tugas akhir (rc14-1501) - ITS Repository
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of tugas akhir (rc14-1501) - ITS Repository
i
TUGAS AKHIR (RC14-1501)
MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR
APARTEMEN PURIMAS KOTA SURABAYA
MENGGUNAKAN METODE FLAT SLAB
AGENG BIMAPRATAMA
NRP 3112 100 038
Dosen Pembimbing I
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEA.
Dosen Pembimbing II
Endah Wahyuni, ST. MSc. Ph.D.
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2018
i
.
Halaman Judul
TUGAS AKHIR (RC14-1501)
MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR
APARTEMEN PURIMAS KOTA SURABAYA
MENGGUNAKAN METODE FLAT SLAB
AGENG BIMAPRATAMA
NRP. 3112 100 038
Dosen Pembimbing I
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEA.
Dosen Pembimbing II
Endah Wahyuni, ST. MSc. Ph.D.
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2018
iii
Cover Letter
FINAL PROJECT (RC14-1501)
DESIGN OF FLAT SLAB METHOD AT PURIMAS
APARTMENT STRUCTURE IN SURABAYA CITY
AGENG BIMAPRATAMA
NRP. 3112 100 038
Academic Supervisor I
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEA.
Academic Supervisor II
Endah Wahyuni, ST. MSc. Ph.D.
DEPARTMENT OF CIVIL ENGINEERING
Faculty of Civil Engineering, Environtment and Geodesy
Sepuluh Nopember Institute of Technology
Surabaya
2018
vii
MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR
APARTEMEN PURIMAS KOTA SURABAYA
MENGGUNAKAN METODE FLAT SLAB
Nama Mahasiswa : Ageng Bimapratama
Nrp : 3112100038
Departemen : Teknik Sipil FTSLK-ITS
Dosen Pembimbing : Prof Dr. Ir. Triwulan, DEA.
: Endah Wahyuni, ST. MSc. Ph.D.
Abstrak
ABSTRAK
Surabaya merupakan salah satu kota besar di Indonesia
memiliki tingkat perekonomian yang cukup tinggi. Hal ini
berdampak semakin meningkatnya kebutuhan hunian untuk tempat
tinggal maupun sebagai investasi. Pembangunan struktur
apartemen beton tingkat tinggi merupakan salah satu pilihan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut karena terbatasnya lahan yang ada.
Apartemen Purimas Surabaya merupakan gedung beton bertulang
di wilayah gempa sedang, dan akan dimodifikasi menggunakan flat
slab dengan Dual Sistem.
Semakin berkembangnya pembangunan gedung
bertingkat dan infrastruktur publik tinggi di Indonesia menuntut
adanya teknologi yang mendukung inovasi serta perkembangan
pembangunan tersebut. Dalam perencanaan struktur, terdapat
kecenderungan untuk melakukan penghematan dengan tidak
mengurangi unsur kekuatan struktur tersebut. Salah satu solusi
yang digunakan adalah perancangan struktur menggunakan
metode Flat Slab. Flat slab adalah pelat beton bertulang yang
ditumpu secara langsung oleh kolom tanpa balok interior.
Keunggulan dari Flat Slab adalah fleksibilitas terhadap tata
ruang, yaitu lantai tinggi bebas per lantai yang didapat semakin
tinggi dan area lantai semakin luas.
Flat Slab mempunyai kekuatan geser yang cukup dengan
adanya salah satu atau kedua hal berikut, pertama adanya drop
viii
ii
panel yang merupakan penebalan pelat di daerah kolom, kedua
dibuatnya kepala kolom yaitu pelebaran yang mengecil dari ujung
kolom atas.
Tujuan Tugas Akhir ini antara lain; (1) Mendapatkan
dimensi kolom, drop panel, dan pelat dengan metode flat slab, (2)
Mendapatkan perancangan sturktur apartemen yang daktail
terhadap beban gempa, (3) Mendapatkan dimensi pondasi yang
mampu mentrasfer beban struktur ke tanah, (4) Mendapatkan
desain perancangan apartemen yang dibangun dengan metode flat
slab, (5) Mengetahui analisa dan permodelan struktur apartemen
dengan flat slab, dan (6) Menuangkan hasil perhitungan dan
perancangan ke dalam gambar teknik
Perancangan gedung ini berdasarkan beberapa
peraturan, yaitu “Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung (SNI 2847:2013)”, “Tata Cara Perhitungan
Pembebanan untuk Bangunan Rumah dan Gedung (SNI
1727:2013)” dan “Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 1726:2012)”.
Kata kunci: Gedung Bertingkat, Flat slab, Dual Sistem, Struktur
Tahan Gempa
ix
DESIGN OF FLAT SLAB METHOD AT PURIMAS
APARTMENT STRUCTURE IN SURABAYA CITY
Student Name : Ageng Bimapratama
Nrp : 3112100038
Department : Teknik Sipil FTSLK-ITS
Academic Supervisor : Prof Dr. Ir. Triwulan, DEA.
: Endah Wahyuni, ST. MSc. Ph.D.
Abstract
ABSTRACT
Surabaya is one of the big cities in Indonesia has a fairly
high economic level. This has resulted in the increasing demand
for shelter as well as investment. The construction of high rise
apartment structures is one option to meet these needs due to the
limited land available. Surabaya Purimas Apartment is a
reinforced concrete building in medium earthquake area, and will
be modified using flat slab with Dual System.
The growing development of high rise buildings and public
infrastructure in Indonesia demands the existence of technology
that supports innovation and development development. In
structural planning, there is a tendency to make savings by not
reducing the strength of the structure. One of the solutions used is
the design of structures using the Flat Slab method.
Flat slab is a reinforced concrete plate that is directly
supported by columns without interior beams. The advantage of
Flat Slab is the flexibility of layout, which is the free high floor per
floor that gets higher and the floor area more spacious.
Flat Slab has sufficient shear strength in the presence of one or
both of the following, first the presence of a drop panel which is
the thickening of the plate in the column area, the second made the
column head is the widening of the smaller from the top of the
column.
The purpose of this Final Project, among others; (2) Obtain
the design of the ductile structure of the apartment against the
x
earthquake load, (3) Obtain the foundation dimension that can
transfer the load to the ground structure, (4) Obtain the design
design apartments built with flat slab method, (5) Knowing the
analysis and modeling of apartment structures with flat slab, and
(6) Pouring the results of calculations and design into engineering
drawings
The design of this building is based on several regulations,
namely "Procedure of Calculation of Concrete Structure for
Building Building (SNI 2847: 2013)", "Procedures for Calculation
of Housing and Building (SNI 1727: 2013)" and "Earthquake
Resilience Planning Procedures for Building and Non Building
(SNI 1726: 2012) ".
Key Words : High Rise Building, Flat Slab, Dual System,
Earthquake Resistant Structure
xi
KATA PENGANTAR
Kata Pengantar
Segala puji syukur bagi Allah swt. atas limpahan petunjuk
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir ini. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah swt. maka
kita tidak akan tersesat dan mendapatkan petunjuk itu. Pada akhir
kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
mendukung dan membantu atas proses penyelesaian Tugas Akhir
ini, yaitu:
1. Ibu Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEA. dan Ibu Endah Wahyuni,
ST. MSc. Ph.D. selaku dosen pembimbing Tugas Akhir.
2. Bapak Dr. techn. Pujo Aji, ST. MT. selaku dosen wali.
3. Bapak Trijoko Wahyu Adi, S.T., M.T., Ph.D. selaku Ketua
Jurusan Teknik Sipil FTSLK – ITS
4. Bapak dan Ibu dosen serta staf pengajar Departemen
Teknik Sipil FTSLK – ITS.
5. Bapak, ibu dan keluarga besar penulis yang tiada henti
memberikan semangat serta doa
6. Rekan – rekan mahasiswa serta semua pihak yang telah
membantu penyusunan Tugas akhir ini.
Dalam pembuatan tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa
tugas akhir yang penulis buat masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Dengan rasa hormat penulis mohon petunjuk,
saran, dan kritik terhadap tugas akhir ini.
Surabaya, Januari 2018
(Penulis)
xiii
DAFTAR ISI
Daftar isi
Halaman Judul ............................................................................... i
Cover Letter ................................................................................ iii
Lembar Pengesahan...................................................................... v
Abstrak ....................................................................................... vii
Abstract ....................................................................................... ix
Kata Pengantar ............................................................................ xi
Daftar isi.................................................................................... xiii
Daftar Gambar .......................................................................... xvii
Daftar Tabel .............................................................................. xxi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................... 2
1.2.1 Masalah Utama ......................................................... 2
1.2.2 Rincian Masalah ....................................................... 2
1.3 Tujuan Tugas Akhir ...................................................... 3
1.3.1 Tujuan Utama ........................................................... 3
1.3.2 Tujuan Detail ............................................................ 3
1.4 Batasan Masalah ........................................................... 4
1.5 Manfaat ........................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................. 7
2.1 Gedung Bertingkat Tahan Gempa ................................ 7
2.2 Perencanaan Struktur Gedung ...................................... 7
2.2.1 Peraturan dan Standar Perencanaan .......................... 7
2.2.2 Sistem Struktur Gedung Tahan Gempa..................... 8
2.2.3 Sistem Ganda (Dual System) .................................... 9
2.2.4 Perencanaan Elemen Struktur ................................... 9
2.2.5 Jenis Pembebanan ................................................... 10
2.2.6 Kombinasi Pembebanan ......................................... 14
2.3 Struktur Pelat .............................................................. 14
2.4 Struktur Flat Slab ........................................................ 18
2.4.1 Pengertian Flat Slab ................................................ 18
2.4.2 Keuntungan Flat Slab ............................................. 19
xiv
2.4.3 Kekurangan Flat Slab ............................................. 19
2.4.4 Jalur Pusat dan Jalur Tepi ....................................... 20
2.4.5 Sambungan Shear Stud ........................................... 21
2.5 Dinding Geser Struktur Beton Bertulang .................... 22
2.6 Dilatasi Struktur.......................................................... 23
2.7 Struktur Pondasi ......................................................... 27
BAB III ...................................................................................... 31
3.1 Bagan Alir Metodologi ............................................... 31
3.2 Tahapan dan Metode Perencanaan .............................. 32
3.2.1 Pengumpulan Data .................................................. 32
3.2.2 Data Tanah ............................................................. 33
3.2.3 Studi Literatur dan Peraturan .................................. 33
3.2.4 Beban yang Ditinjau ............................................... 33
3.2.5 Analisa Struktur Sekunder ...................................... 34
3.2.6 Preliminary Design ................................................. 35
3.2.7 Pembebanan Struktur .............................................. 37
3.2.8 Analisa dan Permodelan Struktur ........................... 38
3.2.9 Pendetailan Elemen Struktur Atas .......................... 38
3.2.10 Pendetailan Elemen Struktur Bawah ....................... 43
3.2.11 Gambar Rencana Struktur ....................................... 44
BAB IV ...................................................................................... 45
4.1 Preliminary Design..................................................... 45
4.1.1 Umum ..................................................................... 45
4.1.2 Data Perencanaan ................................................... 45
4.1.3 Pembebanan ............................................................ 45
4.1.4 Perencanaan Tebal Pelat ......................................... 46
4.1.5 Perencanaan Tebal Drop Panel ............................... 48
4.1.6 Perencanaan Dimensi Kolom .................................. 49
4.1.7 Perencanaan Tebal Dinding Geser .......................... 52
4.2 Perencanaan Struktur Sekunder .................................. 53
4.2.1 Perencanaan Tangga ............................................... 53
4.2.2 Perencanaan Balok Lift ........................................... 67
4.2.3 Perencanaan Ramp ................................................. 76
4.3 Permodelan Struktur ................................................. 105
4.3.1 Umum ................................................................... 105
xv
4.3.2 Data Perencanaan ................................................. 106
4.3.3 Pembebanan.......................................................... 107
4.3.4 Analisan Beban Gempa ........................................ 109
4.3.5 Pembebanan Gempa Dinamis ............................... 113
4.3.6 Kombinasi Pembebanan ....................................... 116
4.3.7 Kontrol Desain ..................................................... 116
4.4 Perencanaan Struktur Primer .................................... 131
4.4.1 Umum ................................................................... 131
4.4.2 Perencanaan Pelat/Flat Slab .................................. 131
4.4.3 Perencanaan Drop Panel ....................................... 159
4.4.4 Perencanaan Kolom .............................................. 162
4.4.5 Perencanaan Dinding Geser .................................. 169
4.5 Perencanaan Pondasi ................................................ 176
4.5.1 Umum ................................................................... 176
4.5.2 Data Tanah ........................................................... 176
4.5.3 Spesifikasi Tiang Pancang .................................... 177
4.5.4 Daya Dukung ........................................................ 177
4.5.5 Perhitungan Tiang Pancang .................................. 180
4.5.6 Perencanaan Poer .................................................. 187
4.5.7 Perencanaan Balok Sloof ...................................... 196
BAB V ..................................................................................... 201
5.1 Kesimpulan............................................................... 201
5.2 Saran ......................................................................... 202
xvii
DAFTAR GAMBAR
Daftar Gambar
Gambar 2.1 Peta untuk Menentukan Harga Ss ................. 11
Gambar 2.2 Peta untuk Menentukan Harga S1 ................. 11
Gambar 2.3 Analisis Gempa Statik Ekivalen ................... 12
Gambar 2.4 Spektrum Respons Desain ............................ 13
Gambar 2.5 Macam dan tipe pelat .................................... 15
Gambar 2.6 Struktur Flat Slab .......................................... 18
Gambar 2.7 Jalur Pusat dan Jalur Tepi ............................. 20
Gambar 2.8 Stud Rail (Shear Stud) .................................. 21
Gambar 2.9 Ragam Dilatasi pada Bangunan .................... 24
Gambar 2.10 Dilatasi dengan kolom ................................ 25
Gambar 2.11 Dilatasi dengan balok kantilever ................. 25
Gambar 2.12 Dilatasi dengan balok gerber ....................... 26
Gambar 2.13 Dilatasi dengan konsol ................................ 27
Gambar 2.14 Ilustrasi Pondasi Tiang Pancang
Jumlah tiang pancang yang dibutuhkan ............................ 29
Gambar 3.1 Bagan Alir Metodologi ................................. 31
Gambar 3.2 Tributary area kolom .................................... 37
Gambar 3.3 Perpanjangan Minimum untuk Tulangan
pada Pelat tanpa Balok ..................................................... 40
Gambar 4.1 Denah pelat ................................................... 47
Gambar 4.2 Pendimensian Drop Panel ............................. 48
Gambar 4.3 Beban yang Diterima Kolom ........................ 49
Gambar 4.4 Denah Struktur Tangga ................................. 53
Gambar 4.5 Tampak Samping Tangga ............................. 53
Gambar 4.6 Detail Pelat Tangga ....................................... 54
Gambar 4.7 Distribusi Beban pada Tangga ...................... 58
Gambar 4.8 Freebody reaksi gaya-gaya pada Tangga ...... 61
Gambar 4.9 Penulangan Pelat Tangga .............................. 62
Gambar 4.10 Penulangan Pelat Bordes ............................ 64
Gambar 4.11 Gambar Spesifikasi Lift .............................. 69
Gambar 4.12 Denah Hoistway Lift ................................... 70
Gambar 4.13 Potongan Lift .............................................. 71
Gambar 4.14 Model Pembebanan Balok Penumpu Lift ... 73
xviii
Gambar 4.15 Denah Ramp pada Basement-Ground ......... 76
Gambar 4.16 Tampak Potongan Ramp ............................. 77
Gambar 4.17 Detail Denah Rancana Ramp ...................... 77
Gambar 4.18 Detail Tampak Samping Rancana Ramp ..... 77
Gambar 4.19 Denah Rancana Pelat Ramp ........................ 78
Gambar 4.20 Pembebanan Pelat Ramp ............................. 79
Gambar 4.21 Penulangan Pelat Ramp .............................. 82
Gambar 4.22 Pembebanan Balok Melintang Ramp .......... 85
Gambar 4.23 Pembebanan Balok Melintang Ramp .......... 87
Gambar 4.24 Gaya Dalam Balok Melintang Ramp .......... 89
Gambar 4.25 Pembebanan Balok Memanjang Ramp ....... 95
Gambar 4.26 Pembebanan Balok Memanjang Ramp
Bentang 6 Meter ............................................................... 97
Gambar 4.27 Permodelan 3D Struktur Utama .................. 106
Gambar 4.28 Denah Struktur Apartemen ......................... 107
Gambar 4.29 Peta Harga Ss di Indonesia .......................... 110
Gambar 4.30 Peta Harga S1 di Indonesia ......................... 110
Gambar 4.31 Grafik Respon Spektrum Surabaya ............. 112
Gambar 4.32 Momen yang terjadi pada Pelat ................... 131
Gambar 4.33 Potongan Memanjang Pelat ........................ 134
Gambar 4.34 Letak Bidang Kritis Kolom Interior ............ 148
Gambar 4.35 Letak Bidang Kritis Kolom Eksterior ......... 151
Gambar 4.36 Distribusi Tegangan Geser .......................... 154
Gambar 4.37 Denah Struktur Drop Panel ......................... 159
Gambar 4.38 Potongan Memanjang Drop Panel ............... 160
Gambar 4.39 Potongan Rangka ........................................ 163
Gambar 4.40 Diagram Interaksi Aksial–Momen Kolom ... 165
Gambar 4.41 Denah Penempatan Dinding Geser ............. 170
Gambar 4.42 Repartisi beban-beban yang bekerja di atas
kelompok tiang pondasi yang disatukan oleh poer ........... 180
Gambar 4.43 Grafik Hubungan Qn Tiang Pancang dan
Kedalaman Tanah ............................................................. 182
Gambar 4.44 Konfigurasi rencana tiang pancang ............. 184
Gambar 4.45 Diagram Gaya Lateral Tiang Pondasi ......... 186
Gambar 4.46 Rencana Poer .............................................. 187
xix
Gambar 4.47 Potongan Poer ............................................. 188
Gambar 4.48 Analisis Poer sebagai Balok Kantilever ...... 189
Gambar 4.49 Daerah Kritis Geser Satu Arah .................... 191
Gambar 4.50 Diagram Interaksi Balok Sloof 50/70 ......... 198
xxi
DAFTAR TABEL
Daftar Tabel
Tabel 3.1 Tebal Pelat Minimum Tanpa Balok Interior ..... 35
Tabel 4.1 Desain Tebal Minimum Pelat Tanpa Balok ...... 46
Tabel 4.2 Perhitungan Beban yang diterima Kolom ......... 50
Tabel 4.3 Spesifikasi Lift ................................................. 68
Tabel 4.4 Tabel Klasifikasi Situs Tanah ........................... 109
Tabel 4.5 Koefisien Situs Fa ............................................ 111
Tabel 4.6 Koefisien Situs Fv ............................................ 111
Tabel 4.7 Kategori Desain Seismik berdasarkan Parameter
Respons Percepatan pada Perioda 1 Detik ........................ 113
Tabel 4.8 Kategori Desain Seismik berdasarkan Parameter
Respons Percepatan pada Perioda Pendek ........................ 113
Tabel 4.9 Nilai Parameter Tanah Lunak Surabaya ........... 114
Tabel 4.10 Faktor Keutamaan Gempa .............................. 115
Tabel 4.11 Rekapitulasi Beban Mati ................................ 118
Tabel 4.12 Perhitungan Beban Mati Gedung .................... 119
Tabel 4.13 Perhitungan Beban Hidup ............................... 120
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan beban pada ETABS 2016 .. 120
Tabel 4.15 Koefisien untuk Batas Atas ............................ 121
Tabel 4.16 Periode Struktur dari ETABS ......................... 123
Tabel 4.17 Gaya Geser Dasar Akibat Beban Gempa ........ 125
Tabel 4.18 Rasio Partisipasi Massa .................................. 126
Tabel 4.19 Simpangan antar Lantai yang diizinkan .......... 128
Tabel 4.20 Simpangan antar Lantai yang Terjadi
Akibat Beban gempa ........................................................ 129
Tabel 4.21 Kontrol Distribusi Sistem Ganda .................... 130
Tabel 4.22 Momen plat lantai ........................................... 133
Tabel 4.23 Momen plat lantai ........................................... 137
Tabel 4.24 Momen plat lantai ........................................... 140
Tabel 4.25 Momen plat lantai ........................................... 143
Tabel 4.26 Penulangan plat .............................................. 146
Tabel 4.27 Nilai Vu dan Mu Hasil ETABS ...................... 147
Tabel 4.28 Nilai Vu dan Mu Hasil ETABS ...................... 147
xxii
Tabel 4.29 Gaya tekan dan momen Kolom pada berbagai
kombinasi beban ............................................................... 164
Tabel 4.30 Rekapitulasi Penulangan Kolom ..................... 169
Tabel 4.31 Output Gaya Dalam Dinding Geser (ETABS) 170
Tabel 4.32 Hasil Perhitungan Daya Dukung .................... 182
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Surabaya yang merupakan salah satu kota besar di
Indonesia memiliki tingkat perekonomian yang cukup tinggi. Hal
ini berdampak semakin meningkatnya kebutuhan hunian untuk
tempat tinggal maupun sebagai investasi. Pembangunan struktur
apartemen beton tingkat tinggi merupakan salah satu pilihan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut karena terbatasnya lahan yang ada.
Apartemen Purimas Surabaya dibangun untuk menjawab hal
tersebut. Pembangunan Apartemen Purimas Surabaya
direncanakan menggunakan bahan struktur beton bertulang biasa,
sistem cor ditempat dan terletak di kawasan zona gempa tinggi.
Semakin berkembangnya pembangunan gedung
bertingkat dan infrastruktur publik tinggi di Indonesia menuntut
adanya teknologi yang mendukung inovasi serta perkembangan
pembangunan tersebut. Dalam perencanaan struktur, terdapat
kecenderungan untuk melakukan penghematan dengan tidak
mengurangi unsur kekuatan struktur tersebut. Struktur yang
dibangun dengan menggunakan sistem rangka pemikul momen
(SRPM) dengan balok dianggap memiliki beberapa kekurangan
tertentu. Ditinjau dari sisi tinggi per lantai, tinggi bebas gedung
berkurang karena pekerjaan finishing plafond untuk menutup atap
akibat adanya balok. Dari segi ekonomi, beton yang diperlukan
untuk membentuk struktur lebih banyak karena adanya balok dan
bekistingnya jika dibandingkan dengan struktur tanpa balok. Salah
satu solusi yang digunakan adalah perancangan struktur
menggunakan metode Flat Slab. Struktur Flat Slab merupakan
struktur beton bertulang pelat langsung didukung oleh kolom tanpa
menggunakan balok. Beberapa contoh aplikasi bangunan flat slab
yaitu Mall Sampoong di Korea Selatan, beberapa lantai ruangan di
Burj Dubai dan The 18 Office Park Jakarta.
2
Soedarsono (2002) menyatakan bahwa keunggulan dari
Flat Slab adalah fleksibilitas terhadap tata ruang, yaitu lantai tinggi
bebas per lantai yang didapat semakin tinggi dan area lantai
semakin luas. Waktu pengerjaan selama proyek relatif lebih
pendek. Struktur Flat Slab tidak memerlukan finishing dengan
plafond dan bisa menghemat biaya proyek karena mengurangi
pemakaian beton dan bekisting untuk elemen balok.
Pada perencanaan bangunan tinggi yang tidak
menggunakan balok, geseran merupakan pertimbangan kritis
terutama pada bagian pertemuan antara pelat dan kolom. Apabila
bagian pertemuan pada struktur tersebut tidak kuat, maka kolom-
kolom penyangga pada pelat akan memberikan tekanan pons yang
hendak menembus pelat. Hal ini dapat menimbulkan tegangan
geser yang besar pada area sekitar kolom dan mengakibatkan
keruntuhan pons. Untuk itu, kekuatan geser di struktur tersebut
ditunjang dengan adanya drop panel, yaitu penebalan pelat di
daerah kolom (Wang, 1990)
Berdasarkan hal di atas, maka dengan tugas akhir ini
penyusun melakukan modifikasi perencanaan struktur Apartemen
Purimas Surabaya menggunakan metode Flat Slab. Metode desain
dan perancangan mengacu pada SNI 1727:2013, SNI 1726:2012,
dan SNI 2847:2013.
1.2 Perumusan Masalah
1.2.1 Masalah Utama
Bagaimana merencanakan modifikasi struktur
Apartemen Purimas Kota Surabaya dengan metode flat
slab?
1.2.2 Rincian Masalah
1. Bagaimana merancang struktur daktail yang mampu
menahan beban gempa?;
2. Bagaimana melakukan desain perancangan
apartemen yang dibangun dengan metode flat slab?;
3
3. Bagaimana melakukan analisa dan permodelan
struktur apartemen yang dibangun dengan metode flat
slab?;
4. Bagaimana merencanakan dimensi kolom, drop
panel, pelat dan shearwall yang efisien sehingga
mampu menahan beban-baban yang bekerja pada
struktur gedung apartemen?;
5. Bagaimana merencanakan pondasi yang mampu
mentransfer beban struktur ke tanah?;
6. Bagaimana menuangkan hasil perhitungan dan
perancangan ke dalam gambar teknik sesuai peraturan
yang berlaku?.
1.3 Tujuan Tugas Akhir
1.3.1 Tujuan Utama
Tujuan utama dari Tugas Akhir ini adalah mampu
merencanakan dan menerapkan metode flat slab dalam
pembangunan struktur apartemen Purimas sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
1.3.2 Tujuan Detail
Tujuan detail dari Tugas Akhir ini adalah:
1. Mendapatkan perancangan struktur apartemen yang
daktail terhadap beban gempa;
2. Mampu melakukan desain perancangan apartemen
yang dibangun dengan metode flat slab;
3. Mampu melakukan analisa dan permodelan struktur
apartemen yang dibangun dengan metode flat slab;
4. Mendapatkan dimensi kolom, drop panel, pelat dan
shearwall yang efisien sehingga mampu menahan
beban-baban yang bekerja pada struktur gedung
apartemen;
5. Mendapatkan dimensi pondasi yang mampu
mentransfer beban struktur ke tanah;
4
6. Menuangkan hasil perhitungan dan perancangan ke
dalam gambar teknik.
1.4 Batasan Masalah
Masalah yang dikaji dalam penulisan Tugas Akhir ini
dibatasi sebagai berikut:
1. Struktur sekunder yang diperhitungkan adalah
struktur tangga, ramp dan lift;
2. Elemen Balok dihilangkan/tidak direncanakan;
3. Struktur Basement tidak
direncanakan/diperhitungkan dan dianggap ada
dinding penahan tanah yang kaku
4. Tidak meninjau manajemen konstruksi (biaya dan
waktu konstruksi);
5. Tidak meninjau metode konstruksi/pelaksanaan di
lapangan;
6. Tidak meninjau estetika dari segi arsitektural gedung;
7. Tidak membahas sistem utilitas, sanitasi, mekanikal,
elektrikal dan plumbing;
8. Program bantu perhitungan matematis menggunakan
Microsoft Excel;
9. Program bantu gambar teknik yang dipakai adalah
AutoCAD 2016;
10. Program bantu analisa dan permodelan struktur yang
dipakai adalah ETABS;
11. Metode desain dan perancangan struktur mengacu
pada peraturan SNI 1727:2013, SNI 1726:2012, dan
SNI 2847:2013.
1.5 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan Tugas Akhir ini
antara lain:
1. Memahami perancangan pada struktur gedung
bertingkat dengan menggunakan metode flat slab
5
2. Menjadi referensi alternatif perancangan struktur
dengan metode flat slab;
3. Perencana dapat memenuhi keinginan owner untuk
memaksimalkan tinggi bebas bangunan;
4. Menjadi acuan untuk sosialisasi cara merencanakan
metode flat slab dan drop panel yang benar serta
sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku saat
ini maupun yang baru untuk para tenaga ahli;
5. Menjadi rujukan untuk peneliti selanjutnya dalam
pengembangan teknologi perancangan struktur
metode flat slab.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gedung Bertingkat Tahan Gempa
Perencanaan bangunan tahan gempa ialah bangunan
yang dirancang untuk tahan dan tetap berdiri ketika
terjadi gempa yang besar walaupun nantinya sedikit
terdapat kerusakan pada beberapa bagian bangunan
sesuai falsafah perencanaan gedung tahan gempa.
Menurut Teruna (2007), perencanaan suatu struktur
gedung pada daerah gempa haruslah memenuhi falsafah
perencanaan gedung tahan gempa, yaitu:
1) Bangunan dapat menahan gempa bumi kecil atau
ringan tanpa mengalami kerusakan;
2) Bangunan dapat menahan gempa bumi sedang tanpa
kerusakan yang berarti pada struktur utama walaupun
ada kerusakan pada struktur sekunder;
3) Bangunan dapat menahan gempa bumi kuat tanpa
mengalami keruntuhan total bangunan, walaupun
bagian struktur utama sudah mengalami kerusakan.
2.2 Perencanaan Struktur Gedung
2.2.1 Peraturan dan Standar Perencanaan
Peraturan dan standar perencanaan yang digunakan
dalam perencanaan struktur gedung antara lain:
1) Badan Standarisasi Nasional: Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI
2847:2013);
2) Badan Standarisasi Nasional: Tata Cara Perhitungan
Pembebanan untuk Bangunan Rumah dan Gedung
(SNI 1727:2013);
3) Badan Standarisasi Nasional: Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan Non
Gedung (SNI 1726:2012).
8
2.2.2 Sistem Struktur Gedung Tahan Gempa
Sistem struktur yang digunakan harus memperhatikan
factor daya tahan terhadap gempa sesuai dengan SNI
1726:2012. Pembagian sistem struktur menurut sifat sifat
tanah pada situs dibagi sebagai berikut:
1) Situs SA dan SB (Resiko Gempa Rendah). Desain
menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa
(SRPMB) dan dinding struktur beton biasa;
2) Situs SC dan SD (Resiko Gempa Sedang). Desain
Menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen
Menengah (SRPMM) dan Sistem Dinding Struktur
Biasa (SDSB) dengan beton tanpa detailing khusus;
3) Situs SE dan SF (Resiko Gempa Tinggi). Desain
menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus (SRPMK) dan Sistem Dinding Struktur
Khusus (SDSK) dan beton khusus.
Negara Indonesia menerapkan 3 sistem struktur tahan
gempa, yang diatur persyaratannya dalam SNI
2847:2013 pasal 21, yaitu:
1) Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB)
atau Ordinary Moment Resisting Frame (OMRF),
yang digunakan pada struktur gedung yang masuk di
zona gempa rendah;
2) Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah
(SRPMM) atau Intermediate Moment Resisting
Frame (IMRF), yang digunakan pada struktur gedung
yang masuk di zona gempa sedang;
3) Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)
atau Special Moment Resisting Frame (SMRF) yang
digunakan pada struktur gedung yang masuk di zona
gempa tinggi atau diterapkan pada perencanaan high
rise building.
9
2.2.3 Sistem Ganda (Dual System)
Sistem perancangan struktur yang akan dipakai dalam
modifikasi ini adalah sistem ganda (dual system)
berdasarkan tata cara SNI 1726:2012. Sistem ganda
adalah sistem struktur yang terdiri dari rangka ruang yang
memikul seluruh beban gravitasi. Pemikul beban lateral
berupa dinding geser atau rangka bresing dengan rangka
pemikul momen harus direncanakan secara terpisah.
Rangka pemikul momen harus direncanakan secara
terpisah mampu memikul sekurang-kurangnya 25% dari
seluruh beban lateral. Kedua sistem ini harus
direncanakan untuk memikul seluruh beban lateral
dengan memperhatikan siteraksi sistem struktur..
Dinding geser yang digunakan dalam modifikasi ini
adalah dinding struktur khusus yang sesuai dengan
kategori desain seismic D, E, F (SNI 1726:2012 pasal
7.2.1). Ketentuan dinding struktur khusus dijelaskan
dalam SNI 2847:2013 pasal 21.9.
2.2.4 Perencanaan Elemen Struktur
1) Perencanaan pelat
Penentuan dimensi pelat:
- Pelat 1 arah : SNI 2847:2013 pasal 9.5.2 Tabel 9.5(a)
- Pelat 2 arah : SNI 2847:2013 pasal 9.5.3 Tabel 9.5(b)
a. Menganalisa gaya-gaya yang terjadi pada plat, digunakan
Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971 tabel
13.3.1 dan tabel 13.3.2)
b. Penulangan lentur:
- Pelat 1 arah: SNI 2847:2013 pasal 10.2 dan pasal 10.3.
- Pelat 2 arah: SNI 2847:2013 pasal 13.6 atau pasal 13.7.
2) Perencanaan Kolom:
Penentuan dimensi kolom: SNI 2847:2013 pasal 10.3.5.
Kapasitas aksial desain: SNI 2847:2013 pasal 10.3.6.
10
Penulangan lentur: menggunakan metode interaksi
kolom sesuai asumsi desain pada SNI 2847:2013 pasal
10.2 dan pasal 10.3.
Penulangan geser: SNI 2847:2013 pasal 11.4.
3) Analisa struktur bawah
Perhitungan poer,
Perhitungan pondasi tiang pancang,
Perhitungan sloof.
2.2.5 Jenis Pembebanan
1) Beban mati (Dead load)
Beban mati adalah berat seluruh bahan konstruksi
bangunan gedung yang terpasang, termasuk dinding,
lantai, atap, tangga, dinding partisi tetap, finishing,
klading gedung dan komponen arsitektural dan struktural
lainnya serta peralatan layan terpasang lain sesuai Beban
Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan
Struktur Lain (SNI 1727:2013).
2) Beban hidup (Live load)
Beban hidup adalah beban yang diakibatkan oleh
pengguna dan penghuni bangunan gedung atau struktural
lain yang tidak termasuk beban konstruksi dan beban
lingkungan. Beban hidup terdistribusi merata minimum
dan beban hidup terpusat minimum berdasarkan jenis
hunian atau penggunaan diatur dalam SNI 1727:2013
pasal 4 tabel 4-1.
3) Beban Angin (Wind Load)
Bangunan gedung dan struktur lain, termasuk Sistem
Penahan Beban Angin Utama (SPBAU) serta seluruh
komponen dan kulit bangunan gedung, harus dirancang
dan dilaksanakan untuk menahan beban angina seperti
yang ditetapkan dalam SNI 1727:2013.
4) Beban gempa (Earthquake)
Pada SNI 1726:2012, gempa rencana ditetapkan sebagai
gempa dengan kemungkinan terlewati besarannya
11
selama umur struktur bangunan 50 tahun adalah sebesar
dua persen atau gempa dengan periode ulang 2.500 tahun
yang merupakan gempa maksimum yang
mempertimbangkan resiko tertarget (Maximum
Considered Earthquake Targeted Risk/MCER).
Percepatan batuan dasar gempa tersebut
direpresentasikan dengan harga Ss dan S1 yang
kemudian digunakan untuk perhitungan beban gempa
selanjutnya yang dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.1. Peta untuk Menentukan Harga Ss.
Gambar 2.2. Peta untuk Menentukan Harga S1.
12
Ketentuan lain yang digunakan sebagai dasar
perhitungan adalah:
- Kategori risiko struktur bangunan: SNI 1726:2012 tabel
1.
- Faktor keutamaan gempa (Ie): SNI 1726:2012 tabel 2.
- Kategori desain seismik: SNI 1726:2012 tabel 6 dan tabel
7.
- Nilai R, Cd, dan Ω0 (berdasarkan sistem struktur): SNI
1726:2012 tabel 9.
