PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEPENTINGAN PARA PIHAK di dalam merger saham bank

23
TUGAS MATA KULIAH HUKUM EKONOMI MAKALAH PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEPENTINGAN PARA PIHAK DI DALAM MERGER SAHAM BANK Oleh : SYAPUTRA (B1A109122) KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BENGKULU FAKULTAS HUKUM 2011

Transcript of PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEPENTINGAN PARA PIHAK di dalam merger saham bank

TUGAS MATA KULIAH

HUKUM EKONOMI

MAKALAH

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEPENTINGAN PARA PIHAK

DI DALAM MERGER SAHAM BANK

Oleh :

SYAPUTRA (B1A109122)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS BENGKULU

FAKULTAS HUKUM

2011

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan

tugas makalah hukum ekonomi dengan judul PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP KEPENTINGAN PARA PIHAK DI DALAM MERGER SAHAM

BANK hingga selesai dengan segala upaya. Dan tidak lupa shalawat serta

salam kita haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang

telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju alam yang terang

benderang seperti yang kita rasakan saat ini.

Saya menyadari masih banyak sekali kesalahan-kesalahan yang

terdapat dalam penyusunan tugas ini. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan masukan baik berupa kritik maupun saran yang berguna

untuk penyusunan tugas-tugas selanjutnya.

Demikianlah yang dapat saya uraikan, lebih dan kurangnya saya

mohon maaf, semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bengkulu, Desember 2011

Penulis

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................ 1

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Permasalahan ........................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................. 3

A. Pengertian ............................................................................. 3

B. Manfaat dan Kelemahan Merger .............................................. 4

C. Faktor-Faktor yang Harus

Dipertimbangkan dalam Merger............................................... 7

D. Alasan Bank Melakukan Merger ............................................... 9

E. Dasar Hukum Merger Bank ..................................................... 10

F. Hambatan Pelaksanaan Merger Bank ....................................... 11

G. Perlindungan Hukum Terhadap Kepentingan

Para Pihak dalam Merger Saham Bank ..................................... 12

1) Kepentingan Para Pemegang Saham................................... 12

2) Kepentingan Para Nasabah Penyimpan Dana....................... 16

3) Kepentingan Para Pegawai Bank......................................... 16

4) Kepentingan Para Pengurus ............................................... 17

5) Masalah Perlindungan Kreditor ........................................... 17

BAB III PENUTUP ...................................................................... 18

A. Kesimpulan ............................................................................ 18

Daftar Pustaka

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menghadapi persaingan yang makin lama makin tajam di dalam

kehidupan perekonomian terutama dunia bisnis, terlebih memasuki era

globalisasi pada saat ini, perusahaan-perusahaan besar berupaya mencari

jalan untuk meningkatkan efisiensinya, bahkan perusahaan-perusahaan

besar berupaya meningkatkan daya saing, size dan kinerjanya.

Melakukan pengurangan biaya produksi yang tidak sampai

mengakibatkan penurunan pendapatan adalah cara tradisional dianggap

tidak cukup kuat untuk meningkatkan keuntungan perusahaan. Tetapi telah

ada upaya lain yang kemudian dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar

yakni merger, konsolidasi ataupun akuisisi.

Merger melibatkan penggabungan dua perusahaan atau lebih yang

seringkali berbeda dari segi karakter dan nilainya. Dengan harapan adanya

pencapaian terhadap sasaran yang sangat strategis dan sasaran financial

tertentu.

Melalui merger, perusahaan-perusahaan menggabungkan dan

membagi sumber daya yang mereka miliki untuk mencapai tujuan bersama.

Para pemegang saham dari perusahaan-perusahaan yang bergabung

seringkali tetap dalam posisi sebagai pemilik bersama entitas yang

digabungkan.

Begitu juga dengan Bank, kepentingan yang diharapkan bukan hanya

untuk sekedar peningkatan efesiensi, daya saing, size, dan kinejanya tetapi

juga untuk meningkatkan kepentingan yang berkaitan dengan keharusan

2

bank untuk memenuhi rasio kecukupan modal yang telah ditetapkan oleh

Bank Indonesia serta untuk mengatasi keadaan yang bermasalah.

