidang
alat-alat kesehatan ( industri farmasi ), terutama
dibidang alat laboratorium dan “ V shaped powder mixer “.
1.6.2 Manfaat Praktis
4
1.6.2.1 Memudahkan pembuatan obat terutama pada
saat proses mixing ( pencampuran ).
1.6.2.2 Memudahkan pembuatan industri obat
dalam skala kecil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses pencampuran dalam pembuaatan sediaan farmasi
Proses pencampuran termasuk juga kedalam
proses yang diperlukan dalam pembuatan sediaan
obat. Peristiwa elementer pada pencampuran adalah
penyisipan antar partikel jenis yang satu diantara
partikel jenis yang lain. Distribusi yang
dihasilkan benar-benar merupakan kebetulan,
sehingga kemungkinan keberadaan untuk setiap
partikel tunggal pada satu lokasi tertentu dari
pencampur adalah sama (Voight, 1971).
5
Beberapa metode dalam proses pencampuran
dapat diuraikan sebagai berikut (Malik, 1990):
1. Pencampuran Reaksi
Metode pencampuran reaksi merupakan satu
metode yang begitu inovatif. Penggunaan
metode ini memudahkan dalam penyamarataan
sifat dan karakteristik bila terdapat
material baru yang memiliki ketidaksesuaian
yang tinggi. Proses ini seringkali melibatkan
penambahan bahan reaktif ketiga, seperti
bahan multifungsional co-polimer atau katalis
trans-reactive. Peningkatan kemampuan
campuran reaktif untuk memperlihatkan efek
emulsi rantai plastik atau bahan copolimer
tambahan yang terbentuk selama proses
pencampuran. Campuran yang lebih sempurna
dengan tingkat produktif yang tinggi dapat
diperoleh dengan metode ini, tetapi harus
melalui pengendalian proses produksi yang
lebih intensif (Malik, 1990).
6
2. Polimerisasi
Metode polimerisasi digunakan untuk
mempersiapkan terutama pada polimerisasi
emulsi (Malik, 1990).
3. Pencampuran secara mekanik
Biasanya pencampuran mekanik hanya
memproduksi campuran kasar. Sifat campuran
sangat dipengaruhi oleh kecepatan dan suhu
pencampuran. Keseragaman campuran hanya dapat
dicapai setelah tahap proses pencairan.
Contoh mesin yang digunakan pada pencampuran
mekanik, antara lain (Animesh, 1995):
Ruang lingkup farmasi terutama industri farmasi
mengaplikasikan proses pencampuran pada berbagai bentuk
zat kimia sebahai bahan obat. Pencampuran ini mencakup
zat cair, zat padat, batch dan cairan kental.
Dan berikut merupakan contoh dari pencampuran zat
padat :
7
Gambar Pencampur Ribbon (Voight, 1971)
Gambar Pencampur kubus (Voight, 1971)
Gambar Pencampuran kerucut ganda (Voight, 1971)
Gambar Pencampur V (Voight, 1971)
8
2.2 V shaped powder mixer
V shaped powder mixer terdiri dari dua pipa
berdiameter besar yang dipotong dengan sudut 60
derajat dan disambung untuk membentuk V. Tempat
masuk bahan biasanya terletak di atas pada masing-
masing kaki dari V. Pada titik V terjadi
perpindahan dari aliran elliptical menjadi
cylindrical (circular). Unit ini juga terpasang
pada titik putar agar dapat berguling 360 derajat
dan setiap pengoperasian dari titik putar ke dalam
unit. Akses pembersihan melalui kedua tempat
pemasukan.
9
Dalam pengoperasiannya, bahan dimasukkan
biasanya hingga mencapai tingkat pemasukan 50-60
persen dari kapasitas blender. Alat ini berguling
seperti double-cone blender, tapi sifat
pencampuran berbeda karena bentuk dari unitnya.
Seperti blender bentuk V berguling, bahan secara
kontinyu terpisah dan menjadi satu kembali. Proses
pencampuran mencapai 5 hingga 15 menit dengan
homogenitas 95 persen atau lebih baik. Mesin
pencampur ini cocok digunakan pada kebanyakan
serbuk dan biasa digunakan di farmasi, tetapi
10
mixer ini kurang cocok digunakan untuk serbuk yang
sangat halus ataupun granul.
Gambar V shaped powder mixer
Gambar proses mixing pada tabung V
2.3 LCD
LCD adalah sebuah display dot matrix yang
difungsikan untuk menampilkan tulisan berupa angka atau
huruf sesuai dengan yang diinginkan (sesuai dengan
program yang digunakan untuk mengontrolnya). Modul LCD
Character dapat dengan mudah dihubungkan dengan
mikrokontroler seperti ATmega 8535. LCD yang akan
digunakan ini mempunyai lebar tampilan 2 baris 16 kolom
atau biasa disebut sebagai LCD karakter 2x16, dengan 16
pin konektor, yang didifinisikan pada tabel.
11
Gambar LCD karakter 2 x 16
Jalur EN dinamakan Enable. Jalur ini digunakan
untuk memberitahu LCD sedang mengirimkan sebuah data.
Untuk mengirimkan data ke LCD, maka melalui program EN
harus dibuat logika low (0) dan diatur pada dua jalur
kontrol yang lain RS dan RW. Ketika dua jalur yang lain
telah siap, mengatur EN dengan logika (1) dan tunggu
untuk sejumlah waktu tertentu (sesuai dengan datasheet
dari LCD tersebut ) dan berikutnya mengatur EN ke
logika low (0) lagi.
