prospectus - hamid fabrics limited - Bangladesh Securities ...
Tasawuf Sunan Kalijaga Karya Hamid Hodir
Transcript of Tasawuf Sunan Kalijaga Karya Hamid Hodir
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Raden Mas Sa’id atau yang lebih dikenal sebagai
Sunan Kalijaga merupakan seorang putra tumenggung. Akan
tetapi, sejarah mencatat dia tidak mewarisi kekuasaan
dari ayahandanya. Justru dia memilih menjadi seorang
pegiat spiritual islam, seorang mistikus islam, serta
seorang sufi dan pengamal tarekat di tanah jawa. Oleh
karena itu, Dewan Wali Songo mengangkat dia menjadi salah
satu dari anggotanya. Dan nyatanya, dialah satu-satunya
Wali yang bisa diterima oleh berbagai lapisan masyarakat
jawa.
Sunan Kalijaga mempunyai peranan yang amat penting
dalam penyebaran agama islam di jawa. Peran yang paling
nyata adalah melanjutkan pengislaman tanah jawa dan
memperkuat landasan islami di kalangan masyarakat.
Kokohnya budaya dan adat-istiadat orang jawa yang berakar
kepada nilai-nilai islam itulah barangkali karya sunan
kalijaga yang paling penting dalam perkembangan islam di
Indonesia khususnya di jawa.
Keberhasilan sunan kalijaga dalam menyebarkan agama
islam di jawa dikarenakan ajaran tarekat yang dia ajarkan
merupakan ajaran tarekat ala jawa. Ajaran tarekat
tersebut merupakan hasil ramuan ajaran tarekat yang
berasal dari luar dengan praktik jawa. Tidak hanya itu,
1
praktik-praktik agama islam di Indonesia, khususnya di
jawa berasal dari sunan kalijaga.
Banyak sekali buku yang mengungkapkan tentang kisah
sunan kalijaga sebatas kisah hidupnya belaka. Akan tetapi
tidak banyak yang mengupas ajaran yang dibawanya. Maka
dari itu penulis berusaha mengupas ajaran-ajaran tasawuf
sunan kalijaga secara lebih mendalam. Mengingat ajaran-
ajaran tasawuf sunan kalijaga sangat cocok bagi
masyarakat islam di jawa. Untuk dapat memahami lebih
mendalam, berikut penulis akan menjabarkannya dengan
makalah ini yang berjudul “ Tasawuf Sunan Kalijaga”
sebagai berikut.
B. Rumusan Masalah
1. Siapakah Sunan Kalijaga itu ?
2. Bagaimana perjalanan tasawuf Sunan Kalijaga ?
3. Bagaimana ajaran tasawuf Sunan Kalijaga ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui biografi Sunan Kalijaga serta yang
terkait dengannya.
2. Untuk mengetahui tentang perjalanan tasawuf Sunan
Kalijaga hingga akhirnya menjadi seorang Wali.
3. Untuk mengetahui tentang ajaran tasawuf yang khas dari
Sunan Kalijaga.
2
Sunan Kalijaga adalah putra dari Tumenggung
Wilatikta, Adipati Tuban. Tentu saja, kedudukan adipati
pada zaman itu sama sekali berbeda dengan jabatan bupati
atau residen sekarang. Kekuasaan adipati saat itu sama
seperti raja, tetapi di bawah kekuasaan Maharaja.
Tumenggung Wilatikta disebut juga sebagai Aria Teja
(IV), merupakan keturunan Aria Teja III, Aria Teja II,
dan berpangkal pada Aria Teja I, sedangkan Aria Teja I
adalah putra dari Aria Adikara atau Ranggalewa (salah
seorang pendiri kerajaan Majapahit) yang sudah beragama
islam dan berganti nama menjadi Raden Sahur, sedangkan
ibunya bernama Dewi Nawangrum.1
Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1430-
an. Semasa mudanya Sunan Kalijaga mempunyai nama Raden
Sa’id atau lebih dikenal dengan Jaka Sa’id. Sunan
Kalijaga diceritakan hidup dalam empat era dekade
pemerintahan, yaitu masa Majapahit (sebelum 1478),
Kesultanan Demak (1481-1546), Kesultanan Pajang (1546-
1568), dan awal pemerintahan Mataram (tahun 1580-an).
