PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEPENTINGAN PARA PIHAK di dalam merger saham bank
Transcript of PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEPENTINGAN PARA PIHAK di dalam merger saham bank
TUGAS MATA KULIAH
HUKUM EKONOMI
MAKALAH
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEPENTINGAN PARA PIHAK
DI DALAM MERGER SAHAM BANK
Oleh :
SYAPUTRA (B1A109122)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS HUKUM
2011
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas makalah hukum ekonomi dengan judul PERLINDUNGAN HUKUM
TERHADAP KEPENTINGAN PARA PIHAK DI DALAM MERGER SAHAM
BANK hingga selesai dengan segala upaya. Dan tidak lupa shalawat serta
salam kita haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang
telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju alam yang terang
benderang seperti yang kita rasakan saat ini.
Saya menyadari masih banyak sekali kesalahan-kesalahan yang
terdapat dalam penyusunan tugas ini. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan masukan baik berupa kritik maupun saran yang berguna
untuk penyusunan tugas-tugas selanjutnya.
Demikianlah yang dapat saya uraikan, lebih dan kurangnya saya
mohon maaf, semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bengkulu, Desember 2011
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................ 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Permasalahan ........................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................. 3
A. Pengertian ............................................................................. 3
B. Manfaat dan Kelemahan Merger .............................................. 4
C. Faktor-Faktor yang Harus
Dipertimbangkan dalam Merger............................................... 7
D. Alasan Bank Melakukan Merger ............................................... 9
E. Dasar Hukum Merger Bank ..................................................... 10
F. Hambatan Pelaksanaan Merger Bank ....................................... 11
G. Perlindungan Hukum Terhadap Kepentingan
Para Pihak dalam Merger Saham Bank ..................................... 12
1) Kepentingan Para Pemegang Saham................................... 12
2) Kepentingan Para Nasabah Penyimpan Dana....................... 16
3) Kepentingan Para Pegawai Bank......................................... 16
4) Kepentingan Para Pengurus ............................................... 17
5) Masalah Perlindungan Kreditor ........................................... 17
BAB III PENUTUP ...................................................................... 18
A. Kesimpulan ............................................................................ 18
Daftar Pustaka
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menghadapi persaingan yang makin lama makin tajam di dalam
kehidupan perekonomian terutama dunia bisnis, terlebih memasuki era
globalisasi pada saat ini, perusahaan-perusahaan besar berupaya mencari
jalan untuk meningkatkan efisiensinya, bahkan perusahaan-perusahaan
besar berupaya meningkatkan daya saing, size dan kinerjanya.
Melakukan pengurangan biaya produksi yang tidak sampai
mengakibatkan penurunan pendapatan adalah cara tradisional dianggap
tidak cukup kuat untuk meningkatkan keuntungan perusahaan. Tetapi telah
ada upaya lain yang kemudian dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar
yakni merger, konsolidasi ataupun akuisisi.
Merger melibatkan penggabungan dua perusahaan atau lebih yang
seringkali berbeda dari segi karakter dan nilainya. Dengan harapan adanya
pencapaian terhadap sasaran yang sangat strategis dan sasaran financial
tertentu.
Melalui merger, perusahaan-perusahaan menggabungkan dan
membagi sumber daya yang mereka miliki untuk mencapai tujuan bersama.
Para pemegang saham dari perusahaan-perusahaan yang bergabung
seringkali tetap dalam posisi sebagai pemilik bersama entitas yang
digabungkan.
Begitu juga dengan Bank, kepentingan yang diharapkan bukan hanya
untuk sekedar peningkatan efesiensi, daya saing, size, dan kinejanya tetapi
juga untuk meningkatkan kepentingan yang berkaitan dengan keharusan
2
bank untuk memenuhi rasio kecukupan modal yang telah ditetapkan oleh
Bank Indonesia serta untuk mengatasi keadaan yang bermasalah.
