Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match Berbantuan ...

11
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Hasil penelitian tindakan kelas ini dideskripsikan dalam tiga kondisi yaitu kondisi awal (prasiklus), kondisi siklus I, dan kondisi siklus II. Hasil yang diperoleh dianalisis dengan analisis deskriptif kuantitatif, kualitatif, dan komparatif. 4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal (Prasiklus) Pada kondisi awal (prasiklus), dari 10 siswa yang mengikuti tes prasiklus, hanya 3 siswa (30%) yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM =70). Berarti ada 7 siswa (70%) yang masih di bawah KKM. Nilai rata-rata kelas juga masih belum mencapai KKM, yaitu 59,00. Tabel 4.1 Analisis Nilai Prasiklus No Ketuntasan Belajar Nilai KKM Frekwensi Persentase 1 Tuntas ≥70 3 30% 2 Tidak Tuntas <70 7 70% Jumlah 10 100% Rendahnya hasil belajar di atas karena peneliti belum menggunakan metode yang tepat. Hal ini sangat mempengaruhi keberhasilan dalam pembelajaran,sehingga prestasi belajar yang dicapai siswa kurang maksimal. Peneliti hanya menggunakan metode ceramah,dan tanya jawab. Akhirnya siswa kurang akif dalam pembelajaran. Pembelajaran masih berpusat pada guru, dan siswa hanya sebagai pendengar saja dalam proses transfer pengetahuan. Kondisi tersebut didasarkan pada hasil observasi pembelajaran prasiklus. 26

Transcript of Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match Berbantuan ...

1

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini dideskripsikan dalam tiga kondisi yaitu kondisi

awal (prasiklus), kondisi siklus I, dan kondisi siklus II. Hasil yang diperoleh dianalisis

dengan analisis deskriptif kuantitatif, kualitatif, dan komparatif.

4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal (Prasiklus)

Pada kondisi awal (prasiklus), dari 10 siswa yang mengikuti tes prasiklus, hanya 3

siswa (30%) yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM =70). Berarti ada 7 siswa

(70%) yang masih di bawah KKM. Nilai rata-rata kelas juga masih belum mencapai KKM,

yaitu 59,00.

Tabel 4.1 Analisis Nilai Prasiklus

No Ketuntasan Belajar Nilai KKM Frekwensi Persentase

1 Tuntas ≥70 3 30%

2 Tidak Tuntas <70 7 70%

Jumlah 10 100%

Rendahnya hasil belajar di atas karena peneliti belum menggunakan metode yang

tepat. Hal ini sangat mempengaruhi keberhasilan dalam pembelajaran,sehingga prestasi

belajar yang dicapai siswa kurang maksimal. Peneliti hanya menggunakan metode

ceramah,dan tanya jawab. Akhirnya siswa kurang akif dalam pembelajaran. Pembelajaran

masih berpusat pada guru, dan siswa hanya sebagai pendengar saja dalam proses

transfer pengetahuan. Kondisi tersebut didasarkan pada hasil observasi pembelajaran

prasiklus.

26

2

4.1.2 Deskripsi Siklus I

4.1.2.1 Rencana Tindakan

Pada siklus I hasil rencana tindakan pada pembelajaran organ pernafasan manusia

sebagai berikut: Dalam perencanaan hal-hal yang dilakukan ialah: Menentukan materi

pernafasan manusia yang akan diajarkan dalam tahap siklus I: (a) Melakukan diskusi

dengan teman sejawat dengan tujuan mengalokasikan waktu yang akan digunakan;

(b) Mempersiapkan perangkat pembelajaran yakni Rencana pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan selama proses belajar- mengajar

berlangsung dalam penelitian ini menggunakan metode make a match; (c) Sebelum

memulai proses pembelajaran peneliti melakukan pertemuan untuk mengetahui kesiapan

siswa; (d) Membuat format observasi untuk merekam bagaimana kondisi belajar

mengajar di kelas ketika pelaksanaan tindakan berlangsung; (e) Merancang dan

membuat soal, baik soal latihan kelas, soal tugas pekerjaan rumah, LKS

(lembar kegiatan siswa; dan (f) Mempersiapkan alat, bahan dan media pembelajaran.