Jalur RS adalah jalur Register Select. Ketika RS
berlogika low (0), data akan dianggap sebagai sebuah
perintah atau instruksi khusus ( seperti clear screen,
posisi kursor dll ). Ketika RS berlogika high (1), data
yang dikirim adalah data teks yang akan ditampilkan
pada tampilan LCD. Sebagai contoh, untuk menampilkan
12
huruf “T” pada layar LCD maka RS harus diatur pada
logika high (1).
Jalur RW adalah jalur kontrol Read/ Write. Ketika RW
berlogika low (0), maka informasi pada bus data akan
dituliskan pada layar LCD. Ketika RW berlogika high
”1”, maka program akan melakukan pembacaan memori dari
LCD. Sedangkan pada aplikasi umum pin RW selalu diberi
logika low ”0” (Triwiyanto, 2009).
Tabel Pin dan fungsiPIN NAMA FUNGSI1 Vss Ground Voltage
2 Vcc +5V3 VEE Contrast Voltage
4 RS Register Select
0 = Instruction Register
1 = Data Register5 R/W Read / Write
0 = write mode
1 = read mode
6 E Enable
0 = start to lacht data to LCD
character
1 = disable
7 DB0 LSB
13
8 DB1 -9 DB2 -10 DB3 -11 DB4 -12 DB5 -13 DB6 -14 DB7 MSB15 BPL Back Plane Light
16 GND Ground Voltage
Sumber : (xxx, 2011)
14
INLET
LCDTOMBOL
OULET
uCSETTINGWAKTU
START
DISPLAY
BUZZER
DRIVER MOTOR
MOTORSENSOR PUTARAN
WAKTU 5, 10, 15 MENIT
BAB III
KONFIGURASI SISTEM
3.1 Diagram mekanis
3.2 Blok Diagram
15
SENSOR PUTARAN
WADAH SERBUK “ V”SERBUK
3.3 Cara kerja blok diagram
Adapun penjelasan mengenai blok diagram audiometer
tersebut yaitu:
Terdapat pemilihan waktu yaitu 5, 10, dan 15
menit. Setelah itu tekan tombol START untuk
menjalankan perintah. DRIVER MOTOR akan bekerja
untuk menjalankan MOTOR. MOTOR akan berputar ddan
putaran dari motr akan di baca oleh SENSOR
PUTARAN. DISPLAY yang berupa LCD akan menampilkan
pemilihan setting waktu dan sensor rpm. Sensor
rpm berfungsi sebagai penghitung putaran wadah V (
tempat pencampuran ). Saat timer habis buzzer akan
menyala.
16
WAKTU TERCAPAI
MOTOR BERHENTI
SELESAI
MOTOR BERPUTAR
SENSOR PUTARAN BEKERJA
BEGIN
PEMILIHAN WAKTU
START
TIDAK
YA
3.4 Diagram Alir
3.5 Cara kerja diagram alir
Pertama kita memilih waktu yang akan diingingkan (
5, 10 dan 15 menit ). Kemudian tekan tombol START ,
motor akan berputar dan sensor putaran akan menghitung
jumlah putaran dari wadah serbuk “ V “. Apabila waktu
tercapai motor akan berhenti berputar dan apabila waktu
belum tercapai motor tidak akan berhenti.
17
4.1. Metode Penelitian
Dalam penelitian dan pembuatan modul ini
penulis membuat beberapa persiapan, diantaranya :
1. Mencari dan mempelajari dasar teori atau
referensi yang berkaitan dengan permasalahan
yang akan dibahas.
2. Mempelajari dan merancang kerangka konsep
( dimensi modul, blok diagram, dan diagram
alir ) modul.
3. Menyiapkan komponen dan peralatan yang digunakan
dalam pembuatan modul.
4. Membuat jadwal kegiatan untuk mengatur waktu
pembuatan modul.
4.2 Jenis Penelitian
Penelitian dan pembuatan modul ini dengan
menggunakan design pr-eksperimental dengan jenis
penelitian adalah “ one group postest design “ ( karena
perlakuan langsung diukur tanpad ada pembanding ).
19
4.3 Variabel Penelitian
4.3.1 Variabel Bebas.
Sebagai variable bebas di sini adalah
serbuk yang diletakkan padah wadah serbuk “ V
“.
4.3.2 Variabel Tergantung.
Sebagai variable tergantung yaitu waktu .
4.3.3 Variabel Terkendali.
Variabel terkendali adalah Mikrokontroller.
4.4 Waktu dan Tempat
4.4.1. Tempat pelaksanan modul ini di Politeknik
Kesehatan Surabaya Jurusan Teknik Elektromedik.
4.4.2. Jadwal kegiatan penulis disusun menurut
jadwal kalender Akademik yang ada di Politeknik
Kesehatan Jurusan Teknik Elektromedik Surabaya
4.5 Definisi Operasional dan Variabel
20
Dalam kegiatan operasionalnya, variabel-
variabel yang digunakan dalam pembuatan modul,
baik variabel tekendali, tergantung, dan bebas
memiliki fungsi-fungsi antara lain :
VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL ALAT
UKUR
HASIL UKUR SKALA UKUR
SERBUK Serbuk yang digunakan
dalam proses pencampuran
( granul )
Neraca
analitik
Sesuai ≤ 0,5
Kg
Tidak sesuai
¿ 0,5 Kg
nominal
WAKTU Waktu yang digunakan
selama proses pencampuran
( low, medium, dan high )
stopwatc
h
Low = 5 menit
Medium = 10
menit
High = 15
menit
interval
MIKROKOMTR
OLLER
Untuk mengatur jalanya
perintah dan proses
operasional alat
Sesuai = alat
bekerja
Tdiak sesuai
= alat tidak
bekerja
nominal
21