Tgs sig

26
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah dan terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa, penyediaan pangan dan bahan baku industri, pengentasan kemiskinan, penyedia lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Selain kontribusi langsung, sektor pertanian juga memiliki kontribusi yang tidak langsung berupa efek pengganda (multiplier effect), yaitu keterkaitan input-output antar industri, konsumsi dan investasi. Dampak pengganda tersebut relatif besar sehingga sektor pertanian layak dijadikan sebagai sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional. Perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam yang baik mutlak diperlukan dalam pengembangan pertanian. Tersedianya informasi potensi sumber daya lahan untuk pengembangan komoditas pertanian akan sangat membantu 1

Transcript of Tgs sig

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian telah dan terus dituntut berperan

dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk

Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa, penyediaan

pangan dan bahan baku industri, pengentasan kemiskinan,

penyedia lapangan kerja dan peningkatan pendapatan

masyarakat. Selain kontribusi langsung, sektor

pertanian juga memiliki kontribusi yang tidak langsung

berupa efek pengganda (multiplier effect), yaitu

keterkaitan input-output antar industri, konsumsi dan

investasi. Dampak pengganda tersebut relatif besar

sehingga sektor pertanian layak dijadikan sebagai

sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional.

Perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam yang

baik mutlak diperlukan dalam pengembangan pertanian.

Tersedianya informasi potensi sumber daya lahan untuk

pengembangan komoditas pertanian akan sangat membantu

1

upaya peningkatan produksi komoditas pertanian secara

berkelanjutan.

Kopi merupakan salah satu produk perkebunan yang

memiliki prospek pengembangan yang baik. Data

Departemen Perdagangan Republik Indonesia menunjukkan

volume perdagangan kopi dunia dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan. Kopi Arabika (coffea arabica)

menghendaki daerah dengan ketinggian 700m dpl s.d.

1.700 m dpl dengan suhu berkisar 16°C s.d. 20°C .

Dengan ciri tersebut, kopi arabika dapat tumbuh dengan

baik. Untuk dapat tetap menjaga pertumbuhan kopi

arabika dengan baik dan kekhasanya tetap terjaga

perlulah daerah-daerah yang potensial untuk ditanami.

Baik dari sarana penunjang untuk pengolahannya dan

pendirian pabrik pengolahan harus mempertimbangkan

aspek-aspek lingkungan.

Berkembangnya unit pengolahan dapat memberikan

dampak positif apabila dikelola dengan baik. Tetapi

dapat memberikan dampak negatif apabila tidak dikelola

2

dengan baik. Faktor utama yang harus diperhatikan dalam

aspek teknis produksi adalah lokasi usaha/pabrik.

Lokasi pabrik pengolahan kopi yang strategis akan mampu

meminimalkan biaya-biaya yang harus dikeluarkan,

seperti biaya bahan baku, biaya pengangkutan, tenaga

kerja, dan sebagainya.

Memperhatikan hal tersebut, dibutuhkan suatu

sistem informasi dan data penginderaan jauh yang dapat

digunakan dalam mengelola kawasan tersebut. Sehingga

berbagai aspek pengelolaan dapat dilakukan dengan baik.

Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat memberikan

informasi mengenai potensi suatu kawasan sehingga dapat

memudahkan menata kawasan agroindustri dengan efektif

dan efisien. Dengan SIG pihak-pihak yang bergerak dalam

Agroindustri Kopi Arabika dengan mudah dapat menentukan

keputusan-keputusan ekonominya.

Berdasarkan gambaran tersebut, maka diperlukan

pengelolaan kawasan Agroindustri berbasis Sistem

Informasi Geografis untuk mendorong pengembangan

3

kawasan. Khususnya mendorong pengembangan agroindustri

kopi Arabika.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana masalah yang dihadapi sebelum

menggunakan system informasi geografis pada

pengelolaan kopi arabika?

2. Bagaimana manfaat yang didapat pada pengembangan

dan penataan kawasan agroindustry pada kopi

arabika setelah menggunakan system informasi

geografis?

C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan tugas terstruktur ini yaitu

agar lebih mengetahui dan memahami tentang Manfaat Data

Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk

Pengembangan Komoditas Kopi Arabika berbasis Kearifan

4

Lokal di Indonesia dan juga guna untuk memenuhi tugas

terstruktur mata kuliah Sistem Informasi Geografis.

