Treatment of Ginggival Enlargement
Transcript of Treatment of Ginggival Enlargement
Perawatan Pembesaran GingivaPaulo M. Camargo, Fermin A. Carranza, Flavia Q. Pirih, dan Henry H. Takei
KERANGKA BAB
PEMBESARAN INFLAMASI KRONIS PEMBESARAN GINGIVA PADAABSES PERIODONTAL DAN GINGIVAL MASA KEHAMILANPEMBESARAN GINGIVA KARENA PEMBESARAN GINGIVA PADAPENGARUH OBAT-OBATAN MASA PUBERTAS
PEMBESARAN GINGIVA PADA REKURENSI PEMBESARAN GINGIVAPENDERITA LEUKIMIA
Perawatan pembesaran gingiva dapat dibagi berdasarkan pada
penyebab dan perubahan patologi yang mendasari kondisi ini (lihat
Bab 16). Pembesaran gingiva menjadi perhatian khusus bagi pasien
dan dokter gigi karena merupakan sebuah masalah yang meliputi
kontrol plak, fungsi (termasuk pengunyahan, erupsi gigi, dan
bicara), dan estetik. Karena pembesaran gingiva berbeda menurut
penyebabnya, perawatan tiap penyebab lebih baik dipertimbangkan
secara individual.
PEMBESARAN INFLAMASI KRONIS
Pembesaran inflamasi kronis yng ditandai dengan ginggiva
lunak dan diskolorisasi dan yang disebabkan terutama oleh edema
dan infiltrasi seluler dapat dirawat dengan scaling dan root planing,
asalkan ukuran pembesaran tidak mengganggu pembuangan seluruh
deposit dari permukaan gigi yang terlibat.
Ketika pembesaran inflamasi kronis disertai dengan komponen
fibrotik signifikan tidak kunjung mereda setelah scaling dan root
planing atau masih terjadi pembesaran yang menghalangi deposit
pada permukaan gigi dan mengganggu akses perawatan, operasi
pengangkatan merupakan perawatan untuk dipilih. Dua teknik yang
dapat dilakukan untuk tujuan ini: ginggivektomi dan bedah flap
periodontal
Pemilihan teknik yang tepat bergantung pada ukuran
pembesaran dan karakter dari jaringan. Ketika gingiva yang
membesar tetap lunak dan mudah luka bahkan setelah scaling dan root
planing, gingivektomi digunakan dapat dilakukan untuk membuang
jaringan itu, karena untuk melaksanakan bedah flap periodontal
dibutuhkan jaringan yang lebih keras agar insisi dan langkah
lain dalam teknik itu dapat dilakukan. Akan tetapi, jika insisi
gingivektomi dimaksudkan untuk membuang seluruh perlekatan
gingiva menyebabkan masalah mukogingival, maka bedah periodontal
merupakan sebuah indikasi.
Pembesaran gingiva yang disertai tumor dapat dirawat dengan
gingivektomi dengan tata cara sebagai berikut. Pasien berada
dibawah pengaruh anastesi lokal, massa di bawah permukaan gigi
dilakukan scaling untuk membuang kalkulus dan debris lainnya.
Lesi dipisahkan dari mukosa menggunakan Bard-Parker blade no.12.
Jika lesi memanjang ke interproksimal, gingiva interdental ikut
diinsisi untuk memastikan paparan deposit akar yang mengganggu.
Setelah lesi dibuang, permukaan akar yang terlibat dilakukan
scaling dan root planing, dan area itu dibersihkan dengan air hangat.
Periodontal pack di aplikasikan dan dibuang setelah seminggu,
berikan instruksi kontrol plak pada saat itu.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai bedah periodontal
(operasi flap) , lihat Bab 57 dan 59 dan pembahasan berikut
mengenai teknik flap untuk pembesaran karena pengaruh obat-obatan.
ABSES PERIODONTAL DAN GINGIVAL
Pembaca dapat mengacu pada Bab 42 untuk pembahasan lengkap dariperawatan abses.
