Treatment of Ginggival Enlargement

20
Perawatan Pembesaran Gingiva Paulo M. Camargo, Fermin A. Carranza, Flavia Q. Pirih, dan Henry H. Takei KERANGKA BAB PEMBESARAN INFLAMASI KRONIS PEMBESARAN GINGIVA PADA ABSES PERIODONTAL DAN GINGIVAL MASA KEHAMILAN PEMBESARAN GINGIVA KARENA PEMBESARAN GINGIVA PADA PENGARUH OBAT-OBATAN MASA PUBERTAS PEMBESARAN GINGIVA PADA REKURENSI PEMBESARAN GINGIVA PENDERITA LEUKIMIA Perawatan pembesaran gingiva dapat dibagi berdasarkan pada penyebab dan perubahan patologi yang mendasari kondisi ini (lihat Bab 16). Pembesaran gingiva menjadi perhatian khusus bagi pasien dan dokter gigi karena merupakan sebuah masalah yang meliputi kontrol plak, fungsi (termasuk pengunyahan, erupsi gigi, dan bicara), dan estetik. Karena pembesaran gingiva berbeda menurut penyebabnya, perawatan tiap penyebab lebih baik dipertimbangkan secara individual. PEMBESARAN INFLAMASI KRONIS Pembesaran inflamasi kronis yng ditandai dengan ginggiva lunak dan diskolorisasi dan yang disebabkan terutama oleh edema dan infiltrasi seluler dapat dirawat dengan scaling dan root planing, asalkan ukuran pembesaran tidak mengganggu pembuangan seluruh deposit dari permukaan gigi yang terlibat. Ketika pembesaran inflamasi kronis disertai dengan komponen fibrotik signifikan tidak kunjung mereda setelah scaling dan root

Transcript of Treatment of Ginggival Enlargement

Perawatan Pembesaran GingivaPaulo M. Camargo, Fermin A. Carranza, Flavia Q. Pirih, dan Henry H. Takei

KERANGKA BAB

PEMBESARAN INFLAMASI KRONIS PEMBESARAN GINGIVA PADAABSES PERIODONTAL DAN GINGIVAL MASA KEHAMILANPEMBESARAN GINGIVA KARENA PEMBESARAN GINGIVA PADAPENGARUH OBAT-OBATAN MASA PUBERTAS

PEMBESARAN GINGIVA PADA REKURENSI PEMBESARAN GINGIVAPENDERITA LEUKIMIA

Perawatan pembesaran gingiva dapat dibagi berdasarkan pada

penyebab dan perubahan patologi yang mendasari kondisi ini (lihat

Bab 16). Pembesaran gingiva menjadi perhatian khusus bagi pasien

dan dokter gigi karena merupakan sebuah masalah yang meliputi

kontrol plak, fungsi (termasuk pengunyahan, erupsi gigi, dan

bicara), dan estetik. Karena pembesaran gingiva berbeda menurut

penyebabnya, perawatan tiap penyebab lebih baik dipertimbangkan

secara individual.

PEMBESARAN INFLAMASI KRONIS

Pembesaran inflamasi kronis yng ditandai dengan ginggiva

lunak dan diskolorisasi dan yang disebabkan terutama oleh edema

dan infiltrasi seluler dapat dirawat dengan scaling dan root planing,

asalkan ukuran pembesaran tidak mengganggu pembuangan seluruh

deposit dari permukaan gigi yang terlibat.

Ketika pembesaran inflamasi kronis disertai dengan komponen

fibrotik signifikan tidak kunjung mereda setelah scaling dan root

planing atau masih terjadi pembesaran yang menghalangi deposit

pada permukaan gigi dan mengganggu akses perawatan, operasi

pengangkatan merupakan perawatan untuk dipilih. Dua teknik yang

dapat dilakukan untuk tujuan ini: ginggivektomi dan bedah flap

periodontal

Pemilihan teknik yang tepat bergantung pada ukuran

pembesaran dan karakter dari jaringan. Ketika gingiva yang

membesar tetap lunak dan mudah luka bahkan setelah scaling dan root

planing, gingivektomi digunakan dapat dilakukan untuk membuang

jaringan itu, karena untuk melaksanakan bedah flap periodontal

dibutuhkan jaringan yang lebih keras agar insisi dan langkah

lain dalam teknik itu dapat dilakukan. Akan tetapi, jika insisi

gingivektomi dimaksudkan untuk membuang seluruh perlekatan

gingiva menyebabkan masalah mukogingival, maka bedah periodontal

merupakan sebuah indikasi.