Analisis terhadap beban gempa dapat menggunakan
metode statik ekivalen maupun dinamik (response spectrum),
yaitu sebagai berikut:
a. Metode Statik Ekivalen:
Gambar 2.3. Analisis Gempa Statik Ekivalen.
Dalam metode statik ekivalen, gaya gempa dianggap
sebagai beban lateral luar yang bekerja pada struktur atas
gedung. Beban ini berasal dari gaya geser dasar total
akibat gempa (V) yang didistribusikan inelastik pada
setiap lantai gedung sesuai dengan proporsi tinggi lantai
13
dan berat lantai yang bersangkutan sebagai beban titik.
Namun metode ini hanya dapat diterapkan pada struktur
gedung yang beraturan. Prosedur metode statik ekivalen
ini diatur dalam SNI 1726:2012 pasal 7.8.
b. Metode Dinamik (Response Spectrum)
Gambar 2.4. Spektrum Respons Desain.
Metode dinamik respon spektrum menggunakan plot
grafik nilai respon struktur maksimum (seperti lendutan,
kecepatan dan percepatan) terhadap fungsi beban
percepatan tanah akibat gempa. Dalam metode ini perlu
diperhatikan juga waktu getar alami fundamental struktur
(T), massa struktur, dan faktor pengali (I.g/R). Metode
ini dapat digunakan baik pada struktur beraturan maupun
tidak. Program bantu berbasis elemen hingga digunakan
dalam analisa metode dinamik respon spektrum ini.
Prosedur metode dinamik respon spektrum ini diatur
dalam SNI 1726:2012 pasal 7.9.
14
2.2.6 Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan sesuai dengan SNI 2847:2013
pasal 9.2.1 antara lain:
1) U = 1,4 D
2) U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (Lr atau R)
3) U = 1,2 D + 1,6 (Lr atau R) + (1,0 L atau 0,5 W)
4) U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E
5) U = 0,9 D + 1,0 W
6) U = 0,9 D ± 1,0 E
Keterangan:
U: beban ultimate
D: beban mati
L: beban hidup
E: beban gempa
2.3 Struktur Pelat
Pada umumnya pelat diklasifikasikan dalam pelat
satu-arah atau pelat dua-arah. Pelat yang berdefleksi
secara dominan dalam satu arah disebut pelat satu-arah.
Jika Pelat dipikul oleh kolom yang disusun berbaris
sehingga pelat dapat berdefleksi dalam dua-arah, pelat
disebut pelat dua-arah. Pelat dua arah merupakan panel-
panel beton bertulang yang perbandingan antara panjang
dan lebarnya lebih kecil dari 2 (dua). Pelat dua-arah dapat
diperkuat dengan menambahkan balok di antara kolom
dengan mempertebal pelat disekeliling kolom (drop
panel), dan dengan penebalan kolom di bawah pelat
(kepala kolom).
16
d) Two-way Slab
Gambar 2.5 Macam dan tipe pelat (MacGregor,
1997)
Pelat datar (Flat Slab) adalah pelat beton pejal dengan
tebal merata yang mentransfer beban secara langsung ke
kolom pendukung tanpa bantuan balok dengan kepala
kolom atau drop panel. Flate Slab dapat dibuat dengan
cepat karena bekisting dan susunan tulangan yang
sederhana. Pelat ini memerlukan tinggi lantai terkecil
untuk memberikan persyaratan tinggi ruangan dalam
memberikan fleksibilitas terbaik dalam susunan kolom
dan partisi. Pelat ini juga memberikan sedikit penghalang
untuk pencahayaan dan ketahanan terhadap api yang
tinggi karena hanya ada sedikit sudut-sudut tajam dimana
pengelupasan beton dapat terjadi. Flate plate mungkin
meruakan system pelat yang paling umum dipakai saat
ini untuk hotel beton bertulang bertingkat banyak, motel,
apartemen, dan asrama. Pelat datar kemungkinan
memunculkan masalah dalam transfer geser di sekeliling
kolom. Dengan kata lain, ada bahaya dimana kolom akan
menembus pelat (pons). Oleh karena itu, sering kali perlu
memperbesar dimensi kolom atau ketebalan pelat atau
menggunakan shear head. Pelat slab atau flat slab
17
termasuk pelat beton dua-arah dengan capital, drop
panel, atau keduanya.
Pelat ini sangat sesuai untuk beban berat dan bentang
panjang. Meskipun bekisting lebih mahal dibandingkan
pelat datar (flat plate), flat slab akan memerlukan beton
dan tulangan yang lebih sedikit dibandingkan untuk pelat
datar flate plate untuk beban dan bentang yang sama. Flat
Slab biasanya ekonomis untuk bangunan gedung, parkir
dan pabrik dan bangunan sejenis dimana drop panel atau
kepala kolom yang terbuka diizinkan. Pelat dua-arah
dengan balok, sistem lantai seperti ini digunakan karena
lebih murah dibandingkan dengan flat slab atau flat plate.
Dengan kata lain, jika beban atau bentang atau
keduanya sangat besar, ketebalan pelat atau ukuran
kolom yang diperlukan untuk flat plate dan flat slab akan
menjadi lebih besar dan lebih ekonomis jika digunakan
pelat dua-arah dengan balok, meskipun biaya bekisting
lebih mahal.
Waffle slab, sistem lantai ini dibuat dengan menyusun
fiberglass persegi atau cetakan logam dengan sisi-sisi
mengecil dan jarak diantarannya, ketika beton dicor di
dalam dan diantara cetakan akan berbentuk waffle. Jarak
antar cetakan akan membentuk web balok. Web ini agak
tinggi dan memberikan lengan momen besar untuk
tulangan. Dengan waffle slab, berat beton akan sangat
tereduksi tanpa banyak merubah tahanan momen dari
sistem lantai. Seperti halnya dalam flat plate, geser dapat
menjadi masalah dekat kolom. Akibatnya, lantai waffle
dibuat solid didekat kolom untuk meningkatkan tahanan
geser (McCormac, 2004).
18
2.4 Struktur Flat Slab
2.4.1 Pengertian Flat Slab
Flat Slab berbeda dengan flat plate dalam hal bahwa
lantai flat slab mempunyai kekuatan yang cukup dengan
adanya slah satu atau kedua hal berikut:
Drop panel berfungsi untuk mengurangi momen
negatif di daerah joint pada pelat, meningkatkan
kekakuan pelat dan akan memperkecil deformasi
yang terjadi akibat pembebanan. Drop panel juga
digunakan untuk menebalkan pelat di sekitar kolom
(local thickening) pada struktur flat slab di mana drop
panel memberikan kekuatan geser yang cukup
memadai untuk menghindari punching shear (ACI
318-11).
Kepala kolom (column capital) yaitu pelebaran
mengecil dari ujung kolom atas. Tujuan dari kepala
kolom adalah mendapatkan pertambahan keliling
sekitar kolom untuk memindahkan geser dari beban
lantai dan untuk menambah tebal dengan
berkurangnya perimeter di dekat kolom (Wang dan
Salmon, 1992).
Gambar 2.6 Struktur Flat Slab (FEMA 356)
Flat slab sangat ekonomis penggunaannya untuk
bentang 15-20 ft (4,5-6 m). Untuk memperkuat pelat
terhadap gaya geser, pons dan lentur, bagian-bagian kritis
19
pelat yaitu di sekitar kolom penumpu, perlu dipertebal,
sistem ini disebut dengan pelat slab (flat slab). Bagian
penebalan pada sistem flat slab disebut drop panel,
sedangkan untuk penebalan yang berbentuk kepala
kolom disebut column capital. Flat slab digunakan untuk
kisaran bentang 20-30 ft atau sekitar 6-9 m (MacGregor,
1997).
2.4.2 Keuntungan Flat Slab
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari
penggunaan system Flat Slab pada gedung-gedung
bertingkat, antara lain:
1. Dapat dibuat dengan cepat karena bekisting dan
susunan tulangan yang sederhana;
2. Ketinggian gedung bertingkat berkurang karena lantai
yang tipis, langit-langit yang rata permukaannya
merupakan faktor yang mempengaruhi ekonomi
secara keseluruhan;
3. Jendela-jendela dapat dibuat sampai sisi bawah pelat,
dan tidak ada balok-balok yang menghalangi cahaya
dan sirkulasi udara;
4. Tidak adanya sudut yang tajam memberikan
ketahanan dalam kebakaran yang lebih besar karena
bahaya pengelupasan beton dan menganganya
tulangan dapat berkurang.
2.4.3 Kekurangan Flat Slab
Dari beberapa keuntungan diatas, Flat Slab memiliki
berbagai kekurangan yang akan fatal akibatnya terhadap
suatu struktur atau bahkan dapat mengakibatkan
keruntuhan apabila diabaikan, antara lain:
1. Fenomena punching shear yang terjadi akibat transfer
gaya geser dan momen tak- imbang antara pelat dan
kolom bila menerima beban siklik lateral;
20
2. Tanpa adanya balok-balok disepanjang garis kolom,
maka kemampuan menahan beban menjadi
berkurang.
Berdasarkan kelemahan yang dimiliki struktur flat
slab, maka SNI 1726:2012 membatasi penggunaan
struktur flat slab lebih spesifik, yaitu struktur
diklasifikasikan sebagai Sistem ganda dan jika
digunakan sebagai sistem tunggal, maka kategori
desain gempa yang sesuai adalah B dan C tidak dibatasi
dan D, E dan F tidak diijinkan. Di samping itu, jika
digunakan dengan dinding geser khusus, maka kategori
desain gempa yang sesuai adalah B dan C tidak dibatasi,
D dibatasi dengan tinggi maksimum 48m, dan E dan F
dibatasi tinggi maksimum 30m.
2.4.4 Jalur Pusat dan Jalur Tepi
Gambar 2.7 Jalur Pusat dan Jalur Tepi (MacGregor, 1997)
Pelat dua arah melentur dengan bentuk permukaan
seperti mangkuk jika dibebani dalam dua arah. Oleh
karena itu, pelat ini harus ditulangi dalam kedua arah
dengan tulangan berlapis tegak lurus satu dengan lainnya.
Jalur kolom adalah pelat dengan lebar di setiap sisi garis
tengah kolom sama dengan ¼ dimensi panel terkecil ℓ1
21
atau ℓ2. Jalur tengah adalah bagian pelat diantara dua jalur
kolom.
Bagian dari momen yang diterima jalur kolom dan
jalur tengah diasumsikan tersebar merata pada seluruh
jalur. Persentase momen yang dipikul oleh jalur kolom
tergantung pada kekakuan efektif dari jalur kolom dan
pada aspect ratio ℓ1/ℓ2 (dengan ℓ1 adalah panjang bentang
pusat ke pusat, dari tumpuan-tumpuannya dalam arah
momen yang ditinjau dan ℓ2 adalah panjang bentang
pusat ke pusat, dari tumpuan-tumpuannya dalam arah
tegak lurus terhadap ℓ1). Dapat dilihat pada Gambar 2.7.
2.4.5 Sambungan Shear Stud
Shear Stud yang dirangkai dalam bentuk stud rail,
kebanyakan digunakan dalam konfigurasi orthogonal dan
sirkular (Broms, 2007). Dengan menggunakan stud rail,
tegangan geser pada hubungan pelat-kolom akan
diperkuat oleh shear stud, sementara penampang kritis
akan melebar ke luar pada jarak yang diasumsikan sejauh
d/2 dari ujung luar stud rail.
Gambar 2.8 Stud Rail (Shear Stud)
22
2.5 Dinding Geser Struktur Beton Bertulang Dinding geser merupakan elemen struktural yang
berfungsi sebagai penahan gaya-gaya lateral bangunan,
dimana gaya-gaya lateral yang bekerja merupakan gaya-
gaya horizontal yang bekerja pada diafragma dinding
geser (Zuhri, 2011). Jenis dinding geser biasanya
dikategorikan berdasarkan geometrinya:
1. Flexural Wall (dinding langsing), yaitu dinding geser
yang memiliki rasio hw/lw ≥ 2, dimana desain
dikontrol oleh perilaku lentur;
2. Squat Wall (dinding pendek), yaitu dinding geser
yang memiliki rasio hw/lw ≤ 2, dimana desain
dikontrol oleh perilaku geser;
3. Coupled Shear Wall (dinding berangkai), dimana
momen guling yang terjadi akibat beban gempa
ditahan oleh sepasang dinding, yang dihubungkan
oleh balok-balok perangkai sebagai gaya-gaya tarik
dan tekan yang bekerja pada masing-masing dasar
pasangan dinding tersebut.
Menurut Pawirodikromo (2012), beberapa kelebihan
struktur dinding dapat diketahui berdasarkan fungsi yang
diperankan. Beberapa keuntungan struktur dinding
tersebut sebagai berikut:
1. Struktur dinding pada umumnya mempunyai
kekuatan yang cukup besar sehingga dapat menahan
beban horizontal yang cukup. Kadang-kadang
direncanakan seluruh beban horizontal dibebankan
pada struktur dinding.Agar walls dapat mengerahkan
kekuatannya secara maksimal, maka walls harus
stabil, misalnya selain walls harus cukup tebal juga
dapat dipakai barbell wall;
2. Di samping mempunyai kekuatan yang cukup besar,
struktur dinding umumnya sangat kaku dibanding
dengan kolom, sehingga struktur ini memberikan
23
kekakuan tambahan terhadap struktur secara
keseluruhan. Kekakuan yang cukup diharapkan dapat
mengendalikan simpangan yang terjadi;
3. Kekakuan struktur dinding juga mempunyai
keuntungan yang lain yaitu kemampuannya dalam
melindungi tingkat yang relatif lemah (soft story). Soft
story yang sering dijumpai misalnya adanya tinggi
tingkat yang melebihi tinggi tingkat tipikal;
4. Struktur dinding dapat mengeliminasi simpangan
antar tingkat khususnya pada tingkat-tingkat bawah
sampai tengah. Dengan perkataan lain, pengendalian
simpangan pada daerah ini akan dilakukan secara
efektif oleh struktur dinding.
2.6 Dilatasi Struktur
Dilatasi adalah sebuah sambungan/garis pada sebuah
bangunan karena memiliki struktur berbeda atau
memerlukan perlakuan khusus. Dilatasi digunakan pada
pertemuan antara bangunan yang rendah dengan tinggi,
antara bangunan induk dengan sayap, dan bagian
bangunan lain yang mempunyai kelemahan geometris.
Di samping itu, bangunan yang sangat panjang tidak
dapat meahan deformasi akibat penurunan pondasi,
gempa, muai susut, dan akumulasi gaya yang besar pada
dimensi bangunan yang panjang. Hal ini bisa berakibat
timbulnya retakan atau keruntuhan struktural. Oleh
karena itu, suatu bangunan yang panjang perlu dibagi
menjadi beberapa bangunan yang lebih kecil, dimana tiap
bangunan dapat bereaksi secara kompak dan kaku
menghadapi pergerakan bangunan yang terjadi (Juwana,
2005).
25
Beberapa bentuk pemisahan bangunan yang umum
digunakan, diantaranya adalah:
a. Dilatasi dengan kolom
Pemisahan struktur dengan dua kolom terpisah
merupakan hal yang paling umum digunakan, terutama
pada bangunan yang bentuknya memanjang (linear)
Gambar 2.10 Dilatasi dengan kolom (Juwana, 2005)
b. Dilatasi dengan balok kantilever
Bentang balok kantilever panjangnya terbatas (maksimal
1/3 bentang balok induk), maka pada lokasi dilatasi
terjadi perubahan bentang antar kolom, yaitu sekitar 2/3
bentang antar kolom.
Gambar 2.11 Dilatasi dengan balok kantilever (Juwana,
2005)
26
c. Dilatasi dengan balok gerber
Mempertahankan jarak antara kolom yang sama, maka
pada balok kantilever diberi balok gerber. Namun,
dilatasi dengan balok gerber ini jarang digunakan, karena
khawatir akan lepas dan jatuh jika mengalami deformasi
arah horizontal yang cukup besar akibat beban gempa.
Gambar 2.12 Dilatasi dengan balok gerber (Juwana,
2005)
d. Dilatasi dengan konsol
Dilatasi dengan adanya konsol bisa mempertahankan
jarak antar kolom yang tetap sama. Namun, akibat
adanya konsol, maka langit-langit di daerah dilatasi
menjadi lebih rendah. Dilatasi jenis ini banyak digunakan
pada bangunan yang menggunakan sistem prafabrikasi,
dimana sisi kolom diberi konsol sebagai tumpuan balok.
27
Gambar 2.13 Dilatasi dengan konsol (Juwana, 2005)
2.7 Struktur Pondasi
Beban dari struktur atas akan diteruskan ke
tanah melalui pondasi. Pondasi pada gedung pada tugas
akhir ini direncanakan menggunakan tiang pancang
beton pracetak. Perhitungan daya dukung tanah vertikal
menggunakan formula dari Luciano Decourt, sedangkan
kekuatan lateral dihitung dengan formula dari
Sosrodarsono dan Nakazawa (2000). Pondasi dikontrol
terhadap kekuatan bahan dan kekuatan tanah.
1. Daya Dukung Tiang Vertikal
Luciano Decourt memberikan formula daya
dukung tiang vertikal sebagai berikut.
SPL QQQ (2.1)
KNq Pp (2.2)
SsS AqQ (2.3)
28
Ss
S AN
Q
1
3 (2.4)
2. Daya Dukung Tiang Horizontal
Daya dukung tiang horizontal dihitung
berdasarkan beban pergeseran normal yang
diizinkan pada kepala tiang, yaitu pergeseran
paling maksimum pada ujung kepala tiang. Bila
besarnya pergeseran normal sudah ditetapkan,
maka daya dukung mendatar yang diizinkan
dapat ditentukan. Formula berikut diberikan
oleh Sosrodarsono dan Nakazawa (2000).
aah
EIH
1
4 3
(2.5)
4
4EI
kD (2.6)
5.0
0
ykk (2.7)
4
3
00 2.0 DEk (2.8)
NE 280 (2.9)
Di mana:
Ha = kapasitas daya dukung horizontal tiang
E = modulus elastisitas bahan
I = momen inersia penampang
δ = pergeseran normal (diambil 1 cm)
k = koefisien reaksi tanah dasar
ko = 0,2 Eo D-3/4
y = besarnya pergeseran yang dicari
Eo = modulus elastisitas tanah (28N)
h = tinggi tiang di atas tanah
29
3. Kebutuhan Tiang Pancang
Pada gedung ini digunakan pondasi tiang dengan ilustrasi
pada Gambar 2.13
Gambar 2.14 Ilustrasi Pondasi Tiang Pancang
Jumlah tiang pancang yang dibutuhkan
ijinP
Pn
(2.10)
2.5D ≤ S ≤ 5D
2.5D ≤ S1 ≤ 3D
Kontrol tegangan yang terjadi pada tiang pancang
2
max
2
max
y
MxY
x
MyX
n
PPsatuTP
(2.11)
My
Mx
SS
1S
1
SS1 S1
Tiang Pancang
Pile Cap
Kolom
30
Efisiensi satu tiang pancang:
mn
nmmn
90
)1()1(1
(2.12)
ijinPgPgrouptian (2.13)
4. Perencanaan Terhadap Geser
a) Kontrol geser satu arah
VuVc
Vudbcf o '6
1 (2.14)
b) Kontrol geser dua arah (geser ponds)
Kuat geser yang disumbangkan beton diambil yang
terkecil, sesuai SNI 2847:2013 pasal 11.11.2
dbcfV oc '2
117.0
(2.15)
atau
dbcfb
dV o
o
sc '2083.0
(2.16)
Di mana αs adalah 40 untuk kolom interior, 30 untuk
kolom tepi, 20 untuk kolom sudut, atau
dbcfV oc '33.0 (2.17)
32
3.2 Tahapan dan Metode Perencanaan
3.2.1 Pengumpulan Data
Mengumpulkan dan mempelajari data – data yang
berkaitan dengan modifikasi perencanaan, diantaranya
sebagai berikut:
Data umum gedung sebelum dimodifikasi:
1. Nama Gedung : Apartemen Purimas
Surabaya
2. Lokasi : Surabaya
3. Fungsi : Hunian (Apartemen)
4. Jumlah Lantai : 14 (empat belas) lantai
(2 basement)
5. Struktur Utama : Beton bertulang
Mutu Bahan
Untuk perencanaan, digunakan kuat tekan beton (f’c)
sebesar 30 MPa, sedangkan untuk mutu baja (fy)
digunakan 400 MPa
Bangunan gedung tersebut akan dimodifikasi
menggunakan metode Flat Slab dan data bangunan
direncanakan sebagai berikut:
Data umum gedung setelah dimodifikasi:
1. Nama Gedung : Apartemen Purimas
Surabaya
2. Lokasi : Surabaya
3. Fungsi : Hunian (Apartemen)
4. Jumlah Lantai : 14 (empat belas) lantai
5. Metode Perencanaan : Flat Slab
Mutu Bahan
Untuk perencanaan, digunakan kuat tekan beton (f’c)
sebesar 35 MPa, sedangkan untuk mutu baja (fy)
digunakan 390-400 MPa
33
3.2.2 Data Tanah
Penyelidikan tanah dasar setempat untuk klasifikasi
situs dalam perencanaan beban gempa seperti yang
dijelaskan dalam SNI 1726:2012.
3.2.3 Studi Literatur dan Peraturan
Mencari literatur yang menjadi acuan dalam
pengerjaan tugas akhir ini. Adapun beberapa literatur
sesuai dengan bab sebelumnya. Sedangkan peraturan
yang digunakan adalah :
Badan Standarisasi Nasional. 2013. Tata cara
Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung (SNI 2847:2013);
Badan Standarisasi Nasional. 2012. Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI
1726:2012);
Badan Standarisasi Nasional. 2012. Tata Cara
Perhitungan Pembebanan Untuk Bangunan
Rumah dan Gedung (SNI 1727:2013).
3.2.4 Beban yang Ditinjau
Berdasarkan SNI 1727:2013 dan SNI 1726:2012
beban yang diperlukan atau ditinjau antara lain:
1. Beban Mati (SNI 1727:2013)
2. Beban Hidup (SNI 1727:2013)
3. Beban Angin (SNI 1727:2013)
4. Beban Gempa (SNI 1726:2012)
34
3.2.5 Analisa Struktur Sekunder
3.2.5.1 Perencanaan Tangga
Syarat Perencanaan
57 ≤ 2Ln + 2Ld ≥ 65 (3.1)
Ln = Langkah naik
Ld = Langkah Datar
Jumlah langkah naik
H
Ln (3.2)
H = Tinggi Tangga
Jumlah tinggi langkah naik
H
Jumlah langkah naik (3.3)
Jumlah langkah datar
∑Ln − 1
(3.4)
Panjang kemiringan tangga
√Ln2 + Ld22 (3.5)
Sudut kemiringan tangga (α)
tanh−1 9
30 (3.6)
Syarat (α) < 38o
3.2.5.2 Penulangan Tangga dan Bordes
a) Penulangan Lentur Pelat dan Bordes
Menentukan batasan harga tulangan dengan
menggunakan rasio tulanagn yang diisyratkan sebagai
berikut :
SNI 2847:2013 pasal 7.12.2
SNI 2847:2013 pasal 10.3.5
b) Penulangan Geser SNI 2847:2013 pasal 11.2
c) Perencanaan Balok Bordes
Sesuai dengan SNI 2847:2013 Tabel 9.5(a)
3.2.5.3 Perencanaan Lift
Preliminary Design
35
Pembebanan Balok Lift
Penulangan Lentur dan Geser Balok Lift
3.2.5.4 Perencanaan Ramp
Preliminary Design
Pembebanan pada Ramp
Penulangan Lentur dan Geser Struktur Ramp
3.2.6 Preliminary Design
Pada preliminary design ini menentukan dimensi elemen
struktur gedung untuk digunakan dalam tahap perancangan
selanjutnya. Berikut akan dibahas perencanaan struktur utama.
3.2.6.1 Perencanaan Dimensi Pelat (Flat Slab)
Tabel 3.1 Tebal Pelat Minimum Tanpa Balok Interior
Menurut pasal 9.5.3.3 SNI 2847:2013, tebal pelat minimum
dinyatakan dengan :
a. Untuk αm lebih besar dari 0,2 tapi tidak lebih dari 2,0
Ketebalan pelat minimum harus memenuhi :
36
h =ln (0,8+
𝑓𝑦
1400)
36+5𝛽 (𝛼𝑚−0,2) (3.7)
tidak kurang dari 125 mm
b. Untuk αm lebih besar dari 2,0, ketebalan pelat minimum
tidak boleh kurang dari :
h =ln (0,8−
𝑓𝑦
1400)
36−9𝛽 (3.8)
tidak kurang dari 90 mm
c. Untuk αm yang sama atau lebih kecil dari 0,2, ketebalan
pelat minimum harus memenuhi ketentuan Tabel 2.6.
Dimana:
n : Panjang bentang bersih dalam arah memanjang dari
konstruksi dua arah yang diukur dari muka ke muka
tumpuan pada pelat tanpa balok..
Fy : Tegangan leleh baja.
Β : Rasio dari bentang bersih dalam arah memanjang
terhadap arah memendek dari pelat dua arah.
Αm : Nilai rata-rata dari rasio kekakuan lentur balok
terhadap kekakuan pelat (α) untuk semua balok pada
tepi pelat. Untuk pelat tanpa balok, αm = 0.
3.2.6.2 Perencanaan Dimensi Drop Panel
Sesuai dengan SNI 2847:2013 pasal 13.2.5. Jika
digunakan untuk mengurangi jumlah tulangan momen
negative pada kolom atau tebal slab perlu minimum,
panel drop (drop panel ) harus:
a) Menjorok di bawah slab paling sedikit seperempat
tebal slab disebelahnya; dan
b) Menerus dalam setiap arah dari garis pusat
tumpuan dengan jarak tidak kurang dari
seperenam panjang bentang yang diukur dari pusat
ke pusat tumpuan dalam arah tersebut.
37
3.2.6.3 Perencanaan Dimensi Dinding Geser (Shear Wall)
Berdasarkan SNI 2847:2013 pasal 15.3.1. Tebal
dinding penumpu tidak boleh kurang dari 1/25 tinggi atau
panjang bentang tertumpu, yang mana yang lebih
pendek,atau kurang dari 100 mm.
3.2.6.4 Perencanaan Dimensi Kolom
Untuk desain kolom,dtentukan terlebih dahulu
tributary area untuk setiap kolom dan dicari kolom yang
paling kritis untuk bagian interior dan eksterior. Untuk
kolom interior tributary areanya adalah
Gambar 3.2 Tributary area kolom
Interior dan Tributary area kolom eksterior
Ukuran Kolom diperkirakan :
bxh = 2,3P
fc (3.9)
Dengan kata lain 30% kapasitas penampang disiapkan untuk aksial
dan 70% untuk momen.
3.2.7 Pembebanan Struktur Pembebanan mengacu pada SNI 1727:2013.
Besarnya beban mati, hidup, angin sesuai ketentuan yang
38
ada pada SNI 1727:2013 dan besarnya beban gempa
sesuai dengan ketentuan SNI 1726:2012.
3.2.8 Analisa dan Permodelan Struktur
Dalam perencanaan struktur apartemen ini, analisa
struktur dilakukan dengan bantuan program ETABS.
Hasil perhitungan dan permodelan program bantu
nantinya akan digunakan sebagai acuan pendetailan
komponen struktur.
3.2.9 Pendetailan Elemen Struktur Atas
3.2.9.1 Penulangan Pelat (Flat Slab)
Sesuai dengan SNI 2847:2013 Pasal 13.3 memuat
tentang persyaratan penulangan pada pelat yaitu:
1. Luas tulangan pelat pada masing-masing arah dari sistem
pelat dua arah ditentukan dari momen-momen pada
penampang kritis tapi tidak boleh kurang dari apa yang
disyaratkan pada SNI 2847:2013 Pasal 7.12.2.1.
2. Spasi tulangan pada penampang kritis tidak boleh lebih
dari dua kali tebal pelat kecuali untuk bagian luas pelat
konstruksi sel atau berusuk.Pada bagian pelat yang
melintasi ruang sel, tulangan disediakan sesuaidengan
SNI 2847:2013 Pasal 7.12.
3. Tulangan momen positif yang tegak lurus terhadap tepi
tak menerus harus menerus ke tepi pelat dan ditanam,
dapat dengan kaitan minimum sepanjang 150 mm ke
dalam balok tepi, kolom atau dinding.
4. Tulangan momen negatif yang tegak lurus tepi tak
menerus harus dibengkokkan, dikait atau diangkur pada
balok tepi, kolom atau dinding dan harus disalurkan pada
muka tumpuan menurut ketentuanpada pasal 14.
5. Bila pelat tidak memiliki balok tepi atau dinding pada
tepi tak menerus, atau pada pelat yang membentuk
kantilever pada tumpuan maka pengangkuran tulangan
harus dilakukan di dalam pelat itu sendiri.
39
6. Pada sudut eksterior pelat yang ditumpu oleh dinding tepi
atau bila satu atau lebih balok tepi mempunyai nilai af >
1,0 tulangan pelat atas dan bawah harus disediakan pada
sudut eksterior, sebagai berikut :
1) Tulangan sudut pada kedua sisi atas dan bawah pelat
harus cukup untuk menahan momen per satuan lebar
sama dengan momen positif maksimum per satuan
lebar pada panel slab.
2) Momen tersebut harus diasumsikan berporos terhadap
sumbu tegak lurus terhadap diagonal dari sudut pada
sisi atas pelat dan berporos terhadap sumbu yang
paralel terhadap diagonal dari sudut pada sisi bawah
pelat.
3) Tulangan pojok harus disediakan untuk suatu jarak
dalam masing-masing arah dari sudut sama dengan
seperlima bentang yang lebih panjang.
4) Tulangan sudut harus ditempatkan paralel terhadap
diagonal pada sisi atas slab dan tegak lurus terhadap
diagonal pada sisi bawah pelat. Sebagai alternatif,
tulangan harus ditempatkan dalam dua lapis paralel
terhadap sisi-sisi pelat pada kedua sisi atas dan bawah
pelat.
7. Bila panel drop (drop panel) setempat untuk mengurangi
jumlah tulangan momen negatif pada bagian pelat datar
(flat slab) di daerah kolom maka dimensi panel drop
setempat harus sesuai dengan hal berikut ini :
1) Menjorok di bawah pelat paling sedikit seperempat
tebal pelat di sebelahnya.
2) Menerus dalam setiap arah dari garis pusat tumpuan
dengan jarak tidak kurang dari seperenam panjang
bentang yang diukur dari pusat ke pusat tumpuan
dalam arah tersebut.
8. Detail tulangan pelat tanpa balok :
1) Sebagai tambahan terhadap persyaratan 13.3 pada
SNI 2847:2013, tulangan pada pelat tanpa balok harus
40
diteruskan dengan panjang minimum seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Perpanjangan Minimum untuk Tulangan pada Pelat
tanpa Balok (SNI 2847:2013)
2) Bila panjang bentang yang bersebelahan tidak sama
maka perpanjangan tulangan momen negatif di luar
bidang mukatumpuan seperti yang disyaratkan pada
SNI 2847:2013 harus didasarkan pada bentang yang
lebih panjang.
3) Tulangan miring hanya diperkenankan bila
perbandingan tinggi terhadap bentang memungkinkan
untuk digunakannya tulangan dengan kemiringan =
45°.
4) Pada sistem rangka dimana pelat dua arah berfungsi
sebagai komponen utama pemikul beban lateral,
untuk pelat pada rangka yang dapat bergoyang,
panjang tulangan ditentukan dari analisis tapi tidak
boleh lebih kurang daripada yang ditentukan.
5) Semua tulangan atau kawat di sisi bawah dari lajur
kolom dalam setiap arah harus menerus atau
disambung dengan sambungan lewatan tarik kelas B
41
atau dengan sambungan mekanis atau las yang
memenuhi pasal 12.14.3 SNI 2847:2013.
6) Pada pelat dengan kepala geser (shearheads) dan pada
konstruksi pelat yang diangkat (lift-slab), bilamana
tidak praktis untuk meneruskan tulangan bawah
sebagaimana ditentukan oleh poin 5 diatas melalui
kolom, maka paling sedikit dua batang tulangan atau
kawat bawah terlekat dalam masing-masing arah
harus secara praktis melewati kepala geser
(shearhead) atau gelang (collar) angkat sedekat
mungkin ke kolom dan menerus atau disambung
dengan sambungan lewatan tarik kelas B atau dengan
sambungan mekanis atau las yang memenuhi pasal
12.14.3 SNI 2847:2013. Pada kolom eksterior,
tulangan harus diangkur pada kepala geser atau
gelang angkat.
3.2.9.2 Penulangan Drop Panel
Perhitungan kapasitas drop panel (Kapasitas arah x dan
arah y)
Mn < ∅Mn (3.14)
∅Mn = 0,85 x As x fy x (d −a
2) (3.15)
a =∑tul x As x fy
0,85 x fc x b (3.16)
Perhitungan geser pons drop panel. Berdasarkan SNI
2847:2013, besarnya tidak boleh melebihi dari nilai
terkecil dari ketiga nilai berikut ini :
Vc1 = (1 +2
βc) x (
√fc′
6 x b x d) (3.17)
Vc2 = (As x d
b+ 2) x (
√fc′
6 x b x d) (3.18)
Vc3 =1
3 x √fc x b x d (3.19)
42
Vc terjadi = Reaksi Vertikal Kolom – Gaya Aksial di
atas Drop Panel
Syarat : Vc terjadi ≤ Vc ijin
3.2.9.3 Penulangan Dinding Geser
Rasio minimum untuk luas tulangan vertikal terhadap
luas bruto beton haruslah :
a) 0,0012 untuk batang ulir ≤ D16 dengan tegangan leleh
yang disyaratkan > 420 Mpa.
b) 0,0015 untuk batang ulir lainnya.
c) 0,0012 untuk tulangan kawat las < ϕ16 atau D16.
Rasio minimum untuk luas tulangan horisontal terhadap
luas bruto beton haruslah:
a) 0,0020 untuk batang ulir ≤ D16 dengan tegangan leleh
yang disyaratkan > 420 Mpa.
b) 0,0025 untuk batang ulir lainnya.
c) 0,0020 untuk jaring kawat baja las (polos atau ulir) < ϕ16
atau D16.
Kuat geser Vc dihitung berdasarkan persamaan 2.38 atau
2.39 berdasarkan SNI 2847:2013.
3.2.9.4 Penulangan Kolom
Dari beban aksial dan momen yang terjadi, kemudian
dilakukan perhitungan penulangan memanjang kolom
menggunakan program bantu PCA COL/SP COLUMN,
didapatkan diagram interaksi antara aksial dan momen
pada kolom.
a) Perhitungan Tulangan Longitudinal Kolom
Analisa SP COLUMN
Kontrol Rasio Tulangan Longitudinal Kolom
Dasar
Menurut SNI 2847:2013 Pasal 10.3.6.2 : kapasitas
beban aksial kolom tidak boleh kurang dari beban
aksial terfaktor hasil analisa struktur. Luas
43
tulangan memanjang, Ast, tidak boleh kurang dari
0,01 Ag atau lebih dari 0,06 Ag.
Kontrol Kapasitas Beban Aksial Kolom Dasar
Terhadap Beban Aksial Terfaktor.
