1
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
SKRIPSI
STRATEGI PEMBENTUKAN BRAND IMAGE PIMPINAN
WILAYAH GERAKAN PEMUDA ANSOR DKI JAKARTA
LEWAT PROGRAM-PROGRAM KEPEMUDAAN
Diajukan Oleh :
Nama : Andini Dwi Putri
NIM : 2012 – 41 – 341
Konsentrasi : Hubungan Masyarakat
Untuk Memenuhi sebagian Syarat Guna Mencapai
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi
Jakarta
2016
2
TANDA PENGESAHAN SKRIPSI
Nama : Andini Dwi Putri
NIM : 2012-41-341
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Konsentrasi : Hubungan Masyarakat
Judul Skripsi : Strategi pembentukan brand image Pimpinan Wilayah
Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat program-program
kepemudaan
Telah Dipertahankan Di Hadapan Penguji Yang Diadakan Pada Hari
Sabtu Tanggal 20 September 2016 Dan Dinyatakan LULUS.
PANITIA PENGUJI
Penguji I
Tanggal : ……………………
Penguji II
Tanggal : ……………...........
Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi UPDM (B)
Dr. H. Hanafi Murtani, MM.
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
TERAKREDITASI A : SK No. 027/BAN-PT/Ak-XI/S1/X/2008 Kampus I : Jl. Hang Lekir I/8 Jakarta Pusat 12070 Telp. 7261433 Fax. 7252685
Kampus II : Jl. Swadarma Raya No. 54 Ulujami Jakarta Selatan Telp. 58902927, 58902928 Website : www.moestopo.ac.id E-mail : [email protected]
3
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama : Andini Dwi Putri
NIM : 2012-41-341
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Konsentrasi : Hubungan Masyarakat
Telah menyelesaikan penulisan skripsi :
Judul Skripsi : Strategi pembentukan brand image Pimpinan Wilayah
Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat program-
program kepemudaan.
Telah memenuhi persyaratan untuk diuji baik dari segi isi maupun segi teknis
PANITIA PEMBIMBING SKRIPSI
Dr. Retno Intani ZA, M.Sc Pembimbing I
Tanggal : ……………………
Drs. Freddy Richardo, M.Si
Pembimbing II
Tanggal : ……………...........
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Dr. Hendri Prasetya, S.Sos, M.Si.
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
TERAKREDITASI A : SK No. 027/BAN-PT/Ak-XI/S1/X/2008 Kampus I : Jl. Hang Lekir I/8 Jakarta Pusat 12070 Telp. 7261433 Fax. 7252685
Kampus II : Jl. Swadarma Raya No. 54 Ulujami Jakarta Selatan Telp. 58902927, 58902928
Website : www.moestopo.ac.id E-mail : [email protected]
4
Surat Pernyataan Orisinalitas Skripsi
Saya Yang Bertanda Tangan Dibawah Ini :
Nama : Andini Dwi Putri
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Makassar 07 September 1994
Alamat : Sinar Pamukang Permai Blok B10/11 RT 003 RW 019,
Kecamatan Pamulang. Kota Tangerang Selatan
Telepon/Hp : 0812 1959 9973
Status : Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Updm (B)
Nim : 2012-41-341
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Konsentrasi : Hubungan Masyarakat
Dengan Ini Menyatakan Bahwa Skripsi :
Judul : Strategi pembentukan brand image Pimpinan
Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat
program-program kepemudaan
Pembimbing I : Dr. Retno Intani ZA, M.Sc
Pembimbing II : Drs. Freddy Richardo, M.Si
Menyatakan Dengan Sesungguhnya Bahwa Skripsi Yang Saya Buat Merupakan
Hasil Asli (Orisinal) Dan Bukan Duplikasi Dari Skripsi Orang Lain.
Demikian Surat Pernyataan Ini Saya Buat Dengan Sebenarnya, Dan Apabila Di
Kemudian Hari Pernyataan Ini Tidak Benar, Maka Saya Sanggup Untuk Dikenakan Sanksi
Akademis Sesuai Dengan Peraturan Yang Berlaku Di Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
Jakarta, 20 September 2016
Yang Menyatakan,
(Andini Dwi Putri)
5
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum .Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul STRATEGI PEMBENTUKAN BRAND IMAGE
PIMPINAN WILAYAH GERAKAN PEMUDA ANSOR DKI JAKARTA
LEWAT PROGRAM-PROGRAM KEPEMUDAAN dengan baik.
Dalam penulisan skripsi ini peneliti berhasil membahas tentang strategi komunikasi yang digunakan Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta dalam upaya mempertahankan citra. Dengan melihat langsung penerapan programnya dilapangan dan juga wawancara yang peneliti lakukan, banyak sekali pengetahuan baru yang peneliti dapatkan saat melakukan penelitian ini.
Penulisan skripsi ini dilakukan secara maksimal sesuai dengan norma-norma penulisan ilmiah dan hasilnya program-program kepemudaan yang dilakukan Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP Ansor mendapatkan respon positif dari masyarkat. Peneliti selalu berusaha membuat skripsi ini layak dijadikan sumber referensi bagi mahasiswa atau pihak lain sehingga bisa memberikan sumbangan berarti dalam ranah ilmu pengetahuan. Skripsi ini juga sebagai salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) di Universitas Prof.Dr.Moestopo (Beragama), dengan konsentrasi Hubungan Masyarakat dan penulis dedikasikan skripsi ini untuk semua generasi muda Indonesia di seluruh Dunia.
Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih atas perhatiannya, dan semoga dengan penulisan ini mampu memberikan kontribusi yang positif bagi penelitian-penelitian lainnya.
Jakarta, 11 Agustus 2016
Penulis, Andini Dwi Putri
i
6
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala kemudahan,
kelancaran, dan segala kekuatan yang diberikan kepada peneliti,
sehingga skripsi ini sesuai dengan yang diharapkan. Peneliti juga
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Papa Eddy Purwanto dan Mama Maria Olva
yang telah memberikan doa serta menjadi sponsor utama dari segi
moril dan materil dalam hidup peneliti. Satu-stunya kaka perempuan
Eva Dianovita dan kedua adik kembar Fachri Adi Saputara dan Farrah
Aliza Larasati, yang selalu mampu menjadi tempat beristirahat,
mendengar keluh kesah dan melepas penat yang luar biasa dengan
hiburan ala Eddy‟s Family.
2. Bapak Prof. Dr. Rudy Harjanto, MM, M.Sn. selaku PLT Dekan Fakultas
Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) sekaligus
Rektor Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).
3. Ibu Dr. Retno Intani ZA,M.Sc selaku Dosen Pembimbing I yang telah
sabar meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan
pengarahan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Freddy Richardo, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang
telah sabar meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan
pengarahan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
5. Para Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo
(Beragama) atas semua ilmu yang diberikan kepada penulis.
ii
7
6. Para Staff Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo
(Beragama), terutama Bapak Habib atas semua bantuan, saran,
informasi dan dukungan yang tiada henti diberikan setiap harinya
kepada penulis.
7. Mr.Grumpy Bobby Hermasnyah yang rela menyisihkan waktu dan
pikirannya serta sabar menemani dan membimbing penulisan skrispi
ini dari awal hingga akhirnya dapat terealisasi.
8. Para Narasumber dari Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP Ansor,
Bapak Abdul Azis selaku Ketua Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP
Ansor dan Bapak Sulton Mu‟minah selaku Ketua Pimpinan Cabang
Jakarta Selatam GP Ansor. Terimakasih kepada Ibu Sintia Retno Sari
selaku awak media yang telah meluangkan waktu ditengah
kesibukannya.
9. My Receh squad yang sudah menemani peneliti dari awal perkuliahan
hingga skripsi ini, Farhana, Mira Atika Putri, Hativa Safitri, Bella
Belinda , dan Hanifa Aljufry. Tiada kata yang dapat peneliti ucapkan
selain terimakasih banyak atas segala dukungan, lawakan, hiburan,
ocehan, drama, kepanikan, tangis, tawa dan canda selama
menyelesaikan penelitian ini.
10. Seluruh keluarga besar WKM Basket Fikom UPDM(B) yang telah
membantu peneliti dengan segala hiburan, dukungan dan saran yang
tiada henti.
iii
8
11. Dan kepada pihak-pihak lain yang telah sangat banyak membantu
memberi semangat dukungan serta doa kepada peneliti namun tidak
dapat disebutkan.
Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak yang berkepentingan. Selain itu, Peneliti juga berharap
semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan semua pihak-pihak
yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Jakarta, 11 Agustus 2016
(Andini Dwi Putri)
iv
9
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................... i
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................. ii
DAFTAR ISI ....................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... viii
ABSTRAK .......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian ............................................. 1
1.2 Fokus Masalah .............................................................. 11
1.3 Rumusan Masalah ......................................................... 12
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................... 13
1.5 Kegunaan Penelitian ...................................................... 13
1.5.1 Kegunaan Akademis ............................................ 13
1.5.2 Kegunaan Praktis ................................................. 14
BAB II KAJIAN LITERATUR DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Kajian Pustaka ................................................................ 15
2.2 Kerangka Konsep dan Penelitian Teori .......................... 21
2.2.1 Komunikasi
2.2.1.1 Pengertian Komunikasi ................................ 19
2.2.1.2 Proses Komunikasi ...................................... 22
2.2.1.3 Komunikasi Organisasi ................................. 25 2.2.1.4 Strategi Komunikasi 28
v
10
2.2.1.5 Peranan Pimpinan Terhadap Komunikasi .... 32
2.2.1.6 Model Strategi Komunikasi .......................... 33
2.3 Hubungan Msyarakat
2.3.1 Definisi Hubungan Masyarakat ............................ 35
2.3.2 Fungsi dan Peran Humas ..................................... 40
2.4.Citra ................................................................................ 42
2.5 Kerangka Pemikiran ........................................................ 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Paradigma Penelitian ..................................................... 46
3.2 Pendekatan Penelitian ................................................... 48
3.3 Metode Penelitian ........................................................ 50
3.4 Objek dan Subjek Penelitian
3.4.1 Objek Penelitian ................................................... 53
3.4. Subjek Penelitian ................................................... 53
3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................... 53
3.6 Teknik Keabsahan Data ................................................ 56
3.7 Teknik Analisis Data ..................................................... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Sejarah GP Ansor ................................................. 61
4.1.2 Filosofi GP Ansor ................................................. 66
vi
11
4.1.3 Lirik Mars GP Ansor .............................................. 67
4.1.4 Visi, Misi dan Tujuan ............................................ 68
4.1.5 Dasar Hukum Organisasi Masyarakat .................. 69
4.1.6 Program-program Kepemudaan GP Ansor ......... 70
4.1.7 Tingkat Kepengurusan ......................................... 70
4.1.8 Susunan Pengurus Pimpinan Wilayah ................. 71
4.1.9 Susunan Pengurus Pimpinan Cabang .................. 72
4.2 Deskripsi Subyek Penelitian .......................................... 73
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian .............................................. 76
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ........................................ 91
4.5 Keabsahan Data ........................................................... 94
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ......................................................................... 95
5.2 Saran .............................................................................. 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vii
12
DAFTAR LAMPIRAN
1. Foto- foto hasil penelitian
2. Matriks wawancara
3. Surat izin penelitian dari Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
4. Surat keterangan sudah melakukan penelitian dari Pimpinan Wilayah
GP Ansor DKI Jakarta
viii
13
UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
PROGRAM STUDI : ILMU KOMUNIKASI
ABSTRAK
Nama : Andini Dwi Putri
NIM : 2012-41-341
Konsentrasi : Hubungan Masyarakat (HUMAS)
Judul : Strategi pembentukan brand image Pimpinan
Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta
lewat program-program kepemudaan
JumlahHalaman : 5 Bab+ 99 halaman
Bibliografi : 30 buku + 2 Website
Pembimbing I : 1.Dr. Retno Intani ZA, M.Sc
Pembinbing II : 2. Drs. Freddy Ricardho, M.Si
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Strategi pembentukan brand image Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat program-program kepemudaan. Perumusan masalahnya bagaimana StrategiKomunikasi Pimpinan Wilayah DKI Jakarta Gerakan Pemuda Ansor dalam mempertahankan citra positif (studi kasus membentuk brand image organisasi lewat program-program kepemudaan). Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah 7‟Cs Public Relations. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, studi pustaka, dan observasi. Metodologi penelitian ini dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualititatif tentang suatu fenomena social dan studi kasus. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan Strategi pembentukan brand image Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat program-program kepemudaan sudah mendapatkan citra positif dari publik internal maupun ekstenal (masyarakat). Kata Kunci : Strategi komunikasi,citra positif, kepemudaan
ix
14
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
FACULTY OF COMMUNICATION
STUDY PROGRAMS: ILMU KOMUNIKASI
ABSTRACT
Name : Andini Dwi Putri
NIM : 2012-41-341
Study Programs : Ilmu Komunikasi
Consentration : Hubungan Masyarakat
Title : Strategi pembentukan brand image Pimpinan
Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta
lewat program-program kepemudaan
Number of Pages : V Chapter & 99 Pages
Preceptor I : 1. Dr. Retno Intani ZA, M.Sc
Preceptor II : 2. Drs. Freddy Ricardho, M.Si
This study aims to determine the Strategy formation of brand image
Gerakan Pemuda Ansor Regional Chairman of Jakarta through youth
programs. The background is how the Strategy formation of brand image
Gerakan Pemuda Ansor Regional Chairman of Jakarta through youth
programs. Theory used in this study is 7'Cs Public Relations. This study
used data collection techniques by means of interviews, library research,
and observation. The method used in this research is qualitative-
descriptive approach about social phenomenons and case studies. Based
on the research, we can have conclusion of how the Strategy formation of
brand image Gerakan Pemuda Ansor Regional Chairman of Jakarta
through youth programs is shown that a good image have been earned
from the internal public and external public.
Key word : The communication strategy, a positive image, youth
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum definisi pemuda, setidaknya memiliki tiga
katagori yaitu menyangkut batasan usia pemuda sifat atau
karakteristik pemuda, dan tujuan dari aktivitas kepemudaan. Pemuda
identik sebagai sosok individu yang berusia produktif dan mempunyai
karakter khas yang spesifik yaitu revolusioner, optimis, berpikiran
maju, memiliki moralitas, dsb. Kelemahan mecolok dari seorang
pemuda adalah kontrol diri dalam artian mudah emosional, sedangkan
kelebihan pemuda yang paling menonjol adalah mau menghadapi
perubahan, baik berupa perubahan sosial maupun kultural dengan
menjadi pelopor perubahan itu sendiri.
“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru
dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan
dunia” begitulah kata Ir. Soekarno. Pemuda adalah tonggak penting
sebuah bangsa dan negara, pemuda adalah pondasi umat dimana
pemuda harus menjadi motor penggerak kehidupan bangsa karena
dengan semangat, tenaga dan pemikiran pemuda inilah muncul
berbagai penemuan – penemuan yang berarti. Seperti James Watt
yang diusia mudanya menemukan mesin uap yang menjadi pembuka
pintu gerbang industrialisasi di Inggris, Benjamin Franklin, Thomas
1
2
Jefferson, George Washington yang membangun negaranya begitu
pula di Indonesia ada Budi Utomo, Moch Yamin dan Ir. Soekarno.
Mereka adalah seseorang pemuda yang menjadi pilar kemerdekaan
bangsa pada tanggal 28 Oktober 1928 yakni 84 tahun lalu bahwa
pada saat itu adalah perwakilan pemuda – pemuda Indonesia yang
berasal dari Sumatra – Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku
berkumpul untuk mendorong kemerdekaan bangsa dan masih banyak
berbagai contoh lain mengenai pemuda sebagai motor penggerak
kemajuan bangsa.
Fenomena pemuda saat ini, tidak jarang pemuda masih
merasa etnosentris bahwa suku ini lebih baik dan ini buruk, yang perlu
di ingat adalah pada 84 tahun silam ketiga Sumpah Pemuda itu
Berbangsa satu Indonesia, Bertanah Air satu Indonesia dan
Berbahasa satu Indonesia. Yang harus dipupuk yaitu rasa cinta air ini,
ingat amanat para pendahulu – pendahulu bahwa pemuda juga harus
memiliki sense of belonging pada tanah air tercinta, pemuda harus
memiliki jiwa nasionalis. Terakhir adalah berbahasa satu, ini salah
satu hal yang unik dimasanya sumpah berbahasa satu ini pada
awalnya ingin menggunakan bahasa satu bahasa melayu, karena
belum adanya bahasa Indonesia secara resmi dan bahasa melayu
dianggap lebih baik dan banyak mempengaruhi bahasa – bahasa di
tanah air, tapi pada masa itu seseorang menyarankan bahwa “kenapa
kita tidak pakai bahasa Indonesia jika belum ada, ayo kita buat
3
bahasa Indonesia!” Seru seorang pemuda yaitu Sanusi Pane yang
hadir dalam kongres pemuda II, maka muncullah bahasa Indonesia
sebagai bahasa pemersatu. Bahasa Indonesia telah menjadi bahasa
pengikat dan bahasa persatuan bagi bangsa Indonesia sampai saat
ini.
Sumpah Pemuda versi orisinal:
Pertama
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah
darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoewa
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa
jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa
persatoean, bahasa Indonesia.
Kondisi ideal pemuda sebagai generasi penerus bangsa,
merupakan individu yang sedang berkembang, dan perlu diberi
kesempatan berkembang secara proporsional dan terarah, dan
mendapatkan layanan pendidikan yang berimbang antara pendidikan
pengetahuan umum dan pendidikan nilai moral serta agama sebagai
pedoman dalam bersikap dan bertingkahlaku dimanapun mereka
berada. Pemuda cenderung dikatakan sebagai generasi penerus
bangsa atau pemuda merupakan harapan bangsa. Sehingga pemuda
harus mempunyai karakteristik dan kepribadian yang berjiwa mulia
4
serta nasionalis.Pemuda sebagai generasi penerus bangsa yang
diharapkan mampu membangun dan mengembangkan bangsa demi
mencapai segala cita-cita bangsa, harus memiliki nilai-nilai moral
sebagai modal yang utama. Princeton mendefinisikan kata pemuda
(youth) dalam kamus Webstersnya sebagai:
“the time of life between childhood and maturity; early maturity; the state of being young or immature or inexperienced; the freshness and vitality characteristic of a young person”.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa pemuda adalah sebuah
kehidupan yang berdiri direntang masa kanak-kanak dan masa
dewasa dimasa inilah seorang pemuda bersifat labil, kontrol emosi
dan kestabilan pendirian masih bisa dipengaruh oleh pihak luar.
Seorang pemuda mempunyai ciri yang khas yang menggambarkan
seperti apa ia terlihat yang menunjukkan kepribadiannya.
Banyak pemuda Indonesia yang tertarik atau berkeinginan
untuk berkecimpung di dunia politik atau mengikuti organisasi
mayarakat, tetapi karena kurangnya pengalaman, yang akhirnya
membuat mereka terjerumus oleh hal-hal negatif dan membuat
permasalahan yang muncul pada saat ini antara lain menurunnya jiwa
idealisme, patriotisme, dan nasionalisme di kalangan masyarakat,
termasuk pemuda. Masih banyaknya sex bebas yang berujung
perkawinan dibawah umur. Merebaknya penggunaan narkoba
dikalangan remaja. tawuran sesama pelajar dan sebagainya. Oleh
karena itu, mereka harus masuk sebuah organisasi agar bisa menjadi
5
penerus bangsa yang terarah. Organisasi menurut Robbins (2001:4)
diartikan “sebagai suatu unit (satuan) sosial yang dikoordinasikan
dengan sadar, yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang berfungsi
atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan
atau serangkaian tujuan bersama.”
Dibutuhkan lembaga-lembaga atau wadah untuk menampung
aspirasi pemuda dalam mengembangkan kreatifitas yang dimilikinya.
Ditengah masyarakat adanya organisasi kepemudaan yang
merupakan sekumpulan pemuda-pemuda, dimana keberadaannya
bisa menjadi suatu kelompok yang akan memberikan kontribusi
kepada negara. Keberadaan organisasi kepemudaan ini harus memiliki
tujuan yang jelas dan terencana dalam memberikan kontribusi kepada
negara. Adapun peran negara perihal pembangunan kepemudaan
sesuai dengan apa yang tertuang dalam UU No 40 Tahun 2009
Tentang Kepemudaan pada Pasal 3 Ayat 1 yang berbunyi :
“Pembangunan kepemudaan bertujuan untuk terwujudnya pemuda yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri, demokratis, bertanggungjawab, berdaya saing, serta memiliki jiwa kepemimpinan, kewirausahaan, kepeloporan, dan kebangsaan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.” Jauh sebelum negara ini merdeka, organisasi kepemudaan
menjadi salah satu penentu dalam menggerakan masa dan juga
terlibat dalam perebutan kemerdekaan dan berjuang melawan
penjajah. Banyak hal yang dikerjakan dan dilakukan oleh organisasi-
6
organisasi tersebut agar dapat menuju tujuannya yaitu kemerdekaan
Indonesia, baik dengan pendidikan, pergerakan, perdagangan dan
lain sebagainya. Pada masa setelah kemerdekaan terdapat dua fase
kehidupan organisasi yaitu pada Orde Lama dan Orde Baru. Dimana
pada masing-masing fase tersebut banyak hal yang terjadi pada
organisasi. Tentunya banyak pihak yang menyatakan bahwa pada
fase tersebut terutama pada masa Orde Baru, kehidupan organisasi
yang mewadahi orang untuk berkumpul sesuai kesukaan dan
kesamaan dalam berpendapat dan berkarya begitu dikekang. Jiwa
pemuda pada masa Orde Lama maupun Orde Baru sangatlah
berbeda, dimana Orde Lama jiwa pemuda Indonesia sangat
nasionalis, sedangkan fase Orde Baru jiwa pemudanya lebih
dinamika. Saat ini kita hidup pada masa reformasi, dimana kebebasan
pemuda di Indonesia untuk berkumpul, berserikat dan
mengekspresikan diri dalam kelompok yang dikenal dengan
organisasi masyarakat dan kepemudaan mulai berkembang. Hal
tersebut mulai memunculkan banyak organisasi yang beragam
dengan beraneka tujuan, jenis, ideologi, agama bahkan ras. Seperti
Pemuda Pancasila, HMI, KAMI, KAPI, HIPMI, SATMA, dan
sebagainya.
Salah satu organisasi kepemudaan yang memiliki basis
keagamaan di Indonesia adalah Gerakan Pemuda Ansor atau biasa
disingkat dengan GP Ansor. GP Ansor sendiri adalah organisasi
7
kepemudaan yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU) namun
bersifat otonom yang berarti memiliki struktur sendiri, aturan internal
sendiri, namun tidak boleh melenceng dari aturan umumyang dibuat
oleh NU. Peneliti Walaupun GP Ansor merupakan organisasi
berbasis Islam tetapi, tetap berasaskan Pancasila yaitu ke-Tuhanan
YME, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, GP Ansor bersifat kepemudaan, kemasyarakatan,
kebangsaan dan keagamaan yang berwatak kerakyatan.
Di sepanjang sejarah perjalanan bangsa, dengan kemampuan
dan kekuatan tersebut GP Ansor memiliki peran strategis dan
signifikan dalam rangka merebut kemerdekaan dan juga
mempertahankan kemerdekaan.Dengan Resolusi Jihad yang
dikeluarkan oleh KH. Hasyim Asyari yang berisi :
Pertama : Setiap muslim, tua, muda dan miskin
sekalipun wajib memerangi orang kafir yang
merintangi kemerdekaan Indonesia.
Kedua : Pejuang yang mati dalam perang
kemerdekaan layak dianggap syuhada.
8
Ketiga : Warga yang memihak kepada belanda
diangap memecah belah kesatuan dan
persatuan dan oleh karena itu harus dihukum
mati.
Dokumen “Resolusi Jihad” ditulis dalam huruf Arab-Jawa atau
disebut Pegon ditandatangi oleh K.H Hasyim Asyari dan
disebarluaskan keseluruh jaringan pesantren, tak terkecuali kepada
komandan-komandan Laskar Hizbullah & Sabilillah diseluruh penjuru
Jawa dan Madura. Dokumen Resolusi Jihad juga dimuat dalam
sejumlah media masa pergerakan pada masa itu, hanya berselang 3
hari pasca Resolusi Jihad dicetuskan, 6000 tentara sekutu mendarat
di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dengan persenjataan lengkap.
Mendengar kedatangan pasukan penjajah, ribuan santri, mujahidin &
para kiyai seJawa Timur bergerak menuju Surabaya dan situasi pun
terus memanas dan cenderung tidak terkendali.Resolusi Jihad NU
telah memompa semangat GP Ansor dan perlawanan rakyat dan
memicu terjadinya pertempuran hebat selama 3 hari di Surabaya,
tanggal 27 sampai tanggal 29 Oktober 1945, tentara Inggris
kewalahan menghadapi perlawanan rakyat Jawa Timur. GP Ansor
tetap eksis dalam setiap episode sejarah perjalan bangsa dan tetap
menempati posisi dan peran yang strategis dalam setiap pergantian
kepemimpinan nasional. Kader dari GP Ansor sangat banyak yang
menjadi tokoh – tokoh besar di dalam negeri antara lain ada yang
9
menjadi dosen, rektor bahkan menjadi anggota DPR,/DPRD, bupati,
walikota, menteri, gubernur. Hal tersebut karena GP Ansor dapat
menciptakan kaderisasi yang berkualitas, sehingga lulusannya
berkualitas dan tentunya berguna bagi bangsa dan negara.
GP Ansor hingga saat ini telah berkembang sedemikian rupa
menjadi organisasi kemasyarakatan pemuda di Indonesia. Anggota
GP Ansor pun sudah tersebar di seluruh Indonesia bahkan luar
negeri. Ditambah dengan kemampuannya mengelola keanggotaan
khusus yaitu Barisan Ansor Serbaguna atau biasa disebut BANSER
yang memiliki kualitas dan kekuatan tersendiri ditengah masyarakat.
