TESIS PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C DOSIS TINGGI ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of TESIS PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C DOSIS TINGGI ...
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C DOSIS TINGGI TERHADAP KUANTITAS MIKROORGANISME PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIK DENGAN THERAPI INSULIN, PERAWATAN LUKA dan ANTIBIOTIK
DI BLU RSU PROF. dr. R. D. KANDOU MANADO
THE INFLUENCE of HIGH DOSAGE VITAMIN C TO THE QUANTITY OF MICROORGANISM OF DIABETIC PATIENTS
WITH DIABETIC ULCER WITH THE THERAPY INSULIN and WOUND CARE IN BLU RSU PROF. dr R. D KANDOU
MANADO
RINA MARGARETHA KUNDRE
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDIN
MAKASSAR
2013
PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C DOSIS TINGGI TERHADAP KUANTITAS MIKROORGANISME PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIK DENGAN THERAPI INSULIN, PERAWATAN LUKA dan ANTIBIOTIK
DI BLU RSU PROF. dr. R. D. KANDOU MANADO
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi Ilmu Biomedik
Disusun dan diajukan oleh
RINA MARGARETHA KUNDRE
Kepada
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS HASANUDIN
MAKASSAR
2013
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C DOSIS TINGGI TERHADAP KUANTITAS MIKROORGANISME PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIK DENGAN THERAPI INSULIN, PERAWATAN LUKA dan ANTIBIOTIK
DI BLU RSU PROF. dr. R. D. KANDOU MANADO
Disusun dan diajukan oleh
RINA M. KUNDRE
Nomor Pokok P1502211018
telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis
pada tanggal 8 Juli 2013
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Menyetujui,
Komisi Penasihat
Prof. dr. M. Nasrum Massi, Ph.D
KETUA
Prof. Dr. dr. Karel Pandelaki, Sp.PD, KEMD
ANGGOTA
KETUA PROGRAM STUDI
Prof. dr. Rosdiana Natsir, Ph.D
DIREKTUR PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASSANUDIN
Prof. Dr. Ir. Mursalim
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Rina M. Kundre
Nomor Mahasiswa : P1502211018
Program Studi : Ilmu Biomedik
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa proposal tesis yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari
terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan proposal tesis
ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Makassar,
Yang menyatakan
Rina M. Kundre
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Banyak kendala yang dihadapi oleh penulis dalam rangka penyusunan
tesis ini, namun berkat bimbingan dan arahan, doa serta bantuan dari
berbagai pihak maka tesis ini dapat diselesaikan. Sehubungan dengan itu
maka penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada Prof. dr. M.
Nasrum Massi, Ph.D, selaku Ketua Komisi Penasihat dan Prof. Dr. dr. Karel
Pandelaki, Sp.PD, (KEMD) selaku anggota komisi penasihat atas bantuan
dan bimbingan yang telah diberikan sampai pada penulisan tesis ini.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. dr. Ilhamjaya Patelongi,
M.Kes dan Dr. dr. Irfan Idris, M.Kes yang telah banyak membantu dalam
rangka penyusunan dan penyelesaian tesis ini dalam pengolahan data
komputer, dan terima kasih juga kepada seluruh pihak yang telah banyak
membantu sehingga penulisan tesis ini terselesaikan.
Manado, Juli 2013
Penulis
Rina M. Kundre
ABSTRAK RINA MARGARETHA KUNDRE: Pengaruh pemberian vitamin C dosis tinggi terhadap kuantitas mikroorganisme Pasien Diabetes Melitus dengan ulkus diabetikum dengan terapi insulin, Antibiotik, Perawatan luka (dibimbing oleh M. Nasrum Massi dan Karel Pandelaki)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran vitamin C dosis tinggi terhadap kuantitas mikroorganisme pada penderita diabetes mellitus dengan ulkus gangren yang diberikan therapi insulin, perawatan luka dan antibiotik.
Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain quasi eksperimen dengan pretest dan posttest with control group. Sampel penelitian terdiri dari 31 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan layak untuk diteliti. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian berdasarkan analisis Uji Wilcoxon Test bahwa terdapat perbedaan yang bermakna rerata kuantitas mikroorganisme kelompok perlakuan selama 4 minggu pada saat sebelum pemberian dan setelah pemberian vitamin C dengan nilai p value 0,021 < 0,05, pada kelompok Kontrol menunjukan tidak terdapat perbedaan yang bermakna dengan nilai ρ 0.712 > 0.05. Uji Mann-Whitney dilakukan untuk merlihat perbedaan rerata sebelum dan sesudah serta nilai perubahan pada kedua kelompok, didapatkan hasil tidak ada perbedaan yang bermakna pada rerata sebelum pemberian vitamin c antara kelompok perlakuan dan control dengan nilai ρ 0.513 > 0.05 untuk sebelum penambahan vitamin C pada kelompok perlakuan. Sedangkan hasil Uji untuk sesudah pemberian vitamin c antara kedua kelompok tersebut menunjukan nila ρ 0.015 <.0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna secara signifikan antara kelompok perlakuan dan control pada saat sesudah penambahan vitamin c pada kelompok perlakuan. Kata kunci : kuantitas mikroorganisme, vitamin c, Kultur Pus, ulkus
diabetikum
ABSTRACT
RINA MARGARETHA KUNDRE. The Influence of High Dose of Vitamin C to Microorganism Quantity of Diabetes Mellitus Patients with Diabetic Ulcers with Insulin Therapy, Antibiotic, Wound Treatment, (supervised by M. Nasrum Massi and Karel Pandelaki).
The research aims to determine the role of high-dosage vitamin
C to the quantity of microorganisms in patients with diabetes mellitus (DM) with gangrenous ulcers were given insulin therapy wound care and antibiotics.
This quantitative study used quasi-experimental design with pretest and posttest with control group. The study samples consisted of 31 subjects who met the inclusion criteria and deserved to be investigated. Sampling was performed with purposive sampling technique.
Test results based on the analysis of the Wilcoxon test that there is a significant difference in the mean quantity of microorganisms group treated for 4 weeks at a time before and after the administration of vitamin C with p value 0.021 <0.05, the control group showed no significant difference to the value ρ 0.712> 0.05. Mann-Whitney test was to see the difference before and after as well as the mean value of changes in both groups, showed no significant difference in the mean before giving vitamin C between the treatment and control groups with ρ value 0.513> 0.05 for prior to the addition of vitamin C in the treatment group. While the results for the test after the administration of vitamin C between the two groups showed the value of ρ 0.015 <0.05. It can be concluded that there is a statistically significant difference between treatment and control groups at the time after the addition of vitamin C in the treatment group.
Keywords: Quantity of microorganism, Vitamin C, Pus culture, Diabetic
ulcers.
DAFTAR ISI
PRAKATA v
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 5
II TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Diabetes Melitus 6
B. Ulkus gangren 18
C. Vitamin C 33
D. Kerangka Teori 40
E. Kerangka Penelitian 41
III METODOLOGI PENELITIAN 43
A. Desain Penelitian 43
B. Tempat dan Waktu Penelitian 43
C. Populasi dan Sampel 44
D. Instrumen Pengumpulan Data 45
E. Prosedur Pengambilan Data 47
F. Pengolahan dan Analisis Data 49
G. Etika Penelitian 50
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 51
B. Pembahasan 63
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 69
B. Saran 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No Halaman
1 Klasifikasi etiologis DM 7
2 Kebutuhan Per hari Vitamin C 36
3 Perbandingan antara kelompok perlakuan dan kelompok
control berdasarkan karakteristik responden
52
4 Perbedaan karakteristik klinis antara kelompok perlakuan
dan kontrol
54
5 Gambaran pola kuman pada gangren diabetik pada
Kelompok Perlakuan sebelum dan sesudah pemberian
vitamin C
55
6 Gambaran pola kuman pada gangren diabetik pada
Kelompok control
56
7 Perbaikan klinis kuantitas mikroorganisme pada kelompok
perlakuan dan control
59
8 Perbaikan klinis Kuantitas Mikroorganisme berdasarkan
nilai perubahan jumlah kuman
59
9 Perubahan kadar gula darah pada kelompok perlakuan dan
kontrol
60
10 Hasil analisis bivariat variable kategori perubahan kadar
gula darah dengan perubahan kuman
61
11 Ringkasan uji regresi logistic antara seluruh variable
terhadap perubahan kuantitas mikroorganisme
61
12 Ringkasan uji regresi logistic antara seluruh variable
terhadap perbaikan atau penurunan GDP
62
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Jalur Polyol 14
2. Patogenesis Ulkus Diabetik 22
3. Kerangka Teori 40
4. Kerangka Konsep 41
DAFTAR LAMPIRAN
1. Permohonan Izin Penelitian Kepada Komisi Etik Fakultas Kedokteran Unhas
2. Permohonan Izin Penelitian Kepada BLU RSU Prof. Dr. R. D Kandou Manado
3. Rekomendasi Persetujuan Penelitian dari Komisi Etik Unhas
4. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari BLU RSU Prof. Dr. R. D Kandou Manado
5. Informed Consent
6. Pernyataan Bersedia Menjadi Responden
7. Lembar Kuesioner Data Demografi
8. Pedoman Pengambilan Sampel Kultur PUS
9. Master Tabel
10. Output SPSS
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berbagai penelitian epidemiologi menunjukan adanya kecenderungan
peningkatan angka insidensi dan prevalensi diabetes melitus tipe 2 di
berbagai penjuru dunia. Jumlah penderita Diabetes mellitus di dunia dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini berkaitan dengan jumlah
populasi yang meningkat, life expectacy bertambah, urbanisasi yang
merubah pola hidup tradisional ke pola hidup modern, prevalensi obesitas
meningkat dan kegiatan fisik kurang. Perubahan gaya hidup dan
urbanisasi nampaknya merupakan penyebab penting terjadinya masalah
epidemi diabetes melitus tipe 2 diIndonesia (PB PERKENI, 2011)
Menurut survei yang di lakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), jumlah penderita Diabetes mellitus di dunia pada Agustus tahun
2011 terdapat 346 juta orang. WHO memprediksi kenaikan jumlah
penderita diabetes melitus di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000
menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Sedangkan International
Diabetes Federation (IDF), memprediksi kenaikan jumlah penderita
diabetes melitus dari 7 juta pada tahun 2009 menjadi 12 juta pada tahun
2030. Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya
menunjukan adanya peningkatan jumlah penderita diabetes melitus
sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (PB PERKENI, 2011)
Perolehan data dari RISKESDAS 2007 menunjukan bahwa Sulewesi
Utara menempati peringkat ke 5 yang memiliki penduduk dengan
diagnosa DM dengan Prevalensi 8,1%. Data pada BLU RSU Prof. Dr. R. D
Kandou Manado bahwa dari bulan Januari 2011 sampai dengan bulan
Desember 2011 penderita diabetes mellitus dengan komplikasi yang di
rawat di RS adalah sebanyak 105 pasien dengan lamanya perawatan 20-
28 hari (Data Sekunder). Dari data yang didapatkan menunjukan bahwa
jumlah penderita diabetes melitus sangat besar dan sulit ditangani sendiri
oleh dokter spesialis, subspesialis, perawat atau bahkan tenaga
kesehatan yang ada. Mengingat bahwa diabetes melitus ini akan
memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya manusia dan
peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar maka sudah seharusnya
semua pihak diikiut sertakan dalam penanggulangan diabetes melitus,
khususnya dalam upaya pencegahan.
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin dan ataupun kedua-duanya (American Diabetes
Association, 2010). Hiperglikemia yang terus menerus dapat
mengakibatkan sirkulasi darah menurun pada daerah ekstremitas bagian
bawah terutama kaki. Komplikasi yang sering terjadi adalah neuropati
perifer, berupa hilangnya sensasi distal dan beresiko tinggi untuk
terjadinya ulkus. Gejala yang sering dirasakan adalah kaki terasa terbakar
dan bergetar sendiri, terasa lebih sakit pada malam hari (PB PERKENI,
2011)
Kulit pada daerah ekstremitas bawah merupakan tempat yang sering
mengalami infeksi. Ulkus kaki yang terinfeksi biasanya melibatkan banyak
mikroorganisme, seperti stafilokokus, streptokokus, batang gram negatif
dan kuman anaerob (PB PERKENI, 2011). Gold Stain(1996), melaporkan
bahwa penelitian terhadap 25 penderita ulkus diabetik didapatkan kuman
stafilokokus aureus 76%, streptokokus 10%, sisanya terdiri dari kuman
enterobacter dan kuman anaerob.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa oxidative stress juga
berkontribusi pada perkembangan diabetes melitus dan komplikasinya.
Tubuh memiliki sistem perlawanan terhadap oxidative stress dengan
menghasilkan enzim-enzim antioksidan. Vitamin C merupakan salah satu
antioksidan yang tinggi dan dapat mempertahankan daya tahan tubuh
terhadap infeksi. Vitamin C berperan untuk mensintesis kolagen dimana
kolagen merupakan protein yang berpengaruh terhadap integritas struktur
sel seperti pada kulit, terutama pada proses penyembuhan luka.
Namun, menurut penelitian yang dilakukan oleh Medina et al. tahun
2007 di Brazil, penderita diabetes justru memiliki kadar antioksidan yang
lebih rendah dibandingkan orang normal dengan hasil 3.3-fold pada
penderita diabetis dan 5.8-fold pada orang normal. Kondisi ini tentu saja
meningkatkan risiko komplikasi. Oleh karena itu, penderita diabetes
sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi antioksidan dalam jumlah yang
cukup untuk mencegah komplikasi. (Medina, 2007)
Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas, maka diperlukan suatu
kajian klinik mengenai pengaruh pemberian vitamin C dosis tinggi
terhadap kuantitas mikroorganisme pada penderita diabetes mellitus
dengan ulkus gangren yang diberikan therapi insulin, perawatan luka dan
antibiotik.
B. RUMUSAN MASALAH
1) Apakah kuantitas mikroorganisme ulkus gangren pada penderita ulkus
gangren diabetik yang diberikan therapi insulin, antibiotika, dan
perawatan luka selama 4 minggu mengalami penurunan.
2) Apakah pemberian vitamin C dosis tinggi pada pengelolaan penderita
ulkus gangren diabetika dengan therapi insulin, antibiotik, dan
perawatan luka, dapat mempercepat penurunan kuantitas
mikroorganisme ulkus gangren.
C. TUJUAN PENELITIAN
Diketahuinya peran vitamin C dosis tinggi terhadap kuantitas
mikroorganisme pada penderita diabetes mellitus dengan ulkus gangren
yang diberikan therapi insulin, perawatan luka dan antibiotik.
D. MANFAAT PENELITIAN
1) Manfaat Pengembangan Ilmu
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan
dan teknologi peneliti serta memberikan kontribusi pada ilmu
keperawatan tentang pengaruh pemberian vitamin C dosis tinggi
terhadap kuantitas mikroorganisme pada penderita diabetes mellitus
dengan ulkus gangren yang diberikan therapi insulin, perawatan luka
dan antibiotik.
2) Manfaat Aplikasi
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan untuk
penelitian selanjutnya, untuk penelitian mengenai pengaruh
pemberian vitamin C dosis tinggi terhadap kuantitas mikroorganisme
pada penderita diabetes mellitus dengan ulkus gangren yang
diberikan therapi insulin, perawatan luka dan antibiotik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DIABETES MELITUS
1. Definisi
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes
mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau keduanya (Perkeni, 2011). Diabetes melitus merupakan
sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Bruner & Suddarth, 2001).
