SETETES DARAH REFORMASI

53
SETETES DARAH REFORMASI Rajin Membaca Pangkal Wawasan Rabu, 13 November 2013 Teologi Kontekstual MAKNA ALLAH DALAM KARYA TENUN IKAT Oleh: Pdt. Dr. E. I. Nubantimo I. Pendahuluan: Tenun ikat karya multi fungsi Salah satu karunia terindah dari Allah kepada perempuan- perempuan Nusa Tenggara Timur (selanjutnya NTT) adalah ketrampilan menenun. Tenunan yamg dikembangkan oleh perempuan-perempuan di kepulauan Sunda Kecil, khususnya di bidang tenun ikat merupakan seni kerajinan memukau. 1 [1] Ia disebut tenun ikat karena untuk membuat corak ragam gambar yang memukau itu perempuan-perempuan di daerah itu mengikat kumparan benang lungsin untuk dicelupkan dalam zat warna. Hasilnya rekayasa hiasan dengan cara mengingat itu sangat mempesona, membangkitkan daya imaginatif serta mengekspresikan nilai-nilai atau pesan-pesan spiritual yang kaya makna dan referensi. Kain tenunan itu memiliki banyak manfaat. Bernard S. Myers benar waktu mengatakan bahwa menenun adalah ketrampilan yang bermula merupakan industri rumah tangga. 2 [2] Meskipun begitu kain tenun seorang perempuan NTT tidak sekedar berfungsi untuk melindungi badan anggota keluarga dari panas dan dingin. Kain tenun memiliki fungsi yang melampaui kebutuhan-kebutuhan rumah tangga. Dalam buku berjudul “Tenun Ikat dari Timur”, Jes A. Therik mencatat delapan fungsi kain tenun atau tekstil tradisional. Kedelapan fungsi itu adalah: 3 [3] 1 2 3 1

Transcript of SETETES DARAH REFORMASI

SETETES DARAH REFORMASI Rajin Membaca Pangkal Wawasan

Rabu, 13 November 2013Teologi Kontekstual

MAKNA ALLAH DALAM KARYA TENUN IKAT

Oleh: Pdt. Dr. E. I. Nubantimo

I. Pendahuluan: Tenun ikat karya multi fungsi

Salah satu karunia terindah dari Allah kepada perempuan-perempuan Nusa Tenggara Timur (selanjutnya NTT) adalah ketrampilanmenenun. Tenunan yamg dikembangkan oleh perempuan-perempuan dikepulauan Sunda Kecil, khususnya di bidang tenun ikat merupakanseni kerajinan memukau.1[1] Ia disebut tenun ikat karena untukmembuat corak ragam gambar yang memukau itu perempuan-perempuan didaerah itu mengikat kumparan benang lungsin untuk dicelupkan dalamzat warna.

Hasilnya rekayasa hiasan dengan cara mengingat itu sangatmempesona, membangkitkan daya imaginatif serta mengekspresikannilai-nilai atau pesan-pesan spiritual yang kaya makna danreferensi. Kain tenunan itu memiliki banyak manfaat. Bernard S.Myers benar waktu mengatakan bahwa menenun adalah ketrampilan yangbermula merupakan industri rumah tangga.2[2] Meskipun begitu kaintenun seorang perempuan NTT tidak sekedar berfungsi untukmelindungi badan anggota keluarga dari panas dan dingin. Kaintenun memiliki fungsi yang melampaui kebutuhan-kebutuhan rumahtangga. Dalam buku berjudul “Tenun Ikat dari Timur”, Jes A. Therikmencatat delapan fungsi kain tenun atau tekstil tradisional.Kedelapan fungsi itu adalah:3[3]

123

1

1. Alat pelindung badan dari panas dan dingin serta pengaruhcuaca.

2. Estetika, keindahan.3. Etika, melindungi bagian badan tertentu agar tidak merasa

malu.4. Segi sosial, prestise, susunan tingkat masyarakat (raja,

bangsawan, orang biasa dan lain-lain).5. Segi ekonomi, sebagai alat tukar.6. Fungsi budaya, dari aspek antropologis merupakan alat

penghargaan dan pemberian perkawinan dan kematian.7. Fungsi hukum, adat/ pidana adat, denda adat untuk

mengendalikan keseimbangan sosial yang terganggu.8. Mitos, lambang suku yang diagungkan karena menurut

kepercayaan corak/desain tertentu akan melindungi mereka darigangguan alam, bencana, roh jahat dan sebagainya.

Berikut ini beberapa catatan tentang fungsi kain tenun sepertiyang saya amati dalam perilaku orang-orang tradisional di NTT,khususnya suku Atoni di Timor.

Pengalaman pertama. Setiap kali berkunjung ke jemaat-jemaatGereja Masehi Injili di Timor (selanjutnya GMIT) di pedalamanTimor dan Alor saya selalu mendapat sambutan yang hangat. Salahsatu wujud sambutan itu adalah pengalungan selimut yang didahuluioleh sambutan secara adat dalam bahasa berpantun (natoni). Sayaheran juga dengan sambutan seperti itu. Dulu waktu masih pendetajemaat dan staf Majelis Sinode GMIT saya sudah sering ikutrombongan Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Bendahara MajelisSinode berkunjung ke tempat itu. Tetapi waktu itu saya tidakpernah disambut secara istimewa dengan pengalungan selimut. Tapisekarang. Waktu saya datang sebagai pemimpin gereja saya justrudiperlakukan khusus.

Pengalaman ini membuat saya mengerti bahwa pemberian kain tenunberfungsi sebagai ungkapan hormat dan penerimaan kepada seseorangyang datang ke satu tempat tertentu dengan membawa misi khusus,misi kemanusiaan. Tentu saja setiap hari ada banyak orang baru(luar) yang datang ke tempat atau jemaat itu. Tetapi sambutandengan pengalungan selimut tidak mereka terima. Hanya orang-orangyang datang membawa misi khusus yang diperlakukan khusus.Menyematkan selimut di tubuh orang itu adalah tanda bahwamasyarakat atau jemaat menyatukan dia ke dalam komunitas hidup

2

mereka, sekaligus ungkapan kesediaan mereka untuk menerima danmelaksanakan pesan yang ia bawa.

Pengalaman kedua berhubungan dengan upacara perkawinan.Sepupu perempuan saya hendak melangsungkan pernikahan. Diatinggal dan bekerja sebagai guru di desa Tetaf, kecamatan AmanubanBarat. Dulu, sewaktu masih sekolah dia tinggal bersama kami. Ituberlangsung sejak SMP sampai tamat perguruan tinggi. Keluargamengutus seseorang dari Tetaf untuk menyampaikan berita pernikahansekaligus undangan untuk menghadiri resepsi. Karena sibuk dengantugas-tugas di Kupang, saya tidak bersempat menghadiri pesta itu.Adik laki-laki saya bersama istrinya yang kami utus.

Waktu pulang dari acara itu adik membawa satu lembar selimutdengan uang sebesar Rp. 20.000. Selimut dan uang itu untuk saya.Adik bercerita bahwa bukan hanya saya saja yang memperolehbingkisan seperti itu. Malam itu mempelai laki-laki bersamakeluarganya memberi bingkisan yang sama kepada semua saudara dankerabat dekat dari calon istrinya. Keluarga suaminya mempersiapkanbarang-barang itu sebagai ungkapan kasih dan hormat kepada saudaradan kerabat dekat calon istrinya. Hal yang sama juga dibuat olehsepupu saya kepada saudara dan kerabat dekat calon suaminya. Adatukar-menukar bingkisan berisi selimut tenunan dalam jumlah yangsangat banyak. Menurut cerita opa, selimut yang diberikan mempelailaki-laki kepada saudara dan kerabat calon istrinya haruslahselimut yang bermotif khas milik marganya dan haruslah ditenunoleh perempuan-perempuan dari marga itu. Hal yang sama juga harusdibuat oleh mempelai perempuan kepada keluarga dan kerabat dekatcalon suaminya.

Jes A. Therik memahami praktek tukar menukar pemberian kaintenunan sebagai alat untuk menjaga harga diri keluarga dan sukumasing-masing.4[4] Tafsiran seperti ini ada benarnya. Tetapi iabukan satu-satunya arti yang dapat kita pahami. Dari pengalamanyang satu ini saya memperoleh kesan bahwa kain tenun perempuan-perempuan NTT memiliki fungsi perekat ikatan kekeluargaan dankekerabatan.5[5] Sepupu saya akan menikah. Dalam tatanan adat, iaakan diboyong oleh suaminya ke dalam persekutuan marga dan sukusuaminya. Ada anggapan bahwa hubungan kekeluargaan kami dengansepupu sudah berakhir.

Tetapi sebenarnya tidak. Selimut yang dia berikan kepada kamidengan motif yang khas milik marganya memberitahukan kepadakeluarga dan kerabat mempelai perempuan bahwa hubungan kekerabatan

45

3

tetap dijaga. Bahkan sekarang kekerabatan itu diperluas lagi.Selimut itu boleh kami simpan sebagai bukti bahwa ikatankekeluargaan antara kami dan sepupu serta keluarga suaminyamengalami perluasan. Pesan yang sama juga terkadung dalam parktekpemberian kain tenun dari mempelai perempuan kepada keluarga dankerabat suaminya.6[6] Tukar menukar kain tenun bermotif khas milikmarga dalam upacara perkawinan sama dengan menganggap si penerimaselimut sebagai keluarga dan kerabat sendiri. Si penerima selimutbukan lagi outsiders melainkan tergolong pada insiders.

Pengalaman ketiga. Kain tenun juga mempunyai fungsi dalamhubungan dengan peristiwa kematian. Jes A. Therik menulis sebagaiberikut: “Pernyataan simpati dan turut berduka cita bagi keluargayang meninggal diungkapkan dengan pemberian tenunan. Dibandingdengan kartu ucapan dukacita dan karangan bunga dalam masyarakatmodern dewasa ini, pemberian kain tenun lebih menyentuh hatinurani bagi penerimannya karena pemberian ini mengandung artisimbolis sebagai pernyataan penghiburan dan penghapusan air matayang berduka.”7[7]

Saya kira pernyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Meskipunbegitu saya ingin menyodorkan praktek suku Atoni yang berhubungandengan kain tenun dan kematian. Dalam salah satu karangannya, T.J.Van Oostrom Soede menulis sebagai berikut: “Orang Timormenguburkan mayat saudaranya bersama dengan selimut miliknya. Simati tidak hanya dimakamkan dengan satu lembar kain tenun tetapibersama semua kain, selimut, sarung dan barang-barang kesayanganmilik si mati. Pada orang-orang kaya dan pemuka masyarakat tentusaja makin banyak kain. Makin kaya dan terkemukan makin banyakkain dan selimut yang dimakamkan bersama dengan dia. Sekalipun diamemiliki puluhan kain yang berharga dan masih baru, kain-kain ituharus ikut dimasukan dalam kuburan. Waktu seorang saudara dariraja Amarasi meninggal dunia, dia dimakamkan bersama dengandelapan puluh lembar kain tenun.”8[8]

Si mati dimakamkan bersama kain selimut miliknya dan jugapemberian keluarga. Kenyataan ini tidak hanya berlaku di kalangansuku atoni. Di Sumba sebagaimana yang dilaporkan Paul MichaelTaylor, Cs, praktek serupa juga dikenal.9[9] Ini menunjukan bahwaorang NTT percaya bahwa ada hidup sesudah mati. Si mati memerlukanbarang-barang miliknya di tempat yang baru yang akan didatanginyasetelah ia meninggalkan dunia ini.

6789

4

Dari pengalaman ini kita lihat bahwa kain tenun perempuan-perempuan NTT tidak hanya memiliki fungsi dan nilai dalam duniakini dan di sini, tetapi kain tenun juga punya nilai untuk hidupdi dunia akhirat, bagi orang yang sudah meninggal dunia.10[10] Apatepatnya fungsi kain di dunia akhirat? Ini perlu studi danpenelitian khusus. Tulisan ini tidak memiliki kompotensi untukmenggarap pokok tersbut,

Apa yang saya hendak kemukakan dalam tulisan ini adalahmengajak saudara-saudara mencermati makna kain tenunan bagi imankita kepada Allah di dalam Yesus Kristus. Dengan kata lain melaluitulisan ini saya ingin menyodorkan kepada pembaca bahwa ada banyakpesan dalam kain tenun perempuan-perempuan NTT yang dapat kitapakai untuk menghayati iman kepada Kristus sekaligusmengkomunikasikan iman itu secara lebih bermakna dan komunikatif.

II. Sistematika penulisan

Untuk maksud ini tulisan ini akan saya bagi dalam empatbagian. Pada bagian pertama kita akan mendalami secara rinci dandetail proses pembuatan kain tenun tradisional. Selanjutnya, padabagian kedua perhatikan akan kita fokuskan pada corak ragam ataurekayasa hiasan (motif) dalam sebuah karya tenun ikat. Pada bagianketiga saya akan mengajak saudara-saudara memaknai pesan-pesanetis, moral dan spiritual dari keseluruhan bahan dalam dua bagianterdahulu bagi percakapan yang lebih bermakna dan komunikatifmengenai penghayatan iman dan kehidupan bergereja dalam konteksNTT. Kita akan coba menemukan sebuah metafora baru bagi kehidupanbergereja yang diangkat dari pengalaman dan pesan-pesan etis,moral dan spiritual dalam karya tenun ikat. Bagian keempat, yaitupenutup, kita pakai untuk merenungkan sumbangsih positif yangdapat kita peroleh dari metafora baru yang kita temukan daripengalaman menenun perempuan-perempuan NTT.

Bagian Pertama:

Proses Mengerjakan Tenun Ikat

10

5

2.1 Membuat benang dari kapas

Proses mempersiapkan selembar kain tenun dimulai denganmenyiapkan benang. Perempuan suku atoni di pulau Timor hanyamengenal satu bahan dasar bagi pembuatan kain tenun, yaitu kapas.11

[11]

Di desa-desa pekerjaan mempersiapkan benang, mengatur lungsin,mengikat motif (gambar hias) mewarna sampai dengan menenundikerjakan seluruhnya oleh perempuan. Perempuan-perempuan sukuatoni adalah seniman-seniman alam. Ada banyak perempuan atoni yangmengkhususkan diri pada keahlian membuat benang, atau mengikatmotif atau mencelup. Menenun merupakan ketrampilan yang dimilikioleh hampir setiap perempuan remaja sampai dewasa. Mereka mewarisiketrampilan itu dengan cara belajar, mengamati bahkan berpraktekdi bawah bimbingan ibu atau kerabat perempuan. Ketrampilan menenunadalah wajib dikuasai oleh perempuan-perempuan atoni. Mereka barudianggap dewasa oleh masyarakat dan memperoleh restu keluargauntuk menikah dan membentuk rumah tangga jika mereka sudah mahirmenenun.12[12]

Tapi untuk sampai pada tahap ini seorang perempuan harusmemiliki benang. Proses pembuatan benang adalah sebagai berikut:kapas yang ditanam di antara jagung dan ibu dipetik. Setelahdijemur beberapa hari kapas dilepaskan dari bijinya. Pekerjaan inidisebut nabnin sesuai dengan nama alat bantuk yang dipakai, bninis.Selanjutnya kumparan-kumparan kapas itu diperhalus menjadi sebuahgulungan. Pekerjaan ini dilakukan dengan alat berbentuk busur.Perempuan-perempuan atoni menamakan alat itu sifo, sedangkanpekerjaan itu na siof abas.

