t&tfDui&ieyBasr - dspace UII

108
Tli'CAS AKiHU pi :n(;aiuii variasi penurunan teviperatur pemadatan pada c ampl ran aspal be ton duncan mencgunakan sulfur sebacai zat aditif '^V' ~.?VI- "j ',<': ''-'"' A V ; *. '.'. T a >; i ,'< >.i Ti.L TrRlMA t&tfDui&ieyBasr Diselesaikan Oleh : YOU AN EKO BAWONO 97 511 235 WIDIE ARIFIANTO 97 511 364 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2003 f"

Transcript of t&tfDui&ieyBasr - dspace UII

Tli'CAS AKiHU

pi:n(;aiuii variasi penurunan teviperatur

pemadatan pada c ampl ran aspal beton duncan

mencgunakan sulfur sebacai zat aditif

'^V' ~.?VI- "j ',<': ''-'"' A V ; *. '.'. T

a >; i ,'< >.i

Ti.L TrRlMA

t&tfDui&ieyBasr

Diselesaikan Oleh :

YOUAN EKO BAWONO 97 511 235

WIDIE ARIFIANTO 97 511 364

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2003

f"

TUGASAKHIR

PENGARUH VARIASI PENURUNAN TEMPERATUR

PEMADATAN PADA CAMPURAN ASPAL BE ION DENGAN

MENCGUNAKAN SULFUR SEBAGAI ZA I ADITIF

Diajukan (iima Memcmthi Smart Dalam Kanaka Mcraih Dera/al Sar/ana

PadaJurusan TeknikSipil I<'ah.illas Teknik Sipil Dan Perencanaan

Universitas Islam Indonesia

Yogyakarta

Diselesaikan Oleh :

YOHAN EKO BAWONO

No. MIis. : 97 51 I 2.15

W1DIEARIFIANTP

No. Mlis. : 97 511 364

JURUSAN TEKNIK SiPil.

FAKUETAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2003

LEMBAR PENG ESAI IAN

TUGAS AKHIR

PENGARUH VARIASI PENURUNAN TEMPERATUR

PEMADATAN PADA CAMPURAN ASPAL BETON DENGAN

MENGGUNAKAN SULFUR SEBAGAI ZAT ADITIF

Diselesaikan Oleh :

Yohan Eko Bawono

No. Mhs. : 97 511 ?.35

Widie A rill an to

No. iVIIks. : 97 51 i364

Tclah dipcriksa dan disctujui oleh

lr. Iskandar S., iVj'1'

Dosen Pembimbing I Tanggai : (y;

lr. Miftahul I au/.iali, MlDosen Pembimbing II Tanggai

-y^

k; o i '- go •>

\0 •(",'!. 2 0^7

KATA PENGANTAR

AssalamiP allaikum wr.wh.

Dengan mengucapkan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, scrta salam dan shalawat kepada

juniungan Nabi Muhammad SAW, sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan

dengan lancar tanpa hambatan yang cukup berarti.

Tugas Akhir ini dilaksanakan sebagai salah satu syarat dalam rangka

menempuh jenjang Srata Satu (S-l) di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil

dan Perencanaan Umversitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Ucapan tenma kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada stmua

pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan Tugas Akhir ini, antara lain

kepada :

1. Bapak lr. Iskandar S, MT selaku dosen pembimbing Idan penguji Tugas Akhir

2. Ibu lr Miftahul Fauziah, MT selaku dosen pembimbing II dan penguji Tugas

Akhir.

3. Bapak lr. Widodo, MSCE, Phd., selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan

Perencanaan, Universitas Islam Indonesia.

4. Bapak lr. H. Munadhir. MS., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

5. Segenap staf Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam

Indonesia, Yogyakarta.

6. Rekan-iekan seprofesi dan semua pihak yang telah memberi masukan dan saran

dalam rangka penyelesaian Tugas Akhir ini.

Tugas Akhir ini dirasakan masih banyak kekurangan karena terbatasnya

kemampuan dan waktu yang dimiliki.. Demi kesempurnaan dan kemajuan ilmu

pengetahuan tentang fungsi dan kegunaan beton prategang di lingkungan masyarakat

luas diharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun.

Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

yang membutuhkan.

Billahlitaufiq walhidayah

Wassalamu 'allaikum Wr. Wh.

Yovakarta, Januari 2003

Penulis,

DAI TAR IS I

JUDUL

LEMBAR PFNGESAHAN

LEMBAR PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTARiSI

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

INTISARI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang j

i.2 Tujuan Penelitian 3

1.3 Manfaat Penelitian 3

1.4 Batasan Masalah 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aspai Beton 5

2.2 Agregat 7

2.3 Aspal ]0

2.4 Sulfur (Belerang) H

2.5 TemperaturPemadatan ]2

.6 Pemadatan

Ill

VI

VI1

Vlll

IX

L->

BAB III LANDASAN TEORI

3.1 Konstruksi Perkerasan 14

3.2 Sifat llsik dan gradasi agrcgat 15

3.3 Aspal jg

3.4 Sifat fisik Sulfur (Belerang) 19

3.5 Karakteristik Marshall 20

BAB IV HIPOTESA 24

BAB V METODE PENELITIAN

5.1 Persyaratan dan pengujian bahan 25

5.1.1 Pemeriksaan Agreg^.t 26

5.1.2 Pengujian bahan ikat aspal 28

5.2 Perencanaan Campuran 30

5.2.1 Perencanaan gradasi agregat campuran 30

5.3 Pengujian Campuran 31

5.3.1 Pembuatan Benda Uji 31

5.3.2 Peralatan Pengujian 34

5.3.3 Cara Pengujian 35

. 5.3.4 Anggapan Dasar 35

5 4 Analisis 36

5.4.1 Stabilitas 3/

5.4.2 Kelelehan {Plow) 39

5.4.3 VFVv.A 39

5.4.4 VITM 39

5.4.5 Marshall(hioiicnl 40

5.4.6 Indeks Percndaman 40

5.5 Kesulitan dan Penyelesaian 41

5.6 Bagan A\k (Flow Chart) 42

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

6.1 Hasil Peneiitian Laboratorium 45

6.1.1 Hasil Pengujian Benda Uji 46

6.2 Pembahasan 50

6.2.1 Stabilitas 50

6.2.2 Flow 53

6.2.3 V1TM 56

6.2.4 VFWA 59

6.2.5 Marshall Quotient 61

6.2.6 Pengujian Rendaman 63

6.2.7 Evaluasi Hasil Laboratoiium Terhadap Spesifikasi 65

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan 69

7.2 Saran 71

BAB VIII PENUTUP 72

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisa Saringan Agregat Kasar dan Halus Kadar Aspal 6%

Lampiran 2 Analisa Saringan Agregat Kasar dan Halus Kadar Aspal 6.5%

Lampiran 3 Analisa Saringan Agregat Kasar dan Halus Kadar Aspal 7%

Lampiran 4 Analisa Saringan Agregat Kasar dan Halus Kadar Aspal 7.5%

Lampiran 5 Analisa Saringan Agregat Kasar dan Halus Kadar Aspal 8%

Lampiran 6 Analisa Saringan Agregat Kasar dan Halus KAO 7.05%

Lampiran 7 Peineriksaan Berat Jenis Agregat Kasar

Lampiran 8 Peineriksaan Berat Jenis Agregat Halus

Lampiran 9 Sand Equivalent Data AASHTO Tl76-73

Lampiran 10 Peineriksaan Keausan Agregat (Abrasi Test) AASHTO 196-11

Lampiran 11 Peineriksaan Kelekatan Aspal Terhadap Batuan

Lampiran 12 Peineriksaan Kelekatan Agregat Terhadap Aspal

Lampiran 13 Peineriksaan Berat Jenis Aspal

Lampiran 14 Peineriksaan Titik Lembek Aspal

Lampiran 15 Peineriksaan Titik Nyala dan Titik Bakar

Lampiran 16 Peineriksaan Penetrasi Aspal

Lampiran 17 Peineriksaan Daktilitas/Residu

Lainp:'ran 18 Peineriksaan Kelarutan Dalam CCL

Lampiran 19 Perhitungan Test Marshall

Lampiran 20 Perhitungan Test Marshall Standar Tanpa Sulfur

Lampiran 21 Perhitungan Test Marshall Perendaman Tanpa Sulfur

jLampiran 22 Perhitungan Test Marshall Standar Dengan Sulfur

Lampiran 23 Perhitungan TestMarshall Perendaman Dengan Sulfur

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Persyaratan kualitas agregat kasar

Tabel 3.2 Persyaratan kualitas agregat halus

Tabel 3.3 Gradasi mineral pengisi (filler)

Tabel 3.4 Gradasi agregat

Tabel 3.5 Persyaratan aspal keras

Tabel 3.6 Persyaratan kualitas Marshall campuran

Tabel 5.1 Koreksi tebal bendauji

Tabel 6.1 Spesifikasi dan hasil pemeriksaan agregat kasar

Tabel 6.2 Spesifilaksi dan hasil pemeriksaan agregat halus

Tabel 6.3 Spesifikasi dan hasil pemeriksaan aspal keras 60-70

Tabel 6.4 Hasil pemeriksaan Marshall Test untuk mencari KAO

Tabel 6.5 Hasil pemeriksaan Marshall terhadap penurunan temperatur

pemadatan optimum untuk campuran aspal beton tanpa sulfur

Tabel 6.6 Hasil pemeriksaan Marshall terhadap penurunan temperatur

pemadatan optimum un.uk campuran aspal beton dengan sulfur

Tabel 6.7 Hasil pemeriksaan Marshall terhadap penurunan temperatur

pemadatan optimum untuk campuran aspal beton tanpa sulfur

dengan perendaman

Tabel 6.8 Hasil pemeriksaan Marshall terhadap penurunan temperatur

'pemadatan optimum untuk campuran aspal beton dengan sulfur

ddengan perendaman

Tabei 6.9 Niiai stabilitas hasil pengujian Marshall standar

Tabel 6.10 Niiaiflow hasil pengujian Marshall standar

Tabel 6.11 Nilai V1TM hasil pengujian Marshall standar

Tabel 6.12 Niiai VFWA hasil pengujianMarshall standar

Tabel 6.!3 Nilai Marshall Quotient hasil pengujian Marshall standar

Tabei 6.14 Nilai Indeks Perendaman hasil pengujian Marshall standar

1abel 6.15 Hasil Marshall Test dengan berbagai variasi temperatur pemadatan

campuran aspal beton tanpa sulfur terhadap persyaratan

Iabel 6.! 6 Hasil /,larshall Test dengan berbagai variasi temperatur pemadatan

campuran aspal beton dengan sulfur terhadap persyaratan

INTI5ARI

Campuran aspal heion mentpakan salah salujenis perkerasan lenlur yangmenggunakan campuran merata anlar agregat dan aspal sehagai bahan pengikatpada temperatur lertentu. Aspal sehagai bahan pengikat sangat dipengaruhi olehtemperatur pemadatan. Zat aditif sehagai bahan lam hah campuran memherikanpengaruh vang sangat besar terhadap karaktenstik campuran. Zat aditif yangperlu dipertimbangkan pcnggunaannya dalam usaha mengaiasi masalahpenurunan temperatur pemadatan diantaranya adalah sulfur. Hal mi disebabkansifat fisik sulfur pada temperatur yang sama dengan aspal memiliki viskositasvang Ichih rendah dibandmgkan dengan aspal.

Penehtian ini dilakukan dengan dua lahap. yaitu tahap I uniuk mencarikadar aspal optimum dengan pengujian laboratorium yang menggunakan a/atMarshall terhadap tiap model benda u/'i campuran aspal beton dengan kadaraspal 6% sampai H% dengan inlcval 0.5% menggunakan aspal AC 60-70.Setet'ah didapat kadar aspal optimum selanfutnya dilakukan tahap II, yaitupembuatan modelcampuran aspal beton dengan menambahkan sulfur sebagai zataditif sebanyak 30% dan kadar aspal optimum. Untuk pengujian terhadapkarakterislik Marshall dilakukan dengan alal pengujian Marshall dengan variasipenurunan temperatur pemadatan dan IMFC sampai dengan 80"C denganinterval temperatur pemadatan I5°C Hasil penehtian temperatur pemadatanbaik pada campuran aspal beton dengan sulfur maupun campuran aspal betontanpa sulfur kemudian dibandmgkan dengan spesifikasi dari Bina Marga (1987)terhadap persyaratan untuk aspal beton yang ineliputi stabilitas, flow, VTTM,VFWA, Marshall Quotient dan Immersion Test.

Hasil penehtian menunjukkan bahwa penganih temperatur pemadatanpada campuran aspal beton tanpa sulfur maupun campuran aspal beton yangditambahkan sulfur menyebabkan perubahan nilai-mlai karaktenstik Marshall.Dan hasil penelilan, campuran aspal beton yang memakai sulfur memiliki nilaistabilitas, flow dan CUM vo.ng lebih rendah dibandmgkan campuran aspal betonvang lidak memakai sulfur, sedangkan nilai Marshall Ootient, VFWA dan IndeksPerendamannva menga/ami kenaikan. Berdasurkaii hasil penehtian yangdilakukan, pada campuran aspal beton tanpa sulfur dipemleh temperaturpemadatan paling baik antara 11 ()"('-! 40"C, sedangkan pada campuran aspalbeton dengan sulfur diperoleh temperatur pemada'an yang paling baik antara95"C-140"C. Hasil penehtian untuk kedua campuran aspal beton lesebulinemenuhi pei.varalan temperatur pemadalan minima! untuk aspal beton danBina Marga (19H7), yaitu 110"C

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan manusia dan bertambah

kompleksnya kebutuhan manusia, haruslah diimbangi dengan usaha pemenuhan

kebutuhan tersebut yang meliputi sarana dan prasarana. Transportasi adalah salali

satu aspekyang penting guna memenuhi kebutuhan tersebut. Salahsatu prasarana

transportasi darat yang selalu dituntut perkembangannya guna memenuhi

kebutuhan lalu-lintas adalah jalan raya. Kondisi jalan yang baik sangat

berpengaruh terhadap lancarnya arus lalu-lintas, sehingga diperlukan perencanaan

lajur perkerasan yang baik agar kondisi jalan aman dan nyaman untuk dilalui

kendaraan. Oleh karena itu, perlu dibutuhkan struktur jalan yang memenuhi

standar spesifikasi jalan yang telah ditetapkan.

Salah satu jenis perkerasan lentur yang mempunyai nilai struktural yang

tinggi adalah aspal beton, sehingga aspal beton banyak digunakan di Indonesia

untuk jalan dengan tingkat layanan yang tinggi. Aspal beton tersusun atas agregat

yang terdiri dari beberapa fraksi yaitu fxaksi kasar, halus dan zat aditif dengan

menggunakan bahan ikat aspal.

Aspal sebagai bahan ikat sangat dipengaruhi oleh temperatur. Viskositas

aspal berubah sesuai dengan perubahan temperatur. Pada temperatur yang tinggi,

viskositas aspal rendah (aspal lebih cair), sehingga aspal mampu mengisi rongga

1

antar batuan secara merata, akan tetapi pemanasan yang terlalu tinggi akan

menyebabkan sifat-sifat aspal menjadi rusak, sehingga aspal akan lebih cepat

mengeras. Sebaliknya bila pemanasan aspal kurang atau pada temperatur yang

rendah, maka aspal bersifat lebih kental sehingga menyebabkan aspal sulit

menyelimuti batuan secara merata. Pada saat pemadatan kondisi yang terbaik

adalah pada temperatur yang sedemikian rupa sehingga aspal cukup encer untuk

mengisi ke semua rongga dengan mudah.

Temperatur yang berpengaruh terhadap kualitas aspal beton adalah

temperatur pencampuran, penghamparan dan pemadatan dilapangan. Pada

kenyataannya dilapangan, pengawasan terhadap temperatur pemadatan kurang

mendapat perhatian, bahkan sering terjadi temperatur pemadatan dilaksanakan

dibawah temperatur minimum yang disyaratkan (Break Down Rolling). Hal

tersebut menyebabkan aspal beton yang dihasilkan berkualitas rendah, karena

aspal pada temperatur rendah cenderung kental sehingga pemadatan menjadi lebih

sulit untuk mencapai kepadatan optimum (kepadatan yang sudah tidak dapat

dipadatkan lagi).

Penggunaan zat aditifdalam campuran memberikan pengaruh yang sangat

besar terhadap karakteristik campuran. Zat aditif yang perlu dipertimbangkan

penggunaannya dalam usaha mengatasi masalah penurunan temperatur

diantaranya adalah sulfur. Sifat fisik dari sulfur adalah pada temperatur yang sama

lebih encer (viskositasnya lebih rendah) dibandingkan dengan aspal. Pada

temperatur yang sama dengan aspal, aspal bersifat lebih kental daripada sulfur.

Bila pada saat proses pemadatan temperatur pemadatan menurun, campuran aspal

beton akan lebih kental, sehingga proses pemadatan akan lebih sulit dilaksanakan.

Diharapkan dengan penambahan sulfur pada campuran aspal beton, maka aspal

sulfur pada campuran aspal beton akan lebih encer, dengan demikian meskipun

temperatur pemadatan dilaksanakan dibawah temperatur minimum yang

disyaratkan, proses pemadatan akan lebih mudah dilaksanakan dan tidak

mengurangi kualitas aspal beton yang dihasilkan.

Sejalan dengan hal diatas, perlu diteliti seberapa besar pengaiuh

penurunan temperatur pemadatan terhadap karakteristik Marshall pada campuran

aspal beton dengan dan tanpa sulfur sebagai zat aditif.

1.2 Tujuan Penelitian

Penehtian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi penumnan

temperatur pemadatan pada campuran aspal beton dengan dan tanpa penambahan

sulfur sebagai zat aditif terhadap karakteristik campuran aspal beton. Karakteristik

yang ditinjau adalah nilai-niali Marshall berdasarkan spesifikasi Bina Marga

tahun 1987. Parameter Marshall tersebut adalah kelelehan flow), kepadatan

(density), VITM (Void In The Mix), VFWA (Void Filled With Asphalt), MQ

(Marshall Quotient) dan IP (Indeks perendaman).

1.3 Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pihak

pelaksana pembangunan jalan untuk mengatasi masalah penurunan temperatur

pemadatan pada proses pemadatan. Dengan dipergunakannya sulfur sebagai zat

aditif pada penelitian ini, maka diharapkan campuran aspal beton tidak akan

berkurang kualitasnya walaupun proses pemadatan dilaksanakan dibawah

temperatur minimum yang disyaratkan.

1.4 Batasan Masalah

Pada penelitian ini batasan masalahyang diambil adalah :

1. Campuran aspal beton menggunakan spesifikasi Bina Marga tahun 1987

Grading VIII (dapat dilihat pada tabel 3.4).

2. Spesifikasi campuran aspal beton disesuaikan dengan spesifikasi Bina

Marga tahun 1987.

3. Masalah yang dibahas hanya mengenai pengaruh penurunan temperatur

pemadatan pada campuran aspal beton dengan dan tanpa sulfur sebagai zat

aditif terhadap karakteristiknya.

4. Perencanaan campuran aspal beton dalam penelitian ini ditujukan untuk

melayani lalu-lintas berat dengan jumlah tumbukan 2 x 75 berdasarkan

Bina Marga (1987).

5. Pehggunaan sulfur sebagai zat aditif diperhitungkan berdasarkan

prosentasi berat terhadap kadar aspal optimum.

6. Pengaruh yang terjadi hanya dilihat terhadap karakteristik Marshall

berdasarkan persyaratan Bina Margatahun 1987.

7. Pada penelitian ini tidak membahas dan menguji unsur kimiawi balian,

semuapengujian berupauji fisik bahan saja.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aspal Beton

Aspal beton merupakan salah satu jenis perkerasan lentur yang

mempunyai campuran aspal keras dengan agregat bergradasi menerus, kemudian

dicampur, dihamparkan dan dipadatkan pada suhu tertentu (Bina Marga, 1983).

Aspal beton banyak dipergunakan sebagai bahan lapis permukaan untuk

jalan yang menerima beban lalu-lintas yang tinggi, yang tersusun dari agregat

dengan gradasi menerus dan bahan ikat aspal yang diolah atau dicampur secara

panas (The Asphalt Institute, 1983).

Karakteristik yang harus dimiliki suatu campuran aspal beton adalah

sebagai berikut:

1. Stabilitas (Stability)

Stabilitas adalah besarnya kemampuan lapis perkerasan untuk menahan

deformasi akibat beban lalulintas yang bekerja.

2. Durabilitas (Durability)

Durabilitas adalah ketahanan umur lapis keras terhadap pengaruh cuaca,

air dan perubahan temperatur ataupun keausan akibat gesekan kendaraan.

Sifat aspal dapat berubah karena oksidasi dan perubahan dari campuran

yang disebabkan gaya air.

2.2 Agrcg;i(

Agregat merupakan salah satu komponcn dari lapisau perkerasan jalan dan

bcrpcran dalam mendukung scrla mcnycbaikan beban roda kendaraan kc lapis

tanah dasar. Sifat dan kualitas agregat mencntukan kemampuan untuk inemikul

beban lalu-lintas (Silvia Sukirman, 1992). Sifat agregat yang meneutukan

kuahtasnya sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan dapal dikelompokkan

menjadi liga kelompok, yaitu :

1. Kekuatan dan keawetan (Strength and Ihirabi/i/y).

2. Kemudahan untuk dilapisi aspal dengan baik.

3. Kemudahan dalam pelaksanaan dan mcnghasilkan lapisau yang aman dan

nyaman.

Pemilihan jenis agregat yang sesuai untuk digunakan pada konslruksi

perkerasan dipengaruln oleh beberapa faklor, yaitu :

1. Ukuran dan gradasi

Gradasi adalah disfribusi ukuran butir agregat yang dapal diketahui dengan

tes analisis saringan. Gradasi bcrpengaruh terhadap volume rongga anlar

butir sehingga mempengarulii nilai stabilitas dan sifat mudah dikcrjakau.

