PENGGUNAAN SHORT MESSAGE SERVICE (SMS) DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

24
PENGGUNAAN SHORT MESSAGE SERVICE (SMS) DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA Ence Surahman Teknologi Pembelajaran Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertolak dari masalah rendahnya motivasi belajar siswa terutama dalam mempersiapkan diri untuk belajar di sekolah. Hal ini terbukti dari kecilnya persentase siswa yang melakukan kebiasaan belajar mandiri di rumahnya sebelum belajar di sekolah bersama gurunya. Dari hasil observasi penulis selama menjadi guru di SMP Kartika XIX-2 Bandung dari 37 siswa, hanya 2-3 siswa yang melakukan belajar mandiri sebelum berangkat dan belajar disekolah. Berdasarkan masalah tersebut rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh penggunaan Short Message Service (SMS) dalam rangka peningkatan motivasi belajar siswa. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui besarnya pengaruh penggunaan SMS dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian kuasi eksperimen, Adapun teknik pengumpulan data menggunakan instrumen angket, instrumen tes dan wawancara tidak terstruktur. Sampel penelitian yang digunakan adalah siswa kelas VIII SMP Kartika XIX-2 Bandung kelas B dan C yang berjumlah 66 orang. Sampel dibagi menjadi dua kelas yakni kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas kontrol hanya menggunakan proses pembelajaran konvensional dengan metode ceramah dan penggunaan media persentasi power point, sedangkan dikelas eksperimen selain penggunaan yang sama dengan kelas kontrol juga digunakan perlakuan khusus yakni pengiriman SMS secara berkala yang berisi pesan pengingat tugas-tugas rumah, tugas mempersiapkan materi, SMS motivasi, informasi kegiatan sekolah, ulangan dan lain-lain. Pengolahan data dilakukan dengan langkah : 1) uji validitas dan reliabilitas, 2) uji normalitas, 3) uji homogenitas 4) uji hipotesis, dan 5) penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dan setelah dilakukan analisis pengolahan data baik data dari angket, tes maupun wawancara tidak terstruktur serta analisis hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan Short Message Services (SMS) berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar siswa dan secara bersamaan meningkatkan prestasi belajar siswa secara signifikan. Kata Kunci : Short Message Services (SMS), Motivasi Belajar, Prestasi Belajar PENDAHULUAN Pendidikan sebagai upaya sadar dan terencana yang diselenggarakan oleh pemerintah berfungsi untuk 1

Transcript of PENGGUNAAN SHORT MESSAGE SERVICE (SMS) DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENGGUNAAN SHORT MESSAGE SERVICE (SMS) DALAM UPAYAMENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

Ence SurahmanTeknologi Pembelajaran Pascasarjana Universitas Negeri

[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertolak dari masalah rendahnya motivasi belajar siswa terutamadalam mempersiapkan diri untuk belajar di sekolah. Hal ini terbukti dari kecilnyapersentase siswa yang melakukan kebiasaan belajar mandiri di rumahnya sebelumbelajar di sekolah bersama gurunya. Dari hasil observasi penulis selama menjadi guru diSMP Kartika XIX-2 Bandung dari 37 siswa, hanya 2-3 siswa yang melakukan belajarmandiri sebelum berangkat dan belajar disekolah. Berdasarkan masalah tersebutrumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh penggunaan ShortMessage Service (SMS) dalam rangka peningkatan motivasi belajar siswa. Adapun tujuandari penelitian ini yaitu untuk mengetahui besarnya pengaruh penggunaan SMS dalamrangka meningkatkan motivasi belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitiankuasi eksperimen, Adapun teknik pengumpulan data menggunakan instrumen angket,instrumen tes dan wawancara tidak terstruktur. Sampel penelitian yang digunakanadalah siswa kelas VIII SMP Kartika XIX-2 Bandung kelas B dan C yang berjumlah 66orang. Sampel dibagi menjadi dua kelas yakni kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelaskontrol hanya menggunakan proses pembelajaran konvensional dengan metodeceramah dan penggunaan media persentasi power point, sedangkan dikelas eksperimenselain penggunaan yang sama dengan kelas kontrol juga digunakan perlakuan khususyakni pengiriman SMS secara berkala yang berisi pesan pengingat tugas-tugas rumah,tugas mempersiapkan materi, SMS motivasi, informasi kegiatan sekolah, ulangan danlain-lain. Pengolahan data dilakukan dengan langkah : 1) uji validitas dan reliabilitas, 2)uji normalitas, 3) uji homogenitas 4) uji hipotesis, dan 5) penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dan setelah dilakukan analisispengolahan data baik data dari angket, tes maupun wawancara tidak terstruktur sertaanalisis hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan Short Message Services(SMS) berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar siswa dan secara bersamaanmeningkatkan prestasi belajar siswa secara signifikan.

