Pengantar Untuk Edisi Bahasa Indonesia “Revolusi Proletariat

142
Revolusi Proletariat dan Kautsky si Pengkhianat V.I. Lenin (1918) Ditulis: Oktober - November 1918 Diterbitkan dalam bentuk pamflet pada 1918 oleh Kommunist Publishers, Moskow. Diterbitkan berdasarkan pamflet yang diperiksa dari manuskrip. Judul Asli: The Proletarian Revolution and The Renegade Kautsky Sumber terjemahan: Lenin’s Collected Works, Progress Publishers, Moskow, Volume 28, 1974, hal. 227-325 Penerjemah ke Bahasa Indonesia: Ted Sprague (13 April 2014)

Transcript of Pengantar Untuk Edisi Bahasa Indonesia “Revolusi Proletariat

Revolusi Proletariat dan Kautsky si Pengkhianat

V.I. Lenin (1918)

Ditulis: Oktober - November 1918

Diterbitkan dalam bentuk pamflet pada 1918 oleh Kommunist

Publishers, Moskow. Diterbitkan berdasarkan pamflet yang diperiksa dari

manuskrip.

Judul Asli: The Proletarian Revolution and The Renegade Kautsky

Sumber terjemahan: Lenin’s Collected Works, Progress Publishers,

Moskow, Volume 28, 1974, hal. 227-325

Penerjemah ke Bahasa Indonesia: Ted Sprague (13 April 2014)

i

Pengantar Untuk Edisi Bahasa Indonesia “Revolusi Proletariat

dan Kautsky si Pengkhianat”

Untuk pertama kalinya karya polemik Lenin terhadap Kautsky, yang

diberi oleh Lenin satu judul yang teramat tajam: “Revolusi Proletariat dan

Kautsky si Pengkhianat”, diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.

Mungkin banyak pembaca yang akan bertanya: apa gunanya membaca karya

yang sudah 96 tahun tuanya selain hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu

historis atau kepentingan akademis? Namun sesungguhnya karya ini

masihlah relevan sampai hari ini untuk perjuangan revolusioner. Di

dalamnya termaktub pelajaran-pelajaran yang teramat berharga. Lenin

menulis karya ini bukan untuk kepentingan akademis atau intelektual

semata, tetapi untuk mempersenjatai kaum buruh secara ideologis, dan

begitu juga penerjemahan karya ini yang ditujukan untuk para pejuang

revolusioner hari ini di bumi Indonesia.

Sampai pada Perang Dunia Pertama yang meledak pada tahun 1914,

Lenin selalu menganggap Kautsky sebagai salah satu gurunya. Tidak hanya

Lenin, setelah meninggalnya Marx dan Engels. Kautsky selalu dianggap

sebagai guru besar Marxisme di Eropa oleh hampir semua kaum sosialis.

Otoritasnya tidak terbantahkan. Tulisan-tulisannya menjadi salah satu

fondasi Marxisme di Rusia, dan ini diakui oleh Lenin sendiri dalam

karyanya Negara dan Revolusi: “Tak diragukan lagi bahwa karya-karya

Kautsky telah diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia jauh lebih banyak dari

pada ke dalam bahasa lain manapun. Bukanlah tanpa alasan jika beberapa

orang Sosial-Demokrat Jerman bergurau bahwa Kautsky lebih banyak

dibaca di Rusia dari pada di Jerman.”

Selama puluhan tahun Kautsky mengajari kaum buruh Eropa untuk

mempersiapkan diri mereka untuk revolusi ketika kapitalisme memasuki

krisis. Krisis akut ini tiba pada tahun 1914 ketika kekuatan-kekuatan

imperialis menenggelamkan Eropa ke dalam kubangan darah. Akan tetapi

malangnya Kautsky justru tertangkap basah tidak siap dan berusaha mati-

matian menyangkal realitas ini. Kita akan lihat di karya Lenin ini bagaimana

ii

dia berkali-kali mengecam Kautsky yang berpaling dari tulisan-tulisannya

sendiri. Leon Trotsky sendiri menulis ini mengenainya:

“Kautsky adalah seperti seorang guru yang menyedihkan

hidupnya, yang selama bertahun-tahun mengulang-ulang

penjelasan mengenai musim semi kepada murid-muridnya di

dalam kungkungan empat tembok kelasnya yang sesak. Ketika

di akhir kariernya sebagai seorang guru dia memutuskan untuk

keluar menghirup udara segar, dia tidak mengenali musim semi,

dan menjadi marah dan mencoba untuk membuktikan bahwa

musim semi bukanlah musim semi, tetapi hanyalah sebuah

kekacauan alam yang besar yang tidak sesuai dengan hukum-

hukum alam.” (Hasil dan Prospek)

Demikianlah adanya, ketika musim semi tiba, yakni Revolusi

Oktober, Kautsky malah berusaha sekeras mungkin membuktikan bahwa

Revolusi Oktober adalah revolusi yang tidak sesuai dengan hukum-hukum

revolusi sebagaimana yang dia percaya.

Salah satu argumen dari Kautsky dalam menentang Revolusi Oktober

adalah bahwa tidak ada kondisi revolusioner di Eropa yang membenarkan

kaum Bolshevik untuk merebut kekuasaan di Rusia. Dalam memimpin

revolusi proletariat di Rusia, kaum Bolshevik melakukan ini dengan

pengharapan bahwa revolusi di Rusia akan memercikkan revolusi-revolusi

yang serupa di Eropa Barat. Ini karena Lenin dan kaum Bolshevik lainnya

paham betul bahwa revolusi bisa dimenangkan di Rusia, yakni sebuah negeri

yang terbelakang yang menjadi mata rantai terlemah dalam kapitalisme,

tetapi tidak akan bisa dipertahankan kalau tidak diikuti oleh revolusi di

negeri-negeri kapitalis maju. Selain itu, pengharapan ini juga berdasarkan

kondisi objektif yang ada, yakni Perang Dunia yang meledak telah

menciptakan situasi yang revolusioner di seluruh dunia. Inilah prognosis

kaum Bolshevik yang dikecam oleh Kautsky, yang ternyata terbukti benar

tidak lama setelah Kautsky menulis kritiknya itu. Revolusi Jerman meledak

pada November 1918, hanya beberapa bulan setelah pamflet Kautsky terbit

iii

di mana dia mempertanyakan prospek revolusi di Jerman dan Eropa secara

umum.

Revolusi Jerman ini menemui kegagalan karena pengkhianatan para

pemimpin Sosial Demokrat. Partai Sosial Demokrat Jerman bekerja sama

dengan tentara dan milisi reaksioner dalam menumpas pemberontakan

Spartakus (Partai Komunis Jerman) pada Januari 1919, di mana Rosa

Luxemburg dan Karl Leibknecht – pendiri dan pemimpin Partai Komunis

Jerman – dibunuh. Kautsky sendiri memainkan peran yang negatif, karena

alih-alih mempersiapkan kaum buruh Jerman untuk menyambut revolusi dia

malah sibuk meragukan datangnya revolusi Jerman. Keraguannya berbuah

kegagalan, karena tidak akan ada revolusi yang pernah menang ketika para

partisipannya meragukannya sejak awal. Dosa Kautsky bahkan jauh lebih

besar karena dia memiliki pengaruh yang tidak kecil di dalam gerakan buruh

Jerman.

Kita bisa melihat bagaimana Kautsky terjerumus ke dalam idealisme

ketika dia mengaji Revolusi Oktober. Pertama, dia mengharapkan adanya

demokrasi murni yang tidak berkarakter kelas, dengan tidak membedakan

antara demokrasi borjuis dan demokrasi proletar.

Kedua, dia menaruh pengharapan yang tidak realistis kepada negara

Soviet yang baru saja lahir. Dia mengecam konstitusi Soviet yang katanya

tidak rinci dan oleh karenanya rentan digunakan semena-mena. Lenin

menepis kritik Kautsky ini sebagai “ocehan dari seorang jurnalis picisan

yang dibayar oleh kaum borjuis”. Rakyat pekerja Rusia baru saja

membangun sebuah negara Soviet yang baru – dan yang tidak pernah ada

sebelumnya – di tengah-tengah Perang Dunia yang berkecamuk dan perang

sipil yang baru saja dimulai oleh kaum monarkis Tsar dan borjuasi yang

tidak rela kehilangan kekuasaan mereka. Mereka tidak punya sebuah sketsa

yang sudah jadi dan siap pakai. Mereka tidak punya ahli-ahli hukum dan

pengacara-pengacara yang pintar di tengah-tengah mereka. Kautsky

sementara menuntut sebuah konstitusi Soviet yang sempurna dalam waktu

beberapa bulan setelah Revolusi Oktober. Kautsky, kata Lenin, “tidak

keberatan pada kaum borjuasi Inggris yang membutuhkan beberapa abad

iv

untuk menyempurnakan konstitusi borjuis yang baru (baru di Abad

Pertengahan). Tetapi dia, karena dia adalah perwakilan kacung borjuasi,

tidak memberikan waktu kepada kita, kaum buruh dan tani Rusia. Dia

menuntut agar kita segera menyempurnakan konstitusi kita sampai ke huruf

yang terakhir dalam beberapa bulan.”

Ketiga, Kautsky juga menuntut agar rejim Soviet yang baru ini bisa

segera membawa kesejahteraan. Dia mengeluh bagaimana “setelah sembilan

bulan, Republik Soviet, alih-alih membawa kesejahteraan, harus

menjelaskan mengapa masih ada kemiskinan secara umum.” Bagaimana

mungkin bisa ada kesejahteraan ketika Perang Dunia masih berkecamuk,

Jerman masih menyerang Rusia (sampai ditandatanganinya Perjanjian Brest-

Litovsk antara Rusia dan Jerman pada Maret 1918 di mana Soviet terpaksa

kehilangan sejumlah daerah yang luas, yang mencakup ¼ populasinya, 9/10

dari tambang batubara, dan pusat-pusat industri), dan pemberontakan-

pemberontakan reaksioner mulai meledak di seluruh penjuru Rusia? Kautsky

diam saja mengenai kondisi-kondisi yang mencekik rakyat pekerja Rusia ini.

Ini tidak berbeda jauh dengan keluhan-keluhan dari Emma Goldman,

pemimpin Anarkis terkenal dari Amerika Serikat, terhadap rejim Soviet. Di

dalam karyanya yang paling banyak dibaca oleh kaum Anarkis,

“Kekecewaan saya di Rusia” (My Disillusionment in Rusia, 1921), dia

menceritakan pengalamannya ketika dia berada di Rusia:

“Melewati Nevsky Prospekt, dekat Jalan Liteiny, saya melihat

sekelompok perempuan yang berkerumun untuk

menghangatkan diri mereka dari udara dingin. Mereka

dikelilingi oleh sejumlah prajurit, yang mengobrol dengan

mereka. Perempuan-perempuan ini adalah pelacur yang sedang

menjual diri mereka untuk sepotong roti, sabut atau cokelat.

Para prajurit adalah satu-satunya yang dapat membeli mereka

karena jatah makanan mereka yang lebih. Prostitusi di Rusia

Revolusioner. Saya heran. Apa yang sedang dilakukan oleh

Pemerintahan Komunis untuk mereka-mereka yang malang ini?

Apa yang sedang dilakukan oleh Soviet Buruh dan Tani? ... Ini

v

terlalu mengejutkan, terlalu luar biasa, tetapi begitulah adanya –

makhluk-makhluk yang kedinginan yang menjual diri mereka

dan para pembeli mereka, yakni para pembela Revolusi. “Para

penyerang yang terkutuk itu, blokade – mereka-lah yang

menyebabkan ini,” jawab pengantar saya. Ya, kaum kontra-

revolusioner dan blokade-lah yang bertanggung jawab. Saya

mencoba meyakinkan diri saya. Saya mencoba menghiraukan

kerumunan tersebut, tetapi saya tidak bisa melupakannya.”

Emma Goldman mengharapkan prostitusi segera dihapuskan dari

tanah Soviet dalam waktu yang singkat, di tengah kepungan Tentara Putih

dan pasukan imperialis, di tengah kemiskinan yang mengerikan di Soviet.

Dia tidak paham bahwa prostitusi disebabkan oleh kemiskinan dan bukan

oleh semacam cacat moral dari “para pembela Revolusi” yang dia kecam

tersebut, dan hanya setelah kemiskinan bisa diatasi maka prostitusi akan

segera pupus secara signifikan. Dalam hal ini kita bisa melihat bagaimana

idealisme borjuis-kecil Kautsky ini tidak berbeda dengan idealisme borjuis-

kecil seorang anarkis, yang tidak bisa mengkaji situasi berdasarkan kondisi

objektif yang ada.

Kebijakan-kebijakan luar biasa dan keras yang diambil oleh Soviet di

bawah kepemimpinan Lenin dan Trotsky bukanlah sesuatu yang inheren

dalam Marxisme dan konsep kediktatoran proletariat, namun adalah reaksi

terhadap situasi-situasi sulit yang harus mereka hadapi: revolusi sosialis di

negeri terbelakang, perang sipil dan kepungan tentara-tentara imperialis, dan

keterlambatan revolusi-revolusi di Eropa Barat dan kegagalan mereka.

Kendati kritik-kritik tajam terhadap Bolshevisme yang datang dari semua

kaum “sosialis” dan “Marxis” tipe Karl Kautsky, Antonie Pannekoek,

Herman Gorter, dll. dan juga kaum anarkis dari berbagai tendensi, sampai

hari ini tidak ada satu pun dari mereka yang pernah berhasil dalam merebut

kekuasaan dari tangan kelas borjuasi. Sebaliknya, gagasan-gagasan mereka

justru melucuti rakyat pekerja dalam memenangkan revolusi.

Karya ini bukanlah karya pertama Lenin dalam berpolemik melawan

Kautsky. Dalam “Negara dan Revolusi”, Lenin juga sudah memulai kritik

vi

tajamnya terhadap Kautsky dalam perihal karakter Negara borjuasi. Bahkan

sebelumnya, dalam karyanya “Imperialisme: Tahapan Tertinggi di dalam

Kapitalisme” yang ditulisnya pada 1916 Lenin sudah mengkritik gagasan

ultra-imperialisme Kautsky. Kautsky berpendapat bahwa kapitalisme akan

bergerak ke arah ultra-imperialisme di mana semua negara kapitalis bersatu

dan membagi-bagi dunia secara damai sehingga tidak akan ada lagi

peperangan di antara mereka.

Leon Trotsky juga menulis sebuah karya polemik terhadap Kautsky

pada 1920, yakni pada puncak Perang Sipil di Rusia di mana Leon Trotsky

sedang memimpin Tentara Merah dalam memerangi Tentara Putih,

kepungan tentara-tentara imperialis dan usaha-usaha sabotase kaum

reaksioner. Pada tahun 1919, Kautsky menerbitkan sebuah pamflet berjudul

“Terorisme dan Komunisme” yang mengutuk keras kebijakan-kebijakan

“teror” Bolshevik yang dianggapnya kejam dan tidak demokratis. Trotsky,

sebagai Komisar Perang yang berdiri memimpin perjuangan hidup-mati

untuk mempertahankan Negara Buruh Soviet yang baru saja lahir ini,

menjawabnya lewat pamflet dengan judul yang sama, “Terorisme dan

Komunisme.”

Pada akhirnya, Kautsky adalah produk dari epos kebangkitan

kapitalisme pada 1870-1910. Dalam periode kemajuan kapitalisme tersebut

kaum proletariat tumbuh besar. Namun mereka juga tumbuh terbiasa pada

reforma-reforma yang dapat diberikan oleh kapitalisme yang sedang

berkembang itu. Para pemimpin serikat-serikat buruh dan partai-partai buruh

yang tergabung dalam Internasional Kedua mulai bergeser dari Marxisme ke

reformisme, bahwa sosialisme dapat dicapai secara bertahap tanpa perlunya

revolusi. Mengapa tidak ketika tampaknya kapitalisme bisa terus tumbuh

dan memberikan reforma kepada buruh? Kautsky pada awalnya menentang

pergeseran ke reformisme ini, tetapi oposisinya tidak tegas dan tidak

konsisten karena dia sendiri telah mengasimilasi reformisme ke dalam

pemikirannya.

Hari ini, perjuangan melawan reformisme dan oportunisme di dalam

gerakan buruh masihlah merupakan perjuangan ideologis yang paling

vii

penting. Bahkan dapat dikatakan bahwa kapitalisme tidak akan dapat

bertahan barang satu hari pun tanpa reformisme yang membebani kesadaran

kelas buruh. Tidak cukup hanya mengkritik kapitalisme. Inilah mengapa

karya-karya polemik Lenin terhadap reformisme dalam berbagai bentuknya

masih tetap relevan bagi kaum buruh dan kaum muda revolusioner di

Indonesia hari ini.

Ted Sprague

Montreal, 13 April 2014

viii

Pendahuluan

Pamflet Kautsky1, “The Dictatorship of Proletariat” (Kediktatoran

Proletariat), yang baru-baru ini diterbitkan di Wina (Wien, 1918, Ignaz

Brand, hal. 63), merupakan contoh paling jelas dari kebangkrutan

Internasional Kedua yang paling memalukan, yang telah lama dibicarakan

oleh semua kaum sosialis yang jujur di semua negeri. Revolusi proletariat

sekarang sudah menjadi persoalan praktis di sejumlah negeri, dan oleh

karenanya pemeriksaan terhadap cara-cara berpikir Kautsky yang sesat dan

penuh pengkhianatan dan penolakan sepenuhnya terhadap Marxisme

menjadi sangat penting.

Namun, pertama-tama harus ditekankan bahwa sejak permulaan

perang [Perang Dunia Pertama – Ed.] sang penulis telah berulang kali

menunjukkan perpecahan Kautsky dengan Marxisme. Sejumlah artikel yang

diterbitkan antara tahun 1914-1916 di jurnal Sotsial-

Demokrat2 dan Kommunist3, yang diterbitkan di luar negeri, membahas soal

itu. Artikel-artikel ini selanjutnya dikumpulkan dan diterbitkan oleh Soviet

Petrograd dengan judul “Against the Stream” (Melawan Arus), oleh G.

Zinoviev4, dan N. Lenin (Petrograd, 1918. hal. 550). Dalam sebuah pamflet

1 Karl Kautsky (1854-1938) adalah teoretikus Marxis terkemuka dari Jerman. Dia

adalah salah satu pendiri Internasional Kedua dan teoretikus organisasi tersebut. Awalnya Kautsky dianggap sebagai guru Marxis oleh kaum Bolshevik, termasuk Lenin. Tetapi dengan semakin dekatnya revolusi, Kautsky menjadi semakin reformis. Saat Perang Dunia I meledak, dia mengambil posisi yang ambigu. Ketika Revolusi Oktober meledak, dia mengambil posisi menentangnya dan berdiri di pihak kontra-revolusi. Lenin dan Trotsky lalu mencapnya sebagai pengkhianat.

2 Koran Sotsial-Demokrat adalah koran ilegal Rusia, organ sentral dari Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia yang diterbitkan dari Februari 1908 hingga Januari 1917. Koran ini diterbitkan di luar negeri. Dewan Editornya terdiri dari perwakilan Bolshevik, Menshevik, dan kaum Sosial Demokrat Polandia. Lenin adalah salah satu editornya, dan menulis banyak artikel di dalam koran ini.

3 Majalah Kommunist adalah majalah yang didirikan oleh Lenin. Hanya dua edisi yang berhasil terbit sebelum majalah ini ditutup karena perbedaan politik di antara dewan editornya.

4 Gregory Zinoviev (1883-1936) adalah seorang Bolshevik Tua. Bersama Lenin dan Kamenev, mereka membangun Bolshevik sejak awal. Dengan Stalin dan Kamenev, ia menentang Trotsky pada 1923. Setelah sadar bahwa bahaya sesungguhnya di dalam Partai adalah Stalin dan kaum birokrasi, ia lalu bersatu dengan Trotsky untuk melawan Stalin pada

ix

yang diterbitkan di Jenewa pada 1915 dan diterjemahkan ke dalam bahasa

Jerman dan Prancis pada tahun yang sama, saya menjelaskan tentang

“Kautskyisme” sebagaimana di bawah ini:

“Kautsky, pemimpin terkemuka Internasional Kedua, adalah contoh

yang paling jelas dan khas tentang bagaimana sebuah pengakuan verbal

terbuka terhadap Marxisme dalam prakteknya berubah menjadi

“Struvisme”5 atau “Brentanoisme”6 (dengan kata lain, menjadi teori borjuis

liberal yang mengakui adanya perjuangan “kelas” kaum proletariat yang

non-revolusioner, yang mana diungkapkan dengan jelas oleh Struve, seorang

penulis dari Rusia, dan Brentano, ekonom dari Jerman). Contoh lainnya

adalah Plekhanov7. Melalui metode sofistri, Marxisme dilucuti dari semangat

revolusionernya yang hidup; segala sesuatunya diakui dalam kerangka

Marxisme, kecuali metode-metode perjuangan revolusioner, propaganda dan

persiapan untuk metode-metode tersebut, dan juga pendidikan bagi massa

dalam rangka perjuangan revolusioner. Kautsky dengan cara-cara yang tidak

prinsipil mendamaikan ide fundamental sovinisme-sosial, pengakuan atas

pembelaan terhadap tanah air dalam perang hari ini, dengan konsesi

diplomatis palsu kepada kaum Kiri. Hal ini dilakukannya dengan abstain dari

pemungutan suara anggaran perang, klaim verbalnya sebagai oposisi, dll.

Kautsky, yang pada 1909 menulis sebuah buku tentang periode revolusi

yang semakin dekat dan tentang kaitan antara perang dan revolusi, yang

1926-27. Oposisi Kiri ini kalah dalam perjuangannya melawan Stalin dan birokrasi. Ia dipecat dari partai pada 1927, tetapi kemudian menyerah pada Stalin dan diizinkan masuk kembali ke dalam Partai. Dipecat lagi pada 1932, dia lalu dihukum 10 tahun penjara. Pada 1935, Zinoviev diadili di dalam Pengadilan Moskow dan dihukum eksekusi.

5 Peter Struve (1870-1944) adalah seorang politisi dan intelektual terkemuka Rusia, yang awalnya seorang Marxis, lalu menjadi liberal. Ia adalah salah seorang pendiri Partai Konstitusional Demokratik (Kadet), sebuah partai borjuis liberal di Rusia.

6 Lujo Brentano (1844-1931) adalah seorang ekonom Jerman, yang mendukung gagasan “sosialisme negara”. Dia mencoba membuktikan kemungkinan mencapai keadilan sosial di dalam kerangka kapitalisme, dengan cara reforma dan mendamaikan kepentingan kapitalis dan buruh.

7 Georgi Plekhanov (1856-1918) adalah Bapak Marxisme Rusia. Dia adalah salah satu pendiri organisasi Marxis pertama di Rusia: Kelompok Emansipasi Buruh. Dianggap oleh Lenin sebagai gurunya, dia pada akhirnya berseberangan dengan Lenin mengenai masalah Revolusi Rusia 1917, dan menentang Revolusi Oktober.

x

pada 1912 menandatangani Manifesto Basel8 yang berbicara mengenai

menggunakan peluang revolusioner dari perang yang akan datang, sungguh

berusaha keras untuk membenarkan dan menghiasi sovinisme-sosial, dan,

seperti Plekhanov, bergabung dengan kaum borjuasi untuk mencemooh

setiap pemikiran tentang revolusi dan semua langkah menuju perjuangan

revolusioner yang segera.

“Kelas buruh tidak dapat memainkan peran revolusioner yang

mendunia kecuali jika kelas buruh mengobarkan sebuah perjuangan yang

tanpa-belas-kasihan untuk melawan kemunduran, kepengecutan, dan

ketundukan terhadap oportunisme, dan vulgarisasi terhadap teori-teori

Marxisme yang tidak ada paralelnya ini. Kautskyisme bukanlah sebuah

kebetulan; ia adalah produk sosial dari kontradiksi-kontradiksi di dalam

Internasional Kedua, yang merupakan campuran antara kesetiaan terhadap

Marxisme dalam kata-kata dan subordinasi terhadap oportunisme dalam

praktek. “(G. Zinoviev dan N. Lenin, “Sosialisme dan Perang” Jenewa,

1915, hal. 13-14).

Lagi, dalam buku saya yang berjudul “Imperialisme, Tahapan

Tertinggi Dalam Kapitalisme” yang ditulis pada 1916, dan diterbitkan di

Petrograd pada 1917, saya membedah serinci-rincinya kesalahan teoritis dari

semua argumen Kautsky tentang imperialisme. Saya mengutip definisi

Kautsky tentang imperialisme: “Imperialisme adalah sebuah produk dari

kapitalisme industrial yang sangat berkembang, di mana setiap bangsa

kapitalis industrial berusaha mengontrol atau menganeksasi semua

daerah agraris yang besar [italik dari Kautsky], tidak peduli bangsa mana

yang mendudukinya.” Saya menunjukkan betapa kelirunya penjelasan ini,

dan bagaimana penjelasan itu telah ‘diadaptasi” untuk menyembunyikan

kontradiksi-kontradiksi yang paling dalam dari imperialisme, dan kemudian

8 Manifesto Basel adalah manifesto yang ditandatangani oleh Internasionale Kedua

pada 1912, yang menyatakan bahwa Internasionale Kedua akan melakukan apapun yang diperlukan untuk menghentikan perang dunia, dan akan menggunakan momen krisis politik dan ekonomi yang ada untuk menumbangkan kekuasaan kapitalis. Namun, ternyata pada 1914 ketika perang dunia meledak, mayoritas anggota Internasionale Kedua mendukung pemerintahan borjuasi mereka sendiri. Ini menandai kematian Internasionale Kedua.

xi

“diadaptasi” untuk didamaikan dengan oportunisme. Saya memberikan

definisi saya sendiri tentang imperialisme: “Imperialisme adalah kapitalisme

pada tahap perkembangan di mana dominasi monopoli dan kapital finansial

telah menjadi kenyataan, di mana ekspor kapital telah menjadi sangat

penting; di mana pembagian dunia di antara sindikat-sindikat internasional

telah dimulai; di mana pembagian wilayah-wilayah dunia di antara kekuatan-

kekuatan kapitalis terbesar telah selesai.” Saya menunjukkan bahwa kritik

Kautsky terhadap imperialisme jauh lebih rendah ketimbang kritik kaum

borjuis filistin.

Akhirnya, pada bulan Agustus dan September 1917 — yakni, sebelum

revolusi proletar Rusia (25 Oktober [7 November] 1917), saya menulis

sebuah pamflet (yang diterbitkan di Petrograd di awal 1918) yang berjudul

“Negara dan Revolusi. Teori Marxis tentang Negara dan Tugas-Tugas Kaum

Proletariat dalam Revolusi”. Dalam Bab IV dari buku ini yang berjudul

“Vulgarisasi Marxisme oleh Kaum Oportunis,” saya memberikan perhatian

khusus terhadap Kautsky dengan menunjukkan bahwa dia telah sepenuhnya

mendistorsi pemikiran-pemikiran Marxisme, mengubahnya agar sesuai

dengan oportunisme, dan bahwa dia telah “menyangkal revolusi dalam

praktek, kendati menerimanya dalam ucapan.”

Pada intinya, kesalahan utama secara teoritis yang dibuat oleh

Kautsky dalam pamfletnya tentang kediktatoran proletariat terletak pada

distorsi-distorsinya yang oportunis terhadap pemikiran-pemikiran Marx

tentang Negara — distorsi-distorsi yang telah saya bedah secara rinci dalam

pamflet saya yang berjudul “Negara dan Revolusi.”

Pernyataan-pernyataan awal ini dibutuhkan karena mereka

menunjukkan bahwa saya telah menuduh Kautsky secara terbuka sebagai

seorang pengkhianat jauh sebelum kaum Bolshevik mengambil alih

kekuasaan Negara dan dikutuk oleh Kautsky sehubungan dengan perebutan

kekuasaan tersebut.

xii

DAFTAR ISI

Pengantar Untuk Edisi Bahasa Indonesia “Revolusi Proletariat

dan Kautsky si Pengkhianat” ………………………………………. i

Pendahuluan ………………………………………………………… viii

Daftar Isi …………………………………………………………….. xii

Bagaimana Kautsky Mengubah Marx Menjadi Seorang Liberal … 1

Demokrasi Borjuis dan Demokrasi Proletariat ……………………. 15

Apakah Mungkin Bisa Ada Kesetaraan Antara yang

Tereksploitasi dan Yang Mengeksploitasi? ………………………… 26

Soviet Tidak Berani Menjadi Organisasi Negara …………………. 35

Majelis Konstituante dan Republik Soviet ………………………… 43

Konstitusi Soviet …………………………………………………….. 55

Apa itu Internasionalisme? ………………………………………….. 69

Kepatuhan pada Borjuasi dengan Kedok “Analisis Ekonomi” …… 86

Lampiran I: Tesis Mengenai Majelis Konstituante

Lampiran II: Buku Baru Vandervelde mengenai Negara

1

Bagaimana Kautsky Mengubah Marx Menjadi Seorang Liberal

Persoalan fundamental yang didiskusikan oleh Kautsky dalam

pamfletnya adalah esensi utama dari revolusi proletariat, yakni kediktatoran

proletariat. Ini adalah persoalan yang mempunyai arti penting terbesar bagi

semua negeri, terutama bagi negeri-negeri yang maju, terutama bagi negeri-

negeri yang sedang berperang, dan terutama pada saat ini. Seseorang bisa

berkata tanpa ketakutan untuk melebih-lebihkan bahwa kediktatoran

proletariat merupakan problem kunci dari semua perjuangan kelas proletar.