5

II. ISI

A. Pengertian Usaha Tani

Usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk

mengusahakan tanahnya dengan maksud untuk memperoleh

hasil tanaman atau hewan tanpa mengakibatkan

berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk

memperoleh hasil selanjutnya (Adiwilaga, 1992 dalam

Wayan,2011).

B. Pengertian Sistem informasi Geografis (SIG)

Sistem informasi geografis (SIG) atau geografhic

informations system (GIS) merupakan suatu sistem informasi

yang dirancang untuk bekerja dengan data yang

bereferensi spasial atau berkoordinat geografi. Dengan

kata lain suatu sistem informasi geografis adalah suatu

sistem basis data yang memiliki kemampuan khusus untuk

menangani data yang bereferensi keruangan (spasial)

bersamaan dengan seperangkat operasi kerja (Barus dan

Wiradisastra, 2000 dalam As-syakur, 2006).

6

SIG dapat dioperasikan secara manual atau sering

disebut analog atau otomatis, yaitu berdasarkan pada

komputer digital. Manual SIG biasanya terdiri dari

beberapa elemen data termasuk peta, lembaran bahan

transparan menggunakan overlay, foto udara dan tanah,

laporan statistik, dan laporan surve lapangan (Star dan

Estes, 1990 dalam wayan,2011). SIG adalah suatu sistem

otomatis berbasis komputer yang mampu menyediakan empat

set kemampuan untuk menangani data geo-referensi.

Kemampuan SIG dalam mengolah geo-referensi yaitu: input,

manajemen data (penyimpanan dan pengambilan data),

manipulasi dan analisis, dan output.

Beberapa kelebihan ini merupakan ciri SIG dengan

Sistem Informasi lainnya sehingga berguna untuk

berbagai kalangan untuk menjelaskan kejadian,

merencanakan strategi, dan memprediksi apa yang akan

terjadi. Prasetyo (2003) mengungkapkan SIG memiliki

sedikitnya lima kegunaan sebagai berikut:

1. Memetakan letak

7

Data realita di permukaan bumi akan dipetakan ke

dalam beberapa layer dengan setiap layernya merupakan

representasi kumpulan benda (feature) yang mempunyai

kesamaan, contohnya layer jalan, layer bangunan, dan

layer customer. Layer-layer ini kemudian disatukan

dengan disesuaikan urutannya.

Fungsi ini dapat digunakan seperti untuk mencari

lokasi rumah, mencari rute jalan, mencari tempat-tempat

penting dan lainnya yang ada di peta. Orang dapat pula

melihat pola-pola yang mungkin akan muncul dengan

melihat penyebaran letak-letak feature, misalnya

sekolah, pelanggan, daerah miskin dan sebagainya.

2. Memetakan kuantitas

Orang sering memetakan kuantitas, yaitu sesuatu

yang berhubungan dengan jumlah, seperti dimana yang

paling banyak atau dimana yang paling sedikit. Dengan

melihat penyebaran kuantitas tersebut dapat mencari

tempat-tempat yang sesuai dengan kriteria yang

diinginkan dan digunakan untuk pengambilan keputusan,

8

ataupun juga untuk mencari hubungan dari masing-masing

tempat tersebut. Pemetaan ini akan lebih memudahkan

pengamatan terhadap data statistik dibanding database

biasa.

3. Memetakan kerapatan (densities)

Sewaktu orang melihat konsentrasi dari penyebaran

lokasi dari suatu obyek material (feature) di wilayah

yang mengandung banyak feature mungkin akan mendapat

kesulitan untuk melihat wilayah mana yang mempunyai

konsentrasi lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya.

Peta kerapatan dapat mengubah bentuk konsentrasi ke

dalam unit-unit yang lebih mudah untuk dipahami dan

seragam, misalnya membagi dalam kotak-kotak selebar 10

km2, dengan menggunakan perbedaan warna (gradasi warna)

untuk menandai tiap-tiap tingkat kerapatan suatu obyek

material.