Pembesaran gingiva yang disertai tumor dapat dirawat dengan

gingivektomi dengan tata cara sebagai berikut. Pasien berada

dibawah pengaruh anastesi lokal, massa di bawah permukaan gigi

dilakukan scaling untuk membuang kalkulus dan debris lainnya.

Lesi dipisahkan dari mukosa menggunakan Bard-Parker blade no.12.

Jika lesi memanjang ke interproksimal, gingiva interdental ikut

diinsisi untuk memastikan paparan deposit akar yang mengganggu.

Setelah lesi dibuang, permukaan akar yang terlibat dilakukan

scaling dan root planing, dan area itu dibersihkan dengan air hangat.

Periodontal pack di aplikasikan dan dibuang setelah seminggu,

berikan instruksi kontrol plak pada saat itu.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai bedah periodontal

(operasi flap) , lihat Bab 57 dan 59 dan pembahasan berikut

mengenai teknik flap untuk pembesaran karena pengaruh obat-obatan.

ABSES PERIODONTAL DAN GINGIVAL

Pembaca dapat mengacu pada Bab 42 untuk pembahasan lengkap dariperawatan abses.

PEMBESARAN GINGIVA KARENA PENGARUH OBAT-OBATAN

Pembesaran gingiva telah dikaitkan secara primer dengan

pemberian dari tiga jenis obat yang berbeda: antikonvulsan, calcium

channel blockers, dan imunosupresan siklosporin. Bab 16 menyediakan ulasan

komprehensif dari sifat klinis dan mikroskopik serta patogenesis

dari pembesaran gingiva yang ditimbulkan oleh obat-obatan ini.

Terdapat bukti yang terbatas mengenai obat-obatan lain yang dapat

menyebabkan pembesaran gingiva, walaupun dengan prevalensi yang

rendah dan tingkat keparahan yang lebih ringan.

Pemeriksaan dari kasus mengenai pembesaran gingiva karena

pengaruh obat-obatan memperlihatkan jaringan yang tumbuh berlebih

memiliki dua komponen: fibrotik, yang disebabkan oleh obat, dan

inflamasi, yang disebabkan oleh bakteri plak. Meskipun komponen

fibrotik dan inflamasi yang tampak pada pembesaran gingiva

merupakan hasil dari proses patologi yang berbeda, kedua komponen

ini hampir selalu diamati secara bersamaan. Peran dari bakteri

plak pada proses patologi dari pembesaran gingiva karena pengaruh

obat-obatan secara keseluruhan masih belum jelas. Beberapa

penelitian mengatakan bahwa plak merupakan prasyarat untuk

pembesaran gingiva, sedangkan yang lain mengatakan keberadaan

plak merupakan akibat dari akumulasi yang disebabkan oleh gingiva

yang membesar.

Pilihan Perawatan

Perawatan dari pembesaran gingiva karena pengaruh obat-obatan

harus didasarkan pada obat yang digunakan dan sifat klinis dari

kasus tersebut.

Pertama, perlu dipertimbangkan mengenai kemungkinan

pemberhentian pemberian obat atau mengganti medikasi. Kemungkinan

ini harus dipertimbangkan bersama dengan dokter yang menangani

pasien tersebut. Hanya dengan pemberhentian pemberian obat yang

menjadi penyebab biasanya tidak praktis, tetapi substitusi dengan

medikasi lain mungkin menjadi pilihan. Jika substitusi dengan

medikasi lain dilakukan, diperlukan untuk memberikan jangka waktu

6 sampai 12 bulan antara pemberhentian obat yang menjadi penyebab

dan kemungkinan pemulihan dari pembesaran gingiva sebelum

keputusan untuk melaksanakan perawatan pembedahan dibuat.

