Pengaruh Travel Experience & Destination Image Terhadap ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Pengaruh Travel Experience & Destination Image Terhadap ...
i
Pengaruh Travel Experience & Destination Image Terhadap Destination
Loyalty di Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
Program Strata-1
Program Studi Studi Industri Perjalanan
Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung
Disusun Oleh :
Iqbal Fauzi Lisyanto
(201520463)
PROGRAM STUDI
STUDI INDUSTRI INDUSTRI PERJALANAN
SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG
BANDUNG
2019
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Pengaruh Travel Experience & Destination Image Terhadap Destination
Loyalty di Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung
Nama : Iqbal fauzi Lisyanto
NIM : 201520463
Program Studi : Studi Industri Perjalanan
Pembimbing I,
Dwiesty Dyah Utami, MM.Par., M.Sc.
NIP: 19861007 201101 2 015
Bandung, 8 Maret 2019
Mengetahui,
Kepala Bagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan,
Andar Danova L. Goeltom, S.Sos., M.Sc
NIP: 19710506 199803 1 001
Pembimbing II,
Dr. R. Kusherdyana, M.Pd
NIP: 19640630 198703 1 001
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : Iqbal Fauzi Lisyanto
Tempat/Tanggal Lahir : Ciamis, 02 Oktober 1996
NIM : 2015120463
Program Studi : Studi Industri Perjalanan
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi yang berjudul: “Pengaruh Travel Experience dan Destination
Image terhadap Destination Loyalty di Kecamatan Rancabali
Kabupaten Bandung” ini merupakan hasil karya dan hasil penelitian saya
sendiri, bukan merupakan hasil penjiplakan, pengutipan, penyusunan oleh
orang atau pihak lain atau cara-cara lain yang tidak sesuai dengan ketentuan
akademik yang berlaku di STP Bandung dan etika yang berlaku dalam
masyarakat keilmuan kecuali arahan dari Tim Pembimbing.
2. Dalam Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang atau pihak lain kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan sumber, nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
3. Surat Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, apabila dalam naskah
Skripsi ini ditemukan adanya pelanggaran atas apa yang saya nyatakan di
atas, atau pelanggaran atas etika keilmuan, dan/atau ada klaim terhadap
keaslian naskah ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa
pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini dan sanksi
lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Sekolah Tinggi Pariwisata
Bandung ini serta peraturan-peraturan terkait lainnya.
4. Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bandung, Juli 2019
Yang membuat pernyataan,
Materai Rp. 6000,-
Iqbal Fauzi Lisyanto
NIM 201520463
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, dengan rahmat dan karunia-Nya
laporan penelitian dengan judul Pengaruh Travel Experience dan Destination
Image terhadap Destination Loyalty di Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan kali ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Faisal, MM.Par., CHE selaku Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata
Bandung
2. Bapak Andar Danova L. Goeltom, S.Sos., M.Sc selaku Kepala Bagian
Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Pariwisata
NHI Bandung;
3. Ibu Dwiesty Dyah Utami, MM.Par., M.Sc selaku ketua program Studi
Indusri Perjalanan dan dosen pembimbing yang membimbing saya dalam
penyusunan skripsi;
4. Bapak Dr. Kusherdyana, M. Pd selaku dosen pembimbing yang
membimbing saya dalam penyusunan skripsi;
5. Bapak Muhamad Sofiyurahman S.St. Par selaku Kepala Seksi
Pengembangan SDM Pariwisata Pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Bandung yang telah membantu dalam memberikan data dan
perijinan untuk dapat melakukan riset ini.
6. Kedua Orang Tua, dan adik yang telah memberikan dukungan selama
menempuh riset ini.
7. Rekan-rekan Studi Industri Perjalanan Angkatan 2015 yang telah
menemani selama hampir empat tahun ini serta memberikan dukungan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Hana Renata Naulita Gultom yang telah memberikan dukungan dalam
menempuh riset ini.
9. Seluruh pihak yang telah membantu kami yang tidak dapat kami sebutkan
satu persatu
v
Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang terkait,
dan kami sangat menghargai apabila ada kritik dan saran yang membangun untuk
penelitian ini. Terima Kasih.
Bandung, Agustus 2019
Iqbal Fauzi Lisyanto
vi
ABSTRAK
Tujuan – penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dari variabel travel
experience, destination image, dan destination loyalty di Kecamatan Rancabali
Kabupaten Bandung. Selain itu penelelitian ini bertujuan untuk mengungkap
apakah terdapat pengaruh antara travel experience dan destination image terhadap
destination loyalty baik secara simultan atau bersama sama maupun secara parsial
atau tersendiri. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para
pengelola dalam merencanakan strategi pengembangan pariwisata yang tepat
dalam upaya untuk meningkatkan destination loyalty wisatawan melalui
pendekatan terhadap variabel travel experience dan destination image
Metodologi – metode penelitian menggunakan metode kuantitatif sedangkan
berdasarkan tingkat eksplanasinya yang digunakan oleh peneliti adalah metode
penelitian asosiatif. Populasi dalam penelitian ini yaitu wisatawan yang
berkunjung ke wilayah Kecamatan Rancabali. Teknik pengumpulan data berupa
kuesioner, dan dokumentasi, dengan menggunakan alat kumpul data berupa
angket offline yang ditujukan kepada wisatwan yang sedang berkunjung dan
online untuk wisatawan yang telah berkunjung ke Kecamatan Rancabali.
Sementara itu dokumen resmi digunakan untuk data pendukung. Data temuan
diperoleh dari 100 responden yang di analisis menggunakan teknik analasis
regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh dari kedua variabel
independen terhadap varibel dependen.
Data Temuan – Secara demografis mayoritas wisatawan adalah laki-laki dengan
rentang usia 21 – 30, pekerjaan sebagai mahasiswa/pelajar, pendidikan terakhir
S1, daerah asal Bandung, serta frekuensi kunjungan ke Kecamtan Rancabali 2 s/d
3 kali. Pada variabel travel experience penilaian paling tinggi diperoleh dimensi
involvment. Sedangkan untuk variabel destination image penilaian tertinggi
diperoleh dimensi atmosphere. Untuk variabel destination loyalty penilaian
tertinggi diperoleh dimensi intention to recommend. Berdasarkan hasil uj regresi
linier berganda mengungkap terdapat pengaruh antara travel experience dan
destination image terhadap destination loyalty baik secara simultan maupun
parsial.
Rekomendasi –variabel travel experience dapat ditingkatkan dengan
menciptakan program berbasis self-development, relationship development,
enhanced family well being. Kemudian destination image perlu ditingkatkan
dimensi infrastructure khususnya akomodasi, layanan informasi, dan aksesibilitas.
Selanjutnya untuk meningkatkan loyalitas, dapat menciptakan program yang
diadaptasi dari variabel yang mempengaruhi destination loyalty yaitu travel
experience dan destination image.
Nilai – belum ada penelitian sebelumnya yang membahas mengenai pengaruh
antara travel experience dan destination image terhadap destination loyalty
Kata Kunci – travel experience, destination image, destination loyalty
vii
ABSTRACT
Purpose – This study aims to determine the conditions of the variable travel
experience, destination image, and destination loyalty in Rancabali District,
Bandung Regency. In addition, this study aims to reveal whether there is an
influence between travel experience and destination image of destination loyalty,
either simultaneously or partially. The results of this study are expected to be
useful for the stakeholders in planning the right decision in tourism development
and also it’s strategy to increase tourist destination loyalty through travel
experience and destination image.
Methodology – The research method used is quantitative, while based on the level
of explanation is an associative research method. The population in this study are
tourists visiting the Rancabali District. Data collecting techniques used is form of
questionnaires, and documentation. By using a data collection tool in the form of
an offline questionnaire intended for visiting tourists and online for tourists who
have visited Rancabali District. Meanwhile official documents are used for
supporting data. The data were obtained from 100 respondents analyzed using
linear regression analysis techniques to determine the effect of the two
independent variables to the dependent variable.
Findings – The results show that the majority of tourist are men with a range of
age 21-30, work as a student, last education is bachelor degree, Bandung origin,
and frequency visits to Kecamtan Rancabali 2 to 3 times. The fhighest assessment
on travel experience is involvment dimension. Destination image is catategorized
agree, with atmosphere dimension as the highest assesment. Meanwihle, in
destination loyalty the dimension with highest asessment is intention to
recommend. Based on the results of multiple linear regression tests revealed there
is an influence between the travel experience and destination image of destination
loyalty both simultaneously and partially.
Recommendations – Travel experience variables can be improved by creating
programs based on self-development, relationship development, enhanced family
well being. Then the destination image needs to be improved infrastructure
dimensions especially accommodation, information services, and accessibility.
Furthermore, to increase loyalty, can create programs that are adapted from
variables that affect destination loyalty, namely travel experience and destination
image
Value – there has been no previous research that discussed the effect of travel
experience and destination image on destination loyalty.
Keywords – travel experience, destination image, destination loyalty
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN .......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR...............................................................................................................iv
ABSTRAK ..............................................................................................................................vi
ABSTRACT ........................................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 5
D. Keterbatasan Penelitian .......................................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 7
A. Kajian Teori ............................................................................................................. 7
1. Travel Experience ................................................................................................ 7
2. Destination Image ............................................................................................. 19
3. Destination Loyalty ........................................................................................... 27
B. Penelitian Terdahulu ............................................................................................. 32
C. Kerangka Pemikiran .............................................................................................. 36
D. Hipotesis Penelitian .............................................................................................. 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................................... 39
A. Desain Penelitian .................................................................................................. 39
B. Obyek Penelitaian ................................................................................................. 41
1. Deskripsi Kawah Putih ....................................................................................... 41
2. Deskripsi Ranca Upas ........................................................................................ 42
3. Deskripsi Situ Patengan ..................................................................................... 42
C. Populasi dan Sampel ............................................................................................. 42
1. Populasi ............................................................................................................. 42
ix
2. Sampel ............................................................................................................... 43
D. Metode Pengumpulan Data .................................................................................. 44
1. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 45
2. Alat Pengumpul Data ........................................................................................ 46
E. Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................................................. 47
1. Uji Validitas ....................................................................................................... 47
2. Uji Reliabilitas .................................................................................................... 50
F. Definisi Operasional Variabel ................................................................................ 51
1. Travel Experience .............................................................................................. 52
2. Destination Image ............................................................................................ 52
3. Destination Loyalty ........................................................................................... 52
G. Analisis Data .......................................................................................................... 58
1. Garis Kontinum ................................................................................................. 58
2. Uji Asumsi Klasik ............................................................................................... 61
3. Uji Hipotesis ...................................................................................................... 63
4. Analisis Regresi Berganda ................................................................................. 64
5. Koefisien Determinasi ....................................................................................... 65
H. Jadwal Penelitian .................................................................................................. 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................................. 67
A. Profil Responden ................................................................................................... 67
1. Jenis Kelamin ..................................................................................................... 68
2. Usia.................................................................................................................... 68
3. Jenis Pekerjaan .................................................................................................. 69
4. Pendidikan Terakhir .......................................................................................... 70
5. Asal Kota ........................................................................................................... 70
6. Frekuensi Kunjungan ......................................................................................... 71
B. Travel Experience .................................................................................................. 71
1. Dimensi Hedonism ............................................................................................ 71
2. Dimensi Novelty ................................................................................................ 75
3. Dimensi Local Culture........................................................................................ 78
4. Dimensi Refreshment ........................................................................................ 81
5. Dimensi Meaningfulness ................................................................................... 85
6. Dimensi Involvment .......................................................................................... 88
7. Dimensi Knowledge ........................................................................................... 91
8. Variabel Travel Experience ................................................................................ 95
x
C. Destination Image ............................................................................................... 101
1. Dimensi Natural Attraction ............................................................................. 101
2. Dimensi infrastructure .................................................................................... 105
3. Dimensi Atmosphere ....................................................................................... 108
4. Dimensi Social Environment ............................................................................ 112
5. Dimensi Value for Money ................................................................................ 115
6. Variabel Destination Image (X2) ..................................................................... 118
D. Destination Loyalty ............................................................................................. 123
1. Dimensi Revisit Intentions ............................................................................... 123
2. Dimensi Intention to Recommend................................................................... 127
3. Variabel Destination Loyalty (Y) ...................................................................... 131
E. Uji Asumsi Klasik ................................................................................................. 134
1. Uji Normalitas ................................................................................................. 135
2. Uji Multikolinieritas ......................................................................................... 135
3. Uji Heteroskedastisitas ................................................................................... 136
F. Uji Hipotesis ........................................................................................................ 137
1. Uji t .................................................................................................................. 137
2. Uji F ................................................................................................................. 138
G. Analisis Regresi Linier Berganda ......................................................................... 139
1. Persamaan Regresi .......................................................................................... 139
2. Hasil Pengujian Regresi Secara Simultan ........................................................ 141
3. Hasil Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial ............................................ 142
4. Koefisien Determinasi ..................................................................................... 144
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................... 146
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 146
B. Implikasi .............................................................................................................. 147
C. Saran ................................................................................................................... 148
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 151
xi
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1 FREKUENSI KUNJUNGAN WISATAWAN ................................ 3
GAMBAR 2 DEFINISI DESTINATION IMAGE .............................................. 21
GAMBAR 3 DIMENSI DESTINATION IMAGE .............................................. 24
GAMBAR 4 GARIS KONTINUM TRAVEL EXPERIENCE ............................. 60
GAMBAR 5 GARIS KONTINUM DESTINATION IMAGE .............................. 60
GAMBAR 6 GARIS KONTINUM DESTINATION LOYALTY .......................... 61
GAMBAR 7 GARIS KONTINUM HEDONISM ............................................... 74
GAMBAR 8 DIMENSI NOVELTY .................................................................... 77
GAMBAR 9 DIMENSI LOCAL CULTURE ...................................................... 80
GAMBAR 10 GARIS KONTINUM REFRESHMENT...................................... 83
GAMBAR 11 DIMENSI MEANINGFULNESS ................................................ 87
GAMBAR 12 DIMENSI INVOLVMENT .......................................................... 90
GAMBAR 13 GARIS KONTINUM KNOWLEDGE ......................................... 94
GAMBAR 14 GARIS KONTINUM VARIABEL TRAVEL EXPERIENCE .... 99
GAMBAR 15 GARIS KONTINUM NATURAL ATTRACTION .................... 104
GAMBAR 16 GARIS KONTINUM INFRASTRUCTURE ............................. 107
GAMBAR 17 GARIS KONTINUM ATMOSPHERE ...................................... 111
GAMBAR 18 DIMENSI SOCIAL ENVIRONMENT ...................................... 114
GAMBAR 19 DIMENSI VALUE FOR MONEY............................................. 117
GAMBAR 20 GARIS KONTINUM DESTINATION IMAGE (X2) ............... 121
GAMBAR 21 GARIS KONTINUM REVISIT INTENTION........................... 126
GAMBAR 22 DIMENSI INTENTION TO RECOMMEND ............................ 129
GAMBAR 23 GARIS KONTINUM DESTINATION LOYALTY .................. 133
GAMBAR 24 UJI HETEROSKEDASTISITAS .............................................. 136
xii
DAFTAR TABEL
TABEL 1 PENELITIAN TERDAHULU ............................................................. 32
TABEL 2 PEROLEHAN UJI VALIDITAS VARIABEL X1 n = 30 ................. 49
TABEL 3 PEROLEHAN UJI VALIDITAS VARIABEL X2 n = 30 ................. 49
TABEL 4 HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL Y n = 30 ............................... 50
TABEL 5 HASIL UJI RELIABILITAS n = 30 .................................................. 51
TABEL 6 PROFIL RESPONDEN n = 100 ......................................................... 67
TABEL 7 DIMENSI HEDONISM ...................................................................... 72
TABEL 8 Dimensi Novelty n = 100 .................................................................. 75
TABEL 9 DIMENSI LOCAL CULTURE n = 100 ............................................ 78
TABEL 10 DIMENSI REFRESHMENT n = 100 .............................................. 81
TABEL 11 DIMENSI MEANINGFULNESS n = 100 ....................................... 85
TABEL 12 DIMENSI INVOLVMENT n = 100 ................................................ 88
TABEL 13 DIMENSI KNOWLEDGE n = 100 ................................................. 91
TABEL 14 ANALISIS PENILAIAN TRAVEL EXPERIENCE ........................ 95
TABEL 15 DIMENSI NATURAL ATTRACTION n = 100 ............................ 101
TABEL 16 DIMENSI INFRASTRUCTURE n = 100 ...................................... 105
TABEL 17 DIMENSI ATMOSPHERE n = 100 .............................................. 109
TABEL 18 DIMENSI SOCIAL ENVIRONMENT n = 100 ............................ 112
TABEL 19 DIMENSI VALUE FOR MONEY n = 100 ................................... 115
TABEL 20 DESTINATION IMAGE (X2) n = 100 ......................................... 118
TABEL 21 ........................................................................................................... 123
TABEL 22 DIMENSI INTENTION TO RECOMMEND n = 100 .................. 127
TABEL 23 DESTINATION LOYALTY n = 100 ........................................... 131
TABEL 24 UJI NORMALITAS KLOMOGROW SMIRNOV ........................ 135
TABEL 25 HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS ............................................. 135
TABEL 26 HASIL UJI T (PARSIAL)............................................................... 137
TABEL 27 HASIL UJI F (SIMULTAN) ........................................................... 138
TABEL 28 HASIL REGRESI LINIER BERGANDA ....................................... 139
TABEL 29 PENJABARAN PERSAMAAN KOEFISIEN ............................... 140
TABEL 30 ANOVA UNTUK PENGUJIAN KOEFISIEN REGRESI ............. 141
TABEL 31 PENGUJIAN KOEFISIEN REGRESI SECARA PARSIAL ......... 142
TABEL 32 KOEFISIEN DETERMINASI SIMULTAN .................................. 144
TABEL 33 KOEFISIEN DETERMINASI PARSIAL ...................................... 145
TABEL 34 KOEFISIEN DETERMINASI PARSIAL ...................................... 145
1. Surat keterangan melaksanakan penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Strategi pemasaran yang telah digunakan disebagian besar bisnis
termasuk industri pariwisata adalah membangun loyalitas (Oppermann, 2000;
Yoon dan Uysal, 2005). Beberapa studi terdahulu mengungkap bahwa untuk
menarik konsumen baru diperlukan biaya yang jauh lebih besar dibandingkan
dengan mempertahankan yang telah ada. Seperti yg dikemukakan oleh Khan
& Singh (2012:1) bahwa Loyalitas pelanggan dipandang penting bagi
keberhasilan suatu organisasi, karena jika menarik pelanggan baru
memerlukan biaya tambahan dibandingkan menjaga yang ada. Pernyataan
tersebut selaras dengan Thomas dan Tobe (2013) yang menekankan bahwa
membangun loyalitas jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan
mendapatkan pelanggan baru karena memerlukan biaya yang lebih banyak.
Membangun loyalitas pelanggan sangatlah penting untuk sektor bisnis
apa pun khususnya pariwisata karena tidak hanya membuat pelanggan
bertahan dalam jangka waktu yang lebih lama, tetapi menyebabkan
pembelian secara berulang terhadap suatu layanan atau produk. Pelanggan
yang memiliki loyalitas pada suatu layanan atau produk mereka cenderung
berperan sebagai free word-of-mouth dengan merekomendasikkan serta
mengajak lebih banyak teman, kerabat dan pelanggan potensial pada suatu
produk atau layanan (Shoemaker dan Lewis, 1999 dalam Chi and Qu, 2008).
2
Pada konteks industri pariwisata, konsep loyalitas pelanggan dapat
diartikan sebagai destination loyalty serta dalam pariwisata pelanggan
merupakan wisatawan. Secara khusus pariwisata dapat diartikan sebagai
sebuah produk atau layanan yang dapat dijual kembali atau dikunjungi
kembali serta dapat direkomendasikan kepada orang lain (Yoon dan Usyal,
2005:46).
Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi destination loyalty
sehingga sangatlah penting untuk mengetahui apa yang menyebabkan
wisatawan setia terhadap suatu layanan atau produk. Beberapa tinjauan
literatur terkait mengungkap terdapat beberapa variabel yang membentuk
destination loyalty misalnya Destination image, dan travel experience.
Weisheng et al (2015) menemukan dampak secara langsung dari citra kognitif
terhadap citra afektif serta bersamaan dengan itu terbentuk citra destinasi.
Dari kedua jenis citra tersebut memiliki pengaruh pada kepuasan, yang
selanjutnya membentuk destination loyalty. Sedangkan tinjauan literatur
lainya menunjukkan bahwa travel experience merupakan indikator krusial
terkait kepuasan wisatawan dan destination loyalty (Alexandris, Kouthouris,
dan Meligdis, 2006; González et al., 2018). Lalu riset yang dilaksanakan
Kim dan Brown (2012) menunjukan bahwa ketika wisatawan mendapatkan
travel experience yang positif ketika berkunjung ke suatu destinasi, mereka
akan lebih cenderung merasa bahagia atau puas dengan perjalananya, maka
memungkinkan mereka untuk melakukan kunjungan kembali ke destinasi
yang sama. Tetapi jika wisatawan tidak merasakan travel experience yang
menyenangkan atau yang baik pada saat berkunjung di destinasi wisata, hal
3
itu akan berdampak pada future travel plan dalam mengunjungi kembali
suatu destinasi atau merekomendasikannya kepada orang lain. Sehingga
peneliti menyimpulkan berdasarkan paparan sebelumnya menunjukkan
bahwa travel experience & destination image merupakan variabel yang dapat
mempengaruhi destination loyalty.
Di tahun 2013 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung
telah melakukan riset mengenai kajian segmentasi pasar dan pola promosi.
Dari hasil riset tersebut ditemukan beberapa data temuan salah satunya yang
mengungkap mengenai frekuensi kunjungan wisatawan ke Kabupaten
Bandung yang dapat diartikan sebagai destination loyalty wisatawan. Berikut
merupakan data temuan mengenai frekuensi kunjungan:
GAMBAR 1
FREKUENSI KUNJUNGAN WISATAWAN
(Sumber:DISPARBUD Kab. Bandung, 2013)
Berdasarkan data yang tersaji pada gambar1, dapat dilihat bahwa sebesar
55,33% dari 300 responden atau wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten
Bandung hanya melakukan kunjungan satu kali. Sedangkan kuantitas
4
responden lainya yang melakukan kunjungan ulang ke Kabupaten Bandung
masih terbilang rendah. Maka dapat disimpulkan bahwa tingkat destination
loyalty wisatawan di Kabupaten Bandung masih terbilang rendah. Lebih
lanjut belum terdapat penelitian dan kajian yang membahas mengenai
destination loyalty wisatawan khususnya di Kabupaten Bandung. Maka
sangatlah penting bagi pihak pengelola untuk memahami lebih lanjut
mengenai dimensi apa saja yang membentuk destination loyalty serta variabel
apakah yang memiliki pengaruh terhadap destination loyalty.
Melalui pemaparan sebelumnya, peneliti tertarik untuk melakukan riset
mengenai “Pengaruh Travel Experience dan Destination Image Terhadap
Destination Loyalty di Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung”
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel travel
experience dan destination image terhadap variabel destination loyalty, dan
mengisi kesenjangan pengetahuan mengenai destination loyalty khususunya
di wilayah Kecamatan Rancabali dengan pendekatan melalui variabel travel
experience & destination image. Data temuan ini juga diharapkan akan
membantu para pengelola dalam merencanakan dan mengembangkan
pariwisata yang tepat dalam upaya untuk membentuk dan meningkatkan
loyalitas wisatwan.
B. Rumusan Masalah
Setelah diketahui masalah pada pemaparan sebelumnya, maka peneliti
merumuskan masalah yaitu bagaimana pengaruh antara travel experience dan
destination image terhadap destination loyalty di Kecamatan Rancabali
Kabupaten Bandung ?
5
C. Tujuan Penelitian
Berikut merupakan maksud dari studi ini:
1. Untuk mengetahui travel experience di Kecamatan Rancabali.
2. Untuk mengetahui destination image di Kecamatan Rancabali.
3. Untuk mengetahui destination loyalty di Kecamatan Rancabali.
4. Untuk mengetahui pengaruh travel experience terhadap destination
loyalty di Kecamatan Rancabali.
5. Untuk mengertahui pengaruh Destination image terhadap destination
loyalty di Kecamatan Rancabali.
6. Untuk mengetahui pengaruh travel experience dan Destination image
secara simultan terhadap destination loyalty di Kecamatan Rancabali.
D. Keterbatasan Penelitian
Dikarenakan peneliti mengalami kendala untuk bertemu dengan pihak
pengelola atraksi wisata, dengan adanya hal tersebut peneliti mengalami
keterbatasan dalam melakukan proses wawancara. Sehingga peneliti tidak
dapat memperoleh informasi dan melakukan proses wawancara dengan
pengelola atraksi wisata.
E. Manfaat Penelitian
a. Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi kajian ilmu
mengenai kepariwisataan, khususnya destination loyalty, serta dapat
dijadikan sebagai acuan ataupun referensi bagi penelitian lanjutan
dalam mengembangkan kajian mengenai travel experience, destination
image, dan destination loyalty.
6
b. Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pengelola
dalam merencanakan strategi pengembangan pariwisata yang tepat
dalam upaya untuk membentuk dan meningkatkan destination loyalty
wisatawan melalui pendekatan terhadap variabel travel experience dan
destination image
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Travel Experience
Travel Experience atau pengalaman perjalanan mulai berkembang
menjadi isu utama sebagi topik penelitian pada tahun 1960-an (Uriely,
2005:199). Kemudian menjadi semakin populer dalam literatur ilmu
sosial pada 1970-an (Quan & Wang, 2004:297). Pada tahun 1990-an,
para peneliti mulai menggunakan pendekatan penelitian berbasis
pengalaman dalam upaya mengembangkan pemahaman yang lebih baik
tentang pengalaman wisata (Andereck et al., 2006:81).
Travel experience merupakan kondisi mental subjektif yang
dirasakan oleh wisatawan saat mengunjungi destinasi, serta terdapat
beberapa atribut atau fitur dari destinasi yang dapat menciptakan
pengalaman perjalanan wisatawan di suatu destinasi. Pengalaman
perjalanan mengacu pada paparan wisatawan dengan lingkungan
pariwisata dan interaksi antara wisatawan dan penyedia layanan,
melalui keterlibatan, persepsi, dan partisipasi dalam acara atau kegiatan
di tempat tujuan (Sangpikul, 2018:5).
Menurut hasil ETC Study (2006) menunjukan bahwa dengan
mengunjungi lebih banyak tempat atau destinasi, maka wisatawan
8
menjadi lebih banyak mendapatkan pengalaman, serta kebutuhan
mereka akan pengalaman perjalanan yang baru juga bertambah.
Sehingga hal tersebut akan berdampak pada semakin banyaknya
permintaan dari wisatawan akan pengalaman baru ketika berkunjung ke
suatu destinasi lalu mereka akan mencari pengalaman yang lebih dalam
dan lebih signifikan.
Terdapat beberapa penelitian mengenai travel experience
menunjukan adanya pengaruh antara travel experience dengan
destination loyatlty. Diantaranya seperti Kozak dan Rimmington (2000)
menyampaikan apabila wisatawan yang merasa puas terhadap
pengalaman yang diperoleh cenderung untuk membagikan pengalaman
perjalanan positif mereka kepada orang lain dan dapat melakukan
kunjungan berulang. Berdasarkan paparan sebelumnya bahwa travel
experience yang positif dapat berdampak pada keinginan untuk kembali
(revisit intention) serta dari pengalaman tersebut wisatawan dapat
bertindak sebagai pemberi informasi kepada teman atau relasinya
dengan harapan dapat melakukan kunjungan ke tempat yang sama.