Menurut Kerb dan Walker (1971), agregat dibedakan menjadi tiga macam,

yaitu :

a. Well Craded adalah gradasi yang mempunyai ukuran butir dari ukuran

yang terbesar sampai ukuran yang tcrkecil untuk mcnghasilkan suatu

campuran perkerasan dengan Italian ikat aspal yang mempunyai

stabilitas tinggi.

b. Cap Craded adalah gradasi yang dalam dislribusi ukuran butirannya

tidak mempunyai salah satu atau beberapa ukuran lertentu

(timpang/fidak menerus).

c. Uniform adalah gradasi yang dalam ukuran butirannya mengandung

buliran yang ukurannya hampir sama/sei again.

2. Kekuatan terhadap keausan

Agregat yang digunakan dalam perkerasan jalan hams mempunyai

kekcrasan tertentu agar tidak nuidah pecah menjadi ukuran yang lebih

kccil pada saat pencampuran dan pemadatan akibat beban lalu-lintas

selama umur pelayanan jalan. Agregat sebeltim digunakan pada

perkerasan jalan dilakukan uji keausan yaitu dengan uji Los Angeles

berdasarkan AASTHO T 96-97. Nilai abrasi yang diijinkan untuk

perkerasan jalan maksimal 40%.

3. Kelekalan terhadap aspal

Kelekatan terhadap aspal dipengaruhi oleh sifat-sifat agregat sebagai

berikut:

a. sifat mekanis, (erganlung dari :

1) pori-pori dan absorpsi

2) bentuk dan tekstur permukaan

3) ukuran buliran

b. sifat kimiawi agregat

Perinukaan agregat yang kasar akan mcmbcrikan ikatan dengan aspal

yang lebih baik daripada agregat yang mempunyai permukaan yang

lebih licin. Kelckalan agregat terhadap aspal juga dipengamhi oleh sifat

agregat dengan air. Agregat beipon berguna untuk menyerap aspal

sehingga ikatan aspal dengan agregat baik. Apabila agregat banyak pon

mengakibalkan lerlalu banyak aspal yang terserap ke dalam agregat.

4. Bentuk butiran (Participle Shape)

Benluk butiran agregat bersudut seperti kubus {Pqiiidimentional)

mempunyai gesckan dalam (Internal l-'riction) yang tinggi dan bersifat

saling mengunci sehingga mcnghasilkan kcstabilan konslruksi perkerasan

yang tinggi pula.

5. Porositas

Nilai porositas yang tinggi menyebabkan jumlah aspal yang diserap

agregat menjadi banyak, tctapi agregaf hams mempunyai nilai porositas

lertentu agar terjadi ikatan yang kuat antara agregat dan aspal.

6. Tekstur permukaan

Perinukaan yang kasar mcnimbulkan lahanan terhadap snipping yang

lebih baik bila dibandmgkan dengan permukaan yang halus.

7. Kebersihan dan sifat kinu'a

Agregat tidak bolch mengatidung bahan yang mudali lepas scpciti

lempung, lanau, kalsium karbonat yang melebihi batasan lertentu karena

akan mengmangi daya Icknl dengan aspal. Pemeriksaan imluk agicgal

halus yaitu dengan uji Sand lu/uivo/c/i/.

2.3 Aspal

Menurut Kerbs dan Walker (1971) aspal adalah balian padal atau sem

padat yang bcrwarna coklat gclap sampai hitam yang sebagian bah;

peiiyusunnya adalah bitumen yang lerjadi di alam atau melalui penyulingan

minyak. Aspal semen (AC) atau aspal keras adalah aspal-yang dibual dengan

kckentalan dan kualitas tertentu yang didapal dari residu hasil deslilasi minyak

biimi pada kead ian bampa udara.

Menurut Silvia Sukirman (1992) aspal didennisikan sebagai material

bitumen yang digunakan sebagai bahan pengikat batuan untuk lapis perkerasan.

Jenis aspal keras ditandai dengan angka penetrasi aspal. Angka penetrasi mi

menyatakan tingkat kekerasan aspal atau konsistensi aspal. Semakin besar angka

penetrasi semakin rendah tingkat kekerasan aspal, sebaliknya semakin kecil angka

peneterasi maka aspal akan semakin keras/padat (AASTHO, 1988).

Bina Marga menetapkan bahwa jenis aspal keras yang dapat dipergunakan

sebagai bahan ikat dalam campuran agregat aspal yaitu AC 60-70 dan AC 80-100

yang mempunyai spesifikasi yang disesuaikan dengan kondisi alam di Indonesia.

21111

till

II

2.4 Sulfur (Belerang)

Menurut Meyer sulfur adaiah bahan anorganik, non metalik yang banvak

berupa kristal padat berwarna kuning dengan nilai kepadatan 2,00. Pada

temperatur kamar sulfur berbentuk rombik, yaitu suatu bangun yang

mempunyai tiga poros saling tegak lums satu dengan yang lainnya dan masing-

masing berbeda panjangnya. Bentuk ini disebut sebagai belerang alfa dan stabil

sampai temperatur 95°C Lebih dari temperatur ini sulfur akan berubah bentuk

ke prismatik. Pada temperatur 95,5°C be'erang alfa berubah menjadi belerang

beta, berstruktur monoklin, yaitu merupakan bangunan dengan tiga poros yang

sama panjang, dua diantaranya saling tegak lums sedang yang satunya

cenderung miring terhadap kedua poros tersebut (Setyaheni, 1993).

Pada temperatur 116°C - 169°C sulfur berbentuk cair dengan viskositas

sekitar 8 sampai 10 centipoise. Pada pemanasan lebih dari 159°C viskositasnya

naik secara tajam, dan mulai temperatur 200°C viskositasnya mulai turun lagi.

Temperatur titik didih sulfur adalah 444,6°C (Setyaheni, 1993).

Pada penelitian sebelumnya, Setyaheni (1993) menyatakan baliwa

penggimaan sulfur sebagai bahan tambah dapat menaikkan stabilitas campuran

aspal beton dibandingkan dengan campuran aspal beton yang tidak menggunakan

sulfur sebagai bahan tambah. Selain itu, penelitian lain menyatakan bahw

penggimaan sulfur sebagai bahan tambah pada campuran HRA dapat menaikkan

stabilitas campuran HRA (Mulyono, AT, 1999).

a

sulfur sebagai bahan tambah Se.am „u. peneht.an lam menyatakan hahwa

penggimaan sulfur sebagai bahan tambah pada campuran HRA d.pa. menaikkanstabilitas campuran HRA (Mulyono, AT, 1999).

2.5 Temperatur Pemadatan

Pada temperatur jalan yang dikcrjakan secara panas, temperatur sangatmempengarub, kualitas perkerasan yang dihas.lkan serta tmgkat kemudahan dan

pekerjaan (workability). Temperatur yang d.maksud adalah temperaturpelaksanaan konslruksi pada saat pencampuran, penghamparan maupunpemadatan Bahan penyusun campuran yang sangat dipenganihi oleh tempcraluradalah aspal, karena viskositasnya akan turun/ ca,r pada temperatur yang sangattinggi dan naik kembali apabila lemperatur turun. Dengan temperatur tinggi akanmemudahkan pencampuran karena aspal akan mudali merata pada campuran

hingga menyelimuti seluruh permukaan agregat dan memudahkan pemadatan.

Dengan temperatur tinggi aspal akan mengis. rongga-rongga dalam campuran,sebaliknya pada temperatur yang rendah aspal sudah mengeras sehingga prosespemadatan akan mengalam, kesuhtan. Pada pemanasan aspal juga hams

diperhatikan tingkat temperaturnya dimana tidak boleh terialu tinggi lungg,melainpaui link nyala aspal bahkan titik bakarnya sebab aspal akan rusak. Dengan

rusaknya aspal maka akan tnudah rapuh/gelas dan daya ikat aspal akan rendah

sehingga berakibat meni.nm.iya kualitas konslruksi lapis perkerasan (The AsphaltInstitute MS-22, 1983).

a

13

2.6 IVniiiclatan

Pemadatan adalah suatu proses untuk mcmpcrkecil volume campurandengan menghilangkan rongga udara yang lerdapa. dalam campuran. Can, yangdilakukan adalah dengan menekan partikcl-partikcl campuran yang sudahd-selimul, oleh aspal secara bersama-sama sehingga pon-por, udara dalam

campuran berkurang. Pemadatan diharapkan dapat dicapai bila kandungan ronggaudara dan kerapatan yang drhas.ikan mencapa, optimum. Hal „n dapal dicapaiapabila pemadatan dilaksanakan pada temperatur yang sesuai.

Temperatur pemadatan akan berpengaruh terhadap pemadatan aspal beton.Pada temperatur yang tcrlalu tinggi aspal masih bersifat sangat encer dan menjadipelicin antar batuan, sehingga pemadatan menjadi sulit dilakukan. Sebaliknya jikatemperatur aspal bersifat kental, sehingga berakibat pemadatan menjadi sulituntuk mencapai kepadatan oplimum.

Pemadatan dilakukan untuk menghilangkan rongga kosong/por. dalam

campuran perkerasan. Adanya pon-pon dapat menyebabkan terjadinya proses

oksidasi sedangkan hasil oksidasi akan tcrlaru. dalam air yang akan masuk

kedalam pori-pori yang menyebabkan campuran menjadi gelas (The AsphaltInstitute MS-22, 1983). Secara tiimim pemadatan dimaksudkan untuk memperluasbidang sentuh antar batuan sehingga mcmpertmgg. Internal Friction.

BAB III

i AN DA SAN II OR I

3.1 Konstruksi Perkerasan

Perkerasan jalan adalah suatu lapisau yang diietakkan diatas tanah clasar

setclah dipadalkan, yang berfungsi untuk nicimkul dan mcnyebarkan beban, baik

ke arah horisonlal maupun vcrtikal dan akhirnya mencruskan beban ke tanah

dasar (suhgrode), agar tanah dasar tidak mendapat tekanan melainpaui daya

dukung ijin. Pada umumnya lapis perkerasan Icrdiri dari bcbcrapa lapis, dengan

kualitas bahan semakin ke alas semakin baik. Secara umum konslruksi perkerasan

terdiri dari tiga jenis, yaitu :

1. Perkerasan Lenlur (Flexible Pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan

bahan ikat aspal.

2. Perkerasan kaku (Rigid Pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan

bahan ikat Portland Cement.

3. Perkerasan komposit (Composite Pavement), yaitu perkerasan campuran

antara perkerasan kaku dengan perkerasan lentur.

Pada perkerasan lenlur, tersusun dari tiga bagian, yaitu :

a. Lapis permukaan (Surface Course)

b. Lapis pondasi alas (Base ('ourse)

c. Lapis pondasi bawah (Subba.se Course)

14

15

Pada penelitian ini dilakukan pengujian terhadap campuran agregal. aspal

dan bahan tambah yang ditujukan untuk lapis permukaan (Surface Course).

3.2 Sifat fisik (\i\t\ gradasi agregat

Menurut ukuran butirannya agregat dapat dikelompokkan menjadi tiga

(The Asphalt Institute MS-22, 1991), yaitu :

1. Agregat kasar

Agregat kasar yaitu batuan yang terlahan saringan no. 8 (2,36 mm). Agregat

kasar dalam campuran berfungsi memberikan stabilitas campuran dengan cara

saling mengunci dari masing-masing partikel agregat kasar, serta dipcrolch

juga stabilitas dari tahanan gesek (friction resistance) terhadap suatu aksi

peipindahan. Bentuk dan tekstur dari agregat kasar sangat menentukan dalam

memberikan stabilitas yang tinggi. Oleh karena itu agregat kasar yang ideal

adalah agregat yang memiliki bentuk siku-siku mendekati kubus dan

permukaannya kasar.

Tabel 3.1 Persyaratan kualitas agregat kasarNo. Jenis Peineriksaan Cara

Pemeriksaan

Pcsyaratan Satuan

1.

2.

Tingkat keausan denganmesin Los AngelesKelekatan terhadap aspal

PB-0206-76

PB-0205-76

"PB-0202-75

<40

> 95

< 3

/o

0/

3. Penyerapan terhadap air 0//o

4. Berat jenis semu PB-0202-76

PB-0202-76

~ PB-0T02-75 "

2,5 -

5.

-----

Berat jenis keringpermukaan jenuhTingkat keawetan(Soundness)

2,5

~< 12

Sumber : Bina Marga 1987

2. Agregat halus

Agregat halus yaitu batuan yang lolos saringan no.8 (2,36 mm) dan terlahan

saringan no.200 (0,075 mm). Agregat halus dalam campuran berfungsi untuk

mcnambah stabilitas campuran dengan mempcrkokoh sifat saling mengunci

dari agregat kasar. Disamping itu agregat halus juga berfungsi mengurangi

rongga udara dalam campuran dan menaikkan luas permukaan (surface area)

dari agregat, sehingga mengakibalkan naikuya kadar aspal yang pada akhiinya

akan mengakibatkan campuran perkerasan menjadi lebih awet (durable).

Tabel 3.2 Persyaratan kualitas agreaat halusNo.

No.

Jenis Pemeriksaan

Berat jenis semu

Peresapan terhadap aii

Nilai Sand Equivalent

Pemeriksaan

P'B-0202-07

'B-0202-07

PB-0202-07

Sumber : Bina Marga, 1983

3. Agregat pengisi (filler)

Agregat pengisi adalah batuan yang lolos saringan no. 200 (0,075 mm) dan

terlahan pan. Filler bisa berupa semen portland, debu batu, batu kapurdan lain

sebagainya. Tiller berfungsi mengisi rongga dalam campuran dan

meningkatkan kerapatan dan stabilitas campuran.

Persyaratan

> 2,5

> 50

Tabel 3.3 Gradasi mineral pengisi (filler)Ukuran Saringan No.Jmm)"" No.30 (0,59 rump

N^507^9mm)~"

No. 100(0,149mni)

Wa200^64Tmrn)~

Satuan

Sumber: Bina Marga, 1983

""% lolos100

~"95~-_r6o"

90 - 100

70- 100

17

Gradasi agregat aspal beton yang dipergunakan dalam penelitian ini mengikuti

spesifikasi teknis campuran seperti terdapat dalam tabel 3A Gradasi yang

dipakai adalah gradasi VIII (dapat dilihat pada tabel 3.4).

Tabel 3.4 Gradasi agregat

Ukuran % Berat yang lolos

Saringan I II Ill IV V VI VII VIII IX X XI

(mm)38.1 - -

-too -

-

100

- -

25.4 - -

too 90- - -

too -

100

19.1 -100 ~

too 80-

100

82-

100

100 85-

100

95-

100

100

72.7 ~ too "~75~~"

too

too 80-

100

-72-

90

80-

100

too

9.52 75- 60- 80- 70- 60- -- -

65- 56- 74-

100 85 100 90 80 85 78 92

4,76 35- 55- 50- 50- 48- 52- 54- 62- 45- 38- 48-

55 75 70 70 65 70 72 80 65 60 70

2,38 20- 20- 35- 35- 35- 40- 42- 44- 34- 27- 33-

35 35 50 50 50 56 58 60 45 47 53

0,59 10- 10- 18- 18- 19- 24- 26- 28- 20- 13- 15-

0T279

22

"7576~

22 29 29 30

13-

36

~16-~"

38

18"

40

20-

35

16-

28 30

~7o-6-16 13- 13- 9-20

23 23 23 26 28 30 26 20

0.149 4-12 4-12 8-16 8-16 7-15 10-

18

12-

20

12-

20

10-

18

0.047 2-8 2-8 4-10 4-10 1-8 6-12 6-12 6-! 2 5-10 4-8 4-9

Sumber : Bina Wlarga. 987

Keterangan :

a. No. Campuran : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X dapat digunakan

untuk lapis permukaan.

b. No. Campuran : II digunakan unliik lapis permukaan, perala (leveling) dan

lapis antara (binder).

c. No. Campuran : V digunakan untuk lapis permukaan dan lapis anlara

(binder).

3.3 Aspal

Aspal digunakan sebagai bahan ikat dan pengisi rongga antar batuan pada

campuran aspal beton, serta sebagai pelumas pada saal pcmadalan. Sifat-sifat

aspal akan sangat berpenganih terhadap karaktenstik campuran perkeiasan. Aspal

keras dengan angka penetrasi rendah lebih banyak digunakan di daerah dengan

cuaca yang panas atau lalu-lintas dengan volume yang tinggi, sedangkan aspal

keras dengan angka penetrasi yang lebih banyak digunakan di daerah dengan

cuaca yang dingin atau lalu-lintas dengan volume yang rendah. Di daerah beriklim

tropis seperti di Indonesia pada uniumnya digunakan aspal keras AC 60-70 dan

AC 80-100.

Aspal mempunyai sifat ihermoplasiik, dimana konsistensinya berubah

sesuai dengan perubahan temperatur. Pada temperatur yang tinggi. aspal akan

mempunyai nilai viskositas yang rendah/aspal lebih cair, disamping itu aspal akan

memiliki daya ikat yang tinggi dan mampu mengisi rongga antar batuan secara

merata. Sedangkan pada teniperalur yang rendah, aspal akan mempunyai nilai

viskositas yang tinggi, sehingga aspal tidak bisa menyelimuti batuan secara

sempurna.

19

Pemakaian aspal dalam campuran sangat menentukan lingkal kekedapan

campuran terhadap air dan udara, semakin bcsar kadar aspal semakin rapal

campuran karena rongga dalam campuran dapat tcrisi oleh aspal. Telapi kadar

aspal yang berlebihan, akan bcrakibat aspal berubah fungsi menjadi pchcin pada

saat temperatur tinggi, untuk itu peril, dicaii kadar aspal optimum. Aspal yang

digunakan pada penelitian ini berupa aspal keras penetrasi 60-70 dengan

persyaratan yang dapat dilihat pada tabel 3.5 benkut :

Tabel 3.5 Persyaratan aspal kerasNo. Jenis Pemeriksaan

1. Penetrasi (25°C, 5 detik)

2. Titik lembek(ring and ball)

3. Titik nyala (elev. Open cup)

4. Kehilangan berat (I63°C, 5 jam)

5. Kelanitan (CCL, atau CS2)

6. Daktilitas (25°C, 5 cm/menit)

7. Penetrasi selelah kehilangan berat

8. Berat jenis (25°C)

Sumber : Bina Marga, 1987

3.4 Sifat fisik Sulfur (Belerang)

Dcme (Setyaheni, 1993) menyatakan bahwa belerang cair mempunyai tiga

bentuk, yaitu : cairan kunijlg pucat (dibawah 160°C), cairan kental coklat tua

(diatas I60°C) dan bentuk pi yang selalu ada dalam kesimbangan dengan kedua

bentuk tersebut. Pada tempcralur 116°C-I69°C sulfur berbentuk cair dengan

viskositas sekitar 8 sampai dengan 10 cenlipoise. Pada pemanasan lebih dari

159°C viskositasnya naik secara lajam. Dan mulai temperatur 200 V viskosiiosnya

mulai turun lagi. Temperatur titik didih sulfur berada pada suliii 444,6°C.

Pada temperatur I16°C-I59T sulfur berbentuk cair dengan viskositas

antara 8 sampai 10 ccntipoise, sedangkan aspal pada temperatur yang sama

viskositasnya masih tinggi, yaitu sekitar 300 sampai dengan 600 centipo-se untuk

AC 60-70. Pada temperatur I59°C-200"C viskositas sulfur naik secara lajam

(mengental), sedangkan viskositas aspal justru semakin rendah (cair). Akibat

perbedaan sifat itu, apabila sulfur ditambahkan pada aspal, maka aspal akan

mempertahankan v/.v/rav/Vc/.snya tetap rendah meskipun temperatur sudah turun

3.5 Karakteristik Marshall

Parameter karakteristik Marshall yang dapat diperoleh dari pengujian

Marshall adalah :

1. Stabilitas (Stability)

Stabilitas adalah kemampuan lapis perkerasan untuk menerima beban

lalu-lintas dengan perubahan bentuk yang relatif kecil. (The Asphalt

Institute, MS-22, 1984).

2. VITM (VoidIn The Mix)

VITM adalah prosentase rongga udara yang ada terhadap volume pada

suatu campuran. Nilai VITM akan berkurang dengan bertambalinya

kadar aspal dalam campuran, karena rongga antar butir agregat akan

terisi aspal (Robert el al, 1991).

3. VJAVA (Void Tilled Willi Asphalt)

VFWA adalah proscntasc rongga dalam agregat padat yang terisi

aspal. VFWA yang terlalu tinggi dapal menyebabkan aspal naik

kepcrmukaan pada campuran poms dan mudali tcroksidasi (Robert ct

al, 1991).

4. Kelelehan (Flow)

Kelelehan menunjukkan besamya deformasi verlikal dari campuran

akibat beban yang bekerja padanya mulai awal pembebanan sampai

kondisi kestabilan menurun. Pcngukuran nilai flow dilakukan

bersamaan dengan pengiikuran nilai stabilitas Marsha/I.

5. MQ (Marshall Quotient)

Marshall Quotient merupakan hasi! bagi antara stabilitas dan kelelehan

yang digunakan untuk pendekatan terhadap tingkat kekakuan

(flexibility) campuran. Nilai Marshall Quotient yang tinggi

menunjukkan nilai kekakuan lapis keras tinggi. Lapis keras yang

memiliki nilai MQ terlalu tinggi akan mudah terjadi retak-retak akibal

beban bemlang dan lalu-lintas. Sebaliknya nilai MQ yang terlalu

rendah menunjukkan campuran terlalu plastis (flexible) yang

mengakibatkan perkerasan mudah berubah bentuk jika menerima

beban lalu-lintas (The Asphalt Institute MS-22, 1983).