Namun di era yang modern ini GP Ansor berusaha untuk terus
meningkatkan eksistensinya dan senantiasa mengikuti perkembangan
zaman pada setiap program – programnya. Pada kesempatan kali ini
penulis ingin meneliti organisasi kepemudaan GP Ansor DKI Jakarta
karena GP Ansor memiliki citra yang positif, bisa dilihat dari program-
program kepemudaan yang dilakukan oleh GP Ansor dengan
memperhatikan ajaran-ajaran islam, serta GP Ansor tidak melakukan
tindakan penyimpangan-penyimpangan yang dapat meresahkan
warga seperti yang dilakukan oleh beberapa oknum-oknum organisasi
kepemudaan lainnya. Dan penulis meneliti GP Ansor di DKI Jakarta
karena di Jakarta adalah ibukota negara Republik Indonesia,
Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP Ansor dianggap harus mampu
meningkatkan kesadaran di kalangan pemuda Indonesia untuk
10
memperjuangkan cita-cita kemerdekaan dan memperjuangkan
pengamalan ajaran Islam. Namun hal tersebut memiliki kendala
tersendiri yang dikarenakan masyarakat DKI Jakarta yang beragam,
ditambah warganya yang sangat sibuk, serta banyaknya arus budaya
asing yang masuk dengan pesat seperti Korea dengan K-Pop-nya,
lambat laun menggeser nilai – nilai dan karakter pemuda di Indonesia
khususnya di DKI Jakarta.
Untuk itu Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP Ansor harus
memiliki strategi untuk dapat mengembangkan kualitas sumber daya
manusia melalui pendekatan keagamaan, kependidikan, kebudayaan,
dan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai wujud partisipasi dalam
pembangunan nasional. Meningkatkan kesadaran dan aktualisasi
masyarakat sebagai upaya peningkatan kualitas kesehatan,
ketahanan jasmani dan mental spiritual serta meningkatkan apresiasi
terhadap seni dan budaya bangsa yang positif serta tidak
bertentangan dengan syari‟at Islam, meningkatkan hubungan dan
kerjasama dengan berbagai organisasi keagamaan, kebangsaan,
kemasyarakatan, kepemudaan, profesi dan lembaga-lembaga lainnya
baik di dalam negeri maupun di luar negeri, mengembangkan
kewirausahaan di kalangan pemuda baik secara individu maupun
kelembagaan sebagai upaya meningkatan kesejahteraan anggota dan
masyarakat ditengah pandangan masyarakat tentang ormas – ormas
yang banyak meresahkan masyarakat, GP Ansor yang lebih
11
cenderung kepada kaderisasi harus memiliki strategi dalam
mempertahankan eksistensinya dan disamping pendekatan –
pendekatan kepada masyarakat. Untuk itu peneliti ingin mengetahui
sebenarnya apa strategi pembentukan brand image Pimpinan Wilayah
Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat program-program
kepemudaan sebagai judul penelitian ini.
1.2. Fokus Masalah
Dewasa ini organisasi masyarakat kepemudaan dianggap
meresahkan masyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya oknum-
oknum organisasi masyarakat yang melakukan tindakan kriminal
maupun penyimpangan-penyimpangan yang merupakan suatu
penurunan moral bangsa. Melihat kondisi sekarang ini, banyak terjadi
penyimpangan moral dikalangan generasi muda seperti miras,
tawuran pelajar, seks bebas dan lain sebagainya.
Dari isu-isu moral yang dilakukan generasi muda seperti yang
telah dicontohkan tersebut sudah menjadi masalah sosial yang
sampai saat ini belum dapat diatasi sampai tuntas. Dengan demikian
GP Ansor mempunyai peran yang cukup besar untuk merubah citra
pemuda yang dianggap merusak moral bangsa melalui program-
program kepemudaan yang di lakukan oleh Pimpinan Wilayah DKI
Jakarta GP Ansor
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka perumusan
masalah penelitian ini adalah : “Strategi pembentukan brand image
12
Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat
program-program kepemudaan”
1.3. Rumusan Masalah
Dalam melakukan penelitian diperlukan adanya suatu
perumusan masalah agar penulis dapat tepat sasaran dalam
memperoleh hasil yang maksimal. Pengertian dari perumusan
masalah menurut Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi, adalah
penjabaran dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis mencoba untuk merumuskan
suatu permasalahan sesuai dengan latar belakang dan pembatasan
masalah, perumusan masalah yang akan dikemukakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Strategi pembentukan brand image Pimpinan
Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat program-
program kepemudaan?
2. Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat dalam
melaksanakan strategi pembentukan brand image Pimpinan
Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat program-
program kepemudaan?
3. Faktor-faktor apakah yang menjadi pendukung dalam
melaksanakan strategi pembentukan brand image Pimpinan
Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat program-
program kepemudaan?
13
1.4. Tujuan Penelitian
Dilihat dari perumusan masalah yang telah dikemukakan,
secara umum tujuan penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui Strategi pembentukan brand image Pimpinan
Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat program-
program kepemudaan.
2. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam melaksanakan
strategi pembentukan brand image Pimpinan Wilayah Gerakan
Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat program-program kepemudaan.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dalam melaksanakan strategi
pembentukan brand image Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda
Ansor DKI Jakarta lewat program-program kepemudaan.
1.5 Kegunaan Penelitian
Yang dapat diperoleh dari penyusunan tugas akhir ini adalah:
1.5.1 Kegunaan Akademis
a. Kegunaan akademis yang akan dilakukan oleh penulis
diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan
khususnya mengenai strategi komunikasi.
b. Secara teoritis dapat menjelaskan dan membuktikan apakah
strategi komunikasi GP Ansor telah sesuai dengan teori-teori
komunikasi yang telah dikemukakan oleh para ahli atau
belum
14
c. Sebagai warna latihan dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan penulis melalui kegiatan-kegiatan agar
nantinya dapat membandingkan antara ilmu yang diterima
dalam perkuliahan dengan yang ada di lapangan.
1.5.2 Kegunaan Praktis
a. Secara praktis, penelitian ini diharapkan berkaitan dengan
hal-hal yang dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan yang
nyata atau terhadap suatu individu, kelompok maupun
organisasi dan sebagainya. Kegunaan praktis ini juga
diharapkan menjadi masukan kepada Pimpinan Wilayah DKI
Jakarta GP Ansor serta secara personal dan nantinya
berguna untuk organisasi, terlebih dalam hal
mempertahankan citra.
b. Penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu
persyaratan utama dalam mendapatkan gelar S-1.
15
BAB II
KAJIAN LITERATUR DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Kajian Pustaka
Menurut Nasution dan Usman (2008:41) kajian pustaka
merupakan tahapan untuk mendokumentasikan hasil tinjuan atau
review terhadap teori atau penelitian sebelumnya yang telah di
publikasikan.
Kajian pustaka merupakan rangkuman dari penelitian terdahulu
yang berisikan tentang tujuan penelitian, teori dan metode yang
digunakan serta hasil yang didapat dari penelitian dihubungkan
dengan penelitian sebelumnya. Sehingga penelitian yang akan
dilakukan dapat lebih baik daripenelitian sebelumnya.
Peneliti mencoba untuk menyajikan data penelitian sejenis
yang bergerak pada bidang yang sama untuk mencari referensi data
untuk membandingkan dengan penelitian yang sudah ada.Untuk
memperkaya referensi penelitian, penulis mempelajari beberapa
penelitian sejenis terdahulu. Penelitian-penelitian sejenis terdahulu
adalah:
1. “Strategi komunikasi humas KPK dalam mempertahankan citra positif” yang diteliti untuk memenuhi syarat kelulusan (skripsi) oleh Airizky Quincy dari Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama). Masalah yang diteliti mendalami bagaimanakah strategi komunikasi humas KPK dalam mempertahankan citra positif. Tujuan peneliti ini mengambil judul tersebut untuk mengetahui seperti apa strategi komunikasi humas KPK dalam mempertahankan citra positif. Untuk meninjau hasil penelitian, penulis inimenggunakan 4 step dan analisis SWOT. SWOT
15
16
sendiri terdiri dari Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (kesempatan) dan Threaten (ancaman atau pesaing). Metodologi yang penulis ini pakai untuk penelitian tersebut adalah jenis penelitian kualitatif dimana penulis menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis, penelitian ini juga bersifat deskriptif yang bertujuan membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu fenomena sosial. Teknik pengumpulan data dibedakan antara data primer dan data sekunder, dengan cara melakukan wawancara mendalam, observasi, dan studi pustaka. 2. “Pemberdayaan organisasi Pemuda Nasional di DKI Jakarta oleh Kemenpora Paska Terbitnya Undang- Undang Kepemudaan Tahun 2009” yang diteliti untuk memenuhi syarat kelulusan (skripsi) oleh Astatia Damaiskadari Universitas Indonesia. Masalah yang diteliti adalah bagaimana pemberdayaan Organisasi Kepemudaan Nasional yang bersekretariat Pusat di DKI Jakarta, pasca terbitnya Undang-UndangKepemudaanTahun 2009. Tujuan peneliti ini mengambil judul tersebu tuntuk mendeskripsikan dan menganalisis pemberdayaan Organisasi Kepemudaan Nasional yang bersekretariat Pusat di DKI Jakarta oleh Kemenpora pasca terbitnya Undang-Undang Kepemudaan tahun 2009.Untuk meninjau hasil penelitian penulis ini menggunakan teori konsep pemberdayaan, teori kebijakan publikdan teoriorganisasi. Metodologi yang penulis ini pakai untuk penelitian tersebut adalah jenis penelitian kualitatif, dengan teknik wawancara mendalam dan kepustakaan dari literatur yang ada.Paradigma yang dipilih penulis ini untuk bahan penelitian adalah konstruktivisme yang ditujukan untuk mendapatkan hasil penelitian, dimana metode ini dilakukan melalui identifikasi kebeneran atau konstruksi pendapat per orang, dan mencoba untuk membandingkan dan menyilangkan pendapat orang per orang yang telah didapatkan untuk memperoleh kebeneran dengan cara wawancara mendalam, hasil kuisioner dan studi pustaka.
17
Untuk lebih jelasnya berikut peneliti jabarkan dalam tabel
matrix dua penelitian yang sejenis:
Tabel 2.1 Matrix penelitian terdahulu
NO ASPEK
Airizky Quincy Univ. Prof. Dr.
Moestopo (Beragama) 2010
Astatia Damaiska Universitas Indonesia
2009
Andini Dwi Putri Univ. Prof. Dr. Moestopo
(Beragama) 2016
1 JUDUL Strategi komunikasi
humas KPK dalam
mempertahankan citra
positif
Pemberdayaan organisasi
Pemuda Nasional di DKI
Jakarta oleh Kemenpora
Paska Terbitnya Undang-
Undang Kepemudaan
Tahun 2009
Strategi pembentukan
brand image Pimpinan
Wilayah Gerakan Pemuda
Ansor DKI Jakarta lewat
program-program
kepemudaan.
2 PERMASALAHAN Bagaimanakah strategi
komunikasi humas KPK
dalam mempertahankan
citra positif
Bagaimana
pemberdayaan Organisasi
Kepemudaan Nasional
yang
bersekretariat Pusat di DKI
Jakarta, pasca terbitnya
Undang-Undang
Kepemudaan
Tahun 2009?
Bagaimanakan Strategi
pembentukan brand image
Pimpinan Wilayah Gerakan
Pemuda Ansor DKI Jakarta
lewat program-program
kepemudaan.
3 TUJUAN Untuk mengetahui
seperti apa strategi
komunikasi humas KPK
dalam mempertahankan
citra positif
untuk
mendeskripsikan dan
menganalisis
pemberdayaan
Organisasi
Kepemudaan
Nasional yang
bersekretariat Pusat
di DKI Jakarta
oleh
Kemenpora
pasca
terbitnya Undang
-Undang Kepemudaan
tahun 2009
.
1.Untuk mengetahui Strategi pembentukan brand image Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat program-program kepemudaan. 2. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam melaksanakan strategi pembentukan brand image Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat program-program kepemudaan. 3. Untuk mengetahui faktor pendukung dalam melaksanakan strategi pembentukan brand image Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat program-program kepemudaan.
18
4 TEORI 4 step dan analisis
SWOT
1.Konsep Pemberdayaan
2. Teori
Kebijakan Publik
3. Teori Organisasi
7c‟s dan teori citra
5 METODOLOGI Penelitian kualitatif yang
menghasilkan data
deskriptif
Wawancara mendalam,
data hasil kuisioner
dan studi kepustakaan
(mixed method)
Penelitian kuliatatif yang
menganalisis hasil
wawancara
6 HASIL
PENELITIAN
1. Humas KPK
menggunakan 4 proses
langkah strategi Public
relation, serta dibantu
dengan mengguakan
analisis SWOT.
2. Dalam
mengimplementasikan
strategi yang dilakukan
oleh KPK dalam
mempertahankan citra
baiknya, KPK
menggunakan langkah-
langkah yang dilakukan
melaui media relation,
website resmi KPK,
perpustakaan KPK,
ayanan informasi
public, facebook,
twitter,youtube.
Pemberdayaan Organisasi
Kepemudaan nasional
yang bersekretariat di DKI
Jakarta setelah terbitnya
UU Kepemudaan belum
berhasil terlaksana
sehingga membutuhkan
peninjauan kembali terkait
strategi dan Undang-
Undang yang mengatur
hal tersebut.
Ketidakberhasilan
Pemberdayaan
dikarenakan sosialisasi
peraturan UU
Kepemudaan yang belum
merata dan tingginya
penolaksan peraturan
pembatasan usia pemuda;
rendahnya koordinasi
yang dilakukan
Kemenpora terkait
kemitraan strategis bagi
Organisasi Kepemudaan
nasional dengan
Lembaga/Kementerian
lain;
minimnya ikatan yang
terjalin antara Organisasi
Kepemudaan nasional
dengan Kemenpora; serta
Bantuan dana untuk
program kerja Organisasi
Kepemudaan nasional
yang dianggap masih
belum memadai dari
segi kuantitas dan kualitas
19
1.2 Kerangka Konsep dan Penelitian teori
2.2.1.Komunikasi
2.2.1.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah aktifitas manusia untuk saling berhubungan
satu sama lain, dimana dalam proses tersebut terdapat pesan atau
informasi yang disampaikan dari komunikator kepada komunikan.
Harold Laswell dalam karyanya The Structure and Function of
Communications in society mendefinisikan: “Komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui
media yang menimbulkan efek”. (Effendy, 2004 : 10)
“Komunikator yang dimaksud menurut beliau adalah orang yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang dan orang yang menerima pesan disebut dengan komunikan.Harold Laswell juga mendefinisikan bahwa pesan/message yang disampaikan komunikator kepada komunikan merupakan seperangkat yang memiliki makna. Serta media, menurut Harold Laswell merupakan saluran komunikasi kepada komunikan” (Effendy, 2004 : 115) Dua orang dikatakan melakukan interaksi apabila masing-
masing melakukan aksi dan reaksi.Aksi dan reaksi yang dilakukan
manusia ini (baik secara perorangan, kelompok, ataupun organisasi),
dalam ilmu komunikasi disebut sebagai tindakan komunikasi. Pada
dasarnya manusiatelah melakukan proses komunikasi sejak dia
dilahirkan ke dunia. Tindakan komunikasi ini terus-menerus terjadi
selama proses kehidupannya. Dengan demikian, proses komunikasi
dapat diibaratkan sebagai urat nadi kehidupan manusia.
20
Komunikasi juga merupakan salah satu fungsi dari kehidupan
manusia. Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin
berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui apa yang
terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu
berkomunikasi. Melalui komunikasi seseorang dapat menyampaikan
apa yang ada di dalam benaknya pikirannya kepada orang lain baik
secara langsung ataupun tidak terisolasi dari lingkungan sekitarnya,
seorang dapat mengenali dirinya sendiri, seorang dapat menambah
pengetahuan dan mengubah sikap serta prilaku kebiasaannya, dan
seseorang dapat berusaha untuk membujuk dan/atau memaksa orang
lain agar berpendapat, bersikap atau berprilaku sebagaimana yang
diharapakan.
Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang
sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian
informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.” (Effendi, 2004 : 10)
Defenisi tersebut menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu
komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga
pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public
attitude). Sedangkan menurut Harold Lasswell pada tahun 1960
“Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang
menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada
siapa, dan dengan akibat atau hasil apa (who? say what? In which
channel? To whom? Whict what effect?)” (Sendjaja, 2003 : 111)
21
Gambaran sederhana dari proses komunikasi dapat dilihat dari
model komunikasi yang dikembangkan oleh Harold Lasswell, yang
mengemukakan sebuah model komunikasi untuk menjelaskan
komunikasi dengan menggunakan lima pertanyaan yang ditanyakan
dan dijawab dalam melihat proses komunikasi, yaitu “who says what in
which channel to whom with what effect.” Untuk lebih jelasnya di
gambarkan sebagai berikut :
a. “Who - siapa = komunikator b. Says what - mengatakan apa = pesan c. In which channel - dalam media apa = media d. To whom - kepada siapa = komunikan e. With what effect - dengan efek apa = efek
(Sendjaja, 2003 : 26)
Berdasarkan model komunikasi Harold Lasswell yang telah
diuraikan di atas, maka jika diaplikasikan ke dalam penelitian ini,
adalah :
a. Who (siapa) Yaitu komunikator yang merupakan sumber yang akan
memberikan informasi atau menyampaikan pesan kepada para komunikannya, komunikator dalam hal ini adalah Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP Ansor
b. Say What (pesan yang akan disampaikan) Yaitu pesan yang akan disampaikan komunikator dalam hal
ini adalah segala bentuk informasi c. In which channel (media yang di kemukakan) Media yang digunakan adalah berbagai media pendukung
dan melalui komunikasi verbal secara interperdonal yang sifatnya dialogis dalam proses penyampaian informasi
d. To whom (siapa komunikannya) Pesan ditujukan kepada publik umum khususnya para
masyarakat yang berusia 16- 40 tahun. e. With what effect (efek apa yang diharapkan) Efek apa yang diharapkan pada komunikan adalah
terpenuhinya seluruh kebutuhan informasi sehingga Strategi komunikasi Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP Ansor diterima oleh publik.
22
Berdasarkan model komunikasi Harold Lasswell di atas, jika
dikaitkan dengan penelitian ini adalah Strategi komunikasi Pimpinan
Wilayah DKI Jakarta GP Ansor, yang dalam hal ini mempunyai strategi
komunikasi yaitu menjalankan program-program kegiatan untuk
menyampaikan pesan kepada publik, agar pesan yang akan
disampaikan dapat sampai kepada masyarakat dengan baik tanpa
membuat citra yang negatif mengenai organisasi masyarakat yang
bersifat kepemudaan ini. Terakhir adalah efek yang diharapkan pada
komunikan yaitu terpenuhinya seluruh kebutuhan informasi mengenai
program-program yang dilakukan GP Ansor DKI Jakarta bahwa
organisasi masyarakat yang bersifat kepemudaan ini tidak meresahkan
publik. Dengan demikian kelengkapan unsur komunikasi menurut
Harold Lasswell yang mutlak harus ada di dalam setiap prosesnya.
2.2.1.2.1 Proses Komunikasi
Proses komunikasi pada hakekatnya adalah penyampaian
suatu pesan yang dilakukan oleh seseorang komunikator sedemikian
rupa sehingga menimbulkan dampak tertentu pada komunikan. Pesan
yang disampaikan oleh komunikator adalah pernyataan sebagai
panduan dari perasaan yang berupa ide, gagasan, informasi, keluhan,
dan sebagainya.
Onong Uchjana Effendy di dalam bukunya komunikasi teori dan
praktek membagi proses komunikasi sebagai berikut:
23
a. “Proses komunikasi secara primer Proses komunikasi secara primer adalah proses
penyampaian pikiran dan/atau perasaan perasaan orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan/atau perasaan komunikator kepada komunikan.
b. Proses komunikasi secara sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses
penyampaian pesan oleh seorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai medai kedua. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karen komunikan sebagai sasarnnya berada di tempat yang relatif jauh atau dalam jumlah banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi”. (Effendy, 2003 : 11-16)
Selain itu menurut Deddy Mulyana, proses komunikasi dapat
digolongkan dalam beberapa bentuk, yaitu :
1. Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Communication) Komunikasi yang dilakukan dengan diri sendiri, baik kita
sadari atau tidak kita sadari. 2. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication) Proses pertukaran informasi antara seseorang dengan
paling kurang seseorang lainnya atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui balikan (feedback).
3. Komunikasi Kelompok (Group Communication) Komunikasi antara seseorang dengan sekelompok orang
dalam situasi tatap muka. 4. Komunikasi Publik (Public Communication) Komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah
besar orang (khalayak), yang tidak bisa dikenali satu per satu.
5. Komunikasi Organisasi (Organization Communication) Komunikasi yang berupaya menyampaikan pesan yang
dikirim dan diterima di dalam organisasi, di dalam kelompok yang strukturnya formal maupun informal.
6. Komunikasi Media Massa (Mass Media Communication)
Komunikasi melalui penggunaan media. (Mulyana,2007)
24
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
komunikasi intrapribadi (Intrapribadi Communication) merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari proses komunikasi dua orang, tiga
orang dan sebagainya, karena sebelum berkomunikasi dengan orang
lain, setiap individu biasanya berkomunikasi dengan diri sendiri terlebih
dahulu (mempersepsikan dan memastikan makna pesan orang lain),
hanya saja caranya yang seringkali kita tidak sadari. Keberhasilan kita
berkomunikasi dengan orang lain, bergantung pada keefektifan
komunikasi kita dengan diri sendiri. Kemudian terdapat komunikasi
antarpribadi yang merupakan proses penyampaian komunikasi hanya
dua orang. Terdapat pula komunikasi publik atau biasanya komunikasi
ini sering disebut pidato, ceramah, kuliah (umum).Selain itu, terdapat
pula komunikasi organisasi, yang biasanya terdiri dari bentuk
komunikasi formal dan komunikasi informal. Sedangkan dalam
penelitian ini, yang menjadi fokus penelitian peneliti adalah hanya
proses komunikasi organisasi (Organization Communication),dimana
proses pemberian informasi dari seseorang Pimpinan Wilayah DKI
Jakarta GP Ansor dalam mempertahankan citra positif melalui
program-program kepemudaan. Segala bentuk komunikasi diatas akan
menggunakan antara 2 proses, secara primer dan secara sekunder.
Proses secara primer merupakan proses penyampaian perasaan
komunikator ke komunikan secara langsung dengan menggunakan
simbol sebagai media. Proses secara sekunder merupakan proses
25
penyampaian perasaan komunikator dengan kumunikan secara tidak
langsung dengan menggunakan alat pendukung sebagai media untuk
menyampaikan pesan.
2.2.1.3 Komunikasi Organisasi
Pace dan Faules (2002:31-33) mengatakan, “Komunikasi
organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran
pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu
organisasi”. Suatu komunikasi yang terjadi dalam sebuah organisasi
terdiri dari bagian-bagian yang saling bekerja sama untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan organisasi.
Sedangkan pengertian dari komunikasi organisasi menurut
Redding dan Sanborn seperti yang dikutip oleh Arni Muhammad
(2004:65) mengatakan bahwa :
“Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward (dari atasan kepada bawahan), komunikasi upward (dari bawahan ke atasan), komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama level/tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan evaluasi program”.
Di dalam komunikasi organisasi, arah aliran informasi
dibedakan menjadi 4, yaitu:
1. Komunikasi ke Bawah (Downward Communication) Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti
bahwa pesan mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Disamping perintah dan instruksi, komunikasi ke bawah juga berisi pesan mengenai tujuan komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, komunikasi lintas saluran, komunikasi horizontal
26
organisasi, kebijaksanaan kebijaksanaan perusahaan, peraturan, pembatasan, insentif, tunjangan, dan pengembangan rasa memiliki tugas (sense of mission). (Rudy dkk:2005:)
Informasi dari atasan ke bawahan meliputi:
a. Informasi tentang bagaimana melakukan pekerjaan. b. Informasi tentang dasar pemikiran untuk melakukan
pekerjaannya. c. Informasi tentang kebijakan dan praktik organisasi. d. Informasi tentang kinerja pegawai. e. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas. (Saputra:2014:172) 2. Komunikasi ke Atas (Upward Communication)
Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa pesan mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia). Semua pegawai dari sebuah organisasi, kecuali mungkin mereka yang menduduki posisi puncak mungkin berkomunikasi ke atas. Artinya, setiap bawahan dapat mempunyai alasan yang baik atau meminta informasi dari atau memberi informasi kepada seseorang yang otoritasnya lebih tinggi dari pada dia. Fungsi utama dari komunikasi ke atas adalah untuk memperoleh informasi mengenai kegiatan keputusan dan pelaksanaan pekerjaan karyawan pada tingkat yang lebih rendah. Sebuah organisasi yang efektif membutuhkan komunikasi ke atas sama banyaknya dengan komunikasi ke bawah. Dalam situasi seperti ini, komunikator berada pada tingkat yang lebih rendah dalam hierarki organisasi daripada penerima pesan. Beberapa bentuk komuniaksi ke atas yang paling umum melibatkan pemberian saran, pertemuan kelompok, dan protes terhadap prosedur kerja. Ketika komunikasi ke atas tidak muncul, orang sering kali mencari sejumlah cara untuk menciptakan jalur komunikasi ke atas yang tidak formal. (Ivancevich:2006:125)
3. Komunikasi Horizontal (Horizontal Communication) Komunikasi horizontal terdiri dari penyampaian informasi di antara rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-individu yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama. Namun komunikasi horizontal seringkali menemui banyak hambatan. Ketiadaan kepercayaan diantara rekan-rekan kerja, perhatian yang tinggi pada mobilitas ke atas, dan persaingan dalam sumber daya dapat mengganggu
27
komunikasi pegawai yang sama tingkatnya dalam organisasi dengan sesamanya.(Ivancevich:2006:125)
4. Komunikasi Lintas Saluran (Diagonal Communication) Komunikasi lintas saluran adalah komunikasi yang muncul karena keinginan pegawai untuk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional dengan individu yang tidak menduduki posisi atasan atau bawahan. (Ivancevich:2006:125)
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti mengambil
kesimpulan bahwa komunikasi organisasi yang efektif adalah
komunikasi yang dilakukan dalam suatu organisasi yang harus
disesuaikan dengan jalurnya masing-masing. Agar para anggota
organisasi mampu menyesuaikan diri atau mengetahui kapan dan
bagaimana harus berkomunikasi secara formal maupun informal.