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan
Terbatas ditentukan bahwa jika terjadi penggabungan, maka perseroan yang
menggabungkan diri menjadi bubar. Penggabungkan itu sekaligus dan
serentak memindahkan aktiva (asset) dan pasiva (liabilities) dari perusahaan
yang diambil alih dan terjadi demi hukum. Meskipun secara otomatis
pengalihannya melalui hukum tetapi untuk mencapai kepastian hukum agar
dapat melindungi kepentingan para pihak yang terkait maka dibuat akta
perjanjian merger.
B. Permasalahan
Dengan adanya merger atau penggabungan dua perusahaan
atau lebih tidaklah menghilangkan seluruh aset, hak dan kewajiban dari
badan hukum yang bubar melainkan diambil alih oleh perusahaan yang
masih tetap ada, sehingga memunculkan pemegang saham dari perusahaan-
perusahaan yang bergabung yang menempatkan posisi mereka sebagai
pemilik bersama entitas yang digabungkan. Dengan begitu terdapat
kesenjangan antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham
minoritas. Sehingga memunculkan permasalahan bagaimana perlindungan
hukumnya terhadap kepentingan pihak-pihak yang terkait terhadap merger
saham bank terutama bagi pemilik saham minoritas.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Menurut Black’s Law Dictionary, merger adalah fusion or absorption of
one thing or right into another1, yang berarti fusi atau absorpsi tersebut
dilakukan oleh suatu subjek yang kurang pening dengan subjek lain yang
lebih penting. Subjek yang kurang penting itu kemudian membubarkan diri.
Dengan demikian merger perusahaan berarti dua perusahaan melakukan
fusi, dimana salah satu diantaranya akan lenyap (dibubarkan).
Dalam istilah hukum perusahaan merger adalah tindakan
penggabungan dua perusahaan sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan
oleh undang-undang, dimana satu dari beberapa perusahaan tetap bertahan
dan yang lainnya hilang2.
Dalam penjelasasn atas pasal 28 undang-undang nomor 7 tahun 1992
tentang perbankan terdapat istilah “penggabungan” untuk merger, yaitu:
“Merger (penggabungan usaha) adalah penggabungan dari dua bank atau
lebih dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu bank dan
menlikuidasi bank-bank lainnya.”
Sementara menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun1998
Tentang Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas
merger atau penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh
suatu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan
lainnya yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri
1 Henry Campbell Black. Black’s Law Dictionary. Sixth Edition. (St. Paul Minn. WestPublishing Co. 1991), hlm. 682.2 Ibid.
4
menjadi bubar. Merger adalah absorsi suatu perusahaan oleh perusahaan
lainnya dengan tetap mempertahankan nama dan identitas perusahaan yang
telah diambil alih.
Dapat ditarik kesimpulah bahwa merger merupakan suati bentuk
penggabungan dua badan usaha, badan usaha yang satu tetap ada, dan
yang satunya bubar secara hukum dan nam perusahaan yang digunakan
adalah perusahaan yang ada.
B. Manfaat dan Kelemahan Merger
Meningkatnya laju perekonomian di Indonesia tidak terlepaas dari
pesatnya tingkat pertumbuhan dan perkembangan perbankan nasional.
Perbankan merupakan salah satu dari mata rantai bisnis secara macro.
Apabial salah satu mata rantai mengalami kesulitan, maka akan berakibat
banyak bagi pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan.
Untuk menghindari hal itu, maka diadakan merger antar bank
terutama bank besar terhadap bank-bank kecil agar bank tersebut dapat
tumbuh dan berkembang. Banyak manfaat yang didapat dari merger antar
bank3, antara lainnya adalah:
1. Pertimbangan pasar
Merger dimaksudkan untuk memperluas pangsa pasar. Dalam hal
ini, baik untuk menghasilkan mata rantai produk yang lengkap,
maupun unutk memperluas distribusi produk dalam satu area, atau
memperluas area distribusi.