PEMBESARAN GINGIVA KARENA PENGARUH OBAT-OBATAN
Pembesaran gingiva telah dikaitkan secara primer dengan
pemberian dari tiga jenis obat yang berbeda: antikonvulsan, calcium
channel blockers, dan imunosupresan siklosporin. Bab 16 menyediakan ulasan
komprehensif dari sifat klinis dan mikroskopik serta patogenesis
dari pembesaran gingiva yang ditimbulkan oleh obat-obatan ini.
Terdapat bukti yang terbatas mengenai obat-obatan lain yang dapat
menyebabkan pembesaran gingiva, walaupun dengan prevalensi yang
rendah dan tingkat keparahan yang lebih ringan.
Pemeriksaan dari kasus mengenai pembesaran gingiva karena
pengaruh obat-obatan memperlihatkan jaringan yang tumbuh berlebih
memiliki dua komponen: fibrotik, yang disebabkan oleh obat, dan
inflamasi, yang disebabkan oleh bakteri plak. Meskipun komponen
fibrotik dan inflamasi yang tampak pada pembesaran gingiva
merupakan hasil dari proses patologi yang berbeda, kedua komponen
ini hampir selalu diamati secara bersamaan. Peran dari bakteri
plak pada proses patologi dari pembesaran gingiva karena pengaruh
obat-obatan secara keseluruhan masih belum jelas. Beberapa
penelitian mengatakan bahwa plak merupakan prasyarat untuk
pembesaran gingiva, sedangkan yang lain mengatakan keberadaan
plak merupakan akibat dari akumulasi yang disebabkan oleh gingiva
yang membesar.
Pilihan Perawatan
Perawatan dari pembesaran gingiva karena pengaruh obat-obatan
harus didasarkan pada obat yang digunakan dan sifat klinis dari
kasus tersebut.
Pertama, perlu dipertimbangkan mengenai kemungkinan
pemberhentian pemberian obat atau mengganti medikasi. Kemungkinan
ini harus dipertimbangkan bersama dengan dokter yang menangani
pasien tersebut. Hanya dengan pemberhentian pemberian obat yang
menjadi penyebab biasanya tidak praktis, tetapi substitusi dengan
medikasi lain mungkin menjadi pilihan. Jika substitusi dengan
medikasi lain dilakukan, diperlukan untuk memberikan jangka waktu
6 sampai 12 bulan antara pemberhentian obat yang menjadi penyebab
dan kemungkinan pemulihan dari pembesaran gingiva sebelum
keputusan untuk melaksanakan perawatan pembedahan dibuat.
Medikasi lain dari antikonvulsan fenitoin termasuk karbamazepin
dan asam valproat, yang mana keduanya dilaporkan menyebabkan
pembesaran gingiva dalam derajat yang lebih rendah.
Untuk pasien yang mengkonsumsi nifedipine, yang dilaporkan
memiliki prevalensi pembesaran gingiva sampai 44%, calcium channel
blockers lain seperti diltiazem atau verapamil mungkin merupakan
alternatif yang dapat dilakukan, laporan prevalensi pembesaran
gingiva dari kedua obat ini adalah 20% dan 4% secara berurutan.
Sebagai tambahan, dapat dilakukan pertimbangan untuk penggunaan
medikasi jenis antihipertensi lain dibanding menggunakan calcium
channel blockers, karena tidak satupun dari obat-obatan ini
diketahui dapat menyebabkan pembesaran gingiva.
