UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA ...

149
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI SKRIPSI STRATEGI PEMBENTUKAN BRAND IMAGE PIMPINAN WILAYAH GERAKAN PEMUDA ANSOR DKI JAKARTA LEWAT PROGRAM-PROGRAM KEPEMUDAAN Diajukan Oleh : Nama : Andini Dwi Putri NIM : 2012 41 341 Konsentrasi : Hubungan Masyarakat Untuk Memenuhi sebagian Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Jakarta 2016

Transcript of UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA ...

1

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

SKRIPSI

STRATEGI PEMBENTUKAN BRAND IMAGE PIMPINAN

WILAYAH GERAKAN PEMUDA ANSOR DKI JAKARTA

LEWAT PROGRAM-PROGRAM KEPEMUDAAN

Diajukan Oleh :

Nama : Andini Dwi Putri

NIM : 2012 – 41 – 341

Konsentrasi : Hubungan Masyarakat

Untuk Memenuhi sebagian Syarat Guna Mencapai

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

Program Studi Ilmu Komunikasi

Jakarta

2016

2

TANDA PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : Andini Dwi Putri

NIM : 2012-41-341

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Konsentrasi : Hubungan Masyarakat

Judul Skripsi : Strategi pembentukan brand image Pimpinan Wilayah

Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat program-program

kepemudaan

Telah Dipertahankan Di Hadapan Penguji Yang Diadakan Pada Hari

Sabtu Tanggal 20 September 2016 Dan Dinyatakan LULUS.

PANITIA PENGUJI

Penguji I

Tanggal : ……………………

Penguji II

Tanggal : ……………...........

Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi UPDM (B)

Dr. H. Hanafi Murtani, MM.

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

TERAKREDITASI A : SK No. 027/BAN-PT/Ak-XI/S1/X/2008 Kampus I : Jl. Hang Lekir I/8 Jakarta Pusat 12070 Telp. 7261433 Fax. 7252685

Kampus II : Jl. Swadarma Raya No. 54 Ulujami Jakarta Selatan Telp. 58902927, 58902928 Website : www.moestopo.ac.id E-mail : [email protected]

3

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Andini Dwi Putri

NIM : 2012-41-341

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Konsentrasi : Hubungan Masyarakat

Telah menyelesaikan penulisan skripsi :

Judul Skripsi : Strategi pembentukan brand image Pimpinan Wilayah

Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat program-

program kepemudaan.

Telah memenuhi persyaratan untuk diuji baik dari segi isi maupun segi teknis

PANITIA PEMBIMBING SKRIPSI

Dr. Retno Intani ZA, M.Sc Pembimbing I

Tanggal : ……………………

Drs. Freddy Richardo, M.Si

Pembimbing II

Tanggal : ……………...........

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Dr. Hendri Prasetya, S.Sos, M.Si.

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

TERAKREDITASI A : SK No. 027/BAN-PT/Ak-XI/S1/X/2008 Kampus I : Jl. Hang Lekir I/8 Jakarta Pusat 12070 Telp. 7261433 Fax. 7252685

Kampus II : Jl. Swadarma Raya No. 54 Ulujami Jakarta Selatan Telp. 58902927, 58902928

Website : www.moestopo.ac.id E-mail : [email protected]

4

Surat Pernyataan Orisinalitas Skripsi

Saya Yang Bertanda Tangan Dibawah Ini :

Nama : Andini Dwi Putri

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Makassar 07 September 1994

Alamat : Sinar Pamukang Permai Blok B10/11 RT 003 RW 019,

Kecamatan Pamulang. Kota Tangerang Selatan

Telepon/Hp : 0812 1959 9973

Status : Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Updm (B)

Nim : 2012-41-341

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Konsentrasi : Hubungan Masyarakat

Dengan Ini Menyatakan Bahwa Skripsi :

Judul : Strategi pembentukan brand image Pimpinan

Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat

program-program kepemudaan

Pembimbing I : Dr. Retno Intani ZA, M.Sc

Pembimbing II : Drs. Freddy Richardo, M.Si

Menyatakan Dengan Sesungguhnya Bahwa Skripsi Yang Saya Buat Merupakan

Hasil Asli (Orisinal) Dan Bukan Duplikasi Dari Skripsi Orang Lain.

Demikian Surat Pernyataan Ini Saya Buat Dengan Sebenarnya, Dan Apabila Di

Kemudian Hari Pernyataan Ini Tidak Benar, Maka Saya Sanggup Untuk Dikenakan Sanksi

Akademis Sesuai Dengan Peraturan Yang Berlaku Di Fakultas Ilmu Komunikasi

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Jakarta, 20 September 2016

Yang Menyatakan,

(Andini Dwi Putri)

5

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum .Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas

berkat rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul STRATEGI PEMBENTUKAN BRAND IMAGE

PIMPINAN WILAYAH GERAKAN PEMUDA ANSOR DKI JAKARTA

LEWAT PROGRAM-PROGRAM KEPEMUDAAN dengan baik.

Dalam penulisan skripsi ini peneliti berhasil membahas tentang strategi komunikasi yang digunakan Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta dalam upaya mempertahankan citra. Dengan melihat langsung penerapan programnya dilapangan dan juga wawancara yang peneliti lakukan, banyak sekali pengetahuan baru yang peneliti dapatkan saat melakukan penelitian ini.

Penulisan skripsi ini dilakukan secara maksimal sesuai dengan norma-norma penulisan ilmiah dan hasilnya program-program kepemudaan yang dilakukan Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP Ansor mendapatkan respon positif dari masyarkat. Peneliti selalu berusaha membuat skripsi ini layak dijadikan sumber referensi bagi mahasiswa atau pihak lain sehingga bisa memberikan sumbangan berarti dalam ranah ilmu pengetahuan. Skripsi ini juga sebagai salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) di Universitas Prof.Dr.Moestopo (Beragama), dengan konsentrasi Hubungan Masyarakat dan penulis dedikasikan skripsi ini untuk semua generasi muda Indonesia di seluruh Dunia.

Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih atas perhatiannya, dan semoga dengan penulisan ini mampu memberikan kontribusi yang positif bagi penelitian-penelitian lainnya.

Jakarta, 11 Agustus 2016

Penulis, Andini Dwi Putri

i

6

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala kemudahan,

kelancaran, dan segala kekuatan yang diberikan kepada peneliti,

sehingga skripsi ini sesuai dengan yang diharapkan. Peneliti juga

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Papa Eddy Purwanto dan Mama Maria Olva

yang telah memberikan doa serta menjadi sponsor utama dari segi

moril dan materil dalam hidup peneliti. Satu-stunya kaka perempuan

Eva Dianovita dan kedua adik kembar Fachri Adi Saputara dan Farrah

Aliza Larasati, yang selalu mampu menjadi tempat beristirahat,

mendengar keluh kesah dan melepas penat yang luar biasa dengan

hiburan ala Eddy‟s Family.

2. Bapak Prof. Dr. Rudy Harjanto, MM, M.Sn. selaku PLT Dekan Fakultas

Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) sekaligus

Rektor Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).

3. Ibu Dr. Retno Intani ZA,M.Sc selaku Dosen Pembimbing I yang telah

sabar meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan

pengarahan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Freddy Richardo, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang

telah sabar meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan

pengarahan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Para Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo

(Beragama) atas semua ilmu yang diberikan kepada penulis.

ii

7

6. Para Staff Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo

(Beragama), terutama Bapak Habib atas semua bantuan, saran,

informasi dan dukungan yang tiada henti diberikan setiap harinya

kepada penulis.

7. Mr.Grumpy Bobby Hermasnyah yang rela menyisihkan waktu dan

pikirannya serta sabar menemani dan membimbing penulisan skrispi

ini dari awal hingga akhirnya dapat terealisasi.

8. Para Narasumber dari Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP Ansor,

Bapak Abdul Azis selaku Ketua Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP

Ansor dan Bapak Sulton Mu‟minah selaku Ketua Pimpinan Cabang

Jakarta Selatam GP Ansor. Terimakasih kepada Ibu Sintia Retno Sari

selaku awak media yang telah meluangkan waktu ditengah

kesibukannya.

9. My Receh squad yang sudah menemani peneliti dari awal perkuliahan

hingga skripsi ini, Farhana, Mira Atika Putri, Hativa Safitri, Bella

Belinda , dan Hanifa Aljufry. Tiada kata yang dapat peneliti ucapkan

selain terimakasih banyak atas segala dukungan, lawakan, hiburan,

ocehan, drama, kepanikan, tangis, tawa dan canda selama

menyelesaikan penelitian ini.

10. Seluruh keluarga besar WKM Basket Fikom UPDM(B) yang telah

membantu peneliti dengan segala hiburan, dukungan dan saran yang

tiada henti.

iii

8

11. Dan kepada pihak-pihak lain yang telah sangat banyak membantu

memberi semangat dukungan serta doa kepada peneliti namun tidak

dapat disebutkan.

Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi semua pihak yang berkepentingan. Selain itu, Peneliti juga berharap

semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan semua pihak-pihak

yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Jakarta, 11 Agustus 2016

(Andini Dwi Putri)

iv

9

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... i

UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................. ii

DAFTAR ISI ....................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... viii

ABSTRAK .......................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian ............................................. 1

1.2 Fokus Masalah .............................................................. 11

1.3 Rumusan Masalah ......................................................... 12

1.4 Tujuan Penelitian ........................................................... 13

1.5 Kegunaan Penelitian ...................................................... 13

1.5.1 Kegunaan Akademis ............................................ 13

1.5.2 Kegunaan Praktis ................................................. 14

BAB II KAJIAN LITERATUR DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Pustaka ................................................................ 15

2.2 Kerangka Konsep dan Penelitian Teori .......................... 21

2.2.1 Komunikasi

2.2.1.1 Pengertian Komunikasi ................................ 19

2.2.1.2 Proses Komunikasi ...................................... 22

2.2.1.3 Komunikasi Organisasi ................................. 25 2.2.1.4 Strategi Komunikasi 28

v

10

2.2.1.5 Peranan Pimpinan Terhadap Komunikasi .... 32

2.2.1.6 Model Strategi Komunikasi .......................... 33

2.3 Hubungan Msyarakat

2.3.1 Definisi Hubungan Masyarakat ............................ 35

2.3.2 Fungsi dan Peran Humas ..................................... 40

2.4.Citra ................................................................................ 42

2.5 Kerangka Pemikiran ........................................................ 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian ..................................................... 46

3.2 Pendekatan Penelitian ................................................... 48

3.3 Metode Penelitian ........................................................ 50

3.4 Objek dan Subjek Penelitian

3.4.1 Objek Penelitian ................................................... 53

3.4. Subjek Penelitian ................................................... 53

3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................... 53

3.6 Teknik Keabsahan Data ................................................ 56

3.7 Teknik Analisis Data ..................................................... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah GP Ansor ................................................. 61

4.1.2 Filosofi GP Ansor ................................................. 66

vi

11

4.1.3 Lirik Mars GP Ansor .............................................. 67

4.1.4 Visi, Misi dan Tujuan ............................................ 68

4.1.5 Dasar Hukum Organisasi Masyarakat .................. 69

4.1.6 Program-program Kepemudaan GP Ansor ......... 70

4.1.7 Tingkat Kepengurusan ......................................... 70

4.1.8 Susunan Pengurus Pimpinan Wilayah ................. 71

4.1.9 Susunan Pengurus Pimpinan Cabang .................. 72

4.2 Deskripsi Subyek Penelitian .......................................... 73

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian .............................................. 76

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ........................................ 91

4.5 Keabsahan Data ........................................................... 94

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ......................................................................... 95

5.2 Saran .............................................................................. 99

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

vii

12

DAFTAR LAMPIRAN

1. Foto- foto hasil penelitian

2. Matriks wawancara

3. Surat izin penelitian dari Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

4. Surat keterangan sudah melakukan penelitian dari Pimpinan Wilayah

GP Ansor DKI Jakarta

viii

13

UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI : ILMU KOMUNIKASI

ABSTRAK

Nama : Andini Dwi Putri

NIM : 2012-41-341

Konsentrasi : Hubungan Masyarakat (HUMAS)

Judul : Strategi pembentukan brand image Pimpinan

Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta

lewat program-program kepemudaan

JumlahHalaman : 5 Bab+ 99 halaman

Bibliografi : 30 buku + 2 Website

Pembimbing I : 1.Dr. Retno Intani ZA, M.Sc

Pembinbing II : 2. Drs. Freddy Ricardho, M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Strategi pembentukan brand image Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat program-program kepemudaan. Perumusan masalahnya bagaimana StrategiKomunikasi Pimpinan Wilayah DKI Jakarta Gerakan Pemuda Ansor dalam mempertahankan citra positif (studi kasus membentuk brand image organisasi lewat program-program kepemudaan). Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah 7‟Cs Public Relations. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, studi pustaka, dan observasi. Metodologi penelitian ini dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualititatif tentang suatu fenomena social dan studi kasus. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan Strategi pembentukan brand image Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat program-program kepemudaan sudah mendapatkan citra positif dari publik internal maupun ekstenal (masyarakat). Kata Kunci : Strategi komunikasi,citra positif, kepemudaan

ix

14

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

FACULTY OF COMMUNICATION

STUDY PROGRAMS: ILMU KOMUNIKASI

ABSTRACT

Name : Andini Dwi Putri

NIM : 2012-41-341

Study Programs : Ilmu Komunikasi

Consentration : Hubungan Masyarakat

Title : Strategi pembentukan brand image Pimpinan

Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta

lewat program-program kepemudaan

Number of Pages : V Chapter & 99 Pages

Preceptor I : 1. Dr. Retno Intani ZA, M.Sc

Preceptor II : 2. Drs. Freddy Ricardho, M.Si

This study aims to determine the Strategy formation of brand image

Gerakan Pemuda Ansor Regional Chairman of Jakarta through youth

programs. The background is how the Strategy formation of brand image

Gerakan Pemuda Ansor Regional Chairman of Jakarta through youth

programs. Theory used in this study is 7'Cs Public Relations. This study

used data collection techniques by means of interviews, library research,

and observation. The method used in this research is qualitative-

descriptive approach about social phenomenons and case studies. Based

on the research, we can have conclusion of how the Strategy formation of

brand image Gerakan Pemuda Ansor Regional Chairman of Jakarta

through youth programs is shown that a good image have been earned

from the internal public and external public.

Key word : The communication strategy, a positive image, youth

x

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum definisi pemuda, setidaknya memiliki tiga

katagori yaitu menyangkut batasan usia pemuda sifat atau

karakteristik pemuda, dan tujuan dari aktivitas kepemudaan. Pemuda

identik sebagai sosok individu yang berusia produktif dan mempunyai

karakter khas yang spesifik yaitu revolusioner, optimis, berpikiran

maju, memiliki moralitas, dsb. Kelemahan mecolok dari seorang

pemuda adalah kontrol diri dalam artian mudah emosional, sedangkan

kelebihan pemuda yang paling menonjol adalah mau menghadapi

perubahan, baik berupa perubahan sosial maupun kultural dengan

menjadi pelopor perubahan itu sendiri.

“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru

dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan

dunia” begitulah kata Ir. Soekarno. Pemuda adalah tonggak penting

sebuah bangsa dan negara, pemuda adalah pondasi umat dimana

pemuda harus menjadi motor penggerak kehidupan bangsa karena

dengan semangat, tenaga dan pemikiran pemuda inilah muncul

berbagai penemuan – penemuan yang berarti. Seperti James Watt

yang diusia mudanya menemukan mesin uap yang menjadi pembuka

pintu gerbang industrialisasi di Inggris, Benjamin Franklin, Thomas

1

2

Jefferson, George Washington yang membangun negaranya begitu

pula di Indonesia ada Budi Utomo, Moch Yamin dan Ir. Soekarno.

Mereka adalah seseorang pemuda yang menjadi pilar kemerdekaan

bangsa pada tanggal 28 Oktober 1928 yakni 84 tahun lalu bahwa

pada saat itu adalah perwakilan pemuda – pemuda Indonesia yang

berasal dari Sumatra – Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku

berkumpul untuk mendorong kemerdekaan bangsa dan masih banyak

berbagai contoh lain mengenai pemuda sebagai motor penggerak

kemajuan bangsa.

Fenomena pemuda saat ini, tidak jarang pemuda masih

merasa etnosentris bahwa suku ini lebih baik dan ini buruk, yang perlu

di ingat adalah pada 84 tahun silam ketiga Sumpah Pemuda itu

Berbangsa satu Indonesia, Bertanah Air satu Indonesia dan

Berbahasa satu Indonesia. Yang harus dipupuk yaitu rasa cinta air ini,

ingat amanat para pendahulu – pendahulu bahwa pemuda juga harus

memiliki sense of belonging pada tanah air tercinta, pemuda harus

memiliki jiwa nasionalis. Terakhir adalah berbahasa satu, ini salah

satu hal yang unik dimasanya sumpah berbahasa satu ini pada

awalnya ingin menggunakan bahasa satu bahasa melayu, karena

belum adanya bahasa Indonesia secara resmi dan bahasa melayu

dianggap lebih baik dan banyak mempengaruhi bahasa – bahasa di

tanah air, tapi pada masa itu seseorang menyarankan bahwa “kenapa

kita tidak pakai bahasa Indonesia jika belum ada, ayo kita buat

3

bahasa Indonesia!” Seru seorang pemuda yaitu Sanusi Pane yang

hadir dalam kongres pemuda II, maka muncullah bahasa Indonesia

sebagai bahasa pemersatu. Bahasa Indonesia telah menjadi bahasa

pengikat dan bahasa persatuan bagi bangsa Indonesia sampai saat

ini.

Sumpah Pemuda versi orisinal:

Pertama

Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah

darah jang satoe, tanah Indonesia.

Kedoewa

Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa

jang satoe, bangsa Indonesia.

Ketiga

Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa

persatoean, bahasa Indonesia.

Kondisi ideal pemuda sebagai generasi penerus bangsa,

merupakan individu yang sedang berkembang, dan perlu diberi

kesempatan berkembang secara proporsional dan terarah, dan

mendapatkan layanan pendidikan yang berimbang antara pendidikan

pengetahuan umum dan pendidikan nilai moral serta agama sebagai

pedoman dalam bersikap dan bertingkahlaku dimanapun mereka

berada. Pemuda cenderung dikatakan sebagai generasi penerus

bangsa atau pemuda merupakan harapan bangsa. Sehingga pemuda

harus mempunyai karakteristik dan kepribadian yang berjiwa mulia

4

serta nasionalis.Pemuda sebagai generasi penerus bangsa yang

diharapkan mampu membangun dan mengembangkan bangsa demi

mencapai segala cita-cita bangsa, harus memiliki nilai-nilai moral

sebagai modal yang utama. Princeton mendefinisikan kata pemuda

(youth) dalam kamus Webstersnya sebagai:

“the time of life between childhood and maturity; early maturity; the state of being young or immature or inexperienced; the freshness and vitality characteristic of a young person”.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa pemuda adalah sebuah

kehidupan yang berdiri direntang masa kanak-kanak dan masa

dewasa dimasa inilah seorang pemuda bersifat labil, kontrol emosi

dan kestabilan pendirian masih bisa dipengaruh oleh pihak luar.

Seorang pemuda mempunyai ciri yang khas yang menggambarkan

seperti apa ia terlihat yang menunjukkan kepribadiannya.

Banyak pemuda Indonesia yang tertarik atau berkeinginan

untuk berkecimpung di dunia politik atau mengikuti organisasi

mayarakat, tetapi karena kurangnya pengalaman, yang akhirnya

membuat mereka terjerumus oleh hal-hal negatif dan membuat

permasalahan yang muncul pada saat ini antara lain menurunnya jiwa

idealisme, patriotisme, dan nasionalisme di kalangan masyarakat,

termasuk pemuda. Masih banyaknya sex bebas yang berujung

perkawinan dibawah umur. Merebaknya penggunaan narkoba

dikalangan remaja. tawuran sesama pelajar dan sebagainya. Oleh

karena itu, mereka harus masuk sebuah organisasi agar bisa menjadi

5

penerus bangsa yang terarah. Organisasi menurut Robbins (2001:4)

diartikan “sebagai suatu unit (satuan) sosial yang dikoordinasikan

dengan sadar, yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang berfungsi

atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan

atau serangkaian tujuan bersama.”

Dibutuhkan lembaga-lembaga atau wadah untuk menampung

aspirasi pemuda dalam mengembangkan kreatifitas yang dimilikinya.

Ditengah masyarakat adanya organisasi kepemudaan yang

merupakan sekumpulan pemuda-pemuda, dimana keberadaannya

bisa menjadi suatu kelompok yang akan memberikan kontribusi

kepada negara. Keberadaan organisasi kepemudaan ini harus memiliki

tujuan yang jelas dan terencana dalam memberikan kontribusi kepada

negara. Adapun peran negara perihal pembangunan kepemudaan

sesuai dengan apa yang tertuang dalam UU No 40 Tahun 2009

Tentang Kepemudaan pada Pasal 3 Ayat 1 yang berbunyi :

“Pembangunan kepemudaan bertujuan untuk terwujudnya pemuda yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri, demokratis, bertanggungjawab, berdaya saing, serta memiliki jiwa kepemimpinan, kewirausahaan, kepeloporan, dan kebangsaan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.” Jauh sebelum negara ini merdeka, organisasi kepemudaan

menjadi salah satu penentu dalam menggerakan masa dan juga

terlibat dalam perebutan kemerdekaan dan berjuang melawan

penjajah. Banyak hal yang dikerjakan dan dilakukan oleh organisasi-

6

organisasi tersebut agar dapat menuju tujuannya yaitu kemerdekaan

Indonesia, baik dengan pendidikan, pergerakan, perdagangan dan

lain sebagainya. Pada masa setelah kemerdekaan terdapat dua fase

kehidupan organisasi yaitu pada Orde Lama dan Orde Baru. Dimana

pada masing-masing fase tersebut banyak hal yang terjadi pada

organisasi. Tentunya banyak pihak yang menyatakan bahwa pada

fase tersebut terutama pada masa Orde Baru, kehidupan organisasi

yang mewadahi orang untuk berkumpul sesuai kesukaan dan

kesamaan dalam berpendapat dan berkarya begitu dikekang. Jiwa

pemuda pada masa Orde Lama maupun Orde Baru sangatlah

berbeda, dimana Orde Lama jiwa pemuda Indonesia sangat

nasionalis, sedangkan fase Orde Baru jiwa pemudanya lebih

dinamika. Saat ini kita hidup pada masa reformasi, dimana kebebasan

pemuda di Indonesia untuk berkumpul, berserikat dan

mengekspresikan diri dalam kelompok yang dikenal dengan

organisasi masyarakat dan kepemudaan mulai berkembang. Hal

tersebut mulai memunculkan banyak organisasi yang beragam

dengan beraneka tujuan, jenis, ideologi, agama bahkan ras. Seperti

Pemuda Pancasila, HMI, KAMI, KAPI, HIPMI, SATMA, dan

sebagainya.

Salah satu organisasi kepemudaan yang memiliki basis

keagamaan di Indonesia adalah Gerakan Pemuda Ansor atau biasa

disingkat dengan GP Ansor. GP Ansor sendiri adalah organisasi

7

kepemudaan yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU) namun

bersifat otonom yang berarti memiliki struktur sendiri, aturan internal

sendiri, namun tidak boleh melenceng dari aturan umumyang dibuat

oleh NU. Peneliti Walaupun GP Ansor merupakan organisasi

berbasis Islam tetapi, tetap berasaskan Pancasila yaitu ke-Tuhanan

YME, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia, GP Ansor bersifat kepemudaan, kemasyarakatan,

kebangsaan dan keagamaan yang berwatak kerakyatan.

Di sepanjang sejarah perjalanan bangsa, dengan kemampuan

dan kekuatan tersebut GP Ansor memiliki peran strategis dan

signifikan dalam rangka merebut kemerdekaan dan juga

mempertahankan kemerdekaan.Dengan Resolusi Jihad yang

dikeluarkan oleh KH. Hasyim Asyari yang berisi :

Pertama : Setiap muslim, tua, muda dan miskin

sekalipun wajib memerangi orang kafir yang

merintangi kemerdekaan Indonesia.

Kedua : Pejuang yang mati dalam perang

kemerdekaan layak dianggap syuhada.

8

Ketiga : Warga yang memihak kepada belanda

diangap memecah belah kesatuan dan

persatuan dan oleh karena itu harus dihukum

mati.

Dokumen “Resolusi Jihad” ditulis dalam huruf Arab-Jawa atau

disebut Pegon ditandatangi oleh K.H Hasyim Asyari dan

disebarluaskan keseluruh jaringan pesantren, tak terkecuali kepada

komandan-komandan Laskar Hizbullah & Sabilillah diseluruh penjuru

Jawa dan Madura. Dokumen Resolusi Jihad juga dimuat dalam

sejumlah media masa pergerakan pada masa itu, hanya berselang 3

hari pasca Resolusi Jihad dicetuskan, 6000 tentara sekutu mendarat

di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dengan persenjataan lengkap.

Mendengar kedatangan pasukan penjajah, ribuan santri, mujahidin &

para kiyai seJawa Timur bergerak menuju Surabaya dan situasi pun

terus memanas dan cenderung tidak terkendali.Resolusi Jihad NU

telah memompa semangat GP Ansor dan perlawanan rakyat dan

memicu terjadinya pertempuran hebat selama 3 hari di Surabaya,

tanggal 27 sampai tanggal 29 Oktober 1945, tentara Inggris

kewalahan menghadapi perlawanan rakyat Jawa Timur. GP Ansor

tetap eksis dalam setiap episode sejarah perjalan bangsa dan tetap

menempati posisi dan peran yang strategis dalam setiap pergantian

kepemimpinan nasional. Kader dari GP Ansor sangat banyak yang

menjadi tokoh – tokoh besar di dalam negeri antara lain ada yang

9

menjadi dosen, rektor bahkan menjadi anggota DPR,/DPRD, bupati,

walikota, menteri, gubernur. Hal tersebut karena GP Ansor dapat

menciptakan kaderisasi yang berkualitas, sehingga lulusannya

berkualitas dan tentunya berguna bagi bangsa dan negara.

GP Ansor hingga saat ini telah berkembang sedemikian rupa

menjadi organisasi kemasyarakatan pemuda di Indonesia. Anggota

GP Ansor pun sudah tersebar di seluruh Indonesia bahkan luar

negeri. Ditambah dengan kemampuannya mengelola keanggotaan

khusus yaitu Barisan Ansor Serbaguna atau biasa disebut BANSER

yang memiliki kualitas dan kekuatan tersendiri ditengah masyarakat.