Kontrol Persyaratan Kolom Interior Terhadap
Gaya Geser Rencana Ve
Dalam semua kasus Ve tidak boleh kurang dari
geser terfaktor yang ditentukan oleh analisis
struktur.
b) Tulangan Transversal Kolom
Menurut SNI 2847:2013 pasal 21.6.4.6, ujung-
ujung kolom interior sepanjang lo harus dikekang
oleh tulangan trasversal (Ash) dengan spasi
sesuai SNI 2847:2013 pasal 21.6.4.6.
Pada kedua ujung kolom, sengkang harus
disediakan dengan spasi so, sepanjang panjang lo
diukur dari muka joint. Spasi so tidak boleh
melebihi:
a) 8 x diameter batang tulangan longitudinal
terkecil
b) 24 x diameter tulangan geser
c) ½ dimensi penampang kolom terkecil
d) 300 mm
Panjang lo tidak boleh kurang dari :
a) 1/6 bentang bersih kolom
b) Dimensi penampang maksimum kolom
c) 450 mm
Sengkang tertutup pertama harus ditempatkan
tidak melebihi so /2 dari muka joint.
3.2.10 Pendetailan Elemen Struktur Bawah 3.2.10.1 Perencanaan Pondasi
Dalam perencanaan tugas akhir ini pondasi dari
struktur yang akan dihitung dan dan direncanaan
44
menggunakan grup tiang pancang. Hal ini mendasari
perlunya perhitungan efisiensi grup tiang pancang.
Pondasi harus didesain untuk menahan gaya yang
dihasilkan dan mengakomodasi pergerakan yang
disalurkan ke struktur oleh gerak tanah desain. Sifat
dinamis gaya, gerak tanah yang diharapkan, dasar desain
untuk kekuatan dan kapasitas disipasi energy struktur,
dan property dinamis tanah harus disertakan dalam
penentuan criteria desain pondasi. Desain dan konstruksi
pondasi harus sesuai SNI 1726:2012 pasal 7.13.
3.2.10.2 Analisa Daya Dukung Tiang Pondasi Grup
Di saat sebuah tiang merupakan bagian dalam grup
tiang pancang, daya dukungnya mengalami modifikasi,
karena pengaruh dari grup tiang tersebut.Untuk kasus
daya dukung pondasi, kita harus memperhitungkan
sebuah faktor koreksi, yang menjadi efisiensi dari grup
tiang pancang tersebut. (Wahyudi, 1999) halaman 43.
3.2.10.3 Perencanaan Poer
Dalam merencanakan tebal poer harus memenuhi
persyaratan kekuatan gaya geser nominal harus lebih
besar dari geser pons yang terjadi. Kuat geser yang
disumbangkan beton diambil yang terkecil, sesuai SNI
2847:2013 pasal 11.11.
3.2.11 Gambar Rencana Struktur
Penggambaran hasil perencanan dan perhitungan
dalam teknik ini menggunakan software AutoCAD.
45
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Preliminary Design
4.1.1 Umum
Preliminary design merupakan proses perencanaan awal
yang akan digunakan untuk merencanakan dimensi struktur
gedung. Perencanaan awal dilakukan menurut peraturan yang ada.
Preliminary design yang dilakukan terhadap komponen struktur
antara lain dinding geser, pelat, drop panel dan kolom. Sebelum
melakukan preliminary design, terlebih dahulu dilakukan
penentuan data perencanaan dan beban yang akan diterima oleh
struktur gedung.
4.1.2 Data Perencanaan
Sebelum perhitungan preliminary design, perlu diketahui
terlebih dahulu data perencanaan dan beban – beban yang diterima
struktur gedung tersebut. Pada perencanaan gedung Apartemen
Purimas Surabaya ini dimodifikasi menggunakan metode Flat Slab
dengan data perencanaan sebagai berikut:
Fungsi bangunan : Gedung Apartemen
Lokasi : Rungkut, Surabaya
Jumlah lantai : 14 (empat belas) lantai
Ketinggian lantai : 3.00 meter
Tinggi bangunan : 43.30 meter
Mutu beton (f’c) : 35 MPa
Mutu baja (fy) : 400 MPa
Letak bangunan : Jauh dari pantai
4.1.3 Pembebanan
A. Beban Statis
Perencanaan dan perhitungan struktur terhadap beban
statis dilakukan menurut PPIUG 1983/PPPURG 1987
Tabel 2.1 dan Tabel 3.1, serta SNI 1727:2013.
46
B. Beban Angin
Perencanaan dan perhitungan struktur terhadap beban
angin dilakukan menurut PPIUG 1983/PPPURG 1987
Pasal 4.2, dengan ketentuan berada jauh dari tepi laut.
C. Beban Gempa
Perencanaan dan perhitungan struktur terhadap
gempa dilakukan menurut SNI 1726:2012
4.1.4 Perencanaan Tebal Pelat
4.1.4.1 Peraturan Perencanaan Pelat
Untuk memenuhi syarat lendutan, tebal pelat
minimum tanpa balok interior harus sesuai dengan SNI
2847:2013 tabel 2.6.
Tabel 4.1 Desain Tebal Minimum Pelat Tanpa Balok
47
4.1.4.2 Data Perencanaan Tebal Pelat Lantai dan Atap
Gambar 4.1 Denah pelat
Pelat yang direncanakan berupa pelat lantai dengan
spesifikasi sebagai berikut:
Mutu beton : 35 MPa
Mutu baja : 400 MPa
Dalam tugas akhir ini tipe pelat dengan dimensi yang
paling besar yaitu 6 m x 7,65 m digunakan sebagai contoh
perhitungan dimensi tebal pelat berdasarkan SNI 2847:2013 tabel
2.6 sehingga nilai Ln yaitu :
𝐿𝑛 = 7650 − (350
2) = 7475 𝑚𝑚
𝑆𝑛 = 6000 𝑚𝑚
𝛽 =𝐿𝑛
𝑆𝑛=
7475
6000= 1,246 < 2 → Pelat dua arah
ℎ𝑚𝑖𝑛 =𝐿
36(0,4 +
𝑓𝑦
700) =
6000
36(0,4 +
400
700) =
161,90 𝑚𝑚 → ℎ = 200 𝑚𝑚
Tebal Plat Lantai yang digunakan adalah 20 cm.
48
4.1.5 Perencanaan Tebal Drop Panel
Gambar 4.2 Pendimensian Drop Panel
Drop panel memiliki fungsi utama untuk mengurangi
tegangan geser disekitar kolom. Setelah dilakukan pengujian
terhadap tegangan geser pons padapelat di sekitar kolom, ternyata
hasilnya melebihi syarat tegangan geser pons. Adapun perhitungan
drop panel dihitung berdasarkan ukuran plat terbesar,yaitu 6 m x
7.65 m.
4.1.5.1 Perencanaan Dimensi Drop Panel Arah X dan Arah Y
Berdasarkan SNI 2847:2013 pasal 13.2.5
mmLy
mmLx
LnLdroppanel
100060006
1
1300127576506
1
6
1
Lebar drop panel = 2 x 1300 = 2600 mm
49
4.1.5.2 Perencanaan Tebal Drop Panel
Berdasarkan SNI 2847:2013 pasal 13.3.7
mmHdroppanel
mmHdroppanel
SeHdroppanel
5.3872
90020004
1
5.5372
90026004
1
4
1
Hdroppanel pakai = 350 mm
4.1.6 Perencanaan Dimensi Kolom
Perencanaan dimensi kolom yang tinjau adalah kolom
yang mengalami pembebanan terbesar, yaitu kolom yang memikul
luasan berukuran 550 cm x 647,5 cm. Kolom harus direncanakan
untuk mampu memikul beban aksial terfaktor yang bekerja pada
semua lantai atau atap dan momen maksimum dari beban terfaktor
pada satu bentang terdekat dari lantai atau atap yang ditinjau. Data-
data yang diperlukan dalam menentukan dimensi kolom adalah
sebagai berikut :
Tebal pelat = 20 cm = 0,2 m
Tinggi lantai 1 = 4,3 m
Tinggi tiap lantai 2-14 = 3 m
Gambar 4.3 Beban yang Diterima Kolom
50
Tabel 4.2 Perhitungan Beban yang diterima Kolom
Pelat Atap
BEBAN
MATI (D)
Berat
Sendiri
P
(m)
L
(m)
T
(m)
x
lan
tai
Berat
(Kg)
Pelat lantai
atap (20 cm) 2400 5.5 6.475 0.2 1 17094.0
Penggantung 7 5.5 6.475 1 249.3
Plafond 11 5.5 6.475 1 391.7
Dinding - - - - - 0.0
Tegel - - - - - 0.0
Spesi (1 cm) 21 5.5 6.475 1 747.9
Kolom
(90/90) 2400 - - - 0.0
Aspal 14 5.5 6.475 498.6
Dacting dan
Plumbing 30 5.5 6.475 1068.4
WD 3 25080.0
BEBAN HIDUP (L)
Lantai Atap 100 5.5 6.475 3561.3
Air Hujan 20 5.5 6.475 712.3
WL 3 4274.0
Pelat Lantai 2 - 14
BEBAN
MATI (D)
Berat
Sendiri
P
(m)
L
(m)
T
(m)
x
lan
tai
Berat
(Kg)
Pelat lantai
(20 cm) 2400 5.5 6.475 0.2 13 222222.0
Penggantung 7 5.5 6.475 13 3240.7
Plafon 11 5.5 6.475 13 5092.6
Dinding 250 5.5 6.475 3 13 347221.9
Tegel 24 5.5 6.475 13 11111.1
Spesi (1 cm) 21 5.5 6.475 13 9722.2
51
Kolom
(90/90) 2400 0.9 0.9 3 13 75816.0
Dacting dan
Plumbing 30 5.5 6.475 13 13888.9
WD 2 753699.0
BEBAN HIDUP (L)
Lantai 200 5.5 6.475 13 92592.5
WL 2 92592.5
Pelat Lantai 1
BEBAN
MATI (D)
Berat
Sendiri
P
(m)
L
(m)
T
(m)
x
lan
tai
Berat
(Kg)
pelat lantai
(20 cm) 2400 5.5 6.475 0.2 1 17094.0
Penggantung 7 5.5 6.475 1 249.3
Plafon 11 5.5 6.475 1 391.7
Dinding 250 5.5 6.475 3 1 4125.0
Tegel 24 5.5 6.475 1 854.7
spesi (1 cm) 21 5.5 6.475 1 747.9
Kolom
(90/90) 2400 0.9 0.9 4.3 1 8359.2
Dacting dan
Plumbing 30 5.5 6.475 1 1068.4
WD 1 37920.0
BEBAN HIDUP (L)
Lantai 400 5.5 6.475 1 14245.0
WL 1 14245.0
WD total (kg) 816699
WL total (kg) 111112
52
Koefisien reduksi untuk beban hidup perpustakaan
(PPIUG 1983 tabel 3.3) = 0,75. Jadi, total beban untuk beban
hidup:
𝐿𝐿 = 0,75 × 𝑊𝐿𝐿 = 0,75 × 111112 = 83334 𝑘𝑔
Jadi Berat Total :
W = 1,2 DL + 1,6 LL
= 1,2 (816699) + 1,6 (83334) = 1113373 Kg
Menurut SNI 2847:2013 Pasal 9.3.2.2 aksial tekan dan
aksial tekan dengan lentur untuk komponen struktur dengan
tulangan sengkang biasa, maka faktor reduksi (ф=0.65).
Mutu beton = 35 Mpa = 35 x 10 = 350 kg/cm2
Rencana Awal 295,489335065,0
1113373
'cm
cf
WA
Misalkan b = h, maka b2 = 4893,95 cm2
b = 69,95 cm ≈ 70 cm
maka dimensi kolom :
Lantai 1 – lantai 5 = 90 × 90 cm
Lantai 6 – lantai 10 = 80 x 80
Lantai 11 – lantai 14 = 70 x 70
4.1.7 Perencanaan Tebal Dinding Geser
Bedasarkan peraturan SNI 2847:2013 pasal 14.5.3.1
ketebalan dinding pendukung tidak boleh kurang dari l/25 tinggi
atau panjang bagian dinding yang ditopang secara lateral, diambil
yang terkecil, dan tidak kurang daripada 100 mm. Dalam tugas
akhir ini tebal dinding geser direncanakan sebagai berikut :
Tebal dinding geser = 40 cm
Panjang bentang dinding = 765 cm
Tinggi dinding = 300 cm
T ≥ H/25 = 300/25 = 12 cm
T ≥ L/25 = 765/25 = 30.6 cm
Dengan demikian tebal dinding geser 40 cm memenuhi.
53
4.2 Perencanaan Struktur Sekunder
4.2.1 Perencanaan Tangga
Pada perencanaan ini, struktur tangga
dimodelkan sebagai frame statis tertentu dengan kondisi
ujung perletakan berupa sendi dan rol (rol diletakkan
pada ujung bordes). Struktur tangga ke atas dan ke bawah
tipikal.
4.2.1.1 Denah Struktur Tangga
Gambar 4.4 Denah Struktur Tangga
Gambar 4.5 Tampak Samping Tangga
54
Gambar 4.6 Detail Pelat Tangga
4.2.1.2 Dimensi Awal
A. Lantai 2-14
Data – Data Perencanaan:
- f’c = 35 MPa
- fy = 400 MPa
- Tinggi antar lantai = 3 m
- Panjang bordes = 3 m
- Lebar bordes = 1.5 m
- Lebar tangga = 1.4 m
- Tebal pelat tangga (tp) = 20 cm
- Tebal pelat bordes = 20 cm
- Tinggi injakan (t) = 20 cm
- Lebar injakan (i) = 25 cm
- Jumlah tanjakan (nT) = 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖
𝑡 =
300
20 = 15
buah
- Jumlah injakan (ni) = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖
𝑖 =
200
25 = 8 buah
- Jumlah tanjakan ke
bordes
= 8 buah
- Jumlah tanjakan dari
bordes ke lantai 2
= 7 buah
- Elevasi bordes =
=
=
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑗𝑎𝑘𝑎𝑛 × 𝑡
8 × 20
160 cm
55
- Panjang horizontal pelat
tangga
=
=
=
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑗𝑎𝑘𝑎𝑛 × 𝑡
8 × 25 200 cm
- Kemiringan tangga (α)
arctan(∝)
=
=
𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑜𝑟𝑑𝑒𝑠
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑜𝑟𝑖𝑧𝑜𝑛𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑙𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎
160
200 = 0,80
- α = 38,66°
Cek syarat:
60 ≤ (2𝑡 + 𝑖) ≤ 65
60 ≤ (2 × 20 + 25) ≤ 65
60 ≤ 65 ≤ 65
25° ≤∝≤ 40°
25° ≤ 38,66° ≤ 40°
Tebal plat rata-rata anak tangga (tr) = (𝑖
2)sin (∝)
= (25
2) sin(38,66°)
= 7,81 cm
Tebal plat rata-rata = tp + tr
= 20 + 7,81
= 27,81 cm
B. Lantai Dasar
Data – Data Perencanaan:
- f’c = 35 MPa
- fy = 400 MPa
- Tinggi antar lantai = 4.3 m
- Panjang bordes = 3 m
- Lebar bordes = 1.5 m
- Lebar tangga = 1.4 m
- Tebal pelat tangga (tp) = 20 cm
- Tebalpelat bordes = 20 cm
- Tinggi injakan (t) = 20 cm
- Lebar injakan (i) = 25 cm
56
- Jumlah tanjakan (nT) = 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖
𝑡 =
430
20 = 21.5=
22 buah
- Jumlah injakan (ni) = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖
𝑖 =
200
25 = 8 buah
- Jumlah tanjakan ke
bordes pertama
= 8 buah
- Jumlah tanjakan ke
bordes kedua
= 6 buah
- Jumlah tanjakan dari
bordes ke lantai 2
= 6 buah
- Elevasi bordes pertama =
=
=
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑗𝑎𝑘𝑎𝑛 × 𝑡
8 × 20
160 cm
- Elevasi bordes kedua =
=
=
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑗𝑎𝑘𝑎𝑛 × 𝑡
16 × 20
320 cm
- Panjang horizontal pelat
tangga
=
=
=
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑗𝑎𝑘𝑎𝑛 × 𝑡
8 × 25 200 cm
- Kemiringan tangga (α)
arctan(∝)
=
𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑜𝑟𝑑𝑒𝑠
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑜𝑟𝑖𝑧𝑜𝑛𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑙𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎
= 160
200 = 0,80
- α = 38,66°
Cek syarat:
60 ≤ (2𝑡 + 𝑖) ≤ 65
60 ≤ (2 × 20 + 25) ≤ 65
60 ≤ 65 ≤ 65
25° ≤∝≤ 40°
25° ≤ 38,66° ≤ 40°
57
Tebal plat rata-rata anak tangga (tr) = (𝑖
2)sin (∝)
= (25
2) sin(38,66°)
= 7,81 cm
Tebal plat rata-rata = tp + tr
= 20 + 7,81
= 27,81 cm
4.2.1.3 Perhitungan Pembebanan dan Analisa Struktur
a. Pembebanan Tangga
Beban Mati (DL)
Plat tangga = 0,2781
cos (38,66)× 2400 × 1= 667.41 kg/m
Tegel vertikal = 24 kg/m
Spesi horizontal (2cm) = 42 kg/m
Spesi vertikal (2cm) = 42 kg/m
Tegel horizontal (1cm) = 24 kg/m
Sandaran = 50 kg/m +
Total beban mati (DL) = 873,41 kg/m
Beban Hidup (LL)
Total beban hidup (LL) = 300 kg/m
Kombinasi Beban :
Qu = 1,2 DL + 1,6 LL
= 1,2 (873,41) + 1,6 (300)
= 1528,09 kg/m
b. Pembebanan Plat Bordes
Beban Mati (DL)
Plat bordes = 0,2 × 2400 × 1 = 480 kg/m
Spesi (2cm) = 2 × 21 × 1 = 42 kg/m
Tegel = 24 × 1 = 24 kg/m +
Total beban mati (DL) = 546 kg/m
Beban Hidup (LL)
Total beban hidup (LL) = 300 kg/m
Kombinasi Beban
Qu = 1,2 DL + 1,6 LL
58
= 1,2 (546) + 1,6 (300)
= 1135.2 kg/m
4.2.1.4 Analisa Gaya-Gaya Dalam
Pada proses analisis struktur tangga digunakan
perhitungan statis tertentu dengan mengasumsikan perletakan
tangga Sendi-Rol.
Gambar 4.7 Distribusi Beban pada Tangga
𝛴𝑀𝐴 = 0
3,5𝑉𝑐 − 𝑞2 × 2,00 × 2,50 − 𝑞1 × 1.5 × 0.75 = 0
3,5𝑉𝑐 − 8917,55 = 0
𝑉𝑐 = 2547,87 kg
𝛴𝑀𝐶 = 0
3,5𝑉𝑎 − 𝑞2 × 2,0 × 1,0 − 𝑞1 × 1.5 × 2,75 = 0
3,5𝑉𝑎 − 7738,88 = 0
𝑉𝑎 = 2211,11 kg
Kontrol
𝛴𝑉𝐴 = 0
2211,11 + 2547,87 = 1135,2 × 1,5 + 528,09 × 2,0
4758,98 − 4758,98 = 0
59
Pelat bordes (1,5 m)
a. Gaya Momen (M)
𝑀𝑥 = 𝑉𝑎 × 𝑥 −𝑞1
2× 𝑥2
𝑀𝐴 = 0 kgm
𝑀𝐵 = 2211,11 × 1,5 −1135,2
2× 1,52
= 2039,56 kgm
𝑀𝑥′ = 𝑉𝑎 − 𝑞1 × 𝑥
0 = 2211,11 − 1135,2 × 𝑥
𝑥 (M maks) = 1,95 m > 1,5 m berarti M maksimum berada
pada titik B
Mmax = 2211,11 × 1,95 −1135,2
2× 1,952 = 2153,37
kgm
b. Gaya Lintang (D)
𝐷𝐴𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 = 𝑉𝑎
= 2211,11 kg
𝐷𝐵𝑘𝑖𝑟𝑖 = 𝑉𝑎 − 𝑞1 × 𝑥
= 2211,11 − 1135,2 × 1,5
= 508,31 kg
c. Gaya Normal (N)
𝑁𝐴−𝐵 = 0 kg
Pelat tangga C-B (2 m)
a. Gaya Momen (M) (Dari arah kanan)
𝑀𝑥 = 𝑉𝑐 × 𝑥 −𝑞2
2× 𝑥2
𝑀𝐶 = 0 kgm
𝑀𝐵 = 2547,87 × 2,0 −1528,09
2× 2,02
= 2039,56 kgm
𝑀𝑥′ = 𝑉𝑐 − 𝑞2 × 𝑥
= 2547,87 − 1528,09 × 𝑥 = 0
𝑥 = 1,67 m (Momen maksimum terjadi di titik ini)
60
𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠 = 2547,87 × 1,67 −1528,09
2× 1,672
= 2124,11 kgm
b. Gaya Lintang (D) (Dari arah kanan)
𝐷𝐶𝑘𝑖𝑟𝑖 = 𝑉𝑐 × cos (𝛼)
= 2547,87 × cos (38,66)
= 1989,55 kg
𝐷𝐵𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 = (𝑉𝑐 − 𝑞2 × 𝑥) × cos (𝛼)
= (2547,87 − 1528,09 × 2,5)cos × (38,66)
= −993,54 kg
c. Gaya Normal (N)
𝑁𝐶 = 𝑉𝑐 × sin (𝛼) kg
= −2547,87 × sin (38,66)
= −1591,64 kg
𝑁𝐵 = (−𝑉𝑐 + 𝑞2 × 2,5) × sin (𝛼)
= (−2547,87 + 1528,09 × 2,5) × sin(38,66)
= 794,83 kg
62
4.2.1.5 Perhitungan Tulangan Pelat Tangga dan Bordes
a. Data - Data Perencanaan
Mutu beton (f’c) = 35 MPa
Mutu baja (fy) = 400 MPa
Berat jenis beton = 2400 MPa
Diameter tulangan utama = 16 mm
Diameter tulangan arah y = 13 mm
Tebal pelat tangga = 200 mm
Tebal pelat bordes = 200 mm
Tebal selimut beton = 20 mm
β1 = 0,80 (SNI 2847:2013 pasal 10.2.7.3)
𝜌𝑚𝑖𝑛 =1
4×
√𝑓′𝑐
𝑓𝑦= 𝟎, 𝟎𝟎𝟑𝟕 (menentukan)
Atau tidak lebih kecil dari=1,4
𝑓𝑦= 0,0035
(SNI 2847:2013 pasal 10.5.1)
φ = 0,9
m =𝑓𝑦
0,85×𝑓′𝑐= 13,44
b. Penulangan Pelat Tangga
Gambar 4.9 Penulangan Pelat Tangga
dx = 200 − 20 −16
2= 172 mm
dy = 200 − 20 − 16 −13
2= 157,5 mm
Tulangan Utama
𝑀𝑢 = 2124,1057 kgm
= 21241057 Nmm
20cm
cm 2cm
dx dy
63
𝑅𝑛 =𝑀𝑢
𝜑𝑏𝑑2 =21241057
0,9×1000×1722 = 0,797
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =1
𝑚(1 − √1 −
2𝑚×𝑅𝑛
𝑓𝑦) = 0,002022
𝜌𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 = 0,0037
𝐴𝑠 = 𝜌𝑏𝑑 = 0,0037 × 1000 × 172 = 635,98 mm2
𝐴𝐷16 =1
4𝜋𝑑2 = 201,06 mm2
𝑛 =𝐴𝑠
𝐴𝐷16= 3,16 ≈ 4
𝑠 =1000
𝑛= 250 mm
𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠 = 5𝑑 = 5 × 200 = 1000 mm
Atau menurut SNI 2847:2013 Pasal 7.6.5, tulangan utama berspasi
tidak lebih jauh dari= 450 mm
Memperhatikan SNI 2847:2013 Pasal 7.6.1, maka digunakan
tulangan lentur D16-200 mm
Penulangan arah melintang pelat
Berdasarkan SNI 2847:2013 Pasal 7.12.2 penulangan arah y
dipasang tulangan susut dan suhu dengan : ρ = 0,0018
Diameter tulangan = 13 mm
fy = 400 MPa
𝜌 = 0,0018
𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝜌𝑏𝑑 = 0,0018 × 1000 × 157,5 = 283,5
mm2
𝐴𝐷16 =1
4𝜋𝑑2 = 132,74 mm2
n =𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
𝐴𝐷16=
283,5
132,74= 2,14 ≈ 3
𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =1000
n= 333,33 mm
𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 5 × ℎ = 5 × 200 = 1000 mm
Atau menurut SNI 2847:2013 Pasal 7.12.2.2, tulangan susut
berspasi tidak lebih jauh dari= 450 mm
Maka digunakan tulangan susut D13-300 mm
64
c. Penulangan Pelat Bordes
Gambar 4.10 Penulangan Pelat Bordes
dx = 200 − 20 −16
2= 172 mm
dy = 200 − 20 − 16 −13
2= 157,5 mm
Tulangan Utama
𝑀𝑢 = 2039,5630 kgm
= 20395630 Nmm
𝑅𝑛 =𝑀𝑢
𝜑𝑏𝑑2 =20395630
0,9×1000×1722 = 0,766016
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =1
𝑚(1 − √1 −
2𝑚×𝑅𝑛
𝑓𝑦) = 0,00194
𝜌𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 = 0,0037
𝐴𝑠 = 𝜌𝑏𝑑 = 0,0037 × 1000 × 172 = 635,98 mm2
𝐴𝐷16 =1
4𝜋𝑑2 = 201 mm2
𝑛 =𝐴𝑠
𝐴𝐷16= 3,16 ≈ 4
𝑠 =1000
𝑛= 250 mm
𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠 = 5𝑑 = 5 × 200 = 1000 mm
Atau menurut SNI 2847:2013 Pasal 7.6.5, tulangan utama berspasi
tidak lebih jauh dari= 450 mm
Memperhatikan SNI 2847:2013 Pasal 7.6.1, maka digunakan
tulangan lentur D16-200 mm
20cm
cm 2cm
dx dy
65
Penulangan arah melintang pelat
Berdasarkan SNI 2847:2013 Pasal 7.12.2 penulangan arah y
dipasang tulangan susut dan suhu dengan : ρ = 0,0018
Diameter tulangan = 13 mm
fy = 400 MPa
𝜌 = 0,0018
𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝜌𝑏𝑑 = 0,0018 × 100 × 157,5 = 283,5 mm2
𝐴𝐷16 =1
4𝜋𝑑2 = 142,74 mm2
n =𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
𝐴𝐷16=
283,5
142,74= 2,136 ≈ 3
𝑠 =1000
n= 333,33 mm
Atau menurut SNI 2847:2013 Pasal 7.12.2.2, tulangan susut
berspasi tidak lebih jauh dari= 450 mm
Maka digunakan tulangan susut D13-300 mm
d. Penulangan Balok Bordes
Perencanaan dimensi balok bordes
𝐿 bordes = 3 𝑚 = 300 𝑐𝑚
ℎ =1
16𝐿 =
300
16= 18,75 cm ≈ 45 cm
𝑏 =2
3ℎ =
2
3𝑥45 = 30 cm
Maka digunakan dimensi balok bordes 30/45
𝐻 = 3 m
Berat dinding = 250 kg/m2
Pembebanan balok bordes
Beban mati
Berat sendiri balok= 0,3 × 0,45 × 2400 = 324 kg/m
Berat dinding = 3/2 × 250 = 375 kg/m +
Qd = 699 kg/m
qu = 1,4𝑞𝑑 = 1,4 × 699 = 978,6 kg/m
Beban pelat bordes = 1135,2 = 1135,2 kg/m +
qu total = 2113,8 kg/m
66
Momen tumpuan=1
16× 𝑞𝑢 × 𝑙2 = 1189,0125 kgm
= 11890125 Nmm
Momen lapangan=1
11× 𝑞𝑢 × 𝑙2 = 1729,4727 kgm
= 17294727 Nmm
Vu total = 0,5 × 𝑞𝑢 × 𝑙 = 3170,7 kg
= 31707 N
Penulangan lentur balok bordes
Diameter sengkang = 10 mm
Diameter tulangan utama = 16 mm (deformed)
Selimut beton = 40 mm
𝑑 = 450 − 40 − 10 −16
2 = 392 mm
𝑚 =𝑓𝑦
0,85×𝑓′𝑐=
400
0,85×35 = 13,44
𝜑 = 0,9
Penulangan Tumpuan
𝑀𝑢 = 11890125 Nmm
𝑅𝑛 =𝑀𝑢
𝜑𝑏𝑑2 =11890125
0,9×300×3922 = 0,2865
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =1
𝑚(1 − √1 −
2𝑚𝑅𝑛
𝑓𝑦) = 0,00072
𝜌𝑚𝑖𝑛 = 0,0037
𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝜌𝑚𝑖𝑛 × 𝑏 × 𝑑 = 434,8 mm2
𝐴𝐷16 = 201 mm2
𝑛 =𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
𝐴𝐷16=
434,8
201 = 2,17 ≈ 3
Maka digunakan tulangan lentur tumpuan atas 3D16
𝐴𝑠′𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,5𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 217,4 mm2
𝑛 =𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
𝐴𝐷16=
217,4
201 = 1,08 ≈ 2
Maka digunakan tulangan lentur tumpuan bawah 2D16
67
Penulangan Lapangan
𝑀𝑢 = 17294727 Nmm
𝑅𝑛 =𝑀𝑢
𝜑𝑏𝑑2 =17294727
0,9×300×3922 = 0,4168
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =1
𝑚(1 − √1 −
2𝑚𝑅𝑛
𝑓𝑦) = 0,00072
𝜌𝑚𝑖𝑛 = 0,0037
𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝜌𝑚𝑖𝑛 × 𝑏 × 𝑑 = 434,8 mm2
𝐴𝐷16 = 201 mm2
𝑛 =𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
𝐴𝐷16=
434,8
201 = 2,16 ≈ 3
Maka digunakan tulangan lentur lapangan bawah 3D16
𝐴𝑠′𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,5𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 217,42 mm2
𝑛 =𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
𝐴𝐷16=
217,42
201 = 1,08 ≈ 2
Maka digunakan tulangan lentur lapangan atas 2D16
Penulangan Tulangan Geser Balok Bordes
𝑉𝑢𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 31707 N
𝑉𝑐 =1
6√𝑓′𝑐 × 𝑏𝑤 × 𝑑 =
1
6√35 × 300 × 392 = 115955,2 N
𝜑𝑉𝑐 = 0,75 × 115955,2 = 86966,37 N
0,5𝜑𝑉𝑐 = 0,5 × 86966,37 = 43483,19 N
Karena 𝑉𝑢 < 0,5𝜙𝑉𝑐, maka tidak dibutuhkan tulangan geser.
4.2.2 Perencanaan Balok Lift
4.2.2.1 Data Perencanaan
Perencanaan balok lift meliputi balok penumpu, balok
penggantung dan berkaitan dengan ruang mesin lift.. Pada
bangunan ini digunakan lift yang diproduksi oleh Hyundai
Elevator dengan data-data spesifikasi sebagai berikut:
Merk Lift : Hyundai Elevator
Tipe Lift : LUXEN
Model : Manufacturer Standart
Kapasitas : 1000 kg
Kecepatan : 105 m/menit
68
Motor : 15 KW
Lebar pintu (opening width) : 1100 mm
Dimensi sangkar (car size) :
- Car wide (CA) : 2100 mm
- Car depth (CB) : 1100 mm
Dimensi ruang luncur (hoistway size)
- Hoistway width (HX2) : 5200 mm
- Hoistway depth (HY) : 1800 mm
Dimensi ruang mesin (2 Car) :
- Hoistway width (HX2) : 5200 mm
- Hoistway depth (HY) : 3600 mm
Beban reaksi ruang mesin
- R1 : 5450 kg
- R2 : 4300 kg
Untuk lebih jelasnya mengenai spesifikasi lift berikut
disajikan dalam tabel:
Tabel 4.3 Spesifikasi Lift
70
Gambar 4.12 Denah Hoistway Lift
4.2.2.2 Perencanaan Dimensi Balok Lift
A. Balok Penggantung Lift
Panjang balok penggantung (beserta ruang mesin) =5300 mm
hmin =1
16× 5300 = 331,25 mm
hpakai = 500 mm
b = 300 mm
Dirancang dimensi balok penggantung lift 30/50
B. Balok Penumpu Lift
Panjang balok penumpu lift (beserta ruang mesin) =3600 mm
hmin = 1/16 × 3600 = 225 mm
hpakai = 500 mm
b = 300 mm
Dirancang dimensi balok penumpu lift 30/50
71
Gambar 4.13 Potongan Lift (Tampak Balok
Penggantung)
4.2.2.3 Pembebanan Lift
1. Beban yang bekerja pada balok penumpu
Beban yang bekerja pada balok penumpu adalah beban
mati (pelat, aspal, ducting, dll) dan beban hidup
2. Pada SNI 1727:2013 pasal 4.6 tentang Impact Load
menyatakan bahwa semua beban elevator harus
ditingkatkan 50% untuk mesin yang bergerak maju dan
mundur atau unit tenaga-driven. Semua persentase harus
meningkat bila disyaratkan oleh produsen.
Beban reaksi ruang mesin dari brosur lift:
- R1 = 5450 Kg
- R2 = 4300 Kg
Beban reaksi setelah Impact Load SNI 1727:2013:
- R1’= R1 x (1 + 0,5) = 5450 x (1 + 0,5) = 8175 Kg
72
- R2’= R2 x (1 + 0,5) = 4300 x (1 + 0,5) = 6450 Kg
3. Koefisien kejut beban hidup keran
Pasal 3.3(3) PPIUG 1983 menyatakan bahwa beban
keran yang membebani struktur pemikulnya terdiri
dari berat sendiri ditambah muatan yang diangkat.
