The Linkage Program of Mosque Empowerment
Transcript of The Linkage Program of Mosque Empowerment
i
KARYA TULIS EKONOMI ISLAM
THE LINKAGE PROGRAM OF MOSQUE EMPOWERMENT (LPME):
MENCIPTAKAN FINANCIAL INCLUSION YANG EFEKTIF
OLEH LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH DALAM RANGKA
MEMBERDAYAKAN EKONOMI UMAT
(Disusun dalam Rangka Call for Paper (CALLOP) SEC IPB 2015)
Disusun oleh:
TIM SCIEmics A UPI
Mumuh Muhammad 1306022
Dewi Lestari 1305413
Abdu Yakan Rosadi 1307493
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
JAWA BARAT
2015
i
LEMBAR PENGESAHAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini selaku ketua:
Nama : Mumuh Muhammad
NIM : 1306022
Prodi : Ilmu Ekonomi dan Keuangan Islam (IEKI)
Fakultas : Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (FPEB)
Perguruan Tinggi : Universitas Pendidikan Indonesia
Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “The Linkage
Program of Mosque Empowerment (LPME): Menciptakan Financial Inclusion
yang Efektif oleh Lembaga Keuangan Mikro Syariah dalam Rangka
Memberdayakan Ekonomi Umat” merupakan hasil karya sendiri yang belum
pernah dipublikasikan, dalam bentuk jurnal, working paper atau bentuk lain yang
dipublikasikan secara umum. Karya tulis ini adalah karya intelektual saya dan
seluruh sumber yang menjadi rujukan dalam karya ilmiah ini telah saya sebutkan
sesuai kaidah akademik yang berlaku umum, termasuk para pihak yang telah
memberikan kontribusi pemikiran pada hasil, kecuali yang menyangkut ekspresi
kalimat dan desain kepenulisan. Demikian pernyataan ini saya nyatakan secara
benar dengan penuh tanggung jawab dan integritas.
Bandung, 3 Agustus 2015
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
RINGKASAN .................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 4
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................. 4
1.4. Manfaat Penulisan ............................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 6
2.1. Lembaga Keuangan Mikro Syariah ...................................................... 6
2.2. Konsep Pemberdayaan (Empowerment) .............................................. 8
2.3. Financial Inclusion ............................................................................... 9
2.4. Muhammad Yunus & Grameen Bank .................................................. 10
2.5. Peran dan Fungsi Masjid dalam Memberdayakan Ekonomi Umat ...... 11
BAB III METODE PENULISAN .................................................................... 13
3.1. Metode Penulisan ................................................................................. 13
3.2. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ........................................... 13
3.3. Prosedur Penulisan ............................................................................... 14
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 15
4.1. Konsep The Linkage Program of Mosque Empowerment dalam
Menciptakan financial inclusion yang efektif oleh Lembaga Keuangan Mikro
Syariah (LKMS) .......................................................................................... 15
4.2. Model Implementasi The Linkage Program of Mosque Empowerment
dalam Mencipatkan Financial Inclusion yang Efektif Sebagai Upaya Mendorong
Perekonomian Umat .................................................................................... 18
iii
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 23
5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 23
5.2. Saran ..................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTKA ......................................................................................... vii
LAMPIRAN ..................................................................................................... ix
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Triangle of Microfinance................................................................ 16
Gambar 2. Model The Linkage Program of Mosque Empowerment............... 19
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
bimbingan-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “The Linkage Program of Mosque Empowerment (LPME):
Menciptakan Financial Inclusion yang Efektif oleh Lembaga Keuangan Mikro
Syariah dalam Rangka Memberdayakan Ekonomi Umat” merupakan karya tulis
Call for Paper (CALLOP) SEC IPB 2015.
Penulisan karya ini di harapkan bisa memberikan sumbangsih pemikiran ide
mengenai pemberdayaan masyarakat yang efektif oleh Lembaga Keuangan Mikro
Syariah (LKMS) serta dapat mewujudkan financial inclusion yang efektif. Penulis
dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ucapan terima kasih kepada
Rektor dan Wakil Rektor UPI, Pegawai Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan
UPI, Dosen-Dosen Pembimbing dari Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Binis,
Dosen-Dosen Pembimbing dari Prodi Ilmu Eknomi dan Keuangan Islam, Teman-
Teman Kajian di KSEI SCIEmics UPI, FoSSEI Jawa Barat, dan seluruh pihak yang
selalu memberikan motivasi untuk terus berkarya yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan menambah Ilmu Pengetahuan bagi
semua pihak.
Bandung, 3 Agustus 2015
Penulis
vii
RINGKASAN
Tulisan ini akan mengkaji pemberdayaan ekonomi umat oleh Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) dengan mengoptimalkan peran masjid dalam rangka mewujudkan financial inclusion yang efektif bagi masyarakat luas khususnya masyarakat kelas menengah ke bawah. Tulisan ini menggunakan metode deskriptif (descriptive research) dengan pendekatan kualitatif, yaitu mengumpulkan data dan menggambarkan data dengan apa adanya tanpa menambah atau menguranginya. Data yang sudah dikumpulkan dikemukakan maksud dan kandungan maknanya dengan mencari solusi atau pemecahan masalah atas persoalan yang muncul dalam penelitian yang sedang dilakukan.
Tulisan ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa industri keuangan syariah di Indonesia masih belum optimal. Aset perbankan syariah baru mencapai 4,92 persen dari aset perbankan nasional, aset asuransi syariah baru 4,25 persen dari total aset asuransi nasional, begitu pula dengan pembiayaan syariah yang baru 5,51 persen dari total pembiayaan nasional. Sektor perbankan syariah meskipun belum mampu keluar dari five percent track tetapi mempunyai pertumbuhan aktiva 49,17 persen per tahun, jauh di atas pertumbuhan aktiva perbankan nasional yang sebesar 18 persen per tahun. Sehingga memang dapat dikatakan bahwa industri keuangan syariah memiliki potensi yang besar untuk berkembang lagi. Selain itu, penduduk Indonesia mayoritas beragama muslim sehingga akan dapat memainkan peran strategis dalam industri keuangan berbasis syariah
Melihat kondisi tersebut, pemerintah telah berupaya mewujudkan dan mengembangkan financial inclusion atau kerap disebut dengan keuangan inklusif atau keuangan untuk semua. Financial Inclusion yang dimaksud diwujudkan dalam bentuk Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS). Namun, meskipun sudah tersedia akses keuangan untuk masyarakat luas khususnya kelas mengengah ke bawah, masyarakat Indonesia tetap saja masih rendah dalam melek keuangan. Beberapa kendala menurut Badan Kebijakan Fiskal antara lain 1). Terbatasnya jumlah SDM yang betul-betul menguasai keuangan syariah di Indonesia, 2). Masih sedikitnya jaringan yang dimiliki oleh perbankan syariah dibandingkan dengan perbankan konvensional, 3). Kecilnya permodalan bank syariah 4). Masih kurangnya edukasi kepada masyarakat Indonesia mengenai potensi perbankan syariah dan industri keuangan syariah lainnya, 5). Kurangnya dukungan kebijakan. Dengan kata lain, saat ini industri keuangan syariah memang masih merupakan “niche market” di tengah perekonomian domestik.