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan

Terbatas ditentukan bahwa jika terjadi penggabungan, maka perseroan yang

menggabungkan diri menjadi bubar. Penggabungkan itu sekaligus dan

serentak memindahkan aktiva (asset) dan pasiva (liabilities) dari perusahaan

yang diambil alih dan terjadi demi hukum. Meskipun secara otomatis

pengalihannya melalui hukum tetapi untuk mencapai kepastian hukum agar

dapat melindungi kepentingan para pihak yang terkait maka dibuat akta

perjanjian merger.

B. Permasalahan

Dengan adanya merger atau penggabungan dua perusahaan

atau lebih tidaklah menghilangkan seluruh aset, hak dan kewajiban dari

badan hukum yang bubar melainkan diambil alih oleh perusahaan yang

masih tetap ada, sehingga memunculkan pemegang saham dari perusahaan-

perusahaan yang bergabung yang menempatkan posisi mereka sebagai

pemilik bersama entitas yang digabungkan. Dengan begitu terdapat

kesenjangan antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham

minoritas. Sehingga memunculkan permasalahan bagaimana perlindungan

hukumnya terhadap kepentingan pihak-pihak yang terkait terhadap merger

saham bank terutama bagi pemilik saham minoritas.

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Menurut Black’s Law Dictionary, merger adalah fusion or absorption of

one thing or right into another1, yang berarti fusi atau absorpsi tersebut

dilakukan oleh suatu subjek yang kurang pening dengan subjek lain yang

lebih penting. Subjek yang kurang penting itu kemudian membubarkan diri.

Dengan demikian merger perusahaan berarti dua perusahaan melakukan

fusi, dimana salah satu diantaranya akan lenyap (dibubarkan).

Dalam istilah hukum perusahaan merger adalah tindakan

penggabungan dua perusahaan sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan

oleh undang-undang, dimana satu dari beberapa perusahaan tetap bertahan

dan yang lainnya hilang2.

Dalam penjelasasn atas pasal 28 undang-undang nomor 7 tahun 1992

tentang perbankan terdapat istilah “penggabungan” untuk merger, yaitu:

“Merger (penggabungan usaha) adalah penggabungan dari dua bank atau

lebih dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu bank dan

menlikuidasi bank-bank lainnya.”

Sementara menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun1998

Tentang Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas

merger atau penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh

suatu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan

lainnya yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri

1 Henry Campbell Black. Black’s Law Dictionary. Sixth Edition. (St. Paul Minn. WestPublishing Co. 1991), hlm. 682.2 Ibid.

4

menjadi bubar. Merger adalah absorsi suatu perusahaan oleh perusahaan

lainnya dengan tetap mempertahankan nama dan identitas perusahaan yang

telah diambil alih.

Dapat ditarik kesimpulah bahwa merger merupakan suati bentuk

penggabungan dua badan usaha, badan usaha yang satu tetap ada, dan

yang satunya bubar secara hukum dan nam perusahaan yang digunakan

adalah perusahaan yang ada.

B. Manfaat dan Kelemahan Merger

Meningkatnya laju perekonomian di Indonesia tidak terlepaas dari

pesatnya tingkat pertumbuhan dan perkembangan perbankan nasional.

Perbankan merupakan salah satu dari mata rantai bisnis secara macro.

Apabial salah satu mata rantai mengalami kesulitan, maka akan berakibat

banyak bagi pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan.

Untuk menghindari hal itu, maka diadakan merger antar bank

terutama bank besar terhadap bank-bank kecil agar bank tersebut dapat

tumbuh dan berkembang. Banyak manfaat yang didapat dari merger antar

bank3, antara lainnya adalah:

1. Pertimbangan pasar

Merger dimaksudkan untuk memperluas pangsa pasar. Dalam hal

ini, baik untuk menghasilkan mata rantai produk yang lengkap,

maupun unutk memperluas distribusi produk dalam satu area, atau

memperluas area distribusi.