Jika tahap pertama sudah selesai, mulailah tahap membuatbenang, na’ sun abas. Perempuan atoni tidak mengenal alat pembuatbenang berbentuk roda seperti yang biasa dipakai oleh suku-suku diIndonesia bagian barat dan di Flores Barat. Alat yang mereka pakaiuntuk mengubah kapas menjadi benang bernama ike-suti. Untukmemperoleh benang dalam jumlah yang cukup bagi pembuatan sebuahselimut atau sarung besar dibutuhkan waktu kira-kira dua bulan. Didesa-desa kadang-kadang perempuan-perempuan membuat benang denganbantuan ike-suti saat dalam perjalanan ke pasar atau kebun. Tentusaja sambil membawa barang-barang yang dijujung di kepala.Gambaran ini memperlihatkan profil perempuan atoni sebagai pekerja-pekerja yang ulet. Sehubungan dengan ini saya ingat sebuah pantundari Pantai Gading (Afrika) yang dengan tepat melukiskan kenyaan

1112

6

ini: “Ibu berkata bahwa ia berbaring di tempat tidur, tetapikakinya selalu tergantung. Artinya, ibu tak kenal istrahat. Iaselalu bekerja untuk hidup keluarga, suami dan anak-anaknya.13[13]

2.2 Teknik merekayasa motif

Segera setelah tersedia cukup benang pekerjaan menenun sudahdapat dimulai. Untuk mengenal lebih jauh tahap ini kita perlulebih dahulu mengenai peralatan-peralatan tenun yang diperlukan.Mula-mula perempuan-perempuan atoni membentangkan benang secaraberjejer di atas dua buah balok atau bambu. Panjang rentanganbenang antara 1,5 – 2 meter dengan lebar 50 – 60 cm. Panjangbentangan itu kemudian dilipat dua untuk keperluan membuat motifikat. Ini disebabkan karena motif dalam satu selimut biasanyadibuat simetris antara ujung atas dan bawah serta bagian kiri dankanan. Ada sekitar 1000 – 1500 baris benang yang dibentangkan diatas alat bernama loki’.

Teknik merekayasa motif dalam tenun ikat dimulai denganmenggambarkan keseluruhan struktur penempatan gambar dalamingatan, kemudian diterapkan dalam wujud nyata, yakni dalam prosesmengikat benang dalam kumparan-kumparan sebanyak jumlah yangdibutuhkan untuk satu buah selimut atau sarung kecil atau besar.Jadi motif atau hiasan tersimpan di kepala dan dalam hatipembuatnya. Perempuan NTT membuktikan diri di sini sebagai yangmemiliki daya ingat sekaligus kemampuan imaginatif dan kreatifyang dapat diandalkan.

Motif yang ada dalam kalbu itu sekarang siap untuk diukir diatas benang. Pada waktu dulu penenun mengikat benang dengan taliyang diperoleh dari serat daun gebang (kufa tali heknat).Belakangan ini sebagian besar perempuan atoni sudah menggunakantali raphia. Ini lebih mudah karena tali ini memiliki banyak warnasehingga penenun bisa membedakan motif utama dari variasi ataumotif pendukung dengan menggunakan warna tali yang berbeda.

2.3 Mencelup

Tahap mengikat disusul dengan mencelup benang. Tahap iniberlangsung satu atau dua bulan bergantung dari kombinasi sertakualitas warna. Dulu, zat pewarna juga diramu sendiri oleh penenun

13

7

atau oleh perempuan-perempuan yang mengkhususkan diri untukkeahlian ini. Zat pewarna diperoleh dari bahan-bahan yang tersediadi dalam alam, seperti dari kunyit, akar mengkudu, daun pepaya dantumbuh-tumbuhan lokal lainnya. Keahlian perempuan NTT dalam meramudan menghasilkan warna juga patut diberi jempol. Dalam bukunyayang sudah berkali-kali kita kutip Jes. A. Therik menguraikandengan rinci bahan-bahan yang dibutuhkan untuk memperoleh warnasesuai dengan kebutuhan. Itu sebabnya saya merekomendir pembacayang ingin mengetahuinya untuk membaca buku tersebut.

Setelah proses pencelupan selesai dan warna yang diperolehsesuai dengan selera penenun, ikatan yang dibuat pada benang-benang itu dilepaskan. Benang-benang itu sekarang sudah siap untukditenun menjadi kain bermotif.

2.4 Menenun

Benang yang sudah diwarnai dibentangkan pada dua buah balokatau lebih tepat benang itu sekarang diuraikan di atas perkakastenun. Tiap baris baris terdiri dari dua helai benang. Perempuanatoni menamakan tahapan ini nanon abas (menyusun benang di atasperkakas).

Adapun perkakas tenun itu adalah sebagai berikut. Ada duabalok horisontal di dua ujung dengan jarak antara 1,5 – 2 meter.Balok di ujung yang satu biasanya dari bambu. Perempuan atonimenyebut balok ini nekan. Sedangkan ujung yang lain terdiri daridua balok persegi empat bernama atis. Benang hasil celupan diuraikandi kedua balok ini dengan lebar antara 50 - 60 cm. Di bagian nekanbenang yang diuraikan itu diberi simpul hidup. Artinya benanghanya dilingkarkan begitu saja. Sedangkan di bagian atis simpulnyamati. Jika pekerjaan menenun sudah berjalan kain yang sudahselesai digulung di bagian atis.

Untuk menjaga ketegangan benang di atas alat tenun itu makanekan diikat pada dua buah tiang. Nama tiang itu adalah api’.sedangkan atis direkatkan pada pinggang penenun dengan bantuankulit sapi atau karung. Perempuan atoni menyebut ikat pinggang ininiun.

Selain dua balok ini (nekan dan atis), ada juga beberapa balokkecil yang diselipkan di antara benang-benang yang direntangkan.Balok-balok kecil itu berjumlah dua sampai lima batang bergantungjenis tenunan yang akan dibuat (futus, lotis atau buna). Balok-balokini berupa lidi. Namanya sial. Jadi ada sial satu, dua, dst. Fungsi sial

8

adalah untuk membantu penenun untuk menaikkan atau menurunkanbenang saat mengajam sebuah motif. Selain itu dua balok lagi. Yangsatu berbentuk bulat. Ukurannya sedikit lebih besar dari sial.Perempuan atoni menamakan balok ini puat. Di balok ini benang-benang bisa dinaikan dan diturunkan dalam posisi berselang selingsehingga bisa dibuat anyaman benang menjadi kain. Balok yang lainbernama ut fungsinya untuk membantu si penenun memantau pergeseranyang terjadi selama menenun sehingga dan mencegah kemungkinanrusaknya motif yang direncanakan.

Selama proses menenun ada dua buah kayu yang selalu ditarikmasuk dan keluar di antara sela-sela benang. Kayu pertama disebutnabi atau sau’ban. Dia sebenarnya bukan kayu, melainkan lidi yangdililit dengan benang. Kalau benang yang dibentangkan antara nekandan atis kita sebut benang vertikal, maka benang yang dililitkanpada sau’ban adalah benang horisontal yang terus menerus dimasukandi antara benang-benang vertikal.

Tiap kali benang horisontal diselipkan, penenun merapatkanbenang itu ke simpul mati yang ada di atis dengan cara memukulbeberapa kali. Untuk itu diperlukan senu, sebuah balok pipihberbentuk pedang. Inilah kayu kedua Jika benang horisontal itusudah rapat, penenun menaikan puat agar benang yang di bawahterangkat ke atas, sedangkan benang yang di atas turun ke bawah.Lalu dengan bantuan senu ia mendorong simpul itu untuk merapat keatis. Setelah itu benang horisontal dimasukan lain ke cela tenunandengan menggunakan puat, lalu dengan menggunakan senu penenunmerapatkan simpul ke atis. Begitu proses seterusnya sampai selesai.Lamanya proses menenun sampai selesai kira-kira 10 – 15 hari. Inibergantung dari besarnya kain, kerumitan motif yang akan diukirserta lamanya waktu menenun dalam sehari.

Ada beberapa metode mengerjakan kain tenun bermotif: futus(mengikat benang), sotis (menyisip benang), dan buna (mengait danmenyungkit benang). Motif ikat diperoleh dengan cara membuathiasan dasar pada kain tenun dengan mengikat rencana gambar untukbeberapa warna. Dengan cara ini motif yang digambar benar-benarmenyatu dengan benang dasar. Ini berbeda dengan tenunan sotis, yaknimenggambarkan motif timbul di atas benang dasar. Cara memperolehmotif sotis ialah dengan menyisipkan benang tambahan di atas dan dibawah benang dasar sehingga gambar yang dibentuk itu timbul kepermukaan. Motif buna hampir sama dengan sotis. Perbedaannyaterletak pada tingkat kerumitan sekaligus banyaknya kombinasiwarna pada motif yang direkayasa.14[14]

14

9

Menarik untuk dicatat bahwa perempuan NTT hanya membuat satumotif saja pada satu lembar kain tenun. Tiap kain ditenun denganmetode tetap. Jika futus ya futus saja. Tidak pernah ada perempuanyang mengerjakan satu kain dengan cara futus, sotis dan buna sekedaruntuk memperlihatkan kebolehannya. Ini hal penting yang punyamakna sendiri bagi percakapan tentang gereja yang akan dibahasdalam bagi berikut.

Bagian Kedua:

Pesan spiritual dalam motif tenun ikat

Di atas sudah kita catat bahwa teknik merekayasa motif dalamtenun ikat dimulai dengan menggambarkan keseluruhan strukturgambar dalam ingatan, kemudian diterapkan dalam wujud nyata. Perlukita catat bahwa kemampuan menggambarkan motif dalam ingatan bukansoal pengalaman (experience) melainkan penyataan (revelation). Adacerita dari Sumba bahwa sebelum seorang perempuan mulaimengerjakan motif tenun ikat, ia terlebih dahulu perlu minta izindari leluhur penemu pengetahuan menenun, yakni Tara Lalu Wewu. Padasaat permohonan ini disampaikan maka inspirasi mengenai corakragam hias yang akan ditenun segera tergambar dalam benaknya.15[15]

Dari cerita ini kita melihat bahwa corak ragam hias (motif)yang akan diukir seorang perempuan di atas benang-benangmengandung nilai teologis, etis, spiritual dan moral yang diaterima sebagai wahyu dari dunia seberang sana (the outer world). Atasdasar ini kita dapat berkata bahwa motif-motif yang diukir padasebuah kain tenun merupakan ekspresi dari hubungan antara manusiadengan roh-roh pujaan mereka.

Biasanya, setiap marga mempunyai motif atau ragam hiastersendiri. Dari motif yang ada pada selimut yang dipakai orangtahu identitas pamakainya, seperti dari suku dan kampung mana danapa statusnya dalam masyarakat. Motif itu berhubungan dengan buahpikiran, cita-cita, kepercayaan, simbol dan tokoh penting dalamkomunitas marga atau kampung yang diyakini sebagai pembawa berkatdan pemberi kehidupan. Jadi dalam setiap kain tenun, perempuan-perempuan atoni sesungguhnya sedang menuangkan keyakinan iman danpandangan hidup dalam simbol-simbol penuh makna. Dengan mengamatisetiap karya tenun kita sebenarnya bisa mendalami filsafat hidup

15

10

suku atau marga pemiliknya. Filsafat itu tergambar dalam wujud-wujud nyata, figuratif maupun abstrak dan skematis.

Kita dapat berkesimpulan bahwa dalam selembar kain tenunterukir iman dan kepercayaan masyarakat. Ada pesan-pesan spiritualtentang hidup dan mati, berkat, anugerah, persaudaraan, kerukunan,damai sejahtera, serta keyakinan akan Tuhan dalam konstruksimotif-motif. Sudah sepantasnya kita katakan bahwa diri, identitas,integritas, sejarah, iman, kasih dan pengharapan perempuan NTTtidak diterdapat dalam buku-buku, tetapi tertuang di dalam tenunanmereka. Para penenun di Timor karena itu adalah teolog-teologalam.16[16]

Tentu saja motif atau figur pokok tadi tidak pernahdigambarkan sebagai tema yang berdiri sendiri. Figur itu selaludipercantik dengan variasi beberapa bentuk gambar, simbol ataugaris pendukung untuk memberi bobot makna kepadanya. Gambar,simbol atau unsur pendukung itu tampil dalam berbagai bentukvariasi seperti garis lurus, garis bergelombang, zig-zag, titik-titik kecil, lingkaran, kombinasi warna. Semua itu ditempatkandalam irama teratur, secara simetris dan berulang-ulang untukmemberi daya estetis, imaginatif sekaligus menegaskan keseimbangandari polarisasi daya-daya yang terdapat dalam makro kosmos.17[17]

Untuk dapat mengerti dan memahami pesan spiritual dari ragamhias yang terpatri dalam sebuah kain tenun, kita perlu menelitiberbagai mitos yang beredar di kalangan suku atau marga pemilikmotif itu. Motif buaya yang muncul secara mencolok dalam tenunikat banyak marga di kalangan suku atoni berhubungan erat denganmitos-mitos yang beredar mengenai peranan buaya bagi adanyakehidupan di Timor. Buaya bukan hanya diyakini sebagai binatangkeramat pemberi kesejukan dan kesegaran, serta yang mengaruniakankepada suku atoni sapi an kerbau. Lebih jauh, Timor sendiridianggap sebagai pulau buaya (the sleeping crocodile).

Menurut ceritera rakyat dulu kala ada seekor anak buaya yangtersesat. Ia tidak menemukan jalan untuk kembali ke laut. Seoranganak laki-laki menolong buaya itu. Ia mengendong buaya itu untukdibawa ke laut. Pada saat itu, air laut tiba-tiba naik. Si anakterancam mati tenggelam. Sebagai ungkapan terima kasih, buaya tadimengajak si anak naik di punggungnya. Anak itu dibawa berenangmengelilinggi dunia. Ketika buaya tadi menjadi makin tua dan iamerasa akan segera mati. Buaya tadi berpesan kepada anak yangsudah menjadi dewasa bahwa ia akan berbaring di permukaan laut.