Berbeda dengan Kozak dan Rimmington penelitian lainya yang
dilakukan oleh Martin et al., (2013) yang meneliti dampak pengalaman
sebelumnya pada destination loyalty, menemukan bahwa pengalaman
sebelumnya memiliki pengaruh signifikan pada dua dimensi destination
loyalty yaitu keinginan untuk kembali ke destinasi & kemauan untuk
merekomendasikan destinasi. Namun, dalam penelitian tersebut
mengungkap bahwa pengalaman sebelumnya memiliki efek yang lebih
9
besar pada niatan berkunjung kembali dibandingkan kemauan untuk
melakukan rekomendasi. Disisi lain setelah mengalami suatu kesan dan
memperoleh pengalaman yang menyenangkan, perolehan tersebut akan
selalu diingat dalam ingatan wisatawan setelah melakukan kunjungan
ke suatu destinasi.
Meskipun telah terdapat beberapa penelitian dan literatur terkait
yang membahas mengenai travel experience serta kaitanya dengan
destination loyalty dengan berbagai pendekatan pada paparan
sebelumnya. Akan tetapi belum ada penelitian mengenai pengalaman
perjalanan yang berlandaskan pada pendekatan memorable tourism
experience (MTE) serta dilihat pengaruhnya terhadap destination
loyalty khususnya di wilayah Kecamatan Rancabali. Maka dari itu
peneliti ingin menilai pengalaman perjalanan wisatawan berdasarkan
perspektif MTEs untuk dilihat pengaruhnya terhadap destination
loyalty.
a. Subjek Memorable Dalam Pariwisata
Pengalaman yang tersimpan di ingatan seseorang akan bersifat
reminiscene atau dikenang yang dapat direfleksikan secara berulang
oleh seseorang secara berulang kepada individu lainya (kim, 2009).
Setelah melakukan perjalanan wisata, wisatawan biasanya akan
mengingat kembali dari keseluruhan kegiatan yang telah dijalani. Lebih
lanjut Ernst (1999:37) menyatakan bahwa suatu perjalanan tidak selesai
dengan hanya kembali ke tempat asal akan tetapi interpretasi
retrospektif sangatlah penting dan berdampak pada wisatawan setelah
10
melakukan suatu perjalanan. Beberapa peneliti mengemukakan bahwa
dalam konteks pariwsata, ingatan harus dikombinasikan dengan
pengalaman berwisata karena suatu pengalaman dapat dinilai berharga
ketika pengalaman tersebut tersimpan dan diingat pada fase recollecting
experience (Clawson & Knetsch 1966).
Memori mempunyai peranan yang penting khsusunya dalam
pariwisata (Larsen 2007; Pine & Gilmore 1999). Banyak atribut dari
pariwisata yang melibatkan ingatan. Morgan et al., (2010) menyatakan
bahwa praktik pariwisata merupakan salah satu sumber daya dalam
membentuk suatu pengalaman wisata, dimana pengalaman tersebut
hanya dapat di akses atau dirasakan kembali dengan melakukan
representasi melalui ingatan. Kenangan dapat didefinisikan sebagai
suatu mekanisme penyaringan yang menghubungkan antara
pengalaman dengan hasil emosional dan persepsi dari suatu peristiwa
dalam suatu perjalanan wisata (Oh et al 2007:119).
Pada beberapa studi mengenai momorable experenience, seperti
yang dilakukan oleh Wirtz et al (2003) menemukan bahwa pengalaman
yang diingat dapat menjadi prediksi terbaik dari keinginan untuk
melakukan liburan yang serupa di kesempatan selanjutnya. Lebih lanjut
(Juaneda, 1996; Perdue, 1985) menyatakan bahwa pengalaman
perjalanan sebelumnya memiliki pengaruh dalam meningkatkan niat
untuk bepergian ke tempat yang sama.
11
b. Memorable Tourism Experience (MTEs)
Wisatawan saat ini mengharapkan wisata yang memiliki
pengalaman unik, memuaskan, serta berkesan dalam perjalanan wisata
mereka. Akan tetapi kebanyakan pengelola di destinasi masih
mengutamakan fasilitas dan juga infrastruktur, lalu kebanyakan dari
destinasi wisata masih kurang peduli terhadap permintaan yang
semakin meningkat akan kebutuhan pengalaman wisata yang unik dan
tak terlupakan. Serta pihak pengelola belum menjadikan hal tersebut
sebagai salah satu fokus dalam kebijakan pengelolaan destinasi wisata
mereka. Dengan adanya fenomena tersebut dapat mendorong pihak
pengelola untuk menciptakan inovasi dalam strategi pengelolaan yang
baru yang disesuaikan dengan mengubah pendekatan yang awalnya
berbasis fitur atau infrastruktur menjadi pendekatan berbasis
pengalaman. Selain itu dengan adanya fenomena tersebut diindikasikan
berdampak pada, meningkatnya ketertarikan dari para peneliti
khususnya di bidang pariwisata untuk memahami bagaimana
pengalaman dalam pariwisata dapat diubah menjadi suatu pengalaman
yang tak terlupakan (memorable experience).
Memorable tourism experience (MTE) di definisikan sebagai suatu
pengalaman wisata yang diingat dan dapat diingat kembali setelah
peristiwa tersebut terjadi. Secara selektif hal tersebut terbentuk atas
pengalaman pariwsata berdasarkan pada penilaian seseorang terhadap
pengalaman yang telah nereka alami. Pengalaman pariwisata yang
berkesan berfungsi untuk memperkuat ingatan seseorang mengenai
12
kenangan yang menyenangkan dari pengalaman yang didapatkan di
destinasi (Ritchie & Ritchie 1998:17).
Terdapat beberapa peneliti yang menjabarkan mengenai konsep
memorable tourism experience (MTEs). Oh et al., (2007:13)
mendefinisikan MTEs sebagai suatu pengalaman yang menyenangkan,
menarik, serta tak terlupakan bagi mereka yang mengalami peristiwa
tersebut. Maka untuk dapat mengetahui apakah wisatawan telah
mencapai fase memorable experience di perlukan pengukuran yang
tepat untuk mengetahui hal tersebut karena tidak semua pengalaman
yang dirasakan oleh wisatawan merupakan pengalaman yang berkesan
dan tak terlupakan. Baru-baru ini terdapat beberapa studi yang mencoba
untuk mengembangkan skala untuk pengukuran memorable experience,
seperti penelitian yang dilakukan oleh Kim (2009) melakukan upaya
pertama untuk mengembangkan instrumen pengukuran untuk MTE dan
mempublikasikan hasilnya dalam serangkaian penelitian (Kim, et al.,
2012;Kim, 2010, 2013). Pada penelitian tersebut Kim Ritchie, and
McCormick (2012:18) mengelompokan MTE kedalam 7 dimensi.
13
c. Dimensi MTEs
Kim, Ritchie, and McCormick (2012:18) mengembangkan skala
pengukuran MTE kedalam tujuh dimensi dengan rincian sebagai
berikut:
1) Hedonism
dimensi hedonism merupakan dimensi pertama dalam skala MTEs.
Para peneliti beranggapan bahwa pariwisata dan kegiatan rekreasi
memiliki komponen hedonis yang dominan jika dibandingkan
dengan kegiatan dan produk lainya. Wisatawan cenederung
mencari unsur hedonis selagi mengkonsumsi produk pariwisata.
Tujuan utama dalam konsumsi produk yang berhubungan dengan
liburan adalah untuk mengejar pengalaman hedonis atau
menyenangkan. Komponen emosional merupakan aspek yang
berdampak signifikan dari pengalaman berwisata. Penelitian baru
baru ini menunjukan bahwa emosi dan perasaan yang positif yang
memiliki kaitan dengan pengalaman berwisata, seperti
kegembiraan dan ketertarikan menggambarkan esensi dari MTE.
Sehingga faktor Hedonis dalam penelitian ini, mengacu pada
sensasi, kesenangan, dan menikmati pada kegiatan pariwisata (Kim
et al, 2012).
2) Novelty
Pencarian kebaruan dalam beberapa literatur mengenai pariwisata
merupakan salah satu komponen penting dalam subjek pengalaman
berwisata selain itu hal tersebut dapat memotivasi wisatawan untuk
14
melakakukan perjalanan atau kunjungan. Dalam menentukan
destinasi wisata yang akan dikunjungi, wisatawan cenderung
mempertimbangkan tempat tujuan yang berbeda dari tempat
tinggalnya baik secara budaya dan kebiasaan, hal itu dikarenakan
wisatawan pada dasarnya ingin mengalami sesuatu yang baru dan
berbeda yang tidak bisa diperoleh di tempat asal. Hal tersebut
sangat penting khususnya dalam kaitan dengan Pemahaman MTE
bahwa berdasarkan literatur terkait menunjukan adanya hubungan
sebab akibat yang kuat antara hal baru dengan ingatan manusia
(Reder, Donavon, dan Erickson 2002). Lalu menurut Chandralal
dan Valenzuela (2013) mengemukakan bahwa novelty, merupakan
sikap yang mengindikasikan pengalaman unik yang ditemui
misalnya budaya, makanan, dan akomodasi serta mengalami gaya
tur yang berbeda merupakan kompenen dari MTE.
3) Local culture
Pengalaman dalam pariwisata memiliki karakteristik yang berbeda
dengan pengalaman produk lainnya, pengalaman tersebut tercipta
secara bersamaan dengan melibatkan orang-orang dalam
pengalaman yang berbasis situasi. Hal tersebut selaras dengan
pernyataan yang di kemukakan oleh Ooi (2003) bahwa pengalaman
berwisata mengarahkan seseorang untuk melakukan kontak atau
interaksi dengan orang lain. Wisatawan yang berinteraksi dengan
budaya atau masyarakat setempat akan membentuk pengalaman
berwisata yang unik dan dapat diingat. Berdasarkan temuan pada
15
studi lainya bahwa seorang yang mendapatkan pengalaman yang
berkaitan dengan local culture selama perjanan wisata mereka akan
memiliki tingkat pengumpulan pengalaman yang lebih tinggi dan
menambah pengetahuan baru bagi mereka (Kim et al, 2010).
Dalam beberapa literatur laimya, dengan mengalami atau terlibat
dalam budaya lokal meruapakan salah satu faktor penting dalam
motivasi suatu perjalanan (Sharpley dan Sundaram, 2005). Pada
studi yang berfokus pada MTE, para peneliti menemukan bahwa
dengan mengalami budaya lokal berdampak pada pengalaman
bepergian yang tak terlupakan. Sebagai contoh, Morgan dan Xu
(2009) mengemukakan bahwa dengan melakukan interaksi dengan
budaya lokal dan masyarakat lokal dapat berpengaruh terhadap
pembentukan pengalaman liburan yang unik dan berkesan.
Berbdeda dengan Morgan, baru-baru ini Chandralal dan Valenzuela
(2013) menunjukan bahwa dengan melakukan berinteraksi dan
berpartisipasi kedalam kehidupan masyarakat lokal, budaya, dan
makanan setempat berdampak pada terbentuknya pengalaman yang
tak terlupakan. Sehingga berdasarkan pemaparan sebelumnya
konteks local culture dalam penelitian ini adalah adanya
keterliabatan antara wisatawan dengan masyarakat lokal dan
kebudayaan setempat.
4) Refreshment
Dimensi selanjutnya yaitu refreshment merupakan komponen dasar
yang paling menentukan kegiatan pariwisata. Beberapa peneliti
16
telah menekankan bahwa terdapat dua karakteristik yang identik
dengan pengalaman berwisata yaitu penyegaran dan pembaruan.
Hal tersebut selaras dengan penilitian oleh Kim (2009) bahwa
faktor refreshment dapat mempengaruhi ingatan dalam perjalanan.
Refreshment dikaitkan dengan faktor psikolog dirasakan dari suatu
perjalanan yang dialami oleh wisatawan seperti refreshment,
freedom.
5) Meaningfulness
Makna memiliki peranan penting dalam mencapai suatu
kebahagiaan dan kesejahteraan individu (Baumeister dan Vohs
2002), maka setiap individu berusaha untuk menemukan makna
dalam kehidupan mereka (Frankl, 1985). Karena itu banyak
wisatawan yang mencari perjalanan yang memiliki makna dalam
setiap kegiatan perjalanan wisata yang mereka alami. Dengan
adanya kebutuhan akan hal tersebut maka jumlah dari wisatawan
yang mencari pengalaman perjalanan yang bermakna kian
meningkat, hal itu akan memuaskan kebutuhan dan keinginan
mereka. Sebagai contoh beberapa wisatawan mempertimbangkan
pengalaman berwisata sebagai sarana untuk pengembangan diri
bukan hanya untuk sekedar berlibur seperti menikmati
pemandangan dari suatu tempat. Hal tersebut dapat mengarahkan
kepada pengembangan dan pembentukan kepribadian dari
wisatawan setelah kembali ke tempat asal, wisatawan dapat mebilai
kegiatan berwisata melalui sudut pandang yang baru, pengalaman
17
dan pembelajaran selama perjalanan dapat diserap sebagai bagian
dari kehidupan sehari-hari seseorang. Lebih lanjut Tung dan
Ritchie (2011) dalam sebuah studi mengenai esensi MTEs
menemukan bahwa meaningful experience bertahan lebih lama
dalam ingatan seseorang. Sehingga konteks meaningfulness dalam
penelitian ini mengacu pada rasa nilai besar atau signifikansi (Kim
et al 2012) atau memperluas pemikiran seseorang tentang
kehidupan, lingkungan, dan bermasyarakat (Uriley 2005).
6) Involvement
Keterlibatan wisatawan adalah elemen utama di suatu destinasi dan
merupakan dasar bagi keberadaan destinasi (Woodside 2008).
Temuan lainya mengungkap apabila seseorang terlibat dengan
pengalaman selama liburan akan berdampak pada meningkatnya
kemampuan seseorang dalam mengingat kembali pengalaman masa
lalunya secara lebih jelas (Kim et al,2010). Lebih lanjut penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh (Bloch & Richins 1983; Blodgett
& Granbois1992; Swinyard 1993) menunjukan bahwa keterlibatan
seseeorang dalam suatu perjalanan wisatwa secara signifikan dapat
meningkatkan ingatan terhadap pengalaman dimasa lalu. Sehingga
berdasarkan data temuan tersebut telah ditetapkan bahwa
keterlibatan wisatawan merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap ingatan seseorang. Semakin banyak wisatawan yang
terlibat dengan tempat dan kegiatan selama melakukan kunjungan
18
wisata, maka akan semakin baik mereka mengingat dan mengambil
pengalaman perjalanan sebelumnya.
7) Knowledge
Berdasarkan beberapa literatur terkait mengungkapkan bahwa
semakin meningkatnya kebutuhan dari wisatawan akan keinginan
untuk mempelajari hal-hal baru dan mengembangkan wawasan
serta keterampilan yang baru. Misalnya, jika suatu individu
berencana untuk mengunjungi tempat yang telah lama ingin
dikunjungi, dia akan memiliki harapan yang lebih tinggi dari
perjalanan tersebut dan akan mengalami perasaan yang berbeda
dibanding dengan yang lain. Pada fase pengalaman on-site tourism,
individu tersembut menjalin keterlibatan sembari berpartisipasi
aktif dalam program pariwisata. Pine dan Gilmore (1999)
menyarankan bahwa dengan mendorong partisipasi pelanggan
dalam kegiatan berwisata akan secara efektif memberikan MTE.
Mereka pun lebih lanjut mengemukakan bahwa wisatawan akan
lebih memungkinkan memiliki pengalaman yang tak terlupakan
ketika wisatawan terlibat secara mendalam dalam suatu kegiatan.
Dalam studi menganai pemahaman esensi dari MTE, yang
dilakukan oleh Tung dan Ritchie (2011) menemukan bahwa
pengembangan intelektual adalah salah satu komponen terpenting
dari MTE. Dari studi tersebut banyak responden yang
mengindikasikan bahwa pengalaman pariwisata yang mereka
peroleh berupa pengetahuan baru tentang destinasi yang dikunjungi
19
merupakan pengalaman salah satu yang paling mengesankan.
Menurut Chandralal dan Valenzuela (2013) knowledge dapat
diindikasikan sebagai eksplorasi terhadap budaya baru dan
penerimaan pengetahuan baru dalam rangkaian perjalanan wisata.
2. Destination Image
Citra destinasi telah berkembang menjadi salah satu variabel yang
penting dalam ruang lingkup penelitaian pada beberapa dekade terahir.
Pada awal 1970an image atau citra mulai mendapatkan perhatian
sebagai topik serta berkembang menjadi fokus utama dalam penelitian
dalam penelitian khususnya bidang perhotelan dan pariwisata sejak
tahun 1990-an. Pada tahun 1970 - an orgnaisasi pariwisata dunia
(WTO) turut mendeklarasikan pentingnya citra positif bagi suatu negara
(destinasi). Sehingga berdasarkan fenomena tersebut dalam beberapa
dekade terakhir, pembahasan mengenai citra destinasi banyak peneliti
yang tertarik untuk meneliti khususnya dalam bidang perhotelan dan
pariwisata. Hun (1975) merupakan pioner atau pencetus pentingnya
destination image sebagai sebuah dalam meningkatkan jumlah
kunjungan ke suatu tempat, serta variabel ini sangatlah penting karena
memiliki pengaruh terhadap pemilihan suatu destinasi dan penentuan
keputusan seseorang. Citra memiliki makna atau istilah yang berbeda
tergantung pada pendekatan konteks pembahasan. Menurut perspektif
psikologi citra merujuk pada representasi secara visual. Lalu dalam
konsep sosial citra lebih holistik dan mencakup semua anggapan terkait
20
seperti pengetahuan, emosi, nilai-nilai dan kepercayaan. Sedangkan
dalam konsep pariwisata citra merupakan kumpulan ide, kepercayaan,
dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu tempat.
Untuk dapat memahami persepsi yang diciptakan oleh wisatawan
mengenai citra suatu destinasi diperlukan pemahaman dan prediksi
yang tepat oleh pihak pengelola serta dampak persepsei tersebut
terhadap destinasi yang mereka kelola. Dengan mamahami citra secara
sepenuhnya pihak pengelola diharapkan mampu mengintegrasikan
persepsi tersebut kedalam perancangan kebijakan ataupun strategi yang
lebih efektif dan efisien dalam perencanaan destinasi. Dalam konteks
praktikal, studi mengenai citra destinasi merupakan salah satu prasyarat
untuk strategi pemasaran yang sukses. Sehingga pihak pengelola
memiliki tanggung jawab yang kritis untuk memahami bagaimana suatu
citra itu dapat terbentuk dan mempengaruhi pemilihan wisatawan dalam
menentukan destinasi yang akan dikunjungi.
Dalam beberapa literatur dan studi destination image memiliki
definisi yang berbeda-beda yang diutarakan oleh setiap penulis.
Menurut Kim dan Richarson (2003) menyatakan bahwa destination
image adalah sebuah perasaan, impresi, opini, dan emosi tentang suatu
tempat. Lebih lanjut Lawson dan Baud-Bovy (dalam Martin dan
Bosque, 2008) mengemukakan bahwa citra merupakan kesan,
prasangka, perasaan, info yang diketahui oleh individu tentang tempat.
Beberapa tahun ini, destination image didefinisikan sebagai “kompilasi
anatara keyakinan dan kesan berdasarkan pemrosesan pengetahuan
21
sumber dari waktu yang berlanjut menghasilkan representasi mental
berupa atribut, manfaat, dan pengaruh berbeda yang dicari dari suatu
destinasi (Zhang et al., 2014:215). Lebih lanjut Martin & del Bosque
(2008) telah mengelompokan beberapa defenisi mengenai destination
image menurut beberapa studi dan literatur terkait kedalam tabel
dengan rincian sebagai berikut :
GAMBAR 2
DEFINISI DESTINATION IMAGE
Melalui teori yang terangkum dalam tabel sebelumnya, citra
destinasi disimpulkan sebagai kumpulan kepercayaan, gagasaan, kesan
seseorang terhadap tempat tertentu.
Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang mengungkap
mengenai dampak citra pada destination loyalty. Mahasuweerachai dan
Qu (2011) mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara destination image dan rencana dimasa mendatang kunjungan
ulang ke suatu destinasi yang serupa. Sejalan dengan argumen tadi,
menyatakan bahwa destination image memiliki dampak terhadap
behavioral intention of tourists (Chi dan Qu, 2008). Lebih lanjut dalam
22
peneliatan tersebut menunjukan pengaruh destination image terhadap
kontribusi untuk meningkatkan tourist revisit intention pada destinasi
wisata yang sama. Disisi lain Chen dan Tsai (2007) mengemukakan
bahwa destination image yang dirasakan oleh wisatawan tidak hanya
berpengaruh terhadap destination loyalty, citra juga memiliki pengaruh
terhadap positive WOM behaviour. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
berdasarkan dari hasil penelitian sebelumnya menunjukan adanya
pengaruh antara citra destinasi terhadap loyalitas destinasi.
a. Komponen Destination Image
Citra destinasi terdiri atas dua komponen utama yaitu: citra
kognitif dan afektif. Dimana citra kognitif mencerminkan informasi
atau kepercayaan yang dimiliki seseorang tentang suatu tempat
(Baloğlu, 1999). Sedangkan afektif menggambarkan emosi atau
perasaan seseorang mengenai suatu tempat (Chen & Uysal, 2002; Kim
& Richardson, 2003). Bagian cognitive umumnya muncul sebagai hasil
dari penilaian karakteristik fisik suatu tempat dan orang-orang yang
tinggal di sana dan peristiwa yang terjadi di suatu tempat. dimensi
afektif muncul sebagai akibat dari penilaian emosi yang terinspirasi
oleh tempat pada orang dan makna yang dimilikinya. Namun, dengan
beberapa pengecualian, sebagian besar studi mengenai destination
image hanya fokus meneliti pada komponen kognitif (Gartner, 1989;
Reilly, 1990; Echtner and Ritchie, 1993; Oppermann, 1996; Schroeder
1996; Baloglu, 1997; Chen and Uysal, 2002) dan mengabaikan
komponen afektif. baru baru riset oleh Artuğer et al., (2013)
23
menunjukan terdapat hubungan positif dan signifikan antara destination
image hadap destination loyalty lalu citra kognitif memiliki dampak
yang lebih besar dalam membangun destination loyalty dibandingkan
dengan citra afektif.
b. Cognitive image
Citra kognitif merupakan pengetahuan atau kepercayaan yang
dimiliki oleh wisatawan tentang suatu tempat (Beerli dan Martín 2004)
dan diperoleh sebelum melakukan kunjungan, serta dilengkapi selama
maupun setelah kunjungan. Selain itu, Genereux, Ward dan Russel
(1983) menghubungkan citra kognitif dengan pengetahuan tentang
atribut suatu destinasi. Lebih lanjut Hanyu (2016) menyarankan bahwa
citra kognitif mengacu pada penilaian terhadap fitur secara fisik pada
suatu tempat. Dengan kata lain citra kognitif merujuk pada persepsi
yang dimiliki wisatawan mengenai tempat tujuan. Beberapa peneliti
menggunakan pendeketan dimensi yang berbeda beda dengan berbagai
pertimbangan dalam mengukur citra kognitif. Berikut adalah dimensi
yang digunakan oleh beberapa peneliti dalam mengukur citra kognitif
:
24
GAMBAR 3
DIMENSI DESTINATION IMAGE
Berdasarkan pada tabel sebelumnya mengenai dimensi destination
image yang telah dikelompokan menjadi beberapa penilitian, dalam
penelitian ini peneliti mengadaptasi pendeketan mengenai destination
image meurut Artuger., et al (2013) yang terbagi kedalam 5 dimensi
yaitu natural attractivenes, infrastructure, atmoshphere, social
environment, dan value for money. Karena berdasarkan paparan yang
telah dibahas sebelumnya bahwa hasil penelitian yang di lakukan oleh
Artuger menunjukan gambaran kognitif mempunyai pengaruh yang
lebih kuat terhadap destination loyalty dibandingkan dengan citra
afektif.
c. Dimensi Cognitive Image
Berdasarkan paparan sebelumnya meurut Artuger., et al (2013)
yang terbagi kedalam 5 dimensi dengan rincian sebagai berikut :
1) Natural Attraction
25
Natural atrtraction atau atraksi wisata alam berperan penting
dalam menumbuhkan destination loyalty wisatawan hal tersebut
terbukti dari beberapa penelitian yang mengungkapkan bahwa
natural attraction dapat meningkatkan loyalitas. Artuger., et al
(2013) menunjukan bahwa faktor yang paling efektif untuk
mempengaruhi destination loyalty adalah "natural attraction"
dibandingkan dengan faktor-faktor citra kognitif lainya. Tidak ada
keraguan bahwa faktor utama dari cognitive image dipimpin oleh
natural attraction. Banyak penulis lainya menyatakan hal yang
sama bahwa natural attraction sangatlah penting untuk destinasi
wisata maupun wisatawan dalam menentukan dan menilai destinasi
(Deng, King, & Bauer, 2002;Hunt, 1975; Peters & Weiermair,
2000; Wirt, Pröbslt , & Haider, 2009). Dalam penelitian ini natural
attraction mengacu pada keragaman atraksi wisata, Keindahan
alam, dan aktivitas wisata alam.
2) Infrastructure
Infrastruktur pariwisata secara sederhana merupakan segala sesuatu
yang dapat membantu kegiatan berwisata. Infrastruktur tersebut
mencakup komponen infrastruktur dasar seperti aksesibilitas,
saluran air, listrik, pasokan air, drainase, saluran air limbah, sistem
dan layanan pembuangan limbah padat. Selain itu, fasilitas seperti
akomodasi, restoran, fasilitas rekreasi dan fasilitas perbelanjaan
juga termasuk kedalam infrastruktue pariwisata. Menurut Artuger.,
26
et al (2013) infrasturktur pariwisata terdiri dari 3 kompenen dasar
yaitu akomodasi, aksesibilitas, serta layanan informasi pariwisata.
3) Atmosphere
Atmosphere merupakan dimensi ketiga dari cognitive image
menurut Artuger., et al (2013), dalam penelitian ini atmosphere
berarti suasana mengenai kondisi yang dirasakan oleh wisatawan
menganai lingkungan baik itu cuaca, iklim, dan kondisi alam
ataupun suasana psikologis wisatawan. Lebih lanjut menurut
Becken (2010) mengemukakan bahwa Iklim dan cuaca adalah
faktor penting dalam pengambilan keputusan wisatawan dan juga
mempengaruhi keberhasilan operasi bisnis pariwisata. Sedangkan
menurut Echtner & Ritchie (1991) kesan psikologis dapat
digambarkan sebagai atmoshpere.
4) Social Environment
Dengan adanya pariwisata memungkinkan wisatawan untuk dapat
terlibat dengan lingkungan baik lingkungan alam ataupun sosial.
Menurut Artuger., et al (2013) mengemukakan bahwa social
environment terdiri dari dua komponen utama yaitu sikap
masyarakat lokal serta kondisi keamanan dari suatu tempat tujuan.
Sehingga pada penelitian ini social environment di artikan sikap
yang dilakukan oleh masyarakat lokal dan keamanan di tempat
tujuan.