Secara klinis DM dapat ditemukan dengan keluhan klasik DM, berupa :
poliuria, polidipsi, polifagia dan penurunan berat badan. Diagnosis DM
dapat ditegakkan melalui tiga cara, antara lain : 1) Adanya keluhan klasik
dan pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl. 2) Pemeriksaan
glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl dengan adannya keluhan klasik. 3) Tes
toleransi glukosa oral (TTOG) dilakukan dengan standart WHO,
menggunakan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air,
dengan kadar gula plasma 2 jam ≥200 mg/dl. (PERKENI, 2011).
Diabetes melitus memiliki dua varian utama, berdasarkan kemampuan
pankreas mengeluarkan insulin: Diabetes tipe I dan Diabetes tipe 2.
(Sherwood, 2011)
Diabetes melitus tipe 2, merupakan DM yang paling banyak diderita
90 – 95 % dari seluruh penyandang DM. (Brunner & Suddarth, 2001)
(Sherwood, 2011). Diabetes melitus tipe 2, yaitu diabetes yang tidak
tergantung insulin dapat terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap
insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin
(Brunner & Suddarth, 2001). Berbagai faktor genetik dan gaya hidup bisa
menyebabkan diabetes tipe 2, obesitas merupakan faktor resiko terbesar;
90% pengidap diabetes tipe 2 mengalami obesitas. (Sherwood, 2011).
2. Klasifikasi
Tabel 1. Klasifikasi etiologis DM
Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut: autoimun, idiopatik.
Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin
Tipe lain Defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang, sindrom genetik lain yang berkaitan dengan diabetes melitus
Diabetes melitus gestasional
3. Diagnosis
Diagnosis diabetes melitus ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar
glukosa darah. Diagnosis tidak bisa ditegakkan atas dasar adanya
glukosuria. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah
pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena.
Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan
dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan
glukometer.
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penderita diabetes melitus.
Kecurigaan adanya diabetes melitus perlu dipertimbangkan apabila
terdapat keluhan klasik diabetes melitus, seperti:
a. Keluhan klasik : poliuria, polidipsi, polifagia, penururnan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya.
b. Keluhan lain berupa: badan terasa lemah, kesemutan, gatal, mata
terasa kabur, disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada
wanita.
Diagnosis diabetes melitus dapat ditegakkan melalui tiga cara:
a. Jika keluhan klasik ditemukan dan pemeriksaan glukosa plasma
sewaktu >200 mg/dL
b. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL dengan keluhan
klasik
c. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). Meskipun TTGO dengan beban
75 g glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan
pemeriksaan glukosa plasma puasa (pemeriksaan ini memiliki
keterbatasan tersendiri). TTGO sulit dilakukan berulang-ulang dan
dalam praktek sangat jarang dilakukan karena membutuhkan
persiapan khusus
d. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM,
maka dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT atau GDTP
tergantung dari hasil yang diperoleh.
e. TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah beban antara 140-199
mg/dl (7,8-11,0 mmol/L)
f. GDPT : glukosa darah puasa antara 100 – 125 mg/dl(5,6-6,9
mmol/L) (PERKENI 2011)
4. Komplikasi
Diabetes sering menimbulkan berbagai komplikasi. Komplikasi dapat
terjadi pada setiap individu dengan diabetes tipe 1 dan 2 (Brunner &
Suddarth, 2001)
a. Komplikasi akut
1) Ketoasidosis Diabetika
Merupakan komplikasi akut diabetes yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600
mg/dl)disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan
plasma keton kuat.
2) Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH)
Peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200 mg/dl),
tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat
meningkat (330-380 mOs/mL), plasma keton (+/-)
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah
< 60 mg/dL.
b. Komplikasi kronik
1) Makroangiopati :
Pembuluh darah Jantung
Pembuluh darah tepi
Pembuluh darah otak
2) Mikroangiopati
Retinopati
Nefropati diabetik
3) Neuropati
Komplikasi yang tersering dan yang paling penting adalah
neuropati perifer, berupa hilangnya sensasi distal beresiko
tinggi untuk terjadinya ulkus kaki dan amputasi.
Gejala yang sering dirasakan kaki terasa terbakar dan
bergetar sendiri dan lebih terasa sakit dimalam hari
Setelah diagnosis DM ditegakkan, pada setiap pasien perlu
dilakukan skrinning untuk mendeteksi adanya polineuropati
distal dengan pemeriksaan neurologi distal sederhana,
dengan monofilamen 10 gr sedikitnya setiap tahun
Apabila ditemukan adanya polineuropati distal, perawatan
kaki yang menandai akan menurunkan resiko amputasi.
Semua penyandang diabetes yang disertai neuropati perifer
harus diberikan edukasi perawatan kaki untuk mengurangi
resiko ulkus kaki. Untuk penatalaksanaan penyulit ini sering
kali diperlukan kerja sama dengan bidang/ disiplin ilmu lain.
(PERKENI, 2011)
5. Patogenesis
Diabetes mellitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya
kekurangan insulin secara relatif maupun absolut. Defisiensi insulin dapat
terjadi melalui 3 jalan, yaitu :
a. Rusaknya sel-sel β pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat
kimia tertentu, dll).
b. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar
pankreas.
c. Desensitas/kerusakan reseptor insulin (down regulation) di jaringan
perifer.
Apabila di dalam tubuh terjadi kekurangan insulin, maka dapat
mengakibatkan:
a. Menurunnya transport glukosa melalui membram sel, keadaan ini
mengakibatkan sel-sel kekurangan makanan sehingga meningkatkan
metabolisme lemak dalam tubuh. Manifestasi yang muncul adalah
penderita Diabetes mellitus selalu merasa lapar atau nafsu makan
meningkat ”poliphagia”.
b. Menurunnya glikogenesis, dimana pembentukan glikogen dalam
hati dan otot terganggu.
c. Meningkatnya pembentukan glikolisis dan glukoneogenesis, karena
proses ini disertai nafsu makan meningkat atau poliphagia sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya hiperglikemi. Kadar gula darah tinggi
mengakibatkan ginjal tidak mampu lagi mengabsorpsi dan glukosa keluar
bersama urin, keadaan ini yang disebut glukosuria. Manifestasi yang
muncul yaitu penderita sering berkemih atau poliuria dan selalu merasa
haus atau polidipsia
Beberapa teori yang diterima adalah :
a. Teori vaskular (iskemia-hipoksia)
Pada pasien neuropati diabetika dapat terjadi penurunan aliran
darah ke endoneurium yang disebabkan oleh adanya resistensi pembuluh
darah akibat hiperglikemia. Biopsi nervus suralis pada pasien neuropati
diabetika ditemukan adanya penebalan pembuluh darah, agregasi
platelet, hiperplasi sel endotelial dan pembuluh darah, yang kesemuanya
dapat menyebabkan iskemia. Iskemia juga dapat menyebabkan
terganggunya transport aksonal, aktifitas NA+/K+ ATPase yang akhirnya
menimbulkan degenerasi akson.(Prasetyo A M, 2010)
b. Teori Metabolik
1) Jalur Polyol
Teori jalur polyol berperan dalam beberapa perubahan dengan
metabolisme ini. Pada status yang normoglikemik, kebanyakan glukosa
intraseluler di fosforilasi ke glukosa -6- phosphate oleh hexokinase, hanya
sebagian kecil dari glukosa masuk jalur polyol . Pada kondisi-kondisi
hiperglikemia , hexokinase yang disaturasi, maka akan terjadi influks
glukosa ke dalam jalur polyol. Aldose reduktase yang secara normal
mempunyai fungsi mengurangi aldehid beracun di dalam sel ke dalam
alcohol non aktif , tetapi ketika konsentrasi glukosa di dalam sel menjadi
terlalu tinggi, aldose reduktase juga mengurangi glukosa ke dalam jalur
sorbitol , yang mana kemudian dioksidasi menjadi fruktosa. Dalam proses
mengurangi glukosa intraseluler tinggi ke sorbitol, aldose reduktase
mengkonsumsi co-faktor NADPH (nicotinamide adenine dinucleotide
phosphat hydrolase). NADPH adalah co-faktor yang penting untuk
memperbaharui intracelluler critical anti oxidant, dan pegurangan
glutathione. Dengan mengurangi jumlah glutathione, jalur polyol
meningkatkan kepekaan stress oksidatif intraseluler. Stres oksidatif
berperan utama di dalam patogenesis neuropati diabetika perifer. Ada
bukti peningkatan oksigen radikal bebas dan peningkatan beberapa
penanda stres oksidatif seperti malondialdehide dan lipid
hydroksiperoksida pada penderita neuropati diabetika. Indikator kuat
untuk membuktikan bagaimana peran stres oksidatif dalam neuropati
diabetika, dibuktikan oleh beberapa penelitian mengenai penggunaan
antioksidan baik pada binatang percobaan maupun pada pasien.
Sorbitol sesudah dioksidasi sorbitol dehydrogenase menjadi
fruktosa, mengalami degradasi secara perlahan dan tidak cukup menebus
ke membran sel. Akumulasi sorbitol intraseluler mengakibatkan perubahan
osmotik yang berpotensi ke arah kerusakan sel. Adanya peningkatan
osmolalitas intraseluler, dalam kaitan aliran glukosa kedalam jalur polyol
Gambar 1. Jalur Polyol
dan akumulasi sorbitol, sebagai akibatnya akan terjadi kompensasi
pengurangan endoneural osmolit taurine dan mioinositol untuk
memelihara keseimbangan osmotik. Metabolit intraseluler, seperti
mioinositol menjadi berkurang dan mendorong ke arah kerusakan sel
saraf. Pada percobaan binatang penurunan mioinositol berkaitan dengan
penurunan aktivitas Na+/K+-ATP ase dan memperlambat velositas
konduksi saraf. (Prasetyo A M, 2010)
2) Teori Advanced Glycation End Product (AGEs)
Peningkatan glukosa intraseluler menyebabkan pembentukan
advanced glycosilation products (AGEs) melalui glikosilasi nonenzymatik
pada protein seluler. Glikosilasi dan protein jaringan menyebabkan
pembentukan AGEs. Glikosilasi non enzimatik ini merupakan hasil
interaksi glukosa dengan kelompok amino pada protein. Pada
hiperglikemia kronis beberapa kelebihan glukosa berkombinasi dengan
asam amino pada sirkulasi atau protein jaringan. Proses ini pada awalnya
membentuk produk glikosilasi awal yang reversibel dan selanjutnya
membentuk AGEs yang ireversibel. Konsentrasi AGEs meningkat pada
penderita DM. Pada endotel mikrovaskular manusia, AGEs menghambat
produksi prostasiklin dan menginduksi PAI-1(Plasminogen Activator
Inhibitor-1) dan akibatnya terjadi agregasi trombosit dan stabilisasi fibrin,
memudahkan trombosis. Mikrotrombus yang dirangsang oleh AGEs
berakibat hipoksia lokal dan meningkatkan angiogenesis dan akhirnya
mikroangiopati. (Prasetyo A M, 2010)
3) Jalur Aktivasi Protein Kinase C
Aktivasi Protein Kinase C (PKC) juga berperan dalam
patogenesis neuropati perifer diabetika. Hiperglikemia didalam sel
meningkatkan sintesis atau pembentukan diacylglyserol (DAG) dan
selanjutnya peningkatan Protein kinase C. Protein kinase juga diaktifkan
oleh stres oksidatif dan advanced glycosilation products (AGEs).
Aktivasi protein kinase C menyebabkan peningkatan permeabilitas
vaskular, gangguan sintesis nitric oxyde (NOS) dan perubahan aliran
darah. Ketika PKC diaktifkan oleh hiperglikemia intraseluler, mempunyai
efek pada beberapa ekspresi genetik. Vasodilator yang memproduksi
endothelial nitric oxyde synthase (eNOS) berkurang, sedangkan
vasokonstriktor endothelin-1 (ET-1) akan meningkat. Transformasi Growth
Factor β (TGF- β) plasminogen inhibitor -1 (PAI-1) juga meningkat. Dalam
endothelial sel, PKC juga mengaktifkan nuclear factor kB (NFkB), suatu
faktor transkripsi yang dirinya sendiri mengaktifkan banyak gen
proinflamasi di dalam pembuluh darah.
4) Teori Autoimun Neuropati Outoimun adalah mekanisme hasil pengembangan
dari neuropati diabetik telah menarik minat untuk dipelajari . Neuropati
autoimun dapat muncul dari perubahan imunologik sel endothelial kapiler.
Teori ini juga mulai dapat dianggap benar atas dasar sukses yang telah
dilaporkan menggunakan immunoglobulin kedalam pembuluh darah (IVIg)
untuk pengobatan ND. (Prasetyo A M, 2010)
5) Pembentukan reactive oxygen species (ROS) atau stress
oksidatif
Stres oksidatif timbul bila pembentukan reactive oxygen species
(ROS) melebihi kemampuan sel dalam mengatasi radikal bebas, yang
melibatkan sejumlah enzim dan vitamin yang bersifat antioksidan. Stres
oksidatif pada diabetes mellitus disebabkan karena ketidak seimbangan
reaksi redoks akibat perubahan metabolism karbohidrat dan lipid,
sehingga terjadi penurunan kapasitas antioksidan. Stres oksidatif dapat
meningkat jika terjadi glikasi yang labil, autooksidasi glukosa, aktivitas
intrasel jalur poliol. Metabolisme karbohidrat pada hiperglikemi akan
menghasilkan energi yang ekuivalen untuk mendorong sintesa ATP di
mitokondria yang akan menghasilkan radikal bebas dan superokside
karena pengaruh kadar glukosa yang tinggi. Autooksidasi glukosa juga
akan menaikkan radikal bebas menjadi stress oksidatif yang akan
menurunkan kadar NO, merusak protein sel, meningkatkan adhesi sel
leukosit pada endotel sedang fungsinya sebagai pertahanan terhambat.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menurunkan kadar
gula darah dengan menggunakan metode Uji Toleransi Glukosa Oral dan
metode diabetes imbasan aloksan hasil penelitian tersebut adalah ekstrak
etanol 70% buah mengkudu mampu menurunkan kadar gula darah.
Keterkaitan antara gula darah/hiperhgikemi, dengan pembentukan
reactive oxygen species (ROS), aktivasi NF-kB terhadap sel target
(endotel, mesangial dan makrofag) dan pembentukan TGF-membran
basal.
6. Diabetes dengan infeksi
Adanya infeksi pada penderita diabetes melitus, sangat berpengaruh
terhadap pengendalian glukosa darah. Infeksi dapat memperburuk kendali
glukosa darah, dan kadar glukosa darah yang tinggi meningkatkan
kemudahan atau memperburuk infeksi. Infeksi yang banya terjadi antara
lain: Infeksi saluran kemih, Infeksi saluran napas: terutama pneumonia, TB
Paru, Infeksi kulit: furunkel, abses: Kulit pada daerah ekstremitas bawah
merupakan tempat yang sering mengalami infeksi. Ulkus kaki yang
terinfeksi biasanya melibatkan banyak mikroorganisme dan yang sering
ditemukan adalah stafilokokus, streptokokus, batang gram negatif, kuman
anaerob.
B. ULKUS GANGREN
1. Ulkus Diabetik
Ulkus diabetika adalah salah satu bentuk komplikasi kronik Diabetes
mellitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai
adanya kematian jaringan setempat. Gejala kaki DM dimulai dengan
adanya perubahan kalus (pengerasan pada telapak kaki akibat perubahan
titik simpan berat badan). Perubahan ini penting dilihat untuk mengetahui
apakah penebalan kalus disertai infeksi pada jaringan di bawahnya.
Karena, kalau telah terjadi neuropati penderita tidak akan merasa nyeri.
(Misnadiarly, 2006)
2. Etiologi Ulkus
Ada beberapa komplikasi diabetes yang turut meningkatkan resiko
terjadinya infeksi kaki, beberapa komplikasi tersebut adalah : (Brunner &
Suddarth, 2001)
Neuropati : neuropati sensori menyebabkan hilangnya
perasaan nyeri dan sensibilitas tekanan, sedangkan neuropati
otonom menimbulkan peningkatan kekeringan dan pembentuk
visura pada kulit (yang terjadi akibat penurunan perspirasi).
