PERUBAHAN JUMLAH LEUKOSIT DAN HITUNG JENIS LEUKOSIT TERHADAP JUMLAH TROMBOSIT PADA PENDERITA DENGAN...
Transcript of PERUBAHAN JUMLAH LEUKOSIT DAN HITUNG JENIS LEUKOSIT TERHADAP JUMLAH TROMBOSIT PADA PENDERITA DENGAN...
PERUBAHAN JUMLAH LEUKOSITDAN HITUNG JENIS LEUKOSIT
TERHADAP JUMLAH TROMBOSITPADA PENDERITA DENGAN DUGAAN INFEKSI
DENGUE YANG DIRAWAT DI DEPARTEMEN ILMUPENYAKIT DALAM R.S. DR. HASAN SADIKIN –
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITASPADJADJARAN, BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperolehgelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
ANDRE130110080048
UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS KEDOKTERAN
BANDUNG2012
SURAT PERNYATAAN
TIDAK MELAKUKAN PLAGIARISME DAN/ATAU MENGGUNAKAN DATAFIKTIF DALAM PEMBUATAN/PENULISAN SKRIPSI/MINOR THESIS
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS PADJADJARAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa naskah skripsi/minor thesis dengan judul:
PERUBAHAN JUMLAH LEUKOSIT DAN HITUNG JENIS LEUKOSITTERHADAP JUMLAH TROMBOSIT PADA PENDERITA DENGAN DUGAANINFEKSI DENGUE YANG DIRAWAT DI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT
DALAM R.S. DR. HASAN SADIKIN – FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITASPADJADJARAN, BANDUNG
Adalah murni merupakan laporan dari penelitian yang benar telah saya lakukan.
1) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis ataudipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagaiacuan dalam naskah dengan disebutkan naskah pengarang dan dicantumkan dalamdaftar pustaka.
2) Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapatpenyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersediamenerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karenakarya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggiini.
Bandung, 30 Januari 2012Yang membuat pernyataan,
( Andre )NPM. 130110080048
PERUBAHAN JUMLAH LEUKOSITDAN HITUNG JENIS LEUKOSIT
TERHADAP JUMLAH TROMBOSITPADA PENDERITA DENGAN DUGAAN INFEKSI
DENGUE YANG DIRAWAT DI DEPARTEMEN ILMUPENYAKIT DALAM R.S. DR. HASAN SADIKIN –
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITASPADJADJARAN, BANDUNG
SKRIPSI
ANDRE130110080048
Lembar ini untuk menyatakan bahwa kami telah memeriksa salinan skripsihasil karya penulis dengan nama di atas dan menyatakannya telah lengkap
dan memuaskan dalam segala aspek untuk diajukan sebagai salah satu syaratguna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran, serta segala revisi yang diperlukanoleh pembimbing dan penguji telah dilaksanakan
Bandung, 30 Januari 2012
Pembimbing I
Trully Deti Rose Sitorus, dr., MSi., SpFK(K)Uun Sumardi, dr., SpPD-KICNIP. 19570511 198510 1 001
Pembimbing II
Dr. H. Rachmat Sumantri, dr., SpPD-KHOMLeni Lismayanti, dr., SpPKNIP. 19680804 200604 2 014
Skripsi ini telah dipresentasikan oleh penulis pada sidang skripsiyang telah dilaksanakan pada hari Rabu, 25 Januari 2012
di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjarandan telah dihadiri oleh :
Ketua Sidang : Trully Deti Rose Sitorus, dr., M.Si., SpFK(K)
Sekretaris Sidang : Nida Suraya, dr., SpPK
Anggota Sidang : Chrysanti, dr., M.Kes
Pembimbing I : Uun Sumardi, dr., SpPD-KIC
Pembimbing II : Leni Lismayanti, dr., SpPK
v
ABSTRAK
Dengue adalah penyakit infeksi virus yang paling cepat penyebarannya.Penilaian penderita infeksi dengue yang akan berakhir menjadi dengue beratseringkali sulit. Trombositopeni yang terjadi pada hari ketiga-keempat sejakpenderita sakit dapat mempermudah diagnosis infeksi dengue. Perubahan jumlahleukosit dan hitung jenis leukosit pada infeksi dengue perlu diamati untuk dapatmemprediksi kebocoran plasma pada periode kritis.
Penelitian ini merupakan studi prospektif. Data hasil laboratorium darahdan tes serologi diambil dari rekam medik penderita infeksi dengue yang dirawatdi ruang rawat inap Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Dr. HasanSadikin. Data hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan uji statistic non-parametrik Mann-whitney menggunakan program SPSS 17.0.
Tiga puluh lima penderita dengan dugaan infeksi dengue memenuhikriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saat jumlah trombositturun, yaitu pada periode kritis infeksi dengue, didapatkan jumlah leukositmenurun dan hitung jenis leukosit dalam batas normal. Ditemukan jumlah absolutnetrofil adalah jauh lebih rendah dan jumlah absolut limfosit adalah sedikit lebihrendah dari normal. Rasio Netrofil-Limfosit didapatkan kurang dari 10, yaitu 1,23.
Terjadi perubahan jumlah leukosit, jumlah absolut netrofil, dan jumlahabsolut limfosit pada periode kritis infeksi dengue.
Kata Kunci: Dengue, Leukosit, Hitung Jenis, Netrofil, Limfosit, Rasio Netrofil-Limfosit.
vi
ABSTRACT
Dengue is the most rapidly spreading mosquito-borne viral disease in theworld. Assessment of patients with dengue infection that will end up being severedengue is often difficult. Thrombocytopenia which occurred in the third-fourthday of illness since patients may facilitate the diagnosis of dengue infection.Changes in the number of leukocytes and leukocyte counts in dengue infectionneed to be observed to predict plasma leakage in the critical period.
This study is a prospective study. Laboratorium result and serologi testdata retrieved from medical records of patients with dengue infection who weretreated in the inpatient on Internal Medicine Department of Rumah Sakit Dr.Hasan Sadikin. The data results were analyzed statistically with the non-parametric statistical test Mann-Whitney using SPSS 17.0.
Thirty-five patients with suspected dengue infection met the inclusioncriteria. The results showed that when the platelet count falls, at a critical periodof dengue infection, obtained the number of leukocytes decreased and thedifferential count of leukocytes within normal limits. Found the absolute numberof neutrophils is significantly lower and the absolute number of lymphocytes isslightly lower than normal. Calculation of neutrophil-lymphocyte ratio obtainedless than 10, namely 1.23.
There are changes in the leukocytes count, the neutrophils absolute count,and the lymphocytes absolute count in the critical period of dengue infection.
Key words: Dengue, Leukocytes, Differential count, Neutrophil, Lymphocyte,Neutrophil-lymphocyte ratio.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Perubahan Jumlah
Leukosit dan Hitung Jenis Leukosit terhadap Jumlah Trombosit pada Penderita
dengan dugaan Infeksi Dengue yang Dirawat di Departemen Ilmu Penyakit
Dalam R.S. Dr. Hasan Sadikin-Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran,
Bandung” ini dapat disusun.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis hendak
menyampaikan terimakasih kepada Uun Sumardi, dr., SpPD-KIC dan Leni
Lismayanti, dr., SpPK atas segala bimbingan dan arahan selama penyusunan
skripsi ini.
Dalam penyusunan laporan ini penulis juga telah mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Prof. Dr.med Tri
Hanggono Achmad, dr.
2. Direktur Utama Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung, H. Bayu
Wahyudi, dr., MPHM, Sp.OG.
3. Sub bagian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Padjdjaran
4. Segenap staf Ruang Rawat Inap Melati, Fresia lt.2 yang telah banyak
membantu dalam pengambilan data dan pemberian informasi yang sangat
bermanfaat untuk penyusunan skripsi ini.
viii
5. Segenap staf Ruang Laboratorium 24 Jam RSHS yang telah banyak
membantu dalam pengambilan data dan pemberian informasi yang sangat
bermanfaat untuk penyusunan skripsi ini.
6. Kedua orang tua tercinta dan kakak serta adik penulis yang telah memberi
dukungan moral dan doanya selama ini.
7. Valentine Natasya dan Carla Pusparani yang telah membantu dalam
persiapan presentasi sidang skripsi.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, saya
ucapkan banyak terimakasih, semoga Tuhan membalas dengan kebaikan.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan skripsi ini
yang penulis rasa masih jauh dari sempurna. Dengan hati terbuka, penulis
menerima saran dan kritik membangun yang dapat membuat skripsi ini menjadi
lebih baik lagi. Semoga skripsi ini bisa diterima dan berguna bagi semua pihak
yang memerlukannya.
Bandung, Januari 2012
Penulis
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ v
ABSTRACT ........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 11.1 Latar Belakang Masalah................................................................................... 11.2 Identifikasi Masalah ......................................................................................... 31.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 31.4 Kegunaan Penelitian......................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 52.1 Leukosit ........................................................................................................... 52.2 Hitung Jenis Leukosit....................................................................................... 62.3 Rasio Netrofil-Limfosit.................................................................................... 92.4 Trombosit ....................................................................................................... 102.5 Infeksi Dengue Secara Umum ....................................................................... 122.6 Patogenesis dan Patofisologi Infeksi Dengue ................................................. 122.7 Diagnosis dan Klasifikasi Kasus Infeksi Dengue ........................................... 16
x
2.8 Diagnosis Banding .......................................................................................... 182.9 Diagnosis Laboratorium.................................................................................. 182.10 Diagnosis Serologi ........................................................................................ 192.11 Periode-Periode pada Penyakit Infeksi Dengue............................................ 222.12 Penanganan Infeksi Dengue.......................................................................... 252.13 Obat-obat yang Mempengaruhi Hasil Laboratorium .................................... 282.14 Kerangka Pemikiran...................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITAN...................................................................... 343.1 Subjek Penelitian............................................................................................ 343.2 Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................................... 343.3 Rancangan Penelitian ...................................................................................... 353.4 Pengumpulan Data ......................................................................................... 373.5 Analisis Data ................................................................................................... 373.6 Definisi Operasional Variabel......................................................................... 373.7 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................... 393.8 Etika Penelitian ............................................................................................... 393.9 Time Schedule ................................................................................................. 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 414.1 Karakteristik Subjek Penelitian...................................................................... 414.2 Deskripsi Jumlah Trombosit pada Penderita Dengue .................................... 434.3 Deskripsi Perubahan Jumlah Leukosit pada Penderita Dengue ..................... 454.4 Deskripsi Perubahan Hitung Jenis Leukosit pada Penderita Dengue ............ 47
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 585.1 Simpulan ........................................................................................................ 585.2 Saran .......................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 60
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Nilai Normal Hasil Pemeriksaan Sel Darah Tepi ................................... 6
Tabel 3.1 Nilai Normal Pemeriksaan Darah Tepi pada Dewasa........................... 38
Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian............................................................. 42
Tabel 4.2 Karakteristik Hasil Pemeriksaan Darah Subjek Penelitian ................... 43
Tabel 4.3 Jumlah Trombosit pada Subjek Penelitian............................................ 44
Tabel 4.4 Jumlah Leukosit pada Subjek Penelitian .............................................. 45
Tabel 4.5 Persentase Hitung Jenis Netrofil pada Subjek Penelitian ..................... 48
Tabel 4.6 Jumlah Absolut Netrofil pada Subjek Penelitian .................................. 49
Tabel 4.7 Persentase Limfosit pada Subjek Penelitian ......................................... 51
Tabel 4.8 Jumlah Absolut Limfosit pada Subjek Penelitian ................................. 51
Tabel 4.9 Rasio Netrofil-Limfosit (RNL) pada Subjek Penelitian ...................... 53
Tabel 4.10 Persentase Monosit pada Subjek Penelitian........................................ 55
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Dengue Virus Pathogenesis: an Integrated View dari demamdengue, demam berdarah dengue dan sindroma renjatan dengueberdasarkan pandangan terintgrasi.. ................................................. 15
Gambar 2.2 Klasifikasi Kasus Dengue WHO 2009.............................................. 18
Gambar 2.3 Timeline jumlah antibodi dari infeksi primer dan sekunder denguedan metode diagnostik untuk mendeteksi infeksi dengue................ 21
Gambar 2.4 Perubahan-perubahan yang terjadi pada infeksi dengue. .................. 22
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran.......................................................................... 33
xiii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Jumlah Leukosit terhadap Jumlah Trombosit pada Periode KritisInfeksi Dengue ................................................................................. 46
Grafik 4.2 Jumlah Absolut Netrofil terhadap Jumlah Trombosit pada PeriodeKritis Infeksi Dengue ....................................................................... 50
Grafik 4.3 Jumlah Absolut Limfosit terhadap Jumlah Trombosit pada PeriodeKritis Infeksi Dengue ....................................................................... 52
Grafik 4.4 Rasio Netrofil-Limfosit terhadap Jumlah Trombosit pada Periode KritisInfeksi Dengue ................................................................................. 54
Grafik 4.5 Jumlah Absolut Monosit terhadap Jumlah Trombosit pada PeriodeKritis Infeksi Dengue ....................................................................... 56
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Penelitian.................................................................................. 65
Lampiran 2 Uji Normalitas dan non-parametric .................................................. 67
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari RSHS ....................................................... 69
Lampiran 3 Lembar Inform Consent dan Informasi ............................................ 70
xv
DAFTAR SINGKATAN
ACTH : Adrenocorticotropic HormoneAPC : Antigen-presenting cellDBD : Demam Berdarah DengueDD : Demam DengueDENV : Dengue VirusDHF : Dengue Haemorrhagic FeverDIC : Disseminated Intavascular CoagulationELISA : Enzyme-linked immunosorbent assayFKUP : Fakultas Kedokteran Universitas PadjadjaranHIT : Heparin-induced ThrombocytopeniaHLA : Human leukocyte antigenIgG : Immunoglobulin GIgM : Immunoglobulin MIL- : Interleukin-ISK : Infeksi Saluran KemihISPA : Infeksi Saluran Pernapasan AtasN.Batang : Netrofil BatangN.Segmen : Netrofil SegmenNAAT : Nucleic acid-based testsNLCR : Neutrophil-Lymphocyte Count RatioNS-1 : Nonstructural protein 1PT : Prothrombin timePTT : partial thromboplastin timeRNA : Ribonucleic acidRNL : Rasio Netrofil-LimfositRSHS : Rumah Sakit Dr. Hasan SadikinSPSS : Statistical Package for the Social SciencesSRD : Sindroma Renjatan DengueWHO : World Health Organization
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dengue adalah penyakit infeksi virus yang paling cepat penyebarannya
karena nyamuk sebagai vektor. Dalam 50 tahun terakhir, insidensi penyakit
dengue meningkat sebanyak 30 kali lipat dengan penyebaran geografis yang lebih
luas seperti ke kota-kota baru bahkan sekarang ini sampai ke desa-desa.1 Lebih
dari 70% populasi yang beresiko terinfeksi dengue berada di daerah Asia
Tenggara dan Pasifik Barat, seperti di Indonesia. Indonesia merupakan negara
tropis yang terletak di antara dua garis lintang isotherm Januari dan Juli. Daerah
diantara dua garis isotherm tersebut merupakan tempat yang sangat ideal untuk
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus sebagai
vektor virus dengue.2
Klasifikasi WHO tentang infeksi dengue tahun 2009 membagi infeksi
dengue menjadi tiga kelompok besar: infeksi dengue tanpa tanda bahaya, infeksi
dengue dengan tanda bahaya dan dengue berat.2 Semua grup penyakit di atas
disebabkan oleh infeksi virus dengue (DENV). Virus dengue merupakan virus
famili Flaviviridae - genus Flavivirus. Secara antigenik DENV dibedakan atas 4
jenis serotipe, yaitu DENV-1. DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Penelitian Porter
K.R, dkk menyatakan infeksi primer DENV-1 dengan infeksi sekunder DENV-2
dapat menimbulkan dengue berat. Di Indonesia keberadaan keempat serotipe
dengan didominasi oleh DENV-2 pernah diidentifikasi oleh Alisjahbana B, dkk
2
pada tahun 2000-2002 ketika terjadi epidemi dengue di Bandung.3
Penilaian penderita infeksi dengue yang akan berakhir menjadi dengue
berat seringkali sulit.4 Angka kematian penderita dengue berat 3 sampai 10 kali
lebih tinggi dibandingkan infeksi dengue tanpa tanda bahaya.4 Untuk membantu
mengelompokkan penderita dengan kemungkinan dengue berat, WHO
menentukan beberapa tanda bahaya seperti: sakit pada bagian perut, muntah terus-
terusan, akumulasi cairan klinis yang diberikan, perdarahan mukosa, letih lesu,
hepatomegali >2 cm, dan peningkatan hematokrit (hemokonsentrasi) bersamaan
dengan penurunan drastis dari jumlah trombosit (trombositopeni), merupakan
salah satu kriteria laboratorium non-spesifik sebagai tanda bahaya yang terjadi
pada awal periode kritis.2 Trombositopeni yang terjadi pada hari ketiga-keempat
sakit akan mempermudah diagnosis infeksi dengue berikut dengan rencana
penanganannya. 5
Dalam panduan tentang infeksi dengue yang dikeluarkan WHO tahun
2009, keadaan jumlah leukosit < 5000 sel/µm3 (leukopenia) dimasukkan dalam
presumptive diagnosis.2 Selain jumlah leukosit yang perlu diamati, WHO Pakistan
menyatakan bahwa Rasio Netrofil-Limfosit (netrofil < limfosit) berguna untuk
memprediksi kebocoran plasma pada periode kritis.6 Perubahan jumlah leukosit
dan hitung jenis leukosit pada infeksi dengue perlu diamati untuk dapat
memprediksi kebocoran plasma pada periode kritis, yang merupakan faktor
prognosis pada infeksi dengue.