Oleh karena itu, sangat diperlukan upaya untuk mewujudkan financial inclusion yang efektif oleh Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) dalam rangka memberdayakan ekonomi umat sekaligus memajukan industri keuangan syariah. Upaya tersebut dapat diwujudkan melalui The Linkage Program of Mosque Empowerment. Program tersebut merupakan upaya menciptakan financial inclusion yang efektif dalam memberdayakan masyarakat melaui kerja sama antara Lembaga Keuangan Mikro Syariah dengan masjid-masjid. Bagi BPRS atau BMT ini merupakan peluang untuk memperluas pasar dengan menyerap segmen masyarakat sekitar masjid secara optimal. BPRS dan BMT dapat membuka kantor cabang pembantu di setiap masjid yang dipilih dengan tujuan memudahkan masyarkat dalam akses keungan serta menjaring nasbaha potensial.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan industri keuangan syariah di tanah air selama dua dasawarsa
memang masih belum mampu mengeksplorasi potensi yang ada. Menteri Keuangan
RI Bambang Brodjonegoro dalam majalah Islamic Digest memaparkan bahwa data
terkini dari OJK menunjukkan bahwa aset perbankan syariah baru 4,92 persen dari
aset perbankan nasional, aset asuransi syariah baru 4,25 persen dari total aset
asuransi nasional, begitu pula dengan pembiayaan syariah yang baru 5,51 persen
dari total pembiayaan nasional. Sektor perbankan syariah meskipun belum mampu
keluar dari five percent track tetapi mempunyai pertumbuhan aktiva 49,17 persen
per tahun, jauh di atas pertumbuhan aktiva perbankan nasional yang sebesar 18
persen per tahun. Sehingga memang dapat dikatakan bahwa industri keuangan
syariah memiliki potensi yang besar untuk berkembang lagi.
Laju pertumbuhan industri keuangan syariah yang baik menunjukkan
bahwa sebagian pihak perlahan-lahan sudah tersadar akan manfaat akses keuangan
berbasis syariah yang tahan krisis. Berdasarkan pengalaman krisis pada tahun 1998
bahwa hanya perbankan syariah yang mampu bertahan ditengah krisis global. Hal
tersebut membuktikan bahwa ekonomi syariah mampu menjadi solusi dari
permasalahan ekonomi (http://andalusia.or.id). Menurut Ormerod dalam Byarwati
(2015) menyatakan bahwa dalam dasawarsa terakhir, perekonomian dunia sedang
mengalami perubahan yang mendasar. Terjadi pertumbuhan ekonomi yang tidak
menentu mengarah pada situasi krisis finansial. Salah satu sebab terjadinya krisis
finansial yang melanda dunia adalah karena tak bekerjanya ilmu ekonomi yang
selama ini menopang konsep sistem keuangan dalam meramalkan krisis yang
melanda dunia.
Namun, sampai saat ini industri keuangan syariah belum begitu membumi
di kalangan masyarakat terutama masyarakat ekonomi ke bawah, sehingga
manfaatnya belum dapat dirasakan secara makro di Indonesia terbukti . Sebagai
negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia seharusnya dapat
memainkan peran strategis dalam industri keuangan berbasis syariah. Kendala yang
2
dihadapi oleh industri keuangan syariah menurut studi Badan Kebijakan Fiskal
tahun 2014 yang dijelaskan dalam majalah Islamic Digest antara lain 1).
Terbatasnya jumlah SDM yang betul-betul menguasai keuangan syariah di
Indonesia, 2). Masih sedikitnya jaringan yang dimiliki oleh perbankan syariah
dibandingkan dengan perbankan konvensional, 3). Kecilnya permodalan bank
syariah 4). Masih kurangnya edukasi kepada masyarakat Indonesia mengenai
potensi perbankan syariah dan industri keuangan syariah lainnya, 5). Kurangnya
dukungan kebijakan. Dengan kata lain, saat ini industri keuangan syariah memang
masih merupakan “niche market” di tengah perekonomian domestik.
Pemahaman masyarakat tentang lembaga keuangan menjadi masalah yang
sangat mendasar. Sebagaimana yang dilansir dari liputan6.com Indonesia masih
mencatat banyaknya penduduk yang kurang paham dan kurang memanfaatkan
lembaga keuangan. Sebuah survei yang dilakukan Otoritas Jasa Kuangan (OJK)
belum lama ini bahkan mengungkapkan fakta yang kurang menggembirakan terkait
tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia pada tahun 2013 ini. Survei ini
dilakukan di 27 Provinsi dan memiliki responden sebanyak 8.000 orang.
Masyarakat yang melek perbankan sebesar 22%. Maka kira-kira orang yang
memahami perbankan syariah 22% dikali 5 persen (market share perbankan
syariah).
Melihat kondisi tersebut, pemerintah telah berupaya mengembangkan
financial inclusion atau kerap disebut dengan keuangan inklusif atau keuangan
untuk semua. Financial inclusion dikembangkan dengan maksud untuk
memberikan kemudahan akses keuangan kepada seluruh masyrakat terutama
masyarakat miskin. Seperti dilansir dari tempo.co peneliti eksekutif Departemen
Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia, Agusman menyatakan
kemiskinan bukan sekadar perkara kepemilikan modal. Lebih jauh dari itu, yaitu
ketiadaan akses masyarakat terhadap sistem keuangan.
Salah satu bentuk dari financial inclusion adalah lahirnya Lembaga
Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti BMT dan BPRS dengan sistem
berdasarkan syariat Islam. Hal ini untuk menjawab akan problem mengenai sistem
keuangan yang masih belum optimal menjangkau semua lapisan masyarakat
terutama kalangan miskin, hampir miskin dan kelompok rentan lainnya.
3
Keberadaan LKMS tersebut selain membantu masyarakat miskin, pelaku UMKM
di Indonesia juga akan terbantu dalam akses permodalan yang mudah dan aman.
UMKM merupakan sektor dan sangat berpotensi dalam meningkatkatkan
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional. Dengan demikian, keuangan
inklusif diharapkan dapat menjadi salah satu mekanisme dalam mengurangi
kesenjangan sosial dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di
Indonesia.
Namun, LKMS yang bergerak di lingkungan industri keuangan syariah,
belum mampu menjangkau dan memberdayakan masyarakat secara optimal seperti
kendala-kendala yang sudah dipaparkan sebelumnya. Pemahaman masyarakat dan
kurangnya jaringan menjadi masalah utama LKMS dalam menjangkau dan
memberdayakan masyarakat.
Oleh karena itu, perlunya strategi LKMS untuk merangkul lebih banyak
masyarakat luas terutama dalam pemberian pembiayaan. Di dunia internasional,
Grameen Bank adalah ikon kredit mikro. Sebagai salah satu model bank mikro,
Grameen Bank mampu mengurangi kesulitan masyarakat miskin dalam
memperoleh akses untuk memperoleh kredit usaha. Jika bank mensyaratkan
agunan, Grameen tidak, jika bank harus didatangi nasabah, Grameen bahkan
mendatangi nasabahnya. Model seperti ini mengubah pola pikir tentang kredit, lalu
mengispirasi dunia untuk mengikutinya (Yunus, 2007).
Strategi yang dapat diimplementasikan oleh LKMS saat ini untuk mencapai
keberhasilan seperti Grameen Bank dalam memberdayakan masyarakat adalah
melakukan kerja sama dengan masjid-masjid. Kerja sama tersebut terwujud dalam
The Linkage Program of Mosque Empowerment yang bertujuan untuk membantu
masyarakat dalam akses keuangan sebagaimana saat ini tingkat melek keuagan
masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Program ini bisa memantu pemerintah
dalam mengefektifkan program financial inclusion sebagai salah satu solusi
mengatasi masalah kemiskinan. Masjid-masjid dapat berfungsi selain tempat
beribadah juga sebagai tempat pemberdayaan ekonomi umat, masjid dapat menjadi
tempat yang efektif karena jumlahnya yang banyak dan tersebar luas, hal ini tidak
terlepas dari jumlah penduduk muslim yang berdasarkan data dari BPS mencapai
4
207.176.162 jiwa dari dari total jumlah penduduk Indonesia sebanya 237.641.623
jiwa.