2. Penghematan distribusi

Sistem distribusi, termasuk tetapi tidak terbatas pada salesman,

dealers, retails, outlets, dan transportation facilities, seringkali

3 Munir Fuady, Hukum tentang Merger. Cetakan I. (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), hlm54-55

5

dapat menangani dua produk yang mempunyai metode distribusi

market yang serupa, dengan menhemat biaya daripada hanya

menangani produk tunggal.

3. Diversifikasi

Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh penganekaragaman jenis

usaha, untuk meminimalkan resiko terhadap pasar tertentu

dan/atau untuk berpartisipasi pada bidang-bidang yang baru

tumbuh.

4. Keuntungan manufaktur

Banyak keuntungan dapat dipetik dengan menggabungkan dua

unit manufaktur atau lebih. Biasanya segi-segi kelemahan dapat

diperkuat, kelebihan (overcapacity) dapat dihilangkan, dan

overhead dapat dikurangi, dan problem-problem yang bersifat

temporer karenanya dapat dipecahkan.

5. Riset dan development

Biaya riset dan development dapat dikurangi dengan terbukanya

kesempatan untuk menggunakan laboratorium bersama,

pendidikan bersama, dan sebagainya.

6. Pertimbangan finansial

Dalam hal ini untuk meningkatkan earning per share dan

memperbaiki image di pasar dan mencapai stabilitas dan sekuritas

finansial.

7. Pemanfaat sumber daya manusia

Excess capital masing-masing perusahaan dapat saling

dimanfaatkan.

8. Kecanggihan dan otomatisasi

Bagi perusahaan yang kekurangan/mempunyai kelemahan di

bidang SDM dapat dibantu oleh perusahaan lain yang SDM-nya

lebih baik.

6

9. Kecanggihan otomatisasi

Perkembangan bisnis menuju kepada penggunaan sarana yang

semakin canggih dan otomatisasi. Untuk itu diperlukan biaya tinggi

dan SDM yang tangguh. Perusahaan-perusahaan kecil akan sulit

mengikuti perkembangan ini kecuali dengan membesarkan diri

dengan cara merger.

Merger juga tidak luput dari kelemahan atau disebut dengan

dangerous area yang mesti diwaspadai4, diantaranya:

1. Account receivables

Dalam hal ini harus dilihat dengan teliti apakah kredit-kredit dan

tagihan dalam keadaan kolektibilitas atau tidak.

2. Inventories

Dalam hubungan dengan inventories ini, hal-hal yang harus

diperhatikan:

a) Apakah dokumentasi kepemilikannya kuat secara hukum.

Apakah punya kekuasaan/kemampuan untuk mengontrol

inventories tersebut.

b) Harga yang sebenarnya/harga pasar kemungkinannya berapa.

c) Kalau ingin dijual likuiditasnya sejauh mana.

d) Apakah inventories tidak termasuk dalam slow moving,

defective, atau absolete.

3. Property, Plant, dan Equipment

Mesti pula diinvestasikan secara baik berapa nilai yang sebenarnya

dari property, plant dan equipment tersebut.

4. Liabilities

Harus diperhatikan dengan teliti terhadap segi-segi kewajiban

perusahaan, terutama tentang kewajiban-kewajiban yang tidak

tercatat dan kewajiban-kewajiban yang bersifat contingent. Jika

4 Adrian Sutedi, S.H., M.H. Hukum Perbankan. Jakarta: Sinar Grafika. Hlm. 100-101

7

tidak diinvestigasi secara teliti, kemungkinan liabilities seperti ini

tidak terdeteksi.