4. Memetakan perubahan

9

Dengan memasukkan variabel waktu, SIG dapat dibuat

untuk peta historikal. Histori ini dapat digunakan

untuk memprediksi keadaan yang akan datang dan dapat

pula digunakan untuk evaluasi kebijaksanaan.

5. Memetakan apa yang ada di dalam dan di luar

suatu area

SIG dapat juga digunakan untuk memonitor apa yang

terjadi dan mengambil keputusan apa yang akan diambil

dengan memetakan apa yang ada pada suatu area, dan apa

yang ada diluar area. Suatu areal perkebunan misalnya

di dalamnya telah terdapat beberapa fasilitas seperti

pabrik, rumah makan, jalan dan sebagainya. Dengan SIG

juga dapat digunakan untuk memonitor di luar area

perkebunan. Misalnya pada radius 10 km, terdapat

vasilitas sekolah dasar, rumah sakit, jalur

transportasi dan sebagainya. Tujuan dari memonitor apa

yang ada di dalam dan di luar bertujuan untuk

mengintegrasikan fasilitas di dalam perusahaan

10

(perkebunan) dengan fasilitas umum lainnya yang ada di

luar lokasi perkebunan. (PI,2013)

C. Perkembangan Kopi Arabika

Perkembangan kopi di Indonesia mengalami

fluktuasi. Kopi pernah terserang penyakit berbahaya

hemelia vastatrix (HV) yang menyerang daun pada tahun

1876. Karena serangan penyakit HV ini, kembali

didatangkan kopi jenis robusta ke Indonesia dengan

harapan akan penyakit HV. Namun ternyata juga rentan

terhadap penyakit. Seiring dengan perjalanan waktu,

muncul beberapa hasil persilangan varietas kopi

arabika, liberika, dan robusta. Hasil persilangan ini

menghasilkan varietas dengan sifat yang berbeda dengan

induknya. Varietas baru ini dinamakan varietas lokal

sesuai dengan tempat varietas tersebut ditemukan.

Berdasarkan data mencatat produksi kopi Indonesia

mencapai 700 ribu ton per tahun, mencakup 140 ribu ton

untuk Kopi Arabika. Untuk jumlah ekspor Arabika 2012

ini sekitar 15 persen, meningkat dari ekspor tahun lalu

11

yang berkontribusi sekitar 8 persen. Harga kopi arabika

di dunia saat ini di kisaran 2,1 dolar AS per kg.

Perkembangan Ekspor Kopi Indonesia trendnya terus

menurun sejak 2010 atau tinggal 352.007 ton pada 2011

di karenakan produksi berkurang dan harga di dalam

negeri lebih mahal dibandingkan dengan ekspor.

Meskipun volume ekspor anjlok tinggal 352.007 ton,

nilai ekspor jauh lebih besar dari perolehan di 2009

dan 2010. Produksi kopi Indonesia tahun 2012

diperkirakan di kisaran 600.000-an ton dari tahun lalu

yang juga tidak sampai sebesar 640.000 ton seperti yang

diperhitungkan awalnya. (IF,2011)

Kopi Arabica yang berada di Indonesia banyak

ditemukan didaerah Sumatra utara. Kopi Arabica ini

merupakan komoditas unggulan disana tetapi

produktivitas untuk kopinya masih tergolong rendah.

Kopi arabika ini bisa tumbuh dengan baik, apabila

pengelolaanya cukup bagus. Untuk itu diperlukan adanya

12

data penginderaan jauh dan istem informasi geografis

yang dapat membantu dalam pengelolaan kopi arabika.

D. Permasalahan yang muncul pada kopi Arabica

sebelum menggunakan SIG

Kopi Arabica ini, hampir diseluruh daerah yang

ditanami kopi Arabica produktivitasnya masih tergolong

rendah. Padahal di era ini, kopi merupakan sumber

devisa Negara. Salah satu factor penyebab rendahnya

factor produktivitas adalah Negara penghasil kopi

menunjukkan bahwa produktivitas kopi per unit luas

tanah lebih rendah dari nilai potensinya.

Masalah yang dapat timbul yang mempengaruhi kopi

Arabica yaitu

1. Kemiringan Lahan

Banyak para petani hanya menanam tanaman kopi

Arabica tanpa melihat kemiringan lahan. Mereka

asal menanam karena mereka tidak

memperhitungkan akibat dari penggunaan lahan

13

yang tidak sesuai. Ini sangat mempengaruhi

produksi kopi Arabica karena hasil panennya

bisa mengalami kemunduran. Tanaman kopi arabika

tidak cocok ditanam pada lahan yang miring.

