t&tfDui&ieyBasr - dspace UII
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of t&tfDui&ieyBasr - dspace UII
Tli'CAS AKiHU
pi:n(;aiuii variasi penurunan teviperatur
pemadatan pada c ampl ran aspal beton duncan
mencgunakan sulfur sebacai zat aditif
'^V' ~.?VI- "j ',<': ''-'"' A V ; *. '.'. T
a >; i ,'< >.i
Ti.L TrRlMA
t&tfDui&ieyBasr
Diselesaikan Oleh :
YOUAN EKO BAWONO 97 511 235
WIDIE ARIFIANTO 97 511 364
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2003
f"
TUGASAKHIR
PENGARUH VARIASI PENURUNAN TEMPERATUR
PEMADATAN PADA CAMPURAN ASPAL BE ION DENGAN
MENCGUNAKAN SULFUR SEBAGAI ZA I ADITIF
Diajukan (iima Memcmthi Smart Dalam Kanaka Mcraih Dera/al Sar/ana
PadaJurusan TeknikSipil I<'ah.illas Teknik Sipil Dan Perencanaan
Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta
Diselesaikan Oleh :
YOHAN EKO BAWONO
No. MIis. : 97 51 I 2.15
W1DIEARIFIANTP
No. Mlis. : 97 511 364
JURUSAN TEKNIK SiPil.
FAKUETAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2003
LEMBAR PENG ESAI IAN
TUGAS AKHIR
PENGARUH VARIASI PENURUNAN TEMPERATUR
PEMADATAN PADA CAMPURAN ASPAL BETON DENGAN
MENGGUNAKAN SULFUR SEBAGAI ZAT ADITIF
Diselesaikan Oleh :
Yohan Eko Bawono
No. Mhs. : 97 511 ?.35
Widie A rill an to
No. iVIIks. : 97 51 i364
Tclah dipcriksa dan disctujui oleh
lr. Iskandar S., iVj'1'
Dosen Pembimbing I Tanggai : (y;
lr. Miftahul I au/.iali, MlDosen Pembimbing II Tanggai
-y^
k; o i '- go •>
\0 •(",'!. 2 0^7
KATA PENGANTAR
AssalamiP allaikum wr.wh.
Dengan mengucapkan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, scrta salam dan shalawat kepada
juniungan Nabi Muhammad SAW, sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan
dengan lancar tanpa hambatan yang cukup berarti.
Tugas Akhir ini dilaksanakan sebagai salah satu syarat dalam rangka
menempuh jenjang Srata Satu (S-l) di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan Umversitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Ucapan tenma kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada stmua
pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan Tugas Akhir ini, antara lain
kepada :
1. Bapak lr. Iskandar S, MT selaku dosen pembimbing Idan penguji Tugas Akhir
2. Ibu lr Miftahul Fauziah, MT selaku dosen pembimbing II dan penguji Tugas
Akhir.
3. Bapak lr. Widodo, MSCE, Phd., selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, Universitas Islam Indonesia.
4. Bapak lr. H. Munadhir. MS., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
5. Segenap staf Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta.
6. Rekan-iekan seprofesi dan semua pihak yang telah memberi masukan dan saran
dalam rangka penyelesaian Tugas Akhir ini.
Tugas Akhir ini dirasakan masih banyak kekurangan karena terbatasnya
kemampuan dan waktu yang dimiliki.. Demi kesempurnaan dan kemajuan ilmu
pengetahuan tentang fungsi dan kegunaan beton prategang di lingkungan masyarakat
luas diharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Billahlitaufiq walhidayah
Wassalamu 'allaikum Wr. Wh.
Yovakarta, Januari 2003
Penulis,
DAI TAR IS I
JUDUL
LEMBAR PFNGESAHAN
LEMBAR PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTARiSI
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
INTISARI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang j
i.2 Tujuan Penelitian 3
1.3 Manfaat Penelitian 3
1.4 Batasan Masalah 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aspai Beton 5
2.2 Agregat 7
2.3 Aspal ]0
2.4 Sulfur (Belerang) H
2.5 TemperaturPemadatan ]2
.6 Pemadatan
Ill
VI
VI1
Vlll
IX
L->
BAB III LANDASAN TEORI
3.1 Konstruksi Perkerasan 14
3.2 Sifat llsik dan gradasi agrcgat 15
3.3 Aspal jg
3.4 Sifat fisik Sulfur (Belerang) 19
3.5 Karakteristik Marshall 20
BAB IV HIPOTESA 24
BAB V METODE PENELITIAN
5.1 Persyaratan dan pengujian bahan 25
5.1.1 Pemeriksaan Agreg^.t 26
5.1.2 Pengujian bahan ikat aspal 28
5.2 Perencanaan Campuran 30
5.2.1 Perencanaan gradasi agregat campuran 30
5.3 Pengujian Campuran 31
5.3.1 Pembuatan Benda Uji 31
5.3.2 Peralatan Pengujian 34
5.3.3 Cara Pengujian 35
. 5.3.4 Anggapan Dasar 35
5 4 Analisis 36
5.4.1 Stabilitas 3/
5.4.2 Kelelehan {Plow) 39
5.4.3 VFVv.A 39
5.4.4 VITM 39
5.4.5 Marshall(hioiicnl 40
5.4.6 Indeks Percndaman 40
5.5 Kesulitan dan Penyelesaian 41
5.6 Bagan A\k (Flow Chart) 42
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
6.1 Hasil Peneiitian Laboratorium 45
6.1.1 Hasil Pengujian Benda Uji 46
6.2 Pembahasan 50
6.2.1 Stabilitas 50
6.2.2 Flow 53
6.2.3 V1TM 56
6.2.4 VFWA 59
6.2.5 Marshall Quotient 61
6.2.6 Pengujian Rendaman 63
6.2.7 Evaluasi Hasil Laboratoiium Terhadap Spesifikasi 65
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan 69
7.2 Saran 71
BAB VIII PENUTUP 72
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisa Saringan Agregat Kasar dan Halus Kadar Aspal 6%
Lampiran 2 Analisa Saringan Agregat Kasar dan Halus Kadar Aspal 6.5%
Lampiran 3 Analisa Saringan Agregat Kasar dan Halus Kadar Aspal 7%
Lampiran 4 Analisa Saringan Agregat Kasar dan Halus Kadar Aspal 7.5%
Lampiran 5 Analisa Saringan Agregat Kasar dan Halus Kadar Aspal 8%
Lampiran 6 Analisa Saringan Agregat Kasar dan Halus KAO 7.05%
Lampiran 7 Peineriksaan Berat Jenis Agregat Kasar
Lampiran 8 Peineriksaan Berat Jenis Agregat Halus
Lampiran 9 Sand Equivalent Data AASHTO Tl76-73
Lampiran 10 Peineriksaan Keausan Agregat (Abrasi Test) AASHTO 196-11
Lampiran 11 Peineriksaan Kelekatan Aspal Terhadap Batuan
Lampiran 12 Peineriksaan Kelekatan Agregat Terhadap Aspal
Lampiran 13 Peineriksaan Berat Jenis Aspal
Lampiran 14 Peineriksaan Titik Lembek Aspal
Lampiran 15 Peineriksaan Titik Nyala dan Titik Bakar
Lampiran 16 Peineriksaan Penetrasi Aspal
Lampiran 17 Peineriksaan Daktilitas/Residu
Lainp:'ran 18 Peineriksaan Kelarutan Dalam CCL
Lampiran 19 Perhitungan Test Marshall
Lampiran 20 Perhitungan Test Marshall Standar Tanpa Sulfur
Lampiran 21 Perhitungan Test Marshall Perendaman Tanpa Sulfur
jLampiran 22 Perhitungan Test Marshall Standar Dengan Sulfur
Lampiran 23 Perhitungan TestMarshall Perendaman Dengan Sulfur
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Persyaratan kualitas agregat kasar
Tabel 3.2 Persyaratan kualitas agregat halus
Tabel 3.3 Gradasi mineral pengisi (filler)
Tabel 3.4 Gradasi agregat
Tabel 3.5 Persyaratan aspal keras
Tabel 3.6 Persyaratan kualitas Marshall campuran
Tabel 5.1 Koreksi tebal bendauji
Tabel 6.1 Spesifikasi dan hasil pemeriksaan agregat kasar
Tabel 6.2 Spesifilaksi dan hasil pemeriksaan agregat halus
Tabel 6.3 Spesifikasi dan hasil pemeriksaan aspal keras 60-70
Tabel 6.4 Hasil pemeriksaan Marshall Test untuk mencari KAO
Tabel 6.5 Hasil pemeriksaan Marshall terhadap penurunan temperatur
pemadatan optimum untuk campuran aspal beton tanpa sulfur
Tabel 6.6 Hasil pemeriksaan Marshall terhadap penurunan temperatur
pemadatan optimum un.uk campuran aspal beton dengan sulfur
Tabel 6.7 Hasil pemeriksaan Marshall terhadap penurunan temperatur
pemadatan optimum untuk campuran aspal beton tanpa sulfur
dengan perendaman
Tabel 6.8 Hasil pemeriksaan Marshall terhadap penurunan temperatur
'pemadatan optimum untuk campuran aspal beton dengan sulfur
ddengan perendaman
Tabei 6.9 Niiai stabilitas hasil pengujian Marshall standar
Tabel 6.10 Niiaiflow hasil pengujian Marshall standar
Tabel 6.11 Nilai V1TM hasil pengujian Marshall standar
Tabel 6.12 Niiai VFWA hasil pengujianMarshall standar
Tabel 6.!3 Nilai Marshall Quotient hasil pengujian Marshall standar
Tabei 6.14 Nilai Indeks Perendaman hasil pengujian Marshall standar
1abel 6.15 Hasil Marshall Test dengan berbagai variasi temperatur pemadatan
campuran aspal beton tanpa sulfur terhadap persyaratan
Iabel 6.! 6 Hasil /,larshall Test dengan berbagai variasi temperatur pemadatan
campuran aspal beton dengan sulfur terhadap persyaratan
INTI5ARI
Campuran aspal heion mentpakan salah salujenis perkerasan lenlur yangmenggunakan campuran merata anlar agregat dan aspal sehagai bahan pengikatpada temperatur lertentu. Aspal sehagai bahan pengikat sangat dipengaruhi olehtemperatur pemadatan. Zat aditif sehagai bahan lam hah campuran memherikanpengaruh vang sangat besar terhadap karaktenstik campuran. Zat aditif yangperlu dipertimbangkan pcnggunaannya dalam usaha mengaiasi masalahpenurunan temperatur pemadatan diantaranya adalah sulfur. Hal mi disebabkansifat fisik sulfur pada temperatur yang sama dengan aspal memiliki viskositasvang Ichih rendah dibandmgkan dengan aspal.
Penehtian ini dilakukan dengan dua lahap. yaitu tahap I uniuk mencarikadar aspal optimum dengan pengujian laboratorium yang menggunakan a/atMarshall terhadap tiap model benda u/'i campuran aspal beton dengan kadaraspal 6% sampai H% dengan inlcval 0.5% menggunakan aspal AC 60-70.Setet'ah didapat kadar aspal optimum selanfutnya dilakukan tahap II, yaitupembuatan modelcampuran aspal beton dengan menambahkan sulfur sebagai zataditif sebanyak 30% dan kadar aspal optimum. Untuk pengujian terhadapkarakterislik Marshall dilakukan dengan alal pengujian Marshall dengan variasipenurunan temperatur pemadatan dan IMFC sampai dengan 80"C denganinterval temperatur pemadatan I5°C Hasil penehtian temperatur pemadatanbaik pada campuran aspal beton dengan sulfur maupun campuran aspal betontanpa sulfur kemudian dibandmgkan dengan spesifikasi dari Bina Marga (1987)terhadap persyaratan untuk aspal beton yang ineliputi stabilitas, flow, VTTM,VFWA, Marshall Quotient dan Immersion Test.
Hasil penehtian menunjukkan bahwa penganih temperatur pemadatanpada campuran aspal beton tanpa sulfur maupun campuran aspal beton yangditambahkan sulfur menyebabkan perubahan nilai-mlai karaktenstik Marshall.Dan hasil penelilan, campuran aspal beton yang memakai sulfur memiliki nilaistabilitas, flow dan CUM vo.ng lebih rendah dibandmgkan campuran aspal betonvang lidak memakai sulfur, sedangkan nilai Marshall Ootient, VFWA dan IndeksPerendamannva menga/ami kenaikan. Berdasurkaii hasil penehtian yangdilakukan, pada campuran aspal beton tanpa sulfur dipemleh temperaturpemadatan paling baik antara 11 ()"('-! 40"C, sedangkan pada campuran aspalbeton dengan sulfur diperoleh temperatur pemada'an yang paling baik antara95"C-140"C. Hasil penehtian untuk kedua campuran aspal beton lesebulinemenuhi pei.varalan temperatur pemadalan minima! untuk aspal beton danBina Marga (19H7), yaitu 110"C
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan manusia dan bertambah
kompleksnya kebutuhan manusia, haruslah diimbangi dengan usaha pemenuhan
kebutuhan tersebut yang meliputi sarana dan prasarana. Transportasi adalah salali
satu aspekyang penting guna memenuhi kebutuhan tersebut. Salahsatu prasarana
transportasi darat yang selalu dituntut perkembangannya guna memenuhi
kebutuhan lalu-lintas adalah jalan raya. Kondisi jalan yang baik sangat
berpengaruh terhadap lancarnya arus lalu-lintas, sehingga diperlukan perencanaan
lajur perkerasan yang baik agar kondisi jalan aman dan nyaman untuk dilalui
kendaraan. Oleh karena itu, perlu dibutuhkan struktur jalan yang memenuhi
standar spesifikasi jalan yang telah ditetapkan.
Salah satu jenis perkerasan lentur yang mempunyai nilai struktural yang
tinggi adalah aspal beton, sehingga aspal beton banyak digunakan di Indonesia
untuk jalan dengan tingkat layanan yang tinggi. Aspal beton tersusun atas agregat
yang terdiri dari beberapa fraksi yaitu fxaksi kasar, halus dan zat aditif dengan
menggunakan bahan ikat aspal.
Aspal sebagai bahan ikat sangat dipengaruhi oleh temperatur. Viskositas
aspal berubah sesuai dengan perubahan temperatur. Pada temperatur yang tinggi,
viskositas aspal rendah (aspal lebih cair), sehingga aspal mampu mengisi rongga
1
antar batuan secara merata, akan tetapi pemanasan yang terlalu tinggi akan
menyebabkan sifat-sifat aspal menjadi rusak, sehingga aspal akan lebih cepat
mengeras. Sebaliknya bila pemanasan aspal kurang atau pada temperatur yang
rendah, maka aspal bersifat lebih kental sehingga menyebabkan aspal sulit
menyelimuti batuan secara merata. Pada saat pemadatan kondisi yang terbaik
adalah pada temperatur yang sedemikian rupa sehingga aspal cukup encer untuk
mengisi ke semua rongga dengan mudah.
Temperatur yang berpengaruh terhadap kualitas aspal beton adalah
temperatur pencampuran, penghamparan dan pemadatan dilapangan. Pada
kenyataannya dilapangan, pengawasan terhadap temperatur pemadatan kurang
mendapat perhatian, bahkan sering terjadi temperatur pemadatan dilaksanakan
dibawah temperatur minimum yang disyaratkan (Break Down Rolling). Hal
tersebut menyebabkan aspal beton yang dihasilkan berkualitas rendah, karena
aspal pada temperatur rendah cenderung kental sehingga pemadatan menjadi lebih
sulit untuk mencapai kepadatan optimum (kepadatan yang sudah tidak dapat
dipadatkan lagi).
Penggunaan zat aditifdalam campuran memberikan pengaruh yang sangat
besar terhadap karakteristik campuran. Zat aditif yang perlu dipertimbangkan
penggunaannya dalam usaha mengatasi masalah penurunan temperatur
diantaranya adalah sulfur. Sifat fisik dari sulfur adalah pada temperatur yang sama
lebih encer (viskositasnya lebih rendah) dibandingkan dengan aspal. Pada
temperatur yang sama dengan aspal, aspal bersifat lebih kental daripada sulfur.
Bila pada saat proses pemadatan temperatur pemadatan menurun, campuran aspal
beton akan lebih kental, sehingga proses pemadatan akan lebih sulit dilaksanakan.
Diharapkan dengan penambahan sulfur pada campuran aspal beton, maka aspal
sulfur pada campuran aspal beton akan lebih encer, dengan demikian meskipun
temperatur pemadatan dilaksanakan dibawah temperatur minimum yang
disyaratkan, proses pemadatan akan lebih mudah dilaksanakan dan tidak
mengurangi kualitas aspal beton yang dihasilkan.
Sejalan dengan hal diatas, perlu diteliti seberapa besar pengaiuh
penurunan temperatur pemadatan terhadap karakteristik Marshall pada campuran
aspal beton dengan dan tanpa sulfur sebagai zat aditif.
1.2 Tujuan Penelitian
Penehtian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi penumnan
temperatur pemadatan pada campuran aspal beton dengan dan tanpa penambahan
sulfur sebagai zat aditif terhadap karakteristik campuran aspal beton. Karakteristik
yang ditinjau adalah nilai-niali Marshall berdasarkan spesifikasi Bina Marga
tahun 1987. Parameter Marshall tersebut adalah kelelehan flow), kepadatan
(density), VITM (Void In The Mix), VFWA (Void Filled With Asphalt), MQ
(Marshall Quotient) dan IP (Indeks perendaman).
1.3 Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pihak
pelaksana pembangunan jalan untuk mengatasi masalah penurunan temperatur
pemadatan pada proses pemadatan. Dengan dipergunakannya sulfur sebagai zat
aditif pada penelitian ini, maka diharapkan campuran aspal beton tidak akan
berkurang kualitasnya walaupun proses pemadatan dilaksanakan dibawah
temperatur minimum yang disyaratkan.
1.4 Batasan Masalah
Pada penelitian ini batasan masalahyang diambil adalah :
1. Campuran aspal beton menggunakan spesifikasi Bina Marga tahun 1987
Grading VIII (dapat dilihat pada tabel 3.4).
2. Spesifikasi campuran aspal beton disesuaikan dengan spesifikasi Bina
Marga tahun 1987.
3. Masalah yang dibahas hanya mengenai pengaruh penurunan temperatur
pemadatan pada campuran aspal beton dengan dan tanpa sulfur sebagai zat
aditif terhadap karakteristiknya.
4. Perencanaan campuran aspal beton dalam penelitian ini ditujukan untuk
melayani lalu-lintas berat dengan jumlah tumbukan 2 x 75 berdasarkan
Bina Marga (1987).
5. Pehggunaan sulfur sebagai zat aditif diperhitungkan berdasarkan
prosentasi berat terhadap kadar aspal optimum.
6. Pengaruh yang terjadi hanya dilihat terhadap karakteristik Marshall
berdasarkan persyaratan Bina Margatahun 1987.
7. Pada penelitian ini tidak membahas dan menguji unsur kimiawi balian,
semuapengujian berupauji fisik bahan saja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aspal Beton
Aspal beton merupakan salah satu jenis perkerasan lentur yang
mempunyai campuran aspal keras dengan agregat bergradasi menerus, kemudian
dicampur, dihamparkan dan dipadatkan pada suhu tertentu (Bina Marga, 1983).
Aspal beton banyak dipergunakan sebagai bahan lapis permukaan untuk
jalan yang menerima beban lalu-lintas yang tinggi, yang tersusun dari agregat
dengan gradasi menerus dan bahan ikat aspal yang diolah atau dicampur secara
panas (The Asphalt Institute, 1983).
Karakteristik yang harus dimiliki suatu campuran aspal beton adalah
sebagai berikut:
1. Stabilitas (Stability)
Stabilitas adalah besarnya kemampuan lapis perkerasan untuk menahan
deformasi akibat beban lalulintas yang bekerja.
2. Durabilitas (Durability)
Durabilitas adalah ketahanan umur lapis keras terhadap pengaruh cuaca,
air dan perubahan temperatur ataupun keausan akibat gesekan kendaraan.
Sifat aspal dapat berubah karena oksidasi dan perubahan dari campuran
yang disebabkan gaya air.
2.2 Agrcg;i(
Agregat merupakan salah satu komponcn dari lapisau perkerasan jalan dan
bcrpcran dalam mendukung scrla mcnycbaikan beban roda kendaraan kc lapis
tanah dasar. Sifat dan kualitas agregat mencntukan kemampuan untuk inemikul
beban lalu-lintas (Silvia Sukirman, 1992). Sifat agregat yang meneutukan
kuahtasnya sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan dapal dikelompokkan
menjadi liga kelompok, yaitu :
1. Kekuatan dan keawetan (Strength and Ihirabi/i/y).
2. Kemudahan untuk dilapisi aspal dengan baik.
3. Kemudahan dalam pelaksanaan dan mcnghasilkan lapisau yang aman dan
nyaman.
Pemilihan jenis agregat yang sesuai untuk digunakan pada konslruksi
perkerasan dipengaruln oleh beberapa faklor, yaitu :
1. Ukuran dan gradasi
Gradasi adalah disfribusi ukuran butir agregat yang dapal diketahui dengan
tes analisis saringan. Gradasi bcrpengaruh terhadap volume rongga anlar
butir sehingga mempengarulii nilai stabilitas dan sifat mudah dikcrjakau.
Menurut Kerb dan Walker (1971), agregat dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu :
a. Well Craded adalah gradasi yang mempunyai ukuran butir dari ukuran
yang terbesar sampai ukuran yang tcrkecil untuk mcnghasilkan suatu
campuran perkerasan dengan Italian ikat aspal yang mempunyai
stabilitas tinggi.
b. Cap Craded adalah gradasi yang dalam dislribusi ukuran butirannya
tidak mempunyai salah satu atau beberapa ukuran lertentu
(timpang/fidak menerus).
c. Uniform adalah gradasi yang dalam ukuran butirannya mengandung
buliran yang ukurannya hampir sama/sei again.