2. Penghematan distribusi
Sistem distribusi, termasuk tetapi tidak terbatas pada salesman,
dealers, retails, outlets, dan transportation facilities, seringkali
3 Munir Fuady, Hukum tentang Merger. Cetakan I. (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), hlm54-55
5
dapat menangani dua produk yang mempunyai metode distribusi
market yang serupa, dengan menhemat biaya daripada hanya
menangani produk tunggal.
3. Diversifikasi
Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh penganekaragaman jenis
usaha, untuk meminimalkan resiko terhadap pasar tertentu
dan/atau untuk berpartisipasi pada bidang-bidang yang baru
tumbuh.
4. Keuntungan manufaktur
Banyak keuntungan dapat dipetik dengan menggabungkan dua
unit manufaktur atau lebih. Biasanya segi-segi kelemahan dapat
diperkuat, kelebihan (overcapacity) dapat dihilangkan, dan
overhead dapat dikurangi, dan problem-problem yang bersifat
temporer karenanya dapat dipecahkan.
5. Riset dan development
Biaya riset dan development dapat dikurangi dengan terbukanya
kesempatan untuk menggunakan laboratorium bersama,
pendidikan bersama, dan sebagainya.
6. Pertimbangan finansial
Dalam hal ini untuk meningkatkan earning per share dan
memperbaiki image di pasar dan mencapai stabilitas dan sekuritas
finansial.
7. Pemanfaat sumber daya manusia
Excess capital masing-masing perusahaan dapat saling
dimanfaatkan.
8. Kecanggihan dan otomatisasi
Bagi perusahaan yang kekurangan/mempunyai kelemahan di
bidang SDM dapat dibantu oleh perusahaan lain yang SDM-nya
lebih baik.
6
9. Kecanggihan otomatisasi
Perkembangan bisnis menuju kepada penggunaan sarana yang
semakin canggih dan otomatisasi. Untuk itu diperlukan biaya tinggi
dan SDM yang tangguh. Perusahaan-perusahaan kecil akan sulit
mengikuti perkembangan ini kecuali dengan membesarkan diri
dengan cara merger.
Merger juga tidak luput dari kelemahan atau disebut dengan
dangerous area yang mesti diwaspadai4, diantaranya:
1. Account receivables
Dalam hal ini harus dilihat dengan teliti apakah kredit-kredit dan
tagihan dalam keadaan kolektibilitas atau tidak.
2. Inventories
Dalam hubungan dengan inventories ini, hal-hal yang harus
diperhatikan:
a) Apakah dokumentasi kepemilikannya kuat secara hukum.
Apakah punya kekuasaan/kemampuan untuk mengontrol
inventories tersebut.
b) Harga yang sebenarnya/harga pasar kemungkinannya berapa.
c) Kalau ingin dijual likuiditasnya sejauh mana.
d) Apakah inventories tidak termasuk dalam slow moving,
defective, atau absolete.
3. Property, Plant, dan Equipment
Mesti pula diinvestasikan secara baik berapa nilai yang sebenarnya
dari property, plant dan equipment tersebut.
4. Liabilities
Harus diperhatikan dengan teliti terhadap segi-segi kewajiban
perusahaan, terutama tentang kewajiban-kewajiban yang tidak
tercatat dan kewajiban-kewajiban yang bersifat contingent. Jika
4 Adrian Sutedi, S.H., M.H. Hukum Perbankan. Jakarta: Sinar Grafika. Hlm. 100-101
7
tidak diinvestigasi secara teliti, kemungkinan liabilities seperti ini
tidak terdeteksi.