Penyakit vaskuler Perifer : sirkulasi ekstremitas bawah yang
buruk turut menyebabkan lamanya kesembuhan luka dan
terjadinya gangren. Hal ini menyebabkan aliran darah kekaki
menjadi berkurang yang juga akan diikuti dengan berkurangnya
suplai oksigen dan makanan serta berkurangnya kemampuan
sistim immunologis tubuh pada tempat tersebut. Terbentuknya
makroangiopati terutama disebabkan oleh arterosklerosis dan
arterosklerosis ini sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
tekanan darah, dislipidemi, umur dan lain lain . Mikroangiopati
merupakan hal yang kompleks yang didasari oleh perubahan
perubahan sehubungan dengan buruknya kontrol diabetes
secara umum.
Penurunan Daya immunitas : Hiperglikemia akan
mengganggu kemampuan leukosit khusus yang berfungsi untuk
menghancurkan bakteri. Dengan demikian, pada pasien
diabetes yang tidak terkontrol akan terjadi penurunan resistensi
terhadap infeksi tertentu.
Faktor infeksi
Kurang atau hilangnya perasaan nyeri menyebabkan
pasien tidak menyadari kalau ada luka dan dengan luka terbuka
tampa perawatan akan mengundang infeksi, baru akan disadari
kalau infeksi cukup berat seperti sellulitis yan luas bahkan
kadang sampai terjadi osteomielitis. Pada penderita diabetes
luka sedikit saja dikaki harus mendapat perhatian besar bahkan
dikatakan ini merupakan suatu hal yang darurat. Hal ini sering
tidak diperhatikan bahkan kadang pemeriksaan kaki penderita
diabetes tidak dilakukan kalau tidak dikeluhkan oleh penderita.
Sementara penderita tidak akan mengeluh kalau luka tersebut
tidak cukup serius. Kerentanan infeksi pada penderita dibetes
lebih tinggi kalau dibandingkan dengan penderita non diabetes
sehingga penderita diabetes sering terkena infeksi, bahkan
kuman oportunistik juga dapat menjadi masalah pada penderita
diabetes seperti misalnya kandidiasis. Pada kaki penderita
diabetes lebih rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh
beberapa hal:
a. Makro dan mikroangiopati yang terjadi sehingga suplai
oksigen dan bahan makanan lainnya kekaki menjadi
berkurang termasuk mobilisasi fagosit ketempat lesi
b. Menurunnya kekuatan sistim immunitas humoral
c. Menurunnya keasaman yang terjadi pada kulit penderita
diabetes
3. Patogenesis Ulkus
Rangkaian kejadian kasus dalam proses timbulnya ulkus diabetik pada
kaki dimulai cedera pada jaringan lunak kaki, pembentukan visura antara
jari-jari kaki atau di daerah kulit yang kering, atau pembentukan sebuah
kalus, cedera tidak dirasakan oleh pasien yang kepekaan kakinya sudah
menghilang dan bisa berupa cidera termal (misalnya, menggunakan
bantal pemanas, berjalan dengan kaki telanjang dijalan yang panas, atau
memeriksa air panas untuk mandi dengan menggunakan kaki), cedera
kimia (misalnya, membuat kaki terbakar pada saat menggunakan preparat
kaustik untuk menghilangkan kalus, veruka atau bunion), atau cedera
traumatik (misalnya, melukai kulit ketika menggunting kuku, menginjak
benda asing dalam sepatu tanpa disadari, atau mengenakan sepatu dan
kaos kaki yang tidak pas).
Jika pasien tidak mempunyai kebiasaan untuk memeriksa kakinya
tiap hari, cedera atau visura tersebut dapat berlangsung tanpa diketahui
sampai terjadi infeksi yang tidak serius. Pengeluaran nanah,
pembengkakan, kemerah-merahan(akibat selulitis atau gangren pada
tungkai, biasanya meruapakan tanda pertama masalah kaki yang menjadi
perhatian pasien.
Penyebab kelainan kaki pada penderita diabetes merupakan
multifaktorial yang sulit dipisahkan satu dengan lainnya , dapat dibagi
dalam beberapa faktor antara lain :
a. Faktor metabolik
Tingginya kadar gula darah dalam jangka pendek pada luka
kaki akan sangat menyulitkan penyembuhan, sementara luka
yang disertai dengan infeksi juga akan meningkatkan gula
darah . dalam jangka panjang tingginya kadar gula darah
merupakan hal yang paling mendasari terjadinya berbagai
kelainan pada jaringan tubuh penderita diabetes secara umum
seperti arterosklerosis, gangguan lemak darah, kekentalan
plasma darah, kelenturan eritrosit, berkurangnya daya fagosit
dari pada leukosit. Sorbitol yang dihasilkan pada jalur
metabolik alternatif seperti polyol pathway merupakan racun
yang dapat merusak jaringa saraf , endotel, kornea,dan
sebagainya Glikolisasi non enzimatik juga sangat berperan
dalam patofisiologi terjadinya komplikasi diabetes secara
umum. Dengan glikolisasi non enzimatik protein protein
terutama protein yang turn overnya panjang yang terendam
dalam glukosa yang relatif tinggi akan berobah menjadi protein
yang terglikosilasi yang bersifat irreversibel yang disebut
Gambar 4. Patogenesis Ulkus Diabetik (Wiley J, 2006)
dengan Advance Glycosilation Endproduck (AGE). AGE ini
akan mempunyai sifat khemis dan fisis yang berbeda dengan
protein asalnya yang belum terglikosilasi. Glikosilasi globin
pada hemoglobin menyebabkan kelenturan eritrosit yang
mengandung glikosilated globin tersebut menjadi kurang lentur
sehingga akan memperlambat gerakannya pada tingkat
kapiler. Pada eritrosit disamping kelenturannya yang menurun
juga ada kecendrungan aggregasi, secara keseluruhan akan
memperlambat aliran darah yang juga diperberat dengan
plasma kental. Glikosilasi jaringan elastin dan kollagen pada
dinding pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah
tersebut menjadi kurang elastis sehingga kelenturannya
berkurang dan hal ini akan dapat menyebabkan tekanan darah
meningkat. Glikosilasi protein plasma menyebabkan plasma
menjadi lebih kental dan hal ini juga akan mengganggu
kelancaran sirkulasi.
b. Faktor kelainan vaskularisasi
Hal ini menyebabkan aliran darah kekaki menjadi berkurang
yang juga akan diikuti dengan berkurangnya suplai oksigen
dan makanan disamping berkurangnya kemampuan sistim
immunologis tubuh pada tempat tersebut. Terbentuknya
makroangiopati terutama disebabkan oleh arterosklerosis dan
arterosklerosis ini sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor
seperti tekanan darah, dislipidemi, umur dan lain lain .
Mikroangiopati merupakan hal yang kompleks yang didasari
oleh perobahan perobahan sehubungan dengan buruknya
kontrol diabetes secara umum
c. Faktor neuropathy
Neuropati yang terjadi merupakan kombinasi otonomik dengan
sensorik yang berat. Hal ini menyebabkan berkurangnya
sensasi nyeri yang sangat penting dalam reflek menghindar
terhadap trauma. Neuropati otonomik pada kaki menyebabkan
fungsi kelenjar keringat berkurang sehingga kulit kering,
elastisitas menurun, dan sering menimbulkan retak dengan
infeksi. Selain itu neuropati otonomik juga dapat menyebabkan
edema dan bertambahnya shunting arterovenosus sehingga
memudahkan timbulnya lesi. Neuropati motoris yang sering
mengenai bagian ujung pada kaki menyebabkan atropi otot
dan hal ini selanjutnya akan menyebabkan deformitas telapak
kaki sehingga juga berperanan dalam timbulnya lesi pada kaki.
d. Faktor infeksi
Kurangnya perasaan sakit menyebabkan pasien tidak
menyadari kalau ada luka dan dengan luka terbuka tampa
perawatan akan mengundang infeksi, baru akan disadari kalau
infeksi cukup berat seperti sellulitis yan luas bahkan kadang
sampai terjadi osteomielitis. Pada penderita diabetes luka
sedikit saja dikaki harus mendapat perhatian besar bahkan
dikatakan ini merupakan suatu hal yang darurat. Sering hal ini
tidak diperhatikan bahkan dokterpun sering tidak memeriksa
kaki penderita diabetes kalau tidak dikeluhkan oleh penderita.
Sementara penderita tidak akan mengeluh kalau luka tersebut
tidak cukup serius. Kerentanan infeksi pada penderita dibetes
lebih tinggi kalau dibandingkan dengan penderita non diabetes
sehingga penderita diabetes sering terkena infeksi, bahkan
kuman oportunistik juga dapat menjadi masalah pada
penderita diabetes seperti misalnya kandidiasis . Juga pada
kaki penderita diabetes lebih rentan terhadap infeksi yang
disebabkan oleh beberapa hal :
1) Makro dan mikroangiopati yang terjadi sehingga suplai
oksigen dan bahan makanan lainnya kekaki menjadi
berkurang termasuk mobilisasi fagosit ketempat lesi
2) Menurunnya kekuatan sistim immunitas humoral
3) Menurunnya keasaman yang terjadi pada kulit penderita
diabetes (Tambunan M, 2004)
Terjadinya masalah gangren adalah karena adanya hiperglikemia pada
penyandang diabetes yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan
pada pembuluh darah. Neuropati baik sensorik maupun aotonomik akan
mengakibatkan berbagai perobahan pada kulit dan otot yang kemudian
menyebabkan terjadinya perobahan distribusi tekanan pada telapak kaki
dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan
terhadap infeksi menyebabkan infeksi akan mudah merebak menjadi
infeksi yang luas. Faktor aliran darah yang kurang akan lebih lanjut
menambah rumitnya pengelolaan gangren diabetes.
Penderita diabetes mellitus yang kadar gulanya tidak terkontrol akan
lebih mudah untuk tumbuh dan berkembangnya bakteri bakteri dari pada
penderita yang kadar gula darahnya terkontrol dan pada orang yang non
diabetes. Penderita dari diabetes ini harus lebih hati hati dan perlu
pencegahan infeksi yang lebih ketat. Terjadinya gangren dikaki baik yang
mengenai jari kaki maupun yang sudah meluas sampai telapak dan
punggung kaki pada umumnya dapat disebabkan oleh karena suatu
proses dari iskemik, neuropati, dan infeksi. Ketiga penyebab ini dapat
terjadi secara bersamaan ataupun sendiri. Infeksi pada kaki diabetik dapat
terjadi pada kulit, otot dan tulang yang pada umumnya disebabkan oleh
karena kerusakan dari pembuluh saraf dan aliran darah kedaerah luka .
Infeksi dan ulkus pada kaki diabetes akan bermacam macam
manifestasinya.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan perubahan patologi
pada pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan terjadinya penebalan pada
tunika intima hyperplasia membrana basalis arteria, oklusi (penyumbatan)
arteri dan abnormalitas trombosit sehingga menghantarkan perlekatan
(adhesi) dan pembekuan. Selain itu hiperglikemia juga dapat
menyebabkan leukosit menjadi tidak normal sehingga bila ada infeksi
mikroorganisma (bakteri) akan sulit untuk dimusnahkan oleh sistem
fagositosis bakterisit intra sel. Hal tersebut akan diperoleh lagi oleh tidak
saja kekakuan dari arteri namun juga diperberat oleh rheologi darah yang
tidak normal. Menurut kepustakaan adanya peningkatan dari kadar
fibrinogen dan bertambahnya reaktifitas trombosit akan menyebabkan
tingginya agregasi dari sel darah merah sehingga sirkulasi darah menjadi
lambat dan akan mempermudah terbentuknya trombosit pada dinding
pembuluh arteria yang sudah kaku sehingga akhirnya akan terjadi
gangguan sirkulasi.
Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita diabetes
mellitus antara lain berupa penyempitan dan penyumbatan daerah perifer
(yang utama), sering terjadi pada tungkai bawah (terutama kaki) akibatnya
perfusi jaringan dari bagian distal dan tungkai akan menjadi kurang baik
dan akan timbul ulkus yang kemidian akan berkembang menjadi
nekrosis/gangren yang sangat sulit untuk diatasi dan hal ini tidak jarang
memerlukan suatu tindakan amputasi. Gangguan mikrosirkulasiakan
menyebabkan berkurangnya aliran darah dan hantaran oksigen pada
serabut saraf yang kemudian akan menyebabkan degenerasi dari serabut
saraf. Keadaan ini akan mengakibatkan suatu neuropati. Disamping itu
dari kasus ulkus/gangren diabetik, kaki diabetik 50% akan mengalami
infeksi akibat munculnya lingkungan darah yang subur untuk
berkembangnya bakteri yang patogen karena berkurangnya suplai
oksigen, bakteri bakteri yang akan tumbuh subur.
4. Penilaian Ulkus
Menurut Wagner, kaki DM dibagi atas 6 (enam) bagian, yaitu:
1. Kulit utuh tapi ada kelainan benda kaki akibat neuropati.
2. Draft I : terdapat ulkus superfisial, terbatas pada kulit.
3. Draft II : ulkus dalam, menembus tendon/tulang.
4. Draft III : ulkus dengan atau tanpa osteomilitus.
5. Draft IV : Gangren jan kaki atau bagian distal kaki, dengan
tanpa selulitis (infeksi jaringan).
6. Draft V: Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah.
(Misdiarly, 2006)
5. Penatalaksanaan Ulkus
Terapi ulkus kaki meliputi tirah baring, pemberian antibiotik dan
debridemen disamping itu, pengendalian glukosa darah cenderung ketat
ketika terjadi infeksi. Untuk mencegah lamanya kesembuhan luka pada
pasien penyakit vaskuler perifer, kesembuhan ulkus mungkin tidak terjadi
dan hal ini disebabkan oleh penurunan kemampuan oksigen, nutrien serta
antibiotik untuk menjangkau jaringan yang cedera. Amputasi mungkin
menjangkau jaringan yang cedera untuk mencegah penyebaran infeksi
lebih lanjut. Pemeriksaan kaki dan pelajaran tentang perawatan kaki yang
merupakan bahan yang paling penting untuk dibicarakan ketika
menghadapi pasien yang beresiko tinggi mengalami infeksi kaki. (Brunner
& Suddarth, 2001)
Prinsip-prinsip perawatan ulkus kaki diabetes, antara lain :
1. Metabolik kontrol : Pengendalian keadaan metabolik sebaik
mungkin seperti pengendalian kadar glukosa darah, lipid dan
sebaginya
2. Vaskuler kontrol : perbaikan suplai vaskular (dengan operasi
atau angioplasty), biasanya dibutuhkan pada keadaan ulkus
iskemik
3. Kontrol Infeksi : pengobatan infeksi secara agresif, jika terlihat
tanda klinis infeksi ( indikasi adanya kolonisasi dari
pertumbuhan organisme pada hasil usap bukan merupakan
infeksi, jika tidak terdapat tanda klinis)
4. Wound control : pembuangan jaringan terinfeksi nekrotis secara
teratur
5. Pressure Control : mengurangi tekanan. Tekanan yang
berulang dapat menyebabkan ulkus sehingga harus dihindari.
Hal itu sangat penting pada ulkus neuropatik, dan diperlukan
pembuangan kalus dan memakaikan sepatu yang pas
berfungsi untuk mengurangi tekanan.
