tugas akhir (rc14-1501) - ITS Repository

297
TUGAS AKHIR (RC14-1501) MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR APARTEMEN PURIMAS KOTA SURABAYA MENGGUNAKAN METODE FLAT SLAB AGENG BIMAPRATAMA NRP 3112 100 038 Dosen Pembimbing I Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEA. Dosen Pembimbing II Endah Wahyuni, ST. MSc. Ph.D. DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

Transcript of tugas akhir (rc14-1501) - ITS Repository

i

TUGAS AKHIR (RC14-1501)

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR

APARTEMEN PURIMAS KOTA SURABAYA

MENGGUNAKAN METODE FLAT SLAB

AGENG BIMAPRATAMA

NRP 3112 100 038

Dosen Pembimbing I

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEA.

Dosen Pembimbing II

Endah Wahyuni, ST. MSc. Ph.D.

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya

2018

i

.

Halaman Judul

TUGAS AKHIR (RC14-1501)

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR

APARTEMEN PURIMAS KOTA SURABAYA

MENGGUNAKAN METODE FLAT SLAB

AGENG BIMAPRATAMA

NRP. 3112 100 038

Dosen Pembimbing I

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEA.

Dosen Pembimbing II

Endah Wahyuni, ST. MSc. Ph.D.

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya

2018

ii

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

iii

Cover Letter

FINAL PROJECT (RC14-1501)

DESIGN OF FLAT SLAB METHOD AT PURIMAS

APARTMENT STRUCTURE IN SURABAYA CITY

AGENG BIMAPRATAMA

NRP. 3112 100 038

Academic Supervisor I

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEA.

Academic Supervisor II

Endah Wahyuni, ST. MSc. Ph.D.

DEPARTMENT OF CIVIL ENGINEERING

Faculty of Civil Engineering, Environtment and Geodesy

Sepuluh Nopember Institute of Technology

Surabaya

2018

iv

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

vi

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

vii

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR

APARTEMEN PURIMAS KOTA SURABAYA

MENGGUNAKAN METODE FLAT SLAB

Nama Mahasiswa : Ageng Bimapratama

Nrp : 3112100038

Departemen : Teknik Sipil FTSLK-ITS

Dosen Pembimbing : Prof Dr. Ir. Triwulan, DEA.

: Endah Wahyuni, ST. MSc. Ph.D.

Abstrak

ABSTRAK

Surabaya merupakan salah satu kota besar di Indonesia

memiliki tingkat perekonomian yang cukup tinggi. Hal ini

berdampak semakin meningkatnya kebutuhan hunian untuk tempat

tinggal maupun sebagai investasi. Pembangunan struktur

apartemen beton tingkat tinggi merupakan salah satu pilihan untuk

memenuhi kebutuhan tersebut karena terbatasnya lahan yang ada.

Apartemen Purimas Surabaya merupakan gedung beton bertulang

di wilayah gempa sedang, dan akan dimodifikasi menggunakan flat

slab dengan Dual Sistem.

Semakin berkembangnya pembangunan gedung

bertingkat dan infrastruktur publik tinggi di Indonesia menuntut

adanya teknologi yang mendukung inovasi serta perkembangan

pembangunan tersebut. Dalam perencanaan struktur, terdapat

kecenderungan untuk melakukan penghematan dengan tidak

mengurangi unsur kekuatan struktur tersebut. Salah satu solusi

yang digunakan adalah perancangan struktur menggunakan

metode Flat Slab. Flat slab adalah pelat beton bertulang yang

ditumpu secara langsung oleh kolom tanpa balok interior.

Keunggulan dari Flat Slab adalah fleksibilitas terhadap tata

ruang, yaitu lantai tinggi bebas per lantai yang didapat semakin

tinggi dan area lantai semakin luas.

Flat Slab mempunyai kekuatan geser yang cukup dengan

adanya salah satu atau kedua hal berikut, pertama adanya drop

viii

ii

panel yang merupakan penebalan pelat di daerah kolom, kedua

dibuatnya kepala kolom yaitu pelebaran yang mengecil dari ujung

kolom atas.

Tujuan Tugas Akhir ini antara lain; (1) Mendapatkan

dimensi kolom, drop panel, dan pelat dengan metode flat slab, (2)

Mendapatkan perancangan sturktur apartemen yang daktail

terhadap beban gempa, (3) Mendapatkan dimensi pondasi yang

mampu mentrasfer beban struktur ke tanah, (4) Mendapatkan

desain perancangan apartemen yang dibangun dengan metode flat

slab, (5) Mengetahui analisa dan permodelan struktur apartemen

dengan flat slab, dan (6) Menuangkan hasil perhitungan dan

perancangan ke dalam gambar teknik

Perancangan gedung ini berdasarkan beberapa

peraturan, yaitu “Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk

Bangunan Gedung (SNI 2847:2013)”, “Tata Cara Perhitungan

Pembebanan untuk Bangunan Rumah dan Gedung (SNI

1727:2013)” dan “Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa

untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 1726:2012)”.

Kata kunci: Gedung Bertingkat, Flat slab, Dual Sistem, Struktur

Tahan Gempa

ix

DESIGN OF FLAT SLAB METHOD AT PURIMAS

APARTMENT STRUCTURE IN SURABAYA CITY

Student Name : Ageng Bimapratama

Nrp : 3112100038

Department : Teknik Sipil FTSLK-ITS

Academic Supervisor : Prof Dr. Ir. Triwulan, DEA.

: Endah Wahyuni, ST. MSc. Ph.D.

Abstract

ABSTRACT

Surabaya is one of the big cities in Indonesia has a fairly

high economic level. This has resulted in the increasing demand

for shelter as well as investment. The construction of high rise

apartment structures is one option to meet these needs due to the

limited land available. Surabaya Purimas Apartment is a

reinforced concrete building in medium earthquake area, and will

be modified using flat slab with Dual System.

The growing development of high rise buildings and public

infrastructure in Indonesia demands the existence of technology

that supports innovation and development development. In

structural planning, there is a tendency to make savings by not

reducing the strength of the structure. One of the solutions used is

the design of structures using the Flat Slab method.

Flat slab is a reinforced concrete plate that is directly

supported by columns without interior beams. The advantage of

Flat Slab is the flexibility of layout, which is the free high floor per

floor that gets higher and the floor area more spacious.

Flat Slab has sufficient shear strength in the presence of one or

both of the following, first the presence of a drop panel which is

the thickening of the plate in the column area, the second made the

column head is the widening of the smaller from the top of the

column.

The purpose of this Final Project, among others; (2) Obtain

the design of the ductile structure of the apartment against the

x

earthquake load, (3) Obtain the foundation dimension that can

transfer the load to the ground structure, (4) Obtain the design

design apartments built with flat slab method, (5) Knowing the

analysis and modeling of apartment structures with flat slab, and

(6) Pouring the results of calculations and design into engineering

drawings

The design of this building is based on several regulations,

namely "Procedure of Calculation of Concrete Structure for

Building Building (SNI 2847: 2013)", "Procedures for Calculation

of Housing and Building (SNI 1727: 2013)" and "Earthquake

Resilience Planning Procedures for Building and Non Building

(SNI 1726: 2012) ".

Key Words : High Rise Building, Flat Slab, Dual System,

Earthquake Resistant Structure

xi

KATA PENGANTAR

Kata Pengantar

Segala puji syukur bagi Allah swt. atas limpahan petunjuk

dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas

Akhir ini. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah swt. maka

kita tidak akan tersesat dan mendapatkan petunjuk itu. Pada akhir

kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang

mendukung dan membantu atas proses penyelesaian Tugas Akhir

ini, yaitu:

1. Ibu Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEA. dan Ibu Endah Wahyuni,

ST. MSc. Ph.D. selaku dosen pembimbing Tugas Akhir.

2. Bapak Dr. techn. Pujo Aji, ST. MT. selaku dosen wali.

3. Bapak Trijoko Wahyu Adi, S.T., M.T., Ph.D. selaku Ketua

Jurusan Teknik Sipil FTSLK – ITS

4. Bapak dan Ibu dosen serta staf pengajar Departemen

Teknik Sipil FTSLK – ITS.

5. Bapak, ibu dan keluarga besar penulis yang tiada henti

memberikan semangat serta doa

6. Rekan – rekan mahasiswa serta semua pihak yang telah

membantu penyusunan Tugas akhir ini.

Dalam pembuatan tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa

tugas akhir yang penulis buat masih sangat jauh dari

kesempurnaan. Dengan rasa hormat penulis mohon petunjuk,

saran, dan kritik terhadap tugas akhir ini.

Surabaya, Januari 2018

(Penulis)

xii

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

xiii

DAFTAR ISI

Daftar isi

Halaman Judul ............................................................................... i

Cover Letter ................................................................................ iii

Lembar Pengesahan...................................................................... v

Abstrak ....................................................................................... vii

Abstract ....................................................................................... ix

Kata Pengantar ............................................................................ xi

Daftar isi.................................................................................... xiii

Daftar Gambar .......................................................................... xvii

Daftar Tabel .............................................................................. xxi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................. 1

1.2 Perumusan Masalah ...................................................... 2

1.2.1 Masalah Utama ......................................................... 2

1.2.2 Rincian Masalah ....................................................... 2

1.3 Tujuan Tugas Akhir ...................................................... 3

1.3.1 Tujuan Utama ........................................................... 3

1.3.2 Tujuan Detail ............................................................ 3

1.4 Batasan Masalah ........................................................... 4

1.5 Manfaat ........................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................. 7

2.1 Gedung Bertingkat Tahan Gempa ................................ 7

2.2 Perencanaan Struktur Gedung ...................................... 7

2.2.1 Peraturan dan Standar Perencanaan .......................... 7

2.2.2 Sistem Struktur Gedung Tahan Gempa..................... 8

2.2.3 Sistem Ganda (Dual System) .................................... 9

2.2.4 Perencanaan Elemen Struktur ................................... 9

2.2.5 Jenis Pembebanan ................................................... 10

2.2.6 Kombinasi Pembebanan ......................................... 14

2.3 Struktur Pelat .............................................................. 14

2.4 Struktur Flat Slab ........................................................ 18

2.4.1 Pengertian Flat Slab ................................................ 18

2.4.2 Keuntungan Flat Slab ............................................. 19

xiv

2.4.3 Kekurangan Flat Slab ............................................. 19

2.4.4 Jalur Pusat dan Jalur Tepi ....................................... 20

2.4.5 Sambungan Shear Stud ........................................... 21

2.5 Dinding Geser Struktur Beton Bertulang .................... 22

2.6 Dilatasi Struktur.......................................................... 23

2.7 Struktur Pondasi ......................................................... 27

BAB III ...................................................................................... 31

3.1 Bagan Alir Metodologi ............................................... 31

3.2 Tahapan dan Metode Perencanaan .............................. 32

3.2.1 Pengumpulan Data .................................................. 32

3.2.2 Data Tanah ............................................................. 33

3.2.3 Studi Literatur dan Peraturan .................................. 33

3.2.4 Beban yang Ditinjau ............................................... 33

3.2.5 Analisa Struktur Sekunder ...................................... 34

3.2.6 Preliminary Design ................................................. 35

3.2.7 Pembebanan Struktur .............................................. 37

3.2.8 Analisa dan Permodelan Struktur ........................... 38

3.2.9 Pendetailan Elemen Struktur Atas .......................... 38

3.2.10 Pendetailan Elemen Struktur Bawah ....................... 43

3.2.11 Gambar Rencana Struktur ....................................... 44

BAB IV ...................................................................................... 45

4.1 Preliminary Design..................................................... 45

4.1.1 Umum ..................................................................... 45

4.1.2 Data Perencanaan ................................................... 45

4.1.3 Pembebanan ............................................................ 45

4.1.4 Perencanaan Tebal Pelat ......................................... 46

4.1.5 Perencanaan Tebal Drop Panel ............................... 48

4.1.6 Perencanaan Dimensi Kolom .................................. 49

4.1.7 Perencanaan Tebal Dinding Geser .......................... 52

4.2 Perencanaan Struktur Sekunder .................................. 53

4.2.1 Perencanaan Tangga ............................................... 53

4.2.2 Perencanaan Balok Lift ........................................... 67

4.2.3 Perencanaan Ramp ................................................. 76

4.3 Permodelan Struktur ................................................. 105

4.3.1 Umum ................................................................... 105

xv

4.3.2 Data Perencanaan ................................................. 106

4.3.3 Pembebanan.......................................................... 107

4.3.4 Analisan Beban Gempa ........................................ 109

4.3.5 Pembebanan Gempa Dinamis ............................... 113

4.3.6 Kombinasi Pembebanan ....................................... 116

4.3.7 Kontrol Desain ..................................................... 116

4.4 Perencanaan Struktur Primer .................................... 131

4.4.1 Umum ................................................................... 131

4.4.2 Perencanaan Pelat/Flat Slab .................................. 131

4.4.3 Perencanaan Drop Panel ....................................... 159

4.4.4 Perencanaan Kolom .............................................. 162

4.4.5 Perencanaan Dinding Geser .................................. 169

4.5 Perencanaan Pondasi ................................................ 176

4.5.1 Umum ................................................................... 176

4.5.2 Data Tanah ........................................................... 176

4.5.3 Spesifikasi Tiang Pancang .................................... 177

4.5.4 Daya Dukung ........................................................ 177

4.5.5 Perhitungan Tiang Pancang .................................. 180

4.5.6 Perencanaan Poer .................................................. 187

4.5.7 Perencanaan Balok Sloof ...................................... 196

BAB V ..................................................................................... 201

5.1 Kesimpulan............................................................... 201

5.2 Saran ......................................................................... 202

xvi

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

xvii

DAFTAR GAMBAR

Daftar Gambar

Gambar 2.1 Peta untuk Menentukan Harga Ss ................. 11

Gambar 2.2 Peta untuk Menentukan Harga S1 ................. 11

Gambar 2.3 Analisis Gempa Statik Ekivalen ................... 12

Gambar 2.4 Spektrum Respons Desain ............................ 13

Gambar 2.5 Macam dan tipe pelat .................................... 15

Gambar 2.6 Struktur Flat Slab .......................................... 18

Gambar 2.7 Jalur Pusat dan Jalur Tepi ............................. 20

Gambar 2.8 Stud Rail (Shear Stud) .................................. 21

Gambar 2.9 Ragam Dilatasi pada Bangunan .................... 24

Gambar 2.10 Dilatasi dengan kolom ................................ 25

Gambar 2.11 Dilatasi dengan balok kantilever ................. 25

Gambar 2.12 Dilatasi dengan balok gerber ....................... 26

Gambar 2.13 Dilatasi dengan konsol ................................ 27

Gambar 2.14 Ilustrasi Pondasi Tiang Pancang

Jumlah tiang pancang yang dibutuhkan ............................ 29

Gambar 3.1 Bagan Alir Metodologi ................................. 31

Gambar 3.2 Tributary area kolom .................................... 37

Gambar 3.3 Perpanjangan Minimum untuk Tulangan

pada Pelat tanpa Balok ..................................................... 40

Gambar 4.1 Denah pelat ................................................... 47

Gambar 4.2 Pendimensian Drop Panel ............................. 48

Gambar 4.3 Beban yang Diterima Kolom ........................ 49

Gambar 4.4 Denah Struktur Tangga ................................. 53

Gambar 4.5 Tampak Samping Tangga ............................. 53

Gambar 4.6 Detail Pelat Tangga ....................................... 54

Gambar 4.7 Distribusi Beban pada Tangga ...................... 58

Gambar 4.8 Freebody reaksi gaya-gaya pada Tangga ...... 61

Gambar 4.9 Penulangan Pelat Tangga .............................. 62

Gambar 4.10 Penulangan Pelat Bordes ............................ 64

Gambar 4.11 Gambar Spesifikasi Lift .............................. 69

Gambar 4.12 Denah Hoistway Lift ................................... 70

Gambar 4.13 Potongan Lift .............................................. 71

Gambar 4.14 Model Pembebanan Balok Penumpu Lift ... 73

xviii

Gambar 4.15 Denah Ramp pada Basement-Ground ......... 76

Gambar 4.16 Tampak Potongan Ramp ............................. 77

Gambar 4.17 Detail Denah Rancana Ramp ...................... 77

Gambar 4.18 Detail Tampak Samping Rancana Ramp ..... 77

Gambar 4.19 Denah Rancana Pelat Ramp ........................ 78

Gambar 4.20 Pembebanan Pelat Ramp ............................. 79

Gambar 4.21 Penulangan Pelat Ramp .............................. 82

Gambar 4.22 Pembebanan Balok Melintang Ramp .......... 85

Gambar 4.23 Pembebanan Balok Melintang Ramp .......... 87

Gambar 4.24 Gaya Dalam Balok Melintang Ramp .......... 89

Gambar 4.25 Pembebanan Balok Memanjang Ramp ....... 95

Gambar 4.26 Pembebanan Balok Memanjang Ramp

Bentang 6 Meter ............................................................... 97

Gambar 4.27 Permodelan 3D Struktur Utama .................. 106

Gambar 4.28 Denah Struktur Apartemen ......................... 107

Gambar 4.29 Peta Harga Ss di Indonesia .......................... 110

Gambar 4.30 Peta Harga S1 di Indonesia ......................... 110

Gambar 4.31 Grafik Respon Spektrum Surabaya ............. 112

Gambar 4.32 Momen yang terjadi pada Pelat ................... 131

Gambar 4.33 Potongan Memanjang Pelat ........................ 134

Gambar 4.34 Letak Bidang Kritis Kolom Interior ............ 148

Gambar 4.35 Letak Bidang Kritis Kolom Eksterior ......... 151

Gambar 4.36 Distribusi Tegangan Geser .......................... 154

Gambar 4.37 Denah Struktur Drop Panel ......................... 159

Gambar 4.38 Potongan Memanjang Drop Panel ............... 160

Gambar 4.39 Potongan Rangka ........................................ 163

Gambar 4.40 Diagram Interaksi Aksial–Momen Kolom ... 165

Gambar 4.41 Denah Penempatan Dinding Geser ............. 170

Gambar 4.42 Repartisi beban-beban yang bekerja di atas

kelompok tiang pondasi yang disatukan oleh poer ........... 180

Gambar 4.43 Grafik Hubungan Qn Tiang Pancang dan

Kedalaman Tanah ............................................................. 182

Gambar 4.44 Konfigurasi rencana tiang pancang ............. 184

Gambar 4.45 Diagram Gaya Lateral Tiang Pondasi ......... 186

Gambar 4.46 Rencana Poer .............................................. 187

xix

Gambar 4.47 Potongan Poer ............................................. 188

Gambar 4.48 Analisis Poer sebagai Balok Kantilever ...... 189

Gambar 4.49 Daerah Kritis Geser Satu Arah .................... 191

Gambar 4.50 Diagram Interaksi Balok Sloof 50/70 ......... 198

xx

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

xxi

DAFTAR TABEL

Daftar Tabel

Tabel 3.1 Tebal Pelat Minimum Tanpa Balok Interior ..... 35

Tabel 4.1 Desain Tebal Minimum Pelat Tanpa Balok ...... 46

Tabel 4.2 Perhitungan Beban yang diterima Kolom ......... 50

Tabel 4.3 Spesifikasi Lift ................................................. 68

Tabel 4.4 Tabel Klasifikasi Situs Tanah ........................... 109

Tabel 4.5 Koefisien Situs Fa ............................................ 111

Tabel 4.6 Koefisien Situs Fv ............................................ 111

Tabel 4.7 Kategori Desain Seismik berdasarkan Parameter

Respons Percepatan pada Perioda 1 Detik ........................ 113

Tabel 4.8 Kategori Desain Seismik berdasarkan Parameter

Respons Percepatan pada Perioda Pendek ........................ 113

Tabel 4.9 Nilai Parameter Tanah Lunak Surabaya ........... 114

Tabel 4.10 Faktor Keutamaan Gempa .............................. 115

Tabel 4.11 Rekapitulasi Beban Mati ................................ 118

Tabel 4.12 Perhitungan Beban Mati Gedung .................... 119

Tabel 4.13 Perhitungan Beban Hidup ............................... 120

Tabel 4.14 Hasil Perhitungan beban pada ETABS 2016 .. 120

Tabel 4.15 Koefisien untuk Batas Atas ............................ 121

Tabel 4.16 Periode Struktur dari ETABS ......................... 123

Tabel 4.17 Gaya Geser Dasar Akibat Beban Gempa ........ 125

Tabel 4.18 Rasio Partisipasi Massa .................................. 126

Tabel 4.19 Simpangan antar Lantai yang diizinkan .......... 128

Tabel 4.20 Simpangan antar Lantai yang Terjadi

Akibat Beban gempa ........................................................ 129

Tabel 4.21 Kontrol Distribusi Sistem Ganda .................... 130

Tabel 4.22 Momen plat lantai ........................................... 133

Tabel 4.23 Momen plat lantai ........................................... 137

Tabel 4.24 Momen plat lantai ........................................... 140

Tabel 4.25 Momen plat lantai ........................................... 143

Tabel 4.26 Penulangan plat .............................................. 146

Tabel 4.27 Nilai Vu dan Mu Hasil ETABS ...................... 147

Tabel 4.28 Nilai Vu dan Mu Hasil ETABS ...................... 147

xxii

Tabel 4.29 Gaya tekan dan momen Kolom pada berbagai

kombinasi beban ............................................................... 164

Tabel 4.30 Rekapitulasi Penulangan Kolom ..................... 169

Tabel 4.31 Output Gaya Dalam Dinding Geser (ETABS) 170

Tabel 4.32 Hasil Perhitungan Daya Dukung .................... 182

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Surabaya yang merupakan salah satu kota besar di

Indonesia memiliki tingkat perekonomian yang cukup tinggi. Hal

ini berdampak semakin meningkatnya kebutuhan hunian untuk

tempat tinggal maupun sebagai investasi. Pembangunan struktur

apartemen beton tingkat tinggi merupakan salah satu pilihan untuk

memenuhi kebutuhan tersebut karena terbatasnya lahan yang ada.

Apartemen Purimas Surabaya dibangun untuk menjawab hal

tersebut. Pembangunan Apartemen Purimas Surabaya

direncanakan menggunakan bahan struktur beton bertulang biasa,

sistem cor ditempat dan terletak di kawasan zona gempa tinggi.

Semakin berkembangnya pembangunan gedung

bertingkat dan infrastruktur publik tinggi di Indonesia menuntut

adanya teknologi yang mendukung inovasi serta perkembangan

pembangunan tersebut. Dalam perencanaan struktur, terdapat

kecenderungan untuk melakukan penghematan dengan tidak

mengurangi unsur kekuatan struktur tersebut. Struktur yang

dibangun dengan menggunakan sistem rangka pemikul momen

(SRPM) dengan balok dianggap memiliki beberapa kekurangan

tertentu. Ditinjau dari sisi tinggi per lantai, tinggi bebas gedung

berkurang karena pekerjaan finishing plafond untuk menutup atap

akibat adanya balok. Dari segi ekonomi, beton yang diperlukan

untuk membentuk struktur lebih banyak karena adanya balok dan

bekistingnya jika dibandingkan dengan struktur tanpa balok. Salah

satu solusi yang digunakan adalah perancangan struktur

menggunakan metode Flat Slab. Struktur Flat Slab merupakan

struktur beton bertulang pelat langsung didukung oleh kolom tanpa

menggunakan balok. Beberapa contoh aplikasi bangunan flat slab

yaitu Mall Sampoong di Korea Selatan, beberapa lantai ruangan di

Burj Dubai dan The 18 Office Park Jakarta.

2

Soedarsono (2002) menyatakan bahwa keunggulan dari

Flat Slab adalah fleksibilitas terhadap tata ruang, yaitu lantai tinggi

bebas per lantai yang didapat semakin tinggi dan area lantai

semakin luas. Waktu pengerjaan selama proyek relatif lebih

pendek. Struktur Flat Slab tidak memerlukan finishing dengan

plafond dan bisa menghemat biaya proyek karena mengurangi

pemakaian beton dan bekisting untuk elemen balok.

Pada perencanaan bangunan tinggi yang tidak

menggunakan balok, geseran merupakan pertimbangan kritis

terutama pada bagian pertemuan antara pelat dan kolom. Apabila

bagian pertemuan pada struktur tersebut tidak kuat, maka kolom-

kolom penyangga pada pelat akan memberikan tekanan pons yang

hendak menembus pelat. Hal ini dapat menimbulkan tegangan

geser yang besar pada area sekitar kolom dan mengakibatkan

keruntuhan pons. Untuk itu, kekuatan geser di struktur tersebut

ditunjang dengan adanya drop panel, yaitu penebalan pelat di

daerah kolom (Wang, 1990)

Berdasarkan hal di atas, maka dengan tugas akhir ini

penyusun melakukan modifikasi perencanaan struktur Apartemen

Purimas Surabaya menggunakan metode Flat Slab. Metode desain

dan perancangan mengacu pada SNI 1727:2013, SNI 1726:2012,

dan SNI 2847:2013.

1.2 Perumusan Masalah

1.2.1 Masalah Utama

Bagaimana merencanakan modifikasi struktur

Apartemen Purimas Kota Surabaya dengan metode flat

slab?

1.2.2 Rincian Masalah

1. Bagaimana merancang struktur daktail yang mampu

menahan beban gempa?;

2. Bagaimana melakukan desain perancangan

apartemen yang dibangun dengan metode flat slab?;

3

3. Bagaimana melakukan analisa dan permodelan

struktur apartemen yang dibangun dengan metode flat

slab?;

4. Bagaimana merencanakan dimensi kolom, drop

panel, pelat dan shearwall yang efisien sehingga

mampu menahan beban-baban yang bekerja pada

struktur gedung apartemen?;

5. Bagaimana merencanakan pondasi yang mampu

mentransfer beban struktur ke tanah?;

6. Bagaimana menuangkan hasil perhitungan dan

perancangan ke dalam gambar teknik sesuai peraturan

yang berlaku?.

1.3 Tujuan Tugas Akhir

1.3.1 Tujuan Utama

Tujuan utama dari Tugas Akhir ini adalah mampu

merencanakan dan menerapkan metode flat slab dalam

pembangunan struktur apartemen Purimas sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

1.3.2 Tujuan Detail

Tujuan detail dari Tugas Akhir ini adalah:

1. Mendapatkan perancangan struktur apartemen yang

daktail terhadap beban gempa;

2. Mampu melakukan desain perancangan apartemen

yang dibangun dengan metode flat slab;

3. Mampu melakukan analisa dan permodelan struktur

apartemen yang dibangun dengan metode flat slab;

4. Mendapatkan dimensi kolom, drop panel, pelat dan

shearwall yang efisien sehingga mampu menahan

beban-baban yang bekerja pada struktur gedung

apartemen;

5. Mendapatkan dimensi pondasi yang mampu

mentransfer beban struktur ke tanah;

4

6. Menuangkan hasil perhitungan dan perancangan ke

dalam gambar teknik.

1.4 Batasan Masalah

Masalah yang dikaji dalam penulisan Tugas Akhir ini

dibatasi sebagai berikut:

1. Struktur sekunder yang diperhitungkan adalah

struktur tangga, ramp dan lift;

2. Elemen Balok dihilangkan/tidak direncanakan;

3. Struktur Basement tidak

direncanakan/diperhitungkan dan dianggap ada

dinding penahan tanah yang kaku

4. Tidak meninjau manajemen konstruksi (biaya dan

waktu konstruksi);

5. Tidak meninjau metode konstruksi/pelaksanaan di

lapangan;

6. Tidak meninjau estetika dari segi arsitektural gedung;

7. Tidak membahas sistem utilitas, sanitasi, mekanikal,

elektrikal dan plumbing;

8. Program bantu perhitungan matematis menggunakan

Microsoft Excel;

9. Program bantu gambar teknik yang dipakai adalah

AutoCAD 2016;

10. Program bantu analisa dan permodelan struktur yang

dipakai adalah ETABS;

11. Metode desain dan perancangan struktur mengacu

pada peraturan SNI 1727:2013, SNI 1726:2012, dan

SNI 2847:2013.

1.5 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penulisan Tugas Akhir ini

antara lain:

1. Memahami perancangan pada struktur gedung

bertingkat dengan menggunakan metode flat slab

5

2. Menjadi referensi alternatif perancangan struktur

dengan metode flat slab;

3. Perencana dapat memenuhi keinginan owner untuk

memaksimalkan tinggi bebas bangunan;

4. Menjadi acuan untuk sosialisasi cara merencanakan

metode flat slab dan drop panel yang benar serta

sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku saat

ini maupun yang baru untuk para tenaga ahli;

5. Menjadi rujukan untuk peneliti selanjutnya dalam

pengembangan teknologi perancangan struktur

metode flat slab.

6

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gedung Bertingkat Tahan Gempa

Perencanaan bangunan tahan gempa ialah bangunan

yang dirancang untuk tahan dan tetap berdiri ketika

terjadi gempa yang besar walaupun nantinya sedikit

terdapat kerusakan pada beberapa bagian bangunan

sesuai falsafah perencanaan gedung tahan gempa.

Menurut Teruna (2007), perencanaan suatu struktur

gedung pada daerah gempa haruslah memenuhi falsafah

perencanaan gedung tahan gempa, yaitu:

1) Bangunan dapat menahan gempa bumi kecil atau

ringan tanpa mengalami kerusakan;

2) Bangunan dapat menahan gempa bumi sedang tanpa

kerusakan yang berarti pada struktur utama walaupun

ada kerusakan pada struktur sekunder;

3) Bangunan dapat menahan gempa bumi kuat tanpa

mengalami keruntuhan total bangunan, walaupun

bagian struktur utama sudah mengalami kerusakan.

2.2 Perencanaan Struktur Gedung

2.2.1 Peraturan dan Standar Perencanaan

Peraturan dan standar perencanaan yang digunakan

dalam perencanaan struktur gedung antara lain:

1) Badan Standarisasi Nasional: Tata Cara Perhitungan

Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI

2847:2013);

2) Badan Standarisasi Nasional: Tata Cara Perhitungan

Pembebanan untuk Bangunan Rumah dan Gedung

(SNI 1727:2013);

3) Badan Standarisasi Nasional: Tata Cara Perencanaan

Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan Non

Gedung (SNI 1726:2012).

8

2.2.2 Sistem Struktur Gedung Tahan Gempa

Sistem struktur yang digunakan harus memperhatikan

factor daya tahan terhadap gempa sesuai dengan SNI

1726:2012. Pembagian sistem struktur menurut sifat sifat

tanah pada situs dibagi sebagai berikut:

1) Situs SA dan SB (Resiko Gempa Rendah). Desain

menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa

(SRPMB) dan dinding struktur beton biasa;

2) Situs SC dan SD (Resiko Gempa Sedang). Desain

Menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen

Menengah (SRPMM) dan Sistem Dinding Struktur

Biasa (SDSB) dengan beton tanpa detailing khusus;

3) Situs SE dan SF (Resiko Gempa Tinggi). Desain

menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen

Khusus (SRPMK) dan Sistem Dinding Struktur

Khusus (SDSK) dan beton khusus.

Negara Indonesia menerapkan 3 sistem struktur tahan

gempa, yang diatur persyaratannya dalam SNI

2847:2013 pasal 21, yaitu:

1) Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB)

atau Ordinary Moment Resisting Frame (OMRF),

yang digunakan pada struktur gedung yang masuk di

zona gempa rendah;

2) Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah

(SRPMM) atau Intermediate Moment Resisting

Frame (IMRF), yang digunakan pada struktur gedung

yang masuk di zona gempa sedang;

3) Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)

atau Special Moment Resisting Frame (SMRF) yang

digunakan pada struktur gedung yang masuk di zona

gempa tinggi atau diterapkan pada perencanaan high

rise building.

9

2.2.3 Sistem Ganda (Dual System)

Sistem perancangan struktur yang akan dipakai dalam

modifikasi ini adalah sistem ganda (dual system)

berdasarkan tata cara SNI 1726:2012. Sistem ganda

adalah sistem struktur yang terdiri dari rangka ruang yang

memikul seluruh beban gravitasi. Pemikul beban lateral

berupa dinding geser atau rangka bresing dengan rangka

pemikul momen harus direncanakan secara terpisah.

Rangka pemikul momen harus direncanakan secara

terpisah mampu memikul sekurang-kurangnya 25% dari

seluruh beban lateral. Kedua sistem ini harus

direncanakan untuk memikul seluruh beban lateral

dengan memperhatikan siteraksi sistem struktur..

Dinding geser yang digunakan dalam modifikasi ini

adalah dinding struktur khusus yang sesuai dengan

kategori desain seismic D, E, F (SNI 1726:2012 pasal

7.2.1). Ketentuan dinding struktur khusus dijelaskan

dalam SNI 2847:2013 pasal 21.9.

2.2.4 Perencanaan Elemen Struktur

1) Perencanaan pelat

Penentuan dimensi pelat:

- Pelat 1 arah : SNI 2847:2013 pasal 9.5.2 Tabel 9.5(a)

- Pelat 2 arah : SNI 2847:2013 pasal 9.5.3 Tabel 9.5(b)

a. Menganalisa gaya-gaya yang terjadi pada plat, digunakan

Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971 tabel

13.3.1 dan tabel 13.3.2)

b. Penulangan lentur:

- Pelat 1 arah: SNI 2847:2013 pasal 10.2 dan pasal 10.3.

- Pelat 2 arah: SNI 2847:2013 pasal 13.6 atau pasal 13.7.

2) Perencanaan Kolom:

Penentuan dimensi kolom: SNI 2847:2013 pasal 10.3.5.

Kapasitas aksial desain: SNI 2847:2013 pasal 10.3.6.

10

Penulangan lentur: menggunakan metode interaksi

kolom sesuai asumsi desain pada SNI 2847:2013 pasal

10.2 dan pasal 10.3.

Penulangan geser: SNI 2847:2013 pasal 11.4.

3) Analisa struktur bawah

Perhitungan poer,

Perhitungan pondasi tiang pancang,

Perhitungan sloof.

2.2.5 Jenis Pembebanan

1) Beban mati (Dead load)

Beban mati adalah berat seluruh bahan konstruksi

bangunan gedung yang terpasang, termasuk dinding,

lantai, atap, tangga, dinding partisi tetap, finishing,

klading gedung dan komponen arsitektural dan struktural

lainnya serta peralatan layan terpasang lain sesuai Beban

Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan

Struktur Lain (SNI 1727:2013).

2) Beban hidup (Live load)

Beban hidup adalah beban yang diakibatkan oleh

pengguna dan penghuni bangunan gedung atau struktural

lain yang tidak termasuk beban konstruksi dan beban

lingkungan. Beban hidup terdistribusi merata minimum

dan beban hidup terpusat minimum berdasarkan jenis

hunian atau penggunaan diatur dalam SNI 1727:2013

pasal 4 tabel 4-1.

3) Beban Angin (Wind Load)

Bangunan gedung dan struktur lain, termasuk Sistem

Penahan Beban Angin Utama (SPBAU) serta seluruh

komponen dan kulit bangunan gedung, harus dirancang

dan dilaksanakan untuk menahan beban angina seperti

yang ditetapkan dalam SNI 1727:2013.

4) Beban gempa (Earthquake)

Pada SNI 1726:2012, gempa rencana ditetapkan sebagai

gempa dengan kemungkinan terlewati besarannya

11

selama umur struktur bangunan 50 tahun adalah sebesar

dua persen atau gempa dengan periode ulang 2.500 tahun

yang merupakan gempa maksimum yang

mempertimbangkan resiko tertarget (Maximum

Considered Earthquake Targeted Risk/MCER).

Percepatan batuan dasar gempa tersebut

direpresentasikan dengan harga Ss dan S1 yang

kemudian digunakan untuk perhitungan beban gempa

selanjutnya yang dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.1. Peta untuk Menentukan Harga Ss.