Namun di era yang modern ini GP Ansor berusaha untuk terus

meningkatkan eksistensinya dan senantiasa mengikuti perkembangan

zaman pada setiap program – programnya. Pada kesempatan kali ini

penulis ingin meneliti organisasi kepemudaan GP Ansor DKI Jakarta

karena GP Ansor memiliki citra yang positif, bisa dilihat dari program-

program kepemudaan yang dilakukan oleh GP Ansor dengan

memperhatikan ajaran-ajaran islam, serta GP Ansor tidak melakukan

tindakan penyimpangan-penyimpangan yang dapat meresahkan

warga seperti yang dilakukan oleh beberapa oknum-oknum organisasi

kepemudaan lainnya. Dan penulis meneliti GP Ansor di DKI Jakarta

karena di Jakarta adalah ibukota negara Republik Indonesia,

Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP Ansor dianggap harus mampu

meningkatkan kesadaran di kalangan pemuda Indonesia untuk

10

memperjuangkan cita-cita kemerdekaan dan memperjuangkan

pengamalan ajaran Islam. Namun hal tersebut memiliki kendala

tersendiri yang dikarenakan masyarakat DKI Jakarta yang beragam,

ditambah warganya yang sangat sibuk, serta banyaknya arus budaya

asing yang masuk dengan pesat seperti Korea dengan K-Pop-nya,

lambat laun menggeser nilai – nilai dan karakter pemuda di Indonesia

khususnya di DKI Jakarta.

Untuk itu Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP Ansor harus

memiliki strategi untuk dapat mengembangkan kualitas sumber daya

manusia melalui pendekatan keagamaan, kependidikan, kebudayaan,

dan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai wujud partisipasi dalam

pembangunan nasional. Meningkatkan kesadaran dan aktualisasi

masyarakat sebagai upaya peningkatan kualitas kesehatan,

ketahanan jasmani dan mental spiritual serta meningkatkan apresiasi

terhadap seni dan budaya bangsa yang positif serta tidak

bertentangan dengan syari‟at Islam, meningkatkan hubungan dan

kerjasama dengan berbagai organisasi keagamaan, kebangsaan,

kemasyarakatan, kepemudaan, profesi dan lembaga-lembaga lainnya

baik di dalam negeri maupun di luar negeri, mengembangkan

kewirausahaan di kalangan pemuda baik secara individu maupun

kelembagaan sebagai upaya meningkatan kesejahteraan anggota dan

masyarakat ditengah pandangan masyarakat tentang ormas – ormas

yang banyak meresahkan masyarakat, GP Ansor yang lebih

11

cenderung kepada kaderisasi harus memiliki strategi dalam

mempertahankan eksistensinya dan disamping pendekatan –

pendekatan kepada masyarakat. Untuk itu peneliti ingin mengetahui

sebenarnya apa strategi pembentukan brand image Pimpinan Wilayah

Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat program-program

kepemudaan sebagai judul penelitian ini.

1.2. Fokus Masalah

Dewasa ini organisasi masyarakat kepemudaan dianggap

meresahkan masyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya oknum-

oknum organisasi masyarakat yang melakukan tindakan kriminal

maupun penyimpangan-penyimpangan yang merupakan suatu

penurunan moral bangsa. Melihat kondisi sekarang ini, banyak terjadi

penyimpangan moral dikalangan generasi muda seperti miras,

tawuran pelajar, seks bebas dan lain sebagainya.

Dari isu-isu moral yang dilakukan generasi muda seperti yang

telah dicontohkan tersebut sudah menjadi masalah sosial yang

sampai saat ini belum dapat diatasi sampai tuntas. Dengan demikian

GP Ansor mempunyai peran yang cukup besar untuk merubah citra

pemuda yang dianggap merusak moral bangsa melalui program-

program kepemudaan yang di lakukan oleh Pimpinan Wilayah DKI

Jakarta GP Ansor

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka perumusan

masalah penelitian ini adalah : “Strategi pembentukan brand image

12

Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat

program-program kepemudaan”

1.3. Rumusan Masalah

Dalam melakukan penelitian diperlukan adanya suatu

perumusan masalah agar penulis dapat tepat sasaran dalam

memperoleh hasil yang maksimal. Pengertian dari perumusan

masalah menurut Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi, adalah

penjabaran dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis mencoba untuk merumuskan

suatu permasalahan sesuai dengan latar belakang dan pembatasan

masalah, perumusan masalah yang akan dikemukakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Strategi pembentukan brand image Pimpinan

Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat program-

program kepemudaan?

2. Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat dalam

melaksanakan strategi pembentukan brand image Pimpinan

Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat program-

program kepemudaan?

3. Faktor-faktor apakah yang menjadi pendukung dalam

melaksanakan strategi pembentukan brand image Pimpinan

Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat program-

program kepemudaan?

13

1.4. Tujuan Penelitian

Dilihat dari perumusan masalah yang telah dikemukakan,

secara umum tujuan penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui Strategi pembentukan brand image Pimpinan

Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat program-

program kepemudaan.

2. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam melaksanakan

strategi pembentukan brand image Pimpinan Wilayah Gerakan

Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat program-program kepemudaan.

3. Untuk mengetahui faktor pendukung dalam melaksanakan strategi

pembentukan brand image Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda

Ansor DKI Jakarta lewat program-program kepemudaan.

1.5 Kegunaan Penelitian

Yang dapat diperoleh dari penyusunan tugas akhir ini adalah:

1.5.1 Kegunaan Akademis

a. Kegunaan akademis yang akan dilakukan oleh penulis

diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan

khususnya mengenai strategi komunikasi.

b. Secara teoritis dapat menjelaskan dan membuktikan apakah

strategi komunikasi GP Ansor telah sesuai dengan teori-teori

komunikasi yang telah dikemukakan oleh para ahli atau

belum

14

c. Sebagai warna latihan dalam mengembangkan ilmu

pengetahuan penulis melalui kegiatan-kegiatan agar

nantinya dapat membandingkan antara ilmu yang diterima

dalam perkuliahan dengan yang ada di lapangan.

1.5.2 Kegunaan Praktis

a. Secara praktis, penelitian ini diharapkan berkaitan dengan

hal-hal yang dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan yang

nyata atau terhadap suatu individu, kelompok maupun

organisasi dan sebagainya. Kegunaan praktis ini juga

diharapkan menjadi masukan kepada Pimpinan Wilayah DKI

Jakarta GP Ansor serta secara personal dan nantinya

berguna untuk organisasi, terlebih dalam hal

mempertahankan citra.

b. Penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu

persyaratan utama dalam mendapatkan gelar S-1.

15

BAB II

KAJIAN LITERATUR DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Pustaka

Menurut Nasution dan Usman (2008:41) kajian pustaka

merupakan tahapan untuk mendokumentasikan hasil tinjuan atau

review terhadap teori atau penelitian sebelumnya yang telah di

publikasikan.

Kajian pustaka merupakan rangkuman dari penelitian terdahulu

yang berisikan tentang tujuan penelitian, teori dan metode yang

digunakan serta hasil yang didapat dari penelitian dihubungkan

dengan penelitian sebelumnya. Sehingga penelitian yang akan

dilakukan dapat lebih baik daripenelitian sebelumnya.

Peneliti mencoba untuk menyajikan data penelitian sejenis

yang bergerak pada bidang yang sama untuk mencari referensi data

untuk membandingkan dengan penelitian yang sudah ada.Untuk

memperkaya referensi penelitian, penulis mempelajari beberapa

penelitian sejenis terdahulu. Penelitian-penelitian sejenis terdahulu

adalah:

1. “Strategi komunikasi humas KPK dalam mempertahankan citra positif” yang diteliti untuk memenuhi syarat kelulusan (skripsi) oleh Airizky Quincy dari Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama). Masalah yang diteliti mendalami bagaimanakah strategi komunikasi humas KPK dalam mempertahankan citra positif. Tujuan peneliti ini mengambil judul tersebut untuk mengetahui seperti apa strategi komunikasi humas KPK dalam mempertahankan citra positif. Untuk meninjau hasil penelitian, penulis inimenggunakan 4 step dan analisis SWOT. SWOT

15

16

sendiri terdiri dari Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (kesempatan) dan Threaten (ancaman atau pesaing). Metodologi yang penulis ini pakai untuk penelitian tersebut adalah jenis penelitian kualitatif dimana penulis menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis, penelitian ini juga bersifat deskriptif yang bertujuan membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu fenomena sosial. Teknik pengumpulan data dibedakan antara data primer dan data sekunder, dengan cara melakukan wawancara mendalam, observasi, dan studi pustaka. 2. “Pemberdayaan organisasi Pemuda Nasional di DKI Jakarta oleh Kemenpora Paska Terbitnya Undang- Undang Kepemudaan Tahun 2009” yang diteliti untuk memenuhi syarat kelulusan (skripsi) oleh Astatia Damaiskadari Universitas Indonesia. Masalah yang diteliti adalah bagaimana pemberdayaan Organisasi Kepemudaan Nasional yang bersekretariat Pusat di DKI Jakarta, pasca terbitnya Undang-UndangKepemudaanTahun 2009. Tujuan peneliti ini mengambil judul tersebu tuntuk mendeskripsikan dan menganalisis pemberdayaan Organisasi Kepemudaan Nasional yang bersekretariat Pusat di DKI Jakarta oleh Kemenpora pasca terbitnya Undang-Undang Kepemudaan tahun 2009.Untuk meninjau hasil penelitian penulis ini menggunakan teori konsep pemberdayaan, teori kebijakan publikdan teoriorganisasi. Metodologi yang penulis ini pakai untuk penelitian tersebut adalah jenis penelitian kualitatif, dengan teknik wawancara mendalam dan kepustakaan dari literatur yang ada.Paradigma yang dipilih penulis ini untuk bahan penelitian adalah konstruktivisme yang ditujukan untuk mendapatkan hasil penelitian, dimana metode ini dilakukan melalui identifikasi kebeneran atau konstruksi pendapat per orang, dan mencoba untuk membandingkan dan menyilangkan pendapat orang per orang yang telah didapatkan untuk memperoleh kebeneran dengan cara wawancara mendalam, hasil kuisioner dan studi pustaka.

17

Untuk lebih jelasnya berikut peneliti jabarkan dalam tabel

matrix dua penelitian yang sejenis:

Tabel 2.1 Matrix penelitian terdahulu

NO ASPEK

Airizky Quincy Univ. Prof. Dr.

Moestopo (Beragama) 2010

Astatia Damaiska Universitas Indonesia

2009

Andini Dwi Putri Univ. Prof. Dr. Moestopo

(Beragama) 2016

1 JUDUL Strategi komunikasi

humas KPK dalam

mempertahankan citra

positif

Pemberdayaan organisasi

Pemuda Nasional di DKI

Jakarta oleh Kemenpora

Paska Terbitnya Undang-

Undang Kepemudaan

Tahun 2009

Strategi pembentukan

brand image Pimpinan

Wilayah Gerakan Pemuda

Ansor DKI Jakarta lewat

program-program

kepemudaan.

2 PERMASALAHAN Bagaimanakah strategi

komunikasi humas KPK

dalam mempertahankan

citra positif

Bagaimana

pemberdayaan Organisasi

Kepemudaan Nasional

yang

bersekretariat Pusat di DKI

Jakarta, pasca terbitnya

Undang-Undang

Kepemudaan

Tahun 2009?

Bagaimanakan Strategi

pembentukan brand image

Pimpinan Wilayah Gerakan

Pemuda Ansor DKI Jakarta

lewat program-program

kepemudaan.

3 TUJUAN Untuk mengetahui

seperti apa strategi

komunikasi humas KPK

dalam mempertahankan

citra positif

untuk

mendeskripsikan dan

menganalisis

pemberdayaan

Organisasi

Kepemudaan

Nasional yang

bersekretariat Pusat

di DKI Jakarta

oleh

Kemenpora

pasca

terbitnya Undang

-Undang Kepemudaan

tahun 2009

.

1.Untuk mengetahui Strategi pembentukan brand image Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat program-program kepemudaan. 2. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam melaksanakan strategi pembentukan brand image Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat program-program kepemudaan. 3. Untuk mengetahui faktor pendukung dalam melaksanakan strategi pembentukan brand image Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat program-program kepemudaan.

18

4 TEORI 4 step dan analisis

SWOT

1.Konsep Pemberdayaan

2. Teori

Kebijakan Publik

3. Teori Organisasi

7c‟s dan teori citra

5 METODOLOGI Penelitian kualitatif yang

menghasilkan data

deskriptif

Wawancara mendalam,

data hasil kuisioner

dan studi kepustakaan

(mixed method)

Penelitian kuliatatif yang

menganalisis hasil

wawancara

6 HASIL

PENELITIAN

1. Humas KPK

menggunakan 4 proses

langkah strategi Public

relation, serta dibantu

dengan mengguakan

analisis SWOT.

2. Dalam

mengimplementasikan

strategi yang dilakukan

oleh KPK dalam

mempertahankan citra

baiknya, KPK

menggunakan langkah-

langkah yang dilakukan

melaui media relation,

website resmi KPK,

perpustakaan KPK,

ayanan informasi

public, facebook,

twitter,youtube.

Pemberdayaan Organisasi

Kepemudaan nasional

yang bersekretariat di DKI

Jakarta setelah terbitnya

UU Kepemudaan belum

berhasil terlaksana

sehingga membutuhkan

peninjauan kembali terkait

strategi dan Undang-

Undang yang mengatur

hal tersebut.

Ketidakberhasilan

Pemberdayaan

dikarenakan sosialisasi

peraturan UU

Kepemudaan yang belum

merata dan tingginya

penolaksan peraturan

pembatasan usia pemuda;

rendahnya koordinasi

yang dilakukan

Kemenpora terkait

kemitraan strategis bagi

Organisasi Kepemudaan

nasional dengan

Lembaga/Kementerian

lain;

minimnya ikatan yang

terjalin antara Organisasi

Kepemudaan nasional

dengan Kemenpora; serta

Bantuan dana untuk

program kerja Organisasi

Kepemudaan nasional

yang dianggap masih

belum memadai dari

segi kuantitas dan kualitas

19

1.2 Kerangka Konsep dan Penelitian teori

2.2.1.Komunikasi

2.2.1.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah aktifitas manusia untuk saling berhubungan

satu sama lain, dimana dalam proses tersebut terdapat pesan atau

informasi yang disampaikan dari komunikator kepada komunikan.

Harold Laswell dalam karyanya The Structure and Function of

Communications in society mendefinisikan: “Komunikasi adalah proses

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui

media yang menimbulkan efek”. (Effendy, 2004 : 10)

“Komunikator yang dimaksud menurut beliau adalah orang yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang dan orang yang menerima pesan disebut dengan komunikan.Harold Laswell juga mendefinisikan bahwa pesan/message yang disampaikan komunikator kepada komunikan merupakan seperangkat yang memiliki makna. Serta media, menurut Harold Laswell merupakan saluran komunikasi kepada komunikan” (Effendy, 2004 : 115) Dua orang dikatakan melakukan interaksi apabila masing-

masing melakukan aksi dan reaksi.Aksi dan reaksi yang dilakukan

manusia ini (baik secara perorangan, kelompok, ataupun organisasi),

dalam ilmu komunikasi disebut sebagai tindakan komunikasi. Pada

dasarnya manusiatelah melakukan proses komunikasi sejak dia

dilahirkan ke dunia. Tindakan komunikasi ini terus-menerus terjadi

selama proses kehidupannya. Dengan demikian, proses komunikasi

dapat diibaratkan sebagai urat nadi kehidupan manusia.

20

Komunikasi juga merupakan salah satu fungsi dari kehidupan

manusia. Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin

berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui apa yang

terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu

berkomunikasi. Melalui komunikasi seseorang dapat menyampaikan

apa yang ada di dalam benaknya pikirannya kepada orang lain baik

secara langsung ataupun tidak terisolasi dari lingkungan sekitarnya,

seorang dapat mengenali dirinya sendiri, seorang dapat menambah

pengetahuan dan mengubah sikap serta prilaku kebiasaannya, dan

seseorang dapat berusaha untuk membujuk dan/atau memaksa orang

lain agar berpendapat, bersikap atau berprilaku sebagaimana yang

diharapakan.

Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang

sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian

informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.” (Effendi, 2004 : 10)

Defenisi tersebut menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu

komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga

pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public

attitude). Sedangkan menurut Harold Lasswell pada tahun 1960

“Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang

menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada

siapa, dan dengan akibat atau hasil apa (who? say what? In which

channel? To whom? Whict what effect?)” (Sendjaja, 2003 : 111)

21

Gambaran sederhana dari proses komunikasi dapat dilihat dari

model komunikasi yang dikembangkan oleh Harold Lasswell, yang

mengemukakan sebuah model komunikasi untuk menjelaskan

komunikasi dengan menggunakan lima pertanyaan yang ditanyakan

dan dijawab dalam melihat proses komunikasi, yaitu “who says what in

which channel to whom with what effect.” Untuk lebih jelasnya di

gambarkan sebagai berikut :

a. “Who - siapa = komunikator b. Says what - mengatakan apa = pesan c. In which channel - dalam media apa = media d. To whom - kepada siapa = komunikan e. With what effect - dengan efek apa = efek

(Sendjaja, 2003 : 26)

Berdasarkan model komunikasi Harold Lasswell yang telah

diuraikan di atas, maka jika diaplikasikan ke dalam penelitian ini,

adalah :

a. Who (siapa) Yaitu komunikator yang merupakan sumber yang akan

memberikan informasi atau menyampaikan pesan kepada para komunikannya, komunikator dalam hal ini adalah Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP Ansor

b. Say What (pesan yang akan disampaikan) Yaitu pesan yang akan disampaikan komunikator dalam hal

ini adalah segala bentuk informasi c. In which channel (media yang di kemukakan) Media yang digunakan adalah berbagai media pendukung

dan melalui komunikasi verbal secara interperdonal yang sifatnya dialogis dalam proses penyampaian informasi

d. To whom (siapa komunikannya) Pesan ditujukan kepada publik umum khususnya para

masyarakat yang berusia 16- 40 tahun. e. With what effect (efek apa yang diharapkan) Efek apa yang diharapkan pada komunikan adalah

terpenuhinya seluruh kebutuhan informasi sehingga Strategi komunikasi Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP Ansor diterima oleh publik.

22

Berdasarkan model komunikasi Harold Lasswell di atas, jika

dikaitkan dengan penelitian ini adalah Strategi komunikasi Pimpinan

Wilayah DKI Jakarta GP Ansor, yang dalam hal ini mempunyai strategi

komunikasi yaitu menjalankan program-program kegiatan untuk

menyampaikan pesan kepada publik, agar pesan yang akan

disampaikan dapat sampai kepada masyarakat dengan baik tanpa

membuat citra yang negatif mengenai organisasi masyarakat yang

bersifat kepemudaan ini. Terakhir adalah efek yang diharapkan pada

komunikan yaitu terpenuhinya seluruh kebutuhan informasi mengenai

program-program yang dilakukan GP Ansor DKI Jakarta bahwa

organisasi masyarakat yang bersifat kepemudaan ini tidak meresahkan

publik. Dengan demikian kelengkapan unsur komunikasi menurut

Harold Lasswell yang mutlak harus ada di dalam setiap prosesnya.

2.2.1.2.1 Proses Komunikasi

Proses komunikasi pada hakekatnya adalah penyampaian

suatu pesan yang dilakukan oleh seseorang komunikator sedemikian

rupa sehingga menimbulkan dampak tertentu pada komunikan. Pesan

yang disampaikan oleh komunikator adalah pernyataan sebagai

panduan dari perasaan yang berupa ide, gagasan, informasi, keluhan,

dan sebagainya.

Onong Uchjana Effendy di dalam bukunya komunikasi teori dan

praktek membagi proses komunikasi sebagai berikut:

23

a. “Proses komunikasi secara primer Proses komunikasi secara primer adalah proses

penyampaian pikiran dan/atau perasaan perasaan orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan/atau perasaan komunikator kepada komunikan.

b. Proses komunikasi secara sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses

penyampaian pesan oleh seorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai medai kedua. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karen komunikan sebagai sasarnnya berada di tempat yang relatif jauh atau dalam jumlah banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi”. (Effendy, 2003 : 11-16)

Selain itu menurut Deddy Mulyana, proses komunikasi dapat

digolongkan dalam beberapa bentuk, yaitu :

1. Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Communication) Komunikasi yang dilakukan dengan diri sendiri, baik kita

sadari atau tidak kita sadari. 2. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication) Proses pertukaran informasi antara seseorang dengan

paling kurang seseorang lainnya atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui balikan (feedback).

3. Komunikasi Kelompok (Group Communication) Komunikasi antara seseorang dengan sekelompok orang

dalam situasi tatap muka. 4. Komunikasi Publik (Public Communication) Komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah

besar orang (khalayak), yang tidak bisa dikenali satu per satu.

5. Komunikasi Organisasi (Organization Communication) Komunikasi yang berupaya menyampaikan pesan yang

dikirim dan diterima di dalam organisasi, di dalam kelompok yang strukturnya formal maupun informal.

6. Komunikasi Media Massa (Mass Media Communication)

Komunikasi melalui penggunaan media. (Mulyana,2007)

24

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

komunikasi intrapribadi (Intrapribadi Communication) merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari proses komunikasi dua orang, tiga

orang dan sebagainya, karena sebelum berkomunikasi dengan orang

lain, setiap individu biasanya berkomunikasi dengan diri sendiri terlebih

dahulu (mempersepsikan dan memastikan makna pesan orang lain),

hanya saja caranya yang seringkali kita tidak sadari. Keberhasilan kita

berkomunikasi dengan orang lain, bergantung pada keefektifan

komunikasi kita dengan diri sendiri. Kemudian terdapat komunikasi

antarpribadi yang merupakan proses penyampaian komunikasi hanya

dua orang. Terdapat pula komunikasi publik atau biasanya komunikasi

ini sering disebut pidato, ceramah, kuliah (umum).Selain itu, terdapat

pula komunikasi organisasi, yang biasanya terdiri dari bentuk

komunikasi formal dan komunikasi informal. Sedangkan dalam

penelitian ini, yang menjadi fokus penelitian peneliti adalah hanya

proses komunikasi organisasi (Organization Communication),dimana

proses pemberian informasi dari seseorang Pimpinan Wilayah DKI

Jakarta GP Ansor dalam mempertahankan citra positif melalui

program-program kepemudaan. Segala bentuk komunikasi diatas akan

menggunakan antara 2 proses, secara primer dan secara sekunder.

Proses secara primer merupakan proses penyampaian perasaan

komunikator ke komunikan secara langsung dengan menggunakan

simbol sebagai media. Proses secara sekunder merupakan proses

25

penyampaian perasaan komunikator dengan kumunikan secara tidak

langsung dengan menggunakan alat pendukung sebagai media untuk

menyampaikan pesan.

2.2.1.3 Komunikasi Organisasi

Pace dan Faules (2002:31-33) mengatakan, “Komunikasi

organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran

pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu

organisasi”. Suatu komunikasi yang terjadi dalam sebuah organisasi

terdiri dari bagian-bagian yang saling bekerja sama untuk mencapai

tujuan yang telah ditentukan organisasi.

Sedangkan pengertian dari komunikasi organisasi menurut

Redding dan Sanborn seperti yang dikutip oleh Arni Muhammad

(2004:65) mengatakan bahwa :

“Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward (dari atasan kepada bawahan), komunikasi upward (dari bawahan ke atasan), komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama level/tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan evaluasi program”.

Di dalam komunikasi organisasi, arah aliran informasi

dibedakan menjadi 4, yaitu:

1. Komunikasi ke Bawah (Downward Communication) Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti

bahwa pesan mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Disamping perintah dan instruksi, komunikasi ke bawah juga berisi pesan mengenai tujuan komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, komunikasi lintas saluran, komunikasi horizontal

26

organisasi, kebijaksanaan kebijaksanaan perusahaan, peraturan, pembatasan, insentif, tunjangan, dan pengembangan rasa memiliki tugas (sense of mission). (Rudy dkk:2005:)

Informasi dari atasan ke bawahan meliputi:

a. Informasi tentang bagaimana melakukan pekerjaan. b. Informasi tentang dasar pemikiran untuk melakukan

pekerjaannya. c. Informasi tentang kebijakan dan praktik organisasi. d. Informasi tentang kinerja pegawai. e. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas. (Saputra:2014:172) 2. Komunikasi ke Atas (Upward Communication)

Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa pesan mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia). Semua pegawai dari sebuah organisasi, kecuali mungkin mereka yang menduduki posisi puncak mungkin berkomunikasi ke atas. Artinya, setiap bawahan dapat mempunyai alasan yang baik atau meminta informasi dari atau memberi informasi kepada seseorang yang otoritasnya lebih tinggi dari pada dia. Fungsi utama dari komunikasi ke atas adalah untuk memperoleh informasi mengenai kegiatan keputusan dan pelaksanaan pekerjaan karyawan pada tingkat yang lebih rendah. Sebuah organisasi yang efektif membutuhkan komunikasi ke atas sama banyaknya dengan komunikasi ke bawah. Dalam situasi seperti ini, komunikator berada pada tingkat yang lebih rendah dalam hierarki organisasi daripada penerima pesan. Beberapa bentuk komuniaksi ke atas yang paling umum melibatkan pemberian saran, pertemuan kelompok, dan protes terhadap prosedur kerja. Ketika komunikasi ke atas tidak muncul, orang sering kali mencari sejumlah cara untuk menciptakan jalur komunikasi ke atas yang tidak formal. (Ivancevich:2006:125)

3. Komunikasi Horizontal (Horizontal Communication) Komunikasi horizontal terdiri dari penyampaian informasi di antara rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-individu yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama. Namun komunikasi horizontal seringkali menemui banyak hambatan. Ketiadaan kepercayaan diantara rekan-rekan kerja, perhatian yang tinggi pada mobilitas ke atas, dan persaingan dalam sumber daya dapat mengganggu

27

komunikasi pegawai yang sama tingkatnya dalam organisasi dengan sesamanya.(Ivancevich:2006:125)

4. Komunikasi Lintas Saluran (Diagonal Communication) Komunikasi lintas saluran adalah komunikasi yang muncul karena keinginan pegawai untuk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional dengan individu yang tidak menduduki posisi atasan atau bawahan. (Ivancevich:2006:125)

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti mengambil

kesimpulan bahwa komunikasi organisasi yang efektif adalah

komunikasi yang dilakukan dalam suatu organisasi yang harus

disesuaikan dengan jalurnya masing-masing. Agar para anggota

organisasi mampu menyesuaikan diri atau mengetahui kapan dan

bagaimana harus berkomunikasi secara formal maupun informal.

