The Key Success Factors of Knowledge Management Implementation at PT Unilever Indonesia Tbk
Performance Leadership PT Unilever Indonesia Tbk
-
Upload
mercibuana -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of Performance Leadership PT Unilever Indonesia Tbk
PERFORMANCE LEADERSHIP : STUDI KASUS PADA PT UNILEVER
INDONESIATBK
Abstrak
Faktor kepemimpinan seseorang di sebuah perusahaan atau organisasi memiliki
peranan penting di dalam menentukan masa depan terutama dalam pencapaian visi
dan misi. Seorang pemimpin yang baik akan selalu belajar dari pengalaman
mengenai kesalahan – kesalahan selama dalam masa kepemimpinannya demi masa
depan perusahaan yang lebih baik. Adapun hal – hal yang perlu diperhatikan
adalah membentuk kerangka kinerja karyawan, bagaimana mendorong peningkatan
kinerja karyawan, dan belajar untuk meningkatkan kinerja. Sebagai salah satu
perusahaan logistik PT Unilever Indonesia memperhatikan kinerja kepemimpinan.
Kata Kunci : Kepemimpinan, Membuat Kerangka dan Mendorong Kinerja, Peningkatan
Kinerja.
1.1 Latar Belakang
Kepemimpinan seseorang menentukan keberhasilan perusahaan
dalam mencapai targetnya. Tentunya target ini merupakan visi dan
misi yang ingin di capai oleh perusahaan. Selain itu, kinerja
perusahaan yang produktif mencerminkan gaya kepemimpinan
seseorang di suatu lembaga atau perusahaan. Oleh karena itu,
suksesnya suatu perusahaan mencerminkan suksesnya pemimpin di
perusahaan tersebut. Gaya kepemimpinan pimpinan perusahaan ini
1
mempengaruhi kualitas kinerja karyawan, kerangka kinerja karyawan
hingga mencapai peningkatan kinerja karyawan.
Terkait dengan gaya kepemimpinan yang mengarah kepada
kinerja pegawai atau karyawan, senada dengan teori yang
dikemukakan oleh Stephen Robin (1996 : 40) mengenai ciri implisit
seseorang yang diidentifikasi menjadi seorang pemimpin. Pada
hakikatnya kepemimpinan adalah gaya, yang menonjolkan penampilan
sebagai pemimpin. Beberapa teori yang mengidentifikasi
kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut : (a) Teori Ciri,
yaitu teori yang mencari ciri kepribadian, sosial, fisik, atau
intelektual yang membedakan pemimpin dari yang bukan pemimpin.
Menurut Robin, terdapat enam ciri yang membedakan pemimpin dan
bukan pemimpin. Adapun cirinya adalah ambisi dan energi, hasrat
untuk selalu memimpin, kejujuran dan integritas (keutuhan), rasa
percaya diri, kecerdasan, dan pengetahuan yang relevan dengan
pekerjaan. Tetapi yang perlu diingat adalah tidak satupun dari
ciri itu mampu menjamin suksesnya pemimpin karena tergantung dari
situasi lingkungan serta akibatnya. (b) Teori Perilaku, teori ini
mengemukakan bahwa perilaku yang spesifik atau khas membedakan
seorang pemimpin dengan yang bukan pemimpin seperti bicara
keras,bersemangat, otokratis, suka bergaul, karismatik, dinamis,
perasaan terbuka dan bisa mengerti. (c) Teori Situasional Hersey
dan Blanchard, yaitu teori yang memusatkan perhatian pada
kesiapan para pengikut.
Jika dikaitkan dengan teori yang dikemukakan di atas, maka
terdapat korelasi antara teori tersebut dengan pernyataan yang2
dikemukakan oleh Bass (1987) melalui penelitian yang telah
dilakukan oleh Mukhamad Najib (2003) mengenai kepemimpinan bahwa
kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin
aktivitas – aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin
dicapai bersama. Melalui pernyataan Bass tersebut pula dapat
diinterpretasikan bahwa seorang pemimpin memimpin sekelompok
orang untuk mencapai suatu tujuan yang merupakan tujuan bersama
dan bukan tujuan pribadi. Hal ini diperkuat dengan pernyataan
yang dikemukakan oleh Yukl (1994) yang dikutip oleh Mukhamad
Najib (2003) bahwa kepemimpinan erat kaitannya dengan ciri – ciri
individual, perilaku, pengaruh terhadap orang lain, pola – pola
interaksi, hubungan peran, tempatnya pada suatu posisi
administratif, serta persepsi orang lain mengenai legitimasi dan
pengaruh. Adapun terkait dengan pernyataan tersebut dan jika
dikaitkan dengan pendapat sebelumnya mengenai konsep – konsep
kepemimpinan dapat diketahui bahwa konsep kepemimpinan tidak
terlepas dari kemampuan seseorang untuk mengatur sekelompok orang
dalam pencapaian tujuan khususnya mengenai visi dan misi suatu
lembaga atau organisasi.
Adapun jika dikaitkan dengan konsep kepemimpinan tersebut,
maka dapat kita interpretasikan bahwa pola kepemimpinan seseorang
tidak terlepas dari komunikasi yang dibangun antara dirinya
dengan orang – orang yang dipimpin oleh dirinya. Hal ini senada
dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Tannenbaum (1961) yang
dikutip oleh Mukhamad Najib (2003) bahwa kepemimpinan adalah
pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam suatu situasi3
tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi ke arah
pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu. Jika melihat teori
tersebut, maka dapat ditarik suatu opini bahwa terdapat suatu
pengaruh antara satu orang dengan yang lainnya yang terdapat di
dalam situasi tertentu sehingga mempengaruhi sikap leader
terhadap mereka.