Melalui The Linkage Program of Mosque Empowerment yang dilakukan
LKMS untuk masjid-masjid dapat mendorong tumbuhnya industri keuangan
syariah dan meleknya masyarakat terhadap akses keuangan syariah terutama dalam
hal pembiayaan produktif. Sehingga dengan adanya program tersebut kontribusi
industri keuangan syariah dalam pertumbuhan ekonomi syariah yang
berkesinambungan dapat diwujudkan.
Oleh karena itu, dalam penulisan karya tulis ini, ini penulis mengangkat
judul “The Linkage Program of Mosque Empowerment (LPME): Menciptakan
Financial Inclusion yang Efektif oleh Lembaga Keuangan Mikro Syariah dalam
Rangka Memberdayakan Ekonomi Umat”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan rumusan
masalah sebagai berikut:
1.1.1. Bagaimana konsep The Linkage Program of Mosque Empowerment
dalam menciptakan financial inclusion yang efektif oleh Lembaga
Keuangan Mikro Syariah (LKMS) ?
1.1.2. Bagaimana model implementasi The Linkage Program of Mosque
Empowerment dalam mencipatkan financial inclusion yang efektif
sebagai upaya memberdayakan ekonomi umat ?
1.3 Tujuan Penulisan
Sesuai dengan permasalahan di atas, tulisan ini bertujuan untuk:
1.1.3. Mendeskripsikan The Linkage Program of Mosque Empowerment
dalam menciptakan financial inclusion yang efektif oleh Lembaga
Keuangan Mikro Syariah (LKMS)
1.1.4. Mendeskripsikan langkah-langkah implementasi The Linkage
Program of Mosque Empowerment dalam menciptakan financial
inclusion yang efektif sebagai upaya memberdayakan ekonomi umat
5
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:
1.1.5. Segi teori, kajian ini akan menambah khasanah teori pemberdayaan,
teori financial inclusion, dan teori Lembaga Keuangan Mikro Syariah
(LKMS) dalam uapaya pembentukan masyarakat Indonesia yang
mandiri, yang masih jarang ditemukan di Indonesia.
1.1.6. Segi praktik, kajian ini akan menjadi rujukan dalam implementasi
pemberdayaan masyarakat oleh Lembaga Keuangan Mikro Syariah
(LKMS) yang bersifat produktif dan efektif.
1.1.7. Segi kebijakan, kajian ini dapat mendorong munculnya suatu
kebijakan oleh para pemangku kebijakan tentang pemberdayaan
masyarakat oleh Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)
terutama dalam memberdayakan umat.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lembaga Keuangan Mikro Syariah
Sebelum membahas tentang Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS),
akan dijelaskan terlebih dahulu definisi Lembaga Keuangan Mikro secara umum.
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 2013 Bab I Pasal 1 Tentang Lembaga
Keuangan Mikro, LKM adalah lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk
memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik
melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan
masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi
pengembangan usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan.
Sedangkan yang dimaksud dengan Lembaga Keuangan Mikro Syariah
(LKMS) menurut UU No. 1 Tahun 2013 Bab IV Pasal 12 adalah lembaga keuangan
mikro yang menggunakan prinsip-prinsip syariah dengan adanya Dewan Pengawas
Syariah (DPS) guna mengawasi operasional yang sesuai dengan fatwa Dewan
Syariah Nasional (DSN).
Dalam operasionalnya, Lembaga Keuangan Syariah berada dalam koridor-
koridor prinsip prinsip meliputi (Mughni, 2007):
1. Keadilan, yakni berbagi keuntungan atas dasar penjualan riil sesuai
kontribusi dan resiko masing-masing pihak;
2. Kemitraan, yang berarti posisi nasabah investor (penyimpan dana), dan
pengguna dana, serta lembaga keuangan itu sendiri, sejajar sebagai mitra
usaha yang saling bersinergi untuk memperoleh keuntungan;
3. Transparansi, lembaga keuangan Syariah akan memberikan laporan
keuangan secara terbuka dan berkesinambungan agar nasabah investor
dapat mengetahui kondisi dananya; dan
4. Universal, yang artinya tidak membedakan suku, agama, ras, dan golongan
dalam masyarakat sesuai dengan prinsip Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Berdasarkan kajian dari Sharia Economic Outlook 2014 Lembaga
Keuangan Mikro di Indonesia, secara umum dibagi menjadi dua bagian besar yaitu
LKM berbentuk Bank dan LKM non-Bank. Untuk LKM berbentuk Bank, ada tiga
7
kategori yaitu: BPR/BPRS, unit mikro dari Bank Komersial, dan Badan Kredit Desa
(BKD). Sementara LKM non-Bank dibagi menjadi lembaga yang berbentuk formal
dan berbentuk non-formal. LKM non-Bank yang bersifat formal adalah Koperasi,
Koperasi Jasa Keuangan Syariah, Lembaga Gadai, Lembaga Gadai Syariah,
Lembaga Dana Kredit Pedesaan, dan Lembaga Zakat milik pemerintah. Sedangkan
yang bersifat non-formal adalah lembaga zakat yang berbetuk NGO, Baitulmal Wa
Tamwil (BMT), dan program arisan.
Tabel 1
Jenis dan Jumlah Lembaga Keuangan Mikro Syariah per 2014
Bentuk Institusi Jumlah Lembaga (Unit)
Bank BPRS 163
Non-Bank BMT (berbadan hukum koperasi) 3.200
Lembaga Zakat 500
Lembaga Gadai 3.297
Sumber: Sharia Economic Outlook 2014 oleh Masyarakat Ekonomi Syariah (MES)
Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang paling berkembang saat ini adalah
BMT (Baitul Maal Wa Tamwil). Populasi BMT paling banyak berada di pulau jawa,
yaitu sebanyak 60% dari total BMT di Indonesia. BMT adalah lembaga keuangan
mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkembangkan bisnis
usaha mikro dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela
kepentingan kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari
tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan berlandaskan sistem ekonomi yang
Salaam: keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan.
Produk BMT berorientasi dua hal terkait dengan tujuan pendiriannya; baitul
maal adalah untuk kegiatan sosial, sedangkan baitul tamwil adalah untuk kegiatan
mencari laba. Baitul tamwil dapat dikategorikan berdasarkan fungsinya, yaitu untuk
penghimpunan dana (akad wadi’ah, mudharabah), penyaluran dana dengan prinsip
jual beli (murabahah, salam, istishna) dan bagi hasil (mudharabah, musyarakah),
servis konsumen dan anggota (wakalah, kafalah, rahn), serta baitul maal
dikhususkan untuk pendistribusian dana sosial (zakat, infaq dan shadaqah).
Keberadaan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) tidak terlepas dari
pentingnya dukungan yang diperlukan untuk ekonomi Usaha Mikro Kecil dan
8
Menengah (UMKM) yang memiliki kontribusi signifikan terhadap perekonomian.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik menunjukkan jumlah
pelaku UMKM mencapai 99 persen dari seluruh jumlah pelaku usaha di Indonesia,
nilai investasi UMKM mencapai 52,9 persen dari total investasi, atau sebesar Rp
640,4 triliun, sedangkan angkatan kerja yang diserap oleh sektor UMKM adalah 95
persen dari total angkatan kerja selama beberapa tahun terkahir. Tren perutmbuhan
kredit UMKM pun selalu lebih tinggi dari kredit non UMKM. Hal ini tentunya
dapat dijadikan peluang bagi LKMS dalam mendukung perkembangan pelaku
UMKM yang prospektif dan memiliki peran besar dalam menggerkan roda
perekonomian bangsa.