Sedangkan untuk menciptakan komunikasi yang efektif dalam

suatu organisasi harus didukung oleh iklim organisasi yang positif, dan

dipengaruhi oleh sikap dan perilaku yang ramah dan saling

menghormati antar karyawan dan didukung oleh sistem komunikasi

yang terbuka, sehingga akan terjalin hubungan yang harmonis.

Maka dapat disimpulkan bahwa suatu organisasi yang baik

ditimbulkan dari iklim komunikasi yang baik antara individu di dalam

organisasi, maka dalam bekerja akan tercipta komunikasi yang terbuka

dalam diri setiap individu sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.

2.2.1.4 Strategi Komunikasi

Strategi merupakan rencana induk untuk melaksanakan suatu

kebijakan dengan menggunakan sumber daya yang ada. Strategi

28

tersebut selanjutnya dijabarkan kedalam program dan proyek yang baik

ckupannya maupun kedalamnya lebih khusus.

“Strategi pada hakikatnya adala perencanaan (planning), dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan bagaimana taktik oprasionalnya. Effendi menambahkan strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.” (Effendy, 2003 : 32)

Menyusun sebuah strategi komunikasi adalah suatu seni,

bukan suatu yang ilmiah dan ada banyak cara pendekatan yang

berbeda untuk melakukan tugas ini. seperti halnya strategi dalam

bidang apapun, strategi komunikasi harus di dukung oleh teori, karena

teori merupakan pengetahuan berdasarkan pengalaman yang sudah

diuji kebenarannya.

Sebuah perencanaan sangat penting untuk mencapai tujuan

perusahaan/organisasi, strategi komunikasi harus dapat menunjukkan

bagaimana oprasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata

bahwa pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu, bergantung pada

situasi dan kondisi.

Quinn (1992) dalam buku kampanya PR kiat dan strategi edisi

revisi (Ruslan : 2002) menyatakan agar suatu strategi dapat efektif

dilaksanakan dalam sebuah program, maka ia harus mencakup

beberapa hal :

1) Objektif yang jelas dan menentukan semua ikhtiar diarahkan untuk mencapai pemahaman yang jelas, menentukan dan bisa mencapai keseluruhan tujuan.

29

Tujuan tersebut tidak perlu dibuat secara tertulis namun yang penting bisa dipahami dan menentukan.

2) Memelihara inisiatif, perlu diketahui bahwa strategi inisiatif menjaga kebebasan bertindak dan memperkaya komitmen. Strategi harus menentukan langkah dan menetapkan tindakan terhadap peristiwa, bukannya bereaksi terhadap peristiwa.

3) Konsentrasi, dengan memusatkan kekuatan yang besar untuk waktu dan tempat yang menentukan.

4) Strategi hendaknya diniatkan untuk dilengkapi penyangga dan dimensi untuk fleksibilitas dan manuver.

5) Strategi hendaknya memberikan kepemimpinan yang memiliki komitmen dan tanggung jawab terhadap pencapaian tujuan pokok.

6) Strategi hendaknya dipersiapkan untuk memanfaatkan kerahasiaan dan kecerdasan untuk menyerang lawan pada saat yang tidak terduga.

7) Strategi itu mengamankan seluruh organisasi dan semua operasi penting organisasi.

Menyusun strategi komunikasi harus memperhitungkan faktor-

faktor pendukungnya. Komponen komunikasi dan faktor pendukung

sebagai berikut:

1. Mengenali sasaran komunikasi 2. Faktor situasi dan kondisi 3. Pemilihan media komunkasi 4. Pengkajian tujuan pesan komunikasi 5. Peranan komunikator dalam komunikasi 6. Daya tarik sumber 7. Kredibilitas sumber(Effendy:2003:35)

Dalam faktor-faktor tersebut dijelaskan bahwa strategi

merupakan suatu tindakan yang akan digunakan untuk mencapai suatu

tujuan, yang tindakan tersebut dalam menjalankannya dengan sebuah

komunikasi. Dalam menyusun strategi komunikasi harus

memperhitungkan faktor-faktor pendukungnya. Strategi komunikasi

yang ditentukan suatu tujuan yang diinginkan dengan memperhatikan

30

situasi dam kondisi dari khalayaknya. Maka suatu kegiatan komunikasi

hal yang paling utama yang harus dikerjakan adalah mengenal dahulu

khalayaknya dan disesuaikan dengan kondisi komunikator tersebut

kepada komunikannya atau khalayak.

Untuk menguasai teknik komunikasi dengan melalui

komunikasi tertentu secara efektif, seperti “What is communications”

and “How to communicate”, kemudian “I know my people” and “you

know your audience”. Pada hakikatnya tujuan dari kegiatan komunikasi

ini adalah agar dapat mengubah opini publik dari prilaku lainnya sesuai

dengan tujuan dan perencanaan yang ditetapkan.

Strategi komunikasi ini dapat berjalan dengan adanya peranan

seorang humas. Humas dapat menginformasikan perusahaannya

kepada publik agar dapat dimengerti dan diterima dengan baik,

menggunakan proses komunikasi sehingga mudah dimengerti dan

dipahami oleh publik. humas dapat berjalan dengan efektif karena

adanya suatu komunikasi yang efektif, maka perlu adanya perencanaan

humas humas dalam memberikan pesan kepada publik untuk mencapai

tujuannya.

“Melalui teknik komunikasi tersebut, seperti prosedur untuk

menarik perhatian pada penggiatan komunikasi, dikenal “AA procedure,

fromattention to action” atau dengan model “AIDDA”. AIDDA tersebut

singkatan dari:

31

A - attention = menarik perhatian I - interest = membangkitkan minat D - desire = menumbuhkan hasrat D - decision = membuat keputusan A - action = melakukan penggiatan” (Ruslan, 2002 : 33 )

Dalam proses komunikasi tersebut, peneliti menjelaskan suatu

pesan yang disampaikan dimulai dengan membangkitkan perhatian,

kemudian menumbuhkan minat dan kepentingan sehingga khalayak

memiliki hasrat untuk menerima pesan yang dirangsangkan oleh

komunikator dan akhirnya diambil keputusan untuk menjalankan

kegiatan tersebut dalam tindakan. Jadi proses tersebut harus bermula

dari perhatian, sehingga pesan komunikasi yang tidak menarik

perhatian, tidak akan menciptakan komunikasi yang efektif.

Strategi komunikasi ini dapat berjalan dengan adanya peranan

seorang Humas. Humas dapat menginformasikan perusahaannya

kepada publik agar dapat dimengerti dan diterima dengan baik,

menggunakan sebuah proses komunikasi sehingga mudah dimengerti

dan dipahami oleh publiknya. Humas dapat berjalan dengan efektif

karena adanya suatu komunikasi yang efektif, maka perlu adanya

perencanaan Humas dalam memberikan pesan kepada publiknya untuk

mencapai tujuannya.

Strategi komunikasi dalam praktiknya bisa dibedakan dalam

strategi komunikasi Humas, strategi media dan strategi pesan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa di dalam

strategi komunikasi, Public relation tidak hanya mengatur rencana

32

kegiatan jangka pendek perusahaan / instansi atau organisasi,

melainkan lebih terfokus pada rencana jangka panjang. Rencana

jangka panjang tersebutlah yang dijadikan acuan oleh para praktis

Public relation untuk dapat menentukan rencana –rencana teknis.

Rencana teknis tersebut harus sesuai dengan visi dam misi suatu

perusahaan atau organisasi, agar tujuan serta sasaran tersebut dapat

tercapai.

2.2.1.5 Peranan Pimpinan Terhadap Komunikasi Organisasi

Setiap kegiatan manusia selalu membutuhkan kepemimpinan,

demikian halnya dalam berorganisasi tentu membutuhkan pimpinan

sebagai orang yang memimpin, memandu, berdiri di barisan depan

demi sukses dan efisiensi kerja. Pimpinan mempunyai sifat, kebiasaan,

temperamen, watak dan kepribadian yang unik serta khas sehingga

tingkah laku dan gayanya membedakan dirinya dan orang lain. Yang

jelas, pemimpin harus memiliki kelebihan dibandingkan anggota

organisasi lainnya, sehingga melalui kelebihan itu seorang pimpinan

memiliki wibawa dan dipatuhi oleh bawahannya (Kartono, 2010:

31,34,37).

Dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuannya agar

berhasil tergantung pada bagaimana kepercayaan masyarakat pada

organisasi tersebut, bagaimana mutu dan kualitas organisasi.

Keseluruhan hal ini dicerminkan oleh bagaimana para pimpinan dalam

organisasi, maka mutu dan kualitas pimpinan akan ikut menentukan

33

mutu dan kulitas organisasi itu pula. Mutu kepemimpinan dalam

organisasi dapat terlihat dalam kemampuan pimpinan untuk melakukan

beberapa hal dalam organisasi tersebut seperti :

1. Memahami sepenuhnya berbagai faktor yang merupakan kekuatan bagi organisasi.

2. Mengenali secara tepat bebrbagai bentuk kelemahan yang terdapat dalam organisasi.

3. Memanfaatkan berbagai peluang yang mungkin timbul. 4. Menghilangkan berbagai ancaman yang dapat menjadi

penghalang bagi keberhasilan organisasi mencapai tujuan dan sasarannya

5. Memiliki sifat yang proaktif dan antisipatif terhadap perubahan yang pasti selalu terjadi, baik karena faktor-faktor intern maupun karena tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

6. Mendorong para bawahan sehingga bekerja dengan tingkat efisiensi, efektivitas, dan produktivitas yang mendorong keberhasilan usaha

7. Menciptakan cara dan iklim kerja yang mendukung wawasan kebersamaan dalam usaha pencapaian tujuan (Siagian 2003:4)

2.2.1.6 Model Strategi Komunikasi

Pelaksanaan strategi Humas dalam berkomunikasi menurut

Scott M. Cutlip dan Allen H. Center(2007), yang dikenal dengan “7‟Cs-

PR Communication”, adalah sebagai berikut:

1. Credibility (kredibilitas) Komunikasi itu dimulai dari suasana saling percaya yang diciptakan oleh pihak komunikator secara sungguh-sungguh, untuk melayani publiknya yang memiliki keyakinan dan respek.

2. Context (konteks) Menyangkut sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan kehidupan sosial, pesan yang harus disampaikan dengan jelas serta sikap partisipatif. Komunikasi efektif diperlukan untuk mendukung lingkungan sosial melalui pemberitaan diberbagai media massa.

34

3. Content (isi) Pesannya menyangkut kepentingan orang banyak/publik sehingga informasi dapat diterima sebagai sesuatu yang bermanfaat secara umum bagi masyarakat.

4. Clarity (kejelasan) Pesan harus disusun dengan kata-kata yang jelas, mudah dimengerti, serta memiliki pemahaman yang sama antara komunikator dan komunikan dalam hal maksud, tema, dan tujuan semua pihak.

5. Continuity and consistency (kontinuitas dan konsistensi) Komunikasi merupakan proses yang tidak pernah berakhir, oleh karena itu dilakukan secara berulang-ulang dengan berbagai variasi pesan. Dengan cara demikian untuk mempermudah proses belajar, membujuk dan tema dari pesan-pesan tersebut harus konsisten.

6. Channel (saluran) Mempergunakan saluran media informasi yang tepat dan terpercaya serta dipilih oleh khalayak sebagai target sasaran. Pemakaian saluran media yang berbeda akan berbeda pula efeknya. Dengan demikian seorang Public Relations harus dapat memahami perbedaan dan proses penyebaran informasi secara efektif.

7. Capability of the audience (kapabilitas atau kemampuan audien) Memperhitungkan kemampuan yang dimiliki oleh khalayak. Komunikasi dapat menjadi efektif bagi audien bila berkaitan dengan faktor-faktor yang bermanfaat seperti kebiasaan dan peningkatan kemampuan membaca dan pengembangan pengetahuan.

Dari penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa didalam strategi

komunikasi, humas tidak hanya mengatur rencana kegiatan jangka

panjang pendek perusahaan atau organisasi, melainkan lebih terfokus

pada rencana jangka panjang. Rencana tersebut harus disesuaikan

dengan visi dan misi organisasi agar tujuan dapat dicapai.

35

2.3 Hubungan Masyarakat

2.3.1 Definisi Hubungan Masyarakat

Dewasa ini Humas (Hubungan Masyarakat) atau yang disebut

juga Public Relations sudah di kenal banyak di kalangan masyarakat.

Bahkan humas juga memegang peran atau posisi penting di dalam

perusahaan dan organisasi. Humas mempunyai peran di perusahaan

dan organisasi tersebut dalam menjaga dan meningkatkan citra di mata

publik.

Menurut Glenn dan denny Griswold di dalam bukunya Your

Public Relations mengemukakan bahwa:

“public relations is the management function which evaluates public attitudes, identifies the policies and procedures of an individual or organization with the public interest and executes a program of action to earn public understanding and acceptance.” (hubungan masyarakat/public relations adalah suatu manajemen yang menilai sikap publik, menunjukkan kebijaksanaan dan prosedurdari individu atau organisasi atas dasar kepentingan publik dan melaksanakan rencana kerja untuk memperoleh pengertian dan pengakuan dari publik.) (Abdurrachman, 2001:26)

Berdasarkan definisi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa

Humas merupakan pelaksanaan kegiatan komunikasi secara terencana

pada sebuah perusahaan yang ditujukan kepada pihak internal maupun

ekternal untuk mencapai tujuan tertentu.

Selanjutnya Onong Uchjana Effendy: “Hubungan Masyarakat

(Humas) adalah komunikasi dua arah antara organisasi dengan publik

secara timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan

36

manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerjasama dan

pemenuhan kepentingan bersama” (Effendy,2006:23)

Hal ini menjelaskan bahwa tujuan Humasadalah menciptakan

saling pengertian antara organisasi dengan khalayaknya. Peranan

Humasruang lingkup tugasnya antara lain meliputi membina hubungan

ke dalam (publik internal) dan membina hubungan keluar (publik

eksternal).

Definisi Public Relation menurut Internal Pubic Relations

Association (IPRA) adalah

“Humas/Public Relation merupakan fungsi manajemen dari sikap budi yang direncanakan dan dijalankan secara berkesinambungan oleh organisasi-organisasi, lembaga-lembaga umum dan pribadi dipergunakan untuk memperoleh dan membina saling pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang ada hubungan dan diduga akan ada kaitannya, dengan cara menilai opini publik mereka, dengan tujuan sedapat mungkin menghubungkan kebijaksanaan dan ketatalaksanaan, guna mencapai kerja sama yang lebih produktif, dan untuk memenuhi kepentingan bersama yang lebih efisien, dengan kegiatan penerangan yang terencana dan tersebar luas. (Rumanti, 2005:11) Berdasarkan beberapa definisi di atas, penulis menyimpulkan

bahwaHumasbentuk keseluruhan dari fungsi manajemen yang

terencana dan berkelanjutan untuk menciptakan dan memelihara citra

organisasi dengan para publik eksternalnya bertujuan untuk mencapai

produktivitas serta efisiensi kerja untuk guna memenuhi kepentingan

bersama. Humas adalah salah satu dari bagian lembaga baik profit dan

non profit. Fungsi utama humas adalah menjembatani hubungan

pimpinan dan organisasi ke publik baik secara internal maupun

37

eksternal.Serta mempunyai peranan yang sangat penting bagi

kelancaran dan kesuksesan kegiatan di dalam organisasi.

Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP Ansor berfungsi

menciptakan hubungan baik antara lembaga atau organisasi terhadap

publiknya, baik internal maupun eksternal. Dalam rangka menanamkan

pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi terhadap publik

dalam upaya menciptakan iklim pendapat yang menguntungkan

organisasi sehingga dapat dikatakan Public Relations (Humas) memiliki

fungsi-fungsi yang mendukung kemajuan organisasi. Menciptakan

kegiatan-kegiatan yang terdapat proses komunikasi dua arah akan

menghasilkan suatu proses timbal balik yang berlaku bagi organisasi.

Peranan Public Relations dalam sebuah perusahaan atau

organisasi tidak dapat dipandang sebelah mata. Public Relations justru

menjadi salah satu unsur penting bagi perusahaan, dapat memberikan

jalan keluar. Bahkan jalan keluar tersebut tidak hanya dipandang dari

sisi perusahaan semata melainkan juga dipandang dari sisi khalayak.

Peneliti juga akan mencoba Peran Humas (hubungan

masyarakat) dalam suatu lembaga/organisasi. “Makna dari konsep

Humas/PR pada intinya senantiasa berkenaan dengan kegiatan

penciptaan pemahaman melalui pengetahuan dan melalui kegiatan

tersebut diharapkan akan muncul suatu dampak, yakni perubahan yang

positif”.(Jefkin, 2002:2)

Dengan demikian, kehumasan adalah suatu bentuk komunikasi

yang berlaku terhadap semua jenis organisasi, baik yang bersifat

38

komersial maupun non komersial, di sector public (pemerintah) maupun

privat (pihak swasta). Definisi praktek Humas/PR menurut Britain

Institute of Public Relations (IPR) dapat dimengerti sebagai berikut :

1) Upaya yang terencana dan berkesinambungan. Halini berarti humas adalah suatu rangkaian kegiatan yang diorganisasikan sebagai suatu rangkaian kampanye atau program terpadu, dan semuanya itu berlangsung secara berkesinambungan teratur.

2) Tujuan utamanya adalah menciptakan dan memelihara saling pengertian. Dalam artian untuk memastikan bahwa organisasi tersebut senantiasa dimengerti oleh pihak-pihak lain yang turut berkepentingan.” (Jefkin, 2002:8-9)

Adapun tugas utama dari seorang humas adalah :

“1) Menciptakan dan memelihara suatu citra yang baik dan tepat atas lembaganya/organisasinya, baik itu yang berkenaan dengan kebijakan produk, jasa, maupun dengan para personalnya. 2) Memantau pendapat umum mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan citra, kegiatan, reputasi, maupun kepentingan-kepentingan lembaga, dan menyampaikan setiap informasi yang penting ini langsung kepada pihak manajemen atau pimpinan puncak untuk ditanggapi atau ditindaklanjuti. 3) Memberi nasehat atau masukan kepada pihak manajemen mengenai berbagai masalah komunikasi. 4) Menyediakan berbagai informasi kepada khalayak perihal kebijakan lembaga/organisasi, kegiatan, produk, jasa dan personalia selengkap mungkin demi menciptakan suatu pengetahuan yang maksimal dalam rangka menjangkau pengertian khalayak.”(Jefkin, 2002:28)

Hal ini menjelaskan bahwa fungsi dan peranan Humas tersebut

maka fungsi Humas jika dikaitkan dalam penelitian ini adalah Pimpinan

wilayah GP Ansor berperan sebagai Image maker, yang berupaya

menciptakan citra positif bagi organisasi/instansi, sertamendukung

fungsi manajemen (Back Up Management) yang terdapat dalam

struktur organisasi untuk melakukan suatu strategi komunikasi

39

(Communicator) melalui suatu kegiatan yang dapat memberikan

pengetahuan kepada publik eksternal sehingga opini publik dapat

terbentuk sesuai dengan apa yang diharapkan dan upaya pembetukkan

citra institusi pemerintah dapat terbentuk dengan baik.

Hal ini berkaitan dengan kegiatan ekternal GP Ansor DKI

Jakarta dimana dalam aktivitas eksternalnya,Pimpinan Wilayah

menerapkan suatu bentuk strategi komunikasi yang memiliki tujuan

untuk menjalin hubungan dengan publik eksternal sehingga

terbentuklah opini publik yang positif terhadap organisasi yang

diwakilinya. Perhatian yang besar terhadap kepentingan publik

eksternal dan bertindak sesuai dengan kepentingan mereka akan

membangkitkan simpati dan kepercayaan publik eksternal terhadap GP

Ansor itu sendiri.

Selain itu, menurut Rosady Ruslan: ”Kegiatan eksternal Humas

merupakan upaya untuk mengeratkan hubungan dengan orang-orang

diluar badan atau instansi hingga terbentuklah opini publik yang

favorable terhadap badan itu” (Ruslan, 2005 : 33). Berdasarkan

pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tugas penting

eksternal Humas adalah mengadakan komunikasi yang efektif, yang

sifatnya informatif dan persuasif, yang ditujukan kepada publik diluar

badan itu. Komunikasi yang diselenggarakan eksternal Humas harus

timbal balik juga.

40

2.3.2 Peran Humas

Menurut Dozier dan Broon, yang dikutip oleh Farida

Kusumaastuti peranan Humas dalam suatu organisasi terdapat 4

peranan, meliputi:

a. “Penasehat Ahli (Expert prescribercommunication) Petugas Humas dianggap sebagai seorang ahli. Dia

menasehati pimpinan perusahaan/organisasi. b. Fasilitator Komunikasi (Communication fasilitator) Peranan Humas seabgai fasilitator komunikasi antara

perusahaan organisasi dengan publik. Baik dengan dengan publik eksternal maupun dengan publik internal. Sebagai media atau penengah bila terjadi miss communication.

c. Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem solving process fasilitator)

Peranan sebagai fasilitator dalam proses pemecahan masalah. Pada peranan ini petugas Humas melibatkan diri atau dilibatkan dalam setiap manajemen (krisis). Dia menjadi anggota tim, bahkan bila memungkinkan menjadi leader dalam penanganan krisis manajemen.

d. Teknisi Komunikasi (Communication technician) Disini Humas dianggap sebagai pelaksana teknis

komunikasi. Dia menyediakan layanan di bidang teknis, sementara kebijakan dan keputuasan teknik komuniaksi mana yang akan digunakan bukan meruapakan keputusanHumas melainkan keputuasn manajemen dan Humas yang melaksanakanya.” (Ruslan, 2005 : 24)

Berdasarkan penjabaran di atas, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa jika teori peranan tersebut dihubungkan dengan penelitian ini

yaitu pimpinan wilayah DKI Jakarta lebih berperan pada communication

facilitator,Problem solving process fasilitator dan expert

prescribercommunication. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,

peran Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP Ansor sebagai communication

facilitatorkarena dalam penelitian iniPimpinan GP Ansor Wilayah DKI

Jakarta adalah bagian yang berperan untuk menginformasikan kegiatan

41

- kegiatannya kepada internalnya maupun masyarakat selain tugasnya

sebagai mediator.

Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP Ansor berperan juga

sebagai Problem solving process fasilitator yang dianggap sebagai ahli

untuk terlibat dalam setiap adanya krisis didalam maupun di luar

organisasi sehingga akan menjadi leader untuk menangani krisisnya.

Selain itu Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta berperan juga

sebagai expert pres criber communication yang dianggap sebagai ahli

untuk menjalankan sebuah aktvitas sosialisasi dan berhak

melaksanakan segala strategi komunikasi kepada publik eksternalnya.

Humas meliputi penelitian kepada semua pendengar terhadap

informasi yang telah diberikan, memberikan nasehat atau masukan

kepada manajemen mengenai perilaku dan juga respon, membantu

membuat kebijakan yang akan memperlihatkan perhatian yang

bertanggung jawab kepada setiap perilaku, respon dan juga

mengevaluasi efektifitas seluruh program Humas secara

berkesinambungan.

2.4.Citra

Citra sebagai tujuan praktik tugas humas sebenarnya adalah

suatu yang abstrak dan intangible, namun dapat dirasakan. Terdapat

pengertian citra menurut Bill Clinton adalah:

“Image is the impression, the feeling, the conception which the public has of company, a consioussly created impression of an object, person or organization. (Citra atau image itu sendiri adalah kesan, perasaan, gambaran dari publik terhadap

42

perusahaan atau organisasi; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu objek, orang, atau organisasi. (Soleh Soemirat dan E. Ardianto, 2002, : 111-112).

Mendukung pernyataan diatas, menurut Katz citra adalah cara

bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang,

suatu komite, atau aktivitas. (Soemirat, 2010:113)

Jadi peneliti mengambil suatu kesimpulan bahwa citra

merupakan sesuatu yang dapat dibayangkan secara abstrak oleh

pengunjung atau konsumen agar dapat dibayangkan.

Menurut Ardianto, terdapat 5 jenis citra yaitu:

1. “Citra bayangan (mirror image) adalah citra yang melekat

pada orang atau anggota-anggota organisasi, dan citra

yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar

terhadap organisasinya. Citra bayangan itu hampir selalu

tidak tepat, atau tidak sesuai dengan kenyataan

sesungguhnya.

2. Citra yang berlaku (current image) adalah kebalikan dari citra

bayangan atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak

luar mengenai suatu organisasi.

3. Citra yang diharapkan (wish image) adalah suatu citra yang

diinginkan oleh pihak manajemen. Citra ini juga tidak sama

dengan citra yang sebenarnya. Biasanya, citra yang

diharapkan itu lebih baik atau lebih menyenangkan daripada

citra yang ada.

4. Citra perusahaan atau citra lembaga (corporate image)

adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan.

Suatu badan usaha yang memiliki citra perusahaan positif

lebih mudah menjual produk atau jasanya.

5. Citra majemuk (multiple image). Banyaknya jumlah pegawai

(individu), cabang atau perwakilan dari sebuah perusahaan

atau organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum

tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara

keseluruhan. Variasi citra tersebut harus ditekan seminimal

mungkin dan citra perusahaan harus ditegaskan secara

keseluruhan. (Ardianto, 2011:63)

43

Pendapat tersebut didukung juga oleh Frank Jefkins:

1. “Citra Cermin (Mirror Image) Kesan yang diyakini oleh perusahaan, para pimpinan,

terhadap organisasinya secara sepihak tanpa mengacuhkan kesan dari luar.Cenderung selalu merasa dalam posisi baik padahal jauh dari kenyataan, khususnya setelah dilakukan studi.

2. Citra Kini (Current Image) Kesan yang diperoleh dari orang lain tentang perusahaan/

organisasi atau hal lain yang berkaitan dengan produknya. Kesan yang senyatanya terjadi terhadap perusahaan berdasarkan kesan dari publik eksternalnya.

