MODUL PELATIHAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) Tingkat Dasar
Tgs sig
Transcript of Tgs sig
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertanian telah dan terus dituntut berperan
dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk
Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa, penyediaan
pangan dan bahan baku industri, pengentasan kemiskinan,
penyedia lapangan kerja dan peningkatan pendapatan
masyarakat. Selain kontribusi langsung, sektor
pertanian juga memiliki kontribusi yang tidak langsung
berupa efek pengganda (multiplier effect), yaitu
keterkaitan input-output antar industri, konsumsi dan
investasi. Dampak pengganda tersebut relatif besar
sehingga sektor pertanian layak dijadikan sebagai
sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional.
Perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam yang
baik mutlak diperlukan dalam pengembangan pertanian.
Tersedianya informasi potensi sumber daya lahan untuk
pengembangan komoditas pertanian akan sangat membantu
1
upaya peningkatan produksi komoditas pertanian secara
berkelanjutan.
Kopi merupakan salah satu produk perkebunan yang
memiliki prospek pengembangan yang baik. Data
Departemen Perdagangan Republik Indonesia menunjukkan
volume perdagangan kopi dunia dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan. Kopi Arabika (coffea arabica)
menghendaki daerah dengan ketinggian 700m dpl s.d.
1.700 m dpl dengan suhu berkisar 16°C s.d. 20°C .
Dengan ciri tersebut, kopi arabika dapat tumbuh dengan
baik. Untuk dapat tetap menjaga pertumbuhan kopi
arabika dengan baik dan kekhasanya tetap terjaga
perlulah daerah-daerah yang potensial untuk ditanami.
Baik dari sarana penunjang untuk pengolahannya dan
pendirian pabrik pengolahan harus mempertimbangkan
aspek-aspek lingkungan.
Berkembangnya unit pengolahan dapat memberikan
dampak positif apabila dikelola dengan baik. Tetapi
dapat memberikan dampak negatif apabila tidak dikelola
2
dengan baik. Faktor utama yang harus diperhatikan dalam
aspek teknis produksi adalah lokasi usaha/pabrik.
Lokasi pabrik pengolahan kopi yang strategis akan mampu
meminimalkan biaya-biaya yang harus dikeluarkan,
seperti biaya bahan baku, biaya pengangkutan, tenaga
kerja, dan sebagainya.
Memperhatikan hal tersebut, dibutuhkan suatu
sistem informasi dan data penginderaan jauh yang dapat
digunakan dalam mengelola kawasan tersebut. Sehingga
berbagai aspek pengelolaan dapat dilakukan dengan baik.
Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat memberikan
informasi mengenai potensi suatu kawasan sehingga dapat
memudahkan menata kawasan agroindustri dengan efektif
dan efisien. Dengan SIG pihak-pihak yang bergerak dalam
Agroindustri Kopi Arabika dengan mudah dapat menentukan
keputusan-keputusan ekonominya.
Berdasarkan gambaran tersebut, maka diperlukan
pengelolaan kawasan Agroindustri berbasis Sistem
Informasi Geografis untuk mendorong pengembangan
3
kawasan. Khususnya mendorong pengembangan agroindustri
kopi Arabika.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana masalah yang dihadapi sebelum
menggunakan system informasi geografis pada
pengelolaan kopi arabika?
2. Bagaimana manfaat yang didapat pada pengembangan
dan penataan kawasan agroindustry pada kopi
arabika setelah menggunakan system informasi
geografis?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan tugas terstruktur ini yaitu
agar lebih mengetahui dan memahami tentang Manfaat Data
Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk
Pengembangan Komoditas Kopi Arabika berbasis Kearifan
4
Lokal di Indonesia dan juga guna untuk memenuhi tugas
terstruktur mata kuliah Sistem Informasi Geografis.
5
II. ISI
A. Pengertian Usaha Tani
Usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk
mengusahakan tanahnya dengan maksud untuk memperoleh
hasil tanaman atau hewan tanpa mengakibatkan
berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk
memperoleh hasil selanjutnya (Adiwilaga, 1992 dalam
Wayan,2011).