\ 1

22

<Y Indeks Perendainan

Uji perendaman bcrtiijuan untuk mengclaluii perubahan karakteristik

campuran akibat dari pengaruh air, suhu dan cuaca. Pengujian ini

mempunyai prinsip yang sama dengan pengujian Marshall standar,

hanya dengan waktu perendaman yang berbeda. Uji perendaman pada

penelitian ini dilakukan selama 30 menit dan 24 jam dalam temperatur

konstan 60°C sebelum pembanan diberikan. Uji rendaman ini mengacu

pada AASTHO T.I65-82 atau AS I'm D. 1075-76. Apabila indeks

tahanan kekualan > 75 % campuran tersebut dapat dikatakan memiliki

tahanan kckuatan yang cukup memuaskan dari kerusakan oleh air,

suhu dan cuaca

Adapun parameter data fisik yang diperlukan untuk analisis VITM dan

VFWA adalah sebagai berikut:

a ^ kadar aspal dalam campuran agregat (%)

b = kadar aspal terhadap campuran total (%)

c = berat benda uji sebelum direndam air (gram)

d = berat benda uji dalam keadaan jenuh air/ ssd (gram)

e - berat benda uji didalatn air (gram)

f = volume benda uji - d-e (cc)

g •-= berat volume benda uji = density - c/f (gram/cc)

h bcral jenis inaksimum leorilis (giam'c.

i=volume aspal = -A^LL^ r%)IIIaspal"

, (I00-/;).vfJ volume agregat = -— '-'-... (%)BJagregat

k = kadar rongga dalam campuran =(100-i-j), (%)

I=kadar rongga terhadap campuran (VITM) ^100 - -'--()*^. (%\h '

in = kadar rongga yang teiisi aspal (VFWA) 100 x

Selanjutnya dari semua hasil pengujian Marshall dibandingkan dengan

spesifikasi Bina Marga 1987 seperti label 3.6 berikiil :

No. Parameter Persyaratan Saluan

1. Stabilitas •" ~ 550 ' \ ~"~2"~4~~ ~T~

T~5 j'~

Kg

Mm2. Flow

3. VITM 0//o

4. VFWA 75 - 82 !i

~ 200" - 350 "_ 'i "!

/o

Kg/mm5. MQ

Sumber: Bina Marga, 1987

diselimuti oleh aspal secara bersama-sama sehingga pori-pori udara dalam

campuran berkurang. Pemadatan diharapkan dapat dicapai bila kandungan rongga

udara dan kerapatan yang dihasilkan mencapai optimum. Hal ini dapat dicapai

apabila pemadatan dilaksanakan pada temperatur yang sesuai.

Temperatur pemadatanakan berpengaruh terhadap pemadatan aspal beton.

Pada temperatur yang terlalu tinggi aspal masih bersifat sangat encer dan menjadi

pelicin antarbatuan, sehingga pemadatan menjadi sulit dilakukan. Sebaliknya jika

temperatur aspal bersifat kental, sehingga berakibat pemadatan menjadi sulit

untuk mencapai kepadatan optimum.

Pemadatan dilakukan untuk menghilangkan rongga kosong/pori dalam

campuran perkerasan. Adanya pori-pori dapat menyebabkan terjadinya proses

oksidasi sedangkan hasil oksidasi akan terlarut dalam air yang akan masuk

kedalam pori-pori yang menyebabkan campuran menjadi getas (The Asphalt

Institute MS-22, 1983). Secara umum pemadatan dimaksudkan untuk memperluas

bidang sentuh antar batuan sehinggamempertinggi Internal Friction.

Tabel 3.7 Persyaratan Temperatur PemadatanJenis Pemadatan Temperatur Alat

Pemadatan Awal Minimal 110°C Pemadat roda best

Pemadatan Antara 90C,C-110°C Pemadat roda karet

Pemadatan Akhir Minimal 90°C Pemadat roda besi

Sumber : Bina Marga 1987

BAH IV

H1POTESA

kualitas aspal beton sangat d.pcngarulii oleh temperatur pencampuran

maupun pemadatan. Pada pclaksanaan dilapangan scring tcrjadi pemadatan

dilaksanakan pada temperatur lebih rendah dari persyaratan, sehingga

mcmpengaruhi kualitas aspal beton yang dihasilkan Sulfur memiliki sifat

viskositas yang lebih rendah dibandmg dengan aspal pada tcinpcralur yang sama.

Dengan penambahan sulfur dalam aspal diharapkan pada tcinpcralur yang sama

aspal memiliki sifal viskositas lebih rendah dibandingkan dengan campuran aspal

beton tanpa sulfur. Berdasarkan landasan (eon yang ada, diduga campuran dengan

penambahan sulfur memiliki kualitas yang dilunjukkan dengan parameter

stabilitas (Stability), kelelehan (Flow), VITM (Void In The Mix), VFWA "(Few/

Tilled With Asphalt), MQ (Marshall Quotient) dan Indeks Perendaman

(Immersion Test).

24

BAB V

METODE PENELITIAN

Pada penelitian Tugas Akhir ini dilakukan percobaan di Laboratoiium

Jalan Raya jurusan Teknik Sipil Universitas Islam Indonesia. Pada tahap ini

kegialan yang dilakukan adalah mengumpulkan bahan-bahan dan buku-buku

pustaka sebagai pcnunjang landasan teori. Bahan yang dipergunakan dalam

penelitian ini adalah berupa agregat, aspal dan bahan lambah. Agregal yang,

dipergunakan dalam penelitian ini bcrasal dari hasil pemceah batu ( Stone

Crusher ) milik PT. Pcrwila kaiya di daerah Clereng Kulon Progo Yogyakarta.

Sedangkan aspal yang dipakai adalah jenis AC 60-70 produksi Pertainina yang

diperolch dan PT. Perwila Karya Yogyakarta. Untuk bahan tambah dipakai sulfur

yang di dapal dari pasar Beringharjo, Yogyakarta,. Semua bahan dalam penelitian

ini terseclia di Laboralorium Jalan Raya jurusan Teknik Sipil Universitas Islam

Indonesia Yogyakarta.

5.1 Persyaratan dan Pengujian Bahan

Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini sebelumnya diuji di

laboralorium. Data dari pengujian bahan tersebut digunakan dalam pembuatan

benda uji. Adapun pengujian yang dilakukan meliputi :

25

26

1. Pemeriksaan Agregat

Agregat merupakan komponcn utama dari lapis perkerasan jalan,

kandungan agregat dalam lapis perkerasan berkisar 90 95 % pcrsentase berat

atau 75 85% berdasarkan pcrsentase volume. Dengan demikian daya dukung,

keawetan, dan mutu perkerasan jalan ditenlukan juga dan sifat agregat dan

pencampuran agregat dengan material lain. Adapun untuk mengetahui kualitas

agregat dilakukan pemeriksaan sebagai berikut .

I. Pemeriksaan keausan agregat

Ketahanan agregat terhadap penghancuran diperiksa dengan menggunakan

percobaan Abrasi Los Angeles berdasarkan PB-0206-76. Agregat yang

disiapkan dimasukan kedalam mesin Los Angeles bersama-sama dengan bola-

bola baja, lain diputar dengan kecepatan 30/33 rpm selama 500 putaran. Nilai

akhir dinyalakan dalam persen yang merupakan hasil peibandingan antara berat

benda uji semula dikurang berat benda uji tertahan saringan No. 12-dengan

berat benda uji semula. Nilai tinggi menunjukan banyaknya benda uji yang

hancur akibat putaran alat yang mengakibatkan tumbukan dan gesekan antar

partikel dengan bola-bola baja. Nilai abrasi > 40 % menunjukan agregat tidak

mempunyai kekerasan cukup untuk digunakan sebagai bahan/material lapisau

perkerasan.

2. Pemeriksaan berat jenis

Berat jenis adalah peibandingan antara berat volume agregat dan berat volume

air. Besarnya berat jenis agregat penting dalam perencanaan campuran agregat

27

dengan aspal karena uinumnya direneanakan dengan peibandingan berat dan

juga untuk menentukan banyaknya pori. Agregat dengan berat jenis yang kccil

mempunyai volume yang besar sehingga dengan berat yang sama

membuluhkan jumlah aspal yang banyak. Disamping itu agregat dengan kadar

pori yang besar membuluhkan jumlah aspal yang banyak. Adapun pemeriksaan

berat jenis dilentukan berdasarkan prosedur pengujian PB-0202-76 dengan

persyaratan min 2,5 gr/cc.

3. Pemeriksaan kelekatan terhadap aspal

Kelekatan agregat terhadap aspal dinyatakan dalam persentase luas permukaan

batuan yang tertutup aspal terhadap seiiimh permukaan dan besarnya minimal

95 %. Faktor yang mempengaruhi lekatan aspal dan agregat adalah sifat

mekanis dan kimia agregat. Sifat mekanis terdiri alas bentuk dan tekstur

permukaan, ukuran butiran, kandungan pori dan absorpsi Pemeriksaan agregal

untuk daya lekatnya terhadap aspal dilakukan dengan pcrcobaan niengiktiti

prosedur dari PB-0205-76.

4. Pemeriksaan peresapan agregat terhadapair

Peresapan agregat terhadap air dilakukan untuk mengetahui besarnya air yang

terserap oleh agregat. Besarnya peresapan air yang diijinkan maksimal sebesar

3 %. Air yang telah diserap oleh agregat sukar dihilangkan seluriihnya

walaupun melalui proses pengcringan, sehingga mempengaruhi daya lekal

aspal dengan agregat.

28

5. Pemeriksaan Sand equivalent

Sand Equivalent Test dilakukan untuk mengetahui kadar debu bahan yang

nienyerupai leinpung pada agregat halus/pasir. tempting dapat mempengaruhi

mutu campuran agregat dengan aspal karena lempung membuiigkus partikcl-

partikel agregat sehingga ikatan antar agregat dengan aspal berkurang, dan

adanya leinpung inengakibatkan luas daerah yang hams diselimuti aspal

bertambah. Sand Equivalent Test dilakukan untuk partikel agregat yang lolos

saringan No. 4 sesuai prosedur AASHTO T.I76-73. Nilai yang disyaratkan

sebesar minimal 50 %.

2. Pengujian Bahan Ikat Aspal

Aspal merupakan hasil produksi dan bahan-bahan alam, sehingga sifat-

sifat aspal harus selalu diperiksa di laboratoiium dan aspal yamg memenuhi

syarat-syarat yang telah ditetapkan dapat dipergunakan sebagai bahan pengikat

perkerasan. Pemeriksaan yang dilakukan untuk aspal keras adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Penetrasi

Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa tingkat kekerasan aspal. Prosedur

pemeriksaan mengikuti PA-0301-76. Pemeriksaan dilakukan dengan

memasukan jarum penetrasi berdiameter I mm dengan menggunakan beban

seberat 50 gr sehingga diperolch beban gerak seberat 100 gr

( berat jarum + beban ) selama 5 delik pada temperatur 25° C. Besarnya angka

penetrasi untuk aspal AC 60- 70 adalah antara 60 sampai 79.

29

2. Pemeriksaan Titik Lembck ( Softening point test )

Titik lembek aspal adalah suhu dimana suatu lapisau aspal dalam cincin yang

diletakan horizontal di dalam larutan air atau gliserine yang dipanaskan secara

tcralur menjadi lembek karena beban bola baja dengan diameter 9,53 mm

seberat 3,5 gr yang diletakan diatasnya sehingga lapisan aspal jaluh kedasar

dengan jarak I inclii. Prosedur pemeriksaan mengikuti PA - 0302 76 atau

dengan nilai yang disyaratkan sebesar 48° Csampai dengan 58° C.

3. Pemeriksaan Titik Nyala dan Titik Bakar

Pemeriksaan ini mengikuti prosedur PA 0303-76 yang berguna untuk

menentukan suhu dimana aspal terhhat menyafa singkat di permukaan aspal

( titik nyala ) sedangkan titik bakar adalah suhu pada saat terlihat nyala

sekurang-kuiangnya 5 detik pada perinukaan aspal. Pemeriksaan dilakukan di

ruangan gelap sehingga dapat segera diketahui timbulnya nyala pertama.

4. Kelarutan dalam CCL,

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan jumlah bitumen yang larut dalam

Carbon Tetra Chlorida. Jika semua bitumen yang diuji larut dalani CCLj maka

bitumen tersebul adalah murni. Prosedur pemeriksaan mengikuti PA -

0305-76.

5 Berat jenis

Beral jenis aspal adalah peibandingan antara berat aspal dan berat air suling

dengan isi yang sama pada suhu lertentu. Titik nyala dan titik bakar pcrlu

diketahui untuk menentukan temperatur maksimum aspal, sehingga dalam

30

pemanasan aspal tidak bolch melainpaui titik nyalanya. Pemanasan yang

melainpaui titik nyalanya atau titik bakarnya akan menyebabkan aspal tcrhakar

sehingga akan inengakibatkan aspal menjadi keras dan getas dan apabila

digunakan dalam campuran perkeiasan, perkerasan akan mudah retak, kurang

flexibel dan mudah peeah Pemeriksaan berat jenis aspal mengikuti prosedur

peineriksaan PA - 0307 - 76.

6. Pemeriksaan Daktalitas ( Ductalily Test)

Pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui sifat kohesi dalam aspal dengan

mengukur jarak terpanjang yang dapat ditarik antara dua cetakan yang berisi

bitumen keras sebelum putus pada suhu dan kecepatan lertentu. Aspal dengan

daktalitas yang lebih besar mengikat butir-butir agregat lebih baik tetap. lebih

peka terhadap perubahan temperatur. Pemeriksaan ini mengikuti prosedur

PA - 0306 - 76.

5.2 Perencanaan Campuran

Perencanaan campuran meliputi kegiatan sebagai berikut ini :

1. Perencanaan gradasi agregat campuran

Gradasi agregat yang digunakan pada campuran aspal beton mengacu pada

spesifikasi dari Bina Marga, 1987 seperti pada tabel 3.4. Tahapan persiapan dalani

pengujian ini adalah menenlukan ukuran gradasi agregat untuk campuran aspal

beton. Dalam penentuan gradasi agregat hendaknya mengikuti sifat-sifat alamiah

dari batuan. Hal ini penting untuk mengetahui pcrilaku campuran yang akan

dibuat. Pcrsentase dan agregat kasar pada campuran aspal beton berkisar antara30% - 55 %.

1. Kadar Aspal

Kadar aspal dalam penelitian ini dipergunakan 5 variasi kadar aspal dengan

kenaikan pcrsentase 0,5 %, yaitu 6%. 6,5 %. 7%, 7,5 %dan 8%dan berat total

campuran.

2. Bahan Tambah

Bahan tambah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Sufur. Kadar sulfur

yang digunakan pada penehtian mi yaitu sebainak 0,3 % dan berat total

campuran.

5.3 Pengujian Campuran

Pengujian dilakukan pada benda uji yang telah dibuat sesuai dengan

peiencanaan campuran yang ditetapkan dengan menggunakan peralatan yang

tersedia di laboratorium kemudian diuji dengan test Marshall, adapun yang terkait

dengan pengujian campuran adalah sebagai berikut mi.

1. Pcmbuatan Benda Uji

Berat total campuran satu jenis benda uji adalah 1200 gram, yang terd.ri dari

aspal, agregat dan filler serta bahan tambah untuk campuran yang memakai

sulfur. Benda uji dibuat sebanyak 3buah untuk masing-niasing variasi satnpelnya,

dengan perincian sebagai berikut :

32

1. Mencaii kadar aspal optimum (6%, 6.5",,, 7%, 7.s%, 8"„) 5 x3 15 buah

2. Benda uji pada KAO dengan interval temperatur pemadatan 15%

a. Campuran tanpa sulfur -5x3 -•- 15 buah

b. Campuran dengan sulfur 5 x3 15 i)uaj,

3. Pengujian perendaman pada KAO dengan variasi temperatur pemadatan 80",

95°, 110°, 125°, 140°:

a. Campuran tanpa sulfur =5x3 - 15 buah

b. Campuran dengan sulfur 5 x 3 15 \m]]}

Jadi total benda uji yang akan diuji adalah sebanyak 75 buah.

Contoh perhitungan pembualan benda uji adalah sebagai berikut :

Perhitungan :

a. Berat total campuran agregat : Aspal 1Agregat 1Aditif- 1200 gr

b. Berat Aspal = 6 % x 1200 - 72 gr

c. Berat Agregat - 1200 - 72 I 128 gr

Sedangkan aspal yang dibutuhkaii untuk setiap benda uji adalah sebagai berikut:

a. Kadar aspal 6 %dibutuhkaii aspal 6 %x 1200 = 72 gr

b. Kadar aspal 6,5 %dibutuhkaii aspal 6,5 %x 1200 = 78 gr

c. Kadar aspal 7 %dibutuhkaii aspal 7 %x 1200 - 84 gr

d. Kadar aspal 7,5 %dibutuhkaii aspal 7,5 %x 1200 90 gr

e. Kadar aspal 8 % dibutuhkaii aspal 8 % x 1200 = 96 gr

}]

Tahapan pcmbuatan benda uji antara lain sebagai berikut:

I. Agregat dibcrsihkan dan kotoran yang mcne.npcl dan dikcringkan

sampai diperolch berat telap pada suhu 105 ± 5° C. Agregat tersebut

kemudian disaring secara kering kedalam fraksi yang dikchendaki.

2. Penimbangan untuk setiap rraksi dilakukan agar mendapat""gradasi

agregat ideal pada suatu takaran campuran.

3. Agregat yang telah ditimbamg selanjutnya dimasukkan ke dalam

panci, kemudian dipanaskan dalam oven Seteiah suhunya dianggap

cukup agregat dipanaskan diatas kompor/pemanas sampai pada suhu

diatas 165 °C, sedangkan aspal dipanaskan hingga mencapai suhu

155 °C.

4. Selelah agregat dan aspal mencapai suhu yang dikehendaki, dilakukan

pencampuran kedua bahan tersebut dengan piosentase kadar aspal

yang telah direncanakan.

5. Mengaduk campuran tersebut hingga rata sampai semua agregat

terselimuti aspal. Kemudian benda uji dimasukan kedalam silinder

cetakan yang sebelumnya silinder tersebut dipanasi di dalam oven dan

diolesi vaselin, kemudian bagian atas maupun bawah dari silinder

celak benda uji diberi kertas sating dan diberi tanda.

6. Selelah campuian benda uji dimasukkan kedalam silinder cetakan

campuran dilusuk-tusuk scbanyak 25 kali, lima belas kali dilepi

silinder dan sepuhih kali dibagian tengahnya.

34

7. Pemadatan dilakukan dengan compactor manual iiiasmg-masing

scbanyak 75 kali untuk bagian atas dan bawah

8. Benda uji didinginkan, selanjutnya dikcluarkan dan silinder cetakan

dengan ekstruder diberi kodc pada setiap permukaan benda uji.

2. Pcralatan Pengujian

Penelitian dilakukan di Laboralorium Teknik Transportasi Jurusan Tcnik

Sipil UII. Alal-alal yang digunakan selama penelitian adalah :

1. Celakan benda uji, lengkap dengan plat alas dan Icher sambung.

2. Mesin penumbuk manual maupun elektrik.

3. Alat untukmeiigeluarkan benda uji (ejektor).

4. Alat Marshall lengkap. yaitu :

a. Kepala penekan (breaking head) berbentuk lengkung

b. Cincin penguji (proving ring), dan

c. Arloji pengukur alir (flow)

(1. Oven

5. Bak perendam (water hath) dilengkapi dengan pengatur suhu, mulai

suhu 20°C - 60°C.

6. Timbangan.

7. Pengukur suhu dan logaih (metal thermometer)

8. Perlengkapan Iain-lain, yaitu

a. Panci / kuali,

b. Sendok pengaduk dan salula.

35

c Kompor pcmanas (hoiplate).

d. Kantong plastik, gas elpiji, dan

e. Sarung tangan ashes dan karet.

3. Cara Pengujian

Cara pengujian benda uji dilakukan sebagai berikiil :

I Benda uji direndam dalam bak perendam (water bath) selama ±30 menu

dengan suhu perendaman 60°C.

2. Untuk pengujian Immersion test, benda uji direndam dalam bak perendam

(water hath) selama ± 24 jam dengan suhu perendaman 60"C.

3. Kepala penekan alat Marshall dibersihkan dan permukaanya dihimuri

dengan vaselin agar benda uji mudah dilepaskan. Benda uji diletakkan

pada alat Marshall segera selelah benda uji dikeluarkan dari water bath.

4. Pembebanan dimulai dengan posisi jarum diatur sehinga menunjukan

angka nol, sementara sclubung arloji dipegang kuat terhadap bagian atas

kepala penekan.

5. Kecepatan pembebanan dimulai dengan 50 mm/menit hinga pembebanan

maksimum tercapai, yaitu pada saat arloji pembebanan berhenti dan

menurun seperti yang dilunjukkan oleh jarum ukur. Pembebanan

maksimum yang terjadi pada flow meter dibaca saat itu.

4. Anggapan Dasar

Penelitian ini akan diperoleh hasil pengaruh variasi temperatur pemadatan

dibawah temperatur pemadatan standar ( 140° C)terhadap stabilitas,.//™', VITM,

36

VFWA dan Marshall Qonticnt berdasarkan spesifikasi yang disyaralkan untuk

campuran aspal beton. Sedangkan penambahan sulfur akan dapat mcningkalkan

nilai-nilai Marshall.

Peralatan yang digunakan pada pcnelilian ini dianggap dalam keadaan

standar, Selain itu variasi di dalam pekerjaan pembuatan benda uji dianggap

relatif kecil atau dapat diabaikan. Bahan-bahan untuk penelitian ini, seperti

agregat dan aspal dianggap memiliki kualitas yang homogen, seperti pada hasil

pengujian bahan.