C. Faktor-Faktor yang Harus Dipertimbangkan Dalam Merger
Jika sebuah perusahaan ingin melakukan merger dengan perusahaan
lain, maka sebelum melakukan merger, ada beberapa factor minimal yang
mesti dipertimbangkan dan diinvestigasi terlebih dahulu5, sebagai berikut:
1. Faktor produksi
Ketika merger dilakukan, maka akan terjadi perpaduan antara dua
sumber produksi, baik produksi yang sama, produksi produk satu
jalur, ataupun produksi dua produk yang berbeda. Akan tetapi,
dengan adanya penggabungan produksi tersebut, sejauh mana
akan membawa suatu sinerji mesti diperhitungkan. Hal-hal yang
mesti diperhitungkan adalah sebagai berikut:
a) Sejauh mana merger dapat menghemat production cost.
b) Sejauh mana riset dan development terhadap produk dapat
digabung.
c) Standar produk yang bagaimana yang diinginkan dalam
mempersatukan dua produk yang mungkin standarnya
berbeda.
d) Bagaimana know-how dapat ditingkatkan dalam bidang
produksi dengan merger tersebut.
e) Berapa besar biaya yang diperlukan dalam hal tempat
produksinya di tempat yang berbeda. Juga hal yang harus
dipertimbangkan adalah mengenai transportasi, waktu, dan
sebagainya.
f) Bagaimana penyatuan pabrik-pabrik dan peralatan jika
diperlukan. Apakah diperlukan biaya ekstra untuk itu.
5 Ibid. hlm. 103-106
8
g) Apakah ada masalah-masalah yang tidak kelihatan, misalnya
produk yang telah dihasilkan berkualitas rendah sehingga ada
ancaman pengembalian produk atau bahkan gugatan hukumm
di pengadilan.
2. Faktor finansial
Faktor ini merupakan faktor yang sangat penting yang harus
dipertimbangkan dalam suatu merger. Beberapa masalah finansial
dari perusahaan yang harus dipertimbangkan adalah sebagai
berikut.
a) Kewajiban perusahaan. Baik kewajiban yang tercatat, maupun
yang tidak tercatat dalam pembukuan.
b) Financial statement. Analisis terhadap financial statement,
termasuk proyeksi kedepan.
c) Inventories. Dalam hal ini perlu dicermati taksiran harga dari
inventories perusahaan.
d) Laporan kredit dari bank.
e) Harga dari properti, pabrik dan peralatan-peralatan lain.
f) Hak milik intelektual
g) Tagihan (Account Recievables)
Disini yang menjadi focus apakah tagihan itu termasuk
gampang atau sukar untuk ditagih, baik tagihan dagang
maupun yang bukan.
h) Kewajiban (liabilities)
i) Commitment dan Contingencies
Misalnya perusahaan yang akan merger ada corporate
guarantee, indemnity apakah ada komitmen yang diberikan
oleh pihak perusahaan yang akan merger.
9
j) Operations
Bagaimanakah earning capacity dari perusahaan yang akan
merger tersebut sebagai indikator untuk mengetahui
pendapatan perusahaan di masa-masa mendatang.
k) Hak karyawan
Berapa besar hak-hak khusus dari karyawan
l) Faktor pajak
Diperhitungkan berapa besar pajak yang harus, sudah atau
yang akan dibayar oleh perusahaan yang akan merger
dikecualikan pajak merger.
m) Faktor hukum
Apakah perusahaan yang akan merger mempunyai masalah-
masalah hukum. Apakah asset-asetnya aman dari segi hukum.
n) Faktor pemasaran
Disini yang mesti diselidiki adalah bagaiman pemasarannya,
untung ruginya dengan perusahaan yang akan merger.
o) Faktor sumber daya manusia
Yang perlu diperhatikan disini adalah bagaiman status dari
karyawan ataupun pegawai yang ada dalam perusahaan yang
akan merger.
p) Harus diteliti apakah perusahaan yang akan merger
menyimpan masalah yang sangat serius dengan masalah
perburuhan.