Medikasi lain dari antikonvulsan fenitoin termasuk karbamazepin

dan asam valproat, yang mana keduanya dilaporkan menyebabkan

pembesaran gingiva dalam derajat yang lebih rendah.

Untuk pasien yang mengkonsumsi nifedipine, yang dilaporkan

memiliki prevalensi pembesaran gingiva sampai 44%, calcium channel

blockers lain seperti diltiazem atau verapamil mungkin merupakan

alternatif yang dapat dilakukan, laporan prevalensi pembesaran

gingiva dari kedua obat ini adalah 20% dan 4% secara berurutan.

Sebagai tambahan, dapat dilakukan pertimbangan untuk penggunaan

medikasi jenis antihipertensi lain dibanding menggunakan calcium

channel blockers, karena tidak satupun dari obat-obatan ini

diketahui dapat menyebabkan pembesaran gingiva.

Substitusi obat untuk siklosporin lebih terbatas. Tacrolimus

adalah imunosupresan lain yang telah digunakan pada transplantasi

organ penerima. Insidensi pembesaran gingiva pada pasien di bawah

terapi tacrolimus adalah sekitar 65% lebih rendah dibandingkan

pada mereka yang menggunakan siklosporin. Uji klinis juga

menunjukkan bahwa substitusi siklosporin dengan tacrolimus

menghasilkan penurunan signifikan dalam tingkat keparahan

pembesaran gingiva bila dibandingkan dengan pasien yang terus

menggunakan terapi siklosporin; dalam penelitian lain, substitusi

obat yang sama mengakibatkan penurunan yang kuat atau pemulihan

seluruhnya dari pembesaran gingiva lebih dari 70% dari pasien

yang semula memperlihatkan pembesaran gingiva karena pengaruh

siklosporin. Oleh karena itu dokter gigi harus berkonsultasi

dengan dokter yang menangani transplantasi untuk menyelidiki

kemungkinan perubahan terapi imunosupresan sebagai salah satu

langkah dalam perawatan pembesaran gingiva karena pengaruh

siklosporin. Pasien yang mengonsumsi siklosporin beserta calcium

channel blocker cenderung memperlihatkan prevalensi yang rata-rata

rendah dari pembesaran gingiva dan pembesaran yang lebih ringan

jika obat antihipertensi yang dikonsumsi adalah amlodipine

dibanding dengan nifedipine.

Pemberian antibiotik azitromisin telah terbukti untuk

mengurangi keparahan pembesaran gingiva yang disebabkan oleh

Siklosporin. Pemberian azitromisin sistemik 3x sehari secara

signifikan dapat mengurangi pembesaran gingiva, dan efeknya

diamati dari hari ke 7 sampai hari ke 30 setelah terapi

antibiotik dimulai. Pengaruh azitromisin dalam mengurangi

pembesaran gingiva karena pengaruh siklosporin secara signifikan

lebih besar dibanding hanya dengan peningkatan oral hygiene.

Pemberian azitromisin topikal dalam bentuk pasta gigi juga

mengurangi keparahan pembesaran gingiva karena pengaruh

siklosporin.

Kedua, dokter harus menekankan kontrol plak sebagai langkah

pertama dalam pengobatan pembesaran gingiva karena pengaruh obat-

obatan. Meskipun peran sesungguhnya dari bakteri plak tidak

begitu dipahami, bukti menunjukkan bahwa kebersihan mulut yang

baik, kemoterapi, dan penghapusan plak oleh profesional yang

rutin menurunkan tingkat pembesaran gingiva dan meningkatkan

kesehatan gingiva secara keseluruhan. Timbulnya pembesaran yang

disebabkan obat dikaitkan dengan pembentukan pseudopocket, yang

sering disertai dengan akumulasi plak yang melimpah, dimana hal

ini mungkin menyebabkan perkembangan periodontitis; oleh karena

itu kontrol plak yang teliti membantu mempertahankan tingkat

perlekatan. Sebagai tambahan, kontrol plak yang memadai dapat

membantu dalam mencegah rekurensi pembesaran gingiva pada kasus

perawatan pembedahan.

Ketiga, pada beberapa pasien, pembesaran gingiva tetap ada

bahkan setelah pertimbangan yang matang dari pendekatan

sebelumnya. Pasien ini mungkin memerlukan operasi, baik

gingivektomi atau bedah flap periodontal.