2. Kekuatan terhadap keausan
Agregat yang digunakan dalam perkerasan jalan hams mempunyai
kekcrasan tertentu agar tidak nuidah pecah menjadi ukuran yang lebih
kccil pada saat pencampuran dan pemadatan akibat beban lalu-lintas
selama umur pelayanan jalan. Agregat sebeltim digunakan pada
perkerasan jalan dilakukan uji keausan yaitu dengan uji Los Angeles
berdasarkan AASTHO T 96-97. Nilai abrasi yang diijinkan untuk
perkerasan jalan maksimal 40%.
3. Kelekalan terhadap aspal
Kelekatan terhadap aspal dipengaruhi oleh sifat-sifat agregat sebagai
berikut:
a. sifat mekanis, (erganlung dari :
1) pori-pori dan absorpsi
2) bentuk dan tekstur permukaan
3) ukuran buliran
b. sifat kimiawi agregat
Perinukaan agregat yang kasar akan mcmbcrikan ikatan dengan aspal
yang lebih baik daripada agregat yang mempunyai permukaan yang
lebih licin. Kelckalan agregat terhadap aspal juga dipengamhi oleh sifat
agregat dengan air. Agregat beipon berguna untuk menyerap aspal
sehingga ikatan aspal dengan agregat baik. Apabila agregat banyak pon
mengakibalkan lerlalu banyak aspal yang terserap ke dalam agregat.
4. Bentuk butiran (Participle Shape)
Benluk butiran agregat bersudut seperti kubus {Pqiiidimentional)
mempunyai gesckan dalam (Internal l-'riction) yang tinggi dan bersifat
saling mengunci sehingga mcnghasilkan kcstabilan konslruksi perkerasan
yang tinggi pula.
5. Porositas
Nilai porositas yang tinggi menyebabkan jumlah aspal yang diserap
agregat menjadi banyak, tctapi agregaf hams mempunyai nilai porositas
lertentu agar terjadi ikatan yang kuat antara agregat dan aspal.
6. Tekstur permukaan
Perinukaan yang kasar mcnimbulkan lahanan terhadap snipping yang
lebih baik bila dibandmgkan dengan permukaan yang halus.
7. Kebersihan dan sifat kinu'a
Agregat tidak bolch mengatidung bahan yang mudali lepas scpciti
lempung, lanau, kalsium karbonat yang melebihi batasan lertentu karena
akan mengmangi daya Icknl dengan aspal. Pemeriksaan imluk agicgal
halus yaitu dengan uji Sand lu/uivo/c/i/.
2.3 Aspal
Menurut Kerbs dan Walker (1971) aspal adalah balian padal atau sem
padat yang bcrwarna coklat gclap sampai hitam yang sebagian bah;
peiiyusunnya adalah bitumen yang lerjadi di alam atau melalui penyulingan
minyak. Aspal semen (AC) atau aspal keras adalah aspal-yang dibual dengan
kckentalan dan kualitas tertentu yang didapal dari residu hasil deslilasi minyak
biimi pada kead ian bampa udara.
Menurut Silvia Sukirman (1992) aspal didennisikan sebagai material
bitumen yang digunakan sebagai bahan pengikat batuan untuk lapis perkerasan.
Jenis aspal keras ditandai dengan angka penetrasi aspal. Angka penetrasi mi
menyatakan tingkat kekerasan aspal atau konsistensi aspal. Semakin besar angka
penetrasi semakin rendah tingkat kekerasan aspal, sebaliknya semakin kecil angka
peneterasi maka aspal akan semakin keras/padat (AASTHO, 1988).
Bina Marga menetapkan bahwa jenis aspal keras yang dapat dipergunakan
sebagai bahan ikat dalam campuran agregat aspal yaitu AC 60-70 dan AC 80-100
yang mempunyai spesifikasi yang disesuaikan dengan kondisi alam di Indonesia.
21111
till
II
2.4 Sulfur (Belerang)
Menurut Meyer sulfur adaiah bahan anorganik, non metalik yang banvak
berupa kristal padat berwarna kuning dengan nilai kepadatan 2,00. Pada
temperatur kamar sulfur berbentuk rombik, yaitu suatu bangun yang
mempunyai tiga poros saling tegak lums satu dengan yang lainnya dan masing-
masing berbeda panjangnya. Bentuk ini disebut sebagai belerang alfa dan stabil
sampai temperatur 95°C Lebih dari temperatur ini sulfur akan berubah bentuk
ke prismatik. Pada temperatur 95,5°C be'erang alfa berubah menjadi belerang
beta, berstruktur monoklin, yaitu merupakan bangunan dengan tiga poros yang
sama panjang, dua diantaranya saling tegak lums sedang yang satunya
cenderung miring terhadap kedua poros tersebut (Setyaheni, 1993).
Pada temperatur 116°C - 169°C sulfur berbentuk cair dengan viskositas
sekitar 8 sampai 10 centipoise. Pada pemanasan lebih dari 159°C viskositasnya
naik secara tajam, dan mulai temperatur 200°C viskositasnya mulai turun lagi.
Temperatur titik didih sulfur adalah 444,6°C (Setyaheni, 1993).
Pada penelitian sebelumnya, Setyaheni (1993) menyatakan baliwa
penggimaan sulfur sebagai bahan tambah dapat menaikkan stabilitas campuran
aspal beton dibandingkan dengan campuran aspal beton yang tidak menggunakan
sulfur sebagai bahan tambah. Selain itu, penelitian lain menyatakan bahw
penggimaan sulfur sebagai bahan tambah pada campuran HRA dapat menaikkan
stabilitas campuran HRA (Mulyono, AT, 1999).
a
sulfur sebagai bahan tambah Se.am „u. peneht.an lam menyatakan hahwa
penggimaan sulfur sebagai bahan tambah pada campuran HRA d.pa. menaikkanstabilitas campuran HRA (Mulyono, AT, 1999).
2.5 Temperatur Pemadatan
Pada temperatur jalan yang dikcrjakan secara panas, temperatur sangatmempengarub, kualitas perkerasan yang dihas.lkan serta tmgkat kemudahan dan
pekerjaan (workability). Temperatur yang d.maksud adalah temperaturpelaksanaan konslruksi pada saat pencampuran, penghamparan maupunpemadatan Bahan penyusun campuran yang sangat dipenganihi oleh tempcraluradalah aspal, karena viskositasnya akan turun/ ca,r pada temperatur yang sangattinggi dan naik kembali apabila lemperatur turun. Dengan temperatur tinggi akanmemudahkan pencampuran karena aspal akan mudali merata pada campuran
hingga menyelimuti seluruh permukaan agregat dan memudahkan pemadatan.
Dengan temperatur tinggi aspal akan mengis. rongga-rongga dalam campuran,sebaliknya pada temperatur yang rendah aspal sudah mengeras sehingga prosespemadatan akan mengalam, kesuhtan. Pada pemanasan aspal juga hams
diperhatikan tingkat temperaturnya dimana tidak boleh terialu tinggi lungg,melainpaui link nyala aspal bahkan titik bakarnya sebab aspal akan rusak. Dengan
rusaknya aspal maka akan tnudah rapuh/gelas dan daya ikat aspal akan rendah
sehingga berakibat meni.nm.iya kualitas konslruksi lapis perkerasan (The AsphaltInstitute MS-22, 1983).
a
13
2.6 IVniiiclatan
Pemadatan adalah suatu proses untuk mcmpcrkecil volume campurandengan menghilangkan rongga udara yang lerdapa. dalam campuran. Can, yangdilakukan adalah dengan menekan partikcl-partikcl campuran yang sudahd-selimul, oleh aspal secara bersama-sama sehingga pon-por, udara dalam
campuran berkurang. Pemadatan diharapkan dapat dicapai bila kandungan ronggaudara dan kerapatan yang drhas.ikan mencapa, optimum. Hal „n dapal dicapaiapabila pemadatan dilaksanakan pada temperatur yang sesuai.
Temperatur pemadatan akan berpengaruh terhadap pemadatan aspal beton.Pada temperatur yang tcrlalu tinggi aspal masih bersifat sangat encer dan menjadipelicin antar batuan, sehingga pemadatan menjadi sulit dilakukan. Sebaliknya jikatemperatur aspal bersifat kental, sehingga berakibat pemadatan menjadi sulituntuk mencapai kepadatan oplimum.
Pemadatan dilakukan untuk menghilangkan rongga kosong/por. dalam
campuran perkerasan. Adanya pon-pon dapat menyebabkan terjadinya proses
oksidasi sedangkan hasil oksidasi akan tcrlaru. dalam air yang akan masuk
kedalam pori-pori yang menyebabkan campuran menjadi gelas (The AsphaltInstitute MS-22, 1983). Secara tiimim pemadatan dimaksudkan untuk memperluasbidang sentuh antar batuan sehingga mcmpertmgg. Internal Friction.
BAB III
i AN DA SAN II OR I
3.1 Konstruksi Perkerasan
Perkerasan jalan adalah suatu lapisau yang diietakkan diatas tanah clasar
setclah dipadalkan, yang berfungsi untuk nicimkul dan mcnyebarkan beban, baik
ke arah horisonlal maupun vcrtikal dan akhirnya mencruskan beban ke tanah
dasar (suhgrode), agar tanah dasar tidak mendapat tekanan melainpaui daya
dukung ijin. Pada umumnya lapis perkerasan Icrdiri dari bcbcrapa lapis, dengan
kualitas bahan semakin ke alas semakin baik. Secara umum konslruksi perkerasan
terdiri dari tiga jenis, yaitu :
1. Perkerasan Lenlur (Flexible Pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan
bahan ikat aspal.
2. Perkerasan kaku (Rigid Pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan
bahan ikat Portland Cement.
3. Perkerasan komposit (Composite Pavement), yaitu perkerasan campuran
antara perkerasan kaku dengan perkerasan lentur.
Pada perkerasan lenlur, tersusun dari tiga bagian, yaitu :
a. Lapis permukaan (Surface Course)
b. Lapis pondasi alas (Base ('ourse)
c. Lapis pondasi bawah (Subba.se Course)
14
15
Pada penelitian ini dilakukan pengujian terhadap campuran agregal. aspal
dan bahan tambah yang ditujukan untuk lapis permukaan (Surface Course).
3.2 Sifat fisik (\i\t\ gradasi agregat
Menurut ukuran butirannya agregat dapat dikelompokkan menjadi tiga
(The Asphalt Institute MS-22, 1991), yaitu :
1. Agregat kasar
Agregat kasar yaitu batuan yang terlahan saringan no. 8 (2,36 mm). Agregat
kasar dalam campuran berfungsi memberikan stabilitas campuran dengan cara
saling mengunci dari masing-masing partikel agregat kasar, serta dipcrolch
juga stabilitas dari tahanan gesek (friction resistance) terhadap suatu aksi
peipindahan. Bentuk dan tekstur dari agregat kasar sangat menentukan dalam
memberikan stabilitas yang tinggi. Oleh karena itu agregat kasar yang ideal
adalah agregat yang memiliki bentuk siku-siku mendekati kubus dan
permukaannya kasar.
Tabel 3.1 Persyaratan kualitas agregat kasarNo. Jenis Peineriksaan Cara
Pemeriksaan
Pcsyaratan Satuan
1.
2.
Tingkat keausan denganmesin Los AngelesKelekatan terhadap aspal
PB-0206-76
PB-0205-76
"PB-0202-75
<40
> 95
< 3
/o
0/
3. Penyerapan terhadap air 0//o
4. Berat jenis semu PB-0202-76
PB-0202-76
~ PB-0T02-75 "
2,5 -
5.
-----
Berat jenis keringpermukaan jenuhTingkat keawetan(Soundness)
2,5
~< 12
Sumber : Bina Marga 1987
2. Agregat halus
Agregat halus yaitu batuan yang lolos saringan no.8 (2,36 mm) dan terlahan
saringan no.200 (0,075 mm). Agregat halus dalam campuran berfungsi untuk
mcnambah stabilitas campuran dengan mempcrkokoh sifat saling mengunci
dari agregat kasar. Disamping itu agregat halus juga berfungsi mengurangi
rongga udara dalam campuran dan menaikkan luas permukaan (surface area)
dari agregat, sehingga mengakibalkan naikuya kadar aspal yang pada akhiinya
akan mengakibatkan campuran perkerasan menjadi lebih awet (durable).
Tabel 3.2 Persyaratan kualitas agreaat halusNo.
No.
Jenis Pemeriksaan
Berat jenis semu
Peresapan terhadap aii
Nilai Sand Equivalent
Pemeriksaan
P'B-0202-07
'B-0202-07
PB-0202-07
Sumber : Bina Marga, 1983
3. Agregat pengisi (filler)
Agregat pengisi adalah batuan yang lolos saringan no. 200 (0,075 mm) dan
terlahan pan. Filler bisa berupa semen portland, debu batu, batu kapurdan lain
sebagainya. Tiller berfungsi mengisi rongga dalam campuran dan
meningkatkan kerapatan dan stabilitas campuran.
Persyaratan
> 2,5
> 50
Tabel 3.3 Gradasi mineral pengisi (filler)Ukuran Saringan No.Jmm)"" No.30 (0,59 rump
N^507^9mm)~"
No. 100(0,149mni)
Wa200^64Tmrn)~
Satuan
Sumber: Bina Marga, 1983
""% lolos100
~"95~-_r6o"
90 - 100
70- 100
17
Gradasi agregat aspal beton yang dipergunakan dalam penelitian ini mengikuti
spesifikasi teknis campuran seperti terdapat dalam tabel 3A Gradasi yang
dipakai adalah gradasi VIII (dapat dilihat pada tabel 3.4).
Tabel 3.4 Gradasi agregat
Ukuran % Berat yang lolos
Saringan I II Ill IV V VI VII VIII IX X XI
(mm)38.1 - -
-too -
-
100
- -
25.4 - -
too 90- - -
too -
100
19.1 -100 ~
too 80-
100
82-
100
100 85-
100
95-
100
100
72.7 ~ too "~75~~"
too
too 80-
100
-72-
90
80-
100
too
9.52 75- 60- 80- 70- 60- -- -
65- 56- 74-
100 85 100 90 80 85 78 92
4,76 35- 55- 50- 50- 48- 52- 54- 62- 45- 38- 48-
55 75 70 70 65 70 72 80 65 60 70
2,38 20- 20- 35- 35- 35- 40- 42- 44- 34- 27- 33-
35 35 50 50 50 56 58 60 45 47 53
0,59 10- 10- 18- 18- 19- 24- 26- 28- 20- 13- 15-
0T279
22
"7576~
22 29 29 30
13-
36
~16-~"
38
18"
40
20-
35
16-
28 30
~7o-6-16 13- 13- 9-20
23 23 23 26 28 30 26 20
0.149 4-12 4-12 8-16 8-16 7-15 10-
18
12-
20
12-
20
10-
18
0.047 2-8 2-8 4-10 4-10 1-8 6-12 6-12 6-! 2 5-10 4-8 4-9
Sumber : Bina Wlarga. 987
Keterangan :
a. No. Campuran : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X dapat digunakan
untuk lapis permukaan.
b. No. Campuran : II digunakan unliik lapis permukaan, perala (leveling) dan
lapis antara (binder).
c. No. Campuran : V digunakan untuk lapis permukaan dan lapis anlara
(binder).
3.3 Aspal
Aspal digunakan sebagai bahan ikat dan pengisi rongga antar batuan pada
campuran aspal beton, serta sebagai pelumas pada saal pcmadalan. Sifat-sifat
aspal akan sangat berpenganih terhadap karaktenstik campuran perkeiasan. Aspal
keras dengan angka penetrasi rendah lebih banyak digunakan di daerah dengan
cuaca yang panas atau lalu-lintas dengan volume yang tinggi, sedangkan aspal
keras dengan angka penetrasi yang lebih banyak digunakan di daerah dengan
cuaca yang dingin atau lalu-lintas dengan volume yang rendah. Di daerah beriklim
tropis seperti di Indonesia pada uniumnya digunakan aspal keras AC 60-70 dan
AC 80-100.
Aspal mempunyai sifat ihermoplasiik, dimana konsistensinya berubah
sesuai dengan perubahan temperatur. Pada temperatur yang tinggi. aspal akan
mempunyai nilai viskositas yang rendah/aspal lebih cair, disamping itu aspal akan
memiliki daya ikat yang tinggi dan mampu mengisi rongga antar batuan secara
merata. Sedangkan pada teniperalur yang rendah, aspal akan mempunyai nilai
viskositas yang tinggi, sehingga aspal tidak bisa menyelimuti batuan secara
sempurna.
19
Pemakaian aspal dalam campuran sangat menentukan lingkal kekedapan
campuran terhadap air dan udara, semakin bcsar kadar aspal semakin rapal
campuran karena rongga dalam campuran dapat tcrisi oleh aspal. Telapi kadar
aspal yang berlebihan, akan bcrakibat aspal berubah fungsi menjadi pchcin pada
saat temperatur tinggi, untuk itu peril, dicaii kadar aspal optimum. Aspal yang
digunakan pada penelitian ini berupa aspal keras penetrasi 60-70 dengan
persyaratan yang dapat dilihat pada tabel 3.5 benkut :
Tabel 3.5 Persyaratan aspal kerasNo. Jenis Pemeriksaan
1. Penetrasi (25°C, 5 detik)
2. Titik lembek(ring and ball)
3. Titik nyala (elev. Open cup)
4. Kehilangan berat (I63°C, 5 jam)
5. Kelanitan (CCL, atau CS2)
6. Daktilitas (25°C, 5 cm/menit)
7. Penetrasi selelah kehilangan berat
8. Berat jenis (25°C)
Sumber : Bina Marga, 1987
3.4 Sifat fisik Sulfur (Belerang)
Dcme (Setyaheni, 1993) menyatakan bahwa belerang cair mempunyai tiga
bentuk, yaitu : cairan kunijlg pucat (dibawah 160°C), cairan kental coklat tua
(diatas I60°C) dan bentuk pi yang selalu ada dalam kesimbangan dengan kedua
bentuk tersebut. Pada tempcralur 116°C-I69°C sulfur berbentuk cair dengan
viskositas sekitar 8 sampai dengan 10 cenlipoise. Pada pemanasan lebih dari
159°C viskositasnya naik secara lajam. Dan mulai temperatur 200 V viskosiiosnya
mulai turun lagi. Temperatur titik didih sulfur berada pada suliii 444,6°C.
Pada temperatur I16°C-I59T sulfur berbentuk cair dengan viskositas
antara 8 sampai 10 ccntipoise, sedangkan aspal pada temperatur yang sama
viskositasnya masih tinggi, yaitu sekitar 300 sampai dengan 600 centipo-se untuk
AC 60-70. Pada temperatur I59°C-200"C viskositas sulfur naik secara lajam
(mengental), sedangkan viskositas aspal justru semakin rendah (cair). Akibat
perbedaan sifat itu, apabila sulfur ditambahkan pada aspal, maka aspal akan
mempertahankan v/.v/rav/Vc/.snya tetap rendah meskipun temperatur sudah turun
3.5 Karakteristik Marshall
Parameter karakteristik Marshall yang dapat diperoleh dari pengujian
Marshall adalah :
1. Stabilitas (Stability)
Stabilitas adalah kemampuan lapis perkerasan untuk menerima beban
lalu-lintas dengan perubahan bentuk yang relatif kecil. (The Asphalt
Institute, MS-22, 1984).
2. VITM (VoidIn The Mix)
VITM adalah prosentase rongga udara yang ada terhadap volume pada
suatu campuran. Nilai VITM akan berkurang dengan bertambalinya
kadar aspal dalam campuran, karena rongga antar butir agregat akan
terisi aspal (Robert el al, 1991).
3. VJAVA (Void Tilled Willi Asphalt)
VFWA adalah proscntasc rongga dalam agregat padat yang terisi
aspal. VFWA yang terlalu tinggi dapal menyebabkan aspal naik
kepcrmukaan pada campuran poms dan mudali tcroksidasi (Robert ct
al, 1991).
4. Kelelehan (Flow)
Kelelehan menunjukkan besamya deformasi verlikal dari campuran
akibat beban yang bekerja padanya mulai awal pembebanan sampai
kondisi kestabilan menurun. Pcngukuran nilai flow dilakukan
bersamaan dengan pengiikuran nilai stabilitas Marsha/I.
5. MQ (Marshall Quotient)
Marshall Quotient merupakan hasi! bagi antara stabilitas dan kelelehan
yang digunakan untuk pendekatan terhadap tingkat kekakuan
(flexibility) campuran. Nilai Marshall Quotient yang tinggi
menunjukkan nilai kekakuan lapis keras tinggi. Lapis keras yang
memiliki nilai MQ terlalu tinggi akan mudah terjadi retak-retak akibal
beban bemlang dan lalu-lintas. Sebaliknya nilai MQ yang terlalu
rendah menunjukkan campuran terlalu plastis (flexible) yang
mengakibatkan perkerasan mudah berubah bentuk jika menerima
beban lalu-lintas (The Asphalt Institute MS-22, 1983).
