ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL SAHAM MENGGUNAKAN METODE SINGLE INDEKS DI BURSA EFEK JAKARTA
Portofolio Pendirian UKOT
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of Portofolio Pendirian UKOT
STANDARISASI OBAT TRADISIONAL
PERENCANAAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL OBAT
TRADISIONAL
PRODUK EMULSI BUAH MERAH SEBAGAI ANTIOKSIDAN
OLEH :
Dina Sulastiyo Murti
135070501111018
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai
gudangnya tanaman obat sehingga
mendapat julukan live laboratory.
Sekitar 30.000 jenis tanaman obat
dimiliki Indonesia. Dengan kekayaan
flora tersebut, tentu Indonesia
memiliki potensi untuk
mengembangkan produk herbal yang
kualitasnya setara dengan obat
modern. Akan tetapi, sumber daya
alam tersebut belum dimanfaatkan
secara optimal bagi kepentingan
masyarakat (Sarungallo, et.all.,
2015).
Pemanfaatan tanaman obat di
Indonesia secara tradisional
semakin diminati karena efek
samping lebih kecil dari obat yang
dibuat secara sintesis. Mahalnya
obat sintetik membuat masyarakat
beralih ke tanaman obat. Penggunaan
tanaman obat di masyarakat terutama
untuk mencegah penyakit, menjaga
kesegaran tubuh maupun mengobati
penyakit (Hernani dan Rahardjo,
2004).
Buah merah (Pandanus conoideus Lam)
termasuk tanaman endemik. Buah
merah banyak tumbuh di dataran
rendah maupun dataran tinggi di
daerah Papua. Minyak buah merah
merupakan ekstrak buah merah yang
mengandung berbagai komponen aktif
yaitu a-karoten, b-karoten, b-
kriptosantin, dan a-tokoferol,
serta asam lemak tidak jenuh,
terutama asam oleat, linoleat dan
palmitoleat (Murtiningrum dkk.,
2005). Namun pemanfaatan minyak
buah merah ini sangat terbatas
karena hanya dapat dikonsumsi dalam
bentuk minyak. Oleh karena itu,
untuk mengatasi hal tersebut dapat
dilakukan strategi pembuatan
sediaan emulsi, dimana prinsip
pembuatan emulsi ini adalah
pencampuran atau homogenasi tanpa
melibatkan suhu tinggi dalam waktu
yang relatif singkat, sehingga
komponen aktifnya terutama
karotenoid dan tokoferol relatif
stabil. Dengan demikian produk
emulsi buah merah berpotensi
sebagai antioksidan, serta dengan
cita rasa yang menarik akan disukai
semua kalangan, disamping dapat
meningkatkan nilai jualnya.
1.2 Tujuan
1. Menyediakan olahan Buah Merah
dalam bentuk emulsi sebagai
pengobatan bagi masyarakat
2. Untuk meningkatkan nilai jual
dari Buah merah yang berkhasiat
sebagai antioksidan
1.3 Manfaat
1. Tersedianya olahan buah merah
dalam bentuk emulsi yang dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diskripsi Buah Merah
Buah merah (Pandanus conoideus Lam)
adalah tanaman endemik yang tumbuh di
pulau Papua. Tanaman buah merah
termasuk tanaman keluarga pandan
dengan pohon menyerupai pandan, tinggi
tanaman dapat mencapai 16 m dengan
tinggi batang bebas cabang sendiri
setinggi 5 m sampai 8 m. Dalam
perkembangannya, buah merah yang
tumbuh di pedalaman papua itu menjadi
sangat terkenal di masyarakat karena
khasiatnya sebagai obat beragam
penyakit berbahaya seperti diabetes
melitus, jantung koroner, hipertensi,
kanker, bahkan HIV/AIDS. Menurut hasil
analisa yang dilakukan IPB, buah merah
ternyata memiliki kandungan karotenoid
dan tokoferol yang tinggi (Palupi,
2009).