Gambar 2.2. Peta untuk Menentukan Harga S1.

12

Ketentuan lain yang digunakan sebagai dasar

perhitungan adalah:

- Kategori risiko struktur bangunan: SNI 1726:2012 tabel

1.

- Faktor keutamaan gempa (Ie): SNI 1726:2012 tabel 2.

- Kategori desain seismik: SNI 1726:2012 tabel 6 dan tabel

7.

- Nilai R, Cd, dan Ω0 (berdasarkan sistem struktur): SNI

1726:2012 tabel 9.

Analisis terhadap beban gempa dapat menggunakan

metode statik ekivalen maupun dinamik (response spectrum),

yaitu sebagai berikut:

a. Metode Statik Ekivalen:

Gambar 2.3. Analisis Gempa Statik Ekivalen.

Dalam metode statik ekivalen, gaya gempa dianggap

sebagai beban lateral luar yang bekerja pada struktur atas

gedung. Beban ini berasal dari gaya geser dasar total

akibat gempa (V) yang didistribusikan inelastik pada

setiap lantai gedung sesuai dengan proporsi tinggi lantai

13

dan berat lantai yang bersangkutan sebagai beban titik.

Namun metode ini hanya dapat diterapkan pada struktur

gedung yang beraturan. Prosedur metode statik ekivalen

ini diatur dalam SNI 1726:2012 pasal 7.8.

b. Metode Dinamik (Response Spectrum)

Gambar 2.4. Spektrum Respons Desain.

Metode dinamik respon spektrum menggunakan plot

grafik nilai respon struktur maksimum (seperti lendutan,

kecepatan dan percepatan) terhadap fungsi beban

percepatan tanah akibat gempa. Dalam metode ini perlu

diperhatikan juga waktu getar alami fundamental struktur

(T), massa struktur, dan faktor pengali (I.g/R). Metode

ini dapat digunakan baik pada struktur beraturan maupun

tidak. Program bantu berbasis elemen hingga digunakan

dalam analisa metode dinamik respon spektrum ini.

Prosedur metode dinamik respon spektrum ini diatur

dalam SNI 1726:2012 pasal 7.9.

14

2.2.6 Kombinasi Pembebanan

Kombinasi pembebanan sesuai dengan SNI 2847:2013

pasal 9.2.1 antara lain:

1) U = 1,4 D

2) U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (Lr atau R)

3) U = 1,2 D + 1,6 (Lr atau R) + (1,0 L atau 0,5 W)

4) U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E

5) U = 0,9 D + 1,0 W

6) U = 0,9 D ± 1,0 E

Keterangan:

U: beban ultimate

D: beban mati

L: beban hidup

E: beban gempa

2.3 Struktur Pelat

Pada umumnya pelat diklasifikasikan dalam pelat

satu-arah atau pelat dua-arah. Pelat yang berdefleksi

secara dominan dalam satu arah disebut pelat satu-arah.

Jika Pelat dipikul oleh kolom yang disusun berbaris

sehingga pelat dapat berdefleksi dalam dua-arah, pelat

disebut pelat dua-arah. Pelat dua arah merupakan panel-

panel beton bertulang yang perbandingan antara panjang

dan lebarnya lebih kecil dari 2 (dua). Pelat dua-arah dapat

diperkuat dengan menambahkan balok di antara kolom

dengan mempertebal pelat disekeliling kolom (drop

panel), dan dengan penebalan kolom di bawah pelat

(kepala kolom).

15

Berikut gambar dari macam-macam tipe pelat:

a) Flat Slab

b) Flat Plate

c) Waffle Slab

16

d) Two-way Slab

Gambar 2.5 Macam dan tipe pelat (MacGregor,

1997)

Pelat datar (Flat Slab) adalah pelat beton pejal dengan

tebal merata yang mentransfer beban secara langsung ke

kolom pendukung tanpa bantuan balok dengan kepala

kolom atau drop panel. Flate Slab dapat dibuat dengan

cepat karena bekisting dan susunan tulangan yang

sederhana. Pelat ini memerlukan tinggi lantai terkecil

untuk memberikan persyaratan tinggi ruangan dalam

memberikan fleksibilitas terbaik dalam susunan kolom

dan partisi. Pelat ini juga memberikan sedikit penghalang

untuk pencahayaan dan ketahanan terhadap api yang

tinggi karena hanya ada sedikit sudut-sudut tajam dimana

pengelupasan beton dapat terjadi. Flate plate mungkin

meruakan system pelat yang paling umum dipakai saat

ini untuk hotel beton bertulang bertingkat banyak, motel,

apartemen, dan asrama. Pelat datar kemungkinan

memunculkan masalah dalam transfer geser di sekeliling

kolom. Dengan kata lain, ada bahaya dimana kolom akan

menembus pelat (pons). Oleh karena itu, sering kali perlu

memperbesar dimensi kolom atau ketebalan pelat atau

menggunakan shear head. Pelat slab atau flat slab

17

termasuk pelat beton dua-arah dengan capital, drop

panel, atau keduanya.

Pelat ini sangat sesuai untuk beban berat dan bentang

panjang. Meskipun bekisting lebih mahal dibandingkan

pelat datar (flat plate), flat slab akan memerlukan beton

dan tulangan yang lebih sedikit dibandingkan untuk pelat

datar flate plate untuk beban dan bentang yang sama. Flat

Slab biasanya ekonomis untuk bangunan gedung, parkir

dan pabrik dan bangunan sejenis dimana drop panel atau

kepala kolom yang terbuka diizinkan. Pelat dua-arah

dengan balok, sistem lantai seperti ini digunakan karena

lebih murah dibandingkan dengan flat slab atau flat plate.

Dengan kata lain, jika beban atau bentang atau

keduanya sangat besar, ketebalan pelat atau ukuran

kolom yang diperlukan untuk flat plate dan flat slab akan

menjadi lebih besar dan lebih ekonomis jika digunakan

pelat dua-arah dengan balok, meskipun biaya bekisting

lebih mahal.

Waffle slab, sistem lantai ini dibuat dengan menyusun

fiberglass persegi atau cetakan logam dengan sisi-sisi

mengecil dan jarak diantarannya, ketika beton dicor di

dalam dan diantara cetakan akan berbentuk waffle. Jarak

antar cetakan akan membentuk web balok. Web ini agak

tinggi dan memberikan lengan momen besar untuk

tulangan. Dengan waffle slab, berat beton akan sangat

tereduksi tanpa banyak merubah tahanan momen dari

sistem lantai. Seperti halnya dalam flat plate, geser dapat

menjadi masalah dekat kolom. Akibatnya, lantai waffle

dibuat solid didekat kolom untuk meningkatkan tahanan

geser (McCormac, 2004).

18

2.4 Struktur Flat Slab

2.4.1 Pengertian Flat Slab

Flat Slab berbeda dengan flat plate dalam hal bahwa

lantai flat slab mempunyai kekuatan yang cukup dengan

adanya slah satu atau kedua hal berikut:

Drop panel berfungsi untuk mengurangi momen

negatif di daerah joint pada pelat, meningkatkan

kekakuan pelat dan akan memperkecil deformasi

yang terjadi akibat pembebanan. Drop panel juga

digunakan untuk menebalkan pelat di sekitar kolom

(local thickening) pada struktur flat slab di mana drop

panel memberikan kekuatan geser yang cukup

memadai untuk menghindari punching shear (ACI

318-11).

Kepala kolom (column capital) yaitu pelebaran

mengecil dari ujung kolom atas. Tujuan dari kepala

kolom adalah mendapatkan pertambahan keliling

sekitar kolom untuk memindahkan geser dari beban

lantai dan untuk menambah tebal dengan

berkurangnya perimeter di dekat kolom (Wang dan

Salmon, 1992).

Gambar 2.6 Struktur Flat Slab (FEMA 356)

Flat slab sangat ekonomis penggunaannya untuk

bentang 15-20 ft (4,5-6 m). Untuk memperkuat pelat

terhadap gaya geser, pons dan lentur, bagian-bagian kritis

19

pelat yaitu di sekitar kolom penumpu, perlu dipertebal,

sistem ini disebut dengan pelat slab (flat slab). Bagian

penebalan pada sistem flat slab disebut drop panel,

sedangkan untuk penebalan yang berbentuk kepala

kolom disebut column capital. Flat slab digunakan untuk

kisaran bentang 20-30 ft atau sekitar 6-9 m (MacGregor,

1997).

2.4.2 Keuntungan Flat Slab

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari

penggunaan system Flat Slab pada gedung-gedung

bertingkat, antara lain:

1. Dapat dibuat dengan cepat karena bekisting dan

susunan tulangan yang sederhana;

2. Ketinggian gedung bertingkat berkurang karena lantai

yang tipis, langit-langit yang rata permukaannya

merupakan faktor yang mempengaruhi ekonomi

secara keseluruhan;

3. Jendela-jendela dapat dibuat sampai sisi bawah pelat,

dan tidak ada balok-balok yang menghalangi cahaya

dan sirkulasi udara;

4. Tidak adanya sudut yang tajam memberikan

ketahanan dalam kebakaran yang lebih besar karena

bahaya pengelupasan beton dan menganganya

tulangan dapat berkurang.

2.4.3 Kekurangan Flat Slab

Dari beberapa keuntungan diatas, Flat Slab memiliki

berbagai kekurangan yang akan fatal akibatnya terhadap

suatu struktur atau bahkan dapat mengakibatkan

keruntuhan apabila diabaikan, antara lain:

1. Fenomena punching shear yang terjadi akibat transfer

gaya geser dan momen tak- imbang antara pelat dan

kolom bila menerima beban siklik lateral;

20

2. Tanpa adanya balok-balok disepanjang garis kolom,

maka kemampuan menahan beban menjadi

berkurang.

Berdasarkan kelemahan yang dimiliki struktur flat

slab, maka SNI 1726:2012 membatasi penggunaan

struktur flat slab lebih spesifik, yaitu struktur

diklasifikasikan sebagai Sistem ganda dan jika

digunakan sebagai sistem tunggal, maka kategori

desain gempa yang sesuai adalah B dan C tidak dibatasi

dan D, E dan F tidak diijinkan. Di samping itu, jika

digunakan dengan dinding geser khusus, maka kategori

desain gempa yang sesuai adalah B dan C tidak dibatasi,

D dibatasi dengan tinggi maksimum 48m, dan E dan F

dibatasi tinggi maksimum 30m.

2.4.4 Jalur Pusat dan Jalur Tepi

Gambar 2.7 Jalur Pusat dan Jalur Tepi (MacGregor, 1997)

Pelat dua arah melentur dengan bentuk permukaan

seperti mangkuk jika dibebani dalam dua arah. Oleh

karena itu, pelat ini harus ditulangi dalam kedua arah

dengan tulangan berlapis tegak lurus satu dengan lainnya.

Jalur kolom adalah pelat dengan lebar di setiap sisi garis

tengah kolom sama dengan ¼ dimensi panel terkecil ℓ1

21

atau ℓ2. Jalur tengah adalah bagian pelat diantara dua jalur

kolom.

Bagian dari momen yang diterima jalur kolom dan

jalur tengah diasumsikan tersebar merata pada seluruh

jalur. Persentase momen yang dipikul oleh jalur kolom

tergantung pada kekakuan efektif dari jalur kolom dan

pada aspect ratio ℓ1/ℓ2 (dengan ℓ1 adalah panjang bentang

pusat ke pusat, dari tumpuan-tumpuannya dalam arah

momen yang ditinjau dan ℓ2 adalah panjang bentang

pusat ke pusat, dari tumpuan-tumpuannya dalam arah

tegak lurus terhadap ℓ1). Dapat dilihat pada Gambar 2.7.

2.4.5 Sambungan Shear Stud

Shear Stud yang dirangkai dalam bentuk stud rail,

kebanyakan digunakan dalam konfigurasi orthogonal dan

sirkular (Broms, 2007). Dengan menggunakan stud rail,

tegangan geser pada hubungan pelat-kolom akan

diperkuat oleh shear stud, sementara penampang kritis

akan melebar ke luar pada jarak yang diasumsikan sejauh

d/2 dari ujung luar stud rail.

Gambar 2.8 Stud Rail (Shear Stud)

22

2.5 Dinding Geser Struktur Beton Bertulang Dinding geser merupakan elemen struktural yang

berfungsi sebagai penahan gaya-gaya lateral bangunan,

dimana gaya-gaya lateral yang bekerja merupakan gaya-

gaya horizontal yang bekerja pada diafragma dinding

geser (Zuhri, 2011). Jenis dinding geser biasanya

dikategorikan berdasarkan geometrinya:

1. Flexural Wall (dinding langsing), yaitu dinding geser

yang memiliki rasio hw/lw ≥ 2, dimana desain

dikontrol oleh perilaku lentur;

2. Squat Wall (dinding pendek), yaitu dinding geser

yang memiliki rasio hw/lw ≤ 2, dimana desain

dikontrol oleh perilaku geser;

3. Coupled Shear Wall (dinding berangkai), dimana

momen guling yang terjadi akibat beban gempa

ditahan oleh sepasang dinding, yang dihubungkan

oleh balok-balok perangkai sebagai gaya-gaya tarik

dan tekan yang bekerja pada masing-masing dasar

pasangan dinding tersebut.

Menurut Pawirodikromo (2012), beberapa kelebihan

struktur dinding dapat diketahui berdasarkan fungsi yang

diperankan. Beberapa keuntungan struktur dinding

tersebut sebagai berikut:

1. Struktur dinding pada umumnya mempunyai

kekuatan yang cukup besar sehingga dapat menahan

beban horizontal yang cukup. Kadang-kadang

direncanakan seluruh beban horizontal dibebankan

pada struktur dinding.Agar walls dapat mengerahkan

kekuatannya secara maksimal, maka walls harus

stabil, misalnya selain walls harus cukup tebal juga

dapat dipakai barbell wall;

2. Di samping mempunyai kekuatan yang cukup besar,

struktur dinding umumnya sangat kaku dibanding

dengan kolom, sehingga struktur ini memberikan

23

kekakuan tambahan terhadap struktur secara

keseluruhan. Kekakuan yang cukup diharapkan dapat

mengendalikan simpangan yang terjadi;

3. Kekakuan struktur dinding juga mempunyai

keuntungan yang lain yaitu kemampuannya dalam

melindungi tingkat yang relatif lemah (soft story). Soft

story yang sering dijumpai misalnya adanya tinggi

tingkat yang melebihi tinggi tingkat tipikal;

4. Struktur dinding dapat mengeliminasi simpangan

antar tingkat khususnya pada tingkat-tingkat bawah

sampai tengah. Dengan perkataan lain, pengendalian

simpangan pada daerah ini akan dilakukan secara

efektif oleh struktur dinding.

2.6 Dilatasi Struktur

Dilatasi adalah sebuah sambungan/garis pada sebuah

bangunan karena memiliki struktur berbeda atau

memerlukan perlakuan khusus. Dilatasi digunakan pada

pertemuan antara bangunan yang rendah dengan tinggi,

antara bangunan induk dengan sayap, dan bagian

bangunan lain yang mempunyai kelemahan geometris.

Di samping itu, bangunan yang sangat panjang tidak

dapat meahan deformasi akibat penurunan pondasi,

gempa, muai susut, dan akumulasi gaya yang besar pada

dimensi bangunan yang panjang. Hal ini bisa berakibat

timbulnya retakan atau keruntuhan struktural. Oleh

karena itu, suatu bangunan yang panjang perlu dibagi

menjadi beberapa bangunan yang lebih kecil, dimana tiap

bangunan dapat bereaksi secara kompak dan kaku

menghadapi pergerakan bangunan yang terjadi (Juwana,

2005).

24

Gambar 2.9 Ragam Dilatasi pada Bangunan (Juwana,

2005)

25

Beberapa bentuk pemisahan bangunan yang umum

digunakan, diantaranya adalah:

a. Dilatasi dengan kolom

Pemisahan struktur dengan dua kolom terpisah

merupakan hal yang paling umum digunakan, terutama

pada bangunan yang bentuknya memanjang (linear)

Gambar 2.10 Dilatasi dengan kolom (Juwana, 2005)

b. Dilatasi dengan balok kantilever

Bentang balok kantilever panjangnya terbatas (maksimal

1/3 bentang balok induk), maka pada lokasi dilatasi

terjadi perubahan bentang antar kolom, yaitu sekitar 2/3

bentang antar kolom.

Gambar 2.11 Dilatasi dengan balok kantilever (Juwana,

2005)

26

c. Dilatasi dengan balok gerber

Mempertahankan jarak antara kolom yang sama, maka

pada balok kantilever diberi balok gerber. Namun,

dilatasi dengan balok gerber ini jarang digunakan, karena

khawatir akan lepas dan jatuh jika mengalami deformasi

arah horizontal yang cukup besar akibat beban gempa.

Gambar 2.12 Dilatasi dengan balok gerber (Juwana,

2005)

d. Dilatasi dengan konsol

Dilatasi dengan adanya konsol bisa mempertahankan

jarak antar kolom yang tetap sama. Namun, akibat

adanya konsol, maka langit-langit di daerah dilatasi

menjadi lebih rendah. Dilatasi jenis ini banyak digunakan

pada bangunan yang menggunakan sistem prafabrikasi,

dimana sisi kolom diberi konsol sebagai tumpuan balok.

27

Gambar 2.13 Dilatasi dengan konsol (Juwana, 2005)

2.7 Struktur Pondasi

Beban dari struktur atas akan diteruskan ke

tanah melalui pondasi. Pondasi pada gedung pada tugas

akhir ini direncanakan menggunakan tiang pancang

beton pracetak. Perhitungan daya dukung tanah vertikal

menggunakan formula dari Luciano Decourt, sedangkan

kekuatan lateral dihitung dengan formula dari

Sosrodarsono dan Nakazawa (2000). Pondasi dikontrol

terhadap kekuatan bahan dan kekuatan tanah.

1. Daya Dukung Tiang Vertikal

Luciano Decourt memberikan formula daya

dukung tiang vertikal sebagai berikut.

SPL QQQ (2.1)

KNq Pp (2.2)

SsS AqQ (2.3)

28

Ss

S AN

Q

1

3 (2.4)

2. Daya Dukung Tiang Horizontal

Daya dukung tiang horizontal dihitung

berdasarkan beban pergeseran normal yang

diizinkan pada kepala tiang, yaitu pergeseran

paling maksimum pada ujung kepala tiang. Bila

besarnya pergeseran normal sudah ditetapkan,

maka daya dukung mendatar yang diizinkan

dapat ditentukan. Formula berikut diberikan

oleh Sosrodarsono dan Nakazawa (2000).

aah

EIH

1

4 3

(2.5)

4

4EI

kD (2.6)

5.0

0

ykk (2.7)

4

3

00 2.0 DEk (2.8)

NE 280 (2.9)

Di mana:

Ha = kapasitas daya dukung horizontal tiang

E = modulus elastisitas bahan

I = momen inersia penampang

δ = pergeseran normal (diambil 1 cm)

k = koefisien reaksi tanah dasar

ko = 0,2 Eo D-3/4

y = besarnya pergeseran yang dicari

Eo = modulus elastisitas tanah (28N)

h = tinggi tiang di atas tanah

29

3. Kebutuhan Tiang Pancang

Pada gedung ini digunakan pondasi tiang dengan ilustrasi

pada Gambar 2.13

Gambar 2.14 Ilustrasi Pondasi Tiang Pancang

Jumlah tiang pancang yang dibutuhkan

ijinP

Pn

(2.10)

2.5D ≤ S ≤ 5D

2.5D ≤ S1 ≤ 3D

Kontrol tegangan yang terjadi pada tiang pancang

2

max

2

max

y

MxY

x

MyX

n

PPsatuTP

(2.11)

My

Mx

SS

1S

1

SS1 S1

Tiang Pancang

Pile Cap

Kolom

30

Efisiensi satu tiang pancang:

mn

nmmn

90

)1()1(1

(2.12)

ijinPgPgrouptian (2.13)

4. Perencanaan Terhadap Geser

a) Kontrol geser satu arah

VuVc

Vudbcf o '6

1 (2.14)

b) Kontrol geser dua arah (geser ponds)

Kuat geser yang disumbangkan beton diambil yang

terkecil, sesuai SNI 2847:2013 pasal 11.11.2

dbcfV oc '2

117.0

(2.15)

atau

dbcfb

dV o

o

sc '2083.0

(2.16)

Di mana αs adalah 40 untuk kolom interior, 30 untuk

kolom tepi, 20 untuk kolom sudut, atau

dbcfV oc '33.0 (2.17)

31

BAB III

METODOLOGI

3.1 Bagan Alir Metodologi

Gambar 3.1 Bagan Alir Metodologi

32

3.2 Tahapan dan Metode Perencanaan

3.2.1 Pengumpulan Data

Mengumpulkan dan mempelajari data – data yang

berkaitan dengan modifikasi perencanaan, diantaranya

sebagai berikut:

Data umum gedung sebelum dimodifikasi:

1. Nama Gedung : Apartemen Purimas

Surabaya

2. Lokasi : Surabaya

3. Fungsi : Hunian (Apartemen)

4. Jumlah Lantai : 14 (empat belas) lantai

(2 basement)

5. Struktur Utama : Beton bertulang

Mutu Bahan

Untuk perencanaan, digunakan kuat tekan beton (f’c)

sebesar 30 MPa, sedangkan untuk mutu baja (fy)

digunakan 400 MPa

Bangunan gedung tersebut akan dimodifikasi

menggunakan metode Flat Slab dan data bangunan

direncanakan sebagai berikut:

Data umum gedung setelah dimodifikasi:

1. Nama Gedung : Apartemen Purimas

Surabaya

2. Lokasi : Surabaya

3. Fungsi : Hunian (Apartemen)

4. Jumlah Lantai : 14 (empat belas) lantai

5. Metode Perencanaan : Flat Slab

Mutu Bahan

Untuk perencanaan, digunakan kuat tekan beton (f’c)

sebesar 35 MPa, sedangkan untuk mutu baja (fy)

digunakan 390-400 MPa

33

3.2.2 Data Tanah

Penyelidikan tanah dasar setempat untuk klasifikasi

situs dalam perencanaan beban gempa seperti yang

dijelaskan dalam SNI 1726:2012.

3.2.3 Studi Literatur dan Peraturan

Mencari literatur yang menjadi acuan dalam

pengerjaan tugas akhir ini. Adapun beberapa literatur

sesuai dengan bab sebelumnya. Sedangkan peraturan

yang digunakan adalah :

Badan Standarisasi Nasional. 2013. Tata cara

Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan

Gedung (SNI 2847:2013);

Badan Standarisasi Nasional. 2012. Tata Cara

Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur

Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI

1726:2012);

Badan Standarisasi Nasional. 2012. Tata Cara

Perhitungan Pembebanan Untuk Bangunan

Rumah dan Gedung (SNI 1727:2013).

3.2.4 Beban yang Ditinjau

Berdasarkan SNI 1727:2013 dan SNI 1726:2012

beban yang diperlukan atau ditinjau antara lain:

1. Beban Mati (SNI 1727:2013)

2. Beban Hidup (SNI 1727:2013)

3. Beban Angin (SNI 1727:2013)

4. Beban Gempa (SNI 1726:2012)

34

3.2.5 Analisa Struktur Sekunder

3.2.5.1 Perencanaan Tangga

Syarat Perencanaan

57 ≤ 2Ln + 2Ld ≥ 65 (3.1)

Ln = Langkah naik

Ld = Langkah Datar

Jumlah langkah naik

H

Ln (3.2)

H = Tinggi Tangga

Jumlah tinggi langkah naik

H

Jumlah langkah naik (3.3)

Jumlah langkah datar

∑Ln − 1

(3.4)

Panjang kemiringan tangga

√Ln2 + Ld22 (3.5)

Sudut kemiringan tangga (α)

tanh−1 9

30 (3.6)

Syarat (α) < 38o

3.2.5.2 Penulangan Tangga dan Bordes

a) Penulangan Lentur Pelat dan Bordes

Menentukan batasan harga tulangan dengan

menggunakan rasio tulanagn yang diisyratkan sebagai

berikut :

SNI 2847:2013 pasal 7.12.2

SNI 2847:2013 pasal 10.3.5

b) Penulangan Geser SNI 2847:2013 pasal 11.2

c) Perencanaan Balok Bordes

Sesuai dengan SNI 2847:2013 Tabel 9.5(a)

3.2.5.3 Perencanaan Lift

Preliminary Design

35

Pembebanan Balok Lift

Penulangan Lentur dan Geser Balok Lift

3.2.5.4 Perencanaan Ramp

Preliminary Design

Pembebanan pada Ramp

Penulangan Lentur dan Geser Struktur Ramp

3.2.6 Preliminary Design

Pada preliminary design ini menentukan dimensi elemen

struktur gedung untuk digunakan dalam tahap perancangan

selanjutnya. Berikut akan dibahas perencanaan struktur utama.

3.2.6.1 Perencanaan Dimensi Pelat (Flat Slab)

Tabel 3.1 Tebal Pelat Minimum Tanpa Balok Interior

Menurut pasal 9.5.3.3 SNI 2847:2013, tebal pelat minimum

dinyatakan dengan :

a. Untuk αm lebih besar dari 0,2 tapi tidak lebih dari 2,0

Ketebalan pelat minimum harus memenuhi :

36

h =ln (0,8+

𝑓𝑦

1400)

36+5𝛽 (𝛼𝑚−0,2) (3.7)

tidak kurang dari 125 mm

b. Untuk αm lebih besar dari 2,0, ketebalan pelat minimum

tidak boleh kurang dari :

h =ln (0,8−

𝑓𝑦

1400)

36−9𝛽 (3.8)

tidak kurang dari 90 mm

c. Untuk αm yang sama atau lebih kecil dari 0,2, ketebalan

pelat minimum harus memenuhi ketentuan Tabel 2.6.

Dimana:

n : Panjang bentang bersih dalam arah memanjang dari

konstruksi dua arah yang diukur dari muka ke muka

tumpuan pada pelat tanpa balok..

Fy : Tegangan leleh baja.

Β : Rasio dari bentang bersih dalam arah memanjang

terhadap arah memendek dari pelat dua arah.

Αm : Nilai rata-rata dari rasio kekakuan lentur balok

terhadap kekakuan pelat (α) untuk semua balok pada

tepi pelat. Untuk pelat tanpa balok, αm = 0.

3.2.6.2 Perencanaan Dimensi Drop Panel

Sesuai dengan SNI 2847:2013 pasal 13.2.5. Jika

digunakan untuk mengurangi jumlah tulangan momen

negative pada kolom atau tebal slab perlu minimum,

panel drop (drop panel ) harus:

a) Menjorok di bawah slab paling sedikit seperempat

tebal slab disebelahnya; dan

b) Menerus dalam setiap arah dari garis pusat

tumpuan dengan jarak tidak kurang dari

seperenam panjang bentang yang diukur dari pusat

ke pusat tumpuan dalam arah tersebut.

37

3.2.6.3 Perencanaan Dimensi Dinding Geser (Shear Wall)

Berdasarkan SNI 2847:2013 pasal 15.3.1. Tebal

dinding penumpu tidak boleh kurang dari 1/25 tinggi atau

panjang bentang tertumpu, yang mana yang lebih

pendek,atau kurang dari 100 mm.

3.2.6.4 Perencanaan Dimensi Kolom

Untuk desain kolom,dtentukan terlebih dahulu

tributary area untuk setiap kolom dan dicari kolom yang

paling kritis untuk bagian interior dan eksterior. Untuk

kolom interior tributary areanya adalah

Gambar 3.2 Tributary area kolom

Interior dan Tributary area kolom eksterior

Ukuran Kolom diperkirakan :

bxh = 2,3P

fc (3.9)

Dengan kata lain 30% kapasitas penampang disiapkan untuk aksial

dan 70% untuk momen.

3.2.7 Pembebanan Struktur Pembebanan mengacu pada SNI 1727:2013.

Besarnya beban mati, hidup, angin sesuai ketentuan yang

38

ada pada SNI 1727:2013 dan besarnya beban gempa

sesuai dengan ketentuan SNI 1726:2012.

3.2.8 Analisa dan Permodelan Struktur

Dalam perencanaan struktur apartemen ini, analisa

struktur dilakukan dengan bantuan program ETABS.

Hasil perhitungan dan permodelan program bantu

nantinya akan digunakan sebagai acuan pendetailan

komponen struktur.

3.2.9 Pendetailan Elemen Struktur Atas

3.2.9.1 Penulangan Pelat (Flat Slab)

Sesuai dengan SNI 2847:2013 Pasal 13.3 memuat

tentang persyaratan penulangan pada pelat yaitu:

1. Luas tulangan pelat pada masing-masing arah dari sistem

pelat dua arah ditentukan dari momen-momen pada

penampang kritis tapi tidak boleh kurang dari apa yang

disyaratkan pada SNI 2847:2013 Pasal 7.12.2.1.

2. Spasi tulangan pada penampang kritis tidak boleh lebih

dari dua kali tebal pelat kecuali untuk bagian luas pelat

konstruksi sel atau berusuk.Pada bagian pelat yang

melintasi ruang sel, tulangan disediakan sesuaidengan

SNI 2847:2013 Pasal 7.12.

3. Tulangan momen positif yang tegak lurus terhadap tepi

tak menerus harus menerus ke tepi pelat dan ditanam,

dapat dengan kaitan minimum sepanjang 150 mm ke

dalam balok tepi, kolom atau dinding.

4. Tulangan momen negatif yang tegak lurus tepi tak

menerus harus dibengkokkan, dikait atau diangkur pada

balok tepi, kolom atau dinding dan harus disalurkan pada

muka tumpuan menurut ketentuanpada pasal 14.

5. Bila pelat tidak memiliki balok tepi atau dinding pada

tepi tak menerus, atau pada pelat yang membentuk

kantilever pada tumpuan maka pengangkuran tulangan

harus dilakukan di dalam pelat itu sendiri.

39

6. Pada sudut eksterior pelat yang ditumpu oleh dinding tepi

atau bila satu atau lebih balok tepi mempunyai nilai af >

1,0 tulangan pelat atas dan bawah harus disediakan pada

sudut eksterior, sebagai berikut :

1) Tulangan sudut pada kedua sisi atas dan bawah pelat

harus cukup untuk menahan momen per satuan lebar

sama dengan momen positif maksimum per satuan

lebar pada panel slab.

2) Momen tersebut harus diasumsikan berporos terhadap

sumbu tegak lurus terhadap diagonal dari sudut pada

sisi atas pelat dan berporos terhadap sumbu yang

paralel terhadap diagonal dari sudut pada sisi bawah

pelat.

3) Tulangan pojok harus disediakan untuk suatu jarak

dalam masing-masing arah dari sudut sama dengan

seperlima bentang yang lebih panjang.

4) Tulangan sudut harus ditempatkan paralel terhadap

diagonal pada sisi atas slab dan tegak lurus terhadap

diagonal pada sisi bawah pelat. Sebagai alternatif,

tulangan harus ditempatkan dalam dua lapis paralel

terhadap sisi-sisi pelat pada kedua sisi atas dan bawah

pelat.

7. Bila panel drop (drop panel) setempat untuk mengurangi

jumlah tulangan momen negatif pada bagian pelat datar

(flat slab) di daerah kolom maka dimensi panel drop

setempat harus sesuai dengan hal berikut ini :

1) Menjorok di bawah pelat paling sedikit seperempat

tebal pelat di sebelahnya.

2) Menerus dalam setiap arah dari garis pusat tumpuan

dengan jarak tidak kurang dari seperenam panjang

bentang yang diukur dari pusat ke pusat tumpuan

dalam arah tersebut.

8. Detail tulangan pelat tanpa balok :

1) Sebagai tambahan terhadap persyaratan 13.3 pada

SNI 2847:2013, tulangan pada pelat tanpa balok harus

40

diteruskan dengan panjang minimum seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Perpanjangan Minimum untuk Tulangan pada Pelat

tanpa Balok (SNI 2847:2013)

2) Bila panjang bentang yang bersebelahan tidak sama

maka perpanjangan tulangan momen negatif di luar

bidang mukatumpuan seperti yang disyaratkan pada

SNI 2847:2013 harus didasarkan pada bentang yang

lebih panjang.

3) Tulangan miring hanya diperkenankan bila

perbandingan tinggi terhadap bentang memungkinkan

untuk digunakannya tulangan dengan kemiringan =

45°.

4) Pada sistem rangka dimana pelat dua arah berfungsi

sebagai komponen utama pemikul beban lateral,

untuk pelat pada rangka yang dapat bergoyang,

panjang tulangan ditentukan dari analisis tapi tidak

boleh lebih kurang daripada yang ditentukan.

5) Semua tulangan atau kawat di sisi bawah dari lajur

kolom dalam setiap arah harus menerus atau

disambung dengan sambungan lewatan tarik kelas B

41

atau dengan sambungan mekanis atau las yang

memenuhi pasal 12.14.3 SNI 2847:2013.

6) Pada pelat dengan kepala geser (shearheads) dan pada

konstruksi pelat yang diangkat (lift-slab), bilamana

tidak praktis untuk meneruskan tulangan bawah

sebagaimana ditentukan oleh poin 5 diatas melalui

kolom, maka paling sedikit dua batang tulangan atau

kawat bawah terlekat dalam masing-masing arah

harus secara praktis melewati kepala geser

(shearhead) atau gelang (collar) angkat sedekat

mungkin ke kolom dan menerus atau disambung

dengan sambungan lewatan tarik kelas B atau dengan

sambungan mekanis atau las yang memenuhi pasal

12.14.3 SNI 2847:2013. Pada kolom eksterior,

tulangan harus diangkur pada kepala geser atau

gelang angkat.

3.2.9.2 Penulangan Drop Panel

Perhitungan kapasitas drop panel (Kapasitas arah x dan

arah y)

Mn < ∅Mn (3.14)

∅Mn = 0,85 x As x fy x (d −a

2) (3.15)

a =∑tul x As x fy

0,85 x fc x b (3.16)

Perhitungan geser pons drop panel. Berdasarkan SNI

2847:2013, besarnya tidak boleh melebihi dari nilai

terkecil dari ketiga nilai berikut ini :

Vc1 = (1 +2

βc) x (

√fc′

6 x b x d) (3.17)

Vc2 = (As x d

b+ 2) x (

√fc′

6 x b x d) (3.18)

Vc3 =1

3 x √fc x b x d (3.19)

42

Vc terjadi = Reaksi Vertikal Kolom – Gaya Aksial di

atas Drop Panel

Syarat : Vc terjadi ≤ Vc ijin

3.2.9.3 Penulangan Dinding Geser

Rasio minimum untuk luas tulangan vertikal terhadap

luas bruto beton haruslah :

a) 0,0012 untuk batang ulir ≤ D16 dengan tegangan leleh

yang disyaratkan > 420 Mpa.

b) 0,0015 untuk batang ulir lainnya.

c) 0,0012 untuk tulangan kawat las < ϕ16 atau D16.

Rasio minimum untuk luas tulangan horisontal terhadap

luas bruto beton haruslah:

a) 0,0020 untuk batang ulir ≤ D16 dengan tegangan leleh

yang disyaratkan > 420 Mpa.

b) 0,0025 untuk batang ulir lainnya.

c) 0,0020 untuk jaring kawat baja las (polos atau ulir) < ϕ16

atau D16.

Kuat geser Vc dihitung berdasarkan persamaan 2.38 atau

2.39 berdasarkan SNI 2847:2013.