Kata Kunci : Short Message Services (SMS), Motivasi Belajar, Prestasi Belajar

PENDAHULUAN

Pendidikan sebagai upaya sadar dan terencana yang

diselenggarakan oleh pemerintah berfungsi untuk

1

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang

No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Pendidikan nasional harus mampu menjamin

pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan

relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan.

Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam

program wajib belajar sembilan tahun. Peningkatan mutu

pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas

manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah

pikir, olah rasa dan olah raga agar memiliki daya saing

dalam menghadapi tantangan global. Peningkatan

relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan

lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis

potensi sumber daya alam Indonesia. Peningkatan

efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui

penerapan manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan

pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah, dan

berkesinambungan. (Lampiran Peraturan Kementerian

Pendidikan Nasional No.22 Tahun 2006).

2

Dalam rangka pemerataan pendidikan di era modern

dan era informasi dewasa ini, perkembangan teknologi

informasi dan komunikasi yang semakin cepat masuk

kedalam setiap lini kehidupan manusia, baik pada bidang

bisnis, pemerintahan, hiburan, pariwisata, teknologi

dan juga bidang pendidikan telah banyak kita rasakan

kebermanfaatannya. Dalam kaitannya dengan pendidikan

sejak era pertengahan abad ke-20 muncul terminologi

baru yang bernama teknologi pendidikan, dalam

perkembangannya teknologi pendidikan memberikan

kontribusi positif terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Khususnya dalam kontek

pendidikan, teknologi pendidikan berperan dalam rangka

merancang, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola dan

mengevaluasi proses dan sumber belajar yang digunakan

sebagai solusi atas permasalahan belajar.

Perkembangan teknologi dalam bidang pendidikan

tidak lepas dari peran serta berkembang pesatnya sarana

dan fasilitas baik berupa perangkat keras maupun

perangkat lunak seperti komputer, sistem operasi,

internet, mobile phone, smartphone, pesan singkat, media

sosial, micro blog, website, hingga berkembang konsep

belajar era modern seperti electronik learning, mobile learning,

distance learning dan lain sebagainya. Masuknya peralatan

teknologi informasi dan komunikasi tidak bisa

terbendung lagi dan menjadi sebuah keniscayaan yang

menuntut pendidik untuk cerdik memilih dan

3

menggunakannya sebagai alat bantu proses pendidikan dan

pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Sesuai

dengan prinsip utama kegunannya yakni untuk membantu

mengatasi masalah manusia.

Dilapangan penulis menemukan pemasalahan

berkaitan dengan randahnya motivasi siswa untuk belajar

disekolah. Hal ini barangkali tidak terjadi disemua

sekolah, namun tidak menutup kemungkinan juga terjadi

disebagian besar sekolah, khususnya sekolah-sekolah

yang secara kultur belum terbangun kultur persaingan

dan kompetisi antar siswa dalam proses belajar.

Sebagaimana yang penulis temukan di salah satu sekolah

swasta di Kota Bandung. Penulis menemukan masalah

rendahnya motivasi siswa untuk belajar mandiri di

rumahnya sebelum belajar disekolah. Setiap kali

pertemuan di kelas sewaktu penulis menjad guru, penulis

selalu menanyakan siswa yang membaca buku pelajaran TIK

dalam selang waktu satu minggu dari pertemuan

sebelumnya yang mengangkat tangan tidak lebih dari 2-3

orang dari sejumlah 37 siswa. Hal ini menunjukan bahwa

motivasi belajar siswa yang sangat rendah yang

memerlukan perlakuan tertentu untuk mengatasinya agar

tidak berlarut. Karena bagaimana pun kondisi dan

zamannya kemampuan membaca seseorang menjadi salah satu

tolok ukur tingkat keluasan wawasan dirinya. Semakin

banyak orang membaca maka akan semakian banyak

informasi dan wawasan baru yang ia miliki.