5) Value for Money
27
Value for money dalam penelitian ini berarti kesesuaian harga yang
telah dikeluarkan dan keterjangkauan harga. Studi lainya
mengemukakan bahwa terdapat 2 komponen untuk menentukan
dimensi ini yaitu kesesuaian, dan keterjangkauan harga atau biaya
yang dikeluarkan (Artuger et al, 2013).
3. Destination Loyalty
Destination loyalty telah mendapatkan perhatian dari beberapa
akademisi dan praktisi sebagai tolak ukur untuk mengembangkan
strategi bisnis yang bermanfaat (Shankar et al., 2003). Loyalitas secara
umum dapat didefinisikan sebagai niat atau perilaku pelanggan
(wisatawan) untuk membeli kembali atau menggunakan kembali
layanan atau produk tertentu sehingga menyebabkan pembelian pada
produk atau jasa yang sama secara berulang. Loyalitas dianggap sebagai
suatu usaha yang dilakukan oleh pihak perusahaan dengan tujuan untuk
melindungi pangsa pasar yang telah mereka capai dengan membangun
loyalitas terhadap pelanggan.
Loyalitas pelanggan merupakan komitmen tulus dari konsumen
atau pengunjung untuk terus membeli produk / layanan yang disukai di
masa depan (Oliver, 1999). Jika dilihat berdasarkan perspektif destinasi,
destination loyalty digunakan sebagai indikator persepsi positif dari
suatu produk atau layanan yang diterima, dengan melakukan pembelian
berulang ataupun kunjungan secara berulang hal ini berarti
menunjukkan sikap positif dari pelanggan. Bersamaan dengan sikap
28
positif ini, muncul efek positif berupa tindakan untuk melakukan
rekomendasi dari mulut ke mulut (WOM). Pernyataan tersebut selaras
dengan pendapat menurut Toyama dan Yamada (2012) yaang
mengemukakan bahwa destination loyalty mengacu pada niat
wisatawan untuk pergi ke tujuan yang sama, dan niat mereka untuk
merekomendasikan tempat tersebut kepada mereka teman / kerabat.
Oleh Karena itu, hal tersebut sangat penting dalam kesuksesan
pengembangan suatu destinasi wisata sehingga sangatlah penting untuk
mengetahui bagaimana cara untuk menarik ulang wisatawan dan
menyarankan tempat yang telah mereka kunjungi kepada kerabat atau
relasinya.
Dalam beberapa literatur terkait, sebagian besar penulis membagi
loyalitas kedalam tiga dimensi yaitu: behavioural dimension, attitudinal
dimension dan menggabungkan dimensi lain dengan kedua dimensi
tersebut Artuğer et al., (2013). Sehingga kedua dimensi tersebut dapat
dijadikan acuan dalam pengukuran destination loyalty, dimensi tersebut
dapat menjadi bahan pertimbangan serta dapat diadaptasi oleh pihak-
pihak terkait yang ingin membangun dan mempertahankan loyalitas
pelanggan dalam jangka panjang. Behavioural loyalty secara sederhana
didefinisikan kedalam skala perilaku. Skala ini berfokus pada perilaku
konsumsi seperti kunjungan berulang yang dilakukan oleh wisatawan
(Oppermann, 2000). Sedangkan attitudinal loyalty dapat diukur dengan
mempertimbangkan pada pembelian berulang oleh pelanggan dan
merekomendasikannya kepada orang lain (Kandampully & Suhartanto,
29
2000). Selaras dengan pernyataan Kandampully & Suhartanto Lebih
lanjut Ganesh, Arnold, dan Reynolds (2000) menjelaskan bahwa
attitudinal loyalty didefinisikan sebagai kecenderungan yang dimiliki
oleh pelanggan atau pengunjung terhadap suatu layanan atau produk
yang mencakup komitmen dan melakukan promosi dari mulut ke mulut.
Berdasarkan tahapan konsumsi, perilaku wisatawan dikategorikan
dalam tiga tahapan, yaang pertama sebelum kunjungan, selama
berkunjng dan setelah kunjungn. Perilaku ini termasuk memilih
destinasi yang akan dikunjungi, kegiatan evaluasi, dan niat perilaku
kedepannya. Pada fas ini dibahas perjalanan yang mereka alami atau
nilai yang didapatkan dari keseluruhan kepuasan, sedangkan niat
perilaku masa depan dilihat pada pertimbangan mengenai angan untuk
mengunjungi lagi dan kesediaan rekomendasi destinasi ke orang lain
(Som, et al. 2012:41). Selaras dengan pernyataan Som, Tingkat
kesetiaan wisatawan terhadap suatu destinasi tertentu dinyatakan dalam
niatan mereka dapat kembali dan niat mereka merekomendasikan
destinasi tersebut kepada orang lain (Oppermann, 2000). Sehingga hal
tersebut menjadi justifikasi peneliti untuk mengadaptasi komponen niat
untuk mengungjungi kembali dan merekomendasikan digunakan dalam
mengukur loyalitas tujuan dalam penelitian ini.
a. Revisit intention
Li et al. dalam Quintal et al. (2010) berpendapat revisit intention
memberikan peluang bagi wisatawan menikmati kembali dengan alasan
30
estetika (kenangan, sentimentalitas, rasa memiliki) atau alasan
pengetahuan dari wilayah geografis untuk kegiatan yang dipilih.
Gagasan tentang ulangan kunjungan berawal dari behavioral
intention. Oliver dalam Wu, Li and Li (2014:10) mendefinisikan
berperilaku seperti berkunjung atau membelo lagi diasumsikan dalam
penentuan perilaku. Sedangkan menurut pandangan rekreasi, niat
tersebut adalah niat untuk melakukan kunjungan kembali dalam satu
tahun, serta kesediaan untuk berwisata lebih sering ke destinasi
tersebut.
González et al (2018) pengalaman perjalanan yang memuaskan
dapat berkontribusi terhadap destination loyalty. Lebih lanjut
Mahasuweerachai dan Qu (2011) terdapat hubungan yang signifikan
antara destination image dan niat wuntuk mengunjungi ulang destinasi
wisata yang serupa di masa depan.
b. Recomend to others
Shankar et al. (2003) mengkonfirmasi dampak positif dari
informasi dari mulut ke mulut dalam pemilihan tempat tujuan atau
destinasi. Rekomendasi kepada orang lain adalah salah satu jenis
informasi yang paling sering dicari atau digunakan oleh seseorang yang
tertarik untuk melakukan perjalanan dalam memperoleh informasi
mengenai suatu tempat tujuan (Chi & Qu, 2008, p. 625). Pernyataan
tersebut selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh Yoon &
Uysal (2005) bahwa rekomendasi dari mulut ke mulut sangat penting
31
dalam pemasaran pariwisata karena hal tersebut dianggap sebagai yang
paling dapat diandalkan dan merupakan salah satu sumber informasi
yang paling dicari oleh calon wisatawan. Maka peneliti berasumsi
bahwa pengunjung yang melakukan kunjungan secara berulang dapat
meningkatkan rekomendasi dari mulut ke mulut dan rekomendasi
semacam itu berpengaruh pada pengunjung potensial. Lebih lanjut
Kozak dan Rimmington (2000) mengemukakan bahwa wisatawan yang
merasa puas terhadap pengalaman yang diperoleh cenderung untuk
membagikan pengalaman perjalanan positif mereka kepada orang lain
dan dapat melakukan kunjungan berulang. Sedangkan Chen dan Tsai
(2007) mengemukakan bahwa destination image memiliki pengaruh
terhadap positive WOM behaviour.
32
B. Penelitian Terdahulu
Agar penelitian ini semakin kuat dan relevan, peneliti telah merangkum
beberapa studi sebelumnya terkait dengan judul penelitian yang dilakukan
oleh penulis, berikut merupakan penelitian sebelumnya yang di rangkum pada
tabel berikut :
TABEL 1
PENELITIAN TERDAHULU
No. Judul dan
Penulisan
Landasan Teori Teknik
Analisis
Hasil dan Penelitian
1 Pengukuran
Memorable
Tourism
Experience
Scale (Mtes)
Dengan
Pendekatan
Kim Ritchie
Mccormick
Untuk
Meningkatkan
Intensi
Berkunjung
Kembali Ke
Desa Wisata
Rantih Kota
Sawahlunto
Provinsi
Sumatera
Barat (2016)
Memorable
Tourist
Experience
(MTEs),Intentio
n to Revisit
Regresi
linear
berganda
Dari penelitian
tersebut
mengungkapkan
bahwa subvariabel
hedonism, novelty,
dan knowledge
memberikan
pengaruh yang tidak
signifikan terhadap
niat berkunjung
kembali. Hal ini
mengindikasikan
bahwa subvariabel
hedonism, novelty
dan knowledge
bukan menjadi
pertimbangan utama
bagi wisatawan
domestik untuk niat
berkunjung
kembali.Tetapi
subvariabel local
culture, refleshment,
meaningfulness,
involvement
berpengaruh
signifikan terhadap
niat berkunjung
kembali ke desa
33
Rantih walaupun
tidak besar. Hal ini
mengindikasikan
bahwa banyak faktor
lain di luar varibel
yang diteliti yang
mempengaruhi niat
wisatawan domestik
untuk berkunjung ke
desa Rantih.
2 The influence
of destination
image and
tourist
satisfaction on
tourist loyalty:
a case study of
Chinese
tourists in
Korea (2016)
Image
destination,
Satisfaction,
Loyalty
SEM menunjukkan bahwa
gambarana kognitif
memiliki pengaruh
langsung pada citra
afektif dan proses
pembentukan citra
destinasi. Kedua
citra itu berpengaruh
positif pada
kepuasan, dan
selanjutnya kepuasan
dapat memprediksi
loyalitas wisatawan.
3 The Effect of
Destination
Image on
Destination
Loyalty: An
Application In
Alanya (2013)
Destination
Image,
Cognitive
Image, Affective
Image,
Destination
Loyalty
Pearson
correlati
on
terdapat hubungan
posotif dan kuat
antara citra destinasi
yang telah di peloreh
seacara umum dari
para peserta serta
destination loyalty
dan citra kognitif
memiliki dampak
yang besar dalam
membangun
destination loyalty
dibandingkan citra
34
Berdasarkan pemaparan pada tabel sebelumnya yang memiliki
keterkaitan dengan penelitian ini, akan tetapi berdasarkan ke empat penelitian
tersebut terdapat perbedaan yaitu ingin mengetahui pengaruh dari variabel
travel experience dan destination image secara simultan terhdadap
afektif
4 Cross-Cultural
Validation of a
Memorable
Tourism
Experience
Scale (2013)
Experience
Scale,
Memorable
Tourist
Experience
(MTEs),
EFA &
CFA
Dari hasil penelitian
in menemukan
bahwa skala MTE ini
terdiri dari tujuh
domain
. Data mendukung
struktur dimensi ini
dari pengalaman
pariwisata yang
berkesan serta
konsistensi dan
validitas internalnya
(yaitu, konten,
konstruk, konvergen,
dan
validitas
diskriminan).
5 Understanding
the
relationships
between
perceived
travel
experiences,
overall
satisfaction,
and
destination
loyalty (2012)
Travel
Experience,Tour
ist Satisfaction,
Destination
Loyalty
Multiple
regressio
n
Dari data temuan
menunjukan bahwa
pengelaman baru,
pengalaman
bertualang, dan
atraksi wisata
berbasis geologi
memiliki potensi
untuk meningkatkan
pengalaman dalam
upaya mencari
kebaruan atau
seeking novelty dan
mempengaruhi
dalam prilaku
kembali.
35
destination loyalty. Pada paper penelitian sebelumnya variabel travel
experience dan destination image dilakukan dalam penelitian yang terpisah
untuk dilihat pengaruhnya terhadap destination loyalty. Lebih lanjut lokasi
yang berbeda dimana dilakukan di atraksi wisata yang terdapat di wilayah
Kec. Rancabali Kab. Bandung.
36
C. Kerangka Pemikiran
Sumber: Kim dan Richardson (2003); Sangpikul (2018); Toyama dan Yamada (2012).
Destination loyalty
mengacu niat
wisatawan untuk
mengunjungi
kembali tujuan yang
sama, dan niat
mereka untuk
merekomendasikan
tujuan tersebut
kepada mereka
teman / kerabat
Toyama dan
Yamada (2012)
Destination
Image adalah
sebuah
perasaan,
impresi, opini,
dan emosi
tentang suatu
tempat (Kim
dan
Richardson,
2013)
37
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah.
Kenapa dikatakan seperti itu karena jawaban yang diberikan baru berdasar
pada teori. Hipotesis dirumuskan berdasarkan pada kerangka pemikiran yang
dijadikan jawaban sementara atas masalah riset. Maka hipotesis digunakan
dalam adalah :
Hₗ : Hipotesis Pertama
H₀ : Tidak terdapat pengaruh antara variabel travel experience
(X1) terhadap variabel destination loyalty (Y) di Kecamatan Rancabali.
Ha : Terdapat pengaruh antara variabel travel experience (X1)
terhadap variabel destination loyalty (Y) di Kecamatan Rancabali.
H₂ : Hipotesis kedua
H₀ : Tidak terdapat pengaruh antara variabel destination image
(X2) terhadap variabel destination loyalty (Y) di Kecamatan Rancabali.
Ha : Terdapat pengaruh antara variabel destination image (X2)
terhadap variabel destination loyalty (Y) di Kecamatan Rancabali.
H₃ : Hipotesis ketiga
H₀ : Tidak terdapat pengaruh simultan antara variabel travel
experience (X1) dan destination image (X2 )terhadap variabel
destination loyalty (Y) di Kecamatan Rancabali.
38
Ha : Terdapat pengaruh simultan antara variabel travel experience
(X1) dan destination image (X2 terhadap variabel destination loyalty
(Y) di Kecamatan Rancabali.
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Untuk memperoleh data digunakan metode penelitian yang merupakan
cara ilmiah dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kunci yaitu
cara ilmiah, tujuan, data dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian
itu didasarkan pada keilmuan, Gulo (2000:17) menyebutkan bahwa terdapat
empat kriteria yang harus dipenuhi dalam suatu penelitian ilmiah yaitu,
penelitian dilakukan secara sistematis. Prosesnya dilakukan dari satu tahap ke
tahap berikutnya. Setiap tahap harus dilakukan secara berurut, tidak boleh
melangkahi tahap sebelumnya untuk langsung pada tahap terakhir atau tahap
yang jauh diatasnya. Metodologi penelitian berfungsi signifikan dalam
mencari data yang diperlukan untuk memecahkan berbagai masalah.
Soehartono (2002) bahwa metode penelitian adalah strategi menyeluruh
untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan.
Penelitian dilakukan secara empiris, ketika masalah yang akan diteliti
bersifat empiris. Penelitian diakatakan terkendali, karena perumusan konsep
dan hipotesis secara operasional merupakan kendali dalam mengarahkan
seluruh kegiatan penelitian. Semua konsep yang tercakup dalam penelitian
harus terhubung secara operasional dalam dunia nyata. Penelitian bersifat
kritis, kritis dalam hal ini berarti ada tolak ukur atau kriteria yang dipakai
40
untuk menentukan sesuatu yang dapat diterima, baik secara eksplisit maupun
implisit.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara beberapa variabel dengan menggunakan
insturmen penelitian yang menghasilkan angka berbentuk statistik. Sujarweni
(2014:39) kuantitatif research merupakan jenis yang diperoleh dengan
mengandalkan cara-cara statistik atau pengukuran untuk menghasilkan suatu
penemuan. Proses penelitian ini bersifat deduktif dimana untuk menjawab
rumusan digunakan konsep atau teori. Creswell (2013) metode kuantitatif
bermaksud menguji teori yang berupa angka serta di analisis secara statistik
dengan cara meneliti hubungan antar variabel.
Jika berdasarkan tingkat eksplanasinya riset ini tergolong jenis penelitian
asosiatif, dimana tipe ini bertujuan untuk mencari hubungan atau pengaruh
antara variabel independen dengan variabel dependen (Sugiyono, 2007:7).
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mencari perngaruh travel experience dan
destination image terhadap destination loyalty. Serta penelitian ini bersifat
kausal atau sebab akibat, desain penelitian kausal biasanya digunakan dalam
membuktikan sebab dan akibat dari beberapa vaiarbel. Penelitian kausal
biasanya salah satu variabel (independen)
Travel Experience (Xₗ) dan Destination Image (X₂ ) yang merupakan
variabel independent atau dapat dianggap sebagai variabel yang memberi
pengaruh atau menjadi sebab pada variabel terikat (Sugiyono, 2013:39).
41
Sedangkan variabel dependent atau dapat disebut sebagai variabel yang
dipengaruhi. Destination loyalty (Y) adalah variabel terikat.
B. Obyek Penelitaian
Lokasi menjelaskan tentang dimana dan kapan penelitian dilakukan bisa
juga hal-hal lain jika dianggap perlu. Arikunto (2001;5) ruang lingkup atau
hal yang akan dijadikan pokok permasalahan dalam sebuah penelitian disebut
sebagai objek penelitian.
Penelitian terdahulu yang dilakukan Khadijah, dkk (2018:68)
menemukan bahwa mayoritas wisatawan yang berkunjung ke Kecamatan
Rancabali mengunjungi tiga atraksi wisata yaitu kawah putih, rancaupas, dan
situ patenggang. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti membatasi hanya
meneliti pada ketiga atraksi wisata tersebut Berikut deskripsi mengenai
atraksi yang menjadi objek penelitian :
1. Deskripsi Kawah Putih
Letusan gunung patuha menghasilkan sebuah kawah yaitu Kawah
Putih terletak pada ketinggian 2.400 dpml. Suhu disana mencapai 8
hingga 22 derajat celcius Karena berada di dataran yang tinggi inilah
membuat suhu sangat dingin. Nama tersebut merujuk pada tanah yang
didominasi berwarna putih. Hal itu disebabkan oleh beberapa unsur
yang bercampur dengan belerang. Keunikanya adalah pada air di dalam
kawah berwarna kehijauan dan dapat berubah ubah sesuai dengan kadar
suhu,belerang dan cuaca.
42
2. Deskripsi Ranca Upas
Kampung Cai Ranca Upas adalah salah satu bumi perkemahan
terletak di Jalan Raya Ciwidey Patenggang, Alam Endah, Kabupaten
Bandung. Dengan suhu udara berkisar 17 °C - 20 °C. Di Sekitar area
terdapat hutan lindung dengan beragam flora. Sedangkan fauna terdiri
dari beragam jenis burung, serta satwa jinak lainnya.
3. Deskripsi Situ Patengan
Situ patenggang memiliki pemandangan alam yang asri, karena
disekitarnya terdapat hamparan kebun teh. danau yang terletak di
kawasan objek wisata alam tepatnya di Ciwidey, memiliki ketinggian
1600 meter di atas permukaan laut dengan pemandangan yang sangat
eksotik.. Luasnya sekitar 45.000 hektar. Jaraknya dari wisata kawah
putih hanya sekitar 7 KM dan membutuhkan waktu sekitar 10 menit
saja.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Mahsyuri dan Zainudin (2011) populasi adalah jumlah dari objek
yang menjadi masalah dalam penelitian sehingga dapat dijadikan
sumber data penelitian. Di dalam penelitian ini populasinya adalah
wisatawan yang berkunjung ke atraksi wisata di Kecamatan Rancabali.
Namun, jenis populasi yang akan diteliti adalah infinite population
dikarenakan jumlah wisatawan yang tidak diketahui serta kurangnya
data mengenai hal tersebut.
43
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi dapat mewakili keberadaannya.
Dalam penelitian sampelnya adalah wisatawan yang bekunjung ke salah
satu atraksi wisata di Kecamatan Rancabali.
Teknik Sampling yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data adalah non-probability sampling. Teknik tersebut
memberikan kesempatan sama bagi setiap anggota populasi untuk
dipilih. Studi ini menggunakan teknik sampling accidental sampling
kepada wisatawan yang berada di atraksi wisata yang berada di
wiliayah Kecamatan Rancabali. Dimana teknik pengambilan sampel
yang dipilih secara kebetulan, yang berarti siapa saja pada saat peneliti
melaksanakan penelitian secara kebetulan dipilih dan atau bersedia
dipilih menjadi sampel (Kusherdyana dan Sulaiman, 2013:12).
Selanjutnya teknik snowbal sampling kepada wisatawan yang pernah
berkunjung ke Kecamatan Rancabali. Snowball sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang awalnya jumlah kecil, kemudian sampel ini
disuruh rekanya dijadikan sampel (Sugiyono, 2013: 125).
Jumlah sampel yang akan diambil dihitung menggunakan formula
Lemeshow karena belum adanya data mengenai jumlah wisatawan
yang berkunjung ke Kecamatan Rancabali. Berikut merupakan formula
Lemeshow :
44
Penjabaran :
n = total sampel
z = skor z 95% = 1,96
p = maksimum estimasi = 0,5
d = alpha (0,10) atau error sampling = 10 %
Rumus diatas, maka total sampel yang diambil dicapai :
Sehingga rumus tersebut maka n yang didapatkan jumlah sampel
minimal sebanyak 96 orang kemudian dibulatkan jadi 100 sampel.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode ini terbagi kedalam dua bentuk yaitu teknik pengumpulan data
tentang bagaimana data dikumpulkan, serta alat kumpul data yang digunakan
untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.
45
1. Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2012:224) mengemukakan hal yang sangat basic dari
suatu riset. Lalu merupakan langkah awal dalam mengetahui bagaimana
cara mendapatkan data. Dengan memahami sepenuhnya mengenai
teknik pengumpulan data dapat mendukung dalam mendapatkan data
yang sesuai atau tepat.
Terdapat sejumlah cara untuk mengumpulkan data pada penelitian
ini. Yang dikelompokan kedalam data primer dan data sekunder yang di
klasifikasikan dengan rincian dibawah ini :
a. Data Primer
Data yang didapatkan secara langsung dari sumber pertamanya
disebut data primer. Data tersebut sumber utama yang didapatkan
melalui narasumber atau responden. Lebih lanjut Hasan (2013)
mengemukakan data primer dikumpulkan langsung di lapangan oleh
orang yang melakukan penelitian kepada sumber informasi. Sumber
data primer di penelitian ini didapatkan melalui cara sebagai berikut :
1) Kuesioner
Merupakan cara pengumpulam data dengan menyebarkan sejumlah
pertanyaan kepada individu, dengan harapan mereka akan
memberikan tanggapan. Lebih lanjut kuesioner merupakan sepaket
pertanyaan yang disusun secara sistematis, logis, objektif dalam
menerangkan variabel dakam riset (Musfiqon, 2012). Teknik ini
akan digunakan untuk memperoleh data mengenai travel
46
experience, destination image, destination loyalty wisatawan di
Kecamatan Rancabali. Kuesioner tersebut diberikan kepada
wisatawan yang berkunjung dan telah melakukan kunjungan
dengan format offline yang ditujukan untuk wisatawan yang tengah
berkunjung di atraksi wisata Kawah Putih, Rancaupas, dan Situ
Patenggang sedangkan angket online melalui perangkat google
form diberikan kepada wisatawan yang telah berkunjung ke
Kecamatan Rancabali.
b. Data Sekunder
Sumber ini merupakan data yang secara tidak langsung diperoleh
peneliti (Sugiyono, 2008:402). Data tersebut bersifat pendukung.
Sedangkan menurut Hasan (2013) data sekunder diperoleh oleh orang
yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data
sekunder peneliti peroleh dari dinas pariwisata setempat, serta lokus
penelitian berupa file data kunjungan, data kajian mengenai segmentasi
pasar wisatawan di Kabupaten Bandung, serta profil lokasi penelitian.
Lalu peneliti juga mendapatkan data yang diperoleh melalui jurnal,
penelitian, serta beberapa literatur terkait mengenai travel experience,
destination image, dan destination loyalty.
2. Alat Pengumpul Data
Insutrumen penelitian merupakan suatu media digunkan dalam
menentukan suatu peristiwa baik lingkungan ataupun sosial yang
diamati (Sugiyono, 2007:102). Lebih lanjut Sanjaya (2011) untuk
memperoleh data dalam suatu penelitian menggunakan alat. Berikut
47
merupakan instrumen yang digunakan sesuai dengan teknik
pengumpulan data yang telah dipaparkan sebelumnya :
1. Angket
Angket menurut Bimo (2010) menyatakan bahwa kuesioner adalah
daftar yang berisikan pertanyaan yang akan diselidiki. Angket dalam
penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana tanggapan terhadap
pertanyaan yang diberikan kepada pengunjung serta untuk memperoleh
data mengenai travel experience, destination image, & destination
loyalty. Kuesioenr menggunakan pertanyaan tertutup, sehingga
responden hanya dapat memilih jawaban yang telah disediakan.
Jawaban yang tersedia menggunakan skala likert dengan skala 1-5.
E. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Arti dari validits ialah karakter dari ukuran lalu dikaitkan dengan
tingkatan ketepatan alat ukur (kuesioner). Oleh sebabnya, data
dikatakan valid jika tidak memiliki perbedaan antara data yang
dilaporkan dengan pada kenyataan (Sugiyono, 2014:363). Uji validitas
yang digunakan oleh penulis yaitu pengujian ini dengan menganalisis
item, kemudian dikorelasikan antara skor butir instrument dengan skor
total. Hasil dikatakan “valid” apabila rhitung > rtabel. Agar
mempermudah penelitian, penulis menggunakan metode korelasi
pearson product moment, yaitu :
48
Penjelasan:
r = Koef korelasi pearson
X = Skor butir pertanyaan
Y = Skor total butir pertanyaan
N = Jumlah responden
Penentuan sampel responden pada penelitian ini, menggunakan
formula:
df = n – 2
df = 30 – 2 = 28
Penjelasan perhitungan:
df = degree of freedom
n = sampel yang digunakan yakni 30
Kemudian, penulis menggunakan rtabel 0,05 untuk melihat ttabel,
untuk df = 28, diperoleh r tabel = 0,361. Maka, nilai r hitung harus lebih
tinggi dari nilai r tabel sebesar 0,361.
1) Hasil pengujian validitas
Dengan penggunaan rumus pearson yang sudah diolah dengan
menggunakan SPSS 21, diperoleh hasil yang “valid” dari instrument
kuesioner sebesar 100%. Tabel dibawah ini merupakan perolehan uji
validity setiap variabel. Persyaratan dikatakan “valid” memiliki syarat
bila koef korelasi = 0,361, maka bila korelasi diantara indikator dengan
total skor dapat kurang dari 0,361 maka butir pada instrument tersebut
dikatakan “tidak valid”.
49
TABEL 2
PEROLEHAN UJI VALIDITAS VARIABEL X1
n = 30
Butir Pearson Correlation
(rhitung)
Nilai Minimal (rtabel) Ket.