5.4 Analisis

Selelah pengujian Marshall dilakukan, dilanjutkan dengan analisis data

yang diperoleh. Analisis yang dilakukan adalah untuk mendapalkan nilai-nilai

Marshall guna mengetahui karakteristik campuran sehingga didapat kadar aspal

optimum.

Data yang diperoleh dari percobaan dilaboratorium aalah sebagai berikut:

1. Beral benda uji sebelum direndam (gram).

2. Beral benda uji didalam air (gram).

3. Berat benda uji dalam keadaan jenuh air (gram).

4. Tebal benda uji (mm)

5. Pembacaan arloji stabilitas (lbs)

6. Pembacaan arloji kelelehan atau flow (mm)

37

Untuk mcndapatkan nilai VITM (Void In The Mix), VFWA (Void Tilled

With Asphalt ), Stabilitas (Stability), dan Marshall Quotient/ (MQ), diperlukandata-dala antara lain:

1. Berat Jenis aspal - (Berat Volume)

2. Berat Jenis agregat, dan

3. BeratJenis teoritis campuran

Berat jenis agregat merupakan gabungan dan beral jenis agraegat kasar,

agregat halus dan filler. Untuk memperoleli nilai berat jenis tersebut digunakan

persamaan berikut:

100

B.l agregat

(A/FI)-i (B/F2)

dengan:

A= Prosentase agregat kasar, FI --= Berat jenis agregat kasar

13 ~Piosentase agregat halus, 1-2 - Berat jenis agragat halus

Data hasil perhitungan diatas dipergunakan untuk mencari nilai-nilai dari

karakteristik Marshall sebagai berikut ini :

1. Stabilitas

Nilai stabilitas benda uji diperoleh dari pembacaan arloji stabilitas pada

saat pengujian Marshall. Hasil tersebut dicocokan dengan angka kalibrasi/?ro///7£

ring dengan satuan lbs atau kilogram, dan masih hams dikoreksi dengan faktor

koreksi yang dipengarulu oleh tebal benda uji seperti pada label 5.1. Nilai

stabilitas sesungguhnya diperoleh dengan persamaan :

38

S F (p,k,0

dengan :

S : stabilitas campuran (lbs,kg)

p : nilai pembacaan arloji stabilitas pada alat Marshall (lbs)

k : kalibrasi proving ring pada alat Marshal

t : koreksi tebal benda uji

Tabel 5.1 koreksi label benda uji

'EBAK ANGKA

(mm) : KOREKSIi

"~7(j"~ I1 0,845i

71 ; 0,835

72 0,825

73 j 0,810

74 0,791

75 0,772

76 0,762

77 0,752

78 0,742

79 0,733

80 0,724

TLBAt ANGKA

(mm) KOREKSI

60 1,095

61 1,065

62 1,035

63 1,015

64 0,960

65 0,935

66 0.900

67 0,885

68 0,865

69 0,855

70 0,845

Sumber: taboratoriumJalan Raya Junisan leknik Sipil, FTSP, U

39

2. kck-lchan ( I low )

Flow menunjukkan deformasi benda uji akibat pembebanan (sampai beban

batas). Nilai ini langsung dapat d.baca dan pembacaan arloji kclelahan (flow) saatpengujian Marshall. Nilai flow pada arlqn dalam satuan mch, maka hams

dikonversikan dalam saluan mihmcler.

3. VRVA ( Void Filled With Asphalt)

Nilai mi menunjukan prosenlase rongga campuran yang berisi aspal. Nilai

VFWA diluiung dengan persamaan :

VFWA- 100 - (i/I)

b={a/(100 + a){ • 100

i (b •g ) / B.I aspal

j={( IOO-b)-g J /B.I agregat

1= 100 j

dengan :

a -•= Prosenlase aspal terhadap batuan (%)

b = Prosenlase aspal terhadap campuian (%)

i dan j = Rum us subtitusi

g = Berat isi benda uji.

I ^ Prosenlase rongga terhadap agregat

4. VITM ( Void In The Mix)

Void in The Mix adalah piosentase rongga dalam campuran. Nilaiiiyadiluiung dengan persamaan :

40

VITM- 1(X) • (100 - g/h )

100

|( %agregat / B.l agregat ) i (%aspal / B.I aspal )|

dengan :

h ^ Berat jenis tcoritis campuran

5, MQ (Marshall Quotient)

Nilai Marshall Qiiolinen diperoleh dengan persamaan :

MQ-S/R

dengan :

MQ - Marshall Quotient

S = Nilai stabilitas

R =- Nilai kelelahan (flow)

6. Indeks Perendaman (IP)

Uji perendaman bertujuan untuk mengetalnii perubahan karakteristik

campuran akibat dari pengaruh air. suhu dan cuaca. Pengujian ini mempunyai

prinsip yang sama dengan pengujian Marshall standar, hanya dengan waktu

perendaman yang berbeda. Uji perendaman pada penelitian ini dilakukairselama

30 men it dan 24 jam dalam suhu konslan 60°C sebelum pembanan dibetikan. Uji

rendaman ini mengacu pada AASTHO 1.165-82 atau ASTm D.1075-76. Nilai

indeks perendaman dapat dihiotung dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut :

Index of retained slreii'dil ' " \ |()()%.VI

dengan :

S2 = Nilai stabilitas campuran yang direndam 24 jam

S| = Nilai stabilitascampuran biasa

Apabila indeks tahanan kekualan >75 %campuran tersebut dapat

dikatakan memiliki tahanan kekuatan yang cukup memuaskan dan kcrusakan oleh

air, suhu dan cuaca.

Sctelah dilakukan analisis dan pengujian Marshall, dan didapal nilai-nilai

karakteristik Marshall, dibuat gralik hubungan antara kadar aspal terhadap nilai

karakteristik tersebut. Berdasarkan gralik dan peibandingan terhadap spesifikasi

yang disyaratkan oleh Bina Marga, ditentukan kadar aspal optimum campuran.

5.5 Kesulitan dan Penyclesaiannya

Penelitian yang dilakukan di laboralorium ini tidak terlcpas dan kesuhlan-

kesulilan yang mempengaruhi jalannya penelitian. Apalagi penelitian yang

dilakukan mi kualitas akhir diperoleh dari variasi temperatur pemadatannya.

, Pertama, sulitnya untuk memperoleli temperatur pemadatan yang

diinginkan setelah dilakukan pencampuran, karena penurunan tcinpcralur

pemadatan tidak selalu merata pada seluruh pcrmukaannya. Untuk itu cara

mcngatasinya adalah setelah benda uji dicampur, kemudian dimasukan kedalam

mold dan thermometer dimasukan sampai setengah kedalamannya. Penurunan

temperatur ditunggu sampai pada temperatur yang diinginkan.

12

Kedua, sulilnya mempcrlahankan lempcraliir pemadatan vang diinginkan

Bcrhubung selama proses pemadatan temperatur terns menurun. Untuk itu cara

mcngatasinya adalah dengan menggunakan alat pengalur panas pada pemanasan

cetakan yaitu dengan mcmanasi mold terlebih dahulu kedalam oven, sehingga

diperoleh temperatur campuran yang konslan sesuai rencana. Untuk selanjutnya

pengukuran temperatur saat pemanasan bahan, pencampuran dan pemadatan hams

sering dilakukan.

5.6 Bagan Alir Penelitian

Pada penelitian ini proses penelitian meliputi pengujian bahan, sampel

(benda uji), pembuataii dan pengujian benda uji dengan langkah-langkah

pelaksanaan seperti pada gambar berikul :

£Aspal AC 60/701 Penetrasi

2.Titik nyala3.Titik lembek

4. Daktalitas

5Kclanitan dalani CC1 46.Kehilangan beral7.Berat jenis

'ersiapan Bahan

'engujian bahan susun

Agregat1.Gradasi

2. Abrasi

3.Berat jenis &penyerapan air4.Sand equivalen5.Kelekatan terhadapaspal

Perancangan Campuran I (iiadasi VIII BinaMarga 1987Menenlukan Kadar Aspal Oplimuin denganKadar aspal 6%,6.5%,7%,7.5%,8%

Pengujian Test Marshall

f

Kadar Aspal Optimum

1Pembualan Campuran Benda UjiII Dengan Kadar AspalOptimum Tanpa Sulfur denganPenurunan Temperaturpemadatan 10° C ( 80° C, 95° C,I10dC. 125° C dan 140° C)Masing-masing Variasi 3 SampclBenda Uii

Pembuataii Campuran Benda UjiII Dengan Kadar AspalOptimum Ditambah Sulfur 30%dengan Penurunan Temperaturpemadatan 15° C ( 80° C, 95° C,110° C. 125° C dan 140° C jMasing-masing Variasi 3Samuel Benda Uii

Pengujian Marshall

1$

13

© is

Analisa Hasil Pengujian Analisa Hasil Pengujian

Hasil Penelitian I Hasil Penelitian II

'embahasan

Kesimpulan Dan Saran

Selesai

Gambar5.l Bagan Alu Penelitian

i p' •

BAB VI

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.1 Hasil Penelitian Laboratoiium

Dari hasil pemeriksaan bahan serla campuran aspal beton dengan dan

tanpa sulfur dengan cara Marshall diperoleh hasil sebagai berikut ini :

1.1.1 Hasil Pemeriksaan Bahan

Hasil peineriksaan terhadap bahan yang digunakan untuk campuran aspal

beton diperoleh hasil seperti pada label 6.1, label 6.2 dan tabel 6.3 dibawah ini :

Tabel 6.1 Spesifikasi dan Hasil pemeriksaan Agregat KasarNo

2.

3.

4.

Pengujian

Keausan dengan Mesin Los Angeles

Kelekatan terhadap aspal

Penyerapan terhadap air

Berat jenis semu

Syarat

140%

: 95 %

<3%

>2,5

Hasil

29.42%

98 %

1.64 %

2.74

Sumber : Hasil Pemeriksaan di Laboratorium Jalan Raya FTSP UII

No

2.

3.

Tabel 6.2 Spesifikasi dan HasijJ>emeriksaan Agregat Halus'engujian

Sand Equivalent

Penyerapan terhadap air

Berat jenis semu

Syarat Hasil

> 50 %

< 3 %

>2,5

80%

1.626%

3.145

Sumber : Hasil Peineriksaan di Laboratorium Jalan Raya FTSP UII

45

«8r'\

No

Tjibel 6.3 Spesifikasi dan Hasil Pemeriksaan Aspal Keras AC 60/70Pengujian

Penetrasi ( 25°C, 5 detik )

titik lembek ( Ring and Ball )

Titik nyala ( Cleve Open Cupl )

Daktalitas ( 25°C, 5 cm/menit)

Kelarutan dalam CCL.(

Berat jenis

46

Sum

Syarat Hasil

60 79 mm 65 mm

48 58 °C 52 °C

:: 200 °C 340 °C

> 100 cm 165 cm

>99 98.636

> to too

iber: Hasil Pemeriksaan di Laboratorium Jalan Raya FTSP UII

1.1.2 Hasil Pengujian Benda Uji

Data hasil pengujian Marshall untuk campuran aspal beton terhadap

variasi kadar aspal diperoleh nilai-nilai dari Stabilitas, Flow, VITM, VFWA dan

Marshall Qoiitienl yang kemudian dibandingkan dengan persyaratan dari Bina

Marga didapat kadar aspal optimum campuran.

Tabel 6.4 Hasil pemeriksaan Marshall Test untuk mencari KAO

Kadar

Aspal ( % )

Stabilitas

(Kg)

Flow

(mm)

VITM

(%)

VFWA

(%)

r QM

(Kg/mm)

6 1723.580 5.70 7.973 63.679 420.664

6.5

""1 ~~

2543.110

2175"26CT"

5.15

3^975

6.038

5.493

71.755

75.946

568.032

347.344

7.5 1461.63 2.45 5.014

- -3479-- -

77.907 603.668

290.4718 1344.585 4.367 86.309

Sumber : Hasil Penelitian di Laboratorium Jalan Raya FTSP UN

Data dan basil pengujian mi kemudian digunakan untuk menentukan

kadar aspal optimum campuran aspal beton. Kadar aspal optimum adalah jumlah

aspal yang digunakan dalani campuran agar dapat mencapai persyaratan stabilitas,

flow. VITM. VFWA dan density.

Penentuan kadar aspal optimum pada campuian menggunakan metode

Bma Marga (1987). Nilai kadar aspal optimum diperoleh dengan cara

menggambarkan rentang kadar aspal yang memenuhi spesifikasi berdasarkan nilai

stabilitas (> 550 kg), flow (2mm 4mm), VITM (3% - 5%), VFWA (75%, 82

%) dan density. Nilai-nilai tersebut diambil dari nilai rata-rata masing-masing

kadar aspal pada label 6.1. Berdasarkan gans yang telah diplotkan pada gambar

spesifikasi kadar aspal, dicaii balas tcrdalain dan kanan dan dan kiri gans

tersebut. Nilai Icngah diantara kedua balas tersebut merupak.ai kadar aspal

optimum.

-Q?in..b?L^.LJ^?i!M^?P^_QP[™Mm untuk campuran aspal betonKadar Aspal

Spesifikasi

Density

VPWA

VITM

Stabilitas

Flow

6.0 % 6.5 % 7.0 % 7.5 % 8.0 %

Bsmm&mmm

7,05%

Berdasarkan gainbar 6.1 diatas, kadar aspal oplimuin unliik campuran

aspal beton adalah sebesar 7,05% . Basil ini dipakai dalam pembuataii benda uji

kedua yang dilakukan terhadap variasi temperatur pemadatan pada campuran

dengan dan tanpa ditambali sulfur.

Pengujian yang dilakukan untuk masing-masing campuran" adalah

pengujian Marshall. Hasil Pengujian Marshall tersebut dapat dilihat pada tabel

6.5, tabel 6.6, label 6.7 dan label 6.8 sebagai berikut :

label 6.5 Hasil peineriksaan Marshall terhadap penurunan temperaturpemadatan o ilimum untuk campuran aspal beton tanpa

"VFWA

(%)

70/167

59.316

f""~6t223 """

56.557

'":"'" 5t578

lpfspTJii"

sulfur

Temperatur

Pemadatan

(°C)

~"T40

Stabilitas

(Kg)

""1969.715"""

blow

(mm)

335"""

""""3"850

VITM

(%)

5.991

10.046

" 9.962

12.463

15554

QM

(Kg/mm

"428.659

125 1255.425 317.17

110

95

1097.16

75838""""

4.40

" 5.133

5~233

333.054

167.727

80 475.39 90.667

Sumber : Ha sil Penelitian c i Laboratorium Jalan Ray

label 6.6 Ilasil pemeriksaan Marshall terhadap penurunan temperatur pemadatan°.PJ^u|llui|U).l<_eampuraii aspal beton dengan sulfur

}""""v]Tmlemperatur

Pemadatan

TO

140

125 "

no

"""'95

80""'

Stabilitas

(Kg)

9097675

953705

861.815

7537690"

482.715

TIow

(mm)

4.825

"5.25

5.15

57925"

""6/35 "

(%)

7.04

7.237

8.299

7.698

"9.130""

VFWA QM

(%) (Kg/mm)

66.742 174.199

67.783 167.761

65.928 149.684

66.543 99JM2

62L495 " ""'77.069'""

Sumber: Hasil Penelitian di Laboratorium Jalan Raya FTSP'UII

Tabel 6.7 Ilasil pemeriksaan Marshall terhadap penurunan lemperatur pemadatani)PiiilluI,ILlinJuk campuranjispal beton tanpa sulfur dengan perendaman„ . ... t y<-^- - -r .

I emperatur

Pemadatan

(°C)

140"""

725"

no

95

Stabilitas

(Kg)

1794 ~94

876.685

681.615

511.765

475.45

(mm)

373

5753""

"5777

6.47

7790"

VITM

(%)

6.559

"8.942"

T 1.927"

12.638

12.420

VFWA i

(%)

68.398

62.449

54/149""

56.459

584 22

Sumber: Hasil Penelitian di Laboratoriumi7lalan Raya FTSP 01

QM

(Kg/mm)

450.591

1467043"

"1027634"

77.234

"607142

label 6.8 Ilasil pemeriksaan Marshall terhadap penurunan lemperatur pcmadaliioptimum: untuk campuran aspal beton dengan sulfur dengan perendaman

in

Tcniperaliu Stabilitas Flow ! VftM VFWA" 7 '""q"mPemadatan (Kg) (mm) (%) (%) | (Kg/mm)

CO

140 1055.965y^

5.995 72401 255.223

125 951.280 5.30 6.42! 70.431 186.699

"Ti'o 914.175....

1.55 6.785 70.089 176.435

95 "7567420"" •4.40 5.843 72.497 177.912

80 738.035 "5740 6.466" 744 99" 1334 75"

Sumber: Hasil Penelitian c i taboratonum Jalan Raya l"fSPiJI!

6.2 Pembahasan

6.2.1 Stabilitas

Stabilitas adalah kemampuan perkerasan untuk menahan deformasi akibat

menerima beban lain lintas tanpa tei jadinya perubahan bentuk seperti gelombang

dan alur. Nilai stabilitas yang tinggi menunjukan bahwa perkerasan tersebut

mampu menahan beban lain lintas yang besar.

Pada pengujian Marshall di laboratorium. stabilitas adalah kemampuan

campuran aspal beton untuk menerima beban sampai terjadinya kelelehan plaslis

yang dinyatakan dalam kilogram atau pound. Bebeiapa hal yang mcndtikiing

stabilitas adalah suhu pemadatan, gradasi agregat, bentuk dan tekstur permtikaaan

buliran serta kadar dan jenis aspal yang digunakan.

Stabilitas yang tinggi juga dicenninkan oleh adanya kerapatan campuran

yang tinggi. Sedangkan kerapatan yang tinggi dapat tercapai apabila campuran

dipadatkan pada temperatur pemadatan yang tinggi, karena pada temperatur yang

tinggi nilai viskositas aspal rendah sehingga mudah untuk menyelimuti dan

mengikat agregat sewaktu dipadatkan sehingga campuran yang dihasilkan

menjadi sangat rapat.

Dari hasil pengujian di laboratorium diperoleh nilai stabilitas seperti

terdapat pada tabel 6.9 dan gaiubar 6.2 berikut:

Tabel 6.9 Nilai Stabilitas Hasil Pengujian Marshall StandarJenis Saluan Temperatur (° C)

Campuran80 95 110 125 140

Aspal

cdTanpa Kg 475.39 758.38 1097.16 1255.425 1909.72

IS

on

Sulfiir

Aspal

iz Dengan

Sulfur

Kg 428.715 753.690 861.815 953.705 909.675

Sumber : Hasil Pene itian di Lilboratoriuin Jalan Rava FTSP LJII

2500

3 2000

80 95 110

Temperatur (°C)

!25

-•—Tanpa suffur Sulfur

52

140

Gambar 6.2 Grafik hubungan antara variasi temperatur pemadatan denganStabilitas

Berdasarkan gambar 6.2 terlihat nilai stabilitas semakin naik dengan

semakin tingginya temperatur pemadatan baik campuran dengan sulfur maupun

campuran tanpa sulfur. Hal ini disebabkan karena jika temperatur rendah maka

viskositas aspal sudah tinggi sehingga aspal sulit untuk menyelimuti dan mengikat

agregat, ikatan antara agregat menjadi berkurang dan kerapatan campuran

menurun menyebabkan stabilitas menurun. Setelah temperatur dinaikan terlihat

stabilitas pada kedua campuran mengalami kenaikan dan naik terus berlanjut

sampai temperatur pemadatan 140° C, dimana nilai stabilitas tertinggi pada

campuran tanpa sulfur sebesar 1909.72 Kg dan nilai stabilitas tertinggi campuran

dengan sulfur sebesar 953.705 Kg.

53

Nilai stabilitas pada kedua campuran semuanya mengalami kenaikan,

tetapi nilai stabilitas yang terjadi pada campuran yang memakai sulfur lebih

rendali dibanding campuran yang tidak memakai sulfur. Ini berbeda dengan hasil

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Setyaheni (1993) dan Mulyono, AT

(1999) yang menyatakan bahwa penggimaan sulfur dapat menaikkan nilai

stabilitas campuran aspal beton dibandingkan dengan campuran yang tidak

menggunakan bahan tambah sulfur. Sedangkan pada penelitian ini, campuran

aspal beton yang ditambahkan sulfur sebagai bahan tambah memiliki nilai

stabilitas yang lebih rendali dibandingkan campuran aspal beton yang tidak

menggunakan sulfur. Hal ini disebabkan karena sulfur baru akan naik

viskositasnya pada temperatur antara 159°C sampai dengan 200°C, sedangkan

pada penelitian ini temperatur pemadatan yang digunakan adalah 80°C-140°C.

Pada temperatur 80°C campuran dengan menggunakan sulfur dan campuran tanpa

sulfur stabilitasnya tidak memenuhi standar yang ditetapkan Bina Marga (1987).

Hal tersebut disebabkan karena pada temperatur 80°C, aspal sudah mengental

sehingga tidak dapat menyelimuti agregat dengan sempurna. Pada temperatur

90°C sampai dengan temperatur 140°C, stabilitas campuran sudah memenuhi

standarBina Marga 1987, yaitudiatas550kg.

6.2.2. Flow

Kelelehan plastis (Flow) adalah keadaan perubahan bentuk suatu

campuran yang terjadi akibat suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan

dalam satuan panjang ( mm ).

54

Flow menunjukan besarnya deformasi yang terjadi pada konstruksi

perkerasan. Campuran yang memiliki .//ow yang rendah dan stabilitas yang tinggi

menunjukan bahwa campuran tersebut bersifat kaku. Sebaliknya nilai flow yang

tinggi menunjukan campuran bersifat plastis dan mudah mengalami pembahan

bentuk akibat beban lalu lintas.