Substitusi obat untuk siklosporin lebih terbatas. Tacrolimus
adalah imunosupresan lain yang telah digunakan pada transplantasi
organ penerima. Insidensi pembesaran gingiva pada pasien di bawah
terapi tacrolimus adalah sekitar 65% lebih rendah dibandingkan
pada mereka yang menggunakan siklosporin. Uji klinis juga
menunjukkan bahwa substitusi siklosporin dengan tacrolimus
menghasilkan penurunan signifikan dalam tingkat keparahan
pembesaran gingiva bila dibandingkan dengan pasien yang terus
menggunakan terapi siklosporin; dalam penelitian lain, substitusi
obat yang sama mengakibatkan penurunan yang kuat atau pemulihan
seluruhnya dari pembesaran gingiva lebih dari 70% dari pasien
yang semula memperlihatkan pembesaran gingiva karena pengaruh
siklosporin. Oleh karena itu dokter gigi harus berkonsultasi
dengan dokter yang menangani transplantasi untuk menyelidiki
kemungkinan perubahan terapi imunosupresan sebagai salah satu
langkah dalam perawatan pembesaran gingiva karena pengaruh
siklosporin. Pasien yang mengonsumsi siklosporin beserta calcium
channel blocker cenderung memperlihatkan prevalensi yang rata-rata
rendah dari pembesaran gingiva dan pembesaran yang lebih ringan
jika obat antihipertensi yang dikonsumsi adalah amlodipine
dibanding dengan nifedipine.
Pemberian antibiotik azitromisin telah terbukti untuk
mengurangi keparahan pembesaran gingiva yang disebabkan oleh
Siklosporin. Pemberian azitromisin sistemik 3x sehari secara
signifikan dapat mengurangi pembesaran gingiva, dan efeknya
diamati dari hari ke 7 sampai hari ke 30 setelah terapi
antibiotik dimulai. Pengaruh azitromisin dalam mengurangi
pembesaran gingiva karena pengaruh siklosporin secara signifikan
lebih besar dibanding hanya dengan peningkatan oral hygiene.
Pemberian azitromisin topikal dalam bentuk pasta gigi juga
mengurangi keparahan pembesaran gingiva karena pengaruh
siklosporin.
Kedua, dokter harus menekankan kontrol plak sebagai langkah
pertama dalam pengobatan pembesaran gingiva karena pengaruh obat-
obatan. Meskipun peran sesungguhnya dari bakteri plak tidak
begitu dipahami, bukti menunjukkan bahwa kebersihan mulut yang
baik, kemoterapi, dan penghapusan plak oleh profesional yang
rutin menurunkan tingkat pembesaran gingiva dan meningkatkan
kesehatan gingiva secara keseluruhan. Timbulnya pembesaran yang
disebabkan obat dikaitkan dengan pembentukan pseudopocket, yang
sering disertai dengan akumulasi plak yang melimpah, dimana hal
ini mungkin menyebabkan perkembangan periodontitis; oleh karena
itu kontrol plak yang teliti membantu mempertahankan tingkat
perlekatan. Sebagai tambahan, kontrol plak yang memadai dapat
membantu dalam mencegah rekurensi pembesaran gingiva pada kasus
perawatan pembedahan.
Ketiga, pada beberapa pasien, pembesaran gingiva tetap ada
bahkan setelah pertimbangan yang matang dari pendekatan
sebelumnya. Pasien ini mungkin memerlukan operasi, baik
gingivektomi atau bedah flap periodontal.
Gambar 58-1 menampilkan pohon pilihan yang menguraikan urutan
peristiwa dan pilihan perawatan untuk pembesaran gingiva karena
pengaruh obat-obatan.
Gingivektomi
Gingivektomi memiliki keuntungan yaitu pengerjaannya
sederhana dan lebih cepat, namun memiliki kerugian
ketidaknyamanan pasca operasi serta kemungkinan perdarahan pasca
operasi. Karena prosedur gingivektomi mengambil jaringan
keratinisasi dan tidak memungkinkan untuk rekontur tulang jika
perlu. Keputusan klinis untuk memilih dua teknik bedah ini harus
kita mempertimbangkan luasnya daerah yang akan dioperasi, ada
atau tidaknya periodontitis dan lesi tulang, dan lokasi dasar
poket dalam kaitannya dengan mukogingival junction.