Oleh karena itu, amat penting untuk memberikan perhatian khusus terhadap

masalah tersebut.

Kautsky merumuskan persoalan ini sebagai berikut: “Perbedaan antara

dua aliran sosialis (yakni kaum Bolshevik dan kaum non-Bolshevik) adalah

perbedaan antara metode-metode yang sangat berbeda: metode diktatorial

dan metode demokratis” (hal. 3).

Marilah kita ingat lagi, bahwa ketika Kautsky menyebut kaum non-

Bolshevik di Rusia (yakni kaum Menshevik dan kaum Sosialis-

Revolusioner) kaum sosialis, ia dibimbing oleh nama mereka, yakni oleh

sebuah kata, dan bukan oleh tempat yang sesungguhnya mereka tempati di

dalam perjuangan antara kaum borjuasi dan kaum proletar. Betapa indahnya

pemahaman dan penerapan Marxisme yang seperti demikian! Tetapi saya

akan menjelaskan lebih jauh tentang ini nanti.

Untuk saat ini, kita harus menghadapi masalah yang utama, yakni

penemuan Kautsky yang terbesar mengenai “perbedaan fundamental” antara

“metode demokratis dan metode diktatorial”. Inilah problem yang terutama;

inilah esensi dari pamflet Kautsky. Dan ini sungguh merupakan kekacauan

teoritis yang begitu buruk, penolakan yang sepenuh-penuhnya terhadap

Marxisme, di mana Kautsky, harus diakui, telah begitu jauh melebihi

Bernstein.

Persoalan kediktatoran proletariat adalah persoalan relasi negara

proletariat terhadap negara borjuis, relasi demokrasi proletariat terhadap

2

demokrasi borjuis. Kita mungkin dapat berpikir bahwa ini begitu jelas dan

mudah. Akan tetapi Kautsky, seperti seorang guru sekolah yang telah

menjadi kering kerontang seperti debu karena mengutip buku-buku teks

sejarah tua yang sama, dengan berkeras-hati memalingkan punggungnya ke

abad ke-20 dan terus menatap ke abad ke-18, dan untuk keseratus kalinya, di

dalam sejumlah paragraf, dengan cara yang sungguh membosankan

bermeditasi mengenai relasi demokrasi borjuis terhadap absolutisme dan

medievalisme!

Ini terdengar seperti dia sedang mengigau dalam tidur!

Akan tetapi, ini artinya ia telah sepenuhnya gagal memahami masalah

ini. Kita tidak bisa tidak tersenyum melihat usaha Kautsky untuk membuat

bahwa tampaknya ada orang-orang yang mengajarkan “kebencian terhadap

demokrasi” (hal. IA) dan sebagainya. Inilah omong kosong yang digunakan

oleh Kautsky untuk mengaburkan dan membuat masalah ini menjadi kacau-

balau, karena ia berbicara seperti kaum liberal, berbicara tentang demokrasi

secara umum, dan bukannya tentang demokrasi borjuis; bahkan ia menolak

menggunakan istilah kelas yang jelas ini, dan sebaliknya ia berusaha

berbicara tentang demokrasi “pra-sosialis”. Pembual ini menghabiskan

sepertiga dari pamfletnya, atau dua puluh halaman dari enam puluh tiga

halaman pamfletnya, untuk omong kosong ini, yang begitu menyejukkan

hati kaum borjuasi karena ini pada akhirnya sama dengan menghiasi

demokrasi borjuis, dan mengaburkan masalah revolusi proletariat.

Namun, bagaimanapun juga, judul dari pamflet Kautsky adalah

“Kediktatoran Proletariat”. Semua orang tahu, bahwa inilah esensi yang

paling mendasar dari doktrin Marx; dan setelah sekian banyak omong

kosong yang tidak relevan Kautsky merasa berkewajiban mengutip kata-

kata Marx tentang kediktatoran proletariat.

Akan tetapi cara bagaimana Kautsky, “sang Marxis”, mengutip Marx

sangatlah konyol! Coba dengar ini:

3

“Pandangan ini (yang Kautsky sebut “kebencian terhadap

demokrasi”) “bersandar pada sebuah kata tunggal dari Karl

Marx.” Inilah yang Kautsky katakan secara harfiah pada

halaman 20. Dan pada halaman 60, hal yang sama diulang

kembali, bahkan dalam bentuk bahwa, mereka (kaum

Bolshevik) “secara oportunis mengungkit kembali kata kecil

ini” (inilah yang secara harfiah Kautsky tulis - des Wörtchens!!)

“tentang kediktatoran proletariat yang dipergunakan oleh Marx

sekali saja pada tahun 1875 dalam sebuah surat“.

Inilah sedikit “kata kecil” dari Marx tersebut:

“Di antara masyarakat kapitalis dan komunis ada sebuah

periode transformasi revolusioner dari masyarakat kapitalis ke

masyarakat komunis. Bersamaan dengan ini terdapat juga

sebuah periode transisi politik di mana negara haruslah berupa

kediktatoran proletariat yang revolusioner”

Pertama-tama, untuk menyebut pemikiran Marx klasik ini, yang

menyimpulkan seluruh ajarannya yang revolusioner, sebagai “sebuah kata

tunggal” dan bahkan “sebuah kata kecil” adalah penghinaan dan penolakan

penuh terhadap Marxisme. Kita tidak boleh lupa kalau Kautsky paham betul

tentang Marx, dan menimbang dari semua yang telah dia tulis, dia memiliki

di mejanya, atau di kepalanya, sejumlah laci di mana semua yang pernah

ditulis oleh Marx telah diarsipkan dengan hati-hati supaya dengan mudah

dapat digunakan sebagai kutipan. Kautsky mestinya tahu bahwa baik Marx

maupun Engels, dalam surat-suratnya sebagaimana juga karya-karyanya

yang dipublikasikan, berulang kali berbicara tentang kediktatoran

proletariat, sebelum dan terutama setelah Komune Paris. Kautsky harusnya

tahu bahwa formula “kediktatoran proletariat” adalah formulasi yang lebih

konkret secara historis dan lebih tepat secara ilmiah mengenai tugas-tugas

kaum proletariat untuk “menghancurleburkan” mesin negara borjuis. Inilah

yang dinyatakan oleh Marx dan Engels selama 40 tahun antara 1852 dan

1891 dalam menyimpulkan pengalaman revolusi 1848, dan terlebih lagi,

revolusi 1871.

4

Kemudian bagaimana menjelaskan distorsi yang begitu dahsyat

terhadap Marxisme yang dibuat oleh Kautsky, sang Marxis formalis itu?

Sehubungan dengan akar filsafat dari fenomena ini, ini adalah substitusi

dialektika dengan eklektisme dan sofisme. Kautsky adalah ahli substitusi

seperti ini. Berangkat dari sudut pandang politik praktis, ini adalah

ketundukan terhadap kaum oportunis, yakni pada analisa terakhir adalah

ketundukan terhadap kaum borjuis. Semenjak pecahnya perang, Kautsky

telah tumbuh pesat dalam seni menjadi seorang Marxis dalam kata-kata dan

antek kaum borjuis dalam perbuatan, hingga ia sekarang telah menjadi

ahlinya.

Kita akan merasa bahkan lebih yakin tentang ini bila kita periksa

betapa hebatnya Kautsky dalam “menginterpretasi” “kata kecil” Marx

tentang kediktatoran proletariat. Perhatikan hal berikut ini:

“Sayangnya Marx lalai menunjukkan kepada kita dengan lebih

terperinci tentang bagaimana ia membentuk konsep

kediktatoran ini…(Ini adalah sebuah kalimat yang sungguh-

sungguh palsu dari seorang pengkhianat, karena Marx dan

Engels sesungguhnya telah memberikan kepada kita sejumlah

indikasi yang sangat detil, yang mana Kautsky, sang Marxis

formalis, telah dengan sengaja mengabaikannya.)“

Secara harfiah, istilah kediktatoran bermakna penghapusan terhadap

demokrasi. Namun tentunya juga secara harfiah istilah ini juga bermakna

kekuasaan absolut dari seorang individu yang tidak dibatasi oleh satu hukum

pun -- sebuah autokrasi yang berbeda dari despotisme hanya jika

kediktatoran ini bukan sebuah lembaga negara yang permanen, melainkan

kebijakan darurat sementara.

“Istilah kediktatoran proletariat, oleh karenanya bukan kediktatoran

dari seorang individu, tetapi kediktatoran kelas yang dalam dirinya sendiri

(ipso facto) menghindari kemungkinan bahwa Marx dalam hal ini

memikirkan kediktatoran secara harfiah.

5

“Di sini dia tidak berbicara mengenai bentuk pemerintahan, tetapi

mengenai sebuah kondisi yang harus muncul ketika proletariat telah meraih

kekuasaan politik. Bahwa Marx dalam hal ini tidak berbicara mengenai

bentuk pemerintahan terbukti oleh fakta bahwa dia berpendapat bahwa

transisi di Inggris dan Amerika dapat terjadi dengan damai, yakni dengan

cara demokratis.” (hal. 20)

Kita telah dengan sengaja mengutip argumen ini sepenuhnya sehingga

pembaca dapat melihat dengan jelas metode yang dipakai oleh Kautsky

“sang teoretikus”.

Kautsky memilih untuk melakukan pendekatan terhadap masalah ini

dengan memulai mendiskusikan definisi “kata” kediktatoran.

Baiklah. Setiap orang punya hak sakral untuk menggunakan

pendekatan apapun yang dia kehendaki terhadap sebuah masalah. Kita hanya

harus melihat mana pendekatan yang serius dan jujur, dan mana yang tidak

jujur. Setiap orang yang ingin serius dalam melakukan pendekatan terhadap

masalah ini harus memberikandefinisinya sendiri tentang “kata”

kediktatoran. Dengan demikian, masalah ini bisa ditelaah dengan sebaik-

baiknya. Namun Kautsky tidak melakukan ini. Dia menulis, “Secara harfiah,

kata kediktatoran bermakna penghapusan demokrasi.”

Pertama-tama, ini bukanlah sebuah definisi. Bila Kautsky ingin

menghindari pemberian definisi tentang konsep kediktatoran, mengapa dia

memilih pendekatan seperti ini?

Kedua, yang dikatakan oleh Kautsky itu jelas salah. Adalah hal yang

alami bagi seorang liberal untuk berbicara mengenai “demokrasi” secara

umum; tetapi seorang Marxis tidak akan pernah lupa bertanya: “untuk kelas

mana?” Setiap orang tahu, misalnya (dan Kautsky “sang sejarawan” juga

tahu), bahwa pemberontakan, atau bahkan gejolak yang besar, di antara para

budak pada zaman kuno dengan segera mengungkapkan bahwa negara

zaman kuno itu pada dasarnya adalah sebuah kediktatoran pemilik

6

budak. Apakah kediktatoran ini menghapus demokrasi di antara, dan bagi,

para pemilik budak? Semua orang tahu ini tidak.

Kautsky “sang Marxis” membuat pernyataan yang betul-betul tidak

masuk akal dan sama sekali tidak benar ini karena

ia “melupakan” perjuangan kelas…

Agar kita dapat mengubah pernyataan Kautsky yang liberal dan keliru

itu menjadi pernyataan yang betul-betul Marxis dan benar, maka kita harus

berkata: kediktatoran itu tidak selalu berarti penghapusan terhadap

demokrasi bagi kelas yang melaksanakan kediktatoran di atas kelas-kelas

yang lain; akan tetapi ia berarti penghapusan (atau pembatasan material yang

teramat ketat, yang juga merupakan salah satu bentuk penghapusan)

demokrasi bagi kelas yang menjadi objek dari kediktatoran tersebut.

Akan tetapi, sebenar-benarnya pernyataan ini, tetap saja ini tidak

memberikan sebuah definisi untuk kediktatoran.

Marilah kita periksa kalimat Kautsky yang selanjutnya:

“… Tetapi, tentu saja, bila diambil secara harfiah, kata itu juga

bermakna kediktatoran absolut dari seorang individu yang tidak

dibatasi oleh satu hukum pun….”

Seperti seekor anjing buta yang mengendus ke sana ke mari, Kautsky

secara kebetulan menemukan sebuah ide yang benar (yaitu, bahwa

kediktatoran adalah kekuasaan yang tak terbatas oleh satu hukum

pun). Meskipun demikian, ia gagal untuk memberikan definisi tentang

kediktatoran, dan, terlebih lagi, ia membuat kesalahan besar historis yang

sangat jelas, yakni bahwa kediktatoran berarti kekuasaan dari seorang

individu. Ini bahkan keliru secara tata bahasa, karena kediktatoran bisa juga

dilaksanakan oleh sekelompok orang, atau oleh sebuah oligarki, atau oleh

sebuah kelas dan sebagainya.

Kautsky kemudian menunjukkan perbedaan antara kediktatoran dan

despotisme. Meskipun yang dikatakannya jelas-jelas salah, kita tidak akan

7

mendiskusikannya karena ini sama sekali tidak relevan untuk masalah yang

kita hadapi. Semua orang tahu kecenderungan Kautsky untuk berpaling dari

abad ke-20 ke abad ke-18, dan dari abad ke-18 ke zaman klasik kuno, dan

kita berharap bahwa kaum proletariat Jerman, setelah mereka telah meraih

kediktatorannya, akan mengingat kecenderungan Kautsky ini dan

menunjuknya untuk menjadi guru sejarah kuno di sebuah sekolah tertentu.

Untuk menghindari definisi kediktatoran proletariat dengan berfilsafat

mengenai despotisme adalah kebodohan yang kasar atau tipu daya yang

canggung.

Sebagai akibatnya, kita menemukan bahwa, setelah berdiskusi tentang

kediktatoran, Kautsky mengulang-ulang begitu banyak kebohongan tetapi

tidak memberikan satu definisi pun tentang kediktatoran! Alih-alih

menggunakan kemampuan berpikirnya, dia bisa saja menggunakan

memorinya untuk menarik dari “laci-laci dokumennya” setiap saat Marx

berbicara tentang kediktatoran. Bila saja dia melakukan ini, dia tentu akan

tiba pada definisi berikut ini atau yang serupa dengannya:

Kediktatoran adalah kekuasaan yang didasarkan langsung atas

kekerasan dan tidak dibatasi oleh hukum apapun.

Kediktatoran revolusioner proletariat adalah kekuasaan yang

dimenangkan dan dipelihara dengan penggunaan kekerasan oleh proletariat

dalam melawan kaum borjuasi, kekuasaan yang tidak dibatasi oleh hukum

apa pun.

Kebenaran yang sederhana ini, kebenaran yang begitu jelas ini bagi

setiap buruh yang sadar-kelas (yang mewakili massa rakyat, dan bukan

lapisan atas dari para bajingan borjuis-kecil yang telah disuap oleh kaum

kapitalis, begitulah kaum imperialis-sosial di semua negeri), kebenaran ini,

yang begitu jelas bagi setiap perwakilan dari kelas-kelas tertindas yang

sedang berjuang bagi emansipasinya, kebenaran ini, yang tidak bisa

diganggu gugat bagi setiap Marxis, harus “diperas dengan susah payah” dari

tuan Kautsky yang terpelajar! Bagaimana hal ini dapat dijelaskan? Ini dapat

dijelaskan dengan mudah oleh semangat penghambaan yang memenuhi para

8

pemimpin Internasional Kedua, yang telah menjadi penjilat kaum borjuasi

yang hina

Kautsky pertama-tama menggunakan tipu daya dengan mengumbar

omong kosong bahwa kata kediktatoran, secara harfiah, berarti kediktatoran

dari seorang individu, dan kemudian – dengan menggunakan kekuatan dari

tipu daya ini – dia menyatakan bahwa “oleh karenanya” kata-kata Marx

mengenai kediktatoran sebuah kelas tidak dimaknakan dalam arti harfiahnya

(tetapi di dalam makna di mana kediktatoran tidak berarti kekerasan

revolusioner, tetapi berarti “secara damai” memenangkan mayoritas di

bawah “demokrasi” borjuis).

Kita harus membedakan antara “kondisi” dan “bentuk pemerintahan”.

Sungguh perbedaan yang sangat dalam; ini seperti menggambarkan

perbedaan antara “kondisi” dari kebodohan seseorang yang berpikir bodoh,

dan “bentuk” kebodohannya.

Kautsky merasa perlu mengartikan kediktatoran sebagai sebuah

“kondisi dominasi” (inilah ungkapan harfiah yang digunakannya di halaman

selanjutnya, hal. 21), karena dengan demikian kekerasan revolusioner, dan

revolusi yang penuh dengan kekerasan menghilang. “Kondisi dominasi”

adalah sebuah kondisi di mana setiap mayoritas menemui dirinya di bawah

... “demokrasi”! Berkat tipu daya seperti ini, revolusi lenyap dengan

mudahnya!

Akan tetapi, penipuan itu begitu kasar dan tidak akan dapat

menyelamatkan Kautsky. Kita tidak dapat menyembunyikan fakta bahwa

kediktatoran mensyaratkan dan bermakna sebuah “kondisi”, sebuah kondisi

yang begitu tidak disetujui oleh para pengkhianat, kondisi kekerasan

revolusioner satu kelas terhadap kelas yang lainnya. Sangatlah konyol untuk

menarik perbedaan antara sebuah “kondisi” dan sebuah “bentuk

pemerintahan”. Untuk berbicara tentang bentuk pemerintahan dalam hal ini

adalah sangat bodoh, karena setiap anak sekolah tahu bahwa monarki dan

republik adalah dua bentuk pemerintahan yang berbeda. Kita harus

menjelaskan kepada Tn. Kautsky bahwa kedua bentuk pemerintahan ini,

9

seperti semua “bentuk pemerintahan” transisional di bawah kapitalisme,

hanyalah variasi-variasi dari negara borjuis, yakni, variasi-variasi

dari kediktatoran borjuis.

Terakhir, berbicara tentang bentuk pemerintahan bukan hanya sesuatu

yang bodoh, tetapi juga pemalsuan yang kasar terhadap pemikiran Marx,

yang jelas-jelas berbicara mengenai bentuk negara dan bukan bentuk

pemerintahan.

Revolusi proletariat tidak mungkin dapat diwujudkan tanpa

penghancuran paksa mesin negara borjuis, dan penggantiannya dengan

negara yang baru yang, seperti yang dikatakan oleh Engels, “bukan lagi

negara dalam makna kata yang sesungguhnya”.

Posisi Kautsky yang berkhianat membuat dirinya harus memungkiri

dan mengaburkan semua ini.

Maka kita lihat tipu muslihat yang dipergunakannya.

Muslihat yang pertama. “Bahwa Marx dalam hal ini tidak berbicara

mengenai bentuk pemerintahan terbukti oleh fakta bahwa dia berpendapat

bahwa transisi di Inggris dan Amerika dapat terjadi dengan damai, yakni

dengan cara demokratis.”

Bentuk pemerintahan tidak ada hubungannya sama sekali dengan ini,

karena ada monarki-monarki yang merupakan bentuk negara borjuis yang

tidak tipikal, di mana tidak ada klik militer. Dan ada republik-republik yang

cukup tipikal dalam hal ini, misalnya memiliki klik militer dan birokrasi. Ini

adalah fakta historis dan politis yang diketahui secara universal, dan Kautsky

tidak dapat memalsukannya.

Bila Kautsky hendak berargumen dengan cara yang serius dan jujur,

seharusnya ia bertanya pada dirinya sendiri: Apakah ada hukum sejarah

mengenai revolusi yang tidak ada pengecualian? Dan jawabannya: tidak ada

hukum seperti itu. Hukum seperti itu hanya berlaku untuk kasus-kasus

10

tipikal, yang Marx istilahkan sebagai “yang ideal,” yakni kapitalisme yang

umum, normal, dan tipikal.

Lebih jauh lagi, apakah terdapat sesuatu pada tahun 1870an yang

membuat Inggris dan Amerika harus dikecualikan sehubungan dengan apa

yang kita diskusikan saat ini? Seharusnya menjadi jelas bagi setiap orang

yang memahami persyaratan-persyaratan ilmiah dalam hubungannya dengan

permasalahan-permasalahan kesejarahan bahwa pertanyaan ini harus

diajukan. Bila kita gagal mengajukannya, ini sama halnya dengan

memalsukan pengetahuan ilmiah, sama halnya dengan melakukan sofisme.

Dan, setelah mengajukan pertanyaan ini, tidak ada keraguan sama sekali

bahwa jawabannya adalah: kediktatoran revolusioner proletariat

merupakan kekerasan terhadap kaum borjuasi; dan kekerasan semacam

itu terutama menjadi sebuah kebutuhan karena keberadaan militerisme dan

birokrasi, sebagaimana yang sudah dijelaskan oleh Marx dan Engels

berulang kali secara rinci (terutama dalam tulisan mereka “Perang Sipil di

Prancis” dan dalam pengantar dari karya tersebut). Justru institusi-institusi

inilah yang tidak eksis di Inggris dan Amerika pada tahun 70an, ketika Marx

membuat pengamatannya (mereka sekarang eksis di Inggris dan di

Amerika)!

Kautsky harus menggunakan tipu daya di setiap langkahnya untuk

menutupi pengkhianatannya!

Dan perhatikan bagaimana dia secara tidak sengaja menunjukkan jati

dirinya ketika dia menulis: “secara damai, yakni dengan cara yang

demokratis”!

Dalam mendefinisikan kediktatoran, Kautsky berusaha semaksimal

mungkin menyembunyikan dari para pembaca karakter fundamental dari

konsep ini, yaitukekerasan revolusioner. Namun sekarang sudah kelihatan

kebenarannya: ini adalah masalah perbedaan antara revolusi damai dan

revolusi kekerasan.

11

Inilah duduk perkaranya. Kautsky harus menggunakan segala macam

tipu muslihat, sofisme dan pemalsuan hanya untuk menyelamatkan dirinya

dari revolusikekerasan, dan untuk menyembunyikan penolakannya terhadap

revolusi kekerasan dan pembelotannya ke sisi kebijakan buruh liberal, yakni

ke sisi kaum borjuasi. Inilah duduk perkaranya.

Kautsky “sang sejarawan” begitu tanpa malunya memalsukan sejarah,

sampai-sampai dia “melupakan” fakta fundamental bahwa kapitalisme pra-

monopoli -- yang sebenarnya mencapai puncaknya pada periode 1870an --

karena karakter-karakter fundamental ekonominya, memiliki karakter yang

unik, yakni secara relatif sangat berpihak pada perdamaian dan kebebasan.

Imperialisme di lain pihak, yakni kapitalisme monopoli, yang akhirnya

matang pada abad ke-20, karena karakter-karakter

fundamental ekonominya, memiliki karakter yang paling tidak berpihak pada

perdamaian dan kebebasan, yang mana perkembangan militernya mencapai

tingkat tertinggi dan universal. Bila kita “gagal mempertimbangkan” ini

dalam mendiskusikan sejauh mana sebuah revolusi damai atau kekerasan

adalah hal yang tipikal atau hal yang memungkinkan, maka kita telah jatuh

ke level seorang kacung kaum borjuasi.

Muslihat yang kedua. Komune Paris merupakan kediktatoran

proletariat, namun kediktatoran itu dipilih melalui pemilu yang universal,

yakni tanpa merampas hak-hak demokrasi dari kaum borjuasi, yakni “secara

demokratis”. Dan Kautsky berkata dengan begitu yakinnya: “… kediktatoran

proletariat bagi Marx” (atau menurut Marx) adalah “sebuah kondisi yang

secara niscaya mengalir dari demokrasi murni, bila proletariat membentuk

mayoritas.” (bei überwiegendem Proletariat, S. 21)

Argumen Kautsky ini begitu luar biasanya sehingga membuat

seseorang menderita embarras de richesses (rasa malu karena kelimpahan ...

keberatan-keberatan yang dapat dilemparkan terhadap argumen tersebut).

Pertama-tama, semua orang mengetahui dengan sangat baik bahwa

kepemimpinan dan lapisan-lapisan atas kaum borjuasi telah melarikan diri

dari Paris ke Versailles. Di Versailles ada “sang sosialis” Louis Blanc – yang

membuktikan kekeliruan dari pernyataan Kautsky bahwa “semua tendensi”

12

sosialisme mengambil bagian dalam Komune Paris. Sungguh menggelikan

kalau pembagian penduduk Paris ke dalam dua kamp yang saling memusuhi,

di mana salah satunya adalah seksi borjuasi yang militan dan aktif secara

politik, digambarkan sebagai “demokrasi murni” dengan “pemilu universal”.

Yang kedua, Komune Paris melancarkan perang melawan Versailles

sebagai pemerintahan buruh Prancis melawan pemerintahan borjuis. Apa

hubungannya “demokrasi murni” dan “pemilu universal” dengan ini, ketika

Paris sedang menentukan nasib Prancis? Ketika Marx menyatakan

pendapatnya bahwa Komune Paris telah melakukan sebuah kesalahan ketika

ia gagal menyita bank, yang adalah milik seluruh Prancis1, apa dia

berangkat dari prinsip-prinsip dan praktek “demokrasi murni”?

Pada kenyataannya, jelas kalau Kautsky menulis di sebuah negeri di

mana polisi melarang rakyat untuk tertawa “secara bergerombolan,” kalau

tidak Kautsky sudah akan terbunuh oleh tawa ejekan.

Ketiga, mari saya ingatkan Tn. Kautsky, yang telah menghafal Marx

dan Engels dengan sangat baik, penilaian berikut ini yang diberikan oleh

Engels terhadap Komune Paris dari sudut pandang ... “demokrasi murni”:

“Apakah orang-orang ini” (kaum anti-otoriter) “pernah melihat sebuah

revolusi? Sebuah revolusi tentunya adalah hal yang paling otoriter yang ada;

sebuah tindakan di mana satu bagian dari penduduk memaksakan

kehendaknya atas bagian penduduk lainnya dengan penggunaan senapan,

bayonet dan meriam – yang semuanya adalah cara-cara yang sangatlah

otoriter. Dan pihak yang menang harus mempertahankan kekuasaannya

dengan menggunakan senjata-senjatanya yang akan mengilhami teror di

antara kaum reaksioner. Apakah Komune Paris dapat bertahan lebih dari

sehari jika tidak menggunakan otoritas dari rakyat yang bersenjata untuk

1 Kata Pengantar Engels untuk Perang Sipil di Prancis oleh Marx (Marx dan

Engels, Selected Works, Moskow, 1962, Vol. I, hal. 581).

13

melawan kaum borjuasi? Sebaliknya, apakah kita tidak dapat menyalahkan

Komune Paris karena begitu sedikit menggunakan otoritas tersebut?”2

Inilah “demokrasi murni” Anda! Engels akan mencibir para borjuis

kecil vulgar, para “Sosial Demokrat” (di Prancis pada tahun 1840an dan di

Eropa secara umum pada 1915-1918), yang berbicara mengenai “demokrasi

murni” di dalam masyarakat kelas.

Namun, cukup sampai sini saja. Mustahil untuk menyebut satu demi

satu berbagai absurditas Kautsky, karena setiap kalimat yang dia ucapkan

adalah sumur pengkhianatan yang tak berdasar.

Marx dan Engels menganalisis Komune Paris secara detil dan

menunjukkan bahwa Komune Paris berusaha menghancurkan dan

membubarkan “mesin negara yang sudah jadi”. Marx dan Engels

menganggap kesimpulan ini begitu penting sehingga inilah satu-satunya

perubahan yang mereka perkenalkan pada tahun 1872 ke dalam program

Manifesto Komunis yang sudah (sebagian) “usang”. Marx dan Engels

menunjukkan bahwa Komune Paris telah membubarkan angkatan bersenjata

dan birokrasi, telah membubarkan parlementerisme, telah menghancurkan

“negara, yakni bonggol yang parasitik itu”, dan sebagainya. Namun Kautsky

yang bijaksana, justru mengenakan topi tidurnya, mengulang-ulang

dongengnya tentang “demokrasi murni”, yang sudah diceritakan ribuan kali

oleh para profesor kaum liberal.

Tidak mengherankan jika Rosa Luxemburg pada 4 Agustus 1915

menyatakan bahwa Sosial Demokrasi Jerman tak ubahnya mayat yang

membusuk.