1617

11

Tubuhnya akan berubah menjadi daratan, menjadi sebuah pulau. Sianak boleh tinggal di atas pulau itu. Tubuh buaya yang sudahberubah menjadi daratan itu akan menumbuhkan banyak pohon buah-buahan yang dapat dimakan. Bahkan di dalam tubuh si buaya adabanyak bahan makanan yang boleh dinikmati oleh penduduk di pulauitu. Inilah sebabnya mengapa pulau Timor, tempat tinggal suku atonibentuknya seperti sekor buaya yang sedang berbaring.18[18]

Selimut multi warna suku di Sumba Timur bernama hinggi kombujuga mengekspresikan banyak hal mengenai keyakinan religiuskomunitas produsennya. Motif menonjol dari hinggi kombu adalahfigurasi seorang laki-laki, barangkali seorang panglima perangmasyarakat tradisional yang berdiri di sisi pohon yang di setiaprantingnya bergantung kepala manusia. Dalam periode prakolonialisasi setiap kali selesai perang, pasukan yang menangperang merayakan kemenangan dengan mendirikan sebuah pohon yangranting-rantingnya dihiasi dengan kepala para lawan yang berhasildibunuh. Lokasi perayaan ini di depan rumah pemimpin suku, yangberfungsi sebagai tempat sakral bagi seluruh desa. Motif hinggikombu tetap dibuat sampai sekarang untuk mengingatkan generasisekarang akan tugas mereka bekerja bagi kesejahteraan desa danmenghalau sekuat mungkin tiap bahaya atau ancaman yang berpotensimengganggu kehidupan bersama.19[19]

Ada beberapa kesimpulkan yang dapat kita catat mengenai pesanspiritual dalam motif tenun ikat. Pertama, motif-motif itu bukan hasil rekayasa insani. Ia adalah hasil dari sebuah penglihatan yang dalam, perenungan yang sungguh-sungguh akan makna dari kenyataan-kenyataan hidup yang dialami oleh masyarakat atau komunitas perancang motif-motif tadi. G. Th. Therik benar saat ia mengatakan bahwa corak ragam hias yang akan digambar di atas kain tenun adalah inspirasi yang diperoleh dari roh-roh pelindung dan pujaan komunitas itu. Ini juga benar dalam hubungan dengan perintah untuk menenun. Menenun, bagi suku-suku di NTT, bukan ketrampilan yang diperoleh atas inisiatif sendiri. Ia adalah pemberian dari dunia dewa-dewa. Saya sudah mengatakan hal ini dalam bab mengenai ike-suti dan suni-auni. Singkat kata, menenun dan teknik merangkai motif bukan hasil inisiatif manusia, tetapi sebuah panggilan.

Kedua, pesan spiritual yang dipatrikan dalam kain tenunbersifat multidimensional. Di situ kita menemukan pesan-pesansukacita, rasa hormat, persaudaraan, kerukunan, saling menerima,tolong menolong, damai sejahtera dan kekekalan hidup. Sumber dari

1819

12

pesan-pesan ini sudah pasti berasal dari dia yang memberiinspirasi kepada perempuan-perempuan penenun.

Ketiga, keseimbangan, keharmonisan dan parallelisme antarakenyataan-kenyataan dalam alam: kehidupan-kematian, atas-bawah,luar-dalam, garis lurus-garis melingkar, vertikal-horisontal,hitam-putih, laki-laki-perempuan merupakan tema-tema pendukungyang disatukan di sekitar figur yang ditokohkan dalam setiaptenunan.20[20] Sebuah pantun suku atoni menegaskan karakterkeseimbangan ini dengan sangat tegas: “Apabila warna putih tidakcukup, perbesarlah dia dengan warna hitam. Manakala warna hitamtidak memadai, bubuhkan lagi padanya warna putih.” Jelasnya, figuryang ditokohkan bukanlah motif yang meniadakan melainkan yangmerangkul figur-figur lainnya. Tidak ada tempat bagi separasi ataudiskriminasi. Hukum yang berlaku dalam proses menenun bukanpemisahan melainkan penyatuan. Semua yang berbeda ditata menjadisatu paduan yang indah, serasi dan konstruktif.

Bagian Ketiga:

Menuju Eklesiologi yang Komunikatif dan Bermakna

Pengalaman disambut oleh jemaat-jemaat GMIT di pedesaan denganpengalungan selimut waktu kunjungan kerja sebagai pimpinan gerejamembuat hati saya gembira dan bahagia. Tetapi tiap kali pulangrumah dan menyaksikan koleksi selimut saya bertambah membuatpikiran saya terganggu. Kenyataan ini juga menantang saya untukmenemukan bentuk-bentuk narasi tentang kehidupan bergereja denganmenggunakan metafora atau perumpamaan yang akrab bagi pengalamanpendengar yang kebanyakan terdiri dari para pengguna kain tenun.Mesti ada sesuatu dari pengalaman dan ketrampilan mengerjakan kaintenun sebagai jalan masuk untuk mengajak warga GMIT memahami apadan bagaimana seharusnya mereka hidup sebagai warga gereja.

Perenungan yang dalam akan apa dan bagaimana gereja sertapengamatan yang saksama mengenai pekerjaan menenun dan pesan-pesanspiritual dalam selembar kain tenun, membawa saya pada keberanianuntuk berbicara tentang gereja dengan menggunakan metafora yangdiangkat dari pengalaman perempuan-perempuan NTT mengerjakan kaintenun ikat. Saya lalu terdorong untuk menggambarkan kehidupanbergereja di Timor ibarat mengerjakan selembar kain tenun. Pada

20

13

waktu saya menulis artikel ini, narasi dengan tema “bergerejaibarat mengerjakan selembar kain tenun” sudah empat kali sayaucapkan dalam kesempatan tatap muka dengan jemaat. Pertama kalisaya ucapkan di hadapan para peserta sidang klasis Pantar Barat dijemaat Ebenhaezer Kawali (6 Nopember 2003). Kali kedua, ketiga dankeempat saya ucapkan di sidang klasis Amanuban Tengah Utara diBaki (4 Maret 2004) dan sidang klasis Amanuban Timur Utara diMnela Anin (30 Maret 2004), dan sidang klasis Alor Tengah Utara diPadakika (12 April 2004). Tiap kali tema itu saya ulang, ada halbaru yang saya peroleh. Tema itu menjadi makin kaya.

Komentar para pendengar narasi itu sangat membesarkan hati.Ada yang bahkan meminta saya untuk menyimpan narasi itu dalamsebuah dokumen tertulis. Inilah latarbelakang lahirnya tulisanyang sedang anda baca. Bagaimana sebenarnya isi dari narasi itu.Ikuti tuturan berikut:

2.5. Bergereja sebagai pekerjaan menenun persekutuan

Waktu para bapak gereja (patriarch) bertemu dalam konsili Nikeadan Konstantinopel mereka berusaha merumuskan tanda-tanda gereja(notae ecclesiam). Tanpa pertama yang mereka sepakati adalah keesaan(kesatuan). Credo unam ecclesiam. Gereja itu satu. Kesatuan gerejamencuat di tengah-tengah realitas masyarakat yang terbagi danterpecah dalam pelbagai kelompok, suku, bahasa, sejarah dan latar-belakang.21[21]

Manusia, baik sebagai kolektif maupun individu hidup terpisah-pisah dan terasing satu sama lain. Kita mengelompok dalam kesatuandarah, marga, etnis, bahasa, sejarah. Dari tengah realitas iniAllah berinisiatif menghimpun, mengumpulkan, menyatukan danmempersekutukan mereka dalam satu komunitas yang bernama gereja.Allah buat itu dengan cara memanggil manusia keluar dariketerasingan satu sama lain, untuk hidup dalam keterikatan ataurelasi yang akrab. Inilah persekutuan orang percaya (congregatiofidelium) yang kita namakan gereja. Dan kalau kita lihat dalamPerjanjian Baru, kata yang dipakai untuk gereja selalu dalambentuk jamak (ekklesiai). Kelompok orang-orang percaya yang terbagi-bagi dan terpecah-pecah itu dipanggil untuk mewujudkan kesatuandan hidup dalam persekutuan.

Kenyataan ini persis sama dengan kesatuan dari benang-benangdan kombinasi warna dalam satu lembar kain tenun. Dari tempat yang

21

14

terpisah-pisah, terasing dan gelap, kapas-kapas dihimpun,dibersihkan (tabnini), dibuat menjadi halus (tasifo), untuk dijadikanbenang (tasun). Selanjutnya, benang-benang itu ditata atau disusun(tanon) di atas sebuah perkakas (loki) untuk diikat-satukan, diberiwarna dan dirajut dengan morif yang penuh makna. Hasilnya adalahselembar kain tenun yang indah dan selalu dikenakan di tempat atauupacara bermartabat. Ada banyak benang yang akan tetap sebagaibenang yang rapuh jika dia tinggal dalam kesendirian danketerasingan dari benang lain. Benang seperti itu tidak banyakberguna bagi masyarakat dan juga bagi sang pencipta. Tapi jikabenang-benang itu ditata rapih, diikat dan disatukan melaluiproses menenun, benang-benang itu menjadi kuat. Ia memiliki fungsidan nilai baru yang membanggakan sesama maupun pencipta.

Dari sebongkah kapas yang kasar ia dibentuk menjadi selimutyang indah dan menawan yang dikhususkan oleh si penenun untukmenjadi cinderamata, bukti kasih sayang, dan alat perekatpersaudaraan terhadap sesama dan mereka yang dihormati dandisanjung. Dari hanya segumpal serat yang pasti hancur ditimpahujan, ia berubah menjadi seperangkat motif yang fungsinya adalahuntuk menyaksikan identitas si penenun, sekaligus menjadi tandapengenal yang menyertai jiwa seseorang yang sudah meninggal duniadalam perjalanan ke tempat perhentian yang kekal. Lebih jauh lagi.Motif-motif dari benang itu menjadi jaminan si mati berolehlisensi untuk masuk dalam negeri perhentian para leluhur.

Inilah juga yang menjadi kemuliaan dari orang-orang yangbersekutu dalam gereja. Manusia dan orang-orang percaya adalahseumpama kapas dan benang-benang. Manusia itu terancam binasa jikaia hidup menyendiri dan terpisah dari sesamanya, berada di tempatyang jauh dari rumah dan menetap dalam kegelapan di hutan. Tetapioleh inisiatif Allah manusia diangkat, dibersihkan, dibuat menjadihalus, disusun dalam barisan yang indah lalu ditenun menjadi satupersekutuan. Iman, kasih dan pengharapan memang adalah karuniaindividual kepada tiap-tiap orang percaya. Tetapi kita semua tahubahwa pertumbuhan iman, kasih dan pengharapan itu akan bertumbuhsubur dan berdaya guna kalau individu-individu itu ada dalamrelasi dengan saudara-saudara seiman.

2.6 Allah sebagai sang penenun

Keberadaan gereja sebagai sebuah persekutuan yang dibangundari kesatuan banyak individu orang percaya, seperti kataBerkouwer, bukan fenomena alamiah, natural atau kebetulan. Ia juga

15

bukan merupakan hasil prestasi atau inisiatif seseorang. Orangpercaya bersekutu, hidup dalam pertalian yang rapat dan akrabkarena sebuah panggilan. Orang-orang itu “dipanggil, dikumpulkandan ditenun (verworven) dengan darah yang mengucur dari salib.”22[22]Jűrgen Moltmann benar waktu dia berkata: “kata pertama dari gerejabukanlah ‘gereja’ tetapi kemuliaan Bapa, Anak dan di dalam RohPembebasan.”23[23] Ya. Kesatuan gereja tidak dapat dipisahkan darikehendak Allah.

Lagi-lagi keyakinan teologis ini dapat kita jejaki juga dalammetafora gereja sebagai sebuah pekerjaan menenun selembar kain.Ketrampilan menenun, seperti sudah kita catat di atas, bukan hasilprestasi atau inisiatif manusia. Prakarsa datang dari the outerworld. Inisiatif untuk menghimpun kapas, mengikat motif, menyulamdan menenun jadi kain, tidak datang dari para perempuan NTT.Mereka dipanggil dan dimampukan untuk melakukan hal itu oleh Diayang disembah. Mutatis mutandis, apa yang Jűrgen Moltmann katakan diatas dapat juga kita kenakan pada pekerjaan menenun. “Kata pertamadari pekerjaan menenun bukan dari perempuan-perempuan NTT tetapidari Allah yang menciptakan perempuan-perempuan itu.”

Penegasan ini bukan sebuah isapan jempol. Alkitab sendiriberkata bahwa Allah adalah seorang penenun. Dia menenun manusia.Itu saya baca dalam Mazmur 139: 13: “Sebab Engkaulah yangmembentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.”

Allah adalah yang alfa dalam menenun. Gereja adalah kaintenunan yang dikerjakan Allah. Ya, Gereja adalah kain tenun milikAllah. Dialah yang mengambil inisiatif mengangkat, membersihkan,memintal, menempatkan individu-individu yang ia tebus dalam satukesatuan yang rapih tersusun kemudian diikat menjadi satu produkdengan corak ragam yang indah untuk tujuan yang dikehendaki Allah.Bila perempuan-perempuan NTT membutuhkan perkakas-perkakas untukmengerjakan kapas menjadi benang, dst, Allah juga memiliki banyakmetode untuk mengubah hidup kita menjadi berkenan kepadaNya. Timstudi tentang misi gereja dari World Council of Churches (WCC)mengatakan: “Khotbah, baptisan, perjamuan Kudus, doa, ibadah bukaninstrumen eklesiologis untuk tujuan keamanan pribadi, tetapiinstrumen yang dipakai oleh Allah untuk memimpin umatNya berpalingkepada dunia.”24[24]

Allah adalah penenun yang agung. Ia membisikan kepada paraperempuan NTT bagaimana menenun ketika ia menenun mereka dalam

222324

16

kandungan ibu. Ia juga yang menyimpan motif-motif kaya makna danpesan spiritual dalam hati dan benak para perempuan NTT pada waktuia mereka masih ada sebagai bakal anak. Mengatakan ini saya ingatsebuah legenda Yahudi.