Secara umum, daerah kecil (yaitu sampai enam gigi) dari
pembesaran gingiva akibat pengaruh obat dengan tidak ada bukti
kehilangan perlekatan (dan karena itu tidak ada antisipasi
kebutuhan untuk operasi tulang) dapat secara efektif diobati
dengan teknik gingivektomi. Satu pertimbangan penting adalah
jumlah jaringan keratin yang tersedia: setidaknya 3 mm dari arah
apicocoronal harus tetap setelah operasi selesai.
Bab 56 menjelaskan tentang teknik gingivektomi secara
detail. Gambar 58-2 menunjukkan prosedur secara diagram, dan
gambar 58-3 mengilustrasikan kasus pembesaran gingiva karena
siklosporin dirawat dengan teknik gingivektomi.
Gingivektomi atau gingivoplasti juga dapat dilakukan dengan
bedah elektro atau menggunakan perangkat laser (lihat Bab 56).
Ada beberapa bukti awal bahwa rekurensi dari pembesaran gingiva
akibat obat lebih lambat pada pasien yang dirawat menggunakan
laser bila dibandingkan dengan gingivektomi konvensional atau
operasi flap.
Teknik Flap
Dilakukan untuk area yang lebih besar dari pembesaran
gingiva (yaitu, lebih dari enam gigi) atau daerah di mana
terdapat kehilangan perlekatan dan lesi tulang harus dirawat
dengan teknik flap, seperti pada situasi di mana teknik
gingivektomi dapat membuat masalah mukogingival.
Teknik bedah atau flap periodontal digunakan untuk
pengobatan pembesaran gingiva yang merupakan variasi sederhana
dari salah satu cara untuk mengobati periodontitis, seperti yang
dijelaskan pada Bab 57 dan 59. Gambar 58-4 menggambarkan langkah
dasar dalam teknik, digambarkan sebagai berikut:
1. Setelah anastesi daerah sekitar, pemeriksaan dari dasar
tulang alveolar dilakukan dengan probe untuk menentukan
keberadaan dan tingkat lesi tulang.
2. Dengan Bard-Parker blade no.15, insisi bevel awal dibuat minimal
3 mm koronal ke mukogingival junction, termasuk pembuatan
interdental papil baru.
3. Pisau yang sama digunakan untuk meninpiskan jaringan gingiva
di arah buccolingual ke mukogingival junction. Pada titik
ini pisau berkontak dengan tulang alveolar, dan flap full-
thickness atau split-thickness diangkat.
4. Dengan menggunakan pisau Orban, dasar dari tiap papil yang
menghubungkan insisi fasial dan lingual di insisi.
5. Jaringan marginal dan interdental yang terpotong dibuang
dengan kuret.
6. Sisa jaringan dihilangkan, lakukan scaling dan root planing, dan
tulang di rekontur seperlunya.
7. Flap diganti dan jika perlu, dipotong untuk mencapai
junction tulang-gigi. Flap ini kemudian dijahit dengan
teknik interrupted atau continuous mattress. Daerah bedah ditutupi
dengan periodontal dressing.
Jahitan dan pack dilepas setelah 1 minggu. Pasien kemudian
diperintahkan untuk melakukan kontrol plak. Biasanya mudah bagi
pasien untuk berkumur menggunakan klorheksidin sekali atau dua
kali sehari selama 2 sampai 4 minggu. Gambar 58-5
mengilustrasikan pasien dirawat dengan teknik flap.
Kekambuhan pembesaran gingiva akibat obat adalah realitas di
kasus perawatan pembedahan. Seperti yang dinyatakan sebelumnya,
kontrol plak sendiri dirumah dengan teliti, kumur-kumur
klorheksidin glukonat, dan pembersihan oleh profesional dapat
menurunkan tingkat kekambuhan yang dapat terjadi. Sebuah bite
guard yang keras, elastis, dan mudah dipakai di malam hari
mungkin dapat membantu untuk mengontrol kekambuhan.