X1 0,741
0,361
VALID
X2 0,637 VALID
X3 0,744 VALID
X4 0,703 0,361
VALID
X5 0,617 VALID
X6 0,419 0,361
VALID
X7 0,607 VALID
X8 0,577
0,361
VALID
X9 0,471 VALID
X10 0,489 VALID
X11 0,702 0,361
VALID
X12 0,537 VALID
X13 0,592 0,361
VALID
X14 0,739 VALID
X15 0,643
0,361
VALID
X16 0,646 VALID
X17 0,575 VALID
Sumber : Olahan SPSS, 2019
TABEL 3
PEROLEHAN UJI VALIDITAS VARIABEL X2
n = 30
Item Pearson
Correlation (r
hitung)
Nilai Minimal (r tabel) Keterangan
X18 0,465
0,361
VALID
X19 0,684 VALID
X20 0,607 VALID
X21 0,530 0,361
VALID
X22 0,504 VALID
X23 0,389 0,361
VALID
X24 0,595 VALID
X25 0,466
0,361
VALID
X26 0,618 VALID
X27 0,452 VALID
X28 0,425 0,361
VALID
X29 0,497 VALID
50
X30 0,604 0,361 VALID
Sumber : Olahan SPSS, 2019
TABEL 4
HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL Y
n = 30
Item Pearson
Correlation (r
hitung)
Nilai Minimal (r tabel) Keterangan
Y1 0,881
0,361
VALID
Y2 0,491 VALID
Y3 0,688 VALID
Y4 0,859 VALID
Y5 0,859 VALID
Sumber : Olahan SPSS, 2019
2. Uji Reliabilitas
Untuk menguji tingkat reliabilitas dari tinggi pengukuran, dimana
sejauh apa pengukuran mampu memberikan hasil ukur yang akurat dan
relevan (Noor, 2012:131). Untuk mengetahui reliabilitas
suatuinstrument, maka dapat dilakukan rumus Alpha Cronbach
(Arikunto, 2010:112) sebagai berikut:
Sumber : Narimawati (2010:42)
Penjelasan perhitungan:
α = Koefisien tes reliabilitas
n = Banyak butiran item yang dikeluarkan kedalam tes
51
ΣSi² = Jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item
St² = Total varian
Kemudian menghitung Koef Reliabilitas :
Jika koef reliabilitas hitung lebih tinggi dari koefisien reliabilitas
tabel maka dapat dinyatakan bahwa reliabel.
Sehingga selepas melalui perhitugam reliabilitas dengan
menggunakan SPSS 25, diperoleh hasil reliability variabel Travel
Experience, Destination Image, dan Destination Loyalty sebagai
berikut:
TABEL 5
HASIL UJI RELIABILITAS
n = 30
Items Alpha Cronbach Nilai Minimal Keterangan
35 0,869 0,361 Reliabel
Apabila ditinjau melalui tabel diatas, berdasarkan jumlah tersebut
disimpulkan bahwa ketiga variabel tersebut reliable karena skor
crobach alpha yang didapatkan ≥0,361.
F. Definisi Operasional Variabel
Variabel adalah sesuatu yang dapat berubah- ubah, atau sesuatu yang
sifatnya dapat berubah – ubah (Soewadji, 2012). Pada studi ini terdapaat tiga
variabel yaitu travel experience, destination image, dan destination loyalty.
r = ( 1 + α )
2α
52
1. Travel Experience
Travel experience atau Pengalaman perjalanan dalam penelitian ini
mengacu pada paparan antara wisatawan dengan lingkungan pariwisata
dan interaksi antara wisatawan dan penyedia layanan, melalui
keterlibatan, persepsi, dan partisipasi dalam acara atau kegiatan di
tempat tujuan (Sangpikul, 2018:5). Untuk dapat mengukur pengalaman
berwisata wisatwan peneliti menggunakan pendekatan menurut Kim,
Ritchie, and McCormick (2012:17) mengenai memorable toursism
experience (MTE) yang terdiri dari tujuh dimensi yaitu hedonism,
refreshment, local culture, meaningfulness, knowledge, involvement,
novelty.
2. Destination Image
Destination Image atau citra destinasi menurut Kim dan Richarson
(2003) adalah sebuah perasaan, impresi, opini, dan emosi tentang suatu
tempat. Dalam penelitian ini untuk dapat mengukur citra penelitian
mengadaptasi pendeketan citra secara kognitif menurut Savaş Artuğe et
al., (2013) yang terdiri dari lima dimensi yaitu natural attraction,
infrastructure, atmoshphere, social environment, value for money.
3. Destination Loyalty
Menurut Toyama dan Yamada (2012) destination loyalty mengacu
pada niat wisatawan untuk mengunjungi kembali tujuan yang sama, dan
niat mereka untuk merekomendasikan tujuan tersebut kepada mereka
teman/kerabat. loyalitas dikelompokan kedalam tiga dimensi yaitu:
behavioural dimension, attitudinal dimension serta kombinasi dari
53
kedua dimensi tersebut Artuğer et al., (2013). Ketiga pendekatan
tersebut digunakan untuk mengukur tingkat loyalitas wisatawan di
Kecamatan Rancabali.
54
Berikut merupakan matriks operasional variabel dalam penelitian dijabarkan melalui tabel di bawah ini :
Konsep Variabel Dimensi Indikator Instrumen
Travel experience atau Pengalaman
perjalanan mengacu pada paparan
antara wisatawan dengan lingkungan
Kim, Ritchie, and McCormick
(2012:17) mengembangkan
skala MTE 24-item yang terdiri
berdasarkan tujuh dimensi:
1. Hedonism
Hedonism
Sensasi berwisata Q1.1
Merasa senang Q1.2
Senang memiliki pengalaman baru Q1.3
Novelty
Keunikan destinasi Q2.1
Perolehan pengalaman baru Q2.2
Local culture
Kesan terhadap masyarakat Q3.1
Tradisi Q3.2
55
pariwisata dan interaksi antara
wisatawan dan penyedia layanan,
melalui keterlibatan, persepsi, dan
partisipasi dalam acara atau kegiatan
di tempat tujuan (Sangpikul, 2018:5)
2. Novelty,
3. Local culture
4. Refreshment,
5. Meaningfulness,
6. Involvement
7. Knowledge,
Refreshment
Kebebasan Q4.1
Energi baru Q4.2
Merasa butuh akan berwisata Q5.3
Meaningfulness
Perolehan sesuatu yang
berarti/bermakna
Q5.1
Melakukan sesuatu yang penting Q5.2
Involvement
Merasa tertarik dengan kegiatan
wisata
Q6.1
Menikmati aktivitas Q6.2
Knowledge
Perolehan pengetahuan baru Q7.1
Perolehan pengetahuan kebudayaan
Baru
Q7.2
Explorasi ketertarikan Q7.3
56
Destination Image adalah sebuah
perasaan, impresi, opini, dan emosi
tentang suatu tempat Kim dan
Richarson (2003)
Savaş Artuğe et al., (2013)
Dimensi citra kognitif teridir
dari :
1. natural attraction,
2. infrastructure,
3. atmoshphere,
4. social environment,
5. value for money
Natural
attractions
Keragaman atraksi wisata Q8.1
keindahan alam Q8.2
Aktivitas wisata alam Q8.3
Infrastructure
Layanan akomodasi Q9.1
Layanan informasi pariwisata Q9.2
aksesibilitas pariwisata Q9.3
Atmosphere
Ketenangan Q10.1
iklim Q10.2
Kondisi alam Q10.3
Social
Environment
Peranan masyarakat lokal Q11.1
Keamanan destinasi wisata Q11.2
Value for Money
Biaya atraksi wisata Q12.1
Biaya sesuai dengan perolehan Q12.1
57
pengalaman
Destination loyalty mengacu niat
wisatawan untuk mengunjungi
kembali tujuan yang sama, dan niat
mereka untuk merekomendasikan
tujuan tersebut kepada mereka teman /
kerabat Toyama dan Yamada (2012)
loyalitas dipisahkan menjadi
tiga dimensi yaitu:
behavioural dimension,
attitudinal dimension dan
kombinasi dari kedua dimensi
tersebut Savaş Artuğer et al.,
(2013)
Revisit intention
keinginan berkunjung kembali
Q13.1
Kesdiaan untuk mengeluarkan biaya
lebih
Q13.2
Menjadikan sebagai destinasi utama Q13.3
Intention To
Recommend
kesediaan merekomendasikan
Q14.1
kesediaan membicarakan hal baik
(pengalaman yang baik)
Q14.2
Sumber : Kim dan Richardson (2003); Kim, Ritchie, and McCormick (2012:17); Sangpikul (2018); Savaş Artuğer et al., (2013) ; Toyama dan Yamada (2012).
58
G. Analisis Data
1. Garis Kontinum
Dalam menganalisa, mengukur serta mengetahui seberapa besar
kekuatan variabel dalam penelitian ini peneliti menggunakan garis
kontinum. Untuk dapat menentukan garis kontinum ini terlebih dahulu
harus melakukan penghitungan skor melalui formula sebagai berikut :
Dimana nilai jenjang interval tersebut digunakan dalam
menentukan kategori sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, dan
sangat setuju. Tahap penghitungan skor untuk setiap variabel dalam
menentukan garis kontinum dalam penelitian ini:
a. Menentukan skor total
Skor Total = ( Jumlah responden hasil sangat setuju x 5) + ( Jumlah
responden merespon setuju x 4) + ( Jumlah responden menanggapi
netral x 3) + ( Jumlah responden menjawab tidak setuju x 2) + (
Jumlah responden menjawab sangat tidak setuju x 1)
b. Menentukan nilai maksimum dan minimum
Nilai Indeks Maksimum (X1) = 5 x (jumlah indikator) x (total
responden)
= 5 x 17 x 100
= 8500
Nilai Jenjang Interval = Nilai tertinggi – Nilai terenda Jumlah kriteria pernyataan
59
Skor Indeks Minimum (X1) = 1 x (jumlah butir) x (total responden)
= 1 x 17 x 100
=1700
Nilai Indeks Maksimum (X2) = 5 x (jumlah indikatoe) x (jumlah
responden)
= 5 x 13 x 100
= 6500
Nilai Indeks Minimum (X2) = 1 x (jumlah pernyataan) x (jumlah
responden)
= 1 x 13 x 100
= 1300
Nilai Indeks Maksimum (Y) = 5 x (jumlah pernyataan) x (jumlah
responden)
= 5 x 5 x 100
= 2500
Nilai Indeks Minimum (Y) = 1 x (jumlah pernyataan) x (jumlah
responden)
= 1 x 5 x 100
= 500
Selanjutnya, untuk dapat menentukan garis kontinum, perlu
dilakukan perhitungan jarak interval dengan rincian sebagai berikut :
Nilai Jenjang Interval (X1) = Nilai tertinggi – Nilai terendah
Jumlah kriteria pernyataan
= 8500 – 1700 = 1360
5
Nilai Jenjang Interval (X2) = Nilai tertinggi – Nilai terendah
Jumlah kriteria pernyataan
60
= 6500 – 1300 = 1040
5
Nilai Interval (Y) = Nilai tertinggi – Nilai terendah
Jumlah kriteria pernyataan
= 2500 – 500 = 400
5
Setelah diketahui jarak interval, maka didapatkan garis kontinum:
GAMBAR 4
GARIS KONTINUM TRAVEL EXPERIENCE
GAMBAR 5
GARIS KONTINUM DESTINATION IMAGE
61
GAMBAR 6
GARIS KONTINUM DESTINATION LOYALTY
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk menggunakan model regresi, akan dilaksanakan terlebih
dulu uji asumsi klasik sebagai syarat awal yang terdiri dari:
a. Uji Normalitas
Di buku Ghozali (2013:160) mengatakan uji ini termasuk dalam
salah satu syarat untuk uji dependen variabel (X) dan variabel
independen (Y) pada regresi yang diperoleh untuk mengetahui
berdistribusi normal atau tidak. Santoso (2012:393), mengatakan uji ini
dapat diterapkan menggunakan Test Normality Kolmogorov-Smirnov
yang dapat dinilai dari probabilitas Asymtotic Significanted yakni
apabila probabilitas > 0,05, artinya data itu berdistribusi normal dari
model regresi, sedangkan < 0,05, artinya data itu tidak berdistribusi
normal dari model regresi.
b. Uji Multikolinieritas
Ghozali (2013:105) mengatakan uji multikolinieritas adalah uji
agar menemukan adanya hubungan setiap variabel yang digunakan oleh
peneliti. Dikatakan model yang baik apabila tidak ada korelasi diantara
62
variabel independen, bila ada berarti disebut tidak orthogonal (nilai
variabel independen = 0). Untuk memeriksa multikolinieritas
menggunakan pedoman, yakni:
1) Nilai R yang diperoleh setiap tanggapan, variabel bebas yang
tidak signifikan berpengaruh variabel terikat walaupun perkiraan
tingginya terjadi pada model regresi empiris.
2) Menganalisa matriks korelasi variabel independen. Terdapat
multikolinieritas bila diantara variabel memiliki korelasi cukup
tinggi (diatas 0.09), sebaliknya variabel korelasi rendah berarti
tidak terdapat multikolinieritas yang biasanya disebabkan oleh
pengaruh kombinasi lebih dari dua variabel independen.
3) Skor tolerance dan lawannya VIF dapat melihat
multikolinieritas. Pengukuran tersebut memperlihatkan tiap
variabel bebas mana yang dijelaskan oleh variabel lain dimana
tiap variabel independen jadi terikat dengan variabel dependen
dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Nilai
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi
(VIF=1/tolerance) Penjelasannya:
a) Bila VIF < 10, tidak terdapat multikolinieritas
b) Skor tolerance > 0,10 maka tidak terjadi multikolinieritas
c. Uji Heteroskedastisitas
Di buku Ghozali (2013:139) mengatakan uji heteroskedastisitas
diperuntukkan menguji perbedaan varian pada regresi dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lainnya. Uji ini dapat dilihat dengan
menggunakan grafik Scatterplot, dengan melihat persebaran secara acak
63
dibawah dan diatas angka 0 pada sumbu Y maka dapat disimpulkan
tidak heteroskedastisitas alias homoskedastisitas dan hal tersebut
menjadi nilai model regresi yang baik.
3. Uji Hipotesis
a. Uji T
Supaya membuktikan pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat, diperlukan uji t, yaitu untuk mengetahui signifikansi dari
pengaruh variabel independen terhadap variabel terikat secara parsol
dan menganggap dependen yang lain konstan. Apabila nilai t hitung
lebih besar dari pada t tabel maka variasi variabel secara individual
mempengaruhi variabel dependen, begitu juga sebaliknya .Signifikansi
pengaruh tersebut dapat diestimasi dengan membandingkan antara nilai
ttabel dengan thitung. Adapun langkah pengujiannya:
a. Menentukan (Alpha) sebesar 5 %
b. Menentukan nilai signifikansi
Nilai signifikansi diperoleh dari perhitungan SPSS
a. Apabila nilai signifikansi > 5% maka Ho diterima
b. Apabila nilai signifikansi < 5% maka H1 diterima
64
b. Uji F
Teknik analisis untuk mengetahui secara stimulan koef variabel
bebas (X) berpengaruh atau tidak terhadap variabel terikat (Y) = 0,05
Sugiyono (2011:192). Dengan cara sebagai berikut :
a. Bila nilai sig. <0,05 artinya H₀ ditola dan Hₗ diterima
b. Bila nilai sig. >0,05 artinya H₀ diterima dan Hₗ ditolak
Kemudian diukur perbandingan F hitung dan F tabel dengan cara :
a. Bila F hitung < F tabel maka H₀ diterima dan Hₗ ditolak, artinya
variabel X berpengaruh terhadap variabel Y
b. Bila F hitung > F tabel maka H₀ ditolak dan Hₗ diterima, artinya
variabel X berpengaruh terhadap variabel Y
4. Analisis Regresi Berganda
Analisi regresi berganda merupakan pengembangan dari analisis
regresi sederhana yang dapat digunakan untuk meramalkan nilai suatu
variabel terikat (Y) apabila terdapat dua atau lebih variabel bebasnya
(X). Analisis regresi ganda merupakan alat untuk meramalkan nilai
pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat
untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsional atau
hubungan kausal antara dua atau lebih variabel terhadap suatu variabel
terikat (Y).
Untuk mengenalisis data menggunakan teknik analisi regresi linier
berganda, dikarenakan peniliti ingin mencoba mencari pengaruh travel
65
experience (Xₗ) dan destinastion image (X₂ ) terhadap variabel terikat
destination loyalty (Y).
Sehingga persamaan regrasi ganda dirumuskan sebagai berikut :
Penjelasan :
Ŷ = Variabel terikat
a = konstanta
β .l.. β₂ = Koef regresi
X .l... X₂ = Variabel Bebas (Independen)
5. Koefisien Determinasi
Kemampuan menjelaskan variasi variabel independen dengan nilai
antara nol dan satu adalah kegunaan dari koefisien determinasi (R)2
(Ghozali, 2011:97), penjelasan sebagai berikut:
Nilai (R)2 = 0, artinya kemampuan variabel independen memberikan
penjelasan yang terbatas variasi variabel dependen.
Nilai (R)2 = 1, artinya kemampuan variabel independen memberikan
penjelasan yang luas variasi variabel dependen.
untuk mencari koefisien determinasi dapat dilakukan menggunakan
perhitungan:
KD = (R)2 x 100%
Ŷ = a + β₁ Xlₗ + β₂ X₂
66
H. Jadwal Penelitian
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN 2018
No
Kegiatan
Maret 2018 April 2018 Mei 2018
I II III IV I II III IV I II III IV
1 Penyusunan proposal penelitian
2 Seminar proposal penelitian
3 Melakukan penelitian di
lapangan
4 Menyusun laporan penelitian
5 Seminar internal laporan
penelitian
6 Seminar nasional
67
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Responden
Berdasarkan data yang telah terkumpul, maka diperoleh temuan
mengenai profil responden yang berkunjung ke Kecamatan Rancabalis serta
telah dikelompokan berdasarkan jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan,
pendidikan terakhir, asal kota, serta frekuensi kunjungan wisata ke
Kecamatan Rancabali yang tersaji pada tabel sebagai berikut:
TABEL 6
PROFIL RESPONDEN
n = 100
No. Profil Responden Keterangan %
1 Kelamin Laki – laki 56%
Perempuan 44%
Total 100%
2 Umur ≤ 20 Tahun 8%
21 – 30 Tahun 62%
31 – 40 Tahun 14%
41 – 50 Tahun 14%
51 – 60 Tahun 2%
≥ 60 Tahun 0%
Total 100%
3 Jenis Pekerjaan Pegawai Swasta 32%
PNS 4%
Wirausaha 11%
Pelajar/Mahasiswa 47%
BUMN 6%
Total 100%
4 Pendidikan Terakhir SD 0%
SMP 0%
SMA 38%
Diploma 13%
68
S1 46%
S2 3%
S3 0%
Total 100%
5 Asal Kota
Bandung 39%
Jabodetabek 32%
Lainya 29%
Total 100%
5 Frekuensi Kunjungan Satu Kali 39%
2 s/d 3 Kali 43%
3 s/d 4 Kali 9%
≥ 5 Kali 9%
Total 100%
Sumber: Olahan SPSS, 2019
1. Jenis Kelamin
Pada tabel diatas, menunjukan bawa mayoritas responden yang
berkunjung ke Kecamatan Rancabali adalah yang berjenis kelamin laki-
laki dengan persentase sebesar 56% sedangkan untuk responden yang
bejenis kelamin perempuan hanya sebesar 44%. Dari hasil tersebut
mengindikasikan bahwa jika dilihat dari karakteristik Kecamatan
Rancabali yang tergolong atraksi wisata alam sehingga
mengindikasikan bahwa laki-laki jauh lebih tertarik dengan kegiatan
yang berbasis pada alam yang melibatkan aktifitas motorik jauh lebih
tinggi.
2. Usia
Berdasarkan data temuan pada tabel diatas ditemukan data
mengenai usia responden yang berkunjung ke Kecamatan Rancabali,
dari data tersebut di dominasi oleh responden dengan rentang usia 21-
30 tahun, yaitu sebanyak 62% sementara untuk rentang usia 31 – 40
tahun dan 41 – 50 tahun memiliki jumlah yang seimbang yaitu
sebanyak 14%, selanjutnya sebanyak 8% responden berusia dibawah 20
69
tahun sedangkan untuk responden yang berusia lebih dari 60 tahun
hanya terdapat 2%. Berdasarkan data tersebut mayoritas wisatawan
yang berkunjung berada pada usia dengan rentang 21-30 tahun,
sementara usia diata 60 tahun hanya terdapat 2% dari jumlah responden
dalam penelitian ini. Hal ini mengindikasikan rentang usia 21-30 berada
pada masa produktif serta memiliki rasa keingin tahuan yang besar.
Menurut Sumarwan (2004:198) dengan memahami usia responden
merupakan bagian yang penting karena konsumen dengan berbeda usia
akan mengkonsumsi produk atau layanan yang berbeda pula serta akan
mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap sesuatu.
3. Jenis Pekerjaan
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang
berkunjung ke Kecamatan Rancabali jika dilihat dari pekerjaanya di
dominasi oleh pelajar/mahasiswa dengan persentase sebanyak 47%, lalu
diikuti oleh pegawai swasta sebanyak 32%, lalu wirausaha sebanyak
11%, selanjutnya BUMN sebanyak 6%, dan PNS sebanyak 4%. Melalui
temuan tersebut bahwa peneliti menyimpulkan mayoritas wisatawan
yang berkunjung ke Kecamatan Rancabali di dominasi oleh pelajar hal
ini mengindikasikan dimana pelajar memiliki ketertarikan dan keingin
tahuan yang lebih tinggi, selanjutnya pegawai swasta pun memiliki
jumlah yang cukup besar dimana hal tersebut berhubungan erat dengan
tingkat pendapatan. Artinya pendepatan yang relatif lebih besar akan
meningkatkan daya beli seseorang terhadap suatu produk atau jasa.
Menurut Sumarwan (2004:220) jenis pekerjaan seseorang akan
70
mempengaruhi kelas sosial seseorang dan mempengaruhi cara mereka
berprilaku.
4. Pendidikan Terakhir
Berdasarkan hasil yang ditampilkan pada tabel di atas mengenai
profil responden yang berkunjung ke Kecamatan Rancabali berdasarkan
pada tingkat pendidikan terakhir didominasi oleh jenjang Strata-1/S1
sebesar 46%, selanjutnya diikuti oleh SMA dengan jumlah sebanyak
38%, sementara untuk Diploma terdapat 13% dan untuk responden
dengan jenjang pendidikan S-2 sebanyak 3%. Menurut Sumarwan
(2004:201) tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi nilai-nilai
yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang serta persepsinya terhadap
suatu masalah dan keadaan. Berdasarkan temuan tersebut dapat
mencerminkan bahwa mayoritas wisatwan yang didominasi oleh
wisatawan dengan pendidikan terakhir S1 memiliki kecenderyngan atau
responsif terhadap hal baru dan keingin tahuan yang tinggi sehingga hal
tersebut sesuai dengan temuan mengenai jenis pekerjaan pada paparan
sebelumnya yang didominasi oleh pelajar.
5. Asal Kota
Berdasarkan data temuan pada tabel di atas mengenai asal kota
responden yang berkunjung ke Kecamatan Rancabali didominasi oleh
responden yang berasal dari Bandung dengan persentase sebesar 39%
lalu diikuti oleh responden yang berasal dari wilayah JABODETABEK
dengan jumlah sebanyak 32% sedangkan untuk wilayah lainya sebesar
71
29%. Hal ini dikarenakan waktu tempuh yang tidak terlalu serta jarak
yang tidak terlalu jauh jika dibandingkan berwisata ke kota lainya.
6. Frekuensi Kunjungan
Dari hasil data yang disajikan pada tabel diatas, diketahui mengenai
frekuensi kunjungan responden ke Kecamatan Rancabali bahwa
mayoritas responden telah melakukan kunjungan sebanyak 2 s/d 3 kali
dengan jumlah sebanyak 43% sementara itu untuk responden yang
hanya melakukan 1 kali kunjungan berjumlah sebanyak 39%,
sedangkan untuk kunjungan 3 s/d 4 kali dan lebih dari 5 kali berjumlah
sebanyak 9%. Dari data temuan tersebut diperoleh temuan bahwa
tingkat kunjungan ulang ke Kecamatan Rancabali mengelami
peningkatan jika di bandingkan dengan temuan menurut kajian
Segmentasi Pasar Dan Pola Promosi Pariwisata Kabupaten Bandung,
2013 mengenai frekuensi kunjungan yang menemukan bahwa frekuensi
kunjungan wisatawan di dominasi oleh wisatawan yang hanya
melakukan satu kali kunjungan.
B. Travel Experience
Hasil penilaian travel experience yang terdiri dari 7 (tujuh) dimensi yaitu
hedonism, novelty, local cultue, refreshment, meaningfulness, involvment, dan
knowledge akan di jelaskan sebagai berikut :
1. Dimensi Hedonism
72
TABEL 7
DIMENSI HEDONISM
Sumber: Olahan SPSS, 2019
a) Pada tabel diatas, menunjukan bahwa sebanyak 64 responden dengan
persentase sebesar 64% menyatakan setuju bahwa mereka merasakan
sensasi wisata yang berbeda. Kemudian sebanyak 27 atau 27% responden
menyatakan netral dan sebanyak 4 atau 4% responden menyatakan sangat
setuju. Sementara itu terdapat 3 atau 3% responden menyatakan tidak
setuju diikuti sebanyak 2 atau 2% responden menyatakan sangat tidak
setuju .
No Instrument
STS TS N S SS Skor
Total F % F % F % F % F %
1
Saya
merasakan
sensasi
wisata yang
berbeda
2 2% 3 3% 27 27% 64 64% 4 4% 365
2
Saya
merasa
senang
setelah
berwisata
ke
Kecamatan
Rancabali
1 1% 0 0% 19 19% 64 64% 16 16% 394
3
Saya
menikmati
pengalaman
berwisata
di
Kecamatan
Rancabali
1 1% 4 4% 35 35% 44 44% 16 16% 370
SKOR TOTAL 1129
73
b) Untuk tanggapan responden terhadap indikator selanjutnya sebanyak 64
atau sebesar 64% responden menyatakan setuju bahwa mereka merasa
senang setelah berkunjung ke Kecamatan Rancabali, lalu di ikuti oleh
sebanyakan 19 atau 19% responden menyatakan netral. Selanjutnya
sebanyak 16 atau 16% responden menyatakan sangat setuju. Akan tetapi
terdapat 1 atau 1% responden menyatakan sangat tidak setuju.
c) Lalu untuk item pernyataan selanjutnya sebanyak 44 atau 44% responden
menyatakan setuju bahwa mereka menikmati pengalaman berwisata di
Kecamatan Rancabali, kemudian sebanyak 35 atau 35% responden
menyatakan netral. Lalu sebanyak 16 atau 16% responden menyatakan
sangat setuju. Sementara itu sebanyak 4 atau 4% responden menyatakan
tidak setuju dan terdapat 1 atau 1% responden yang menyatakan sangat
tidak setuju.
Dari tabel tersebut diperoleh nilai skor total mengenai dimensi hedonism
yaitu sebesar 1129. Dari hasil tersebut akan digunakan untuk penentuan pada
garis kontinum dengan penjelasan sebagai berikut :
Nilai Maksimum: 5 x 3 x 100 = 1500
Nilai Minimum: 1 x 3 x
100 = 300
Kemudian, setelah mendapatkan interval peneliti memasukan kategori
dengan rincian sebagai berikut :
Sangat Tidak Setuju : 300 – 540
Interval = 1500 – 300 = 240
5
74
Tidak Setuju : 541 – 780
Netral : 781 – 1020
Setuju : 1021 – 1260
Sangat setuju : 1261 – 1500
GAMBAR 7
GARIS KONTINUM HEDONISM
Berdasarkan garis kontinum diatas, menunjukan hasil penilaian
responden terhadap dimensi hedonism di Kecamatan Rancabali tegolong pada
kategori setuju, maka peneliti menyimpulkan secara umum responden
menilai setuju bahwa mereka merasakan sensasi wisata yang berbeda, merasa
senang setelah berkunjung, serta menikmati pengalaman berwisata di
Kecamatan Rancabali. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa Kecamatan
Rancabali memiliki sesuatu yang berbeda dengan destinasi wisata lainya
sehingga responden merasakan senasi berwisata yang berbeda setelah
berkunjung ke Kecamatan Rancabali. Hal tersebut disebabkan karena
Kecamatan Rancabali memiliki pemandangan alam yang indah dan kondisi
alam yang memiliki karakter atraksi wisata berbeda pada setiap tempatnya
serta iklim yang sejuk menjadi suatu sensasi yang berbeda bagi wisatawan.