2. Lokasi perkebunan yang tidak sesuai

Banyak masalah yang muncul dengan

produktivitas kopi Arabica yang rendah karena

kebanyakan petani tidak melihat lokasi

perkebunan yang tepat. Padahal sebenarnya

lokasi perkebunan sangat mempengaruhi hasil

dari perkebunan itu sendiri. Lokasi perkebunan

dilihat untuk menentukan adanya sumber hara

ataupun yang lainnya.

Lokasi perkebunan Arabica haruslah

lingkungannya sesuai dengan syarat pertumbuhan

kopi Arabica ini. Karena kopi Arabica memiliki

syarat pertumbuhan tertentu. Lokasi pertumbuhan

kopi Arabica ini haruslah lahan yang bebas hama

dan penyakit.

3. Lokasi pabrik yang tidak sesuai

14

Dengan mendirikan lokasi pabrik yang tidak

sesuai dengan aturan, juga dapat memberikan

pengeluaran biaya yang tinggi. Ini dapat

membuat penurunan keuntungan. Lokasi pabrik

sangat penting dipikirkan karena sehabis

kegiatan panen, pastilah pabrik digunakan untuk

melakukan pengolahan. Kopi Arabica membutuhkan

lokasi pabrik yang keadaan lingkungannya sesuai

dengan syarat pertumbuhannya. Yaitu lokasi

pabrik kopi Arabica ini usahakan dekat

perumahan. Hal ini guna untuk memudahkan dalam

pengawasan.

4. Jalan

Banyak para petani yang hanya memikirkan

bagaimana tanaman kopi Arabica tumbuh dengan

baik. Petani jarang yang memikirkan bagaimana

jalan atau akses yang akan digunakan selama

proses pengangkutan setelah panen atau ketika

15

masa penanaman. Jalan ini sangat penting

dikarenakan bisa mempengaruhi biaya pengeluaran

produksi yang tinggi apabila akses jalannya

sulit untuk dijangkau. Kebanyakan kopi Arabica

ini tumbuh ditempat yang terisolir. Untuk itu,

perlu diperhatikan akses jalannya supaya dalam

pemeliharaanya maupun panennya tidak mengalami

kesulitan.

5. Sumber mata air

Dalam membuat lokasi perkebunan juga

diperhitungkan adanya sumber air. Apabila kita

tidak memperhatikan adanya sumber air ini,

membuat kesulitan dalam kegiatan panennya

maupun pasca panennya. Sumber air ini penting

dalam membantu pertumbuhan kopi Arabica

nantinya.

6. Iklim dan tanah

Kopi Arabica ini bisa hidup dengan baik pada

ketinggian tempat 800-2000m dpl. Dengan suhu

16

15º C – 25º C. Dan curah hujan 1.750 – 3000

mm/thn.

Untuk tanah, ph tanah yang cocok untuk kopi

Arabica adalah 5,5-6,5. Harus mengandung top

soilminimal 2% dan struktur tanahnya harus

subur, gembur dengan kedalaman relative >100

cm.

Dengan adanya permasalahan ini, system informasi

geografi (SIG) dan data penginderaan jauh bermanfaat

dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi

pada kopi Arabica ini. Dengan adanya SIG dan data

penginderaan jauh ini, dapatlah memilih tempat yang

sesuai untuk pertumbuhan kopi arabika. Sebelum

melakukan penanaman terhadap kopi Arabica ini, ada

baiknya apabila memperhatikan factor-faktor lingkungan

dan penunjangnya. Dibutuhkan perencanaan kawasan

agroindustry yang tepat supaya nantinya hasil

pengelolaanya bisa efisien dan produktivitas kopi

17

arabicapun bisa meningkat. Hal ini bisa dilakukan

dengan melakukan analisis menggunakan SIG.