3.2.9.4 Penulangan Kolom

Dari beban aksial dan momen yang terjadi, kemudian

dilakukan perhitungan penulangan memanjang kolom

menggunakan program bantu PCA COL/SP COLUMN,

didapatkan diagram interaksi antara aksial dan momen

pada kolom.

a) Perhitungan Tulangan Longitudinal Kolom

Analisa SP COLUMN

Kontrol Rasio Tulangan Longitudinal Kolom

Dasar

Menurut SNI 2847:2013 Pasal 10.3.6.2 : kapasitas

beban aksial kolom tidak boleh kurang dari beban

aksial terfaktor hasil analisa struktur. Luas

43

tulangan memanjang, Ast, tidak boleh kurang dari

0,01 Ag atau lebih dari 0,06 Ag.

Kontrol Kapasitas Beban Aksial Kolom Dasar

Terhadap Beban Aksial Terfaktor.

Kontrol Persyaratan Kolom Interior Terhadap

Gaya Geser Rencana Ve

Dalam semua kasus Ve tidak boleh kurang dari

geser terfaktor yang ditentukan oleh analisis

struktur.

b) Tulangan Transversal Kolom

Menurut SNI 2847:2013 pasal 21.6.4.6, ujung-

ujung kolom interior sepanjang lo harus dikekang

oleh tulangan trasversal (Ash) dengan spasi

sesuai SNI 2847:2013 pasal 21.6.4.6.

Pada kedua ujung kolom, sengkang harus

disediakan dengan spasi so, sepanjang panjang lo

diukur dari muka joint. Spasi so tidak boleh

melebihi:

a) 8 x diameter batang tulangan longitudinal

terkecil

b) 24 x diameter tulangan geser

c) ½ dimensi penampang kolom terkecil

d) 300 mm

Panjang lo tidak boleh kurang dari :

a) 1/6 bentang bersih kolom

b) Dimensi penampang maksimum kolom

c) 450 mm

Sengkang tertutup pertama harus ditempatkan

tidak melebihi so /2 dari muka joint.

3.2.10 Pendetailan Elemen Struktur Bawah 3.2.10.1 Perencanaan Pondasi

Dalam perencanaan tugas akhir ini pondasi dari

struktur yang akan dihitung dan dan direncanaan

44

menggunakan grup tiang pancang. Hal ini mendasari

perlunya perhitungan efisiensi grup tiang pancang.

Pondasi harus didesain untuk menahan gaya yang

dihasilkan dan mengakomodasi pergerakan yang

disalurkan ke struktur oleh gerak tanah desain. Sifat

dinamis gaya, gerak tanah yang diharapkan, dasar desain

untuk kekuatan dan kapasitas disipasi energy struktur,

dan property dinamis tanah harus disertakan dalam

penentuan criteria desain pondasi. Desain dan konstruksi

pondasi harus sesuai SNI 1726:2012 pasal 7.13.

3.2.10.2 Analisa Daya Dukung Tiang Pondasi Grup

Di saat sebuah tiang merupakan bagian dalam grup

tiang pancang, daya dukungnya mengalami modifikasi,

karena pengaruh dari grup tiang tersebut.Untuk kasus

daya dukung pondasi, kita harus memperhitungkan

sebuah faktor koreksi, yang menjadi efisiensi dari grup

tiang pancang tersebut. (Wahyudi, 1999) halaman 43.

3.2.10.3 Perencanaan Poer

Dalam merencanakan tebal poer harus memenuhi

persyaratan kekuatan gaya geser nominal harus lebih

besar dari geser pons yang terjadi. Kuat geser yang

disumbangkan beton diambil yang terkecil, sesuai SNI

2847:2013 pasal 11.11.

3.2.11 Gambar Rencana Struktur

Penggambaran hasil perencanan dan perhitungan

dalam teknik ini menggunakan software AutoCAD.

45

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Preliminary Design

4.1.1 Umum

Preliminary design merupakan proses perencanaan awal

yang akan digunakan untuk merencanakan dimensi struktur

gedung. Perencanaan awal dilakukan menurut peraturan yang ada.

Preliminary design yang dilakukan terhadap komponen struktur

antara lain dinding geser, pelat, drop panel dan kolom. Sebelum

melakukan preliminary design, terlebih dahulu dilakukan

penentuan data perencanaan dan beban yang akan diterima oleh

struktur gedung.

4.1.2 Data Perencanaan

Sebelum perhitungan preliminary design, perlu diketahui

terlebih dahulu data perencanaan dan beban – beban yang diterima

struktur gedung tersebut. Pada perencanaan gedung Apartemen

Purimas Surabaya ini dimodifikasi menggunakan metode Flat Slab

dengan data perencanaan sebagai berikut:

Fungsi bangunan : Gedung Apartemen

Lokasi : Rungkut, Surabaya

Jumlah lantai : 14 (empat belas) lantai

Ketinggian lantai : 3.00 meter

Tinggi bangunan : 43.30 meter

Mutu beton (f’c) : 35 MPa

Mutu baja (fy) : 400 MPa

Letak bangunan : Jauh dari pantai

4.1.3 Pembebanan

A. Beban Statis

Perencanaan dan perhitungan struktur terhadap beban

statis dilakukan menurut PPIUG 1983/PPPURG 1987

Tabel 2.1 dan Tabel 3.1, serta SNI 1727:2013.

46

B. Beban Angin

Perencanaan dan perhitungan struktur terhadap beban

angin dilakukan menurut PPIUG 1983/PPPURG 1987

Pasal 4.2, dengan ketentuan berada jauh dari tepi laut.

C. Beban Gempa

Perencanaan dan perhitungan struktur terhadap

gempa dilakukan menurut SNI 1726:2012

4.1.4 Perencanaan Tebal Pelat

4.1.4.1 Peraturan Perencanaan Pelat

Untuk memenuhi syarat lendutan, tebal pelat

minimum tanpa balok interior harus sesuai dengan SNI

2847:2013 tabel 2.6.

Tabel 4.1 Desain Tebal Minimum Pelat Tanpa Balok

47

4.1.4.2 Data Perencanaan Tebal Pelat Lantai dan Atap

Gambar 4.1 Denah pelat

Pelat yang direncanakan berupa pelat lantai dengan

spesifikasi sebagai berikut:

Mutu beton : 35 MPa

Mutu baja : 400 MPa

Dalam tugas akhir ini tipe pelat dengan dimensi yang

paling besar yaitu 6 m x 7,65 m digunakan sebagai contoh

perhitungan dimensi tebal pelat berdasarkan SNI 2847:2013 tabel

2.6 sehingga nilai Ln yaitu :

𝐿𝑛 = 7650 − (350

2) = 7475 𝑚𝑚

𝑆𝑛 = 6000 𝑚𝑚

𝛽 =𝐿𝑛

𝑆𝑛=

7475

6000= 1,246 < 2 → Pelat dua arah

ℎ𝑚𝑖𝑛 =𝐿

36(0,4 +

𝑓𝑦

700) =

6000

36(0,4 +

400

700) =

161,90 𝑚𝑚 → ℎ = 200 𝑚𝑚

Tebal Plat Lantai yang digunakan adalah 20 cm.

48

4.1.5 Perencanaan Tebal Drop Panel

Gambar 4.2 Pendimensian Drop Panel

Drop panel memiliki fungsi utama untuk mengurangi

tegangan geser disekitar kolom. Setelah dilakukan pengujian

terhadap tegangan geser pons padapelat di sekitar kolom, ternyata

hasilnya melebihi syarat tegangan geser pons. Adapun perhitungan

drop panel dihitung berdasarkan ukuran plat terbesar,yaitu 6 m x

7.65 m.

4.1.5.1 Perencanaan Dimensi Drop Panel Arah X dan Arah Y

Berdasarkan SNI 2847:2013 pasal 13.2.5

mmLy

mmLx

LnLdroppanel

100060006

1

1300127576506

1

6

1

Lebar drop panel = 2 x 1300 = 2600 mm

49

4.1.5.2 Perencanaan Tebal Drop Panel

Berdasarkan SNI 2847:2013 pasal 13.3.7

mmHdroppanel

mmHdroppanel

SeHdroppanel

5.3872

90020004

1

5.5372

90026004

1

4

1

Hdroppanel pakai = 350 mm

4.1.6 Perencanaan Dimensi Kolom

Perencanaan dimensi kolom yang tinjau adalah kolom

yang mengalami pembebanan terbesar, yaitu kolom yang memikul

luasan berukuran 550 cm x 647,5 cm. Kolom harus direncanakan

untuk mampu memikul beban aksial terfaktor yang bekerja pada

semua lantai atau atap dan momen maksimum dari beban terfaktor

pada satu bentang terdekat dari lantai atau atap yang ditinjau. Data-

data yang diperlukan dalam menentukan dimensi kolom adalah

sebagai berikut :

Tebal pelat = 20 cm = 0,2 m

Tinggi lantai 1 = 4,3 m

Tinggi tiap lantai 2-14 = 3 m

Gambar 4.3 Beban yang Diterima Kolom

50

Tabel 4.2 Perhitungan Beban yang diterima Kolom

Pelat Atap

BEBAN

MATI (D)

Berat

Sendiri

P

(m)

L

(m)

T

(m)

x

lan

tai

Berat

(Kg)

Pelat lantai

atap (20 cm) 2400 5.5 6.475 0.2 1 17094.0

Penggantung 7 5.5 6.475 1 249.3

Plafond 11 5.5 6.475 1 391.7

Dinding - - - - - 0.0

Tegel - - - - - 0.0

Spesi (1 cm) 21 5.5 6.475 1 747.9

Kolom

(90/90) 2400 - - - 0.0

Aspal 14 5.5 6.475 498.6

Dacting dan

Plumbing 30 5.5 6.475 1068.4

WD 3 25080.0

BEBAN HIDUP (L)

Lantai Atap 100 5.5 6.475 3561.3

Air Hujan 20 5.5 6.475 712.3

WL 3 4274.0

Pelat Lantai 2 - 14

BEBAN

MATI (D)

Berat

Sendiri

P

(m)

L

(m)

T

(m)

x

lan

tai

Berat

(Kg)

Pelat lantai

(20 cm) 2400 5.5 6.475 0.2 13 222222.0

Penggantung 7 5.5 6.475 13 3240.7

Plafon 11 5.5 6.475 13 5092.6

Dinding 250 5.5 6.475 3 13 347221.9

Tegel 24 5.5 6.475 13 11111.1

Spesi (1 cm) 21 5.5 6.475 13 9722.2

51

Kolom

(90/90) 2400 0.9 0.9 3 13 75816.0

Dacting dan

Plumbing 30 5.5 6.475 13 13888.9

WD 2 753699.0

BEBAN HIDUP (L)

Lantai 200 5.5 6.475 13 92592.5

WL 2 92592.5

Pelat Lantai 1

BEBAN

MATI (D)

Berat

Sendiri

P

(m)

L

(m)

T

(m)

x

lan

tai

Berat

(Kg)

pelat lantai

(20 cm) 2400 5.5 6.475 0.2 1 17094.0

Penggantung 7 5.5 6.475 1 249.3

Plafon 11 5.5 6.475 1 391.7

Dinding 250 5.5 6.475 3 1 4125.0

Tegel 24 5.5 6.475 1 854.7

spesi (1 cm) 21 5.5 6.475 1 747.9

Kolom

(90/90) 2400 0.9 0.9 4.3 1 8359.2

Dacting dan

Plumbing 30 5.5 6.475 1 1068.4

WD 1 37920.0

BEBAN HIDUP (L)

Lantai 400 5.5 6.475 1 14245.0

WL 1 14245.0

WD total (kg) 816699

WL total (kg) 111112

52

Koefisien reduksi untuk beban hidup perpustakaan

(PPIUG 1983 tabel 3.3) = 0,75. Jadi, total beban untuk beban

hidup:

𝐿𝐿 = 0,75 × 𝑊𝐿𝐿 = 0,75 × 111112 = 83334 𝑘𝑔

Jadi Berat Total :

W = 1,2 DL + 1,6 LL

= 1,2 (816699) + 1,6 (83334) = 1113373 Kg

Menurut SNI 2847:2013 Pasal 9.3.2.2 aksial tekan dan

aksial tekan dengan lentur untuk komponen struktur dengan

tulangan sengkang biasa, maka faktor reduksi (ф=0.65).

Mutu beton = 35 Mpa = 35 x 10 = 350 kg/cm2

Rencana Awal 295,489335065,0

1113373

'cm

cf

WA

Misalkan b = h, maka b2 = 4893,95 cm2

b = 69,95 cm ≈ 70 cm

maka dimensi kolom :

Lantai 1 – lantai 5 = 90 × 90 cm

Lantai 6 – lantai 10 = 80 x 80

Lantai 11 – lantai 14 = 70 x 70

4.1.7 Perencanaan Tebal Dinding Geser

Bedasarkan peraturan SNI 2847:2013 pasal 14.5.3.1

ketebalan dinding pendukung tidak boleh kurang dari l/25 tinggi

atau panjang bagian dinding yang ditopang secara lateral, diambil

yang terkecil, dan tidak kurang daripada 100 mm. Dalam tugas

akhir ini tebal dinding geser direncanakan sebagai berikut :

Tebal dinding geser = 40 cm

Panjang bentang dinding = 765 cm

Tinggi dinding = 300 cm

T ≥ H/25 = 300/25 = 12 cm

T ≥ L/25 = 765/25 = 30.6 cm

Dengan demikian tebal dinding geser 40 cm memenuhi.

53

4.2 Perencanaan Struktur Sekunder

4.2.1 Perencanaan Tangga

Pada perencanaan ini, struktur tangga

dimodelkan sebagai frame statis tertentu dengan kondisi

ujung perletakan berupa sendi dan rol (rol diletakkan

pada ujung bordes). Struktur tangga ke atas dan ke bawah

tipikal.

4.2.1.1 Denah Struktur Tangga

Gambar 4.4 Denah Struktur Tangga

Gambar 4.5 Tampak Samping Tangga

54

Gambar 4.6 Detail Pelat Tangga

4.2.1.2 Dimensi Awal

A. Lantai 2-14

Data – Data Perencanaan:

- f’c = 35 MPa

- fy = 400 MPa

- Tinggi antar lantai = 3 m

- Panjang bordes = 3 m

- Lebar bordes = 1.5 m

- Lebar tangga = 1.4 m

- Tebal pelat tangga (tp) = 20 cm

- Tebal pelat bordes = 20 cm

- Tinggi injakan (t) = 20 cm

- Lebar injakan (i) = 25 cm

- Jumlah tanjakan (nT) = 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖

𝑡 =

300

20 = 15

buah

- Jumlah injakan (ni) = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖

𝑖 =

200

25 = 8 buah

- Jumlah tanjakan ke

bordes

= 8 buah

- Jumlah tanjakan dari

bordes ke lantai 2

= 7 buah

- Elevasi bordes =

=

=

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑗𝑎𝑘𝑎𝑛 × 𝑡

8 × 20

160 cm

55

- Panjang horizontal pelat

tangga

=

=

=

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑗𝑎𝑘𝑎𝑛 × 𝑡

8 × 25 200 cm

- Kemiringan tangga (α)

arctan(∝)

=

=

𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑜𝑟𝑑𝑒𝑠

𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑜𝑟𝑖𝑧𝑜𝑛𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑙𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎

160

200 = 0,80

- α = 38,66°

Cek syarat:

60 ≤ (2𝑡 + 𝑖) ≤ 65

60 ≤ (2 × 20 + 25) ≤ 65

60 ≤ 65 ≤ 65

25° ≤∝≤ 40°

25° ≤ 38,66° ≤ 40°

Tebal plat rata-rata anak tangga (tr) = (𝑖

2)sin (∝)

= (25

2) sin(38,66°)

= 7,81 cm

Tebal plat rata-rata = tp + tr

= 20 + 7,81

= 27,81 cm

B. Lantai Dasar

Data – Data Perencanaan:

- f’c = 35 MPa

- fy = 400 MPa

- Tinggi antar lantai = 4.3 m

- Panjang bordes = 3 m

- Lebar bordes = 1.5 m

- Lebar tangga = 1.4 m

- Tebal pelat tangga (tp) = 20 cm

- Tebalpelat bordes = 20 cm

- Tinggi injakan (t) = 20 cm

- Lebar injakan (i) = 25 cm

56

- Jumlah tanjakan (nT) = 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖

𝑡 =

430

20 = 21.5=

22 buah

- Jumlah injakan (ni) = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖

𝑖 =

200

25 = 8 buah

- Jumlah tanjakan ke

bordes pertama

= 8 buah

- Jumlah tanjakan ke

bordes kedua

= 6 buah

- Jumlah tanjakan dari

bordes ke lantai 2

= 6 buah

- Elevasi bordes pertama =

=

=

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑗𝑎𝑘𝑎𝑛 × 𝑡

8 × 20

160 cm

- Elevasi bordes kedua =

=

=

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑗𝑎𝑘𝑎𝑛 × 𝑡

16 × 20

320 cm

- Panjang horizontal pelat

tangga

=

=

=

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑗𝑎𝑘𝑎𝑛 × 𝑡

8 × 25 200 cm

- Kemiringan tangga (α)

arctan(∝)

=

𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑜𝑟𝑑𝑒𝑠

𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑜𝑟𝑖𝑧𝑜𝑛𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑙𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎

= 160

200 = 0,80

- α = 38,66°

Cek syarat:

60 ≤ (2𝑡 + 𝑖) ≤ 65

60 ≤ (2 × 20 + 25) ≤ 65

60 ≤ 65 ≤ 65

25° ≤∝≤ 40°

25° ≤ 38,66° ≤ 40°

57

Tebal plat rata-rata anak tangga (tr) = (𝑖

2)sin (∝)

= (25

2) sin(38,66°)

= 7,81 cm

Tebal plat rata-rata = tp + tr

= 20 + 7,81

= 27,81 cm

4.2.1.3 Perhitungan Pembebanan dan Analisa Struktur

a. Pembebanan Tangga

Beban Mati (DL)

Plat tangga = 0,2781

cos (38,66)× 2400 × 1= 667.41 kg/m

Tegel vertikal = 24 kg/m

Spesi horizontal (2cm) = 42 kg/m

Spesi vertikal (2cm) = 42 kg/m

Tegel horizontal (1cm) = 24 kg/m

Sandaran = 50 kg/m +

Total beban mati (DL) = 873,41 kg/m

Beban Hidup (LL)

Total beban hidup (LL) = 300 kg/m

Kombinasi Beban :

Qu = 1,2 DL + 1,6 LL

= 1,2 (873,41) + 1,6 (300)

= 1528,09 kg/m

b. Pembebanan Plat Bordes

Beban Mati (DL)

Plat bordes = 0,2 × 2400 × 1 = 480 kg/m

Spesi (2cm) = 2 × 21 × 1 = 42 kg/m

Tegel = 24 × 1 = 24 kg/m +

Total beban mati (DL) = 546 kg/m

Beban Hidup (LL)

Total beban hidup (LL) = 300 kg/m

Kombinasi Beban

Qu = 1,2 DL + 1,6 LL

58

= 1,2 (546) + 1,6 (300)

= 1135.2 kg/m

4.2.1.4 Analisa Gaya-Gaya Dalam

Pada proses analisis struktur tangga digunakan

perhitungan statis tertentu dengan mengasumsikan perletakan

tangga Sendi-Rol.

Gambar 4.7 Distribusi Beban pada Tangga

𝛴𝑀𝐴 = 0

3,5𝑉𝑐 − 𝑞2 × 2,00 × 2,50 − 𝑞1 × 1.5 × 0.75 = 0

3,5𝑉𝑐 − 8917,55 = 0

𝑉𝑐 = 2547,87 kg

𝛴𝑀𝐶 = 0

3,5𝑉𝑎 − 𝑞2 × 2,0 × 1,0 − 𝑞1 × 1.5 × 2,75 = 0

3,5𝑉𝑎 − 7738,88 = 0

𝑉𝑎 = 2211,11 kg

Kontrol

𝛴𝑉𝐴 = 0

2211,11 + 2547,87 = 1135,2 × 1,5 + 528,09 × 2,0

4758,98 − 4758,98 = 0

59

Pelat bordes (1,5 m)

a. Gaya Momen (M)

𝑀𝑥 = 𝑉𝑎 × 𝑥 −𝑞1

2× 𝑥2

𝑀𝐴 = 0 kgm

𝑀𝐵 = 2211,11 × 1,5 −1135,2

2× 1,52

= 2039,56 kgm

𝑀𝑥′ = 𝑉𝑎 − 𝑞1 × 𝑥

0 = 2211,11 − 1135,2 × 𝑥

𝑥 (M maks) = 1,95 m > 1,5 m berarti M maksimum berada

pada titik B

Mmax = 2211,11 × 1,95 −1135,2

2× 1,952 = 2153,37

kgm

b. Gaya Lintang (D)

𝐷𝐴𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 = 𝑉𝑎

= 2211,11 kg

𝐷𝐵𝑘𝑖𝑟𝑖 = 𝑉𝑎 − 𝑞1 × 𝑥

= 2211,11 − 1135,2 × 1,5

= 508,31 kg

c. Gaya Normal (N)

𝑁𝐴−𝐵 = 0 kg

Pelat tangga C-B (2 m)

a. Gaya Momen (M) (Dari arah kanan)

𝑀𝑥 = 𝑉𝑐 × 𝑥 −𝑞2

2× 𝑥2

𝑀𝐶 = 0 kgm

𝑀𝐵 = 2547,87 × 2,0 −1528,09

2× 2,02

= 2039,56 kgm

𝑀𝑥′ = 𝑉𝑐 − 𝑞2 × 𝑥

= 2547,87 − 1528,09 × 𝑥 = 0

𝑥 = 1,67 m (Momen maksimum terjadi di titik ini)

60

𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠 = 2547,87 × 1,67 −1528,09

2× 1,672

= 2124,11 kgm

b. Gaya Lintang (D) (Dari arah kanan)

𝐷𝐶𝑘𝑖𝑟𝑖 = 𝑉𝑐 × cos (𝛼)

= 2547,87 × cos (38,66)

= 1989,55 kg

𝐷𝐵𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 = (𝑉𝑐 − 𝑞2 × 𝑥) × cos (𝛼)

= (2547,87 − 1528,09 × 2,5)cos × (38,66)

= −993,54 kg

c. Gaya Normal (N)

𝑁𝐶 = 𝑉𝑐 × sin (𝛼) kg

= −2547,87 × sin (38,66)

= −1591,64 kg

𝑁𝐵 = (−𝑉𝑐 + 𝑞2 × 2,5) × sin (𝛼)

= (−2547,87 + 1528,09 × 2,5) × sin(38,66)

= 794,83 kg

61

Gambar 4.8 Freebody reaksi gaya-gaya pada Tangga

62

4.2.1.5 Perhitungan Tulangan Pelat Tangga dan Bordes

a. Data - Data Perencanaan

Mutu beton (f’c) = 35 MPa

Mutu baja (fy) = 400 MPa

Berat jenis beton = 2400 MPa

Diameter tulangan utama = 16 mm

Diameter tulangan arah y = 13 mm

Tebal pelat tangga = 200 mm

Tebal pelat bordes = 200 mm

Tebal selimut beton = 20 mm

β1 = 0,80 (SNI 2847:2013 pasal 10.2.7.3)

𝜌𝑚𝑖𝑛 =1

√𝑓′𝑐

𝑓𝑦= 𝟎, 𝟎𝟎𝟑𝟕 (menentukan)

Atau tidak lebih kecil dari=1,4

𝑓𝑦= 0,0035

(SNI 2847:2013 pasal 10.5.1)

φ = 0,9

m =𝑓𝑦

0,85×𝑓′𝑐= 13,44

b. Penulangan Pelat Tangga

Gambar 4.9 Penulangan Pelat Tangga

dx = 200 − 20 −16

2= 172 mm

dy = 200 − 20 − 16 −13

2= 157,5 mm

Tulangan Utama

𝑀𝑢 = 2124,1057 kgm

= 21241057 Nmm

20cm

cm 2cm

dx dy

63

𝑅𝑛 =𝑀𝑢

𝜑𝑏𝑑2 =21241057

0,9×1000×1722 = 0,797

𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =1

𝑚(1 − √1 −

2𝑚×𝑅𝑛

𝑓𝑦) = 0,002022

𝜌𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 = 0,0037

𝐴𝑠 = 𝜌𝑏𝑑 = 0,0037 × 1000 × 172 = 635,98 mm2

𝐴𝐷16 =1

4𝜋𝑑2 = 201,06 mm2

𝑛 =𝐴𝑠

𝐴𝐷16= 3,16 ≈ 4

𝑠 =1000

𝑛= 250 mm

𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠 = 5𝑑 = 5 × 200 = 1000 mm

Atau menurut SNI 2847:2013 Pasal 7.6.5, tulangan utama berspasi

tidak lebih jauh dari= 450 mm

Memperhatikan SNI 2847:2013 Pasal 7.6.1, maka digunakan

tulangan lentur D16-200 mm

Penulangan arah melintang pelat

Berdasarkan SNI 2847:2013 Pasal 7.12.2 penulangan arah y

dipasang tulangan susut dan suhu dengan : ρ = 0,0018

Diameter tulangan = 13 mm

fy = 400 MPa

𝜌 = 0,0018

𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝜌𝑏𝑑 = 0,0018 × 1000 × 157,5 = 283,5

mm2

𝐴𝐷16 =1

4𝜋𝑑2 = 132,74 mm2

n =𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢

𝐴𝐷16=

283,5

132,74= 2,14 ≈ 3

𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =1000

n= 333,33 mm

𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 5 × ℎ = 5 × 200 = 1000 mm

Atau menurut SNI 2847:2013 Pasal 7.12.2.2, tulangan susut

berspasi tidak lebih jauh dari= 450 mm

Maka digunakan tulangan susut D13-300 mm

64

c. Penulangan Pelat Bordes

Gambar 4.10 Penulangan Pelat Bordes

dx = 200 − 20 −16

2= 172 mm

dy = 200 − 20 − 16 −13

2= 157,5 mm

Tulangan Utama

𝑀𝑢 = 2039,5630 kgm

= 20395630 Nmm

𝑅𝑛 =𝑀𝑢

𝜑𝑏𝑑2 =20395630

0,9×1000×1722 = 0,766016

𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =1

𝑚(1 − √1 −

2𝑚×𝑅𝑛

𝑓𝑦) = 0,00194

𝜌𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 = 0,0037

𝐴𝑠 = 𝜌𝑏𝑑 = 0,0037 × 1000 × 172 = 635,98 mm2

𝐴𝐷16 =1

4𝜋𝑑2 = 201 mm2

𝑛 =𝐴𝑠

𝐴𝐷16= 3,16 ≈ 4

𝑠 =1000

𝑛= 250 mm

𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠 = 5𝑑 = 5 × 200 = 1000 mm

Atau menurut SNI 2847:2013 Pasal 7.6.5, tulangan utama berspasi

tidak lebih jauh dari= 450 mm

Memperhatikan SNI 2847:2013 Pasal 7.6.1, maka digunakan

tulangan lentur D16-200 mm

20cm

cm 2cm

dx dy

65

Penulangan arah melintang pelat

Berdasarkan SNI 2847:2013 Pasal 7.12.2 penulangan arah y

dipasang tulangan susut dan suhu dengan : ρ = 0,0018

Diameter tulangan = 13 mm

fy = 400 MPa

𝜌 = 0,0018

𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝜌𝑏𝑑 = 0,0018 × 100 × 157,5 = 283,5 mm2

𝐴𝐷16 =1

4𝜋𝑑2 = 142,74 mm2

n =𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢

𝐴𝐷16=

283,5

142,74= 2,136 ≈ 3

𝑠 =1000

n= 333,33 mm

Atau menurut SNI 2847:2013 Pasal 7.12.2.2, tulangan susut

berspasi tidak lebih jauh dari= 450 mm

Maka digunakan tulangan susut D13-300 mm

d. Penulangan Balok Bordes

Perencanaan dimensi balok bordes

𝐿 bordes = 3 𝑚 = 300 𝑐𝑚

ℎ =1

16𝐿 =

300

16= 18,75 cm ≈ 45 cm

𝑏 =2

3ℎ =

2

3𝑥45 = 30 cm

Maka digunakan dimensi balok bordes 30/45

𝐻 = 3 m

Berat dinding = 250 kg/m2

Pembebanan balok bordes

Beban mati

Berat sendiri balok= 0,3 × 0,45 × 2400 = 324 kg/m

Berat dinding = 3/2 × 250 = 375 kg/m +

Qd = 699 kg/m

qu = 1,4𝑞𝑑 = 1,4 × 699 = 978,6 kg/m

Beban pelat bordes = 1135,2 = 1135,2 kg/m +

qu total = 2113,8 kg/m

66

Momen tumpuan=1

16× 𝑞𝑢 × 𝑙2 = 1189,0125 kgm

= 11890125 Nmm

Momen lapangan=1

11× 𝑞𝑢 × 𝑙2 = 1729,4727 kgm

= 17294727 Nmm

Vu total = 0,5 × 𝑞𝑢 × 𝑙 = 3170,7 kg

= 31707 N

Penulangan lentur balok bordes

Diameter sengkang = 10 mm

Diameter tulangan utama = 16 mm (deformed)

Selimut beton = 40 mm

𝑑 = 450 − 40 − 10 −16

2 = 392 mm

𝑚 =𝑓𝑦

0,85×𝑓′𝑐=

400

0,85×35 = 13,44

𝜑 = 0,9

Penulangan Tumpuan

𝑀𝑢 = 11890125 Nmm

𝑅𝑛 =𝑀𝑢

𝜑𝑏𝑑2 =11890125

0,9×300×3922 = 0,2865

𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =1

𝑚(1 − √1 −

2𝑚𝑅𝑛

𝑓𝑦) = 0,00072

𝜌𝑚𝑖𝑛 = 0,0037

𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝜌𝑚𝑖𝑛 × 𝑏 × 𝑑 = 434,8 mm2

𝐴𝐷16 = 201 mm2

𝑛 =𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢

𝐴𝐷16=

434,8

201 = 2,17 ≈ 3

Maka digunakan tulangan lentur tumpuan atas 3D16

𝐴𝑠′𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,5𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 217,4 mm2

𝑛 =𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢

𝐴𝐷16=

217,4

201 = 1,08 ≈ 2

Maka digunakan tulangan lentur tumpuan bawah 2D16

67

Penulangan Lapangan

𝑀𝑢 = 17294727 Nmm

𝑅𝑛 =𝑀𝑢

𝜑𝑏𝑑2 =17294727

0,9×300×3922 = 0,4168

𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =1

𝑚(1 − √1 −

2𝑚𝑅𝑛

𝑓𝑦) = 0,00072

𝜌𝑚𝑖𝑛 = 0,0037

𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝜌𝑚𝑖𝑛 × 𝑏 × 𝑑 = 434,8 mm2

𝐴𝐷16 = 201 mm2

𝑛 =𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢

𝐴𝐷16=

434,8

201 = 2,16 ≈ 3

Maka digunakan tulangan lentur lapangan bawah 3D16

𝐴𝑠′𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,5𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 217,42 mm2

𝑛 =𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢

𝐴𝐷16=

217,42

201 = 1,08 ≈ 2

Maka digunakan tulangan lentur lapangan atas 2D16

Penulangan Tulangan Geser Balok Bordes

𝑉𝑢𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 31707 N

𝑉𝑐 =1

6√𝑓′𝑐 × 𝑏𝑤 × 𝑑 =

1

6√35 × 300 × 392 = 115955,2 N

𝜑𝑉𝑐 = 0,75 × 115955,2 = 86966,37 N

0,5𝜑𝑉𝑐 = 0,5 × 86966,37 = 43483,19 N

Karena 𝑉𝑢 < 0,5𝜙𝑉𝑐, maka tidak dibutuhkan tulangan geser.

4.2.2 Perencanaan Balok Lift

4.2.2.1 Data Perencanaan

Perencanaan balok lift meliputi balok penumpu, balok

penggantung dan berkaitan dengan ruang mesin lift.. Pada

bangunan ini digunakan lift yang diproduksi oleh Hyundai

Elevator dengan data-data spesifikasi sebagai berikut:

Merk Lift : Hyundai Elevator

Tipe Lift : LUXEN

Model : Manufacturer Standart

Kapasitas : 1000 kg

Kecepatan : 105 m/menit

68

Motor : 15 KW

Lebar pintu (opening width) : 1100 mm

Dimensi sangkar (car size) :

- Car wide (CA) : 2100 mm

- Car depth (CB) : 1100 mm

Dimensi ruang luncur (hoistway size)

- Hoistway width (HX2) : 5200 mm

- Hoistway depth (HY) : 1800 mm

Dimensi ruang mesin (2 Car) :

- Hoistway width (HX2) : 5200 mm

- Hoistway depth (HY) : 3600 mm

Beban reaksi ruang mesin

- R1 : 5450 kg

- R2 : 4300 kg

Untuk lebih jelasnya mengenai spesifikasi lift berikut

disajikan dalam tabel:

Tabel 4.3 Spesifikasi Lift

69

Gambar 4.11 Gambar Spesifikasi

Lift

70

Gambar 4.12 Denah Hoistway Lift

4.2.2.2 Perencanaan Dimensi Balok Lift

A. Balok Penggantung Lift

Panjang balok penggantung (beserta ruang mesin) =5300 mm

hmin =1

16× 5300 = 331,25 mm

hpakai = 500 mm

b = 300 mm

Dirancang dimensi balok penggantung lift 30/50

B. Balok Penumpu Lift

Panjang balok penumpu lift (beserta ruang mesin) =3600 mm

hmin = 1/16 × 3600 = 225 mm

hpakai = 500 mm

b = 300 mm

Dirancang dimensi balok penumpu lift 30/50

71

Gambar 4.13 Potongan Lift (Tampak Balok

Penggantung)

4.2.2.3 Pembebanan Lift

1. Beban yang bekerja pada balok penumpu

Beban yang bekerja pada balok penumpu adalah beban

mati (pelat, aspal, ducting, dll) dan beban hidup

2. Pada SNI 1727:2013 pasal 4.6 tentang Impact Load

menyatakan bahwa semua beban elevator harus

ditingkatkan 50% untuk mesin yang bergerak maju dan

mundur atau unit tenaga-driven. Semua persentase harus

meningkat bila disyaratkan oleh produsen.

Beban reaksi ruang mesin dari brosur lift:

- R1 = 5450 Kg

- R2 = 4300 Kg

Beban reaksi setelah Impact Load SNI 1727:2013:

- R1’= R1 x (1 + 0,5) = 5450 x (1 + 0,5) = 8175 Kg

72

- R2’= R2 x (1 + 0,5) = 4300 x (1 + 0,5) = 6450 Kg

3. Koefisien kejut beban hidup keran

Pasal 3.3(3) PPIUG 1983 menyatakan bahwa beban

keran yang membebani struktur pemikulnya terdiri

dari berat sendiri ditambah muatan yang diangkat.