Sebagai beban rencana harus diambil beban keran
tersebut dengan mengalikannya dengan suatu
koefisien kejut yang ditentukan dengan rumus
berikut:
Ψ = (1 + 𝑘1𝑘2𝑣) ≥ 1,15 Dimana:
Ψ: koefisien kejut yang nilainya idak boleh
diambil kurang dari 1,15
V: kecepatan angkat maksimum dalam m/det pada
pengangkatan muatan maksimum dalam
kedudukan keran induk dan keran angkat yang
paling menentukan bagi struktur yang ditinjau,
dan nilainya tidak perlu diambil lebih dari 1,00
m/s
K1: koefisien yang bergantung pada kekakuan
struktur keran induk, yang untuk keran induk
dengan struktur rangka, pada umumnya
nilainya dapat diambil sebesar 0,6
K2: koefisien yang bergantung pada sifat mesin
angkat dari keran angkatnya, dan diambil
sebesar 1,3
Jadi, beban yang bekerja pada balok adalah:
𝜓 = (1 + 0,6 × 1,3 × 1) = 1,78
R1 = 𝜓 𝑥 𝑅1′ = 1,78 𝑥 8175 = 14551,5 kg
R2 = 𝜓 𝑥 𝑅2′ = 1,78 𝑥 6450 = 11481 kg
73
4.2.2.4 Balok Penumpu Lift 30/50
a. Pembebanan
Beban mati lantai:
Berat pelat = 0,20 × 2400 = 480 kg/m2
Aspal(t=2cm) = 2 × 14 = 28 kg/m2
Dacting+Plumbing = 30 kg/m2+
= 538 kg/m2
q = 538 × 5,3 = 2851,4 kg/m
Akibat balok = 0,3 × 0,5 × 2400 = 360 kg/m+
qD = 3211,4 kg/m
Beban Berfaktor:
qU = 1,4 x qD
= 1,4 x 3211,4 = 4495,96 kg/m
Gaya dalam yang bekerja pada balok lift:
Gambar 4.14 Model Pembebanan Balok Penumpu Lift
a. Berat Mesin (Pu) dan Posisi Suspension Hook
ΣMA = 0
- (RB x L) + (Pu x X1) = 0
Pu x X1 = RB x L
Pu = 14551,5 𝑥 3.6
𝑋1
74
Pu = 52385,4
𝑋1
......Persamaan 1
ΣMB = 0
(RA x L) - (Pu x X2) = 0
(RA x L) - (Pu x (L – X1) = 0
11481 x 3,6 = 52385,4
𝑋1 x (3,6 - X1)
41331,6 = 188587,4
𝑋1 - 52385,4
93717 = 188587,4
𝑋1
X1 = 188587,4
93717 = 2,01 m
X2 = L – X1
= 3,6 m – 2,01 m = 1,59 m
Pu = 52385,4
𝑋1 =
52385,4
2,01 = 26032,5 kg
Ra = 𝑃𝑢 𝑥 𝑋2
𝐿 =
26032,5 𝑥 1,59
3,6 = 11481 kg
Rb = 𝑃𝑢 𝑥 𝑋1
𝐿 =
26032,5 𝑥 2,01
3,6 = 14551,5 kg
Kontrol:
Ra + Rb - ΣP = 0
11481 + 14551,5 – 26032,5 = 0
0 = 0 ( OK )
b. Momen Maksimum (Mu)
Mu =1
8× 𝑞𝑢 × 𝐿2 +
𝑃𝑢 𝑥 𝑋1 𝑥 𝑋2
𝐿
=1
8𝑥 × 4495,96 × 3,62 +
26032,5 𝑥 2,01 𝑥 1,59
3,6
= 30386,76 kgm
c. Gaya Geser (Vu)
Vu = 1
2qU L + RA
= 1
2× 4495,96 × 3,6 + 11481 = 19573,73 kg
75
Data Perencanaan:
f’c = 35 MPa
fy = 400 MPa
Tulangan utama = 𝐷22 mm
Tulangan sengkang = 𝜑13 mm
b = 300 mm
h = 500 mm
d = 500 − 40 − 13 −1
2𝑥22 = 436 mm
β1= 0,85 −0,05(35−28)
7 = 0,80
(SNI 2847:2013 pasal 10.2.7.3)
ρmin=1,4
𝑓𝑦=
1,4
400 = 0,0035
(SNI 2847:2013 pasal 10.5.1)
atau =0,25√𝑓′𝑐
𝑓𝑦=
0,25√35
400 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟑𝟕 (menentukan)
m =𝑓𝑦
0,85𝑓′𝑐=
400
0,85× 35 = 13,45
b. Perhitungan Tulangan Lentur
Mu = 30386,75982 kgm
= 303867598,2 Nmm
φ = 0,9
Mn =𝑀𝑢
𝜑=
303867598,2
0,9 = 337630664,6 Nmm
Rn =𝑀𝑛
𝑏𝑑2 =337630664,6
300×4362 = 5,92
ρperlu =1
𝑚(1 − √1 −
2𝑚𝑅𝑛
𝑓𝑦) = 0,01667 (dipakai)
Asperlu = 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 × 𝑏 × 𝑑 = 0,01667𝑥300𝑥436 = 2180,28 mm2
AD22 = 387 mm2
n =𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
𝐴𝐷22=
2180,28
387 = 5,633 ≈ 6
Maka digunakan tulangan lentur 6D22 (2322 mm2)
76
c. Perhitungan Tulangan Geser
Vu = 19573,728 kg = 195737,28 N
φ = 0,75 (SNI 2847:2013 Pasal 9.2.3)
Vc =1
6√𝑓′𝑐𝑏𝑑 =
1
6√35 × 300 × 436 = 128970,54 N
φVc = 0,75 × 128970,54 = 96727,91 N
Karena 𝜙𝑉𝑐 = 96727,91 ≤ 𝑉𝑢 = 195737,28 N maka
dibutuhkan tulangan geser
Vn =𝑉𝑢
𝜑=
195737,28
0,75 = 260983,04 N
Vsbutuh = 𝑉𝑛 − 𝑉𝑐 = 260983,04 − 128970,54 = 132012,5 N
Syarat Smax =𝑑
2=
436
2 = 218 mm
(SNI 2847:2013 Pasal 11.4.5.1)
Atau = 600 mm
Dipakai s = 150 mm
Av = 2 ×1
4× 𝜋𝑑2 =
1
2𝑥 𝜋 𝑥 132 = 265,4 mm2
Vs = 𝐴𝑣 × 𝑓𝑦 ×𝑑
𝑠= 265,4 × 240 ×
436
150= 185188 𝑁 ≥
𝑉𝑠𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ = 132012,5 N
Maka digunakan tulangan geser φ13-150 mm
4.2.3 Perencanaan Ramp Pada perencanaan ini, struktur ramp dimodelkan sebagai
frame statis tertentu. Struktur ramp sejumlah 2 buah
menghubungkan lantai ground menuju basement.
4.2.3.1 Denah Struktur Ramp
Gambar 4.15 Denah Ramp pada Basement-Ground
77
Gambar 4.16 Tampak Potongan Ramp pada Basement-Ground
Gambar 4.17 Detail Denah Rancana Ramp
Gambar 4.18 Detail Tampak Samping Rancana Ramp
78
4.2.3.2 Dimensi Awal
Gambar 4.19 Denah Rancana Pelat Ramp
Data – Data Perencanaan:
f’c = 35 MPa
fy = 400 MPa
Lebar ramp = 7.65 m
Tebal pelat ramp (tp) = 20 cm
Elevasi basement = - 3.00 m
Elevasi Ramp = ± 0.00 m
Panjang total ramp = 1100 cm
Kemiringan ramp (α)
arctan(∝) = 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑠𝑒𝑚𝑒𝑡 𝑚𝑒𝑛𝑢𝑗𝑢 𝑔𝑟𝑜𝑢𝑛𝑑
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑟𝑎𝑚𝑝
= 300
1100 = 0,27273
α = 15°
4.2.3.3 Perhitungan Pembebanan dan Analisa Struktur
Pembebanan Pelat Ramp
Beban Mati (DL)
Plat ramp = 0,2
cos (15)× 2400 = 496,93 kg/m2
Aspal (2cm) = 2 𝑥 14
cos (15) = 28,98 kg/m2
Spesi horizontal (2cm) = 2 𝑥 21
cos (15) = 43,48 kg/m2
79
Dackting + Plumbing = 30
cos (15) = 31,05 kg/m2 +
Beban mati (qD) = 600,44 kg/m2
Beban Hidup (qL) (PPIUG 1983 Tabel 3.1)
Berat lantai ramp= 800
cos (15) = 828,22 kg/m2
Kombinasi Beban :
Qu = 1,2 qD + 1,6 qL
= 1,2 (600,44) + 1,6 (828,22)
= 2045,68 kg/m2
Gambar 4.20 Pembebanan Pelat Ramp
4.2.3.4 Tahap Penulangan Pada Ramp
Tahapan yang digunakan dalam menentukan tulangan
lentur plat adalah sebagai berikut:
1. Menentukan data-data d, fy, f’c, dan Mu
2. Menentukan harga β1
……………..SNI 2847:2013 pasal
(10.2.7.3)
𝛽1 = 0.85 − 0.05(𝑓 ′ 𝑐 − 28)
7
q= 2045,68 kg/m2
3000 mm
5000 mm 6000 mm
3000 mm
80
3. Menentukan batasan harga tulangan dengan
menggunakan rasio tulangan yang disyaratkan
sebagai berikut :
.........................…SNI 2847:2013
lampiran B (8.4.2)
025.0max ………………..…..SNI 2847:2013 pasal (21.5.2.1)
b 75.0max ……………..SNI 2847:2013 lampiran B (10.3.3)
………………....SNI 2847:2013 pasal (7.12.2.1)
4. Menentukan harga m
5. Menentukan Rn
2bd
MuRn
Diketahui harga Ø = 0.75…………..SNI 2847:2013 pasal (9.3.2.7)
6. Hitung rasio tulangan yang dibutuhkan :
Dimana :
7. Menentukan luas tulangan (AS) dari ῤ yang didapat
fyfy
cfb
600
600'185.0
fy
xmxRn
m
211
1
𝜌 min = 0.002
'85.0 fc
fym
min < pakai < max
dxxbAs bxd
As
81
8. Menentukan spasi maksimum antar tulangan
S < 450 mm ..........…….SNI 2847:2013 pasal (7.6.5)
S < 3 x h ……………..SNI 2847:2013 pasal (7.6.5)
9. Jumlah tulangan tiap meter (n) = ASperlu /As
tulangan
10. Jarak tulangan (s) = 1000/n
4.2.3.4 Perhitungan Penulangan Pelat Ramp
a. Data - Data Perencanaan
Mutu beton (f’c) = 35 MPa
Mutu baja (fy) = 400 MPa
Berat jenis beton = 2400 MPa
Diameter tulangan utama = 22 mm
Diameter tulangan arah y = 13 mm
Balok Ramp = 30/40
Tebal pelat ramp = 200 mm
Tebal selimut beton minimum untuk tulangan, SNI 03-2847-2013
pasal 7.7.1 :
Beton yang berhubungan dengan tanah dan cuaca
Batang D-19 hingga D-56 ……………….…………… 50
Batang D16, jarring kawwat polos P16 atatu kawat ulir D16 dan
yang lebih kecil ………………………………............. 40
Tebal selimut beton = 50 mm
β1 = 0,80 (SNI 2847:2013 pasal 10.2.7.3)
𝜌𝑚𝑖𝑛 =1
4×
√𝑓′𝑐
𝑓𝑦= 𝟎, 𝟎𝟎𝟑𝟕 (menentukan)
Atau tidak lebih kecil dari=1,4
𝑓𝑦= 0,0035
(SNI 2847:2013 pasal 10.5.1)
φ = 0,9
m =𝑓𝑦
0,85×𝑓′𝑐= 13,44
82
Ly
b. Penulangan Pelat Ramp
Gambar 4.21 Penulangan Pelat Ramp
dx = tebal pelat (h) – selimut beton (c.c) – (1/2 x diameter
tulangan rencana bawah)
= 200 − 50 −22
2= 139 mm
dy = 200 − 50 − 22 −13
2= 121,5 mm
Lx = 600 –
2
3030= 570 cm
Ly = 765 –
2
3030= 735 cm
= 29.1570
735
Lx
Ly ≈ 1.3 < 2 Pelat dua arah
20cm
cm 2cm
dx dy
83
Qu = 1,2 qD + 1,6 qL
= 2045,68 kg/m2
Dengan menggunakan PBI 1971 pasal 13.4.2, menggunakan
koefisien momen yang tercantum dalam tabel 13.3.1 didapat
persamaan momen sebagai berikut:
Mlx = 0.001 . qu . Lx2 . X = 0,001 𝑥 2045,68 𝑥 5,702 𝑥 31 = 2791,49 kgm
Mtx = -0.001 . qu . Lx2 . X = 0,001 𝑥 2045,68 𝑥 5,702 𝑥 69 = − 531,72 kgm
Mly = 0.001 . qu . Ly2 . X = 0,001 𝑥 2045,68 𝑥 7,352 𝑥 19 = 9172,55 kgm
Mty = -0.001 . qu . Ly2 . X = 0,001 𝑥 2045,68 𝑥 7,352 𝑥 57 =− 6299,23 kgm
Dimana : Mlx = Momen lapangan arah x
Mly = Momen lapangan arah y
Mtx = Momen tumpuan arah x
Mty = Momen tumpuan arah y
X = Nilai konstanta dari perbandingan Ly/Lx
Perhitungan tulangan tumpuan dan lapangan arah X
= 1.3
αm = 2.53 (terjepit penuh)
𝑀𝑙𝑥 = 2791,49 kgm
= 27914900 Nmm
𝑅𝑛 =𝑀𝑢
𝜑𝑏𝑑2 =27914900
0,9×1000×1392 = 1,606
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =1
𝑚(1 − √1 −
2𝑚×𝑅𝑛
𝑓𝑦) = 0,00413
𝜌𝑚𝑖𝑛 = 0,0037
𝜌𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 = 0,00413
𝐴𝑠 = 𝜌𝑏𝑑 = 0,00413 × 1000 × 139 = 574,02
mm2
𝐴𝐷22 =1
4𝜋𝑑2 = 283,53 mm2
84
𝑛 =𝐴𝑠
𝐴𝐷32= 2,03 ≈ 3
𝑠 =1000
𝑛= 333,33 mm
𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠 = 5𝑑 = 5 × 200 = 1000 mm
Atau menurut SNI 2847:2013 Pasal 7.6.5, tulangan utama berspasi
tidak lebih jauh dari= 450 mm
Memperhatikan SNI 2847:2013 Pasal 7.6.1, maka digunakan
tulangan lentur D22-300 mm
Penulangan Arah Melintang pelat
Berdasarkan SNI 2847:2013 Pasal 7.12.2 penulangan arah y
dipasang tulangan susut dan suhu dengan : ρ = 0,0018
Diameter tulangan = 13 mm
fy = 400 MPa
𝜌 = 0,0018
𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝜌𝑏𝑑 = 0,0018 × 1000 × 121,5 = 250,2 mm2
𝐴𝐷13 =1
4𝜋𝑑2 = 132,74 mm2
n =𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
𝐴𝐷16=
272.7
132,74= 1,89 ≈ 2
𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =1000
n= 500 mm
𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 5 × ℎ = 5 × 200 = 1000 mm
Atau menurut SNI 2847:2013 Pasal 7.12.2.2, tulangan susut
berspasi tidak lebih jauh dari= 450 mm
Maka digunakan tulangan susut D13-450 mm
85
4.2.3.5 Perencanaan Balok Melintang Ramp
Gambar 4.22 Pembebanan Balok Melintang Ramp
Pembebanan Pelat Ramp
Beban Mati (DL)
Plat ramp = 0,2
cos (15)× 2400 = 496,93 kg/m2
Aspal (2cm) = 2 𝑥 14
cos (15) = 28,98 kg/m2
Spesi horizontal (2cm) = 2 𝑥 21
cos (15) = 43,48 kg/m2
Dackting + Plumbing = 30
cos (15) = 31,05 kg/m2 +
Beban mati (qD) = 600,44 kg/m2
Beban Hidup (qL) (PPIUG 1983 Tabel 3.1)
Berat lantai ramp = 800
cos (15) = 828,22 kg/m2
Kombinasi Beban :
Qu = 1,2 qD + 1,6 qL
= 1,2 (600,44) + 1,6 (828,22)
86
= 2045,68 kg/m2
Beban Berfaktor
qU = 2045,68 kg/m2 x (3 + 2,5) m
= 11251,24 kg/m
Tahap Perhitungan Penulangan Pada Balok Melintang Ramp
Tahapan yang digunakan dalam menentukan tulangan
lentur balok adalah sebagai berikut:
1. Menentukan data-data d, fy, f’c, dan Mu
2. Menentukan harga β1
…..SNI 2847:2013 pasal
(10.2.7.3)
3. Menentukan batasan harga tulangan dengan
menggunakan rasio tulangan yang disyaratkan sebagai
berikut :
.........................…SNI 2847:2013
lampiran B (8.4.2)
025.0max ………………..…..SNI 2847:2013 pasal (21.5.2.1)
b 75.0max ……………..SNI 2847:2013 lampiran B (10.3.3)
………………....SNI 2847:2013 pasal (7.12.2.1)
4. Menentukan harga m
5. Menentukan Rn
fyfy
cfb
600
600'185.0
'85.0 fc
fym
𝛽1 = 0.85 − 0.05(𝑓 ′ 𝑐 − 28)
7
𝜌 min = 0.002
87
2bd
MuRn
Diketahui harga Ø = 0.75…………..SNI 2847:2013 pasal (9.3.2.7)
6. Hitung rasio tulangan yang dibutuhkan :
Dimana :
7. Menentukan luas tulangan (AS) dari ῤ yang didapat
8.
9.
Gaya yang Bekerja pada Balok Ramp
Gambar 4.23 Pembebanan Balok Melintang Ramp
Bentang (L) : 7,65 m
Momen (Mu) :
Mu = 21
8qU L =
1
8 𝑥 11251,24 x 7,652
= 82306,34 kg.m
fy
xmxRn
m
211
1
min < pakai < max
dxxbAs bxd
As
A B
88
Gaya Geser (Vu) :
Vu = 1
2qU L =
1
2 𝑥 11251,24 x 7,65
= 43035,99 kg
Analisa Gaya Dalam pada Balok
Pada proses analisis struktur balok digunakan perhitungan statis
tertentu dengan mengasumsikan perletakan balok Sendi-Rol.
𝛴𝑀𝐴 = 0
7,65𝑉𝑏 − 𝑞𝑢 × 7,65 × 3,825 = 0
7,65𝑉𝑏 − 329225,35 = 0
𝑉𝑏 = 43036 kg
𝛴𝑀𝐵 = 0
7,65𝑉𝑎 − 𝑞𝑢 × 7,65 × 3,825 = 0
7,65𝑉𝑎 − 329225,35 = 0
𝑉𝑎 = 43036 kg
Kontrol
𝛴𝑉𝐴 = 0
Va + Vb - 𝑞𝑢 × 7,65 = 0
43036 + 43036 − 11251,24 x 7,65 = 0 86072 − 86072 = 0 ( OK )
a. Gaya Momen (M)
𝑀𝑥 = 𝑉𝑎 × 𝑥 −𝑞𝑢
2× 𝑥2
𝑀𝐴 = 0 kgm
𝑀𝐵 = 43036 × 7,65 −11251,24
2× 7,652
= 0 kgm
𝑀𝑥′ = 𝑉𝑎 − 𝑞1 × 𝑥
0 = 43036 − 11251,24 × 𝑥
𝑥 (M maks)= 3,825 m
Mmax = 43036 × 3,825 −11251,24
2× 3,8252
= 82306,37 kgm
89
b. Gaya Lintang (D)
𝐷𝐴𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 = 𝑉𝑎
= 43036 kg
𝐷𝐵𝑘𝑖𝑟𝑖 = 𝑉𝑎 − 𝑞𝑢 × 𝑥
= 43036 − 11251,24 × 7,65
= −43036 kg
c. Gaya Normal (N)
𝑁𝐴−𝐵 = 0 kg
Gambar Diagram Gaya Dalam:
Gambar 4.24 Gaya Dalam Balok Melintang Ramp
90
Data Perencanaan Balok Ramp:
f’c = 35 MPa
fy = 400 MPa
Tulangan utama = 𝐷22 mm
Tulangan sengkang = 𝜑16 mm
b = 300 mm
decking (d’) = 50 mm
h = 400 mm
d = 400 − 50 − 16 −1
2𝑥22 = 333 mm
β1 = 0,85 −0,05(35−28)
7 = 0,80 (SNI 2847:2013
pasal 10.2.7.3)
ρmin =1,4
𝑓𝑦=
1,4
400 = 0,0035 (SNI
2847:2013 pasal 10.5.1)
atau =0,25√𝑓′𝑐
𝑓𝑦=
0,25√35
400 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟑𝟕
(menentukan)
m =𝑓𝑦
0,85𝑓′𝑐=
400
0,85× 35 = 13,45
400 mm
300 mm
d = 400 – 50 – 16 – (0,5 x 22)
d = 333
91
d. Perhitungan Tulangan Lentur
1. Mencari ρ balance
……………..SNI 2847:2013
lampiran B (8.4.2)
=0,85 𝑥 0,8 𝑥 35
400𝑥 (
600
600+400) = 0,0357
2. Mencari ρ maksimum
0,025 ……………..SNI 2847:2013 pasal (21.5.2.1)
……………..SNI 2847:2013 lampiran B
(10.3.3)
= 0,75 x 0,057 = 0,026775 Di pakai ρ maksimum yang lebih kecil = 0,025
3. Mencari ρ minimum
……………..SNI 2847:2013 pasal (10.5.1)
= 0,0037 (menentukan)
Atau,
……………..SNI 2847:2013 pasal (10.5.1)
= 1,4
400= 0,0035
Dari kedua harga ρmin tersebut, diambil harga yang terbesar
= 0,0037
4. Menentukan harga m
m =𝑓𝑦
0,85𝑓′𝑐=
400
0,85× 35 = 13,45
max
b 75.0max
fyfy
cfb
600
600'185.0
92
5. Menentukan Mn yang digunakan
a. Mn = Mu/Ф
Mu = 82306,34 kgm
Ф = 0,75 (SNI 2847:2013 ps. 9.3.2.3 )
Mn = 82306,34/0,75 = 109741,79 kgm
b. Mn = Cc ( d – 0,5 x tebal pelat)
Cc = 0,85 x f’c x be x tebal pelat
be adalah lebar efektif balok T menerima beban, harga be didapat:
be = ¼ L = 0,25 x 7650 = 1912,5 mm
be = bw+8xtebal pelat= 300 + 8 x 20 = 460 mm
be = ln = bentang bersih balok= 7650 – 2(50+30) = 7490 mm
dari ketiga be yang didapat diambil harga yang paling kecil sebagai
harga yang paling menentukan, jadi be = 460 mm
Cc = 0,85 x 35 x 460 x 20 = 273700
Mn = 273700 ( 333 – 0,5 x 20 )/10000 = 8840,51 kgm
Dari harga Mn yang didapat diambil harga Mn yang terbesar
sebagai harga yang menentukan, jadi Mn = 109741,79 kgm =
109741790 kgmm
93
6. Menentukan Rn
= 109741790 = 4,398
0,75 x 300 x 3332
Diketahui harga Ø = 0.75 ........……………..SNI 2847:2013
pasal (9.3.2.7)
7. Hitung rasio tulangan yang dibutuhkan :
= 1
1 -
1 - 2 x 13,45 x 4,398 = 0,0119
13,45 400 Dimana :
0,0037 < 0,0119 < 0,025
Jadi pakai = 0,0119
8. Menentukan luas tulangan (AS) dari ῤ yang didapat
As = 0,0119 x 300 x 333 = 1188,81 mm2
9. Menentukan jumlah tulangan
~ 4 buah
tulangan
2bd
MnRn
fy
xmxRn
m
211
1
= 1188,81 = 3,127
0,25 π x 222
min < pakai < max
94
10. Menentukan jarak tulangan
=300−4𝑥22−2𝑥50−2𝑥16
4−1 = 26,667 = 25 mm
Maka digunakan tulangan lentur D22-25 (1521 mm2)
e. Perhitungan Tulangan Geser
Vu = 43035,99kg = 430359,9 N
φ = 0,75 (SNI
2847:2013 Pasal 9.2.3)
Vc =1
6√𝑓′𝑐𝑏𝑑 =
1
6√35 × 300 × 333 = 98502,7 N
φVc = 0,75 × 98502,7 = 73877,1 N
Karena 𝜙𝑉𝑐 = 73877,1 𝑁 ≤ 𝑉𝑢 = 430359,9 𝑁 N
maka dibutuhkan tulangan geser
Vn =𝑉𝑢
𝜑=
430359,9
0,75 = 573812 N
Vsbutuh = 𝑉𝑛 − 𝑉𝑐 = 573812 − 98502,7 = 475309,3 N
Syarat Smax =𝑑
2=
333
2 = 166,5 mm (SNI
2847:2013 Pasal 11.4.5.1)
Atau = 600 mm
Dipakai s = 150 mm
Av = 2 ×1
4× 𝜋𝑑2 =
1
2𝑥 𝜋 𝑥 192 = 567,05 mm2
Vs = 𝐴𝑣 × 𝑓𝑦 ×𝑑
𝑠= 567,05 × 240 ×
333
150= 503540,4 𝑁 ≥
𝑉𝑠𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ = 475309,3 N
Maka digunakan tulangan geser φ19-150 mm
95
4.2.3.6 Perencanaan Balok Memanjang Ramp
Gambar 4.25 Pembebanan Balok Memanjang Ramp
Pembebanan Pelat Ramp
Beban Mati (DL)
Plat ramp = 0,2
cos (15)× 2400 = 496,93 kg/m2
Aspal (2cm) = 2 𝑥 14
cos (15) = 28,98 kg/m2
Spesi horizontal (2cm) = 2 𝑥 21
cos (15) = 43,48 kg/m2
Dackting + Plumbing = 30
cos (15) = 31,05 kg/m2 +
Beban mati (qD) = 600,44 kg/m2
Beban Hidup (qL) (PPIUG 1983 Tabel 3.1)
Berat lantai ramp = 800
cos (15) = 828,22 kg/m2
Kombinasi Beban :
Qu = 1,2 qD + 1,6 qL
= 1,2 (600,44) + 1,6 (828,22)
= 2045,68 kg/m2
96
Beban Berfaktor
qU = 2045,68 kg/m2 x (7,65
2) m
= 7824,73 kg/m
Tahap Perhitungan Penulangan Pada Balok Melintang Ramp
Tahapan yang digunakan dalam menentukan tulangan
lentur balok adalah sebagai berikut:
1. Menentukan data-data d, fy, f’c, dan Mu
2. Menentukan harga β1
…..SNI 2847:2013 pasal
(10.2.7.3)
3. Menentukan batasan harga tulangan dengan
menggunakan rasio tulangan yang disyaratkan sebagai
berikut :
.........................…SNI 2847:2013
lampiran B (8.4.2)
025.0max ………………..…..SNI 2847:2013 pasal (21.5.2.1)
b 75.0max ……………..SNI 2847:2013 lampiran B (10.3.3)
………………....SNI 2847:2013 pasal (7.12.2.1)
4. Menentukan harga m
5. Menentukan Rn
2bd
MuRn
Diketahui harga Ø = 0.75…………..SNI 2847:2013 pasal (9.3.2.7)
fyfy
cfb
600
600'185.0
'85.0 fc
fym
𝛽1 = 0.85 − 0.05(𝑓 ′ 𝑐 − 28)
7
𝜌 min = 0.002
97
6. Hitung rasio tulangan yang dibutuhkan :
Dimana :
7. Menentukan luas tulangan (AS) dari ῤ yang didapat
8.
9.
Perhitungan Balok Memanjang Ramp dengan Bentang (L)
6 meter
Gambar 4.26 Pembebanan Balok Memanjang Ramp Bentang 6
Meter
fy
xmxRn
m
211
1
min < pakai < max
dxxbAs bxd
As
98
Gaya yang Bekerja pada Balok Ramp
Bentang (L) : 6 m
Momen (Mu) :
Mu = 21
8qU L =
1
8 𝑥 7824,73 x 62
= 35211,29 kg.m
Gaya Geser (Vu) :
Vu = 1
2qU L =
1
2 𝑥 7824,73 x 6
= 23474,19 kg
Analisa Gaya Dalam pada Balok
Pada proses analisis struktur balok digunakan perhitungan statis
tertentu dengan mengasumsikan perletakan balok Sendi-Rol.
𝛴𝑀𝐴 = 0
6𝑉𝑏 − 𝑞𝑢 × 6 × 3 = 0
6𝑉𝑏 − 140845,14 = 0
𝑉𝑏 = 23474,19 kg
𝛴𝑀𝐵 = 0
6𝑉𝑎 − 𝑞𝑢 × 6 × 3 = 0
6𝑉𝑎 − 140845,14 = 0
𝑉𝑎 = 23474,19 kg
Kontrol
𝛴𝑉𝐴 = 0
Va + Vb - 𝑞𝑢 × 7,65 = 0
23474,19 + 23474,19 − 7824,73 x 6 = 0
99
46948,38 − 46948,38 = 0 ( OK )
a. Gaya Momen (M)
𝑀𝑥 = 𝑉𝑎 × 𝑥 −𝑞𝑢
2× 𝑥2
𝑀𝐴 = 0 kgm
𝑀𝐵 = 23474,19 × 6 −7824,73
2× 62
= 0 kgm
𝑀𝑥′ = 𝑉𝑎 − 𝑞𝑢 × 𝑥
0 = 23474,19 − 7824,73 × 𝑥
𝑥 (M maks)= 3 m
Mmax = 23474,19 × 3 −7824,73
2× 32 = 35211,29
kgm
b. Gaya Lintang (D)
𝐷𝐴𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 = 𝑉𝑎
= 23474,19 kg
𝐷𝐵𝑘𝑖𝑟𝑖 = 𝑉𝑎 − 𝑞𝑢 × 𝑥
= 23474,19 − 7824 × 6
= −23474,19 kg
c. Gaya Normal (N)
𝑁𝐴−𝐵 = 0 kg
100
Gambar Diagram Gaya Dalam:
Data Perencanaan Balok Ramp:
f’c = 35 MPa
fy = 400 MPa
Tulangan utama = 𝐷22 mm
Tulangan sengkang = 𝜑16 mm
b = 300 mm
decking (d’) = 50 mm
h = 400 mm
d = 400 − 50 − 16 −1
2𝑥22 = 333 mm
β1 = 0,85 −0,05(35−28)
7 = 0,80 (SNI 2847:2013
pasal 10.2.7.3)
101
ρmin =1,4
𝑓𝑦=
1,4
400 = 0,0035 (SNI
2847:2013 pasal 10.5.1)
atau =0,25√𝑓′𝑐
𝑓𝑦=
0,25√35
400 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟑𝟕
(menentukan)
m =𝑓𝑦
0,85𝑓′𝑐=
400
0,85× 35 = 13,45
400 mm
300 mm
d = 400 – 50 – 16 – (0,5 x 22)
d = 333
Perhitungan Tulangan Lentur
1. Mencari ρ balance
……………..SNI 2847:2013
lampiran B (8.4.2)
=0,85 𝑥 0,8 𝑥 35
400𝑥 (
600
600+400) = 0,0357
2. Mencari ρ maksimum
0,025 ……………..SNI 2847:2013 pasal
(21.5.2.1)
fyfy
cfb
600
600'185.0
max
102
……………..SNI 2847:2013 lampiran B
(10.3.3)
= 0,75 x 0,057 = 0,026775 Di pakai ρ maksimum yang lebih kecil = 0,025
3. Mencari ρ minimum
……………..SNI 2847:2013 pasal
(10.5.1)
= 0,0037 (menentukan)
Atau,
……………..SNI 2847:2013 pasal
(10.5.1)
= 1,4
400= 0,0035
Dari kedua harga ρmin tersebut, diambil harga yang terbesar
= 0,0037
4. Menentukan harga m
m =𝑓𝑦
0,85𝑓′𝑐=
400
0,85× 35 = 13,45
5. Menentukan Mn yang digunakan
Mn = Mu/Ф
Mu = 35211,29 kgm
Ф = 0,75 (SNI 2847:2013 ps. 9.3.2.3 )
Mn = 35211,29/0,75 = 46948,39 kgm
Mn = Cc ( d – 0,5 x tebal pelat)
Cc = 0,85 x f’c x be x tebal pelat
b 75.0max
103
be adalah lebar efektif balok T menerima beban, harga be didapat
be = ¼ L = 0,25 x 11000 = 2750 mm
be = bw+8xtebal pelat= 300 + 8 x 20 = 460 mm
be = ln = bentang bersih balok= 11000 –
2(50+30) = 10840 mm
dari ketiga be yang didapat diambil harga yang paling kecil sebagai
harga yang paling menentukan, jadi be = 460 mm
Cc = 0,85 x 35 x 460 x 20 = 273700
Mn = 273700 ( 333 – 0,5 x 20 )/10000 = 8840,51 kgm
Dari harga Mn yang didapat diambil harga Mn yang terbesar
sebagai harga yang menentukan, jadi Mn = 46948,39 kgm =
46948390 kgmm
6. Menentukan Rn
= 46948390 = 1,8817
0,75 x 300 x 3332
Diketahui harga Ø = 0.75 ..……………..SNI 2847:2013 pasal
(9.3.2.7)
2bd
MnRn
104
7. Hitung rasio tulangan yang dibutuhkan :
= 1
1 -
1 - 2 x 13,45 x 1,882
= 0,00486
13,45 400 Dimana :
0,0037 < 0,00486 < 0,025
Jadi pakai = 0,00486
8. Menentukan luas tulangan (AS) dari ῤ yang didapat
As = 0,00486 x 300 x 333 = 485,92 mm2
9. Menentukan jumlah tulangan
~ 2 buah
tulangan
10. Menentukan jarak tulangan
=300−2𝑥22−2𝑥50−2𝑥16
2−1 = 124 = 100 mm
Maka digunakan tulangan lentur D22-100 (760,3 mm2)
fy
xmxRn
m
211
1
= 485,92 = 1,278
0,25 π x 222
min < pakai < max
105
Perhitungan Tulangan Geser
Vu = 23474,19 kg = 234741,9 N
φ = 0,75
(SNI 2847:2013 Pasal 9.2.3)
Vc =1
6√𝑓′𝑐𝑏𝑑 =
1
6√35 × 300 × 333 = 98502,7
N
φVc = 0,75 × 98502,7 = 73877,1 N
Karena 𝜙𝑉𝑐 = 73877,1 𝑁 ≤ 𝑉𝑢 = 234741,9 𝑁 N maka
dibutuhkan tulangan geser
Vn =𝑉𝑢
𝜑=
234741,9
0,75 = 312989,2 N
Vsbutuh = 𝑉𝑛 − 𝑉𝑐 = 312989,2 − 98502,7 =214486,5 N
Syarat Smax =𝑑
2=
333
2 = 166,5 mm
(SNI 2847:2013 Pasal 11.4.5.1)
Atau = 600 mm
Dipakai s = 150 mm
Av = 2 ×1
4× 𝜋𝑑2 =
1
2𝑥 𝜋 𝑥 192 = 567,05 mm2
Vs = 𝐴𝑣 × 𝑓𝑦 ×𝑑
𝑠= 567,05 × 240 ×
333
150= 503540,4 𝑁 ≥
𝑉𝑠𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ = 214486,5 N
Maka digunakan tulangan geser φ19-150 mm
4.3 Permodelan Struktur
4.3.1 Umum
Dalam perencanaan gedung bertingkat perlu dilakukan
adanya perencanaan pembebanan gravitasi maupun pembebanan
gempa. Hal ini bertujuan agar struktur gedung tersebut mampu
untuk memikul beban – beban yang terjadi. Pembebanan gravitasi
mengacu pada ketentuan PPIUG 1983 serta SNI 1727:2013 dan
pembebanan gempa mengacu pada SNI 1726:2012 yang di
dalamnya terdapat ketentuan dan persyaratan perhitungan beban
gempa.
106
Permodelan struktur apartemen Purimas Kota Surabaya
dilakukan menggunakan program bantu ETABS 2016. Program
bantu ini akan membantu dalam cek serta kontrol perhitungan
struktur sesuai persyaratan yang telah ditetapkan dalam SNI
1726:2012.
4.3.2 Data Perencanaan
Data – data perencanaan Apartemen Purimas Kota
Surabaya adalah sebagai berikut:
Mutu beton (f’c) : 35 MPa
Mutu baja tulangan (fy) : 400 MPa
Fungsi bangunan : Apartemen/Hunian
Tinggi bangunan : 43,3 m
Jumlah tingkat : 14 lantai
Tinggi tiap tingkat : Lantai 1 = 4,3 m
Lantai 2-14 = 3 m
Gambar 4.27 Permodelan 3D Struktur Utama
107
Gambar 4.28 Denah Struktur Apartemen
4.3.3 Pembebanan
Pembebanan gravitasi struktur pada sistem rangka
gedung/bangunan diterima oleh rangka dan dinding geser.