Untuk penyakit yang penanganannya hanya berupa pemberian cairan,
tidak membutuhkan pengobatan dengan teknologi tinggi, angka kematian
penderita infeksi dengue masih tinggi. Dengan mengetahui perubahan jumlah
3
leukosit dan hitung jenis leukosit terhadap jumlah trombosit ketika penderita
dengue dirawat dapat membantu dalam peningkatan kewaspadaan pada periode
kritis infeksi dengue yang rentan menyebabkan kematian .2,7
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, masalah penelitian yang dapat
diidentifikasikan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit terhadap jumlah
trombosit pada penderita dengan dugaan infeksi dengue yang dirawat di
Ruang Rawat Inap Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSHS ?
2. Bagaimana perhitungan Rasio Netrofil-Limfosit pada penderita dengan
dugaan infeksi dengue yang dirawat di Ruang Rawat Inap Departemen
Ilmu Penyakit Dalam RSHS?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini mengetahui perubahan jumlah leukosit dan
hitung jenis leukosit terhadap jumlah trombosit pada penderita dengan dugaan
infeksi dengue.
1.3.2 Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
1.Untuk mengkaji perubahan jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit pada
pada penderita dengan dugaan infeksi dengue yang dirawat di Ruang Rawat
Inap Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSHS.
4
2.Untuk mengkaji perubahan jumlah dan hitung jenis leukosit terhadap jumlah
trombosit pada penderita dengan dugaan infeksi dengue yang dirawat di
Ruang Rawat Inap Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSHS
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Ilmiah
Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat sebagai data ilmiah
bagi dunia kedokteran pada umumnya dan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
pada khususnya mengenai perubahan jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit
terhadap jumlah trombosit pada penderita dengan dugaan infeksi dengue.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Dapat menjadi penelitian pendahuluan untuk menggunakan leukosit dan
Rasio Netrofil-Limfosit sebagai salah satu kriteria pembantu diagnosis infeksi
dengue pada periode kritis.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Leukosit
Leukosit, sering disebut sel darah putih, merupakan sel darah yang
mengandung inti yang ada dalam tubuh manusia yang berfungsi mekanisme
pertahanan tubuh.8 Leukosit secara umum dapat dibagi dalam dua kelompok,
yaitu granulosit jika dalam sitoplasmnaya terlihat granula, dan agranulosit jika
plasmanya tidak bergranuler. Jenis leukosit yang masuk kedalam leukosit
granulosit, antara lain netrofil, basofil, dan eosinofil, dan yang termasuk leukosit
agranulosit adalah monosit dan limfosit.9
Leukosit secara umum menjalankan fungsinya dengan cara (1) mencegah
invasi patogen (mikroorganisme penyebab penyakit, misalnya bakteri dan virus)
melalui proses fagositosis; (2) mengidentifikasi dan menghancurkan sel-sel asing,
seperti sel kanker yang ada di dalam tubuh; dan (3) membersihkan tubuh dari
benda yang tidak dibutuhkan tubuh dengan cara memfagositosis debris yang
berasal dari sel-sel mati ataupun partikel-partikel asing.10 Untuk menjalankan
fungsi di atas, leukosit menggunakan metode cari dan serang, yaitu dengan cara
sel-sel tersebut pergi ke tempat yang terinvasi atau jaringan yang rusak. Alasan
utama mengapa leukosit terdapat di dalam darah adalah agar mereka dapat dengan
cepat diangkut dari tempat pembentukkannya dan penyimpanannya ke mana
mereka diperlukan.9
6
Leukosit berperan dalam pertahanan tubuh, baik seluler maupun humoral
terhadap zat-zat asing. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan melalui
proses diapedesis leukosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos celah
antara sel-sel endotel untuk kemudian menuju ke jaringan ikat yang dituju. Pada
orang dewasa normal kisaran jumlah leukosit sebesar 4.400- 11.300/μL darah.11,12
Jumlah leukosit dalam sirkulasi dapat berubah seiring dengan keadaan
yang dialami. Penderita dengue akan mengalami leukopenia pada awal periode
kritis, sebelum penurunan jumlah trombosit terjadi,2 namun bagaimana mengenai
perubahannya selama infeksi dengue, baik dalam jumlah maupun jenisnya belum
banyak penelitian yang meneliti mengenai hal tersebut.
2.2 Hitung Jenis Leukosit
Tabel 2.1 Nilai Normal Hasil Pemeriksaan Sel Darah Tepi
PersentNilai Absolut
(per µm3)
N. Batang 3-5 100-650
N. Segmen 40-70 3000-7500
Eosinofil `1-6 0-450
Basofil 0-1 0-200
Limfosit 30-45 1500-4500
Monosit 2-10 100-500Sumber : Wintrobe's Clinical Hematology
Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-
masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel
7
maka nilai relatif (%) dikalikan dengan jumlah leukosit total (sel/μl). Hitung jenis
leukosit berbeda-beda tergantung umur. Pada anak limfosit lebih banyak daripada
netrofil segmen, sedangkan pada orang dewasa kebalikannya. Dalam hitung jenis
leukosit juga terdapat variasi dari satu sediaan apus ke sediaan lainnya, dari satu
lapang pandang ke lapang pandang lainnya. Kesalahan karena distribusi ini dapat
mencapai 15%. Bila pada hitung jenis leukosit, didapatkan eritrosit berinti lebih
dari 10 per 100 leukosit, maka jumlah leukosit/μl perlu dikoreksi dengan
melakukan perhitungan pada apusan baru.13 Selanjutnya akan dibahas satu persatu
jenis-jenis leukosit yang terlibat dalam hitung jenis leukosit.
2.2.1 Basofil
Basofil jumlahnya 0-1 % dari leukosit darah, ukuran garis tengah 12 μm,
inti satu, besar bentuk pilihan ireguler, umumnya bentuk huruf S, sitoplasma
basofil terisi granul yang lebih besar, dan seringkali menutupi inti, bentuknya
ireguler berwarna metakromatik, dengan campuran jenis pewarnaan
Romanvaki tampak lembayung.11
2.2.2 Eosinofil
Jumlah eosinofil hanya 1-6 % leukosit darah, berukuran sama atau sedikit
lebih besar dari neutrofil.11 Inti biasanya berlobus dua, retikulum endoplasma
mitokondria dan apparatus golgi kurang berkembang. Mempunyai granula
ovoid yang dengan eosin asidofilik, granula adalah lisosom yang mengandung
fosfatae asam, katepsin, ribonuklase, tapi tidak mengandung lisosim.10
8
2.2.3 Neutrofil
Neutrofil merupakan 43 -75 % dari leukosit yang beredar dan hanya
bertahan 6 -7 jam di darah, 1 – 4 hari di jaringan ikat.14 Diameter pada apusan
darah bervariasi 12-15 μm, satu inti yang terdiri dari 2-5 lobus (biasanya tiga
lobus) pada netrofil tersegmentasi.14
Netrofil yang terdapat pada apusan darah tepi biasa terdiri dari dua jenis,
yaitu netrofil batang dan netrofil tersegmentasi. Perbedaan utama dari
keduanya ialah jumlah lobus nukelusnya. Pada netrofil batang, lobus nukelus
terlihat seperti tapal kuda yang merupakan satu lobus, sedangkan pada netrofil
segment terdiri dari beberapa lobus (biasanya tiga lobus).11
2.2.4 Limfosit
Limfosit merupakan sel utama pada sistem getah bening yang berbentuk
sferis, berukuran yang relatif lebih kecil daripada makrofag dan neutrofil.11
Berdasarkan fungsi, limfosit dibagi menjadi dua kelas, Limfosit B dan Limfosit
T, yang bertanggung jawab untuk imunitas humoral dan selular. Sebagian
besar limfosit adalah limfosit kecil, berukuran 7-10 µm dengan diameter bulat
atau dengan sedikit indentasi heterokromatik inti yang hampir mengisi seluruh
sel dan lingkaran tipis sitoplasma yang mengandung butiran basofilik sedikit.
Limfosit akan teraktivasi dengan adanya kontak dengan antigen, kemudian
limfosit kecil mulai melakukan sintesis makromolekul dan membesar pada
sitoplasmanya sampai sel berukuran diameter 10-30 µm, dan inti menjadi
kurang heterokromatik, mereka kemudian disebut sebagai limfosit besar. Sel-
sel ini kemudian berdiferensiasi menjadi sel memori B dan T dan ke dalam
9
berbagai jenis sel efektor lainnya seperti: sel B menjadi sel plasma dan sel T
menjadi sel helper, sel sitotoksik, dan sel suppressor.
2.2.5 Monosit
Monosit merupakan sel leukosit yang besar, 2-9% dari jumlah leukosit
normal, diameter 9-10 μm tapi pada sediaan darah kering diameter mencapai
20 µm atau lebih.11 Inti biasanya eksentris, terdapat lekukan yang dalam yang
berbentuk tapal kuda. Sitoplasma relatif banyak dengan pulasan wright berupa
biru abu-abu pada sajian kering. Granula azurofil merupakan lisosom primer.
2.3 Rasio Netrofil-Limfosit
Rasio Netrofil-Limfosit merupakan penghitungan mudah dengan cara
membagi jumlah absolut netrofil dengan jumlah absolut limfosit. Rasio netrofil-
limfosit ditemukan berguna sebagai indikator dari berbagai penyakit, mulai dari
appendisitis, penyakit jantung, hingga kanker.15-18 Pada tahun 1995 Goodman dan
koleganya menemukan bahwa neutrophil:lymphocyte ratio berguna sebagai
parameter yang lebih sensitif daripada jumlah leukosit dalam memprediksi
appendicitis.19 Selain itu, Walsh dan koleganya pada tahun 2005 menggunakan
perhitungan serupa sebagai faktor prognosis pada pengamatan pra-operasi pasien
kanker kolrektal.15
Perhitungan rasio netrofil-limfosit juga pernah digunakan pada penyakit-
penyakit infeksi. Seperti yang dilakukan oleh de Jager pada tahun 2010 untuk
memprediksi bakteremia sistemik dalam keadaan emergensi.20 Hasil penelitian de
Jager menyatakan bahwa Perhitungan Rasio Netrofil-Limfosit pada bakteremia
10
sistemik adalah lebih besar dari 10. Penelitian lainnya ialah penggunaan rasio ini
sebagai parameter untuk skrining pada infeksi virus influenza H1N1 oleh Ajit
Indavarapu pada tahun 2011.21 Ajit menemukan bahwa perhitungan rasio netrofil-
limfosit pada infeksi virus influenza H1N1 adalah lebih kecil dari 2.