3. Citra Keinginan (Wish Image) Kesan yang memang diharapkan terjadi oleh perusahaan,

atau seperti apa yang diinginkan dan dicapai oleh pihak manajemen terhadap lembaga/perusahaan, atau produk yang ditampilkan tersebut lebih dikenal (good awareness), menyenangkan dan diterima dengan kesan yang selalu positif diberikan (take and give) oleh publiknya.

4. Citra Perusahaan (Corporate Image) Kesan yang berkaitan dengan sosok perusahaan sebagai

tujuan utamanya sehingga bisa diterima oleh publiknya, misalnya: tentang sejarahnya, kualitas layanan, keberhasilan, tanggung jawab sosial (social care).

5. Citra Serbaneka (Multiple Image) Kesan yang berkaitan dengan segala aspek untuk lebih

mengenalkan (awareness) terhadap identitas perusahaan. Seperti: atribut logo, brand’s name, seragam (uniform) para front liner, sosok gedung, dekorasi lobby kantor, penampilan para profesionalnya.

6. Citra Penampilan (Performance Image) Kesan yang lebih ditujukan kepada subjeknya, bagaimana

kinerja/penampilan diri (performance image) para profesional perusahaan/organisasi yang serba menyenangkan dan selalu baik. Misalnya dalam memberikan pelayanan, menerima telpon, menyambut tamu/pelanggan.(Ruslan, 2002:76-77).

Jadi peneliti menyimpulkan bahwa jenis citra itu terbagi atas

citra terbagi atas citra bayangan, citra yang berlaku, citra yang

diharapkan, citra perusahaan, citra majemuk, dan citra penampilan

sebagai tambahan. Dan semua saling berhubungan atau berkaitan satu

44

sama lain dalam menjalankan aktivitas public relations, sehingga citra

dapat dipertahankan dengan baik.

2.5 Kerangka Pemikiran

Menurut Husaini dan Purnomo Setiady Akbar dalam bukunya

metodologi penelitian sosial menjelaskan bahwa kerangka berpikir

adalah “Penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek

permasalahan kita.” (Husaini dan Akbar, 2005 : 34)

Teori sendiri berfungsi sebagai alat untuk mencapai suatu

pengetahuan yang sistematis dan diharapkan dapat membimbing

penelitian ini. Teori dapat memberikan arah pada suatu sisipan ilmu

tertentu, teori juga memungkinkan seseorang dapat menghubungkan

data-data yang sebenernya mempunyai kaitan satu sama lain.

Kerangka pemikiran merupakan uraian mengenai dasar atau

model yang digunakan sebagai acuan utama penelitian dan berfungsi

sebagai alat untuk mencapai satuan pengetahuan yang sistematis dan

untuk membimbing penelitian. Untuk itu maka penulis menjelaskan teori

apa saja yang digunakan dalam penelitian ini.

Strategi komunikasi Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP Ansor

dalam mempertahankan citra merupakan salah satu tugas pokok dan

fungsi kegiatan Biro Humas. Oleh karena itu, sebagai kerangka acuan

pemikiran tersebut maka digunakan sejumlah teori atau konsep yang

menjadi landasan berfikir dan membahas permasalahan yang akan

dikemukakan peneliti.

45

Tabel 2.3 Kerangka Pemikiran

46

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

Paradigma didefinisikan sebagai kumpulan tentang asumsi

yang secara logis dianut bersama, konsep atau proposisi yang

mengarahkan cara berpikir dan cara penelitian (Moleong: 2009:30).

Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami

kompleksitas dunia nyata. Paradigma menunjukkan pada mereka apa

yang penting, absah, danmasuk akal. Paradigma juga bersifat normatif,

menunjukkan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu

melakukan pertimbangan eksistensial atau epistemologis yang panjang.

(Deddy Mulyana:2010:9)

Paradigma membantu merumuskan apa yang seharusnya

dijawab, dan bagaimana menjawabnya serta aturan –aturan apa yang

harus diikuti dalam menginterpretasikan informasi yang dikumpulkan

dalam rangka menjawab persoalan tersebut. (Lono Laskoro

Simatupang: 2006:59)

Sejak abad pencerahan hingga era globalisasi, terdapat empat

paradigma ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh para ilmuwan.

Empat paradigma ilmu pengetahuan yang dikembangkan tersebut

adalah Positivisme, Post Positivisme (yang kemudian dikenal sebagai

46

47

Classial Paradigm atau conventionalism paradigm, criticaltheory

(realism), dan concructivism (Agus Salim: 2006:63).

Dalam penelitian ini, paradigma yang digunakan peneliti adalah

paradigma constructivism (konstruktivisme). Paradigma ini hampir

merupakan antitesis terhadap paham yang menempatkan pentingnya

pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atau

ilmu pengetahuan. Secara ontologis, aliran ini menyatakan bahwa

realitas itu ada dalam beragam bentuk konstruksi mental yang

didasarkan pada pengalaman sosial, bersifat lokal dan spesifik, serta

tergantung pada pihak yang melakukannya. Karena itu, realitas yang

diamati oleh seseorang tidak bisa dilakukan dikalangan positivist atau

post-positivist. Atas dasar filosofis ini, aliran ini menyatakan bahwa

hubungan epistimologis antara pengamat dan objek merupakan satu

kesatuan, subjektif, dan merupakan hasil perpaduan antara

keduanya.(Sunarto:2011:71)

Secara metodologis, aliran ini menerapkan metode

hermeneutika dan dialektika dalam proses mencapai kebenaran.

Metode pertama dilakukan melalui identifikasi kebenaran atau

konstruksi pendapat orang-per orang, sedangkan metode kedua

mencoba untuk membandingkan dan menyilangkan pendapat orang-

per orang yang diperoleh melalui metode pertama, untuk memperoleh

suatu konsensus kebenaran yang disepakati bersama. Dengan

demikian, hasil akhir dari suatu kebenaran merupakan perpaduan

48

pendapat yang bersifat relative, subjektif, dan spesifik mengenai hal-hal

tertentu.

“Paradigma konstruktivisme yaitu memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis atau „socially meaningful action’ melalui pengamatan langsung terhadap actor sosial dalam setting yang alamiah, agar dapat memahami dan menafsirkan bagaimana actor sosial mencipta dan memelihara dunia social”. (Salim, 2006: 72) “Tujuan penelitian dalam paradigma konstruktivisme adalah

memahami dan membentuk ulang kosntruksi-konstruksi yang saat ini

dipegang (termasuk oleh periset itu sendiri)”. (Salim, 2006 : 75)

Menurut Agus Salim pada bukunya “Teori dan Paradigma

Penelitian Sosial (Buku Sumber untuk Penelitian Kualitatif), paradigma

konstruktivisme menyebut tingkat kepercayaan (trustworthiness) dan

keaslian (authenticity) sebagai kriteria kebenaran. Kedua aspek

tersebut mengacu pada berbagai konsep yang mengandung lima unsur

berikut :

1. Kredibilitas (kepercayaan yang berasal dari dalam) 2. Transferabilitas (garis kebenaran yang bisa dikembangkan / disandarkan kepada unsur kebenaran yang lain) 3. Konfirmabilitas (penegasan terhadap objektivitas) 4. Keaslian-ontologis (kemampuan untuk memperluas konstruks konsepsi yang ada) 5. Educative-authenticity (kebenaran pendidikan, kemampuan memimpin, dan mengadakan perbaikan) 6. Catalytic authenticity (kemampuan dalam merangsang dan bertindak) 7. Tactical-authenticity (kemampuan untuk memberdayakan masyarakat)

3.2. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian kualitatif dianggap sebagai suatu cara untuk

menghasilkan realitas social secara mendalam. Seperti definisi

49

penelitian kualitatif dari Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh J. Moleong

(2011:3) sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang

diamati. Maka penelitian tentang strategi komunikasi Pimpinan Wilayah

DKI Jakarta GP Ansor dalam mempertahankan citra positif (studi kasus

membentuk brand image organisasi lewat program-program

kepemudaan) dilakukan dengan metode kualitatif. Dengan alasan

tersebut penulis menggunakan pendekatan kualitatif dalam

penelitiannya agar dapat melihat bagaimana strategi komunikasi yang

digunakan Pimpinan Wilayah DKI Jakarta untuk mempertahankan citra

positif.

Menurut Jalaludin Rakhmat (2004:24), penelitian deskriptif

sendiri hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa, penelitian ini

mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis, atau

membuat prediksi.

Maka dengan menggunakan sifat penelitian yang deskriptif,

tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran

atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta,

sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki atau dengan

kata lain penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat gambaran

tentang suatu fenomena social. Penelitian deskriptif ini memiliki ciri-ciri

antara lain: data yang dikumpulkan, disusun, dijelaskan, kemudian

dianalisis, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan

50

angka-angka, semua yang dikumpulkan memiliki kemungkinan untuk

menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Metode penelitian ini

juga merupakan pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.

3.3. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah deskriptif.

Penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat

serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Dalam buku Moh.Nazir

metode penelitian Whitney mengemukakan, ”Metode deskriptif adalah

pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. (Nazir, 2005: 54).

Penelitian deskriptif ditujukan untuk:

1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada

2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku

3. Membuat perbandingan atau evaluasi 4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam

menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang

Menurut David Kline (level of explanation) dan Sugiyono

(2005:11), “penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui nilai variable atau lebih tanpa membuat pertandingan.” Sifat

penelitian adalah penelitian kualitatif dengan tujuan memahami

fenomena sosial dengan gambaran dan pemahaman secara

mendalam.

51

Menurut Dr. Agus Salim, MS Dalam buku Teori dan Paradigma

Penelitian Sosial (2006:118) Studi kasus merupakan salah satu metode

atau strategi kualitatif yang muncul pada masa keemasan penelitian

kualitatif, dengan sifat-sifatnya yang spesifik, khusus, dan berskala

local. Studi kasus berlaku apabila suatu pertanyaan „bagaimana‟ (how)

dan „mengapa‟ (why) diajukan terhadap seperangkat peristiwa masa

kini, yang mustahil dan sukar dikontrol periset. Secara spesifik, metode

studi kasus diarahkan pada konsep dasar, metodologi, dan proses

studi, aplikasinya dalam penelitian bidang pendidikan, serta kelebihan

dan kekurangannya.

Secara umum, studi kasus dapat diartikan sebagai metode

atau strategi penelitian dan sekaligus hasil penelitian pada kasus

tertentu. Studi kasus lebih dipahami sebagai pendekatan untuk

mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasikan suatu „kasus‟

dalam konteksnya yang alamiah tanpa intervensi dari pihak luar.

Menurut Dr. Agus Salim, MS Dalam buku Teori dan Paradigma

Penelitian Sosial (2006:122) penelitian kualitatif dengan menggunakan

metode studi kasus terfokus pada keinginan untuk mengetahui

keragaman (diversity) dan kekhususan (particularity) objek studi.

Namun, hasil akhir yang ingin diperoleh adalah menjelaskan keunikan

kasus yang dikaji. Keunikan kasus umumnya berkaitan dengan enam

aspek berikut :

1. Hakikat kasus 2. Latar belakang historis

52

3. Setting fisik 4. Konteks kasus, khususnya ekonomi, politik, hokum dan

estetika 5. Persoalan lain di sekitar kasus yang dipelajari 6. Informan atau tentang keberadaan kasus tersebut

(Salim:2006:123)

Untuk mempelajari suatu kasus, peneliti pada umumnya

mengumpulkan data tentang keenam aspek tersebut.

Secara metodologis, seorang peneliti kasus mengikuti

beberapa alur umum studi, antara lain identifikasi kasus, pemilihan dan

sampling kasus, kerja lapangan, serta interpretasi dan pemaparan hasil

studi. Namun demikian, peneliti kasus dapat pula mengembangkan

sendiri langkah-langkah yang akan ditempuh sesuai alur yang

dikembankan secara mandiri, karena dalam penelitian kualitatif

memang tidak terdapat pembakuan metode atau langkah metodologis

sebagaimana dalam pendekatan kuantitatif. Hal terpenting dari hasil

studi kasus adalah periset dapat melaporkan hasil studinya dengan

memaparkan keunikan objek yang di komparasikan dengan studi-studi

kasus lain yang serupa.

Dalam hal ini, peneliti memilih studi kasus sebagai metode

penelitian agar dapat mempelajari, menerangkan, dan

menginterpretasikan bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan

Pimpinan Wilayah DKI Jakarta dalam mempertahankan citra positif

(studi kasus membentuk brand image organisasi lewat program-

program kepemudaan)

53

3.4 Objek dan Subjek Penelitian

3.4.1 Objek penelitian

Objek penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Organisasi

masyarakat yang bersifat kepemudaan yaitu GP Ansor DKI Jakarta.

3.4.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian akan dilakukan oleh peneliti kepada ketua

Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP Ansor dan Pimpinan Cabang DKI

Jakarta Selatan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui strategi

komunikasi Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP Ansor dalam

mempertahankan citra positif melalui program-program kerja

kepemudaannya dengan menggunakan 7’Cs PR Communication,

dimana salah satu strategi komunikasi dalam membangun citra positif

yang menghasilkan reputasi dalam perusahaan atau organisasi baik

berhubungan langsung ataupun tidak dengan publiknya.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dapat dibedakan antara data primer

dan data sekunder. Data primer merupakan data-data yang digunakan

oleh penulis sebagai acuan utama dalam melakukan penelitian. Data

primer diperoleh secara langsung dengan upaya penulis sebagai bahan

tambahan dalam melakukan penelitian yang diperoleh dari buku-buku,

dokumen, arsip, yang telah ada untuk mendukung teori yang diperlukan

oleh penulis.

54

1. Wawancara

Esterberg (2002) mendefinisikan interview sebagai:

“A meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint constructions of meaning about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Menurut Burhan Bungin wawancara mendalam (In Depth

Interview) secara umum adalah:

“Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara penanya dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana penanya dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif sama”. (Bungin, 2006: 10)

“Wawancara dalam penelitian ini termasuk dalam kategori In depth interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat, dan ide-idenya. Dengan wawancara mendalam, peneliti dapat menggali apa yang tersembunyi dalam diri seseorang sehingga upaya understanding of understanding dapat terpenuhi secara memadai. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan”. (Sugiyono:2005:262-263)

2. Studi Pustaka

“Menurut Sugiyono, studi kepustakaan berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi lain yang berkaitan dengan nilai, budaya dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti, selain itu studi kepustakaan sangat penting dalam melakukan penelitian, hal ini dikarenakan penelitian tidak akan lepas dari literatur-literatur Ilmiah ( Sugiyono, 2012 : 291 )

55

Studi pustaka merupakan data sekunder, yaitu data yang

digunakan di dalam suatu penelitian hanya bersifat tambahan yang

berguna untuk mendukung teori yang digunakan. Studi pustaka

pada dasarnya digunakan untuk mengumpulkan data dan teori

dalam penelitian yaitu melalui buku-buku referensi, jurnal ilmiah,

media massa, leaflet, bahan-bahan publikasi yang ada di

perpustakaan serta informasi non manusia sebagai penunjang

penelitian dan dipergunakan berbagai macam data dan teori yang

berupa rekaman atau catatan yang terdapat pada lokasi penelitian

serta bahan-bahan tertulis lainnya yang mendukung.

3. Observasi

Marshall (1995) menyatakan bahwa “Through observation,

the researcher learn about behavior and the meaning attached to

those behavior”.

“Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Kegiatan observasi meliputi kegiatan pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan”. (Sarwono, 2006: 224)

Dalam penelitian ini, observasi yang peneliti lakukan

adalah observasi non partisipan, dimana peneliti bertindak sebagai

pengamat pasif, yaitu mengamati secara langsung terhadap

permasalahan tanpa mengambil peran atau berpartisipasi dalam

peristiwa yang sedang diteliti.

56

3.6. Teknik Keabsahan Data

Menurut Sugiyono (2011:270-277) Di dalam pengujian

keabsahan data, metode penelitian kualitatif menggunakan validityas

interbal (credibility) pada aspek nilai kebenaran, pada penerapannya

ditinjau dari validitas eksternal (transferability), dan realibilitas

(dependability) pada aspek konsistensi, serta obyektivitas

(confirmability) pada aspek naturalis. Pada penelitian kualitatif, tingkat

keabsahan lebih ditekankan pada data yang diperoleh. Melihat hal

tersebut maka kepercayaan data hasil penelitian dapat dikatakan

memiliki pengaruh signifikan terhadap keberhasilan sebuah penelitian.

Data yang valid dapat diperoleh dengan melakukan uji

kredibilitas (validitas internal) terhadap data hasil penelitian sesuai

dengan prosedur uji kredibilitas data dalam penelitian kualitatif. Adapun

macam-macam pengujian kredibilitas menurut Sugiyono (2011) antara

lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan

ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus

negatif, dan membercheck.

1. Perpanjangan Pengamatan Hal ini dilakukan untuk menghapus jarak antara peneliti dan

narasumber sehingga tidak ada lagi informasi yang disembunyikan oleh narasumber karena telah memercayai peneliti. Selain itu, perpanjangan pengamatan dan mendalam dilakukan untuk mengecek kesesuaian dan kebenaran data yang telah diperoleh. Perpanjangan waktu pengamatan dapat diakhiri apabila pengecekan kembali data di lapangan telah kredibel.

2. Meningkatkan Ketekunan Pengamatan yang cermat dan berkesinambungan

merupakan wujud dari peningkatan ketekunan yang

57

dilakukan oleh peneliti. Ini dimaksudkan guna meningkatkan kredibilitas data yang diperoleh. Dengan demikian, peneliti dapat mendeskripsikan data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.

3. Triangulasi Ini merupakan teknik yang mencari pertemuan pada satu titik

tengah informasi dari data yang terkumpul guna pengecekan dan pembanding terhadap data yang telah ada. a. Triangulasi Sumber, Menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang diperoleh kemudian dideskripsikan dan dikategorisasikan sesuai dengan apa yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut. Peneliti akan melakukan pemilahan data yang sama dan data yang berbeda untuk dianalisis lebih lanjut.

b. Triangulasi Teknik, Pengujian ini dilakukan dengan cara mngecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, misalnya dengan melakukan observasi, wawancara, atau dokumentasi. Apabila terdapat hasil yang berbeda maka peneliti melakukan konfirmasi kepada sumber data guna memperoleh data yang dianggap benar.

c. Triangulasi Waktu, Narasumber yang ditemui pada pertemuan awal dapat memberikan informasi yang berbeda pada pertemuan selanjutnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengecekan berulang-ulang agar ditemukan kepastian data yang lebih kredibel.

4. Analisis Kasus Negatif Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. Dengan demikian temuan penelitian menjadi lebih kredibel (Sugiyono, 2014).

5. Menggunakan Bahan Referensi Bahan referensi adalah pendukung untuk membuktikan data

yang telah ditemukan oleh peneliti. Bahan yang dimaksud dapat berupa alat perekam suara, kamera, handycam dan lain sebagainya yang dapat digunakan oleh peneliti selama melakukan penelitian. Bahan referensi yang dimaksud ini sangat mendukung kredibilitas data.

6. Mengadakan Membercheck Membercheck adalah proses pengecekan data yang

diperoleh peneliti kepada pemberi data. Ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data atau informan.

58

Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti datanya data tersebut valid. Pelaksanaan membercheck dapat dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai, atau setelah mendapat suatu temuan, atau kesimpulan. (Sugiono, 2011 : 277)

Pemaparan mengenai uji kredibilitas telah dijelaskan secara

gamblang. Pengujian kredibilitas yang akan dilakukan oleh peneliti

terhadap perolehan data yang ditemukan di lapangan dapat mengikuti

langkah-langkah yang telah diuraikan sebelumnya. Peneliti dapat

mengambil cara pengujian kredibilitas baik secara keseluruhan maupun

hanya menggunakan beberapa tahap pengujian yang telah dipaparkan.

Nilai yang diperoleh dalam temuan penelitian kualitatif tidak

bersifat universal tetapi dapat diterapkan apabila memiliki konteks dan

situasi yang mirip dengan objek penelitian. Untuk mengetahui hal

tersebut, maka pengujian transferability perlu dilakukan guna

memberikan uraian yang rinci, jelas dan sistematis, dan dapat

dipercaya oleh pembaca mengenai hasil penelitian. Dengan demikian,

generalisasi dapat dihindari oleh pembaca karena telah memahami

seluk beluk data yang diperoleh dalam penelitian. Pembaca akan bijak

untuk menerapkan hasil penelitian tersebut sesuai dengan konteks dan

situasi yang identik dengan penelitian yang dimaksud.

Lebih lanjut, untuk mengetahui seluruh rangkaian penelitian

maka diperlukan pula pengujian depenadability. Pengujian ini biasanya

dilakukan oleh pengaudit independen untuk memperoleh gambaran

objektif mengenai proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti, baik

59

pada saat menentukan masalah, memasuki lapangan, menentukan

sumber data, melakukan analisis data, uji keabsahan data, hingga

menemukan hasil dalam penelitian. Dependability penelitian tidak akan

diragukan apabila peneliti dapat bertanggung jawab dan menjabarkan

secara sistematis keseluruhan rangkaian penelitian yang telah

dilakukan.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,catatan lapangan

dan bahan-bahan lain, sehingga dengan mudah dapat dipahami.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa analisis data merupakan

suatu tahapan pada penelitian yang didalamnya terdapat sebuah

proses berupa pengorganisasian data, penjabaran data, penafsiran

data serta penyimpulan data yang telah ditafsirkan sebelumnya.

Pada penelitian ini, teknik analisis data yang peneliti gunakan

adalah teknik analisis data model Miles dan Huberman dalam

Sugiyono (2012:246), yang terdiri tiga tahapan yaitu :

1. Data Reduction Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

2. Data Display Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,

bagan, hubungan antar kategori. Menurut Miles and Huberman yang paling sering digunakan untuk menyajikan

60

data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3. Conclusion Drawing atau Verification Langkah ketiga dalam menganalisis data kualitatif menurut

Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Dalam suatu penelitian, unit yang diteliti atau ditelaah bisa

suatu individu dan bisa pula suatu kelompok. Berikut ini informan yang

akan dimintai keterangan agar dapat menjawab pertanyaan yang ada

dalam penelitian ini. Informan tersebut adalah pimpinan wilayah DKI

Jakarta yaitu Abdul Aziz S.H.I, Pimpinan Cabang Jakarta Selatab H.

Sulton Mu‟minah dan seorang Media Tv One bernama Sintia Retno

Sari.

Peneliti akan mendeskripsikan data yang diperoleh baik dari

hasil wawancara dari pihak-pihak yang terkait, maupun studi

kepustakaan, kemudian menganalisa data - data tersebut sehingga

dapat memberikan gambaran secara rinci mengenai kasus yang ditelit.

61

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini, peneliti akan menjelaskan sejarah singkat

Gerakan Pemuda Ansor, Deskripsi subyek penelitian dan juga

pembahasan penelitian. Dengan menggunakan strategi komunikasi

pemasaran untuk mempertahankan citra positif (studi kasus

membentuk brand image lewat program-program kepemudaan) yang

telah dijelaskan di bab sebelumnya.

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah Gerakan Pemuda Ansor

Sejarah lahirnya GP Ansor tidak bisa dilepaskan dari sejarah

panjang kelahiran dan gerakan NU itu sendiri. Tahun 1921 telah muncul

ide untuk mendirikan organisasi pemuda secara intensif. Hal itu juga

didorong oleh kondisi saat itu, di mana-mana muncul organisasi

pemuda bersifat kedaerahan seperti, Jong Java, Jong Ambon, Jong

Sumatera, Jong Minahasa, Jong Celebes dan masih banyak lagi yang

lain.

Dibalik ide itu, muncul perbedaan pendapat antara kaum

modernis dan tradisionalis. Disebabkan oleh perdebatan sekitar tahlil,

talkin, taqlid, ijtihad, mazhab dan masalah furuiyah lainnya. Tahun 1924

KH. Abdul Wahab membentuk organisasi sendiri bernama Syubbanul

Wathan (pemuda tanah air). Organisasi baru itu kemudian dipimpin oleh

61

62

Abdullah Ubaid (Kawatan) sebagai Ketua dan Thohir Bakri (Peraban)

sebagai Wakil Ketua dan Abdurrahim (Bubutan) selaku sekretaris.

Setelah Syubbanul Wathan dinilai mantap dan mulai banyak

remaja yang ingin bergabung. Maka pengurus membuat seksi khusus

mengurus mereka yang lebih mengarah kepada kepanduan dengan

sebutan “ahlul wathan”. Sesuai kecendrungan pemuda saat itu pada

aktivitas kepanduan sebagaimana organisasi pemuda lainnya.

Setelah NU berdiri (31 Januari 1926), aktivitas organisasi

pemuda pendukung KH. Abdul Wahab (pendukung NU) agak mundur.

Karena beberapa tokoh puncaknya terlibat kegiatan NU. Meskipun

demikian, tidak secara langsung Syubbanul Wathan menjadi bagian

(onderbouw) dari organisasi NU.

Atas inisiatif Abdullah Ubaid, akhirnya pada tahun 1931

terbentuklah Persatuan Pemuda Nahdlatul Ulama (PPNU). Kemudian

tanggal 14 Desember 1932, PPNU berubah nama menjadi Pemuda

Nahdlatul Ulama (PNU). Pada tahun 1934 berubah lagi menjadi Ansor

Nahdlatul Oelama (ANO). Meski ANO sudah diakui sebagai bagian dari

NU, namun secara formal organisasi belum tercantum dalam struktur

NU, hubungannya masih hubungan personal.

Ansor dilahirkan dari rahim Nahdlatul Ulama (NU) dari situasi

„‟konflik'‟ internal dan tuntutan kebutuhan alamiah. Berawal dari

perbedaan antara tokoh tradisional dan tokoh modernis yang muncul di

tubuh Nahdlatul Wathan, organisasi keagamaan yang bergerak di

63

bidang pendidikan Islam, pembinaan mubaligh, dan pembinaan kader.

KH Abdul Wahab Hasbullah, tokoh tradisional dan KH Mas Mansyur

yang berhaluan modernis, akhirnya menempuh arus gerakan yang

berbeda justru saat tengah tumbuhnya semangat untuk mendirikan

organisasi kepemudaan Islam.