\ 1
22
<Y Indeks Perendainan
Uji perendaman bcrtiijuan untuk mengclaluii perubahan karakteristik
campuran akibat dari pengaruh air, suhu dan cuaca. Pengujian ini
mempunyai prinsip yang sama dengan pengujian Marshall standar,
hanya dengan waktu perendaman yang berbeda. Uji perendaman pada
penelitian ini dilakukan selama 30 menit dan 24 jam dalam temperatur
konstan 60°C sebelum pembanan diberikan. Uji rendaman ini mengacu
pada AASTHO T.I65-82 atau AS I'm D. 1075-76. Apabila indeks
tahanan kekualan > 75 % campuran tersebut dapat dikatakan memiliki
tahanan kckuatan yang cukup memuaskan dari kerusakan oleh air,
suhu dan cuaca
Adapun parameter data fisik yang diperlukan untuk analisis VITM dan
VFWA adalah sebagai berikut:
a ^ kadar aspal dalam campuran agregat (%)
b = kadar aspal terhadap campuran total (%)
c = berat benda uji sebelum direndam air (gram)
d = berat benda uji dalam keadaan jenuh air/ ssd (gram)
e - berat benda uji didalatn air (gram)
f = volume benda uji - d-e (cc)
g •-= berat volume benda uji = density - c/f (gram/cc)
h bcral jenis inaksimum leorilis (giam'c.
i=volume aspal = -A^LL^ r%)IIIaspal"
, (I00-/;).vfJ volume agregat = -— '-'-... (%)BJagregat
k = kadar rongga dalam campuran =(100-i-j), (%)
I=kadar rongga terhadap campuran (VITM) ^100 - -'--()*^. (%\h '
in = kadar rongga yang teiisi aspal (VFWA) 100 x
Selanjutnya dari semua hasil pengujian Marshall dibandingkan dengan
spesifikasi Bina Marga 1987 seperti label 3.6 berikiil :
No. Parameter Persyaratan Saluan
1. Stabilitas •" ~ 550 ' \ ~"~2"~4~~ ~T~
T~5 j'~
Kg
Mm2. Flow
3. VITM 0//o
4. VFWA 75 - 82 !i
~ 200" - 350 "_ 'i "!
/o
Kg/mm5. MQ
Sumber: Bina Marga, 1987
diselimuti oleh aspal secara bersama-sama sehingga pori-pori udara dalam
campuran berkurang. Pemadatan diharapkan dapat dicapai bila kandungan rongga
udara dan kerapatan yang dihasilkan mencapai optimum. Hal ini dapat dicapai
apabila pemadatan dilaksanakan pada temperatur yang sesuai.
Temperatur pemadatanakan berpengaruh terhadap pemadatan aspal beton.
Pada temperatur yang terlalu tinggi aspal masih bersifat sangat encer dan menjadi
pelicin antarbatuan, sehingga pemadatan menjadi sulit dilakukan. Sebaliknya jika
temperatur aspal bersifat kental, sehingga berakibat pemadatan menjadi sulit
untuk mencapai kepadatan optimum.
Pemadatan dilakukan untuk menghilangkan rongga kosong/pori dalam
campuran perkerasan. Adanya pori-pori dapat menyebabkan terjadinya proses
oksidasi sedangkan hasil oksidasi akan terlarut dalam air yang akan masuk
kedalam pori-pori yang menyebabkan campuran menjadi getas (The Asphalt
Institute MS-22, 1983). Secara umum pemadatan dimaksudkan untuk memperluas
bidang sentuh antar batuan sehinggamempertinggi Internal Friction.
Tabel 3.7 Persyaratan Temperatur PemadatanJenis Pemadatan Temperatur Alat
Pemadatan Awal Minimal 110°C Pemadat roda best
Pemadatan Antara 90C,C-110°C Pemadat roda karet
Pemadatan Akhir Minimal 90°C Pemadat roda besi
Sumber : Bina Marga 1987
BAH IV
H1POTESA
kualitas aspal beton sangat d.pcngarulii oleh temperatur pencampuran
maupun pemadatan. Pada pclaksanaan dilapangan scring tcrjadi pemadatan
dilaksanakan pada temperatur lebih rendah dari persyaratan, sehingga
mcmpengaruhi kualitas aspal beton yang dihasilkan Sulfur memiliki sifat
viskositas yang lebih rendah dibandmg dengan aspal pada tcinpcralur yang sama.
Dengan penambahan sulfur dalam aspal diharapkan pada tcinpcralur yang sama
aspal memiliki sifal viskositas lebih rendah dibandingkan dengan campuran aspal
beton tanpa sulfur. Berdasarkan landasan (eon yang ada, diduga campuran dengan
penambahan sulfur memiliki kualitas yang dilunjukkan dengan parameter
stabilitas (Stability), kelelehan (Flow), VITM (Void In The Mix), VFWA "(Few/
Tilled With Asphalt), MQ (Marshall Quotient) dan Indeks Perendaman
(Immersion Test).
24
BAB V
METODE PENELITIAN
Pada penelitian Tugas Akhir ini dilakukan percobaan di Laboratoiium
Jalan Raya jurusan Teknik Sipil Universitas Islam Indonesia. Pada tahap ini
kegialan yang dilakukan adalah mengumpulkan bahan-bahan dan buku-buku
pustaka sebagai pcnunjang landasan teori. Bahan yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah berupa agregat, aspal dan bahan lambah. Agregal yang,
dipergunakan dalam penelitian ini bcrasal dari hasil pemceah batu ( Stone
Crusher ) milik PT. Pcrwila kaiya di daerah Clereng Kulon Progo Yogyakarta.
Sedangkan aspal yang dipakai adalah jenis AC 60-70 produksi Pertainina yang
diperolch dan PT. Perwila Karya Yogyakarta. Untuk bahan tambah dipakai sulfur
yang di dapal dari pasar Beringharjo, Yogyakarta,. Semua bahan dalam penelitian
ini terseclia di Laboralorium Jalan Raya jurusan Teknik Sipil Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta.
5.1 Persyaratan dan Pengujian Bahan
Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini sebelumnya diuji di
laboralorium. Data dari pengujian bahan tersebut digunakan dalam pembuatan
benda uji. Adapun pengujian yang dilakukan meliputi :
25
26
1. Pemeriksaan Agregat
Agregat merupakan komponcn utama dari lapis perkerasan jalan,
kandungan agregat dalam lapis perkerasan berkisar 90 95 % pcrsentase berat
atau 75 85% berdasarkan pcrsentase volume. Dengan demikian daya dukung,
keawetan, dan mutu perkerasan jalan ditenlukan juga dan sifat agregat dan
pencampuran agregat dengan material lain. Adapun untuk mengetahui kualitas
agregat dilakukan pemeriksaan sebagai berikut .
I. Pemeriksaan keausan agregat
Ketahanan agregat terhadap penghancuran diperiksa dengan menggunakan
percobaan Abrasi Los Angeles berdasarkan PB-0206-76. Agregat yang
disiapkan dimasukan kedalam mesin Los Angeles bersama-sama dengan bola-
bola baja, lain diputar dengan kecepatan 30/33 rpm selama 500 putaran. Nilai
akhir dinyalakan dalam persen yang merupakan hasil peibandingan antara berat
benda uji semula dikurang berat benda uji tertahan saringan No. 12-dengan
berat benda uji semula. Nilai tinggi menunjukan banyaknya benda uji yang
hancur akibat putaran alat yang mengakibatkan tumbukan dan gesekan antar
partikel dengan bola-bola baja. Nilai abrasi > 40 % menunjukan agregat tidak
mempunyai kekerasan cukup untuk digunakan sebagai bahan/material lapisau
perkerasan.
2. Pemeriksaan berat jenis
Berat jenis adalah peibandingan antara berat volume agregat dan berat volume
air. Besarnya berat jenis agregat penting dalam perencanaan campuran agregat
27
dengan aspal karena uinumnya direneanakan dengan peibandingan berat dan
juga untuk menentukan banyaknya pori. Agregat dengan berat jenis yang kccil
mempunyai volume yang besar sehingga dengan berat yang sama
membuluhkan jumlah aspal yang banyak. Disamping itu agregat dengan kadar
pori yang besar membuluhkan jumlah aspal yang banyak. Adapun pemeriksaan
berat jenis dilentukan berdasarkan prosedur pengujian PB-0202-76 dengan
persyaratan min 2,5 gr/cc.
3. Pemeriksaan kelekatan terhadap aspal
Kelekatan agregat terhadap aspal dinyatakan dalam persentase luas permukaan
batuan yang tertutup aspal terhadap seiiimh permukaan dan besarnya minimal
95 %. Faktor yang mempengaruhi lekatan aspal dan agregat adalah sifat
mekanis dan kimia agregat. Sifat mekanis terdiri alas bentuk dan tekstur
permukaan, ukuran butiran, kandungan pori dan absorpsi Pemeriksaan agregal
untuk daya lekatnya terhadap aspal dilakukan dengan pcrcobaan niengiktiti
prosedur dari PB-0205-76.
4. Pemeriksaan peresapan agregat terhadapair
Peresapan agregat terhadap air dilakukan untuk mengetahui besarnya air yang
terserap oleh agregat. Besarnya peresapan air yang diijinkan maksimal sebesar
3 %. Air yang telah diserap oleh agregat sukar dihilangkan seluriihnya
walaupun melalui proses pengcringan, sehingga mempengaruhi daya lekal
aspal dengan agregat.
28
5. Pemeriksaan Sand equivalent
Sand Equivalent Test dilakukan untuk mengetahui kadar debu bahan yang
nienyerupai leinpung pada agregat halus/pasir. tempting dapat mempengaruhi
mutu campuran agregat dengan aspal karena lempung membuiigkus partikcl-
partikel agregat sehingga ikatan antar agregat dengan aspal berkurang, dan
adanya leinpung inengakibatkan luas daerah yang hams diselimuti aspal
bertambah. Sand Equivalent Test dilakukan untuk partikel agregat yang lolos
saringan No. 4 sesuai prosedur AASHTO T.I76-73. Nilai yang disyaratkan
sebesar minimal 50 %.
2. Pengujian Bahan Ikat Aspal
Aspal merupakan hasil produksi dan bahan-bahan alam, sehingga sifat-
sifat aspal harus selalu diperiksa di laboratoiium dan aspal yamg memenuhi
syarat-syarat yang telah ditetapkan dapat dipergunakan sebagai bahan pengikat
perkerasan. Pemeriksaan yang dilakukan untuk aspal keras adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Penetrasi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa tingkat kekerasan aspal. Prosedur
pemeriksaan mengikuti PA-0301-76. Pemeriksaan dilakukan dengan
memasukan jarum penetrasi berdiameter I mm dengan menggunakan beban
seberat 50 gr sehingga diperolch beban gerak seberat 100 gr
( berat jarum + beban ) selama 5 delik pada temperatur 25° C. Besarnya angka
penetrasi untuk aspal AC 60- 70 adalah antara 60 sampai 79.
29
2. Pemeriksaan Titik Lembck ( Softening point test )
Titik lembek aspal adalah suhu dimana suatu lapisau aspal dalam cincin yang
diletakan horizontal di dalam larutan air atau gliserine yang dipanaskan secara
tcralur menjadi lembek karena beban bola baja dengan diameter 9,53 mm
seberat 3,5 gr yang diletakan diatasnya sehingga lapisan aspal jaluh kedasar
dengan jarak I inclii. Prosedur pemeriksaan mengikuti PA - 0302 76 atau
dengan nilai yang disyaratkan sebesar 48° Csampai dengan 58° C.
3. Pemeriksaan Titik Nyala dan Titik Bakar
Pemeriksaan ini mengikuti prosedur PA 0303-76 yang berguna untuk
menentukan suhu dimana aspal terhhat menyafa singkat di permukaan aspal
( titik nyala ) sedangkan titik bakar adalah suhu pada saat terlihat nyala
sekurang-kuiangnya 5 detik pada perinukaan aspal. Pemeriksaan dilakukan di
ruangan gelap sehingga dapat segera diketahui timbulnya nyala pertama.
4. Kelarutan dalam CCL,
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan jumlah bitumen yang larut dalam
Carbon Tetra Chlorida. Jika semua bitumen yang diuji larut dalani CCLj maka
bitumen tersebul adalah murni. Prosedur pemeriksaan mengikuti PA -
0305-76.
5 Berat jenis
Beral jenis aspal adalah peibandingan antara berat aspal dan berat air suling
dengan isi yang sama pada suhu lertentu. Titik nyala dan titik bakar pcrlu
diketahui untuk menentukan temperatur maksimum aspal, sehingga dalam
30
pemanasan aspal tidak bolch melainpaui titik nyalanya. Pemanasan yang
melainpaui titik nyalanya atau titik bakarnya akan menyebabkan aspal tcrhakar
sehingga akan inengakibatkan aspal menjadi keras dan getas dan apabila
digunakan dalam campuran perkeiasan, perkerasan akan mudah retak, kurang
flexibel dan mudah peeah Pemeriksaan berat jenis aspal mengikuti prosedur
peineriksaan PA - 0307 - 76.
6. Pemeriksaan Daktalitas ( Ductalily Test)
Pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui sifat kohesi dalam aspal dengan
mengukur jarak terpanjang yang dapat ditarik antara dua cetakan yang berisi
bitumen keras sebelum putus pada suhu dan kecepatan lertentu. Aspal dengan
daktalitas yang lebih besar mengikat butir-butir agregat lebih baik tetap. lebih
peka terhadap perubahan temperatur. Pemeriksaan ini mengikuti prosedur
PA - 0306 - 76.
5.2 Perencanaan Campuran
Perencanaan campuran meliputi kegiatan sebagai berikut ini :
1. Perencanaan gradasi agregat campuran
Gradasi agregat yang digunakan pada campuran aspal beton mengacu pada
spesifikasi dari Bina Marga, 1987 seperti pada tabel 3.4. Tahapan persiapan dalani
pengujian ini adalah menenlukan ukuran gradasi agregat untuk campuran aspal
beton. Dalam penentuan gradasi agregat hendaknya mengikuti sifat-sifat alamiah
dari batuan. Hal ini penting untuk mengetahui pcrilaku campuran yang akan
dibuat. Pcrsentase dan agregat kasar pada campuran aspal beton berkisar antara30% - 55 %.
1. Kadar Aspal
Kadar aspal dalam penelitian ini dipergunakan 5 variasi kadar aspal dengan
kenaikan pcrsentase 0,5 %, yaitu 6%. 6,5 %. 7%, 7,5 %dan 8%dan berat total
campuran.
2. Bahan Tambah
Bahan tambah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Sufur. Kadar sulfur
yang digunakan pada penehtian mi yaitu sebainak 0,3 % dan berat total
campuran.
5.3 Pengujian Campuran
Pengujian dilakukan pada benda uji yang telah dibuat sesuai dengan
peiencanaan campuran yang ditetapkan dengan menggunakan peralatan yang
tersedia di laboratorium kemudian diuji dengan test Marshall, adapun yang terkait
dengan pengujian campuran adalah sebagai berikut mi.
1. Pcmbuatan Benda Uji
Berat total campuran satu jenis benda uji adalah 1200 gram, yang terd.ri dari
aspal, agregat dan filler serta bahan tambah untuk campuran yang memakai
sulfur. Benda uji dibuat sebanyak 3buah untuk masing-niasing variasi satnpelnya,
dengan perincian sebagai berikut :
32
1. Mencaii kadar aspal optimum (6%, 6.5",,, 7%, 7.s%, 8"„) 5 x3 15 buah
2. Benda uji pada KAO dengan interval temperatur pemadatan 15%
a. Campuran tanpa sulfur -5x3 -•- 15 buah
b. Campuran dengan sulfur 5 x3 15 i)uaj,
3. Pengujian perendaman pada KAO dengan variasi temperatur pemadatan 80",
95°, 110°, 125°, 140°:
a. Campuran tanpa sulfur =5x3 - 15 buah
b. Campuran dengan sulfur 5 x 3 15 \m]]}
Jadi total benda uji yang akan diuji adalah sebanyak 75 buah.
Contoh perhitungan pembualan benda uji adalah sebagai berikut :
Perhitungan :
a. Berat total campuran agregat : Aspal 1Agregat 1Aditif- 1200 gr
b. Berat Aspal = 6 % x 1200 - 72 gr
c. Berat Agregat - 1200 - 72 I 128 gr
Sedangkan aspal yang dibutuhkaii untuk setiap benda uji adalah sebagai berikut:
a. Kadar aspal 6 %dibutuhkaii aspal 6 %x 1200 = 72 gr
b. Kadar aspal 6,5 %dibutuhkaii aspal 6,5 %x 1200 = 78 gr
c. Kadar aspal 7 %dibutuhkaii aspal 7 %x 1200 - 84 gr
d. Kadar aspal 7,5 %dibutuhkaii aspal 7,5 %x 1200 90 gr
e. Kadar aspal 8 % dibutuhkaii aspal 8 % x 1200 = 96 gr
}]
Tahapan pcmbuatan benda uji antara lain sebagai berikut:
I. Agregat dibcrsihkan dan kotoran yang mcne.npcl dan dikcringkan
sampai diperolch berat telap pada suhu 105 ± 5° C. Agregat tersebut
kemudian disaring secara kering kedalam fraksi yang dikchendaki.
2. Penimbangan untuk setiap rraksi dilakukan agar mendapat""gradasi
agregat ideal pada suatu takaran campuran.
3. Agregat yang telah ditimbamg selanjutnya dimasukkan ke dalam
panci, kemudian dipanaskan dalam oven Seteiah suhunya dianggap
cukup agregat dipanaskan diatas kompor/pemanas sampai pada suhu
diatas 165 °C, sedangkan aspal dipanaskan hingga mencapai suhu
155 °C.
4. Selelah agregat dan aspal mencapai suhu yang dikehendaki, dilakukan
pencampuran kedua bahan tersebut dengan piosentase kadar aspal
yang telah direncanakan.
5. Mengaduk campuran tersebut hingga rata sampai semua agregat
terselimuti aspal. Kemudian benda uji dimasukan kedalam silinder
cetakan yang sebelumnya silinder tersebut dipanasi di dalam oven dan
diolesi vaselin, kemudian bagian atas maupun bawah dari silinder
celak benda uji diberi kertas sating dan diberi tanda.
6. Selelah campuian benda uji dimasukkan kedalam silinder cetakan
campuran dilusuk-tusuk scbanyak 25 kali, lima belas kali dilepi
silinder dan sepuhih kali dibagian tengahnya.
34
7. Pemadatan dilakukan dengan compactor manual iiiasmg-masing
scbanyak 75 kali untuk bagian atas dan bawah
8. Benda uji didinginkan, selanjutnya dikcluarkan dan silinder cetakan
dengan ekstruder diberi kodc pada setiap permukaan benda uji.
2. Pcralatan Pengujian
Penelitian dilakukan di Laboralorium Teknik Transportasi Jurusan Tcnik
Sipil UII. Alal-alal yang digunakan selama penelitian adalah :
1. Celakan benda uji, lengkap dengan plat alas dan Icher sambung.
2. Mesin penumbuk manual maupun elektrik.
3. Alat untukmeiigeluarkan benda uji (ejektor).
4. Alat Marshall lengkap. yaitu :
a. Kepala penekan (breaking head) berbentuk lengkung
b. Cincin penguji (proving ring), dan
c. Arloji pengukur alir (flow)
(1. Oven
5. Bak perendam (water hath) dilengkapi dengan pengatur suhu, mulai
suhu 20°C - 60°C.
6. Timbangan.
7. Pengukur suhu dan logaih (metal thermometer)
8. Perlengkapan Iain-lain, yaitu
a. Panci / kuali,
b. Sendok pengaduk dan salula.
35
c Kompor pcmanas (hoiplate).
d. Kantong plastik, gas elpiji, dan
e. Sarung tangan ashes dan karet.
3. Cara Pengujian
Cara pengujian benda uji dilakukan sebagai berikiil :
I Benda uji direndam dalam bak perendam (water bath) selama ±30 menu
dengan suhu perendaman 60°C.
2. Untuk pengujian Immersion test, benda uji direndam dalam bak perendam
(water hath) selama ± 24 jam dengan suhu perendaman 60"C.
3. Kepala penekan alat Marshall dibersihkan dan permukaanya dihimuri
dengan vaselin agar benda uji mudah dilepaskan. Benda uji diletakkan
pada alat Marshall segera selelah benda uji dikeluarkan dari water bath.
4. Pembebanan dimulai dengan posisi jarum diatur sehinga menunjukan
angka nol, sementara sclubung arloji dipegang kuat terhadap bagian atas
kepala penekan.
5. Kecepatan pembebanan dimulai dengan 50 mm/menit hinga pembebanan
maksimum tercapai, yaitu pada saat arloji pembebanan berhenti dan
menurun seperti yang dilunjukkan oleh jarum ukur. Pembebanan
maksimum yang terjadi pada flow meter dibaca saat itu.
4. Anggapan Dasar
Penelitian ini akan diperoleh hasil pengaruh variasi temperatur pemadatan
dibawah temperatur pemadatan standar ( 140° C)terhadap stabilitas,.//™', VITM,
36
VFWA dan Marshall Qonticnt berdasarkan spesifikasi yang disyaralkan untuk
campuran aspal beton. Sedangkan penambahan sulfur akan dapat mcningkalkan
nilai-nilai Marshall.
Peralatan yang digunakan pada pcnelilian ini dianggap dalam keadaan
standar, Selain itu variasi di dalam pekerjaan pembuatan benda uji dianggap
relatif kecil atau dapat diabaikan. Bahan-bahan untuk penelitian ini, seperti
agregat dan aspal dianggap memiliki kualitas yang homogen, seperti pada hasil
pengujian bahan.
5.4 Analisis
Selelah pengujian Marshall dilakukan, dilanjutkan dengan analisis data
yang diperoleh. Analisis yang dilakukan adalah untuk mendapalkan nilai-nilai
Marshall guna mengetahui karakteristik campuran sehingga didapat kadar aspal
optimum.