Pembebanan ini termasuk beban mati dan beban hidup yang terjadi
pada struktur. Menurut SNI 1727:2013, beban mati adalah berat
seluruh bahan konstruksi bangunan gedung yang terpasang,
dengan menggunakan berat bahan dan konstruksi yang sebenarnya.
Dalam hal ini digunakan berat bahan sesuai dengan ketentuan
PPIUG 1983, yaitu sebagai berikut:
Beban mati
1. Berat sendiri beton bertulang = 2400 kg/m3
2. Dinding beton = 250 kg/m2
3. Tegel = 24 kg/m2
4. Plafond = 11 kg/m2
5. Penggantung = 7 kg/m2
6. Plumbing + Dackting = 25 kg/m2
7. Spesi = 21 kg/m2
Menurut SNI 1727:2013, beban hidup adalah beban yang
diakibatkan oleh pengguna bangunan gedung atau struktur lain
yang tidak termasuk beban konstruksi dan beban lingkungan.
Berdasarkan tabel 4-1 SNI 1727:2013, beban hidup ditentukan
sebagai berikut:
108
Beban hidup
1. Hunian = 1,92 kN/m2 = 195,8 kg/m2
2. Tangga dan jalan keluar = 4,79 kN/m2 = 488,5 kg/m2
3. Ruang publik dan koridor = 4,79 kN/m2 = 488,5 kg/m2
4. Jalur akses pemeliharaan = 1,92 kN/m2 = 195,8 kg/m2
5. Ruang mesin/utilitas = 6 kN/m2 = 611,9 kg/m2
6. Atap = 0,96 kN/m2 = 97,9 kg/m2
Pembebanan Pelat Lantai
- Beban Mati (DL)
Plat = 0,2 × 2400 = 480 kg/m2
Tegel = 24 kg/m2
Plafond = 11 kg/m2
Penggantung = 7 kg/m2
Spesi = 21 kg/m2
Dackting + Plumbing = 25 kg/m2 +
Beban mati (qD) = 568 kg/m2
- Beban Hidup (qL) (SNI 1727:2013)
Berat pelat lantai ground – lt.14 = 195,8 kg/m2
Berat pelat lantai atap = 97,9 kg/m2
Beban pada balok tangga
Beban Mati
Beban dinding = 250 kg/m2 x 3 m = 750 kg/m
= 0.75 ton/m
Beban Mati Tangga = 546 kg/m
= 0.546 ton/m
Beban Hidup
Beban Hidup Tangga = 300 kg/m
= 0.3 ton/m
Perhitungan nilai total berat bangunan ini akan
digunakan untuk menentukan gaya geser statik. Nilai tersebut
digunakan untuk mengontrol apakah gaya geser dinamik yang
didapat dari ETABS 2016 sudah mencapai 85% dari gaya geser
109
statik. Pada tugas akhir ini gaya perhitungan berat struktur diambil
dari hasil analisis ETABS 2016 dengan kombinasi beban D + L.
4.3.4 Analisan Beban Gempa
4.3.4.1 Jenis Tanah
Berdasarkan hasil tes boring yang dilakukan di lapangan
dengan 4 titik (data tanah terlampir) yang berbeda, diperoleh nilai
N-SPT tanah rata-rata untuk kedalaman 30 meter yaitu N1= 12,33;
N2= 12,53; N3=11,27; N4= 13,07; dan semua nilai tersebut kurang
dari 15 (N< 15). Dengan hasil tersebut, berdasarkan pasal 5.3 SNI
1726:2012, maka kategori tanah yang ada di lapangan merupakan
TANAH LUNAK (SE).
Tabel 4.4 Tabel Klasifikasi Situs Tanah
110
4.3.4.2 Percepatan Respon Spektrum
Penentuan wilayah gempa dapat dilihat pada Gambar
4.29 dan Gambar 4.30
Gambar 4.29 Peta Harga Ss di Indonesia
(Sumber: SNI 1726:2012)
Untuk daerah Surabaya didapatkan nilai Ss = 0,663 g
Gambar 4.30 Peta Harga S1 di Indonesia
(Sumber: SNI 1726:2012)
Untuk daerah Surabaya didapatkan nilai S1= 0,247 g
111
Untuk nila Fa (koefisien situs untuk periode 0,2 detik)
dan Fv (koefisien situs untuk periode 1 detik) didapat dari Tabel
4.7 dan Tabel 4.8
Tabel 4.5 Koefisien Situs Fa
(Sumber: SNI 1726:2012 Tabel 4)
Kelas
situs
Parameter respons spektral percepatan gempa
(MCER) terpetakan pada periode pendek, T=0,2
detik, Ss
Ss≤0,25 Ss=0,5 Ss=0,75 Ss=1,0 Ss≥1,25
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,2 1,2 1,2 1,0 1,0
SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0
SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
SF SSb
Tabel 4.6 Koefisien Situs Fv
(Sumber: SNI 1726:2012 Tabel 5)
Kelas
situs
Parameter respons spektral percepatan gempa
(MCER) terpetakan pada periode 1 detik, S1
S1≤0,1 S1=0,2 S1=0,3 S1=0,4 S1≥0,5
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3
SD 2,4 2,0 1,8 1,6 1,5
SE 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4
SF SSb
Dari data di atas diperoleh data – data sebagai berikut
Ss = 0,663𝑔
S1 = 0,247𝑔
Fa = 1,7
Fv = 3,2
SMS = 𝐹𝑎 × 𝑆𝑠
112
= 1,7 × 0,663 = 1,127
SM1 = 𝐹𝑣 × 𝑆1
= 3,2 × 0,247
= 0,790
4.3.4.3 Parameter Percepatan Respons Spektral
SDS =2
3× 𝑆𝑀𝑆 =
2
3× 1,127 = 0,7514
SD1 =2
3× 𝑆𝑀1 =
2
3× 0,790 = 0,5269
Gambar 4.31 Grafik Respon Spektrum Surabaya
(Sumber:
Puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011)
Gedung ini berfungsi sebagai apartemen sehingga termasuk
kategori risiko II. Dari data – data yang telah didapat di atas bisa
ditentukan kategori desain seismik dari gedung ini menggunakan
Tabel 4.9 dan Tabel 4.10. Sehingga didapat gedung ini termasuk
kategori desain seismik D
113
Tabel 4.7 Kategori Desain Seismik berdasarkan Parameter
Respons Percepatan pada Perioda 1 Detik
Nilai SDS Kategori risiko
I atau II atau III IV
SDS<0,167 A A
0,167≤SDS<0,33 B C
0,33≤SDS<0,5 C D
0,5≤SDS D D
Tabel 4.8 Kategori Desain Seismik berdasarkan Parameter
Respons Percepatan pada Perioda Pendek
Nilai SD1 Kategori risiko
I atau II atau III IV
SD1<0,167 A A
0,067≤SD1<0,133 B C
0,133≤SD1<0,20 C D
0,20≤SD1 D D
Sistem yang dipilih harus sesuai dengan batasan sistem
struktur dan batasan ketinggian. Berdasarkan tabel 9 SNI
1726:2012 didapatkan salah satu sistem struktur yang tepat sesuai
dengan kategori desain seismik D beserta meninjau modifikasi
struktur menggunakan flat slab adalah sistem ganda dengan rangka
pemikul momen khusus yang mampu menahan paling sedikit 25%
gaya gempa yang ditetapkan dengan dinding geser beton bertulang
khusus yang mampu menahan 75% gaya gempa yang ditetapkan.
4.3.5 Pembebanan Gempa Dinamis
Perhitungan beban gempa pada struktur Apartemen
Purimas Kota Surabaya ditinjau dengan pengaruh gempa dinamik
sesuai SNI 1726:2012. Analisis dilakukan menggunakan respons
spektrum dengan parameter – parameter yang telah ditentukan
114
4.3.5.1 Arah Pembebanan
Beban gempa yang bekerja pada struktur bangunan
terjadi dalam arah sembarang (tidak terduga) baik dalam arah x dan
y secara bolak – balik dan periodik. Untuk menyimulasikan arah
pengaruh gempa rencana yang sembarang terhadap gedung,
pengaruh pembebanan gempa rencana dalam arah utama harus
dianggap efektif 100% dan harus dianggap terjadi bersamaan
dengan pengaruh pembebanan gempa yang arahnya tegak lurus
dengan arah utama dengan efektivitas 30%.
Gempa Respons Spektrum X:
100% arah X dan 30% arah Y
Gempa Respons Spektrum Y:
100% arah Y dan 30% arah X
4.3.5.2 Parameter Respon Spektrum Rencana
Parameter respon spektrum rencana digunakan untuk
menentukan gaya gempa rencana yang bekerja pada struktur. Pada
tugas akhir ini, perhitungan gaya gempa digunakan analisis
dinamik sesuai persyaratan SNI 1726:2012. Berikut adalah nilai
parameter respon spektrum untuk wilayah surabaya dengan kondisi
tanah lunak (kelas situs D):
Tabel 4.9 Nilai Parameter Tanah Lunak Wilayah Surabaya
Variabel Nilai
PGA (g) 0.325
SS (g) 0.663
S1 (g) 0.247
CRS 0.991
CR1 0.929
FPGA 1.124
FA 1.374
FV 3.012
PSA (g) 0.366
115
SMS (g) 0.911
SM1 (g) 0.744
SDS (g) 0.607
SD1 (g) 0.496
T0 (detik) 0.163
TS (detik) 0.817
(Sumber:
Puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011)
4.3.5.3 Faktor Reduksi Gempa (R)
Gedung ini direncanakan menggunakan flat slab dengan
sistem ganda dengan rangka pemikul momen khusus mampu
menahan paling sedikit 25% gaya gempa yang ditetapkan.
Berdasarkan tabel 9 SNI 1726:2012 didapatkan nilai faktor
pembesaran defleksi (Cd) = 5,5; nilai koefisien modifikasi respons
(R) = 7; dan nilai faktor kuat lebih sistem (Ω) = 2,5
4.3.5.4 Faktor Keutamaan (I)
Untuk berbagai kategori risiko struktur bangunan gedung
dan non gedung pengaruh gempa rencana terhadapnya harus
dikalikan dengan suatu faktor keutamaan Ie. Gedung ini
direncanakan sebagai bangunan hunian/apartemen. Pada Tabel
4.11 berdasarkan SNI 1726:2012 bangunan ini termasuk kategori
II sehingga didapat nilai Ie = 1,0
Tabel 4.10 Faktor Keutamaan Gempa
Kategori risiko Faktor keutamaan gempa, Ie
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,5
116
4.3.6 Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan diperlukan dalam sebuah
perencanaan struktur bangunan. Pada saat konstruksi, tentunya
beban – beban yang bekerja pada struktur hanya beban – beban
mati saja dan beban hidup sementara akibat pekerja konstruksi.
Sedangkan pada masa layan, beban – beban hidup permanen dari
aktivitas pemakai gedung dan barang – barang yang dapat bergerak
di dalam gedung. Hal ini tentunya akan berdampak pada kekuatan
rencana elemen struktur yang direncanakan berdasarkan kombinasi
pembebanan terbesar akibat penjumlahan beban – beban yang
bekerja dengan faktor beban Load Resistance Factor Design
(LRFD)
Kombinasi pembebanan yang dipakai pada struktur
gedung ini mengacu pada SNI 1726:2012 bangunan tahan gempa
sebagai berikut:
• 1,4 DL
• 1,2 DL + 1,6 LL
• 1,2 DL + 1,0 LL + 1,0 Ex
• 1,2 DL + 1,0 LL + 1,0 Ey
• 1,0 DL + 1,0 LL
• 0,9 DL + 1,0 Ex
• 0,9 DL + 1,0 Ey
Keterangan:
DL : beban mati
LL : beban hidup
Ex : beban gempa arah x
Ey : beban gempa arah y
4.3.7 Kontrol Desain
Setelah dilakukan pemodelan struktur 3 dimensi dengan
program bantu ETABS 2016, hasil analisis struktur harus dikontrol
terhadap suatu batasan – batasan tertentu sesuai dengan peraturan
SNI 1726:2012 untuk menentukan kelayakan sistem struktur
tersebut. Adapun hal – hal yang harus dikontrol adalah sebagai
berikut:
117
Kontrol beban gravitasi
Kontrol periode getar struktur
Kontrol respons seismik
Kontrol partisipasi massa
Kontrol batas simpangan (drift)
Kontrol sistem ganda
Dari analisis tersebut juga diambil gaya dalam yang terjadi pada
masing – masing elemen struktur untuk dilakukan pengecekan
kapasitas penampang
4.3.7.1 Kontrol Beban Gravitasi
Beban gravitasi dikontrol untuk mengecek kesesuaian
pemodelan pada program bantu ETABS 2016 dengan desain
bangunan gedung. Perhitungan beban mati masing–masing elemen
struktur pada gedung ditunjukkan pada Tabel 4.13 berikut:
118
Tabel 4.11 Rekapitulasi Beban Mati
Berat
b (m) h (m) L (m) (kg)
1 Pelat Atap 12.95 0.2 50 2 259.0 m3
2400 kg/m3
621600.0
Pelat Lantai 12.95 0.2 50 2 259.0 m3
2400 kg/m3
621600.0
Opening Tangga 5.3 0.2 3 2 6.4 m3
2400 kg/m3
15264.0
Opening Lift 5.3 0.2 4 2 8.5 m3
2400 kg/m3
20352.0
585984.0
3 Drop Panel A 2.6 0.55 2.6 22 81.8 m3
2400 kg/m3
196310.4
4 Drop Panel B 2.05 0.55 2.6 44 129.0 m3
2400 kg/m3
309566.4
5 Balok Tepi 0.35 0.5 152 1 26.6 m3
2400 kg/m3
63756.0
Kolom 90/90 0.9 3 0.9 1 2.4 m3
2400 kg/m3
5832.0
Kolom 90/90 -
Ground 0.9 4.3 0.9 1 3.5 m3
2400 kg/m3
8359.2
7 Kolom 75/75 0.75 3 0.75 1 1.7 m3
2400 kg/m3
4050.0
8 Kolom 50/50 0.5 3 0.5 1 0.8 m3
2400 kg/m3
1800.0Shearwall arah
X 0.4 3 4 10 48.0 m3
2400 kg/m3
115200.0
Shearwall arah
X - Ground 0.4 4.3 4 10 68.8 m3
2400 kg/m3
165120.0Shearwall arah
Y0.4 3 4 2 9.6 m
32400 kg/m
323040.0
Shearwall arah
Y - Ground 0.4 4.3 4 2 13.8 m3
2400 kg/m3
33024.0
11 Plafond 12.95 50 2 1295.0 m2
11 kg/m2
14245.0
12Penggantung
Lantai 12.95 50 2 1295.0 m2
7 kg/m2
9065.0
13 Plumbing 12.95 50 2 1295.0 m2
10 kg/m2
12950.0
14 Spesi (2 cm) 12.95 50 2 1295.0 m2
42 kg/m2
54390.0
15 Aspal (Atap) 12.95 50 2 1295.0 m2
14 kg/m2
18130.0
16Tegel (Penutup
Lantai) 12.95 50 2 1295.0 m2
48 kg/m2
62160.0
17 Lift 26032.5
18 Tangga 2 2.0 m 873 kg/m 1746.8
19 Bordes Tangga 1.5 1.5 m 546 kg/m 819.0
20 Ramp 11 11.0 m 4907 kg/m 53974.1
2
Σ
6
9
10
Berat Struktur
No JenisDimensi (nett)
Jumlah Total Pengali
119
Tabel 4.12 Perhitungan Beban Mati Gedung
Sedangkan untuk perhitungan beban hidup ditunjukkan pada
Tabel 4.15 berikut:
Berat Jumlah Jumlah Subtotal
(t) per lantai lantai (t)
1 Pelat Atap 621.60 1 14 8702.4
2 Pelat Lantai 585.98 1 1 586.0
3 Drop Panel A+B 505.88 1 15 7588.2
4 Balok Tepi 63.76 1 15 956.3
5 Kolom 90/90 - Ground 8.36 66 1 551.7
6 Kolom 90/90 5.83 66 5 1924.6
7 Kolom 75/75 4.05 66 5 1336.5
8 Kolom 50/50 1.80 66 4 475.2
9 Shearwall X+Y - Basement138.24 1 1 138.2
10 Shearwall X+Y - Ground 198.14 1 1 198.1
11 Shearwall X+Y - Lt.2-14 138.24 1 14 1935.4
12 Plafond 14.25 1 15 213.7
13 Penggantung Lantai 9.07 1 15 136.0
14 Plumbing 12.95 1 15 194.3
15 Spesi (2 cm) 54.39 1 15 815.9
16 Aspal (Atap) 18.13 1 15 272.0
17 Tegel (Penutup Lantai) 62.16 1 15 932.4
18 Lift 26.03 1 15 390.5
19 Tangga 1.75 1 15 26.2
20 Bordes Tangga 0.82 1 15 12.3
21 Ramp 53.97 1 1 54.0
27439.6Total
Elemen
120
Tabel 4.13 Perhitungan Beban Hidup
Beban yang terhitung pada permodelan ETABS 2016 yaitu
sebagai berikut:
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan beban pada ETABS 2016
Beban Mati = 27186.25 tonf
Baban Hidup = 4073.19 tonf
DL + LL = 27186.25 + 4073.19 =31259.44 𝑡𝑜𝑛
Selisih antara perhitungan manual dengan permodelan
ETABS yaitu sebagai berikut:
W manual – W permodelan = 31748.1 − 31259.44 = 488.6
ton.
Selisih =488.6
31748.1× 100% = 1.54%
Selisih 1.54% < 10%, dengan perhitungan manual. Dengan
demikian pemodelan struktur dianggap sesuai.
4.3.7.2 Kontrol Periode Waktu Getar Alami Fundamental
(T)
Untuk mencegah pengunaan struktur gedung yang terlalu
fleksibel, nilai waktu getar alami fundamental (T) dari struktur
gedung harus dibatasi. Berdasarkan SNI 1726:2012, perioda
No Jenis b (m) L (m) n
1 Hunian (Ground-Lt.14) 12.95 100 1 1295 m2
1.92 kN/m2
2486.4 kN
2 Bordes 1.5 2 3 m 5.46 kN/m 16.4 kN
3 Tangga 2 2 4 m 8.7341 kN/m 34.9 kN
4 Ramp 11 1 11 m 49.0674 kN/m 539.7 kN
3077.5 kN
43084.4 kN
4308.44 ton
A q (kN/m2) L0
Total per lantai
Total 14 lantai
121
fundamental pendekatan (Ta) untuk struktur dinding geser beton
ditentukan sebagai berikut:
n
w
a hC
T0062,0
x
i
i
i
i
i
n
B
w
D
h
A
h
h
AC
12
2
83,01
100
Keterangan:
hn = ketinggian total struktur (m)
AB = luas struktur (m2)
Ai = luas badan dinding geser “i” (m2)
Di = panjang dinding geser “i” (m)
hi = tinggi dinding geser “i” (m)
x = jumlah dinding geser dalam bangunan yang efektif dalam
menahan gaya lateral dalam arah yang ditinjau
Nilai Ta di atas adalah batas bawah periode struktur yang
ditinjau. Untuk batas atasnya dikalikan dengan koefisien batas
berdasarkan Tabel 14 SNI 1726:2012 yang tergantung dari nilai
SD1.
Untuk nilai SD1=0.5269, nilai koefisien batas (Cu) adalah 1,4.
Struktur studi kasus memiliki tinggi dari basement hingga atas
gedung (hn) adalah 46.5 m, dan luas struktur 9235.5 m2.
Tabel 4.16 Koefisien untuk Batas Atas
Parameter percepatan
respons spektral desain
pada 1 detik, SD1
Koefisien Cu
≥ 0,4 1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
≤ 1,7
122
Untuk arah X:
Dx = 4 m
h1 = h2 = 46.3 m
Ax = = 4 x 46.3 = 186.4 m2
2
2
4
3.4683,01
4.186
3.46
3.465
5.9235
100xCw
= 0,071036
084.13.46071036.0
0062,0 xTa
T = Cu x Ta = 1,4 x 1.084 = 1.52
Dari Tabel 4.16, T analisis ETABS arah X = 1.383
1.084 < Tx < 1.52 (OK)
Untuk arah Y:
D1 = D2 = 4 m
h1 = h2 = 46.3 m
A1 = A2 = 4 x 46.3 = 186.4 m2
2
2
4
3.4683,01
4.186
3.46
3.462
5.9235
100xCw
= 0,035518
533.13.46035518.0
0062,0 xTa
T = Cu x Ta = 1,4 x 1.533 = 2.146
T analisis ETABS arah Y = 1.687
1.533 < Ty < 2.146 (OK)
123
Tabel 4.16 Periode Struktur dari ETABS
Case Mode Period UX UY
sec
Modal 1 1.687 0.1072 0.5269
Modal 2 1.383 0.5353 0.1207
Modal 3 0.972 0.013 0.0217
Modal 4 0.482 0.0015 0.1547
Modal 5 0.319 0.1801 0.0015
Modal 6 0.278 0.0006 0.0473
Modal 7 0.247 0.0024 0.0008
Modal 8 0.227 0.0036 0.0004
Modal 9 0.199 0.00003895 0.0219
Modal 10 0.158 0.0033 0.0016
Modal 11 0.156 0.0021 0.0111
Modal 12 0.146 0.0561 0.001
Modal 13 0.144 0.0002 0.0134
Modal 14 0.128 0.0009 0.0001
Modal 15 0.126 0.0001 0.004
Modal 16 0.123 0.0006 0.0006
Modal 17 0.108 0.0001 0.0005
Modal 18 0.103 0.0178 0.0004
Modal 19 0.101 0.0019 0.0042
Modal 20 0.1 0.0002 0.0018
Modal 21 0.094 0.0002 0.0056
Modal 22 0.092 0.0005 0
Modal 23 0.091 0.00002712 0.0001
Modal 24 0.087 0.0053 0.0004
Modal 25 0.084 0.0004 0.0004
124
Dari perhitungan di atas, didapatkan bahwa perioda
fundamental struktur dalam arah x dan arah y hasil analisa
permodelan pada ETABS 2016 telah memenuhi persyaratan pada
SNI 1726:2012
4.3.7.3 Kontrol Respons Seismik
Berdasarkan SNI 1726:2012, nilai akhir respon dinamik
struktur gedung dalam arah yang ditetapkan tidak boleh kurang
dari 85% nilai respons statik. Koefisien respons seismik Cs harus
ditentukan sesuai dengan SNI 1726:2012 pasal 7.8.1
𝐶𝑠 =𝑆𝐷𝑆
𝑅
𝐼𝑒
Dengan:
SDS = percepatan spektrum respons desain dalam
rentan periode pendek
R = faktor modifikasi respons
Ie = faktor keutamaan gempa
SDS = 0,7514
R = 7
Ie = 1
Cs =0,7514
7
1
= 0,1073
Dan nilai Cs tidak perlu melebihi:
Cs =𝑆𝐷1
𝑇(𝑅
𝐼)
=0,5269
1.995(7
1)
= 0,03764
Dan nilai Cs harus tidak kurang dari:
Cs = 0,044 × 𝑆𝐷𝑆 × 𝐼𝑒 = 0,044 × 0,7514 × 1 =0,03306
Maka nilai Cs diambil 0,03764
Perhitungan gaya geser (base shear) menggunakan SNI
1726:2012 dengan persamaan berikut:
𝑉 = 𝐶𝑠 × 𝑊 Di mana:
Cs = koefisien respons seismik
125
W = berat seismik efektif
𝑉𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘 = 0,03764 × 31748000 𝑘𝑔 = 1194937 kg
Dari hasil analisis menggunakan program ETABS 2016
didapatkan nilai gaya geser dasar sebagai berikut:
Tabel 4.17 Gaya Geser Dasar Akibat Beban Gempa
Kontrol:
Arah X
Vdinamik ≥ 0,85 × Vstatik
1314.9 ≥ 0,85 × 1194.937 ton
1314.9 ≥ 1015.7 (OK)
Arah Y
Vdinamik ≥ 0,85 × Vstatik
1183.0 ≥ 0,85 × 1194.937 ton
1183.0 ≥ 1015.7 (OK)
Dari kontrol di atas dapat disimpulkan bahwa analisis
struktur bangunan ini masih memenuhi persyaratan SNI
1726:2012 pasal 7.8
4.3.7.4 Kontrol Partisipasi Massa
Menurut SNI 1726:2012 pasal 7.9.1, bahwa perhitungan
respon dinamik struktur harus sedemikian rupa sehingga partisipasi
massa ragam terkombinasi paling sedikit sebesar 90% dari massa
aktual dari masing-masing arah
Dalam hal ini digunakan bantuan program ETABS 2016
untuk mengeluarkan hasil partisipasi massa seperti pada Tabel
4.18, didapat partisipasi massa arah X sebesar 90,53% pada modal
ke 12 dan partisipasi massa arah Y sebesar 90,97% pada modal ke
126
12. Maka dapat disimpulkan analisis struktur yang sudah dilakukan
telah memenuhi syarat yang terdapat pada SNI 1726:2012 pasal
7.9.1 yaitu partisipasi massa ragam terkombinasi paling sedikit
sebesar 90%.
Tabel 4.18 Rasio Partisipasi Massa
Case Mode Period Sum UX Sum UY
sec
Modal 1 1.687 0.1072 0.5269
Modal 2 1.383 0.6425 0.6477
Modal 3 0.972 0.6555 0.6694
Modal 4 0.482 0.657 0.8241
Modal 5 0.319 0.8371 0.8256
Modal 6 0.278 0.8377 0.873
Modal 7 0.247 0.8401 0.8738
Modal 8 0.227 0.8437 0.8741
Modal 9 0.199 0.8437 0.896
Modal 10 0.158 0.8471 0.8976
Modal 11 0.156 0.8492 0.9087
Modal 12 0.146 0.9053 0.9097
Modal 13 0.144 0.9055 0.923
Modal 14 0.128 0.9064 0.9231
Modal 15 0.126 0.9064 0.9272
Modal 16 0.123 0.907 0.9278
Modal 17 0.108 0.9071 0.9283
Modal 18 0.103 0.9249 0.9288
Modal 19 0.101 0.9268 0.9329
Modal 20 0.1 0.927 0.9347
Modal 21 0.094 0.9272 0.9403
Modal 22 0.092 0.9277 0.9403
127
Modal 23 0.091 0.9278 0.9405
Modal 24 0.087 0.9331 0.9408
Modal 25 0.084 0.9335 0.9413
4.3.7.5 Kontrol Batas Simpangan antar Lantai (Drift)
Pembatasan simpangan antar lantai suatu struktur
bertujuan untuk mencegah kerusakan non-struktur dan
ketidaknyamanan penghuni.
Berdasarkan SNI 1726:2012 Pasal 7.9.3 untuk memenuhi
persyaratan simpangan digunakan rumus :
∆i< ∆a
dimana :
∆i = Simpangan yang terjadi ∆a = Simpangan ijin antar lantai
Perhitungan ∆i untuk tingkat 1 :
I
δCΔ e1d
1
Perhitungan ∆i untuk tingkat 2 :
I
CδδΔ d
e1e22
dimana :
eSimpangan yang dihitung akibat beban gempa tingkat
1
eSimpangan yang dihitung akibat beban gempa tingkat
2 Cd = Faktor pembesaran defleksi
I = Faktor keutamaan gedung
Untuk sistem ganda dan dinding geser khusus, dari tabel
9 SNI 1726-2012 didapatkan nilai Cd = 5,5 dan dari tabel 2 SNI
1726:2012 didapat nilai I = 1. Dari tabel 16 SNI 1726:2012 untuk
sistem struktur yang lain simpangan antar tingkat ijinnya adalah :
128
sxa h02,0Δ
dimana :
hsx = Tinggi tingkat dibawah tingkat x
Tabel 4.19 Simpangan antar Lantai yang diizinkan
Struktur Kategori Risiko
I atau II III IV
Struktur, selain dari struktur
dinding geser batu bata, 4
tingkat atau kurang dengan
dinding interior, partisi,
langit – langit dan sistem
dinding eksterior yang telah
didesain untuk
mengakomodasi simpangan
antar lantai tingkat
0,025hsxc 0,020hsx
0,015hsx
Struktur dinding geser
kantilever batu bata 0,010hsx 0,010hsx 0,010hsx
Struktur dinding geser batu
bata lainnya 0,007hsx 0,007hsx 0,007hsx
Semua struktur lainnya 0,020hsx 0,015hsx 0,010hsx
Untuk tinggi tingkat 3 m, simpangan ijinnya adalah :
mm 60
m 0,06
302,0 Δa
Dari analisis akibat beban lateral (beban gempa) dengan
program bantu struktur ETABS, diperoleh nilai simpangan yang
terjadi pada struktur yaitu sebagai berikut :
129
Tabel 4.20 Simpangan antar Lantai yang Terjadi Akibat Beban
gempa
Lt Δx Δy Δa
Δx≤Δa Δy≤Δa mm mm mm
Atap 49.657 43.958 60 OK OK
14 45.851 40.493 60 OK OK
13 42.013 37.007 60 OK OK
12 38.099 33.475 60 OK OK
11 34.141 29.923 60 OK OK
10 30.167 26.376 60 OK OK
9 26.21 22.863 60 OK OK
8 22.292 19.414 60 OK OK
7 18.455 16.066 60 OK OK
6 14.749 12.863 60 OK OK
5 11.243 9.859 60 OK OK
4 8.024 7.112 60 OK OK
3 5.189 4.684 60 OK OK
2 2.845 2.655 60 OK OK
Ground 0.595 0.634 60 OK OK
Dari hasil Tabel 4.20 di atas maka analisis struktur
Apartemen Purimas Kota Surabaya memenuhi persyaratan sesuai
dengan SNI 1726:2012 Pasal 7.9.3 dan Pasal 7.12.1
4.3.7.6 Kontrol Sistem Ganda
Untuk sistem rangka ganda, rangka pemikul momen
harus mampu menahan paling sedikit 25 persen gaya gempa
desain. Tahanan gaya gempa total harus disediakan oleh kombinasi
rangka pemikul momen dan dinding geser atau rangka bresing,
dengan distribusi yang proporsional terhadap kekakuannya.
130
Tabel 4.21 Kontrol Distribusi Sistem Ganda
Lt Ex Ey SWx Swy Cx Cy
tonf tonf tonf tonf tonf tonf
Atap 203.3 188.9 141.9 111.7 61.4 77.2
14 390.1 361.2 199.8 194.7 190.3 166.5
13 532.3 487.1 304.7 300.3 227.6 186.8
12 641.5 577.7 410.5 381.2 231.0 196.5
11 732.8 646.6 356.2 384.4 376.6 262.2
10 816.8 704.2 438.9 439.5 377.9 264.7
9 894.4 755.8 516.5 490.2 377.9 265.6
8 967.7 809.2 587.5 545.9 380.2 263.3
7 1037.9 868.7 657.6 609.2 380.3 259.5
6 1105.3 934.7 807.8 664.6 297.5 270.1
5 1168.7 1003.2 872.1 742.3 296.6 260.9
4 1226.1 1069.3 947.2 817.9 278.9 251.4
3 1272.8 1127.6 1019.2 884.3 253.6 243.3
2 1306.1 1171.7 1139.9 976.8 166.2 194.9
Ground 1314.9 1183.1 1200.7 850.3 114.2 332.8
Σ 13610.7 11889.0 9600.5 8393.3 4010.2 3495.7
% terhadap geser total 71% 71% 29% 29%
Keterangan:
Ex : Gaya geser nominal total yang ditumpu oleh
gedung akibat gempa arah x
Ey : Gaya geser nominal total yang ditumpu oleh
gedung akibat gempa arah y
SWx : Gaya geser nominal yang ditumpu oleh dinding
geser akibat gempa arah x
SWy : Gaya geser nominal yang ditumpu oleh dinding
geser akibat gempa arah y
Cx : Gaya geser nominal yang ditumpu oleh rangka
akibat gempa arah x
131
Cy : Gaya geser nominal yang ditumpu oleh rangka
akibat gempa arah x
Karena total gaya yang diterima struktur rangka dalam
arah x dan y yaitu 29% dan 29% telah melebihi nilai 25%, maka
struktur telah memenuhi persyaratan distribusi gaya pada sistem
ganda.
4.4 Perencanaan Struktur Primer
4.4.1 Umum
Struktur utama merupakan suatu komponen utama
dimana kekakuannya mempengaruhi perilaku gedung tersebut.
Struktur utama memiliki fungsi untuk menahan pembebanan yang
berasal dari beban gravitasi dan beban lateral berupa beban gempa
maupun beban angin. Komponen utama terdiri dari kolom, dinding
geser dan flat slab. Pada bab ini akan dibahas mengenai kekuatan
struktur utama mencakup kebutuhan tulangan yang diperlukan
pada komponen tersebut.
4.4.2 Perencanaan Pelat/Flat Slab
Momen yang digunakan untuk merencanakan tulangan
plat adalah momen rata-rata terbesar dari kombinasi beban lantai.
Gambar 4.32 Momen yang terjadi pada Pelat (lantai ground)
4.4.2.1 Data Perencanaan
Untuk perencanaan diapakai data sebagai berikut :
Mutu beton (f’c) : 35 MPa
Mutu baja (fy) : 400 MPa
132
𝛽1 = 0.85 − 0.05(𝑓 ′ 𝑐 − 28)
7
Tebal pelat yang direncanakan :
- Tebal pelat lantai : 20 cm
- Tebal pelat atap : 20 cm
Tebal selimut beton minimum untuk tulangan, SNI 2847:2013
pasal 7.7.1 :
Beton yang berhubungan dengan tanah dan cuaca
Batang D-19 hingga D-56 ……………….……………50
Batang D16, jarring kawwat polos P16 atatu kawat ulir D16 dan
yang lebih kecil ……………………………................40
Diameter tulangan rencana = 19 mm
4.4.2.2 Tahap Penulangan Pelat
Tahapan yang digunakan dalam menentukan tulangan
lentur plat adalah sebagai berikut:
1. Menentukan data-data d, fy, f’c, dan Mu
2. menentukan harga β1
……………..SNI 2847:2013
pasal (10.2.7.3)
3. Menentukan batasan harga tulangan dengan menggunakan
rasio tulangan yang disyaratkan sebagai berikut :
………..SNI 2847:2013 lampiran
B (8.4.2)
025.0max …….…………..SNI 2847:2013 pasal (21.5.2.1)
b 75.0max ……………..SNI 2847:2013 lampiran B (10.3.3)
……………..SNI 03-2847-2013 pasal (7.12.2.1)
4. Menentukan harga m
fyfy
cfb
600
600'185.0
𝜌 min = 0.002
'85.0 fc
fym
133
5. Menentukan Rn
2bd
MuRn
Diketahui harga Ø = 0.75… SNI 2847:2013 pasal (9.3.2.7)
6. Rasio tulangan yang dibutuhkan :
Dimana :
7. Menentukan luas tulangan (AS) dari ῤ yang didapat
8. Menentukan spasi maksimum antar tulangan
S < 450 mm M ……….........SNI 2847:2013 pasal (7.6.5)
S < 3 x h …………......…..SNI 2847:2013 pasal (7.6.5)
9. Jumlah tulangan tiap meter (n) = ASperlu /As tulangan
10. Jarak tulangan (s) = 1000/n
4.4.2.3 Perencanaan Tulangan Pelat Lantai Jalur Kolom
Arah Sumbu X
Tabel 4.22 Momen plat lantai
Column Strip (Arah x) Mu
(Tonf-m)
Mu
(Nmm)
Tumpuan -24,0509 24050900
Lapangan 23,5079 23507900
Tebal decking = 20 mm
Diameter tulangan utama = 19 mm
Tebal Drop Panel = 150 mm
fy
xmxRn
m
211
1
bxd
As
min < pakai < max
dxxbAs
134
𝛽1 = 0.85 − 0.05(𝑓 ′ 𝑐 − 28)
7
fyfy
fcb
600
600'85.0 1
Tebal Plat Lantai = 200 mm
b = 1000 mm
d = dx = 200 – 20 – (0,5 x 19) = 170,5 mm
dy = 200 – 20 – 19 – (0,5 x 19) = 151,5 mm
Gambar 4.33 Potongan Memanjang Pelat
β1 = 0.8
ρb = 0.0357
ρmax = 0,025
ρmax = 0,75 ρb = 0,026775
ρmin = 0,002
Tulangan Tumpuan
Direncanakan menggunakan tulangan D19
b = 1000 mm
dx = 170,5 mm
Mu = 24050900 Nmm
596,45,17010009,0
24050900 x 0,5)-(1
dxb0,9
Mu Rn
22
13,445350,85
400
fc'0,85
fym
135
0125,0400
596,4445,13211
13,445
1
fy
Rnm211
m
1ρ perlu
ρ max = 0,0267 > ρ pakai = 0,0125 > ρmin = 0,002 dipakai ρperlu
sehingga didapatkan tulangan perlu sebesar :
Asperlu dbρ
2mm21395,17010000,0125
Dipasang tulangan D19 sebanyak 8 buah
Jarak tulangan = 1000/8 = 125 mm
Maka dipasang tulangan D19-125 ( As = 2268 mm2 )
Perhitungan tulangan tekan
Persyaratan SNI 2847:2013 menyatakan bahwa luasan tulangan
serat bawah tidak boleh kurang dari 1/3 luasan atas.