Dua tahun setelah perpecahan itu, pada 1924 para pemuda

yang mendukung KH „Abdul Wahab ,yang kemudian menjadi pendiri

NU membentuk wadah dengan nama Syubbanul Wathan (Pemuda

Tanah Air). Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya

Gerakan Pemuda Ansor setelah sebelumnya mengalami perubahan

nama seperti Persatuan Pemuda NU (PPNU), Pemuda NU (PNU), dan

Anshoru Nahdlatul Oelama (ANO).

Nama Ansor ini merupakan saran KH. Abdul Wahab (ulama

besar sekaligus guru besar kaum muda saat itu), yang diambil dari

nama kehormatan yang diberikan Nabi Muhammad SAW kepada

penduduk Madinah yang telah berjasa dalam perjuangan membela dan

menegakkan agama Allah. Dengan demikian ANO dimaksudkan dapat

mengambil hikmah serta tauladan terhadap sikap, perilaku dan

semangat perjuangan para sahabat Nabi yang mendapat predikat

Ansor tersebut. Gerakan ANO (yang kelak disebut GP Ansor) harus

senantiasa mengacu pada nilai-nilai dasar Sahabat Ansor, yakni sebagi

penolong, pejuang dan bahkan pelopor dalam menyiarkan,

64

menegakkan dan membentengi ajaran Islam. Inilah komitmen awal

yang harus dipegang teguh setiap anggota ANO (GP Ansor).

Meski ANO dinyatakan sebagai bagian dari NU, secara formal

organisatoris belum tercantum dalam struktur organisasi NU. Hubungan

ANO dengan NU saat itu masih bersifat hubungan pribadi antar tokoh.

Baru pada Muktamar NU ke-9 di Banyuwangi, tepatnya pada tanggal 10

Muharram 1353 H atau 24 April 1934, ANO diterima dan disahkan

sebagai bagian (departemen) pemuda NU dengan pengurus antara

lain: Ketua H.M. Thohir Bakri; Wakil Ketua Abdullah Oebayd; Sekretaris

H. Achmad Barawi dan Abdus Salam (tanggal 24 April itulah yang

kemudian dikenal sebagai tanggal kelahiran Gerakan Pemuda Ansor).

Dalam perkembangannya secara diam-diam khususnya ANO

Cabang Malang mengembangkan organisasi gerakan kepanduan yang

disebut Banoe (Barisan Ansor Nahdlatul Oelama) yang kelak disebut

BANSER (Barisan Serbaguna). Dalam Kongres II ANO di Malang tahun

1937. Di Kongres ini, Banoe menunjukkan kebolehan pertamakalinya

dalam baris berbaris dengan mengenakan seragam dengan Komandan

Moh. Syamsul Islam yang juga Ketua ANO Cabang Malang. Sedangkan

instruktur umum Banoe Malang adalah Mayor TNI Hamid Rusydi, tokoh

yang namaya tetap dikenang dan bahkan diabadikan sebagai salah

satu jalan di kota Malang.

Salah satu keputusan penting Kongres II ANO di Malang

tersebut adalah didirkannya Banoe di tiap cabang ANO. Selain itu,

65

menyempurnakan Anggaran Rumah Tangga ANO terutama yang

menyangkut soal Banoe.

Pada masa pendudukan Jepang organisasi-organisasi pemuda

diberangus oleh pemerintah kolonial Jepang termasuk ANO. Setelah

revolusi fisik (1945–1949) usai, tokoh ANO Surabaya, Moh. Chusaini

Tiway, melempar mengemukakan ide untuk mengaktifkan kembali

ANO. Ide ini mendapat sambutan positif dari KH. Wachid Hasyim –

Menteri Agama RIS kala itu, maka pada tanggal 14 Desember 1949

lahir kesepakatan membangun kembali ANO dengan nama baru

Gerakan Pemuda Ansor, disingkat Pemuda Ansor (kini lebih pupuler

disingkat GP Ansor).

GP Ansor hingga saat ini telah berkembang sedemikan rupa

menjadi organisasi kemasyarakatan pemuda di Indonesia yang memiliki

watak kepemudaan, kerakyatan, keislaman dan kebangsaan. GP Ansor

hingga saat ini telah berkembang memiliki 433 Cabang (Tingkat

Kabupaten/Kota) di bawah koordinasi 32 Pengurus Wilayah (Tingkat

Provinsi) hingga ke tingkat desa. Ditambah dengan kemampuannya

mengelola keanggotaan khusus Banser (Barisan Ansor Serbaguna)

yang memiliki kualitas dan kekuatan tersendiri di tengah masyarakat.

Di sepanjang sejarah perjalanan bangsa, dengan kemampuan

dan kekuatan tersebut GP Ansor memiliki peran strategis dan signifikan

dalam perkembangan masyarakat Indonesia. GP Ansor mampu

mempertahankan eksistensi dirinya, mampu mendorong percepatan

66

mobilitas sosial, politik dan kebudayaan bagi anggotanya, serta mampu

menunjukkan kualitas peran maupun kualitas keanggotaannya. GP

Ansor tetap eksis dalam setiap episode sejarah perjalan bangsa dan

tetap menempati posisi dan peran yang stategis dalm setiap pergantian

kepemimpinan nasional.

4.1.2 Filosofi Lambang GP Ansor

Gambar 4.1 Lambang GP Ansor

(Sumber :Dokumen GP Ansor)

Arti Lambang:

1. Segitiga garis alas berarti tauhid, garis sisi kanan berarti fiqh dan

garis sisi kiri berarti tasawwuf.

2. Segitiga sama sisi keseimbangan pelaksanaan ajaran Islam Ahlus

Sunnah Wal Jama‟ah yang meliputi Iman, Islam dan Ihsan atau

ilmu tauhid, ilmu fiqh dan ilmu tasawwuf.

67

3. Garis tebal sebelah luar dan tipis sebelah dalam pada sisi segitiga

berarti keserasian dan keharmonisan hubungan antara pemimpin

(garis tebal) dan yang dipimpin (garis tipis).

4. Warna hijau berarti kedamaian, kebenaran dan kesejahteraan.

5. Bulan sabit berarti kepemudaan.

6. Sembilan bintang : (1) Satu yang besar berarti Sunnah Rasulullah.

(2) Empat bintang di sebelah kanan berarti sahabat Nabi

(khulafa‟urrasyidin). (3) Empat bintang di sebelah kiri berarti

madzhab yang empat yakni Hanafi, Maliki, Syafi‟i dan Hambali.

7. Tiga Sinar ke bawah berarti pancaran cahaya dasar-dasar agama

yaitu: Iman, Islam dan Ihsan yang terhujam dalam jiwa dan hati.

8. Lima sinar keatas berarti manifestasi pelaksanaan terhadap rukun

Islam yang lima, khususnya shalat lima waktu.

9. Jumlah sinar yang delapan berarti juga pancaran semangat juang

dari delapan ashabul kahfi dalam menegakkan hak dan keadilan

menentang kebathilan dan kedzaliman serta pengembangan

agama Allah ke delapan penjuru mata angin.

10. Tulisan ANSOR (huruf besar ditulis tebal) berarti ketegasan sikap

dan pendirian. (http://ansor.or.id/)

4.1.3 Lirik Mars GP Ansor

Darah dan nyawa telah kuberikan

Syuhada rebah Allahu Akbar

68

Kini bebas rantai ikatan

Negara jaya Islam yang benar

Berkibar tinggi panji gerakan

Iman di dada patriot perkasa

Ansor maju satu barisan

Seribu rintangan patah semua

Tegakkan yang adil hancurkan yang dzalim

Makmur semua lenyap yang nista

Allahu Akbar – Allahu Akbar

Pagar baja gerakan kita

Bangkitlah bangkit putra pertiwi

Tiada gentar dada ke muka

Bela agama bangsa negeri

4.1.4 Visi dan Misi

Visi

1. Revitialisasi Nilai dan Tradisi

2. Penguatan Sistem Kaderisasi

3. Pemberdayaan Potensi Kader

4. Kemandirian Organisasi

Misi

1. Internalisasi Nilai ASWAJA dan Sifatur Rasul dalam Gerakan

Pemuda Ansor.

69

2. Membangun Disiplin Organisasi dan Kadersasi bebasis Profesi.

3. Menjadi sentrum lalu lintas informasi dan peluang usaha antar

kader dengan stakeholder.

4. Mempercepat kemandirian ekonomi kader dan organisasi

Tujuan

1. Membentuk dan mengembangkan generasi muda Indonesia

sebagai kader bangsa yang cerdas dan tangguh, memiliki

keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, berkepribadian luhur,

berakhlak mulia, sehat, terampil, patriotik, ikhlas dan beramal

shalih.

2. Menegakkan ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah dengan

menempuh manhaj salah satu madzhab empat di dalam wadah

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Berperan secara aktif dan kritis dalam pembangunan nasional demi

terwujudnya cita-cita kemerdekaan Indonesia yang berkeadilan,

berkemakmuran, berkemanusiaan dan bermartabat bagi seluruh

rakyat Indonesia yang diridhoi Allah SWT

4.1.5 Dasar Hukum Organisasi Masyarakat

1. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 17 tahun 2013 tentang

organisasi kemasyarakatan.

2. Anggaran Rumah/ Aturan Rumah Tangga (AD/ARD) NU

3. Peraturan Dasar/ Aturan Rumah Tangga (PD/ART) GP Ansor

4. Peraturan Organisasi GP Ansor

70

4.1.6 Program-Program Kepemudaan GP Ansor

1. Kaderisasi

2. Pengajian Rutin setiap bulan

3. Diskusi dengan ulama

4. Delegasi anggota GP dari tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan

Nasional ke KNPI

5. Perayaan hari-hari besar Islam (Buka Bersama antar anggota,

bersama panti asuhan, Isra Mi‟raj, Idul Fitri, Idul Adha, 1 Muharram)

6. Pengiriman anggota menjadi PENWASCAM (Panitia Pengawas

Kecamatan) KPUD

7. Membuat kompetisi futsal antar karang taruna, remaja masjid, U-28

8. Donor darah

9. Sunatan masal

10. Membantu menjaga Gereja saat Natal

11. Membantu korban banjir atau bencana alam lainnya

12. Pembagian sarung gratis

13. Kerjasama dengan BNN dalam rangka mensosialisasikan Narkoba

4.1.7 Tingkat Kepengurusan

Kepengurusan Gerakan Pemuda Ansor mempunyai tingkatan

sebagai berikut :

1. Pengurus Gerakan Pemuda Ansor Tingkat Pusat, disebut

Pimpinan Pusat (PP) berkedudukan di Ibukota Negara

Republik Indonesia.

71

2. Pengurus Gerakan Pemuda Ansor Daerah tingkat Provinsi,

disebut Pimpinan Wilayah (PW), berkedudukan di Ibukota

Priovinsi.

3. Pengurus Gerakan Pemuda Ansor Tingkat Kabupaten/Kota

disebut Pimpinan Cabang (PC), berkedudukan di Ibukota

Kabupaten/Kota.

4. Pengurus Gerakan Pemuda Ansor Tingkat Kecamatan

disebut Pimpinan Anak Cabang (PAC) berkedudukan di

Kecamatan

5. Pengurus Gerakan Pemuda Ansor Tingkat Desa/Kelurahan

disebut Pimpinan Ranting (PR) berkedudukan di

Desa/Kelurahan

4.1.8 Susunan Pengurus Pimpinan Wilayah

1. Pengurus Pimpinan Wilayah adalah kader GP Ansor yang

menerima amanat konferensi wilayah untuk memimpin dan

memegang tanggung jawab organisasi ditingkat provinsi baik

kedalam maupun keluar.

2. Pimpinan Wilayah dapat dibentuk ditiap propinsi atau

daerah istimewa dimana telah berdiri paling sedikit 5

Pimpinan Cabang. Dalam hal tertebtu Pimpinan Wilayah

dapat dibentuk oleh Pimpinan Pusat.

3. Pengurus Pimpinan Wilayah DKI Jakarta terdiri dari :

72

a. Ketua

b. Wakil Ketua dengan jumlah maksimal 11 (sebelas)

orang dengan pembidangan sesuai dengan kebutuhan.

c. Sekretaris

d. Wakil Sekretaris dengan jumlah maksimal 11 (sebelas)

orang sesuai dengan jumlah wakil ketua.

e. Bendahara

f. Wakil Bendahara dengan jumlah 4 (Empat) orang

g. Lembaga-lembaga disesuaikan dengan kebutuhan

setempat

h. Satuan Koordinasi Wilayah Barisan Ansor Serba Guna

(SATKORWIL BANSER)

4.1.9 Susunan Pengurus Pimpinan Cabang

1. Pengurus Pimpinan Cabang adalah kader GP Ansor yang

menerima amanat konferensi cabang untuk memimpin dan

memegang tanggung jawab organisasi ditingkat cabang baik

kedalam maupun keluar.

2. Pimpinan Cabang dapat dibentuk ditiap Kabupaten/Kota

dimana telah berdiri sekurang-kurangnya 3 (tiga) Pimpinan

Anak Cabang.

73

3. Pengurus Pimpinan Cabang terdiri dari :

a. Ketua

b. Wakil Ketua dengan jumlah maksimal 9 (sembilan)

orang dengan pembidangan sesuai dengan kebutuhan.

c. Sekretaris

d. Wakil Sekretaris dengan jumlah maksimal 9 (sembilan)

orang sesuai dengan jumlah wakil ketua.

e. Bendahara

f. Wakil Bendahara dengan jumlah 3 (tiga) orang

g. Lembaga-lembaga disesuaikan dengan kebutuhan

setempat

h. Satuan Koordinasi Cabang Barisan Ansor Serba Guna

(SATKORCAB BANSER)

4.2 Deskripsi Subyek Penelitian

Pada penelitian kualitatif peneliti dituntut dapat menggali data

informasi berdasarkan pada pernyataan-pernyataan yang diucapkan,

dirasakan, dan dilakukan oleh narasumber. Pada penelitian kualitatif,

bukan sebagaimana seharusnya apa yang dipikirkan oleh peneliti tetapi

berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan, yang

dialami, dirasakan, dan dipikirkan oleh sumber data.

Dengan melakukan penelitian melaui pendekatan deskiptif

maka peneliti harus memaparkan, menjelaskan, menggambarkan data

yang telah diperoleh oleh peneliti melalui wawancara mendalam yang

74

dilakukan dengan para informan. Dalam melakukan penelitian ini,

peneliti memilih informan dari dalam GP Ansor DKI Jakarta, dan

informan tersebut adalah

1. Abdul Azis S.Hi (Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta)

Beliau merupakan Sarjana Hukum Islam di Universitas Islam

Negeri. Pengalaman organisasinya beliau pernah menjadi anggota

Forum Komunikasi Mahasiswa Banjarmasin (FKMB), anggota

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jakarta, Ketua

Pimpinan Anak Cabang GP Ansor Penjaringan, Ketua Pimpinan

Cabang GP Ansor Jakarta Utara, Sekretaris Jendral Pimpinan

Wilayah GP Ansor Jakarta dan saat ini menjadi Ketua Pimpinan

Wilayah GP Ansor Jakarta. Selain itu, beliau juga menjadi anggota

Komisi - A DPRD DKI Jakarta.

Sebelum peneliti melakukan wawancara dengan Bapak

Abdul Azis, peneliti meminta izin apakah informan bersedia untuk di

wawancara, dan beliau sangat antusias untuk memberikan

informasi yang diperlukan oleh peneliti asalkan tidak mengganggu

kesibukannya dalam bekerja. Bahkan beliau dengan senang hati

mengosongkan waktunya hanya untuk melakukan wawancara ini.

Peneliti melakukan wawancara di kantor DPW PKB DKI Jakarta di

Jl. Murtadho No 365, paseban pada hari selasa tanggal 2 Agustus

2016. Peneliti melakukan wawancara ini dengan alasan Bapak

Abdul Azis merupakan seseorang yang memiliki jabataan penting di

75

GP Ansor DkI Jakarta. Jabatan narasumber pertama penulis

adalah Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta. Beliau

merupakan orang yang melakukan kebijakan untuk melakukan

program-program kepemudaan yang dilakukan oleh GP Ansor

seluruh DKI Jakrta. Beliau merupakan sosok yang sangat disegani

tetapi humoris, sehingga saat melakukan wawancara, peneliti

dibuat bercanda tetapi tetap serius.

2. H. Sulton Mu‟minah, S.Ikom (Ketua Pimpinan Cabang GP Ansor

Kota Administrasi Jakarta Selatan).

Beliau merupakan Sarjana Ilmu Komunikasi di Universitas

Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Ketua Dewan Perwakilan

Mahasiswa (DPM) Fikom UPDM(B), Ketua Dewan Perwakilan

Anggota (DPA) Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia

(IMIKI). Sekretaris jendral Rumah Aliansi Pemuda Indonesia Hebat.

Sekretaris Jendral Forum Komunitas Mahasiswa Betawi (FKMB),

Ketua Pimpinan Cabang GP Ansor Jakarta Selatan. Saat ini beliau

juga menjabat sebagai staff ahli Dewan Komisi - A (Fraksi- PKB)

DPRD DKI Jakarta

Sebelum melakukan wawancara dengan informan ini,

peneliti sudah berbincang- bincang dengan beliau sekilas tentang

GP Ansor. Informasi yang beliau berikan bisa menjadi tambahan

informasi untuk latar belakang peneliti. Hingga akhirnya peneliti

melakukan wawancara dengan narasumber ke 2 di kantor DPW

76

PKB DKI Jakarta di Jl.Murtadho NO 365, paseban pada hari selasa

tanggal 2 Agustus 2016. Peneliti melakukan wawancara ini dengan

alasan beliau merupakan seseorang yang memiliki jabatan penting

di daerah Jakarta Selatan. Beliau memiliki jabatan Ketua Pimpinan

Cabang Jakarta Selatan, Selama melakukan wawancara beliau

sangat terbuka dan sangat jelas memberikan penjelasannya dan

diluar wawancara pun beliau memberikan banyak informasi yang

sangat membantu peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini.

3. Sintya Retno Sari (Wartawan Tv One)

Narasumber ke 3 yang peneliti wawancarai adalah Ibu

Sintya. Peneliti bisa mendapatkan narasumber dari sebuah media

karena dibantu oleh Bapak Sulton. Wawancara dilakukan oleh Ibu

Sintya melalui e-mail, karena beliau saat dilakukan wawancara

berhalangan untuk hadir karena sedang berada di luar kota.

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

Pada sub bab ini, peneliti akan menjelaskan hasil wawancara

yang sesuai dengan judul “Strategi pembentukan brand image

Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat program-

program kepemudaan dengan tujuan sebagaimana yang sudah peneliti

jelaskan pada BAB I.

Analisis pada bab ini mengacu pada teori yang digunakan

dalam penelitian ini, yaitu teori strategi komunikasi menurut Scott M.

Cutlip dan Allen H. Center (2007), yang dikenal dengan “7‟Cs-PR

77

Communication, dan menggunakan teknik analisis dalam model Miles

dan Hubermann yang memaparkan aktivitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisa data yaitu data

reduction, data display dan conclusion drawing atau verification.

Untuk selanjutnya peneliti akan melakukan wawancara secara

sistematis dengan narasumber yang sudah ditetukan dan di setujui oleh

kedua dosen pembimbing. Peneliti akan mendeskripsikan hasil

wawancara secara deskriptif. Data dari hasil penelitian ini di dapatkan

melalui wawancara mendalam kepada narasumber. Dimana peneliti

melakukan wawancara mendalam kepada seorang dari pihak Ketua

Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta dan pihak Pimpinan Cabang

GP Ansor Jakarta Selatan. Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP Ansor

merupakan key informan. Peneliti juga mewawancarai Media dari Tv

One untuk diminta pandangannya tentang GP Ansor DKI Jakarta.

Berikut hasil penelitian akan dianalisa dan dipaparkan lebih sistematis

dan terstruktur lewat 7‟Cs mengenai strategi komunikasi yang dilakukan

Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta.

Wawanara ini meliputi beberapa pertanyaan yang dapat

menjelaskan tujuan penelitian, langkah pertama yang dilakukan peneliti

adalah dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan dimensi

strategi komunikasi yakni Kredibilitas Komunikator

78

Komunikasi itu dimulai dari suasana saling percaya yang

diciptakan oleh pihak komunikator secara sungguh-sungguh, untuk

melayani publiknya yang memiliki keyakinan dan respek. Kredibilitas

komunikator itu penting dudalam suatu organisasi karena narasumber

ini sebagai duta organisasi GP Ansor DKI Jakarta.

Pimpinan Wilayah DKI Jakarta bisa mendapat kepercayaan

penuh dari anggotanya untuk menjadi juru bicara organisasi ini

dikarenakan kredibilitas yang dia miliki.

“apabila ada kawan-kawan media atau siapapun itu, biasanya saya yang langsung berhadapan dengan mereka. Karena namanya seorang ketua atau pemimpin sudah pasti harus menghadapi segala pertanyaan-pertanyaan. Saya juga dipercayai penuh oleh anggota yang lain bukan semata-mata tinggal tunjuk atau pilih. Hal ini bisa diliat track record saya selama di GP Ansor” (Selasa, 2 Agustus 2015, 15:03) Beliau merukapan orang yang terpercaya, karena hal itu Bapak

Abdul Azis bisa menjadi Ketua Pimpinan Wilayah DKI Jakarta. Karena

kredibilitasnya sebagai komunikator baik dan akan menjadikan

organisasi ini dinilai positif juga oleh masyarakat.

Menurut Bapak Abdul Azis S.Hi selaku Ketua Pimpinan

Wilayah GP Ansor DKI Jakarta, untuk mendapatkan keyakinan dan

respek dari masyarakat dirasa harus memiliki kebijakan yang sesuai

dengan visi misi serta tujuan GP Ansor. Ketua Pimpinan Wilayah

Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta memiliki banyak kebijakan.

“Mekanismenya kita akan ada rapat kerja wilayah, untuk

menggagas program yanng akan kita lakukan selama satu

tahun kedepan. Nah kebijakannya ada jangka pendek,

menengah dan jangka panjang. Rapat Kerja Wilayah ini isinya

79

teman2 pengurus cabang dan teman2 pengurus pengurung

anak cabang, sampe pengurus anak kecamatan agar program

yang digagas oleh Pimpinan Wilayah sampai kepada tingkat

Kecamatan. Makanya RAKERWIL itu bentuk dari sosiallisasi

program pada seluruh masyarakat melalui GP Ansor tingkat

kecamatan. Agar masyarakat paham program2 yang dilakukan

Ansor DKI Jakarta. Sehingga, semua kebijakannya itu

dilakukan saat RAKERWIL. Karna pimpinan-pimpinan PC dan

PAC nya berkumpul, jadi bisa mengakomodir apa kebutuhan di

tiap-tiap wilayah, lalu kita buat program-programnya sesuai

kebutuhan. Nah program ini kemudian menjadi kebijakan, lalu

kebijakan ini disampaikan kepada teman-teman PC dan PAC

untuk dilaksanakan PW” (Selasa, 2 Agustus 2015, 15:15)

Berdasar keterangan diatas, Ketua Pimpinan Wilayah Gp

Ansor DKI Jakarta memiliki banyak kebijakan, dan kebijakan itu

didalamnya ada kebijakan jangka pendek, menengah dan jangka

panjang. Kebijakan akan dilakukan didalam Rapat kerja wilayah

(RAKERWIL), hal ini dilakukan karena saat itulah Pimpinan-pimpinan

Pimpinan Cabang dan Pimpinan Anak Cabangnya berkumpul semua.

Kebijakan ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.

Sehingga Pimpinan Wilayah GP Ansor akan membuat program-

program kepemudaan selama setahun kedepan melalui kebijakan yang

telah di buat di Rapat Kerja Wilayah.

Menurut H. Sulton Mu‟Minah selaku Pimpinan Cabang GP

Ansor Jakarta Selatan tentang kebijakan yang diltetapkan oleh Ketua

Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta.

“Sudah sesuai, program-program yang sudah ditetapkan oleh Pinpinan Wilayah DKI Jakarta kami rasa sudah sesuai dengan visi misi serta tujuan GP Ansor. Artinya tidak melenceng, dan kami anggap sudah bagus.” (selasa, 2 Agustus 2015, 16:17)

80

Menurut peneliti Pimpinan Cabang GP Ansor Jakarta Selatan

kebijakan yang selama ini dibuat oleh Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI

Jakarta sudah sesuai dengan visi misi serta tujuan GP Ansor. Dan

Kebijakan yang di buat selama ini tidak pernah melenceng dari visi misi

maka Pimpinan Cabang GP Ansor Jakarrta Selatan menggangap

kebijakan yang selama ini diambil Pimpinan Wilayah sudah bagus.

Menurut H.Sulton Mu‟Minah selaku Pimpinan Cabang GP

Ansor Jakarta Selatan tentang kebijakan yang bisa diambil pelajaran

untuk publik:

“Seperti kebijakan kaderisasi artinya bagaimana menciptakan kaderisasi dan regenerisan GP Ansor sudah 82 tahun, disitu dari awal hingga hari ini melakukan peng-kaderan, itu artinya mencerminkan organisasi ini tidak mudah untuk mati karena selalu ada kadernya dan selalu regenerasi terus. Ini hal baik untuk bisa dicontoh publlik” (Selasa, 2 Agustus 2015, 16:23)

Menurut peneliti Kebijakan yang bisa diambil pelajaran untuk

masyarakat adalah kebijakan kaderisasi. Bahwa kaderisasi di GP Ansor

tidak mudah mati karena selalu adanya kaderisasi yang ingin

bergabung dengan GP Ansor

Langkah berikutnya pertanyaan yang diajukan kepada

narasumber berkaitan dengan Konteks komunikasi

Menyangkut sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan

kehidupan sosial, pesan yang harus disampaikan dengan jelas serta

sikap partisipatif. Komunikasi efektif diperlukan untuk mendukung

lingkungan sosial melalui pemberitaan diberbagai media massa.

Penelitian wawancara ini tentang pemberian informasi mengenai

81

program-program kepemudaan GP Ansor dan target sasaran

eksternal yang dituju.

Menurut Bapak Abdul Azis S.Hi selaku Ketua Pimpinan

Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta:

“GP Ansor DKI Jakarta mempunyai target sasaran. Karena GP

Ansor ini organisasi kepemudaan, haluan hadist islam ahlus

sunnah wal jam‟ah, maka menjadi bagian yang umum.