Data yang diperoleh dari percobaan dilaboratorium aalah sebagai berikut:
1. Beral benda uji sebelum direndam (gram).
2. Beral benda uji didalam air (gram).
3. Berat benda uji dalam keadaan jenuh air (gram).
4. Tebal benda uji (mm)
5. Pembacaan arloji stabilitas (lbs)
6. Pembacaan arloji kelelehan atau flow (mm)
37
Untuk mcndapatkan nilai VITM (Void In The Mix), VFWA (Void Tilled
With Asphalt ), Stabilitas (Stability), dan Marshall Quotient/ (MQ), diperlukandata-dala antara lain:
1. Berat Jenis aspal - (Berat Volume)
2. Berat Jenis agregat, dan
3. BeratJenis teoritis campuran
Berat jenis agregat merupakan gabungan dan beral jenis agraegat kasar,
agregat halus dan filler. Untuk memperoleli nilai berat jenis tersebut digunakan
persamaan berikut:
100
B.l agregat
(A/FI)-i (B/F2)
dengan:
A= Prosentase agregat kasar, FI --= Berat jenis agregat kasar
13 ~Piosentase agregat halus, 1-2 - Berat jenis agragat halus
Data hasil perhitungan diatas dipergunakan untuk mencari nilai-nilai dari
karakteristik Marshall sebagai berikut ini :
1. Stabilitas
Nilai stabilitas benda uji diperoleh dari pembacaan arloji stabilitas pada
saat pengujian Marshall. Hasil tersebut dicocokan dengan angka kalibrasi/?ro///7£
ring dengan satuan lbs atau kilogram, dan masih hams dikoreksi dengan faktor
koreksi yang dipengarulu oleh tebal benda uji seperti pada label 5.1. Nilai
stabilitas sesungguhnya diperoleh dengan persamaan :
38
S F (p,k,0
dengan :
S : stabilitas campuran (lbs,kg)
p : nilai pembacaan arloji stabilitas pada alat Marshall (lbs)
k : kalibrasi proving ring pada alat Marshal
t : koreksi tebal benda uji
Tabel 5.1 koreksi label benda uji
'EBAK ANGKA
(mm) : KOREKSIi
"~7(j"~ I1 0,845i
71 ; 0,835
72 0,825
73 j 0,810
74 0,791
75 0,772
76 0,762
77 0,752
78 0,742
79 0,733
80 0,724
TLBAt ANGKA
(mm) KOREKSI
60 1,095
61 1,065
62 1,035
63 1,015
64 0,960
65 0,935
66 0.900
67 0,885
68 0,865
69 0,855
70 0,845
Sumber: taboratoriumJalan Raya Junisan leknik Sipil, FTSP, U
39
2. kck-lchan ( I low )
Flow menunjukkan deformasi benda uji akibat pembebanan (sampai beban
batas). Nilai ini langsung dapat d.baca dan pembacaan arloji kclelahan (flow) saatpengujian Marshall. Nilai flow pada arlqn dalam satuan mch, maka hams
dikonversikan dalam saluan mihmcler.
3. VRVA ( Void Filled With Asphalt)
Nilai mi menunjukan prosenlase rongga campuran yang berisi aspal. Nilai
VFWA diluiung dengan persamaan :
VFWA- 100 - (i/I)
b={a/(100 + a){ • 100
i (b •g ) / B.I aspal
j={( IOO-b)-g J /B.I agregat
1= 100 j
dengan :
a -•= Prosenlase aspal terhadap batuan (%)
b = Prosenlase aspal terhadap campuian (%)
i dan j = Rum us subtitusi
g = Berat isi benda uji.
I ^ Prosenlase rongga terhadap agregat
4. VITM ( Void In The Mix)
Void in The Mix adalah piosentase rongga dalam campuran. Nilaiiiyadiluiung dengan persamaan :
40
VITM- 1(X) • (100 - g/h )
100
|( %agregat / B.l agregat ) i (%aspal / B.I aspal )|
dengan :
h ^ Berat jenis tcoritis campuran
5, MQ (Marshall Quotient)
Nilai Marshall Qiiolinen diperoleh dengan persamaan :
MQ-S/R
dengan :
MQ - Marshall Quotient
S = Nilai stabilitas
R =- Nilai kelelahan (flow)
6. Indeks Perendaman (IP)
Uji perendaman bertujuan untuk mengetalnii perubahan karakteristik
campuran akibat dari pengaruh air. suhu dan cuaca. Pengujian ini mempunyai
prinsip yang sama dengan pengujian Marshall standar, hanya dengan waktu
perendaman yang berbeda. Uji perendaman pada penelitian ini dilakukairselama
30 men it dan 24 jam dalam suhu konslan 60°C sebelum pembanan dibetikan. Uji
rendaman ini mengacu pada AASTHO 1.165-82 atau ASTm D.1075-76. Nilai
indeks perendaman dapat dihiotung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut :
Index of retained slreii'dil ' " \ |()()%.VI
dengan :
S2 = Nilai stabilitas campuran yang direndam 24 jam
S| = Nilai stabilitascampuran biasa
Apabila indeks tahanan kekualan >75 %campuran tersebut dapat
dikatakan memiliki tahanan kekuatan yang cukup memuaskan dan kcrusakan oleh
air, suhu dan cuaca.
Sctelah dilakukan analisis dan pengujian Marshall, dan didapal nilai-nilai
karakteristik Marshall, dibuat gralik hubungan antara kadar aspal terhadap nilai
karakteristik tersebut. Berdasarkan gralik dan peibandingan terhadap spesifikasi
yang disyaratkan oleh Bina Marga, ditentukan kadar aspal optimum campuran.
5.5 Kesulitan dan Penyclesaiannya
Penelitian yang dilakukan di laboralorium ini tidak terlcpas dan kesuhlan-
kesulilan yang mempengaruhi jalannya penelitian. Apalagi penelitian yang
dilakukan mi kualitas akhir diperoleh dari variasi temperatur pemadatannya.
, Pertama, sulitnya untuk memperoleli temperatur pemadatan yang
diinginkan setelah dilakukan pencampuran, karena penurunan tcinpcralur
pemadatan tidak selalu merata pada seluruh pcrmukaannya. Untuk itu cara
mcngatasinya adalah setelah benda uji dicampur, kemudian dimasukan kedalam
mold dan thermometer dimasukan sampai setengah kedalamannya. Penurunan
temperatur ditunggu sampai pada temperatur yang diinginkan.
12
Kedua, sulilnya mempcrlahankan lempcraliir pemadatan vang diinginkan
Bcrhubung selama proses pemadatan temperatur terns menurun. Untuk itu cara
mcngatasinya adalah dengan menggunakan alat pengalur panas pada pemanasan
cetakan yaitu dengan mcmanasi mold terlebih dahulu kedalam oven, sehingga
diperoleh temperatur campuran yang konslan sesuai rencana. Untuk selanjutnya
pengukuran temperatur saat pemanasan bahan, pencampuran dan pemadatan hams
sering dilakukan.
5.6 Bagan Alir Penelitian
Pada penelitian ini proses penelitian meliputi pengujian bahan, sampel
(benda uji), pembuataii dan pengujian benda uji dengan langkah-langkah
pelaksanaan seperti pada gambar berikul :
£Aspal AC 60/701 Penetrasi
2.Titik nyala3.Titik lembek
4. Daktalitas
5Kclanitan dalani CC1 46.Kehilangan beral7.Berat jenis
'ersiapan Bahan
'engujian bahan susun
Agregat1.Gradasi
2. Abrasi
3.Berat jenis &penyerapan air4.Sand equivalen5.Kelekatan terhadapaspal
Perancangan Campuran I (iiadasi VIII BinaMarga 1987Menenlukan Kadar Aspal Oplimuin denganKadar aspal 6%,6.5%,7%,7.5%,8%
Pengujian Test Marshall
f
Kadar Aspal Optimum
1Pembualan Campuran Benda UjiII Dengan Kadar AspalOptimum Tanpa Sulfur denganPenurunan Temperaturpemadatan 10° C ( 80° C, 95° C,I10dC. 125° C dan 140° C)Masing-masing Variasi 3 SampclBenda Uii
Pembuataii Campuran Benda UjiII Dengan Kadar AspalOptimum Ditambah Sulfur 30%dengan Penurunan Temperaturpemadatan 15° C ( 80° C, 95° C,110° C. 125° C dan 140° C jMasing-masing Variasi 3Samuel Benda Uii
Pengujian Marshall
1$
13
© is
Analisa Hasil Pengujian Analisa Hasil Pengujian
Hasil Penelitian I Hasil Penelitian II
'embahasan
Kesimpulan Dan Saran
Selesai
Gambar5.l Bagan Alu Penelitian
i p' •
BAB VI
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil Penelitian Laboratoiium
Dari hasil pemeriksaan bahan serla campuran aspal beton dengan dan
tanpa sulfur dengan cara Marshall diperoleh hasil sebagai berikut ini :
1.1.1 Hasil Pemeriksaan Bahan
Hasil peineriksaan terhadap bahan yang digunakan untuk campuran aspal
beton diperoleh hasil seperti pada label 6.1, label 6.2 dan tabel 6.3 dibawah ini :
Tabel 6.1 Spesifikasi dan Hasil pemeriksaan Agregat KasarNo
2.
3.
4.
Pengujian
Keausan dengan Mesin Los Angeles
Kelekatan terhadap aspal
Penyerapan terhadap air
Berat jenis semu
Syarat
140%
: 95 %
<3%
>2,5
Hasil
29.42%
98 %
1.64 %
2.74
Sumber : Hasil Pemeriksaan di Laboratorium Jalan Raya FTSP UII
No
2.
3.
Tabel 6.2 Spesifikasi dan HasijJ>emeriksaan Agregat Halus'engujian
Sand Equivalent
Penyerapan terhadap air
Berat jenis semu
Syarat Hasil
> 50 %
< 3 %
>2,5
80%
1.626%
3.145
Sumber : Hasil Peineriksaan di Laboratorium Jalan Raya FTSP UII
45
«8r'\
No
Tjibel 6.3 Spesifikasi dan Hasil Pemeriksaan Aspal Keras AC 60/70Pengujian
Penetrasi ( 25°C, 5 detik )
titik lembek ( Ring and Ball )
Titik nyala ( Cleve Open Cupl )
Daktalitas ( 25°C, 5 cm/menit)
Kelarutan dalam CCL.(
Berat jenis
46
Sum
Syarat Hasil
60 79 mm 65 mm
48 58 °C 52 °C
:: 200 °C 340 °C
> 100 cm 165 cm
>99 98.636
> to too
iber: Hasil Pemeriksaan di Laboratorium Jalan Raya FTSP UII
1.1.2 Hasil Pengujian Benda Uji
Data hasil pengujian Marshall untuk campuran aspal beton terhadap
variasi kadar aspal diperoleh nilai-nilai dari Stabilitas, Flow, VITM, VFWA dan
Marshall Qoiitienl yang kemudian dibandingkan dengan persyaratan dari Bina
Marga didapat kadar aspal optimum campuran.
Tabel 6.4 Hasil pemeriksaan Marshall Test untuk mencari KAO
Kadar
Aspal ( % )
Stabilitas
(Kg)
Flow
(mm)
VITM
(%)
VFWA
(%)
r QM
(Kg/mm)
6 1723.580 5.70 7.973 63.679 420.664
6.5
""1 ~~
2543.110
2175"26CT"
5.15
3^975
6.038
5.493
71.755
75.946
568.032
347.344
7.5 1461.63 2.45 5.014
- -3479-- -
77.907 603.668
290.4718 1344.585 4.367 86.309
Sumber : Hasil Penelitian di Laboratorium Jalan Raya FTSP UN
Data dan basil pengujian mi kemudian digunakan untuk menentukan
kadar aspal optimum campuran aspal beton. Kadar aspal optimum adalah jumlah
aspal yang digunakan dalani campuran agar dapat mencapai persyaratan stabilitas,
flow. VITM. VFWA dan density.
Penentuan kadar aspal optimum pada campuian menggunakan metode
Bma Marga (1987). Nilai kadar aspal optimum diperoleh dengan cara
menggambarkan rentang kadar aspal yang memenuhi spesifikasi berdasarkan nilai
stabilitas (> 550 kg), flow (2mm 4mm), VITM (3% - 5%), VFWA (75%, 82
%) dan density. Nilai-nilai tersebut diambil dari nilai rata-rata masing-masing
kadar aspal pada label 6.1. Berdasarkan gans yang telah diplotkan pada gambar
spesifikasi kadar aspal, dicaii balas tcrdalain dan kanan dan dan kiri gans
tersebut. Nilai Icngah diantara kedua balas tersebut merupak.ai kadar aspal
optimum.
-Q?in..b?L^.LJ^?i!M^?P^_QP[™Mm untuk campuran aspal betonKadar Aspal
Spesifikasi
Density
VPWA
VITM
Stabilitas
Flow
6.0 % 6.5 % 7.0 % 7.5 % 8.0 %
Bsmm&mmm
7,05%
Berdasarkan gainbar 6.1 diatas, kadar aspal oplimuin unliik campuran
aspal beton adalah sebesar 7,05% . Basil ini dipakai dalam pembuataii benda uji
kedua yang dilakukan terhadap variasi temperatur pemadatan pada campuran
dengan dan tanpa ditambali sulfur.
Pengujian yang dilakukan untuk masing-masing campuran" adalah
pengujian Marshall. Hasil Pengujian Marshall tersebut dapat dilihat pada tabel
6.5, tabel 6.6, label 6.7 dan label 6.8 sebagai berikut :
label 6.5 Hasil peineriksaan Marshall terhadap penurunan temperaturpemadatan o ilimum untuk campuran aspal beton tanpa
"VFWA
(%)
70/167
59.316
f""~6t223 """
56.557
'":"'" 5t578
lpfspTJii"
sulfur
Temperatur
Pemadatan
(°C)
~"T40
Stabilitas
(Kg)
""1969.715"""
blow
(mm)
335"""
""""3"850
VITM
(%)
5.991
10.046
" 9.962
12.463
15554
QM
(Kg/mm
"428.659
125 1255.425 317.17
110
95
1097.16
75838""""
4.40
" 5.133
5~233
333.054
167.727
80 475.39 90.667
Sumber : Ha sil Penelitian c i Laboratorium Jalan Ray
label 6.6 Ilasil pemeriksaan Marshall terhadap penurunan temperatur pemadatan°.PJ^u|llui|U).l<_eampuraii aspal beton dengan sulfur
}""""v]Tmlemperatur
Pemadatan
TO
140
125 "
no
"""'95
80""'
Stabilitas
(Kg)
9097675
953705
861.815
7537690"
482.715
TIow
(mm)
4.825
"5.25
5.15
57925"
""6/35 "
(%)
7.04
7.237
8.299
7.698
"9.130""
VFWA QM
(%) (Kg/mm)
66.742 174.199
67.783 167.761
65.928 149.684
66.543 99JM2
62L495 " ""'77.069'""
Sumber: Hasil Penelitian di Laboratorium Jalan Raya FTSP'UII
Tabel 6.7 Ilasil pemeriksaan Marshall terhadap penurunan lemperatur pemadatani)PiiilluI,ILlinJuk campuranjispal beton tanpa sulfur dengan perendaman„ . ... t y<-^- - -r .
I emperatur
Pemadatan
(°C)
140"""
725"
no
95
Stabilitas
(Kg)
1794 ~94
876.685
681.615
511.765
475.45
(mm)
373
5753""
"5777
6.47
7790"
VITM
(%)
6.559
"8.942"
T 1.927"
12.638
12.420
VFWA i
(%)
68.398
62.449
54/149""
56.459
584 22
Sumber: Hasil Penelitian di Laboratoriumi7lalan Raya FTSP 01
QM
(Kg/mm)
450.591
1467043"
"1027634"
77.234
"607142
label 6.8 Ilasil pemeriksaan Marshall terhadap penurunan lemperatur pcmadaliioptimum: untuk campuran aspal beton dengan sulfur dengan perendaman
in
Tcniperaliu Stabilitas Flow ! VftM VFWA" 7 '""q"mPemadatan (Kg) (mm) (%) (%) | (Kg/mm)
CO
140 1055.965y^
5.995 72401 255.223
125 951.280 5.30 6.42! 70.431 186.699
"Ti'o 914.175....
1.55 6.785 70.089 176.435
95 "7567420"" •4.40 5.843 72.497 177.912
80 738.035 "5740 6.466" 744 99" 1334 75"
Sumber: Hasil Penelitian c i taboratonum Jalan Raya l"fSPiJI!
6.2 Pembahasan
6.2.1 Stabilitas
Stabilitas adalah kemampuan perkerasan untuk menahan deformasi akibat
menerima beban lain lintas tanpa tei jadinya perubahan bentuk seperti gelombang
dan alur. Nilai stabilitas yang tinggi menunjukan bahwa perkerasan tersebut
mampu menahan beban lain lintas yang besar.
Pada pengujian Marshall di laboratorium. stabilitas adalah kemampuan
campuran aspal beton untuk menerima beban sampai terjadinya kelelehan plaslis
yang dinyatakan dalam kilogram atau pound. Bebeiapa hal yang mcndtikiing
stabilitas adalah suhu pemadatan, gradasi agregat, bentuk dan tekstur permtikaaan
buliran serta kadar dan jenis aspal yang digunakan.
Stabilitas yang tinggi juga dicenninkan oleh adanya kerapatan campuran
yang tinggi. Sedangkan kerapatan yang tinggi dapat tercapai apabila campuran
dipadatkan pada temperatur pemadatan yang tinggi, karena pada temperatur yang
tinggi nilai viskositas aspal rendah sehingga mudah untuk menyelimuti dan
mengikat agregat sewaktu dipadatkan sehingga campuran yang dihasilkan
menjadi sangat rapat.
Dari hasil pengujian di laboratorium diperoleh nilai stabilitas seperti
terdapat pada tabel 6.9 dan gaiubar 6.2 berikut:
Tabel 6.9 Nilai Stabilitas Hasil Pengujian Marshall StandarJenis Saluan Temperatur (° C)
Campuran80 95 110 125 140
Aspal
cdTanpa Kg 475.39 758.38 1097.16 1255.425 1909.72
IS
on
Sulfiir
Aspal
iz Dengan
Sulfur
Kg 428.715 753.690 861.815 953.705 909.675
Sumber : Hasil Pene itian di Lilboratoriuin Jalan Rava FTSP LJII
2500
3 2000
80 95 110
Temperatur (°C)
!25
-•—Tanpa suffur Sulfur
52
140
Gambar 6.2 Grafik hubungan antara variasi temperatur pemadatan denganStabilitas
Berdasarkan gambar 6.2 terlihat nilai stabilitas semakin naik dengan
semakin tingginya temperatur pemadatan baik campuran dengan sulfur maupun
campuran tanpa sulfur. Hal ini disebabkan karena jika temperatur rendah maka
viskositas aspal sudah tinggi sehingga aspal sulit untuk menyelimuti dan mengikat
agregat, ikatan antara agregat menjadi berkurang dan kerapatan campuran
menurun menyebabkan stabilitas menurun. Setelah temperatur dinaikan terlihat
stabilitas pada kedua campuran mengalami kenaikan dan naik terus berlanjut
sampai temperatur pemadatan 140° C, dimana nilai stabilitas tertinggi pada
campuran tanpa sulfur sebesar 1909.72 Kg dan nilai stabilitas tertinggi campuran
dengan sulfur sebesar 953.705 Kg.
53
Nilai stabilitas pada kedua campuran semuanya mengalami kenaikan,
tetapi nilai stabilitas yang terjadi pada campuran yang memakai sulfur lebih
rendali dibanding campuran yang tidak memakai sulfur. Ini berbeda dengan hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Setyaheni (1993) dan Mulyono, AT
(1999) yang menyatakan bahwa penggimaan sulfur dapat menaikkan nilai
stabilitas campuran aspal beton dibandingkan dengan campuran yang tidak
menggunakan bahan tambah sulfur. Sedangkan pada penelitian ini, campuran
aspal beton yang ditambahkan sulfur sebagai bahan tambah memiliki nilai
stabilitas yang lebih rendali dibandingkan campuran aspal beton yang tidak
menggunakan sulfur. Hal ini disebabkan karena sulfur baru akan naik
viskositasnya pada temperatur antara 159°C sampai dengan 200°C, sedangkan
pada penelitian ini temperatur pemadatan yang digunakan adalah 80°C-140°C.
Pada temperatur 80°C campuran dengan menggunakan sulfur dan campuran tanpa
sulfur stabilitasnya tidak memenuhi standar yang ditetapkan Bina Marga (1987).
Hal tersebut disebabkan karena pada temperatur 80°C, aspal sudah mengental
sehingga tidak dapat menyelimuti agregat dengan sempurna. Pada temperatur
90°C sampai dengan temperatur 140°C, stabilitas campuran sudah memenuhi
standarBina Marga 1987, yaitudiatas550kg.
6.2.2. Flow
Kelelehan plastis (Flow) adalah keadaan perubahan bentuk suatu
campuran yang terjadi akibat suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan
dalam satuan panjang ( mm ).
54
Flow menunjukan besarnya deformasi yang terjadi pada konstruksi
perkerasan. Campuran yang memiliki .//ow yang rendah dan stabilitas yang tinggi
menunjukan bahwa campuran tersebut bersifat kaku. Sebaliknya nilai flow yang
tinggi menunjukan campuran bersifat plastis dan mudah mengalami pembahan
bentuk akibat beban lalu lintas.