Mengacu pada penjelasan mengenai tema yaitu kepemimpinan dan
performance leadership (kinerja kepemimpinan) yang menjadi topik,
maka kali ini akan dibahas mengenai performance leadership pada
PT Unilever Indonesia Tbk. Pada akhir pembahasan ini, maka akan
diketahui mengenai gaya kepemimpinan seperti apa yang terdapat di
PT Unilever Indonesia Tbk yang dibahas dalam beberapa aspek yang
mempengaruhi terhadap kinerja karyawan, kerangka dalam
meningkatkan kinerja, dan hasil terhadap peningkatan kinerja
tersebut. Berdasarkan data di lapangan diketahui bahwa PT
Unilever Indonesia telah mempersiapkan rancangan program
leadership bagi karyawannya. Adapun program ini bernama Unilever
Future Leader Program (UFLP) dan bertujuan untuk menumbuhkan
seseorang menjadi seorang manajer melalui pembelajaran dari pakar
kelas dunia. Selain itu dengan program ini diharapkan akan dapat
mengembangkan keterampilan kepemimpinan dengan bekerja pada
proyek langsung. UFLP menawarkan semua pengalaman yang dibutuhkan
seseorang untuk siap menjadi di jajaran manajemen.
Jika dilihat dari segi segi performance leadership, terdapat
keterkaitan dengan penelitian – penelitian terdahulu mengenai
topik yang sama. Adapun penelitian – penelitian terdahulu4
berjudul Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan, Orientasi Pasar, dan Kinerja Bisnis
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Di Indonesia : Studi Kasus UKM di DKI Jakarta karya
Mukhamad Najib yang merupakan alumnus Program Studi Magister
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 2003. Penelitian
ini membahas mengenai hubungan antara gaya kepemimpinan,
orientasi pasar, dan kinerja bisnis UKM dalam konteks lingkungan
bisnis Indonesia. Selain itu, penelitian sebelumnya yang serupa
yaitu berjudul Pengaruh Model Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja Terhadap
Kinerja Pegawai Pada Kantor Imigrasi Jakarta Selatan karya Edy Wibawa yang
merupakan alumnus Program Studi Magister Ilmu Administrasi
Kekhususan Administrasi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia 2006.
Adapun penelitian ini membahas mengenai gambaran kinerja pegawai
dalam memberikan pelayanan di kantor imigrasi Jakarta Selatan,
kepuasan kerja pegawai mempengaruhi kinerja pegawai dalam
memberikan pelayanan tersebut, dan apakah model kepemimpinan
mempengaruhi kinerja pegawai. Adapun perbedaan antara penelitian
– penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah di dalam
penelitian ini akan di bahas mengenai bagaimana performance
leadership dengan aspek pembelajaran peningkatan kinerja,
kerangka kinerja karyawan, dan bagaimana peningkatan kinerja
karyawan di PT Unilever Indonesia Tbk di bawah naungan Maurist
Daniel Rudolf Lalisang.
1.2 Rumusan Masalah
5
Berdasarkan latar belakang yang telah di bahas sebelumnya,
adapun rumusan masalah dalam penelitian Ini adalah bagaimana
penerapan performance leadership pada PT Unilever Indonesia Tbk ?
1.3 Tujuan Penelitian
Terkait dengan latar belakang yang telah di bahas
sebelumnya, maka tujuan penelitian yang ingin di bahas adalah
penerapan performance leadership pada PT Unilever Indonesia Tbk
1.4 Manfaat Penelitian
Sehubungan dengan penelitian di atas, hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan masukan dan manfaat antara lain :
a. Manfaat Akademis
Dalam manfaat akademis, diharapkan dapat memberikan
kontribusi pada pengembangan ilmu manajemen terutama dalam hal
performance leadership.
b. Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan
masukan bagi PT Unilever Indonesia Tbk dalam meningkatkan
kinerja dalam rangka pembuatan kebijakan dan keputusan mengenai
performance leadership.
6
II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Kajian Pustaka
Pada bagian ini, akan dibahas mengenai teori apa saja yang
akan dibahas sebagai acuan pada analisis dan pembahasan.Adapun
teori-teori yang dibahas di dalam penelitian ini adalah mengenai
performance leadership.
2.1.1 Kepemimpinan
Kepemimpinan menurut H.M Malayu S.P Hasibuan (1990) yang
dikutip oleh A.Soegihartono (2012) bahwa makna dan hakekat
kepemimpinan adalah bertujuan untuk mendorong gairah kerja dan
produktivitas kerja karyawan yang tinggi agar dapat mencapai
tujuan organisasi secara maksimal. Hal ini berhubungan dengan
konsep kepemimpinan transformasional yang dikemukakan oleh B.M
Bass (1985) melalui A.Soegiharto (2012) yang terdiri dari 3
yaitu Charismatic, Individual Consideration, dan Intellectual
Stimulation.
Di dalam penelitian membuktikan bahwa memperoleh kharisma
dari bawahan merupakan kesuksesan kepemimpinan transformasional.
Kepemimpinan transformasional dengan individual consideration
akan menarik perhatian yang cermat pada perbedaan di antara
karyawan dan bertindak sebagai mentor untuk mengembangkan7
bawahan dengan intellectual simulation mampu menunjukkan pada karyawan
cara-cara baru dalam pemecahan berbagai permasalahan yang
timbul. Dari ketiga dimensi tersebut menurut Bass (1990) akan
mendorong peningkatan kepuasan kerja bawahan, kinerja organisasi
dan mendorong bawahan dan karyawan untuk tetap tinggal dalam
organisasi dengan meningkatnya komitmen pada organisasi.