Gambar 58-1 menampilkan pohon pilihan yang menguraikan urutan

peristiwa dan pilihan perawatan untuk pembesaran gingiva karena

pengaruh obat-obatan.

Gingivektomi

Gingivektomi memiliki keuntungan yaitu pengerjaannya

sederhana dan lebih cepat, namun memiliki kerugian

ketidaknyamanan pasca operasi serta kemungkinan perdarahan pasca

operasi. Karena prosedur gingivektomi mengambil jaringan

keratinisasi dan tidak memungkinkan untuk rekontur tulang jika

perlu. Keputusan klinis untuk memilih dua teknik bedah ini harus

kita mempertimbangkan luasnya daerah yang akan dioperasi, ada

atau tidaknya periodontitis dan lesi tulang, dan lokasi dasar

poket dalam kaitannya dengan mukogingival junction.

Secara umum, daerah kecil (yaitu sampai enam gigi) dari

pembesaran gingiva akibat pengaruh obat dengan tidak ada bukti

kehilangan perlekatan (dan karena itu tidak ada antisipasi

kebutuhan untuk operasi tulang) dapat secara efektif diobati

dengan teknik gingivektomi. Satu pertimbangan penting adalah

jumlah jaringan keratin yang tersedia: setidaknya 3 mm dari arah

apicocoronal harus tetap setelah operasi selesai.

Bab 56 menjelaskan tentang teknik gingivektomi secara

detail. Gambar 58-2 menunjukkan prosedur secara diagram, dan

gambar 58-3 mengilustrasikan kasus pembesaran gingiva karena

siklosporin dirawat dengan teknik gingivektomi.

Gingivektomi atau gingivoplasti juga dapat dilakukan dengan

bedah elektro atau menggunakan perangkat laser (lihat Bab 56).

Ada beberapa bukti awal bahwa rekurensi dari pembesaran gingiva

akibat obat lebih lambat pada pasien yang dirawat menggunakan

laser bila dibandingkan dengan gingivektomi konvensional atau

operasi flap.

Teknik Flap

Dilakukan untuk area yang lebih besar dari pembesaran

gingiva (yaitu, lebih dari enam gigi) atau daerah di mana

terdapat kehilangan perlekatan dan lesi tulang harus dirawat

dengan teknik flap, seperti pada situasi di mana teknik

gingivektomi dapat membuat masalah mukogingival.

Teknik bedah atau flap periodontal digunakan untuk

pengobatan pembesaran gingiva yang merupakan variasi sederhana

dari salah satu cara untuk mengobati periodontitis, seperti yang

dijelaskan pada Bab 57 dan 59. Gambar 58-4 menggambarkan langkah

dasar dalam teknik, digambarkan sebagai berikut:

1. Setelah anastesi daerah sekitar, pemeriksaan dari dasar

tulang alveolar dilakukan dengan probe untuk menentukan

keberadaan dan tingkat lesi tulang.

2. Dengan Bard-Parker blade no.15, insisi bevel awal dibuat minimal

3 mm koronal ke mukogingival junction, termasuk pembuatan

interdental papil baru.

3. Pisau yang sama digunakan untuk meninpiskan jaringan gingiva

di arah buccolingual ke mukogingival junction. Pada titik

ini pisau berkontak dengan tulang alveolar, dan flap full-

thickness atau split-thickness diangkat.

4. Dengan menggunakan pisau Orban, dasar dari tiap papil yang

menghubungkan insisi fasial dan lingual di insisi.

5. Jaringan marginal dan interdental yang terpotong dibuang

dengan kuret.

6. Sisa jaringan dihilangkan, lakukan scaling dan root planing, dan

tulang di rekontur seperlunya.

7. Flap diganti dan jika perlu, dipotong untuk mencapai

junction tulang-gigi. Flap ini kemudian dijahit dengan

teknik interrupted atau continuous mattress. Daerah bedah ditutupi

dengan periodontal dressing.