Dari hasil pengujian di laboratorium terhadap nilai flow, diperoleh hasil
seperti pada tabel 6.10 dan gambar 6.3 berikut ini:
Tabel 6.10 Ni ai Flow Hasil Pengu ian Marshall Standar
Jenis Satuan Temperatur (° C)
CampuranSO 95 110 125 140
Aspal
Tanpa mm 5.233 5.90 4.40 3.850 3.55
'J3
Sulfur
Aspal
Z Dengan mm 6.35 5.925 5.15 5.25 4.825
Sulfur
Sumber : Hasil Penelitian di kaboratorium Jalan Raya FTSP UII
80 95 110
Temperatur (°C)
125
Tanpa sulfur -*— Sulfur
55
140
Gambar6.3 Grafik Hubungan antara variasi temperatur pemadatan dengan Flow
Berdasarkan gambar 6.3, terlihat bahwa dari hasil penelitian menunjukan
bahwa kenaikan temperatur pemadatan mengakibatkan penurunan nilai flow, hal
ini disebabkan makin tinggi temperatur pemadatan, aspal makin mudah menyusup
ke rongga antar butiran agregat sehingga didapat kondisi yang kompak.
Nilai flow kedua campuran semuanya mengalami penurunan dan nilai
terendah dicapai pada temperatur 140° C. Hal ini karena fungsi aspal sebagai
bahan perekat pada temperatur dibawah 140° C belum maksimum menyelimuti
permukaan agregat sehingga kekonipakan dalam campuran berkurang yang dapat
menyebabkan terjadinya deformasi yang lebih besar. Aspal pada temperatur
pemadatan 140° C dapat berfungsi maksimal sebagai bahan perekat yang mampu
menyelimuti seluruh permukaan agregat dengan baik dan memberikan
kekompakan dalam campuran yang berakibat mengurangi terjadinya deformasi.
56
Pada semua temperatur pemadatan campuran aspal beton yang ditambah
dengan sulfur memiliki nilai flow lebih tinggi dibandingkan dengan nilai flow
pada campuran aspal beton yang tidak ditambah dengan sulfur. Hal ini terjadi
karena campuran aspal beton dengan sulfur memiliki viskositas lebih rendah
daripada campuran aspal beton tanpa sulfur, sehingga dengan viskositas yang
rendah (cair) tersebut, dimungkinkan aspal akan menyelimuti agregat secara
berlebihan dan menyebabkan campuran akan lebih bersifat plastis dan mudah
mengalami deformasi.
Nilai flow pada campuran aspal beton yang tidak ditambah sulfur memiliki
nilai terendah sebesar 3,55 mm dan tertinggi sebesar 5,233 mm sedangkan nilai
flow pada campuran dengan ditarnbahkan sulfur memiliki nilai terendah sebesar
4,825 mm dan nilai flow tertinggi sebesar 6,35 mm sehingga secara umum nilai
flow hasil penelitian tidak memenuhi persyaratan Bina Marga 1987, yaitu sebesar
2-4 mm, kecuali campuran beton aspal tanpa sulfur pada temperatur pemadatan
140° C, yaitu 3,55 mm.
6.2.3. Void In Total Mix (Vlxk)
VITM adalah banyaknya rongga yang terdapat pada suatu campuran. Nilai
VITM dipengaruhi oleh gradasi agregat, temperatur pemadatan, energi pemadatan
dan kadar dan jenis aspal. Nilai VITM juga berpengaruh terhadap kekedapan
campuran yaitu kekedapan terhadap udara dan air. Nilai VITM yang besar
menunjukan bahwa rongga yang terjadi dalam campuran semakin besar, akibatnya
aspal akan mudah teroksidasi seltingga campuran bersifat getas sehingga dapat
57
menguiangi sifat keawetan terhadap pengaruh air dan udara. Dalam campuran
harus tersedia cukup rongga yang tcrisi udara yang fungsinya untuk menyediakan
ruang gerak bagi unsur-unsur dalam campuran sesuai dengan keelastisan bahan
penyusunnya. Sebaliknya apabila nilai VITM makin kecil berarti campuran
tersebut semakin padat dan rapat dengan nilai kekakuan tinggi. Keadaan ini dapat
menyebabkan terjadinya retak-retak pada lapis perkerasan, karena tidak cukuplentur untuk menahan deformasi akibat beban lalulintas.
Nilai VITM yang disyaratkan oleh Bina Marga (1987) adalah 3% - 5%.
Lapis Keras yang mempunyai nilai VITM kurang dari 3% akan mudah terjadibleeding. Semakin tingginya temperatur perkerasan, aspal akan mudah mencair
dan pada saat perkerasan menerima beban, aspal yang mencair akan mengahriiantara rongga agregat, jika dalam cafnpuran tidak memiliki rongga yang cukupmaka aspal akari naik ke permukaan perkerasan yang menyebabkan terjadinyableeding. Sebaliknya nilai VITM yang lebih besar dan 5% menunjukan bahwa
rongga yang terjadi dalam campuran banyak sehingga campuran tidak raipat dan
tidak kedap terhadap udara dan air, hal ihi menyebabkan aspal mudah teroksidasi
yang berakibat melemahnya ikatan aspal terhadap agregat.
Berdasarkan hasil penelitian didapat nilai VITM seperti terdapat padatabel 6.11 dan gambar 6.4 berikut:
58
Tabel 6.11 Nilai ViTM Hasil Pengujian Marshall StandarJenis Satuan Temperatur (°C)
Campuran80~ 12595 110 140
Aspal
2Tanpa % 15.554 12.463 9.962 10.046 5.991
>Sulfur
Aspal
z Dengan ' % 9. i 30 7.698 8.299 7.237 7.04
Sulfur
Sumber : Hasil Penelitian di taboratorium Jalan Raya FTSP UII
80 95 110 125
Temperatur (°C)
—♦—Tanpa sulfur Sulfur
140
Gambar 6.4 Grafik Hubungan antara variasi temperatur pemadatan dengan VITM
Berdasarakan gambar 6.4 terlihat bahwa semakin tingginya temperatur
pemadatan maka nilai VITM semakin turun. Hal ini disebabkan karena rongga
udara yang terbentuk/terjadi sudah berkurang oleh karena pada saat campuran
59
dipadatkan pada temperatur yang tinggi, aspal semakin mudah mengisi celah-
celah antara butiran agregat sehingga didapat kondisi yang rapat dan kompak.
Nilai VITM campuran aspal beton menggunakan sulfur lebih rendah
dibandingkan dengan campuran aspal beton tanpa sulfur. Hal ini disebabkan
karena campuran yang memakai sulfur memiliki kekentalan aspal yang semakin
rendah dan menyebabkan berkurangnya rongga udara yang terbentuk dalam
campuran sehingga meningkatkan nilai VITM.
Berdasarkan hasil penelitian ini, nilai VITM campuran aspal beton tanpa
sulfur dan nilai campuran aspal beton dengan sulfur pada setiap temperatur
pemadatan tidak memenuhi persyaratan Bina Marga 1987 ( 3% - 5% ).
6.2.4. Void Filled With Asphalt ( VFWA )
Nilai VFWA menunjukan banyaknya persen dari rongga yang terisi aspal.
Besarnya nilai VFWA sangat berpenganih terhadap keawetan suatu perkerasan.
Untuk nilai VFWA yang besar berarti banyak rongga dalam campuran yang terisi
aspal sehingga kekedapan campuran terhadap udara dan air menjadi tinggi. Akan
tetapi nilai VFWA yang terlalu tinggi akan menyebabkan Bleeding karena rongga
udara yang tersisa terlalu kecil sehingga jika perkerasan menerima beban,
terutama pada saat temperatur yang tinggi dan viskositas aspa' turun, maka
sebagian aspal akan mengisi rongga yang kosong dan jika rongga telah penuh
maka aspal akan naik ke pennukaaan perkerasan.
Nilai VFWA yang terlalu rendah menyebabkan kekedapan campuran
menjadi berkurang karena banyaknya rongga yang kosong. Hal ini akan
60
memudahkan masuknya udara dan air yang menyebabkan aspal mudah
teroksidasi sehingga daya ikat dan keawetan campuran tersebut berkurang.
Hasil penelitian di laboratorium didapat nilai VFWA seperti pada label
6.12 dan gambar 6.5 berikut:
Tabel 6.12 Nilai VFWA Hasil Pengujian Marshall Standar
Jenis Satuan Temperatur (°C)
Campuran80 95 no 125 | 140
iAspal
<Tanpa % 51.578 56.557 61.223 59.316 70.467
Sulfur>
Aspal
Z Dengan
Sulfur
% 63.495 66.543 65.928 67.783 66.742
Sumber : Hasil Pene itian di taiboratoriiun Jalan Raya FTSP IIII
80 95 110 125
Temperatur (°C)
-•— Tanpa sulfur -•— Sulfur
61
140
Gambar 6.5 Grafik hubungan antara variasi temperatur pemadatan denganVFWA
Pada gambar 6.5 terlihat bahwa semakin tinggi temperatur pemadatan
maka nilai VFWA mempunyai kecenderungan semakin tinggi. Pada temperatur
pemadatan yang tinggi kondisi aspal lebih mudah mengisi rongga-rongga dalam
campuran, sebaliknya padatemperatur pemadatan yang rendah aspal sulitmengisi
rongga-rongga dalam campuran karena pada temperatur rendah viskositas aspal
tinggi.
Hasil penelitian di laboratorium diperoleh nilai VFWA campuran aspal
beton tanpa sulfur lebih rendah jika dibandingkan dengan campuran aspal beton
dengan sulfur. Hal ini terjadi karena campuran dengan sulfur memiliki nilai
viskositas yang rendah (aspal bersifat lebih cair), sehingga kemampuan aspal
untuk menyelimuti campuran menjadi lebih baik sehingga banyak rongga yang
terisi aspal. Pada penelitian ini nilai VFWA untuk semua temperatur pemadatan
baik campuran tanpa sulfur dan campuran dengan sulfur memenuhi spesifikasi
dari Bina Marga 1987 yaitu sebesar 75% sampai 82%.
6.2.5. Marshall Qoutient ( MQ )
Marshall Qoutient merupakan hasil bagi antara stabilitas dan flow yang
digunakan sebagai pendekatan terhadap tingkat kekakuan dan fleksibilitas dari
suatu campuran. Stabilitas yang tinggi disertai dengan kelelehan yang rendah akan
inenghasilkan perkerasan yang terlalu kaku dan bersifat getas, sebaliknya
stabilitas yang rendah dengan kelelehan yang tinggi menunjukan campuran yang
terlalu plastis yang menyebabkan perkerasan akan mengalami deformasi yang
besar, bila menerima beban Ialu lintas.
Hasil pengujian di laboratorium didapat nilai Marshall Qoutient seperti
pada tabel 6.13 dan gambar 6.6 berikut:
Tabel 6.13 Nilai Marshall Qoutient Hasil Pengujian Marshall standarJenis
Campuran
Satuan Temperatur (°C)
80 95 110 125 140
o
z
Aspal
Tanpa
Sulfur
Kg/mm 90.667 167.727 333.054 317.17 428.659
Aspal
Dengan
Sulfur
Kg/mm 77.069 99.042 149.684 !67 7ol 174.499
Sumber : Hasil Pene itian di t<iboratoriuin Jalan Raya F'fSP IJII
500
80 95 110
Temperatur (°C)
125
•+— Tanpa sulfur -•— Sulfur
63
140
Gambar 6.6 Grafik hubungan antara Marshall Qoutient dengan temperaturpemadatan
Dari gambar 6.6 terlihat bahwa variasi temperatur pemadatan akan
memberikan pengaruh terhadap lapis keras. Dengan naiknya temperatur
pemadatan memberikan nilai Marshall Qoutient yang semakin besar. Namun
dengan penambahan temperatur pemadatan tidak berarti memberikan nilai yang
baik pada karakteristik perkerasan, karena nilai Marshall Qoutient yang terlalu
tinggi akan menjadikan perkerasan menjadi kaku atau getas.
Nilai Marshall Qoutient hasil penelitian di laboratorium menunjukan
bahwa nilai Marshall Qoutient campuran aspal beton tanpa sulfur lebih besar
dibanding dengan campuran yang ditarnbahkan sulfur. Hal ini disebabkan karena
pada campuran aspal beton yang tanpa sulfur, stabilitas campuran lebih tinggi
karena campuran lebih kompak dan rapat akibat aspal pada campuran aspal beton
64
yang tanpa sulfur berfungsi maksimum sehingga dapat menyelimuti agregat
dengan maksimal, sebaliknya nilai flow lebih rendah akibat nilai kekakuan
campuran aspal beton yang tanpa sulfur lebih tinggi sehingga kemungkinan
terjadinya deformasi lebih kecil. Niiai Marshall Qoutient pada campuran aspal
beton yang tanpa sulfur mencapai optimum pada temperatur pemadatan 140°C
dengan nilai sebesar 428,659 kg/mm, sedangkan campuran dengan sulfur belum
mencapai optimum dan semakin membesar dengan nilai maksimum sebesar
174,499 kg/mm. Nilai Marshall Qoutient pada spesifikasi memiliki persyaratan
umum sebesar 180 kg/mm - 500 kg/mm sesuai persyaratan Bina Marga/CQCMU
1987.
6.2.6. Pengujian Rendaman atau Immersion Test
Tujuan pengujian Immersion adalah untuk membandingkan nilai stabilitas
antaracampuran yangdirendam selama 30 menit dengan nilai stabilitas campuran
yang direndam selama 24 jam pada suhu 60°C yang mempunyai komposisi
agregat dan kadar aspal yang sama.
Aspal beton yang direndam pada suhu 60°C selama 24 jam akan merubah
karakteristik dari beton aspal itu sendiri akihat pengaruh air, suhu dan lama
perendaman. Menurut peraturan Bina Marga (1987) index of retained strength
atau indeks tahanan kekuatan minimal adalah 75 %. Contoh perhitungan indeks
tahanan campuran aspal atau index of retained strength adalah sebagai berikut:
S, 475,45----- XI00%= X 100% =100,01%
Si 475,39
64
Hasil pengujian di laboratorium didapat nilai indeks perendaman seperti
pada tabel 6.14dan gambar 6.7 berikut:
T ibel 6.14 Ni
Jenis
Campuran
ai Indeks
Satuan
Perendaman Hasil Pengujian Marshall standarTemperatur (° C)
80 95 110 125 140
CL
Z
Aspal
Tanpa
Sulfur
% 100.01 67.48 62.13 69.83 93.99
Aspal
Dengan
Sulfur
% 172.15 100.36 106.08 99.75 116.08
Sumber : Hasil Penelitian di taboratorium Jalan Raya FTSP UII
200
150
2- 100 1
50
0
80 95 110 125
Temperatur (°C)
— Tanpa sulfur Sulfur
140
Gambar 6.7 Grafik hubungan antara indeks perendaman dengantemperaiur pemadatan
Dari gambar 6.7 terlihat bahwa campuran dengan Sulfur memiliki nilai
Indeks perendaman lebih tinggi daripada campuran tanpa Sulfur. Hal tersebut
disebabkan karena rongga yang terdapat dalam campuran dengan sulfur sedikit.
66
Dari gambar 6.7 terlihat bahwa campuran dengan Sulfur memiliki nilai
Indeks perendaman lebih tinggi daripada campuran tanpa Sulfur. Hal tersebut
disebabkan karena rongga yang terdapat dalam campuran dengan sulfur sedikit.
Itu dapat dilihat pada pengujian VITM pada tabel 6.14, dimana nilai VITM
campuran dengan sulfur lebih kecil daripada campuran tanpa sulfur. Dengan
rongga dalam campuran yang sedikit, aspal akan sulit teroksidasi, sehingga
tingkat keawetan aspal terhadap pengaruh air dan udara dapat terjaga.
Tabel 6.15 Tabel Rekapitulasi Karakteristik MarshallKarakteristik Temperatur (° C)
Marshall 80 95 no 125 140
Stabilitas
(Kg)
TanpaSulfur
475.39 758.38 1097.16 1255.425 1909.72
DenganSulfur
428.715 753.690 861.815 953.705 909.675
Flow
(mm)
TanpaSulfur
5.233 5.90 4.40 3.850 3.55
DenganSulfur
6.35 5.925 5.15 5.25 4.825
VITM
(%)
TanpaSulfur
15.554 12.463 9.962 10.046 5.991
DenganSulfur
9.130 7.698 8.299 7.237 7.04
VFWA
(%)
TanpaSulfur
51.578 56.557 61.223 59.316 70.467
Dengan
Sulfur
63 495 66.543 65.928 67.783 66.742
MQ
(Kg/mm)
TanpaSulfur
90.667 167.727 333.054 317.17 428.659
DenganSulfur
77.069 99.042 149.684 167.761 174.499
IP
(%)
TanpaSulfur
100.01 67.48 62.13 69.83 93.99
DenganSulfur
172.15 100.36 106.08 99.75 116.08
Sumber : Hasil Penelitian di taboratorium Jalan Raya FTSP UII
65
Ilu dapal dilihat pada pengujian VITM pada tabel 644. dimana nilai VITM
campuran dengan sulfur lebih kccil daripada campuran tanpa sulfur. Dengan
rongga dalam campuran yang sedikil, aspal akan sulit teroksidasi, sehingga
tingkat keawetan aspal terhadap pengaruh air dan udara dapat tcrjaga.
6.2.7. kvaluasi Hasil Laboratorium Terhadap Spesifikasi
Dari hasil penelitian lemperatur pemadatan baik pada campuran aspal
beton dengan Sulfur maupun campuran aspal beton tanpa Sulfur, kemudian
disesuaikan dengan spesifikasi dari Bina Marga terhadap persyaratan untuk aspal
beton yang meliputi nilai stabilitas, flow, VITM dan VFWA menunjukan bahwa
pengaruh temperatur pemadatan pada campuran aspal beton menyebabkan
perubahan nilai-nilai Marsha/I sedangkan penambahan Sulfur pada campuran
aspal beton tidak dapat dijadikan parameter perencanaan untuk menenlukan
batasan dalam menentukan temperatur pemadatan. hal ini disebabkan karena nilai
T'/ow, VI I'M. VFWA dan QuotientMarsha/I tidak ierpenuhi.
Dari hasil penelitian terhadap campuran aspal beton tanpa sulfur dan
campuran yang ditarnbahkan dengan sulfur, temperatur pemadatan yang niasih
memenuhi persyaratan Bina Marga adalah seperti terlihat pada tabel 64 5 dan 6.16
sebagai berikut :
66
label 64 5 Hasil Tcsl Marshall dengan berbagai variasi TemperaturPemadatan campuran aspal beton tanpa sulfur lerhadap persyaratan
Variasi 'lemperatur Pemadatan ( ° C )PersyaratanBINA MARGA
(1987)Stabilitas
>_ 500 kgblow
(2 -4)_VITM
( 3% -5% )
VFAVA(75%-82% )
MQ(180 -500 kg/mm )
Immersion Test
, (75%)
80 95 10 125 140
HMHMHBBM M
Sumber : Hasil Penelitian di taboratorium Jalan Raya FTSP UII
Dari label 6.15 di alas dapat dijelaskan bahwa temperatur peinadatan
untuk campuran aspal beton yang memenuhi persyaratan Bina Marga adalah pada
temperatur pemadatan I 10° C - 140° C. Hal ini berarti bahwa pemadatan yang
dilakukan (Breakdown Polling) hams sudah dilaksanakan pada rentang temperatur
110° C hingga 140° C, apabila pemadatan dilaksanakan dibawah temperatur
tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan nilai-nilai Marshall sehingga
mutu perkerasan tidak memenuhi persyaratan. Hasil penelitian dialas memenuhi
persyaratan temperatur pemadatan minimal dari Bina Marga (1987) untuk
campuran aspal beton yaitu 110° C.
67
Tabel 64 6 I lasil 'Test Marshall dengan berbagai variasi TcinpcralurPeinadatan campuran aspal beton dengan suHiirJcrhadap pcrsyaralan
Persvaralan
BINA MARGA
(1987)
Stabilitas
_ >_ 500 kg _~Flow~' ~(2-4)VITM
(_3_%-5%)_~~ VFWA~~ "
(75%-82% )
MQ180 -500 kg/mm)Immersion Test
(75%)
0
Variasi Temperatur Pemadatan ( ° C )
5 110 125 1.40
Sumber: Hasil Penelitian di taboratorium Jalan Rava F'fSP UII
Dari tabel 6.16 di atas dapat dijclaskan bahwa temperatur pemadatan
untuk campuran aspal beton dengan bahan tambah sulfur yang memenuhi
persyaratan Bina Marga (1987) adalah pada temperatur pemadatan 95°C - 140°C.
Hal ini berbeda dengan temperatur pemadatan standar yang terdapat pada label
6.16. Hal ini disebabkan karena sulfur memiliki viskositas yang lebih rendah dari
aspal pada temperatur yangt sama, sehingga campuran aspal beton dengan sulfur
masih bisa digunakan pada temperatur pemadatan yang lebih rendah daripada
temperatur pemadatan standar. Pemadatn yang dilakukan (Breakdown Polling)
hams sudah dilaksanakan pada rentang temperatur 95°C - I40°C, apabila
pemadatan dilaksanakan dibawah temperatur tersebut akan menyebabkan
terjadinya penurunan nilai-nilai Marsha//, sehingga mutu perkerasan tidak
memenuhi persyaratan. Hasil penelitian diatas memenuhi persyaratan temperatur
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di laboratorium Jalan Raya
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII, tentang pengaruh variasi penurunan
temperatur pada aspal beton dengan bahan tambah sulfur, dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada kedua campuran aspal beton dengan dan tanpa sulfur untuk setiap setiap
penurunan temperatur nilai stabilitas akan terus turun. Nilai stabilitas tertinggi
dicapai pada temperatur 140°C dengan nilai 1909,72 Kg. Sedangkan
campuran aspal beton yang ditambahkan sulfur memiliki nilai stabilitas yang
lebih rendah daripada campuran aspal beton tanpa sulfur. Nilai stabilitas
tertinggi pada campuran aspal beton yang ditambahkan sulfur dicapai pada
temperatur 140°C dengan nilai 909,675 Kg.