B. Pengertian Sistem informasi Geografis (SIG)
Sistem informasi geografis (SIG) atau geografhic
informations system (GIS) merupakan suatu sistem informasi
yang dirancang untuk bekerja dengan data yang
bereferensi spasial atau berkoordinat geografi. Dengan
kata lain suatu sistem informasi geografis adalah suatu
sistem basis data yang memiliki kemampuan khusus untuk
menangani data yang bereferensi keruangan (spasial)
bersamaan dengan seperangkat operasi kerja (Barus dan
Wiradisastra, 2000 dalam As-syakur, 2006).
6
SIG dapat dioperasikan secara manual atau sering
disebut analog atau otomatis, yaitu berdasarkan pada
komputer digital. Manual SIG biasanya terdiri dari
beberapa elemen data termasuk peta, lembaran bahan
transparan menggunakan overlay, foto udara dan tanah,
laporan statistik, dan laporan surve lapangan (Star dan
Estes, 1990 dalam wayan,2011). SIG adalah suatu sistem
otomatis berbasis komputer yang mampu menyediakan empat
set kemampuan untuk menangani data geo-referensi.
Kemampuan SIG dalam mengolah geo-referensi yaitu: input,
manajemen data (penyimpanan dan pengambilan data),
manipulasi dan analisis, dan output.
Beberapa kelebihan ini merupakan ciri SIG dengan
Sistem Informasi lainnya sehingga berguna untuk
berbagai kalangan untuk menjelaskan kejadian,
merencanakan strategi, dan memprediksi apa yang akan
terjadi. Prasetyo (2003) mengungkapkan SIG memiliki
sedikitnya lima kegunaan sebagai berikut:
1. Memetakan letak
7
Data realita di permukaan bumi akan dipetakan ke
dalam beberapa layer dengan setiap layernya merupakan
representasi kumpulan benda (feature) yang mempunyai
kesamaan, contohnya layer jalan, layer bangunan, dan
layer customer. Layer-layer ini kemudian disatukan
dengan disesuaikan urutannya.
Fungsi ini dapat digunakan seperti untuk mencari
lokasi rumah, mencari rute jalan, mencari tempat-tempat
penting dan lainnya yang ada di peta. Orang dapat pula
melihat pola-pola yang mungkin akan muncul dengan
melihat penyebaran letak-letak feature, misalnya
sekolah, pelanggan, daerah miskin dan sebagainya.
2. Memetakan kuantitas
Orang sering memetakan kuantitas, yaitu sesuatu
yang berhubungan dengan jumlah, seperti dimana yang
paling banyak atau dimana yang paling sedikit. Dengan
melihat penyebaran kuantitas tersebut dapat mencari
tempat-tempat yang sesuai dengan kriteria yang
diinginkan dan digunakan untuk pengambilan keputusan,
8
ataupun juga untuk mencari hubungan dari masing-masing
tempat tersebut. Pemetaan ini akan lebih memudahkan
pengamatan terhadap data statistik dibanding database
biasa.
3. Memetakan kerapatan (densities)
Sewaktu orang melihat konsentrasi dari penyebaran
lokasi dari suatu obyek material (feature) di wilayah
yang mengandung banyak feature mungkin akan mendapat
kesulitan untuk melihat wilayah mana yang mempunyai
konsentrasi lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya.
Peta kerapatan dapat mengubah bentuk konsentrasi ke
dalam unit-unit yang lebih mudah untuk dipahami dan
seragam, misalnya membagi dalam kotak-kotak selebar 10
km2, dengan menggunakan perbedaan warna (gradasi warna)
untuk menandai tiap-tiap tingkat kerapatan suatu obyek
material.
4. Memetakan perubahan
9
Dengan memasukkan variabel waktu, SIG dapat dibuat
untuk peta historikal. Histori ini dapat digunakan
untuk memprediksi keadaan yang akan datang dan dapat
pula digunakan untuk evaluasi kebijaksanaan.
