perbandingan pengaruh penerapan metode - E-Journal IAIN ...

24
PERBANDINGAN PENGARUH PENERAPAN METODE SQ3R DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BACAAN PADA MATA PELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR Maftucha Pascasarjana UIN Malang [email protected] ABSTRAK Pada dasarnya kegiatan membaca dilakukan agar tercipta suatu pemahaman terhadap isi yang terkandung dalam bacaan. Namun pada kenyataannya, tidak semua pembaca mampu memahamai apa yang sedang dan telah dibacanya. Hal demikian banyak terjadi, terutama pada para siswa sekolah dasar yang umumnya belum memiliki pemahaman yang kuat terhadap apa yang dibacanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan pengaruh metode SQ3R dan metode konvensional terhadap proses pembelajaran dan kemampuan memahami bacaan pada mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar SDIT Al-Rahbini Gondanglegi, Magelang. Peneitian ini menggunakan jenis penelitian kuasi eksperimental dan desain penelitian eksperimen ini menggunakan yaitu prestest–postest control group design, yakni eksperimen yang dilakukan dalam satu kelas untuk mengukur peningkatan setelah menggunakan metode SQ3R. Kata Kunci: Metode SQ3R, Proses Pembelajaran, Kemampuan Memahami Bacaan.

Transcript of perbandingan pengaruh penerapan metode - E-Journal IAIN ...

PERBANDINGAN PENGARUH PENERAPAN METODE

SQ3R DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP

PROSES PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN

MEMAHAMI BACAAN PADA MATA PELAJARAN IPS

DI SEKOLAH DASAR

Maftucha

Pascasarjana UIN Malang

[email protected]

ABSTRAK

Pada dasarnya kegiatan membaca dilakukan agar tercipta suatu pemahaman terhadap isi yang terkandung dalam bacaan. Namun pada kenyataannya, tidak semua pembaca mampu memahamai apa yang sedang dan telah dibacanya. Hal demikian banyak terjadi, terutama pada para siswa sekolah dasar yang umumnya belum memiliki pemahaman yang kuat terhadap apa yang dibacanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan pengaruh metode SQ3R dan metode konvensional terhadap proses pembelajaran dan kemampuan memahami bacaan pada mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar SDIT Al-Rahbini Gondanglegi, Magelang. Peneitian ini menggunakan jenis penelitian kuasi eksperimental dan desain penelitian eksperimen ini menggunakan yaitu prestest–postest control group design, yakni eksperimen yang dilakukan dalam satu kelas untuk mengukur peningkatan setelah menggunakan metode SQ3R. Kata Kunci: Metode SQ3R, Proses Pembelajaran, Kemampuan

Memahami Bacaan.

Maftucha: Perbandingan Pengaruh.…

Media Komunikasi Sosial Keagamaan, Vol. 18, No. 1, Juli 2018 ж [124]

A. PENDAHULUAN

IPS merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-

konsep dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan

pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi

siswa dan kehidupannya.1 Bahan pelajaran IPS bersumber pada

konsep-konsep dasar dari berbagai cabang ilmu seperti sejarah,

Geografi, Sosiologi, Antropologi, Psikologi, Ekonomi, Politik dan

Ekologi. Di samping itu lingkungan alam dan masyarakat sekeliling

juga memberikan bahan berupa fakta-fakta.2

Pembelajaran IPS yang selama ini dilaksanakan di sekolah–

sekolah pada dasarnya adalah pembelajaran konvensional

(pembelajaran yang berfokus pada teks bacaan). Pembelajaran ini

merupakan pembelajaran warisan masa lampau, baik dalam konsep

pemikiran maupun prakteknya. Pembelajaran konvesional memiliki

ciri-ciri membaca pelajaran IPS yang cenderung memusatkan

kegunaannya membina siswa belajar agar mereka dapat membaca

yang melihat seorang siswa dengan kondisi yang sama sehingga

banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bacaan yang

dibacanya. Ini dibuktikan dengan rendahnya nilai yang diperoleh siswa

pada ujian akhir semester.3

Masalah yang berhubungan dengan kemampuan memahami

bacaan dalam pembelajaran IPS ini diketahui dari hasil pengamatan

(observasi) dan wawancara dengan guru IPS pada kelas IV SDIT Al–

Rahbini Gondanglegi, Malang 2015/2016 yang menyatakan bahwa,

ketika siswa membaca kurang memahami isi bacaan yang dibacanya.

Hal itu diketahui saat siswa diminta menentukan judul dari bacaan,

1 Fakih Samlawi dan Bunyamin Maftuh. Konsep Dasar IPS. (Bandung:

Depdikbud, 1998), 3 2 Ichas Hamid A. dan Tuti Isnanti I, Pengambangan Pendidikan Nilai

dalam Pembelajaran Pengatahuan Sosial di Sekolah Dasar. (Jakarta: Depdiknas, 2006), 8

3Darmiyati, Zuchdi, Strategi meningkatkan kemampuan membaca peningkatan

komprehensi. (Yogyakarta: UNY Press, 2007).

[125] ж Dinamika Penelitian, Vol. 18, No. 1, Juli 2018

menentukan gagasan, menceritakan kembali isi bacaan dan

menyimpulkan isi bacaan, sebagian besar atau 65% siswa mengalami

kesulitan menjawab.

Maka pengembangan metode dalam pembelajaran bagi

pembaca agar mencapai pemahaman bacaan dan proses pembelajaran

yang baik dan optimal, baik secara kognitif dan bentuk teks sangat

penting. Metode pembelajaran merupakan salah satu usaha untuk

memahami apa yang dibaca bermakna bagi pembaca dan pembaca

mempunyai solusi ketika mengalami kesulitan dalam membaca.