2.2 Konsep Pemberdayaan (Empowerment)
Pemberdayaan sebagai terjemahan dari empowerment menurut Merrian
Webster dalam Oxford English Dicteonary mengandung dua pengertian :
a. To give ability or enable to, yang diterjemahkan sebagai memberi
kecakapan/kemampuan atau memungkinkan.
b. To give power of authority to, yang berarti memberi kekuasaan.
Carlzon dan Macauley sebagaimana di kutip oleh Wasistiono (1998) dalam
Riza (2006) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pemberdayaan
“Membebaskan seseorang dari kendali yang kaku, dan memberi orang kebebasan
untuk bertanggung jawab terhadap ide-idenya, keputusan-keputusannya dan
tindakan-tindakanya.”
Sementara dalam sumber yang sama, Carver dan Clatter Back (1995)
mendefinisikan pemberdayaan adalah “upaya member keberanian dan kesempatan
pada individu untuk mengambil tanggungjawab perorangan guna meningkatkan
dan memberikan kontribusi pada tujuan organisasi”.
Pemberdayaan ekonomi rakyat adalah usaha untuk menjadikan ekonomi
yang kuat, besar, modern, dan berdaya saing tinggi dalam mekanisme pasar yang
benar. Karena kendala pengembangan ekonomi rakyat adalah kendala struktural,
maka pemberdayaan ekonomi rakyat harus dilakukan melalui perubahan struktural.
Pemberdayaan ekonomi rakyat, tidak cukup hanya dengan peningkatan
produktivitas, memberikan kesempatan berusaha yang sama, dan hanya
9
memberikan suntikan modal sebagai stimulan, tetapi harus dijamin adanya
kerjasama dan kemitraan yang erat antara yang telah maju dengan yang masih
lemah dan belum berkembang (Sumidiningrat, 1999). Dalam hal ini Lembaga
Keuangan Mikro Syariah (LKMS) dapat bekerja sama dengan masjid-masjid untuk
mendorong perekonomian masyarakat. Lembaga keuangan mikro syariah dan
masjid diharapkan mampu membimbing perekonomian masyarakat ke arah yang
lebih baik sesuai dengan nilai-nilai syariah.
Dari berbagai pandangan mengenai konsep pemberdayaan, maka dapat
disimpulkan, bahwa pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah penguatan
pemilikan faktor-faktor produksi, penguatan penguasaan distribusi dan pemasaran,
penguatan masyarakat untuk mendapatkan gaji/upah yang memadai, dan penguatan
masyarakat untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan ketrampilan, yang harus
dilakukan secara multi aspek, baik dari aspek masyarakatnya sendiri, mapun aspek
kebijakannya.
2.3 Financial Inclusion
Keuangan Inklusif (financial inclusion) adalah seluruh upaya yang
bertujuan meniadakan segala bentuk hambatan yang bersifat harga maupun non
harga terhadap akses masyarakat dalam memanfaatkan layanan jasa keuangan.
Keuangan inklusif ini merupakan strategi nasional untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi melalui pemerataan pendapatan, pengentasan kemiskinan serta stabilitas
sitem keuangan. (Mustafida, 2015)
Kemudian Khumar (2013) menjelaskan pula bahwa: “Financial inclusion
is delivery of banking services at affordable cost to vast sections of disadvantaged
and low-income groups. Goals of financial inclusion can be met by initiative of
banking sector to cut acrss various strata of society, regions, gender and income
and encourage public to embrace banking habit”. Artinya keuangan inklusif adalah
proses penyampaian pelayanan bank dengan biaya yang terjangkau untuk
menyentuh kelompok masyarakat yang terpuruk secara ekonomi dan
berpenghasilan rendah dalam jumah banyak. Tujuan dari keuangan inklusif dapat
direalisasikan/dicapai dengan inisiatif dari sektor perbankan untuk memotong
10
berbgai strata masyarakat, wilayah-wilayah, gender dan pendapatan, dan
mendorong masyarakat untuk menerima kebiasaan berbank dengan sepenuh hati.
Menurut Dr. Hartadi A. Sarwono, M. A. dalam Wibowo (2013:16) dalam
Mustafida (2015) secara umum strategi nasional keuangan inklusif di berbagai
negara termasuk Indonesia mencakup beberapa aspek, seperti:
Penyediaan produk dan jasa keuangan yang sesuai. Mislanya tabungan yang
tidak habis oleh biaya administratif atau kredit yang bersifat harian atau
mingguan.
Penyediaan infrastruktur saran penyampaian jasa keuangan yang sesuai.
Misalnya melalui penggunaan jas apiak ketiga yang berada di sekitar
masyarakat tersebut atau menggunakan jasa teknologi telekomunikasi.
Peningkatan perlindungan konsumen dan edukasi keuangan keuangan
untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat.
Saat ini pendekatan pengentasan kemiskinan dengan penurunan tingkat
pengangguran salah satunya dilakukan dengan pendekatan akses terhadap lembaga
keuangan. Survei Bank Dunia di seluruh dunia menunjukkan bahwa sektor
keuangan memiliki peran penting dan signifikan dalam pengentasan kemiskinan,
mengurangi perbedaan pendapat, dan dapat ditingkatkannya pertumbuhan
perekonomian.
2.4 Muhammad Yunus dan Grameen Bank
Muhammad Yunus adalah seorang pendiri bank desa di Bangladesh dengan
nama Grameen Bank. Bank ini didirikan dengan tujuan untuk memberikan
kemudahan kepada kaum miskin khususnya kaum perempuan untuk akses kredit
tanpa agunan untuk mata pencaharian, perumahan, sekolah, dan usaha mikro untuk
keluarga-keluarga miskin dan menawarkan setumpuk program tabungan yang
atraktif, dana pensiun, dan asuransi untuk para anggotanya.
Pendirian bank dan program ini dilatarbelakangi karena Muhammad Yunus
selaku dosen ekonomi Universitas Chittagong merasa resah melihat kesenjangan
antara teori yang diajarkannya dengan realitas kemiskinan sehari-hari di
Bangladesh. Maka lahirlah ide cemerlang untuk pengentasan kemiskinan dengan
11
mendirikan Grameen Bank. Muhammad Yunus telah berhasil memberdayakan
masyarakat miskin Bangladesh. Ia menerima hadiah nobel perdamaian tahun 2006
karena telah berhasil berkat perjuangannya memenangkan peperangan melawan
kemiskinan selama 30 tahun.
Pada tahun 2006 sekitar 80% keluarga miskin sudah terjangkit kredit mikro.
Termasuk memberdayakan para pengemis untuk berbisnis kecil-kecilan seperti
jajanan, mainan, atau barang-barang rumah tangga. Ide ini berjalan, di tahun
tersebut 85.000 pengemis mengikuti program ini, sekitar 5000 sudah berhenti
berhenti mengemis. Orang-orang miskin tersebut selalu membayar kembali
pinjamannya tepat waktu. Secara kumulatif bank telah memberi kredit sebesar
AS$6 miliar dengan tingkat pengembalian 99%. (Yunus, 2007).
Model inilah yang harus diimplementasikan di Indonesia dengan
menggunakan sistem keuangan berbasis syariah. Financial inclusion harus dapat
berjalan efektif salah satunya Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) harus
menjemput bola dan bergerak menyentuh kalangan masyarakat khususnya
masyarakat ekonomi lemah.