Muslihat yang ketiga. “Ketika kita berbicara tentang kediktatoran

sebagai sebuah bentuk pemerintahan, kita tidak dapat berbicara tentang

kediktatoran kelas, karena sebuah kelas sebagaimana yang sudah kita

tunjukkan, hanya dapat berkuasa tetapi tidak memerintah…“ Hanya

“organisasi” dan “partai” yang dapat memerintah.

2 Marx dan Engels, Selected Works, Moskow, 1962, Vol. I, hal. 630.

14

Ini adalah sebuah kekacauan, sebuah kekacauan yang menjijikkan, Tn.

“Penasihat yang kacau-balau”. Kediktatoran bukanlah sebuah “bentuk

pemerintahan”; ini adalah omong kosong yang konyol. Dan Marx tidak

berbicara tentang “bentuk pemerintahan” namun bentuk atau tipe negara. Ini

adalah dua hal yang sangat berbeda satu dengan yang lainnya. Juga keliru

kalau kita mengatakan bahwa sebuah kelas tidak dapat memerintah:

absurditas seperti ini hanya dapat dikemukakan oleh seorang “kretin

parlementer” yang tidak bisa melihat apa-apa selain parlemen borjuis dan

tidak menyadari apapun selain “partai-partai berkuasa”. Setiap negeri di

Eropa akan memberikan kepada Kautsky banyak contoh pemerintahan

oleh kelas yang berkuasa, seperti misalnya, pemerintahan para tuan tanah di

abad pertengahan, kendati organisasi mereka yang tidak memadai.

Pendek kata: Kautsky telah, dengan cara yang sungguh tidak ada

duanya, telah mendistorsi konsep kediktatoran proletariat, dan telah

mengubah Marx menjadi seorang liberal. Dalam kata lain, dia sendiri telah

tenggelam ke level seorang liberal yang mengutarakan frase-frase kosong

mengenai “demokrasi murni,” mengabaikan demokrasi borjuis dan

mengabaikan konten kelasnya, dan di atas segalanya tidak berani berbicara

mengenai penggunaan kekerasan revolusioneroleh kelas yang tertindas.

Dengan “menginterpretasikan” konsep “kediktatoran revolusioner

proletariat” seperti demikian, di mana dia menghapus kekerasan revolusioner

dari kelas tertindas terhadap penindasnya, Kautsky telah memecahkan rekor

dunia dalam mendistorsi Marx. Bernstein sang pengkhianat terlihat seperti

seekor anak anjing dibandingkan dengan Kautsky sang pengkhianat.

15

Demokrasi Borjuis dan Demokrasi Proletariat

Masalah yang dikacau-balaukan oleh Kautsky sesungguhnya adalah

ini.

Bila kita tidak ingin menghina akal sehat dan sejarah, jelas bahwa kita

tidak bisa berbicara mengenai “demokrasi murni” selama kelas-kelas yang

berbeda eksis; kita hanya dapat berbicara mengenai demokrasi kelas. (Mari

kita katakan dalam tanda kurung bahwa “demokrasi murni” bukan hanya

sebuah frase yang bodoh, yang mengungkapkan ketidakpahaman mengenai

perjuangan kelas dan watak negara, tetapi juga sebuah frase yang kosong,

karena dalam masyarakat komunis demokrasi akan melayu dalam proses di

mana ia berubah dan menjadi sebuah kebiasaan, tetapi tidak akan pernah

menjadi demokrasi “murni”.)

“Demokrasi murni” adalah sebuah frase tidak-jujur dari seorang

liberal yang ingin menipu para buruh. Sejarah mengenal demokrasi borjuis

yang menggantikan feodalisme, dan demokrasi proletariat yang akan

menggantikan demokrasi borjuis.

Ketika Kautsky membaktikan puluhan lembar halaman untuk

“membuktikan” bahwa demokrasi borjuis adalah sesuatu yang progresif

dibandingkan dengan abad pertengahan, dan bahwa kaum proletariat harus

menggunakan demokrasi ini dalam perjuangannya melawan kaum borjuasi,

ini pada kenyataannya tidak lebih dari omong kosong liberal untuk menipu

buruh. Ini adalah sebuah truisme, tidak hanya bagi Jerman yang terpelajar,

tetapi juga bagi Rusia yang tidak terpelajar. Kautsky sesungguhnya

melemparkan debu “pintar” ke mata buruh ketika, dengan sombongnya, dia

berbicara mengenai Weitling1 dan kaum Jesuit Paraguay2 dan banyak hal

1 Wilhem Weitling (1808-1871) adalah seorang sosialis radikal Eropa. Marx dan

Engels menganggap Weitling sebagai seorang sosialis utopis. 2 Kaum Jesuit di Paraguay pada abad ke-17 dan ke-18 membangun pemukiman-

pemukiman di Paraguay untuk kaum pribumi (orang Indian). Di pemukiman ini, kaum pribumi dikumpulkan untuk dijadikan Kristen, tetapi tanpa harus mengadopsi gaya hidup dan nilai-nilai kebudayaan Eropa.

16

lainnya, guna menghindari berbicara mengenai esensi borjuis dari demokrasi

modern, atau demokrasi kapitalis.

Kautsky mengambil dari Marxisme apa yang dapat diterima oleh

kaum liberal, oleh kaum borjuasi (kritik terhadap Abad Pertengahan, dan

peran historis yang progresif dari kapitalisme secara umum dan demokrasi

kapitalis khususnya), dan mencampakkan, bungkam, dan mengabaikan

semua yang ada di dalam Marxisme yang tidak dapat diterima oleh kaum

borjuasi (kekerasan revolusioner kaum proletariat terhadap kaum borjuasi

dalam usahanya untuk menghancurkannya). Inilah mengapa Kautsky, karena

posisi objektifnya dan tidak peduli apa kepercayaan subjektifnya, secara tak

terelakkan membuktikan dirinya sebagai seorang kacung kaum borjuasi.

Demokrasi borjuasi, walaupun adalah sebuah kemajuan historis yang

besar dibandingkan dengan abad pertengahan, akan selalu terbatas, tidak

lengkap, dan munafik, sebuah surga untuk yang kaya dan jebakan dan tipuan

bagi yang tertindas, bagi yang miskin. Kebenaran inilah yang membentuk

bagian paling penting dari ajaran Marx, yang gagal dipahami oleh Kautsky

“sang Marxis”. Mengenai isu fundamental ini Kautsky memberikan “rasa

bahagia” kepada kaum borjuasi, alih-alih kritik ilmiah terhadap kondisi-

kondisi yang membuat setiap demokrasi borjuis sebagai sebuah demokrasi

untuk kaum kaya.

Mari kita ingatkan Tn. Kautsky yang sangat terpelajar ini mengenai

proposisi teoritis Marx dan Engels, yang telah begitu memalukan dilupakan

oleh sang formalis (untuk menyenangkan kaum borjuasi), dan lalu kita akan

jelaskan masalah ini dengan sejelas mungkin.

Tidak hanya negara zaman kuno dan feodal, tetapi juga “negara

modern adalah sebuah instrumen penindasan kerja-upahan oleh kapital”

(Engels, dalam karyanya mengenai negara)3. “Karena negara hanyalah

sebuah institusi transisional yang digunakan di dalam perjuangan, di dalam

revolusi, untuk menekan musuh-musuh dengan kekerasan, maka adalah

3 Frederick Engels, The Origin of the Family, Private Property and the State (Marx

dan Engels, Selected Works, Moskow, 1962, Vol. II, hal. 320).

17

omong kosong besar untuk berbicara mengenai ‘negara rakyat yang bebas’;

selama kaum proletariat masih membutuhkan negara, mereka

memerlukannya bukan untuk kepentingan kebebasan tetapi untuk menekan

musuh-musuhnya, dan segera setelah mungkin berbicara mengenai

kebebasan maka negara akan berhenti eksis.” (Engels, dalam suratnya

kepada Bebel, 28 Maret, 1875) “Akan tetapi, pada kenyataannya negara

tidak lain adalah sebuah mesin penindas satu kelas oleh kelas yang lain, dan

ini benar di dalam republik demokratis seperti halnya di dalam monarki”

(Engels, Pembukaan untuk “Perang Sipil di Prancis” oleh Marx)4. Pemilu

universal adalah “alat ukur kedewasaan dari kelas buruh. Ia tidak bisa dan

tidak akan pernah bisa menjadi lebih dari ini di bawah negara yang ada

hari ini.” (Engels, dalam karyanya mengenai negara5. Tn. Kautsky

mengulang-ulang bagian pertama dari kalimat Engels ini, yang dapat

diterima oleh kaum borjuasi. Tetapi bagian kedua yang dalam italik, yang

tidak dapat diterima oleh kaum borjuasi, Kautsky sang pengkhianat

bungkam!) “Komune harus menjadi badan kerja, bukan badan parlementer.

Ia harus menjadi badan legislatif dan eksekutif pada saat yang sama ... Alih-

alih memutuskan setiap 3 atau 6 tahun anggota kelas penguasa yang mana

yang akan mewakili dan menindas (ver- und zertreten) rakyat di Parlemen,

pemilu universal harus melayani rakyat yang tergabungkan di dalam

Komune, seperti halnya hak pilih individual melayani setiap pemilik modal

dalam mencari buruh, mandor, dan akuntan untuk bisnisnya” (Marx, dalam

karyanya mengenai Komune Paris, “Perang Sipil di Prancis”)6.

Setiap proposisi di atas, yang sangat diketahui oleh Tn. Kautsky yang

sangat terpelajar ini, adalah tamparan di pipinya dan mengekspos

pengkhianatannya. Di dalam pamfletnya tidak kita temukan satu pun

pemahaman mengenai kebenaran-kebenaran ini. Seluruh pamfletnya adalah

penghinaan terhadap Marxisme!

4 Karl Marx, The Civil War in France (Marx and Engels, Selected Works, Moskow,

1962, Vol. I, hal. 585). hal. 253 5 Frederick Engels, The Origin of the Family, Private Property and the State (Marx

dan Engels, Selected Works, Moskow, 1962, Vol. II, hal. 332). 6 Marx dan Engels, Selected Works, Moskow, 1962, Vol. I, hal. 520-21

18

Mari kita lihat hukum-hukum dasar dari negara-negara modern, mari

kita lihat administrasi mereka, kebebasan berkumpul, kebebasan pers, atau

“kesetaraan semua warga negara di mata hukum,” dan kita akan temui di

setiap langkah bukti kemunafikan dari demokrasi borjuis, yang sangat

dikenal oleh setiap buruh yang sadar-kelas dan jujur. Tidak ada satu pun

negara, sedemokratis apapun, yang tidak punya celah di dalam hukum

mereka yang menjamin kaum borjuasi untuk bisa mengirim tentara untuk

menindas buruh, untuk menyatakan hukum darurat, dan sebagainya, ketika

ada “pelanggaran ketertiban umum,” dan ketika kelas tertindas “melanggar”

posisi perbudakannya dan mencoba bertingkah tidak seperti budak. Kautsky

dengan tanpa malu menghiasi demokrasi borjuis dan tidak menceritakan,

misalnya, bagaimana kaum borjuasi yang paling demokratis dan republiken

di Amerika atau Swiss menghadapi buruh yang sedang mogok.

Kautsky yang bijak dan terpelajar menutup mulutnya mengenai hal-

hal ini! Politisi terpelajar ini tidak menyadari bahwa bungkam mengenai hal

ini adalah hal yang hina. Dia lebih memilih untuk menceritakan kepada para

buruh dongeng-dongeng mengenai demokrasi yang berarti “melindungi

minoritas”. Sungguh luar biasa, tetapi inilah kenyataannya! Pada tahun 1918,

pada tahun ke-5 dari pembantaian imperialis dan pencekikan para minoritas

internasional (yakni mereka-mereka yang tidak mengkhianati sosialisme,

seperti para Renaudel7 dan Longuet8, para Scheidemann9 dan Kautsky, para

Henderson10 dan Webb11, dan yang lainnya) di semua “negeri demokratis” di

7 Pierre Renaudel (1871-1935) adalah seorang politisi sosialis konservatif di Prancis.

Dia menentang ideologi Marxisme. 8 Jean Longuet (1876-1938) adalah politisi sosialis Prancis dan cucu dari Karl Marx.

Dia adalah seorang pasifis tetapi pada 1914 mendukung Perang Dunia Pertama. 9 Philipp Scheidemann (1865-1939) adalah salah seorang pemimpin Partai Sosial

Demokrasi Jerman. Pada 1914, dia memberikan dukungannya kepada pemerintahan borjuis Jerman untuk melakukan perang. Pada saat Revolusi Jerman 1918-19, dia memproklamirkan Jerman sebagai republik.

10 Arthur Henderson (1863-1935) adalah pemimpin reformis terkemuka dari Partai Buruh Inggris. Dia menjabat sebagai menteri dalam negeri pada 1924 dan menteri luar negeri pada 1929-1931. Dia memenangkan hadiah Nobel Perdamaian pada 1934.

11 Sidney Webb (1859-1947) adalah seorang sosialis dan ahli ekonomi Inggris. Bersama istrinya, dia adalah anggota terkemuka dari Fabian Society. Ia adalah anggota Partai

19

dunia, Tn. Kautsky yang terpelajar dengan manis, dengan teramat manis,

menyanyikan puji-pujian mengenai “perlindungan terhadap kaum

minoritas”. Mereka-mereka yang tertarik dapat membaca ini pada halaman

ke-15 dari pamflet Kautsky. Dan pada halaman ke-16 individu terpelajar ini

bercerita mengenai kaum Whig12 dan Tory13 di Inggris pada abad ke-18!

Sungguh pengetahuan yang luar biasa! Sungguh penghambaan yang

teramat santun terhadap kaum borjuasi! Sungguh penyembahan dan

penjilatan yang sangat beradab di hadapan kaum kapitalis! Bila saya adalah

Krupp14 atau Scheidemann, atau Clemenceau15 atau Renaudel, saya akan

membayar Tn. Kautsky jutaan dolar, memberikannya ciuman Yudas,

memujinya di hadapan buruh dan menyerukan “persatuan sosialis” dengan

orang-orang “terhormat” seperti dia. Untuk menulis pamflet yang menentang

kediktatoran proletariat, untuk berbicara mengenai kaum Whig dan Tory di

Inggris pada abad ke-18, untuk menyatakan bahwa demokrasi berarti

“perlindungan terhadap kaum minoritas,” dan bungkam mengenai pogrom

terhadap kaum internasionalis di republik “demokratis” Amerika, bukankah

ini adalah pelayanan seorang kacung kepada kaum borjuasi?

Tn. Kautsky yang terpelajar telah “melupakan” -- secara kebetulan

“melupakan”, mungkin -- sebuah “hal sepele”, yakni bahwa partai yang

berkuasa di negara demokrasi borjuasi hanya memberikan perlindungan

Buruh Inggris dan menjadi anggota parlemen pada tahun 1922. Lalu dari tahun 1929 hingga 1931 dia menjadi Menteri Urusan Tanah Jajahan.

12 Whig adalah partai politik di Inggris yang dibentuk pada 1678 dan bubar pada tahun 1868. Mereka menentang monarki dan terlibat dalam Revolusi Agung 1688. Whig kemudian berkoalisi dengan sejumlah organisasi politik lainnya dan menjadi Partai Liberal, yang lalu sekarang menjadi Partai Liberal Demokrat.

13 Tory adalah partai politik di Inggris dari 1678 hingga 1834. Mereka adalah partai borjuasi konservatif, yang lalu bertransformasi menjadi Partai Konservatif di Inggris hari ini. Sampai hari ini, anggota Partai Konservatif masih sering dipanggil dengan sebutan Tory.

14 Krupp adalah keluarga dinasti kapitalis besar di Jerman sejak abad ke-19. Dinasti Krupp terkenal dengan produksi besi baja, amunisi dan senjata perang. Bisnis keluarga yang dikenal dengan nama Friedrich Krupp AG ini adalah perusahaan terbesar di Eropa pada awal abad ke-20. Pada 1999 Krupp melakukan merger dengan Thyssen AG dan membentuk ThyssenKrupp AG, sebuah konglomerasi industri raksasa.

15 Georges Benjamin Clemenceau (1841-1929) adalah politisi Prancis yang menjabat sebagai perdana menteri Prancis dari tahun 1906-1909 dan 1917-1920.

20

minoritas untuk partai borjuis lainnya. Sementara kaum proletariat, dalam

semua isu-isu yang serius dan fundamental, mendapatkan hukum darurat

atau pogrom, dan bukannya “perlindungan terhadap minoritas”. Semakin

maju sebuah demokrasi, semakin mungkin pogrom atau perang sipil bila

ada penyimpangan politik yang berbahaya bagi kaum borjuasi. Tn. Kautsky

yang terpelajar dapat saja mempelajari “hukum” demokrasi borjuis ini dalam

hubungannya dengan kasus Dreyfus16 di republik Prancis, dengan

pembantaian orang-orang Negro hitam dan kaum internasionalis di republik

demokratik Amerika, dengan kasus Irlandia dan Ulster di Inggris17, dengan

penindasan terhadap kaum Bolshevik dan pogrom terhadap mereka pada

April 1917 di republik demokratik Rusia. Saya dengan sengaja memberi

sejumlah contoh tidak hanya pada saat perang [Perang Dunia I – Ed.] tetapi

juga sebelum perang. Tetapi Tn. Kautsky lebih memilih menutup matanya

dari fakta-fakta abad ke-20 ini, dan memilih menceritakan kepada buruh hal-

hal penting yang luar biasa baru, menarik, dan mendidik mengenai kaum

Whig dan Tory pada abad ke-18!

Mari kita ambil parlemen borjuis. Apakah Kautsky tidak pernah

mendengar bahwa semakin berkembang demokrasi maka semakin parlemen

borjuis ada di bawah kendali bursa saham dan bankir? Ini bukan berarti

bahwa kita tidak boleh menggunakan parlemen borjuis (kaum Bolshevik

menggunakan parlemen borjuis lebih baik daripada semua partai yang ada di

dunia, karena pada 1912-15 kita memenangkan semua perwakilan buruh di

Duma Keempat). Tetapi ini berarti bahwa hanya seorang liberal yang dapat

melupakan keterbatasan historis dan watak konvensional dari sistem

parlemen borjuis, seperti halnya Kautsky. Bahkan di negara borjuis yang

16 Pada 1895, lingkaran monarkis reaksioner di Prancis membawa ke pengadilan

seorang perwira Yahudi bernama Dreyfus, yang difitnah melakukan spionase dan pengkhianatan. Pengadilan Dreyfus, yang dihukum penjara seumur hidup, menjadi dalih bagi kaum reaksioner Prancis untuk melakukan kampanye anti-Yahudi dan menyerang kebebasan demokratis. Pada 1898, kaum sosialis dan kaum demokrat progresif memulai kampanye untuk peninjauan kembali kasus Dreyfus. Ini memberikan karakter politik pada kasus ini. Karena tekanan dari opini publik, pada 1899 Dreyfus dimaafkan dan pada 1906 jabatannya di angkatan bersenjata dikembalikan.

17 Ini merujuk pada penindasan pemberontakan Irlandia pada 1910, di mana rakyat Irlandia berusaha merdeka dari penjajahan Inggris.

21

paling demokratis, rakyat tertindas di setiap langkah menemui kontradiksi

antara kesetaraan formal yang diproklamirkan oleh “demokrasi” kapitalis

dan ribuanhambatan-hambatan dan akal-akalan riil yang membuat kaum

proletar menjadi budak-upah. Inilah kontradiksi yang membuka mata rakyat

terhadap kebangkrutan, kepalsuan, dan kemunafikan kapitalisme. Inilah

kontradiksi yang diekspos oleh para agitator dan propagandis sosialisme

kepada rakyat, guna menyiapkan mereka untuk revolusi! Dan sekarang

ketika era revolusi telah dimulai, Kautsky memalingkan punggungnya pada

revolusi dan mulai memuji-muji demokrasi borjuis yang sudah sekarat.

Demokrasi proletariat, yang mana pemerintahan Soviet adalah salah

satu bentuknya, telah membawa sebuah perkembangan dan perluasan

demokrasi yang tidak ada presedennya di dunia, bagi mayoritas besar rakyat

tertindas dan rakyat buruh. Untuk menulis sebuah pamflet mengenai

demokrasi, seperti yang dilakukan oleh Kautsky, di mana dua halaman

didedikasikan untuk berbicara mengenai kediktatoran dan puluhan halaman

untuk “demokrasi murni”, dan gagal menyadari fakta ini, ini berarti

mendistorsi sepenuhnya kediktatoran proletariat dengan metode liberal.

Mari kita ambil kebijakan luar negeri. Tidak ada satu pun negara

borjuis, bahkan yang paling demokratis sekalipun, yang melakukan

kebijakan luar negeri mereka secara terbuka. Rakyat di mana-mana

dibohongi, dan di Prancis, Swiss, Amerika dan Inggris yang demokratis, ini

dilakukan dengan sangat luas dan dengan cara yang jauh lebih halus

daripada negeri-negeri lain. Pemerintahan Soviet telah merobek kedok

kebijakan luar negeri dengan cara yang revolusioner. Kautsky mengabaikan

ini. Dia diam seribu bahasa mengenai ini, walaupun di era peperangan yang

buas dan perjanjian-perjanjian rahasia untuk “pembagian daerah-daerah

pengaruh” (yakni, untuk partisi dunia di antara bandit-bandit kapitalis) ini

adalah hal yang teramat penting, karena pada inilah tergantung masalah

perdamaian dan hidup mati puluhan juta rakyat.

Mari kita ambil struktur negara. Kautsky memilah-milah semua hal

yang “remeh-temeh”, sampai ke argumen bahwa di bawah Konstitusi Soviet

pemilu adalah “tidak langsung”. Tetapi dia gagal melihat hal yang

22

terpenting. Dia gagal melihat karakter kelas dari aparatus negara, dari mesin

negara. Di bawah demokrasi borjuis, kaum kapitalis, dengan ribuan muslihat

-- yang semakin licik dan efektif dengan semakin “murninya” demokrasi –

menyingkirkan rakyat dari kerja administratif, dari kebebasan pers, dari

kebebasan berkumpul, dll. Pemerintahan Soviet adalah yang pertama di

dunia (atau kalau mau lebih tepat, yang kedua, karena Komune Paris sudah

mulai melakukan ini) yang melibatkan rakyat, terutama rakyat

tertindas, dalam kerja administratif. Rakyat pekerja dihalangi dari partisipasi

di dalam parlemen borjuis (mereka tidak pernah memutuskan hal-hal yang

penting di bawah demokrasi borjuis, yang diputuskan oleh bursa saham dan

bank-bank) oleh ribuan halangan, dan kaum buruh mengetahui dan

merasakan, melihat dan menyadari sepenuhnya bahwa parlemen borjuis

adalah institusi yang asing bagi mereka,instrumen penindasan terhadap

kaum buruh oleh kaum borjuasi, institusinya kelas yang memusuhi mereka,

institusinya kaum minoritas yang mengeksploitasi.

Soviet adalah organisasi langsung dari rakyat pekerja yang tertindas,

yang membantu mereka untuk mengorganisir dan mengurus masalah-

masalah mereka dengan berbagai cara. Dan di dalam soviet, kaum pelopor

rakyat pekerja tertindas, yakni kaum proletar urban, diuntungkan karena

mereka tersatukan oleh pabrik-pabrik besar. Lebih mudah bagi mereka untuk

memilih dan mengontrol orang-orang yang mereka pilih. Bentuk organisasi

soviet secara otomatis membantu menyatukan semua rakyat tertindas di

sekitar kaum pelopor mereka, yakni kaum proletariat. Aparatus borjuis lama

– birokrasi, privilese kekayaan, privilese pendidikan borjuis, privilese

koneksi sosial, dsb. (semua privilese riil ini semakin beragam bentuknya

dengan semakin berkembangnya demokrasi borjuis) -- semua ini menghilang

di bawah bentuk organisasi soviet. Kebebasan pers berhenti menjadi sebuah

kemunafikan, karena percetakan dan stok kertas direbut dari tangan borjuasi.

Hal yang sama juga berlaku untuk bangunan-bangunan terbaik, istana-istana,

vila-vila dan rumah-rumah bangsawan. Kekuasaan Soviet menyita ribuan

bangunan-bangunan terbaik ini dari tangan kaum penindas dengan satu

pukulan, dan dengan ini membuat hak untuk berkumpul, yang tanpanya

maka demokrasi adalah palsu, satu juta kali lebih demokratik bagi rakyat.

23

Pemilu-pemilu tidak langsung ke Soviet-soviet non-lokal membuat lebih

mudah menyelenggarakan kongres-kongres Soviet. Mereka

membuat seluruh aparatus lebih murah, lebih fleksibel, lebih mudah

dijangkau oleh buruh dan tani di saat ketika situasi bergejolak dan kita harus

bisa dengan cepat me-recall seorang perwakilan soviet kita atau

mendelegasikannya ke kongres umum Soviet-soviet.

Demokrasi proletariat satu juta kali lebih demokratik dibandingkan

demokrasi borjuis manapun; kekuasaan Soviet satu juta kali lebih

demokratik dibandingkan dengan republik borjuis yang paling demokratik.

Kalau kita gagal menyadari ini, ini berarti entah kita dengan sukarela

melayani kaum borjuasi atau kita bebal secara politik seperti paku, tidak

mampu melihat kehidupan yang riil dari balik halaman buku-buku borjuis

yang penuh debu, dipenuhi dengan prasangka-prasangka demokrasi-borjuis,

dan oleh karenanya secara objektif mengubah diri sendiri menjadi seorang

kacung borjuasi.

Kalau kita gagal menyadari ini, ini berarti kita tidak

mampu mengedepankan masalah ini dari sudut pandang kelas-kelas yang

tertindas:

Apakah ada satu negeri pun di dunia ini, bahkan di antara negeri-

negeri borjuis yang paling demokratik sekalipun, di mana buruh jelata,

buruh tani jelata, atau semi-proletar di pedesaan (yakni, perwakilan dari

kaum yang tertindas, dari mayoritas besar populasi),

menikmati kebebasan untuk menyelenggarakan pertemuan di gedung-

gedung terbaik, kebebasan untuk menggunakan percetakan terbesar dan stok

kertas terbesar untuk mengekspresikan gagasan mereka dan

mempertahankan kepentingan mereka, kebebasan untuk mengedepankan

perwakilan dari kelasnya sendiri untuk mengurus dan “membentuk” negara,

seperti di Soviet Rusia?

Tn. Kautsky tidak akan dapat menemukan di negeri manapun bahkan

satu dari seribu buruh atau buruh tani yang maju yang tidak tahu jawaban

24

dari pertanyaan di atas. Mengikuti insting mereka, dari mendengar sepotong-

sepotong kebenaran dari pers borjuis, kaum buruh dari seluruh dunia

bersimpati dengan Republik Soviet karena mereka menganggapnya sebagai

demokrasi proletariat, sebuah demokrasi untuk yang miskin, dan bukan

demokrasi untuk yang kaya, yang sesungguhnya adalah demokrasi borjuis,

bahkan yang terbaik sekalipun.

Kita diperintah (dan negara kita “dibentuk”) oleh para birokrat borjuis,

oleh para anggota parlemen borjuis, oleh para hakim borjuis – ini adalah

kebenaran yang sederhana, jelas, dan tidak dapat diganggu gugat, sebuah

kebenaran yang dikenal oleh puluhan dan ratusan juta rakyat dari kelas-kelas

tertindas dari pengalaman mereka sendiri, pengalaman yang mereka rasakan

dan jalankan setiap hari.

Akan tetapi, di Rusia, mesin birokrasi ini telah sepenuhnya

dihancurkan dan diluluhlantakkan; para hakim yang lama telah diusir,

parlemen borjuis telah dibubarkan – dan perwakilan yang jauh lebih mudah

diakses telah diberikan kepada buruh dan tani; Soviet-soviet mereka telah

menggantikan para birokrat, atau Soviet-sovietmereka telah diberi kuasa

untuk mengendalikan para birokrat, dan Soviet-soviet mereka telah diberikan

otoritas untuk memilih para hakim. Fakta ini sendiri saja sudah cukup bagi

semua kelas-kelas yang tertindas untuk mengakui bahwa kekuasaan Soviet,

yakni bentuk kediktatoran proletariat yang sekarang, adalah satu juta kali

lebih demokratis dibandingkan republik borjuis yang paling demokratis.

Kautsky tidak memahami kebenaran ini, yang begitu jelas bagi setiap

buruh, karena dia telah “melupakan” untuk bertanya: demokrasi untuk kelas

yang mana? Dia berbicara dari sudut pandang demokrasi “murni” (yakni

demokrasi non-kelas? atau demokrasi yang di atas kelas?). Dia berargumen

seperti Shylock: “satu pon daging saya” dan tidak lebih18. Kesetaraan bagi

semua warga negara – kalau tidak demikian, maka ini bukan demokrasi.