Metode SQ3R dapat membantu memahami buku teks karena,

pertama, sebelum membaca teks, pembaca/siswa melakukan

observasi isi buku/teks (survey). Kedua, tahap question. Sebelum

membaca, yakni membuat daftar pertanyaan sehingga memotivasi

menjawab pertanyaan. Ketiga, tahap Read. Siswa menjadi fokus pada

isi bacaan. Keempat, tahap Recite. Tahap siswa mengingat lebih lama

terhadap bacaan dengan menceritakan kembali bacaan secara tulisan

atau lisan. Kelima, tahap Review. Yaitu mengulang atau meninjau

kembali dari bacaan. SQ3R merupakan suatu metode membaca untuk

kepentingan memahami bacaan secara intensif dan rasional.4

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Langkah-langkah Metode SQ3R

Dalam membaca buku tentu setiap orang mempunyai cara

tersendiri. Apa yang dilakukan ketika pertama membaca buku? Apa

akan langsung membaca buku? Bagaimana cara membaca buku?

Kenapa harus memahami cara membaca buku? Menurut Tarigan

untuk mempermudah menjawab pertanyaan tersebut maka penting

memahami cara menggunakan Metode SQ3R melalui langkah-langkah

berikut:

4 Henry Guntur Tarigan, Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

(Bandung: Angkasa, 1994), 35

Maftucha: Perbandingan Pengaruh.…

Media Komunikasi Sosial Keagamaan, Vol. 18, No. 1, Juli 2018 ж [126]

Survey (penelahaan)

Melakukan survey buku sebelum membaca untuk memperoleh

gambaran umum dari bacaan melalui cara melihat bagian permulaan

dan akhir. Contoh, saat akan membaca buku, maka survey dulu judul

buku, nama pengarang, nama penerbit, tahun terbit, daftar isi, kata

pengantar, rangkuman, dan daftar pustaka.

Question (bertanya)

Selanjutnya melakukan question untuk merumuskan beberapa

pertanyaan tentang bacaan tersebut dengan harapan jawabannya ada

dalam buku itu. Ini akan membantu untuk memahami bacaan.

Read (membaca)

Dari pertanyaan pertanyaan tersebut kemudian membaca

untuk membantu menemukan jawaban atau informasi yang diiginkan.

Recite (menceritakan kembali)

Kemudian menceritakan kembali dengan kata kata sendiri

untuk mengetahui penguasaan materi bacaan. Salah satu caranya

membuat menulis catatan–catatan kecil yang termasuk point penting

untuk membantu daya ingat.

Review (mengulang kembali)

Kegiatan membaca ini diakhiri dengan kegiatan meninjau

kembali/mengulang kembali apa yang sudah dibaca dengan membaca

secara keseluruhan atau membaca bagian yang memang penting untuk

mengetahui atau menemukan hal hal yang mungkin saja terlewat

dalam membaca. Dengan demikian metode SQ3R adalah metode

membaca untuk menemukan ide pokok seta membantu mengingat

lebih lama dengan lima langkah yakni survei, question, read, recite, dan

review.5

2. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran adalah proses yang terdapat kegiatan

interaksi antara guru siswa atau komunikasi timbal balik yang

5 Henry Guntur Tarigan, Membaca sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa. (Bandung: Angkasa), 1994.

[127] ж Dinamika Penelitian, Vol. 18, No. 1, Juli 2018

berlangsung secara edukatif untuk mencapai tujuan belajar.6 Artinya

proses pembelajaran antara guru dan siswa yang di dalamnya ada

proses interaksi saling menunjang agar hasil belajar siswa tercapai

secara optimal.

Dalam konsep belajar teori naturalisme romantisme dan Gestalt,

menitikberatkan kepada aktivitas siswa. sedangkan konsep belajar

teori Kognitif Gestalt menekankan kepada pemahaman konsep yang

menyeluruh daripada hafalan semata. Artinya proses pembelajaran

berpengaruh diketahui selama proses pembelajaran daripada

pembelajaran yang menekankan pada penyampaian materi atau

transfer ilmu.

Selanjutnya, usahakan menerapkan pembelajaran secara

kontekstual, ketika guru tidak menerapkan dalam pelaksanaan

pembelajaran maka guru hanya mengajak siswa untuk menyerap,

tetapi tidak melakukan, berteori tetapi tidak mempraktikkan. Artinya

guru hanya menjelaskan teori sedangkan penggunaan teori tersebut

tidak pernah dipraktikan.

Adapun indikator proses pembelajaran pada anak didik

dikatakan berhasil apabila seluruh atau setidak–tidaknya 70% s/d

80%) anak terlibat secara partisipatif, aktif, baik fisik, mental, maupun

social dalam proses pembelajaran, semangat yang kuat dan rasa

percaya diri.7 Artinya proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila

menghasilkan output yang berkualitas, serta sesuai dengan kebutuhan

anak didik, masyarakat, dan pembangunan masyarakat bangsa.

3. Kemampuan Memahami Bacaan

Kemampuan memahami bacaan adalah suatu kegiatan

membaca yang dilakukan pembaca agar tercipta suatu pemahaman

terhadap isi yang terkandung dalam baca. Sedangkan menurut

pendapat lain “Memahami bacaan adalah sejenis kegiatan membaca

yang berupaya menafsirkan pengalaman; menghubungkan informasi

6 Rustaman, N, Rochintaniawati, D. Nurjihani, M. K. Subekti. R.

Redjeki dkk. Strategi Belajar Mengajar. (JICA IMSTEP: 2001), 461 7E. Mulyasa, Manajemen PAUD, (Bandung: Rosdakarya, 2012), 161

Maftucha: Perbandingan Pengaruh.…

Media Komunikasi Sosial Keagamaan, Vol. 18, No. 1, Juli 2018 ж [128]

baru dengan yang telah diketahui; menemukan jawaban pertanyaan–

pertanyaan kognitif dari bahan (bacaan) tertulis.8 Artinya pembaca

mengingat-ingat hal-hal yang telah dipelajari di masa lalu dan

meramunya dengan fakta-fakta baru yang diperoleh dari bacaan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, bahwa kemampuan

memahami bacaan adalah kemampuan seseorang dalam

merekonstruksi pesan yang terdapat dalam teks bacaan dengan

menghubungkan pengetahuan–pengetahuan yang telah dimiliki untuk

memahami detail penting dan mengingat bahan yang dibacanya.