Klasifikasi (Nehemiah, 2007) :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Pandanales
Famili : Pandanaceae
Genus : Pandanus
Spesies : Pandanus conoideus Lamk
2.2 Etnomedicine
Minyak buah merah merupakan
ekstrak buah merah (Pandanus conoideus),
yang mengandung berbagai komponen
aktif yaitu a-karoten, b-karoten, a-
kriptosantin, dan b-tokoferol, serta
asam lemak tidak jenuh, terutama asam
oleat, linoleat dan palmitoleat
(Murtiningrum dkk, 2005). Disamping
Gambar 1. Tumbuhan Buah Merah
(Nehemiah, 2007)
itu dilaporkan pula bahwa minyak buah
merah menguntungkan kesehatan secara
in vivo seperti menghambat tumor dan
membunuh sel kanker dimana tumor dan
kanker dapat disebabkan karena radikal
bebas (Mun’im dkk,2006),
antiinflamasi dan meningkatkan sel
imun (Sukandar dkk, 2005), serta
meningkatkan fertilitas (Rifki, 2009).
Masyarakat Indonesia telah banyak
mengonsumsi buah merah sebagai
pengobatan. Untuk membantu penyembuhan
AIDS, buah merah dikonsumsi sebagai
obat pelengkap satu sendok teh sehari
tiga kali. Untuk mencegah dan membantu
mengobati stroke dapat dikonsumsi 1
sendok teh 2-3 kali sehari. Untuk
meningkatkan kecerdasan, buah merah
dikonsumsi sehari satu kali satu
sendok teh. Untuk mengatasi kanker,
buah merah dikonsumsi 2 kali sehari 1
sendok teh. Salah satu penyebab
penyakit tersebut adalah adanya
radikal bebas. Oleh karena itu, perlu
antioksidan agar terhindar dari
penyait-penyakit tersebut.
2.3 Kandungan Kimia
Buah merah mengandung zat-zat gizi
bermanfaat atau senyawa aktif dalam
kadar tinggi, diantaranya betakaroten,
tokoferol, serta asam lemak seperti
asam oleat, asam linoleat, asam
linolenat, dan asam dekanoat. Jika
dibandingkan dengan buah merah jenis
lain (coklat dan kuning), buah yang
berwarna merah lebih baik karena
umumnya kandungan senyawa aktifnya
relatif lebih tinggi, terutama
kandungan karoten, betakaroten, dan
tokoferol (Budi dan Paimin, 2005).
Komponen aktif buah merah
Nutrisi per 100 g buah merah
2.4 Metode Ekstraksi
Minyak buah merah dihasilkan
dengan cara tradisional Merdey yaitu
pipilan buah merah direbus dengan
perbandingan air dan buah 1:3 selama
30-40 menit, kemudian dilumatkan dan
dipres. Minyak yang dihasilkan
kemudian disaring dan diendapkan,
sebelum dilakukan pengemasan Proses
degumming dilakukan dengan cara
mencampurkan minyak buah merah dengan
asam sitrat 0,2%, dalam penangas air
pada suhu 60-70oC selama 10 menit.
Selanjutnya dilakukan pencucian dengan
air (60oC) dan pengendapan. Proses ini
diulang sampai pH air pencucian
netral. Minyak yang dihasilkan
kemudian dipanaskan dalam penangas air
pada suhu 80oC dan dikemas
(Murtiningrum dkk., 2009).
Selain itu ekstraksi minyak buah
merah dapat dilakukan dengan cara
ekstraksi pelarut. Secara singkat,
buah-buahan yang dipotong kecil-kecil
menggunakan pisau dan selanjutnya
digiling menggunakan blender dan
pelarutnya mengandung etanol (1 bagian
buah ditambah 1 bagian etanol).
Ekstrak etanol yang diperoleh di
maserasi dengan metanol (1: 3 volume /
volume) selama 4 hari. Ekstrak
diuapkan pada 700C dan dipartisi tiga
kali menggunakan heksana (1: 1 ekstrak
volume / volume yang heksana). Ekstrak
heksana tersebut kemudian diuapkan
pada 600C (A, Rahman,et.all,. 2012).
2.5 Metabolit Sekunder
Beta- caroten dan tocopherol
diketahui sebagai komponen antioksidan
yang mencegah berbagai macam penyakit.
