Sosiolinguistik - Demografi

10
PENGANTAR 1. Identitas buku: Judul: An Introduction to Sociolinguistics Oleh: Janet Holmes 2. Materi: (faktor perubahan bahasa) Demografi Sikap dan nilai-nilai Bagaimana bahasa minoritas dipertahankan Pemertahanan bahasa

Transcript of Sosiolinguistik - Demografi

PENGANTAR

1. Identitas buku:

Judul: An Introduction to Sociolinguistics

Oleh: Janet Holmes

2. Materi:

(faktor perubahan bahasa) Demografi

Sikap dan nilai-nilai

Bagaimana bahasa minoritas dipertahankan

Pemertahanan bahasa

PEMBAHASAN

Demografi

Ada berbagai macam faktor perubahan bahasa. Beberapa

diantaranya ialah faktor ekonomi, faktor sosial, dan faktor

politik. Yang disampaikan penulis dalam makalah yakni

faktor demografi. Demografi ialah pelbagai kelompok pemakai

bahasa dan variasi bahasa dalam suatu masyarakat bahasa

dengan mempergunakan statistik, dan penggolongannya

berdasarkan faktor kelas sosial, agama, umur, tempat,

pendidikan (KBBI, 2008:310).

Faktor demografi berpengaruh pada kecepatan perubahan

bahasa. Pertahanan terhadap perubahan bahasa cenderung

terlihat di wilayah pedesaan daripada di wilayah kota. Hal

itu merefleksikan wilayah desa cenderung terisolasi dari

pusat kekuasaan politik. Selain itu, mereka—masyarakat desa

—dapat memenuhi kebutuhan sosial yaitu dalam bahasa etnis

atau bahasa minoritas.

Untuk memberikan gambaran dari apa yang telah

diungkapkan, penulis memberi contoh dari pengalaman dan

pengetahuan sekitar. Masyarakat yang secara sosial relatif

terisolasi—contohnya suku Baduy—dapat mempertahankan bahasa

etnis mereka lebih baik dibandingkan dengan masyarakat

kota. Baduy adalah salah satu suku yang ada di wilayah

Lebak, Banten. Masyarakat Baduy cenderung menutup diri dari

pengaruh dunia luar dan secara ketat menjaga cara hidup

mereka yang tradisional. Salah satu yang dijaga secara

ketat yakni bahasa. Dalam kegiatan sehari-hari mereka

menggunakan bahasa Sunda dengan dialek Sunda-Banten.

Meskipun mereka bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan

baik, mereka tetap mengutamakan penggunaan bahasa Sunda,

terutama dalam kegiatan bermasyarakat.

Perubahan bahasa cenderung lebih cepat terjadi dalam

beberapa kelompok daripada lainnya. Besar-kecilnya sebuah

kelompok juga menjadi faktor penting. Karena semakin luas

suatu kelompok, maka perubahan bahasa cenderung lebih

rendah. Misalnya di Jakarta, masyarakatnya cenderung

menggunakan bahasa Indonesia yang dipengaruhi dialek

Betawi, sehingga bagi para pendatang di luar Jakarta bahkan

luar Jawa kesempatan menggunakan bahasa ibu menjadi sedikit

dan pemeliharaan bahasa jauh lebih sulit.

Untuk menjaga bahasa ibu harus memiliki orang-orang

yang dapat menggunakannya secara teratur. Sulit

mempertahankan bahasa yang hanya digunakan di dalam rumah.

Tidak jarang saat menggunakan bahasa tersebut di luar

rumah, orang sekitar akan melihatnya menjadi seperti

sesuatu yang aneh.

Kawin campur antarkelompok dapat mempercepat perubahan

bahasa. Kecuali kalau penggunaan banyak bahasa dianggap

normal dalam masyarakat, satu bahasa cenderung mendominasi

dalam pembelajaran bahasa di rumah. Perempuan Jawa yang

menikah dengan laki-laki Sunda kemudian tinggal di wilayah

masyarakat Jawa, bahasa Jawa biasanya akan dominan di

rumah, serta bahasa yang diajarkan pada anak-anak. Pola

sama telah terjadi di berbagai banyak kasus. Bahasa

minoritas yang terjadi dalam kawin campur dan ingin bahasa

tersebut digunakan oleh anak-anaknya maka dibutuhkan upaya

lebih dari orang tua orang tua (ayah atau ibu) tersebut

untuk mempertahankan bahasa minoritas di dalam rumah.