2.4 Trombosit
Trombosit, disebut juga platelet, merupakan partikel menyerupai sel
(fragmen sel) yang berfungsi sebagai bagian dari mekanisme untuk menjaga
hemostasis darah dengan menghentikan perdarahan. Trombosit memiliki beberapa
komponen penting yang berfungsi dalam sistem pembekuan darah, diantaranya
adalah cincin mikrotubulus yang berada di tepinya dan lekukan membran yang
luas dengan sistem saluran kompleks yang terhubung dengan cairan
ekstraselular.22 Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, trombosit harus
cukup dalam jumlah maupun kualitasnya. Trombosit yang berfungsi dengan baik
akan berkumpul pada daerah yang mengalami perdarahan untuk kemudian
diaktifkan. Setelah mengalami pengaktifan, trombosit akan melekat satu sama lain
dan menggumpal untuk membentuk sumbatan (plug) yang membantu menutup
pembuluh darah yang bocor dan kemudian menghentikan perdarahan. Pada saat
yang sama, trombosit melepaskan faktor-faktor yang membantu dalam
pembekuan darah.8
Trombosit dibentuk di dalam sumsum tulang oleh megakariosit dengan
cara mengeluarkan sedikit sitoplasmanya, yang nantinya akan terlepas menjadi
fragmen sel, ke dalam sistem sirkulasi darah. Trombosit memiliki ukuran diameter
11
antara 2-4 μm, lebih kecil dari sel eritrosit dan leukosit.11 Waktu paruh trombosit
sekitar 4-7 hari. Trombosit yang berada dalam sistem sirkulasi berjumlah sekitar
70% dan sisanya 30% berada di dalam pembuluh darah kecil limpa sebagai
cadangan setelah dilepas dari sum-sum tulang.8,11 Pada orang dewasa normal
kisaran jumlah sel trombosit sebesar 150.000- 450.000/μL darah.11
Trombositopenia adalah suatu keadaan dimana trombosit kurang dari
normal. Trombositopenia dapat disebabkan oleh tiga hal utama, yakni produksi
platelet yang menurun, penyebaran platelet yang abnormal, dan peningkatan
penghancuran platelet.11 Pada kasus infeksi dengue, penderita mengalami
trombositopenia dikarenakan adanya disfungsi trombosit yang menginduksi
terjadinya peningkatan penghancuran trombosit23 dan juga adanya peningkatan
pemakaian trombosit dikarenakan kerapuhan vaskuler yang terjadi akibat infeksi
dari virus dengue.24
Penderita infeksi dengue mengalami penurunan jumlah trombosit di bawah
100.000/μL pada masa infeksi virus.5 Setelah masa infeksi berakhir, jumlah
trombosit akan berangsur-angsur normal seiring keadaan penderita yang mulai
membaik.2 Meskipun demikian, jumlah trombosit perlu terus dipantau dan dijaga
pada kisaran tertentu agar tidak membahayakan kondisi penderita. Menurut WHO
tahun 2009, bila jumlah trombositnya kurang dari 60.000/μL darah, penderita
mempunyai resiko terjadinya perdarahan.2 Jumlah trombosit kurang dari
20.000/μL darah, beresiko perdarahan secara tiba-tiba.11 Jumlah trombosit kurang
dari 5.000/μL darah, beresiko perdarahan otak. Penurunan jumlah trombosit yang
lebih fatal dapat menyebabkan penderita infeksi dengue mengalami kematian.
12
2.5 Infeksi Dengue Secara Umum
Virus dengue (DENV) tergolong dalam famili Flaviviridae, genus
Flavivirus, dan ditularkan dari orang ke orang lain melalui nyamuk Aedes,
sebagian besar oleh Aedes aegypti.24 Karena ditransmisikan oleh nyamuk yang
merupakan arthropoda, sering juga masuk dalam virus golongan Arbovirus
(arthropod-bourne viruses).25 Berdasarkan data neutalization assay, empat
serotipe (DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4) dapat dibedakan satu
dengan yang lainnya.24 . Infeksi DENV merupakan penyebab utama penyakit pada
daerah tropis dan suptropis, dengan perkiraan 50 juta infeksi muncul tiap
tahunnya dan lebih dari 2,5 miliar orang berada dalam resiko untuk terkena
infeksi.1,2,24
Infeksi serotipe manapun oleh DENV bisa jadi tak bergejala pada banyak
kasus atau pada beberapa kasus menyebabkan gejala yang sangat luas, tidak
menjurus,24 beragam dari sindrom mirip flu ringan (dikenal dengan Demam
Dengue [DD]) sampai bentuk paling parah dari penyakit ini, yang
dikarakteristikkan dengan koagulopati, peningkatan kerapuhan vaskuler dan
preambilitas vaskuler (dikenal dengan Demam Berdarah Dengue [DBD]). Demam
Berdarah Dengue kemudian akan berkembang menimbulkan keadaan syok
hipovolemik (dikenal dengan Sindroma Renjatan Dengue [SRD]).24
2.6 Patogenesis dan Patofisologi Infeksi Dengue
Teori patogenesis infeksi dengue yang sudah ada sekarang ini belum
mampu menerangkan secara keseluruhan fenomena klinis yang terjadi.
Mekanisme-mekanisme yang membuat kegawatan terjadi pada ineksi dengue
13
belum diduga multifaktorial dan sulit untuk melihatnya dalam satu kesatuan sudut
pandang. Meskipun demikian, beberapa teori yang sudah bermunculan dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan klinis.24
Martina dkk, 2009 melakukan review mengenai teori-teori patogenesis
dari virus dengue, dan kemudian membuat suatu teori gabungan semuanya itu
yang disebut olehnya sebagai “Dengue Virus Pathogenesis: an Integrated View”.
Genetik berperan dalam patogenesis yakni mempengaruhi cara imun respon dari
pejamu menanggapi infeksi dengue. Ketika ada inokulasi dari DENV pada
dermis, sel langerhans dan keratinosit adalah yang pertama terinfeksi. Kemudian
virus akan menyebar melalui darah (viremia primer) dan menginfeksi makrofag-
makrofag di beberapa organ, khususnya makrofag di limfe. Virus dengue
memiliki target sel spesifik untuk melakukan replikasi antara lain pada sel
dendritik epidermal, monosit, dan makrofag untuk kemudian DENV akan
melakukan replikasi juga pada sel endotel, sel stromal sum-sum tulang, dan sel-sel
hati yang kemudian akan menentukan viral load yang terukur pada titer darah.
Viral load inilah yang berperan penting dalam terjadinya keparahan pada infeksi
dengue (seperti pada teori virulensi virus).24,26
Infeksi oleh DENV pada makrofag, sel hati, dan sel endotel
mempengaruhi bagaimana respon hemostasis dan repon imun tubuh merespon
terhadap DENV. Sebagian besar sel–sel yang terinfeksi akan mati dengan cara
apoptosis dan sebagian kecil dengan cara nekrosis. Kematian dengan cara
nekrosis akan menghasilkan produk toxin, yang akan mengaktifkan koagulasi dan
sistem fibrinolitik. Berdasarkan adanya infeksi pada sel stromal sum-sum tulang
14
dan kadar IL-6, IL-8, IL-10, dan IL-18;27 proses pembentukan darah akan
tersupresi, menyebabkan penurunan kemampuan darah untuk melakukan interaksi
yang menghasilkan trombus. Trombosit terus dikonsumsi dengan cara berinteraksi
secara konstan dengan sel endotel, sehingga jumlah trombosit yang cukup dan
fungsional sangat dibutuhkan untuk menjaga stabilitas vaskuler.24
Petekia, gampang memar, perdarahan mukosa gastrointenstinal, yang
merupakan karakteristik dari dengue berat, terjadi karena kerapuhan kapiler yang
dipengaruhi oleh tingginya viral load, pengaruh DENV pada sel endotel dan
trombositopenia yang parah dan disfungsi platelet.28 Pada saat bersamaan, infeksi
menstimulasi pembentukan antibodi spesifik dan respon imun selular (limfosit)
terhadap DENV. Ketika IgM antibodi yang bereaksi-silang dengan sel endotel,
trombosit dan plasmin terjadi, terbentuklah siklus yang terus memperparah
terjadinya koagulopati dan peningkatan permabilitas vaskuler. Sebagai tambahan,
IgG yang terbentuk berikatan dengan virus yang heterolog pada infeksi sekunder
dan menginduksi APC yang kemudian akan memberikan kontribusi pada
tingginya viral load pada viremia sekunder di beberapa penderita.24
Lebih jauh lagi, tingginya viral load menstimulasi secara belebihan cross-
reactive T cell baik yang rendah maupun tinggi aviditasnya. Pada konteks HLA
haplotype tertentu, cross-reactive T cell akan mencegah pembersihan virus,
bersamaan dengan itu menghasilkan sitokin-sitokin proinflamasi dan mediator-
mediator lain yang banyak. Tingginya kedua faktor soluble tersebut kemudian
akan menginduksi sel endotel yang akan memperparah keadaan koagulopati
15
menyebabkan terjadilah kebocoran plasma yang merupakan karakteristik dari
Sindroma Renjatan Dengue (SRD). 24
Gambar 2.1 Model Dengue Virus Pathogenesis: an Integrated View dari demamdengue, demam berdarah dengue dan sindroma renjatan dengueberdasarkan pandangan terintgrasi. Garis hitam menunjukkan proseskejadian, kotak berwarna menunjukkan keadaan patologis yangterjadi. Setiap proses kejadian akan memberi efek pada sel endotel,maupun sistem hemostasis.Sumber: Martina et al., 2009
16
2.7 Diagnosis dan Klasifikasi Kasus Infeksi Dengue
Dengue mempunyai manifestasi klinis yang sangat luas dan tidak spesifik,
seringkali terjadi perubahan tanda klinis yang tidak diduga. Pada beberapa
penderita mungkin akan sembuh dengan sendirinya dan tidak berbahaya, tapi ada
sebagian kecil yang menjadi dengue berat. Sebagian besar dengue berat ditandai
dengan adanya kebocoran plasma dengan atau tanpa perdarahan (haemorrhage).
Rehidrasi melalui intravena adalah terapi yang menjadi pilihan; Intervensi ini
mampu mengurangi angka kematian menjadi < 1 % dari kasus-kasus yang
bahaya. Kelompok penderita yang berproses dari tidak menunjukkan tanda bahaya
menjadi tiba-tiba bahaya sulit untuk diidentifikasi, padahal keadaan dengue berat
membutuhkan perhatian khusus mengingat penanganan yang tepat dapat
mencegah keadaan bertambah gawat.6
Triage, penanganan yang sesuai, dan keputusan yang diambil, semuanya
itu dipengaruhi oleh klasifikasi kasus untuk infeksi dengue. Pengklasifikasian ini
sangat penting apalagi ketika terjadi kejadian luar biasa dimana terjadi
peningkatan tiba-tiba dari kebutuhan untuk perawatan.2,6
Perubahan dari epidemiologi dengue menyebabkan tidak cocoknya lagi
klasifikasi WHO yang lama, dimana penyakit yang disebabkan infeksi dengue
dibagi menjadi 3 grup: demam non-spesifik, demam dengue (DD), dan demam
berdarah dengue (DBD) dibagi lagi menjadi 4 derajat keparahan (I-IV) dan derjat
III dan IV didefinisikan sebagai sindroma renjatan dengue (SRD). Kesulitan
dalam pengaplikasikannya, dan banyaknnya kasus dengue yang bahaya yang tidak
17
memenuhi kriteria yang ketat dari klasifikasi yang lama tersebut membuat
klasifikasi lama ini dirombak ulang.2,6,24
Kepraktisan klasifikasi WHO 2009 dapat membantu meningkatkan
kewaspadaan pada masa kritis infeksi dengue.2,6 Klasifikasi tersebut membagi
dengue menjadi 3 kelompok besar yaitu:
a. Dengue tanpa tanda bahaya
Penderita mengalami demam setelah dari daerah endemis, disertai dua
gejala dari gejala berikut: mual muntah, ruam, nyeri sendi, leukopeni, dan uji
torniket positif.
b. Dengue dengan tanda bahaya
Penderita yang mengalami gejala seperti pada dengue tanpa tanda bahaya,
disertai dengan tanda bahaya seperti: sakit pada bagian perut, muntah terus-
terusan, akumulasi cairan klinis yang diberikan, perdarahan mukosa, letih lesu,
hepatomegali > 2 cm, dan peningkatan hematokrit (hemokonsentrasi)
bersamaan dengan penurunan drastis dari jumlah trombosit (trombositopeni),
atau
Penderita-penderita dengan keadaan berikut (1) kondisi yang menyertai:
hamil, bayi baru lahir, umur tua, diabetes mellitus, dan gagal ginjal (2) kondisi
– kondisi tertentu: tinggal seorang diri, dan tinggal jauh dari rumah sakit.
c. Dengue berat
Penderita mengalami gejala seperti pada dengue dengan tanda bahaya,
ditambah dengan 3 kriteria: (1) kebocoran plasma parah dengan syok dan atau
dengan akumulasi cairan dengan distress pernapasan. (2) perdarahan parah. (3)
18
kerusakan organ yang parah. Penderita yang termasuk dengue berat dari
klasifikasi WHO 2009 ini seperti DBD grade III dab grade IV pada klasifikasi
WHO 1997.
Gambar 2.2 Klasifikasi Kasus Dengue WHO 20092
2.8 Diagnosis Banding
Pada awal penyakit, diagnosis banding mencakup infeksi bakteri, virus
atau protozoa seperti demam tifoid, campak influenza, hepatitis, demam
chikungunya, leptospirosis dan malaria. Adanya trombositopenia yang jelas
disertai hemokonsentrasi membedakan infeksi dengue dari penyakit lain.
Diagnosis banding lain adalah sepsis, meningitis meningokokus, leukimia dan
anemia aplastik.
2.9 Diagnosis Laboratorium
Trombositopeni dan hemokonsentrasi merupakan kelainan yang selalu
ditemukan pada infeksi dengue. Penurunan jumlah trombosit < 100.000/ul biasa
ditemukan pada hari ketiga sampai kedelapan sakit, sering terjadi sebelum atau
bersamaan dengan perubahan nilai hematokrit. Hemokonsentrasi yang disebabkan
19
oleh kebocoran plasma dinilai dari peningkatan nilai hematokrit. Penurunan nilai
trombosit yang disertai atau segera disusul dengan peningkatan nilai hematokrit
sangat unik pada dengue berat dan kedua hal tersebut biasanya terjadi pada saat
suhu turun atau sebelum syok terjadi. Perlu diketahui bahwa nilai hematokrit
dapat dipengaruhi oleh pemberian cairan atau oleh perdarahan.
Jumlah leukosit bisa kurang dari normal (leukopenia), limfositosis relatif
dengan limfosit atipik sering ditemukan pada saat sebelum suhu turun atau syok
ataupun sebelum nilai trombosit turun.2 Hipoproteinemi akibat kebocoran plasma
biasa ditemukan. Adanya fibrinolisis dan ganggungan koagulasi tampak pada
pengurangan fibrinogen, protrombin, faktor VIII, faktor XII, dan antitrombin III.