2. Penurunan temperatur pemadatan mengakibatkan penurunan nilai flow.
Campuran aspal beton yang ditambahkan sulfur memiliki nilai flow yang lebih
tinggi daripada campuran aspal beton tanpa sulfur. Nilai flow tertinggi pada
campuran aspal beton yang ditambahkan sulfur dicapai pada temperatur 80°C
yaitu 6,35 mm, sedangkan nilai flow twrtinggi pada campuran aspal beton
tanpa sulfur dicapai pada temperatur 95°C yaitu 5,90 mm.
71
72
3. Penurunan temperatur pemadatan mengakibatkan rongga yang terdapat pada
campuran aspal beton semakin sedikit. Jumlah rongga yang terdapat pada
campuran aspal beton yang ditambahkan sulfur lebih sedikit jika dibandingkan
dengan campuran aspal beton tanpa sulfur. Jumlah rongga optimum pada
kedua campuran aspal beton dicapai pada temperatur 80°C dengan nilai
15,554% pada campuran aspal beton tanpa sulfur dan 9,130% pada campuran
aspal beton yang ditambahkan sulfur.
4. Campuran aspal beton dengan sulfur memiliki jumlah rongga yang terisi aspal
lebih banyak daripada campuran aspal beton tanpa sulfur, kecuali pada
temperatur 140°C, dimana nilai VFWA pada campuran aspal beton tanpa
sulfur adalah 70,467% sedangkan nilai VFWA pada campuran aspal beton
yangditambahkan sulfur adalah 66,742%.
5. Campuran aspal beton tanpa sulfur memiliki nilai kekakuan (MQ) lebih tinggi
dibandingkan dengan campuran aspal beton yang ditambahkan sulfur. Nilai
optimum MQ pada campuran aspal beton tanpa sulfur dicapai pada temperatur
140°C yaitu 428,659 Kg/mm, sedangkan pada campuran aspal beton yang
ditambahkan sulfur, nilai MQ optimum dicapai pada temperatur 140°C yaitu
174,499 Kg/mm.
6. Pada pengujian rendaman, campuran aspal beton dengan sulfur memiliki
tingkat keawetan terhadap air dan udara yang lebih tinggi daripada campuran
aspal beton tanpa sulfur.
73
7. Campuran aspal beton yang ditambalikan sulfur memiliki nilai stabilitas yang
lebih rendali dibandingkan campuran asapl beton yang tidak ditambahkan
sulfur.
8. Campuran aspal beton yang ditambalikan sulfur memiliki nilai VITM yang
lebih rendah dibandingkan campuran aspal beton yang tidak ditambahkan
sulfur, kecuali pada temperatur 140°C. Nilai VFWA pada campuran aspal
beton yang memakai sulfur lebih tinggi jika dibandingkan campuran aspal
beton yang tidak memakai sulfur sebagai zat aditifnya.
7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Karena pada penelitian ini tidak menehti sifat kimiawi dari sulfur, perlu
diteliti sifat kimiawi dari sulfur untuk kemudian dilakukan penelitian lebih
lanjut terhadap karakteristik Marshall, agar dihasilkan nilai parameter
Marshall yang lebih baik.
2. Temperatur pemadatan yang diteliti perlu lebih variatif lagi, agar dihasilkan
temperatur pemadatan yang benar-benar ideal untuk proses pemadatan
dilapangan.
3. Perlu dicoba penambahan sulfur lebih dari 30%, karena menurut penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Mulyono AT, penambahan sulfur lebih dari
30% akan merubah sifat fisik dari aspal.
A
iSatiMUtAlWJ
Conloh dari
Pckcrjaan
Jenis Agregat
Ditcrima Tgl.
Selesai Tgl.
LABORATORIUM JALAN RAYAFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UIIJl. Kaliurang Km. 14/1 Tclp. 95330 Yogyakarta 55584
Cclcrcng, Kulon Progo
liigas Akhir
I 1 September 2002
I I September 2002
ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR DAN MAULSNo. Saringan Berat Terlahan
(gram)Jumlah Persen
(%)Spesifikasi
1 (%)mm Inch Terlahan Jumlah Terlahan lolos Min
~
max12,7
""4,7""V2
w~0
' ""327,72"0
"327J2""'"0
2"9100
71 ,100
"62"100
"802,38 //8 136,88 564 ^ 50 50 1 44 600,59 #16 180,48 744,48 66 34 28 To"
0,279 1 // 50 101,52 846
94732"75
84
25
"""16""",20
" "12"" "30
20 "0,149 // 100 !01,520,047 // 200 78.96 1026,48 91 » \ 6 12
Pan 101,52 1128 100
- _
total 1128- ... .._ - - __J - - 1
Keterangan
Tanggai
Diperiksa Oleh
: Kadar Aspal 6%
1200X6%-72 gram
1200-72 = 1128 gram
: 11 September 2002
: Yohan tko Bawono
Widie Arifianto
gyakarta, II September 2002YO
"V— ~-~-^
ItJ.skandar S_., MT
Kepala tab. Jalan Raya
*j#JtKfi*r««7
LABORATORIUM JALAN RAYAI AKULTAS TEKNIKSIPIL DAN PERENCANAAN UII
.11. Kaliurang Km. 14,4 Tclp. 95330 Yogyakarta 55584
Contoh dari
Pekcrjaan
Jenis Agregat
Dilerima Tgl.
Selesa i Ti>l.
Cclercng, Kulon Progo
Tugas Akhir
1 I September 2002
I 1 September 2002
ANALISA SARINGAN AGREGA I KASAR DAN HALUS
No. Saringan Berat Terlahan
(gram)Jumlah Pcrsen
(%)Spesifikasi
(%)mm Inch Tertahan Jumlah Tertahan lolos Min max
12,7
"4?7""0
~ 323,67"0
323,640 100
71
100
62 "100
802,38 1 //8 234,36 558 h 50 50 44 600,59 # 16 178,56 736,56 66 34
25
" 16
28 , 400,279 11 50 100,44 837
""93774775
"84""20
12 "30
"""20"0,149 ft- 100 100,440,047 #200 78,12 1051,56 91 9 6 12
Pan 100,44 II 16
Total 1116 1__7J |
Kelerangan
Tanggai
Diperiksa Oleh
: Kadar Aspal 7%
1200X7% -84 gram
1200-84 =- II16 gram
: I 1 September 2002
: Yohan tko Bawono
Widie Arifianfo
Yogyakarta, II September 2002
1>K
lr. Iskandar S.,MT
Kepala tab. Jalan Raya
m
<SaiflWfih«W<7
LABORATORIUM JALAN RAYAFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UII.11. Kaliurang Km. 14,4 'Tclp. 95330 Yogyakarta 55584
Contoh dari
Pckcrjaan
Jenis Agregat
Diterima Tgl.
Selesai "T»f
: Celercng, Kulon Progo
: Tugas Akhir
: 11 September 2002
: 11 September 2002
ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR DAN MALUS
No. Saringan Berat 'Tertahan
(gram)Jumlah Persen
(%)
Spesifikasi
(%)
mm Inch 'Tertahan Jumlah Terlahan lolos Min max '
12,7
4,7" """"74""""0
"""32 K90
327,9" ""0
29"100
71""""100
" 62100
80""'"
2,38 //8 233,1 555 50 50 44 60
M),59 If] 6 177,6 732,6 66 34 28 40
0,279 it 50^ 99,9 832,5
~ 93274""""75
"""84"25 20
""" 1230
0,149 H 100 99,9 16
0,047 // 200 77,7 1 10104 91 9 6 12
Pan 99,9 1110
Total 1 110
Keterangan
Tanggai
Diperiksa Oleh
: Kadar Aspal 7.5%
1200X7,5% = 90 gram
1200-90 -= II 10 grain
: 11 September 2002
: Yohan tko Bawono
Widie Arifianlo
Yogyakarta, 11 September 2002
lr. Iskandar S., MT
Kepala tab. Jalan Raya
ISLAM~\« .. ?
ijSa*MtUMlt«y
LABORATORIUM JALAN RAYAFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UII.11. Kaliurang Km. 14,4 Tclp. 95330 Yogyakarta 55584
Contoh dari
Pckcrjaan
Jenis Agregat
Diterima Tgl.
Sclcsai 'Tgl.
Celereng, Kulon Pro go
Tugas Akhir
11 September 2002
I I September 2002
ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR DAN MALUS
No. Saringan Berat Tertahan
(gram)Jumlah Pcrscn
(%)
Spesifikasi(%)
mm Inch Tertahan Jumlah Tertahan lolos Min max
12,7
"7,7""V2
" 7/7""0
320,16"0
320,16
0
29"100
7l"IOO"62""
100
80 ""
2.38 #8 231,84 552 50 50 H 4~4 60
0,59 //-16 176,64 728,64 66 34 28 40
0,279
0449
#50
""7700"""99,36
997.36 "828
"""92736""75
84 """25
16" "20
12"30
20
0,047 // 200
Pan
77,28 1004,64 91 9 6 12
99,36 | 1104total 1 104
Kclerangan
I anggal
Diperiksa Oleh
Kadar Aspal 8%
1200X8%-96 gram
1200 - 96 - 1104 gram
11 September 2002
Yohan tko Bawono
Widie Arifianto
Yogyakarta, I I September 2002
lr. Iskandar S. JvlT
Kepala tab. Jalan Raya
(<o • .. <rCIo
hi »—*A
«3ttwe»jMcr
LABORATORIUM JALAN RAYAFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UII.11. Kaliurang Km. 14,4 Tclp. 95330 Yogyakarta 55584
Contoh dari
Pekerjaan
Jenis Agregat
Diterima Tgl.
Sclesai Tgl.
: Cclcreng, Kulon Progo
Tugas Akhir
11 September 2002
I I September 2002
ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR DAN MALUS (KAO)No. Saringan Berat Tertahan
(gram)Jumlah Perscii
(%)Spesifikasi
(%)mm Inch Tertahan Jumlah Tertahan lolos Min max
12,7 i /
~~w~0 0
323,4660
""""29"100
-—-•--—
100
"62100
804,7 323,466
2,38 n 234,234 557,70 50 50 44 600,59 #16 178,464 736,164 66 34 28 40
0,2790,149
—
#50 100,386
100,386836,55
936,93675
84"25
""""16"""j. 20 30
"""""20"# 100
0,047 a 200 78,078 1015,014 91 9 6 1 12Pan 100,078 | 1115,4 i
i i
Total 11 15.4
Keterangan
Tanggai
Diperiksa Oleh
: KAO 7,05%
1200X7,05% =84,6 gram
1200-84,6 -II 15,4 gram
: 11 September 2002
: Yohan Eko Bawono
Widie Anilan to
Yogyakarta, 11 September 2002
lr. Iskandar S.. MT
Kepala tab. Jalan Raya
/^ISLAM^NT
» kSa o
*.-*r«DEsei»^7
LABORATORIUM JALAN RAYAEAKUL IAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UIIJl. Kaliurang Km. 14,4 Tclp. 95330 Yogyakarta 55584
PEMERIKSAAN
BERAT JENIS AGREGAT KASAR
Contoh dari
Jenis contoh
Dipcriksa tgl.
: Cclereng, Kulon Progo
: 12 September 2002
KtTtRANGAN
Beral benda uji dalam keadaan basah jeniihi.SSD_ V-> ( B.l )Bera^benda uji di dalam air -> ( BA )Berat sample kering oven ( BK )
bk" ""Berat jenis ( BtUK) -
( B.I - BA )
BJBerat SSD
(BJ -BA)BK "
Berat jenis semu ;( BK - BA )
Penyerapan( BJ - BK )
(BK )x 100 %
Dipcriksa Oleh
Yohaii Lko Bawouo
Widic AnTianto
BtNDAUJi
993 gram
621 gram()77 gram
2.62
2.67
2.74
1,64 %
Yogyakarta, 12 September 2002
IllJjikanda r_S_^ MJKepala tab. Jalan Raya
* \Sftt oS3
<saKmtw.it*a
LABORATORIUM JALAN RAYA''AKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAVJl. Kalmrang Km. 14,4 Tclp. 95330 Yogyakarta 55584
PEMERIKSAANBERAT JENIS AGREGAT MALUS
Contoh dari
Jenis contoh
Dipcriksa \v)
•Celereng, Kulon Progo
: 12 September 2002
KFTtRANCiAN I"""
Dipcriksa Oleh
Yohaii f'ko Bawono
Widic Arifianto
BtNDATLII
Berat benda uji dalam keadaan basah7cnuh_(_SSD.).._i}eral_\4cno"ie(erJjiir("B ).J^rat XicnometcrJ^u^Jbcnda up7 BT) "Berat sample kering oven ( BK )
BK
Berat jenis -
Berat SSD
Bj Semu
Penyerapan
( Bj_50q_- BT )500
( B_-i-500-J.it )" b"k
( BJ- BK-JBT )""( 500 -BK)"
1.BK )x 100%
500 gram
627.41 grain963 gram
492 gram
2.992
3.041 gram
3445
.616%
yogyakarta, 12 September 2002
iLlskandarJy, MTKepala tab. Jalan Raya
. ISLAM >fa <£
tSattUtfliBlWer
LABORATORIUM JALAN RAYAI AKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UII
.11. Kaliurang Km. 14,4 Tclp. 95330 Yogyakarta 55584
PEMERIKSAAN KEAUSAN AGREGAT (ABRASI TEST)A A S II T O T96 - 77
Contoh dan : Cclereng, Kulon Progo
Jenis contoh : -
Dipcriksa tgl. : 11 September 2002
lll^S GRADASI
Dipcriksa Oleh
Yohan Eko Bawono
Widic Arifianto
SARINGAN
LOLOS
72.2 mm (3")
777mm ("75")"
50.8 mm ( 2" )
37.5 mm ( 1.5")
25.4 mm ( 1")
19.0 mm ( 3/4" )
12.5 mm (0.5")
9.5 mm (3/8")
6.3 mm ( YC )
4.75 mm ( no. 4 )
TERTAHAN
63.5 mm (2.5")
50.8 mm ( 2" )
37.5 mm ( 1.5")
25.4 mm (1")
77o7ur7("377;7
12.5 mm (0.5")
9.5 mm ( 3/8" )
6.3 mm ( %" )
4.75 mm ( no. 4 )
2.36 mm ( no. 8 )
JUMLAH BENDA UJI (A)
JUMLAH TERTAHAN DI SIEVE 12 (B)
KEAUSAN = x100%
BENDA [J]
2500 gram
2500 gram
5000 gram
3529 gram
29,42 %
Yogyakarta, 11 September 2002
lr. Iskandar S.. MT
Kepala tab. Jalan Raya
A
iSaHDUUBlIW/
LABORATORIUM JALAN RAYAI'AKUL IAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UII
JI. Kaliurang Km. 14,4 'Tclp. 95330 Yogyakarta 55584
Contoh dari
Jenis contoh
Dipcriksa tgl
PEMERIKSAAN
KELEKATAN AGREGAT TERHADAP ASPAL
: Cclereng, Kulon Progo
: 15 Scplcmber2002
Dipcriksa Oleh
Yohan Lko Bawono
Widic Arifianlo
"p"emanasan'sai\'1ple"'
-
PEM BACA AN SUIIIJ
26 C
I4(T "" "c '
PEMBACAAn'VVAKT[T '
9.50 wTb"
~9"56 " \\7lB
I tL S5 WIB
10.40 WIB
4 0.40 WIB
MULAI PEMANASAN
SELES AI PEM AN AS AN
DIDIAMKAN PADA SUHU
MULAI
RUANG
26 C
SELESA1 26 C
DIPERIKSA
MULAI 26 C
SELESAI 26 C 10,42 WIB
HASIL PENGAMATAN
BENDA UJI PROSEN YANG DISELIMUTI OLEH ASPAL
I 97 %
II
RAJT^: RAT A- - -- -
Yogyakarta, 15 September 2002
V
lr. Iskandar S., MT
Kepala tab. Jalan Raya
HI
LABORATORIUM JALAN RAYAI AKUL IASTEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UM.11. Kaliurang Km. 14,4 Tclp. 95330 Yogyakarta 55584
PEMERIKSAANBERAT,I EN IS ASPAL
; AC 60/70 Pertainina
: 12 September 2002
Contoh dari
Jenis contoh
Dipcriksa Igl.
Dipenksa Oleh
Yohan Lko Bavvono
Widie Arifianlo
No.
5.
77
77
8.
'9.
Urutan Pemeriksaan
Berat vicnometer kosong
Berat vicnometer h- aquadest
Berat air (2-1 )
Berat vicnometer •'• aspal
Berat aspal ( 4 - 1 )
Berat vicnometer + aspal + aquadest
Berat airnya saja ( 6 - 4 )
Volume aspal (37)
Beratjenis aspal : berat volume ( 5/ 8 )
Berat
~7 5 ' gram
26,44 gram
11,44 gram
1744 gram
2,44 gram
26,44 gram
9,2 gram
2.24 gram
77)0
Yogyakarta, 12 September 2002
iLJsiSilLldaLSJyffKepala tab. Jalan Raya
LABORATORIUM JALAN RAYAI AKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UII.11. Kaliurang Km. 14,4 'Tclp. 95330 Yogyakarta 55584
PEMERIKSAAN TITIK LEMBEK ASPAL
Contoh dari : AC 60/70 Pertainina )ipci"iksa Oleh
Jenis contoh : - Yohan Eko BavvonoDipcriksa tgl. : 13 September 2002 Widie Arifianlo
PEMANASAN SAMPLE ''PEMBACAAN SUHU PEMBACAAN WAKTU
13.36 WIBMULAI PEMANASAN 20
"seTesai"pea7anasan' 54 C.. J
13.42 WIB
D1DIAMKAN PADA SUHU ruanc;
MULAI \ 54 C | WIB
SELESAI 28 C WIB
DIPER1KFA
"mTIlaT """ " 20 (7 ""
25"~ """ "C "
13.36 WIB
SELESAI 13.42 WIB
I1AS1L PENGAMA TAN
Tno. "1 SUHU YGDIAMATI WAKTU (DF.T1K) TITIK LEMBEK
(° C)i T ii 1
0C)jj
t 5— -
— — —
2. 10
3. 15
4. 20 70
hr [ 25 80
6. 30—
70- --
35
8. 40 45
55-----
-
9. 45
I 10. 50 80 51 52
It 55
Yogyakarta. 13 September 2002
lr. Iskandar S„ MT
Kepala tab. Jalan Raya
ISLAM >
«A* | LABORATORIUM JALAN RAYA_"jjf 5 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UIILHU .11. Kaliurang Km. 14,4 Tclp. 95330 Yogyakarta 55584
PEMERIKSAAN
HI IK NYALA DAN TITIK BAKAR
Contoh dari
Jems contoh
Dipcriksa tgl
AC 60/70 Pertainina
12 September 2002
Dipcriksa OlehYohan Lko Bawono
Widie Arifianlo
PEMANASAN SAMPLE j PEMBACAAN SUHU I PEMBACAAN WAK III" " ' ' WIBMULAI PEMANASAN | 2(>
'Sr7rESA!T'ENU\N.7SAN j""" ' 152mDIAlVlKAN PADA SinnRV3AN(7
'MULAI ""] l"52_ _ ! __
SELESAI '""" I"" "36"_ _ _L._
DI PERILS A
MULAI " I 36
SELESAI ! 342
BASIL PENGAMATAN_____
if___________
C
"c" 13.40 WIB
c | 13.40 WIB
c""T.. L.
"7775 ~~~w'Tb
c 7 """~"l4 35" WIB
. I. .
c ! '""15.10 WIB
TITIK NYALA
".40 C
c"
""340 (7
TITIK BAKAR
342
342
Yogyakarta, 13 September 2002
lr. Iskandar S.. MT
Kepala tab. Jalan Raya
I^P LABORATORIUM JALAN RAYA>"Tff 5 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAIJaLJ .II. Kaliurang Km. 14,4 Tclp. 95330 Yogyakarta 55584
N UII
•j__it___ fa
PEMERIKSAAN PENETRASI ASPAL
AC 60/70 Perlamina
13 September 2002
Contoh dari
Jenis contoh
Dipcriksa tgl.
Dipcriksa OlehYohan Lko Bawono
Widie Arifianlo
PEMANASAN SAMPLE
. .ULAl7EN. ANASAN""""'
SELESAI PEMANASAN"
PEMBACAAN SUHU
28'""" ' " "C"
160 C"
PEMBACAAN
" " 09"50
"io7o ""
WAKTU...... __. __
'''win
DIDIAMKAN PADA SUHU RUANC
MULAI
.ELE.AI"
160
"77"
DIRENDAM AIR DENGAN SUHU (25. c)
.777777 ] 25- I
SELESAI I 25
DIPERIKSA
25
SELESAI 25
HASIL PENGAMATAN
NO. CAWAN (I) CAWAN (II)
(0.1 mm) (0 1 mm)
---
~74 ""
78 65
60 67
64 63
67 65
C
"c
c
10.50
—-----
------
12 50
WIB
W4B
WIB
WIB
c I
12 50
13.30
WIB
WIB
SKET BASIL PENGAMATAN
Yogyakarta, 13 September 2002
lr. Iskandar S..MT
Kepala Lab. Jalan Raya
A 8 LABORATORIUM JALAN RAYAI .flf I FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UIIL-aL-EI .11. Kaliurang Km. 14,4 Tclp. 95330 Yogyakarta 55584
ȣ__nt_H_r.._7 '
Pcngirim contoh
Jenis contoh aspalUntuk PckcrjaanDilerima Tgl.Selesai Tgl.