Asmin ≥ 1/3 As
Asmin ≥ 1/3 x 2268
Asmin ≥ 714
As’perlu dbρ 2mm21395,17010000,0125
Maka untuk tulangan tekan (tulangan bawah) dipasang tulangan
sejumlah D19-150 ( As’ =2010,6 mm2)
Tulangan Lapangan
Direncanakan menggunakan tulangan D19
b = 1000 mm
dx = 170,5 mm
Mu = 23507900 Nmm
493,45,17010009,0
23510000 x 0,5)-(1
dxb0,9
Mu Rn
22
136
13,445350,85
400
fc'0,85
fym
0122,0400
493,4445,13211
13,445
1
fy
Rnm211
m
1ρ perlu
ρ max = 0,0267 > ρ pakai = 0,0122 > ρmin = 0,002 dipakai ρperlu
sehingga didapatkan tulangan perlu sebesar :
Asperlu dbρ
2mm20875,17010000,0122
Dipasang tulangan D19 sebanyak 8 buah
Jarak tulangan = 1000/8 = 125 mm
Maka dipasang tulangan D19-125 ( As = 2268 mm2 )
Perhitungan tulangan tekan
Persyaratan SNI 2847:2013 menyatakan bahwa luasan tulangan
serat bawah tidak boleh kurang dari 1/3 luasan atas.
Asmin ≥ 1/3 As
Asmin ≥ 1/3 x 2268
Asmin ≥ 714
As’perlu dbρ 2mm21395,17010000,0125
Maka untuk tulangan tekan (tulangan bawah) dipasang tulangan
sejumlah D19-150 ( As’ =2010,6 mm2)
137
4.4.2.4 Perencanaan Tulangan Pelat Lantai Jalur Tengah
Arah Sumbu X
Tabel 4.23 Momen plat lantai
Middle Strip (Arah x) Mu
(Knm)
Mu
(Nmm)
Tumpuan -48,515 48515000
Lapangan 114,735 114735000
Tebal decking = 20 mm
Diameter tulangan utama = 19 mm
Tebal Drop Panel = 150 mm
Tebal Plat Lantai = 200 mm
b = 1000 mm
d = 200 – 20 – (0,5 x 19) = 170,5 mm
d’= 200 – 170,5 = 29,5 mm
Dari perhitungan pada sebelumnya didapatkan :
ρbalance = 0,0389
ρmax = 0,02923
ρmin = 0,00395
m = 11,7647
Tulangan Tumpuan
Direncanakan menggunakan tulangan D19
b = 1000 mm
dx = 170,5 mm
Mu = 48515000 Nmm
6144,05,17010009,0
48515000 x 0,5)-(1
dxb0,9
Mu Rn
22
11,7647400,85
400
fc'0,85
fym
138
0016,0400
6144,07647,11211
11,7647
1
fy
Rnm211
m
1ρ perlu
001757,0
5,170100029,5-170,54009,0
48515000 x 0,5
d'-dxfy
Muρ'
dxb
ρ pakai = 0,0016 + 0,001757 = 0,003308 < ρmin = 0,00395 dipakai
ρmin sehingga didapatkan tulangan perlu sebesar :
Asperlu dbρ
2mm532,8775,17010000,00395
Maka dipasang tulangan D19-150 ( As = 1005,3096 mm2 )
Perhitungan tulangan tekan
Persyaratan SNI 2847:2013 menyatakan bahwa luasan tulangan
serat bawah tidak boleh kurang dari 1/3 luasan atas.
Asmin ≥ 1/3 As
Asmin ≥ 1/3 1005,3096
Asmin ≥ 335,1032
As’perlu dbρ'
2mm235,3955,17010000,001757
Maka untuk tulangan tekan (tulangan bawah) dipasang tulangan
sejumlah D19-300 ( As’ =804,25 mm2)
Tulangan Lapangan
Direncanakan menggunakan tulangan D19
b = 1000 mm
dx = 170,5 mm
Mu = 114735000 Nmm
139
455,15,17010009,0
114735000 x 0,5)-(1
dxb0,9
Mu Rn
22
11,7647400,85
400
fc'0,85
fym
0037,0400
455,17647,11211
11,7647
1
fy
Rnm211
m
1ρ perlu
0041625,0
5,170100029,5-170,54009,0
114735000 x 0,5
d'-dxfy
Muρ'
dxb
ρ pakai = 0,0037 + 0,0041625 = 0,00788 > ρmin = 0,00395 dipakai
ρperlu sehingga didapatkan tulangan perlu sebesar :
Asperlu dbρ
2mm696,17495,17010000,00788
Maka dipasang tulangan D19-150 ( As = 2010,619 mm2 )
Perhitungan tulangan tekan
Persyaratan SNI 2847:2013 menyatakan bahwa luasan tulangan
serat bawah tidak boleh kurang dari 1/3 luasan atas.
Asmin ≥ 1/3 As
Asmin ≥ 1/3 2010,619
Asmin ≥ 670,2064
As’perlu dbρ'
2mm09375,9245,17010000,0041625
Maka untuk tulangan tekan (tulangan bawah) dipasang tulangan
sejumlah D19-300 ( As’ =1005,3 mm2)
140
4.4.2.5 Perencanaan Tulangan Pelat Lantai Jalur Kolom
Arah Sumbu Y
Tabel 4.24 Momen plat lantai
Column Strip (Arah y) Mu
(Knm)
Mu
(Nmm)
Tumpuan -89,186 89186000
Lapangan 37,39114 37391140
Tebal decking = 20 mm
Diameter tulangan utama = 22 mm
Tebal Drop Panel = 150 mm
Tebal Plat Lantai = 200 mm
b = 1000 mm
d = 200 – 20 – (0,5 x 22) = 169 mm
d’= 200 - 169 = 31 mm
Dari perhitungan pada sebelumnya didapatkan :
ρbalance = 0,0389
ρmax = 0,02923
ρmin = 0,00395
m = 11,7647
Tulangan Tumpuan
Direncanakan menggunakan tulangan D22
b = 1000 mm
dx = 169 mm
Mu = 89186000 Nmm
131,116910009,0
89186000 x 0,5)-(1
dxb0,9
Mu Rn
22
11,7647400,85
400
fc'0,85
fym
141
0029,0400
131,17647,11211
11,7647
1
fy
Rnm211
m
1ρ perlu
003235,0
169100031-1694009,0
89186000 x 0,5
d'-dxfy
Muρ'
dxb
ρ pakai = 0,0029 + 0,003235 = 0,006111 > ρmin = 0,00395 dipakai
ρperlu sehingga didapatkan tulangan perlu sebesar :
Asperlu dbρ
2mm835,135616910000,006111
Maka dipasang tulangan D22-150 ( As = 1608,495 mm2 )
Perhitungan tulangan tekan
Persyaratan SNI 2847:2013 menyatakan bahwa luasan tulangan
serat bawah tidak boleh kurang dari 1/3 luasan atas.
Asmin ≥ 1/3 As
Asmin ≥ 1/3 1608,495
Asmin ≥ 536,165
As’perlu dbρ'
2mm315,71816910000,003235
Maka untuk tulangan tekan (tulangan bawah) dipasang tulangan
sejumlah D22-300 ( As’ =804,25 mm2)
Tulangan Lapangan
Direncanakan menggunakan tulangan D22
b = 1000 mm
dx = 169 mm
Mu = 37391140 Nmm
142
4742,016910009,0
37391140 x 0,5)-(1
dxb0,9
Mu Rn
22
11,7647400,85
400
fc'0,85
fym
0012,0400
4742,07647,11211
11,7647
1
fy
Rnm211
m
1ρ perlu
00135,0
169100031-1694009,0
37391140 x 0,5
d'-dxfy
Muρ'
dxb
ρ pakai = 0,0012 + 0,00135 = 0,00255 < ρmin = 0,00395 dipakai
ρmin sehingga didapatkan tulangan perlu sebesar :
Asperlu dbρ
2mm532,87716910000,00395
Maka dipasang tulangan D22-150 ( As = 1608,495 mm2 )
Perhitungan tulangan tekan
Persyaratan SNI 2847:2013 menyatakan bahwa luasan tulangan
serat bawah tidak boleh kurang dari 1/3 luasan atas.
Asmin ≥ 1/3 As
Asmin ≥ 1/3 1005,3096
Asmin ≥ 335,1032
As’perlu dbρ'
2mm152,30116910000,00135
Maka untuk tulangan tekan (tulangan bawah) dipasang tulangan
sejumlah D22-300 ( As’ = 804,25 mm2)
143
4.4.2.6 Perencanaan Tulangan Pelat Lantai Jalur Tengah
Arah Sumbu Y
Tabel 4.25 Momen plat lantai
Middle Strip (Arah y) Mu
(Knm)
Mu
(Nmm)
Tumpuan -87,869 87869630
Lapangan 65,175 65175000
Tebal decking = 20 mm
Diameter tulangan utama = 22 mm
Tebal Drop Panel = 150 mm
Tebal Plat Lantai = 200 mm
b = 1000 mm
d = 200 – 20 – (0,5 x 22) = 169 mm
d’= 200 - 169 = 31 mm
Dari perhitungan pada sebelumnya didapatkan :
ρbalance = 0,0389
ρmax = 0,02923
ρmin = 0,00395
m = 11,7647
Tulangan Tumpuan
Direncanakan menggunakan tulangan D22
b = 1000 mm
dx = 169 mm
Mu = 87869630 Nmm
1143,116910009,0
87869630 x 0,5)-(1
dxb0,9
Mu Rn
22
11,7647400,85
400
fc'0,85
fym
144
0028,0400
1143,17647,11211
11,7647
1
fy
Rnm211
m
1ρ perlu
003187,0
169100031-1694009,0
87869630 x 0,5
d'-dxfy
Muρ'
dxb
ρ pakai = 0,0028 + 0,003187 = 0,00602 > ρmin = 0,00395 dipakai
ρperlu sehingga didapatkan tulangan perlu sebesar :
Asperlu dbρ
2mm64568,133616910000,00602
Maka dipasang tulangan D22-300 ( As = 1608,495 mm2 )
Perhitungan tulangan tekan
Persyaratan SNI 2847:2013 menyatakan bahwa luasan tulangan
serat bawah tidak boleh kurang dari 1/3 luasan atas.
Asmin ≥ 1/3 As
Asmin ≥ 1/3 1608,495
Asmin ≥ 536,165
As’perlu dbρ'
2mm7128,70716910000,003187
Maka untuk tulangan tekan (tulangan bawah) dipasang tulangan
sejumlah D22-450 ( As’ =804,25 mm2)
Tulangan Lapangan
Direncanakan menggunakan tulangan D16
b = 1000 mm
dx = 169 mm
145
Mu = 65175000 Nmm
827,016910009,0
65175000 x 0,5)-(1
dxb0,9
Mu Rn
22
11,7647400,85
400
fc'0,85
fym
002,0400
827,07647,11211
11,7647
1
fy
Rnm211
m
1ρ perlu
002365,0
169100031-1694009,0
65175000 x 0,5
d'-dxfy
Muρ'
dxb
ρ pakai = 0,002 + 0,002365 = 0,00445 > ρmin = 0,00395 dipakai
ρperlu sehingga didapatkan tulangan perlu sebesar :
Asperlu dbρ
2mm3628,98916910000,00445
Maka dipasang tulangan D22-300 ( As = 1608,495 mm2 )
Perhitungan tulangan tekan
Persyaratan SNI 2847:2013 menyatakan bahwa luasan tulangan
serat bawah tidak boleh kurang dari 1/3 luasan atas.
Asmin ≥ 1/3 As
Asmin ≥ 1/3 1005,3096
Asmin ≥ 335,1032
As’perlu dbρ'
2mm927,52416910000,002365
Maka untuk tulangan tekan (tulangan bawah) dipasang tulangan
sejumlah D22-450 ( As’ =804,25 mm2)
146
Tabel 4.26 Penulangan plat
Arah
Penulangan
Posisis Tulangan Penulangan
Arah X Tumpuan
Column
Strip
Tarik D19 - 125
Tekan D19 - 150
Lapangan
Column
Strip
Tarik D19 - 125
Tekan D19 - 150
Tumpuan
Middle
Strip
Tarik D19 - 150
Tekan D19 - 300
Lapangan
Middle
Strip
Tarik D19 - 150
Tekan D19 - 300
Arah Y Tumpuan
Column
Strip
Tarik D22 - 150
Tekan D22 – 300
Lapangan
Column
Strip
Tarik D22 - 150
Tekan D22 - 300
Tumpuan
Middle
Strip
Tarik D22 - 300
Tekan D22 - 450
Lapangan
Middle
Strip
Tarik D22 - 300
Tekan D22 - 450
147
4.4.2.7 Pemeriksaan Tebal Pelat Berdasarkan Syarat Gaya
Geser
Dalam perencanaan pelat tanpa balok, pemeriksaan tebal
pelat berdasarkan syarat geser perlu dilakukan. Hal ini
dimaksudkan untuk menjamin tersedianya kekuatan geser yang
cukup.
Tabel 4.27 Nilai Vu dan Mu Hasil ETABS
Kolom Interior
(mm)
Vu
(N)
Mu
(N-mm)
900x900 440480 521540005
800x800 363329,3 293873600
700x700 258481,7 416556600
Tabel 4.28 Nilai Vu dan Mu Hasil ETABS
Kolom Eksterior
(mm)
Vu
(N)
Mu
(N-mm)
900x900 185627,2 205248500
800x800 173692 36305900
700x700 175272,8 250200500
148
a. Kolom 900x900 Interior
Gambar 4.34 Letak Bidang Kritis Kolom Interior
Vu = 440480 N
Pelat = 250 mm
Drop Panel = 150 mm
Selimut = 20 mm
C1,C2 = 900 mm
αs kolom interior = 40 mm
αs kolom eksterior = 30 mm
d 2
161620150250
356mm
bo dCdC 212
3569003569002
5024mm
Ao dbo
3565024
21788544mm
149
Vc 6
'21
dbofc
c
Vc 5N5655872,73
Vc 12
'2
dbofc
bo
ds
N389,4557120
Vc '3
1fcdbo
Vc 4N3770581,82
Vc menentukan 4N3770581,82
Vu(terjadi) = 440480 N
Vu(terjadi) < Vc (tidak butuh tulangan geser)
b. Kolom 800x800 Interior
Vu = 363329,3 N
Pelat = 250 mm
Drop Panel = 150 mm
Selimut = 20 mm
C1,C2 = 900 mm
d 2
161620150250
356mm
bo dCdC 212
3567003567002
4224mm
Ao dbo
3564224
21503744mm
Vc 6
'21
dbofc
c
Vc 8N4755256,05
150
Vc 12
'2
dbofc
bo
ds
N83,4256914
Vc '3
1fcdbo
Vc 5N3170170,70
Vc menentukan 4N3770581,82
Vu(terjadi) = 363329,3 N
Vu(terjadi) < Vc (tidak butuh tulangan geser)
c. Kolom 700x700 Interior
Vu = 258481,7 N
Pelat = 250 mm
Drop Panel = 150 mm
Selimut = 20 mm
C1,C2 = 900 mm
d 2
161620150250
356mm
bo dCdC 212
3566003566002
3824mm
Ao dbo
3563824
21361344mm
Vc 6
'21
dbofc
c
Vc 9N4304947,71
Vc 12
'2
dbofc
bo
ds
151
N05,4106812
Vc '3
1fcdbo
Vc 6N2869965,14
Vc menentukan 6N2869965,14
Vu(terjadi) = 258481,7 N
Vu(terjadi) < Vc (tidak butuh tulangan geser)
d. Kolom 900x900 Eksterior
Gambar 4.35 Letak Bidang Kritis Kolom Eksterior
Vu = 185627,2 N
Pelat = 250 mm
Drop Panel = 150 mm
Selimut = 20 mm
C1,C2 = 900 mm
d 2
161620150250
356mm
152
bo dCdC 22
112
3569001789002
4668mm
Ao dbo
3564668
21661808mm
Vc 6
'21
dbofc
c
Vc 4N5255098,31
Vc 12
'2
dbofc
bo
ds
N546,3755571
Vc '3
1fcdbo
Vc 6N3503398,87
Vc menentukan 6N3503398,87
Vu(terjadi) = 185627,2 N
Vu(terjadi) < Vc (tidak butuh tulangan geser)
e. Kolom 800x800 Eksterior
Vu = 173692 N
Pelat = 250 mm
Drop Panel = 150 mm
Selimut = 20 mm
C1,C2 = 900 mm
d 2
161620150250
356mm
bo dCdC 22
112
3567001787002
153
3868mm
Ao dbo
3563868
21377008mm
Vc 6
'21
dbofc
c
Vc 6N4354481,63
Vc 12
'2
dbofc
bo
ds
N597,3380314
Vc '3
1fcdbo
Vc 8N2752884,97
Vc menentukan 8N2752884,97
Vu(terjadi) = 173692 N
Vu(terjadi) < Vc (tidak butuh tulangan geser)
f. Kolom 700x700 Eksterior
Vu = 175272,8 N
Pelat = 250 mm
Drop Panel = 150 mm
Selimut = 20 mm
C1,C2 = 900 mm
d 2
161620150250
356mm
bo dCdC 22
112
3566001786002
3468mm
Ao dbo
3563468
154
21234608mm
Vc 6
'21
dbofc
c
Vc 7N3904173,29
Vc 12
'2
dbofc
bo
ds
N207,3305263
Vc '3
1fcdbo
Vc 8N2602782,19
Vc menentukan 8N2602782,19
Vu(terjadi) = 175272,8 N
Vu(terjadi) < Vc (tidak butuh tulangan geser)
4.4.2.8 Pelimpahan Momen dan Gaya Geser pada
Pertemuan Pelat dan Kolom
Gambar 4.36 Distribusi Tegangan Geser (SNI 2847:2013)
155
Menurut SNI 2847:2013 Pasal 11.11.7.1, dalam
perencanaan pelat tanpa balok penumpu diperlukan peninjauan
terhadap momen tak berimbang pada muka kolom penumpu,
sehingga apabila beban gravitasi, angin, gempa atau beban lateral
lainnya menyebabkan terjadinya perpindahan momen antara pelat
dan kolom, maka dari sebagian momen yang tak berimbang harus
dilimpahkan sebagai lentur pada keliling kolom dan sebagian
menjadi tegangan geser eksentris.
a. Kolom 900x900 Interior
Vu = 440480 N
= 44048 kg
Mu = 521540000 Nmm
= 52154 kgm
Ao 21788544mm 21,788544m
d 356mm
c1,c2 + d 356900
1256mm
Cab 125621
628mm
Jc 266
dcd2
12
33dcdcdddc
Jc 2
256,1256,1356,0
6
356,0256,1
6
1,2560,356233
Jc 4244569,0 m
v
dc
dc
2
1
3
21
1-1
156
256,1
256,1
3
21
1-1
0,4
VuAB Jc
CabMuv
Ao
Vu
47969,0
628,0521544,0
1,788544
44048
Nkg 9,78195889,78195
VuCD Jc
CabMuv
Ao
Vu
47969,0
628,0521544,0
1,788544
44048
Nkg 2894022,28940
Vuperlu Nkg 9,78195889,78195
Vc dbofc '17,0
Vc 1442248N
Vu < Vc (tidak butuh tulangan geser)
b. Kolom 800x800 Interior
Vu = 363329,3 N
= 36332,93 kg
Mu = 293873600 Nmm
= 29387,36 kgm
Ao 21503744mm 21,503744m
d 356mm
c1,c2 + d 356700
1056mm
Cab 105621
528mm
157
Jc 266
dcd2
12
33dcdcdddc
Jc 2
056,1056,1356,0
6
356,0056,1
6
1,0560,356233
Jc 4147681,0 m
v
dc
dc
2
1
3
21
1-1
256,1
256,1
3
21
1-1
0,4
VuAB Jc
CabMuv
Ao
Vu
147681,0
528,036,293874,0
1,503744
36332,93
Nkg 10387833,103878
VuCD Jc
CabMuv
Ao
Vu
147681,0
528,036,293874,0
1,503744
36332,93
Nkg 4529399,45293
Vuperlu Nkg 10387833,103878
Vc dbofc '17,0
Vc 1212590N
Vu < Vc (tidak butuh tulangan geser)
158
c. Kolom 700x700 Interior
Vu = 258481,7 N
= 25848,17 kg
Mu = 416556600 Nmm
= 41655,66 kgm
Ao 2mm1361344 21,361344m
d 356mm
c1,c2 + d 356600
956mm
Cab 95621
8mm47
Jc 266
dcd2
12
33dcdcdddc
Jc 2
956,0956,0356,0
6
356,0956,0
6
0,9560,356233
Jc 4110871,0 m
v
dc
dc
2
1
3
21
1-1
256,1
256,1
3
21
1-1
0,4
VuAB Jc
CabMuv
Ao
Vu
110871,0
478,066,416554,0
1,361344
25848,17
Nkg 1,90823881,90823
159
VuCD Jc
CabMuv
Ao
Vu
110871,0
478,066,416554,0
1,361344
25848,17
Nkg 5284933,52849
Vuperlu Nkg 1,90823881,90823
Vc dbofc '17,0
Vc 1097762N
Vu < Vc (tidak butuh tulangan geser)
4.4.3 Perencanaan Drop Panel
Drop panel memiliki fungsi utama untuk mengurangi
tegangan geser di sekitar kolom. Setelah dilakukan pengujian
terhadap tegangan geser pons pada pelat di sekitar kolom, ternyata
hasilnya melebihi syarat tegangan geser pons. Agar struktur tidak
mengalami retak akibat geser pons, maka dipasang drop panel
setebal 15 cm.
Gambar 4.37 Denah Struktur Drop Panel
Dimensi Drop Panel:
Panjang : 2,6 m
Lebar : 2,6 m
Tinggi : 15 cm
B = 1000 mm
160
fyfy
fcb
600
600'85.0 1
d = dx = 150 – 20 – (0,5 x 19) = 120,5 mm
dy = 150 – 20 – 19 – (0,5 x 19) = 101,5 mm
150 d dy
Gambar 4.38 Potongan Memanjang Drop Panel
4.4.3.1 Perhitungan Tulangan Drop Panel
Pembebanan pada Drop Panel:
- Beban Mati (DL)
Plat = 0,2 × 2400 = 480 kg/m2
Tegel = 24 kg/m2
Plafond = 11 kg/m2
Penggantung = 7 kg/m2
Spesi = 21 kg/m2
Dackting + Plumbing = 25 kg/m2 +
Beban mati (qD) = 568 kg/m2
- Beban Hidup (qL) (SNI 1727:2013)
Berat pelat lantai = 195,8 kg/m2
Gaya dalam yang diterima drop panel, output dari program bantu
ETABS adalah:
M (+) = 29,517 ton.m = 295170000 Nmm
M (-) = -52,383 ton.m = 523830000 Nmm
Penulangan Momen positif (M+)
β1 = 0.8
ρb = 0.0357
ρmax = 0,025
ρmax = 0,75 ρb = 0,026775
161
fyfy
fcb
600
600'85.0 1
ρmin = 0,002
Direncanakan menggunakan tulangan D19
b = 1000 mm
dx = 120,5 mm
Mu = 295170000 Nmm
641,55,12010009,0
295170000 x 0,5)-(1
dxb0,9
Mu Rn
22
13,445350,85
400
fc'0,85
fym
0158,0400
641,5445,13211
13,445
1
fy
Rnm211
m
1ρperlu
ρ max = 0,0267 > ρ pakai = 0,0158 > ρmin = 0,002 dipakai ρperlu
sehingga didapatkan tulangan perlu sebesar :
Asperlu dbρ
2mm26905,12010000,0158
Dipasang tulangan D19 sebanyak 10 buah
Jarak tulangan = 1000/10 = 100 mm
Maka dipasang tulangan D19-100 ( As = 2836 mm2 )
Penulangan Momen negatif (M-)
β1 = 0.8
ρb = 0.0357
ρmax = 0,025
ρmax = 0,75 ρb = 0,026775
ρmin = 0,002
Direncanakan menggunakan tulangan D19
162
b = 1000 mm
dx = 120,5 mm
Mu = 523830000 Nmm
02,105,12010009,0
523830000 x 0,5)-(1
dxb0,9
Mu Rn
22
13,445350,85
400
fc'0,85
fym
0319,0400
02,10445,13211
13,445
1
fy
Rnm211
m
1ρperlu
ρmin = 0,002 < ρ max = 0,0267 < ρ pakai = 0,0158 dipakai ρmax
sehingga didapatkan tulangan perlu sebesar :
Asperlu dbρ
2mm32275,12010000,0267
Dipasang tulangan D19 sebanyak 12 buah
Jarak tulangan = 1000/12 = 80 mm
Maka dipasang tulangan D19-80 ( As = 3402,34 mm2 )
4.4.4 Perencanaan Kolom
Kolom merupakan struktur vertikal yang memikul beban
gravitasi dan gempa serta meneruskannya beban struktur di atasnya
ke elemen struktur di bawahnya. Dalam tugas akhir ini,
direncanakan dimensi dan tipe kolom dibagi menjadi 3 tipe setiap
5 lantai.
163
4.4.4.1 Data Perencanaan
Gambar 4.39. Potongan Rangka
Data kolom perencanaan dimensi kolom tersebut adalah sebagai
berikut :
Mutu beton (f’c) : 40 MPa
Mutu tulangan lentur (fy) : 390 MPa
Mutu tulangan geser tump (fys) : 690 MPa (Grade 100)
Mutu tulangan geser lap (fys) : 390 MPa
Dimensi kolom A (Lt.11-atap) : 70/70 cm
Dimensi kolom B (Lt 6-10) : 80/80 cm
Dimensi kolom C (Lt. Ground - 5) : 90/90 cm
Tebal decking : 50 mm
Tinggi kolom : 300 cm
164
Sebagai contoh, diambil analisa pada kolom dengan gaya dalam
terbesar yaitu Kolom C. Data kolom perencanaan dimensi kolom
C tersebut adalah sebagai berikut :
Dimensi kolom : 90/90 cm
Diameter tulangan utama (D) : 25 mm
Dengan menggunakan program ETABS diperoleh besarnya gaya
dalam pada Kolom A adalah sebagai berikut:
Tabel 4.29. Gaya tekan dan momen Kolom A pada berbagai
kombinasi beban
Kombinasi Beban Pu (kN) Mu1 (kNm) Mu2 (kNm)
1,4D 1552,0 42,77 30,08
1,2D+1,6L 1772,7 45,25 42,73
(1,2+0,2SDS)D+L±E 2343,3 153,19 150,47
(0,9-0,2SDS)D+L±E 1103,6 132,44 133,67
Envelope 2343,3 153,19 150,47
Dan gaya geser dan torsi ultimate sebagai berikut:
Vu1 = 137,78 kN
Vu2 = 78,33 kN
Tu = 2,594 kNm
4.4.4.2 Kontrol Dimensi Kolom
Persyaratan pada SNI 2847:2013 pasal 21.6.1:
Kolom sebagai penahan gaya aksial dan gempa
Pu > Agf’c/10
9246 > 900x900x35/10 = 2560 kN (OK)
Kontrol dimensi kolom:
Penampang terpendek = 900 mm > 300 mm (OK)
Ratio b/h = 900/900 = 1 > 0,4 (OK)
165
4.4.4.3 Penulangan Longitudinal Kolom
Gambar 4.40. Diagram Interaksi Aksial – Momen Kolom
Rasio tulangan longitudinal harus memenuhi syarat SNI
2847:2013 pasal 10.9.1 yaitu antara 1%- 8%. Dengan program
bantu spColumn, berdasarkan kombinasi beban pada Tabel 4.12,
maka kolom memerlukan:
Tulangan longitudinal 12D25, dengan ρ = 1,27 % (OK)
4.4.4.4 Kontrol Kapasitas Beban Aksial Kolom
Sesuai SNI 2847:2013 Pasal 12.3.5.2, kapasitas beban
aksial kolom tidak boleh kurang dari beban aksial terfaktor hasil
analisa struktur.
𝜙𝑃𝑛(𝑚𝑎𝑥) = 0,8𝜙(0,85 × 𝑓′𝑐 × (𝐴𝑔 − 𝐴𝑠𝑡) + 𝑓𝑦 × 𝐴𝑠𝑡))
= 0,8 × 0,65 × (0,85 × (35) × (900 × 900 −
28 × 510) + 400 × 28 × 510)
= 12824 KN ≥ 𝑃𝑢 = 9246 KN (OK)
166
4.4.4.5 Kontrol Gaya Geser Rencana
Gaya geser rencana, Ve, untuk menentukan kebutuhan
tulangan geser kolom menurut SNI 2847:2013 pasal 21.6.5.1,
harus ditentukan dari peninjauan terhadap gaya gaya maksimum
yang dapat dihasilkan di muka-muka pertemuan-pertemuan
(joints) di setiap ujung komponen struktur.
Dengan bantuan spColumn, dengan fs = 1,25fy, didapat:
Mprc = 782 kNm
kNL
MV
n
prc
e 33,12670,3
190122
Gaya geser balok :
Mprb+ = 315,70 kNm
Mprb- = 383,47 kNm
kNV
V
ll
l
l
MMV
u
u
prpr
u
06,233
)0,30,3(
0,3
0,3
47,3837,3152
221
2
1
Gaya geser dari analisa struktur:
kNVu 39,15833,7866,137 22
Nilai gaya geser diambil nilai terbesar dari ketiga nilai di
atas yaitu 1267,33 kN.
4.4.4.6 Penulangan Geser Kolom
Daerah sendi plastis menurut SNI 2847:2013 ps.
21.6.4.1:
l0 ≥ h = 900 mm
l0 ≥ ln/6 = 3000/6 = 500 mm
l0 ≥ 450 mm
diambil l0 = 900 mm
Spasi daerah sendi plastis menurut SNI 2847:2013 ps.
21.6.4.3:
s ≤ b/4 = 900/4 = 225 mm
167
s ≤ 6Db = 6 x 25 = 150 mm
hx = (600 – 2x50 – 16)/2 = 342 mm < 350 mm (OK)
mmh
s x 7,1023
342350100
3
350100
100 mm ≤ s ≤ 150 mm
diambil spasi daerah sendi plastis = 100 mm
Luas tulangan geser yang diperlukan menurut SNI
2847:2013 ps. 21.6.4.4:
1
'3,0
ch
g
yt
ccsh
A
A
f
fsbA
275,3651490000
640000
690
406811003,0 mm
yt
cc
shf
fsbA
'09,0
244,358690
4068110009,0 mm
diambil nilai Ash yang terbesar yaitu 365,75 mm2
Maka untuk daerah sendi plastis sepanjang 800mm dari
muka joint, dipasang D19-100 Grade 100 (Ash = 398,2 mm2)
Mengingat beban aksial terfaktor kolom eksterior
minimal 9246 kN > 2560 kN, maka Nilai Vc diambil sesuai SNI
2847:2013 pasal 11.2.1.2.
dbfA
NV wc
g
u
c '14
117,0
kN43,32074280040164000014
9246000117,0
kNs
dfAV
ys
s 8,2042100
7426902,398
)43,3208,2042(75,0)( CS VV
kNVkN u 33,12674,1707 (OK)
168
Karena Vu ≥ ϕVc maka kebutuhan tulangan di luar daerah
sendi plastis yaitu:
kNVV
V cu
S 34,136975,0
43,32075,033,1267
2
'
1 8,8103901200
10008004075
1200
75mm
f
bSfA
y
c
V
2
2 7,6833903
1000800
3mm
f
bSA
y
V
2
3 4,4722742390
100034,1369mm
df
SVA
y
S
V
diambil Av = 4722,4 mm2
Jarak tulangan:
Dipasang sengkang 4 kaki D19
mmA
SDns
V
3,1704,4722
10001641441 22
Spasi sengkang untuk daerah di luar sendi plastis
menurut SNI 2847:2013 pasal 21.6.4.5:
s ≤ b = 800 mm
s ≤ 48Ds = 48 x 16 = 768 mm
s ≤ 6Db = 6 x 32 = 162 mm
s ≤ 150 mm
diambil s = 150 mm
Maka di luar daerah sendi plastis digunakan sengkang
D19-150.
4.4.4.7 Kontol Penulangan Torsi
Pengaruh puntir terbesar yang dapat diabaikan menurut
SNI 2847:2013 pasal 11.5.2: 2640000800800 mmAcp
mmpcp 3200)800800(2
169
'33,01'33,0
2
cg
u
cp
cp
cufA
N
p
AfT
4064000033,0
92460001
2400
6400004033,075,0
2
kNm14,567
kNmkNmTU 14,567594,2 (OK)
Maka tulangan torsi dapat diabaikan.
4.4.4.8 Rekapitulasi Analisa Struktur Kolom
Rekapitulasi hasil analisa struktur dan penulangan seluruh tipe
kolom ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4.30. Rekapitulasi Penulangan Kolom
Ket Kol A Kol B Kol C
Dimensi 70/70 cm 80/80 cm 90/90 cm
Tulangan
longitudinal 12D25 12D25 12D25
Sengkang
tumpuan
4D19-100
Grade 100
4D19-100
Grade 100
4D19-100
Grade 100
Sengkang
lapangan 4D19-200 4D19-200 4D19-200
4.4.5 Perencanaan Dinding Geser
Dinding geser (shearwall) dalam struktur gedung
berfungsi untuk menahan gaya geser dan momen yang terjadi
akibat gaya lateral. Dinding geser bekerja sebagai sebuah balok
kantilever vertikal dan dalam menyediakan tahanan lateral, dinding
geser menerima tekan, geser, maupun tekuk. Dalam tugas akhir ini
analisa struktur dinding geser dilakukan untuk mengkaji apakah
dimensi yang direncanakan memenuhi kapasitas yang dibutuhkan
untuk menahan beban.