Beta-karoten juga dikenal memiliki
fungsi untuk memperlambat langsung
penumpukan flek pada arteri sehingga
aliran darah, baik untuk jantung dan
otak, lancar tanpa tersumbat sehingga
dapat mencegah terjadinya stroke dan
penyakit jantung. Beta caroten juga
mampu meningkatkan kekebalan tubuh
karena interaksi vitamin A dengan
protein (asam amino) yang memiliki
peran dalam pembentukan antibodi.
Dalam sistem metabolisme, setiap
molekul beta-karoten menghasilkan 2
molekul vitamin A. Dengan ketersediaan
vitamin A dalam jumlah yang cukup,
penyerapan protein yang mendukung
sistem kekebalan tubuh dapat
ditingkatkan. Sebuah penelitian
membuktikan, konsumsi beta-karoten 30-
60 mg per hari selama dua bulan akan
meningkatkan sel-sel natural killer
dalam tubuh. Beta caroten juga
merangsang sel T helper dan limposit
untuk lebih aktif. Peningkatan sel
natural killer sangat penting untuk
melawan sel-sel kanker dan mengontrol
radikal bebas yang mengganggu
kesehatan (Nehemiah, 2007).
Mekanisme beta karoten
(Karotenoid) sebagai antioksidan
melalui dua cara yaitu memadamkan
singlet oksigen dan interaksi dengan
radikal bebas. Singlet oksigen
terbentuk karena adanya sensitizer
dari molekul lain seperti klorofil,
porpirin dan riboflavin yang terdapat
dalam sistem biologis. Apabila singlet
oksigen tidak dinonaktifkan oleh
karotenoid, maka akan menyerang sel
yang menyebabkan terjadinya kelainan
sel, kerusakan DNA dan peroksidasi
lipid. Mekanisme reaksi pemadaman
singlet oksigen adalah sebagai berikut
:
(1) SENS 1SENS. 3SENS
(2) 3SENS + 3O2 SENS + 1O2
(3) 1O2 + CAR 3O2 + 3CAR
Dalam proses tersebut, karotenoid akan
kembali ke keadaan dasar denngan
pelepasan kelebihan energi dalam
bentuk panas atau mentransfer
tenaganya menuju tingkat energi
triplet oksigen stabil.
Karotenoid dapat juga berinteraksi
dengan radikal bebas melalui proses
transfer muatan atau elektron pada
radikal bebas tidak lenyap, sehingga
dalam suatu reaksi lengkap satu atau
lebih molekul tetap dalam keadaan
radikal. Mekanismenya adalah sebagai
berikut :
(4) R + CAR(H) RH + CAR
Dan
(5) R + CAR R + CAR
Radikal- radikal beta karoten yang
terbentuk pada reaksi tersebut relatif
stabil dan tidak mempunyai cukup
energi untuk dapat bereaksi dengan
molekul lain membentuk radikal baru.
Proses pemadaman singlet oksigen
akan menghambat pembentukan
peroksidase yang dapat merusak
komponen seluler dan menyebabkan
gatal-gatal, rasa terbakar, dll.
Selain itu, sebagai antioksidan
karotenoid dapat membantu sistem
kekebalan tubuh denagn cara melindungi
reseptor sel-sel fagosit dari
kerusakan auto-oksidasi akibat
terbentuknya radikal oksigen.
Kemampuan karotenoid sebagai
antioksidan terjadi karena pigmen ini
dapat melindungi sel-sel dan organisme
dari kerusakan oksidatif. Peelindungan
tersebut disebabkan karotenoid
mempunyai kemampuan dalam mediadakan
aktivitas spesies radikal bebas.
Penghambatan radikal bebas oleh
karotenoid terutama dilakukan oleh
beta karoten dimana mempunyai
kemampuan dalam mendeaktivasi radikal
bebas diawali dengan proses
peroksidase lemal, karena beta karoten
merupakan salah satu tipe antioksidan
lemak (Palupi, dkk. 2009).