4

Sementara itu penulis mencoba mencari solusi untuk

mengatasi permasalah tersebut. Berdasarkan hasil survey

pada tanggal 26 April 2012 di SMP Kartika XIX-2

Bandung, dari sejumlah sampel survey yang di teliti

siswa SMP 100% sudah memiliki handphone, rata-rata

mereka sudah mulai memiliki handphone pada usia 9-11

tahun, artinya sejak kelas 4 SD mereka sudah memiliki

handphone. Banyak dari jumlah responden yang peneliti

survey ada 9,37% yang sudah memiliki blackberry dan

13,11% Android, simbian 29,50% sisanya menggunakan

aplikasi handphone biasa. Dari sejumlah responden

tersebut 86,88% memiliki akun jejaring sosial, dimana

98,11 % itu akun facebook, 50,94 % twiiter.

Dari hasil survey yang penulis lakukan diatas,

penulis memiliki beberapa solusi yang bisa digunakan

karena 100 % siswa dikelas memiliki handphone, maka

media handphone penulis rasa bisa dioptimalkan

fungsinya, selain untuk kepentingan SMS dan telefon

tapi juga untuk mendukung proses pembelajaran. Hal ini

yang akan menjadi latar belakang dirasa perlunya

memanfaatkan media handphone untuk menunjang, mendukung

bahkan membantu proses pembelajaran siswa disekolah dan

diluar sekolah. Setidaknya bisa meningkatkan motivasi

belajar siswa.

Terdapat beberapa penelitian dalam kaitanya dengan

pemanfaatan perangkat mobile phone dalam rangka

mendukung kegiatan pembelajaran atau dikenal dengan

5

mobile learning khususnya yang menggunakan short message

service (SMS) diantaranya penelitian yang dilakukan oleh

Harvinder Kaur Dharam Singh Mahasiswa Open University

Malaysia, berjudul “Effectiveness of 5 – Category Pedagogical Model

for Mobile Learning Using SMS”. Kesimpulannya pembelajaran

mobile learning dengan memanfaatkan SMS terbukti berhasil

dalam memberikan pengalaman belajar di Open University Of

Malaysia.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Simon So dari

Hong Kong Intitue of Education, Hong Kong yang di

publish di Journal of Education Technology Development and

Exchange tahun 2009, dengan Judul ”The Development of a SMS

based Teaching and Learning System”. Kesimpulannya adalah

system pembelajaran dengan kerangka kerja alat, tutor

dan tutee mendukung proses pembelajaran.

Dari beberapa hasil penelitian di atas disimpulkan

bahwa penggunaan SMS untuk mendukung proses

pembelajaran terbukti efektif. Maka dari itu saya

mencoba untuk melakukan penelitian dengan judul

pengaruh penggunaan Short Message Service (SMS) terhadap

peningkatan motivasi belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat

dirumuskan sebuah pokok permasalahan, yaitu: bagaimana

pengaruh penggunaan Short Message Service (SMS) terhadap

peningkatan motivasi belajar siswa. Adapun tujuan dari

penelitian ini yaitu ingin mengetahui pengaruh Short

6

Message Service (SMS) terhadap peningkatan motivasi belajar

siswa.

Adapun SMS yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah SMS yang dikirimkan secara berkala kepada sampel

dalam kelompok eksperimen. Berisi SMS pengingat untuk

belajar, tugas rumah, rencana materi pertemuan

berikutnya, tugas baca bahan ajar di buku panduan dan

bahan sumber belajar lainnya. Motivasi belajar yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah motivasi siswa

dalam mempersiapkan segala sesuatu untuk pertemuan

pembelajaran dikelas.

Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yakni

movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan

apa yang membuat seseorang melakukan sesuatu, kemudian

ia tetap melakukannya dan mampu membantu orang tersebut

dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Motivasi adalah proses memberi semangat, arah dan

kegigihan berperilaku kepada seseorang. Artinya

motivasi mampu mendorong seseorang untuk melakukan

sesuatu dengan gigih dan penuh kesungguhan. Artinya

motivasi berlajar berarti dorongan yang timbul atau

diberikan kepada seorang pelajar sehingga ia melakukan

proses belajar dengan penuh kegigihan dan kesungguhan

untuk mencapai tujuan dan target yang hendak diraihnya.

Siswa yang memiliki motivasi belajar akan

bergantung pada apakah aktivitas tersebut memiliki isi

yang menarik atau proses yang menyenangkan. Intinya,

7

motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan belajar dan

strategi yang berkaitan dalam mencapai tujuan belajar

tersebut (Brophy:2004).