D. Alasan Bank Melakukan Merger
Alasan utama mengapa bank-bank melakukan merger adalah sama
dengan perusahaan-perusahaan lainnya, yaitu untuk memperbaiki kinerja
perusahaan. Hanya saja, bagi bank sangat besar tuntutan untuk
memperbaiki sinergi tersebut, mengingat bank sebagai pengelola dana
masyarakat sangat dituntut untuk berhati-hati dalam melakukan bisnisnya.
10
Bank sentral perlu mengawasi secara ketat berjalannya bisnis
perbankan untuk masing-masing bank, antara lain dengan pembebanan
beberapa kewajiban dan criteria yang harus dipenuhi oleh pihak bank.
Dilihat dari tujuannya, terdapat dua macam merger bank, pertama
merger dalam rangka rescue program, yakni merger dengan bank-bank yang
tidak sehat (bank kecil) dengan tujuan untuk mengembangkan bank yang
tidak sehat menjadi bank yang besar, kedua merger dalam rangka improving
business, yakni merger antara bank-bank yang sehat dengan tujuan
menjadikan bank tersebut menjadi lebih besar lagi atau untuk membentuk
suatu sinegi.
E. Dasar Hukum Merger Bank
Undang-Undang Perbankan mengenal dua macam merger saham
bank, yaitu secara sukarela dan imperative. Merger sukarela adalah merger
yang dilakukan secara sukarela oleh masing-masing pemegang saham bank
yang akan melakukan merger. Merger imperative adalah merger yang
merupakan pelaksanaan dari perintah bank Indonesia dalam rangka
menyelamatkan bank yang bermasalah.
Mengenai merger sukarela diatur dalam pasal 28 Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan sedangkan mengenai merger
imperative diatur dalam pasal 37 ayat (2).
Disamping harus memperhatikan undang-undang perbankan harus
memperhatikan ketentuan-ketentuan pasal 103 hingga 109 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas. Selain itu juga harus
memperhatikan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 Tentang
Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank.
11
Selanjutnya, pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 1992
ikut dalam memberikan pembatasan-pembatasan tertentu. Pembatasan itu
bertujuan agar tingkat kesehatan bank hasil merger terjaga dengan baik.
Mengenai tata cara pelaksanaan/prosedur merger bank, telah diatur
dalam dua buah surat keptusan bank Indonesia, yakni Surat Keputusan Bank
Indonesia Nomor 32/51/KEP/DIR Tanggal 14 Mei 1999 Tentang Persyaratan
dan Tata Cara Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank Umum, serta Surat
Persyaratan dan Tata Cara Merger, Konsolidasi, Dan Akuisisi Bank
Perkreditan Rakyat.
F. Hambatan Pelaksanaan Merger Bank
Hambatan dalam melakukan merger tidak hanya bersifat objektif saja,
tetapi berasal dari bank-bank itu sendiri. Hal ini karena keengganan bank-
bank untuk melakukan merger memiliki alasan-alasan tertentu, seperti:
1. Egoisme pemilik unutk bermitra dengan pihak lain
2. Tidak adanya kecocokan batin antara pemilik dari bank yang satu
dengan pemilik bank yang lain
3. Tidak adanya kesedian pemilik untuk kehilangan nama banknya
akibat merger.
Adapun hambatan-hambatan yang bersifat objektif dapat berupa,
pertama, setelah dilakukan penelahaan kelayakan, hasil merger itu tidak
akan menimbulkan sinergi positif, tetapi justru akan menimbulkansinergi
negative, yaitu bukan akan menghasilkna penggabungan atau penjumlahan
kekuatan-kekuatan dari bank-bank yang akan melakukan merger, tetapi
justru yang dihasilkan adalah penggabungan atau penjumlahan kelmahan-
kelemahan dari bank-bank yang akan melakukan merger tersebut.
12
Kedua, bank hasil merger tersebut akan menimbulkan bank baru
dengan tingkat kesehatan yang kurang dari cukup sehat.