Meskipun pengerjaan bedah flap periodontal mungkin secara
teknis lebih sulit daripada prosedur gingivektomi, seperti yang
diindikasikan sebelumnya, penyembuhan pasca operasi dari bedah
flap periodontal lebih nyaman dan meredakan masalah hemoragik.
penyembuhan dari lokasi bedah dengan prosedur flap periodontal
dapat mengurangi risiko terhadap luka sekunder yang dapat
dihasilkan dari teknik gingivektomi. Sebagai tambahan, perawatan
di rumah pasca operasi dapat dilaksanakan lebih awal dengan bedah
flap periodontal.
Kekambuhan dapat terjadi mulai dari 3 sampai 6 bulan setelah
bedah, tetapi umumnya keadaan normal dapat dipertahankan dalam 12
bulan. Dalam sebuah penelitian, pemeriksaan 6 bulan pascaoperasi
dari kambuhnya pembesaran gingiva akibat siklosporin setelah
operasi bedah flap periodontal atau gingivektomi, menunjukkan
kembalinya peningkatan kedalaman poket lebih lambat dengan teknik
bedah flap. Namun, rekurensi peningkatan ketebalan jaringan
periodontal belum dievaluasi secara obyektif.
Pasien mengkonsumsi obatyang menyebabkan
pembesaran ginggiva
Ginggiva membesar
OH diperbaiki
PemberianChlorhexidine,scalling, root
planning
Tidak mengalamipembesaranginggiva
Re-evaluasi
Ginggva tetap membesar
PembesaranGinggiva mereda
Pertahankan OHyang baik
Indikasi bedahperiodontal
U/ area yangbesar > dari 6
gigi dan
BEDAH PERIODONTAL
Pembesaran daerahkecil, < dari 6gigi, tidak ada
kehilangantulang, jaringan
GINGGIVEKTOMIPerawatan : JagaOH yang baik,ChlorhexidineGluconate
Pertimbanganuntuk treatmen
berkala
Gambar 58-1. Bagan pengambilan keputusan teknik bedah pada pasien
pembesaran gingiva.
Gambar 58-2. Gingivektomi dilakukan pada pasien yang mengalami
pembesaran ginggiva. Garis terputus-putus memperlihatkan insisi
bevel bagian luar, dan bagian dibawahnya adalah bagian yang akan
dibuang. Insisi Ginggivektomi tidak diperbolehkan untuk membuang
seluruh jaringan hiperplastik (area dalam garis putus-putus). Hal
ini dapat menyebabkan luka yang lebar pada jaringan sekitar.
Gambar 58-4. Diagram perawatan dari periodontal flap pada
penderita pembesaran gingiva. A, Insisi bevel yang disertai
penipisan dari pembesaran gingiva, garis putus-putus
memperlihatkan bagian yang diinsisi, dan jaringan yang dibuang.
B, Setelah flap diangkat, bagian gingiva yang membesar telah
terangkat. C, Flap telah mencapai bagian atas dari tulang
alveolar dan melekat.
Gambar 58-3. Teknik penanganan pada penderita pembesaran
ginggiva karena konsumsi obat Siklosporin dengan teknik
ginggivektomi pada wanita usia 16 tahun yang menerima
transplantasi ginjal 2 tahun lalu. A, pembesaran jaringan
ginggiva dan gambaran pseudopocket. Tidak ada kehilangan
perlekatan atau kehilangan tulang. B, Memulai pembuatan
eksternal bevel dengan Pisau Kirkland. C, Pelepasan jaringan
interproximal dengan Pisau Orban. D, dan E, Pengerjaan
Ginggivoplasty dilakukan menggunakan pinset dan Round Diamond high
speed bur. F, Bagian dari luka yang ditimbulkan pascaoperasi. G,
Penempatan Eugenol periodontal dressing. H, Hasil kesuksesan 3 bulan
pasca operasi setelah pembuangan pembesaran ginggiva, kembalinya
kontur ginggiva, dan terbentuknya kembali jaringan keratin.