Sunan Kalijaga beristri dua orang, yaitu yang
pertama bernama Dewi sarah binti maulana ishaq, dan yang
kedua bernama Dewi sarakah atau Siti zaenab binti Sunan
gunungjati. Istri pertama sunan kalijaga adalah saudara
kandung Raden paku (Sunan Giri).DenganDewi Sarah
mendapatkan tiga anak, yaitu Raden Umar Sahid (Sunan
Muria), Dewi Ruqoyyah, dan Dewi Sofiah. Dengan istri
1 Achmad Chodjim, Sunan Kalijaga : Mistik dan Makrifat (Jakarta: Serambi, 2013),hlm. 8.
4
kedua Dewi Sarakah, mendapatkan lima anak, yaitu Kanjeng
Ratu Pembayun (istri sultan trenggono), Nyai Ageng
Panenggak (istri kyai Pakar), Sunan Hadi (menggantikan
kedudukan Sunan Kalijaga di kadilangu), Raden
Abdurrahman, dan Nyai Ageng Ngerang.2
Tentang nama kalijaga ada beberapa versi yang
menjelaskan alasannya. Versi pertama kalijaga dikaitkan
dengan awal perjalanannya menjadi murid Sunan Bonang,
yang kemudian mengantarkan Raden Mas sa’id menjadi wali,
yaitu selama beberapa bulan, bahkan ada yang mengatakan
beberapa tahun, menjaga tongkat sang guru yang
ditancapkan di tepi sungai. Versi kedua, nama kalijaga
dianggap sebagai pertanda wali yang pandai memperlakukan
segala macam agama atau aliran yang ada di masyarakat,
ketika ia menjalankan tugas mengembangkan islam. Versi
ketiga, nama kalijaga dikaitkan dengan nama desa tempat
ia tinggal di Cirebon.3
2. Peranan Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga mempunyai peranan yang amat penting
dalam penyebaran agama islam di jawa. Peran yang paling
nyata adalah melanjutkan pengislaman tanah jawa dan
memperkuat landasan islami di kalangan masyarakat.
Hasilnya, pada waktu Indonesia memproklamirkan
kemerdekaan pada tahun 1945, jumlah pemeluk agama islam
di jawa dinyatakan sebesar 95%. Selain Syekh siti jenar,
2 Hasanu Simon, Misteri Syeikh Siti Jenar : Peran Walisongo dalam Mengislamkan Tanah Jawa(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 283.
3 Hasanu Simon, Misteri Syeikh Siti Jenar, hlm. 285.
5
hanya beliau yang aktif menyebarkan agama islam dengan
menggunakan kultur jawa sebagai medianya.
Dalam kisah kewalian, Sunan Kalijaga dikenal sebagai
orang yang menciptakan “pakaian takwa”, tembang-tembang
jawa, seni memperingati maulud Nabi yang lebih dikenal
dengan sebutan Gerebeg Mulud. Upacara Sekaten (Syahadatain,
pengucapan dua kalimat syahadat) yang dilakukan setiap
tahun untuk mengajak orang jawa masuk islam merupakan
ciptaannya juga.Dan salah satu karya besar Sunan Kalijaga
adalah menciptakan bentuk ukiran wayang kulit, dari
bentuk manusia menjadi bentuk kreasi baru yang mirip
karikatur.
Kegiatan tradisi lain hasil kerja Sunan Kalijaga
untuk mewarnai budaya masyarakat jawa dengan nilai islam
adalah hari raya lebaran (‘idul fitri). Orang islam jawa
tradisional ini tidak mengenal sholat ‘idul fitri.
Sebelum lebaran, diawali dengan kegiatan nyadran, yaitu
ziarah kubur dan membersihkan makam nenek moyang sebelum
memasuki bulan romadhon.Awal romadhon ditandai dengan
selamatan dan mengirim makanan kepada orang tua, yang di
daerah Madiun disebut megengan.Di bulan romadhon diadakan
kenduri pada hari-hari tertentu, yaitu malam ke-21
(malemselikur), malam ke-23 (malem telu), malam ke-25 (malem
selawe), malam ke-27 (malem pitu), dan terakhir malam ke-29
(malem songo). Kenduri pada hari-hari tertentu itu
dimaksudkan untuk mengingatkan umat islam akan datangnya
lailatul qodar.4
4 Hasanu Simon, Misteri Syeikh Siti Jenar, hlm. 315.
6
Tradisi lain yang juga hasil kerja Sunan Kalijaga
adalah setiap orang yang akan bekerja harus mengucapkan
bismillah. Akan tetapi, kata bismillah yang sebenarnya tidak
sulit diucapkan itu oleh lidah orang jawa kebanyakan
diucapkan dengan semeilah. Selain itu, orang islam ketika
menghadapi musibah besar maupun kecil dianjurkan
mengucapkan laa ilaha illAllah, yang artinya tiada tuhan selain
Allah. Namun, diucapkan dengan wo alaah-alah atau Alah laa ilah.
Kokohnya budaya dan adat-istiadat orang jawa yang
berakar kepada nilai-nilai islam itulah barangkali karya
sunan kalijaga yang paling penting dalam perkembangan
islam di Indonesia atau jawa. Tetapi sunan kalijaga tentu
tidak sendirian, karena di antara para anggota walisongo,
khususnya wali songo angkatan IV dan seterusnya, memang
ada pembagian tugascara berdakwah agar aktifitas seluruh
anggota wali songo dapat menyentuh setiap kelompok
masyarakat yang berlatar belakang budaya atau agama lama
yang berbeda-beda. Mengingat hal itu maka walaupun ada
kekurangannya, peranan sunan kalijaga dalam mengembangkan
agama islam di Indonesia jelas penting artinya.
3. Karya-Karya Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga mempunyai peranan yang amat penting
dalam penyebaran agama islam di jawa. Peran yang paling
nyata adalah melanjutkan pengislaman tanah jawa dan
memperkuat landasan islami di kalangan masyarakat.