Selain kinerja, adapun di dalam kepemimpinan terdapat suatu
pola atau gaya kepemimpinan. Menurut Veitzal Rifai (2004)
mendefinisikan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh
dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang
tidak tampak oleh bawahannya. Gaya kepemimpinan menggambarkan
kombinasi yang konsisten dari falsafah, keterampilan, sikap, dan
sifat yang mendasari perilaku seseorang. Adapun indikator-
indikator gaya kepemimpinan antara lain : (1) visi dan misi,
menanamkan kebanggaan, meraih penghormatan dan kepercayaan. (2)
mendorong intelegensi, rasionalitas dan pemecahan masalah secara
hati-hati. (3) memberikan perhatian pribadi, melayani secara
pribadi, melatih dan menasehati. (4) menjalankan pertukaran
kontraktual antara penghargaan dan usaha, menjanjikan
penghargaan untuk kinerja yang bagus dan mengakui pencapaian
yang diperoleh. (5) Melepaskan tanggung jawab dan menghindari
pengambilan keputusan.
Gaya kepemimpinan seorang pemimpin tentunya akan
mempengaruhi motivasi kerja yang dilakukannya. Menurut Ernest J
McCormick (2005) menyatakan bahwa motivasi kerja didefinisikan8
sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan
memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja.
Adapun indikator yang dapat digunakan dalam motivasi kerja
adalah (1) Tingkat Tanggung Jawab (2) Dorongan Organisasi
Terhadap Anggotanya (3) Kebutuhan Akan Aktualisa Diri (4)
Kebutuhan afiliasi (5) Kebutuhan Penghargaan.
Selain itu, teori yang digunakan dalam kepemimpinan dibagi
menjadi dua. Pertama, yaitu (a) terori watak atau sifat (trait
theory) dan kedua yaitu (b) teori perilaku (behavioral theory).
(a) teori watak atau sifat (trait theory)
Teori ini menekankan keberhasilan organisasi pada diri
pemimpin. Studi tentang kepemimpinan didasarkan pada
karakteristik pemimpin yang berhasil. Adapun 2 tokoh yang
mengemukakan mengenai teori ini adalah Stogdil dan Keirsey.
1. Menurut Stogdill
Menurutnya, pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang
memiliki :
a. Capacity
b. Achievement
c. Responsibility
d. Status
9
e. Participation
2. Menurut Keirsey
Watak pemimpin dipengaruhi oleh 2 hal yaitu
a. Perbedaan keinginan
Setiap orang mempunyai motif, dorongan, tujuan dan
kebutuhan yang berbeda
b. Perbedaan Persepsi
Setiap orang memiliki pemaham dan cara berpikir yang
berbeda
10
(b) Teori Perilaku (Behavioral Theory)
Teori ini di dasarkan pada studi perilaku hubungan pemimpin
dengan individu, kelompok dan organisasi.
11
Berdasarkan gambar tersebut, dapat dilihat bahwa
terdapat gaya kepemimpinan yang situasional dimana
seorang pemimpin dilihat berdasarkan kualitas orang
yang dipimpin, kualitas orang yang memimpin, jenis
pekerjaan, waktu, tempat, lingkungan, dan tujuan yang
akan di capai. Adapun jenis-jenis tipe kepemimpinan
situasional ini dapat dibagi lagi menjadi empat yaitu.
1. Tipe Direktif (Directing)
Tipe direktif ini memiliki ciri – ciri yaitu :
1. Komunikasi cenderung mengarah satu arah yaitu
atas ke bawah
2. Atasan memberi perintah yaitu apa yang
dikerjakan, bagaimana mengerjakan kapan dan dimana12
3. Bawahan tidak terlibat dalam proses pengambilan
keputusan
4. Pelaksanaan pekerjaan diawasi dengan ketat
2. Tipe Konsultif (Coaching)
Tipe konsultif ini memiliki ciri – ciri yaitu :
1. Sebelum menetapkan menjadi keputusan, di
konsultasikan atau dikomunikasikan terlebih
dahulu kepada bawahan
2. Tetapi pengambilan keputusan, cenderung dari
pimpinan
3. Pimpinan memperhatikan saran dan masukan dari
bawahan
3. Tipe Partisipatif (Supporting)
Pada tipe ini, proses pengambilan keputusan
dilakukan secara bersama-sama dengan memperhatikan
pendapat pimpinan dan bawahan secara berimbang
4. Tipe Delegatif (Delegating)
Menurut Wahjosumidjo (1994) yang dikutip oleh M.
Reza Maulana (2009) bahwa gaya kepemimpinan13
delegatif adalah kemampuan mempengaruhi orang lain
agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan
yang akan dilakukan lebih banyak diserahkan kepada
bawahan.
2.1.2 Membuat Kerangka dan Mendorong Kinerja
Kerangka kinerja dapat digambarkan melalui pernyataan yang
dikemukakan oleh Dede Sudrajattulloh (2013) melalui metode SMART
(Strategic Measurement Analysis and Reporting Technique). Sistem
manajemen kinerja Strategic Measurement Analysis and Reporting
Technique (SMART) juga dikenal sebagai piramida kinerja adalah
sebuah sistem manajemn kinerja yang dikembangkan sebagai hasil
dari ketidakpuasan pengukuran kinerja dengan cara tradisional
seperti pemanfaatan, produktivitas, efektivitas, efisiensi dan
variansi keuangan lainnya yang sangat terbatas [3]. Sistem ini
dikembangkan oleh Wang Laboratory Inc. merupakan sebuah sistem
manajemen kinerja yang mampu mengintegrasikan aspek finansial dan
non-finansial yang dibutuhkan manajer (terutama manajer operasi).
Sistem SMART dibuat untuk merespon keberhasilan perusahaan
menerapkan metode Just-In-Time (JIT), sehingga fokus dari SMART
lebih mengarah ke aspek operasional setiap departemen dan fungsi
di perusahaan [4]. Seperti namanya yaitu piramida kinerja,
system SMART digambarkan sebagai piramida seperti pada gambar
berikut.