Menurut pengajaran orang Yahudi, sewaktu seorang bayi dalamkadungan ibunya, sebatang lilin dinyalakan di samping bayi itu.Tuhan Allah memerintahkan seorang malaikat untuk mengajar seluruhisi Torah kepada si bayi. Menjelang saat anak itu hendakdilahirkan, malaikat menyentuh bibir si bayi sehingga si bayimelupakan semua yang ia pelajari. Ini sebabnya mengapa di bibiratas setiap orang ada semacam lekukan. Itu adalah bekas sentuhanjari sang malaikat. Di dalam kandungan Allah mengajarkan kepada sibayi Torah (pengajaran) tentang hidup. Belajar melakukan kebaikanyang terjadi di luar rahim, kata cerita itu, tidak lain dariproses rekoleksi (mengingat kembali) apa yang sudah Tuhan ajarkanselama dalam rahim.25[25]

Kalau kisah ini kita terapkan pada pokok yang kita bahasa,maka jelas bahwa sang penenun agung membisikan kepada perempuanNTT bagaimana menenun dan motif-motif yang harus mereka rajut saatmereka ditenun Allah dalam rahim ibunda tercinta. Pada waktuperempuan-perempuan lahir, dewasa dan mulai menenun, yang merekalakukan tidak lain dari proses rekoleksi atas apa yang sudahmereka pelajari dari Allah. Pada waktu menenun, perempuan-perempuan NTT sesungguhnya sedang berpartisipasi dalam pekerjaanmenenun yang dilakukan Allah.

2.7 Maksud Allah dengan kain tenun miliknya

Allah adalah yang alfa dalam menenun. Ia juga yang membisikkancara menenun dan meletakkan kemampuan menenun dalam aneka corakragam hias yang memukau dan kaya makna kepada perempuan-perempuanNTT sejak mereka dalam kandungan ibu. Inilah ringkasan dariparagraph yang baru saja kita tinggalkan. Saatnya sekarang kitabertanya: apa maksud Allah dengan kain tenunan yang ia kerjakan?Untuk apa Tuhan Allah berlelah-lelah mengikat satukan orang-orangpercaya dalam satu persekutuan yang rapih tersusun dalam gereja?

Alkitab menggunakan seribu satu ungkapan untuk menjelaskanpokok ini ini. Dalam kitab Matius kita kenal ungkapan “garam danterang dunia” (Mat. 5: 13 dst). Di tempat lain kita menjumpaimetafora: “Umat yang baru” yang dikenakan kepada gereja. Tiap

25

17

metafora bermaksud menonjolkan salah satu dimensi atau fungsi darikeberadaan gereja dan orang percaya dalam dunia. Jelasnya, TuhanAllah menghimpun, menyatukan dan membentuk gereja untuk maksudtertentu. Dan tiap metafora yang dikenakan kepada gereja dimaksuduntuk mengkomunikasikan dimensi tertentu dari maksud Allah yangsatu dan tidak berubah dari keberadaan gereja.

Pertanyaan muncul: apa itu maksud yang satu dan tidak berubahdari Allah yang hendak ia sampaikan kepada dunia melalui umat yangIa panggil, satukan dan kuduskan?

Menurut Perjanjian Lama Allah sejak semula sudah memperkenakandiri dan kehendakNya. Hal itu ia lakukan kepada Adam, Enos, Nuh,Abraham, Isak dan Yakub. Tetapi sejauh itu Allah tetap ada sebagaiyang tidak dikenal (Deus absconditus: the unknown God). Penyebabnyaadalah karena perkenalan diri yang dilakukan Allah itudilaksanakan secara sporadis dan hanya kepada individu-individusaja (Kel. 6: 1,2). Dari sudut pandang manusia, cara ini ternyatatidak efektif. Iman adalah soal individu, tetapi pertumbuhan imandikondisikan oleh persekutuan di mana seseorang berada. Itusebabnya agar dapat dikenal dengan baik Allah bertindak untukmembentuk satu persekutuan. Umat itu dibentuk secara khusus dandijadikan congragatio fidelium, persekutuan yang kudus yang menjadiobyek dan lokus sekaligus instrument bagi Allah untukmemperkenalkan diri dan kehendaknya. Hal ini saya baca dalam duabagian Alkitab. Pertama dalam Kejadian 6:6. Di situ dijelaskanmaksud Allah menghimpun dan menetapkan Israel sebagai bangsamilikNya. “Aku akan mengangkat kamu menjadi umatKu dan Aku akanmenjadi Allahmu, supaya kamu mengetahui, bahwa Akulah, Tuhan,Allah…”

Jadi Allah memilih dari antara bangsa-bangsa satu persekutuan,menjadikan mereka la compaqnie de fideles, dengan maksud agar umat itumengenal siapa Allah serta karya dan pekerjaannya bagi dunia danmanusia. Umat itu dibentuk untuk mengenal Allah dan perbuatan-perbuatannya. Nama dan perbuatan Allah hanya diberitahukan kepadamereka. Ini terkesan sangat eksklusif. Kita karena itu harusmelanjutkan survei kita dengan bagian lain dalam Alkitab.Perjanjian Baru menegaskan bahwa pemilihan dan pembentukancongragatio fidelium oleh Allah ini tidak bersifat eksklusifmelainkan inklusif. Allah membentuk persekutuan itu dengan matadan hati yang tertuju kepada dunia. Mari kita periksa penegasansurat Petrus. “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yangrajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supayakamu memberitakan perbuatan-perbuatan besar dari Dia, yang telah memanggilkamu keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib. Kamu yang dahulu

18

bukan umat Alah, tetapi yang sekarang telah menjadi umatNya, yang dahulu tidakdikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan” (I Pet. 2:9-10).

Kalau bagian Alkitab yang pertama berbicara tentangpersekutuan sebagai obyek pengenalan Allah, bagian yang keduamenegaskan fungsi persekutuan itu sebagai instrumen melalui manaAllah mau memperkenalkan diri kepada dunia. Dari dua bahan inikita dapat simpulkan bahwa Allah menetapkan umat/persekutuan yangkudus agar umat itu menjadi semacam surat Allah kepada dunia.Gereja ada untuk memperkenalkan Allah dan karyaNya kepada dunia.26

[26] Paulus menggunakan metafora “surat kristus” untukmendefinisikan tujuan keberadaan umat atau jemaat Allah (II Kor.3:3).

Congregatio fidelium yang ditetapkan Allah berfungsi sebagaisurat. Kita semua tahu fungsi dari sebuah surat. Ia berguna untukmengkomunikasikan pikiran, perasaan dan keputusan dari sangpenulis kepada pembaca. Dari isi surat kita dapat mengenal danmengetahui identitas dan pikiran serta isi hati penulisnya.27[27]

Gereja sebagai surat Kristus. Tentu saja sebuah metafora yangbermakna, terutama dalam masyarakat yang melek huruf. Di NTT dimana sebagian besar warga masih menganut tradisi lisan (bertutur)dan mayoritas penduduknya masih buta aksara metafora ini baiktetapi kurang dikenal dan tidak komunikatif. Kita tentu harusmencari metafora lain yang dapat menampung fungsi-fungsi yangterkandung dalam metafora surat kalau kita ingin berbicara tentanggereja kepada orang percaya di NTT secara bermakna dankomunikatif. Untuk itu metafora “kain tenun Allah” saya anggapdapat kita pakai untuk memperkaya makna kehidupan bergereja yangterkandung dalam metafora “surat Kristus.”

Kita sudah catat bahwa selembar kain tenun memberi kesaksiantentang siapa penenunnya, dari marga dan daerah mana sang penenunberasal, serta apa-apa saja keyakinan dan pandangan hidup dari sipemiliknya. Hal-hal itu ditampilkan dalam motif-motif (ikat, sotisdan buna) yang dikerjakan dengan hati-hati dan teliti oleh sipemiliknya. Hal ini jatuh sama dengan bahkan memperkuat pesan-pesan yang hendak disampaikan melalui kata, kalimat sertaungkapan-ungkapan yang diukir di atas surat itu.

Itu sebabnya saya berkeyakinan bahwa kepada orang percaya diNTT metafora gereja sebagai kain tenun milik Allah lebih komunikatifdan penuh dengan referensi makna dalam benak warga jemaat. Di

2627

19

samping itu metafora ini tidak bersifat eksklusif. Mengingatmenenun adalah panggilan budaya yang dikenal oleh setiap suku diNTT. Sama halnya dengan metafora rumah Allah yang dipakai GMITuntuk mengungkapkan identitasnya dalam konteks NTT. Sayangnya, adakeluhan dari warga GMIT di Rote, Sabu dan Alor bahwa gambarantentang Yesus sebagai tiang induk dari gereja dianggap asing danhanya menyapa kelompok suku Atoni saja. Sejauh mana keluhan itubenar, perlu dibuat penelitian yang mendalam.

Kembali kepada pokok semula, metafora gereja sebagai kain tenunmilik Allah membangkitkan imaginasi tentang ketelitian, ketekunan,dan kesabaran Allah mengerjakan kain miliknya itu. Dua ribu tahunlebih Allah duduk untuk memintal benang, mengikat motif, merajutdan menenun kehidupan bersama dalam gereja milikNya. Sebuahpekerjaan yang butuh waktu. Ini disebabkan karena motif yanghendak dibentuk tidak hanya mencerminkan isi hati dan identitasAllah sang pemilik. Pada saat yang sama motif itu harus terukirpada tiap benang. Tidak boleh ada satu benangpun yang terabaikan.Allah ditampilkan di sini sebagai Tuhan yang aktif dan berkarya.Selanjutnya, metafora ini memperlihatkan besarnya cinta kasihAllah kepada gereja, serta fungsi sosial gereja. Akhirnya denganmenggunakan metafora gereja sebagai kain tenun milik Allah, orangpercaya di NTT diajak untuk merenungkan makna gereja bukan hanyabagi hidup kekinian tetapi juga keakanan, kepada bentuk hidup dibalik kubur.

2.8 Tiga Karakter dari sebuah Motif

Persoalan muncul: motif macam apakah yang sedang dibentukAllah di atas kain tenun miliknya, yaitu gereja? Untuk menjawabpertanyaan ini, sekali lagi saya menarik perhatian pembaca padasifat-sifat atau karakter dari motif dalam kain tenun perempuan-perempuan NTT.

Pertama, motif pada selembar kain tenun perempuan NTTmemperkenalkan kepada dunia luas siapa penenunnya, asal-usul margadan daerah si penenun yang tentu saja berkaitan erat dengan mitosasal-usul satu marga serta pandangan mereka tentang hidup dannilai-nilai yang lestari yang menjadi dasar dan pemberi makna bagihidup serta relasi mereka baik internal maupun eksternal. Inidapat kita sebuat sebagai karakter historis dari sebuah motif. Halpenting yang wajib dicatat. Tidak satu pun benang yang diabaikandalam pembuatan motif. Motif itu tidak dirajut hanya di atassebuah benang, tetapi di tiap benang. Jika satu benang putus, si

20

penenun dapat menyambung benang itu. Pada benang yang baru itu pundirajut motif yang sedang dibentuk. Selanjutnya dalam membentuksebuah motif unsur-unsur yang bertolak belakang, bahkanbertentangan (garis lurus, lingkaran, titik-titik, horizontal danvertikal) diatur, ditata dan diberi tempat sehingga menjadi satupaduan, konstruksi yang saling melengkapi. Di samping motif utama,perempuan-perempuan NTT selalu membentuk motif pendukung di ataskain tenun yang mereka kerjakan. Dalam karakter ini kita mencatatbeberapa sifat dari sebuah motif: dinamis dan inklusif atauintegratif.

Kedua, motif pada selembar kain tenun perempuan NTT jugamemiliki karakter sakramental. Ada nilai atau pesan spiritual yangterkandung dalam corak ragam atau motif yang dibentuk baik secaranyata, figuratif maupun abstrak dan skematis. Sebuah motif yangnampak bercerita tentang keyakinan, konsep-konsep makna dan nilai-nilai religius, sosial dan historis yang dianut oleh komunitaspemilik motif itu.

Ketiga, dalam motif kain tenun ada karakter eskatologis.Maksudnya, motif kain tenun dijadikan oleh pemiliknya sebagaitanda pengenal untuk dapat diterima dan diizinkan masuk ke duniapara leluhur pada saat rohnya melakukan perjalanan dari duniaorang hidup ke dunia orang mati. Inilah alasan mengapa seorangyang meninggal dunia selalu dimakamkan bersama dengan semua kaintenun yang adalah miliknya.

Melihat pada tiga karakter yang dimiliki sebuah motif padakain tenun perempuan NTT, pada sisi lain jika kita setuju untukmendefinisikan kehidupan bergereja sebagai sebuah pekerjaanmembuat kain tenun, maka pertanyaan yang muncul adalah: motifmacam apakah yang sedang diukir oleh Allah pada kain tenunmiliknya itu?

2.9 Kristologi: Motif pada kain tenun milik Allah

Dalam iman Kristen ajaran tentang Yesus Kristus disebut-sebuttitik sentral yang menyatukan (overarching motif), sekaligus memberimakna bagi seluruh wacana dan pokok percakapan Kristen tentangAllah dan segala sesuatu yang diciptakan Allah. Kristologi adalah

21

ungkapan yang dipakai dalam teologi Kristen untuk semua bentukpercakapan Kristen tentang diri dan karya Yesus Kristus. KarlBarth menyebut kristologi sebagai kunci hermeneutik, atau prismaatau tata bahasa dalam kita berbicara tentang apa saja, termasuktentang gereja. Kristologi adalah asumsi dasar dari eklesiologi.Semua tema dalam teologi Kristen hanya dapat kita pahami denganbenar apabila kita menjadikan ajaran tentang Yesus Kristus sebagaiteropong.

Kita katakan demikian karena alasan berikut. Dalam YesusKristus, kata Emil Brunner, kita dibawa ke dalam pengenalanterhadap diri Allah sendiri di dalam kekekalan (Deus is se, imanentrinity). Pengenalan ini dengan sendirinya membuat kita juga mengenalAllah di dalam karyaNya (Deus pro nobis: economic trinity) seperti yangnyata dalam waktu.28[28] Ini dikarenakan, Allah dalam waktuberkoresponden dengan Allah dalam diriNya. Diri dan karya YesusKristus memperlihatkan kepada kita siapa dan apa yang Allahkerjakan. Di dalam diri Yesus Kristus Allah membuka diri lebar-lebar dan secara utuh kepada manusia untuk dikenal. Pauluslah yangmengatakan: “Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalamDia” (Kol. 1:19).

Dengan demikian, untuk mengenal siapa dan apa yang dikerjakanAllah kita tidak dapat mengambil jalan lain kecuali melalui YesusKristus (Yoh. 14:6). Barth berkata: “Yesus Kristus adalahpenyingkapan diri Allah.” Sedangkan Emil Brunner menegaskan:“Kalau kita bertanya, siapakah Allah Tritunggal itu? Jawabannyaadalah: Yesus Kristus.29[29]

Yesus Kristus menunjukkan kepada kita siapa sesungguhnya AllahTritunggal. Lewat penyataan diri di dalam Yesus Kristus, Allahyang semula adalah Tuhan yang tersembunyi, deus absconditus telahmenjadi Tuhan yang dikenal, deus revelatus. Allah tidak sekedarmenjadi Tuhan di atas kita (deus absconditus), melainkan ada sebagaiTuhan di antara kita (deus extra nos). Bahkan lebih jauh lagi, Iamenjadi Tuhan di dalam kita (deus in nobis).

Jika demikian, tidaklah berlebihan kalau kita katakan bahwacorak ragam yang dikerjakan Allah pada gereja yang adalah kaintenun miliknya adalah corak ragam Yesus Kristus. Kristologi adalahmotif yang dikerjakan oleh Allah pada kain tenun. Hal ini sejalandengan pendapat Paulus dalam Kolose 1: 15. Di situ ia katakan: “Ia(Yesus Kristus) adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yangsulung, lebih utama dari segala yang diciptakan.” Allah membentuk

2829

22

motif ini pada kain tenun milikNya untuk memperkenalkan kepadadunia siapa diriNya serta apa yang menjadi kehendak Allah sejakkekal.

2.10 Tiga korespondensi kristologi

Nyatalah sekarang bahwa kristologi merupakan motif yangmelaluinya kita mengenal siapa Allah dan apa rencananya yang tidakberubah itu. Ini jatuh sama dengan karakter pertama dari kaintenun perempuan-perempuan NTT seperti yang sudah kita catat.Menegaskan ini bukan berarti saya hendak mengatakan bahwa Allahbekerja menurut pola para perempuan di NTT. Tidak. Yang terjadiadalah kebalikannya. Perempuan-perempuan NTT lah yang meniru Allahdalam mengukir motif-motif di atas kain tenun milik mereka. Waktudalam kandungan ibu mereka menerima pengajaran Allah tentang selukbeluk menenun. Apa yang mereka lakukan ketika mereka lahir adalahmengingat kembali pengajaran yang mereka peroleh.

Jika demikian, seperti apakah Allah yang memperkenalkan dirikepada melalui Yesus Kristus? Alkitab mengatakan bahwa Allah yangmenghampiri kita dalam Yesus adalah Tuhan yang berkasih karunia.Emil Brunner menggunakan istilah “Tuhan yang berpaling kepadamanusia.”30[30] Allah tidak menolak dan membenci manusia, sekalipunmanusia membenci dan menolak Allah. Ia adalah Tuhan yang merangkuldan mengasihi manusia. rangkulanNya mendatangkan hidup, sumberdamai sejahtera dan keadilan. Ini disebabkan karena dalam diriNyasendiri Allah adalah Tuhan yang terbuka kepada sesuatu yang laindi dalam diriNya.

Selanjutnya, dalam Yesus Kristus kita kenal Allah sebagaiTuhan yang satu, tetapi dalam diriNya ada kejamakan. Ia adalahAllah Tritunggal: Bapa Anak dan Roh Kudus. Allah di dalam YesusKristus bukan Tuhan yang membenci dan menolak pluralitas,melainkan ia adalah Tuhan yang menghendaki adanya keanekaragaman.Kalau manusia cenderung menjadikan pluralitas sebagai pokokkonflik dan permusuhan, Allah justru memadukan kejamakan yang ada.Pluralitas itu diikat-satukan menjadi satu konstruksi yang kompakutuh dan harmonis.

Erat berkaitan dengan pokok di atas kita patut mencatat sifatdinamis dan inklusif atau integratif. Sifat-sifat ini digambarkanPaulus dalam surat Efesus 2:13-19. di situ ia menulis: “Tetapisekarang di dalam Kristus Yesus kamu yang dahulu “jauh” sudah

30

23

menjadi “dekat” oleh darah Kristus. Sifat dinamis dan inklusifatau integratif yang ada dalam diri dan pelayanan Yesus adalahgambaran dari sifat dinamis dan inklusif atau integratif yang adadalam Allah. Seperti yang dikatakan sendiri oleh Yesus: “… Bapamuyang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat danorang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar danorang yang tidak benar” (Mat. 5:45). Selanjutnya sifat dinamis daninklusif atau integratif dari kain tenun para perempuan NTT adalahpantulan dari sifat dinamis dan inklusif atau integratif yang adadalam diri dan karya Yesus. Itu sebabnya kain tenun perempuan-perempuan NTT penuh dengan pesan-pesan spiritual yangberkorespondensi dengan pesan-pesan spiritual dalam hidup danajaran Yesus Kristus.

Sifat dinamis dan inklusif atau integratif dari motifkristologi pada kain tenun milik Allah sudah dikenal oleh parabapak gereja di abad pertama. Itu sebabnya mereka tidak segan-segan memberi kwalifikasi “am” kepada gereja (catholical ecclesiam)untuk menggambarkan sifat universal dan keterbukaan gereja untuksemua orang tanpa membedakan seks, suku, bahasa, kebangsaan,idiologi dan waktu hidup.

Mengenai karakter kedua, yakni makna sakramental dari motif-motif kain tenun perempuan-perempuan NTT, kita juga dapat katakanbahwa hal itu berkorespondensi dengan motif kristologi. Dalamkorespondensi ini kristologi berfungsi sebagai pola dasarsedangkan motif-motif yang dikembangkan para perempuan NTTmerupakan pola tiruan atau rekaan. Kita dapat katakan bahwa dalammenenun para perempuan NTT sedang melakukan apa yang dalam dogmaKristen klasik disebut imitatio Christi. Apa dasarnya?

Yesus Kristus, sebagaimana isi kesaksian Alkitab, adalah namayang di dalamnya tersimpul semua misteri dan makna dari seluruhkenyataan, baik yang kelihatan maupun tidak kelihatan (Kol. 1:15-18). Ia adalah satu pribadi. Tetapi di dalam pribadi yang satu itumewakili seluruh ciptaan. Ia adalah yang sulung dari semua yangada. Segala sesuatu yang ada setelah Dia diciptakan oleh dan dalamnamaNya. Dalam surat Filipi Paulus menyebut nama Yesus Kristussebagai nama di atas segala nama (Fil. 2:9). Dalam arti bahwanama-nama yang lain ada karena Dia dan nama-nama itu hanyamemiliki makna jika mereka dicangkokan pada namaNya. “Supaya dalamnama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang adadi atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku:“Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah Bapa.” Jelas disini bahwa Yesus Kristus ada bukan untuk diriNya sendiri. Iamemberi kesaksian tentang sang Bapa.

24

Nyatalah sudah bahwa kristologi bukanlah motif yang ada untukdiri sendiri. Ia adalah motif yang membawa pikiran, hati dan imankita untuk menyelami misteri kasih dan kemurahan Allah kepadamanusia dan dunia baik untuk masa kini (karakter historis) maupununtuk masa depan (karakter eskatologis). Kalau para perempuan NTTselalu menghias motif pokok dengan motif-motif pendukung untukmemperindah keseluruhan tenunan, Allah juga melakukan hal yangsama. Yesus Kristus adalah figur pokok dan di sekitar serta dariDia terdapat berbagai figur lain. Karl Barth mengambarkan relasiantara Yesus Kristus sebagai motif sentral dengan motif-motifpendukung dalam satu konstruksi tiga dimensi simetris yang sangatmemukau.31[31] Yesus ada sebagai titik api dari prisma berdimensitiga. Dari situ perhatian kita ditarik untuk mengerti waktu hidupmanusia: masa lalu, masa kini dan masa depan. Bukan hanya maknasejarah saja yang disingkapkan bagi kita oleh Yesus Kristus. Kitabahkan diizinkan juga untuk mengerti masa sebelum sejarah ada dansesudah sejarah berhenti ada. Dari titik yang sama kita kenal tigakarya Allah dalam sejarah: penciptaan, pendamaian dan penebusan.Apa yang Allah lakukan ini ternyata bukan pekerjaan yangkebetulan. Hal itu sudah diputuskan oleh Allah sejak kekal. Denganmelihat pada Kristus kita juga mengerti karya penebusan yangberdimensi tiga: karya Kristus sebagai raja, nabi dan iman.Ketiganya melahirkan gereja yang juga memiliki tiga dimensi:disatukan, dibangun dan diutus. Dari sini kita juga menjadi sadarakan karya rangkap tiga dari Allah dalam gereja: pembenaran,pengudusan dan penugasan. Akibatnya kita kenal tiga watak dosa:kesombongan, kelambanan dan kepalsuan sebagai bentuk hidup yangsedang berlalu. Pada saat yang sama kita juga kenal tiga watakdari kehidupan yang sejati: iman, kasih dan pengharapan sebagaibentuk hidup yang sedang datang. 32[32]

Tentang karakter eskatologis, meskipun sudah kita singgung diatas, tapi baiklah kita catat satu poin secara khusus. Dari sudutpandang kristologi, kehidupan di masa depan dapat kita pahamidalam ketegangan yang saling melengkapi. Kehidupan yang baru itusudah datang secara sempurna tetapi belum final. Antara kehidupanmasa kini dan masa yang akan datang ada kontinutas sekaligusdiskontinutas. Apa yang sekarang kita alami bersama dan di dalamKristus akan kita alami juga di dalam hidup yang baru di balikkematian. Karena itu tanda atau gambar Kristus yang kita terimasaat ini berguna bukan hanya untuk hidup masa kini, tetapi jugauntuk hidup di masa depan. Paulus menegaskan hal ini dengan sangatjelas: “Dengan demikian, kita telah dikuburkan bersama-sama denganDia oleh Baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus

3132

25

telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa,demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Rom. 6: 4).Serentak dengan ini patut kita tambahkan bahwa kemuliaan yangkelak kita alami di dalam dan bersama Kristus di balik kematiantidak dapat dibandingkan dengan penderitaan zaman sekarang ini.Lagi-lagi Paulus menunjukan itu bagi kita, katanya: “Sebab akuyakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapatdibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.”

Gambar Kristus yang Allah tenun dalam hidup kita selakuanggota gereja adalah jaminan bahwa nanti, pada waktu Allahmengakhiri karya keselamatanNya dalam sejarah, kita akandimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalamkemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. Gambar itu diukir Allahdengan kiasan baptisan (I Pet. 3:21). Ia merupakan tanda pengenal,uang muka (arrabon), untuk pengangkatan kita sebagai anak, sertadiundang masuk dalam tempat perhentian yang kekal, rumah Bapa(Rom. 8: 23)..

Hal ini juga digambarkan kembali oleh perempuan-perempuan NTTdalam motif dan corak ragam yang mereka rekayasa pada kain tenunmereka. Seperti sudah kita catat, motif-motif itu berguna sebagaitanda pengenal untuk diizinkan masuk ke dunia para arwah,dikumpulkan bersama para leluhur yang sudah meninggal dunia. Disini kita temukan sekali lagi, prinsip korespondensi antara fungsimotif tenun ikat dan iman kepada Kristus.

Kita lihat bahwa kristologi ternyata bukan motif yang tertutupdan eksklusif.33[33] Ia adalah motif yang oleh Den Dulk digambarkansebagai sebuah gelombang yang terus bergerak dan bersifatmerangkul.34[34] Ia menyatukan motif-motif lain sehingga lahirlahsebuah konstruksi yang utuh, kompak dan multidimensional. Allahsudah membisikan hal-hal ini kepada para penenun di NTT ketika iamembentuk mereka dalam kandungan ibu. Perempuan-perempuan NTTkembali menuangkan pengetahuan yang mereka peroleh itu pada tiaphelai benang yang mereka tenun jadi satu. Perempuan-perempuan NTTberpartisipasi dalam karya Allah saat mereka menenun sebuahselimut bermotif.

Bagian keempat:

Manfaat metafora Gereja sebagai kain tenun bagi masyarakat di NTT

3334

26

Ada beberapa manfaat positif yang dapat kita ambil daripemahaman tentang gereja dengan menggunakan metafora kain tenun.Manfaat itu kita bagi atas beberapa pokok: ekologis, eklesiologis(doktrinal), dan eskatologis. Untuk jelasnya kita bicarakan satupersatu.

2.11 Manfaat ekologis.

Mengerjakan sebuah kain tenun tidak dapat dipisahkan darikebutuhan untuk memelihara alam. Bahan-bahan baku untuk menenun,baik itu benang maupun zat warna, semuanya berasal dari lingkunganhidup di mana pekerjaan itu dilaksanakan. Pemeliharaan budayatenun ada hubungan dengan pemeliharaan pohon-pohon dan lingkunganalam. Dalam membuka kebun baru, para petani tidak akan memusnahkanpepohonan yang diperlukan untuk proses menenun. Sebaliknya, sambilmenanam jagung, ubi dan tanaman pangan lain, mereka jugamembudidayakan tumbuh-tumbuhan yang bermanfaat bagi pekerjaanmenenun.

Dengan menggunakan pekerjaan menenun sebagai metafora untukmenjelaskan kehidupan bergereja, akan terbuka pintu bagi kitauntuk berdiskusi tentang perlunya pelestarian alam dan berekonomidengan prinsip ramah terhadap ekologi. Dengan kata lain, dalammetafora gereja sebagai kain tenun Allah, terkandung pesanekologis yang sangat kuat.

2.12 Manfaat eklesiologis

a. Wajah feminin gereja

Metafora gereja sebagai “kain tenun milik Allah” mengajak kitauntuk menampilkan pola hidup eklesiologis yang lebih berwajahfeminin. Hal ini disebabkan karena pekerjaan menenun adalahketrampilan yang khusus dimiliki oleh perempuan-perempuan NTT.Pada saat kita bicara tentang Allah sebagai seorang penenun, yangmuncul dalam pikiran kita tentulah Allah sebagai perempuan.Selanjutnya, kita tahu dari Alkitab, bahwa dalam mengusahakankeselamatan dunia, Allah tidak pernah mau bekerja sendiri. Iaselalu melibatkan sebanyak mungkin orang dan memanfaatkan sebanyakmungkin karunia. Kalau konsep ini kita terapkan dalam masyarakatNTT yang secara adat mengenal adanya pembagian kerja secara

27

seksual, maka tentulah orang-orang yang diangkat Allah menjadikawan-kawan kerjaNya adalah perempuan-perempuan. Dalam masyarakatadat NTT adalah tidak wajar seorang perempuan mengangkat seoranglaki-laki sebagai rekan kerja.

Pekerjaan menenun adalah karunia khusus bagi perempuan. Kalaukita menggunakan kain tenun sebagai metafora untuk gereja, makadengan sendirinya para pekerja dalam gereja adalah perempuan-perempuan. Ungkapan “perempuan” yang kita pakai di sini bukanpertama-tama pengertian harafiah tetapi simbolis. Gereja dibangundan diurus oleh perempuan-perempuan yang dijadikan oleh Allahsebagai kawan-kawan kerja. Apakah sesungguhnya arti kataperempuan?

“Perempuan” berasal dari kata “empu” artinya “yangberkuasa.”35[35] Di kalangan suku atoni perempuan disapa bife yangberarti “dia yang memberi.”36[36] Dalam mitos-mitos dan ceritarakyat yang beredar di kalangan suku Atoni disebutkan bahwaperempuan memberi hidupnya secara sukarela untuk mempertahankankehidupan manusia. Itu umpamanya nampak dalam mitos asal usul padidan jangung. Menurut yang empunya cerita dua jenis makanan pokoksuku Atoni ini berasal dari seorang perempuan yang bersediadibunuh dan tubuhnya dipotong-potong untuk kemudian ditaburkan diladang. Dari potongan tubuh itu tumbuh pelbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang dapat dimakan, termasuk padi dan jagung.37[37]

Dari tuturan ini terkesan kuat bahwa cara perempuanmemperoleh, menjalankan dan mempertahankan kekuasaan tidak laindan tidak bukan adalah untuk membela dan menyelamatkan kehidupandalam satu masyarakat. Kesimpulan ini sejiwa dengan perananperempuan-perempuan dalam kehidupan bersama di tengah-tengahmasyarakat seperti yang saya baca dalam tuturan kitab suci orangKristen (Alkitab), terutama di sekitar peristiwa keluaran (exodus)bangsa Israel dari Mesir. Perkenankan saya menyebut Sifra dan Pua.Keduanya adalah bidan melahirkan berkebangsaan Mesir. Raja mereka,Firaun, mengeluarkan dekrit: setiap ibu Yahudi yang melahirkananak laki-laki hendaklah dicekik sampai mati lalu mayatnya dibuangke sungai Nil. Sifra dan Pua mendapat komando dari baginda rajauntuk mengamankan dekrit itu. Firaun memerintahkan kematian setiapanak lelaki Yahudi. Dua perempuan ini tidak tega. Meskipunberkebangsaan Mesir, mereka merasa diri bukan agen kematian.Mereka menolak taat kepada titah sang raja. Mereka menggunakankuasa dan otoritas yang dikaruniakan dari atas pada mereka untuk

353637

28

menyelamatkan kehidupan bayi laki-laki Yahudi. Resikonya sangatbesar karena melawan dekrit penguasa negeri itu. Tetapi duaperempuan ini tidak takut.

Ada kontras yang luar biasa antara cara Firaun memperoleh,menjalankan dan mempertahankan kekuasaan. Firaun, laki-laki itu,mempertahankan kekuasaan dengan cara melenyapkan orang-orang yangbakal tampil sebagai saingan, persis sama dengan seorang laki-lakilain dalam PB, Herodes. Firaun mempertahankan kekuasaan denganjalan menyingkirkan atau mem-persona-non-grata-kan orang lain.Sedangkan perempuan-perempuan tadi justru bertindak sebaliknya.Mereka berusaha mempertahankan kehidupan, menyelamatkan orang-orang dari kebinasaan. Perempuan adalah orang yang memberi diridan apa yang mereka miliki bagi kehidupan yang damai.38[38]

Allah adalah seorang penenun. Gereja adalah karya tenunanmilikNya. Orang-orang yang ia panggil menjadi kawan kerja adalahperempuan-perempuan. Gereja karena itu adalah karya perempuan-perempuan. Lagi pula, dalam Alkitab gereja bahkan disebut sebagaimempelai perempuan (Wah. 19:21). Apa artinya bagi kita? Artinya,dalam kehidupan bergereja para pekerja perlu sadar bahwa merekaadalah perempuan-perempuan. Memang para pekerja itu ada(kebanyakan) yang berjenis kelamin laki-laki. Tetapi merekadisebut mempelai perempuan. Artinya, mereka wajib membangun gerejadan membina persekutuan menurut spiritualitas yang dimilikiperempuan.

Perpecahan, konflik dan berbagai kemelut yang terjadi dalamgereja sering kali muncul karena para pekerja dalam gereja lebihbermentalitas algojo, bertindak seperti meo (panglima perang), danberakting sebagai sang penakluk dalam gereja. Untuk ini sayamencatat secara khusus banyak ekses yang timbul dalam kalangankelompok doa di wilayah GMIT. Praktek-praktek pelayananberkarakter algojo yang mereka terapkan sudah menimbulkan banyakkeresahan. Apakah gaya algojo dan berperilaku meo memiliki tempatdalam gereja? Metafora gereja sebagai “kain tenunan milikAllah” mendorong kita untuk meninggalkan mentalitas meo danpelayanan bergaya algojo, yang gemar melakukan terror, sukamenciptakann horror, dan mulai membudayakan spiritualitas bife, sangpembela kehidupan, perancang persekutuan dan agen damai sejahteradalam jemaat dan dalam dunia milik Allah. Ya. Karena gereja adalahmempelai perempuan. Bahkan lebih dari itu Allah sang penenunnyaadalah pribadi yang berkasih-karunia.

38

29

b. Gereja sebagai persekutuan ex-centric

Metafora gereja sebagai “kain tenun Allah” menolong kita untuklebih memahami gereja dalam fungsinya untuk dunia. Gereja adauntuk melayani Allah. Tetapi karena Allah adalah “Tuhan yangberpaling kepada manusia,” gereja yang benar-benar ada untuk Allahharuslah menjadi gereja yang ada untuk sesama, untuk orang lain,the church for others.39[39] “Gereja ada untuk Allah dan untuk dunia,bukan untuk diri sendiri.” Begitulah isi pengakuan iman GMIT.40[40]Tuhan Allah menetapkan gereja dalam rangka keselamatan dunia.Damai sejahtera yang diberikan kepada gereja, bukan untuk dirinyasendiri. Motif kristologi yang Allah rajut dalam kain tenunmiliknya dimaksud untuk memberikan sukacita dan penghiburan sertapokok keselamatan dunia. Motif itu bukan hanya untuk dinikmatisendiri oleh gereja. Yesus Kristus harus diwartakan dandiproklamasikan gereja kepada dunia, supaya dunia yang hidup dalamkeputus-asaan dan kematian boleh melihat kepada Dia dan menjadikanDia harapan mereka.

Di NTT seperti sudah kita catat, perempuan-perempuan menenunbukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan privat. Kain tenun jugaberfungsi sebagai perekat ikatan kekerabatan dan ungkapan kasihdari pemiliknya kepada sesamanya. Tukar-menukar cinderamata yangpaling biasa menurut adat masyarakat NTT adalah dengan kain tenun.Jes A. Therik mengatakan bahwa bila orang kebanyakan selalumengatakan cinta dengan bunga, di pulau Timor, Flores, Sumba dansekitarnya penduduknya selalu mengatakan cinta dengan tenunan.41

[41] Jelasnya kain tenun dikerjakan dengan maksud melayanimasyarakat dan sesama.

Dengan metafora gereja sebagai kain tenun milik Allah jemaat-jemaat dapat dituntun untuk lebih memahami fungsi sebagai pewartadamai sejahtera dalam masyarakat. Dalam laporan hasil konferensievangelisasi dari gereja-gereja di Eropa dan Amerika yangdiselenggarakan oleh World Council of Churches tanggal 22-26Agustus 1966 di Boldern, Männendorf ditegaskan bahwa dalammasyarakat masa kini gereja perlu memikirkan kembali (reconsider)relesinya dengan dunia. Sikap memusuhi dunia, seperti yang dianutdalam pandangan antitese, tidak lagi dapat dipertahankan. Sikapantitese terhadap dunia harus diganti dengan sikap totalitas.42[42] Ada dua rekomendasi yang mereka ajukan.

39404142

30

Pertama, perlu dipertimbangkan kembali urutan klasik tentanginteraksi antara Allah dan dunia. Menurut urutan (orde) itu gerejaada sebagai perantara antara Allah dan dunia. Jelasnya kita kenalurutan berikut: Allah – gereja – dunia. Di sini ditekankan bahwahubungan Allah dengan gereja adalah primer, sedangkan dengan duniasifatnya sekunder. Artinya, Allah membutuhkan gereja untuk dapatdatang ke dalam dunia, dan sebaliknya.43[43]

Para peserta konferensi percaya bahwa orde in perluditambahkan dengan orde alternatif kita tidak dapat sekedar bicaratentang Allah – gereja – dunia, tapi juga perlu berpikir tentangAllah – dunia – gereja. Hubungan Allah dan dunia juga bersifatprimer. Ini juga kata Alkitab. Yang jadi sasaran kasih Allahadalah dunia.44[44] Gereja ada sebagai instrumen agar kasih itudapat dirasakan. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal… (Yoh. 3:16).Allah mengutus AnakNya bukan untuk menghukum atau mengutuk dunia,tetapi untuk menyelamatkannya. Menurut Paulus, di dalam KristusAllah mendamaikan dunia dengan diriNya (II Kor. 5:19). Gerejatidak disebut-sebut. Hubungan Allah dengan gereja bersifatsekunder, sedangkan dengan dunia bersifat primer.45[45]

Orde alternatif ini juga keprihatinan GMIT seperti tertuangdalam pokok-pokok pikiran tentang Pengakuan dan Pengajaran GMITtahun 2003-2007. Di bawah pokok tentang Gereja (eklesiologi GMIT)tertulis: “Karena Tuhan Allah menghendaki keselamatan dunia, makaia menciptakan Gereja. Gereja ada karena Allah mengasihi dunia,bukan sebaliknya. Gereja karena itu tidak boleh dan bisa berkata:“Untung saja ada gereja kalau tidak dunia sudah binasa.” Yangseharusnya gereja katakana ialah: “Untung saja ada dunia, kalautidak gereja tidak mungkin ada. Kalau begitu maka gereja sangatberhutang budi kepada dunia. Ia karena itu harus menyatakan terimakasih dan hormatnya pada dunia dengan cara bekerja bagi kebaikandan keselamatan dunia. Gereja ada dalam dunia tidak lebih dari“panitia” khusus yang dibentuk Allah dalam rangka mendatangkankeselamatan bagi dunia.46[46]

Orde ini juga nyata kalau kita bicara tentang gereja sebagai“kain tenun Allah”. Allah membentuk motif kristologi pada kaintenun miliknya untuk memberitahukan besarnya kasih yang adapadaNya kepada dunia. Allah membentuk kain tenun milikNya untukdiberikan kepada dunia menjadi bukti kasih kepada dunia.

43444546

31

Kedua, peserta konferensi mendesak agar pemahaman klasiktentang gereja sebagai “waiting chuches” (gereja yang tinggal ditempat dan menanti manusia datang kepada Allah) perlu digantidengan “going churches”, gereja yang harus pergi kepada orang-orang ditempat yang jauh, menjumpai manusia yang ada dalam kesibukan. Parapeserta konferensi menyebut pemahaman baru ini dengan istilah “ex-centric position of the church.”47[47] Waktu membaca rekomendasi ini sayateringat kiriman kain tenun dari calon suami sepupu perempuansaya. Dengan selimut itu ia mengirim pesan kasih kepada saya.Sekalipun saya terlalu sibuk sehingga tidak silaturahmi keluarga,dia tidak melupakan saya.

Kalau gereja, termasuk yang ada di NTT, menyadari diri sebagai“persekutuan yang pergi” kepada orang-orang yang asyik dalamkesibukan masing-masing, atau yang terperangkap dalam kegelapandan dosa, pergi bukan sebagai meo untuk membawa terror dan menyebarhorror, tetapi menjumpai mereka sebagai bife yang memberi kehidupan,terang dan kesejukan, cerita kehidupan bersama di NTT akanmemiliki wajah yang lain dari keadaan yang terjadi saat ini.

Tidaklah berlebihan jika saya katakan bahwa inilah juga cita-cita yang hendak diraih GMIT dengan menjadikan “jemaat misioner”(persekutuan yang diutus) sebagai visi dan misi pelayanannya ditengah masyarakat NTT.

2.13 Manfaat eskatologis

Metafora gereja sebagai “kain tenun” Allah dengan motifKristologi memiliki makna yang berharga dalam hubungan denganajaran Kristen tentang kehidupan di langit yang baru dan bumi yangbaru. Salah satu hal yang berhubungan dengan itu adalah soalbaptisan. Kita semua tahu baptisan merupakan pokok yang hangatdiperdebatkan di kalangan warga gereja termasuk di GMIT. Sudahmerupakan rahasia umum tentang adanya baptisan ulang di kalanganwarga gereja. Karena berpendapat bahwa baptisan percik tidakmenyelamatkan meskipun dilakukan dalam nama Kristus, beberapaorang memberi diri untuk dibaptis lagi dengan cara menyelam. Disitu ia sekali lagi menerima cap Kristus. Untuk selamat orangpercaya harus menerima cap Kristus dengan cara selam, bukanpercik. Layak tidaknya seseorang diterima Allah dalam keselamatanbergantung pada bentuk baptisan yang dia terima. Dan untuk ituAllah lebih menyukai baptisan selam.

47

32

Kita berhadapan dengan pertanyaan manakah bentuk baptisan yangsah dan benar dan yang menentukan orang sampai ke langit yang barudan bumi yang baru? Untuk menjawab pertanyaan ini saya membawaperhatian pembaca kepada cara perempuan NTT menyelesaikan motif diatas sebuah kain tenun. Kita sudah sudah menyebut ada tiga metodemenyelesaikan sebuah motif: futus (mengikat benang), sotis (menyisipbenang), dan buna (mengait dan menyungkit benang). Motif yangdikerjakan satu dan sama, yakni yang berhubungan dengan tokohmitologis yang dihormati dalam kepercayaan masyarakat itu.48[48]

Ada tiga metode penyelesaian motif: futus, sotis dan buna. Tapiseperti sudah kita catat, satu lembar kain dikerjakan dengan satumetode saja. Tabu bagi perempuan NTT mengerjakan sebuah motifdengan tiga metode sekaligus pada selembar kain. Jika sejak awaldikerjakan dengan cara futus ini yang dikerjakan untuk seterusnya.Teknik ini sangat penting kita perhatikan dalam hubungan dengansoal baptisan. Kalau kita mengerti baptisan sebagai pekerjaanmengukir motif (tanda dan meterai) Kristus dalam hidup seseorang,sudah tentu percik, siram atau selam adalah metode saja. Ini dapatkita sejajarkan dengan teknik mengerjalan motif dengan cara futus,sotis dan buna. Orang yang gemar memberi diri dibaptis berulang-ulang itu ibarat ia membuat sebuah kain tenun dengan dua atau tigametode yang berbeda. Ini sebuah kejanggalan. Bukan hanya itu,motif pada kain itu menjadi hancur. Tanpa pengenal kemargaannyarusak.