4. Unsur–Unsur Kemampuan Memahami Bacaan

a. Unsur–unsur Intrinsik

Unsur–unsur intrinsik adalah unsur–unsur yang membangun karya

sastra itu sendiri.9 Adapun yang termasuk ke dalam unsur–unsur

intrinsik, yaitu:

1) Tema

Tema (theme) adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita.10 Tema

adalah pokok pikiran, dasar cerita yang dipercayakan, dipakai sebagai

dasar mengarang.11 Artinya sebuah pokok pikiran yang didalamnya

terkandung inti dari apa yang ingin disampaikan pengarang kepada

pembaca.

2) Plot atau Alur

Plot pada hakikatnya adalah apa yang dilakukan oleh tokoh dan

peristiwa apa yang terjadi dan dialami tokoh.12 Alur atau plot ialah

struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun secara logis.

Artinya dalam mengaitkan peristiwa hendaknya jelas, logis, dapat

8Henry Guntur Tarigan, Metodologi Pembelajaran Bahasa, (Bandung:

Angkasa, 2009), 43 9 Henry Guntur Tarigan, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra, (Bandung:

Angkasa. 2008). 10 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press, 2007) 11 Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Empat, (Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2008), 1429 12 Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Empat, (Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2008), 75

[129] ж Dinamika Penelitian, Vol. 18, No. 1, Juli 2018

dikenali hubungan antar alur cerita yang terdapat diawal, tengah atau

akhir dalam cerita. Tahap awal, artinya tahap awal cerita sebagai tahap

perkenalan. Tahap tengah disebut sebagai tahap pertikaian,

menampilkan pertentangan dan atau konflik yang sudah mulai

dimunculkan pada tahap sebelumnya, menjadi semakin meningkat,

semakin menegangkan. Tahap akhir disebut tahap peleraian,

menampilkan adegan tertentu. Di dalamnya berisi bagaimana

kesudahan cerita atau menyarankan pada hal bagaimana akhir sebuah

cerita.13 Dapat dipahami suatu kejadian ada karena adanya sebab. Suatu

kejadian merupakan sebuah alur cerita, apabila didalamnya terdapat

perkembangan kejadian dan perkembangan kejadian itu dapat terjadi

kalau terdapat konflik dalam cerita yang diusung oleh pengarang dalam

karyanya.

3) Pelukisan Watak atau Penokohan

Penokohan adalah cara penulis cerita menggambarkan dan

mengembangkan karakter tokoh dalam cerita.14 Untuk memberikan

gambaran mengenai tokoh-tokoh dalam sebuah karya fiksi dibedakan

berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan, yaitu:

a. Fungsi penampilan diantaranya ada tokoh protagonis (peran baik)

dan tokoh antagonis (peran jahat).

b. Peran tokoh diantaranya tokoh utama dalam cerita sehingga sering

dimunculkan. Serta tokoh tambahan hanya beberapa kali muncul

dalam cerita.

c. Perwatakannya diantaranya tokoh sederhana yakni tokoh yang

hanya memiliki satu sifat watak tertentu saja. Serta tokoh kompleks

yang memiliki berbagai sisi kehidupan dan sisi kepribadian.

d. Kriteria berkembang atau tidak perwatakannya diantaranya tokoh

berkembang tokoh yang mengalami perubahan dan perkembangan

watak sesuai plot yang dikisahkan dan tokoh Statis yang memiliki

13 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjahmada

University Press, 2007). 145 14 Suharman dkk. Bahasa dan Sastra Indonesia, (Bogor: Yudistira, 2010),

10

Maftucha: Perbandingan Pengaruh.…

Media Komunikasi Sosial Keagamaan, Vol. 18, No. 1, Juli 2018 ж [130]

watak yang relatif tetap tidak berkembang sejak awal sampai akhir

cerita.15

4) Latar/Setting

Latar adalah penggambaran situasi tempat, waktu, dan suasana

terjadinya peristiwa. Latar berfungsi sebagai pendukung alur dan

perwatakan.16 Latar dibedakan ke dalam tiga unsur pokok yaitu: Latar

waktu, yakni kapan terjadinya peristiwa. Latar tempat, yakni tempat

terjadinya lokasi peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi

yang namanya dijumpai dalam kehidupan nyata. Latar sosial, yakni

perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat dengan status

sosial tokoh bersangkutan, contoh: rendah, menengah, atau atas.

5) Sudut Pandang

Sudut pandang adalah visi pengarang yang dijelaskan ke dalam pandangan

tokoh cerita. Sudut pandang dibagi kedalam dua macam kelompok.17 yaitu:

1. Sudut pandang orang pertama yakni pengarang mengambil posisi

sebagai pelaku utama. Contoh saya atau aku.

2. Sudut pandang orang ketiga yakni pengarang mengambil posisi

sebagai pengamat yang menceritakan segala hal yang dilihatnya.

Contoh kata ganti orang ketiga: ia, dia, nya.

b. Unsur–unsur Ekstrinsik

Dalam karya sastra, selain terdapat unsur intrinsik pastilah terdapat

unsur ekstrinsik yang melingkupinya. Unsur ekstrinsik adalah unsur

yang membangun karya yang berasal dari luar karya sastra, meliputi

keadaan lingkungan, sosial, atau budaya saat karya tersebut dibuat.

Serta latar belakang pengarang. 18 Artinya unsur ini yang

membangun cerita atau yang memberi pengaruh terhadap

keseluruhan cerita.

15Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 2007), 176-193 16 Haryono. Bahasa Indonesia SMP Kelas IX. (Bogor: BP, 2008), 130 17 Maryati dan Sutopo, Bahasa dan Sastra Indonesia 3 Untuk SMP/MTS

Kelas 1X. (Bandung: Pusat Perbukuan Depdiknas, 2009), 39 18 Bahasa Indonesia SMP Kelas 9. (Bogor: BP, 2008), 132

[131] ж Dinamika Penelitian, Vol. 18, No. 1, Juli 2018

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuasi eksperimental

yang bertujuan untuk mengetahui perbandingan pengaruh metode

SQ3R dan metode konvensional (fokus pada teks bacaan) terhadap

proses pembelajaran dan kemampuan memahami bacaan pada mata

pelajaran IPS di Sekolah Dasar kelas IV A dan IV B tahun

2015/2016. Sedangkan desain penelitian eksperimen ini menggunakan

yaitu prestest–postest control group design yakni eksperimen yang dilakukan

dalam satu kelas untuk mengukur peningkatan setelah menggunakan

metode SQ3R dan membandingkan dengan kelas yang menggunakan

metode konvensional (pembelajaran yang berfokus pada teks bacaan).