E. Manfaat Data Penginderaan Jauh dan SIG dalam

pengembangan dan penataan kawasan Agroindustri

Kopi Arabica

Penataan kawasan agroindustry kopi arabika memang

membutuhkan sistem informasi geografis yang

komprehensif, dalam menetapkan keputusan ekonomi yang

terkait dengan industri hilir yang efisien. Beberapa

instrumen industri hilir yang penting, meliputi tata

letak lokasi pabrik, potensi produksi, lokasi bahan

baku, fasilitas jalan, dan komponen lain yang terkait.

Penataan komponen-komponen tersebut memiliki kendala

geografis, sehingga harus diperhitungkan dengan cermat.

Analisis system informasi geogafis untuk penataan

agroindustry bisa menggunakan analisis SIG dengan

sofeware Arcview 3.3. (Wayan, 20110)

Tujuan utama dari penginderaan jauh adalah untuk

mengumpulkan sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan

18

adanya penginderaan jauh ini dapat dimanfaatkan untuk

dapat membuat citra secara cepat meskipun pada daerah

yang sulit ditempuh melalui daratan, contohnya hutan.

Jadi bisa mendapatkan data yang akurat sesuai dengan

yang diinginkan.(Eko,2013)

Berdasarkan analisis SIG, maka dapat diketahui

sebaran produksi, lokasi potensial untuk mendirikan

pabrik, lokasi pabrik yang telah ada, dan zona

pengelolaan. Dengan demikian pengembangan industri

hilir dapat dilakukan dan layak secara ekonomi tanpa

meninggalkan kesesuaian aspek lingkungan.

Selain faktor lingkungan, penanganan pascapanen

dipengaruhi faktor-faktor ekonomi. Dengan demikian,

dalam penentuan lokasi pabrik yang feasible, Maka

dilakukan penentuan zona pengelolaan berdasarkan

referensi geografis, dan akses jalan yang tersedia di

lokasi. Penentuan zona pengelolaan akan mempermudah

menentukan kapasitas produksi pabrik yang harus

dibangun, serta daerah buffer stock bahan bakunya.

19

Dengan demikian kawasan agroindustri kopi Arabika dapat

tertata secara efektif dan efisien.

SIG dapat menyediakan informasi sebaran produksi,

penempatan lokasi pabrik yang strategis, jalur

transportasi, tenaga kerja, serta lokasi-lokasi pabrik

yang telah ada dapat dengan mudah diketahui. SIG saat

ini tidak saja digunakan untuk memecahkan masalah-

masalah pengelolaan sumber daya alam, tetapi juga

digunakan dalam pemecahan masalahan ekonomi,

kependudukan, sosial, kesehatan, dan sebagainya. SIG

merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk

mengolah (input, manajemen, proses, dan output) data

spasial atau data yang bereferensi geografis. Dengan

ketersediaan informasi tersebut, maka penataan kawasan

agribisnis dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.

Prasetyo (2003: 6) mengungkapkan di daerah pedesaan

(rural) manajemen tata guna lahan lebih banyak mengarah

ke sektor pertanian. Penentuan lokasi gudang dan

pemasaran hasil pertanian dapat terbantu dengan

20

memanfaatkan peta produksi pangan, penyebaran konsumen,

dan peta jaringan transportasi.

Setelah terbantunya dengan adanya system informasi

geografis ini, dapat membantu pengembangan

produktivitas kopi Arabica dapat meningkat. Sistem

informasi geografi ini memang memiliki banyak manfaat

dalam pengembangan kopi Arabica. Dapat membuat daerah

sentra produksi kopi Arabica berada pada zona

pemanfaatan untuk tanaman perkebunan atau tanaman

keras. Dengan adanya data penginderaan jauh juga,

lokasi yang nantinya digunakan untuk pertumbuhan kopi

Arabica bisa didapat dengan cepat dan membantu dalam

pengambilan keputusan. Pabrik tempat pasca panennya

juga bisa tertata dengan rapi dan sesuai dengan kondisi

kesesuaian lahan. Dengan begitu produktivitas kopi

Arabica akan naik dan biaya yang dikeluarkan akan

ditekan seminimal mungkin. Masih banyak sekali manfaat

yang didapat dari adanya system informasi geografis ini

khususnya untuk pengembangan kopi Arabica.