14
Piramida SMART bermula dari visi perusahaan yang dipisah
pengukurannya menjadi efisiensi internal dan efektivitas
eksternal. Visi perusahaan kemudia juga dikembangkan pada dua
unit bisnis utama yaitu pasar dan keuangan, kedua unit bisnis ini
harus berorientasi pada kepuasan pelanggan, memiliki
flesibelitas terhadap pasar (produknya) serta memiliki
produktifitas yang baik, efektif dan efisien. Selain itu yang
juga penting diperhatikan pada bagaimana perusahaan mampu
menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, pengirimina
(distribusi) yang baik, waktu proses produksi yang singkat, dan
15
mengurangi sampah atau limbah serta bahan baku yang terbuang
dengan baik, sehingga efektivitas dan efisiensi pada tingkat
depertemen dan tim kerja bisa tercapai dengan baik. Dengan
demikian maka proses inti bisnnis yang ada perusahaan, yaitua
kepuasan konsumen yang semakin baik, fleksibelitas produk dan
produktivitas dari karyawan akan meningkat
Dalam mengukur seberapa efektif dan efisien seseorang melakukan
suatu pekerjaan dapat diukur melalui kinerja yang ia lakukan. Hal
ini diperkuat dengan pernyataan yang terdapat di dalam SNI ISO
14001 tahun 2005 mengenai kompetensi, pelatihan dan kesadaran
disebutkan bahwa “orang yang pekerjaannya dapat menyebabkan
dampak lingkungan penting yang diidentifikasi organisasi,
mempunyai kompetensi untuk melaksanakan tugas yang diberikan
kepadanya”. Dalam kaitannya dengan performance leadership, maka
disini dapat diartikan bahwa kinerja dapat berpengaruh terhadap
lingkungan di dalam organisasi.
Selain SNI ISO 14001 tahun 2005 adapun alat untuk mengukur
seberapa efektif kinerja seseorang adalah KPI (Key Performance
Indicator). Terdapat berbagai macam instrumen yang dapat
digunakan dalam mengukur KPI, yaitu strategi yang digunakan oleh
organisasi, apa tujuan didirikannya organisasi, bagaimana
mengenai sumber daya yang dimiliki, bagaimana asumsi masyarakat
terhadap organisasi dan asumsi karyawan terhadap organisasi,
bagaimana batasan/limit dalam menghadapi tantangan dari dalam
maupun luar organisasi.16
Steers (1984) yang dikutip oleh A. Soegihartono (2012)
mengartikan bahwa kinerja sebagai kesuksesan yang dicapai
individu dalam melakukan pekerjaannya, dimana ukuran kesuksesan
yang dicapainya dapat disamakan dengan individu lain. Sealin itu,
menurut Bernardian (1993) mendefinisikan kinerja sebagai catatan
mengenai outcome yang dihasilkan dari suatu aktivitas tertentu,
selama kurun waktu tertentu pula. Adapun indikator dari kinerja
pegawai adalah sebagai berikut: (1) kualitas, (2) kuantitas (3)
ketepatan waktu (4) efektifitas dan (5) Kerja Sama. Kesuksesan
yang dicapai oleh individu adalah berdasarkan ukuran yang berlaku
dan disesuaikan dengan jenis pekerjaannya. Sedangkan menurut
Miner (1988), kinerja dapat didefinisikan sebagai tingkat
kebutuhan tiap individu, sebagai pengharapan atas pekerjaan yang
dilakukannya. Miner memberi dua variable yang menentukan prestasi
kerja seseorang, yaitu sebagai berikut:
a. Variabel hasil perilaku organisasi, yaitu mencakup perilaku
dan sikap individu, keterlibatan dalam pekerjaan, dan
partisipasi kerja.
b. Variabel hasil yang telah dicapai untuk suatu kinerja, yaitu
mencakup empat dimensi kinerja yang terdiri atas :
1. Kualitas output (quality of output)
2. Kuantitas output (quantity of output)
3. Waktu kerja (time of output)
4. Kerjasama dengan rekan kerja lain (cooperation with
other’s work)
17
Keempat dimensi tersebut saling terkait satu sama lain,
misalnya kerjasama yang baik antar rekan kerja dipengaruhi
langsung oleh kualitas dan kuantitas output masing-masing
individu.
Berikut merupakan alasan mengapa pengukuran kinerja begitu
penting untuk dilakukan. Adapun pernyataan hal ini dikemukakan
oleh Anderson (1993: 8) yang dikutip oleh Edi Wibawa (2006) yang
menyatakan bahwa kinerja manajemen dipandang sebagai semua
strategi – strategi yang terkait dalam semua konteks usaha untuk
pengembangan kinerja semua orang dalam organisasi. Pengukuran
kinerja merupakan bagian sentral yang berperan dalam mendukung
kinerja manajemen dalam meyakinkan bahwa kinerja individu
dievaluasi secara akurat dan secara adil sebagai basis untuk
berbagai strategi dalam menghargai pegawai, dan pengembangan
kinerja mereka melalui pembimbingan, konseling, dan pelatihan.
Adapun di dalam kinerja, kepuasan kerja menjadi faktor
penentu. Menurut Stephen Robbins (1996) menyatakan ada lima
factor yang mendukung terciptanya kepuasan kerja bagi karyawan
suatu organisasi yaitu (1) kerja yang secara mental menantang,
(2) imbalan yang pantas; (3) Kondisi kerja yang mendukung, (4)
Rekan sekerja yang mendukung; (5) Adanya kesesuaian kepribadian
dengan pekerjaan. Selain kepuasan kerja, adapun komitmen
merupakan suatu keadaan dimana seorang karyawan atau individu
memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya,
18
serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi tersebut.
Dengan demikian, komitmen organisasional yang tinggi menunjukkan
tingkat kepemihakan seorang karyawan terhadap organisasi yang
tinggi menunjukkan tingkat kepemihakan seorang karyawan terhadap
organisasi yang mempekerjakannya.