4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan

Dari hasil observasi pembelajaran diperoleh data kualitatif pada pelaksanaan

tindakan siklus I sebagai berikut: (a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi

beberapa konsep atau topik organ pernafasan manusia untuk sesi review, sebaliknya satu

bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban; (b) Setiap siswa mendapat satu buah

kartu; (c) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang; (d) Setiap siswa

mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban); (e)

Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin; (f)

Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari

sebelumnya; (g) Pengulangan langkah 1 sampai dengan 6 sampai semua kartu lengkap

berpasangan dengan tepat; (h) Perumusan kesimpulan; dan (i) Penilaian

4.1.2.3 Hasil Tindakan

Pada siklus I, dari 10 siswa yang mengikuti tes, ada 7 siswa (70 %) yang

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 70). Berarti masih ada 3 siswa (30 %) yang

masih di bawah KKM. Nilai rata-rata kelas sudah mencapai KKM, yaitu 70,00.

3

Tabel 3 Analisis Nilai Siklus I

No Ketuntasan Belajar Nilai KKM Frekwensi Persentase

1 Tuntas ≥70 7 70%

2 Tidak Tuntas <70 3 30%

Jumlah 10 100%

Peningkatan hasil belajar di atas terjadi karena peneliti sudah menggunakan

metode yang tepat. Hal ini sangat mempengaruhi keberhasilan dalam

pembelajaran,sehingga hasil belajar yang dicapai siswa maksimal. Pembelajaran

sudah berpusat pada siswa, dan guru bertindak sebagai fasilitator. Kondisi tersebut

didasarkan pada hasil observasi siswa dalam pembelajaran siklus I pertemuan 1 dan

2.

4.1.3 Deskripsi Siklus II

4.1.3.1 Rencana Tindakan

Pada siklus I hasil rencana tindakan pada pembelajaran organ pernafasan

manusia sebagai berikut: Dalam perencanaan hal-hal yang dilakukan ialah: Menentukan

materi pernafasan manusia yang akan diajarkan dalam tahap siklus I: (a) Melakukan

diskusi dengan teman sejawat dengan tujuan mengalokasikan waktu yang akan

digunakan; (b) Mempersiapkan perangkat pembelajaran yakni Rencana pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan selama proses belajar- mengajar

berlangsung dalam penelitian ini menggunakan metode make a macth; (c) Sebelum

memulai proses pembelajaran peneliti melakukan pertemuan untuk mengetahui kesiapan

siswa; (d) Membuat format observasi untuk merekam bagaimana kondisi belajar

mengajar di kelas ketika pelaksanaan tindakan berlangsung; (e) Merancang dan

membuat soal, baik soal latihan kelas, soal tugas pekerjaan rumah, LKS

(lembar kegiatan siswa; dan (f) Mempersiapkan alat, bahan dan media pembelajaran.

4.1.3.2 Pelaksanaan Tindakan

Dari hasil observasi pembelajaran diperoleh data kualitatif pada pelaksanaan

tindakan siklus II sebagai berikut: (a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi

4

beberapa konsep atau topik organ pernafasan manusia untuk sesi review, sebaliknya satu

bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban; (b) Setiap siswa mendapat satu buah

kartu; (c) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang; (d) Setiap siswa

mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban); (e)

Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin; (f)

Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari

sebelumnya; (g) Pengulangan langkah 1 sampai dengan 6 sampai semua kartu lengkap

berpasangan dengan tepat; (h) Perumusan kesimpulan; dan (i) Penilaian

4.1.3.3 Hasil Tindakan

Pada tahap siklus II, dari 10 siswa yang mengikuti tes, ada 9 siswa (90%) yang

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 70). Berarti masih ada 1 siswa ( 10%) yang

masih di bawah KKM. Nilai rata-rata kelas sudah mencapai KKM, yaitu 80,00.

Tabel 4 Analisis Nilai Siklus II

No Ketuntasan Belajar Nilai KKM Frekwensi Persentase

1 Tuntas ≥70 9 90%

2 Tidak Tuntas <70 1 10%

Jumlah 10 100%

Peningkatan hasil belajar di atas karena peneliti sudah lebih optimal

menggunakan metode make a match berbantuan kartu soal bergambar. Hal ini sangat

mempengaruhi keberhasilan dalam pembelajaran,sehingga hasil belajar yang dicapai

siswa maksimal. Pembelajaran sudah berpusat pada siswa, dan guru bertindak

sebagai fasilitator. Kondisi tersebut didasarkan pada hasil observasi siswa dalam

pembelajaran siklus II pertemuan 1 dan 2.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.1 Pembahasan Hasil Siklus I

Pembelajaran pada siklus I sudah menggunakan metode make a macth

berbantuan kartu bergambar, sehingga terjadi peningkatan hasil belajar yang

5

cukup berarti. Ketuntasan belajar mencapai 70%, dan nilai rata-rata sudah

melampaui KKM sebesar 70,00. Siswa semakin aktif mengikuti proses

pembelajaran dalam suasana yang menyenangkan. Sebagian siswa bahkan

nampak menikmati setiap tahap pembelajaran. Mereka tahu apa yang sedang

dipelajari,dan mengerti apa yang harus dilakukan untuk menguasai materi.