2.6 Skrining Fitokimia
Skrining Fitokimia digunakan untuk
menganalisis kandungan beta karoten
dalam buah merah. Analisis dilakukan
menggunakan kromatografi. Analisis
kromatografi dilakukan dengan
menggunakan sistem HPLC terdiri dari
dua pompa kromatografi Shimadzu LC-
10ATvp (Kyoto), sebuah Develosil Combi
RP-5 C30-kolom (50 x 4,6 mm, id, 5 m,
Nomura Kimia, Tokyo), dan S himadzu
SPD-10 AV UV-VIS detektor (Shimadzu),
dan 7125 injektor dengan 20 ml sampel
lingkaran (Rheodyne, CA, USA). Fasa
gerak yang terdiri dari (A) campuran
asetonitril dan air (80: 20, v / v)
yang mengandung 0,05% TEA dan (B)
campuran asetonitril, metanol dan etil
asetat (68: 5: 27, v / v / v) yang
mengandung 0,05% TEA. Gradien diatur
sebagai berikut: 0-4 menit, 1-10 B%;
4-25 min, 50-80% B; 25-35 menit, 100%
B; dan 35-45 min, 1% B. Karotenoid
yang terpisah dapat terdeteksi dan
diukur pada 450 nm. Total waktu
kromatografi adalah 45 menit denagn
laju alir 1 ml / menit (Sarungallo,
et.all., 2015).
2.7 Uji Pre Klinis
Uji pre klinis yang pernah
dilakukan adalah terhadap mencit yang
diinokulasikan parasit untuk
mengetahui efektivitas buah merah
sebagai antioksidan dalam mengatasi
Malaria. Hewan yang digunakan sebagai
subjek penelitian adalah 30 ekor
mencit jantan strain BALB/c beraktivitas
normal, berumur 6-8 minggu dengan
berat badan 20-25 gram. Terdapat 6
kelompok perlakuan terhadap mencit
dengan masing-masing kelompok terdiri
atas 5 replikasi. Pada perlakuan tahap
pertama: mencit pada kelompok I dan II
tidak diinokulasi dengan parasit. Pada
kelompok III sampai VI, mencit
diinokulasi dengan P. berghei 0,1 mL
intra-peritoneal dan setiap hari
diperiksa derajat parasitemia melalui
apus darah tepi hingga mencapai 1-2 %
untuk kemudian diberikan perlakuan
tahap kedua. Pada perlakuan tahap
kedua: kelompok I dan II masing-masing
diberi akuades 0,4 mL/ hari dan sari
buah merah 0,4 mL/hari per oral
sedangkan pada kelompok III sampai VI
secara berturut-turut masing-masing
diberi akuades 0,4 mL/ hari, buah
merah 0,1 mL/hari (dosis 1), 0,2
mL/hari (dosis 2), 0,4 mL/hari (dosis
3) per oral. Perlakuan ini dihentikan
setelah ada mencit yang mati.
Selanjutnya pada semua mencit
dilakukan pengambilan serum dan
pemeriksaan kadar ICAM 1 dan TNF a
dengan metode ELISA. Selama pemberian
buah merah, dilakukan pemeriksaan apus
darah tepi tiap harinya untuk
mengetahui derajat parasitemia.
Pemberian buah merah dosis 2 dapat
menurunkan derajat parasitemia
sedangkan dosis 1 maupun dosis 3
tidak. Dosis 2 merupakan dosis buah
merah yang optimal. Hal ini sesuai
dengan hasil studi Joung dan Lowe yang
menyatakan bahwa karotenoid, salah
satu kandungan di dalam sari buah
merah, akan kehilangan efektivitasnya
sebagai antioksidan pada konsentrasi
tinggi. Pada pemberian buah merah
dengan dosis 3, efek sari buah merah
dalam mempertahankan integritas
membran eritrosit akan berkurang dan
membran eritrosit mudah ruptur,
melepaskan parasit di dalamnya dan
menginfeksi eritrosit baru sehingga
parasitemia meningkat. Dapat dikatakan
bahwa sari buah merah sebagai
antioksidan dapat menurunkan
parasitemia tergantung pada dosis yang
diberikan. Hal ini juga sesuai dengan
studi antioksidan pada kultur P.
falciparum oleh Tjahjani yang menyatakan
bahwa asam askorbat sebagai
antioksidan dapat membantu penurunan
derajat parasitemia pada pemakaian
artemisinin tergantung konsentrasi
(Tjahjani, dkk., 2010).