6. Education control : penyuluhan yang baik. (PERKENI, 2011)
Edukasi perawatan kaki harus diberikan secara rinci pada semua
orang dengan ulkus maupun neuropati perifer atau peripheral arterial
disease
Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk dipasir dan diair
PerIksa kaki setiap hari, dan dilaporkan apabila kulit terkelupas,
kemerahan, atau luka
Periksa alas kaki dari benda asing sebelum memakainya
Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, tidak basah, dan
mengoleskan krim pelembab ke kulit yang kering
Potong kuku secara teratur
Keringkan kaki, sela-sela jari kaki teratur setelah dari kamar
mandi
Gunakan kaos kaki dari bahan katun yang tidak menyebabkan
lipatan pada ujung-ujung jari kaki
Kalu ada kalus atau mata ikan, tipiskan secara teratur
Jika sudah ada kelainan bentuk kaki, gunakan alas kaki yang
dibuat khusus
Sepatu tidak boleh terlalu sempit atau longgar, jangan gunakan
hak tinggi
Jangan gunakan bantal atau botol berisi air panas/batu
(PERKENI, 2011)
Literatur melaporkan bahwa hiperglikemia yang lama akan
menyebabkan perobahan patologi pada pembuluh darah. Ini dapat
menyebabkan terjadinya penebalan pada tunika intima hyperplasia
membrana basalis arteria, oklusi (penyumbatan) arteri dan abnormalitas
trombosit sehingga menghantarkan perlekatan (adhesi) dan pembekuan.
Selain itu hiperglikemia juga dapat menyebabkan leukosit menjadi tidak
normal sehingga bila ada infeksi mikroorganisma (bakteri) akan sulit untuk
dimusnahkan oleh sistem fagositosis bakterisit intra sel.
Hal tersebut akan diperoleh lagi oleh tidak saja kekakuan dari arteri
namun juga diperberat oleh rheologi darah yang tidak normal. Menurut
kepustakaan adanya peningkatan dari kadar fibrinogen dan bertambahnya
reaktifitas trombosit akan menyebabkan tingginya agregasi dari sel darah
merah sehingga sirkulasi darah menjadi lambat dan akan mempermudah
terbentuknya trombosit pada dinding pembuluh arteria yang sudah kaku
sehingga akhirnya akan terjadi gangguan sirkulasi.
Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita diabetes
mellitus antara lain berupa penyempitan dan penyumbatan daerah perifer
(yang utama), sering terjadi pada tungkai bawah (terutama kaki) akibatnya
perfusi jaringan dari bagian distal dan tungkai akan menjadi kurang baik
dan akan timbul ulkus yang kemidian akan berkembang menjadi
nekrosis/gangren yang sangat sulit untuk diatasi dan hal ini tidak jarang
memerlukan suatu tindakan amputasi.
Gangguan mikrosirkulasi akan menyebabkan berkurangnya aliran
darah dan hantaran oksige pada serabut saraf yang kemudian akan
menyebabkan degenerasi dari serabut saraf. Keadaan ini akan
mengakibatkan suatu neuropati. Disamping itu dari kasus ulkus/gangrene
diabetik, kaki diabetik 50% akan mengalami infeksi akibat munculnya
lingkungan darah yang subur untuk berkembangnya bakteri yang patogen
karena berkurangnya suplai oksigen, bakteri bakteri yang akan tumbuh
subur.
Sebelum diberikan suatu pengobatan terhadap gangren dapat
dilakukan pemeriksaan terhadap pus pada jaringan ulkus/gangren
tersebut. Terdapatnya pus pada bagian tubuh menunjukkan adanya
infeksi akibat dari invasi mikroorganisma kedalam rongga, jaringan
ataupun organ tubuh. pemeriksaan ini akan banyak membantu
memastikan diagnosa bakteriologik penyakit infeksi yang menimulkan
pembentukan dari pus Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk
mendapatkan specimen pus yang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan bakteriologik., pengambilan dari pada pemeriksaan ini dapat
diambil setiap saat tetapi sebaiknya sebelum pemberian dari antibiotik
Prosedur dari pengambilan sampel ini dapat dilakukan dalam 2 cara
yaitu
a. Luka/ulkus
1) Bersihkan luka dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan
NaCl fisiologis sebanyak 3 kali untuk menghilangkan kotoran
dan lapisan eksudat atau pus yang mengering.
2) Tampa menyentuh bagian kapas usapkan bagian kapas pada
daerah ulkus tampa menyentuh bagian tepi ulkus.
3) Kemudian kapas lidi dapat terus dilakukan inokulasi pada agar
untuk dilakukan pemeriksaan mikrobiologi.
b. Abses
1) Dilakukan pemeriksaan disinfeksi dengan povidone iodine
10% diatas abses atau bagian yang akan ditusuk/insisi.
Bersihkan sisa povidone iodine dengan kapas alkohol 70%
2) Tusukkan jarum dan hisap dengan spuit steril cairan pus
3) Cabut jarum dan kemudian tutup dengan kapas lidi
4) Teteskan cairan aspirasi pus pada lidi kapas steril. Kapas lidi
dapat langsung diinokulas pada agar atau dapat juga kedalam
media transport. Sisa pus pada spuit dapat dimasukkan
kedalam wadah steril dan dikirim ke laboratorium
C. VITAMIN C
1. Definisi
Vitamin C atau L-asam askorbat merupakan antioksidan yang larut
dalam air (aqueous antioksidant). Senyawa ini merupakan bagian dari
sistem pertahanan tubuh terhadap senyawa oksigen reaktif dalam plasma
dan sel. Dalam keadaan murni, vitamin C berbentuk kristal putih dengan
berat molekul 176,13 dan rumus molekul C6H6O6. Vitamin C juga mudah
teroksidasi secara reversibel membentuk asam dehidro L-askorbat dan
kehilangan 2 (dua) atom hidrogen. Antioksidan vitamin C mampu bereaksi
dengan radikal bebas, kemudian mengubahnya menjadi redikal askorbil.
Senyawa radikal terakhir ini akan segerra berubah menjadi askorbat dan
dehidroaskorbat. Asam askorbat dapat bereaksi dengan oksigen
teraktivasi. (Winarsi H, 2007)
1. Fungsi Vitamin C
Vitamin C mempunyai fungsi, antara lain :
Antioksidan larut air : perlindungan lipid (→peroksidasi lipid),
protein, asam nukleat (DNA dan RNA) dan membran sel oleh
radikal oksigen bebas dan jenis oksigen reaktif.
Efek hemat vitamin E : regenerasi alfa-tokoferol tereduksi yang aktif
secara antioksidatif (vitamin E) dari radikal tokoferil (radikal vitamin
E)
Rantai redoks dari vitamin C, vitamin E, koenzim Q10 dan asam
lipoat dan/ atau glitation (GSH) : regenerasi GSH dari GSSG.
Imunokompetensi : stimulasi sistem imun seluler dan humoral,
perlindungan membran fagosit dari dekstruksi-diri oksidatif
(perpanjangan waktu hidup aktif sel imun), aktivasi sistem
komplemen dan aktivasi kemotaksis
Sifat anti kanker : penghambatan pembentukan nitrosamin
karsinogenik dari nitrit dan amin sekunder, perlindungan DNA dari
kerusakan aksidatif.
Perlindungan sel endotelial : peningkatan ketersediaan hayati NO
(efek anti trombotik dan anti hipertensi).
Biosintesis neurotransmiter : konversi triptofan menjadi 5
hidroksitriptofan (=prekursor serotonin), hidroksilasi dopamin
menjadi norepinefrin, biosintesis dopa.
Biosintesis kolagen : hidroksilasi lisin dan prolin stimulasi ekspresi
gen dalam fibroblas, perkembangan dan pematangan kartilago.
Biosintesis glukokortikoid dalam adrenal (steroidogenesis, respon
stres), sintesis hormon vitamin D (kalsitriol).
Aktivasi asam folat menjadi asam tetrahidrofolat
Sintesis karnitin (dengan besi, vitamin B6, lisin, metionin)
Degradasi histamin, stabilisasi sel mast.
Penghambatan glikosilasi protein dan pembentukan AGE (misalnya
HbA1C)
Metabolisme besi : peningkatan absorbsi besi transfer besi dari
transferin (protein transport) menjadi feritin (protein penyimpan)
Reaksi detoksifikasi : detoksifikasi timbel dan xenobiotik (sintesis/
perlindungan anti oksidatif CYP450)
Amidasi hormon neuroendokrin : gastrin, CRH (Hormon pelepas-
kortikotropin, kortikotropin-releasing hormone), TRH (hormon
pelepas-tirotropin, thirotrophine-releasing hormone). (Grober U,
2012)
2. Angka kecukupan gizi harian (RDA)
RDA untuk vitamin C terutama berdasarkan pada pencegahan
defisiensi dari pada pencegahan penyakit kronis dan peningkatan
kesehatan yang optimum. Individu yang merokok memerlukan tambahan
sebesar 35 mg/hari vitamin C yang melebihi kebutuhan yang bukan
merokok.
Tabel 2. Kebutuhan Per hari Vitamin C
Wanita (mg/hari) Pria (mg/hari)
19 tahun dan lebih 75 90
Kehamilan 85 -
Menyusui 120 -
Diabetes dan sindrom metabolic
1.000-3.000 mg (dibagi selama sehari)
3. Peranan vitamin C pada penderita DM
Vitamin C berperan untuk mensintesis kolagen, dimana kolagen
merupakan protein yang berpengaruh terhadap integritas struktur sel.
Seperti pada tulang rawan, kulit, urat, dan jaringan lain di tubuh manusia.
Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan patah tulang, memar,
pendarahan kecil, dan luka, sehingga dengan demikian vitamin C
berperan pada penyembuhan luka. Vitamin C dapat mengabsorbsi
kalsium dimana kalsium sangat diperlukan tubuh sebagai kofaktor untuk
aktivitas enzim dan pertumbuhan tulang. (Hickey et al, 2004). Vitamin C
juga berperan sebagai antioksidan yang dapat mempertahankan daya
tahan tubuh terhadap infeksi dan sebagai mekanisme pertahanan
antibakteri. Sehingga vitamin C dapat mencegah senyawa – senyawa
karsinogenik, dan dapat berperan untuk pencegahan penyakit jantung
koroner dan juga dapat menurunkan kadar glukosa darah bagi penderita
diabetes melitus (Almatsier, 2001 ;Ceinhaska, 2001 ).
Vitamin C juga berperan penting dalam membantu penyerapan zat
besi dan mempertajam kesadaran. Sebagai antioksidan, vitamin C mampu
menetralkan radikal bebas di seluruh tubuh. Melalui pengaruh pencahar,
vitamin ini juga dapat meningkatkan pembuangan feses atau kotoran.
Vitamin C juga mampu menangkal nitrit penyebab kanker. Penelitian
di Institut Teknologi Massachusetts menemukan, pembentukan
nitrosamin (hasil akhir pencernaan bahan makanan yang mengandung
nitrit) dalam tubuh sejumlah mahasiswa yang diberi vitamin C berkurang
sampai 81%.
Hipoaskorbemia (defisiensi asam askorbat) bisa berakibat sariawan,
baik di mulut maupun perut, kulit kasar, gusi tidak sehat sehingga gigi
mudah goyah dan lepas, perdarahan di bawah kulit (sekitar mata dan
gusi), cepat lelah, otot lemah dan depresi. Di samping itu, asam askorbat
juga berkorelasi dengan masalah kesehatan lain, seperti kolestrol tinggi,
sakit jantung, artritis (radang sendi), dan pilek.
4. Pentingnya vitamin c terhadap Kadar Gula Darah
Pemberian antioksidan berupa vitamin dapat mengurangi stres
oksidatif bagi penderita DM-1 baik kronis maupun akut. Sebagian besar
antioksidan dalam plasma dapat berkurang pada pasien DM-2
dikarenakan komplikasi diabetes yang menyebabkan berbagai komplikasi
antara lain aterosklerosis dan penyakit jantung koroner.
Antioksidan vitamin bermanfaat dapat mengurangi kerusakan oksidatif
pada penderita diabetes. Hasil penelitian di Turki menunjukkan pada tiga
puluh penderita DM-2 ditemukan adanya ketidakseimbangan oksidan dan
antioksidan dalam plasma penderita diabetes dibanding kontrol. Demikian
juga berdasarkan hasil penelitian Centers for Disesase Control and
Prevention (CDC) kadar vitamin A, vitamin E lebih rendah, tidak untuk
konsentrasi vitamin C pada penderita diabetes dibanding kontrol.
Pemberian vitamin C dosis tinggi 2g/ hari dapat memperbaiki kesehatan
penderita diabetes.
Vitamin C membantu mencegah komplikasi DM-2 dengan
penghambatan produksi sorbitol. Sorbitol adalah hasil sampingan dari
metabolisme gula yang akan diakumulasikan di dalam sel dan berperan
terhadap perkembangan neuropati dan katarak. Pemberian vitamin C
1000 - 3000 mg/hari pada penderita diabetes dapat mengurangi produksi
sorbitol. Dianjurkan bagi penderita diabetes untuk banyak mengkonsumsi
makanan mengandung kandungan vitamin C cukup tinggi diantaranya
adalah jeruk, jambu biji, cabe hijau, kecambah dan brokoli, karena
konsumsi vitamin C dosis tinggi dapat mencegah berbagai komplikasi
diabetes.
Dibandingkan dengan orang sehat, penderita diabetes tampaknya
kurang mengkonsumsi vitamin. Kebanyakan studi telah menemukan
bahwa penderita diabetes memiliki minimal 30% lebih rendah tingkat
sirkulasi asam askorbat dari normal
E. KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual
Pada penelitian ini variabel terikat/dependen adalah vitamin C dan
variabel bebas/independent adalah kuantitas mikroorganisme.
Kerangka Konsep
2. Definisi Operasional
a. Kuantitas mikroorganisme adalah Sejumlah kuman, bakteri yang
terdapat pada ulkus diabetik yang sudah terinfeksi. Kuantitas
mikroorganisme ini akan diukur dengan melakukan kultur pus
b. Vitamin C adalah : Vitamin C 1600 mg yang larut dalam lemak dan
air yang memiliki sifat sebagai Antioksidan dan enterocoted
Ajuvan Vitamin c
Kadar gula darah
Aktifitas radikal
bebas
Perubahan
kuantitas
mikroorganisme
Umur
Jenis kelamin
Riwayat merokok
Riwayat DM kel
Lama DM
Terapi insulin
Perawatan luka
antibiotik
Variable dependet Variable independent
Variable kendali
c. Tes kultur pus: Tes kultur pus ini akan membantu memastikan
diagnosa bakteriologik penyakit infeksi yang menimbulkan
pembentukan pus. Sebelum dilakukan kultur lukia dibersihkan
dahulu baru kemudian melakukan pengambilan sampel kultur pus
pada jaringan luka bagian dalam dan bukan dibagian superficial
luka. Kemudian sampel dipindahkan ke media yang steril dan di
bawa ke bagian laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan.
Setelah dilakukan pemeriksaan dan diketahui jenis bakteri serta
golongannya maka selanjutnya akan dilakukan penghitungan
jumlah bakteri.
3. Hipotesis
a. Terjadi penurunan kuantitas mikroorganisme ulkus gangren pada
penderita ulkus gangren diabetik setelah pemberian therapi insulin,
antibiotik dan perawatan luka
b. Penambahan vitamin C dosis tinggi pada pasien ulkus gangren
diabetik dengan therapi insulin, antibiotik, perawatan luka
mempercepat penururnan kuantitas mikroorganisme ulkus gangren
diabetik.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah uji eksperimental murni dengan pretest dan
posttest with control group. Seluruh subyek penelitian dibagi menjadi 2
kelompok, masing-masing diberi terapi insulin, antibiotik dan perawatan
luka. Kelompok perlakuan adalah kelompok yang diberi terapi vitamin C
1600 mg/hari, sedangkan yang bukan perlakuan tidak mendapatkan
therapi tambahan vitamin C 1600 mg/hari.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di BLU RSU Prof. Dr. R.D Kandou
Manado khususnya di poliklinik Kaki dimana pasien yang dirawat di poli
kaki adalah pasien rawat inap dari Irina C. Penentuan tempat penelitian
dilakukan dengan pertimbangan karena merupakan Rumah Sakit
pendidikan dan rujukan di Sulawesi Utara sehingga responden cukup
tersedia.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 minggu.