Motivasi belajar yang ingin dibangun dalam konteks

penelitian ini adalah motivasi intrinsik siswa yan

dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik berupa pengiriman

pesan singkat (Short Message Service) sehingga terbentuk

kebiasaan dan hasrat belajar yang tinggi diluar jam

sekolah ataupun di rumah guna meningkatkan kebiasaan

belajar mandiri siswa. Penelitian ini diharapkan bisa

membangun motivasi intrinsik siswa dengan menggunakan

stimulus ekstrinsik berupa pengiriman pesan singkat

berulang kali guna mengingatkan tugas rumah, persiapan

belajar dipertemuan berikutnya, dengan begitu siswa

terkondisi untuk memiliki waktu khusus untuk menyiapkan

bahan ajar setidaknya dengan membaca buku paket atau

mengerjakan LKS dan lain-lain.

Menurut Brophy (2004) terdapat lima faktor utama

yang mempengaruhi motivasi belajar siswa, diantaranya

harapan guru, intruksi langsung, umpan balik (feedback)

yang tepat, penguatan dan hadiah, dan hukuman. Kelima

faktor tersebut mampu mempengaruhi tingkatan motivasi

belajar siswa, kaitannya dengan penelitian di atas

adalah pada faktor yang kedua yakni intruksi langsung,

artinya dengan memberikan intruksi melalui media short

Message service (SMS), harapannya mampu meningkatkan

motivasi belajarnya.

8

Belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku

secara permanen yang diakhibatkan oleh pengalaman.

Belajar adalah suatu hal yang membedakan antara manusia

dan binatang (Oeamar Hamalik, 2005). Terdapat banyak

perubahan pengalaman, yang dianggap sebagai faktor-

faktor penyebab dasar dalam belajar. Para ahli

pendidikan dan psikologi sependapat bahwa motivasi amat

penting untuk keberhasilan belajar.

Menurut Nur Uhbiyah (1997) “pembahasan motivasi

belajar tidak bisa terlepas dari masalah-masalah

psikologi dan fisiologi, karena keduanya ada saling

keterkaitan. Berikut ini prinsip-prinsip motivasi

belajar menurut Oemar Hamalik (2005) adalah sebagai

berikut:

1. Memuji lebih baik daripada mencela

2. Memenuhi kebutuhan psikologi

3. Memotivasi intrinsik lebih efektif daripada

ekstrinsik

4. Keserasian antara motivasi

5. Mampu menjelaskan tujuan pembelajaran

6. Menumbuhkan perilaku yang lebih baik

7. Mampu mempengaruhi lingkungan

8. Bisa diaplikasikan dalam wujud nyata.

Penerapan prinsip motivasi belajar dalam

penelitian ini adalah dengan membangun kesadaran siswa

untuk semangat belajar, memberikan pemahaman bahwa

belajar tidak hanya di bangku kelas, belajar tidak

9

hanya harus selalu bertatapan dengan guru dikelas,

namun siswa menyadari bahwa proses belajar mandiri juga

penting untuk dibiasakan, dengan cara membaca bahan

ajar, mengunjungi situs yang menyediakan materi

pembelajaran, mencoba soal-soal yang berkaitan dengan

pembelajaran dan lain-lain.

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan penelitian

ini digunakan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan. Metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Yaitu

bentuk eksperimen yang tidak melakukan penugasan random

(random assigment). Sebagaimana pendapat Muhammad Ali

(1993:140) “Kuasi eksperimen hampir sama dengan

eksperimen sebenarnya, perbedaannya terletak pada

penggunaan subjek yaitu kuasi eksperimen tidak

dilakukan penugasan random, melainkan dengan

menggunakan kelompok yang sudah ada”.

Metode kuasi eksperimen ini dipilih mengingat

karakteristik variabel peneliti yang bersifat ingin

mengetahui dan memperoleh informasi terhadap suatu

10

metode yang diterapkan, yaitu bagaimana pengaruh

penggunaan Short Message Service (SMS) terhadap peningkatan

motivasi belajar siswa.

Penggunaan metode kuasi eksperimen ini didasarkan

atas pertimbangan agar dalam pelaksanaan penelitian,

siswa tidak merasa sedang diteliti dan proses

pembelajaran berlangsung secara wajar, sehingga dengan

situasi yang demikain diharapkan dapat memberikan

kontribusi terhadap tingkat kevalidan hasil penelitian.