Khususnya umat islam, tetapi apa bila ada yang non islam yang

ingin ikut, tidak papa asalkan sesuai dengan aturan yang ada.

Ansor itu mempunyai target bagaimana mengemban amanah

menyebarkan islam alus wal jam‟ah kepada generasi muda

karna ini organisasi kepemudaan. Maka sasarannya anak

muda yang berhaluan islam alus sunnah wal jam‟ah, remaja

masjid, anak-anak komunitas-komunitas, majelis ta‟lim. Dan

dalam menjalankan program-program kepemudaan GP Ansor

selalu berkaitan dengan perekrutan anggota baru” (Selasa, 2

Agustus 2015, 15:23)

Dari pernyataan diatas, peneliti menganalisa GP Ansor

memiliki target khususnya umat islam, tetapi tidak menutup

kemungkinan apa bila ada yang non islam ingin bergabung dengan GP

Ansor asalkan mengikuti aturan yang sudah ada. Targetnya itu pemuda

seperti remaja masjid, karang taruna, komunitas-komunitas dll yang

kisaran umurnya dari 18-45 tahun. Sesuai dengan apa yang telah

ditentukan di dalam PR/PRT GP Ansor. Karena ketua Pimpinan

Wilayah GP Ansor DKI Jakarta beranggapan bahwa kaderisasi harga

mati, maka GP Ansor akan selalu mencari kaderisasi, salah satunya

melalui program-program yang dilaksanakan oleh Pimpinan Wilayah

GP Ansor DKI Jakarta.

82

Langkah berikutnya pertanyaan yang diajukan kepada

narasumber yang berkaitan dengan Content (Konten)

Pesannya menyangkut kepentingan orang banyak/publik

sehingga informasi dapat diterima sebagai sesuatu yang bermanfaat

secara umum bagi masyarakat. Pesan yang ingin disampaikan oleh

Bapak Abdul Azis S.Hi selaku Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan

Pemuda Ansor DKI Jakarta, berkaitan dengan program-program

kepemudaan GP Ansor DKI Jakarta:

“Pesan yang disampaikan adalah tentang ahlus islam sunnah

wal jam‟ah menurut NU dan GP Ansor. Kedua tentang

wawasan kebangsaan, pancasila kemudian tentang

nasionalisme. Kemudian tentang islam rahmatan lil alamin. Jadi

gambaran besarnya seperti itu yang ditampilkan (Selasa, 2

Agustus 2015, 15:27).

Dari pernyataan Bapak Abdul azis diatas, peneliti menganalisa

pesan yang Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta sampaikan

kepada masyarakat merupakan hal yang positif semua. Karena GP

Ansor organisasi kepemudaan berbasis islam, maka mereka

memberikan materi tentang islam dan wawasan kebangsaan. karena

jiwa nasionalisme harus ada didalam diri masyarakat.

Langkah berikutnya pertanyaan yang diajukan kepada

narasumber berkaitan dengan Clarity (Kejelasan)

Pesan harus disusun dengan kata-kata yang jelas, mudah

dimengerti, serta memiliki pemahaman yang sama antara komunikator

dan komunikan dalam hal maksud, tema, dan tujuan semua pihak. Cara

penyampaian pesan dan informasi tentang program-program

83

kepemudan GP Ansor DKI Jakarta kepada masyarakat. Menurut Bapak

Abdul Azis S.Hi selaku Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda

Ansor DKI Jakarta :

“Ya pertama kan kita punya basis sampai kecamatan yang kita

fungsikan adalah teman-teman kader untuk melakukan

soasialisasi kepada masyarakat, terutama untuk kader Ansor

yang sampai tingkat kelurahan untuk menyampaikan progam-

progam yang akan dibawakan oleh Ansor, ya pertama kan kita

punya basis sampai kecamatan yang kita fungsikan adalah

teman-teman kader untuk melakukan soasialisasi kepada

masyarakat, terutama untuk kader Ansor yang sampai tingkat

kelurahan untuk menyampaikan progam-progam yang akan

dibawakan oleh Ansor, yang akan di laksanakan oleh Ansor. Itu

teman-teman secara personal. Yang kedua melalui sosial

media. Teman-teman punya facebook, punya twitter, punya

BBM, punya whatsaap, itu digunakan bagian dari sosialisasi,

kemudian kita coba berkerjasama dengan beberapa media-

media online yang punya NU atau Ansor untuk melakukan

sosialisasi. Dan respon msyarakat selama ini selalu positif

terhadap program-program kegiatan apapun yang dibuat oleh

GP Ansor. Karena terkait dengan pemilihan masyarakat.

Terbukti dengan setiap kita mengadakan kaderisasi

pembukaan untuk mengikuti Ansor, banyak yang tertarik dan

banyak yang ikut.” (Selasa, 2 Agustus 2015, 15:30)

Dari pernyataan Bapak Abdul Azis diatas, peneliti menganalisa

pesan yang Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta Karena GP Ansor

memiliki kaderisasi hingga tingkat kecamatan, maka Pimpinan Wilayah

GP Ansor DKI Jakarta akan mensosialisasikan program-program

kepemudaan hingga ke tingkat kelurahan. Lalu Pimpinan Wilayah GP

Ansor DKI Jakarta akan meminta anggotanya untuk menyebarkan

informasi tersebut melalui media sosial. Dan respon masyarakat selama

ini selalu positif. Karena sebelum membuat suatu program, Pimpinan

84

Wilayah GP Ansor DKI Jakarta akan memilih target yang sesuai dengan

kebutuhan masyarakat. Dengan begitu, banyak yang ingin masuk

menjadi bagian dari GP Ansor.

Langkah berikutnya pertanyaan yang diajukan kepada

narasumber berkaitan dengan Continity and Consistency

(Kontiniutas dan Konsisten)

Komunikasi merupakan proses yang tidak pernah berakhir,

oleh karena itu dilakukan secara berulang-ulang dengan berbagai

variasi pesan. Dengan cara demikian untuk mempermudah proses

belajar, membujuk dan tema dari pesan-pesan tersebut harus

konsisten. Intensitas Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta dalam

memberikan program-program kepemudaan, pemahaman dan edukasi

tentang GP Ansor baik internal maupun eksternal.

Menurut Bapak Abdul Azis S.Hi selaku Ketua Pimpinan

Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta:

“GP Ansor DKI Jakarta hampir sering melakukan program-progam kepemudaan GP Ansor dimasyarakat terutama terkait dengan hari raya besar islam. umpamanya, pasti ada kegiatan. Kedua program yang terkait dengan momentum-momentum keadaan situasi kewilayahan, kita juga melakukan kegiatan yang terkait dengan adanya pengajian-pengajian kajian islam di setiap mesjid-mesjid. Ketiga setiap bulan ada kegiatan GP Ansor baik di tingkat wilayah, tingkat cabang, maupun tingkat anak cabang, karena progam yang dilakukan itu bagian dari membentuk konsolidasi basis, silahturahmi, Jadi minimal harus ada pengajian mingguan,baik istighosah, yasinan atau segala macem dengan majelis-majelis yang dimiliki oleh pemuda-pemuda Ansor.” (Selasa, 2 Agustus 2015, 15:33)

85

Dari pernyataan Bapak Abdul Azis diatas, peneliti menganalisa

intensitas program-program kepemudaan sangat sering dilakukan dan

dilaksanakan oleh Pimpinan Wilayah cabang. Terutama setiap adanya

hari raya besar islam, membuat pengajian-pengajian rutin ditiap

tingkat. karena dengan diadakannya program-program ini akan

membentuk silaturahmi antara sesama anggota GP Ansor maupun

dengan masyarakat.

Menurut Bapak Abdul Azis S.Hi, Adanya hambatan yang

ditemui ketika GP Ansor DKI Jakarta melaksanakan program-program

kepemudaan dalam masyarakat:

“yang pertama terikait dengan kondisi kekinian masyarakat, kadang ada ketidak tertarikan masyarakat, seperti umpamanya ada beberapa kali masyarakat ditemukan tidak hadir karena alasan nya pengajian lagi pengajian lagi, nah ini perlu inovasi. Yang kedua hambatan secara besar tidak ada alhadulillah, karena memang kegiatan GP Ansor ini memang berasal dari masyarakat dan memberdaya masyarakat secara besar tidak ada, cuman paling gitu aja soal jamaah.” (Selasa, 2 Agustus 2015, 15:37) Dengan pandangan Bapak Abdul Azis diatas, peneliti

menganalisa bahwa hambatan yang dirasakan oleh Pimpinan Wilayah

GP Ansor DKI Jakarta adalah kurangnya ketertarikan masyarakat

terhadap program-program yang dibuat oleh GP Ansor.

Lain halnya dengan pandangan Bapak H.Sulton Mu‟minah

selaku Pimpinan Cabang GP Ansor Jakarta Selatan. Beliau

berangkapan bahwa:

“Hambatannya terus terang menjalankan organisasi ini dengan anggaran swadaya. Artinya swadaya ini bergotong

86

royong bersama-sama,tidak ada bantuan dari pihak pemerintah atau swasta untuk mensponsori program-program kami. Bagaimana dari kami untuk kami dan oleh kami. Kalau pun ada kerjasama sifatnya tidak permanen, jadi tidak mengikat. Dan itu kami terima untuk menjadi tambahan program-program kami” (Selasa, 2 Agustus 2015, 16:27) Ketika peneliti memberitahukan pandangan Bapak Abdul Azis

perihal hambatan yang dialami ketika melakukan program-program

kepemudaan kepada Bapak Sulton Mu‟minah, beliau beranggapan

bahwa:

“Tidak semua program yang dibuat oleh GP Ansor DKI Jakarta ini tidak diterima dengan baik oleh masyarakat. Contohnya kami di jakarta selatan melakuakn program kegiatan kompetisi futsal, antusiasnya untuk pemuda cukup besar. memang di beberapa program, masyarakat kurang antusias, tetapi di program lainnya banyak pemuda yang antusias. Jadi tergantung bagaimana programnya untuk membuat masyarakat tertarik.” (Selasa, 2 Agustus 2015, 16:30) Peneliti menganalisa kedua tanggapan dari narasumber bahwa

Ketidak tertarikan masyarakat terhadap program-program yang

dilakukan GP Ansor tergantung bagaimana program-programnya

“dikemas”. Untuk membuat masyarakat tertarik dengan program-

program GP Ansor haruslah dibuat menarik dan disesuaikan dengan

kebutuhan masyarakat.

Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah dengan

mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan dimensi strategi

komunikasi yakni Channel (Saluran).

Mempergunakan saluran media informasi yang tepat dan

terpercaya serta dipilih oleh khalayak sebagai target sasaran.

87

Pemakaian saluran media yang berbeda akan berbeda pula efeknya.

Dengan demikian seorang Public Relations harus dapat memahami

perbedaan dan proses penyebaran informasi secara efektif.

Menurut Bapak Abdul Azis S.Hi selaku Ketua Pimpinan

Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta bahwa:

“Ada beberapa media sosial yang di gunakan pemuda-pemuda Ansor seperti Twitter,Facebook,BBM, Whatsapp, kemudian ada beberapa berita online yang dimiliki media Ansor, yang dimiliki media sosial sendiri Ansor timur, media Ansor Jakarta Barat. Media untuk DKI Jakarta sedang dibuat”. (Selasa, 2 Agustus 2015, 15:40)

Peneliti menganalisa pernyataan diatas, bahwa media yang di

gunakan Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta untuk memberikan

informasi kepada masyarakat melalui media sosial.

Menurut Bapak Abdul Azis media yang digunakan GP Ansor

DKI Jakarta untuk mensosialisasikan program-program kepemudaan

dirasa masih kurang efektif sehingga beliau menyatakan:

“Karena banyak pengurus-pengurus Ansor yang kurang memanfaatkan media-media sosial. Karena mungkin kurang peminatnya atau gimana, tapi yang jelas kurang sosialisasi dari pengurus sehingga banyak juga kader yang tidak tahu bahwa GP Ansor mempunyai media sosial sendiri untuk melakukan sosialisasi. Tapi kecepatan informasi jalur ini GP Ansor DKI Jakarta tetap melakukan perbaikan.Terutama terkait dengan kebutuhan teknologi dan informasi saat ini” (Selasa, 2 Agustus 2015, 15:42)

Peneliti menganalisa bahwa Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI

Jakarta merasa kurang efektif melakukan sosialisasi program-program

kepemudaannya. Beliau beranggapan bahwa anggotanya kurang

88

memaksimalkan media sosial untuk memberikan informasi kepada

masyarakat.

Berbeda dengan pandangan Pimpinan Cabang GP Ansor

Jakarta Selatan bahwa

“Media yang diguakan GP Ansor untuk mensosialisasikan program-program kepemudaan kepada masyarakat sudah cukup baik, jadi kalo anda ingin mencari GP Ansor, media onlinenya, media sosialnya baik media cetak maupun elektronik alhamdulillah sudah berjalan dengan baik, jadi masyarakat umum tidak sulit lagi untuk mencari apa itu GP Ansor, atau apa saja program kerjanya. Hampir semuanya dapat mengaksesnya dengana mudah” (Selasa, 2 Agustus 2015, 16:42)

Peneliti menganalisa tanggapan diatas bahwa Pimpinan

Cabang GP Ansor Jakarta Selatan bahwa media yang diguakan GP

Ansor untuk mensosialisasikan program-program kepemudaan

kepada masyarakat sudah cukup baik. Karena masyarakat dapat

mengakses dengan mudah untuk mengetahui kegiatan yang

sedang dilakukan oleh GP Ansor.

Menurut Bapak Abdul Azis dalam menjalankan program –

program kepemudaan PW GP Ansor DKI Jakarta melakukan

kerjasama dengan Instansi/Perusahaan:

“Kerjasama dengan pemda, dengan swasta juga. Supaya meringankan secara finansial, dan supaya GP Ansor bisa berkembang secara organisasi, bukannya menjadi organisasi yang tradisonal melaikan organisasi yang modern yang berbasis informasi dan teknologi, yang berbasis kemasyarakatan tapi ada kerjasama, baik secara langsung maupun tidak langsung ya dengan pemda maupun perusahaan swasta itu sendiri”. (Selasa, 2 Agustus 2015, 15:44)

89

Peneliti menganalisa tanggapan diatas bahwa Pimpinan

Wilayah GP Ansor DKI Jakarta melakukan kerjasama dengan

pemeritahan Daerah dan juga perusahaan swasta terkait dengan

program-program kepemudaan yang akan dijalankannya dengan

alasan untuk meringankan secara finansial dan dengan

berkerjasamanya GP Asor DKI Jakarta dengan instanti/perusahaan

swasta membuat GP Ansor DKI jakarta lebih berkembang.

Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah dengan

mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan dimensi strategi

komunikasi yakni Capabillity of the Audience (Kapabilitas/

Kemampuan Audiens)

Memperhitungkan kemampuan yang dimiliki oleh khalayak.

Komunikasi dapat menjadi efektif bagi audien bila berkaitan dengan

faktor-faktor yang bermanfaat seperti kebiasaan dan peningkatan

kemampuan membaca dan pengembangan pengetahuan.

Menurut Bapak Abdul Azis tindakan yang dilakukan GP Ansor

DKI Jakarta jika ada masyarakat yang tertarik dengan program-program

kepemudaan GP Ansor DKI Jakarta adalah

“Ya kita coba rekrut. kita coba ajak untuk masuk menjadi

anggota kader ansor, lalu kita kembangkan program tersebut.”

(Selasa, 2 Agustus 2015, 15:45)

Peneliti menganalisa tanggapan diatas bahwa Pimpinan

Wilayah GP Ansor DKI Jakarta akan merekrut masyarakat yang tertarik

dengan GP Ansor DKI Jakarta, dan akan mengembangkan program-

90

program yang membuat masyarakat tertarik dengan GP Ansor. Hal ini

akan memperbanyak kaderisasi yang akan melanjutkan organisasi GP

Ansor DKI Jakarta.

Menurut Bapak Abdul Azis cara menjaga hubungan yang baik

antar sesama anggota GP Ansor adalah:

“Dengan cara konsolidasi, silaturahmi, kemudian ada membangun komitmen bersama bahwa gp ansor harus besar, milik bersama karena GP Ansor menjunjung tinggi nilai islam sunnah wal jam‟ah maka dengan cara konsolidasi, kader akan merasa memiliki terhadap GP ansor kepada satu dengan lainnya. Silaturahmilah” (Selasa, 2 Agustus 2015, 15:46)

Peneliti menganalisa tanggapan diatas bahwa untuk

menjalankan hubungan yang baik antara sesama anggota GP Ansor,

Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta akan membuat silaturahmi

kepada setiap anggota. Pimpinan Wilayah selalu memberikan motivasi

kepada anggota-anggotanya dan membuat komitmen kepada

anggotanya bahwa anggota nya harus memiliki sifat salig memiliki

terhadap GP Ansor dan beranggapan bahwa GP Ansor harus besar.

Menurut Bapak Abdul Azis, kebijakan yang selama ini dibuat

sudah menunjukkan citra positif

“Selama ini sudah. Bisa dilihat dari tertariknya masyarakat terhadap program kepumadaan yang dibuat oleh GP Ansor. Dan respon mereka (masyarakat) selama ini selalu baik terhadap organisasi kami. Tapi terakhir fatwa NU DKI banser tidak boleh jaga gereja lagi dikarenakan menurut mereka, banser hanya dijadikan tukang parkir, bukan menjadi pengaman. Serahkan tugas itu kepada polisi atau satpol PP, jadi insyallah citranya udah baik.”

91

Kebijakan yang selama ini dibuat oleh Pimpinan Wilayah GP

Ansor DKI Jakarta sudah menunjukkan citra positif melalui program-

program kepemudaan tersebut. Sudah sesuai dengan definisi citra yang

dikeluarkan oleh (Soleh Soemirat dan E. Ardianto, 2002, : 111-112)

bahwa Citra atau image itu sendiri adalah kesan, perasaan, gambaran

dari publik terhadap perusahaan atau organisasi; kesan yang dengan

sengaja diciptakan dari suatu objek, orang, atau organisasi.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bagian ini peneliti akan memberikan pembahasan

mengenai hasil deskripsi peneltian yang telah dijelaskan pada sub bab

sebelumnya. Kredibilitas Pimpinan Wilayah DKI Jakarta tidak dapat

dipungiri lagi, dilihat dari kebijakan yang dibuat selama ini, selalu

dijalankan dan dilaksanakan oleh anggotanya. Hal itu dikarenakan

Ketua Pimpinan wilayah DKI Jakarta GP Ansor telah mendapatkan

kepercayaan sebagai juru bicara apa bila harus menghadapi

masyarakat. Beliau memiliki kredibilitas yang baik sebagai komunikator

di GP Ansor DKI Jakarta dapat dilihat dari organisasi-organisasi yang

telah beliau jalani sebelumnya.

Kebijakan Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP Ansor dibuat atau

ditentukan didalam Rapat Kerja Wilayah (RAKERWIL). Kebijakan yang

dibuat selama ini ada banyak, yang jelas didalamnya terdapat kebijakan

jangaka panjang, menengah dan jangka pendek. Kebijakan ditentukan

pada saat RAKERWIL, karena disaat itulah seluruh pimpinan- pimpinan

92

Cabang, Pimpinan Anak Cabang maupun Pimpinan Ranting berkumpul

dalam suatu diskusi. Sehingga Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP

Ansor dapat mengakomodir apa saja kebutuhan di tiap-tiap wilayah

sehingga program-program kepemudaan GP Ansor bisa terbentuk

sesuai kebutuhan dan minat pemuda di wilayah tersebut.

Program-program kepemudaan yang dibuat oleh GP Ansor

selalu berpatokan dengan PD/PRT GP Ansor. Selain untuk

mempertahankan citra positif, program-program kepemudaan ini

memiliki tujuan utamanya yaitu untuk mencari kaderisasi. Untuk

kebijakan mencari kaderisasi GP Ansor harga mati tidak bisa ditolak,

karena GP Ansor harus mencari kaderisasi untuk melanjutkan

organisasi yang sudah berdiri 82 tahun.

Dalam penyampaian pesan mengenai perekrutan GP Ansor,

Pimpinan Wilayah Dki Jakarta GP ansor memiliki target khusus. yaitu

umat islam, tetapi tidak menutup kemungkinan apa bila ada yang non

islam ingin bergabung dengan GP Ansor asalkan mengikuti aturan yang

sudah ada. Targetnya itu pemuda seperti remaja masjid, karang

taruna, komunitas-komunitas dll yang kisaran umurnya dari 18-45

tahun. Sesuai dengan apa yang telah ditentukan di dalam PR/PRT Gp

Ansor. Pesan yang biasa disampaikan kepada masyarakat oleh

Pimpinan Wilayah GP Ansor adalah tentang ahlus islam sunnah wal

jam‟ah menurut NU dan GP Ansor. Kedua tentang wawasan

kebangsaan, pancasila kemudian tentang nasionalisme, tentang islam

93

rahmatan lil alamin tak lupa mengajarkan jiwa kepemimpinan sedini

mungkin. Walaupun GP Ansor merupakan organisasi masyarakat yang

berbasis islam, tetapi Pimpinan Wilayah DKI Jakarta juga memberikan

pesan tentang wawasan kebangsaan, agar pemuda-pemuda tetap

memiliki jiwa nasionalis, dengan pemuda yang memiliki jiwa nasionalis

Pimpinan Wilayah DKI Jakarta berharap saat dia menjadi pemimpin,

Indonesia dapat dipimpin oleh seseorang yang memiliki jiwa

kepemimpinan, jiwa nasionalis serta iman yang kuat.

Dalam menyebarkan informasi mengenai program-program

kepemudaan, Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP Ansor melakukan

sosialisasi kepada masyarakat dengan cara mengajaknya lewat mulut

ke mulut, tidak hanya itu Pimpinan Wilayah DKI Jakarta juga

menugaskan anggotanya untuk menyebarkan informasi mengenai

program-program kepemudaannya lewat media. Tetapi sayangnya

penyebaran informasi lewat media sosialnya kurang maksimal sehingga

tidak banyak masyarakat yang tau bahwa GP Ansor sedang

mengadakan program. Selain itu, Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP

Ansor sering melakukan program-program kepemudaan yang langsung

berhubungan dengan masyarakat terutama terkait dengan hari raya

besar islam. momentum-momentum keadaan situasi kewilayahan.

Setiap bulan GP Ansor di tingkat wilayah, tingkat cabang, maupun

tingkat anak cabang pasti melakukan Program kepemudaan.

Terkadang program-program kepemudaan yang terlalu sering dibuat

94

seperti pengajian dimasjid-masjid membuat masyarakat khususnya

peuda kurang tertarik sehingga tidak mengikuti kegiatan tersebut.

Tetapi ada program kepemudaan yang sangat diminati pemuda, yaitu

seperti Ansor Cup. Banyak yang tertarik dengan program tersebut

karena saat ini banyak pemuda-pemuda yang sangat tertarik untuk

mengikuti kompetisi olahraga seperti futsal.

Dalam menjalankan program-program kepemudaan, Pimpinan

Wilayah DKI Jakarta GP Ansor melakukan kerja sama dengan instansi

seperti dengan Pemerintahan Daerah atau perusahaan swasta, selain

untuk meringankan finansial, juga dapat melakukan pencitraan kepada

publik atau masyarakat bahwa GP Ansor DKI Jakarta sedang

melakukan program kepemudaan yang akan berdampak positif untuk

masyarakat. Dengan melakukannya program-program kepemudaan

yang berhubungan langsung dengan masyarakat bisa memberi citra

positif bagi organisasi GP Ansor di mata masyarakat.

4.5 Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan dari suatu hasil penelitian yang telah

dilakukan yaitu dengan mengacu pada sumber, metode dan teknik

(triangulasi). Sumber yang dimaksud bisa berupa buku, jurnal, tesis,

hasil wawancara narasumber, studi pustaka yang telah di publikasi.

Metode berupa observasi, dan teknik yang dimaksud berupa data dan

informasi yang diambil merujuk kepada data yang bersifat ilmiah. Bisa

berupa data sekunder maupun data primer.

95

Setelah melakukan pengamatan melalui metode observasi

lapangan dan memperhatikan aktivitas atau kegiatan yang sedang

dilakukan sebagai program GP Ansor. Langkah selanjutnya peneliti

melakukan wawancara mendalam dengan narasumber 1 sebagai Key

Informan yaitu selaku Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta,

narasumber ke 2 Pimpinan Cabang GP Ansor Jakarta Selatan, dan

narasumber ke 3 praktisi media Tv One Sintia Retno Sari. Sebagai

kelengkapan sistematika penulisan skripsi ini, maka langkah

selanjutnya peneliti akan memberikan kesimpulan dan saran yang akan

di muat pada bagian di Bab V.

96

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya yang sesuai dengan

tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui bagaimana strategi

komunikasi pimpinan wilayah DKI Jakarta GP Ansor dalam

mempertahankan citranya khususnya membentuk brand image

organisasi lewat program-program kepemudaan. Setelah melakukan

kegiatan wawancara mendalam, studi pustaka dan observasi maka

peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Strategi komunikasi Pimpinan Wilayah DKI Jakrata GP Ansor

dalam membentuk citra positif khususnya membentuk brand image

organisasi lewat program-program kepemudaan) yaitu melalui

kebijakan ketua Pimpinan Wilayah yang dibuat saat melakukan

Rapat Kerja Wilayah, dan akan menghasilkan program-program

kepemudaan yang akan dilaksanakan selama satu tahun kedepan.

Program-Program kepemudaan yang dilakukan oleh GP Ansor

berhubungan dengan nilai-nilai kemanusiaan seperti donor darah,

bantuan sosial apa bila ada bencana alam, sunatan masal.