Dari hasil pengujian di laboratorium terhadap nilai flow, diperoleh hasil

seperti pada tabel 6.10 dan gambar 6.3 berikut ini:

Tabel 6.10 Ni ai Flow Hasil Pengu ian Marshall Standar

Jenis Satuan Temperatur (° C)

CampuranSO 95 110 125 140

Aspal

Tanpa mm 5.233 5.90 4.40 3.850 3.55

'J3

Sulfur

Aspal

Z Dengan mm 6.35 5.925 5.15 5.25 4.825

Sulfur

Sumber : Hasil Penelitian di kaboratorium Jalan Raya FTSP UII

80 95 110

Temperatur (°C)

125

Tanpa sulfur -*— Sulfur

55

140

Gambar6.3 Grafik Hubungan antara variasi temperatur pemadatan dengan Flow

Berdasarkan gambar 6.3, terlihat bahwa dari hasil penelitian menunjukan

bahwa kenaikan temperatur pemadatan mengakibatkan penurunan nilai flow, hal

ini disebabkan makin tinggi temperatur pemadatan, aspal makin mudah menyusup

ke rongga antar butiran agregat sehingga didapat kondisi yang kompak.

Nilai flow kedua campuran semuanya mengalami penurunan dan nilai

terendah dicapai pada temperatur 140° C. Hal ini karena fungsi aspal sebagai

bahan perekat pada temperatur dibawah 140° C belum maksimum menyelimuti

permukaan agregat sehingga kekonipakan dalam campuran berkurang yang dapat

menyebabkan terjadinya deformasi yang lebih besar. Aspal pada temperatur

pemadatan 140° C dapat berfungsi maksimal sebagai bahan perekat yang mampu

menyelimuti seluruh permukaan agregat dengan baik dan memberikan

kekompakan dalam campuran yang berakibat mengurangi terjadinya deformasi.

56

Pada semua temperatur pemadatan campuran aspal beton yang ditambah

dengan sulfur memiliki nilai flow lebih tinggi dibandingkan dengan nilai flow

pada campuran aspal beton yang tidak ditambah dengan sulfur. Hal ini terjadi

karena campuran aspal beton dengan sulfur memiliki viskositas lebih rendah

daripada campuran aspal beton tanpa sulfur, sehingga dengan viskositas yang

rendah (cair) tersebut, dimungkinkan aspal akan menyelimuti agregat secara

berlebihan dan menyebabkan campuran akan lebih bersifat plastis dan mudah

mengalami deformasi.

Nilai flow pada campuran aspal beton yang tidak ditambah sulfur memiliki

nilai terendah sebesar 3,55 mm dan tertinggi sebesar 5,233 mm sedangkan nilai

flow pada campuran dengan ditarnbahkan sulfur memiliki nilai terendah sebesar

4,825 mm dan nilai flow tertinggi sebesar 6,35 mm sehingga secara umum nilai

flow hasil penelitian tidak memenuhi persyaratan Bina Marga 1987, yaitu sebesar

2-4 mm, kecuali campuran beton aspal tanpa sulfur pada temperatur pemadatan

140° C, yaitu 3,55 mm.

6.2.3. Void In Total Mix (Vlxk)

VITM adalah banyaknya rongga yang terdapat pada suatu campuran. Nilai

VITM dipengaruhi oleh gradasi agregat, temperatur pemadatan, energi pemadatan

dan kadar dan jenis aspal. Nilai VITM juga berpengaruh terhadap kekedapan

campuran yaitu kekedapan terhadap udara dan air. Nilai VITM yang besar

menunjukan bahwa rongga yang terjadi dalam campuran semakin besar, akibatnya

aspal akan mudah teroksidasi seltingga campuran bersifat getas sehingga dapat

57

menguiangi sifat keawetan terhadap pengaruh air dan udara. Dalam campuran

harus tersedia cukup rongga yang tcrisi udara yang fungsinya untuk menyediakan

ruang gerak bagi unsur-unsur dalam campuran sesuai dengan keelastisan bahan

penyusunnya. Sebaliknya apabila nilai VITM makin kecil berarti campuran

tersebut semakin padat dan rapat dengan nilai kekakuan tinggi. Keadaan ini dapat

menyebabkan terjadinya retak-retak pada lapis perkerasan, karena tidak cukuplentur untuk menahan deformasi akibat beban lalulintas.

Nilai VITM yang disyaratkan oleh Bina Marga (1987) adalah 3% - 5%.

Lapis Keras yang mempunyai nilai VITM kurang dari 3% akan mudah terjadibleeding. Semakin tingginya temperatur perkerasan, aspal akan mudah mencair

dan pada saat perkerasan menerima beban, aspal yang mencair akan mengahriiantara rongga agregat, jika dalam cafnpuran tidak memiliki rongga yang cukupmaka aspal akari naik ke permukaan perkerasan yang menyebabkan terjadinyableeding. Sebaliknya nilai VITM yang lebih besar dan 5% menunjukan bahwa

rongga yang terjadi dalam campuran banyak sehingga campuran tidak raipat dan

tidak kedap terhadap udara dan air, hal ihi menyebabkan aspal mudah teroksidasi

yang berakibat melemahnya ikatan aspal terhadap agregat.

Berdasarkan hasil penelitian didapat nilai VITM seperti terdapat padatabel 6.11 dan gambar 6.4 berikut:

58

Tabel 6.11 Nilai ViTM Hasil Pengujian Marshall StandarJenis Satuan Temperatur (°C)

Campuran80~ 12595 110 140

Aspal

2Tanpa % 15.554 12.463 9.962 10.046 5.991

>Sulfur

Aspal

z Dengan ' % 9. i 30 7.698 8.299 7.237 7.04

Sulfur

Sumber : Hasil Penelitian di taboratorium Jalan Raya FTSP UII

80 95 110 125

Temperatur (°C)

—♦—Tanpa sulfur Sulfur

140

Gambar 6.4 Grafik Hubungan antara variasi temperatur pemadatan dengan VITM

Berdasarakan gambar 6.4 terlihat bahwa semakin tingginya temperatur

pemadatan maka nilai VITM semakin turun. Hal ini disebabkan karena rongga

udara yang terbentuk/terjadi sudah berkurang oleh karena pada saat campuran

59

dipadatkan pada temperatur yang tinggi, aspal semakin mudah mengisi celah-

celah antara butiran agregat sehingga didapat kondisi yang rapat dan kompak.

Nilai VITM campuran aspal beton menggunakan sulfur lebih rendah

dibandingkan dengan campuran aspal beton tanpa sulfur. Hal ini disebabkan

karena campuran yang memakai sulfur memiliki kekentalan aspal yang semakin

rendah dan menyebabkan berkurangnya rongga udara yang terbentuk dalam

campuran sehingga meningkatkan nilai VITM.

Berdasarkan hasil penelitian ini, nilai VITM campuran aspal beton tanpa

sulfur dan nilai campuran aspal beton dengan sulfur pada setiap temperatur

pemadatan tidak memenuhi persyaratan Bina Marga 1987 ( 3% - 5% ).

6.2.4. Void Filled With Asphalt ( VFWA )

Nilai VFWA menunjukan banyaknya persen dari rongga yang terisi aspal.

Besarnya nilai VFWA sangat berpenganih terhadap keawetan suatu perkerasan.

Untuk nilai VFWA yang besar berarti banyak rongga dalam campuran yang terisi

aspal sehingga kekedapan campuran terhadap udara dan air menjadi tinggi. Akan

tetapi nilai VFWA yang terlalu tinggi akan menyebabkan Bleeding karena rongga

udara yang tersisa terlalu kecil sehingga jika perkerasan menerima beban,

terutama pada saat temperatur yang tinggi dan viskositas aspa' turun, maka

sebagian aspal akan mengisi rongga yang kosong dan jika rongga telah penuh

maka aspal akan naik ke pennukaaan perkerasan.

Nilai VFWA yang terlalu rendah menyebabkan kekedapan campuran

menjadi berkurang karena banyaknya rongga yang kosong. Hal ini akan

60

memudahkan masuknya udara dan air yang menyebabkan aspal mudah

teroksidasi sehingga daya ikat dan keawetan campuran tersebut berkurang.

Hasil penelitian di laboratorium didapat nilai VFWA seperti pada label

6.12 dan gambar 6.5 berikut:

Tabel 6.12 Nilai VFWA Hasil Pengujian Marshall Standar

Jenis Satuan Temperatur (°C)

Campuran80 95 no 125 | 140

iAspal

<Tanpa % 51.578 56.557 61.223 59.316 70.467

Sulfur>

Aspal

Z Dengan

Sulfur

% 63.495 66.543 65.928 67.783 66.742

Sumber : Hasil Pene itian di taiboratoriiun Jalan Raya FTSP IIII

80 95 110 125

Temperatur (°C)

-•— Tanpa sulfur -•— Sulfur

61

140

Gambar 6.5 Grafik hubungan antara variasi temperatur pemadatan denganVFWA

Pada gambar 6.5 terlihat bahwa semakin tinggi temperatur pemadatan

maka nilai VFWA mempunyai kecenderungan semakin tinggi. Pada temperatur

pemadatan yang tinggi kondisi aspal lebih mudah mengisi rongga-rongga dalam

campuran, sebaliknya padatemperatur pemadatan yang rendah aspal sulitmengisi

rongga-rongga dalam campuran karena pada temperatur rendah viskositas aspal

tinggi.

Hasil penelitian di laboratorium diperoleh nilai VFWA campuran aspal

beton tanpa sulfur lebih rendah jika dibandingkan dengan campuran aspal beton

dengan sulfur. Hal ini terjadi karena campuran dengan sulfur memiliki nilai

viskositas yang rendah (aspal bersifat lebih cair), sehingga kemampuan aspal

untuk menyelimuti campuran menjadi lebih baik sehingga banyak rongga yang

terisi aspal. Pada penelitian ini nilai VFWA untuk semua temperatur pemadatan

baik campuran tanpa sulfur dan campuran dengan sulfur memenuhi spesifikasi

dari Bina Marga 1987 yaitu sebesar 75% sampai 82%.

6.2.5. Marshall Qoutient ( MQ )

Marshall Qoutient merupakan hasil bagi antara stabilitas dan flow yang

digunakan sebagai pendekatan terhadap tingkat kekakuan dan fleksibilitas dari

suatu campuran. Stabilitas yang tinggi disertai dengan kelelehan yang rendah akan

inenghasilkan perkerasan yang terlalu kaku dan bersifat getas, sebaliknya

stabilitas yang rendah dengan kelelehan yang tinggi menunjukan campuran yang

terlalu plastis yang menyebabkan perkerasan akan mengalami deformasi yang

besar, bila menerima beban Ialu lintas.

Hasil pengujian di laboratorium didapat nilai Marshall Qoutient seperti

pada tabel 6.13 dan gambar 6.6 berikut:

Tabel 6.13 Nilai Marshall Qoutient Hasil Pengujian Marshall standarJenis

Campuran

Satuan Temperatur (°C)

80 95 110 125 140

o

z

Aspal

Tanpa

Sulfur

Kg/mm 90.667 167.727 333.054 317.17 428.659

Aspal

Dengan

Sulfur

Kg/mm 77.069 99.042 149.684 !67 7ol 174.499

Sumber : Hasil Pene itian di t<iboratoriuin Jalan Raya F'fSP IJII

500

80 95 110

Temperatur (°C)

125

•+— Tanpa sulfur -•— Sulfur

63

140

Gambar 6.6 Grafik hubungan antara Marshall Qoutient dengan temperaturpemadatan

Dari gambar 6.6 terlihat bahwa variasi temperatur pemadatan akan

memberikan pengaruh terhadap lapis keras. Dengan naiknya temperatur

pemadatan memberikan nilai Marshall Qoutient yang semakin besar. Namun

dengan penambahan temperatur pemadatan tidak berarti memberikan nilai yang

baik pada karakteristik perkerasan, karena nilai Marshall Qoutient yang terlalu

tinggi akan menjadikan perkerasan menjadi kaku atau getas.

Nilai Marshall Qoutient hasil penelitian di laboratorium menunjukan

bahwa nilai Marshall Qoutient campuran aspal beton tanpa sulfur lebih besar

dibanding dengan campuran yang ditarnbahkan sulfur. Hal ini disebabkan karena

pada campuran aspal beton yang tanpa sulfur, stabilitas campuran lebih tinggi

karena campuran lebih kompak dan rapat akibat aspal pada campuran aspal beton

64

yang tanpa sulfur berfungsi maksimum sehingga dapat menyelimuti agregat

dengan maksimal, sebaliknya nilai flow lebih rendah akibat nilai kekakuan

campuran aspal beton yang tanpa sulfur lebih tinggi sehingga kemungkinan

terjadinya deformasi lebih kecil. Niiai Marshall Qoutient pada campuran aspal

beton yang tanpa sulfur mencapai optimum pada temperatur pemadatan 140°C

dengan nilai sebesar 428,659 kg/mm, sedangkan campuran dengan sulfur belum

mencapai optimum dan semakin membesar dengan nilai maksimum sebesar

174,499 kg/mm. Nilai Marshall Qoutient pada spesifikasi memiliki persyaratan

umum sebesar 180 kg/mm - 500 kg/mm sesuai persyaratan Bina Marga/CQCMU

1987.

6.2.6. Pengujian Rendaman atau Immersion Test

Tujuan pengujian Immersion adalah untuk membandingkan nilai stabilitas

antaracampuran yangdirendam selama 30 menit dengan nilai stabilitas campuran

yang direndam selama 24 jam pada suhu 60°C yang mempunyai komposisi

agregat dan kadar aspal yang sama.

Aspal beton yang direndam pada suhu 60°C selama 24 jam akan merubah

karakteristik dari beton aspal itu sendiri akihat pengaruh air, suhu dan lama

perendaman. Menurut peraturan Bina Marga (1987) index of retained strength

atau indeks tahanan kekuatan minimal adalah 75 %. Contoh perhitungan indeks

tahanan campuran aspal atau index of retained strength adalah sebagai berikut:

S, 475,45----- XI00%= X 100% =100,01%

Si 475,39

64

Hasil pengujian di laboratorium didapat nilai indeks perendaman seperti

pada tabel 6.14dan gambar 6.7 berikut:

T ibel 6.14 Ni

Jenis

Campuran

ai Indeks

Satuan

Perendaman Hasil Pengujian Marshall standarTemperatur (° C)

80 95 110 125 140

CL

Z

Aspal

Tanpa

Sulfur

% 100.01 67.48 62.13 69.83 93.99

Aspal

Dengan

Sulfur

% 172.15 100.36 106.08 99.75 116.08

Sumber : Hasil Penelitian di taboratorium Jalan Raya FTSP UII

200

150

2- 100 1

50

0

80 95 110 125

Temperatur (°C)

— Tanpa sulfur Sulfur

140

Gambar 6.7 Grafik hubungan antara indeks perendaman dengantemperaiur pemadatan

Dari gambar 6.7 terlihat bahwa campuran dengan Sulfur memiliki nilai

Indeks perendaman lebih tinggi daripada campuran tanpa Sulfur. Hal tersebut

disebabkan karena rongga yang terdapat dalam campuran dengan sulfur sedikit.

66

Dari gambar 6.7 terlihat bahwa campuran dengan Sulfur memiliki nilai

Indeks perendaman lebih tinggi daripada campuran tanpa Sulfur. Hal tersebut

disebabkan karena rongga yang terdapat dalam campuran dengan sulfur sedikit.

Itu dapat dilihat pada pengujian VITM pada tabel 6.14, dimana nilai VITM

campuran dengan sulfur lebih kecil daripada campuran tanpa sulfur. Dengan

rongga dalam campuran yang sedikit, aspal akan sulit teroksidasi, sehingga

tingkat keawetan aspal terhadap pengaruh air dan udara dapat terjaga.

Tabel 6.15 Tabel Rekapitulasi Karakteristik MarshallKarakteristik Temperatur (° C)

Marshall 80 95 no 125 140

Stabilitas

(Kg)

TanpaSulfur

475.39 758.38 1097.16 1255.425 1909.72

DenganSulfur

428.715 753.690 861.815 953.705 909.675

Flow

(mm)

TanpaSulfur

5.233 5.90 4.40 3.850 3.55

DenganSulfur

6.35 5.925 5.15 5.25 4.825

VITM

(%)

TanpaSulfur

15.554 12.463 9.962 10.046 5.991

DenganSulfur

9.130 7.698 8.299 7.237 7.04

VFWA

(%)

TanpaSulfur

51.578 56.557 61.223 59.316 70.467

Dengan

Sulfur

63 495 66.543 65.928 67.783 66.742

MQ

(Kg/mm)

TanpaSulfur

90.667 167.727 333.054 317.17 428.659

DenganSulfur

77.069 99.042 149.684 167.761 174.499

IP

(%)

TanpaSulfur

100.01 67.48 62.13 69.83 93.99

DenganSulfur

172.15 100.36 106.08 99.75 116.08

Sumber : Hasil Penelitian di taboratorium Jalan Raya FTSP UII

65

Ilu dapal dilihat pada pengujian VITM pada tabel 644. dimana nilai VITM

campuran dengan sulfur lebih kccil daripada campuran tanpa sulfur. Dengan

rongga dalam campuran yang sedikil, aspal akan sulit teroksidasi, sehingga

tingkat keawetan aspal terhadap pengaruh air dan udara dapat tcrjaga.

6.2.7. kvaluasi Hasil Laboratorium Terhadap Spesifikasi

Dari hasil penelitian lemperatur pemadatan baik pada campuran aspal

beton dengan Sulfur maupun campuran aspal beton tanpa Sulfur, kemudian

disesuaikan dengan spesifikasi dari Bina Marga terhadap persyaratan untuk aspal

beton yang meliputi nilai stabilitas, flow, VITM dan VFWA menunjukan bahwa

pengaruh temperatur pemadatan pada campuran aspal beton menyebabkan

perubahan nilai-nilai Marsha/I sedangkan penambahan Sulfur pada campuran

aspal beton tidak dapat dijadikan parameter perencanaan untuk menenlukan

batasan dalam menentukan temperatur pemadatan. hal ini disebabkan karena nilai

T'/ow, VI I'M. VFWA dan QuotientMarsha/I tidak ierpenuhi.

Dari hasil penelitian terhadap campuran aspal beton tanpa sulfur dan

campuran yang ditarnbahkan dengan sulfur, temperatur pemadatan yang niasih

memenuhi persyaratan Bina Marga adalah seperti terlihat pada tabel 64 5 dan 6.16

sebagai berikut :

66

label 64 5 Hasil Tcsl Marshall dengan berbagai variasi TemperaturPemadatan campuran aspal beton tanpa sulfur lerhadap persyaratan

Variasi 'lemperatur Pemadatan ( ° C )PersyaratanBINA MARGA

(1987)Stabilitas

>_ 500 kgblow

(2 -4)_VITM

( 3% -5% )

VFAVA(75%-82% )

MQ(180 -500 kg/mm )

Immersion Test

, (75%)

80 95 10 125 140

HMHMHBBM M

Sumber : Hasil Penelitian di taboratorium Jalan Raya FTSP UII

Dari label 6.15 di alas dapat dijelaskan bahwa temperatur peinadatan

untuk campuran aspal beton yang memenuhi persyaratan Bina Marga adalah pada

temperatur pemadatan I 10° C - 140° C. Hal ini berarti bahwa pemadatan yang

dilakukan (Breakdown Polling) hams sudah dilaksanakan pada rentang temperatur

110° C hingga 140° C, apabila pemadatan dilaksanakan dibawah temperatur

tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan nilai-nilai Marshall sehingga

mutu perkerasan tidak memenuhi persyaratan. Hasil penelitian dialas memenuhi

persyaratan temperatur pemadatan minimal dari Bina Marga (1987) untuk

campuran aspal beton yaitu 110° C.

67

Tabel 64 6 I lasil 'Test Marshall dengan berbagai variasi TcinpcralurPeinadatan campuran aspal beton dengan suHiirJcrhadap pcrsyaralan

Persvaralan

BINA MARGA

(1987)

Stabilitas

_ >_ 500 kg _~Flow~' ~(2-4)VITM

(_3_%-5%)_~~ VFWA~~ "

(75%-82% )

MQ180 -500 kg/mm)Immersion Test

(75%)

0

Variasi Temperatur Pemadatan ( ° C )

5 110 125 1.40

Sumber: Hasil Penelitian di taboratorium Jalan Rava F'fSP UII

Dari tabel 6.16 di atas dapat dijclaskan bahwa temperatur pemadatan

untuk campuran aspal beton dengan bahan tambah sulfur yang memenuhi

persyaratan Bina Marga (1987) adalah pada temperatur pemadatan 95°C - 140°C.

Hal ini berbeda dengan temperatur pemadatan standar yang terdapat pada label

6.16. Hal ini disebabkan karena sulfur memiliki viskositas yang lebih rendah dari

aspal pada temperatur yangt sama, sehingga campuran aspal beton dengan sulfur

masih bisa digunakan pada temperatur pemadatan yang lebih rendah daripada

temperatur pemadatan standar. Pemadatn yang dilakukan (Breakdown Polling)

hams sudah dilaksanakan pada rentang temperatur 95°C - I40°C, apabila

pemadatan dilaksanakan dibawah temperatur tersebut akan menyebabkan

terjadinya penurunan nilai-nilai Marsha//, sehingga mutu perkerasan tidak

memenuhi persyaratan. Hasil penelitian diatas memenuhi persyaratan temperatur

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di laboratorium Jalan Raya

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII, tentang pengaruh variasi penurunan

temperatur pada aspal beton dengan bahan tambah sulfur, dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada kedua campuran aspal beton dengan dan tanpa sulfur untuk setiap setiap

penurunan temperatur nilai stabilitas akan terus turun. Nilai stabilitas tertinggi

dicapai pada temperatur 140°C dengan nilai 1909,72 Kg. Sedangkan

campuran aspal beton yang ditambahkan sulfur memiliki nilai stabilitas yang

lebih rendah daripada campuran aspal beton tanpa sulfur. Nilai stabilitas

tertinggi pada campuran aspal beton yang ditambahkan sulfur dicapai pada

temperatur 140°C dengan nilai 909,675 Kg.