21

F. Contoh Penelitian yang menggunakan SIG pada

komoditas Kopi Arabika Gayo dalam rencana tata

ruang wilayah

Pada penelitian Ellyanti, menggunakan analisis

indikasi geografis pada kopi Arabica gayo dinjau dari

rencana tata ruang wilayah kabupaten. Penelitian

Elyanti ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian

wilayah IG Kopi Arabika Gayo dengan ketinggian tempat,

menganalisis kawasan yang telah ditetapkan sebagai

kawasan budidaya, serta menghitung persentase

penyimpangan penggunaan lahan untuk Kopi Arabika Gayo

di DTG berdasarkan RTRW Kabupaten Bener Meriah, Aceh

Tengah dan Gayo Lues dan IG kopi Gayo.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Elyanti,

metode yang digunakan adalah metode deskriptif.

Analisis spasial dilakukan dengan metode tumpang tindih

(overlay analysis) dan menambahkan seluruh data dan

informasi yang sudah didapatkan berdasarkan ground survey

dengan bantuan alat Global Positioning System. Hasil

22

penelitian Elyanti menunjukkan bahwa wilayah Indikasi

Geografis (IG) Kopi Arabika Gayo di DTG yang sesuai

dengan ketinggian tempat di atas permukaan laut adalah

160.856,70 ha. Wilayah IG Kopi Arabika Gayo yang sesuai

dengan kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan

budidaya di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah dan Gayo Lues

adalah seluas 151.151,60 ha. Persentase penyimpangan IG

Kopi Arabika Gayo di DTG berdasarkan RTRW masing-masing

kabupaten adalah sebesar 9.705,10 ha (6,03%).

(Elyanti,2012)

Penelitian yang dilakukan Elyanti merupakan salah

satu contoh bahwa dengan menggunakan SIG dapat

menentukan tata ruang wilayah yang tepat.

23

III. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sistem Informasi Geografis dapat menangani

permasalahan kendala geografis seperti

kemiringan lahan, lokasi perkebunan,

lokasi pabrik, jalan atau akses, dan

sumber mata air dll.

2. Dengan adanya system informasi ini, dapat

membuat penataan kawasan agroindustry kopi

Arabica yang efektif dan efisien.

3. Manfaat system informasi geografis yang

lain adalah dapat membantu perkembangan

kopi Arabica sesuai dengan daerah yang

cocok untuk pertanamannya, dapat terpenuhi

sehingga produktivitasnya bisa tinggi.

24

DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga, A. 1982. Ilmu Usahatani. Bandung. PenerbitAlumni. Dalam I.Wayan,2011

As-syakur, A.R. 2006. Modul Pengenalan ArcView untukDasar Analisis Sistem Informasi Geografis (SIG).Denpasar. diunduh melaluiwww.mbojo.wordpress.com pada tanggal 18 April2011.

Eko kurniawan. 2013.Pengindraan Jauh. Http://A greatwordpress.com site. Diakses 19 April 2014.

Ellyanti. 2012. Analisis Indikasi Geografis KopiArabika Gayo Ditinjau Dari Rencana Tata RuangWilayah Kabupaten. Jurnal Agrista vol.16 No. 2

Integrated farming. 2011. Potensi dan Perkembangan KopiIndonesia dalam pemasaran dan Persaingan Global.http://sistem-pertanian-terpadu.blogspot.comdiakses 18 april 2014

I.Wayan Nampa. 2011. Pemanfaatan Sistem InformasiGeografis (SIG) Dalam Penataan KawasanAgroindustri Kopi Arabika di Kecamatan KintamaniKabupaten Bangli. Tesis progam MagisterUniversitas Udayana Denpasar.

Pertanian Indonesia. 2013. Peranan GeograficInformation System (GIS) Dalam PerencanaanPengembanganPertanian.Http://sulsel.litbang.deptan.go.idDiakses 18 April 2014

Prasetyo, D. H. 2003. Sistem informasi Geografis (SIG)untuk Tata Guna Lahan.2003IlmuKomputer,Com.Diunduhmelalui

25

http://if2.ubaya.ac.id/~daniel pada tanggal 18April 2014.

Star, J. and J. Estes. 1990. Geographic InformationSystems; An Introduction. Prentice-Hall. USA-NewJersey. Englewood Cliffs. Dalam I.Wayan 2011

26