Ketiga, jumlah aktiva bank merger atau konsolidasi itu akan melebihi
dari 20% jumlah aktiva seluruh bank umum di Indonesia. Hal ini
sebagaimana dilarang dalam pasal 8 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 28
Tahun 1999.
G. Perlindungan Hukum Terhadap Kepentingan Para Pihak Dalam
Merger Saham Bank
1. Kepentingan Para Pemegang Saham
Pemegang saham harus dijamin appraisal rights6-nya karena
jika tidak diberikan jaminan, maka keputusan perseroan yang
merugikan para pemegang saham akan dapat menimbulkan sengketa,
yang tidak mustahil akan berupa proses litigasi atau gugatan di
pengadilan yang berkepanjangan.
Pemegang saham tidak bias dipaksakan untuk menerima begitu
saja harga harga yang ditawarkan oleh bank yang akan mengambil
alih. Namun, di pihak lain memang harus pula disadari oleh para
pemegang saham bahwa apabila merger saham tidak sampai terjadi,
maka Bank Indonesia dapat mencabut izin bank tersebut. Jika terjadi
hal seperti ini, pemegang saham tidak akan memperoleh apap-apap
kecuali sisa harta likuidisasi setelah dibagi-bagikan kepada kreditor-
kreditor lain dari bank itu berdasarkan prioritasnya.
6 Hak dari pemegang saham minoritas yang tidak setuju terhadap merger atau terhadaptindakan-tindakan korporat lainnya, untuk menjual saham yang dipegangnya itu kepadaperusahaan yang bersangkutan, dimana pihak perusahaan yang mnegisukan saham tersebutwajib membeli kembali saham-sahamnya dengan harga yang pantas.
13
Pelaksanaan appraisal right merupakan salah satu
keistimewaan yang diberikan hukum kepada transaksi merger ini.
Keistimewaan lain adalah penerapan prinsip super majority7.
Pengakuan prinsip ini tercantum dalam pasal 55 jo. Pasal 104 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas.
Terdapat beberapa teori untuk mendukung prinsip appraisal
rights sebagai perlindungan terhadap pemegang saham minoritas di
dalam merger8, diantaranya:
a) Teori Defeated Expectation (Maksud Tak Sampai)
Teori ini mengajarkan bahwa jika seseorang telah memiliki
saham disuatu perusahaan yang bergerak dibidang tertentu,
tidak dapat ia paksakan untuk memiliki saham pada
perusahaan yang sudah berbeda akibat dari merger,
sungguhpun dia hanyalah pemegang saham minoritas.
b) Teori Locus Penitentiae (Penyesalan)
Teori ini mengajarkan bahwa dengan adanya prinsip tersebut
berarti kepada pihak manajemen yang melakukan deal merger
akan ekstra hati-hati sehingga terdorong untuk tidak
melakukan merger yang merugikan perusahaan/pemegang
saham. Jadi pemberlakuan pranata hukum appraisal rights ini
dapat merupakan sarana pengecekan, tetapi tidak telalu
mencampuri urusan manajemen yang kemungkinan melakukan
keputusan yang salah dalam melakukan merger tersebut.
c) Teori Compensation
Teori ini mengajarkan bahwa tetap terjadi kemungkinan
adanya pihak pemegang saham yang dirugikan karena adanya
7 Prinsip super majority berarti bahwa untuk dapat menyetujui merger, yang diperlukanbukan hanya simple majority pemegang saham yang harus menyetujuinya, tetapi lebih dariitu. Undang-undang perseroan terbatas menyebutkan angka ¾ atau lebih pemegang sahamyang menyetujuinya.