Penelitian ini dilakukan para dua kelompok siswa,

yaitu kelompok eksperimen yang menggunakan Short Message

Service (SMS) dan kelompok kontrol yang tidak diberikan

perlakukan. Pada penelitian ini terdapat dua variabel

yakni variabel bebas dan variabel terikat. Penggunaan

Short Message Service (SMS) di kelas Eksperimen dan tanpa

perlakuan apapun di kelas kontrol ditempatkan sebagai

variabel bebas. Sedangkan motivasi belajar siswa

ditempatkan sebagai variabel terikat. Hubungan antar

variabel dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Hubungan Antar Variabel Penelitian

Var- Bebas

Var- Terikat

Penggunaan ShortMessage Service (X)

KelasEksperime

n

KelasKontrol

Motivasi

Belajar (Y)X1Y1 X2Y2

Keterangan:

11

X : Variabel bebas yakni penggunaan Short

Message Service (SMS)

Y : Variabel terikat (motivasi belajar)

XIY1 : Peningkatan motivasi belajar siswa dengan

menggunakan Short Message Service (SMS)

X2Y2 : Peningkatan motivasi belajar siswa tanpa

menggunakan Short Message Service (SMS)

Penelitian ini akan dilaksanakan dikelas VIII B

dan C Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kartika XIX-2

Bandung, JL.Pak Gatot Raya No.73 S KPAD Keluarahan

Geger Kalong Kecamatan Sukasari Bandung 40153.

Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan

adalah dengan pemberian angket kepada para siswa yang

sudah dipilih sebagai sampel penelitian. Menurut

Suharsimi (2010:102), angket merupakan daftar

pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan

maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia

memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna.

Adapun angket yang digunakan dalam penelitian ini

adalah jenis angket tertutup, dimana jawaban telah

disediakan sehingga responden hanya tinggal memilih.

Dengan angket ini diharapkan peneliti dapat menggali

banyak informasi secara luas dari subjek yang berkaitan

secara langsung dengan masalah penelitian yang menjadi

fokus utama dalam penelitian ini.

12

Sementara itu skala yang digunakan dalam angket

ini adalah skala likert. Menurut Nana Syaodih

(2010:238), model likert menggunakan skala deskriptif

(SS, S, R, TS, STS). Dasar dari skala deskriptif ini

adalah respon seseorang terhadap sesuatu dapat

dinyatakan dengan pernyataan persetujuan (setuju-tidak

setuju) terhadap sesuatu objek.

Berikut gambar rentang skala pada model Likert

dalam penelitian ini sebagaimana dikutif dari buku Nana

Syaodih (2006:240)

Tabel 2. Rentang Skala Likert

Pernyataan sikap

Sangatsetuju Setuju Ragu-

raguTidaksetuju

Sangattidaksetuju

Positif 5 4 3 2 1Negatif 1 2 3 4 5

Hasil belajar siswa diteliti dengan menggunakan

soal yang diberikan pada saat pre test dan post test.

Teknisnya baik kelas kontrol ataupun kelas eksperimen

diberikan soal yang sama, yang sudah divalidasi dan

diketahui derajat reliabilitasnya. Yakni dengan

dilakukan uji soal. Setelah didapatkan soal yang valid

dan reliabel, baru di gunakan untuk mengumpulkan data

hasil belajar siswa.

Setelah anggota sampel baik kelas eksperimen ataupun

kelas kontrol diberikan pre test, selanjutnya dilakukan

kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode yang

13

sama dan tidak dibedakan. Tahap berikutnya adalah

pemberian perlakuan, yakni untuk kelas eksperimen

diberikan perlakuan dengan di kirim Short Message Service

(SMS) motivasi belajar. Sementara dikelas kontrol tidak

diberikan perlakukan tambahan selain yang sama

dilakukan kepada kelas eksperimen.

Pada pertemuan berikutnya dilakukan post test dengan

menggunakan soal yang sama ketika waktu pre test untuk

melihat gain skor masing-masing anggota sampel baik

dikelas eksperimen ataupun kelas kontrol. Hasilnya

dianalisis sebagai data pendukung untuk mengukur

pengaruh penggunaan Short Message Service (SMS) terhadap

peningkatan motivasi belajar yang dibuktikan dengan

peningkatan peningkatan prestasi belajar berupa skor

hasil post test.