C. Faktor-Faktor yang Harus Dipertimbangkan Dalam Merger

Jika sebuah perusahaan ingin melakukan merger dengan perusahaan

lain, maka sebelum melakukan merger, ada beberapa factor minimal yang

mesti dipertimbangkan dan diinvestigasi terlebih dahulu5, sebagai berikut:

1. Faktor produksi

Ketika merger dilakukan, maka akan terjadi perpaduan antara dua

sumber produksi, baik produksi yang sama, produksi produk satu

jalur, ataupun produksi dua produk yang berbeda. Akan tetapi,

dengan adanya penggabungan produksi tersebut, sejauh mana

akan membawa suatu sinerji mesti diperhitungkan. Hal-hal yang

mesti diperhitungkan adalah sebagai berikut:

a) Sejauh mana merger dapat menghemat production cost.

b) Sejauh mana riset dan development terhadap produk dapat

digabung.

c) Standar produk yang bagaimana yang diinginkan dalam

mempersatukan dua produk yang mungkin standarnya

berbeda.

d) Bagaimana know-how dapat ditingkatkan dalam bidang

produksi dengan merger tersebut.

e) Berapa besar biaya yang diperlukan dalam hal tempat

produksinya di tempat yang berbeda. Juga hal yang harus

dipertimbangkan adalah mengenai transportasi, waktu, dan

sebagainya.

f) Bagaimana penyatuan pabrik-pabrik dan peralatan jika

diperlukan. Apakah diperlukan biaya ekstra untuk itu.

5 Ibid. hlm. 103-106

8

g) Apakah ada masalah-masalah yang tidak kelihatan, misalnya

produk yang telah dihasilkan berkualitas rendah sehingga ada

ancaman pengembalian produk atau bahkan gugatan hukumm

di pengadilan.

2. Faktor finansial

Faktor ini merupakan faktor yang sangat penting yang harus

dipertimbangkan dalam suatu merger. Beberapa masalah finansial

dari perusahaan yang harus dipertimbangkan adalah sebagai

berikut.

a) Kewajiban perusahaan. Baik kewajiban yang tercatat, maupun

yang tidak tercatat dalam pembukuan.

b) Financial statement. Analisis terhadap financial statement,

termasuk proyeksi kedepan.

c) Inventories. Dalam hal ini perlu dicermati taksiran harga dari

inventories perusahaan.

d) Laporan kredit dari bank.

e) Harga dari properti, pabrik dan peralatan-peralatan lain.

f) Hak milik intelektual

g) Tagihan (Account Recievables)

Disini yang menjadi focus apakah tagihan itu termasuk

gampang atau sukar untuk ditagih, baik tagihan dagang

maupun yang bukan.

h) Kewajiban (liabilities)

i) Commitment dan Contingencies

Misalnya perusahaan yang akan merger ada corporate

guarantee, indemnity apakah ada komitmen yang diberikan

oleh pihak perusahaan yang akan merger.

9

j) Operations

Bagaimanakah earning capacity dari perusahaan yang akan

merger tersebut sebagai indikator untuk mengetahui

pendapatan perusahaan di masa-masa mendatang.

k) Hak karyawan

Berapa besar hak-hak khusus dari karyawan

l) Faktor pajak

Diperhitungkan berapa besar pajak yang harus, sudah atau

yang akan dibayar oleh perusahaan yang akan merger

dikecualikan pajak merger.

m) Faktor hukum

Apakah perusahaan yang akan merger mempunyai masalah-

masalah hukum. Apakah asset-asetnya aman dari segi hukum.

n) Faktor pemasaran

Disini yang mesti diselidiki adalah bagaiman pemasarannya,

untung ruginya dengan perusahaan yang akan merger.

o) Faktor sumber daya manusia

Yang perlu diperhatikan disini adalah bagaiman status dari

karyawan ataupun pegawai yang ada dalam perusahaan yang

akan merger.

p) Harus diteliti apakah perusahaan yang akan merger

menyimpan masalah yang sangat serius dengan masalah

perburuhan.