2
2
2
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah pasien diabetes dengan luka kaki
diabetik yang baru datang berobat di BLU RSU Prof. dr. R. D Kandou
Manado.
2. Sampel
Pada penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah sampel yang
memenuhi kriteria inklusi untuk layak diteliti. Besar sampel ditentukan
melalui rumus, yaitu :
n1=n2=2
(𝑍𝛼 + 𝑍𝛽)𝑆
(𝑋1 − 𝑋2)
n1=n2=2 (1,96 + 0,84)5 10 − 5
n1=n2=2 145
n1=n2=2 x 7,84
n1=n2= 15,68 =16
Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu :
Pasien DM dengan luka terbuka
Pasien sadar
Bersedia dijadikan sampel penelitian dengan menandatangani
informed consent
Kriteria eksklusi :
Mengkonsumsi suplemen antioksidan lainnya
Kelainan hepar berat (sirosis hepatis)
Klien dengan gangguan ginjal
Terdapat hal-hal yang menyulitkan pemeriksaan (misalnya
demensia)
D. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini bentuk tabel
observasi. Instrumen terdiri dari dua bagian yaitu :
1. Data Demografi
Format pengkajian karakteristik pasien yang meliputi: riwayat genetic
DM dan ulkus gangren diabetikum, riwayat hipertensi (HT) dan kebiasaan
merokok terlampir.
2. Data Observasi hasil pemeriksaan tes kultur pus
Terdapat lembar tes kultur pus untuk kuantitas mikroorganisme pada
pasien diabetes mellitus dengan ulkus gangren.
Tes kultur pus
Prosedur dari pengambilan sampel ini dapat dilakukan dalam 2 cara
yaitu
a) Luka/ulkus
Bersihkan luka dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan
NaCl fisiologis sebanyak 3 kali untuk menghilangkan kotoran
dan lapisan eksudat atau pus yang mengering.
Tanpa menyentuh bagian kapas usapkan bagian kapas pada
daerah ulkus tampa menyentuh bagian tepi ulkus.
Kemudian kapas lidi dapat terus dilakukan inokulasi pada agar
untuk dilakukan pemeriksaan mikrobiologi.
b) Abses
Dilakukan pemeriksaan disinfeksi dengan povidone iodine
10% diatas abses atau bagian yang akan ditusuk/insisi.
Bersihkan sisa povidone iodine dengan kapas alkohol 70%
Tusukkan jarum dan hisap dengan spuit steril cairan pus
Cabut jarum dan kemudian tutup
Teteskan cairan aspirasi pus pada lidi kapas steril. Kapas lidi
dapat langsung diinokulas pada agar atau dapat juga kedalam
media transport. Sisa pus pada spuit dapat dimasukkan
kedalam wadah steril dan dikirim ke laboratorium
E. Prosedur Pengambilan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini meliputi tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Pra Pengumpulan Data
a. Penelitian diawali dengan proses perijinan untuk terlaksananya
penelitian di BLU RSU Prof. Dr. R.D Kandou Manado.
b. Pelaksanaan penelitian dilanjutkan dengan pengambilan data awal di
BLU RSU Prof. Dr. R.D Kandou Manado. Dalam hal ini peneliti hanya
melakukan pencatatan jumlah penderita Diabetes Mellitus tipe II
dengan komplikasi mikrovaskuler beserta data pendukung lain untuk
memudahkan proses seleksi.
c. Langkah selanjutnya peneliti melakukan seleksi terhadap calon
responden dengan berpedoman pada kriteria inklusi yang sudah
ditentukan.
d. Calon responden yang telah memenuhi kriteria inklusi dan bersedia
mengikuti kegiatan penelitian diminta untuk menandatangani lembar
surat pernyataan kesediaan menjadi responden (informed consent)
yang diberikan oleh peneliti.
2. Tahap Pengumpulan Data
a. Responden yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini
kemudian dibagi menjadi 2 kelompok, (masing-masing 16 responden)
dengan ketentuan sebagai berikut :
Kelompok I :
kelompok intervensi dengan terapi insulin, antibiotik dan perawatan
luka pada pasien diabetes mellitus dengan ulkus diabetika
ditambah preparat vitamin C 1600 mg/hari
Kelompok II :
kelompok kontrol hanya diberikan terapi insulin,antibiotik dan
perawatan luka pada pasien diabetes mellitus dengan ulkus
diabetika
b. Tahap pre test. Tahap ini terdiri dari dua kegiatan. Kegiatan pertama
yaitu responden diminta untuk melakukan pengisian data demografi
dengan mengisi kuesioner (terlampir). Kedua yaitu, peneliti
melakukan pemeriksaan laboratorium dengan melakukan
pengambilan cairan pus / nanah dengan lidi kapas steril yang di
lakukan oleh petugas yang terlatih. Pengambilan cairan pus / nanah
ini dilakukan secara steril sehingga efek samping dari pengambilan
cairan pus / nanah dapat diminimalisasi.
c. Subjek mendapatkan perawatan luka sesuai dengan prosedur
perawatan luka yang dilakukan oleh petugas rumah sakit.
- Alat dan Bahan yang digunakan untuk perawatan adalah NaCl 0,9
%, betadine, set perawatan luka, sarung tangan bersih dan steril,
kassa.
d. Peneliti melakukan pemeriksaan laboratorium dengan melakukan
pengambilan cairan pus / nanah dengan lidi kapas steril yang di
lakukan oleh petugas yang terlatih dan sesuai dengan prosedur.
- Alat dan bahan yang digunakan untuk pengambilan cairan pus /
nanah adalah dispo 3 cc, lidi kapas steril, media transport (agar
untuk inokulasi), sarung tangan steril, tabung steril, wadah steril
untuk tempat media yang akan dibawa kelaboratorium.
e. Tahap perlakuan. Pemberian vitamin C ESTHER C dengan dosis
1600 mg diberikan secara oral. (vitamin c tidak di buat sediaan sendiri
oleh peneliti)
.
F. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini akan diolah menggunakan
pengujian program statistic cumputerized. Penelitian ini menggunakan T
berpasangan bila syarat uji parametrik dipenuhi, jika tidak maka akan
menggunakan uji Wilcoxon nonparametrik dimana vitamin C berperan
pada kuantitas mikroorganisme, jika nilai p pada kolom sig(2-tailed) yaitu p
value < 0.05, Uji independen sample T Test digunakan untuk
membandingkan kuantitas mikroorganisme dengan pemberian vitamin C
dan kuantitas mikroorganisme tanpa pemberian vitamin C pada pasien
diabetes dengan luka kaki diabetes jika memenuhi syarat jika tidak maka
akan menggunakan Uji Mann-Whitney
G. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapat perlu adanya
rekomendasi dari institusi atau pihak lain dengan mengajukan
permohonan izin kepada institusi/ lembaga tempat penelitian. Setelah
mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian dengan menekankan
masalah etika yang meliputi:
1. Informed Consent
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan
diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan
manfaat penelitian, bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksa dan
tetap menghormati hak-hak subjek.
2. Anonimity (Tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan
nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.
3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Bab ini akan menguraikan secara lengkap hasil penelitian tentang
pengaruh pemberian vitamin C terhadap kuantitas mikroorganisme luka
kaki diabetic pada penderita diabetes mellitus di poli kaki BLU RSU Prof
Dr.R. D Kandou Manado. Hasil penelitian ini terdiri dari uraian tentang
karakteristik subjek penelitian, pola kuman pada ulkus diabetic, analisis
variabel yang berhubungan dengan kuantitas mikroorganisme dan analisis
perbedaan kuantitas mikroorganisme antara kelompok kontrol perlakuan.
1. Karakteristik subjek penelitian
Pada bagian ini peneliti menguraikan tentang karakteristik subjek
penelitian berdasarkan Umur, Jenis kelamin, Pendidikan, Pekerjaan,
Riwayat DM, Riwayat Hipertensi, Lama DM, Merokok,. Karakteristik klien
dihitung dengan menjelaskan jumlah, persentase masing-masing
karakteristik tersebut seperti terlihat pada tabel 1.
Tabel 3. Perbandingan antara kelompok perlakuan dan kelompok control berdasarkan karakteristik responden.
Karakteristik Kelompok
Total ρ* Perlakuan (n: 16) %
Kontrol (n:16) %
Umur <45 1 6,3 0 0 1
0,32 >45 15 93,8 15 100 30
Jenis
Kelamin
P 8 50,0 10 66,7 18 0,34
W 8 50,0 5 33,3 13
Pendidikan
PT 5 31,3 3 20,0 8
0,63 SMA 8 50,0 10 66,7 18
SMP 2 12,5 2 13,3 4
TS 1 6,3 0 0 1
Pekerjaan
PNS 9 56,3 8 53,3 17
0,98 Swasta 4 25,0 4 26,7 8
TB 3 18,8 3 20,0 6
Riwayat DM
Keluarga
Tidak 3 18,8 5 33,3 8 0,35
Ya 13 81,3 10 66,7 23
Riwayat
Hipertensi
Tidak 15 93,8 12 80,0 27 0,25
Ya 1 6,3 3 20,0 4
Merokok Tidak 7 43,8 7 46,7 14
0,87 Ya 9 56,3 8 53,3 17
Keterangan: n : Jumlah responden, *:Uji Chi Square
Tabel 3 ini menunjukkan bahwa jumlah responden antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol tidak sama. Pada tabel tersebut
menunjukkan bahwa responden pada kelompok perlakuan 8 orang (50%)
laki-laki dan 8 orang (50%) perempuan. Untuk karakteristik usia 15 orang
(93,8%) berada pada kategori ≥ 45 tahun, Karakteristik pendidikan 8 orang
(50%) mempunyai pendidikan terakhir SMA. Pada karakteristik pekerjaan
9 orang (56.3%) bekerja sebagai pegawai negeri. Pada kelompok
perlakuan yang mempunyai riwayat DM keluarga sebanyak 13 orang
(81,3%), sedangkan merokok terdapat 7 responden (43,8%).
Karakteristik responden pada kelompok kontrol 10 orang (66,7%) laki-
laki dan 5 orang (33,3%) perempuan. . Untuk karakteristik usia seluruhnya
berada pada kategori >45 tahun. Karakteristik pendidikan 10 orang
(66,7%) mempunyai pendidikan terakhir SMA. Pada karakteristik
pekerjaan 8 orang (53.3%) bekerja sebagai pegawai negeri. Pada
kelompok kontrol yang mempunyai riwayat DM keluarga sebanyak 10
orang (66,7%), hanya 3 orang (20%) memiliki riwayat Hipertensi dan
merokok terdapat 7 orang (46,7%).
Semua karakteristik subjek penelitian yang terdapat dalam tabel 3
tidak ada perbedaan yang signifikan, sehingga tidak mempengaruhi hasil
penelitian dan bukan sebagai perancu dalam penelitian.
Tabel 4. Perbedaan karakteristik klinis antara kelompok
perlakuan dan kontrol
Variabel
Kelompok perlakuan
kelompok kontrol
ρ (n:16) (n:15)
Jumlah jumlah
n % n %
Lama mengidap DM
0.68 1. <5 3 18.8 4 26.7
2. ≥5 13 81.3 11 73.3
Perubahan Kadar Guka darah
0.21 1. Membaik 10 62.5 6 40
2. Memburuk 6 37.5 9 60
Tabel 4 menunjukan bahwa dari hasil analisis pada kelompok
perlakuan dan control dengan variable lama DM nilai p 0.68 dan variable
perubahan kadar gula darah nilai p 0.21 dimana p > 0.05, sehingga tidak
akan mempengaruhi hasil penelitian dan bukan sebagai perancu dalam
penelitian ini.
Dalam tabel ini menunjukan bahwa lama DM banyak berada pada
kategori ≥ 5 tahun 13 orang (81.3%) pada kelompok perlakuan dan
kelompok control 11 orang (73.3%). Perubahan kadar gula darah banyak
berada pada kategori membaik, 10 orang (62.5%) pada kelompok
perlakuan, dan control 6 orang (60%).
Tabel 5. Gambaran pola kuman pada gangren diabetik pada Kelompok Perlakuan sebelum dan sesudah pemberian vitamin C
No Jenis kuman Pre Post
Jumlah % jumlah %
1 Enterobacter aerogenes 1 6.3 2 12,5
2 Enterobacter aglomerans 1 6.3 - -
3 Enterobacter cloacae complex 1 6.3 - -
4 Klebsiella pneumonia 1 6.3 - -
5 Morganella morganii spp morganii 1 6.3 - -
6 Proteus Mirabilis 7 43.8 6 37,5
7 Proteus vulgaris 2 12.5 2 12,5
8 Staphylococcus aureus 1 6.3 1 6,3
9 Staphylococcus haemolitycus 1 6.3 - -
Total 16 100 11 100
Dari hasil pemeriksaan kultur Pus didapatkan bahwa pola kuman gangren
diabetik pada Kelompok Perlakuan sebelum pemberian vitamin C adalah
Proteus Mirabilis 7 (43,8 %), Proteus Vulgaris 2 (12,5%), Enterobacter
aerogenes 1 (6,3 %), Enterobacter aglomerans 1 (6,3%), Enterobacter
cloacae complex 1 (6,3%), Klebsiella pneumonia 1 (6,3%) , Morganella
morganii spp morganii 1 (6,3%), Staphylococcus aureus 1 (6,3%),
Staphylococcus haemolyticus 1 (6,3%).
Hasil untuk sesudah pemberian vitamin C adalah Proteus Mirabilis 6 (37,5
%), Proteus Vulgaris 2 (12,5%), Enterobacter aerogenes 2 (12,5 %),
Staphylococcus aureus 1 (6,3%)
Tabel 6. Gambaran pola kuman pada gangren diabetik pada Kelompok control
No Jenis kuman Pre Post
Jumlah % Jumlah %
1 Alkaligenes faecalis 1 6.7 1 6.7
2 Escherichia coli 1 6.7 1 6.7
3 Klebsiella pneumonia 1 6.7 - -
4 Proteus Mirabilis 8 53,3 6 40
5 Proteus vulgaris 2 13,3 3 20
6 Serratia fonticola 1 6,7 - -
7 Staphylococcus aureus 1 6,7 1 6,7
8 Enterobacter Hafniae - - 1 6,7
Total 16 100 13 100
Dari hasil Pemeriksaan Kultur Pus didapatkan bahwa pola kuman gangren
diabetik pada Kelompok kontrol sebelum (pre) pemberian antibiotic,
insulin, perawatan luka adalah alkaligenes faecalis 1 (6,7%), Escherichia
Coli 1 (6,7%), Klebsiella Pneumoniae 1 (6,7%), Proteus Mirabillis 8
(53,3%), Proteus Vulgaris 2 (13,3%), Serattia Fonticola 1 (6,7%),
Staphylococcus Aureus 1 (6,7%) dan sesudah (post) pemberian antibiotic,
insulin, perawatan luka adalah alkaligenes faecalis 1 (6,7%), enterobacter
hafniae 1 (6,7%), Escherichia Coli 1 (6,7%), proteus mirabilis 6 (40%),
proteus vulgaris 3 (20%), Staphylococcus Aureus 1 (6,7%).