170
4.4.5.1 Data Perencanaan
Data perencanaan adalah sebagai berikut:
Mutu beton (f’c) = 35 MPa
Mutu baja (fy) = 390 MPa
Bentang dinding geser = 4 m
Tinggi dinding geser = 3 m
Tebal dinding geser = 400 mm
Denah penempatan dinding geser dinding geser
ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 4.41 Denah Penempatan Dinding Geser (Balok Hitam)
Dinding geser harus mempunyai tulangan geser
horisontal dan vertikal. Sebagai contoh perhitungan, akan
direncanakan dinding geser pada lantai dasar. Dari hasil analisa
struktur dengan menggunakan program ETABS didapatkan
kombinasi envelope beban maksimum sebagai berikut:
Tabel 4.31 Output Gaya Dalam Dinding Geser (ETABS)
Kombinasi
Arah X Arah Y
Aksial
(kN)
Geser
(kN)
Momen
(kNm)
Aksial
(kN)
Geser
(kN)
Momen
(kNm)
Envelope 16281,01 3959,54 20790 18301,15 1180.16 55150
4.4.5.2 Kuat Aksial Rencana
Kuat aksial rencana dihitung berdasarkan (SNI
2847:2013 pasal 14.5.2)
171
∅𝑃𝑛 = 0,55∅𝑓′𝑐. 𝐴𝑔 [1 − (𝑘. 𝑙𝑐
32ℎ)
2
]
Di mana:
lc = panjang kolom
h = tebal dinding geser
k = faktor panjang efektif, di mana k = 0,8
Untuk arah X
Pu = 16281,01 kN
Ag = 400 × 6000 = 24×105 mm2
∅𝑃𝑛 = 0,55 × 0,75 × 35 × 24 × 105 [1 − (0,8 × 4000
32 × 400)
2
]
= 27843750 N
= 27843,75 kN > Pu = 16281,01 kN (OK)
Untuk arah Y
Pu = 18301,15 kN
Ag = 400 × 4000 = 16×105 mm2
∅𝑃𝑛 = 0,55 × 0,75 × 30 × 16 × 105 [1 − (0,8 × 4000
32 × 400)
2
]
= 18562500 N
= 18562,5 kN > Pu = 18301,15 kN (OK)
4.4.5.3 Pemeriksaan Tebal Dinding Geser
Tebal dinding dianggap cukup bila dihitung memenuhi
(SNI 2847:2013, pasal 11.9.3)
∅𝑉𝑛 = ∅0,83√𝑓′𝑐. ℎ. 𝑑 ≥ 𝑉𝑢
Di mana:
h = tebal dinding geser
d = 0,8 lw
Untuk arah X
Vu = 3959,54 kN
d = 0,8 × 6000
172
= 4800 mm
∅𝑉𝑛 = ∅0,83√𝑓′𝑐. ℎ. 𝑑
= 0,75 × 0,83√30 × 400 × 4800
= 4909785,005 N
= 4909,785 kN > Vu = 3959,54 kN (OK)
Untuk arah Y
Vu = 1180,16 kN
d = 0,8 × 4000
= 3200 mm
∅𝑉𝑛 = ∅0,83√𝑓′𝑐. ℎ. 𝑑
= 0,75 × 0,83√30 × 400 × 3200
= 3273190,004 N
= 3273,19 kN > Vu = 1180,16 kN (OK)
4.4.5.4 Kuat Geser Beton
Perhitungan kuat geser yang disumbangkan oleh beton
dihitung berdasarkan SNI 2847:2013, pasal 11.9.6
𝑉𝑐 = 0,27𝜆√𝑓′𝑐. ℎ. 𝑑 +𝑁𝑢. 𝑑
4𝑙𝑤
Untuk arah X
Vu = 3959,54 kN
Nu = Pu = 16281,01 kN
lw = 6000 mm
d = 0,8 × 6000
= 4800 mm
𝑉𝑐 = 0,27√30 × 400 × 4800 +16281010 × 4800
4 × 6000
= 5385746,994 N
= 5385,746 kN
0,5ΦVc = 0,5 × 0,75 × 5385,746
= 2019,655 kN < Vu = 3959,54 kN
Maka dibutuhkan tulangan geser horizontal, di mana:
Vn = Vc + Vs
173
Vs = 𝐴𝑣.𝑓𝑦.𝑑
𝑠
Av = luas tulangan horizontal
s = jarak tulangan horizontal
Untuk arah Y
Vu = 1180,16 kN
Nu = Pu = 18301,15 kN
lw = 4000 mm
d = 0,8 × 4000
= 3200 mm
𝑉𝑐 = 0,27√30 × 400 × 3200 +18301150 × 4800
4 × 6000= 5079926,065 N
= 5079,926 kN
0,5ΦVc = 0,5 × 0,75 × 5079,926
= 1904,97 kN > Vu = 1180,16 kN
Maka dibutuhkan tulangan geser horizontal, di mana:
Vn = Vc + Vs
Vs = 𝐴𝑣.𝑓𝑦.𝑑
𝑠
Av = luas tulangan horizontal
s = jarak tulangan horizontal
4.4.5.5 Penulangan Geser Dinding Geser
Sedikitnya harus dipakai dua lapis tulangan bila gaya
geser di dalam bidang dinding di antara dua komponen batas
melebihi 0,17. 𝐴𝑐𝑣. 𝜆√𝑓′𝑐, di mana Acv adalah luas bruto yang
dibatasi oleh tebal badan dan panjang penampang dinding (SNI
2847:2013 pasal 21.9.2.2).
Arah X
0,17. 𝐴𝑐𝑣. 𝜆√𝑓′𝑐 = 0,17 × (6000 × 400) × 1 × √30
= 1676031,026 N
= 1676,031 kN < 3959,54 kN
174
Maka diperlukan minimal dua lapis tulangan
Arah Y
0,17. 𝐴𝑐𝑣. 𝜆√𝑓′𝑐 = 0,17 × (4000 × 400) × 1 × √30
= 1955369,53 N
= 1955,369 kN > 1180,16 kN
Tidak diperlukan dua lapis tulangan
4.4.5.6 Penulangan Geser Horizontal
Sesuai SNI 2847:2013 pasal 11.9.9.2 rasio tulangan geser
horizontal terhadap luas beton bruto penampang vertikal tidak
boleh kurang dari 0,0025.
Arah X
Spasi tulangan geser horizontal tidak boleh melebihi
yang terkecil dari:
a. lw/5 = 6000/5 = 1200 mm
b. 3h = 3 × 400 = 1200 mm
c. 450 mm
Maka dipakai jarak tulangan s = 250 mm
Dipakai tulangan geser horizonta 2D13-200 mm (As =
258 mm2)
ρt =As
h×s=
258
400×250= 0,00258 > 0,0025 (OK)
Vs =Av. fy. d
s
=258×400×4800
250
= 1585152 N
= 1585,152 kN
Vn = Vc + Vs
= 5385,746 + 1585,152
= 6970,899 kN > Vu = 3959,54 kN (OK)
Arah Y
Spasi tulangan geser horizontal tidak boleh melebihi
yang terkecil dari:
a. lw/5 = 4000/5 = 800 mm
175
b. 3h = 3 × 400 = 1200 mm
c. 450 mm
Maka dipakai jarak tulangan s = 250 mm
Dipakai tulangan geser horizontal 2D13-200 mm (As =
258 mm2)
ρt =As
h×s=
258
400×250= 0,00258 > 0,0025 (OK)
Vs =Av.fy.d
s
=258×400×3200
250
= 1320960 N
= 1320,96 kN
Vn = Vc + Vs
= 5079,926 + 1320,96
= 6400,88 kN > Vu = 1180,16 kN (OK)
4.4.5.7 Batas Kuat Geser Tiap Dinding Struktural
Sesuai SNI 2847:2013 pasal 11.9.9.4 rasio luas tulangan
geser vertikal terhadap lus beton bruto penampang vertikal tidak
boleh kurang dari yang lebih besar dari:
0,0025 + 0,5(2,5 −ℎ𝑤
𝑙𝑤)(𝜌𝑡 − 0,0025) dan 0,0025
Arah X
0,0025 + 0,5 (2,5 −4000
6000) (0,00258 − 0,0025) = 0,002574
Spasi tulangan geser vertikal tidak boleh melebihi yang
terkecil dari:
a. lw/5 = 6000/5 = 1200 mm
b. 3h = 3 × 400 = 1200 mm
c. 450 mm
Maka digunakan tulangan geser vertikal 2D13-200 mm
(As = 258 mm2)
𝜌𝑙 =𝐴𝑠
ℎ×𝑠=
258
400×250= 0,00258 > 0,002574 (OK)
176
Arah Y
0,0025 + 0,5 (2,5 −4000
6000) (0,00258 − 0,0025) = 0,002574
Spasi tulangan geser vertikal tidak boleh melebihi yang
terkecil dari:
a. lw/5 = 4000/5 = 800 mm
b. 3h = 3 × 400 = 1200 mm
c. 450 mm
Maka digunakan tulangan geser vertikal 2D13-200 mm
(As = 258 mm2)
𝜌𝑙 =𝐴𝑠
ℎ×𝑠=
258
400×250= 0,00258 > 0,002574 (OK)
4.5 Perencanaan Pondasi
4.5.1 Umum
Pada umumnya pondasi merupakan komponen struktur
pendukung bangunan yang terletak di bagian terbawah dan
berfungsi sebagai elemen terakhir yang meneruskan beban ke
tanah. Dalam perencanaannya, pondasi terdiri dari dua jenis, yaitu
pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dangkal dipakai
untuk struktur dengan beban yang relatif kecil, sedangkan untuk
pondasi dalam dipakai untuk struktur dengan beban yang relatif
besar seperti pada gedung yang berlantai banyak.
Pondasi pada gedung ini direncanakan memakai pondasi
tiang pancang jenis Spun Pile produk dari Jaya Beton. Pada bab
perencanaan pondasi pembahasan meliputi perencanaan jumlah
tiang pancang yang dibutuhkan, perencanaan poer (pile cap) dan
perencanaan sloof (tie beam).
4.5.2 Data Tanah
Data tanah diperlukan untuk merencanakan pondasi
yang sesuai dengan jenis dan kemampuan daya dukung tanah
tersebut. Data tanah didapatkan melalui penyelidikan tanah pada
lokasi dimana struktur tersebut akan dibangun.
177
4.5.3 Spesifikasi Tiang Pancang
Pada perencanaan pondasi gedung ini, digunakan
pondasi tiang pancang jenis spun pile Produk dari PT. Wijaya
Karya Beton.
1. Tiang pancang beton pracetak (precast concrete pile)
dengan bentuk penampang bulat.
2. Mutu beton tiang pancang K-600 (concrete cube
compressive strength is 600 kg/cm2 at 28 days).
Berikut ini, spesifikasi tiang pancang yang akan
digunakan,
Diameter outside (D) : 600 mm
Thickness : 100 mm
Bending momen crack : 17 tm
Bending momen ultimate : 25,5 tm
Allowable axial : 252,7 ton
4.5.4 Daya Dukung
4.5.4.1 Daya Dukung Tiang Pancang Tunggal
Daya dukung pada pondasi tiang pancang ditentukan
oleh dua hal, yaitu daya dukung perlawanan tanah dari unsur dasar
tiang pondasi (Qp) dan daya dukung tanah dari unsur lekatan lateral
tanah (Qr). Sehingga daya dukung total dari tanah dapat
dirumuskan:
Qu = Qp + Qs
Di samping peninjauan berdasarkan kekuatan tanah
tempat pondasi tiang pancang di tanam, daya dukung suatu tiang
juga harus ditinjau berdasarkan kekuatan bahan tiang pancang
tersebut.
Hasil daya dukung yang menentukan yang dipakai
sebagai daya dukung ijin tiang. Perhitungan daya dukung dapat
ditinjau dari dua keadaan, yaitu daya dukung tiang pancang tunggal
yang berdiri sendiri dan daya dukung tiang pancang dalam
kelompok Perhitungan daya dukung tiang pancang ini dilakukan
berdasarkan hasil uji SPT menurut Luciano Decourt.
178
QL = Qp + Qs
Dimana :
QL = Daya dukung tanah maksimum pada pondasi
QP = Resistance ultime di dasar pondasi
QS = Resistance ultime akibat lekatan lateral
Qp = qp . Ap = (Np .K) .Ap
Dimana :
Ap = Luas penampang ujung tiang
Np = Harga rata–rata SPT 4B diatas dasar pondasi dan
4B
dibawah dasar pondasi.
K = Koefisien karakteristik tanah
12 t/m2 = 117,7 kPa, (untuk lempung)
20 t/m2 = 196 kPa, (untuklanau berlempung)
25 t/m2 = 245 kPa, (untuk lanau berpasir)
40 t/m2 = 392 kPa, (untuk pasir)
Qp = Tegangan di ujung tiang
Qs = qs . As = (Ns/3 + 1) . As
Dimana :
qs = Tegangan akibat lekatan lateral dalam t/m2
Ns = Harga rata-rata SPT sepanjang tiang
yang tertanam, dengan batasan ; 3 ≤ N ≤ 50
As = Keliling x panjang tiang yang terbenam
Harga N di bawah muka air tanah harus dikoreksi
menjadi N’ berdasarkan perumusan sebagai berikut (Terzaghi &
Peck):
N’ = 15 + 0,5 (N-15)
Dimana:
N = Jumlah pukulan kenyataan di lapangan untuk di
bawah muka air tanah
179
4.5.4.2 Daya Dukung Tiang Pancang Kelompok
Untuk daya dukung pondasi group,terlebih dahulu
dikoreksi dengan apa yang disebut dengan koefisien efisiensi Ce.
QL (group) = QL (1 tiang) x n x η
dengan n = jumlah tiang dalam group
Daya dukung pondasi kelompok menurut Converse
Labarre adalah:
Efisiensi :
( ή ) = 1 -
nmS
Dtgarc
112
Dimana :
D = diameter tiang pancang
S = jarak antar tiang pancang
m = jumlah baris tiang pancang dalam group
n = jumlah kolom tiang pancang dalam group
4.5.4.3 Repartisi Beban di Atas Tiang Berkelompok
Bila di atas tiang-tiang dalam kelompok yang disatukan
oleh sebuah kepala tiang (poer) bekerja beban-beban vertikal (V),
horizontal (H), dan momen (M), maka besarnya beban vertical
ekivalen (Pv) yang bekerja pada sebuah tiang adalah
2
max
2
maxmax
..
i
y
i
x
x
xM
y
yM
n
VP
Dimana :
Pi= Total beban yang bekerja pada tiang yang ditinjau
ymax= jarak maksimum tiang yang ditinjau dalam arah y
xmax= jarak maksimum tiang yang ditinjau dalam arah x
Σ xi2= jumlah kuadrat jarak tiang pancang terhadap as
poer arah x
Σ yi2 = jumlah kuadrat jarak tiang pancang terhadap as
poer arah y
nilai x dan y positif jika arahnya sama dengan arah e, dan
negatif bila berlawanan dengan arah e.
180
Gambar 4.42 Repartisi beban-beban yang bekerja di atas
kelompok tiang pondasi yang disatukan oleh poer
4.5.5 Perhitungan Tiang Pancang
Dari hasil analisa struktur dengan menggunakan program
bantu ETABS 2016, diambil output reaksi perletakan yang terbesar
dengan hasil ialah sebagai berikut (dalam hal ini, nilai beban yang
dimasukkan bukanlah beban service, tetapi beban awal sebelum
ditambah faktor beban) :
P = 734,133 t
Mux = 4579,64 kgm
Muy = 10658,19 kgm
Hx = 10196,2 kg
Hy = 4409,62 kg
181
4.5.5.1 Daya Dukung Tiang Pancang Tunggal
Dari hasil data tanah yang didapatkan dari Lab Mektan
ITS digunakan contoh untuk kedalaman 18m dengan diameter
tiang pancang 600 mm (lihat Tabel 4.32). Dari data tanah tersebut
kemudian dihitung menggunakan persamaan Luciano Decourt :
QN = Qp + Qs
Dimana:
Qp = (Np K) Ap
= (35,1875 40 0,28274) = 397,961 t
Qs = (Ns/3 + 1) As
= (5,614 +1) 1,8849618,5 = 230,6425 t
QL = Qp + Qs
= 397,961 + 230,6425 = 628,60375 t
QU = t 53,2093
60375,628
S
Q
f
L
Dari hasil Qu yang didapatkan maka rencana jumlah
tiang pancang adalah :
buah 4504,353,209
734,133
Q
P
u
n n
Secara lengkap perhitungan daya dukung tiang pancang
tunggal disajikan dalam tabel berikut ini
182
Gambar 4.43 Grafik Hubungan Qn Tiang Pancang dan
Kedalaman Tanah
Tabel 4.32 Hasil Perhitungan Daya Dukung
D (m) Jenis Tanah N-SPT N' Np K (t/m2) qp Qp Ns qs As Qs Ql Qu
0 LL 0 0 2.375 20 47.500 13.430 3.000 2.000 0.000 0.000 13.430 4.477
1 LL 1.5 1.5 3.300 20 66.000 18.661 3.000 2.000 1.885 3.770 22.431 7.477
2 LL 3 3 4.083 20 81.667 23.091 3.000 2.000 3.770 7.540 30.631 10.210
3 LL 5 5 4.643 20 92.857 26.255 3.000 2.000 5.655 11.310 37.564 12.521
4 LL 7 7 6.643 20 132.857 37.564 3.300 2.100 7.540 15.834 53.398 17.799
5 LL 8 8 8.929 20 178.571 50.490 4.083 2.361 9.425 22.253 72.743 24.248
6 LL 8 8 11.500 20 230.000 65.031 4.643 2.548 11.310 28.813 93.844 31.281
7 LL 14 14 14.286 20 285.714 80.784 5.813 2.938 13.195 38.759 119.543 39.848
8 LL 20 17.5 17.143 20 342.857 96.941 7.111 3.370 15.080 50.824 147.765 49.255
9 LL 27 21 22.214 20 444.286 125.619 8.500 3.833 16.965 65.031 190.650 63.550
10 LL 34 24.5 29.643 20 592.857 167.626 9.955 4.318 18.850 81.396 249.022 83.007
11 LL 39 27 34.643 20 692.857 195.901 11.375 4.792 20.735 99.353 295.254 98.418
12 LP 72 43.5 37.500 25 937.500 265.072 13.846 5.615 22.619 127.017 392.089 130.696
13 LP 105 60 36.357 25 908.929 256.993 17.143 6.714 24.504 164.530 421.523 140.508
14 LP 83 49 36.714 25 917.857 259.518 19.267 7.422 26.389 195.868 455.386 151.795
15 LP 60 37.5 38.571 25 964.286 272.645 20.406 7.802 28.274 220.599 493.244 164.415
16 LL 13 13 40.857 20 817.143 231.042 19.971 7.657 30.159 230.926 461.967 153.989
17 LP 39 27 39.214 25 980.357 277.189 20.361 7.787 32.044 249.530 526.719 175.573
18 LP 65 40 37.571 25 939.286 265.577 21.395 8.132 33.929 275.898 541.475 180.492
19 P 104 59.5 37.571 40 1502.857 424.923 23.300 8.767 35.814 313.971 738.894 246.298
20 P 82 48.5 41.071 40 1642.857 464.507 24.500 9.167 37.699 345.575 810.082 270.027
21 P 60 37.5 42.571 40 1702.857 481.472 25.091 9.364 39.584 370.651 852.122 284.041
22 P 60 37.5 42.214 40 1688.571 477.432 25.630 9.543 41.469 395.759 873.191 291.064
23 P 60 37.5 40.857 40 1634.286 462.083 26.125 9.708 43.354 420.895 882.978 294.326
24 P 60 37.5 42.786 40 1711.429 483.895 26.580 9.860 45.239 446.056 929.951 309.984
25 P 60 37.5 42.786 40 1711.429 483.895 27.000 10.000 47.124 471.239 955.134 318.378
183
Berdasarkan tabel di atas, daya dukung 1 pondasi
berdiameter 600 mm pada kedalaman 18 m adalah:
𝑃𝑖𝑗𝑖𝑛 = 180,49 t
Daya dukung izin pondasi satu tiang diameter 600 mm
berdasarkan mutu bahan adalah:
𝑃𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 = 252,7 t
4.5.5.2 Daya Dukung Tiang Pancang Kelompok
Pondasi tiang pancang direncanakan dengan diameter 60
cm. Jarak dari as ke as antar tiang pancang direncanakan seperti
pada perhitungan di bawah ini :
Untuk jarak antar tiang pancang :
2,5 D ≤ S ≤ 3 D
2,5 × 60 ≤ S ≤ 3 × 60
150 cm ≤ S ≤ 180 cm
Digunakan jarak antar tiang = 150 cm
Untuk jarak tiang pancang :
1 D ≤ S1 ≤ 2 D
1 × 60 ≤ S1 ≤ 2 × 60
60 cm ≤ S1 ≤ 120 cm
Digunakan jarak tiang ke tepi = 60 cm
Dimana : S = jarak antar tiang pancang
S1 = jarak tiang pancang ke tepi
Dipakai : jarak antar tiang pancang (S) = 150 cm
Jarak tepi tiang pancang (S1) = 60 cm
Pada pondasi tiang grup/kelompok, terlebih dahulu
dikoreksi dengan suatu faktor yaitu faktor efisiensi, yang dirumus
pada persamaan di bawah ini :
QL (group) = QL (1 tiang) x n x η
( ή ) = 1 -
nmS
Dtgarc
112
184
Dimana :
D = diameter tiang pancang
S = jarak antar tiang pancang
m = jumlah baris tiang pancang dalam 1 baris
n = jumlah kolom tiang pancang
Efisiensi :
( ή ) = 1 -
74535,02
1
2
12
90
1500600arctan
0
Sehingga :
Qijin grup = Q ijin 1tiang n
= 0,74535 (252,7) 4
= 753,404 t > Pu = 734,133 t
Gambar 4.44 Konfigurasi rencana tiang pancang
4.5.5.3 Kontrol Beban Maksimum 1 Tiang (Pmax)
Beban maksimum yang bekerja pada satu tiang dalam
tiang kelompok dihitung berdasarkan gaya aksial dan momen yang
bekerja pada tiang. Momen pada tiang dapat menyebabkan gaya
tekan atau tarik pada tiang, namun yang diperhitungkan hanya gaya
tekan karena gaya tarik dianggap lebih kecil dari beban gravitasi
struktur, sehingga berlaku persamaan :
185
)1(2
max
2
max
max tiangijin
i
y
i
x Px
xM
y
yM
n
VP
Di mana :
Pi = total beban yang bekerja pada tiang yang ditinjau
ymax = jarak maksimum tiang yang ditinjau dalam arah y
xmax = jarak maksimum tiang yang ditinjau dalam arah x
Σ xi2 = jumlah kuadrat jarak tiang pancang terhadap as poer
arah x
Σ yi2 = jumlah kuadrat jarak tiang pancang terhadap as poer
arah y
nilai x dan y positif jika arahnya sama dengan arah e, dan
negatif bila berlawanan dengan arah e.
∑𝑥𝑖2 = 4(15002) = 9000000 mm2 = 9 m2
∑𝑦𝑖2 = 4(15002) = 9000000 mm2 = 9 m2
Momen yang bekerja:
𝑀𝑥 = 𝑀𝑢𝑥 + (𝐻𝑦 × 𝑡) = 4,58 + (4,41 × 1,2)
= 9,87 tm
𝑀𝑦 = 𝑀𝑢𝑦 + (𝐻𝑥 × 𝑡) = 10,66 + (10,19 × 1,2)
= 22,88 tm
Perhitungan Beban Aksial Maksimum Pada Pondasi
Kelompok
a. Reaksi kolom = 734133 kg
b. Berat poer = 2,7 2,7 1,2 2400 = 20995,2 kg
Berat total (V) = 755128,67 kg
Sehingga didapatkan:
𝑃𝑚𝑎𝑥 =755,12
4+
9,87
9+
22,88
9= 192,41 𝑡 ≤ 209,53 t (OK)
4.5.5.4 Kontrol Kekuatan Tiang
Sesuai dengan spesifikasi dari PT. WIKA BETON
direncanakan tiang pancang beton dengan :
Diameter : 600 mm
186
Tebal : 100 mm
Type : A1
Allowable axial : 252,7 ton
Bending Momen crack : 17 tonm
Bending Momen ultimate : 25,5 tonm
Tiang pancang yang direncanakan di kontrol terhadap beberapa
kriteria berikut ini :
a. Kontrol terhadap gaya aksial
Tiang pancang yang direncanakan dengan diameter 80 cm
type A1 sesuai dengan spesifikasi dari PT.WIKA BETON, gaya
aksial tidak diperkenankan melebihi 415 Ton.
Pmax < Pijin = 415 ton (OK)
b. Kontrol terhadap gaya lateral
Panjang jepitan kritis tanah terhadap tiang pondasi menurut
metode Philiphonat dimana kedalaman minimal tanah terhadap
tiang pondasi didapat dari harga terbesar dari gaya-gaya berikut :
Monolayer : 3 meter atau 6 kali diameter
Multilayer : 1,5 meter atau 3 kali diameter
Perhitungan :
Tanah bersifat multi layer
Gambar 4.45 Diagram Gaya Lateral Tiang Pondasi
Le = panjang penjepitan
= 3 × 0,6 m = 1,8 m > 1,5 m
Dipakai Le = 1,8 m
My = Le × Hy
187
= 1,8 × 4409,62 kg
= 7,937316 tm
My (satu tiang pancang) = 984329,14
7,937316 tm
My < Mbending crack (dari Spesifikasi WIKA BETON)
1,984329 tm < 17 tm .......OK
Mx = Le × Hx
= 1,8 × 10,1962 t
= 18,35 tm
My (satu tiang pancang) = 588281,44
18,35 tm
My < Mbending crack (dari Spesifikasi WIKA BETON)
4,588281 tm < 17 tm .......OK
Dari kedua perhitungan momen yang telah dilakukan maka untuk
Ø60 cm kelas A1 pada Wika Piles Classification momen tidak
diperkenankan melebihi M = 17 tm.
4.5.6 Perencanaan Poer
Perencanaan Poer dirancang untuk meneruskan gaya dari
struktur atas ke pondasi tiang pancang. Berdasarkan hal tersebut
poer direncanakan harus memiliki kekuatan yang cukup terhadap
geser pons dan lentur.
Gambar 4.46 Rencana Poer
188
Data-data perencanaan :
Dimensi poer ( B × L ) = 2,7 × 2,7 m
Tebal poer ( t ) = 1,2 m
Diameter tulangan utama= 25 mm
Diameter sengkang = 12 mm
Dimensi kolom = 900 × 900 mm
Tebal selimut beton = 50 mm
Tinggi efektif balok poer
Arah x ( dx ) = 1200 – 50 – ½ × 25 = 1137,5 mm
Arah y ( dy ) = 1200 – 50 – 25 – ½ × 25 = 1112,5 mm
Gambar 4.47 Potongan Poer
a. Penulangan poer
Untuk penulangan lentur, poer dianalisa sebagai balok
kantilever dengan perletakan jepit pada kolom. Sedangkan beban
189
yang bekerja adalah beban terpusat di tiang kolom yang
menyebabkan reaksi pada tanah dan berat sendiri poer.
Gambar 4.48 Analisis Poer sebagai Balok Kantilever
Perhitungan gaya dalam pada poer didapat dengan teori
mekanika statis tertentu.
Berat poer uq = 2,7 × 1,20 × 2400 = 7776 kg/m
Pt = 2Pmaks = 2 × 199,7 ton = 399,4 ton
Penulangan arah x
Penulangan lentur:
𝑃𝑢 = 1,2 × 399,4 = 479,28 t
𝑞𝑢 = 7,776 t/m
Momen – momen yang bekerja:
𝑀 = (𝑃𝑡 × 𝑥) − (1
2𝑞 × 𝑙2)
= (399,4 × 0,75) − (1
2𝑥7,776 × 1,352)
= 299,55 − 7,08
= 292,47 tm
= 2924700000 Nmm
𝜌𝑚𝑖𝑛 =1,4
𝑓𝑦=
1,4
400= 0,0035
𝑚 =𝑓𝑦
0,85×𝑓′𝑐=
400
0,85×35= 13,44
𝑅𝑛 =𝑀𝑢
𝜙𝑏𝑑2 =2924700000
0,9×1000×1137,52 = 2,512
a b
190
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =1
𝑚(1 − √1 −
2𝑚𝑅𝑛
𝑓𝑦) =
1
13,44(1 − √1 −
2×13,44×2,512
400)
= 0,0066
𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 × 𝑏𝑤 × 𝑑
= 0,0066 × 1000 × 1137,5
= 7473,5 mm2
𝑛 =𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
𝐴𝐷25=
7473,5
510= 14,6 ≈ 15 buah
𝑆 =𝑏𝑤
𝑛−1=
1000
15−1= 192,85 mm
Maka dipasang tulangan lentur arah X yaitu D25-100 mm
Penulangan arah y
Penulangan lentur:
𝑃𝑢 = 1,2 × 399,4 = 479,28 t
𝑞𝑢 = 7,776 t/m
Momen – momen yang bekerja:
𝑀 = (𝑃𝑡 × 𝑥) − (1
2𝑞 × 𝑙2)
= (399,4 × 0,75) − (1
2𝑥7,776 × 1,352)
= 299,55 − 7,08
= 292,47 tm
= 2924700000 Nmm
𝜌𝑚𝑖𝑛 =1,4
𝑓𝑦=
1,4
400= 0,0035
𝑚 =𝑓𝑦
0,85×𝑓′𝑐=
400
0,85×35= 13,44
𝑅𝑛 =𝑀𝑢
𝜙𝑏𝑑2 =2924700000
0,9×1000×1137,52 = 2,512
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =1
𝑚(1 − √1 −
2𝑚𝑅𝑛
𝑓𝑦) =
1
13,44(1 − √1 −
2×13,44×2,512
400)
= 0,0066
𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 × 𝑏𝑤 × 𝑑
= 0,0066 × 1000 × 1137,5
191
= 7473,5 mm2
𝑛 =𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
𝐴𝐷25=
7473,5
510= 14,6 ≈ 15 buah
𝑆 =𝑏𝑤
𝑛−1=
1000
15−1= 192,85 mm
Maka dipasang tulangan lentur arah Y yaitu D25-100 mm
b. Kontrol Geser Satu Arah
Perencanaan pile cap harus memenuhi persyaratan
kekuatan gaya geser nominal beton yang harus lebih besar dari
geser yang terjadi. Hal ini sesuai yang disyaratkan pada SNI
2847:2013 pasal 11.11.2.1 Kuat geser yang disumbangkan beton
diambil :
Gambar 4.49 Daerah Kritis Geser Satu Arah
dbcfVc '17,0
SNI 2847:2013 pasal 11.11.2.1.a
t8665352,968N 352,96886655,1112810040117,0 cV
cV = 0,75 × 968,8665352 t = 726,65 t
192
uV = 2 × Pijin × 1,5
uV = 2 × 209,53 × 1,5 = 628,59 t
cV < uV (OK)
c. Kontrol geser pons pada pile cap
Perencanaan pile cap harus memenuhi persyaratan
kekuatan gaya geser nominal beton yang harus lebih besar dari
geser pons yang terjadi. Hal ini sesuai yang disyaratkan pada SNI
2847:2013 pasal 11.11.2.1 Kuat geser yang disumbangkan beton
diambil yang terkecil dari :
dbcfVc
c
'
2117,0
SNI 2847:2013 pasal 11.11.2.1.a
cV = dbcfb
d
o
s
'083,0
SNI 2847:2013 pasal 11.11.2.1.b
cV = dbf oc '33,0
SNI 2847:2013 pasal 11.11.2.1.c
Dimana :
βc = rasio dari sisi panjang terhadap sisi pendek beton
dari daerah beban terpusat atau reaksi = 1
b0 = keliling dari penampang kritis pada pile cap
b0 = 2 (bk+ d) + 2(hk+ d)
dimana :
bk = lebar penampang kolom
hk = tinggi penampang kolom
d = tebal efektif pile cap
Kontrol geser pons pada tiang pancang tengah
(akibat kolom)
bo = 2 (900+1137,5) + 2 (900+1112,5)
193
= 8100 mm
Batas geser pons
P ≤ Vc
Batas geser pons
c = rasio dari sisi panjang terhadap sisi
pendek pada kolom
= 1900
900
s = 40, untuk kolom interior
t2776,1981N 34,198127765,113781004011
2117,0
cV
t8827,2716N 1,271688275,113781004018100
5,113740083,0
cV
t0048,1923N 62,192300475,1137810040133,0 cV
Diambil yang terkecil Vc = 1923,0048 t
cV = 0,75 × 1923,0048 t = 1442,2535 t =
1442,2535 ton > Pu kolom = 734,13347 ton
Sehingga ketebalan dan ukuran pile cap memenuhi syarat
terhadap geser ponds.
d. Kontrol geser ponds tiang pancang tepi
Dalam merencanakan tebal poer, harus memenuhi
persyaratan bahwa kekuatan gaya geser nominal harus lebih besar
dari geser pons yang terjadi. Kuat geser yang disumbangkan beton
diambil terkecil dari :
dbcfVc
c
'
2117,0
SNI 2847:2013 pasal 11.11.2.1.a
cV = dbcfb
d
o
s
'083,0
SNI 2847:2013 pasal 11.11.2.1.b
194
cV = dbf oc '33,0
SNI 2847:2013 pasal 11.11.2.1.c
Dengan :
Dimensi poer : 3,5 × 3,5 × 1,20 m3
Selimut beton : 50 mm
tul utama : D25
Tinggi efektif : d = 1200 - 50- ½ × 25 = 1137,5
mm
dimana :
c = rasio dari sisi panjang terhadap sisi
pendek pada pondasi tiang pancang
= 900
900 = 1,00
ob = keliling dari penampang kritis pada poer
= [2π × (d + Dtiang)]
= [2π × (1137,5+800)]
= 12173,7 mm
s = 30, untuk kolom eksterior
t5598,4466N 39,446655985,1137 12173,74011
2117,0
cV
t6620,2037N 33,203766205,1137 12173,74017,12173
5,114730083,0
cV
t1269,2890N 54,289012695,1137 12173,740133,0 cV
Diambil yang terkecil Vc = 2037,6620 t
cV = 0,75 × 2037,6620 t = 1528,2465 t
= 1528,2465 ton > Pu tiang tepi = 734,13347 ton
(OK)
Sehingga ketebalan dan ukuran poer mampu menahan
gaya geser akibat beban reaksi aksial tiang tepi.
e. Kontrol Balok Tinggi
195
Sesuai dengan SNI 2847:2013 pasal 10.7 Balok tinggi
adalah komponen struktur yang dibebani pada salah satu mukanya
dan ditumpu pada muka yang berlawanan sehingga strat tekan
dapat membentuk di antara beban dan tumpuan, dan mempunyai
salah satu antara:
(a) bentang bersih ln, sama dengan atau kurang dari
empat kali tinggi komponen struktur keseluruhan h; atau
(b) daerah dengan beban terpusat dalam jarak 2h dari
muka tumpuan.