Sedangkan untuk menciptakan komunikasi yang efektif dalam
suatu organisasi harus didukung oleh iklim organisasi yang positif, dan
dipengaruhi oleh sikap dan perilaku yang ramah dan saling
menghormati antar karyawan dan didukung oleh sistem komunikasi
yang terbuka, sehingga akan terjalin hubungan yang harmonis.
Maka dapat disimpulkan bahwa suatu organisasi yang baik
ditimbulkan dari iklim komunikasi yang baik antara individu di dalam
organisasi, maka dalam bekerja akan tercipta komunikasi yang terbuka
dalam diri setiap individu sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.
2.2.1.4 Strategi Komunikasi
Strategi merupakan rencana induk untuk melaksanakan suatu
kebijakan dengan menggunakan sumber daya yang ada. Strategi
28
tersebut selanjutnya dijabarkan kedalam program dan proyek yang baik
ckupannya maupun kedalamnya lebih khusus.
“Strategi pada hakikatnya adala perencanaan (planning), dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan bagaimana taktik oprasionalnya. Effendi menambahkan strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.” (Effendy, 2003 : 32)
Menyusun sebuah strategi komunikasi adalah suatu seni,
bukan suatu yang ilmiah dan ada banyak cara pendekatan yang
berbeda untuk melakukan tugas ini. seperti halnya strategi dalam
bidang apapun, strategi komunikasi harus di dukung oleh teori, karena
teori merupakan pengetahuan berdasarkan pengalaman yang sudah
diuji kebenarannya.
Sebuah perencanaan sangat penting untuk mencapai tujuan
perusahaan/organisasi, strategi komunikasi harus dapat menunjukkan
bagaimana oprasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata
bahwa pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu, bergantung pada
situasi dan kondisi.
Quinn (1992) dalam buku kampanya PR kiat dan strategi edisi
revisi (Ruslan : 2002) menyatakan agar suatu strategi dapat efektif
dilaksanakan dalam sebuah program, maka ia harus mencakup
beberapa hal :
1) Objektif yang jelas dan menentukan semua ikhtiar diarahkan untuk mencapai pemahaman yang jelas, menentukan dan bisa mencapai keseluruhan tujuan.
29
Tujuan tersebut tidak perlu dibuat secara tertulis namun yang penting bisa dipahami dan menentukan.
2) Memelihara inisiatif, perlu diketahui bahwa strategi inisiatif menjaga kebebasan bertindak dan memperkaya komitmen. Strategi harus menentukan langkah dan menetapkan tindakan terhadap peristiwa, bukannya bereaksi terhadap peristiwa.
3) Konsentrasi, dengan memusatkan kekuatan yang besar untuk waktu dan tempat yang menentukan.
4) Strategi hendaknya diniatkan untuk dilengkapi penyangga dan dimensi untuk fleksibilitas dan manuver.
5) Strategi hendaknya memberikan kepemimpinan yang memiliki komitmen dan tanggung jawab terhadap pencapaian tujuan pokok.
6) Strategi hendaknya dipersiapkan untuk memanfaatkan kerahasiaan dan kecerdasan untuk menyerang lawan pada saat yang tidak terduga.
7) Strategi itu mengamankan seluruh organisasi dan semua operasi penting organisasi.
Menyusun strategi komunikasi harus memperhitungkan faktor-
faktor pendukungnya. Komponen komunikasi dan faktor pendukung
sebagai berikut:
1. Mengenali sasaran komunikasi 2. Faktor situasi dan kondisi 3. Pemilihan media komunkasi 4. Pengkajian tujuan pesan komunikasi 5. Peranan komunikator dalam komunikasi 6. Daya tarik sumber 7. Kredibilitas sumber(Effendy:2003:35)
Dalam faktor-faktor tersebut dijelaskan bahwa strategi
merupakan suatu tindakan yang akan digunakan untuk mencapai suatu
tujuan, yang tindakan tersebut dalam menjalankannya dengan sebuah
komunikasi. Dalam menyusun strategi komunikasi harus
memperhitungkan faktor-faktor pendukungnya. Strategi komunikasi
yang ditentukan suatu tujuan yang diinginkan dengan memperhatikan
30
situasi dam kondisi dari khalayaknya. Maka suatu kegiatan komunikasi
hal yang paling utama yang harus dikerjakan adalah mengenal dahulu
khalayaknya dan disesuaikan dengan kondisi komunikator tersebut
kepada komunikannya atau khalayak.
Untuk menguasai teknik komunikasi dengan melalui
komunikasi tertentu secara efektif, seperti “What is communications”
and “How to communicate”, kemudian “I know my people” and “you
know your audience”. Pada hakikatnya tujuan dari kegiatan komunikasi
ini adalah agar dapat mengubah opini publik dari prilaku lainnya sesuai
dengan tujuan dan perencanaan yang ditetapkan.
Strategi komunikasi ini dapat berjalan dengan adanya peranan
seorang humas. Humas dapat menginformasikan perusahaannya
kepada publik agar dapat dimengerti dan diterima dengan baik,
menggunakan proses komunikasi sehingga mudah dimengerti dan
dipahami oleh publik. humas dapat berjalan dengan efektif karena
adanya suatu komunikasi yang efektif, maka perlu adanya perencanaan
humas humas dalam memberikan pesan kepada publik untuk mencapai
tujuannya.
“Melalui teknik komunikasi tersebut, seperti prosedur untuk
menarik perhatian pada penggiatan komunikasi, dikenal “AA procedure,
fromattention to action” atau dengan model “AIDDA”. AIDDA tersebut
singkatan dari:
31
A - attention = menarik perhatian I - interest = membangkitkan minat D - desire = menumbuhkan hasrat D - decision = membuat keputusan A - action = melakukan penggiatan” (Ruslan, 2002 : 33 )
Dalam proses komunikasi tersebut, peneliti menjelaskan suatu
pesan yang disampaikan dimulai dengan membangkitkan perhatian,
kemudian menumbuhkan minat dan kepentingan sehingga khalayak
memiliki hasrat untuk menerima pesan yang dirangsangkan oleh
komunikator dan akhirnya diambil keputusan untuk menjalankan
kegiatan tersebut dalam tindakan. Jadi proses tersebut harus bermula
dari perhatian, sehingga pesan komunikasi yang tidak menarik
perhatian, tidak akan menciptakan komunikasi yang efektif.
Strategi komunikasi ini dapat berjalan dengan adanya peranan
seorang Humas. Humas dapat menginformasikan perusahaannya
kepada publik agar dapat dimengerti dan diterima dengan baik,
menggunakan sebuah proses komunikasi sehingga mudah dimengerti
dan dipahami oleh publiknya. Humas dapat berjalan dengan efektif
karena adanya suatu komunikasi yang efektif, maka perlu adanya
perencanaan Humas dalam memberikan pesan kepada publiknya untuk
mencapai tujuannya.
Strategi komunikasi dalam praktiknya bisa dibedakan dalam
strategi komunikasi Humas, strategi media dan strategi pesan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa di dalam
strategi komunikasi, Public relation tidak hanya mengatur rencana
32
kegiatan jangka pendek perusahaan / instansi atau organisasi,
melainkan lebih terfokus pada rencana jangka panjang. Rencana
jangka panjang tersebutlah yang dijadikan acuan oleh para praktis
Public relation untuk dapat menentukan rencana –rencana teknis.
Rencana teknis tersebut harus sesuai dengan visi dam misi suatu
perusahaan atau organisasi, agar tujuan serta sasaran tersebut dapat
tercapai.
2.2.1.5 Peranan Pimpinan Terhadap Komunikasi Organisasi
Setiap kegiatan manusia selalu membutuhkan kepemimpinan,
demikian halnya dalam berorganisasi tentu membutuhkan pimpinan
sebagai orang yang memimpin, memandu, berdiri di barisan depan
demi sukses dan efisiensi kerja. Pimpinan mempunyai sifat, kebiasaan,
temperamen, watak dan kepribadian yang unik serta khas sehingga
tingkah laku dan gayanya membedakan dirinya dan orang lain. Yang
jelas, pemimpin harus memiliki kelebihan dibandingkan anggota
organisasi lainnya, sehingga melalui kelebihan itu seorang pimpinan
memiliki wibawa dan dipatuhi oleh bawahannya (Kartono, 2010:
31,34,37).
Dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuannya agar
berhasil tergantung pada bagaimana kepercayaan masyarakat pada
organisasi tersebut, bagaimana mutu dan kualitas organisasi.
Keseluruhan hal ini dicerminkan oleh bagaimana para pimpinan dalam
organisasi, maka mutu dan kualitas pimpinan akan ikut menentukan
33
mutu dan kulitas organisasi itu pula. Mutu kepemimpinan dalam
organisasi dapat terlihat dalam kemampuan pimpinan untuk melakukan
beberapa hal dalam organisasi tersebut seperti :
1. Memahami sepenuhnya berbagai faktor yang merupakan kekuatan bagi organisasi.
2. Mengenali secara tepat bebrbagai bentuk kelemahan yang terdapat dalam organisasi.
3. Memanfaatkan berbagai peluang yang mungkin timbul. 4. Menghilangkan berbagai ancaman yang dapat menjadi
penghalang bagi keberhasilan organisasi mencapai tujuan dan sasarannya
5. Memiliki sifat yang proaktif dan antisipatif terhadap perubahan yang pasti selalu terjadi, baik karena faktor-faktor intern maupun karena tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
6. Mendorong para bawahan sehingga bekerja dengan tingkat efisiensi, efektivitas, dan produktivitas yang mendorong keberhasilan usaha
7. Menciptakan cara dan iklim kerja yang mendukung wawasan kebersamaan dalam usaha pencapaian tujuan (Siagian 2003:4)
2.2.1.6 Model Strategi Komunikasi
Pelaksanaan strategi Humas dalam berkomunikasi menurut
Scott M. Cutlip dan Allen H. Center(2007), yang dikenal dengan “7‟Cs-
PR Communication”, adalah sebagai berikut:
1. Credibility (kredibilitas) Komunikasi itu dimulai dari suasana saling percaya yang diciptakan oleh pihak komunikator secara sungguh-sungguh, untuk melayani publiknya yang memiliki keyakinan dan respek.
2. Context (konteks) Menyangkut sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan kehidupan sosial, pesan yang harus disampaikan dengan jelas serta sikap partisipatif. Komunikasi efektif diperlukan untuk mendukung lingkungan sosial melalui pemberitaan diberbagai media massa.
34
3. Content (isi) Pesannya menyangkut kepentingan orang banyak/publik sehingga informasi dapat diterima sebagai sesuatu yang bermanfaat secara umum bagi masyarakat.
4. Clarity (kejelasan) Pesan harus disusun dengan kata-kata yang jelas, mudah dimengerti, serta memiliki pemahaman yang sama antara komunikator dan komunikan dalam hal maksud, tema, dan tujuan semua pihak.
5. Continuity and consistency (kontinuitas dan konsistensi) Komunikasi merupakan proses yang tidak pernah berakhir, oleh karena itu dilakukan secara berulang-ulang dengan berbagai variasi pesan. Dengan cara demikian untuk mempermudah proses belajar, membujuk dan tema dari pesan-pesan tersebut harus konsisten.
6. Channel (saluran) Mempergunakan saluran media informasi yang tepat dan terpercaya serta dipilih oleh khalayak sebagai target sasaran. Pemakaian saluran media yang berbeda akan berbeda pula efeknya. Dengan demikian seorang Public Relations harus dapat memahami perbedaan dan proses penyebaran informasi secara efektif.
7. Capability of the audience (kapabilitas atau kemampuan audien) Memperhitungkan kemampuan yang dimiliki oleh khalayak. Komunikasi dapat menjadi efektif bagi audien bila berkaitan dengan faktor-faktor yang bermanfaat seperti kebiasaan dan peningkatan kemampuan membaca dan pengembangan pengetahuan.
Dari penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa didalam strategi
komunikasi, humas tidak hanya mengatur rencana kegiatan jangka
panjang pendek perusahaan atau organisasi, melainkan lebih terfokus
pada rencana jangka panjang. Rencana tersebut harus disesuaikan
dengan visi dan misi organisasi agar tujuan dapat dicapai.
35
2.3 Hubungan Masyarakat
2.3.1 Definisi Hubungan Masyarakat
Dewasa ini Humas (Hubungan Masyarakat) atau yang disebut
juga Public Relations sudah di kenal banyak di kalangan masyarakat.
Bahkan humas juga memegang peran atau posisi penting di dalam
perusahaan dan organisasi. Humas mempunyai peran di perusahaan
dan organisasi tersebut dalam menjaga dan meningkatkan citra di mata
publik.
Menurut Glenn dan denny Griswold di dalam bukunya Your
Public Relations mengemukakan bahwa:
“public relations is the management function which evaluates public attitudes, identifies the policies and procedures of an individual or organization with the public interest and executes a program of action to earn public understanding and acceptance.” (hubungan masyarakat/public relations adalah suatu manajemen yang menilai sikap publik, menunjukkan kebijaksanaan dan prosedurdari individu atau organisasi atas dasar kepentingan publik dan melaksanakan rencana kerja untuk memperoleh pengertian dan pengakuan dari publik.) (Abdurrachman, 2001:26)
Berdasarkan definisi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
Humas merupakan pelaksanaan kegiatan komunikasi secara terencana
pada sebuah perusahaan yang ditujukan kepada pihak internal maupun
ekternal untuk mencapai tujuan tertentu.
Selanjutnya Onong Uchjana Effendy: “Hubungan Masyarakat
(Humas) adalah komunikasi dua arah antara organisasi dengan publik
secara timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan
36
manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerjasama dan
pemenuhan kepentingan bersama” (Effendy,2006:23)
Hal ini menjelaskan bahwa tujuan Humasadalah menciptakan
saling pengertian antara organisasi dengan khalayaknya. Peranan
Humasruang lingkup tugasnya antara lain meliputi membina hubungan
ke dalam (publik internal) dan membina hubungan keluar (publik
eksternal).
Definisi Public Relation menurut Internal Pubic Relations
Association (IPRA) adalah
“Humas/Public Relation merupakan fungsi manajemen dari sikap budi yang direncanakan dan dijalankan secara berkesinambungan oleh organisasi-organisasi, lembaga-lembaga umum dan pribadi dipergunakan untuk memperoleh dan membina saling pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang ada hubungan dan diduga akan ada kaitannya, dengan cara menilai opini publik mereka, dengan tujuan sedapat mungkin menghubungkan kebijaksanaan dan ketatalaksanaan, guna mencapai kerja sama yang lebih produktif, dan untuk memenuhi kepentingan bersama yang lebih efisien, dengan kegiatan penerangan yang terencana dan tersebar luas. (Rumanti, 2005:11) Berdasarkan beberapa definisi di atas, penulis menyimpulkan
bahwaHumasbentuk keseluruhan dari fungsi manajemen yang
terencana dan berkelanjutan untuk menciptakan dan memelihara citra
organisasi dengan para publik eksternalnya bertujuan untuk mencapai
produktivitas serta efisiensi kerja untuk guna memenuhi kepentingan
bersama. Humas adalah salah satu dari bagian lembaga baik profit dan
non profit. Fungsi utama humas adalah menjembatani hubungan
pimpinan dan organisasi ke publik baik secara internal maupun
37
eksternal.Serta mempunyai peranan yang sangat penting bagi
kelancaran dan kesuksesan kegiatan di dalam organisasi.
Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP Ansor berfungsi
menciptakan hubungan baik antara lembaga atau organisasi terhadap
publiknya, baik internal maupun eksternal. Dalam rangka menanamkan
pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi terhadap publik
dalam upaya menciptakan iklim pendapat yang menguntungkan
organisasi sehingga dapat dikatakan Public Relations (Humas) memiliki
fungsi-fungsi yang mendukung kemajuan organisasi. Menciptakan
kegiatan-kegiatan yang terdapat proses komunikasi dua arah akan
menghasilkan suatu proses timbal balik yang berlaku bagi organisasi.
Peranan Public Relations dalam sebuah perusahaan atau
organisasi tidak dapat dipandang sebelah mata. Public Relations justru
menjadi salah satu unsur penting bagi perusahaan, dapat memberikan
jalan keluar. Bahkan jalan keluar tersebut tidak hanya dipandang dari
sisi perusahaan semata melainkan juga dipandang dari sisi khalayak.
Peneliti juga akan mencoba Peran Humas (hubungan
masyarakat) dalam suatu lembaga/organisasi. “Makna dari konsep
Humas/PR pada intinya senantiasa berkenaan dengan kegiatan
penciptaan pemahaman melalui pengetahuan dan melalui kegiatan
tersebut diharapkan akan muncul suatu dampak, yakni perubahan yang
positif”.(Jefkin, 2002:2)
Dengan demikian, kehumasan adalah suatu bentuk komunikasi
yang berlaku terhadap semua jenis organisasi, baik yang bersifat
38
komersial maupun non komersial, di sector public (pemerintah) maupun
privat (pihak swasta). Definisi praktek Humas/PR menurut Britain
Institute of Public Relations (IPR) dapat dimengerti sebagai berikut :
1) Upaya yang terencana dan berkesinambungan. Halini berarti humas adalah suatu rangkaian kegiatan yang diorganisasikan sebagai suatu rangkaian kampanye atau program terpadu, dan semuanya itu berlangsung secara berkesinambungan teratur.
2) Tujuan utamanya adalah menciptakan dan memelihara saling pengertian. Dalam artian untuk memastikan bahwa organisasi tersebut senantiasa dimengerti oleh pihak-pihak lain yang turut berkepentingan.” (Jefkin, 2002:8-9)
Adapun tugas utama dari seorang humas adalah :
“1) Menciptakan dan memelihara suatu citra yang baik dan tepat atas lembaganya/organisasinya, baik itu yang berkenaan dengan kebijakan produk, jasa, maupun dengan para personalnya. 2) Memantau pendapat umum mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan citra, kegiatan, reputasi, maupun kepentingan-kepentingan lembaga, dan menyampaikan setiap informasi yang penting ini langsung kepada pihak manajemen atau pimpinan puncak untuk ditanggapi atau ditindaklanjuti. 3) Memberi nasehat atau masukan kepada pihak manajemen mengenai berbagai masalah komunikasi. 4) Menyediakan berbagai informasi kepada khalayak perihal kebijakan lembaga/organisasi, kegiatan, produk, jasa dan personalia selengkap mungkin demi menciptakan suatu pengetahuan yang maksimal dalam rangka menjangkau pengertian khalayak.”(Jefkin, 2002:28)
Hal ini menjelaskan bahwa fungsi dan peranan Humas tersebut
maka fungsi Humas jika dikaitkan dalam penelitian ini adalah Pimpinan
wilayah GP Ansor berperan sebagai Image maker, yang berupaya
menciptakan citra positif bagi organisasi/instansi, sertamendukung
fungsi manajemen (Back Up Management) yang terdapat dalam
struktur organisasi untuk melakukan suatu strategi komunikasi
39
(Communicator) melalui suatu kegiatan yang dapat memberikan
pengetahuan kepada publik eksternal sehingga opini publik dapat
terbentuk sesuai dengan apa yang diharapkan dan upaya pembetukkan
citra institusi pemerintah dapat terbentuk dengan baik.
Hal ini berkaitan dengan kegiatan ekternal GP Ansor DKI
Jakarta dimana dalam aktivitas eksternalnya,Pimpinan Wilayah
menerapkan suatu bentuk strategi komunikasi yang memiliki tujuan
untuk menjalin hubungan dengan publik eksternal sehingga
terbentuklah opini publik yang positif terhadap organisasi yang
diwakilinya. Perhatian yang besar terhadap kepentingan publik
eksternal dan bertindak sesuai dengan kepentingan mereka akan
membangkitkan simpati dan kepercayaan publik eksternal terhadap GP
Ansor itu sendiri.
Selain itu, menurut Rosady Ruslan: ”Kegiatan eksternal Humas
merupakan upaya untuk mengeratkan hubungan dengan orang-orang
diluar badan atau instansi hingga terbentuklah opini publik yang
favorable terhadap badan itu” (Ruslan, 2005 : 33). Berdasarkan
pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tugas penting
eksternal Humas adalah mengadakan komunikasi yang efektif, yang
sifatnya informatif dan persuasif, yang ditujukan kepada publik diluar
badan itu. Komunikasi yang diselenggarakan eksternal Humas harus
timbal balik juga.
40
2.3.2 Peran Humas
Menurut Dozier dan Broon, yang dikutip oleh Farida
Kusumaastuti peranan Humas dalam suatu organisasi terdapat 4
peranan, meliputi:
a. “Penasehat Ahli (Expert prescribercommunication) Petugas Humas dianggap sebagai seorang ahli. Dia
menasehati pimpinan perusahaan/organisasi. b. Fasilitator Komunikasi (Communication fasilitator) Peranan Humas seabgai fasilitator komunikasi antara
perusahaan organisasi dengan publik. Baik dengan dengan publik eksternal maupun dengan publik internal. Sebagai media atau penengah bila terjadi miss communication.
c. Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem solving process fasilitator)
Peranan sebagai fasilitator dalam proses pemecahan masalah. Pada peranan ini petugas Humas melibatkan diri atau dilibatkan dalam setiap manajemen (krisis). Dia menjadi anggota tim, bahkan bila memungkinkan menjadi leader dalam penanganan krisis manajemen.
d. Teknisi Komunikasi (Communication technician) Disini Humas dianggap sebagai pelaksana teknis
komunikasi. Dia menyediakan layanan di bidang teknis, sementara kebijakan dan keputuasan teknik komuniaksi mana yang akan digunakan bukan meruapakan keputusanHumas melainkan keputuasn manajemen dan Humas yang melaksanakanya.” (Ruslan, 2005 : 24)
Berdasarkan penjabaran di atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa jika teori peranan tersebut dihubungkan dengan penelitian ini
yaitu pimpinan wilayah DKI Jakarta lebih berperan pada communication
facilitator,Problem solving process fasilitator dan expert
prescribercommunication. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,
peran Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP Ansor sebagai communication
facilitatorkarena dalam penelitian iniPimpinan GP Ansor Wilayah DKI
Jakarta adalah bagian yang berperan untuk menginformasikan kegiatan
41
- kegiatannya kepada internalnya maupun masyarakat selain tugasnya
sebagai mediator.
Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP Ansor berperan juga
sebagai Problem solving process fasilitator yang dianggap sebagai ahli
untuk terlibat dalam setiap adanya krisis didalam maupun di luar
organisasi sehingga akan menjadi leader untuk menangani krisisnya.
Selain itu Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta berperan juga
sebagai expert pres criber communication yang dianggap sebagai ahli
untuk menjalankan sebuah aktvitas sosialisasi dan berhak
melaksanakan segala strategi komunikasi kepada publik eksternalnya.
Humas meliputi penelitian kepada semua pendengar terhadap
informasi yang telah diberikan, memberikan nasehat atau masukan
kepada manajemen mengenai perilaku dan juga respon, membantu
membuat kebijakan yang akan memperlihatkan perhatian yang
bertanggung jawab kepada setiap perilaku, respon dan juga
mengevaluasi efektifitas seluruh program Humas secara
berkesinambungan.
2.4.Citra
Citra sebagai tujuan praktik tugas humas sebenarnya adalah
suatu yang abstrak dan intangible, namun dapat dirasakan. Terdapat
pengertian citra menurut Bill Clinton adalah:
“Image is the impression, the feeling, the conception which the public has of company, a consioussly created impression of an object, person or organization. (Citra atau image itu sendiri adalah kesan, perasaan, gambaran dari publik terhadap
42
perusahaan atau organisasi; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu objek, orang, atau organisasi. (Soleh Soemirat dan E. Ardianto, 2002, : 111-112).
Mendukung pernyataan diatas, menurut Katz citra adalah cara
bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang,
suatu komite, atau aktivitas. (Soemirat, 2010:113)
Jadi peneliti mengambil suatu kesimpulan bahwa citra
merupakan sesuatu yang dapat dibayangkan secara abstrak oleh
pengunjung atau konsumen agar dapat dibayangkan.
Menurut Ardianto, terdapat 5 jenis citra yaitu:
1. “Citra bayangan (mirror image) adalah citra yang melekat
pada orang atau anggota-anggota organisasi, dan citra
yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar
terhadap organisasinya. Citra bayangan itu hampir selalu
tidak tepat, atau tidak sesuai dengan kenyataan
sesungguhnya.
2. Citra yang berlaku (current image) adalah kebalikan dari citra
bayangan atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak
luar mengenai suatu organisasi.
3. Citra yang diharapkan (wish image) adalah suatu citra yang
diinginkan oleh pihak manajemen. Citra ini juga tidak sama
dengan citra yang sebenarnya. Biasanya, citra yang
diharapkan itu lebih baik atau lebih menyenangkan daripada
citra yang ada.
4. Citra perusahaan atau citra lembaga (corporate image)
adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan.
Suatu badan usaha yang memiliki citra perusahaan positif
lebih mudah menjual produk atau jasanya.
5. Citra majemuk (multiple image). Banyaknya jumlah pegawai
(individu), cabang atau perwakilan dari sebuah perusahaan
atau organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum
tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara
keseluruhan. Variasi citra tersebut harus ditekan seminimal
mungkin dan citra perusahaan harus ditegaskan secara
keseluruhan. (Ardianto, 2011:63)
43
Pendapat tersebut didukung juga oleh Frank Jefkins:
1. “Citra Cermin (Mirror Image) Kesan yang diyakini oleh perusahaan, para pimpinan,
terhadap organisasinya secara sepihak tanpa mengacuhkan kesan dari luar.Cenderung selalu merasa dalam posisi baik padahal jauh dari kenyataan, khususnya setelah dilakukan studi.
2. Citra Kini (Current Image) Kesan yang diperoleh dari orang lain tentang perusahaan/
organisasi atau hal lain yang berkaitan dengan produknya. Kesan yang senyatanya terjadi terhadap perusahaan berdasarkan kesan dari publik eksternalnya.
3. Citra Keinginan (Wish Image) Kesan yang memang diharapkan terjadi oleh perusahaan,
atau seperti apa yang diinginkan dan dicapai oleh pihak manajemen terhadap lembaga/perusahaan, atau produk yang ditampilkan tersebut lebih dikenal (good awareness), menyenangkan dan diterima dengan kesan yang selalu positif diberikan (take and give) oleh publiknya.