D. Alasan Bank Melakukan Merger

Alasan utama mengapa bank-bank melakukan merger adalah sama

dengan perusahaan-perusahaan lainnya, yaitu untuk memperbaiki kinerja

perusahaan. Hanya saja, bagi bank sangat besar tuntutan untuk

memperbaiki sinergi tersebut, mengingat bank sebagai pengelola dana

masyarakat sangat dituntut untuk berhati-hati dalam melakukan bisnisnya.

10

Bank sentral perlu mengawasi secara ketat berjalannya bisnis

perbankan untuk masing-masing bank, antara lain dengan pembebanan

beberapa kewajiban dan criteria yang harus dipenuhi oleh pihak bank.

Dilihat dari tujuannya, terdapat dua macam merger bank, pertama

merger dalam rangka rescue program, yakni merger dengan bank-bank yang

tidak sehat (bank kecil) dengan tujuan untuk mengembangkan bank yang

tidak sehat menjadi bank yang besar, kedua merger dalam rangka improving

business, yakni merger antara bank-bank yang sehat dengan tujuan

menjadikan bank tersebut menjadi lebih besar lagi atau untuk membentuk

suatu sinegi.

E. Dasar Hukum Merger Bank

Undang-Undang Perbankan mengenal dua macam merger saham

bank, yaitu secara sukarela dan imperative. Merger sukarela adalah merger

yang dilakukan secara sukarela oleh masing-masing pemegang saham bank

yang akan melakukan merger. Merger imperative adalah merger yang

merupakan pelaksanaan dari perintah bank Indonesia dalam rangka

menyelamatkan bank yang bermasalah.

Mengenai merger sukarela diatur dalam pasal 28 Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan sedangkan mengenai merger

imperative diatur dalam pasal 37 ayat (2).

Disamping harus memperhatikan undang-undang perbankan harus

memperhatikan ketentuan-ketentuan pasal 103 hingga 109 Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas. Selain itu juga harus

memperhatikan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 Tentang

Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank.

11

Selanjutnya, pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 1992

ikut dalam memberikan pembatasan-pembatasan tertentu. Pembatasan itu

bertujuan agar tingkat kesehatan bank hasil merger terjaga dengan baik.

Mengenai tata cara pelaksanaan/prosedur merger bank, telah diatur

dalam dua buah surat keptusan bank Indonesia, yakni Surat Keputusan Bank

Indonesia Nomor 32/51/KEP/DIR Tanggal 14 Mei 1999 Tentang Persyaratan

dan Tata Cara Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank Umum, serta Surat

Persyaratan dan Tata Cara Merger, Konsolidasi, Dan Akuisisi Bank

Perkreditan Rakyat.

F. Hambatan Pelaksanaan Merger Bank

Hambatan dalam melakukan merger tidak hanya bersifat objektif saja,

tetapi berasal dari bank-bank itu sendiri. Hal ini karena keengganan bank-

bank untuk melakukan merger memiliki alasan-alasan tertentu, seperti:

1. Egoisme pemilik unutk bermitra dengan pihak lain

2. Tidak adanya kecocokan batin antara pemilik dari bank yang satu

dengan pemilik bank yang lain

3. Tidak adanya kesedian pemilik untuk kehilangan nama banknya

akibat merger.

Adapun hambatan-hambatan yang bersifat objektif dapat berupa,

pertama, setelah dilakukan penelahaan kelayakan, hasil merger itu tidak

akan menimbulkan sinergi positif, tetapi justru akan menimbulkansinergi

negative, yaitu bukan akan menghasilkna penggabungan atau penjumlahan

kekuatan-kekuatan dari bank-bank yang akan melakukan merger, tetapi

justru yang dihasilkan adalah penggabungan atau penjumlahan kelmahan-

kelemahan dari bank-bank yang akan melakukan merger tersebut.

12

Kedua, bank hasil merger tersebut akan menimbulkan bank baru

dengan tingkat kesehatan yang kurang dari cukup sehat.

Ketiga, jumlah aktiva bank merger atau konsolidasi itu akan melebihi

dari 20% jumlah aktiva seluruh bank umum di Indonesia. Hal ini

sebagaimana dilarang dalam pasal 8 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 28

Tahun 1999.