Balok tinggi harus didesain dengan memperhitungkan
salah satu antara distribusi regangan nonlinier, atau dengan
Lampiran A. (Lihat juga 11.7.1 dan 12.10.6).
ln poer = 3600 mm < 4h = 4 × 1200 = 4800 mm, sehingga
poer termasuk balok tinggi. Balok tinggi harus dikontrol sesuai
ketentuan yang ada dalam SNI:
Vu = 160382 N (hasil ETABS)
Vu ≤ ф × 0,83× √𝑓′𝑐 × bw × d (SNI 2847:2013 pasal
11.7)
Av > 0,0025 × bw × S (SNI 2847:2013 pasal
11.7.4.1)
Dimana S < d/5 atau S < 300 mm
d/5 = 1200/5 = 240 mm
sehingga di gunakan S = 240 mm
Arah X
Vu ≤ ф × 0,83 × √𝑓′𝑐 × bw × d
160382 N ≤ 0,75 × 0,83 × √40 × 3600 × 1137,5
160382 N ≤ 16122160 N …. OK
Av > 0,0025 × bw × S
16175,25 mm2 > 0,0025 × 3600 × 240
16175,25 mm2 > 2160 mm2 …. OK
Arah Y
Vu ≤ ф × 0,83 × √𝑓′𝑐 × bw × d
196
160382 N ≤ 0,75 × 0,83 × √40 × 3600 × 1112,5
160382 N ≤ 15767830N …. OK
Av > 0,0025 × bw × S
15819,75 mm2 > 0,0025 × 3600 × 240
15819,75 mm2 > 2160 mm2 …. OK
4.5.7 Perencanaan Balok Sloof
Struktur sloof dalam hal ini digunakan dengan tujuan
agar terjadi penurunan secara bersamaan pada pondasi atau dalam
kata lain sloof mempunyai fungsi sebagai pengaku yang
menghubungkan antar pondasi yang satu dengan yang lainnya.
a. Data Perencanaan
Data-data perancangan perhitungan sloof adalah sebagai
berikut :
P kolom = 734,13347 ton
Panjang Sloof L = 6 m
Mutu Beton fc’ = 40 MPa
Mutu Baja fy = 400 MPa
Decking = 50 mm
Diameter Tulangan Utama = 25 mm
Diameter Sengkang = 12 mm
Dimensi Sloof = 500 x 700 mm
Tinggi Efektif = 700–50–12–(1/2 . 25)
= 625,5 mm
b. Dimensi Sloof
Pada perancangan sloof ini, penulis mengambil ukuran sloof
berdasarkan sloof yang berhubungan dengan kolom yang
mempunyai gaya aksial terbesar yaitu Pu = 1080.2 ton. Penentuan
dimensi dari sloof dilakukan dengan memperhitungkan syarat
bahwa tegangan tarik yang terjadi tidak boleh melampaui tegangan
ijin beton (modulus keruntuhan) yaitu sebesar :
fr = 0,7 x c'f
Maka perhitungannya :
Tegangan tarik ijin :
197
fr ijin = 0,7 x 40 = 4,427 Mpa
Tegangan tarik yang terjadi
fr = 7005008,0
7,7341334
8,0 xxhxbx
Pu = 2,622 Mpa < fr ijin..OK
c. Penulangan Sloof
c.1 Penulangan Lentur Sloof
Penulangan sloof didasarkan atas kondisi pembebanan
dimana beban yang diterima adalah beban aksial dan lentur
sehingga penulangannya diidealisasikan seperti penulangannya
pada kolom. Adapun beban sloof adalah:
Berat aksial Nu = 10% x 1080,2 ton
= 108,01998 ton
Berat yang diterima sloof :
Berat sendiri = 0,5 x 0,7 x 2,4 = 0,84 t/m
Berat dinding = 5,825 x 2,4 = 13,98 t/m +
= 14,82 t/m
Qu = 1,2 x 14,82 = 17,784 t/m
= 177840 N/m
Momen yang terjadi (tumpuan menerus)
Mu = 1/12 . qu . L2
= 1/12 . 177840 . 5,452
= 502852 Nm
Lalu menggunakan program PCACol dengan memasukkan beban:
P = 7341,3347 kN
M = 502,852 kNm
Sehingga didapatkan diagram interaksi seperi pada Gambar 4.49
di bawah ini :
198
Gambar 4.50 Diagram Interaksi Balok Sloof 50/70
Dari diagram interaksi untuk :
f’c= 40
fy = 400 didapat = 1,68%
Dipasang Tulangan 12 D 25 (As = 5890,486 mm2)
c.2 Penulangan Geser Sloof
Dari diagram interaksi didapat momen balance Mpr sebesar
= 857 kNm
Vu =hn
MprMpr
= 45,5
857857 = 314,495 kN = 314495 N
Vc =
Ag
Nudxxbwxfcx
.141
6
1
=
500x700x14
7341334,71625,5x500x40x
6
1
= 823585,6219 N
199
Vc = 0,75 x 823585,6219 N = 617689,2164 N
Vs min = 1/3 x bw x d
= 1/3 x 500 x 625,5
= 104250 N
Ø(Vc + Vs min) = 0,75 x (617689,2164+ 104250)
= 541454,4123 N
Vc + (1/3) dxbwxfc
= 617689,2164 + 0,75 x 5,625500403
1xxx
= 1112190.386 N
Karena :
( Vc + Vsmin) > Vu
541454,4123 N > 314495 N
Maka tidak perlu tulangan geser
201
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan dan analisa struktur yang
dilakukan pada bab-bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan
dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Hasil perhitungan struktur sekunder :
a) Pelat tangga dan Pelat bordes direncanakan tebal 200 mm
dengan mutu beton fc’ 35 MPa dan dipasang tulangan
negatif D16-200 mm.
b) Pelat Ramp direncanakan tebal 200 mm dengan mutu
beton fc’ 35 MPa dan dipasang tulangan negatif D22-300
mm.
c) Dimensi balok penggantung lift menggunakan balok
beton dimensi 30 cm x 40 cm dengan mutu beton fc’ 35
MPa.
2. Hasil perhitungan struktur primer :
a) Pelat lantai dari beton tebal 200 mm dengan mutu beton
fc’ 35 MPa dan dipasang tulangan negatif D22-150 mm.
b) Drop Panel direncanakan tebal 350 mm dengan mutu
beton fc’ 35 MPa dan dipasang tulangan Ø19-100 mm.
c) Kolom didesain terbagi menjadi dimensi 900 mm x 900
mm, 800 mm x 800 mm, dan 700 mm x 700 mm. Profil
kolom menggunakan mutu beton f’c 35 Mpa dipasang
tulangan 12D25 dan tulangan sengkang D19-100
d) Shearwall direncanakan tebal 400 mm dengan mutu
beton fc’ 35 MPa dan dipasang tulangan D13-200 mm.
3. Analisa gaya dalam struktur gedung menggunakan program
bantu ETABS. Perhitungan respon spectrum dengan bantuan
puskim.pu.go.id wilayah gempa Surabaya dan perhitunagnnya
berdasarkan SNI 1726:2012. Perhitungan pembebanan
berdasarkan SNI 1727:2013 dan PPIUG 1983. Gaya yang
202
dimasukkan dalam permodelan adalah beban mati dan beban hidup
berdasarkan peraturan di atas.
4. Pondasi yang direncanakan sesuai dengan ketentuan perhitungan
tiang pancang (spun pile) produk dari WIKA Beton dengan metode
tengangan ijin dan pile cap (poer) berdasarkan metode tengangan
ultimate.
5. Penggambaran hasil akhir perencanaan kedalam gambar teknik.
Semua hasil akhir dari Tugas Akhir ini dijelaskan dalam bentuk
gambar teknik yang dapat dilihat pada lampiran.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil analisa
dalam Tugas Akhir ini meliputi :
1. Diperlukan studi lebih lanjut mengenai perencanaaan
struktur dengan menggunakan flat slab dengan
memperhatikan aspek teknis, ekonomis dan estetika.
Sehingga diharapkan perencanaan dapat dimodelkan
semirip mungkin dengan kondisi sesungguhnya di
lapangan dan mudah dalam pelaksanaan.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut terkait konsep Drop
Panel yang lebih efisien dan kuat agar digunakan oleh
praktisi lapangan .
3. Diperlukan penelitian lebih lanjut terkait tinggi efektif
dan efisien Pelat Flat Slab agar memudahkan dan
menguntungkan pekerjaan lapangan.
203
DAFTAR PUSTAKA
American Concrete Institute. 2011. Building Code Requirements
for Structural Concrete (ACI 318-11) and Commentary.
Farmington Hills: ACI Committee
American Society of Civil Engineers. 2000. Prestandart and
Commentary for The Seismic Rehabilitation of Building
(FEMA 356). Washington DC: ASCE
Badan Standardisasi Nasional. 2012. SNI 03-1726-2012 Tata
Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan
Gedung dan Non Gedung. Jakarta: Badan Standardisasi
Nasional
Badan Standardisasi Nasional. 2013. SNI 03-1727-2013 Beban
Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan
Struktur Lain. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional
Badan Standardisasi Nasional. 2013. SNI 03-2847-2013
Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung.
Jakarta: Badan Standardisasi Nasional
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik. 1971.
Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI). Bandung:
Penerbit Yayasan Lembaga Pendidikan Masalah Bangunan
Departemen Pekerjaan Umum. 1983. Peraturan Pembebanan
Indonesia Untuk Gedung (PPIUG). Bandung: Penerbit
Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan
Juwana, Jimmy. 2005. Panduan Sistem Bangunan Tinggi,
Untuk Arsitek dan Praktisi Bangunan. Jakarta: Erlangga
MacGregor, James G. 1997. Reinforced Concrete Mechanics
and Design 3rd edition. New Jersey: Prenctice-Hall
McCormac, Jack C.2004. Desain Beton Bertulang Edisi Kelima.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Pawirodikromo, W., 2012. Seismologi Teknik & Rekayasa
Kegempaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Soedarsono, Ese. 2002. Design And Detailing of Flat Slab.
Sosrodarsono, Suyono dan Nakazawa. 2000. Mekanika Tanah
dan Teknik Pondasi. Jakarta: Penerbit Pradnya Paramitha
204
Teruna, Daniel Rumbi. 2007. “Perencanaan Bangunan Tahan
Gempa dengan Menggunakan Base isolator (LRB)”. Prosiding
Seminar dan Pameran HAKI 2007.
Wahyudi, Herman.. 1999. Daya Dukung Pondasi Dalam.
Surabaya: Penerbit ITS
Wang, Chu-Kia. 1990. Desain Beton Bertulang Jilid I dan II
Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Erlangga
Wang, Chu-Kia, Charles G. Salmon dan Binsar Hariandja. 1992.
Desain Beton Bertulang.
Zuhri, S., 2011. Sistim Struktur pada Bangunan Bertingkat.
Surabaya: Penerbit Yayasan Humaniora
5000 6000 3000 6000 5000 5000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
5 300
A
B
C
4000
7650
5000 5000 6000
900
A A
B
B
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
Denah ModifikasiLt 1 - Lt 5
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
DENAH MODIFIKASISKALA 1 : 2000
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
1 44
1:2000
ukuran dalam mm
5000 6000 3000 6000 5000 5000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
5300
A
B
C
4000
7650
5000 5000 6000
800
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
DENAH MODIFIKASISKALA 1 : 2000
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
2
1:2000
Denah ModifikasiLt 6 - Lt 10
ukuran dalam mm
44
5000 6000 3000 6000 5000 5000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
5300
A
B
C
4000
7650
5000 5000 6000
700
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
DENAH MODIFIKASISKALA 1 : 2000
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
3
1:2000
Denah ModifikasiLt 11 - Lt Atap
ukuran dalam mm
44
5000 6000 3000 6000 5000 5000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
5300
A
B
C
4000
7650
5000 5000 6000
900
A A
B
B
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
Denah KolomLt 1 - Lt 5
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
DENAH MODIFIKASISKALA 1 : 2000
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
4
1:2000
ukuran dalam mm K1 : Dimensi kolom 900 mm x 900 mm
K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1
K1
K1
K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1
K1
K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1
44
5000 6000 3000 6000 5000 5000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
5300
A
B
C
4000
7650
5000 5000 6000
800
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
DENAH MODIFIKASISKALA 1 : 2000
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
5
1:2000
Denah KolomLt 6 - Lt 10
ukuran dalam mm K2 : Dimensi kolom 800 mm x 800 mm
K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2
K2
K2
K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2
K2
K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2
44
5000 6000 3000 6000 5000 5000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
5300
A
B
C
4000
7650
5000 5000 6000
700
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
DENAH MODIFIKASISKALA 1 : 2000
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
6
1:2000
Denah KolomLt 11 - Lt Atap
ukuran dalam mm K3 : Dimensi kolom 700 mm x 700 mm
K3 K3 K3 K3 K3 K3 K3 K3 K3 K3 K3
K3K3
K3 K3 K3 K3 K3 K3 K3 K3
K3
K3 K3 K3 K3 K3 K3 K3 K3 K3 K3 K3
44
LantaiDasar
+ 0.00
+ 4.30
Lantai 2
+ 7.30
Lantai 3
Lantai 3A
Lantai 5
Lantai 6
Lantai 7
Lantai 8
Lantai 9
Lantai 10
Lantai 11
Lantai 12
Lantai 12A
Lantai 12B
+ 10.30
+ 13.30
+ 16.30
+ 19.30
+ 22.30
+ 25.30
+ 28.30
+ 31.30
+ 34.30
+ 37.30
+ 40.30
+ 43.30
LantaiAtap
K1
K1
K1
K1
K1
K2
K2
K2
K2
K2
K3
DP2
K3
K3
K3
DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5
DP2 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5
DP2 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5
DP2 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5
DP2 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5
DP2 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5
DP2 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5
DP2 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5
DP2 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5
DP2 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5
DP2 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5
DP2 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5
DP2 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5
DP2 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5
DP2 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5K1
K1
K1
K1
K1
K1
K2
K2
K2
K2
K2
K3
K3
K3
K3
K1
K1
K1
K1
K1
K1
K2
K2
K2
K2
K2
K3
K3
K3
K3
K1
K1
K1
K1
K1
K1
K2
K2
K2
K2
K2
K3
K3
K3
K3
K1
K1
K1
K1
K1
K1
K2
K2
K2
K2
K2
K3
K3
K3
K3
K1
K1
K1
K1
K1
K1
K2
K2
K2
K2
K2
K3
K3
K3
K3
K1
K1
K1
K1
K1
K1
K2
K2
K2
K2
K2
K3
K3
K3
K3
K1
K1
K1
K1
K1
K1
K2
K2
K2
K2
K2
K3
K3
K3
K3
K1
K1
K1
K1
K1
K1
K2
K2
K2
K2
K2
K3
K3
K3
K3
K1
K1
K1
K1
K1
K1
K2
K2
K2
K2
K2
K3
K3
K3
K3
K1
K1
K1
K1
K1
K1
K2
K2
K2
K2
K2
K3
K3
K3
K3
K1
- 4.00
LantaiBasement
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
Potongan Memanjang
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
POTONGAN MEMANJANG A-ASKALA 1 : 2500
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
1:2500
7 44
K1= KOLOM DIM. 900 mm x 900 mmK2 = KOLOM DIM. 800 mm x 800 mmK3 = KOLOM DIM. 700 mm x 700 mm
DP2 = DROP PANEL TYPE 2DP5 = DROP PANEL TYPE 5
ukuran dalam mm
LantaiDasar
+ 0.00
+ 4.30
Lantai 2
+ 7.30
Lantai 3
Lantai 3A
Lantai 5
Lantai 6
Lantai 7
Lantai 8
Lantai 9
Lantai 10
Lantai 11
Lantai 12
Lantai 12A
Lantai 12B
+ 10.30
+ 13.30
+ 16.30
+ 19.30
+ 22.30
+ 25.30
+ 28.30
+ 31.30
+ 34.30
+ 37.30
+ 40.30
+ 43.30
LantaiAtap
- 4.00
LantaiBasement
K1
K1
K1
K1
K1
K2
K2
K2
K2
K2
K3
K3
K3
K3
K1
K1
K1
K1
K1
K1
K2
K2
K2
K2
K2
K3
K3
K3
K3
K1
K1
K1
K1
K1
K1
K2
K2
K2
K2
K2
K3
K3
K3
K3
K1
DP4 DP5 DP6
DP4 DP5 DP6
DP4 DP5 DP6
DP4 DP5 DP6
DP4 DP5 DP6
DP4 DP5 DP6
DP4 DP5 DP6
DP4 DP5 DP6
DP4 DP5 DP6
DP4 DP5 DP6
DP4 DP5 DP6
DP4 DP5 DP6
DP4 DP5 DP6
DP4 DP5 DP6
DP4 DP5 DP6
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
Potongan Melintang
POTONGAN MELINTANG B-BSKALA 1 : 2500
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
1:2500
8 44
K1= KOLOM DIM. 900 mm x 900 mmK2 = KOLOM DIM. 800 mm x 800 mmK3 = KOLOM DIM. 700 mm x 700 mm
DP4 = DROP PANEL TYPE 4DP5 = DROP PANEL TYPE 5DP6 = DROP PANEL TYPE 6
ukuran dalam mm
5000 6000 3000 6000 5000 5000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
5300
A
B
C
4000
7650
5000 5000 6000
Ø19 - 300 Ø19 - 150
Ø19 - 300Ø19 - 150
Ø19 - 300 Ø19 - 150
Ø19 - 300Ø19 - 150
Ø19 - 150
Ø19 - 300
Ø19 - 150
Ø19 - 300
Ø19 - 150
Ø19 - 300
Ø19 - 150
Ø19 - 300
Ø19 - 150
Ø19 - 300
Ø19 - 150
Ø19 - 300
Ø19 - 150
Ø19 - 300
Ø19 - 150
Ø19 - 300
Ø19 - 300
Ø19 - 150
Ø19 - 300
Ø19 - 150
Ø19 - 300
Ø19 - 150
Ø19 - 300
Ø19 - 150
Ø19 - 300
Ø19 - 150
Ø19 - 300
Ø19 - 150
Ø19 - 300
Ø19 - 150
Ø19 - 300
Ø19 - 150
Ø1
9 -
150
Ø19
- 5
0
Ø19 - 150
Ø19 - 300
Ø19
- 1
50Ø
19
- 50
Ø1
9 -
150
Ø19
- 5
0
Ø19
- 5
0
Ø19
- 1
50
Ø1
9 -
50
Ø19
- 1
50
Ø1
9 -
150
Ø1
9 -
50
Ø19
- 1
50
Ø1
9 -
50
Ø19 - 50
Ø19 - 50
Ø19 - 150
Ø19 - 150
Ø19 - 50
Ø19 - 150
Ø19 - 50
Ø19 - 150
Ø19 - 50
Ø19 - 150
Ø19 - 50
Ø19 - 150
Ø19 - 50
Ø19 - 150
Ø19 - 50
Ø19 - 150
Ø19 - 50
Ø19 - 150
Ø19 - 50
Ø19 - 150
Ø19 - 50
Ø19 - 150
Ø19 - 50
Ø19 - 150Ø19 - 50
Ø19 - 150
Ø19 - 50
Ø19 - 150
Ø19 - 50
Ø19 - 150
Ø19 - 50
Ø19 - 150
Ø19 - 50
Ø19 - 150
Ø19 - 50
Ø19 - 150
Ø19 - 50
Ø19 - 150
Ø19 - 50
Ø19 - 150
Ø19 - 50
Ø19 - 150
Ø2
2 -
300
Ø2
2 -
450
Ø22
- 3
00
Ø22
- 4
50
Ø2
2 -
300
Ø2
2 -
450
Ø22
- 3
00
Ø22
- 4
50Ø
22
- 30
0
Ø2
2 -
450
Ø22
- 3
00
Ø2
2 -
450
JALU
R K
OLO
MJA
LUR
TE
NG
AH
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBERFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
Detail Plat Penulangan
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
DETAIL PENULANGAN PLATSKALA 1 : 2000
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, S.T.,M.Sc.,Ph.D.
1:2000
ukuran dalam mm
9 44
Ø22 - 150
Ø22 - 300
Ø22 - 150
Ø22 - 300Ø22 - 150
Ø22 - 300
Ø13 - 450
Ø13 - 300
Ø13 - 450
Ø13 - 300
Ø13 - 450
Ø13 - 300
5000 6000 3000 600
1 2 3 4 5
5300
A
B
C
7650
5000
JALU
R K
OLO
MJA
LUR
TE
NG
AH
Ø22 - 150
Ø22 - 300
Ø22 - 150
Ø22 - 300Ø22 - 150
Ø22 - 300
Ø13 - 450
Ø13 - 300
Ø13 - 450
Ø13 - 300
Ø13 - 450
Ø13 - 300
JALUR TENGAH JALUR KOLOM
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBERFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
Detail Penulangan Plat
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
DETAIL PENULANGAN PLATSKALA 1 : 1000
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, S.T.,M.Sc.,Ph.D.
1:1000
ukuran dalam mm
10 44
D19 - 100 D19 - 100
D19 - 100
D19 - 200D19 - 100 D19 - 100
3000
D19 - 100D19 - 100
3000
7650
12950
5300
C B A
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
POTONGAN MELINTANG STRUKTURSKALA 1 : 500
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
Potongan MelintangStruktur
1:500
ukuran dalam mm
11 44
5000
JALUR KOLOM JALUR TENGAH JALUR KOLOM
1 2 3 4
6000 3000900
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
Detail Penulangan Plat(Kolom uk. 900)
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
DETAIL PENULANGAN PLAT ( KOLOM UK. 900)SKALA 1 : 600
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
1:600
ukuran dalam mm
12 44
5000
JALUR KOLOM JALUR TENGAH JALUR KOLOM
1 2 3 4
6000 3000800
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
DETAIL PENULANGAN PLAT ( KOLOM UK. 800)SKALA 1 : 600
Detail Penulangan Plat(Kolom uk. 800)
1:600
ukuran dalam mm
13 44
5000
JALUR KOLOM JALUR TENGAH JALUR KOLOM
1 2 3 4
6000 3000700
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
DETAIL PENULANGAN PLAT ( KOLOM UK. 700)SKALA 1 : 600
Detail Penulangan Plat(Kolom uk. 700)
1:600
ukuran dalam mm
14 44
6000
JALUR KOLOM JALUR TENGAH JALUR KOLOM
5 6 7 8
5000 5000900
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
DETAIL PENULANGAN PLAT ( KOLOM UK. 900)SKALA 1 : 600
Detail Penulangan Plat(Kolom uk. 900)
1:600
ukuran dalam mm
15 44
6000
JALUR KOLOM JALUR TENGAH JALUR KOLOM
5 6 7 8
5000 5000800
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
DETAIL PENULANGAN PLAT ( KOLOM UK. 800)SKALA 1 : 600
Detail Penulangan Plat(Kolom uk. 800)
1:600
ukuran dalam mm
16 44
6000
JALUR KOLOM JALUR TENGAH JALUR KOLOM
5 6 7 8
5000 5000700
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
DETAIL PENULANGAN PLAT ( KOLOM UK. 700)SKALA 1 : 600
Detail Penulangan Plat(Kolom uk. 700)
1:600
ukuran dalam mm
17 44
Ø19 - 80
Ø19 - 100
Ø1
9 -
100
Ø1
9 -
80
2050
2050
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
Detail Penulangan Drop PanelDP1
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
DETAIL PENULANGAN DROP PANEL DP 1SKALA 1 : 150
Y
X
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
1:150
ukuran dalam mm
18 44
Ø19 - 80
Ø19 - 100Ø
19
- 10
0
Ø1
9 -
80
2050
2600
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
DETAIL PENULANGAN DROP PANEL DP 2SKALA 1 : 150
Y
X
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
Detail Penulangan Drop PanelDP2
1:150
ukuran dalam mm
19 44
Ø19 - 80
Ø19 - 100
Ø19
- 1
00
Ø1
9 -
80
2050
2050
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
DETAIL PENULANGAN DROP PANEL DP 3SKALA 1 : 150
Y
X
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
Detail Penulangan Drop PanelDP3
1:150
ukuran dalam mm
20 44
Ø1
9 -
100
Ø1
9 -
80
Ø19 - 80
Ø19 - 100
2600
2050
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
DETAIL PENULANGAN DROP PANEL DP 4SKALA 1 : 150
Y
X
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
Detail Penulangan Drop PanelDP4
1:150
ukuran dalam mm
21 44
Ø19 - 80
Ø19 - 100
Ø19
- 1
00
Ø1
9 -
80
Ø19 - 80
Ø19 - 100
Ø19
- 1
00
Ø1
9 -
80
2600
2600
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
DETAIL PENULANGAN DROP PANEL DP 5SKALA 1 : 150
Y
X
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
Detail Penulangan Drop PanelDP5
1:150
ukuran dalam mm
22 44
Ø19
- 1
00
Ø19
- 8
0
Ø19 - 80
Ø19 - 100
2600
2050
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
DETAIL PENULANGAN DROP PANEL DP 6SKALA 1 : 150
Y
X
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
Detail Penulangan Drop PanelDP6
1:150
ukuran dalam mm
23 44
D19 - 100
D19 - 200
D19 - 100
D19 - 100 D19 - 100
D19 - 100
D19 - 200
900
900
D19 - 100
12 D25
900
900
D19 - 200
12 D25
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
Detail Penulangan Kolom
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
DETAIL PENULANGAN KOLOM TENGAHSKALA 1 : 300
B
A
DETAIL BSKALA 1 : 200
DETAIL ASKALA 1 : 200
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
1:300dan
1:200
ukuran dalam mm
24 44
900
900
D19 - 200
12 D25
900
900
D19 - 100
12 D25
D19 - 100 D19 - 100
D19 - 100
D19 - 200
D19 - 100
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
A
B
DETAIL PENULANGAN KOLOM TEPISKALA 1 : 300
DETAIL BSKALA 1 : 200
DETAIL ASKALA 1 : 200
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
Detail Penulangan Kolom
1:300dan
1:200
ukuran dalam mm
25 44
900
900
4400
3550
12D25
2D13 - 200
D13 - 200
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
Detail PenulanganSherwall
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
DETAIL SHEARWALLSKALA 1 : 300
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
1:300
ukuran dalam mm
26 44
900
900
4400
12D25
2D13 - 200
D13 - 200
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
DETAIL SHEARWALLSKALA 1 : 300
Detail PenulanganSherwall
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
1:300
ukuran dalam mm
27 44
900 5000
12D25
2D13 - 200
D13 - 200
900
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
DETAIL SHEARWALLSKALA 1 : 300
Detail PenulanganSherwall
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
1:300
ukuran dalam mm
28 44
900 4000
12D25
2D13 - 200
D13 - 200
900
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
DETAIL SHEARWALLSKALA 1 : 300
Detail PenulanganSherwall
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
1:300
ukuran dalam mm
29 44
5000 6000 3000 6000 5000 5000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
4000
DOWN TOBASEMENT
UP TOGROUND
5000600030006000500050004000
12
50005000 5000 6000 6000 5000
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
5000 6000 3000
1 2 3 4
UP TOGROUND
500
Ø22 - 25
Ø19 - 150
Ø22 - 300
Ø13 - 450
Ø22 - 25
Ø19 - 150
Ø22 - 25
Ø19 - 150
Ø22 - 300
Ø13 - 450
Ø22 - 300
Ø13 - 450
Ø22 - 300
Ø13 - 450
DOWN TOBASEMENT
500060003000
19 20 21 22
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
DETAIL RAMPSKALA 1 : 1500
DETAIL RAMPSKALA 1 : 1500
POTONGAN MEMANJANG RAMPSKALA 1 :3000
Potongan Memanjang danDetail Ramp
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
1 : 3000dan
1 : 1500
ukuran dalam mm
30 44
11000
7650
6000 5000
Ø22 - 150
Ø22 - 300
Ø22 - 150
Ø22 - 300Ø22 - 150
Ø22 - 300
Ø13 - 450
Ø13 - 300
Ø13 - 450
Ø13 - 300
Ø13 - 450
Ø13 - 300
0.25L 0.5L 0.25L
0.25L
0.5L
0.25L
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
Detail Penulangan Ramp
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
DETAIL PENULANGAN RAMPSKALA 1 : 500
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
ukuran dalam mm
1:1000
31 44
11000
7650
6000 5000
Ø22 - 150
Ø22 - 300
Ø22 - 150
Ø22 - 300 Ø22 - 150
Ø22 - 300
Ø13 - 450
Ø13 - 300
Ø13 - 450
Ø13 - 300
Ø13 - 450
Ø13 - 300
0.25L 0.5L 0.25L
0.25L
0.5L
0.25L
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
DETAIL PENULANGAN RAMPSKALA 1 : 500
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
ukuran dalam mm
1:1000
Detail Penulangan Ramp
32 44
Ø13 - 150
Ø13 - 300
Ø13 - 150
Ø13 - 300
Ø13 - 150
Ø22 - 25
Ø19 - 150
Ø22 - 25
Ø19 - 150
Ø22 - 25
Ø19 - 150
Ø22 - 300
Ø22 - 300
Ø22 - 300
Ø13 - 150
Ø13 - 300
Ø22 - 25
Ø19 - 150
Ø22 - 300 Ø13 - 300
Ø13 - 150
Ø22 - 25
Ø19 - 150
Ø22 - 300
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
DETAIL PENULANGAN RAMPSKALA 1 : 250
Detail Penulangan Ramp
POTONGAN MEMANJANG RAMPSKALA 1 :500
DETAIL PENULANGAN RAMPSKALA 1 : 250
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
ukuran dalam mm
1:500dan
1:250
33 44
NAIK
1500
1500
1600 2000
1
2
3
4
5
6
78
9
10
11
12
13
14
15
D13 - 300
D16 - 200
D16 - 250
D13 - 300
Pelat Tangga t=200mm
D16 - 200
D13 - 300
Pelat bordes t=200mm
2D16
3D16
1
2
3
4
5
1500
2D16
3D16
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
Tangga
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
DETAIL ASKALA 1 : 100
DENAH TANGGASKALA 1 :350
POTONGAN TANGGASKALA 1 :350
A
B
DETAIL BSKALA 1 : 100
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
1:350dan
1:100
ukuran dalam mm
34 44
5000 6000 3000 6000 5000 5000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
5300
A
B
C
4000
7650
5000 5000 6000
JALU
R K
OLO
MJA
LUR
TE
NG
AH
900C C
AA
B B
D D
E E
5192
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
Pondasi
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
PONDASISKALA 1 : 2000
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
1 : 2000
satuan dalam mm
35 44
7600
7600
1500 1500 1500 1500 800
1500
1500
1500
1500
800
800
800
760076
00
D2
2-1
00
D1
6-1
00
D22-100
D16-100
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
Detail Potongan danPenulangan Pile Cap A-A
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
POTONGAN MELINTANG A-ASKALA 1 : 750
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
PENULANGAN PILE CAP A-ASKALA 1 : 750
1 : 750
satuan dalam mm
35 44
2700
7600
D1
9-1
00
D16-250
D19-250
D1
6-1
00
2700
800
600
1500
600
7600
1500 1500 1500 1500 800
600
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
POTONGAN MELINTANG B-BSKALA 1 : 750
PENULANGAN PILE CAP B-BSKALA 1 : 750
1 : 750
satuan dalam mm
Detail Potongan danPenulangan Pile Cap B-B
36 44
600
600 1500 600
1500
600
900
900
600
2700
2700
270027
00
D1
9-1
00
D19-100
D16-100
D1
6-1
00
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
POTONGAN MELINTANG C-CSKALA 1 : 300
PENULANGAN PILE CAP C-CSKALA 1 : 300
1 : 300
satuan dalam mm
Detail Potongan danPenulangan Pile Cap C-C
37 44
7600
6800
D2
2-1
00
D1
6-1
00
D22-100
D16-100
7600
6800
850
800
1500
1500
1500
1500
800
1700 1700 1700 850
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
POTONGAN MELINTANG D-DSKALA 1 : 750
PENULANGAN PILE CAP D-DSKALA 1 : 750
1 : 750
satuan dalam mm
Detail Potongan danPenulangan Pile Cap D-D
38 44
6600
2700
600
1500
600
750 1700 1700 1700 750
600
6600
2700
D1
9-1
00
D16-300
D19-300
D1
6-1
00
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
POTONGAN MELINTANG E-ESKALA 1 : 750
PENULANGAN PILE CAP E-ESKALA 1 : 750
1 : 750
satuan dalam mm
Detail Potongan danPenulangan Pile Cap E-E
39 44
-25.00
600
7600
TULANGAN LENTUR ARAH X D16 - 100
TULANGAN LENTUR ARAH Y D16 - 100
LANTAI KERJA
600 600 600 600
803 1500 1500 1500 1500 800
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
Potongan Melintang PondasiA-A
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
POTONGAN MELINTANG A-ASKALA 1 : 400
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
1 : 750
satuan dalam mm
40 44
-25.00
600
7600
TULANGAN LENTUR ARAH X D16 - 100
TULANGAN LENTUR ARAH Y D19 - 100
LANTAI KERJA
600 600 600 600
803 1500 1500 1500 1500 800
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
POTONGAN MELINTANG B-BSKALA 1 : 400
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
POTONGAN MELINTANG B-B
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
1 : 400
satuan dalam mm
Potongan Melintang PondasiB-B
41 44
TULANGAN LENTUR ARAH X D19 - 100
TULANGAN LENTUR ARAH Y D19 - 100
1200
2700
LANTAI KERJA
600 600
1500 600600
TULANGAN LENTUR ARAH X D19 - 100
TULANGAN LENTUR ARAH Y D19 - 100
1200
2700
LANTAI KERJA
-25.00
600 600
1500600 600
ab
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
POTONGAN MELINTANG C-CSKALA 1 : 500
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
1 : 500
satuan dalam mm
Potongan Melintang PondasiC-C
42 44
-25.00
600
850 850
6800
1200
TULANGAN LENTUR ARAH X D16 - 100
TULANGAN LENTUR ARAH Y D19 - 100
LANTAI KERJA
600 600 600
1700 1700 1700
TUGAS AKHIR
SKALA 1 : 400
POTONGAN MELINTANG D-D
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
1 : 400
satuan dalam mm
Potongan Melintang PondasiD-D
43 44
-25.00
600
6600
1200
750
TULANGAN LENTUR ARAH X D16- 100
TULANGAN LENTUR ARAH Y D19- 100
LANTAI KERJA
600 600 600
1700 1700 1700 750
TUGAS AKHIR
SKALA 1 : 400
POTONGAN MELINTANG E-E
TUGAS AKHIR
LEMBARJUMLAHLEMBAR
JUDUL TUGAS
DOSEN ASISTENSI
NAMA MAHASISWA
JUDUL GAMBAR
SKALA
AGENG BIMAPRATAMA3112100038
INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.
1 : 400
satuan dalam mm
Potongan Melintang PondasiE-E
44 44
BIODATA PENULIS
Ageng Bimapratama lahir pada
tanggal 18 Januari 1995 di Surabaya,
Jawa Timur. Setelah menempuh
pendidikan formal di SDN Sidodadi II
Taman, SMP Negeri 1 Taman, dan
SMA Negeri 1 Sidoarjo, penulis
melanjutkan pendidikan di S1 Jurusan
Teknik Sipil FTSLK Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
pada tahun 2012 dan terdaftar dengan
NRP 3112100038.
Penulis sempat aktif di
organisasi kampus yaitu Himpunan
Mahasiswa Sipil (HMS) dan Dewan
Perwakilan Mahasiswa (DPM) ITS . Penulis juga pernah mengikuti
beberapa lomba karya tulis dan yang terdanai oleh DIKTI.
Penulis sangat berharap agar Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat bagi pembaca serta bagi penulis sendiri. Apabila
pembaca ingin berkorespondensi dengan penulis, dapat melalui
email: [email protected]