Waktu seseorang meninggal dunia ia dimakamkan dengan kaintenun miliknya. Orang tidak mempersoalkan apakah itu yang futus,atau sotis, maupun buna. Yang penting bukan teknik mengerjakan motifpada kain tenunannya tetapi motif itu sendiri sebagai tandapengenal kemargaan. Motif itulah yang menjadi tanda pengenal untukdiperlihatkan kepada penjaga pintu gerbang dunia para leluhur.Jika motif yang dia tunjukan dikenal, ia diizinkan masuk. Sekalilagi corak ragam gambar atau motif itu yang penting, bukan metodepembuatannya.

Hal yang sama berlaku juga dalam hal keselamatan. Yang utamabagi keselamatan ialah bersekutu dalam Kristus, atau menjadi satudengan Kristus. Baptisan adalah jalan menuju kesatuan denganKristus.49[49] Dalam gereja dikenal tiga cara metode baptisanpercik, siram dan selam. Yang diperlukan untuk masuk dalamkeselamatan bukan metode seseorang menerima baptisan, melainkaniman kepada Allah Tritunggal di dalam Yesus Kristus yang menjadi

4849

33

isi dari baptisan.50[50] Pada waktu kedatangan Kristus yang kedua,Allah akan menyelamatkan mereka yang telah dimeteraikan sebagaimilik Kristus. Allah akan melihat motif Kristologi yang ditenundalam hidup mereka. Apakah motif itu dikerjakan dengan carapercik, siram atau selam itu bukan soal.

Hal ini penting untuk kita ketahui. Banyak warga GMIT memberidiri untuk dibaptis ulang dengan cara selam karena tidak puasdengan baptisan percik yang ia terima waktu masih kanak-kanak.Jika ini terjadi, itu seumpama membuat motif yang sama dengan carasotis atau buna di atas motif yang sudah dibuat sebelumnya dengancara futus. Apa hasilnya? Bisa kita bayangkan. Motif itu pastirusak. Ia tidak lagi dapat dikenal. Ketika pemiliknyamemperlihatkan motif itu kepada penjaga pintu gerbang sorga dalamperjalanannya ke rumah Bapa pada saat ia meninggal dunia, sangpenjaga tidak mengenal motif itu. Besar kemungkinan ia tidakdiperkenankan masuk, perhentian yang kekal yang ia mimpikan tidakmenjadi bagiannya. Rohnya akan berkeliaran tidak karuan. Amatlahmengerikan menerima nasib yang demikian.

PANDUAN PENYUSUNAN RPP

PENGANTARPendidikan adalah proses yang bersifat terencana dan

sistematik, karena itu perencanaannya disusun secara lengkap,dengan pengertian dapat dipahami dan dilakukan oleh oranglain dan tidak menimbulkan penafsiran ganda. Sebagaiillustrasi dapat kita gunakan profesi seorang Insinyurbangunan. Rancang bangun yang disusunnya dapat dilaksanakandengan baik oleh beberapa orang tukang bangunan dibantudengan beberapa orang buruh bangunan. Mengapa? karena rancangbangun yang disusun Insinyur tersebut cukup lengkap danoperasional, sehingga seorang tukang yang tidak memilikipendidikan teknik bangunan sekalipun dapat memahami danmelaksanakannya.

Pertanyaannya: apakah rencana pembelajaran yang telahdisusun oleh guru selama ini sudah lengkap dan operasional?Kenyataannya, pada pengamatan terhadap dokumen RPP padaportofolio sertifikasi guru, umumnya hanya berisi langkah-langkah yang cenderung tidak operasional dan langkah tersebutcenderung bersifat kegiatan rutin. Belum tampak adanya

50

34

spesifikasi langkah-langkah pembelajaran sesuai karakter matapelajaran dan perkembangan peserta didik.

Seharusnya RPP tersebut disusun selengkap mungkin dansistematis sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh gurulain. Terutama ketika guru yang bersangkutan tidak hadir,guru lain dari mata pelajaran serumpun dapat menggantikanlangsung, tanpa harus merasa kebingungan ketika hendakmelaksanakannya.

Pada hakekatnya penyusunan RPP bertujuan merancangpengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.Tidak ada alur pikir (algoritma) yang spesifik untuk menyusunsuatu RPP, karena rancangan tersebut seharusnya kaya akaninovasi sesuai dengan spesifikasi materi ajar dan lingkunganbelajar siswa (sumber daya alam dan budaya lokal, kebutuhanmasyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan danteknologi). Pengalaman dari penilaian portofolio sertifikasiguru ditemukan, bahwa pada umumnya RPP guru cenderungbersifat rutinitas dan kering akan inovasi. Mengapa? didugadalam melakukan penyusunan RPP guru tidak melakukanpenghayatan terhadap jiwa profesi pendidik. Keadaan ini dapatdipahami karena, guru terbiasa menerima borang-borang dalambentuk format yang mengekang guru untuk berinovasi danpenyiapan RPP cenderung bersifat formalitas. Bukan menjadikomponen utama untuk sebagai acuan kegiatan pembelajaran.Sehingga ketika otonomi pendidikan dilayangkan tak seoranggurupun bisa mempercayainya. Buktinya perilaku menyusun RPPdan perilaku mengajar guru tidak berubah jauh.

Acuan alur pikir yang dapat digunakan sebagai alternatifadalah: 1. Kompetensi apa yang akan dicapai.2. Indikator-indikator yang dapat menunjukkan hasil belajar

dalam bentuk perilaku yang menggambarkan pencapaiankompetensi dasar.

3. Tujuan pembelajaran yang merupakan bentuk perilaku terukurdari setiap indikator.

4. Materi dan uraian materi yang sesuai dengan kebutuhanbelajar siswa agar ianya dapat mencapai tujuan pem-belajaran.

5. Metode-metode yang akan digunakan dalam pembelajaran.6. Langkah-langkah penerapan metode-metode yang dipilih dalam

satu kemasan pengalaman belajar.

35

7. Sumber dan media belajar yang terkait dengan aktivitaspengalaman belajar siswa.

8. Penilaian yang sesuai untuk mengukur ketercapaian tujuanpembelajaran.

Secara umum, ciri-ciri Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) yang baik adalah sebagai berikut:1. Memuat aktivitas proses belajar mengajar yang akan

dilaksanakan oleh guru yang akan menjadi pengalamanbelajar bagi siswa.

2. Langkah-langkah pembelajaran disusun secara sistematisagar tujuan pembelajaran dapat dicapai.

3. Langkah-langkah pembelajaran disusun serinci mungkin,sehingga apabila RPP digunakan oleh guru lain (misalnya,ketiga guru mata pelajaran tidak hadir), mudah dipahamidan tidak menimbulkan penafsiran ganda.

Petunjuk Pengisian Format RPPA. Identitas

Tuliskan identitas RPP terdiri dari: Nama sekolah, MataPelajaran, Kelas/Semester, Standar Kompetensi, KompetensiDasar, Indikator dan Alokasi Waktu (lihat format RPP padalampiran).Catatan:1. RPP disusun untuk satu Kompetensi Dasar.2. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator

dikutip dari silabus yang disusun dan telah diberlakukandalam suatu satuan pendidikan (SD/MI, SMP/MTs,SMA/MA/SMK).Menjadi perhatian: Standar kompetensi – kompetensi dasar– indikator adalah suatu alur pikir yang saling terkaittidak dapat dipisahkan.Indikator adalah perilaku (bukti terukur) yang dapatmemberikan gambaran bahwa siswa telah mencapaikompetensi dasar.Kompetensi Dasar adalah sejumlah kompetensi yangmemberikan gambaran bahwa siswa telah mencapai standarkompetensi.

3. Indikator merupakan:

36

Penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandaioleh perubahan perilaku yang dapat diukur yangmencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Dikembangkan sesuai dengan karakteristik pesertadidik, satuan pendidikan, dan potensi daerah.

Rumusannya menggunakan kerja operasional yang terukurdan/atau dapat diobservasi.

Digunakan sebagai dasar untuk menyusun alatpenilaian.

Disusun dengan kalimat operasional (dapat diukur)berisi komponen ABCD (Audience = Siswa, Behavior =Perilaku, Competency = Kompetensi dan Degree =peringkat/ukuran).

4. Alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian satukompetensi dasar, dinyatakan dalam jam pelajaran danbanyaknya pertemuan (contoh: 2 x 40 menit). Karena itu,waktu untuk mencapai suatu kompetensi dasar dapatdiperhitungkan dalam satu atau beberapa kali pertemuanbergantung pada karakteristik kompetensi dasarnya.

B. Tujuan Pembelajaran Tuliskan output (hasil langsung) dari satu paket

pengalaman belajar yang dikemas oleh guru, karena itupenetapan tujuan pembelajaran dapat mengacu padapengalaman belajar siswa.Misalnya: Pengalaman belajar: Mengumpulkan informasi tentangpenyakit tekanan darah tinggi dan stroke dari berbagaisumber (SMP/MTs).Tujuan Pembelajaran: Siswa dapat melaporkan hasilpengumpulan informasi tentang penyakit tekanan darahtinggi dan stroke.Contoh lain:Pengalaman belajar: Mendapat informasi tentang sistemperedaran darah pada manusia dan mengkomunikasikankepada sesama siswa di kelas.Tujuan pembelajaran, boleh salah satu di antara ataukeseluruhan tujuan pembelajaran berikut:1. Siswa dapat menjawab pertanyaan guru berikut:

a. Organ apa saja yang termasuk ke dalam alat-alatperedaran darah.

b. Sebutkan bagian-bagian jantung.

37

c. Deskripsikan mekanisme peredaran darah padamanusia.

2. Siswa dapat merespon dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh teman-temansekelasnya.

3. Siswa dapat mengulang kembali informasi tentangperedaran darah yang telah disampaikan oleh guru.

Bila pembelajaran dilakukan lebih dari 1 (satu)pertemuan, ada baiknya tujuan pembelajaran jugadibedakan menurut waktu pertemuan, sehingga target-target produk tiap pembelajaran jelas kelihatan.

C. Materi PembelajaranMateri pembelajaran adalah materi yang digunakan untukmencapai tujuan pembelajaran dan indikator. Materi dikutipdari materi pokok yang ada dalam silabus. Materi pokoktersebut kemudian dikembangkan menjadi beberapa uraianmateri. Untuk memudahkan penetapan uraian materi dapatdiacu dari indikator.Contoh:Indikator: siswa dapat menyebutkan ciri-ciri kehidupan(SMA/MA)Materi pembelajaran:Ciri-Ciri Kehidupan: Nutrisi, bergerak, bereproduksi, transportasi, regulasi,iritabilitas, bernapas, dan ekskresi.

Contoh lain:Indikator: Menyebutkan jenis-jenis makanan hewan (IPAKelas IV SD)Tujuan Pembelajaran: Menyebutkan jenis-jenis makanan hewanmeliputi hewan darat dan hewan air.Materi pembelajaran:Jenis-jenis makanan hewan: Jenis-jenis makanan hewan hidup di darat Jenis-jenis makanan hewan yang hidup di air

D. Metode PembelajaranMetode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapidapat pula diartikan sebagai model atau pendekatanpembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatandan/atau strategi yang dipilih.

38

Karena itu pada bagian ini cantumkan pendekatanpembelajaran dan metode-metode yang diintegrasikan dalamsatu pengalaman belajar siswa: 1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan, misalnya:

pendekatan proses, kontekstual, pembelajaran langsung,pemecahan masalah, dan sebagainya.

2. Metode-metode yang digunakan, misalnya: ceramah,inquiri, observasi, tanya jawab, dan seterusnya.

E. Langkah-langkah Pembelajaran1. Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan

langkah-langkah kegiatan setiap pertemuan. Padadasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat unsur kegiatanpendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatanpenutup. Langkah-langkah standar yang harus dipenuhi pada setiapunsur kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:a. Kegiatan pendahuluan

Orientasi: memusat perhatian siswa terhadapmateri yang akan dibelajarkan. Dapat dilakukandengan menunjukkan benda yang menarik, memberikanillustrasi, membaca berita di surat kabar dansebagainya.Contoh:”Anak-anak sekalian, perhatikan apa yang sayapegang. Karim, silahkan kamu menyebutkan apa yangsaya pegang”.Penyebutan nama siswa dalam RPP akan sangatmembantu guru dalam melakukan pengendalian siswayang dilibatkan dalam pembelajaran.

Apersepsi: memberikan persepsi awal kepadasiswa tentang materi yang akan diajarkan.Contoh:Siswa mengamati gambar (gunting koran) tentangbangunan/benda-benda yang rusak akibat gempa bumi(gambar tidak harus seragam).Tahap ini juga dapat digunakan untuk mengetahuipengetahuan prasyarat yang harus dimiliki siswa,dapat digali dengan melakukan pretest.

Motivasi: Guru memberikan gambaran manfaatmempelajari gempa bumi, bidang-bidang pekerjaanberkaitan dengan gempa bumi, dsb.

39

Pemberian Acuan: biasanya berkaitan dengankajian ilmu yang akan dipelajari. Acuan dapatberupa penjelasan materi pokok dan uraian materipelajaran secara garis besar.

Pembagian kelompok belajar dan penjelasanmekanisme pelaksanaan pengalaman belajar (sesuaidengan rencana langkah-langkah pembelajaran).

b. Kegiatan intiBerisi langkah-langkah sistematis yang dilalui siswauntuk dapat menkonstruksi ilmu sesuai dengan skemata(frame work) masing-masing. Langkah-langkah tersebutdisusun sedemikian rupa agar siswa dapat menunjukkanperubahan perilaku sebagaimana dituangkan pada tujuanpembelajaran dan indikator.Untuk memudahkan, sebaiknya kegiatan inti dilengkapidengan Lembaran Kerja Siswa (LKS).Catatan: LKS yang ada pada buku LKS yangdiperdagangkan belum tentu sesuai dengan rencana yangdisusun oleh guru.

c. Kegiatan penutup Guru mengarahkan siswa untuk membuat

rangkuman/simpulan. Guru memeriksa hasil belajar siswa. Dapat dengan

memberikan tes tertulis atau tes lisan atau memintasiswa untuk mengulang kembali simpulan yang telahdisusun atau dalam bentuk tanya jawab denganmengambil ± 25% siswa sebagai sampelnya.