8 Op. cit, munir fuady, 1999, hlm. 138-140
14
pranata hukum merger tersebut. Karena itu, pemberlakuan
appraisal rights bagi [emegang saham yang dirugikan tersebut,
yakni dengan dibelinya kembali saham-saham dan pihak yang
tidak menyetujui merger, dapat merupakan suatu kompensasi
yang adil atas kerugian tersebut.
d) Teori Konsistensi
Teori ini mengajarakan bahwa hukum ternyata tidak konsisten
dalam menerapkan appraisal rights. Sebab, banyak perubahan
korporat lain selain merger, perubahan anggaran dasar, dan
sebagainya yang juga potensial utnuk merugikan kepentingan
pemegang saham minoritas. Misalnya, manajemen mengubah
secara drastic haluan bisnis perusahaan tersebut, yang dalam
hal ini tidak diberikan appraisal rights kepada pemegang saham
minoritas yang tidak menyetujuinya.
e) Teori Capital Market (Pasar Modal)
Teori ini mengajarkan bahwa khususnya terhadap perusahaan
terbuka, appraisal rights tidak diperlukan, mengingat pihak
yang menyetujuinya dapat menjuak sahamnya dipasar modal
dengan harga pasar yang layak bagi saham yang
bersangkutan.
f) Teori Cash Drain (Penyedotan Dana)
Teori ini mengajarkan bahwa dibelakukannya appraisal rights,
maka kemungkinan perushaan kekurangan dana harus
membeli saham dari pemegang saham minoritas yang tidak
menyetujui merger tersebut. Kekurangan dana ini bukan tidak
mungkin menyebabkan perusahaan secara langsung atau tidak
langsung membatalkan tindakan merger tersebut.
Apabila pemegang saham minoritas ingin melaksanakan
appraisal rights-nya, maka saham akan dijual kembali kepada
15
perusahaan dengan harga pantas. Dikenal tiga teori untuk harga yang
pantas tersebut.9
a) Teori Earnings Value (Nilai Perolehan)
Nilai perolehan adalah dengan meliaht nilai perolehan atau
investasi. Dalam hal ini biasanya yang dilihat adalah nilai
perolehan perusahaan di masa yang akan dating setelah
didiskon dengan nilai perolehan perusahaan sekarang.
b) Teori Market Value (Nilai Pasar)
Harga saham dilihat pada nilai pasar dari saham yang
bersangkutan sebelum diumumkan merger tersebut. Nilai pasar
dari saham ini sulit ditentukan secara pasti, khusunya bagi
saham yang bukan perusahaan terbuka.
c) Teori Assets Value (Nilai Aset)
Harga dari saham yang akan dibeli oleh perusahaan dalam hal
pemegang saham minoritas melaksanakan appraisal rights
adalah sebesar harga aset di pasar yang wajar. Hal ini akan
mendingkrak harga saham tersebut seandainya dalam
perusahaan terdaoat aset-aset yang untuk sementara tidak
aktif atau tidak menghasilkan, padahal harga aset itu lumayan
besar dan signifikan.
Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang
Perseroan Terbatas memberikan hak kepada pemegang saham
minoritas untuk menjual sahamnya dengan harga yang wajar jika
terjadi merger.
9 Op. cit., Munir Fuady. Hlm. 141-142.
16
2. Kepentingan Para Nasabah Penyimpan Dana
Kepentingan nasabah penyimpan dana dari suatu bank yang
akan diambil alih, besar kemungkinan akan menghadapi bahaya
dalam hal banknya melakukan merger dengan bank lain.
Kepentingan nasabah penyimpan dana dari bank yang menjadi
sasaran merger harus diperhatikan sebagiamana sesuai dengan
ketentuan pasal 104 ayat (1) yang menjelaskan bahwa kepentingan
nasabah penyimpan dana dari suatu bank termasuk dalam kelompok
yang disebut “kepentingan masyarakat” sebagaimana yang dimaksud
dalam undang-undang nomor 1 tahun 1995.