4. Citra Perusahaan (Corporate Image) Kesan yang berkaitan dengan sosok perusahaan sebagai
tujuan utamanya sehingga bisa diterima oleh publiknya, misalnya: tentang sejarahnya, kualitas layanan, keberhasilan, tanggung jawab sosial (social care).
5. Citra Serbaneka (Multiple Image) Kesan yang berkaitan dengan segala aspek untuk lebih
mengenalkan (awareness) terhadap identitas perusahaan. Seperti: atribut logo, brand’s name, seragam (uniform) para front liner, sosok gedung, dekorasi lobby kantor, penampilan para profesionalnya.
6. Citra Penampilan (Performance Image) Kesan yang lebih ditujukan kepada subjeknya, bagaimana
kinerja/penampilan diri (performance image) para profesional perusahaan/organisasi yang serba menyenangkan dan selalu baik. Misalnya dalam memberikan pelayanan, menerima telpon, menyambut tamu/pelanggan.(Ruslan, 2002:76-77).
Jadi peneliti menyimpulkan bahwa jenis citra itu terbagi atas
citra terbagi atas citra bayangan, citra yang berlaku, citra yang
diharapkan, citra perusahaan, citra majemuk, dan citra penampilan
sebagai tambahan. Dan semua saling berhubungan atau berkaitan satu
44
sama lain dalam menjalankan aktivitas public relations, sehingga citra
dapat dipertahankan dengan baik.
2.5 Kerangka Pemikiran
Menurut Husaini dan Purnomo Setiady Akbar dalam bukunya
metodologi penelitian sosial menjelaskan bahwa kerangka berpikir
adalah “Penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek
permasalahan kita.” (Husaini dan Akbar, 2005 : 34)
Teori sendiri berfungsi sebagai alat untuk mencapai suatu
pengetahuan yang sistematis dan diharapkan dapat membimbing
penelitian ini. Teori dapat memberikan arah pada suatu sisipan ilmu
tertentu, teori juga memungkinkan seseorang dapat menghubungkan
data-data yang sebenernya mempunyai kaitan satu sama lain.
Kerangka pemikiran merupakan uraian mengenai dasar atau
model yang digunakan sebagai acuan utama penelitian dan berfungsi
sebagai alat untuk mencapai satuan pengetahuan yang sistematis dan
untuk membimbing penelitian. Untuk itu maka penulis menjelaskan teori
apa saja yang digunakan dalam penelitian ini.
Strategi komunikasi Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP Ansor
dalam mempertahankan citra merupakan salah satu tugas pokok dan
fungsi kegiatan Biro Humas. Oleh karena itu, sebagai kerangka acuan
pemikiran tersebut maka digunakan sejumlah teori atau konsep yang
menjadi landasan berfikir dan membahas permasalahan yang akan
dikemukakan peneliti.
46
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Paradigma Penelitian
Paradigma didefinisikan sebagai kumpulan tentang asumsi
yang secara logis dianut bersama, konsep atau proposisi yang
mengarahkan cara berpikir dan cara penelitian (Moleong: 2009:30).
Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami
kompleksitas dunia nyata. Paradigma menunjukkan pada mereka apa
yang penting, absah, danmasuk akal. Paradigma juga bersifat normatif,
menunjukkan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu
melakukan pertimbangan eksistensial atau epistemologis yang panjang.
(Deddy Mulyana:2010:9)
Paradigma membantu merumuskan apa yang seharusnya
dijawab, dan bagaimana menjawabnya serta aturan –aturan apa yang
harus diikuti dalam menginterpretasikan informasi yang dikumpulkan
dalam rangka menjawab persoalan tersebut. (Lono Laskoro
Simatupang: 2006:59)
Sejak abad pencerahan hingga era globalisasi, terdapat empat
paradigma ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh para ilmuwan.
Empat paradigma ilmu pengetahuan yang dikembangkan tersebut
adalah Positivisme, Post Positivisme (yang kemudian dikenal sebagai
46
47
Classial Paradigm atau conventionalism paradigm, criticaltheory
(realism), dan concructivism (Agus Salim: 2006:63).
Dalam penelitian ini, paradigma yang digunakan peneliti adalah
paradigma constructivism (konstruktivisme). Paradigma ini hampir
merupakan antitesis terhadap paham yang menempatkan pentingnya
pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atau
ilmu pengetahuan. Secara ontologis, aliran ini menyatakan bahwa
realitas itu ada dalam beragam bentuk konstruksi mental yang
didasarkan pada pengalaman sosial, bersifat lokal dan spesifik, serta
tergantung pada pihak yang melakukannya. Karena itu, realitas yang
diamati oleh seseorang tidak bisa dilakukan dikalangan positivist atau
post-positivist. Atas dasar filosofis ini, aliran ini menyatakan bahwa
hubungan epistimologis antara pengamat dan objek merupakan satu
kesatuan, subjektif, dan merupakan hasil perpaduan antara
keduanya.(Sunarto:2011:71)
Secara metodologis, aliran ini menerapkan metode
hermeneutika dan dialektika dalam proses mencapai kebenaran.
Metode pertama dilakukan melalui identifikasi kebenaran atau
konstruksi pendapat orang-per orang, sedangkan metode kedua
mencoba untuk membandingkan dan menyilangkan pendapat orang-
per orang yang diperoleh melalui metode pertama, untuk memperoleh
suatu konsensus kebenaran yang disepakati bersama. Dengan
demikian, hasil akhir dari suatu kebenaran merupakan perpaduan
48
pendapat yang bersifat relative, subjektif, dan spesifik mengenai hal-hal
tertentu.
“Paradigma konstruktivisme yaitu memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis atau „socially meaningful action’ melalui pengamatan langsung terhadap actor sosial dalam setting yang alamiah, agar dapat memahami dan menafsirkan bagaimana actor sosial mencipta dan memelihara dunia social”. (Salim, 2006: 72) “Tujuan penelitian dalam paradigma konstruktivisme adalah
memahami dan membentuk ulang kosntruksi-konstruksi yang saat ini
dipegang (termasuk oleh periset itu sendiri)”. (Salim, 2006 : 75)
Menurut Agus Salim pada bukunya “Teori dan Paradigma
Penelitian Sosial (Buku Sumber untuk Penelitian Kualitatif), paradigma
konstruktivisme menyebut tingkat kepercayaan (trustworthiness) dan
keaslian (authenticity) sebagai kriteria kebenaran. Kedua aspek
tersebut mengacu pada berbagai konsep yang mengandung lima unsur
berikut :
1. Kredibilitas (kepercayaan yang berasal dari dalam) 2. Transferabilitas (garis kebenaran yang bisa dikembangkan / disandarkan kepada unsur kebenaran yang lain) 3. Konfirmabilitas (penegasan terhadap objektivitas) 4. Keaslian-ontologis (kemampuan untuk memperluas konstruks konsepsi yang ada) 5. Educative-authenticity (kebenaran pendidikan, kemampuan memimpin, dan mengadakan perbaikan) 6. Catalytic authenticity (kemampuan dalam merangsang dan bertindak) 7. Tactical-authenticity (kemampuan untuk memberdayakan masyarakat)
3.2. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian kualitatif dianggap sebagai suatu cara untuk
menghasilkan realitas social secara mendalam. Seperti definisi
49
penelitian kualitatif dari Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh J. Moleong
(2011:3) sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang
diamati. Maka penelitian tentang strategi komunikasi Pimpinan Wilayah
DKI Jakarta GP Ansor dalam mempertahankan citra positif (studi kasus
membentuk brand image organisasi lewat program-program
kepemudaan) dilakukan dengan metode kualitatif. Dengan alasan
tersebut penulis menggunakan pendekatan kualitatif dalam
penelitiannya agar dapat melihat bagaimana strategi komunikasi yang
digunakan Pimpinan Wilayah DKI Jakarta untuk mempertahankan citra
positif.
Menurut Jalaludin Rakhmat (2004:24), penelitian deskriptif
sendiri hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa, penelitian ini
mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis, atau
membuat prediksi.
Maka dengan menggunakan sifat penelitian yang deskriptif,
tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran
atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki atau dengan
kata lain penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat gambaran
tentang suatu fenomena social. Penelitian deskriptif ini memiliki ciri-ciri
antara lain: data yang dikumpulkan, disusun, dijelaskan, kemudian
dianalisis, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan
50
angka-angka, semua yang dikumpulkan memiliki kemungkinan untuk
menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Metode penelitian ini
juga merupakan pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.
3.3. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah deskriptif.
Penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Dalam buku Moh.Nazir
metode penelitian Whitney mengemukakan, ”Metode deskriptif adalah
pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. (Nazir, 2005: 54).
Penelitian deskriptif ditujukan untuk:
1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada
2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku
3. Membuat perbandingan atau evaluasi 4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam
menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang
Menurut David Kline (level of explanation) dan Sugiyono
(2005:11), “penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variable atau lebih tanpa membuat pertandingan.” Sifat
penelitian adalah penelitian kualitatif dengan tujuan memahami
fenomena sosial dengan gambaran dan pemahaman secara
mendalam.
51
Menurut Dr. Agus Salim, MS Dalam buku Teori dan Paradigma
Penelitian Sosial (2006:118) Studi kasus merupakan salah satu metode
atau strategi kualitatif yang muncul pada masa keemasan penelitian
kualitatif, dengan sifat-sifatnya yang spesifik, khusus, dan berskala
local. Studi kasus berlaku apabila suatu pertanyaan „bagaimana‟ (how)
dan „mengapa‟ (why) diajukan terhadap seperangkat peristiwa masa
kini, yang mustahil dan sukar dikontrol periset. Secara spesifik, metode
studi kasus diarahkan pada konsep dasar, metodologi, dan proses
studi, aplikasinya dalam penelitian bidang pendidikan, serta kelebihan
dan kekurangannya.
Secara umum, studi kasus dapat diartikan sebagai metode
atau strategi penelitian dan sekaligus hasil penelitian pada kasus
tertentu. Studi kasus lebih dipahami sebagai pendekatan untuk
mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasikan suatu „kasus‟
dalam konteksnya yang alamiah tanpa intervensi dari pihak luar.
Menurut Dr. Agus Salim, MS Dalam buku Teori dan Paradigma
Penelitian Sosial (2006:122) penelitian kualitatif dengan menggunakan
metode studi kasus terfokus pada keinginan untuk mengetahui
keragaman (diversity) dan kekhususan (particularity) objek studi.
Namun, hasil akhir yang ingin diperoleh adalah menjelaskan keunikan
kasus yang dikaji. Keunikan kasus umumnya berkaitan dengan enam
aspek berikut :
1. Hakikat kasus 2. Latar belakang historis
52
3. Setting fisik 4. Konteks kasus, khususnya ekonomi, politik, hokum dan
estetika 5. Persoalan lain di sekitar kasus yang dipelajari 6. Informan atau tentang keberadaan kasus tersebut
(Salim:2006:123)
Untuk mempelajari suatu kasus, peneliti pada umumnya
mengumpulkan data tentang keenam aspek tersebut.
Secara metodologis, seorang peneliti kasus mengikuti
beberapa alur umum studi, antara lain identifikasi kasus, pemilihan dan
sampling kasus, kerja lapangan, serta interpretasi dan pemaparan hasil
studi. Namun demikian, peneliti kasus dapat pula mengembangkan
sendiri langkah-langkah yang akan ditempuh sesuai alur yang
dikembankan secara mandiri, karena dalam penelitian kualitatif
memang tidak terdapat pembakuan metode atau langkah metodologis
sebagaimana dalam pendekatan kuantitatif. Hal terpenting dari hasil
studi kasus adalah periset dapat melaporkan hasil studinya dengan
memaparkan keunikan objek yang di komparasikan dengan studi-studi
kasus lain yang serupa.
Dalam hal ini, peneliti memilih studi kasus sebagai metode
penelitian agar dapat mempelajari, menerangkan, dan
menginterpretasikan bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan
Pimpinan Wilayah DKI Jakarta dalam mempertahankan citra positif
(studi kasus membentuk brand image organisasi lewat program-
program kepemudaan)
53
3.4 Objek dan Subjek Penelitian
3.4.1 Objek penelitian
Objek penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Organisasi
masyarakat yang bersifat kepemudaan yaitu GP Ansor DKI Jakarta.
3.4.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian akan dilakukan oleh peneliti kepada ketua
Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP Ansor dan Pimpinan Cabang DKI
Jakarta Selatan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui strategi
komunikasi Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP Ansor dalam
mempertahankan citra positif melalui program-program kerja
kepemudaannya dengan menggunakan 7’Cs PR Communication,
dimana salah satu strategi komunikasi dalam membangun citra positif
yang menghasilkan reputasi dalam perusahaan atau organisasi baik
berhubungan langsung ataupun tidak dengan publiknya.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dapat dibedakan antara data primer
dan data sekunder. Data primer merupakan data-data yang digunakan
oleh penulis sebagai acuan utama dalam melakukan penelitian. Data
primer diperoleh secara langsung dengan upaya penulis sebagai bahan
tambahan dalam melakukan penelitian yang diperoleh dari buku-buku,
dokumen, arsip, yang telah ada untuk mendukung teori yang diperlukan
oleh penulis.
54
1. Wawancara
Esterberg (2002) mendefinisikan interview sebagai:
“A meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint constructions of meaning about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Menurut Burhan Bungin wawancara mendalam (In Depth
Interview) secara umum adalah:
“Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara penanya dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana penanya dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif sama”. (Bungin, 2006: 10)
“Wawancara dalam penelitian ini termasuk dalam kategori In depth interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat, dan ide-idenya. Dengan wawancara mendalam, peneliti dapat menggali apa yang tersembunyi dalam diri seseorang sehingga upaya understanding of understanding dapat terpenuhi secara memadai. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan”. (Sugiyono:2005:262-263)
2. Studi Pustaka
“Menurut Sugiyono, studi kepustakaan berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi lain yang berkaitan dengan nilai, budaya dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti, selain itu studi kepustakaan sangat penting dalam melakukan penelitian, hal ini dikarenakan penelitian tidak akan lepas dari literatur-literatur Ilmiah ( Sugiyono, 2012 : 291 )
55
Studi pustaka merupakan data sekunder, yaitu data yang
digunakan di dalam suatu penelitian hanya bersifat tambahan yang
berguna untuk mendukung teori yang digunakan. Studi pustaka
pada dasarnya digunakan untuk mengumpulkan data dan teori
dalam penelitian yaitu melalui buku-buku referensi, jurnal ilmiah,
media massa, leaflet, bahan-bahan publikasi yang ada di
perpustakaan serta informasi non manusia sebagai penunjang
penelitian dan dipergunakan berbagai macam data dan teori yang
berupa rekaman atau catatan yang terdapat pada lokasi penelitian
serta bahan-bahan tertulis lainnya yang mendukung.
3. Observasi
Marshall (1995) menyatakan bahwa “Through observation,
the researcher learn about behavior and the meaning attached to
those behavior”.
“Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Kegiatan observasi meliputi kegiatan pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan”. (Sarwono, 2006: 224)
Dalam penelitian ini, observasi yang peneliti lakukan
adalah observasi non partisipan, dimana peneliti bertindak sebagai
pengamat pasif, yaitu mengamati secara langsung terhadap
permasalahan tanpa mengambil peran atau berpartisipasi dalam
peristiwa yang sedang diteliti.
56
3.6. Teknik Keabsahan Data
Menurut Sugiyono (2011:270-277) Di dalam pengujian
keabsahan data, metode penelitian kualitatif menggunakan validityas
interbal (credibility) pada aspek nilai kebenaran, pada penerapannya
ditinjau dari validitas eksternal (transferability), dan realibilitas
(dependability) pada aspek konsistensi, serta obyektivitas
(confirmability) pada aspek naturalis. Pada penelitian kualitatif, tingkat
keabsahan lebih ditekankan pada data yang diperoleh. Melihat hal
tersebut maka kepercayaan data hasil penelitian dapat dikatakan
memiliki pengaruh signifikan terhadap keberhasilan sebuah penelitian.
Data yang valid dapat diperoleh dengan melakukan uji
kredibilitas (validitas internal) terhadap data hasil penelitian sesuai
dengan prosedur uji kredibilitas data dalam penelitian kualitatif. Adapun
macam-macam pengujian kredibilitas menurut Sugiyono (2011) antara
lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan
ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus
negatif, dan membercheck.
1. Perpanjangan Pengamatan Hal ini dilakukan untuk menghapus jarak antara peneliti dan
narasumber sehingga tidak ada lagi informasi yang disembunyikan oleh narasumber karena telah memercayai peneliti. Selain itu, perpanjangan pengamatan dan mendalam dilakukan untuk mengecek kesesuaian dan kebenaran data yang telah diperoleh. Perpanjangan waktu pengamatan dapat diakhiri apabila pengecekan kembali data di lapangan telah kredibel.
2. Meningkatkan Ketekunan Pengamatan yang cermat dan berkesinambungan
merupakan wujud dari peningkatan ketekunan yang
57
dilakukan oleh peneliti. Ini dimaksudkan guna meningkatkan kredibilitas data yang diperoleh. Dengan demikian, peneliti dapat mendeskripsikan data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
3. Triangulasi Ini merupakan teknik yang mencari pertemuan pada satu titik
tengah informasi dari data yang terkumpul guna pengecekan dan pembanding terhadap data yang telah ada. a. Triangulasi Sumber, Menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang diperoleh kemudian dideskripsikan dan dikategorisasikan sesuai dengan apa yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut. Peneliti akan melakukan pemilahan data yang sama dan data yang berbeda untuk dianalisis lebih lanjut.
b. Triangulasi Teknik, Pengujian ini dilakukan dengan cara mngecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, misalnya dengan melakukan observasi, wawancara, atau dokumentasi. Apabila terdapat hasil yang berbeda maka peneliti melakukan konfirmasi kepada sumber data guna memperoleh data yang dianggap benar.
c. Triangulasi Waktu, Narasumber yang ditemui pada pertemuan awal dapat memberikan informasi yang berbeda pada pertemuan selanjutnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengecekan berulang-ulang agar ditemukan kepastian data yang lebih kredibel.
4. Analisis Kasus Negatif Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. Dengan demikian temuan penelitian menjadi lebih kredibel (Sugiyono, 2014).
5. Menggunakan Bahan Referensi Bahan referensi adalah pendukung untuk membuktikan data
yang telah ditemukan oleh peneliti. Bahan yang dimaksud dapat berupa alat perekam suara, kamera, handycam dan lain sebagainya yang dapat digunakan oleh peneliti selama melakukan penelitian. Bahan referensi yang dimaksud ini sangat mendukung kredibilitas data.
6. Mengadakan Membercheck Membercheck adalah proses pengecekan data yang
diperoleh peneliti kepada pemberi data. Ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data atau informan.
58
Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti datanya data tersebut valid. Pelaksanaan membercheck dapat dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai, atau setelah mendapat suatu temuan, atau kesimpulan. (Sugiono, 2011 : 277)
Pemaparan mengenai uji kredibilitas telah dijelaskan secara
gamblang. Pengujian kredibilitas yang akan dilakukan oleh peneliti
terhadap perolehan data yang ditemukan di lapangan dapat mengikuti
langkah-langkah yang telah diuraikan sebelumnya. Peneliti dapat
mengambil cara pengujian kredibilitas baik secara keseluruhan maupun
hanya menggunakan beberapa tahap pengujian yang telah dipaparkan.
Nilai yang diperoleh dalam temuan penelitian kualitatif tidak
bersifat universal tetapi dapat diterapkan apabila memiliki konteks dan
situasi yang mirip dengan objek penelitian. Untuk mengetahui hal
tersebut, maka pengujian transferability perlu dilakukan guna
memberikan uraian yang rinci, jelas dan sistematis, dan dapat
dipercaya oleh pembaca mengenai hasil penelitian. Dengan demikian,
generalisasi dapat dihindari oleh pembaca karena telah memahami
seluk beluk data yang diperoleh dalam penelitian. Pembaca akan bijak
untuk menerapkan hasil penelitian tersebut sesuai dengan konteks dan
situasi yang identik dengan penelitian yang dimaksud.
Lebih lanjut, untuk mengetahui seluruh rangkaian penelitian
maka diperlukan pula pengujian depenadability. Pengujian ini biasanya
dilakukan oleh pengaudit independen untuk memperoleh gambaran
objektif mengenai proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti, baik
59
pada saat menentukan masalah, memasuki lapangan, menentukan
sumber data, melakukan analisis data, uji keabsahan data, hingga
menemukan hasil dalam penelitian. Dependability penelitian tidak akan
diragukan apabila peneliti dapat bertanggung jawab dan menjabarkan
secara sistematis keseluruhan rangkaian penelitian yang telah
dilakukan.
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,catatan lapangan
dan bahan-bahan lain, sehingga dengan mudah dapat dipahami.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa analisis data merupakan
suatu tahapan pada penelitian yang didalamnya terdapat sebuah
proses berupa pengorganisasian data, penjabaran data, penafsiran
data serta penyimpulan data yang telah ditafsirkan sebelumnya.
Pada penelitian ini, teknik analisis data yang peneliti gunakan
adalah teknik analisis data model Miles dan Huberman dalam
Sugiyono (2012:246), yang terdiri tiga tahapan yaitu :
1. Data Reduction Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
2. Data Display Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori. Menurut Miles and Huberman yang paling sering digunakan untuk menyajikan
60
data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
3. Conclusion Drawing atau Verification Langkah ketiga dalam menganalisis data kualitatif menurut
Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Dalam suatu penelitian, unit yang diteliti atau ditelaah bisa
suatu individu dan bisa pula suatu kelompok. Berikut ini informan yang
akan dimintai keterangan agar dapat menjawab pertanyaan yang ada
dalam penelitian ini. Informan tersebut adalah pimpinan wilayah DKI
Jakarta yaitu Abdul Aziz S.H.I, Pimpinan Cabang Jakarta Selatab H.
Sulton Mu‟minah dan seorang Media Tv One bernama Sintia Retno
Sari.
Peneliti akan mendeskripsikan data yang diperoleh baik dari
hasil wawancara dari pihak-pihak yang terkait, maupun studi
kepustakaan, kemudian menganalisa data - data tersebut sehingga
dapat memberikan gambaran secara rinci mengenai kasus yang ditelit.
61
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini, peneliti akan menjelaskan sejarah singkat
Gerakan Pemuda Ansor, Deskripsi subyek penelitian dan juga
pembahasan penelitian. Dengan menggunakan strategi komunikasi
pemasaran untuk mempertahankan citra positif (studi kasus
membentuk brand image lewat program-program kepemudaan) yang
telah dijelaskan di bab sebelumnya.
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Sejarah Gerakan Pemuda Ansor
Sejarah lahirnya GP Ansor tidak bisa dilepaskan dari sejarah
panjang kelahiran dan gerakan NU itu sendiri. Tahun 1921 telah muncul
ide untuk mendirikan organisasi pemuda secara intensif. Hal itu juga
didorong oleh kondisi saat itu, di mana-mana muncul organisasi
pemuda bersifat kedaerahan seperti, Jong Java, Jong Ambon, Jong
Sumatera, Jong Minahasa, Jong Celebes dan masih banyak lagi yang
lain.
Dibalik ide itu, muncul perbedaan pendapat antara kaum
modernis dan tradisionalis. Disebabkan oleh perdebatan sekitar tahlil,
talkin, taqlid, ijtihad, mazhab dan masalah furuiyah lainnya. Tahun 1924
KH. Abdul Wahab membentuk organisasi sendiri bernama Syubbanul
Wathan (pemuda tanah air). Organisasi baru itu kemudian dipimpin oleh
61
62
Abdullah Ubaid (Kawatan) sebagai Ketua dan Thohir Bakri (Peraban)
sebagai Wakil Ketua dan Abdurrahim (Bubutan) selaku sekretaris.
Setelah Syubbanul Wathan dinilai mantap dan mulai banyak
remaja yang ingin bergabung. Maka pengurus membuat seksi khusus
mengurus mereka yang lebih mengarah kepada kepanduan dengan
sebutan “ahlul wathan”. Sesuai kecendrungan pemuda saat itu pada
aktivitas kepanduan sebagaimana organisasi pemuda lainnya.
Setelah NU berdiri (31 Januari 1926), aktivitas organisasi
pemuda pendukung KH. Abdul Wahab (pendukung NU) agak mundur.
Karena beberapa tokoh puncaknya terlibat kegiatan NU. Meskipun
demikian, tidak secara langsung Syubbanul Wathan menjadi bagian
(onderbouw) dari organisasi NU.
Atas inisiatif Abdullah Ubaid, akhirnya pada tahun 1931
terbentuklah Persatuan Pemuda Nahdlatul Ulama (PPNU). Kemudian
tanggal 14 Desember 1932, PPNU berubah nama menjadi Pemuda
Nahdlatul Ulama (PNU). Pada tahun 1934 berubah lagi menjadi Ansor
Nahdlatul Oelama (ANO). Meski ANO sudah diakui sebagai bagian dari
NU, namun secara formal organisasi belum tercantum dalam struktur
NU, hubungannya masih hubungan personal.
Ansor dilahirkan dari rahim Nahdlatul Ulama (NU) dari situasi
„‟konflik'‟ internal dan tuntutan kebutuhan alamiah. Berawal dari
perbedaan antara tokoh tradisional dan tokoh modernis yang muncul di
tubuh Nahdlatul Wathan, organisasi keagamaan yang bergerak di
63
bidang pendidikan Islam, pembinaan mubaligh, dan pembinaan kader.
KH Abdul Wahab Hasbullah, tokoh tradisional dan KH Mas Mansyur
yang berhaluan modernis, akhirnya menempuh arus gerakan yang
berbeda justru saat tengah tumbuhnya semangat untuk mendirikan
organisasi kepemudaan Islam.
Dua tahun setelah perpecahan itu, pada 1924 para pemuda
yang mendukung KH „Abdul Wahab ,yang kemudian menjadi pendiri
NU membentuk wadah dengan nama Syubbanul Wathan (Pemuda
Tanah Air). Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya
Gerakan Pemuda Ansor setelah sebelumnya mengalami perubahan
nama seperti Persatuan Pemuda NU (PPNU), Pemuda NU (PNU), dan
Anshoru Nahdlatul Oelama (ANO).