2.1.3 Peningkatan Kinerja
Terkait dengan penjelasan mengenai kinerja dalam hal ini
terkait dengan peningkatan kinerja karyawan yang dibahas maka
erat kaitannya dengan pendapat Casey Fitts Hawley (2004) mengenai
manajemen kinerja. Menurutnya manajemen kinerja adalah sebuah
seni, sebuah ilmu, dan sebuah studi, yang berkelanjutan bagi top
manajer yang berhasil. Pada era globalisasi saat ini
meningkatkan kinerja tidak mudah, hal ini karena motivasi yang
kurang, permasalahan pribadi serta kurangnya perhatian atasan
terhadap stafnya.
Peningkatan kinerja dapat dilakukan jika seorang atasan
melihat akar permasalahannya. Adapun berikut merupakan cara
meningkatkan kinerja karyawan yang dikutip dari pernyataan Casey
Fitts Hawley (2011) yaitu :
1. Tidak ada orang yang menerima suatu pekerjaan untuk gagal
19
Manajer bertanggung jawab, jika salah satu karyawan tidak
sukses, berarti ia kekurangan salah satu dasar pemicu
kinerja sebagai berikut.
1. Kejelasan mengenai kinerja yang diharapkan
2. Gambaran yang jelas mengenai seperti apa kinerja yang
bagus
3. Pemahaman bahwa ada kesenjangan antara kinerjanya dan
kinerja yang diharapkan
4. Peralatan atau kebutuhan seperti pengetahuan,
keterampilan, motivasi, perbaikan lingkungan kerja, atau
pelatihan taktis
Dalam hal ini, seorang manajer dapat membantu.
1. Memperjelas kinerja yang diharapkan dengan menetapkan
target dan sasaran yang jelas dan terstruktur
2. Seorang manajer dapat menawarkannya untuk mengikuti
pelatihan, mengikuti aktivitas rekan senior, atau menonton
demonstrasi yang menunjukkan dengan persis seperti apa
yang bagus kepada karyawan
3. Seorang manajer dengan terbuka, deskriptif, dan
manusiawi menunjukkan kesenjangan antara kinerja karyawan
dan kinerja yang diharapkan. Terlalu banyak karyawab yang
20
kehilangan pekerjaan karena manajer tidak berani
menunjukkan kinerja karyawan sehingga akhirnya terlambat.
4. Dalam hampir setiap kasus, seorang manajer dapat
membantu karyawan untuk memenuhi kebutuhannya. Jika
karyawannya tidak mempunyai pengetahuan atau keterampilan
yang diperlukan, maka seorang manajer dapat menawarkan
pendidikan dan pelatihan. Jika tempat kerja atau peralatan
yang menghambat kinerja puncak, sering kali manajer dapat
membuat modidikasi atau membeli peralatan baru. Jika
motivasi karyawan kurang, manajer berwenang untuk mengatur
imbalana atau konsekuensi.
2. Orang termotivasi oleh dua hal : ketakutan atas hukuman dan
harapan akan imbalan
Beberapa imbalan atau insentif ini berbentuk uang. Karyawan
dewasa ini, terutama, termotivasi, oleh sekian banyak hal
diantaranya adalah jam kerja yang fleksibel, pelatihan untuk
meningkatkan nilai mereka di bursa kerja, lingkungan kerja
yang ramah dan kekeluargaan, hasrat untuk berkontribusi pada
masyarakat. Intervensi – Intervensi ini memanfaatkan setiap
hasrat karyawan untuk menemukan pekerjaan yang bernilai
serta untuk dihargai dan diakui.
3. Masalah kinerja kecil yang diabaikan sejak awal akan menjadi
masalah besar dan dapat menulari karyawan yang berkinerja
bagus
21
Sebagian besar karyawan tidak bekerja dalam ruang bawah
tanah yang tertutup. Mereka secara tidak sadar membandingkan
kinerja mereka dengan kinerja orang lain. Jika karyawan yang
berkinerja buruk tidak dikoreksi, standar kinerja karyawan
lain di sekitar mereka akan menurun perlahan.
4. Jika anda melakukan apa yang selalu anda lakukan, anda akan
mendapatkan apa yang selalu anda dapatkan
Manajer yang tidak mau mencoba pendekatan baru untuk
mengubah perilaku dan meningkatkan kinerja tidak dapat
memimpin orang untuk maju sehingga, perusahaan tidak hanya
tidak mendapat manfaat dari peningkatan produktivitas,
tetapi juga, karyawannya tidak meningkatkan keterampilan
atau profesionalisme mereka. Banyak perusahaan memperhatikan
bahwa karyawan yang bernilai tinggi dewasa ini memasukkan
pengembangan professional sebagai salah satu manfaat yang
mereka cari pada pekerjaan berikutnya. Para karyawan yang
cerdas menginginkan perusahaan yang akan mendukung mereka
dalam meningkatkan keterampilan dan kompetensi.
Dewasa ini, harapan seorang karyawan tinggi. Tidak ada
yang puas hanya dengan menduplikasi kinerja di masa lalu.
Perusahaan mencari berbagai cara untuk mendapat
produktivitas yang lebih tinggi. Metode peningkatan kinerja
adalah sebagai berikut ;
Pelatihan
22
Penetapan target dan evaluasi
Penilaian dan review kerja
Manajemen dan pengukuran kinerja
Strategi pengembangan professional
Umpan balik dan instrumental 360 derajat
Insentif dan imbalan
Konsekuensi yang bermakna atau disiplin positif
Pemecahan masalah
Pelatihan dan bimbingan
5. Setiap orang ahli dalam suatu bidang – kuncinya adalah
menemukan apa yang menjadi keahlian setiap orang
Dimensi ini mengindikasikan bahwa para manajer harus
menyelaraskan tugas dengan bakat alam karyawan.