3. Kepentingan Para Pegawai Bank
Secara spesifik pula pasal 104 ayat (1) Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1995 menghendaki agar perbuatan hukum penggabungan
atau merger perseroan harus memperhatikan kepentingan karyawan
perseroan, baik karyawan dari bank yang mengambil alih maupun
bank yang menjadi sasaran penggabungan tersebut.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan
kepentingan para pegawai bank adalah:10
a) Prinsip-prinsip umum mengenai kebijaksanaan kesejahteraan
social yang akan diterapkan setelah merger
b) Waktu yang pantas untuk berkonsultasi dengan organisasi
pegawai bank
c) Cara dan saat untuk menginformasikan merger kepada
pegawai bank
10 Adrian Sutedi. Hukum Perbankan. Jakarta: sinar grafika. Hlm. 126
17
d) Cara unutk mencegah atau setidak-tidaknya mengeliminasi
kemungkinan kerugian materiil kepada pihak pegawai,
termasuk memberikan kompensasi yang bersifat materiil
e) Aktivitas khusus dari organisasi pekerja dalam perusahaan
f) Suatu garansai terhadap keamanan dan ketersediaan pekerjaan
setelah merger.
4. Kepentingan Para Pengurus
Dalam proses merger saham yang terjadi secara sukarela atau
terjadi secara wajar, memang kepentingan pengurus tidak dapat
diabaikan. Namun dalam hal merger saham terjadi sebagaimana
dimaksudkan dalam pasal 37 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
Tentang Perbankan, maka pada hakikatnya itu dalah tindakan yang
diambil oleh Bank Indonesia sebagai konsekuensi dari kesalahn piahk
pengurus. Oleh karena itu, kepentingan mereka boleh, bahkan justru
harus diabaikan sebagai tebusan atas kesalahan mereka sendiri.
5. Masalah Perlindungan Kreditor
Perlindungan bagi kreditor perusahaan yang diambil alihjuga
perlu. Salah satu tujuan dari pengumuman merger di surat-surat
kabar adalah untuk kepentingan kreditor. Dalam pengumuman merger
biasanya dicantumkan bahwa utang-utang PT A akan beralih menjadi
utang PT B.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam melakukan merger saham bank, kepentingan para pihak mesti
dapat perlindungan hukum agar tidak terjadi pencideraan terhadap hak dan
kewajiban para pihak yang terkait dalam merger saham bank.
Kepentingan para pemegang saham, kepentingan para nasabah,
kepentingan para pegawai, kepentingan para pengurus dan kepentingan
kreditor memang harus diperhatikan. Sehingga untuk memberikan perhatian
atas kepentingan para pihak itu, maka diwujudkanlah kebijakan pemerintah
dalam bentuk peraturan perundang-undangan yang mampu menjamin dan
memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang terkait.
Diharapkan dengan adanya merger saham bank dapat membantu
bank untuk berkembang baik melalui dengan tujuan pertolongan bank yang
tidak sehat maupun dengan cara memajukan bank yang telah besar (bisnis).
DAFTAR PUSTAKA
Budianto, Agus. 2009. Merger Bank di Indonesia Beserta Akibat-Akibat
Hukumnya. Jakarta: Adapixel TheImageMaker.
Candra, Aditiawan. Merger dan Akuisisi Bank Nasional: Realitas dan
Tantangan. www
Fuady, Munir. 1999. Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung: Citra Aditya
Bakti.
________. 1999. Hukum Tentang Merger. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Muhyar, Yara. 1995. Merger (penggabungan perusahaan). Jakarta: Nadhila
Ceria Indonesia.
Prasetya, Hari. Merger Bank, Kendala dan Solusinya. www.
Purwanto, Djoko. Merger Bank : Mengapa Harus Dilakukan?. www.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 Tentang
Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank.
Republik Indonesia, Surat Keputusan Bank Indonesia Nomor 32/52/KEP/DIR
Tanggal 14 Mei 1999 Tentang Persyaratan dan Tata Caraa Merger,
Konsolidasi, dan Akuisisi Bank Perkreditan Rakyat.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang
Perubahan Atas undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
Sutedi, Adrian. 2007. Hukum Perbankan. Jakarta: Sinar Grafika.