5. Memetakan apa yang ada di dalam dan di luar
suatu area
SIG dapat juga digunakan untuk memonitor apa yang
terjadi dan mengambil keputusan apa yang akan diambil
dengan memetakan apa yang ada pada suatu area, dan apa
yang ada diluar area. Suatu areal perkebunan misalnya
di dalamnya telah terdapat beberapa fasilitas seperti
pabrik, rumah makan, jalan dan sebagainya. Dengan SIG
juga dapat digunakan untuk memonitor di luar area
perkebunan. Misalnya pada radius 10 km, terdapat
vasilitas sekolah dasar, rumah sakit, jalur
transportasi dan sebagainya. Tujuan dari memonitor apa
yang ada di dalam dan di luar bertujuan untuk
mengintegrasikan fasilitas di dalam perusahaan
10
(perkebunan) dengan fasilitas umum lainnya yang ada di
luar lokasi perkebunan. (PI,2013)
C. Perkembangan Kopi Arabika
Perkembangan kopi di Indonesia mengalami
fluktuasi. Kopi pernah terserang penyakit berbahaya
hemelia vastatrix (HV) yang menyerang daun pada tahun
1876. Karena serangan penyakit HV ini, kembali
didatangkan kopi jenis robusta ke Indonesia dengan
harapan akan penyakit HV. Namun ternyata juga rentan
terhadap penyakit. Seiring dengan perjalanan waktu,
muncul beberapa hasil persilangan varietas kopi
arabika, liberika, dan robusta. Hasil persilangan ini
menghasilkan varietas dengan sifat yang berbeda dengan
induknya. Varietas baru ini dinamakan varietas lokal
sesuai dengan tempat varietas tersebut ditemukan.
Berdasarkan data mencatat produksi kopi Indonesia
mencapai 700 ribu ton per tahun, mencakup 140 ribu ton
untuk Kopi Arabika. Untuk jumlah ekspor Arabika 2012
ini sekitar 15 persen, meningkat dari ekspor tahun lalu
11
yang berkontribusi sekitar 8 persen. Harga kopi arabika
di dunia saat ini di kisaran 2,1 dolar AS per kg.
Perkembangan Ekspor Kopi Indonesia trendnya terus
menurun sejak 2010 atau tinggal 352.007 ton pada 2011
di karenakan produksi berkurang dan harga di dalam
negeri lebih mahal dibandingkan dengan ekspor.
Meskipun volume ekspor anjlok tinggal 352.007 ton,
nilai ekspor jauh lebih besar dari perolehan di 2009
dan 2010. Produksi kopi Indonesia tahun 2012
diperkirakan di kisaran 600.000-an ton dari tahun lalu
yang juga tidak sampai sebesar 640.000 ton seperti yang
diperhitungkan awalnya. (IF,2011)
Kopi Arabica yang berada di Indonesia banyak
ditemukan didaerah Sumatra utara. Kopi Arabica ini
merupakan komoditas unggulan disana tetapi
produktivitas untuk kopinya masih tergolong rendah.
Kopi arabika ini bisa tumbuh dengan baik, apabila
pengelolaanya cukup bagus. Untuk itu diperlukan adanya
12
data penginderaan jauh dan istem informasi geografis
yang dapat membantu dalam pengelolaan kopi arabika.
D. Permasalahan yang muncul pada kopi Arabica
sebelum menggunakan SIG
Kopi Arabica ini, hampir diseluruh daerah yang
ditanami kopi Arabica produktivitasnya masih tergolong
rendah. Padahal di era ini, kopi merupakan sumber
devisa Negara. Salah satu factor penyebab rendahnya
factor produktivitas adalah Negara penghasil kopi
menunjukkan bahwa produktivitas kopi per unit luas
tanah lebih rendah dari nilai potensinya.
Masalah yang dapat timbul yang mempengaruhi kopi
Arabica yaitu
1. Kemiringan Lahan
Banyak para petani hanya menanam tanaman kopi
Arabica tanpa melihat kemiringan lahan. Mereka
asal menanam karena mereka tidak
memperhitungkan akibat dari penggunaan lahan
13
yang tidak sesuai. Ini sangat mempengaruhi
produksi kopi Arabica karena hasil panennya
bisa mengalami kemunduran. Tanaman kopi arabika
tidak cocok ditanam pada lahan yang miring.