Pemanjangan PTT dan PT pada sepertiga sampai setengah kasus infeksi dengue
dan fungsi trombosit juga terganggu.2
2.10 Diagnosis Serologi
Infeksi virus dengue memiliki gejala yang berspektrum luas dan non-
spesifik. Dengan demikian, diagnosis yang hanya didasarkan pada gejala klinis
tidak dapat diandalkan. Konfirmasi laboratorium diagnosis klinis dini berharga
karena beberapa penderita mengalami penyakit dari ringan menjadi penyakit berat
dan kadang-kadang sampai mati dalam waktu yang singkat. Intervensi dini dapat
menyelamatkan nyawa penderita.2,6
Sebelum hari kelima sejak gejala pertama muncul, selama periode demam,
infeksi dengue dapat didiagnosis dengan isolasi virus dalam kultur sel, dengan
deteksi RNA virus dengan tes amplifikasi asam nukleat (NAAT), atau dengan
20
deteksi antigen virus dengan ELISA atau rapid test. Virus dalam kultur sel isolasi
biasanya dilakukan hanya di laboratorium dengan infrastruktur yang mencukupi
dan keahlian teknis yang memadai. 6
Untuk kultur virus, penting untuk menjaga sampel darah didinginkan atau
dibekukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup virus selama transportasi
dari penderita ke laboratorium. Isolasi dan identifikasi virus dengue dalam kultur
sel biasanya memakan waktu beberapa hari. Tes deteksi asam nukleat dengan
karakteristik kinerja yang sangat baik untuk mengidentifikasi RNA virus dengue
dalam waktu 24-48 jam. Namun, tes ini membutuhkan peralatan dan reagen yang
mahal, dan untuk menghindari kontaminasi, tes harus mengamati prosedur
pengendalian mutu dan harus dilakukan oleh teknisi berpengalaman. Kit
pendeteksi antigen Nonsructural-1(NS-1) virus dengue sekarang tersedia secara
komersial dan dapat digunakan di laboratorium dengan peralatan yang terbatas
dan hasil didapatkan dalam beberapa jam. Rapid dengue antigen test dapat
digunakan di lapangan dan memberikan hasil dalam waktu kurang dari satu jam.2
Setelah hari kelima gejala pertama muncul, antigen virus dengue
menghilang dari darah bertepatan dengan munculnya antibodi spesifik. Antigen
NS-1 virus dengue masih dapat dideteksi pada beberapa penderita beberapa hari
setelah penurunan suhu badan sampai yg normal. Tes seologi dengue lebih
tersedia di negara-negara dengue-endemic dibandingkan tes virologi. Transportasi
spesimen tidak menjadi masalah karena imunoglobulin stabil pada suhu kamar .2,6
21
Gambar 2.3 Timeline jumlah antibodi dari infeksi primer dan sekunder dengue danmetode diagnostik untuk mendeteksi infeksi dengueSumber: WHO Pakistan
Untuk serologi, saat pengambilan spesimen lebih fleksibel daripada untuk
isolasi virus atau deteksi RNA karena respon antibodi dapat diukur dengan
membandingkan sampel yang dikumpulkan selama tahap akut penyakit dengan
sampel yang dikumpulkan minggu atau bulan kemudian. Rendahnya tingkat
respon IgM dengue terdeteksi - atau tidak adanya -- dalam beberapa infeksi
sekunder mengurangi akurasi diagnostik tes IgM ELISA. Hasil rapid test
mungkin tersedia dalam waktu kurang dari satu jam. Namun Ketergantungan
pada Rapid test untuk mendiagnosis infeksi dengue harus dilakukan dengan
cermat.2
22
2.11 Periode-Periode pada Penyakit Infeksi Dengue
Pada infeksi dengue, penderita akan mengalami tiga periode perjalanan
penyakit: periode demam, periode kritis, dan periode penyembuhan2. Dari periode
demam ke periode kritis, pengamatan klinis penderita sangat dibutuhkan dalam
upaya pencegahan ke arah dengue berat. Pemeriksaan laboratorium sederhana
yang meliputi hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit, hitung jenis dan jumlah
trombosit merupakan prosedur standar yang dianjurkan oleh WHO. Pemeriksaan
darah yang mempunyai bermaknasi dalam menentukan pengelolan penyakit
antara lain pemeriksaan jumlah leukosit dan jumlah trombosit.
Gambar 2.4 Perubahan-perubahan yang terjadi pada infeksi dengue.Sumber: Yip WCL. Dengue Hemorrhagic Fever: Current Approaches to Management. Medical
Progress October 1980.
23
2.11.1 Periode demam
Penderita biasanya merasakan demam tinggi tiba-tiba. Pada periode ini
demam akut biasanya berlangsung 2-7 hari dan sering disertai dengan kemerahan
pada wajah, eritema kulit, sakit-sakit seluruh tubuh, mialgia, artralgia dan sakit
kepala. Beberapa penderita merasakan kekurangan nafsu makan, mual, muntah,
sakit tenggorokan, faring dan injeksi konjungtiva.2 Hal tersebut terjadi juga pada
berbagai jenis penyakit infkesi lain, membuat kita sulit membedakan demam
dengue dari demam non-dengue pada periode ini. Tes tourniquet positif dalam
periode ini meningkatkan kemungkinan dengue. Tes torniket bernilai positif pada
kasus demam berdarah yang parah maupun yang ringan. Oleh karena itu
pemantauan untuk tanda bahaya dan parameter klinis lainnya penting untuk
mengenali perkembangan ke periode kritis.
Manifestasi perdarahan ringan seperti pendarahan membran mukosa
(Misalnya pendarahan hidung dan gusi) dan petekia dapat terlilihat. Hati sering
membesar dan melunak setelah beberapa hari demam. Kelainan awal pada hitung
darah lengkap adalah adanya penurunan progresif dalam hitung total sel darah
putih, yang mengingatkan dokter untuk lebih waspada terhadap kemungkinan
tinggi demam berdarah.
2.11.2 Periode Kritis
Sekitar waktu defervescence, ketika suhu turun menjadi 37,5-38oC atau
kurang dan tetap di bawah angka ini, biasanya pada hari-hari 3-7 penyakit,
peningkatan permeabilitas kapiler secara paralel dengan tingkat hematokrit yang
24
meningkat terjadi. Ini menandai awal periode kritis. Periode kebocoran plasma
yang bermakna secara klinis biasanya berlangsung 24-48 jam.
Leukopenia progresif diikuti dengan penurunan cepat jumlah trombosit
biasanya mendahului kebocoran plasma. Pada titik ini penderita tanpa
peningkatan permeabilitas kapiler akan membaik, sementara penderita dengan
peningkatan permeabilitas kapiler menjadi lebih buruk sebagai hasil volume
plasma yang bocor keluar. Nilai hematokrit yang tinggi mencerminkan keparahan
kebocoran plasma.
Syok terjadi ketika volum kritis plasma hilang melalui kebocoran. Hal ini
sering didahului oleh tanda bahaya. Suhu tubuh di bawah normal biasa terjadi saat
syok. Syok yang berkepanjangan secara tidak langsung akan menyebabkan
kerusakana organ, metabolic acidosis, dan DIC karena hipoperfusi. Hal ini
nantinya akan menyebabkan perdarahan yang parah menyebabkan penurunan
hematokrit pada syok berat. Bukan leukopenia yang akan terlihat selama periode
demam berdarah, malahan total jumlah sel putih dapat meningkat pada penderita
dengan perdarahan hebat. Selain itu, gangguan organ yang parah seperti hepatitis
yang parah, ensefalitis atau miokarditis dan atau pendarahan parah juga dapat
berkembang tanpa kebocoran plasma yang jelas atau syok.
Penderita yang membaik setelah defervescence dikatakan untuk tidak
menderita demam berdarah yang parah. Beberapa penderita menuju periode kritis
kebocoran plasma defervescence. Dalam hal ini, perubahan dalam hitung darah
lengkap penting untuk memandu terjadinya periode kritis dan kebocoran plasma.
Penderita yang memburuk akan menunjukkan tanda-tanda bahaya. Ini disebut
25
demam berdarah dengan tanda bahaya. Kasus demam berdarah dengan tanda-
tanda bahaya mungkin akan sembuh dengan rehidrasi intravena awal. Beberapa
kasus akan memburuk menjadi dengue yang berat.
2.11.3 Periode Pemulihan
Jika penderita bertahan periode kritis 24-48 jam, reabsorpsi bertahap
cairan kompartemen ekstravaskular terjadi dalam 48-72 jam berikutnya. Keadaan
umum membaik, nafsu makan membaik, gejala gastrointestinal mereda, status
hemodinamik stabil dan diuresis kemudian terjadi. Beberapa penderita mungkin
memiliki ruam "pulau-pulau putih di laut merah “ pada periode ini.
Hematokrit stabil atau mungkin lebih rendah karena efek pengenceran dari
penyerapan cairan. Jumlah sel darah putih biasanya mulai segera naik setelah
defervescence tetapi pemulihan jumlah trombosit biasanya terjadi setelah itu.
2.12 Penanganan Infeksi Dengue
Langkah-langkah penanganan kasus dengue yang disarankan oleh WHO
2009 berupa alogaritma untuk melihat diagram yang disarankan oleh WHO dapat
dilihat pada lampiran., berikut hanya uraian singkat mengenai tahap-tahap yang
perlu diperhatikann dalam penanganan kasus infeksi dengue.
2.12.1 Periode Demam
Apabila penderita infeksi virus dengue datang pada periode demam,
dimana belum dapat dibedakan antara dengue dengan dengue berat, maka
pengobatan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut29 :
26
Antipiretik
- Parasetamol sebagai pilihan, tidak lebih dari 4 gram sehari2
- Jangan memberikan aspirin dan brufen / ibuprofen, sebab dapat
menimbulkan perdarahan (Reye Syndrome).2
Antibiotika tidak diperlukan
Makan disesuaikan dengan kondisi nafsu makannya.
Apabila penderita ditetapkan rawat jalan (rencana pengelolaan untuk grup A,
dengue tanpa warning sign), maka kalau dalam perjalanan didapat keluhan dan
gejala seperti dibawah ini dianjurkan untuk segera datang ke rumah sakit untuk
pengobatan selanjutnya. Gejala dan tanda yang dimaksud adalah:
1. Nyeri abdomen
2. Tanda perdarahan di kulit, petekiae dan ekimosis
3. Perdarahan lain seperti epistaksis dan perdarahan gusi
4. Penderita tampak lemah lesu dan badan terasa dingin saat diraba
Kebutuhan cairan harus dipenuhi. Pemberian cairan dapat diberikan per oral,
akan tetapi apabila penderita tidak mau minum, muntah terus, atau panas yang
terlalu tinggi maka pemberian cairan intravena menjadi pilihannya.
Lakukan observasi secara cermat setiap 6 jam terhadap tanda vital, dengan
tujuan untuk mendeteksi adakah tanda-tanda kebocoran plasma (plasma
leakage), yang mengarah ke dengue berat.
27
2.12.2 Periode Tidak Demam
Pada kasus dengue yang tidak berat, setelah panas turun, penderita tampak
lebih segar, timbul nafsu makan dan akan segera sembuh tanpa disertai
komplikasi, sehingga tidak ada pengobatan khusus . Hanya cukup terus lakukan
pemantauan sehingga tidak berubah menjadi kasus dengue berat29.
Pada saat temperatur turun, pada penderita dengue berat terjadi dua
fenomena yang dapat membuat penderita pada keadaan kritis bahkan dapat
berakhir dengan kematian apabila tidak tertangani secara benar, yaitu adanya
gangguan hemostatik berupa penurunan jumlah dan kualitas trombosit, gangguan
faktor pembekuan, bahkan dapat timbul ” diseminated intravascular coagulation”
dan adanya kebocoran plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas
pembuluh darah29. Proses kebocoran plasma dari pembuluh darah ini akan
menimbulkan defisit plasma di dalam pembuluh darah.
Setelah diagnosis demam dengue dibuat, maka tetapkan terlebih dahulu
derajatnya keparahannya, apakah tidak disertai gangguan sirkulasi, ataukah sudah
disertai syok. Perlu ditegaskan bahwa untuk penatalaksanaan penderita demam
dengue yang harus dikuasai adalah pemberian cairan intravena, sebatas cukup
untuk mempertahankan sirkulasi yang efektif selama periode plasma leakage,
disertai pengamatan yang teliti dan cermat secara periodik.2,29
28
2.13 Obat-obat yang Mempengaruhi Hasil Laboratorium
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan darah. Salah
satu faktor yang mempengaruhi hasil labolatorium pemeriksaan darah sehingga
dapat menyebabkan kesalahan dari hasil pemeriksaan yang dilaporkan adalah
obat-obatan.30,31
2.13.1 Obat-obat yang Mempengaruhi Jumlah Leukosit
Pengaruh obat-obatan terhadap jumlah leukosit ada 2 jenis, meningkatkan
jumlah dan menurunkan jumlah. Obat-obatan yang menyebabkan penurunan
jumlah leukosit antara lain: azathioprine, interferon alfa-2b. Sedangkan, obat-
obatan yang menyebabkan peningkatan jumlah leukosit antara lain: Acthar
ACTH, corticosteroid, epinephrine.31
2.13.2 Obat-obat yang Mempengaruhi Jumlah Trombosit
Obat-obatan yang paling sering menyebabkan penurunan trombosit antara
lain quinine, quinidine, sulfonamide antibiotik, dan heparin. Heparin-induced
thrombocytopenia (HIT) paling sering terjadi karena antikoagulan heparin sering
digunakan dan kegagalan untuk membuat diagnosis yang tepat dapat berakibat
fatal.10 Obat-obatan lain yang dapat menyebabkan trombositopenia adalah
allopurinol, obat-obat imunosupresif, dan interferon.31
29
Tabel 2.3 Daftar Obat yang Mempengaruhi Hasil Laboratorium12,32
Daftar obat yang dapat menyebabkanpenurunan hasil hitung platelet
Daftar obat yang dapat menyebabkanpenurunan hasil hitung leukosit
Kina / kelompok quinidineKinaQuinidine
HeparinUnfractioned heparinLow-molecular weight heparin
Gold saltsAntimikroba
Obat antimoni yang mengandungStibophenNatrium stibogluconate
SefalosporinCephamandazoleCefotetanCeftazidimeSefalotin
CiprofloxacinKlaritromisinFlukonazolAsam FusidicGentamisinNilidixic asamPenisilin
AmpisilinApalcillinMethicillinMeziocillinPenisilinPiperasilin
PentamidinRifampisinKelompok sulfa
SulfamethoxazoleSulfamethoxypyridazineSulfisoxazole
SuraminVankomisin
Anti-inflammatory drugsAcetaminophenSalisilat
AspiringDiflunisalNatrium amiosalicylateSulfasalazine
DiklofenakFenoprofenIbuprofenIndomethacinMeclofenamateMefanamic asamNaproxenOxyphebutazoneFenilbutazonPiroxicamSulindacTolmetin
Obat jantung dandiuretik
DigoxinDigitoxinAmiodaroneProcainamideAlprenololOxprenololCaptoprilDiazoxideAlpha-metildopaAcetazolamideChlorothiazideChlorthalidoneFurosemideHydrochlorothiazideSprinolactone
BenzodiazepinDiazepam
Obat anti epilepsiCarbamazepineFenitoinAsam valproik
H2-antagonisCimetidineRanitidine
Obat sulfonilureaChlorpropamidGlibenclamide
Agen kontras iodinRetinoid
IsotretinoinEtretinate
Anti-histaminAntazolineChlorpheniramine
Obat illiciteKokainHeroinQunine penahanan
AntidepresanAmitriptylineDesipraminDoxepinImipramineMianserine
Obat-obat lainTamoxifenActinomycin-DAminoglutethimideDanazoleDesferrioxamineLevamizoleLidokainMorfinPapaverineTiklopidin
DipyroneMianserinSulfasalazineKotrimoksazolAnti-arrythmic agen
ProcainamideAjmalineTocainideAprindineAmiodarone
PenisilinAmoksisilinAziocillinBenzilpenisilinPhenethicillinCloaxacillin dan
penisilinThiouracil derivatif
Metil thiouracilPropil thiourcil
FenilbutazonCimetidinePenicillamineDiklofenakCarbamazepineACE Inhibitor
CaptoprilEnalapril
HidroklorotiazidIndomethacineSefalosporin
SefaleksinCepahazolinCefuroximeCefitaximeCephradine
OxyphenbutazoneNitrofurantoinDerivat asam salisilatClozapineCarbimazoneDerivat Sulfoniluera
GlibenclamideTolbutamida
MetildopaThiamazoleNukleosidaAminoglutethimideIbuprofen
PentazocineLevamizolePromethazineChloramphinicolAsetaminofen dan kombinasiPerazineMebhydrolinRanitidineImipramineObat-obat lain
FenitoinChlorthalidoneSulphamethizoleNorfloxacinNaproxenClomipramineTrazodoneOmeprazoleAlimemazinePirenzepineTiklopidinIbopamineHydralazineNifedipineAsam nalidiksatDoksisiklinClindamycinGentamycinFusidic asamDapsonAzapropazonePropyphenazoneSulindacPiroxicamPirprofenNiflumic asamAllopurinolGlafenineValproateLevadopa dengan carbidopaChlorpramazineHaloperidolspironolactoneZuclopenthixolZopicloneCinnarizineMetronidazolKombinasi pirimetaminThophylline
30
2.14 Kerangka Pemikiran
Pada infeksi dengue, penderita akan mengalami tiga periode perjalanan
penyakit: periode demam, periode kritis, dan periode penyembuhan2. Dari periode
demam ke periode kritis, pengamatan klinis penderita sangat dibutuhkan dalam
upaya pencegahan ke arah dengue berat. Pemeriksaan laboratorium sederhana
yang meliputi hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit, hitung jenis dan jumlah
trombosit merupakan prosedur standar yang dianjurkan oleh WHO. Pemeriksaan
darah yang mempunyai signifikansi dalam menentukan pengelolan penyakit
antara lain pemeriksaan jumlah leukosit dan jumlah trombosit.