2. Penurunan temperatur pemadatan mengakibatkan penurunan nilai flow.

Campuran aspal beton yang ditambahkan sulfur memiliki nilai flow yang lebih

tinggi daripada campuran aspal beton tanpa sulfur. Nilai flow tertinggi pada

campuran aspal beton yang ditambahkan sulfur dicapai pada temperatur 80°C

yaitu 6,35 mm, sedangkan nilai flow twrtinggi pada campuran aspal beton

tanpa sulfur dicapai pada temperatur 95°C yaitu 5,90 mm.

71

72

3. Penurunan temperatur pemadatan mengakibatkan rongga yang terdapat pada

campuran aspal beton semakin sedikit. Jumlah rongga yang terdapat pada

campuran aspal beton yang ditambahkan sulfur lebih sedikit jika dibandingkan

dengan campuran aspal beton tanpa sulfur. Jumlah rongga optimum pada

kedua campuran aspal beton dicapai pada temperatur 80°C dengan nilai

15,554% pada campuran aspal beton tanpa sulfur dan 9,130% pada campuran

aspal beton yang ditambahkan sulfur.

4. Campuran aspal beton dengan sulfur memiliki jumlah rongga yang terisi aspal

lebih banyak daripada campuran aspal beton tanpa sulfur, kecuali pada

temperatur 140°C, dimana nilai VFWA pada campuran aspal beton tanpa

sulfur adalah 70,467% sedangkan nilai VFWA pada campuran aspal beton

yangditambahkan sulfur adalah 66,742%.

5. Campuran aspal beton tanpa sulfur memiliki nilai kekakuan (MQ) lebih tinggi

dibandingkan dengan campuran aspal beton yang ditambahkan sulfur. Nilai

optimum MQ pada campuran aspal beton tanpa sulfur dicapai pada temperatur

140°C yaitu 428,659 Kg/mm, sedangkan pada campuran aspal beton yang

ditambahkan sulfur, nilai MQ optimum dicapai pada temperatur 140°C yaitu

174,499 Kg/mm.

6. Pada pengujian rendaman, campuran aspal beton dengan sulfur memiliki

tingkat keawetan terhadap air dan udara yang lebih tinggi daripada campuran

aspal beton tanpa sulfur.

73

7. Campuran aspal beton yang ditambalikan sulfur memiliki nilai stabilitas yang

lebih rendali dibandingkan campuran asapl beton yang tidak ditambahkan

sulfur.

8. Campuran aspal beton yang ditambalikan sulfur memiliki nilai VITM yang

lebih rendah dibandingkan campuran aspal beton yang tidak ditambahkan

sulfur, kecuali pada temperatur 140°C. Nilai VFWA pada campuran aspal

beton yang memakai sulfur lebih tinggi jika dibandingkan campuran aspal

beton yang tidak memakai sulfur sebagai zat aditifnya.

7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Karena pada penelitian ini tidak menehti sifat kimiawi dari sulfur, perlu

diteliti sifat kimiawi dari sulfur untuk kemudian dilakukan penelitian lebih

lanjut terhadap karakteristik Marshall, agar dihasilkan nilai parameter

Marshall yang lebih baik.

2. Temperatur pemadatan yang diteliti perlu lebih variatif lagi, agar dihasilkan

temperatur pemadatan yang benar-benar ideal untuk proses pemadatan

dilapangan.

3. Perlu dicoba penambahan sulfur lebih dari 30%, karena menurut penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Mulyono AT, penambahan sulfur lebih dari

30% akan merubah sifat fisik dari aspal.

A

iSatiMUtAlWJ

Conloh dari

Pckcrjaan

Jenis Agregat

Ditcrima Tgl.

Selesai Tgl.

LABORATORIUM JALAN RAYAFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UIIJl. Kaliurang Km. 14/1 Tclp. 95330 Yogyakarta 55584

Cclcrcng, Kulon Progo

liigas Akhir

I 1 September 2002

I I September 2002

ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR DAN MAULSNo. Saringan Berat Terlahan

(gram)Jumlah Persen

(%)Spesifikasi

1 (%)mm Inch Terlahan Jumlah Terlahan lolos Min

~

max12,7

""4,7""V2

w~0

' ""327,72"0

"327J2""'"0

2"9100

71 ,100

"62"100

"802,38 //8 136,88 564 ^ 50 50 1 44 600,59 #16 180,48 744,48 66 34 28 To"

0,279 1 // 50 101,52 846

94732"75

84

25

"""16""",20

" "12"" "30

20 "0,149 // 100 !01,520,047 // 200 78.96 1026,48 91 » \ 6 12

Pan 101,52 1128 100

- _

total 1128- ... .._ - - __J - - 1

Keterangan

Tanggai

Diperiksa Oleh

: Kadar Aspal 6%

1200X6%-72 gram

1200-72 = 1128 gram

: 11 September 2002

: Yohan tko Bawono

Widie Arifianto

gyakarta, II September 2002YO

"V— ~-~-^

ItJ.skandar S_., MT

Kepala tab. Jalan Raya

*j#JtKfi*r««7

LABORATORIUM JALAN RAYAI AKULTAS TEKNIKSIPIL DAN PERENCANAAN UII

.11. Kaliurang Km. 14,4 Tclp. 95330 Yogyakarta 55584

Contoh dari

Pekcrjaan

Jenis Agregat

Dilerima Tgl.

Selesa i Ti>l.

Cclercng, Kulon Progo

Tugas Akhir

1 I September 2002

I 1 September 2002

ANALISA SARINGAN AGREGA I KASAR DAN HALUS

No. Saringan Berat Terlahan

(gram)Jumlah Pcrsen

(%)Spesifikasi

(%)mm Inch Tertahan Jumlah Tertahan lolos Min max

12,7

"4?7""0

~ 323,67"0

323,640 100

71

100

62 "100

802,38 1 //8 234,36 558 h 50 50 44 600,59 # 16 178,56 736,56 66 34

25

" 16

28 , 400,279 11 50 100,44 837

""93774775

"84""20

12 "30

"""20"0,149 ft- 100 100,440,047 #200 78,12 1051,56 91 9 6 12

Pan 100,44 II 16

Total 1116 1__7J |

Kelerangan

Tanggai

Diperiksa Oleh

: Kadar Aspal 7%

1200X7% -84 gram

1200-84 =- II16 gram

: I 1 September 2002

: Yohan tko Bawono

Widie Arifianfo

Yogyakarta, II September 2002

1>K

lr. Iskandar S.,MT

Kepala tab. Jalan Raya

m

<SaiflWfih«W<7

LABORATORIUM JALAN RAYAFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UII.11. Kaliurang Km. 14,4 'Tclp. 95330 Yogyakarta 55584

Contoh dari

Pckcrjaan

Jenis Agregat

Diterima Tgl.

Selesai "T»f

: Celercng, Kulon Progo

: Tugas Akhir

: 11 September 2002

: 11 September 2002

ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR DAN MALUS

No. Saringan Berat 'Tertahan

(gram)Jumlah Persen

(%)

Spesifikasi

(%)

mm Inch 'Tertahan Jumlah Terlahan lolos Min max '

12,7

4,7" """"74""""0

"""32 K90

327,9" ""0

29"100

71""""100

" 62100

80""'"

2,38 //8 233,1 555 50 50 44 60

M),59 If] 6 177,6 732,6 66 34 28 40

0,279 it 50^ 99,9 832,5

~ 93274""""75

"""84"25 20

""" 1230

0,149 H 100 99,9 16

0,047 // 200 77,7 1 10104 91 9 6 12

Pan 99,9 1110

Total 1 110

Keterangan

Tanggai

Diperiksa Oleh

: Kadar Aspal 7.5%

1200X7,5% = 90 gram

1200-90 -= II 10 grain

: 11 September 2002

: Yohan tko Bawono

Widie Arifianlo

Yogyakarta, 11 September 2002

lr. Iskandar S., MT

Kepala tab. Jalan Raya

ISLAM~\« .. ?

ijSa*MtUMlt«y

LABORATORIUM JALAN RAYAFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UII.11. Kaliurang Km. 14,4 Tclp. 95330 Yogyakarta 55584

Contoh dari

Pckcrjaan

Jenis Agregat

Diterima Tgl.

Sclcsai 'Tgl.

Celereng, Kulon Pro go

Tugas Akhir

11 September 2002

I I September 2002

ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR DAN MALUS

No. Saringan Berat Tertahan

(gram)Jumlah Pcrscn

(%)

Spesifikasi(%)

mm Inch Tertahan Jumlah Tertahan lolos Min max

12,7

"7,7""V2

" 7/7""0

320,16"0

320,16

0

29"100

7l"IOO"62""

100

80 ""

2.38 #8 231,84 552 50 50 H 4~4 60

0,59 //-16 176,64 728,64 66 34 28 40

0,279

0449

#50

""7700"""99,36

997.36 "828

"""92736""75

84 """25

16" "20

12"30

20

0,047 // 200

Pan

77,28 1004,64 91 9 6 12

99,36 | 1104total 1 104

Kclerangan

I anggal

Diperiksa Oleh

Kadar Aspal 8%

1200X8%-96 gram

1200 - 96 - 1104 gram

11 September 2002

Yohan tko Bawono

Widie Arifianto

Yogyakarta, I I September 2002

lr. Iskandar S. JvlT

Kepala tab. Jalan Raya

(<o • .. <rCIo

hi »—*A

«3ttwe»jMcr

LABORATORIUM JALAN RAYAFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UII.11. Kaliurang Km. 14,4 Tclp. 95330 Yogyakarta 55584

Contoh dari

Pekerjaan

Jenis Agregat

Diterima Tgl.

Sclesai Tgl.

: Cclcreng, Kulon Progo

Tugas Akhir

11 September 2002

I I September 2002

ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR DAN MALUS (KAO)No. Saringan Berat Tertahan

(gram)Jumlah Perscii

(%)Spesifikasi

(%)mm Inch Tertahan Jumlah Tertahan lolos Min max

12,7 i /

~~w~0 0

323,4660

""""29"100

-—-•--—

100

"62100

804,7 323,466

2,38 n 234,234 557,70 50 50 44 600,59 #16 178,464 736,164 66 34 28 40

0,2790,149

#50 100,386

100,386836,55

936,93675

84"25

""""16"""j. 20 30

"""""20"# 100

0,047 a 200 78,078 1015,014 91 9 6 1 12Pan 100,078 | 1115,4 i

i i

Total 11 15.4

Keterangan

Tanggai

Diperiksa Oleh

: KAO 7,05%

1200X7,05% =84,6 gram

1200-84,6 -II 15,4 gram

: 11 September 2002

: Yohan Eko Bawono

Widie Anilan to

Yogyakarta, 11 September 2002

lr. Iskandar S.. MT

Kepala tab. Jalan Raya

/^ISLAM^NT

» kSa o

*.-*r«DEsei»^7

LABORATORIUM JALAN RAYAEAKUL IAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UIIJl. Kaliurang Km. 14,4 Tclp. 95330 Yogyakarta 55584

PEMERIKSAAN

BERAT JENIS AGREGAT KASAR

Contoh dari

Jenis contoh

Dipcriksa tgl.

: Cclereng, Kulon Progo

: 12 September 2002

KtTtRANGAN

Beral benda uji dalam keadaan basah jeniihi.SSD_ V-> ( B.l )Bera^benda uji di dalam air -> ( BA )Berat sample kering oven ( BK )

bk" ""Berat jenis ( BtUK) -

( B.I - BA )

BJBerat SSD

(BJ -BA)BK "

Berat jenis semu ;( BK - BA )

Penyerapan( BJ - BK )

(BK )x 100 %

Dipcriksa Oleh

Yohaii Lko Bawouo

Widic AnTianto

BtNDAUJi

993 gram

621 gram()77 gram

2.62

2.67

2.74

1,64 %

Yogyakarta, 12 September 2002

IllJjikanda r_S_^ MJKepala tab. Jalan Raya

* \Sftt oS3

<saKmtw.it*a

LABORATORIUM JALAN RAYA''AKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAVJl. Kalmrang Km. 14,4 Tclp. 95330 Yogyakarta 55584

PEMERIKSAANBERAT JENIS AGREGAT MALUS

Contoh dari

Jenis contoh

Dipcriksa \v)

•Celereng, Kulon Progo

: 12 September 2002

KFTtRANCiAN I"""

Dipcriksa Oleh

Yohaii f'ko Bawono

Widic Arifianto

BtNDATLII

Berat benda uji dalam keadaan basah7cnuh_(_SSD.).._i}eral_\4cno"ie(erJjiir("B ).J^rat XicnometcrJ^u^Jbcnda up7 BT) "Berat sample kering oven ( BK )

BK

Berat jenis -

Berat SSD

Bj Semu

Penyerapan

( Bj_50q_- BT )500

( B_-i-500-J.it )" b"k

( BJ- BK-JBT )""( 500 -BK)"

1.BK )x 100%

500 gram

627.41 grain963 gram

492 gram

2.992

3.041 gram

3445

.616%

yogyakarta, 12 September 2002

iLlskandarJy, MTKepala tab. Jalan Raya

. ISLAM >fa <£

tSattUtfliBlWer

LABORATORIUM JALAN RAYAI AKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UII

.11. Kaliurang Km. 14,4 Tclp. 95330 Yogyakarta 55584

PEMERIKSAAN KEAUSAN AGREGAT (ABRASI TEST)A A S II T O T96 - 77

Contoh dan : Cclereng, Kulon Progo

Jenis contoh : -

Dipcriksa tgl. : 11 September 2002

lll^S GRADASI

Dipcriksa Oleh

Yohan Eko Bawono

Widic Arifianto

SARINGAN

LOLOS

72.2 mm (3")

777mm ("75")"

50.8 mm ( 2" )

37.5 mm ( 1.5")

25.4 mm ( 1")

19.0 mm ( 3/4" )

12.5 mm (0.5")

9.5 mm (3/8")

6.3 mm ( YC )

4.75 mm ( no. 4 )

TERTAHAN

63.5 mm (2.5")

50.8 mm ( 2" )

37.5 mm ( 1.5")

25.4 mm (1")

77o7ur7("377;7

12.5 mm (0.5")

9.5 mm ( 3/8" )

6.3 mm ( %" )

4.75 mm ( no. 4 )

2.36 mm ( no. 8 )

JUMLAH BENDA UJI (A)

JUMLAH TERTAHAN DI SIEVE 12 (B)

KEAUSAN = x100%

BENDA [J]

2500 gram

2500 gram

5000 gram

3529 gram

29,42 %

Yogyakarta, 11 September 2002

lr. Iskandar S.. MT

Kepala tab. Jalan Raya

A

iSaHDUUBlIW/

LABORATORIUM JALAN RAYAI'AKUL IAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UII

JI. Kaliurang Km. 14,4 'Tclp. 95330 Yogyakarta 55584

Contoh dari

Jenis contoh

Dipcriksa tgl

PEMERIKSAAN

KELEKATAN AGREGAT TERHADAP ASPAL

: Cclereng, Kulon Progo

: 15 Scplcmber2002

Dipcriksa Oleh

Yohan Lko Bawono

Widic Arifianlo

"p"emanasan'sai\'1ple"'

-

PEM BACA AN SUIIIJ

26 C

I4(T "" "c '

PEMBACAAn'VVAKT[T '

9.50 wTb"

~9"56 " \\7lB

I tL S5 WIB

10.40 WIB

4 0.40 WIB

MULAI PEMANASAN

SELES AI PEM AN AS AN

DIDIAMKAN PADA SUHU

MULAI

RUANG

26 C

SELESA1 26 C

DIPERIKSA

MULAI 26 C

SELESAI 26 C 10,42 WIB

HASIL PENGAMATAN

BENDA UJI PROSEN YANG DISELIMUTI OLEH ASPAL

I 97 %

II

RAJT^: RAT A- - -- -

Yogyakarta, 15 September 2002

V

lr. Iskandar S., MT

Kepala tab. Jalan Raya

HI

LABORATORIUM JALAN RAYAI AKUL IASTEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UM.11. Kaliurang Km. 14,4 Tclp. 95330 Yogyakarta 55584

PEMERIKSAANBERAT,I EN IS ASPAL

; AC 60/70 Pertainina

: 12 September 2002

Contoh dari

Jenis contoh

Dipcriksa Igl.

Dipenksa Oleh

Yohan Lko Bavvono

Widie Arifianlo

No.

5.

77

77

8.

'9.

Urutan Pemeriksaan

Berat vicnometer kosong

Berat vicnometer h- aquadest

Berat air (2-1 )

Berat vicnometer •'• aspal

Berat aspal ( 4 - 1 )

Berat vicnometer + aspal + aquadest

Berat airnya saja ( 6 - 4 )

Volume aspal (37)

Beratjenis aspal : berat volume ( 5/ 8 )

Berat

~7 5 ' gram

26,44 gram

11,44 gram

1744 gram

2,44 gram

26,44 gram

9,2 gram

2.24 gram

77)0

Yogyakarta, 12 September 2002

iLJsiSilLldaLSJyffKepala tab. Jalan Raya

LABORATORIUM JALAN RAYAI AKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UII.11. Kaliurang Km. 14,4 'Tclp. 95330 Yogyakarta 55584

PEMERIKSAAN TITIK LEMBEK ASPAL

Contoh dari : AC 60/70 Pertainina )ipci"iksa Oleh

Jenis contoh : - Yohan Eko BavvonoDipcriksa tgl. : 13 September 2002 Widie Arifianlo

PEMANASAN SAMPLE ''PEMBACAAN SUHU PEMBACAAN WAKTU

13.36 WIBMULAI PEMANASAN 20

"seTesai"pea7anasan' 54 C.. J

13.42 WIB

D1DIAMKAN PADA SUHU ruanc;

MULAI \ 54 C | WIB

SELESAI 28 C WIB

DIPER1KFA

"mTIlaT """ " 20 (7 ""

25"~ """ "C "

13.36 WIB

SELESAI 13.42 WIB

I1AS1L PENGAMA TAN

Tno. "1 SUHU YGDIAMATI WAKTU (DF.T1K) TITIK LEMBEK

(° C)i T ii 1

0C)jj

t 5— -

— — —

2. 10

3. 15

4. 20 70

hr [ 25 80

6. 30—

70- --

35

8. 40 45

55-----

-

9. 45

I 10. 50 80 51 52

It 55

Yogyakarta. 13 September 2002

lr. Iskandar S„ MT

Kepala tab. Jalan Raya

ISLAM >

«A* | LABORATORIUM JALAN RAYA_"jjf 5 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UIILHU .11. Kaliurang Km. 14,4 Tclp. 95330 Yogyakarta 55584

PEMERIKSAAN

HI IK NYALA DAN TITIK BAKAR

Contoh dari

Jems contoh

Dipcriksa tgl

AC 60/70 Pertainina

12 September 2002

Dipcriksa OlehYohan Lko Bawono

Widie Arifianlo

PEMANASAN SAMPLE j PEMBACAAN SUHU I PEMBACAAN WAK III" " ' ' WIBMULAI PEMANASAN | 2(>

'Sr7rESA!T'ENU\N.7SAN j""" ' 152mDIAlVlKAN PADA SinnRV3AN(7

'MULAI ""] l"52_ _ ! __

SELESAI '""" I"" "36"_ _ _L._

DI PERILS A

MULAI " I 36

SELESAI ! 342

BASIL PENGAMATAN_____

if___________

C

"c" 13.40 WIB

c | 13.40 WIB

c""T.. L.

"7775 ~~~w'Tb

c 7 """~"l4 35" WIB

. I. .

c ! '""15.10 WIB

TITIK NYALA

".40 C

c"

""340 (7

TITIK BAKAR

342

342

Yogyakarta, 13 September 2002

lr. Iskandar S.. MT

Kepala tab. Jalan Raya

I^P LABORATORIUM JALAN RAYA>"Tff 5 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAIJaLJ .II. Kaliurang Km. 14,4 Tclp. 95330 Yogyakarta 55584

N UII

•j__it___ fa

PEMERIKSAAN PENETRASI ASPAL

AC 60/70 Perlamina

13 September 2002

Contoh dari

Jenis contoh

Dipcriksa tgl.

Dipcriksa OlehYohan Lko Bawono

Widie Arifianlo

PEMANASAN SAMPLE

. .ULAl7EN. ANASAN""""'

SELESAI PEMANASAN"

PEMBACAAN SUHU

28'""" ' " "C"

160 C"

PEMBACAAN

" " 09"50

"io7o ""

WAKTU...... __. __

'''win

DIDIAMKAN PADA SUHU RUANC

MULAI

.ELE.AI"

160

"77"

DIRENDAM AIR DENGAN SUHU (25. c)

.777777 ] 25- I

SELESAI I 25

DIPERIKSA

25

SELESAI 25

HASIL PENGAMATAN

NO. CAWAN (I) CAWAN (II)

(0.1 mm) (0 1 mm)

---

~74 ""

78 65

60 67

64 63

67 65

C

"c

c

10.50

—-----

------

12 50

WIB

W4B

WIB

WIB

c I

12 50

13.30

WIB

WIB

SKET BASIL PENGAMATAN

Yogyakarta, 13 September 2002

lr. Iskandar S..MT

Kepala Lab. Jalan Raya

A 8 LABORATORIUM JALAN RAYAI .flf I FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UIIL-aL-EI .11. Kaliurang Km. 14,4 Tclp. 95330 Yogyakarta 55584

ȣ__nt_H_r.._7 '

Pcngirim contoh

Jenis contoh aspalUntuk PckcrjaanDilerima Tgl.Selesai Tgl.