2. Lokasi perkebunan yang tidak sesuai
Banyak masalah yang muncul dengan
produktivitas kopi Arabica yang rendah karena
kebanyakan petani tidak melihat lokasi
perkebunan yang tepat. Padahal sebenarnya
lokasi perkebunan sangat mempengaruhi hasil
dari perkebunan itu sendiri. Lokasi perkebunan
dilihat untuk menentukan adanya sumber hara
ataupun yang lainnya.
Lokasi perkebunan Arabica haruslah
lingkungannya sesuai dengan syarat pertumbuhan
kopi Arabica ini. Karena kopi Arabica memiliki
syarat pertumbuhan tertentu. Lokasi pertumbuhan
kopi Arabica ini haruslah lahan yang bebas hama
dan penyakit.
3. Lokasi pabrik yang tidak sesuai
14
Dengan mendirikan lokasi pabrik yang tidak
sesuai dengan aturan, juga dapat memberikan
pengeluaran biaya yang tinggi. Ini dapat
membuat penurunan keuntungan. Lokasi pabrik
sangat penting dipikirkan karena sehabis
kegiatan panen, pastilah pabrik digunakan untuk
melakukan pengolahan. Kopi Arabica membutuhkan
lokasi pabrik yang keadaan lingkungannya sesuai
dengan syarat pertumbuhannya. Yaitu lokasi
pabrik kopi Arabica ini usahakan dekat
perumahan. Hal ini guna untuk memudahkan dalam
pengawasan.
4. Jalan
Banyak para petani yang hanya memikirkan
bagaimana tanaman kopi Arabica tumbuh dengan
baik. Petani jarang yang memikirkan bagaimana
jalan atau akses yang akan digunakan selama
proses pengangkutan setelah panen atau ketika
15
masa penanaman. Jalan ini sangat penting
dikarenakan bisa mempengaruhi biaya pengeluaran
produksi yang tinggi apabila akses jalannya
sulit untuk dijangkau. Kebanyakan kopi Arabica
ini tumbuh ditempat yang terisolir. Untuk itu,
perlu diperhatikan akses jalannya supaya dalam
pemeliharaanya maupun panennya tidak mengalami
kesulitan.
5. Sumber mata air
Dalam membuat lokasi perkebunan juga
diperhitungkan adanya sumber air. Apabila kita
tidak memperhatikan adanya sumber air ini,
membuat kesulitan dalam kegiatan panennya
maupun pasca panennya. Sumber air ini penting
dalam membantu pertumbuhan kopi Arabica
nantinya.
6. Iklim dan tanah
Kopi Arabica ini bisa hidup dengan baik pada
ketinggian tempat 800-2000m dpl. Dengan suhu
16
15º C – 25º C. Dan curah hujan 1.750 – 3000
mm/thn.
Untuk tanah, ph tanah yang cocok untuk kopi
Arabica adalah 5,5-6,5. Harus mengandung top
soilminimal 2% dan struktur tanahnya harus
subur, gembur dengan kedalaman relative >100
cm.
Dengan adanya permasalahan ini, system informasi
geografi (SIG) dan data penginderaan jauh bermanfaat
dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi
pada kopi Arabica ini. Dengan adanya SIG dan data
penginderaan jauh ini, dapatlah memilih tempat yang
sesuai untuk pertumbuhan kopi arabika. Sebelum
melakukan penanaman terhadap kopi Arabica ini, ada
baiknya apabila memperhatikan factor-faktor lingkungan
dan penunjangnya. Dibutuhkan perencanaan kawasan
agroindustry yang tepat supaya nantinya hasil
pengelolaanya bisa efisien dan produktivitas kopi
17
arabicapun bisa meningkat. Hal ini bisa dilakukan
dengan melakukan analisis menggunakan SIG.