Kebijakan yang sudah di buat oleh Pimpinan Wilayah DKI Jakarta

tidak bisa ditolak, harus dilakukan dan harus dilaksanakan oleh

seluruh anggota GP Ansor. Program-program kepemudaan yang

96

97

dibuat oleh Pimpinan Wilayah GP Ansor akan selalu berhubungan

dengan pencarian kaderisasi. Sehingga sebelum melaksanakan

program kepemudaan, Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta

akan mencari tahu apa kebutuhan masyarakat agar saat Pimpinan

GP Ansor DKI Jakarta melaksanakan program kepemudaannya,

banyak masyarakat yang tertarik untuk mengikuti program

tersebut. Dengan begitu akan mempertahankan citra positif yang

selama ini dipegang oleh GP Ansor

2. Tingginya kesibukan anggota diluar organisasi ini, sehingga tidak

menjadikan program GP Ansor DKI Jakarta menjadi prioritas

utama. Kurangnya kordinasi di dalam internal sehingga terjadinya

miss kordinasi sesama anggota. Kurang menariknya di beberapa

program-program kepemudaan yang dilakukan oleh Pimpinan

Wilayah GP Ansor, sehingga masyarakat tidak selalu mengikuti

atau bahkan tidak mengetahui program-program yang dilakukan

Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta. Bisa dibilang oraganisasi

ini sering melakukan program-program kepemudaan bila dihitung

selama satu periode kepengurusan (5 tahun), pimpinan Wilayah

GP Ansor membuat program kerja lebih dari 30 program. Program-

program kepemudaan ini biasanya di sosialisasikan melalui media

sosial, seperti Twitter, Facebook, WhatsApp, Line, BBM dan lain

lain.

98

3. Adanya dukungan dan pengakuan untuk kerjasama dengan

Pemerintahan Daerah dan perusahaan swasta lainnya yang

memsponsori dan membantu program kepemudaan GP Ansor DKI

Jakarta

5.2 Saran

1. Membuat Strategi pembentukan brand Image Pimpinan Wilayah

GP Ansor DKI Jakarta yang lebih efektif dan lebih jelas agar

anggota GP Ansor DKI Jakarta dapat membuat program

kepemudaannya yang lebih fokus terhadap apa yang sedang

diminati atau dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan begitu dapat

menarik masyarakat untuk menjadi kaderisasi di organisasi GP

Ansor DKI Jakarta.

2. Membuat pertemuan anggota yang sifatnya inormal setiap

seminggu sekali berfungsi untuk melakukan kordinasi secara

langsung untuk menghindari miss kordinasi sesama anggota.

Membuat program-program kepemudaan yang lebih menarik

seperti membuat pentas seni DKI Jakarta atau kompetisi olahraga,

dan dikemas sedemikian rupa agar terlihat menarik. Karena

pemuda cenderung lebih aktif di dunia seni atau pun olahraga.

Sehingga banyak masyarakat yang akan tertarik untuk mengikutin

program kegiatan yang di buat oleh Pimpinan Wilayah GP Ansor

DKI Jakarta. Membentuk suatu tim khusus untuk mengoperasikan

jaringan internet atau media sosial yang terkoneksi secara

99

simultan, sehingga masyarakat bisa mendapatkan ruang

keterbukaan informasi mengenai program-program kepemudaan

yang akan dilakukan oleh Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI

Jakarta. Respon yang cepat dianggap salah satu tolak ukur

keberhasilan pemberian informasi kepublik.

3. Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta sebaiknya tetap

melakukan hubungan yang baik terhadap pihak eksternal agar

dapat selalu mendapatkan dukungan dan kerjasama dengan

perusahaan swasta maupun Pemerintahan Daerah. Dan menjalin

kerjasama dengan perusahaan swasta yang belum pernah diajak

kerjasama.

100

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Eka Yulius Yulius. 2014. Manajemen dan Perilaku Organisasi.

Jogjakarta: Graha Ilmu.

Agus, Salim. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta:

Tiara Wacana.

Arni, Muhammad. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara.

Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi,

Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana

Prenama Media Group.

Cutlip, Scott M.Center, Allen H. dan Broom, Glen M. 2007. Effective Public

Relations. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Effendy, Uchjana Onong. 2004. Ilmu Komunikasi Teori dan Prkatek.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Effendy, Uchjana Onong. 2006. Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek.

Bandung: Penerbit Remaja Rosda Karya.

Henslowe, Philip. 2000. The Art and Science of Public Relations. New

Delhi: Rest Publishing House.

Ivancevich, John M, Robert Konopaske, Michael T. Matteson. 2006.

Perilaku Dan Manajemen Organisasi. Jakarta: Erlangga.

Jefkins, Frank. 2002. Public Relations. Jakarta: Erlangga.

Kartono, Kartini. 2010. Pemimpin dan Kepemimpinan : Apakah

Kepemimpinan Abnormal Itu. Jakarta : Rajawali Pers.

Moleong, J Lexy, Prof. Dr. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:

PT. Remaja Rosdakaya.

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

101

Mulyana, Deddy. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru

Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Nasution, M.E. Usman, H.M. 2008. Proses Penelitian Kuantitatif. Depok:

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Oemi, Abdurrachman. 2001. Dasar-dasar Public Relations. Bandung: Citra

Aditya Bakti.

Pace, R. Wayne. 2001. Komunikasi organisasi (terjemahan). Bandung:

Rosdakarya

Rakhmat, Jalaludin. 2000. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Robbins, S.P.2001. Psikologi Organisasi Edisi ke-8. Jakarta: Prenhallindo.

Rudy, May Teuku. 2005. Komunikasi dan Humas Internasional. Bandung:

PT.Refika Aditama.

Rumanti, Maria Assumpta. 2005. Dasar-dasar Public Relations: Teori dan

Praktik. Jakarta: Grasindo.

Ruslan, Rosady. 2002. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ruslan, Rosady. 2006. Metode Penelitian Public Relations dan

Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sendjaja, Sasa Djuarsa. 2002. Pengantar Komunikasi. Jakarta: Pusat

Penerbitan Universitas Terbuka.

Sendjaja, Sasa Djuarsa. 2004. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Siagian, Sondang P. 2003.Teori dan Praktik kepemimpinan. Jakarta.

Rineka Cipta.

102

Simatupang, Lono Laskoro. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian

Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Soemirat, Soleh. 2002. Dasar-dasar Public Relations. Bandung:

PT. Remaja Rosdikarya.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sunarto. 2011. Mix Metodology dalam Penelitian Komunikasi. Yogyakarta:

Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM).

Usman, Husaini. 2005. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Bumi Aksara.

Website:

http://ansor.or.id/

http://www.dprd-diy.go.id/wp-

content/uploads/2015/08/UU_NO_17_2013.pdf

103

Tabel 1

Matrix Wawancara

Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta

NO PERTANYAAN JAWABAN ANALISA

1 Apa yang melatar

belakangi berdirinya

GP Ansor?

nanti saya kasih

bukunya ya, kamu baca

aja disitu

Setelah peneliti

membaca bukunya, GP

Ansor di bentuk

sebelum Indonesia

merdeka dibawah

naungan Nahdatul

Ulama (NU).

Terbentuknya GP

Ansor didorong oleh

kondisi saat itu, dimana

muncul organisasi

pemuda yang bersifat

kedaerahan. GP Ansor

organisasi keagamaan

yang bergerak di

bidanh pendidikan

islam, pembinaan

mubaligh, dan

pimbinaan islam.

Ansor artinya Pejuang,

yang menegakkan dan

membentengi ajaran

islam

2 Apa Visi, Misi dan Arti

logo dari GP Ansor ?

ini juga ada didalam

buku. Atau kamu juga

bisa buka websitenya

GP Ansor

Setelah Peneliti

membaca bukunya,

peneliti mengambil

kesimpulan bahwa GP

104

Ansor merupakan

organisasi

kepemudaan yang

mempertahankan

tradisi internal GP

Ansor. Ingin

menjadikan anggota

GP Ansor menjadi

anggota yang disiplin

berorganisasi dan

kadersasi bebasis

profesi.

3 Adakah kebijakan dari

Ketua Pimpinan

Wilayah GP Ansor

DKI Jakarta terkait

pemberian informasi

kepada public

mengenai program-

program kepemudaan

GP Ansor? Jika

memang ada,apa saja

point - point

kebijakannya?

Ada banyak yah.

Mekanismenya kita

akan ada rapat kerja

wilayah. untuk

menggagas program

yang akan kita lakukan

selama satu tahun

kedepan. Nah

kebijakannya jangka

pendek, menengah dan

jangka panjang.

Sehingga, semua

kebijakannya itu

dilakukan saat

RAKERWIL. Karna

pimpinan-pimpinan PC

dan PAC nya

berkumpul, jadi bisa

mengakomodir apa

kebutuhan di tiap-tiap

wilayah, lalu kita buat

Kebijakan Ketua

Pimpinan Wilayah Gp

Ansor DKI Jakarta ada

banyak, dan kebijakan

itu didalamnya ada

kebijakan jangka

pendek, menengah

dan jangka panjang.

Kebijakan akan

dilakukan didalam

Rapat kerja wilayah

(RAKERWIL), hal ini

dilakukan karena saat

itulah Pimpinan-

pimpinan PC dan

PACnya berkumpul

semua. Kebijakan ini

dilakukan sesuai

dengan kebutuhan

yang diperlukan.

105

program-programnya

sesuai kebutuhan. Nah

program ini kemudian

menjadi kebijakan, lalu

kebijakan ini

disampaikan kepada

teman-teman PC dan

PAC untuk dilaksanakan

PW.

4 Apakah kebijakan

yang diltetapkan oleh

Ketua Pimpinan

Wilayah GP Ansor

DKI Jakarta sesuai

dengan visi, misi, dan

tujuan GP Ansor?

tentu saja. Karna tidak

boleh keluar dari visi

misi. Program yang kita

buat itu dasarnya

PDPRT peraturan dasar

perarturan organisasi,

PO pengaturan

Organisasi, Peraturan

Rumah Tangga

Organisasi kemudian

arah kebijakan

Pimpinan Pusat GP

Ansor harus di ikuti oleh

Pimpinan Wilayah,

semua tindakannya itu

harus sesuai dengan

Pimpinan Pusat GP

Ansor.

Selama ini kebijakn

yang diambil oleh

Ketua Pimpinan

Wilayah GP Ansor DKI

Jakrta sedah sesuai

dengan visi misi serta

tujuan GP Ansor.

Karena setiap program

kegiatan yang akan

dibuat oleh oleh GP

Ansor, harus sesuai

dengan peraturan

organisasi.

5 Apakah anggota

Pimpinan Wilayah GP

Ansor DKI Jakarta

menjalankan kebijkan

yang ditetapkan oleh

iya, jadi sinergitas.

Karna ini sebuah

keharusan. Contoh ada

kebijakan tentang terkait

dengan himbauan untuk

Anggota Pimpinan

Wilayah GP Ansor DKI

Jakarta selalu

menjalankan kebijakan

yang telah diberikan

106

Ketua Pimpinan

Wilayah GP Ansor

DKI Jakarta ?

mengaji, kebijakannya

dibuat oleh PW dan

harus dilakukan dan

dilaksanakan oleh

seluruh cabang.

Kebijakan tersebut hasil

dari Rapat kerja Wilayah

PC dan PAC. Tidak bisa

ditolak, harus dilakukan

dan harus dilaksanakan

oleh seluruh anggota

Ansor.

oleh Ketua Pimpinan

Wilayah GPP Ansor

DKI Jakarta. Anggota

harus melakukan dan

melaksanakan hasil

kebijakan dari ketua

PW GP Ansor DKI

jakarta yang telah

dibuat saat

RAKERWIL.

6 Apakah ada pemilihan

target sasaran bagi

eksternal GP Ansor

DKI Jakarta dalam

memberikan segala

informasi mengenai

program-program

kepemudaan?

iya ada, target

sasarannya ada.

Makanya tadi saya

bilang adanya jangka

panjang menengan dan

pendek. Dibuat dengan

skala prioritas. Nah

skala priorita ini

disesuaikan dengan

kebutuhan kader. Kali

ini skala prioritasnya

adalah kaderisasi. Maka

program yang menjadi

kebijakan inti adalah

kebijakan kaderisasi

yang harus

dilaksanakan oleh PC

dan PAC bahkan pada

tingkat Ranting. Untuk

kebijakan program

untuk skala prioritas ini

Adanya target sasaran.

Target ini dibuat

dengan skala prioritas.

GP Ansor ini skala

prioritasnya adalah

kaderisasi. Sehingga

PW GP Ansor DKI

Jakarta membuat

program-program

kepemudaan ini

dengan tujuan

utamanya untuk

mencari kaderisasi.

107

gak bisa di tolak. Udah

harga mati. Umpama

kaderisasi PKD

(Pelatihan Kader dasar)

wajib dilaksanakan oleh

seluruh PC sampai

PAC.

7 Pemilihan targetnya

ini seluruh masyarakat

atau hanya yang

beragama islam saja

yang diberikan

informasi?

karna GP Ansor ini

organisasi kepemudaan,

haluan hadist islam alus

sunnah wal jam‟ah,

maka menjadi bagian

yang umum. Khususnya

umat islam, tetapi apa

bila ada yang non islam

yang ingin ikut, tidak

papa asalkan sesuai

dengan aturan yang

ada. Ansor itu

mempunyai target

bagaimana mengemban

amanah menyebarkan

islam alus wal jam‟ah

kepada generasi muda

karna ini organisasi

kepemudaan. Maka

sasarannya anak muda

yang berhaluan islam

alus sunnah wal jam‟ah,

remaja masjid, anak-

anak komunitas-

komunitas, majelis

ta‟lim.

GP Ansor memiliki

target khususnya

umam islam, tetapi

tidak menutup

kemungkinan apa bila

ada yang non islam

ingin bergabung

dengan GP Ansor

asalkan mengikuti

aturan yang sudah

ada. Targetnya itu

pemuda seperti remaja

masjid, karang taruna,

komunitas-komunitas

dll yang kisaran

umurnya dari 18-45

tahun. Sesuai dengan

apa yang telah

ditentukan di dalam

PR/PRT Gp Ansor

108

8 Apakah dalam

menjalankan program-

program kepemudaan

GP Ansor selalu

berkaitan dengan

perekrutan anggota

baru?

iya, karna kita

membutuhkan

kaderisasi. Maka ada

istilah PKD (Pelatihan

Kader Dasar) itu bagian

dari rekutman. Jadi

kaderisasi di GP Ansor

itu harga mati, tidak bisa

ditolak. Berkitan dengan

proses rekrutmen.

Karena ketua PW GP

Ansor DKI Jakarta

beranggapan bahwa

kaderisasi harga mati,

maka GP Ansor akan

mencari kaderisasi,

salah satunya melalui

program-program yang

dilaksanakan oleh GP

Ansor.

9 Materi apa saja yang

di sampaikan tentang

program-program

kepemudaan kepada

masyarakat?

Pesan yang

disampaikan adalah

tentang ahlus islam

sunnah wal jam‟ah

menurut NU dan GP

Ansor. Kedua tentang

wawasan kebangsaan,

pancasila kemudian

tentang nasionalisme.

Kemudian tentang islam

rahmatan lil alamin. Jadi

gambaran besarnya

seperti itu yang

ditampilkan.

Pesan yang Pimpinan

Wilayah GP Ansor DKI

Jakarta sampaikan

kepada masyarakat

merupakan hal yang

positif semua. Karena

GP Ansor organisasi

kepemudaan berbasis

islam, maka mereka

memberikan materi

tentang islam dan

wawasan kebangsaan.

karena jiwa

nasionalisme harus

ada didalam diri

masyarakat

10 Apa saja cara – cara

yang digunakan GP

Ansor dalam

mensosialisasikan

program-program

ya pertama kan kita

punya basis sampai

kecamatan yang kita

fungsikan adalah

teman-teman kader

Karena GP Ansor

memiliki kaderisasi

hingga tingkat

kecamatan, maka

Pimpinan Wilayah GP

109

kepemudaan

dimasyarakat?

untuk melakukan

soasialisasi kepada

masyarakat, terutama

untuk kader Ansor yang

sampai tingkat

kelurahan untuk

menyampaikan progam-

progam yang akan

dibawakan oleh Ansor,

yang akan di

laksanakan oleh Ansor.

Itu teman-teman secara

personal. Yang kedua

melalui sosial media.

Teman-teman punya

facebook, punya twitter,

punya BBM, punya

whatsaap, itu digunakan

bagian dari sosialisasi,

kemudian kita coba

berkerjasama dengan

beberapa media-media

online yang punya NU

atau Ansor untuk

melakukan sosialisasi.

Ansor DKI Jakarta

akan

mensosialisasikan

program-program

kepemudaan hingga ke

tingkat kelurahan. Lalu

Pimpinan Wilayah GP

Ansor DKI Jakarta

akan meminta

anggotanya untuk

menyebarkan informasi

tersebut melalui media

sosial.

11 Bagaimana respon

masyarakat mengenai

program-program

kepemudaan GP

Ansor?

selama ini positif,

terlihat dari rekrutmen,

bisa di nilai progam

yang kita sampaikan

kepada masyarakat itu

baik atau tidak, bagus

atau tidak, diterima atau

tidak itu bisa dilihat dari

Respon masyarakat

selama ini selalu

positif. Karena sebelum

membuat suatu

program, Pimpinan

Wilayah GP Ansor DKI

Jakarta akan memilih

target yang sesuai

110

respon masyarakat, nah

selama ini yang dilakuka

oleh Ansor, program-

progam kegiatan

apapun disambut positif,

kenapa? Karena terkait

dengan pemilihan

masyarakat. Terbukti

dengan setiap kita

mengadakan kaderisasi

pembukaan untuk

mengikuti Ansor,

banyak yang tertarik

dan banyak yang ikut.

dengan kebutuhan

masyarakat. Dengan

begitu, banyak yang

ingin masuk menjadi

bagian dari GP Ansor

12 Seberapa sering GP

Ansor DKI Jakarta

melakukan program-

progam kepemudaan

GP Ansor

dimasyarakat? Dan

program seperti apa

yang dilakukan GP

Ansor DkI Jakarta

kedepannya?

hampir setiap event

terutama terkait dengan

hari raya besar islam.

umpamanya, pasti ada

kegiatan. Kedua event

yang terkait dengan

momentum-momentum

keadaan situasi

kewilayahan, kita juga

melakukan kegiatan

yang terkait

umpamanya dengan

adanya pengajian-

pengajian kajian islam di

setiap mesjid-mesjid.

Ketiga setiap bulan ada

kegiatan Ansor. Baik di

Pimpinan Wilayah GP

Ansor DKI Jakarta

sangat sering membuat

program-program

kepemudaan.

Terutama setiap

adanya hari raya besar

islam, membuat

pengajian-pengajian

rutin ditiap tingkat .

karena dengan

diadakannya program-

program ini akan

membentuk silaturahmi

antara sesama

anggota GP Ansor

maupun dengan

111

tingkat wilayah, tingkat

cabang, maupun tingkat

anak cabang, karena

progam yang dilakukan

itu bagian dari

membentuk konsolidasi

basis, silahturahmi, jadi

kalau ada satu ranting

yang tidak membangun

kegiatan, ranting itu

dianggap tidak ada.

Kenapa? Karena tidak

ada kegiatannya maka

basisnya tidak jalan.

Jadi minimal harus ada

pengajian

mingguan,baik

istighosah, yasinan atau

segala macem dengan

majelis-majelis yang

dimiliki oleh pemuda-

pemuda Ansor.

masyarakat.

13 Dalam jangka waktu

satu periode

kepengurusan berapa

kali GP Ansor DKI

Jakarta melakukain

Program-program

kepemudaan?

sudah lumayan ya,

sudah banyak juga.

Sudah beberapa kali,

kan ada progam target

proditas, kalau progam

hanya bersifat

eksidental umpamanya.

Kita kan juga

menghitung progamnya

pertahun, jadi program

pertahun itu minimal 6

Karena Pimpinan

Wilayah GP Ansor DKI

Jakarta melakukan

program-program

kepemudaan pertahun,

dan selama setahun

minimal menjalankan 6

program yang skalanya

besar dan melibatkan

masyarakat. Sehingga

dalam jangka waktu 1

112

kegiatan, jadi setiap 2

bulan ada kegiatan

minimal di tingkat

wilayah yang sekiranya

skalanya lumayan

besar, yang melibatkan

unsur publik. Jadi kalau

satu periode 5 tahun,

ada 30 program.

periode (5 tahun) akan

lebih dari 30 program-

program kepemudaan.

14 Adakah hambatan

yang ditemui ketika

GP Ansor DKI Jakarta

melaksanakan

program-program

kepemudaan dalam

masyarakat ?

Ya adalah pastinya,

yang pertama terikait

dengan kondisi kekinian

masyarakat, kadang

ada ketidak tertarikan

masyarakat, seperti

umpamanya ada

beberapa kali

masyarakat ditemukan

tidak hadir karena

alasan nya pengajian

lagi pengajian lagi, nah

ini perlu inovasi. Yang

kedua hambatan secara

besar tidak ada

alhadulillah, karena

memang kegiatan GP

Ansor ini memang

berasal dari masyarakat

dan memerdaya

masyarakat secara

besar tidak ada, cuman

paling gitu aja soal

jamaah.

Hambatan yang

dirasakan oleh

Pimpinan Wilayah GP

Ansor DKI Jakarta

adalah kurangnya

ketertarikan

masyarakat terhadap

program-program yang

dibuat oleh GP Ansor.

113

15 Media apa saja yang

digunakan Pimpinan

Wilayah GP Ansor

DKI Jakarta dalam

memberikan informasi

tentang program-

program kepemudaan

ke masyarakat?

Ada beberapa media

sosial yang di gunakan

pemuda-pemuda Ansor

seperti

Twitter,Facebook,BBM,

Whatsapp, kemudian

ada beberapa berita

online yang dimiliki

media Ansor, yang

dimiliki media Ansor

timur, media Ansor

Jakarta Barat. Media

untuk Jakarta sedang

dibuat.

Media yang di gunakan

Pimpinan Wilayah GP

Ansor DKI Jakarta

untuk memberikan

informasi kepada

masyarakat melalui

media sosial.

16 Apakah media yang

diguakan GP Ansor

untuk

mensosialisasikan

program-program

kepemudaan dirasa

sudah efektif ?

masih kurang, karena

secara internal lagi, dan

banyak pengurus-

pengurus Ansor yang

kurang memanfaatkan

media-media sosial.

Karena mungkin jadi

kurang peminatnya atau

gimana, tapi yang jelas

kurang sosialisasi dari

pengurus sehingga

banyak juga kader yang

tidak tahu bahwa Ansor

mempunyai media

sosial sendiri

sebenarnya untuk

melakukan sosialisasi.

Tapi kecepatan

Pimpinan Wilayah GP

Ansor DKI Jakarta

merasa kurang efektif

melakukan sosialisasi

program-program

kepemudaannya.

Beliau beranggapan

bahwa anggotanya

kurang

memaksimalkan media

sosial untuk

memberikan informasi

kepada masyarakat.

114

informasi jalur ini Ansor

tetap melakukan

perbaikan.Terutama

terkait dengan

kebutuhan teknologi dan

informasi saat ini.

17 Apakah dalam

menjalankan program

– program

kepemudaan PW GP

Ansor DKI Jakarta

melakukan kerjasama

dengan

Instansi/Perusahaan?

iyaa kerjasama dengan

pemda, dengan swasta

juga. Supaya

meringankan secara

finansial, dan supaya

GP Ansor bisa

berkembang secara

organisasi, bukannya

menjadi organisasi yang

tradisonal melaikan

organisasi yang modern

yang berbasis informasi

dan teknologi, yang

berbasis

kemasyarakatan tapi

ada kerjasama, baik

secara langsung

maupun tidak langsung

ya dengan pemda

maupun perusahaan

swasta itu sendiri.

Pimpinan Wilayah GP

Ansor DKI Jakarta

melakukan kerjasama

dengan pemeritahan

Daerah dan juga

perusahaan swasta

terkait dengan

program-program

kepemudaan yang

akan dijalankannya.

119 Tindakan apa yang

dilakukan GP Ansor

DKI Jakarta jika ada

masyarakat yang

tertarik dengan

ya kita coba rekrut. kita

coba ajak untuk masuk

menjadi anggota kader

ansor, lalu kita

kembangkan program

Pimpinan Wilayah GP

Ansor DKI Jakarta

akan merekrut

masyarakat yang

tertarik dengan GP

115

program-program

kepemudaan GP

Ansor DKI Jakarta?

tersebut. Ansor, dan akan

mengembangkan

program-program yang

membuat masyarakat

tertarik dengan GP

Ansor

20 Bagaimana Pimpinan

Wilayah GP Ansor

DKI Jakarta

menanggapi jika ada

masyarakat yang

tertarik dan ingin

bergabung dengan

GP Ansor DKI Jakrta?

dan bagaimana cara

menjaga hubungan

yang baik antar

sesama anggota GP

Ansor?

dengan cara

konsolidasi, silaturahmi,

kemudian ada

membangun komitmen

bersama bahwa gp

ansor harus besar, milik

bersama karena GP

Ansor menjunjung tinggi

nilai islam sunnah wal

jam‟ah maka dengan

cara konsolidasi, kader

akan merasa memiliki

terhadap GP ansor

kepada satu dengan

lainnya. Silaturahmilah.

Apabila ada

masyarakat ada yang

tertarik dengan GP

Ansor, maka akan

langsung di rekrut. Dan

untuk menjalankan

hubungan yang baik

antara sesama

anggota GP Ansor,

Pimpinan Wilayah GP

Ansor DKI Jakarta

akan membuat

silaturahmi kepada

setiap anggota, dan

membuat komitmen

kepada anggotanya

bahwa anggota nya

harus memiliki sifat

memiliki terhadap GP

Ansor dan

beranggapan bahwa

GP Ansor harus besar.

2 Menurut anda, apakah

kebijakan yang dibuat

sudah menunjukkan

citra positif belum

selama ini sudah. Tapi

terakhir fatwa NU DKI

banser tidak boleh jaga

gereja lagi dikarenakan

Kebijakan yang selama

ini dibuat oleh

Pimpinan Wilayah GP

Ansor DKI Jakarta

116

selama ini? menurut mereka, banser

hanya dijadikan tukang

parkir, bukan menjadi

pengaman. Serahkan

tugas itu kepada polisi

atau satpol PP, jadi

insyallah citranya udah

baik.

sudah menunjukkan

citra positif melalui

program-program

kepemudaan tersebut.

Tabel 2

Matrix Wawancara

Pimpinan Cabang GP Ansor Jakarta Selatan

NO PERTANYAAN JAWABAN ANALISA

1 Menurut anda sebagai

Pimpinan Cabang

Jakarta Selatan,

Apakah kebijakan yang

diltetapkan oleh Ketua

Pimpinan Wilayah GP

Ansor DKI Jakarta

sesuai dengan visi, misi,

dan tujuan GP Ansor?

sudah sesuai. Program-

program yang sudah

ditetapkan oleh Pinpinan

Wilayah DKI Jakarta kami

rasa sudah sesuai

dengan visi misi serta

tujuan GP Ansor.