Sebagai beban rencana harus diambil beban keran

tersebut dengan mengalikannya dengan suatu

koefisien kejut yang ditentukan dengan rumus

berikut:

Ψ = (1 + 𝑘1𝑘2𝑣) ≥ 1,15 Dimana:

Ψ: koefisien kejut yang nilainya idak boleh

diambil kurang dari 1,15

V: kecepatan angkat maksimum dalam m/det pada

pengangkatan muatan maksimum dalam

kedudukan keran induk dan keran angkat yang

paling menentukan bagi struktur yang ditinjau,

dan nilainya tidak perlu diambil lebih dari 1,00

m/s

K1: koefisien yang bergantung pada kekakuan

struktur keran induk, yang untuk keran induk

dengan struktur rangka, pada umumnya

nilainya dapat diambil sebesar 0,6

K2: koefisien yang bergantung pada sifat mesin

angkat dari keran angkatnya, dan diambil

sebesar 1,3

Jadi, beban yang bekerja pada balok adalah:

𝜓 = (1 + 0,6 × 1,3 × 1) = 1,78

R1 = 𝜓 𝑥 𝑅1′ = 1,78 𝑥 8175 = 14551,5 kg

R2 = 𝜓 𝑥 𝑅2′ = 1,78 𝑥 6450 = 11481 kg

73

4.2.2.4 Balok Penumpu Lift 30/50

a. Pembebanan

Beban mati lantai:

Berat pelat = 0,20 × 2400 = 480 kg/m2

Aspal(t=2cm) = 2 × 14 = 28 kg/m2

Dacting+Plumbing = 30 kg/m2+

= 538 kg/m2

q = 538 × 5,3 = 2851,4 kg/m

Akibat balok = 0,3 × 0,5 × 2400 = 360 kg/m+

qD = 3211,4 kg/m

Beban Berfaktor:

qU = 1,4 x qD

= 1,4 x 3211,4 = 4495,96 kg/m

Gaya dalam yang bekerja pada balok lift:

Gambar 4.14 Model Pembebanan Balok Penumpu Lift

a. Berat Mesin (Pu) dan Posisi Suspension Hook

ΣMA = 0

- (RB x L) + (Pu x X1) = 0

Pu x X1 = RB x L

Pu = 14551,5 𝑥 3.6

𝑋1

74

Pu = 52385,4

𝑋1

......Persamaan 1

ΣMB = 0

(RA x L) - (Pu x X2) = 0

(RA x L) - (Pu x (L – X1) = 0

11481 x 3,6 = 52385,4

𝑋1 x (3,6 - X1)

41331,6 = 188587,4

𝑋1 - 52385,4

93717 = 188587,4

𝑋1

X1 = 188587,4

93717 = 2,01 m

X2 = L – X1

= 3,6 m – 2,01 m = 1,59 m

Pu = 52385,4

𝑋1 =

52385,4

2,01 = 26032,5 kg

Ra = 𝑃𝑢 𝑥 𝑋2

𝐿 =

26032,5 𝑥 1,59

3,6 = 11481 kg

Rb = 𝑃𝑢 𝑥 𝑋1

𝐿 =

26032,5 𝑥 2,01

3,6 = 14551,5 kg

Kontrol:

Ra + Rb - ΣP = 0

11481 + 14551,5 – 26032,5 = 0

0 = 0 ( OK )

b. Momen Maksimum (Mu)

Mu =1

8× 𝑞𝑢 × 𝐿2 +

𝑃𝑢 𝑥 𝑋1 𝑥 𝑋2

𝐿

=1

8𝑥 × 4495,96 × 3,62 +

26032,5 𝑥 2,01 𝑥 1,59

3,6

= 30386,76 kgm

c. Gaya Geser (Vu)

Vu = 1

2qU L + RA

= 1

2× 4495,96 × 3,6 + 11481 = 19573,73 kg

75

Data Perencanaan:

f’c = 35 MPa

fy = 400 MPa

Tulangan utama = 𝐷22 mm

Tulangan sengkang = 𝜑13 mm

b = 300 mm

h = 500 mm

d = 500 − 40 − 13 −1

2𝑥22 = 436 mm

β1= 0,85 −0,05(35−28)

7 = 0,80

(SNI 2847:2013 pasal 10.2.7.3)

ρmin=1,4

𝑓𝑦=

1,4

400 = 0,0035

(SNI 2847:2013 pasal 10.5.1)

atau =0,25√𝑓′𝑐

𝑓𝑦=

0,25√35

400 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟑𝟕 (menentukan)

m =𝑓𝑦

0,85𝑓′𝑐=

400

0,85× 35 = 13,45

b. Perhitungan Tulangan Lentur

Mu = 30386,75982 kgm

= 303867598,2 Nmm

φ = 0,9

Mn =𝑀𝑢

𝜑=

303867598,2

0,9 = 337630664,6 Nmm

Rn =𝑀𝑛

𝑏𝑑2 =337630664,6

300×4362 = 5,92

ρperlu =1

𝑚(1 − √1 −

2𝑚𝑅𝑛

𝑓𝑦) = 0,01667 (dipakai)

Asperlu = 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 × 𝑏 × 𝑑 = 0,01667𝑥300𝑥436 = 2180,28 mm2

AD22 = 387 mm2

n =𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢

𝐴𝐷22=

2180,28

387 = 5,633 ≈ 6

Maka digunakan tulangan lentur 6D22 (2322 mm2)

76

c. Perhitungan Tulangan Geser

Vu = 19573,728 kg = 195737,28 N

φ = 0,75 (SNI 2847:2013 Pasal 9.2.3)

Vc =1

6√𝑓′𝑐𝑏𝑑 =

1

6√35 × 300 × 436 = 128970,54 N

φVc = 0,75 × 128970,54 = 96727,91 N

Karena 𝜙𝑉𝑐 = 96727,91 ≤ 𝑉𝑢 = 195737,28 N maka

dibutuhkan tulangan geser

Vn =𝑉𝑢

𝜑=

195737,28

0,75 = 260983,04 N

Vsbutuh = 𝑉𝑛 − 𝑉𝑐 = 260983,04 − 128970,54 = 132012,5 N

Syarat Smax =𝑑

2=

436

2 = 218 mm

(SNI 2847:2013 Pasal 11.4.5.1)

Atau = 600 mm

Dipakai s = 150 mm

Av = 2 ×1

4× 𝜋𝑑2 =

1

2𝑥 𝜋 𝑥 132 = 265,4 mm2

Vs = 𝐴𝑣 × 𝑓𝑦 ×𝑑

𝑠= 265,4 × 240 ×

436

150= 185188 𝑁 ≥

𝑉𝑠𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ = 132012,5 N

Maka digunakan tulangan geser φ13-150 mm

4.2.3 Perencanaan Ramp Pada perencanaan ini, struktur ramp dimodelkan sebagai

frame statis tertentu. Struktur ramp sejumlah 2 buah

menghubungkan lantai ground menuju basement.

4.2.3.1 Denah Struktur Ramp

Gambar 4.15 Denah Ramp pada Basement-Ground

77

Gambar 4.16 Tampak Potongan Ramp pada Basement-Ground

Gambar 4.17 Detail Denah Rancana Ramp

Gambar 4.18 Detail Tampak Samping Rancana Ramp

78

4.2.3.2 Dimensi Awal

Gambar 4.19 Denah Rancana Pelat Ramp

Data – Data Perencanaan:

f’c = 35 MPa

fy = 400 MPa

Lebar ramp = 7.65 m

Tebal pelat ramp (tp) = 20 cm

Elevasi basement = - 3.00 m

Elevasi Ramp = ± 0.00 m

Panjang total ramp = 1100 cm

Kemiringan ramp (α)

arctan(∝) = 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑠𝑒𝑚𝑒𝑡 𝑚𝑒𝑛𝑢𝑗𝑢 𝑔𝑟𝑜𝑢𝑛𝑑

𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑟𝑎𝑚𝑝

= 300

1100 = 0,27273

α = 15°

4.2.3.3 Perhitungan Pembebanan dan Analisa Struktur

Pembebanan Pelat Ramp

Beban Mati (DL)

Plat ramp = 0,2

cos (15)× 2400 = 496,93 kg/m2

Aspal (2cm) = 2 𝑥 14

cos (15) = 28,98 kg/m2

Spesi horizontal (2cm) = 2 𝑥 21

cos (15) = 43,48 kg/m2

79

Dackting + Plumbing = 30

cos (15) = 31,05 kg/m2 +

Beban mati (qD) = 600,44 kg/m2

Beban Hidup (qL) (PPIUG 1983 Tabel 3.1)

Berat lantai ramp= 800

cos (15) = 828,22 kg/m2

Kombinasi Beban :

Qu = 1,2 qD + 1,6 qL

= 1,2 (600,44) + 1,6 (828,22)

= 2045,68 kg/m2

Gambar 4.20 Pembebanan Pelat Ramp

4.2.3.4 Tahap Penulangan Pada Ramp

Tahapan yang digunakan dalam menentukan tulangan

lentur plat adalah sebagai berikut:

1. Menentukan data-data d, fy, f’c, dan Mu

2. Menentukan harga β1

……………..SNI 2847:2013 pasal

(10.2.7.3)

𝛽1 = 0.85 − 0.05(𝑓 ′ 𝑐 − 28)

7

q= 2045,68 kg/m2

3000 mm

5000 mm 6000 mm

3000 mm

80

3. Menentukan batasan harga tulangan dengan

menggunakan rasio tulangan yang disyaratkan

sebagai berikut :

.........................…SNI 2847:2013

lampiran B (8.4.2)

025.0max ………………..…..SNI 2847:2013 pasal (21.5.2.1)

b 75.0max ……………..SNI 2847:2013 lampiran B (10.3.3)

………………....SNI 2847:2013 pasal (7.12.2.1)

4. Menentukan harga m

5. Menentukan Rn

2bd

MuRn

Diketahui harga Ø = 0.75…………..SNI 2847:2013 pasal (9.3.2.7)

6. Hitung rasio tulangan yang dibutuhkan :

Dimana :

7. Menentukan luas tulangan (AS) dari ῤ yang didapat

fyfy

cfb

600

600'185.0

fy

xmxRn

m

211

1

𝜌 min = 0.002

'85.0 fc

fym

min < pakai < max

dxxbAs bxd

As

81

8. Menentukan spasi maksimum antar tulangan

S < 450 mm ..........…….SNI 2847:2013 pasal (7.6.5)

S < 3 x h ……………..SNI 2847:2013 pasal (7.6.5)

9. Jumlah tulangan tiap meter (n) = ASperlu /As

tulangan

10. Jarak tulangan (s) = 1000/n

4.2.3.4 Perhitungan Penulangan Pelat Ramp

a. Data - Data Perencanaan

Mutu beton (f’c) = 35 MPa

Mutu baja (fy) = 400 MPa

Berat jenis beton = 2400 MPa

Diameter tulangan utama = 22 mm

Diameter tulangan arah y = 13 mm

Balok Ramp = 30/40

Tebal pelat ramp = 200 mm

Tebal selimut beton minimum untuk tulangan, SNI 03-2847-2013

pasal 7.7.1 :

Beton yang berhubungan dengan tanah dan cuaca

Batang D-19 hingga D-56 ……………….…………… 50

Batang D16, jarring kawwat polos P16 atatu kawat ulir D16 dan

yang lebih kecil ………………………………............. 40

Tebal selimut beton = 50 mm

β1 = 0,80 (SNI 2847:2013 pasal 10.2.7.3)

𝜌𝑚𝑖𝑛 =1

√𝑓′𝑐

𝑓𝑦= 𝟎, 𝟎𝟎𝟑𝟕 (menentukan)

Atau tidak lebih kecil dari=1,4

𝑓𝑦= 0,0035

(SNI 2847:2013 pasal 10.5.1)

φ = 0,9

m =𝑓𝑦

0,85×𝑓′𝑐= 13,44

82

Ly

b. Penulangan Pelat Ramp

Gambar 4.21 Penulangan Pelat Ramp

dx = tebal pelat (h) – selimut beton (c.c) – (1/2 x diameter

tulangan rencana bawah)

= 200 − 50 −22

2= 139 mm

dy = 200 − 50 − 22 −13

2= 121,5 mm

Lx = 600 –

2

3030= 570 cm

Ly = 765 –

2

3030= 735 cm

= 29.1570

735

Lx

Ly ≈ 1.3 < 2 Pelat dua arah

20cm

cm 2cm

dx dy

83

Qu = 1,2 qD + 1,6 qL

= 2045,68 kg/m2

Dengan menggunakan PBI 1971 pasal 13.4.2, menggunakan

koefisien momen yang tercantum dalam tabel 13.3.1 didapat

persamaan momen sebagai berikut:

Mlx = 0.001 . qu . Lx2 . X = 0,001 𝑥 2045,68 𝑥 5,702 𝑥 31 = 2791,49 kgm

Mtx = -0.001 . qu . Lx2 . X = 0,001 𝑥 2045,68 𝑥 5,702 𝑥 69 = − 531,72 kgm

Mly = 0.001 . qu . Ly2 . X = 0,001 𝑥 2045,68 𝑥 7,352 𝑥 19 = 9172,55 kgm

Mty = -0.001 . qu . Ly2 . X = 0,001 𝑥 2045,68 𝑥 7,352 𝑥 57 =− 6299,23 kgm

Dimana : Mlx = Momen lapangan arah x

Mly = Momen lapangan arah y

Mtx = Momen tumpuan arah x

Mty = Momen tumpuan arah y

X = Nilai konstanta dari perbandingan Ly/Lx

Perhitungan tulangan tumpuan dan lapangan arah X

= 1.3

αm = 2.53 (terjepit penuh)

𝑀𝑙𝑥 = 2791,49 kgm

= 27914900 Nmm

𝑅𝑛 =𝑀𝑢

𝜑𝑏𝑑2 =27914900

0,9×1000×1392 = 1,606

𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =1

𝑚(1 − √1 −

2𝑚×𝑅𝑛

𝑓𝑦) = 0,00413

𝜌𝑚𝑖𝑛 = 0,0037

𝜌𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 = 0,00413

𝐴𝑠 = 𝜌𝑏𝑑 = 0,00413 × 1000 × 139 = 574,02

mm2

𝐴𝐷22 =1

4𝜋𝑑2 = 283,53 mm2

84

𝑛 =𝐴𝑠

𝐴𝐷32= 2,03 ≈ 3

𝑠 =1000

𝑛= 333,33 mm

𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠 = 5𝑑 = 5 × 200 = 1000 mm

Atau menurut SNI 2847:2013 Pasal 7.6.5, tulangan utama berspasi

tidak lebih jauh dari= 450 mm

Memperhatikan SNI 2847:2013 Pasal 7.6.1, maka digunakan

tulangan lentur D22-300 mm

Penulangan Arah Melintang pelat

Berdasarkan SNI 2847:2013 Pasal 7.12.2 penulangan arah y

dipasang tulangan susut dan suhu dengan : ρ = 0,0018

Diameter tulangan = 13 mm

fy = 400 MPa

𝜌 = 0,0018

𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝜌𝑏𝑑 = 0,0018 × 1000 × 121,5 = 250,2 mm2

𝐴𝐷13 =1

4𝜋𝑑2 = 132,74 mm2

n =𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢

𝐴𝐷16=

272.7

132,74= 1,89 ≈ 2

𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =1000

n= 500 mm

𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 5 × ℎ = 5 × 200 = 1000 mm

Atau menurut SNI 2847:2013 Pasal 7.12.2.2, tulangan susut

berspasi tidak lebih jauh dari= 450 mm

Maka digunakan tulangan susut D13-450 mm

85

4.2.3.5 Perencanaan Balok Melintang Ramp

Gambar 4.22 Pembebanan Balok Melintang Ramp

Pembebanan Pelat Ramp

Beban Mati (DL)

Plat ramp = 0,2

cos (15)× 2400 = 496,93 kg/m2

Aspal (2cm) = 2 𝑥 14

cos (15) = 28,98 kg/m2

Spesi horizontal (2cm) = 2 𝑥 21

cos (15) = 43,48 kg/m2

Dackting + Plumbing = 30

cos (15) = 31,05 kg/m2 +

Beban mati (qD) = 600,44 kg/m2

Beban Hidup (qL) (PPIUG 1983 Tabel 3.1)

Berat lantai ramp = 800

cos (15) = 828,22 kg/m2

Kombinasi Beban :

Qu = 1,2 qD + 1,6 qL

= 1,2 (600,44) + 1,6 (828,22)

86

= 2045,68 kg/m2

Beban Berfaktor

qU = 2045,68 kg/m2 x (3 + 2,5) m

= 11251,24 kg/m

Tahap Perhitungan Penulangan Pada Balok Melintang Ramp

Tahapan yang digunakan dalam menentukan tulangan

lentur balok adalah sebagai berikut:

1. Menentukan data-data d, fy, f’c, dan Mu

2. Menentukan harga β1

…..SNI 2847:2013 pasal

(10.2.7.3)

3. Menentukan batasan harga tulangan dengan

menggunakan rasio tulangan yang disyaratkan sebagai

berikut :

.........................…SNI 2847:2013

lampiran B (8.4.2)

025.0max ………………..…..SNI 2847:2013 pasal (21.5.2.1)

b 75.0max ……………..SNI 2847:2013 lampiran B (10.3.3)

………………....SNI 2847:2013 pasal (7.12.2.1)

4. Menentukan harga m

5. Menentukan Rn

fyfy

cfb

600

600'185.0

'85.0 fc

fym

𝛽1 = 0.85 − 0.05(𝑓 ′ 𝑐 − 28)

7

𝜌 min = 0.002

87

2bd

MuRn

Diketahui harga Ø = 0.75…………..SNI 2847:2013 pasal (9.3.2.7)

6. Hitung rasio tulangan yang dibutuhkan :

Dimana :

7. Menentukan luas tulangan (AS) dari ῤ yang didapat

8.

9.

Gaya yang Bekerja pada Balok Ramp

Gambar 4.23 Pembebanan Balok Melintang Ramp

Bentang (L) : 7,65 m

Momen (Mu) :

Mu = 21

8qU L =

1

8 𝑥 11251,24 x 7,652

= 82306,34 kg.m

fy

xmxRn

m

211

1

min < pakai < max

dxxbAs bxd

As

A B

88

Gaya Geser (Vu) :

Vu = 1

2qU L =

1

2 𝑥 11251,24 x 7,65

= 43035,99 kg

Analisa Gaya Dalam pada Balok

Pada proses analisis struktur balok digunakan perhitungan statis

tertentu dengan mengasumsikan perletakan balok Sendi-Rol.

𝛴𝑀𝐴 = 0

7,65𝑉𝑏 − 𝑞𝑢 × 7,65 × 3,825 = 0

7,65𝑉𝑏 − 329225,35 = 0

𝑉𝑏 = 43036 kg

𝛴𝑀𝐵 = 0

7,65𝑉𝑎 − 𝑞𝑢 × 7,65 × 3,825 = 0

7,65𝑉𝑎 − 329225,35 = 0

𝑉𝑎 = 43036 kg

Kontrol

𝛴𝑉𝐴 = 0

Va + Vb - 𝑞𝑢 × 7,65 = 0

43036 + 43036 − 11251,24 x 7,65 = 0 86072 − 86072 = 0 ( OK )

a. Gaya Momen (M)

𝑀𝑥 = 𝑉𝑎 × 𝑥 −𝑞𝑢

2× 𝑥2

𝑀𝐴 = 0 kgm

𝑀𝐵 = 43036 × 7,65 −11251,24

2× 7,652

= 0 kgm

𝑀𝑥′ = 𝑉𝑎 − 𝑞1 × 𝑥

0 = 43036 − 11251,24 × 𝑥

𝑥 (M maks)= 3,825 m

Mmax = 43036 × 3,825 −11251,24

2× 3,8252

= 82306,37 kgm

89

b. Gaya Lintang (D)

𝐷𝐴𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 = 𝑉𝑎

= 43036 kg

𝐷𝐵𝑘𝑖𝑟𝑖 = 𝑉𝑎 − 𝑞𝑢 × 𝑥

= 43036 − 11251,24 × 7,65

= −43036 kg

c. Gaya Normal (N)

𝑁𝐴−𝐵 = 0 kg

Gambar Diagram Gaya Dalam:

Gambar 4.24 Gaya Dalam Balok Melintang Ramp

90

Data Perencanaan Balok Ramp:

f’c = 35 MPa

fy = 400 MPa

Tulangan utama = 𝐷22 mm

Tulangan sengkang = 𝜑16 mm

b = 300 mm

decking (d’) = 50 mm

h = 400 mm

d = 400 − 50 − 16 −1

2𝑥22 = 333 mm

β1 = 0,85 −0,05(35−28)

7 = 0,80 (SNI 2847:2013

pasal 10.2.7.3)

ρmin =1,4

𝑓𝑦=

1,4

400 = 0,0035 (SNI

2847:2013 pasal 10.5.1)

atau =0,25√𝑓′𝑐

𝑓𝑦=

0,25√35

400 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟑𝟕

(menentukan)

m =𝑓𝑦

0,85𝑓′𝑐=

400

0,85× 35 = 13,45

400 mm

300 mm

d = 400 – 50 – 16 – (0,5 x 22)

d = 333

91

d. Perhitungan Tulangan Lentur

1. Mencari ρ balance

……………..SNI 2847:2013

lampiran B (8.4.2)

=0,85 𝑥 0,8 𝑥 35

400𝑥 (

600

600+400) = 0,0357

2. Mencari ρ maksimum

0,025 ……………..SNI 2847:2013 pasal (21.5.2.1)

……………..SNI 2847:2013 lampiran B

(10.3.3)

= 0,75 x 0,057 = 0,026775 Di pakai ρ maksimum yang lebih kecil = 0,025

3. Mencari ρ minimum

……………..SNI 2847:2013 pasal (10.5.1)

= 0,0037 (menentukan)

Atau,

……………..SNI 2847:2013 pasal (10.5.1)

= 1,4

400= 0,0035

Dari kedua harga ρmin tersebut, diambil harga yang terbesar

= 0,0037

4. Menentukan harga m

m =𝑓𝑦

0,85𝑓′𝑐=

400

0,85× 35 = 13,45

max

b 75.0max

fyfy

cfb

600

600'185.0

92

5. Menentukan Mn yang digunakan

a. Mn = Mu/Ф

Mu = 82306,34 kgm

Ф = 0,75 (SNI 2847:2013 ps. 9.3.2.3 )

Mn = 82306,34/0,75 = 109741,79 kgm

b. Mn = Cc ( d – 0,5 x tebal pelat)

Cc = 0,85 x f’c x be x tebal pelat

be adalah lebar efektif balok T menerima beban, harga be didapat:

be = ¼ L = 0,25 x 7650 = 1912,5 mm

be = bw+8xtebal pelat= 300 + 8 x 20 = 460 mm

be = ln = bentang bersih balok= 7650 – 2(50+30) = 7490 mm

dari ketiga be yang didapat diambil harga yang paling kecil sebagai

harga yang paling menentukan, jadi be = 460 mm

Cc = 0,85 x 35 x 460 x 20 = 273700

Mn = 273700 ( 333 – 0,5 x 20 )/10000 = 8840,51 kgm

Dari harga Mn yang didapat diambil harga Mn yang terbesar

sebagai harga yang menentukan, jadi Mn = 109741,79 kgm =

109741790 kgmm

93

6. Menentukan Rn

= 109741790 = 4,398

0,75 x 300 x 3332

Diketahui harga Ø = 0.75 ........……………..SNI 2847:2013

pasal (9.3.2.7)

7. Hitung rasio tulangan yang dibutuhkan :

= 1

1 -

1 - 2 x 13,45 x 4,398 = 0,0119

13,45 400 Dimana :

0,0037 < 0,0119 < 0,025

Jadi pakai = 0,0119

8. Menentukan luas tulangan (AS) dari ῤ yang didapat

As = 0,0119 x 300 x 333 = 1188,81 mm2

9. Menentukan jumlah tulangan

~ 4 buah

tulangan

2bd

MnRn

fy

xmxRn

m

211

1

= 1188,81 = 3,127

0,25 π x 222

min < pakai < max

94

10. Menentukan jarak tulangan

=300−4𝑥22−2𝑥50−2𝑥16

4−1 = 26,667 = 25 mm

Maka digunakan tulangan lentur D22-25 (1521 mm2)

e. Perhitungan Tulangan Geser

Vu = 43035,99kg = 430359,9 N

φ = 0,75 (SNI

2847:2013 Pasal 9.2.3)

Vc =1

6√𝑓′𝑐𝑏𝑑 =

1

6√35 × 300 × 333 = 98502,7 N

φVc = 0,75 × 98502,7 = 73877,1 N

Karena 𝜙𝑉𝑐 = 73877,1 𝑁 ≤ 𝑉𝑢 = 430359,9 𝑁 N

maka dibutuhkan tulangan geser

Vn =𝑉𝑢

𝜑=

430359,9

0,75 = 573812 N

Vsbutuh = 𝑉𝑛 − 𝑉𝑐 = 573812 − 98502,7 = 475309,3 N

Syarat Smax =𝑑

2=

333

2 = 166,5 mm (SNI

2847:2013 Pasal 11.4.5.1)

Atau = 600 mm

Dipakai s = 150 mm

Av = 2 ×1

4× 𝜋𝑑2 =

1

2𝑥 𝜋 𝑥 192 = 567,05 mm2

Vs = 𝐴𝑣 × 𝑓𝑦 ×𝑑

𝑠= 567,05 × 240 ×

333

150= 503540,4 𝑁 ≥

𝑉𝑠𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ = 475309,3 N

Maka digunakan tulangan geser φ19-150 mm

95

4.2.3.6 Perencanaan Balok Memanjang Ramp

Gambar 4.25 Pembebanan Balok Memanjang Ramp

Pembebanan Pelat Ramp

Beban Mati (DL)

Plat ramp = 0,2

cos (15)× 2400 = 496,93 kg/m2

Aspal (2cm) = 2 𝑥 14

cos (15) = 28,98 kg/m2

Spesi horizontal (2cm) = 2 𝑥 21

cos (15) = 43,48 kg/m2

Dackting + Plumbing = 30

cos (15) = 31,05 kg/m2 +

Beban mati (qD) = 600,44 kg/m2

Beban Hidup (qL) (PPIUG 1983 Tabel 3.1)

Berat lantai ramp = 800

cos (15) = 828,22 kg/m2

Kombinasi Beban :

Qu = 1,2 qD + 1,6 qL

= 1,2 (600,44) + 1,6 (828,22)

= 2045,68 kg/m2

96

Beban Berfaktor

qU = 2045,68 kg/m2 x (7,65

2) m

= 7824,73 kg/m

Tahap Perhitungan Penulangan Pada Balok Melintang Ramp

Tahapan yang digunakan dalam menentukan tulangan

lentur balok adalah sebagai berikut:

1. Menentukan data-data d, fy, f’c, dan Mu

2. Menentukan harga β1

…..SNI 2847:2013 pasal

(10.2.7.3)

3. Menentukan batasan harga tulangan dengan

menggunakan rasio tulangan yang disyaratkan sebagai

berikut :

.........................…SNI 2847:2013

lampiran B (8.4.2)

025.0max ………………..…..SNI 2847:2013 pasal (21.5.2.1)

b 75.0max ……………..SNI 2847:2013 lampiran B (10.3.3)

………………....SNI 2847:2013 pasal (7.12.2.1)

4. Menentukan harga m

5. Menentukan Rn

2bd

MuRn

Diketahui harga Ø = 0.75…………..SNI 2847:2013 pasal (9.3.2.7)

fyfy

cfb

600

600'185.0

'85.0 fc

fym

𝛽1 = 0.85 − 0.05(𝑓 ′ 𝑐 − 28)

7

𝜌 min = 0.002

97

6. Hitung rasio tulangan yang dibutuhkan :

Dimana :

7. Menentukan luas tulangan (AS) dari ῤ yang didapat

8.

9.

Perhitungan Balok Memanjang Ramp dengan Bentang (L)

6 meter

Gambar 4.26 Pembebanan Balok Memanjang Ramp Bentang 6

Meter

fy

xmxRn

m

211

1

min < pakai < max

dxxbAs bxd

As

98

Gaya yang Bekerja pada Balok Ramp

Bentang (L) : 6 m

Momen (Mu) :

Mu = 21

8qU L =

1

8 𝑥 7824,73 x 62

= 35211,29 kg.m

Gaya Geser (Vu) :

Vu = 1

2qU L =

1

2 𝑥 7824,73 x 6

= 23474,19 kg

Analisa Gaya Dalam pada Balok

Pada proses analisis struktur balok digunakan perhitungan statis

tertentu dengan mengasumsikan perletakan balok Sendi-Rol.

𝛴𝑀𝐴 = 0

6𝑉𝑏 − 𝑞𝑢 × 6 × 3 = 0

6𝑉𝑏 − 140845,14 = 0

𝑉𝑏 = 23474,19 kg

𝛴𝑀𝐵 = 0

6𝑉𝑎 − 𝑞𝑢 × 6 × 3 = 0

6𝑉𝑎 − 140845,14 = 0

𝑉𝑎 = 23474,19 kg

Kontrol

𝛴𝑉𝐴 = 0

Va + Vb - 𝑞𝑢 × 7,65 = 0

23474,19 + 23474,19 − 7824,73 x 6 = 0

99

46948,38 − 46948,38 = 0 ( OK )

a. Gaya Momen (M)

𝑀𝑥 = 𝑉𝑎 × 𝑥 −𝑞𝑢

2× 𝑥2

𝑀𝐴 = 0 kgm

𝑀𝐵 = 23474,19 × 6 −7824,73

2× 62

= 0 kgm

𝑀𝑥′ = 𝑉𝑎 − 𝑞𝑢 × 𝑥

0 = 23474,19 − 7824,73 × 𝑥

𝑥 (M maks)= 3 m

Mmax = 23474,19 × 3 −7824,73

2× 32 = 35211,29

kgm

b. Gaya Lintang (D)

𝐷𝐴𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 = 𝑉𝑎

= 23474,19 kg

𝐷𝐵𝑘𝑖𝑟𝑖 = 𝑉𝑎 − 𝑞𝑢 × 𝑥

= 23474,19 − 7824 × 6

= −23474,19 kg

c. Gaya Normal (N)

𝑁𝐴−𝐵 = 0 kg

100

Gambar Diagram Gaya Dalam:

Data Perencanaan Balok Ramp:

f’c = 35 MPa

fy = 400 MPa

Tulangan utama = 𝐷22 mm

Tulangan sengkang = 𝜑16 mm

b = 300 mm

decking (d’) = 50 mm

h = 400 mm

d = 400 − 50 − 16 −1

2𝑥22 = 333 mm

β1 = 0,85 −0,05(35−28)

7 = 0,80 (SNI 2847:2013

pasal 10.2.7.3)

101

ρmin =1,4

𝑓𝑦=

1,4

400 = 0,0035 (SNI

2847:2013 pasal 10.5.1)

atau =0,25√𝑓′𝑐

𝑓𝑦=

0,25√35

400 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟑𝟕

(menentukan)

m =𝑓𝑦

0,85𝑓′𝑐=

400

0,85× 35 = 13,45

400 mm

300 mm

d = 400 – 50 – 16 – (0,5 x 22)

d = 333

Perhitungan Tulangan Lentur

1. Mencari ρ balance

……………..SNI 2847:2013

lampiran B (8.4.2)

=0,85 𝑥 0,8 𝑥 35

400𝑥 (

600

600+400) = 0,0357

2. Mencari ρ maksimum

0,025 ……………..SNI 2847:2013 pasal

(21.5.2.1)

fyfy

cfb

600

600'185.0

max

102

……………..SNI 2847:2013 lampiran B

(10.3.3)

= 0,75 x 0,057 = 0,026775 Di pakai ρ maksimum yang lebih kecil = 0,025

3. Mencari ρ minimum

……………..SNI 2847:2013 pasal

(10.5.1)

= 0,0037 (menentukan)

Atau,

……………..SNI 2847:2013 pasal

(10.5.1)

= 1,4

400= 0,0035

Dari kedua harga ρmin tersebut, diambil harga yang terbesar

= 0,0037

4. Menentukan harga m

m =𝑓𝑦

0,85𝑓′𝑐=

400

0,85× 35 = 13,45

5. Menentukan Mn yang digunakan

Mn = Mu/Ф

Mu = 35211,29 kgm

Ф = 0,75 (SNI 2847:2013 ps. 9.3.2.3 )

Mn = 35211,29/0,75 = 46948,39 kgm

Mn = Cc ( d – 0,5 x tebal pelat)

Cc = 0,85 x f’c x be x tebal pelat

b 75.0max

103

be adalah lebar efektif balok T menerima beban, harga be didapat

be = ¼ L = 0,25 x 11000 = 2750 mm

be = bw+8xtebal pelat= 300 + 8 x 20 = 460 mm

be = ln = bentang bersih balok= 11000 –

2(50+30) = 10840 mm

dari ketiga be yang didapat diambil harga yang paling kecil sebagai

harga yang paling menentukan, jadi be = 460 mm

Cc = 0,85 x 35 x 460 x 20 = 273700

Mn = 273700 ( 333 – 0,5 x 20 )/10000 = 8840,51 kgm

Dari harga Mn yang didapat diambil harga Mn yang terbesar

sebagai harga yang menentukan, jadi Mn = 46948,39 kgm =

46948390 kgmm

6. Menentukan Rn

= 46948390 = 1,8817

0,75 x 300 x 3332

Diketahui harga Ø = 0.75 ..……………..SNI 2847:2013 pasal

(9.3.2.7)

2bd

MnRn

104

7. Hitung rasio tulangan yang dibutuhkan :

= 1

1 -

1 - 2 x 13,45 x 1,882

= 0,00486

13,45 400 Dimana :

0,0037 < 0,00486 < 0,025

Jadi pakai = 0,00486

8. Menentukan luas tulangan (AS) dari ῤ yang didapat

As = 0,00486 x 300 x 333 = 485,92 mm2

9. Menentukan jumlah tulangan

~ 2 buah

tulangan

10. Menentukan jarak tulangan

=300−2𝑥22−2𝑥50−2𝑥16

2−1 = 124 = 100 mm

Maka digunakan tulangan lentur D22-100 (760,3 mm2)

fy

xmxRn

m

211

1

= 485,92 = 1,278

0,25 π x 222

min < pakai < max

105

Perhitungan Tulangan Geser

Vu = 23474,19 kg = 234741,9 N

φ = 0,75

(SNI 2847:2013 Pasal 9.2.3)

Vc =1

6√𝑓′𝑐𝑏𝑑 =

1

6√35 × 300 × 333 = 98502,7

N

φVc = 0,75 × 98502,7 = 73877,1 N

Karena 𝜙𝑉𝑐 = 73877,1 𝑁 ≤ 𝑉𝑢 = 234741,9 𝑁 N maka

dibutuhkan tulangan geser

Vn =𝑉𝑢

𝜑=

234741,9

0,75 = 312989,2 N

Vsbutuh = 𝑉𝑛 − 𝑉𝑐 = 312989,2 − 98502,7 =214486,5 N

Syarat Smax =𝑑

2=

333

2 = 166,5 mm

(SNI 2847:2013 Pasal 11.4.5.1)

Atau = 600 mm

Dipakai s = 150 mm

Av = 2 ×1

4× 𝜋𝑑2 =

1

2𝑥 𝜋 𝑥 192 = 567,05 mm2

Vs = 𝐴𝑣 × 𝑓𝑦 ×𝑑

𝑠= 567,05 × 240 ×

333

150= 503540,4 𝑁 ≥

𝑉𝑠𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ = 214486,5 N

Maka digunakan tulangan geser φ19-150 mm

4.3 Permodelan Struktur

4.3.1 Umum

Dalam perencanaan gedung bertingkat perlu dilakukan

adanya perencanaan pembebanan gravitasi maupun pembebanan

gempa. Hal ini bertujuan agar struktur gedung tersebut mampu

untuk memikul beban – beban yang terjadi. Pembebanan gravitasi

mengacu pada ketentuan PPIUG 1983 serta SNI 1727:2013 dan

pembebanan gempa mengacu pada SNI 1726:2012 yang di

dalamnya terdapat ketentuan dan persyaratan perhitungan beban

gempa.

106

Permodelan struktur apartemen Purimas Kota Surabaya

dilakukan menggunakan program bantu ETABS 2016. Program

bantu ini akan membantu dalam cek serta kontrol perhitungan

struktur sesuai persyaratan yang telah ditetapkan dalam SNI

1726:2012.

4.3.2 Data Perencanaan

Data – data perencanaan Apartemen Purimas Kota

Surabaya adalah sebagai berikut:

Mutu beton (f’c) : 35 MPa

Mutu baja tulangan (fy) : 400 MPa

Fungsi bangunan : Apartemen/Hunian

Tinggi bangunan : 43,3 m

Jumlah tingkat : 14 lantai

Tinggi tiap tingkat : Lantai 1 = 4,3 m

Lantai 2-14 = 3 m

Gambar 4.27 Permodelan 3D Struktur Utama

107

Gambar 4.28 Denah Struktur Apartemen

4.3.3 Pembebanan

Pembebanan gravitasi struktur pada sistem rangka

gedung/bangunan diterima oleh rangka dan dinding geser.