: Yohan Eko Bawono
Widie Arifianto
: AC 60/70
: Tugas Akhir: 13 September 2002: 13 September 2002
Dikerjakan oleh :Yohan Eko Bawono
Widie Arifianto
Dipcriksa olehYohan Lko Bawono
Widie Arifianto
PEMERIKSAAN
I>AKTI IT! AS (DUCTILITY) / RESIDUE
Persiapan benda
uji
Mendinginkan
benda uji
Contoh dipanaskan 1 15 menu I Pembacaan suhuI| ovcn± I35°C
09.50 7
Pembacaan suhu
Waterbalh ± 25°C
Perendaman
benda uji
Pemeriksaan
Didiatnkan pada suhu
ruang
Direndam dalam
Waterbath pada suhu
25°C
DaktiIitaspada25°C
5 cm per menit
DAKTIttTAS pada25°C
5 cm per menit
Pcngamatan
Pcngamatan
Rata-rata ( I + If)/2
60 mcnil
60 menit
20 menit Pembacaan suhu
alal±25°C
_mbacaan pengukur pada alat
165.00 cm
165.00 cm
165.00 cm
Yuuyakarta, 13 September 2002_v
lr. Iskandar S., MT
Kepala tab. Jalan Raya
ISLAM«
or'._.-MKi/__r
LABORATORIUM JALAN RAYAI A Kill.TA S I EK NIK SIPIL DA N PER EN('A NA A N UII.11. Kaliurang Km. 14,4 'Tclp. 953.30 Yogyakarta 55584
Contoh dari
Jenis contoh
PckcrjaanDitcrima TglSclcsai Ti.,1.
AC 60/70 Pcrtamina
Tugas AkhirI I September 2002I 1 September 2002
Pcmbukaan contoh
PEMERIKSAAN
KELARU IAN DALAM CXJ^j(SOLUBILITY)
DIPANASKAN 1Pembacaan Waktu"rPcmbacaan7ulii
P_M. __ IKS A AN1. Penimbangan2. Pel a rutan
3. Pcnyaringan
4. Di Oven
5. Penimbangan
Mulai
Selesai
Mulai
Mulai
Mulai
Selesai
Mulai
Selesai
Jam
Jam
Jam
Jam
Ja ni
Jam
Jam
Jam
Beral bold Erlenmeycr kosongBeral erlcnmcyc -i- aspalBeral aspal (2 - 1)Berat kertas saring bersihBerat kertas saring + endapanBerat endapannya saja (5 - 4)Perscntase endapan
Bjtumen yang larut (100% - 7)
13.59 WIB
14.00 WIB
14.00 WIB
14.05 WIB
74 gram
76,2 gram
2,2 gram
0,6 gram
0.63 warn
0.03 ' gram
1,364 /o
98,636 0/,0
Yogyakarta, 1I September 2002
-v^-
Ir. Iskandar S.. MT
Kepala tab. Jalan Raya
ypSLAM-N1
__ oS ______ 0
m
i_
___M_n____u&__r
LABORATORIUM JALAN RAYAFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UIIJ). Kaliurang Km. 14,4'Telp. 95330 Yogyakarta 5.5584
SAND EQUIVALENT DATAAASHTOT176-73
Contoh dan : Celeren
Jenis contoh : -
Diperiksa tgl. : 11 Sep..
I, Kul on Pre
mibcr 2002
)go Diperiksa Oleh :
Yohan IZko Bawono
Widie Arifianto
TRIAL NUMBER
Seaking
( 10.1 min)
1 2
Start 104 0 WIB 1040 WIB
Slop 10.20 WIB 10.20 WIB
Sedimentation Time
( 20 min - 15 Sec )
Start 10.25 WIB 10.25 WIB
Stop 10.45 WIB 10.45 WIB
Clay Reading 5,2 inch 4,8 inch
Sand Reading 4,15 inch
"79\8%~"
3,85 inch
Sand Reading
S. — v 1 on
80,2 %
Clay Reading
Average Sand Equivalent 80%
Remark :
Yogyakarta, 11 September 2002
lr. Iskandar S.. MT
Kepala Lab. Jalan Raya
LA
BO
RA
TO
RIU
MJA
LA
NR
AY
AF
AK
UL
TA
ST
EK
NIK
SIP
ILD
AN
PE
RE
NC
AN
AA
NU
IIJl
.Kal
iura
ngK
m.
14.4
Tel
p95
330
Yog
yaka
rta
Peke
rjaa
n/P
roye
k:T
ugas
Akh
irPe
ng-r
imsa
mpl
e:Y
ohan
Eko
Baw
ono
Wid
ie.A
rifi
anto
Jem
sca
mpu
ran
:Beto
nA
spal
60-7
0pe
rend
aman
24ja
mT
angg
ai:_
Sept
embe
r200
2
Dik
erja
kan
Ole
h
Dip
erik
saO
leh
:Y
oh
anE
ko
Baw
on
o
Wid
ieA
rifi
anto
.Y
oh
anE
ko
Baw
on
o
Wid
ie.A
rifi
anlo
No
.S
uh
uP
ER
HIT
UN
GA
NT
ES
TM
AR
SH
AL
LD
EN
GA
NS
UL
FU
R
Rera
ta
Rera
ta
10
11
Rera
ta
13
14
15
Rera
ta
i40
61
.90
66
67
.00
110
!.3
.52
110
i6
3.8
01
10
./
64
.38
64
..
65
.00
'.0
51
18
5.0
18
2.0
68
9.0
04
'.0
51
70
.06
79
.04
92
.0
7.0
51
17
9,0
18
0.0
68
0.(
50
0.0
.01
7.05
i11
87.0
?11
92.0
j69
0.0
!50
2.0
0.8
57
.05
i1
27
0.0
!1
27
9.0
73
6.0
0.9
77
.05
11
85
.01
19
2.0
68
70
50
5.0
0.9
2
0.9
8
/2_
__
!H
65-0
I11
78.0
7.0
51
18
!.'
11
94
.0
67
2.0
68
80
50
6.0
50
6.0
11
85
,07
42
.04
43
,0
0.9
57
.05
11
75
.01
76
.0
0.95
I7.
05!
1!6S
.OI
1177
,06
79
.04
97
,0
66
6.0
0°3
7,05
!11
91.0
j'1
92,0
68
1.0
J
2.4
04
14
.42
2
2.3
78
2.3
58
14
.26
8
14
.14
8
80
.52
!5
.05
7
79.6
64i
6.06
8
19
92
I6
,86
0
19
.47
97
4.0
40
!5
.05
7
20
.33
6!
70
.16
2
21
.00
8-|-
6,0
68
46j
6.86
0
2.3
65
_.-
>_
.
.34
7
2.5
11
2.5
11
.51
1
15
.37
0
15.1
78
.79
05
,84
!
77
.95
4.
6.8
63
78.1
90j
6.55
8
70
.51
65
.99
5
11
07
2,4
63
5.8
4!
!06
6I
68
89
66
.86
3
.1.8
10
i69
.933
6.5
58
:.3
02
.33
4
2.6
52
2.4
91
16
.11
7
16
.33
8
24
91
18
.56
7
6.4
20
76
.30
87
.57
5
77
.35
66
.30
6
87
.90
8j
6.4
75
21
.69
5!
70
.43
1i
6.4
20
23.6
92I
68.0
26;
7.57
52
26
44
)_
6.3
06
12
,09
21
53
,54
7
2.3
64
1.2
86
17
.73
1
Hj
17.1
43
1.4
71
17
.48
0
77
,95
4.3
33
97
.90
8|
2.4
69
22.0
64!
80.3
627
5,3
49
'.5
08
76
.83
2
24
,65
169
.542
j7.
508
23
.16
85
.68
7
17
65
.30
0,9
3
18
'.9
2
11
83
,0i1
88
.0
7.0
51
19
7.0
19
8.0
67
5.0
51
3.0
51
4.0
!2
.32
9
2.30
6j
I1
8,4
48
75
01
19
!5
.84
3
75.6
08;
5.94
4|
24.3
92j
75.6
335
.94
4
19
0.7
9
1R
era
ta
Su
hu
:_
a=
_as
pal
ierh
adap
batu
an(
.)b
=%
aspa
lier
hada
pca
mpu
ran
(%)
c=
bera
tken
ngse
belu
mdi
rend
am(g
ram
)d
=be
ratd
alam
kead
aan
SSD
(gra
m)
e=
bera
t<_
dala
mai
r(gr
am)
f=V
ol(is
:';ca
mpu
ran
=d
-e
(gra
m)
g=
bera
tisi
sam
ple
=c/
f(gr
/cc)
68
4
7.0
51
30
5.0
i5
17
.073
6.0
I58
1.0
!2.
246
h=
BJ.
.Mak
sim
um(t
eont
is)
(!00
:((%
aggr
/BJa
ggr)
+(%
£1
=b
xg
/BJ
aspa
l;p
a!'B
Jas
pal)
))
J=
(100
-b)g
/BJa
ggr
k=
(100
-1-j)
jum
lah
kand
unga
nro
ngga
(%)
1=(1
00-j)
rong
gaie
rhad
apag
rega
t(%
)m
=(1
00x
1/1)r
ongg
aya
ngte
nsi
aspa
l(V
FWA
)n
=ro
ngga
yang
teris
icam
pura
n10
0-(
100
xg/
h)(
%)
18
.63
07
6.3
54
5.0
16
i6
46
78
,78
8
;.4
52
17
.96
973
.644
I8
,38
72
6.3
56
I68
1;
/
6.4
49
24
.79
8
0=
pem
baca
anar
loji
(sta
bilit
as)
(Ke)
p=
cx
kalib
rasi
prof
ing
rir_
c;=
px
kore
ksit
ebal
sam
ple
(STA
BIL
ITA
S)(
Kg)
r=
FLO
W(k
elel
ahan
plas
tis)
(mm
)Su
hupe
ncam
pura
n1
60
°CSu
hupe
mad
atan
14
0<=
CS
uh
uw
a.e
rbath
60
°CB
Jas
pal
1.0
36
BJ
agre
gat
2.6
88
74
.19
9
5.0
16
8.3
87
6.4
49
350,
0j
1198
.75
:12
04.7
43
15
.0i
10
78
,88
11
04
5.4
3.9
0
30
8.0
28
4.0
38
2.0
26
4.0
24
5.(
!10
54,9
0j
1066
.50
!4.
40
11
05
.56
;3
.97
972.
70I
977.
56I
5,00
13
08
.35
j1
33
0.5
9
90
4.2
0
83
9.1
3
94
18
8
92
5.0
0
10
77
.72
86
0.1
0
96
8.2
5
5,7
0
1.20
5.3
0
4.7
0
5.7
0
QM .6
51
26
8,0
59
24
2,3
87
28
1.6
99
19
5.5
1.
17
7,8
84
20
2.2
78
18
3,0
01
16
9.8
68
37
5.0
12
84
.38
|13
21.6
2_
0j
300.
: 69
4.93
I21
7.74
629
5.0
I10
10.3
8;
1099
.29
4.70
23
3.8
91
225.
0I
770.
6379
1.43
I4,
40I
179
871
10
,07
19
,:1
75
.95
3
87
0.7
1
20
8,0
71
.3
4.4
8
4.40
I19
6.57
21
36
.01
6
70
89
87
41
.59
14
54
09
19
5,0
66
7.8
86
75
.15
.70
18
.46
0
717.
10I
5.40
I13
3.29
5
Tan
data
ngan
lr.
Isk
an
dar
S..
MT
-.
Kep
ala
Lab
Jala
nR
ava*
No
.
_Rer
ata
5
Rera
ta
10
11
Rera
ta
13
14
Su
hu
t
62
.80
61
85
64
.60
66
.60
11
0I
68
.17
67
,9.3
!66
.47
74
.00
3/A
i>
t_=
«a
__
(,5
_r
Peke
rjaa
n/p
roye
k.T
ugas
Akh
irPe
ngir
imsa
mpl
e.Y
ohan
Eko
Baw
ono
Wid
ie"in
an
to
LA
BO
RA
TO
RIU
MJA
LA
NR
AY
AF
AK
UL
TA
ST
EK
NIK
SIP
ILD
AN
PE
RE
NC
AN
AA
NU
IIJl.
Kal
iura
ngK
m.
14.4
Telp
9533
0Y
ogya
karta
Jeni
sca
mpu
rar
Tan
ggai
Bet
onA
spal
60-
70pe
rend
25S
epte
mb
er20
02an
24ja
m
Dik
eria
kan
Ole
h
Dip
erik
saO
leh
:Y
oh
anE
ko
Baw
on
o
Wid
ieA
nfi
anio
:Y
oh
anE
ko
Baw
on
oW
idie
Ari
fian
to
1.0
2:.
05!
11
84
,0!
11
88
.0i
68
8.0
50
0.0
1.0
4
i7,
05!
1158
.0I
1162
.06
90
,04
72
.0
7,05
I11
58,0
!IK
.0
67
6.1
49
0.0
0.9
31
15
3.0
1167
.0!
661.
05
06
.0
PE
MT
UN
GA
^8
!h
!i
jk
ii
mi
no
2.3
68
2.5
32
2.4
5:
2,5
32
2.3
63
14.2
08j
79.3
271
4.7
20
!8
2,1
88
14
.18
0i
79
.16
9
6.4
65
'.0
92
6.6
52
20
.67
3
17
.81
2
68,7
28j
6.46
5j
380.
0I
1301
.50
20
83
82
.64
!;
09
2
68,0
68I
6.65
256
0.0
I19
18,0
05
00
.0j
1712
,:
1.2
79
!2
.51
11
4.8
11
i7
5.9
28
73
.14
6j
5.4
03
9.:
260.
0|
890.
:
30
8,0
14
.30
18
58
.54
13
.80
731.
34!
3.10
16
32
.63
j3
.73
89
4.9
56
.20
08
9
09
2-_
__
_
7.0
5
1158
.0|
1177
,011
68.0
i11
78.0
65
1.0
26
.0
66
9.0
50
9.0
1.2
02
2.5
11
2.5
11
14,3
10I
73.3
58!
12.3
3214
.9:6
|76
.463
i8.
622
24.0
72j
61.3
292
6.6
42
I5
3.7
13
19
3.0
i6
61
.05
I6
72
.26
5.1
06
38.
622
!24
5.0
!83
9.13
i8
58
,42
0.8
67
,05
087
|1
14
8.0
11
56
.0
0.9
07.
05|
1162
.0
0,7
9'.
05
11
43
.0
11
65
0
11
66
.0
633.
0[
2.0
63
8,0
!5
28
.0
11
72
,0;
65
2.0
52
0.0
2.1
58
2.4
91
2.1
89
2.2
35
63
0.0
•9.0
2.0
82
2.4
91
2.4
91
15
.10
5!
71
.52
0
15.3
26!
72.5
6415
.642
!74
.062
10
.07
2
13
.37
5
24.7
50!
59.5
37i
10.0
722
84
80
12
.11
1
10
.29
5
2.47
1I
15.6
156
8.6
32
l:\7
53
43
6
25
.9.3
8
..3
68
5.3.
038
13.3
75i
55
.85
91
2.n
:
60
.30
8i
10
.29
5
56
.40
1j
11
.92
7
49.7
80j
15.7
53
20
0.0
50
3
68
5.0
0
18
7.0
j6
40
,48
80
8.5
5
51
6.0
65
.00
70
4.
IS6
.90
65
9,0
5
<_4
,-2
64
,57
5.4
0
5.7
7
6.2
0
5.5
3
QM
30
41
88
48
.90
90
55
8.4
96
45
0.5
91
14
4.3
47
131
81
6
16
1.9
67
14
6.0
43
10
3.2
12
10
2.0
55
22
,04
6
10
9.1
05
42
.67
30
.83
60
51
18
6.0
15
12
04
,0
I6
9,9
00.
85!
7.05
j11
74.0
1189
.066
3.0
!54
1.0
|2.
192
2.4
71
:1
6.4
42
65
6.0
!5
53
.01
1.2
91
20
32.
471
I16
.520
j72
,610
108
7!
59
.28
6!
11,2
91
!7,3
90j
60.3
12I
10.8
711
65
.0
12
9.0
565.
13|
58
0.3
84
41
.83
|4
43
.15
6.0
0
720
|8
0.6
09
73
85
8R
era
ta
17
66
87
0.8
9'.
05
13
4.0
IS8
01
15
6.0
34
,0
0.8
2'.
05
52
2.0
19
80
Rera
ta
68.8
3!
0.86
|7.
0511
66.0
j11
97.0
|64
3.0
\55
4.0
|2.
105
1145
.0!
1166
,0I
63
,0j
529.
0i
2.16
4
Su
hu
:f
a=
%as
pal
ierh
adap
batu
an(%
)b
=%
aspa
lter
hada
pca
mpu
ran
(_)
c=
bera
tker
ing
sebe
lum
dire
ndam
(gra
nd
=be
retd
alam
kead
aan
SSD
.(gr
am)
e=
bera
tdid
alam
air
(gra
m)
f=V
ol(i
si)c
ampu
ran
=d
-e
(gra
m)
g=
bera
tisi
sam
ple
=c/
f(g
r/c-c
)
h=
BJ.
Mak
sim
um(i
eori
tis)
(100
:((°/_
aggr
/BJ
aggr
),%
aspa
i/BJ
aspa
l)))
I=
bx
g/B
Jas
pal
)j
=(1
00-b
)g<
BJa
ggr
k=
(100
-1-j)
jum
lah
kand
unga
nro
ngga
(%)
1=(1
00-j)
rong
gate
rhad
apag
rega
t(%
)m
=(1
00x
M)r
ongg
ayan
gte
risi
aspa
l(V
FWA
)n
=ro
ngga
yang
teris
icam
pura
n10
0-(
100
xg/
h)(
%)
2.4
52
45
2
16
.83
8
71
,22
7
69
00
6
17
.31
6i
709
66
56
.45
9!
12
.63
811
39
42
8.7
73
60
,40
11
1.3
94
14.1
56j
30.9
9411
.718
|29
.034
54.3
26j
14.1
565
9.6
39
|1
1,7
18
12.4
23!
29.6
00|
58.1
22i
12.4
23
0-
pem
baca
anar
loji
(sta
bilit
as)
(Kg)
p=
ox
kalib
rasi
prof
ing
ring
q=
px
kore
ksit
ebai
sam
ple
(STA
BIL
ITA
S)(
Kg)
i=
FLO
W(k
elel
ahan
plas
tis)
(mm
)Su
hupe
ncam
pura
nSu
hupe
mad
atan
Su
hu
wai
erb
ath
BJ
aspa
lB
Jaere
cat
16
0_
14
0°C
60
°C
1.0
36
2.6
88
i4
29
.37
14
0.0
49
4.3
6
12
00
41
1.0
02
9,9
1
14
5.0
49
6.6
35
02
.09
47
5.4
5
Tan
data
ngan
lr.
Iska
ndar
S..
MT
Kep
ala
Lab
.Jal
anR
aya
6.4
67
65
.71
4
7.6
06
5,0
48
7.9
05
4,
8.2
061
23
0
7.9
06
0.2
32
No
.S
uh
u
ISL
AM
__
__
-«_
*_
<?
Peke
rjaa
n/P
roye
k:T
ugas
Akh
iiPe
ngir
imsa
mpl
e:Y
ohan
Eko
Baw
ono
Wid
ie.
Ari
fian
to
Jeni
sca
mpu
ran
.Bet
onA
spal
60-
70T
angg
ai:2
5Se
ptem
ber
2002
1.0
27
,05
11
77
.01
18
3.0
68
5.0
LA
BO
RA
TO
RIU
MJA
LA
NR
AY
AF
AK
UL
TA
ST
EK
NIK
SIP
ILD
AN
PE
RE
NC
AN
AA
NU
IIJ!
.K
aliu
rang
Km
.14.
4T
elp
9533
0Y
ogya
kart
a
Dik
erja
kan
Ole
h
Dip
erik
saO
leh
:Y
oh
anE
ko
Baw
on
o
Wid
ieA
rifi
anto
.Y
oh
anE
ko
Baw
on
o
Wid
ieA
rifi
anto
PE
RH
ITU
NG
AN
TE
ST
MA
RS
HA
LL
DE
NG
AN
SU
LF
UR
I
49
8.0
2.5
32
6.64
4;
20.8
2568
.094
!6.
644
26
7.0
91
4.4
8i
91
9.0
5!
6.3
0
QM
14
5.8
8!
,03
705
46
.05
0.9
6'.
05
11
66
0
12
13
.0
11
73
.0
12
15
.0
67
6.0
69
9.0
49
7.0
51
6,0
2.5
3"
140
76
!7
8.5
93
14
.10
57
8.7
50
.40
7
21
.25
0
05
.75
52
48
.049
.40
!82
3.07
5.8
5!
14
0.6
9:
Rerata
66
.37
52
60
.08
90
.50
90
0.3
06
6.7
42
7.0
40
88
0.8
0
3,8
02
36
.92
0
5.3
21
.03
11
68
,01
.06
75
.04
99
.0
63
50
1,0
07
.05
11
79
.0:
11
84
,06
83
.0
25
11
1.21
4'.
99
56
791
i2
2.0
05
69
.14
0I
6.79
1I
24
5.0
83
9.1
184
3.32
I4.
959
57
.89
i5
.80
17
4.4
99
17
03
68
Rerata
10
Rera
ta
13
14
1-
Rera
ta
64
.12
0,9
505
11
61
.0i
.17
2,'
66
6.0
50
6.1
64
.77
0.9
0j
7.05
i11
64.0
!11
72,0
66
0.0
0,8
9
0,9.
3
705
I11
83.0
i11
92.0
7.0
5
66
9.0
1182
.0i
1187
,0!
6"7.
