Pengaruh Travel Experience & Destination Image Terhadap ...

176
i Pengaruh Travel Experience & Destination Image Terhadap Destination Loyalty di Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Strata-1 Program Studi Studi Industri Perjalanan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung Disusun Oleh : Iqbal Fauzi Lisyanto (201520463) PROGRAM STUDI STUDI INDUSTRI INDUSTRI PERJALANAN SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG BANDUNG 2019

Transcript of Pengaruh Travel Experience & Destination Image Terhadap ...

i

Pengaruh Travel Experience & Destination Image Terhadap Destination

Loyalty di Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan

Program Strata-1

Program Studi Studi Industri Perjalanan

Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

Disusun Oleh :

Iqbal Fauzi Lisyanto

(201520463)

PROGRAM STUDI

STUDI INDUSTRI INDUSTRI PERJALANAN

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG

BANDUNG

2019

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Pengaruh Travel Experience & Destination Image Terhadap Destination

Loyalty di Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung

Nama : Iqbal fauzi Lisyanto

NIM : 201520463

Program Studi : Studi Industri Perjalanan

Pembimbing I,

Dwiesty Dyah Utami, MM.Par., M.Sc.

NIP: 19861007 201101 2 015

Bandung, 8 Maret 2019

Mengetahui,

Kepala Bagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan,

Andar Danova L. Goeltom, S.Sos., M.Sc

NIP: 19710506 199803 1 001

Pembimbing II,

Dr. R. Kusherdyana, M.Pd

NIP: 19640630 198703 1 001

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Iqbal Fauzi Lisyanto

Tempat/Tanggal Lahir : Ciamis, 02 Oktober 1996

NIM : 2015120463

Program Studi : Studi Industri Perjalanan

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi yang berjudul: “Pengaruh Travel Experience dan Destination

Image terhadap Destination Loyalty di Kecamatan Rancabali

Kabupaten Bandung” ini merupakan hasil karya dan hasil penelitian saya

sendiri, bukan merupakan hasil penjiplakan, pengutipan, penyusunan oleh

orang atau pihak lain atau cara-cara lain yang tidak sesuai dengan ketentuan

akademik yang berlaku di STP Bandung dan etika yang berlaku dalam

masyarakat keilmuan kecuali arahan dari Tim Pembimbing.

2. Dalam Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang atau pihak lain kecuali secara tertulis dengan jelas

dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan sumber, nama

pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

3. Surat Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, apabila dalam naskah

Skripsi ini ditemukan adanya pelanggaran atas apa yang saya nyatakan di

atas, atau pelanggaran atas etika keilmuan, dan/atau ada klaim terhadap

keaslian naskah ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa

pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini dan sanksi

lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Sekolah Tinggi Pariwisata

Bandung ini serta peraturan-peraturan terkait lainnya.

4. Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk

dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, Juli 2019

Yang membuat pernyataan,

Materai Rp. 6000,-

Iqbal Fauzi Lisyanto

NIM 201520463

iv

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, dengan rahmat dan karunia-Nya

laporan penelitian dengan judul Pengaruh Travel Experience dan Destination

Image terhadap Destination Loyalty di Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung

dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Pada kesempatan kali ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Faisal, MM.Par., CHE selaku Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata

Bandung

2. Bapak Andar Danova L. Goeltom, S.Sos., M.Sc selaku Kepala Bagian

Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Pariwisata

NHI Bandung;

3. Ibu Dwiesty Dyah Utami, MM.Par., M.Sc selaku ketua program Studi

Indusri Perjalanan dan dosen pembimbing yang membimbing saya dalam

penyusunan skripsi;

4. Bapak Dr. Kusherdyana, M. Pd selaku dosen pembimbing yang

membimbing saya dalam penyusunan skripsi;

5. Bapak Muhamad Sofiyurahman S.St. Par selaku Kepala Seksi

Pengembangan SDM Pariwisata Pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kabupaten Bandung yang telah membantu dalam memberikan data dan

perijinan untuk dapat melakukan riset ini.

6. Kedua Orang Tua, dan adik yang telah memberikan dukungan selama

menempuh riset ini.

7. Rekan-rekan Studi Industri Perjalanan Angkatan 2015 yang telah

menemani selama hampir empat tahun ini serta memberikan dukungan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Hana Renata Naulita Gultom yang telah memberikan dukungan dalam

menempuh riset ini.

9. Seluruh pihak yang telah membantu kami yang tidak dapat kami sebutkan

satu persatu

v

Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang terkait,

dan kami sangat menghargai apabila ada kritik dan saran yang membangun untuk

penelitian ini. Terima Kasih.

Bandung, Agustus 2019

Iqbal Fauzi Lisyanto

vi

ABSTRAK

Tujuan – penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dari variabel travel

experience, destination image, dan destination loyalty di Kecamatan Rancabali

Kabupaten Bandung. Selain itu penelelitian ini bertujuan untuk mengungkap

apakah terdapat pengaruh antara travel experience dan destination image terhadap

destination loyalty baik secara simultan atau bersama sama maupun secara parsial

atau tersendiri. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para

pengelola dalam merencanakan strategi pengembangan pariwisata yang tepat

dalam upaya untuk meningkatkan destination loyalty wisatawan melalui

pendekatan terhadap variabel travel experience dan destination image

Metodologi – metode penelitian menggunakan metode kuantitatif sedangkan

berdasarkan tingkat eksplanasinya yang digunakan oleh peneliti adalah metode

penelitian asosiatif. Populasi dalam penelitian ini yaitu wisatawan yang

berkunjung ke wilayah Kecamatan Rancabali. Teknik pengumpulan data berupa

kuesioner, dan dokumentasi, dengan menggunakan alat kumpul data berupa

angket offline yang ditujukan kepada wisatwan yang sedang berkunjung dan

online untuk wisatawan yang telah berkunjung ke Kecamatan Rancabali.

Sementara itu dokumen resmi digunakan untuk data pendukung. Data temuan

diperoleh dari 100 responden yang di analisis menggunakan teknik analasis

regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh dari kedua variabel

independen terhadap varibel dependen.

Data Temuan – Secara demografis mayoritas wisatawan adalah laki-laki dengan

rentang usia 21 – 30, pekerjaan sebagai mahasiswa/pelajar, pendidikan terakhir

S1, daerah asal Bandung, serta frekuensi kunjungan ke Kecamtan Rancabali 2 s/d

3 kali. Pada variabel travel experience penilaian paling tinggi diperoleh dimensi

involvment. Sedangkan untuk variabel destination image penilaian tertinggi

diperoleh dimensi atmosphere. Untuk variabel destination loyalty penilaian

tertinggi diperoleh dimensi intention to recommend. Berdasarkan hasil uj regresi

linier berganda mengungkap terdapat pengaruh antara travel experience dan

destination image terhadap destination loyalty baik secara simultan maupun

parsial.

Rekomendasi –variabel travel experience dapat ditingkatkan dengan

menciptakan program berbasis self-development, relationship development,

enhanced family well being. Kemudian destination image perlu ditingkatkan

dimensi infrastructure khususnya akomodasi, layanan informasi, dan aksesibilitas.

Selanjutnya untuk meningkatkan loyalitas, dapat menciptakan program yang

diadaptasi dari variabel yang mempengaruhi destination loyalty yaitu travel

experience dan destination image.

Nilai – belum ada penelitian sebelumnya yang membahas mengenai pengaruh

antara travel experience dan destination image terhadap destination loyalty

Kata Kunci – travel experience, destination image, destination loyalty

vii

ABSTRACT

Purpose – This study aims to determine the conditions of the variable travel

experience, destination image, and destination loyalty in Rancabali District,

Bandung Regency. In addition, this study aims to reveal whether there is an

influence between travel experience and destination image of destination loyalty,

either simultaneously or partially. The results of this study are expected to be

useful for the stakeholders in planning the right decision in tourism development

and also it’s strategy to increase tourist destination loyalty through travel

experience and destination image.

Methodology – The research method used is quantitative, while based on the level

of explanation is an associative research method. The population in this study are

tourists visiting the Rancabali District. Data collecting techniques used is form of

questionnaires, and documentation. By using a data collection tool in the form of

an offline questionnaire intended for visiting tourists and online for tourists who

have visited Rancabali District. Meanwhile official documents are used for

supporting data. The data were obtained from 100 respondents analyzed using

linear regression analysis techniques to determine the effect of the two

independent variables to the dependent variable.

Findings – The results show that the majority of tourist are men with a range of

age 21-30, work as a student, last education is bachelor degree, Bandung origin,

and frequency visits to Kecamtan Rancabali 2 to 3 times. The fhighest assessment

on travel experience is involvment dimension. Destination image is catategorized

agree, with atmosphere dimension as the highest assesment. Meanwihle, in

destination loyalty the dimension with highest asessment is intention to

recommend. Based on the results of multiple linear regression tests revealed there

is an influence between the travel experience and destination image of destination

loyalty both simultaneously and partially.

Recommendations – Travel experience variables can be improved by creating

programs based on self-development, relationship development, enhanced family

well being. Then the destination image needs to be improved infrastructure

dimensions especially accommodation, information services, and accessibility.

Furthermore, to increase loyalty, can create programs that are adapted from

variables that affect destination loyalty, namely travel experience and destination

image

Value – there has been no previous research that discussed the effect of travel

experience and destination image on destination loyalty.

Keywords – travel experience, destination image, destination loyalty

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN .......................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR...............................................................................................................iv

ABSTRAK ..............................................................................................................................vi

ABSTRACT ........................................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 5

D. Keterbatasan Penelitian .......................................................................................... 5

E. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 7

A. Kajian Teori ............................................................................................................. 7

1. Travel Experience ................................................................................................ 7

2. Destination Image ............................................................................................. 19

3. Destination Loyalty ........................................................................................... 27

B. Penelitian Terdahulu ............................................................................................. 32

C. Kerangka Pemikiran .............................................................................................. 36

D. Hipotesis Penelitian .............................................................................................. 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................................... 39

A. Desain Penelitian .................................................................................................. 39

B. Obyek Penelitaian ................................................................................................. 41

1. Deskripsi Kawah Putih ....................................................................................... 41

2. Deskripsi Ranca Upas ........................................................................................ 42

3. Deskripsi Situ Patengan ..................................................................................... 42

C. Populasi dan Sampel ............................................................................................. 42

1. Populasi ............................................................................................................. 42

ix

2. Sampel ............................................................................................................... 43

D. Metode Pengumpulan Data .................................................................................. 44

1. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 45

2. Alat Pengumpul Data ........................................................................................ 46

E. Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................................................. 47

1. Uji Validitas ....................................................................................................... 47

2. Uji Reliabilitas .................................................................................................... 50

F. Definisi Operasional Variabel ................................................................................ 51

1. Travel Experience .............................................................................................. 52

2. Destination Image ............................................................................................ 52

3. Destination Loyalty ........................................................................................... 52

G. Analisis Data .......................................................................................................... 58

1. Garis Kontinum ................................................................................................. 58

2. Uji Asumsi Klasik ............................................................................................... 61

3. Uji Hipotesis ...................................................................................................... 63

4. Analisis Regresi Berganda ................................................................................. 64

5. Koefisien Determinasi ....................................................................................... 65

H. Jadwal Penelitian .................................................................................................. 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................................. 67

A. Profil Responden ................................................................................................... 67

1. Jenis Kelamin ..................................................................................................... 68

2. Usia.................................................................................................................... 68

3. Jenis Pekerjaan .................................................................................................. 69

4. Pendidikan Terakhir .......................................................................................... 70

5. Asal Kota ........................................................................................................... 70

6. Frekuensi Kunjungan ......................................................................................... 71

B. Travel Experience .................................................................................................. 71

1. Dimensi Hedonism ............................................................................................ 71

2. Dimensi Novelty ................................................................................................ 75

3. Dimensi Local Culture........................................................................................ 78

4. Dimensi Refreshment ........................................................................................ 81

5. Dimensi Meaningfulness ................................................................................... 85

6. Dimensi Involvment .......................................................................................... 88

7. Dimensi Knowledge ........................................................................................... 91

8. Variabel Travel Experience ................................................................................ 95

x

C. Destination Image ............................................................................................... 101

1. Dimensi Natural Attraction ............................................................................. 101

2. Dimensi infrastructure .................................................................................... 105

3. Dimensi Atmosphere ....................................................................................... 108

4. Dimensi Social Environment ............................................................................ 112

5. Dimensi Value for Money ................................................................................ 115

6. Variabel Destination Image (X2) ..................................................................... 118

D. Destination Loyalty ............................................................................................. 123

1. Dimensi Revisit Intentions ............................................................................... 123

2. Dimensi Intention to Recommend................................................................... 127

3. Variabel Destination Loyalty (Y) ...................................................................... 131

E. Uji Asumsi Klasik ................................................................................................. 134

1. Uji Normalitas ................................................................................................. 135

2. Uji Multikolinieritas ......................................................................................... 135

3. Uji Heteroskedastisitas ................................................................................... 136

F. Uji Hipotesis ........................................................................................................ 137

1. Uji t .................................................................................................................. 137

2. Uji F ................................................................................................................. 138

G. Analisis Regresi Linier Berganda ......................................................................... 139

1. Persamaan Regresi .......................................................................................... 139

2. Hasil Pengujian Regresi Secara Simultan ........................................................ 141

3. Hasil Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial ............................................ 142

4. Koefisien Determinasi ..................................................................................... 144

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................... 146

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 146

B. Implikasi .............................................................................................................. 147

C. Saran ................................................................................................................... 148

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 151

xi

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 FREKUENSI KUNJUNGAN WISATAWAN ................................ 3

GAMBAR 2 DEFINISI DESTINATION IMAGE .............................................. 21

GAMBAR 3 DIMENSI DESTINATION IMAGE .............................................. 24

GAMBAR 4 GARIS KONTINUM TRAVEL EXPERIENCE ............................. 60

GAMBAR 5 GARIS KONTINUM DESTINATION IMAGE .............................. 60

GAMBAR 6 GARIS KONTINUM DESTINATION LOYALTY .......................... 61

GAMBAR 7 GARIS KONTINUM HEDONISM ............................................... 74

GAMBAR 8 DIMENSI NOVELTY .................................................................... 77

GAMBAR 9 DIMENSI LOCAL CULTURE ...................................................... 80

GAMBAR 10 GARIS KONTINUM REFRESHMENT...................................... 83

GAMBAR 11 DIMENSI MEANINGFULNESS ................................................ 87

GAMBAR 12 DIMENSI INVOLVMENT .......................................................... 90

GAMBAR 13 GARIS KONTINUM KNOWLEDGE ......................................... 94

GAMBAR 14 GARIS KONTINUM VARIABEL TRAVEL EXPERIENCE .... 99

GAMBAR 15 GARIS KONTINUM NATURAL ATTRACTION .................... 104

GAMBAR 16 GARIS KONTINUM INFRASTRUCTURE ............................. 107

GAMBAR 17 GARIS KONTINUM ATMOSPHERE ...................................... 111

GAMBAR 18 DIMENSI SOCIAL ENVIRONMENT ...................................... 114

GAMBAR 19 DIMENSI VALUE FOR MONEY............................................. 117

GAMBAR 20 GARIS KONTINUM DESTINATION IMAGE (X2) ............... 121

GAMBAR 21 GARIS KONTINUM REVISIT INTENTION........................... 126

GAMBAR 22 DIMENSI INTENTION TO RECOMMEND ............................ 129

GAMBAR 23 GARIS KONTINUM DESTINATION LOYALTY .................. 133

GAMBAR 24 UJI HETEROSKEDASTISITAS .............................................. 136

xii

DAFTAR TABEL

TABEL 1 PENELITIAN TERDAHULU ............................................................. 32

TABEL 2 PEROLEHAN UJI VALIDITAS VARIABEL X1 n = 30 ................. 49

TABEL 3 PEROLEHAN UJI VALIDITAS VARIABEL X2 n = 30 ................. 49

TABEL 4 HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL Y n = 30 ............................... 50

TABEL 5 HASIL UJI RELIABILITAS n = 30 .................................................. 51

TABEL 6 PROFIL RESPONDEN n = 100 ......................................................... 67

TABEL 7 DIMENSI HEDONISM ...................................................................... 72

TABEL 8 Dimensi Novelty n = 100 .................................................................. 75

TABEL 9 DIMENSI LOCAL CULTURE n = 100 ............................................ 78

TABEL 10 DIMENSI REFRESHMENT n = 100 .............................................. 81

TABEL 11 DIMENSI MEANINGFULNESS n = 100 ....................................... 85

TABEL 12 DIMENSI INVOLVMENT n = 100 ................................................ 88

TABEL 13 DIMENSI KNOWLEDGE n = 100 ................................................. 91

TABEL 14 ANALISIS PENILAIAN TRAVEL EXPERIENCE ........................ 95

TABEL 15 DIMENSI NATURAL ATTRACTION n = 100 ............................ 101

TABEL 16 DIMENSI INFRASTRUCTURE n = 100 ...................................... 105

TABEL 17 DIMENSI ATMOSPHERE n = 100 .............................................. 109

TABEL 18 DIMENSI SOCIAL ENVIRONMENT n = 100 ............................ 112

TABEL 19 DIMENSI VALUE FOR MONEY n = 100 ................................... 115

TABEL 20 DESTINATION IMAGE (X2) n = 100 ......................................... 118

TABEL 21 ........................................................................................................... 123

TABEL 22 DIMENSI INTENTION TO RECOMMEND n = 100 .................. 127

TABEL 23 DESTINATION LOYALTY n = 100 ........................................... 131

TABEL 24 UJI NORMALITAS KLOMOGROW SMIRNOV ........................ 135

TABEL 25 HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS ............................................. 135

TABEL 26 HASIL UJI T (PARSIAL)............................................................... 137

TABEL 27 HASIL UJI F (SIMULTAN) ........................................................... 138

TABEL 28 HASIL REGRESI LINIER BERGANDA ....................................... 139

TABEL 29 PENJABARAN PERSAMAAN KOEFISIEN ............................... 140

TABEL 30 ANOVA UNTUK PENGUJIAN KOEFISIEN REGRESI ............. 141

TABEL 31 PENGUJIAN KOEFISIEN REGRESI SECARA PARSIAL ......... 142

TABEL 32 KOEFISIEN DETERMINASI SIMULTAN .................................. 144

TABEL 33 KOEFISIEN DETERMINASI PARSIAL ...................................... 145

TABEL 34 KOEFISIEN DETERMINASI PARSIAL ...................................... 145

1. Surat keterangan melaksanakan penelitian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Strategi pemasaran yang telah digunakan disebagian besar bisnis

termasuk industri pariwisata adalah membangun loyalitas (Oppermann, 2000;

Yoon dan Uysal, 2005). Beberapa studi terdahulu mengungkap bahwa untuk

menarik konsumen baru diperlukan biaya yang jauh lebih besar dibandingkan

dengan mempertahankan yang telah ada. Seperti yg dikemukakan oleh Khan

& Singh (2012:1) bahwa Loyalitas pelanggan dipandang penting bagi

keberhasilan suatu organisasi, karena jika menarik pelanggan baru

memerlukan biaya tambahan dibandingkan menjaga yang ada. Pernyataan

tersebut selaras dengan Thomas dan Tobe (2013) yang menekankan bahwa

membangun loyalitas jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan

mendapatkan pelanggan baru karena memerlukan biaya yang lebih banyak.

Membangun loyalitas pelanggan sangatlah penting untuk sektor bisnis

apa pun khususnya pariwisata karena tidak hanya membuat pelanggan

bertahan dalam jangka waktu yang lebih lama, tetapi menyebabkan

pembelian secara berulang terhadap suatu layanan atau produk. Pelanggan

yang memiliki loyalitas pada suatu layanan atau produk mereka cenderung

berperan sebagai free word-of-mouth dengan merekomendasikkan serta

mengajak lebih banyak teman, kerabat dan pelanggan potensial pada suatu

produk atau layanan (Shoemaker dan Lewis, 1999 dalam Chi and Qu, 2008).

2

Pada konteks industri pariwisata, konsep loyalitas pelanggan dapat

diartikan sebagai destination loyalty serta dalam pariwisata pelanggan

merupakan wisatawan. Secara khusus pariwisata dapat diartikan sebagai

sebuah produk atau layanan yang dapat dijual kembali atau dikunjungi

kembali serta dapat direkomendasikan kepada orang lain (Yoon dan Usyal,

2005:46).

Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi destination loyalty

sehingga sangatlah penting untuk mengetahui apa yang menyebabkan

wisatawan setia terhadap suatu layanan atau produk. Beberapa tinjauan

literatur terkait mengungkap terdapat beberapa variabel yang membentuk

destination loyalty misalnya Destination image, dan travel experience.

Weisheng et al (2015) menemukan dampak secara langsung dari citra kognitif

terhadap citra afektif serta bersamaan dengan itu terbentuk citra destinasi.

Dari kedua jenis citra tersebut memiliki pengaruh pada kepuasan, yang

selanjutnya membentuk destination loyalty. Sedangkan tinjauan literatur

lainya menunjukkan bahwa travel experience merupakan indikator krusial

terkait kepuasan wisatawan dan destination loyalty (Alexandris, Kouthouris,

dan Meligdis, 2006; González et al., 2018). Lalu riset yang dilaksanakan

Kim dan Brown (2012) menunjukan bahwa ketika wisatawan mendapatkan

travel experience yang positif ketika berkunjung ke suatu destinasi, mereka

akan lebih cenderung merasa bahagia atau puas dengan perjalananya, maka

memungkinkan mereka untuk melakukan kunjungan kembali ke destinasi

yang sama. Tetapi jika wisatawan tidak merasakan travel experience yang

menyenangkan atau yang baik pada saat berkunjung di destinasi wisata, hal

3

itu akan berdampak pada future travel plan dalam mengunjungi kembali

suatu destinasi atau merekomendasikannya kepada orang lain. Sehingga

peneliti menyimpulkan berdasarkan paparan sebelumnya menunjukkan

bahwa travel experience & destination image merupakan variabel yang dapat

mempengaruhi destination loyalty.

Di tahun 2013 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung

telah melakukan riset mengenai kajian segmentasi pasar dan pola promosi.

Dari hasil riset tersebut ditemukan beberapa data temuan salah satunya yang

mengungkap mengenai frekuensi kunjungan wisatawan ke Kabupaten

Bandung yang dapat diartikan sebagai destination loyalty wisatawan. Berikut

merupakan data temuan mengenai frekuensi kunjungan:

GAMBAR 1

FREKUENSI KUNJUNGAN WISATAWAN

(Sumber:DISPARBUD Kab. Bandung, 2013)

Berdasarkan data yang tersaji pada gambar1, dapat dilihat bahwa sebesar

55,33% dari 300 responden atau wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten

Bandung hanya melakukan kunjungan satu kali. Sedangkan kuantitas

4

responden lainya yang melakukan kunjungan ulang ke Kabupaten Bandung

masih terbilang rendah. Maka dapat disimpulkan bahwa tingkat destination

loyalty wisatawan di Kabupaten Bandung masih terbilang rendah. Lebih

lanjut belum terdapat penelitian dan kajian yang membahas mengenai

destination loyalty wisatawan khususnya di Kabupaten Bandung. Maka

sangatlah penting bagi pihak pengelola untuk memahami lebih lanjut

mengenai dimensi apa saja yang membentuk destination loyalty serta variabel

apakah yang memiliki pengaruh terhadap destination loyalty.

Melalui pemaparan sebelumnya, peneliti tertarik untuk melakukan riset

mengenai “Pengaruh Travel Experience dan Destination Image Terhadap

Destination Loyalty di Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung”

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel travel

experience dan destination image terhadap variabel destination loyalty, dan

mengisi kesenjangan pengetahuan mengenai destination loyalty khususunya

di wilayah Kecamatan Rancabali dengan pendekatan melalui variabel travel

experience & destination image. Data temuan ini juga diharapkan akan

membantu para pengelola dalam merencanakan dan mengembangkan

pariwisata yang tepat dalam upaya untuk membentuk dan meningkatkan

loyalitas wisatwan.

B. Rumusan Masalah

Setelah diketahui masalah pada pemaparan sebelumnya, maka peneliti

merumuskan masalah yaitu bagaimana pengaruh antara travel experience dan

destination image terhadap destination loyalty di Kecamatan Rancabali

Kabupaten Bandung ?

5

C. Tujuan Penelitian

Berikut merupakan maksud dari studi ini:

1. Untuk mengetahui travel experience di Kecamatan Rancabali.

2. Untuk mengetahui destination image di Kecamatan Rancabali.

3. Untuk mengetahui destination loyalty di Kecamatan Rancabali.

4. Untuk mengetahui pengaruh travel experience terhadap destination

loyalty di Kecamatan Rancabali.

5. Untuk mengertahui pengaruh Destination image terhadap destination

loyalty di Kecamatan Rancabali.

6. Untuk mengetahui pengaruh travel experience dan Destination image

secara simultan terhadap destination loyalty di Kecamatan Rancabali.

D. Keterbatasan Penelitian

Dikarenakan peneliti mengalami kendala untuk bertemu dengan pihak

pengelola atraksi wisata, dengan adanya hal tersebut peneliti mengalami

keterbatasan dalam melakukan proses wawancara. Sehingga peneliti tidak

dapat memperoleh informasi dan melakukan proses wawancara dengan

pengelola atraksi wisata.

E. Manfaat Penelitian

a. Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi kajian ilmu

mengenai kepariwisataan, khususnya destination loyalty, serta dapat

dijadikan sebagai acuan ataupun referensi bagi penelitian lanjutan

dalam mengembangkan kajian mengenai travel experience, destination

image, dan destination loyalty.

6

b. Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pengelola

dalam merencanakan strategi pengembangan pariwisata yang tepat

dalam upaya untuk membentuk dan meningkatkan destination loyalty

wisatawan melalui pendekatan terhadap variabel travel experience dan

destination image

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Travel Experience

Travel Experience atau pengalaman perjalanan mulai berkembang

menjadi isu utama sebagi topik penelitian pada tahun 1960-an (Uriely,

2005:199). Kemudian menjadi semakin populer dalam literatur ilmu

sosial pada 1970-an (Quan & Wang, 2004:297). Pada tahun 1990-an,

para peneliti mulai menggunakan pendekatan penelitian berbasis

pengalaman dalam upaya mengembangkan pemahaman yang lebih baik

tentang pengalaman wisata (Andereck et al., 2006:81).

Travel experience merupakan kondisi mental subjektif yang

dirasakan oleh wisatawan saat mengunjungi destinasi, serta terdapat

beberapa atribut atau fitur dari destinasi yang dapat menciptakan

pengalaman perjalanan wisatawan di suatu destinasi. Pengalaman

perjalanan mengacu pada paparan wisatawan dengan lingkungan

pariwisata dan interaksi antara wisatawan dan penyedia layanan,

melalui keterlibatan, persepsi, dan partisipasi dalam acara atau kegiatan

di tempat tujuan (Sangpikul, 2018:5).

Menurut hasil ETC Study (2006) menunjukan bahwa dengan

mengunjungi lebih banyak tempat atau destinasi, maka wisatawan

8

menjadi lebih banyak mendapatkan pengalaman, serta kebutuhan

mereka akan pengalaman perjalanan yang baru juga bertambah.

Sehingga hal tersebut akan berdampak pada semakin banyaknya

permintaan dari wisatawan akan pengalaman baru ketika berkunjung ke

suatu destinasi lalu mereka akan mencari pengalaman yang lebih dalam

dan lebih signifikan.