18 Shylock adalah tokoh fiktif di dalam drama “The Merchant of Venice” oleh

Shakespeare. Dalam cerita ini, Shylock adalah seorang rentenir. Ia meminjamkan uang kepada Antonio, dengan jaminan satu pon daging Antonio. Ketika Antonio tidak mampu

25

Kita harus bertanya kepada Kautsky “sang Marxis” dan “sang

Sosialis” yang terpelajar ini:

Apakah mungkin bisa ada kesetaraan antara yang tereksploitasi dan

yang mengeksploitasi?

Sungguh memalukan kalau pertanyaan seperti ini harus ditanyakan

dalam mendiskusikan buku yang ditulis oleh pemimpin ideologi

Internasional Kedua. Tetapi “setelah siap untuk membajak, tidak boleh

menoleh ke belakang,”19 dan setelah memulai menulis mengenai Kautsky,

saya harus menjelaskan kepada orang terpelajar ini mengapa tidak mungkin

bisa ada kesetaraan antara yang tereksploitasi dan yang mengeksploitasi.

membayar hutangnya, dia tetap menuntut dengan keras kepala satu pon daging Antonio yang menurutnya adalah haknya.

19 Merujuk pada kitab Lukas 9:62, “Tetapi Yesus berkata, ‘Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”

26

Apakah Mungkin Bisa Ada Kesetaraan Antara yang

Tereksploitasi dan Yang Mengeksploitasi?

Kautsky memaparkan argumennya seperti berikut ini:

“Yang mengeksploitasi selalu hanya membentuk minoritas kecil

di dalam populasi.” (hal. 14 dari pamflet Kautsky)

Ini benar. Berangkat dari sini, apa argumennya? Kita dapat

berargumen dengan metode Marxis, dengan metode sosialis, yakni kita

mulai dari hubungan antara yang tereksploitasi dan yang mengeksploitasi.

Atau kita dapat berargumen dengan metode liberal, dengan metode

demokrasi-borjuis. Dan bila demikian, kita akan mulai dari hubungan antara

mayoritas dan minoritas.

Bila kita berargumen secara Marxis, kita harus mengatakan: kaum

yang mengeksploitasi niscaya mengubah negara (dan kita sedang berbicara

mengenai demokrasi, yakni salah satu bentuk negara) menjadi sebuah

instrumen untuk kekuasaan kelas mereka. Oleh karenanya, selama ada kaum

pengeksploitasi yang berkuasa atas mayoritas yang tereksploitasi, negara

demokratis ini niscaya adalah demokrasi untuk kaum pengeksploitasi.

Sebuah negara kaum tereksploitasi secara fundamental harus berbeda dari

negara kaum pengeksploitasi; ia haruslah berupa demokrasi untuk yang

tereksploitasi, dan alat untuk menindas yang mengeksploitasi; dan

penindasan terhadap sebuah kelas berarti ketidaksetaraan untuk kelas

tersebut, ini berarti kelas tersebut disisihkan dari “demokrasi”.

Bila kita berargumen secara liberal, kita harus mengatakan: mayoritas

memutuskan, minoritas tunduk. Mereka yang tidak tunduk akan dihukum.

Begitu saja. Tidak ada yang perlu dikatakan mengenai karakter kelas dari

negara secara umum, atau mengenai “demokrasi murni” khususnya, karena

ini tidaklah relevan, karena mayoritas adalah mayoritas dan minoritas adalah

minoritas. Satu pon daging adalah satu pon daging, dan begitu saja.

Dan begini cara Kautsky berargumen:

27

“Mengapa kekuasaan oleh kaum proletariat harus mengambil

sebuah bentuk yang tidak kompatibel dengan demokrasi?” (hal.

21)

Lalu ini disusul dengan penjelasan yang sangat terperinci dan panjang

lebar, yang didukung oleh sebuah kutipan dari Marx dan hasil pemilu

Komune Paris, di mana proletariat adalah mayoritas. Kesimpulannya adalah:

“Sebuah rejim yang mendapatkan dukungan yang sangat kuat

dari rakyat tidak punya alasan sama sekali untuk melanggar

demokrasi. Ia tidak dapat menggunakan kekerasan ketika

kekerasan ini digunakan untuk menekan demokrasi. Kekerasan

hanya dapat dilawan dengan kekerasan. Tetapi sebuah rejim

yang tahu bahwa ia punya dukungan rakyat akan menggunakan

kekerasan hanya untuk melindungi demokrasi dan bukan

untuk menghancurkan demokrasi. Adalah bunuh diri kalau

rejim ini mencampakkan dukungan yang begitu kuat dari

pemilu universal, yang merupakan sumber otoritas moral yang

besar.” (hal. 22)

Seperti yang kita lihat, hubungan antara yang tereksploitasi dan yang

mengeksploitasi telah hilang di dalam argumen Kautsky. Yang ada hanya

mayoritas secara umum, minoritas secara umum, demokrasi secara umum,

“demokrasi murni” yang telah kita kenal dengan baik.

Dan semua ini katanya berkaitan dengan Komune Paris! Untuk lebih

jernihnya saya akan mengutip Marx dan Engels, guna menunjukkan apa

yang mereka katakan mengenai kediktatoran dalam kaitannya dengan

Komune Paris:

Marx: “... Ketika kaum buruh menggantikan kediktatoran

borjuis dengan kediktatoran revolusioner mereka ... untuk

meluluhlantakkan perlawanan balik dari kaum borjuasi ... kaum

28

buruh memberikan negara ini bentuk yang revolusioner dan

transisional ...”1

Engels: “... Dan pihak yang memang (di dalam sebuah revolusi)

harus mempertahankan kekuasaannya dengan senjatanya yang

akan mengilhami teror di antara kaum reaksioner. Apakah

Komune Paris dapat bertahan lebih dari sehari jika tidak

menggunakan otoritas dari rakyat yang bersenjata untuk

melawan kaum borjuis? Sebaliknya, apakah kita tidak dapat

menyalahkan Komune Paris karena begitu sedikit menggunakan

otoritas tersebut?”2

Engels: “Karena negara hanyalah sebuah institusi transisional yang

digunakan di dalam perjuangan, di dalam revolusi, untuk menekan musuh-

musuh dengan kekerasan, maka adalah omong kosong besar untuk berbicara

mengenai ‘negara rakyat yang bebas’; selama kaum proletariat masih

membutuhkan negara, mereka memerlukannya bukan untuk kepentingan

kebebasan tetapi untuk menekan musuh-musuhnya, dan segera setelah

mungkin berbicara mengenai kebebasan maka negara akan berhenti eksis.”3

Kautsky begitu terpisah dari Marx dan Engels seperti surga dan

neraka, seperti seorang liberal dan seorang revolusioner proletariat.

Demokrasi murni dan “demokrasi” sederhana yang dibicarakan oleh

Kautsky hanyalah parafrasa dari “negara rakyat bebas”, yakni omong kosong

besar. Kautsky, dengan aura pengetahuan dari seorang bodoh yang

terpelajar, atau dengan keluguan anak sekolah yang berumur 10 tahun,

bertanya: Mengapa kita membutuhkan sebuah kediktatoran ketika kita

memiliki mayoritas? Dan Marx dan Engels menjelaskan:

1. Untuk meluluhlantakkan perlawanan balik dari kaum borjuasi;

1 Baca artikel Marx “L’indifferenza in materia politica” (“On Political

Indilferentism”) (Alinanacco Republicano for 1874). 2 Marx dan Engels, Selected Works, Moskow, 1962, Vol. I, hal. 639. 3 Baca surat Engels untuk A. Bebel, 18-28 Maret, 1875 (Marx dan Engels, Selected

Correspondence, Moskow, 1955, hal. 357).

29

2. Untuk mengilhami rasa takut di antara kaum reaksioner;

3. Untuk mempertahankan otoritas dari rakyat yang bersenjata dalam

melawan kaum borjuasi;

4. Agar kaum proletariat dapat menekan musuh-musuhnya secara paksa.

Kautsky tidak memahami penjelasan-penjelasan ini. Begitu jatuh

cintanya dia pada “kemurnian” demokrasi, dan tidak dapat melihat karakter

borjuasinya, dia “secara konsisten” menyerukan agar pihak mayoritas,

karena mereka adalah mayoritas, tidak perlu “menghancurkan perlawanan

balik” dari pihak minoritas, tidak perlu “secara paksa menekannya”. Kita

hanya perlu menekan kasus-kasus pelanggaran demokrasi. Begitu jatuh

cintanya Kautsky dengan “kemurnian” demokrasi, dia dengan tidak

sengaja melakukan kesalahan kecil yang selalu dilakukan oleh kaum

demokrat borjuis, yakni dia menyamakan kesetaraan formal (yang tidak lain

adalah palsu dan munafik di bawah kapitalisme) dengan kesetaraan yang

sesungguhnya!

Yang mengeksploitasi dan yang dieksploitasi tidak bisa setara.

Kebenaran ini, tidak peduli betapa tidak menyenangkannya bagi

Kautsky, membentuk esensi dari sosialisme.

Kebenaran yang lain: tidak akan pernah bisa ada kesetaraan yang

sesungguhnya sampai semua kemungkinan eksploitasi satu kelas oleh kelas

yang lain telah benar-benar dihancurkan.

Kaum pengeksploitasi bisa dikalahkan dengan satu pukulan bila

pemberontakan berhasil di pusat, atau bila ada pemberontakan di dalam

angkatan bersenjata. Tetapi kecuali dalam kasus yang benar-benar unik dan

langka, kaum pengeksploitasi tidak bisa dihancurkan dengan satu pukulan.

Mustahil untuk menyita semua tuan tanah dan kapitalis di negeri yang besar

dengan sekaligus. Terlebih lagi, penyitaan saja, sebagai sebuah aksi legal

atau politik, tidak dapat menyelesaikan semua permasalahan, karena kita

harus melengserkan para tuan tanah dan kapitalis secara konkret, kita

harus menggantikan manajemen pabrik dan pertanian mereka dengan

30

manajemen yang berbeda, manajemen buruh, secara konkret. Tidak bisa ada

kesetaraan antara pengeksploitasi – yang selama puluhan generasi kondisi

hidupnya lebih baik karena pendidikan, kekayaan, dan kebiasaan mereka –

dan yang dieksploitasi, yang mayoritas dari mereka bahkan di republik-

republik yang paling maju dan demokratik adalah kaum miskin yang

terbelakang, tidak terdidik, penakut, dan terpecah belah. Untuk waktu yang

lama setelah revolusi, kaum pengeksploitasi secara tak terelakkan masih

akan memiliki sejumlah keunggulan praktis yang besar: mereka masih punya

uang (karena mustahil untuk menghapus uang dengan sekaligus); mereka

masih punya sejumlah properti yang mudah dipindah-pindahkan – sering

kali ini cukup besar; mereka masih punya berbagai koneksi, kemampuan

berorganisasi dan manajemen; pengetahuan akan semua “rahasia”

manajemen (metode-metode); pendidikan yang lebih baik; koneksi yang

dekat dengan teknisi-teknisi ulung (yang hidup dan berpikir seperti kaum

borjuasi); jauh lebih berpengalaman dalam seni berperang (ini sangatlah

penting), dan seterusnya.

Bila kaum pengeksploitasi dikalahkan hanya di satu negeri – dan ini

tentunya adalah tipikal, karena revolusi yang bersamaan di sejumlah negeri

adalah sebuah pengecualian yang langka – mereka masih akan tetap lebih

kuat daripada kaum tereksploitasi, karena koneksi internasional mereka

sangatlah besar. Semuarevolusi telah membuktikan bahwa satu lapisan dari

kaum tereksploitasi, yang datang dari petani menengah, artisan, dan

kelompok-kelompok serupa yang paling terbelakang, mendukung kaum

pengeksploitasi. Termasuk juga Komune (karena ada juga proletariat di

antara tentara Versailles, yang “dilupakan” oleh Kautsky).

Dalam situasi seperti ini, untuk berasumsi bahwa sebuah revolusi,

yang merupakan isu yang sangatlah penting dan serius, ditentukan oleh relasi

antara mayoritas dan minoritas adalah puncak dari kebodohan, prasangka

yang paling konyol dari seorang liberal, dan usaha untuk menipu

rakyat dengan menutup-nutupi dari mereka sebuah kebenaran historis yang

telah terbukti. Kebenaran historis ini adalah bahwa di setiap revolusi yang

besar kaum pengeksploitasi, yang selama bertahun-tahun masih akan

31

memiliki sejumlah keunggulan praktis yang penting,

akan selalu mengobarkan perlawanan yang berkepanjangan, keras-kepala,

dan nekat. Tidak akan pernah – kecuali di dalam mimpi sentimentil dari

Kautsky, sang bodoh yang sentimentil – kaum pengeksploitasi akan tunduk

pada keputusan dari mayoritas yang tereksploitasi tanpa mencoba

menggunakan semua keunggulan mereka dalam sebuah pertempuran terakhir

yang nekat atau serangkaian pertempuran.

Transisi dari kapitalisme ke komunisme membutuhkan waktu satu

epos sejarah. Sampai epos ini selesai, kaum pengeksploitasi niscaya akan

selalu mengharapkan restorasi, dan harapan ini berubah menjadi usaha-

usaha untuk restorasi. Setelah kekalahan serius mereka yang pertama, kaum

pengeksploitasi yang tertumbangkan – yang tidak menyangka mereka dapat

ditumbangkan, tidak pernah percaya kalau ini mungkin, dan tidak pernah

mengakui penumbangan mereka – akan melempar diri mereka dengan

kekuatan yang berlipat sepuluh kali, dengan gairah yang penuh kegeraman

dan kebencian yang tumbuh seratus kali lipat, ke dalam pertempuran untuk

mengembalikan “surga” mereka, yang telah direbut dari mereka. Mereka

akan bertempur demi keluarga mereka, yang telah menjalani kehidupan yang

begitu indah dan penuh kemudahan, yang sekarang oleh “massa rakyat

jelata” dihancurkan dan dijadikan miskin (atau dijadikan buruh “biasa”). Di

belakang kaum kapitalis adalah sejumlah lapisan luas borjuis kecil. Puluhan

tahun pengalaman sejarah dari semua negeri telah membuktikan bahwa

mereka tidak tegas dan selalu ragu. Satu hari mereka berbaris di belakang

kaum proletariat, dan esok harinya mereka merasa takut akan kesulitan-

kesulitan dari revolusi. Mereka menjadi panik ketika buruh mengalami

kekalahan atau setengah-kekalahan mereka yang pertama, menjadi gelisah,

kebingungan, mengeluh, dan tergopoh-gopoh menyebrang dari satu kamp ke

kamp lainnya – seperti kaum Menshevik dan Sosialis-Revolusioner kita.

Di situasi seperti ini, di dalam sebuah epos peperangan yang teramat

akut, ketika sejarah mengajukan pertanyaan mengenai eksistensi dari

privilese kelas penguasa yang sudah ada selama ribuan tahun, ketika di

momen seperti ini ada yang berbicara mengenai mayoritas dan minoritas,

32

mengenai demokrasi murni, mengenai tidak diperlukannya kediktatoran, dan

mengenai kesetaraan antara yang mengeksploitasi dan yang dieksploitasi!

Sungguh kebodohan yang tak ada batasnya dan filistinisme yang bukan

kepalang!

Akan tetapi, selama puluhan tahun keberadaan kapitalisme yang

relatif “damai” dari tahun 1871 sampai 1914, sampah filistinisme,

kedunguan, dan pengkhianatan menumpuk di partai-partai sosialis yang

beradaptasi pada oportunisme ...

***

Para pembaca mungkin telah melihat bagaimana Kautsky, di paragraf

yang dikutip di atas, berbicara mengenai usaha untuk melanggar hak pilih

universal (di mana dia menggambarkan hak pilih universal sebagai sumber

otoritas moral yang besar, sementara Engels, dalam kaitannya dengan

Komune Paris dan masalah kediktatoran proletariat, berbicara mengenai

otoritas dari rakyat yang bersenjata dalam melawan kaum borjuasi –

sungguh perbedaan yang mencolok antara seorang filistin dan seorang

revolusioner dalam memandang “otoritas”...)

Perampasan hak pilih dari kaum pengeksploitasi adalah murni kasus

Rusia, dan ini bukan masalah kediktatoran proletariat secara umum. Bila saja

Kautsky, dengan mengesampingkan kemunafikannya, memberi judul

pamfletnya “Menentang Kaum Bolshevik”, judul ini akan sesuai dengan isi

pamfletnya, dan Kautsky akan dibenarkan dalam berbicara secara blak-

blakan mengenai hak pilih ini. Tetapi Kautsky ingin tampil terutama sebagai

“teoretikus”. Dia menyebut pamfletnya“Kediktatoran Proletariat” – secara

umum. Dia berbicara mengenai Soviet-soviet dan mengenai Rusia terutama

hanya di bagian kedua dari pamfletnya, di mulai dari paragraf keenam.

Topik yang ditelaahnya di bagian pertama (yang saya kutip) adalah

demokrasi dan kediktatoran secara umum. Dalam berbicara mengenai hak

pilih, Kautsky menampilkan dirinya sebagai seorang musuh Bolshevik, yang

sama sekali tidak peduli teori. Karena teori, yakni penalaran mengenai

fondasi kelas dari demokrasi dan kediktatoran secara umum (dan bukan yang

33

spesifik secara nasional), harus berbicara bukan mengenai masalah yang

spesifik, seperti hak pilih, tetapi mengenai pertanyaan yang umum: apakah

demokrasi dapat dipertahankan untuk kaum kaya, untuk kaum

pengeksploitasi di dalam periode sejarah di mana kekuasaan mereka

ditumbangkan dan negara mereka digantikan oleh negara kaum yang

tereksploitasi.

Inilah satu-satunya cara seorang teoretikus dapat mengajukan

pertanyaan ini.

Kita tahu contoh Komune Paris. Kita tahu semua yang telah dikatakan

oleh para bapak Marxisme mengenai ini. Di atas basis materi-materi ini saya

memeriksa, misalnya, masalah demokrasi dan kediktatoran di dalam pamflet

saya, “Negara dan Revolusi” yang ditulis sebelum Revolusi Oktober. Saya

sama sekali tidak berbicara mengenai pembatasan hak suara. Dan sekarang

masalah pembatasan hak suara adalah masalah yang spesifik secara nasional,

dan bukan masalah kediktatoran secara umum. Dalam melakukan

pendekatan terhadap masalah pembatasan hak suara, kita harus

mempelajari kondisi-kondisi spesifik dari Revolusi Rusia dan alur

perkembangannya yang spesifik. Ini akan kita lakukan di bagian selanjutnya

di pamflet ini. Akan tetapi, akan menjadi sebuah kekeliruan kalau kita sejak

awal menjamin bahwa revolusi-revolusi yang akan datang di Eropa

semuanya, atau mayoritas, akan disertai dengan pembatasan hak suara kaum

borjuasi. Mungkin saja demikian. Setelah peperangan dan pengalaman

Revolusi Rusia mungkin saja demikian; tetapi pembatasan hak suara

bukanlah hal yang niscaya di dalam kediktatoran, ia bukanlah sesuatu yang

diharuskan dari konsep logis “kediktatoran”. Ia sama sekali bukan kondisi

yang diharuskan di dalam konsep historis dan kelas “kediktatoran”.

Kondisi yang diharuskan dari kediktatoran adalah penindasan paksa

terhadap kaum pengeksploitasi sebagai sebuah kelas, dan, oleh karenanya,

pelanggaran “demokrasi murni”, yakni kesetaraan dan kebebasan, dalam

kaitannya terhadap kelas tersebut.

34

Inilah satu-satunya cara masalah ini dapat dikedepankan secara

teoritis. Karena ia gagal melakukan ini, Kautsky telah menunjukkan bahwa

dia menentang kaum Bolshevik bukan sebagai seorang teoretikus, tetapi

sebagai seorang penjilat kaum oportunis dan borjuasi.

Di negeri mana, dan dengan mempertimbangkan fitur-fitur nasional

kapitalisme yang ada, demokrasi bagi kaum pengeksploitasi akan dalam satu

atau lain bentuk dibatasi (sepenuhnya atau sebagian saja) dan dilanggar

adalah masalah fitur-fitur nasional yang spesifik dari kapitalisme ini atau itu,

dari revolusi ini atau itu. Pertanyaan teoritisnya berbeda: apakah

kediktatoran proletariat mungkin tanpa melanggar demokrasi dari kelas

yang mengeksploitasi?

Inilah pertanyaan, satu-satunya pertanyaan yang penting dan esensial

secara teoritis, yang dihindari oleh Kautsky. Dia telah mengutip banyak

paragraf dari Marx dan Engels, kecuali paragraf-paragraf yang berkaitan

dengan pertanyaan ini, dan yang telah saya kutip di atas.

Kautsky berbicara mengenai apapun yang kau sukai, mengenai

apapun yang dapat diterima oleh kaum liberal dan kaum demokrat borjuis,

dan tidak keluar dari kerangka gagasan mereka. Tetapi dia tidak berbicara

mengenai hal yang terutama, yakni kenyataan bahwa kaum proletariat tidak

dapat meraih kemenangan tanpa mematahkan perlawanan kaum

borjuasi, tanpa secara paksa menekan musuh-musuh mereka. Di mana ada

“penekanan secara paksa”, di mana tidak ada “kebebasan”, maka tentunya

tidak ada demokrasi.

Ini tidak dipahami oleh Kautsky.

***

Kita sekarang harus memeriksa pengalaman Revolusi Rusia, dan

perbedaan antara Soviet dan Majelis Konstituante, yang berakhir pada

pembubaran yang belakangan ini dan pembatalan hak suara kaum borjuasi.

35

Soviet Tidak Berani Menjadi Organisasi Negara

Soviet adalah bentuk kediktatoran proletariat di Rusia. Bila seorang

teoretikus Marxis, yang menulis sebuah karya mengenai kediktatoran

proletariat, benar-benar telah mempelajari topik ini (dan tidak serta-merta

mengulang-ulang keluhan-keluhan borjuis-kecil terhadap kediktatoran,

seperti yang dilakukan oleh Kautsky, yang menyanyikan lagu Menshevik),

dia akan pertama-tama memberikan definisi umum untuk kediktatoran, dan

dia akan kemudian memeriksa bentuknya yang unik secara nasional, yakni

Soviet. Dia akan memberikan kritiknya terhadap Soviet sebagai salah satu

bentuk kediktatoran proletariat.

Sungguh tidak ada hal yang serius yang bisa diharapkan dari Kautsky

setelah “interpretasi” liberalnya terhadap ajaran-ajaran Marx mengenai

kediktatoran. Tetapi cara dia melakukan pendekatan terhadap masalah apa

itu Soviet, dan cara dia menjawab masalah ini sangatlah khas.

Soviet, katanya, mengingat munculnya mereka pada 1905,

menciptakan “bentuk organisasi proletariat yang paling inklusif

(umfassendste), karena ia merangkul semua pekerja upahan.” (hal. 31) Pada

1905 soviet-soviet hanyalah badan-badan yang bersifat lokal; pada 1917

mereka menjadi sebuah organisasi nasional.

Kautsky melanjutkan: “Bentuk organisasi Soviet telah memiliki

sejarah yang hebat dan mulia di belakangnya, dan ia masih memiliki masa

depan yang bahkan lebih hebat di depannya, dan bukan hanya di Rusia saja.

Di mana-mana tampaknya metode-metode perjuangan ekonomi dan politik

kaum proletariat yang lama sudah tidak memadai (versagen; ekspresi Jerman

ini lebih kuat daripada “tidak memadai” dan lebih lemah daripada

“impoten”) dalam melawan kekuatan ekonomi dan politik yang ada di

tangan kapital finans. Metode-metode lama ini tidak bisa dicampakkan;

mereka masih tak-tergantikan pada masa-masa normal; tetapi dari waktu ke

waktu ada tugas-tugas yang muncul yang tidak dapat mereka penuhi, tugas-

tugas yang hanya bisa dipenuhi secara berhasil dengan kombinasi dari semua

instrumen kekuatan politik dan ekonomi kelas buruh.” (hal.32)

36

Lalu ini diikuti dengan sebuah penalaran mengenai pemogokan massa

dan “birokrasi serikat buruh” – yang juga dibutuhkan seperti serikat-serikat

buruh – yang “tidak berguna dalam memimpin pertempuran-pertempuran

massa yang besar, yang menjadi semakin sering terjadi ...”

“Oleh karenanya,” Kautsky menyimpulkan, “bentuk organisasi Soviet

adalah salah satu fenomena terpenting di jaman kita. Ia memiliki peluang

untuk memainkan peran yang menentukan di dalam pertempuran-

pertempuran besar yang menentukan antara kapital dan buruh, yang mana

kita sedang bergerak ke arah sana.”

“Tetapi, apakah kita punya hak untuk menuntut lebih dari Soviet?

Kaum Bolshevik, setelah Revolusi November (penanggalan baru, atau

Revolusi Oktober sesuai dengan penanggalan lama Rusia), bersama-sama

dengan kaum Sosialis-Revolusioner Kiri mengamankan mayoritas di dalam

Soviet Perwakilan Buruh Rusia, dan setelah pembubaran Majelis

Konstituante, mereka memulai mentransformasi Soviet-soviet

dari organisasi perjuangan sebuah kelas menjadi organisasi negara. Mereka

menghancurkan demokrasi yang telah dimenangkan oleh rakyat Rusia pada

Revolusi Maret (penanggalan lama, atau Revolusi Februari sesuai dengan

penanggalan lama Rusia). Bersamaan dengan ini, kaum Bolshevik telah

berhenti memanggil diri mereka sendiri kaum Sosial-Demokrat. Mereka

memanggil diri mereka Komunis.” (hal. 33., italik dari Kautsky)

Mereka-mereka yang mengenal literatur Menshevik Rusia akan segera

melihat bagaimana Kautsky secara menghamba mengkopi Martov1,

Axelrod2, Stein dan yang lainnya. Ya, “secara menghamba”, karena Kautsky

dengan seenaknya mendistorsi fakta-fakta demi mengekori prasangka-

prasangka Menshevik. Kautsky tidak ambil pusing, misalnya, untuk

1 Yuli Martov (1873-1923) adalah pemimpin Menshevik. Dia memulai karir

politiknya pada tahun 1895 bekerja bersama Lenin di Liga Perjuangan Untuk Emansipasi Kelas Buruh di kota St Petersburg. Awalnya dia berkolaborasi dengan Lenin untuk mendirikan Iskra namun pecah dengannya pada tahun 1903..

2 Pavel Axelrod (1850-1928) adalah salah satu pendiri Kelompok Emansipasi Buruh. Setelah Kongres Kedua Partai Buruh Sosial Demokrasi Buruh pada 1903 dia bergabung dengan Menshevik.

37

menanyakan para informannya (Stein di Berlin, atau Axelrod di

Stockholm) kapan masalah penggantian nama Bolshevik menjadi Komunis

dan kapan masalah signifikansi Soviet sebagai organisasi negara pertama

kali dikemukakan. Bila saja Kautsky menanyakan pertanyaan sederhana ini,

dia tidak akan menulis baris-baris yang konyol ini, karena kedua masalah ini

dikemukakan oleh kaum Bolshevik pada April 1917, misalnya di “Tesis” 4

April 1917 saya, yakni jauh sebelum Revolusi Oktober 1917 (dan, tentu saja,

jauh sebelum pembubaran Majelis Konstituante pada 5 Januari 1918).

Tetapi argumen Kautsky yang telah saya kutip sepenuhnya

mewakili inti dari seluruh masalah mengenai Soviet. Intinya adalah: apakah

Soviet harus berusaha menjadi organisasi negara (pada April 1917, kaum

Bolshevik mengedepankan slogan “Seluruh Kekuasaan Untuk Soviet!” dan

pada Konferensi Partai Bolshevik yang diselenggarakan pada bulan yang

sama mereka menyatakan bahwa mereka tidak puas dengan republik

parlementer borjuis, tetapi menuntut sebuah republik buruh dan tani seperti

tipe Komune Paris atau tipe Soviet); atau apakah Soviet tidak boleh

berusaha untuk mencapai ini, dan menahan diri dari merebut kekuasaan ke

tangannya, menahan diri dari menjadi organisasi negara dan tetap menjadi

“organisasi perjuangan” dari “sebuah kelas” (seperti yang diekspresikan oleh

Martov, yang dengan harapan lugunya menutup-nutupi kenyataan bahwa di

bawah kepemimpinan Menshevik Soviet adalah instrumen yang digunakan

untuk menundukkan kaum buruh di bawah borjuasi).