Gambar 58-5. Penanganan dari pasien pembesaran ginggiva akibat
konsumsi gabungan Siklosporin dan nefidipine dengan bedah
periodontal flap pada wanita usai 35 tahun yang menerima
transplantasi ginjal 3 tahun yang lalu. A, Aspek klinis pre
operasi yang menunjukkan pembesaran bagian anterior bawah dari
ginggiva. B, Mulai pembuatan bevel berentuk seperti cangkang
terbalik. C, Pengangkatan dari Full-thickness flap dan pelepasan
tipis jaringan dalam dari ginggiva. D, Flap diposisikan pada
bagian atas tulang alveolar. E, Gambaran pascaoperasi setelah
perawatan 12 bulan. Perhatikan berkurangnya pembesaran ginggiva
dan ginggiva kembali sehat.
PEMBESARAN GINGIVA PADA PENDERITA LEUKIMIA
Pembesaran ginggiva pada penderita leukemia terjadi pada
leukemia akut atau subakut namun jarang pada kondisi leukemia
kronis. Perawatan medis pada penderita Leukimia yang mengalami
keradangan akut dan pembesaran gingiva sangat sulit karena
disertai rasa sakit; mengganggu pengunyahan dan membuat reaksi
sistemik beracun. Selain itu waktu perdarahan dan pembekuan dan
jumlah trombosit harus diperiksa, dan harus berkonsultasi ke
hematolog sebelum perawatan periodontal dilakukan (lihat Bab 44).
Perawatan peradangan gingiva akut dijelaskan dalam Bab 47.
Setelah gejala akut mereda, perhatian diarahkan untuk koreksi
dari pembesaran gingiva. Alasan untuk terapi adalah untuk
menghapus faktor pengganggu lokal untuk mengontrol komponen
inflamasi pembesaran.
Pembesaran dirawat dengan scaling dan root planing yang dilakukan
bertahap setelah pasien diberi anestesi topikal. Pengobatan awal
terdiri dari menghilangkan akumulasi plak yang tersisa dengan
lembut menggunakan cotton pellet, melakukan scaling dipermukaan, dan
menginstruksikan pasien mengenai kebersihan mulut untuk kontrol
plak; bagian dari kontrol plak dapat mencakup, penggunaan obat
kumur klorheksidin setiap hari. Prosedur oral hygiene sangat
penting pada pasien ini dan harus diperagakan oleh perawat jika
perlu.
Secara progresif scaling yang lebih dalam dapat dilakukan
pada kunjungan berikutnya. Perawatan terbatas pada area kecil
pada mulut untuk memudahkan kontrol perdarahan. Antibiotik
diberikan secara sistemik saat malam sebelum dan selama 48 jam
setelah setiap perawatan untuk mengurangi risiko infeksi.
PEMBESARAN GINGIVA PADA MASA KEHAMILAN
Perawatan memerlukan eliminasi semua iritan lokal yang dapat
mempercepat perubahan gingiva pada kehamilan. Eliminasi iritan
lokal pada awal kehamilan adalah tindakan pencegahan terhadap
penyakit gingiva. Hal ini lebih baik daripada mengobati
pembesaran gingiva setelah terjadi. Inflamasi dan pembesaran
gingiva marginal dan interdental dirawat dengan scaling dan root
planing (lihat Bab 51 dan 62). Pengobatan pembesaran gingiva
seperti tumor terdiri dari eksisi bedah dan scaling dan root planing
permukaan akar gigi. Pembesaran akan kambuh kecuali semua iritan
dibersihkan. Impaksi makanan sering menjadi faktor pemicu.
Waktu Perawatan dan Indikasi
Lesi gingiva pada masa kehamilan harus ditangani segera
setelah terdeteksi, meskipun tidak selalu dengan cara bedah.
Scaling dan prosedur root planing serta pengukuran kebersihan mulut
yang memadai mungkin mengurangi ukuran pembesaran ginggiva.