: Yohan Eko Bawono

Widie Arifianto

: AC 60/70

: Tugas Akhir: 13 September 2002: 13 September 2002

Dikerjakan oleh :Yohan Eko Bawono

Widie Arifianto

Dipcriksa olehYohan Lko Bawono

Widie Arifianto

PEMERIKSAAN

I>AKTI IT! AS (DUCTILITY) / RESIDUE

Persiapan benda

uji

Mendinginkan

benda uji

Contoh dipanaskan 1 15 menu I Pembacaan suhuI| ovcn± I35°C

09.50 7

Pembacaan suhu

Waterbalh ± 25°C

Perendaman

benda uji

Pemeriksaan

Didiatnkan pada suhu

ruang

Direndam dalam

Waterbath pada suhu

25°C

DaktiIitaspada25°C

5 cm per menit

DAKTIttTAS pada25°C

5 cm per menit

Pcngamatan

Pcngamatan

Rata-rata ( I + If)/2

60 mcnil

60 menit

20 menit Pembacaan suhu

alal±25°C

_mbacaan pengukur pada alat

165.00 cm

165.00 cm

165.00 cm

Yuuyakarta, 13 September 2002_v

lr. Iskandar S., MT

Kepala tab. Jalan Raya

ISLAM«

or'._.-MKi/__r

LABORATORIUM JALAN RAYAI A Kill.TA S I EK NIK SIPIL DA N PER EN('A NA A N UII.11. Kaliurang Km. 14,4 'Tclp. 953.30 Yogyakarta 55584

Contoh dari

Jenis contoh

PckcrjaanDitcrima TglSclcsai Ti.,1.

AC 60/70 Pcrtamina

Tugas AkhirI I September 2002I 1 September 2002

Pcmbukaan contoh

PEMERIKSAAN

KELARU IAN DALAM CXJ^j(SOLUBILITY)

DIPANASKAN 1Pembacaan Waktu"rPcmbacaan7ulii

P_M. __ IKS A AN1. Penimbangan2. Pel a rutan

3. Pcnyaringan

4. Di Oven

5. Penimbangan

Mulai

Selesai

Mulai

Mulai

Mulai

Selesai

Mulai

Selesai

Jam

Jam

Jam

Jam

Ja ni

Jam

Jam

Jam

Beral bold Erlenmeycr kosongBeral erlcnmcyc -i- aspalBeral aspal (2 - 1)Berat kertas saring bersihBerat kertas saring + endapanBerat endapannya saja (5 - 4)Perscntase endapan

Bjtumen yang larut (100% - 7)

13.59 WIB

14.00 WIB

14.00 WIB

14.05 WIB

74 gram

76,2 gram

2,2 gram

0,6 gram

0.63 warn

0.03 ' gram

1,364 /o

98,636 0/,0

Yogyakarta, 1I September 2002

-v^-

Ir. Iskandar S.. MT

Kepala tab. Jalan Raya

ypSLAM-N1

__ oS ______ 0

m

i_

___M_n____u&__r

LABORATORIUM JALAN RAYAFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UIIJ). Kaliurang Km. 14,4'Telp. 95330 Yogyakarta 5.5584

SAND EQUIVALENT DATAAASHTOT176-73

Contoh dan : Celeren

Jenis contoh : -

Diperiksa tgl. : 11 Sep..

I, Kul on Pre

mibcr 2002

)go Diperiksa Oleh :

Yohan IZko Bawono

Widie Arifianto

TRIAL NUMBER

Seaking

( 10.1 min)

1 2

Start 104 0 WIB 1040 WIB

Slop 10.20 WIB 10.20 WIB

Sedimentation Time

( 20 min - 15 Sec )

Start 10.25 WIB 10.25 WIB

Stop 10.45 WIB 10.45 WIB

Clay Reading 5,2 inch 4,8 inch

Sand Reading 4,15 inch

"79\8%~"

3,85 inch

Sand Reading

S. — v 1 on

80,2 %

Clay Reading

Average Sand Equivalent 80%

Remark :

Yogyakarta, 11 September 2002

lr. Iskandar S.. MT

Kepala Lab. Jalan Raya

LA

BO

RA

TO

RIU

MJA

LA

NR

AY

AF

AK

UL

TA

ST

EK

NIK

SIP

ILD

AN

PE

RE

NC

AN

AA

NU

IIJl

.Kal

iura

ngK

m.

14.4

Tel

p95

330

Yog

yaka

rta

Peke

rjaa

n/P

roye

k:T

ugas

Akh

irPe

ng-r

imsa

mpl

e:Y

ohan

Eko

Baw

ono

Wid

ie.A

rifi

anto

Jem

sca

mpu

ran

:Beto

nA

spal

60-7

0pe

rend

aman

24ja

mT

angg

ai:_

Sept

embe

r200

2

Dik

erja

kan

Ole

h

Dip

erik

saO

leh

:Y

oh

anE

ko

Baw

on

o

Wid

ieA

rifi

anto

.Y

oh

anE

ko

Baw

on

o

Wid

ie.A

rifi

anlo

No

.S

uh

uP

ER

HIT

UN

GA

NT

ES

TM

AR

SH

AL

LD

EN

GA

NS

UL

FU

R

Rera

ta

Rera

ta

10

11

Rera

ta

13

14

15

Rera

ta

i40

61

.90

66

67

.00

110

!.3

.52

110

i6

3.8

01

10

./

64

.38

64

..

65

.00

'.0

51

18

5.0

18

2.0

68

9.0

04

'.0

51

70

.06

79

.04

92

.0

7.0

51

17

9,0

18

0.0

68

0.(

50

0.0

.01

7.05

i11

87.0

?11

92.0

j69

0.0

!50

2.0

0.8

57

.05

i1

27

0.0

!1

27

9.0

73

6.0

0.9

77

.05

11

85

.01

19

2.0

68

70

50

5.0

0.9

2

0.9

8

/2_

__

!H

65-0

I11

78.0

7.0

51

18

!.'

11

94

.0

67

2.0

68

80

50

6.0

50

6.0

11

85

,07

42

.04

43

,0

0.9

57

.05

11

75

.01

76

.0

0.95

I7.

05!

1!6S

.OI

1177

,06

79

.04

97

,0

66

6.0

0°3

7,05

!11

91.0

j'1

92,0

68

1.0

J

2.4

04

14

.42

2

2.3

78

2.3

58

14

.26

8

14

.14

8

80

.52

!5

.05

7

79.6

64i

6.06

8

19

92

I6

,86

0

19

.47

97

4.0

40

!5

.05

7

20

.33

6!

70

.16

2

21

.00

8-|-

6,0

68

46j

6.86

0

2.3

65

_.-

>_

.

.34

7

2.5

11

2.5

11

.51

1

15

.37

0

15.1

78

.79

05

,84

!

77

.95

4.

6.8

63

78.1

90j

6.55

8

70

.51

65

.99

5

11

07

2,4

63

5.8

4!

!06

6I

68

89

66

.86

3

.1.8

10

i69

.933

6.5

58

:.3

02

.33

4

2.6

52

2.4

91

16

.11

7

16

.33

8

24

91

18

.56

7

6.4

20

76

.30

87

.57

5

77

.35

66

.30

6

87

.90

8j

6.4

75

21

.69

5!

70

.43

1i

6.4

20

23.6

92I

68.0

26;

7.57

52

26

44

)_

6.3

06

12

,09

21

53

,54

7

2.3

64

1.2

86

17

.73

1

Hj

17.1

43

1.4

71

17

.48

0

77

,95

4.3

33

97

.90

8|

2.4

69

22.0

64!

80.3

627

5,3

49

'.5

08

76

.83

2

24

,65

169

.542

j7.

508

23

.16

85

.68

7

17

65

.30

0,9

3

18

'.9

2

11

83

,0i1

88

.0

7.0

51

19

7.0

19

8.0

67

5.0

51

3.0

51

4.0

!2

.32

9

2.30

6j

I1

8,4

48

75

01

19

!5

.84

3

75.6

08;

5.94

4|

24.3

92j

75.6

335

.94

4

19

0.7

9

1R

era

ta

Su

hu

:_

a=

_as

pal

ierh

adap

batu

an(

.)b

=%

aspa

lier

hada

pca

mpu

ran

(%)

c=

bera

tken

ngse

belu

mdi

rend

am(g

ram

)d

=be

ratd

alam

kead

aan

SSD

(gra

m)

e=

bera

t<_

dala

mai

r(gr

am)

f=V

ol(is

:';ca

mpu

ran

=d

-e

(gra

m)

g=

bera

tisi

sam

ple

=c/

f(gr

/cc)

68

4

7.0

51

30

5.0

i5

17

.073

6.0

I58

1.0

!2.

246

h=

BJ.

.Mak

sim

um(t

eont

is)

(!00

:((%

aggr

/BJa

ggr)

+(%

£1

=b

xg

/BJ

aspa

l;p

a!'B

Jas

pal)

))

J=

(100

-b)g

/BJa

ggr

k=

(100

-1-j)

jum

lah

kand

unga

nro

ngga

(%)

1=(1

00-j)

rong

gaie

rhad

apag

rega

t(%

)m

=(1

00x

1/1)r

ongg

aya

ngte

nsi

aspa

l(V

FWA

)n

=ro

ngga

yang

teris

icam

pura

n10

0-(

100

xg/

h)(

%)

18

.63

07

6.3

54

5.0

16

i6

46

78

,78

8

;.4

52

17

.96

973

.644

I8

,38

72

6.3

56

I68

1;

/

6.4

49

24

.79

8

0=

pem

baca

anar

loji

(sta

bilit

as)

(Ke)

p=

cx

kalib

rasi

prof

ing

rir_

c;=

px

kore

ksit

ebal

sam

ple

(STA

BIL

ITA

S)(

Kg)

r=

FLO

W(k

elel

ahan

plas

tis)

(mm

)Su

hupe

ncam

pura

n1

60

°CSu

hupe

mad

atan

14

0<=

CS

uh

uw

a.e

rbath

60

°CB

Jas

pal

1.0

36

BJ

agre

gat

2.6

88

74

.19

9

5.0

16

8.3

87

6.4

49

350,

0j

1198

.75

:12

04.7

43

15

.0i

10

78

,88

11

04

5.4

3.9

0

30

8.0

28

4.0

38

2.0

26

4.0

24

5.(

!10

54,9

0j

1066

.50

!4.

40

11

05

.56

;3

.97

972.

70I

977.

56I

5,00

13

08

.35

j1

33

0.5

9

90

4.2

0

83

9.1

3

94

18

8

92

5.0

0

10

77

.72

86

0.1

0

96

8.2

5

5,7

0

1.20

5.3

0

4.7

0

5.7

0

QM .6

51

26

8,0

59

24

2,3

87

28

1.6

99

19

5.5

1.

17

7,8

84

20

2.2

78

18

3,0

01

16

9.8

68

37

5.0

12

84

.38

|13

21.6

2_

0j

300.

: 69

4.93

I21

7.74

629

5.0

I10

10.3

8;

1099

.29

4.70

23

3.8

91

225.

0I

770.

6379

1.43

I4,

40I

179

871

10

,07

19

,:1

75

.95

3

87

0.7

1

20

8,0

71

.3

4.4

8

4.40

I19

6.57

21

36

.01

6

70

89

87

41

.59

14

54

09

19

5,0

66

7.8

86

75

.15

.70

18

.46

0

717.

10I

5.40

I13

3.29

5

Tan

data

ngan

lr.

Isk

an

dar

S..

MT

-.

Kep

ala

Lab

Jala

nR

ava*

No

.

_Rer

ata

5

Rera

ta

10

11

Rera

ta

13

14

Su

hu

t

62

.80

61

85

64

.60

66

.60

11

0I

68

.17

67

,9.3

!66

.47

74

.00

3/A

i>

t_=

«a

__

(,5

_r

Peke

rjaa

n/p

roye

k.T

ugas

Akh

irPe

ngir

imsa

mpl

e.Y

ohan

Eko

Baw

ono

Wid

ie"in

an

to

LA

BO

RA

TO

RIU

MJA

LA

NR

AY

AF

AK

UL

TA

ST

EK

NIK

SIP

ILD

AN

PE

RE

NC

AN

AA

NU

IIJl.

Kal

iura

ngK

m.

14.4

Telp

9533

0Y

ogya

karta

Jeni

sca

mpu

rar

Tan

ggai

Bet

onA

spal

60-

70pe

rend

25S

epte

mb

er20

02an

24ja

m

Dik

eria

kan

Ole

h

Dip

erik

saO

leh

:Y

oh

anE

ko

Baw

on

o

Wid

ieA

nfi

anio

:Y

oh

anE

ko

Baw

on

oW

idie

Ari

fian

to

1.0

2:.

05!

11

84

,0!

11

88

.0i

68

8.0

50

0.0

1.0

4

i7,

05!

1158

.0I

1162

.06

90

,04

72

.0

7,05

I11

58,0

!IK

.0

67

6.1

49

0.0

0.9

31

15

3.0

1167

.0!

661.

05

06

.0

PE

MT

UN

GA

^8

!h

!i

jk

ii

mi

no

2.3

68

2.5

32

2.4

5:

2,5

32

2.3

63

14.2

08j

79.3

271

4.7

20

!8

2,1

88

14

.18

0i

79

.16

9

6.4

65

'.0

92

6.6

52

20

.67

3

17

.81

2

68,7

28j

6.46

5j

380.

0I

1301

.50

20

83

82

.64

!;

09

2

68,0

68I

6.65

256

0.0

I19

18,0

05

00

.0j

1712

,:

1.2

79

!2

.51

11

4.8

11

i7

5.9

28

73

.14

6j

5.4

03

9.:

260.

0|

890.

:

30

8,0

14

.30

18

58

.54

13

.80

731.

34!

3.10

16

32

.63

j3

.73

89

4.9

56

.20

08

9

09

2-_

__

_

7.0

5

1158

.0|

1177

,011

68.0

i11

78.0

65

1.0

26

.0

66

9.0

50

9.0

1.2

02

2.5

11

2.5

11

14,3

10I

73.3

58!

12.3

3214

.9:6

|76

.463

i8.

622

24.0

72j

61.3

292

6.6

42

I5

3.7

13

19

3.0

i6

61

.05

I6

72

.26

5.1

06

38.

622

!24

5.0

!83

9.13

i8

58

,42

0.8

67

,05

087

|1

14

8.0

11

56

.0

0.9

07.

05|

1162

.0

0,7

9'.

05

11

43

.0

11

65

0

11

66

.0

633.

0[

2.0

63

8,0

!5

28

.0

11

72

,0;

65

2.0

52

0.0

2.1

58

2.4

91

2.1

89

2.2

35

63

0.0

•9.0

2.0

82

2.4

91

2.4

91

15

.10

5!

71

.52

0

15.3

26!

72.5

6415

.642

!74

.062

10

.07

2

13

.37

5

24.7

50!

59.5

37i

10.0

722

84

80

12

.11

1

10

.29

5

2.47

1I

15.6

156

8.6

32

l:\7

53

43

6

25

.9.3

8

..3

68

5.3.

038

13.3

75i

55

.85

91

2.n

:

60

.30

8i

10

.29

5

56

.40

1j

11

.92

7

49.7

80j

15.7

53

20

0.0

50

3

68

5.0

0

18

7.0

j6

40

,48

80

8.5

5

51

6.0

65

.00

70

4.

IS6

.90

65

9,0

5

<_4

,-2

64

,57

5.4

0

5.7

7

6.2

0

5.5

3

QM

30

41

88

48

.90

90

55

8.4

96

45

0.5

91

14

4.3

47

131

81

6

16

1.9

67

14

6.0

43

10

3.2

12

10

2.0

55

22

,04

6

10

9.1

05

42

.67

30

.83

60

51

18

6.0

15

12

04

,0

I6

9,9

00.

85!

7.05

j11

74.0

1189

.066

3.0

!54

1.0

|2.

192

2.4

71

:1

6.4

42

65

6.0

!5

53

.01

1.2

91

20

32.

471

I16

.520

j72

,610

108

7!

59

.28

6!

11,2

91

!7,3

90j

60.3

12I

10.8

711

65

.0

12

9.0

565.

13|

58

0.3

84

41

.83

|4

43

.15

6.0

0

720

|8

0.6

09

73

85

8R

era

ta

17

66

87

0.8

9'.

05

13

4.0

IS8

01

15

6.0

34

,0

0.8

2'.

05

52

2.0

19

80

Rera

ta

68.8

3!

0.86

|7.

0511

66.0

j11

97.0

|64

3.0

\55

4.0

|2.

105

1145

.0!

1166

,0I

63

,0j

529.

0i

2.16

4

Su

hu

:f

a=

%as

pal

ierh

adap

batu

an(%

)b

=%

aspa

lter

hada

pca

mpu

ran

(_)

c=

bera

tker

ing

sebe

lum

dire

ndam

(gra

nd

=be

retd

alam

kead

aan

SSD

.(gr

am)

e=

bera

tdid

alam

air

(gra

m)

f=V

ol(i

si)c

ampu

ran

=d

-e

(gra

m)

g=

bera

tisi

sam

ple

=c/

f(g

r/c-c

)

h=

BJ.

Mak

sim

um(i

eori

tis)

(100

:((°/_

aggr

/BJ

aggr

),%

aspa

i/BJ

aspa

l)))

I=

bx

g/B

Jas

pal

)j

=(1

00-b

)g<

BJa

ggr

k=

(100

-1-j)

jum

lah

kand

unga

nro

ngga

(%)

1=(1

00-j)

rong

gate

rhad

apag

rega

t(%

)m

=(1

00x

M)r

ongg

ayan

gte

risi

aspa

l(V

FWA

)n

=ro

ngga

yang

teris

icam

pura

n10

0-(

100

xg/

h)(

%)

2.4

52

45

2

16

.83

8

71

,22

7

69

00

6

17

.31

6i

709

66

56

.45

9!

12

.63

811

39

42

8.7

73

60

,40

11

1.3

94

14.1

56j

30.9

9411

.718

|29

.034

54.3

26j

14.1

565

9.6

39

|1

1,7

18

12.4

23!

29.6

00|

58.1

22i

12.4

23

0-

pem

baca

anar

loji

(sta

bilit

as)

(Kg)

p=

ox

kalib

rasi

prof

ing

ring

q=

px

kore

ksit

ebai

sam

ple

(STA

BIL

ITA

S)(

Kg)

i=

FLO

W(k

elel

ahan

plas

tis)

(mm

)Su

hupe

ncam

pura

nSu

hupe

mad

atan

Su

hu

wai

erb

ath

BJ

aspa

lB

Jaere

cat

16

0_

14

0°C

60

°C

1.0

36

2.6

88

i4

29

.37

14

0.0

49

4.3

6

12

00

41

1.0

02

9,9

1

14

5.0

49

6.6

35

02

.09

47

5.4

5

Tan

data

ngan

lr.

Iska

ndar

S..

MT

Kep

ala

Lab

.Jal

anR

aya

6.4

67

65

.71

4

7.6

06

5,0

48

7.9

05

4,

8.2

061

23

0

7.9

06

0.2

32

No

.S

uh

u

ISL

AM

__

__

-«_

*_

<?

Peke

rjaa

n/P

roye

k:T

ugas

Akh

iiPe

ngir

imsa

mpl

e:Y

ohan

Eko

Baw

ono

Wid

ie.

Ari

fian

to

Jeni

sca

mpu

ran

.Bet

onA

spal

60-

70T

angg

ai:2

5Se

ptem

ber

2002

1.0

27

,05

11

77

.01

18

3.0

68

5.0

LA

BO

RA

TO

RIU

MJA

LA

NR

AY

AF

AK

UL

TA

ST

EK

NIK

SIP

ILD

AN

PE

RE

NC

AN

AA

NU

IIJ!

.K

aliu

rang

Km

.14.

4T

elp

9533

0Y

ogya

kart

a

Dik

erja

kan

Ole

h

Dip

erik

saO

leh

:Y

oh

anE

ko

Baw

on

o

Wid

ieA

rifi

anto

.Y

oh

anE

ko

Baw

on

o

Wid

ieA

rifi

anto

PE

RH

ITU

NG

AN

TE

ST

MA

RS

HA

LL

DE

NG

AN

SU

LF

UR

I

49

8.0

2.5

32

6.64

4;

20.8

2568

.094

!6.

644

26

7.0

91

4.4

8i

91

9.0

5!

6.3

0

QM

14

5.8

8!

,03

705

46

.05

0.9

6'.

05

11

66

0

12

13

.0

11

73

.0

12

15

.0

67

6.0

69

9.0

49

7.0

51

6,0

2.5

3"

140

76

!7

8.5

93

14

.10

57

8.7

50

.40

7

21

.25

0

05

.75

52

48

.049

.40

!82

3.07

5.8

5!

14

0.6

9:

Rerata

66

.37

52

60

.08

90

.50

90

0.3

06

6.7

42

7.0

40

88

0.8

0

3,8

02

36

.92

0

5.3

21

.03

11

68

,01

.06

75

.04

99

.0

63

50

1,0

07

.05

11

79

.0:

11

84

,06

83

.0

25

11

1.21

4'.

99

56

791

i2

2.0

05

69

.14

0I

6.79

1I

24

5.0

83

9.1

184

3.32

I4.

959

57

.89

i5

.80

17

4.4

99

17

03

68

Rerata

10

Rera

ta

13

14

1-

Rera

ta

64

.12

0,9

505

11

61

.0i

.17

2,'

66

6.0

50

6.1

64

.77

0.9

0j

7.05

i11

64.0

!11

72,0

66

0.0

0,8

9

0,9.

3

705

I11

83.0

i11

92.0

7.0

5

66

9.0

1182

.0i

1187

,0!

6"7.

0~5

10

.0

64

,57

I0

.91

7,0

517

8.0

!11

81.0

674.