G. Perlindungan Hukum Terhadap Kepentingan Para Pihak Dalam

Merger Saham Bank

1. Kepentingan Para Pemegang Saham

Pemegang saham harus dijamin appraisal rights6-nya karena

jika tidak diberikan jaminan, maka keputusan perseroan yang

merugikan para pemegang saham akan dapat menimbulkan sengketa,

yang tidak mustahil akan berupa proses litigasi atau gugatan di

pengadilan yang berkepanjangan.

Pemegang saham tidak bias dipaksakan untuk menerima begitu

saja harga harga yang ditawarkan oleh bank yang akan mengambil

alih. Namun, di pihak lain memang harus pula disadari oleh para

pemegang saham bahwa apabila merger saham tidak sampai terjadi,

maka Bank Indonesia dapat mencabut izin bank tersebut. Jika terjadi

hal seperti ini, pemegang saham tidak akan memperoleh apap-apap

kecuali sisa harta likuidisasi setelah dibagi-bagikan kepada kreditor-

kreditor lain dari bank itu berdasarkan prioritasnya.

6 Hak dari pemegang saham minoritas yang tidak setuju terhadap merger atau terhadaptindakan-tindakan korporat lainnya, untuk menjual saham yang dipegangnya itu kepadaperusahaan yang bersangkutan, dimana pihak perusahaan yang mnegisukan saham tersebutwajib membeli kembali saham-sahamnya dengan harga yang pantas.

13

Pelaksanaan appraisal right merupakan salah satu

keistimewaan yang diberikan hukum kepada transaksi merger ini.

Keistimewaan lain adalah penerapan prinsip super majority7.

Pengakuan prinsip ini tercantum dalam pasal 55 jo. Pasal 104 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas.

Terdapat beberapa teori untuk mendukung prinsip appraisal

rights sebagai perlindungan terhadap pemegang saham minoritas di

dalam merger8, diantaranya:

a) Teori Defeated Expectation (Maksud Tak Sampai)

Teori ini mengajarkan bahwa jika seseorang telah memiliki

saham disuatu perusahaan yang bergerak dibidang tertentu,

tidak dapat ia paksakan untuk memiliki saham pada

perusahaan yang sudah berbeda akibat dari merger,

sungguhpun dia hanyalah pemegang saham minoritas.

b) Teori Locus Penitentiae (Penyesalan)

Teori ini mengajarkan bahwa dengan adanya prinsip tersebut

berarti kepada pihak manajemen yang melakukan deal merger

akan ekstra hati-hati sehingga terdorong untuk tidak

melakukan merger yang merugikan perusahaan/pemegang

saham. Jadi pemberlakuan pranata hukum appraisal rights ini

dapat merupakan sarana pengecekan, tetapi tidak telalu

mencampuri urusan manajemen yang kemungkinan melakukan

keputusan yang salah dalam melakukan merger tersebut.

c) Teori Compensation

Teori ini mengajarkan bahwa tetap terjadi kemungkinan

adanya pihak pemegang saham yang dirugikan karena adanya

7 Prinsip super majority berarti bahwa untuk dapat menyetujui merger, yang diperlukanbukan hanya simple majority pemegang saham yang harus menyetujuinya, tetapi lebih dariitu. Undang-undang perseroan terbatas menyebutkan angka ¾ atau lebih pemegang sahamyang menyetujuinya.