Nama Ansor ini merupakan saran KH. Abdul Wahab (ulama
besar sekaligus guru besar kaum muda saat itu), yang diambil dari
nama kehormatan yang diberikan Nabi Muhammad SAW kepada
penduduk Madinah yang telah berjasa dalam perjuangan membela dan
menegakkan agama Allah. Dengan demikian ANO dimaksudkan dapat
mengambil hikmah serta tauladan terhadap sikap, perilaku dan
semangat perjuangan para sahabat Nabi yang mendapat predikat
Ansor tersebut. Gerakan ANO (yang kelak disebut GP Ansor) harus
senantiasa mengacu pada nilai-nilai dasar Sahabat Ansor, yakni sebagi
penolong, pejuang dan bahkan pelopor dalam menyiarkan,
64
menegakkan dan membentengi ajaran Islam. Inilah komitmen awal
yang harus dipegang teguh setiap anggota ANO (GP Ansor).
Meski ANO dinyatakan sebagai bagian dari NU, secara formal
organisatoris belum tercantum dalam struktur organisasi NU. Hubungan
ANO dengan NU saat itu masih bersifat hubungan pribadi antar tokoh.
Baru pada Muktamar NU ke-9 di Banyuwangi, tepatnya pada tanggal 10
Muharram 1353 H atau 24 April 1934, ANO diterima dan disahkan
sebagai bagian (departemen) pemuda NU dengan pengurus antara
lain: Ketua H.M. Thohir Bakri; Wakil Ketua Abdullah Oebayd; Sekretaris
H. Achmad Barawi dan Abdus Salam (tanggal 24 April itulah yang
kemudian dikenal sebagai tanggal kelahiran Gerakan Pemuda Ansor).
Dalam perkembangannya secara diam-diam khususnya ANO
Cabang Malang mengembangkan organisasi gerakan kepanduan yang
disebut Banoe (Barisan Ansor Nahdlatul Oelama) yang kelak disebut
BANSER (Barisan Serbaguna). Dalam Kongres II ANO di Malang tahun
1937. Di Kongres ini, Banoe menunjukkan kebolehan pertamakalinya
dalam baris berbaris dengan mengenakan seragam dengan Komandan
Moh. Syamsul Islam yang juga Ketua ANO Cabang Malang. Sedangkan
instruktur umum Banoe Malang adalah Mayor TNI Hamid Rusydi, tokoh
yang namaya tetap dikenang dan bahkan diabadikan sebagai salah
satu jalan di kota Malang.
Salah satu keputusan penting Kongres II ANO di Malang
tersebut adalah didirkannya Banoe di tiap cabang ANO. Selain itu,
65
menyempurnakan Anggaran Rumah Tangga ANO terutama yang
menyangkut soal Banoe.
Pada masa pendudukan Jepang organisasi-organisasi pemuda
diberangus oleh pemerintah kolonial Jepang termasuk ANO. Setelah
revolusi fisik (1945–1949) usai, tokoh ANO Surabaya, Moh. Chusaini
Tiway, melempar mengemukakan ide untuk mengaktifkan kembali
ANO. Ide ini mendapat sambutan positif dari KH. Wachid Hasyim –
Menteri Agama RIS kala itu, maka pada tanggal 14 Desember 1949
lahir kesepakatan membangun kembali ANO dengan nama baru
Gerakan Pemuda Ansor, disingkat Pemuda Ansor (kini lebih pupuler
disingkat GP Ansor).
GP Ansor hingga saat ini telah berkembang sedemikan rupa
menjadi organisasi kemasyarakatan pemuda di Indonesia yang memiliki
watak kepemudaan, kerakyatan, keislaman dan kebangsaan. GP Ansor
hingga saat ini telah berkembang memiliki 433 Cabang (Tingkat
Kabupaten/Kota) di bawah koordinasi 32 Pengurus Wilayah (Tingkat
Provinsi) hingga ke tingkat desa. Ditambah dengan kemampuannya
mengelola keanggotaan khusus Banser (Barisan Ansor Serbaguna)
yang memiliki kualitas dan kekuatan tersendiri di tengah masyarakat.
Di sepanjang sejarah perjalanan bangsa, dengan kemampuan
dan kekuatan tersebut GP Ansor memiliki peran strategis dan signifikan
dalam perkembangan masyarakat Indonesia. GP Ansor mampu
mempertahankan eksistensi dirinya, mampu mendorong percepatan
66
mobilitas sosial, politik dan kebudayaan bagi anggotanya, serta mampu
menunjukkan kualitas peran maupun kualitas keanggotaannya. GP
Ansor tetap eksis dalam setiap episode sejarah perjalan bangsa dan
tetap menempati posisi dan peran yang stategis dalm setiap pergantian
kepemimpinan nasional.
4.1.2 Filosofi Lambang GP Ansor
Gambar 4.1 Lambang GP Ansor
(Sumber :Dokumen GP Ansor)
Arti Lambang:
1. Segitiga garis alas berarti tauhid, garis sisi kanan berarti fiqh dan
garis sisi kiri berarti tasawwuf.
2. Segitiga sama sisi keseimbangan pelaksanaan ajaran Islam Ahlus
Sunnah Wal Jama‟ah yang meliputi Iman, Islam dan Ihsan atau
ilmu tauhid, ilmu fiqh dan ilmu tasawwuf.
67
3. Garis tebal sebelah luar dan tipis sebelah dalam pada sisi segitiga
berarti keserasian dan keharmonisan hubungan antara pemimpin
(garis tebal) dan yang dipimpin (garis tipis).
4. Warna hijau berarti kedamaian, kebenaran dan kesejahteraan.
5. Bulan sabit berarti kepemudaan.
6. Sembilan bintang : (1) Satu yang besar berarti Sunnah Rasulullah.
(2) Empat bintang di sebelah kanan berarti sahabat Nabi
(khulafa‟urrasyidin). (3) Empat bintang di sebelah kiri berarti
madzhab yang empat yakni Hanafi, Maliki, Syafi‟i dan Hambali.
7. Tiga Sinar ke bawah berarti pancaran cahaya dasar-dasar agama
yaitu: Iman, Islam dan Ihsan yang terhujam dalam jiwa dan hati.
8. Lima sinar keatas berarti manifestasi pelaksanaan terhadap rukun
Islam yang lima, khususnya shalat lima waktu.
9. Jumlah sinar yang delapan berarti juga pancaran semangat juang
dari delapan ashabul kahfi dalam menegakkan hak dan keadilan
menentang kebathilan dan kedzaliman serta pengembangan
agama Allah ke delapan penjuru mata angin.
10. Tulisan ANSOR (huruf besar ditulis tebal) berarti ketegasan sikap
dan pendirian. (http://ansor.or.id/)
4.1.3 Lirik Mars GP Ansor
Darah dan nyawa telah kuberikan
Syuhada rebah Allahu Akbar
68
Kini bebas rantai ikatan
Negara jaya Islam yang benar
Berkibar tinggi panji gerakan
Iman di dada patriot perkasa
Ansor maju satu barisan
Seribu rintangan patah semua
Tegakkan yang adil hancurkan yang dzalim
Makmur semua lenyap yang nista
Allahu Akbar – Allahu Akbar
Pagar baja gerakan kita
Bangkitlah bangkit putra pertiwi
Tiada gentar dada ke muka
Bela agama bangsa negeri
4.1.4 Visi dan Misi
Visi
1. Revitialisasi Nilai dan Tradisi
2. Penguatan Sistem Kaderisasi
3. Pemberdayaan Potensi Kader
4. Kemandirian Organisasi
Misi
1. Internalisasi Nilai ASWAJA dan Sifatur Rasul dalam Gerakan
Pemuda Ansor.
69
2. Membangun Disiplin Organisasi dan Kadersasi bebasis Profesi.
3. Menjadi sentrum lalu lintas informasi dan peluang usaha antar
kader dengan stakeholder.
4. Mempercepat kemandirian ekonomi kader dan organisasi
Tujuan
1. Membentuk dan mengembangkan generasi muda Indonesia
sebagai kader bangsa yang cerdas dan tangguh, memiliki
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, berkepribadian luhur,
berakhlak mulia, sehat, terampil, patriotik, ikhlas dan beramal
shalih.
2. Menegakkan ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah dengan
menempuh manhaj salah satu madzhab empat di dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Berperan secara aktif dan kritis dalam pembangunan nasional demi
terwujudnya cita-cita kemerdekaan Indonesia yang berkeadilan,
berkemakmuran, berkemanusiaan dan bermartabat bagi seluruh
rakyat Indonesia yang diridhoi Allah SWT
4.1.5 Dasar Hukum Organisasi Masyarakat
1. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 17 tahun 2013 tentang
organisasi kemasyarakatan.
2. Anggaran Rumah/ Aturan Rumah Tangga (AD/ARD) NU
3. Peraturan Dasar/ Aturan Rumah Tangga (PD/ART) GP Ansor
4. Peraturan Organisasi GP Ansor
70
4.1.6 Program-Program Kepemudaan GP Ansor
1. Kaderisasi
2. Pengajian Rutin setiap bulan
3. Diskusi dengan ulama
4. Delegasi anggota GP dari tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan
Nasional ke KNPI
5. Perayaan hari-hari besar Islam (Buka Bersama antar anggota,
bersama panti asuhan, Isra Mi‟raj, Idul Fitri, Idul Adha, 1 Muharram)
6. Pengiriman anggota menjadi PENWASCAM (Panitia Pengawas
Kecamatan) KPUD
7. Membuat kompetisi futsal antar karang taruna, remaja masjid, U-28
8. Donor darah
9. Sunatan masal
10. Membantu menjaga Gereja saat Natal
11. Membantu korban banjir atau bencana alam lainnya
12. Pembagian sarung gratis
13. Kerjasama dengan BNN dalam rangka mensosialisasikan Narkoba
4.1.7 Tingkat Kepengurusan
Kepengurusan Gerakan Pemuda Ansor mempunyai tingkatan
sebagai berikut :
1. Pengurus Gerakan Pemuda Ansor Tingkat Pusat, disebut
Pimpinan Pusat (PP) berkedudukan di Ibukota Negara
Republik Indonesia.
71
2. Pengurus Gerakan Pemuda Ansor Daerah tingkat Provinsi,
disebut Pimpinan Wilayah (PW), berkedudukan di Ibukota
Priovinsi.
3. Pengurus Gerakan Pemuda Ansor Tingkat Kabupaten/Kota
disebut Pimpinan Cabang (PC), berkedudukan di Ibukota
Kabupaten/Kota.
4. Pengurus Gerakan Pemuda Ansor Tingkat Kecamatan
disebut Pimpinan Anak Cabang (PAC) berkedudukan di
Kecamatan
5. Pengurus Gerakan Pemuda Ansor Tingkat Desa/Kelurahan
disebut Pimpinan Ranting (PR) berkedudukan di
Desa/Kelurahan
4.1.8 Susunan Pengurus Pimpinan Wilayah
1. Pengurus Pimpinan Wilayah adalah kader GP Ansor yang
menerima amanat konferensi wilayah untuk memimpin dan
memegang tanggung jawab organisasi ditingkat provinsi baik
kedalam maupun keluar.
2. Pimpinan Wilayah dapat dibentuk ditiap propinsi atau
daerah istimewa dimana telah berdiri paling sedikit 5
Pimpinan Cabang. Dalam hal tertebtu Pimpinan Wilayah
dapat dibentuk oleh Pimpinan Pusat.
3. Pengurus Pimpinan Wilayah DKI Jakarta terdiri dari :
72
a. Ketua
b. Wakil Ketua dengan jumlah maksimal 11 (sebelas)
orang dengan pembidangan sesuai dengan kebutuhan.
c. Sekretaris
d. Wakil Sekretaris dengan jumlah maksimal 11 (sebelas)
orang sesuai dengan jumlah wakil ketua.
e. Bendahara
f. Wakil Bendahara dengan jumlah 4 (Empat) orang
g. Lembaga-lembaga disesuaikan dengan kebutuhan
setempat
h. Satuan Koordinasi Wilayah Barisan Ansor Serba Guna
(SATKORWIL BANSER)
4.1.9 Susunan Pengurus Pimpinan Cabang
1. Pengurus Pimpinan Cabang adalah kader GP Ansor yang
menerima amanat konferensi cabang untuk memimpin dan
memegang tanggung jawab organisasi ditingkat cabang baik
kedalam maupun keluar.
2. Pimpinan Cabang dapat dibentuk ditiap Kabupaten/Kota
dimana telah berdiri sekurang-kurangnya 3 (tiga) Pimpinan
Anak Cabang.
73
3. Pengurus Pimpinan Cabang terdiri dari :
a. Ketua
b. Wakil Ketua dengan jumlah maksimal 9 (sembilan)
orang dengan pembidangan sesuai dengan kebutuhan.
c. Sekretaris
d. Wakil Sekretaris dengan jumlah maksimal 9 (sembilan)
orang sesuai dengan jumlah wakil ketua.
e. Bendahara
f. Wakil Bendahara dengan jumlah 3 (tiga) orang
g. Lembaga-lembaga disesuaikan dengan kebutuhan
setempat
h. Satuan Koordinasi Cabang Barisan Ansor Serba Guna
(SATKORCAB BANSER)
4.2 Deskripsi Subyek Penelitian
Pada penelitian kualitatif peneliti dituntut dapat menggali data
informasi berdasarkan pada pernyataan-pernyataan yang diucapkan,
dirasakan, dan dilakukan oleh narasumber. Pada penelitian kualitatif,
bukan sebagaimana seharusnya apa yang dipikirkan oleh peneliti tetapi
berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan, yang
dialami, dirasakan, dan dipikirkan oleh sumber data.
Dengan melakukan penelitian melaui pendekatan deskiptif
maka peneliti harus memaparkan, menjelaskan, menggambarkan data
yang telah diperoleh oleh peneliti melalui wawancara mendalam yang
74
dilakukan dengan para informan. Dalam melakukan penelitian ini,
peneliti memilih informan dari dalam GP Ansor DKI Jakarta, dan
informan tersebut adalah
1. Abdul Azis S.Hi (Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta)
Beliau merupakan Sarjana Hukum Islam di Universitas Islam
Negeri. Pengalaman organisasinya beliau pernah menjadi anggota
Forum Komunikasi Mahasiswa Banjarmasin (FKMB), anggota
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jakarta, Ketua
Pimpinan Anak Cabang GP Ansor Penjaringan, Ketua Pimpinan
Cabang GP Ansor Jakarta Utara, Sekretaris Jendral Pimpinan
Wilayah GP Ansor Jakarta dan saat ini menjadi Ketua Pimpinan
Wilayah GP Ansor Jakarta. Selain itu, beliau juga menjadi anggota
Komisi - A DPRD DKI Jakarta.
Sebelum peneliti melakukan wawancara dengan Bapak
Abdul Azis, peneliti meminta izin apakah informan bersedia untuk di
wawancara, dan beliau sangat antusias untuk memberikan
informasi yang diperlukan oleh peneliti asalkan tidak mengganggu
kesibukannya dalam bekerja. Bahkan beliau dengan senang hati
mengosongkan waktunya hanya untuk melakukan wawancara ini.
Peneliti melakukan wawancara di kantor DPW PKB DKI Jakarta di
Jl. Murtadho No 365, paseban pada hari selasa tanggal 2 Agustus
2016. Peneliti melakukan wawancara ini dengan alasan Bapak
Abdul Azis merupakan seseorang yang memiliki jabataan penting di
75
GP Ansor DkI Jakarta. Jabatan narasumber pertama penulis
adalah Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta. Beliau
merupakan orang yang melakukan kebijakan untuk melakukan
program-program kepemudaan yang dilakukan oleh GP Ansor
seluruh DKI Jakrta. Beliau merupakan sosok yang sangat disegani
tetapi humoris, sehingga saat melakukan wawancara, peneliti
dibuat bercanda tetapi tetap serius.
2. H. Sulton Mu‟minah, S.Ikom (Ketua Pimpinan Cabang GP Ansor
Kota Administrasi Jakarta Selatan).
Beliau merupakan Sarjana Ilmu Komunikasi di Universitas
Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Ketua Dewan Perwakilan
Mahasiswa (DPM) Fikom UPDM(B), Ketua Dewan Perwakilan
Anggota (DPA) Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia
(IMIKI). Sekretaris jendral Rumah Aliansi Pemuda Indonesia Hebat.
Sekretaris Jendral Forum Komunitas Mahasiswa Betawi (FKMB),
Ketua Pimpinan Cabang GP Ansor Jakarta Selatan. Saat ini beliau
juga menjabat sebagai staff ahli Dewan Komisi - A (Fraksi- PKB)
DPRD DKI Jakarta
Sebelum melakukan wawancara dengan informan ini,
peneliti sudah berbincang- bincang dengan beliau sekilas tentang
GP Ansor. Informasi yang beliau berikan bisa menjadi tambahan
informasi untuk latar belakang peneliti. Hingga akhirnya peneliti
melakukan wawancara dengan narasumber ke 2 di kantor DPW
76
PKB DKI Jakarta di Jl.Murtadho NO 365, paseban pada hari selasa
tanggal 2 Agustus 2016. Peneliti melakukan wawancara ini dengan
alasan beliau merupakan seseorang yang memiliki jabatan penting
di daerah Jakarta Selatan. Beliau memiliki jabatan Ketua Pimpinan
Cabang Jakarta Selatan, Selama melakukan wawancara beliau
sangat terbuka dan sangat jelas memberikan penjelasannya dan
diluar wawancara pun beliau memberikan banyak informasi yang
sangat membantu peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini.
3. Sintya Retno Sari (Wartawan Tv One)
Narasumber ke 3 yang peneliti wawancarai adalah Ibu
Sintya. Peneliti bisa mendapatkan narasumber dari sebuah media
karena dibantu oleh Bapak Sulton. Wawancara dilakukan oleh Ibu
Sintya melalui e-mail, karena beliau saat dilakukan wawancara
berhalangan untuk hadir karena sedang berada di luar kota.
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian
Pada sub bab ini, peneliti akan menjelaskan hasil wawancara
yang sesuai dengan judul “Strategi pembentukan brand image
Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta lewat program-
program kepemudaan dengan tujuan sebagaimana yang sudah peneliti
jelaskan pada BAB I.
Analisis pada bab ini mengacu pada teori yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu teori strategi komunikasi menurut Scott M.
Cutlip dan Allen H. Center (2007), yang dikenal dengan “7‟Cs-PR
77
Communication, dan menggunakan teknik analisis dalam model Miles
dan Hubermann yang memaparkan aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisa data yaitu data
reduction, data display dan conclusion drawing atau verification.
Untuk selanjutnya peneliti akan melakukan wawancara secara
sistematis dengan narasumber yang sudah ditetukan dan di setujui oleh
kedua dosen pembimbing. Peneliti akan mendeskripsikan hasil
wawancara secara deskriptif. Data dari hasil penelitian ini di dapatkan
melalui wawancara mendalam kepada narasumber. Dimana peneliti
melakukan wawancara mendalam kepada seorang dari pihak Ketua
Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta dan pihak Pimpinan Cabang
GP Ansor Jakarta Selatan. Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP Ansor
merupakan key informan. Peneliti juga mewawancarai Media dari Tv
One untuk diminta pandangannya tentang GP Ansor DKI Jakarta.
Berikut hasil penelitian akan dianalisa dan dipaparkan lebih sistematis
dan terstruktur lewat 7‟Cs mengenai strategi komunikasi yang dilakukan
Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta.
Wawanara ini meliputi beberapa pertanyaan yang dapat
menjelaskan tujuan penelitian, langkah pertama yang dilakukan peneliti
adalah dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan dimensi
strategi komunikasi yakni Kredibilitas Komunikator
78
Komunikasi itu dimulai dari suasana saling percaya yang
diciptakan oleh pihak komunikator secara sungguh-sungguh, untuk
melayani publiknya yang memiliki keyakinan dan respek. Kredibilitas
komunikator itu penting dudalam suatu organisasi karena narasumber
ini sebagai duta organisasi GP Ansor DKI Jakarta.
Pimpinan Wilayah DKI Jakarta bisa mendapat kepercayaan
penuh dari anggotanya untuk menjadi juru bicara organisasi ini
dikarenakan kredibilitas yang dia miliki.
“apabila ada kawan-kawan media atau siapapun itu, biasanya saya yang langsung berhadapan dengan mereka. Karena namanya seorang ketua atau pemimpin sudah pasti harus menghadapi segala pertanyaan-pertanyaan. Saya juga dipercayai penuh oleh anggota yang lain bukan semata-mata tinggal tunjuk atau pilih. Hal ini bisa diliat track record saya selama di GP Ansor” (Selasa, 2 Agustus 2015, 15:03) Beliau merukapan orang yang terpercaya, karena hal itu Bapak
Abdul Azis bisa menjadi Ketua Pimpinan Wilayah DKI Jakarta. Karena
kredibilitasnya sebagai komunikator baik dan akan menjadikan
organisasi ini dinilai positif juga oleh masyarakat.
Menurut Bapak Abdul Azis S.Hi selaku Ketua Pimpinan
Wilayah GP Ansor DKI Jakarta, untuk mendapatkan keyakinan dan
respek dari masyarakat dirasa harus memiliki kebijakan yang sesuai
dengan visi misi serta tujuan GP Ansor. Ketua Pimpinan Wilayah
Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta memiliki banyak kebijakan.
“Mekanismenya kita akan ada rapat kerja wilayah, untuk
menggagas program yanng akan kita lakukan selama satu
tahun kedepan. Nah kebijakannya ada jangka pendek,
menengah dan jangka panjang. Rapat Kerja Wilayah ini isinya
79
teman2 pengurus cabang dan teman2 pengurus pengurung
anak cabang, sampe pengurus anak kecamatan agar program
yang digagas oleh Pimpinan Wilayah sampai kepada tingkat
Kecamatan. Makanya RAKERWIL itu bentuk dari sosiallisasi
program pada seluruh masyarakat melalui GP Ansor tingkat
kecamatan. Agar masyarakat paham program2 yang dilakukan
Ansor DKI Jakarta. Sehingga, semua kebijakannya itu
dilakukan saat RAKERWIL. Karna pimpinan-pimpinan PC dan
PAC nya berkumpul, jadi bisa mengakomodir apa kebutuhan di
tiap-tiap wilayah, lalu kita buat program-programnya sesuai
kebutuhan. Nah program ini kemudian menjadi kebijakan, lalu
kebijakan ini disampaikan kepada teman-teman PC dan PAC
untuk dilaksanakan PW” (Selasa, 2 Agustus 2015, 15:15)
Berdasar keterangan diatas, Ketua Pimpinan Wilayah Gp
Ansor DKI Jakarta memiliki banyak kebijakan, dan kebijakan itu
didalamnya ada kebijakan jangka pendek, menengah dan jangka
panjang. Kebijakan akan dilakukan didalam Rapat kerja wilayah
(RAKERWIL), hal ini dilakukan karena saat itulah Pimpinan-pimpinan
Pimpinan Cabang dan Pimpinan Anak Cabangnya berkumpul semua.
Kebijakan ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
Sehingga Pimpinan Wilayah GP Ansor akan membuat program-
program kepemudaan selama setahun kedepan melalui kebijakan yang
telah di buat di Rapat Kerja Wilayah.
Menurut H. Sulton Mu‟Minah selaku Pimpinan Cabang GP
Ansor Jakarta Selatan tentang kebijakan yang diltetapkan oleh Ketua
Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta.
“Sudah sesuai, program-program yang sudah ditetapkan oleh Pinpinan Wilayah DKI Jakarta kami rasa sudah sesuai dengan visi misi serta tujuan GP Ansor. Artinya tidak melenceng, dan kami anggap sudah bagus.” (selasa, 2 Agustus 2015, 16:17)
80
Menurut peneliti Pimpinan Cabang GP Ansor Jakarta Selatan
kebijakan yang selama ini dibuat oleh Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI
Jakarta sudah sesuai dengan visi misi serta tujuan GP Ansor. Dan
Kebijakan yang di buat selama ini tidak pernah melenceng dari visi misi
maka Pimpinan Cabang GP Ansor Jakarrta Selatan menggangap
kebijakan yang selama ini diambil Pimpinan Wilayah sudah bagus.
Menurut H.Sulton Mu‟Minah selaku Pimpinan Cabang GP
Ansor Jakarta Selatan tentang kebijakan yang bisa diambil pelajaran
untuk publik:
“Seperti kebijakan kaderisasi artinya bagaimana menciptakan kaderisasi dan regenerisan GP Ansor sudah 82 tahun, disitu dari awal hingga hari ini melakukan peng-kaderan, itu artinya mencerminkan organisasi ini tidak mudah untuk mati karena selalu ada kadernya dan selalu regenerasi terus. Ini hal baik untuk bisa dicontoh publlik” (Selasa, 2 Agustus 2015, 16:23)
Menurut peneliti Kebijakan yang bisa diambil pelajaran untuk
masyarakat adalah kebijakan kaderisasi. Bahwa kaderisasi di GP Ansor
tidak mudah mati karena selalu adanya kaderisasi yang ingin
bergabung dengan GP Ansor
Langkah berikutnya pertanyaan yang diajukan kepada
narasumber berkaitan dengan Konteks komunikasi
Menyangkut sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan
kehidupan sosial, pesan yang harus disampaikan dengan jelas serta
sikap partisipatif. Komunikasi efektif diperlukan untuk mendukung
lingkungan sosial melalui pemberitaan diberbagai media massa.
Penelitian wawancara ini tentang pemberian informasi mengenai
81
program-program kepemudaan GP Ansor dan target sasaran
eksternal yang dituju.
Menurut Bapak Abdul Azis S.Hi selaku Ketua Pimpinan
Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta:
“GP Ansor DKI Jakarta mempunyai target sasaran. Karena GP
Ansor ini organisasi kepemudaan, haluan hadist islam ahlus
sunnah wal jam‟ah, maka menjadi bagian yang umum.
Khususnya umat islam, tetapi apa bila ada yang non islam yang
ingin ikut, tidak papa asalkan sesuai dengan aturan yang ada.