Kautsky secara menghamba mengulang kata-kata Martov,

memilah fragmen-fragmen dari polemik teoritis antara Bolshevik dan

Menshevik, dan secara tidak kritis dan seenaknya mencangkokkan mereka

ke bidang teori dan Eropa secara umum. Hasilnya adalah sebuah tambal

sulam yang begitu buruk sehingga mengundang tawa keras dari setiap buruh

Rusia yang sadar kelas yang membaca argumen-argumen Kautsky ini.

Ketika kita menjelaskan apa isu utamanya, setiap buruh di Eropa

(kecuali segelintir kaum imperialis-sosial yang tak bertulang punggung)

akan menyambut Kautsky dengan tawa yang sama kerasnya.

38

Kautsky telah memberikan Martov bantuan yang tak terduga dengan

mengembangkan kesalahannya menjadi sebuah absurditas yang mencolok.

Coba kita lihat apa argumen Kautsky sebenarnya.

Soviet merangkul semua pekerja upahan. Metode-metode perjuangan

ekonomi dan politik kaum proletariat yang lama sudah tidak memadai dalam

melawan kapital finans. Soviet punya peran yang besar di masa depan, dan

tidak hanya di Rusia. Mereka akan memainkan peran yang menentukan di

dalam pertempuran-pertempuran besar yang menentukan antara kapital dan

buruh di Eropa. Inilah yang dikatakan oleh Kautsky.

Luar biasa. Tetapi bukankah “pertempuran-pertempuran yang

menentukan antara kapital dan buruh” akan menentukan kelas mana yang

akan merebut kekuasaan negara?

Tidak boleh sama sekali! Ini haram!

Soviet, yang merangkul semua pekerja upahan, tidak boleh menjadi

organisasi negara di dalam pertempuran-pertempuran “yang menentukan”!

Tetapi apa itu negara?

Negara tidak lain adalah mesin bagi satu kelas untuk menindas kelas

yang lainnya.

Oleh karenanya, kelas yang tereksploitasi, kaum pelopor dari semua

rakyat pekerja dan rakyat yang tereksploitasi di masyarakat modern, harus

berusaha bergerak ke “pertempuran-pertempuran menentukan antara kapital

dan buruh”, tetapi tidak boleh menyentuh mesin negara yang digunakan oleh

kapital untuk menindas buruh! Mereka tidak boleh menghancurkan mesin

tersebut! Mereka tidak boleh menggunakan organisasinya yang sepenuhnya-

inklusif untuk menindas kaum pengeksploitasi!

Luar biasa, Tn. Kautsky, luar biasa! “Kita” mengakui perjuangan

kelas – seperti halnya semua kaum liberal mengakuinya, yakni tanpa

penggulingan kaum borjuasi ...

39

Di sinilah perpecahan Kautsky dengan Marxisme dan sosialisme

menjadi jelas. Sesungguhnya, ini adalah pembelotan ke kamp borjuasi, yang

siap memberikan segala macam konsesi kecuali transformasi organisasi

kelas tertindas menjadi organisasi negara. Kautsky sudah tidak bisa lagi

menyelamatkan posisinya yang ingin mendamaikan segalanya dan

menghindari semua kontradiksi-kontradiksi utama dengan kata-kata.

Kautsky sepenuhnya menolak perebutan kekuasaan negara oleh kelas

buruh, atau dia menerima bahwa kelas buruh boleh mengambil alih mesin

negara borjuis yang lama. Tetapi dia tidak akan pernah menerima bahwa

kelas buruh harus menghancurkan negara borjuis yang lama dan

menggantikannya dengan mesin proletar yang baru. Bagaimanapun

argumen-argumen Kautsky “diinterpretasikan”, atau “dijelaskan”,

perpecahan dia dengan Marxisme dan pembelotan dia ke kamp borjuasi

adalah jelas.

Di “Manifesto Komunis”, Marx menjelaskan bentuk negara seperti

apa yang dibutuhkan oleh kelas buruh yang menang. Dia menulis: “negara,

yakni, kelas proletar yang terorganisir sebagai kelas penguasa.3” Sekarang

ada seseorang, yang masih mengklaim dirinya sebagai seorang Marxis, maju

ke depan dan menyatakan bahwa kaum proletariat, yang sepenuhnya

terorganisir dan mengobarkan “pertempuran menentukan” melawan

kapital, tidak boleh mengubah organisasi kelasnya menjadi organisasi

negara. Di sini Kautsky telah menunjukkan “takhayul mengenai negara”,

yang di Jerman, seperti yang ditulis oleh Engels pada 1891, “telah merasuk

ke dalam pemikiran umum kaum borjuasi dan bahkan banyak

buruh.4” Buruh, berjuanglah! -- Para filistin kita “setuju” dengan ini (semua

kaum borjuasi juga “setuju” dengan ini, karena buruh tetap akan berjuang,

dan satu-satunya hal yang perlu dilakukan adalah mencari cara untuk

menumpulkan pisau mereka) – berjuanglah, tetapi jangan berani-berani

3 Marx dan Engels, Manifesto of the Communist Party, Moskow, 1957, p. 85. 4 Lenin merujuk pada Kata Pengantar Engels untuk Perang Sipil di Prancis oleh Karl

Marx (Marx dan Engels, Selected Works, Moskow, 1962,Vol. 1, hal. 484)

40

menang! Jangan hancurkan mesin negara borjuis, jangan gantikan

“organisasi negara” borjuis dengan “organisasi negara” proletar!

Siapa pun yang secara jujur setuju dengan gagasan Marxis bahwa

negara tidak lain adalah sebuah mesin yang digunakan satu kelas untuk

menindas kelas yang lain, dan yang telah mempertimbangkan kebenaran ini,

tidak akan pernah dapat meraih kesimpulan yang konyol bahwa organisasi

proletar yang dapat mengalahkan kapital finans tidak boleh mengubah

dirinya menjadi organisasi negara. Pada poin inilah tersibak kaum borjuis

kecil yang percaya bahwa “setelah semuanya” negara adalah sesuatu yang

ada di luar kelas atau di atas kelas. Mengapa kelas proletariat, “sebuah

kelas”, diperbolehkan mengobarkan perjuangan yang tak kunjung padam

melawan kapital¸ yang menindas tidak hanya proletariat tetapi juga seluruh

rakyat, seluruh borjuasi kecil, seluruh kaum tani, tetapi “kelas yang satu

ini” tidak diperbolehkan mengubah organisasinya menjadi sebuah organisasi

negara? Karena kaum borjuis kecil takut terhadap perjuangan kelas, dan

tidak dapat membawa perjuangan kelas ke kesimpulan logisnya, ke tujuan

utamanya.

Kautsky menjadi bingung sendiri dan mengekspos dirinya sendiri. Dia

sendiri mengakui bahwa Eropa sedang bergerak ke arah pertempuran-

pertempuran menentukan antara kapital dan buruh, dan bahwa metode-

metode perjuangan ekonomi dan politik kelas proletariat yang lama sudah

tidak memadai. Tetapi metode-metode lama ini justru adalah penggunaan

demokrasi borjuis. Oleh karenanya ...?

Tetapi Kautsky takut memikirkan kelanjutannya.

... Oleh karenanya hanya seorang reaksioner, seorang musuh kelas

buruh, seorang kacung borjuasi, yang sekarang dapat memalingkan mukanya

ke masa lalu yang sudah usang, menghiasi demokrasi borjuis dan berkoar-

koar tentang demokrasi murni. Demokrasi borjuis dulunya progresif

dibandingkan dengan abad pertengahan, dan ia harus digunakan. Tetapi

sekarang ia sudah tidak lagi memadai bagi kelas buruh. Sekarang kita harus

menatap ke depan alih-alih ke belakang – untuk menggantikan demokrasi

41

borjuis dengan demokrasi proletariat. Dan sementara kerja persiapan untuk

revolusi proletariat, pembentukan dan pelatihan pasukan proletar adalah

mungkin (dan diperlukan) di dalam kerangka negara demokratik-borjuis,

sekarang ketika kita telah sampai pada tahapan “pertempuran menentukan”,

untuk membatasi proletariat ke dalam kerangka ini berarti mengkhianati

perjuangan proletariat, berarti menjadi seorang pengkhianat.

Kautsky telah membuat dirinya sendiri tampak konyol dengan

mengulangi argumen Martov tanpa mengetahui bahwa dalam kasus Martov

argumen ini adalah berdasarkan argumen lain yang dia, Kautsky, tidak

gunakan! Martov mengatakan (dan Kautsky mengulanginya) bahwa Rusia

belumlah matang untuk sosialisme. Dari ini, secara logis maka terlalu dini

untuk mentransformasi Soviet dari organ perjuangan menjadi organisasi

negara (baca: adalah waktu yang tepat untuk mentransformasi Soviet,

dengan bantuan para pemimpin Menshevik, menjadi instrumen untuk

menundukkan kaum buruh ke bawah kaum borjuasi imperialis). Akan tetapi,

Kautsky tidak dapat mengatakan secara terbuka bahwa Eropa belumlah

matang untuk sosialisme. Pada 1909, ketika dia belumlah menjadi seorang

pengkhianat, dia menulis bahwa tidak ada alasan untuk takut terhadap

revolusi yang prematur, bahwa siapa pun yang menyangkal revolusi karena

takut akan kekalahan adalah seorang pengkhianat. Kautsky tidak berani

membantah ini secara terbuka. Dan oleh karenanya kita mendapati

absurditas, yang dengan sepenuhnya menyibak kebodohan dan kepengecutan

dari seorang borjuis kecil: di satu pihak, Eropa sudah matang untuk

sosialisme dan bergerak ke arah pertempuran menentukan antara kapital dan

buruh; tetapi, di lain pihak, organisasi perjuangan (yakni organisasi yang

lahir, tumbuh, dan bertambah kuat melalui perjuangan), organisasi

proletariat, sang pelopor dan organisator, sang pemimpin rakyat

tertindas, tidak boleh diubah menjadi organisasi negara.

***

Dari sudut pandang politik praktis, gagasan bahwa Soviet diperlukan

sebagai organisasi perjuangan tetapi tidak boleh diubah menjadi organisasi

negara adalah jauh lebih absurd dibandingkan dari sudut pandang teori.

42

Bahkan di masa damai, ketika tidak ada situasi revolusioner, perjuangan

massa buruh dalam melawan kapitalis – misalnya, pemogokan massa –

menimbulkan rasa permusuhan yang besar di antara kedua belah pihak,

menimbulkan semangat yang menggebu-gebu di dalam perjuangan, di mana

kaum borjuasi terus bersikeras bahwa mereka masihlah “penguasa di rumah

mereka sendiri:”, dsb. Dan di masa revolusi, ketika kehidupan politik

mencapai titik didih, sebuah organisasi seperti Soviet, yang

merangkul semua pekerja di semua cabang industri, semua tentara, dan

semua lapisan pekerja dan kaum miskin desa – organisasi seperti ini, secara

otomatis, seiring dengan perkembangan perjuangan, oleh karena “logika”

sederhana dari menyerang dan bertahan, niscaya berbenturan dengan

masalah ini secara langsung. Usaha untuk mengambil posisi tengah dan

untuk “mendamaikan” kelas proletariat dengan kelas borjuasi adalah

kebodohan yang teramat besar dan pasti menemui kegagalan. Inilah yang

terjadi di Rusia pada ceramah dari Martov dan kaum Menshevik lainnya, dan

ini akan terjadi di Jerman dan negeri-negeri lain bila Soviet berhasil

berkembang dalam skala yang luas, berhasil bersatu dan menjadi kuat.

Untuk mengatakan kepada Soviet: bertarunglah, tetapi jangan rebut

kekuasaan negara ke tanganmu, jangan menjadi organisasi negara – ini sama

dengan berceramah mengenai kolaborasi kelas dan “perdamaian sosial”

antara proletariat dan borjuasi. Sungguh tidak masuk akal untuk bahkan

berpikir bahwa di tengah perjuangan yang tajam posisi seperti ini tidak akan

berakhir pada kekalahan yang telak. Tetapi nasib Kautsky adalah untuk

duduk di antara dua kursi. Dia pura-pura tidak setuju secara teoritis dengan

kaum oportunis dalam semua hal, tetapi dalam praktek dia setuju dengan

mereka dalam semua hal yang esensial (yakni, dalam semua hal yang

berkaitan dengan revolusi).

43

Majelis Konstituante dan Republik Soviet

Masalah Majelis Konstituante dan pembubarannya oleh kaum

Bolshevik adalah inti dari seluruh pamflet Kautsky. Dia terus kembali ke

topik ini, dan seluruh karya dari pemimpin ideologi Internasional Kedua ini

dipenuhi dengan sindiran-sindiran bahwa kaum Bolshevik telah

“menghancurkan demokrasi” (lihat salah satu kutipan Kautsky di atas).

Masalah ini adalah masalah yang sungguh-sungguh menarik dan penting,

karena di sini relasi antara demokrasi borjuasi dan demokrasi proletariat

diajukan ke hadapan revolusi dalam bentuk yang praktis. Mari kita lihat

bagaimana “teoretikus Marxis” kita menjawab masalah ini.

Dia mengutip “Tesis Majelis Konstituante”, yang ditulis oleh saya dan

diterbitkan di koran Pravda pada 26 Desember 1917. Kita mungkin akan

berpikir bahwa dengan mengutip tulisan saya Kautsky telah melakukan

pendekatan yang serius terhadap masalah ini. Tetapi lihat bagaimana dia

mengutipnya. Dia tidak mengatakan bahwa ada 19 tesis; dia tidak

mengatakan bahwa tesis-tesis ini mendiskusikan relasi antara republik

borjuis yang lazim dengan Majelis Konstituante dan republik Soviet, dan

juga sejarah perbedaan di dalam revolusi kita antara Majelis Konstituante

dengan kediktatoran proletariat. Kautsky mengabaikan semua ini, dan hanya

mengatakan kepada para pembaca bahwa “kedua dari mereka (tesis-tesis ini)

adalah cukup penting”: yang satu menyatakan bahwa perpecahan di antara

kaum Sosialis-Revolusioner terjadi setelah pemilu Majelis Konstituante,

tetapi sebelum Majelis Konstituante ini bertemu (Kautsky tidak

menyebutkan bahwa ini adalah tesis kelima); dan tesis yang satu lagi, bahwa

republik Soviet secara umum adalah bentuk demokrasi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan Majelis Konstituante (Kautsky tidak menyebutkan

bahwa ini adalah tesis ketiga).

Hanya dari tesis ketiga ini Kautsky mengutip dengan setengah

lengkap, yakni baris-baris berikut ini:

“Republik Soviet bukan hanya sebuah tipe institusi demokrasi

yang lebih tinggi (dibandingkan dengan republik

44

borjuis lazimnya yang dimahkotai oleh Majelis Konstituante),

tetapi juga adalah satu-satunya bentuk institusi demokrasi yang

dapat menjadi transisi yang paling tidak menyakitkan1 ke

sosialisme.” (Kautsky menghapus kata “lazimnya” dan kata-

kata pengantar dari tesis tersebut: “Untuk transisi dari sistem

borjuis ke sistem sosialis, untuk kediktatoran proletariat”).

Setelah mengutip kata-kata ini, Kautsky, dengan ironi yang luar biasa,

menyatakan:

“Sungguh menyedihkan bahwa kesimpulan ini diraih hanya

setelah kaum Bolshevik menemui diri mereka sebagai minoritas

di dalam Majelis Konstituante. Sebelum itu, tidak ada yang

menuntut diselenggarakannya Majelis Konstituante lebih

bersemangat daripada Lenin.”

Inilah yang secara harfiah ditulis oleh Kautsky di halaman 31 dari

bukunya!

Sungguh mengagumkan! Hanya seorang penjilat borjuasi yang dapat

memalsukan ini guna memberi kesan kepada para pembaca bahwa semua

yang dikatakan oleh kaum Bolshevik mengenai bentuk negara yang tinggi

adalah sebuah rekaan yang hanya muncul setelah mereka menemui diri

mereka sebagai minoritas di dalam Majelis Konstituante! Kebohongan

seperti ini hanya dapat diucapkan oleh seorang bajingan yang telah menjual

1 Kautsky jelas-jelas mencoba untuk menjadi ironis, dengan berkali-

kali mengutip ekspresi transisi yang “paling tidak menyakitkan”; tetapi di beberapa halaman berikutnya dia melakukan pemalsuan dan mengutipnya menjadi transisi yang “tidak menyakitkan”! Tentu saja, dengan cara seperti ini sangatlah mudah untuk menaruh kekonyolan apapun ke dalam mulut seorang musuh. Pemalsuan ini juga membantu dia untuk menghindari inti dari argumen ini, yakni bahwa transisi yang paling tidak menyakitkan ke sosialisme hanyalah mungkin bila semua kaum miskin terorganisir (ke dalam Soviet-soviet) dan ketika pusat dari kekuasaan negara (proletar) membantu mereka untuk terorganisir. – Catatan Lenin

45

dirinya ke kaum borjuasi, atau, sama buruknya, seorang yang mempercayai

Axelrod dan menyembunyikan sumber informasinya.

Bagi semua orang yang tahu bahwa pada hari tibanya saya di Rusia

pada 4 April 1917, saya di depan publik membaca tesis saya di mana saya

memproklamirkan superioritas tipe negara Komune Paris dibandingkan

republik parlementer borjuis. Setelah itu, saya berulang kali menyatakan ini

di koran. Misalnya, di sebuah pamflet mengenai partai-partai politik, yang

diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan pada Januari 1918 di

koran Evening Post di New York2. Lebih dari itu, Konferensi Partai

Bolshevik pada akhir April 1917 mengadopsi sebuah resolusi yang

menyatakan bahwa republik proletariat dan tani adalah lebih superior

dibandingkan dengan republik parlementer borjuis, dan bahwa Partai kami

tidak akan puas dengan yang belakangan ini, dan bahwa Program Partai akan

diubah sesuai dengan situasi.

Di hadapan fakta-fakta ini, nama apa yang bisa diberikan kepada

muslihat Kautsky untuk meyakinkan para pembaca Jermannya bahwa saya

telah dengan menggebu-gebu menuntut diselenggarakannya Majelis

Konstituante, dan bahwa saya mulai “mengecilkan” martabat dan

kehormatan Majelis Konstituante hanya setelah kaum Bolshevik menemui

dirinya sebagai minoritas di dalamnya? Bagaimana seorang bisa memaafkan

2 Pamflet Lenin “Political Parties in Russia and The Tasks of the

Proletariat” diterbitkan oleh The Evening Post pada 15 Januari, 1918, dan oleh The Class Struggle, organ sayap kiri dari Partai Sosialis Amerika, di edisi nomor 4 untuk bulan November-Desember 1917. Ini juga diterbitkan sebagai edisi terpisah.

The Evening Post adalah koran borjuis yang diterbitkan di New York dari tahun 1801 (dari 1801 hingga 1832 koran ini bernama The New York Evening Post). Selama bertahun-tahun, koran ini mengikuti kebijakan liberal. Setelah Revolusi Oktober, koran ini menerbitkan perjanjian-perjanjian rahasia yang disetujui antara pihak Sekutu dan pemerintahan Tsar. Setelah itu, koran ini menjadi corong suara kaum imperialis yang paling reaksioner. Sekarang koran ini bernama The New York Post

46

muslihat seperti ini?3 Apa kita bisa mengatakan bahwa Kautsky tidak

mengetahui fakta-fakta yang ada? Bila demikian, mengapa dia menulis

mengenai topik ini? Atau mengapa dia tidak secara jujur mengumumkan

bahwa dia menulis berdasarkan informasi yang disediakan oleh kaum

Menshevik seperti Stein, Axelrod, dan yang lainnya? Dengan berpura-pura

objektif, Kautsky ingin menyembunyikan perannya sebagai pelayan

Menshevik, yang sakit hati karena mereka telah dikalahkan.

Akan tetapi, ini kecil dibandingkan apa yang akan datang.

Mari kita berasumsi bahwa Kautsky tidak dapat (?) memperoleh dari

para informannya terjemahan resolusi-resolusi dan pernyataan-pernyataan

Bolshevik mengenai masalah apakah kaum Bolshevik akan merasa puas atau

tidak dengan republik parlementer demokratik borjuis. Mari kita asumsikan

ini, walaupun ini adalah asumsi yang luar biasa. Tetapi Kautsky secara

langsung menyebut tesis saya pada 26 Desember 1917, di halaman 30 dari

bukunya.

Apa dia tidak tahu tesis ini dalam bentuknya yang lengkap, atau dia

hanya tahu dari apa yang diterjemahkan untuknya oleh Stein, Axelrod, dkk?

Kautsky mengutip tesis ketiga mengenai masalah fundamental apakah kaum

Bolshevik, sebelum pemilu Majelis Konstituante, menyadari bahwa republik

Soviet adalah lebih superior dibandingkan dengan republik borjuis, dan

apakah mereka memberitahu rakyat mengenai ini. Tetapi dia tetap bungkam

mengenai tesis kedua.

Tesis yang kedua adalah seperti berikut:

“Sementara menuntut diselenggarakannya Majelis Konstituante,

Sosial Demokrasi Revolusioner semenjak permulaan Revolusi

1917 telah berulang kali menekankan bahwa republik Soviet

adalah bentuk demokrasi yang lebih tinggi daripada republik

3 Juga ada banyak kebohongan Menshevik seperti ini di dalam pamflet

Kautsky! Ini adalah cercaan yang ditulis oleh seorang Menshevik yang sakit hati.

47

borjuis lazimnya dengan Majelis Konstituante.” (Italik dari

saya)

Untuk menggambarkan kaum Bolshevik sebagai orang-orang yang

tidak prinsipil, sebagai “kaum oportunis revolusioner” (ini adalah ungkapan

yang digunakan oleh Kautsky di bukunya, saya lupa dalam kaitan apa

tepatnya), Tn. Kautsky telah menyembunyikan dari para pembaca

Jermannya fakta bahwa tesis ini merujuk langsung pada deklarasi-deklarasi

yang telah “berulang kali” dinyatakan!

Ini adalah metode yang dangkal, buruk, dan memuakkan! Inilah

bagaimana caranya dia menghindari masalah teori!

Apakah benar atau tidak bahwa republik parlementer demokratik-

borjuis lebih inferior dibandingkan republik tipe Komune Paris atau Soviet?

Inilah masalah utamanya, dan Kautsky telah menghindar darinya. Kautsky

telah “melupakan” semua yang telah dikatakan oleh Marx dalam analisanya

terhadap Komune Paris. Dia juga telah “melupakan” surat Engels kepada

Bebel pada 28 Maret 1875, di mana gagasan Marx yang sama ini

diformulasikan dengan teramat jelas dan mudah dipahami: “Komune sudah

bukan lagi negara dalam makna kata yang sesungguhnya.”

Di sini, teoretikus Internasional Kedua yang paling terkemuka, di

dalam pamflet mengenai Kediktatoran Proletariat dan terutama berbicara

mengenai Rusia, di mana masalah mengenai bentuk negara yang lebih tinggi

daripada republik demokratik borjuis telah dikedepankan secara langsung

dan berulang kali, mengabaikan masalah ini. Apa bedanya ini dengan

pembelotan ke kamp borjuasi?

(Dalam hal ini juga, Kautsky hanya mengekor kaum Menshevik

Rusia. Di antara kaum Menshevik Rusia, banyak yang tahu “semua kutipan”

dari Marx dan Engels. Namun tidak ada satu pun kaum Menshevik, dari

April sampai Oktober 1917 dan dari Oktober 1917 sampai Oktober 1918,

yang berusaha sekalipun untuk memeriksa masalah mengenai tipe negara

48

Komune Paris. Plekhanov juga menghindari masalah ini. Pada

kenyataannya dia harus menghindari ini.)

Mendiskusikan pembubaran Majelis Konstituante4 dengan orang-

orang yang mengklaim dirinya sosialis dan Marxis, tetapi pada kenyataannya

untuk masalahfundamental telah membelot ke kubu borjuasi, yakni masalah

tipe negara Komune Paris, adalah seperti melempar mutiara ke seekor babi.

Kita cukup menyajikan teks lengkap dari tesis saya mengenai Majelis

Konstituante sebagai lampiran untuk buku ini. Para pembaca lalu dapat

melihat bagaimana masalah ini diajukan pada 26 Desember 1917, dari sudut

pandang teori, sejarah, dan politik praktis.

Bila Kautsky telah sepenuhnya meninggalkan Marxisme sebagai

seorang teoretikus, dia setidaknya harus memeriksa masalah perjuangan

antara Soviet dengan Majelis Konstituante sebagai seorang sejarawan. Dari

banyak karya-karyanya kita tahu bahwa Kautsky tahu bagaimana menjadi

seorang sejarawan Marxis, dan karya-karyanya tersebut akan tetap jadi

4 Pada 27 Juni 1917, Pemerintahan Provisional memutuskan untuk

menyelenggarakan pemilu Majelis Konstituante pada 30 September 1917. Pada bulan Agustus, mereka menundanya sampai 25 November.

Pemilihan untuk Majelis Konstituante berlangsung pada tanggal 25 November, setelah Revolusi Oktober. Para perwakilan terpilih berdasarkan daftar caleg sebelum Revolusi dan pemilu berlangsung sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Pemerintahan Provisional. Pemilu berlangsung di saat massa rakyat belumlah memahami signifikansi dari Revolusi Oktober. Ini memberikan keunggulan bagi kaum Sosialis-Revolusioner Kanan, dan mereka meraih mayoritas di daerah-daerah di luar pusat-pusat perkotaan dan industri. Majelis Konstituante bertemu di Petrograd pada 18 Januari 1918. Berdasarkan dekrit Komite Eksekutif Pusat Seluruh Rusia pada 19 Januari 1918, Majelis Konstituante dibubarkan karena Majelis ini, melalui mayoritasnya yang reaksioner, telah menolak Deklarasi Hak-Hak Rakyat Pekerja dan Tertindas yang diserahkan oleh Komite Eksekutif Pusat Seluruh Rusia dan telah menolak untuk menyetujui dekrit-dekrit dari Kongres Soviet Ke-2 mengenai perdamaian, reforma agraria, dan pemindahan kekuasaan ke Soviet.

49

bahan bacaan kaum proletariat walaupun dia telah berkhianat. Tetapi

mengenai masalah ini, Kautsky, bahkan sebagai seorang

sejarawan, memalingkan punggungnya ke kebenaran, mengabaikan fakta-

fakta yang sudah terbukti dan bertingkah seperti seorang penjilat.

Dia inginmenggambarkan kaum Bolshevik sebagai orang-orang yang tidak

prinsipil dan dia mengatakan kepada para pembacanya bahwa kaum

Bolshevik mencoba untukberdamai dengan Majelis Konstituante sebelum

membubarkannya. Sama sekali tidak ada yang salah dengan ini. Tidak ada

yang ingin kami tarik kembali. Saya berikan tesis kami dengan lengkap dan

di sana dikatakan dengan sejelas-jelasnya: Tuan-tuan borjuis kecil yang

terombang-ambing, yang ada di dalam Majelis Konstituante, tunduk pada

kediktatoran proletariat atau kami akan menaklukkan kalian dengan “metode

revolusioner” (tesis 18 dan 19).

Inilah bagaimana seorang proletariat yang benar-benar revolusioner

selalu bersikap dan akan selalu bersikap terhadap para borjuis kecil yang

terombang-ambing.

Kautsky mengadopsi sebuah posisi yang formal dalam masalah

Majelis Konstituante. Tesis saya dengan jelas dan berulang kali mengatakan

bahwa kepentingan revolusi adalah lebih tinggi daripada hak-hak formal

Majelis Konstituante (baca tesis 16 dan 17). Sudut pandang demokratik

formal adalah sudut pandang kaum demokrat borjuis yang menolak

mengakui bahwa kepentingan kaum proletariat dan perjuangan kelas

proletariat adalah yang tertinggi. Sebagai seorang sejarawan, Kautsky tidak

dapat menyangkal bahwa parlemen borjuis adalah organ dari kelas penguasa.

Tetapi sekarang (untuk tujuan menolak revolusi) Kautsky harus melupakan

Marxismenya, dan dia menghindari pertanyaan: Majelis Konstituante adalah

organ kelas mana? Kautsky tidak mengkaji kondisi-kondisi yang konkret.

Dia tidak ingin menghadapi fakta-fakta. Dia tidak mengatakan barang satu

kata pun kepada para pembaca Jermannya mengenai fakta bahwa tesis saya

mengandung tidak hanya penjabaran teoritis akan keterbatasan dari

demokrasi borjuis (tesis 1 sampai 3), tidak hanya penjabaran kondisi-kondisi

konkret yang menentukan perbedaan antara daftar caleg di pertengahan

50

Oktober 1917 dan situasi yang sesungguhnya pada Desember 1917 (tesis 4

sampai 6), tetapi jugasejarah perjuangan kelas dan Perang Sipil pada

Oktober-Desember 1917 (tesis 7-15). Dari sejarah yang konkret ini kita

menarik kesimpulan (tesis 14) bahwa slogan “Semua Kekuasaan Untuk

Majelis Konstituante!” telah, pada kenyataannya, menjadi slogan orang-

orang Kadet dan Kaledin5 dan kaki tangan mereka.