Pada penderita infeksi dengue trombositopeni terjadi melalui tiga
mekanisme. Pertama, infeksi virus dengue yang menginfeksi sel endothelial yang
menyebabkan kerapuhan dari vaskular sehingga menyebabkan peningkatan
penggunaan trombosit.33,34 Kedua, virus dengue bereplikasi di sel hati yang
menyebabkan nekrosis sel hati sehingga fungsi netralisasi racun tidak berjalan
dengan baik.35 Salah satu racunnya, ROS (Reactive Oxygen Species),
menyebabkan peningkatan proses koagulasi, sehingga meningkatkan penggunaan
trombosit.36,37 Ketiga, virus dengue yang bereplikasi di sum-sum tulang
mengganggu proses pembentukan sel-sel darah, salah satunya adalah
pembentukan trombosit.38
Penderita infeksi dengue mengalami leukopenia progresif diikuti dengan
penurunan cepat jumlah trombosit pada awal periode kritis infeksi dengue.2,6,39
Leukopenia pada infeksi dengue terjadi karena adanya kematian sel-sel imun yang
bekerja dengan cara fagositosis antigen.40,41 Selain kematian sel imun, hal yang
31
lain yang menyebabkan penurunan sel darah putih adalah supresi sum-sum
tulang.24,42 Pada infeksi dengue sekunder sudah terjadi produksi antibodi spesifik
sehingga penghancuran sel-sel imun yang terjadi pada infeksi sekunder
menurun.24,40 Hal ini menjelaskan jumlah leukosit yang lebih tinggi pada infeksi
dengue sekunder daripada infeksi dengue primer.
Pada infeksi virus dengue, sel T CD4+ memproduksi sitokin unik yang
disebut faktor sitotoksik yang meningkat dan sangat tinggi pada dengue
berat.24,43,44 Faktor sitotoksik ini menyebabkan kematian dari sel-sel pertahanan
tubuh yang bekerja.8-10 Salah satu sel pertahanan tubuh yang bekerja saat infeksi
adalah leukosit. Sebagian besar (43%-75%) leukosit terdiri dari neutrofil.11,12 Jadi,
pada infeksi dengue terjadi penghancuran leukosit yang terutama netrofil yang
menyebabkan penurunan jumlah absolut netrofil walaupun penurunan pada
jumlah relatif netrofil tidak sampai melewati rentang nilai normal.
Pada infeksi dengue, sel limfosit mengalami penurunan dalam jumlah
absolut,tetapi penurunan jumlah itu tidak begitu besar dan jika dilihat pada jumlah
relatif limfosit terlihat kenaikan—masih dalam batas normal. Hal ini terjadi
karena pada infeksi virus dengue terjadi penurunan dari jumlah leukosit secara
keseluruhan sehingga jumlah absolut limfosit ikut menurun.24,45 Akan tetapi
dalam persentase hitung jenis leukosit, persentase limfosit justru meningkat.
Peningkatan persentase ini terjadi karena pada infeksi dengue terjadi stimulasi
pembentukan sel limfosit – sel limfosit, khusunya sel T.24,26,46
32
Rasio Netrofil-Limfosit merupakan penghitungan mudah dengan cara
membagi jumlah absolut netrofil dengan jumlah absolut limfosit. Sehingga faktor-
faktor yang dapat menyebabkan penurunan atau kenaikan Rasio Netrofil-Limfosit
hanya ada dua, yaitu jumlah netrofil dan jumlah limfosit. Pada infeksi dengue,
hasil Rasio Netrofil-Limfosit tidak setinggi pada infeksi bakteri sistemik. Hal ini
terjadi karena pada infeksi virus dengue, terjadi penurunan jumlah netrofil
sedangkan pada infeksi bakteri sistemik meningkat.
33
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran
↓Trombosit
Limfosit
↓LeukositNeutrofil
↓↓ Jumlah Absolut
↓↓ Jumlah Relatif
↓↓ Jumlah Absolut
↓↓ Jumlah RelatifPembentukan sel
imun spesifik(Limfosit T dan
Limfosit B)
↓ Jumlah Absolut
↓ Jumlah Relatif↓↓ Jumlah Absolut Netrofil↓ Jumlah Absolut Limfosit
↓ Rasio Netrofil-Limfosit
34
BAB III
METODE PENELITAN
3.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah penderita dengan dugaan infeksi dengue yang
dirawat inap di Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUP-RSHS, Bandung selama
periode 22 Oktober 2011- 11 Desember 2011
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh penderita dengan
dugaan infeksi dengue yang dirawat inap di Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUP-RSHS, sesuai kriteria WHO 2009 yang dirawat dari 22 Oktober sampai 11
Desember 2011. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling.
3.2.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi penelitian ini adalah:
1. Penderita infeksi dengue yang dirawat inap dan memiliki hasil positif pada tes
serologi IgG ataupun IgM.
2. Memiliki data jumlah leuksoit, hitung jenis leukosit, dan jumlah trombosit.
3. Bersedia menandatangani lembar inform consent.
35
3.2.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi penelitian ini adalah:
1. Memiliki riwayat diagnosis penyakit lain yang secara klinis tercantum pada
rekam medis yang dapat mempengaruhi jumlah leukosit dan hitung jenis
leukosit seperti demam tifoid, ISPA, ISK, syok septik, pyuria, tendinitis,
penyakit kronis, Steven Johnson syndrome, leptospirosis, kolesistitis dan
hepatitis selama menderita infeksi dengue.
2. Tidak bersedia diikutsertakan dalam penelitian
3.3 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-analitik prospektif dengan
pendekatan “cross sectional on admission”, untuk memperoleh gambaran
perubahan jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit terhadap jumlah trombosit
pada penderita infeksi dengue yang dirawat inap di Departemen Ilmu Penyakit
Dalam RSHS, Bandung pada 22 Oktober sampai 11 Desember 2011.
3.3.1 Alur Penelitian
1. Tahap persiapan yaitu:
a) Pencarian referensi
b) Penyusunan proposal penelitian,
c) Pengajuan proposal penelitian,
d) Pengurusan izin penelitian,
36
Keluhan demam > 3 hari
DK/Dugaan Infeksi dengue
PemeriksaanLaboratoriumsaat masuk kerumah sakit:-Leukosit-Hitung jenis leukosit-Trombosit-Rasio Netrofil-Limfosit
tes serologi anti-dengue padahari ke-7 demam:
Anti-dengue IgG dan IgM
IgM (+), IgG(-)Dugaan Infeksi dengueprimer
IgM (+/-), IgG(+)Dugaan Infeksi denguesekunder
Anamnesa & Pemeriksaan Fisik:- Mual dan Muntah- Ruam-ruam di kulit- Nyeri sendi- Tes torniket (+)- Tanda bahaya: sakit padaabdominal, perdarahan mukosa, letihlesu, muntah terus-terusan,hepatomegaly > 2cm.
2. Tahap pelaksanaan, yaitu pencatatan data rekam medis.
3. Analisis hasil penelitian.
4. Perumusan hasil penelitian
5. Penyusunan laporan penelitian
6. Presentasi hasil penelitian
37
3.4 Pengumpulan Data
Pengumpulan data akan dilakukan setiap hari melalui rekam medis
penderita dengan dugaan infeksi dengue yang dirawat dari 22 Oktober – 11
Desember 2011. Data yang diambil berupa identitas pasien, hasil pemeriksaan
darah lengkap saat masuk rumah sakit dan hasil pemeriksaan tes serologi IgG dan
IgM anti-dengue. Pengumpulan data sesuai dengan batas waktu diatas.
3.5 Analisis Data
Data yang sudah dikumpulkan, kemudian diolah dengan bantuan SPSS 17
for Windows untuk uji statistik dan kemudian disajikan dalam beberapa tabel
distribusi frekuensi dan grafik.
3.6 Definisi Operasional Variabel
Yang termasuk variabel bebas:
1. Jumlah leukosit
Yang diukur pertama kali saat pasien masuk Rumah Sakit dengan nilai
normal 4.300- 11.300/μL darah.11,12
2. Hitung jenis leukosit
Yang diukur pertama kali saat pasien masuk Rumah Sakit dengan nilai
normal pada table 3.1.
38
Tabel 3.1 Nilai Normal Pemeriksaan Darah Tepi pada Dewasa.12
PersentNilai Absolut
(per µm3)
N. Batang 3-5 100-650
N. Segmen 40-70 3000-7500
Eosinofil 1-6 0-450
Basofil 0-1 0-200
Limfosit 30-45 1500-4500
Monosit 2-10 100-500
3. Rasio Netrofil-Limfosit
Rasio Netrofil-Limfosit, dihitung dengan cara membagi netrofil
dengan limfosit. Rasio Netrofil-Limfosit memiliki nilai >10 pada sepsis
sistemik.20
Yang termasuk variabel terikat:
1. Infeksi dengue
a. Infeksi dengue primer: Penderita infeksi dengue dengan hasil
pemeriksaan serologi IgM (+) dan IgG (-).
b. Infeksi dengue sekunder: Penderita infeksi dengue dengan hasil
pemeriksaan serologi IgG (+) dan atau IgM (+).
2. Jumlah trombosit
Yang diukur pertama kali saat pasien masuk Rumah Sakit dengan nilai
normal 150.000-400.000/μL darah.11,12
39
3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUP Rumah
Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung, Penelitian dilakukan pada 22 Oktober –
11 Desember 2011.
3.8 Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian harus tetap menekankan nilai etika, dalam
arti hak responden dan yang lainnya harus dilindungi. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan subyek penelitian pada penderita infeksi dengue yang
dirawat di Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSHS. Untuk itu perlu mengajukan
permohonan kepada Bagian Etik RSHS, kemudian peneliti menemui subyek yang
akan dijadikan responden untuk menekankan permasalahan yang meliputi :
1. Informed Consent (lembar persetujuan).
Lembar persetujuan ini akan diberikan kepada setiap penderita infeksi
dengue yang menjadi subjek penelitian dengan memberikan penjelasan tentang
maksud dan tujuan dari penelitian dan juga meminta izin untuk mengakses rekam
medis subjek. Jika responden tersebut bersedia maka harus menandatangani
lembar persetujuan sebagai tanda bersedia, namun apabila responden tidak
bersedia maka peneliti akan tetap menghormati hak-hak responden.
2. Anonimity (tanpa nama).
Nama subjek tidak akan dicantumkan pada lembar pengumpulan data dan
hasil penelitian, untuk mengetahui keikutsertaannya peneliti hanya menggunakan
kode dalam bentuk nomor pada masing-masing lembar pengumpulan data.
40
3. Confidentiality (kerahasiaan).
Kerahasiaan informasi yang telah diperoleh dari responden akan dijamin
kerahasiaannya. Hanya pada kelompok tertentu saja informasi tersebut akan
peneliti sajikan.
3.9 Time Schedule
No Kegiatan BulanJun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb
1 Identifikasi masalah2 Studi pustaka3 Konsultasi ke pembimbing4 Penyusunan proposal5 Presentasi proposal6 Perbaikan proposal7 Pengurusan izin ke komite etik8 Pengambilan data9 Penulisan laporan
10 Pengumpulan draft11 Seminar12 Revisi Laporan
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Telah dilakukan penelitian prospektif terhadap data hasil pemeriksaan
darah pasien penderita infeksi dengue yang dirawat di Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUP-RSHS Bandung. Dalam kurun waktu 51 hari ( 22 Oktober 2011 –
11 Desember 2011), terdapat 44 orang penderita yang didiagnosis awal infeksi
dengue. Tetapi yang dapat dimasukkan ke dalam penelitian ini, yaitu mereka yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi hanya 35 orang.
4.1 Karakteristik Subjek Penelitian
Dari jumlah 44 subjek dengan diagnosis awal infeksi dengue di
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUP- RSHS pada periode 22 Oktober 2011 –
11 Desember 2011, dijumpai 6 subjek dengan demam tifoid dan 4 subjek dengan
infeksi dengue serta memiliki penyakit kronis. Penyakit lain dan penyakit kronis
merupakan kriteria eksklusi dari penelitian ini, sehingga penelitian ini dilakukan
hanya kepada 35 subjek.