Ansor itu mempunyai target bagaimana mengemban amanah
menyebarkan islam alus wal jam‟ah kepada generasi muda
karna ini organisasi kepemudaan. Maka sasarannya anak
muda yang berhaluan islam alus sunnah wal jam‟ah, remaja
masjid, anak-anak komunitas-komunitas, majelis ta‟lim. Dan
dalam menjalankan program-program kepemudaan GP Ansor
selalu berkaitan dengan perekrutan anggota baru” (Selasa, 2
Agustus 2015, 15:23)
Dari pernyataan diatas, peneliti menganalisa GP Ansor
memiliki target khususnya umat islam, tetapi tidak menutup
kemungkinan apa bila ada yang non islam ingin bergabung dengan GP
Ansor asalkan mengikuti aturan yang sudah ada. Targetnya itu pemuda
seperti remaja masjid, karang taruna, komunitas-komunitas dll yang
kisaran umurnya dari 18-45 tahun. Sesuai dengan apa yang telah
ditentukan di dalam PR/PRT GP Ansor. Karena ketua Pimpinan
Wilayah GP Ansor DKI Jakarta beranggapan bahwa kaderisasi harga
mati, maka GP Ansor akan selalu mencari kaderisasi, salah satunya
melalui program-program yang dilaksanakan oleh Pimpinan Wilayah
GP Ansor DKI Jakarta.
82
Langkah berikutnya pertanyaan yang diajukan kepada
narasumber yang berkaitan dengan Content (Konten)
Pesannya menyangkut kepentingan orang banyak/publik
sehingga informasi dapat diterima sebagai sesuatu yang bermanfaat
secara umum bagi masyarakat. Pesan yang ingin disampaikan oleh
Bapak Abdul Azis S.Hi selaku Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan
Pemuda Ansor DKI Jakarta, berkaitan dengan program-program
kepemudaan GP Ansor DKI Jakarta:
“Pesan yang disampaikan adalah tentang ahlus islam sunnah
wal jam‟ah menurut NU dan GP Ansor. Kedua tentang
wawasan kebangsaan, pancasila kemudian tentang
nasionalisme. Kemudian tentang islam rahmatan lil alamin. Jadi
gambaran besarnya seperti itu yang ditampilkan (Selasa, 2
Agustus 2015, 15:27).
Dari pernyataan Bapak Abdul azis diatas, peneliti menganalisa
pesan yang Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta sampaikan
kepada masyarakat merupakan hal yang positif semua. Karena GP
Ansor organisasi kepemudaan berbasis islam, maka mereka
memberikan materi tentang islam dan wawasan kebangsaan. karena
jiwa nasionalisme harus ada didalam diri masyarakat.
Langkah berikutnya pertanyaan yang diajukan kepada
narasumber berkaitan dengan Clarity (Kejelasan)
Pesan harus disusun dengan kata-kata yang jelas, mudah
dimengerti, serta memiliki pemahaman yang sama antara komunikator
dan komunikan dalam hal maksud, tema, dan tujuan semua pihak. Cara
penyampaian pesan dan informasi tentang program-program
83
kepemudan GP Ansor DKI Jakarta kepada masyarakat. Menurut Bapak
Abdul Azis S.Hi selaku Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda
Ansor DKI Jakarta :
“Ya pertama kan kita punya basis sampai kecamatan yang kita
fungsikan adalah teman-teman kader untuk melakukan
soasialisasi kepada masyarakat, terutama untuk kader Ansor
yang sampai tingkat kelurahan untuk menyampaikan progam-
progam yang akan dibawakan oleh Ansor, ya pertama kan kita
punya basis sampai kecamatan yang kita fungsikan adalah
teman-teman kader untuk melakukan soasialisasi kepada
masyarakat, terutama untuk kader Ansor yang sampai tingkat
kelurahan untuk menyampaikan progam-progam yang akan
dibawakan oleh Ansor, yang akan di laksanakan oleh Ansor. Itu
teman-teman secara personal. Yang kedua melalui sosial
media. Teman-teman punya facebook, punya twitter, punya
BBM, punya whatsaap, itu digunakan bagian dari sosialisasi,
kemudian kita coba berkerjasama dengan beberapa media-
media online yang punya NU atau Ansor untuk melakukan
sosialisasi. Dan respon msyarakat selama ini selalu positif
terhadap program-program kegiatan apapun yang dibuat oleh
GP Ansor. Karena terkait dengan pemilihan masyarakat.
Terbukti dengan setiap kita mengadakan kaderisasi
pembukaan untuk mengikuti Ansor, banyak yang tertarik dan
banyak yang ikut.” (Selasa, 2 Agustus 2015, 15:30)
Dari pernyataan Bapak Abdul Azis diatas, peneliti menganalisa
pesan yang Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta Karena GP Ansor
memiliki kaderisasi hingga tingkat kecamatan, maka Pimpinan Wilayah
GP Ansor DKI Jakarta akan mensosialisasikan program-program
kepemudaan hingga ke tingkat kelurahan. Lalu Pimpinan Wilayah GP
Ansor DKI Jakarta akan meminta anggotanya untuk menyebarkan
informasi tersebut melalui media sosial. Dan respon masyarakat selama
ini selalu positif. Karena sebelum membuat suatu program, Pimpinan
84
Wilayah GP Ansor DKI Jakarta akan memilih target yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Dengan begitu, banyak yang ingin masuk
menjadi bagian dari GP Ansor.
Langkah berikutnya pertanyaan yang diajukan kepada
narasumber berkaitan dengan Continity and Consistency
(Kontiniutas dan Konsisten)
Komunikasi merupakan proses yang tidak pernah berakhir,
oleh karena itu dilakukan secara berulang-ulang dengan berbagai
variasi pesan. Dengan cara demikian untuk mempermudah proses
belajar, membujuk dan tema dari pesan-pesan tersebut harus
konsisten. Intensitas Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta dalam
memberikan program-program kepemudaan, pemahaman dan edukasi
tentang GP Ansor baik internal maupun eksternal.
Menurut Bapak Abdul Azis S.Hi selaku Ketua Pimpinan
Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta:
“GP Ansor DKI Jakarta hampir sering melakukan program-progam kepemudaan GP Ansor dimasyarakat terutama terkait dengan hari raya besar islam. umpamanya, pasti ada kegiatan. Kedua program yang terkait dengan momentum-momentum keadaan situasi kewilayahan, kita juga melakukan kegiatan yang terkait dengan adanya pengajian-pengajian kajian islam di setiap mesjid-mesjid. Ketiga setiap bulan ada kegiatan GP Ansor baik di tingkat wilayah, tingkat cabang, maupun tingkat anak cabang, karena progam yang dilakukan itu bagian dari membentuk konsolidasi basis, silahturahmi, Jadi minimal harus ada pengajian mingguan,baik istighosah, yasinan atau segala macem dengan majelis-majelis yang dimiliki oleh pemuda-pemuda Ansor.” (Selasa, 2 Agustus 2015, 15:33)
85
Dari pernyataan Bapak Abdul Azis diatas, peneliti menganalisa
intensitas program-program kepemudaan sangat sering dilakukan dan
dilaksanakan oleh Pimpinan Wilayah cabang. Terutama setiap adanya
hari raya besar islam, membuat pengajian-pengajian rutin ditiap
tingkat. karena dengan diadakannya program-program ini akan
membentuk silaturahmi antara sesama anggota GP Ansor maupun
dengan masyarakat.
Menurut Bapak Abdul Azis S.Hi, Adanya hambatan yang
ditemui ketika GP Ansor DKI Jakarta melaksanakan program-program
kepemudaan dalam masyarakat:
“yang pertama terikait dengan kondisi kekinian masyarakat, kadang ada ketidak tertarikan masyarakat, seperti umpamanya ada beberapa kali masyarakat ditemukan tidak hadir karena alasan nya pengajian lagi pengajian lagi, nah ini perlu inovasi. Yang kedua hambatan secara besar tidak ada alhadulillah, karena memang kegiatan GP Ansor ini memang berasal dari masyarakat dan memberdaya masyarakat secara besar tidak ada, cuman paling gitu aja soal jamaah.” (Selasa, 2 Agustus 2015, 15:37) Dengan pandangan Bapak Abdul Azis diatas, peneliti
menganalisa bahwa hambatan yang dirasakan oleh Pimpinan Wilayah
GP Ansor DKI Jakarta adalah kurangnya ketertarikan masyarakat
terhadap program-program yang dibuat oleh GP Ansor.
Lain halnya dengan pandangan Bapak H.Sulton Mu‟minah
selaku Pimpinan Cabang GP Ansor Jakarta Selatan. Beliau
berangkapan bahwa:
“Hambatannya terus terang menjalankan organisasi ini dengan anggaran swadaya. Artinya swadaya ini bergotong
86
royong bersama-sama,tidak ada bantuan dari pihak pemerintah atau swasta untuk mensponsori program-program kami. Bagaimana dari kami untuk kami dan oleh kami. Kalau pun ada kerjasama sifatnya tidak permanen, jadi tidak mengikat. Dan itu kami terima untuk menjadi tambahan program-program kami” (Selasa, 2 Agustus 2015, 16:27) Ketika peneliti memberitahukan pandangan Bapak Abdul Azis
perihal hambatan yang dialami ketika melakukan program-program
kepemudaan kepada Bapak Sulton Mu‟minah, beliau beranggapan
bahwa:
“Tidak semua program yang dibuat oleh GP Ansor DKI Jakarta ini tidak diterima dengan baik oleh masyarakat. Contohnya kami di jakarta selatan melakuakn program kegiatan kompetisi futsal, antusiasnya untuk pemuda cukup besar. memang di beberapa program, masyarakat kurang antusias, tetapi di program lainnya banyak pemuda yang antusias. Jadi tergantung bagaimana programnya untuk membuat masyarakat tertarik.” (Selasa, 2 Agustus 2015, 16:30) Peneliti menganalisa kedua tanggapan dari narasumber bahwa
Ketidak tertarikan masyarakat terhadap program-program yang
dilakukan GP Ansor tergantung bagaimana program-programnya
“dikemas”. Untuk membuat masyarakat tertarik dengan program-
program GP Ansor haruslah dibuat menarik dan disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat.
Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah dengan
mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan dimensi strategi
komunikasi yakni Channel (Saluran).
Mempergunakan saluran media informasi yang tepat dan
terpercaya serta dipilih oleh khalayak sebagai target sasaran.
87
Pemakaian saluran media yang berbeda akan berbeda pula efeknya.
Dengan demikian seorang Public Relations harus dapat memahami
perbedaan dan proses penyebaran informasi secara efektif.
Menurut Bapak Abdul Azis S.Hi selaku Ketua Pimpinan
Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta bahwa:
“Ada beberapa media sosial yang di gunakan pemuda-pemuda Ansor seperti Twitter,Facebook,BBM, Whatsapp, kemudian ada beberapa berita online yang dimiliki media Ansor, yang dimiliki media sosial sendiri Ansor timur, media Ansor Jakarta Barat. Media untuk DKI Jakarta sedang dibuat”. (Selasa, 2 Agustus 2015, 15:40)
Peneliti menganalisa pernyataan diatas, bahwa media yang di
gunakan Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta untuk memberikan
informasi kepada masyarakat melalui media sosial.
Menurut Bapak Abdul Azis media yang digunakan GP Ansor
DKI Jakarta untuk mensosialisasikan program-program kepemudaan
dirasa masih kurang efektif sehingga beliau menyatakan:
“Karena banyak pengurus-pengurus Ansor yang kurang memanfaatkan media-media sosial. Karena mungkin kurang peminatnya atau gimana, tapi yang jelas kurang sosialisasi dari pengurus sehingga banyak juga kader yang tidak tahu bahwa GP Ansor mempunyai media sosial sendiri untuk melakukan sosialisasi. Tapi kecepatan informasi jalur ini GP Ansor DKI Jakarta tetap melakukan perbaikan.Terutama terkait dengan kebutuhan teknologi dan informasi saat ini” (Selasa, 2 Agustus 2015, 15:42)
Peneliti menganalisa bahwa Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI
Jakarta merasa kurang efektif melakukan sosialisasi program-program
kepemudaannya. Beliau beranggapan bahwa anggotanya kurang
88
memaksimalkan media sosial untuk memberikan informasi kepada
masyarakat.
Berbeda dengan pandangan Pimpinan Cabang GP Ansor
Jakarta Selatan bahwa
“Media yang diguakan GP Ansor untuk mensosialisasikan program-program kepemudaan kepada masyarakat sudah cukup baik, jadi kalo anda ingin mencari GP Ansor, media onlinenya, media sosialnya baik media cetak maupun elektronik alhamdulillah sudah berjalan dengan baik, jadi masyarakat umum tidak sulit lagi untuk mencari apa itu GP Ansor, atau apa saja program kerjanya. Hampir semuanya dapat mengaksesnya dengana mudah” (Selasa, 2 Agustus 2015, 16:42)
Peneliti menganalisa tanggapan diatas bahwa Pimpinan
Cabang GP Ansor Jakarta Selatan bahwa media yang diguakan GP
Ansor untuk mensosialisasikan program-program kepemudaan
kepada masyarakat sudah cukup baik. Karena masyarakat dapat
mengakses dengan mudah untuk mengetahui kegiatan yang
sedang dilakukan oleh GP Ansor.
Menurut Bapak Abdul Azis dalam menjalankan program –
program kepemudaan PW GP Ansor DKI Jakarta melakukan
kerjasama dengan Instansi/Perusahaan:
“Kerjasama dengan pemda, dengan swasta juga. Supaya meringankan secara finansial, dan supaya GP Ansor bisa berkembang secara organisasi, bukannya menjadi organisasi yang tradisonal melaikan organisasi yang modern yang berbasis informasi dan teknologi, yang berbasis kemasyarakatan tapi ada kerjasama, baik secara langsung maupun tidak langsung ya dengan pemda maupun perusahaan swasta itu sendiri”. (Selasa, 2 Agustus 2015, 15:44)
89
Peneliti menganalisa tanggapan diatas bahwa Pimpinan
Wilayah GP Ansor DKI Jakarta melakukan kerjasama dengan
pemeritahan Daerah dan juga perusahaan swasta terkait dengan
program-program kepemudaan yang akan dijalankannya dengan
alasan untuk meringankan secara finansial dan dengan
berkerjasamanya GP Asor DKI Jakarta dengan instanti/perusahaan
swasta membuat GP Ansor DKI jakarta lebih berkembang.
Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah dengan
mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan dimensi strategi
komunikasi yakni Capabillity of the Audience (Kapabilitas/
Kemampuan Audiens)
Memperhitungkan kemampuan yang dimiliki oleh khalayak.
Komunikasi dapat menjadi efektif bagi audien bila berkaitan dengan
faktor-faktor yang bermanfaat seperti kebiasaan dan peningkatan
kemampuan membaca dan pengembangan pengetahuan.
Menurut Bapak Abdul Azis tindakan yang dilakukan GP Ansor
DKI Jakarta jika ada masyarakat yang tertarik dengan program-program
kepemudaan GP Ansor DKI Jakarta adalah
“Ya kita coba rekrut. kita coba ajak untuk masuk menjadi
anggota kader ansor, lalu kita kembangkan program tersebut.”
(Selasa, 2 Agustus 2015, 15:45)
Peneliti menganalisa tanggapan diatas bahwa Pimpinan
Wilayah GP Ansor DKI Jakarta akan merekrut masyarakat yang tertarik
dengan GP Ansor DKI Jakarta, dan akan mengembangkan program-
90
program yang membuat masyarakat tertarik dengan GP Ansor. Hal ini
akan memperbanyak kaderisasi yang akan melanjutkan organisasi GP
Ansor DKI Jakarta.
Menurut Bapak Abdul Azis cara menjaga hubungan yang baik
antar sesama anggota GP Ansor adalah:
“Dengan cara konsolidasi, silaturahmi, kemudian ada membangun komitmen bersama bahwa gp ansor harus besar, milik bersama karena GP Ansor menjunjung tinggi nilai islam sunnah wal jam‟ah maka dengan cara konsolidasi, kader akan merasa memiliki terhadap GP ansor kepada satu dengan lainnya. Silaturahmilah” (Selasa, 2 Agustus 2015, 15:46)
Peneliti menganalisa tanggapan diatas bahwa untuk
menjalankan hubungan yang baik antara sesama anggota GP Ansor,
Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta akan membuat silaturahmi
kepada setiap anggota. Pimpinan Wilayah selalu memberikan motivasi
kepada anggota-anggotanya dan membuat komitmen kepada
anggotanya bahwa anggota nya harus memiliki sifat salig memiliki
terhadap GP Ansor dan beranggapan bahwa GP Ansor harus besar.
Menurut Bapak Abdul Azis, kebijakan yang selama ini dibuat
sudah menunjukkan citra positif
“Selama ini sudah. Bisa dilihat dari tertariknya masyarakat terhadap program kepumadaan yang dibuat oleh GP Ansor. Dan respon mereka (masyarakat) selama ini selalu baik terhadap organisasi kami. Tapi terakhir fatwa NU DKI banser tidak boleh jaga gereja lagi dikarenakan menurut mereka, banser hanya dijadikan tukang parkir, bukan menjadi pengaman. Serahkan tugas itu kepada polisi atau satpol PP, jadi insyallah citranya udah baik.”
91
Kebijakan yang selama ini dibuat oleh Pimpinan Wilayah GP
Ansor DKI Jakarta sudah menunjukkan citra positif melalui program-
program kepemudaan tersebut. Sudah sesuai dengan definisi citra yang
dikeluarkan oleh (Soleh Soemirat dan E. Ardianto, 2002, : 111-112)
bahwa Citra atau image itu sendiri adalah kesan, perasaan, gambaran
dari publik terhadap perusahaan atau organisasi; kesan yang dengan
sengaja diciptakan dari suatu objek, orang, atau organisasi.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini peneliti akan memberikan pembahasan
mengenai hasil deskripsi peneltian yang telah dijelaskan pada sub bab
sebelumnya. Kredibilitas Pimpinan Wilayah DKI Jakarta tidak dapat
dipungiri lagi, dilihat dari kebijakan yang dibuat selama ini, selalu
dijalankan dan dilaksanakan oleh anggotanya. Hal itu dikarenakan
Ketua Pimpinan wilayah DKI Jakarta GP Ansor telah mendapatkan
kepercayaan sebagai juru bicara apa bila harus menghadapi
masyarakat. Beliau memiliki kredibilitas yang baik sebagai komunikator
di GP Ansor DKI Jakarta dapat dilihat dari organisasi-organisasi yang
telah beliau jalani sebelumnya.
Kebijakan Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP Ansor dibuat atau
ditentukan didalam Rapat Kerja Wilayah (RAKERWIL). Kebijakan yang
dibuat selama ini ada banyak, yang jelas didalamnya terdapat kebijakan
jangaka panjang, menengah dan jangka pendek. Kebijakan ditentukan
pada saat RAKERWIL, karena disaat itulah seluruh pimpinan- pimpinan
92
Cabang, Pimpinan Anak Cabang maupun Pimpinan Ranting berkumpul
dalam suatu diskusi. Sehingga Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP
Ansor dapat mengakomodir apa saja kebutuhan di tiap-tiap wilayah
sehingga program-program kepemudaan GP Ansor bisa terbentuk
sesuai kebutuhan dan minat pemuda di wilayah tersebut.
Program-program kepemudaan yang dibuat oleh GP Ansor
selalu berpatokan dengan PD/PRT GP Ansor. Selain untuk
mempertahankan citra positif, program-program kepemudaan ini
memiliki tujuan utamanya yaitu untuk mencari kaderisasi. Untuk
kebijakan mencari kaderisasi GP Ansor harga mati tidak bisa ditolak,
karena GP Ansor harus mencari kaderisasi untuk melanjutkan
organisasi yang sudah berdiri 82 tahun.
Dalam penyampaian pesan mengenai perekrutan GP Ansor,
Pimpinan Wilayah Dki Jakarta GP ansor memiliki target khusus. yaitu
umat islam, tetapi tidak menutup kemungkinan apa bila ada yang non
islam ingin bergabung dengan GP Ansor asalkan mengikuti aturan yang
sudah ada. Targetnya itu pemuda seperti remaja masjid, karang
taruna, komunitas-komunitas dll yang kisaran umurnya dari 18-45
tahun. Sesuai dengan apa yang telah ditentukan di dalam PR/PRT Gp
Ansor. Pesan yang biasa disampaikan kepada masyarakat oleh
Pimpinan Wilayah GP Ansor adalah tentang ahlus islam sunnah wal
jam‟ah menurut NU dan GP Ansor. Kedua tentang wawasan
kebangsaan, pancasila kemudian tentang nasionalisme, tentang islam
93
rahmatan lil alamin tak lupa mengajarkan jiwa kepemimpinan sedini
mungkin. Walaupun GP Ansor merupakan organisasi masyarakat yang
berbasis islam, tetapi Pimpinan Wilayah DKI Jakarta juga memberikan
pesan tentang wawasan kebangsaan, agar pemuda-pemuda tetap
memiliki jiwa nasionalis, dengan pemuda yang memiliki jiwa nasionalis
Pimpinan Wilayah DKI Jakarta berharap saat dia menjadi pemimpin,
Indonesia dapat dipimpin oleh seseorang yang memiliki jiwa
kepemimpinan, jiwa nasionalis serta iman yang kuat.
Dalam menyebarkan informasi mengenai program-program
kepemudaan, Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP Ansor melakukan
sosialisasi kepada masyarakat dengan cara mengajaknya lewat mulut
ke mulut, tidak hanya itu Pimpinan Wilayah DKI Jakarta juga
menugaskan anggotanya untuk menyebarkan informasi mengenai
program-program kepemudaannya lewat media. Tetapi sayangnya
penyebaran informasi lewat media sosialnya kurang maksimal sehingga
tidak banyak masyarakat yang tau bahwa GP Ansor sedang
mengadakan program. Selain itu, Pimpinan Wilayah DKI Jakarta GP
Ansor sering melakukan program-program kepemudaan yang langsung
berhubungan dengan masyarakat terutama terkait dengan hari raya
besar islam. momentum-momentum keadaan situasi kewilayahan.
Setiap bulan GP Ansor di tingkat wilayah, tingkat cabang, maupun
tingkat anak cabang pasti melakukan Program kepemudaan.
Terkadang program-program kepemudaan yang terlalu sering dibuat
94
seperti pengajian dimasjid-masjid membuat masyarakat khususnya
peuda kurang tertarik sehingga tidak mengikuti kegiatan tersebut.
Tetapi ada program kepemudaan yang sangat diminati pemuda, yaitu
seperti Ansor Cup. Banyak yang tertarik dengan program tersebut
karena saat ini banyak pemuda-pemuda yang sangat tertarik untuk
mengikuti kompetisi olahraga seperti futsal.
Dalam menjalankan program-program kepemudaan, Pimpinan
Wilayah DKI Jakarta GP Ansor melakukan kerja sama dengan instansi
seperti dengan Pemerintahan Daerah atau perusahaan swasta, selain
untuk meringankan finansial, juga dapat melakukan pencitraan kepada
publik atau masyarakat bahwa GP Ansor DKI Jakarta sedang
melakukan program kepemudaan yang akan berdampak positif untuk
masyarakat. Dengan melakukannya program-program kepemudaan
yang berhubungan langsung dengan masyarakat bisa memberi citra
positif bagi organisasi GP Ansor di mata masyarakat.
4.5 Keabsahan Data
Untuk menguji keabsahan dari suatu hasil penelitian yang telah
dilakukan yaitu dengan mengacu pada sumber, metode dan teknik
(triangulasi). Sumber yang dimaksud bisa berupa buku, jurnal, tesis,
hasil wawancara narasumber, studi pustaka yang telah di publikasi.
Metode berupa observasi, dan teknik yang dimaksud berupa data dan
informasi yang diambil merujuk kepada data yang bersifat ilmiah. Bisa
berupa data sekunder maupun data primer.
95
Setelah melakukan pengamatan melalui metode observasi
lapangan dan memperhatikan aktivitas atau kegiatan yang sedang
dilakukan sebagai program GP Ansor. Langkah selanjutnya peneliti
melakukan wawancara mendalam dengan narasumber 1 sebagai Key
Informan yaitu selaku Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta,
narasumber ke 2 Pimpinan Cabang GP Ansor Jakarta Selatan, dan
narasumber ke 3 praktisi media Tv One Sintia Retno Sari. Sebagai
kelengkapan sistematika penulisan skripsi ini, maka langkah
selanjutnya peneliti akan memberikan kesimpulan dan saran yang akan
di muat pada bagian di Bab V.
96
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya yang sesuai dengan
tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui bagaimana strategi
komunikasi pimpinan wilayah DKI Jakarta GP Ansor dalam
mempertahankan citranya khususnya membentuk brand image
organisasi lewat program-program kepemudaan. Setelah melakukan
kegiatan wawancara mendalam, studi pustaka dan observasi maka
peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Strategi komunikasi Pimpinan Wilayah DKI Jakrata GP Ansor
dalam membentuk citra positif khususnya membentuk brand image
organisasi lewat program-program kepemudaan) yaitu melalui
kebijakan ketua Pimpinan Wilayah yang dibuat saat melakukan
Rapat Kerja Wilayah, dan akan menghasilkan program-program
kepemudaan yang akan dilaksanakan selama satu tahun kedepan.
Program-Program kepemudaan yang dilakukan oleh GP Ansor
berhubungan dengan nilai-nilai kemanusiaan seperti donor darah,
bantuan sosial apa bila ada bencana alam, sunatan masal.
Kebijakan yang sudah di buat oleh Pimpinan Wilayah DKI Jakarta
tidak bisa ditolak, harus dilakukan dan harus dilaksanakan oleh
seluruh anggota GP Ansor. Program-program kepemudaan yang
96
97
dibuat oleh Pimpinan Wilayah GP Ansor akan selalu berhubungan
dengan pencarian kaderisasi. Sehingga sebelum melaksanakan
program kepemudaan, Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta
akan mencari tahu apa kebutuhan masyarakat agar saat Pimpinan
GP Ansor DKI Jakarta melaksanakan program kepemudaannya,
banyak masyarakat yang tertarik untuk mengikuti program
tersebut. Dengan begitu akan mempertahankan citra positif yang
selama ini dipegang oleh GP Ansor
2. Tingginya kesibukan anggota diluar organisasi ini, sehingga tidak
menjadikan program GP Ansor DKI Jakarta menjadi prioritas
utama. Kurangnya kordinasi di dalam internal sehingga terjadinya
miss kordinasi sesama anggota. Kurang menariknya di beberapa
program-program kepemudaan yang dilakukan oleh Pimpinan
Wilayah GP Ansor, sehingga masyarakat tidak selalu mengikuti
atau bahkan tidak mengetahui program-program yang dilakukan
Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta. Bisa dibilang oraganisasi
ini sering melakukan program-program kepemudaan bila dihitung
selama satu periode kepengurusan (5 tahun), pimpinan Wilayah
GP Ansor membuat program kerja lebih dari 30 program. Program-
program kepemudaan ini biasanya di sosialisasikan melalui media
sosial, seperti Twitter, Facebook, WhatsApp, Line, BBM dan lain
lain.