Menurut Pimpinan

Cabang GP Ansor

Jakarta Selatan

kebijakan yang

selama ini dibuat

oleh PW GP Ansor

DKI Jakarta sudah

sesuai dengan visi

misi serta tujuan

GP Ansor

117

2 Menurut anda apakah

kebijakan Pimpinan

Wilayah DKI Jakarta

sudah bagus?

sudah bagus, karena

kebijakan tersebut sudah

sesuai dengan visi misi.

Artinya tidak melenceng,

dan kami anggap sudah

bagus.

Kebijakan yang di

buat selama ini

tidak pernah

melenceng dari visi

misi maka PC

menggangap

kebijakan yang

selama ini diambil

sudah bagus.

3 Menurut anda,

kebijakan seperti apa

yang bisa diambil

pelajaran untuk publik?

seperti kebijakan

kaderisasi artinya

bagaimana menciptakan

kaderisasi dan

regenerisan GP Ansor

sudah 82 tahun, disitu

dari awal hingga hari ini

melakukan peng-kaderan,

itu artinya mencerminkan

organisasi ini tidak mudah

untuk mati karena selalu

ada kadernya dan selalu

regenerasi terus. Ini hal

baik untuk bisa dicontoh

publlik.

Kebijakan yang bisa

diambil pelajaran

untuk masyarakat

adalah kebijakan

kaderisasi. Bahwa

kaderisasi di GP

Ansor tidak mudah

mati karena selalu

adanya kaderisasi

yang ingin

bergabung dengan

GP Ansor

4 Menurut anda, Apakah

media yang diguakan

GP Ansor untuk

mensosialisasikan

program-program

kepemudaan kepada

masyarakat apa sudah

sudah, jadi kalo anda

ingin mencari GP Ansor,

media onlinenya, media

sosialnya baik media

cetak maupun elektronik

alhamdulillah sudah

berjalan dengan baik, jadi

media yang

diguakan GP Ansor

untuk

mensosialisasikan

program-program

kepemudaan

kepada masyarakat

118

cuku baik ?

masyarakat umum tidak

sulit lagi untuk mencari

apa itu GP Ansor, atau

apa saja program

kerjanya. Hampir

semuanya dapat

mengaksesnya dengana

mudah.

sudah cuku baik.

Karena masyarakat

dapat mengakses

dengan mudah

untuk mengetahui

kegiatan yang

sedang dilakukan

oleh GP Ansor

5 Menurut anda, Adakah

hambatan yang ditemui

ketika GP Ansor DKI

Jakarta melksanakan

program-program

kepemudaan dalam

masyarakat ?

Hambatannya terusterang

menjalankan organisasi

ini dengan anggaran

swadaya. Artinya

swadaya ini bergotong

royong bersama-

sama,tidak ada bantuan

dari pihak pemerintah

atau swasta untuk

mensponsori program-

program kami.

Bagaimana dari kami

untuk kami dan oleh kami.

Kalau pun ada kerjasama

sifatnya tidak permanen,

jadi tidak mengikat. Dan

itu kami terima untuk

menjadi tambahan

program-program kami.

Hambatan yang di

terima adalah,

karena tidak

adanya bantuan

finansial dari

pemerintah ataupun

swasta maka GP

Ansor menjalankan

organisasi ini

dengan anggaran

swadaya.

Bergotong royong

bersama-sama

mencari kerjasama

dengan perusahaan

swasta yang

sifatnya tidak

mengikat untuk

membantu

program-program

kepemudaan GP

Ansor

6 Menurut Bang Azis

bahwa hambatannya

tidak semua program

yang dibuat oleh GP

Ketidak tertarikan

masyarakat

119

itu, kadang ketidak

tertarikan masyarakat

terhadap program-

program kepemudaan

yang dilaksanakan GP

Asor DKI Jakarta dan

butuhnya inovasi

program baru,

bagaimana pandangan

anda mengenai hal

tersebut?

Ansor DKI Jakarta ini

tidak diterima dengan

baik oleh masyarakat.

Contohnya kami di jakarta

selatan melakuakn

program kegiatan

kompetisi futsal,

antusiasnya untuk

pemuda cukup besar.

memang di beberapa

program, masyarakat

kurang antusias, tetapi di

program lainnya banyak

pemuda yang antusias.

Jadi tergantung

bagaimana programnya

untuk membuat

masyarakat tertarik.

terhadap program-

program yang

dilakukan GP Ansor

tergantung

bagaimana

program-

programnya. Untuk

membuat

masyarakat tertarik

dengan program-

program GP Ansor

haruslah dibuat

menarik dan

disesuaikan dengan

kebutuhan

masyarakat

Tabel 3

Matrix Wawancara

Media

NO PERTANYAAN JAWABAN ANALISA

1. Menurut anda, apakah

program-program

kepemudaan (kaderisasi,

santunan, kompetisi

futsal, pengajian dll)

yang dijalankan oleh

Cukup. Program-

program tersebut lebih

mendekatkan organisasi

ke masyarakat dan

memberi kontribusi bagi

hubungan organisasi

Dengan adanya

program-program

kepemudaan GP

Ansor dirasa cukup

memberi kontriibusi

bagi masyarakat DKI

120

Pimpinan Wilayah GP

Ansor DKI Jakarta dirasa

sudah cukup

memberikan kontribusi

bagi warga DKI Jakarta?

langsung dengan

kantong-kantong

masyarakat.

Jakarta

2. Apakah program-

program yang dijalankan

oleh Pimpinan Wilayah

GP Ansor DKI Jakarta

dapat memberikan citra

positif kepada organisasi

GP Ansor DKI Jakarta,

dimata masyarakat?

Bisa. Dengan program-

program yang

bersentuhkan langsung

dengan masyarakat

secara langsung bisa

meberi citra positif

organisasi di mata

masyarakat.

Program-program

yang dijalankan oleh

Pimpinan Wilayah

GP Ansor DKI

Jakarta dapat

memberikan citra

positif, karena

melalui program-

program ini GP

Ansor bisa bertemu

langsung dengan

masyarakatnya.

121

TRANSKIP WAWANCARA

NARASUMBER 2 : H. Sulton Mu’mminah S.Ikom

Jabatan : Ketua Pimpinan Cabang Jakarta Selatan

Tanggal Wawancara : Selasa, 2 Agustus 2016

Lokasi Wawancara : Kantor DPW PKB DKI Jakarta di Jalan Murtadho No 365, Paseban

1. Menurut anda sebagai Pimpinan Cabang Jakarta Selatan, Apakah

kebijakan yang diltetapkan oleh Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor

DKI Jakarta sesuai dengan visi, misi, dan tujuan GP Ansor?

Jawab: sudah sesuai. Program-program yang sudah ditetapkan

oleh Pinpinan Wilayah DKI Jakarta kami rasa sudah sesuai dengan

visi misi serta tujuan GP Ansor.

2. Menurut anda apakah kebijakan Pimpinan Wilayah DKI Jakarta

sudah bagus?

Jawab: sudah bagus, karena kebijakan tersebut sudah sesuai

dengan visi misi. Artinya tidak melenceng, dan kami anggap sudah

bagus.

3. Menurut anda, kebijakan seperti apa yang bisa diambil pelajaran

untuk publik?

Jawab: seperti kebijakan kaderisasi artinya bagaimana

menciptakan kaderisasi dan regenerisan GP Ansor sudah 82 tahun,

disitu dari awal hingga hari ini melakukan peng-kaderan, itu artinya

mencerminkan organisasi ini tidak mudah untuk mati karena selalu

122

ada kadernya dan selalu regenerasi terus. Ini hal baik untuk bisa

dicontoh publlik.

4. Menurut anda, Apakah media yang diguakan GP Ansor untuk

mensosialisasikan program-program kepemudaan kepada

masyarakat apa sudah cuku baik ?

Jawab: sudah, jadi kalo anda ingin mencari GP Ansor, media

onlinenya, media sosialnya baik media cetak maupun elektronik

alhamdulillah sudah berjalan dengan baik, jadi masyarakat umum

tidak sulit lagi untuk mencari apa itu GP Ansor, atau apa saja

program kerjanya. Hampir semuanya dapat mengaksesnya

dengana mudah.

5. Menurut anda, Adakah hambatan yang ditemui ketika GP Ansor

DKI Jakarta melksanakan program-program kepemudaan dalam

masyarakat ?

Jawab: Hambatannya terusterang menjalankan organisasi ini

dengan anggaran swadaya. Artinya swadaya ini bergotong royong

bersama-sama,tidak ada bantuan dari pihak pemerintah atau

swasta untuk mensponsori program-program kami. Bagaimana dari

kami untuk kami dan oleh kami. Kalau pun ada kerjasama sifatnya

tidak permanen, jadi tiak mengikat. Dan itu kami terima untuk

menjadi tambahan program-program kami.

123

6. Menurut Bang Azis bahwa hambatannya itu, kadang ketidak

tertarikan masyarakat terhadap program-program kepemudaan

yang dilaksanakan GP Asor DKI Jakarta dan butuhnya inovasi

program baru, bagaimana pandangan anda mengenai hal tersebut?

Jawab: tidak semua program yang dibuat oleh GP Ansor DKI

Jakarta ini tidak diterima dengan baik oleh masyarakat. Contohnya

kami di jakarta selatan melakuakn program kegiatan kompetisi

futsal, antusiasnya untuk pemuda cukup besar. memang di

beberapa program, masyarakat kurang antusias, tetapi di program

lainnya banyak pemuda yang antusias. Jadi tergantung bagaimana

programnya untuk membuat masyarakat tertarik.

124

NO PERTANYAAN JAWABAN

1. Menurut anda, apakah program-

program kepemudaan (kaderisasi,

santunan, kompetisi futsal,

pengajian dll) yang dijalankan oleh

Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI

Jakarta dirasa sudah cukkup

memberikan kontribusi bagi warga

DKI Jakarta?

Cukup. Program-program tersebut lebih mendekatkan organisasi ke masyarakat dan memberi kontribusi bagi hubungan organisasi langsung dengan kantong-kantong masyarakat.

2. Apakah program-program yang

dijalankan oleh Pimpinan Wilayah GP

Ansor DKI Jakarta dapat memberikan

citra positif kepada organisasi GP

Ansor DKI Jakarta, dimata

masyarakat?

Bisa. Dengan program-program yang bersentuhkan langsung dengan masyarakat secara langsung bisa meberi citra positif organisasi di mata masuarakat.

Nama : Sintia Retno Sari

Media : tvOne

No.Telf :

125

Lampiran 1

TRANSKIP WAWANCARA

NARASUMBER 1 : Abdul Azis, S.H.I

Jabatan : Ketua Pimpinan Wilayah DKI Jakarta

Tanggal Wawancara : Selasa, 2 Agustus 2016

Lokasi Wawancara : Kantor DPW PKB DKI Jakarta di Jalan Murtadho No 365, Paseban

1. Apa yang melatar belakangi berdirinya GP Ansor?

Jawab: nanti saya kasih bukunya ya, kamu baca aja disitu

2. Apa Visi, Misi dan Arti logo dari GP Ansor ?

Jawab: ini juga ada didalam buku. Atau kamu juga bisa buka

websitenya GP Ansor

3. Adakah kebijakan dari Ketua Pimpinan Wilayah a GP Ansor DKI

Jakarta terkait pemberian informasi kepada public mengenai

program-program kepemudaan GP Ansor? Jika memang ada,apa

saja point - point kebijakannya?

Jawab:

Ada banyak yah. Mekanismenya kita akan ada rapat kerja wilayah.

untuk menggagas program yanng akan kita lakukan selama satu

tahun kedepan. Nah kebijakannya jangka pendek, menengah dan

jangka panjang. Rapat Kerja Wilayah ini isinya teman2 pengurus

cabang dan teman2 pengurus PAC, sampe pengurus anak

kecamatan agar program yang digagas oleh PW sampai kepada

126

tingkat Kecamatan. Makanya RAKERWIL itu bentuk dari sosiallisasi

program pada seluruh masyarakat melalui GP Ansor tingkat

kecamatan. Agar masyarakat paham program2 yang dilakukan

Ansor DKI Jakarta. Sehingga, semua kebijakannya itu dilakukan

saat RAKERWIL. Karna pimpinan-pimpinan PC dan PAC nya

berkumpul, jadi bisa mengakomodir apa kebutuhan di tiap-tiap

wilayah, lalu kita buat program-programnya sesuai kebutuhan. Nah

program ini kemudian menjadi kebijakan, lalu kebijakan ini

disampaikan kepada teman-teman PC dan PAC untuk

dilaksanakan PW.

4. Apakah kebijakan yang diltetapkan oleh Ketua Pimpinan Wilayah

GP Ansor DKI Jakarta sesuai dengan visi, misi, dan tujuan GP

Ansor?

Jawab: tentu saja. Karna tidak boleh keluar dari visi misi. Program

yang kita buat itu dasarnya PDPRT peraturan dasar perarturan

organisasi, PO pengaturan Organisasi, Peraturan Rumah Tangga

Organisasi kemudian arah kebijakan Pimpinan Pusat GP Ansor

harus di ikuti oleh Pimpinan Wilayah, semua tindakannya itu harus

sesuai dengan Pimpinan Pusat GP Ansor.

5. Apakah anggota Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta

menjalankan kebijkan yang ditetapkan oleh Ketua Pimpinan

Wilayah GP Ansor DKI Jakarta ?

127

Jawab: iya, jadi sinergitas. Karna ini sebuah keharusan. Contoh

ada kebijakan tentang terkait dengan himbauan untuk mengaji,

kebijakannya dibuat oleh PW dan harus dilakukan dan

dilaksanakan oleh seluruh cabang. Kebijakan tersebut hasil dari

Rapat kerja Wilayah PC dan PAC. Tidak bisa ditolak, harus

dilakukan dan harus dilaksanakan oleh seluruh anggota Ansor.

6. Apakah informasi yang diberikan perihal program - program

kepemudaan di internal GP Ansor DKI Jakarta valid?

Jawab:

Apakah ada pemilihan target sasaran bagi eksternal GP Ansor

DKI Jakarta dalam memberikan segala informasi mengenai

program-program kepemudaan?

Jawab: iya ada, target sasarannya ada. Makanya tadi saya bilang

adanya jangka panjang menengan dan pendek. Dibuat dengan

skala prioritas. Nah skala prioritas ini disesuaikan dengan

kebutuhan kader. Kali ini skala prioritasnya adalah kaderisasi.

Maka program yang menjadi kebijakan inti adalah kebijakan

kaderisasi yang harus dilaksanakan oleh PC dan PAC bahkan pada

tingkat Ranting. Untuk kebijakan program untuk skala prioritas ini

gak bisa di tolak. Udah harga mati. Umpama kaderisasi PKD

(Pelatihan Kader dasar) wajib dilaksanakan oleh seluruh PC

sampai PAC.

128

7. Pemilihan targetnya ini seluruh masyarakat atau hanya yang

beragama islam saja yang diberikan informasi?

Jawab: karna GP Ansor ini organisasi kepemudaan, haluan hadist

islam alus sunnah wal jam‟ah, maka menjadi bagian yang umum.

Khususnya umat islam, tetapi apa bila ada yang non islam yang

ingin ikut, tidak papa asalkan sesuai dengan aturan yang ada.

Ansor itu mempunyai target bagaimana mengemban amanah

menyebarkan islam alus wal jam‟ah kepada generasi muda karna

ini organisasi kepemudaan. Maka sasarannya anak muda yang

berhaluan islam alus sunnah wal jam‟ah, remaja masjid, anak-anak

komunitas-komunitas, majelis ta‟lim.

8. Apakah dalam menjalankan program-program kepemudaan GP

Ansor selalu berkaitan dengan perekrutan anggota baru?

Jawab: iya, karna kita membutuhkan kaderisasi. Maka ada istilah

PKD (Pelatihan Kader Dasar) itu bagian dari rekutman. Jadi

kaderisasi di GP Ansor itu harga mati, tidak bisa ditolak. Berkitan

dengan proses rekrutmen.

9. Materi apa saja yang di sampaikan tentang program-program

kepemudaan kepada masyarakat?

Jawab: tentang alus islam sunnah wal jam‟ah menurut NU dan GP

Ansor. Kedua tentang wawasan kebangsaan, pancasila kemudian

tentang nasionalisme. Kemudian tentang islam rahmatandil alamin.

Jadi gambaran besarnya seperti itu yang ditampilkan.

129

10. Apa saja cara – cara yang digunakan GP Ansor dalam

mensosialisasikan program-program kepemudaan dimasyarakat?

Jawab:ya pertama kan kita punya basis sampai kecamatan yang

kita fungsikan adalah teman-teman kader untuk melakukan

soasialisasi kepada masyarakat, terutama untuk kader Ansor yang

sampai tingkat kelurahan untuk menyampaikan progam-progam

yang akan dibawakan oleh Ansor, yang akan di laksanakan oleh

Ansor. Itu teman-teman secara personal. Yang kedua melalui sosial

media. Teman-teman punya facebook, punya twitter, punya BBM,

punya whatsaap, itu digunakan bagian dari sosialisasi, kemudian

kita coba berkerjasama dengan beberapa media-media online yang

punya NU atau Ansor untuk melakukan sosialisasi.

11. Bagaimana respon masyarakat mengenai program-program

kepemudaan GP Ansor?

Jawab: selama ini positif, terlihat dari rekrutmen, bisa di nilai

progam yang kita sampaikan kepada masyarakat itu baik atau

tidak, bagus atau tidak, diterima atau tidak itu bisa dilihat dari

respon masyarakat, nah selama ini yang dilakuka oleh Ansor,

program-progam kegiatan apapun disambut positif, kenapa?

Karena terkait dengan pemilihan masyarakat. Terbukti dengan

setiap kita mengadakan kaderisasi pembukaan untuk mengikuti

Ansor, banyak yang tertarik dan banyak yang ikut.

130

12. Seberapa sering GP Ansor DKI Jakarta melakukan program-

progam kepemudaan GP Ansor dimasyarakat? Dan program

seperti apa yang dilakukan GP Ansor DkI Jakarta kedepannya?

Jawab: hampir setiap event terutama terkait dengan hari raya besar

islam umpamanya, pasti ada kegiatan. Kedua event yang terkait

dengan momentum-momentum keadaan situasi kewilayahan, kita

juga melakukan kegiatan yang terkait umpamanya dengan adanya

pengajian-pengajian kajian islam di setiap mesjid-mesjid. Ketiga

setiap bulan ada kegiatan Ansor. Baik di tingkat wilayah, tingkat

cabang, maupun tingkat anak cabang, karena progam yang

dilakukan itu bagian dari membentuk konsolidasi basis,

silahturahmi, jadi kalau ada satu ranting yang tidak membangun

kegiatan, ranting itu dianggap tidak ada. Kenapa? Karena tidak ada

kegiatannya maka basisnya tidak jalan. Jadi minimal harus ada

pengajian mingguan,baik istighosah, yasinan atau segala macem

dengan majelis-majelis yang dimiliki oleh pemuda-pemuda Ansor.

13. Dalam jangka waktu satu periode kepengurusan berapa kali GP

Ansor DKI Jakarta melakukain Program-program kepemudaan?

Jawab: sudah lumayan ya, sudah banyak juga. Sudah beberapa

kali, kan ada progam target proditas, kalau progam hanya bersifat

eksidental umpamanya. Kita kan juga menghitung progamnya

pertahun, jadi program pertahun itu minimal 6 kegiatan, jadi setiap

2 bulan ada kegiatan minimal di tingkat wilayah yang sekiranya

131

skalanya lumayan besar, yang melibatkan unsur pabrik. Jadi kalau

satu periode 5 tahun, ada 30 program.

14. Adakah hambatan yang ditemui ketika GP Ansor DKI Jakarta

melaksanakan program-program kepemudaan dalam masyarakat ?

Jawab: Ya adalah pastinya, yang pertama terikait dengan kondisi

kekinian masyarakat, kadang ada ketidak tertarikan masyarakat,

seperti umpamanya ada beberapa kali masyarakat ditemukan tidak

hadir karena alasan nya pengajian lagi pengajian lagi, nah ini perlu

inovasi. Yang kedua hambatan secara besar tidak ada alhadulillah,

karena memang kegiatan GP Ansor ini memang berasal dari

masyarakat dan memerdaya masyarakat secara besar tidak ada,

cuman paling gitu aja soal jamaah.

15. Media apa saja yang digunakan komunitas GP Ansor DKI Jakarta

dalam memberikan informasi tentang program-program

kepemudaan ke masyarakat?

Jawab:Ada beberapa media sosial yang di gunakan pemuda-

pemuda Ansor seperti Twitter,Facebook,BBM, Whatsapp,

kemudian ada beberapa media ansor online beberapa berita online

yang dimiliki media Ansor, yang dimiliki media Ansor timur, media

Ansor Jakarta Barat. Media untuk Jakarta sedang dibuat.

132

16. Apakah media yang diguakan GP Ansor untuk mensosialisasikan

program-program kepemudaan dirasa sudah efektif ?

Jawab:masih kurang, karena secara internal lagi, dan banyak

pengurus-pengurus Ansor yang kurang memanfaatkan media-

media sosial. Karena mungkin jadi kurang peminatnya atau

gimana, tapi yang jelas kurang sosialisasi dari pengurus sehingga

banyak juga kader yang tidak tahu bahwa Ansor mempunyai media

sosial sendiri sebenarnya untuk melakukan sosialisasi. Tapi

kecepatan informasi jalur ini Ansor tetap melakukan

perbaikan.Terutama terkait dengan kebutuhan teknologi dan

informasi saat ini.

17. Apakah dalam menjalankan program – program kepemudaa PW

GP Ansor DKI Jakarta melakukan kerjasama dengan

Instansi/Perusahaan?

Jawab: iyaa kerjasama dengan pemda, dengan swasta juga. Supaya

meringankan secara finansial, dan supaya GP Ansor bisa

berkembang secara organisasi, bukannya menjadi organisasi yang

tradisonal melaikan organisasi yang modern yang berbasis

informasi dan teknologi, yang berbasis kemasyarakatan tapi ada

kerjasama, baik secara langsung maupun tidak langsung ya

dengan pemda maupun perusahaan swasta itu sendiri.

133

18. Tindakan apa yang dilakukan GP Ansor DKI Jakarta jika ada

masyarakat yang tertarik dengan program-program kepemudaan

GP Ansor DKI Jakarta?

Jawab: ya kita coba rekrut. kita coba ajak untuk masuk menjadi

anggota kader ansor, lalu kita kembangkan program tersebut.

19. Bagaimana Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta menanggapi

jika ada masyarakat yang tertarik dan ingin bergabung dengan GP

Ansor DKI Jakrta? dan bagaimana cara menjaga hubungan yang

baik antar sesama anggota GP Ansor?

Jawab: dengan cara konsolidasi, silaturahmi, kemudian ada

membangun komitmen bersama bahwa gp ansor harus beasar,

milik bersama karena GP Ansor menjunjung tinggi nilai islam

sunnah wal jam‟ah maka dengan cara konsolidasi, kader akan

merasa memiliki terhadap GP ansor kepada satu dengan lainnya.

Silaturahmilah.

20. Menurut anda, apakah kebijakan yang dibuat sudah menunjukkan

citra positif belum selama ini?

Jawab: selama ini sudah. Tapi terakhir fatwa NU DKI banser tidak

boleh jaga gereja lagi dikarenakan menurut mereka, banser hanya

dijadikan tukang parkir, bukan menjadi pengaman. Serahkan tugas

itu kepada polisi atau satpol PP, jadi insyallah citranya udah baik.

134

CURRICULUM VITAE

Data Pribadi

Nama Lengkap : Andini Dwi Putri, S.Ikom

Tempat/Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 07 September 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Tinggi : 157 cm

Berat : 47 kg

Alamat : Sinar Pamulang Permai B10 No. 11, Pamulang

Barat , Tangerang Selatan, Kode pose 15417

Phone : 0812 1959 9973

Email : [email protected]

Pendidikan

2012 - 2016 : Fakultas Ilmu Komunikasi Univ.Prof.DR.Moestopo

(Beragama) JAKARTA

2009 - 2012 : SMAN 6 Tangerang Selatan

2006 - 2009 : SMPN 4 Tangerang Selatan

2000 - 2006 : SDN Pamulang 1

1998 – 2000 : TK Pertiwi Pamulang

135

Pengalaman Organisasi Internal

Ketua Cheerleader di SMAN 6 Tangerang Selatan

Anggota Acara Inaugurasi FIKOM Univ. Prof. Dr. Moestopo

(Beragama)

Anggota Wadah Kegiatan Mahasiswa Basket FIKOM Univ. Prof.

Dr. Moestopo (Beragama)

Anggota Hubungan Maysarakat dalam kompetisi Basketball Return

3

Sekretaris Musyawarah Kerja Wadah Kegiatan Mahasiswa Basket

FIKOM Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama) 2012

Anggota Hubungan Masyarakat Komisi Pemilihan Raya 2013

Divisi Humas Internal Wadah Kegiatan Mahasiswa Basket FIKOM

Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama) 2013-2014

Anggota Hubungan Masyarakat Orientasi Mahasiswa Baru FIKOM

Univ.Prof. Dr. Moestopo (Beragama) 2013

Sekretaris Training Camp 1 dan 2 Wadah Kegiatan Mahasiswa

Basket FIKOM Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama) 2013

Kordinator Acara Kompetisi Basketball Return 4

Sekretaris Musyawarah Kerja Wadah Kegiatan Mahasiswa Basket

FIKOM Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama) 2013

Divisi Acara Wadah Kegiatan Mahasiswa Basket FIKOM Univ. Prof.

Dr. Moestopo (Beragama) 2014 – 2015

Ketua Umum Kompetisi Basketball Return 5

Sekretaris Diklatom Wadah Kegiatan Mahasiswa Basket FIKOM

Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama) 2015

Sekretaris Umum Wadah Kegiatan Mahasiswa Basket FIKOM Univ. Prof.

Dr. Moestopo (Beragama) 2015 – 2016

Sekretaris Kompetisi Basketball Return 6

Ketua Diklatom Wadah Kegiatan Mahasiswa Basket FIKOM Univ. Prof.

Dr. Moestopo (Beragama) 2016