0j

507.

066

5.0

i52

7,0"

95i

6848

|0.

86j

7.05

|11

78.0

!11

92,0

67

.-i

0.8

77

.0:

11

97

.0i

12

03

.067

9,0

i52

4.0

26

2

31

8

!S4

2.5

11

2.5

11

15

.29

6•

78

.41

5

14

.91

.7

6,4

55

62

88

8.6

3!

58

57

0.8

66

6.2

88

8.6

31

2.4

91

2.4

91

2.4

91

15.9

14I

75.3

491

5.8

39

i7

4.9

68

7.2

37

8.7

37

.19

8

16.2

24j

76.8

141

96

2

37

8

.65

)

03

2

18

6

67

.78

3'.

23

7

64

,55

8

63

.25

51

98

69

.97

26

46

2

17

.42

6I

76

.59

3.9

81i

23.4

0765

.928

I8.

299

74

.44

9i

5.9

81

2.4

71

73

68

79

54

92

6;

17

.13

57.

564

j24

.696

63

.71

2

69

.37

4

9.5

49

7.5

64

69

.17

87

.69

81

76

8.8

00

.86

7.05

|11

83.0

j11

96.0

66

50

53

1.0

60

.07

1.1

0'.

05

11

94

.011

99.0

!67

5.0

52

4.0

22

8>

4.

17

.82

37

3.0

4:

26.9

55I

66.1

21

69

30

Rera

ta

Su

hu

::C

.asp

alie

rhad

apba

nian

(%)

.asp

s'ie

rhad

apca

mpu

ran

(%)

b=

<

c-

bera

tker

_g

sebe

lum

dire

ndam

(cra

m)

d=

bera

idai

amke

adaa

nSS

D(g

ram

)e

=be

ratd

idal

amai

r(g

ram

)f=

Vol

(isi

''cam

pura

n=

d-

e(c

ram

)g

=be

rat

is;

sarn

oje

=c,

'f(_

_/cc

)

11

67

,01

19

10

I6

55

l5

36

.0

h=

BJ.

Mak

sim

um(t

eori

lis)

(100

:('(_

aggr

/B.l

aggr

)-(%

aspa

l/BJ

aspa

l)))

!=

bx

g/B

Jasp

a!

J=

(100

-b)g

/BJa

ggr

k=

(i00-

I-j)

jum

lah

kand

unga

nro

ngga

(%)

1=(1

00-j)

rong

gate

rhad

apag

rega

t(%

)m

=(1

00x

1/1)r

ongg

aya

ngte

nsia

spal

(VFW

A)

n=

rong

gaya

ngte

risi

cam

pura

n10

0-

(100

xc/

r.)

(%)

2.4

52

18

,22

9i

.70

57

06

22

5.2

9!

72

.07

10

41

8i

71.3

851

1.1

97

28

61

:6

0.8

70

9.13

0j

26.9

54|

66.3

56

0-

pem

baca

anar

loji

(sta

bili

tas)

(Ke)

p=

ox

kalib

rasi

prof

mg

ring

q=

px

kore

ksil

ebal

sam

ple

(STA

BILI

TAS

)(K

g)

=PL

OW

(kel

elah

anpl

astis

)(m

m)

Suhu

penc

ampu

ran

Suhu

pem

adat

ari

Su

hu

wate

rbatb

BJ

aspa

lB

Jag

rega

t

16

0r-

C

14

0C

C

60

°C

1.6

88

9.1

30

2/5

.09

41

16

51

53

710

928.

18!

949,

525

.00

18

9.9

05

916.

91!

5.25

|17

5.14

22

40

.08

22

.00

84

2.5

55

.70

19

8.0

-15

!69

7.1-

4.6

0

25

0.0

85

6.2

5i

88

1.0

8..

80

4.7

0

21

0.0

71

9.2

5j

78

2.5

41

.60

44

5.:

45

7,2

7.7

0

21

1,0

22.6

8|

724

84\

6,15

14

7.8

16

15

1

23

1.8

63

17

7.0

77

17

0.1

18

80

.22

3

11

78

61

654.

89!

5.48

I12

2.73

44

86

.S

5:,

43

76

3.7

87

98

.91

|4

58

.95

46

4,0

0

58

8.1

1

lan

d

jr.

Isk

and

arS.

,M

T

Kep

ala

Lab

.Ja

lan

Rav

a

6.1

0

6,5

0

64

5

6.3

5

82

.20

1

12

2.9

.

71

.93

8

92

.34

9

_S

M*

_*

y_

_

LA

BO

RA

TO

RIU

MJA

LA

NR

AY

AF

AK

UL

TA

ST

EK

NIK

SIP

ILD

AN

PE

RE

NC

AN

AA

NU

IIJl

.Kal

iura

ngK

m.

14.4

Tel

p95

330

Yog

yaka

rta

Peke

riaa

n/P

roye

kPe

ngir

imsa

mpl

e

Jem

sca

mp

ura

nT

angg

ai

:Tug

asA

khir

:Y

'oh

anE

ko

Baw

on

o

Wid

ieA

nfi

an

to

:Bet

onA

spai

60-

70:2

5Se

ptem

ber2

002

Dik

erja

kan

Ole

h

Dip

erik

saO

leh

:Y

oh

anE

ko

Baw

on

oW

idie

An

fian

to

:Y

oh

an

Ek

oB

aw

on

o

Wid

ieA

nfi

an

to

PE

RH

ITU

NG

AN

TE

ST

MA

RS

HA

LL

TA

NP

AS

UL

FU

R!

No

.S

uh

ut

a1

bI

cd

1e

fa _

Ih'

Ij

k1

mn

0P

<1r

QM

i!

11

40

61

.08

1.0

77

.05

j11

62.0

11

63

.06

75

04

88

,02

.83

13

s.

14

.28

7l_

Z__

___

5.9

46

20

.23

27

0.6

14

5.9

46

47

50

16

26

.88

16

35

.01

3(3

fi-

;

45

41

69

:2

',4

05

9.9

31

.10

/.0

5'•

11

38

.01

14

0.0

66

40

47

6,0

2.3

9!

2.5

32

14

.34

58

0.0

89

5.5

66

19

.9!

17

2.0

45

55

66

57

7.0

19

76

..

19

14

96

47

54

03

15

03

14

06

!4

31

.06

7.0

51

15

8,0

11

64

.06

75

.04

89

.02

.36

81

53

31

4.2

09

79

.33

06

.46

12

0.6

70

68

74

26

.46

15

50

.01

88

3.7

51

90

4.4

73

.50

54

41

35

:R

era

ta;

jj

iI

70

.46

75

.99

11

81

8.1

53

.95

5:2

56

:.il

0.9

27

.05

11

6.3

.01

17

6.0

66

0.0

51

6.0

51

3.0

.2.2

54

2.2

73

2.5

11

14

.65

07

5.1

02

10

.24

72

4.8

98

58

84

21

0.2

47

36

3.0

12

45

28

12

49

.49

1—

_t_

i_—

4.4

02

83

97

56

65

33

0.9

27

05

11

66

01

17

80

66

5.0

2.5

11

14

.77

47

5.7

36

9.4

90

24

.26

46

0.8

89

9.4

90

31

0.0

10

6!

751

07

98

03

95

37

33

67

!7

;25

66

,13

0.9

07

.05

11

61

.01

17

7.0

66

1.0

51

6.0

2.2

50

2.5

11

14

.62

57

4.9

73

10

.40

22

5.0

27

I58

.438

10

.40

2L

360.

01

23

3.0

01

26

1.3

63

.20

394

175

i!

Rera

ta1

0.0

46

24

.72

95

9.3

90

10

.04

6'

'1

19

6.S

83

.85

31

71

72

'<

91

_1

10

64

...7

0.9

57

.05

11

55

.01

17

1.0

65

1.0

52

0.0

2.2

2!

2.4

91

15

.54

87

.3.6

16

10

.83

62

6.3

84

58

.93

1i0

.83

62

65

.09

07

.63

93

03

22

60

3-7

81

4j

10

.1

06

6.3

50

.90

7.0

51

14

1.0

11

58

06

54

.05

04

.02

.26

42

.49

11

5.8

47

75

,03

39

.12

02

4.9

67

63

.47

29

.12

03

59

.01

22

",5

r1

26

4.0

04

103

08

29

"!

11

:io

69

.97

0.8

47

.05

11

60

.01

17

9.0

66

2.0

51

7.0

2.2

44

29

41

15

.70

67

4,3

64

9.9

30

25

.63

66

1,2

65

9.9

50

12

5.0

42

8.1

34

40

54

65

06

77

75

iR

era

ta|

ji

61

.22

39

.96

21

3.

70

.12

0.8

47

.05

11

55

.01

17

8.0

64

4.0

53

4,0

2.1

63

2.4

71

16

.22

27

1.3

01

12

.47

72

8.6

99

56

52

41

2.4

77

19

5.0

66

7.8

87

26

65

510

1434

80J

14

.

66

,70

0.8

97

,05

11

61

.01

18

0,0

66

6.0

51

4.0

22

59

2.4

71

16

.94

17

4.4

60

8.5

99

25

54

06

6.3

30

8.5

99

26

90

92

13

39A

c,3

06

70

14

!.4

Ii

1?6

9.6

80

.85

7.0

51

19

0.0

12

21

.06

71

.05

50

.02

.16

42

.47

11

6.2

27

71

.32

41

2.4

48

28

67

65

6.5

89

12

.44

82

30

.07

87

.75

79

011

3.6

02

19

47

6(

Rera

ta!

Ij

|i

59

.81

411

.175

ns?

nQ

Q5

.13

52

01

78

07

28

80

.81

7.0

51

16

1.0

12

(16

.06

42

.05

64

.02

.05

92

.45

21

6.4

68

67

,49

21

6.0

40

32

.50

85

06

59

16

.04

01

37

.04

69

.23

48

37

79

30

33

11

88

0;2

.._

0.8

27

05

11

50

.0i

18

0.0

62

7.0

55

3.0

2.0

80

2.4

52

16

.63

76

8.1

82

15

.18

13

1.8

18

15

2.2

87

15

.18

11

49

05

10

33

53

38

05

40

98

8^

3i

19

SO74

03

0.7

97

.05

11

61

.01

19

6.0

63

60

56

0.0

2.0

73

2.4

52

16

.58

66

7.9

74

15

.44

03

20

26

51

.78

91

5.4

40

11

80

40

41

54

08

60

5.1

0

5.2

3

80

.11

7i

90

.66

7R

era

ta1

5.5

54

32

.11

75

1.5

78

15

.55

44

75

.39

Su

hu

:_

a=

%as

p:!

ierh

adap

batu

an(%

)b

=.4

asp;

",ie

rhad

apca

mpu

ran

(%)

h=

BJ

Mak

sim

um(t

eori

tis)

(I00

:(i

.agg

r/BJ

aggr

)+(

%as

pai/B

Jas

pal))

)I

=b

xg

/BJ

aspa

l

c-

bera

tker

mg

sebe

lum

dire

ndam

(gra

m)

j=(1

00-b

)g/

BJ

aggr

d=

bera

td_a

mke

adaa

nSS

D.(

gram

)e

=be

ratc

jdal

amai

r(g

ram

)f=

Vol

(is;'-

cam

pura

n=

d-

e(g

ram

)g

=be

rati

s:sa

mpl

e=

c/f

(gr/

cc)

k=

(100

-1-j)

jum

lah

kand

unga

nro

ngga

(%)

1=(1

00-j)

rong

gate

rhad

apag

rega

t(%

)m

-(1

00x

1/1)

rong

gaya

ngte

risi

aspa

l(V

FWA

)

0=

pem

baca

anar

loji

(st

abili

tas)

(Kg)

p=

ox

kalib

rasi

prof

mgn

ngq

=p

xko

reks

iteb

a!sa

mpl

e(S

TAB

ILIT

AS

)(K

g)

r=

FLO

W(k

elel

ahan

plas

tis)

(mm

)Su

hupe

ncam

pura

nSu

hupe

mad

atan

Su

hu

wate

rbath

gga

yang

tens

icam

pura

n10

0-1

,100

xg/

h)(

%}

BJ

aspa

l

16

0°C

14

0°C

60

_

1.0

36

2.6

88

ian

aa

tan

gan

lr.

isk

an

dar

S..

MT

Kep

ala

Lab

.Jal

anR

aya

6ISL

AM^

F-&

_z

ill

g_

*!«

B_

_

LA

BO

RA

TO

RIU

MJA

LA

NR

AY

A

FA

KU

LT

AS

TE

KN

IKS

IPIU

DA

NP

ER

EN

CA

NA

AN

UII

Jl.K

aliu

rang

Km

.14

.4T

elp

9533

0Y

ogya

kart

a

Pek

en

aa

Feng

mrr

Jem

scan

Tan

ggai

./Pr

o>-e

ksa

mpl

e

ipu

ran

:Tug

asA

khir

:Y

oh

an

Ek

oB

aw

on

o

Wid

ieA

riil

an

to

:Bet

onA

spal

60-

70:2

5Se

ptem

ber2

002

Dik

eria

kan

Ole

h:

Yo

han

Ek

oB

awo

nc

Wid

ieA

nfi

an

io

Dip

erik

saO

ieh

:Yoh

anE

koB

awon

cW

idie

.An

fian

to

PE

RH

ITU

NG

AN

TE

ST

MA

RS

HA

LL

NO

.t

ab

c:

d!

e!

fg

!h

1j

k1

1m

n0

pu

QM

16

38

60

:!

17

5.0

11

81

.06

77

,0

!50

5.0

-~

~

2.5

32

13

,98

8

13

.96

0

78

.09

97

-91

321

901

!6.

3.87

17

.91

37

20

,0:

24

66

.00

'2

47

8.3

35

80

!2

i6

38

8

63

.05

63

8

63

8

6.0

6.0

;

11

75

.0

11

68

0

11

81

.0

11

73

,0

77

.94

58

.09

52

2.0

55

I6

3.2

97

8.0

95

49

3.0

i1

68

8-5

-i

16

36

,18

3.2

01

511.

306

!I

3;

67

2.0

j5

01

.02

,35

1j

2,53

21

3.9

88

78

09

97

91

32

1.9

0!

j6

3.8

69

7.9

13

523-

.0!

17

91

.28

i1

81

0,9

85

60

32

53

_i

!R

erat

aill

i;

ij

63

.67

9

71

.54

9

7.9

73

6.0

95

!1

97

5.1

63

4.8

67

i

i-6

3.3

06

.95

6,5

11

72

.01

17

9,0

68

2,0

14

97

02

35

8!

2.51

11

5.3

28

78

,57

76

09

52

1.4

23

83

0.0

i7

8.

7S

:2

85

6.9

65

20

i54

94

16

ii

66

2.8

36

.95

6.5

;1

17

8.0

11

79

.06

79

.05

00

.02

,35

62

.51

11

5.3

14

78

,50

56

18

121

.495

!71

.246

6.1

81

64

0.0

.92

.00

i2

22

9.2

6"

SO!

58

66

4S

:'

62

5.'

69

56

.3;

11

35

.01

14

5,0

66

50

48

0.0

2.3

:61

2.5

11

15

37

07

87

91

5.8

39

21

.20

9|

72

.46

95

.83

94

07

01

39

39

81

42

6.0

4

12

17

0.7

5

5.1

0

4.7

0

17

97

51s

;R

era

ta1

16

.03

82

1.3

75

[7

1.7

55

6.0

38

i4

71

.89

39

62

.50

/.:

-*7.

0!

11

57

,01

16

4,0

67

4,0

49

!0

2.3

56

12

.49

11

6.4

95

78

.09

95

04

621

.901

!75

.317

5,4

06

43

9.0

:1

50

3,5

8i

15

41

.16

44

0!

35(

17

65

10

o_

i.,t

i/.

:•_*

/.()

|1

15

1,0

11

58

.06

73

.04

85

.02

.57

31

2.4

91

16

.62

!7

8.6

55

4./3

221

.345

|77

.830

47

3:

59

0.0

i2

02

0.7

52

07

7.3

53

55

1)

-•-.

:3/.

0:

11

69

.01

17

7.0

68

0.0

49

7.0

2.3

52

!2.

491

16

-46

57

7.9

57

5.5

79

20

.04

3I

74

.69

35

57

96

45

.02

20

9.1

36

60

Rera

ta1

..

60

.37

!!

I7

5.9

46

5.2

39

13

8.1

1'•3

!1

13

9.0

11

40

.06

70

.0

67

0.0

47

0,0

2.4

23

i2.

471

16

.17

67

9.8

88

1.9

37

20.1

12|

90.3

701

.93

73

93

.01

34

6.0

31

1464

484

30

14

S.l

!/._

>|

11

5i.

Oi1

59

.04

89

.02

.36

6!

2.47

117

74

57

7.9

97

4.2

57

22.0

03i

80.6

504

.25

74

23

.01

14

48

.78

!14

28.2

3

i1

48

7.8

9

14

32

.51

~>7

51

58

.11

7,3

!1

16

20

11

70

.0,

671.

04

99

.02

.32

9!

2.4

71

17

.46

57

6,7

64

5.7

71

23

.23

67

5.1

64

57

71

41

7.0

21

5i

66

6"\

84

Rera

ta!

18

2,0

62

3.9

88

14

61

.63

3.0

67

17

c_

._

:,

8.7

08

.0:

11

58

.01

16

1.0

67

0.0

49

1.0

23

^8

12

.45

218

86

87

7.3

26

38

06

22

.67

48

3.2

14

38

06

38

50

'1

31

8.6

31

35

9.5

04

40

i3

08

97

8IS

6;"

/0...

18

70

8.0

!1

14

2.0

11

44

.0.6

8.0

37

40

47

6,0

48

6,0

...

_>V

91

2.4

52

19

19

37

86

6!

2.1

46

21

.33

98

9.9

44

2.1

46

3!

30

i1

07

2n

-1

13

1.3

44

15

19

8.0

;1

15

4.0

11

60

.018

99

67

7,8

52

5.1

52

22

.14

88

5.7

68

3.1

52

38

4.0

1315

-01

32

96

74

55

i-0

..

.R

erat

a.

!j

j|

|j

]3

.03

52

2.0

54

86

.30

93

.03

51

27

0.1

74

.36

7I

290.

471

i

t=te

ba!

bend

aui

i(m

m)

a=

%as

pali

erha

dap

batu

an(%

)b

=%

asp

alie

rhad

apca

mD

ura

ni

h=

BJ

Mak

sim

um(t

eont

is)

(T00

:((%

aggr

/BJa

ggr)

,%as

pal/B

Jas

pal))

)I

=b

x2

/B

Jas

pal

c=

bera

tken

ngse

belu

mdi

rend

am(g

ram

)j=

(100

-b)

o/BJ

ags

d=

bera

tdal

amke

adaa

nSS

D.(

gram

)e

=be

ratd

ida

lam

air

(gra

m)

f=V

ol(is

>)ca

mpu

ran

=d

-e

(gra

m)

g=

bera

tisi

sam

ple=

c/f(

gr/e

c)

k=

(100

-I-j

)jum

lah

kand

unga

nro

ngga

(%)

1=(1

00-j)

rong

gate

rhad

apag

rega

t(%

)m

=(1

00x

I/!)

rong

gaya

ngte

nsia

spal

(VFW

A)

n=

rong

gaya

ngte

nsi

cam

pura

n10

0-

(100

xg/

h)(

%)

0=

pem

baca

anar

loji

(sta

bili

tas)

(Kg)

p=

ox

kalib

rasi

prof

ing

ring

q=

px

kore

ksit

eba!

sam

ple

(STA

BIL

ITA

S)(

Kg)

r=

FLO

W(k

elel

aha.

npl

astis

)(m

m)

Suhu

penc

ampu

ran

160

CCSu

hupe

mad

atan

.14

0CC

Suhu

wai

erba

th60

°CB

Jas

pal

1.03

6B

Jag

rega

t2.

688

Tan

da

tan

aan

lr.

Isk

an

dar

S..

MT

Kep

ala

Lab

,Ja

lan

Rav

a

DA j. TAR PUSTAKA

1. Bina Marga, 1983, Pelunjuk Felaksanaan Lapis Aspal Beton No

13/PT/B/1993. Badan Penerbit Departemen Umum, Jakarta.

2. Bina Marga, 1987, Pelunfuk Felaksanaan Tapis Aspal Beton SKB1-2.4.26,

1987. Badan Penerbit Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

3. Sivia Sukirman, Perkerasan Tcnlur Jalan Raya, Nova, Bandung i992.

4. Kerbs RD and Walker RD, Highway Material, McGraw Hill Book Company,

1971.

5. Mulyono A.T, 1999, Pengaruh Penambahan Kadar Sulfur dalam Aspalpada

Bahan Campuran HRA Ierhadap Nilai Struklural Tapis Permukaan, Media

Teknik No. I Tahun XXI, edisi Februan 1999.

6. Robert, et.al, 1991, Hot mix asphalt material mixture design and construction,

NAPA Education Foundation.

7. Miftahul Mauziah, 1999, Pengaruh Kadar Serhuk Belerang Sehagai Filler

Fengganli Terhadap Karaktenstik Beton Aspal, Tesis Penelitian

Laboratorium FT UII, Yogyakarta.

S. Setvahen: M. 1993. Tin/auan Pcrbandingan Pengaruh Kadar Sulfur

Terhadap Sifat-Sifat Marshall pada HRA dan Beton Aspal, Tugas Akhir

Penelitian Laboratorium FT UGM, Yogyakarta.

9. The Asphalt Institute, 1983, Asphalt Technology and Construction Practice,

education Series No. 1 (ES-1), Second Edition. The Asphalt Institute, USA.

10.

()f Hot.m Asphaltpies of ConstructioniQS . Principle* <>i ^

, _...,.,• No.22 i.MS-22), ^W«nl«i/ N^-v ^22Pavement, •

Institute, USA.