2.5 Peran dan Fungsi Masjid dalam Memberdayakan Ekonomi Umat
Masjid adalah tempat ibadah kaum Muslimin yang memiliki peran strategis
untuk kemajuan peradaban umat Islam. Sejarah telah membuktikan multifungsi
peranan masjid tersebut. Masjid bukan saja tempat shalat, tetapi juga sebagai
pusat pendidikan, pengajian keagamaan, pendidikan, militer dan fungsi-fungsi
sosial dan ekonomi lainnya. Nabi Muhammad SAW pun telah mencontohkan
multifungsi masjid dalam membina dan mengurusi seluruh kepentingan umat, baik
di bidang ekonomi, politik, sosial, pendidikan, militer dan lain sebagainya
(Dalmeri, 2014).
Masjid dapat menjadi wadah bagi para jemaahnya dalam mengembangkan
kegitan-kegiatan yang bernilai ekonomis dan menghasilkan income bagi
jamaahnya. Masjid merupakan tempat yang efektif karena mudah ditemui dan
tersebar luas, hal ini karena jumlah umat Islam di Indonesia yang sangat banyak.
Persoalan yang perlu dipikirkan adalah bagaimana membangun kekuatan
ekonomi yang memanfaatkan segala potensi yang dimiliki oleh masjid, baik itu
12
potensi jamaah, potensi lokasi masjid, potensi ekonomi masyarakat sekitar
masjid, dan potensi-potensi lainnya. Bila kesemua potensi tersebut dapat dikelola
dengan baik, maka penulis berkeyakinan bahwa problematika pengangguran
dan kemiskinan, yang menjadi musuh utama umat Islam dewasa ini, akan dapat
diminimalisasi.
Pihak pengelola masjid harus mampu menangkap kebutuhan masyarakat
sekitar, sehingga ini akan memberikan ruang dan peluang bagi pengembangan
aktivitas ekonomi masjid. Pada langkah selanjutnya, pihak masjid sebaiknya
menggandeng mitra/partner yang berasal dari lembaga keuangan mikro syariah
seperti BPRS syariah, maupun institusi nonbank seperti BMT (Bayt al-Māl wa’l-
Tamwīl). Hal ini sangat penting, di samping sebagai syiar dan dakwah, juga
untuk menumbuhkan kesadaran berekonomi secara Islami bagi masyarakat umum
serta mengembangkan financial inclusion yang efektif di Indonesia.
13
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Metode Penulisan
Penulisan ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif,
yaitu mengumpulkan data dan menggambarkan data dengan apa adanya tanpa
menambah atau menguranginya. Data yang sudah dikumpulkan dikemukakan
maksud dan kandungan maknanya dengan mencari solusi atau pemecahan masalah
atas persoalan yang muncul dalam penelitian yang sedang dilakukan. (Abdullah,
Saebani, 2014).
Dalam pembuatan karya tulis ini, penulis menjabarkan tentang bagaimana
merumuskan suatu konsep mengenai pemberdayaan masjid oleh Lembaga
Keuangan Mikro Syariah (LKMS) dalam kaitannya terhadep akses keuangan
masyarakat yang masih rendah. Dengan rumusan masalah yang telah tersusun,
maka penulis menggunakan pendekatan penelitian secara kualitatif untuk
mendapatkan jenis data yang bersifat deskriptif. Kemudian, penulis berusaha
melakukan eksplorasi data guna menjawab pembahasan masalah yang aplikatif.
3.2 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder, dimana
data sekunder yang umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip (data dokumenter), baik yang dipublikasikan maupun tidak
dipublikasikan (Moleong, 2004).
Adapun teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penulisan
ini adalah: (1) Studi pustaka, yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan
metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan
penelitian; (2) Dokumenter, studi dokumentasi dilakukan dengan jalan membaca
laporan-laporan penulisan sebelumnya serta artikel yang diakses dari internet, buku
maupun urnal yang sesuai dengan permasalahan. Pada metode ini penulis hanya
memindahkan data yang relevan dari suatu sumber atau dokumen yang diperlukan;
(3) Diskusi, yaitu cara pengumpulan data dengan melakukan pembicaraan dan
pertukaran pikiran dengan orang-orang yang berkompeten dengan obyek yang
14
sedang diteliti guna memecahkan maslah tertentu; (4) Intuitif-Subjektif, merupakan
perlibatan pendapat penulis atas masalah yang sedang dibahas.
3.3 Prosedur Penulisan
Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Pengumpulan Data, yakni data tentang pemahaman dan literasi
masyarakat terhadap industri keuangan syariah, peran masjid dalam
memberdayakan ekonomi umat, serta peluang dan tantangan yang dihadapi
oleh Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS).
2. Klasifikasi Data, yakni memilih dan memilah data yang diserasikan dengan
pertanyaan dan tujuan penulisan.
3. Penafsiran Isi data, yakni memaknakan isi data dengan metode analisis
data (kualitatif). Agar hasil analisis ini memperoleh kebenaran yang ilmiah,
maka analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan
beberapa tahapan yaitu tahap penyajian bukti atau fakta (skeptik),
memperhatikan permasalahan yang relevan (analitik), dan tahap
menimbang secara obyektif untuk berpikir logis (kritik). (Narbuko,
Achmadi, 2004).
4. Penyimpulan hasil penelitian, yakni menyimpulkan data yang sudah
diolah kemudian merancang model implementasi The Linkage Program of
Mosque Empowerment oleh Lembaga Keuangan Mikro Syariah disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat serta mampu menjawab permasalahan yang
ada.
15
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Konsep The Linkage Program of Mosque Empowerment (LPME) dalam
Menciptakan financial inclusion yang efektif oleh Lembaga Keuangan
Mikro Syariah (LKMS).
The Linkage Program of Mosque Empoerment adalah sebuah program
pemberdayaan masjid dalam bidang ekonomi yang dilakukan oleh Lembaga
Keuangan Mikro Syariah (LKMS). LKMS yang dimaksud adalah Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Program
tersebut tidak lain adalah untuk mempermudah masyarakat dalam mengakses
keuangan atau untuk menciptakannya financial inclusion yang efektif di kalangan
masyarakat Indonesia melaui pengoptimalan fungsi masjid dibawah naungan
LKMS. Akses masyarkat terhadap keuangan sangatlah perlu, seperti dilansir dari
tempo.co Peneliti Eksekutif Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan
Bank Indonesia, Agusman menyatakan kemiskinan bukan sekadar perkara
kepemilikan modal. Lebih jauh dari itu, yaitu ketiadaan akses masyarakat terhadap
sistem keuangan.
Rendahnya akses masyarakat terhadap lembaga keuangan syariah tidak
terlepas dari pemahaman masyarakat terhadap ekonomi dan keuangan syariah.
Sebagaimana yang dilansir dari liputan6.com Indonesia masih mencatat banyaknya
penduduk yang kurang paham dan kurang memanfaatkan lembaga keuangan.
Sebuah survei yang dilakukan Otoritas Jasa Kuangan (OJK) belum lama ini bahkan
mengungkapkan fakta yang kurang menggembirakan terkait tingkat literasi
keuangan masyarakat Indonesia pada tahun 2013 ini. Survei ini dilakukan di 27
Provinsi dan memiliki responden sebanyak 8.000 orang. Masyarakat yang melek
perbankan sebesar 22%. Maka kira-kira orang yang memahami perbankan syariah
22% dikali 5 persen (market share perbankan syariah).