0~5
10
.0
64
,57
I0
.91
7,0
517
8.0
!11
81.0
674.
0j
507.
066
5.0
i52
7,0"
95i
6848
|0.
86j
7.05
|11
78.0
!11
92,0
67
.-i
0.8
77
.0:
11
97
.0i
12
03
.067
9,0
i52
4.0
26
2
31
8
!S4
2.5
11
2.5
11
15
.29
6•
78
.41
5
14
.91
.7
6,4
55
62
88
8.6
3!
58
57
0.8
66
6.2
88
8.6
31
2.4
91
2.4
91
2.4
91
15.9
14I
75.3
491
5.8
39
i7
4.9
68
7.2
37
8.7
37
.19
8
16.2
24j
76.8
141
96
2
37
8
.65
)
03
2
18
6
67
.78
3'.
23
7
64
,55
8
63
.25
51
98
69
.97
26
46
2
17
.42
6I
76
.59
3.9
81i
23.4
0765
.928
I8.
299
74
.44
9i
5.9
81
2.4
71
73
68
79
54
92
6;
17
.13
57.
564
j24
.696
63
.71
2
69
.37
4
9.5
49
7.5
64
69
.17
87
.69
81
76
8.8
00
.86
7.05
|11
83.0
j11
96.0
66
50
53
1.0
60
.07
1.1
0'.
05
11
94
.011
99.0
!67
5.0
52
4.0
22
8>
4.
17
.82
37
3.0
4:
26.9
55I
66.1
21
69
30
Rera
ta
Su
hu
::C
.asp
alie
rhad
apba
nian
(%)
.asp
s'ie
rhad
apca
mpu
ran
(%)
b=
<
c-
bera
tker
_g
sebe
lum
dire
ndam
(cra
m)
d=
bera
idai
amke
adaa
nSS
D(g
ram
)e
=be
ratd
idal
amai
r(g
ram
)f=
Vol
(isi
''cam
pura
n=
d-
e(c
ram
)g
=be
rat
is;
sarn
oje
=c,
'f(_
_/cc
)
11
67
,01
19
10
I6
55
l5
36
.0
h=
BJ.
Mak
sim
um(t
eori
lis)
(100
:('(_
aggr
/B.l
aggr
)-(%
aspa
l/BJ
aspa
l)))
!=
bx
g/B
Jasp
a!
J=
(100
-b)g
/BJa
ggr
k=
(i00-
I-j)
jum
lah
kand
unga
nro
ngga
(%)
1=(1
00-j)
rong
gate
rhad
apag
rega
t(%
)m
=(1
00x
1/1)r
ongg
aya
ngte
nsia
spal
(VFW
A)
n=
rong
gaya
ngte
risi
cam
pura
n10
0-
(100
xc/
r.)
(%)
2.4
52
18
,22
9i
.70
57
06
22
5.2
9!
72
.07
10
41
8i
71.3
851
1.1
97
28
61
:6
0.8
70
9.13
0j
26.9
54|
66.3
56
0-
pem
baca
anar
loji
(sta
bili
tas)
(Ke)
p=
ox
kalib
rasi
prof
mg
ring
q=
px
kore
ksil
ebal
sam
ple
(STA
BILI
TAS
)(K
g)
=PL
OW
(kel
elah
anpl
astis
)(m
m)
Suhu
penc
ampu
ran
Suhu
pem
adat
ari
Su
hu
wate
rbatb
BJ
aspa
lB
Jag
rega
t
16
0r-
C
14
0C
C
60
°C
1.6
88
9.1
30
2/5
.09
41
16
51
53
710
928.
18!
949,
525
.00
18
9.9
05
916.
91!
5.25
|17
5.14
22
40
.08
22
.00
84
2.5
55
.70
19
8.0
-15
!69
7.1-
4.6
0
25
0.0
85
6.2
5i
88
1.0
8..
80
4.7
0
21
0.0
71
9.2
5j
78
2.5
41
.60
44
5.:
45
7,2
7.7
0
21
1,0
22.6
8|
724
84\
6,15
14
7.8
16
15
1
23
1.8
63
17
7.0
77
17
0.1
18
80
.22
3
11
78
61
654.
89!
5.48
I12
2.73
44
86
.S
5:,
43
76
3.7
87
98
.91
|4
58
.95
46
4,0
0
58
8.1
1
lan
d
jr.
Isk
and
arS.
,M
T
Kep
ala
Lab
.Ja
lan
Rav
a
6.1
0
6,5
0
64
5
6.3
5
82
.20
1
12
2.9
.
71
.93
8
92
.34
9
_S
M*
_*
y_
_
LA
BO
RA
TO
RIU
MJA
LA
NR
AY
AF
AK
UL
TA
ST
EK
NIK
SIP
ILD
AN
PE
RE
NC
AN
AA
NU
IIJl
.Kal
iura
ngK
m.
14.4
Tel
p95
330
Yog
yaka
rta
Peke
riaa
n/P
roye
kPe
ngir
imsa
mpl
e
Jem
sca
mp
ura
nT
angg
ai
:Tug
asA
khir
:Y
'oh
anE
ko
Baw
on
o
Wid
ieA
nfi
an
to
:Bet
onA
spai
60-
70:2
5Se
ptem
ber2
002
Dik
erja
kan
Ole
h
Dip
erik
saO
leh
:Y
oh
anE
ko
Baw
on
oW
idie
An
fian
to
:Y
oh
an
Ek
oB
aw
on
o
Wid
ieA
nfi
an
to
PE
RH
ITU
NG
AN
TE
ST
MA
RS
HA
LL
TA
NP
AS
UL
FU
R!
No
.S
uh
ut
a1
bI
cd
1e
fa _
Ih'
Ij
k1
mn
0P
<1r
QM
i!
11
40
61
.08
1.0
77
.05
j11
62.0
11
63
.06
75
04
88
,02
.83
13
s.
14
.28
7l_
Z__
___
5.9
46
20
.23
27
0.6
14
5.9
46
47
50
16
26
.88
16
35
.01
3(3
fi-
;
45
41
69
:2
',4
05
9.9
31
.10
/.0
5'•
11
38
.01
14
0.0
66
40
47
6,0
2.3
9!
2.5
32
14
.34
58
0.0
89
5.5
66
19
.9!
17
2.0
45
55
66
57
7.0
19
76
..
19
14
96
47
54
03
15
03
14
06
!4
31
.06
7.0
51
15
8,0
11
64
.06
75
.04
89
.02
.36
81
53
31
4.2
09
79
.33
06
.46
12
0.6
70
68
74
26
.46
15
50
.01
88
3.7
51
90
4.4
73
.50
54
41
35
:R
era
ta;
jj
iI
70
.46
75
.99
11
81
8.1
53
.95
5:2
56
:.il
0.9
27
.05
11
6.3
.01
17
6.0
66
0.0
51
6.0
51
3.0
.2.2
54
2.2
73
2.5
11
14
.65
07
5.1
02
10
.24
72
4.8
98
58
84
21
0.2
47
36
3.0
12
45
28
12
49
.49
1—
_t_
i_—
4.4
02
83
97
56
65
33
0.9
27
05
11
66
01
17
80
66
5.0
2.5
11
14
.77
47
5.7
36
9.4
90
24
.26
46
0.8
89
9.4
90
31
0.0
10
6!
751
07
98
03
95
37
33
67
!7
;25
66
,13
0.9
07
.05
11
61
.01
17
7.0
66
1.0
51
6.0
2.2
50
2.5
11
14
.62
57
4.9
73
10
.40
22
5.0
27
I58
.438
10
.40
2L
360.
01
23
3.0
01
26
1.3
63
.20
394
175
i!
Rera
ta1
0.0
46
24
.72
95
9.3
90
10
.04
6'
'1
19
6.S
83
.85
31
71
72
'<
91
_1
10
64
...7
0.9
57
.05
11
55
.01
17
1.0
65
1.0
52
0.0
2.2
2!
2.4
91
15
.54
87
.3.6
16
10
.83
62
6.3
84
58
.93
1i0
.83
62
65
.09
07
.63
93
03
22
60
3-7
81
4j
10
.1
06
6.3
50
.90
7.0
51
14
1.0
11
58
06
54
.05
04
.02
.26
42
.49
11
5.8
47
75
,03
39
.12
02
4.9
67
63
.47
29
.12
03
59
.01
22
",5
r1
26
4.0
04
103
08
29
"!
11
:io
69
.97
0.8
47
.05
11
60
.01
17
9.0
66
2.0
51
7.0
2.2
44
29
41
15
.70
67
4,3
64
9.9
30
25
.63
66
1,2
65
9.9
50
12
5.0
42
8.1
34
40
54
65
06
77
75
iR
era
ta|
ji
61
.22
39
.96
21
3.
70
.12
0.8
47
.05
11
55
.01
17
8.0
64
4.0
53
4,0
2.1
63
2.4
71
16
.22
27
1.3
01
12
.47
72
8.6
99
56
52
41
2.4
77
19
5.0
66
7.8
87
26
65
510
1434
80J
14
.
66
,70
0.8
97
,05
11
61
.01
18
0,0
66
6.0
51
4.0
22
59
2.4
71
16
.94
17
4.4
60
8.5
99
25
54
06
6.3
30
8.5
99
26
90
92
13
39A
c,3
06
70
14
!.4
Ii
1?6
9.6
80
.85
7.0
51
19
0.0
12
21
.06
71
.05
50
.02
.16
42
.47
11
6.2
27
71
.32
41
2.4
48
28
67
65
6.5
89
12
.44
82
30
.07
87
.75
79
011
3.6
02
19
47
6(
Rera
ta!
Ij
|i
59
.81
411
.175
ns?
nQ
Q5
.13
52
01
78
07
28
80
.81
7.0
51
16
1.0
12
(16
.06
42
.05
64
.02
.05
92
.45
21
6.4
68
67
,49
21
6.0
40
32
.50
85
06
59
16
.04
01
37
.04
69
.23
48
37
79
30
33
11
88
0;2
.._
0.8
27
05
11
50
.0i
18
0.0
62
7.0
55
3.0
2.0
80
2.4
52
16
.63
76
8.1
82
15
.18
13
1.8
18
15
2.2
87
15
.18
11
49
05
10
33
53
38
05
40
98
8^
3i
19
SO74
03
0.7
97
.05
11
61
.01
19
6.0
63
60
56
0.0
2.0
73
2.4
52
16
.58
66
7.9
74
15
.44
03
20
26
51
.78
91
5.4
40
11
80
40
41
54
08
60
5.1
0
5.2
3
80
.11
7i
90
.66
7R
era
ta1
5.5
54
32
.11
75
1.5
78
15
.55
44
75
.39
Su
hu
:_
a=
%as
p:!
ierh
adap
batu
an(%
)b
=.4
asp;
",ie
rhad
apca
mpu
ran
(%)
h=
BJ
Mak
sim
um(t
eori
tis)
(I00
:(i
.agg
r/BJ
aggr
)+(
%as
pai/B
Jas
pal))
)I
=b
xg
/BJ
aspa
l
c-
bera
tker
mg
sebe
lum
dire
ndam
(gra
m)
j=(1
00-b
)g/
BJ
aggr
d=
bera
td_a
mke
adaa
nSS
D.(
gram
)e
=be
ratc
jdal
amai
r(g
ram
)f=
Vol
(is;'-
cam
pura
n=
d-
e(g
ram
)g
=be
rati
s:sa
mpl
e=
c/f
(gr/
cc)
k=
(100
-1-j)
jum
lah
kand
unga
nro
ngga
(%)
1=(1
00-j)
rong
gate
rhad
apag
rega
t(%
)m
-(1
00x
1/1)
rong
gaya
ngte
risi
aspa
l(V
FWA
)
0=
pem
baca
anar
loji
(st
abili
tas)
(Kg)
p=
ox
kalib
rasi
prof
mgn
ngq
=p
xko
reks
iteb
a!sa
mpl
e(S
TAB
ILIT
AS
)(K
g)
r=
FLO
W(k
elel
ahan
plas
tis)
(mm
)Su
hupe
ncam
pura
nSu
hupe
mad
atan
Su
hu
wate
rbath
gga
yang
tens
icam
pura
n10
0-1
,100
xg/
h)(
%}
BJ
aspa
l
16
0°C
14
0°C
60
_
1.0
36
2.6
88
ian
aa
tan
gan
lr.
isk
an
dar
S..
MT
Kep
ala
Lab
.Jal
anR
aya
6ISL
AM^
F-&
_z
ill
g_
*!«
B_
J»
_
LA
BO
RA
TO
RIU
MJA
LA
NR
AY
A
FA
KU
LT
AS
TE
KN
IKS
IPIU
DA
NP
ER
EN
CA
NA
AN
UII
Jl.K
aliu
rang
Km
.14
.4T
elp
9533
0Y
ogya
kart
a
Pek
en
aa
Feng
mrr
Jem
scan
Tan
ggai
./Pr
o>-e
ksa
mpl
e
ipu
ran
:Tug
asA
khir
:Y
oh
an
Ek
oB
aw
on
o
Wid
ieA
riil
an
to
:Bet
onA
spal
60-
70:2
5Se
ptem
ber2
002
Dik
eria
kan
Ole
h:
Yo
han
Ek
oB
awo
nc
Wid
ieA
nfi
an
io
Dip
erik
saO
ieh
:Yoh
anE
koB
awon
cW
idie
.An
fian
to
PE
RH
ITU
NG
AN
TE
ST
MA
RS
HA
LL
NO
.t
ab
c:
d!
e!
fg
!h
1j
k1
1m
n0
pu
QM
16
38
60
:!
17
5.0
11
81
.06
77
,0
!50
5.0
-~
~
2.5
32
13
,98
8
13
.96
0
78
.09
97
-91
321
901
!6.
3.87
17
.91
37
20
,0:
24
66
.00
'2
47
8.3
35
80
!2
i6
38
8
63
.05
63
8
63
8
6.0
6.0
;
11
75
.0
11
68
0
11
81
.0
11
73
,0
77
.94
58
.09
52
2.0
55
I6
3.2
97
8.0
95
49
3.0
i1
68
8-5
-i
16
36
,18
3.2
01
511.
306
!I
3;
67
2.0
j5
01
.02
,35
1j
2,53
21
3.9
88
78
09
97
91
32
1.9
0!
j6
3.8
69
7.9
13
523-
.0!
17
91
.28
i1
81
0,9
85
60
32
53
_i
!R
erat
aill
i;
ij
63
.67
9
71
.54
9
7.9
73
6.0
95
!1
97
5.1
63
4.8
67
i
i-6
3.3
06
.95
6,5
11
72
.01
17
9,0
68
2,0
14
97
02
35
8!
2.51
11
5.3
28
78
,57
76
09
52
1.4
23
83
0.0
i7
8.
7S
:2
85
6.9
65
20
i54
94
16
ii
66
2.8
36
.95
6.5
;1
17
8.0
11
79
.06
79
.05
00
.02
,35
62
.51
11
5.3
14
78
,50
56
18
121
.495
!71
.246
6.1
81
64
0.0
.92
.00
i2
22
9.2
6"
SO!
58
66
4S
:'
62
5.'
69
56
.3;
11
35
.01
14
5,0
66
50
48
0.0
2.3
:61
2.5
11
15
37
07
87
91
5.8
39
21
.20
9|
72
.46
95
.83
94
07
01
39
39
81
42
6.0
4
12
17
0.7
5
5.1
0
4.7
0
17
97
51s
;R
era
ta1
16
.03
82
1.3
75
[7
1.7
55
6.0
38
i4
71
.89
39
62
.50
/.:
-*7.
0!
11
57
,01
16
4,0
67
4,0
49
!0
2.3
56
12
.49
11
6.4
95
78
.09
95
04
621
.901
!75
.317
5,4
06
43
9.0
:1
50
3,5
8i
15
41
.16
44
0!
35(
17
65
10
o_
i.,t
i/.
:•_*
/.()
|1
15
1,0
11
58
.06
73
.04
85
.02
.57
31
2.4
91
16
.62
!7
8.6
55
4./3
221
.345
|77
.830
47
3:
59
0.0
i2
02
0.7
52
07
7.3
53
55
1)
-•-.
:3/.
0:
11
69
.01
17
7.0
68
0.0
49
7.0
2.3
52
!2.
491
16
-46
57
7.9
57
5.5
79
20
.04
3I
74
.69
35
57
96
45
.02
20
9.1
36
60
Rera
ta1
..
60
.37
!!
I7
5.9
46
5.2
39
13
8.1
1'•3
!1
13
9.0
11
40
.06
70
.0
67
0.0
47
0,0
2.4
23
i2.
471
16
.17
67
9.8
88
1.9
37
20.1
12|
90.3
701
.93
73
93
.01
34
6.0
31
1464
484
30
14
S.l
!/._
>|
11
5i.
Oi1
59
.04
89
.02
.36
6!
2.47
117
74
57
7.9
97
4.2
57
22.0
03i
80.6
504
.25
74
23
.01
14
48
.78
!14
28.2
3
i1
48
7.8
9
14
32
.51
~>7
51
58
.11
7,3
!1
16
20
11
70
.0,
671.
04
99
.02
.32
9!
2.4
71
17
.46
57
6,7
64
5.7
71
23
.23
67
5.1
64
57
71
41
7.0
21
5i
66
6"\
84
Rera
ta!
18
2,0
62
3.9
88
14
61
.63
3.0
67
17
c_
._
:,
8.7
08
.0:
11
58
.01
16
1.0
67
0.0
49
1.0
23
^8
12
.45
218
86
87
7.3
26
38
06
22
.67
48
3.2
14
38
06
38
50
'1
31
8.6
31
35
9.5
04
40
i3
08
97
8IS
6;"
/0...
18
70
8.0
!1
14
2.0
11
44
.0.6
8.0
37
40
47
6,0
48
6,0
...
_>V
91
2.4
52
19
19
37
86
6!
2.1
46
21
.33
98
9.9
44
2.1
46
3!
30
i1
07
2n
-1
13
1.3
44
15
19
8.0
;1
15
4.0
11
60
.018
99
67
7,8
52
5.1
52
22
.14
88
5.7
68
3.1
52
38
4.0
1315
-01
32
96
74
55
i-0
..
.R
erat
a.
!j
j|
|j
]3
.03
52
2.0
54
86
.30
93
.03
51
27
0.1
74
.36
7I
290.
471
i
t=te
ba!
bend
aui
i(m
m)
a=
%as
pali
erha
dap
batu
an(%
)b
=%
asp
alie
rhad
apca
mD
ura
ni
h=
BJ
Mak
sim
um(t
eont
is)
(T00
:((%
aggr
/BJa
ggr)
,%as
pal/B
Jas
pal))
)I
=b
x2
/B
Jas
pal
c=
bera
tken
ngse
belu
mdi
rend
am(g
ram
)j=
(100
-b)
o/BJ
ags
d=
bera
tdal
amke
adaa
nSS
D.(
gram
)e
=be
ratd
ida
lam
air
(gra
m)
f=V
ol(is
>)ca
mpu
ran
=d
-e
(gra
m)
g=
bera
tisi
sam
ple=
c/f(
gr/e
c)
k=
(100
-I-j
)jum
lah
kand
unga
nro
ngga
(%)
1=(1
00-j)
rong
gate
rhad
apag
rega
t(%
)m
=(1
00x
I/!)
rong
gaya
ngte
nsia
spal
(VFW
A)
n=
rong
gaya
ngte
nsi
cam
pura
n10
0-
(100
xg/
h)(
%)
0=
pem
baca
anar
loji
(sta
bili
tas)
(Kg)
p=
ox
kalib
rasi
prof
ing
ring
q=
px
kore
ksit
eba!
sam
ple
(STA
BIL
ITA
S)(
Kg)
r=
FLO
W(k
elel
aha.
npl
astis
)(m
m)
Suhu
penc
ampu
ran
160
CCSu
hupe
mad
atan
.14
0CC
Suhu
wai
erba
th60
°CB
Jas
pal
1.03
6B
Jag
rega
t2.
688
Tan
da
tan
aan
lr.
Isk
an
dar
S..
MT
Kep
ala
Lab
,Ja
lan
Rav
a
DA j. TAR PUSTAKA
1. Bina Marga, 1983, Pelunjuk Felaksanaan Lapis Aspal Beton No
13/PT/B/1993. Badan Penerbit Departemen Umum, Jakarta.
2. Bina Marga, 1987, Pelunfuk Felaksanaan Tapis Aspal Beton SKB1-2.4.26,
1987. Badan Penerbit Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
3. Sivia Sukirman, Perkerasan Tcnlur Jalan Raya, Nova, Bandung i992.
4. Kerbs RD and Walker RD, Highway Material, McGraw Hill Book Company,
1971.
5. Mulyono A.T, 1999, Pengaruh Penambahan Kadar Sulfur dalam Aspalpada
Bahan Campuran HRA Ierhadap Nilai Struklural Tapis Permukaan, Media
Teknik No. I Tahun XXI, edisi Februan 1999.
6. Robert, et.al, 1991, Hot mix asphalt material mixture design and construction,
NAPA Education Foundation.
7. Miftahul Mauziah, 1999, Pengaruh Kadar Serhuk Belerang Sehagai Filler
Fengganli Terhadap Karaktenstik Beton Aspal, Tesis Penelitian
Laboratorium FT UII, Yogyakarta.
S. Setvahen: M. 1993. Tin/auan Pcrbandingan Pengaruh Kadar Sulfur
Terhadap Sifat-Sifat Marshall pada HRA dan Beton Aspal, Tugas Akhir
Penelitian Laboratorium FT UGM, Yogyakarta.
9. The Asphalt Institute, 1983, Asphalt Technology and Construction Practice,
education Series No. 1 (ES-1), Second Edition. The Asphalt Institute, USA.