2.8 Uji Klinis
Fase 1
Untuk mengetahui dan menjelaskan
pengaruh dan farmakokinetik atau
nasib obat dalam tubuh. Sejumlah
relawan yang sehat diberi obat.
Kemudian mengamati pola
penyerapan, metabolisme, dan
ekskresi setelah konsumsi obat
(Nehemiah, 2007).
Fase 2
Ekstrak buah merah diberikan pada
pasien yang mengidap kanker. Dalam
fase ini pasien dan pusat tes
diperluas dan digunakan plasebo
sebagai pembanding. Placebo adalah
orang yang menerima obat tersebut.
Misalnya, orang-orang yang diberi
kapsul, tapi dia tidak tahu isi
sebenarnya dari kapsul. Ini bisa
menjadi kapsul kosong (Nehemiah,
2007).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Penyiapan Bahan
Bahan baku yang digunakan
untuk membuat emulsi minyak buah
merah adalah buah merah yang
dibeli segar dari Papua dengan
harga Rp 25.000,00/ buah (2-3 kg).
3.2 Formulasi
R/ Minyak buah merah
33.3 %
Tween 80 0.5 %
CMC Na 0.20 %
Na Benzoat
0.06 %
EDTA 0.02 %
Esens orange citrus 1.5
%
Sukrosa 15 %
Air Ad 100
Jumlah yang dibuat dalam 1 batch =
200 botol
3.3 Proses Pembuatan
A. Ekstraksi minyak buah merah
a. Pipilan buah merah direbus
dengan perbandingan air dan
buah 1:3 selama 30-40 menit
b. Dilumatkan dan dipres
c. Minyak yang dihasilkan
kemudian disaring dan
diendapkan, sebelum dilakukan
pengemasan
B. Proses pemurnian minyak buah
merah
a. Mencampurkan minyak buah
merah dengan asam sitrat
0,2%, dalam penangas air pada
suhu 60-70oC selama 10 menit
b. Dilakukan pencucian dengan
air (60oC) dan pengendapan
c. Proses diulang sampai pH air
pencucian netral
d. Minyak yang dihasilkan
kemudian dipanaskan dalam
penangas air pada suhu 80oC
dan dikemas
C. Pembuatan emulsi buah merah
a. BHT dan EDTA dilarutkan dalam
minyak buah merah dengan cara
dihomogenisasi selama ±30
detik
b. Tween 80 dan CMC Na
dilarutkan dalam air hangat
c. Ditambahkan gula, sodium
benzoat dan esens orange citrus
d. Campuran dimasukkan ke dalam
minyak buah merah dan
dihomogenisasi kembali
menggunakan homogenizer
(WiseMixe HG-15A, Daihan)
selama 5-10 menit.