Untuk itu, diperlukan strategi untuk memahamkan masyarakat secara
efektif terhadap keuangan berbasis syariah dalam rangka meningkatkan ekonomi
masyarakat secara keseluruhan. Peran lembaga keuangan syariah di level mikro
16
diharapkan menjadi penggerak utama masyarakat dalam mengakses keuangan.
Lembaga keuangan yang bersifat mikro ini merupakan lembaga yang memfasilitasi
masyarakat menengah ke bawah atas ketidaksesuain sistem keuangan makro seperti
sistem administrasi yang rumit, produk lembaga makro yang tidak sesuai dengan
pelaku usaha kecil (UMKM), anggapan berlebihan bahwa UMKM memiliki risiko
tinggi dan adanya keharusan agunan (jaminan) dalam pinjaman. Sedangkan
masyarakat bawah seperti petani, ibu rumah tangga, nelayan, buruh dan kelompok
rentan lainnya biasanya yang berpendidikan rendah sulit dipaksa mengikuti standar
administrasi yang rumit sebagaiamana diharuskan oleh sistem keuangan makro.
Maka dengan adanya lembaga keuangan yang bersifat mikro ini sudah
seharusnya dapat berjalan secara efisien dalam melayani masyarakat luas. Lembaga
Keuangan Mikro Syariah (LKMS) secara tidak langsung harus berusaha menjadi
lembaga yang terus menerus meningkatkan kinerja usahanya agar bisa bertahan dan
bersaing di lingkungan masyarakat. Zeller dan Meyer (2012) dalam Hudoro (2015)
mengemukakan bahwa indikator kinerja Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dapat
dikategorikan menjadi tiga yaitu, kesinambungan keuangan (financial
sustainability), keterjangkauan (outreach), dan dampak keberadaanya terhadap
sebuah lingkungan (impact). Ketiga kategori tersebut selanutnya disebut dengan
segitiga keuangan mikro (The Triangle of Microfinance).
Gambar 1 Triangle of Microfinance
Institutional
Innovations
Financial Sustainability
Impact
Outreach To The Poor
Sumber: Zeller dan Meyer, (2002) dalam Hudoro (2015)
17
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dalam memperluas outreach-nya ditentukan
oleh lembaga tersebut dalam menjaga financial sustainability. Sehingga Lembaga
Keungan Mikro (LKM) tersebut dapat memberikan impact terhadap perkembangan
ekonomi di lingkungan sekitarnya. Ketiga indikator ini saling berkaitan satu sama
lain, sehingga Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dapat dikatakan mampu bertahan
dan bersaing jika telah memenuhi indikator tersebut.
Begitu pun dengan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) tidak
terlepas dari ketiga indiktor tersebut. Masih rendahnya market share industri
keungan syariah bahkan di level mikro dapat dikatakan terdapat masalah dalam
salah satu atau ketiga indikator tersebut. Fasilitas untuk menjangkau masyarakat
kelas mengengah ke bawah sudah tersedia, tinggal perbaikan strtategi dan program-
program yang bagus dari LKMS supaya financial inclusion yang diharapakan
dalam terlaksana dengan efektif.
Salah satu untuk menciptakan financial inclusion yang efektif dalam
memberdayakan masyarakat adalah dengan dibentuknya kerja sama anatara
Lembaga Keuangan Mikro Syariah dengan masjid-masjid. Bagi BPRS atau BMT
ini merupakan peluang untuk memperluas pasar dengan menyerap segmen
masyarakat sekitar masjid secara optimal. BPRS dan BMT dapat membuka kantor
cabang pembantu di setiap masjid yang dipilih dengan tujuan memudahkan
masyarkat dalam akses keungan serta menjaring nasbaha potensial.
Pada era global dewasa ini, salah satu sumber kekuatan bisnis adalah
terletak pada kekuatan “jaringan” yang dimiliki. Semakin luas jaringan,
semakin kuat pula bisnis yang dimiliki. Karena itulah, LKMS harus memanfaatkan
secara optimal potensi jaringan yang dimilikinya. Jaringan merupakan salah satu
sumber kekuatan umat yang harus dikelola dengan baik, sehingga akan memiliki
manfaat yang bersifat luas. Sebagai contoh, dengan jaringan yang baik, maka
Masjid A yang memiliki usaha untuk menjual beras petani di sekitarnya, akan
dapat memasarkan produknya kepada agen atau yang lainnya yang membutuhkan
pasokan beras bagi kebutuhan masyarakat sekitarnya yang bekerja, misalkan
pada sektor industri jasa.
Selain itu, masjid dapat berfungsi sebagai pusat sosialisasi dan edukasi
tentang ekonomi dan Keuangn Islam yang bekerja sama dengan LKMS disamping
18
dakwah keagamaan dan nilai-nilai Islam lainnya. Ulama-ulama setempat, praktisi
dan akademisi dapat berperan dalam kegiatan tersebut. Ketika dalam internal
masyarakat sudah tersadar akan buruknya sistem ekonomi berbasis riba dan
kapitalis yang dilarang dalam Islam, maka masyarakat akan menghindari dan
meninggalkan kegiatan tersebut. Masyarakat yang menerapkan nila-nilai Al-Qur’an
dalam berkonomi inilah yang diharapkan dapat tumbuh.
Dengan demikian financial sustainability dapat diwujudkan oleh LKMS
melalui jaringan yang dibentuk dengan masjid-masjid. Kemudian, aspek outreach
akan tercapai dengan luas, sampai akhirnya akan terdapat impact dari adanya
Lembaga Keuangan Mikro Syariah di Indonesia (LKMS).
4.2 Model Implementasi The Linkage Program of Mosque Empowerment
(LPME) dalam Mencipatkan Financial Inclusion yang Efektif Sebagai
Upaya Mendorong Perekonomian Umat
Model yang dibentuk tentulah harus memudahkan masyarakat dalam
mengakses keuangan.Berikut ini adalah gambar yang menunjukkan model dari The
Linkage Program of Mosque Empowermnet.
19
Gambar 2. Model The Linkage Program of Mosque Empowerment
LKMS (BPRS/BMT)
Masyarakat I Masjid
Masyarakat belum produkif
secara ekonomi
Masjid
The Linkage
Program of Mosque
Empowerment
Masjid Memberdayakan
Ekonomi Umat
Masyarakat II
Pendanaan Pembiayaan Jasa ZIS
Edukasi/Sosialisai
Masyarakat akan produkif
secara ekonomi
Edukasi/Sosialisasi yang khusus
mengenai ekonomi Islam:
1. Pada saat khutbah jum’at
2. Pengajian Ibu-Ibu
3. Jadwal khusus yang dibuat
Menerima dana tabungan
masyarakat (mudharabah
& wadi’ah
1. Menciptakan dan
membiayai bisnis
kelompok Ibu-Ibu Majlis
Ta’lim
2. Mendorong berbisnis
untuk pengangguran
secara berkelompok
3. Membiayai UMKM
Menyediakan jasa
Pinjaman, Rahn,
Wakalah &Hiwalah
Zakat disalurkan
kepada yang berhak.
Infaq dan shadaqah
dapat dijadikan Gaji
Pegawai Masjid dan
Jaminan untuk LKMS
atas pembiayaan
yang diberikan serta
kebutuhan
masyarakat lainnya.
20
Dalam model tersebut dapat dijelaskan bahwa ketika masjid hanya
berfungsi sebagai sarana ibadah saja, maka masjid tidak akan mampu
memberdayakan ekonomi umat. Padahal, fungsi masjid dapat dioptimalkan salah
satunya dalam memberdayakan ekonomi masyarakat. Masjid idealnya dapat
dengan mudah ditemukan bahkan di setiap RT berdiri masjid. Paradigma yang
muncul di masyarakat, masjid adalah tempat yang mulia sehingga kepercayaan
masyarakat terhadap masjid tinggi. Hal ini bisa dimanfaatkan oleh LKMS dalam
memperluas jangkauannya dalam memberdayakan masyarakat. Dengan adanya
program ini secara tidak langsaung lebih menghidupkan masjid dan masyarakatnya.
