Tanggung jawab negara terhadap moral

33
Par Avion Air Mail A I R M A I L 3 masalah yang akan dibahas: Wewenang negara dalam Bidang moral Hubungan antar Negara dan Agama Hal Ideologi Negara

Transcript of Tanggung jawab negara terhadap moral

Par AvionAir Mail

A I R

M A I L

3 masalah yang akan dibahas:

• Wewenang negara dalam Bidang moral• Hubungan antar Negara dan Agama• Hal Ideologi Negara

Wewenang Agama dalam Bidang Moral

Civics

Wewenang Negara dalam Bidang Moral

A.Negara dan Kesempurnaan Moral?• Muncul pertanyaan“Apakah negara berhak untuk melarang orang melakukan sesuatu yang dianggap bertentangan dengan norma-norma moral walaupun perbuatan itu “tidak” merugikan kesejahteraan umum?”

Tiga argumen mengapa pertanyaan itu harus dijawab secara negatif :

1.Kesempuranan rohani seseorang bukan wewenang negara.

2.Negara tidak sanggup untuk menyempurnakan seseorang secara moral.

3.Kalau negaranya tetap melakukan=pemaksaan demi kepentingan sendiri

Negara tidak berhak untuk menentukan segala-galanya

Mencampuri kesempurnaan rohani individual disebut totalitarisme

Wewenang negara adalah mendukung kondisi-kondisi yang mengizinkan para anggota masyarakat untuk berusaha menjadi manusia baik.

Negara tidak hanya berwenang, melainkan tidak sanggup untuk mengusahakan kebaikan moral seseorang, harus bisa membedakan “moralitas” dan “legalitas”

Yang menentukan kualitas moral adalah sikap batin. Kalau negara mau mencampuri moralitas para warga masyarakat hasilnya mesti counterproductive: kemunafikan.

B.Mendukung Nilai-nilai Moral MasyarakatNegara tidak berhak untuk menetapkan suatu pola moral tertentu kepada masyarakat tidak berarti bahwa negara tidak boleh melindungi nilai-nilai moral masyarakat sendiri.

Nilai-nilai moral sebuah masyarakat bukan sekedar keyakinan masing-masing anggotanya, melainkan merupakan bagian dari harta benda rohani masyarakat itu yang ikut menentukan identitasnya.

Negara melindungi dan mendukung nilai-nilai masyarakat kita benarkan dengan argumen bahwa nilai-nilai itu termasuk identitas bangsa sehingga menyangkut kepentingan masyarakat, tidak berlaku bagi kesempurnaan moral individu

Walaupun sesuatu perbuatan oleh masyarakat dianggap sangat asusila, namun apabila dilakukan secara sama sekali pribadi, negara tidak berhak untuk melarangnya.

Hubungan Negara dan Agama

Civics

NEGARA DAN AGAMA

Hubungan antara Negara dan Agama

Memiliki dua jenis hubungan dengan fungsi yang

berlawanan, yaitu– Negara sekularistik– Negara agama

Negara Sekularistik

• Negara yang menganggap sepi adanya agama-agama dalam masyarakat

• Negara sekularistik menganggap agama merupakan suatu organisasi / perkumpulan swasta lain

• Penduduknya < 30% menganut agama

Negara Agama

• Negara yang diatur dan diselenggarakan menurut hukum agama

• Didominasi oleh salah satu agama tertentu

Sudut Pandang terhadap Negara Agama

• Dari segi agama lain:– Tidak ada kesejajaran kedudukan– Melanggar prinsip keadilan– Tidak ada pertanggung jawaban etis atas kekuasaan

• Dari segi hakekat beragama:– Tidak memadai persatuan dari segi kepentingan agama itu sendiri

– Dilakukan bukan atas kesadaran sendiri sehingga menimbulkan rasa terpaksa

• Dari segi hubungan realitas transenden (bayangan/non-real) dengan realitas empiris (nyata):– Adanya makna tidak rasional tentang negara secara spesifik dibentuk Tuhan

– Tidak adanya kebebasan berpikir kritis dan adanya pembatasan pola pikir yang kurang rasional

Poin Penting dari Negara dan Agama

• Baik negara sekularistik mapun negara agama tidak memadai.– Agama: Bagian realitas sosial yang amat sangat berharga -> Termasuk unsur hakiki dalam kesejahteraan masyarakat.

– Negara wajib untuk bersikap positif terhadapnya.