Sikap dan nilai-nilai

Perubahan bahasa cenderung lebih lambat di antara

masyarakat yang menghargai bahasa minoritas. Ketika bahasa

dianggap sebagai simbol penting dari identitas etnik,

biasanya bahasa tersebut lebih terpelihara. Sikap positif

dalam mendukung upaya untuk menggunakan bahasa minoritas

dari berbagai daerah serta membantu menahan tekanan yang

terjadi pada kelompok bahasa minoritas.

Status bahasa internasional dapat berkonstribusi dalam

sikap positif ini. mempertahakan bahasa Perancis di Kanada

atau Amerika lebih mudah karena bahasa Perancis merupakan

bahasa dengan status internasional. Terlihat jelas

bagaimana orang-orang Perancis yang enggan melayani orang

asing yang tidak bisa berbahasa Perancis. Bangga dengan

identitas etnik dan bahasa ibu menjadi faktor penting dalam

berkontribusi pemeliharaan bahasa, asalkan dari

masyarakatnya sendiri memiliki dukungan dan dorongan yang

kuat untuk sikap ini.

Bagaimana bahasa minoritas dipertahankan

Faktor sosial yang dapat memperlambat perubahan bahasa

dalam kelompok bahasa minoritas ialah menganggap bahasa

sebagai suatu hal yang sangat penting untuk mempertahankan

identitas. Meskipun kelompok bahasa minoritas bermigrasi ke

daerah dengan kelompok bahasa mayoritas, selama memiliki

faktor tersebut tidak akan terpengaruh.

Tinggal berdekatan dengan keluarga yang berasal dari

satu kelompok bahasa bisa menjadi salah satu faktor dalam

memperlambat perubahan bahasa. Contohnya mahasiswa-

mahasiswi yang berasal dari Indonesia bagian Timur dan

tinggal di daerah yang berdekatan memungkinkan mereka

menggunakan bahasa ibu tidak hanya di dalam rumah,

melainkan di luar rumah. Begitu juga dengan kampung Cina

yang ada di Jakarta. Masyarakat di sana didominasi oleh

kelompok berbahasa Cina, sehingga membantu mereka

mempertahankan bahasa mereka.

Faktor lain dalam memperlambat perubahan bahasa untuk

para imigran ialah tingkat dan frekuensi hubungan dengan

tanah air. Semakin sering imigran menjaga hubungan dengan

tanah air semakin memperlambat perubahan bahasa ibu yang

dialami imigran tersebut. Meskipun tekanan perubahan bahasa

ibu dalam suatu kelompok sangat besar, selama tiap anggota

dalam kelompok tersebut berperan aktif menjaga dan

melindungi bahasa ibu, perubahan bahasa dapat dihindari.

Meskipun tekanan perubahan bahasa sangat kuat, anggota

dari kelompok bahasa minoritas bisa berperan aktif dalam

menjaga bahasanya tersebut. Keluarga normal untuk sebuah

kelompok etnik adalah keluarga yang tinggal bersama kakek-

nenek dan kerabat yang belum menikah. Kesempatan tersebut

bisa digunakan para anggota keluarga untuk menggunakan

bahasa mereka di rumah. Demikian pula dengan kelompok yang

mencegah perkawinan campuran seperti Cina. Hal tersebut

merupakan cara tercepat untuk memastikan tidak terjadi

perubahan bahasa dan tetap menjadi mayoritas di lingkungan

keluarga.

Sebuah kelompok yang berhasil memastikan bahasa mereka

digunakan dalam berkegiatan di sekolah atau tempat ibadah

akan meningkatkan peluang dalam pemeliharaan bahasa mereka.

Seperti halnya kampung Cina yang ada di Jakarta, mereka

juga membangun kuil untuk beribadah. Tujuan mereka selain

mempermudah mereka melakukan ibadah, keuntungan lainnya

yakni secara tidak langsung bahasa yang mereka gunakan juga

tetap terpelihara. Kawasan perumahan di daerah Kelapa

Gading, Jakarta Utara juga banyak terdapat masyarakat

turunan Tionghoa. Dalam kegiatan sehari-hari mereka aktif

menggunakan bahasa mandarin. Hal tersebut merupakan salah

satu cara yang bisa digunakan kelompok masyarakat bahasa

minoritas agar bahasanya tetap terpelihara.