Sebagian besar siswa mengikuti permainan make a match dengan aktif dan

senang. Kartu soal bergambar berhasil membuat mereka berkompetisi dalam

permainan. Kondisi tersebut diperoleh berdasarkan analisis hasil observasi

pembelajaran siklus I. Hasil penelitian perbaikan pembelajaran pada siklus I

dapat dilihat dari grafik di bawah ini:

Gambar 4.1 Grafik Ketuntasan belajar Siklus I

Meskipun pada siklus I sudah dicapai peningkatan hasil belajar siswa,

tetapi berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat dan saran dari supervisor,

peneliti memandang perlu untuk melanjutkan perbaikan pembelajaran ini pada

siklus II agar tercapai hasil yang lebih optimal.

4.2.2 Pembahasan Hasil Siklus II

Pembelajaran pada siklus II sudah menggunakan metode demonstrasi

berbantuan media tiruan, sehingga terjadi peningkatan hasil belajar yang lebih

tinggi dari pencapaian pada siklus I. Ketuntasan belajar mencapai 90%,dan nilai

Tuntas Belum Tuntas

Series1 70% 30%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

Nila

i

Ketuntasan Belajar Siklus I

6

rata-rata sudah melampaui KKM sebesar 80,00. Siswa semakin aktif mengikuti

proses pembelajaran dalam suasana yang menyenangkan. Sebagian siswa

bahkan nampak menikmati setiap tahap pembelajaran. Mereka tahu apa yang

sedang dipelajari,dan mengerti apa yang harus dilakukan untuk menguasai materi.

Sebagian besar siswa mengikuti permainan make a match dengan aktif dan

senang. Kartu soal bergambar berhasil membuat mereka berkompetisi dalam

permainan.Kondisi tersebut diperoleh berdasarkan analisis hasil observasi

pembelajaran Hasil penelitian tindakan kelas pada siklus II dapat dilihat dari

grafik di bawah ini:

Gambar 4.2 Grafik Ketuntasan belajar Siklus II

Tindakan pada siklus II berhasil meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat dan saran dari supervisor

diperoleh keputusan bahwa penelitian tidak perlu mengadakan tindakan siklus

berikutnya.

4.2.3 Pembahasan Hasil Antar Siklus

Berdasarkan hasil penelitian perbaikan pembelajaran dari tahap prasiklus

sampai dengan siklus II diperoleh informasi tentang peningkatan hasil belajar

siswa yang signifikan. Pada kondisi prasiklus ketuntasan belajar hanya 30%,

setelah dilakukan tindakan naik menjadi 70% pada siklus I, dan menjadi 90% pada

Tuntas Belum Tuntas

Series1 90% 10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Nila

i

Ketuntasan Belajar Siklus II

7

siklus II. Nilai rata-rata kelas juga mengalami kenaikan dari semula 59,00 pada

prasiklus, naik menjadi 70,00 pada siklus I, dan 80,00 pada siklus II.

Gambar 4.3 Grafik Ketuntasan Belajar Persiklus

Kualitas aktifitas siswa dalam pembelajaran menggunakan metode

kooperatif dari tahap prasiklus sampai dengan siklus II juga mengalami

peningkatan.