Berikut model penelitian eksperimen.19

O1 : Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen

O3 : Tes Awal (Pretest) Kelas Kontrol

X : Perlakuan Pembelajaran dengan metode SQ3R

Y : Perlakuan Pembelajaran dengan Metode Konvensional

O2 : Tes Akhir (Posttest) Kelas Eksperimen

O4 : Tes Akhir (Posttest) Kelas Kontrol

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV A dengan jumlah

19 siswa dan IV B dengan jumlah 18 siswa. Pengumpulan data

menggunakan dua tahap yakni yang pertama tes (pretest, postest)

dan lembar observasi. Kemudian dari data tersebut yang diambil

adalah hasil tes skor proses pembelajaran dan tes kemampuan

19 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. (Bandung: Alfabeta, 2010), 116

Pretest Perlakuan Posttest

O1 X O2

O3 Y O4

Maftucha: Perbandingan Pengaruh.…

Media Komunikasi Sosial Keagamaan, Vol. 18, No. 1, Juli 2018 ж [132]

memahami bacaan. Selanjutnya data dianalisis atau analisis data

menggunakan 1. Homogenitas (one way anova), 2. Pretest postest, 3.

Uji gain faktor, 4. Observasi 5. Uji hipotesis yakni independent sample t-

test.

D. HASIL PENELITIAN

Proses Pembelajaran Pretest dan Postest Kelas Kontrol (Metode

Konvensional)

Hasil penilaian olah data menunjukkan bahwa yang dilakukan

pada kegiatan pretest proses pembelajaran menunjukkan bahwa data

valid berjumlah 5 yaitu 5 data valid untuk kelas kontrol pada nilai

pretest adalah Nilai membuka pembelajaran 60 atau cukup. Nilai

penggunaan metode pembelajaran 40 atau sangat kurang, Nilai

penguatan verbal/non verbal 40 atau sangat kurang. Nilai keaktifan

siswa 12 atau sangat kurang. Nilai menutup pembelajaran 50 atau

sangat kurang. Sedangkan untuk kelas kontrol pada nilai postest adalah

nilai membuka pembelajaran 60 atau cukup. Nilai penggunaan metode

pembelajaran 60 atau cukup. Nilai penguatan verbal/non verbal 40

atau sangat kurang. Nilai keaktifan siswa 37 atau sangat kurang. Nilai

menutup pembelajaran 75 atau baik. Data tersebut dapat dilihat pada

tabel 1.1 berikut :

Tabel 1.1 : proses pembelajaran pretest dan postest kelas kontrol (metode

konvensional)

No Indikator

Pembelajaran

Nilai

Pretest

Proses

Keterangan Nilai

Postest

Proses

Ket

1. Membuka

pembelajaran

60 cukup 60 Cukup

2. Penggunaan

metode

pembelajaran

40 Sangat

Kurang

60 Cukup

3. Penguatan

verbal / non

40 Sangat

kurang

40 Sangat

Kurang

[133] ж Dinamika Penelitian, Vol. 18, No. 1, Juli 2018

verbal

4. Keaktifan

siswa

12 Sangat

kurang

37 Sangat

Kurang

5. Menutup

Pembelajaran

50 Sangat

kurang

75 Baik

Sumber: Data Primer yang diolah

Selanjutnya deskripsi data dilakukan dengan menghitung rata-

rata (mean), nilai tengah (median), modus (mode), simpangan baku

(standar deviasi), nilai maksimum serta nilai minimum dengan bantuan

program SPSS for Windows 19.

Tabel 1.2

Statistik Deskriptif Pretest Postest Kelas Kontrol Proses Pembelajaran

Deskripsi Pretest Postest

Rata – Rata (Mean) 40.40 54.40

Maksimal 60 75

Minimal 12 37

Standar Deviasi 17.911 15.789

Varian 320.800 249.300

Hasil analisis statistik deskriptif pretest posttest kelas control

proses pembelajaran diatas menunjukkan adanya perbedaan. Nilai

mean pretest 40.40 postest 54.40, skor maksimal pretest 60 dan

postest 75, skor minimal pretest 12 skor minimal postest 37, standar

deviasi pretest 17.911 dan posttest 15.789, varian pretest 320.800 dan

varian posttest 249.300.

Dari data statistik deskriptif diatas rata–rata (mean) pretest–

postest kelas kontrol dengan nilai mean pretest adalah 40.40 dan nilai

rata–rata (mean) postest adalah 54.40. kemudian dilakukan uji gain

pada kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 1.3

Nilai Gain Pretest –postest

IPS Kelas Kontrol

Nilai

(mean)

Nilai

Postest

Nilai

Maksimal

Nilai Postest–

nilai Pretest/

Kategori

Maftucha: Perbandingan Pengaruh.…

Media Komunikasi Sosial Keagamaan, Vol. 18, No. 1, Juli 2018 ж [134]

Pretest nilai maksimal–

nilai pretest

40 54 100 54-40/100-40 =

14/60 = 0,23

Rendah

Berdasarkan nilai diatas, dengan nilai 0,23 adalah termasuk dalam kategori

peningkatan rendah.

Proses Pembelajaran Pretest dan Postest Kelas Eksperimen

(Metode SQ3R)

Hasil penilaian olah data menunjukkan bahwa yang dilakukan

pada kegiatan pretest-postest proses pembelajaran menunjukkan

bahwa data valid berjumlah 5 yaitu 5 data valid untuk kelas esperimen

pada nilai pretest adalah nilai membuka pembelajaran 60 atau cukup.

Nilai penggunaan metode pembelajaran 73 atau baik, nilai penguatan

verbal/non verbal 80 atau baik. Nilai keaktifan siswa 87 atau baik.

Nilai menutup pembelajaran 100 atau baik sekali. Sedangkan pada

nilai postest adalah nilai membuka pembelajaran 80 atau baik. Nilai

penggunaan metode pembelajaran 91 atau baik sekali. Nilai penguatan

verbal/non verbal 80 atau baik. Nilai keaktifan siswa 100 atau baik

sekali. Nilai menutup pembelajaran 80 atau baik.