Ketika masjid yang ada bekerja sama dengan LKMS (BPRS dan BMT)
maka kehidupan masyarakat akan jauh lebih hidup terutama dalam hal ekonomi.
Berikut penjelasan masjid yang menerpakan The Linkage Program of Mosque
Empowerment oleh LKMS:
1. LKMS menjadikan masjid sebagai mitranya. LKMS dapat menggandeng
satu RT satu masjid untuk diberdayakan. Masyarakat di lingkungan RT
tersebut ketika mengakses keuangan hanya boleh berhubungan dengan
masjid dan LKMS di lingkungan RT nya. Hal ini dimaksudkan untuk
menjaga tanggung Jawab dan program pembinaan yang konsisten. Pengurus
masjid dan ketua RT dapat diperkerjakan dalam program ini.
2. Hal yang perlu dilakukan dengan adanya program ini adalah
dilaksanakannya sosialisasi dan edukasi tentang ekonomi dan keuangan
berbasis syariah. Praktisi BMT, ulama/ustadz serta akademisi dapat
berperan dalam menentukan kurikulum yang harus disamapaikan kepada
masyarakat. Adapun waktunya dapat memnafaatkan pada saat khutbah
jum’at, pengajian majlis ta’lim ibu-ibu, dan jadwal yang dibuat khusus oleh
pegawai.
3. Kemudian, ketua RT dapat merancang program wajib satu kepala keluarga
satu rekening dengan ketentuan one day one thousand, simpanannya dapat
dibagikan setahun sekali. Hal ini dimaksudkan untuk memberi
pembelajaran tentang manfaat mengatur keuangan, sehinga diharapkan
kedepannya masyarakat akan memiliki literasi keuangan yang baik, dengan
21
jumlah tersbut penulis berkeyakinan semua masyarkat akan mampu.
Kemudian di luar program wajib tersebut, masyarakat dapat memanfaatkan
dengan menabung seseuai keperluannya.
4. Untuk program pembiayaan, LKMS dapat mebentuk kelompok usaha
rumahan dari kalangan ibu-ibu majlis ta’lim. Ibu-ibu dituntut untuk
membuat produk ekonomi yang dapat dipasarkan, hal ini dapat dibiayai oleh
LKMS. Begitu pula bagi penganggur dapat didorong untuk berbisnis yang
dibuat secara berkelompok untuk lebih jauh dapat mengajukan pembiayaan
usahanya (UMKM) yang sudah berjalan. Adapun jaminan yang diberikan
oleh masyarakat masjid terhadap pembiayaan LKMS adalah dari simpanan
wajib one day one thousand, infaq dan shadaqah.
5. Masjid yang diberdayakan oleh LKMS dapat menyediakan jasa pinjaman
(qardh), wakalah, hiwalah serta rahn.
6. Program Islamic Social Funds (ZIS) dapat dilakukan dengan lebih baik oleh
masjid atas bimbingan LKMS. ZIS tersbut dikhususkan untuk
pembangunan dan kebutuhan masyarakat di masjid yang bersangkutan
seperti:
a. Membayar utang orang miskin yang meninggal dunia
b. Santunan bagi kaum fakir miskin
c. Jaminan pembiayaan untuk LKMS
d. Pembanguana infrastruktur di lingkungan RT dan masjid
Dengan adanya pengelolaan yang baik akan dana ZIS. Maka manfaatnya
akan dapat dirasakan secara makro oleh masyarakat disamping itu pengawasan
akan semakin kuat karena melibatkan pihak masjid dan LKMS. LKMS dapat
memberikan data yang pasti ke pemerintah terhadap pendapatan ZIS di masjid
tersebut.
Dengan The Linkage Program of Mosque Empowerment (LPME) dapat
menjadkan proses financial inclusion yang efektif dan dapat menjadikan
masyarakat Indonesia melek terhadap akses keuangan. Dengan efektifnya financial
inclusion dan meleknya masyarakat terhadap keuangan diharapkan mampu
mendorong kegiatan perekonomiannya. Lebih dari itu, masyarakat dalam waktu
selanjutnya dapat bermain dengan lembaga keuangan syariah yang berskala besar.
22
Sehingga pada akhirnya peran industri keuangan syariah dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.
23
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Indonesia dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia memiliki
potensi dalam pengembangan sektor keuangan syariah. Terlebih lagi dari
terbuktinya lembaga keuangan syariah yang mampu bertahan di masa krisis
ekonomi 1998. Namun, sampai saat ini industri keuangan syariah belum mampu
menjadi penopang perekenomian yang utama. Padahal, sebagai negara
berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia seharusnya dapat memainkan
peran strategis dalam industri keuangan berbasis syariah.
Kendala yang dihadapi oleh industri keuangan syariah menurut studi Badan
Kebijakan Fiskal tahun 2014 antara lain 1). Terbatasnya jumlah SDM yang betul-
betul menguasai keuangan syariah di Indonesia, 2). Masih sedikitnya jaringan yang
dimiliki oleh perbankan syariah dibandingkan dengan perbankan konvensional, 3).
Kecilnya permodalan bank syariah 4). Masih kurangnya edukasi kepada
masyarakat Indonesia mengenai potensi perbankan syariah dan industri keuangan
syariah lainnya, 5). Kurangnya dukungan kebijakan. Dengan kata lain, saat ini
industri keuangan syariah memang masih merupakan “niche market” di tengah
perekonomian domestik.
The Linkage Program of Mosque Empowerment yang dilakukan LKMS
untuk masjid-masjid dapat mendorong tumbuhnya industri keuangan syariah dan
meleknya masyarakat terhadap akses keuangan syariah terutama dalam hal
pembiayaan produktif. Sehingga dengan adanya program tersebut kontribusi
industri keuangan syariah dalam pertumbuhan ekonomi syariah yang
berkesinambungan dapat diwujudkan.
5.2 Saran
1. Bagi Pemerintah
Pemerintah diharapkan mampu mengadakan berbagai program yang dapat
meningkatkan produktivitas lembaga keuangan syariah di Indonesia dan
membantu dalam pengimplementasian The Linkage Program of Mosque
Empowerment.
24
2. Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan mampu mendukung program-program yang mampu
meningkatkan produktivitas keuangan syariah.
3. Bagi LKMS
LKMS harus dapat mengimplementasikan jemput bola kepada masyarakat
dalam mengembangkan produk keuangannya.
4. Akademisi
Akademisi harus selalu berupaya mensosialisasikan dan memberdayakan
atau melakukan pengabdian mengenai peran dan fungsi tentang lembaga keuangan
syariah kepada masyarakat.
vii
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abdullah, B. & Saebani, B. A. (2014). Metode Penelitian Ekonomi Islam. Bandung:
CV Pustaka Setia.
Al-Arif , M. Nur Rianto. (2012). Lembaga Keuangan Mikro Syariah-Suatu Kajian
Teoritis Praktis. Jakarta: Pustaka Setia.
Hudoro, P. (2015). Peningkatan Daya Saing Lembaga Keuangan Mikro Syariah
Melaui Duplikasi Sistem Rentenir. Universitas Indonesia Depok: Forum Riset
Ekonomi dan Keuangan Syariah III.