Kemudian Kecamatan Rancabali memiliki keindahan alam serta banyak
aktivitas yang dapat wisatawan lakukan selama berkunjung ke Kecamatan
75
Rancabali diantaranya seperti aktivitas camping, seightseeing, berfoto, serta
menikmati kondisi alam.
Selain itu Kecamatan Rancabali memberikan pengalaman yang berbeda
karena kondisi alam yang indah suasana yang masih terasa asri sehingga para
wisatawan yang berkunjung benar benar menikmati kunjunganya di
Kecamatan Rancabali. Maka dari hasil angka tersebut menunjukan penilaian
yang cukup tinggi terhadap dimensi hedonism. Menurut penelitian Tung and
Ritchie (2011) mengenai Memorable Tourism Experience menemukan bahwa
emosi dan perasaan positif yang berkaitan dengan pengalaman berwisata
seperti kesenangan dan menikmati merupakan esensi dari MTE.
2. Dimensi Novelty
TABEL 8
Dimensi Novelty
n = 100
No Instrument
STS TS N S SS Skor
Total F % F % F % F % F %
1
Kecamatan
Rancabali
merupakan
destinasi
wisata
yang
memiliki
keunikan
alam
1 1% 5 5% 19 19% 54 54% 21 21% 389
76
Sumber: Olahan SPSS, 2019
a) Padat tabel diatas, menunjukan jawaban yang paling banyak yaitu 54 atau
54% responden menyatakan setuju bahwa Kecamatan Rancabali memiliki
keunikan alam. Sementara itu sebanyak 21 atau 21% responden
menyatakan sangat setuju, lalu sebanyak 19 atau 19% responden
menyatakan netral dan terdapat 3 atau 3% responden menyatakan tidak
setuju bahwa Kecamatan Rancabali memiliki keunikan alam.
b) Indikator selanjutnya menunjukan dari 100 responden, jawaban yang
paling banyak yaitu 46 atau 46% responden menyatakan setuju bahwa
mereka memperoleh pengalaman berwisata yang baru. Selanjutnya 39 atau
39% responden menyatakan netral, serta sebanyak 12 atau 12% responden
menyatakan sangat setuju, sedangkan 3 atau 3% responden menyatakan
tidak setuju terhadap indikator memperoleh pengalaman berwisata baru.
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai skor total mengenai dimensi
novelty yaitu sebesar 756. Dari nilai tersebut akan digunakan untuk
menentukan pada garis kontinum dengan rincian sebagai berikut :
Nilai Maksimum: 5 x 2 x 100 = 1000
Nilai Minimum: 1x 2 x 100 = 200
2
Saya
memperole
h
pengalama
n berwisata
yang baru
0 0 3 3% 39 39% 46 46% 12 12% 367
SKOR TOTAL 756
77
Kemudian setelah memperoleh nilai interval peneliti memasukan
kedalam kategori dengan rincian sebagai berikut:
Sangat Tidak Setuju : 200 – 360
Tidak Setuju : 361 – 520
Netral : 521 – 680
Setuju : 681 – 840
Sangat setuju : 841 – 1000
GAMBAR 8
DIMENSI NOVELTY
Pada garis kontinum menunjukan hasil penilaian responden terhadap
dimensi novelty di Kecamatan Rancabali berada pada kategori setuju, dimana
jika dilihat dari skor yang berada pada interval 680 – 840. Melalui hasil
tersebut peneliti menyimpulkan jika responden telah menyatakan setuju
bahwa Kecamatan Rancabali merupakan destinasi wisata yang memiliki
keunikan alam, dan memperoleh pengalaman berwisata yang baru. Hal
Interval = 1000 – 200 = 160
5
78
tersebut dikarenakan di wilayah Kecamatan Rancabali memiliki beragam
atraksi wisata baik dari jenis serta karakteristik yang berbeda seperti Kawah
Putih, Rancaupas, Situ Patengan ketiga atraksi wisata tersebut memiliki
keunikan serta ciri khas masing masing sehingga wisatawan menilai bahwa
Kecamatan Rancabali memiliki keunikan alam. Temuan tersebut selaras
dengan pernyataan menurut chandralal dan valenzuela (2013) yang
menyatakan bahwa pencarian kebaruan atau novelty berasal pada sesuatu
yang baru. Sehingga dari data tersebut dapat tercermin bahwa wisatawan
cenderung mencari sesuatu yang baru yang berbeda dari tempat asalnya guna
memenuhi keinginan untuk memperoleh suatu kebaruan khususnya dalam
perolehan pengalaman wisata yang baru.
3. Dimensi Local Culture
TABEL 9
DIMENSI LOCAL CULTURE
n = 100
No Instrument STS TS N S SS Skor
Total F % F % F % F % F %
1
Saya
memiliki
kesan baik
terhadap
masyarakat
lokal di
Kecamatan
Rancabali
1 1% 0 0% 31 31% 62 62% 6 6% 372
2
Kecamatan
Rancabali
memiliki
kebudayaan
atau tradisi
1 1% 2 2% 21 21% 55 55% 21 21% 393
79
Sumber: Olahan SPSS, 2019
a) Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk indikator memiliki kesan baik
terhadap masyarakat lokal, sebanyak 62 atau 62% responden menyatakan
setuju terhadap hal tersebut. Sementara itu sebanyak 31 atau 31%
responden menilai netral dan sebanyak 6 atau 6% respon menyatakan
sangat setuju. Tetapi hanya 1 atau 1% responden yang menyatakan sangat
tidak setuju.
b) Dari tabel tersebut dapat dilihat penilaian pada indikator kedua yaitu
Kecamatan Rancabali memiliki tradisi yang unik, sebanyak 55 responden
menyatakan setuju atas hal tersebut lalu diikuti sebanyak 21 atau 21%
responden menjawab netral dan sangat setuju. Sementara itu sebanyak 2
atau 2% responden menyatakan tidak setuju dan 1 atau 1% responden
menyatakan sangat tidak setuju.
Berdasarkan data pada tabel diatas diperoleh nilai skor total mengenai
dimensi local culture yaitu sebesar 765. Dari nilai tersebut akan digunakan
oleh peneliti untuk menentukan kategori pada garis kontinum dengan rincian
sebagai berikut :
Nilai Maksimum: 5 x 2 x 100 = 1000
Nilai Minimum: 1x 2 x 100 = 200
yang unik
SKOR TOTAL 765
80
Kemudian setelah memperoleh nilai interval peneliti memasukan
kedalam kategori dengan rincian sebagai berikut:
Sangat Tidak Setuju : 200 – 360
Tidak Setuju : 361 – 520
Netral : 521 – 680
Setuju : 681 – 840
Sangat setuju : 841 – 1000
GAMBAR 9
DIMENSI LOCAL CULTURE
Pada garis kontinum diatas dapat disimpulkan bahwa responden
menyatakan setuju terhadap dimensi novelty dengan skor sebesar 756 serta
terletak pada interval 680 – 840. Secara umum responden menyatakan setuju
bahwa memiliki kesan baik terhadap masyarakat lokal di Kecamatan
Rancabali, dan Kecamatan Rancabali memiliki kebudayaan atau tradisi yang
unik. Hal tersebut didukung dengan kondisi masyarakat yang berada di
atraksi wisata bersikap ramah kepada wisatawan hal tersebut didukung
Interval = 1000 – 200 = 160
5
81
berdasarkan pernyataan dari para pengelola atraksi wisata bahwa mereka
selalu menerapkan prinsip sapta pesona kepada pengunjung. Selain itu di
sekitar wilayah Kecamatan Rancabali terdapat beberapa desa wisata yang
menawarkan keragaman budaya serta tradisi yang unik serta dengan adanya
desa wisata memberikan kesempatan bagi para wisatawan untuk dapat
berinteraksi dengan lingkungan sosial atau dengan warga setempat sehingga
dapat meningkatkan pemahaman terhadap budaya dan tradisi yang berbeda.
Hal tersebut selaras dengan pernyataan menurut Morgan dan Xu (2009) yang
mengemukakan bahwa berinteraksi dengan kebudayaan dan masyarakat
setempat dapat membangun pengalaman berwisata yang unik dan berkesan.
4. Dimensi Refreshment
TABEL 10
DIMENSI REFRESHMENT
n = 100
No Instrument
STS TS N S SS Skor
Total F % F % F % F % F %
1
Saya
merasa
terbebas
dari
rutinitas
sehari-hari
ketika
berwisata di
Kecamatan
Rancabali
1 1% 2 2% 21 21% 55 55% 21 21% 393
2
Saya
memperoleh
energi baru
setelah
berwisata di
Kecamatan
Rancabali
0 0% 3 3% 30 30% 56 56% 11 11% 375
82
Sumber: Olahan SPSS, 2019
a) Tabel diatas menunjukan dari sebanyak 100 responden, jawaban yang
paling banyak pada merasa terbebas dari rutinitas sehari-hari ketika
berwisata di Kecamatan Rancabali yaitu pilihan setuju dengan total
sebanyak 55 atau 55% responden. Sementara itu sebanyak 21 atau 21%
persen responden menyatakan netral dan setuju. Lalu sebanyak 2 atau 2%
responden menyatakan tidak setuju sedangkan 1 atau 1% responden
menyatakan sangat tidak setuju.
b) Dari tabel diatas menunjukan hasil penilaian dari 100 responden, jawaban
yang paling banyak untuk indikator memperoleh energi baru setelah
berwisata di Kecamatan Rancabali sebanyak 56 atau 56% persen
responden menyatakan setuju, diikuti oleh sebanyak 30 atau 30%
responden menyatakan netral lalu sebanyak 11 atau 11% respoinden
menyatakan setuju. Sedangan 3 atau 3% persen responden menjawab tidak
setuju.
c) Berdasarkan tabel diatas menunjukan dari 100 responden, jawaban yang
paling banyak untuk indikator setelah berwisata ke Kecamatan Rancabali
3
Setelah
berwisata
ke
Kecamatan
Rancabali
saya
menjadi
merasa
butuh akan
kegiatan
berwisata
1 1% 21 21% 20 20% 44 44% 14 14% 349
SKOR TOTAL 1117
83
saya menjadi merasa butuh akan kegiatan berwisata yaitu sebanyak 44
atau 44% persen responden menjawab setuju. Selanjutnya 21 atau 21%
responden menyatakan tidak setuju, diikitu sebanyak 20 atau 20%
responden menyatakan netral. Semantara itu sebanyak 14 atau 14%
responden menyatakan setuju dan 1 atau 1% responden menyatakan sangat
tidak setuju.
Dari tabel tersebut diperoleh nilai skor total mengenai dimensi
refreshment adalah sebesar 1117. Dari hasil tersebut akan digunakan untuk
penentuan pada garis kontinum dengan penjelasan sebagai berikut :
Nilai Maksimum: 5 x 3 x 100 = 1500
Nilai Minimum: 1 x 3 x 100 = 300
Kemudian, setelah mendapatkan interval peneliti memasukan kategori
dengan rincian sebagai berikut :
Sangat Tidak Setuju : 300 – 540
Tidak Setuju : 541 – 780
Netral : 781 – 1020
Setuju : 1021 – 1260
Sangat setuju : 1261 – 1500
GAMBAR 10
GARIS KONTINUM REFRESHMENT
Interval = 1500 – 300 = 240
5
84
Berdasarkan pengukuran skala garis kontinum diatas dapat disimpulkan
bahwa dimensi refreshment yang memiliki skor 1117 termasuk kedalam
kategori setuju. Dengan skor yang terletak pada inverval 1020 – 1260.
Dimana secara umum responden menyatakan setuju terhadap ketiga indikator
yaitu saya merasa terbebas dari rutinitas sehari-hari ketika berwisata di
Kecamatan Rancabali, saya memperoleh energi baru setelah berwisata di
Kecamatan Rancabali, setelah berwisata ke Kecamatan Rancabali saya
menjadi merasa butuh akan kegiatan berwisata.
Hal ini dikarenakan lokasi kondisi di Kecamatan Rancabali yang relatif
lebih sepi dan tenang sehingga wisatawan merasa terbebas dari rutinitas dan
keseharian yang padat dan melelahkan. Selain itu wisatawan memperoleh
energi baru setelah berkunjung ke Kecamatan Rancabali hal ini dikarenakan
Kecamatan Rancabali memiliki kondisi alam yang yang masih asri dan indah
sehingga wisatawan dapat memperoleh energi yang baru. Hal ini selaras
dengan hasil temuan menurut Morgan dan Xu (2009) menemukan bahwa
pengalaman berwisata yang melibatkan relaksasi dapat meningkatkan
pengalaman berwisata yang berkesan. Hal ini mengindikasikan bahwa
kegiatan yang melibatkan antara seseorang dengan lingkungan alam memiliki
dampak dalam meningkatkan pengalaman wisata yang yang berkesan.
85
5. Dimensi Meaningfulness
TABEL 11
DIMENSI MEANINGFULNESS
n = 100
Sumber: Olahan SPSS, 2019
a) Tabel diatas menunjukan dari 100 responden, jawaban yang paling banyak
untuk indikator pertama dalam dimensi meaningfulness yaitu memperoleh
sesuatu yang bermakna/berarti setelah berwisata di Kecamatan Rancabali
sebanyak 47 atau 47% responden menyatakan setuju, sementara itu
No Instrument
STS TS N S SS Skor
Total F %% F % F % F % F %
1
Saya
memperoleh
sesuatu
yang
bermakna/b
erarti
setelah
berwisata di
Kecamatan
Rancabali
1 1% 14 14% 30 30% 47 47% 8 8% 347
2
Saya
melakukan
sesuatu
yang
penting baik
untuk diri
sendiri
ataupun
lingkungan
ketika
berwisata di
Kecamatan
Rancabali
1 2% 22 22% 32 32% 38 38% 7 7% 328
SKOR TOTAL 675
86
sebanyak 30 atau 30% responden menyatakan netral, lalu 14 atau14%
responden menyatakan tidak setuju dan 8 atau 8% responden menyatakan
sangat setuju sedangkan 1 atau 1% responden yang menyatakan sangat
tidak setuju.
b) Dari tabel diatas menunjukan dari keseluruhan responden, jawaban yang
paling banyak untuk indikator kedua yaitu melakukan sesuatu yang
penting baik untuk diri sendiri ataupun lingkungan ketika berwisata di
Kecamatan Rancabali sebanyak 38 atau 38% responden menyatakan
setuju, diikuti sebanyak 32 atau 32% responden menyatakan netral. Lalu
sebanyak 22 atau 22% responden menyatakan tidak setuju dan sebanyak 7
atau 7% responden menyatakan setuju. Sementara itu 1 atau 1% responden
menyatakan sangat tidak setuju.
Berdasarkan data pada tabel diatas diperoleh nilai skor total mengenai
dimensi meaningfulness yaitu sebesar 675. Dari nilai tersebut akan digunakan
oleh peneliti untuk menentukan pada garis kontinum dengan rincian sebagai
berikut :
Nilai Maksimum: 5 x 2 x 100 = 1000
Nilai Minimum: 1x 2 x 100 = 200
Kemudian setelah memperoleh nilai interval peneliti memasukan kedalam
kategori dengan rincian sebagai berikut:
Sangat Tidak Setuju : 200 – 360
Interval = 1000 – 200 = 160
5
87
Tidak Setuju : 361 – 520
Netral : 521 – 680
Setuju : 681 – 840
Sangat setuju : 841 – 1000
GAMBAR 11
DIMENSI MEANINGFULNESS
Berdasarkan pengukuran skala garis kontinum dapat disimpulkan bahwa
dimensi meaningfulness yang memiliki skor 675 termasuk kedalam kategori
netral. Dilihat dari skor total yang berada pada interval 520 – 680, maka
peneliti menyimpulkan bahwa secara umum responden menilai netral
terhadap Saya memperoleh sesuatu yang bermakna/berarti setelah berwisata
di Kecamatan Rancabali, dan Saya melakukan sesuatu yang penting baik
untuk diri sendiri ataupun lingkungan ketika berwisata di Kecamatan
Rancabali.
Hal ini dikarenakan belum terdapatnya program atau aktivitas yang
melibatkan wisatawan khususnya dengan lingkungan. sehingga perlu adanya
edukasi atau aktivitas wissata yang berbasis pada lingkungan sehingga
wisatawan selain dapat berlibur mereka mengetahui makna pentingnya sadar
dan menjaga lingkungan. Dimana berdasarkan sebuah studi mengenai esensi
88
dari MTEs (Tung and Ritchie 2011) menemukan bahwa pengalaman
perjalanan yang bermakna lebih bertahan lama pada ingatan seseorang. Lalu
studi tersebut mengungkap bahwa ketika seseorang semakin banyak belajar
mengenai dunia dan memperluas perspektif mereka tentang kehidupan ketika
melakukan perjalanan wisata, pengalaman seperti itulah yang dapat menjadi
pengalaman yang paling berkesan bagi mereka.
6. Dimensi Involvment
TABEL 12
DIMENSI INVOLVMENT
n = 100
No Instrument STS TS N S SS Skor
Total F % F % F % F % F %
1
Saya
merasa
tertarik
dengan
kegiatan
wisata di
Kecamatan
Rancabali
0 0% 1 1% 29 29% 52 52% 18 18% 387
2
Saya
menikmati
aktivitas
wisata
yang ada
di
Kecamatan
0 0% 2 2% 20 20% 62 62% 16 16% 392
89
Sumber: Olahan SPSS, 2019
a) Tabel diatas menunjukan jawaban yang paling banyak untuk indikator
merasa tertarik dengan kegiatan wisata di Kecamatan Rancabali sebanyak
52 atau 52% responden menyatakan setuju, sementara itu sebanyak 29
atau 29% responden menilai netral. Lalu sebanyak 18 atau 18% responden
menyatakan setuju. Sedangkan sebanyak 1 tau 1% responden menyatakan
tidak setuju.
b) Melalui tabel di atas diperoleh penilaian mengenai indikator kedua dalam
dimensi involvment yaitu menikmati aktivitas wisata yang ada di
Kecamatan Rancabali sebanyak 62 atau 62% responden menyatakan
setuju, lalu sebanyak 20 atau 20% responden menyatakan netral.
Sementara itu sebanyak 16 atau 16% responden menyatakan setuju. Akan
tetapi sebanyak 2 atau 2% responden menyatak tidak setuju.
Berdasarkan data pada tabel diatas diperoleh nilai skor total mengenai
dimensi involvment yaitu sebesar 779. Dari nilai tersebut akan digunakan oleh
peneliti untuk menentukan pada garis kontinum dengan rincian sebagai
berikut:
Nilai Maksimum: 5 x 2 x 100 = 1000
Nilai Minimum: 1x 2 x 100 = 200
Rancabali
SKOR TOTAL 779
Interval = 1000 – 200 = 160
5
90
Kemudian setelah memperoleh nilai interval peneliti memasukan
kedalam kategori dengan rincian sebagai berikut:
Sangat Tidak Setuju : 200 – 360
Tidak Setuju : 361 – 520
Netral : 521 – 680
Setuju : 681 – 840
Sangat setuju : 841 – 1000
GAMBAR 12
DIMENSI INVOLVMENT
Berdasarkan pengukuran skala garis kontinum dapat disimpulkan bahwa
dimensi involvment yang memiliki skor 779 termasuk kedalam kategori
setuju. Dilihat dari skor total yang berada pada interval 680 – 779, maka
secara umum responden menyatakan setuju terhadap kedua indikator dalam
91
dimensi involvment yaitu saya merasa tertarik dengan kegiatan wisata di
Kecamatan Rancabali, saya menikmati aktivitas wisata yang ada di
Kecamatan Rancabali.
Hal ini dikarenakan terdapat berbagai jenis aktivitas yang disediakan di
atraksi wisata baik yang bersifat edukatif maupun interaktif salah satu
kegiatan yang paling diminati wisatawan adalah berinteraksi dengan rusa.
Aktivitas wisata tersebut berada di atraksi wisata Rancaupas. Selain itu
dengan kondisi alam yang nyaman membuat wisatawan sangat menikmati
berbagai kegiatan yang ada di Kecamatan Rancabali. Menurut Pine dan
Gilmore (1999) menyatakan dengan mendorong wisatawan untuk
berpartisipasi dalam suatu aktivitas merupakan cara yang efektif dalam
memberikan MTE atau pengalaman yang tak terlupakan.
7. Dimensi Knowledge
TABEL 13
DIMENSI KNOWLEDGE
n = 100
No Instrument STS TS N S SS
Skor
Total F % F % F % F % F %
1
Saya
memperoleh
pengetahuan
baru setelah
berkunjung di
Kecamatan
Rancabali
0 0% 7 7% 31 31% 53 53% 9 9% 364
92
Sumber: Olahan SPSS, 2019
a) Tabel diatas menunjukan jawaban dari 100 responden, jawaban terbanyak
mengenai indikator pertama pada dimensi knowledge mengenai Saya
memperoleh pengetahuan baru setelah berkunjung di Kecamatan
Rancabali sebanyak 53 atau 53% responden menyatakan setuju, sementara
itu sebanyak 31 atau 31% responden menyatakan netral. Diikuti sebanyak
9 atau 9% responden menyatakan setuju dan 7 atau 7% responden
menyatakan tidak setuju.
b) Tabel diatas menunjukan jawaban dari 100 responden, jawaban terbanyak
yang dipilih oleh responden mengenai saya memperoleh pengetahuan
mengenai budaya atau tradisi di Kecamatan Rancabali sebanyak 44 atau
44% responden menyatakan setuju, lalu sebanyak 25 atau 25% responden
menyatakan tidak setuju. Diikuti oleh 24 atau 24% responden menyatakan
netral dan 6 atau 6% responden menyatakan setuju. Sedangkan 2 atau 2%
responden menyatakan sangat tidak setuju.
2
Saya
memperoleh
pengetahuan
mengenai
budaya atau
tradisi di
Kecamatan
Rancabali
1 1% 25 25% 24 24% 44 44% 6 6% 330
3
saya dapat
mengeksplora
si keingin
tahuan saya
mengenai
wisata di
Kecamatan
Rancabali
2 2% 5 5% 16 16% 64 64% 13 13% 381
SKOR TOTAL 1075
93
c) Tabel diatas merupakan jawaban dari 100 responden, jawaban yang paling
banyak untuk indikator ketiga yaitu mengenai saya dapat mengeksplorasi
keingin tahuan saya mengenai wisata di Kecamatan Rancabali sebanyak
64 atau 64% responden menyatakan setuju, sementara itu sebanyak 16
atau 16% responden menyatakn netral. Lalu 13 atau 13% responden
menyatakan setuju dan sebanyak 5 atau 5% responden menyatakan tidak
setuju. Sedangkan 2 atau 2% responden menyatakan sangat tidak setuju.
Dari tabel tersebut diperoleh nilai skor total mengenai dimensi knowledge
adalah sebesar 1075. Dari hasil tersebut akan digunakan untuk penentuan pada garis
kontinum dengan penjelasan sebagai berikut :
Nilai Maksimum: 5 x 3 x 100 = 1500
Nilai Minimum: 1 x 3 x
100 = 300
Kemudian, setelah mendapatkan interval peneliti memasukan kategori
dengan rincian sebagai berikut :
Sangat Tidak Setuju : 300 – 540
Tidak Setuju : 541 – 780
Netral : 781 – 1020
Setuju : 1021 – 1260
Sangat setuju : 1261 – 1500
Interval = 1500 – 300 = 240
5
94
GAMBAR 13
GARIS KONTINUM KNOWLEDGE
Berdasarkan pengukuran skala garis kontinum dapat disimpulkan bahwa
dimensi knowledge yang memiliki skor 1075 termasuk kedalam kategori
setuju. Dilihat dari skor total yang berada pada interval 1020 – 1260, maka
secara umum responden menyatakan setuju terhadap ketiga indikator pada
dimensi knowledge yaitu saya memperoleh pengetahuan baru setelah
berkunjung di Kecamatan Rancabali, saya memperoleh pengetahuan
mengenai budaya atau tradisi di Kecamatan Rancabali, saya dapat
mengeksplorasi keingin tahuan saya mengenai wisata di Kecamatan
Rancabali. Hasil temuan tersebut selaras dengan studi yang dilakukan oleh
Tung dan Ritchie (2011) yang menemukan pengembangan intelektual
merupakan salah satu kompnen yang signifikan dalam MTEs.
Hasil penilaian tersebut diperoleh melalui di Kecamatan Rancabali selain
menawarkan atraksi wisata alam yang indah, tetapi juga responden
mendapatkan pengetahuan serta informasi baru melalui kegiatan berwisata
mereka. Dimana pada setiap atraksi wisata telah terdapat guide serta
dibeberapa atraksi wisata terdapat papan informasi mengenai atraksi wisata
95
sehingga wisatawan dapat mengetahui dan memperoleh pengetahuan baru.
Beberapa studi sebelumnya telah mengungkap bahwa beberapa orang
melakukan perjalanan sebagai sebuah respon atas kebutuhan perolehan
pengetahuan baru dan pemahaman mengenai destinasi yang mereka kunjungi
sepeerti geografis, sejarah, bahasa, dan budaya.