Penelitian ini untuk menguji hubungan dua

variabel, peneliti menggunakan teknik korelasi tata

jenjang atau rank correlation atau sering juga disebut

dengan uji korelasi Rank Spearman. Alasan peneliti

menggunakan teknik ini karena data yang diperoleh

berupa data ordinal yang diperoleh dari instrumen

dengan menggunakan jenis skala likert.

Tabel 3. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan0,00 – 0,199 Sangat Rendah0,20 – 0,399 Rendah

14

0,40 – 0,599 Sedang0,60 – 0,799 Kuat0,80 – 1,000 Sangat Kuat

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan dalam hasil penelitian ini dimulai dari

penjelasan tentang hasil proses uji validitas dan

reliabilitas intrumen angket dan instrumen tes yang

digunakan untuk mengumpulkan data dari objek

penelitian. Berdasarkan hasil uji validitas instrumen

yang digunakan dinyatakan valid dan layak untuk

digunakan dalam menngumpulkan data.

Perhitungan validitas angket dengan cara

membandingkan r hasil perhitungan dengan Microsoft

Excel dan r tabel Product Moment. Apabila r hitung > dari r

tabel maka butir angket tersebut dinyatakan valid. Namun

sebaliknya apabila r hitung < r tabel maka soal tersebut

dinyatakan tidak valid. r tabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah r pada tingkat kepercayaan 95 %

dengan n = 34 yaitu sebesar 0,33. Berdasarkan hasil

perhitungan dari 34 item angket, 25 pertanyaan

dinyatakan valid dan 9 pertanyaan dinyatakan tidak

valid dan tidak digunakan.

Uji validitas soal dilakukan dengan cara

membandingkan r hasil perhitungan dengan Excel dan r

tabel Product Moment. Apabila r hitung > dari r tabel maka soal

tersebut dinyatakan valid. Namun sebaliknya apabila r

15

hitung < r tabel maka soal tersebut dinyatakan tidak valid.

r tabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah r pada

tingkat kepercayaan 95 % dengan n = 34 yaitu sebesar

0,34. Berdasarkan hasil perhitungan dari 25 item soal,

20 soal dinyatakan valid dan 5 soal dinyatakan tidak

valid.

Metode uji reliabilitas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah uji reliabilitas internal consistency

atau internal consistency method dengan menggunakan Cornbach`s

Alpha

Tabel 4. Uji Reliabilitas AngketCronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Basedon Standardized Items

N ofItems

0.885 0.885 34

Untuk melihat apakah instrumen tersebut reliabel

atau tidak digunakan rtabel dengan tingkat kepercayaan

95%. Berdasarkan tabel perhitungan uji reliabilitas

melalui bantuan program SPSS 20 dapat diketahui bahwa

nilai reliabilitas dari angket motivasi belajar adalah

0,885. Sedangkan nilai rtabel dari n = 34 pada α = 5%

adalah 0,34. Dengan demikian nilai rhitung > rtabel , sesuai

dengan ketentuan apabila rhitung > rtabel maka instrumen

penelitian dinyatakan sangat reliabel dan dapat

digunakan sebagai alat pengumpul data.

Adapun pengujian reliabilitas soal juga sama

denagn menggunakan Alfa Cornbach dengan bantuan SPSS

16

20. Hasil dari pengujian reliabilitas dalam Alfa

Cornbach adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Uji Reliabilitas Soal

Cronbach’sAlpha N of Items

0,828 25

Hasil uji coba Reliabilitas dengan menggunakan

Alfa Cornbach diperoleh indeks 0,828, dengan n = 34 dan

rtabel = 0,34. Berdasarkan indeks ini, maka alat

pengumpul data yang digunakan memiliki koefisien

korelasi 0,828 dengan kriteria bahwa item tes sangat

reliabel karena sesuai dengan ketentuan apabila rhitung >

rtabel.

Tingkat kesukaran soal digunakan untuk

menganalisis soal. Tujuannya untuk mengetahui kategori

kesukaran soal, baik yang masuk kedalam kategori mudah,

sedang, dan sukar. Kriteria tingkat kesukaran butir

soal yang baik adalah memiliki indeks antara 0,03 -

0,70. Jika tingkat kesukaran soal mencapai indeks lebih

dari 0,70 maka soal dikategorikan mudah, jika tingkat

kesukaran soal mencapai indeks 0,00 – 0,03 maka soal

dikategorikan sukar. Dari tabel diatas dapat dilihat

dari 25 soal terdapat 0 soal dengan kategori sukar, 19

soal dengan kategori sedang, dan 6 Soal dengan kategori

mudah.