Pembebanan ini termasuk beban mati dan beban hidup yang terjadi

pada struktur. Menurut SNI 1727:2013, beban mati adalah berat

seluruh bahan konstruksi bangunan gedung yang terpasang,

dengan menggunakan berat bahan dan konstruksi yang sebenarnya.

Dalam hal ini digunakan berat bahan sesuai dengan ketentuan

PPIUG 1983, yaitu sebagai berikut:

Beban mati

1. Berat sendiri beton bertulang = 2400 kg/m3

2. Dinding beton = 250 kg/m2

3. Tegel = 24 kg/m2

4. Plafond = 11 kg/m2

5. Penggantung = 7 kg/m2

6. Plumbing + Dackting = 25 kg/m2

7. Spesi = 21 kg/m2

Menurut SNI 1727:2013, beban hidup adalah beban yang

diakibatkan oleh pengguna bangunan gedung atau struktur lain

yang tidak termasuk beban konstruksi dan beban lingkungan.

Berdasarkan tabel 4-1 SNI 1727:2013, beban hidup ditentukan

sebagai berikut:

108

Beban hidup

1. Hunian = 1,92 kN/m2 = 195,8 kg/m2

2. Tangga dan jalan keluar = 4,79 kN/m2 = 488,5 kg/m2

3. Ruang publik dan koridor = 4,79 kN/m2 = 488,5 kg/m2

4. Jalur akses pemeliharaan = 1,92 kN/m2 = 195,8 kg/m2

5. Ruang mesin/utilitas = 6 kN/m2 = 611,9 kg/m2

6. Atap = 0,96 kN/m2 = 97,9 kg/m2

Pembebanan Pelat Lantai

- Beban Mati (DL)

Plat = 0,2 × 2400 = 480 kg/m2

Tegel = 24 kg/m2

Plafond = 11 kg/m2

Penggantung = 7 kg/m2

Spesi = 21 kg/m2

Dackting + Plumbing = 25 kg/m2 +

Beban mati (qD) = 568 kg/m2

- Beban Hidup (qL) (SNI 1727:2013)

Berat pelat lantai ground – lt.14 = 195,8 kg/m2

Berat pelat lantai atap = 97,9 kg/m2

Beban pada balok tangga

Beban Mati

Beban dinding = 250 kg/m2 x 3 m = 750 kg/m

= 0.75 ton/m

Beban Mati Tangga = 546 kg/m

= 0.546 ton/m

Beban Hidup

Beban Hidup Tangga = 300 kg/m

= 0.3 ton/m

Perhitungan nilai total berat bangunan ini akan

digunakan untuk menentukan gaya geser statik. Nilai tersebut

digunakan untuk mengontrol apakah gaya geser dinamik yang

didapat dari ETABS 2016 sudah mencapai 85% dari gaya geser

109

statik. Pada tugas akhir ini gaya perhitungan berat struktur diambil

dari hasil analisis ETABS 2016 dengan kombinasi beban D + L.

4.3.4 Analisan Beban Gempa

4.3.4.1 Jenis Tanah

Berdasarkan hasil tes boring yang dilakukan di lapangan

dengan 4 titik (data tanah terlampir) yang berbeda, diperoleh nilai

N-SPT tanah rata-rata untuk kedalaman 30 meter yaitu N1= 12,33;

N2= 12,53; N3=11,27; N4= 13,07; dan semua nilai tersebut kurang

dari 15 (N< 15). Dengan hasil tersebut, berdasarkan pasal 5.3 SNI

1726:2012, maka kategori tanah yang ada di lapangan merupakan

TANAH LUNAK (SE).

Tabel 4.4 Tabel Klasifikasi Situs Tanah

110

4.3.4.2 Percepatan Respon Spektrum

Penentuan wilayah gempa dapat dilihat pada Gambar

4.29 dan Gambar 4.30

Gambar 4.29 Peta Harga Ss di Indonesia

(Sumber: SNI 1726:2012)

Untuk daerah Surabaya didapatkan nilai Ss = 0,663 g

Gambar 4.30 Peta Harga S1 di Indonesia

(Sumber: SNI 1726:2012)

Untuk daerah Surabaya didapatkan nilai S1= 0,247 g

111

Untuk nila Fa (koefisien situs untuk periode 0,2 detik)

dan Fv (koefisien situs untuk periode 1 detik) didapat dari Tabel

4.7 dan Tabel 4.8

Tabel 4.5 Koefisien Situs Fa

(Sumber: SNI 1726:2012 Tabel 4)

Kelas

situs

Parameter respons spektral percepatan gempa

(MCER) terpetakan pada periode pendek, T=0,2

detik, Ss

Ss≤0,25 Ss=0,5 Ss=0,75 Ss=1,0 Ss≥1,25

SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8

SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0

SC 1,2 1,2 1,2 1,0 1,0

SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0

SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9

SF SSb

Tabel 4.6 Koefisien Situs Fv

(Sumber: SNI 1726:2012 Tabel 5)

Kelas

situs

Parameter respons spektral percepatan gempa

(MCER) terpetakan pada periode 1 detik, S1

S1≤0,1 S1=0,2 S1=0,3 S1=0,4 S1≥0,5

SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8

SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0

SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3

SD 2,4 2,0 1,8 1,6 1,5

SE 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4

SF SSb

Dari data di atas diperoleh data – data sebagai berikut

Ss = 0,663𝑔

S1 = 0,247𝑔

Fa = 1,7

Fv = 3,2

SMS = 𝐹𝑎 × 𝑆𝑠

112

= 1,7 × 0,663 = 1,127

SM1 = 𝐹𝑣 × 𝑆1

= 3,2 × 0,247

= 0,790

4.3.4.3 Parameter Percepatan Respons Spektral

SDS =2

3× 𝑆𝑀𝑆 =

2

3× 1,127 = 0,7514

SD1 =2

3× 𝑆𝑀1 =

2

3× 0,790 = 0,5269

Gambar 4.31 Grafik Respon Spektrum Surabaya

(Sumber:

Puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011)

Gedung ini berfungsi sebagai apartemen sehingga termasuk

kategori risiko II. Dari data – data yang telah didapat di atas bisa

ditentukan kategori desain seismik dari gedung ini menggunakan

Tabel 4.9 dan Tabel 4.10. Sehingga didapat gedung ini termasuk

kategori desain seismik D

113

Tabel 4.7 Kategori Desain Seismik berdasarkan Parameter

Respons Percepatan pada Perioda 1 Detik

Nilai SDS Kategori risiko

I atau II atau III IV

SDS<0,167 A A

0,167≤SDS<0,33 B C

0,33≤SDS<0,5 C D

0,5≤SDS D D

Tabel 4.8 Kategori Desain Seismik berdasarkan Parameter

Respons Percepatan pada Perioda Pendek

Nilai SD1 Kategori risiko

I atau II atau III IV

SD1<0,167 A A

0,067≤SD1<0,133 B C

0,133≤SD1<0,20 C D

0,20≤SD1 D D

Sistem yang dipilih harus sesuai dengan batasan sistem

struktur dan batasan ketinggian. Berdasarkan tabel 9 SNI

1726:2012 didapatkan salah satu sistem struktur yang tepat sesuai

dengan kategori desain seismik D beserta meninjau modifikasi

struktur menggunakan flat slab adalah sistem ganda dengan rangka

pemikul momen khusus yang mampu menahan paling sedikit 25%

gaya gempa yang ditetapkan dengan dinding geser beton bertulang

khusus yang mampu menahan 75% gaya gempa yang ditetapkan.

4.3.5 Pembebanan Gempa Dinamis

Perhitungan beban gempa pada struktur Apartemen

Purimas Kota Surabaya ditinjau dengan pengaruh gempa dinamik

sesuai SNI 1726:2012. Analisis dilakukan menggunakan respons

spektrum dengan parameter – parameter yang telah ditentukan

114

4.3.5.1 Arah Pembebanan

Beban gempa yang bekerja pada struktur bangunan

terjadi dalam arah sembarang (tidak terduga) baik dalam arah x dan

y secara bolak – balik dan periodik. Untuk menyimulasikan arah

pengaruh gempa rencana yang sembarang terhadap gedung,

pengaruh pembebanan gempa rencana dalam arah utama harus

dianggap efektif 100% dan harus dianggap terjadi bersamaan

dengan pengaruh pembebanan gempa yang arahnya tegak lurus

dengan arah utama dengan efektivitas 30%.

Gempa Respons Spektrum X:

100% arah X dan 30% arah Y

Gempa Respons Spektrum Y:

100% arah Y dan 30% arah X

4.3.5.2 Parameter Respon Spektrum Rencana

Parameter respon spektrum rencana digunakan untuk

menentukan gaya gempa rencana yang bekerja pada struktur. Pada

tugas akhir ini, perhitungan gaya gempa digunakan analisis

dinamik sesuai persyaratan SNI 1726:2012. Berikut adalah nilai

parameter respon spektrum untuk wilayah surabaya dengan kondisi

tanah lunak (kelas situs D):

Tabel 4.9 Nilai Parameter Tanah Lunak Wilayah Surabaya

Variabel Nilai

PGA (g) 0.325

SS (g) 0.663

S1 (g) 0.247

CRS 0.991

CR1 0.929

FPGA 1.124

FA 1.374

FV 3.012

PSA (g) 0.366

115

SMS (g) 0.911

SM1 (g) 0.744

SDS (g) 0.607

SD1 (g) 0.496

T0 (detik) 0.163

TS (detik) 0.817

(Sumber:

Puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011)

4.3.5.3 Faktor Reduksi Gempa (R)

Gedung ini direncanakan menggunakan flat slab dengan

sistem ganda dengan rangka pemikul momen khusus mampu

menahan paling sedikit 25% gaya gempa yang ditetapkan.

Berdasarkan tabel 9 SNI 1726:2012 didapatkan nilai faktor

pembesaran defleksi (Cd) = 5,5; nilai koefisien modifikasi respons

(R) = 7; dan nilai faktor kuat lebih sistem (Ω) = 2,5

4.3.5.4 Faktor Keutamaan (I)

Untuk berbagai kategori risiko struktur bangunan gedung

dan non gedung pengaruh gempa rencana terhadapnya harus

dikalikan dengan suatu faktor keutamaan Ie. Gedung ini

direncanakan sebagai bangunan hunian/apartemen. Pada Tabel

4.11 berdasarkan SNI 1726:2012 bangunan ini termasuk kategori

II sehingga didapat nilai Ie = 1,0

Tabel 4.10 Faktor Keutamaan Gempa

Kategori risiko Faktor keutamaan gempa, Ie

I atau II 1,0

III 1,25

IV 1,5

116

4.3.6 Kombinasi Pembebanan

Kombinasi pembebanan diperlukan dalam sebuah

perencanaan struktur bangunan. Pada saat konstruksi, tentunya

beban – beban yang bekerja pada struktur hanya beban – beban

mati saja dan beban hidup sementara akibat pekerja konstruksi.

Sedangkan pada masa layan, beban – beban hidup permanen dari

aktivitas pemakai gedung dan barang – barang yang dapat bergerak

di dalam gedung. Hal ini tentunya akan berdampak pada kekuatan

rencana elemen struktur yang direncanakan berdasarkan kombinasi

pembebanan terbesar akibat penjumlahan beban – beban yang

bekerja dengan faktor beban Load Resistance Factor Design

(LRFD)

Kombinasi pembebanan yang dipakai pada struktur

gedung ini mengacu pada SNI 1726:2012 bangunan tahan gempa

sebagai berikut:

• 1,4 DL

• 1,2 DL + 1,6 LL

• 1,2 DL + 1,0 LL + 1,0 Ex

• 1,2 DL + 1,0 LL + 1,0 Ey

• 1,0 DL + 1,0 LL

• 0,9 DL + 1,0 Ex

• 0,9 DL + 1,0 Ey

Keterangan:

DL : beban mati

LL : beban hidup

Ex : beban gempa arah x

Ey : beban gempa arah y

4.3.7 Kontrol Desain

Setelah dilakukan pemodelan struktur 3 dimensi dengan

program bantu ETABS 2016, hasil analisis struktur harus dikontrol

terhadap suatu batasan – batasan tertentu sesuai dengan peraturan

SNI 1726:2012 untuk menentukan kelayakan sistem struktur

tersebut. Adapun hal – hal yang harus dikontrol adalah sebagai

berikut:

117

Kontrol beban gravitasi

Kontrol periode getar struktur

Kontrol respons seismik

Kontrol partisipasi massa

Kontrol batas simpangan (drift)

Kontrol sistem ganda

Dari analisis tersebut juga diambil gaya dalam yang terjadi pada

masing – masing elemen struktur untuk dilakukan pengecekan

kapasitas penampang

4.3.7.1 Kontrol Beban Gravitasi

Beban gravitasi dikontrol untuk mengecek kesesuaian

pemodelan pada program bantu ETABS 2016 dengan desain

bangunan gedung. Perhitungan beban mati masing–masing elemen

struktur pada gedung ditunjukkan pada Tabel 4.13 berikut:

118

Tabel 4.11 Rekapitulasi Beban Mati

Berat

b (m) h (m) L (m) (kg)

1 Pelat Atap 12.95 0.2 50 2 259.0 m3

2400 kg/m3

621600.0

Pelat Lantai 12.95 0.2 50 2 259.0 m3

2400 kg/m3

621600.0

Opening Tangga 5.3 0.2 3 2 6.4 m3

2400 kg/m3

15264.0

Opening Lift 5.3 0.2 4 2 8.5 m3

2400 kg/m3

20352.0

585984.0

3 Drop Panel A 2.6 0.55 2.6 22 81.8 m3

2400 kg/m3

196310.4

4 Drop Panel B 2.05 0.55 2.6 44 129.0 m3

2400 kg/m3

309566.4

5 Balok Tepi 0.35 0.5 152 1 26.6 m3

2400 kg/m3

63756.0

Kolom 90/90 0.9 3 0.9 1 2.4 m3

2400 kg/m3

5832.0

Kolom 90/90 -

Ground 0.9 4.3 0.9 1 3.5 m3

2400 kg/m3

8359.2

7 Kolom 75/75 0.75 3 0.75 1 1.7 m3

2400 kg/m3

4050.0

8 Kolom 50/50 0.5 3 0.5 1 0.8 m3

2400 kg/m3

1800.0Shearwall arah

X 0.4 3 4 10 48.0 m3

2400 kg/m3

115200.0

Shearwall arah

X - Ground 0.4 4.3 4 10 68.8 m3

2400 kg/m3

165120.0Shearwall arah

Y0.4 3 4 2 9.6 m

32400 kg/m

323040.0

Shearwall arah

Y - Ground 0.4 4.3 4 2 13.8 m3

2400 kg/m3

33024.0

11 Plafond 12.95 50 2 1295.0 m2

11 kg/m2

14245.0

12Penggantung

Lantai 12.95 50 2 1295.0 m2

7 kg/m2

9065.0

13 Plumbing 12.95 50 2 1295.0 m2

10 kg/m2

12950.0

14 Spesi (2 cm) 12.95 50 2 1295.0 m2

42 kg/m2

54390.0

15 Aspal (Atap) 12.95 50 2 1295.0 m2

14 kg/m2

18130.0

16Tegel (Penutup

Lantai) 12.95 50 2 1295.0 m2

48 kg/m2

62160.0

17 Lift 26032.5

18 Tangga 2 2.0 m 873 kg/m 1746.8

19 Bordes Tangga 1.5 1.5 m 546 kg/m 819.0

20 Ramp 11 11.0 m 4907 kg/m 53974.1

2

Σ

6

9

10

Berat Struktur

No JenisDimensi (nett)

Jumlah Total Pengali

119

Tabel 4.12 Perhitungan Beban Mati Gedung

Sedangkan untuk perhitungan beban hidup ditunjukkan pada

Tabel 4.15 berikut:

Berat Jumlah Jumlah Subtotal

(t) per lantai lantai (t)

1 Pelat Atap 621.60 1 14 8702.4

2 Pelat Lantai 585.98 1 1 586.0

3 Drop Panel A+B 505.88 1 15 7588.2

4 Balok Tepi 63.76 1 15 956.3

5 Kolom 90/90 - Ground 8.36 66 1 551.7

6 Kolom 90/90 5.83 66 5 1924.6

7 Kolom 75/75 4.05 66 5 1336.5

8 Kolom 50/50 1.80 66 4 475.2

9 Shearwall X+Y - Basement138.24 1 1 138.2

10 Shearwall X+Y - Ground 198.14 1 1 198.1

11 Shearwall X+Y - Lt.2-14 138.24 1 14 1935.4

12 Plafond 14.25 1 15 213.7

13 Penggantung Lantai 9.07 1 15 136.0

14 Plumbing 12.95 1 15 194.3

15 Spesi (2 cm) 54.39 1 15 815.9

16 Aspal (Atap) 18.13 1 15 272.0

17 Tegel (Penutup Lantai) 62.16 1 15 932.4

18 Lift 26.03 1 15 390.5

19 Tangga 1.75 1 15 26.2

20 Bordes Tangga 0.82 1 15 12.3

21 Ramp 53.97 1 1 54.0

27439.6Total

Elemen

120

Tabel 4.13 Perhitungan Beban Hidup

Beban yang terhitung pada permodelan ETABS 2016 yaitu

sebagai berikut:

Tabel 4.14 Hasil Perhitungan beban pada ETABS 2016

Beban Mati = 27186.25 tonf

Baban Hidup = 4073.19 tonf

DL + LL = 27186.25 + 4073.19 =31259.44 𝑡𝑜𝑛

Selisih antara perhitungan manual dengan permodelan

ETABS yaitu sebagai berikut:

W manual – W permodelan = 31748.1 − 31259.44 = 488.6

ton.

Selisih =488.6

31748.1× 100% = 1.54%

Selisih 1.54% < 10%, dengan perhitungan manual. Dengan

demikian pemodelan struktur dianggap sesuai.

4.3.7.2 Kontrol Periode Waktu Getar Alami Fundamental

(T)

Untuk mencegah pengunaan struktur gedung yang terlalu

fleksibel, nilai waktu getar alami fundamental (T) dari struktur

gedung harus dibatasi. Berdasarkan SNI 1726:2012, perioda

No Jenis b (m) L (m) n

1 Hunian (Ground-Lt.14) 12.95 100 1 1295 m2

1.92 kN/m2

2486.4 kN

2 Bordes 1.5 2 3 m 5.46 kN/m 16.4 kN

3 Tangga 2 2 4 m 8.7341 kN/m 34.9 kN

4 Ramp 11 1 11 m 49.0674 kN/m 539.7 kN

3077.5 kN

43084.4 kN

4308.44 ton

A q (kN/m2) L0

Total per lantai

Total 14 lantai

121

fundamental pendekatan (Ta) untuk struktur dinding geser beton

ditentukan sebagai berikut:

n

w

a hC

T0062,0

x

i

i

i

i

i

n

B

w

D

h

A

h

h

AC

12

2

83,01

100

Keterangan:

hn = ketinggian total struktur (m)

AB = luas struktur (m2)

Ai = luas badan dinding geser “i” (m2)

Di = panjang dinding geser “i” (m)

hi = tinggi dinding geser “i” (m)

x = jumlah dinding geser dalam bangunan yang efektif dalam

menahan gaya lateral dalam arah yang ditinjau

Nilai Ta di atas adalah batas bawah periode struktur yang

ditinjau. Untuk batas atasnya dikalikan dengan koefisien batas

berdasarkan Tabel 14 SNI 1726:2012 yang tergantung dari nilai

SD1.

Untuk nilai SD1=0.5269, nilai koefisien batas (Cu) adalah 1,4.

Struktur studi kasus memiliki tinggi dari basement hingga atas

gedung (hn) adalah 46.5 m, dan luas struktur 9235.5 m2.

Tabel 4.16 Koefisien untuk Batas Atas

Parameter percepatan

respons spektral desain

pada 1 detik, SD1

Koefisien Cu

≥ 0,4 1,4

0,3 1,4

0,2 1,5

0,15 1,6

≤ 1,7

122

Untuk arah X:

Dx = 4 m

h1 = h2 = 46.3 m

Ax = = 4 x 46.3 = 186.4 m2

2

2

4

3.4683,01

4.186

3.46

3.465

5.9235

100xCw

= 0,071036

084.13.46071036.0

0062,0 xTa

T = Cu x Ta = 1,4 x 1.084 = 1.52

Dari Tabel 4.16, T analisis ETABS arah X = 1.383

1.084 < Tx < 1.52 (OK)

Untuk arah Y:

D1 = D2 = 4 m

h1 = h2 = 46.3 m

A1 = A2 = 4 x 46.3 = 186.4 m2

2

2

4

3.4683,01

4.186

3.46

3.462

5.9235

100xCw

= 0,035518

533.13.46035518.0

0062,0 xTa

T = Cu x Ta = 1,4 x 1.533 = 2.146

T analisis ETABS arah Y = 1.687

1.533 < Ty < 2.146 (OK)

123

Tabel 4.16 Periode Struktur dari ETABS

Case Mode Period UX UY

sec

Modal 1 1.687 0.1072 0.5269

Modal 2 1.383 0.5353 0.1207

Modal 3 0.972 0.013 0.0217

Modal 4 0.482 0.0015 0.1547

Modal 5 0.319 0.1801 0.0015

Modal 6 0.278 0.0006 0.0473

Modal 7 0.247 0.0024 0.0008

Modal 8 0.227 0.0036 0.0004

Modal 9 0.199 0.00003895 0.0219

Modal 10 0.158 0.0033 0.0016

Modal 11 0.156 0.0021 0.0111

Modal 12 0.146 0.0561 0.001

Modal 13 0.144 0.0002 0.0134

Modal 14 0.128 0.0009 0.0001

Modal 15 0.126 0.0001 0.004

Modal 16 0.123 0.0006 0.0006

Modal 17 0.108 0.0001 0.0005

Modal 18 0.103 0.0178 0.0004

Modal 19 0.101 0.0019 0.0042

Modal 20 0.1 0.0002 0.0018

Modal 21 0.094 0.0002 0.0056

Modal 22 0.092 0.0005 0

Modal 23 0.091 0.00002712 0.0001

Modal 24 0.087 0.0053 0.0004

Modal 25 0.084 0.0004 0.0004

124

Dari perhitungan di atas, didapatkan bahwa perioda

fundamental struktur dalam arah x dan arah y hasil analisa

permodelan pada ETABS 2016 telah memenuhi persyaratan pada

SNI 1726:2012

4.3.7.3 Kontrol Respons Seismik

Berdasarkan SNI 1726:2012, nilai akhir respon dinamik

struktur gedung dalam arah yang ditetapkan tidak boleh kurang

dari 85% nilai respons statik. Koefisien respons seismik Cs harus

ditentukan sesuai dengan SNI 1726:2012 pasal 7.8.1

𝐶𝑠 =𝑆𝐷𝑆

𝑅

𝐼𝑒

Dengan:

SDS = percepatan spektrum respons desain dalam

rentan periode pendek

R = faktor modifikasi respons

Ie = faktor keutamaan gempa

SDS = 0,7514

R = 7

Ie = 1

Cs =0,7514

7

1

= 0,1073

Dan nilai Cs tidak perlu melebihi:

Cs =𝑆𝐷1

𝑇(𝑅

𝐼)

=0,5269

1.995(7

1)

= 0,03764

Dan nilai Cs harus tidak kurang dari:

Cs = 0,044 × 𝑆𝐷𝑆 × 𝐼𝑒 = 0,044 × 0,7514 × 1 =0,03306

Maka nilai Cs diambil 0,03764

Perhitungan gaya geser (base shear) menggunakan SNI

1726:2012 dengan persamaan berikut:

𝑉 = 𝐶𝑠 × 𝑊 Di mana:

Cs = koefisien respons seismik

125

W = berat seismik efektif

𝑉𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘 = 0,03764 × 31748000 𝑘𝑔 = 1194937 kg

Dari hasil analisis menggunakan program ETABS 2016

didapatkan nilai gaya geser dasar sebagai berikut:

Tabel 4.17 Gaya Geser Dasar Akibat Beban Gempa

Kontrol:

Arah X

Vdinamik ≥ 0,85 × Vstatik

1314.9 ≥ 0,85 × 1194.937 ton

1314.9 ≥ 1015.7 (OK)

Arah Y

Vdinamik ≥ 0,85 × Vstatik

1183.0 ≥ 0,85 × 1194.937 ton

1183.0 ≥ 1015.7 (OK)

Dari kontrol di atas dapat disimpulkan bahwa analisis

struktur bangunan ini masih memenuhi persyaratan SNI

1726:2012 pasal 7.8

4.3.7.4 Kontrol Partisipasi Massa

Menurut SNI 1726:2012 pasal 7.9.1, bahwa perhitungan

respon dinamik struktur harus sedemikian rupa sehingga partisipasi

massa ragam terkombinasi paling sedikit sebesar 90% dari massa

aktual dari masing-masing arah

Dalam hal ini digunakan bantuan program ETABS 2016

untuk mengeluarkan hasil partisipasi massa seperti pada Tabel

4.18, didapat partisipasi massa arah X sebesar 90,53% pada modal

ke 12 dan partisipasi massa arah Y sebesar 90,97% pada modal ke

126

12. Maka dapat disimpulkan analisis struktur yang sudah dilakukan

telah memenuhi syarat yang terdapat pada SNI 1726:2012 pasal

7.9.1 yaitu partisipasi massa ragam terkombinasi paling sedikit

sebesar 90%.

Tabel 4.18 Rasio Partisipasi Massa

Case Mode Period Sum UX Sum UY

sec

Modal 1 1.687 0.1072 0.5269

Modal 2 1.383 0.6425 0.6477

Modal 3 0.972 0.6555 0.6694

Modal 4 0.482 0.657 0.8241

Modal 5 0.319 0.8371 0.8256

Modal 6 0.278 0.8377 0.873

Modal 7 0.247 0.8401 0.8738

Modal 8 0.227 0.8437 0.8741

Modal 9 0.199 0.8437 0.896

Modal 10 0.158 0.8471 0.8976

Modal 11 0.156 0.8492 0.9087

Modal 12 0.146 0.9053 0.9097

Modal 13 0.144 0.9055 0.923

Modal 14 0.128 0.9064 0.9231

Modal 15 0.126 0.9064 0.9272

Modal 16 0.123 0.907 0.9278

Modal 17 0.108 0.9071 0.9283

Modal 18 0.103 0.9249 0.9288

Modal 19 0.101 0.9268 0.9329

Modal 20 0.1 0.927 0.9347

Modal 21 0.094 0.9272 0.9403

Modal 22 0.092 0.9277 0.9403

127

Modal 23 0.091 0.9278 0.9405

Modal 24 0.087 0.9331 0.9408

Modal 25 0.084 0.9335 0.9413

4.3.7.5 Kontrol Batas Simpangan antar Lantai (Drift)

Pembatasan simpangan antar lantai suatu struktur

bertujuan untuk mencegah kerusakan non-struktur dan

ketidaknyamanan penghuni.

Berdasarkan SNI 1726:2012 Pasal 7.9.3 untuk memenuhi

persyaratan simpangan digunakan rumus :

∆i< ∆a

dimana :

∆i = Simpangan yang terjadi ∆a = Simpangan ijin antar lantai

Perhitungan ∆i untuk tingkat 1 :

I

δCΔ e1d

1

Perhitungan ∆i untuk tingkat 2 :

I

CδδΔ d

e1e22

dimana :

eSimpangan yang dihitung akibat beban gempa tingkat

1

eSimpangan yang dihitung akibat beban gempa tingkat

2 Cd = Faktor pembesaran defleksi

I = Faktor keutamaan gedung

Untuk sistem ganda dan dinding geser khusus, dari tabel

9 SNI 1726-2012 didapatkan nilai Cd = 5,5 dan dari tabel 2 SNI

1726:2012 didapat nilai I = 1. Dari tabel 16 SNI 1726:2012 untuk

sistem struktur yang lain simpangan antar tingkat ijinnya adalah :

128

sxa h02,0Δ

dimana :

hsx = Tinggi tingkat dibawah tingkat x

Tabel 4.19 Simpangan antar Lantai yang diizinkan

Struktur Kategori Risiko

I atau II III IV

Struktur, selain dari struktur

dinding geser batu bata, 4

tingkat atau kurang dengan

dinding interior, partisi,

langit – langit dan sistem

dinding eksterior yang telah

didesain untuk

mengakomodasi simpangan

antar lantai tingkat

0,025hsxc 0,020hsx

0,015hsx

Struktur dinding geser

kantilever batu bata 0,010hsx 0,010hsx 0,010hsx

Struktur dinding geser batu

bata lainnya 0,007hsx 0,007hsx 0,007hsx

Semua struktur lainnya 0,020hsx 0,015hsx 0,010hsx

Untuk tinggi tingkat 3 m, simpangan ijinnya adalah :

mm 60

m 0,06

302,0 Δa

Dari analisis akibat beban lateral (beban gempa) dengan

program bantu struktur ETABS, diperoleh nilai simpangan yang

terjadi pada struktur yaitu sebagai berikut :

129

Tabel 4.20 Simpangan antar Lantai yang Terjadi Akibat Beban

gempa

Lt Δx Δy Δa

Δx≤Δa Δy≤Δa mm mm mm

Atap 49.657 43.958 60 OK OK

14 45.851 40.493 60 OK OK

13 42.013 37.007 60 OK OK

12 38.099 33.475 60 OK OK

11 34.141 29.923 60 OK OK

10 30.167 26.376 60 OK OK

9 26.21 22.863 60 OK OK

8 22.292 19.414 60 OK OK

7 18.455 16.066 60 OK OK

6 14.749 12.863 60 OK OK

5 11.243 9.859 60 OK OK

4 8.024 7.112 60 OK OK

3 5.189 4.684 60 OK OK

2 2.845 2.655 60 OK OK

Ground 0.595 0.634 60 OK OK

Dari hasil Tabel 4.20 di atas maka analisis struktur

Apartemen Purimas Kota Surabaya memenuhi persyaratan sesuai

dengan SNI 1726:2012 Pasal 7.9.3 dan Pasal 7.12.1

4.3.7.6 Kontrol Sistem Ganda

Untuk sistem rangka ganda, rangka pemikul momen

harus mampu menahan paling sedikit 25 persen gaya gempa

desain. Tahanan gaya gempa total harus disediakan oleh kombinasi

rangka pemikul momen dan dinding geser atau rangka bresing,

dengan distribusi yang proporsional terhadap kekakuannya.

130

Tabel 4.21 Kontrol Distribusi Sistem Ganda

Lt Ex Ey SWx Swy Cx Cy

tonf tonf tonf tonf tonf tonf

Atap 203.3 188.9 141.9 111.7 61.4 77.2

14 390.1 361.2 199.8 194.7 190.3 166.5

13 532.3 487.1 304.7 300.3 227.6 186.8

12 641.5 577.7 410.5 381.2 231.0 196.5

11 732.8 646.6 356.2 384.4 376.6 262.2

10 816.8 704.2 438.9 439.5 377.9 264.7

9 894.4 755.8 516.5 490.2 377.9 265.6

8 967.7 809.2 587.5 545.9 380.2 263.3

7 1037.9 868.7 657.6 609.2 380.3 259.5

6 1105.3 934.7 807.8 664.6 297.5 270.1

5 1168.7 1003.2 872.1 742.3 296.6 260.9

4 1226.1 1069.3 947.2 817.9 278.9 251.4

3 1272.8 1127.6 1019.2 884.3 253.6 243.3

2 1306.1 1171.7 1139.9 976.8 166.2 194.9

Ground 1314.9 1183.1 1200.7 850.3 114.2 332.8

Σ 13610.7 11889.0 9600.5 8393.3 4010.2 3495.7

% terhadap geser total 71% 71% 29% 29%

Keterangan:

Ex : Gaya geser nominal total yang ditumpu oleh

gedung akibat gempa arah x

Ey : Gaya geser nominal total yang ditumpu oleh

gedung akibat gempa arah y

SWx : Gaya geser nominal yang ditumpu oleh dinding

geser akibat gempa arah x

SWy : Gaya geser nominal yang ditumpu oleh dinding

geser akibat gempa arah y

Cx : Gaya geser nominal yang ditumpu oleh rangka

akibat gempa arah x

131

Cy : Gaya geser nominal yang ditumpu oleh rangka

akibat gempa arah x

Karena total gaya yang diterima struktur rangka dalam

arah x dan y yaitu 29% dan 29% telah melebihi nilai 25%, maka

struktur telah memenuhi persyaratan distribusi gaya pada sistem

ganda.

4.4 Perencanaan Struktur Primer

4.4.1 Umum

Struktur utama merupakan suatu komponen utama

dimana kekakuannya mempengaruhi perilaku gedung tersebut.

Struktur utama memiliki fungsi untuk menahan pembebanan yang

berasal dari beban gravitasi dan beban lateral berupa beban gempa

maupun beban angin. Komponen utama terdiri dari kolom, dinding

geser dan flat slab. Pada bab ini akan dibahas mengenai kekuatan

struktur utama mencakup kebutuhan tulangan yang diperlukan

pada komponen tersebut.

4.4.2 Perencanaan Pelat/Flat Slab

Momen yang digunakan untuk merencanakan tulangan

plat adalah momen rata-rata terbesar dari kombinasi beban lantai.

Gambar 4.32 Momen yang terjadi pada Pelat (lantai ground)

4.4.2.1 Data Perencanaan

Untuk perencanaan diapakai data sebagai berikut :

Mutu beton (f’c) : 35 MPa

Mutu baja (fy) : 400 MPa

132

𝛽1 = 0.85 − 0.05(𝑓 ′ 𝑐 − 28)

7

Tebal pelat yang direncanakan :

- Tebal pelat lantai : 20 cm

- Tebal pelat atap : 20 cm

Tebal selimut beton minimum untuk tulangan, SNI 2847:2013

pasal 7.7.1 :

Beton yang berhubungan dengan tanah dan cuaca

Batang D-19 hingga D-56 ……………….……………50

Batang D16, jarring kawwat polos P16 atatu kawat ulir D16 dan

yang lebih kecil ……………………………................40

Diameter tulangan rencana = 19 mm

4.4.2.2 Tahap Penulangan Pelat

Tahapan yang digunakan dalam menentukan tulangan

lentur plat adalah sebagai berikut:

1. Menentukan data-data d, fy, f’c, dan Mu

2. menentukan harga β1

……………..SNI 2847:2013

pasal (10.2.7.3)

3. Menentukan batasan harga tulangan dengan menggunakan

rasio tulangan yang disyaratkan sebagai berikut :

………..SNI 2847:2013 lampiran

B (8.4.2)

025.0max …….…………..SNI 2847:2013 pasal (21.5.2.1)

b 75.0max ……………..SNI 2847:2013 lampiran B (10.3.3)

……………..SNI 03-2847-2013 pasal (7.12.2.1)

4. Menentukan harga m

fyfy

cfb

600

600'185.0

𝜌 min = 0.002

'85.0 fc

fym

133

5. Menentukan Rn

2bd

MuRn

Diketahui harga Ø = 0.75… SNI 2847:2013 pasal (9.3.2.7)

6. Rasio tulangan yang dibutuhkan :

Dimana :

7. Menentukan luas tulangan (AS) dari ῤ yang didapat

8. Menentukan spasi maksimum antar tulangan

S < 450 mm M ……….........SNI 2847:2013 pasal (7.6.5)

S < 3 x h …………......…..SNI 2847:2013 pasal (7.6.5)

9. Jumlah tulangan tiap meter (n) = ASperlu /As tulangan

10. Jarak tulangan (s) = 1000/n

4.4.2.3 Perencanaan Tulangan Pelat Lantai Jalur Kolom

Arah Sumbu X

Tabel 4.22 Momen plat lantai

Column Strip (Arah x) Mu

(Tonf-m)

Mu

(Nmm)

Tumpuan -24,0509 24050900

Lapangan 23,5079 23507900

Tebal decking = 20 mm

Diameter tulangan utama = 19 mm

Tebal Drop Panel = 150 mm

fy

xmxRn

m

211

1

bxd

As

min < pakai < max

dxxbAs

134

𝛽1 = 0.85 − 0.05(𝑓 ′ 𝑐 − 28)

7

fyfy

fcb

600

600'85.0 1

Tebal Plat Lantai = 200 mm

b = 1000 mm

d = dx = 200 – 20 – (0,5 x 19) = 170,5 mm

dy = 200 – 20 – 19 – (0,5 x 19) = 151,5 mm

Gambar 4.33 Potongan Memanjang Pelat

β1 = 0.8

ρb = 0.0357

ρmax = 0,025

ρmax = 0,75 ρb = 0,026775

ρmin = 0,002

Tulangan Tumpuan

Direncanakan menggunakan tulangan D19

b = 1000 mm

dx = 170,5 mm

Mu = 24050900 Nmm

596,45,17010009,0

24050900 x 0,5)-(1

dxb0,9

Mu Rn

22

13,445350,85

400

fc'0,85

fym

135

0125,0400

596,4445,13211

13,445

1

fy

Rnm211

m

1ρ perlu

ρ max = 0,0267 > ρ pakai = 0,0125 > ρmin = 0,002 dipakai ρperlu

sehingga didapatkan tulangan perlu sebesar :

Asperlu dbρ

2mm21395,17010000,0125

Dipasang tulangan D19 sebanyak 8 buah

Jarak tulangan = 1000/8 = 125 mm

Maka dipasang tulangan D19-125 ( As = 2268 mm2 )

Perhitungan tulangan tekan

Persyaratan SNI 2847:2013 menyatakan bahwa luasan tulangan

serat bawah tidak boleh kurang dari 1/3 luasan atas.