Terdapat beberapa penelitian mengenai travel experience

menunjukan adanya pengaruh antara travel experience dengan

destination loyatlty. Diantaranya seperti Kozak dan Rimmington (2000)

menyampaikan apabila wisatawan yang merasa puas terhadap

pengalaman yang diperoleh cenderung untuk membagikan pengalaman

perjalanan positif mereka kepada orang lain dan dapat melakukan

kunjungan berulang. Berdasarkan paparan sebelumnya bahwa travel

experience yang positif dapat berdampak pada keinginan untuk kembali

(revisit intention) serta dari pengalaman tersebut wisatawan dapat

bertindak sebagai pemberi informasi kepada teman atau relasinya

dengan harapan dapat melakukan kunjungan ke tempat yang sama.

Berbeda dengan Kozak dan Rimmington penelitian lainya yang

dilakukan oleh Martin et al., (2013) yang meneliti dampak pengalaman

sebelumnya pada destination loyalty, menemukan bahwa pengalaman

sebelumnya memiliki pengaruh signifikan pada dua dimensi destination

loyalty yaitu keinginan untuk kembali ke destinasi & kemauan untuk

merekomendasikan destinasi. Namun, dalam penelitian tersebut

mengungkap bahwa pengalaman sebelumnya memiliki efek yang lebih

9

besar pada niatan berkunjung kembali dibandingkan kemauan untuk

melakukan rekomendasi. Disisi lain setelah mengalami suatu kesan dan

memperoleh pengalaman yang menyenangkan, perolehan tersebut akan

selalu diingat dalam ingatan wisatawan setelah melakukan kunjungan

ke suatu destinasi.

Meskipun telah terdapat beberapa penelitian dan literatur terkait

yang membahas mengenai travel experience serta kaitanya dengan

destination loyalty dengan berbagai pendekatan pada paparan

sebelumnya. Akan tetapi belum ada penelitian mengenai pengalaman

perjalanan yang berlandaskan pada pendekatan memorable tourism

experience (MTE) serta dilihat pengaruhnya terhadap destination

loyalty khususnya di wilayah Kecamatan Rancabali. Maka dari itu

peneliti ingin menilai pengalaman perjalanan wisatawan berdasarkan

perspektif MTEs untuk dilihat pengaruhnya terhadap destination

loyalty.

a. Subjek Memorable Dalam Pariwisata

Pengalaman yang tersimpan di ingatan seseorang akan bersifat

reminiscene atau dikenang yang dapat direfleksikan secara berulang

oleh seseorang secara berulang kepada individu lainya (kim, 2009).

Setelah melakukan perjalanan wisata, wisatawan biasanya akan

mengingat kembali dari keseluruhan kegiatan yang telah dijalani. Lebih

lanjut Ernst (1999:37) menyatakan bahwa suatu perjalanan tidak selesai

dengan hanya kembali ke tempat asal akan tetapi interpretasi

retrospektif sangatlah penting dan berdampak pada wisatawan setelah

10

melakukan suatu perjalanan. Beberapa peneliti mengemukakan bahwa

dalam konteks pariwsata, ingatan harus dikombinasikan dengan

pengalaman berwisata karena suatu pengalaman dapat dinilai berharga

ketika pengalaman tersebut tersimpan dan diingat pada fase recollecting

experience (Clawson & Knetsch 1966).

Memori mempunyai peranan yang penting khsusunya dalam

pariwisata (Larsen 2007; Pine & Gilmore 1999). Banyak atribut dari

pariwisata yang melibatkan ingatan. Morgan et al., (2010) menyatakan

bahwa praktik pariwisata merupakan salah satu sumber daya dalam

membentuk suatu pengalaman wisata, dimana pengalaman tersebut

hanya dapat di akses atau dirasakan kembali dengan melakukan

representasi melalui ingatan. Kenangan dapat didefinisikan sebagai

suatu mekanisme penyaringan yang menghubungkan antara

pengalaman dengan hasil emosional dan persepsi dari suatu peristiwa

dalam suatu perjalanan wisata (Oh et al 2007:119).

Pada beberapa studi mengenai momorable experenience, seperti

yang dilakukan oleh Wirtz et al (2003) menemukan bahwa pengalaman

yang diingat dapat menjadi prediksi terbaik dari keinginan untuk

melakukan liburan yang serupa di kesempatan selanjutnya. Lebih lanjut

(Juaneda, 1996; Perdue, 1985) menyatakan bahwa pengalaman

perjalanan sebelumnya memiliki pengaruh dalam meningkatkan niat

untuk bepergian ke tempat yang sama.

11

b. Memorable Tourism Experience (MTEs)

Wisatawan saat ini mengharapkan wisata yang memiliki

pengalaman unik, memuaskan, serta berkesan dalam perjalanan wisata

mereka. Akan tetapi kebanyakan pengelola di destinasi masih

mengutamakan fasilitas dan juga infrastruktur, lalu kebanyakan dari

destinasi wisata masih kurang peduli terhadap permintaan yang

semakin meningkat akan kebutuhan pengalaman wisata yang unik dan

tak terlupakan. Serta pihak pengelola belum menjadikan hal tersebut

sebagai salah satu fokus dalam kebijakan pengelolaan destinasi wisata

mereka. Dengan adanya fenomena tersebut dapat mendorong pihak

pengelola untuk menciptakan inovasi dalam strategi pengelolaan yang

baru yang disesuaikan dengan mengubah pendekatan yang awalnya

berbasis fitur atau infrastruktur menjadi pendekatan berbasis

pengalaman. Selain itu dengan adanya fenomena tersebut diindikasikan

berdampak pada, meningkatnya ketertarikan dari para peneliti

khususnya di bidang pariwisata untuk memahami bagaimana

pengalaman dalam pariwisata dapat diubah menjadi suatu pengalaman

yang tak terlupakan (memorable experience).

Memorable tourism experience (MTE) di definisikan sebagai suatu

pengalaman wisata yang diingat dan dapat diingat kembali setelah

peristiwa tersebut terjadi. Secara selektif hal tersebut terbentuk atas

pengalaman pariwsata berdasarkan pada penilaian seseorang terhadap

pengalaman yang telah nereka alami. Pengalaman pariwisata yang

berkesan berfungsi untuk memperkuat ingatan seseorang mengenai

12

kenangan yang menyenangkan dari pengalaman yang didapatkan di

destinasi (Ritchie & Ritchie 1998:17).

Terdapat beberapa peneliti yang menjabarkan mengenai konsep

memorable tourism experience (MTEs). Oh et al., (2007:13)

mendefinisikan MTEs sebagai suatu pengalaman yang menyenangkan,

menarik, serta tak terlupakan bagi mereka yang mengalami peristiwa

tersebut. Maka untuk dapat mengetahui apakah wisatawan telah

mencapai fase memorable experience di perlukan pengukuran yang

tepat untuk mengetahui hal tersebut karena tidak semua pengalaman

yang dirasakan oleh wisatawan merupakan pengalaman yang berkesan

dan tak terlupakan. Baru-baru ini terdapat beberapa studi yang mencoba

untuk mengembangkan skala untuk pengukuran memorable experience,

seperti penelitian yang dilakukan oleh Kim (2009) melakukan upaya

pertama untuk mengembangkan instrumen pengukuran untuk MTE dan

mempublikasikan hasilnya dalam serangkaian penelitian (Kim, et al.,

2012;Kim, 2010, 2013). Pada penelitian tersebut Kim Ritchie, and

McCormick (2012:18) mengelompokan MTE kedalam 7 dimensi.

13

c. Dimensi MTEs

Kim, Ritchie, and McCormick (2012:18) mengembangkan skala

pengukuran MTE kedalam tujuh dimensi dengan rincian sebagai

berikut:

1) Hedonism

dimensi hedonism merupakan dimensi pertama dalam skala MTEs.

Para peneliti beranggapan bahwa pariwisata dan kegiatan rekreasi

memiliki komponen hedonis yang dominan jika dibandingkan

dengan kegiatan dan produk lainya. Wisatawan cenederung

mencari unsur hedonis selagi mengkonsumsi produk pariwisata.

Tujuan utama dalam konsumsi produk yang berhubungan dengan

liburan adalah untuk mengejar pengalaman hedonis atau

menyenangkan. Komponen emosional merupakan aspek yang

berdampak signifikan dari pengalaman berwisata. Penelitian baru

baru ini menunjukan bahwa emosi dan perasaan yang positif yang

memiliki kaitan dengan pengalaman berwisata, seperti

kegembiraan dan ketertarikan menggambarkan esensi dari MTE.

Sehingga faktor Hedonis dalam penelitian ini, mengacu pada

sensasi, kesenangan, dan menikmati pada kegiatan pariwisata (Kim

et al, 2012).

2) Novelty

Pencarian kebaruan dalam beberapa literatur mengenai pariwisata

merupakan salah satu komponen penting dalam subjek pengalaman

berwisata selain itu hal tersebut dapat memotivasi wisatawan untuk

14

melakakukan perjalanan atau kunjungan. Dalam menentukan

destinasi wisata yang akan dikunjungi, wisatawan cenderung

mempertimbangkan tempat tujuan yang berbeda dari tempat

tinggalnya baik secara budaya dan kebiasaan, hal itu dikarenakan

wisatawan pada dasarnya ingin mengalami sesuatu yang baru dan

berbeda yang tidak bisa diperoleh di tempat asal. Hal tersebut

sangat penting khususnya dalam kaitan dengan Pemahaman MTE

bahwa berdasarkan literatur terkait menunjukan adanya hubungan

sebab akibat yang kuat antara hal baru dengan ingatan manusia

(Reder, Donavon, dan Erickson 2002). Lalu menurut Chandralal

dan Valenzuela (2013) mengemukakan bahwa novelty, merupakan

sikap yang mengindikasikan pengalaman unik yang ditemui

misalnya budaya, makanan, dan akomodasi serta mengalami gaya

tur yang berbeda merupakan kompenen dari MTE.

3) Local culture

Pengalaman dalam pariwisata memiliki karakteristik yang berbeda

dengan pengalaman produk lainnya, pengalaman tersebut tercipta

secara bersamaan dengan melibatkan orang-orang dalam

pengalaman yang berbasis situasi. Hal tersebut selaras dengan

pernyataan yang di kemukakan oleh Ooi (2003) bahwa pengalaman

berwisata mengarahkan seseorang untuk melakukan kontak atau

interaksi dengan orang lain. Wisatawan yang berinteraksi dengan

budaya atau masyarakat setempat akan membentuk pengalaman

berwisata yang unik dan dapat diingat. Berdasarkan temuan pada

15

studi lainya bahwa seorang yang mendapatkan pengalaman yang

berkaitan dengan local culture selama perjanan wisata mereka akan

memiliki tingkat pengumpulan pengalaman yang lebih tinggi dan

menambah pengetahuan baru bagi mereka (Kim et al, 2010).

Dalam beberapa literatur laimya, dengan mengalami atau terlibat

dalam budaya lokal meruapakan salah satu faktor penting dalam

motivasi suatu perjalanan (Sharpley dan Sundaram, 2005). Pada

studi yang berfokus pada MTE, para peneliti menemukan bahwa

dengan mengalami budaya lokal berdampak pada pengalaman

bepergian yang tak terlupakan. Sebagai contoh, Morgan dan Xu

(2009) mengemukakan bahwa dengan melakukan interaksi dengan

budaya lokal dan masyarakat lokal dapat berpengaruh terhadap

pembentukan pengalaman liburan yang unik dan berkesan.

Berbdeda dengan Morgan, baru-baru ini Chandralal dan Valenzuela

(2013) menunjukan bahwa dengan melakukan berinteraksi dan

berpartisipasi kedalam kehidupan masyarakat lokal, budaya, dan

makanan setempat berdampak pada terbentuknya pengalaman yang

tak terlupakan. Sehingga berdasarkan pemaparan sebelumnya

konteks local culture dalam penelitian ini adalah adanya

keterliabatan antara wisatawan dengan masyarakat lokal dan

kebudayaan setempat.

4) Refreshment

Dimensi selanjutnya yaitu refreshment merupakan komponen dasar

yang paling menentukan kegiatan pariwisata. Beberapa peneliti

16

telah menekankan bahwa terdapat dua karakteristik yang identik

dengan pengalaman berwisata yaitu penyegaran dan pembaruan.

Hal tersebut selaras dengan penilitian oleh Kim (2009) bahwa

faktor refreshment dapat mempengaruhi ingatan dalam perjalanan.

Refreshment dikaitkan dengan faktor psikolog dirasakan dari suatu

perjalanan yang dialami oleh wisatawan seperti refreshment,

freedom.

5) Meaningfulness

Makna memiliki peranan penting dalam mencapai suatu

kebahagiaan dan kesejahteraan individu (Baumeister dan Vohs

2002), maka setiap individu berusaha untuk menemukan makna

dalam kehidupan mereka (Frankl, 1985). Karena itu banyak

wisatawan yang mencari perjalanan yang memiliki makna dalam

setiap kegiatan perjalanan wisata yang mereka alami. Dengan

adanya kebutuhan akan hal tersebut maka jumlah dari wisatawan

yang mencari pengalaman perjalanan yang bermakna kian

meningkat, hal itu akan memuaskan kebutuhan dan keinginan

mereka. Sebagai contoh beberapa wisatawan mempertimbangkan

pengalaman berwisata sebagai sarana untuk pengembangan diri

bukan hanya untuk sekedar berlibur seperti menikmati

pemandangan dari suatu tempat. Hal tersebut dapat mengarahkan

kepada pengembangan dan pembentukan kepribadian dari

wisatawan setelah kembali ke tempat asal, wisatawan dapat mebilai

kegiatan berwisata melalui sudut pandang yang baru, pengalaman

17

dan pembelajaran selama perjalanan dapat diserap sebagai bagian

dari kehidupan sehari-hari seseorang. Lebih lanjut Tung dan

Ritchie (2011) dalam sebuah studi mengenai esensi MTEs

menemukan bahwa meaningful experience bertahan lebih lama

dalam ingatan seseorang. Sehingga konteks meaningfulness dalam

penelitian ini mengacu pada rasa nilai besar atau signifikansi (Kim

et al 2012) atau memperluas pemikiran seseorang tentang

kehidupan, lingkungan, dan bermasyarakat (Uriley 2005).

6) Involvement

Keterlibatan wisatawan adalah elemen utama di suatu destinasi dan

merupakan dasar bagi keberadaan destinasi (Woodside 2008).

Temuan lainya mengungkap apabila seseorang terlibat dengan

pengalaman selama liburan akan berdampak pada meningkatnya

kemampuan seseorang dalam mengingat kembali pengalaman masa

lalunya secara lebih jelas (Kim et al,2010). Lebih lanjut penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh (Bloch & Richins 1983; Blodgett

& Granbois1992; Swinyard 1993) menunjukan bahwa keterlibatan

seseeorang dalam suatu perjalanan wisatwa secara signifikan dapat

meningkatkan ingatan terhadap pengalaman dimasa lalu. Sehingga

berdasarkan data temuan tersebut telah ditetapkan bahwa

keterlibatan wisatawan merupakan faktor yang berpengaruh

terhadap ingatan seseorang. Semakin banyak wisatawan yang

terlibat dengan tempat dan kegiatan selama melakukan kunjungan

18

wisata, maka akan semakin baik mereka mengingat dan mengambil

pengalaman perjalanan sebelumnya.

7) Knowledge

Berdasarkan beberapa literatur terkait mengungkapkan bahwa

semakin meningkatnya kebutuhan dari wisatawan akan keinginan

untuk mempelajari hal-hal baru dan mengembangkan wawasan

serta keterampilan yang baru. Misalnya, jika suatu individu

berencana untuk mengunjungi tempat yang telah lama ingin

dikunjungi, dia akan memiliki harapan yang lebih tinggi dari

perjalanan tersebut dan akan mengalami perasaan yang berbeda

dibanding dengan yang lain. Pada fase pengalaman on-site tourism,

individu tersembut menjalin keterlibatan sembari berpartisipasi

aktif dalam program pariwisata. Pine dan Gilmore (1999)

menyarankan bahwa dengan mendorong partisipasi pelanggan

dalam kegiatan berwisata akan secara efektif memberikan MTE.

Mereka pun lebih lanjut mengemukakan bahwa wisatawan akan

lebih memungkinkan memiliki pengalaman yang tak terlupakan

ketika wisatawan terlibat secara mendalam dalam suatu kegiatan.

Dalam studi menganai pemahaman esensi dari MTE, yang

dilakukan oleh Tung dan Ritchie (2011) menemukan bahwa

pengembangan intelektual adalah salah satu komponen terpenting

dari MTE. Dari studi tersebut banyak responden yang

mengindikasikan bahwa pengalaman pariwisata yang mereka

peroleh berupa pengetahuan baru tentang destinasi yang dikunjungi

19

merupakan pengalaman salah satu yang paling mengesankan.

Menurut Chandralal dan Valenzuela (2013) knowledge dapat

diindikasikan sebagai eksplorasi terhadap budaya baru dan

penerimaan pengetahuan baru dalam rangkaian perjalanan wisata.

2. Destination Image

Citra destinasi telah berkembang menjadi salah satu variabel yang

penting dalam ruang lingkup penelitaian pada beberapa dekade terahir.

Pada awal 1970an image atau citra mulai mendapatkan perhatian

sebagai topik serta berkembang menjadi fokus utama dalam penelitian

dalam penelitian khususnya bidang perhotelan dan pariwisata sejak

tahun 1990-an. Pada tahun 1970 - an orgnaisasi pariwisata dunia

(WTO) turut mendeklarasikan pentingnya citra positif bagi suatu negara

(destinasi). Sehingga berdasarkan fenomena tersebut dalam beberapa

dekade terakhir, pembahasan mengenai citra destinasi banyak peneliti

yang tertarik untuk meneliti khususnya dalam bidang perhotelan dan

pariwisata. Hun (1975) merupakan pioner atau pencetus pentingnya

destination image sebagai sebuah dalam meningkatkan jumlah

kunjungan ke suatu tempat, serta variabel ini sangatlah penting karena

memiliki pengaruh terhadap pemilihan suatu destinasi dan penentuan

keputusan seseorang. Citra memiliki makna atau istilah yang berbeda

tergantung pada pendekatan konteks pembahasan. Menurut perspektif

psikologi citra merujuk pada representasi secara visual. Lalu dalam

konsep sosial citra lebih holistik dan mencakup semua anggapan terkait

20

seperti pengetahuan, emosi, nilai-nilai dan kepercayaan. Sedangkan

dalam konsep pariwisata citra merupakan kumpulan ide, kepercayaan,

dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu tempat.

Untuk dapat memahami persepsi yang diciptakan oleh wisatawan

mengenai citra suatu destinasi diperlukan pemahaman dan prediksi

yang tepat oleh pihak pengelola serta dampak persepsei tersebut

terhadap destinasi yang mereka kelola. Dengan mamahami citra secara

sepenuhnya pihak pengelola diharapkan mampu mengintegrasikan

persepsi tersebut kedalam perancangan kebijakan ataupun strategi yang

lebih efektif dan efisien dalam perencanaan destinasi. Dalam konteks

praktikal, studi mengenai citra destinasi merupakan salah satu prasyarat

untuk strategi pemasaran yang sukses. Sehingga pihak pengelola

memiliki tanggung jawab yang kritis untuk memahami bagaimana suatu

citra itu dapat terbentuk dan mempengaruhi pemilihan wisatawan dalam

menentukan destinasi yang akan dikunjungi.

Dalam beberapa literatur dan studi destination image memiliki

definisi yang berbeda-beda yang diutarakan oleh setiap penulis.

Menurut Kim dan Richarson (2003) menyatakan bahwa destination

image adalah sebuah perasaan, impresi, opini, dan emosi tentang suatu

tempat. Lebih lanjut Lawson dan Baud-Bovy (dalam Martin dan

Bosque, 2008) mengemukakan bahwa citra merupakan kesan,

prasangka, perasaan, info yang diketahui oleh individu tentang tempat.

Beberapa tahun ini, destination image didefinisikan sebagai “kompilasi

anatara keyakinan dan kesan berdasarkan pemrosesan pengetahuan

21

sumber dari waktu yang berlanjut menghasilkan representasi mental

berupa atribut, manfaat, dan pengaruh berbeda yang dicari dari suatu

destinasi (Zhang et al., 2014:215). Lebih lanjut Martin & del Bosque

(2008) telah mengelompokan beberapa defenisi mengenai destination

image menurut beberapa studi dan literatur terkait kedalam tabel

dengan rincian sebagai berikut :

GAMBAR 2

DEFINISI DESTINATION IMAGE

Melalui teori yang terangkum dalam tabel sebelumnya, citra

destinasi disimpulkan sebagai kumpulan kepercayaan, gagasaan, kesan

seseorang terhadap tempat tertentu.

Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang mengungkap

mengenai dampak citra pada destination loyalty. Mahasuweerachai dan

Qu (2011) mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara destination image dan rencana dimasa mendatang kunjungan

ulang ke suatu destinasi yang serupa. Sejalan dengan argumen tadi,

menyatakan bahwa destination image memiliki dampak terhadap

behavioral intention of tourists (Chi dan Qu, 2008). Lebih lanjut dalam

22

peneliatan tersebut menunjukan pengaruh destination image terhadap

kontribusi untuk meningkatkan tourist revisit intention pada destinasi

wisata yang sama. Disisi lain Chen dan Tsai (2007) mengemukakan

bahwa destination image yang dirasakan oleh wisatawan tidak hanya

berpengaruh terhadap destination loyalty, citra juga memiliki pengaruh

terhadap positive WOM behaviour. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

berdasarkan dari hasil penelitian sebelumnya menunjukan adanya

pengaruh antara citra destinasi terhadap loyalitas destinasi.

a. Komponen Destination Image

Citra destinasi terdiri atas dua komponen utama yaitu: citra

kognitif dan afektif. Dimana citra kognitif mencerminkan informasi

atau kepercayaan yang dimiliki seseorang tentang suatu tempat

(Baloğlu, 1999). Sedangkan afektif menggambarkan emosi atau

perasaan seseorang mengenai suatu tempat (Chen & Uysal, 2002; Kim

& Richardson, 2003). Bagian cognitive umumnya muncul sebagai hasil

dari penilaian karakteristik fisik suatu tempat dan orang-orang yang

tinggal di sana dan peristiwa yang terjadi di suatu tempat. dimensi

afektif muncul sebagai akibat dari penilaian emosi yang terinspirasi

oleh tempat pada orang dan makna yang dimilikinya. Namun, dengan

beberapa pengecualian, sebagian besar studi mengenai destination

image hanya fokus meneliti pada komponen kognitif (Gartner, 1989;

Reilly, 1990; Echtner and Ritchie, 1993; Oppermann, 1996; Schroeder

1996; Baloglu, 1997; Chen and Uysal, 2002) dan mengabaikan

komponen afektif. baru baru riset oleh Artuğer et al., (2013)

23

menunjukan terdapat hubungan positif dan signifikan antara destination

image hadap destination loyalty lalu citra kognitif memiliki dampak

yang lebih besar dalam membangun destination loyalty dibandingkan

dengan citra afektif.

b. Cognitive image

Citra kognitif merupakan pengetahuan atau kepercayaan yang

dimiliki oleh wisatawan tentang suatu tempat (Beerli dan Martín 2004)

dan diperoleh sebelum melakukan kunjungan, serta dilengkapi selama

maupun setelah kunjungan. Selain itu, Genereux, Ward dan Russel

(1983) menghubungkan citra kognitif dengan pengetahuan tentang

atribut suatu destinasi. Lebih lanjut Hanyu (2016) menyarankan bahwa

citra kognitif mengacu pada penilaian terhadap fitur secara fisik pada

suatu tempat. Dengan kata lain citra kognitif merujuk pada persepsi

yang dimiliki wisatawan mengenai tempat tujuan. Beberapa peneliti

menggunakan pendeketan dimensi yang berbeda beda dengan berbagai

pertimbangan dalam mengukur citra kognitif. Berikut adalah dimensi

yang digunakan oleh beberapa peneliti dalam mengukur citra kognitif

:

24

GAMBAR 3

DIMENSI DESTINATION IMAGE

Berdasarkan pada tabel sebelumnya mengenai dimensi destination

image yang telah dikelompokan menjadi beberapa penilitian, dalam

penelitian ini peneliti mengadaptasi pendeketan mengenai destination

image meurut Artuger., et al (2013) yang terbagi kedalam 5 dimensi

yaitu natural attractivenes, infrastructure, atmoshphere, social

environment, dan value for money. Karena berdasarkan paparan yang

telah dibahas sebelumnya bahwa hasil penelitian yang di lakukan oleh

Artuger menunjukan gambaran kognitif mempunyai pengaruh yang

lebih kuat terhadap destination loyalty dibandingkan dengan citra

afektif.

c. Dimensi Cognitive Image

Berdasarkan paparan sebelumnya meurut Artuger., et al (2013)

yang terbagi kedalam 5 dimensi dengan rincian sebagai berikut :

1) Natural Attraction

25

Natural atrtraction atau atraksi wisata alam berperan penting

dalam menumbuhkan destination loyalty wisatawan hal tersebut

terbukti dari beberapa penelitian yang mengungkapkan bahwa

natural attraction dapat meningkatkan loyalitas. Artuger., et al

(2013) menunjukan bahwa faktor yang paling efektif untuk

mempengaruhi destination loyalty adalah "natural attraction"

dibandingkan dengan faktor-faktor citra kognitif lainya. Tidak ada

keraguan bahwa faktor utama dari cognitive image dipimpin oleh

natural attraction. Banyak penulis lainya menyatakan hal yang

sama bahwa natural attraction sangatlah penting untuk destinasi

wisata maupun wisatawan dalam menentukan dan menilai destinasi

(Deng, King, & Bauer, 2002;Hunt, 1975; Peters & Weiermair,

2000; Wirt, Pröbslt , & Haider, 2009). Dalam penelitian ini natural

attraction mengacu pada keragaman atraksi wisata, Keindahan

alam, dan aktivitas wisata alam.

2) Infrastructure

Infrastruktur pariwisata secara sederhana merupakan segala sesuatu

yang dapat membantu kegiatan berwisata. Infrastruktur tersebut

mencakup komponen infrastruktur dasar seperti aksesibilitas,

saluran air, listrik, pasokan air, drainase, saluran air limbah, sistem

dan layanan pembuangan limbah padat. Selain itu, fasilitas seperti

akomodasi, restoran, fasilitas rekreasi dan fasilitas perbelanjaan

juga termasuk kedalam infrastruktue pariwisata. Menurut Artuger.,

26

et al (2013) infrasturktur pariwisata terdiri dari 3 kompenen dasar

yaitu akomodasi, aksesibilitas, serta layanan informasi pariwisata.

3) Atmosphere

Atmosphere merupakan dimensi ketiga dari cognitive image

menurut Artuger., et al (2013), dalam penelitian ini atmosphere

berarti suasana mengenai kondisi yang dirasakan oleh wisatawan

menganai lingkungan baik itu cuaca, iklim, dan kondisi alam

ataupun suasana psikologis wisatawan. Lebih lanjut menurut

Becken (2010) mengemukakan bahwa Iklim dan cuaca adalah

faktor penting dalam pengambilan keputusan wisatawan dan juga

mempengaruhi keberhasilan operasi bisnis pariwisata. Sedangkan

menurut Echtner & Ritchie (1991) kesan psikologis dapat

digambarkan sebagai atmoshpere.

4) Social Environment

Dengan adanya pariwisata memungkinkan wisatawan untuk dapat

terlibat dengan lingkungan baik lingkungan alam ataupun sosial.

Menurut Artuger., et al (2013) mengemukakan bahwa social

environment terdiri dari dua komponen utama yaitu sikap

masyarakat lokal serta kondisi keamanan dari suatu tempat tujuan.

Sehingga pada penelitian ini social environment di artikan sikap

yang dilakukan oleh masyarakat lokal dan keamanan di tempat

tujuan.

5) Value for Money

27

Value for money dalam penelitian ini berarti kesesuaian harga yang

telah dikeluarkan dan keterjangkauan harga. Studi lainya

mengemukakan bahwa terdapat 2 komponen untuk menentukan

dimensi ini yaitu kesesuaian, dan keterjangkauan harga atau biaya

yang dikeluarkan (Artuger et al, 2013).

3. Destination Loyalty

Destination loyalty telah mendapatkan perhatian dari beberapa

akademisi dan praktisi sebagai tolak ukur untuk mengembangkan

strategi bisnis yang bermanfaat (Shankar et al., 2003). Loyalitas secara

umum dapat didefinisikan sebagai niat atau perilaku pelanggan

(wisatawan) untuk membeli kembali atau menggunakan kembali

layanan atau produk tertentu sehingga menyebabkan pembelian pada

produk atau jasa yang sama secara berulang. Loyalitas dianggap sebagai

suatu usaha yang dilakukan oleh pihak perusahaan dengan tujuan untuk

melindungi pangsa pasar yang telah mereka capai dengan membangun

loyalitas terhadap pelanggan.

Loyalitas pelanggan merupakan komitmen tulus dari konsumen

atau pengunjung untuk terus membeli produk / layanan yang disukai di

masa depan (Oliver, 1999). Jika dilihat berdasarkan perspektif destinasi,

destination loyalty digunakan sebagai indikator persepsi positif dari

suatu produk atau layanan yang diterima, dengan melakukan pembelian

berulang ataupun kunjungan secara berulang hal ini berarti

menunjukkan sikap positif dari pelanggan. Bersamaan dengan sikap

28

positif ini, muncul efek positif berupa tindakan untuk melakukan

rekomendasi dari mulut ke mulut (WOM). Pernyataan tersebut selaras

dengan pendapat menurut Toyama dan Yamada (2012) yaang

mengemukakan bahwa destination loyalty mengacu pada niat

wisatawan untuk pergi ke tujuan yang sama, dan niat mereka untuk

merekomendasikan tempat tersebut kepada mereka teman / kerabat.

Oleh Karena itu, hal tersebut sangat penting dalam kesuksesan

pengembangan suatu destinasi wisata sehingga sangatlah penting untuk

mengetahui bagaimana cara untuk menarik ulang wisatawan dan

menyarankan tempat yang telah mereka kunjungi kepada kerabat atau

relasinya.

Dalam beberapa literatur terkait, sebagian besar penulis membagi

loyalitas kedalam tiga dimensi yaitu: behavioural dimension, attitudinal

dimension dan menggabungkan dimensi lain dengan kedua dimensi

tersebut Artuğer et al., (2013). Sehingga kedua dimensi tersebut dapat

dijadikan acuan dalam pengukuran destination loyalty, dimensi tersebut

dapat menjadi bahan pertimbangan serta dapat diadaptasi oleh pihak-

pihak terkait yang ingin membangun dan mempertahankan loyalitas

pelanggan dalam jangka panjang. Behavioural loyalty secara sederhana

didefinisikan kedalam skala perilaku. Skala ini berfokus pada perilaku

konsumsi seperti kunjungan berulang yang dilakukan oleh wisatawan

(Oppermann, 2000). Sedangkan attitudinal loyalty dapat diukur dengan

mempertimbangkan pada pembelian berulang oleh pelanggan dan

merekomendasikannya kepada orang lain (Kandampully & Suhartanto,

29

2000). Selaras dengan pernyataan Kandampully & Suhartanto Lebih

lanjut Ganesh, Arnold, dan Reynolds (2000) menjelaskan bahwa

attitudinal loyalty didefinisikan sebagai kecenderungan yang dimiliki

oleh pelanggan atau pengunjung terhadap suatu layanan atau produk

yang mencakup komitmen dan melakukan promosi dari mulut ke mulut.

Berdasarkan tahapan konsumsi, perilaku wisatawan dikategorikan

dalam tiga tahapan, yaang pertama sebelum kunjungan, selama

berkunjng dan setelah kunjungn. Perilaku ini termasuk memilih

destinasi yang akan dikunjungi, kegiatan evaluasi, dan niat perilaku

kedepannya. Pada fas ini dibahas perjalanan yang mereka alami atau

nilai yang didapatkan dari keseluruhan kepuasan, sedangkan niat

perilaku masa depan dilihat pada pertimbangan mengenai angan untuk

mengunjungi lagi dan kesediaan rekomendasi destinasi ke orang lain

(Som, et al. 2012:41). Selaras dengan pernyataan Som, Tingkat

kesetiaan wisatawan terhadap suatu destinasi tertentu dinyatakan dalam

niatan mereka dapat kembali dan niat mereka merekomendasikan

destinasi tersebut kepada orang lain (Oppermann, 2000). Sehingga hal

tersebut menjadi justifikasi peneliti untuk mengadaptasi komponen niat

untuk mengungjungi kembali dan merekomendasikan digunakan dalam

mengukur loyalitas tujuan dalam penelitian ini.

a. Revisit intention

Li et al. dalam Quintal et al. (2010) berpendapat revisit intention

memberikan peluang bagi wisatawan menikmati kembali dengan alasan

30

estetika (kenangan, sentimentalitas, rasa memiliki) atau alasan

pengetahuan dari wilayah geografis untuk kegiatan yang dipilih.

Gagasan tentang ulangan kunjungan berawal dari behavioral

intention. Oliver dalam Wu, Li and Li (2014:10) mendefinisikan

berperilaku seperti berkunjung atau membelo lagi diasumsikan dalam

penentuan perilaku. Sedangkan menurut pandangan rekreasi, niat

tersebut adalah niat untuk melakukan kunjungan kembali dalam satu

tahun, serta kesediaan untuk berwisata lebih sering ke destinasi

tersebut.

González et al (2018) pengalaman perjalanan yang memuaskan

dapat berkontribusi terhadap destination loyalty. Lebih lanjut

Mahasuweerachai dan Qu (2011) terdapat hubungan yang signifikan

antara destination image dan niat wuntuk mengunjungi ulang destinasi

wisata yang serupa di masa depan.

b. Recomend to others

Shankar et al. (2003) mengkonfirmasi dampak positif dari

informasi dari mulut ke mulut dalam pemilihan tempat tujuan atau

destinasi. Rekomendasi kepada orang lain adalah salah satu jenis

informasi yang paling sering dicari atau digunakan oleh seseorang yang

tertarik untuk melakukan perjalanan dalam memperoleh informasi

mengenai suatu tempat tujuan (Chi & Qu, 2008, p. 625). Pernyataan

tersebut selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh Yoon &

Uysal (2005) bahwa rekomendasi dari mulut ke mulut sangat penting

31

dalam pemasaran pariwisata karena hal tersebut dianggap sebagai yang

paling dapat diandalkan dan merupakan salah satu sumber informasi

yang paling dicari oleh calon wisatawan. Maka peneliti berasumsi

bahwa pengunjung yang melakukan kunjungan secara berulang dapat

meningkatkan rekomendasi dari mulut ke mulut dan rekomendasi

semacam itu berpengaruh pada pengunjung potensial. Lebih lanjut

Kozak dan Rimmington (2000) mengemukakan bahwa wisatawan yang

merasa puas terhadap pengalaman yang diperoleh cenderung untuk

membagikan pengalaman perjalanan positif mereka kepada orang lain

dan dapat melakukan kunjungan berulang. Sedangkan Chen dan Tsai

(2007) mengemukakan bahwa destination image memiliki pengaruh

terhadap positive WOM behaviour.

32

B. Penelitian Terdahulu

Agar penelitian ini semakin kuat dan relevan, peneliti telah merangkum

beberapa studi sebelumnya terkait dengan judul penelitian yang dilakukan

oleh penulis, berikut merupakan penelitian sebelumnya yang di rangkum pada

tabel berikut :

TABEL 1

PENELITIAN TERDAHULU

No. Judul dan

Penulisan

Landasan Teori Teknik

Analisis

Hasil dan Penelitian

1 Pengukuran

Memorable

Tourism

Experience

Scale (Mtes)

Dengan

Pendekatan

Kim Ritchie

Mccormick

Untuk

Meningkatkan

Intensi

Berkunjung

Kembali Ke

Desa Wisata

Rantih Kota

Sawahlunto

Provinsi

Sumatera

Barat (2016)

Memorable

Tourist

Experience

(MTEs),Intentio

n to Revisit

Regresi

linear

berganda

Dari penelitian

tersebut

mengungkapkan

bahwa subvariabel

hedonism, novelty,

dan knowledge

memberikan

pengaruh yang tidak

signifikan terhadap

niat berkunjung

kembali. Hal ini

mengindikasikan

bahwa subvariabel

hedonism, novelty

dan knowledge

bukan menjadi

pertimbangan utama

bagi wisatawan

domestik untuk niat

berkunjung

kembali.Tetapi

subvariabel local

culture, refleshment,

meaningfulness,

involvement

berpengaruh

signifikan terhadap

niat berkunjung

kembali ke desa

33

Rantih walaupun

tidak besar. Hal ini

mengindikasikan

bahwa banyak faktor

lain di luar varibel

yang diteliti yang

mempengaruhi niat

wisatawan domestik

untuk berkunjung ke

desa Rantih.

2 The influence

of destination

image and

tourist

satisfaction on

tourist loyalty:

a case study of

Chinese

tourists in

Korea (2016)

Image

destination,

Satisfaction,

Loyalty

SEM menunjukkan bahwa

gambarana kognitif

memiliki pengaruh

langsung pada citra

afektif dan proses

pembentukan citra

destinasi. Kedua

citra itu berpengaruh

positif pada

kepuasan, dan

selanjutnya kepuasan

dapat memprediksi

loyalitas wisatawan.

3 The Effect of

Destination

Image on

Destination

Loyalty: An

Application In

Alanya (2013)

Destination

Image,

Cognitive

Image, Affective

Image,

Destination

Loyalty

Pearson

correlati

on

terdapat hubungan

posotif dan kuat

antara citra destinasi

yang telah di peloreh

seacara umum dari

para peserta serta

destination loyalty

dan citra kognitif

memiliki dampak

yang besar dalam

membangun

destination loyalty

dibandingkan citra

34

Berdasarkan pemaparan pada tabel sebelumnya yang memiliki

keterkaitan dengan penelitian ini, akan tetapi berdasarkan ke empat penelitian

tersebut terdapat perbedaan yaitu ingin mengetahui pengaruh dari variabel

travel experience dan destination image secara simultan terhdadap

afektif

4 Cross-Cultural

Validation of a

Memorable

Tourism

Experience

Scale (2013)

Experience

Scale,

Memorable

Tourist

Experience

(MTEs),

EFA &

CFA

Dari hasil penelitian

in menemukan

bahwa skala MTE ini

terdiri dari tujuh

domain

. Data mendukung

struktur dimensi ini

dari pengalaman

pariwisata yang

berkesan serta

konsistensi dan

validitas internalnya

(yaitu, konten,

konstruk, konvergen,

dan

validitas

diskriminan).

5 Understanding

the

relationships

between

perceived

travel

experiences,

overall

satisfaction,

and

destination

loyalty (2012)

Travel

Experience,Tour

ist Satisfaction,

Destination

Loyalty

Multiple

regressio

n

Dari data temuan

menunjukan bahwa

pengelaman baru,

pengalaman

bertualang, dan

atraksi wisata

berbasis geologi

memiliki potensi

untuk meningkatkan

pengalaman dalam

upaya mencari

kebaruan atau

seeking novelty dan

mempengaruhi

dalam prilaku

kembali.

35

destination loyalty. Pada paper penelitian sebelumnya variabel travel

experience dan destination image dilakukan dalam penelitian yang terpisah

untuk dilihat pengaruhnya terhadap destination loyalty. Lebih lanjut lokasi

yang berbeda dimana dilakukan di atraksi wisata yang terdapat di wilayah

Kec. Rancabali Kab. Bandung.

36

C. Kerangka Pemikiran

Sumber: Kim dan Richardson (2003); Sangpikul (2018); Toyama dan Yamada (2012).

Destination loyalty

mengacu niat

wisatawan untuk

mengunjungi

kembali tujuan yang

sama, dan niat

mereka untuk

merekomendasikan

tujuan tersebut

kepada mereka

teman / kerabat

Toyama dan

Yamada (2012)

Destination

Image adalah

sebuah

perasaan,

impresi, opini,

dan emosi

tentang suatu

tempat (Kim

dan

Richardson,

2013)

37

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah.

Kenapa dikatakan seperti itu karena jawaban yang diberikan baru berdasar

pada teori. Hipotesis dirumuskan berdasarkan pada kerangka pemikiran yang

dijadikan jawaban sementara atas masalah riset. Maka hipotesis digunakan

dalam adalah :

Hₗ : Hipotesis Pertama

H₀ : Tidak terdapat pengaruh antara variabel travel experience

(X1) terhadap variabel destination loyalty (Y) di Kecamatan Rancabali.

Ha : Terdapat pengaruh antara variabel travel experience (X1)

terhadap variabel destination loyalty (Y) di Kecamatan Rancabali.

H₂ : Hipotesis kedua

H₀ : Tidak terdapat pengaruh antara variabel destination image

(X2) terhadap variabel destination loyalty (Y) di Kecamatan Rancabali.

Ha : Terdapat pengaruh antara variabel destination image (X2)

terhadap variabel destination loyalty (Y) di Kecamatan Rancabali.

H₃ : Hipotesis ketiga

H₀ : Tidak terdapat pengaruh simultan antara variabel travel

experience (X1) dan destination image (X2 )terhadap variabel

destination loyalty (Y) di Kecamatan Rancabali.

38

Ha : Terdapat pengaruh simultan antara variabel travel experience

(X1) dan destination image (X2 terhadap variabel destination loyalty

(Y) di Kecamatan Rancabali.

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Untuk memperoleh data digunakan metode penelitian yang merupakan

cara ilmiah dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kunci yaitu

cara ilmiah, tujuan, data dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian

itu didasarkan pada keilmuan, Gulo (2000:17) menyebutkan bahwa terdapat

empat kriteria yang harus dipenuhi dalam suatu penelitian ilmiah yaitu,

penelitian dilakukan secara sistematis. Prosesnya dilakukan dari satu tahap ke

tahap berikutnya. Setiap tahap harus dilakukan secara berurut, tidak boleh

melangkahi tahap sebelumnya untuk langsung pada tahap terakhir atau tahap

yang jauh diatasnya. Metodologi penelitian berfungsi signifikan dalam

mencari data yang diperlukan untuk memecahkan berbagai masalah.

Soehartono (2002) bahwa metode penelitian adalah strategi menyeluruh

untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan.

Penelitian dilakukan secara empiris, ketika masalah yang akan diteliti

bersifat empiris. Penelitian diakatakan terkendali, karena perumusan konsep

dan hipotesis secara operasional merupakan kendali dalam mengarahkan

seluruh kegiatan penelitian. Semua konsep yang tercakup dalam penelitian

harus terhubung secara operasional dalam dunia nyata. Penelitian bersifat

kritis, kritis dalam hal ini berarti ada tolak ukur atau kriteria yang dipakai

40

untuk menentukan sesuatu yang dapat diterima, baik secara eksplisit maupun

implisit.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena bertujuan

untuk mengetahui hubungan antara beberapa variabel dengan menggunakan

insturmen penelitian yang menghasilkan angka berbentuk statistik. Sujarweni

(2014:39) kuantitatif research merupakan jenis yang diperoleh dengan

mengandalkan cara-cara statistik atau pengukuran untuk menghasilkan suatu

penemuan. Proses penelitian ini bersifat deduktif dimana untuk menjawab

rumusan digunakan konsep atau teori. Creswell (2013) metode kuantitatif

bermaksud menguji teori yang berupa angka serta di analisis secara statistik

dengan cara meneliti hubungan antar variabel.

Jika berdasarkan tingkat eksplanasinya riset ini tergolong jenis penelitian

asosiatif, dimana tipe ini bertujuan untuk mencari hubungan atau pengaruh

antara variabel independen dengan variabel dependen (Sugiyono, 2007:7).

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mencari perngaruh travel experience dan

destination image terhadap destination loyalty. Serta penelitian ini bersifat

kausal atau sebab akibat, desain penelitian kausal biasanya digunakan dalam

membuktikan sebab dan akibat dari beberapa vaiarbel. Penelitian kausal

biasanya salah satu variabel (independen)

Travel Experience (Xₗ) dan Destination Image (X₂ ) yang merupakan

variabel independent atau dapat dianggap sebagai variabel yang memberi

pengaruh atau menjadi sebab pada variabel terikat (Sugiyono, 2013:39).

41

Sedangkan variabel dependent atau dapat disebut sebagai variabel yang

dipengaruhi. Destination loyalty (Y) adalah variabel terikat.

B. Obyek Penelitaian

Lokasi menjelaskan tentang dimana dan kapan penelitian dilakukan bisa

juga hal-hal lain jika dianggap perlu. Arikunto (2001;5) ruang lingkup atau

hal yang akan dijadikan pokok permasalahan dalam sebuah penelitian disebut

sebagai objek penelitian.

Penelitian terdahulu yang dilakukan Khadijah, dkk (2018:68)

menemukan bahwa mayoritas wisatawan yang berkunjung ke Kecamatan

Rancabali mengunjungi tiga atraksi wisata yaitu kawah putih, rancaupas, dan

situ patenggang. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti membatasi hanya

meneliti pada ketiga atraksi wisata tersebut Berikut deskripsi mengenai

atraksi yang menjadi objek penelitian :

1. Deskripsi Kawah Putih

Letusan gunung patuha menghasilkan sebuah kawah yaitu Kawah

Putih terletak pada ketinggian 2.400 dpml. Suhu disana mencapai 8

hingga 22 derajat celcius Karena berada di dataran yang tinggi inilah

membuat suhu sangat dingin. Nama tersebut merujuk pada tanah yang

didominasi berwarna putih. Hal itu disebabkan oleh beberapa unsur

yang bercampur dengan belerang. Keunikanya adalah pada air di dalam

kawah berwarna kehijauan dan dapat berubah ubah sesuai dengan kadar

suhu,belerang dan cuaca.

42

2. Deskripsi Ranca Upas

Kampung Cai Ranca Upas adalah salah satu bumi perkemahan

terletak di Jalan Raya Ciwidey Patenggang, Alam Endah, Kabupaten

Bandung. Dengan suhu udara berkisar 17 °C - 20 °C. Di Sekitar area

terdapat hutan lindung dengan beragam flora. Sedangkan fauna terdiri

dari beragam jenis burung, serta satwa jinak lainnya.

3. Deskripsi Situ Patengan

Situ patenggang memiliki pemandangan alam yang asri, karena

disekitarnya terdapat hamparan kebun teh. danau yang terletak di

kawasan objek wisata alam tepatnya di Ciwidey, memiliki ketinggian

1600 meter di atas permukaan laut dengan pemandangan yang sangat

eksotik.. Luasnya sekitar 45.000 hektar. Jaraknya dari wisata kawah

putih hanya sekitar 7 KM dan membutuhkan waktu sekitar 10 menit

saja.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Mahsyuri dan Zainudin (2011) populasi adalah jumlah dari objek

yang menjadi masalah dalam penelitian sehingga dapat dijadikan

sumber data penelitian. Di dalam penelitian ini populasinya adalah

wisatawan yang berkunjung ke atraksi wisata di Kecamatan Rancabali.

Namun, jenis populasi yang akan diteliti adalah infinite population

dikarenakan jumlah wisatawan yang tidak diketahui serta kurangnya

data mengenai hal tersebut.

43

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi dapat mewakili keberadaannya.

Dalam penelitian sampelnya adalah wisatawan yang bekunjung ke salah

satu atraksi wisata di Kecamatan Rancabali.

Teknik Sampling yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data adalah non-probability sampling. Teknik tersebut

memberikan kesempatan sama bagi setiap anggota populasi untuk

dipilih. Studi ini menggunakan teknik sampling accidental sampling

kepada wisatawan yang berada di atraksi wisata yang berada di

wiliayah Kecamatan Rancabali. Dimana teknik pengambilan sampel

yang dipilih secara kebetulan, yang berarti siapa saja pada saat peneliti

melaksanakan penelitian secara kebetulan dipilih dan atau bersedia

dipilih menjadi sampel (Kusherdyana dan Sulaiman, 2013:12).

Selanjutnya teknik snowbal sampling kepada wisatawan yang pernah

berkunjung ke Kecamatan Rancabali. Snowball sampling adalah teknik

pengambilan sampel yang awalnya jumlah kecil, kemudian sampel ini

disuruh rekanya dijadikan sampel (Sugiyono, 2013: 125).

Jumlah sampel yang akan diambil dihitung menggunakan formula

Lemeshow karena belum adanya data mengenai jumlah wisatawan

yang berkunjung ke Kecamatan Rancabali. Berikut merupakan formula

Lemeshow :

44

Penjabaran :

n = total sampel

z = skor z 95% = 1,96

p = maksimum estimasi = 0,5

d = alpha (0,10) atau error sampling = 10 %

Rumus diatas, maka total sampel yang diambil dicapai :

Sehingga rumus tersebut maka n yang didapatkan jumlah sampel

minimal sebanyak 96 orang kemudian dibulatkan jadi 100 sampel.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode ini terbagi kedalam dua bentuk yaitu teknik pengumpulan data

tentang bagaimana data dikumpulkan, serta alat kumpul data yang digunakan

untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.

45

1. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2012:224) mengemukakan hal yang sangat basic dari

suatu riset. Lalu merupakan langkah awal dalam mengetahui bagaimana

cara mendapatkan data. Dengan memahami sepenuhnya mengenai

teknik pengumpulan data dapat mendukung dalam mendapatkan data

yang sesuai atau tepat.

Terdapat sejumlah cara untuk mengumpulkan data pada penelitian

ini. Yang dikelompokan kedalam data primer dan data sekunder yang di

klasifikasikan dengan rincian dibawah ini :

a. Data Primer

Data yang didapatkan secara langsung dari sumber pertamanya

disebut data primer. Data tersebut sumber utama yang didapatkan

melalui narasumber atau responden. Lebih lanjut Hasan (2013)

mengemukakan data primer dikumpulkan langsung di lapangan oleh

orang yang melakukan penelitian kepada sumber informasi. Sumber

data primer di penelitian ini didapatkan melalui cara sebagai berikut :

1) Kuesioner

Merupakan cara pengumpulam data dengan menyebarkan sejumlah

pertanyaan kepada individu, dengan harapan mereka akan

memberikan tanggapan. Lebih lanjut kuesioner merupakan sepaket

pertanyaan yang disusun secara sistematis, logis, objektif dalam

menerangkan variabel dakam riset (Musfiqon, 2012). Teknik ini

akan digunakan untuk memperoleh data mengenai travel

46

experience, destination image, destination loyalty wisatawan di

Kecamatan Rancabali. Kuesioner tersebut diberikan kepada

wisatawan yang berkunjung dan telah melakukan kunjungan

dengan format offline yang ditujukan untuk wisatawan yang tengah

berkunjung di atraksi wisata Kawah Putih, Rancaupas, dan Situ

Patenggang sedangkan angket online melalui perangkat google

form diberikan kepada wisatawan yang telah berkunjung ke

Kecamatan Rancabali.

b. Data Sekunder

Sumber ini merupakan data yang secara tidak langsung diperoleh

peneliti (Sugiyono, 2008:402). Data tersebut bersifat pendukung.

Sedangkan menurut Hasan (2013) data sekunder diperoleh oleh orang

yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data

sekunder peneliti peroleh dari dinas pariwisata setempat, serta lokus

penelitian berupa file data kunjungan, data kajian mengenai segmentasi

pasar wisatawan di Kabupaten Bandung, serta profil lokasi penelitian.

Lalu peneliti juga mendapatkan data yang diperoleh melalui jurnal,

penelitian, serta beberapa literatur terkait mengenai travel experience,

destination image, dan destination loyalty.

2. Alat Pengumpul Data

Insutrumen penelitian merupakan suatu media digunkan dalam

menentukan suatu peristiwa baik lingkungan ataupun sosial yang

diamati (Sugiyono, 2007:102). Lebih lanjut Sanjaya (2011) untuk

memperoleh data dalam suatu penelitian menggunakan alat. Berikut

47

merupakan instrumen yang digunakan sesuai dengan teknik

pengumpulan data yang telah dipaparkan sebelumnya :

1. Angket

Angket menurut Bimo (2010) menyatakan bahwa kuesioner adalah

daftar yang berisikan pertanyaan yang akan diselidiki. Angket dalam

penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana tanggapan terhadap

pertanyaan yang diberikan kepada pengunjung serta untuk memperoleh

data mengenai travel experience, destination image, & destination

loyalty. Kuesioenr menggunakan pertanyaan tertutup, sehingga

responden hanya dapat memilih jawaban yang telah disediakan.

Jawaban yang tersedia menggunakan skala likert dengan skala 1-5.

E. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Arti dari validits ialah karakter dari ukuran lalu dikaitkan dengan

tingkatan ketepatan alat ukur (kuesioner). Oleh sebabnya, data

dikatakan valid jika tidak memiliki perbedaan antara data yang

dilaporkan dengan pada kenyataan (Sugiyono, 2014:363). Uji validitas

yang digunakan oleh penulis yaitu pengujian ini dengan menganalisis

item, kemudian dikorelasikan antara skor butir instrument dengan skor

total. Hasil dikatakan “valid” apabila rhitung > rtabel. Agar

mempermudah penelitian, penulis menggunakan metode korelasi

pearson product moment, yaitu :

48

Penjelasan:

r = Koef korelasi pearson

X = Skor butir pertanyaan

Y = Skor total butir pertanyaan

N = Jumlah responden

Penentuan sampel responden pada penelitian ini, menggunakan

formula:

df = n – 2

df = 30 – 2 = 28

Penjelasan perhitungan:

df = degree of freedom

n = sampel yang digunakan yakni 30

Kemudian, penulis menggunakan rtabel 0,05 untuk melihat ttabel,

untuk df = 28, diperoleh r tabel = 0,361. Maka, nilai r hitung harus lebih

tinggi dari nilai r tabel sebesar 0,361.

1) Hasil pengujian validitas

Dengan penggunaan rumus pearson yang sudah diolah dengan

menggunakan SPSS 21, diperoleh hasil yang “valid” dari instrument

kuesioner sebesar 100%. Tabel dibawah ini merupakan perolehan uji

validity setiap variabel. Persyaratan dikatakan “valid” memiliki syarat

bila koef korelasi = 0,361, maka bila korelasi diantara indikator dengan

total skor dapat kurang dari 0,361 maka butir pada instrument tersebut

dikatakan “tidak valid”.

49

TABEL 2

PEROLEHAN UJI VALIDITAS VARIABEL X1

n = 30

Butir Pearson Correlation

(rhitung)

Nilai Minimal (rtabel) Ket.

X1 0,741

0,361

VALID

X2 0,637 VALID

X3 0,744 VALID

X4 0,703 0,361

VALID

X5 0,617 VALID

X6 0,419 0,361

VALID

X7 0,607 VALID

X8 0,577

0,361

VALID

X9 0,471 VALID

X10 0,489 VALID

X11 0,702 0,361

VALID

X12 0,537 VALID

X13 0,592 0,361

VALID

X14 0,739 VALID

X15 0,643

0,361

VALID

X16 0,646 VALID

X17 0,575 VALID

Sumber : Olahan SPSS, 2019

TABEL 3

PEROLEHAN UJI VALIDITAS VARIABEL X2

n = 30

Item Pearson

Correlation (r

hitung)

Nilai Minimal (r tabel) Keterangan

X18 0,465

0,361

VALID

X19 0,684 VALID

X20 0,607 VALID

X21 0,530 0,361

VALID

X22 0,504 VALID

X23 0,389 0,361

VALID

X24 0,595 VALID

X25 0,466

0,361

VALID

X26 0,618 VALID

X27 0,452 VALID

X28 0,425 0,361

VALID

X29 0,497 VALID

50

X30 0,604 0,361 VALID

Sumber : Olahan SPSS, 2019

TABEL 4

HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL Y

n = 30

Item Pearson

Correlation (r

hitung)

Nilai Minimal (r tabel) Keterangan

Y1 0,881

0,361

VALID

Y2 0,491 VALID

Y3 0,688 VALID

Y4 0,859 VALID

Y5 0,859 VALID

Sumber : Olahan SPSS, 2019

2. Uji Reliabilitas

Untuk menguji tingkat reliabilitas dari tinggi pengukuran, dimana

sejauh apa pengukuran mampu memberikan hasil ukur yang akurat dan

relevan (Noor, 2012:131). Untuk mengetahui reliabilitas

suatuinstrument, maka dapat dilakukan rumus Alpha Cronbach

(Arikunto, 2010:112) sebagai berikut:

Sumber : Narimawati (2010:42)

Penjelasan perhitungan:

α = Koefisien tes reliabilitas

n = Banyak butiran item yang dikeluarkan kedalam tes

51

ΣSi² = Jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item

St² = Total varian

Kemudian menghitung Koef Reliabilitas :

Jika koef reliabilitas hitung lebih tinggi dari koefisien reliabilitas

tabel maka dapat dinyatakan bahwa reliabel.

Sehingga selepas melalui perhitugam reliabilitas dengan

menggunakan SPSS 25, diperoleh hasil reliability variabel Travel

Experience, Destination Image, dan Destination Loyalty sebagai

berikut:

TABEL 5

HASIL UJI RELIABILITAS

n = 30

Items Alpha Cronbach Nilai Minimal Keterangan

35 0,869 0,361 Reliabel

Apabila ditinjau melalui tabel diatas, berdasarkan jumlah tersebut

disimpulkan bahwa ketiga variabel tersebut reliable karena skor

crobach alpha yang didapatkan ≥0,361.

F. Definisi Operasional Variabel

Variabel adalah sesuatu yang dapat berubah- ubah, atau sesuatu yang

sifatnya dapat berubah – ubah (Soewadji, 2012). Pada studi ini terdapaat tiga

variabel yaitu travel experience, destination image, dan destination loyalty.

r = ( 1 + α )

52

1. Travel Experience

Travel experience atau Pengalaman perjalanan dalam penelitian ini

mengacu pada paparan antara wisatawan dengan lingkungan pariwisata

dan interaksi antara wisatawan dan penyedia layanan, melalui

keterlibatan, persepsi, dan partisipasi dalam acara atau kegiatan di

tempat tujuan (Sangpikul, 2018:5). Untuk dapat mengukur pengalaman

berwisata wisatwan peneliti menggunakan pendekatan menurut Kim,

Ritchie, and McCormick (2012:17) mengenai memorable toursism

experience (MTE) yang terdiri dari tujuh dimensi yaitu hedonism,

refreshment, local culture, meaningfulness, knowledge, involvement,

novelty.

2. Destination Image

Destination Image atau citra destinasi menurut Kim dan Richarson

(2003) adalah sebuah perasaan, impresi, opini, dan emosi tentang suatu

tempat. Dalam penelitian ini untuk dapat mengukur citra penelitian

mengadaptasi pendeketan citra secara kognitif menurut Savaş Artuğe et

al., (2013) yang terdiri dari lima dimensi yaitu natural attraction,

infrastructure, atmoshphere, social environment, value for money.

3. Destination Loyalty

Menurut Toyama dan Yamada (2012) destination loyalty mengacu

pada niat wisatawan untuk mengunjungi kembali tujuan yang sama, dan

niat mereka untuk merekomendasikan tujuan tersebut kepada mereka

teman/kerabat. loyalitas dikelompokan kedalam tiga dimensi yaitu:

behavioural dimension, attitudinal dimension serta kombinasi dari

53

kedua dimensi tersebut Artuğer et al., (2013). Ketiga pendekatan

tersebut digunakan untuk mengukur tingkat loyalitas wisatawan di

Kecamatan Rancabali.

54

Berikut merupakan matriks operasional variabel dalam penelitian dijabarkan melalui tabel di bawah ini :

Konsep Variabel Dimensi Indikator Instrumen

Travel experience atau Pengalaman

perjalanan mengacu pada paparan

antara wisatawan dengan lingkungan

Kim, Ritchie, and McCormick

(2012:17) mengembangkan

skala MTE 24-item yang terdiri

berdasarkan tujuh dimensi:

1. Hedonism

Hedonism

Sensasi berwisata Q1.1

Merasa senang Q1.2

Senang memiliki pengalaman baru Q1.3

Novelty

Keunikan destinasi Q2.1

Perolehan pengalaman baru Q2.2

Local culture

Kesan terhadap masyarakat Q3.1

Tradisi Q3.2

55

pariwisata dan interaksi antara

wisatawan dan penyedia layanan,

melalui keterlibatan, persepsi, dan

partisipasi dalam acara atau kegiatan

di tempat tujuan (Sangpikul, 2018:5)

2. Novelty,

3. Local culture

4. Refreshment,

5. Meaningfulness,

6. Involvement

7. Knowledge,

Refreshment

Kebebasan Q4.1

Energi baru Q4.2

Merasa butuh akan berwisata Q5.3

Meaningfulness

Perolehan sesuatu yang

berarti/bermakna

Q5.1

Melakukan sesuatu yang penting Q5.2

Involvement

Merasa tertarik dengan kegiatan

wisata

Q6.1

Menikmati aktivitas Q6.2

Knowledge

Perolehan pengetahuan baru Q7.1

Perolehan pengetahuan kebudayaan

Baru

Q7.2

Explorasi ketertarikan Q7.3

56

Destination Image adalah sebuah

perasaan, impresi, opini, dan emosi

tentang suatu tempat Kim dan

Richarson (2003)

Savaş Artuğe et al., (2013)

Dimensi citra kognitif teridir

dari :

1. natural attraction,

2. infrastructure,

3. atmoshphere,

4. social environment,

5. value for money

Natural

attractions

Keragaman atraksi wisata Q8.1

keindahan alam Q8.2

Aktivitas wisata alam Q8.3

Infrastructure

Layanan akomodasi Q9.1

Layanan informasi pariwisata Q9.2

aksesibilitas pariwisata Q9.3

Atmosphere

Ketenangan Q10.1

iklim Q10.2

Kondisi alam Q10.3

Social

Environment

Peranan masyarakat lokal Q11.1

Keamanan destinasi wisata Q11.2

Value for Money

Biaya atraksi wisata Q12.1

Biaya sesuai dengan perolehan Q12.1

57

pengalaman

Destination loyalty mengacu niat

wisatawan untuk mengunjungi

kembali tujuan yang sama, dan niat

mereka untuk merekomendasikan

tujuan tersebut kepada mereka teman /

kerabat Toyama dan Yamada (2012)

loyalitas dipisahkan menjadi

tiga dimensi yaitu:

behavioural dimension,

attitudinal dimension dan

kombinasi dari kedua dimensi

tersebut Savaş Artuğer et al.,

(2013)

Revisit intention

keinginan berkunjung kembali

Q13.1

Kesdiaan untuk mengeluarkan biaya

lebih

Q13.2

Menjadikan sebagai destinasi utama Q13.3

Intention To

Recommend

kesediaan merekomendasikan

Q14.1

kesediaan membicarakan hal baik

(pengalaman yang baik)

Q14.2

Sumber : Kim dan Richardson (2003); Kim, Ritchie, and McCormick (2012:17); Sangpikul (2018); Savaş Artuğer et al., (2013) ; Toyama dan Yamada (2012).

58

G. Analisis Data

1. Garis Kontinum

Dalam menganalisa, mengukur serta mengetahui seberapa besar

kekuatan variabel dalam penelitian ini peneliti menggunakan garis

kontinum. Untuk dapat menentukan garis kontinum ini terlebih dahulu

harus melakukan penghitungan skor melalui formula sebagai berikut :

Dimana nilai jenjang interval tersebut digunakan dalam

menentukan kategori sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, dan

sangat setuju. Tahap penghitungan skor untuk setiap variabel dalam

menentukan garis kontinum dalam penelitian ini:

a. Menentukan skor total

Skor Total = ( Jumlah responden hasil sangat setuju x 5) + ( Jumlah

responden merespon setuju x 4) + ( Jumlah responden menanggapi

netral x 3) + ( Jumlah responden menjawab tidak setuju x 2) + (

Jumlah responden menjawab sangat tidak setuju x 1)

b. Menentukan nilai maksimum dan minimum

Nilai Indeks Maksimum (X1) = 5 x (jumlah indikator) x (total

responden)

= 5 x 17 x 100

= 8500

Nilai Jenjang Interval = Nilai tertinggi – Nilai terenda Jumlah kriteria pernyataan

59

Skor Indeks Minimum (X1) = 1 x (jumlah butir) x (total responden)

= 1 x 17 x 100

=1700

Nilai Indeks Maksimum (X2) = 5 x (jumlah indikatoe) x (jumlah

responden)

= 5 x 13 x 100

= 6500

Nilai Indeks Minimum (X2) = 1 x (jumlah pernyataan) x (jumlah

responden)

= 1 x 13 x 100

= 1300

Nilai Indeks Maksimum (Y) = 5 x (jumlah pernyataan) x (jumlah

responden)

= 5 x 5 x 100

= 2500

Nilai Indeks Minimum (Y) = 1 x (jumlah pernyataan) x (jumlah

responden)

= 1 x 5 x 100

= 500

Selanjutnya, untuk dapat menentukan garis kontinum, perlu

dilakukan perhitungan jarak interval dengan rincian sebagai berikut :

Nilai Jenjang Interval (X1) = Nilai tertinggi – Nilai terendah

Jumlah kriteria pernyataan

= 8500 – 1700 = 1360

5

Nilai Jenjang Interval (X2) = Nilai tertinggi – Nilai terendah

Jumlah kriteria pernyataan

60

= 6500 – 1300 = 1040

5

Nilai Interval (Y) = Nilai tertinggi – Nilai terendah

Jumlah kriteria pernyataan

= 2500 – 500 = 400

5

Setelah diketahui jarak interval, maka didapatkan garis kontinum:

GAMBAR 4

GARIS KONTINUM TRAVEL EXPERIENCE

GAMBAR 5

GARIS KONTINUM DESTINATION IMAGE

61

GAMBAR 6

GARIS KONTINUM DESTINATION LOYALTY

2. Uji Asumsi Klasik

Untuk menggunakan model regresi, akan dilaksanakan terlebih

dulu uji asumsi klasik sebagai syarat awal yang terdiri dari:

a. Uji Normalitas

Di buku Ghozali (2013:160) mengatakan uji ini termasuk dalam

salah satu syarat untuk uji dependen variabel (X) dan variabel

independen (Y) pada regresi yang diperoleh untuk mengetahui

berdistribusi normal atau tidak. Santoso (2012:393), mengatakan uji ini

dapat diterapkan menggunakan Test Normality Kolmogorov-Smirnov

yang dapat dinilai dari probabilitas Asymtotic Significanted yakni

apabila probabilitas > 0,05, artinya data itu berdistribusi normal dari

model regresi, sedangkan < 0,05, artinya data itu tidak berdistribusi

normal dari model regresi.

b. Uji Multikolinieritas

Ghozali (2013:105) mengatakan uji multikolinieritas adalah uji

agar menemukan adanya hubungan setiap variabel yang digunakan oleh

peneliti. Dikatakan model yang baik apabila tidak ada korelasi diantara

62

variabel independen, bila ada berarti disebut tidak orthogonal (nilai

variabel independen = 0). Untuk memeriksa multikolinieritas

menggunakan pedoman, yakni:

1) Nilai R yang diperoleh setiap tanggapan, variabel bebas yang

tidak signifikan berpengaruh variabel terikat walaupun perkiraan

tingginya terjadi pada model regresi empiris.

2) Menganalisa matriks korelasi variabel independen. Terdapat

multikolinieritas bila diantara variabel memiliki korelasi cukup

tinggi (diatas 0.09), sebaliknya variabel korelasi rendah berarti

tidak terdapat multikolinieritas yang biasanya disebabkan oleh

pengaruh kombinasi lebih dari dua variabel independen.

3) Skor tolerance dan lawannya VIF dapat melihat

multikolinieritas. Pengukuran tersebut memperlihatkan tiap

variabel bebas mana yang dijelaskan oleh variabel lain dimana

tiap variabel independen jadi terikat dengan variabel dependen

dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Nilai

tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi

(VIF=1/tolerance) Penjelasannya:

a) Bila VIF < 10, tidak terdapat multikolinieritas

b) Skor tolerance > 0,10 maka tidak terjadi multikolinieritas

c. Uji Heteroskedastisitas

Di buku Ghozali (2013:139) mengatakan uji heteroskedastisitas

diperuntukkan menguji perbedaan varian pada regresi dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lainnya. Uji ini dapat dilihat dengan

menggunakan grafik Scatterplot, dengan melihat persebaran secara acak

63

dibawah dan diatas angka 0 pada sumbu Y maka dapat disimpulkan

tidak heteroskedastisitas alias homoskedastisitas dan hal tersebut

menjadi nilai model regresi yang baik.

3. Uji Hipotesis

a. Uji T

Supaya membuktikan pengaruh variabel bebas terhadap variabel

terikat, diperlukan uji t, yaitu untuk mengetahui signifikansi dari

pengaruh variabel independen terhadap variabel terikat secara parsol

dan menganggap dependen yang lain konstan. Apabila nilai t hitung

lebih besar dari pada t tabel maka variasi variabel secara individual

mempengaruhi variabel dependen, begitu juga sebaliknya .Signifikansi

pengaruh tersebut dapat diestimasi dengan membandingkan antara nilai

ttabel dengan thitung. Adapun langkah pengujiannya:

a. Menentukan (Alpha) sebesar 5 %

b. Menentukan nilai signifikansi

Nilai signifikansi diperoleh dari perhitungan SPSS

a. Apabila nilai signifikansi > 5% maka Ho diterima

b. Apabila nilai signifikansi < 5% maka H1 diterima

64

b. Uji F

Teknik analisis untuk mengetahui secara stimulan koef variabel

bebas (X) berpengaruh atau tidak terhadap variabel terikat (Y) = 0,05

Sugiyono (2011:192). Dengan cara sebagai berikut :

a. Bila nilai sig. <0,05 artinya H₀ ditola dan Hₗ diterima

b. Bila nilai sig. >0,05 artinya H₀ diterima dan Hₗ ditolak

Kemudian diukur perbandingan F hitung dan F tabel dengan cara :

a. Bila F hitung < F tabel maka H₀ diterima dan Hₗ ditolak, artinya

variabel X berpengaruh terhadap variabel Y

b. Bila F hitung > F tabel maka H₀ ditolak dan Hₗ diterima, artinya

variabel X berpengaruh terhadap variabel Y

4. Analisis Regresi Berganda

Analisi regresi berganda merupakan pengembangan dari analisis

regresi sederhana yang dapat digunakan untuk meramalkan nilai suatu

variabel terikat (Y) apabila terdapat dua atau lebih variabel bebasnya

(X). Analisis regresi ganda merupakan alat untuk meramalkan nilai

pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat

untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsional atau

hubungan kausal antara dua atau lebih variabel terhadap suatu variabel

terikat (Y).

Untuk mengenalisis data menggunakan teknik analisi regresi linier

berganda, dikarenakan peniliti ingin mencoba mencari pengaruh travel

65

experience (Xₗ) dan destinastion image (X₂ ) terhadap variabel terikat

destination loyalty (Y).

Sehingga persamaan regrasi ganda dirumuskan sebagai berikut :

Penjelasan :

Ŷ = Variabel terikat

a = konstanta

β .l.. β₂ = Koef regresi

X .l... X₂ = Variabel Bebas (Independen)

5. Koefisien Determinasi

Kemampuan menjelaskan variasi variabel independen dengan nilai

antara nol dan satu adalah kegunaan dari koefisien determinasi (R)2

(Ghozali, 2011:97), penjelasan sebagai berikut:

Nilai (R)2 = 0, artinya kemampuan variabel independen memberikan

penjelasan yang terbatas variasi variabel dependen.

Nilai (R)2 = 1, artinya kemampuan variabel independen memberikan

penjelasan yang luas variasi variabel dependen.

untuk mencari koefisien determinasi dapat dilakukan menggunakan

perhitungan:

KD = (R)2 x 100%

Ŷ = a + β₁ Xlₗ + β₂ X₂

66

H. Jadwal Penelitian

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN 2018

No

Kegiatan

Maret 2018 April 2018 Mei 2018

I II III IV I II III IV I II III IV

1 Penyusunan proposal penelitian

2 Seminar proposal penelitian

3 Melakukan penelitian di

lapangan

4 Menyusun laporan penelitian

5 Seminar internal laporan

penelitian

6 Seminar nasional

67

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Responden

Berdasarkan data yang telah terkumpul, maka diperoleh temuan

mengenai profil responden yang berkunjung ke Kecamatan Rancabalis serta

telah dikelompokan berdasarkan jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan,

pendidikan terakhir, asal kota, serta frekuensi kunjungan wisata ke

Kecamatan Rancabali yang tersaji pada tabel sebagai berikut:

TABEL 6

PROFIL RESPONDEN

n = 100

No. Profil Responden Keterangan %

1 Kelamin Laki – laki 56%

Perempuan 44%

Total 100%

2 Umur ≤ 20 Tahun 8%

21 – 30 Tahun 62%

31 – 40 Tahun 14%

41 – 50 Tahun 14%

51 – 60 Tahun 2%

≥ 60 Tahun 0%

Total 100%

3 Jenis Pekerjaan Pegawai Swasta 32%

PNS 4%

Wirausaha 11%

Pelajar/Mahasiswa 47%

BUMN 6%

Total 100%

4 Pendidikan Terakhir SD 0%

SMP 0%

SMA 38%

Diploma 13%

68

S1 46%

S2 3%

S3 0%

Total 100%

5 Asal Kota

Bandung 39%

Jabodetabek 32%

Lainya 29%

Total 100%

5 Frekuensi Kunjungan Satu Kali 39%

2 s/d 3 Kali 43%

3 s/d 4 Kali 9%

≥ 5 Kali 9%

Total 100%

Sumber: Olahan SPSS, 2019

1. Jenis Kelamin

Pada tabel diatas, menunjukan bawa mayoritas responden yang

berkunjung ke Kecamatan Rancabali adalah yang berjenis kelamin laki-

laki dengan persentase sebesar 56% sedangkan untuk responden yang

bejenis kelamin perempuan hanya sebesar 44%. Dari hasil tersebut

mengindikasikan bahwa jika dilihat dari karakteristik Kecamatan

Rancabali yang tergolong atraksi wisata alam sehingga

mengindikasikan bahwa laki-laki jauh lebih tertarik dengan kegiatan

yang berbasis pada alam yang melibatkan aktifitas motorik jauh lebih

tinggi.

2. Usia

Berdasarkan data temuan pada tabel diatas ditemukan data

mengenai usia responden yang berkunjung ke Kecamatan Rancabali,

dari data tersebut di dominasi oleh responden dengan rentang usia 21-

30 tahun, yaitu sebanyak 62% sementara untuk rentang usia 31 – 40

tahun dan 41 – 50 tahun memiliki jumlah yang seimbang yaitu

sebanyak 14%, selanjutnya sebanyak 8% responden berusia dibawah 20

69

tahun sedangkan untuk responden yang berusia lebih dari 60 tahun

hanya terdapat 2%. Berdasarkan data tersebut mayoritas wisatawan

yang berkunjung berada pada usia dengan rentang 21-30 tahun,

sementara usia diata 60 tahun hanya terdapat 2% dari jumlah responden

dalam penelitian ini. Hal ini mengindikasikan rentang usia 21-30 berada

pada masa produktif serta memiliki rasa keingin tahuan yang besar.

Menurut Sumarwan (2004:198) dengan memahami usia responden

merupakan bagian yang penting karena konsumen dengan berbeda usia

akan mengkonsumsi produk atau layanan yang berbeda pula serta akan

mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap sesuatu.

3. Jenis Pekerjaan

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang

berkunjung ke Kecamatan Rancabali jika dilihat dari pekerjaanya di

dominasi oleh pelajar/mahasiswa dengan persentase sebanyak 47%, lalu

diikuti oleh pegawai swasta sebanyak 32%, lalu wirausaha sebanyak

11%, selanjutnya BUMN sebanyak 6%, dan PNS sebanyak 4%. Melalui

temuan tersebut bahwa peneliti menyimpulkan mayoritas wisatawan

yang berkunjung ke Kecamatan Rancabali di dominasi oleh pelajar hal

ini mengindikasikan dimana pelajar memiliki ketertarikan dan keingin

tahuan yang lebih tinggi, selanjutnya pegawai swasta pun memiliki

jumlah yang cukup besar dimana hal tersebut berhubungan erat dengan

tingkat pendapatan. Artinya pendepatan yang relatif lebih besar akan

meningkatkan daya beli seseorang terhadap suatu produk atau jasa.

Menurut Sumarwan (2004:220) jenis pekerjaan seseorang akan

70

mempengaruhi kelas sosial seseorang dan mempengaruhi cara mereka

berprilaku.

4. Pendidikan Terakhir

Berdasarkan hasil yang ditampilkan pada tabel di atas mengenai

profil responden yang berkunjung ke Kecamatan Rancabali berdasarkan

pada tingkat pendidikan terakhir didominasi oleh jenjang Strata-1/S1

sebesar 46%, selanjutnya diikuti oleh SMA dengan jumlah sebanyak

38%, sementara untuk Diploma terdapat 13% dan untuk responden

dengan jenjang pendidikan S-2 sebanyak 3%. Menurut Sumarwan

(2004:201) tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi nilai-nilai

yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang serta persepsinya terhadap

suatu masalah dan keadaan. Berdasarkan temuan tersebut dapat

mencerminkan bahwa mayoritas wisatwan yang didominasi oleh

wisatawan dengan pendidikan terakhir S1 memiliki kecenderyngan atau

responsif terhadap hal baru dan keingin tahuan yang tinggi sehingga hal

tersebut sesuai dengan temuan mengenai jenis pekerjaan pada paparan

sebelumnya yang didominasi oleh pelajar.

5. Asal Kota

Berdasarkan data temuan pada tabel di atas mengenai asal kota

responden yang berkunjung ke Kecamatan Rancabali didominasi oleh

responden yang berasal dari Bandung dengan persentase sebesar 39%

lalu diikuti oleh responden yang berasal dari wilayah JABODETABEK

dengan jumlah sebanyak 32% sedangkan untuk wilayah lainya sebesar

71

29%. Hal ini dikarenakan waktu tempuh yang tidak terlalu serta jarak

yang tidak terlalu jauh jika dibandingkan berwisata ke kota lainya.

6. Frekuensi Kunjungan

Dari hasil data yang disajikan pada tabel diatas, diketahui mengenai

frekuensi kunjungan responden ke Kecamatan Rancabali bahwa

mayoritas responden telah melakukan kunjungan sebanyak 2 s/d 3 kali

dengan jumlah sebanyak 43% sementara itu untuk responden yang

hanya melakukan 1 kali kunjungan berjumlah sebanyak 39%,

sedangkan untuk kunjungan 3 s/d 4 kali dan lebih dari 5 kali berjumlah

sebanyak 9%. Dari data temuan tersebut diperoleh temuan bahwa

tingkat kunjungan ulang ke Kecamatan Rancabali mengelami

peningkatan jika di bandingkan dengan temuan menurut kajian

Segmentasi Pasar Dan Pola Promosi Pariwisata Kabupaten Bandung,

2013 mengenai frekuensi kunjungan yang menemukan bahwa frekuensi

kunjungan wisatawan di dominasi oleh wisatawan yang hanya

melakukan satu kali kunjungan.

B. Travel Experience

Hasil penilaian travel experience yang terdiri dari 7 (tujuh) dimensi yaitu

hedonism, novelty, local cultue, refreshment, meaningfulness, involvment, dan

knowledge akan di jelaskan sebagai berikut :

1. Dimensi Hedonism

72

TABEL 7

DIMENSI HEDONISM

Sumber: Olahan SPSS, 2019

a) Pada tabel diatas, menunjukan bahwa sebanyak 64 responden dengan

persentase sebesar 64% menyatakan setuju bahwa mereka merasakan

sensasi wisata yang berbeda. Kemudian sebanyak 27 atau 27% responden

menyatakan netral dan sebanyak 4 atau 4% responden menyatakan sangat

setuju. Sementara itu terdapat 3 atau 3% responden menyatakan tidak

setuju diikuti sebanyak 2 atau 2% responden menyatakan sangat tidak

setuju .

No Instrument

STS TS N S SS Skor

Total F % F % F % F % F %

1

Saya

merasakan

sensasi

wisata yang

berbeda

2 2% 3 3% 27 27% 64 64% 4 4% 365

2

Saya

merasa

senang

setelah

berwisata

ke

Kecamatan

Rancabali

1 1% 0 0% 19 19% 64 64% 16 16% 394

3

Saya

menikmati

pengalaman

berwisata

di

Kecamatan

Rancabali

1 1% 4 4% 35 35% 44 44% 16 16% 370

SKOR TOTAL 1129

73

b) Untuk tanggapan responden terhadap indikator selanjutnya sebanyak 64

atau sebesar 64% responden menyatakan setuju bahwa mereka merasa

senang setelah berkunjung ke Kecamatan Rancabali, lalu di ikuti oleh

sebanyakan 19 atau 19% responden menyatakan netral. Selanjutnya

sebanyak 16 atau 16% responden menyatakan sangat setuju. Akan tetapi

terdapat 1 atau 1% responden menyatakan sangat tidak setuju.

c) Lalu untuk item pernyataan selanjutnya sebanyak 44 atau 44% responden

menyatakan setuju bahwa mereka menikmati pengalaman berwisata di

Kecamatan Rancabali, kemudian sebanyak 35 atau 35% responden

menyatakan netral. Lalu sebanyak 16 atau 16% responden menyatakan

sangat setuju. Sementara itu sebanyak 4 atau 4% responden menyatakan

tidak setuju dan terdapat 1 atau 1% responden yang menyatakan sangat

tidak setuju.

Dari tabel tersebut diperoleh nilai skor total mengenai dimensi hedonism

yaitu sebesar 1129. Dari hasil tersebut akan digunakan untuk penentuan pada

garis kontinum dengan penjelasan sebagai berikut :

Nilai Maksimum: 5 x 3 x 100 = 1500

Nilai Minimum: 1 x 3 x

100 = 300

Kemudian, setelah mendapatkan interval peneliti memasukan kategori

dengan rincian sebagai berikut :

Sangat Tidak Setuju : 300 – 540

Interval = 1500 – 300 = 240

5

74

Tidak Setuju : 541 – 780

Netral : 781 – 1020

Setuju : 1021 – 1260

Sangat setuju : 1261 – 1500

GAMBAR 7

GARIS KONTINUM HEDONISM

Berdasarkan garis kontinum diatas, menunjukan hasil penilaian

responden terhadap dimensi hedonism di Kecamatan Rancabali tegolong pada

kategori setuju, maka peneliti menyimpulkan secara umum responden

menilai setuju bahwa mereka merasakan sensasi wisata yang berbeda, merasa

senang setelah berkunjung, serta menikmati pengalaman berwisata di

Kecamatan Rancabali. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa Kecamatan

Rancabali memiliki sesuatu yang berbeda dengan destinasi wisata lainya

sehingga responden merasakan senasi berwisata yang berbeda setelah

berkunjung ke Kecamatan Rancabali. Hal tersebut disebabkan karena

Kecamatan Rancabali memiliki pemandangan alam yang indah dan kondisi

alam yang memiliki karakter atraksi wisata berbeda pada setiap tempatnya

serta iklim yang sejuk menjadi suatu sensasi yang berbeda bagi wisatawan.

Kemudian Kecamatan Rancabali memiliki keindahan alam serta banyak

aktivitas yang dapat wisatawan lakukan selama berkunjung ke Kecamatan

75

Rancabali diantaranya seperti aktivitas camping, seightseeing, berfoto, serta

menikmati kondisi alam.

Selain itu Kecamatan Rancabali memberikan pengalaman yang berbeda

karena kondisi alam yang indah suasana yang masih terasa asri sehingga para

wisatawan yang berkunjung benar benar menikmati kunjunganya di

Kecamatan Rancabali. Maka dari hasil angka tersebut menunjukan penilaian

yang cukup tinggi terhadap dimensi hedonism. Menurut penelitian Tung and

Ritchie (2011) mengenai Memorable Tourism Experience menemukan bahwa

emosi dan perasaan positif yang berkaitan dengan pengalaman berwisata

seperti kesenangan dan menikmati merupakan esensi dari MTE.

2. Dimensi Novelty

TABEL 8

Dimensi Novelty

n = 100

No Instrument

STS TS N S SS Skor

Total F % F % F % F % F %

1

Kecamatan

Rancabali

merupakan

destinasi

wisata

yang

memiliki

keunikan

alam

1 1% 5 5% 19 19% 54 54% 21 21% 389

76

Sumber: Olahan SPSS, 2019

a) Padat tabel diatas, menunjukan jawaban yang paling banyak yaitu 54 atau

54% responden menyatakan setuju bahwa Kecamatan Rancabali memiliki

keunikan alam. Sementara itu sebanyak 21 atau 21% responden

menyatakan sangat setuju, lalu sebanyak 19 atau 19% responden

menyatakan netral dan terdapat 3 atau 3% responden menyatakan tidak

setuju bahwa Kecamatan Rancabali memiliki keunikan alam.

b) Indikator selanjutnya menunjukan dari 100 responden, jawaban yang

paling banyak yaitu 46 atau 46% responden menyatakan setuju bahwa

mereka memperoleh pengalaman berwisata yang baru. Selanjutnya 39 atau

39% responden menyatakan netral, serta sebanyak 12 atau 12% responden

menyatakan sangat setuju, sedangkan 3 atau 3% responden menyatakan

tidak setuju terhadap indikator memperoleh pengalaman berwisata baru.

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai skor total mengenai dimensi

novelty yaitu sebesar 756. Dari nilai tersebut akan digunakan untuk

menentukan pada garis kontinum dengan rincian sebagai berikut :

Nilai Maksimum: 5 x 2 x 100 = 1000

Nilai Minimum: 1x 2 x 100 = 200

2

Saya

memperole

h

pengalama

n berwisata

yang baru

0 0 3 3% 39 39% 46 46% 12 12% 367

SKOR TOTAL 756

77

Kemudian setelah memperoleh nilai interval peneliti memasukan

kedalam kategori dengan rincian sebagai berikut:

Sangat Tidak Setuju : 200 – 360

Tidak Setuju : 361 – 520

Netral : 521 – 680

Setuju : 681 – 840

Sangat setuju : 841 – 1000

GAMBAR 8

DIMENSI NOVELTY

Pada garis kontinum menunjukan hasil penilaian responden terhadap

dimensi novelty di Kecamatan Rancabali berada pada kategori setuju, dimana

jika dilihat dari skor yang berada pada interval 680 – 840. Melalui hasil

tersebut peneliti menyimpulkan jika responden telah menyatakan setuju

bahwa Kecamatan Rancabali merupakan destinasi wisata yang memiliki

keunikan alam, dan memperoleh pengalaman berwisata yang baru. Hal

Interval = 1000 – 200 = 160

5

78

tersebut dikarenakan di wilayah Kecamatan Rancabali memiliki beragam

atraksi wisata baik dari jenis serta karakteristik yang berbeda seperti Kawah

Putih, Rancaupas, Situ Patengan ketiga atraksi wisata tersebut memiliki

keunikan serta ciri khas masing masing sehingga wisatawan menilai bahwa

Kecamatan Rancabali memiliki keunikan alam. Temuan tersebut selaras

dengan pernyataan menurut chandralal dan valenzuela (2013) yang

menyatakan bahwa pencarian kebaruan atau novelty berasal pada sesuatu

yang baru. Sehingga dari data tersebut dapat tercermin bahwa wisatawan

cenderung mencari sesuatu yang baru yang berbeda dari tempat asalnya guna

memenuhi keinginan untuk memperoleh suatu kebaruan khususnya dalam

perolehan pengalaman wisata yang baru.

3. Dimensi Local Culture

TABEL 9

DIMENSI LOCAL CULTURE

n = 100

No Instrument STS TS N S SS Skor

Total F % F % F % F % F %

1

Saya

memiliki

kesan baik

terhadap

masyarakat

lokal di

Kecamatan

Rancabali

1 1% 0 0% 31 31% 62 62% 6 6% 372

2

Kecamatan

Rancabali

memiliki

kebudayaan

atau tradisi

1 1% 2 2% 21 21% 55 55% 21 21% 393

79

Sumber: Olahan SPSS, 2019

a) Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk indikator memiliki kesan baik

terhadap masyarakat lokal, sebanyak 62 atau 62% responden menyatakan

setuju terhadap hal tersebut. Sementara itu sebanyak 31 atau 31%

responden menilai netral dan sebanyak 6 atau 6% respon menyatakan

sangat setuju. Tetapi hanya 1 atau 1% responden yang menyatakan sangat

tidak setuju.

b) Dari tabel tersebut dapat dilihat penilaian pada indikator kedua yaitu

Kecamatan Rancabali memiliki tradisi yang unik, sebanyak 55 responden

menyatakan setuju atas hal tersebut lalu diikuti sebanyak 21 atau 21%

responden menjawab netral dan sangat setuju. Sementara itu sebanyak 2

atau 2% responden menyatakan tidak setuju dan 1 atau 1% responden

menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan data pada tabel diatas diperoleh nilai skor total mengenai

dimensi local culture yaitu sebesar 765. Dari nilai tersebut akan digunakan

oleh peneliti untuk menentukan kategori pada garis kontinum dengan rincian

sebagai berikut :

Nilai Maksimum: 5 x 2 x 100 = 1000

Nilai Minimum: 1x 2 x 100 = 200

yang unik

SKOR TOTAL 765

80

Kemudian setelah memperoleh nilai interval peneliti memasukan

kedalam kategori dengan rincian sebagai berikut:

Sangat Tidak Setuju : 200 – 360

Tidak Setuju : 361 – 520

Netral : 521 – 680

Setuju : 681 – 840

Sangat setuju : 841 – 1000

GAMBAR 9

DIMENSI LOCAL CULTURE

Pada garis kontinum diatas dapat disimpulkan bahwa responden

menyatakan setuju terhadap dimensi novelty dengan skor sebesar 756 serta

terletak pada interval 680 – 840. Secara umum responden menyatakan setuju

bahwa memiliki kesan baik terhadap masyarakat lokal di Kecamatan

Rancabali, dan Kecamatan Rancabali memiliki kebudayaan atau tradisi yang

unik. Hal tersebut didukung dengan kondisi masyarakat yang berada di

atraksi wisata bersikap ramah kepada wisatawan hal tersebut didukung

Interval = 1000 – 200 = 160

5

81

berdasarkan pernyataan dari para pengelola atraksi wisata bahwa mereka

selalu menerapkan prinsip sapta pesona kepada pengunjung. Selain itu di

sekitar wilayah Kecamatan Rancabali terdapat beberapa desa wisata yang

menawarkan keragaman budaya serta tradisi yang unik serta dengan adanya

desa wisata memberikan kesempatan bagi para wisatawan untuk dapat

berinteraksi dengan lingkungan sosial atau dengan warga setempat sehingga

dapat meningkatkan pemahaman terhadap budaya dan tradisi yang berbeda.

Hal tersebut selaras dengan pernyataan menurut Morgan dan Xu (2009) yang

mengemukakan bahwa berinteraksi dengan kebudayaan dan masyarakat

setempat dapat membangun pengalaman berwisata yang unik dan berkesan.

4. Dimensi Refreshment

TABEL 10

DIMENSI REFRESHMENT

n = 100

No Instrument

STS TS N S SS Skor

Total F % F % F % F % F %

1

Saya

merasa

terbebas

dari

rutinitas

sehari-hari

ketika

berwisata di

Kecamatan

Rancabali

1 1% 2 2% 21 21% 55 55% 21 21% 393

2

Saya

memperoleh

energi baru

setelah

berwisata di

Kecamatan

Rancabali

0 0% 3 3% 30 30% 56 56% 11 11% 375

82

Sumber: Olahan SPSS, 2019

a) Tabel diatas menunjukan dari sebanyak 100 responden, jawaban yang

paling banyak pada merasa terbebas dari rutinitas sehari-hari ketika

berwisata di Kecamatan Rancabali yaitu pilihan setuju dengan total

sebanyak 55 atau 55% responden. Sementara itu sebanyak 21 atau 21%

persen responden menyatakan netral dan setuju. Lalu sebanyak 2 atau 2%

responden menyatakan tidak setuju sedangkan 1 atau 1% responden

menyatakan sangat tidak setuju.

b) Dari tabel diatas menunjukan hasil penilaian dari 100 responden, jawaban

yang paling banyak untuk indikator memperoleh energi baru setelah

berwisata di Kecamatan Rancabali sebanyak 56 atau 56% persen

responden menyatakan setuju, diikuti oleh sebanyak 30 atau 30%

responden menyatakan netral lalu sebanyak 11 atau 11% respoinden

menyatakan setuju. Sedangan 3 atau 3% persen responden menjawab tidak

setuju.

c) Berdasarkan tabel diatas menunjukan dari 100 responden, jawaban yang

paling banyak untuk indikator setelah berwisata ke Kecamatan Rancabali

3

Setelah

berwisata

ke

Kecamatan

Rancabali

saya

menjadi

merasa

butuh akan

kegiatan

berwisata

1 1% 21 21% 20 20% 44 44% 14 14% 349

SKOR TOTAL 1117

83

saya menjadi merasa butuh akan kegiatan berwisata yaitu sebanyak 44

atau 44% persen responden menjawab setuju. Selanjutnya 21 atau 21%

responden menyatakan tidak setuju, diikitu sebanyak 20 atau 20%

responden menyatakan netral. Semantara itu sebanyak 14 atau 14%

responden menyatakan setuju dan 1 atau 1% responden menyatakan sangat

tidak setuju.

Dari tabel tersebut diperoleh nilai skor total mengenai dimensi

refreshment adalah sebesar 1117. Dari hasil tersebut akan digunakan untuk

penentuan pada garis kontinum dengan penjelasan sebagai berikut :

Nilai Maksimum: 5 x 3 x 100 = 1500

Nilai Minimum: 1 x 3 x 100 = 300

Kemudian, setelah mendapatkan interval peneliti memasukan kategori

dengan rincian sebagai berikut :

Sangat Tidak Setuju : 300 – 540

Tidak Setuju : 541 – 780

Netral : 781 – 1020

Setuju : 1021 – 1260

Sangat setuju : 1261 – 1500

GAMBAR 10

GARIS KONTINUM REFRESHMENT

Interval = 1500 – 300 = 240

5

84

Berdasarkan pengukuran skala garis kontinum diatas dapat disimpulkan

bahwa dimensi refreshment yang memiliki skor 1117 termasuk kedalam

kategori setuju. Dengan skor yang terletak pada inverval 1020 – 1260.

Dimana secara umum responden menyatakan setuju terhadap ketiga indikator

yaitu saya merasa terbebas dari rutinitas sehari-hari ketika berwisata di

Kecamatan Rancabali, saya memperoleh energi baru setelah berwisata di

Kecamatan Rancabali, setelah berwisata ke Kecamatan Rancabali saya

menjadi merasa butuh akan kegiatan berwisata.

Hal ini dikarenakan lokasi kondisi di Kecamatan Rancabali yang relatif

lebih sepi dan tenang sehingga wisatawan merasa terbebas dari rutinitas dan

keseharian yang padat dan melelahkan. Selain itu wisatawan memperoleh

energi baru setelah berkunjung ke Kecamatan Rancabali hal ini dikarenakan

Kecamatan Rancabali memiliki kondisi alam yang yang masih asri dan indah

sehingga wisatawan dapat memperoleh energi yang baru. Hal ini selaras

dengan hasil temuan menurut Morgan dan Xu (2009) menemukan bahwa

pengalaman berwisata yang melibatkan relaksasi dapat meningkatkan

pengalaman berwisata yang berkesan. Hal ini mengindikasikan bahwa

kegiatan yang melibatkan antara seseorang dengan lingkungan alam memiliki

dampak dalam meningkatkan pengalaman wisata yang yang berkesan.

85

5. Dimensi Meaningfulness

TABEL 11

DIMENSI MEANINGFULNESS

n = 100

Sumber: Olahan SPSS, 2019

a) Tabel diatas menunjukan dari 100 responden, jawaban yang paling banyak

untuk indikator pertama dalam dimensi meaningfulness yaitu memperoleh

sesuatu yang bermakna/berarti setelah berwisata di Kecamatan Rancabali

sebanyak 47 atau 47% responden menyatakan setuju, sementara itu

No Instrument

STS TS N S SS Skor

Total F %% F % F % F % F %

1

Saya

memperoleh

sesuatu

yang

bermakna/b

erarti

setelah

berwisata di

Kecamatan

Rancabali

1 1% 14 14% 30 30% 47 47% 8 8% 347

2

Saya

melakukan

sesuatu

yang

penting baik

untuk diri

sendiri

ataupun

lingkungan

ketika

berwisata di

Kecamatan

Rancabali

1 2% 22 22% 32 32% 38 38% 7 7% 328

SKOR TOTAL 675

86

sebanyak 30 atau 30% responden menyatakan netral, lalu 14 atau14%

responden menyatakan tidak setuju dan 8 atau 8% responden menyatakan

sangat setuju sedangkan 1 atau 1% responden yang menyatakan sangat

tidak setuju.

b) Dari tabel diatas menunjukan dari keseluruhan responden, jawaban yang

paling banyak untuk indikator kedua yaitu melakukan sesuatu yang

penting baik untuk diri sendiri ataupun lingkungan ketika berwisata di

Kecamatan Rancabali sebanyak 38 atau 38% responden menyatakan

setuju, diikuti sebanyak 32 atau 32% responden menyatakan netral. Lalu

sebanyak 22 atau 22% responden menyatakan tidak setuju dan sebanyak 7

atau 7% responden menyatakan setuju. Sementara itu 1 atau 1% responden

menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan data pada tabel diatas diperoleh nilai skor total mengenai

dimensi meaningfulness yaitu sebesar 675. Dari nilai tersebut akan digunakan

oleh peneliti untuk menentukan pada garis kontinum dengan rincian sebagai

berikut :

Nilai Maksimum: 5 x 2 x 100 = 1000

Nilai Minimum: 1x 2 x 100 = 200

Kemudian setelah memperoleh nilai interval peneliti memasukan kedalam

kategori dengan rincian sebagai berikut:

Sangat Tidak Setuju : 200 – 360

Interval = 1000 – 200 = 160

5

87

Tidak Setuju : 361 – 520

Netral : 521 – 680

Setuju : 681 – 840

Sangat setuju : 841 – 1000

GAMBAR 11

DIMENSI MEANINGFULNESS

Berdasarkan pengukuran skala garis kontinum dapat disimpulkan bahwa

dimensi meaningfulness yang memiliki skor 675 termasuk kedalam kategori

netral. Dilihat dari skor total yang berada pada interval 520 – 680, maka

peneliti menyimpulkan bahwa secara umum responden menilai netral

terhadap Saya memperoleh sesuatu yang bermakna/berarti setelah berwisata

di Kecamatan Rancabali, dan Saya melakukan sesuatu yang penting baik

untuk diri sendiri ataupun lingkungan ketika berwisata di Kecamatan

Rancabali.

Hal ini dikarenakan belum terdapatnya program atau aktivitas yang

melibatkan wisatawan khususnya dengan lingkungan. sehingga perlu adanya

edukasi atau aktivitas wissata yang berbasis pada lingkungan sehingga

wisatawan selain dapat berlibur mereka mengetahui makna pentingnya sadar

dan menjaga lingkungan. Dimana berdasarkan sebuah studi mengenai esensi

88

dari MTEs (Tung and Ritchie 2011) menemukan bahwa pengalaman

perjalanan yang bermakna lebih bertahan lama pada ingatan seseorang. Lalu

studi tersebut mengungkap bahwa ketika seseorang semakin banyak belajar

mengenai dunia dan memperluas perspektif mereka tentang kehidupan ketika

melakukan perjalanan wisata, pengalaman seperti itulah yang dapat menjadi

pengalaman yang paling berkesan bagi mereka.

6. Dimensi Involvment

TABEL 12

DIMENSI INVOLVMENT

n = 100

No Instrument STS TS N S SS Skor

Total F % F % F % F % F %

1

Saya

merasa

tertarik

dengan

kegiatan

wisata di

Kecamatan

Rancabali

0 0% 1 1% 29 29% 52 52% 18 18% 387

2

Saya

menikmati

aktivitas

wisata

yang ada

di

Kecamatan

0 0% 2 2% 20 20% 62 62% 16 16% 392

89

Sumber: Olahan SPSS, 2019

a) Tabel diatas menunjukan jawaban yang paling banyak untuk indikator

merasa tertarik dengan kegiatan wisata di Kecamatan Rancabali sebanyak

52 atau 52% responden menyatakan setuju, sementara itu sebanyak 29

atau 29% responden menilai netral. Lalu sebanyak 18 atau 18% responden

menyatakan setuju. Sedangkan sebanyak 1 tau 1% responden menyatakan

tidak setuju.

b) Melalui tabel di atas diperoleh penilaian mengenai indikator kedua dalam

dimensi involvment yaitu menikmati aktivitas wisata yang ada di

Kecamatan Rancabali sebanyak 62 atau 62% responden menyatakan

setuju, lalu sebanyak 20 atau 20% responden menyatakan netral.

Sementara itu sebanyak 16 atau 16% responden menyatakan setuju. Akan

tetapi sebanyak 2 atau 2% responden menyatak tidak setuju.

Berdasarkan data pada tabel diatas diperoleh nilai skor total mengenai

dimensi involvment yaitu sebesar 779. Dari nilai tersebut akan digunakan oleh

peneliti untuk menentukan pada garis kontinum dengan rincian sebagai

berikut:

Nilai Maksimum: 5 x 2 x 100 = 1000

Nilai Minimum: 1x 2 x 100 = 200

Rancabali

SKOR TOTAL 779

Interval = 1000 – 200 = 160

5

90

Kemudian setelah memperoleh nilai interval peneliti memasukan

kedalam kategori dengan rincian sebagai berikut:

Sangat Tidak Setuju : 200 – 360

Tidak Setuju : 361 – 520

Netral : 521 – 680

Setuju : 681 – 840

Sangat setuju : 841 – 1000

GAMBAR 12

DIMENSI INVOLVMENT

Berdasarkan pengukuran skala garis kontinum dapat disimpulkan bahwa

dimensi involvment yang memiliki skor 779 termasuk kedalam kategori

setuju. Dilihat dari skor total yang berada pada interval 680 – 779, maka

secara umum responden menyatakan setuju terhadap kedua indikator dalam

91

dimensi involvment yaitu saya merasa tertarik dengan kegiatan wisata di

Kecamatan Rancabali, saya menikmati aktivitas wisata yang ada di

Kecamatan Rancabali.

Hal ini dikarenakan terdapat berbagai jenis aktivitas yang disediakan di

atraksi wisata baik yang bersifat edukatif maupun interaktif salah satu

kegiatan yang paling diminati wisatawan adalah berinteraksi dengan rusa.

Aktivitas wisata tersebut berada di atraksi wisata Rancaupas. Selain itu

dengan kondisi alam yang nyaman membuat wisatawan sangat menikmati

berbagai kegiatan yang ada di Kecamatan Rancabali. Menurut Pine dan

Gilmore (1999) menyatakan dengan mendorong wisatawan untuk

berpartisipasi dalam suatu aktivitas merupakan cara yang efektif dalam

memberikan MTE atau pengalaman yang tak terlupakan.

7. Dimensi Knowledge

TABEL 13

DIMENSI KNOWLEDGE

n = 100

No Instrument STS TS N S SS

Skor

Total F % F % F % F % F %

1

Saya

memperoleh

pengetahuan

baru setelah

berkunjung di

Kecamatan

Rancabali

0 0% 7 7% 31 31% 53 53% 9 9% 364

92

Sumber: Olahan SPSS, 2019

a) Tabel diatas menunjukan jawaban dari 100 responden, jawaban terbanyak

mengenai indikator pertama pada dimensi knowledge mengenai Saya

memperoleh pengetahuan baru setelah berkunjung di Kecamatan

Rancabali sebanyak 53 atau 53% responden menyatakan setuju, sementara

itu sebanyak 31 atau 31% responden menyatakan netral. Diikuti sebanyak

9 atau 9% responden menyatakan setuju dan 7 atau 7% responden

menyatakan tidak setuju.

b) Tabel diatas menunjukan jawaban dari 100 responden, jawaban terbanyak

yang dipilih oleh responden mengenai saya memperoleh pengetahuan

mengenai budaya atau tradisi di Kecamatan Rancabali sebanyak 44 atau

44% responden menyatakan setuju, lalu sebanyak 25 atau 25% responden

menyatakan tidak setuju. Diikuti oleh 24 atau 24% responden menyatakan

netral dan 6 atau 6% responden menyatakan setuju. Sedangkan 2 atau 2%

responden menyatakan sangat tidak setuju.

2

Saya

memperoleh

pengetahuan

mengenai

budaya atau

tradisi di

Kecamatan

Rancabali

1 1% 25 25% 24 24% 44 44% 6 6% 330

3

saya dapat

mengeksplora

si keingin

tahuan saya

mengenai

wisata di

Kecamatan

Rancabali

2 2% 5 5% 16 16% 64 64% 13 13% 381

SKOR TOTAL 1075

93

c) Tabel diatas merupakan jawaban dari 100 responden, jawaban yang paling

banyak untuk indikator ketiga yaitu mengenai saya dapat mengeksplorasi

keingin tahuan saya mengenai wisata di Kecamatan Rancabali sebanyak

64 atau 64% responden menyatakan setuju, sementara itu sebanyak 16

atau 16% responden menyatakn netral. Lalu 13 atau 13% responden

menyatakan setuju dan sebanyak 5 atau 5% responden menyatakan tidak

setuju. Sedangkan 2 atau 2% responden menyatakan sangat tidak setuju.

Dari tabel tersebut diperoleh nilai skor total mengenai dimensi knowledge

adalah sebesar 1075. Dari hasil tersebut akan digunakan untuk penentuan pada garis

kontinum dengan penjelasan sebagai berikut :

Nilai Maksimum: 5 x 3 x 100 = 1500

Nilai Minimum: 1 x 3 x

100 = 300

Kemudian, setelah mendapatkan interval peneliti memasukan kategori

dengan rincian sebagai berikut :

Sangat Tidak Setuju : 300 – 540

Tidak Setuju : 541 – 780

Netral : 781 – 1020

Setuju : 1021 – 1260

Sangat setuju : 1261 – 1500

Interval = 1500 – 300 = 240

5

94

GAMBAR 13

GARIS KONTINUM KNOWLEDGE

Berdasarkan pengukuran skala garis kontinum dapat disimpulkan bahwa

dimensi knowledge yang memiliki skor 1075 termasuk kedalam kategori

setuju. Dilihat dari skor total yang berada pada interval 1020 – 1260, maka

secara umum responden menyatakan setuju terhadap ketiga indikator pada

dimensi knowledge yaitu saya memperoleh pengetahuan baru setelah

berkunjung di Kecamatan Rancabali, saya memperoleh pengetahuan

mengenai budaya atau tradisi di Kecamatan Rancabali, saya dapat

mengeksplorasi keingin tahuan saya mengenai wisata di Kecamatan

Rancabali. Hasil temuan tersebut selaras dengan studi yang dilakukan oleh

Tung dan Ritchie (2011) yang menemukan pengembangan intelektual

merupakan salah satu kompnen yang signifikan dalam MTEs.

Hasil penilaian tersebut diperoleh melalui di Kecamatan Rancabali selain

menawarkan atraksi wisata alam yang indah, tetapi juga responden

mendapatkan pengetahuan serta informasi baru melalui kegiatan berwisata

mereka. Dimana pada setiap atraksi wisata telah terdapat guide serta

dibeberapa atraksi wisata terdapat papan informasi mengenai atraksi wisata

95

sehingga wisatawan dapat mengetahui dan memperoleh pengetahuan baru.

Beberapa studi sebelumnya telah mengungkap bahwa beberapa orang

melakukan perjalanan sebagai sebuah respon atas kebutuhan perolehan

pengetahuan baru dan pemahaman mengenai destinasi yang mereka kunjungi

sepeerti geografis, sejarah, bahasa, dan budaya.

8. Variabel Travel Experience

TABEL 14

ANALISIS PENILAIAN TRAVEL EXPERIENCE

No Instrument

STS TS N S SS Skor

Total F % F % F % F % F %

1

Saya

merasakan

sensasi

wisata yang

berbeda

2 2

% 3 3%

2

7

27

%

6

4

64

% 4 4% 365

2

Saya merasa

senang

setelah

berwisata ke

Kecamatan

Rancabali

1 1

% 0 0%

1

9

19

%

6

4

64

%

1

6

16

% 394

3

Saya

menikmati

pengalaman

berwisata di

Kecamatan

Rancabali

1 1

% 4 4%

3

5

35

%

4

4

44

%

1

6

16

% 370

4

Kecamatan

Rancabali

merupakan

destinasi

wisata yang

memiliki

keunikan

alam

1 1

% 5 5%

1

9

19

%

5

4

54

%

2

1

21

% 389

96

5

Saya

memperoleh

pengalaman

berwisata

yang baru

0 0 3 3% 3

9

39

%

4

6

46

%

1

2

12

% 367

6

Saya

memiliki

kesan baik

terhadap

masyarakat

lokal di

Kecamatan

Rancabali

1 1

% 0 0%

3

1

31

%

6

2

62

% 6 6% 372

7

Kecamatan

Rancabali

memiliki

kebudayaan

atau tradisi

yang unik

1 1

% 2 2%

2

1

21

%

5

5

55

%

2

1

21

% 393

8

Saya merasa

terbebas dari

rutinitas

sehari-hari

ketika

berwisata di

Kecamatan

Rancabali

1 1

% 2 2%

2

1

21

%

5

5

55

%

2

1

21

% 393

9

Saya

memperoleh

energi baru

setelah

berwisata di

Kecamatan

Rancabali

0 0

% 3 3%

3

0

30

%

5

6

56

%

1

1

11

% 375

10

Setelah

berwisata ke

Kecamatan

Rancabali

saya

menjadi

merasa

butuh akan

kegiatan

berwisata

1 1

%

2

1

21

%

2

0

20

%

4

4

44

%

1

4

14

% 349

97

11

Saya

memperoleh

sesuatu yang

bermakna/b

erarti setelah

berwisata di

Kecamatan

Rancabali

1 1

%

1

4

14

%

3

0

30

%

4

7

47

% 8 8% 347

12

Saya

melakukan

sesuatu yang

penting baik

untuk diri

sendiri

ataupun

lingkungan

ketika

berwisata di

Kecamatan

Rancabali

1 2

%

2

2

22

%

3

2

32

%

3

8

38

% 7 7% 328

13

Saya merasa

tertarik

dengan

kegiatan

wisata di

Kecamatan

Rancabali

0 0

% 1 1%

2

9

29

%

5

2

52

%

1

8

18

% 387

14

Saya

menikmati

aktivitas

wisata yang

ada di

Kecamatan

Rancabali

0 0

% 2 2%

2

0

20

%

6

2

62

%

1

6

16

% 392

15

Saya

memperoleh

pengetahuan

baru setelah

berkunjung

di

Kecamatan

Rancabali

0 0

% 7 7%

3

1

31

%

5

3

53

% 9 9% 364

16

Saya

memperoleh

pengetahuan

mengenai

budaya atau

tradisi di

Kecamatan

Rancabali

1 1

%

2

5

25

%

2

4

24

%

4

4

44

% 6 6% 330

98

Sumber: Hasil Olahan SPSS, 2019

Hasil dari tabel diatas, menunjukan skor total dari semua nilai distribusi

variabel pada travel experience adalah sebesar 6296, maka angka tersebut

akan dipergunakan oleh peneliti dalam garis kontinum dengan penjelasan

sebagai berikut:

Nilai Maksimu: 5 x 17 x 100 = 8500

Nilai Minimium: 1 x 17 x 100 = 1700

Kemudian setelah diperoleh intervalnya, peneliti menentukan kategori

dengan interval sebagai berikut:

Sangat Tidak Setuju : 1700 – 3060

Tidak Setuju : 3061 – 4420

Netral : 4421 – 5780

17

saya dapat

mengeksplo

rasi keingin

tahuan saya

mengenai

wisata di

Kecamatan

Rancabali

2 2

% 5 5%

1

6

16

%

6

4

64

%

1

3

13

% 381

SKOR TOTAL 6296

Interval = 8500 – 1700 = 1360

5

99

Setuju : 5781 – 7140

Sangat setuju : 7141 – 8500

GAMBAR 14

GARIS KONTINUM VARIABEL TRAVEL EXPERIENCE

Pada gambar diatas, menunjukan penilaian responden terhadap travel

experience di Kecamatan Rancabali yang berada pada kategori setuju dengan

skor total yang berada pada interval 5781 – 7140. Kemudian dari ketujuh

dimensi dari travel experience, penilaian paling tinggi diperoleh dimensi

involvment lalu diikuti oleh dimensi local culture. Hasil tersebut diperoleh

berdasarkan penilaian responden terhadap dimensi involvment yang terdiri

dari 2 indikator pernyataan, dimana responden menilai bahwa responden

merasa tertarik dengan kegiatan wisata di Kecamatan Rancabali, hal itu

karena di setiap atraksi yang berada di wilayah Kecamatan Rancabali

menawarkan berbagai kegiatan atau aktivitas baik yang bersifat informatif

maupun edukatif serta setiap atraksi wisata di Kecamatan Rancabali memiliki

keunikan masing – masing sehingga memberikan daya tarik sendiri bagi

wisatawan yang berkunjung kesana. Salah satu kegiatan yang paling diminati

100

wisatawan adalah berinteraksi dengan rusa yang berada di atraksi Rancaupas.

Disana wisatawan dapat berinteraksi secara langsung dengan rusa di

lingkungan terbuka, memberi makan, bahkan berfoto sehingga memberikan

pengalaman yang berkesan bagi wisatawan yang telah berkunjung kesana.

Selanjutnya wisatawan merasa menikmati aktivitas yang ada di Kecamatan

Rancabali kondisi alam yang masih asri serta iklim yang sejuk membuat

wiasatawan yang berkunjung merasa nyaman sehingga mereka dapat

menikmati setiap kegiatan selama berkunjung ke Kecamatan Rancabali. Hal

tersebut selaras dengan pernyataan menurut Pine dan Gilmore (1999) yang

mengemukakan bahwa mendorong partisipasi pelanggan akan secara efektif

menghasilkan MTE. Lebih lanjut mereka mencatat bahwa pelanggan lebih

cenderung memiliki pengalaman yang tak terlupakan ketika mereka

tenggelam pada suatu kegiatan atau aktivitas.

Lalu untuk dimensi knowledge responden merasa bahwa mereka telah

memperoleh pengetahuan baru setelah berkunjung di Kecamatan Rancabali

dari program serta layanan yang ada pada setiap atraksi wisata yang diperoleh

dengan cara yang edukatif serta informatif. Karena para pemandu wisata

merupakan warga lokal sehingga mengetahui secara detail baik mengenai

kondisi maupun sejarah mengenai atraksi wisata tersebut. Selain itu

wisatawan juga dapat memperoleh informasi mengenai adat atau tradisis

masyarakat setempat dengan berkunjung ke desa wisata yang berada di

sekitar Kecamatan Rancabali. Hal tersebut selaras dengan beberapa penelitian

sebelumnya yang mengungkap bahwa pada dasarnya seseorang ingin

mempelajari hal-hal baru dan mengembangkan wawasan serta keterampilanya

101

sebagai hasil dari pengalaman berwisata. Lebih lanjut Tung dan Ritchie

(2011) mengungkapan bahwa pengembangan intelektual merupakan salah

satu komponen yang signifikan untuk membentuk MTE. Sehingga

diharapkan dengan perolehan tersebut dapat menciptakan pengalaman yang

berkesan serta tak terlupakan bagi wisatawan.

Akan tetapi terdapat satu dimensi yang memiliki perolehan nilai paling

rendah jika dibandingkan dengan dimensi lainya yaitu dimensi

meaningfulness. Meskipun hasil penilaian responden terhadap dimensi

tersebut telah tergolong kedalam kategori baik, namun bebrapa responden

masih mereasa belum merasakan esensi dari dimensi tersebut setelah

berwisata di Kecamatan Ranacabali.

C. Destination Image

Hasil penilaian mengenai destination image yang terdiri dari 5 (lima)

dimensi yaitu natural attraction, Infrastructure, Atmosphere, Social

Environment, dan Value for Money akan dijlaskan sebagai berikut :

1. Dimensi Natural Attraction

TABEL 15

DIMENSI NATURAL ATTRACTION

n = 100

No Instrument

STS TS N S SS Skor

Total F % F % F % F % F %

102

Sumber: Olahan SPSS, 2019

a) Tabel di atas, menunjukan dari 100 responden jawaban yang paling

banyak pada indikator pertama mengenai Kecamatan Rancabali

memiliki atraksi wisata alam yang beragam adalah pilihan setuju

sebanyak 64 atau 64% responden. Selanjutnya diikuti sebanyak 16

atau 16% responden menyatakan netral, dan 13 atau 13%

responden menyatakan sangat setuju. Sementara itu terdapat 5 atau

5% responden yang menyatakn tidak setuju lalu sebanyak 2 ata 2%

menyatakan sangat tidak setuju terhadap pernyataan dari indikator

pertama.

b) Dari tabel di atas, dapat dilihat penilaian dari 100 responden

terhadap indikator kedua mengenai Kecamatan Rancabali memiliki

1

Kecamatan

Rancabali

memiliki

atraksi

wisata

alam yang

beragam

2 2% 5 5% 16 16% 64 64% 13 13% 381

2

Kecamatan

Rancabali

memiliki

landscape

yang indah

0 0% 2 2% 5 5% 54 54% 39 39% 430

3

Di

Kecamatan

Rancabali

tersedia

aktivitas

wisata

alam

0 0% 4 4% 15 15% 56 56% 25 25% 402

SKOR TOTAL 1213

103

landscape yang idnah sebanyak 54 atau 54% responden

menyatakan setuju dan sebanyak 39 ata 39% responden

menyatakan sangat setuju atas pernyataan tersebut. Sementara itu

sebanyak 5 atau 5% responden menyatakan netral. Akan tetapi

terdapat 2 atau 2% respomdem menyatakan tidak setuju terhadap

pernyataan mengenai indikator kedua.

c) Pada tabel diatas, dapat dilihat kolom nomor tiga yaitu indikator

ketiga dalam dimensi ini mengenai di Kecamatan Rancabali

tersedia aktivitas wisata alam tanggapan yang paling banyak dipilih

adalah setuju dimana sebanyak 56 atau 56% responden, kemudian

diikuti oleh sebanyak 25 atau 25% responden menyatakan sangat

setuju. Sementara itu sebanyak 15 atau 15% responden

menyatakan netral. Akan tetapi terdapat 4 atau 4% responden yang

menyatakan ttidak setuju.

Dari tabel tersebut diperoleh nilai skor total mengenai dimensi

natural attraction adalah sebesar 1213. Dari hasil tersebut akan

digunakan untuk penentuan pada garis kontinum dengan penjelasan

sebagai berikut :

Nilai Maksimum: 5 x 3 x 100 = 1500

Nilai Minimum: 1 x 3 x 100 = 300

Kemudian, setelah mendapatkan interval peneliti memasukan

kategori dengan rincian sebagai berikut :

Interval = 1500 – 300 = 240

5

104

Sangat Tidak Setuju : 300 – 540

Tidak Setuju : 541 – 780

Netral : 781 – 1020

Setuju : 1021 – 1260

Sangat setuju : 1261 – 1500

GAMBAR 15

GARIS KONTINUM NATURAL ATTRACTION

Pada garis kontinum di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian

responden terhadap dimensi natural attraction dengan jumlah skor

sebeesar 1213 telah termasuk kedalam kategori setuju, dilihat dari skor

total yang berada pada interval 1020 – 1260. Secara umum responden

menyatakan setuju terhadap ketiga indikator penilaian yaitu mengenai

Kecamatan Rancabali memiliki atraksi wisata alam yang beragam,

Kecamatan Rancabali memiliki landscape yang indah, Di Kecamatan

Rancabali tersedia aktivitas wisata alam.

Hal ini dikarenakan di wilayah Kecamatan Rancabali memiliki

beragam atraksi wisata dengan karakter dan keunikan yang berbeda

sehingga wisatawan menilai bahwa di Kecamatan Rancabali memiliki

105

atraksi wisata yang beragam. Selain itu wilayah Kecamatan Rancabali

secara tipologi berada pada kawasan dataran tinggi yang dikelilingi oleh

perbukitan dan pegunungan serta memiliki panorama atau landscape

yang indah bagi wisatawan yang berkunjung, hal tersebut selaras

dengan temuan dalam penelitian mengenai kajian segmen pasar dan

promosi pariwisata Kabupaten Bandung (2013) bahwa alasan

wisatawan yang datang berkunjung ke wilayah Kecamatan Rancabali

dikarenakan memiliki ketertarikan terhadap keindahan alam. Lalu

Selain keragaman dan keindahan alam di wilayah Kecamatan Rancabali

pun banyak terdapat aktivitas wisata alam, berdasarkan data temuan

terdapat beberapa aktivitas wisata alam yang disukai oleh wisatawan

diantaranya adalah camping, fotografi, serta memberi makan rusa.

2. Dimensi infrastructure

TABEL 16

DIMENSI INFRASTRUCTURE

n = 100

No Instrument

STS TS N S SS Skor

Total F % F % F % F % F %

1

Terdapat

beragam

pilihan

akomodasi

di

Kecamatan

Rancabali

0 0% 6 6% 35 35% 52 52% 7 7% 360

106

Sumber: Olahan SPSS, 2019

a) Pada tabel diatas, menunjukan penilaian terbanyak pada indikator pertama

yaitu terdapat beragam pilihan akomodasi di Kecamatan

Rancabalisebanyak 52 atau 52% responden menyatakan setuju, diikuti

oleh sebanyak 35 atau35% persen responden menyatakan netral. Lalu

sebanyak 7 atau 7% responden menyatakan setuju. Akan tetapi sebanyak 6

atau 6% responden menyatakan tidak setuju atas pernyataan pada indikator

pertama.

b) Tabel kolom nomor 2, menunjukan hasil penilaian responden terhadap

indikator kedua dalam dimensi ini yaitu terdapat layanan informasi

pariwisata sebanyak 38 atau 38% responden menytakan setuju dan netral.

Lalu sebanyak 17 atau 17% responden menyatakan tidak setuju.

Sementara itu sebanyak 6 atau 6% responden menyatakan setuju, akan

tetapi terdapat 1 atau 1% responden yang menyatakan sangat tidak setuju.

2

Terdapat

layanan

informasi

pariwisata

1 1% 17 17% 38 38% 38 38% 6 6% 331

3

Aksesibilitas

menuju

Kecamatan

Rancabali

memadai

2 2% 7 7% 52 52% 33 33% 6 6% 334

SKOR TOTAL 1025

107

c) Dari tabel di atasa, menunjukan penilaian terhadap aksesibilitas menuju

Kecamatan Rancabali memadai sebanyak 52 atau 52% responden

menyatakan netral, diikuti oleh 33 atau 33% responden menyatakan setuju.

Lalu sebanyak 7 atau 7% responden menyatakan tidak setuju, dan 6 atau

6% responden menyatak sangat setuju. Akan tetap terdapat 1 atau

1%ewsponden yang menyatakan sangat tidak setuju.

Dari tabel tersebut diperoleh nilai skor total mengenai dimensi

infrastructure adalah sebesar 1025. Dari hasil tersebut akan digunakan untuk

penentuan pada garis kontinum dengan penjelasan sebagai berikut :

Nilai Maksimum: 5 x 3 x 100 = 1500

Nilai Minimum: 1 x 3 x 100 = 300

Kemudian, setelah mendapatkan interval peneliti memasukan kategori

dengan rincian sebagai berikut :

Sangat Tidak Setuju : 300 – 540

Tidak Setuju : 541 – 780

Netral : 781 – 1020

Setuju : 1021 – 1260

Sangat setuju : 1261 – 1500

GAMBAR 16

GARIS KONTINUM INFRASTRUCTURE

Interval = 1500 – 300 = 240

5

108

Pada garis kontinum di atas dapat disimpulkan bahwa infreastructure

dengan jumlah skor 1025 termasuk dalam kategori setuju dengan jumlah skor

yang berada pada intterval 1020 – 1260. Secara umum responden menyatakan

setuju bahwa Terdapat beragam pilihan akomodasi di Kecamatan Rancabali,

Terdapat layanan informasi pariwisata, dan Aksesibilitas menuju Kecamatan

Rancabali memadai. Kecamatan Rancabali telah terdapat berbagai jenis

akomodasi seperti homestay, guesthouse, hotel, dan glamping. Selain itu telah

tersedia juga layanan informasi mengenai wisata di wilayah Kecamatan

Rancabali pada setiap atraksi dan akomodasi, akan tetapi belum terdapat

tourist infomation center (TIC). Sedangkan dari segi aksesibilitas telah

terdapat berbagai infrastructure yang menunjang mobilitas wisatawan yang

akan berkunjung ke wilayah Kecamatan Rancabali seperti telah tersedianya

layanan transportasi umum danakses jalan yang terhubung ke setiap atraksi

wisata yang berada di wilayah Kecamatan Rancabali.

3. Dimensi Atmosphere

109

TABEL 17

DIMENSI ATMOSPHERE

n = 100

Sumber: Olahan SPSS, 2019

a) Pada tabel diatas, menunjukan hasil penilaian responden mengenai Saya

merasakan ketenangan ketika berwisata ke Kecamatan Rancabali sebanyak

56 atau 56% responden menyatakan setuju lalu diikuti oleh 25 atau 25%

responden menyatakan sangat setuju. Sementara itu 17 atau 17%

responden menyatakan netral, akan tetapi sebanyak 2 atau 2% responden

menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan tersebut.

No Instrument

STS TS N S SS Skor

Total F % F % F % F % F %

1

Saya

merasakan

ketenangan

ketika

berwisata

ke

Kecamatan

Rancabali

0 0% 2 2% 17 17% 56 56% 25 25% 404

2

Kecamatan

Rancabali

memiliki

ikilim

yang sejuk

2 2% 0 0% 6 6% 50 50% 42 42% 430

3

Kondisi

alam di

Kecamatan

Rancabali

masih

asri/alami

0 0% 3 3% 10 10% 49 49% 38 38% 422

SKOR TOTAL 1256

110

b) Berdasarkan data pada tabel diatas, menunjukan hasil penilaian mengenai

indikator kedua yaitu Kecamatan Rancabali memiliki ikilim yang sejuk

sebanyak 50 atau 50% responden menyatakan setuju lalu diikuti oleh

sebanyak 42 atau 42% responden menyatakan sangat setuju. Selanjutnya

sebanyak 6 atau 6% menyatakan netral. Sementara itu terdapat 2 atau 2%

responden yang menyatakan sangat tidak setuju.

c) Kolom nomor tiga pada tabel diatas, menunjukan hasil oenilaian mengenai

Kondisi alam di Kecamatan Rancabali masih asri/alami sebanyak 49 atau

49% responen menyatakan setuju lalu sebanyak 38 atau 38% responden

menyatakan sangat setuju. Sementara itu terdapat 10 atau 10% responden

menyatakan netral dan sebanyak 3 atau 3% responden menyatakan tidak

setuju.

Dari tabel tersebut diperoleh nilai skor total mengenai dimensi

atmosphere adalah sebesar 1256. Dari hasil tersebut akan digunakan untuk

penentuan pada garis kontinum dengan penjelasan sebagai berikut :

Nilai Maksimum: 5 x 3 x 100 = 1500

Nilai Minimum: 1 x 3 x 100 = 300

Kemudian, setelah mendapatkan interval peneliti memasukan kategori

dengan rincian sebagai berikut :

Sangat Tidak Setuju : 300 – 540

Tidak Setuju : 541 – 780

Netral : 781 – 1020

Interval = 1500 – 300 = 240

5

111

Setuju : 1021 – 1260

Sangat setuju : 1261 – 1500

GAMBAR 17

GARIS KONTINUM ATMOSPHERE

Pada garis kontinum di atas dapat disimpulkan bahwa atmosphere yang

memiliki skor total 1256 termasuk dalam kategori setuju, dengan interval pada

1020 – 1260. Secara umum responden menyatakan setuju bahwa Saya merasakan

ketenangan ketika berwisata ke Kecamatan Rancabali, Kecamatan Rancabali

memiliki ikilim yang sejuk, dan Kondisi alam di Kecamatan Rancabali masih

asri/alami. Melalui hasil tersebut menggambarkan bahwa responden menilai

Kecamatan Rancabali merupakan destinasi yang tepat untuk berlibur dan

relaksasi. Hasil temuan pada penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Çoban (2012) mengungkap bahwa di Cappadocia tanggapan paling

positif dalam variabl cognitive image adalah cultural attractions sementara itu

dimensi dengan perolehan paling buruk adalah touristic atmosphere.

112

4. Dimensi Social Environment

TABEL 18

DIMENSI SOCIAL ENVIRONMENT

n = 100

Sumber: Olahan SPSS, 2019

a) Pada tabel diatas, menunjukan penilaian responden terhadap indikator

pertama dalam dimensi social environment yaitu Masyarakat berperan

aktif dalam kegiatan pariwisata di Kecamatan Rancabali sebanyak 48 atau

48% responden menyatakan setuju diikuti sebanyak 38 atau 38%

No Instrument

STS TS N S SS Skor

Total F % F % F % F % F %

1

Masyarakat

berperan

aktif dalam

kegiatan

pariwisata

di

Kecamatan

Rancabali

0 0% 4 4% 38 38% 48 48% 10 10% 364

2

Kecamatan

Rancabali

merupakan

destinasi

wisata

yang aman

untuk

dikunjungi

0 0% 1 1% 18 18% 71 71% 10 10% 390

SKOR TOTAL 754

113

responden menyatakan netral. Sementara itu sebanyak 10 atau 10%

responden menyatakan sangat setuju dan sebanyakan 4 atau 4% responden

menyatakan tidak setuju.

b) Berdasarkan tabel di atas, pada kolom nomor dua menunjukan hasil

penilaian respon terhadap indikator dua yaitu Kecamatan Rancabali

merupakan destinasi wisata yang aman untuk dikunjungi sebanyak 71 atau

71% responden menyatak setuju atas pernyataan tersebut, lalu diikuti oleh

sebanyak 18 atau 18% responden mentakan netral. Kemudian sebanyak 10

atau 10% responden menyatakan sangat setuju, akan tetapi terdapat 1 atau

1% responden yang menyatakan tidak setuju.

Berdasarkan data pada tabel diatas diperoleh nilai skor total mengenai

dimensi social environment yaitu sebesar 754. Dari nilai tersebut akan

digunakan oleh peneliti untuk menentukan pada garis kontinum dengan

rincian sebagai berikut :

Nilai Maksimum: 5 x 2 x 100 = 1000

Nilai Minimum: 1x 2 x 100 = 200

Kemudian setelah memperoleh nilai interval peneliti memasukan

kedalam kategori dengan rincian sebagai berikut:

Sangat Tidak Setuju : 200 – 360

Tidak Setuju : 361 – 520

Netral : 521 – 680

Setuju : 681 – 840

Interval = 1000 – 200 = 160

5

114

Sangat setuju : 841 – 1000

GAMBAR 18

DIMENSI SOCIAL ENVIRONMENT

Pada garis kontinum diatas peneliti menyimpulkan bahwa dimensi social

environment yang memiliki skor total 754 termasuk kedalam kategori setuju,

dengan interval yang terletak di anatara skor 680. Secara umum responden

menyatakan setuju bahwa Masyarakat berperan aktif dalam kegiatan

pariwisata di Kecamatan Rancabali, Kecamatan Rancabali merupakan

destinasi wisata yang aman untuk dikunjungi. Hasil temuan tersebut selaras

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Artuğer et al (2013) yang

mengungkap bahwa dimensi social environment memiliki pnilsisn yang

positif dalam varibel cogintif image. Dari hasil penelitian tersebut

menjelaskan bahwa wisatwan di Alanya menilai masyarakat lokal disana

sangat ramah dan membantu, serta wisatwan menilai bahwa Alanya

merupakan destinasi yang sangat aman.

115

5. Dimensi Value for Money

TABEL 19

DIMENSI VALUE FOR MONEY

n = 100

Sumber: Olahan SPSS, 2019

a) Pada tabel di atas, menunjukan hasil penilaian responden terhadap biaya

masuk di atraksi wisata yang berada di Kecamatan Rancabali terjangkau

sebanyak 63 atau 63% responden menyatakan setuju terhadap pernyataan

tersebut, lalu sebanyak 24 atau 24% responden menyatakan netral.

Kemudian sebanyak 7 atau 7% responden menyatakan sangat setuju dan 7

No Instrument

STS TS N S SS Skor

Total F % F % F % F % F %

1

Biaya

masuk di

atraksi

wisata yang

berada di

Kecamatan

Rancabali

terjangkau

2 2% 4 4% 24 24% 63 63% 7 7% 369

2

Biaya untuk

berwisata di

Kecamatan

Rancabali

telah sesuai

dengan

pengalaman

yang di

peroleh

2 2% 4 4% 24 24% 59 59% 11 11% 373

SKOR TOTAL 742

116

atau 7% responden menyatakan tidak setuju. Akan tetapi 2 atau 2%

responden menyatakan sangat tidak setuju terhadap pernyataan tersebut.

b) Berdasarkan data pada kolom nomor dua dalam tabel diatas, menunjukan

hasil penilaian responden terhadap biaya untuk berwisata di Kecamatan

Rancabali telah sesuai dengan pengalaman yang di peroleh sebanyak 59

atau 59% responden menyatakan setuju diikuti oleh sebanyak 24 atau 24%

responden menyatakan netral. Lalu sebanyak 11 atau 11% responden

menyatakan sangat seteju. Sementara itu sebanyak 4 atau 4% responen

menyatakan tidak setuju dan sebanyak 2 atau 2% responden menyatakan

sangat tidak setuju.

Berdasarkan data pada tabel diatas diperoleh nilai skor total mengenai

dimensi value for money yaitu sebesar 742. Dari nilai tersebut akan

digunakan oleh peneliti untuk menentukan pada garis kontinum dengan

rincian sebagai berikut :

Nilai Maksimum: 5 x 2 x 100 = 1000

Nilai Minimum: 1x 2 x 100 = 200

Kemudian setelah memperoleh nilai interval peneliti memasukan

kedalam kategori dengan rincian sebagai berikut:

Sangat Tidak Setuju : 200 – 360

Tidak Setuju : 361 – 520

Netral : 521 – 680

Setuju : 681 – 840

Interval = 1000 – 200 = 160

5

117

Sangat setuju : 841 – 1000

GAMBAR 19

DIMENSI VALUE FOR MONEY

\

Pada garis kontinum menunjukan hasil penilaian responden terhadap

dimensi value for money di Kecamatan Rancabali berada pada kategori

setuju, dimana jika dilihat dari skor total yang berada pada interval 680 – 840

maka secara umum peneliti menyimpulkan bahwa responden menyatakan

setuju atas Biaya masuk di atraksi wisata yang berada di Kecamatan

Rancabali terjangkau, Biaya untuk berwisata di Kecamatan Rancabali telah

sesuai dengan pengalaman yang di peroleh. Melalui hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa wisatwan merasa bahwa biaya masuk atraksi wisata yang

berada di Kecamatan Rancabali telah terjangkau serta biaya tersebut telah

sesuai dengan pengalaman yang diperoleh wisatwan setelah berwisata.

Menurut Hallmann et al (2011) mengungkapkan bahwa selama destinasi

menawarkan harga dengan nilai atau penerimaan yang sesuai dengan harapan

wisatawan, akan memperkecil kemungkinan penilaian negatif oleh wisatwan

terhadap suatu destinasi.

118

6. Variabel Destination Image (X2)

TABEL 20

DESTINATION IMAGE (X2)

n = 100

No Instrument

STS TS N S SS Skor

Total F % F % F % F % F %

1

Kecamatan

Rancabali

memiliki atraksi

wisata alam yang

beragam

2 2% 5 5% 16 16% 64 64% 13 13% 381

2

Kecamatan

Rancabali

memiliki

landscape yang

indah

0 0% 2 2% 5 5% 54 54% 39 39% 430

3

Di Kecamatan

Rancabali tersedia

aktivitas wisata

alam

0 0% 4 4% 15 15% 56 56% 25 25% 402

4

Terdapat beragam

pilihan akomodasi

di Kecamatan

Rancabali

0 0% 6 6% 35 35% 52 52% 7 7% 360

5

Terdapat layanan

informasi

pariwisata

1 1% 17 17% 38 38% 38 38% 6 6% 331

6

Aksesibilitas

menuju

Kecamatan

Rancabali

memadai

2 2% 7 7% 52 52% 33 33% 6 6% 334

119

Sumber: Olahan SPSS, 2019

7

Saya merasakan

ketenangan ketika

berwisata ke

Kecamatan

Rancabali

0 0% 2 2% 17 17% 56 56% 25 25% 404

8

Kecamatan

Rancabali

memiliki ikilim

yang sejuk

2 2% 0 0% 6 6% 50 50% 42 42% 430

9

Kondisi alam di

Kecamatan

Rancabali masih

asri/alami

0 0% 3 3% 10 10% 49 49% 38 38% 422

10

Masyarakat

berperan aktif

dalam kegiatan

pariwisata di

Kecamatan

Rancabali

0 0% 4 4% 38 38% 48 48% 10 10% 364

11

Kecamatan

Rancabali

merupakan

destinasi wisata

yang aman untuk

dikunjungi

0 0% 1 1% 18 18% 71 71% 10 10% 390

12

Biaya masuk di

atraksi wisata

yang berada di

Kecamatan

Rancabali

terjangkau

2 2% 4 4% 24 24% 63 63% 7 7% 369

13

Biaya untuk

berwisata di

Kecamatan

Rancabali telah

sesuai dengan

pengalaman yang

di peroleh

2 2% 4 4% 24 24% 59 59% 11 11% 373

SKOR TOTAL 4990

120

Hasil dari tabel diatas merupakan total dari semua nilai distribusi pada

variabel destination image yang berjumlah 4990, maka dari hasil tersebut

akan digunakan pada garis kontinum dengan penjelasan sebagai beikut :

Nilai Indeks Maksimum (X2) = 5 x (jumlah pernyataan) x (jumlah

responden)

= 5 x 13 x 100

= 6500

Nilai Indeks Minimum (X2) = 1 x (jumlah pernyataan) x (jumlah

responden)

= 1 x 13 x 100

= 1300

Kemudian setelah diperoleh intervalnya, peneliti memasukan kategori

dengan range sebagai berikut :

Sangat Tidak Setuju : 1300 – 2340

Tidak Setuju : 2341 – 3380

Netral : 3381 – 4420

Setuju : 4421 – 5460

Sangat setuju : 5461 – 6500

Interval = 6500 – 1300 = 1040

5

121

GAMBAR 20

GARIS KONTINUM DESTINATION IMAGE (X2)

Gambar diatas, menunjukan penilaian responden terhadap variabel X2

yaitu destination image di Kecamatan Rancabali yang berada pada kategori

setuju, jika dilihat dari skor total yang berada pada interval 4420 – 5460.

Kemudian dari kelima dimensi pada variabel destination image, penilaian

paling tinggi diperoleh dimensi atmosphere dengan persentase sebesar

kemudian dimensi natural attraction.

Hasil tersebut diperoleh dari penilaian responden terhadap dimensi

atmosphere melalui 3 indikator dimana responden merasa setuju bahwa

merasakan ketenangan ketika berwisata ke Kecamatan Rancabali hal itu

karena jika dikaitkan dengan profil wisatawan yaitu mayoritas wisatawan

yang berkunjung berasal dari wilayah perkotaan sehingga ketika berkunjung

ke Kecamatan Rancabali mereka dapat merasakan ketenangan yang tidak

dapat diperoleh di tempat asal mereka. Kemudian didukung dengan iklim

yang sejuk karena secara tipologi Kecamatan Rancabali berada dalam

kawasan dataran tinggi. Lalu kondisi alam yang masih asri karena di wilayah

Kecamatan Rancabali termasuk kedalam kawasan konservasi milik perhutani

sehingga kondisi alamnya masih terjaga. Hasil temuan pada penelitian ini

122

berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Çoban (2012)

mengungkap bahwa di Cappadocia tanggapan paling positif dalam variabl

cognitive image adalah cultural attractions sementara itu dimensi dengan

perolehan paling buruk adalah touristic atmosphere. Sedangkan penelitian

yang dilakukan oleh Lin, Morais, Kerstetter, and Hou (2007) di Taichung

mengungkap bahwa dimensi dengan perolehan paling positif pada variabel

cognitive image adalah natural attraction sedanglkan dimensi dengan

tanggapan paling rendah yaitu infrastructure. Melalui hasil penelitian tersebut

dapat disimpulkan bahwa setiap destinasi memiliki karakteristik yang

berbeda, baik dari perbedaan dalam pengelolaan atau jenis sehingga persepsi

wisatawan terhadap suatu destinasi akan selalu berbeda.

Lalu untuk dimensi natural attraction mendapatkan penilaian yang

positif dari responden, mereka menilai bahwa Kecamatan Rancabali memiliki

atraksi wisata alam yang beragam. Hasil tersebut selaras dengan studi yang

dilakukan oleh Artuğer et al (2013) mengungkapkan bahwa dimensi yang

paling berkaitan dengan destination loyalty yang telah dibandingkan dengan

dimensi lainya adalah dimensi natural attraction. Jika mengacu pada peta

kawasan wisata Kabupaten Bandung (2012-2017) kawasan Kecamatan

Rancabali didominasi oleh daya tarik wisata alam serta tergolong kedalam

kedalam kawasan light ecotourism dimana dari beberapa daya tarik wisata

tersebut memiliki berbagai keunikan yang membedakan antara satu atraksi

dengan atraksi wisata lainya. Selain itu responden menyatakan setuju jika

Kecamatan Rancabali memiliki landscape yang indah hal itu karena wilayah

Kecamatan Rancabali secara tipologi berada pada kawasan dataran tinggi

123

sehingga dikelilingi oleh perbukitan dan pegunungan sehingga memiliki

panorama atau landscape yang indah bagi wisatawan yang berkunjung, hal

tersebut selaras dengan temuan dalam penelitian mengenai kajian segmen

pasar dan promosi pariwisata Kabupaten Bandung (2013) bahwa alasan

wisatawan yang datang berkunjung ke wilayah Kecamatan Rancabali

dikarenakan memiliki ketertarikan terhadap keindahan alam. Lebih lanjut

telah banyak penulis yang mengungkapkan pentingnya natural attraction

untuk suatu destinasi wisata dan juga berpengaruh terhadap preferensi dan

penilaian wisatawan mengenai destinasi (Hunt, 1975; Peters & Weiermair,

2000; Deng, King, & Bauer, 2002; Wirt, Pröbslt, & Haider, 2009). Lalu

wisatawan menilai jika di Kecamatan Rancabali tersedia aktivitas wisata alam

berdasarkan data temuan terdapat beberapa aktivitas wisata alam yang disukai

oleh wisatawan diantaranya adalah camping, fotografi, serta memberi makan

rusa.

D. Destination Loyalty

1. Dimensi Revisit Intentions

TABEL 21

DIMENSI REVISIT INTENTION

n = 100

No Instrument

STS TS N S SS Skor

Total F % F % F % F % F %

1

Bersedia

untuk

melakukan

kunjungan

2 2% 4 4% 20 20% 54 54% 20 20% 386

124

Sumber: Olahan SPSS, 2019

a) Tabel diatas, menunjukan dari 100 responden jawaban yang paling banyak

pada Bersedia untuk melakukan kunjungan kembali ke Kecamatan

Rancabali adalah pilihan setuju sebanyak 54 atau 54% responden.

Sementara itu sebanyak 20 atau 20% responden menyatakan netral dan

sangat setuju. Sedangkan terdapat 4 atau 4% responden yang menyatakan

tidak setuju dan terdapat 2 atau 2% responden yang menyatakan sangat

tidak setuju atas pernyataan pada indikator pertama dalam dimensi revisit

intentions.

kembali ke

Kecamatan

Rancabali

2

Bersedia

untuk

berkunjung

kembali ke

Kecamatan

Rancabali

meskipun

biaya yang

harus

dikeluarkan

lebih besar

3 3% 15 15% 41 41% 32 32% 9 9% 329

3

Bersedia

untuk

menjadikan

Kecamatan

Rancabali

sebagai

Destinasi

utama

untuk

berwisata

6 6% 21 21% 38 38% 30 30% 5 5% 307

SKOR TOTAL 1022

125

b) Pada tabel diatas, dapat dilihat pada kolom nomor kedua yaitu mengenai

Bersedia untuk berkunjung kembali ke Kecamatan Rancabali meskipun

biaya yang harus dikeluarkan lebih besar sebanyak 41 atau 41% responden

menyatakan netrallalu sebanyak 32 atau 32% responden menyatakan

setuju. Sementara itu sebanyak 15 atau 15% responden menyatakan tidak

setuju. Kemudian terdapat 9 atau 9% responden menyatakan sangat setuju.

Akan tetapi terdapat 3 atau 3% responden yang menyatakan sangat tidak

setuju.

c) Melalui tabel diatas, dapat dilihat hasil penilaian mengenai indaktor ketiga

dari dimensi revisit intentions yaitu Bersedia untuk menjadikan

Kecamatan Rancabali sebagai Destinasi utama untuk berwisata sebanyak

38 atau 38% responden menyatakan netral diikuti oleh sebanyak 30 atau

30% responden menyatakan setuju. Kemudian sebanyak 21 atau 21%

responden meyatakan tidak setuju, sementara itu terdapat 6 atau 6%

responden yang menyatakan sangat tidak setuju dan terdapat 5 atau 5%

responden yang menyatakan sangat setuju atas indikator tersebut.

Hasil dari tabel diatas, total dari semua nilai distribusi dimensi revisit

intentions adalah 1022 , maka hasilnya akan digunakan pada garis kontinum

dengan penjelasan berikut ini:

Nilai Maksimum: 5 x 3 x 100 = 1500

Nilai Minimum: 1 x 3 x 100 = 300

Interval = 1500 – 300 = 240

5

126

Kemudian, setelah mendapatkan interval peneliti memasukan kategori

dengan rincian sebagai berikut :

Sangat Tidak Setuju : 300 – 540

Tidak Setuju : 541 – 780

Netral : 781 – 1020

Setuju : 1021 – 1260

Sangat setuju : 1261 – 1500

GAMBAR 21

GARIS KONTINUM REVISIT INTENTION

Berdasarkan garis kontinum diatas peneliti menyimpulkan bahwa

dimensi revisit intention yang memiliki skor sebesar 1022 termasuk dalam

kategori setuju dengan total skor yang terletak pada interval 1020 – 1260.

Secara umum responden menilai bahwa Bersedia untuk melakukan

kunjungan kembali ke Kecamatan Rancabali, Bersedia untuk berkunjung

kembali ke Kecamatan Rancabali meskipun biaya yang harus dikeluarkan

lebih besar, Bersedia untuk menjadikan Kecamatan Rancabali sebagai

127

Destinasi utama untuk berwisata. Melalui hasil tersebut peneliti

menyimpulkan bahwa responden memiliki keinginan untuk melakukan

kunjungan ulang dengan berbagai kondisi yang dapat kita ketahui melalui

indikator dalam dimensi ini. Menurut Artuğer et al (2013) salah satu

keuntungan utama ketika wisatwan yang loyal adalah adanya peningkatan

keuntungan serta adanya kunjungan ulang.

2. Dimensi Intention to Recommend

TABEL 22

DIMENSI INTENTION TO RECOMMEND

n = 100

N

o Instrument

STS TS N S SS Skor

Tota

l F % F

% F % F % F %

1

Bersedia untuk

membagikan

hal positif

mengenai

wisata di

Kecamatan

Rancabali

2 2

% 4

4

%

1

8

18

%

5

9

59

%

1

7

17

% 385

2

Bersedia untuk

merekomendas

ikan kepada

kerabat seperti

teman,

keluarga, atau

relasi

2 2

% 3

3

%

1

8

18

%

4

5

45

%

3

2

32

% 402

128

Sumber: Olahan SPSS, 2019

a) Tabel diatas menunjukan hasil penilaian responden terhadap Bersedia

untuk membagikan hal positif mengenai wisata di Kecamatan

Rancabali sebanyak 59 atau 59% responden menyatakan setuju

diikuti oleh sebanyak 18 atau 18% responden menyatakan netral. Lalu

sebanyak 17 responden menyatakan sangat setuju. Sementara itu

sebanyak 4 atau 4% responden menyatakan tidak setuju dan sebanyak

2 atau 2% responden menyatakan sangat tidak setuju.

b) Pada kolom kedua menunjukan hasil penilaian responden terhadap

Bersedia untuk merekomendasikan kepada kerabat seperti teman,

keluarga, atau relasi sebanyak 45 atau 45% responden menyatakan

setuju diikuti oleh sebanyak 32 atau 32% responden menyatakan

sangat setuju. Kemudian sebanyak 18 atau 18% responden

menyatakan netral. Sementara itu sebanyak 3 atau 3% responden

menyatakan tidak setuju dan terdapat 2 atau 2% responden

menyatakan sangat tidak setuju atas pernyataan tersebut.

Berdasarkan data pada tabel diatas diperoleh nilai skor total mengenai

dimensi intention to recommend yaitu sebesar 787. Dari nilai tersebut akan

digunakan oleh peneliti untuk menentukan pada garis kontinum dengan

rincian sebagai berikut :

Nilai Maksimum: 5 x 2 x 100 = 1000

Nilai Minimum: 1x 2 x 100 = 200

SKOR TOTAL 787

Interval = 1000 – 200 = 160

5

129

Kemudian setelah memperoleh nilai interval peneliti memasukan

kedalam kategori dengan rincian sebagai berikut:

Sangat Tidak Setuju : 200 – 360

Tidak Setuju : 361 – 520

Netral : 521 – 680

Setuju : 681 – 840

Sangat setuju : 841 – 1000

GAMBAR 22

DIMENSI INTENTION TO RECOMMEND

Berdasarkan garis kontinum diatas peneliti menyimpulkan bahwa

dimensi intention to recommend yang memiliki skor sebesar 787 termasuk

dalam kategori setuju dengan total skor yang terletak pada interval 680 – 840.

Secara umum responden menyatakan setuju bahwa Bersedia untuk

membagikan hal positif mengenai wisata di Kecamatan Rancabali, Bersedia

untuk merekomendasikan kepada kerabat seperti teman, keluarga, atau relasi.

Berdasarkan hasil tersebut peneiliti menyimpulkan bahwa responden dapat

130

berperan pula sebagai pemasar dengan melakukan rekomendasi mengenai

destinasi yang pernah dikunjungi kepada kerabat ataupun relasinya. Menurut

Artuğer et al (2013) dengan melakukan promosi yang positif dari mulut

kemulut, pelanggan loyal dapat menjadi suatu instrumen dalam menentukan

destinasi yang akan dikunjungi oleh calon wisatawa.

131

3. Variabel Destination Loyalty (Y)

TABEL 23

DESTINATION LOYALTY

n = 100

No Instrument

STS TS N S SS Skor

Tota

l F % F % F % F % F %

1

Bersedia

untuk

melakukan

kunjungan

kembali ke

Kecamatan

Rancabali

2 2

% 4 4%

2

0

20

%

5

4

54

%

2

0

20

% 386

2

Bersedia

untuk

berkunjung

kembali ke

Kecamatan

Rancabali

meskipun

biaya yang

harus

dikeluarkan

lebih besar

3 3

%

1

5

15

%

4

1

41

%

3

2

32

% 9 9% 329

3

Bersedia

untuk

menjadikan

Kecamatan

Rancabali

sebagai

Destinasi

utama

untuk

berwisata

6 6

%

2

1

21

%

3

8

38

%

3

0

30

% 5 5% 307

4

Bersedia

untuk

membagika

n hal positif

mengenai

wisata di

Kecamatan

2 2

% 4 4%

1

8

18

%

5

9

59

%

1

7

17

% 385

132

\

Sumber: Olahan SPSS, 2019

Hasil dari tabel diatas merupakan total dari semua nilai distribusi pada

variabel destination image yang berjumlah 4990, maka dari hasil tersebut

akan digunakan pada garis kontinum dengan penjelasan sebagai beikut :

Nilai Indeks Maksimum (Y) = 5 x (jumlah pernyataan) x (jumlah

responden)

= 5 x 5 x 100

= 2500

Nilai Indeks Minimum (Y) = 1 x (jumlah pernyataan) x (jumlah

responden)

= 1 x 5 x 100

= 500

Rancabali

5

Bersedia

untuk

merekomen

dasikan

kepada

kerabat

seperti

teman,

keluarga,

atau relasi

2 2

% 3 3%

1

8

18

%

4

5

45

%

3

2

32

% 402

SKOR TOTAL 1809

Interval = 2500 – 500 = 400

5

133

Kemudian setelah diperoleh intervalnya, peneliti memasukan kategori

dengan range sebagai berikut :

Sangat Tidak Setuju : 500 – 900

Tidak Setuju : 901 – 1300

Netral : 1301 – 1700

Setuju : 1701 – 2100

Sangat setuju : 2101 – 2500

GAMBAR 23

GARIS KONTINUM DESTINATION LOYALTY

Gambar diatas, menunjukan penilaian responden terhadap variabel y

yaitu destination loyalty di Kecamatan Rancabali yang berada pada kategori

setuju, jika dilihat berdasarkan skor total yang berada pada interval 1700 –

2100. Kemudian dari kedua dimensi pada variabel destination loyalty,

penilaian paling tinggi diperoleh dimensi intention to recommend .

Berdasarkan temuan tersebut peneliti menyimpulakan bahwa destination

loyalty dari responden memiliki niat lebih besar untuk melakukan

134

rekomendasi mengenai Kecamtan Rancabali kepada orang lain. Sedangkan

niat untuk melakukan kunjungan ulang jauh lebih kecil, meskipun

berdasarkan temuan mengenai dimensi revisit intentin responden secara

umum menyatakan setuju atas semua indikator pada dimensi tersebut.

Sehingga hasil temuan tersebut selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh

Artuğer et al. (2013) yang mengungkap bahwa destination loyalty para

wisatawan di Alanya memiliki niat untuk merekomendasikan jauh lebih besar

dibandingkan dengan niat mereka untuk melakukan kunjungan kembali.

Berdasarkan temuan tersebut peneliti berasumsi bahwa terdapat suatu

kemungkinan bahwa wisatawan akan melakukan kunjungan ulang ke

Kecamatan Rancabali. Meskipun mereka tidak melakukan kunjungan ulang

tersebut mereka akan tetap melakukan rekomendasi mengenai Kecamatan

Rancabali kepada orang lain. Sehingga akan tetap memberikan dampak

positif yaitu diharapkan dari hasil rekomendasi tersebut akan menimbulkan

keinginan untuk melakukan kunjungan dari kerabat mereka. Dengan kata lain

wisatawan tetap menunjukan loyalitas secara attitudinal loyalty kepada

Kecamatan Rancabali.

E. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan uji pengaruh menggunakan uji regresi liner

berganda, peneliti terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik yang

merupakan syarat untuk melakukan uji regresi.

135

1. Uji Normalitas

TABEL 24

UJI NORMALITAS KLOMOGROW SMIRNOV

Sumber: Olahan SPSS, 2019

dapat dilihat bahwa nilai signifikansi sebesar 0,182 yang berarti data

dalam penelitian ini berdistribusi normal dan telah memenuhi syarat dalam uji

normalitas yaitu nilai signifikansi melebihi 0,05.

2. Uji Multikolinieritas

TABEL 25

HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS

S

u

m

b

e

r

: Olahan SPSS, 2019

Unstandardized

Residual

N 100

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std.

Deviation

,47227376

Most Extreme

Differences

Absolute ,075

Positive ,056

Negative -,075

Test Statistic ,075

Asymp. Sig. (2-tailed) ,182c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Model Colinierity Statisrics Keterangan

Tolerance VIF

1 (Constant)

Travel

Experience

,619 1,616 Tidak Terdapat

Multikolinieritas

Destination

Image

,619 1,616 Tidak Terdapat

Multikolinieritas

136

Hasil uji pada tabel di atas diperoleh nilai tolerance sebesar 0,619 artinya

melebihi 0,10 sehingga dapat diindikasikan tidak terdapat gejala

multikolinierits. Selanjutnya dari nilai VIF diperoleh nilai sebesar 1,616 yang

artinya nilai tersebut lebih rendah dari 10,00 sehingga dapat dinyatakan tidak

terjadi multikoliniertas. Maka dengan melihat hasil dapat disimpulkan model

regresi pengaruh Travel Experience dan Destination Image terhadap

destination Loyalty tidak terjadi gejala multikolonieritas.

3. Uji Heteroskedastisitas

GAMBAR 24

UJI HETEROSKEDASTISITAS

Sumber: Olahan SPSS, 2019

Hasil Uji Pada gambar di atas, menunjukan bahwa penyebaran titik-titik

pada grafik scatterplot menyebar secara acak diatas dan dibawah 0 pada

sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Sehingga dapat di

simpulkan bahwa tidak terjadi heterokeskedastisitas pada model regresi

dalam penelitian ini sehingga dapat dikatakan data dalam penilitian ini

bersifat homogen.

137

F. Uji Hipotesis

1. Uji t

TABEL 26

HASIL UJI T (PARSIAL)

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 5,907 2,460 2,402 ,018

Travel

Experience (X1)

,192 ,040 ,429 4,749 ,000

Destination

Image (X2)

,242 ,060 ,364 4,032 ,000

a. Dependent Variable: Destination Loyalty (Y)

Sumber: Olahan SPSS, 2019

a. Pengujian Hipotesis Pertama

Hasil uji tabel diatas, menunjukan bahwa untuk pengaruh X1 terhadap Y

yaitu variabel travel experience terhadap destination loyalty. Diperoleh

nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai thitung sebesar 4,749 > ttabel

1,988, maka peneliti menyimpulkan bahwa H0 ditolak yang artinya

terdapat pengaruh antara X1 terhadap Y.

b. Pengujian Hipotesis Kedua

138

Hasil uji pada tabel diatas. Menunjukan bahwa untuk pengaruh X2

terhadap Y yaitu variabel destination image terhadap destination image.

Diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai thitung sebesar

4,032 > ttabel 1,988, maka dari perolehan tersebut peneloti menyimpulkan

bahwa H0 ditolak yang artinya terdapat pengaruh antara X2 terhadap Y.

2. Uji F

TABEL 27

HASIL UJI F (SIMULTAN)

ANOVAa

Model Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

1 Regression 575,260 2 287,630 50,459 ,000b

Residual 552,930 97 5,700

Total 1128,190 99

a. Dependent Variable: Destination Loyalty (Y)

b. Predictors: (Constant), Destination Image (X2), Travel Experience (X1)

Sumber: Olahan SPSS, 2019

a. Pengujian Hipotesis ketiga

Hasil uji tabel F diatas, menunjukan bahwa untuk pengaruh X1 dan X2

terhadap Y terdapat nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 dan Fhitung

50,459 > Ftabel 3,09. Maka melalui hasil tersebut peneliti menyimpulkan

bahwa H0 ditolak yang artinya terdapat pengaruh secara simultan atau

secara bersanaab antara variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y.

139

G. Analisis Regresi Linier Berganda

Setelah melakukan uji asumsi klasik, tahap selanjutnya peneliti akan

melakukan uji pengaruh anatara travel experience dan destination image

terhadap destiantion loyalty apakah terdapat pengaruh baik secara simultan

maupun secara parsial dari setiap dimensi pada setiap variabel independen

terhadap destination loyalty yang merupakan variabel dependen dalam

penelitian ini

1. Persamaan Regresi

TABEL 28

HASIL REGRESI LINIER BERGANDA

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 5,907 2,460 2,402 ,018

Travel Experience

(X1)

,192 ,040 ,429 4,749 ,000

Destination Image

(X2)

,242 ,060 ,364 4,032 ,000

a. Dependent Variable: Destination Loyalty (Y)

Sumber: Olahan Spss, 2019

Berdasarkan hasil yang didapatkan maka persamaan regresi yang dapat

dirumuskan melalui formula sebagai berikut :

𝑌=𝑎+𝑏1𝑋1+𝑏2𝑋2+ 𝑏3𝑋3+⋯

140

Maka,

Atau

Berikut ialah penjabaran koefisien diatas :

TABEL 29

PENJABARAN PERSAMAAN KOEFISIEN

KOEFISIEN DEFINISI

a = 5,907

Memiliki arti bahwa jika kedua variabel

bebas yaitu travel experience (X1) dan

destination image (X2) bernilai nol maka

tingkat destination loyalty di Kecamatan

Rancabali (Y) akan terjadi sebesar 5,907

b1 = 0,192

Memiliki arti bahwa variabel travel

experience meningkat sebesar satu satuan

skor, sementara variabel bebas lainya

konstan. Maka destination loyalty (Y) akan

meningkat sebesar 0,192.

b2 = 0,242

Memiliki arti bahwa variabel destination

image meningkat sebesar satu skor sementara

𝑌= 5,907 + 0,192X1 + 0,242X2

𝑌= 5,907 + 0,192 (Travel Experience) +

0,242 (Destination image)

141

variabel beas linya kontsan, maka destination

loyalty (Y) akan meningkat sebesar 0,242.

2. Hasil Pengujian Regresi Secara Simultan

TABEL 30

ANOVA UNTUK PENGUJIAN KOEFISIEN REGRESI

ANOVAa

Model Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

1 Regression 575,260 2 287,630 50,459 ,000b

Residual 552,930 97 5,700

Total 1128,190 99

a. Dependent Variable: Destination Loyalty (Y)

b. Predictors: (Constant), Destination Image (X2), Travel Experience (X1)

Sumber: Olahan SPSS, 2019

Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa variabel travel experience dan

destination image memiliki tingkat signifikansi yaitu 0,000 terhadap

destination loyalty yang berarti kedua variabel tersebut secara simultan atau

bersama sama memiliki pengaruh terhadap destination loyalty di Kecamatan

Rancabali. Hasil penelitian ini membuktikan pentingnya peran variabel travel

experience dimana perolehan pengalaman yang berkesan atau memorable dan

variabel destination image yang dinilai berdasarkan citra kognitif memiliki

pengaruh dalam pengembangan loyalitas wisatawan di Kecamatan Rancabali,

seperti niatan untuk melakukan kunjungan ulang dan niat untuk melakukan

rekomendasi kepada yang lain.

142

3. Hasil Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial

TABEL 31

PENGUJIAN KOEFISIEN REGRESI SECARA PARSIAL

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std.

Error

Beta

1 (Constant) 5,907 2,460 2,402 ,018

Travel Experience (X1) ,192 ,040 ,429 4,749 ,000

Destination Image (X2) ,242 ,060 ,364 4,032 ,000

a. Dependent Variable: Destination Loyalty (Y)

Sumber: Olahan SPSS, 2019

Dapat dilihat bahwa dari tabel diatas hasil uji secara parsial, pengaruh

dari masing masing variabel independen yaitu travel experience (X1) dan

destination image (X2) terhadap variabel destination loyalty (Y) dengan

tingkat signifikansi 0,05 maka hasilnya dapat dijelaskan secra terprinci pada

penjelasan sebagai berikut:

a. Travel Experience Terhadap Destination Loyalty

Berdasarkan hasil uji pada tabel diatas mengenai variabel travel

experience memiliki koefisien regresi sebesar 0,192 yang berarti jika ada

penambahan sebesar satu satuan skor, sementara variabel bebas lainya

konstan. Maka destination loyalty (Y) akan meningkat sebesar 0,192.

143

Kemudian berdasarkan hasil uji hipotesis pertama, diperoleh nilai signifikansi

sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai thitung sebesar 4,749 > ttabel 1,988, maka

dapat disimpulkan bahwa Ha diterima yang artinya terdapat pengaruh antara

X1 terhadp Y. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Verinita (2016) mengenai Pengukuran Memorable Tourism Experience Scale

(Mtes) Dengan Pendekatan Kim Ritchie Mccormick Untuk Meningkatkan

Intensi Berkunjung Kembali Ke Desa Wisata Rantih Kota Sawahlunto

Provinsi Sumatera Barat dari hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa

tidak terdapat hubungan antara MTE dengan destination loyalty di Desa

Rantih. Akan tetapi Wirtz et al (2003) mengemukakan bahwa pengalaman

yang diingat dapat menjadi prediksi terbaik dari keinginan untuk melakukan

liburan yang serupa di kesempatan selanjutnya.

b. Destination Image Terhadap Destination Loyalty

Berdasarkan hasil uji pada tabel diatas mengenai variabe destination

image memiliki koefisien regresi sebesar 0,242 yang berarti jika ada

penambahan sebesar satu satuan skor, sementara variabel bebas lainya

konstan. Maka destination loyalty (Y) akan meningkat sebesar 0,242.

Kemudian berdasarkan uji hipotesis kedua, diperoleh nilai signifikansi

sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai thitung sebesar 4,032 > ttabel 1,988. Maka

peneliti menyimpulkan bahwa Ha diterima yang artinya terdapat pengaruh

antara X2 terhadp Y. Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Choi et al. (2011) bahwa dari hasil penelitian tersebut menemukan

destination image memiliki pengaruh terhadap destination loyalty. Lebih

lanjut selaras dengan Choi et al studi yang dilakukan oleh Chen dan Tsai

144

(2007) mengemukakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara

destination image dengan destination loyalty. Lalu dari hasil penelitian

tersebut mengemukakan bahwa citra destinasi memiliki dampak pada niat

untuk mengunjungi kembali pada suatu destinasi dan cenderung untuk

merekomendasikan kepada orang lain. Sehingga peneliti menyimpulkan

bahwa citra destinasi memungkinkan untuk membangun kesan tertentu dalam

benak wisatawan mengenai destinasi yang telah ia kunjungi atau yang akan

dikunjungi di masa depan. Jika wisatawan yang berkunjung ke Kecamatan

Rabcabali telah menilai positif mengenai citra destinasi, hal ini

memungkinkan wisatawan akan kembali melakukan kunjungan ataupun

merekomendasikan destinasi tersebut kepada orang lain.

4. Koefisien Determinasi

a. Koefisien Determinasi Simultan

TABEL 32

KOEFISIEN DETERMINASI SIMULTAN

Model Summary

Mode

l

R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 ,714a ,510 ,500 2,38753

a. Predictors: (Constant), Destination Image (X2), Travel Experience (X1)

Sumber: Olahan SPSS, 2019

Dapat dilihat pada tabel diatas diketahui R square sebesar 0,510 hal

tersebut mengandung arti bahwa variabel X1 dan X2 berpengaruh secara

bersamaan atau simultan terhadap variabel Y adalah sebesar 51% sementara

sisanya sebesar 49% dipengaruhi oleh variabel selain variabel travel

experience dan destination image yang tidak diteliti pada penelitian ini.

145

b. Koefisien Determinasi Parsial

TABEL 33

KOEFISIEN DETERMINASI PARSIAL

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,654a ,428 ,422 2,56670

a. Predictors: (Constant), Travel Experience

Dapat dilihat pada tabel diatas diketahui nilai R square sebesar 0,428 hal

tersebut mengandung arti bahwa variabel X1 yaitu travel expeirence memiliki

pengaruh terhadap variabel Y yaitu destination loyalty sebesar 42,8%

sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel destination image atau variabel

lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.

TABEL 34

KOEFISIEN DETERMINASI PARSIAL

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,629a ,396 ,390 2,63705

a. Predictors: (Constant), Destination Image

Dapat dilihat pada tabel diatas diketahui nilai R square sebesar 0,396 hal

tersebut mengandung arti bahwa variabel X1 yaitu travel expeirence memiliki

pengaruh terhadap variabel Y yaitu destination loyalty sebesar 39,6%

sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel travel experience ataupun

variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

146

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan yaitu

sebagai berikut:

1. Travel experience yang diperoleh wisatawan di Kecamatan Rancabali

secara umum dari tujuh dimensi yaitu hedonism, novelty, local culture,

refreshment, meaningfulness, involvment, knowledge berada dalam kategori

baik. Dari ketujuh dimensi, dimensi involvment memperoleh penilaian paling

tinggi dibandingkan dengan dimensi lainya.

2. Destination image atau citra destinasi di Kecamatan Rancabali berada

dalam kategori baik. Dari kelima dimensi pada variabel destination image

perolehan tertinggi yaitu pada dimensi atmosphere dan natural attracation.

3. Variabel destination loyalty berdasarkan hasil penilaian responden telah

berada dalam kategori baik. Pada hasil pengolahan data tersebut mayoritas

wisatawan menyatakan keinginan untuk merekomendasikan hal positif

mengenai wisata di Kecamatan Rancabali kepada kerabat atau relasinya

dibandingkan dengan keinginan untuk melakukan kunjungan ulang.

Meskipun begitu responden masih menunjukan tanggapan positif atas

147

dimensi revisit intention akan tetapi jumlahnya tidak sebesar perolehan

intention to recommend.

4. Pada penelitian ini dibuktikan pengaruh travel experience terhadap

destination loyalty wisatawan di Kecamatan Rancabali, serta memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap destination loyalty di Kecamatan

Rancabali.

5. Pada penelitian ini menunjukan adanya pengaruh destination image

terhadap destination loyalty di Kecamatan Rancabali, serta memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap destination loyalty di Kecamatan

Rancabali.

6. Terdapat pengaruh secara simultan travel experience dan destination image

terhadap destination loyalty di Kecamatan Rancabali. Lalu dari kedua

variabel tersebut menunjukan pengaruh terhadap destination loyalty sebesar

51% sementara sisanya sebesar 49% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak

diteliti.

B. Implikasi

Dengan semakin banyaknya destinasi wisata serta kebutuhan akan wisata

yang terus meningkat, sangat penting bagi para stakeholders seperti dalam

pemerintahan yaitu dinas pariwisata, organisasi atau lembaga pariwisata, serta

pihak pengelola atraksi wisata untuk memahami loyalitas wisatawan.

Diantaranya melalui pendekatan berdasarkan variabel yang

memperngaruhinya seperti travel experience dan destination loyalty.

148

Hasil penelitian ini dapat berkontribusi sebagai bahan acuan atau refrensi

sebagai pengetahuan mengenai loyalitas wisata di Kecamatan Rancabali dan

memberikan implikasi yang mendalam khususnya bagi para pengelola atraksi

di wilayah Kecamatan Rancabali. Melalui penelitian ini, diharapkan pihak

pengelola atraksi dapat mempertimbangkan aspek travel experience

khususnya membentuk pengelaman wisata yang berkesan guna membentuk

dan meningkatkan loyalitas wisatawan. Selain itu aspek lainya yang perlu

dipertimbangkan adalah variabel destination image yang dapat

diimplementasikan melalui citra kognitif sehingga terbentuk citra destinasi di

Kecamatan Rancabali yang diharapkan dapat membentuk dan meningkatkan

loyalitas wisatawan.

C. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti mengajukan

beberapa saran yang disesuiakan dengan pembahasan dalam penelitian ini.

Berikut merupakan beberapa saran yang dapat peneliti berikan :

1. Upaya yang dapat dilakukan oleh pihak pengelola dalam meningkatkan dan

membentuk pengalaman yang bermakna oleh wisatawan adalah menciptakan

program yang berbasis pada peningkatakan dalam self-development,

relationship development, enhanced family well being. Dalam membentuk

relationship development pihak pengelola dapat memperhatikan aspek dalam

mempererat hubungan antara wisatwan dengan teman berwisata mereka atau

teman mereka serta mampu memberikan kesempatan dalam menjalin

pertemanan baru dengan sesama wisatawan lainya maupun dengan

149

masyarakat lokal yaitu dengan menciptakan kegiatan outbond yang

melibatkan kerjasama bersama rekan satu tim. Lalu dalam upaya

meningkatkan self development pihak pengelola dapat memperhatikan pada

aspek yang mengacu pada peningkatakan kapasitas inetelektual wisatawan

baik dalam memperluas perspektif mengenai makna kehidupan dan dunia,

upaya mengubah identitas diri, serta perolehan keterampilan baru kegiatan

tersebut dapat berupa workshop mengenai pembutan alat musik karinding.

Secara seumum aspek pengembangan diri mengacu pada manfaat yang

diperoleh secara pribadi dalam suatu perjalanan yang dilakukan oleh

seseorang. Untuk aspek terakhir dalam upaya meningkatkan pengalaman

yang bermakna, pihak pengelola perlu memperhatikan aspek family

wellbeing, upaya yang dapat dilakukan pihak pengelola dalam meningkatkan

aspek tersebut adalah menciptakan program yang dapat meningkatkan

kebahagiaan keluarga dan peningkatan pengetahuan anak-anak mereka

mengenai dunia serta menciptakan program yang melibatkan interaksi antara

anggota keluarga sehingga mereka akan merasakan kedekatan ketika keluarga

tersebut melakukan hal-hal menyenangkan bersama-sama kegiatan tersebut

dapat berupa pertunjukan seni budaya lokal.

2. Untuk dapat meningkatkan variabel destination image pihak pengelola dan

pihak pemerintahan yang terkait perlu memperhatikan ketiga aspek penilaian

dalam dimensi tersebut yaitu akomodasi, layanan informasi, dan akses jalan.

Dari ketiga indikator tersebut aspek layanan informasi dan akses jalan

memperoleh nilai yang rendah jika dibandingkan dengan aspek akomodasi.

150

Sehingga peneliti menyarankan untuk meningkatkan layanan informasi untuk

menunjang kegiatan wisata baik layanan informasi berbentuk offline atau

yang dapat kita jumpai seperti tourist information center serta layanan

informasi berbentuk online dimana perlu adanya media yang berisi berbagai

informasi wisata di Kecamatan Rancabali sehingga kebutuhan informasi

wisatawan dapat mudah diakses dimanapun ketika mereka membutuhkan

informasi tersebut. Untuk aspek selanjutnya mengenai akses jalan diperlukan

adanya koordinasi antar pihak pihak terkait baik itu pemerintahan,

masyarakat, serta pihak swasta dalam upaya meningkatkan infrastruktur

berupa akses jalan yang lebih memadai dan aman bagi wisatawan yang

berkunjung ke Kecamatan Rancabali.

3. Peneliti mengajukan saran untuk dapat meningkatkan revisit intention

adalah dengan menciptakan inovasi dan kreasi baru yang dapat menarik minat

wisatawan baik berupa penambahan program baru ataupun daya tarik yang

baru yang diadaptasi dari kedua variabel yang mempengaruhi destination

loyalty yaitu travel experience dan destination image.

4. Dengan memperhatikan pada kedua variabel diharapkan dapat meningkat

destination loyalty wisatawan terhadap Kecamatan Rancabali. Dari kedua

variabel tersebut secara simultan memberikan pengaruh sebesear 51% yang

berarti cukup besar dampaknya dalam membentuk destination loyalty. Selain

itu peneliti menyarankan untuk ada penelitian lanjutan tidak hanya dari kedua

variabel tersebut, tetapi juga dari variabel lainya yang dapat diteliti

pengaruhnya terhadap destination loyalty. Sehingga dengan adanya temuan

151

lainya dapat menjadi bahan masukan bagi peningkatan dan pengembangan

wisata khususnya yang berkaitan dengan destination loyalty.

DAFTAR PUSTAKA

Ades, Sanjaya. 2011. Model-model Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta

Aise Kyoungjin Kim & Graham Brown (2012) Understanding the relationships

between perceived travel experiences, overall satisfaction, and destination

loyalty, Anatolia, 23:3, 328-347.

ANDERECK, K., BRICKER, K.S., KERSTETTER, D. & NICKERSON, N.P.

2006.Connecting experiences to quality: understanding the meanings behind

visitors’ experiences. ( In Jennings, G. & Nickerson, N.P., eds Quality

tourism experiences.Oxford: Elsevier Butterworth-Heinemann. p. 81-98.)

Arikunto, Suharsimi. (2001) Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta; Bina Aksara

Artuger, S., Çetinsö, B.C., Kılıç, I. (2013) The Effect of Destination Image on

Destination Loyalty: An Application In Alanya

Aswin Sangpikul. (2018). The effects of travel experience dimensions on tourist

satisfaction and destination loyalty: the case of an island destination",

International Journal of Culture, Tourism and Hospitality Research.

152

Baumeister, Roy F., and Kathleen D. Vohs. (2002). “The Pursuit of

Meaningfulness in Life.” Handbook of Positive Psychology, 608-18.

Baloğlu, Ş. (1999). A path analytic model of visitation intention involving

information sources, socio-psychological motivations, and destination image.

Journal of Travel and Tourism Marketing, 8(3), 81–91. Baloğlu, Ş., &

McCleary, K. W. (1999). A model of destination image formation. Annals of

Tourism Research, 26(4), 868–897.

Beerli, A., & Martin, D. J. (2004). Factors influencing destination image. Annals

of Tourism Research, 31(3), 657–681.

Caru, A. and Cova, B. (2007), Consuming experience, Routledge, London.

Chandralal, Lalith, and Fredy Valenzuela. (2013). “Exploring Memorable

Tourism Experiences: Antecedents and Behavioural Outcomes.” Journal of

Economics, Business and Management, 1 (2): 177-81.

Chen, C.-F. and Tsai, D. (2007), “How destination image and evaluative factors

affect behavioral intentions?”, Tourism Management, Vol. 28 No. 4, pp.

1115-1122.

Chen, J. S., & Uysal, M. (2002). Market positioning analysis: A hybrid approach.

Annals of Tourism Research, 29(4), 987–1003.

Chi. (2010). Characteristics: A Multiple Group Analysis Approach Destination

Loyalty Formation and Travelers' Demographic. Journal of Hospitality &

Tourism Research.

153

Chi Geng-Qing, C., & Qu, H. (2008). Examining the structural relationships of

destination image, tourist satisfaction and destination loyalty: An integrated

approach. Tourism Management, 29(4), 624–636.

Chiu, W., Zeng, S., & Cheng, P.S.T. (2015). The influence of destination image

and

tourist satisfaction on tourist loyalty: a case study of Chinese tourists in Korea.

Choi, G. J., Tkachenko, T., & Sil, S. (2011). On the destination image of Korea by

Russian tourists. Tourism Management, 32(1), 193–194.

Claes Fornell; Birger Wernerfelt Journal of Marketing Research, Vol. 24, No. 4.

(Nov., 1987), pp. 337-346

Clawson, M. & Knetsch, J. L. (1966). Economics of outdoor recreation.

Baltimore: Johns Hopkins Press

Çoban, S. (2012) The effects of the image of destination on tourist satisfaction

and loyalty: The case of

Cappadocia. European Journal of Social Sciences, 29(2), 222–232.

Dobni, D. and Zinkhan, G.M. (1990), “In search of brand image: a foundation

analysis”, Advances in Consumer Research, Vol. 17, pp. 110-9.

ETC (2006). Tourism Trends for Europe. Europian Travel Commision, Brussels.

Ernst, H. (2006). Der rosarote Blick zurück. Psychologie Heute 9, pp. 64-70

154

Fornell, Wernerfelt. (1988). A Model for Customer Complaint Management.

Marketing Science, Vol. 7, No. 3. (Summer, 1988), pp. 287-298.

Frankl, Viktor E. (1985). Man’s Search for Meaning. New York: Simon &

Schuster.

Ganesh, J., Arnold, M. J. and Reynolds, K. E. (2000) Understanding the customer

base of service providers: An examination of the differences between

switchers and stayers, Journal of Marketing, 64, 65–87.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS Edisi

Ketujuh. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.

González, B.G., Ruiz, C. E. dan Zamora, T. D. (2018). Destination image,

satisfaction and destination loyalty in cruise tourism: the case of Malaga

(Spain).

Gulo, W. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Grasindo Anggota IKAPI

Hallman, K., Zehrer, A., Muller, S. (2011). Perceived Destination Image: An

Image Model for a Winter Sports Destination and Its Effect on Intention to

Revisit.ban

Hamidi, 2004. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan

Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press.

Hasan, Iqbal. Misbahudin. (2013). Analisis Data Penelitian Dengan Statistik , Vol.

2.

Hanyu, K. 1993 The Affective Meaning of Tokyo: Verbal and Nonverbal

Approaches. Journal of Environmental Psychology 13:161–172.

155

Herdiansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.

Jakarta: Salemba Humanika.

Juaneda, C. (1996). Estimating the probability of return visits using a survey of

tourist expenditure in the Balearic Islands. Tourism Economics 2(4), pp. 339-

352

Juliansyah Noor.(2012). Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis dan Disertasi Karya

Ilmiah. Cetakan Kedua. Jakarta:Kencana Prenada Media.

Kandampully, J., Suhartanto, D. (2000) Customer loyalty in the hotel industry:

The role of customer satisfaction and image.

Khan, Singh. (2012). An Approach to Increase Customer Retention and Loyalty in

B2C World.

Kim, J-H. (2009). Development of a scale to measure memorable tourism

experiences. Indiana University

Kim, H., & Richardson, S. L. (2003). Motion picture ımpacts on destination

images. Annals of Tourism Research, 30(1), 216–237.

Kim, J-H., Ritchie, J. R. B. & McCormick, B. (2012). Development of a scale to

measure Memorable Tourism Experiences. Journal of Travel Research

51(12), pp. 12-25

Kim, J.-H., Ritchie, J. R. B. & Vincent, V. W. S. (2010). The Effect of

Memorable Experience on Behavioral Intentions in Tourism: A Structural

Equation Modeling Approach. Tourism Analysis 15(6), pp. 637-648

156

Kothari, C.R. 2004. Research Methodology: Methodology & Techniques. 2nd Ed.

India: New Age International (P) Ltd.

Kozak, M. and Rimmington, M. (2000), “Tourist Satisfaction with Mallorca,

Spain, as an Off-Season Holiday Destination”, Journal of Travel Research,

Vol. 38, pp. 260-269.

Kusherdyana, & Sulaiman, S. (2103). Pengantar Statistika Pariwisata Aplikasinya

Dalam Bidang: Pariwisata, Usaha Perjalanan, Dan Perhotelan.

Bandung:Alfabeta.

Larsen, S. (2007). Aspects of a Psychology of the Tourist Experience. Journal of

Hospitality and Tourism. 7 (1), pp. 7-18

Lin, H. C., Morais, B. D., Kerstetter, L. D., & Hou, S. J. (2007). Examining the

role of cognitive and affective image in predicting choice across natural,

developed, and theme park destinations. Journal of Travel Research, 46(2),

183–194.

Mahasuweerachai, P. and Qu, H. (2011), “The impact of destination image on

value, satisfaction, and loyalty: moderating effects of tourist characteristics

and involvement”, 16th Annual Graduate Education and Graduate Student

Research Conference in Hospitality and Tourism, Houston, TX.

Masyhuri dan Zainuddin, (2011). Metode Penelitian-Pendekatan Praktis dan

Aplikatif. Bandung: PT Refika Aditama.

157

Martin, H., Collado, J., and Bosque, I. (2013), “An exploration of the effects of

past exuriience and tourist involvement on destination loyalty formation”,

Current Issues in Tourism, Vol. 16 No.4, pp. 327-342.

Morgan, M. and Feifei, X. (2009). “Student Travel Experiences: Memories and

Dreams.” Journal of Hospitality Marketing & Management, 18: 216-36.

Morgan, M., Lugosi, P. & Ritchie, J.B.R. (2010). The Tourism and Leisure

Experience: Consumer and Managerial Perspectives

Musfiqon, H. (2012) Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka

Oh, H., Fiore, A. M. & Jeong, M. (2007). Measuring Experience Economy

Concepts: Tourism Applications. Journal of Travel Research 46, pp. 119-32

Oliver, R. L. (1999). Whence consumer loyalty. Journal of Marketing, 63(4), 33-

44.

Ooi, C-S. (2003). Crafting tourism experiences: managing the attention product.

12th Nordic symposium on tourism and hospitality research

Oppermann, M. (2000) Tourism Destination Loyalty. Journal of Travel Research,

39(1),78-84.

Perdue, R. R. (1985). Segmenting State Travel Information Inquirers by Timing

of the Destination Decision and Previous Experience. Journal of Travel

Research 23, pp. 6-11

Pine, Joseph B., and James H. Gilmore. (1999). “Welcome to the Experience

Economy.” Harvard Business Review, July-August, 97-105.

158

Quan, S. – Wang, N. (2004). Towards a Structural Model of The Tourist

Experience : An Illustration From Food Experience in Tourism, Tourism

Management. Vol. 25, pp 297-305.

Ritchie, J. R. B. & Ritchie, R.J.B. (1998). The Branding of Tourism Destinations:

Past Achievements and Future Challenges.

Santoso, Singgih. 2012. Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo.

Shoemaker, S., & Lewis, R. C. (1999). Customer loyalty: The future of hospitality

marketing. International Journal of Hospitality Management, 18, 345–370.

Sharpley, Richard, and Priya Sundaram. (2005). “Tourism: A SacredJourney? The

Case of Ashram Tourism, India.” International Journal of Tourism Research,

7 (3): 161-71.

Shankar, V., Smith, A.K., Rangaswamy, A. (2003). Customer Satisfaction and

loyalty in online and offline environments. Internal Journal of Research in

Marketing, 20, 153-175.

Soehartono, Irawan, 2002, Metode Penelitian Sosial, Bandung. Remaja

Soewadji, Jusuf, Pengantar Metodologi Peneletian, Jakarta : Mitra Wacana Media,

2012.

Som, A. P. M., Marzuki, A.,Yousefi, M. and AbuKhalifeh, A. (2012).Factors

Influencing Visitors’ Revisit Behavioral Intentions: A Case Study of Sabah,

Malaysia. International Journal of Marketing Studies.4 (4), pp 30-50

159

Sudjana, 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono (2007). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, cv.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Manajemen. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metode Penelitian: Lengkap, Praktis, dan Mudah

Dipahami. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Thomas, B. & Tobe, J. (2013). Anticipate: Knowing what customers need. New

Jersey: John Wiley & Sons.

Toyama, M., & Yamada, Y. (2012). The relationships among tourist novelty,

familiarity, satisfaction, and destination loyalty: Beyond the novelty-

familiarity continuum. International Journal of Marketing Studies, 4(6), 10.

Tung, Vincent W. S., and J. R. Brent Ritchie. (2011). “Exploring the Essence of

Memorable Tourism Experiences.” Annals of Tourism Research, 38 (4):

1367-86.

Husein Umar, 2005. Metode Penelitian. Jakarta : Salemba Empat

Uriely, N. (2005). The Tourist Experience: Conceptual Developments, Annals of

Tourism. Vol. 32, No. 1, pp. 199-216.

160

Ujang, Sumarwan. 2004. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapanya Dalam

Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

Verinita. (2016). Pengukuran Memorable Tourism Experience Scale (Mtes)

Dengan Pendekatan Kim Ritchie Mccormick Untuk Meningkatkan Intensi

Berkunjung Kembali Ke Desa Wisata Rantih Kota Sawahlunto Provinsi

Sumatera Barat

Walgito, Bimo. (2010) Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi

Weisheng Chiu, Shiheng Zeng, Philip Shao-Tung Cheng, (2016) "The influence

of destination image and tourist satisfaction

on tourist loyalty: a case study of Chinese tourists in Korea", International Journal

of Culture, Tourism and Hospitality

Research, Vol. 10 Issue: 2, pp.223-234, doi: 10.1108/IJCTHR-07-2015-0080

Wirtz, D., Kruger, J., Scollon, C. N. & Diener, E. (2003). What to Do on Spring

Break? The Role of Predicted, On-line, and Remembered Experience in

Future Choice. Psychological Science 14, pp. 520-24

Woodside, A.G. (2008). Advances in Culture, Tourism and Hospitality Research.

JAI Press

Yoon, Y. and Uysal, M. (2005) Examination of the Effects of Motivation and

Satisfaction on Destination Loyalty: A Structural Model

Zhang, H., Fu, X., Cai, L., & Lu, L. (2014) Destination image and tourist loyalty:

A meta-analysis.

161

Glosarium

attitudinal loyalty : pembelian berulang oleh pelanggan dan

merekomendasikannya kepada orang lain.

Atmosphere : suasana mengenai kondisi yang dirasakan oleh wisatawan menganai

lingkungan baik itu cuaca, iklim, dan kondisi alam ataupun suasana psikologis

wisatawan.

Behavioural loyalty : perilaku konsumsi seperti kunjungan berulang yang

dilakukan oleh wisatawan

Cognitive Image : mencerminkan informasi atau kepercayaan yang dimiliki

seseorang tentang suatu tempat

Destination image : sebuah perasaan, impresi, opini, dan emosi tentang suatu

tempat

162

Destination loyalty : niat wisatawan untuk mengunjungi kembali tujuan yang

sama, dan niat mereka untuk merekomendasikan tujuan tersebut kepada mereka

teman/kerabat.

Enhanced family well-being : Sebuah upaya peningkatan hubungan antara

anggota keluarga dengan meningkatkan pengetahuan dan interaksi dengan sesama

anggota keluarga.

Hedonism : sensasi, kesenangan, dan menikmati pada kegiatan pariwisata

Involvment : Keterlibatan seseorang dengan lingkungan sekitar

Infrastructure : komponen infrastruktur dasar seperti aksesibilitas, saluran air,

listrik, pasokan air, drainase, saluran air limbah, sistem dan layanan pembuangan

limbah padat. Selain itu, fasilitas seperti akomodasi, restoran, fasilitas rekreasi dan

fasilitas perbelanjaan juga termasuk kedalam infrastruktur pariwisata.

Knowledge : Eksplorasi terhadap budaya baru dan penerimaan pengetahuan baru

dalam rangkaian perjalanan wisata

Local culture : keterliabatan antara wisatawan dengan masyarakat lokal dan

kebudayaan setempat.

Meaningfulness : perolehan pengalaman yang bermakna.

Memorable tourism experience : Suatu pengalaman yang menyenangkan,

menarik, serta tak terlupakan bagi mereka yang mengalami peristiwa tersebut.

Natural Attraction : keragaman atraksi wisata, Keindahan alam, dan aktivitas

wisata alam

Novelty : Perolehan pengalaman yang baru.

Recomend to others : Rekomendasi kepada orang lain adalah salah satu jenis

informasi yang paling sering dicari atau digunakan oleh seseorang yang tertarik

untuk melakukan perjalanan dalam memperoleh informasi mengenai suatu tempat

tujuan

Refreshment : faktor psikolog dirasakan dari suatu perjalanan yang dialami oleh

wisatawan seperti ketenangan dan kebebasan.

163

Relationship development : Peningkatan hubungan antara teman atau kerabat.

Self development : Peningkatan atau memperluas intelektual melalui kegiatan

atau pandangan dalam upaya membentik atau merubah identitas diri dan

memperoleh keterampilan baru.

Social Environment : sikap masyarakat lokal serta kondisi keamanan dari suatu

tempat tujuan

Revisit intention : wisatawan menikmati kembali dengan alasan estetika

(kenangan, sentimentalitas, rasa memiliki) atau alasan pengetahuan dari wilayah

geografis untuk kegiatan yang dipilih.

Travel experience : paparan antara wisatawan dengan lingkungan pariwisata dan

interaksi antara wisatawan dan penyedia layanan, melalui keterlibatan, persepsi,

dan partisipasi dalam acara atau kegiatan di tempat tujuan

Value for money : berarti kesesuaian harga yang telah dikeluarkan dan

keterjangkauan harga

Word of mouth : berupa tindakan untuk melakukan rekomendasi dari mulut ke

mulut.

164