Merujuk kepada rumusan masalah utama dalam

penelitian ini, yakni mengetahui pengaruh penggunaan

17

Short Message Service (SMS) terhadap peningkatan motivasi

belajar siswa di kelas eksperimen dibandingkan dengan

siswa di kelas kontrol yang tidak diberikan kiriman SMS

motivasi belajar.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis umum yang

telah dilakukan dengan menggunakan uji t-independent

diatas hasilnya menunjukan bahwa secara umum,

penggunaan Short Message Service (SMS) memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap peningkatan motivasi belajar

siswa. Hal tersebut dilihat dari jumlah persentase

masing-masing indikator yang terdapat dalam angket yang

menujukan perbedaan yang cukup signifikan antara

persentase kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Bahkan dikuatkan dengan data pendukung dari hasil

analisis data soal pretes dan postes soal, yang

menunjukan bahwa penggunaan Short Message Service (SMS) mampu

meningkatkan rata-rata skor hasil belajar siswa. Dimana

rata-rata pretest siswa kelas sebelum diberikan

perlakuan penggunaan Short Message Service (SMS) adalah 6,42,

akan tetapi setelah diberikan diberi perlakuan (postes)

rata-rata skor hasil belajar siswa terjadi peningkatan

menjadi 12.32 ini berarti gain rata-rata skor postes

dan pretes kelas eksperimen adalah sebesar 4.78.

Sedangkan rata-rata skor hasil belajar siswa sebelum

diberikan perlakuan (pretes) kelas kontrol adalah 8.30,

akan tetapi setelah diberi perlakuan (postes) rata-rata

skor hasil belajar siswa terjadi penurunan menjadi

18

7,09, ini berarti gain rata-rata skor postes dan

pretes kelas kontrol adalah sebesar -1,21.

Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa kemungkinan,

diantaranya :

a. Siswa yang mendapatkan perlakukan dengan

diberikan kiriman Short Message Service (SMS)

mengalami peningkatkan motivasi belajar, yang

dibuktikan dengan hasil belajar yang meningkat

secara signifikan.

b. Hasil negatif skor rata-rata hasil belajar

dikelas kontrol mungkin disebabkan karena

mereka tidak mendapatkan kiriman Short Message

Service (SMS). Sehingga tidak mendapatkan faktor

eksternal yang bisa meningkatkan motivasi

belajarnya.

Walaupun penggunaan Short Message Service (SMS) bukan

faktor tunggal yang berpengaruh dalam peningkatan

motivasi belajar siswa. Akan tetapi motivasi eksternal

itu sangat diperlukan. Hal ini berdasarkan pendapatnya

Santrock (2007), bahwa terdapat dua aspek motivasi

belajar yakni; motivasi ekstrinsik dan motivasi

intrinsik. 1) Motivasi Ekstrinsik, yaitu melakukan

sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk

mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik biasanya

dipengaruhi oleh faktor intensif eksternal misalnya

penghargaan dan hukuman (reward and punishment). Misalnya

siswa belajar sungguh-sungguh untuk mendapatkan

19

prestasi yang tinggi, karena dalam pandangan siswa

bahwa dengan berprestasi maka akan di hargai oleh guru,

teman-teman dan orang tuanya. Juga karena diberikan

dorongan yang membuat dirinya termotivasi, baik dari

guru, teman-teman atau orang tunya bahkan lingkungan

tempat ia belajar. Kaitannya dengan penelitian ini,

maka Short Mesagge Service (SMS) berfungsi sebagai pendorong

yang yangs secara langsung diberikan dari guru kepada

siswa. 2). Motivasi Intrinsik, yaitu motivasi internal

untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri

(tujuan itu sendiri). Misalnya murid giat belajar

ketika menghadapi ujian karena ia senang dengan mata

pelajaran yang diujikan.

Dengan diberikannya kiriman Short Message Service (SMS)

siswa termotivasi untuk belajar secara mandiri diluar

jam sekolah, kemudian siswa terdorong untuk menentukan

aktivitas/perbuatan yang ia pilih ketika tidak sedang

disekolah. Karena diingatkan melalui pesan yang

diberikan secara berulang untuk belajar mandiri.