Memberikan arahan tindak lanjut pembelajaran, dapatberupa kegiatan di luar kelas, di rumah atau tugassebagai bagian remidi/pengayaan.

2. Langkah-langkah pembelajaran dimungkinkan disusun dalambentuk seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengankarakteristik model pembelajaran yang dipilih,menggunakan urutan sintaks sesuai dengan modelnya. Olehkarena itu, kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti,dan kegiatan penutup tidak harus ada dalam setiappertemuan.Contoh:Pada suatu pembelajaran digunakan model ”PembelajaranLangsung”. Langkah-langkah pembelajaran disusun sesuaidengan sintaks pembelajaran langsung sebagai berikut:

40

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

Menjelaskan tujuan pembelajaran/indikator, informasi latar belakang pelajaran, pentingnyapelajaran, mempersiapkan siswa untukbelajar

Fase 2Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan

Mendemonstrasikan keterampilan yang benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap.

Fase 3Membimbing pelatihan

Merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.

Fase 4Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan.

Fase 5Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, denganperhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari - hari

F. Sumber BelajarPemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang adadalam silabus yang dikembangkan oleh satuan pendidikan.Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media,narasumber (tenaga ahli, seperti bidang, lurah, polisi,dsb), alat, dan bahan. Sumber belajar dituliskan secaralebih operasional. Misalnya, sumber belajar dalam silabusdituliskan buku referens, dalam RPP harus dicantumkan judulbuku teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu.

G. PenilaianPenilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentukinstrumen, dan instrumen yang dipakai untuk mengumpulkandata. Dalam sajiannya dapat dituangkan dalam bentuk matrikhorisontal atau vertikal. Apabila penilaian menggunakanteknik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja, dan tugasrumah yang berupa proyek harus disertai rubrik penilaian. Contoh:Soal : Tuliskan 3 akibat tidak memiliki rasa tanggung jawab dalam kehidupan

sehari-hariPedoman Penskoran:

No. Kunci/Kriteria Jawaban Skor1. Sering mendapat masalah 1

41

2. Pekerjaan terbengkalai 13. Diremehkan orang lain 1

Skor maksimum 3

Contoh lain:1. Di manakah letak kelenjar pankreas?2. Tuliskan dan jelaskan enzim yangdihasilkan pankreas!3. Di manakah enzim-enzim itu aktif?

Pedoman Penskoran:No.

Kunci/Kriteria Jawaban Skor

1. Pankreas terletak di rongga perut ........ 12. Enzim yang dihasilkan pankreas:

Tripsin untuk mengubah protein menjadi peptida dan asam-asam amino

2

Amilase untuk mencerna tepung menjadi maltosa dan disakarida lain

2

Lipase untuk mencerna lemak menjadi asam lemak dan gliserol

2

Bikarbonat untuk menetralisir HCl yang masuk ke usus dari lambung

2

3. Enzim-enzim itu aktif di usus halus 1Skor maksimum 10

Perlu disadari oleh guru, bahwa:1. RPP yang benar akan berdampak pada penulisan materi ajar

dan LKS sendiri oleh guru. Sebab materi ajar pada BukuPegangan Belajar Siswa dan LKS (yang dijual bebas) belumtentu sesuai dengan rencana pembelajaran yang disusun olehguru.

2. Karena RPP disusun sendiri oleh guru, maka akan timbuldorongan pada diri guru untuk menyiapkan fasilitaspembelajaran untuk memudahkan siswa untuk belajar.

3. Ide-ide kreatif yang bertujuan membelajarkan siswa akanberdampak pada peningkatan efektifitas pembelajaran.

4. Ide-ide kreatif tersebut hanya dapat dihasilkan olehseorang guru yang ikhlas berusaha mencerdaskan siswanya.

Lampiran1: Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

A. Identitas

42

Nama Sekolah : ...................................

Mata Pelajaran : ...................................

Kelas/Semester : ...................................

Standar Kompetensi : ...................................Kompetensi Dasar : ...................................Indikator : ...................................Alokasi Waktu : ..... x 40 menit (… pertemuan)

B. Tujuan Pembelajaran C. Materi Pembelajaran D. Metode Pembelajaran E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan 1 Kegiatan Awal Kegiatan Inti Kegiatan PenutupPertemuan 2 Kegiatan Awal Kegiatan Inti Kegiatan PenutupPertemuan 3dst

F. Sumber Belajar G. Penilaian

Mengetahui: Guru Mata Pelajaran,Kepala Sekolah...................,

................................................................................................

NIP. NIP.

Berikut ini dilampirkan beberapa contoh RPP yang masih bersifat umum, masih membutuhkan rincian kegiatan pembelajaran yang spesifik sesuai dengan kebutuhan belajar siswa di masing-masing sekolah/daerah.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

A. Identitas

43

Mata Pelajaran: Pengetahuan AlamKelas/semester: IV/1Pertemuan ke : 1Alokasi Waktu : 2 jam pelajaranStandar Kompetensi : 3. Menggolongkan hewan berdasarkanjenis makanannyaKompetensi Dasar : 3.1 Mengidentifikasijenis makanan hewanIndikator : - menyebutkan jenis-jenis makanan hewan

- mengidentifikasi makanan hewan- menggolongkan makanan hewan

B. Tujuan Pembelajaran1. Menyebutkan jenis-jenis makanan baik hewan yang hidup

di darat dan di air2. mengidentifikasi jenis makanan hewan yang ada di

sekitarnya atau yang dilihatnya pada multimedia3. Membandingkan pengalaman langsung dan melalui audio.

Mengamati jenis hewan dan makanannya.4. Mengidentifikasi bentuk gigi hewan sesuai dengan

makanannya

C. Materi Pokok : Jenis-jenis makanan hewan 1. Jenis-jenis makanan hewan yang hidup di darat 2. Jenis-jenis makanan hewan yang hidup di air

D. Metode Pembelajaran informasi pemberian tugas demonstrasi inkuiri

E. Langkah-langkah PembelajaranKegiatan awal1. Mengulang sepintas materi yang lalu yang berhubungan

dengan kebutuhan makanan pada hewan.2. Tanya jawab tentang jenis-jenis makanan yang berasal

dari hewan dan tumbuhan.

Kegiatan Inti1. Siswa mengamati jenis-jenis hewan dan makanannya

dilingkungan sekitar atau mengunjungi kebun binatang

44

2. Dengan bimbingan guru, siswa menggunakan audio dan gambar-gambar hewan yang hidup di darat dan diair untuk mengetahui jenis-jenis makanan hewan

3. Siswa menuliskan hasil pengamatannya pada lembar kerja4. Siswa mengidentifikasi jenis makanan hewan yang ada di

sekitar atau yang dilihat di audio5. Siswa mengelompokkan jenis-jenis makanan hewan, yaitu

jenis makanan dari tumbuhan dan dari hewan6. Siswa membuat kartu rantai makanan7. Siswa berdiskusi membahas tentang rantai makanan8. Siswa mengelompokkan gigi hewan dan jenis makanannya. 9. Siswa menuliskan pengamatannya pada lembar kerja.10. Siswa mengamati membuat laporan tentang

mengidentifikasi jenis makanan hewan.11. Siswa menggambar bentuk gigi hewan dan jenis

makanannya

Kegiatan Akhir1. Siswa mengerjakan latihan soal jenis hewan dan

makanannya2. Siswa melakukan tanya jawab tentang jenis hewan dan

makanannya3. Guru memberikan penguatan tentang jenis-jenis makanan

hewan baik hewan yang hidup di darat dan diair.4. Guru memberikan penilaian

F. Sumber Belajar Buku pelajaran Buku cerita Audio Poster Karton Alat-alat tulis gunting

G. Penilaian Pengamatan Tes lisan Tes tertulis Penilaian produk Penilaian Performance unjuk kerja

45

Latihan 1

Amati hewan-hewan di sekitarmu!Bagaimana hewan itu memperoleh makanan?Diskusikan dengan kelompokmu.Isilah tabel berikut ini sesuai dengan pengamatanmu!

No Nama Hewan Jenis makanan12345678910

Kesimpulan :Hewan yang hidup didarat contohnya ......makanannya......Hewan yang hidup di air misalnya ........makanannya.............Hewan memerlukan makanan karena .................

Latihan 2Amati hewan-hewan di sekitarmu!Apakah ada hewan yang hidup didaratDiskusikan dengan teman sebangkumu tentang jenis makanan hewan itu.Tulislah hasil pengamatanmu pada tabel di bawah ini.

No Nama Hewan Jenis makanan12345678910

46

Hewan yang hidup didarat contohnya ...........................Hewan yang hidup di darat makanannya ........ .............

Latihan 3

Amati hewan-hewan yang ada di sekitarmu!Apakah ada hewan yang hidup di air?Diskusikan dengan temanmu tentang jenis makanan hewan itu!Tulislah hasil pengamatanmu pada tabel di bawah ini.No Nama Hewan Jenis makanan12345

Hewan yang hidup di air contohnya ...... ......Makanan hewan yang hidup di air ialah................................

Latihan 4

- Amati hewan-hewan yang ada disekitarmu bersama kelompokmu.

- Tiap kelompok beranggotakan 3-4 orang.- Diskusikan bersama kelompokmu tentang asal makanan

hewan. yaitu jenis makanan dari hewan dan jenis makanan dari tumbuhan.

- Tuliskan hasil pengamatanmu pada table berikut ini

Hewan yang hidup didarat Hewan yang hidup di airNo Nama hewan Jenis makanan No Nama hewan Jenis makanan

Tumbuhan hewan Tumbuhan hewan12345

47

Kesimpulan :Hewan yang makanannya berasal dari tumbuhan ialah......................Hewan yang makannya berasal dari hewan adalah.........................

Mengetahui: Guru Mata Pelajaran,Kepala Sekolah...................,

................................................................................................

NIP. NIP.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

48

Nama Sekolah : SMPMata Pelajaran : Bahasa InggrisKelas/Semester : I/1Alokasi waktu : 10 jamTujuan : Siswa dapat berinteraksi secara lisan dalam

bahasa Inggris terutama dalam hal perkenalan diri dan orang lain, sapaan, ucapan terima kasihdan permintaan maaf

SK dan KDListening-SpeakingSiswa dapat berinteraksi secara interpersonal sangat sederhana dengan lingkungan terdekat, terutama dalam- Perkenalan diri/orang lain- sapaan- ucapan terima kasih- permintaan maaf

Indikator- Siswa terbiasa menyapa orang lain dengan ungkapan yang

benar dalam bahasa Inggris sesuai dengan waktu dan orangyang diajak bicara.

- Siswa dapat menyebutkan anggota keluarga inti dan terdekat, dengan ungkapan seperti ‘This is my father. This one is my mother.

- Siswa dapat menyebutkan nama benda-benda yang ada di rumahnya dengan ungkapan seperti: ‘I have a big bed, my living room is small but nice.’, dengan ucapan dan tata bahasa yang benar.

Materi AjarTema: My FamilySub-Tema:

- Family Life- Identity- Home Environment

Metode Pembelajaran

Family Life:

49

Tatap Muka Terstruktur Mandiri

Mengamati model interaksi interpersonal yangdiperagakan oleh guru atau teman

PR: menghafal secara lisan modelpercakapan pendek tertulis yang diberikan guru

Siswa membiasakan diri untuk menyapa,meminta maaf, berterimakasih kepada guru dan teman dalam bahasa Inggris setiap kaliada kesempatan yangtepat, terutama dalam mata pelajaran Bahasa Inggris

Identity

Tatap Muka Terstruktur Mandiri

Mengamati model cara menyebutkan hubungan keluarga dalam keluarga inti dan keluarga terdekat

PR: menyebutkan orang-orang dan hubungan keluarga dalam keluarga inti dan keluarga terdekat: diri sendiri, teman, saudara, dsb.

Berlatih secara terus menerus menyebutkan hubungan keluarga antar orang-orang yang ada di sekitarnya atau siapa saja yang diketahui.

Home Environment

Tatap Muka Terstruktur Mandiri

Mengamati model cara mengucapkan nama-nama benda

PR: menghafal namabenda-benda yang sudah dipelajari sebelumnya dengan ucapan yang benar

Dengan bekerja samadengan teman-temannya dan bantuan guru, orangtua atau orang laindi sekitarnya (jikaada), berusaha mendapatkan nama-nama dalam bahasa

50

Tatap Muka Terstruktur Mandiri

Inggris berbagai benda lain yang terdapat di rumahnya dan lingkungan sekitarnya.

Alat dan Sumber Belajar

Family Life- Ucapan-ucapan guru ketika mengajar dengan bahasa Inggris- Contoh-contoh teks fungsional pendek tertulis dari buku

teks atau sumber-sumber lain

Identity- Gambar- Orang-orang dalam keluarga inti dan keluarga dekat siswa

Home Environment- Ucapan-ucapan guru ketika mengajar dengan bahasa Inggris- Contoh-contoh teks fungsional pendek tertulis dari buku

teks atau sumber-sumber lain

PenilaianAspek yang dinilai

Mendengarkan/Berbicara:- Tercapai tujuan (terhibur atau mendapatkan nilai moral

yang disampaikan)- Penggunaan ungkapan- Pengucapan, intonasi, tata bahasa, kosa kata - sikapMembaca Pemahaman:- Mengidentifikasi hubungan keluarga orang-orang yang ada

dalam teksMembaca nyaring:- Pengucapan, intonasi, tata bahasa, kosa kata - SikapMenulis:

51

- Ketepatan penggunaan sebutan untuk hubungan keluarga sesuai dengan bagan silsilah yang diberikan.

- Ejaan, tanda baca, tulisan tangan

Cara penilaian:- Tes lisan/tertulis- Observasi kelas- Penilaian guru- Penilaian teman- Penilaian diri- Portofolio.

Contoh Rubrik Penilaian

Format Penilaian ‘Retelling Story’(Menggunakan Skala Penilaian)

Nama Siswa: ________ Kelas: _____

No. Aspek Yang Dinilai Nilai1 2 3 4

1.

Content

2.

Fluency

3.

Language

a. Pronunciation and intonationb. Grammarc. Vocabulary

4.

Performance ( eye contact, facial expression, gesture)

JumlahSkor Maksimum 20

Keterangan penilaian:

1 = tidak kompeten2 = cukup kompeten

52

3 = kompeten4 = sangat kompeten

Jika seorang siswa memperoleh skor 20 dapat ditetapkan ”sangat kompeten”. Dan seterusnya sesuai dengan jumlah skor perolehan.

53