Pada 35 subjek penelitiaan, penderita infeksi dengue yang di rawat di
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUP- RSHS pada periode 22 Oktober 2011-
11 Desember 2011, didapatkan hasil: subjek perempuan sebanyak 19/35
(54,29%) dan subjek laki-laki sebanyak 16/35 (45,71%) , dan 42,86% subjek
42
penelitian berumur antara 16-25 tahun, serta 88,57% telah menderita demam
selama 5-6 hari sebelum dirawat.
Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian
Dari 35 subjek yang didiagnosis awal infeksi dengue saat masuk, 14
dengan infeksi dengue primer dan 21 dengan infeksi dengue sekunder. Sepuluh
subjek didiagnosis awal dengue dengan tanda bahaya yang berupa perdarahan
perifer dan nyeri ulu hati.
Parameter Jumlah sampel(n=35) %
Umur16-25 tahun26-35 tahun36-45 tahun46-55 tahun56-65 tahun
158813
42,8622,8622,86
2,868,56
Jenis Kelamin:Laki-laki 16 45,71Perempuan 19 54,29
Lama demam sebelum ke RS4 hari5 hari6 hari7 hari
114173
2,8640,0048,58
8,56
Diagnosis awal:Dengue tanpa tanda bahaya 25 71,43Dengue dengan tanda bahaya 10 28,57
Test Serologi (anti DHF):IgG – dan IgM + 14 40IgG + dan IgM +/- 21 60
43
Tabel 4.2 Karakteristik Hasil Pemeriksaan Darah Subjek Penelitian
Keterangan: *Median (Min – Max)
Hasil pemeriksaan darah subjek penelitian ini yang memiliki nilai tengah
normal, yaitu: hemoglobin, persentase basofil, persentase eosinofil, persentase
netrofil, persentase limfosit, persentasi monosit. Dan yang memiliki nilai tengah
di bawah normal, yaitu hematokrit jumlah leukosit, dan jumlah trombosit.
4.2 Deskripsi Jumlah Trombosit pada Penderita Dengue
Nilai tengah jumlah trombosit subjek penelitian adalah trombositopeni,
dengan jumlah 50.000 /µm3. Perbandingan antara nilai tengah jumlah trombosit
pada subjek dengan infeksi dengue primer dengan nilai tengah jumlah trombosit
pada subjek dengan infeksi dengue sekunder didapatkan nilai yang lebih tinggi
pada subjek dengan infeksi dengue primer. Nilai tengah jumlah trombosit pada
subjek dengan infeksi dengue primer adalah 100.000/µm3 dan pada subjek
Parameter Jumlah sampel(n=35)
Pemeriksaan Hematologi:Hb* 13, 5 (11,3 - 17,3 )Ht* 39 (31 - 50 )Eritrosit* 4,74 (3,73 - 5,78 )Leukosit* 3,1 (1,5 - 6,8 ) x 103
%Basofil* 0 (0 - 0 )%Eosinfil* 1 (0 - 6 )%Netrofil* 49 (22 - 71 )%Limfosit* 43 (24 - 76 )
%Monosit* 6 (1 - 14 )Trombosit* 5 (0,8 - 14,5 ) x 104
44
dengan infeksi dengue sekunder adalah 44.000/µm3. Perbedaan ini bermakna
berdasarkan uji statistik non-parametrik Mann-Whitney dengan p=0,034.
Tabel 4.3 Jumlah Trombosit pada Subjek Penelitian
Jumlah Trombosit(x 104 /µm3) Rata-rata SD Nilai
tengahBatas bawah
(CI 95%)Batas atas(CI 95%)
Uji Mann-Whitney
Dengue Primer (n=14) 8,11 + 4,43 10 5,56 10,67 P=0,01
Dengue Sekunder (n=21) 4,40 + 2,41 4,4 3,30 5,49 (p<0,05)
Penderita infeksi dengue mengalami penurunan jumlah trombosit di bawah
100.000/μL pada periode kritis, yaitu pada hari ketiga sampai hati ketujuh sakit.5
Pada masa kritis terjadi penurunan cepat jumlah trombosit.6,47 Setelah masa kritis
berakhir, jumlah trombosit akan berangsur-angsur normal seiring keadaan
penderita yang mulai membaik.2
Pada penderita infeksi dengue trombositopeni terjadi melalui tiga
mekanisme. Pertama, infeksi virus dengue yang menginfeksi sel endothelial yang
menyebabkan kerapuhan dari vaskular sehingga menyebabkan peningkatan
penggunaan trombosit.33,34 Kedua, virus dengue bereplikasi di sel hati yang
menyebabkan nekrosis sel hati sehingga fungsi netralisasi racun tidak berjalan
dengan baik.35 Salah satu racunnya, ROS (Reactive Oxygen Species),
menyebabkan peningkatan proses koagulasi, sehingga meningkatkan penggunaan
trombosit.36,37 Ketiga, virus dengue yang bereplikasi di sum-sum tulang
mengganggu proses pembentukan sel-sel darah, salah satunya adalah
pembentukan trombosit.38
45
Pada infeksi dengue sekunder, terjadi reaksi-silang antibodi yang
menyebabkan disfungsi sel endotel lebih hebat dan membuat penggunaan
trombosit lebih banyak.46 Sehingga trombositopeni yang terjadi pada infeksi
dengue sekunder lebih berat dari .infeksi dengue primer.
Trombositopeni pada infeksi dengue sudah banyak diteliti, baik di dalam
maupun di luar negeri.48-50 Penelitian tentang trombositopenia yang terjadi pada
dengue primer dan sekunder pernah dilakukan oleh Pusparini pada penderita
infeksi dengue di Rumah Sakit Atma Jaya. Hasil penelitian itu menyatakan bahwa
jumlah trombosit infeksin dengue primer (8,372 + 30,28 x 104 /µm3) lebih tinggi
dari infeksi dengue sekunder (6,224 + 32,43 x 104 /µm3).51
4.3 Deskripsi Perubahan Jumlah Leukosit pada Penderita Dengue
Nilai tengah jumlah leukosit pada subjek penelitian adalah leukopeni,
dengan jumlah 3.100 sel/µm3. Perbandingan antara nilai tengah jumlah leukosit
pada subjek dengan infeksi dengue sekunder dengan nilai tengah jumlah leukosit
pada subjek dengan infeksi dengue primer didapatkan nilai yang lebih tinggi pada
penderita dengue sekunder, seperti pada tabel 4.4, hasil uji Mann-Whitney
menyatakan perbedaan itu tidak bermakna.
Tabel 4.4 Jumlah Leukosit pada Subjek Penelitian
Jumlah Leukosit(x 103 sel/µm3) Rata-rata SD Nilai
tengahBatas bawah
(CI 95%)Batas atas(CI 95%)
Uji Mann-Whitney
Dengue Primer (n=14) 3,14 + 1,43 2,95 2,32 3,97
Dengue Sekunder (n=21) 3,75 + 1,52 3,3 3,06 4,44 p>0,05
46
Penderita infeksi dengue mengalami leukopenia progresif diikuti dengan
penurunan cepat jumlah trombosit pada awal periode kritis infeksi dengue.2,6,39
Leukopenia pada infeksi dengue terjadi karena adanya kematian sel-sel imun yang
bekerja dengan cara fagositosis antigen.40,41 Selain kematian sel imun, hal yang
lain yang menyebabkan penurunan sel darah putih adalah supresi sum-sum
tulang.24,42 Pada infeksi dengue sekunder sudah terjadi produksi antibodi spesifik
sehingga penghancuran sel-sel imun yang terjadi pada infeksi sekunder
menurun.24,40 Hal ini menjelaskan jumlah leukosit yang lebih tinggi pada infeksi
dengue sekunder daripada infeksi dengue primer.
Grafik 4.1 Jumlah Leukosit terhadap Jumlah Trombosit pada PeriodeKritis Infeksi Dengue
47
Penurunan jumlah sel darah puith, leukopenia, ditemukan pada penelitian
infeksi dengue di Thailand, Singapura, Vietnam.52-55 Penelitian Limkittikul di
Thailand tahun 2005 menemukan bahwa pada infeksi dengue virus oleh DENV-2
terjadi leukopenia hingga 3.600 sel/µm3 dan infeksi dengue virus oleh DENV-3
memiliki jumlah leukosit 2.000 – 8.000 sel/µm3.52 Jumlah leukosit pada DENV-2
serupa dengan hasil penelitian penulis, yaitu dengan jumlah leukosit 3.100
sel/µm3 Hanya saja, pada penelitian ini tidak dilakukan pemeriksaan PCR untuk
mengetahui serotipe virus dengue yang menginfeksi penderita dengue pada
penelitian ini.
4.4 Deskripsi Perubahan Hitung Jenis Leukosit pada Penderita Dengue
Pada subjek penelitian ini didapatkan nilai tengah persentase hitung jenis
leukosit, baik basofil, eosinofil, netrofil, limfosit, maupun monosit berada dalam
rentang normal hitung jenis leukosit. Pada subjek dengan infeksi dengue primer
dengan subjek dengan infeksi dengue sekunder terlihat ada perbedaan pada
jumlah absolut netrofil, limfosit, dan monosit. Pada hitung jenis basofil dan
eosinofil tidak ada perbedaan antara subjek dengan infeksi dengue primer dan
subjek dengan infeksi sekunder. Hitung jenis basofil dan eosinofil berturut turut,
adalah 0 (nol) dan 1 (satu). Seperti pada penelitian Schilling dan juga penelitian-
penelitian lain tidak ditemukan ada perubahan dari basofil maupun eosinofil dari
nilai normal.52,53,56,57
48
4.4.1 Deskripsi Netrofil pada Penderita Dengue
Nilai tengah persentase hitung jenis netrofil pada subjek penelitian adalah
normal, yaitu 49% (Normal: 43%-75%). Perbandingan antara nilai tengah
persentase hitung jenis netrofil pada subjek dengan infeksi dengue primer dengan
nilai tengah persentase hitung jenis netrofil pada subjek dengan infeksi dengue
sekunder didapatkan nilai yang lebih tinggi pada subjek dengan infeksi dengue
primer, seperti pada tabel 4.5, hasil uji Mann-Whitney menyatakan perbedaan itu
tidak bermakna.
Tabel 4.5 Persentase Hitung Jenis Netrofil pada Subjek Penelitian
Persentase Netrofil Rata-rata SD NilaiTengah
Batas bawah(CI 95%)
Batas atas(CI 95%)
UjiMann-
Whitney
Dengue Primer (n=14) 50,21 + 9,85 51,5 44,53 55,90
Dengue Sekunder (n=21) 49,24 + 13,92 48 42,90 55,58 p>0,05
Nilai tengah jumlah absolut netrofil pada subjek penelitian adalah
netropenia, dengan jumlah di bawah normal, yaitu 1.548 sel/µm3. Perbandingan
antara nilai tengah jumlah absolut netrofil pada subjek dengan infeksi dengue
primer dengan nilai tengah jumlah absolut netrofil pada subjek dengan infeksi
dengue sekunder didapatkan nilai yang lebih tinggi pada subjek dengan infeksi
dengue sekunder, seperti pada tabel 4.6, hasil uji Mann-Whitney menyatakan
perbedaan itu tidak bermakna.
49
Tabel 4.6 Jumlah Absolut Netrofil pada Subjek Penelitian
Jumlah Absolut Netrofil(x 103 sel/µm3)
Rata-rata SD NilaiTengah
Batas bawah(CI 95%)
Batas atas(CI 95%)
Uji Mann-Whitney
Dengue Primer (n=14) 1,58 + 0,87 1,32 1,07 2,08
Dengue Sekunder (n=21) 1,82 + 0,82 1,67 1,45 2,19p>0,05
Pada infeksi virus dengue, sel T CD4+ memproduksi sitokin unik yang
disebut faktor sitotoksik yang meningkat dan sangat tinggi pada dengue
berat.24,43,44 Faktor sitotoksik ini menyebabkan kematian dari sel-sel pertahanan
tubuh yang bekerja.8-10 Salah satu sel pertahanan tubuh yang bekerja saat infeksi
adalah leukosit. Sebagian besar (43%-75%) leukosit terdiri dari neutrofil.11,12 Jadi,
pada infeksi dengue terjadi penghancuran leukosit yang terutama netrofil yang
menyebabkan penurunan jumlah absolut netrofil walaupun penurunan pada
jumlah relatif netrofil tidak sampai melewati rentang nilai normal.
Pada infeksi dengue sekunder penurunan jumlah netrofil tidak sebanyak
pada infeksi dengue primer karena pada infeksi dengue sekunder sudah terbentuk
antibodi spesifik yang menyebabkan penghancuran dari netrofil oleh faktor
sitotoksik pada infeksi dengue sekunder tidak separah pada infeksi dengue
primer.24,40,44
50
Grafik 4.2 Jumlah Absolut Netrofil terhadap Jumlah Trombosit padaPeriode Kritis Infeksi Dengue
Penelitian-penelitian di Thailand, Hongkong, dan Singapura menemukan
bahwa pada infeksi dengue dengue terjadi penurunan jumlah absolut neutrofil.52-
54,57 Pada penelitian Low di Singapura tahun 2006 ditemukan bahwa jumlah
netrofil absolut pada penderita infeksi dengue yang dirawat (2.990 + 1.760
sel/µm3) lebih rendah dengan yang tidak dirawat di rumah sakit (3.410 + 1,730
sel/µm3).57 Penelitian di Singapura ini sejalan dengan hasil penelitian ini yang
menunjukan nilai tengah jumlah absolut netrofil adalah 1.548 sel/µm3.
4.4.2 Deskripsi Limfosit pada Penderita Dengue
Nilai tengah persentase hitung jenis limfosit pada pada subjek penelitian
adalah normal—cenderung meningkat, yaitu 43% (Normal: 30%-45%).
Perbandingan antara nilai tengah persentase hitung jenis limfosit pada subjek
51
dengan infeksi dengue primer dengan nilai tengah persentase hitung jenis limfosit
pada subjek dengan infeksi dengue sekunder didapatkan tinggi pada subjek
dengan infeksi dengue primer, seperti pada table 4.7, hasil uji Mann-Whitney
menyatakan perbedaan itu tidak bermakna.
Tabel 4.7 Persentase Limfosit pada Subjek Penelitian
Persentase Limfosit Rata-rata SD Nilaitengah
Batas bawah(CI 95%)
Batas atas(CI 95%)
Uji Mann-Whitney
Dengue Primer (n=14) 43,00 + 9,53 41,5 37,50 48,50
Dengue Sekunder (n=21) 42,24 + 12,77 43 36,42 48,05 p>0,05
Nilai tengah jumlah absolut limfosit pada subjek penelitian adalah
limfopenia, dengan jumlah di bawah normal, yaitu 1.462 sel/µm3 Perbandingan
antara nilai tengah jumlah limfosit pada subjek dengan infeksi dengue primer
dengan nilai tengah jumlah limfosit pada subjek dengan infeksi dengue primer
didapatkan lebih tinggi pada subjek dengan infeksi dengue sekunder, seperti pada
table 4.8, hasil uji Mann-Whitney menyatakan perbedaan itu tidak bermakna..