E. Manfaat Data Penginderaan Jauh dan SIG dalam
pengembangan dan penataan kawasan Agroindustri
Kopi Arabica
Penataan kawasan agroindustry kopi arabika memang
membutuhkan sistem informasi geografis yang
komprehensif, dalam menetapkan keputusan ekonomi yang
terkait dengan industri hilir yang efisien. Beberapa
instrumen industri hilir yang penting, meliputi tata
letak lokasi pabrik, potensi produksi, lokasi bahan
baku, fasilitas jalan, dan komponen lain yang terkait.
Penataan komponen-komponen tersebut memiliki kendala
geografis, sehingga harus diperhitungkan dengan cermat.
Analisis system informasi geogafis untuk penataan
agroindustry bisa menggunakan analisis SIG dengan
sofeware Arcview 3.3. (Wayan, 20110)
Tujuan utama dari penginderaan jauh adalah untuk
mengumpulkan sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan
18
adanya penginderaan jauh ini dapat dimanfaatkan untuk
dapat membuat citra secara cepat meskipun pada daerah
yang sulit ditempuh melalui daratan, contohnya hutan.
Jadi bisa mendapatkan data yang akurat sesuai dengan
yang diinginkan.(Eko,2013)
Berdasarkan analisis SIG, maka dapat diketahui
sebaran produksi, lokasi potensial untuk mendirikan
pabrik, lokasi pabrik yang telah ada, dan zona
pengelolaan. Dengan demikian pengembangan industri
hilir dapat dilakukan dan layak secara ekonomi tanpa
meninggalkan kesesuaian aspek lingkungan.
Selain faktor lingkungan, penanganan pascapanen
dipengaruhi faktor-faktor ekonomi. Dengan demikian,
dalam penentuan lokasi pabrik yang feasible, Maka
dilakukan penentuan zona pengelolaan berdasarkan
referensi geografis, dan akses jalan yang tersedia di
lokasi. Penentuan zona pengelolaan akan mempermudah
menentukan kapasitas produksi pabrik yang harus
dibangun, serta daerah buffer stock bahan bakunya.
19
Dengan demikian kawasan agroindustri kopi Arabika dapat
tertata secara efektif dan efisien.
SIG dapat menyediakan informasi sebaran produksi,
penempatan lokasi pabrik yang strategis, jalur
transportasi, tenaga kerja, serta lokasi-lokasi pabrik
yang telah ada dapat dengan mudah diketahui. SIG saat
ini tidak saja digunakan untuk memecahkan masalah-
masalah pengelolaan sumber daya alam, tetapi juga
digunakan dalam pemecahan masalahan ekonomi,
kependudukan, sosial, kesehatan, dan sebagainya. SIG
merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk
mengolah (input, manajemen, proses, dan output) data
spasial atau data yang bereferensi geografis. Dengan
ketersediaan informasi tersebut, maka penataan kawasan
agribisnis dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.
Prasetyo (2003: 6) mengungkapkan di daerah pedesaan
(rural) manajemen tata guna lahan lebih banyak mengarah
ke sektor pertanian. Penentuan lokasi gudang dan
pemasaran hasil pertanian dapat terbantu dengan
20
memanfaatkan peta produksi pangan, penyebaran konsumen,
dan peta jaringan transportasi.
Setelah terbantunya dengan adanya system informasi
geografis ini, dapat membantu pengembangan
produktivitas kopi Arabica dapat meningkat. Sistem
informasi geografi ini memang memiliki banyak manfaat
dalam pengembangan kopi Arabica. Dapat membuat daerah
sentra produksi kopi Arabica berada pada zona
pemanfaatan untuk tanaman perkebunan atau tanaman
keras. Dengan adanya data penginderaan jauh juga,
lokasi yang nantinya digunakan untuk pertumbuhan kopi
Arabica bisa didapat dengan cepat dan membantu dalam
pengambilan keputusan. Pabrik tempat pasca panennya
juga bisa tertata dengan rapi dan sesuai dengan kondisi
kesesuaian lahan. Dengan begitu produktivitas kopi
Arabica akan naik dan biaya yang dikeluarkan akan
ditekan seminimal mungkin. Masih banyak sekali manfaat
yang didapat dari adanya system informasi geografis ini
khususnya untuk pengembangan kopi Arabica.