2. Perbaikan klinis kuantitas mikroorganisme
Penelitian kuantitatif ini mengunakan desain quasi eksperimen dimana
responden penelitian diberikan vitamin c sesuai dengan protocol yang
dibuat kemudian dinilai keefektivan penambahan penggunaan vitamin c
pada ulkus diabetic. Sehubungn dengan tidak berdistribusi normalnya
data yang didapat, maka peneliti menggunakan uji non-parametrik sign
rank test (Wilcoxon) dan Mann-Whitney untuk mengidentifikasi peran
vitamin c pada kelompk perlakuan dan kelompok kontrol.
a. Perbandingan perbaikan klinis kuantitas mikroorganisme
perubahan jumlah kuman antara kelompok perlakuan dan kontrol
Kuantitas Mikroorganisme di ukur dengan menggunakan penilaian
jumlah kuman melalui pemeriksaan kultur pus. Uji Wilcoxon Test dan uji
Mann-Whitney dilakukan setelah mendapatkan hasil dari pemeriksaan
kultur. Uji Wilcoxon Test dilakukan untuk melihat perbedaan rerata
kelompok perlakuan pada jumlah kuman awal dan jumlah kuman akhir.
dengan diperoleh hasil analisis bahwa terdapat perbedaan yang
bermakna rerata kuantitas mikroorganisme kelompok perlakuan selama 4
minggu pada saat sebelum pemberian dan setelah pemberian vitamin C
dengan nilai p value 0,021 < 0,05. Hal ini sesuai dengan hipotesis yaitu
dengan penambahan vitamin c pada pasien dengan ulkus diabetic dapat
mempercepat penurunan jumlah kuantitas mikroorganisme. Pada
kelompok Kontrol dengan menggunakan uji yang sama pada kelompok
perlakuan yaitu uji Wilcoxon menunjukan nilai ρ 0.712 > 0.05, dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kuantitas mikroorganisme
yang bermakna pada kelompok kontrol.
Dari hasil uji Mann-Whitney yang dilakukan untuk merlihat
perbedaan rerata sebelum dan sesudah serta nilai perubahan pada kedua
kelompok, didapatkan hasil tidak ada perbedaan yang bermakna pada
rerata sebelum pemberian vitamin c antara kelompok perlakuan dan
control dengan nilai ρ 0.513 > 0.05 untuk sebelum penambahan vitamin C
pada kelompok perlakuan. Sedangkan hasil Uji untuk sesudah pemberian
vitamin c antara kedua kelompok tersebut menunjukan nila ρ 0.015
<.0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang
bermakna secara signifikan antara kelompok perlakuan dan control pada
saat sesudah penambahan vitamin c pada kelompok perlakuan. Dari hasil
perubahan jumlah kuman, didapatkan hasil tidak ada perbedaan yang
bermakna dengan nilai p 0.069 > 0.05, namun dapat dilihat bahwa
kuantitas mikroorganisme mengalami perubahan jumlah kuman pada
kedua kelompok, tapi kelompok perlakuan penurunan jumlah kumannya
lebih besar disbanding dengan control walaupun secara statistic tidak
bermakna. Hasil analisa ini dapat dilihat pada tabel 7
Tabel 7. Perbaikan klinis kuantitas mikroorganisme pada kelompok perlakuan dan control
kelompok Perubahan Jumlah kuman
ρ Sebelum sesudah perubahan
perlakuan 16.63 8.44 8.19
0.021* 7 (-36-18)
kontrol 15.80 19.87 - 4.07
0.712* 1 (-24 - 52)
ρ 0.513ª 0.015ª 0.069ª
*: uji Wilcoxon ª: uji Mann-Whitney
b. Perbaikan klinis kuantitas mikroorganisme
Pada kelompok perlakuan yang mengalami perubahan jumlah kuman (
berkurang) sebanyak 13 orang (81.3%) dan kelompok control sebanyak 8
orang (53.3%). Dari hasil analisis menunnjukan tidak ada hubungan yang
bermakna antara perubahan jumlah kuman dengan kelompok penelitian
(p: 0.13, OR: 3.73, 95% CI: min 0.75, Max 19.04). hasilnya bias dilihat
dalam tabel 8 dibawah ini :
Tabel 8. Perbaikan klinis Kuantitas Mikroorganisme berdasarkan
nilai perubahan jumlah kuman
kelompok perubahan jumlah kuman
ρ OR 95 % CI
berkurang % Bertambah % Min Max
perlakuan 13 81.3 3 18.8 0.13 3.73 0.75 19.04
kontrol 8 53.3 7 46.7
c. Kadar gula sebagai factor resiko terhadap perubahan kuantitas
mikroorganisme
Gula darah merupakan factor resiko terhadap perubahan kuantitas
mikroorganisme dengan odd rasio 2.50 (0.58-10.61) dengan nilai p= 0.21
(p= < 0,25). Ini bias dilihat pada tabel 9 dibawah ini:
Tabel 9. Perubahan kadar gula darah pada kelompok perlakuan dan
kontrol
variabel Perubahan GDP
Ρ OR 95 % CI
membaik % Memburuk % min Max
perlakuan 10 62.5 6 37.5 0.21 2.50 0.58 10.61
kontrol 6 40 9 60
d. Perubahan jumlah kuman dengan Perbaikan GDP
Dari hasil analisis didapatkan bahwa tidak terdapat hasil yang
bermakna pada perubahan jumlah kuman dengan perubahan GDP,
dimana didapatkan nilai p: 0.45 tapi hali ini bias menjadi factor resiko.
secara statistic tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perubahan
kadar gula dengan perubahan kuman. Parameter kekuatan hubungan
yaitu sebesar 2 (OR) dengan 95% CI 0.43 – 9.25dengan nilai OR 2; 95%
CI= 0.43-9.25. Dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Hasil analisis bivariat variable kategori perubahan kadar
gula darah dengan perubahan kuman
Variabel perubahan GDP
ρ OR 95 % CI
membaik % memburuk % Min Max
perubahan kuman
- bertambah 12 57.1 9
42.9 0.45 2 0.43 9.25
- berkurang 4 40 6 60
e. Analisis Multivariat
Variable yang mempunyai potensi menjadi sebagai factor resiko
perubahan klinis kuantita mikroorganisme akan dilakukan analisis secara
multivariate. Hasil-hasil tersebut dapat kita lihat pada tabel 11
Tabel 11. Ringkasan uji regresi logistic antara seluruh variable
terhadap perubahan kuantitas mikroorganisme
Variabel B Ρ OR
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Lama DM 1.799 0.152 6.042 0.515 70.862
Kelompok 1.387 0.115 4.003 0.714 22.424
Perubahan GDP 0,788 0.372 2.198 0.320 12.393
Constant 7,33 0.029 0.001
Tabel 11 menunjukan ringkasan uji regresi logistic terhadap perubahan
kuantitas mikroorganisme. Tabel ini menunjukan dimana terdapat 3
variable yang berpengaruh terhadap perubahan kuantitas
mikroorganisme, yaitu lama DM, kelompok (ajuvan vitamin c), perubahan
GDP dengan nilai OR 6.04, p=0.152 yang artinya adalah terdapat 6.042
kali lebih besar peluang mengalami penurunan atau perubahan jumlah
kuman subjek penelitian yang lama DM < 5 tahun dari pada yang lama
DM ≥ 5 tahun. Variable kelompok dengan ajuvan vitamin c mempunyai
peluang 4.003 kali mengalami penurunan atau perubahan jumlah kuman
di bandingkan dengan kelompok yang tidak menggunakan ajuvan vitamin
c. Variable perubahan GDP yang membaik berpeluang 2.198 kali
mengalami penurunan jumlah kuman dibandingkan dengan perubahan
GDP yang memburuk.
Tabel 12. Ringkasan uji regresi logistic antara seluruh variable
terhadap perbaikan atau penurunan GDP
Variabel B Ρ OR 95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Perubahan kuman 0.813 0.356 2.254 0.402 12.651
Kelompok 0.655 0.413 1.924 0.401 9.227
Lama DM 1.446 0.147 0.236 0.033 1.665
Constant 0.460 0.829 1.584
Tabel 12 menunjukan hasil analisis dengan regresi logistic terhadap
variabel perubahan kuman yang berkurang jumlah kumannya akan
berpeluang 2.254 kali mengalami perbaikan atau penurunan GDP
dibandingkan yang bertambah kumannya. Variable dengan ajuvan vitamin
c mempunyai peluang 1.924 mengalami perbaikan atau penurunan GDP.
Variable lama DM untuk pasien yang < 5 tahun mempunyai peluang
sebesar 0.236 kali mengalami perubahan atau penurunan Kadar GDP
daripada pasien yang ≥ 5 tahun menderita DM.
B. Pembahasan
1. Karakteristik subjek penelitian Pada penelitian ini seluruh responeden berada pada golongan usia ≥
45 tahun. Menurut Lata,( 2007) Proses menua menyebabkan penurunan
dalam produksi hormon, sehingga menyebabkan berkurangnya
kemampuan tubuh untuk mengatur dan memperbaiki bagian yang rusak.
Perubahan yang tidak dapat dilihat adalah sistem internal seperti system
kardiovaskular, yang menyebabkan tekanan darah tinggi dan serangan
jantung, berkurangnya kapasitas paru, sistem pencernaan dan lain-lain.
Perubahan-perubahan penting yang terjadi adalah perubahan pada kulit
merupakan manifestasi penuaan yang paling mudah dilihat. Kerutan dan
kulit yang kendur disebabkan oleh kurangnya lemak subkutan,
meningkatnya kolagen dan elastin yang terfragmentasi dan tidak elastik.
Pada pembuluh darah, jumlah kolagen meningkat dan menjadi kurang
elastis, pembuluh arteri menjadi kaku, tekanan darah sistolik dan denyut
nadi cenderung meningkat. Sering ditemukan arterosklerosis.
Vaskularisasi yang berkurang menyebabkan memburuknya nutrisi dan
pemberian oksigen ke jaringan.
Untuk kadar gula darah,seluruh subjek penelitian memiliki kadar
gula darah yang tinggi. Terjadinya masalah gangren adalah karena
adanya hiperglikemia pada penyandang diabetes yang menyebabkan
kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati baik
sensorik maupun aotonomik akan mengakibatkan berbagai perobahan
pada kulit dan otot yang kemudian menyebabkan terjadinya perobahan
distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah
terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi menyebabkan
infeksi akan mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor aliran
darah yang kurang akan lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan
gangren diabetes.
Penderita diabetes mellitus yang kadar gulanya tidak terkontrol
akan lebih mudah untuk tumbuh dan berkembangnya bakteri bakteri dari
pada penderita yang kadar gula darahnya terkontrol dan pada orang yang
non diabetes. Terjadinya gangren dikaki baik yang mengenai jari kaki
maupun yang sudah meluas sampai telapak dan punggung kaki pada
umumnya dapat disebabkan oleh karena suatu proses dari iskemik,
neuropati, dan infeksi. Hiperglikemia juga dapat menyebabkan leukosit
menjadi tidak normal sehingga bila ada infeksi mikroorganisma (bakteri)
akan sulit untuk dimusnahkan oleh sistem fagositosis bakterisit intra sel(
Lindarto, 2004).
Infeksi sering menjadi penyakit kulit ulkus pada kaki neuropati dan
neuroiskemik. Ulkus menjadi pintu gerbang masuknya bakteri dan sering
polimikrobial yang meliputi bakteri gram positip dan negatip aerob yang
menyebar cepat melalui kaki yang dapat menyebabkan kerusakan berat
dari jaringan. Bakteri gram positip aerob patogen yang umum
menyebabkan infeksi adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermidis, Streptococcus sedangkan gram negatip adalah Escherichia
coli, Klebsiella sp , Enterobacter sp, Citrobacter sp, Proteus vulgaris,
Proteus mirabilis dan Pseudomonas aeroginosa. Kuman gram negatip
aerob sama seperti kuman anaerob tumbuh dengan subur pada infeksi
yang terletak dalam, Kuman aerob dapat cepat menginfeksi aliran darah
dan kadang kadang mengakibatkan bakterimia yang dapat mengancam
kehidupan. Infeksi sering menjadi penyulit dari gangren. Gangren ini
merupakan penyebab masuknya bakteri dan sering polimikrobial yang
menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kerusakan berat dari
jaringan (Nanang Fitria, 2008).
Pada penelitian ini dijumpai jenis kuman yang terbanyak untuk kedua
kelompok yaitu Kelompok Perlakuan sebelum pemberian vitamin C
adalah Proteus Mirabilis 7 (43,8 %), Proteus Vulgaris 2 (12,5%). Hasil
untuk sesudah pemberian vitamin C adalah Proteus Mirabilis 6 (37,5 %),
Proteus Vulgaris 2 (12,5%), Enterobacter aerogenes 2 (12,5 %).
Kelompok kontrol sebelum (pre) pemberian antibiotic, insulin, perawatan
luka adalah Proteus Mirabillis 8 (53,3 dan sesudah (post) pemberian
antibiotic, insulin, perawatan luka adalah proteus mirabilis 6 (40%),
proteus vulgaris 3 (20%).
Proteus mirabilis merupakan flora normal dari saluran cerna manusia.
Bakteri ini dapat juga ditemukan bebas di air atau tanah. Jika bakteri ini
memasuki saluran kencing, luka terbuka, atau paru-paru akan menjadi
bersifat patogen. Proteus mirabilis sering juga terdapat dalam daging
busuk dan sampah serta feses manusia dan hewan. Juga bisa ditemukan
di tanah kebun atau pada tanaman. Proteus mirabilis memproduksi
endotoksin yang memudahkan induksi ke sistem respon inflamasi dan
membentuk hemolisin.
a. Perbandingan perbaikan klinis kuantitas mikroorganisme
perubahan jumlah kuman antara kelompok perlakuan dan kontrol
Hasil penelitian berdasarkan analisis Uji Wilcoxon Test bahwa terdapat
perbedaan yang bermakna rerata kuantitas mikroorganisme kelompok
perlakuan selama 4 minggu pada saat sebelum pemberian dan setelah
pemberian vitamin C dengan nilai p value 0,021 < 0,05, sedangkan pada
kelompok Kontrol dengan menggunakan uji yang sama pada kelompok
perlakuan yaitu uji Wilcoxon menunjukan tidak terdapat perbedaan yang
bermakna dengan nilai ρ 0.712 > 0.05. Dari hasil uji Mann-Whitney yang
dilakukan untuk merlihat perbedaan rerata sebelum dan sesudah serta
nilai perubahan pada kedua kelompok, didapatkan hasil tidak ada
perbedaan yang bermakna pada rerata sebelum pemberian vitamin c
antara kelompok perlakuan dan control dengan nilai ρ 0.513 > 0.05 untuk
sebelum penambahan vitamin C pada kelompok perlakuan. Sedangkan
hasil Uji untuk sesudah pemberian vitamin c antara kedua kelompok
tersebut menunjukan nila ρ 0.015 <.0.05. Dengan demikian dapat
disimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna secara signifikan antara
kelompok perlakuan dan control pada saat sesudah penambahan vitamin
c pada kelompok perlakuan. Dari hasil perubahan jumlah kuman,
didapatkan hasil tidak ada perbedaan yang bermakna dengan nilai p
0.069 > 0.05, namun dapat dilihat bahwa kuantitas mikroorganisme
mengalami perubahan jumlah kuman pada kedua kelompok, tapi
kelompok perlakuan penurunan jumlah kumannya lebih besar disbanding
dengan control walaupun secara statistic tidak bermakna.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat
perubahan klinis kuantitas mikroorganisme pada kelompok dengan
pemberian vitamin c selama 28 hari dan bermakna secara statistic.
Stres oksidatif dan kerusakan oksidatif pada jaringan biasanya berakhir
dengan timbulnya penyakit kronis diantaranya aterosklerosis.