No Indikator

Pembelajaran

Nilai

Pretest

Proses

Ket Nilai

Postest

Proses

Ket

1. Membuka

pembelajaran

60 Cukup 80 Baik

2. Penggunaan

metode

pembelajaran

73 Baik 91 Baik

sekali

3. Penguatan verbal

/ non verbal

80 Baik 80 Baik

4. Keaktifan siswa 87 Baik 100 Baik

Sekali

5. Menutup 100 Baik 80 Baik

[135] ж Dinamika Penelitian, Vol. 18, No. 1, Juli 2018

Tabel 1.4

Nilai Pretest dan Postest proses pembelajaran kelas Eksperimen

Selanjutnya deskripsi data dilakukan dengan menghitung rata-

rata (mean), nilai tengah (median), modus (mode), simpangan baku

(standar deviasi), nilai maksimum serta nilai minimum dengan bantuan

program SPSS for Windows 19.

Tabel 1.5

Statistik Deskriptif Pretest Postest Kelas Eksperimen Proses Pembelajaran

Deskripsi Pretest Postest

Rata – Rata (Mean) 80.00 86.20

Maksimal 100 100

Minimal 60 80

Standar Deviasi 14.983 9.066

Varian 224.500 82.200

Hasil analisis statistik deskriptif pretest posttest kelas

eksperimen proses pembelajaran diatas menunjukkan adanya

perbedaan. Nilai mean pretest 80.00 postest 86.20, skor maksimal

pretest 100 dan postest 100, skor minimal pretest 60 skor minimal

postest 80, standar deviasi pretest 14.983 dan posttest 9.066, varian

pretest 224.500 dan varian posttest 82.200.

Dari data statistik deskriptif diatas rata–rata (mean) pretest–

postest kelas eksperimen dengan nilai mean pretest adalah 80.00 dan

nilai rata–rata (mean) postest adalah 86.20. Jika dilakukan uji gain

maka peningkatan hasil pembelajaran dilakukan pada kelas kontrol

dapat dilihat pada tabel berikut

Nilai Gain Pretest –postest

Pembelajaran Sekali

Nilai

(mean)

Pretest

Nilai

Postest

Nilai

Maksimal

Nilai Postest –

nilai Pretest /

nilai maksimal –

nilai pretest

Kategori

Maftucha: Perbandingan Pengaruh.…

Media Komunikasi Sosial Keagamaan, Vol. 18, No. 1, Juli 2018 ж [136]

IPS Kelas eksperimen. Berdasarkan nilai diatas, maka nilai) 0,3 adalah termasuk

dalam kategori peningkatan sedang.

Kemampuan Memahami Bacaan Pretest dan Postest Kelas

Kontrol

Hasil penilaian olah data menunjukkan bahwa nilai pretest,

dapat dilihat bahwa siswa yang mendapatkan nilai terendah ada 14

siswa atau 77.8% yaitu berada pada nilai 60-69. Siswa yang

mendapatkan nilai 70-79 ada 4 siswa atau 22.2%. Sedangkan pada nilai

posttest kelas kontrol, dapat dilihat bahwa siswa yang mendapatkan

nilai 60-69 ada 4 siswa atau 22,2%. Siswa yang mendapatkan nilai 70-

79 ada 10 siswa atau 55.6%. Siswa yang mendapatkan nilai 80-89 ada

4 siswa atau 22,2%. Dapat dilihat pada tabel berikut :

Distribusi frekuensi Pretest – Postest kelas kontrol

Nilai Frekuensi Percent (%)

Pretest Postest Pretest Postest

90 - 100 - - - -

80 - 89 - 4 - 22.2%

70 – 79 4 10 22.2% 55.6%

60 – 69 14 4 77.8% 22.2%

< 59 - - - -

Total 18 18 100 100

Sumber: Data Primer yang diolah

Selanjutnya deskripsi data dilakukan dengan menghitung rata-

rata (mean), nilai tengah (median), modus (mode), simpangan baku

(standar deviasi), nilai maksimum serta nilai minimum dengan bantuan

program SPSS for Windows 19.

Tabel 1.8

Statistik Deskriptif Pretest Postest Kelas Kontrol

Deskripsi Pretest Postest

Rata – Rata (Mean) 64,44 72,72

80 86 100 86-80/100-80 =

6/20 = 0,3

Sedang

[137] ж Dinamika Penelitian, Vol. 18, No. 1, Juli 2018

Maksimal 75 85

Minimal 60 65

Standar Deviasi 5.113 6.172

Varian 26.144 38,095

Hasil analisis statistik deskriptif pretest posttest kelas kontrol

diatas menunjukkan adanya perbedaan. Nilai mean pretest 64,44

postest 72,72, skor maksimal pretest 75 dan postest 85, skor minimal

pretest 60 skor minimal postest 65, standar deviasi pretest 5.113 dan

posttest 6.172, varian pretest 26.144 dan varian posttest 38,095.

Dari data statistik deskriptif diatas rata – rata (mean) pretest –

postest kelas kontrol dengan nilai mean pretest adalah 64,44 dan nilai

rata – rata (mean) postest adalah 72,72. Jika dilakukan uji gain maka

peningkatan hasil pembelajaran dilakukan pada kelas control dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.8

Nilai Gain Pretest–postest

IPS Kelas Kontrol

Berdasarkan nilai diatas, maka nilai) 0,22 adalah termasuk

dalam kategori peningkatan rendah.