Dukungan kelembagaan secara umum membuat perbedaan

antara berhasil-tidaknya dalam memelihara bahasa dari

ancaman perubahan. Bidang pendidikan, administrasi dan

hukum, agama dan media merupakan hal penting yang harus

diperhatikan. Kelompok minoritas yang bisa menggerakan

lembaga untuk mendukung usaha mereka memiliki kesempatan

untuk berhasil. Saat pemerintah pada suatu negara

berkomitmen untuk menjaga dan mempertahankan sebuah bahasa,

kemungkinan akan dibuat undang-undang untuk penggunaan

bahasa dalam kelompok masyarakat tersebut. Seperti yang

terjadi di Israel dengan bahasa Ibrani.

Pemertahanan Bahasa

Terkadang masyarakat sadar bahwa bahasa mereka dalam

bahaya menghilang dan mereka akan mengambil langkah untuk

menggiatkan kembali penggunaan bahasa tersebut. Upaya

seperti yang disebutkan di atas telah dilakukan di

Irlandia, Wales, dan Skotlandia, misalnya untuk

melestarikan bahasa pribumi, di Selandia Baru mengambil

langkah dengan berupaya mengembalikan dan menghidupkan

kembali bahasa tersebut. Berhasil tidaknya usaha yang

dilakukan tergantung pada bagaimana kehilangan bahasa

tersebut selama ini terjadi. Tetapi bagaimana pun

kehilangan bahasa tersebut bahwa yang lebih penting adalah

seberapa besar keinginan masyarakat untuk menghidupkan

kembali bahasa tersebut.

Kisah Welsh juga menarik. Welsh adalah bahasa yang

maju pada abad ke-19. Bahasa tersebut telah bertahan dengan

baik dalam situasi dimana para elite menggunakan bahasa

Inggris untuk administrasi. Bahkan industrialiasasi pada

masa tersebut awalnya mendukung bahasa tersebut karena

memberikan pekerjaan untuk penutur bahasa Welsh di

pertambangan batu bara. Bahasa tersebut juga digunakan

untuk berkomunikasi sehari-hari. Tetapi, invasi yang

terjadi di Wales oleh industri Inggris berpengaruh pada

bahasa Welsh. Jumlah penutur Welsh di Wales menjadi

berkurang dari efek keluar-masuknya para imigran dari

Inggris. Hingga akhirnya hanya sedikit yang tersisa penutur

yang masih menggunakan bahasa Welsh dengan fasih.

Hal tersebut kemudian membuat masyarakat Wales

berupaya untuk memperlambat proses penghilangan bahasa

tersebut. Salah satu metode yang digunakan adalah media dan

pendidikan. Saluran televisi berbahasa Welsh merupakan

salah satu upaya yang dilakukan oleh masyarakat Wales.

Selain itu, pembelajaran dua bahasa (Welsh-Inggris) juga

menjadi cara yang efektif.

Sayangnya, keberhasilan tersebut berada di bawah

ancaman sebagai akibat dari situasi ekonomi di Inggris.

Keluarga miskin dan pengangguran yang berada di Liverpool

kemudian pindah ke Wales karena biaya hidup di sana lebih

murah. Sedangkan orang-orang kaya dari Liverpool memilih

membangun kampung halaman kecil di Wales. Hal tersebut

merupakan ancaman bagi keberhasilan program pembelajaran

dua bahasa, karena anak-anak yang berasal dari luar Wales

akan mengutamakan pembelajaran bahasa Inggris daripada

bahasa Wales. Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor

ekonomi menjadi sangat penting dalam menilai berhasil-

tidaknya upaya pemeliharaan dan kebangkitan suatu bahasa.

KESIMPULAN

Tidak ada rumus khusus dalam menjamin pemeliharaan

bahasa atau memprediksi pergeseran atau kematian suatu

bahasa. Faktor yang berbeda dan cara-cara yang berbeda di

setiap konteks sosial membuat hasilnya sulit diprediksi.

Penggunaan dua bahasa dianggap berhasil di suatu kelompok,

tetapi tidak di kelompok lain. Tulisan ini menekankan bahwa

faktor ekonomi, faktor sosial, faktor demografi, dan sikap

pengguna bahasa merupakan faktor penting dalam bahasa itu

sendiri.

Meskipun kepentingan ekonomi dan politik cenderung

menghilangkan bahasa minoritas, perlu diingat sebagai

contoh seperti Welsh yang menunjukkan bahwa bahasa dapat

dipertahankan bahkan dihidupkan kembali, ketika anggota

kelompok tersebut menganggap bahasa sebagai simbol

tertinggi identitas mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Holmes, Janet. An Introduction to Sociolinguistics. 2013. New York:

Routledge.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Edisi Keempat. 2008. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sumber lain:

http://id.wikipedia.org/wiki/orang_kenekes