Asmin ≥ 1/3 As

Asmin ≥ 1/3 x 2268

Asmin ≥ 714

As’perlu dbρ 2mm21395,17010000,0125

Maka untuk tulangan tekan (tulangan bawah) dipasang tulangan

sejumlah D19-150 ( As’ =2010,6 mm2)

Tulangan Lapangan

Direncanakan menggunakan tulangan D19

b = 1000 mm

dx = 170,5 mm

Mu = 23507900 Nmm

493,45,17010009,0

23510000 x 0,5)-(1

dxb0,9

Mu Rn

22

136

13,445350,85

400

fc'0,85

fym

0122,0400

493,4445,13211

13,445

1

fy

Rnm211

m

1ρ perlu

ρ max = 0,0267 > ρ pakai = 0,0122 > ρmin = 0,002 dipakai ρperlu

sehingga didapatkan tulangan perlu sebesar :

Asperlu dbρ

2mm20875,17010000,0122

Dipasang tulangan D19 sebanyak 8 buah

Jarak tulangan = 1000/8 = 125 mm

Maka dipasang tulangan D19-125 ( As = 2268 mm2 )

Perhitungan tulangan tekan

Persyaratan SNI 2847:2013 menyatakan bahwa luasan tulangan

serat bawah tidak boleh kurang dari 1/3 luasan atas.

Asmin ≥ 1/3 As

Asmin ≥ 1/3 x 2268

Asmin ≥ 714

As’perlu dbρ 2mm21395,17010000,0125

Maka untuk tulangan tekan (tulangan bawah) dipasang tulangan

sejumlah D19-150 ( As’ =2010,6 mm2)

137

4.4.2.4 Perencanaan Tulangan Pelat Lantai Jalur Tengah

Arah Sumbu X

Tabel 4.23 Momen plat lantai

Middle Strip (Arah x) Mu

(Knm)

Mu

(Nmm)

Tumpuan -48,515 48515000

Lapangan 114,735 114735000

Tebal decking = 20 mm

Diameter tulangan utama = 19 mm

Tebal Drop Panel = 150 mm

Tebal Plat Lantai = 200 mm

b = 1000 mm

d = 200 – 20 – (0,5 x 19) = 170,5 mm

d’= 200 – 170,5 = 29,5 mm

Dari perhitungan pada sebelumnya didapatkan :

ρbalance = 0,0389

ρmax = 0,02923

ρmin = 0,00395

m = 11,7647

Tulangan Tumpuan

Direncanakan menggunakan tulangan D19

b = 1000 mm

dx = 170,5 mm

Mu = 48515000 Nmm

6144,05,17010009,0

48515000 x 0,5)-(1

dxb0,9

Mu Rn

22

11,7647400,85

400

fc'0,85

fym

138

0016,0400

6144,07647,11211

11,7647

1

fy

Rnm211

m

1ρ perlu

001757,0

5,170100029,5-170,54009,0

48515000 x 0,5

d'-dxfy

Muρ'

dxb

ρ pakai = 0,0016 + 0,001757 = 0,003308 < ρmin = 0,00395 dipakai

ρmin sehingga didapatkan tulangan perlu sebesar :

Asperlu dbρ

2mm532,8775,17010000,00395

Maka dipasang tulangan D19-150 ( As = 1005,3096 mm2 )

Perhitungan tulangan tekan

Persyaratan SNI 2847:2013 menyatakan bahwa luasan tulangan

serat bawah tidak boleh kurang dari 1/3 luasan atas.

Asmin ≥ 1/3 As

Asmin ≥ 1/3 1005,3096

Asmin ≥ 335,1032

As’perlu dbρ'

2mm235,3955,17010000,001757

Maka untuk tulangan tekan (tulangan bawah) dipasang tulangan

sejumlah D19-300 ( As’ =804,25 mm2)

Tulangan Lapangan

Direncanakan menggunakan tulangan D19

b = 1000 mm

dx = 170,5 mm

Mu = 114735000 Nmm

139

455,15,17010009,0

114735000 x 0,5)-(1

dxb0,9

Mu Rn

22

11,7647400,85

400

fc'0,85

fym

0037,0400

455,17647,11211

11,7647

1

fy

Rnm211

m

1ρ perlu

0041625,0

5,170100029,5-170,54009,0

114735000 x 0,5

d'-dxfy

Muρ'

dxb

ρ pakai = 0,0037 + 0,0041625 = 0,00788 > ρmin = 0,00395 dipakai

ρperlu sehingga didapatkan tulangan perlu sebesar :

Asperlu dbρ

2mm696,17495,17010000,00788

Maka dipasang tulangan D19-150 ( As = 2010,619 mm2 )

Perhitungan tulangan tekan

Persyaratan SNI 2847:2013 menyatakan bahwa luasan tulangan

serat bawah tidak boleh kurang dari 1/3 luasan atas.

Asmin ≥ 1/3 As

Asmin ≥ 1/3 2010,619

Asmin ≥ 670,2064

As’perlu dbρ'

2mm09375,9245,17010000,0041625

Maka untuk tulangan tekan (tulangan bawah) dipasang tulangan

sejumlah D19-300 ( As’ =1005,3 mm2)

140

4.4.2.5 Perencanaan Tulangan Pelat Lantai Jalur Kolom

Arah Sumbu Y

Tabel 4.24 Momen plat lantai

Column Strip (Arah y) Mu

(Knm)

Mu

(Nmm)

Tumpuan -89,186 89186000

Lapangan 37,39114 37391140

Tebal decking = 20 mm

Diameter tulangan utama = 22 mm

Tebal Drop Panel = 150 mm

Tebal Plat Lantai = 200 mm

b = 1000 mm

d = 200 – 20 – (0,5 x 22) = 169 mm

d’= 200 - 169 = 31 mm

Dari perhitungan pada sebelumnya didapatkan :

ρbalance = 0,0389

ρmax = 0,02923

ρmin = 0,00395

m = 11,7647

Tulangan Tumpuan

Direncanakan menggunakan tulangan D22

b = 1000 mm

dx = 169 mm

Mu = 89186000 Nmm

131,116910009,0

89186000 x 0,5)-(1

dxb0,9

Mu Rn

22

11,7647400,85

400

fc'0,85

fym

141

0029,0400

131,17647,11211

11,7647

1

fy

Rnm211

m

1ρ perlu

003235,0

169100031-1694009,0

89186000 x 0,5

d'-dxfy

Muρ'

dxb

ρ pakai = 0,0029 + 0,003235 = 0,006111 > ρmin = 0,00395 dipakai

ρperlu sehingga didapatkan tulangan perlu sebesar :

Asperlu dbρ

2mm835,135616910000,006111

Maka dipasang tulangan D22-150 ( As = 1608,495 mm2 )

Perhitungan tulangan tekan

Persyaratan SNI 2847:2013 menyatakan bahwa luasan tulangan

serat bawah tidak boleh kurang dari 1/3 luasan atas.

Asmin ≥ 1/3 As

Asmin ≥ 1/3 1608,495

Asmin ≥ 536,165

As’perlu dbρ'

2mm315,71816910000,003235

Maka untuk tulangan tekan (tulangan bawah) dipasang tulangan

sejumlah D22-300 ( As’ =804,25 mm2)

Tulangan Lapangan

Direncanakan menggunakan tulangan D22

b = 1000 mm

dx = 169 mm

Mu = 37391140 Nmm

142

4742,016910009,0

37391140 x 0,5)-(1

dxb0,9

Mu Rn

22

11,7647400,85

400

fc'0,85

fym

0012,0400

4742,07647,11211

11,7647

1

fy

Rnm211

m

1ρ perlu

00135,0

169100031-1694009,0

37391140 x 0,5

d'-dxfy

Muρ'

dxb

ρ pakai = 0,0012 + 0,00135 = 0,00255 < ρmin = 0,00395 dipakai

ρmin sehingga didapatkan tulangan perlu sebesar :

Asperlu dbρ

2mm532,87716910000,00395

Maka dipasang tulangan D22-150 ( As = 1608,495 mm2 )

Perhitungan tulangan tekan

Persyaratan SNI 2847:2013 menyatakan bahwa luasan tulangan

serat bawah tidak boleh kurang dari 1/3 luasan atas.

Asmin ≥ 1/3 As

Asmin ≥ 1/3 1005,3096

Asmin ≥ 335,1032

As’perlu dbρ'

2mm152,30116910000,00135

Maka untuk tulangan tekan (tulangan bawah) dipasang tulangan

sejumlah D22-300 ( As’ = 804,25 mm2)

143

4.4.2.6 Perencanaan Tulangan Pelat Lantai Jalur Tengah

Arah Sumbu Y

Tabel 4.25 Momen plat lantai

Middle Strip (Arah y) Mu

(Knm)

Mu

(Nmm)

Tumpuan -87,869 87869630

Lapangan 65,175 65175000

Tebal decking = 20 mm

Diameter tulangan utama = 22 mm

Tebal Drop Panel = 150 mm

Tebal Plat Lantai = 200 mm

b = 1000 mm

d = 200 – 20 – (0,5 x 22) = 169 mm

d’= 200 - 169 = 31 mm

Dari perhitungan pada sebelumnya didapatkan :

ρbalance = 0,0389

ρmax = 0,02923

ρmin = 0,00395

m = 11,7647

Tulangan Tumpuan

Direncanakan menggunakan tulangan D22

b = 1000 mm

dx = 169 mm

Mu = 87869630 Nmm

1143,116910009,0

87869630 x 0,5)-(1

dxb0,9

Mu Rn

22

11,7647400,85

400

fc'0,85

fym

144

0028,0400

1143,17647,11211

11,7647

1

fy

Rnm211

m

1ρ perlu

003187,0

169100031-1694009,0

87869630 x 0,5

d'-dxfy

Muρ'

dxb

ρ pakai = 0,0028 + 0,003187 = 0,00602 > ρmin = 0,00395 dipakai

ρperlu sehingga didapatkan tulangan perlu sebesar :

Asperlu dbρ

2mm64568,133616910000,00602

Maka dipasang tulangan D22-300 ( As = 1608,495 mm2 )

Perhitungan tulangan tekan

Persyaratan SNI 2847:2013 menyatakan bahwa luasan tulangan

serat bawah tidak boleh kurang dari 1/3 luasan atas.

Asmin ≥ 1/3 As

Asmin ≥ 1/3 1608,495

Asmin ≥ 536,165

As’perlu dbρ'

2mm7128,70716910000,003187

Maka untuk tulangan tekan (tulangan bawah) dipasang tulangan

sejumlah D22-450 ( As’ =804,25 mm2)

Tulangan Lapangan

Direncanakan menggunakan tulangan D16

b = 1000 mm

dx = 169 mm

145

Mu = 65175000 Nmm

827,016910009,0

65175000 x 0,5)-(1

dxb0,9

Mu Rn

22

11,7647400,85

400

fc'0,85

fym

002,0400

827,07647,11211

11,7647

1

fy

Rnm211

m

1ρ perlu

002365,0

169100031-1694009,0

65175000 x 0,5

d'-dxfy

Muρ'

dxb

ρ pakai = 0,002 + 0,002365 = 0,00445 > ρmin = 0,00395 dipakai

ρperlu sehingga didapatkan tulangan perlu sebesar :

Asperlu dbρ

2mm3628,98916910000,00445

Maka dipasang tulangan D22-300 ( As = 1608,495 mm2 )

Perhitungan tulangan tekan

Persyaratan SNI 2847:2013 menyatakan bahwa luasan tulangan

serat bawah tidak boleh kurang dari 1/3 luasan atas.

Asmin ≥ 1/3 As

Asmin ≥ 1/3 1005,3096

Asmin ≥ 335,1032

As’perlu dbρ'

2mm927,52416910000,002365

Maka untuk tulangan tekan (tulangan bawah) dipasang tulangan

sejumlah D22-450 ( As’ =804,25 mm2)

146

Tabel 4.26 Penulangan plat

Arah

Penulangan

Posisis Tulangan Penulangan

Arah X Tumpuan

Column

Strip

Tarik D19 - 125

Tekan D19 - 150

Lapangan

Column

Strip

Tarik D19 - 125

Tekan D19 - 150

Tumpuan

Middle

Strip

Tarik D19 - 150

Tekan D19 - 300

Lapangan

Middle

Strip

Tarik D19 - 150

Tekan D19 - 300

Arah Y Tumpuan

Column

Strip

Tarik D22 - 150

Tekan D22 – 300

Lapangan

Column

Strip

Tarik D22 - 150

Tekan D22 - 300

Tumpuan

Middle

Strip

Tarik D22 - 300

Tekan D22 - 450

Lapangan

Middle

Strip

Tarik D22 - 300

Tekan D22 - 450

147

4.4.2.7 Pemeriksaan Tebal Pelat Berdasarkan Syarat Gaya

Geser

Dalam perencanaan pelat tanpa balok, pemeriksaan tebal

pelat berdasarkan syarat geser perlu dilakukan. Hal ini

dimaksudkan untuk menjamin tersedianya kekuatan geser yang

cukup.

Tabel 4.27 Nilai Vu dan Mu Hasil ETABS

Kolom Interior

(mm)

Vu

(N)

Mu

(N-mm)

900x900 440480 521540005

800x800 363329,3 293873600

700x700 258481,7 416556600

Tabel 4.28 Nilai Vu dan Mu Hasil ETABS

Kolom Eksterior

(mm)

Vu

(N)

Mu

(N-mm)

900x900 185627,2 205248500

800x800 173692 36305900

700x700 175272,8 250200500

148

a. Kolom 900x900 Interior

Gambar 4.34 Letak Bidang Kritis Kolom Interior

Vu = 440480 N

Pelat = 250 mm

Drop Panel = 150 mm

Selimut = 20 mm

C1,C2 = 900 mm

αs kolom interior = 40 mm

αs kolom eksterior = 30 mm

d 2

161620150250

356mm

bo dCdC 212

3569003569002

5024mm

Ao dbo

3565024

21788544mm

149

Vc 6

'21

dbofc

c

Vc 5N5655872,73

Vc 12

'2

dbofc

bo

ds

N389,4557120

Vc '3

1fcdbo

Vc 4N3770581,82

Vc menentukan 4N3770581,82

Vu(terjadi) = 440480 N

Vu(terjadi) < Vc (tidak butuh tulangan geser)

b. Kolom 800x800 Interior

Vu = 363329,3 N

Pelat = 250 mm

Drop Panel = 150 mm

Selimut = 20 mm

C1,C2 = 900 mm

d 2

161620150250

356mm

bo dCdC 212

3567003567002

4224mm

Ao dbo

3564224

21503744mm

Vc 6

'21

dbofc

c

Vc 8N4755256,05

150

Vc 12

'2

dbofc

bo

ds

N83,4256914

Vc '3

1fcdbo

Vc 5N3170170,70

Vc menentukan 4N3770581,82

Vu(terjadi) = 363329,3 N

Vu(terjadi) < Vc (tidak butuh tulangan geser)

c. Kolom 700x700 Interior

Vu = 258481,7 N

Pelat = 250 mm

Drop Panel = 150 mm

Selimut = 20 mm

C1,C2 = 900 mm

d 2

161620150250

356mm

bo dCdC 212

3566003566002

3824mm

Ao dbo

3563824

21361344mm

Vc 6

'21

dbofc

c

Vc 9N4304947,71

Vc 12

'2

dbofc

bo

ds

151

N05,4106812

Vc '3

1fcdbo

Vc 6N2869965,14

Vc menentukan 6N2869965,14

Vu(terjadi) = 258481,7 N

Vu(terjadi) < Vc (tidak butuh tulangan geser)

d. Kolom 900x900 Eksterior

Gambar 4.35 Letak Bidang Kritis Kolom Eksterior

Vu = 185627,2 N

Pelat = 250 mm

Drop Panel = 150 mm

Selimut = 20 mm

C1,C2 = 900 mm

d 2

161620150250

356mm

152

bo dCdC 22

112

3569001789002

4668mm

Ao dbo

3564668

21661808mm

Vc 6

'21

dbofc

c

Vc 4N5255098,31

Vc 12

'2

dbofc

bo

ds

N546,3755571

Vc '3

1fcdbo

Vc 6N3503398,87

Vc menentukan 6N3503398,87

Vu(terjadi) = 185627,2 N

Vu(terjadi) < Vc (tidak butuh tulangan geser)

e. Kolom 800x800 Eksterior

Vu = 173692 N

Pelat = 250 mm

Drop Panel = 150 mm

Selimut = 20 mm

C1,C2 = 900 mm

d 2

161620150250

356mm

bo dCdC 22

112

3567001787002

153

3868mm

Ao dbo

3563868

21377008mm

Vc 6

'21

dbofc

c

Vc 6N4354481,63

Vc 12

'2

dbofc

bo

ds

N597,3380314

Vc '3

1fcdbo

Vc 8N2752884,97

Vc menentukan 8N2752884,97

Vu(terjadi) = 173692 N

Vu(terjadi) < Vc (tidak butuh tulangan geser)

f. Kolom 700x700 Eksterior

Vu = 175272,8 N

Pelat = 250 mm

Drop Panel = 150 mm

Selimut = 20 mm

C1,C2 = 900 mm

d 2

161620150250

356mm

bo dCdC 22

112

3566001786002

3468mm

Ao dbo

3563468

154

21234608mm

Vc 6

'21

dbofc

c

Vc 7N3904173,29

Vc 12

'2

dbofc

bo

ds

N207,3305263

Vc '3

1fcdbo

Vc 8N2602782,19

Vc menentukan 8N2602782,19

Vu(terjadi) = 175272,8 N

Vu(terjadi) < Vc (tidak butuh tulangan geser)

4.4.2.8 Pelimpahan Momen dan Gaya Geser pada

Pertemuan Pelat dan Kolom

Gambar 4.36 Distribusi Tegangan Geser (SNI 2847:2013)

155

Menurut SNI 2847:2013 Pasal 11.11.7.1, dalam

perencanaan pelat tanpa balok penumpu diperlukan peninjauan

terhadap momen tak berimbang pada muka kolom penumpu,

sehingga apabila beban gravitasi, angin, gempa atau beban lateral

lainnya menyebabkan terjadinya perpindahan momen antara pelat

dan kolom, maka dari sebagian momen yang tak berimbang harus

dilimpahkan sebagai lentur pada keliling kolom dan sebagian

menjadi tegangan geser eksentris.

a. Kolom 900x900 Interior

Vu = 440480 N

= 44048 kg

Mu = 521540000 Nmm

= 52154 kgm

Ao 21788544mm 21,788544m

d 356mm

c1,c2 + d 356900

1256mm

Cab 125621

628mm

Jc 266

dcd2

12

33dcdcdddc

Jc 2

256,1256,1356,0

6

356,0256,1

6

1,2560,356233

Jc 4244569,0 m

v

dc

dc

2

1

3

21

1-1

156

256,1

256,1

3

21

1-1

0,4

VuAB Jc

CabMuv

Ao

Vu

47969,0

628,0521544,0

1,788544

44048

Nkg 9,78195889,78195

VuCD Jc

CabMuv

Ao

Vu

47969,0

628,0521544,0

1,788544

44048

Nkg 2894022,28940

Vuperlu Nkg 9,78195889,78195

Vc dbofc '17,0

Vc 1442248N

Vu < Vc (tidak butuh tulangan geser)

b. Kolom 800x800 Interior

Vu = 363329,3 N

= 36332,93 kg

Mu = 293873600 Nmm

= 29387,36 kgm

Ao 21503744mm 21,503744m

d 356mm

c1,c2 + d 356700

1056mm

Cab 105621

528mm

157

Jc 266

dcd2

12

33dcdcdddc

Jc 2

056,1056,1356,0

6

356,0056,1

6

1,0560,356233

Jc 4147681,0 m

v

dc

dc

2

1

3

21

1-1

256,1

256,1

3

21

1-1

0,4

VuAB Jc

CabMuv

Ao

Vu

147681,0

528,036,293874,0

1,503744

36332,93

Nkg 10387833,103878

VuCD Jc

CabMuv

Ao

Vu

147681,0

528,036,293874,0

1,503744

36332,93

Nkg 4529399,45293

Vuperlu Nkg 10387833,103878

Vc dbofc '17,0

Vc 1212590N

Vu < Vc (tidak butuh tulangan geser)

158

c. Kolom 700x700 Interior

Vu = 258481,7 N

= 25848,17 kg

Mu = 416556600 Nmm

= 41655,66 kgm

Ao 2mm1361344 21,361344m

d 356mm

c1,c2 + d 356600

956mm

Cab 95621

8mm47

Jc 266

dcd2

12

33dcdcdddc

Jc 2

956,0956,0356,0

6

356,0956,0

6

0,9560,356233

Jc 4110871,0 m

v

dc

dc

2

1

3

21

1-1

256,1

256,1

3

21

1-1

0,4

VuAB Jc

CabMuv

Ao

Vu

110871,0

478,066,416554,0

1,361344

25848,17

Nkg 1,90823881,90823

159

VuCD Jc

CabMuv

Ao

Vu

110871,0

478,066,416554,0

1,361344

25848,17

Nkg 5284933,52849

Vuperlu Nkg 1,90823881,90823

Vc dbofc '17,0

Vc 1097762N

Vu < Vc (tidak butuh tulangan geser)

4.4.3 Perencanaan Drop Panel

Drop panel memiliki fungsi utama untuk mengurangi

tegangan geser di sekitar kolom. Setelah dilakukan pengujian

terhadap tegangan geser pons pada pelat di sekitar kolom, ternyata

hasilnya melebihi syarat tegangan geser pons. Agar struktur tidak

mengalami retak akibat geser pons, maka dipasang drop panel

setebal 15 cm.

Gambar 4.37 Denah Struktur Drop Panel

Dimensi Drop Panel:

Panjang : 2,6 m

Lebar : 2,6 m

Tinggi : 15 cm

B = 1000 mm

160

fyfy

fcb

600

600'85.0 1

d = dx = 150 – 20 – (0,5 x 19) = 120,5 mm

dy = 150 – 20 – 19 – (0,5 x 19) = 101,5 mm

150 d dy

Gambar 4.38 Potongan Memanjang Drop Panel

4.4.3.1 Perhitungan Tulangan Drop Panel

Pembebanan pada Drop Panel:

- Beban Mati (DL)

Plat = 0,2 × 2400 = 480 kg/m2

Tegel = 24 kg/m2

Plafond = 11 kg/m2

Penggantung = 7 kg/m2

Spesi = 21 kg/m2

Dackting + Plumbing = 25 kg/m2 +

Beban mati (qD) = 568 kg/m2

- Beban Hidup (qL) (SNI 1727:2013)

Berat pelat lantai = 195,8 kg/m2

Gaya dalam yang diterima drop panel, output dari program bantu

ETABS adalah:

M (+) = 29,517 ton.m = 295170000 Nmm

M (-) = -52,383 ton.m = 523830000 Nmm

Penulangan Momen positif (M+)

β1 = 0.8

ρb = 0.0357

ρmax = 0,025

ρmax = 0,75 ρb = 0,026775

161

fyfy

fcb

600

600'85.0 1

ρmin = 0,002

Direncanakan menggunakan tulangan D19

b = 1000 mm

dx = 120,5 mm

Mu = 295170000 Nmm

641,55,12010009,0

295170000 x 0,5)-(1

dxb0,9

Mu Rn

22

13,445350,85

400

fc'0,85

fym

0158,0400

641,5445,13211

13,445

1

fy

Rnm211

m

1ρperlu

ρ max = 0,0267 > ρ pakai = 0,0158 > ρmin = 0,002 dipakai ρperlu

sehingga didapatkan tulangan perlu sebesar :

Asperlu dbρ

2mm26905,12010000,0158

Dipasang tulangan D19 sebanyak 10 buah

Jarak tulangan = 1000/10 = 100 mm

Maka dipasang tulangan D19-100 ( As = 2836 mm2 )

Penulangan Momen negatif (M-)

β1 = 0.8

ρb = 0.0357

ρmax = 0,025

ρmax = 0,75 ρb = 0,026775

ρmin = 0,002

Direncanakan menggunakan tulangan D19

162

b = 1000 mm

dx = 120,5 mm

Mu = 523830000 Nmm

02,105,12010009,0

523830000 x 0,5)-(1

dxb0,9

Mu Rn

22

13,445350,85

400

fc'0,85

fym

0319,0400

02,10445,13211

13,445

1

fy

Rnm211

m

1ρperlu

ρmin = 0,002 < ρ max = 0,0267 < ρ pakai = 0,0158 dipakai ρmax

sehingga didapatkan tulangan perlu sebesar :

Asperlu dbρ

2mm32275,12010000,0267

Dipasang tulangan D19 sebanyak 12 buah

Jarak tulangan = 1000/12 = 80 mm

Maka dipasang tulangan D19-80 ( As = 3402,34 mm2 )

4.4.4 Perencanaan Kolom

Kolom merupakan struktur vertikal yang memikul beban

gravitasi dan gempa serta meneruskannya beban struktur di atasnya

ke elemen struktur di bawahnya. Dalam tugas akhir ini,

direncanakan dimensi dan tipe kolom dibagi menjadi 3 tipe setiap

5 lantai.

163

4.4.4.1 Data Perencanaan

Gambar 4.39. Potongan Rangka

Data kolom perencanaan dimensi kolom tersebut adalah sebagai

berikut :

Mutu beton (f’c) : 40 MPa

Mutu tulangan lentur (fy) : 390 MPa

Mutu tulangan geser tump (fys) : 690 MPa (Grade 100)

Mutu tulangan geser lap (fys) : 390 MPa

Dimensi kolom A (Lt.11-atap) : 70/70 cm

Dimensi kolom B (Lt 6-10) : 80/80 cm

Dimensi kolom C (Lt. Ground - 5) : 90/90 cm

Tebal decking : 50 mm

Tinggi kolom : 300 cm

164

Sebagai contoh, diambil analisa pada kolom dengan gaya dalam

terbesar yaitu Kolom C. Data kolom perencanaan dimensi kolom

C tersebut adalah sebagai berikut :

Dimensi kolom : 90/90 cm

Diameter tulangan utama (D) : 25 mm

Dengan menggunakan program ETABS diperoleh besarnya gaya

dalam pada Kolom A adalah sebagai berikut:

Tabel 4.29. Gaya tekan dan momen Kolom A pada berbagai

kombinasi beban

Kombinasi Beban Pu (kN) Mu1 (kNm) Mu2 (kNm)

1,4D 1552,0 42,77 30,08

1,2D+1,6L 1772,7 45,25 42,73

(1,2+0,2SDS)D+L±E 2343,3 153,19 150,47

(0,9-0,2SDS)D+L±E 1103,6 132,44 133,67

Envelope 2343,3 153,19 150,47

Dan gaya geser dan torsi ultimate sebagai berikut:

Vu1 = 137,78 kN

Vu2 = 78,33 kN

Tu = 2,594 kNm

4.4.4.2 Kontrol Dimensi Kolom

Persyaratan pada SNI 2847:2013 pasal 21.6.1:

Kolom sebagai penahan gaya aksial dan gempa

Pu > Agf’c/10

9246 > 900x900x35/10 = 2560 kN (OK)

Kontrol dimensi kolom:

Penampang terpendek = 900 mm > 300 mm (OK)

Ratio b/h = 900/900 = 1 > 0,4 (OK)

165

4.4.4.3 Penulangan Longitudinal Kolom

Gambar 4.40. Diagram Interaksi Aksial – Momen Kolom

Rasio tulangan longitudinal harus memenuhi syarat SNI

2847:2013 pasal 10.9.1 yaitu antara 1%- 8%. Dengan program

bantu spColumn, berdasarkan kombinasi beban pada Tabel 4.12,

maka kolom memerlukan:

Tulangan longitudinal 12D25, dengan ρ = 1,27 % (OK)

4.4.4.4 Kontrol Kapasitas Beban Aksial Kolom

Sesuai SNI 2847:2013 Pasal 12.3.5.2, kapasitas beban

aksial kolom tidak boleh kurang dari beban aksial terfaktor hasil

analisa struktur.

𝜙𝑃𝑛(𝑚𝑎𝑥) = 0,8𝜙(0,85 × 𝑓′𝑐 × (𝐴𝑔 − 𝐴𝑠𝑡) + 𝑓𝑦 × 𝐴𝑠𝑡))

= 0,8 × 0,65 × (0,85 × (35) × (900 × 900 −

28 × 510) + 400 × 28 × 510)

= 12824 KN ≥ 𝑃𝑢 = 9246 KN (OK)

166

4.4.4.5 Kontrol Gaya Geser Rencana

Gaya geser rencana, Ve, untuk menentukan kebutuhan

tulangan geser kolom menurut SNI 2847:2013 pasal 21.6.5.1,

harus ditentukan dari peninjauan terhadap gaya gaya maksimum

yang dapat dihasilkan di muka-muka pertemuan-pertemuan

(joints) di setiap ujung komponen struktur.

Dengan bantuan spColumn, dengan fs = 1,25fy, didapat:

Mprc = 782 kNm

kNL

MV

n

prc

e 33,12670,3

190122

Gaya geser balok :

Mprb+ = 315,70 kNm

Mprb- = 383,47 kNm

kNV

V

ll

l

l

MMV

u

u

prpr

u

06,233

)0,30,3(

0,3

0,3

47,3837,3152

221

2

1

Gaya geser dari analisa struktur:

kNVu 39,15833,7866,137 22

Nilai gaya geser diambil nilai terbesar dari ketiga nilai di

atas yaitu 1267,33 kN.

4.4.4.6 Penulangan Geser Kolom

Daerah sendi plastis menurut SNI 2847:2013 ps.

21.6.4.1:

l0 ≥ h = 900 mm

l0 ≥ ln/6 = 3000/6 = 500 mm

l0 ≥ 450 mm

diambil l0 = 900 mm

Spasi daerah sendi plastis menurut SNI 2847:2013 ps.

21.6.4.3:

s ≤ b/4 = 900/4 = 225 mm

167

s ≤ 6Db = 6 x 25 = 150 mm

hx = (600 – 2x50 – 16)/2 = 342 mm < 350 mm (OK)

mmh

s x 7,1023

342350100

3

350100

100 mm ≤ s ≤ 150 mm

diambil spasi daerah sendi plastis = 100 mm

Luas tulangan geser yang diperlukan menurut SNI

2847:2013 ps. 21.6.4.4:

1

'3,0

ch

g

yt

ccsh

A

A

f

fsbA

275,3651490000

640000

690

406811003,0 mm

yt

cc

shf

fsbA

'09,0

244,358690

4068110009,0 mm

diambil nilai Ash yang terbesar yaitu 365,75 mm2

Maka untuk daerah sendi plastis sepanjang 800mm dari

muka joint, dipasang D19-100 Grade 100 (Ash = 398,2 mm2)

Mengingat beban aksial terfaktor kolom eksterior

minimal 9246 kN > 2560 kN, maka Nilai Vc diambil sesuai SNI

2847:2013 pasal 11.2.1.2.

dbfA

NV wc

g

u

c '14

117,0

kN43,32074280040164000014

9246000117,0

kNs

dfAV

ys

s 8,2042100

7426902,398

)43,3208,2042(75,0)( CS VV

kNVkN u 33,12674,1707 (OK)

168

Karena Vu ≥ ϕVc maka kebutuhan tulangan di luar daerah

sendi plastis yaitu:

kNVV

V cu

S 34,136975,0

43,32075,033,1267

2

'

1 8,8103901200

10008004075

1200

75mm

f

bSfA

y

c

V

2

2 7,6833903

1000800

3mm

f

bSA

y

V

2

3 4,4722742390

100034,1369mm

df

SVA

y

S

V

diambil Av = 4722,4 mm2

Jarak tulangan:

Dipasang sengkang 4 kaki D19

mmA

SDns

V

3,1704,4722

10001641441 22

Spasi sengkang untuk daerah di luar sendi plastis

menurut SNI 2847:2013 pasal 21.6.4.5:

s ≤ b = 800 mm

s ≤ 48Ds = 48 x 16 = 768 mm

s ≤ 6Db = 6 x 32 = 162 mm

s ≤ 150 mm

diambil s = 150 mm

Maka di luar daerah sendi plastis digunakan sengkang

D19-150.

4.4.4.7 Kontol Penulangan Torsi

Pengaruh puntir terbesar yang dapat diabaikan menurut

SNI 2847:2013 pasal 11.5.2: 2640000800800 mmAcp

mmpcp 3200)800800(2

169

'33,01'33,0

2

cg

u

cp

cp

cufA

N

p

AfT

4064000033,0

92460001

2400

6400004033,075,0

2

kNm14,567

kNmkNmTU 14,567594,2 (OK)

Maka tulangan torsi dapat diabaikan.

4.4.4.8 Rekapitulasi Analisa Struktur Kolom

Rekapitulasi hasil analisa struktur dan penulangan seluruh tipe

kolom ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 4.30. Rekapitulasi Penulangan Kolom

Ket Kol A Kol B Kol C

Dimensi 70/70 cm 80/80 cm 90/90 cm

Tulangan

longitudinal 12D25 12D25 12D25

Sengkang

tumpuan

4D19-100

Grade 100

4D19-100

Grade 100

4D19-100

Grade 100

Sengkang

lapangan 4D19-200 4D19-200 4D19-200

4.4.5 Perencanaan Dinding Geser

Dinding geser (shearwall) dalam struktur gedung

berfungsi untuk menahan gaya geser dan momen yang terjadi

akibat gaya lateral. Dinding geser bekerja sebagai sebuah balok

kantilever vertikal dan dalam menyediakan tahanan lateral, dinding

geser menerima tekan, geser, maupun tekuk. Dalam tugas akhir ini

analisa struktur dinding geser dilakukan untuk mengkaji apakah

dimensi yang direncanakan memenuhi kapasitas yang dibutuhkan

untuk menahan beban.