8. Variabel Travel Experience
TABEL 14
ANALISIS PENILAIAN TRAVEL EXPERIENCE
No Instrument
STS TS N S SS Skor
Total F % F % F % F % F %
1
Saya
merasakan
sensasi
wisata yang
berbeda
2 2
% 3 3%
2
7
27
%
6
4
64
% 4 4% 365
2
Saya merasa
senang
setelah
berwisata ke
Kecamatan
Rancabali
1 1
% 0 0%
1
9
19
%
6
4
64
%
1
6
16
% 394
3
Saya
menikmati
pengalaman
berwisata di
Kecamatan
Rancabali
1 1
% 4 4%
3
5
35
%
4
4
44
%
1
6
16
% 370
4
Kecamatan
Rancabali
merupakan
destinasi
wisata yang
memiliki
keunikan
alam
1 1
% 5 5%
1
9
19
%
5
4
54
%
2
1
21
% 389
96
5
Saya
memperoleh
pengalaman
berwisata
yang baru
0 0 3 3% 3
9
39
%
4
6
46
%
1
2
12
% 367
6
Saya
memiliki
kesan baik
terhadap
masyarakat
lokal di
Kecamatan
Rancabali
1 1
% 0 0%
3
1
31
%
6
2
62
% 6 6% 372
7
Kecamatan
Rancabali
memiliki
kebudayaan
atau tradisi
yang unik
1 1
% 2 2%
2
1
21
%
5
5
55
%
2
1
21
% 393
8
Saya merasa
terbebas dari
rutinitas
sehari-hari
ketika
berwisata di
Kecamatan
Rancabali
1 1
% 2 2%
2
1
21
%
5
5
55
%
2
1
21
% 393
9
Saya
memperoleh
energi baru
setelah
berwisata di
Kecamatan
Rancabali
0 0
% 3 3%
3
0
30
%
5
6
56
%
1
1
11
% 375
10
Setelah
berwisata ke
Kecamatan
Rancabali
saya
menjadi
merasa
butuh akan
kegiatan
berwisata
1 1
%
2
1
21
%
2
0
20
%
4
4
44
%
1
4
14
% 349
97
11
Saya
memperoleh
sesuatu yang
bermakna/b
erarti setelah
berwisata di
Kecamatan
Rancabali
1 1
%
1
4
14
%
3
0
30
%
4
7
47
% 8 8% 347
12
Saya
melakukan
sesuatu yang
penting baik
untuk diri
sendiri
ataupun
lingkungan
ketika
berwisata di
Kecamatan
Rancabali
1 2
%
2
2
22
%
3
2
32
%
3
8
38
% 7 7% 328
13
Saya merasa
tertarik
dengan
kegiatan
wisata di
Kecamatan
Rancabali
0 0
% 1 1%
2
9
29
%
5
2
52
%
1
8
18
% 387
14
Saya
menikmati
aktivitas
wisata yang
ada di
Kecamatan
Rancabali
0 0
% 2 2%
2
0
20
%
6
2
62
%
1
6
16
% 392
15
Saya
memperoleh
pengetahuan
baru setelah
berkunjung
di
Kecamatan
Rancabali
0 0
% 7 7%
3
1
31
%
5
3
53
% 9 9% 364
16
Saya
memperoleh
pengetahuan
mengenai
budaya atau
tradisi di
Kecamatan
Rancabali
1 1
%
2
5
25
%
2
4
24
%
4
4
44
% 6 6% 330
98
Sumber: Hasil Olahan SPSS, 2019
Hasil dari tabel diatas, menunjukan skor total dari semua nilai distribusi
variabel pada travel experience adalah sebesar 6296, maka angka tersebut
akan dipergunakan oleh peneliti dalam garis kontinum dengan penjelasan
sebagai berikut:
Nilai Maksimu: 5 x 17 x 100 = 8500
Nilai Minimium: 1 x 17 x 100 = 1700
Kemudian setelah diperoleh intervalnya, peneliti menentukan kategori
dengan interval sebagai berikut:
Sangat Tidak Setuju : 1700 – 3060
Tidak Setuju : 3061 – 4420
Netral : 4421 – 5780
17
saya dapat
mengeksplo
rasi keingin
tahuan saya
mengenai
wisata di
Kecamatan
Rancabali
2 2
% 5 5%
1
6
16
%
6
4
64
%
1
3
13
% 381
SKOR TOTAL 6296
Interval = 8500 – 1700 = 1360
5
99
Setuju : 5781 – 7140
Sangat setuju : 7141 – 8500
GAMBAR 14
GARIS KONTINUM VARIABEL TRAVEL EXPERIENCE
Pada gambar diatas, menunjukan penilaian responden terhadap travel
experience di Kecamatan Rancabali yang berada pada kategori setuju dengan
skor total yang berada pada interval 5781 – 7140. Kemudian dari ketujuh
dimensi dari travel experience, penilaian paling tinggi diperoleh dimensi
involvment lalu diikuti oleh dimensi local culture. Hasil tersebut diperoleh
berdasarkan penilaian responden terhadap dimensi involvment yang terdiri
dari 2 indikator pernyataan, dimana responden menilai bahwa responden
merasa tertarik dengan kegiatan wisata di Kecamatan Rancabali, hal itu
karena di setiap atraksi yang berada di wilayah Kecamatan Rancabali
menawarkan berbagai kegiatan atau aktivitas baik yang bersifat informatif
maupun edukatif serta setiap atraksi wisata di Kecamatan Rancabali memiliki
keunikan masing – masing sehingga memberikan daya tarik sendiri bagi
wisatawan yang berkunjung kesana. Salah satu kegiatan yang paling diminati
100
wisatawan adalah berinteraksi dengan rusa yang berada di atraksi Rancaupas.
Disana wisatawan dapat berinteraksi secara langsung dengan rusa di
lingkungan terbuka, memberi makan, bahkan berfoto sehingga memberikan
pengalaman yang berkesan bagi wisatawan yang telah berkunjung kesana.
Selanjutnya wisatawan merasa menikmati aktivitas yang ada di Kecamatan
Rancabali kondisi alam yang masih asri serta iklim yang sejuk membuat
wiasatawan yang berkunjung merasa nyaman sehingga mereka dapat
menikmati setiap kegiatan selama berkunjung ke Kecamatan Rancabali. Hal
tersebut selaras dengan pernyataan menurut Pine dan Gilmore (1999) yang
mengemukakan bahwa mendorong partisipasi pelanggan akan secara efektif
menghasilkan MTE. Lebih lanjut mereka mencatat bahwa pelanggan lebih
cenderung memiliki pengalaman yang tak terlupakan ketika mereka
tenggelam pada suatu kegiatan atau aktivitas.
Lalu untuk dimensi knowledge responden merasa bahwa mereka telah
memperoleh pengetahuan baru setelah berkunjung di Kecamatan Rancabali
dari program serta layanan yang ada pada setiap atraksi wisata yang diperoleh
dengan cara yang edukatif serta informatif. Karena para pemandu wisata
merupakan warga lokal sehingga mengetahui secara detail baik mengenai
kondisi maupun sejarah mengenai atraksi wisata tersebut. Selain itu
wisatawan juga dapat memperoleh informasi mengenai adat atau tradisis
masyarakat setempat dengan berkunjung ke desa wisata yang berada di
sekitar Kecamatan Rancabali. Hal tersebut selaras dengan beberapa penelitian
sebelumnya yang mengungkap bahwa pada dasarnya seseorang ingin
mempelajari hal-hal baru dan mengembangkan wawasan serta keterampilanya
101
sebagai hasil dari pengalaman berwisata. Lebih lanjut Tung dan Ritchie
(2011) mengungkapan bahwa pengembangan intelektual merupakan salah
satu komponen yang signifikan untuk membentuk MTE. Sehingga
diharapkan dengan perolehan tersebut dapat menciptakan pengalaman yang
berkesan serta tak terlupakan bagi wisatawan.
Akan tetapi terdapat satu dimensi yang memiliki perolehan nilai paling
rendah jika dibandingkan dengan dimensi lainya yaitu dimensi
meaningfulness. Meskipun hasil penilaian responden terhadap dimensi
tersebut telah tergolong kedalam kategori baik, namun bebrapa responden
masih mereasa belum merasakan esensi dari dimensi tersebut setelah
berwisata di Kecamatan Ranacabali.
C. Destination Image
Hasil penilaian mengenai destination image yang terdiri dari 5 (lima)
dimensi yaitu natural attraction, Infrastructure, Atmosphere, Social
Environment, dan Value for Money akan dijlaskan sebagai berikut :
1. Dimensi Natural Attraction
TABEL 15
DIMENSI NATURAL ATTRACTION
n = 100
No Instrument
STS TS N S SS Skor
Total F % F % F % F % F %
102
Sumber: Olahan SPSS, 2019
a) Tabel di atas, menunjukan dari 100 responden jawaban yang paling
banyak pada indikator pertama mengenai Kecamatan Rancabali
memiliki atraksi wisata alam yang beragam adalah pilihan setuju
sebanyak 64 atau 64% responden. Selanjutnya diikuti sebanyak 16
atau 16% responden menyatakan netral, dan 13 atau 13%
responden menyatakan sangat setuju. Sementara itu terdapat 5 atau
5% responden yang menyatakn tidak setuju lalu sebanyak 2 ata 2%
menyatakan sangat tidak setuju terhadap pernyataan dari indikator
pertama.
b) Dari tabel di atas, dapat dilihat penilaian dari 100 responden
terhadap indikator kedua mengenai Kecamatan Rancabali memiliki
1
Kecamatan
Rancabali
memiliki
atraksi
wisata
alam yang
beragam
2 2% 5 5% 16 16% 64 64% 13 13% 381
2
Kecamatan
Rancabali
memiliki
landscape
yang indah
0 0% 2 2% 5 5% 54 54% 39 39% 430
3
Di
Kecamatan
Rancabali
tersedia
aktivitas
wisata
alam
0 0% 4 4% 15 15% 56 56% 25 25% 402
SKOR TOTAL 1213
103
landscape yang idnah sebanyak 54 atau 54% responden
menyatakan setuju dan sebanyak 39 ata 39% responden
menyatakan sangat setuju atas pernyataan tersebut. Sementara itu
sebanyak 5 atau 5% responden menyatakan netral. Akan tetapi
terdapat 2 atau 2% respomdem menyatakan tidak setuju terhadap
pernyataan mengenai indikator kedua.
c) Pada tabel diatas, dapat dilihat kolom nomor tiga yaitu indikator
ketiga dalam dimensi ini mengenai di Kecamatan Rancabali
tersedia aktivitas wisata alam tanggapan yang paling banyak dipilih
adalah setuju dimana sebanyak 56 atau 56% responden, kemudian
diikuti oleh sebanyak 25 atau 25% responden menyatakan sangat
setuju. Sementara itu sebanyak 15 atau 15% responden
menyatakan netral. Akan tetapi terdapat 4 atau 4% responden yang
menyatakan ttidak setuju.
Dari tabel tersebut diperoleh nilai skor total mengenai dimensi
natural attraction adalah sebesar 1213. Dari hasil tersebut akan
digunakan untuk penentuan pada garis kontinum dengan penjelasan
sebagai berikut :
Nilai Maksimum: 5 x 3 x 100 = 1500
Nilai Minimum: 1 x 3 x 100 = 300
Kemudian, setelah mendapatkan interval peneliti memasukan
kategori dengan rincian sebagai berikut :
Interval = 1500 – 300 = 240
5
104
Sangat Tidak Setuju : 300 – 540
Tidak Setuju : 541 – 780
Netral : 781 – 1020
Setuju : 1021 – 1260
Sangat setuju : 1261 – 1500
GAMBAR 15
GARIS KONTINUM NATURAL ATTRACTION
Pada garis kontinum di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian
responden terhadap dimensi natural attraction dengan jumlah skor
sebeesar 1213 telah termasuk kedalam kategori setuju, dilihat dari skor
total yang berada pada interval 1020 – 1260. Secara umum responden
menyatakan setuju terhadap ketiga indikator penilaian yaitu mengenai
Kecamatan Rancabali memiliki atraksi wisata alam yang beragam,
Kecamatan Rancabali memiliki landscape yang indah, Di Kecamatan
Rancabali tersedia aktivitas wisata alam.
Hal ini dikarenakan di wilayah Kecamatan Rancabali memiliki
beragam atraksi wisata dengan karakter dan keunikan yang berbeda
sehingga wisatawan menilai bahwa di Kecamatan Rancabali memiliki
105
atraksi wisata yang beragam. Selain itu wilayah Kecamatan Rancabali
secara tipologi berada pada kawasan dataran tinggi yang dikelilingi oleh
perbukitan dan pegunungan serta memiliki panorama atau landscape
yang indah bagi wisatawan yang berkunjung, hal tersebut selaras
dengan temuan dalam penelitian mengenai kajian segmen pasar dan
promosi pariwisata Kabupaten Bandung (2013) bahwa alasan
wisatawan yang datang berkunjung ke wilayah Kecamatan Rancabali
dikarenakan memiliki ketertarikan terhadap keindahan alam. Lalu
Selain keragaman dan keindahan alam di wilayah Kecamatan Rancabali
pun banyak terdapat aktivitas wisata alam, berdasarkan data temuan
terdapat beberapa aktivitas wisata alam yang disukai oleh wisatawan
diantaranya adalah camping, fotografi, serta memberi makan rusa.
2. Dimensi infrastructure
TABEL 16
DIMENSI INFRASTRUCTURE
n = 100
No Instrument
STS TS N S SS Skor
Total F % F % F % F % F %
1
Terdapat
beragam
pilihan
akomodasi
di
Kecamatan
Rancabali
0 0% 6 6% 35 35% 52 52% 7 7% 360
106
Sumber: Olahan SPSS, 2019
a) Pada tabel diatas, menunjukan penilaian terbanyak pada indikator pertama
yaitu terdapat beragam pilihan akomodasi di Kecamatan
Rancabalisebanyak 52 atau 52% responden menyatakan setuju, diikuti
oleh sebanyak 35 atau35% persen responden menyatakan netral. Lalu
sebanyak 7 atau 7% responden menyatakan setuju. Akan tetapi sebanyak 6
atau 6% responden menyatakan tidak setuju atas pernyataan pada indikator
pertama.
b) Tabel kolom nomor 2, menunjukan hasil penilaian responden terhadap
indikator kedua dalam dimensi ini yaitu terdapat layanan informasi
pariwisata sebanyak 38 atau 38% responden menytakan setuju dan netral.
Lalu sebanyak 17 atau 17% responden menyatakan tidak setuju.
Sementara itu sebanyak 6 atau 6% responden menyatakan setuju, akan
tetapi terdapat 1 atau 1% responden yang menyatakan sangat tidak setuju.
2
Terdapat
layanan
informasi
pariwisata
1 1% 17 17% 38 38% 38 38% 6 6% 331
3
Aksesibilitas
menuju
Kecamatan
Rancabali
memadai
2 2% 7 7% 52 52% 33 33% 6 6% 334
SKOR TOTAL 1025
107
c) Dari tabel di atasa, menunjukan penilaian terhadap aksesibilitas menuju
Kecamatan Rancabali memadai sebanyak 52 atau 52% responden
menyatakan netral, diikuti oleh 33 atau 33% responden menyatakan setuju.
Lalu sebanyak 7 atau 7% responden menyatakan tidak setuju, dan 6 atau
6% responden menyatak sangat setuju. Akan tetap terdapat 1 atau
1%ewsponden yang menyatakan sangat tidak setuju.
Dari tabel tersebut diperoleh nilai skor total mengenai dimensi
infrastructure adalah sebesar 1025. Dari hasil tersebut akan digunakan untuk
penentuan pada garis kontinum dengan penjelasan sebagai berikut :
Nilai Maksimum: 5 x 3 x 100 = 1500
Nilai Minimum: 1 x 3 x 100 = 300
Kemudian, setelah mendapatkan interval peneliti memasukan kategori
dengan rincian sebagai berikut :
Sangat Tidak Setuju : 300 – 540
Tidak Setuju : 541 – 780
Netral : 781 – 1020
Setuju : 1021 – 1260
Sangat setuju : 1261 – 1500
GAMBAR 16
GARIS KONTINUM INFRASTRUCTURE
Interval = 1500 – 300 = 240
5
108
Pada garis kontinum di atas dapat disimpulkan bahwa infreastructure
dengan jumlah skor 1025 termasuk dalam kategori setuju dengan jumlah skor
yang berada pada intterval 1020 – 1260. Secara umum responden menyatakan
setuju bahwa Terdapat beragam pilihan akomodasi di Kecamatan Rancabali,
Terdapat layanan informasi pariwisata, dan Aksesibilitas menuju Kecamatan
Rancabali memadai. Kecamatan Rancabali telah terdapat berbagai jenis
akomodasi seperti homestay, guesthouse, hotel, dan glamping. Selain itu telah
tersedia juga layanan informasi mengenai wisata di wilayah Kecamatan
Rancabali pada setiap atraksi dan akomodasi, akan tetapi belum terdapat
tourist infomation center (TIC). Sedangkan dari segi aksesibilitas telah
terdapat berbagai infrastructure yang menunjang mobilitas wisatawan yang
akan berkunjung ke wilayah Kecamatan Rancabali seperti telah tersedianya
layanan transportasi umum danakses jalan yang terhubung ke setiap atraksi
wisata yang berada di wilayah Kecamatan Rancabali.
3. Dimensi Atmosphere
109
TABEL 17
DIMENSI ATMOSPHERE
n = 100
Sumber: Olahan SPSS, 2019
a) Pada tabel diatas, menunjukan hasil penilaian responden mengenai Saya
merasakan ketenangan ketika berwisata ke Kecamatan Rancabali sebanyak
56 atau 56% responden menyatakan setuju lalu diikuti oleh 25 atau 25%
responden menyatakan sangat setuju. Sementara itu 17 atau 17%
responden menyatakan netral, akan tetapi sebanyak 2 atau 2% responden
menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan tersebut.
No Instrument
STS TS N S SS Skor
Total F % F % F % F % F %
1
Saya
merasakan
ketenangan
ketika
berwisata
ke
Kecamatan
Rancabali
0 0% 2 2% 17 17% 56 56% 25 25% 404
2
Kecamatan
Rancabali
memiliki
ikilim
yang sejuk
2 2% 0 0% 6 6% 50 50% 42 42% 430
3
Kondisi
alam di
Kecamatan
Rancabali
masih
asri/alami
0 0% 3 3% 10 10% 49 49% 38 38% 422
SKOR TOTAL 1256
110
b) Berdasarkan data pada tabel diatas, menunjukan hasil penilaian mengenai
indikator kedua yaitu Kecamatan Rancabali memiliki ikilim yang sejuk
sebanyak 50 atau 50% responden menyatakan setuju lalu diikuti oleh
sebanyak 42 atau 42% responden menyatakan sangat setuju. Selanjutnya
sebanyak 6 atau 6% menyatakan netral. Sementara itu terdapat 2 atau 2%
responden yang menyatakan sangat tidak setuju.
c) Kolom nomor tiga pada tabel diatas, menunjukan hasil oenilaian mengenai
Kondisi alam di Kecamatan Rancabali masih asri/alami sebanyak 49 atau
49% responen menyatakan setuju lalu sebanyak 38 atau 38% responden
menyatakan sangat setuju. Sementara itu terdapat 10 atau 10% responden
menyatakan netral dan sebanyak 3 atau 3% responden menyatakan tidak
setuju.
Dari tabel tersebut diperoleh nilai skor total mengenai dimensi
atmosphere adalah sebesar 1256. Dari hasil tersebut akan digunakan untuk
penentuan pada garis kontinum dengan penjelasan sebagai berikut :
Nilai Maksimum: 5 x 3 x 100 = 1500
Nilai Minimum: 1 x 3 x 100 = 300
Kemudian, setelah mendapatkan interval peneliti memasukan kategori
dengan rincian sebagai berikut :
Sangat Tidak Setuju : 300 – 540
Tidak Setuju : 541 – 780
Netral : 781 – 1020
Interval = 1500 – 300 = 240
5
111
Setuju : 1021 – 1260
Sangat setuju : 1261 – 1500
GAMBAR 17
GARIS KONTINUM ATMOSPHERE
Pada garis kontinum di atas dapat disimpulkan bahwa atmosphere yang
memiliki skor total 1256 termasuk dalam kategori setuju, dengan interval pada
1020 – 1260. Secara umum responden menyatakan setuju bahwa Saya merasakan
ketenangan ketika berwisata ke Kecamatan Rancabali, Kecamatan Rancabali
memiliki ikilim yang sejuk, dan Kondisi alam di Kecamatan Rancabali masih
asri/alami. Melalui hasil tersebut menggambarkan bahwa responden menilai
Kecamatan Rancabali merupakan destinasi yang tepat untuk berlibur dan
relaksasi. Hasil temuan pada penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Çoban (2012) mengungkap bahwa di Cappadocia tanggapan paling
positif dalam variabl cognitive image adalah cultural attractions sementara itu
dimensi dengan perolehan paling buruk adalah touristic atmosphere.
112
4. Dimensi Social Environment
TABEL 18
DIMENSI SOCIAL ENVIRONMENT
n = 100
Sumber: Olahan SPSS, 2019
a) Pada tabel diatas, menunjukan penilaian responden terhadap indikator
pertama dalam dimensi social environment yaitu Masyarakat berperan
aktif dalam kegiatan pariwisata di Kecamatan Rancabali sebanyak 48 atau
48% responden menyatakan setuju diikuti sebanyak 38 atau 38%
No Instrument
STS TS N S SS Skor
Total F % F % F % F % F %
1
Masyarakat
berperan
aktif dalam
kegiatan
pariwisata
di
Kecamatan
Rancabali
0 0% 4 4% 38 38% 48 48% 10 10% 364
2
Kecamatan
Rancabali
merupakan
destinasi
wisata
yang aman
untuk
dikunjungi
0 0% 1 1% 18 18% 71 71% 10 10% 390
SKOR TOTAL 754
113
responden menyatakan netral. Sementara itu sebanyak 10 atau 10%
responden menyatakan sangat setuju dan sebanyakan 4 atau 4% responden
menyatakan tidak setuju.
b) Berdasarkan tabel di atas, pada kolom nomor dua menunjukan hasil
penilaian respon terhadap indikator dua yaitu Kecamatan Rancabali
merupakan destinasi wisata yang aman untuk dikunjungi sebanyak 71 atau
71% responden menyatak setuju atas pernyataan tersebut, lalu diikuti oleh
sebanyak 18 atau 18% responden mentakan netral. Kemudian sebanyak 10
atau 10% responden menyatakan sangat setuju, akan tetapi terdapat 1 atau
1% responden yang menyatakan tidak setuju.
Berdasarkan data pada tabel diatas diperoleh nilai skor total mengenai
dimensi social environment yaitu sebesar 754. Dari nilai tersebut akan
digunakan oleh peneliti untuk menentukan pada garis kontinum dengan
rincian sebagai berikut :
Nilai Maksimum: 5 x 2 x 100 = 1000
Nilai Minimum: 1x 2 x 100 = 200
Kemudian setelah memperoleh nilai interval peneliti memasukan
kedalam kategori dengan rincian sebagai berikut:
Sangat Tidak Setuju : 200 – 360
Tidak Setuju : 361 – 520
Netral : 521 – 680
Setuju : 681 – 840
Interval = 1000 – 200 = 160
5
114
Sangat setuju : 841 – 1000
GAMBAR 18
DIMENSI SOCIAL ENVIRONMENT
Pada garis kontinum diatas peneliti menyimpulkan bahwa dimensi social
environment yang memiliki skor total 754 termasuk kedalam kategori setuju,
dengan interval yang terletak di anatara skor 680. Secara umum responden
menyatakan setuju bahwa Masyarakat berperan aktif dalam kegiatan
pariwisata di Kecamatan Rancabali, Kecamatan Rancabali merupakan
destinasi wisata yang aman untuk dikunjungi. Hasil temuan tersebut selaras
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Artuğer et al (2013) yang
mengungkap bahwa dimensi social environment memiliki pnilsisn yang
positif dalam varibel cogintif image. Dari hasil penelitian tersebut
menjelaskan bahwa wisatwan di Alanya menilai masyarakat lokal disana
sangat ramah dan membantu, serta wisatwan menilai bahwa Alanya
merupakan destinasi yang sangat aman.
115
5. Dimensi Value for Money
TABEL 19
DIMENSI VALUE FOR MONEY
n = 100
Sumber: Olahan SPSS, 2019
a) Pada tabel di atas, menunjukan hasil penilaian responden terhadap biaya
masuk di atraksi wisata yang berada di Kecamatan Rancabali terjangkau
sebanyak 63 atau 63% responden menyatakan setuju terhadap pernyataan
tersebut, lalu sebanyak 24 atau 24% responden menyatakan netral.
Kemudian sebanyak 7 atau 7% responden menyatakan sangat setuju dan 7
No Instrument
STS TS N S SS Skor
Total F % F % F % F % F %
1
Biaya
masuk di
atraksi
wisata yang
berada di
Kecamatan
Rancabali
terjangkau
2 2% 4 4% 24 24% 63 63% 7 7% 369
2
Biaya untuk
berwisata di
Kecamatan
Rancabali
telah sesuai
dengan
pengalaman
yang di
peroleh
2 2% 4 4% 24 24% 59 59% 11 11% 373
SKOR TOTAL 742
116
atau 7% responden menyatakan tidak setuju. Akan tetapi 2 atau 2%
responden menyatakan sangat tidak setuju terhadap pernyataan tersebut.
b) Berdasarkan data pada kolom nomor dua dalam tabel diatas, menunjukan
hasil penilaian responden terhadap biaya untuk berwisata di Kecamatan
Rancabali telah sesuai dengan pengalaman yang di peroleh sebanyak 59
atau 59% responden menyatakan setuju diikuti oleh sebanyak 24 atau 24%
responden menyatakan netral. Lalu sebanyak 11 atau 11% responden
menyatakan sangat seteju. Sementara itu sebanyak 4 atau 4% responen
menyatakan tidak setuju dan sebanyak 2 atau 2% responden menyatakan
sangat tidak setuju.
Berdasarkan data pada tabel diatas diperoleh nilai skor total mengenai
dimensi value for money yaitu sebesar 742. Dari nilai tersebut akan
digunakan oleh peneliti untuk menentukan pada garis kontinum dengan
rincian sebagai berikut :
Nilai Maksimum: 5 x 2 x 100 = 1000
Nilai Minimum: 1x 2 x 100 = 200
Kemudian setelah memperoleh nilai interval peneliti memasukan
kedalam kategori dengan rincian sebagai berikut:
Sangat Tidak Setuju : 200 – 360
Tidak Setuju : 361 – 520
Netral : 521 – 680
Setuju : 681 – 840
Interval = 1000 – 200 = 160
5
117
Sangat setuju : 841 – 1000
GAMBAR 19
DIMENSI VALUE FOR MONEY
\
Pada garis kontinum menunjukan hasil penilaian responden terhadap
dimensi value for money di Kecamatan Rancabali berada pada kategori
setuju, dimana jika dilihat dari skor total yang berada pada interval 680 – 840
maka secara umum peneliti menyimpulkan bahwa responden menyatakan
setuju atas Biaya masuk di atraksi wisata yang berada di Kecamatan
Rancabali terjangkau, Biaya untuk berwisata di Kecamatan Rancabali telah
sesuai dengan pengalaman yang di peroleh. Melalui hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa wisatwan merasa bahwa biaya masuk atraksi wisata yang
berada di Kecamatan Rancabali telah terjangkau serta biaya tersebut telah
sesuai dengan pengalaman yang diperoleh wisatwan setelah berwisata.
Menurut Hallmann et al (2011) mengungkapkan bahwa selama destinasi
menawarkan harga dengan nilai atau penerimaan yang sesuai dengan harapan
wisatawan, akan memperkecil kemungkinan penilaian negatif oleh wisatwan
terhadap suatu destinasi.