Peningkatan motivasi siswa setelah mendapatkan

perlakukan berupa pengiriman Short Message Service (SMS)

dilihat dari beberapa aspek diantaranya aspek sikap

(attitude), kemudian semangat belajar dan responsif siswa

terhadap penggunaan Short Message Service (SMS) dan dalam

proses kegiatan pembelajaran Teknologi Informasi dan

Komunikasi.

20

Hal itu ditunjukan dengan sikap yang positif

mereka terhadap penggunaan Short Message Service (SMS), berupa

tidak menunda-nunda intruksi yang disampaikan oleh guru

melalui pesan Short Message Service (SMS). Kemudian terjadinya

peningkatan semangat belajar siswa yang ditunjukan

dalam bentuk pembuatan jadwal khusus mereka untuk

membaca bahan ajar, mengerjakan tugas rumah, dan

memperiapkan kegiatan pembelajaran berikutnya. hal itu

menunjukan respon siswa yang positif setelah diberikan

perlakukan pengiriman Short Message Service (SMS).

KESIMPULAN

Penggunaan Short Message Service (SMS) dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa, hal ini ditunjukan

berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada siswa

dikelas eksperimen yang memiliki skor rata-rata yang

berbeda dengan skor rata-rata dikelas kontrol. Selain

itu dibuktikan dengan data pendukung berupa peningkatan

skor rata-rata hasil belajar siswa. Dimana rata-rata

pretest siswa kelas eksperimen sebelum diberikan

perlakuan penggunaan Short Message Service (SMS) adalah 6,42,

akan tetapi setelah diberikan diberi perlakuan (posttest)

rata-rata skor hasil belajar siswa terjadi peningkatan

menjadi 12.32 ini berarti gain rata-rata skor posttest

dan pretes kelas eksperimen adalah sebesar 4.78.

Sedangkan rata-rata skor hasil belajar siswa sebelum

diberikan perlakuan (pretest) kelas kontrol adalah 8.30,

21

akan tetapi setelah diberi perlakuan (posttest) rata-rata

skor hasil belajar siswa terjadi penurunan menjadi

7,09, ini berarti gain rata-rata skor postes dan

pretes kelas kontrol adalah sebesar -1,21.

Berdasarkan hasil temuan diatas maka para guru

disarakan untuk memanfaatkan fasilitas SMS sebagai

upaya untuk menyampaikan informasi dan memberikan

intruksi serta dorongan motivasi belajar siswa. Selain

itu temuan diatas juga bisa digunakan oleh semua guru

untuk semua mata pelajaran. Bagi pengambil kebijakan

baik kepala dinas cabang sampai pusat dalam rangka

membuat sebuah kebijakan untuk membuat dan menggunakan

hasil temuan diatas agar diturunkan menjadi sebuah

program pendidikan. Hasil penelitian ini dapat

dijadikan sebagai studi pustaka bagi peneliti

selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian

tentang penggunaan Short Message Service (SMS) dalam

mendukung suksesnya kegiatan pembelajaran. Kemudian

pemilihan sistem dan aplikasi yang lebih efektif

misalnya dengan memanfaatkan system SMS gateway maupun

berbagai aplikasi pesan singkat yang sedang berkembang

saat ini.

22

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. (2011). Memahami riset perilaku dan sosial.

Bandung: Pustaka Cendikia Utama.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktek Edisi Revisi 2010. Jakarta: Penerbit

Rineka Cipta.

Brophy, J. (2004). Motivating Student to Learn (2nded). London :

Lawrence. Erlbaum Associates, Publishers.

Hamalik, Oemar. (1994). Media Pembelajaran. Bandung.

Rineka Cipta.

Keegan, Desmond. t.t. Mobile learning: a practical guide. _. _

Kementerian Pendidikan Nasional. (2006). Lampiran

Peraturan Kementerian Pendidikan Nasional No.22 Tahun 2006.

Jakarta: Kemendiknas.

Kementerian Pendidikan Nasional. (2003). Undang-undang

Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003. Jakarta:

Kemendiknas.

Kaur. (2011). “Effectiveness of 5 –Category Pedagogical

Model for Mobile Learning Using SMS”. Journal of

Educational Media and Technology. 5 (1). 25-38.

23

Santrock, J. W. (2007) . Psikologi Perkembangan. Jakarta.

Erlangga.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Syaodih, Nana (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

Rosda Karya.

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) (2011). Pedoman

Penulisan Kaya Ilmiah. Bandung. UPI.

24