3.4 Evaluasi Sediaan
Evaluasi sediaan yang dilakukan
adalah :
a. Pengamatan Organoleptis
Prinsip : diaamati apakah
sedian yang dibuat sesuai
dengan standar emulsi
Tujuan : untuk mengevaluasi
organoleptis emulsi
Metode : Bau mengenali
aroma atau bau dari sediaan
emulsi dengan membau aroma
sediaan
Warna melihat warna
sediaan emulsi secara visual
b. Uji Freeze Thawing
Tujuan : untuk mengetahuai
adanya ketidakstabilan
emulsi
Prinsip : memberikan paparan
suhu ekstrim pada emulsi
selama 10 siklus
Metode : emulsi ditempatkan
di dalam wadah dan ditutup
kemudian disimpan dalam
konsidi dipaksakan
(dipercepat), yaitu pada
suhu bergantian 40 dan 400C
masing-masing selama 12 jam
dengan 10 siklus. Volume
kesetimbangan yang terbentuk
diamati setiap satu siklus
hingga siklus kesepuluh
c. Pengujian pH
Tujuan : untuk penetapan
harga pH
Prinsip : pengukuran pH
sediaan agar sesuai dengan
pH usus karena sediaan akan
diabsorbsi di usus
Metode :
a. Menggunakan alat
potensiometer yang telah
dikalibrasi
b. Dilakukan pada suhu 250C±20C kecuali dinyatakan
lain pada masing-masing
monografi
e. Uji KLT
3.5 Keuangan
NO BAHAN KADARHARGA PER
SATUANTOTAL
1
Minyak
buah
merah
33.3
ml
100.000 /
200 ml
3.330.00
0
2 Tween 80 0.5 ml 182.000/L 18.200
3 CMC Na 0.20 g120.000/
kg4.800
4Na
Benzoat0.06 g
85.000 /
kg1.020
5 EDTA 0.02 g 7500/g 30.000
6
Esens
orange
citrus
1.5 g44.600 /
100 g133.800
7 Sukrosa 15 g12.277 /
kg36.831
Total3.554.65
1
• Biaya yang diperlukan dalam 1
kali produksi adalah Rp
3.554.651,-
• Biaya yang digunakan dalam
pembuatan 1 botol adalah Rp
17.773,-
HARGA JUAL
• Biaya pembuatan + 10% (PPN) + 60
% ( profit)
= 17.773+ 1.777,3 + 10.663,8
= 30.214
= Rp.31.000,-
Modal
No Jumla
h
Harga
per
satuan
Total
1 Renovasi 20.000.0
bangunan 002 Sarana
AC 6 1.900.00
0
11.400.0
00Alat
homogenizer
1 32.000.0
00
32.000.0
00Kemasan 200 6.000 1.200.00
0Exhaust 7 300.000 2.100.00
0Mikroskop 1 9.860.00
0
9.860.00
0Timbangan
analitik
1 1.300.00
0
1.300.00
0Penangas air 2 750.000 1.500.00
0Lain-lain 5.000.00
03 Gaji pegawai 11 1.300.00 14.300.0
0 004 Bahan baku
dan eksipien
sekali
produksi
3.554.65
1
5 Listrik dan
air
400.000
TOTAL 102.614.
651
Modal yang dibutuhkan untuk pembuatan
UKOT Rp 102.614.651,00
3.6 Standar CPOTB
Personal
UD. Wonogiri Sukses memiliki
11 karyawan dengan tingkat
pendidikan bervariasi dan
ditempatkan sesuai dengan
keahlian. Sebagai penanggung jawab
produksi yaitu 1 apoteker.
Produksi
1. Bahan Baku Produksi di UD.
Wonogiri Sukses
Bahan baku berasal dari
Papua dalam keadaan segar
kemudian bahan baku segera
dioalh dalam bentuk minyak, agar
dapat disimpan lebih lama.
Proses penyimpanan dilakukan di
gudang penyimpanan bahan baku.
Persediaan bahan baku dengan
sistem FIFO , masuk pertama
keluar pertama. Hal ini
dilakukan guna tidak adanya
bahan baku yang menumpuk atau
tersimpan terlalu lama yang
berakibat pada rusaknya bahan
baku. Dalam ruang penyimpanan
bahan baku harus memenuhi syarat
diantaranya bahan baku harus
bersih.
Kebersihan gudang harus
terjaga dan kelembaban serendah
mungkin atau dapat dipastikan
kering. Dalam pengendalian
kualitas bahan baku yang
dilakukan ialah :
a.Pemisahan kotoran
(penyortiran)
b.Pencucian bahan baku
sebelum diolah lebih lanjut
c.Pemotongan bahan baku agar
mudah dalam pelaksanaan
ekstraksi
d. Masuk dalam pengamatan tim
pengendali mutu, guna
memastikan sudahkah bahan
baku memenuhi standar
2. Proses Produksi UD.Wonogiri
Sukses
Proses produksi jamu di
UD.Wonogiri Sukses dimulai dari
penerimaan bahan baku. Bahan
baku yang datang segera dicek QC
(Quality Control). Setelah terbukti
memenuhi standar penerimaan dan
standar penggunaan kemudian
bahan baku dimasukkan ke dalam
gudang penyimpanan bahan baku.