Kemampuan Memahami Bacaan Pretest dan Postest Kelas

Eksperimen

Hasil penilaian olah data menunjukkan bahwa nilai distribusi

frekuensi kelas eksperimen di atas pada nilai pretest, dapat dilihat

bahwa siswa yang mendapatkan nilai terendah ada 13 siswa atau 68,4%

yaitu berada pada nilai 60-69. Siswa yang mendapatkan nilai 70-79 ada

4 siswa atau 21,1%. Siswa yang mendapatkan nilai 80- 89 ada 2 siswa

Nilai

(mean)

Pretest

Nilai

Postest

Nilai

Maksimal

Nilai Postest –

nilai Pretest / nilai

maksimal – nilai

pretest

Kategori

64 72 100 72-64/100-64 =

8/36 = 0,22

Rendah

Maftucha: Perbandingan Pengaruh.…

Media Komunikasi Sosial Keagamaan, Vol. 18, No. 1, Juli 2018 ж [138]

atau 10,5%. Sedangkan pada nilai posttest kelas eksperimen, dapat

dilihat bahwa siswa yang mendapatkan nilai 80 – 89 ada 2 siswa atau

10.0%, siswa yang mendapatkan nilai 90 - 100 ada 17 siswa atau

89.5%. Dapat dilihat pada data berikut:

Tabel 1.9

Distribusi frekuensi Pretest – Postest kelas eksperimen

Nilai Frekuensi Percent (%)

Pretest Postest Pretest Postest

90 - 100 - 17 - 89,5%

80 - 89 2 2 10,5% 10,5%

70 – 79 4 - 21,1% -

60 – 69 13 - 68,4% -

< 59 - - - -

Total 19 19 100 100

Sumber: Data Primer yang diolah

Selanjutnya deskripsi data dilakukan dengan menghitung rata-

rata (mean), nilai tengah (median), modus (mode), simpangan baku (standar

deviasi), nilai maksimum serta nilai minimum dengan bantuan program

SPSS for Windows 19.

Tabel 1.10

Statistik Deskriptif Pretest Postest Kelas Eksperimen

Deskripsi Pretest Postest

Rata – Rata (Mean) 66.05 93.16

Maksimal 85 100

Minimal 60 90

Standar Deviasi 7.375 5.580

Varian 54.386 31.140

Hasil analisis statistik deskriptif pretest posttest kelas kontrol

diatas menunjukkan adanya perbedaan. Nilai mean pretest 66.05

postest 93,16, skor maksimal pretest 85 dan postest 100, skor minimal

pretest 60 skor minimal postest 90, standar deviasi pretest 7.375 dan

posttest 5.580, varian pretest 54.386 dan varian posttest 31.140.

[139] ж Dinamika Penelitian, Vol. 18, No. 1, Juli 2018

Dari data statistik deskriptif diatas rata–rata (mean) pretest–

postest kelas eksperimen dengan nilai mean pretest adalah 66,05 dan

nilai rata – rata (mean) postest kelas eksperimen adalah 93,16. Jika

dilakukan uji gain maka peningkatan hasil pembelajaran dilakukan

pada kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.11

Nilai Gain Pretest –postest

IPS Kelas Eksperimen Berdasarkan nilai diatas, maka nilai) 0,79 adalah termasuk

dalam kategori peningkatan tinggi.

Hasil Pengaruh Proses Pembelajaran dan Kemampuan

Memahami Bacaan

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan bantuan analisis

statistik pada program SPSS 19 dengan rumus One Way ANOVA

(statistik Homogenitas).

Tabel 1.12

Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Tes

Data Sig Ket

Pretest kelas kontrol-eksperimen 0,160 Homogen

Postest kelas kontrol-eksperimen 0,515 Homogen

Sumber: Data yang diolah

Dari hasil analisis statistik program SPSS 19 dengan rumus

One Way ANOVA diatas dapat dipahami nilai signifikansi

Nilai

(mean)

Pretest

Nilai

Postest

Nilai

Maksimal

Nilai Postest – nilai

Pretest / nilai

maksimal–nilai

pretest

Kategori

66 93 100 93- 66/100-66 =

27/34 = 0,79

Tinggi

Maftucha: Perbandingan Pengaruh.…

Media Komunikasi Sosial Keagamaan, Vol. 18, No. 1, Juli 2018 ж [140]

kemampuan memahami bacaan pretest kelas kontrol – eksperimen

sebesar 0,160 > 0,05 dan kemampuan memahami bacaan posttest kelas

kontrol – eksperimen sebesar 0,515 > 0,05. Artinya tes kemampuan

memahami bacaa dikatakan homogen karena signifikansi data tersebut

> 5% atau 0,05.

Postest Proses Pembelajaran Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen

H0: Penerapan metode SQ3R tidak berpengaruh terhadap

proses pembelajaran dan kemampuan memahami bacaan IPS siswa

kelas IV di SDIT Al- Rahbini Gondanglegi Malang.

H1: Penerapan metode SQ3R berpengaruh terhadap proses

pembelajaran kemampuan memahami bacaan IPS siswa kelas IV di

SDIT Al- Rahbini Gondanglegi Malang.

Dengan ketentuan kesimpulan probabilitas:

Jika P ≤ 0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak

Jika P > 0,05 maka Ho ditolak, Ha diterima

Tabel 1.13

Ringkasan hasil Uji independent Sample t –test Postest proses pembelajaran kelas kontrol

dan kelas eksperimen

Sumber: data primer yang diolah

Keterangan: Sebelum dilakukan uji t test dilakukan uji

kesamaan varian (homogenitas) dengan f test (levene test), artinya jika

varian sama maka uji t menggunakan Equal Variance Assumed

(diasumsikan varian sama) dan jika varian berbeda menggunakan

Equal Variancenot Assumed (diasumsikan varian berbeda). Pada tabel

No Data Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Equal Variance

assumed

Levene’s Test For Equality of variance

F = 2.321

Sig = 166

T-test for Equality of Means

T hitung = - 3.905

Df = 8

[141] ж Dinamika Penelitian, Vol. 18, No. 1, Juli 2018

diatas, dengan kaidah keputusan apabila nilai signifikansi @ = 0,05

maka kedua varian data tersebut adalah sama.

Angka F- test yang menggunakan kedua varian sama (Equal

Variance Assumed) pada tabel diatas adalah 2.321 dengan nilai

signifikan 166. Karena nilai signifikan > 0,05, maka dapat disimpulkan

bahwa ada perbedaan proses pembelajaran kelas kontrol dan kelas

eksperimen.

Setelah melakukan uji F – test atau uji kesamaan varian kedua

sampel (kelas kontrol dan eksperimen) dan telah diketahui bahwa

kedua sampel adalah sama, maka selanjutnya membandingkan mean

data kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbandingan tersebut

menggunakan angka t test pada tabel diatas.