118
6. Variabel Destination Image (X2)
TABEL 20
DESTINATION IMAGE (X2)
n = 100
No Instrument
STS TS N S SS Skor
Total F % F % F % F % F %
1
Kecamatan
Rancabali
memiliki atraksi
wisata alam yang
beragam
2 2% 5 5% 16 16% 64 64% 13 13% 381
2
Kecamatan
Rancabali
memiliki
landscape yang
indah
0 0% 2 2% 5 5% 54 54% 39 39% 430
3
Di Kecamatan
Rancabali tersedia
aktivitas wisata
alam
0 0% 4 4% 15 15% 56 56% 25 25% 402
4
Terdapat beragam
pilihan akomodasi
di Kecamatan
Rancabali
0 0% 6 6% 35 35% 52 52% 7 7% 360
5
Terdapat layanan
informasi
pariwisata
1 1% 17 17% 38 38% 38 38% 6 6% 331
6
Aksesibilitas
menuju
Kecamatan
Rancabali
memadai
2 2% 7 7% 52 52% 33 33% 6 6% 334
119
Sumber: Olahan SPSS, 2019
7
Saya merasakan
ketenangan ketika
berwisata ke
Kecamatan
Rancabali
0 0% 2 2% 17 17% 56 56% 25 25% 404
8
Kecamatan
Rancabali
memiliki ikilim
yang sejuk
2 2% 0 0% 6 6% 50 50% 42 42% 430
9
Kondisi alam di
Kecamatan
Rancabali masih
asri/alami
0 0% 3 3% 10 10% 49 49% 38 38% 422
10
Masyarakat
berperan aktif
dalam kegiatan
pariwisata di
Kecamatan
Rancabali
0 0% 4 4% 38 38% 48 48% 10 10% 364
11
Kecamatan
Rancabali
merupakan
destinasi wisata
yang aman untuk
dikunjungi
0 0% 1 1% 18 18% 71 71% 10 10% 390
12
Biaya masuk di
atraksi wisata
yang berada di
Kecamatan
Rancabali
terjangkau
2 2% 4 4% 24 24% 63 63% 7 7% 369
13
Biaya untuk
berwisata di
Kecamatan
Rancabali telah
sesuai dengan
pengalaman yang
di peroleh
2 2% 4 4% 24 24% 59 59% 11 11% 373
SKOR TOTAL 4990
120
Hasil dari tabel diatas merupakan total dari semua nilai distribusi pada
variabel destination image yang berjumlah 4990, maka dari hasil tersebut
akan digunakan pada garis kontinum dengan penjelasan sebagai beikut :
Nilai Indeks Maksimum (X2) = 5 x (jumlah pernyataan) x (jumlah
responden)
= 5 x 13 x 100
= 6500
Nilai Indeks Minimum (X2) = 1 x (jumlah pernyataan) x (jumlah
responden)
= 1 x 13 x 100
= 1300
Kemudian setelah diperoleh intervalnya, peneliti memasukan kategori
dengan range sebagai berikut :
Sangat Tidak Setuju : 1300 – 2340
Tidak Setuju : 2341 – 3380
Netral : 3381 – 4420
Setuju : 4421 – 5460
Sangat setuju : 5461 – 6500
Interval = 6500 – 1300 = 1040
5
121
GAMBAR 20
GARIS KONTINUM DESTINATION IMAGE (X2)
Gambar diatas, menunjukan penilaian responden terhadap variabel X2
yaitu destination image di Kecamatan Rancabali yang berada pada kategori
setuju, jika dilihat dari skor total yang berada pada interval 4420 – 5460.
Kemudian dari kelima dimensi pada variabel destination image, penilaian
paling tinggi diperoleh dimensi atmosphere dengan persentase sebesar
kemudian dimensi natural attraction.
Hasil tersebut diperoleh dari penilaian responden terhadap dimensi
atmosphere melalui 3 indikator dimana responden merasa setuju bahwa
merasakan ketenangan ketika berwisata ke Kecamatan Rancabali hal itu
karena jika dikaitkan dengan profil wisatawan yaitu mayoritas wisatawan
yang berkunjung berasal dari wilayah perkotaan sehingga ketika berkunjung
ke Kecamatan Rancabali mereka dapat merasakan ketenangan yang tidak
dapat diperoleh di tempat asal mereka. Kemudian didukung dengan iklim
yang sejuk karena secara tipologi Kecamatan Rancabali berada dalam
kawasan dataran tinggi. Lalu kondisi alam yang masih asri karena di wilayah
Kecamatan Rancabali termasuk kedalam kawasan konservasi milik perhutani
sehingga kondisi alamnya masih terjaga. Hasil temuan pada penelitian ini
122
berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Çoban (2012)
mengungkap bahwa di Cappadocia tanggapan paling positif dalam variabl
cognitive image adalah cultural attractions sementara itu dimensi dengan
perolehan paling buruk adalah touristic atmosphere. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Lin, Morais, Kerstetter, and Hou (2007) di Taichung
mengungkap bahwa dimensi dengan perolehan paling positif pada variabel
cognitive image adalah natural attraction sedanglkan dimensi dengan
tanggapan paling rendah yaitu infrastructure. Melalui hasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa setiap destinasi memiliki karakteristik yang
berbeda, baik dari perbedaan dalam pengelolaan atau jenis sehingga persepsi
wisatawan terhadap suatu destinasi akan selalu berbeda.
Lalu untuk dimensi natural attraction mendapatkan penilaian yang
positif dari responden, mereka menilai bahwa Kecamatan Rancabali memiliki
atraksi wisata alam yang beragam. Hasil tersebut selaras dengan studi yang
dilakukan oleh Artuğer et al (2013) mengungkapkan bahwa dimensi yang
paling berkaitan dengan destination loyalty yang telah dibandingkan dengan
dimensi lainya adalah dimensi natural attraction. Jika mengacu pada peta
kawasan wisata Kabupaten Bandung (2012-2017) kawasan Kecamatan
Rancabali didominasi oleh daya tarik wisata alam serta tergolong kedalam
kedalam kawasan light ecotourism dimana dari beberapa daya tarik wisata
tersebut memiliki berbagai keunikan yang membedakan antara satu atraksi
dengan atraksi wisata lainya. Selain itu responden menyatakan setuju jika
Kecamatan Rancabali memiliki landscape yang indah hal itu karena wilayah
Kecamatan Rancabali secara tipologi berada pada kawasan dataran tinggi
123
sehingga dikelilingi oleh perbukitan dan pegunungan sehingga memiliki
panorama atau landscape yang indah bagi wisatawan yang berkunjung, hal
tersebut selaras dengan temuan dalam penelitian mengenai kajian segmen
pasar dan promosi pariwisata Kabupaten Bandung (2013) bahwa alasan
wisatawan yang datang berkunjung ke wilayah Kecamatan Rancabali
dikarenakan memiliki ketertarikan terhadap keindahan alam. Lebih lanjut
telah banyak penulis yang mengungkapkan pentingnya natural attraction
untuk suatu destinasi wisata dan juga berpengaruh terhadap preferensi dan
penilaian wisatawan mengenai destinasi (Hunt, 1975; Peters & Weiermair,
2000; Deng, King, & Bauer, 2002; Wirt, Pröbslt, & Haider, 2009). Lalu
wisatawan menilai jika di Kecamatan Rancabali tersedia aktivitas wisata alam
berdasarkan data temuan terdapat beberapa aktivitas wisata alam yang disukai
oleh wisatawan diantaranya adalah camping, fotografi, serta memberi makan
rusa.
D. Destination Loyalty
1. Dimensi Revisit Intentions
TABEL 21
DIMENSI REVISIT INTENTION
n = 100
No Instrument
STS TS N S SS Skor
Total F % F % F % F % F %
1
Bersedia
untuk
melakukan
kunjungan
2 2% 4 4% 20 20% 54 54% 20 20% 386
124
Sumber: Olahan SPSS, 2019
a) Tabel diatas, menunjukan dari 100 responden jawaban yang paling banyak
pada Bersedia untuk melakukan kunjungan kembali ke Kecamatan
Rancabali adalah pilihan setuju sebanyak 54 atau 54% responden.
Sementara itu sebanyak 20 atau 20% responden menyatakan netral dan
sangat setuju. Sedangkan terdapat 4 atau 4% responden yang menyatakan
tidak setuju dan terdapat 2 atau 2% responden yang menyatakan sangat
tidak setuju atas pernyataan pada indikator pertama dalam dimensi revisit
intentions.
kembali ke
Kecamatan
Rancabali
2
Bersedia
untuk
berkunjung
kembali ke
Kecamatan
Rancabali
meskipun
biaya yang
harus
dikeluarkan
lebih besar
3 3% 15 15% 41 41% 32 32% 9 9% 329
3
Bersedia
untuk
menjadikan
Kecamatan
Rancabali
sebagai
Destinasi
utama
untuk
berwisata
6 6% 21 21% 38 38% 30 30% 5 5% 307
SKOR TOTAL 1022
125
b) Pada tabel diatas, dapat dilihat pada kolom nomor kedua yaitu mengenai
Bersedia untuk berkunjung kembali ke Kecamatan Rancabali meskipun
biaya yang harus dikeluarkan lebih besar sebanyak 41 atau 41% responden
menyatakan netrallalu sebanyak 32 atau 32% responden menyatakan
setuju. Sementara itu sebanyak 15 atau 15% responden menyatakan tidak
setuju. Kemudian terdapat 9 atau 9% responden menyatakan sangat setuju.
Akan tetapi terdapat 3 atau 3% responden yang menyatakan sangat tidak
setuju.
c) Melalui tabel diatas, dapat dilihat hasil penilaian mengenai indaktor ketiga
dari dimensi revisit intentions yaitu Bersedia untuk menjadikan
Kecamatan Rancabali sebagai Destinasi utama untuk berwisata sebanyak
38 atau 38% responden menyatakan netral diikuti oleh sebanyak 30 atau
30% responden menyatakan setuju. Kemudian sebanyak 21 atau 21%
responden meyatakan tidak setuju, sementara itu terdapat 6 atau 6%
responden yang menyatakan sangat tidak setuju dan terdapat 5 atau 5%
responden yang menyatakan sangat setuju atas indikator tersebut.
Hasil dari tabel diatas, total dari semua nilai distribusi dimensi revisit
intentions adalah 1022 , maka hasilnya akan digunakan pada garis kontinum
dengan penjelasan berikut ini:
Nilai Maksimum: 5 x 3 x 100 = 1500
Nilai Minimum: 1 x 3 x 100 = 300
Interval = 1500 – 300 = 240
5
126
Kemudian, setelah mendapatkan interval peneliti memasukan kategori
dengan rincian sebagai berikut :
Sangat Tidak Setuju : 300 – 540
Tidak Setuju : 541 – 780
Netral : 781 – 1020
Setuju : 1021 – 1260
Sangat setuju : 1261 – 1500
GAMBAR 21
GARIS KONTINUM REVISIT INTENTION
Berdasarkan garis kontinum diatas peneliti menyimpulkan bahwa
dimensi revisit intention yang memiliki skor sebesar 1022 termasuk dalam
kategori setuju dengan total skor yang terletak pada interval 1020 – 1260.
Secara umum responden menilai bahwa Bersedia untuk melakukan
kunjungan kembali ke Kecamatan Rancabali, Bersedia untuk berkunjung
kembali ke Kecamatan Rancabali meskipun biaya yang harus dikeluarkan
lebih besar, Bersedia untuk menjadikan Kecamatan Rancabali sebagai
127
Destinasi utama untuk berwisata. Melalui hasil tersebut peneliti
menyimpulkan bahwa responden memiliki keinginan untuk melakukan
kunjungan ulang dengan berbagai kondisi yang dapat kita ketahui melalui
indikator dalam dimensi ini. Menurut Artuğer et al (2013) salah satu
keuntungan utama ketika wisatwan yang loyal adalah adanya peningkatan
keuntungan serta adanya kunjungan ulang.
2. Dimensi Intention to Recommend
TABEL 22
DIMENSI INTENTION TO RECOMMEND
n = 100
N
o Instrument
STS TS N S SS Skor
Tota
l F % F
% F % F % F %
1
Bersedia untuk
membagikan
hal positif
mengenai
wisata di
Kecamatan
Rancabali
2 2
% 4
4
%
1
8
18
%
5
9
59
%
1
7
17
% 385
2
Bersedia untuk
merekomendas
ikan kepada
kerabat seperti
teman,
keluarga, atau
relasi
2 2
% 3
3
%
1
8
18
%
4
5
45
%
3
2
32
% 402
128
Sumber: Olahan SPSS, 2019
a) Tabel diatas menunjukan hasil penilaian responden terhadap Bersedia
untuk membagikan hal positif mengenai wisata di Kecamatan
Rancabali sebanyak 59 atau 59% responden menyatakan setuju
diikuti oleh sebanyak 18 atau 18% responden menyatakan netral. Lalu
sebanyak 17 responden menyatakan sangat setuju. Sementara itu
sebanyak 4 atau 4% responden menyatakan tidak setuju dan sebanyak
2 atau 2% responden menyatakan sangat tidak setuju.
b) Pada kolom kedua menunjukan hasil penilaian responden terhadap
Bersedia untuk merekomendasikan kepada kerabat seperti teman,
keluarga, atau relasi sebanyak 45 atau 45% responden menyatakan
setuju diikuti oleh sebanyak 32 atau 32% responden menyatakan
sangat setuju. Kemudian sebanyak 18 atau 18% responden
menyatakan netral. Sementara itu sebanyak 3 atau 3% responden
menyatakan tidak setuju dan terdapat 2 atau 2% responden
menyatakan sangat tidak setuju atas pernyataan tersebut.
Berdasarkan data pada tabel diatas diperoleh nilai skor total mengenai
dimensi intention to recommend yaitu sebesar 787. Dari nilai tersebut akan
digunakan oleh peneliti untuk menentukan pada garis kontinum dengan
rincian sebagai berikut :
Nilai Maksimum: 5 x 2 x 100 = 1000
Nilai Minimum: 1x 2 x 100 = 200
SKOR TOTAL 787
Interval = 1000 – 200 = 160
5
129
Kemudian setelah memperoleh nilai interval peneliti memasukan
kedalam kategori dengan rincian sebagai berikut:
Sangat Tidak Setuju : 200 – 360
Tidak Setuju : 361 – 520
Netral : 521 – 680
Setuju : 681 – 840
Sangat setuju : 841 – 1000
GAMBAR 22
DIMENSI INTENTION TO RECOMMEND
Berdasarkan garis kontinum diatas peneliti menyimpulkan bahwa
dimensi intention to recommend yang memiliki skor sebesar 787 termasuk
dalam kategori setuju dengan total skor yang terletak pada interval 680 – 840.
Secara umum responden menyatakan setuju bahwa Bersedia untuk
membagikan hal positif mengenai wisata di Kecamatan Rancabali, Bersedia
untuk merekomendasikan kepada kerabat seperti teman, keluarga, atau relasi.
Berdasarkan hasil tersebut peneiliti menyimpulkan bahwa responden dapat
130
berperan pula sebagai pemasar dengan melakukan rekomendasi mengenai
destinasi yang pernah dikunjungi kepada kerabat ataupun relasinya. Menurut
Artuğer et al (2013) dengan melakukan promosi yang positif dari mulut
kemulut, pelanggan loyal dapat menjadi suatu instrumen dalam menentukan
destinasi yang akan dikunjungi oleh calon wisatawa.
131
3. Variabel Destination Loyalty (Y)
TABEL 23
DESTINATION LOYALTY
n = 100
No Instrument
STS TS N S SS Skor
Tota
l F % F % F % F % F %
1
Bersedia
untuk
melakukan
kunjungan
kembali ke
Kecamatan
Rancabali
2 2
% 4 4%
2
0
20
%
5
4
54
%
2
0
20
% 386
2
Bersedia
untuk
berkunjung
kembali ke
Kecamatan
Rancabali
meskipun
biaya yang
harus
dikeluarkan
lebih besar
3 3
%
1
5
15
%
4
1
41
%
3
2
32
% 9 9% 329
3
Bersedia
untuk
menjadikan
Kecamatan
Rancabali
sebagai
Destinasi
utama
untuk
berwisata
6 6
%
2
1
21
%
3
8
38
%
3
0
30
% 5 5% 307
4
Bersedia
untuk
membagika
n hal positif
mengenai
wisata di
Kecamatan
2 2
% 4 4%
1
8
18
%
5
9
59
%
1
7
17
% 385
132
\
Sumber: Olahan SPSS, 2019
Hasil dari tabel diatas merupakan total dari semua nilai distribusi pada
variabel destination image yang berjumlah 4990, maka dari hasil tersebut
akan digunakan pada garis kontinum dengan penjelasan sebagai beikut :
Nilai Indeks Maksimum (Y) = 5 x (jumlah pernyataan) x (jumlah
responden)
= 5 x 5 x 100
= 2500
Nilai Indeks Minimum (Y) = 1 x (jumlah pernyataan) x (jumlah
responden)
= 1 x 5 x 100
= 500
Rancabali
5
Bersedia
untuk
merekomen
dasikan
kepada
kerabat
seperti
teman,
keluarga,
atau relasi
2 2
% 3 3%
1
8
18
%
4
5
45
%
3
2
32
% 402
SKOR TOTAL 1809
Interval = 2500 – 500 = 400
5
133
Kemudian setelah diperoleh intervalnya, peneliti memasukan kategori
dengan range sebagai berikut :
Sangat Tidak Setuju : 500 – 900
Tidak Setuju : 901 – 1300
Netral : 1301 – 1700
Setuju : 1701 – 2100
Sangat setuju : 2101 – 2500
GAMBAR 23
GARIS KONTINUM DESTINATION LOYALTY
Gambar diatas, menunjukan penilaian responden terhadap variabel y
yaitu destination loyalty di Kecamatan Rancabali yang berada pada kategori
setuju, jika dilihat berdasarkan skor total yang berada pada interval 1700 –
2100. Kemudian dari kedua dimensi pada variabel destination loyalty,
penilaian paling tinggi diperoleh dimensi intention to recommend .
Berdasarkan temuan tersebut peneliti menyimpulakan bahwa destination
loyalty dari responden memiliki niat lebih besar untuk melakukan
134
rekomendasi mengenai Kecamtan Rancabali kepada orang lain. Sedangkan
niat untuk melakukan kunjungan ulang jauh lebih kecil, meskipun
berdasarkan temuan mengenai dimensi revisit intentin responden secara
umum menyatakan setuju atas semua indikator pada dimensi tersebut.
Sehingga hasil temuan tersebut selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh
Artuğer et al. (2013) yang mengungkap bahwa destination loyalty para
wisatawan di Alanya memiliki niat untuk merekomendasikan jauh lebih besar
dibandingkan dengan niat mereka untuk melakukan kunjungan kembali.
Berdasarkan temuan tersebut peneliti berasumsi bahwa terdapat suatu
kemungkinan bahwa wisatawan akan melakukan kunjungan ulang ke
Kecamatan Rancabali. Meskipun mereka tidak melakukan kunjungan ulang
tersebut mereka akan tetap melakukan rekomendasi mengenai Kecamatan
Rancabali kepada orang lain. Sehingga akan tetap memberikan dampak
positif yaitu diharapkan dari hasil rekomendasi tersebut akan menimbulkan
keinginan untuk melakukan kunjungan dari kerabat mereka. Dengan kata lain
wisatawan tetap menunjukan loyalitas secara attitudinal loyalty kepada
Kecamatan Rancabali.
E. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan uji pengaruh menggunakan uji regresi liner
berganda, peneliti terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik yang
merupakan syarat untuk melakukan uji regresi.
135
1. Uji Normalitas
TABEL 24
UJI NORMALITAS KLOMOGROW SMIRNOV
Sumber: Olahan SPSS, 2019
dapat dilihat bahwa nilai signifikansi sebesar 0,182 yang berarti data
dalam penelitian ini berdistribusi normal dan telah memenuhi syarat dalam uji
normalitas yaitu nilai signifikansi melebihi 0,05.
2. Uji Multikolinieritas
TABEL 25
HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS
S
u
m
b
e
r
: Olahan SPSS, 2019
Unstandardized
Residual
N 100
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std.
Deviation
,47227376
Most Extreme
Differences
Absolute ,075
Positive ,056
Negative -,075
Test Statistic ,075
Asymp. Sig. (2-tailed) ,182c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Model Colinierity Statisrics Keterangan
Tolerance VIF
1 (Constant)
Travel
Experience
,619 1,616 Tidak Terdapat
Multikolinieritas
Destination
Image
,619 1,616 Tidak Terdapat
Multikolinieritas
136
Hasil uji pada tabel di atas diperoleh nilai tolerance sebesar 0,619 artinya
melebihi 0,10 sehingga dapat diindikasikan tidak terdapat gejala
multikolinierits. Selanjutnya dari nilai VIF diperoleh nilai sebesar 1,616 yang
artinya nilai tersebut lebih rendah dari 10,00 sehingga dapat dinyatakan tidak
terjadi multikoliniertas. Maka dengan melihat hasil dapat disimpulkan model
regresi pengaruh Travel Experience dan Destination Image terhadap
destination Loyalty tidak terjadi gejala multikolonieritas.
3. Uji Heteroskedastisitas
GAMBAR 24
UJI HETEROSKEDASTISITAS
Sumber: Olahan SPSS, 2019
Hasil Uji Pada gambar di atas, menunjukan bahwa penyebaran titik-titik
pada grafik scatterplot menyebar secara acak diatas dan dibawah 0 pada
sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Sehingga dapat di
simpulkan bahwa tidak terjadi heterokeskedastisitas pada model regresi
dalam penelitian ini sehingga dapat dikatakan data dalam penilitian ini
bersifat homogen.
137
F. Uji Hipotesis
1. Uji t
TABEL 26
HASIL UJI T (PARSIAL)
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 5,907 2,460 2,402 ,018
Travel
Experience (X1)
,192 ,040 ,429 4,749 ,000
Destination
Image (X2)
,242 ,060 ,364 4,032 ,000
a. Dependent Variable: Destination Loyalty (Y)
Sumber: Olahan SPSS, 2019
a. Pengujian Hipotesis Pertama
Hasil uji tabel diatas, menunjukan bahwa untuk pengaruh X1 terhadap Y
yaitu variabel travel experience terhadap destination loyalty. Diperoleh
nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai thitung sebesar 4,749 > ttabel
1,988, maka peneliti menyimpulkan bahwa H0 ditolak yang artinya
terdapat pengaruh antara X1 terhadap Y.
b. Pengujian Hipotesis Kedua
138
Hasil uji pada tabel diatas. Menunjukan bahwa untuk pengaruh X2
terhadap Y yaitu variabel destination image terhadap destination image.
Diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai thitung sebesar
4,032 > ttabel 1,988, maka dari perolehan tersebut peneloti menyimpulkan
bahwa H0 ditolak yang artinya terdapat pengaruh antara X2 terhadap Y.
2. Uji F
TABEL 27
HASIL UJI F (SIMULTAN)
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1 Regression 575,260 2 287,630 50,459 ,000b
Residual 552,930 97 5,700
Total 1128,190 99
a. Dependent Variable: Destination Loyalty (Y)
b. Predictors: (Constant), Destination Image (X2), Travel Experience (X1)
Sumber: Olahan SPSS, 2019
a. Pengujian Hipotesis ketiga
Hasil uji tabel F diatas, menunjukan bahwa untuk pengaruh X1 dan X2
terhadap Y terdapat nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 dan Fhitung
50,459 > Ftabel 3,09. Maka melalui hasil tersebut peneliti menyimpulkan
bahwa H0 ditolak yang artinya terdapat pengaruh secara simultan atau
secara bersanaab antara variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y.
139
G. Analisis Regresi Linier Berganda
Setelah melakukan uji asumsi klasik, tahap selanjutnya peneliti akan
melakukan uji pengaruh anatara travel experience dan destination image
terhadap destiantion loyalty apakah terdapat pengaruh baik secara simultan
maupun secara parsial dari setiap dimensi pada setiap variabel independen
terhadap destination loyalty yang merupakan variabel dependen dalam
penelitian ini
1. Persamaan Regresi
TABEL 28
HASIL REGRESI LINIER BERGANDA
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 5,907 2,460 2,402 ,018
Travel Experience
(X1)
,192 ,040 ,429 4,749 ,000
Destination Image
(X2)
,242 ,060 ,364 4,032 ,000
a. Dependent Variable: Destination Loyalty (Y)
Sumber: Olahan Spss, 2019
Berdasarkan hasil yang didapatkan maka persamaan regresi yang dapat
dirumuskan melalui formula sebagai berikut :
𝑌=𝑎+𝑏1𝑋1+𝑏2𝑋2+ 𝑏3𝑋3+⋯
140
Maka,
Atau
Berikut ialah penjabaran koefisien diatas :
TABEL 29
PENJABARAN PERSAMAAN KOEFISIEN
KOEFISIEN DEFINISI
a = 5,907
Memiliki arti bahwa jika kedua variabel
bebas yaitu travel experience (X1) dan
destination image (X2) bernilai nol maka
tingkat destination loyalty di Kecamatan
Rancabali (Y) akan terjadi sebesar 5,907
b1 = 0,192
Memiliki arti bahwa variabel travel
experience meningkat sebesar satu satuan
skor, sementara variabel bebas lainya
konstan. Maka destination loyalty (Y) akan
meningkat sebesar 0,192.
b2 = 0,242
Memiliki arti bahwa variabel destination
image meningkat sebesar satu skor sementara
𝑌= 5,907 + 0,192X1 + 0,242X2
𝑌= 5,907 + 0,192 (Travel Experience) +
0,242 (Destination image)
141
variabel beas linya kontsan, maka destination
loyalty (Y) akan meningkat sebesar 0,242.
2. Hasil Pengujian Regresi Secara Simultan
TABEL 30
ANOVA UNTUK PENGUJIAN KOEFISIEN REGRESI
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1 Regression 575,260 2 287,630 50,459 ,000b
Residual 552,930 97 5,700
Total 1128,190 99
a. Dependent Variable: Destination Loyalty (Y)
b. Predictors: (Constant), Destination Image (X2), Travel Experience (X1)
Sumber: Olahan SPSS, 2019
Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa variabel travel experience dan
destination image memiliki tingkat signifikansi yaitu 0,000 terhadap
destination loyalty yang berarti kedua variabel tersebut secara simultan atau
bersama sama memiliki pengaruh terhadap destination loyalty di Kecamatan
Rancabali. Hasil penelitian ini membuktikan pentingnya peran variabel travel
experience dimana perolehan pengalaman yang berkesan atau memorable dan
variabel destination image yang dinilai berdasarkan citra kognitif memiliki
pengaruh dalam pengembangan loyalitas wisatawan di Kecamatan Rancabali,
seperti niatan untuk melakukan kunjungan ulang dan niat untuk melakukan
rekomendasi kepada yang lain.
142
3. Hasil Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial
TABEL 31
PENGUJIAN KOEFISIEN REGRESI SECARA PARSIAL
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std.
Error
Beta
1 (Constant) 5,907 2,460 2,402 ,018
Travel Experience (X1) ,192 ,040 ,429 4,749 ,000
Destination Image (X2) ,242 ,060 ,364 4,032 ,000
a. Dependent Variable: Destination Loyalty (Y)
Sumber: Olahan SPSS, 2019
Dapat dilihat bahwa dari tabel diatas hasil uji secara parsial, pengaruh
dari masing masing variabel independen yaitu travel experience (X1) dan
destination image (X2) terhadap variabel destination loyalty (Y) dengan
tingkat signifikansi 0,05 maka hasilnya dapat dijelaskan secra terprinci pada
penjelasan sebagai berikut:
a. Travel Experience Terhadap Destination Loyalty
Berdasarkan hasil uji pada tabel diatas mengenai variabel travel
experience memiliki koefisien regresi sebesar 0,192 yang berarti jika ada
penambahan sebesar satu satuan skor, sementara variabel bebas lainya
konstan. Maka destination loyalty (Y) akan meningkat sebesar 0,192.