Meningkatnya hasil glikosidasi dan liposidasi di dalam plasma dan
jaringan protein karena meningkatnya stres oksidatif pada diabetes
mellitus. Sumber stres oksidasi pada diabetes diantaranya perpindahan
keseimbangan reaksi redoks karena perubahan metabolisme karbohidrat
dan lipid yang akan meningkatkan pembentukan ROS dari reaksi glikasi
dan oksidasi lipid sehingga menurunkan sistem pertahanan antioksidan
(Widowati, 2008)
Gangguan mikrosirkulasi akan menyebabkan berkurangnya aliran
darah dan hantaran oksigen pada jaringan sekitar luka, pada serabut saraf
yang kemudian akan menyebabkan degenerasi dari serabut saraf dan
mengakibatkan suatu keadaan neuropati. Disamping itu dari kasus
ulkus/gangrene diabetik, kaki diabetik 50% akan mengalami infeksi akibat
munculnya lingkungan darah yang subur untuk berkembangnya bakteri
yang patogen karena berkurangnya suplai oksigen, bakteri bakteri yang
akan tumbuh subur.
Berdasarkan teori, Vitamin c atau L-asam askorbat merupakan
antioksidan yang larut dalam air. Senyawa ini merupakan bagian dari
system pertahanan tubuh terhadap senyawa oksigen reaktif dalam plasma
dan sel. Antioksidan berfungsi menetralisir radikal bebas. Stres oksidatif
akan terjadi bila adanya ketidakseimbangan antara kedua senyawa radikal
bebas dan antioksidan. Asam askorbat dapat meningkatkan fungsi imun
dengan menstimulasi produksi interferon ( protein yang melindungi sel dari
serangan virus, kuman). System imunitas berperan melawan mikroba
yang masuk menembus epitel ialah system fagosit. System fagosit yang
bersirkulasi dalam darah terdapat 2 tipe, yaitu neutrofil dan dan monosit.
Kedua sel ini bekerja pada tempat yang terinfeksi dimana mereka
mengenal dan mencerna mikroba. Sebagai antioksidan senyawa ini juga
dapat berfungsi menghambat penggumpalan keeping-keping sel darah,
kemudian merangsang produksi nitrit oksida untuk melebarkan pembuluh
agar supaya aliran darah menjadi lancar juga suplai oksigen ke jaringan
sekitar luka, sehingga jaringan bias beregenerasi kembali dan yang
tadinya jaringan yang infeksi subur untuk berkembangnya kuman yang
patogen karena berkurangnya suplai oksigen akan berkurang kumannya
sesuai dengan proses penyembuhan luka (Winarsi, 2007)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya maka dapat disusun
simpulan dan saran sebagai berikut :
1. Pada pemberian vitamin C pada penderita diabetes mellitus dengan ulkus
diabetikum selama 4 minggu peneliti mendapatkan hasil yaitu terdapat
perbedaan yang bermakna terhadap kuantitas mikroorganisme
kelompok perlakuan pada penghitungan awal dan penghitungan
akhir.
2. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna terhadap kuantitas
mikroorganisme antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
pada penghitungan awal dan akhir.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka penting dilakukan rekomendasi kepada
berbagai pihak yaitu :
1. Bagi Praktek Keperawatan
Edukasi penatalaksanaan pasien DM, terutama pasien dengan
komplikasi seperti ulkus diabetic yang memerlukan perawatan lebih lanjut
khususnya pada perawatan luka yang harus mendapatkan intervensi ..
Peneliti berharap vitamin C ini dapat menjadi salah satu alternative terapi
yang dianjurkan kepada penderita DM
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam
pengembangan terapi dalam keperawatan medikal bedah dimana perawat
spesialis dapat melakukan optimalisasi program edukasi dan monitoring
terhadap penderita DM secara komprehensif, meningkatkan kemandirian
penderita DM dan keluarga, sehingga dapat mencegah komplikasi lebih
lanjut. Dengan demikian penderita DM dapat terus dipantau sehingga
komplikasi yang mungkin timbul akibat DM dapat dihindari.
3. Bagi Penelitian Keperawatan
Untuk penelitian lanjut hendaknya Waktu pemberian vitamin C pun
perlu diperpanjang untuk dapat mengetahui efektivitas terapi tersebut,
demikian juga dengan prosedur pengambilan data dan metode
pelaksanaan intervensi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association, Clinical Care of the Diabetic Foot, Edisi
2, Virginia, 2010 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Riset Kesehatan
Dasar 2007; Laporan Nasional 2007, 2007 Dahlan Sopiyudin. M, Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan,
Salemba Medika,Edisi 5, Jakarta, 2011 Dr. Hery Winarsi, M.S, Antioksidan Alami & Radikal Bebas : Potensi
dan Aplikasinya dalam Kesehatan, Kanisius, Yogyakarta, 2007 Grober, Uwe, Mikronutrien : penyelarasan metabolik, pencegahan dan
terapi, EGC, Jakarta, 2012 Hess C Thomas, Wound Care; Fifth Edition, Library Of Congress
Cataloging, 2005 http:// cls.maranatha.edu/khusus/95/index.php/jurnal
kedokteran/article/view/116 di akses 18 Januari 2012 http://repository.usu.ac.id/handle.efektivitas madu terhadap
peneymbuhan luka gangren diabetes melitus. Diakses 18 januari 2012
Imron Moch, Munif Amrul, Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan,
CV. Sagung Ceto, 2010 Prasetyo M Agus, Pengaruh Penambahan Alpha Lipoic Acid Terhadap
Perbaikan Klinis Penderita Polineuropati Diabetika, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, 2003
Misnadiarly, Diabetes Mellitus: Ganggren, Ulcer dan Infeksi. Mengenal
Gejala, menanggulangi dan mencegah komplikasi, Pustaka Populer Obor, 2006
Notoatmodjo Soekidjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta, 2003 PB. PERKENI, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Melitus Tipe 2 di Indonesia, Jakarta, 2011 Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin, Pedoman Penulisan
Tesis dan Disertasi; Edisi 4, Pasca UNHAS, Makassar, 2012
Veves Aristidis, The Diabetic Foot; Second Edition, Human Press Inc,
2006 Wiley, The Foot in Diabetes, Edisi ke-4, Inggris, 2006 Wasis, Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat, EGC, Jakarta,
2008
Lampiran 5 INFORMED CONSENT
PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C DOSIS TINGGI TERHADAP KUANTITAS MIKROORGANISME PENDERITA DIABETES MELITUS
DENGAN ULKUS DIABETIK DENGAN THERAPI INSULIN, PERAWATAN LUKA dan ANTIBIOTIK DI BLU RSU PROF. dr. R. D.
KANDOU MANADO
Saya adalah mahasiswa Program Pasca Sarjana Program Studi Ilmu
Biomedik Konsentrasi Fisiologi Universitas Hasanuddin akan melakukan
penelitian sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir
pendidikan. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya peningkatan jumlah
penderita Diabetes Mellitus (DM) yang disertai komplikasi yang sering
terjadi adalah neuropati perifer, berupa hilangnya sensasi distal dan
beresiko tinggi untuk terjadinya ulkus. Ulkus kaki yang terinfeksi biasanya
melibatkan banyak mikroorganisme, seperti stafilokokus, streptokokus,
batang gram negatif dan kuman anaerob. Peneliti ingin mengetahui jumlah
kuman pada pasien ulkus diabetik. Berbagai penelitian terdahulu
menunjukkan hasil bahwa antioksidan pada kaki mampu memperbaiki
keadaan luka pada ulkus. Peneliti akan memberikan perlakuan pada
peserta penelitian berupa pemberian vitamin C dengan dosis tinggi 4
(empat) minggu disertai dengan melakukan pengukuran pada kuantitas
mikrobakteri sebelum dan sesudah perlakuan. Penelitian ini untuk
bertujuan mengetahui pengaruh pemberian vitamin C dosis tinggi
terhadap kuantitas mikrobakteri di BLU RSU PROF. dr. R. D KANDOU
MANADO. Manfaat dari penelitian ini Diharapkan dapat memberikan hasil
positif bagi penderita DM dalam mengurangi jumlah kuman pada
penderita DM dengan ulkus. Penelitian ini tidak bersifat memaksa, apabila
Bapak/Ibu/Saudara/I bersedia menjadi peserta penelitian, silahkan
menandatangani kolom dibawah ini dan mengisi kuesioner yang tersedia.
Dengan persetujuan yang diberikan saya mengharapkan partisipasi
Bapak/Ibu/Saudara/I untuk memberikan tanggapan atau jawaban dari
pertanyaan yang diberikan. Peneliti akan menjamin kerahasiaan identitas
peserta penelitian dengan hanya akan mencantumkan nomor sebagai
kode peserta penelitian.
Peneliti Responden (Rina M. Kundre) (________________________)
Lampiran 6
PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan BERSEDIA menjadi
responden dalam penelitian ini. Saya menyatakan akan berperan serta
dalam penelitian ini sebagai responden dengan mengisi formulir isian
yang disediakan oleh peneliti dan minum vitamin C selama proses
penelitian berlangsung. Saya telah diberikan penjelasan tentang tujuan,
manfaat dan rincian pelaksanaan penelitian ini. Saya pun telah memahami
bahwa peneliti akan merahasiakan identitas, data maupun informasi yang
saya berikan, apabila ada pertanyaan yang diajukan ataupun kegiatan
yang dilakukan menimbulkan ketidaknyamanan bagi saya, peneliti akan
menghentikan pada saat ini juga dan saya berhak mengundurkan diri.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sadar dan sukarela, tanpa
adanya unsur paksaan dari siapapun, dengan ini saya menyatakan :
Manado, 2013
Peneliti Responden (Rina M. Kundre) (________________________)
Lampiran 7
LEMBAR KUESIONER DATA DEMOGRAFI
Nomor Responden :…………….
Petunjuk Pengisian :
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan mengisi tempat kosong yang
tersedia dengan memberi tanda check list () pada pilihan yang mewakili
jawaban Bapak/Ibu/Saudara/I.
Tanggal pengisian :……………
1) Jenis kelamin
Pria
Wanita
2) Usia ................................ tahun
3) Tingkat pendidikan terakhir
Pendidikan Tinggi
SMA / sederajat
SMP / sederajat
SD
Tidak Sekolah
4) Pekerjaan
Tidak Bekerja
Pelajar / Mahasiswa
Pegawai Negeri
Pegawai Swasta
5) Riwayat anggota keluarga lain yang menderita DM dan atau neuropati
diabetikum
Ada
Tidak Ada
6) Riwayat Bapak/Ibu menderita hipertensi (darah tinggi)
Ya
Tidak
Sebutkan sudah berapa tahun Bapak /Ibu menderita darah tinggi?
...........................
7) Berapa tahun Bapak/Ibu menderita DM (kencing manis)
< 5 tahun
> 5 tahun
8) Kebiasaan merokok
Ya,
Tidak
Lampiran 8
PEDOMAN PENGAMBILAN SAMPEL KULTUR PUS Prosedur dari pengambilan sampel ini dapat dilakukan dalam 2 cara
yaitu
c. Luka/ulkus
4) Bersihkan luka dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan
NaCl fisiologis sebanyak 3 kali untuk menghilangkan kotoran
dan lapisan eksudat atau pus yang mengering.
5) Tampa menyentuh bagian kapas usapkan bagian kapas pada
daerah ulkus tampa menyentuh bagian tepi ulkus.
6) Kemudian kapas lidi dapat terus dilakukan inokulasi pada agar
untuk dilakukan pemeriksaan mikrobiologi.
d. Abses
5) Dilakukan pemeriksaan disinfeksi dengan povidone iodine
10% diatas abses atau bagian yang akan ditusuk/insisi.
Bersihkan sisa povidone iodine dengan kapas alkohol 70%
6) Tusukkan jarum dan hisap dengan spuit steril cairan pus
7) Cabut jarum dan kemudian tutup dengan kapas lidi
8) Teteskan cairan aspirasi pus pada lidi kapas steril. Kapas lidi
dapat langsung diinokulas pada agar atau dapat juga kedalam
media transport. Sisa pus pada spuit dapat dimasukkan
kedalam wadah steril dan dikirim ke laboratorium
Lampiran 9
MASTER TABEL
Inisial
No. Samp
el
GDS
Pre
GDS
Post
Klmpk
Kuman Pre
Pengenceran Pre
Kuman Post
Pengenceran Post
Klmpk
JK
Usia
PendTrak
hr
Pekrjaan
Rwyt Anggt Kel. DM
Rwyt Hpt
Lama DM
Merokok
J.S 18 112 128 K 1 1E+20 33 1E+11 K P 53 PT PNS YA YA >5 YA
A.M 19 105 100 P 26 1E+15 - P P 48 SMA SWASTA TDK TDK >5 YA
J.T 9 135 122 K 19 1E+20 7 1E+10 K P 58 SMA PNS YA YA >5 YA
P.R 4 134 130 P 8 1E+15 12 1000000 P P 50 PT PNS YA YA >5 YA
D.M 7 135 125 K 11 1E+20 63 1E+12 K P 47 SMA SWASTA YA TDK >5 TDK
A.A 11 120 122 P 14 1E+20 - P W 46 PT PNS YA TDK <5 TDK
H.G 13 114 105 P 22 1E+20 15 1E+11 P P 50 PT PNS YA TDK >5 YA
L.L 3 105 110 K 1 1E+20 - K W 52 PT PNS TDK YA >5 TDK
A.U 5 118 123 P 12 1E+21 12 1E+14 P W 57 TS TB YA TDK >5 TDK
F.K 20 128 121 K 2 1E+20 - K W 58 SMA TB TDK TDK >5 TDK
B.R 14 115 118 K 19 1E+24 17 1E+14 K P 60 SMA PNS YA TDK >5 YA
P.V 22 128 130 K 11 1E+24 17 1E+12 K P 65 SMA PNS YA TDK >5 YA
S.K 23 130 120 K 9 1E+24 21 1E+11 K P 60 SMA PNS YA TDK >5 YA
K.M 25 130 125 K 35 1E+22 22 1E+11 K P 64 SMP SWASTA TDK TDK <5 TDK
Y.R 21 124 130 P 36 1E+24 21 1E+12 P W 55 SMA TB YA TDK >5 TDK
I.U 27 125 128 K 37 1E+24 17 1E+12 K P 53 SMP SWASTA YA TDK <5 YA
J.D 28 128 136 K 42 1E+22 18 1E+12 K W 46 SMA TB YA TDK <5 TDK
R.R 30 106 123 K 10 1E+24 16 1E+12 K W 57 PT PNS YA TDK >5 TDK
E.K 31 121 116 P 16 1E+24 10 1E+14 P W 25 PT SWASTA YA TDK >5 YA
V.M 1 133 128 P 6 1E+22 3 1E+11 P W 50 PT PNS YA TDK >5 TDK
W.M 2 114 140 P
19 1E+22 3 1E+13 P P 73 SMA PNS YA TDK >5 YA
M.R 12 126 120 K 17 1E+22 9 1E+12 K W 69 SMA SWASTA YA TDK >5 TDK
A.R 15 110 137 K 12 1E+24 30 1E+12 K P 69 SMA PNS TDK TDK <5 YA
J.M 16 130 149 P 12 1E+24 17 1E+14 P P 70 SMA PNS TDK TDK >5 YA
N.K 24 153 132 P 11 1E+24 29 1E+12 P P 54 SMA PNS YA TDK >5 YA
Y.T 26 137 141 P 36 1E+22 - P W 46 SMP TB TDK TDK <5 TDK
R.W 29 155 128 P 4 1E+22 - P P 47 SMA SWASTA YA TDK <5 YA
T.A 8 117 94 P 11 1E+22 - P W 65 SMP SWASTA YA TDK >5 TDK
Y.K 10 123 108 P 16 1E+22 3 1E+12 P P 56 SMA PNS YA TDK >5 YA
R.P 17 106 97 P 17 1E+24 10 1E+10 P W 64 SMA PNS YA TDK >5 TDK
A.L 6 113 124 K 11 1E+24 28 1E+12 K P 53 SMA TB TDK TDK >5 YA
94
Lampiran 10
Output SPSS
Crosstabs
JK * KKelompok
Crosstab
KKelompok
Total Perlakuan Kontrol
JK Pria Count 8 10 18
% within JK 44.4% 55.6% 100.0%
Wanita Count 8 5 13
% within JK 61.5% 38.5% 100.0%
Total Count 16 15 31
% within JK 51.6% 48.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .883a 1 .347
Continuity Correctionb .331 1 .565
Likelihood Ratio .889 1 .346
Fisher's Exact Test .473 .283
N of Valid Cases 31
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.29.
b. Computed only for a 2x2 table
95
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for JK (Pria / Wanita)
.500 .117 2.139
For cohort KKelompok = Perlakuan
.722 .369 1.414
For cohort KKelompok = Kontrol
1.444 .648 3.222
N of Valid Cases 31
KUsia * KKelompok
Crosstab
KKelompok
Total Perlakuan Kontrol
KUsia < 45 Count 1 0 1
% within KUsia 100.0% .0% 100.0%
> 45 Count 15 15 30
% within KUsia 50.0% 50.0% 100.0%
Total Count 16 15 31
% within KUsia 51.6% 48.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .969a 1 .325
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio 1.354 1 .245
Fisher's Exact Test 1.000 .516
Linear-by-Linear Association .938 1 .333
N of Valid Cases 31
96
Crosstab
KKelompok
Total Perlakuan Kontrol
KUsia < 45 Count 1 0 1
% within KUsia 100.0% .0% 100.0%
> 45 Count 15 15 30
% within KUsia 50.0% 50.0% 100.0%
Total Count 16 15 31
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .48.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
For cohort KKelompok = Perlakuan
2.000 1.398 2.860
N of Valid Cases 31
Tests of Homogeneity of the Odds Ratio
Chi-Squared df
Asymp. Sig. (2-sided)
Breslow-Day . . .