Diperoleh nilai t hitung sebesar -3.905 dibaca selisih

perbedaan 3.905. karena t hitung < t tabel (3.905 > 2.306) atau P > 0,05

maka Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya ada perbedaan pengaruh

proses pembelajaran siswa kelas kontrol dan eksperimen yang

menerapkan metode konvensional dan metode SQ3R.

Postest Kemampuan Memahami Bacaan Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen

Tabel 1.14

Ringkasan hasil Uji independent Sample t –test Postest kemampuan memahami bacaan

kelas kontrol dan kelas eksperimen

Sumber: Data Primer yang diolah

Keterangan: Sebelum dilakukan uji ttest dilakukan uji

kesamaan varian (homogenitas) dengan f test (levene test), artinya jika

varian sama maka uji t menggunakan Equal Variance Assumed

N

o

Data Kelas Kontrol Kelas

Eksperimen

Equal Variance

assumed

Levene’s Test For Equality of variance

F = 469

Sig = 498

T-test for Equality of Means

T hitung = -10.575

Df = 35

Maftucha: Perbandingan Pengaruh.…

Media Komunikasi Sosial Keagamaan, Vol. 18, No. 1, Juli 2018 ж [142]

(diasumsikan varian sama) dan jika varian berbeda menggunakan

Equal Variance not Assumed (diasumsikan varian berbeda). Pada tabel

diatas, dengan kaidah keputusan apabila nilai signifikansi @ = 0,05

maka kedua varian data tersebut adalah sama.

Angka F- test yang menggunakan kedua varian sama (Equal

Variance Assumed) pada tabel diatas adalah 469 dengan nilai signifikan

498. Karena nilai signifikan > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan kemampuan membaca kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Setelah melakukan uji F – test atau uji kesamaan varian kedua

sampel (kelas kontrol dan eksperimen) dan telah diketahui bahwa

kedua sampel adalah sama, maka selanjutnya membandingkan mean

data kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbandingan tersebut

menggunakan angka t test pada tabel diatas.

Diperoleh nilai t hitung sebesar -10.575 dibaca selisih

perbedaan 10.575. karena t hitung < t tabel (10. 575 > 2.030) atau P > 0,05

maka Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya ada perbedaan pengaruh

kemampuan membaca siswa kelas kontrol dan eksperimen yang

menerapkan metode konvensional dan metode SQ3R.

E. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, bahwa hasil

proses pembelajaran pretest kelas kontrol dengan rata rata (mean)

40.40, dan rata rata (mean) postest kelas kontrol 54.40. dan uji gain

0,23. Maka dapat disimpulkan peningkatan proses pembelajaran

metode konvensional termasuk kategori rendah. Sedangkan proses

pembelajaran pretest postest kelas eksperimen dengan rata rata

(mean) pretest adalah 80.00 dan nilai rata – rata (mean) postest adalah

86.20. Jika dilakukan uji gain 0,3 maka peningkatan hasil proses

pembelajaran sedang.

Pelaksanaan proses pembelajaran pada kelas konvensional

kurang maksimal sebagaimana dijelaskan diatas adalah membenarkan

teori Piaget anak yang berada pada usia 6/11 tahun berada pada

pemikiran operasional konkret yang memandang segala sesuatu

[143] ж Dinamika Penelitian, Vol. 18, No. 1, Juli 2018

merupakan keutuhan (holistik) sehingga apa yang dikatakan dan

dijelaskan terhadap dirinya akan terasa mudah dipahaminya jika

menggunakan metode yang berkaitan dengan materi pembelajaran

yang sedang dipelajari. Senada dengan itu kerja otak manusia tidak

mendukung pola belajar yang banyak ceramah karna tidak akan

memberi pengaruh/efek yang cukup besar terhadap ingatan siswa

atau tidak dapat bertahan lama dalam diri siswa dan otak

manusia/otak anak didik usia 6/11 tahun tidak mampu

berkonsentrasi menerima informasi melalui ceramah guru lebih dari

10 menit. Artinya guru yang memberikan materi pembelajaran dengan

ceramah lebih dari 10 menit akan masuk telinga kanan dan akan

keluar dari telinga kiri. Sedangkan pada proses pembelajaran kelas

ekperimen memperoleh hasil sedang sebab adanya proses yang

didalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru siswa dan

komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif

untuk mencapai tujuan belajar.

Selanjutnya diketahui bahwa kemampuan memahami bacaan

kelas kontrol rata–rata (mean) pretest–postest dengan nilai mean

pretest adalah 64,44 dan nilai rata–rata (mean) postest adalah 72,72.

Jika dilakukan uji gain 0,22 maka peningkatan hasil pembelajaran

dikategorikan rendah. Sedangkan kemampuan memahami bacaan

kelas eksperimen rata-rata (mean) pretest–postest dengan nilai mean

pretest adalah 66,05 dan nilai rata–rata (mean) postest kelas

eksperimen adalah 93,16. Jika dilakukan uji gain 0,79 maka

peningkatan hasil pembelajaran dikategorikan tinggi.

Tingginya nilai kemampuan memahami bacaan pada kelas

eksperimen dengan metode SQ3R telah memberikan hasil yang

memenuhi standar hasil pembelajaran. Hasil pembelajaran yang baik

pada kelas eksperimen sebagaimana disebutkan itu karna penerapan

metode SQ3R yang baik. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah

menyediakan media pembelajaran semi konkret untuk mencapai

tujuan pembelajaran, mengajak siswa untuk bekerjasama memahami

teks bacaan, saling menceritakan bacaan yang telah dibaca/

Maftucha: Perbandingan Pengaruh.…

Media Komunikasi Sosial Keagamaan, Vol. 18, No. 1, Juli 2018 ж [144]

pengalaman pribadi siswa yang dikaitkan dengan pembelajaran untuk

membangkitkan semangat belajar para siswa atau dapat disebut

pembelajaran yang berfokus pada siswa. Dan pada nilai hasil belajar

kelas kontrol, maka nilai tersebut belum memenuhi kriteria yang baik

atau belum mencapai standar. Hasil pembelajaran yang diperoleh

tidak jauh beda dengan pelaksanaan pretest sebelumnya dan masih

banyak siswa yang tidak memiliki peningkatan yang berarti. Kegagalan

ini disebabkan dengan metode pembelajaran secara konvensional

(fokus pada teks bacaan) dan terlihat selama pelaksanaan

pembelajaran siswa merasa bosan, siswa banyak yang ngobrol dengan

temannya, turun kebawah meja belajar, dan corat coret menggambar

dikertas.