8 Op. cit, munir fuady, 1999, hlm. 138-140

14

pranata hukum merger tersebut. Karena itu, pemberlakuan

appraisal rights bagi [emegang saham yang dirugikan tersebut,

yakni dengan dibelinya kembali saham-saham dan pihak yang

tidak menyetujui merger, dapat merupakan suatu kompensasi

yang adil atas kerugian tersebut.

d) Teori Konsistensi

Teori ini mengajarakan bahwa hukum ternyata tidak konsisten

dalam menerapkan appraisal rights. Sebab, banyak perubahan

korporat lain selain merger, perubahan anggaran dasar, dan

sebagainya yang juga potensial utnuk merugikan kepentingan

pemegang saham minoritas. Misalnya, manajemen mengubah

secara drastic haluan bisnis perusahaan tersebut, yang dalam

hal ini tidak diberikan appraisal rights kepada pemegang saham

minoritas yang tidak menyetujuinya.

e) Teori Capital Market (Pasar Modal)

Teori ini mengajarkan bahwa khususnya terhadap perusahaan

terbuka, appraisal rights tidak diperlukan, mengingat pihak

yang menyetujuinya dapat menjuak sahamnya dipasar modal

dengan harga pasar yang layak bagi saham yang

bersangkutan.

f) Teori Cash Drain (Penyedotan Dana)

Teori ini mengajarkan bahwa dibelakukannya appraisal rights,

maka kemungkinan perushaan kekurangan dana harus

membeli saham dari pemegang saham minoritas yang tidak

menyetujui merger tersebut. Kekurangan dana ini bukan tidak

mungkin menyebabkan perusahaan secara langsung atau tidak

langsung membatalkan tindakan merger tersebut.

Apabila pemegang saham minoritas ingin melaksanakan

appraisal rights-nya, maka saham akan dijual kembali kepada

15

perusahaan dengan harga pantas. Dikenal tiga teori untuk harga yang

pantas tersebut.9

a) Teori Earnings Value (Nilai Perolehan)

Nilai perolehan adalah dengan meliaht nilai perolehan atau

investasi. Dalam hal ini biasanya yang dilihat adalah nilai

perolehan perusahaan di masa yang akan dating setelah

didiskon dengan nilai perolehan perusahaan sekarang.

b) Teori Market Value (Nilai Pasar)

Harga saham dilihat pada nilai pasar dari saham yang

bersangkutan sebelum diumumkan merger tersebut. Nilai pasar

dari saham ini sulit ditentukan secara pasti, khusunya bagi

saham yang bukan perusahaan terbuka.

c) Teori Assets Value (Nilai Aset)

Harga dari saham yang akan dibeli oleh perusahaan dalam hal

pemegang saham minoritas melaksanakan appraisal rights

adalah sebesar harga aset di pasar yang wajar. Hal ini akan

mendingkrak harga saham tersebut seandainya dalam

perusahaan terdaoat aset-aset yang untuk sementara tidak

aktif atau tidak menghasilkan, padahal harga aset itu lumayan

besar dan signifikan.

Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang

Perseroan Terbatas memberikan hak kepada pemegang saham

minoritas untuk menjual sahamnya dengan harga yang wajar jika

terjadi merger.

9 Op. cit., Munir Fuady. Hlm. 141-142.

16

2. Kepentingan Para Nasabah Penyimpan Dana

Kepentingan nasabah penyimpan dana dari suatu bank yang

akan diambil alih, besar kemungkinan akan menghadapi bahaya

dalam hal banknya melakukan merger dengan bank lain.

Kepentingan nasabah penyimpan dana dari bank yang menjadi

sasaran merger harus diperhatikan sebagiamana sesuai dengan

ketentuan pasal 104 ayat (1) yang menjelaskan bahwa kepentingan

nasabah penyimpan dana dari suatu bank termasuk dalam kelompok

yang disebut “kepentingan masyarakat” sebagaimana yang dimaksud

dalam undang-undang nomor 1 tahun 1995.

3. Kepentingan Para Pegawai Bank

Secara spesifik pula pasal 104 ayat (1) Undang-Undang Nomor

1 Tahun 1995 menghendaki agar perbuatan hukum penggabungan

atau merger perseroan harus memperhatikan kepentingan karyawan

perseroan, baik karyawan dari bank yang mengambil alih maupun

bank yang menjadi sasaran penggabungan tersebut.

Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan

kepentingan para pegawai bank adalah:10

a) Prinsip-prinsip umum mengenai kebijaksanaan kesejahteraan

social yang akan diterapkan setelah merger

b) Waktu yang pantas untuk berkonsultasi dengan organisasi

pegawai bank

c) Cara dan saat untuk menginformasikan merger kepada

pegawai bank

10 Adrian Sutedi. Hukum Perbankan. Jakarta: sinar grafika. Hlm. 126

17

d) Cara unutk mencegah atau setidak-tidaknya mengeliminasi

kemungkinan kerugian materiil kepada pihak pegawai,

termasuk memberikan kompensasi yang bersifat materiil

e) Aktivitas khusus dari organisasi pekerja dalam perusahaan

f) Suatu garansai terhadap keamanan dan ketersediaan pekerjaan

setelah merger.

4. Kepentingan Para Pengurus

Dalam proses merger saham yang terjadi secara sukarela atau

terjadi secara wajar, memang kepentingan pengurus tidak dapat

diabaikan. Namun dalam hal merger saham terjadi sebagaimana

dimaksudkan dalam pasal 37 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

Tentang Perbankan, maka pada hakikatnya itu dalah tindakan yang

diambil oleh Bank Indonesia sebagai konsekuensi dari kesalahn piahk

pengurus. Oleh karena itu, kepentingan mereka boleh, bahkan justru

harus diabaikan sebagai tebusan atas kesalahan mereka sendiri.

5. Masalah Perlindungan Kreditor

Perlindungan bagi kreditor perusahaan yang diambil alihjuga

perlu. Salah satu tujuan dari pengumuman merger di surat-surat

kabar adalah untuk kepentingan kreditor. Dalam pengumuman merger

biasanya dicantumkan bahwa utang-utang PT A akan beralih menjadi

utang PT B.

18

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam melakukan merger saham bank, kepentingan para pihak mesti

dapat perlindungan hukum agar tidak terjadi pencideraan terhadap hak dan

kewajiban para pihak yang terkait dalam merger saham bank.

Kepentingan para pemegang saham, kepentingan para nasabah,

kepentingan para pegawai, kepentingan para pengurus dan kepentingan

kreditor memang harus diperhatikan. Sehingga untuk memberikan perhatian

atas kepentingan para pihak itu, maka diwujudkanlah kebijakan pemerintah

dalam bentuk peraturan perundang-undangan yang mampu menjamin dan

memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang terkait.

Diharapkan dengan adanya merger saham bank dapat membantu

bank untuk berkembang baik melalui dengan tujuan pertolongan bank yang

tidak sehat maupun dengan cara memajukan bank yang telah besar (bisnis).

DAFTAR PUSTAKA

Budianto, Agus. 2009. Merger Bank di Indonesia Beserta Akibat-Akibat

Hukumnya. Jakarta: Adapixel TheImageMaker.

Candra, Aditiawan. Merger dan Akuisisi Bank Nasional: Realitas dan

Tantangan. www

Fuady, Munir. 1999. Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung: Citra Aditya

Bakti.

________. 1999. Hukum Tentang Merger. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Muhyar, Yara. 1995. Merger (penggabungan perusahaan). Jakarta: Nadhila

Ceria Indonesia.

Prasetya, Hari. Merger Bank, Kendala dan Solusinya. www.

Purwanto, Djoko. Merger Bank : Mengapa Harus Dilakukan?. www.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 Tentang

Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank.

Republik Indonesia, Surat Keputusan Bank Indonesia Nomor 32/52/KEP/DIR

Tanggal 14 Mei 1999 Tentang Persyaratan dan Tata Caraa Merger,

Konsolidasi, dan Akuisisi Bank Perkreditan Rakyat.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang

Perubahan Atas undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

Sutedi, Adrian. 2007. Hukum Perbankan. Jakarta: Sinar Grafika.

Usman, Rachmadi. 2001. Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Widjaja, Gunawan. 2009. Risiko Hukum dan Bisnis Perusahaan Pailit. Jakarta:

Forum Sahabat.

Widjanarto. 1993. Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia. Jakarta:

Pustaka Utama Grafiti.