Bahan baku yang akan dipakai
diambil dari gudang penyimpanan
bahan baku kemudian disortasi,
setelah disortasi kemudian bahan
baku dicuci kemudian dipindahkan
ke gudang simplisia bersih.
Pemidahan menggunakan roda
berjalan sehingga lebih efisien.
Bahan baku diambil dari
ruang penyimpanan simplisia
bersih dan bahan eksipien
diambil di gudang bahan baku,
kemudian dipindahlan melalui RAB
yang berupa Passbox untuk
dilakukan proses pengolahan.
Pengelohan eksipien dilakukan i
ruang formulasi sedangkan
pengolahan buah merah dilakukan
di ruang ekstraksi dan degumming
(pemurnian). Kemudian bahan
eksipien dan bahan baku yang
sudah diolah tersebut dilakukan
In Process Control lalu dilakukann
pencampuran di ruang mixing.
Sesudah proses pencampuran
selesai lalu dilakukan
homogenisasi di ruang
homogenisasi, kemudian hasilnya
dialirkan melalui pipa-pipa
untuk dilakukan proses
pengemasan primer (packaging
primer) menggunakan mesin di
ruang filling. Kemudian masuk ke
proses pengemasan sekunder
(packaging sekunder), disini produk
yang sudah jadi dicek kembali
dengan cara uji sampel di
laboratorium. Setelah selesai
proses pengemasan sekunder lalu
produk harus dilakukan
pengecekan ulang apakah terdapat
kecacatan. Apabila produk lolos
uji, lalu disimpan di gudang
produk jadi dan siap
didistribusikan.
3. Hasil Produksi
Hasil produksi di UD.
Wonogiri Sukses adalah emulsi
“Buah Merah”
4. Pengemasan
Kemasan primer yang
digunakan adalah botol bening,
kemudian kemasan sekunder berupa
kardus karton. Desain kemasan
sekunder dibuat sedemikian rupa,
beda dengan produk lain agar
mudah diingat oleh para konsumen
dengan khas berupa gambar 3 buah
merah di kemasan paling depan.
5. Pengolahan Limbah
Limbah cair UD.Wonogiri
Sukses diatasi dengan cara
dipasang instalasi pengolahan
air limbah sehingga air limbah
dapat diolah menjadi air yang
bisa digunakan untuk menyirami
tanaman. Sedangkan limbah padat
dari buangan sisa ekstraksi akan
dilolah menjadi pupuk organik,
yang bisa digunakan untuk
memupuk tanaman.
Penggolongan Kelas
• Kelas 1
Lab Mikrobiologi, ruang filling,
ruang Mixing, homogenisasi, ruang
formulasi, ruang ekstraksi dan
degumming, ruang ganti kelas 1,
IPC
• Kelas 2
Gudang simplisia bersih, ruang
cuci simplisia dan sortasi, ruang
lab. Fisika Kimia
• Kelas 3
Gudang bahan baku, gudang bahan
jadi, dan gudang bahan kemasan
• Unclassified
Kantin, mushola, dan kamar mandi,
ruang istirahat pegawai
a. Kelas 1
o Lantai Terbuat dari epoksi
o Dinding tidak membentuk sudut
dengan lantai, Dibuat dari bahan
yang kuat, Lapisan permukaan rata
dan kuat
o Pintu
Pintu laboratorium 1 pintu
dengan bahan kaca
Pintu untuk ruang steril 1
pintu dan dari bahan stainless
steall
Pintu terbuka keluar
o Udara : Menggunakan AC
o Plafon (Atap) memiliki Lapisan
kuat dan rata , dilengkapi
penggunaan GRC, Penutup lampu
tidak menahan debu, tidak
mengganggu proses produksi pada
saat perbaikan/penggantian bola
lampu.
b. Kelas 2 & 3
o Lantai Terbuat dari epoksi
o Dinding tidak membentuk sudut
dengan lantai, Dibuat dari bahan
yang kuat, Lapisan permukaan rata
dan kuat
o Pintu
Pintu laboratorium 1 pintu
dengan bahan kaca
Pintu untuk ruang steril 1
pintu dan dari bahan stainless
steall
Pintu terbuka keluar
o Udara: Menggunakan exhaust
o Plafon (Atap) memiliki Lapisan
kuat dan rata , dilengkapi
penggunaan GRC, Penutup lampu
tidak menahan debu, tidak
mengganggu proses produksi pada
saat perbaikan/penggantian bola
lampu.