Selanjutnya diketahui bahwa perbedaan pengaruh postest

proses pembelajaran kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan nilai t

hitung sebesar -3.905 dibaca selisih perbedaan 3.905. karena t hitung <

t tabel ( 3.905 > 2.306 ) atau P > 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima.

Artinya ada perbedaan pengaruh proses pembelajaran siswa kelas

kontrol dan eksperimen yang menerapkan metode konvensional dan

metode SQ3R. Sedangkan Postest kemampuan memahami bacaan

kelas kontrol dan kelas eksperimen nilai t hitung sebesar -10.575

dibaca selisih perbedaan 10.575. karena t hitung < t tabel (10.575 >

2.030) atau P > 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya ada

perbedaan pengaruh kemampuan membaca siswa kelas kontrol dan

eksperimen yang menerapkan metode konvensional dan metode

SQ3R.

Adanya perbedaan pengaruh proses pembelajaran yang

menggunakan metode pembelajaran konvensional dan SQ3R salah

satu sebabnya adalah yang menjadi pusat pembelajaran adalah

pendidik, Siswa hanya mendengar, fokus pada teks tanpa mempunyai

kesempatan untuk mendapatkan pengalaman belajar sendiri sehingga

siswa merasa bosan dan bersifat pasif. Sedangkan perbedaan pengaruh

kemampuan memahami siswa kelas eksperimen disebakan pendidik

mampu mengkodisikan peserta didik untuk aktif belajar di dalam

[145] ж Dinamika Penelitian, Vol. 18, No. 1, Juli 2018

kelas, melalui pembelajaran dengan menggunakan metode SQ3R yang

menjadi pusat pembelajaran adalah Siswa dapat mengalami langsung

proses pembelajaran.

SIMPULAN

Dari kajian di atas maka dapat dikatakan bahwa proses

pembelajaran IPS yang menggunakan metode SQ3R lebih baik

daripada proses pembelajaran IPS yang menggunakan metode

konvensional pada siswa kelas IV di SDIT Al-Rahbini Gondanglegi,

Malang. Sesuai hasil proses pembelajaran pretest kelas kontrol dengan

rata rata (mean) 40.40, dan rata rata (mean) postest kelas kontrol

54.40. dan uji gain 0,23. Maka dapat disimpulkan peningkatan proses

pembelajaran metode konvensional termasuk kategori rendah.

Sedangkan proses pembelajaran pretest postest kelas eksperimen

dengan rata rata (mean) pretest adalah 80.00 dan nilai rata – rata

(mean) postest adalah 86.20. Jika dilakukan uji gain 0,3 maka

peningkatan hasil proses pembelajaran sedang.

Kemampuan memahami bacaan IPS siswa yang menggunakan

metode SQ3R juga lebih baik daripada kemampuan memahami

bacaan pada mata pelajaran IPS siswa yang menggunakan metode

konvensional pada siswa kelas IV di SDIT Al- Rahbini Gondanglegi

Malang sesuai hasil nilai kelas kontrol rata – rata (mean) pretest –

postest dengan nilai mean pretest adalah 64,44 dan nilai rata – rata

(mean) postest adalah 72,72. Jika dilakukan uji gain 0,22 maka

peningkatan hasil pembelajaran dikategorikan rendah. Sedangkan

kemampuan memahami bacaan kelas eksperimen rata – rata (mean)

pretest –postest dengan nilai mean pretest adalah 66,05 dan nilai rata

– rata (mean) postest kelas eksperimen adalah 93,16. Jika dilakukan uji

gain 0,79 maka peningkatan hasil pembelajaran dikategorikan tinggi.

Maftucha: Perbandingan Pengaruh.…

Media Komunikasi Sosial Keagamaan, Vol. 18, No. 1, Juli 2018 ж [146]

DAFTAR PUSTAKA

Nurgiantoro, Burhan., 2007. Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta:

Gadjahmada University Press, Cet. VI.

Ernawati Nasir, 2010. Upaya meningkatkan kemampuan membaca

pemahaman dengan pendekatan keterampilan proses pada siswa kelas

V SDN sabelak kecamatan bulangi selatan. Jurnal Kreatif Tadulako

Online. Vol. 5 No 9. ISSN 2354 – 614X.

E. Mulyasa, 2012. Manajemen PAUD, Bandung: Rosdakarya

Darmiyati, Zuchdi., 2007. Strategi meningkatkan kemampuan membaca

peningkatan komprehensi. Yogyakarta: UNY Press

Fakih Samlawi dan Bunyamin Maftuh, 1998. Konsep Dasar IPS.

Bandung: Depdikbud.

Haryono, 2008. Bahasa Indonesia SMP Kelas IX. Bogor: BP.

Henry Guntur Tarigan, 1994. Membaca sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa. Bandung: Angkasa

...................., 2009. Metodologi Pembelajaran Bahasa, (Bandung:

Angkasa, cet. II.

......................., 2008. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra, (Bandung: Angkasa.

Cet, I.

Ichas Hamid A. danTuti Isnanti I, 2006. Pengambangan Pendidikan Nilai

dalam Pembelajaran Pengatahuan Sosial di Sekolah Dasar. Jakarta:

Depdiknas, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi

Empat, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Maryati dan Sutopo, 2009. Bahasa dan Sastra Indonesia 3 Untuk

SMP/MTS Kelas 1X. (Bandung: Pusat Perbukuan Depdiknas

Nurhadi, 1989. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca.

Bandung: Sinar Baru.

Rustaman, N, Rochintaniawati, D. Nurjihani, M. K. Subekti. R.

Redjeki dkk. Strategi Belajar Mengajar. JICA IMSTEP:

Sugiyono, 2001. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.