98
3. Adanya dukungan dan pengakuan untuk kerjasama dengan
Pemerintahan Daerah dan perusahaan swasta lainnya yang
memsponsori dan membantu program kepemudaan GP Ansor DKI
Jakarta
5.2 Saran
1. Membuat Strategi pembentukan brand Image Pimpinan Wilayah
GP Ansor DKI Jakarta yang lebih efektif dan lebih jelas agar
anggota GP Ansor DKI Jakarta dapat membuat program
kepemudaannya yang lebih fokus terhadap apa yang sedang
diminati atau dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan begitu dapat
menarik masyarakat untuk menjadi kaderisasi di organisasi GP
Ansor DKI Jakarta.
2. Membuat pertemuan anggota yang sifatnya inormal setiap
seminggu sekali berfungsi untuk melakukan kordinasi secara
langsung untuk menghindari miss kordinasi sesama anggota.
Membuat program-program kepemudaan yang lebih menarik
seperti membuat pentas seni DKI Jakarta atau kompetisi olahraga,
dan dikemas sedemikian rupa agar terlihat menarik. Karena
pemuda cenderung lebih aktif di dunia seni atau pun olahraga.
Sehingga banyak masyarakat yang akan tertarik untuk mengikutin
program kegiatan yang di buat oleh Pimpinan Wilayah GP Ansor
DKI Jakarta. Membentuk suatu tim khusus untuk mengoperasikan
jaringan internet atau media sosial yang terkoneksi secara
99
simultan, sehingga masyarakat bisa mendapatkan ruang
keterbukaan informasi mengenai program-program kepemudaan
yang akan dilakukan oleh Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI
Jakarta. Respon yang cepat dianggap salah satu tolak ukur
keberhasilan pemberian informasi kepublik.
3. Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta sebaiknya tetap
melakukan hubungan yang baik terhadap pihak eksternal agar
dapat selalu mendapatkan dukungan dan kerjasama dengan
perusahaan swasta maupun Pemerintahan Daerah. Dan menjalin
kerjasama dengan perusahaan swasta yang belum pernah diajak
kerjasama.
100
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Eka Yulius Yulius. 2014. Manajemen dan Perilaku Organisasi.
Jogjakarta: Graha Ilmu.
Agus, Salim. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta:
Tiara Wacana.
Arni, Muhammad. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara.
Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana
Prenama Media Group.
Cutlip, Scott M.Center, Allen H. dan Broom, Glen M. 2007. Effective Public
Relations. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Effendy, Uchjana Onong. 2004. Ilmu Komunikasi Teori dan Prkatek.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Effendy, Uchjana Onong. 2006. Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek.
Bandung: Penerbit Remaja Rosda Karya.
Henslowe, Philip. 2000. The Art and Science of Public Relations. New
Delhi: Rest Publishing House.
Ivancevich, John M, Robert Konopaske, Michael T. Matteson. 2006.
Perilaku Dan Manajemen Organisasi. Jakarta: Erlangga.
Jefkins, Frank. 2002. Public Relations. Jakarta: Erlangga.
Kartono, Kartini. 2010. Pemimpin dan Kepemimpinan : Apakah
Kepemimpinan Abnormal Itu. Jakarta : Rajawali Pers.
Moleong, J Lexy, Prof. Dr. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT. Remaja Rosdakaya.
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
101
Mulyana, Deddy. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru
Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nasution, M.E. Usman, H.M. 2008. Proses Penelitian Kuantitatif. Depok:
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Oemi, Abdurrachman. 2001. Dasar-dasar Public Relations. Bandung: Citra
Aditya Bakti.
Pace, R. Wayne. 2001. Komunikasi organisasi (terjemahan). Bandung:
Rosdakarya
Rakhmat, Jalaludin. 2000. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Robbins, S.P.2001. Psikologi Organisasi Edisi ke-8. Jakarta: Prenhallindo.
Rudy, May Teuku. 2005. Komunikasi dan Humas Internasional. Bandung:
PT.Refika Aditama.
Rumanti, Maria Assumpta. 2005. Dasar-dasar Public Relations: Teori dan
Praktik. Jakarta: Grasindo.
Ruslan, Rosady. 2002. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ruslan, Rosady. 2006. Metode Penelitian Public Relations dan
Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sendjaja, Sasa Djuarsa. 2002. Pengantar Komunikasi. Jakarta: Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka.
Sendjaja, Sasa Djuarsa. 2004. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Siagian, Sondang P. 2003.Teori dan Praktik kepemimpinan. Jakarta.
Rineka Cipta.
102
Simatupang, Lono Laskoro. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian
Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Soemirat, Soleh. 2002. Dasar-dasar Public Relations. Bandung:
PT. Remaja Rosdikarya.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sunarto. 2011. Mix Metodology dalam Penelitian Komunikasi. Yogyakarta:
Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM).
Usman, Husaini. 2005. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Bumi Aksara.
Website:
http://ansor.or.id/
http://www.dprd-diy.go.id/wp-
content/uploads/2015/08/UU_NO_17_2013.pdf
103
Tabel 1
Matrix Wawancara
Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta
NO PERTANYAAN JAWABAN ANALISA
1 Apa yang melatar
belakangi berdirinya
GP Ansor?
nanti saya kasih
bukunya ya, kamu baca
aja disitu
Setelah peneliti
membaca bukunya, GP
Ansor di bentuk
sebelum Indonesia
merdeka dibawah
naungan Nahdatul
Ulama (NU).
Terbentuknya GP
Ansor didorong oleh
kondisi saat itu, dimana
muncul organisasi
pemuda yang bersifat
kedaerahan. GP Ansor
organisasi keagamaan
yang bergerak di
bidanh pendidikan
islam, pembinaan
mubaligh, dan
pimbinaan islam.
Ansor artinya Pejuang,
yang menegakkan dan
membentengi ajaran
islam
2 Apa Visi, Misi dan Arti
logo dari GP Ansor ?
ini juga ada didalam
buku. Atau kamu juga
bisa buka websitenya
GP Ansor
Setelah Peneliti
membaca bukunya,
peneliti mengambil
kesimpulan bahwa GP
104
Ansor merupakan
organisasi
kepemudaan yang
mempertahankan
tradisi internal GP
Ansor. Ingin
menjadikan anggota
GP Ansor menjadi
anggota yang disiplin
berorganisasi dan
kadersasi bebasis
profesi.
3 Adakah kebijakan dari
Ketua Pimpinan
Wilayah GP Ansor
DKI Jakarta terkait
pemberian informasi
kepada public
mengenai program-
program kepemudaan
GP Ansor? Jika
memang ada,apa saja
point - point
kebijakannya?
Ada banyak yah.
Mekanismenya kita
akan ada rapat kerja
wilayah. untuk
menggagas program
yang akan kita lakukan
selama satu tahun
kedepan. Nah
kebijakannya jangka
pendek, menengah dan
jangka panjang.
Sehingga, semua
kebijakannya itu
dilakukan saat
RAKERWIL. Karna
pimpinan-pimpinan PC
dan PAC nya
berkumpul, jadi bisa
mengakomodir apa
kebutuhan di tiap-tiap
wilayah, lalu kita buat
Kebijakan Ketua
Pimpinan Wilayah Gp
Ansor DKI Jakarta ada
banyak, dan kebijakan
itu didalamnya ada
kebijakan jangka
pendek, menengah
dan jangka panjang.
Kebijakan akan
dilakukan didalam
Rapat kerja wilayah
(RAKERWIL), hal ini
dilakukan karena saat
itulah Pimpinan-
pimpinan PC dan
PACnya berkumpul
semua. Kebijakan ini
dilakukan sesuai
dengan kebutuhan
yang diperlukan.
105
program-programnya
sesuai kebutuhan. Nah
program ini kemudian
menjadi kebijakan, lalu
kebijakan ini
disampaikan kepada
teman-teman PC dan
PAC untuk dilaksanakan
PW.
4 Apakah kebijakan
yang diltetapkan oleh
Ketua Pimpinan
Wilayah GP Ansor
DKI Jakarta sesuai
dengan visi, misi, dan
tujuan GP Ansor?
tentu saja. Karna tidak
boleh keluar dari visi
misi. Program yang kita
buat itu dasarnya
PDPRT peraturan dasar
perarturan organisasi,
PO pengaturan
Organisasi, Peraturan
Rumah Tangga
Organisasi kemudian
arah kebijakan
Pimpinan Pusat GP
Ansor harus di ikuti oleh
Pimpinan Wilayah,
semua tindakannya itu
harus sesuai dengan
Pimpinan Pusat GP
Ansor.
Selama ini kebijakn
yang diambil oleh
Ketua Pimpinan
Wilayah GP Ansor DKI
Jakrta sedah sesuai
dengan visi misi serta
tujuan GP Ansor.
Karena setiap program
kegiatan yang akan
dibuat oleh oleh GP
Ansor, harus sesuai
dengan peraturan
organisasi.
5 Apakah anggota
Pimpinan Wilayah GP
Ansor DKI Jakarta
menjalankan kebijkan
yang ditetapkan oleh
iya, jadi sinergitas.
Karna ini sebuah
keharusan. Contoh ada
kebijakan tentang terkait
dengan himbauan untuk
Anggota Pimpinan
Wilayah GP Ansor DKI
Jakarta selalu
menjalankan kebijakan
yang telah diberikan
106
Ketua Pimpinan
Wilayah GP Ansor
DKI Jakarta ?
mengaji, kebijakannya
dibuat oleh PW dan
harus dilakukan dan
dilaksanakan oleh
seluruh cabang.
Kebijakan tersebut hasil
dari Rapat kerja Wilayah
PC dan PAC. Tidak bisa
ditolak, harus dilakukan
dan harus dilaksanakan
oleh seluruh anggota
Ansor.
oleh Ketua Pimpinan
Wilayah GPP Ansor
DKI Jakarta. Anggota
harus melakukan dan
melaksanakan hasil
kebijakan dari ketua
PW GP Ansor DKI
jakarta yang telah
dibuat saat
RAKERWIL.
6 Apakah ada pemilihan
target sasaran bagi
eksternal GP Ansor
DKI Jakarta dalam
memberikan segala
informasi mengenai
program-program
kepemudaan?
iya ada, target
sasarannya ada.
Makanya tadi saya
bilang adanya jangka
panjang menengan dan
pendek. Dibuat dengan
skala prioritas. Nah
skala priorita ini
disesuaikan dengan
kebutuhan kader. Kali
ini skala prioritasnya
adalah kaderisasi. Maka
program yang menjadi
kebijakan inti adalah
kebijakan kaderisasi
yang harus
dilaksanakan oleh PC
dan PAC bahkan pada
tingkat Ranting. Untuk
kebijakan program
untuk skala prioritas ini
Adanya target sasaran.
Target ini dibuat
dengan skala prioritas.
GP Ansor ini skala
prioritasnya adalah
kaderisasi. Sehingga
PW GP Ansor DKI
Jakarta membuat
program-program
kepemudaan ini
dengan tujuan
utamanya untuk
mencari kaderisasi.
107
gak bisa di tolak. Udah
harga mati. Umpama
kaderisasi PKD
(Pelatihan Kader dasar)
wajib dilaksanakan oleh
seluruh PC sampai
PAC.
7 Pemilihan targetnya
ini seluruh masyarakat
atau hanya yang
beragama islam saja
yang diberikan
informasi?
karna GP Ansor ini
organisasi kepemudaan,
haluan hadist islam alus
sunnah wal jam‟ah,
maka menjadi bagian
yang umum. Khususnya
umat islam, tetapi apa
bila ada yang non islam
yang ingin ikut, tidak
papa asalkan sesuai
dengan aturan yang
ada. Ansor itu
mempunyai target
bagaimana mengemban
amanah menyebarkan
islam alus wal jam‟ah
kepada generasi muda
karna ini organisasi
kepemudaan. Maka
sasarannya anak muda
yang berhaluan islam
alus sunnah wal jam‟ah,
remaja masjid, anak-
anak komunitas-
komunitas, majelis
ta‟lim.
GP Ansor memiliki
target khususnya
umam islam, tetapi
tidak menutup
kemungkinan apa bila
ada yang non islam
ingin bergabung
dengan GP Ansor
asalkan mengikuti
aturan yang sudah
ada. Targetnya itu
pemuda seperti remaja
masjid, karang taruna,
komunitas-komunitas
dll yang kisaran
umurnya dari 18-45
tahun. Sesuai dengan
apa yang telah
ditentukan di dalam
PR/PRT Gp Ansor
108
8 Apakah dalam
menjalankan program-
program kepemudaan
GP Ansor selalu
berkaitan dengan
perekrutan anggota
baru?
iya, karna kita
membutuhkan
kaderisasi. Maka ada
istilah PKD (Pelatihan
Kader Dasar) itu bagian
dari rekutman. Jadi
kaderisasi di GP Ansor
itu harga mati, tidak bisa
ditolak. Berkitan dengan
proses rekrutmen.
Karena ketua PW GP
Ansor DKI Jakarta
beranggapan bahwa
kaderisasi harga mati,
maka GP Ansor akan
mencari kaderisasi,
salah satunya melalui
program-program yang
dilaksanakan oleh GP
Ansor.
9 Materi apa saja yang
di sampaikan tentang
program-program
kepemudaan kepada
masyarakat?
Pesan yang
disampaikan adalah
tentang ahlus islam
sunnah wal jam‟ah
menurut NU dan GP
Ansor. Kedua tentang
wawasan kebangsaan,
pancasila kemudian
tentang nasionalisme.
Kemudian tentang islam
rahmatan lil alamin. Jadi
gambaran besarnya
seperti itu yang
ditampilkan.
Pesan yang Pimpinan
Wilayah GP Ansor DKI
Jakarta sampaikan
kepada masyarakat
merupakan hal yang
positif semua. Karena
GP Ansor organisasi
kepemudaan berbasis
islam, maka mereka
memberikan materi
tentang islam dan
wawasan kebangsaan.
karena jiwa
nasionalisme harus
ada didalam diri
masyarakat
10 Apa saja cara – cara
yang digunakan GP
Ansor dalam
mensosialisasikan
program-program
ya pertama kan kita
punya basis sampai
kecamatan yang kita
fungsikan adalah
teman-teman kader
Karena GP Ansor
memiliki kaderisasi
hingga tingkat
kecamatan, maka
Pimpinan Wilayah GP
109
kepemudaan
dimasyarakat?
untuk melakukan
soasialisasi kepada
masyarakat, terutama
untuk kader Ansor yang
sampai tingkat
kelurahan untuk
menyampaikan progam-
progam yang akan
dibawakan oleh Ansor,
yang akan di
laksanakan oleh Ansor.
Itu teman-teman secara
personal. Yang kedua
melalui sosial media.
Teman-teman punya
facebook, punya twitter,
punya BBM, punya
whatsaap, itu digunakan
bagian dari sosialisasi,
kemudian kita coba
berkerjasama dengan
beberapa media-media
online yang punya NU
atau Ansor untuk
melakukan sosialisasi.
Ansor DKI Jakarta
akan
mensosialisasikan
program-program
kepemudaan hingga ke
tingkat kelurahan. Lalu
Pimpinan Wilayah GP
Ansor DKI Jakarta
akan meminta
anggotanya untuk
menyebarkan informasi
tersebut melalui media
sosial.
11 Bagaimana respon
masyarakat mengenai
program-program
kepemudaan GP
Ansor?
selama ini positif,
terlihat dari rekrutmen,
bisa di nilai progam
yang kita sampaikan
kepada masyarakat itu
baik atau tidak, bagus
atau tidak, diterima atau
tidak itu bisa dilihat dari
Respon masyarakat
selama ini selalu
positif. Karena sebelum
membuat suatu
program, Pimpinan
Wilayah GP Ansor DKI
Jakarta akan memilih
target yang sesuai
110
respon masyarakat, nah
selama ini yang dilakuka
oleh Ansor, program-
progam kegiatan
apapun disambut positif,
kenapa? Karena terkait
dengan pemilihan
masyarakat. Terbukti
dengan setiap kita
mengadakan kaderisasi
pembukaan untuk
mengikuti Ansor,
banyak yang tertarik
dan banyak yang ikut.
dengan kebutuhan
masyarakat. Dengan
begitu, banyak yang
ingin masuk menjadi
bagian dari GP Ansor
12 Seberapa sering GP
Ansor DKI Jakarta
melakukan program-
progam kepemudaan
GP Ansor
dimasyarakat? Dan
program seperti apa
yang dilakukan GP
Ansor DkI Jakarta
kedepannya?
hampir setiap event
terutama terkait dengan
hari raya besar islam.
umpamanya, pasti ada
kegiatan. Kedua event
yang terkait dengan
momentum-momentum
keadaan situasi
kewilayahan, kita juga
melakukan kegiatan
yang terkait
umpamanya dengan
adanya pengajian-
pengajian kajian islam di
setiap mesjid-mesjid.
Ketiga setiap bulan ada
kegiatan Ansor. Baik di
Pimpinan Wilayah GP
Ansor DKI Jakarta
sangat sering membuat
program-program
kepemudaan.
Terutama setiap
adanya hari raya besar
islam, membuat
pengajian-pengajian
rutin ditiap tingkat .
karena dengan
diadakannya program-
program ini akan
membentuk silaturahmi
antara sesama
anggota GP Ansor
maupun dengan
111
tingkat wilayah, tingkat
cabang, maupun tingkat
anak cabang, karena
progam yang dilakukan
itu bagian dari
membentuk konsolidasi
basis, silahturahmi, jadi
kalau ada satu ranting
yang tidak membangun
kegiatan, ranting itu
dianggap tidak ada.
Kenapa? Karena tidak
ada kegiatannya maka
basisnya tidak jalan.
Jadi minimal harus ada
pengajian
mingguan,baik
istighosah, yasinan atau
segala macem dengan
majelis-majelis yang
dimiliki oleh pemuda-
pemuda Ansor.
masyarakat.
13 Dalam jangka waktu
satu periode
kepengurusan berapa
kali GP Ansor DKI
Jakarta melakukain
Program-program
kepemudaan?
sudah lumayan ya,
sudah banyak juga.
Sudah beberapa kali,
kan ada progam target
proditas, kalau progam
hanya bersifat
eksidental umpamanya.
Kita kan juga
menghitung progamnya
pertahun, jadi program
pertahun itu minimal 6
Karena Pimpinan
Wilayah GP Ansor DKI
Jakarta melakukan
program-program
kepemudaan pertahun,
dan selama setahun
minimal menjalankan 6
program yang skalanya
besar dan melibatkan
masyarakat. Sehingga
dalam jangka waktu 1
112
kegiatan, jadi setiap 2
bulan ada kegiatan
minimal di tingkat
wilayah yang sekiranya
skalanya lumayan
besar, yang melibatkan
unsur publik. Jadi kalau
satu periode 5 tahun,
ada 30 program.
periode (5 tahun) akan
lebih dari 30 program-
program kepemudaan.
14 Adakah hambatan
yang ditemui ketika
GP Ansor DKI Jakarta
melaksanakan
program-program
kepemudaan dalam
masyarakat ?
Ya adalah pastinya,
yang pertama terikait
dengan kondisi kekinian
masyarakat, kadang
ada ketidak tertarikan
masyarakat, seperti
umpamanya ada
beberapa kali
masyarakat ditemukan
tidak hadir karena
alasan nya pengajian
lagi pengajian lagi, nah
ini perlu inovasi. Yang
kedua hambatan secara
besar tidak ada
alhadulillah, karena
memang kegiatan GP
Ansor ini memang
berasal dari masyarakat
dan memerdaya
masyarakat secara
besar tidak ada, cuman
paling gitu aja soal
jamaah.
Hambatan yang
dirasakan oleh
Pimpinan Wilayah GP
Ansor DKI Jakarta
adalah kurangnya
ketertarikan
masyarakat terhadap
program-program yang
dibuat oleh GP Ansor.
113
15 Media apa saja yang
digunakan Pimpinan
Wilayah GP Ansor
DKI Jakarta dalam
memberikan informasi
tentang program-
program kepemudaan
ke masyarakat?
Ada beberapa media
sosial yang di gunakan
pemuda-pemuda Ansor
seperti
Twitter,Facebook,BBM,
Whatsapp, kemudian
ada beberapa berita
online yang dimiliki
media Ansor, yang
dimiliki media Ansor
timur, media Ansor
Jakarta Barat. Media
untuk Jakarta sedang
dibuat.
Media yang di gunakan
Pimpinan Wilayah GP
Ansor DKI Jakarta
untuk memberikan
informasi kepada
masyarakat melalui
media sosial.
16 Apakah media yang
diguakan GP Ansor
untuk
mensosialisasikan
program-program
kepemudaan dirasa
sudah efektif ?
masih kurang, karena
secara internal lagi, dan
banyak pengurus-
pengurus Ansor yang
kurang memanfaatkan
media-media sosial.
Karena mungkin jadi
kurang peminatnya atau
gimana, tapi yang jelas
kurang sosialisasi dari
pengurus sehingga
banyak juga kader yang
tidak tahu bahwa Ansor
mempunyai media
sosial sendiri
sebenarnya untuk
melakukan sosialisasi.
Tapi kecepatan
Pimpinan Wilayah GP
Ansor DKI Jakarta
merasa kurang efektif
melakukan sosialisasi
program-program
kepemudaannya.
Beliau beranggapan
bahwa anggotanya
kurang
memaksimalkan media
sosial untuk
memberikan informasi
kepada masyarakat.
114
informasi jalur ini Ansor
tetap melakukan
perbaikan.Terutama
terkait dengan
kebutuhan teknologi dan
informasi saat ini.
17 Apakah dalam
menjalankan program
– program
kepemudaan PW GP
Ansor DKI Jakarta
melakukan kerjasama
dengan
Instansi/Perusahaan?
iyaa kerjasama dengan
pemda, dengan swasta
juga. Supaya
meringankan secara
finansial, dan supaya
GP Ansor bisa
berkembang secara
organisasi, bukannya
menjadi organisasi yang
tradisonal melaikan
organisasi yang modern
yang berbasis informasi
dan teknologi, yang
berbasis
kemasyarakatan tapi
ada kerjasama, baik
secara langsung
maupun tidak langsung
ya dengan pemda
maupun perusahaan
swasta itu sendiri.
Pimpinan Wilayah GP
Ansor DKI Jakarta
melakukan kerjasama
dengan pemeritahan
Daerah dan juga
perusahaan swasta
terkait dengan
program-program
kepemudaan yang
akan dijalankannya.
119 Tindakan apa yang
dilakukan GP Ansor
DKI Jakarta jika ada
masyarakat yang
tertarik dengan
ya kita coba rekrut. kita
coba ajak untuk masuk
menjadi anggota kader
ansor, lalu kita
kembangkan program
Pimpinan Wilayah GP
Ansor DKI Jakarta
akan merekrut
masyarakat yang
tertarik dengan GP
115
program-program
kepemudaan GP
Ansor DKI Jakarta?
tersebut. Ansor, dan akan
mengembangkan
program-program yang
membuat masyarakat
tertarik dengan GP
Ansor
20 Bagaimana Pimpinan
Wilayah GP Ansor
DKI Jakarta
menanggapi jika ada
masyarakat yang
tertarik dan ingin
bergabung dengan
GP Ansor DKI Jakrta?
dan bagaimana cara
menjaga hubungan
yang baik antar
sesama anggota GP
Ansor?
dengan cara
konsolidasi, silaturahmi,
kemudian ada
membangun komitmen
bersama bahwa gp
ansor harus besar, milik
bersama karena GP
Ansor menjunjung tinggi
nilai islam sunnah wal
jam‟ah maka dengan
cara konsolidasi, kader
akan merasa memiliki
terhadap GP ansor
kepada satu dengan
lainnya. Silaturahmilah.
Apabila ada
masyarakat ada yang
tertarik dengan GP
Ansor, maka akan
langsung di rekrut. Dan
untuk menjalankan
hubungan yang baik
antara sesama
anggota GP Ansor,
Pimpinan Wilayah GP
Ansor DKI Jakarta
akan membuat
silaturahmi kepada
setiap anggota, dan
membuat komitmen
kepada anggotanya
bahwa anggota nya
harus memiliki sifat
memiliki terhadap GP
Ansor dan
beranggapan bahwa
GP Ansor harus besar.
2 Menurut anda, apakah
kebijakan yang dibuat
sudah menunjukkan
citra positif belum
selama ini sudah. Tapi
terakhir fatwa NU DKI
banser tidak boleh jaga
gereja lagi dikarenakan
Kebijakan yang selama
ini dibuat oleh
Pimpinan Wilayah GP
Ansor DKI Jakarta
116
selama ini? menurut mereka, banser
hanya dijadikan tukang
parkir, bukan menjadi
pengaman. Serahkan
tugas itu kepada polisi
atau satpol PP, jadi
insyallah citranya udah
baik.
sudah menunjukkan
citra positif melalui
program-program
kepemudaan tersebut.
Tabel 2
Matrix Wawancara
Pimpinan Cabang GP Ansor Jakarta Selatan
NO PERTANYAAN JAWABAN ANALISA
1 Menurut anda sebagai
Pimpinan Cabang
Jakarta Selatan,
Apakah kebijakan yang
diltetapkan oleh Ketua
Pimpinan Wilayah GP
Ansor DKI Jakarta
sesuai dengan visi, misi,
dan tujuan GP Ansor?
sudah sesuai. Program-
program yang sudah
ditetapkan oleh Pinpinan
Wilayah DKI Jakarta kami
rasa sudah sesuai
dengan visi misi serta
tujuan GP Ansor.