Kautsky sang sejarawan tidak mampu melihat ini. Kautsky sang

sejarawan tidak pernah mendengar bahwa hak pilih universal kadang-kadang

menghasilkan parlemen yang borjuis-kecil, kadang-kadang parlemen yang

reaksioner dan kontra-revolusioner. Kautsky sang sejarawan Marxis tidak

pernah mendengar bahwa bentuk pemilu, bentuk demokrasi, adalah satu hal,

dan karakter kelas dari sebuah institusi adalah satu hal lain. Masalah karakter

kelas dari Majelis Konstituante secara langsung diajukan dan dijawab di

dalam tesis saya. Mungkin jawaban saya keliru. Kami akan sangat menerima

kritik Marxis dari orang luar terhadap analisa kami. Alih-alih menulis baris-

baris yang sangat konyol (yang banyak sekali di dalam buku Kautsky)

mengenai pelarangan kritik terhadap Bolshevisme, dia mestinya membuat

kritik itu sendiri. Tetapi dia tidak menawarkan kritik sama sekali. Dia

bahkan tidak mengungkit masalah analisa kelas Soviet di satu pihak, dan

analisa kelas Majelis Konstituante di lain pihak. Oleh karenanya

mustahil untuk berargumen, untuk berdebat dengan Kautsky. Yang bisa kita

lakukan hanyamendemonstrasikan kepada para pembaca mengapa Kautsky

adalah seorang pengkhianat dan tidak bisa lain.

Perbedaan antara Soviet dan Majelis Konstituante memiliki

sejarahnya. Bahkan seorang sejarawan yang tidak punya perspektif

perjuangan kelas tidak bisa mengabaikannya. Kautsky tidak

ingin menyentuh sejarah yang sesungguhnya ini. Kautsky telah

menyembunyikan dari para pembaca Jermannya fakta yang sudah terbukti

luas (yang hanya bisa disembunyikan oleh seorang Menshevik yang culas)

bahwa perbedaan antara Soviet dan institusi “negara umumnya” (dalam kata

5 Alexei Kaledin (1861-1918) adalah Jenderal Rusia yang memimpin

Tentara Putih di daerah Don dalam memerangi pemerintahan Soviet.

51

lain, borjuis) telah eksis bahkan di bawah rejim Menshevik, dari Februari

sampai Oktober 1917. Sebenarnya, Kautsky mengadopsi posisi konsiliasi,

kompromi, dan kolaborasi antara proletariat dan borjuasi. Tidak peduli

sekeras apapun Kautsky ingin membantah ini, ini adalah kenyataan yang

termaktub di dalam seluruh pamfletnya. Untuk mengatakan bahwa Majelis

Konstituante tidak boleh dibubarkan adalah sama dengan mengatakan bahwa

perjuangan melawan borjuasi tidak boleh diperjuangkan sampai garis akhir,

bahwa kaum borjuasi tidak boleh ditumbangkan dan bahwa proletariat harus

berdamai dengan mereka.

Mengapa Kautsky diam saja mengenai kenyataan bahwa kaum

Menshevik telah melakukan kerja yang tercela ini dari Februari sampai

Oktober 1917 dan tidak meraih apapun? Bila memang mungkin

mendamaikan kaum borjuasi dengan kaum proletariat, mengapa kaum

Menshevik tidak berhasil dalam melakukan ini? Mengapa kaum borjuasi

menentang Soviet? Mengapa kaum Menshevik menyebut Soviet-soviet

sebagai “demokrasi revolusioner”, dan kaum borjuasi sebagai “elemen-

elemen berpunya”?

Kautsky telah menyembunyikan dari para pembaca Jermannya bahwa

kaum Menshevik-lah yang, dalam “epos” pemerintahan mereka (Februari

sampai Oktober 1917), menyebut Soviet sebagai “demokrasi

revolusioner”, dan oleh karenanya mengakui superioritas Soviet di atas

semua institusi lainnya. Hanya dengan menyembunyikan fakta ini Kautsky

sang sejarawan menciptakan kesan bahwa perbedaan antara Soviet dan

borjuasi tidak memiliki sejarah, bahwa perbedaan ini timbul dengan

sendirinya, tanpa sebab, tiba-tiba, karena perilaku buruk dari kaum

Bolshevik. Namun, pada kenyataannya, yang meyakinkan rakyat akan kesia-

siaan dari usaha kaum Menshevik dan menjauhkan kaum proletariat dari

mereka adalah lebih dari enam bulan (suatu waktu yang panjang di masa

revolusi) pengalamandi bawah Menshevik di mana mereka berusaha untuk

berkompromi dan mendamaikan proletariat dengan borjuasi.

Kautsky mengakui bahwa Soviet adalah organisasi perjuangan

proletariat yang hebat, dan bahwa Soviet punya masa depan yang cerah di

52

hadapannya. Tetapi, biarpun dia berkata begitu, posisi Kautsky runtuh

seperti rumah kartu, atau buyar seperti mimpi seorang borjuis kecil yang

ingin menghindari perjuangan tajam antara proletariat dan borjuasi. Karena

revolusi adalah sebuah perjuangan yang berkelanjutan dan terlebih lagi

nekat, dan kaum proletariat adalah kelas pelopor dari semua rakyat tertindas,

fokus dan pusat dari semua aspirasi rakyat tertindas untuk pembebasan

mereka! Oleh karenanya, wajar saja kalau Soviet, sebagai organ perjuangan

rakyat tertindas, merefleksikan dan mengekspresikan mood dan perubahan

opini rakyat dengan lebih cepat, lebih penuh, dan lebih sesuai dibandingkan

dengan institusi lainnya (inilah mengapa demokrasi Soviet adalah tipe

demokrasi yang lebih tinggi).

Di periode antara 28 Februari dan 25 Oktober 1917, Soviet berhasil

menyelenggarakan dua Kongres Seluruh-Rusia yang mewakili mayoritas

populasi Rusia, semua buruh dan tani, dan 70 atau 80 persen kaum tani.

Belum lagi ratusan bahkan ribuan kongres tingkat lokal, uyezd,

kota, gubernia, dan regional. Selama periode ini, kaum borjuasi tidak

berhasil menyelenggarakan satu pun pertemuan atau institusi yang mewakili

mayoritas rakyat (kecuali “Konferensi Demokratik”6 yang adalah olok-

6 Konferensi Demokratik Seluruh-Rusia diselenggarakan oleh Komite

Eksekutif Soviet Menshevik/Sosialis-Revolusioner untuk mengambil keputusan mengenai kekuasaan dan bertemu di Petrograd pada 14-22 September 1917 (27 September sampai 5 Oktober). Akan tetapi, pada kenyataannya, konferensi ini diselenggarakan untuk mengalihkan perhatian rakyat dari revolusi yang semakin dekat. Lebih dari 1500 delegasi hadir. Para pemimpin Menshevik dan Sosialis-Revolusioner melakukan segalanya untuk mengurangi perwakilan dari Soviet Buruh dan Tani, dan meningkatkan perwakilan dari berbagai organisasi borjuis-kecil dan borjuis, dan oleh karenanya mendapatkan mayoritas untuk diri mereka sendiri. Munisipalitas diberikan lebih banyak perwakilan, yang mengirim 300 delegasi; Zemstvo 200 delegasi, dan koperasi yang di bawah kendali Menshevik dan Sosialis-Revolusioner, 150 delegasi. Namun Soviet Buruh dan Tani yang mewakili mayoritas rakyat hanya diberi 230 delegasi. Kaum Bolshevik turut ambil bagian di dalam Konferensi ini untuk

53

olokan, yang membuat murka kaum proletariat). Majelis Konstituante

merefleksikan mood rakyat dan pengelompokan politik yang sama seperti

saat Kongres Soviet Seluruh Rusia Pertama (Juni 1917). Ketika Majelis

Konstituante diselenggarakan (Januari 1918), Kongres Soviet Kedua

(Oktober 1917) dan Ketiga (Januari 1918) telah bertemu, dan kedua kongres

ini telah menunjukkan sejelas-jelasnya bahwa rakyat telah berayun ke kiri,

telah menjadi revolusioner, dan telah bergerak ke sisi kaum Bolshevik.

Dalam kata lain, rakyat telah pecah dari kepemimpinan borjuis-kecil, telah

pecah dari ilusi bahwa perdamaian dengan kaum borjuasi adalah hal yang

mungkin, dan telah bergabung dengan perjuangan proletariat revolusioner

untuk menumbangkan kaum borjuasi.

Jadi, bahkan sejarah eksternal Soviet menunjukkan bahwa Majelis

Konstituante adalah sebuah badan yang reaksioner dan bahwa pembubaran

adalah hal yang tak terelakkan. Tetapi Kautsky tetap berpegang teguh pada

“slogannya”: biarlah “demokrasi murni” menang walaupun revolusi binasa

dan kaum borjuasi mengalahkan kaum proletariat! Fiat justitia, pereat

mundus! [Bahasa Latin untuk “Biarlah hukum ditegakkan, walaupun dunia

mungkin akan binasa!” – Pent.]

menggunakannya sebagai platform guna mengekspos kaum Menshevik dan Sosialis-Revolusioner.

Konferensi ini mengambil keputusan untuk membentuk sebuah Pra-Parlemen (Dewan Republik Provisional). Ini adalah usaha untuk menciptakan semacam sistem parlementer di Rusia. Menurut UU yang dirancang oleh Pemerintah Provisional, Pra-Parlemen ini akan menjadi badan penasihat pemerintah. Lenin dengan tegas menyerukan boikot, karena berada di dalamnya akan menciptakan kesan bahwa Pra-Parlemen ini akan dapat menyelesaikan tugas-tugas revolusi. Komite Pusat Partai mendiskusikan proposal Lenin dan memutuskan supaya Bolshevik mundur dari kursi-kursi mereka di Pra-Parlemen. Hanya Kamenev dan para kapitulator lainnya yang bersikeras ingin berpartisipasi. Pada sesi pembukaan, 7 (20) Oktober, para delegasi Bolshevik membacakan deklarasi mereka dan melakukan walk out.

54

Di bawah adalah hasil dari kongres-kongres Soviet Seluruh Rusia

selama perjalanan sejarah Revolusi Rusia:

Kongres Soviet Seluruh

Rusia

Jumlah Delegasi Jumlah Delegasi

Bolshevik

% Delegasi

Bolshevik

Pertama (3 Juni 1917) 790 103 13

Kedua (25 Oktober 1917) 675 343 51

Ketiga (10 Januari 1918) 710 434 61

Keempat (14 Maret 1918) 1232 795 54

Kelima (4 Juli 1918) 1164 773 66

Dengan melihat sekilas hasil di atas kita dapat memahami mengapa

pembelaan terhadap Majelis Konstituante dan kegaduhan (seperti dari

Kautsky) mengenai Bolshevik yang tidak memiliki mayoritas populasi di

belakang mereka adalah olok-olokan di Rusia.

55

Konstitusi Soviet

Seperti yang telah saya jelaskan di atas, perampasan hak pilih dari

kaum borjuasi bukanlah fitur yang niscaya dari kediktatoran proletariat. Dan

di Rusia, kaum Bolshevik, yang jauh sebelum Revolusi Oktober telah

mengedepankan slogan kediktatoran proletariat, tidak mengatakan apapun

sebelumnya mengenai merampas hak pilih dari kaum pengeksploitasi. Aspek

kediktatoran ini tidak muncul “sesuai dengan rencana” dari partai manapun;

ia muncul dengan sendirinya seiring jalannya perjuangan. Tentu saja,

Kautsky sang sejarawan gagal untuk menyadari ini. Dia gagal untuk

memahami bahwa bahkan ketika kaum Menshevik (yang berkompromi

dengan borjuasi) masih menguasai Soviet-soviet, kaum borjuasi memisahkan

diri mereka dari Soviet-soviet atas kehendak mereka sendiri, memboikotnya,

dan menentangnya dan berintrik melawannya. Soviet muncul tanpa

konstitusi apapun dan eksis tanpa konstitusi lebih dari satu tahun (dari

musim semi 1917 sampai musim panas 1918). Kemurkaan kaum borjuasi

terhadap organisasi independen dan mahakuasa (karena organisasi ini

inklusif) dari rakyat tertindas ini; perlawanan yang kotor, tak-berprinsip dan

egois yang dikobarkan oleh kaum borjuasi terhadap Soviet, dan terakhir,

partisipasi aktif (dari kaum Kadet sampai kaum Sosialis-Revolusioner

Kanan, dari Milyukov sampai Kerensky) di dalam pemberontakan

Kornilov1 -- semua ini membuka jalan untuk mengeluarkan kaum borjuasi

dari Soviet-soviet.

1 Pemberontakan Kornilov merujuk pada konspirasi kontra-revolusioner dari kaum

borjuasi Rusia pada Agustus 1917. Jendral Tsaris Kornilov memimpin para konspirator ini. Bersandar pada perwira-perwira tinggi, mereka merencanakan untuk menggunakan kadet-kadet dan unit-unit Cossack untuk merebut Petrograd, menghancurkan Partai Bolshevik, membubarkan Soviet-soviet dan mencanangkan kediktatoran militer di Rusia. Kaum buruh Petrograd dan para tentara dan kelasi revolusioner bangkit merespon seruan dari Komite Pusat

56

Kautsky telah mendengar mengenai pemberontakan Kornilov, tetapi

dia dengan megah menyangkal fakta-fakta sejarah dan alur serta bentuk

perjuangan yang menentukan bentuk kediktatoran. Tentu saja, siapa yang

peduli dengan fakta ketika berbicara mengenai “demokrasi murni”? Inilah

mengapa “kritik” Kautsky terhadap perampasan hak suara kaum borjuasi

dipenuhi dengan kenaifan yang manis, yang menyentuh kalau ini

ditunjukkan oleh seorang anak kecil, tetapi memuakkan ketika ditunjukkan

oleh seorang yang masih bisa berpikir jernih.

“... Bila kaum kapitalis menemui diri mereka sendiri dalam minoritas

di bawah pemilu yang universal, mereka akan lebih siap menerima takdir

mereka.” (hal. 33) Sungguh memukau bukan? Kautsky yang cerdik telah

menyaksikan banyak kasus di dalam sejarah, dan, secara umum, mengetahui

dengan sangat baik dari pengamatannya akan kehidupan tuan tanah dan

kapitalis yang tunduk pada kehendak mayoritas kaum tertindas. Kautsky

yang cerdik menganjurkan “oposisi”, yakni perjuangan parlementer. Ya,

inilah yang dia katakan: “oposisi” (hal. 34 dan halaman-halaman lainnya).

Sejarawan dan politisi pintar saya yang terhormat! “Oposisi” adalah

sebuah konsep yang berlaku hanya pada masa perjuangan parlementer yang

damai, yakni sebuah konsep pada masa non-revolusioner, ketika tidak ada

revolusi. Selama revolusi kita harus melawan musuh yang kejam di dalam

perang sipil; dan tidak ada satu pun keluhan reaksioner dari seorang borjuis

kecil yang gemetar ketakutan akan perang seperti ini, seperti Kautsky, yang

Partai Bolshevik dan menghancurkan usaha kudeta Kornilov. Tekanan rakyat memaksa Pemerintahan Provisional untuk memerintahkan penangkapan Kornilov dan kolega-koleganya dan menyeret mereka ke pengadilan. Dengan ini, usaha dari kaum borjuasi dan tuan tanah untuk meremukkan revolusi gagal. Setelah kekalahan pemberontakan Kornilov, kaum Bolshevik meraih lebih banyak pengaruh di antara rakyat. Pengaruh Bolshevik mulai meluas di Soviet. Mereka sekali lagi mengedepankan slogan “Seluruh Kekuasaan Untuk Soviet!”

57

akan mengubah kenyataan ini. Untuk memeriksa masalah perang sipil yang

kejam dari sudut pandang “oposisi” ketika kaum borjuasi siap melakukan

kejahatan apapun -- contoh dari orang-orang Versailles dan perjanjian-

perjanjian mereka dengan Bismarck mesti berarti sesuatu bagi setiap orang

yang tidak memperlakukan sejarah seperti Petrushka-nya Gogol2 --- ketika

bangsa-bangsa asing datang membantu kaum borjuasi dan berintrik melawan

revolusi, adalah sesuatu yang sungguh konyol. Kaum proletariat

revolusioner harus mengenakan topi tidur mereka, seperti Kautsky “sang

penasihat yang kacau balau”, dan menganggap kaum borjuasi, yang sedang

mengorganisir pemberontakan-pemberontakan kontra-revolusioner di Dutov,

Krasnov, dan Ceko dan membayar jutaan rubel kepada para penyabot,

sebagai “oposisi” legal. Oh, sungguh bijaksana!

Kautsky sangatlah tertarik pada aspek formal dan legal dari masalah

yang sedang kita diskusikan, dan membaca analisisnya mengenai Konstitusi

Soviet, kita segera teringat kata-kata Bebel: pengacara adalah sepenuhnya

reaksioner. Kautsky menulis, “Pada kenyataannya, tidak hanya kapitalis

yang hak suaranya akan terampas. Apa itu kapitalis secara legal? Seorang

pemilik properti? Bahkan di sebuah negeri yang ekonominya maju seperti

Jerman, di mana kaum proletariat sangatlah banyak, pembentukan Republik

Soviet akan merampas hak suara dari banyak orang. Pada 1907 di Jerman,

bersama dengan keluarga mereka, jumlah orang yang bekerja di tiga sektor

besar – pertanian, industri, dan perdagangan – kira-kira 35 juta orang di

kelompok pekerja-upahan dan 17 juta di kelompok independen. Oleh

karenanya, sebuah partai mungkin mendapatkan mayoritas di antara pekerja-

2 Pethruska adalah seorang hamba di novel “The Dead Souls” karya Gogol. Dia hanya

dapat membaca suku kata dan sangat menyukai membaca, namun tidak pernah berhenti sejenak untuk memikirkan isi dari buku yang dia baca.

58

upahan, tetapi hanya minoritas di antara populasi secara keseluruhan.” (hal.

33)

Inilah satu contoh bagaimana Kautsky berargumen. Bukankah ini

adalah keluhan kontra-revolusioner dari seorang borjuasi? Tn. Kautsky,

mengapa kau memasukkan semua “orang independen” ke kategori orang-

orang yang hak pilihnya dibatasi, ketika kau tahu dengan sangat baik bahwa

mayoritas besar kaum tani Rusia tidak menyewa pekerja upahan, dan oleh

karenanya mereka tidak akan kehilangan hak pilih mereka? Bukankah ini

penipuan?

Mengapa kau, seorang ekonom yang terpelajar, tidak mengutip angka-

angka yang kau ketahui dengan sangat baik dan yang juga dapat ditemui di

laporan-laporan statistik tahun 1907 mengenai pekerja-upahan di pertanian

menurut luas sawah? Mengapa kau tidak mengutip angka-angka ini agar

para buruh Jerman, yakni para pembaca pamfletmu, dapat melihat berapa

banyak kaum pengeksploitasi, dan betapa sedikitnya mereka dibandingkan

dengan jumlah total “petani” yang ada di statistik Jerman?

Kau tidak melakukan ini karena pengkhianatanmu telah membuatmu

tidak lebih daripada seorang penjilat kaum borjuasi.

Kautsky mengatakan bahwa istilah kapitalis adalah sebuah konsep

legal yang tidak jelas, dan di beberapa halaman dia mengecam

“ketidakrincian atau kesewenang-wenangan” Konstitusi Soviet. “Akademisi

serius” ini tidak keberatan pada kaum borjuasi Inggris yang membutuhkan

beberapa abad untuk menyempurnakan konstitusi borjuis yang baru (baru di

Abad Pertengahan). Tetapi dia, karena dia adalah perwakilan kacung

borjuasi, tidak memberikan waktu kepada kita, kaum buruh dan tani Rusia.

59

Dia menuntut agar kita segera menyempurnakan konstitusi kita sampai ke

huruf yang terakhir dalam beberapa bulan.

“Ketidakrincian!” Coba bayangkan betapa dalamnya kepatuhan pada

borjuasi dan kebodohan yang terkandung di dalam kecaman seperti ini.

Ketika para ahli hukum yang sepenuhnya borjuis dan reaksioner di negeri-

negeri kapitalis telah selama puluhan tahun atau ratusan tahun merancang

undang-undang yang paling terperinci dan menulis ratusan kitab hukum dan

penafsiran hukum untuk menindas buruh, untuk mengikat kaki dan tangan

kaum miskin dan meletakkan ribuan halangan dan rintangan di jalan setiap

rakyat pekerja jelata – di sini kaum liberal borjuis dan Tn. Kautsky tidak

melihat “kesewenang-wenangan”! Ini adalah “hukum” dan “ketertiban”!

Cara-cara bagaimana “menundukkan” kaum miskin telah dipikirkan matang-

matang dan dikitabkan. Ada ribuan pengacara borjuis dan birokrat

(mengenai mereka Kautsky bungkam, mungkin karena menghancurkan

mesin birokrasi dianggap sangat penting oleh Marx...) – para pengacara dan

birokrat yang tahu bagaimana menafsir hukum sedemikian rupa sehingga

buruh dan tani jelata tidak akan pernah bisa bebas dari ikatan kawat berduri

hukum. Ini bukanlah “kesewenang-wenangan” dari kaum borjuasi. Ini

bukanlah kediktatoran dari kaum pengeksploitasi yang keji dan egois, yang

menghisap darah rakyat. Sama sekali bukan! Ini adalah “demokrasi murni”,

yang semakin hari menjadi semakin murni.

Tetapi sekarang ketika kelas-kelas pekerja dan tertindas, yang terpisah

dari saudara-saudara mereka di seberang perbatasan akibat peperangan

imperialis, telah untuk pertama kalinya membentuk Soviet-soviet mereka

sendiri, telah menyerukan kepada rakyat yang sebelumnya ditindas, diinjak-

injak dan dibodohkan oleh kaum borjuasi untuk melakukan kerja konstruksi

60

politik, telah dengan tangan mereka sendiri memulai membangun sebuah

negara proletariat yang baru, dan di tengah perjuangan yang tajam dan

perang sipil yang berkobar telah mulai membuat sketsa dari prinsip-prinsip

fundamental sebuah negara tanpa eksploitasi – semua bajingan borjuis,

semua lintah darat, bersama-sama dengan Kautsky, melolong mengenai

“ketidakrincian”! Betul, bagaimana mungkin orang-orang yang bodoh ini,

buruh dan tani ini, “massa liar” ini, dapat menafsirkan hukum mereka?

Bagaimana mungkin kaum buruh jelata bisa punya pemahaman mengenai

keadilan tanpa nasihat dari pengacara-pengacara yang terdidik, dari para

komentator borjuis, dari para Kautsky dan birokrat-birokrat tua yang

bijaksana?

Tn. Kautsky mengutip dari pidato saya pada 28 April 1918: “Rakyat

sendiri yang akan menentukan prosedur dan waktu pemilu.” Dan Kautsky,

sang “demokrat murni” ini, mengambil kesimpulan dari kutipan ini:

“... Oleh karenanya, ini berarti setiap majelis pemilih dapat

menentukan prosedur pemilu sekehendak hati mereka.

Kesewenang-wenangan dan peluang untuk menyingkirkan

oposisi yang tidak dikehendaki di dalam barisan proletariat oleh

karenanya akan dilaksanakan secara ekstrem.” (hal. 37)

Baik, apa bedanya ini dengan ocehan dari seorang jurnalis picisan

yang dibayar oleh kaum borjuis, yang mengeluh mengenai rakyat pekerja

yang menindas buruh yang rajin yang “bersedia bekerja” di saat

pemogokan? Mengapa metode borjuis yang birokratis dalam menentukan

prosedur pemilu di bawah demokrasi borjuis yang “murni” bukanlah

kesewenang-wenangan? Mengapa rasa keadilan di antara massa yang telah

61

bangkit untuk melawan penindas lama mereka dan yang telah terdidik dan

tertempa di dalam perjuangan yang tajam ini bisa kurang berharga

dibandingkan dengan rasa keadilan dari segelintir birokrat, intelektual, dan

pengacara yang dididik di dalam prasangka-prasangka borjuis?

Kautsky adalah seorang sosialis sejati. Jangan berani-berani

mempertanyakan ketulusan dari bapak terhormat ini, dari warga negara yang

sangat jujur ini. Dia adalah pendukung kuat dan setia kemenangan buruh dan

revolusi proletar. Satu-satunya hal yang dia inginkan adalah para intelektual

dan filistin borjuis-kecil yang bermulut manis, yang mengenakan topi tidur,

harus terlebih dahulu sebelum massa mulai bergerak, sebelum mereka

memulai perjuangan tajam dengan para penindas mereka, dan tentunya tanpa

perang sipil, merancang peraturan-peraturan yang terperinci dan moderat

untuk perkembangan revolusi ...

Terbakar oleh kemarahan moral yang dalam, Judas Golovlyov3 kita

yang paling terpelajar ini memberitahu para buruh Jerman bahwa pada 14

Juni 1918, Komite Eksekutif Pusat Soviet Seluruh Rusia memutuskan untuk

mengeluarkan para perwakilan Partai Sosialis-Revolusioner Kanan dan

Menshevik dari Soviet. Judas Kautsky yang geram menulis, “Kebijakan ini

tidaklah diarahkan kepada orang-orang tertentu yang bersalah atas kejahatan

yang jelas... Konstitusi Republik Soviet tidak memuat satu kata pun

mengenai imunitas para perwakilan Soviet. Bukan orang-orang tertentu,

tetapi partai-partai tertentu yang dikeluarkan dari Soviet.” (hal. 37)

3 Ini merujuk pada karakter Judas Golovlyov, seorang tuan tanah feodal yang munafik

dan pura-pura suci di novel “The Golovlyov Family” oleh Saltykov-Shchedrin.

62

Ya, ini sangatlah buruk, sebuah penyimpangan dari demokrasi murni

yang tidak dapat ditolerir, menurut peraturan-peraturan revolusi yang dibuat

oleh Judas Kautsky kita yang revolusioner. Kami, kaum Bolshevik Rusia,

harus pertama-tama menjamin imunitas dari para Savinkov4 dkk., para

Lieberdan5, pada Potresov (“aktivis”6) dkk. Lalu merancang hukum-hukum

pidana yang menyatakan bahwa partisipasi di dalam perang kontra-

revolusioner di Ceko, atau aliansi dengan imperialis Jerman di Ukraina atau

Georgia untuk melawan buruh dari bangsa sendiri, adalah “kejahatan yang

dapat dihukum”. Dan hanya setelah itu, di atas basis hukum pidana ini, kita

diperbolehkan, sesuai dengan prinsip-prinsip “demokrasi murni”,

mengeluarkan “orang-orang tertentu” dari Soviet. Orang-orang Ceko, yang

mendapat uang oleh kapitalis Inggris dan Prancis lewat (dan berkat agitasi)

dari para Savinkov, Potresov dan Lieberdan, dan kelompok Krasnov yang

mendapat amunisi dari Jerman lewat kaum Menshevik Ukraina dan Tiflis,

akan duduk diam menunggu sampai kita siap dengan hukum pidana yang

4 Boris Savinkov (1879-1925) adalah salah seorang pemimpin Partai Sosialis-

Revolusioner. Pada 1917, dia menjabat sebagai asisten Menteri Peperangan dari Pemerintahan Provisional. Dia lalu dipecat dari Partai Sosialis-Revolusioner karena keterlibatannya dalam usaha kudeta Jenderal Kornilov pada September 1917. Setelah Revolusi Oktober meledak, Savinkov mengorganisir sejumlah pemberontakan bersenjata melawan Bolshevik. Pada 1920 dia mengasing ke Prancis di mana dia terus mengorganisir usaha kontra-revolusi terhadap Soviet. Pada 1924 dia ditangkap di Rusia ketika sedang mencoba menghubungi mata-mata. Dia lalu mati di penjara pada 1925.

5 Lieberdan adalah julukan untuk dua pemimpin Menshevik, Lieber dan Dan, dan para pendukung mereka.

6 “Aktivis” – sekelompok Menshevik yang meluncurkan perjuangan bersenjata untuk melawan rejim Soviet dan Partai Bolshevik setelah Revolusi Oktober. Mereka bergabung dengan berbagai organisasi kontra-revolusioner rahasia, mendukung Kornilov, Kaledin dan borjuis nasionalis di Ukraina, Rada, secara aktif terlibat di dalam pemberontakan Tentara Putih di Ceko dan membentuk front bersama dengan negeri-negeri imperialis asing. Pada 1918, dengan dalih mendiskusikan situasi pangan, para “aktivis” ini, yang didukung oleh Partai Menshevik, menyelenggarakan sejumlah konferensi ‘buruh” dan perwakilan mereka yang menuntut dibubarkannya Soviet-soviet.