BAB IV
HASIL PRODUK
4.1 Nama Produk
Produk yang dihasilkan UD.Wonogiri
Sukses adalah Emulsi “Buah Merah”
4.2 Indikasi
Sebagai antioksidan untuk mencegah
berbagai penyakit seperti kanker,
diabetes, dan stroke
4.3 Dosis
Dewasa : 3 kali sehari 1 sendok
makan (15ml)
Anak-anak : 1 kali sehari 1
sendok makan (15ml)
4.4 Kemasan Sekunder
BAB IV
PENUTUP
Dengan adanya produk Emulsi
“Buah Merah” diharapkan dapat
meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat khususnya Indonesia,
dan dapat mengoptimalkan bahan
alam untuk pengobatan serta dapat
meningkatkan nilai jual dari bahan
alam yang berasal dari Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
A, Rahman,et.all,. 2012.
Characterizaton of red fruit
(Pandanus conoideus Lam) oil.
International Food Research
Journal 19(2): 563-567
Budi, I.M., Paimin, F.R., 2005,
Buah Merah, Jakarta: Penebar
Swadaya, Halaman: 12-19, 22,
43-50, 52-56
Hernani dan Rahardjo. (2004).
Gulma Berkhasiat Obat.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Halaman.1-3
Mun‘im, A., Andrajati, R. dan
Susilowati, H. (2006). Uji
hambatan tumorigenesis sari
buah merah (Pandanus Conoideus
Lam.) terhadap tikus putih
betina yang diinduksi 7,12
Dimetilbenz(A)Antrasen (Dmba).
Majalah Ilmu Kefarmasian 3(3): 153-
161.
Murtiningrum, Ketaren, S.,
Suprihatin dan Kaseno (2005).
Ekstraksi minyak buah merah
(Pandanus conoideus L) dengan
metode wet rendering. Jurnal
Teknologi Industri Pertanian 15(1):
28-33.
Murtiningrum, Sarungallo, Z.L. dan
Paiki, S.N.P. (2009).
Ekstraksi minyak: studi pada
beberapa daerah sentra buah
merah (Pandanus conoideus L.) di
Papua. Jurnal Agrotek 1(7): 36-40.
Nehemiah, Samuel. 2007. Red
Fruits. CV Bali Spot
International. Malang.
Palupi, Aritni inti., Martosupono,
Martanto. 2009. Buah Merah :
otensi dan Manfaatnya sebagai
Antioksidan. Magister Biologi
Universitas Kristen Satya
Wacana
Palupi, Inti Aritni dan
Martosupono, Martanto. 2009.
Buah Merah : Potensi dan
Manfaatnya sebagai
Antioksidan. Jurnal Tumbuhan
Obat Indonesia. Volume 2 No.1
Rifki (2009). Pengaruh Pemberian
Ekstrak Buah Merah (Pandanus
Conoideus) terhadap Jumlah dan
Motilitas Spermatozoa Mencit (Mus
Musculus). Skripsi. Universitas
Islam Sultan Agung, Semarang.
Sarungallo, Zita L. 2015. Analysis
of α-cryptoxanthin, β-
cryptoxanthin, α-carotene, and
β-carotene of Pandanus
conoideus oil by high-
performance liquid
chromatography (HPLC) .
Procedia Food Science 3 ( 2015
) 231 – 243
Sukandar, E.Y., Suwendar dan
Adnyana, I.K. (2005). Uji
aktivitas antiinflamasi minyak
buah merah (Pandanus conoideus
Lamk) pada tikus wistar
betina. ACTA Pharmaceutica
Indonesia 30(3): 76-79.
Tjahjani, Susy dan Khiong, Khie.
2010. Potensi Buah Merah
Sebagai Antioksidan dalam
Mengatasi Malaria Berghei pada
Mencit Strain Balb/C. Maj
Kedokt Indon, Volum: 60,
Nomor: 12,