Kokohnya budaya dan adat-istiadat orang jawa yang berakar
kepada nilai-nilai islam itulah barangkali karya sunan
7
kalijaga yang paling penting dalam perkembangan islam di
Indonesia atau jawa. Karya-karya beliau ada yang
berbentuk karya tulis dan ada juga berupa karya seni.
Diantara karya-karya beliau adalah :
a) Wayang kulit
Salah satu karya besar sunan kalijaga adalah
menciptakan bentuk ukiran wayang kulit, dari bentuk
manusia menjadi bentuk kreasi baru yang mirip
karikatur. Misalnya, orang yang menghadap ke depan
diukir dengan letak bahu di depan dan di belakang.
Tangan wayang kulit dibuat panjang hingga menyentuh
kakinya. Bahkan, meski menghadap ke depan, matanya
dibuat tampak utuh.
b) Tembang-tembang
Tembang-tembang yang diciptakan sunan kalijaga
sebenarnya merupakan ajaran makrifat, ajaran mistis
dalam agama islam. Meski banyak tembang yang telah
diciptakannya, hanya tembang ilir-ilir yang dikenal
masyarakat jawa.
c) Serat dewaruci
Serat dewaruci menceritakan lakon wayang yang
menggambarkan Bima mencari Air suci Perwita Sari
Kayugung Susuhing Angin (Air Suci Perwita Sari, kayu
besar sarang nafsu). Air Suci diperlukan untuk
dipersembahkan kepada gurunya, yaitu Pandita Durna,
8
sebagai syarat agar sang guru mau me-wejang-nya tentang
Ngelmu jatining jejering pangeran. Di kalangan masyarakat jawa
lakon wayang Dewaruci sangat terkenal, sangat digemari,
baik generasi muda maupun tua. Tetapi kepopuleran yang
merosot tajam sejak awal dekade 1970-an karena berbagai
sebab, membuat serat Dewaruci kini kurang dipahamioleh
generasi yang tumbuh pada era 1970-an sampai sekarang.5
d) Suluk Linglung
Berbeda dengan Serat Dewaruci yang sudah lama
dikenal masyarakat luas, kitab suluk linglung hanya
dikenal oleh kalangan terbatas. Hal itu disebabkan, di
samping isinya hampir sama, kitab ini belum lama
diterbitkan. Bukti otentik yang ada menunjukkan bahwa
kitab suluk linglung ditulis tangan oleh sunan kalijaga
sendiri di atas kertas dari kulit hewan dan tinta
cina.Entah karena apa, kitab tersebut tidak disampaikan
secara terbuka oleh penulisnya kepada masyarakat luas,
melainkan dibungkus dengan kain putih. Menjelang usia
sunan kalijaga akan sampai pada ajalnya, kitab yang
terbungkus kain putih tersebut disampaikan kepada salah
satu putranya, tetapi sunan kalijaga tidak mengatakan
bahwa itu sebuah kitab. Sunan kalijaga hanya berpesan
agar benda tersebut disimpan baik-baik, dan kalau yang
menyimpan meninggal dunia hendaknya lalu disampaikan
kepada salah satu ahli waris yang dapat dipercaya untuk
menjaga benda pusaka itu.6
5 Hasanu Simon, Misteri Syeikh Siti Jenar, hlm. 337.6 Hasanu Simon, Misteri Syeikh Siti Jenar, hlm. 341.
9
B. Perjalanan Tasawuf Sunan Kalijaga
1. Pencarian Guru Sejati
Ketika Sunan Kalijaga lahir di bumi Tuban, keadaan
Majapahit mulai surut. Beban upeti kadipaten terhadap
pemerintahan pusat semakin besar sehingga masa remaja
Sunan Kalijaga dipenuhi dengan keprihatinan.Lebih-lebih
ketika Tuban dilanda musim kemarau panjang, pejabat
kadipaten menarik upeti kepada rakyat miskin dengan
semena-mena dan para prajurit kadipaten menghardik rakyat
kecil dengan sewenang-wenang.Sunan Kalijaga akhirnya
memilih menjadi maling cluring (mencuri yang hasil curiannya
dibagikan kepada orang miskin).7
Tindakan Sunan Kalijaga itu akhirnya diketahui oleh
ayahnya, sehingga ia mendapat hukuman yang keras, yakni
diusir dari istana. Ia akhirnya mengembara tanpa tujuan
yang pasti, hingga akhirnya menetap di hutan jatiwangi.
Di hutan itu ia menjadi seorang yang berandal, seorang
yang sangat sakti, sehingga ia dijuluki berandal
lokajaya. Ia merampok orang-orang kaya yang pelit dan
hasil rampokannya diberikan kepada rakyat miskin.
Suatu hari di hutan jatiwangi, ketika Sunan Kalijaga
sedang mengintai orang yang akan menjadi sasaran
perampokan, melintaslah di hutan tersebut seseorang yang
tampaknya kaya-raya. Orang tersebut memakai jubah serba
putih dan bersorban, berjalan dengan memakai tongkat.