63

sempurna, dan seperti kaum demokrat paling murni, mereka akan membatasi

diri mereka ke dalam peran seorang “oposisi”...

Dada Kautsky juga penuh dengan kegeraman moral karena Konstitusi

Soviet merampas hak pilih semua orang yang “menggaji pekerja-upahan

dengan tujuan mendapatkan laba”. “Seorang pekerja di rumah, atau seorang

majikan kecil yang hanya mempekerjakan seorang tukang ahli,” tulis

Kautsky “mungkin hidup dan merasa seperti seorang proletar, tetapi dia

tidak dapat memilih.” (hal. 36)

Sungguh sebuah penyelewengan “demokrasi murni”! Sungguh sebuah

ketidakadilan! Benar, sampai sekarang semua Marxis telah berpikir – dan

ribuan fakta telah membuktikannya – bahwa para majikan kecil adalah

pengeksploitasi buruh yang paling kejam dan serakah, tetapi Judas Kautsky

kita melihat para majikan kecil ini bukan sebagai sebuah kelas (siapa yang

menciptakan teori perjuangan kelas yang jahat ini?) tetapi sebagai individu-

individu terpisah, sebagai pengeksploitasi yang “hidup dan merasa seperti

seorang proletar. “Si Agnes yang hemat”, yang telah dianggap mati dan

sudah lama dikubur, sekarang bangkit hidup kembali di bawah pena

Kautsky. “Si Agnes yang hemat” ini diciptakan dan diperkenalkan ke dalam

literatur Jerman beberapa dekade yang lalu oleh Eugen Richter, sang

demokrat “murni” dan borjuis itu. Dia memprediksikan bahwa kediktatoran

proletariat dan penyitaan kapital para pengeksploitasi akan menyebabkan

malapetaka yang tak terhingga. Eugen bertanya: secara legal, apa itu seorang

kapitalis? Dia mengambil contoh seorang penjahit yang miskin dan hemat

(“si Agnes yang hemat”), yang harta bendanya yang sedikit itu dirampas

oleh “para diktator proletar” yang kejam. Dulu kala semua kaum Sosial-

Demokrat Jerman mengolok-olok “si Agnes yang hemat” ciptaan Eugen

64

Richter ini. Tetapi ini dulu sekali, ketika Bebel, yang sangat blak-blakan

mengenai banyaknya kaum liberal di dalam partainya, masih hidup. Ini dulu

sekali ketika Kautsky belumlah berkhianat.

Sekarang “si Agnes yang hemat” telah bangkit dari kuburnya di dalam

bentuk “majikan kecil yang hanya mempekerjakan seorang tukang-ahli, dan

yang hidup dan merasa seperti seorang proletar”. Kaum Bolshevik yang

jahat menindasnya, dan merampas hak suaranya. Seperti yang Kautsky

katakan, benar kalau “setiap majelis pemilih” di Republik Soviet dapat

menerima masuk seorang majikan kecil yang miskin, kalau misalnya dia

bukan seorang pengeksploitasi. Tetapi apakah kita dapat bergantung pada

pengetahuan dari kehidupan, dari rasa keadilan bila para buruh dalam

pertemuan pabrik bertindak tanpa hukum yang tertulis (sungguh buruk!)?

Bukankah lebih baik memberikan hak suara kepada semua pengeksploitasi,

kepada semua orang yang mempekerjakan pekerja-upahan, daripada

mengambil risiko merampas hak pilih dari “si Agnes yang hemat” dan “para

majikan kecil yang hidup dan merasa seperti seorang proletar”?

***

Biarlah para bajingan pengkhianat yang memuakkan, di tengah tepuk

tangan riuh dari kaum borjuasi dan sovinis-sosial7, menyerang Konstitusi

Soviet kita karena konstitusi tersebut merampas hak suara dari kaum

pengeksploitasi! Tidak mengapa karena ini akan mempercepat dan

7 Saya baru saja membaca sebuah artikel utama di koran Frankfurter Zeitung (No.

293, 22 Oktober 1918), yang secara antusias memberikan ringkasan dari pamflet Kautsky. Koran bursa saham ini merasa puas. Dan tidak mengherankan! Dan seorang kamerad menulis kepada saya dari Berlin bahwa koran Vorwärts,yakni korannya para pendukung Scheidemann, telah menyatakan di sebuah artikel khusus bahwa mereka setuju dengan setiap baris yang ditulis oleh Kautsky. Sungguh ucapan selamat yang hangat! – Lenin

65

memperlebar perpecahan antara kaum buruh revolusioner dengan para

Scheidemann dan Kautsky, para Renaudel dan Longuet, para Henderson dan

Ramsay MacDonalds, para pemimpin lama dan pengkhianat lama

sosialisme.

Massa kelas-kelas tertindas, para pemimpin proletar revolusioner yang

sadar-kelas dan jujur akan ada di sisi kita. Kita cukup mengenalkan kaum

proletar seperti itu dengan Konstitusi Soviet kita, dan mereka akan segera

mengatakan: “Mereka sungguh adalah kamerad-kamerad kita, ini adalah

partai buruh yang sesungguhnya, ini adalah pemerintahan buruh yang

sesungguhnya, karena mereka tidak menipu buruh dengan berbicara

mengenai reforma-reforma seperti yang dilakukan oleh para pemimpin yang

disebut di atas. Mereka melawan kaum pengeksploitasi dengan sungguh-

sungguh; mereka membuat revolusi dengan sungguh-sungguh, dan benar-

benar berjuang untuk emansipasi buruh yang sepenuhnya.”

Kenyataan bahwa setelah satu tahun “pengalaman” Soviet-soviet telah

merampas hak suara kaum pengeksploitasi menunjukkan bahwa Soviet

adalah sungguh-sungguh organisasi kaum tertindas, dan bukan organisasi

kaum sosial-imperialis dan sosial-pasifis yang telah menjual diri mereka ke

borjuasi. Kenyataan bahwa Soviet-soviet telah merampas hak suara kaum

pengeksploitasi menunjukkan bahwa mereka bukanlah organisasi borjuis-

kecil yang berkompromi dengan borjuasi, mereka bukanlah organ

parlementer yang hanya mengoceh (seperti orang-orang tipe Kautsky,

Longuet, dan MacDonald), tetapi mereka adalah organ proletariat yang

sungguh-sungguh revolusioner, yang sedang mengobarkan perjuangan

hidup-atau-mati melawan kaum pengeksploitasi.

66

“Buku Kautsky hampir-hampir tidak dikenal di sini,” seorang

kamerad dari Berlin menulis kepada saya beberapa hari yang lalu (hari ini

adalah 30 Oktober). Saya akan memberikan nasihat kepada para perwakilan

kita di Jerman dan Swiss untuk tidak menghemat uang, dan membeli buku

ini dan menyebarkannya secara cuma-cuma kepada para buruh yang sadar-

kelas, agar mereka dapat menginjak-injak di lumpur Sosial-Demokrasi

“Eropa” ini – baca: imperialis dan reformis – yang lama telah menjadi

“mayat busuk”.

***

Di bagian akhir bukunya, pada halaman 61 dan 63, Tn. Kautsky

dengan pahit mengeluh bagaimana “teori baru ini (dia menyebut

Bolshevisme sebagai teori baru, karena dia takut menyentuh analisis Marx

dan Engels mengenai Komune Paris) punya pendukung bahkan di negeri-

negeri demokrasi tua seperti Swiss misalnya.” “Sungguh tak dapat

dimengerti” bagi Kautsky “bagaimana teori ini dapat diadopsi oleh kaum

Sosial-Demokrat Jerman.”

Tidak, ini cukup dapat dimengerti, karena setelah pelajaran-pelajaran

serius mengenai perang massa revolusioner menjadi muak dan letih dengan

orang-orang seperti Scheidemann dan Kautsky.

“Kami” selalu mendukung demokrasi, tulis Kautsky, tetapi tiba-tiba

kami harus mengutuknya!

“Kami”, kaum oportunis Sosial-Demokrasi, selalu menentang

kediktatoran proletariat, dan Kolb dkk. sejak dulu telah memproklamirkan

ini. Kautsky tahu akan hal ini dan dengan sia-sia berharap bahwa dia dapat

67

menyembunyikan dari para pembacanya fakta yang jelas ini bahwa dia telah

“kembali ke sarang” Bernstein dan Kolb.

“Kami”, kaum Marxis revolusioner, tidak pernah menjadikan

demokrasi “murni” (borjuis) sebagai sebuah fetis. Seperti yang diketahui,

pada 1903 Plekhanov adalah seorang Marxis revolusioner (di kemudian hari

pembelotannya membuat dia menjadi Scheidemann Rusia). Dan pada tahun

itu Plekhanov menyatakan di Kongres Partai kami, yang lalu mengadopsi

program itu, bahwa di dalam revolusi proletariat dapat, bila diperlukan,

merampas hak pilih kaum kapitalis dan membubarkan semua

parlemen yang kontra-revolusioner. Bahwa ini adalah satu-satunya gagasan

yang sesuai dengan Marxisme akan menjadi jelas bagi semua orang bahkan

dari pernyataan-pernyataan Marx dan Engels yang telah saya kutip di atas.

Ini mengalir dari semua prinsip-prinsip fundamental Marxisme.

“Kami”, kaum Marxis revolusioner, tidak pernah di hadapan rakyat

membuat pidato-pidato seperti yang gemar dilakukan oleh semua Kautskyite

di semua negeri, yang gemetar ketakutan di hadapan borjuasi, beradaptasi

pada sistem parlemen borjuis, bungkam mengenai karakter borjuis dari

demokrasi modern dan menuntut hanya perluasannya, hanya

agar demokrasi dibawa sampai ke kesimpulan logisnya.

“Kami” mengatakan kepada kaum borjuasi: Kalian, pengeksploitasi

dan orang munafik, berbicara mengenai demokrasi, sementara di setiap

langkah kalian bangun ribuan rintangan untuk mencegah rakyat

tertindas berpartisipasi di dalam politik. Kami memegang kata-kata kalian

dan, untuk kepentingan rakyat, menuntut perluasan dari demokrasi

borjuis milik kalian guna mempersiapkan rakyat untuk revolusi yang akan

68

menumbangkan kalian para pengeksploitasi. Dan bila kalian mencoba

melawan revolusi proletariat kami, kami akan menindas kalian tanpa belas

kasihan. Kami akan merampas semua hak kalian; lebih dari itu, kami tidak

akan memberimu roti, karena di dalam republik proletar kami kaum

pengeksploitasi tidak akan memiliki hak-hak, mereka tidak akan diberi api

dan air, karena kami adalah kaum sosialis yang sesungguh-sungguhnya, dan

bukan sosialis seperti Scheidemann dan Kautsky.

Inilah yang telah “kami”, kaum Marxis revolusioner, katakan, dan

akan katakan – dan inilah mengapa rakyat tertindas akan mendukung kami

dan akan bersama kami, sementara orang-orang seperti Scheidemann dan

Kautsky akan tersapu ke dalam kubangan pengkhianat.

69

Apa itu Internasionalisme?

Kautsky benar-benar yakin bahwa dia adalah seorang internasionalis

dan menyebut dirinya demikian. Orang-orang seperti Scheidemann dia sebut

“kaum sosialis pemerintah”. Dalam membela kaum Menshevik (dia tidak

secara terbuka menyatakan solidaritasnya dengan mereka, tetapi dia dengan

setia mengekspresikan pandangan-pandangan mereka), Kautsky telah

menunjukkan dengan kejelasan yang sempurna “internasionalisme” macam

apa yang dia anut. Dan karena Kautsky tidak sendirian, dan dia adalah juru

bicara dari sebuah tendensi yang secara tak terelakkan tumbuh berkembang

di dalam atmosfer Internasional Kedua (Longuet di Prancis, Turati di Italia,

Nobs dan Grimm, Graber dan Name di Swiss, Ramsay MacDonald di

Inggris, dsb.), akan berguna kalau kita membahas “internasionalisme”nya

Kautsky.

Setelah menekankan bahwa kaum Menshevik juga menghadiri

Konferensi Zimmerwald1 (sebuah ijazah, tentunya, tetapi … sebuah ijazah

yang ternoda), Kautsky memaparkan pandangan-pandangan Menshevik,

yang mana dia setujui, sebagai berikut:

“… Kaum Menshevik menginginkan sebuah perdamaian

umum. Mereka menginginkan semua pihak yang berperang

untuk mengadopsi formula: menentang aneksasi dan menentang

ganti-rugi perang. Sampai kondisi ini tercapai, angkatan

bersenjata Rusia, menurut pandangan ini, harus siap sedia untuk

berperang. Kaum Bolshevik, di pihak lain, menuntut

perdamaian segera dengan cara apapun; mereka siap, bila

diperlukan, untuk menandatangani perjanjian perdamaian secara

terpisah; mereka mencoba memaksakan ini dengan

meningkatkan kekacauan di dalam angkatan bersenjata, yang

sudah cukup parah” (hal. 27). Menurut pendapat Kautsky, kaum

1 Konferensi Zimmerwald adalah konferensi yang diselenggarakan oleh kaum sosial-

demokrat yang tidak mendukung Perang Dunia Pertama. Konferensi ini diselenggarakan dari 5 sampai 8 September 1915 di Zimmerwald, Swiss.

70

Bolshevik tidak seharusnya merebut kekuasaan, dan seharusnya

puas saja dengan Majelis Konstituante.

Jadi, internasionalisme Kautsky dan kaum Menshevik pada akhirnya

berarti ini: mereka menuntut reforma-reforma dari pemerintahan borjuis

imperialis, tetapi terus mendukungnya, dan terus mendukung perang yang

dikobarkan oleh pemerintahan ini sampai semua pihak yang berperang

menerima formula menentang aneksasi dan menentang ganti-rugi perang.

Cara pandang ini berulang kali diekspresikan oleh Turati, dan oleh para

pendukung Kautsky (Haase dan lainnya), dan oleh Longuet dkk., yang

menyatakan bahwa mereka berdiri untuk pembelaan tanah air.

Secara teoritis, ini menunjukkan ketidakmampuan untuk memisahkan

diri dari kaum sovinis-sosial dan kebingungan dalam masalah pembelaan

tanah air. Secara politik, ini berarti menggantikan internasionalisme dengan

nasionalisme borjuis-kecil, membelot ke kamp reformis dan mencampakkan

revolusi.

Dari sudut pandang proletariat, mengakui “pembelaan tanah air”

berarti membenarkan perang hari ini, mengakui bahwa perang ini adalah sah.

Dan karena perang ini adalah perang imperialis (di bawah pemerintahan

monarkis maupun republik), tidak peduli negeri mana – negeri saya atau

negeri lainnya – di mana pasukan-pasukan tentara musuh ada, mengakui

pembelaan tanah air berarti, secara faktual, mendukung kaum borjuis

imperialis, dan sepenuhnya mengkhianati sosialisme. Di Rusia, bahkan di

bawah Kerensky, di bawah republik demokratik-borjuis, perang ini masihlah

perang imperialis, karena perang ini dikobarkan oleh kaum borjuasi sebagai

kelas penguasa (dan perang adalah “kelanjutan politik”); dan ekspresi yang

paling jelas dari karakter imperialis peperangan ini adalah perjanjian-

perjanjian rahasia untuk membagi-bagi dunia dan penjarahan negeri-negeri

lain yang telah disepakati oleh Tsar dengan kapitalis di Inggris dan Prancis.

Kaum Menshevik menipu rakyat dengan cara yang paling menjijikkan

dengan menyebut perang ini sebagai perang defensif atau revolusioner. Dan

dengan menyetujui kebijakan Menshevik, Kautsky setuju dengan penipuan

71

terhadap rakyat ini. Kautsky menyetujui peran yang dimainkan oleh borjuis

kecil dalam membantu kapital untuk menipu buruh dan mengikat mereka ke

kereta perang imperialis. Kautsky mendukung kebijakan yang bersifat

borjuis-kecil, kebijakan yang filistin dengan berpura-pura (dan mencoba

membuat rakyat percaya) bahwa mengedepankan sebuah slogan akan

mengubah posisi mereka yang sesungguhnya. Seluruh sejarah demokrasi

borjuis menyangkal ilusi ini. Kaum demokrat borjuis selalu mengedepankan

segala macam “slogan” untuk menipu rakyat. Yang terpenting adalah

menguji ketulusan mereka, untuk membandingkan kata-kata mereka

dengan tindakan-tindakan mereka, dan tidak menjadi puas dengan frase-

frase yang idealistis atau yang menipu, tetapi berpijak pada realitas kelas.

Sebuah perang imperialis tidak berhenti menjadi imperialis ketika para

penipu atau filistin borjuis-kecil mengedepankan slogan-slogan

“sentimentil”, tetapi hanya ketika kelas yang mengobarkan perang imperialis

ini, dan yang terikat pada perang ini oleh jutaan benang (dan bahkan tali)

ekonomi, benar-benar ditumbangkan dan digantikan dengan kelas yang

benar-benar revolusioner, yakni kelas proletariat. Tidak ada cara lain untuk

keluar dari perang imperialis, dan juga keluar dari perdamaian imperialis

yang predatoris.

Dengan menyetujui kebijakan luar negeri kaum Menshevik, dan

menyatakannya internasionalis dan bersemangat Zimmerwald, Kautsky,

pertama-tama, mengungkapkan kebangkrutan total dari mayoritas

Zimmerwald yang oportunis (tidak heran kalau kami, Zimmerwald Kiri2,

2 Zimmerwald Kiri terdiri dari delegasi-delegasi dari Komite Pusat Partai Buruh

Sosial Demokrat Rusia, Sosial-Demokrat Kiri Swedia, Norwegia, Swiss dan Jerman, Sosial-Demokrat Oposisi Polandia, dan sejumlah Sosial-Demokrat dari daerah Latvian. Dipimpin oleh Lenin, kelompok Zimmerwald Kiri memimpin polemik melawan mayoritas Sentris di Konferensi Zimmerwald dan mendorong resolusi-resolusi untuk mengutuk Perang Dunia Pertama, dan mengekspos pengkhianatan kaum sovinis-sosial, dan menyerukan perlunya melakukan perjuangan yang aktif melawan perang ini. Draf-draf resolusi ini ditolak oleh mayoritas Sentris.

Akan tetapi, kelompok Zimmerwald Kiri berhasil memasukkan sejumlah poin penting dari draf resolusinya ke dalam manifesto yang diadopsi oleh Konferensi. Menganggap bahwa manifesto ini adalah langkah pertama dalam perjuangan melawan Perang Dunia I, kelompok Zimmerwald Kiri mendukungnya. Mereka juga menerbitkan pernyataan yang menjelaskan kekurangan dan ketidak-konsistenan dari manifesto tersebut dan mengapa mereka

72

segera memisahkan diri kami dari mayoritas tersebut), dan kedua – dan ini

yang terutama – dia menyebrang dari posisi proletariat ke posisi borjuis

kecil, dari revolusioner ke reformis.

Proletariat berjuang untuk penumbangan revolusioner kaum borjuis

imperialis. Kaum borjuis kecil berjuang untuk “perbaikan” reformis dari

imperialisme, untuk beradaptasi, sementara bertekuk lutut kepadanya. Ketika

Kautsky masihlah seorang Marxis, misalnya pada 1909, ketika dia menulis

“Road to Power” (Jalan Menuju Kekuasaan), dia mengedepankan gagasan

bahwa peperangan niscaya akan membawa kita ke revolusi, dan dia

berbicara mengenai era revolusi yang semakin dekat. Manifesto Basel 1912

dengan jelas dan tegas berbicara mengenai revolusi proletariat dalam

hubungannya dengan perang imperialis antara Jerman dan Inggris, yang

akhirnya benar-benar meledak pada 1914. Tetapi pada 1918, ketika revolusi-

revolusi sungguh-sungguh terjadi, Kautsky, alih-alih menjelaskan bahwa

mereka adalah hal yang tak terelakkan, alih-alih memikirkan taktik-

taktik revolusioner dan cara untuk mempersiapkan revolusi, dia malah mulai

menggambarkan taktik-taktik reformis kaum Menshevik sebagai

internasionalis. Bukankah ini pengkhianatan?

Kautsky memuji kaum Menshevik yang bersikeras ingin

mempertahankan kekuatan perang dari angkatan bersenjata, dan dia

menyalahkan kaum Bolshevik karena telah memperparah “kekacauan

angkatan bersenjata”, yang sudah kacau balau. Ini berarti memuji

reformisme dan berkapitulasi pada borjuasi imperialis, dan menyalahkan

serta menyangkal revolusi. Karena di bawah rejim Kerensky,

mempertahankan kekuatan perang angkatan bersenjata berarti menjaga

mendukungnya. Mereka menyatakan bahwa walaupun mereka tetap akan berada di dalam organisasi Zimmerwald, mereka tetap akan menyebarkan gagasan-gagasan mereka dan bekerja secara independen dalam skala internasional. Kelompok Zimmerwald Kiri memilih badan eksekutif: Lenin, Zinoviev, dan Radek. Mereka menerbitkan sebuah koran bernamaVorbote di Jerman, yang menerbitkan sejumlah artikel Lenin. Kaum Bolshevik memimpin kelompok ini. Zimmerwald Kiri segera menjadi pusat persatuan dari elemen-elemen internasionalis dari Sosial Demokrasi sedunia. Kaum Sosial-Demokrat di berbagai negeri yang tergabung dalam Zimmerwald Kiri melakukan kerja revolusioner dan memainkan peran penting dalam pembentukan partai-partai Komunis di negeri mereka.

73

keberadaannya di bawah komando borjuis (walaupun republiken). Semua

orang tahu, dan jalannya peristiwa telah memberikan konfirmasi yang jelas,

bahwa angkatan bersenjata republiken ini mempertahankan

semangat Kornilov karena para perwira tingginya adalah orang-orang

Kornilov. Para perwira borjuis tidak bisa tidak menjadi orang-orang

Kornilov; mereka tidak bisa tidak cenderung ke imperialisme dan menindas

proletariat dengan kekerasan. Semua taktik Menshevik dalam

prakteknya berarti membiarkan seluruh fondasi perang imperialis dan

seluruh fondasi kediktatoran borjuis utuh, menambal sulam hal-hal detil

yang remeh temeh (“reforma-reforma”).

Di lain pihak, tidak ada satu pun revolusi besar yang pernah terjadi,

atau akan pernah terjadi, tanpa “kekacau-balauan” di dalam tubuh angkatan

bersenjata. Karena angkatan bersenjata adalah instrumen penjaga rejim lama

yang paling tua dan kaku, benteng kedisiplinan borjuis yang paling kuat,

yang mempertahankan kekuasaan kapital, dan mempertahankan dan

memperkuat di antara rakyat pekerja semangat penghambaan pada kapital.

Kontra-revolusi tidak pernah menoleransi, dan tidak akan pernah bisa

menoleransi keberadaan rakyat yang bersenjata. Di Prancis, Engels menulis,

di setiap revolusi kaum buruh muncul dengan senjata di tangannya, “oleh

karenanya, pelucutan buruh adalah tugas pertama dari kaum borjuasi, yang

ada di pucuk kepemimpinan negara.3” Buruh yang bersenjata adalah embrio

dari sebuah angkatan bersenjata yang baru, nukleus terorganisasi dari sebuah

tatanan sosial yang baru. Tugas pertama dari kaum borjuasi adalah

menghancurkan nukleus ini dan mencegahnya tumbuh. Tugas pertama dari

setiap revolusi yang menang, seperti yang ditekankan berulang kali oleh

Marx dan Engels, adalah untuk menghancurkan angkatan bersenjata yang

lama, membubarkannya, dan menggantikannya dengan angkatan bersenjata

yang baru4. Sebuah kelas sosial yang baru, ketika ia naik ke tampuk

kekuasaan, tidak akan pernah bisa merebut kekuasaan dan

3 Lenin mengutip dari Kata Pengantar Engels untuk Perang Sipil di Prancis oleh

Marx (Marx dan Engels, Selected Works, Moskow, 1962, Vol. I, hal. 475). 4 Karl Marx, Perang Sipil di Prancis (Marx dan Engels, Selected Works, Moskow,

1962, Vol. I, hal. 518-19).

74

mempertahankannya tanpa membubarkan sepenuhnya angkatan bersenjata

yang lama (“Kekacau-balauan!” teriak kaum filistin reaksioner yang penakut

mengenai ini), tanpa melalui sebuah periode yang paling sulit dan

menyakitkan di mana tidak ada angkatan bersenjata (Revolusi Prancis juga

melalui periode yang sulit ini), dan perlahan-lahan membangun, di tengah

peperangan sipil yang sulit, sebuah angkatan bersenjata yang baru, sebuah

kedisiplinan yang baru, sebuah organisasi militer yang baru dari kelas yang

baru. Sebelumnya Kautsky sang sejarawan memahami ini. Sekarang,

Kautsky sang pengkhianat telah melupakan ini.

Kautsky tidak punya hak untuk memanggil para Scheidemann sebagai

“kaum sosialis pemerintahan” bila dia mendukung taktik kaum Menshevik di

revolusi Rusia. Dengan mendukung Kerensky dan bergabung ke dalam

kabinetnya, kaum Menshevik juga adalah kaum sosialis pemerintah. Kautsky

tidak dapat menghindari kesimpulan ini bila dia mengedepankan

pertanyaan kelas penguasa mana yang sedang mengobarkan perang

imperialis ini. Tetapi Kautsky menghindari pertanyaan mengenai kelas

penguasa ini, sebuah pertanyaan yang penting sekali bagi seorang Marxis,

karena hanya dengan mengedepankan pertanyaan ini seorang pengkhianat

akan terekspos.

Para pendukung Kautsky di Jerman, para pendukung Longuet di

Prancis, dan Turati dkk. di Italia berargumen seperti ini: sosialisme

mensyaratkan kesetaraan, kebebasan dan hak penentuan nasib sendiri di

antara bangsa-bangsa, oleh karenanya ketika negeri kami diserang atau

ketika pasukan musuh menyerang daerah kami, adalah hak dan tugas dari

kaum sosialis untuk mempertahankan negeri mereka. Tetapi secara teoritis,

argumen seperti ini adalah entah mengolok-olok sosialisme atau penipuan

yang terselubung. Sementara dari sudut pandang politik praktis argumen

seperti ini adalah seperti argumen orang kampung yang tak terdidik, yang

tidak memahami karakter sosial dan kelas dari perang sekarang ini, dan tidak

paham tugas dari sebuah partai revolusioner pada saat perang yang

reaksioner.

75

Sosialisme menentang kekerasan terhadap bangsa-bangsa. Ini tidak

terbantahkan. Tetapi sosialisme menentang kekerasan terhadap manusia

secara umum. Selain kaum anarkis Kristen dan kaum Tolstoyan5, belum ada

satu pun orang yang menarik kesimpulan dari ini bahwa sosialisme

menentang kekerasanrevolusioner. Jadi, berbicara mengenai “kekerasan”

secara umum, tanpa memeriksa kondisi-kondisi yang membedakan

kekerasan reaksioner dari kekerasan revolusioner, berarti menjadi seorang

filistin yang menyangkal revolusi, atau ini berarti menipu diri sendiri dan

orang lain dengan sofisme.

Hal yang sama juga benar mengenai kekerasan terhadap bangsa-

bangsa. Setiap perang adalah kekerasan terhadap bangsa-bangsa, tetapi ini

tidak mencegah kaum sosialis dari mendukung sebuah perang revolusioner.

Karakter kelas dari sebuah perang – ini adalah pertanyaan fundamental yang

dihadapi oleh seorang sosialis (bila dia bukanlah seorang pengkhianat).

Perang imperialis 1914-1918 adalah sebuah peperangan antara dua

kelompok borjuis imperialis untuk membagi-bagi dunia, untuk membagi-

bagi harta jarahan, dan untuk menjarah dan mencekik bangsa-bangsa yang

kecil dan lemah. Ini adalah pengkajian mengenai perang yang akan datang

yang tertuang di Manifesto Basel pada 1912, dan yang sekarang telah

terkonfirmasikan oleh fakta. Siapa pun yang tidak setuju dengan cara

pandang ini bukanlah seorang sosialis.

Bila seorang Jerman di bawah rejim Wilhem atau seorang Prancis di

bawah rejim Clemenceau mengatakan, “Adalah hak dan tugas saya sebagai

seorang sosialis untuk membela negeri saya bila negeri saya diserang oleh

musuh”, dia berargumen bukan seperti seperti seorang sosialis, bukan seperti

seorang internasionalis, bukan seperti seorang proletar revolusioner, tetapi

seperti seorang nasionalis borjuis-kecil. Karena argumen ini mengabaikan

perjuangan kelas revolusioner antara buruh dan kapital. Argumen ini

mengabaikan pengkajian perang ini secara keseluruhan dari sudut pandang

5 Leo Tolstoy (1828-1910) adalah seorang novelis Rusia terkemuka yang terkenal

dengan novelnya “Anna Karenina” dan “Perang dan Perdamaian”. Dia adalah seorang Kristen anarkis dan anarko-pasifis, dan pendukung gagasan perjuangan damai tanpa kekerasan.