Tabel 4.8 Jumlah Absolut Limfosit pada Subjek Penelitian
Jumlah Absolut Limfosit(x 103 sel/µm3) Rata-rata SD Nilai
tengahBatas bawah
(CI 95%)Batas atas(CI 95%)
Uji Mann-Whitney
Dengue Primer (n=14) 1,36 + 0,65 1,45 0,98 1,74
Dengue Sekunder (n=21) 1,60 + 0,81 1,49 1,23 1,97 p>0,05
Pada infeksi dengue, sel limfosit mengalami penurunan dalam jumlah
absolut, tetapi penurunan jumlah itu tidak begitu besar dan jika dilihat pada
52
jumlah relatif limfosit terlihat kenaikan—masih dalam batas normal. Hal ini
terjadi karena pada infeksi virus dengue terjadi penurunan dari jumlah leukosit
secara keseluruhan sehingga jumlah absolut limfosit ikut menurun.24,45 Akan
tetapi dalam persentase hitung jenis leukosit, persentase limfosit justru meningkat.
Peningkatan persentase ini terjadi karena pada infeksi dengue terjadi stimulasi
pembentukan sel limfosit – sel limfosit, khusunya sel T.24,26,46
Grafik 4.3 Jumlah Absolut Limfosit terhadap Jumlah Trombosit padaPeriode Kritis Infeksi Dengue
Pada infeksi dengue sekunder jumlah absolut limfosit lebih tinggi pada
infeksi dengue primer. Hal ini terjadi karena pada infeksi dengue sekunder terjadi
stimulasi pembentukan-pembentukan antibodi yang membutuhkan sel limfosit,
khususnya sel B.24,26,46 Tak hanya itu, pada infeksi dengue sekunder juga reaksi
tubuh terhadap virus lebih cepat (karena sudah ada sel memori) sehingga jumlah
53
limfosit pada infeksi dengue sekunder lebih tinggi jika sama-sama diukur pada
periode kritis infeksi dengue.24,46
Peningkatan persentase hitung jenis limfosit pada penderita infeksi dengue
banyak ditemukan dalam penelitian-penelitian di Thailand, Hongkong, dan
Singapura.52-54,57 Pada penelitian di Thailand yang memeriksa serotipe dengan
PCR kemudian menggambarkan hasil laboratorium dari masing-masing serotipe
virus dengue, didapatkan persetase limfosit 45,6% dan jumlah limfosit 1491
sel/µm3. Persentase dan jumlah limfosit pada penelitian di Thailand ini serupa
dengan hasil penelitian ini.
4.4.3 Deskripsi Rasio Netrofil-Limfosit pada Penderita Dengue
Nilai tengah Rasio Netrofil-Limfosit pada subjek penelitian adalah 1,23.
Perbandingan antara nilai tengah Rasio Netrofil-Limfosit pada subjek dengan
infeksi dengue primer dengan nilai tengah Rasio Netrofil-Limfosit pada subjek
dengan infeksi dengue primer didapatkan lebih tinggi pada subjek dengan infeksi
dengue primer, seperti pada table 4.9, hasil uji Mann-Whitney menyatakan
perbedaan itu tidak bermakna. Rasio Netrofil-Limfosit pada seluruh subjek
penelitian ini berkisar antara 0,98 sampai 1,71 dengan CI 95%,
Tabel 4.9 Rasio Netrofil-Limfosit (RNL) pada Subjek PenelitianRNL Rata-rata SD Nilai
tengahBatas bawah
(CI 95%)Batas atas(CI 95%)
Uji Mann-Whitney
Dengue Primer (n=14) 1,27 + 0,51 1,24 0,98 1,57
Dengue Sekunder (n=21) 1,37 + 0,75 1,09 1,02 1,71 p>0,05
54
Rasio Netrofil-Limfosit merupakan penghitungan mudah dengan cara
membagi jumlah absolut netrofil dengan jumlah absolut limfosit. Sehingga faktor-
faktor yang dapat menyebabkan penurunan atau kenaikan Rasio Netrofil-Limfosit
hanya ada dua, yaitu jumlah netrofil dan jumlah limfosit. Pada infeksi dengue,
hasil Rasio Netrofil-Limfosit tidak setinggi pada infeksi bakteri sistemik. Hal ini
terjadi karena pada infeksi virus dengue, terjadi penurunan jumlah netrofil
sedangkan pada infeksi bakteri sistemik meningkat.
Grafik 4.4 Rasio Netrofil-Limfosit terhadap Jumlah Trombosit padaPeriode Kritis Infeksi Dengue
Rasio Netrofil-Limfosit pernah diteliti oleh de Jager pada tahun 2010
untuk memprediksi bakteremia sistemik dalam keadaan emergensi. Hasil
penelitian de Jager menyatakan bahwa Rasio Netrofil-Limfosit pada bakteremia
55
sistemik adalah lebih besar dari 10.20 Pada Penelitian ini penulis menemukan
bahwa pada dengue primer ataupun sekunder Rasio Netrofil-Limfosit kurang dari
10, yaitu 1,23.
Penelitian lainnya ialah penggunaan Rasio Netrofil-Limfosit sebagai
parameter untuk skrining pada infeksi virus influenza H1N1 oleh Ajit Indavarapu
pada tahun 2011.21 Ajit menemukan bahwa perhitungan rasio netrofil-limfosit
pada infeksi virus influenza adalah lebih kecil dari 2. Hasil penelitian Ajit ini
serupa dengan hasil penelitian ini. Hal ini mungkin terjadi karena sam-sama
merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus.
4.4.4 Deskripsi Monosit pada Penderita Dengue
Nilai tengah persentase hitung jenis monosit pada subjek penelitian adalah
normal, yaitu 6% (Normal: 2% - 9%). Perbandingan antara nilai tengah persentase
hitung jenis monosit pada subjek dengan infeksi dengue primer dengan nilai
tengah persentase hitung jenis monosit pada subjek dengan infeksi dengue
sekunder lebih tinggi pada subjek dengan infeksi dengue sekunder, seperti pada
table 4.10, hasil uji Mann-Whitney menyatakan perbedaan itu tidak bermakna.
Tabel 4.10 Persentase Monosit pada Subjek Penelitian
Persentase Monosit Rata-rata SD NilaiTengah
Batas bawah(CI 95%)
Batas atas(CI 95%)
UjiMann-
Whitney
Dengue Primer (n=14) 5,43 + 2,41 5 4,04 6,82
Dengue Sekunder (n=21) 6,57 + 3,82 7 4,83 8,31 p>0,05
56
Pada infeksi dengue terjadi aktivasi berlebih pada sel mononuklear.
Pengaktifan dari sel mononuklear ini diatur oleh CD69 yang paling tinggi
jumlahnya pada hari keempat demam.58 Pengaktifan dari sel mononuklear ini
menyebabkan peningkatan dari persentase hitung jenis monosit dalam persentase
keseluruhan leukosit.24,58
Grafik 4.5 Jumlah Absolut Monosit terhadap Jumlah Trombosit padaPeriode Kritis Infeksi Dengue
Pada infeksi dengue sekunder, aktifasi dari mononuklear terjadi lebih
cepat, sehingga pada dengue sekunder, persentase hitung jenis monosit menjadi
lebih tinggi. Kemungkinan kedua yang menyebabkan meningkatnya nilai monosit
adalah adanya limfosit atipikal yang berdiameter besar pada infeksi dengue.
Limfosit atipikal ini memiliki diameter yang besar hampir sebesar monosit,
57
sehingga besar kemungkinan terjadi kesalahan pembacaan limfosit atipikal ini
sebagai monosit.
Banyak penelitian yang juga meneliti monosit pada penderita infeksi
dengue.52,53,59 Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan James tahun 2010
di Thailand, dengan menggunakan persentase monosit kurang dari 9, dapat
mendiagnosis 36/36 diagnosis dengue dari total 845 kasus demam .59 Hal ini
serupa dengan nilai tengah hasil penelitian ini dimana persentase monosit kurang
dari 9%, yaitu 6 %.
4.5 Keterbatasan Penelitian
1. Pada rekam medis penelitian ini tidak didapatkan data-data pemeriksaan
fisik yang lengkap, sehingga tidak dapat mendeskripsikan jumlah leukosit,
hitung jenis leukosit, dan jumlah trombosit pada klasifikasi dengue tanpa
tanda bahya, dengue dengan tanda bahaya, dan dengue berat—sesuai
klasifikasi WHO 2009.
2. Subjek penelitian ini berjumlah sedikit, sehingga perlu dilakukan lagi
penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar.
58
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Jumlah leukosit menurun pada saat jumlah trombosit turun—periode kritis
pada penderita dengan dugaan infeksi dengue yang dirawat di Ruang
Rawat Inap Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSHS.
a. Persentase hitung jenis leukosit: basfoil, eosinofil, netrofil,
limfosit, dan monosit berada dalam rentang normal
b. Nilai tengah jumlah absolut basofil, eosinofil, limfosit dan monosit
berada dalam rentang normal
c. Nilai tengah jumlah absolut netrofil jauh lebih rendah dari rentang
normal, netropeni.
d. Nilai tengah jumlah absolut limfosit sedikit lebih rendah dari
rentang normal, limfopeni.
2. Rasio Netrofil-Limfosit pada penderita dengan dugaan infeksi dengue yang
dirawat di Ruang Rawat Inap Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSHS
adalah 1,23.
5.2 Saran
1. Pemeriksaan hitung jenis leukosit, dapat membantu dalam menentukan
diagnosis infeksi dengue, sebaiknya diperiksa setiap hari sehingga dapat
dilihat perubahan dari hasil pemeriksaan darah tersebut.
59
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan identifikasi serotipe dengan
pemeriksaan PCR dan pencatatan hasil pemeriksaan fisik yang lebih
lengkap terhadap tanda-tanda bahaya infeksi dengue.
3. Data pasien berupa dasar diagnosis, hasil pemeriksaan fisik lengkap dan
hasil pemeriksaaan laboratorium perlu dicantumkan secara lengkap pada
rekam medis agar dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut.
60
DAFTAR PUSTAKA
1. Setiatia TE, Wagenaarb JFP, Kruifb MDd, Albert T.A. Mairuhub, Gorpb ECMv,Soemantria A. Changing Epidemiology of Dengue Haemorrhagic Fever inIndonesia. Dalam: Editor, editor.^editors. Book Changing Epidemiology ofDengue Haemorrhagic Fever in Indonesia. City2006.
2. WHO Dengue: Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control,(2009).
3. Porter KR, Beckett CG, Kosasih H, Tan RI, Alisjahbana B, Rudiman PI, et al.Epidemiology of dengue and dengue hemorrhagic fever in a cohort of adultsliving in Bandung, West Java, Indonesia. Am J Trop Med Hyg. 2005Jan;72(1):60-6.
4. Gayatri P. Faktor-Faktor Prognosis Pada Demam Berdarah. Jakarta: University ofIndonesia; 1997.
5. Subawa AAN, Yasa IWPS. Pola Jumlah Trombosit Penderita Demam BerdarahDengue (DBD) Pada Anak Anak Yang Pertanda Serologinya Positif. JournalPenyakit Dalam. 2007;8.
6. Guidelines for Clinical Case Management of Dengue Fever/Dengue HemorrhagicFever/Dengue Shock Syndrome 2011 in Pakistan Context, (2011).
7. Eu-Ahsunthornwattana N, Eu-ahsunthornwattana J, Thisyakorn U. PeripheralBlood Count for Dengue Severity Prediction: A Prospective Study In ThaiChildren. JPediatrics. 2008 January 1, 2008;121(S):127a-8.
8. Guyton AC, Hall JE. Blood Cells, Immunity, and Blood Clotting. Textbook ofMedical Physiology. Edisi ke-11: Saunders; 2005.
9. Sherwood L. Body Defenses. Fundamentals of Human Physiology. Edisi ke-4:Brooks/Cole; 2011.
10. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Acute and Chronic Inflammation. Robbins andCotran Pathologic Basis of Disease. Edisi ke-7. Philadelphia: Elsevier; 2005.
11. Harmening DM. Clinical Hematology and Fundamentals of Hemostasis. Edisike-5. Philadelphia: F.A. Davis Company;2009.
12. Greer JP, Wintrobe MM. Wintrobe's Clinical Hematology. Edisi ke-12.2008.
13. Dharma R. Penilaian Hasil Hematologi Rutin. Cermin Dunia Kedokteran. 2007.
14. Junqueira LC, Carneiro J. Basic Histology ‘Text & Atlas’.McGraw-HillMedical;2005.
61
15. Walsh SR, Cook EJ, Goulder F, Justin TA, Keeling NJ. Neutrophil-lymphocyteratio as a prognostic factor in colorectal cancer. J Surg Oncol. 2005 Sep1;91(3):181-4.
16. Goodman DA, Goodman CB, Monk JS. Use of the neutrophil:lymphocyte ratioin the diagnosis of appendicitis. Am Surg. 1995 Mar;61(3):257-9.
17. Tamhane UU, Aneja S, Montgomery D, Rogers EK, Eagle KA, Gurm HS.Association between admission neutrophil to lymphocyte ratio and outcomes inpatients with acute coronary syndrome. Am J Cardiol. 2008 Sep 15;102(6):653-7.
18. Turkmen K, Guney I, Yerlikaya FH, Tonbul HZ. The Relationship BetweenNeutrophil-to-Lymphocyte Ratio and Inflammation in End-Stage Renal DiseasePatients. Ren Fail. 2011 Dec 16.
19. Goodman DA, Goodman CB, Monk J. Use of the neutrophil:lymphocyte ratio inthe diagnosis of appendicitis. Am Surg. 1995;61:257-9.
20. de Jager CP, van Wijk PT, Mathoera RB, de Jongh-Leuvenink J, van der Poll T,Wever PC. Lymphocytopenia and neutrophil-lymphocyte count ratio predictbacteremia better than conventional infection markers in an emergency care unit.Crit Care. 2010;14(5):R192.
21. Ajit Indavarapu, Akinapelli A. Neutrophils to lymphocyte ratio as a screeningtool for swine influenza. Indian J Med Res. 2011;134:389-91.
22. Italiano J. The Structure and Production of Blood Platelets. Boston: CambridgeUniversity; 2005.
23. Sumarmo. Dengue Haemorrhagic Fever in Indonesia. J Trop Med. 1987;18:269-74.
24. Martina BE, Koraka P, Osterhaus AD. Dengue virus pathogenesis: an integratedview. Clin Microbiol Rev. 2009 Oct;22(4):564-81.