Pembesaran gingiva akan menyusut setelah kehamilan tetapi tidak
dapat hilang sepenuhnya. Setelah kehamilan, seluruh rongga mulut
harus dievaluasi ulang, rangkaian radiografi lengkap perlu
diambil, dan perawatan yang penting dilaksanakan.
Lesi harus diangkat secara bedah pada masa kehamilan hanya
jika lesi itu mengganggu pengunyahan atau menghasilkan gangguan
estetik yang ingin di hilangkan oleh pasien.
Pada masa kehamilan, penekanan harus pada pencegahan
penyakit gingiva sebelum terjadi dan penanganan penyakit gingiva
yang ada sebelum memburuk. Semua pasien harus dilihat sedini
mungkin pada masa kehamilan. Ibu hamil yang tidak mengalami
penyakit gingiva harus diperiksa untuk dilihat potensi sumber
iritasi lokal dan harus di instruksikan dalam prosedur kontrol
plak. Mereka dengan penyakit gingival harus segera diobati,
sebelum efek kehamilan pada gingiva menjadi jelas. Bab 43
menyajikan tindakan pencegahan yang diperlukan untuk perawatan
periodontal ibu hamil.
Setiap pasien yang hamil harus dijadwalkan untuk kunjungan
ke dokter gigi. Pentingnya kunjungan sebagai pencegahan penyakit
periodontal yang serius harus ditekankan.
PEMBESARAN GINGIVA PADA MASA PUBERTAS
Pembesaran gingiva pada masa pubertas dirawat dengan
melakukan scaling dan kuretase, membuang seluruh sumber iritasi,
dan kontrol plak. Proses pembedahan periodontal mungkin
diperlukan pada kasus yang berat. Masalah pada pasien ini adalah
rekurensi yang diakibatkan oleh oral hygiene yang buruk.
REKURENSI PEMBESARAN GINGIVA
Rekurensi setelah perawatan adalah masalah yang paling umum
pada manajemen dari pembesaran gingiva. Sisa iritasi lokal dan
kondisi sistemik atau keturunan yang menyebabkan hiperplasia
gingiva non-inflamasi adalah faktor yang menjadi penyebab.
Rekurensi pembesaran inflamasi kronis sesaat setelah
perawatan menunjukkan bahwa semua penyebab iritasi belum dihapus.
Kondisi lokal yang berperan (contoh, impaksi makanan, tepi
restorasi menggantung) sering diabaikan. Jika pembesaran berulang
setelah penyembuhan selesai dan kontur normal sudah dicapai,
kontrol plak yang tidak memadai oleh pasien adalah penyebab yang
paling umum.
Rekurensi selama periode penyembuhan dimanifestasikan
sebagai merah, seperti butir, massa granulomatosa yang berdarah
dengan sedikit rangsangan. Ini adalah respon proliferatif
inflamasi vaskuler terhadap iritasi lokal, yang mana biasanya
sebuah fragmen kalkulus pada akar. Kondisi ini dikoreksi dengan
pembuangan jaringan granulasi dan scaling dan root planing permukaan
akar.
Pembesaran gingiva karena pengaruh keluarga, keturunan, atau
idiopatik berulang setelah operasi pengangkatan bahkan setelah
semua iritasi lokal telah dihilangkan. Pembesaran dapat
diminimalisir dengan mencegah keterlibatan inflamasi sekunder.
Penggunaan obat-obatan escharotic yang direkomendasikan
sebelumnya untuk menghilangkan pembesaran gingiva, saat ini tidak
dianjurkan. Tindakan destruktif oleh obat ini sulit untuk
dikontrol; kerusakan pada jaringan sehat dan permukaan akar,
penyembuhan yang terlambat, dan rasa sakit berlebih setelah
operasi merupakan komplikasi yang bisa dihindari apabila gingiva
di angkat dengan pisau periodontal dan scalpel atau menggunakan
bedah elektro.