Jahitan dan pack dilepas setelah 1 minggu. Pasien kemudian

diperintahkan untuk melakukan kontrol plak. Biasanya mudah bagi

pasien untuk berkumur menggunakan klorheksidin sekali atau dua

kali sehari selama 2 sampai 4 minggu. Gambar 58-5

mengilustrasikan pasien dirawat dengan teknik flap.

Kekambuhan pembesaran gingiva akibat obat adalah realitas di

kasus perawatan pembedahan. Seperti yang dinyatakan sebelumnya,

kontrol plak sendiri dirumah dengan teliti, kumur-kumur

klorheksidin glukonat, dan pembersihan oleh profesional dapat

menurunkan tingkat kekambuhan yang dapat terjadi. Sebuah bite

guard yang keras, elastis, dan mudah dipakai di malam hari

mungkin dapat membantu untuk mengontrol kekambuhan.

Meskipun pengerjaan bedah flap periodontal mungkin secara

teknis lebih sulit daripada prosedur gingivektomi, seperti yang

diindikasikan sebelumnya, penyembuhan pasca operasi dari bedah

flap periodontal lebih nyaman dan meredakan masalah hemoragik.

penyembuhan dari lokasi bedah dengan prosedur flap periodontal

dapat mengurangi risiko terhadap luka sekunder yang dapat

dihasilkan dari teknik gingivektomi. Sebagai tambahan, perawatan

di rumah pasca operasi dapat dilaksanakan lebih awal dengan bedah

flap periodontal.

Kekambuhan dapat terjadi mulai dari 3 sampai 6 bulan setelah

bedah, tetapi umumnya keadaan normal dapat dipertahankan dalam 12

bulan. Dalam sebuah penelitian, pemeriksaan 6 bulan pascaoperasi

dari kambuhnya pembesaran gingiva akibat siklosporin setelah

operasi bedah flap periodontal atau gingivektomi, menunjukkan

kembalinya peningkatan kedalaman poket lebih lambat dengan teknik

bedah flap. Namun, rekurensi peningkatan ketebalan jaringan

periodontal belum dievaluasi secara obyektif.

Pasien mengkonsumsi obatyang menyebabkan

pembesaran ginggiva

Ginggiva membesar

OH diperbaiki

PemberianChlorhexidine,scalling, root

planning

Tidak mengalamipembesaranginggiva

Re-evaluasi

Ginggva tetap membesar

PembesaranGinggiva mereda

Pertahankan OHyang baik

Indikasi bedahperiodontal

U/ area yangbesar > dari 6

gigi dan

BEDAH PERIODONTAL

Pembesaran daerahkecil, < dari 6gigi, tidak ada

kehilangantulang, jaringan

GINGGIVEKTOMIPerawatan : JagaOH yang baik,ChlorhexidineGluconate

Pertimbanganuntuk treatmen

berkala

Gambar 58-1. Bagan pengambilan keputusan teknik bedah pada pasien

pembesaran gingiva.

Gambar 58-2. Gingivektomi dilakukan pada pasien yang mengalami

pembesaran ginggiva. Garis terputus-putus memperlihatkan insisi

bevel bagian luar, dan bagian dibawahnya adalah bagian yang akan

dibuang. Insisi Ginggivektomi tidak diperbolehkan untuk membuang

seluruh jaringan hiperplastik (area dalam garis putus-putus). Hal

ini dapat menyebabkan luka yang lebar pada jaringan sekitar.

Gambar 58-4. Diagram perawatan dari periodontal flap pada

penderita pembesaran gingiva. A, Insisi bevel yang disertai

penipisan dari pembesaran gingiva, garis putus-putus

memperlihatkan bagian yang diinsisi, dan jaringan yang dibuang.

B, Setelah flap diangkat, bagian gingiva yang membesar telah

terangkat. C, Flap telah mencapai bagian atas dari tulang

alveolar dan melekat.