21
F. Contoh Penelitian yang menggunakan SIG pada
komoditas Kopi Arabika Gayo dalam rencana tata
ruang wilayah
Pada penelitian Ellyanti, menggunakan analisis
indikasi geografis pada kopi Arabica gayo dinjau dari
rencana tata ruang wilayah kabupaten. Penelitian
Elyanti ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian
wilayah IG Kopi Arabika Gayo dengan ketinggian tempat,
menganalisis kawasan yang telah ditetapkan sebagai
kawasan budidaya, serta menghitung persentase
penyimpangan penggunaan lahan untuk Kopi Arabika Gayo
di DTG berdasarkan RTRW Kabupaten Bener Meriah, Aceh
Tengah dan Gayo Lues dan IG kopi Gayo.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Elyanti,
metode yang digunakan adalah metode deskriptif.
Analisis spasial dilakukan dengan metode tumpang tindih
(overlay analysis) dan menambahkan seluruh data dan
informasi yang sudah didapatkan berdasarkan ground survey
dengan bantuan alat Global Positioning System. Hasil
22
penelitian Elyanti menunjukkan bahwa wilayah Indikasi
Geografis (IG) Kopi Arabika Gayo di DTG yang sesuai
dengan ketinggian tempat di atas permukaan laut adalah
160.856,70 ha. Wilayah IG Kopi Arabika Gayo yang sesuai
dengan kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan
budidaya di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah dan Gayo Lues
adalah seluas 151.151,60 ha. Persentase penyimpangan IG
Kopi Arabika Gayo di DTG berdasarkan RTRW masing-masing
kabupaten adalah sebesar 9.705,10 ha (6,03%).
(Elyanti,2012)
Penelitian yang dilakukan Elyanti merupakan salah
satu contoh bahwa dengan menggunakan SIG dapat
menentukan tata ruang wilayah yang tepat.
23
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sistem Informasi Geografis dapat menangani
permasalahan kendala geografis seperti
kemiringan lahan, lokasi perkebunan,
lokasi pabrik, jalan atau akses, dan
sumber mata air dll.
2. Dengan adanya system informasi ini, dapat
membuat penataan kawasan agroindustry kopi
Arabica yang efektif dan efisien.
3. Manfaat system informasi geografis yang
lain adalah dapat membantu perkembangan
kopi Arabica sesuai dengan daerah yang
cocok untuk pertanamannya, dapat terpenuhi
sehingga produktivitasnya bisa tinggi.
24
DAFTAR PUSTAKA
Adiwilaga, A. 1982. Ilmu Usahatani. Bandung. PenerbitAlumni. Dalam I.Wayan,2011
As-syakur, A.R. 2006. Modul Pengenalan ArcView untukDasar Analisis Sistem Informasi Geografis (SIG).Denpasar. diunduh melaluiwww.mbojo.wordpress.com pada tanggal 18 April2011.
Eko kurniawan. 2013.Pengindraan Jauh. Http://A greatwordpress.com site. Diakses 19 April 2014.
Ellyanti. 2012. Analisis Indikasi Geografis KopiArabika Gayo Ditinjau Dari Rencana Tata RuangWilayah Kabupaten. Jurnal Agrista vol.16 No. 2
Integrated farming. 2011. Potensi dan Perkembangan KopiIndonesia dalam pemasaran dan Persaingan Global.http://sistem-pertanian-terpadu.blogspot.comdiakses 18 april 2014
I.Wayan Nampa. 2011. Pemanfaatan Sistem InformasiGeografis (SIG) Dalam Penataan KawasanAgroindustri Kopi Arabika di Kecamatan KintamaniKabupaten Bangli. Tesis progam MagisterUniversitas Udayana Denpasar.
Pertanian Indonesia. 2013. Peranan GeograficInformation System (GIS) Dalam PerencanaanPengembanganPertanian.Http://sulsel.litbang.deptan.go.idDiakses 18 April 2014
Prasetyo, D. H. 2003. Sistem informasi Geografis (SIG)untuk Tata Guna Lahan.2003IlmuKomputer,Com.Diunduhmelalui
25