Orang tersebut tidak lain adalah sunan boning. Dengan
7 Rahimsyah, Kisah Perjuangan Walisongo (Surabaya: Dua Media, 2010), hlm. 51.
10
kepandaian pencak silatnya, sunan bonang berhasil
dilumpuhkan. Sunan bonang diminta untuk menyerahkan
bekal yang dibawanya serta tongkat yang tampak
berkilauan. Tentu saja beliau tidak mau menyerahkan hak
miliknya. Akan tetapi sunan kalijaga mengancam serta
mengutarakan tujuannya bahwa perbuatan merampok itu untuk
menolong mereka yang miskin.
Pertemuannya dengan sunan bonang itulah yang membuat
sunan kalijaga tercerahkan hidupnya. Ia akhirnya
menyadari bahwa perbuatan yang dilakukannya itu merupakan
perbuatan yang salah meski tampak mulia. Akhirnya ia
menyatakan diri untuk berguru dengan sunan bonang. Dengan
demikian sunan bonang merupakan guru spiritual pertama
bagi sunan kalijaga.
Sunan bonang menerima sunan kalijaga sebagai
muridnya. Sunan kalijaga diperintahkan untuk tetap berada
di tepi sungai sampai sang sunan kembali menemuinya.
Tiada terasa lelah bertahun-tahun sunan kalijaga menunggu
dengan setia kedatangan sunan bonang. Ia tetap setia
bermeditasi di tepi sungai. Inilah yang disebut kepatuhan
dalam ajaran makrifat.Sikap tunduk dalam berguru
spiritual.Bukan teori yang dipelajari, melainkan
mujahadah, berjuang untuk mengalami kebenaran.
Setelah tiga tahun, sunan bonang menemuinya.
Dikisahkan bahwa sunan kalijaga bersemedi di tepi sungai
dengan khusyuk hingga rerumputan dan semak menutupinya.
Bahkan, ketika hendak menemuinya sunan bonang mengalami
11
kesulitan. Dengan penuh waspada, akhirnya sunan bonang
berhasil menemukannya. Barulah setelah mengumandangkan
adzan, sunan kalijaga bisa membuka sepasang matanya. Pada
tahap berikutnya, Sunan Bonang menggembleng sunan
kalijaga untuk mewariskan ilmu-ilmu agama dan spiritual
kepadanya. Pelajaran itu diberikan di tengah laut di
dalam sebuah perahu berwarna putih. Perahu itu dikatakan
sebagai pemberian Nabi Khidir. Setelah itu barulah
akhirnya sunan kalijaga mampu mewarisi ilmu-ilmu yang
sunan bonang ajarkan.8
2. Menjadi Wali
Raden Mas Sa’id yang kemudian terkenal dengan sebutan
Sunan Kalijaga menjadi anggota wali songo angkatan IV
tahun 1463.suanan kali jaga diangkat bersama Raden Mahdum
Ibrahim (Sunan Bonang), Raden Paku (Sunan Giri), dan Raden
Qosim (Sunan Drajat). Ke-empat orang tersebut berasal dari
perguruan yang sama dan belajar dalam waktu yang hampir
sama pula yaitu perguruan Ampel Denta pimpinan Sunan
Ampel. Walaupun diangkat menjadi anggota wali songo dalam
waktu bersamaan, pengangkatan sunan kalijaga merupakan
usulan dari sunan bonang.9
Tidak seperti Sunan Bonang atau Sunan Giri, Sunan
Kalijaga dalam mengembangkan agama Islam tidak dengan
cara membangun sebuah perguruan ditempat tinggalnya.
Sunan Kalijaga memilih cara dengan mengembara ke segala
penjuru jawa tengah dan jawa timur bahkan sampai ke8 Kompas, Jejak Para Wali dan Ziaroh Spiritual (Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara, 2006), hlm. 148.9 Hasanu Simon, Misteri Syeikh Siti Jenar, hlm. 307.
12
daerah cirebon seperti halnya di gunung Surowiti. Di
antara murid Sunan Kalijaga yang terkenal dan masih dapat
dilihat situs makamnya di Surowiti sampai sekarang adalah
Empu Supo dan Raden Bagus Mataram.
Sehubungan dengan strategi siar tersebut, Sunan
Kalijaga lebih menempuh cara kompromi untuk meniadakan
sikap apriori orang jawa yang masih terikat kuat dengan
agama Hindu, Budha, Animisme maupun Dinamisme. Sunan
Kalijaga ingin membuat agar pemeluk agama lama itu mau
mendekat dan bergaul dengan para wali dan setelah itu
sedikit demi sedikit ajaran Islam disampaikan baik secara
terbuka maupun tertutup.
Pengangkatan Sunan Kalijaga menjadi wali sejajar
dengan guru-gurunya sulit dipisahkan dengan sejarah
keberadaan Desa Surowiti itu sendiri, karena di atas
gunung itulah Sunan Kali Jaga melakukan serangkaian
proses spiritual awal dibawah bimbingan sang guru, Sunan
Bonang. Tidak berlebihan kiranya jika keberadaan Desa
Surowiti bisa dikatakan tonggak sejarah kewalian Sunan
Kalijaga masa berikutnya.
Diantara tonggak sejarah itu adalah sebagai berikut:
a) Tapa ditepi Telaga Gampeng, disebut Telaga Buntung,
atau perintah Sunan Bonang untuk menjaga tongkat
bambu (Pring Silir). Hal itu sebagai bukti ketundukkan
dan keteguhan dalam menjaga amanah.
b) Melakukan Tapa Ngluweng (dikubur hidup-hidup) di
atas gunung Surowiti untuk menjalani olah spiritual
atas bimbingan Sunan Bonang : “Belajarlah kamu
13
tentang mati selagi kamu masih hidup untuk
mengetahui hidup kamu yang sesunguhnya. Bersepi
dirilah kamu di hutan dan goa dalam batas waktu yang
ditentukan”.
c) Melakukan siding-sidang dengan anggota Walisongo
lain untuk menyelesaikan persoalan-persoalan penting
berkaitan dengan perkembangan islam pada waktu itu.
Tempat sidang yang sering digunakan adalah di salah
satu ruangan Goa Langsih.
d) Mengajarkan ilmu-ilmu agama islam kepada para
muridnya dib alai-balai kecil, sekarang berdiri
masjid Raden Syahid Surowiti.
e) Menganjurkan puasa senin dan kamis kepada para
muridnya di Surowiti, sampai sekarang dua hari yang
dianjurkan itu menjadi lambang kebiasaan masyarakat
Surowiti dan sekitarnya berziarah ke Makam Sunan
Kali Jaga di Surowiti.
f) Mengajarkan ilmu pertanian dengan membuat filosofi
yang memanfaatkan alat-alat pertanian yang digunakan
masyarakat. Tentang filsafat Pacul, misalnya,
setelah petani membajak maka masih ada sisi-sisi
tanah di sudut sawah yang belum terbajak. Artinya,
bagaimanapun setelah cita-cita tercapai masih
terdapat kekurangan-kekurangannya. Peralatan pacul
sendiri terdiri dari tiga bagian, yang pertama yaitu
paculnya sendiri, singkatan dari Ngipatake Kang Muncul,
artinya dalam mengejar cita-cita tentu banyak godaan
yang harus disingkirkan. Yang kedua adalah Bawak,
14
singkatan dari Obahing Awak, menggerakkan badan,
artinya, semua godaan yang ada harus dihadapi dengan
kerja keras. Yang ketiga adalah Doran, singkatan dari
Dedongo ing Pangeran, berdo’a kepada Tuhan. Dalam upaya
mengejar cita-cita tentu tidak cukup mengandalkan
kerja fisik saja tetapi perlu disertai doa kepada
Allah SWT.
Keterangan di atas merupakan bagian dari apa yang
disebut patilasan, Tapak Jejak dan Tapak Tilas dari laku
spiritual Sunan Kalijaga dalam pengembaraannya di daerah
pesisir utara jawa yang berpusat di gunung Surowiti.
C. Ajaran Tasawuf Sunan Kalijaga
1. Pengamalan Syariat
Syariat tidak harus dipahami secara literal dan
tidak juga harus dimengerti secara harfiah.Kita harus
bisa memahami makna yang ada di balik yang tampak,
kemudian diamalkan untuk kehidupan nyata.Tidak seluruh
bentuk syariat yang menjadi perhatian sunan kalijaga.
Beberapa hal yang menjadi kunci amalan dalam agama islam,
seperti sholat dan haji, yang menjadi perhatiannya. Kedua
ibadah ini dilaksanakan secara demonstratif oleh umat
islam.10
a) Ibadah Sholat
Keunggulan seseorang itu terletak pada
pemahaman dan penghayatan dari kesejatian
10 Achmad Chodjim, Sunan Kalijaga : Mistik dan Makrifat, hlm. 145.
15
sholat, penyembahan dan pujian, bukan pada
sholat lima waktu. Oleh sunan bonang,
mengerjakan sholat lima kali sehari disebut
sembahyang, sifatnya hanyalah tata karma dalam
pergaulan umat islam dan hakikat mengerjakannya
hanyalah hiasan bagi sholat daim.
Sholat daim disebut sebagai kebaktian yang
unggul, karena semua tingkah laku merupakan
wujud dari sembahyang. Jadi, sholat daim adalah
sholat sepanjang hayat, tidak pernah terputus
dalam keadaan apa pun dan di mana pun. Diam atau
bicara, istirahat atau bekerja, tidur maupun
bangun, senantiasa sholat.Semua gerak tubuh ini
merupakan sembahyang.Bukan hanya wudhu, bahkan
tatkala bertinja dan kencing pun dalam keadaan
sholat.Dalil dari sholat daim itu sendiri
terdapat di dalam Al-qur’an, mengingat hakikat
sholat dalam Al-qur’an ditujukan untuk berzikir
kepada Allah dan mencegah perbuatan keji dan
mungkar.
b) Ibadah Haji
Rukun islam dalam bentuk puasa dan zakat tidak
mendapat porsi utama dalam ajaran islam yang
diamalkan sunan kalijaga. Puasa dan zakat bukan
hal yang istimewa bagi masyarakat nusantara
termasuk jawa pada waktu itu.Puasa dan zakat
merupakan sikap hidup sebagian besar masyarakat
16
nusantara. Maka dari itu, ibadah haji dipandang
sebagai masuknya tata cara yang baru dalam hidup
beragama.
Sunan kalijaga menggambarkan bahwa ibadah haji
itu buka pergi secara fisik ke kota mekah yang
ada di jazirah arab. Tidak ada yang tahu letak
mekah sejati, karena ada di dalam
diri.Menempuhnya harus sabar dan rela hidup di
dunia tanpa terjebak keduniaan.Inilah yang
disebut dengan haji.Sabar dan ikhlas dalam
meniti kebenaran.
Sabar berarti tahan uji dalam menempuh
kehidupan ini.Terus bertekad menempuh jalan yang
benar meski godaan dan rintangan
menghadang.orang yang sabar tak akan berhenti di
tengah jalan dalam mencapai tujuannya. Sedangkan
ikhlas atau rela adalah kesanggupan untuk hidup
tak terkontaminasi atau tercemari kotoran
dunia.Tak ikut-ikutan berebut takhta, harta, dan
dunia.Semua ini dikatakan sebagai haji karena
tujuan haji adalah untuk menjadikan manusia
sempurna, insan kamil.
Jika kesalehan dalam hidup ini sudah menjadi bagian
pelaksanaan syariat agama, selanjutnya kita tinggal
meningkatkan keimanan dan ketakwaan hidup
ini.Meningkatkan keikhlasan dan semangat hidup yang
17
benar.Tanpa wujud nyata dalam hidup ini maka syariat
hanyalah formalitas belaka.
2. Tarekat Sunan
Sunan kalijaga adalah seorang mistikus. Dia mistikus
islam sekaligus mistikus jawa. Tentu saja dia seorang
sufi dan pengamal tarekat. Berdasarkan saresahan wali,
yang menjadi sumber pelajaran keimanan dan makrifat
adalah kitab ihya’ ulum ad-din karya Imam al-Ghazali.Tentunya
tarekat yang dianutnya adalah ghazaliyyah.Tetapi, jika
dilacak dari berbagai tembang yang ditulisnya, atau serat
suluk tentang dirinya, jelas amat sulit menggolongkan
sunan ke dalam tarekat tertentu.Tampaknya sunan meramu
ajaran tarekat yang berasal dari luar dengan praktik
mistik jawa.11
a) Meditasi dan kontemplasi
Meditasi atau semedi merupakan salah satu cara
dalam tarekatnya sunan kalijaga. Meditasi atau
semedi dapat disamakan dengan zikir. Melakukan
meditasi tidak sama dengan olahraga pernapasan.
Kalau olahraga yang diperhatikan hanyalah badan
jasmani saja, tetapi dalam meditasi ada daya upaya,
usaha, untuk meningkatkan kesempurnaan spiritual.
Pertama, bagi yang hendak melakukan semedi harus
melakukan sesaji ing sagara, yaitu mengutamakan peranan
kalbu.Sagara atau lautan dalam pandangan jawa
11 Achmad Chodjim, Sunan Kalijaga : Mistik dan Makrifat, hlm. 204.
18
merupakan lambang bagi hati atau kalbu.Harus bisa
mengendalikan hati sehingga pengembaraan perasaan,
pikiran dan permana menjadi satu. Kedua, semedi
merupakan cara untuk membersihkan diri dari program
lama yang masih melekat pada pita kaset hidup ini.
Ketiga, bila zikir yang dilakukan telah sempurna
benar-benar, yakni angan-angan, pikiran dan ilusi
telah lenyap, maka batin sang pezikir selamat
sentosa. Dia terbebas dari segala gangguan batin.
b) Kesalehan dalam hidup
Dalam bahasa agama, amar makruf (menyeru kematian)
merupakan wujud kesalehan dalam hidup. Baik itu
kesalehan pribadi maupun social.Amar makruf merupakan
perintah untuk berbuat dan bertindak
kebajikan.Yaitu, perbuatan baik yang sudah dikenal
oleh masyarakat.Sesuatu yang makruf itu merupakan
wujud dari kearifan local. Artinya, apa yang ma’ruf
di jazirah Arabia, belum tentu ma’ruf di jawa.
Dalam kemakrufan local dikenal apa yang namanya
pancasetya, yaitu setya budaya, setya wacana, setya semaya, setya
laksana, dan setya mitra. Pertama, setya budaya.Dengan
budayanya, manusia mencoba mengatasi alam lingkungan
hidupnya untuk kesejahteraan hidupnya.Kedua, setya
wacana.Memegang teguh ucapannya.Apa yang diperbuat
sesuai dengan yang dikatakan. Ketiga, setya
semaya.Dalam kehidupan ini kita harus senantiasa
menepati janji.Janji merupakan ucapan kesediaan atau
kesanggupan untuk memberikan sesuatu.Keempat, setya
19
laksana.Yaitu bertanggung jawab atas tugas yang
dipikulnya.Kelima, setya mitra.Artinya, yang
dibangun dalam kehidupan ini adalah persahabatan dan
kesetiakawanan.Dalam bahasa kehidupan modern yang
kita bangun dalam kehidupan social adalah partnership
atau kemitraan.
Tarekat sunan kalijaga yang intinya mengamalkan
zikir dan meditasi dalam kehidupan sehari-hari,
merupakan cara untuk mencapai kesadaran hidup.
Bentuk dari kesadaran itu adalah amar makruf nahi
mungkar dengan basis budaya jawa.Islam yang dibawakan
sunan kalijaga benar-benar menjadi rahmat bagi
sekalian alam. Islam dibawakan dengan gaya
tarekatnya sendiri, yaitu tarekat ala jawa.
3. Memahami Hakikat
Tahap terakhir dalam perjalanan penyempurnaan
diri adalah makrifat. Sebelum mencapai tahap itu,
maka kita harus memahami hakikat karena makrifat
merupakan buah dari hakikat.Langkah pertama dalam
tahap hakikat adalah mengenal diri. Karena dengan
mengenal dirinya itulah dia akan mengenal Tuhannya.
Ada empat ketakjuban yang harus dipahami dalam tahap
hakikat. Yaitu, ketakjuban pada syahadat, takbir,
menghadap kepada Tuhan, dan sakaratul maut.12
12 Achmad Chodjim, Sunan Kalijaga : Mistik dan Makrifat, hlm. 240.
20
a) Ketakjuban terhadap Syahadat
Syahadat sebenarnya kesaksian. Dengan
demikian, orang yang bersyahadat berarti orang
yang bersaksi. Jelas sekali bahwa syahadat bukan
mengucapkan dua kalimat syahadat belaka,
melainkan ada kesadaran yang hadir ketika
kalimat itu diucapkan. Jadi, bersyahadat bukan
formalitas ucapan tentang kesaksian saja.
b) Ketakjuban terhadap Takbir
Selama ini takbir hanya dimaknai sebagai
ucapan Allahu Akbar. Sebenarnya kekaguman pada
takbir itu adalah pengucapan yang lahir dari
firman Allah untuk memuji dzat-Nya, keagungan-
Nya, kekaguman yang timbul di dalam hati yang
menerima belas kasih-Nya.Jadi, takbir yang
sebenarnya itu hasil dari penghayatan diri
terhadap sifat Allah.
c) Ketakjuban saat menghadap Allah
Ada perbedaan diantara manusia dan Allah.Allah
adalah sumber kebahagiaan, sumber kedamaian dan
sumber keselamatan. Meskipun demikian, rasa di
dalam batinlah yang bisa menangkap kebahagiaan
itu. Hakikat rasa adalah tumbuhnya kemampuan
untuk merasakan kehadiran Tuhan.
d) Ketakjuban saat Sakaratul Maut
21
Sakaratul maut harus dijemput secara mapan.
Mantap dan tidak goyah dalam menghadapinya.
Dalam keadaan sakaratul maut, teroris dan
penggembira mungkin datang silih berganti.Mungkin
semua itu menjadi tak berarti bagi yang terlatih
meditasi. Bagi yang biasa zikir, kesadaran itu
bagian dari hidupnya. Meditasi atau zikir adalah
cara untuk melatih diri untuk bias menolong
dirinya dalam menghadap Tuhan.
4. Ma’rifat Kepada Allah
Makrifat adalah hadirnya kebenaran Allah pada
seorang Sufi dalam keadaan hatinya selalu berhubungan
dengan “Nur Ilahi”.Makrifat membuat ketenangan dalam
hati, sebagaimana ilmu pengetahuan membuat ketenangan
dalam akal pikiran.Jika meningkat makrifatnya, maka
meningkat pula ketenangan hatinya. Akan tetapi tidak
semua sufi dapat mencapai pada tingkatan ini, karena itu
seorang sufi yang sudah sampai pada tingkatan makrifat
ini memiliki tanda-tanda tertentu, antara lain13 :
a) Selalu memancar cahaya makrifat padanya dalam
segala sikap dan perilakunya. Karena itu sikap
wara selalu ada pada dirinya.
b) Tidak menjadikan keputusan pada suatu yang
berdasarkan fakta yang bersifat nyata, karena hal-
13 Achmad Chodjim, Sunan Kalijaga : Mistik dan Makrifat, hlm. 238.
22
hal yang nyata menurut ajaran Tasawuf belum tentu
benar.
c) Tidak meginginkan nikmat Allah yang banyak buat
dirinya, karena hal itu bisa membawanya pada hal
yang haram.
Dari sinilah kita dapat melihat bahwa seorang sufi
tidak menginginkan kemewahan dalam hidupnya, kiranya
kebutuhan duniawi sekedar untuk menunjang ibadahnya, dan
tingkatan makrifat yang dimiliki cukup menjadikan ia
bahagia dalam hidupnya karena merasa selalu bersama-sama
dengan Tuhannya.
Sampai pada tingkatan yang paling tinggi dalam
pencapaiannya sebagai seorang sufi, Sunan Kalijaga telah
melewati beberapa tahapan untuk dapat menuju tingkatan
makrifat dan mengenal siapa dirinya. Dalam perjalanan
spiritualnya yang digambarkan dalam sebuah simbol
kehidupan.