25. Kusuma MAN. Metabolisme Sari Kurma pada Pasien Demam Berdarah Dengue:Studi Hematologis. Bogor: Institut Pertanian Bogor; 2009.
26. Lin YW, Wang KJ, Lei HY, Lin YS, Yeh TM, Liu HS, et al. Virus replicationand cytokine production in dengue virus-infected human B lymphocytes. J Virol.2002 Dec;76(23):12242-9.
27. Chaturvedi UC, Agarwal R, Elbishbishi EA, Mustafa AS. Cytokine cascade indengue hemorrhagic fever: implications for pathogenesis. FEMS Immunol MedMicrobiol. 2000 Jul;28(3):183-8.
28. Nachman RL, Rafii S. Platelets, Petechiae, and Preservation of the VascularWall. New England Journal of Medicine. 2008;359(12):1261-70.
62
29. Widodo D. Infeksi Virus Dengue. Ilmu Kesehatan Anak XXXVI Kapita SelektaIlmu Kesehatan Anak VI; Surabaya: FK UNAIR RSU Dr. Sutomo Surabaya;2006.
30. McPherson RA, Pincus MR. Henry’s Clinical Diagnosis and Management byLaboratory Methods. Edisi ke-28.Saunders;2006.
31. Fauci AS H, editor. Harrison's Principles of Internal Medicine. 17 ed. New York:McGraw Hill; 2008.
32. George JN, Aster RH. Drug-induced thrombocytopenia: pathogenesis,evaluation, and management.ASH Educational book;2007.
33. Whitehorn J, Simmons CP. The pathogenesis of dengue. Vaccine. 2011 Sep23;29(42):7221-8.
34. Oishi K, Saito M, Mapua CA, Natividad FF. Dengue illness: clinical features andpathogenesis. J Infect Chemother. 2007 Jun;13(3):125-33.
35. Seneviratne SL, Malavige GN, de Silva HJ. Pathogenesis of liver involvementduring dengue viral infections. Trans R Soc Trop Med Hyg. 2006 Jul;100(7):608-14.
36. Tan GK, Alonso S. Pathogenesis and prevention of dengue virus infection: state-of-the-art. Curr Opin Infect Dis. 2009 Jun;22(3):302-8.
37. Van Gorp EC, Setiati TE, Mairuhu AT, Suharti C, Cate Ht H, Dolmans WM, etal. Impaired fibrinolysis in the pathogenesis of dengue hemorrhagic fever. J MedVirol. 2002 Aug;67(4):549-54.
38. McBride WJ, Bielefeldt-Ohmann H. Dengue viral infections; pathogenesis andepidemiology. Microbes Infect. 2000 Jul;2(9):1041-50.
39. Teixeira MG, Barreto ML. Diagnosis and management of dengue. BMJ.2009;339:b4338.
40. Mathew A, Rothman AL. Understanding the contribution of cellular immunity todengue disease pathogenesis. Immunol Rev. 2008 Oct;225:300-13.
41. Sanchez V, Gimenez S, Tomlinson B, Chan PK, Thomas GN, Forrat R, et al.Innate and adaptive cellular immunity in flavivirus-naive human recipients of alive-attenuated dengue serotype 3 vaccine produced in Vero cells (VDV3).Vaccine. 2006 Jun 5;24(23):4914-26.
42. Rothwell SW, Putnak R, La Russa VF. Dengue-2 virus infection of human bonemarrow: characterization of dengue-2 antigen-positive stromal cells. Am J TropMed Hyg. 1996 May;54(5):503-10.
43. Agarwal R, Chaturvedi UC, Misra A, Mukerjee R, Kapoor S, Nagar R, et al.Production of cytotoxic factor by peripheral blood mononuclear cells (PBMC) in
63
patients with dengue haemorrhagic fever. Clin Exp Immunol. 1998Jun;112(3):477-81.
44. Chaturvedi UC, Elbishbishi EA, Agarwal R, Mustafa AS. Cytotoxic factor-autoantibodies: possible role in the pathogenesis of dengue haemorrhagic fever.FEMS Immunol Med Microbiol. 2001 Apr;30(3):181-6.
45. Chaturvedi UC. Shift to Th2 cytokine response in dengue haemorrhagic fever.Indian J Med Res. 2009 Jan;129(1):1-3.
46. Chareonsirisuthigul T, Kalayanarooj S, Ubol S. Dengue virus (DENV) antibody-dependent enhancement of infection upregulates the production of anti-inflammatory cytokines, but suppresses anti-DENV free radical and pro-inflammatory cytokine production, in THP-1 cells. J Gen Virol. 2007 Feb;88(Pt2):365-75.
47. Ingram PR, Mahadevan M, Fisher DA. Dengue management: practical and safehospital-based outpatient care. Trans R Soc Trop Med Hyg. 2009Feb;103(2):203-5.
48. Mourao MP, Lacerda MV, Macedo VO, Santos JB. Thrombocytopenia inpatients with dengue virus infection in the Brazilian Amazon. Platelets. 2007Dec;18(8):605-12.
49. Schexneider KI, Reedy EA. Thrombocytopenia in dengue fever. Curr HematolRep. 2005 Mar;4(2):145-8.
50. Garg P, Seneviratne SL. Dengue, HIV and thrombocytopenia. Indian J Pediatr.2008 Nov;75(11):1187.
51. Pusparini W. Kadar hematokrit dan trombosit sebagai indikator diagnosis infeksidengue primer dan sekunder. Jurnal Kedokteran Trisakti. 2004;23(2).
52. Limkittikul K, Yingsakmongkon S, Jittmittraphap A, Chuananon S, KongphraiY, Kowasupathr S, et al. Clinical differences among PCR-proven dengueserotype infections. Southeast Asian J Trop Med Public Health. 2005Nov;36(6):1432-8.
53. Chuang VW, Wong TY, Leung YH, Ma ES, Law YL, Tsang OT, et al. Review ofdengue fever cases in Hong Kong during 1998 to 2005. Hong Kong Med J. 2008Jun;14(3):170-7.
54. Tanner L, Schreiber M, Low JG, Ong A, Tolfvenstam T, Lai YL, et al. Decisiontree algorithms predict the diagnosis and outcome of dengue fever in the earlyphase of illness. PLoS Negl Trop Dis. 2008;2(3):e196.
55. Potts JA, Thomas SJ, Srikiatkhachorn A, Supradish PO, Li W, Nisalak A, et al.Classification of dengue illness based on readily available laboratory data. Am JTrop Med Hyg. 2010 Oct;83(4):781-8.
64
56. Schilling S, Ludolfs D, Van An L, Schmitz H. Laboratory diagnosis of primaryand secondary dengue infection. J Clin Virol. 2004 Nov;31(3):179-84.
57. Low JG, Ooi EE, Tolfvenstam T, Leo YS, Hibberd ML, Ng LC, et al. EarlyDengue infection and outcome study (EDEN) - study design and preliminaryfindings. Ann Acad Med Singapore. 2006 Nov;35(11):783-9.
58. Lei HY, Yeh TM, Liu HS, Lin YS, Chen SH, Liu CC. Immunopathogenesis ofdengue virus infection. J Biomed Sci. 2001 Sep;8(5):377-88.
59. Potts JA, Gibbons RV, Rothman AL, Srikiatkhachorn A, Thomas SJ, SupradishPO, et al. Prediction of dengue disease severity among pediatric Thai patientsusing early clinical laboratory indicators. PLoS Negl Trop Dis. 2010;4(8):e769.
65
LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Penelitian
Umur Medrec JK Lama IgG IgM Jenis D Hb Ht Eri Leu Thrombo B E N L M NLCR45 2538 1 5 0 1 1 1 14.5 41 4.72 3500 8000 0 0 49 40 11 1.23
23 4662 2 7 1 1 2 2 11.9 32 3.9 6200 32000 0 1 34 53 12 0.64
22 2804 2 6 1 0 3 1 15.7 44 5.51 5100 48000 0 1 48 44 7 1.09
22 2846 2 5 1 0 3 2 14 40 4.75 2500 92000 0 1 67 24 8 2.79
29 3327 2 5 1 1 2 2 12.3 37 4.82 2200 93000 0 1 53 37 9 1.43
19 3742 1 7 0 1 1 1 13.7 39 4.74 4400 106000 0 1 37 56 6 0.66
27 4028 2 5 1 1 2 2 14.3 43 5.15 4500 55000 0 2 71 25 2 2.84
44 4563 2 6 1 0 3 2 13.9 40 4.98 4500 26000 0 0 46 44 10 1.05
37 5683 2 5 1 1 2 2 12.9 37 5 2600 22000 0 1 22 76 1 0.29
45 531 2 5 0 1 1 2 12.8 39 4.28 2200 124000 0 4 61 29 6 2.1
17 6322 2 5 1 1 2 1 13 39 5.04 5600 22000 0 0 55 39 6 1.41
25 552 1 6 0 1 1 1 17.3 48 5.39 2800 97000 0 2 35 58 5 0.6
60 6348 1 6 1 1 2 1 15.3 42 5.4 6800 31000 0 0 47 43 1 1.09
28 602 2 5 0 1 1 1 14.7 43 5.01 3400 120000 0 1 54 43 2 1.26
24 1138 2 5 0 1 1 1 14.4 42 4.75 1600 145000 0 1 56 39 4 1.44
32 2337 2 6 0 1 1 1 11.3 31 3.73 6400 11000 0 0 58 40 2 1.45
40 9985 1 4 0 1 1 1 16.9 50 5.78 1500 71000 0 1 61 34 4 1.79
29 9858 2 5 1 1 2 2 12.1 34 4.41 1600 27000 0 1 66 29 4 2.28
15 9472 2 6 0 1 1 2 14.8 42 5.35 5200 103000 0 0 62 30 8 2.07
59 5036 2 7 0 1 1 1 11.9 33 5 3100 82000 0 4 42 49 5 0.86
28 6284 1 6 1 1 2 1 12.2 34 4.21 2900 86000 0 1 64 26 9 2.46
18 9093 1 6 1 1 2 1 11.5 35 3.8 4300 25000 0 6 31 59 4 0.53
24 9084 2 6 1 0 3 1 13.5 38 4.62 2500 50000 0 6 23 57 14 0.4
19 9012 1 6 1 1 2 1 13.6 41 4.54 3000 15000 0 0 51 36 13 1.42
15 8990 1 5 1 1 2 1 13.5 40 4.7 1600 10000 0 2 45 45 8 1
24 8887 1 6 1 1 2 1 16 46 5.65 5800 30000 0 2 45 45 8 1
27 8683 2 5 1 0 3 1 11.8 35 4.33 3100 62000 0 1 46 48 5 0.96
24 8341 1 6 1 1 2 2 12.7 37 4.85 2400 51000 0 1 65 32 2 2.03
42 8132 2 6 0 1 1 1 13.4 39 4.43 3600 29000 0 0 43 49 8 0.88
18 7371 2 6 0 1 1 1 12.6 33 4.2 1600 106000 0 1 49 46 4 1.07
65 7100 1 5 1 1 2 1 13.9 36 4.68 4000 44000 0 1 55 41 3 1.34
44 6963 1 5 1 1 2 1 13.9 36 4.61 3300 48000 0 3 40 52 5 0.77
42 6906 1 6 1 1 2 1 13.5 32 4.19 4200 54000 0 1 60 32 7 1.88
33 6592 1 6 0 1 1 1 13.5 36 4.63 2100 103000 0 1 59 34 6 1.74
52 4601 1 6 0 1 1 1 13.1 36 4.77 2600 31000 0 3 37 55 5 0.67
66
Keterangan tabel
Umur : Umur subjek (tahun)
Medrec : Nomor MedicalRecord
(1101-….)
JK : Jenis Kelamin (1=laki-laki,2=perempuan)
Lama : Hari lama demamsebelum ke rumahsakit
(hari)
IgG : Immunoglobulin G (0=negatif,1=positif)
IgM : Immunoglobulin M (0=negatif,1=positif)
Jenis : Jenis Infeksi (1=primer,2=sekunderIgG+IgM,3=sekunder IgG)
Diagnosa : diagnosa awal saatmasuk
(1=dengue,2=dengue dengan tandabahaya,3=dengue berat)
Hb : Kadar hemoglobin
Ht : Kadar hematokrit
Eri : Kadar sel darahmerah
Leu : Jumlah leukosit
Thrombo : Jumlah trombosit
B : Basofil (%)
E : Eosinofil (%)
N : Netrofil (%)
L : Limfosit (%)
M : Monosit (%)
NLCR : Perhitungan RasioNetrofil-Limfosit
67
Lampiran 2 Uji Normalitas dan Non-Parametrik
Tests of Normalityb,c
primer_seku
nder
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Leu1000 primer .161 14 .200* .920 14 .217
sekunder .141 21 .200* .947 21 .301
Trombo10000 primer .211 14 .090 .899 14 .109
sekunder .167 21 .132 .911 21 .056
pEosin primer .315 14 .001 .812 14 .007
sekunder .338 21 .000 .699 21 .000
pNet primer .150 14 .200* .896 14 .097
sekunder .142 21 .200* .956 21 .432
pLim primer .124 14 .200* .949 14 .551
sekunder .129 21 .200* .952 21 .372
pMono primer .192 14 .172 .931 14 .318
sekunder .088 21 .200* .961 21 .535
NLCR primer .136 14 .200* .933 14 .339
sekunder .179 21 .077 .930 21 .139
Netrofil primer .240 14 .027 .781 14 .003
sekunder .101 21 .200* .955 21 .428
Limfosit primer .186 14 .200* .901 14 .117
sekunder .120 21 .200* .953 21 .390
Monosit primer .274 14 .005 .828 14 .011
sekunder .165 21 .138 .908 21 .050
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
b. pBaso is constant when primer_sekunder = primer. It has been omitted.
c. pBaso is constant when primer_sekunder = sekunder. It has been omitted.
68
Test Statisticsb
Trombo10000 Leu1000 Monosit
Mann-Whitney U 73.500 113.500 112.500
Wilcoxon W 304.500 218.500 217.500
Z -2.476 -1.129 -1.162
Asymp. Sig. (2-tailed) .013 .259 .245
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .012a .263a .249a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: primer_sekunder
Test Statisticsb
pBaso pEosin pNet pLim pMono
Mann-Whitney U 147.000 138.000 144.000 135.500 121.500
Wilcoxon W 378.000 243.000 375.000 366.500 226.500
Z .000 -.325 -.101 -.387 -.864
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 .746 .920 .698 .388
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000a .778a .934a .702a .396a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: primer_sekunder
Test Statisticsb
Netrofil Limfosit NLCR
Mann-Whitney U 115.000 120.000 146.000
Wilcoxon W 220.000 225.000 251.000
Z -1.077 -.909 -.034
Asymp. Sig. (2-tailed) .281 .363 .973
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .293a .377a .987a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: primer_sekunder