Majalah Islamic Digest, Edisi 01 – 1 Mei 2015. Jakarta: PT Multi Idea Production.
Moleong, Lexy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
Mughni, Abdhul. (2007). Keuangan Mikro Islam : Upaya Dalam Pengentasan
Masalah Sosial. Bogor: Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tazkia.
Mustafida, R. (2015). Branchless Banking: Menuju Peran Perbankan Syariah
dalam Mencapai Financial Inclusion. Universitas Indonesia Depok: Forum
Riset Ekonomi dan Keuangan Syariah III.
Narbuko, Cholid Dan Achmadi, Abu. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Riza, R. dan Roesmidi, M. M. (2006). Pemberdayaan Masyarakat. Sumedang :
Alqa Print Jatinangor.
Sharia Economic Outlook 2014. Masyarakat Ekonomi Syariah
Sumidiningrat, Gunawan (1999). Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring
Pengaman Sosial. Gramedia: Jakarta.
UU No. 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro, Bab I Pasal 1.
UU No. 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro, Bab IV Pasal 12.
viii
Wibowo, Pungky Wibowo. (2013). Branchless Banking Setelah Multilicense:
Ancaman atau Kesempatan Bagi Perbankan Nasional. Bank Indonesia:
Jakarta.
Yunus. M. (1997). Vers un Mode sans Pauvrete. Perancis: Editions JC Lattes.
Diterjemahkan oleh Irfan Nasution. (2007). Bank Kaum Miskin. Tangerang:
PT Cipta Lintas Wacana.
Jurnal:
Byarwati, A. (2015). “Menyikap Jati Diri Ekonomi Islam”. EkonomiKa Jurnal
Paradigma Islam di Bidang Keuangan, Ekonomi dan Pembangunan. Vol. 2.
Hal. 5.
Dalmeri. (2014). “Revitalisasi Fungsi Masjid Sebagai Pusat Ekonomi dan Dakwah
Multikultural”. Jurnal Walisongo. Vol. 22. No. 2.
Khumar, N. (2013). “Financial Inclusion and its determinants: evidence from
India”: Journal Financial Economic Policy. Vol. 5 No. 1 pp. 4-19.
Website:
Depkop.go.id
www.bps.go.id
Antonio, Syafii. Muhammad dan Fauzi Nugraha, Hilman. Ekonomi Syariah untuk
Ekonomi yang Lebih Baik. [online]. Tersedia: http://andalusia.or.id.
(Diakses 26 Juli 2015).
--(2013). 6 Bukti Mengejutkan Masyarakat RI Belum Melek Keuangan. [online].
Tersedia: http://bisnis.liputan6.com/read/750190/6-bukti-mengejutkan-
masyarakat-ri-belum-melek-keuangan (Diakses 2 Agustus 2015).
--(2013). Keuangan Inklusif Bisa Jadi Solusi Kemiskinan. [online]. Tersedia:
m.tempo.co/read/news/2013/04/30/087476766keuangan-inklusif-bisa-jadi-
solusi-kemiskinan (Diakses 2 Agustus 2015).
ix
LAMPIRAN
A. Biodata Ketua 1 1. Identitas
1 Nama Lengkap Ketua Mumuh Muhammad 2 Jenis Kelamin Laki-Laki 3 Program Studi Ilmu Ekonomi dan Keuangan Islam 4 NIM 1306022 5 Tempat dan Tanggal Lahir Purwakarta, 04 Maret 1994 6 E-mail [email protected]
7 Nomor Telepon/Hp 089608322043
2. Riwayat Pendidikan
3. Penghargaan yang Pernah Diraih
No Prestasi/Kemampuan
yang diunggulkan
Pencapaian/ Penghargaan/
Pengakuan
Tahun Perolehan
Tingkat
1. Pemilihan MAWAPRES
Juara 1/ Piagaam
2015 Univ.
2. Olimpiade Ekonomi Islam
Juara 1 Peserta Terbaik/ Piagam
2015 Nasional
3. Paper Challenge National Education Conference
Juara 2/ Paigam
2014 Nasional
4. Olimpiade Ekonomi Islam
Juara 1/ Piagam
2014 Regional Jawa Barat
5. Nasyid Juara 1/ Piagam
2015 Regional Jawa Barat
6. Musabaqah Hifdzil Qur’an 1 Juz
Juara1/ Medali
2015 UPI
7. Putra Bumi Siliwangi
Juara 1/ Piagam
2014 UPI
8. LKTI Al’Qur’an Juara 1/ Medali
2015 UPI
9. Pemilihan MAWAPRES
Juara 1/ Piagaam
2015 FPEB
SD SMP SMA
Jenis Institusi SDN 1 Cibogogirang
SMPN 2 Darangdan
SMKN 2 Purwakarta
Jurusan - - Akuntansi Tahun Masuk-Lulus
2001-2007 2007-2010 2010-2013
x
10. Pemilihan Mahasiswa Berprestasi
Juara 1/ Piagam
2014 Program Studi
11. Pemilihan Mahasiswa Berprestasi
Juara 4/ Piagam
2014 Fakultas
12. Silaturahim dengan Presiden SBY
Mahasiswa Bididk Misi Berprestasi
2014 -
13. Program Kreativitas Mahasiswa
Lolos/ Pemberian dana
2014 UPI
14. Program Mahasiswa Wirausaha
Lolos/ Pemberian dana
2014 UPI
xi
B. Biodata Anggota 1 1. Identitas
Nama Dewi Lestari Jenis Kelamin Perempuan Program studi Pendidikan Ekonomi NIM 1305413 Tempat Tanggal Lahir Bandung, 02 Januari 1995 E-mail [email protected]
No HP 089656415633
2. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SDN
Juntigirang 2 SMPN 1 Katapang
SMAN 1 Katapang
Jurusan - - IPS Tahun Masuk-Lulus 2002-2007 2007-2010 2010-2013
3. Penghargaan yang Pernah Diraih
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan
Tahun
1. Juara 8 Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Ekonomi se-Kabupaten Bandung
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung
2012
2. Siswa Berprestasi I se-SMAN 1 Katapang
SMAN 1 Katapang 2013
3. Nilai UN Tertinggi I se-SMAN 1 Katapang
SMAN 1 Katapang 2013
4. Juara 3 Kompetisi Koperasi Mahasiswa Bumi Siliwangi UPI
Koperasi Mahasiswa Bumi Siliwangi UPI
2013
5. Finalis Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional “Sharia Economic Learning Forum”
KSEI ICON Universitas Udayana, Bali
2014
6. Juara 1 Lomba Karya Tulis Mahasiswa
BEM MAHAPROPESI UPI
2014
7. 18 Besar Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional INOVASI (Indonesian Youth Festival)
UKM Keilmuan dan Penalaran Ilmiah Universitas Hassanudin, Makasar
2014
xii
C. Biodata Anggota 2
1. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Abdu Yakan Rosyadi
2 Jenis Kelamin L
3 Program Studi Pendidkan Tekhnik
Elektro
4 NIM 1307493
5 Tempat dan Tanggal Lahir Bandung, 17 Desember
1995
6 E-mail [email protected]
7 Nomor Telepon/HP 085659124840
2. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SDN Galih
Pawarti
SMPN 2
Majenang
SMA Plus
Darussalam
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk
Lulus
2001-2007 2007-2010 2010-2013
3. Penghargaan yang Pernah Diraih
No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi
Penghargaan Tahun
1 Peraih UN terbaik SMP SMPN 2
Majenang
2010
2 Peraih UN terbaik SMA SMA Plus
Darussalam
2013
3 Peraih Beasiswa Perintis 3 Salman ITB 2013