170

4.4.5.1 Data Perencanaan

Data perencanaan adalah sebagai berikut:

Mutu beton (f’c) = 35 MPa

Mutu baja (fy) = 390 MPa

Bentang dinding geser = 4 m

Tinggi dinding geser = 3 m

Tebal dinding geser = 400 mm

Denah penempatan dinding geser dinding geser

ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 4.41 Denah Penempatan Dinding Geser (Balok Hitam)

Dinding geser harus mempunyai tulangan geser

horisontal dan vertikal. Sebagai contoh perhitungan, akan

direncanakan dinding geser pada lantai dasar. Dari hasil analisa

struktur dengan menggunakan program ETABS didapatkan

kombinasi envelope beban maksimum sebagai berikut:

Tabel 4.31 Output Gaya Dalam Dinding Geser (ETABS)

Kombinasi

Arah X Arah Y

Aksial

(kN)

Geser

(kN)

Momen

(kNm)

Aksial

(kN)

Geser

(kN)

Momen

(kNm)

Envelope 16281,01 3959,54 20790 18301,15 1180.16 55150

4.4.5.2 Kuat Aksial Rencana

Kuat aksial rencana dihitung berdasarkan (SNI

2847:2013 pasal 14.5.2)

171

∅𝑃𝑛 = 0,55∅𝑓′𝑐. 𝐴𝑔 [1 − (𝑘. 𝑙𝑐

32ℎ)

2

]

Di mana:

lc = panjang kolom

h = tebal dinding geser

k = faktor panjang efektif, di mana k = 0,8

Untuk arah X

Pu = 16281,01 kN

Ag = 400 × 6000 = 24×105 mm2

∅𝑃𝑛 = 0,55 × 0,75 × 35 × 24 × 105 [1 − (0,8 × 4000

32 × 400)

2

]

= 27843750 N

= 27843,75 kN > Pu = 16281,01 kN (OK)

Untuk arah Y

Pu = 18301,15 kN

Ag = 400 × 4000 = 16×105 mm2

∅𝑃𝑛 = 0,55 × 0,75 × 30 × 16 × 105 [1 − (0,8 × 4000

32 × 400)

2

]

= 18562500 N

= 18562,5 kN > Pu = 18301,15 kN (OK)

4.4.5.3 Pemeriksaan Tebal Dinding Geser

Tebal dinding dianggap cukup bila dihitung memenuhi

(SNI 2847:2013, pasal 11.9.3)

∅𝑉𝑛 = ∅0,83√𝑓′𝑐. ℎ. 𝑑 ≥ 𝑉𝑢

Di mana:

h = tebal dinding geser

d = 0,8 lw

Untuk arah X

Vu = 3959,54 kN

d = 0,8 × 6000

172

= 4800 mm

∅𝑉𝑛 = ∅0,83√𝑓′𝑐. ℎ. 𝑑

= 0,75 × 0,83√30 × 400 × 4800

= 4909785,005 N

= 4909,785 kN > Vu = 3959,54 kN (OK)

Untuk arah Y

Vu = 1180,16 kN

d = 0,8 × 4000

= 3200 mm

∅𝑉𝑛 = ∅0,83√𝑓′𝑐. ℎ. 𝑑

= 0,75 × 0,83√30 × 400 × 3200

= 3273190,004 N

= 3273,19 kN > Vu = 1180,16 kN (OK)

4.4.5.4 Kuat Geser Beton

Perhitungan kuat geser yang disumbangkan oleh beton

dihitung berdasarkan SNI 2847:2013, pasal 11.9.6

𝑉𝑐 = 0,27𝜆√𝑓′𝑐. ℎ. 𝑑 +𝑁𝑢. 𝑑

4𝑙𝑤

Untuk arah X

Vu = 3959,54 kN

Nu = Pu = 16281,01 kN

lw = 6000 mm

d = 0,8 × 6000

= 4800 mm

𝑉𝑐 = 0,27√30 × 400 × 4800 +16281010 × 4800

4 × 6000

= 5385746,994 N

= 5385,746 kN

0,5ΦVc = 0,5 × 0,75 × 5385,746

= 2019,655 kN < Vu = 3959,54 kN

Maka dibutuhkan tulangan geser horizontal, di mana:

Vn = Vc + Vs

173

Vs = 𝐴𝑣.𝑓𝑦.𝑑

𝑠

Av = luas tulangan horizontal

s = jarak tulangan horizontal

Untuk arah Y

Vu = 1180,16 kN

Nu = Pu = 18301,15 kN

lw = 4000 mm

d = 0,8 × 4000

= 3200 mm

𝑉𝑐 = 0,27√30 × 400 × 3200 +18301150 × 4800

4 × 6000= 5079926,065 N

= 5079,926 kN

0,5ΦVc = 0,5 × 0,75 × 5079,926

= 1904,97 kN > Vu = 1180,16 kN

Maka dibutuhkan tulangan geser horizontal, di mana:

Vn = Vc + Vs

Vs = 𝐴𝑣.𝑓𝑦.𝑑

𝑠

Av = luas tulangan horizontal

s = jarak tulangan horizontal

4.4.5.5 Penulangan Geser Dinding Geser

Sedikitnya harus dipakai dua lapis tulangan bila gaya

geser di dalam bidang dinding di antara dua komponen batas

melebihi 0,17. 𝐴𝑐𝑣. 𝜆√𝑓′𝑐, di mana Acv adalah luas bruto yang

dibatasi oleh tebal badan dan panjang penampang dinding (SNI

2847:2013 pasal 21.9.2.2).

Arah X

0,17. 𝐴𝑐𝑣. 𝜆√𝑓′𝑐 = 0,17 × (6000 × 400) × 1 × √30

= 1676031,026 N

= 1676,031 kN < 3959,54 kN

174

Maka diperlukan minimal dua lapis tulangan

Arah Y

0,17. 𝐴𝑐𝑣. 𝜆√𝑓′𝑐 = 0,17 × (4000 × 400) × 1 × √30

= 1955369,53 N

= 1955,369 kN > 1180,16 kN

Tidak diperlukan dua lapis tulangan

4.4.5.6 Penulangan Geser Horizontal

Sesuai SNI 2847:2013 pasal 11.9.9.2 rasio tulangan geser

horizontal terhadap luas beton bruto penampang vertikal tidak

boleh kurang dari 0,0025.

Arah X

Spasi tulangan geser horizontal tidak boleh melebihi

yang terkecil dari:

a. lw/5 = 6000/5 = 1200 mm

b. 3h = 3 × 400 = 1200 mm

c. 450 mm

Maka dipakai jarak tulangan s = 250 mm

Dipakai tulangan geser horizonta 2D13-200 mm (As =

258 mm2)

ρt =As

h×s=

258

400×250= 0,00258 > 0,0025 (OK)

Vs =Av. fy. d

s

=258×400×4800

250

= 1585152 N

= 1585,152 kN

Vn = Vc + Vs

= 5385,746 + 1585,152

= 6970,899 kN > Vu = 3959,54 kN (OK)

Arah Y

Spasi tulangan geser horizontal tidak boleh melebihi

yang terkecil dari:

a. lw/5 = 4000/5 = 800 mm

175

b. 3h = 3 × 400 = 1200 mm

c. 450 mm

Maka dipakai jarak tulangan s = 250 mm

Dipakai tulangan geser horizontal 2D13-200 mm (As =

258 mm2)

ρt =As

h×s=

258

400×250= 0,00258 > 0,0025 (OK)

Vs =Av.fy.d

s

=258×400×3200

250

= 1320960 N

= 1320,96 kN

Vn = Vc + Vs

= 5079,926 + 1320,96

= 6400,88 kN > Vu = 1180,16 kN (OK)

4.4.5.7 Batas Kuat Geser Tiap Dinding Struktural

Sesuai SNI 2847:2013 pasal 11.9.9.4 rasio luas tulangan

geser vertikal terhadap lus beton bruto penampang vertikal tidak

boleh kurang dari yang lebih besar dari:

0,0025 + 0,5(2,5 −ℎ𝑤

𝑙𝑤)(𝜌𝑡 − 0,0025) dan 0,0025

Arah X

0,0025 + 0,5 (2,5 −4000

6000) (0,00258 − 0,0025) = 0,002574

Spasi tulangan geser vertikal tidak boleh melebihi yang

terkecil dari:

a. lw/5 = 6000/5 = 1200 mm

b. 3h = 3 × 400 = 1200 mm

c. 450 mm

Maka digunakan tulangan geser vertikal 2D13-200 mm

(As = 258 mm2)

𝜌𝑙 =𝐴𝑠

ℎ×𝑠=

258

400×250= 0,00258 > 0,002574 (OK)

176

Arah Y

0,0025 + 0,5 (2,5 −4000

6000) (0,00258 − 0,0025) = 0,002574

Spasi tulangan geser vertikal tidak boleh melebihi yang

terkecil dari:

a. lw/5 = 4000/5 = 800 mm

b. 3h = 3 × 400 = 1200 mm

c. 450 mm

Maka digunakan tulangan geser vertikal 2D13-200 mm

(As = 258 mm2)

𝜌𝑙 =𝐴𝑠

ℎ×𝑠=

258

400×250= 0,00258 > 0,002574 (OK)

4.5 Perencanaan Pondasi

4.5.1 Umum

Pada umumnya pondasi merupakan komponen struktur

pendukung bangunan yang terletak di bagian terbawah dan

berfungsi sebagai elemen terakhir yang meneruskan beban ke

tanah. Dalam perencanaannya, pondasi terdiri dari dua jenis, yaitu

pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dangkal dipakai

untuk struktur dengan beban yang relatif kecil, sedangkan untuk

pondasi dalam dipakai untuk struktur dengan beban yang relatif

besar seperti pada gedung yang berlantai banyak.

Pondasi pada gedung ini direncanakan memakai pondasi

tiang pancang jenis Spun Pile produk dari Jaya Beton. Pada bab

perencanaan pondasi pembahasan meliputi perencanaan jumlah

tiang pancang yang dibutuhkan, perencanaan poer (pile cap) dan

perencanaan sloof (tie beam).

4.5.2 Data Tanah

Data tanah diperlukan untuk merencanakan pondasi

yang sesuai dengan jenis dan kemampuan daya dukung tanah

tersebut. Data tanah didapatkan melalui penyelidikan tanah pada

lokasi dimana struktur tersebut akan dibangun.

177

4.5.3 Spesifikasi Tiang Pancang

Pada perencanaan pondasi gedung ini, digunakan

pondasi tiang pancang jenis spun pile Produk dari PT. Wijaya

Karya Beton.

1. Tiang pancang beton pracetak (precast concrete pile)

dengan bentuk penampang bulat.

2. Mutu beton tiang pancang K-600 (concrete cube

compressive strength is 600 kg/cm2 at 28 days).

Berikut ini, spesifikasi tiang pancang yang akan

digunakan,

Diameter outside (D) : 600 mm

Thickness : 100 mm

Bending momen crack : 17 tm

Bending momen ultimate : 25,5 tm

Allowable axial : 252,7 ton

4.5.4 Daya Dukung

4.5.4.1 Daya Dukung Tiang Pancang Tunggal

Daya dukung pada pondasi tiang pancang ditentukan

oleh dua hal, yaitu daya dukung perlawanan tanah dari unsur dasar

tiang pondasi (Qp) dan daya dukung tanah dari unsur lekatan lateral

tanah (Qr). Sehingga daya dukung total dari tanah dapat

dirumuskan:

Qu = Qp + Qs

Di samping peninjauan berdasarkan kekuatan tanah

tempat pondasi tiang pancang di tanam, daya dukung suatu tiang

juga harus ditinjau berdasarkan kekuatan bahan tiang pancang

tersebut.

Hasil daya dukung yang menentukan yang dipakai

sebagai daya dukung ijin tiang. Perhitungan daya dukung dapat

ditinjau dari dua keadaan, yaitu daya dukung tiang pancang tunggal

yang berdiri sendiri dan daya dukung tiang pancang dalam

kelompok Perhitungan daya dukung tiang pancang ini dilakukan

berdasarkan hasil uji SPT menurut Luciano Decourt.

178

QL = Qp + Qs

Dimana :

QL = Daya dukung tanah maksimum pada pondasi

QP = Resistance ultime di dasar pondasi

QS = Resistance ultime akibat lekatan lateral

Qp = qp . Ap = (Np .K) .Ap

Dimana :

Ap = Luas penampang ujung tiang

Np = Harga rata–rata SPT 4B diatas dasar pondasi dan

4B

dibawah dasar pondasi.

K = Koefisien karakteristik tanah

12 t/m2 = 117,7 kPa, (untuk lempung)

20 t/m2 = 196 kPa, (untuklanau berlempung)

25 t/m2 = 245 kPa, (untuk lanau berpasir)

40 t/m2 = 392 kPa, (untuk pasir)

Qp = Tegangan di ujung tiang

Qs = qs . As = (Ns/3 + 1) . As

Dimana :

qs = Tegangan akibat lekatan lateral dalam t/m2

Ns = Harga rata-rata SPT sepanjang tiang

yang tertanam, dengan batasan ; 3 ≤ N ≤ 50

As = Keliling x panjang tiang yang terbenam

Harga N di bawah muka air tanah harus dikoreksi

menjadi N’ berdasarkan perumusan sebagai berikut (Terzaghi &

Peck):

N’ = 15 + 0,5 (N-15)

Dimana:

N = Jumlah pukulan kenyataan di lapangan untuk di

bawah muka air tanah

179

4.5.4.2 Daya Dukung Tiang Pancang Kelompok

Untuk daya dukung pondasi group,terlebih dahulu

dikoreksi dengan apa yang disebut dengan koefisien efisiensi Ce.

QL (group) = QL (1 tiang) x n x η

dengan n = jumlah tiang dalam group

Daya dukung pondasi kelompok menurut Converse

Labarre adalah:

Efisiensi :

( ή ) = 1 -

nmS

Dtgarc

112

Dimana :

D = diameter tiang pancang

S = jarak antar tiang pancang

m = jumlah baris tiang pancang dalam group

n = jumlah kolom tiang pancang dalam group

4.5.4.3 Repartisi Beban di Atas Tiang Berkelompok

Bila di atas tiang-tiang dalam kelompok yang disatukan

oleh sebuah kepala tiang (poer) bekerja beban-beban vertikal (V),

horizontal (H), dan momen (M), maka besarnya beban vertical

ekivalen (Pv) yang bekerja pada sebuah tiang adalah

2

max

2

maxmax

..

i

y

i

x

x

xM

y

yM

n

VP

Dimana :

Pi= Total beban yang bekerja pada tiang yang ditinjau

ymax= jarak maksimum tiang yang ditinjau dalam arah y

xmax= jarak maksimum tiang yang ditinjau dalam arah x

Σ xi2= jumlah kuadrat jarak tiang pancang terhadap as

poer arah x

Σ yi2 = jumlah kuadrat jarak tiang pancang terhadap as

poer arah y

nilai x dan y positif jika arahnya sama dengan arah e, dan

negatif bila berlawanan dengan arah e.

180

Gambar 4.42 Repartisi beban-beban yang bekerja di atas

kelompok tiang pondasi yang disatukan oleh poer

4.5.5 Perhitungan Tiang Pancang

Dari hasil analisa struktur dengan menggunakan program

bantu ETABS 2016, diambil output reaksi perletakan yang terbesar

dengan hasil ialah sebagai berikut (dalam hal ini, nilai beban yang

dimasukkan bukanlah beban service, tetapi beban awal sebelum

ditambah faktor beban) :

P = 734,133 t

Mux = 4579,64 kgm

Muy = 10658,19 kgm

Hx = 10196,2 kg

Hy = 4409,62 kg

181

4.5.5.1 Daya Dukung Tiang Pancang Tunggal

Dari hasil data tanah yang didapatkan dari Lab Mektan

ITS digunakan contoh untuk kedalaman 18m dengan diameter

tiang pancang 600 mm (lihat Tabel 4.32). Dari data tanah tersebut

kemudian dihitung menggunakan persamaan Luciano Decourt :

QN = Qp + Qs

Dimana:

Qp = (Np K) Ap

= (35,1875 40 0,28274) = 397,961 t

Qs = (Ns/3 + 1) As

= (5,614 +1) 1,8849618,5 = 230,6425 t

QL = Qp + Qs

= 397,961 + 230,6425 = 628,60375 t

QU = t 53,2093

60375,628

S

Q

f

L

Dari hasil Qu yang didapatkan maka rencana jumlah

tiang pancang adalah :

buah 4504,353,209

734,133

Q

P

u

n n

Secara lengkap perhitungan daya dukung tiang pancang

tunggal disajikan dalam tabel berikut ini

182

Gambar 4.43 Grafik Hubungan Qn Tiang Pancang dan

Kedalaman Tanah

Tabel 4.32 Hasil Perhitungan Daya Dukung

D (m) Jenis Tanah N-SPT N' Np K (t/m2) qp Qp Ns qs As Qs Ql Qu

0 LL 0 0 2.375 20 47.500 13.430 3.000 2.000 0.000 0.000 13.430 4.477

1 LL 1.5 1.5 3.300 20 66.000 18.661 3.000 2.000 1.885 3.770 22.431 7.477

2 LL 3 3 4.083 20 81.667 23.091 3.000 2.000 3.770 7.540 30.631 10.210

3 LL 5 5 4.643 20 92.857 26.255 3.000 2.000 5.655 11.310 37.564 12.521

4 LL 7 7 6.643 20 132.857 37.564 3.300 2.100 7.540 15.834 53.398 17.799

5 LL 8 8 8.929 20 178.571 50.490 4.083 2.361 9.425 22.253 72.743 24.248

6 LL 8 8 11.500 20 230.000 65.031 4.643 2.548 11.310 28.813 93.844 31.281

7 LL 14 14 14.286 20 285.714 80.784 5.813 2.938 13.195 38.759 119.543 39.848

8 LL 20 17.5 17.143 20 342.857 96.941 7.111 3.370 15.080 50.824 147.765 49.255

9 LL 27 21 22.214 20 444.286 125.619 8.500 3.833 16.965 65.031 190.650 63.550

10 LL 34 24.5 29.643 20 592.857 167.626 9.955 4.318 18.850 81.396 249.022 83.007

11 LL 39 27 34.643 20 692.857 195.901 11.375 4.792 20.735 99.353 295.254 98.418

12 LP 72 43.5 37.500 25 937.500 265.072 13.846 5.615 22.619 127.017 392.089 130.696

13 LP 105 60 36.357 25 908.929 256.993 17.143 6.714 24.504 164.530 421.523 140.508

14 LP 83 49 36.714 25 917.857 259.518 19.267 7.422 26.389 195.868 455.386 151.795

15 LP 60 37.5 38.571 25 964.286 272.645 20.406 7.802 28.274 220.599 493.244 164.415

16 LL 13 13 40.857 20 817.143 231.042 19.971 7.657 30.159 230.926 461.967 153.989

17 LP 39 27 39.214 25 980.357 277.189 20.361 7.787 32.044 249.530 526.719 175.573

18 LP 65 40 37.571 25 939.286 265.577 21.395 8.132 33.929 275.898 541.475 180.492

19 P 104 59.5 37.571 40 1502.857 424.923 23.300 8.767 35.814 313.971 738.894 246.298

20 P 82 48.5 41.071 40 1642.857 464.507 24.500 9.167 37.699 345.575 810.082 270.027

21 P 60 37.5 42.571 40 1702.857 481.472 25.091 9.364 39.584 370.651 852.122 284.041

22 P 60 37.5 42.214 40 1688.571 477.432 25.630 9.543 41.469 395.759 873.191 291.064

23 P 60 37.5 40.857 40 1634.286 462.083 26.125 9.708 43.354 420.895 882.978 294.326

24 P 60 37.5 42.786 40 1711.429 483.895 26.580 9.860 45.239 446.056 929.951 309.984

25 P 60 37.5 42.786 40 1711.429 483.895 27.000 10.000 47.124 471.239 955.134 318.378

183

Berdasarkan tabel di atas, daya dukung 1 pondasi

berdiameter 600 mm pada kedalaman 18 m adalah:

𝑃𝑖𝑗𝑖𝑛 = 180,49 t

Daya dukung izin pondasi satu tiang diameter 600 mm

berdasarkan mutu bahan adalah:

𝑃𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 = 252,7 t

4.5.5.2 Daya Dukung Tiang Pancang Kelompok

Pondasi tiang pancang direncanakan dengan diameter 60

cm. Jarak dari as ke as antar tiang pancang direncanakan seperti

pada perhitungan di bawah ini :

Untuk jarak antar tiang pancang :

2,5 D ≤ S ≤ 3 D

2,5 × 60 ≤ S ≤ 3 × 60

150 cm ≤ S ≤ 180 cm

Digunakan jarak antar tiang = 150 cm

Untuk jarak tiang pancang :

1 D ≤ S1 ≤ 2 D

1 × 60 ≤ S1 ≤ 2 × 60

60 cm ≤ S1 ≤ 120 cm

Digunakan jarak tiang ke tepi = 60 cm

Dimana : S = jarak antar tiang pancang

S1 = jarak tiang pancang ke tepi

Dipakai : jarak antar tiang pancang (S) = 150 cm

Jarak tepi tiang pancang (S1) = 60 cm

Pada pondasi tiang grup/kelompok, terlebih dahulu

dikoreksi dengan suatu faktor yaitu faktor efisiensi, yang dirumus

pada persamaan di bawah ini :

QL (group) = QL (1 tiang) x n x η

( ή ) = 1 -

nmS

Dtgarc

112

184

Dimana :

D = diameter tiang pancang

S = jarak antar tiang pancang

m = jumlah baris tiang pancang dalam 1 baris

n = jumlah kolom tiang pancang

Efisiensi :

( ή ) = 1 -

74535,02

1

2

12

90

1500600arctan

0

Sehingga :

Qijin grup = Q ijin 1tiang n

= 0,74535 (252,7) 4

= 753,404 t > Pu = 734,133 t

Gambar 4.44 Konfigurasi rencana tiang pancang

4.5.5.3 Kontrol Beban Maksimum 1 Tiang (Pmax)

Beban maksimum yang bekerja pada satu tiang dalam

tiang kelompok dihitung berdasarkan gaya aksial dan momen yang

bekerja pada tiang. Momen pada tiang dapat menyebabkan gaya

tekan atau tarik pada tiang, namun yang diperhitungkan hanya gaya

tekan karena gaya tarik dianggap lebih kecil dari beban gravitasi

struktur, sehingga berlaku persamaan :

185

)1(2

max

2

max

max tiangijin

i

y

i

x Px

xM

y

yM

n

VP

Di mana :

Pi = total beban yang bekerja pada tiang yang ditinjau

ymax = jarak maksimum tiang yang ditinjau dalam arah y

xmax = jarak maksimum tiang yang ditinjau dalam arah x

Σ xi2 = jumlah kuadrat jarak tiang pancang terhadap as poer

arah x

Σ yi2 = jumlah kuadrat jarak tiang pancang terhadap as poer

arah y

nilai x dan y positif jika arahnya sama dengan arah e, dan

negatif bila berlawanan dengan arah e.

∑𝑥𝑖2 = 4(15002) = 9000000 mm2 = 9 m2

∑𝑦𝑖2 = 4(15002) = 9000000 mm2 = 9 m2

Momen yang bekerja:

𝑀𝑥 = 𝑀𝑢𝑥 + (𝐻𝑦 × 𝑡) = 4,58 + (4,41 × 1,2)

= 9,87 tm

𝑀𝑦 = 𝑀𝑢𝑦 + (𝐻𝑥 × 𝑡) = 10,66 + (10,19 × 1,2)

= 22,88 tm

Perhitungan Beban Aksial Maksimum Pada Pondasi

Kelompok

a. Reaksi kolom = 734133 kg

b. Berat poer = 2,7 2,7 1,2 2400 = 20995,2 kg

Berat total (V) = 755128,67 kg

Sehingga didapatkan:

𝑃𝑚𝑎𝑥 =755,12

4+

9,87

9+

22,88

9= 192,41 𝑡 ≤ 209,53 t (OK)

4.5.5.4 Kontrol Kekuatan Tiang

Sesuai dengan spesifikasi dari PT. WIKA BETON

direncanakan tiang pancang beton dengan :

Diameter : 600 mm

186

Tebal : 100 mm

Type : A1

Allowable axial : 252,7 ton

Bending Momen crack : 17 tonm

Bending Momen ultimate : 25,5 tonm

Tiang pancang yang direncanakan di kontrol terhadap beberapa

kriteria berikut ini :

a. Kontrol terhadap gaya aksial

Tiang pancang yang direncanakan dengan diameter 80 cm

type A1 sesuai dengan spesifikasi dari PT.WIKA BETON, gaya

aksial tidak diperkenankan melebihi 415 Ton.

Pmax < Pijin = 415 ton (OK)

b. Kontrol terhadap gaya lateral

Panjang jepitan kritis tanah terhadap tiang pondasi menurut

metode Philiphonat dimana kedalaman minimal tanah terhadap

tiang pondasi didapat dari harga terbesar dari gaya-gaya berikut :

Monolayer : 3 meter atau 6 kali diameter

Multilayer : 1,5 meter atau 3 kali diameter

Perhitungan :

Tanah bersifat multi layer

Gambar 4.45 Diagram Gaya Lateral Tiang Pondasi

Le = panjang penjepitan

= 3 × 0,6 m = 1,8 m > 1,5 m

Dipakai Le = 1,8 m

My = Le × Hy

187

= 1,8 × 4409,62 kg

= 7,937316 tm

My (satu tiang pancang) = 984329,14

7,937316 tm

My < Mbending crack (dari Spesifikasi WIKA BETON)

1,984329 tm < 17 tm .......OK

Mx = Le × Hx

= 1,8 × 10,1962 t

= 18,35 tm

My (satu tiang pancang) = 588281,44

18,35 tm

My < Mbending crack (dari Spesifikasi WIKA BETON)

4,588281 tm < 17 tm .......OK

Dari kedua perhitungan momen yang telah dilakukan maka untuk

Ø60 cm kelas A1 pada Wika Piles Classification momen tidak

diperkenankan melebihi M = 17 tm.

4.5.6 Perencanaan Poer

Perencanaan Poer dirancang untuk meneruskan gaya dari

struktur atas ke pondasi tiang pancang. Berdasarkan hal tersebut

poer direncanakan harus memiliki kekuatan yang cukup terhadap

geser pons dan lentur.

Gambar 4.46 Rencana Poer

188

Data-data perencanaan :

Dimensi poer ( B × L ) = 2,7 × 2,7 m

Tebal poer ( t ) = 1,2 m

Diameter tulangan utama= 25 mm

Diameter sengkang = 12 mm

Dimensi kolom = 900 × 900 mm

Tebal selimut beton = 50 mm

Tinggi efektif balok poer

Arah x ( dx ) = 1200 – 50 – ½ × 25 = 1137,5 mm

Arah y ( dy ) = 1200 – 50 – 25 – ½ × 25 = 1112,5 mm

Gambar 4.47 Potongan Poer

a. Penulangan poer

Untuk penulangan lentur, poer dianalisa sebagai balok

kantilever dengan perletakan jepit pada kolom. Sedangkan beban

189

yang bekerja adalah beban terpusat di tiang kolom yang

menyebabkan reaksi pada tanah dan berat sendiri poer.

Gambar 4.48 Analisis Poer sebagai Balok Kantilever

Perhitungan gaya dalam pada poer didapat dengan teori

mekanika statis tertentu.

Berat poer uq = 2,7 × 1,20 × 2400 = 7776 kg/m

Pt = 2Pmaks = 2 × 199,7 ton = 399,4 ton

Penulangan arah x

Penulangan lentur:

𝑃𝑢 = 1,2 × 399,4 = 479,28 t

𝑞𝑢 = 7,776 t/m

Momen – momen yang bekerja:

𝑀 = (𝑃𝑡 × 𝑥) − (1

2𝑞 × 𝑙2)

= (399,4 × 0,75) − (1

2𝑥7,776 × 1,352)

= 299,55 − 7,08

= 292,47 tm

= 2924700000 Nmm

𝜌𝑚𝑖𝑛 =1,4

𝑓𝑦=

1,4

400= 0,0035

𝑚 =𝑓𝑦

0,85×𝑓′𝑐=

400

0,85×35= 13,44

𝑅𝑛 =𝑀𝑢

𝜙𝑏𝑑2 =2924700000

0,9×1000×1137,52 = 2,512

a b

190

𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =1

𝑚(1 − √1 −

2𝑚𝑅𝑛

𝑓𝑦) =

1

13,44(1 − √1 −

2×13,44×2,512

400)

= 0,0066

𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 × 𝑏𝑤 × 𝑑

= 0,0066 × 1000 × 1137,5

= 7473,5 mm2

𝑛 =𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢

𝐴𝐷25=

7473,5

510= 14,6 ≈ 15 buah

𝑆 =𝑏𝑤

𝑛−1=

1000

15−1= 192,85 mm

Maka dipasang tulangan lentur arah X yaitu D25-100 mm

Penulangan arah y

Penulangan lentur:

𝑃𝑢 = 1,2 × 399,4 = 479,28 t

𝑞𝑢 = 7,776 t/m

Momen – momen yang bekerja:

𝑀 = (𝑃𝑡 × 𝑥) − (1

2𝑞 × 𝑙2)

= (399,4 × 0,75) − (1

2𝑥7,776 × 1,352)

= 299,55 − 7,08

= 292,47 tm

= 2924700000 Nmm

𝜌𝑚𝑖𝑛 =1,4

𝑓𝑦=

1,4

400= 0,0035

𝑚 =𝑓𝑦

0,85×𝑓′𝑐=

400

0,85×35= 13,44

𝑅𝑛 =𝑀𝑢

𝜙𝑏𝑑2 =2924700000

0,9×1000×1137,52 = 2,512

𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =1

𝑚(1 − √1 −

2𝑚𝑅𝑛

𝑓𝑦) =

1

13,44(1 − √1 −

2×13,44×2,512

400)

= 0,0066

𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 × 𝑏𝑤 × 𝑑

= 0,0066 × 1000 × 1137,5

191

= 7473,5 mm2

𝑛 =𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢

𝐴𝐷25=

7473,5

510= 14,6 ≈ 15 buah

𝑆 =𝑏𝑤

𝑛−1=

1000

15−1= 192,85 mm

Maka dipasang tulangan lentur arah Y yaitu D25-100 mm

b. Kontrol Geser Satu Arah

Perencanaan pile cap harus memenuhi persyaratan

kekuatan gaya geser nominal beton yang harus lebih besar dari

geser yang terjadi. Hal ini sesuai yang disyaratkan pada SNI

2847:2013 pasal 11.11.2.1 Kuat geser yang disumbangkan beton

diambil :

Gambar 4.49 Daerah Kritis Geser Satu Arah

dbcfVc '17,0

SNI 2847:2013 pasal 11.11.2.1.a

t8665352,968N 352,96886655,1112810040117,0 cV

cV = 0,75 × 968,8665352 t = 726,65 t

192

uV = 2 × Pijin × 1,5

uV = 2 × 209,53 × 1,5 = 628,59 t

cV < uV (OK)

c. Kontrol geser pons pada pile cap

Perencanaan pile cap harus memenuhi persyaratan

kekuatan gaya geser nominal beton yang harus lebih besar dari

geser pons yang terjadi. Hal ini sesuai yang disyaratkan pada SNI

2847:2013 pasal 11.11.2.1 Kuat geser yang disumbangkan beton

diambil yang terkecil dari :

dbcfVc

c

'

2117,0

SNI 2847:2013 pasal 11.11.2.1.a

cV = dbcfb

d

o

s

'083,0

SNI 2847:2013 pasal 11.11.2.1.b

cV = dbf oc '33,0

SNI 2847:2013 pasal 11.11.2.1.c

Dimana :

βc = rasio dari sisi panjang terhadap sisi pendek beton

dari daerah beban terpusat atau reaksi = 1

b0 = keliling dari penampang kritis pada pile cap

b0 = 2 (bk+ d) + 2(hk+ d)

dimana :

bk = lebar penampang kolom

hk = tinggi penampang kolom

d = tebal efektif pile cap

Kontrol geser pons pada tiang pancang tengah

(akibat kolom)

bo = 2 (900+1137,5) + 2 (900+1112,5)

193

= 8100 mm

Batas geser pons

P ≤ Vc

Batas geser pons

c = rasio dari sisi panjang terhadap sisi

pendek pada kolom

= 1900

900

s = 40, untuk kolom interior

t2776,1981N 34,198127765,113781004011

2117,0

cV

t8827,2716N 1,271688275,113781004018100

5,113740083,0

cV

t0048,1923N 62,192300475,1137810040133,0 cV

Diambil yang terkecil Vc = 1923,0048 t

cV = 0,75 × 1923,0048 t = 1442,2535 t =

1442,2535 ton > Pu kolom = 734,13347 ton

Sehingga ketebalan dan ukuran pile cap memenuhi syarat

terhadap geser ponds.

d. Kontrol geser ponds tiang pancang tepi

Dalam merencanakan tebal poer, harus memenuhi

persyaratan bahwa kekuatan gaya geser nominal harus lebih besar

dari geser pons yang terjadi. Kuat geser yang disumbangkan beton

diambil terkecil dari :

dbcfVc

c

'

2117,0

SNI 2847:2013 pasal 11.11.2.1.a

cV = dbcfb

d

o

s

'083,0

SNI 2847:2013 pasal 11.11.2.1.b

194

cV = dbf oc '33,0

SNI 2847:2013 pasal 11.11.2.1.c

Dengan :

Dimensi poer : 3,5 × 3,5 × 1,20 m3

Selimut beton : 50 mm

tul utama : D25

Tinggi efektif : d = 1200 - 50- ½ × 25 = 1137,5

mm

dimana :

c = rasio dari sisi panjang terhadap sisi

pendek pada pondasi tiang pancang

= 900

900 = 1,00

ob = keliling dari penampang kritis pada poer

= [2π × (d + Dtiang)]

= [2π × (1137,5+800)]

= 12173,7 mm

s = 30, untuk kolom eksterior

t5598,4466N 39,446655985,1137 12173,74011

2117,0

cV

t6620,2037N 33,203766205,1137 12173,74017,12173

5,114730083,0

cV

t1269,2890N 54,289012695,1137 12173,740133,0 cV

Diambil yang terkecil Vc = 2037,6620 t

cV = 0,75 × 2037,6620 t = 1528,2465 t

= 1528,2465 ton > Pu tiang tepi = 734,13347 ton

(OK)

Sehingga ketebalan dan ukuran poer mampu menahan

gaya geser akibat beban reaksi aksial tiang tepi.

e. Kontrol Balok Tinggi

195

Sesuai dengan SNI 2847:2013 pasal 10.7 Balok tinggi

adalah komponen struktur yang dibebani pada salah satu mukanya

dan ditumpu pada muka yang berlawanan sehingga strat tekan

dapat membentuk di antara beban dan tumpuan, dan mempunyai

salah satu antara:

(a) bentang bersih ln, sama dengan atau kurang dari

empat kali tinggi komponen struktur keseluruhan h; atau

(b) daerah dengan beban terpusat dalam jarak 2h dari

muka tumpuan.