Tarone's . . .
Tests of Conditional Independence
Chi-Squared df
Asymp. Sig. (2-sided)
Cochran's .969 1 .325
Mantel-Haenszel .001 1 .974
97
Pend.Trakhr * KKelompok
Crosstab
KKelompok
Total Perlakuan Kontrol
Pend.Trakhr PT Count 5 3 8
% within Pend.Trakhr 62.5% 37.5% 100.0%
SMA Count 8 10 18
% within Pend.Trakhr 44.4% 55.6% 100.0%
SMP Count 2 2 4
% within Pend.Trakhr 50.0% 50.0% 100.0%
TS Count 1 0 1
% within Pend.Trakhr 100.0% .0% 100.0%
Total Count 16 15 31
% within Pend.Trakhr 51.6% 48.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 1.692a 3 .639
Likelihood Ratio 2.082 3 .556
N of Valid Cases 31
a. 6 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .48.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for Pend.Trakhr (PT / SMA)
a
a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells.
98
Pekrjaan * KKelompok
Crosstab
KKelompok
Total Perlakuan Kontrol
Pekrjaan PENSIUN Count 5 6 11
% within Pekrjaan 45.5% 54.5% 100.0%
PNS Count 4 2 6
% within Pekrjaan 66.7% 33.3% 100.0%
SWASTA Count 4 4 8
% within Pekrjaan 50.0% 50.0% 100.0%
TB Count 3 3 6
% within Pekrjaan 50.0% 50.0% 100.0%
Total Count 16 15 31
% within Pekrjaan 51.6% 48.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square .726a 3 .867
Likelihood Ratio .738 3 .864
N of Valid Cases 31
a. 6 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.90.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for Pekrjaan (PENSIUN / PNS)
a
99
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square .726a 3 .867
Likelihood Ratio .738 3 .864
N of Valid Cases 31
a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells.
RwytAnggtKel.DM * KKelompok
Crosstab
KKelompok
Total Perlakuan Kontrol
RwytAnggtKel.DM TDK Count 3 5 8
% within RwytAnggtKel.DM 37.5% 62.5% 100.0%
YA Count 13 10 23
% within RwytAnggtKel.DM 56.5% 43.5% 100.0%
Total Count 16 15 31
% within RwytAnggtKel.DM 51.6% 48.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .860a 1 .354
Continuity Correctionb .267 1 .605
Likelihood Ratio .866 1 .352
Fisher's Exact Test .433 .303
N of Valid Cases 31
100
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .860a 1 .354
Continuity Correctionb .267 1 .605
Likelihood Ratio .866 1 .352
Fisher's Exact Test .433 .303
N of Valid Cases 31
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.87.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for RwytAnggtKel.DM (TDK / YA)
.462 .088 2.408
For cohort KKelompok = Perlakuan
.663 .253 1.739
For cohort KKelompok = Kontrol
1.438 .706 2.926
N of Valid Cases 31
RwytHpt * KKelompok
Crosstab
KKelompok
Total Perlakuan Kontrol
RwytHpt TDK Count 15 12 27
% within RwytHpt 55.6% 44.4% 100.0%
YA Count 1 3 4
% within RwytHpt 25.0% 75.0% 100.0%
101
Total Count 16 15 31
% within RwytHpt 51.6% 48.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 1.302a 1 .254
Continuity Correctionb .366 1 .545
Likelihood Ratio 1.348 1 .246
Fisher's Exact Test .333 .275
N of Valid Cases 31
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.94.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for RwytHpt (TDK / YA)
3.750 .345 40.806
For cohort KKelompok = Perlakuan
2.222 .394 12.542
For cohort KKelompok = Kontrol
.593 .293 1.200
N of Valid Cases 31
KLamaDM * KKelompok
Crosstab
KKelompok Total
102
Perlakuan Kontrol
KLamaDM < 5 Tahun Count 3 4 7
% within KLamaDM 42.9% 57.1% 100.0%
> 5 Tahun Count 13 11 24
% within KLamaDM 54.2% 45.8% 100.0%
Total Count 16 15 31
% within KLamaDM 51.6% 48.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .278a 1 .598
Continuity Correctionb .009 1 .923
Likelihood Ratio .278 1 .598
Fisher's Exact Test .685 .461
Linear-by-Linear Association .269 1 .604
N of Valid Cases 31
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.39.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for KLamaDM (< 5 Tahun / > 5 Tahun)
.635 .116 3.469
For cohort KKelompok = Perlakuan
.791 .312 2.008
For cohort KKelompok = Kontrol
1.247 .574 2.706
N of Valid Cases 31
103
Tests of Homogeneity of the Odds Ratio
Chi-Squared df
Asymp. Sig. (2-sided)
Breslow-Day .000 0 .
Tarone's .000 0 .
Tests of Conditional Independence
Chi-Squared df
Asymp. Sig. (2-sided)
Cochran's .278 1 .598
Mantel-Haenszel .009 1 .924
Under the conditional independence assumption, Cochran's statistic is asymptotically distributed as a 1 df chi-squared distribution, only if the number of strata is fixed, while the Mantel-Haenszel statistic is always asymptotically distributed as a 1 df chi-squared distribution. Note that the continuity correction is removed from the Mantel-Haenszel statistic when the sum of the differences between the observed and the expected is 0.
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate
Estimate .635
ln(Estimate) -.455
Std. Error of ln(Estimate) .867
Asymp. Sig. (2-sided) .600
Asymp. 95% Confidence Interval
Common Odds Ratio Lower Bound .116
Upper Bound 3.469
ln(Common Odds Ratio) Lower Bound -2.153
Upper Bound 1.244
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1.000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
104
Kuman Pre 31 16.23 11.041 1 42
Kuman Post 31 13.97 13.549 0 63
pkuman 31 -2.2581 17.53467 -36.00 52.00
KKlmpk 31 1.5161 .50800 1.00 2.00
Mann-Whitney Test
Ranks
KKlmpk N Mean Rank Sum of Ranks
Kuman Pre Perlakuan 15 14.90 223.50
Kontrol 16 17.03 272.50
Total 31
Kuman Post Perlakuan 15 20.07 301.00
Kontrol 16 12.19 195.00
Total 31
pkuman Perlakuan 15 19.07 286.00
Kontrol 16 13.13 210.00
Total 31
Test Statisticsb
Kuman Pre Kuman Post pkuman
Mann-Whitney U 103.500 59.000 74.000
Wilcoxon W 223.500 195.000 210.000
Z -.654 -2.429 -1.819
Asymp. Sig. (2-tailed) .513 .015 .069
105
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .520a .015
a .072
a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: KKlmpk
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Kuman Pre 15 15.80 12.869 1 42
Kuman Post 15 19.87 15.408 0 63
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Kuman Post - Kuman Pre Negative Ranks 8a 6.69 53.50
Positive Ranks 7b 9.50 66.50
Ties 0c
Total 15
a. Kuman Post < Kuman Pre
b. Kuman Post > Kuman Pre
c. Kuman Post = Kuman Pre
Test Statisticsb
106
Kuman Post -
Kuman Pre
Z -.369a
Asymp. Sig. (2-tailed) .712
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Kuman Pre 16 16.63 9.430 4 36
Kuman Post 16 8.44 8.839 0 29
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Kuman Post - Kuman Pre Negative Ranks 12a 8.38 100.50
Positive Ranks 3b 6.50 19.50
Ties 1c
Total 16
a. Kuman Post < Kuman Pre
b. Kuman Post > Kuman Pre
c. Kuman Post = Kuman Pre
107
Test Statisticsb
Kuman Post -
Kuman Pre
Z -2.301a
Asymp. Sig. (2-tailed) .021
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
KKlmpk * KPerKuman 31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
KKlmpk * KPerKuman Crosstabulation
KPerKuman
Total Berkurang Bertambah
KKlmpk Perlakuan Count 13 3 16
% within KKlmpk 81.3% 18.8% 100.0%
Kontrol Count 8 7 15
% within KKlmpk 53.3% 46.7% 100.0%
Total Count 21 10 31
% within KKlmpk 67.7% 32.3% 100.0%
108
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 2.761a 1 .097
Continuity Correctionb 1.631 1 .202
Likelihood Ratio 2.815 1 .093
Fisher's Exact Test .135 .101
Linear-by-Linear Association 2.672 1 .102
N of Valid Cases 31
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.84.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for KKlmpk
(Perlakuan / Kontrol)
3.792 .755 19.045
For cohort KPerKuman =
Berkurang
1.523 .898 2.585
For cohort KPerKuman =
Bertambah
.402 .127 1.275
N of Valid Cases 31
Case Processing Summary
Cases
109
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
KKlmpk * KPerubahanGDP 31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
KKlmpk * KPerubahanGDP Crosstabulation
KPerubahanGDP
Total Membaik Memburuk
KKlmpk Perlakuan Count 10 6 16
% within KKlmpk 62.5% 37.5% 100.0%
Kontrol Count 6 9 15
% within KKlmpk 40.0% 60.0% 100.0%
Total Count 16 15 31
% within KKlmpk 51.6% 48.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.569a 1 .210
Continuity Correctionb .798 1 .372
Likelihood Ratio 1.582 1 .208
Fisher's Exact Test .289 .186
Linear-by-Linear Association 1.519 1 .218
110
N of Valid Cases 31
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.26.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for KKlmpk
(Perlakuan / Kontrol)
2.500 .589 10.617
For cohort KPerubahanGDP
= Membaik
1.563 .755 3.232
For cohort KPerubahanGDP
= Memburuk
.625 .294 1.331
N of Valid Cases 31
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
KPerKuman *
KPerubahanGDP
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
111
KPerKuman * KPerubahanGDP Crosstabulation
KPerubahanGDP
Total Membaik Memburuk
KPerKuman Berkurang Count 12 9 21
% within KPerKuman 57.1% 42.9% 100.0%
Bertambah Count 4 6 10
% within KPerKuman 40.0% 60.0% 100.0%
Total Count 16 15 31
% within KPerKuman 51.6% 48.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .797a 1 .372
Continuity Correctionb .258 1 .611
Likelihood Ratio .800 1 .371
Fisher's Exact Test .458 .306
Linear-by-Linear Association .771 1 .380
N of Valid Cases 31
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.84.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
112
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for KPerKuman
(Berkurang / Bertambah)
2.000 .432 9.256
For cohort KPerubahanGDP
= Membaik
1.429 .614 3.324
For cohort KPerubahanGDP
= Memburuk
.714 .352 1.449
N of Valid Cases 31
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Berkurang 0
Bertambah 1
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
KPerKuman
Percentage
Correct Berkurang Bertambah
Step 0 KPerKuman Berkurang 21 0 100.0
Bertambah 10 0 .0
Overall Percentage 67.7
113
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
KPerKuman
Percentage
Correct Berkurang Bertambah
Step 0 KPerKuman Berkurang 21 0 100.0
Bertambah 10 0 .0
Overall Percentage 67.7
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.742 .384 3.729 1 .053 .476
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables KKlmpk 2.761 1 .097
KLamaDM 1.336 1 .248
KPerubahanGDP .797 1 .372
Overall Statistics 5.252 3 .154
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
114
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 5.694 3 .128
Block 5.694 3 .128
Model 5.694 3 .128
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 33.292a .168 .234
a. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 .792 5 .978
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
KPerKuman = Berkurang KPerKuman = Bertambah
Total Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 3 2.825 0 .175 3
2 1 .878 0 .122 1
3 7 7.439 2 1.561 9
115
4 2 2.298 1 .702 3
5 3 2.737 1 1.263 4
6 3 2.717 2 2.283 5
7 2 2.107 4 3.893 6
Classification Tablea
Observed
Predicted
KPerKuman
Percentage
Correct Berkurang Bertambah
Step 1 KPerKuman Berkurang 19 2 90.5
Bertambah 6 4 40.0
Overall Percentage 74.2
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a KKlmpk 1.387 .879 2.488 1 .115 4.003
KLamaDM 1.799 1.256 2.050 1 .152 6.042
KPerubahanGDP .788 .882 .797 1 .372 2.198
Constant -7.333 3.364 4.752 1 .029 .001
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
116
Lower Upper
Step 1a KKlmpk .714 22.424
KLamaDM .515 70.862
KPerubahanGDP .390 12.393
Constant
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Membaik 0
Memburuk 1
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
KPerubahanGDP
Percentage
Correct Membaik Memburuk
Step 0 KPerubahanGDP Membaik 16 0 100.0
Memburuk 15 0 .0
Overall Percentage 51.6
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
117
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.065 .359 .032 1 .857 .938
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables KKlmpk 1.569 1 .210
KLamaDM 1.922 1 .166
KPerKuman .797 1 .372
Overall Statistics 3.979 3 .264
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 4.185 3 .242
Block 4.185 3 .242
Model 4.185 3 .242
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 38.757a .126 .168
a. Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than .001.
118
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 .350 4 .986
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
KPerubahanGDP = Membaik KPerubahanGDP = Memburuk
Total Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 7 7.240 3 2.760 10
2 3 2.884 2 2.116 5
3 2 1.614 1 1.386 3
4 1 1.146 2 1.854 3
5 2 2.262 4 3.738 6
6 1 .854 3 3.146 4
Classification Tablea
Observed
Predicted
KPerubahanGDP
Percentage
Correct Membaik Memburuk
Step 1 KPerubahanGDP Membaik 12 4 75.0
Memburuk 6 9 60.0
Overall Percentage 67.7
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a KKlmpk .655 .800 .670 1 .413 1.924
119
KLamaDM -1.446 .998 2.099 1 .147 .236
KPerKuman .813 .880 .852 1 .356 2.254
Constant .460 2.127 .047 1 .829 1.584
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a KKlmpk .401 9.227
KLamaDM .033 1.665
KPerKuman .402 12.651
Constant
a. Variable(s) entered on step 1: KKlmpk, KLamaDM, KPerKuman.