Menurut Pimpinan
Cabang GP Ansor
Jakarta Selatan
kebijakan yang
selama ini dibuat
oleh PW GP Ansor
DKI Jakarta sudah
sesuai dengan visi
misi serta tujuan
GP Ansor
117
2 Menurut anda apakah
kebijakan Pimpinan
Wilayah DKI Jakarta
sudah bagus?
sudah bagus, karena
kebijakan tersebut sudah
sesuai dengan visi misi.
Artinya tidak melenceng,
dan kami anggap sudah
bagus.
Kebijakan yang di
buat selama ini
tidak pernah
melenceng dari visi
misi maka PC
menggangap
kebijakan yang
selama ini diambil
sudah bagus.
3 Menurut anda,
kebijakan seperti apa
yang bisa diambil
pelajaran untuk publik?
seperti kebijakan
kaderisasi artinya
bagaimana menciptakan
kaderisasi dan
regenerisan GP Ansor
sudah 82 tahun, disitu
dari awal hingga hari ini
melakukan peng-kaderan,
itu artinya mencerminkan
organisasi ini tidak mudah
untuk mati karena selalu
ada kadernya dan selalu
regenerasi terus. Ini hal
baik untuk bisa dicontoh
publlik.
Kebijakan yang bisa
diambil pelajaran
untuk masyarakat
adalah kebijakan
kaderisasi. Bahwa
kaderisasi di GP
Ansor tidak mudah
mati karena selalu
adanya kaderisasi
yang ingin
bergabung dengan
GP Ansor
4 Menurut anda, Apakah
media yang diguakan
GP Ansor untuk
mensosialisasikan
program-program
kepemudaan kepada
masyarakat apa sudah
sudah, jadi kalo anda
ingin mencari GP Ansor,
media onlinenya, media
sosialnya baik media
cetak maupun elektronik
alhamdulillah sudah
berjalan dengan baik, jadi
media yang
diguakan GP Ansor
untuk
mensosialisasikan
program-program
kepemudaan
kepada masyarakat
118
cuku baik ?
masyarakat umum tidak
sulit lagi untuk mencari
apa itu GP Ansor, atau
apa saja program
kerjanya. Hampir
semuanya dapat
mengaksesnya dengana
mudah.
sudah cuku baik.
Karena masyarakat
dapat mengakses
dengan mudah
untuk mengetahui
kegiatan yang
sedang dilakukan
oleh GP Ansor
5 Menurut anda, Adakah
hambatan yang ditemui
ketika GP Ansor DKI
Jakarta melksanakan
program-program
kepemudaan dalam
masyarakat ?
Hambatannya terusterang
menjalankan organisasi
ini dengan anggaran
swadaya. Artinya
swadaya ini bergotong
royong bersama-
sama,tidak ada bantuan
dari pihak pemerintah
atau swasta untuk
mensponsori program-
program kami.
Bagaimana dari kami
untuk kami dan oleh kami.
Kalau pun ada kerjasama
sifatnya tidak permanen,
jadi tidak mengikat. Dan
itu kami terima untuk
menjadi tambahan
program-program kami.
Hambatan yang di
terima adalah,
karena tidak
adanya bantuan
finansial dari
pemerintah ataupun
swasta maka GP
Ansor menjalankan
organisasi ini
dengan anggaran
swadaya.
Bergotong royong
bersama-sama
mencari kerjasama
dengan perusahaan
swasta yang
sifatnya tidak
mengikat untuk
membantu
program-program
kepemudaan GP
Ansor
6 Menurut Bang Azis
bahwa hambatannya
tidak semua program
yang dibuat oleh GP
Ketidak tertarikan
masyarakat
119
itu, kadang ketidak
tertarikan masyarakat
terhadap program-
program kepemudaan
yang dilaksanakan GP
Asor DKI Jakarta dan
butuhnya inovasi
program baru,
bagaimana pandangan
anda mengenai hal
tersebut?
Ansor DKI Jakarta ini
tidak diterima dengan
baik oleh masyarakat.
Contohnya kami di jakarta
selatan melakuakn
program kegiatan
kompetisi futsal,
antusiasnya untuk
pemuda cukup besar.
memang di beberapa
program, masyarakat
kurang antusias, tetapi di
program lainnya banyak
pemuda yang antusias.
Jadi tergantung
bagaimana programnya
untuk membuat
masyarakat tertarik.
terhadap program-
program yang
dilakukan GP Ansor
tergantung
bagaimana
program-
programnya. Untuk
membuat
masyarakat tertarik
dengan program-
program GP Ansor
haruslah dibuat
menarik dan
disesuaikan dengan
kebutuhan
masyarakat
Tabel 3
Matrix Wawancara
Media
NO PERTANYAAN JAWABAN ANALISA
1. Menurut anda, apakah
program-program
kepemudaan (kaderisasi,
santunan, kompetisi
futsal, pengajian dll)
yang dijalankan oleh
Cukup. Program-
program tersebut lebih
mendekatkan organisasi
ke masyarakat dan
memberi kontribusi bagi
hubungan organisasi
Dengan adanya
program-program
kepemudaan GP
Ansor dirasa cukup
memberi kontriibusi
bagi masyarakat DKI
120
Pimpinan Wilayah GP
Ansor DKI Jakarta dirasa
sudah cukup
memberikan kontribusi
bagi warga DKI Jakarta?
langsung dengan
kantong-kantong
masyarakat.
Jakarta
2. Apakah program-
program yang dijalankan
oleh Pimpinan Wilayah
GP Ansor DKI Jakarta
dapat memberikan citra
positif kepada organisasi
GP Ansor DKI Jakarta,
dimata masyarakat?
Bisa. Dengan program-
program yang
bersentuhkan langsung
dengan masyarakat
secara langsung bisa
meberi citra positif
organisasi di mata
masyarakat.
Program-program
yang dijalankan oleh
Pimpinan Wilayah
GP Ansor DKI
Jakarta dapat
memberikan citra
positif, karena
melalui program-
program ini GP
Ansor bisa bertemu
langsung dengan
masyarakatnya.
121
TRANSKIP WAWANCARA
NARASUMBER 2 : H. Sulton Mu’mminah S.Ikom
Jabatan : Ketua Pimpinan Cabang Jakarta Selatan
Tanggal Wawancara : Selasa, 2 Agustus 2016
Lokasi Wawancara : Kantor DPW PKB DKI Jakarta di Jalan Murtadho No 365, Paseban
1. Menurut anda sebagai Pimpinan Cabang Jakarta Selatan, Apakah
kebijakan yang diltetapkan oleh Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor
DKI Jakarta sesuai dengan visi, misi, dan tujuan GP Ansor?
Jawab: sudah sesuai. Program-program yang sudah ditetapkan
oleh Pinpinan Wilayah DKI Jakarta kami rasa sudah sesuai dengan
visi misi serta tujuan GP Ansor.
2. Menurut anda apakah kebijakan Pimpinan Wilayah DKI Jakarta
sudah bagus?
Jawab: sudah bagus, karena kebijakan tersebut sudah sesuai
dengan visi misi. Artinya tidak melenceng, dan kami anggap sudah
bagus.
3. Menurut anda, kebijakan seperti apa yang bisa diambil pelajaran
untuk publik?
Jawab: seperti kebijakan kaderisasi artinya bagaimana
menciptakan kaderisasi dan regenerisan GP Ansor sudah 82 tahun,
disitu dari awal hingga hari ini melakukan peng-kaderan, itu artinya
mencerminkan organisasi ini tidak mudah untuk mati karena selalu
122
ada kadernya dan selalu regenerasi terus. Ini hal baik untuk bisa
dicontoh publlik.
4. Menurut anda, Apakah media yang diguakan GP Ansor untuk
mensosialisasikan program-program kepemudaan kepada
masyarakat apa sudah cuku baik ?
Jawab: sudah, jadi kalo anda ingin mencari GP Ansor, media
onlinenya, media sosialnya baik media cetak maupun elektronik
alhamdulillah sudah berjalan dengan baik, jadi masyarakat umum
tidak sulit lagi untuk mencari apa itu GP Ansor, atau apa saja
program kerjanya. Hampir semuanya dapat mengaksesnya
dengana mudah.
5. Menurut anda, Adakah hambatan yang ditemui ketika GP Ansor
DKI Jakarta melksanakan program-program kepemudaan dalam
masyarakat ?
Jawab: Hambatannya terusterang menjalankan organisasi ini
dengan anggaran swadaya. Artinya swadaya ini bergotong royong
bersama-sama,tidak ada bantuan dari pihak pemerintah atau
swasta untuk mensponsori program-program kami. Bagaimana dari
kami untuk kami dan oleh kami. Kalau pun ada kerjasama sifatnya
tidak permanen, jadi tiak mengikat. Dan itu kami terima untuk
menjadi tambahan program-program kami.
123
6. Menurut Bang Azis bahwa hambatannya itu, kadang ketidak
tertarikan masyarakat terhadap program-program kepemudaan
yang dilaksanakan GP Asor DKI Jakarta dan butuhnya inovasi
program baru, bagaimana pandangan anda mengenai hal tersebut?
Jawab: tidak semua program yang dibuat oleh GP Ansor DKI
Jakarta ini tidak diterima dengan baik oleh masyarakat. Contohnya
kami di jakarta selatan melakuakn program kegiatan kompetisi
futsal, antusiasnya untuk pemuda cukup besar. memang di
beberapa program, masyarakat kurang antusias, tetapi di program
lainnya banyak pemuda yang antusias. Jadi tergantung bagaimana
programnya untuk membuat masyarakat tertarik.
124
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Menurut anda, apakah program-
program kepemudaan (kaderisasi,
santunan, kompetisi futsal,
pengajian dll) yang dijalankan oleh
Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI
Jakarta dirasa sudah cukkup
memberikan kontribusi bagi warga
DKI Jakarta?
Cukup. Program-program tersebut lebih mendekatkan organisasi ke masyarakat dan memberi kontribusi bagi hubungan organisasi langsung dengan kantong-kantong masyarakat.
2. Apakah program-program yang
dijalankan oleh Pimpinan Wilayah GP
Ansor DKI Jakarta dapat memberikan
citra positif kepada organisasi GP
Ansor DKI Jakarta, dimata
masyarakat?
Bisa. Dengan program-program yang bersentuhkan langsung dengan masyarakat secara langsung bisa meberi citra positif organisasi di mata masuarakat.
Nama : Sintia Retno Sari
Media : tvOne
No.Telf :
125
Lampiran 1
TRANSKIP WAWANCARA
NARASUMBER 1 : Abdul Azis, S.H.I
Jabatan : Ketua Pimpinan Wilayah DKI Jakarta
Tanggal Wawancara : Selasa, 2 Agustus 2016
Lokasi Wawancara : Kantor DPW PKB DKI Jakarta di Jalan Murtadho No 365, Paseban
1. Apa yang melatar belakangi berdirinya GP Ansor?
Jawab: nanti saya kasih bukunya ya, kamu baca aja disitu
2. Apa Visi, Misi dan Arti logo dari GP Ansor ?
Jawab: ini juga ada didalam buku. Atau kamu juga bisa buka
websitenya GP Ansor
3. Adakah kebijakan dari Ketua Pimpinan Wilayah a GP Ansor DKI
Jakarta terkait pemberian informasi kepada public mengenai
program-program kepemudaan GP Ansor? Jika memang ada,apa
saja point - point kebijakannya?
Jawab:
Ada banyak yah. Mekanismenya kita akan ada rapat kerja wilayah.
untuk menggagas program yanng akan kita lakukan selama satu
tahun kedepan. Nah kebijakannya jangka pendek, menengah dan
jangka panjang. Rapat Kerja Wilayah ini isinya teman2 pengurus
cabang dan teman2 pengurus PAC, sampe pengurus anak
kecamatan agar program yang digagas oleh PW sampai kepada
126
tingkat Kecamatan. Makanya RAKERWIL itu bentuk dari sosiallisasi
program pada seluruh masyarakat melalui GP Ansor tingkat
kecamatan. Agar masyarakat paham program2 yang dilakukan
Ansor DKI Jakarta. Sehingga, semua kebijakannya itu dilakukan
saat RAKERWIL. Karna pimpinan-pimpinan PC dan PAC nya
berkumpul, jadi bisa mengakomodir apa kebutuhan di tiap-tiap
wilayah, lalu kita buat program-programnya sesuai kebutuhan. Nah
program ini kemudian menjadi kebijakan, lalu kebijakan ini
disampaikan kepada teman-teman PC dan PAC untuk
dilaksanakan PW.
4. Apakah kebijakan yang diltetapkan oleh Ketua Pimpinan Wilayah
GP Ansor DKI Jakarta sesuai dengan visi, misi, dan tujuan GP
Ansor?
Jawab: tentu saja. Karna tidak boleh keluar dari visi misi. Program
yang kita buat itu dasarnya PDPRT peraturan dasar perarturan
organisasi, PO pengaturan Organisasi, Peraturan Rumah Tangga
Organisasi kemudian arah kebijakan Pimpinan Pusat GP Ansor
harus di ikuti oleh Pimpinan Wilayah, semua tindakannya itu harus
sesuai dengan Pimpinan Pusat GP Ansor.
5. Apakah anggota Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta
menjalankan kebijkan yang ditetapkan oleh Ketua Pimpinan
Wilayah GP Ansor DKI Jakarta ?
127
Jawab: iya, jadi sinergitas. Karna ini sebuah keharusan. Contoh
ada kebijakan tentang terkait dengan himbauan untuk mengaji,
kebijakannya dibuat oleh PW dan harus dilakukan dan
dilaksanakan oleh seluruh cabang. Kebijakan tersebut hasil dari
Rapat kerja Wilayah PC dan PAC. Tidak bisa ditolak, harus
dilakukan dan harus dilaksanakan oleh seluruh anggota Ansor.
6. Apakah informasi yang diberikan perihal program - program
kepemudaan di internal GP Ansor DKI Jakarta valid?
Jawab:
Apakah ada pemilihan target sasaran bagi eksternal GP Ansor
DKI Jakarta dalam memberikan segala informasi mengenai
program-program kepemudaan?
Jawab: iya ada, target sasarannya ada. Makanya tadi saya bilang
adanya jangka panjang menengan dan pendek. Dibuat dengan
skala prioritas. Nah skala prioritas ini disesuaikan dengan
kebutuhan kader. Kali ini skala prioritasnya adalah kaderisasi.
Maka program yang menjadi kebijakan inti adalah kebijakan
kaderisasi yang harus dilaksanakan oleh PC dan PAC bahkan pada
tingkat Ranting. Untuk kebijakan program untuk skala prioritas ini
gak bisa di tolak. Udah harga mati. Umpama kaderisasi PKD
(Pelatihan Kader dasar) wajib dilaksanakan oleh seluruh PC
sampai PAC.
128
7. Pemilihan targetnya ini seluruh masyarakat atau hanya yang
beragama islam saja yang diberikan informasi?
Jawab: karna GP Ansor ini organisasi kepemudaan, haluan hadist
islam alus sunnah wal jam‟ah, maka menjadi bagian yang umum.
Khususnya umat islam, tetapi apa bila ada yang non islam yang
ingin ikut, tidak papa asalkan sesuai dengan aturan yang ada.
Ansor itu mempunyai target bagaimana mengemban amanah
menyebarkan islam alus wal jam‟ah kepada generasi muda karna
ini organisasi kepemudaan. Maka sasarannya anak muda yang
berhaluan islam alus sunnah wal jam‟ah, remaja masjid, anak-anak
komunitas-komunitas, majelis ta‟lim.
8. Apakah dalam menjalankan program-program kepemudaan GP
Ansor selalu berkaitan dengan perekrutan anggota baru?
Jawab: iya, karna kita membutuhkan kaderisasi. Maka ada istilah
PKD (Pelatihan Kader Dasar) itu bagian dari rekutman. Jadi
kaderisasi di GP Ansor itu harga mati, tidak bisa ditolak. Berkitan
dengan proses rekrutmen.
9. Materi apa saja yang di sampaikan tentang program-program
kepemudaan kepada masyarakat?
Jawab: tentang alus islam sunnah wal jam‟ah menurut NU dan GP
Ansor. Kedua tentang wawasan kebangsaan, pancasila kemudian
tentang nasionalisme. Kemudian tentang islam rahmatandil alamin.
Jadi gambaran besarnya seperti itu yang ditampilkan.
129
10. Apa saja cara – cara yang digunakan GP Ansor dalam
mensosialisasikan program-program kepemudaan dimasyarakat?
Jawab:ya pertama kan kita punya basis sampai kecamatan yang
kita fungsikan adalah teman-teman kader untuk melakukan
soasialisasi kepada masyarakat, terutama untuk kader Ansor yang
sampai tingkat kelurahan untuk menyampaikan progam-progam
yang akan dibawakan oleh Ansor, yang akan di laksanakan oleh
Ansor. Itu teman-teman secara personal. Yang kedua melalui sosial
media. Teman-teman punya facebook, punya twitter, punya BBM,
punya whatsaap, itu digunakan bagian dari sosialisasi, kemudian
kita coba berkerjasama dengan beberapa media-media online yang
punya NU atau Ansor untuk melakukan sosialisasi.
11. Bagaimana respon masyarakat mengenai program-program
kepemudaan GP Ansor?
Jawab: selama ini positif, terlihat dari rekrutmen, bisa di nilai
progam yang kita sampaikan kepada masyarakat itu baik atau
tidak, bagus atau tidak, diterima atau tidak itu bisa dilihat dari
respon masyarakat, nah selama ini yang dilakuka oleh Ansor,
program-progam kegiatan apapun disambut positif, kenapa?
Karena terkait dengan pemilihan masyarakat. Terbukti dengan
setiap kita mengadakan kaderisasi pembukaan untuk mengikuti
Ansor, banyak yang tertarik dan banyak yang ikut.
130
12. Seberapa sering GP Ansor DKI Jakarta melakukan program-
progam kepemudaan GP Ansor dimasyarakat? Dan program
seperti apa yang dilakukan GP Ansor DkI Jakarta kedepannya?
Jawab: hampir setiap event terutama terkait dengan hari raya besar
islam umpamanya, pasti ada kegiatan. Kedua event yang terkait
dengan momentum-momentum keadaan situasi kewilayahan, kita
juga melakukan kegiatan yang terkait umpamanya dengan adanya
pengajian-pengajian kajian islam di setiap mesjid-mesjid. Ketiga
setiap bulan ada kegiatan Ansor. Baik di tingkat wilayah, tingkat
cabang, maupun tingkat anak cabang, karena progam yang
dilakukan itu bagian dari membentuk konsolidasi basis,
silahturahmi, jadi kalau ada satu ranting yang tidak membangun
kegiatan, ranting itu dianggap tidak ada. Kenapa? Karena tidak ada
kegiatannya maka basisnya tidak jalan. Jadi minimal harus ada
pengajian mingguan,baik istighosah, yasinan atau segala macem
dengan majelis-majelis yang dimiliki oleh pemuda-pemuda Ansor.
13. Dalam jangka waktu satu periode kepengurusan berapa kali GP
Ansor DKI Jakarta melakukain Program-program kepemudaan?
Jawab: sudah lumayan ya, sudah banyak juga. Sudah beberapa
kali, kan ada progam target proditas, kalau progam hanya bersifat
eksidental umpamanya. Kita kan juga menghitung progamnya
pertahun, jadi program pertahun itu minimal 6 kegiatan, jadi setiap
2 bulan ada kegiatan minimal di tingkat wilayah yang sekiranya
131
skalanya lumayan besar, yang melibatkan unsur pabrik. Jadi kalau
satu periode 5 tahun, ada 30 program.
14. Adakah hambatan yang ditemui ketika GP Ansor DKI Jakarta
melaksanakan program-program kepemudaan dalam masyarakat ?
Jawab: Ya adalah pastinya, yang pertama terikait dengan kondisi
kekinian masyarakat, kadang ada ketidak tertarikan masyarakat,
seperti umpamanya ada beberapa kali masyarakat ditemukan tidak
hadir karena alasan nya pengajian lagi pengajian lagi, nah ini perlu
inovasi. Yang kedua hambatan secara besar tidak ada alhadulillah,
karena memang kegiatan GP Ansor ini memang berasal dari
masyarakat dan memerdaya masyarakat secara besar tidak ada,
cuman paling gitu aja soal jamaah.
15. Media apa saja yang digunakan komunitas GP Ansor DKI Jakarta
dalam memberikan informasi tentang program-program
kepemudaan ke masyarakat?
Jawab:Ada beberapa media sosial yang di gunakan pemuda-
pemuda Ansor seperti Twitter,Facebook,BBM, Whatsapp,
kemudian ada beberapa media ansor online beberapa berita online
yang dimiliki media Ansor, yang dimiliki media Ansor timur, media
Ansor Jakarta Barat. Media untuk Jakarta sedang dibuat.
132
16. Apakah media yang diguakan GP Ansor untuk mensosialisasikan
program-program kepemudaan dirasa sudah efektif ?
Jawab:masih kurang, karena secara internal lagi, dan banyak
pengurus-pengurus Ansor yang kurang memanfaatkan media-
media sosial. Karena mungkin jadi kurang peminatnya atau
gimana, tapi yang jelas kurang sosialisasi dari pengurus sehingga
banyak juga kader yang tidak tahu bahwa Ansor mempunyai media
sosial sendiri sebenarnya untuk melakukan sosialisasi. Tapi
kecepatan informasi jalur ini Ansor tetap melakukan
perbaikan.Terutama terkait dengan kebutuhan teknologi dan
informasi saat ini.
17. Apakah dalam menjalankan program – program kepemudaa PW
GP Ansor DKI Jakarta melakukan kerjasama dengan
Instansi/Perusahaan?
Jawab: iyaa kerjasama dengan pemda, dengan swasta juga. Supaya
meringankan secara finansial, dan supaya GP Ansor bisa
berkembang secara organisasi, bukannya menjadi organisasi yang
tradisonal melaikan organisasi yang modern yang berbasis
informasi dan teknologi, yang berbasis kemasyarakatan tapi ada
kerjasama, baik secara langsung maupun tidak langsung ya
dengan pemda maupun perusahaan swasta itu sendiri.
133
18. Tindakan apa yang dilakukan GP Ansor DKI Jakarta jika ada
masyarakat yang tertarik dengan program-program kepemudaan
GP Ansor DKI Jakarta?
Jawab: ya kita coba rekrut. kita coba ajak untuk masuk menjadi
anggota kader ansor, lalu kita kembangkan program tersebut.
19. Bagaimana Pimpinan Wilayah GP Ansor DKI Jakarta menanggapi
jika ada masyarakat yang tertarik dan ingin bergabung dengan GP
Ansor DKI Jakrta? dan bagaimana cara menjaga hubungan yang
baik antar sesama anggota GP Ansor?
Jawab: dengan cara konsolidasi, silaturahmi, kemudian ada
membangun komitmen bersama bahwa gp ansor harus beasar,
milik bersama karena GP Ansor menjunjung tinggi nilai islam
sunnah wal jam‟ah maka dengan cara konsolidasi, kader akan
merasa memiliki terhadap GP ansor kepada satu dengan lainnya.
Silaturahmilah.
20. Menurut anda, apakah kebijakan yang dibuat sudah menunjukkan
citra positif belum selama ini?
Jawab: selama ini sudah. Tapi terakhir fatwa NU DKI banser tidak
boleh jaga gereja lagi dikarenakan menurut mereka, banser hanya
dijadikan tukang parkir, bukan menjadi pengaman. Serahkan tugas
itu kepada polisi atau satpol PP, jadi insyallah citranya udah baik.
134
CURRICULUM VITAE
Data Pribadi
Nama Lengkap : Andini Dwi Putri, S.Ikom
Tempat/Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 07 September 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Tinggi : 157 cm
Berat : 47 kg
Alamat : Sinar Pamulang Permai B10 No. 11, Pamulang
Barat , Tangerang Selatan, Kode pose 15417
Phone : 0812 1959 9973
Email : [email protected]
Pendidikan
2012 - 2016 : Fakultas Ilmu Komunikasi Univ.Prof.DR.Moestopo
(Beragama) JAKARTA
2009 - 2012 : SMAN 6 Tangerang Selatan
2006 - 2009 : SMPN 4 Tangerang Selatan
2000 - 2006 : SDN Pamulang 1
1998 – 2000 : TK Pertiwi Pamulang
135
Pengalaman Organisasi Internal
Ketua Cheerleader di SMAN 6 Tangerang Selatan
Anggota Acara Inaugurasi FIKOM Univ. Prof. Dr. Moestopo
(Beragama)
Anggota Wadah Kegiatan Mahasiswa Basket FIKOM Univ. Prof.
Dr. Moestopo (Beragama)
Anggota Hubungan Maysarakat dalam kompetisi Basketball Return
3
Sekretaris Musyawarah Kerja Wadah Kegiatan Mahasiswa Basket
FIKOM Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama) 2012
Anggota Hubungan Masyarakat Komisi Pemilihan Raya 2013
Divisi Humas Internal Wadah Kegiatan Mahasiswa Basket FIKOM
Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama) 2013-2014
Anggota Hubungan Masyarakat Orientasi Mahasiswa Baru FIKOM
Univ.Prof. Dr. Moestopo (Beragama) 2013
Sekretaris Training Camp 1 dan 2 Wadah Kegiatan Mahasiswa
Basket FIKOM Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama) 2013
Kordinator Acara Kompetisi Basketball Return 4
Sekretaris Musyawarah Kerja Wadah Kegiatan Mahasiswa Basket
FIKOM Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama) 2013
Divisi Acara Wadah Kegiatan Mahasiswa Basket FIKOM Univ. Prof.
Dr. Moestopo (Beragama) 2014 – 2015
Ketua Umum Kompetisi Basketball Return 5
Sekretaris Diklatom Wadah Kegiatan Mahasiswa Basket FIKOM
Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama) 2015
Sekretaris Umum Wadah Kegiatan Mahasiswa Basket FIKOM Univ. Prof.
Dr. Moestopo (Beragama) 2015 – 2016
Sekretaris Kompetisi Basketball Return 6
Ketua Diklatom Wadah Kegiatan Mahasiswa Basket FIKOM Univ. Prof.
Dr. Moestopo (Beragama) 2016
Top Related