Balok tinggi harus didesain dengan memperhitungkan

salah satu antara distribusi regangan nonlinier, atau dengan

Lampiran A. (Lihat juga 11.7.1 dan 12.10.6).

ln poer = 3600 mm < 4h = 4 × 1200 = 4800 mm, sehingga

poer termasuk balok tinggi. Balok tinggi harus dikontrol sesuai

ketentuan yang ada dalam SNI:

Vu = 160382 N (hasil ETABS)

Vu ≤ ф × 0,83× √𝑓′𝑐 × bw × d (SNI 2847:2013 pasal

11.7)

Av > 0,0025 × bw × S (SNI 2847:2013 pasal

11.7.4.1)

Dimana S < d/5 atau S < 300 mm

d/5 = 1200/5 = 240 mm

sehingga di gunakan S = 240 mm

Arah X

Vu ≤ ф × 0,83 × √𝑓′𝑐 × bw × d

160382 N ≤ 0,75 × 0,83 × √40 × 3600 × 1137,5

160382 N ≤ 16122160 N …. OK

Av > 0,0025 × bw × S

16175,25 mm2 > 0,0025 × 3600 × 240

16175,25 mm2 > 2160 mm2 …. OK

Arah Y

Vu ≤ ф × 0,83 × √𝑓′𝑐 × bw × d

196

160382 N ≤ 0,75 × 0,83 × √40 × 3600 × 1112,5

160382 N ≤ 15767830N …. OK

Av > 0,0025 × bw × S

15819,75 mm2 > 0,0025 × 3600 × 240

15819,75 mm2 > 2160 mm2 …. OK

4.5.7 Perencanaan Balok Sloof

Struktur sloof dalam hal ini digunakan dengan tujuan

agar terjadi penurunan secara bersamaan pada pondasi atau dalam

kata lain sloof mempunyai fungsi sebagai pengaku yang

menghubungkan antar pondasi yang satu dengan yang lainnya.

a. Data Perencanaan

Data-data perancangan perhitungan sloof adalah sebagai

berikut :

P kolom = 734,13347 ton

Panjang Sloof L = 6 m

Mutu Beton fc’ = 40 MPa

Mutu Baja fy = 400 MPa

Decking = 50 mm

Diameter Tulangan Utama = 25 mm

Diameter Sengkang = 12 mm

Dimensi Sloof = 500 x 700 mm

Tinggi Efektif = 700–50–12–(1/2 . 25)

= 625,5 mm

b. Dimensi Sloof

Pada perancangan sloof ini, penulis mengambil ukuran sloof

berdasarkan sloof yang berhubungan dengan kolom yang

mempunyai gaya aksial terbesar yaitu Pu = 1080.2 ton. Penentuan

dimensi dari sloof dilakukan dengan memperhitungkan syarat

bahwa tegangan tarik yang terjadi tidak boleh melampaui tegangan

ijin beton (modulus keruntuhan) yaitu sebesar :

fr = 0,7 x c'f

Maka perhitungannya :

Tegangan tarik ijin :

197

fr ijin = 0,7 x 40 = 4,427 Mpa

Tegangan tarik yang terjadi

fr = 7005008,0

7,7341334

8,0 xxhxbx

Pu = 2,622 Mpa < fr ijin..OK

c. Penulangan Sloof

c.1 Penulangan Lentur Sloof

Penulangan sloof didasarkan atas kondisi pembebanan

dimana beban yang diterima adalah beban aksial dan lentur

sehingga penulangannya diidealisasikan seperti penulangannya

pada kolom. Adapun beban sloof adalah:

Berat aksial Nu = 10% x 1080,2 ton

= 108,01998 ton

Berat yang diterima sloof :

Berat sendiri = 0,5 x 0,7 x 2,4 = 0,84 t/m

Berat dinding = 5,825 x 2,4 = 13,98 t/m +

= 14,82 t/m

Qu = 1,2 x 14,82 = 17,784 t/m

= 177840 N/m

Momen yang terjadi (tumpuan menerus)

Mu = 1/12 . qu . L2

= 1/12 . 177840 . 5,452

= 502852 Nm

Lalu menggunakan program PCACol dengan memasukkan beban:

P = 7341,3347 kN

M = 502,852 kNm

Sehingga didapatkan diagram interaksi seperi pada Gambar 4.49

di bawah ini :

198

Gambar 4.50 Diagram Interaksi Balok Sloof 50/70

Dari diagram interaksi untuk :

f’c= 40

fy = 400 didapat = 1,68%

Dipasang Tulangan 12 D 25 (As = 5890,486 mm2)

c.2 Penulangan Geser Sloof

Dari diagram interaksi didapat momen balance Mpr sebesar

= 857 kNm

Vu =hn

MprMpr

= 45,5

857857 = 314,495 kN = 314495 N

Vc =

Ag

Nudxxbwxfcx

.141

6

1

=

500x700x14

7341334,71625,5x500x40x

6

1

= 823585,6219 N

199

Vc = 0,75 x 823585,6219 N = 617689,2164 N

Vs min = 1/3 x bw x d

= 1/3 x 500 x 625,5

= 104250 N

Ø(Vc + Vs min) = 0,75 x (617689,2164+ 104250)

= 541454,4123 N

Vc + (1/3) dxbwxfc

= 617689,2164 + 0,75 x 5,625500403

1xxx

= 1112190.386 N

Karena :

( Vc + Vsmin) > Vu

541454,4123 N > 314495 N

Maka tidak perlu tulangan geser

200

Halaman ini sengaja dikosongkan”

201

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan dan analisa struktur yang

dilakukan pada bab-bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan

dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Hasil perhitungan struktur sekunder :

a) Pelat tangga dan Pelat bordes direncanakan tebal 200 mm

dengan mutu beton fc’ 35 MPa dan dipasang tulangan

negatif D16-200 mm.

b) Pelat Ramp direncanakan tebal 200 mm dengan mutu

beton fc’ 35 MPa dan dipasang tulangan negatif D22-300

mm.

c) Dimensi balok penggantung lift menggunakan balok

beton dimensi 30 cm x 40 cm dengan mutu beton fc’ 35

MPa.

2. Hasil perhitungan struktur primer :

a) Pelat lantai dari beton tebal 200 mm dengan mutu beton

fc’ 35 MPa dan dipasang tulangan negatif D22-150 mm.

b) Drop Panel direncanakan tebal 350 mm dengan mutu

beton fc’ 35 MPa dan dipasang tulangan Ø19-100 mm.

c) Kolom didesain terbagi menjadi dimensi 900 mm x 900

mm, 800 mm x 800 mm, dan 700 mm x 700 mm. Profil

kolom menggunakan mutu beton f’c 35 Mpa dipasang

tulangan 12D25 dan tulangan sengkang D19-100

d) Shearwall direncanakan tebal 400 mm dengan mutu

beton fc’ 35 MPa dan dipasang tulangan D13-200 mm.

3. Analisa gaya dalam struktur gedung menggunakan program

bantu ETABS. Perhitungan respon spectrum dengan bantuan

puskim.pu.go.id wilayah gempa Surabaya dan perhitunagnnya

berdasarkan SNI 1726:2012. Perhitungan pembebanan

berdasarkan SNI 1727:2013 dan PPIUG 1983. Gaya yang

202

dimasukkan dalam permodelan adalah beban mati dan beban hidup

berdasarkan peraturan di atas.

4. Pondasi yang direncanakan sesuai dengan ketentuan perhitungan

tiang pancang (spun pile) produk dari WIKA Beton dengan metode

tengangan ijin dan pile cap (poer) berdasarkan metode tengangan

ultimate.

5. Penggambaran hasil akhir perencanaan kedalam gambar teknik.

Semua hasil akhir dari Tugas Akhir ini dijelaskan dalam bentuk

gambar teknik yang dapat dilihat pada lampiran.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil analisa

dalam Tugas Akhir ini meliputi :

1. Diperlukan studi lebih lanjut mengenai perencanaaan

struktur dengan menggunakan flat slab dengan

memperhatikan aspek teknis, ekonomis dan estetika.

Sehingga diharapkan perencanaan dapat dimodelkan

semirip mungkin dengan kondisi sesungguhnya di

lapangan dan mudah dalam pelaksanaan.

2. Diperlukan penelitian lebih lanjut terkait konsep Drop

Panel yang lebih efisien dan kuat agar digunakan oleh

praktisi lapangan .

3. Diperlukan penelitian lebih lanjut terkait tinggi efektif

dan efisien Pelat Flat Slab agar memudahkan dan

menguntungkan pekerjaan lapangan.

203

DAFTAR PUSTAKA

American Concrete Institute. 2011. Building Code Requirements

for Structural Concrete (ACI 318-11) and Commentary.

Farmington Hills: ACI Committee

American Society of Civil Engineers. 2000. Prestandart and

Commentary for The Seismic Rehabilitation of Building

(FEMA 356). Washington DC: ASCE

Badan Standardisasi Nasional. 2012. SNI 03-1726-2012 Tata

Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan

Gedung dan Non Gedung. Jakarta: Badan Standardisasi

Nasional

Badan Standardisasi Nasional. 2013. SNI 03-1727-2013 Beban

Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan

Struktur Lain. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional

Badan Standardisasi Nasional. 2013. SNI 03-2847-2013

Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung.

Jakarta: Badan Standardisasi Nasional

Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik. 1971.

Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI). Bandung:

Penerbit Yayasan Lembaga Pendidikan Masalah Bangunan

Departemen Pekerjaan Umum. 1983. Peraturan Pembebanan

Indonesia Untuk Gedung (PPIUG). Bandung: Penerbit

Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan

Juwana, Jimmy. 2005. Panduan Sistem Bangunan Tinggi,

Untuk Arsitek dan Praktisi Bangunan. Jakarta: Erlangga

MacGregor, James G. 1997. Reinforced Concrete Mechanics

and Design 3rd edition. New Jersey: Prenctice-Hall

McCormac, Jack C.2004. Desain Beton Bertulang Edisi Kelima.

Jakarta: Penerbit Erlangga

Pawirodikromo, W., 2012. Seismologi Teknik & Rekayasa

Kegempaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Soedarsono, Ese. 2002. Design And Detailing of Flat Slab.

Sosrodarsono, Suyono dan Nakazawa. 2000. Mekanika Tanah

dan Teknik Pondasi. Jakarta: Penerbit Pradnya Paramitha

204

Teruna, Daniel Rumbi. 2007. “Perencanaan Bangunan Tahan

Gempa dengan Menggunakan Base isolator (LRB)”. Prosiding

Seminar dan Pameran HAKI 2007.

Wahyudi, Herman.. 1999. Daya Dukung Pondasi Dalam.

Surabaya: Penerbit ITS

Wang, Chu-Kia. 1990. Desain Beton Bertulang Jilid I dan II

Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Erlangga

Wang, Chu-Kia, Charles G. Salmon dan Binsar Hariandja. 1992.

Desain Beton Bertulang.

Zuhri, S., 2011. Sistim Struktur pada Bangunan Bertingkat.

Surabaya: Penerbit Yayasan Humaniora

205

LAMPIRAN

5000 6000 3000 6000 5000 5000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

5 300

A

B

C

4000

7650

5000 5000 6000

900

A A

B

B

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

Denah ModifikasiLt 1 - Lt 5

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

DENAH MODIFIKASISKALA 1 : 2000

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

1 44

1:2000

ukuran dalam mm

5000 6000 3000 6000 5000 5000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

5300

A

B

C

4000

7650

5000 5000 6000

800

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

DENAH MODIFIKASISKALA 1 : 2000

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

2

1:2000

Denah ModifikasiLt 6 - Lt 10

ukuran dalam mm

44

5000 6000 3000 6000 5000 5000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

5300

A

B

C

4000

7650

5000 5000 6000

700

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

DENAH MODIFIKASISKALA 1 : 2000

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

3

1:2000

Denah ModifikasiLt 11 - Lt Atap

ukuran dalam mm

44

5000 6000 3000 6000 5000 5000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

5300

A

B

C

4000

7650

5000 5000 6000

900

A A

B

B

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

Denah KolomLt 1 - Lt 5

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

DENAH MODIFIKASISKALA 1 : 2000

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

4

1:2000

ukuran dalam mm K1 : Dimensi kolom 900 mm x 900 mm

K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1

K1

K1

K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1

K1

K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1

44

5000 6000 3000 6000 5000 5000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

5300

A

B

C

4000

7650

5000 5000 6000

800

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

DENAH MODIFIKASISKALA 1 : 2000

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

5

1:2000

Denah KolomLt 6 - Lt 10

ukuran dalam mm K2 : Dimensi kolom 800 mm x 800 mm

K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2

K2

K2

K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2

K2

K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2 K2

44

5000 6000 3000 6000 5000 5000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

5300

A

B

C

4000

7650

5000 5000 6000

700

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

DENAH MODIFIKASISKALA 1 : 2000

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

6

1:2000

Denah KolomLt 11 - Lt Atap

ukuran dalam mm K3 : Dimensi kolom 700 mm x 700 mm

K3 K3 K3 K3 K3 K3 K3 K3 K3 K3 K3

K3K3

K3 K3 K3 K3 K3 K3 K3 K3

K3

K3 K3 K3 K3 K3 K3 K3 K3 K3 K3 K3

44

LantaiDasar

+ 0.00

+ 4.30

Lantai 2

+ 7.30

Lantai 3

Lantai 3A

Lantai 5

Lantai 6

Lantai 7

Lantai 8

Lantai 9

Lantai 10

Lantai 11

Lantai 12

Lantai 12A

Lantai 12B

+ 10.30

+ 13.30

+ 16.30

+ 19.30

+ 22.30

+ 25.30

+ 28.30

+ 31.30

+ 34.30

+ 37.30

+ 40.30

+ 43.30

LantaiAtap

K1

K1

K1

K1

K1

K2

K2

K2

K2

K2

K3

DP2

K3

K3

K3

DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5

DP2 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5

DP2 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5

DP2 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5

DP2 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5

DP2 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5

DP2 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5

DP2 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5

DP2 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5

DP2 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5

DP2 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5

DP2 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5

DP2 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5

DP2 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5

DP2 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5 DP5K1

K1

K1

K1

K1

K1

K2

K2

K2

K2

K2

K3

K3

K3

K3

K1

K1

K1

K1

K1

K1

K2

K2

K2

K2

K2

K3

K3

K3

K3

K1

K1

K1

K1

K1

K1

K2

K2

K2

K2

K2

K3

K3

K3

K3

K1

K1

K1

K1

K1

K1

K2

K2

K2

K2

K2

K3

K3

K3

K3

K1

K1

K1

K1

K1

K1

K2

K2

K2

K2

K2

K3

K3

K3

K3

K1

K1

K1

K1

K1

K1

K2

K2

K2

K2

K2

K3

K3

K3

K3

K1

K1

K1

K1

K1

K1

K2

K2

K2

K2

K2

K3

K3

K3

K3

K1

K1

K1

K1

K1

K1

K2

K2

K2

K2

K2

K3

K3

K3

K3

K1

K1

K1

K1

K1

K1

K2

K2

K2

K2

K2

K3

K3

K3

K3

K1

K1

K1

K1

K1

K1

K2

K2

K2

K2

K2

K3

K3

K3

K3

K1

- 4.00

LantaiBasement

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

Potongan Memanjang

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

POTONGAN MEMANJANG A-ASKALA 1 : 2500

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

1:2500

7 44

K1= KOLOM DIM. 900 mm x 900 mmK2 = KOLOM DIM. 800 mm x 800 mmK3 = KOLOM DIM. 700 mm x 700 mm

DP2 = DROP PANEL TYPE 2DP5 = DROP PANEL TYPE 5

ukuran dalam mm

LantaiDasar

+ 0.00

+ 4.30

Lantai 2

+ 7.30

Lantai 3

Lantai 3A

Lantai 5

Lantai 6

Lantai 7

Lantai 8

Lantai 9

Lantai 10

Lantai 11

Lantai 12

Lantai 12A

Lantai 12B

+ 10.30

+ 13.30

+ 16.30

+ 19.30

+ 22.30

+ 25.30

+ 28.30

+ 31.30

+ 34.30

+ 37.30

+ 40.30

+ 43.30

LantaiAtap

- 4.00

LantaiBasement

K1

K1

K1

K1

K1

K2

K2

K2

K2

K2

K3

K3

K3

K3

K1

K1

K1

K1

K1

K1

K2

K2

K2

K2

K2

K3

K3

K3

K3

K1

K1

K1

K1

K1

K1

K2

K2

K2

K2

K2

K3

K3

K3

K3

K1

DP4 DP5 DP6

DP4 DP5 DP6

DP4 DP5 DP6

DP4 DP5 DP6

DP4 DP5 DP6

DP4 DP5 DP6

DP4 DP5 DP6

DP4 DP5 DP6

DP4 DP5 DP6

DP4 DP5 DP6

DP4 DP5 DP6

DP4 DP5 DP6

DP4 DP5 DP6

DP4 DP5 DP6

DP4 DP5 DP6

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

Potongan Melintang

POTONGAN MELINTANG B-BSKALA 1 : 2500

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

1:2500

8 44

K1= KOLOM DIM. 900 mm x 900 mmK2 = KOLOM DIM. 800 mm x 800 mmK3 = KOLOM DIM. 700 mm x 700 mm

DP4 = DROP PANEL TYPE 4DP5 = DROP PANEL TYPE 5DP6 = DROP PANEL TYPE 6

ukuran dalam mm

5000 6000 3000 6000 5000 5000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

5300

A

B

C

4000

7650

5000 5000 6000

Ø19 - 300 Ø19 - 150

Ø19 - 300Ø19 - 150

Ø19 - 300 Ø19 - 150

Ø19 - 300Ø19 - 150

Ø19 - 150

Ø19 - 300

Ø19 - 150

Ø19 - 300

Ø19 - 150

Ø19 - 300

Ø19 - 150

Ø19 - 300

Ø19 - 150

Ø19 - 300

Ø19 - 150

Ø19 - 300

Ø19 - 150

Ø19 - 300

Ø19 - 150

Ø19 - 300

Ø19 - 300

Ø19 - 150

Ø19 - 300

Ø19 - 150

Ø19 - 300

Ø19 - 150

Ø19 - 300

Ø19 - 150

Ø19 - 300

Ø19 - 150

Ø19 - 300

Ø19 - 150

Ø19 - 300

Ø19 - 150

Ø19 - 300

Ø19 - 150

Ø1

9 -

150

Ø19

- 5

0

Ø19 - 150

Ø19 - 300

Ø19

- 1

50Ø

19

- 50

Ø1

9 -

150

Ø19

- 5

0

Ø19

- 5

0

Ø19

- 1

50

Ø1

9 -

50

Ø19

- 1

50

Ø1

9 -

150

Ø1

9 -

50

Ø19

- 1

50

Ø1

9 -

50

Ø19 - 50

Ø19 - 50

Ø19 - 150

Ø19 - 150

Ø19 - 50

Ø19 - 150

Ø19 - 50

Ø19 - 150

Ø19 - 50

Ø19 - 150

Ø19 - 50

Ø19 - 150

Ø19 - 50

Ø19 - 150

Ø19 - 50

Ø19 - 150

Ø19 - 50

Ø19 - 150

Ø19 - 50

Ø19 - 150

Ø19 - 50

Ø19 - 150

Ø19 - 50

Ø19 - 150Ø19 - 50

Ø19 - 150

Ø19 - 50

Ø19 - 150

Ø19 - 50

Ø19 - 150

Ø19 - 50

Ø19 - 150

Ø19 - 50

Ø19 - 150

Ø19 - 50

Ø19 - 150

Ø19 - 50

Ø19 - 150

Ø19 - 50

Ø19 - 150

Ø19 - 50

Ø19 - 150

Ø2

2 -

300

Ø2

2 -

450

Ø22

- 3

00

Ø22

- 4

50

Ø2

2 -

300

Ø2

2 -

450

Ø22

- 3

00

Ø22

- 4

50Ø

22

- 30

0

Ø2

2 -

450

Ø22

- 3

00

Ø2

2 -

450

JALU

R K

OLO

MJA

LUR

TE

NG

AH

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBERFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN

PERENCANAAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

Detail Plat Penulangan

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

DETAIL PENULANGAN PLATSKALA 1 : 2000

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, S.T.,M.Sc.,Ph.D.

1:2000

ukuran dalam mm

9 44

Ø22 - 150

Ø22 - 300

Ø22 - 150

Ø22 - 300Ø22 - 150

Ø22 - 300

Ø13 - 450

Ø13 - 300

Ø13 - 450

Ø13 - 300

Ø13 - 450

Ø13 - 300

5000 6000 3000 600

1 2 3 4 5

5300

A

B

C

7650

5000

JALU

R K

OLO

MJA

LUR

TE

NG

AH

Ø22 - 150

Ø22 - 300

Ø22 - 150

Ø22 - 300Ø22 - 150

Ø22 - 300

Ø13 - 450

Ø13 - 300

Ø13 - 450

Ø13 - 300

Ø13 - 450

Ø13 - 300

JALUR TENGAH JALUR KOLOM

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBERFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN

PERENCANAAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

Detail Penulangan Plat

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

DETAIL PENULANGAN PLATSKALA 1 : 1000

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, S.T.,M.Sc.,Ph.D.

1:1000

ukuran dalam mm

10 44

D19 - 100 D19 - 100

D19 - 100

D19 - 200D19 - 100 D19 - 100

3000

D19 - 100D19 - 100

3000

7650

12950

5300

C B A

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

POTONGAN MELINTANG STRUKTURSKALA 1 : 500

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

Potongan MelintangStruktur

1:500

ukuran dalam mm

11 44

5000

JALUR KOLOM JALUR TENGAH JALUR KOLOM

1 2 3 4

6000 3000900

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

Detail Penulangan Plat(Kolom uk. 900)

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

DETAIL PENULANGAN PLAT ( KOLOM UK. 900)SKALA 1 : 600

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

1:600

ukuran dalam mm

12 44

5000

JALUR KOLOM JALUR TENGAH JALUR KOLOM

1 2 3 4

6000 3000800

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

DETAIL PENULANGAN PLAT ( KOLOM UK. 800)SKALA 1 : 600

Detail Penulangan Plat(Kolom uk. 800)

1:600

ukuran dalam mm

13 44

5000

JALUR KOLOM JALUR TENGAH JALUR KOLOM

1 2 3 4

6000 3000700

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

DETAIL PENULANGAN PLAT ( KOLOM UK. 700)SKALA 1 : 600

Detail Penulangan Plat(Kolom uk. 700)

1:600

ukuran dalam mm

14 44

6000

JALUR KOLOM JALUR TENGAH JALUR KOLOM

5 6 7 8

5000 5000900

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

DETAIL PENULANGAN PLAT ( KOLOM UK. 900)SKALA 1 : 600

Detail Penulangan Plat(Kolom uk. 900)

1:600

ukuran dalam mm

15 44

6000

JALUR KOLOM JALUR TENGAH JALUR KOLOM

5 6 7 8

5000 5000800

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

DETAIL PENULANGAN PLAT ( KOLOM UK. 800)SKALA 1 : 600

Detail Penulangan Plat(Kolom uk. 800)

1:600

ukuran dalam mm

16 44

6000

JALUR KOLOM JALUR TENGAH JALUR KOLOM

5 6 7 8

5000 5000700

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

DETAIL PENULANGAN PLAT ( KOLOM UK. 700)SKALA 1 : 600

Detail Penulangan Plat(Kolom uk. 700)

1:600

ukuran dalam mm

17 44

Ø19 - 80

Ø19 - 100

Ø1

9 -

100

Ø1

9 -

80

2050

2050

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

Detail Penulangan Drop PanelDP1

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

DETAIL PENULANGAN DROP PANEL DP 1SKALA 1 : 150

Y

X

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

1:150

ukuran dalam mm

18 44

Ø19 - 80

Ø19 - 100Ø

19

- 10

0

Ø1

9 -

80

2050

2600

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

DETAIL PENULANGAN DROP PANEL DP 2SKALA 1 : 150

Y

X

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

Detail Penulangan Drop PanelDP2

1:150

ukuran dalam mm

19 44

Ø19 - 80

Ø19 - 100

Ø19

- 1

00

Ø1

9 -

80

2050

2050

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

DETAIL PENULANGAN DROP PANEL DP 3SKALA 1 : 150

Y

X

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

Detail Penulangan Drop PanelDP3

1:150

ukuran dalam mm

20 44

Ø1

9 -

100

Ø1

9 -

80

Ø19 - 80

Ø19 - 100

2600

2050

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

DETAIL PENULANGAN DROP PANEL DP 4SKALA 1 : 150

Y

X

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

Detail Penulangan Drop PanelDP4

1:150

ukuran dalam mm

21 44

Ø19 - 80

Ø19 - 100

Ø19

- 1

00

Ø1

9 -

80

Ø19 - 80

Ø19 - 100

Ø19

- 1

00

Ø1

9 -

80

2600

2600

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

DETAIL PENULANGAN DROP PANEL DP 5SKALA 1 : 150

Y

X

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

Detail Penulangan Drop PanelDP5

1:150

ukuran dalam mm

22 44

Ø19

- 1

00

Ø19

- 8

0

Ø19 - 80

Ø19 - 100

2600

2050

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

DETAIL PENULANGAN DROP PANEL DP 6SKALA 1 : 150

Y

X

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

Detail Penulangan Drop PanelDP6

1:150

ukuran dalam mm

23 44

D19 - 100

D19 - 200

D19 - 100

D19 - 100 D19 - 100

D19 - 100

D19 - 200

900

900

D19 - 100

12 D25

900

900

D19 - 200

12 D25

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

Detail Penulangan Kolom

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

DETAIL PENULANGAN KOLOM TENGAHSKALA 1 : 300

B

A

DETAIL BSKALA 1 : 200

DETAIL ASKALA 1 : 200

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

1:300dan

1:200

ukuran dalam mm

24 44

900

900

D19 - 200

12 D25

900

900

D19 - 100

12 D25

D19 - 100 D19 - 100

D19 - 100

D19 - 200

D19 - 100

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

A

B

DETAIL PENULANGAN KOLOM TEPISKALA 1 : 300

DETAIL BSKALA 1 : 200

DETAIL ASKALA 1 : 200

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

Detail Penulangan Kolom

1:300dan

1:200

ukuran dalam mm

25 44

900

900

4400

3550

12D25

2D13 - 200

D13 - 200

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

Detail PenulanganSherwall

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

DETAIL SHEARWALLSKALA 1 : 300

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

1:300

ukuran dalam mm

26 44

900

900

4400

12D25

2D13 - 200

D13 - 200

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

DETAIL SHEARWALLSKALA 1 : 300

Detail PenulanganSherwall

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

1:300

ukuran dalam mm

27 44

900 5000

12D25

2D13 - 200

D13 - 200

900

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

DETAIL SHEARWALLSKALA 1 : 300

Detail PenulanganSherwall

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

1:300

ukuran dalam mm

28 44

900 4000

12D25

2D13 - 200

D13 - 200

900

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

DETAIL SHEARWALLSKALA 1 : 300

Detail PenulanganSherwall

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

1:300

ukuran dalam mm

29 44

5000 6000 3000 6000 5000 5000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

4000

DOWN TOBASEMENT

UP TOGROUND

5000600030006000500050004000

12

50005000 5000 6000 6000 5000

13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

5000 6000 3000

1 2 3 4

UP TOGROUND

500

Ø22 - 25

Ø19 - 150

Ø22 - 300

Ø13 - 450

Ø22 - 25

Ø19 - 150

Ø22 - 25

Ø19 - 150

Ø22 - 300

Ø13 - 450

Ø22 - 300

Ø13 - 450

Ø22 - 300

Ø13 - 450

DOWN TOBASEMENT

500060003000

19 20 21 22

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

DETAIL RAMPSKALA 1 : 1500

DETAIL RAMPSKALA 1 : 1500

POTONGAN MEMANJANG RAMPSKALA 1 :3000

Potongan Memanjang danDetail Ramp

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

1 : 3000dan

1 : 1500

ukuran dalam mm

30 44

11000

7650

6000 5000

Ø22 - 150

Ø22 - 300

Ø22 - 150

Ø22 - 300Ø22 - 150

Ø22 - 300

Ø13 - 450

Ø13 - 300

Ø13 - 450

Ø13 - 300

Ø13 - 450

Ø13 - 300

0.25L 0.5L 0.25L

0.25L

0.5L

0.25L

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

Detail Penulangan Ramp

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

DETAIL PENULANGAN RAMPSKALA 1 : 500

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

ukuran dalam mm

1:1000

31 44

11000

7650

6000 5000

Ø22 - 150

Ø22 - 300

Ø22 - 150

Ø22 - 300 Ø22 - 150

Ø22 - 300

Ø13 - 450

Ø13 - 300

Ø13 - 450

Ø13 - 300

Ø13 - 450

Ø13 - 300

0.25L 0.5L 0.25L

0.25L

0.5L

0.25L

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

DETAIL PENULANGAN RAMPSKALA 1 : 500

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

ukuran dalam mm

1:1000

Detail Penulangan Ramp

32 44

Ø13 - 150

Ø13 - 300

Ø13 - 150

Ø13 - 300

Ø13 - 150

Ø22 - 25

Ø19 - 150

Ø22 - 25

Ø19 - 150

Ø22 - 25

Ø19 - 150

Ø22 - 300

Ø22 - 300

Ø22 - 300

Ø13 - 150

Ø13 - 300

Ø22 - 25

Ø19 - 150

Ø22 - 300 Ø13 - 300

Ø13 - 150

Ø22 - 25

Ø19 - 150

Ø22 - 300

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

DETAIL PENULANGAN RAMPSKALA 1 : 250

Detail Penulangan Ramp

POTONGAN MEMANJANG RAMPSKALA 1 :500

DETAIL PENULANGAN RAMPSKALA 1 : 250

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

ukuran dalam mm

1:500dan

1:250

33 44

NAIK

1500

1500

1600 2000

1

2

3

4

5

6

78

9

10

11

12

13

14

15

D13 - 300

D16 - 200

D16 - 250

D13 - 300

Pelat Tangga t=200mm

D16 - 200

D13 - 300

Pelat bordes t=200mm

2D16

3D16

1

2

3

4

5

1500

2D16

3D16

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

Tangga

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

DETAIL ASKALA 1 : 100

DENAH TANGGASKALA 1 :350

POTONGAN TANGGASKALA 1 :350

A

B

DETAIL BSKALA 1 : 100

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

1:350dan

1:100

ukuran dalam mm

34 44

5000 6000 3000 6000 5000 5000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

5300

A

B

C

4000

7650

5000 5000 6000

JALU

R K

OLO

MJA

LUR

TE

NG

AH

900C C

AA

B B

D D

E E

5192

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

Pondasi

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

PONDASISKALA 1 : 2000

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

1 : 2000

satuan dalam mm

35 44

7600

7600

1500 1500 1500 1500 800

1500

1500

1500

1500

800

800

800

760076

00

D2

2-1

00

D1

6-1

00

D22-100

D16-100

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

Detail Potongan danPenulangan Pile Cap A-A

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

POTONGAN MELINTANG A-ASKALA 1 : 750

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

PENULANGAN PILE CAP A-ASKALA 1 : 750

1 : 750

satuan dalam mm

35 44

2700

7600

D1

9-1

00

D16-250

D19-250

D1

6-1

00

2700

800

600

1500

600

7600

1500 1500 1500 1500 800

600

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

POTONGAN MELINTANG B-BSKALA 1 : 750

PENULANGAN PILE CAP B-BSKALA 1 : 750

1 : 750

satuan dalam mm

Detail Potongan danPenulangan Pile Cap B-B

36 44

600

600 1500 600

1500

600

900

900

600

2700

2700

270027

00

D1

9-1

00

D19-100

D16-100

D1

6-1

00

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

POTONGAN MELINTANG C-CSKALA 1 : 300

PENULANGAN PILE CAP C-CSKALA 1 : 300

1 : 300

satuan dalam mm

Detail Potongan danPenulangan Pile Cap C-C

37 44

7600

6800

D2

2-1

00

D1

6-1

00

D22-100

D16-100

7600

6800

850

800

1500

1500

1500

1500

800

1700 1700 1700 850

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

POTONGAN MELINTANG D-DSKALA 1 : 750

PENULANGAN PILE CAP D-DSKALA 1 : 750

1 : 750

satuan dalam mm

Detail Potongan danPenulangan Pile Cap D-D

38 44

6600

2700

600

1500

600

750 1700 1700 1700 750

600

6600

2700

D1

9-1

00

D16-300

D19-300

D1

6-1

00

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

POTONGAN MELINTANG E-ESKALA 1 : 750

PENULANGAN PILE CAP E-ESKALA 1 : 750

1 : 750

satuan dalam mm

Detail Potongan danPenulangan Pile Cap E-E

39 44

-25.00

600

7600

TULANGAN LENTUR ARAH X D16 - 100

TULANGAN LENTUR ARAH Y D16 - 100

LANTAI KERJA

600 600 600 600

803 1500 1500 1500 1500 800

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

Potongan Melintang PondasiA-A

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

POTONGAN MELINTANG A-ASKALA 1 : 400

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

1 : 750

satuan dalam mm

40 44

-25.00

600

7600

TULANGAN LENTUR ARAH X D16 - 100

TULANGAN LENTUR ARAH Y D19 - 100

LANTAI KERJA

600 600 600 600

803 1500 1500 1500 1500 800

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

POTONGAN MELINTANG B-BSKALA 1 : 400

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

POTONGAN MELINTANG B-B

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

1 : 400

satuan dalam mm

Potongan Melintang PondasiB-B

41 44

TULANGAN LENTUR ARAH X D19 - 100

TULANGAN LENTUR ARAH Y D19 - 100

1200

2700

LANTAI KERJA

600 600

1500 600600

TULANGAN LENTUR ARAH X D19 - 100

TULANGAN LENTUR ARAH Y D19 - 100

1200

2700

LANTAI KERJA

-25.00

600 600

1500600 600

ab

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

POTONGAN MELINTANG C-CSKALA 1 : 500

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

1 : 500

satuan dalam mm

Potongan Melintang PondasiC-C

42 44

-25.00

600

850 850

6800

1200

TULANGAN LENTUR ARAH X D16 - 100

TULANGAN LENTUR ARAH Y D19 - 100

LANTAI KERJA

600 600 600

1700 1700 1700

TUGAS AKHIR

SKALA 1 : 400

POTONGAN MELINTANG D-D

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

1 : 400

satuan dalam mm

Potongan Melintang PondasiD-D

43 44

-25.00

600

6600

1200

750

TULANGAN LENTUR ARAH X D16- 100

TULANGAN LENTUR ARAH Y D19- 100

LANTAI KERJA

600 600 600

1700 1700 1700 750

TUGAS AKHIR

SKALA 1 : 400

POTONGAN MELINTANG E-E

TUGAS AKHIR

LEMBARJUMLAHLEMBAR

JUDUL TUGAS

DOSEN ASISTENSI

NAMA MAHASISWA

JUDUL GAMBAR

SKALA

AGENG BIMAPRATAMA3112100038

INSTITUT TEKNOLOGISEPULUH NOPEMBER

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,

LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Prof. Dr. Ir. Triwulan, DEAEndah Wahyuni, ST. MSc. PhD.

1 : 400

satuan dalam mm

Potongan Melintang PondasiE-E

44 44

BIODATA PENULIS

Ageng Bimapratama lahir pada

tanggal 18 Januari 1995 di Surabaya,

Jawa Timur. Setelah menempuh

pendidikan formal di SDN Sidodadi II

Taman, SMP Negeri 1 Taman, dan

SMA Negeri 1 Sidoarjo, penulis

melanjutkan pendidikan di S1 Jurusan

Teknik Sipil FTSLK Institut

Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

pada tahun 2012 dan terdaftar dengan

NRP 3112100038.

Penulis sempat aktif di

organisasi kampus yaitu Himpunan

Mahasiswa Sipil (HMS) dan Dewan

Perwakilan Mahasiswa (DPM) ITS . Penulis juga pernah mengikuti

beberapa lomba karya tulis dan yang terdanai oleh DIKTI.

Penulis sangat berharap agar Tugas Akhir ini dapat

bermanfaat bagi pembaca serta bagi penulis sendiri. Apabila

pembaca ingin berkorespondensi dengan penulis, dapat melalui

email: [email protected]