Gambar 4.4 Grafik Nilai Rata-Rata Persiklus

Prasiklus Siklus I Siklus II

Series1 30% 70% 90%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Pe

rse

nt a

se

Ketuntasan Belajar Persiklus

Prasiklus Siklus I Siklus II

Series1 59 70 80

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Nila

i

Nilai rata-rata Persiklus

8

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

1.Proses Penggunaan modelm Make a Match berbantuan kartu soal bergambar

dalam meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SDN Kalipucang Kulon

Kabupaten Batang Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014 melalui 2 siklus yaitu

siklus 1 dan siklus 2 yang tiap siklusnya melalui langkah – langkah yang sama yaitu:

- Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang

cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya

kartu jawaban

- Setiap siswa mendapat satu buah kartu

- Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang

- Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan

kartunya (soal jawaban)

- Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin

- Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang

berbeda dari sebelumnya

- Pengulangan langkah 1 sampai dengan 6 sampai semua kartu lengkap

berpasangan dengan tepat

- Perumusan kesimpulan

2.Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode

make a match berbantuan kartu bergambar dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada

siswa kelas V semester 1 SDN Kalipucang Kulon Kecamatan Batang Kabupaten Batang

tahun pelajaran 2013/2014. Peningkatan hasil belajar tersebut dicapai dengan tindakan

perbaikan sebanyak dua siklus dengan hasil sebagai berikut:

- Pada tahap siklus I terjadi peningkatan ketuntasan belajar menjadi 70,00 %,

peningkatan nilai rata-rata kelas menjadi 70,00, dan keaktifan siswa dalam pembelajaran

tinggi.

9

- Pada tahap siklus II terjadi peningkatan ketuntasan belajar menjadi 90%, peningkatan

nilai rata-rata kelas menjadi 80,00, dan keaktifan siswa dalam pembelajaran tinggi.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas maka peneliti merumuskan saran kepada

pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai berikut:

A. Bagi guru

1. Guru dapat menerapkan beberapa metode pembelajaran Make a Match agar siswa

lebih semangat mengikuti pembelajaran.

2. Guru memberikan pengalaman yang baru dan menarik dalam pembelajaran dalam

menggunakan metode Make a Match, agar siswa tidak jenuh dan bosan dalam

menerima pelajaran.

3. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat mengekspresikan diri, baik

dalam pertanyaan, diskusi, atau tindakan lain yang sesuai dengan pembelajaran

4. Guru lebih kreatif dalam menggunakan media yang tersedia di sekitar lingkungan

hidup siswa agar memudahkan pembelajaran

B. Bagi Siswa

1. Diharapkan siswa bisa lebih aktif mengikuti pembelajaran dengan metode Make a

Match

C. Bagi Sekolah

1. Diharapkan kepada semua guru untuk melakukan perbaikan pembelajaran

2. Memonitor kinerja guru untuk selalu meningkatkan kompetensinya agar meningkat

pula hasil belajar siswa.

10

DAFTAR PUSTAKA

Azmiyawati, Chairil. 2008. IPA Salingtemas untuk kelas V SD. Jakarta: Pusat Perbukuan

Depdiknas Sutrisno, Joko. 2008. Pengaruh Metode Pembelajaran Inquiry dalam

belajar Sains terhadap Motivasi Belajar Siswa.. http://www.erlangga.co.id. (21 April

2008)

Badan Standarisasi Nasional Pendidikan. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar SD / MI. Jakarta: Depdiknas

Curran, Lorna. 1994.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004. Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional.

Depdikbud. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. 1994. Pedoman Proses Belajar Mengajar SD.

Jakarta: Depdiknas

Djamarah, S B dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua. 1991. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Balai Pustaka.

Ibrahim, M dkk. 2000. “Pembelajaran Kooperatif”. Surabaya: University Press.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SDN Kalipucang Kulon. 2012. Batang

Mikarsa, Hera, Lestari dkk. 2007. Materi Pokok Pendidikan Anak di SD. Jakarta:

Universitas terbuka.

Nur, Muhammad. 1998. “Pembelajaran Kooperatif”. Surabaya: IKIP Surabaya University

Press.

Rohman, Muhammad, Arief. 2009. Penggunaan Software Pembelajaran untuk

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Gaya dan Gerak. Universitas Terbuka.

Skripsi

Ruyan. 2006.

11

Slavin, Robert, E. 1995. Cooperativ Lerning. Boston: Allya Bacon

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Suciati, dkk. 2005. Belajar dan Pembelajaran 2. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sudjana, 1991.

Sudjana,H,D, S. 2005. Strategi Pembelajaran. Bandung : Falah Production.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeda.

Sumantri, Mulyani dan Syaodin, Nana. 2005. Perkembangan Peserta Didik Jakarta:

Universitas Terbuka.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis. Surabaya:

Pustaka Publisher

Wijaya. 1994.

Winataputra,Udin,S dkk. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Winkel. 1983.

Wardani, I.G.A.K, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka