pengaruh model problem based learning (pbl) terhadap ...

231
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KESADARAN METAKOGNITIF SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: Ummu Kalsum Andi Lajeng 1112016200012 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Transcript of pengaruh model problem based learning (pbl) terhadap ...

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

TERHADAP KESADARAN METAKOGNITIF SISWA PADA

MATERI LAJU REAKSI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Ummu Kalsum Andi Lajeng

1112016200012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

ii

Evi sapinatul Bahriah, M.Pd

NIDN. 2007078501

iii

iv

ABSTRAK

Ummu Kalsum Andi Lajeng (NIM 1112016200012). Pengaruh Model Problem

Based Learning terhadap Kesadaran Metakognitif Siswa pada Materi Laju

Reaksi. Skripsi. Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Beberapa riset menyatakan bahwa kesadaran metakognitif siswa masih rendah

dikalangan peserta didik, hal ini disebabkan karena pembelajaran yang belum

memperhatikan proses pemecahan masalah siswa. Salah satu aspek penting dalam

proses pemecahan masalah adalah kesadaran metakognitif. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui apakah model Problem Based Learning (PBL)

berpengaruh terhadap peningkatan kesadaran metakognitif siswa pada materi laju

reaksi. Metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian

Pretest-Posttest Control Group Design. Data penelitian kelas eksperimen diambil

dari 30 siswa yang berasal dari kelas XI MIA 1 sedangkan kelas kontrol diambil

dari 30 kelas XI MIA 2 dengan teknik pengambilan data purposive sampling dan

menggunakan angket Metacognitive Activity Inventory (MCA-I) yang

dikembangkan oleh Schraw dan Dennison (1994). Data dianalisis menggunakan

SPSS 22. Hasil menunjukkan bahwa sig 2 tiled < 0.05 yang artinya tolak H0 atau

dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh PBL terhadap kesadaran metakognitif

siswa pada materi laju reaksi. Hal ini disebabkan oleh karakteristik PBL yang

diterapkan di kelas eksperimen yang mampu memfasilitasi berkembangnya

kesadaran metakognitif siswa dalam memecahkan suatu masalah.

Kata Kunci: Kesadaran Metakognitif, Laju Reaksi, Problem Based Learning.

v

ABSTRACT

Ummu Kalsum Andi Lajeng (NIM 1112016200012). The Effect of Problem

Based Learning (PBL) towards Students’ Metacognitive Awareness on material

Reaction Rate. Skripsi. Chemistry Education Department Faculty of Tarbiyah

and Teachers’ Training Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.

Students’ metacognitive awareness is founded low due to the implementation of

conventional learning models at school. Most implemented strategies has less concerned on the development of student’ problem solving skill. In fact, problem

solving plays important role to student used their metacognitive awareness. This study aims to reveal the effect of problem based learning towards increasing students’ metacognitive awareness on chemical reaction rate. Quasi experimental

with pretest-posttest control grup design was used to reveal the evidence of the study. During the experiment, there were 60 high school students as control group

was coming from XI MIA 1 as eksperimen group while the students as control group was coming XI MIA 2. To eximine the research evidence, researcher used Metacognitive Awareness Inventori (MAI) developed by Schraw and Dannison

(1994) was used as the firs instrument. The result of this studi was analised by SPSS 22 and shown that sig. 2 tiled <0,05. It meant that H0 is rejected while the other

hypotesis accepted. Through the data analysis can be concluded that there is significant effect of problwm based learning on students’ metacognitive awareness. One of the finest reason is the characteristics of PBL itself which enables students

to develop their metacognitive awareness through problem solving in the learning procces.

Keywords: Material Reaction Rate, Metacognitive Awareness, Problem Based

Learning (PBL).

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrohim,

Alhamdullilahi rabbil ‘alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah

kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita mendapatkan syafa’at beliau di hari

akhir kelak.

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL)

Terhadap Kesadaran Metakognitif Siswa Pada Materi Laju Reaksi” ini

ditunjukkan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1)

pada Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu, mendukung dan membimbing penulis

dalam menyelesaikan skrispsi ini, diantaranya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Burhanudin Milama, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai dosen pembimbing I yang telah

memberikan waktu, ilmu, bimbingan dan saran kepada penulis dengan

penuh kesabaran.

3. Evi Sapinatul Bahriah, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, waktu, saran dan perhatiannya kepada penulis selama

penyusunan skripsi ini.

4. Salamah Agung, M.A Ph,d., selaku Pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan, waktu, saran dan perhatiannya kepada penulis

selama kuliah berlangsung.

vii

5. Nanda Sari Dewi, M.Si., selaku validator instrumen yang telah memberikan

kritik dan saran selama proses validasi.

6. Buchori Muslim, M.Pd., selaku validator instrumen yang telah memberikan

kritik dan saran selama proses validasi.

7. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPA, khususnya dosen Program Studi

Pendidikan Kimia FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah

mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

8. Drs. H. Yaubun selaku Kepala Sekolah MAN 5 Jakarta yang telah

memberikan kesempatan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

9. Nurmala, M.Pd selaku guru Matematika yang membantu proses pel=nelitian

hinggal selesainya penelitian.

10. Erni Rochaeci S.Pd., dan Media Desi M.Pd selaku guru kimia MAN 5

Jakarta yang telah meluangkan waktunya selama penulis melakukan

penelitian.

11. Orang tua tercinta (Drs. H. Duharis Daeng Baso, MM & Dra. Nurbaha

Ahmad) yang selalu memberikan doa, dukungan, dan bantuan moril maupun

materil kepada penulis.

12. Kakak dan adik tercinta yaitu, Nurunnisa Andi Lajeng dan Sri Rezkiana

Andi Lajeng yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada

penulis selama penulis menyelesaikan proses skripsi.

13. Muhammad Hardiansyah Maksan, yang selalu memberi semangat, doa dan

dukungan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

14. Sepupu dan saudara-saudaraku yaitu Dang she, Daeng Capt. Fadli, ka Nc

Daeng Fauzan, dan Ilman yang telah membantu dalam proses penulisan

skripsi.

15. Sahabat kecil ku yaitu Sutiawati dan Tiara Handayani yang telah

memberikan motivasi, semangat dan keceriaan kepada penulis selama

penulis menjalankan proses skripsi.

16. Teman-teman seperjuangan semasa SMA yaitu geng boncel yang

beranggotakan Chaerul Fadilah., Nurul Latifah Khoiriyah., Yuliati., Yana

viii

Rahmawati dan Gita Pratiwi yang selalu memotivasi dan memberikan

semangat selama berkuliah di UIN.

17. My Roommate Iyan Cahriyani, Fadhilah Nurrohmah, Syarifatul Hilwa dan

Nurul Latifah yang selalu memotivasi dan memberikan semangat selama

berkuliah di Uin.

18. Eka Sukma Sari Indah yang telah membantu proses penelitian

19. Nina Afria damayanti, S.Pd, Citra Chairunnisa S.Pd, Raisa Soraya, S.Pd,

Eka Yulli Kartika, Dewi yuniati yang telah menemani penulis selama

bimbingan dan menemani saat proses penelitian.

20. Teman-teman Pendidikan Kimia angkatan 2012 yang saling memberikan

motivasi.

21. Teman-teman bimbingan Bapak Burhan dan Ibu Evi yang telah berbagi

kesabaran, pengalaman, dan dukungannya.

22. Adik adik saman MAN 5 (gemalananggroe) yang selalu yang memberikan

semangat dan keceriaan kepada penulis selama penulis menjalankan proses

skripsi.

23. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah

membantu hingga tersusunnya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak

kekurangan, untuk itu sangat diharapkan masukan berupa kritik dan saran

yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini

memberikan manfaat bagi mahasiswa sebagai calon guru dan secara umum

bagi peningkatan mutu pendidikan guna melahirkan manusia yang

berkualitas. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 30 Mei 2017

Penulis

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING............................ ii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ......................................... iii

ABSTRAK ................................................................................................. iv

ABSTRACT ................................................................................................ v

KATA PENGANTAR .............................................................................. vi

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL..................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................... 6

C. Pembatasan Masalah ...................................................... 7

D. Rumusan Masalah .......................................................... 7

E. Tujuan Penelitian............................................................ 7

F. Manfaat Penelitian.......................................................... 7

BAB II LANDASAN TEORITIK .................................................. 9

A. Kajian Teori.................................................................... 9

1. Problem Based Learning (PBL)............................... 9

2. Metakognitif ........................................................... 16

B. Materi Laju reaksi ........................................................ 21

C. Penelitian yang Relevan ............................................... 25

D. Kerangka Pikir.............................................................. 27

E. Hipotesis Penelitian ...................................................... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................... 31

A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................... 31

x

B. Metode dan Desain Penelitian ...................................... 31

C. Prosedur Penelitian....................................................... 32

D. Populasi dan Sampel .................................................... 34

E. Variabel Penelitian ....................................................... 34

F. Teknik Pengumpulan Data ........................................... 34

G. Instrumen Penelitian..................................................... 35

H. Validasi Instrumen ....................................................... 39

I. Teknik Analisis Data .................................................... 39

J. Perumusan Hipotesis Statistik ...................................... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............... 44

A. Hasil Penelitian ............................................................ 44

1. Data Hasil Pretest dan Posttest pada Kelas

Kontrol dan Kelas Eksperimen .............................. 44

2. Data Hasil Pretest dan Posttest Berdasarkan

Indikator Kesadaran Metakognitif Siswa

pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ............ 45

3. Uji Prasyarat Sampel pada Hasil Pretest dan

Posttest

a. Uji Normalitas Pretest dan Posttest

pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ..... 48

b. Uji Homogenitas Pretest dan Posttest

Kelas Kontrol pada Kelas Eksperimen............. 49

4. Data Hasil Uji Hipotesis Pretest dan Posttest pada

Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen .................... 50

5. Data Keterlaksanaan model PBL ........................... 52

B. Pembahasan .................................................................. 52

xi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................... 63

A. Kesimpulan................................................................... 63

B. Saran ............................................................................. 63

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 64

LAMPIRAN .............................................................................................. 69

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks Model PBL ................................................................13

Tabel 2.2 Komponen metakognitif .........................................................19

Tabel 3.1 Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Group Design ....31

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data ......................................................35

Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes kesadaran metakognitif.....................................36

Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

dengan model PBL .................................................................38

Tabel 3.4. Skor Alternatif Jawaban .........................................................37

Tabel 3.5 Skor Alternatif Jawaban .........................................................40

Tabel 3.6 Interpretasi Skor .....................................................................40

Tabel 4.1 Data Hasil Pretest dan Posttest Tes Kesadaran Metakognitif

Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen .................................44

Tabel 4.2 Presentasi Ketercapaian Indikator Kesadaran Metakognitif

Pretest pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ..............45

Tabel 4.3 Presentase Ketercapaian Indikator Kesadaran Metakognitif

Posttest pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen .............46

Tabel 4.4 Data Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas

Kontrol dan Kelas Eksperimen .............................................48

Tabel 4.5 Data Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas

Kontrol dan Kelas Eksperimen .............................................49

Tabel 4.6 Data Hasil Uji t Pretest dan Posttest pada Kelas Kontrol

dan Eksperimen ......................................................................50

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ledakan bom .......................................................................21

Gambar 2.2 Besi berkarat .........................................................................21

Gambar 2.2 Perubahan A→B diikuti setiap detik ....................................22

Gambar 2.2 Kurva laju reaksi A→B.........................................................22

Gambar 2.3 Energi Aktivasi .....................................................................24

Gambar 2.4 Kerangka berpikir .................................................................27

Gambar 3.1 Bagan prosedur penelitian ....................................................33

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Studi Pendahuluan Wawancara..................................... ..... 69

Lampiran 2 Analisis KD dan Indikator .................................................. 71

Lampiran 3 RPP Kelas Eksperimen ....................................................... 80

Lampiran 4 RPP Kelas Kontrol.............................................................. 99

Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa ......................................................... 112

Lampiran 6 Kisi-kisi Lembar Observasi .............................................. 140

Lampiran 7 Lembar Observasi ............................................................. 141

Lampiran 8 Kisi-kisi Tes Kesadaran Metakognitif Siswa ................... 150

Lampiran 9 Instrumen Tes Kesadaran Metakognitif Siswa ................. 154

Lampiran 10 Data Hasil Pretest Kelas Kontrol ..................................... 158

Lampiran 11 Data Hasil Pretest kelas Eksperimen................................ 164

Lampiran 12 Hasil Data Posttest Kelas Kontrol .................................... 168

Lampiran 13 Hasil Data Posttest kelas Eksperimen .............................. 173

Lampiran 14 Hasil Perhitungan dengan SPSS ...................................... 179

Lampiran 15 Lembar Validasi Tes Kesadaran Metakognitif ................. 187

Lampiran 16 Lembar Jawaban Siswa..................................................... 191

Lampiran 17 Surat Bimbingan Skripsi Dosen Pembimbing 1 ............... 199

Lampiran 18 Surat Bimbingan Skripsi Dosen Pembimbing 2 ............... 200

Lampiran 19 Surat Permohonan Izin Penelitian .................................... 201

Lampiran 20 Surat Selesai Penelitian..................................................... 202

Lampiran 21 Lembar Uji Referensi ....................................................... 203

Lampiran 22 Bukti Penelitian ................................................................ 214

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sistem pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah

“usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar secara aktif peserta didik mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara” (Undang-undang RI No. 20 tahun

2003). Dengan demikian pendidikan di sekolah bukan berarti hanya sekedar

proses yang dilakukan guru saja akan tetapi usaha sadar yang terencana dan

diarahkan dalam pencapaian tujuan.

Pencapaian tujuan pendidikan di Indonesia erat kaitannya dengan

kurikulum sebagai perangkat perencanaan dan media yang dijadikan sebagai

acuan lembaga pendidikan untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.

Kurikulum yang diterapkan di Indonesia pada saat ini adalah kurikulum

2013, yang merupakan perbaikan dari kurikulum sebelumnya, yaitu

kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Salah satu kecerdasan yang dibahas

pada kurikulum 2013 adalah metakognitif siswa yang terdapat pada

kompetensi Inti nomor 3 Kelas XI Sekolah Menengah Atas yang berbunyi:

Memahami, menerapkan, dan menjelaskan pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaran dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan

minatnya untuk memecahkan masalah (Kemendikbud, 2013).

Istilah metakognisi pertama kali diperkenalkan oleh Flavell (dalam

Livingston, 2003) menyebutkan bahwa metakognisi adalah “Thinking about

thinking” yang artinya berpikir tentang proses berpikir itu sendiri.

1

2

Sedangkan menurut Veenman, Van Hout-Wolters & Afflerbach (dalam

Rompayom, 2010) dalam kata metakognisi, terdapat beberapa istilah umum

terkait dengan penelitian mengenai metakognisi, yakni: kepercayaan

metakognitif, kesadaran metakognitif, metakognitif pengalaman,

pengetahuan metakognitif, perasaan mengetahui, penghakiman belajar,

teori pikiran, metamemori, keterampilan metakognitif, keterampilan

eksekutif, keterampilan tingkat tinggi, metakomponen, pemantauan

pemahaman, strategi pembelajaran, strategi heuristik, dan regulasi diri.

Flavell (dalam Perfect & Schwartz 2004) membuat perbedaan antara

pengetahuan metakognitif dan kesadaran metakognitif. Pengetahuan

metakognitif mengacu pada pengetahuan kekuatan dan kelemahan kognitif,

sedangkan kesadaran metakognitif mengacu pada perasaan dan pengalaman

yang kita miliki ketika kita terlibat dalam proses kognitif, seperti dalam

pemecahan masalah. Menurut Schraw (1998) kesadaran metakognisi dibagi

menjadi dua yaitu pengetahuan tentang kognisi dan regulasi kognisi. Pada

pengetahuan tentang kognisi terdapat tiga perbedaan kesadaran

metakognitif yaitu: (1) pengetahuan deklaratif yaitu mengetahui "tentang"

suatu hal. (2) pengetahuan prosedural yaitu mengetahui "bagaimana" untuk

melakukan sesuatu. (3) pengetahuan kondisional yaitu mengetahui

“mengapa” dan kapan dalam aspek kognisi. Kemudian regulasi kognisi

mengacu pada serangkaian kegiatan yang membantu mengontrol siswa

dalam proses belajar mereka.

Penelitian yang dilakukan oleh Danial (2012) dan Heswandi (2013)

menunjukkan bahwa pada kesadaran metakognisi di sekolah belum

berkembang dalam menginternalisasi strategi belajar mereka seperti

menghubungkan pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan yang baru,

merencanakan, memonitoring dan mengevaluasi. Hal ini berdampak pada

hasil belajar siswa yang relatif rendah. Peneliti lain seperti Adhitama (2014)

dan Wicaksono (2013) juga menyatakan bahwa kesadaran metakognitif

siswa masih rendah dikalangan peserta didik, hal ini disebabkan karena

pembelajaran yang belum memperhatikan proses pemecahan masalah

3

siswa. Salah satu aspek penting dalam proses pemecahan masalah adalah

kesadaran metakognitif. Seperti yang dikatakan oleh Rompayom (2010)

sejumlah penelitian menunjukkan bahwa matakognisi penting bagi belajar

siswa karena mempengaruhi bagaimana siswa menerapkan apa yang telah

mereka pelajari untuk memecahkan masalah. Penelitian yang telah

dilakukan oleh para ahli metakognitif menurut Garner dan Alexander;

Pressley dan Ghatala (dalam Schraw dan Dennison, 1994) menunjukkan

bahwa siswa yang memiliki kesadaran metakognitif yang baik mempunyai

strategi dan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang

kesadaran metakognitifnya rendah. Dengan demikian penemuan para ahli

ini menunjukkan bahwa kesadaran metakognitif memiliki peran penting

dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dengan cara meningkatkan

kualitas penggunaan strategi belajar.

Berdasarkan studi pendahuluan dengan melakukan wawancara terhadap

guru kimia di MAN 5 Jakarta yang melihat fakta di sekolah bahwa metode

pembelajaran yang dipakai di sekolah masih menggunakan metode ceramah

dan papan tulis sehingga pembelajaran masih belum berpusat pada siswa.

Kebanyakan siswa menggunakan metode hapalan yang membuat siswa

kurang menarik mempelajarinya, sehingga jika diberikan permasalahan

siswa tidak mampu menyelesaikannya. Dengan model pembelajaran guru

saat ini kurang meningkatkan kesadaran metakognitif siswa Kurangnya

kesadaran metakognitif siswa mengakibatkan siswa kurang

mengkoordinasikan proses belajar yang sesuai, maka dari itu perlu adanya

model pembelajaran yang dapat mempengaruhi kesadaran metakognitif

siswa agar dapat mengetahui pengetahuan yang dimilikinya.

Salah satu model pembelajaran yang memperhatikan kesadaran

metakognitif serta aktivitas penemuan pada siswa adalah model problem

based learnig atau pendekatan berbasis masalah (Adhitama, 2014). Model

problem based learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang

berdasarkan pada suatu masalah. Menurut Riyanto (2009, hlm. 288) Model

pembelajaran berbasis masalah ini berfokus pada siswa dengan

4

mengarahkan siswa menjadi pembelajar yang aktif dalam pembelajaran

kelompok, model PBL juga membantu siswa untuk megembangkan

berpikirnya dalam memecahkan masalah dengan pencarian data sehingga

diperoleh solusi secara rasional dan autentik dalam memecahkan suatu

masalah. Oleh karena itu model pembelajaran PBL sangat penting dalam

suatu proses pembelajaran.

PBL merupakan model pembelajaran yang menggunakan

permasalahan atau fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang telah

ataupun akan dialami siswa sebagai stimulan dalam proses pembelajaran.

Selain itu, karakter PBL yang menempatkan siswa pada situasi berbeda

dengan pembelajaran konvensional akan mendorong siswa untuk

mengembangkan kesadaran metakognitifnya. Hal ini sesuai dengan

penelitian terdahulu yang berjudul judul“The Effects of Problem Based

Learning on Metacognitive Awareness and Attitudes towards Chemistry of

Prospective Teachers with Different Academic Backgrounds” berkaitan

dengan fenomena dalam kehidupan hari-hari untuk merangsang siswa

termotivasi dan aktif dalam memperoleh pengetahuan baru tentang konsep

kimia. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian tersebut adalah

penambahan dua sendok garam yang ditambahkan ke dalam air panas, ketika

garam tersebut diaduk, maka garam sedikit demi sedikit menghilang.

Permasalahan tersebut dijadikan sebagai stimulan dalam PBL sebagai sarana

untuk merangsang kesadaran metakognitif siswa dengan pemecahan

masalah (Tosun, 2013).

Konsep kimia di atas berkaitan dengan laju reaksi yaitu pada faktor

luas permukaan dan faktor suhu dimana pada penambahan garam yang

ditambahkan air panas membuat garam menjadi hilang ketika diaduk.

Berdasarkan hal tersebut, materi laju reaksi memiliki hubungan yang erat

kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, sehingga materi laju reaksi cocok

untuk diajarkan dengan PBL.

Dengan demikian, model PBL dirancang dapat membantu siswa

mengembangkan kesadaran metakognitifnya dalam proses pembelajaran

5

dan mengembangkan kemampuan dalam pembelajaran berbasis masalah.

Siswa juga diarahkan untuk belajar mandiri dan terlibat langsung secara

aktif dalam pembelajaran berkelompok. Pembelajaran diharapkan dapat

membentuk siswa yang mandiri dalam proses pembelajarannya. Sedangkan

guru berperan sebagai motivator dan fasilitator untuk memandu siswa

menjalani proses pendidikan. Sehingga model problem based learning

menuntut siswa untuk secara aktif dan sadar menggunakan kesadaran

metakognitif mereka. Lebih lanjut fakta ini di dasarkan pada penelitian yang

dilakukan oleh Adhitama (2014) yang berjudul “Kesadaran Metakognitif

Siswa Dalam Pembelajaran Berbasis Proyek Pada Pokok Bahasan

Pencemaran Lingkungan”. Menunjukkan bahwa pada kedua aspek

kesadaran metakognitif, yaitu pengetahuan tentang kognisi dan regulasi

kognisi, menunjukkan mayoritas siswa memiliki tingkat kesadaran

metakognitif yang baik dalam kedua aspek tersebut. Lalu penelitian yang

dilakukan oleh Tosun (2013) yang berjudul “Pengaruh Problem Based

Learning terhadap Kesadaran Metakognitif dan Perilaku terhadap Calon

Guru Kimia dengan Latar Belakang yang Berbeda” menunjukkan bahwa

pembelajaran problem based learning berpengaruh terhadap kesadaran

metakogntif dan perilaku terhadap calon guru kimia dengan latar belakang

yang berbeda.

Begitu juga penelitian yang dilakukan Herlanti (2015) yang berjudul

“Kesadaran Metakognitif dan Pengetahuan Metakognitif Peserta Didik

Sekolah Menengah Atas dalam Mempersiapkan Ketercapaian Standar

Kelulusan pada Kurikulum 2013”. Menunjukkan hasil pada kesadaran

metakognitif peserta didik berada dalam katagori baik.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Adhitama (2014) yang berjudul

“Kesadaran Metakognitif Siswa Dalam Pembelajaran Berbasis Proyek Pada

Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan”. Menunjukkan bahwa pada

kedua aspek kesadaran metakognitif, yaitu pengetahuan tentang kognisi dan

regulasi kognisi, menunjukkan mayoritas siswa memiliki tingkat kesadaran

metakognitif yang baik dalam kedua aspek tersebut. Kemudian penelitian

6

yang dilakukan oleh Danial (2012) yang berjudul “Menumbuhkembangkan

Kesadaran Dan Keterampilan Metakognisi Mahasiswa Jurusan Biologi

Melalui Penerapan Strategi Pbl Dan Kooperatif Gi”. Menunjukkan bahwa

strategi PBL mampu Menumbuhkembangkan Kesadaran dan keterampilan

Metakognisi Mahasiswa.

Lalu di jelaskan pula pada penelitian lain yang dilakukan oleh

Heswandi (2013) yang berjudul “Pengaruh Model Contextual Teaching

And Learning Terhadap Kesadaran Metakognisi dan Hasil Belajar Siswa

pada Materi Larutan Penyangga”. Menunjukkan bahwa hasil pretest

kesadaran metakognisi siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu

menunjukkan bahwa kemampuan awal kedua kelas dikatagorikan “Sedang”

hal ini karena siswa pada umumnya belum mempunyai kesadaran lebih

tentang kemampuan metakognisi mereka. Setelah diberikan perlakuan

dengan model Contextual Teaching and Learning, untuk kelas eksperimen

mengalami peningkatan kesadaran metakognisi secara signifikan yaitu

dengan nilai rata-rata 166.45.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk

mengkaji masalah di atas dalam bentuk sebuah penelitian yang berjudul

“Pengaruh model Problem Based Learning terhadap Kesadaran

Metakognitif Siswa pada Materi Laju Reaksi”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penelitian

ini di fokuskan pada beberapa masalah diantaranya:

1. Kurangnya kesadaran metakognitif siswa menurut beberapa riset

2. Guru lebih dominan mengajar dengan metode ceramah.

3. Pembelajaran masih belum berpusat pada siswa karena masih

menggunakan metode hapalan.

7

C. Pembatasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah Problem based Learnig

(PBL) berdasarkan teori menurut Arends (2012)

2. Kesadaran metakognitif siswa dapat diukur langsung menggunakan

Metacognitif Awareness Inventori (MAI) menurut teori Schraw dan

Dannison (1994), sedangkan Indikator kesadaran metakognitif yang diuji

mencakup 2 aspek yaitu pengetahuan tentang kognisi dan regulasi kognisi

3. Materi yang digunakan adalah laju reaksi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: “Apakah terdapat pengaruh model Problem

Based Learning terhadap kesadaran metakognitif siswa?”.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diangkat, penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh model Problem Based Learning

terhadap kesadaran metakognitif siswa.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Siswa

a. Melatih siswa mengetahui proses pembelajarannya dan sadar dalam

melaksanakan tugas dan kewajibannya.

b. Membantu siswa dalam memecahkan suatu masalah

2. Bagi Guru

a. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran kimia

melalui model PBL.

8

b. Sebagai masukan dan referensi bagi guru kimia dalam merencanakan

pembelajaran khususnya pada pokok bahasan laju reaksi.

3. Bagi Peneliti

Sebagai bahan referensi untuk pengembangan penelitian mengenai

model PBL dan untuk pengembangan penelitian mengenai kesadaran

metakognitif.

9

BAB II

LANDASAN TEORITIK

A. Kajian Teori

1. Problem Based Learning (PBL)

a. Pengertian Pembelajaran Model PBL

Model Problem based Learnig (PBL) dalam bahasa Indonesia

disebut model pembelajaran berbasis masalah (PBM). Menurut Tan

(2009, hlm. 9) Pembelajaran berbasis masalah merupakan konteks yang

realistis dimana siswa di kelas PBL bekerja dalam kelompok untuk

memecahkan masalah agar dapat memahami masalah. Dijelaskan pula

oleh Arends (2012, hlm. 380) model pembelajaran berdasarkan masalah

merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan

permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun

pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan

mengembangkan kemandirian dan percaya diri di dalam PBL siswa

bertanggung jawab untuk merumuskan masalah, mengumpulkan

informasi, merencanakan solusi, memantau proses serta mengevaluasi

proses dan hasil. Sedangkan menurut Riyanto (2009, hlm. 228) model

pembelajaran berbasis masalah ini memfokuskan pada siswa dengan

mengarahkan siswa menjadi pembelajar yang aktif dalam pembelajaran

kelompok, model PBL juga membantu siswa untuk megembangkan

berpikirnya dalam memecahkan masalah dengan pencarian data sehingga

diperoleh solusi secara rasional dan autentik dalam memecahkan suatu

masalah. Jadi, Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis

masalah adalah suatu model pembelajaran yang berfokus pada siswa

dengan memberikan suatu masalah dalam kehidupan nyata yang

kemudian mengarahkan siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan

aktif dalam proses pembelajaran berkelompok, model Problem based

Learnig juga membantu siswa untuk megembangkan, memberdayakan,

9

10

mengasah, menguji dan mencari pemecahan masalah melalui pencarian

data sehingga diperoleh solusi untuk suatu masalah. Pada masalah ini

siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan

dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya sehingga siswa

akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Oleh karena itu model

PBL sangat penting dalam suatu proses pembelajaran agar siswa secara

aktif dapat mengetahui pengetahuan yang dia dapat.

b. Konsep Dasar dan Karakteristik Problem Based Learning

Menurut Tan (2009, hlm. 9) Problem based Learnig memiliki proses

dasar yang terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut: (1) memenuhi

masalah; (2) analisis masalah dan generasi masalah pembelajaran; (3)

penemuan dan pelaporan; (4) solusi presentasi dan refleksi; dan (5)

gambaran, integrasi, dan evaluasi, dengan belajar mandiri menjembatani

satu tahap dan berikutnya. Berbeda dengan Rusman (2013, hlm. 233)

yaitu: “(1) penyajian masalah, (2) menggerakkan inquiry (3) analisis

inisial, mengangkat isu-isu belajar, interaksi kemandirian dan

kolaboratif pemecahan masalah, integrasi pengetahuan baru, penyajikan

solusi dan evaluasi”. Berdasarkan kedua pendapat di atas terdapat

perbedaan dalam konsep pengarahan diri. Tan (2009, hlm. 9)

menyebutkan dalam proses pembelajaran melibatkan diri sendiri dalam

tahapan Problem based Learnig melalui belajar mandiri, sedangkan

Rusman (2013, hlm. 230) tidak mengemukakan pentingnya belajar yang

melibatkan diri sendiri, tetapi lebih menitik beratkan pada kerja sama

antar kelompok untuk menemukan dan menyelesaikan suatu masalah.

Pendekatan Problem based Learnig berkaitan dengan

penggunaan intelegensi dari dalam individu yang berada dalam sebuah

kelompok orang atau lingkungan untuk memecahkan masalah yang

bermakna, relevan, dan kontekstual. Rusman (2010, hlm. 232)

mengungkapkan karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah

sebagai berikut:

11

a. Permasalahan merupakan poin awal dalam belajar.

b. Permasalahan yang diangkat bersifat kontekstual.

c. Permasalahan membutuhkan prespektif ganda.

d. Menantang pengetahuan dalam sikap dan kompetensi yang

kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan.

e. Pengarahan diri.

f. Pemanfaat sumber pengetahuan dan evaluasi sumber informasi.

g. Kolaboratif, komunikasi dan kooperatif.

h. Penguasaaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari suatu

masalah.

i. Sintesis dan integrasi dalam proses belajar.

j. Melibatkan evaluasi dan review dalam proses belajar.

Menurut Suyanti (2010, hlm. 112) Problem Based Learning

memerlukan strategi dalam proses penyelesaian masalah yang dihadapi

secara ilmiah. Terdapat tiga ciri utama menurut dari pembelajaran

berbasis masalah: “1) Merupakan rangkaian aktifitas pembelajaran 2)

aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah 3)

pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan

berpikir secara ilmiah”. Dengan demikian dalam proses pembelajaran

berdasarkan masalah memiliki karakteristik diantaranya: adanya suatu

masalah, permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di

dunia nyata, belajar secara kolaboratif, pemanfaat sumber pengetahuan

yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi,

komunikasi dan kooperatif, keterbukaan proses dalam pembelajaran

berbasis masalah meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses

belajar; dan melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan

proses belajar.

12

c. Tujuan Model Problem Based Learning

Tujuan PBL menurut Rusman (2013, hlm. 238) adalah

“penguasaan isi belajar dari disiplin heuristik dan pengembangan

keterampilan pemecahan masalah, juga berhubungan dengan belajar

dengan kehidupan yang lebih luas, keterampilan memaknai informasi,

kolaboratif dan belajar tim, dan keterampilan berfikir reflektif dan

evaluatif”. Sedangkan menurut Trianto (2009, hlm. 95-96) problem

based learning memiliki tujuan sebagai berikut: (a) berkembangnya

keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan, keterampilan

berpikir tingkat tinggi tidak hanya tidak dapat diajarkan menggunakan

pendekatan yang dirancang untuk mengajarkan ide dan keterampilan

yang lebih konkrit, tetapi hanya dapat dilakukan dengan pendekatan

berbasis masalah; (b) pembelajaran mandiri yang bersifat autentik,

berdasarkan masalah mendorong siswa untuk bekerja sama dalam

menyelesaikan tugas, memiliki langkah-langkah dalam pembelajaran,

hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan orang lain, sehingga

secara bertahap siswa dapat memahami peran orang yang diamati; (c)

penyelidikan pilihan sendiri, sehingga mereka menginterpretasikan dan

menjelaskan pemahaman terhadap pembelajaran secara sendiri.

Jadi, tujuan dari problem based learning adalah untuk

menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran secara mandiri atau

kelompok, siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir dalam

memecahkan suatu masalah, dapat bekerjasama dalam menyelesaikan

tugas, dapat mengevaluasi penyelidikan dengan menginterpretasikan

suatu pemahaman siswa yang dilakukan sendiri.

d. Langkah-langkah Problem Based Learning

Sintaks suatu pembelajaran berisi langkah-langkah praktis yang

harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan. Pada pengajaran

berdasarkan masalah terdapat 5 langkah-langkah utama yang dimulai

dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan

13

diakhiri dengan menganalisis dan mengevaluasi hasil kerja siswa. Berikut

ini akan dijelaskan lima tahapan dalam pembelajaran berbasis masalah

menurut Arends (2012, hlm. 394).

Tabel 2.1. Sintaks Model PBL

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap-1

Oriaentasi Siswa

pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

mempersiapkan logistik yang dibutuhkan,

mengajukan fenomena atau demostrasi atau

cerita untuk memunculkan masalah,

memotivasi siswa untuk terlibat dalam

pemecahan masalah yang dipilih

Tahap-2

Mengorganisasi

siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan

dan mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah tersebut.

Tahap-3

Membimbing

penyelidikan

individual maupun

kelompok

Guru mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai,

melaksanakan eksperimen, untuk

mendapatkan penjelasan dan pemecahan

masalah.

Tahap-4

Mengembangkan

dan Menyajikan

Hasil Karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan

dan menyiapkan karya yang sesuai dengan

laporan, vidio, dan model serta membantu

mereka untuk berbagi tugas dengan

temannya.

Tahap-5

Menganalisis dan

Mengevaluasi

proses pemecahan

Masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan

refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan

mereka dan proses-proses yang mereka

gunakan.

14

Sedangkan menurut David Johnson & Johnson (seperti dikuti

Sanjaya, 2006, hlm. 217-218) mengemukakan 5 langkah pembelajaran

berbasis masalah melalui kegiatan kelompok yaitu:

1) mendefinisikan masalah dengan merumuskan masalah dari

peristiwa suatu yang mengandung isu sehingga siswa mejadi

tahu masalah yang akan dikaji.

2) mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab

terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai faktor yang

dapat mendukung dalam penyelesaian masalah.

3) merumuskan strategi pembelajaran, melalui diskusi kelas siswa

mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang masalah

yang didapat.

4) menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu

pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat.

Dilakukan dengan cara menyimpulkan yang telah didiskusikan.

5) melakukan evaluasi proses maupun evaluasi hasil.

Dengan demikian langkah langkah yang dilakukan dalam

pembelajaran masalah terbagi menjadi 5 tahapan diantaranya: pertama,

siswa menyadari masalah. Masalah yang dilakukan dimulai dari adanya

kesadaran siswa dalam proses pembelajarannya dengan cara

merumuskan masalah dari peristiwa tertentu hingga siswa menjadi tahu

masalah apa yang akan dikaji. Kedua, mengorganisasi siswa untuk

belajar menganasilis masalah, yaitu mengujikan sebab-sebab terjadinya

masalah dengan menganalisis adanya faktor-faktor yang mempengaruhi

penyelesain masalah, ketiga, mengumpulkan data sebagai sumber

informasi, yaitu langkah dimana siswa mencari dan menggambarkan

informasi untuk mendapatkan data yang relevan, keempat, pengujian

hipotesis dengan penyajian hasil karya. Pada tahap ini siswa menguji

hipotesis dengan merumuskan kesimpulan sesuai dengan masalah yang

telah ditemukan, kelima, mengevaluasi proses pemecahan masalah.

15

e. Keunggulan Problem Based Learning

Menurut Suyanti (2010, hlm. 118-119) suatu strategi dalam

pembelajaran berdasarkan masalah memiliki beberapa keunggulan

diantaranya adalah: (a) pemecahan masalah merupakan cara

pembelajaran cukup baik untuk memahami isi pelajaran, (b) siswa

dapat memiliki kepuasan dalam pemecahan masalah untuk menentukan

pengetahuan barunya. (c) aktivitas pembelajaran siswa dapat meningkat

dengan pemecahan masalah, (d) membantu siswa dalam memahami

masalah secara kontekstual, (e) dapat membantu siswa

mengembangkan pengetahuan barunya, bertanggung jawab dalam

pembelajaran yang mereka lakukan dan melakukan evaluasi pada

proses ataupun hasil belajarnya, (f) siswa tidak hanya belajar dari guru

atau buku saja, melainkan setiap siswa yang diberikan suatu pemecahan

masalah pada dasarnya mereka harus berpikir dan mengerti isi dari

permasalahan tersebut. (g) pemecahan masalah di sukai oleh siswa, (h)

pemecahan masalah membuat siswa menjadi berpikir kritis dengan

mengembangkan pengetahuan barunya, (i) siswa dapat

mengaplikasikan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari, (j)

dapat mengembangkan minat siswa.

Sedangkan menurut Trianto (2009, hlm. 96) kelebihan

pembelajaran berbasis masalah yaitu: (1) sesuai dengan kehidupan

sehari-hari, (2) konsep sesuai bgean kebutuhan siswa, (3)

mengembangkan sifat inquiri siswa, (4) memiliki konsep yang kuat,

dan (5) dapat menjadikan siswa memiliki kemampuan pemecahan

masalah. Dengan demikian dalam proses pembelajaran berdasarkan

masalah memiliki beberapa keunggulan yang menjadikan siswa

menjadi lebih aktif dalam proses pembelajarannya. Keunggulan yang

telah disebutkan diantaranya siswa dapat mengembangkan pengetahuan

yang baru didapatkan dan bertanggung jawab atas pembelajaran yang

mereka lakukan dan disamping itu siswa juga dapat melakukan evaluasi

sendiri terhadap hasil maupun proses belajarnya.

16

2. Metakognitif

a. Pengertian Metakognitif

Istilah metakognisi pertama kali diperkenalkan oleh Flavell

(dalam Veenman, 2006) menyebutkan metakognitif adalah

pengetahuan tentang pengaturan kegiatan kognitif dalam proses

pembelajaran, terdapat istilah-istilah yang berkaitan dengan

metakognisi meliputi keyakinan metakognitif, kesadaran metakognitif,

pengalaman metakognitif, pengetahuan metakognitif, perasaan

mengetahui, penilaian pembelajaran, teori pikiran, metamemori,

keterampilan metakognitif, keterampilan eksekutif, keterampilan

tingkat tinggi, metacomponen, pemantauan pemahaman, strategi

pembelajaran, strategi heuristik, dan pengaturan diri.

Metakognitif menurut Flavell dalam Wicaksono, 2013) adalah:

Kesadaran berpikir tentang apa yang diketahui dan apa

yang tidak diketahui. Pada konteks pembelajaran, siswa

mengetahui bagaimana untuk belajar, mengetahui kemampuan

dan modalitas belajar yang dimiliki, dan mengetahui strategi

belajar terbaik untuk belajar efektif. Pengalaman metakognisi

melibatkan strategi atau pengaturan metakognisi. Strategi

metakognisi merupakan proses yang berurutan yang digunakan

untuk mengontrol aktivitas kognitif dan memastikan bahwa

tujuan kognitif telah dicapai. Kegiatan metakognitif dibagi

menjadi 3 kelompok yaitu: (a) kesadaran (kemampuan

seseorang untuk mengenali informasi baik eksplisit maupun

implisit), (b) Penalaran (bertanya pada diri sendiri dan

menjelaskan dengan kata-kata sendiri untuk menstimulasi

pemahaman), (c) Pengamatan (membandingkan dan

membedakan jawaban yang lebih masuk akal dalam

memecahkan masalah).

Dengan demikian, metakognisi mengacu pada kesadaran

proses kognitif dan regulasi dari dalam diri yang erat kaitannya dengan

proses pembelajaran. Metakognitif termasuk strategi yang cocok dalam

pembelajaran siswa agar siswa menyadari strategi dalam belajarnya.

17

b. Kesadaran Metakognitif

Menurut Solso, Maclin dan Maclin (2008, hlm. 240) “Kesadaran

adalah kesiagaan (awareness) seseorang terhadap peristiwa-peristiwa

dilingkungannya (seperti pemandangan dan suara-suara dari

lingkungan sekitarnya) seperti peristiwa-peristiwa kognitif yang

meliputi memori, pikiran, perasaan, dan sensasi-sensasi fisik”. Di

dalam Kesadaran memiliki karakteritik-karakteristik utama kerangka

kerja tersebut meliputi (Solso, R., Maclin,O., Maclin M., 2008):

Attention atau perhatian yaitu pemusatan sumber daya mental

ke hal-hal eksternal atau internal, Wakefullness atau kesiagaan

merupakan kesadaran sebagai suatu kondisi kesiagaan yang

alami seseorang sepanjang hidupnya, Architecture atau

arsitektur yaitu lokasi fisik strukur-struktur fisiologis (dan

proses yang berhubungan dengan struktur-struktur tersebut)

yang menyokong kesadaran, Recall of knowledge atau

mengingat suatu pengetahuan yaitu kesadaran kemampuan

manusia mendapat akses ke pengetahuan melalui proses recall

terhadap informasi melalui diri pribadi, dan Emotive atau emotif

adalah komponen-konponen afektif yang berkaitan dengan

kesadaran adanya sentience sebagai suatu bentuk perasaan atau

emosi (hlm. 243-247).

Terdapat perbedaan antara pengetahuan metakognitif dan

kesadaran metakognitif yakni pengetahuan metakognitif adalah

pengetahuan tentang kelebihan dan kelemahan kognitif, sedangkan

kesadaran metakognitif adalah perasaan dan pengalaman yang dimiliki

ketika terlibat dalam proses kognitif (Flavell dalam Perfect and

Schwartz, 2004). Kemudian metakognisi dibagi menjadi dua menurut

Schraw & Moshman (1995, hlm. 352-353) yaitu pengetahuan tentang

kognisi dan regulasi kognisi. Pada pengetahuan tentang kognisi

terdapat tiga indikator kesadaran metakognitif yaitu: pengetahuan

deklaratif mengenai pengetahuan tentang suatu hal, pengetahuan

prosedural mengenai pengetahuan tentang bagaimana melakukan

sesuatu, pengetahuan kondisional yaitu pengetahuan tentang mengapa

dan kapan melakukan strategi kognitif, sedangkan regulasi kognisi

18

adalah kegiatan-kegiatan yang membantu mengontrol siswa dalam

proses belajar mereka. Metakognisi secara lebih rinci adalah suatu

kesadaran melalui pemahaman pengetahuan yang dapat diungkapkan

dengan secara verbal atau dengan kata lain metakognisi ini adalah

tentang menyadari pemikiran Anda sendiri ketika memecahkan

masalah, memilih strategi ketika memecahkan masalah, memantau dan

mengoreksi kembali suatu pemahaman (Gasner, 2009).

Berdasarkan definisi ini, metakognitif terbagi menjadi dua,

yaitu kesadaran metakognitif dan pengetahuan metakognitif. Kesadaran

metakognitif mengacu pada perasaan dan pengalaman yang siswa

miliki ketika siswa terlibat dalam proses kognitif, seperti mendapatkan

informasi (Perfect, 2004, hlm. 5). Dengan kata lain, metakognisi adalah

“pengetahuan tentang proses berpikir kita sendiri. Kesadaran

metakognitif mampu mengenali dirinya baik kebiasaaan baik mapun

kebiasaan tidak baik, mampu menyadari ketidak tahuannya sehingga

terefleksi dalam proses belajar, merupakan bagian penting yang harus

dilatih kepada siswa agar mendapatkan pemahaman bermakna” (Daud,

2015).

Berdasarkan uraian beberapa pendapat ahli di atas maka diartikan

kesadaran metakognitif merupakan proses berpikir seseorang untuk

dapat memahami dan mengontrol proses belajarnya sendiri. Kesadaran

metakognitif yang dikaji mencakup pengetahuan tentang kognisi dan

regulasi kognisi. Pengetahuan tentang kognisi terdiri dari indikator

pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan

strategis, sedangkan regulasi kognisi terdiri dari indikator perencanaan,

strategi mengelola informasi, pemantauan terhadap pemahaman,

strategi perbaikan, dan evaluasi.

c. Komponen-komponen Penilaian Kesadaran Metakognitif

Schraw dan Dennison (1994) menciptakan sebuah alat yang

dirancang untuk menilai kesadaran metakognitif. Penilaian kesadaran

19

metakognitif (Metacognition Awareness Inventory) merupakan salah

satu dari beberapa survei yang digunakan untuk mengukur kesadaran

metakognitif (Gassner, 2009).

Metacognitive Awareness Inventory memiliki 52 pernyataan

yang mewakili dua kategori komponen metakognisi yaitu

pengetahuan tentang kognisi dan regulasi kognisi atau pengaturan

tentang kognisi. Berikut tabel 2.2 tentang Indikator-indikator

penilaian kesadaran metakognisi.

Tabel 2.2 Komponen Metakognitif

Komponen

Metakognisi

Domain Metakognisi Keterangan

Pengetahuan

tentang kognisi

Pengetahuan Deklaratif Pengetahuan tentang

keterampilan, intelektual,

sumber dan kemampuan

belajar

Pengetahuan

Prosedural

Pengetahuan tentang

bagaimana

mengimplementasikan

prosespembelajaran

( seperti strategi )

Pengatahuan

Kondisional

Pengetahuan tentang

kenapa dan kapan

menggunakan proses

pembelajaran

Regulasi Kognisi Perencanaan

Perencanaan, pengaturan

tujuan dan prioritas alokasi

sumber pembelajaran

Mengelola Informasi

Keterampilan

menggunakan strategi

dalam melalola informasi

20

Komponen

Metakognisi

Domain Metakognisi Keterangan

Pemantauan

Pemamtauan terhadap

pemahan

Perbaikan

Strategi digunakan selama

pembelajaran dalam

membenarkan pemahaman

dan kesalahan

Evaluasi Analisis setelah melakukan

proses pembelajaran

Schraw dan Dennison (1994)

Dalam menggunakan indikator-indikator metakognitif

terdapat beberapa indikator diantaranya:

a. Pengetahuan Tentang Kognisi

Terdapat tiga jenis pengetahuan yang penting untuk

pengetahuan metakognisi: deklaratif, prosedural, dan kondisional

atau kontekstual. (Marzano & Gasssner, 1998, hlm. 13) terdapat 3

jenis pengetahuan tentang kognisi yaitu: (1) Pengetahuan deklaratif

adalah Pengetahuan faktual tentang pengetahuan atau informasi

yang didapatkan; (2) Pengetahuan prosedural termasuk informasi

tentang berbagai tindakan yang harus dilakukan dalam

menyelesaikan tugas untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran; (3)

Pengetahuan kondisional mengacu pada mengetahui kenapa dan

mengapa menggunakan strategi atau langkah-langkah pada proses

pembelajaran.

b. Regulasi metakognisi

Regulasi metakognisi meliputi lima bidang (Gassner, 2009)

seperti: (1) perencanaan yaitu penetapan tujuan; (2) manajemen

informasi yaitu pengorganisasian; (3) pemantauan yaitu penilaian

pembelajaran dan strategi seseorang; (4) strategi perbaikan yaitu

strategi yang digunakan untuk memperbaiki kesalahan; (5) evaluasi

21

pembelajaran yaitu analisis kinerja dan strategi dalam proses

pembelajaran.

B. Materi Laju Reaksi

1) Pengertian Laju Reaksi

Gambar 2.1 Ledakan Bom Gambar 2.2 Besi Berkarat

Contoh laju reaksi dalam kehidupan sehari-hari seperti gambar di

atas salah satunya terdapat pada ledakan bom, petasan, dan pembakaran zat

organik merupakan reaksi kimia yang berjalan cepat. Sedangkan proses

pengkaratan besi, reaksi peluruhan zat radio aktif di alam merupakan salah

satu reaksi yang berjalan lambat. Perbedaan hal tersebut terletak pada

kecepatan reaksi atau laju reaksi (Safitri, 2015).

Laju reaksi merupakan perubahan konsentrasi reaktan atau produk

dalan satuan waktu (M/s). Reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan

umum

reaktan → produk

Persamaan di atas menjelaskan bahwa, selama berlangsungnya suatu

reaksi, molekul reaktan bereaksi sedangkan molekul produk terbentuk. Kita

dapat melihat hasilnya dengan cara memantau turunnya konsentrasi

reaktan atau meningkatnya konsentrasi produk (Chang, 2004, hlm. 30).

Yang terjadi dalam reaksi kimia adalah perubahan jumlah pereaksi dan

hasil reaksi. “Perubahan ini kebanyakan dinyatakan dalam perubahan

konsentrasi molar” (Petrucci, 1987, hlm. 146). Satuan laju reaksi umumnya

dinyatakan dalam satuan mol dm-3det-1 atau mol/liter detik.

22

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

0 10 20 30 40 50

Ju

mla

h m

ole

ku

l

Waktu (detik)

mol

mole

Gambar 2.3 menunjukkan suatu proses sederhana dari reaksi

perubahan molekul A menjadi molekul B yang dinyatakan dengan

persamaan reaksi:

A → B

Berkurangnya jumlah molekul A dan bertambahnya molekul B diikuti

dengan selang waktu 10 detik. Dari gambar 3.1. tersebut tampak bahwa

berkurangnya A dalam setiap selang waktu 10 detik mengakibatkan

bertambahnya B, dengan demikian laju reaksi dapat dinyatakan :

Laju reaksi = t

A

atau laju reaksi =

t

B

Tanda negatif dari A menunjukkan bahwa A berkurang, sedangkan

B berharga positip karenma B bertambah (Chang, 2004, hlm. 30).

Gambar 2.3 Perubahan A → B diikuti setiap 10 detik

Gambar 2.4 Kurva laju reaksi A → B

23

2) Hukum Laju Reaksi

Umumnya laju reaksi tergantung pada konsentrasi awal dari zat-zat

pereaksi, pernytaan ini dikenal dengan Hukum Laju Reaksi atau Persamaan

laju reaksi.

Secara umum untuk reaksi: m A + n B r C

V = k [ A]m [B]n

dimana:

v = laju reaksi ( mol dm-3 det-1 )

k = tetapan laju reaksi

m = tingkat reaksi (orde reaksi) terhadap A

n = tingkat reaksi (orde reaksi) terhadap B

[A] = konsentrasi awal A ( mol dm-3)

[B] = konsentrasi awal B (mol dm-3)

Istilah orde dikaitkan dengan eksponen dalam hukum laju dan

digunakan dalam dua cara:

1) Jika m=1, mengatakan reaksi berorde pertama untuk A. jika n=2, reaksi

berorde kedua untuk B.

2) Orde reaksi keseluruhan adalah jumlah semua eksponen m+n. nilai k

tergantung pada reaksi spesifik, keberadaan katalis (jika ada) dan suhu

(Petrucci, Harwood, Herring, dan Madura, 2008, hlm. 202)

3) Teori Tumbukan

Reaksi antara molekul-molekul pereaksi terjadi apabila terjadi

tumbukan. Untuk saling bertumbukan, molekul-molekul pereaksi harus

mempunyai energi kinetik minimum tertentu. Energi minimum yang

diperlukan agar tumbukan terjadi dan reaksi dapat berlangsung disebut

Energi Aktivasi (Ea).

24

Gambar 2.5 Energi aktivasi

Laju reaksi kimia tergantung pada hasil kali frekuensi tumbukan

dengan fraksi molekul yang memiliki energi sama atau melibihi energi

aktivasi. karena fraksi dari molekul teraktifkan ini biasanya sangat kecil,

laju reaksi lebih kecil daripada frekuensi tumbukannya sendiri. Semakin

tinggi energi aktivasi, semakin kecil fraksi molekul yang teraktifkan dan

semakin lambat reaksi berlangsung (Petrucci dan Suminar, 1987, hlm.

162).

4) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

1. Konsentrasi

“Jika konsentrasi diperbesar, berarti kerapatannya bertambah

dan akan memperbanyak kemungkinan terjadinya tabrakan sehingga

akan mempercepat laju reaksi” (Syukri, 1999, hlm. 468). “Laju reaksi

sangat tergantung pada jumlah molekul. Semakin tinggi konsentrasi

suatu molekul yang terlibat dalam reaksi, semakin tinggi pula

kemungkinan terjadi tumbukan antar molekul pereaksi persatuan

waktu” (Widyatmoko, 2009, hlm. 214).

2. Luas Permukaan

Efek meningkatnya luas permukaan yang dapat dalam rekasi

mirip denganmeningkatnya konsentrasi. Meningkatnya luas permukaan

juga meningkatnya jumlah atom yang terkena sehingga mereka dapat

bertabrakan dengan reaktan lainnya (Bauer, Birk and Marks, 2007, hlm.

454).

25

3. Suhu

Peningkatan suhu meningkatkan fraksi molekul yang memiliki

energi melebihi energi aktivasi. “Frekuensi tumbukan meningkat

dengan meningkatnya suhu, dan diharapkan hal tersebut sebagai faktor

untuk mempercepat suatu reaksi kimia” (Petrucci dan Suminar, 1987,

hlm. 166).

4. Katalisator

Katalis menurut Oxtoby, Gillis, Nachtrieb, and Suminar (2001, hlm.

439) Katalis ialah zat yang mempercepat suatu reaksi kimia, tetapi ia

sendiri tidak mengalami perubahan kimia secara permanen. Jadi, katalis

tidak muncul dalam persamaan kimia secara keseluruhan, tetapi

kehadirannya sangat mempengaruhi hukum laju reaksi, memodifikasi,

dan mempercepat lintasan yang ada, atau lazimnya, membuat lintasan

yang sama sekali baru bagi kelangsungan reaksi dan katalis

menimbulkan efek yang nyata pada laju reaksi, meskipun dengan

jumlah yang sangat sedikit.

C. Hasil Penelitian yang relevan

Pada penelitian yang dilakukan oleh Tosun (2013) yang berjudul

“Pengaruh Problem Based Learning terhadap Kesadaran Metakognitif dan

Perilaku terhadap Calon Guru Kimia dengan Latar Belakang yang Berbeda”.

Menunjukkan bahwa pembelajaran problem based learning berpengaruh

terhadap kesadaran metakogntif dan perilaku terhadap calon guru kimia dengan

latar belakang yang berbeda.

Begitu juga penelitian yang dilakukan Herlanti (2015) yang berjudul

“Kesadaran Metakognitif dan Pengetahuan Metakognitif Peserta Didik

Sekolah Menengah Atas dalam Mempersiapkan Ketercapaian Standar

Kelulusan pada Kurikulum 2013”. Menunjukkan hasil pada kesadaran

metakognitif (zona potensial) peserta didik rata-rata berada pada kisaran 75-83

atau katagori baik, namun pengetahuan metakognitif (zona aktual) berada pada

26

kisaran 10-15 atau katagori sangat buruk. Standar proses yang ditawarkan

kurikulum 2013 belum dapat menarik peserta didik pada zona ideal yaitu

pengetahuan metakognitif sama dengan kesadaran metakognitif.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Adhitama (2014) yang berjudul

“Kesadaran Metakognitif Siswa Dalam Pembelajaran Berbasis Proyek Pada

Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan”. Menunjukkan bahwa pada kedua

aspek kesadaran metakognitif, yaitu pengetahuan tentang kognisi dan regulasi

kognisi, menunjukkan mayoritas siswa memiliki tingkat kesadaran

metakognitif yang baik dalam kedua aspek tersebut. Kemudian penelitian yang

dilakukan oleh Danial (2012) yang berjudul “Menumbuhkembangkan

Kesadaran Dan Keterampilan Metakognisi Mahasiswa Jurusan Biologi

Melalui Penerapan Strategi Pbl Dan Kooperatif Gi”. Menunjukkan bahwa

strategi PBL mampu Menumbuhkembangkan Kesadaran dan keterampilan

Metakognisi Mahasiswa.

Lalu di jelaskan pula pada penelitian lain yang dilakukan oleh

Heswandi (2013) yang berjudul “Pengaruh Model Contextual Teaching And

Learning Terhadap Kesadaran Metakognisi dan Hasil Belajar Siswa pada

Materi Larutan Penyangga”. Menunjukkan bahwa hasil pretest kesadaran

metakognisi siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu hasil analisis

dan menyimpulkan bahwa kemampuan awal kedua kelas dikatagorikan

“Sedang” hal ini karena siswa pada umumnya belum mempunyai kesadaran

lebih tentang kemampuan metakognisi mereka. Setelah diberikan perlakuan

dengan model Contextual Teaching and Learning, untuk kelas eksperimen

mengalami peningkatan kesadaran metakognisi secara signifikan yaitu dengan

nilai rata-rata 166.45.

27

D. Kerangka Pikir

Menurut Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Dengan demikian pendidikan di sekolah bukan berarti hanya sekedar proses

yang dilakukan guru saja akan tetapi usaha sadar yang terencana dan diarahkan

dalam pencapaian tujuan.

Pencapaian tujuan pendidikan di Indonesia erat kaitannya dengan

kurikulum sebagai perangkat perencanaan dan media yang dijadikan sebagai

acuan lembaga pendidikan untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.

Kurikulum yang diterapkan di Indonesia pada saat ini adalah Kurikulum 2013.

Salah satu kecerdasan yang dibahas pada kurikulum 2013 adalah metakognitif

siswa terdapat pada kompetensi Inti nomor 3 yang berbunyi “Memahami,

menerapkan, dan menjelaskan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan

metakognitif dalam ilmu pengetahuan, bakat dan minatnya untuk memecahkan

masalah”.

Menurut wawancara dengan guru kimia di MAN 5 Jakarta yang melihat

fakta di sekolah bahwa metode pembelajaran yang dipakai di sekolah masih

menggunakan metode ceramah dan papan tulis sehingga pembelajaran masih

belum berpusat pada siswa. Kebanyakan siswa menggunakan metode hapalan

yang membuat siswa kurang menarik mempelajarinya, sehingga jika diberikan

permasalahan siswa tidak mampu menyelesaikannya. Dengan model

pembelajaran guru saat ini kurang meningkatkan kesadaran metakognitif siswa.

Beberapa peneliti menyatakan bahwa kesadaran metakognitif siswa masih

rendah dikalangan peserta didik, hal ini disebabkan karena pembelajaran yang

belum memperhatikan proses pemecahan masalah siswa. Salah satu aspek

penting dalam proses pemecahan masalah adalah kesadaran metakognitif.

Kurangnya kesadaran metakognitif siswa mengakibatkan siswa kurang

mengkoordinasikan proses belajar yang sesuai, maka dari itu perlu adanya model

28

pembelajaran yang dapat mempengaruhi kesadaran metakognitif siswa agar

dapat mengetahui pengetahuan yang dimilikinya.

Penelitian yang dilakukan oleh para ahli metakognitif menunjukkan

bahwa siswa yang memiliki kesadaran metakognitif yang baik mempunyai

strategi dan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang kesadaran

metakognitifnya. Dengan demikian penemuan para ahli ini menunjukkan bahwa

kesadaran metakognitif memiliki peran penting dalam meningkatkan hasil

belajar kognitif siswa dengan cara meningkatkan kualitas penggunaan strategi

belajar.

Konsep laju reaksi merupakan konsep yang erat kaitannya dengan

kehidupan sehari-hari. Konsep laju reaksi lebih banyak memuat mengenai

analisis sehingga sulit bagi siswa untuk memecahkannya. Oleh karena itu di

perlukan model pembelajaran agar siswa dapat memecahkan masalah seperti

Model Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah.

Dengan demikian, melalui langkah-langkah model PBL ini siswa dapat

mengetahui pengaruh model Problem based Learning terhadap kesadaran

metakognitif siswa pada materi sistem koloid secara kontekstual

Pada model Problem Based Learning (PBL) memiliki lima langkah

dalam proses pembelajaran yang dapat menghubungkan dengan beberapa ranah

atau indikator dalam kesadaran metakognitif. Di dalam kesadaran metakognitif

terdapat dua aspek yang dapat diukur pertama pengetahuan tentang kognisi dan

yang kedua regulasi kognisi. Pengetahuan tentang kognisi memiliki tiga

indikator yaitu Pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural dan pengetahuan

kondisional. Sedangkan untuk indikator regulasi kognitif memiliki lima

indikator yang hampir serupa dengan sintaks pada PBL. Berikut kerangka

berpikir yang telah dibuat:

29

Gambar 2.6 Kerangka Berpikir

1. Rendahnya kesadaran metakognisi siswa

2. Pembelajaran masih belum berpusat pada siswa

3. karena masih menggunakan metode hapalan.

1. Pendidikan di sekolah merupakan usaha sadar dan

terencana untuk mencapai tujuan pendidikan

2. Munculnya kecerdasan metakognitif siswa

Pembelajaran menggunakan model

Problem Based Learning

Timbulnya kesadaran metakognisi

siswa

Orientasi siswa pada masalah

Pengorganisasian siswa untuk

belajar

masalah

Penyelidikan individu maupun

kelompok

Pengembangkan dan menyajikan

hasil karya

Analisis dan mengevaluasi proses

proses pemecahan masalah

A. Pengetahuan tentang kognisi

Pengetahuan Deklaratif

Pengetahuan Prosedural

Pengetahuan Kondisional

B. Regulasi kognisi

Perencanaan

Strategi Mengelola Informasi

Pemantauan

Strategi Perbaikan

Evaluasi

30

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori-teori yang melandasi objek kajian penelitian serta

mengacu pada hasil penelitian yang relevan maka hipotesis dalam penelitian

ini yaitu, terdapat pengaruh model problem based learning (PBL) terhadap

kesadaran metakognitif siswa pada materi laju reaksi.

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri 5 Jakarta yang

berlokasi di Jalan Marunda Baru III, Jakarta utara. Adapun penelitian

dilaksanakan pada tanggal 21 November 2016 sampai dengan 2 desember 2016.

B. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode eksperimen kuasi atau disebut juga eksperimen semu. Eksperimen

kuasi bisa digunakan untuk mengontrol satu variabel saja contohnya

dipasangkan atau dijodohkan, satu masuk kelompok eksperimen dan satu

masuk kelompok kontrol (Sukmadinata, 2013, hlm. 207).

2. Desain Penelitian

Desain dari penelitian ini yaitu Pretest-Posttest Control Group

Design yaitu pada desain ini kedua kelompok diberi tes awal (pretest)

dengan tes yang sama, kemudian kelompok A sebagai kelompok

eksperimen diberi perlakuan khusus, sedangkan diberi perlakuan seperti

biasanya”. berikut desain penelitian Pretest-Posttest Control Group Design

menurut Sukmadinata (2013, hlm. 204):

Tabel 3.1 Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Group Design

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

A (Kel. Eksperimen) O1 X O2

B (Kel. kontrol) O1 Y O2

Keterangan:

O1 = Pemberian tes sebelum perlakuan

O2 = Pemberian tes setelah perlakuan

X = Perlakuan pembelajaran dengan model PBL

Y = Perlakuan pembelajaran dengan metode konvensional

31

32

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang digunakan terdapat tiga tahapan yaitu:

1. Tahapan Persiapan

a. Melakukan studi pendahuluan melalui wawancara langsung terhadap

guru mata pelajaran kimia yang bertujuan mencari materi yang sesuai

dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

b. Membuat perangkat ajar RPP dan LKS yang digunakan dalam

mengimplementasikan pembelajaran berbasis masalah dalam materi

laju reaksi.

c. Membuat instrumen berupa kuesiner yang kemudian divalidasi oleh

dosen ahli apakah layak digunakan atau direvisi.

2. Tahapan Pelaksaan

a. Guru memberikan pretest yang merupakan kuesiner tes kesadaran

metakognitif sebelum pembelajaran dimulai baik pada kelas kontrol

ataupun kelas eksperimen

b. Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol melalui rata-rata skor

pretest, kelas yang memiliki rata-rata skor pretest tertinggi dijadikan

kelas kontrol dan kelas yang memiliki rata-rata skor pretest terrendah

dijadikan kelas eksperimen.

c. Guru melaksanakan rencana pembelajaran sesuai dengan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan model

pembelajaran Problem Based Learnig pada kelas eksperimen, dan

menerapkan metode pembelajaran kovensional pada kelas kontrol.

d. Guru memberikan posttest tes kesadaran metakognitif di akhir

pertemuan pada pembelajaran laju reaksi dan mengumpulan data berupa

kuesioner

3. Tahap Penyelesaian

a. Mengolah data hasil tes kesadaran metakognitif

b. Menganalisis dan membahas hasil penelitian

c. Membuat kesimpulan.

33

Adapun gambaran prosedur dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian

Metakognisi, Kesadaran

Metakognitif

Problem Based Learnig Konsep Laju Reaksi

Penyusunan RPP, LKS, dan

Instrumen penelitian

Validasi Instrumen

Olah data hasil penelitian dan

pembahasan

Penarikan kesimpulan

Pemberian soal pretest

Pemberian soal posttest

Uji coba instrumen

Kelas Kontrol

Pembelajaran Konvensional

Kelas Ekperimen

Model PBL

Revisi

Studi Pendahuluan

Rata-rata skor tertinggi Rata-rata skor terendah

Pen

yele

saia

n

Pela

ksa

na

an

P

ers

iap

an

34

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil

pengukuran yang menjadi objek atau subjek penelitian (Riduwan, 2015,

hlm. 54). Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

Madrasah Aliyah Negeri 5 Jakarta. Sedangkan populasi terjangkaunya

adalah seluruh siswa kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri 5 Jakarta.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau

keadaan tertentu yang akan diteliti yang diambil secara representatif atau

mewakili populasi (Riduwan, 2015, hlm. 56). Sampel yang diambil dari

populasi terjangkau yaitu siswa kelas XI MIA 1 sebagai kelas eksperimen

dan kelas XI MIA 2 sebagai kelas kontrol. “Teknik pengambilan sampel

yaitu dengan Purposive sampling yang artinya “menentukan sampel dengan

pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara

maksimal” (Arikunto, 2010, hlm. 33).

E. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan

variabel terikat. Variabel bebas (X) adalah dengan menerapkan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi laju reaksi, dan

variabel terikat (Y) adalah kesadaran metakognitif siswa.

F. Teknik Pengumpulan Data

Sebuah penelitian selain menggunakan metode dan desain pembelajaran

yang tepat, juga membutuhkan teknik dan alat penelitian yang relevan. Pada

penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut.

35

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data

No Data Instrumen

Penelitian

Teknik

Pengumpulan

Data

Waktu

1. Model

Problem

Based

Learning

Lembar

Observasi

LKS

Observasi Dilakukan di

kelas ketika

proses

pembelajaran

menggunakan

model Problem

Based Learning

2.

Kesadaran

Metakognitif

Kuesioner Angket Diberikan

sebelum dan

setelah proses

pembelajaran di

kelas eksperimen

Tabel 3.2 menjelaskan bahwa dalam teknik pengumpulan data, data

utama yang digunakan sebagai alat ukur penelitian atau instrumen adalah

berupa kuesioner tes kesadaran metakognitif. Adapun lembar observasi dan

LKS yang sesuai dengan tahapan model PBL adalah sebagai penunjang dan

penguat atau bukti bahwa penelitian ini benar benar terlaksana.

G. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner Test Kesadaran Metakognitif

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa

instrumen tes kesadaran metakognitif atau Metacognitive Awareness

Inventory (MAI) yang diadaptasi dari Schraw & Dennison (1994). Tes

kesadaran metakognitif ini dilakukan untuk mengukur pengetahuan tentang

kognisi dan regulasi kognisi dengan delapan indikator kesadaran

36

metakognitif. Tes kesadaran metakognitif diberikan pada siswa yang

diajarkan dengan menggunakan model Problem Based Learning pada kelas

eksperimen dan yang diajarkan dengan metode konvensioanal pada kelas

kontrol.

Selanjutnya tes kesadaran metakognitif ini diuji cobakan kepada

siswa di awal dengan memberikan pretest dan diakhir dengan memberikan

posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes kesadaran

metakognitif yang digunakan dalam kuesiner ini adalah pernyataan positif

yang berisi 32 butir pernyataan. Instrumen ini menggunakan skala Likert 1-

4 dengan pilihan sangat tidak setuju sampai sangat setuju dengan

menghilangkan poin netral. Adapun kisi-kisi kesadaran metakognitif yang

diukur melalui MAI disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Kesadaran Metakognitif

No Indikator

Umum

Indikator Khusus Nomor

soal

Jumlah

Soal

A . Pengetahuan tentang Kognisi (Knowledge about Cognition)

1 Pengetahuan

Deklaratif

a. Menyadari kelebihan dan

kelemahan diri dalam

belajar

1, 2, 3

5

b. Mengetahui apa yang harus

dikuasai 4, 5

2 Pengetahuan

Prosedural

Menggunakan strategi

dalam belajar 6, 7, 8 3

3 Pengetahuan

Kondisional

a. Mengetahui strategi belajar

yang sesuai pada tiap

kondisi.

9, 11,

21 7

b. Menggunakan strategi

belajar sesuai kondisi

12,13,1

4,17

B . Regulasi Kognisi (Regulation of Cognition)

4 Perencanaan

a. Mengembangkan rencana

untuk mencapai tujuan

belajarnya

15, 16

5 b. Merencanakan sumber

referensi yang diperlukan 20

37

No Indikator

Umum

Indikator Khusus Nomor

soal

Jumlah

Soal

untuk dapat mencapai

tujuan belajarnya

c. Merencanakan penggunaan

waktu untuk mencapai

tujuan belajarnya

22, 18

5

Strategi

Mengelola

Informasi

a. Menggunakan strategi

untuk dapat memahami

informasi

24, 26 4

b. Menetapkan strategi belajar 27, 28

6

Pemantauan

terhadap

pemahaman

a. Memantau proses belajar 29, 30,

31 3

b. Memantau pemahaman

terhadap suatu hal

32, 33,

34 3

7 Strategi

perbaikan

Menetapkan strategi belajar

untuk meningkatkan

pemahaman

35,36 2

8 Evaluasi

a. Mengevaluasi proses

belajar

23,

19,10

5 b. Menentukan sejauh mana

kebenaran tentang

pemahaman

pengetahuannya

37,25

Jumlah 37

Sumber: Scrhaw & Dennison (1994)

2. Lembar Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap

kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2013, hlm 270). Kegiatan

tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar dan siswa belajar.

Lembar observasi yang digunakan yaitu Lembar Observasi Keterlaksanaan

Pembelajaran dengan model PBL, digunakan untuk mengetahui kegiatan

siswa selama proses pembelajaran. Lembar observasi dinilai dengan cara

meberikan skor 1 jika model terlaksana dan memberikan skor 0 jika model

38

tidak terlaksanakan. Berikut tabel 3.4 kisi-kisi lembar observasi

keterlaksanaan pembelajaran model PBL.

Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan

Pembelajaran dengan Model PBL

No Sintaks Model PBL Kegiatan pembelajaran Indikator

1 Orientasi siswa

kepada masalah

Siswa disajikan masalah

untuk mencari

pemecahan masalahnya

Strategi

mengelola

informasi,

Pengetahuan

Prosedural.

Siswa memusatkan

perhatian terhadap

penjelasan guru

mengenai pembelajaran

yang akan dilakukan

2 Organisasi siswa

terhadap

pembelajaran

Siswa berkelompok dan

membagi tugas untuk

pemecahan masalah

Pengetahuan

deklaratif,

Pemantauan

terhadap

pemahaman

3 Mengorganisasi siswa

dalam belajar

Siswa melakukan

penyelidikan untuk

menyelesaikan masalah

Pengetahuan

Deklaratif,

Pengetahuan

Prosedural,

Pengetahuan

Kondisional

Guru membimbing siswa

selama penyelidikan

4 Mengembangkan dan

mempresentasikan

hasil karya serta

menyajikannya

Siswa

mengkomunikasikan

hasil penyelidikan

melalui presentasi

Pengetahuan

deklaratif,

Pengetahuan

prosedural

5 Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru dan siswa

mengevaluasi hasil

penyelidikan sebagai

bentuk dari pemecahan

masalah

Evaluasi,

Strategi

perbaikan

3. Lembar Kerja Siswa

Lembar kerja siswa diberikan kepada siswa dengan tujuan sebagai

pedoman dalam proses pembelajaran di kelas eksperimen yang didalamnya

terdapat permasalahan-permasalahan yang diselesaikan melalui langkah-

langkah model PBL. Selain itu juga untuk melihat kemunculan dari

39

indikator keterampilan berpikir kritis siswa pada saat proses pembelajaran

berlangsung.

H. Validasi Instrumen

Pengujian validitas pada penelitian ini adalah dengan validitas

konstruksi, dalam pengujian konstruksi para ahli diminta pendapatnya

(judgment experts). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksikan menurut

tori-teori tertentu, selanjutnya instrumen dikonsultasikan dengan para ahli

(Sugiyono, 2015).

I. Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, peneliti memeriksa kembali kelengkapan

dan keabsahan data-data tersebut. Tahap selanjutnya adalah menganalisis data.

Adapun langkah-langkah pengolahan data angket adalah sebagai berikut:

1. Mengubah jawaban angket ke bentuk skor

Jawaban yang diperoleh dari angket berupa data skala likert (Riduwan, 2015,

hlm. 87). Adapun pengubahannya ialah sebagai berikut:

40

Tabel 3.5. Skor Alternatif Jawaban

No Alternatif Jawaban Pernyataan Positif

Skor

1 Sangat Setuju 4

2 Setuju 3

3 Kurang setuju 2

4 Tidak Setuju 1

2. Menghitung skor total angket untuk setiap butir pernyataan

Menentukan nilai persentase setiap butir pernyataan dengan rumus sebagai

berikut (Purwanto, 2002, hlm. 102):

NP = 𝑅

𝑆𝑀 x 100%

Keterangan:

NP = Nilai persentase

R = Skor mentah yang diperoleh guru

SM = Skor maksimum ideal

3. Mengonversi skor yang didapat ke dalam bentuk persentase dan

mengkategorikan indikator kesadaran metakognitif seperti pada tabel 3.4

(Riduwan, 2015, hlm. 89)

Tabel 3.6 Interpretasi Skor

Interval Nilai (%) Interpretasi

81 – 100 Sangat Baik

61 – 80 Baik

41 – 60 Cukup

21 – 40 Kurang

0 – 20 Sangat Kurang

Data yang sudah dikumpulkan diolah dan dianalisis dengan

menggunakan program SPSS for window versi 22. Pada penelitian ini teknik

analisis data menggunakan uji t dimana sebelum tahap perhitungan

41

dilakukan pengolahan data, penyajian data dan deskripsi data. Adapun

teknis analisis data tes kesadaran Metakognitif adalah sebagai berikut:

1. Uji Prasyarat

Uji prasyarat digunakan untuk mengetahui statistik pada pengujisn

hipotesis. Uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas, uji homogenitas

dan uji hipotesis.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk uji pendahuluan yang menjadi syarat

dalam pengujian hipotesis. Uji normalitas menentukan jenis uji

statistika yang digunakan, Jika data berdistribusi normal maka

digunakan statistik parametrik begitu pula sebalilknya (Kadir, 2015,

hlm. 144). Uji normalitas yang digunakan adalah uji Kolmogorov. Uji

normalitas Kolmogorov merupakan koreksi atas uji normallitas

Liliefors. Langkah-langkah uji normalitas Kormogorov-smirnov

dapat dijelaskan sebagai berikut, (Riadi, 2016, hlm. 121): Input data

View – Analyze - Descriptive Statistic - Explore

Menarik kesimpulan dari output uji normalitas Kormogorov.

Gunakan ketentuan penerimaan atau penolakan H0 sebagai berikut

Siregar, (2013 hlm. 167):

Jika sig < α (0,05) maka H0 ditolak, Ha diterima

Jika sig > α (0,05) maka H0 diterima, Ha ditolak

Jika Dhitung < Dtabel maka H0 diterima, Ha ditolak

Jika Dhitung > Dtabel maka H0 ditolak, Ha diterima

42

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas data bertujuan untuk mengetahui kesamaan

suatu data atau populasi. Pada IBM SPSS digunakan uji homogenitas

Levene karena uji ini paling umum digunakan untuk menguji sebaran

data dari dua varian atau lebih. Langkah-langkah uji homogenitas

Levene dapat dijelaskan sebagai berikut (Riadi, 2016, hlm. 137-138):

Input data View – Analyze – Compare Means – One way Anova

Menarik kesimpulan dari output uji homogenitas Levene.

Gunakan ketentuan penerimaan/penolakan H0 sebagai berikut (Riadi

2016, hlm. 140) dan Siregar (2013, hlm. 179):

Jika sig < α (0,05) maka H0 ditolak, Ha diterima

Jika sig > α (0,05) maka H0 diterima, Ha ditolak

Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima, Ha ditolak

Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak, Ha diterima

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis data bertujuan untuk mengetahui pengaruh model

pembelajaran problem based learning terhadap kesadaran metakognitif

siswa. Uji hipotesis dengan taraf α = 0.05 menggunakan software SPSS

vs 22 dengan langkah-langkah sebagai berikut (Riadi, 2016, hlm. 252):

Input data View – Analyze – Compare Mean - Independent Sample

T-Test

Menarik kesimpulan dari output uji hipotesis berdasarkan

Kriteria pengujian sebagai berikut (Usman, 2009, hlm 124):

-ttabel ≤ thitung ≥ +ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima

-ttabel ≤ thitung ≤ +ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak

43

J. Perumusan Hipotesis Statistik

Pengujian hipotesis statitistik ialah sebagai berikut:

H0 : μ1 = μ2

Ha : μ1 ≠ μ2

Pengujian ini dilakukan dengan mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat pengaruh model problem Based Learnig terhadap

kesadaran metakognitif siswa

Ha: Terdapat pengaruh model problem Based Learnig terhadap

kesadaran metakognitif siswa

𝜇1: Rata-rata kesadaran metakognitif siswa pada kelas eksperimen

yang menggunakan model Problem Based Learning (PBL) pada

materi laju reaksi.

𝜇2: Rata-rata kesadaran metakognitif siswa pada kelas kontrol yang

tidak menggunakan model Problem Based Learning (PBL) pada

materi laju reaksi.

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang diuraikan dalam bab ini terdiri dari data hasil pretest

dan posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, uji prasyarat sampel dan

uji hipotesis. Berikut deskripsi lengkapnya.

1. Data Hasil Pretest dan Posttest pada Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen

Data hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas

eksperimen dijelaskan secara rinci pada tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Data Hasil Pretest dan Posttest Tes Kesadaran

Metakognitif Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Data Pretest Posttest

Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen

Jumlah siswa 30

Nilai tertinggi 70.27 68.24 88.51 97.97

Nilai terendah 57.43 54.73 61.49 70.95

Rata-rata 62.36 61.37 69.90 80.41

Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa nilai rata-

rata pretest pada kelas kontrol sebesar 62.36 (cukup) dengan nilai

tertinggi 70.27 dan nilai terendah 57.43, sedangkan nilai rata-rata pada

kelas eksperimen sebesar 61.37 (cukup) dengan nilai tertinggi 68.24 dan

nilai terendah 54.73. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata pretest

kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak memiliki perbedaan yang

signifikan karena rata-rata kedua kelas sama-sama dalam kategori cukup.

Adapun data hasil posttest menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas

kontrol sebesar 69.90 (cukup) dengan nilai tertinggi 88.51 dan nilai

terendah 61.49, sedangkan rata-rata pada kelas eksperimen sebesar 80.41

dengan nilai tertinggi 97.97 dan nilai terendah 70.95. Hal ini

44

45

menunjukkan bahwa nilai rata-rata posttest kelas eksperimen lebih tinggi

dibandingkan kelas kontrol.

2. Data Hasil Pretest dan Posttest Berdasarkan Indikator Kesadaran

Metakognitif pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

a. Data Hasil Pretest pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Data hasil pretest berdasarkan indikator kesadaran

metakognitif pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat

pada tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2 Presentasi Ketercapaian Indikator Kesadaran

Metakognitif Pretest pada Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen

No

Indikator

Kesadaran

Metakognitif

Kelas

Kontrol Eksperimen

% Kategori % Kategori

1 Pengetahuan

Deklaratif

57.57 Cukup 53.59 Cukup

2 Pengetahuan

Prosedural

60.83 Cukup 58.11 Cukup

3 Pengetahuan

Kondisional

62.09 Cukup 59.21 Cukup

4 Perencanaan 64.17 Cukup 59.44 Cukup

5 Strategi Mengelola

Informasi

62.77 Cukup 60.08 Cukup

6 Pemantauan

terhadap

Pemahaman

59.58 Cukup 64.41 Cukup

7 Strategi Perbaikan 62.55 Cukup 64.06 Cukup

8 Evaluasi 61.07 Cukup 62.91 Cukup

Rata-rata 61.71 Cukup 60.23 Cukup

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata pretest

kesadaran metakognitif pada kelas kontrol termasuk kategori cukup

dengan presentase 61.71% sedangkan pada kelas eksperimen juga

termasuk kategori cukup dengan presentase 60.23%. Pada kelas

kontrol pada indikator deklaratif, prosedural dan kondisional rata-

rata presentasi lebih besar daripada kelas eksperimen, hal ini

46

menunjukkan bahwa pada kelas kontrol siswa memiliki pengetahuan

kognitif yang lebih baik dibandingkan kelas eksperimen. kemudian

pada kelas eksperimen pada indikator pemantauan terhadap

pemahaman, strategi perbaikan, dan evaluasi rata-rata presentasi

lebih besar daripada kelas kontrol, hal ini menunjukkan bahwa pada

kelas eksperimen siswa memiliki regulasi kognisi atau pengaturan

kognisi yang labih baik di bandingkan kelas kontrol

Selain data di atas indikator kesadaran metakognitif tertinggi

di kelas kontrol terletak pada indikator perencanaan dengan

presentase sebesar 64.17% (cukup) dan indikator kesadaran

metakognitif terendah pada kelas kontrol terletak pada indikator

pengetahuan deklaratif dengan presentase sebesar 57.57% (cukup),

sedangkan indikator kesadaran metakognitif tertinggi di kelas

eksperimen terletak pada indikator pemantauan terhadap

pemahaman dengan presentase sebesar 64.41% (cukup) dan

indikator kesadaran metakognitif terendah di kelas eksperimen juga

terletak pada indikator pengetahuan deklaratif dengan presentase

sebesar 53.59% (cukup).

b. Data Hasil Posttest pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Data hasil posttest berdasarkan indikator kesadaran

metakognitif pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat

pada tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3 Presentase Ketercapaian Indikator Kesadaran

Metakognitif Posttest pada Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen

No

Indikator

Kesadaran

Metakognitif

Kelas

Kontrol Eksperimen

% Kategori % Kategori

1 Pengetahuan Deklaratif

67.99 Baik 77.08 Baik

47

No

Indikator

Kesadaran

Metakognitif

Kelas

Kontrol Eksperimen

% Kategori % Kategori

2 Pengetahuan Prosedural

71.67 Baik 78.88 Baik

3 Pengetahuan Kondisional

70.24 Baik 80.76 Sangat Baik

4 Perencanaan 71.81 Baik 84.16 Sangat Baik

5 Strategi Mengelola Informasi

63.13 Baik 78.96 Baik

6 Pemantauan terhadap

Pemahaman

68.61 Baik 81.25 Sangat Baik

7 Strategi Perbaikan 77.08 Baik 80.17 Sangat Baik

8 Evaluasi 72.08 Baik 83.19 Sangat Baik

Rata-rata 70.33 Baik 80.55 Sangat

Baik

Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa rata-rata posttest tes

kesadaran metakognitif pada kelas kontrol termasuk kategori baik

dengan presentase 70.33% sedangkan pada kelas eksperimen

termasuk kedalam kategori sangat baik dengan presentase 80.55%.

indikator kesadaran metakognitif tertinggi pada kelas kontrol

terletak pada indikator strategi perbaikan dengan presentase

77.08% (baik) dan indikator kesadaran metakognitif terendah pada

kelas kontrol terletak pada indikator strategi mengelola informasi

dengan presentase sebesar 63.13%, sedangkan indikator kesadaran

metakognitif tertinggi pada kelas eksperimen terletak pada

indikator perencanan dengan presentase 84.16 (sangat baik) dan

indikator kesadaran metakognitif terendah pada kelas eksperimen

terletak pada indikator pengetahuan deklaratif dengan nilai

presentase sebesar 77.08 (baik).

48

3. Uji Prasyarat Sampel pada Hasil Pretest dan Posttest

a. Uji Normalitas Pretest dan Posttest pada Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen

Pada uji normalitas menggunakan uji kolmogorov-smirnov

yang menunjukkan data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas

pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen di uji menggunakan SPSS

22, sebagaimana tabel 4.4 berikut ini hasil uji normalitas pretest

kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.4 Data Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas

Kontrol dan Kelas Eksperimen

SPSS

Statistik

Pretest Posttest

Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen

α 0.05

Sig. 0.074 0.200 0.081 0.200

Dhitung 0.152 0.121 0.151 0.115

Dtabel 0.24

Kesimpulan Sig (p) > α dan Dhitung < Dtabel

Kedua kelas berdistribusi normal

Berdasarkan tabel 4.4 pada pretest nilai signifikan di kelas

kontrol sebesar 0.074 di kelas eksperimen sebesar 0.200 dan taraf

signifikan yang digunakan 0.05, artinya nilai signifikan pada kelas

kontrol dan kelas eksperimen lebih besar dari taraf signifikan yang

digunakan, kemudian pada nilai Dhitung pada kelas kontrol sebesar

0.152 pada kelas ekperimen sebesar 0.121 dengan Dtabel 0.24, artinya

Dhitung lebih kecil dari Dtabel. Berdasarkan data di atas maka dapat

disimpulkan data yang di uji pada pretest kelas kontrol dan

eksperimen berdistribusi normal.

Pada uji normalitas posttest nilai signifikan di kelas kontrol

sebesar 0.081 di kelas eksperimen sebesar 0.200 dan taraf signifikan

yang digunakan 0.05, artinya nilai signifikan pada kelas kontrol dan

kelas eksperimen lebih besar dari taraf signifikan yang digunakan,

49

Kemudian nilai Dhitung pada kelas kontrol sebesar 0.151, sedangkan

pada kelas ekperimen sebesar 0.115 dengan Dtabel 0.218, artinya

Dhitung lebih kecil dari Dtabel. Berdasarkan data di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa data yang di uji pada posttest kelas kontrol dan

eksperimen berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas Kontrol pada Kelas

Eksperimen

Berdasarkan uji normalitas, kedua kelas dinyatakan

berdistribusi normal, selanjutnya dilakukan uji homogenitas dengan

menggunakan uji levene. Kriteria pengujian yaitu kedua kelas

dinyatakan homogen apabila harga 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Adapun hasil

uji homogenitas data pretest kedua kelompok dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

Tabel 4.5 Data Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest

Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

SPSS

Statistik

Pretest Posttest

Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen

α 0.05

Sig 0.441 0.253

Fhitung 0.601 1.33

Ftabel 1.85

Kesimpulan Sig (p) > α dan Fhitung < Ftabel

Kedua kelas memiliki varians yang sama

(Homogen)

Berdasarkan tabel 4.5 terdapat nilai signifikan pada pretest

sebesar 0.441 lebih besar dari taraf signifikan sebesar 0.05 (0.441 >

0.05), kemudian pada nilai Fhitung sebesar 0.601 dan Ftabel sebesar 1.85

maka Fhitung lebih kecil dari pada Ftabel (0.601 < 1.85). Berdasarkan

kedua kategori di atas dapat disimpulkan bahwa data yang di uji dari

kedua varian tersebut sama atau homogen.

50

Adapun pada uji homogenitas posttest nilai signifikan

sebesar 0.253 lebih besar dari 0.05 (0.253 > 0.05), kemudian pada

nilai Fhitung sebesar 1.33 lebih kecil dari Ftabel sebesar 1.85 (1.33 >

1.85), Berdasarkan kedua kategori di atas dapat disimpulkan bahwa

data yang diuji dari kedua varian tersebut sama atau homogen.

4. Data Hasil Uji Hipotesis Pretest dan Posttest pada Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen

Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas, kedua kelas

berdistribusi normal dan kedua kelas bersifat homogen, maka

selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji

independent sample t-test. Adapun kriteria pengujian yaitu –ttabel ≤

thitung > +ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, Berikut ini disajikan

hasil uji hipotesis data pretest menggunakan uji-t pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Data Hasil Uji t Pretest dan Posttest pada Kelas

Kontrol dan Eksperimen

SPSS

Statistic

Pretest Posttest

α 0.05

Sig. (2-tiled) 0.174 0.000

thitung 1.375 5.278

ttabel 2.042

df 59

Kesimpulan –ttabel ≤ thitung ≤

+ttabel dan Sig. (2-

tiled) > sig

Maka terima H0

artinya tidak terdapat

perbedaan rata-rata

hasil pretest antara

siswa kelas

eksperimen dengan

siswa kelas kontrol.

–ttabel ≤ thitung ≥ +ttabel

dan Sig. (2-tiled) <

sig

Maka tolak H0 artinya

terdapat perbedaan

rata-rata hasil posttest

antara siswa kelas

eksperimen dengan

siswa kelas kontrol.

Berdasarkan data tabel 4.6 pada hasil uji hipotesis Pretest

menunjukkan hasil perhitungan thitung sebesar 1.375 dengan ttabel

sebesar 2.042, maka dapat disimpulkan bahwa –ttabel ≤ thitung ≤

51

+ttabel (–2.042≤ 1.375 ≤ 2.042). Kemudian nilai uji dua pihak

sebesar 0.174 sedangkan taraf signifikan 0.05, maka uji dua pihak

lebih lebih besar dari taraf signifikan 0.05 (0.174 ≥ 0.05). Hal ini

menunjukkan bahwa H0 diterima. Artinya tidak terdapat perbedaan

rata-rata hasil pretest kelas eksperimen dan kontrol sebelum

diberikan perlakuan, sehingga kedua kelompok layak dijadikan

sebagai sampel penelitian.

Pada hasil uji hipotesis Posttest menunjukkan hasil

perhitungan thitung sebesar 5.278 dengan ttabel sebesar 2.042, maka

dapat disimpulkan bahwa –ttabel ≤ thitung > +ttabel (-2.042< 5.278

>2.042), kemudian nilai uji dua pihak sebesar 0.00 sedangkan taraf

signifikan 0.05, maka uji dua pihak lebih kecil dari 0.05 (0.00 <

0.05). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis H0 ditolak. Artinya

model PBL berpengaruh terhadap kesadaran metakognitif siswa

pada materi laju reaksi.

5. Data Keterlaksaan Model PBL

Keterlaksaan pembelajaran model PBL dapat dilihat melalui lembar

observasi siswa. Lembar observasi siswa dinilai melalui penilaian ya

dan tidak dimana ya, skor 1 jika kegiatan siswa sesuai dengan langkah-

langkah dalam lembar observasi dan tidak, skor 0 jika kegiatan siswa

tidak sesuai dengan langkah-langkah dalam lembar observasi

terlaksana. Berdasarkan hasil observasi siswa yang dilakukan sebanyak

2 kali pertemuan dengan perolehan presentase sebesar 100% (Lampiran

7). Hal ini berarti seluruh siswa dalam kelas eksperimen melakukan

kegiatan siswa sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran. Kemudian

keterlaksaan model PBL didukung pula oleh Lembar Kerja Siswa.

Lembar kerja siswa digunakan sebagai pendukung pembelajaran agar

siswa memahami dengan mudah keterlaksanaan model PBL yang

dibuat.

52

B. Pembahasan

Penelitian ini berfokus pada penerapan PBL yang diterapkan selama

proses pembelajaran materi laju reaksi di kelas eksperimen. Kegiatan

pembelajaran dirancang berdasarkan karakteristik PBL yang tercermin di

dalam langkah-langkah pembelajaran sesuai pada lembar observasi

didapatkan seluruh siswa melakukan kegiatan pembelajaran secara benar.

Masalah sebagai fokus utama pembelajaran disajikan dalam bentuk wacana.

Wacana tersebut tercantum dalam lembar kerja siswa dan disertai

pertanyaan-pernyataan prosedural yang membimbing siswa memecahkan

masalah. Pada kelas kontrol diterapkan metode pembelajaran konvensional.

Kegiatan pembelajaran dirancang berdasarkan langkah-langkah

pembelajaran yang biasa dipakai guru pada umumnya.

Pada awal pembelajaran siswa diberikan tes kesadaran metakognitif

(Pretest). Didapatkan nilai rata-rata pretest pada kelas kontrol sebesar 62.36

(cukup) dan kelas eksperimen sebesar 61.37 (cukup). Berdasarkan hasil

tersebut, selanjutnya dilakukan uji hipotesis pada pretest yang menunjukkan

hasil thitung sebesar 1.375 dengan ttabel 2.042 dimana thitung < ttabel yang artinya

tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil pretest antara kelas kontrol dan

eksperimen. Hal ini terjadi karena pada awal pembelajaran siswa belum

diberikan perlakuan berupa metode atau model pembelajaran, maka rata-

rata kedua kelas sama. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Heswandi (2013) bahwa berdasarkan hasil pretest kesadaran metakognisi

siswa pada kelas eksperimen maupun kontrol menunjukkan kemampuan

awal kedua kelas sedang atau sama.

Setelah diterapkannya model dan metode pembelajaran pada

masing-masing kelas, selanjutnya siswa diberikan tes kesadaran

metakognitif (posttest). Adapun hasil posttest menunjukkan nilai rata-rata

kelas kontrol sebesar 69.90 (baik) dan kelas eksperimen sebesar 80.41

(sangat baik). Berdasarkan hasil tersebut, selanjutnya dilakukan uji

hipotesis pada posttest yang menunjukkan hasil thitung sebesar 5.278 dengan

ttabel 2.042 dimana thitung > ttabel yang artinya terdapat perbedaan rata-rata hasil

53

posttest antara kelas kontrol dan eksperimen. Berdasarkan hasil tersebut,

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara nilai rata-rata kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi

dibandingkan kelas kontrol karena pada kelas eksperimen diterapkan model

PBL, sedangkan kelas kontrol diterapkan model konvensional. Hal ini

disebabkan karena pada karakteristik model PBL siswa diberi masalah

dengan memotivasi mereka untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.

Pemberian masalah dapat menstimulus siswa untuk bertanya dan berdiskusi

dalam usahanya untuk memecahkan masalah (Arend, 2012, hlm. 397).

Selain itu siswa juga dapat “mengembakan pengetahuan yang baru

didapatkan dan bertanggung jawab atas pembelajaran yang mereka lakukan.

Di samping itu, pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk

melakukan evaluasi sendiri terhadap hasil maupun proses belajarnya”

(Suyanti, 2010, hlm. 119).

Selain data hasil secara keseluruhan, diperoleh juga data hasil

pretest dan posttest berdasarkan indikator kesadaran metakognitif siswa

pada kelas kontrol dan eksperimen. Pada pretest kelas kontrol didapatkan

rata-rata presentase sebesar 61.71 (cukup) dan kelas eksperimen sebesar

60.23% (cukup). Berdasarkan data kedua kelas di atas rata-rata kelas

eksperimen dengan kontrol tidak jauh berbeda. Hal ini disebabkan karena

pada awal pembelajaran belum diterapkan suatu model pembelajaran, maka

kasadaran metakognitif siswa dari kedua kelas sama yaitu dalam kategori

cukup. Indikator kesadaran metakognitif tertinggi dari kelas kontrol terletak

pada indikator perencanaan dengan presentase sebesar 64.17% (cukup),

sedangkan pada kelas eksperimen terletak pada indikator pemantauan

terhadap pemahaman dengan presentase 64.41% (cukup). Pada indikator

perencanaan dan pemantauan tersebut menunjukkan bahwa sebelum

memulai pembelajaran dengan model yang diterapkan siswa sudah

mempunyai kesadaran dalam merencanakan dan memantau proses

belajarnya, dimana indikator perencanaan dan pemantauan dirasa penting

sebelum siswa memulai belajar. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan

54

Jagals (2016) dalam perencanaan berkaitan dengan harapan dan prediksi

yang terjadi sebelum pemecahan masalah dimulai dengan memilih strategi

pengetahuan tertentu, sedangkan pemantauan dilakukan selama proses

pembelajaran ini mengacu pada pemahaman pribadi dengan memeriksa

apakah kondisi dari masalah mencerminkan pengetahuan dan keterampilan

sebelumnya.

Adapun rata-rata presentase ketercapaian indikator kesadaran

metakognisi posttest tes kesadaran metakognitif pada kelas kontrol

termasuk kategori baik dengan presentase 70.33%, sedangkan pada kelas

eksperimen termasuk kedalam kategori sangat baik dengan presentase

80.55%. Indikator kesadaran metakognitif tertinggi dari kelas kontrol

terletak pada indikator strategi perbaikan dengan presentase sebesar

77.08%, sedangkan pada kelas eksperimen terletak pada indikator

perencanaan dengan presentase sebesar 84.16%. Hal ini disebabkan karena

dalam perencanaan siswa dengan sangat baik dapat memecahkan masalah

dengan merencanakan alokasi waktu dan sumber reverensi yang diperlukan

dalam memecahkan masalah. Schraw (1998) menjelaskan bahwa siswa

harus dilibatkan dalam membuat hipotesis, memilih strategi, mencari

sumber referensi dan merencanakan waktu yang diperlukan untuk

menjawab soal.

Pengaruh PBL terhadap kesadaran metakognisi terlihat pada

perbedaan presentase setiap indikator. Terdapat dua komponen dalam

indikator kesadaran metakognitif yaitu pengetahuan tentang kognisi dan

regulasi kognisi. Pada aspek pengetahuan tentang kognisi terdapat 3

indikator kesadaran metakognitif. Indikator pertama yang diukur pada

kesadaran metakognitif dalam memecahkan masalah adalah indikator

pengetahuan deklaratif dengan nilai pretest 53.59 % (cukup) dan posttest

78.88% (baik). Hal ini menunjukkan nilai rata-rata presentase posttest lebih

besar daripada pretest. Pencapaian ini mengindikasikan bahwa kemampuan

siswa dalam mengetahui apa yang harus dikuasainya cukup baik dan siswa

dituntut dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dirinya dalam belajar

55

dan mengetahui apa yang harus dikuasai. Sesuai dengan teori yang

diungkapkan Marzano (1998) dan Sawhney (2015) yang menyatakan bahwa

pengetahuan deklaratif yaitu pengetahuan faktual peserta didik yang

diperlukan untuk mengetahui tentang apa, siapa, kapan, dan dimana

pengetahuan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sesuai

dengan penelitian yang dilakukan Tosun (2013) bahwa pada pengetahuan

deklaratif berpengaruh signifikan setelah pelaksanaan model PBL.

Meningkatnya indikator deklaratif setelah diberikan model PBL disebabkan

karena pada awal pembelajaran siswa diberikan suatu masalah dalam bentuk

wacana dalam kehidupan sehari-sehari yang kemudian siswa

mengidentifikasi masalah tersebut, maka dari itu siswa dapat mengetahui

kelebihan dan kelemahannya serta mengetahui apa saja yang harus dikuasai.

Sesuai dengan teori yang dikatakan oleh Livingston (2003) bahwa

seseorang memiliki pengetahuan tentang kekuatan atau kelemahan

kognitifnya, misalnya saya tahu bahwa saya mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan masalah maka saya akan menjawab masalah yang saya

anggap penting terlebih dahulu dan menyimpan masalah yang sulit untuk

terakhir dijawab.

Indikator kedua yaitu indikator pengetahuan prosedural, didapatkan

nilai pretest sebesar 58.11% (cukup) dan posttest 77.08% (baik). Ini

menunjukkan bahwa kesadaran metakognitif pada indikator pengetahuan

prosedural menunjukkan nilai rata-rata presentase posttest lebih besar

daripada pretest. Hal ini dikarenakan pada pengetahuan prosedural siswa

dituntut dapat menggunakan strategi dalam belajar untuk menyelesaikan

suatu masalah. Meningkatnya pengetahuan prosedural dikarenakan siswa

dituntut untuk mengetahui langkah-langkah dalam menjawab soal serta

siswa diharuskan menggunakan strategi dalam memecahkan masalah yang

ada. Sesuai dengan teori yang dikatan oleh Sawhney (2015) bahwa dalam

pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan tentang bagaimana menerapkan

prosedur pembelajaran misalnya siswa diharuskan menggunakan strategi

untuk mengetahui proses pembelajarannya serta kapan menerapkan proses

56

dalam berbagai situasi siswa juga dapat memperoleh pengetahuan melalui

penemuan, pembelajaran kooperatif, dan pemecahan masalah.

Indikator selanjutnya adalah indikator pengetahuan kondisional,

didapatkan data pada nilai pretest sebesar 59.21% (cukup) dan posttest

80.76%. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran metakognitif pada indikator

pengetahuan kondisional mengalami peningkatan yang menunjukkan nilai

rata-rata presentase posttest lebih besar daripada pretest. Pada pengetahuan

kondisional siswa dituntut dapat mengatahui dan menggunakan strategi

belajar sesuai pada tiap kondisi. Sesuai dengan teori yang dijabarkan oleh

Rompayom (2010) dan Rozen (2014) bahwa pengetahuan kondisional

mengacu pada pengetahuan tentang kapan dan mengapa menggunakan

strategi untuk memecahkan masalah. Meningkatnya pengetahuan

kondisional siswa dikarenakan siswa dapat menggunakan kemampuannya

dalam menentukan metode dan teknik belajarnya, sehingga peserta didik

memilih pengetahuan dan strategi yang sesuai untuk digunakan (Jagals

2016). Siswa juga harus mengetahui fakta dan konsep-konsep yang

diperlukan untuk menyelesaikan tugas, maka siswa melakukan kontrol

terhadap metakognitif atas proses belajar siswa dengan menggunakan

strategi atau prosedur yang sesuai dengan kondisi. Sebagai contoh, jika

siswa menulis laporan, mereka akan mempertimbangkan konsep-konsep

dan data yang relevan untuk digunakan, tetapi mereka juga akan berpikir

tentang memperoleh, mengolah dan menyajikan untuk mendapatkan

pengetahuan yang spesifik (Marzano, 1998, hlm. 14).

Ketiga indikator pengetahuan tentang kognisi seperti pengetahuan

deklaratif, prosedural dan kondisional dalam kesadaran metakognitif sangat

penting dimiliki oleh siswa. Seperti yang dikatakan oleh Marzano dan

Robert (1998) bahwa ketiga jenis pengetahuan deklaratif, prosedural, dan

kondisional merupakan aspek penting dalam metakognisi. Idealnya,

sebelum pembelajaran guru harus mengidentifikasi ketiga komponen ini

dalam memberikan tugas untuk memperkuat pengetahuan siswa. Guru

harus mampu mengidentifikasi komponen ini untuk tugas-tugas yang

57

disajikan kepada siswa dan secara sistematis mengajarkan dan memperkuat

mereka. Dijelaskan pula oleh Schraw & Moshman (1995, hlm. 352) bahwa

pengetahuan tentang kognisi mengacu pada apa yang pengetahuan sesorang

tentang kognisi mereka sendiri, hal ini mencakup tiga jenis kesadaran

metakognitif yaitu pengetahuan deklaratif, prosedural, dan pengetahuan

kondisional.

Aspek kedua dalam kesadaran metakognisi adalah regulasi kognisi

atau pengaturan tentang kognisi. Pengaturan kognisi mengacu pada

serangkaian kegiatan yang membantu siswa untuk merencanakan,

memantau, dan mengevaluasi pekerjaan mereka sendiri (Rozen,2014).

Indikator yang pertama adalah indikator perencanaan. Pada pretest

diperoleh data sebesar 59.44% (cukup) dan pada posttest diperoleh data

sebesar 84.16% (baik), ini menunjukkan bahwa kesadaran metakognitif

pada indikator pengetahuan kondisional mengalami peningkatan. Hal ini

mengindikasikan bahwa siswa menggunakan perencanaan dengan sangat

baik dalam memecahkan masalah sehingga kesadaran metakognitif siswa

mengalami peningkatan. Meningkatnya kesadaran metakognitif pada

indikator perencanaan dikarenakan dalam PBL siswa di tuntut secara aktif

dalam memecahkan masalah, oleh sebab itu indikator perencaan siswa

menjadi meningkat seperti yang dikatakan Celiker (2015) menyebutkan

bahwa dalam proses pemecahan masalah siswa menggunakan kesadaran

metakognisinya dengan membuat siswa menjadi aktif dalam memecahkan

masalah, menemukan konsep, dan mengevaluasi masalah.

Berdasarkan penjelasan di atas dalam indikator perencanaan siswa

dituntut dapat merencanakan sumber referensi yang diperlukan untuk dapat

mencapai tujuan belajarnya dan merencanakan penggunaan waktu untuk

mencapai tujuan belajarnya. Jagals (2016, hlm. 156) yang menjelaskan

bahwa perencanaan berkaitan dengan prediksi yang diketahui terjadi

sebelum dimulainya pemecahan masalah dengan memilih tugas dan strategi

pengetahuan yang akan digunakan. Schraw (1998) menjelaskan bahwa

siswa harus dilibatkan dalam membuat hipotesis, memilih strategi, mencari

58

sumber referensi dan merencanakan waktu yang diperlukan untuk

menjawab soal.

Indikator kedua adalah strategi mengelola informasi, Pada pretest

diperoleh data sebesar 60.08% (cukup) dan pada posttest diperoleh data

sebesar 78.96% (baik), berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa

kesadaran metakognitif pada indikator strategi mengelola informasi

mengalami peningkatan. Pada indikator ini siswa dituntut dapat

menggunakan strategi untuk dapat memahami informasi yang didapatkan

serta siswa dapat menetapkan strategi belajarnya. Hal ini mengindikasikan

bahwa siswa dituntut dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran

menggunakan strategi seperti mengidentifikasi masalah yang terdapat

dalam wacana untuk dapat memahami suatu informasi. Sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Schraw & Graham (1997) strategi yang

efektif dalam mengelola informasi adalah mengidentifikasi ide utama,

mengulang kembali, dan merangkum pembelajaran. Indikator strategi

mengelola informasi dapat meningkat karena menurut Turan (2009) PBL

dapat menjadikan siswa mandiri dalam mengatur proses belajarnya.

Selanjutnya pada Indikator ketiga mengenai pemantauan terhadap

pemahaman didapatkan presentase pretest diperoleh data sebesar 64.41%

(cukup) dan pada posttest 81.25% (sangat baik), sehingga terdapat

perbedaan hasil antara pretest dan posttest sebesar 13.19%. Hal ini

menunjukkan bahwa kesadaran metakognitif pada indikator pemantauan

terhadap pemahaman mengalami peningkatan. dalam indikator pemantauan

siswa dituntut untuk memantau pemahaman dan proses belajarnya. Sesuai

dengan teori yang dikatakan Schraw (1998) bahwa pemantauan mengacu

pada salah satu kesadaran dalam menyelesaikan tugas. Anggo (2011) yang

menunjukkan bahwa dalam proses memecahkan masalah siswa juga

melakukan pemantauan terhadap pengetahuan dirinya agar strategi

pemecahan masalah yang digunakan tepat. Penelitian lain yang dilakukan

oleh Delclos & Harrington (dalam Schraw & Graham, 2015) juga

menunjukkan bahwa kemampuan pemantauan meningkat dengan adanya

59

pelatihan dan praktek. Meningkatnya kesadaran dalam proses pembelajaran

menuntut siswa untuk dapat mewakili pikirannya dengan merancang,

memantau serta menilai apa yang seharusnya dipelajarinya, sehingga belajar

dan berpikir yang dilakukan oleh siswa menjadi lebih efektif dan efisien

(Daud, 2010).

Indikator Strategi perbaikan pada pretest 64.06% (cukup) naik

mencapai 80.17% (sangat baik), dengan selisih sebesar 18.75%. hal ini

menunjukkan bahwa kesadaran metakognitif pada indikator strategi

perbaikan mengalami peningkatan. Pada indikator strategi perbaiakan siswa

dituntut dapat menetapkan strategi perbaikan dalam belajar untuk

meningkatkan pemahaman. Strategi perbaikan merupakan strategi yang

digunakan untuk memperbaiki pemahaman dan kesalahan (Schraw 1994).

Meningkatnya strategi perbaikan dalam kesadaran metakognitif siswa

dikarena dalam strategi perbaikan siswa di tuntut dapat mewakili pikirannya

dengan merancang, memantau serta menilai apa yang seharusnya

dipelajarinya, sehingga belajar dan berpikir yang dilakukan oleh siwa

menjadi lebih efektif dan efisien. Pada kelas XI siswa sudah mampu

memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan dalam belajar, sudah

mampu berpikir mengenai strategi yang digunakan dalam belajar, baik itu

di sekolah, namun strategi belajarnya sudah dikategorikan berkembang baik

(Daud, 2010). Pada kesadaran metakognitif, siswa dilatih untuk selalu

merancang strategi, mengingat, mengorganisasikan informasi yang

dihadapinya dalam menyelesaikan masalah. Selesai memantau proses

belajarnya siswa dituntut untuk dapat meningkatkan strategi perbaikan.

Strategi perbaikan dilakukan melalui refleksi peserta didik dapat

memperbaiki kesalahan dalam waktu tertentu melalui kesadaran mereka

sendiri. Menurut Jagals (2016) peserta didik dapat mengembangkan

reflektifnya dengan mengutip masalah dan mengajukan pertanyaan berbeda.

Indikator terakhir adalah indikator evaluasi, pada indikator evaluasi

terdapat nilai pretest sebesar 62.91 % (cukup) dan pada posttest terdapat

nilai 83.19% (sangat baik). Hal ini menunjukkan kesadaran metakognitif

60

siswa pada indikator evaluasi meningkat signifikan. Pada indikator evaluasi

siswa dituntut dapat menentukan sejauh mana kebenaran tentang

pemahaman pengetahuannya. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Schraw

(1998) bahwa dalam mengevaluasi mengacu pada hasil dari pembelajaran

seseorang seperti mengevaluasi atau mengingat kembali tujuan dan

kesimpulan secara efisien. Meningkatnya kesadaran metakognisi siswa

dalam mengevaluasi proses pembelajaran dikarenakan siswa dapat bertanya

pada dirinya sendiri apakah proses belajarnya mereka pahami seluruhnya

atau tidak. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Scrhraw

dan Graham (2015) yang menemukan bahwa siswa berbicara sendiri atau

menanyakan pada diri sendiri mengenai kesulitan belajar yang dialaminya.

Serta dalam mengevaluasi perencanaan, siswa diminta untuk menggunakan

daftar periksa untuk mengevaluasi strategi yang mereka temukan dan

memantau pemahaman mereka dalam memecahkan suatu masalah.

Penelitian yang dilakukan oleh Jagals (2016) evaluasi digunakan untuk

menilai apakah strategi yang diterapkan sesuai dengan pengetahuan

metakognitif atau kesadaran metakognitif siswa.

Pada delapan indikator kesadaran metakognitif di atas, indikator

tertinggi pada posttest kelas eksperimen terletak pada indikator perencanaan

yaitu sebesar 84.16% dengan kategori sangat baik. Hal ini disebabkan

karena dalam perencanaan siswa dengan sangat baik dapat memecahkan

masalah dengan merencanakan alokasi waktu dan sumber reverensi yang

diperlukan dalam memecahkan masalah. Sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Daud (2010) bahwa pada siswa SMU 2 gorontalo aspek

kesadaran metakognisi tertingi yang dimiliki siswa terletak pada

perencanaan. Adapun indikator terendah terletak pada indikator prosedural

yaitu sebesar 77.08 %. Hal ini disebabkan karena pada indikator deklaratif

siswa diharuskan menggunakan strategi dalam memecahkan masalah yang

ada. Nyatanya dalam proses pemecahan masalah siswa belum terbiasa

menggunakan strategi yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Tosun (2013) bahwa PBL tidak berpengaruh pada

61

pengetahuan prosedural, hal ini disebabkan karena siswa tidak belajar

bagaimana melakukan atau berhasil menyelesaikan tugas dengan baik.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat terlihat perbedaan pencapaian

setiap indikator kesadaran metakognitif yang cukup signifikan pada pretest

dan posttest kelas eksperimen. Hal tersebut diakibatkan karena adanya

pengaruh model PBL yang diterapkan dalam pembelajaran. Model PBL

mampu memfasilitasi berkembangnya kesadaran metakognisi siswa selama

pembelajaran. Hal ini didukung oleh hasil uji hipotesis, diperoleh data

bahwa –ttabel ≤ thitung > +ttabel (-2.042< 5.278 >2.042) pada taraf signifikansi

5%, nilai thitung terletak pada daerah tolak H0 dan terima Ha. Artinya rata-rata

kesadaran metakognitif siswa pada kelas eksperimen dengan model

pembelajaran Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan kelas

kontrol dengan model pembelajaran konvensional. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Khery (2013) bahwa “rata-rata kesadaran

metakognitif mahasiswa di kelas PBL lebih tinggi daripada mahasiswa di

kelas konvensional”. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tosun (2013)

juga menjelaskan bahwa pembelajaran problem based learning

berpengaruh terhadap kesadaran metakogntif dan perilaku terhadap calon

guru kimia dengan latar belakang yang berbeda. Berdasarkan hasil di atas,

dapat dikatakan bahwa model Problem Based Learning memiliki pengaruh

terhadap kesadaran metakognitif siswa. Hal ini diakibatkan dalam model

PBL siswa secara aktif dapat memecahkan masalah dengan mengumpulkan

informasi, merencanakan, memantau dan mengevaluasi proses belajarnya

dalam memecahkan suatu masalah. Sejalan dengan teori yang dijelaskan

Arends (2012, hlm. 396) bahwa model PBL dapat menstimulus siswa untuk

bertanggung jawab dalam merumuskan masalah, mengumpulkan informasi,

merencanakan solusi, memantau proses serta mengevaluasi proses dan

hasil.

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran di kelas eksperimen

setelah dilakukan posttest lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal

tersebut disebabkan karena pada kelas eksperimen siswa di terapkan model

62

PBL yang menuntut siswa unutk lebih aktif dalam pembelajaran, sehingga

siswa pada kelas eksperimen memiliki kesadaran metakognitif yang lebih

tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini didukung pula dengan adanya

data hasil observasi. Peneliti menggunakan lembar observasi mengajar guru

dan kegiatan siswa sebagai data pendukung terkait dengan keterlaksaan

model Problem Based Learning yang digunakan. Hasil Observasi mengajar

guru dan kegiatan siswa dalam penelitian ini dilakukan selama 2 kali

pertemuan didapatkan rata-rata presentase 100% keterlaksaan model

tersebut(lampiran 7), hal ini berarti seluruh aktifitas belajar siswa telah

dilaksanakan dengan baik oleh seluruh siswa.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan

bahwa model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kesadaran

mtakognisi siswa pada materi laju reaksi. Hal ini didukung oleh hasil uji

hipotesis, diperoleh data bahwa –ttabel ≤ thitung > +ttabel (-2.042< 5.278

>2.042) dan pada sig 2tiled < α yang artinya tolak H0 atau terima H1.

Adanya pengaruh PBL terhadap kesadaran metakognitif siswa pada materi

laju reaksi, didasarkan pada langkah-langkah pembelajaran yang

melibatkan siswa secara aktif untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Adapun pemberian masalah, dorongan pemecahan masalah, dan interaksi

kolaboratif yang dimunculkan selama pembelajaran antar siswa maupun

siswa dengan guru, akan memfasilitasi siswa untuk mengembangkan

kesadaran metakognitifnya.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat

diberikan oleh peneliti yaitu sebagai berikut:

1. Guru kimia diharapkan menerapkan model PBL sebagai variasi model

pembelajaran pada pokok bahasan yang konsep-konsepnya berhubungan

dengan kehidupan sehari-hari dan dapat meningkatkan kesadaran

metakognisi siswa dengan menggunakan model PBL.

2. Keunggulan PBL adalah dapat menggunakan masalah dalam kehidupan

sehari-hari pada pembelajaran. Akan lebih baik lagi, eksperimen dalam

LKS harus sesuai dengan wacana yang diberikan dalam memecahkan

suatu masalah.

63

64

64

Daftar Pustaka

Adhitama, R. (2014). Kesadaran Metakognitif Siswa Dalam Pembelajaran Berbasis

Proyek Pada Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan. (Skripsi).

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Anggo, M. (2011). Pemecahan Masalah Matematika Kontekstual untuk

Meningkatkan Kemampuan Metakognisi Siswa. Edumatica, 01 (02),

2088-2157

Arends, R.I. (2012). Learning in teach (9thed). New York: The Mc Graw Hill

Componen. Inc

Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya

Arikunto, S.(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta:Rineka

Cipta.

Bauer, R.,Brik, J. P., Marks, P. S. M (2007). A Conceptual Introduction to

Chemistry. New York: Mc Graw Hill.

Blakey., Spence., Sheila, S. (1990). Developing Metacognition. Washington DC:

ERIC Digest.

Celiker, H. D. (2015). Development of metacognitive skills: designing problem-

based experiment with prospective science teachers in biology laboratory.

Academic Journal, 10(11), 147-1495.

Chang, R. (2004). Kimia dasar konsep-konsep inti edisi ketiga jilid 2. Jakarta:

Erlangga.

Daud, F & Hafsari, A. 2015.The Contribution of Critical Thinking Skills and

Metacognitive Awareness on Students’ Learning: Teaching Biology at

Senior High School. Modern Applied Science, 9 (12), 1913-1844

Daud, M., Nusantari, E., Dama, L., (2010). Deskripsi Kesadaran Metakognitif

Siswa Dan Guru Padapembelajaran Biologi. Diakses dari

kim.ung.ac.id/index.php/KIMFMIPA/article/download/3695/3671.

Downing, K. (2010). Problem based learning and metacognition. Asian Journal on

Education and Learning, 1(2), 75-96.

Gassner, L., & Warfvinge, G. (2009) .Developing metacognitive awareness a

modified model of a PBL-tutorial. Malmo University. Tesis Bachelor

65

Gredler E.,Margareet. (2011). Learning and Instruction teori dan aplikasi. Jakarta:

Prenada Media Grup.

Herlanti,Y. (2015). Kesadaran metakognitif dan pengetahuan metakognitif peserta

didik sekolah menengah atas dalam mempersiapkan ketercapaian standar

lulusan pada kurikulum 2013.FITK Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah. Th. XXXIV, No. 3 Cakrawala Pendidikan.

Heswandi, Muhali, & Raehanah. (2013). Pengaruh Model Contextual Teaching

And Learning Terhadap Kesadaran Metakognisi Dan Hasil Belajar Siswa

Pada Materi Larutan Penyangga. Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia

Hidrogen, 3 (1), 2338-6480.

Huda, Miftahul. (2014). Model-model pembelajaran dan pengajaran. Isu-isu metodis dan paragdimatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Jagals,D., Walt, M., (2016). Enabling Metacognitive Skills for Mathematics Problem Solving: A Collective Case Study of Metacognitive Reflection and Awareness. African Journal of Research in Mathematics, Science

and Technology Education. 1811-7295.

Java, L. (2014) Problem solving strategies and metacognitive skills for gifted

students in middle school. (Tesis). University of Louisiana, USA.

Kadir. (2015). Statistika penerapan konsep contoh dan analisis dengan program spss. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kementrian pendidikan dan kebudayaan. (2012). Kurikulum 2013. Jakarta: Kemdikbud.

Khery, Y. (2013). Kesadaran Metakognitif, Proses Sains, dan Hasil Belajar Kimia Mahasiswa Divergen dan Konvergen dalam PBL. Pendidikan Kimia-Pascasarjana Universitas Negeri Malan. Pendidikan Kimia-FPMIPA

IKIP Mataram.

Livingston, J. A.(2003). Metacognition an overview. Washington DC: Eric

Madiya, I. (2012). Pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap prestasi belajar kimia siswa SMA ditinjau dari gaya kognitifnya. Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan Ganesha.

Marzano, R. J., Brandt, R. S., Hughes, C. S., Jones, B. F., Presseisen, B. Z., Rankin,

S. C., & Suhor, C. (1987). Dimensions of thinking: a framework for

curriculum and instruction. Alexandria, Virginia: Association for

Supervision and Curriculum Development (ASCD).

66

Muhali. (2013). Analisis Kemampuan Metakognisi Siswa Dalam Pembelajaran

Kimia SMA. Jurnal Kependidikan Kimia Hydrogen. 1 (1), 2338-6480.

Sawhney, N., Bansal, S. (2015). Metacognitive Awareness of Undergraduate

Students in Relation to their Academic Achievement. Internasional

Journal Of Indian, 3 (8).

Oxtoby, Gillis, Nachtrieb, and Suminar. (2001). Prinsip-prinsip Kimia Modern

Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Perfect, T.J. & Schwartz, B. L. (2004). Applied Metacognition. Cambridge, United

Kingdom: Cambridge University Press.

Petrucci, R. H., & Suminar. (1987). Kimia Dasar prinsip dan Terapan modern edisi

ke empat jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Petrucci., Harwood., Herring., & Madura. (2008). Kimia Dasar Prinsip-Prinsip dan

Aplikasi Modern Edisi ke Sembilan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Purwanto., N. (2002). Prinsip-prinsip dan Teknik Evauasi Pengajaran. Bandung:

Remaja Rosdakarya

Riadi., E. (2016). Statistika Penelitian Analisis Manual dan IBM SPSS.

Yogyakarta: Andi

Riduwan. (2015). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru- Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta.

Riyanto, Y. (2009).Paradigma baru pembelajaran- sebagai referensi bagi

pendidikan dalam implementasi Pembelajaran yang efektif dan

berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Rompayom., Tambunchong., Wongyounoi., Dechsri. (2010). The Development of

Metacognitive Inventory to Measure Students’ Metacognitive

Knowledge Related to Chemical Bonding Conceptions. Paper presented

at International Association for Educational Assessment (IAEA 2010).

Rozen, M., (2014). Metacognition, Motivation, and Emotions: Contribution of Self-

Regulated Learning to Solving Mathematical Problems. Global

Education Review, 1(4).

Rusman. (2013). Model-model pembelajaran. Depok: PT. Raja Grafindo Persada

67

Safitri, S. (2015) Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Berbasis

Metakognisi pada materi laju reaksi. (Skripsi). Universitas Islam Negeri

Syarif hidayatullah ,Jakarta.

Sanjaya, W. (2006). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan.

Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Schraw, G & Dennison, R.S (1994). Assesing metacognitive awareness.

Contempory Educational Psycology, 19 (1),460-475.

Schraw, G. (1998). Promoting general metacognitive awareness. Department of

Educational Psychology, 1313 Seaton Hall, (U.S.A: The University of

Nebraska-Lincoln) 68588.

Schraw, G. Graham (2015) Helping Gifted Students Develop Metacognitive

Awareness. University of Nebraska-Lincoln. Educational Psychology,

20 (1).

Schraw, G., Moshman, D. (1995). Metacognitive Theories. in Educational

Psychology Review 7:4. University of Nebraska–Lincoln.

Siregar, S. (2013). Statistik parametrik untuk penelitian kuantitatif. Bandung:

Remaja Rosdakarya .

Solso, R., Maclin,O., Maclin K. (2008). Psikologi kognitif. Jakarta: Erlangga

Sukmadinata, N. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Suyanti, Retno D. (2010). Strategi pembelajaran kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Syukri. (1999). Kimia Dasar Jilid 2. Bandung: ITB.

Tan, Oon S. (2009). Problem Based Learning and Creativity. Singapore :Chengage

Learning.

Timothy, P., & Schwartz, B. (2004). Applied Metacognition.UK: Cambridge

University Press.

Tosun, C. (2013) The Effects of Problem-Based Learning on Metacognitive

Awareness and Attitudes toward Chemistry of Prospective Teachers with

Different Academic Backgrounds, 38 (1). Australia: Bartin University.

Trianto. (2009). Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif. Jakarta:

Kencana Prenada Media Grup.

68

Turan, S., Elcin, M., Odabasi, O., Ward, K., and Sayek, I. (2009). Evaluating the

role of tutors in prolem-based learning sessions. Procedia Science

Direct, 1 (005).

Departemen Agama. (2015).Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun

2003 Pasal 1 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depag

Usman., H., Setiady, P. (2009). Pengantsr Statistik. Jakarta: Bumi Aksara

Veenman, M., Bernadette H.,Wolters,V., & Afflerbach, F. (2005) Metacognition

and learning: conceptual and methodological considerations.

Veenman, M., Wolters. (2012). P. Metacognition and learning: conceptual and

methodological considerations. Afflerbach Department of Curriculum

and Instruction, University of Amsterdam, The Netherlands USA

Dordrecht: Spinger.

Wicaksono, B., Akhdinirwanto, W., Ashari. (2013) Peningkatan Kemampuan

Metakognitif Fisika Melalui Model Pembelajaran Problem Based

Learning Pada SMK Pancasila 1 Kutoarjo. Program Studi Pendidikan

Fisika Universitas Muhammadiyah Purworejo. Jurnal Radiasi, 3 (1).

Widyatmoko. (2009). Kimia Dasar. Jakarta: Universitas Trisakti.

Zuniati, L., Sugiarto, B. (2015). Identifikasi Aktivitas Karakteristik Metakognitif

Siswa Dalam Memecahkan Masalah Pada Materi Kesetimbangaan

Kimia. Unesa Journal of Chemical Education, 4 (2).

LAMPIRAN-LAMPIRAN

69

Lampiran 1. Studi Pendahuluan Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

Tujuan : Memperoleh informasi mengenai model pembelajaran yang

diterapkan di sekolah dan materi yang dapat menimbulkan kesadaran

metakognitif siswa.

Responden : Guru / Wali Kelas XI MIA 1

Nama Guru : Media Desi M.Pd/ Erni Rokhaeci S.Pd

Tempat wawancara : Ruang guru Madrasah Aliyah Negeri 5 Jakarta

No. Pertanyaan Jawaban

1. Metode pembelajaran apa yang sering ibu

gunakan dalam menyampaikan materi?

Kalau mengajar ibu seringnya

menggunakan metode ceramah dan

papan tulis, karena materi kimia sulit

untuk siswa belajar sendiri

2. Ketika proses pembelajaran, apakah ada

siswa yang mengajukan pertanyaan

mengenai materi pembelajaran?

Ya, ada beberapa siswa yang

mengajukan pertanyaan.

3. Bagaimana respon siswa ketika ibu

bertanya mengenai materi yang sedang

diajarkan?

Kebanyakan siswa diam, tetapi ada saja

yang antusias.

4. Kendala apa sajakah yang dihadapi dalam

proses pembelajaran dikelas?

Siswa kebanyakan sulit untuk

memahami konsep kimia dan Siswa

hanya mendapatkan materi dari buku

saja sehingga kurangnya informasi dari

luar.

5. Pada Kurikulum 2013 menuntut siswa

sadar dalam melakukan proses

pembelajaran dan tuntutan terhadap

penguasaan metakognitif. Menurut ibu,

materi apa sajakah yang dapat

menimbulkan kesadaran metakognitif

siswa?

di kelas XI materinya bisa tentang laju

reaksi atau asam basa. Karena mudah

dalam mengimplementasikan dengan

kehidupan sehari-hari dan materi laju

reaksi merupakan materi penghubung

terhadap materi selanjutnya sama

seperti asam basa.

7. Jika siswa diberikan suatu masalah dalam

bentuk wacana mengenai materi laju

reaksi apakah siswa mampu

menyelesaikannya?

Sepertinya siswa masih mengalami

kesulitan untuk menyelesaikan masalah

dan mengerjakan soal yang

berhubungan dengan kehidupan sehari-

hari.

8. Kemudian, upaya apa yang dilakukan ibu

agar siswa dapat menyadari kemampuan

Diberikan model pembelajaran yang

berupa masalah, membuat siswa

70

metakognitifnya dalam materi laju

reaksi?

mandiri mencari tahu apa yang

ditemukan dan menjadikan siswa lebih

aktif mengikuti pembelajaran.

Kesimpulan/catatan:

Metode pembelajaran yang dipakai di sekolah masih menggunakan metode ceramah dan

papan tulis.

Salah satu materi pembelajaran disekolah yang dapat menigkatkan kesadaran

metakognitif siswa yaitu laju reaksi pada kelas XI

Dengan model pembelajaran guru saat ini kurang meningkatkan kesadaran metakognitif

siswa, contohnya saja konsep faktor-faktor yang mempengaruhi laju reksi kebanyakan

siswa menggunakan metode hapalan yang membuat siswa kurang menarik

mempelajarinya, sehingga jika diberikan permasalahan siswa tidak mampu

menyelesaikannya.

Upaya yang dapat digunakan dengan menerapkan model pembelajaran berupa penyajian

masalah dalam pembelajarannya.

Tangerang.

Interviewer

Ummu Kalsum Andi Lajeng

NIM. 1112016200012

71

Lampiran 2. Analisis KD dan Indikator

Analisis KD dan Indikator

Materi Pelajaran : Kimia

Kelas/semester : XI MIA 1 dan XI MIA 2 / 1 (Ganjil)

Tahun Pelajaran : 2016/2017

Pertemuan ke : 1 dan 2

Kompetensi Inti :

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli

(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsive dan pro-aktif dan

menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta dalam

menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,

prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahun ya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena

dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang

spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait

dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak

secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah

keilmuan.

71

72

Pertemuan ke 1

Kompetensi Dasar Indikator

Pembelajaran

Tahapan PBL Indikator Kesadaran

Metakognitif Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

3.7 Menganalisis faktor-faktor

yang mempengaruhi

laju reaksi dan menentukan orde reaksi

berdaskan data hasil percobaan

3.7.1 Menjelaskan

pengertian laju reaksi

1. Orientasi Siswa pada masalah

1. Guru membagikan LKS yang berisi problem

scenario kepada tiap-tiap kelompok dan menginstruksikan siswa

untuk membacakan problem scenario pada

masing-masing kelompok

1. Perwakilan kelompok menerima LKS dan

membacakan problem scenario di depan anggota kelompoknya

2. Guru menginstruksikan siswa untuk menuliskan

pendapat siswa mengenai problem scenario yang dibacakan

2. Setiap kelompok menuliskaan pendapat

mereka mengenai problem scenario yang dibacakan dan mencari tahu

informasi-informasi yang ada dalam LKS yang berisi

problem scenario melalui berbagai sumber.

Strategi mengelola informasi

Menetapkan strategi belajar

Pengetahuan Prosedural

Menggunakan strategi dalam

belajar

3. Guru membantu menjelaskan tentang

konsep laju reaksi

3. Siswa memperhatikan guru menjelaskan konsep

laju reaksi

Strategi mengelola informasi

Menggunakan strategi untuk dapat memahami informasi

3.7 Menganalisis

faktor-faktor

2. Mengorganisasi siswa untuk belajar

73

Kompetensi Dasar Indikator

Pembelajaran

Tahapan PBL Indikator Kesadaran

Metakognitif Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

yang mempengaruhi

laju reaksi dan menentukan orde reaksi

berdaskan data hasil percobaan

3.7.1 Menjelaskan pengertian laju

reaksi

1. Guru memantau setiap kelompok dalam

melakukan pembagian tugas pada setiap anggota kelompok dalam

menyelesaikan masalah yang ada dalam LKS

1. Ketua kelompok membagikan tugas

kepada anggota kelompoknya untuk menyelesaikan masalah-

masalah yang terdapat pada LKS

Pengetahuan Deklaratif

Mengetahui apa yang harus

dikuasai Pemantauan terhadap

pemahaman

- Memantau proses belajar - Memantau pemahaman

terhadap suatu hal

2. Guru mengatur siswa untuk mengidentifikasi masalah dengan mereview

pengetahuan relevan yang berkaitan dengan konsep

faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

2. Siswa mengidentifikasi masalah, mereview pengetahuan relevan

yang berkaitan dengan konsep laju reaksi, dan

membuat hipotesis sebelum mengerjakan permasalahan yang

diberikan.

Pengetahuan procedural

Menggunakan strategi dalam belajar

4.7 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan

serta menyajikan

hasil percobaan faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi dan

orde reaksi.

4.7.1 Merancang dan

melakukan eksperimen faktor-faktor

yang mempengaruhi

laju reaksi

3. Membimbing penyelidikan individual maupun

kelompok

1. Guru mengunjungi setiap kelompok dan merespon perta

nyaan dari siswa atas kesulitan yang mereka

hadapi

1. Siswa mulai mencari

konsep-konsep yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan di

dalam problem scenario dari berbagai sumber dan

bertanya mengenai kesulitan yang dihadapi

Pengetahuan procedural

Menggunakan strategi dalam belajar

Pengetahuan deklaratif

Mengetahui kekuatan dan

kelemahan diri dalam belajar

74

Kompetensi Dasar Indikator

Pembelajaran

Tahapan PBL Indikator Kesadaran

Metakognitif Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

2. Guru menginstruksikan siswa untuk melakukan

eksperimen terkait masalah yang terdapat pada LKS.

2. Siswa melakukan persiapan untuk

melakukan eksperimen

Perencanaan

Mengembangkan rencana untuk

mencapai tujuan belajarnya

3. Guru memantau siswa

dalam melakukan eksperimen

3. Setiap kelompok

merancang dan melakukan eksperimen

Pengetahuan prosedural

Menggunakan strategi dalam belajar

4. Guru membimbing siswa

dalam menganalisis hasil penyelidikannya,

menjawab hasil hipotesis, mencatat hasil penyelidikan, dan

membuat kesimpulan di lembar kegiatan yang telah

diberikan.

4. Siswa menganalisis hasil

penyelidikannya, menjawab hasil hipotesis,

mencatat hasil penyelidikan, dan membuat kesimpulan di

lembar kegiatan yang telah diberikan.

Pengetahuan deklaratif

- Menyadari kekuatan dan kelemahan diri dalam

belajar - Mengetahui apa yang harus

dikuasai

Pengetahuan prosedural

Menggunakan strategi dalam belajar

Pengetahuan kondisional

Mengetahui strategi belajar yang sesuai pada tiap kondisi

4.7 Merancang,

melakukan, dan

menyimpulkan serta

menyajikan hasil percobaan

4.7.2 Menyimpulkan

dan menganalisis

faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi

4. Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

1. Guru menginstruksikan siswa untuk menyajikan

hasil eksperimen dengan bentuk laporan tertulis

sesuai kelompok masing-masing

1. Siswa membuat hasil

laporan sementara dan menyajikan hasil eksperimen dengan

bentuk laporan tertulis

Pengetahuan procedural

Menggunakan strategi dalam

belajar

75

Kompetensi Dasar Indikator

Pembelajaran

Tahapan PBL Indikator Kesadaran

Metakognitif Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi.

berdasarkan data eksperimen dan

teori tumbukan

2. Guru meminta setiap kelompok untuk

memberikan pertanyaan kepada kelompok lain yang memiliki topik

masalah yang berbeda-beda

2. Siswa membuat pertanyaan kepada

kelompok lain yang memiliki topik masalah yang berbeda-beda

Pengetahuan kondisional

Mengetahui strategi belajar yang

sesuai pada tiap kondisi

5. Menganalisis dan Mengevaluasi proses pemecahan

Masalah

1. Guru membantu siswa

dalam menilai hasil penyelidikan dan hasil diskusi antar kelompok

serta menilai proses pembelajaran yang mereka

gunakan, melalui pertanyaan seperti: “Apakah jawaban dari

setiap kelompok benar dalam memecahkan masalah?, “apa solusi yang

tepat dalam meyelesaikan masalah yang terdapat di

LKS?,” bagaimana cara setiap kelompok untuk memecahkan masalah? dan

lain sebagainya

1. Siswa melakukan evaluasi

terhadap hasil laporan mengenai penyelesaian masalah yang telah

mereka selidiki dan proses pembelajaran yang

mereka gunakan

Strategi perbaikan

Menetapkan strategi belajar untuk meningkatkan pemahaman

Evaluasi

- Mengevaluasi proses belajar

- Menentukan sejauh mana kebenaran tentang pemahaman pengetahuannya

76

Kompetensi Dasar Indikator

Pembelajaran

Tahapan PBL Indikator Kesadaran

Metakognitif Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

2. Guru memberi tahu jawaban yang tepat atas

masalah yang telah diberikan.

2. Siswa memperhatikan jawaban yang tepat atas

masalah yang telah diberikan.

Evaluasi

- Mengevaluasi proses belajar

Menentukan sejauh mana kebenaran tentang pemahaman pengetahuannya

3. Guru menyuruh salah seorang siswa untuk

menyimpulkan pembelajaran yang telah

berlangsung

3. Salah seorang siswa memberikan kesimpulan

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi laju

reaksi

4. Guru menyimpulkan kembali mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi laju reaksi

4. Siswa memperhatikan guru member kesimpulan

Pertemuan ke 2

Kompetensi Dasar Indikator

Pembelajaran

Tahapan PBL Indikator Kesadaran

Metakognitif Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

3.7 Menganalisis

faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi dan menentukan

orde reaksi berdaskan data

hasil percobaan

3.7.3 Menentukan orde

reaksi dan konstanta laju reaksi

4. Orientasi Siswa pada masalah

1. Guru meminta siswa untuk

mengamati permasalahan di dalam LKS tentang “Faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi”

Siswa mengamati masalah

pada LKS

Pengetahuan deklaratif

Menyadari kekuatan dan kelemahan diri dalam belajar

Mengetahui apa yang harus dikuasai

Perencanaan 2. Guru meminta siswa untuk

mengerjakan pertanyaan-

pertanyaan yang terdapat pada LKS

Siswa mengerjakan pertanyaan yang ada di LKS

77

Kompetensi Dasar Indikator

Pembelajaran

Tahapan PBL Indikator Kesadaran

Metakognitif Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Mengembangkan rencana untuk mencapai tujuan

belajarnya Merencanakan sumber

referensi yang diperlukan

untuk dapat mencapai tujuan belajarnya

Strategi mengelola informasi

Menggunakan strategi untuk

dapat memahami informasi

Tahap 2: Mengorganisasi siswa dalam belajar

1. Guru menjelaskan

perhitungan orde reaksi melalui table data hasil percobaan

1. Siswa memperhatikan

penjelasan guru di depan kelas.

Strategi mengelola informasi

Menggunakan strategi untuk dapat memahami informasi

3.7 Menganalisis faktor-faktor

yang mempengaruhi

laju reaksi dan menentukan orde reaksi

berdaskan data hasil percobaan

3.7.3 Menentukan orde reaksi dan

konstanta laju reaksi

2. Guru memberikan soal

tentang orde reaksi

2. Siswa bertanya kepada

guru mengenai kesulitan yang dihadapi selama

menyelesaikan soal yang ada di LKS

Pengetahuan deklaratif

Menyadari kekuatan dan kelemahan diri dalam

belajar Mengetahui apa yang harus

dikuasai

Tahap 3: Membimbing penyelidikan secara individu maupun kelompok

Guru Membimbing kepada setiap kelompok dalam

mengerjakan soal

Siswa mulai mencari jawaban yang tepat pada LKS melalui

berbagai sumber belajar.

Pengetahuan procedural

78

Kompetensi Dasar Indikator

Pembelajaran

Tahapan PBL Indikator Kesadaran

Metakognitif Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Menggunakan strategi dalam belajar.

Strategi mengelola informasi

Menggunakan dan Menetapkan strategi belajar untuk dapat

memahami informasi

Pemantauan terhadap

pemahaman

Memantau proses belajar

Memantau pemahaman terhadap suatu hal

Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

4.7 Merancang,

melakukan, dan menyimpulkan

serta menyajikan hasil percobaan

faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi.

4.7.2 Menyimpulkan pengaruh

konsentrasi dan luas permukaan

berdasarkan data eksperimen dan orde reaksi

1. Guru menginstruksikan siswa untuk melaporkan hasil perhitungan yang

mereka dapatkan di depan kelompok lain

1. Setiap kelompok melaporkan hasil atau solusi yang

merekadapatkan di depan kelompok lain

Pemantauan terhadap

pemahaman

Memantau proses belajar

Memantau pemahaman terhadap suatu hal

Pengetahuan procedural

Menggunakan strategi dalam

belajar

Pengetahuan Kondisional

Mengetahui strategi belajar yang sesuai pada tiap kondisi

2. Guru meminta setiap

kelompok untuk mengoreksi hasil yang kelompok lain jawab

2. Kelompok mengecek

kembali apakah hasil yang di dapat sesuai dengan kelompok lain.

79

Kompetensi Dasar Indikator

Pembelajaran

Tahapan PBL Indikator Kesadaran

Metakognitif Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Menggunakan strategi belajar pada setiap kondisi

Tahap 5: Menganalisis dan mengevalusi proses pemecahan

1. Guru mengonfirmasi solusi atau jawaban yang tepat

sesuai materi yang disampaikan

1. Siswa memperhatikan jawaban yang tepat.

Strategi perbaikan

Menetapkan strategi belajar untuk meningkatkan pemahaman

2. Guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi

terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses

yang mereka gunakan.

2. Siswa mengevaluasi hasil penyelidikan mereka dan

proses-proses yang mereka gunakan.

Evaluasi

Mengevaluasi proses belajar

80

Lampiran 3. RPP Kelas Eksperimen

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Kelas Eksperimen

Sekolah : MAN 5 Jakarta

Mata Pelajaran : Kimia – Peminatan Bidang MIPA

Kelas/Semester : XI/Ganjil

Materi Pokok : Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

Pertemuan Ke- : 1

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. Kompetensi Inti

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung

jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,

responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari

solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif

dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri

sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahu

nya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora

dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan

peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan

pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai

dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di

sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta

mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

81

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

1.1 Menyadari adanya keteraturan dari jenis hidrokarbon, termokimia, laju

reaksi, kesetimbangan kimia, larutan dan koloid sebagai wujud kebesaran

Tuhan YME dan pengetahuan tentang adanya keteraturan tersebut

sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya tentatif.

1.2 Mensyukuri kekayaan alam Indonesia berupa minyak bumi, batu bara

dan gas alam serta berbagai bahan tambang lainnya sebagai anugrah

Tuhan YME dan dapat dipergunakan untuk kemakmuran rakyat

Indonesia.

2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur,

objektif, terbuka, mampu membedakan fakta dan opini, ulet, teliti,

bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif)

dalam merancang dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang

diwujudkan dalam sikap sehari-hari.

2.2 Menunjukkan perilaku kerjasama, santun, toleran, cinta damai dan peduli

lingkungan serta hemat dalam memanfaatkan sumber daya alam.

2.3 Menunjukkan perilaku responsif dan pro-aktif serta bijaksana sebagai

wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan.

3.7 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan

menentukan orde reaksi berdaskan data hasil percobaan.

Indikator:

3.7.1 Menjelaskan pengertian laju reaksi

3.7.2 Menyebutkan 4 faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

4.7 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil

percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi.

82

Indikator:

4.7.1 Merancang dan melakukan eksperimen faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi

C. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa mampu menjelaskan pengertian laju reaksi

2. Siswa mampu menyebutkan 4 faktor-faktor yang mempengaruhi laju

reaksi

3. Siswa mampu menentukan orde reaksi dan konstanta laju reaksi.

4. Siswa mampu merancang dan melakukan eksperimen faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi

5. Menyimpulkan pengaruh konsentrasi dan luas permukaan berdasarkan

data eksperimen dan orde reaksi

D. Materi Pembelajaran

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

1. Konsentrasi

Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi ini dapat dijelaskan

dengan model teori tumbukan. Makin tinggi konsentrasi berarti

makin banyak molekul-molekul dalam setiap satuan luas ruangan,

dengan demikian tumbukan antar molekul makin sering terjadi,

semakin banyak tumbukan yang terjadi berarti kemungkinan untuk

menghasilkan tumbukan efektif semakin besar, dan reaksi

berlangsung lebih cepat (Oxtoby, 2001).

2. Luas Permukaan

Untuk reaksi heterogen (fasenya tidak sama), misalnya logam

seng dengan larutan asam klorida, laju reaksi selain dipengarhui oleh

konsentrasi asam klorida juga dipengaruhi oleh kondisi logam seng.

Dalam jumlah (massa) yang sama butiran logam seng akan bereaksi

lebih lambat habis daripada serbuk seng.

83

Reaksi terjadi antara molekul - molekul asam klorida dalam

larutan dengan atom-atom seng yang bersentuhan langsung dengan

asam klorida. Pada butiran seng atom - atom seng yang bersentuhan

langsung dengan asam klorida lebih sedikit daripada pada serbuk

seng, sebab atom-atom seng yang bersetuhan hanya atom seng yang

ada dipermukaan butiran, tetapi bila butiran seng tersebut dipecah

menjadi butiran - butiran yang lebih kecil, atau menjadi serbuk, maka

atom-atom seng yang semula didalam akan berada dipermukaan dan

terdapat lebih banyak atom seng yang secara bersamaan bereaksi

dengan larutan asam klorida. Dengan menggunakan teori tumbukan

dapat dijelaskan bahwa semakin luas permukaan zat padat semakin

banyak tempat terjadinya tumbukan antar partikel zat yang bereaksi

(Oxtoby, 2001).

3. Suhu

Peningkatan suhu meningkatkan fraksi molekul yang memiliki

energi melebihi energi aktivasi. Frekuensi tumbukan meningkat

dengan meningkatnya suhu, dan diharapkan hal tersebut sebagai

faktor untuk mempercepat suatu reaksi kimia (Petrucci, 1987,

hlm.166). Harga tetapan laju reaksi (k) akan berubah bila suhunya

berubah, kenaikan sekitar 10oC akan menyebabkan harga tetapan laju

reaksi menjadi dua atau tiga kali. Dengan naiknya harga tetapan laju

reaksi (k), maka reaksi akan menjadi lebih cepat. Jadi dengan naiknya

suhu akan mengakibatkan laju reaksi akan berlangsung makin cepat.

Hal tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan teori

tumbukan, yaitu bila terjadi kenaikan suhu maka molekul - molekul

yang bereaksi akan bergerak lebih cepat, sehingga energi kinetiknya

tinggi. Karena energi kinetiknya tinggi maka energi yang dihasilkan

pada tumbukan antar molekul akan menghasilkan energi yang besar

dan cukup untuk berlangsungnya reaksi. Dengan demikian semakin

tinggi suhu berarti akan kemungkinan terjadinya tumbukan yang

84

menghasilkan energi juga semakin banyak, dan berakibat reaksi

berlangsung lebih cepat (Oxtoby, 2001).

4. Katalisator

Katalis ialah zat yang mengambil bagian dalam reaksi kimia

dan mempercepatnya, tetapi ia sendiri tidak mengalami perubahan

kimia yang permanen. Jadi, katalis tidak muncul dalam persamaan

kimia secara keseluruhan, tetapi kehadirannya sangat mempengaruhi

hukum laju, memodifikasi, dan mempercepat lintasan yang ada, atau

lazimnya, membuat lintasan yang sama sekali baru bagi kelangsungan

reaksi. Katalis menimbulkan efek yang nyata pada laju reaksi,

meskipun dengan jumlah yang sangat sedkit. (Oxtoby, 2001)

E. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran

Model : Pembelajaran Berbasis Masalah

Pendekatan : Konseptual

Metode : Diskusi dan Eksperimen

F. Media dan Sumber Pembelajaran

Media : LKS, Laptop, infocus dan lembar Penilaian

Sumber Pembelajaran : Buku Kimia Kelas XI, internet,

85

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Tahapan Kegiatan Pembelajaran Aspek kesadaran

metakognisi

Alokasi

waktu Guru Siswa

Pendahuluan

1. Guru mengucapkan salam 1. Siswa menjawab salam

10’

2. Guru memeriksa kehadiran siswa 2. Siswa mendengarkan dan

memperhatikan guru

3. Guru menanyakan tentang syarat-syarat

terjadinya suatu reaksi kimia.

3. Siswa menjawab pertanyaan guru

tentang syarat-syarat terjadinya suatu

reaksi kimia.

4. Guru memberikan soal pre tes 4. Siswa mengerjakan soal yang

diberikan guru

Inti

Tahap 1: Orientasi siswa pada masalah

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

materi laju reaksi dan menjelaskan

langkah-langkah pembelajaran berbasis

masalah yang harus dilakukan oleh

setiap kelompok selama pembelajaran

1. Siswa mendengarkan tujuan

pembelajaran materi laju reaksi,

dan mendengarkan langkah-

langkah pembelajaran berbasis

masalah yang harus dilakukan oleh

setiap kelompok selama

pembelajaran

2. Guru membagikan LKS yang berisi

wacana mengenai konsep faktor-faktor

yang mempengaruhi laju reaksi

2. Setiap perwakilan kelompok

menerima LKS dan membacakan

wacana mengenai konsep faktor-

faktor yang mempengaruhi laju

reaksi di depan anggota

kelompoknya

15’

86

Tahapan Kegiatan Pembelajaran Aspek kesadaran

metakognisi

Alokasi

waktu Guru Siswa

Inti

3. Guru menginstruksikan siswa untuk

menuliskan pendapat siswa mengenai

problem scenario yang dibacakan

3. Salah seorang siswa pada Setiap

kelompok menuliskaan pendapat

mereka mengenai problem scenario

yang dibacakan dan mencari tahu

informasi-informasi yang ada

dalam LKS yang berisi problem

scenario melalui berbagai sumber.

Strategi mengelola

informasi, Pengetahuan

Prosedural

Tahap 2: Mengorganisasi siswa dalam

belajar

Guru membagi siswa kedalam 4 kelompok

sesuai dengan 4 faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi

Siswa berkumpul dengan kelompoknya

dan ketua kelompok membagikan tugas

kepada anggota kelompoknya untuk

menyelesaikan masalah mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi laju

reaksi.

Pengetahuan Deklaratif,

Pemantauan terhadap

pemahaman

Tahap 3: Membimbing penyelidikan

individual maupun

kelompok

1. Guru mengatur siswa untuk

mengidentifikasi masalah dengan

mereview pengetahuan relevan yang

1. Siswa mengidentifikasi masalah,

mereview pengetahuan relevan yang

berkaitan dengan konsep laju reaksi,

dan membuat hipotesis sebelum

mengerjakan permasalahan yang

Pengetahuan Prosedural

87

Tahapan Kegiatan Pembelajaran Aspek kesadaran

metakognisi

Alokasi

waktu Guru Siswa

berkaitan dengan konsep faktor-faktor

yang mempengaruhi laju reaksi

diberikan

Inti

2. Guru mengunjungi setiap kelompok dan

merespon pertanyaan dari siswa atas

kesulitan yang mereka hadapi

2. Siswa mulai mencari konsep-konsep

yang dibutuhkan untuk menjawab

pertanyaan di dalam problem scenario

dari berbagai sumber dan bertanya

mengenai kesulitan yang dihadapi

ketika menyelesaikan problem

scenario

Pengetahuan deklaratif

Pengetahuan prosedural

3. Guru menginstruksikan siswa untuk

melakukan eksperimen terkait masalah

mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi

3. Siswa melakukan persiapan untuk

melakukan eksperimen Perencanaan

30’

4. Guru memantau siswa dalam melakukan

eksperimen

4. Setiap kelompok merancang dan

melakukan eksperimen Pengetahuan prosedural

5. Guru membimbing siswa dalam

menganalisis hasil penyelidikannya,

menjawab hasil hipotesis, mencatat hasil

penyelidikan, dan membuat kesimpulan

di lembar kegiatan yang telah diberikan.

5. Siswa menganalisis hasil

penyelidikannya, menjawab hasil

hipotesis, mencatat hasil penyelidikan,

dan membuat kesimpulan di lembar

kegiatan yang telah diberikan.

Pengetahuan Deklaratif,

Pengetahuan Prosedural,

Pengetahuan Kondisional

Tahap 4: Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

1. Guru menginstruksikan siswa untuk

membuat laporan sementara yang

1. Siswa membuat hasil laporan

sementara.

Pengetahuan prosedural

88

Tahapan Kegiatan Pembelajaran Aspek kesadaran

metakognisi

Alokasi

waktu Guru Siswa

kemudian akan di presentasikan .

2. Guru meminta setiap kelompok untuk

mempresentasikan hasil laporan di depan

kelas.

2. Perwakilan setiap kelompok

mempresentasikan hasil laporan

sementara setiap kelompok. Pengetahuan Kondisional

Inti

Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi

proses pemecahan masalah

1. Guru menginstruksikan siswa untuk saling

berdiskusi dan bertanya kepada kelompok

lain mengenai masalah yang berhubungan

dengan faktor-faktor yang mempengaruhi

laju reaksi.

1. Siswa saling berdiskusi dan

menganalisis hasil yang mereka

peroleh

Evaluasi,

Strategi perbaikan

15’

2. Guru menguatkan kembali jawaban yang

tepat atas masalah yang telah diberikan.

2. Siswa memperhatikan jawaban yang

tepat atas masalah yang telah

diberikan.

3. Guru menyuruh salah seorang siswa untuk

menyimpulkan pembelajaran yang telah

berlangsung

3. Salah seorang siswa memberikan

kesimpulan mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi laju reaksi

4. Guru menyimpulkan kembali mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi laju

reaksi

4. Siswa memperhatikan guru memberi

kesimpulan dan mengoreksi kembali

hasil yang mereka dapatkan

Penutup

1. Guru menugaskan siswa untuk mengisi

pertanyaan-pertanyaan di dalam lks yang

kemudian akan di bahas dan di diskusikan

kembali dipertemuan berikutnya.

1. Siswa memperhatikan tugas yang

diberikan guru.

10’

89

Tahapan Kegiatan Pembelajaran Aspek kesadaran

metakognisi

Alokasi

waktu Guru Siswa

2. Guru menutup pembelajaran dengan

membaca doa

2. Siswa membaca doa bersama

90

H. Penilaian

1. Penilaian Kognitif

Diperoleh dari LKS

2. Penilaian Afektif

Nilai didapat dari pengisian angket instrument tes kesadaran metakognitif

siswa.

a. Pemberian Skor setiap butir pernyataan tes kesadaran metakognitif siswa

dengan kriteria:

Sangat setuju = 4

Setuju = 3

Kurang setuju = 2

Tidak Setuju = 1

b. Perhitungan nilai:

Menentukan nilai setiap butir pernyataan tes kesadaran metakognitif,

dengan rumus sebagai berikut:

Nilai = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑒𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡𝑎𝑛

c. Memberikan kriteria setiap indkator tes kesadaran metakognitif siswa

Tabel 3.6 Kriteria Tingkat

Kemampuan Siswa Melalui Tes

Skor Kriteria

81-100 Sangat Baik

61-80 Baik

41-60 Cukup

21-40 Kurang

0-20 Sangat Kurang

Jakarta, 21 November 2016

Guru Kimia MAN 5 Jakarta Peneliti

Media Desi M.Pd Ummu Kalsum Andi Lajeng

NIM. 1112016200012

91

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Kelas Eksperimen

Sekolah : MAN 5 Jakarta

Mata Pelajaran : Kimia – Peminatan Bidang MIPA

Kelas/Semester : XI/Genap

Materi Pokok : Laju Reaksi

Pertemuan Ke- : 2

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. Kompetensi Inti

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,

peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan

pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial

dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam

pergaulan dunia.

3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahu nya

tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan

wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan

prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan

minatnya untuk memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak

terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara

mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan

metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

1.3 Menyadari adanya keteraturan dari jenis hidrokarbon, termokimia, laju

reaksi, kesetimbangan kimia, larutan dan koloid sebagai wujud

kebesaranTuhan YME dan pengetahuan tentang adanya keteraturan

tersebut sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya

tentatif.

1.4 Mensyukuri kekayaan alam Indonesia berupa minyak bumi, batu bara

dan gas alam serta berbagai bahan tambang lainnya sebagai anugrah

Tuhan YME dan dapat dipergunakan untuk kemakmuran rakyat

Indonesia.

92

2.4 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur,

objektif, terbuka, mampu membedakan fakta dan opini, ulet, teliti,

bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratid, komunikatif)

dalam merancang dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang

diwujudkan dalam sikap sehari-hari.

2.5 Menunjukkan perilaku kerjasama, santun, toleran, cinta damai dan peduli

lingkungan serta hemat dalam memanfaatkan sumber daya alam.

2.6 Menunjukkan perilaku responsive dan pro-aktif serta bijaksana sebagai

wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan.

3.7 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan

menentukan orde reaksi berdaskan data hasil percobaan.

Indikator:

3.7.3 Menentukan orde reaksi dan konstanta laju reaksi

4.7 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil

percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi.

Indikator:

1.7.2 Menyimpulkan pengaruh konsentrasi dan luas permukaan

berdasarkan data eksperimen dan orde reaksi

C. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa mampu menentukan orde reaksi dan konstanta laju reaksi.

2. Menyimpulkan pengaruh konsentrasi dan luas permukaan berdasarkan

data eksperimen dan orde reaksi.

D. Materi Pembelajaran

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi sebagai berikut:

1. Konsentrasi

Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi ini dapat dijelaskan

dengan model teori tumbukan. Makin tinggi konsentrasi berarti makin

banyak molekul-molekul dalam setiap satuan luas ruangan, dengan

demikian tumbukan antar molekul makin sering terjadi, semakin banyak

tumbukan yang terjadi berarti kemungkinan untuk menghasilkan

93

tumbukan efektif semakin besar, dan reaksi berlangsung lebih cepat

(Oxtoby, 2001).

2. Luas Permukaan

Untuk reaksi heterogen (fasenya tidak sama), misalnya logam

seng dengan larutan asam klorida, laju reaksi selain dipengarhui oleh

konsentrasi asam klorida juga dipengaruhi oleh kondisi logam seng.

Dalam jumlah (massa) yang sama butiran logam seng akan bereaksi

lebih lambat habis daripada serbuk seng.

Reaksi terjadi antara molekul - molekul asam klorida dalam

larutan dengan atom-atom seng yang bersentuhan langsung dengan

asam klorida. Pada butiran seng atom - atom seng yang bersentuhan

langsung dengan asam klorida lebih sedikit daripada pada serbuk

seng, sebab atom-atom seng yang bersetuhan hanya atom seng yang

ada dipermukaan butiran, tetapi bila butiran seng tersebut dipecah

menjadi butiran - butiran yang lebih kecil, atau menjadi serbuk, maka

atom-atom seng yang semula didalam akan berada dipermukaan dan

terdapat lebih banyak atom seng yang secara bersamaan bereaksi

dengan larutan asam klorida. Dengan menggunakan teori tumbukan

dapat dijelaskan bahwa semakin luas permukaan zat padat semakin

banyak tempat terjadinya tumbukan antar partikel zat yang bereaksi

(Oxtoby, 2001).

3. Suhu

Peningkatan suhu meningkatkan fraksi molekul yang memiliki

energi melebihi energi aktivasi. Frekuensi tumbukan meningkat

dengan meningkatnya suhu, dan diharapkan hal tersebut sebagai

faktor untuk mempercepat suatu reaksi kimia (Petrucci, 1987,

hlm.166). Harga tetapan laju reaksi (k) akan berubah bila suhunya

berubah, kenaikan sekitar 10oC akan menyebabkan harga tetapan laju

reaksi menjadi dua atau tiga kali. Dengan naiknya harga tetapan laju

reaksi (k), maka reaksi akan menjadi lebih cepat. Jadi dengan naiknya

suhu akan mengakibatkan laju reaksi akan berlangsung makin cepat.

Hal tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan teori

tumbukan, yaitu bila terjadi kenaikan suhu maka molekul - molekul

yang bereaksi akan bergerak lebih cepat, sehingga energi kinetiknya

tinggi. Karena energi kinetiknya tinggi maka energi yang dihasilkan

pada tumbukan antar molekul akan menghasilkan energi yang besar

dan cukup untuk berlangsungnya reaksi. Dengan demikian semakin

tinggi suhu berarti akan kemungkinan terjadinya tumbukan yang

94

menghasilkan energi juga semakin banyak, dan berakibat reaksi

berlangsung lebih cepat (Oxtoby, 2001).

4. Katalisator

Katalis ialah zat yang mengambil bagian dalam reaksi kimia

dan mempercepatnya, tetapi ia sendiri tidak mengalami perubahan

kimia yang permanen. Jadi, katalis tidak muncul dalam persamaan

kimia secara keseluruhan, tetapi kehadirannya sangat mempengaruhi

hukum laju, memodifikasi, dan mempercepat lintasan yang ada, atau

lazimnya, membuat lintasan yang sama sekali baru bagi kelangsungan

reaksi. Katalis menimbulkan efek yang nyata pada laju reaksi,

meskipun dengan jumlah yang sangat sedkit. (Oxtoby, 2001)

E. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran

Model : Pembelajaran Berbasis Masalah

Pendekatan : Konseptual

Metode : Diskusi dan Penugasan

F. Media dan Sumber Pembelajaran

Media : LKS, Laptop, infocus dan lembar Penilaian

Sumber Pembelajaran : Buku Kimia Kelas XI dan internet

95

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Tahapan Kegiatan Pembelajaran Indikator kesadaran

metakognisi

Alokasi

waktu Guru Siswa

Pendahuluan

1. Guru memberikan salam kepada

siswa, mengajak berdoa, dan

mengkondisikan kesiapan siswa

untuk mengikuti pembelajaran

Siswa menjawab salam

15 ‘

2. Guru memberitahukan bahwa

setelah selesai pelajaran materi laju

reaksi siswa akan mengerjakan soal

postest

Siswa mempersiapkan diri untuk

menjawab soal postest diakhir

pembelajaran

3. Guru mengulas kembali materi

minggu lalu tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi laju reaksi

Siswa memperhatikan guru di depan

kelas

Inti

Tahap 1: Orientasi siswa pada

masalah

Guru meminta siswa untuk

mengamati kembali permasalahan di

dalam LKS tentang “Faktor-faktor

yang mempengaruhi laju reaksi”

Siswa mengamati kembali masalah

pada LKS yang menyangkut faktor-

faktor yang mempengaruhi laju reaksi

Pemantauan, strategi

mengelola informasi,

Perencanaan

95

96

Tahapan Kegiatan Pembelajaran Indikator kesadaran

metakognisi

Alokasi

waktu Guru Siswa

Inti

Tahap 2: Mengorganisasi siswa

dalam belajar

1. Guru menjelaskan perhitungan orde

reaksi melalui tabel data hasil

percobaan

Siswa memperhatikan penjelasan guru

mengenai perhitungan orde reaksi di

depan kelas.

Strategi mengelola

informasi

60’

1. Guru menginstruksikan siswa unutk

bertanya mengenai kesulitan dalam

menghitung orde reaksi

Siswa bertanya kepada guru mengenai

kesulitan yang dihadapi selama

menyelesaikan soal yang ada di LKS

Pengetahuan Deklaratif

Tahap 3: Membimbing penyelidikan

individual maupun

kelompok

1. Guru Membimbing kepada setiap

kelompok dalam mengerjakan soal

Siswa mulai mencari jawaban yang

tepat pada LKS melalui berbagai

sumber belajar.

Pengetahuan Prosedural,

Strategi mengelola

informasi, pengetahuan

Kondisional,

Pengetahuan deklaratif. 2. Guru meminta siswa untuk

mengerjakan pertanyaan-pertanyaan

yang terdapat pada LKS

Siswa mengerjakan pertanyaan yang

ada di LKS

Tahap 4: Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Guru menginstruksikan siswa

untuk melaporkan hasil

perhitungan yang mereka dapatkan

Setiap kelompok melaporkan hasil

perhitungan orde reaksi yang mereka

dapatkan di depan kelompok lain

Pengetahuan prosedural,

Pengetahuan kondisional

97

Tahapan Kegiatan Pembelajaran Indikator kesadaran

metakognisi

Alokasi

waktu Guru Siswa

Tahap 5: Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

1. Guru meminta setiap kelompok

untuk mengoreksi dan menganalisis

hasil yang presentasikan kelompok

lain.

Masing-masing kelompok mengecek

kembali dan menganalisis apakah hasil

yang di dapat sesuai dengan kelompok

lain.

Strategi perbaikan,

evaluasi 15

menit

2. Guru menguatkan kembali jawaban

yang tepat atas masalah yang telah

diberikan.

Siswa memperhatikan jawaban yang

tepat atas masalah yang telah diberikan.

3.

4. Guru menyuruh salah seorang siswa

untuk menyimpulkan pembelajaran

yang telah berlangsung

Salah seorang siswa memberikan

kesimpulan mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi laju reaksi

5. Guru menyimpulkan kembali

mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi

Siswa memperhatikan guru memberi

kesimpulan

Penutupan Guru menutup pembelajaran. Siswa mengucapkan salam

98

I. Penilaian

1. Penilaian Kognitif

a. Diperoleh dari LKS

2. Penilaian Afektif

a. Nilai didapat dari pengisian angket instrument tes kesadaran

metakognitif siswa.

3. Pemberian Skor setiap butir pernyataan tes kesadaran metakognitif siswa

dengan kriteria:

i. Sangat setuju = 4

ii. Setuju = 3

iii. Kurang setuju = 2

iv. Tidak Setuju = 1

4. Perhitungan nilai:

a. Menentukan nilai setiap butir pernyataan tes kesadaran

metakognitif, dengan rumus sebagai berikut:

b. Nilai = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑒𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡𝑎𝑛

5. Memberikan kriteria setiap indkator tes kesadaran metakognitif siswa

Tabel 3.6 Kriteria Tingkat

Kemampuan Siswa Melalui Tes

Skor Kriteria

81-100 Sangat Baik

61-80 Baik

41-60 Cukup

21-40 Kurang

0-20 Sangat Kurang

Jakarta, 25 November 2016

Guru Kimia MAN 5 Jakarta Peneliti

Media Desi M.Pd Ummu Kalsum Andi Lajeng

NIM. 1112016200012

99

Lampiran 4. RPP Kelas Kontrol

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Kelas Kontrol

Sekolah : MAN 5 Jakarta

Mata Pelajaran : Kimia – Peminatan Bidang MIPA

Kelas/Semester : XI/Ganjil

Materi Pokok : Laju Reaksi (faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi)

Pertemuan Ke- : 1

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. Kompetensi Inti

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,

peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan

pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial

dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam

pergaulan dunia.

3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahu nya

tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan

wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan

prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan

minatnya untuk memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak

terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara

mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan

metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

1.1 Menyadari adanya keteraturan dari jenis hidrokarbon, termokimia, laju

reaksi, kesetimbangan kimia, larutan dan koloid sebagai wujud kebesaran

100

Tuhan YME dan pengetahuan tentang adanya keteraturan tersebut sebagai

hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya tentatif.

1.2 Mensyukuri kekayaan alam Indonesia berupa minyak bumi, batu bara dan

gas alam serta berbagai bahan tambang lainnya sebagai anugrah Tuhan YME

dan dapat dipergunakan untuk kemakmuran rakyat Indonesia.

2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur,

objektif, terbuka, mampu membedakan fakta dan opini, ulet, teliti,

bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif) dalam

merancang dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang diwujudkan

dalam sikap sehari-hari.

2.2 Menunjukkan perilaku kerjasama, santun, toleran, cinta damai dan peduli

lingkungan serta hemat dalam memanfaatkan sumber daya alam.

2.3 Menunjukkan perilaku responsif dan pro-aktif serta bijaksana sebagai wujud

kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan.

3.7 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan menentukan

orde reaksi berdaskan data hasil percobaan.

Indikator:

3.7.1 Menjelaskan pengertian laju reaksi

3.7.2 Menyebutkan 4 faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

C. Materi Pembelajaran

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

1. Konsentrasi

Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi ini dapat dijelaskan

dengan model teori tumbukan. Makin tinggi konsentrasi berarti makin

banyak molekul-molekul dalam setiap satuan luas ruangan, dengan

demikian tumbukan antar molekul makin sering terjadi, semakin banyak

tumbukan yang terjadi berarti kemungkinan untuk menghasilkan

tumbukan efektif semakin besar, dan reaksi berlangsung lebih cepat

(Oxtoby, 2001).

101

2. Luas Permukaan

Untuk reaksi heterogen (fasenya tidak sama), misalnya logam

seng dengan larutan asam klorida, laju reaksi selain dipengarhui oleh

konsentrasi asam klorida juga dipengaruhi oleh kondisi logam seng.

Dalam jumlah (massa) yang sama butiran logam seng akan bereaksi lebih

lambat habis daripada serbuk seng.

Reaksi terjadi antara molekul - molekul asam klorida dalam

larutan dengan atom-atom seng yang bersentuhan langsung dengan asam

klorida. Pada butiran seng atom - atom seng yang bersentuhan langsung

dengan asam klorida lebih sedikit daripada pada serbuk seng, sebab atom-

atom seng yang bersetuhan hanya atom seng yang ada dipermukaan

butiran, tetapi bila butiran seng tersebut dipecah menjadi butiran - butiran

yang lebih kecil, atau menjadi serbuk, maka atom-atom seng yang semula

didalam akan berada dipermukaan dan terdapat lebih banyak atom seng

yang secara bersamaan bereaksi dengan larutan asam klorida. Dengan

menggunakan teori tumbukan dapat dijelaskan bahwa semakin luas

permukaan zat padat semakin banyak tempat terjadinya tumbukan antar

partikel zat yang bereaksi (Oxtoby, 2001).

3. Suhu

Peningkatan suhu meningkatkan fraksi molekul yang memiliki

energi melebihi energi aktivasi. Frekuensi tumbukan meningkat dengan

meningkatnya suhu, dan diharapkan hal tersebut sebagai faktor untuk

mempercepat suatu reaksi kimia (Petrucci, 1987, hlm.166). Harga tetapan

laju reaksi (k) akan berubah bila suhunya berubah, kenaikan sekitar 10oC

akan menyebabkan harga tetapan laju reaksi menjadi dua atau tiga kali.

Dengan naiknya harga tetapan laju reaksi (k), maka reaksi akan menjadi

lebih cepat. Jadi dengan naiknya suhu akan mengakibatkan laju reaksi

akan berlangsung makin cepat.

Hal tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan teori

tumbukan, yaitu bila terjadi kenaikan suhu maka molekul - molekul yang

bereaksi akan bergerak lebih cepat, sehingga energi kinetiknya tinggi.

Karena energi kinetiknya tinggi maka energi yang dihasilkan pada

tumbukan antar molekul akan menghasilkan energi yang besar dan cukup

untuk berlangsungnya reaksi. Dengan demikian semakin tinggi suhu

berarti akan kemungkinan terjadinya tumbukan yang menghasilkan energi

102

juga semakin banyak, dan berakibat reaksi berlangsung lebih cepat

(Oxtoby, 2001).

4. Katalisator

Katalis ialah zat yang mengambil bagian dalam reaksi kimia dan

mempercepatnya, tetapi ia sendiri tidak mengalami perubahan kimia yang

permanen. Jadi, katalis tidak muncul dalam persamaan kimia secara

keseluruhan, tetapi kehadirannya sangat mempengaruhi hukum laju,

memodifikasi, dan mempercepat lintasan yang ada, atau lazimnya,

membuat lintasan yang sama sekali baru bagi kelangsungan reaksi.

Katalis menimbulkan efek yang nyata pada laju reaksi, meskipun dengan

jumlah yang sangat sedkit. (Oxtoby, 2001)

D. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran

Model : Konvensional (ceramah)

Pendekatan : Kontekstual

Metode : Diskusi, dan tanya jawab

E. Media dan Sumber Pembelajaran

Media : Laptop, infocus dan lembar Penilaian

Sumber Pembelajaran : Buku Kimia Kelas XI ( Unnggul Sudarmo,

2013, Kimia untuk SMA/MA kelas XI, Jakarta:

Erlangga)

103

F. Langkah-langkah Pembelajaran

Tahapan Kegiatan Pembelajaran Alokasi

waktu Guru Siswa

Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam 1. Siswa menjawab salam 15’

2. Guru memeriksa kehadiran

siswa

2. Siswa mendengarkan dan

memperhatikan guru

3. Menjelaskan tujuan

pembelajaran (indikator) atau

kompetensi dasar yang akan

dicapai

3. Siswa menjawab pertanyaan

guru tentang syarat-syarat

terjadinya suatu reaksi kimia.

4. Guru menanyakan tentang

syarat-syarat terjadinya suatu

reaksi kimia.

4. siswa menjawab pertanyaan

dari guru berdasarkan sumber

yang ada

Inti

1. Guru memberikan gambar/

video mengenai reaksi kimia

1. Siswa mengamati

gambar/video beberapa

reaksi kimia

60’

2. Guru menjelaskan materi

mengenai Faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi

2. Siswa memperhatikan dan

mengamati materi yang

sedang dijelaskan

Guru mengistruksikan siswa

untuk menanya mengenai

materi yang tidak diketahui

Siswa menanyakan apa yang

menyebabkan terjadinya reaksi

kimia?

1. Guru memberikan siswa

beberapa pertanyaan

mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi

1. Siswa mencari jawaban atas

pertanyaan yang diberika

Guru mengistruksikan siswa

untuk mengumpulkan

informasi dari sumber yang

ada

Siswa mencari informasi

tentang penyebab terjadinya

reaksi dalam kimia

104

Tahapan Kegiatan Pembelajaran Alokasi

waktu Guru Siswa

Guru membimbing siswa

dalam menganalisis faktor-

faktor yang mempengaruhi

laju reaksi

Siswa menganalisis

pertanyaan-pertanyaan yang

diberikan mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi

laju reaksi

Guru menunjuk salah

seorang siswa untuk

membacakan hasil

analisisnya mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi

laju reaksi.

Salah seorang Siswa

menyajikan hasil analisisnya

mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi.

Akhir Guru membimbing siswa

untuk memberikan

kesimpulan terhadap materi

yang sudah dibahas

Siswa menyimpulkan

pengamatan yang mereka

lakukan.

15’

Guru menguatkan kembali

materi yang disampaikan

siswa serta menyimpulkan

kembali materi yang sudah

dibahas

Siswa menyimak penjelasan

guru mengenai materi yang

sudah dibahas

Guru memberitahukan dan

meminta siswa membaca

terkait dengan materi yang

akan dibahas pada pertemuan

berikitnya.

Siswa memperhatikan dan

mendengarkan instruksi yang

diberikan.

105

G. Penilaian

1. Kognitif (terlampir)

2. Afektif (terlampir)

Jakarta, 23 Desember 2016

Guru Kimia MAN 5 Jakarta Peneliti

Media Desi M.Pd Ummu Kalsum Andi Lajeng

NIM. 1112016200012

106

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Kelas Kontrol

Sekolah : MAN 5 Jakarta

Mata Pelajaran : Kimia – Peminatan Bidang MIPA

Kelas/Semester : XI/Genap

Materi Pokok : Laju reaksi (Orde Reaksi)

Pertemuan Ke- : 2

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. Kompetensi Inti

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong

royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan

sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara

efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai

cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,

dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahu nya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,

seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,

dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan

prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk

memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif

dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

1.3 Menyadari adanya keteraturan dari jenis hidrokarbon, termokimia, laju reaksi,

kesetimbangan kimia, larutan dan koloid sebagai wujud kebesaranTuhan YME dan

pengetahuan tentang adanya keteraturan tersebut sebagai hasil pemikiran kreatif

manusia yang kebenarannya tentatif.

107

1.4 Mensyukuri kekayaan alam Indonesia berupa minyak bumi, batu bara dan gas alam

serta berbagai bahan tambang lainnya sebagai anugrah Tuhan YME dan dapat

dipergunakan untuk kemakmuran rakyat Indonesia.

2.4 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur, objektif,

terbuka, mampu membedakan fakta dan opini, ulet, teliti, bertanggung jawab, kritis,

kreatif, inovatif, demokratid, komunikatif) dalam merancang dan melakukan percobaan

serta berdiskusi yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari.

2.5 Menunjukkan perilaku kerjasama, santun, toleran, cinta damai dan peduli lingkungan

serta hemat dalam memanfaatkan sumber daya alam.

2.6 Menunjukkan perilaku responsive dan pro-aktif serta bijaksana sebagai wujud

kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan.

3.7 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan menentukan

orde reaksi berdaskan data hasil percobaan.

Indikator:

3.7.3 Menentukan orde reaksi dan konstanta laju reaksi

4.7 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan faktor-

faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi.

Indikator:

1.7.2 Menyimpulkan pengaruh konsentrasi dan luas permukaan berdasarkan data

eksperimen dan orde reaksi

C. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa mampu menentukan orde reaksi dan konstanta laju reaksi.

2. Menyimpulkan pengaruh konsentrasi dan luas permukaan berdasarkan data eksperimen

dan orde reaksi

108

D. Materi Pembelajaran

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi sebagai berikut:

1. Konsentrasi

Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi ini dapat dijelaskan dengan model

teori tumbukan. Makin tinggi konsentrasi berarti makin banyak molekul-molekul

dalam setiap satuan luas ruangan, dengan demikian tumbukan antar molekul makin

sering terjadi, semakin banyak tumbukan yang terjadi berarti kemungkinan untuk

menghasilkan tumbukan efektif semakin besar, dan reaksi berlangsung lebih cepat

(Oxtoby, 2001).

2. Luas Permukaan

Untuk reaksi heterogen (fasenya tidak sama), misalnya logam seng dengan

larutan asam klorida, laju reaksi selain dipengarhui oleh konsentrasi asam klorida

juga dipengaruhi oleh kondisi logam seng. Dalam jumlah (massa) yang sama

butiran logam seng akan bereaksi lebih lambat habis daripada serbuk seng.

Reaksi terjadi antara molekul - molekul asam klorida dalam larutan dengan

atom-atom seng yang bersentuhan langsung dengan asam klorida. Pada butiran seng

atom - atom seng yang bersentuhan langsung dengan asam klorida lebih sedikit

daripada pada serbuk seng, sebab atom-atom seng yang bersetuhan hanya atom seng

yang ada dipermukaan butiran, tetapi bila butiran seng tersebut dipecah menjadi

butiran - butiran yang lebih kecil, atau menjadi serbuk, maka atom-atom seng yang

semula didalam akan berada dipermukaan dan terdapat lebih banyak atom seng yang

secara bersamaan bereaksi dengan larutan asam klorida. Dengan menggunakan teori

tumbukan dapat dijelaskan bahwa semakin luas permukaan zat padat semakin

banyak tempat terjadinya tumbukan antar partikel zat yang bereaksi (Oxtoby, 2001).

3. Suhu

Peningkatan suhu meningkatkan fraksi molekul yang memiliki energi

melebihi energi aktivasi. Frekuensi tumbukan meningkat dengan meningkatnya suhu,

dan diharapkan hal tersebut sebagai faktor untuk mempercepat suatu reaksi kimia

(Petrucci, 1987, hlm.166). Harga tetapan laju reaksi (k) akan berubah bila suhunya

berubah, kenaikan sekitar 10oC akan menyebabkan harga tetapan laju reaksi menjadi

dua atau tiga kali. Dengan naiknya harga tetapan laju reaksi (k), maka reaksi akan

109

menjadi lebih cepat. Jadi dengan naiknya suhu akan mengakibatkan laju reaksi akan

berlangsung makin cepat.

Hal tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan teori tumbukan, yaitu bila

terjadi kenaikan suhu maka molekul - molekul yang bereaksi akan bergerak lebih

cepat, sehingga energi kinetiknya tinggi. Karena energi kinetiknya tinggi maka

energi yang dihasilkan pada tumbukan antar molekul akan menghasilkan energi yang

besar dan cukup untuk berlangsungnya reaksi. Dengan demikian semakin tinggi suhu

berarti akan kemungkinan terjadinya tumbukan yang menghasilkan energi juga

semakin banyak, dan berakibat reaksi berlangsung lebih cepat (Oxtoby, 2001).

4. Katalisator

Katalis ialah zat yang mengambil bagian dalam reaksi kimia dan

mempercepatnya, tetapi ia sendiri tidak mengalami perubahan kimia yang permanen.

Jadi, katalis tidak muncul dalam persamaan kimia secara keseluruhan, tetapi

kehadirannya sangat mempengaruhi hukum laju, memodifikasi, dan mempercepat

lintasan yang ada, atau lazimnya, membuat lintasan yang sama sekali baru bagi

kelangsungan reaksi. Katalis menimbulkan efek yang nyata pada laju reaksi,

meskipun dengan jumlah yang sangat sedkit. (Oxtoby, 2001)

E. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran

Model : Konvensional (caramah)

Pendekatan : Kontekstual

Metode : Diskusi dan tanya jawab

110

F. Langkah-langkah Pembelajaran

Tahapan Kegiatan Pembelajaran Alokasi

waktu Guru Siswa

Pendahuluan

4. Guru mengucapkan salam 5. Siswa menjawab salam

15’ 5. Guru memeriksa kehadiran

siswa

6. Siswa mendengarkan dan

memperhatikan guru

6. Guru menanyakan tentang

teori tumbukan

7. Siswa menjawab tentang teori

tumbukan

Inti

3. Guru memberikan gambar/

video mengenai reaksi

kimia

3. Siswa mengamati

gambar/video beberapa reaksi

kimia

60’

4. Guru menjelaskan materi

mengenai Faktor-faktor

yang mempengaruhi laju

reaksi

4. Siswa memperhatikan dan

mengamati materi yang sedang

dijelaskan

Guru mengistruksikan siswa

untuk menanya mengenai materi

yang tidak diketahui

Siswa menanyakan apa yang

menyebabkan terjadinya reaksi

kimia?

1. Guru memberikan siswa

beberapa soal latihan

mengenai perhitungan orde

reaksi

1. Siswa mencari jawaban atas

pertanyaan yang diberikan

2. Guru mengistruksikan siswa

untuk mengumpulkan

informasi dari sumber yang

ada

2. Siswa mencari informasi

tentang penyebab terjadinya

reaksi dalam kimia

Guru membimbing siswa

dalam menjawab soal

latihan orde reaksi

Siswa menjawab dan menganalisis

pertanyaan-pertanyaan yang

diberikan mengenai orde reaksi

111

Tahapan Kegiatan Pembelajaran Alokasi

waktu Guru Siswa

Guru menunjuk salah

seorang siswa untuk

menuliskan hasil

jawabannya di papan tulis

dan menjelaskan hasil yang

di dapat.

Salah seorang Siswa menuliskan

dan menyajikan hasil

jawabannya di papan tulis.

Akhir

Guru membimbing siswa

untuk memberikan

kesimpulan terhadap materi

yang sudah dibahas.

Siswa menyimpulkan

pengamatan yang mereka

lakukan.

15’

Guru menguatkan kembali

materi yang disampaikan

siswa serta menyimpulkan

kembali materi yang sudah

dibahas.

Siswa menyimak penjelasan

guru mengenai materi yang

sudah dibahas

Guru menutup pelajaran

dengan mengucapkan

hamdalah dan berdoa.

Siswa mengucapakan hamdalah

dan berdoa.

G. Penilaian

3. Kognitif (terlampir)

4. Afektif (terlampir)

Jakarta, 2 Desember 2016

Guru Kimia MAN 5 Jakarta Peneliti

Media Desi M.Pd Ummu Kalsum Andi Lajeng

NIM. 1112016200012

112

Lampiran 5. Lembar Kerja Siswa

Nama anggota kelompok:

1. …………………………

2. …………………………

3. …………………………

4. …………………………

5. …………………………

6. …………………………

7. …………………………

Lembar kerja siswa

Eksperimen Laju Reaksi

113

• Orientasi siswa pada masalah

•LKS menyajikan masalah pada siswa yang dapat membimbing siswa menemukan konsep sesuai tujuan pembelajaran

1

•Mengorganisasikan siswa untuk belajar

•Petunjuk dalam LKS dapat mengorganisasikan siswa dalam belajar

2

•Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

•Pada kegiatan "mencari solusi" membimbing siswa melakukan proses penyelesaian masalah

3

•Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

•Petunjuk dalam LKS membimbing sisw untuk dapat mengembangkan dan menyajikan proses pemecahan masalah

4

•Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

•Penyajian hasil karya membimbing siswa untuk menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

5

LKS ini dibuat untuk membantu siswa

belajar agar lebih mudah memahami dan

mengerti mengenai konsep Laju Reaksi. LKS

ini sudah dilengkap dengan tahapan-tahapan

model pembelajaran berbasis masalah

sehingga siswa mampu mengembangkan

sebuah solusi dari suatu masalah yang

berkaitan dengan laju reaksi dalam kehidupan

sehari-hari.

114

PETA KONSEP

LAJU REAKSI

Teori tumbukan Faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi

Perubahan waktu dan

konsentrasi

Tumbukan

efektif

Energi

Aktifasi

Katalis konsentrasi Suhu Luas

Permukaan

Persamaan reaksi

Orde Reaksi

Percobaan

115

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI

Gambar 1. Kolam Renang

Apakah kalian pernah berenang di

kolam renang? Tahukah anda kalau

kolam renang yang anda pakai

mengandung kaporit?

Kaporit atau kalsium hipoklorit adalah senyawa kimia

dengan rumus Ca(ClO2). Senyawa ini digunakan untuk

pengolahn air dan berbagai zat pemutih. Kaporit

digunakan untuk menjernihkan air yang digunakna pada

kolam renang.

Gambar 2. Kaporit

Gambar 3. Sebelum dan sesudah

penambahan kaporit

Coba kalian perhatikan gambar di samping!

Air dalam kolam renang yang sebelum ditambahkan kaporit

terlihat keruh dan kotor, tetapi setelah ditambahkan kaporit air kolam tersebut menjadi jernih.

Semakin banyak kaporit yang digunakan dalam air maka akan

semakin jernih air tersebut. Lalu apa hubungan antara wacana

dengan judul di atas?

Hubungkan Hipotesis kalian dengan materi teori tumbukan yang telah kalian pelajari!

A. Konsentrasi

116

Diskusikan Bersama kelompok!

Identifikasi

Masalah

Tuliskan masalah yang ditemukan pada wacana di atas?

Menetapkan

jawaban

sementara

Menurut pendapat kalian bagaimana hubungan konsentrasi terhadap laju reaksi

Mencari data

yang relevan Carilah jawaban dari pertanyaan di bawah ini melalui sumber yang kalian miliki atau dari sumber lain!

1. apa yang kalian ketahui tentang konsentrasi

2. Jika dua larutan dengan konsentrasi yang berbeda direaksikan apa yang harus dilakukan agar reaksi berjalan

lebih cepat?

Menguji

kebenaran

jawaban

Apakah jawaban diatas sesuai dengan sumber yang kalian

dapatkan?

Menarik

kesimpulan Tulislah hippotesis (Kesimpulan sementara) awal kalian mengenai pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi.

Sumber:http://www.academia.edu/7391333/LKS_Kurikulum_2013_Orde_dan_Pe

rsamaan_Laju_Reaksi

117

Untuk membuktikan hipotesis kalian mari kita lakukan

eksperimen sederhana di bawah ini!

EKSPERIMEN 1

A. Judul :

B. Tujuan :

C. Alat dan Bahan

D. Langkah Kerja

1. Tulis tanda X pada suatu kertas, lalu letakkan tanda tersebut di bawah

Erlenmeyer yang berisi larutan HCl 1 M 10 ml

2. Masukkan larutan Na2S2O3 1M kedalam larutan HCL 10 mL

3. Hitung lamanya waktu yang digunakan hingga tanda X tidak terlihat dari

atas larutan tersebut.

4. Ulangi prosedur yang sama dengan menggunakan HCl 1 M -

Na2S2O3 0,5 M; HCl 1 M - Na2S2O3 0,25 M; Na2S2O3 1 M - HCl 1 M;

Na2S2O3 1 M - HCl 0,5 M; dan Na2S2O3 1 M - HCl 0,25 M;

NO. Alat Bahan:

1. Gelas Kimia 50 ml Larutan Na2S2O3 1 M; 0,5 M; 0,25 M;

2. Gelas ukur 5 ml Larutan HCl 1 M; 0,5 M; 0,25 M;

3. Stopwatch

4. Spidol

5. Kertas ukuran 4cm x 4cm

118

Isilah hasil pengamatan yang telah anda dapat pada tabel yang sudah disediakan!

E. Hasil Eksperimen

Tabel 1.1 hasil pengamatan

NO. Larutan HCl (M) Larutan Na2S2O3

(M) Waktu (s)

V= 1/Waktu

(M/s)

1. 1 M 1 M

2. 1 M 0,5 M

3. 1 M 0,25 M

Tabel 1.2 hasil pengamatan

NO. Larutan Na2S2O3

(M) Larutan HCl (M) Waktu (s)

V= 1/Waktu

(M/s)

1. 1 M 1 M

2. 1 M 0,5 M

3. 1 M 0,25 M

F. Pembahasan

119

G. Pertanyaan

Berdasarkan tabel hasil pengamatan, diskusikan pertanyaan berikut dengan

teman sekelompokmu !

1. Reaksi percobaan manakah yang berlangsung paling cepat? (pada kertas

tidak terlihat tanda X)

2. Apa yang menyebabkan perbedaan laju reaksi dari eksperimen yang

dilakukan?

3. Dari eksperimen yang dilakukan, bagaimana pengaruh perubahan

konsentrasi terhadap laju reaksi?

4. Apakah hipotesis awal anda mengenai konsentrasi terhadap laju reaksi

terbukti setelah dilakukan eksperimen ini? Jelaskan

5. Tuliskan pengertian lau reaksi secara singkat dari eksperimen yang

kamu lakukan!

H. Kesimpulan

120

Gambar disamping merupakan gambar bapak-bapak

sedang memotong motong kayu untuk dijadikan

sebagai bahan bakar memasak. Sebelum adanya

penggunaan minyak tanah dan gas LPG, Biasanya di

daerah kampung kayu bakar digunakan untuk

memasak.

Tahukah kalian mengapa kayu bakar selalu dibelah

terlebih dahulu sebelum digunakan? Pembelahan kayu

bakar berfungsi untuk memperkecil ukuran kayu

Gambar 4. Bapak-bapak

memotong kayu

tersebut agar reaksi pemanasan lebih cepat terjadi sehingga menghasilkan panas yang

baik. Sebaliknya kayu dengan ukuran yang besar akan lebih lambat menghasilkan

rekais pemanasan.

Apakah kalian mengetahui apa hubungan ukuran kayu dengan cepatnya reaksi

pemanasan?

Jika belum mengetahui coba perhatikan penjelasan dibawah ini…

Gambar A dianalogikan sebagai kayu

berukuran besar sedangkan gambar B

dianalogikan sebagai kayu berukuran

kecil. Pada reaksi pembakaran bila kayu

besar tersebut dibakar, permukaan kayu

yang bereaksi dengan api lebih sedikit

dibandingkan dengan potongan-potongan

kecil kayu yang direaksin dengan api.

A B

Gambar 5. Analogi Bentuk Kayu

Kenapa hal itu bisa dapat terjadi?

Silahkan kalian bayangkan luas permukaan manakah yang paling luas. Balok dengan

ukuran besar atau balok dengan ukuran kecil (potongan balok besar menjadi 9 balok

kecil)?

Sumber: http://www.bawean.net/2009/04/bawean-sore-hari_06.html

B. Luas Permukaan

121

Diskusikan Bersama!

Identifikasi

Masalah

Tuliskan masalah yang ditemukan pada wacana di atas?

Menetapkan

jawaban

sementara

Menurut pendapat kalian bagaimana hubungan luas

permukaan terhadap laju reaksi

Mencari data

yang relevan Carilah jawaban dari pertanyaan di bawah ini melalui sumber yang kalian miliki atau dari sumber lain!

1. apa yang kalian ketahui tentang luas permukaan

2. terkait dengan materi luas permukaan, apabila direaksikan batu pualam (CaCO3) dengan larutan HCl

1M, apa yang harus dilakukan agar reaksi berjalan cepat?

Menguji

kebenaran

jawaban

Apakah jawaban diatas sesuai dengan sumber yang kalian dapatkan?

Menarik

kesimpulan Tulislah hippotesis awal kalian mengenai pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi.

122

Untuk membuktikann hipotesis kalian mengenai pengaruh luas permukaan

terhadap laju reaksi, lakukan eksperimen sederhana di abwah ini!

EKSPERIMEN 2

A. Judul :

B. Tujuan :

C. Alat dan Bahan

Alat Bahan

Tabung Reaksi 2 buah CaCO3 Serbuk 1 gram

Stopwatch 1buah CaCO3 Bongkahan 1 gram

Gelas Ukur 10ml 1 buah Larutan HCl 0,1M 10 ml

D. Langkah Kerja

1. Sediakan larutan HCl 0,1 M sebanyak 10 ml masukkan dalam 2 tabung

reaksi, Tabung A dan Tabung B

2. Masukkan 1 gram serbuk CaCO3 dalam tabung reaksi yang berisi HCl

pada tabung A

3. Amati reaksi dan ukur waktu yang diperlukan sampai serbuk CaCO3

habis bereaksi.

4. Masukkan 1 gram bongkahan CaCO3 dalam tabung reaksi yang berisi

HCl pada tabung B

5. Amati reaksi dan ukur waktu yang diperlukan sampai bongkahan

CaCO3 habis bereaksi.

E. Hasil Eksperimen

Perlakuan Waktu (detik)

Keterangan

Tabung A (1 gram

serbuk CaCO3 + 5 ml)

Tabung B (1 gram

serbuk CaCO3 + 5 ml)

123

F. Pembahasan

G. Pertanyaan

1. reaksi yang lebih cepat terjadi antara bongkahan dan serbuk CaCO3

2. Apa Hipotesis awal anda mengenai luas permukaan terhadap laju

reaksi setelah dilakukan eksperimen?

3. Apa pengerian laju reaksi berdasarkan eksperimn yang telah kamu

lakukan?

H. Kesimpulan

124

Apakah kalian pernah memasak air?

Saat memasak air, api dari kompor

sangat berpengaruh terhadap kematangan

masakan. Dengan menggunakan api

besar maka air cepat mendidih

sedangkan dengan api kecil air akan

lambat dalam mendidih.

Gambar 8. Air mendidih

Kenapa hal itu bisa terjadi?

Karena saat memasak dengan api besar maka terjadi kenaikan suhu,

dengan naiknya suhu maka partikrl-partikel air makin cepat bertumbukan

sehingga banyak terjadi tunbukan antara partikel air tersebut. Sebaliknya

saat menggunakan api kecil maka kenaikan suhu tidak terjadi kenaikan

suhu yang drastic maka pergerakan partikel air tidak terlalu cepat dan

tumbukan antar partikel air banyak terjadi, sehingga air lambat mendidih.

Coba kaitkan kembali dengan materi teori umbukan yang telah dipelajari!

Sumber: http://www.organisasi.org/1970/01/lama-waktu-merebus-air-minum

C. SUHU

125

Diskusikan Bersama!

Identifikasi

Masalah

Tuliskan masalah yang ditemukan pada wacana di atas?

Menetapkan

jawaban

sementara

Menurut pendapat kalian bagaimana hubungan antara suhu terhadap laju reaksi

Mencari data

yang relevan Carilah jawaban dari pertanyaan di bawah ini melalui sumber yang kalian miliki atau dari sumber lain!

1. apa yang kalian ketahui tentang suhu/ temperature?

2. terkait dengan materi suhu/ temperature, apaa yang dilakukan dalam usaha untuk mempercepat suatu

reaksi?

Menguji

kebenaran

jawaban

Apakah jawaban diatas sesuai dengan sumber yang kalian dapatkan?

Menarik

kesimpulan

Tulislah hippotesis awal kalian mengenai pengaruh suhu

terhadap laju reaksi.

126

Untuk membuktikann hipotesis kalian mengenai pengaruh luas permukaan

terhadap laju reaksi, lakukan eksperimen sederhana di abwah ini!

EKSPERIMEN 3

A. Judul :

B. Tujuan :

C. Alat dan Bahan

Alat Bahan

Gelas Kimia 100 ml/ Labu erlenmeyer 2buah

CaCO3 Serbuk 1 gram

Stopwatch 1 buah Larutan Natrium tiosulfat

(Na2S2O3) 0,1 M 80 ml

Gelas Ukur 10ml 1 buah Larutan HCl 0,1 M 50 ml

Pembakar spritus 1 buah

Kaki tiga 1 buah

Kawat kasa 1 buah

Termemoter 1 buah

Kertas dan spidol 1 buah

D. Langkah Kerja

1. Lipat kertas menjadi dua kemudian buat tanda silang lalu letakkan

Erlenmeyer yang berisi 20 ml Na2S2O3 0,1 M di atas kertas tersebut.

2. Ukur suhu larutan 25 ml Na2S2O3 0,1 M

3. Tambahkan larutan 5ml HCl 1 M kemudian catat waktu yang diperlukan

untuk menghilangkan tanda silang pada kertas tersebut.

4. Lakukan kembali eksperimen diatas dengam menambahkan suhu Na2S2O3

(10o C DIdi atas ekperimen sebelumnya). Lakukan ekperimen tersebut

hingga 3 kali suhu Na2S2O3 !

127

E. Hasil Eksperimen

F. Pembahasan

G. Pertanyaan

1. Apa yang terjadi jika natrium tiosulfat dilarutkan dengan asam klorida?

2. Reaksi manakah yang menunjukkan laju reaksi cepat? Bagaimana

reaksi itu bisa terjadi?

No Suhu (0C) Na2S2O3 0,1 M 20 ml HCl 1 M Waktu (detik)

1 Suhu ruangan……. 10 ml

2 …. + 100C = 10 ml

3 …. + 200C = 10 ml

4 …. + 300C = 10 ml

128

3. Bagaimana pengaruh sushu terhadap laju reaksi antara natrium tiosulfat

dengan asam klorida?

4. Apakah hipitesis awal anda mengenai pengaruh suhu terhadap laju

reaksi setelah dilakukan praktikum?

5. tulislah pengertian laju reaksi secara singkat dari eksperimen yang

kamu lakuakan!

H. Kesimpulan

129

Snow Mountain Tunnel

Pernahkah kalian naik mobil melintasi bagian

dalam perut gunung? Jadi, sepanjang jalan

Anda hanya melihat tembok saja. Kejadian ini

bisa Anda rasakan dengan melewati Snow

Mountain. Hsuehshan Tunnel atau lebih

dikenal Snow Mountain Tunnel adalah

terowongan yang menembus perut gunung dan

terpanjang kedua di Asia, dari Taipei ke Yilan

Gambar 9. Trowongan Hsuehshan Tunnel

sepanjang 12,9 km. bisa ditempuh dengan 1 jam saja, jika tidak melewati trowongan akan memakan waktu 2-3 jam atau lebih.

Kemudian apa kaitannya wacana mengenai Snoe Mountain Tunnel dengan judul diatas?

Apa yang dimaksud dengan katalis?

Coba perhatikan kembali wacana diatas, terowongan berfungsi untuk

mempercepat waktu perjalanan. fungsi katalis dalam suatu reaksi adalah sama

dengan fungsi trowongan tersebut. Penambahan katalis berpengaruh terhadap

energi aktifasi (Ea). Sebuah katalis memberikan jalan reaksi lain dengan energy

aktivasi (Ea) lebih rendah.

Sumber: http://jadiberita.com/29408/snow-mountain-terowongan-yang-bisa-menembus-gunung.html

D. KATALIS

130

Diskusikan Bersama!

Identifikasi

Masalah

Tuliskan masalah yang ditemukan pada wacana di atas?

Menetapkan

jawaban

sementara

Menurut pendapat kalian bagaimana hubungan antara katalis terhadap laju reaksi

Mencari data

yang relevan

Carilah jawaban dari pertanyaan di bawah ini melalui sumber

yang kalian miliki atau dari sumber lain!

1. apa yang kalian ketahui tentang katalis?

2. terkait dengan materi katalis, apa yang harus dilakukan dalam usaha untuk mempercepat suatu reaksi?

Menguji

kebenaran

jawaban

Apakah jawaban diatas sesuai dengan sumber yang kalian dapatkan?

Menarik

kesimpulan Tulislah hippotesis awal kalian mengenai pengaruh katalis terhadap laju reaksi.

131

Untuk membuktikann hipotesis kalian mengenai pengaruh luas permukaan

terhadap laju reaksi, lakukan eksperimen sederhana di abwah ini

EKSPERIMEN 4

A. Judul :

B. Tujuan :

C. Alat dan Bahan

Alat Bahan

Tabung reaksi 3 buah Larutan Hidrogen peroksida (H2O2) 5% 10ml

Gelas ukur 10 ml 1 buah Larutan Besi (III) Klorida (FeCl3) 0,1 M 1 ml

Pipet tetes 2 buah Larutan natrium klorida (NaCl) 0,1 M 1 ml

D. Langkah Kerja

1. Siapkan 3 tabung reaksi masing masing berisikan larutan Hidrogen

peroksida (H2O2) 5% 3ml

2. Tandai tabung satu sebagai pembanding, kemudian masukkan Larutan

Besi (III) Klorida (FeCl3) 0,1 M 1 ml kedalam tabung reaksi kedua dan

3. Masukkan larutan natrium klorida (NaCl) 0,1 M 1 ml kedalam tabung

reaksi ketiga

4. Lalu hitung dan catat waktu yang diperlukan samoai gelembung habis

E. Hasil Eksperimen

Gelas kimia Larutan Waktunya Keterangan

I H2O2

II H2O2 + NaCl

III H2O2 + FeCl3

132

F. Pembahasan

G. Pertanyaan

1. Bandingkan jumlah gas yang terbentuk pada gelas kimia I, II, dan II?

2. Zat manakah yang bekerja sebagai katalisator pada penguraian H2O2?

3. Bagaimana pengaruh penambahan zat katalisator tersebut terhadap laju

reaksi?

4. Apakah hipotesis Anda mengenai luas permukaan terhadap laju reaksi

terbukti setelah melakukan percobaan ini? Jelaskan!

133

5. Tuliskan pengertian laju reaksi secara singkat dari percobaan yang

kamu lakukan

6. Tuliskan persamaan kimia pada percobaan tersebut!

H. Kesimpulan

134

ORDE REAKSI

Kompetensi Dasar:

3.7 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan menentukan

orde reaksi berdasarkan data hasil percobaan.

4.7 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan

faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi.

Indikator:

3.7.1 Menentukan orde reaksi berdasarkan data hasil percobaan.

4.7.1 Menyajikan data hasil percobaan dalam menentukan orde reaksi

4.7.2 Menyimpulkan data hasil percobaan dalam menentukan orde reaksi

Setelah melakukan percobaan pengaruh laju reaksi terhadap konsentrasi,

menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi maka semakin cepat Na₂S₂O₃ dan

HCl bereaksi. Hal tersebut dapat dilihat dari waktu yang didapatkan dalam reaksi

larutan Na₂S₂O₃ dan HCl yang semakin cepat untuk konsentrasi yang lebih besar.

Begitupun sebaliknya, ketika konsentrasi antara kedua larutan kecil waktu yang

didapatkan reaksi semakin lambat. Menurut persamaan kimia, Larutan Natrium

tiosulfat dan larutan asam klorida bereaksi adalah sebagai berikut:

Na₂S₂O₃(aq) + 2HCl(aq) ----> SO₂ (g) + S(s) + 2NaCl(aq) + H2O(l)

Berdasarkan hasil percobaan penentuan laju reaksi diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1

NO. Larutan HCl (M) Larutan Na2S2O3 (M) Waktu (s) V= 1/Waktu

(M/s)

1. 1 M 1 M

135

2. 1 M 0,5 M

3. 1 M 0,25 M

Tabel 2

NO. Larutan Na2S2O3 (M) Larutan HCl (M) Waktu (s) V= 1/Waktu

(M/s)

4. 1 M 1 M

5. 1 M 0,5 M

6. 1 M 0,25 M

Buatlah hipotesis dari permasalahan yang ada !

a. Apa yang Anda ketahui tentang Orde reaksi?

b. Bagaimana hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi?

c. Bagaimana hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi dan orde

reaksi?

d. Dari data percobaan tabel 1 dan tabel 2, tentukan orde reaksi terhadap

Na₂S₂O₃ dan HCl dan tuliskan persamaan laju reaksinya?

136

Perhatikan Gambar berikut:

Konsentrasi reaktan

Gambar 1.1 Grafik orde reaksi nol, orde satu, orde dua

Orde reaksi menyatakan besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju

reaksi. Orde reaksi hanya dapat ditentukan secara eksperimen. Jika laju suatu

reaksi dinyatakan dengan persamaan v =k [A2]x[B2]y , maka orde reaksi terhadap

A adalah x, orde reaksi terhadap B adalah y, dan orde reaksi terhadap B adalah y,

dan orde reaksi keseluruhan merupakan jumlah semua pangkat yang terdapat pada

persamaan laju reaksi. Jadi orde rekasi total persamaan laju reaksi diatas adalah

x+y

Diskusikan pertanyaan berikut dengan teman sekelompokmu !

1. Dari gambar 1.1, bagaimana hubungan laju reaksi terhadap konsentrasi

reaktan pada orde 0?

2. Dari gambar 1.1, bagaimana hubungan laju reaksi terhadap konsentrasi

reaktan pada orde 1?

137

3. Dari gambar 1.1, bagaimana hubungan laju reaksi terhadap konsentrasi

reaktan pada orde 2?

4. Bagaimana persamaan reaksi dari orde nol?

5. Bagaimana persamaan reaksi dari orde 1?

6. Bagaimana persamaan reaksi dari orde 2?

7. Pada percobaan di atas, dari tabel 1 dan 2. Tentukan orde reaksi dan

persamaan reaksi terhadap Na₂S₂O₃ dan HCl?

138

Kesimpulan

140

Lampiran 6. Kisi –Kisi Lembar Observasi

No Sintaks Model PBL Kegiatan pembelajaran Indikator

1 Orientasi siswa

kepada masalah

Siswa disajikan masalah

untuk mencari pemecahan masalahnya

Strategi mengelola informasi, Pengetahuan

Prosedural. Siswa memusatkan

perhatian terhadap penjelasan guru mengenai pembelajaran yang akan

dilakukan

2 Organisasi siswa terhadap

pembelajaran

Siswa berkelompok dan membagi tugas untuk

pemecahan masalah

Pengetahuan deklaratif,

Pemantauan terhadap

pemahaman

3 Mengorganisasi siswa

dalam belajar

Siswa melakukan

penyelidikan untuk menyelesaikan masalah

Pengetahuan

Deklaratif, Pengetahuan

Prosedural, Pengetahuan Kondisional

Guru membimbing siswa

selama penyelidikan

4 Mengembangkan dan

mempresentasikan hasil karya serta

menyajikannya

Siswa mengkomunikasikan

hasil penyelidikan melalui presentasi

Pengetahuan

deklaratif, Pengetahuan

prosedural

5 Menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru dan siswa mengevaluasi hasil

penyelidikan sebagai bentuk dari pemecahan masalah

Evaluasi, Strategi perbaikan

141

Lampiran 7. Lembar Observasi

Lembar Observasi

Keterlaksanaan Model PBL

Sekolah : MAN 5 JAKARTA

Mata Pelajaran : KIMIA – Peminatan Bidang MIPA Kelas/Semester : XI/Ganjil

Materi Pokok : Laju Reaksi Pertemuan Ke- : 1 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

Tahapan Kegiatan Pembelajaran Aspek

kesadaran

metakognisi

Keterlaksanaan

Guru Siswa Ya Tidak

Pendahuluan

1. Guru mengucapkan salam 1. Siswa menjawab salam

2. Guru memeriksa kehadiran siswa 2. Siswa mendengarkan dan memperhatikan guru

3. Guru menanyakan tentang syarat-

syarat terjadinya suatu reaksi kimia.

3. Siswa menjawab pertanyaan guru

tentang syarat-syarat terjadinya suatu reaksi kimia.

4. Guru memberikan soal pre tes 4. Siswa mengerjakan soal yang

diberikan guru

Inti

Tahap 1: Orientasi siswa pada

masalah

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran materi laju reaksi dan

menjelaskan langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah yang harus dilakukan oleh setiap

kelompok selama pembelajaran

1. Siswa mendengarkan tujuan

pembelajaran materi laju reaksi,

dan mendengarkan langkah-langkah pembelajaran berbasis

masalah yang harus dilakukan oleh setiap kelompok selama pembelajaran

142

Tahapan Kegiatan Pembelajaran Aspek

kesadaran

metakognisi

Keterlaksanaan

Guru Siswa Ya Tidak

2. Guru membagikan LKS yang berisi wacana mengenai konsep faktor-faktor yang mempengaruhi laju

reaksi

2. Setiap perwakilan kelompok menerima LKS dan membacakan wacana mengenai

konsep faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi di

depan anggota kelompoknya

Inti

3. Guru menginstruksikan siswa untuk menuliskan pendapat siswa mengenai problem scenario yang

dibacakan

3. Salah seorang siswa pada Setiap kelompok menuliskaan pendapat mereka mengenai

problem scenario yang dibacakan dan mencari tahu

informasi-informasi yang ada dalam LKS yang berisi problem scenario melalui berbagai

sumber.

Strategi

mengelola

informasi,

Pengetahuan

Prosedural

Tahap 2: Mengorganisasi siswa dalam

belajar

Guru membagi siswa kedalam 4 kelompok sesuai dengan 4 faktor-faktor

yang mempengaruhi laju reaksi

Siswa berkumpul dengan kelompoknya dan ketua kelompok

membagikan tugas kepada anggota kelompoknya untuk menyelesaikan

masalah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

Pengetahuan

Deklaratif,

Pemantauan

terhadap

pemahaman

Tahap 3: Membimbing penyelidikan

individual maupun

kelompok

1. Siswa mengidentifikasi masalah,

Pengetahuan

Prosedural

143

Tahapan Kegiatan Pembelajaran Aspek

kesadaran

metakognisi

Keterlaksanaan

Guru Siswa Ya Tidak

1. Guru mengatur siswa untuk

mengidentifikasi masalah dengan

mereview pengetahuan relevan yang berkaitan dengan konsep faktor-

faktor yang mempengaruhi laju reaksi

mereview pengetahuan relevan yang berkaitan dengan konsep laju reaksi, dan membuat hipotesis

sebelum mengerjakan permasalahan yang diberikan

Inti

2. Guru mengunjungi setiap kelompok dan merespon pertanyaan dari siswa

atas kesulitan yang mereka hadapi

2. Siswa mulai mencari konsep-konsep yang dibutuhkan untuk menjawab

pertanyaan di dalam problem scenario dari berbagai sumber dan

bertanya mengenai kesulitan yang dihadapi ketika menyelesaikan problem scenario

Pengetahuan

deklaratif Pengetahuan prosedural

3. Guru menginstruksikan siswa untuk melakukan eksperimen terkait

masalah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

3. Siswa melakukan persiapan untuk melakukan eksperimen Perencanaan

4. Guru memantau siswa dalam melakukan eksperimen

4. Setiap kelompok merancang dan melakukan eksperimen

Pengetahuan prosedural

5. Guru membimbing siswa dalam menganalisis hasil penyelidikannya,

menjawab hasil hipotesis, mencatat hasil penyelidikan, dan membuat kesimpulan di lembar kegiatan yang

telah diberikan.

5. Siswa menganalisis hasil penyelidikannya, menjawab hasil

hipotesis, mencatat hasil penyelidikan, dan membuat kesimpulan di lembar kegiatan

yang telah diberikan.

Pengetahuan Deklaratif,

Pengetahuan Prosedural, Pengetahuan

Kondisional

Tahap 4: Mengembangkan dan

menyajikan hasil

Pengetahuan prosedural

144

Tahapan Kegiatan Pembelajaran Aspek

kesadaran

metakognisi

Keterlaksanaan

Guru Siswa Ya Tidak

karya

1. Guru menginstruksikan siswa untuk

membuat laporan sementara yang kemudian akan di presentasikan .

1. Siswa membuat hasil laporan

sementara.

2. Guru meminta setiap kelompok

untuk mempresentasikan hasil laporan di depan kelas.

2. Perwakilan setiap kelompok

mempresentasikan hasil laporan sementara setiap kelompok.

Pengetahuan Kondisional

Inti

Tahap 5: Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

1. Guru menginstruksikan siswa untuk saling berdiskusi dan bertanya kepada

kelompok lain mengenai masalah yang berhubungan dengan faktor-

faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

1. Siswa saling berdiskusi dan menganalisis hasil yang mereka peroleh

Evaluasi, Strategi

perbaikan

2. Guru menguatkan kembali jawaban yang tepat atas masalah yang telah

diberikan.

2. Siswa memperhatikan jawaban yang tepat atas masalah yang telah

diberikan.

3. Guru menyuruh salah seorang siswa untuk menyimpulkan pembelajaran

yang telah berlangsung

3. Salah seorang siswa memberikan kesimpulan mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi laju reaksi

4. Guru menyimpulkan kembali mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

4. Siswa memperhatikan guru memberi kesimpulan dan mengoreksi kembali hasil yang

mereka dapatkan

Penutup 1. Guru menugaskan siswa untuk

mengisi pertanyaan-pertanyaan di 1. Siswa memperhatikan tugas yang

diberikan guru.

145

Tahapan Kegiatan Pembelajaran Aspek

kesadaran

metakognisi

Keterlaksanaan

Guru Siswa Ya Tidak

dalam lks yang kemudian akan di bahas dan di diskusikan kembali dipertemuan berikutnya.

2. Guru menutup pembelajaran dengan

membaca doa

2. Siswa membaca doa bersama

Mengetahui, November 2016

Observer

(........................................)

146

Lembar Observasi

Keterlaksanaan Model PBL

Sekolah : MAN 5 JAKARTA

Mata Pelajaran : KIMIA – Peminatan Bidang MIPA Kelas/Semester : XI/Ganjil

Materi Pokok : Laju Reaksi Pertemuan Ke- : 2 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

Tahapan Kegiatan Pembelajaran Indikator

kesadaran

metakognisi

Keterlaksanaan

Guru Siswa Ya Tidak

Pendahuluan

1. Guru memberikan salam

kepada siswa, mengajak berdoa, dan mengkondisikan kesiapan siswa untuk mengikuti

pembelajaran

Siswa menjawab salam

2. Guru memberitahukan bahwa

setelah selesai pelajaran materi laju reaksi siswa akan mengerjakan soal postest

Siswa mempersiapkan diri untuk menjawab soal postest

diakhir pembelajaran

3. Guru mengulas kembali materi minggu lalu tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi laju reaksi

Siswa memperhatikan guru di depan kelas

Inti

Tahap 1: Orientasi siswa pada

masalah

Siswa mengamati kembali

Pemantauan, strategi

mengelola

147

Tahapan Kegiatan Pembelajaran Indikator

kesadaran

metakognisi

Keterlaksanaan

Guru Siswa Ya Tidak

Guru meminta siswa untuk mengamati kembali permasalahan di dalam LKS

tentang “Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi”

masalah pada LKS yang menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi laju

reaksi

informasi, Perencanaan

Inti

Tahap 2: Mengorganisasi siswa

dalam belajar

1. Guru menjelaskan perhitungan orde reaksi melalui tabel data

hasil percobaan

Siswa memperhatikan

penjelasan guru mengenai perhitungan orde reaksi di

depan kelas.

Strategi mengelola informasi

1. Guru menginstruksikan siswa unutk bertanya mengenai

kesulitan dalam menghitung orde reaksi

Siswa bertanya kepada guru mengenai kesulitan yang

dihadapi selama menyelesaikan soal yang ada

di LKS

Pengetahuan Deklaratif

Tahap 3: Membimbing

penyelidikan individual

maupun kelompok

1. Guru Membimbing kepada

setiap kelompok dalam mengerjakan soal

Siswa mulai mencari jawaban yang tepat pada LKS melalui

berbagai sumber belajar.

Pengetahuan

Prosedural, Strategi

mengelola informasi,

pengetahuan

Kondisional, Pengetahuan

deklaratif.

2. Guru meminta siswa untuk mengerjakan pertanyaan-

pertanyaan yang terdapat pada LKS

Siswa mengerjakan pertanyaan yang ada di LKS

Tahap 4: Mengembangkan dan Pengetahuan

148

Tahapan Kegiatan Pembelajaran Indikator

kesadaran

metakognisi

Keterlaksanaan

Guru Siswa Ya Tidak

menyajikan hasil

karya

Guru menginstruksikan siswa

untuk melaporkan hasil perhitungan yang mereka

dapatkan

Setiap kelompok melaporkan hasil perhitungan orde reaksi

yang mereka dapatkan di depan kelompok lain

prosedural, Pengetahuan kondisional

Tahap 5: Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

1. Guru meminta setiap kelompok

untuk mengoreksi dan

menganalisis hasil yang

presentasikan kelompok lain.

Masing-masing kelompok

mengecek kembali dan

menganalisis apakah hasil

yang di dapat sesuai dengan

kelompok lain. Strategi

perbaikan,

evaluasi

2. Guru menguatkan kembali jawaban yang tepat atas masalah yang telah diberikan.

Siswa memperhatikan jawaban yang tepat atas masalah yang telah diberikan.

3. Guru menyuruh salah seorang siswa untuk menyimpulkan

pembelajaran yang telah berlangsung

Salah seorang siswa memberikan kesimpulan

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

4. Guru menyimpulkan kembali

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

Siswa memperhatikan guru

memberi kesimpulan

Penutupan Guru menutup pembelajaran. Siswa mengucapkan salam

149

Mengetahui, November 2016

Observer

(.......................................)

150

Lampiran 8. Kisi-kisi Tes Kesadaran Metakognitif

KISI-KISI TES KESADARAN METAKOGNITIF

Indikator Umum Indikator Khusus No Pernyataan Jumlah

1. Pengetahuan deklaratif

a) Menyadari kelebihan dan kelemahan diri

dalam belajar

1 Saya mengerti apa yang saya pelajari dalam konsep laju reaksi.

3 2 Saya dapat mengingat konsep laju reaksi.

3 Saya mengetahui kelemahan saya dalam menghitung orde

reaksi.

b) Mengetahui apa yang harus dikuasai

4 Saya mengetahui konsep penting yang akan dipelajari pada konsep laju reaksi.

2 5 Saya dapat mengingat kembali konsep-konsep kimia yang

diperlukan sebelum mempelajari konsep laju reaksi.

2. Pengetahuan prosedural

Menggunakan strategi dalam belajar

6 Untuk menentukan orde reaksi, Saya mencari konsentrasi zat yang sama pada data hasil percobaan.

3

7 Saya mengatahui langkah-langkah dalam menjawab soal

orde reaksi.

8 Ketika saya mengidentifikasi masalah faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, maka saya akan mencari sumber yang relevan agar saya dapat memahami konsep tersebut.

3. Pengetahuan

kondisional

a) Mengetahui strategi

belajar yang sesuai pada tiap kondisi.

9 Saya akan mengolah setiap informasi yang saya temukan

dalam wacana mengenai masalah pengaruh konsentrasi untuk menghubungkannya dengan konsep teori tumbukan.

3 11 Saya menggunakan strategi belajar yang paling mudah

seperti menghapal materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi untuk meningkatkan pemahaman saya terhadap

konsep laju reaksi.

21 Saya membaca petunjuk soal dengan teliti sebelum saya memulai mengerjakan soal konsep laju reaksi

b) Menggunakan strategi belajar sesuai kondisi

12 Saya mengidentifikasi masalah terlebih dahulu untuk memecahkan permasalahan pada konsep laju reaksi.

4

151

Indikator Umum Indikator Khusus No Pernyataan Jumlah

13 Saya dapat memotivasi diri saya sendiri untuk belajar konsep laju reaksi ketika saya memerlukannya.

14 Saya menghubungkan konsep laju reaksi dalam kehidupan

sehari-hari agar lebih mudah memahami konsep tersebut.

17 Saya memikirkan beberapa cara untuk menyelesaikan soal menentukan orde reaksi dengan memilih cara yang lebih

mudah.

4. Perencanaan

a) Mengembangkan

rencana untuk mencapai tujuan

belajarnya

15 Ketika saya menjawab soal menentukan orde reaksi, maka saya akan menyusun langkah-langkah yang saya butuhkan untuk menjawab soal tersebut.

2

16 Saya akan membaca wacana yang ada dalam LKS secara

berulang-ulang ketika saya tidak memahami informasi di dalamnya.

b) Merencanakan sumber

referensi yang diperlukan untuk dapat mencapai

tujuan belajarnya

20 Pada saat menjawab soal berbentuk masalah dalam konsep

laju reaksi maka saya akan mencari jawaban yang sesuai dengan teori tersebut.

1

c) Merencanakan penggunaan waktu untuk mencapai tujuan

belajarnya

22 Saya selalu mempertimbangkan berapa lama waktu yang saya perlukan dalam menyelesaikan soal laju reaksi.

2 18 Saya menggunakan waktu dengan sebaik mungkin untuk

belajar konsep laju reaksi

5. Strategi mengelola informasi

a) Menggunakan strategi untuk dapat memahami informasi

24 Saya memfokuskan perhatian saya terhadap informasi-informasi penting.

2 26 Ketika saya mempelajari konsep laju reaksi, saya akan menghubungkan pengetahuan saya tentang teori tumbukan

yang telah saya pelajari sebelumnya.

b) Menetapkan strategi belajar

27 Saya membuat langkah-langkah praktikum yang sedang saya pelajari melalui gambar atau flowchart untuk membantu

saya memahami langkah-langkah tersebut .

2

28 Saya menghubungkan antara teori tumbukan dengan data hasil eksperimen untuk menetapkan faktor-faktor yang

152

Indikator Umum Indikator Khusus No Pernyataan Jumlah

mempengaruhi laju reaksi.

6. Pemantauan terhadaap

pemahaman

a) Memantau proses belajar

29 Untuk memecahkan atau menyelesaikan soal laju reaksi, saya mempertimbangkan semua pilihan yang ada ketika

menyelesaikan soal tersebut.

3 30 Saya menganalisis manfaat strategi-strategi yang saya gunakan ketika belajar konsep laju reaksi.

31 Saya mengkoreksi kembali jawaban dalam menentukan orde

reaksi yang saya kerjakan.

b) Memantau

pemahaman terhadap suatu hal

32 Saya selalu mengingat kembali konsep-konsep yang telah saya pelajari untuk meningkatkan pemahaman saya pada materi laju reaksi.

3 33

Ketika membaca konsep laju reaksi, Saya mengecek kembali pemahaman saya.

34 Saya mengamati pemahaman saya ketika belajar konsep laju reaksi.

7. Strategi

Perbaikan

Menetapkan strategi

belajar untuk

meningkatkan

pemahaman

35

Ketika saya tidak mengerti salah satu konsep dalam materi

laju reaksi maka saya meminta bantuan guru atau teman untuk menjelaskan konsep tersebut.

2

36

Ketika saya sulit memahami konsep laju reaksi maka saya

mengubah cara belajar saya untuk memahami konsep tersebut.

8. Evaluasi

a) Mengevaluasi proses belajar

23

Saya bertanya pada diri sendiri apakah ada cara yang lebih

mudah untuk menyelesaikan soal tersebut Setelah saya selesai mengerjakannya,

3 19

Setelah mempelajari konsep laju reaksi, Saya merangkum dan menyimpulkan konsep tersebut,.

10 Saya dapat menilai pemahaman saya dalam mahami konsep

laju reaksi

b)Menentukan sejauh

mana kebenaran 37

Saya yakin jawaban dalam menentukan orde reaksi yang saya kerjakan adalah benar. 2

25 Saya mempertimbangkan apakah materi laju reaksi yang

153

Indikator Umum Indikator Khusus No Pernyataan Jumlah

tentang pemahaman

pengetahuannya

saya pelajari saya pahami seluruhnya atau sebagian dari materi tersebut.

Jumlah 37

154

Lampiran 9. Instrumen Tes Kesadaran Metakognitif Siswa

TES KESADARAN METAKOGNITIF SISWA

Digunakan sebagai instrument utama dalam penelitian

Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) terhadap Kesadaran

Metakognitif siswa pada Konsep Laju Reaksi

Oleh:

Ummu Kalsum Andi Lajeng

1112016200012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016

155

Instrumen Tes Kesadaran Metakognitif

1. Identitas

Nama :

Kelas :

2. Petunjuk pengisian

a. Isilah terlebih dahulu identitas diri sesuai dengan yang tertera pada poin identitas di

atas

b. Bacalah pernyataan dengan seksama agar dapat dipahami dengan baik

c. Mohon dijawab semua pertanyaan di bawah ini secara jujur dan berikan tanda check

list (√ ) pada jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda. Dengan item

jawaban sebagai berikut:

SS : Sangat Setuju KS : Kurang Setuju

S : Setuju TS :Tidak setuju

No Pernyataan SS S KS TS

1 Saya mengerti apa yang saya pelajari dalam konsep laju reaksi

2 Saya dapat mengingat konsep laju reaksi

3 Saya mengetahui kelemahan saya dalam menghitung

orde reaksi.

4 Saya mengetahui konsep penting yang akan dipelajari pada konsep laju reaksi.

5 Saya dapat mengingat kembali konsep-konsep kimia

yang diperlukan sebelum mempelajari konsep laju reaksi.

6 Untuk menentukan orde reaksi, Saya mencari konsentrasi zat yang sama pada data hasil percobaan.

7 Saya mengatahui langkah-langkah dalam menjawab

soal orde reaksi.

8 Ketika saya mengidentifikasi masalah faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, maka saya akan

mencari sumber yang relevan agar saya dapat memahami konsep tersebut.

9 Saya akan mengolah setiap informasi yang saya

temukan seperti menghubungkan pangaruh suhu pada konsep laju reaksi dengan konsep teori tumbukan.

10 Saya dapat menilai pemahaman saya dalam mahami konsep laju reaksi

11 Saya menggunakan strategi belajar yang paling mudah seperti menghapal materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi untuk meningkatkan

pemahaman saya terhadap konsep laju reaksi.

12 Saya mengidentifikasi masalah terlebih dahulu untuk memecahkan permasalahan pada konsep laju reaksi.

156

No Pernyataan SS S KS TS

13 Saya dapat memotivasi diri saya sendiri untuk belajar konsep laju reaksi ketika saya memerlukannya.

14 Saya menghubungkan konsep laju reaksi dalam

kehidupan sehari-hari agar lebih mudah memahami konsep tersebut.

15 Ketika saya menjawab soal menentukan orde reaksi, maka saya akan menyusun langkah-langkah yang saya

butuhkan untuk menjawab soal tersebut.

16 Saya akan membaca wacana yang ada dalam LKS secara berulang-ulang ketika saya tidak memahami

informasi di dalamnya. (Indikator strategi)

17 Saya memikirkan beberapa cara untuk menyelesaikan soal menentukan orde reaksi dengan memilih cara

yang lebih mudah.

18 Saya menggunakan waktu dengan sebaik mungkin untuk belajar konsep laju reaksi

19 Setelah mempelajari konsep laju reaksi, Saya

merangkum dan menyimpulkan konsep tersebut.

20 Pada saat menjawab soal berbentuk masalah dalam konsep laju reaksi maka saya akan mencari jawaban yang sesuai dengan teori tersebut.

21 Saya membaca petunjuk soal dengan teliti sebelum

saya memulai mengerjakan soal konsep laju reaksi

22 Saya selalu mempertimbangkan berapa lama waktu yang saya perlukan dalam menyelesaikan soal laju

reaksi.

23 Saya bertanya pada diri sendiri apakah ada cara yang lebih mudah untuk menyelesaikan soal tersebut

Setelah saya selesai mengerjakannya.

24 Saya memfokuskan perhatian saya terhadap informasi- informasi penting.

25 Saya mempertimbangkan apakah materi laju reaksi yang saya pelajari saya pahami seluruhnya atau

sebagian dari materi tersebut.

26 Ketika saya mempelajari konsep laju reaksi, saya akan menghubungkan pengetahuan saya tentang teori

tumbukan yang telah saya pelajari sebelumnya.

27 Saya membuat langkah-langkah praktikum melalui gambar atau flowchart untuk membantu saya

memahami langkah- langkah tersebut.

28 Saya menghubungkan antara teori tumbukan dengan data hasil eksperimen untuk menetapkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

29 Untuk memecahkan atau menyelesaikan soal laju reaksi, saya mempertimbangkan semua pilihan yang ada ketika menyelesaikan soal tersebut.

30 Saya menganalisis manfaat strategi-strategi yang saya

gunakan ketika belajar konsep laju reaksi.

157

No Pernyataan SS S KS TS

31 Saya yakin jawaban dalam menentukan orde reaksi yang saya kerjakan adalah benar.

32 Saya selalu mengingat kembali konsep-konsep yang

telah saya pelajari untuk meningkatkan pemahaman saya pada materi laju reaksi.

33 Ketika membaca materi laju reaksi, Saya mengecek kembali pemahaman saya.

34 Saya mengetahui seberapa baikkah saya dalam memahami konsep laju reaksi.

35 Ketika saya tidak mengerti salah satu konsep dalam materi laju reaksi maka saya meminta bantuan guru

atau teman untuk menjelaskan konsep tersebut.

36 Ketika saya sulit memahami konsep laju reaksi maka saya mengubah cara belajar saya untuk memahami

konsep tersebut.

37 Ketika mengerjakan soal laju reaksi, saya mengoreksi kembali jawaban yang saya kerjakan.

158

Lampiran 10. Hasil Data Pretest Kelas Kontrol

Hasil Data Pretest Kelas Kontrol

Nama I.1 I.2 I.3 I.4 I.5 I.6 I.7 I.8 I.9 I.11 I.21 I.12 I.13 I.14 I.17 I.16 I.15 I.20 I.18 I.22

Adinda Ayu Safitri 2 3 3 2 2 4 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 Ahmad Wahfiuddin 2 1 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3

Ainun safriyani 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3

Anggraeni 1 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 1 3 3 1 3 3 3

Aulia Husna 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 4 4 2 3 3 3 2

Bilqis Faradhila R. 2 2 3 1 2 2 3 3 2 2 4 3 1 1 3 2 2 3 4 3

Dhanty Putri R. 2 2 3 2 3 3 2 4 2 3 2 2 2 1 3 4 3 2 3 2

Dwi Nur Luthfiyah 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 1 3 3 2 3 3 3

Faradillah Aulia R 1 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2

Farliza Ilenni 2 2 2 2 2 2 1 3 2 3 3 2 2 2 3 2 4 2 3 3

Hafizh Rizkiansyah 1 2 3 3 3 2 2 3 2 1 3 2 3 3 4 2 3 1 3 3

Hikmahtul Veriana 2 3 4 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 Intania Putri Mardiyani 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3

Juhan Daniel A.S 2 2 3 2 2 3 3 3 4 3 2 3 3 4 3 2 2 2 3 2 Kevin Deniansyah P 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2

Lailatunissa 1 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3

Layla Sagita 1 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2

Mela Oktaviani 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Melli Oktaviani 3 3 3 1 2 1 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2

Muhammad Saipul 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 1 2

Muhammad Yasir 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2

159

A

Musa Sugiyanto 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3

Niko Miyora R. 2 3 4 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3

Nurul Hopipah 1 1 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2

Riskandha Sandy 2 2 2 3 3 2 2 4 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3

Rosnawati 2 3 2 3 2 2 2 4 4 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3

Suandika 1 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2

Sucizah Nur R 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 1 2 2 3

Surli 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3

Yaumul Hikmah 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2

SKOR Peritem 55 66 85 70 69 72 63 84 74 75 79 80 74 73 85 81 75 74 83 77

Persentase nilai Persoal

45.8 55

70.8

58.3

57.5 60 52.5 70

61.7

62.5

65.8

66.7

61.7

60.8

70.8

67.5

62.5 61.7

69.2

64.2

Presentase nilai Persub Indikator 57.22222222 57.91667 60.83333333 61.333333 63.333 65 61.7 66.66667

Presentase Perindikator 57.56944444 60.83 62.08666667 64.16555556

Nama I.24 I.26 I.27 I.28 I.29 I.30 I.31 I.32 I.33 I.34 I.35 I.36 I.10 I.19 I.23 I.25 I.37

Nilai Siswa

Adinda Ayu Safitri 2 2 3 3 3 2 1 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 61.48649

Ahmad Wahfiuddin 3 3 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 59.45946

Ainun safriyani 2 2 1 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 59.45946

Anggraeni 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 64.18919

Aulia Husna 2 4 4 3 1 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 66.21622

Bilqis Faradhila R. 2 2 3 2 1 3 3 2 3 2 1 1 3 2 3 2 2 57.43243

160

Dhanty Putri R. 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 61.48649

Dwi Nur Luthfiyah 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 61.48649

Faradillah Aulia R 3 2 3 2 2 2 2 3 3 4 2 3 3 2 4 2 3 66.21622

Farliza Ilenni 2 2 4 1 1 4 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 58.10811

Hafizh Rizkiansyah 3 1 2 1 2 3 1 2 3 3 1 4 2 1 4 2 3 58.78378

Hikmahtul Veriana 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 64.86486

Intania Putri Mardiyani

3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 67.56757

Juhan Daniel A.S 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 66.89189

Kevin Deniansyah P 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 64.18919

Lailatunissa 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 57.43243

Layla Sagita 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 64.18919

Mela Oktaviani 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 70.27027

Melli Oktaviani 4 3 3 2 2 4 3 3 2 3 2 3 3 2 3 4 3 64.18919

Muhammad Saipul 2 1 1 3 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 56.75676

Muhammad Yasir A 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 66.89189

Musa Sugiyanto 3 3 2 2 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 62.83784

Niko Miyora R. 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 64.86486

Nurul Hopipah 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 60.13514

Riskandha Sandy 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 4 4 2 2 3 2 3 64.86486

Rosnawati 3 1 2 1 3 2 1 2 3 3 3 2 3 2 3 1 2 60.13514

161

Suandika 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 3 1 3 58.10811

Sucizah Nur R 2 2 1 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 58.10811

Surli 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 66.89189

Yaumul Hikmah 2 1 3 1 3 2 1 1 3 2 3 3 2 3 2 2 2 57.43243

SKOR Peritem 80 68 70 68 71 80 66 77 80 78 74 76 75 72 86 75 79 62.36486 Persentase nilai Peritem 66.7 56.7 58.3 56.7 59.2 66.7 55 64.2 66.7 65 61.7 63.3 62.5 60 71.7 62.5 65.8

Presentase nilai Persub Indikator 61.66667 57.5 60.27777778 65.27777778 62.5 64.72222222 64.16667 933.7833

Presentase Perindikator 62.58333333 62.77777778 62.5 61.064444 61.703

Perhitungan Presentase Tiap Indikator

No Indikator Umum Indikator Khusus

Presentase

persub

indikator

No. soal Presentase

perindikator

1 Pengetahuan deklaratif

a) Menyadari kelebihan dan kelemahan diri

dalam belajar

57.22%

1, 2, 3

57.57%

b) Mengetahui apa yang harus dikuasai

57.92% 4, 5

2 Pengetahuan procedural Menggunakan strategi

dalam belajar

60.83% 6, 7, 8 60.83%

162

No Indikator Umum Indikator Khusus

Presentase

persub

indikator

No. soal Presentase

perindikator

3

Pengetahuan kondisional

a) Mengetahui strategi belajar yang sesuai pada tiap kondisi.

61.33%

9, 11, 21

62.09% b) Menggunakan

strategi belajar sesuai kondisi

63.33%

12, 13, 14, 17

4 Perencanaan

a) Mengembangkan

rencana untuk mencapai tujuan

belajarnya

65%

15, 16

64.17%

b) Merencanakan sumber referensi yang diperlukan untuk dapat

mencapai tujuan belajarnya

61.7%

20

c) Merencanakan

penggunaan waktu untuk mencapai tujuan

belajarnya

66.67%

18, 22

5

Strategi mengelola informasi a) Menggunakan

strategi untuk dapat memahami

informasi

61.67%

24, 26 62.58%

b) Menetapkan strategi

belajar

57.5% 27, 28

6 Pemantauan terhadap

pemahaman

a) Memantau proses belajar

60.28% 29, 30, 31

62.77% b) Memantau

pemahaman

65.28% 32, 33, 34

163

No Indikator Umum Indikator Khusus

Presentase

persub

indikator

No. soal Presentase

perindikator

terhadap suatu hal

7

Strategi Perbaikan Menetapkan strategi

belajar untuk meningkatkan pemahaman

62.5%

35, 36 62.55%

8 Evaluasi

a) Mengevaluasi proses belajar

64.72% 19, 10, 23

61.07% b) Menentukan sejauh mana kebenaran

tentang pemahaman pengetahuannya

64.17%

25, 37

Rata-rata 62.25 61.703

164

Lampiran 11. Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen

Lampiran Hasil Pretest Kelas Eksperimen

Nama I.1 I.2 I.3 I.4 I.5 I.6 I.7 I.8 I.9 I.11 I.21 I.12 I.13 I.14 I.17 I.16 I.15 I.20 I.18 I.22

Abdul Wahid Nur 1 1 3 2 2 1 1 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3

Ade Muzayanah 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2

Daffa Fadillah 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2

David Siswanto 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2

Dede Slamet S. 1 1 2 3 2 3 2 2 3 2 2 1 3 3 2 2 3 3 3 3

Dian Pertiwi 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2

Emah Apriliana 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2

Fadhli Azka Pratama 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2

Fad'iah Rahman 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3

Fajar Mujiiban 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2

Fakhriyah Nada S. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2

Firda Lailati 2 2 3 3 1 1 1 3 3 1 3 2 2 3 3 1 2 1 3 2

Habiebah Tri Lestari 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 3 4 3 2 3 3 2 2 3 3

Haikal Hibatul Wafi 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2

Khairun Nisa 2 2 2 3 2 1 1 2 1 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2

Khairunnisa 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3

Leni Anggraini 3 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3

Mara Ayu Astuti 2 2 1 1 1 3 1 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2

Maulana Ibrahim 3 2 1 1 1 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3

Muchammad Ikbal 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2

Nurbaiti Safitri 3 2 3 3 2 1 1 3 3 2 2 2 3 2 2 3 1 2 2 2

Nurul Sevia Andriana 1 3 1 2 1 2 2 1 2 2 3 1 2 2 2 2 1 3 3 2

Rana Rani 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3

Reza Aulia Maulana 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2

Rika Aisyah 2 3 2 3 2 1 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3

165

Rizki Amalia 2 2 1 1 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3

Sandi Pramesti 2 3 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2

Suci Arti 3 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2

Thasia Chaerunisa 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3

Yayah Fauziyah 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2

SKOR Peritem 60 61 70 62 58 57 55 72 67 68 73 69 79 72 71 75 66 69 78 71

Persentase nilai Peritem 50 50.8 58.3 51.7 48.3 59.7 55.8 60 55.8 56.7 60.8 57.5 65.8 60 59.2 62.5 55 57.5 65 59.2

Nama I.24 I.26 I.27 I.28 I.29 I.30 I.31 I.32 I.33 I.34 I.35 I.36 I.10 I.19 I.23 I.25 I.37 Nilai siswa

Abdul Wahid Nur 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 4 3 64.86486

Ade Muzayanah 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 56.75676

Daffa Fadillah 4 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 54.72973

David Siswanto 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 61.48649

Dede Slamet S. 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 1 1 2 3 56.75676

Dian Pertiwi 3 3 3 2 3 3 3 4 3 2 2 3 3 2 3 3 3 62.83784

Emah Apriliana 4 3 3 2 3 3 2 4 3 3 3 2 2 2 3 3 3 64.18919 Fadhli Azka Pratama 3 3 2 3 2 4 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 60.81081

Fad'iah Rahman 4 2 2 2 1 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 60.81081

Fajar Mujiiban 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 60.81081

Fakhriyah Nada S. 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 58.78378

Firda Lailati 4 2 2 2 1 4 2 4 3 2 3 2 2 2 3 3 3 58.10811

Habiebah Tri Lestari 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 68.24324

Haikal Hibatul Wafi 3 2 2 2 2 3 2 4 2 2 2 2 1 2 4 4 4 58.78378

Khairun Nisa 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 59.45946

Khairunnisa 2 3 2 3 2 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 4 64.18919

Leni Anggraini 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 59.45946

Mara Ayu Astuti 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 62.83784

166

Maulana Ibrahim 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 61.48649

Muchammad Ikbal 3 3 3 2 2 3 2 4 3 4 4 3 3 2 3 2 4 64.86486

Nurbaiti Safitri 3 3 3 3 3 2 2 3 3 1 2 2 1 2 2 4 3 58.78378

Nurul Sevia Andriana 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 55.40541

Rana Rani 2 2 3 3 3 4 3 4 3 3 2 2 3 3 3 3 3 67.56757

Reza Aulia Maulana 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 4 64.18919

Rika Aisyah 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 62.16216

Rizki Amalia 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 4 3 4 66.89189

Sandi Pramesti 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 58.78378

Suci Arti 3 2 3 3 3 3 3 4 3 2 3 2 2 2 3 2 4 62.83784

Thasia Chaerunisa 3 2 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 2 4 66.21622

Yayah Fauziyah 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 58.10811

SKOR Peritem 94 74 69 75 75 89 74 92 82 78 80 77 70 69 83 83 88 61.37387 Persentase nilai Persoal 61.7 61.7 55.8 62.5 62.5 74.2 61.7 76.7 68.3 65 66.7 64.2 58.3 57.5 69.2 69.2 71.7

Hasil Presentase nilai

No Indikator Umum Indikator Khusus Presentase persub

indikator No. soal

Presentase

perindikator

1 Pengetahuan dekaratif

a) Menyadari kelebihan dan kelemahan diri dalam belajar

53.06% 1, 2, 3 53.59%

b) Mengetahui apa yang harus dikuasai 50% 4, 5

2 Pengetahuan procedural Menggunakan strategi dalam belajar

58.11% 6, 7, 8 58.11%

3 Pengetahuan kondisional

a) Mengetahui strategi belajar yang sesuai

pada tiap kondisi. 57.78% 9, 11, 21 59.21%

167

b) Menggunakan strategi belajar sesuai kondisi

60.63% 12, 13, 14, 17

4 Perencanaan

a) Mengembangkan rencana untuk mencapai tujuan belajarnya

58.75% 15, 16

59.44%

b) Merencanakan sumber referensi yang

diperlukan untuk dapat mencapai tujuan belajarnya

57.5% 20

c) Merencanakan penggunaan waktu untuk

mencapai tujuan belajarnya 62.08% 18, 22

5

Strategi mengelola informasi a) Menggunakan strategi untuk dapat

memahami informasi 60.7% 24, 26 60.08%

b) Menetapkan strategi belajar 59.17% 27, 28

6 Pemantauan terhadap

pemahaman

a) Memantau proses belajar 66.11% 29, 30, 31

64.41% b) Memantau pemahaman terhadap suatu

hal 67.77% 32, 33, 34

7

Strategi Perbaikan Menetapkan strategi belajar untuk meningkatkan pemahaman

65.42% 35, 36 64.06%

8 Evaluasi

a) Mengevaluasi proses belajar 61.67% 19, 10, 23

62.91% b)Menentukan sejauh mana kebenaran

tentang pemahaman pengetahuannya 65.42% 25, 37

Rata-rata 923.6806 60.226

168

Lampiran 12. Hasil Data Posttest Kelas Kontrol

Hasil Data Posttest Kelas Kontrol

Nama (X) I.1 I.2 I.3 I.4 I.5 I.6 I.7 I.8 I.9 I.11 I.21 I.12 I.13 I.14 I.17 I.16 I.15 I.20 I.18 I.22

Adinda Ayu Safitri 1 1 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3

Ahmad Wahfiuddin 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3

Ainun safriyani 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3

Anggraeni 3 2 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4

Aulia Husna 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 4 3 2 2 3 3 3 3 3 2

Bilqis Faradhila R. 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3

Dhanty Putri R. 3 3 4 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 4 3 4 2 4 3

Dwi Nur Luthfiyah 4 4 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 4 4 3 2 3 3

Faradillah Aulia

R 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 4

Farliza Ilenni 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3

Hafizh Rizkiansyah 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 4

Hikmahtul Veriana 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 4 4 3

Intania Putri

Mardiyani 3 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4

Juhan Daniel A.S 2 1 2 2 1 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2

Kevin Deniansyah 2 1 2 2 1 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1

Lailatunissa 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2

Layla Sagita 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Mela Oktaviani 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3

169

Melli Oktaviani 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3

Muhammad Saipul 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3

Muhammad Yasir A 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3

Musa Sugiyanto 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Niko Miyora R. 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 2 4 4 4 4 3 4 3

Nurul Hopipah 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2

Riskandha Sandy 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2

Rosnawati 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3

Suandika 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2

Sucizah Nur R 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3

Surli 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3

Yaumul Hikmah 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3

SKOR peritem 85 77 92 86 71 84 84 90 75 83 89 88 82 80 95 91 83 83 89 86

Presentase

peritemsoal 70.8 64.2 76.7 71.7 59.2 70 70 75 62.5 69.2 74.2 73.3 68.3 66.7 79.2 75.8 69.2 69.2 74.2 71.7

Nama (X) I.24 I.26 I.27 I.28 I.29 I.30 I.31 I.32 I.33 I.34 I.35 I.36 I.10 I.19 I.23 I.25 I.37 Nilai

Adinda Ayu Safitri 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2

61,48649

Ahmad

Wahfiuddin 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 61,48649

Ainun safriyani 3 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 76,35135

Anggraeni 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 84,45946

Aulia Husna 3 2 3 3 3 2 2 2 3 4 3 3 2 2 3 3 3 68,24324

170

Bilqis Faradhila R. 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3

66,89189

Dhanty Putri R. 2 1 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 67,56757

Dwi Nur Luthfiyah 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4

60,13514

Faradillah Aulia

R 2 3 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 70,94595

Farliza Ilenni 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 62,16216

Hafizh Rizkiansyah 2 3 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3

70,94595

Hikmahtul

Veriana 2 3 3 3 4 2 2 4 4 3 4 3 4 2 2 4 4 79,05405

Intania Putri Mardiyani 4 2 2 3 3 3 3 4 4 3 3 4 2 4 4 3

84,45946

Juhan Daniel A.S 3 2 2 1 2 3 1 2 3 2 3 3 2 2 1 3 3 58,78378

Kevin

Deniansyah 3 2 2 1 2 3 1 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 58,78378

Lailatunissa 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 66,89189

Layla Sagita 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75,67568

Mela Oktaviani 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 77,7027

Melli Oktaviani 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 77,7027

Muhammad Saipul 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 4 3 3

68,24324

Muhammad Yasir A 3 3 3 2 2 3 3 3 2 1 3 3 3 3 2 3 3

68,24324

Musa Sugiyanto 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 68,91892

Niko Miyora R. 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 88,51351

171

Nurul Hopipah 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 66,21622

Riskandha Sandy 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 66,21622

Rosnawati 3 3 1 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 1 64,18919

Suandika 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 67,56757

Sucizah Nur R 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 67,56757

Surli 3 3 2 2 3 3 4 4 4 2 4 4 4 3 3 3 4 80,54054

Yaumul Hikmah 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 60,13514

SKOR peritem 84 75 73 71 80 82 80 78 91 83 94 91 90 80 88 87 87 69,90991

Presentase peritem 70 62.5 60.8 59.2 66.7 68.3 66.7 65 75.8 69.2 78.3 75.8 75 66.7 73.3 72.5 72.5

69,98

Hasil presentase perindikator

No Indikator Umum Indikator Khusus Presentase

Persub indikator No. soal

Presentase

perindikator

1 Pengetahuan dekaratif

a) Menyadari kelebihan dan kelemahan diri dalam belajar

70.56% 1, 2, 3 67.99 %

b) Mengetahui apa yang harus dikuasai

65.42% 4, 5

2 Pengetahuan procedural Menggunakan strategi dalam

belajar 71.67 % 6, 7, 8 71.67 %

3

Pengetahuan kondisional

a) Mengetahui strategi belajar yang sesuai pada tiap kondisi.

68.61% 9, 11, 21 70.24%

b) Menggunakan strategi belajar sesuai kondisi

71.88% 12, 13, 14, 17

172

4 Perencanaan

a) Mengembangkan rencana

untuk mencapai tujuan belajarnya

72.5% 15, 16

71.81%

b) Merencanakan sumber referensi yang diperlukan

untuk dapat mencapai tujuan belajarnya

70% 20

c) Merencanakan penggunaan waktu untuk mencapai tujuan

belajarnya

72.92% 18, 22

5

Strategi mengelola informasi a) Menggunakan strategi

untuk dapat memahami informasi

66.25% 24, 26 63.13%

b) Menetapkan strategi belajar 60% 27, 28

6 Pemantauan terhadap pemahaman

a) Memantau proses belajar 67.22% 29, 30, 31

68.61% b) Memantau pemahaman

terhadap suatu hal 70% 32, 33, 34

7

Strategi Perbaikan Menetapkan strategi belajar

untuk meningkatkan pemahaman

77.08% 35, 36 77.08%

8 Evaluasi

a) Mengevaluasi proses

belajar 71.67% 19, 10, 23

72.08% b)Menentukan sejauh mana

kebenaran tentang pemahaman pengetahuannya

72.5% 25, 37

Rata-rata 69.88 70.33

173

Lampiran 13. Hasil Data Posttest Kelas Eksperimen

Hasil Data Posttest Kelas Eksperiemen

Nama (X) I.1 I.2 I.3 I.4 I.5 I.6 I.7 I.8 I.9 I.11 I.21 I.12 I.13 I.14 I.17 I.16 I.15 I.20 I.18 I.22

Abdul Wahid Nur 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Ade Muzayanah 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3

Daffa Fadillah 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 4 3 3

David Siswanto 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3

Dede Slamet S. 4 4 3 3 3 3 4 3 2 2 4 3 4 3 3 4 2 3 3 3

Dian Pertiwi 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3

Emah Apriliana 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4

Fadhli Azka Pratama 3 2 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2

Fad'iah Rahman 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 2 3 3 2

Fajar Mujiiban 3 3 3 3 4 2 3 3 4 4 3 3 4 2 4 3 3 3 4 2

Fakhriyah Nada S. 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3

Firda Lailati 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3

Habiebah Tri Lestari 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Haikal Hibatul

Wafi 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Khairun Nisa 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

Khairunnisa 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3

Leni Anggraini 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3

Mara Ayu Astuti 4 4 3 3 3 3 4 3 2 2 4 3 4 3 3 4 2 3 3 3

Maulana Ibrahim 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 2 3 3 3 3

Muchammad Ikbal 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3

174

Nurbaiti Safitri 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3

Nurul Sevia Andriana 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3

Rana Rani 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2

Reza Aulia Maulana 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3

Rika Aisyah 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3

Rizki Amalia 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3

Sandi Pramesti 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3

Suci Arti 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3

Thasia Chaerunisa 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4

Yayah Fauziyah 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 2 4 4 3 4 4 4

SKOR peritem 98 91 93 91 91 94 95 95 95 93 104 94 103 88 101 101 95 96 99 90

PERSENTASE 81.7 75.8 77.5 75.8 75.8 78.3 79.2 79.2 79.2 77.5 86.7 78.3 85.8 73.3 84.2 84.2 79.2 80 82.5 75

Nama (X) I.24 I.26 I.27 I.28 I.29 I.30 I.31 I.32 I.33 I.34 I.35 I.36 I.10 I.19 I.23 I.25 I.37 nilai Siswa

Abdul Wahid Nur 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

74,32

Ade Muzayanah 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 81,08

Daffa Fadillah 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 4 2 3 3 70,95

David Siswanto 4 4 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 77,70

Dede Slamet S. 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 81,08

175

Dian Pertiwi 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 85,14

Emah Apriliana 4 3 2 4 4 3 2 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 83,78

Fadhli Azka Pratama 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3

75,00

Fad'iah Rahman 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 2 3 4 78,38

Fajar Mujiiban 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 83,11

Fakhriyah Nada

S. 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 81,76

Firda Lailati 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 77,70

Habiebah Tri Lestari 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3

77,03

Haikal Hibatul Wafi 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 2 3 4

78,38

Khairun Nisa 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 97,97

Khairunnisa 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 91,89

Leni Anggraini 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 79,05

Mara Ayu Astuti 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 81,08

Maulana Ibrahim 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 2 3 3 3 76,35

Muchammad Ikbal 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

74,32

Nurbaiti Safitri 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 71,62

176

Nurul Sevia

Andriana 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 82,43

Rana Rani 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 68,92

Reza Aulia Maulana 3 3 3 2 3 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3

74,32

Rika Aisyah 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 90,54

Rizki Amalia 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 95,95

Sandi Pramesti 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 74,32

Suci Arti 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 84,46

Thasia Chaerunisa 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4

80,41

Yayah Fauziyah 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 83,11

SKOR peritem 99 96 89 95 100 93 99 102 97 94 101 101 97 97 99 95 109 80,41

PERSENTASE 82.5 80 74.2 79.2 83.3 77.5 82.5 85 80.8 78.3 84.2 84.2 80.8 80.8 82.5 79.2 90.8 80,41

177

No Indikator Umum Indikator Khusus Presentase

persub indikator No. soal

Presentase

Perindikator

1 Pengetahuan dekaratif

a) Menyadari kelebihan dan kelemahan diri dalam belajar

78.33% 1, 2, 3 78.88%

b) Mengetahui apa yang harus dikuasai

77.43% 4, 5

2 Pengetahuan prosedural Menggunakan strategi dalam

belajar 77.08% 6, 7, 8 77.08%

3 Pengetahuan kondisional

a) Mengetahui strategi belajar yang sesuai pada tiap kondisi.

81.11% 9, 11, 21 80.76%

b) Menggunakan strategi belajar sesuai kondisi

80.47% 12, 13, 14, 17

4 Perencanaan

a) Mengembangkan rencana untuk mencapai tujuan belajarnya

82.67% 15, 16

84.16% b) Merencanakan sumber

referensi yang diperlukan untuk dapat mencapai tujuan belajarnya

84,33% 20

c) Merencanakan penggunaan waktu untuk mencapai tujuan

belajarnya 84.89% 18, 22

5

Strategi mengelola informasi a) Menggunakan strategi untuk

dapat memahami informasi 81.25% 24, 26 78.96%

b) Menetapkan strategi belajar 76.67% 27, 28

6 Pemantauan terhadap

pemahaman

a) Memantau proses belajar 81.11% 29, 30, 31 81.25%

b) Memantau pemahaman

terhadap suatu hal 81.39% 32, 33, 34

178

No Indikator Umum Indikator Khusus Presentase

persub indikator No. soal

Presentase

Perindikator

7

Strategi Perbaikan Menetapkan strategi belajar

untuk meningkatkan pemahaman

80.17% 35, 36 80.17%

8 Evaluasi

a) Mengevaluasi proses belajar 81.39% 19, 10, 23

83.19%

b)Menentukan sejauh mana kebenaran tentang

pemahaman pengetahuannya 85% 25, 37

Rata-rata 80.40 80.55

179

Lampiran 14. Hasil Perhitungan Statistik dengan SPSS

DATA UJI NORMALITAS PRETEST

KELAS KONTROL

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova

Statistic Df Sig.

NILAI .152 30 .074

a. Lilliefors Significance Correction

Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas yakni:

1. Jika nilai signifikan pada uji kolmogorof > 0.05 maka data tersebut berdistribusi normal,

sebaliknya jika nilai signifikan pada uji kolmogorof < 0.05 maka data tersebut tidak

berdistribusi normal.

2. Jika nilai Dhitung < Dtabel (0.24) maka data tersebut berdistribusi normal, sebaliknya, jika nilai

Dhitung > Dtabel (0.24) maka data tersebut tidak berdistribusi normal.

Berdasarkan output di atas, diketahui bahwa:

1. Nilai signifikan pada uji kolmogorov sebesar 0.074 dan taraf signifikan yang digunakan

0.05, artinya nilai signifikan pada uji kolmogorov lebih besar dari 0.05 (0.074 > 0.05)

sehingga dapat disimpulkan data yang di uji berdistribusi normal.

2. Begitu pula nilai Dhitung pada uji kolmogorov sebesar 0.i52 dan Dtabel 0.24, artinya Dhitung

lebih kecil dari Dtabel (0.152< 0.24) sehingga dapat disimpulkan data tersebut

berdistribusi normal.

180

DATA UJI NORMALITAS PRETEST

KELAS EKSPERIMEN

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova

Statistic Df Sig.

NILAI .121 30 .200*

Lilliefors Significance Correction

Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas yakni:

1. Jika nilai signifikan pada uji kolmogorof > 0.05 maka data tersebut berdistribusi normal,

sebaliknya jika nilai signifikan pada uji kolmogorof < 0.05 maka data tersebut tidak

berdistribusi normal.

2. Jika nilai Dhitung < Dtabel (0.24) maka data tersebut berdistribusi normal, sebaliknya jika nilai

Dhitung > Dtabel (0.24) maka data tersebut tidak berdistribusi normal.

Berdasarkan output di atas, diketahui bahwa:

1. Nilai signifikan pada uji kolmogorov sebesar 0.200 dan taraf signifikan yang

digunakan 0.05, artinya nilai signifikan pada uji kolmogorov lebih besar dari 0.05

(0.200 > 0.05) sehingga dapat disimpulkan data yang di uji berdistribusi normal.

2. Begitu pula nilai Dhitung pada uji kolmogorov sebesar 0.121 dan Dtabel yaitu 0.24, artinya

Dhitung lebih kecil dari Dtabel (0.121< 0.24) sehingga dapat disimpulkan data tersebut

berdistribusi normal.

181

UJI HOMOGENITAS PRETEST KELAS EKSPERIMEN KONTROL

Dasar pengambilan keputusan dalam uji homogenitas yakni:

1. Jika nilai signifikan > 0.05 maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok

populasi data adalah sama atau homogen. Sebaliknya jika nilai signifikan < 0.05 maka

dikatakan bahwa varian dari dua data atau lebih kelompok populasi data adalah tidak sama.

2. Jika nilai levene statistik < Ftabel maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih

kelompok populasi data adalah sama atau homogen. Sebaliknya jika nilai levene statistik >

Ftabel maka dikatakan bahwa varian dari dua data atau lebih kelompok populasi data adalah

tidak sama atau tidak homogen.

Berdasarkan output di atas, diketahui bahwa:

1. Nilai signifikan sebesar 0.441 lebih besar dari 0.05 (0.441 > 0.05), sehingga dapat

disimpulkan data yang di uji dari kedua varian tersebut sama atau homogen.

2. Nilai leveni statistik (Fhitung) sebesar 0.601 dan Ftabel sebesar 1.85, maka nilai levene

statistik (Fhitung) lebih kecil dari Ftabel (0.601<1.85) sehingga dapat disimpulkan data

yang di uji dari kedua varian tersebut sama atau bersifat homogen.

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.601 1 59 .441

182

DATA UJI HIPOTESIS PRETEST KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of

Means

F Sig. t df

EKSPKON Equal variances assumed .601 .441 1.375 59

Equal variances not

assumed 1.375 58.711

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

Sig. (2-tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower

EKSPKON Equal variances assumed .174 1.30631 .94976 -.59415

Equal variances not

assumed .174 1.30631 .95034 -.59551

Dasar pengambilan keputusan Uji t:

1. Jika thitung ≥ ttabel maka Ho ditolak, sedangkan jika thitung ≤ ttabel maka Ho diterima

2. Jika Signifikan 2 tiled < 0.05, maka Ho ditolak, sedangkan jika Signifikan 2 Tiled > 0.05

maka Ho diterima.

Berdasarkan output di atas, diketahui bahwa:

1. Nilai thitung 1.375 sedangkan ttabel sebesar 2.042, maka thitung lebih kecil daripada

ttabel (5.278 ≥ 2.042) sehingga H0 diterima. Artinya tidak terdapat perbedaan rata-

rata hasil pretest kelas eksperimen dan kontrol.

2. Nilai signifikan 2 tiled 0.174 sedangkan taraf signifikan 0.05, maka Signifikan 2

Tiled lebih besar dari 0.05 (0.00 > 0.05) sehingga H0 diterima. Artinya tidak

terdapat perbedaan rata-rata hasil pretest kelas eksperimen dan kontrol.

183

DATA UJI NORMALITAS POSTTEST

KELAS KONTROL

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova

Statistic df Sig.

Nilai .151 30 .081

Lilliefors Significance Correction

Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas yakni:

1. Jika nilai signifikan pada uji kolmogorov > 0.05 maka data tersebut berdistribusi normal,

sebaliknya jika nilai signifikan pada uji kolmogorov < 0.05 maka data tersebut tidak

berdistribusi normal.

2. Jika nilai Kolmogorov Dhitung < Dtabel (0.24) maka data tersebut berdistribusi normal,

sebaliknya, jika nilai Dhitung > Dtabel (0.24) maka data tersebut tidak berdistribusi normal.

Berdasarkan output di atas, diketahui bahwa:

1. Nilai signifikan pada uji kolmogorov sebesar 0.081 dan taraf signifikan yang

digunakan 0.05, artinya nilai signifikan pada uji kolmogorov lebih besar dari 0.05

(0.081 > 0.05) sehingga dapat disimpulkan data yang di uji berdistribusi normal.

2. Begitu pula nilai kolmogorof Dhitung sebesar 0.151 dan Dtabel yaitu 0.24, artinya Dhitung

lebih kecil dari Dtabel (0.151 < 0.24) sehingga dapat disimpulkan data tersebut

berdistribusi normal.

184

DATA UJI NORMALITAS POSTTEST

KELAS EKSPERIMEN

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova

Statistic Df Sig.

Nilai .115 30 .200*

a. Lilliefors Significance Correction

Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas yakni:

1. Jika nilai signifikan pada uji kolmogorov > 0.05 maka data tersebut berdistribusi normal,

sebaliknya jika nilai signifikan pada uji kolmogorov < 0.05 maka data tersebut tidak

berdistribusi normal.

2. Jika nilai Dhitung < Dtabel (0.218) maka data tersebut berdistribusi normal, sebaliknya jika nilai

Dhitung > Dtabel (0.218) maka data tersebut tidak berdistribusi normal.

Berdasarkan output di atas, diketahui bahwa:

1. Nilai signifikan pada uji kolmogorov sebesar 0.200 dan taraf signifikan yang

digunakan 0.05, artinya nilai signifikan pada uji kolmogorov lebih besar dari 0.05

(0.200 > 0.05) sehingga dapat disimpulkan data yang di uji berdistribusi normal.

2. Begitu pula nilai Dhitung pada uji kolmogorov sebesar 0.115 dan Dtabel yaitu 0.218,

artinya Dhitung lebih kecil dari Dhitung (0.115 < 0.218) sehingga dapat disimpulkan data

tersebut berdistribusi normal.

185

Uji Homogenitas Posttest kelas eksperimen dan kelas Homogen

Test of Homogeneity of Variances

nilai

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.333 1 58 .253

Dasar pengambilan keputusan dalam uji homogenitas yakni:

1. Jika nilai signifikan > 0.05 maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok

populasi data adalah sama atau homogen. Sebaliknya jika nilai signifikan < 0.05 maka

dikatakan bahwa varian dari dua data atau lebih kelompok populasi data adalah tidak sama.

2. Jika nilai levene statistik (Fhitung) < Ftabel maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih

kelompok populasi data adalah sama atau homogen. Sebaliknya jika nilai levene statistik

(Fhitung) > Ftabel maka dikatakan bahwa varian dari dua data atau lebih kelompok populasi

data adalah tidak sama atau tidak homogen.

Berdasarkan output di atas, diketahui bahwa:

1. Nilai signifikan sebesar 0.253 lebih besar dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan data

yang di uji dari kedua varian tersebut sama atau 185omogeny.

2. Nilai leveni statistik (Fhitung) sebesar 1.33 dan Ftabel sebesar 1.86, maka nilai levene

statistik (Fhitung) lebih kecil dari Ftabel (1.33 < 1.86) sehingga dapat disimpulkan data

yang diuji dari kedua varian tersebut sama atau 185omogeny.

186

Data Uji Hipotesis Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol

T-Test

Independent Samples Test

Levene’s Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of

Means

F Sig. T df

nilai

Equal variances assumed 1.333 .253 5.278 58

Equal variances not

assumed

5.278 56.098

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower

nilai Equal variances assumed .000 10.42793 1.97555 6.47343

Equal variances not assumed .000 10.42793 1.97555 6.47058

Dasar pengambilan keputusan Uji t:

3. Jika thitung ≥ ttabel maka Ho ditolak, sedangkan jika thitung ≤ ttabel maka Ho diterima

4. Jika Signifikan 2 tiled < 0.05, maka Ho ditolak, sedangkan jika Signifikan 2 Tiled > 0.05

maka Ho diterima.

Berdasarkan output di atas, diketahui bahwa:

3. Nilai thitung 5.278 sedangkan ttabel sebesar 2.042 maka thitung lebih besar daripada

ttabel (5.278 ≥ 1.697) sehingga H0 ditolak. Artinya terdapat perbedaan rata-rata hasil

posttest kelas eksperimen dan kontrol atau dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh Model PBL terhadap kesadaran metakognitif siswa.

4. Nilai signifikan 2 tiled 0.00 sedangkan taraf signifikan 0.05, maka Signifikan 2

Tiled lebih kecil dari 0.05 (0.00 < 0.05) sehingga H0 ditolak. Artinya terdapat

perbedaan rata-rata hasil posttest kelas eksperimen dan kontrol atau dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Model PBL terhadap kesadaran

metakognitif siswa.

187

Lampiran 15. Lembar Validasi Tes Kesadaran Metakognitif

188

189

Lembar validasi dosen 2

190

191

Lampiran 16. Lembar jawaban siswa

Kontrol pretest

192

193

Kontrol pada posttest

194

195

Eksperimen pretest

196

197

Eksperimen Posttest

198

199

Lampiran 17. Surat bimbingan skripsi Dosen Pembimbing 1

200

Lampiran 18. Surat bimbingan skripsi Dosen Pembimbing 2

201

Lampiran 19. Surat Permohonan Izin Penelitian

202

Lampiran 20. Surat Selesai Penelitian

203

Lampiran 21. Lembar Uji Referensi

204

205

206

207

208

209

210

211

212

213

214

Lampiran 22. Bukti Penelitian

1. Kelas eksperimen XI MIA 1 tanggal 21 November 2016

a. Pertemuan pertama pemberian soal pretest 1.2 Mengorganisasikan siswa dalam belajar

1.1 Orientasi siswa pada Masalah 1.3 Membimbing penyelidikan individual

maupun kelompok

215

1.4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya 1.5 Menganalisis dan mengevaluasi

proses pemecahan masalah

Pertemuan 2 (2 desember 2016)

1.1 Orientasi siswa pada Masalah 1.3 Membimbing penyelidikan individual

maupun kelompok

1.2 Mengorganisasikan siswa dalam belajar 1.4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

216

1.5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

2. Kelas Kontrol (30 November 2016)

217