143
Kemudian berdasarkan hasil uji hipotesis pertama, diperoleh nilai signifikansi
sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai thitung sebesar 4,749 > ttabel 1,988, maka
dapat disimpulkan bahwa Ha diterima yang artinya terdapat pengaruh antara
X1 terhadp Y. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Verinita (2016) mengenai Pengukuran Memorable Tourism Experience Scale
(Mtes) Dengan Pendekatan Kim Ritchie Mccormick Untuk Meningkatkan
Intensi Berkunjung Kembali Ke Desa Wisata Rantih Kota Sawahlunto
Provinsi Sumatera Barat dari hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa
tidak terdapat hubungan antara MTE dengan destination loyalty di Desa
Rantih. Akan tetapi Wirtz et al (2003) mengemukakan bahwa pengalaman
yang diingat dapat menjadi prediksi terbaik dari keinginan untuk melakukan
liburan yang serupa di kesempatan selanjutnya.
b. Destination Image Terhadap Destination Loyalty
Berdasarkan hasil uji pada tabel diatas mengenai variabe destination
image memiliki koefisien regresi sebesar 0,242 yang berarti jika ada
penambahan sebesar satu satuan skor, sementara variabel bebas lainya
konstan. Maka destination loyalty (Y) akan meningkat sebesar 0,242.
Kemudian berdasarkan uji hipotesis kedua, diperoleh nilai signifikansi
sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai thitung sebesar 4,032 > ttabel 1,988. Maka
peneliti menyimpulkan bahwa Ha diterima yang artinya terdapat pengaruh
antara X2 terhadp Y. Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Choi et al. (2011) bahwa dari hasil penelitian tersebut menemukan
destination image memiliki pengaruh terhadap destination loyalty. Lebih
lanjut selaras dengan Choi et al studi yang dilakukan oleh Chen dan Tsai
144
(2007) mengemukakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
destination image dengan destination loyalty. Lalu dari hasil penelitian
tersebut mengemukakan bahwa citra destinasi memiliki dampak pada niat
untuk mengunjungi kembali pada suatu destinasi dan cenderung untuk
merekomendasikan kepada orang lain. Sehingga peneliti menyimpulkan
bahwa citra destinasi memungkinkan untuk membangun kesan tertentu dalam
benak wisatawan mengenai destinasi yang telah ia kunjungi atau yang akan
dikunjungi di masa depan. Jika wisatawan yang berkunjung ke Kecamatan
Rabcabali telah menilai positif mengenai citra destinasi, hal ini
memungkinkan wisatawan akan kembali melakukan kunjungan ataupun
merekomendasikan destinasi tersebut kepada orang lain.
4. Koefisien Determinasi
a. Koefisien Determinasi Simultan
TABEL 32
KOEFISIEN DETERMINASI SIMULTAN
Model Summary
Mode
l
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,714a ,510 ,500 2,38753
a. Predictors: (Constant), Destination Image (X2), Travel Experience (X1)
Sumber: Olahan SPSS, 2019
Dapat dilihat pada tabel diatas diketahui R square sebesar 0,510 hal
tersebut mengandung arti bahwa variabel X1 dan X2 berpengaruh secara
bersamaan atau simultan terhadap variabel Y adalah sebesar 51% sementara
sisanya sebesar 49% dipengaruhi oleh variabel selain variabel travel
experience dan destination image yang tidak diteliti pada penelitian ini.
145
b. Koefisien Determinasi Parsial
TABEL 33
KOEFISIEN DETERMINASI PARSIAL
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,654a ,428 ,422 2,56670
a. Predictors: (Constant), Travel Experience
Dapat dilihat pada tabel diatas diketahui nilai R square sebesar 0,428 hal
tersebut mengandung arti bahwa variabel X1 yaitu travel expeirence memiliki
pengaruh terhadap variabel Y yaitu destination loyalty sebesar 42,8%
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel destination image atau variabel
lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.
TABEL 34
KOEFISIEN DETERMINASI PARSIAL
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,629a ,396 ,390 2,63705
a. Predictors: (Constant), Destination Image
Dapat dilihat pada tabel diatas diketahui nilai R square sebesar 0,396 hal
tersebut mengandung arti bahwa variabel X1 yaitu travel expeirence memiliki
pengaruh terhadap variabel Y yaitu destination loyalty sebesar 39,6%
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel travel experience ataupun
variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
146
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan yaitu
sebagai berikut:
1. Travel experience yang diperoleh wisatawan di Kecamatan Rancabali
secara umum dari tujuh dimensi yaitu hedonism, novelty, local culture,
refreshment, meaningfulness, involvment, knowledge berada dalam kategori
baik. Dari ketujuh dimensi, dimensi involvment memperoleh penilaian paling
tinggi dibandingkan dengan dimensi lainya.
2. Destination image atau citra destinasi di Kecamatan Rancabali berada
dalam kategori baik. Dari kelima dimensi pada variabel destination image
perolehan tertinggi yaitu pada dimensi atmosphere dan natural attracation.
3. Variabel destination loyalty berdasarkan hasil penilaian responden telah
berada dalam kategori baik. Pada hasil pengolahan data tersebut mayoritas
wisatawan menyatakan keinginan untuk merekomendasikan hal positif
mengenai wisata di Kecamatan Rancabali kepada kerabat atau relasinya
dibandingkan dengan keinginan untuk melakukan kunjungan ulang.
Meskipun begitu responden masih menunjukan tanggapan positif atas
147
dimensi revisit intention akan tetapi jumlahnya tidak sebesar perolehan
intention to recommend.
4. Pada penelitian ini dibuktikan pengaruh travel experience terhadap
destination loyalty wisatawan di Kecamatan Rancabali, serta memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap destination loyalty di Kecamatan
Rancabali.
5. Pada penelitian ini menunjukan adanya pengaruh destination image
terhadap destination loyalty di Kecamatan Rancabali, serta memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap destination loyalty di Kecamatan
Rancabali.
6. Terdapat pengaruh secara simultan travel experience dan destination image
terhadap destination loyalty di Kecamatan Rancabali. Lalu dari kedua
variabel tersebut menunjukan pengaruh terhadap destination loyalty sebesar
51% sementara sisanya sebesar 49% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
diteliti.
B. Implikasi
Dengan semakin banyaknya destinasi wisata serta kebutuhan akan wisata
yang terus meningkat, sangat penting bagi para stakeholders seperti dalam
pemerintahan yaitu dinas pariwisata, organisasi atau lembaga pariwisata, serta
pihak pengelola atraksi wisata untuk memahami loyalitas wisatawan.
Diantaranya melalui pendekatan berdasarkan variabel yang
memperngaruhinya seperti travel experience dan destination loyalty.
148
Hasil penelitian ini dapat berkontribusi sebagai bahan acuan atau refrensi
sebagai pengetahuan mengenai loyalitas wisata di Kecamatan Rancabali dan
memberikan implikasi yang mendalam khususnya bagi para pengelola atraksi
di wilayah Kecamatan Rancabali. Melalui penelitian ini, diharapkan pihak
pengelola atraksi dapat mempertimbangkan aspek travel experience
khususnya membentuk pengelaman wisata yang berkesan guna membentuk
dan meningkatkan loyalitas wisatawan. Selain itu aspek lainya yang perlu
dipertimbangkan adalah variabel destination image yang dapat
diimplementasikan melalui citra kognitif sehingga terbentuk citra destinasi di
Kecamatan Rancabali yang diharapkan dapat membentuk dan meningkatkan
loyalitas wisatawan.
C. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti mengajukan
beberapa saran yang disesuiakan dengan pembahasan dalam penelitian ini.
Berikut merupakan beberapa saran yang dapat peneliti berikan :
1. Upaya yang dapat dilakukan oleh pihak pengelola dalam meningkatkan dan
membentuk pengalaman yang bermakna oleh wisatawan adalah menciptakan
program yang berbasis pada peningkatakan dalam self-development,
relationship development, enhanced family well being. Dalam membentuk
relationship development pihak pengelola dapat memperhatikan aspek dalam
mempererat hubungan antara wisatwan dengan teman berwisata mereka atau
teman mereka serta mampu memberikan kesempatan dalam menjalin
pertemanan baru dengan sesama wisatawan lainya maupun dengan
149
masyarakat lokal yaitu dengan menciptakan kegiatan outbond yang
melibatkan kerjasama bersama rekan satu tim. Lalu dalam upaya
meningkatkan self development pihak pengelola dapat memperhatikan pada
aspek yang mengacu pada peningkatakan kapasitas inetelektual wisatawan
baik dalam memperluas perspektif mengenai makna kehidupan dan dunia,
upaya mengubah identitas diri, serta perolehan keterampilan baru kegiatan
tersebut dapat berupa workshop mengenai pembutan alat musik karinding.
Secara seumum aspek pengembangan diri mengacu pada manfaat yang
diperoleh secara pribadi dalam suatu perjalanan yang dilakukan oleh
seseorang. Untuk aspek terakhir dalam upaya meningkatkan pengalaman
yang bermakna, pihak pengelola perlu memperhatikan aspek family
wellbeing, upaya yang dapat dilakukan pihak pengelola dalam meningkatkan
aspek tersebut adalah menciptakan program yang dapat meningkatkan
kebahagiaan keluarga dan peningkatan pengetahuan anak-anak mereka
mengenai dunia serta menciptakan program yang melibatkan interaksi antara
anggota keluarga sehingga mereka akan merasakan kedekatan ketika keluarga
tersebut melakukan hal-hal menyenangkan bersama-sama kegiatan tersebut
dapat berupa pertunjukan seni budaya lokal.
2. Untuk dapat meningkatkan variabel destination image pihak pengelola dan
pihak pemerintahan yang terkait perlu memperhatikan ketiga aspek penilaian
dalam dimensi tersebut yaitu akomodasi, layanan informasi, dan akses jalan.
Dari ketiga indikator tersebut aspek layanan informasi dan akses jalan
memperoleh nilai yang rendah jika dibandingkan dengan aspek akomodasi.
150
Sehingga peneliti menyarankan untuk meningkatkan layanan informasi untuk
menunjang kegiatan wisata baik layanan informasi berbentuk offline atau
yang dapat kita jumpai seperti tourist information center serta layanan
informasi berbentuk online dimana perlu adanya media yang berisi berbagai
informasi wisata di Kecamatan Rancabali sehingga kebutuhan informasi
wisatawan dapat mudah diakses dimanapun ketika mereka membutuhkan
informasi tersebut. Untuk aspek selanjutnya mengenai akses jalan diperlukan
adanya koordinasi antar pihak pihak terkait baik itu pemerintahan,
masyarakat, serta pihak swasta dalam upaya meningkatkan infrastruktur
berupa akses jalan yang lebih memadai dan aman bagi wisatawan yang
berkunjung ke Kecamatan Rancabali.
3. Peneliti mengajukan saran untuk dapat meningkatkan revisit intention
adalah dengan menciptakan inovasi dan kreasi baru yang dapat menarik minat
wisatawan baik berupa penambahan program baru ataupun daya tarik yang
baru yang diadaptasi dari kedua variabel yang mempengaruhi destination
loyalty yaitu travel experience dan destination image.
4. Dengan memperhatikan pada kedua variabel diharapkan dapat meningkat
destination loyalty wisatawan terhadap Kecamatan Rancabali. Dari kedua
variabel tersebut secara simultan memberikan pengaruh sebesear 51% yang
berarti cukup besar dampaknya dalam membentuk destination loyalty. Selain
itu peneliti menyarankan untuk ada penelitian lanjutan tidak hanya dari kedua
variabel tersebut, tetapi juga dari variabel lainya yang dapat diteliti
pengaruhnya terhadap destination loyalty. Sehingga dengan adanya temuan
151
lainya dapat menjadi bahan masukan bagi peningkatan dan pengembangan
wisata khususnya yang berkaitan dengan destination loyalty.
DAFTAR PUSTAKA
Ades, Sanjaya. 2011. Model-model Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta
Aise Kyoungjin Kim & Graham Brown (2012) Understanding the relationships
between perceived travel experiences, overall satisfaction, and destination
loyalty, Anatolia, 23:3, 328-347.
ANDERECK, K., BRICKER, K.S., KERSTETTER, D. & NICKERSON, N.P.
2006.Connecting experiences to quality: understanding the meanings behind
visitors’ experiences. ( In Jennings, G. & Nickerson, N.P., eds Quality
tourism experiences.Oxford: Elsevier Butterworth-Heinemann. p. 81-98.)
Arikunto, Suharsimi. (2001) Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta; Bina Aksara
Artuger, S., Çetinsö, B.C., Kılıç, I. (2013) The Effect of Destination Image on
Destination Loyalty: An Application In Alanya
Aswin Sangpikul. (2018). The effects of travel experience dimensions on tourist
satisfaction and destination loyalty: the case of an island destination",
International Journal of Culture, Tourism and Hospitality Research.
152
Baumeister, Roy F., and Kathleen D. Vohs. (2002). “The Pursuit of
Meaningfulness in Life.” Handbook of Positive Psychology, 608-18.
Baloğlu, Ş. (1999). A path analytic model of visitation intention involving
information sources, socio-psychological motivations, and destination image.
Journal of Travel and Tourism Marketing, 8(3), 81–91. Baloğlu, Ş., &
McCleary, K. W. (1999). A model of destination image formation. Annals of
Tourism Research, 26(4), 868–897.
Beerli, A., & Martin, D. J. (2004). Factors influencing destination image. Annals
of Tourism Research, 31(3), 657–681.
Caru, A. and Cova, B. (2007), Consuming experience, Routledge, London.
Chandralal, Lalith, and Fredy Valenzuela. (2013). “Exploring Memorable
Tourism Experiences: Antecedents and Behavioural Outcomes.” Journal of
Economics, Business and Management, 1 (2): 177-81.
Chen, C.-F. and Tsai, D. (2007), “How destination image and evaluative factors
affect behavioral intentions?”, Tourism Management, Vol. 28 No. 4, pp.
1115-1122.
Chen, J. S., & Uysal, M. (2002). Market positioning analysis: A hybrid approach.
Annals of Tourism Research, 29(4), 987–1003.
Chi. (2010). Characteristics: A Multiple Group Analysis Approach Destination
Loyalty Formation and Travelers' Demographic. Journal of Hospitality &
Tourism Research.
153
Chi Geng-Qing, C., & Qu, H. (2008). Examining the structural relationships of
destination image, tourist satisfaction and destination loyalty: An integrated
approach. Tourism Management, 29(4), 624–636.
Chiu, W., Zeng, S., & Cheng, P.S.T. (2015). The influence of destination image
and
tourist satisfaction on tourist loyalty: a case study of Chinese tourists in Korea.
Choi, G. J., Tkachenko, T., & Sil, S. (2011). On the destination image of Korea by
Russian tourists. Tourism Management, 32(1), 193–194.
Claes Fornell; Birger Wernerfelt Journal of Marketing Research, Vol. 24, No. 4.
(Nov., 1987), pp. 337-346
Clawson, M. & Knetsch, J. L. (1966). Economics of outdoor recreation.
Baltimore: Johns Hopkins Press
Çoban, S. (2012) The effects of the image of destination on tourist satisfaction
and loyalty: The case of
Cappadocia. European Journal of Social Sciences, 29(2), 222–232.
Dobni, D. and Zinkhan, G.M. (1990), “In search of brand image: a foundation
analysis”, Advances in Consumer Research, Vol. 17, pp. 110-9.
ETC (2006). Tourism Trends for Europe. Europian Travel Commision, Brussels.
Ernst, H. (2006). Der rosarote Blick zurück. Psychologie Heute 9, pp. 64-70
154
Fornell, Wernerfelt. (1988). A Model for Customer Complaint Management.
Marketing Science, Vol. 7, No. 3. (Summer, 1988), pp. 287-298.
Frankl, Viktor E. (1985). Man’s Search for Meaning. New York: Simon &
Schuster.
Ganesh, J., Arnold, M. J. and Reynolds, K. E. (2000) Understanding the customer
base of service providers: An examination of the differences between
switchers and stayers, Journal of Marketing, 64, 65–87.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS Edisi
Ketujuh. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.
González, B.G., Ruiz, C. E. dan Zamora, T. D. (2018). Destination image,
satisfaction and destination loyalty in cruise tourism: the case of Malaga
(Spain).
Gulo, W. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Grasindo Anggota IKAPI
Hallman, K., Zehrer, A., Muller, S. (2011). Perceived Destination Image: An
Image Model for a Winter Sports Destination and Its Effect on Intention to
Revisit.ban
Hamidi, 2004. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan
Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press.
Hasan, Iqbal. Misbahudin. (2013). Analisis Data Penelitian Dengan Statistik , Vol.
2.
Hanyu, K. 1993 The Affective Meaning of Tokyo: Verbal and Nonverbal
Approaches. Journal of Environmental Psychology 13:161–172.
155
Herdiansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.
Juaneda, C. (1996). Estimating the probability of return visits using a survey of
tourist expenditure in the Balearic Islands. Tourism Economics 2(4), pp. 339-
352
Juliansyah Noor.(2012). Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis dan Disertasi Karya
Ilmiah. Cetakan Kedua. Jakarta:Kencana Prenada Media.
Kandampully, J., Suhartanto, D. (2000) Customer loyalty in the hotel industry:
The role of customer satisfaction and image.
Khan, Singh. (2012). An Approach to Increase Customer Retention and Loyalty in
B2C World.
Kim, J-H. (2009). Development of a scale to measure memorable tourism
experiences. Indiana University
Kim, H., & Richardson, S. L. (2003). Motion picture ımpacts on destination
images. Annals of Tourism Research, 30(1), 216–237.
Kim, J-H., Ritchie, J. R. B. & McCormick, B. (2012). Development of a scale to
measure Memorable Tourism Experiences. Journal of Travel Research
51(12), pp. 12-25
Kim, J.-H., Ritchie, J. R. B. & Vincent, V. W. S. (2010). The Effect of
Memorable Experience on Behavioral Intentions in Tourism: A Structural
Equation Modeling Approach. Tourism Analysis 15(6), pp. 637-648
156
Kothari, C.R. 2004. Research Methodology: Methodology & Techniques. 2nd Ed.
India: New Age International (P) Ltd.
Kozak, M. and Rimmington, M. (2000), “Tourist Satisfaction with Mallorca,
Spain, as an Off-Season Holiday Destination”, Journal of Travel Research,
Vol. 38, pp. 260-269.
Kusherdyana, & Sulaiman, S. (2103). Pengantar Statistika Pariwisata Aplikasinya
Dalam Bidang: Pariwisata, Usaha Perjalanan, Dan Perhotelan.
Bandung:Alfabeta.
Larsen, S. (2007). Aspects of a Psychology of the Tourist Experience. Journal of
Hospitality and Tourism. 7 (1), pp. 7-18
Lin, H. C., Morais, B. D., Kerstetter, L. D., & Hou, S. J. (2007). Examining the
role of cognitive and affective image in predicting choice across natural,
developed, and theme park destinations. Journal of Travel Research, 46(2),
183–194.
Mahasuweerachai, P. and Qu, H. (2011), “The impact of destination image on
value, satisfaction, and loyalty: moderating effects of tourist characteristics
and involvement”, 16th Annual Graduate Education and Graduate Student
Research Conference in Hospitality and Tourism, Houston, TX.
Masyhuri dan Zainuddin, (2011). Metode Penelitian-Pendekatan Praktis dan
Aplikatif. Bandung: PT Refika Aditama.
157
Martin, H., Collado, J., and Bosque, I. (2013), “An exploration of the effects of
past exuriience and tourist involvement on destination loyalty formation”,
Current Issues in Tourism, Vol. 16 No.4, pp. 327-342.
Morgan, M. and Feifei, X. (2009). “Student Travel Experiences: Memories and
Dreams.” Journal of Hospitality Marketing & Management, 18: 216-36.
Morgan, M., Lugosi, P. & Ritchie, J.B.R. (2010). The Tourism and Leisure
Experience: Consumer and Managerial Perspectives
Musfiqon, H. (2012) Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka
Oh, H., Fiore, A. M. & Jeong, M. (2007). Measuring Experience Economy
Concepts: Tourism Applications. Journal of Travel Research 46, pp. 119-32
Oliver, R. L. (1999). Whence consumer loyalty. Journal of Marketing, 63(4), 33-
44.
Ooi, C-S. (2003). Crafting tourism experiences: managing the attention product.
12th Nordic symposium on tourism and hospitality research
Oppermann, M. (2000) Tourism Destination Loyalty. Journal of Travel Research,
39(1),78-84.
Perdue, R. R. (1985). Segmenting State Travel Information Inquirers by Timing
of the Destination Decision and Previous Experience. Journal of Travel
Research 23, pp. 6-11
Pine, Joseph B., and James H. Gilmore. (1999). “Welcome to the Experience
Economy.” Harvard Business Review, July-August, 97-105.
158
Quan, S. – Wang, N. (2004). Towards a Structural Model of The Tourist
Experience : An Illustration From Food Experience in Tourism, Tourism
Management. Vol. 25, pp 297-305.
Ritchie, J. R. B. & Ritchie, R.J.B. (1998). The Branding of Tourism Destinations:
Past Achievements and Future Challenges.
Santoso, Singgih. 2012. Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Shoemaker, S., & Lewis, R. C. (1999). Customer loyalty: The future of hospitality
marketing. International Journal of Hospitality Management, 18, 345–370.
Sharpley, Richard, and Priya Sundaram. (2005). “Tourism: A SacredJourney? The
Case of Ashram Tourism, India.” International Journal of Tourism Research,
7 (3): 161-71.
Shankar, V., Smith, A.K., Rangaswamy, A. (2003). Customer Satisfaction and
loyalty in online and offline environments. Internal Journal of Research in
Marketing, 20, 153-175.
Soehartono, Irawan, 2002, Metode Penelitian Sosial, Bandung. Remaja
Soewadji, Jusuf, Pengantar Metodologi Peneletian, Jakarta : Mitra Wacana Media,
2012.
Som, A. P. M., Marzuki, A.,Yousefi, M. and AbuKhalifeh, A. (2012).Factors
Influencing Visitors’ Revisit Behavioral Intentions: A Case Study of Sabah,
Malaysia. International Journal of Marketing Studies.4 (4), pp 30-50
159
Sudjana, 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono (2007). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, cv.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Manajemen. Bandung : Alfabeta
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metode Penelitian: Lengkap, Praktis, dan Mudah
Dipahami. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Thomas, B. & Tobe, J. (2013). Anticipate: Knowing what customers need. New
Jersey: John Wiley & Sons.
Toyama, M., & Yamada, Y. (2012). The relationships among tourist novelty,
familiarity, satisfaction, and destination loyalty: Beyond the novelty-
familiarity continuum. International Journal of Marketing Studies, 4(6), 10.
Tung, Vincent W. S., and J. R. Brent Ritchie. (2011). “Exploring the Essence of
Memorable Tourism Experiences.” Annals of Tourism Research, 38 (4):
1367-86.
Husein Umar, 2005. Metode Penelitian. Jakarta : Salemba Empat
Uriely, N. (2005). The Tourist Experience: Conceptual Developments, Annals of
Tourism. Vol. 32, No. 1, pp. 199-216.
160
Ujang, Sumarwan. 2004. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapanya Dalam
Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Verinita. (2016). Pengukuran Memorable Tourism Experience Scale (Mtes)
Dengan Pendekatan Kim Ritchie Mccormick Untuk Meningkatkan Intensi
Berkunjung Kembali Ke Desa Wisata Rantih Kota Sawahlunto Provinsi
Sumatera Barat
Walgito, Bimo. (2010) Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi
Weisheng Chiu, Shiheng Zeng, Philip Shao-Tung Cheng, (2016) "The influence
of destination image and tourist satisfaction
on tourist loyalty: a case study of Chinese tourists in Korea", International Journal
of Culture, Tourism and Hospitality
Research, Vol. 10 Issue: 2, pp.223-234, doi: 10.1108/IJCTHR-07-2015-0080
Wirtz, D., Kruger, J., Scollon, C. N. & Diener, E. (2003). What to Do on Spring
Break? The Role of Predicted, On-line, and Remembered Experience in
Future Choice. Psychological Science 14, pp. 520-24
Woodside, A.G. (2008). Advances in Culture, Tourism and Hospitality Research.
JAI Press
Yoon, Y. and Uysal, M. (2005) Examination of the Effects of Motivation and
Satisfaction on Destination Loyalty: A Structural Model
Zhang, H., Fu, X., Cai, L., & Lu, L. (2014) Destination image and tourist loyalty:
A meta-analysis.
161
Glosarium
attitudinal loyalty : pembelian berulang oleh pelanggan dan
merekomendasikannya kepada orang lain.
Atmosphere : suasana mengenai kondisi yang dirasakan oleh wisatawan menganai
lingkungan baik itu cuaca, iklim, dan kondisi alam ataupun suasana psikologis
wisatawan.
Behavioural loyalty : perilaku konsumsi seperti kunjungan berulang yang
dilakukan oleh wisatawan
Cognitive Image : mencerminkan informasi atau kepercayaan yang dimiliki
seseorang tentang suatu tempat
Destination image : sebuah perasaan, impresi, opini, dan emosi tentang suatu
tempat
162
Destination loyalty : niat wisatawan untuk mengunjungi kembali tujuan yang
sama, dan niat mereka untuk merekomendasikan tujuan tersebut kepada mereka
teman/kerabat.
Enhanced family well-being : Sebuah upaya peningkatan hubungan antara
anggota keluarga dengan meningkatkan pengetahuan dan interaksi dengan sesama
anggota keluarga.
Hedonism : sensasi, kesenangan, dan menikmati pada kegiatan pariwisata
Involvment : Keterlibatan seseorang dengan lingkungan sekitar
Infrastructure : komponen infrastruktur dasar seperti aksesibilitas, saluran air,
listrik, pasokan air, drainase, saluran air limbah, sistem dan layanan pembuangan
limbah padat. Selain itu, fasilitas seperti akomodasi, restoran, fasilitas rekreasi dan
fasilitas perbelanjaan juga termasuk kedalam infrastruktur pariwisata.
Knowledge : Eksplorasi terhadap budaya baru dan penerimaan pengetahuan baru
dalam rangkaian perjalanan wisata
Local culture : keterliabatan antara wisatawan dengan masyarakat lokal dan
kebudayaan setempat.
Meaningfulness : perolehan pengalaman yang bermakna.
Memorable tourism experience : Suatu pengalaman yang menyenangkan,
menarik, serta tak terlupakan bagi mereka yang mengalami peristiwa tersebut.
Natural Attraction : keragaman atraksi wisata, Keindahan alam, dan aktivitas
wisata alam
Novelty : Perolehan pengalaman yang baru.
Recomend to others : Rekomendasi kepada orang lain adalah salah satu jenis
informasi yang paling sering dicari atau digunakan oleh seseorang yang tertarik
untuk melakukan perjalanan dalam memperoleh informasi mengenai suatu tempat
tujuan
Refreshment : faktor psikolog dirasakan dari suatu perjalanan yang dialami oleh
wisatawan seperti ketenangan dan kebebasan.
163
Relationship development : Peningkatan hubungan antara teman atau kerabat.
Self development : Peningkatan atau memperluas intelektual melalui kegiatan
atau pandangan dalam upaya membentik atau merubah identitas diri dan
memperoleh keterampilan baru.
Social Environment : sikap masyarakat lokal serta kondisi keamanan dari suatu
tempat tujuan
Revisit intention : wisatawan menikmati kembali dengan alasan estetika
(kenangan, sentimentalitas, rasa memiliki) atau alasan pengetahuan dari wilayah
geografis untuk kegiatan yang dipilih.
Travel experience : paparan antara wisatawan dengan lingkungan pariwisata dan
interaksi antara wisatawan dan penyedia layanan, melalui keterlibatan, persepsi,
dan partisipasi dalam acara atau kegiatan di tempat tujuan
Value for money : berarti kesesuaian harga yang telah dikeluarkan dan
keterjangkauan harga
Word of mouth : berupa tindakan untuk melakukan rekomendasi dari mulut ke
mulut.