6. Anda tidak dapat memuaskan seorang bos yang tidak tahu apa
yang diinginkannya
Para manajer harus memahami citra yang konkret tentang
seperti apa kinerja yang baik itu dan kemudian memberi
gambaran kepada karyawan. Bagi sejumlah karyawan, memberikan
gambaran yang jelas tentang kinerja yang baik adalah satu-
satunya intervensi yang dibutuhkan. Pandangan setiap orang
mengenai kinerjanya sendiri telah dibentuk oleh mantan23
perusahaan, mantan manajernya, orang tua, system sekolah
yang menantang atau tidak menantang, kelompok rekan
kerjanya, dan lusinan factor lain. Seorang manajer
bertanggung jawab menggambarkan target kinerja dalam kata-
kata dan penjelasan yang mudah dipahami karyawan.
7. Kadang-kadang tindakan yang terbaik adalah tidak bertindak
sama sekali
Manajer disarankan untuk berhenti sejenak dan
mempertimbangkan pilihan yang sangat berharga untuk tidak
bertindak sama sekali. Sejumlah perilaku karyawan yang tidak
produktif bersifat temporer dan merupakan akibat dari
situasi tertentu misalnya di tempat kerja atau di rumah.
Jika karyawan tersebut telah terbukti berharga di masa lalu,
membiarkannya mengoreksi peilakunya sendiri mungkin adalah
tindakan yang paling efisien untuk mengembalikannya pada
kinerja puncak.
8. Menangkap basah orang yang sedang melakukan sesuatu yang
benar
Dalam hal ini seorang manajer harus mampu menanamkan pikiran
bahwa “betapa mudahknya bagi sifat alami seseorang untuk
menunjuk kelemahan dan ketidaksempurnaan kinerja dan betapa
sulitnya menunjukkan bahwa seorang karyawan bekerja dengan
baik. Manajemen telah menyadari bahwa focus berulang pada
24
kesalahan karyawan akan menanamkan gambaran kinerja yang
buruk dalam benak karyawan.
9. Anda akan mendapatkan kinerja yang lebih hebat dengan
bekerja sama daripada dengan menginjak orang lain
Dimensi ini berpegangan pada pernyataan yang dikemukakan
oleh John D Rockefeller melalui Casey Fitts Hawley (2004)
yaitu “Telah lama saya diyakinkan bahwa secara alami, perusahaan dan
karyawan adalah mitra kerja, bukan musuh; bahwa kepentingan mereka sama,
buka berlawanan; bahwa dalam jangka panjang, kesuksesan yang satu
bergantung pada kesuksesan yang lain”
10. Perlakuan yang berbeda untuk orang yang berbeda
Kunci mengajarkan keterampilan baru pada para karyawan
adalah dengan menentukan apakah masing-masing dari mereka
paling cepat paham dengan membaca buku petunjuk, atau dengan
melihat demonstrasi, atau dengan membaca buku petunjuk, atau
dengan melihat demonstrasi, atau dengan menugaskan langsung
dalam pekerjaan dan belajar dengan mencoba-coba. Hanya
dengan mengamati atau mengingat saat-saat karyawan terlihat
dapat belajar dengan cepat dan menikmati prosesnya dapat
memberikan petunjuk mengenai gaya belajar karyawan tersebut.
11. Anda tidak boleh “ngomong doang”; Anda harus terjun
langsung
25
Karyawan dewasa ini mengharapkan otentisitas dalam diri
pemimpin. Jika anda meminta standar yang tinggi, baik dalam
etika, produksi, atau kualitas, anda juga harus
mendemonstrasikan komitmen anda terhadap standar tersebut.
Sekarang, lebih dari sebelumnya, karyawan menginginkan
panutan kinerja. Pastikan seorang manajer mencontohkan
perilaku dan menunjukkan komitmen terhadap target yang anda
harapkan dari orang lain.
III ANALISIS DAN PEMBAHASAN
26
Terkait dengan tinjauan teoritis yang telah dibahas pada
pembahasan sebelumnya, maka pada pembahasan kali ini akan dibahas
mengenai sejarah terbentuknya PT Unilever Indonesia, kepemimpinan
di PT Unilever Indonesia Tbk, Kinerja Pegawai di PT Unilever
Indonesia Tbk, dan peningkatan kinerja di PT Unilever Indonesia
Tbk. Adapun penjelasan lebih lanjut akan dibahas sebagai berikut.
3.1 Sejarah PT Unilever Indonesia
PT Unilever Indonesia didirikan pada 5 Desember 1933 dengan
nama zeeprabrieken N.V Lever dengan akta no.33 yang dibuat oleh Tn.
A.H Van Ophuijsen, notaries di Batavia. Akta ini disetujui oleh
Gubernur Jenderal Van Negerlandsch-Indie dengan surat No 14 pada
tanggal 16 Desember 1933, dan terdaftar di Raad Van Justitle di
Batavia dengan No 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan
dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934 tambahan No 3.
Dengan akta No 171 yang dibuat oleh notaris Ny Kartini
Mulyadi tertanggal 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi
PT Unilever Indonesia. Dengan akta no 92 yang dibuat oleh notaris
Tn Mudufir Hadi S.H tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan
diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh
Menteri kehakiman dengan keputusan No C2-1.U49 HT.01.04 TH.98
tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di berita Negara No
2620 tanggal 15 Mei 1998 tambahan No 39.
Perusahaan mendaftarkan diri 15% dari sahamnya di Bursa Efek
Jakarta dan Bursa Efek Surabaya setelah memperoleh persetujuan
27
dari Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) No
SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16 November 1998. Pada rapat umum
tahunan perusahaan pada tanggal 24 Juni 2013, para pemegang saham
menyepakati pemecahan saham, dengan mengurangi nilai nominal
saham dari Rp 100 per saham menjadi Rp 10 per saham. Perubahan
ini dibuat di hadapan notaries dengan akta No 46 yang dibuat oleh
notaris Singgih Susilo S.H tertanggal 10 Juli 2013 dan disetujui
oleh menteri kehakiman dan hak asasi manusia republik Indonesia
dengan keputusan No C-17533 HT 01.04-TH.2003.
Sebagaimana disetujui dalam Rapat Umum Tahunan Perusahaan
pada tanggal 13 Juni 2000 yang dituangkan dalam akta notaris No
82 yang dibuat oleh notaries Singgih Susilo S.H tertanggal 14
Juni 2000, perusahaan juga bertindak sebagai distributor utama
dan member jasa-jasa penelitian pemasaran. Akta ini disetujui
oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan (dahulu menteri
kehakiman) Republik Indonesia dengan keputusan No C-
18482HT,01,04-TH,2000 perusahaan memulai operasi komersilnya pada
tahun 1933.
3.2 Kepemimpinan Maurits Daniel Rudolf Lalisang Dalam
Meningkatkan Kinerja di PT Unilever Indonesia Tbk
Terkait dengan sejarah asal muasal PT Unilever Indonesia
tersebut maka kali ini akan dibahas mengenai profil president
director PT Unilever Indonesia yaitu Maurist Daniel Rudolf
Lalisong. Mourist menjabat sebagai president director sejak Mei
28
2004. Beliau bergabung di Unilever Indonesia pada tahun 1980. Di
dalam kepemimpinannya, Mourist menerapkan prinsip sustainability.
Hal ini bertujuan untuk terus meningkatkan pangsa pasar. Seperti
kutipan sambutan Mourist kepada shareholder sebagai berikut.
“2013 merupakan tahun dengan dua paruh waktu yang kondisinya berbeda, baik bagi
perseroan maupun Indonesia secara keseluruhan. Kondisi sepanjang paruh pertama
relatif positif, dengan deficit dan tingkat inflasi yang terkendali serta rupiah yang
stabil. Walaupun banjir bandang yang melanda Jakarta dan berbagai daerah di tanah
air mempengaruhi distribusi, kami mencatat hasil yang sangat kuat di semester
pertama. Memasuki paruh kedua, Indonesia mulai merasakan dampak kondisi makro-
ekonomi global yang sulit serta meningkatnya situasi di dalam negeri yang penuh
tantangan. Kebijakan pemerintah untuk mengurangi subsidi harga BBM memicu
lonjakan inflasi, sementara beberapa waktu sesudahnya, Bank Indonesia menaikan
tingkat suku bunga dalam upaya untuk mengendalikan deficit neraca pembayaran dan
melemahnya nilai rupiah. Seluruh factor terebut membawa dampak negative terhadap
kepercayaan dan daya beli konsumen karena mereka dihadapkan pada kenaikan biaya
kebutuhan sehari-hari, BBM dan bahan pokok.
Dalam situasi seperti itu, konsumen dipaksa untuk membuat pilihan yang sulit dalam
menentukan barang-barang belanjaan mereka. Kami berbesar hati, bahwa dalam
situasi ini kami tetap berhasil mencatat pertumbuhan berdasarkan beberapa
parameter penting, meningkatkan pangsa pasar dari sebagian besar kategori yang
kami miliki. Walaupun persaingan sangat ketat, dan meraih pertumbuhan dua digit
pada top dan bottom line. Kunci keberhasilan kami dalam situasi yang kurang
mendukung ini adalah memastikan bahwa seluruh fundamental bisnis kokoh pada
posisinya. Kami fokus kembali pada bisnis inti pada kategori dan produk-produk yang29
mendorong profitabilitas dan terbukti menghasilkan perbedaan nyata terhadap kinerja
bisnis kami”
Jika dikaitkan dengan konsep pada bab sebelumnya maka dapat
dilihat bahwa Maurist mimiliki 3 konsep kepemimpinan kharismatik,
individual consideration, dan intellectual stimulation. Maurist
memiliki kharisma dari bawahan. Hal ini terlihat dari track
record jabatan yang dimilikinya dari mulai bergabung ke Unilever
hingga menjadi president director Unilever. Adapun jabatan yang
pernah dijabatnya yaitu menjadi corporate relation directors,
foods director, home care director, dan sales director. Di dalam
kepemimpinannya, Maurist selalu mengarahkan karyawannya untuk
dapat menjadi manajer. Saat bergabung bersama unilever, selama 18
bulan pertama, karyawan harus menjadi orang yang serius agar
nantinya dapat menjadi seorang manajer yang baik.
Di kantornya, ia juga membangun sebuah gym di lantai paling
atas gedung. Maurist memiliki alasan tersendiri mengapa ia
membangun gym di lantai atas. Hal ini dimaksudkan agar karyawan-
karyawannya dapat berolahraga sambil rileks melihat pemandangan
yang ada. Unilever Indonesia sejauh ini telah membuka lapangan
kerja bagi 6.043 karyawannya dan 30.000 lapangan kerja yang
berkaitan dengan Unilever. Tidak hanya terus membuka lapangan
kerja, Unilever Indonesia juga terus berupaya untuk menanamkan
modal lebih besar lagi di Indonesia.
30
Terkait dengan paparan tersebut, maka dapat dilihat bahwa
Maurist memiliki sifat kepemimpinan menurut teori watak dan teori
perilaku. Teori watak dapat dilihat pada statement Maurist kepada
pemegang saham (shareholder) di atas. Maurist terus memiliki
keinginan menerapkan prinsip sustainability yang ingin terus
meningkatkan pangsa pasar. Selain itu, Maurist memiliki cara
berfikir “down to earth” dimana ia memposisikan diri sebagai
konsumen. Hal ini dapat dilihat dari laporan pemegang saham
mengenai kondisi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tahun
2013. Selain itu, jika dilihat dari teori perilaku yang
menekankan 3 bagian, yaitu hubungan pemimpin dan individu,
hubungan pemimpin dengan kelompok, dan hubungan pemimpin dan
organisasi.