• Negara jangan sampai diagamakan– Menggerogoti ketulusan sikap keagamaan sendiri

– Melanggar keadilan dan membahayakan kesatuan bangsa dan masyarakat

Wewenang Negara terhadap Agama

Civics

Apakah wewenang negara terhadap agama-agama dalam wilayahnya?

• 3 Langkah untuk membahas pertanyaan ini:1. Kewajiban agama-agama terhadap

agama2. Sikap negara yang wajib

terhadap agama-agama3. Kemungkinan konflik antara

negara dan agama

1. Kewajiban Agama-Agama terhadap negara

• Agama-agama, sama seperti semua kelompok lain dalam masyarakat, wajib untuk taat terhadap hukum yang berlaku dalam negara.

2. Sikap Negara yang Wajib terhadap Agama-Agama

• Kewajiban Negara:– Menjamin kondisi-kondisi sosial agar agama-agama dapat hidup dan berkembang

– Menghormati kebebasan beragama• Kebebasan beragama:

– Hak setiap orang untuk hidup sesuai dengan keyakinan-keyakinannya

– Kebebasan masing-masing agama untuk mengurus dirinya sendiri

• Hak-hak Agama sebagai badan sosial dalam masyarakat:– Mengurus diri mereka sendiri– Tidak dicampuri oleh negara dalam urusan intern, baik ajaran dan ibadatnya, maupun segi organisatorisnya.

3. Kemungkinan Konflik Antara Agama dan Agama

• Pada dasarnya, konflik tidak akan sering terjadi jika, baik negara maupun agama tahu diri dan membatasi diri pada tugas masing-masing.

Empat Pertimbangan Konflik Dapat Dibatasi

1.Tuntutan untuk bersikap toleran dalam batas-batas tertentu.Toleransi itu bukan hanya suatu tuntutan pragmatis demi ketentraman kehidupan bersama, melainkan suatu tuntutan moral dan religius.

2. Perlu kita bedakan antara kebijaksanaan negara yang mengharuskan kita untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan suara hati kita di satu pihak dan yang, demi kepentingan bersama, tidak mengizinkan kita mengambil suatu sikap yang kita inginkan, di lain pihak.

3. Makin demokratis sebuah negara, dan makin besar sikap hormatnya terhadap hak-hak asasi manusia, makin kecil kemungkinan bahwa negara akan mengambil kebijaksanaan yang betul-betul bertentangan dengan nilai-nilai agama atau moral kita.

4. Kemungkinan konflik moral semacam itu dapat diminimalisasikan apabila penyelenggaraan negara, perundangan, pemerintahan, dan sebagainya didasarkan pada nilai-nilai dasar yang ada dalam masyarakat itu sendiri.

Ideologi Negara

Civics

Ideologi memiliki arti sempit dan luas

Selain ideologi, ada juga yang disebut ideologis, yang berarti usaha untuk memutlakkan gagasan tertentu.

A. Negara Ideologis

Negara ideologi tertutup-Bersifat totaliter-Kekuasaan secara eksklusif terletak dalam tangan elite

- Dibenarkan adanya pengorbanan atas nama negara.

Negara ideologi terbuka-Tidak dipaksakan dari luar-Berdasarkan konsensus masyarakat dan ditemukan dalam masyarakat-Milik seluruh rakyat-Isinya tidak langsung operasional

-Dari segi moral yang tidak pantas pada ideologi tertutup adalah bahwa ideologi itu menuntut ketaatan mutlak. Secara teknis moral, yang berlaku mutlak hanya prinsip moral dasar yang abstrak dan belum operasional-Dari segi klaim para pengemban ideologi negara harus dikatakan bahwa tidak ada manusia yang berhak dengan mutlak memerintahkan sesuatu pada orang lain. -Negara sudah jelas tidak berwenang sama sekali untuk berpedoman pada suatu teori apriori.

B. Negara dan Nilai-nilai Dasar Masyarakat

Penolakan terhadap negara ideologis tidak berarti bahwa negara hendaknya diselenggarakan secara pragmatis belaka.Yang berlaku tentang negara dengan ideologi tertutup tidak berlaku bagi negara dengan ideologi terbuka.

Dasar normatif yang dapat disebut falsafah negara diperlukan sebagai kerangka untuk menyelenggarakan negara. Falsafah negara itu milik seluruh masyarakat.

Kebanykakan bangsa memperjuangkan kemerdekaan bukan karena ideologi melainkan karena cinta pada kemerdekaan, pada bangsanya, dan tekad untuk mengakhiri kehinaan penjajahan. Seiring berjalan baru kemudian masyarakat merumuskan falsafah negara