Gambar 58-3. Teknik penanganan pada penderita pembesaran

ginggiva karena konsumsi obat Siklosporin dengan teknik

ginggivektomi pada wanita usia 16 tahun yang menerima

transplantasi ginjal 2 tahun lalu. A, pembesaran jaringan

ginggiva dan gambaran pseudopocket. Tidak ada kehilangan

perlekatan atau kehilangan tulang. B, Memulai pembuatan

eksternal bevel dengan Pisau Kirkland. C, Pelepasan jaringan

interproximal dengan Pisau Orban. D, dan E, Pengerjaan

Ginggivoplasty dilakukan menggunakan pinset dan Round Diamond high

speed bur. F, Bagian dari luka yang ditimbulkan pascaoperasi. G,

Penempatan Eugenol periodontal dressing. H, Hasil kesuksesan 3 bulan

pasca operasi setelah pembuangan pembesaran ginggiva, kembalinya

kontur ginggiva, dan terbentuknya kembali jaringan keratin.

Gambar 58-5. Penanganan dari pasien pembesaran ginggiva akibat

konsumsi gabungan Siklosporin dan nefidipine dengan bedah

periodontal flap pada wanita usai 35 tahun yang menerima

transplantasi ginjal 3 tahun yang lalu. A, Aspek klinis pre

operasi yang menunjukkan pembesaran bagian anterior bawah dari

ginggiva. B, Mulai pembuatan bevel berentuk seperti cangkang

terbalik. C, Pengangkatan dari Full-thickness flap dan pelepasan

tipis jaringan dalam dari ginggiva. D, Flap diposisikan pada

bagian atas tulang alveolar. E, Gambaran pascaoperasi setelah

perawatan 12 bulan. Perhatikan berkurangnya pembesaran ginggiva

dan ginggiva kembali sehat.

PEMBESARAN GINGIVA PADA PENDERITA LEUKIMIA

Pembesaran ginggiva pada penderita leukemia terjadi pada

leukemia akut atau subakut namun jarang pada kondisi leukemia

kronis. Perawatan medis pada penderita Leukimia yang mengalami

keradangan akut dan pembesaran gingiva sangat sulit karena

disertai rasa sakit; mengganggu pengunyahan dan membuat reaksi

sistemik beracun. Selain itu waktu perdarahan dan pembekuan dan

jumlah trombosit harus diperiksa, dan harus berkonsultasi ke

hematolog sebelum perawatan periodontal dilakukan (lihat Bab 44).

Perawatan peradangan gingiva akut dijelaskan dalam Bab 47.

Setelah gejala akut mereda, perhatian diarahkan untuk koreksi

dari pembesaran gingiva. Alasan untuk terapi adalah untuk

menghapus faktor pengganggu lokal untuk mengontrol komponen

inflamasi pembesaran.

Pembesaran dirawat dengan scaling dan root planing yang dilakukan

bertahap setelah pasien diberi anestesi topikal. Pengobatan awal

terdiri dari menghilangkan akumulasi plak yang tersisa dengan

lembut menggunakan cotton pellet, melakukan scaling dipermukaan, dan

menginstruksikan pasien mengenai kebersihan mulut untuk kontrol

plak; bagian dari kontrol plak dapat mencakup, penggunaan obat

kumur klorheksidin setiap hari. Prosedur oral hygiene sangat

penting pada pasien ini dan harus diperagakan oleh perawat jika

perlu.

Secara progresif scaling yang lebih dalam dapat dilakukan

pada kunjungan berikutnya. Perawatan terbatas pada area kecil

pada mulut untuk memudahkan kontrol perdarahan. Antibiotik

diberikan secara sistemik saat malam sebelum dan selama 48 jam

setelah setiap perawatan untuk mengurangi risiko infeksi.

PEMBESARAN GINGIVA PADA MASA KEHAMILAN

Perawatan memerlukan eliminasi semua iritan lokal yang dapat

mempercepat perubahan gingiva pada kehamilan. Eliminasi iritan

lokal pada awal kehamilan adalah tindakan pencegahan terhadap

penyakit gingiva. Hal ini lebih baik daripada mengobati

pembesaran gingiva setelah terjadi. Inflamasi dan pembesaran

gingiva marginal dan interdental dirawat dengan scaling dan root

planing (lihat Bab 51 dan 62). Pengobatan pembesaran gingiva

seperti tumor terdiri dari eksisi bedah dan scaling dan root planing

permukaan akar gigi. Pembesaran akan kambuh kecuali semua iritan

dibersihkan. Impaksi makanan sering menjadi faktor pemicu.