Hubungan pemimpin dan individu tidak dapat dilihat secara
mendetail karena keterbatasan waktu. Sedangkan hubungan pemimpin
dan kelompok dan hubungan pemimpin dan organisasi dapat dilihat
ketika Maurits men-treatment karyawannya dengan menyediakan
fasilitas seperti gym tadi. Adapun dari segi jenis kepemimpinan
Maurits di PT Unilever Indonesia menggunakan tipe kepemimpinan
delegatif (delegating) karena struktur organisasi dari PT
Unilever Indonesia itu sendiri bersifat structural.
31
Selain itu, menurut pernyataan yang dikemukakan oleh
Malahayati (2010) bahwa kepemimpinan adalah suatu proses dengan
berbagai cara untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang
untuk mencapai tujuan bersama. Jika dilihat dari laporan tahunan
PT Unilever Indonesia Tbk tahun 2013 yaitu pada laporan
manajemennya terdapat prestasi yang ditorehkan seperti Capital
Market Award sebagai best listed company dari perusahaan-
perusahaan dengan kapitalisasi pasar lebih dari Rp 10 triliyun.
Prestasi ini dicapai atas kegigihan jajaran dewan komisaris Erry
Firmansyah, Cyrillus Harinowo, Bambang Subiyanto, Peter Frank Ter
Kulve, dan Hikmahanto Juwana.
Melalui kepemimpinan mereka, PT Unilever Indonesia Tbk
memenangkan kategori recruitmen & selection, training &
development, talent management, performance management, dan
reward management sebagai perusahaan pilihan utama. Perseroan
32
juga unggul dalam praktek, sustainability, seiring dengan
pengakuan yang bertanggung jawab. Melihat prestasi yang telah
dicapai tersebut, maka hal ini dapat dijadikan suatu indikator
suatu kepemimpinan yang berhasil di suatu perusahaan. Selain itu,
pola kepemimpinan di PT Unilever Indonesia Tbk juga dapat dilihat
melalui profil dewan komisaris di dalamnya.
Terkait dengan tinjauan teoritis mengenai kinerja, adapun
kinerja karyawan di PT Unilever Indonesia juga dapat dilihat
melalui “kinerja usaha 2013” melalui pernyataan sebagai berikut
“Dengan fokus tanpa henti pada bisnis inti, yaitu meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat, perseroan terus tumbuh di pasar dengan mencatatkan pertumbuhan dua
digit pada top dan bottom line. Dalam operasi kami mencatat kemajuan yang
signifikan untuk menuju tujuan keberlanjutan kami. Adapun rinciannya sebagai
berikut.
1. Home & Personal Care
Penjualan bersih (net sales) Rp 22,4 Triliyun
Pertumbuhan Penjualan (sales growth) 12,5 %
2. Foods & Refreshment
Penjualan bersih (net sales) Rp 8,3 Triliyun
Pertumbuhan penjualan (sales growth) 13,0 %
33
Sebagai perbandingan, kami membandingkannya dengan laporan
tahunan 2012. Adapun pernyataan yang terdapat pada laporan
tahunan PT Unilever Indonesia tahun 2012 adalah “Kinerja kami yang
mantap di tahun 2012mencerminkan kedisiplinan kami dalam melaksanakan strategi
sustainable growth kami. Kami terus memperkuat portofolio brand dan inovasi sambil
mengembangkan pasar-pasar baru untuk memacu pertumbuhan di semua kategori
serta meningkatkan keunggulan kompetitif kami. Kami pun berhasil mencapai target
kami untuk menumbuhkan bisnis dua kali lipat dalam lima tahun, dengan
membukukan omzet lebih dari 2 Milyar”.
1. Home & Personal Care
Penjualan bersih (net sales) Rp 19,9 Triliyun
Pertumbuhan penjualan (sales growth) 15,9 %
2. Foods & Refreshment
Penjualan bersih (net sales) Rp 7,4 Triliyun
Pertumbuhan penjualan (sales growth) 17,6 %
Selain itu berikut merupakan tabel perbandingan ikhtisar
data keuangan penting tahun 2009 sampai 2013.
34
Dari hasil kinerja usaha berupa angka-angka diatas maka dapat
diinterpretasikan bahwa terdapat peningkatan net sales dan
sales growth pada home & personal care dan foods & refreshment
serta peningkatan data keuangan dari tahun ke tahun.
35
DAFTAR PUSTAKA
Marpaung, Evi Margareth. (2000). Gaya Kepemimpinan dan Iklim
Komunikasi : Kasus pada PT Duta Chemical. Program Pascasarjana 37
Bidang Ilmu Sosial Program Kekhususan Manajemen
Komunikasi Universitas Indonesia.
Hawley, Casey Fit. (2004). 201 Cara Untuk Mendorong Setiap
Karyawan Berkinerja Bintang. PT Gelora Aksara Pratama.
Irawati, Nisrul. (2004). Kepemimpinan Efektif, Kepemimpinan yang
Mampu Mengambil Keputusan Yang Tepat. Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
Malahayati. (2010). I’m The Boss. Yogyakarta. Jogja Bangkit
Publisher.
Maulana, M Reza. (2009). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap
Kinerja Pegawai Dalam Organisasi Pemerintah Kelurahan. Institut
Pertanian Bogor.
Najib, Mukhamad. (2003). Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan,
Orientasi Pasar dan Kinerja Bisnis Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di
Indonesia: Studi Kasus UKM di DKI Jakarta. Pascasarjana Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Soegihartono, A. (2012). Pengaruh Kepemimpinan dan Kepuasan
Kerja Terhadap Kinerja dengan Mediasi Komitmen (di PT
Alam Kayu Sakti Semarang). Jurnal Mitra Ekonomi dan
Manajemen Bisnis Vol 1 No 1. Fakultas Ekonomi Universitas
Dian Nuswantoro.
38