Dalam Suluk seh Malaya disebutkan “Lamun siro arsa
munggah kaji, marang mekah kaki ana apa,….lamon ora weruh ing kakbah
sejati, tan wruh iman hidayat” artinya, jika kamu akan
melaksanakan ibadah haji ke Mekkah, kamu harus tau
tujuan. Bila belum tahu tujuan yang sebenarnya dari
ibadah haji, tentu apa yang dilakukan itu sia-sia belaka.
Demikianlah sesungguhnya iman hidayat yang harus kau
yakini dalam hati.Keyakinan iman hidayat tidak mungkin
ditemukan di luar diri manusia, namun ia sesungguhnya
terletak di dalam diri atau batin manusia itu sendiri.
23
Dalam naskah Suluk Linglung disebutkan “cahaya gumawang tan
wruh arane, pancamaya rampun, sejatine tyasira yekti, pangareping salira”.
Artinya, cahaya yang mencorong tapi tidak diketahui
namanya adalah pancamaya yang sebenarnya ada di dalam
hatimu sendiri, bahkan mangatur dan memimpin dirimu.
Maksudnya manusia yang telah menyingkap dimensi
batinnya, akan mengetahui hakikatnya, bahwa asal-usulnya
dari Allah, berupa kesatuan hamba dengan Tuhan adalah
Manunggaling Kawula-Gusti atau dalam Suluk Linglung
diungkapkan dengan iman hidayat. Proses ini dalam Suluk
Linglung tercermin dalam kutipan “Lah ta mara seh Malaya aglis,
umanjinga guwa garbaningwang” , artinya, Seh Malaya segeralah
kemari secepatnya, masuklah ke dalam tubuhku. Dalam tahap
ini jiwa manusia bersatu dengan jiwa semesta. Melalui
kebersatuan ini maka manusia mencapai kawruh sangkan
paraning dumadi, yaitu pengetahuan atau ilmu tentang
asal-usul dan tujuan segala apa yang di ciptakan-Nya.
Tahap-tahap menuju suluk di jalan Allah dengan menempuh
jalan yang di ridhoi Allah, demi kebahagiaan abadi baik
di dunia dan di akhirat, telah diajarkan dengan baik oleh
Sunan Kalijaga dengan menekankan pentingnya ajaran
syari’at guna menggapai ajaran tarekat dan makrifat.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kehidupan tasawuf, seseorang yang ingin
menyempurnakan dirinya harus melalui beberapa tahap-tahap
dalam perjalanan spiritualnya.Dimana tahap paling dasar
adalah syari'at, yaitu tahap pelatihan badan agar dicapai
kedisiplinan dan kesegaran jasmani. Dalam syari'at
hubungan antar manusia dijalin menjadi umat, syariat
dimaksudkan untuk membawa seseorang ke dalam sebuah
bangunan kolektif, yang disebut umat, bangunan
25
persaudaraan berdasarkan kepercayaan atau agama yang
sama.
Tahap selanjutnya adalah tahap tarekat.Di tahap ini
terdapat banyak perbedaan dalam aliran-alirannya. Meski
tata cara dan bentuk aliran-aliran tarekat itu berbeda-
beda, bahkan ada yang amat tajam perbedaannya, mereka
bisa hidup bersama. Sebagaimana juga tarekat sunan
kalijaga yang meramu ajaran tarekat yang berasal dari
luar dengan praktik mistik jawa.
Tahap yang lebih tinggi lagi adalah tahap
hakikat.Tahap ini merupakan ujung dari semua
perjalanan.Di tahap inilah seseorang diharapkan bisa
menemukan kebenaran sejati.Tahap terakhir dalam
perjalanan penyempurnaan diri adalah makrifat.Tahap ini
sebenarnya merupakan buah dari tahap hakikat.Karena pada
tahap ini manusia telah menyatukan dirinya dengan
Tuhannya.Semua ajaran yang dilakukan dalam tarekat
sebenarnya berujung pada hakikat dan buahnya adalah
makrifat.Mengenal Allah senyata-nyatanya, bukan saja
mengenal-Nya di hari akhirat nanti, melainkan ketika
masih di dunia ini saja.
B. Kritik dan Saran
Demikianlah makalah ini yang kami buat, semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan krtik dan
26
saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini di masa
yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Chodjim, Achmad. Sunan Kalijaga : Mistik dan Makrifat. Jakarta: Serambi,
2013.
Kompas. Jejak Para Wali dan Ziaroh Spiritual. Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara, 2006.
Nahri F, Siami. 2013. “Ajaran Makrifat Sunan Kalijaga dalam
Suluk Linglung” dalam
http://www.wartamadani.com/2013/03/ajaran-makrifat-sunan-
kalijaga-dalam.html diakses pada tanggal 16 November 2014
pukul 09:14 WIB.
Rahimsyah. Kisah Perjuangan Walisongo. Surabaya: Dua Media, 2010.
Simon, Hasanu. Misteri Syeikh Siti Jenar : Peran Walisongo dalam Mengislamkan
Tanah Jawa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.
27