Waktu Perawatan dan Indikasi

Lesi gingiva pada masa kehamilan harus ditangani segera

setelah terdeteksi, meskipun tidak selalu dengan cara bedah.

Scaling dan prosedur root planing serta pengukuran kebersihan mulut

yang memadai mungkin mengurangi ukuran pembesaran ginggiva.

Pembesaran gingiva akan menyusut setelah kehamilan tetapi tidak

dapat hilang sepenuhnya. Setelah kehamilan, seluruh rongga mulut

harus dievaluasi ulang, rangkaian radiografi lengkap perlu

diambil, dan perawatan yang penting dilaksanakan.

Lesi harus diangkat secara bedah pada masa kehamilan hanya

jika lesi itu mengganggu pengunyahan atau menghasilkan gangguan

estetik yang ingin di hilangkan oleh pasien.

Pada masa kehamilan, penekanan harus pada pencegahan

penyakit gingiva sebelum terjadi dan penanganan penyakit gingiva

yang ada sebelum memburuk. Semua pasien harus dilihat sedini

mungkin pada masa kehamilan. Ibu hamil yang tidak mengalami

penyakit gingiva harus diperiksa untuk dilihat potensi sumber

iritasi lokal dan harus di instruksikan dalam prosedur kontrol

plak. Mereka dengan penyakit gingival harus segera diobati,

sebelum efek kehamilan pada gingiva menjadi jelas. Bab 43

menyajikan tindakan pencegahan yang diperlukan untuk perawatan

periodontal ibu hamil.

Setiap pasien yang hamil harus dijadwalkan untuk kunjungan

ke dokter gigi. Pentingnya kunjungan sebagai pencegahan penyakit

periodontal yang serius harus ditekankan.

PEMBESARAN GINGIVA PADA MASA PUBERTAS

Pembesaran gingiva pada masa pubertas dirawat dengan

melakukan scaling dan kuretase, membuang seluruh sumber iritasi,

dan kontrol plak. Proses pembedahan periodontal mungkin

diperlukan pada kasus yang berat. Masalah pada pasien ini adalah

rekurensi yang diakibatkan oleh oral hygiene yang buruk.

REKURENSI PEMBESARAN GINGIVA

Rekurensi setelah perawatan adalah masalah yang paling umum

pada manajemen dari pembesaran gingiva. Sisa iritasi lokal dan

kondisi sistemik atau keturunan yang menyebabkan hiperplasia

gingiva non-inflamasi adalah faktor yang menjadi penyebab.

Rekurensi pembesaran inflamasi kronis sesaat setelah

perawatan menunjukkan bahwa semua penyebab iritasi belum dihapus.

Kondisi lokal yang berperan (contoh, impaksi makanan, tepi

restorasi menggantung) sering diabaikan. Jika pembesaran berulang

setelah penyembuhan selesai dan kontur normal sudah dicapai,

kontrol plak yang tidak memadai oleh pasien adalah penyebab yang

paling umum.

Rekurensi selama periode penyembuhan dimanifestasikan

sebagai merah, seperti butir, massa granulomatosa yang berdarah

dengan sedikit rangsangan. Ini adalah respon proliferatif

inflamasi vaskuler terhadap iritasi lokal, yang mana biasanya

sebuah fragmen kalkulus pada akar. Kondisi ini dikoreksi dengan

pembuangan jaringan granulasi dan scaling dan root planing permukaan

akar.

Pembesaran gingiva karena pengaruh keluarga, keturunan, atau

idiopatik berulang setelah operasi pengangkatan bahkan setelah

semua iritasi lokal telah dihilangkan. Pembesaran dapat

diminimalisir dengan mencegah keterlibatan inflamasi sekunder.

Penggunaan obat-obatan escharotic yang direkomendasikan

sebelumnya untuk menghilangkan pembesaran gingiva, saat ini tidak

dianjurkan. Tindakan destruktif oleh obat ini sulit untuk

dikontrol; kerusakan pada jaringan sehat dan permukaan akar,

penyembuhan yang terlambat, dan rasa sakit berlebih setelah

operasi merupakan komplikasi yang bisa dihindari apabila gingiva

di angkat dengan pisau periodontal dan scalpel atau menggunakan

bedah elektro.