76

kaum borjuasi dunia dan kaum proletariat dunia, yakni argumen ini

mengabaikan internasionalisme. Yang ada hanyalah nasionalisme yang

buruk dan sempit. Negeri saya sedang diserang, dan saya hanya peduli ini –

inilah argumennya, dan inilah nasionalisme borjuis-kecil yang sempit. Ini

sama seperti argumen kekerasan individual, atau kekerasan terhadap seorang

individu, di mana seorang berargumen bahwa sosialisme menentang

kekerasan dan oleh karenanya saya lebih memilih menjadi seorang

pengkhianat daripada dipenjara.

Seorang Jerman, Prancis, atau Italia yang mengatakan: “Sosialisme

menentang kekerasan terhadap bangsa-bangsa, oleh karenanya saya

membela diri saya sendiri ketika negeri saya diserang”, ia mengkhianati

sosialisme dan internasionalisme, karena orang seperti ini hanya

melihat “negeri”nya sendiri, dia menaruhkaum borjuasinya “sendiri” di atas

segalanya dan tidak memikirkan mengenai relasi-relasi internasional yang

membuat perang ini sebuah perang imperialis dan bahwa kaum borjuasinya

adalah satu mata rantai di dalam rantai penjarahan imperialis.

Semua kaum filistin dan orang-orang kampung yang bodoh dan tidak

terdidik berargumen seperti para pendukung Kautsky, Longuet, Turati dkk.:

“Musuh telah menyerang negeri saya, saya hanya peduli ini.”6

Kaum sosialis, kaum proletar revolusioner, kaum internasionalis,

punya argumen yang berbeda. Dia mengatakan: “Karakter dari sebuah

perang (entah itu perang reaksioner atau perang revolusioner) tidak

ditentukan oleh siapa yang menyerang, atau di negeri mana “sang musuh”

berada; ini ditentukan oleh kelas mana yang mengobarkan perang, dan

6 Kaum sosial-sovinis (para Scheidemann, Renaudel, Henderson, Gomperses, dll.)

sama sekali menolak berbicara mengenai “Internasional” selama perang. Mereka menganggap musuh-musuh dari borjuasi “mereka” sebagai “pengkhianat” terhadap … sosialisme. Mereka mendukung kebijakan penjajahan kaum borjuasi mereka. Kaum sosial-pasifis (yakni kaum sosialis di mulut, tetapi pasifis borjuis-kecil dalam praktek) menyatakan berbagai macam sentimen “internasionalis”, protes terhadap aneksasi, dll. Tetapi dalam praktek mereka terus mendukung borjuis imperialis mereka sendiri. Perbedaan antara dua macam orang seperti ini tidaklah penting; ini seperti perbedaan antara dua kapitalis – yang satu dengan kata-kata pahit di mulutnya, yang satu lagi dengan kata-kata manis. – Lenin.

77

politik apa yang merupakan kelanjutan dari perang ini. Bila perang ini

adalah sebuah perang imperialis yang reaksioner, yakni perang ini

dikobarkan oleh dua kelompok borjuis imperialis dunia, yang rakus,

predatoris, dan reaksioner, maka setiap kaum borjuasi (bahkan negeri yang

terkecil pun) menjadi partisipan dari penjarahan ini. Tugas saya sebagai

perwakilan dari proletariat revolusioner adalah untuk menyiapkan revolusi

proletar dunia sebagai satu-satunyajalan keluar dari kengerian pembantaian

global. Saya harus berargumen, bukan dari sudut pandang negeri ‘saya’

(karena argumen ini adalah argumen dari seorang nasionalis borjuis-kecil

yang menyedihkan dan bodoh, yang tidak menyadari bahwa dia tidak

ubahnya mainan di tangan kaum borjuasi imperialis), tetapi dari sudut

pandang peran saya dalam persiapan, propaganda, dan dalam mempercepat

revolusi proletariat dunia.”

Inilah internasionalisme, dan inilah tugas dari kaum internasionalis,

kaum buruh revolusioner, dan kaum sosialis yang sejati. Inilah ABC yang

telah “dilupakan” oleh Kautsky sang pengkhianat. Dan pengkhianatannya

menjadi semakin jelas saat dia bergerak dari mendukung taktik-taktik kaum

nasionalis borjuis-kecil (kaum Menshevik di Rusia, pendukung Longuet di

Prancis, pendukung Turati di Italia, dan Haase dkk. di Jerman) ke mengkritik

taktik-taktik Bolshevik. Ini kritiknya:

“Revolusi Bolshevik didasarkan atas asumsi bahwa revolusi ini

akan menjadi titik awal dari revolusi Eropa secara umum,

bahwa inisiatif berani dari Rusia akan mendorong kaum

proletariat Eropa untuk bangkit.

“Asumsi ini tidak mengindahkan apa bentuk perjanjian perdamaian

yang akan ditandatangani oleh Rusia, apa kesukaran dan kehilangan daerah

(secara harfiah, mutilasi, Verstümmelungen) yang harus dihadapi oleh rakyat

Rusia, dan apa penafsiran hak penentuan nasib bangsa yang akan

diberikannya. Ini juga tidak mengindahkan apakah Rusia dapat atau tidak

dapat mempertahankan dirinya. Menurut cara pandang ini, revolusi Eropa

adalah pertahanan terbaik untuk revolusi Rusia, dan akan membawa hak

78

penentuan nasib sendiri yang sempurna dan sejati bagi seluruh rakyat yang

tinggal di Rusia.

“Sebuah revolusi di Eropa, yang akan mendirikan dan

mengonsolidasikan sosialisme di sana, juga akan menyingkirkan rintangan-

rintangan yang muncul di Rusia dalam memperkenalkan sistem produksi

sosialis karena keterbelakangan ekonomi dari negeri ini.

“Semua ini sangatlah logis dan sangatlah berlandasan kuat – hanya

bila asumsi utamanya benar, yakni bahwa revolusi Rusia akan memercikkan

revolusi Eropa. Tetapi, bagaimana kalau ini salah?

“Sampai sekarang asumsi ini belumlah terbukti. Dan kaum proletar

Eropa sekarang dituduh telah mencampakkan dan mengkhianati revolusi

Rusia. Ini adalah tuduhan yang dilemparkan ke orang-orang yang tidak

diketahui namanya, karena siapa yang harus bertanggung jawab atas perilaku

dan tindakan kaum proletariat Eropa?” (hal. 28)

Dan Kautsky lalu menjelaskan panjang lebar bahwa Marx, Engels dan

Bebel telah lebih dari sekali keliru mengenai tibanya revolusi yang

sebelumnya mereka antisipasi, tetapi mereka tidak pernah mendasarkan

taktik-taktik mereka pada pengharapan akan revolusi pada “tanggal tertentu”

(hal. 29), sementara, katanya, kaum Bolshevik “mempertaruhkan segalanya

pada satu kartu, pada revolusi Eropa”.

Kami sengaja mengutip baris-baris yang panjang ini untuk

menunjukkan kepada para pembaca kami “talenta” Kautsky dalam

memalsukan Marxisme, di mana dia menggantikan Marxisme dengan cara

pandang filistinnya yang reaksioner dan dangkal.

Pertama, Kautsky melekatkan pada kaum Bolshevik sebuah gagasan

yang jelas-jelas bodoh, dan lalu mengecam gagasan tersebut. Ini adalah

taktik yang digunakan oleh orang yang tidak terlalu cerdas. Bila kaum

Bolshevik mendasarkan taktik mereka pada harapan terjadinya revolusi di

negeri-negeri lain pada tanggal tertentu, ini sungguh adalah kebodohan.

Tetapi Partai Bolshevik tidak pernah bersalah atas kebodohan seperti itu. Di

79

surat saya kepada kaum buruh Amerika (20 Agustus, 1918), saya dengan

jelas menyangkal gagasan bodoh ini, dengan mengatakan bahwa kita

bergantung pada revolusi Amerika, tetapi bukan pada tanggal tertentu. Saya

menulis panjang lebar mengenai gagasan ini lebih dari sekali di dalam

polemik saya dengan kaum Sosialis-Revolusioner Kiri dan kaum “Komunis

Kiri” (Januari-Maret 1918). Kautsky telah melakukan pemalsuan yang

sangat cerdik dalam melakukan kritiknya terhadap Bolshevisme. Kautsky

telah mencampur aduk taktik yang berdasarkan pengharapan akan revolusi

Eropa di masa depan yang kurang lebih dekat, tetapi bukan pada tanggal

tertentu, dengan taktik yang berdasarkan pengharapan akan revolusi Eropa

pada tanggal tertentu. Sungguh sebuah pemalsuan yang sangat cerdik!

Taktik yang belakangan [berdasarkan pengharapan akan revolusi pada

tanggal tertentu – Ed.] sangatlah bodoh. Taktik yang pertama [berdasarkan

pengharapan akan revolusi Eropa di masa depan yang kurang lebih dekat –

Ed.] adalah taktik yang wajib bagi seorang Marxis, bagi setiap proletar

revolusioner dan internasionalis. Ini adalah taktik yang wajib karena taktik

ini mempertimbangkan secara Marxis situasi objektif yang menyebabkan

perang ini di seluruh Eropa, dan taktik ini sesuai dengan tugas internasional

kaum proletariat.

Kautsky menggantikan masalah fondasi taktik revolusioner secara

umum dengan masalah remeh temeh mengenai kekeliruan kaum Bolshevik.

Dengan ini, dia telah dengan sangat cerdik menolak semua taktik

revolusioner.

Seorang pengkhianat dalam politik, Kautsky bahkan tidak mampu

secara teoritis mengedepankan pertanyaan mengenai syarat-syarat objektif

taktik revolusioner.

Dan ini membawa kita ke poin kedua.

Kedua, adalah kewajiban bagi seorang Marxis untuk berharap pada

revolusi Eropa bila ada situasi revolusioner. Adalah ABC Marxisme bahwa

80

taktik proletariat sosialis tidak bisa sama ketika ada situasi revolusioner dan

ketika tidak ada situasi revolusioner.

Bila Kautsky mengedepankan pertanyaan ini, yang wajib bagi seorang

Marxis, maka dia akan menemukan bahwa jawabannya sungguh

bertentangan dengan dia. Jauh sebelum perang, semua kaum Marxis dan

semua kaum sosialis setuju bahwa sebuah peperangan Eropa akan

menciptakan sebuah situasi revolusioner. Kautsky sendiri, sebelum dia

menjadi seorang pengkhianat, jelas-jelas dan dengan tegas mengakui ini –

pada 1902 (di karyanya “Social Revolution”) dan pada 1909 (di karyanya

“Road to Power”). Ini juga diakui atas nama seluruh Internasional Kedua di

dalam Manifesto Basel. Tidak mengherankan kalau para sosial-sovinis dan

pendukung Kautsky (kaum “Sentris”, yakni mereka yang terombang-ambing

antara revolusi dan oportunisme) dari semua negeri menghindari deklarasi

Manifesto Basel seperti wabah!

Jadi, harapan atas berkembangnya situasi revolusioner di Eropa

bukanlah harapan hanya dari kaum Bolshevik, tetapi ini adalah pendapat

umum dari semua Marxis. Ketika Kautsky mencoba lari dari kebenaran yang

tak terbantahkan ini dengan menggunakan kalimat-kalimat seperti kaum

Bolshevik “selalu percaya akan kemahakuasaan dari kekerasan dan

kehendak”, dia sebenarnya menggunakan frase kosong yang berisik

untuk menutup-nutupi pengelakannya, yakni pengelakan yang memalukan,

dari pertanyaan mengenai situasi revolusioner.

Apakah situasi revolusioner telah datang atau belum? Kautsky tidak

mampu mengedepankan pertanyaan ini. Fakta-fakta ekonomi telah

memberikan jawabannya: bencana kelaparan dan kehancuran yang

diciptakan di mana-mana oleh perang berarti ada situasi revolusioner. Fakta-

fakta politik juga menyediakan jawaban: semenjak 1915 sebuah proses

perpecahan telah terjadi di semua negeri di dalam partai-partai sosialis lama

yang telah membusuk, sebuah proses di mana massa proletariat bergeser ke

kiri menjauhi para pemimpin sosial-sovinis, bergerak menuju gagasan-

gagasan revolusioner dan pemimpin-pemimpin revolusioner.

81

Hanya orang yang membenci revolusi dan mengkhianatinya dapat

gagal untuk melihat fakta-fakta pada tanggal 5 Agustus 1918, ketika Kautsky

sedang menulis pamflet ini. Dan sekarang, pada akhir Oktober 1918,

revolusi sedang berkembang di sejumlah negeri-negeri Eropa, dan

berkembang di depan mata semua orang dan dengan sangat cepat. Kautsky

“sang revolusioner”, yang masih ingin dianggap sebagai seorang Marxis,

telah membuktikan dirinya sebagai seorang filistin yang rabun jauh, yang,

seperti para filistin yang diolok-olok Marx pada 1847, tidak mampu melihat

revolusi yang sedang datang!

Sekarang ke poin ketiga.

Ketika, apa yang harus menjadi fitur-fitur spesifik dari taktik

revolusioner ketika ada situasi revolusioner di Eropa? Setelah menjadi

seorang pengkhianat, Kautsky tidak berani mengajukan pertanyaan ini, yang

wajib diajukan oleh seorang Marxis. Kautsky berargumen seperti seorang

borjuis kecil yang tipikal, seorang filistin, atau seperti seorang petani yang

tak berpendidikan: apakah “Revolusi Eropa secara umum” telah dimulai atau

belum? Bila sudah, maka dia juga siap menjadi seorang revolusioner!

Tetapi, kalau demikian maka setiap bajingan (seperti para bajingan yang

sekarang kadang-kadang menempelkan diri mereka ke kaum Bolshevik yang

telah menang) akan menyatakan dirinya sebagai seorang revolusioner!

Bila revolusi Eropa belum dimulai, maka Kautsky akan memalingkan

punggungnya ke revolusi! Kautsky tidak punya secuil pun pemahaman

bahwa seorang Marxis revolusioner membedakan dirinya dari kaum filistin

dan borjuis kecil dari kemampuannya untuk menyampaikan kepada massa

yang tak-terdidik bahwa revolusi yang menjadi matang adalah hal yang

diperlukan, untuk membuktikan bahwa ini adalah hal yang tak-terelakkan,

untuk menjelaskan keuntungannya bagi rakyat, dan untuk mempersiapkan

kaum proletariat dan semua rakyat pekerja dan tertindas untuk situasi ini.

Kautsky mengatakan bahwa kaum Bolshevik konyol karena mereka

mempertaruhkan segalanya pada satu kartu, yakni pada Revolusi Eropa yang

akan bergulir pada tanggal tertentu. Kekonyolan ini telah berbalik

82

menyerang Kautsky, karena kesimpulan logis dari argumennya adalah

bahwa taktik kaum Bolshevik hanya akan benar kalau revolusi Eropa terjadi

pada 5 Agustus 1918! Inilah tanggal yang disebutkan oleh Kautsky ketika

dia menulis pamfletnya. Dan ketika, beberapa minggu setelah 5 Agustus ini,

telah menjadi jelas kalau revolusi sedang tiba di sejumlah negeri-negeri

Eropa, seluruh pengkhianatan Kautsky, seluruh pemalsuannya terhadap

Marxisme, dan ketidakmampuannya untuk bernalar atau bahkan mengajukan

pertanyaan secara revolusioner, telah terungkap dengan sangat jelas!

Ketika kaum proletar Eropa dituduh berkhianat, Kautsky menulis

bahwa tuduhan ini dilemparkan ke orang-orang tidak bernama.

Kau keliru, Tn. Kautsky! Bercerminlah dan kau akan melihat “orang-

orang tidak bernama” tersebut. Kautsky pura-pura naif dan tidak paham

siapa yang melemparkan tuduhan tersebut, dan apa arti tuduhan tersebut.

Namun pada kenyataan, Kautsky tahu dengan sangat jelas bahwa tuduhan

tersebut dilemparkan oleh kaum “Kiri” Jerman, oleh kaum Spartakus (Partai

Komunis Jerman – Ed.), oleh Liebknecht7 dan kawan-kawannya. Tuduhan

ini mengekspresikan pemahaman jelas akan kenyataan bahwa kaum

proletariat Jerman telah mengkhianati revolusi Rusia (dan dunia) ketika ia

mencekik Finlandia, Ukraina, Latvia dan Estonia. Tuduhan ini terutama

dilemparkan, bukan kepada massa yang selalu tertindas, tetapi kepada para

pemimpin, seperti para Scheidemann dan Kautsky, yang gagaldalam tugas

mereka untuk melakukan agitasi revolusioner, propaganda revolusioner,

kerja revolusioner di antara massa untuk menggerakkan mereka. Para

pemimpin ini pada kenyataannya bekerja melawan insting dan aspirasi

revolusioner yang selalu bersinar di dalam benak massa kelas tertindas. Para

Scheidemann secara terbuka, vulgar, sinis, dan kebanyakan demi

kepentingan pribadi mereka mengkhianati kaum proletariat dan membelot ke

sisi borjuasi. Kautsky dan para pendukung Longuet melakukan hal yang

7 Karl Liebknecht (1871-1919) adalah pemimpin Marxis Jerman dan salah satu

pendiri Partai Komunis Jerman. Dia adalah rekan dekat Rosa Luxemburg yang setia melawan revisionisme dan reformisme di dalam gerakan buruh Jerman. Bersama dengan Rosa, dia diculik pada tanggal 15 Januari 1919 dan dibunuh dengan kejam oleh kekuatan reaksi di Jerman yang dibantu oleh para pemimpin sosial demokrasi Jerman.

83

sama, hanya saja dengan ragu-ragu dan tersendat-sendat, dan seperti

pengecut selalu melirik ke pihak yang lebih kuat pada saat itu. Di semua

tulisan-tulisannya selama perang Kautsky mencoba memadamkan semangat

revolusioner, dan bukannya mengembangkannya dan membuatnya lebih

besar.

Kautsky bahkan tidak memahami signifikansi teoritis, dan signifikansi

agitasi dan propaganda yang bahkan lebih besar, dari “tuduhan” bahwa kaum

proletariat Eropa telah mengkhianati revolusi Rusia. Ini adalah monumen

historis dari kebodohan filistin dari para pemimpin resmi Sosial-Demokrasi!

Kautsky tidak paham bahwa karena sensor di bawah rejim “Reich” Jerman

“tuduhan” ini mungkin adalah satu-satunya bentuk di mana kaum sosialis

Jerman yang belum berkhianat – yakni Liebknecht dan kawan-kawannya –

dapat menyatakan seruan mereka kepada para buruh Jerman untuk

menumbangkan para Scheidemann dan Kautsky, untuk menyingkirkan “para

pemimpin” ini, untuk membebaskan diri mereka dari propaganda yang

membodohi mereka, untuk bangkit memberontak tanpa “para pemimpin”

ini, dan bergerak melangkahi mereka untuk menuju revolusi!

Kautsky tidak memahami ini. Dan bagaimana mungkin dia bisa

memahami taktik kaum Bolshevik? Dapatkah seseorang yang telah

menyangkal revolusi secara umum diharapkan untuk mengkaji dan

mempertimbangkan kondisi-kondisi perkembangan revolusi di salah satu

kasus yang paling “sulit”?

Taktik-taktik kaum Bolshevik adalah taktik-taktik yang tepat; mereka

adalah satu-satunya taktik internasionalis, karena mereka bukan didasarkan

atas ketakutan terhadap revolusi dunia, bukan didasarkan atas

“ketidakpercayaan” filistin terhadap revolusi dunia, bukan didasarkan atas

keinginan nasionalis yang sempit untuk membela “tanah air” diri sendiri

(tanah air kaum borjuasi mereka sendiri), sementara tidak “peduli sama

sekali” pada hal-hal lain. Namun taktik-taktik Bolshevik berdasarkan

estimasi yang tepat mengenai situasi revolusioner di Eropa (sebelum perang

dan sebelum pengkhianatan kaum sosial-sovinis dan sosial-pasifis, estimasi

ini diterima oleh semua pihak). Taktik-taktik Bolshevik adalah satu-satunya

84

taktik internasionalis, karena mereka melakukan segala hal yang

memungkinkan di satu negeri demi perkembangan dan kebangkitan revolusi

di negeri-negeri lain. Taktik-taktik ini telah dibenarkan oleh keberhasilan

mereka yang besar, karena Bolshevisme (bukan karena jasa kaum Bolshevik

Rusia saja, tetapi karena simpati mendalam dari rakyat di mana-mana atas

taktik-taktik yang revolusioner dalam praktek) telah menjadi

Bolshevisme dunia, telah menghasilkan sebuah gagasan, sebuah teori,

sebuah program dan taktik-taktik yang berbeda secara konkret dan praktek

dari sosial-sovinisme dan sosial-pasifisme. Bolshevisme telah

meluluhlantakkan Internasional lama dan busuk dari para Scheidemann dan

Kautsky, Renaudel dan Longuet, Henderson dan MacDonalds, yang dari

sekarang akan saling menyerang, bermimpi mengenai “persatuan” dan

mencoba untuk membangkitkan kembali sebuah mayat. Bolshevisme telah

menciptakan fondasi ideologi dan taktik dari Internasional Ketiga, dari

sebuah Internasional yang sungguh-sungguh proletariat dan Komunis, yang

akan mempertimbangkan pencapaian-pencapaian dari masa damai serta

pengalaman dari masa revolusi, yang telah dimulai.

Bolshevisme telah mempopulerkan gagasan “kediktatoran proletariat”

ke seluruh penjuru dunia, telah menerjemahkan kata-kata ini dari Latin,

pertama ke bahasa Rusia dan lalu ke semua bahasa di dunia, dan telah

menunjukkan dengan contoh pemerintahan Soviet bahwa kaum buruh dan

tani miskin, bahkan yang dari negeri terbelakang, bahkan yang punya

pengalaman, pendidikan dan kebiasaan berorganisasi yang paling

sedikit, telah mampu dalam satu tahun ini, di tengah kesulitan yang besar

dan di tengah perjuangan melawan para penindas (yang didukung oleh kaum

borjuasi dari seluruh dunia), mempertahankan kekuasaan rakyat pekerja,

menciptakan demokrasi yang jauh lebih tinggi dan luas daripada semua

demokrasi yang terdahulu di dunia, dan memulai kerja kreatif dari puluhan

juta buruh dan tani untuk membangun sosialisme secara praktikal.

Bolshevisme telah membantu mengembangkan revolusi proletariat di

Eropa dan Amerika dengan lebih baik daripada partai manapun. Kaum buruh

di seluruh dunia semakin hari menjadi semakin sadar bahwa taktik para

85

Scheidemann dan Kautsky belumlah membebaskan mereka dari perang

imperialis dan perbudakan-upah, dan bahwa taktik ini tidak dapat menjadi

model untuk semua negeri. Dan massa buruh di semua negeri semakin

menyadari bahwa Bolshevisme telah menunjukkan jalan keluar dari

kengerian perang dan imperialisme, dan bahwa Bolshevisme dapat menjadi

model taktik untuk semua negeri.

Tidak hanya Revolusi Eropa, tetapi revolusi proletariat sedunia sedang

menjadi semakin matang di depan mata semua orang, dan ini telah dibantu,

dipercepat, dan didukung oleh kemenangan kaum proletariat di Rusia.

Semua ini tidak cukup untuk kemenangan mutlak sosialisme, katamu? Tentu

saja ini tidak cukup. Satu negeri saja tidak akan bisa. Tetapi satu negeri ini,

karena terbentuknya pemerintahan Soviet, telah melakukan begitu banyak

hal, sehingga kalau pemerintahan Soviet di Rusia diremukkan oleh

imperialisme dunia esok harinya, katakanlah karena perjanjian antara

imperialisme Jerman dan Anglo-Prancis – bahkan dalam skenario yang

paling buruk ini – taktik-taktik Bolshevik masih akan sangat berguna bagi

sosialisme dan membantu perkembangan revolusi dunia.

86

Kepatuhan pada Borjuasi dengan Kedok “Analisis Ekonomi”

Seperti yang telah dikatakan, bila judul buku Kautsky sungguh-

sungguh mencerminkan isinya, seharusnya buku tersebut diberi judul, bukan

“Kediktatoran Proletariat”, tetapi “Pengulangan Kembali Serangan Borjuasi

terhadap Bolshevik”.

“Teori-teori” Menshevik yang lama mengenai karakter borjuis dari

revolusi Rusia, yakni distorsi terhadap Marxisme yang dilakukan oleh kaum

Menshevik (yangditolak oleh Kautsky pada 1905!), sekarang diulang

kembali oleh sang teoretikus kita. Kita harus menjawab masalah ini,

walaupun ini akan begitu membosankan bagi kaum Marxis Rusia.

Revolusi Rusia adalah revolusi borjuis. Ini yang dikatakan oleh semua

kaum Marxis Rusia sebelum 1905. Kaum Menshevik, yang menggantikan

Marxisme dengan liberalisme, menarik kesimpulan berikut: oleh karenanya

kelas proletariat tidak boleh bergerak melebihi apa yang dapat diterima oleh

kelas borjuasi dan harus melaksanakan kebijakan kompromi dengan mereka.

Kaum Bolshevik mengatakan bahwa ini adalah teori borjuis-liberal. Kaum

borjuasi sedang mencoba melakukan reforma terhadap pemerintahan di atas

garis borjuis dan reformis, bukan di atas garis revolusioner. Pada saat yang

sama mereka ingin mempertahankan sebisa mungkin sistem monarki, sistem

feodal, dsb. Kaum proletariat harus melaksanakan revolusi borjuis

demokratik sampai ke garis akhir, dan tidak boleh membiarkan dirinya

“terikat” oleh reformisme borjuasi. Kaum Bolshevik merumuskan

perimbangan kekuatan-kekuatan kelas di dalam revolusi borjuis ini sebagai

berikut: kaum proletar, memenangkan kaum tani ke sisinya, akan

menetralisir kaum borjuasi dan sepenuhnya menghancurkan sistem monarki,

medievalisme, dan sistem feodal.

Aliansi antara kaum proletar dan tani ini secara umum

mengungkapkan karakter borjuis dari revolusi Rusia, karena kaum tani

secara umum adalah produsen kecil yang eksis di atas basis produksi

komoditas. Terlebih lagi, kaum Bolshevik kemudian menambahkan,

proletariat akan memenangkan seluruh elemen semi-proletariat (semua

87

rakyat pekerja dan tertindas), akan menetralisir kaum tani menengah

dan menumbangkan kaum borjuasi; ini akan menjadi revolusi sosialis, yang

berbeda dari revolusi borjuis demokratik. (Baca pamflet saya, “Dua Taktik”,

yang diterbitkan pada 1905 dan dicetak ulang di “Dua Belas Tahun”, St.

Petersburg, 1907)

Kautsky terlibat secara tidak langsung dalam polemik ini pada 1905,

ketika dia menjawab sebuah pertanyaan dari Plekhanov, yang saat itu sudah

menjadi Menshevik, dan dia mengeluarkan sebuah opini yang menentang

Plekhanov. Karena opini Kautsky ini, pers Bolshevik mencibir Plekhanov

pada saat itu. Tetapi sekarang Kautsky tidak mengucapkan satu kata pun

mengenai polemik pada saat itu (karena dia takut terekspos oleh

pernyataannya sendiri!), dan oleh karenanya dia membuat mustahil bagi para

pembaca Jerman untuk memahami inti dari permasalahan ini. Tn. Kautsky

tidak dapat mengatakan kepada para buruh Jerman pada tahun 1918 kalau 13

tahun yang lalu dia mendukung aliansi buruh dengan kaum tani, dan bukan

dengan kaum borjuis liberal, dan apa syarat-syarat untuk aliansi ini, dan apa

program yang dia rumuskan untuk aliansi ini.

Menjilat ludahnya sendiri, Kautsky, di bawah kedok “analisa

ekonomi” dan berbicara dengan bangga mengenai “materialisme historis”,

sekarang menyerukan agar kaum buruh tunduk pada kaum borjuasi. Dengan

bantuan kutipan-kutipan dari Maslov, seorang Menshevik, dia memuntahkan

kembali pandangan-pandangan liberal lama dari kaum Menshevik. Kutipan-

kutipan digunakan untuk membuktikan gagasan baru mengenai

keterbelakangan Rusia. Tetapi deduksi yang ditarik dari gagasan baru ini

adalah deduksi tua, yakni bahwa di dalam sebuah revolusi borjuis kita tidak

boleh bergerak melampaui kaum borjuasi! Dan ini setelah semua yang

dikatakan oleh Marx dan Engels ketika membandingkan revolusi borjuis

1789-93 di Jerman dengan revolusi borjuis 1848 di Jerman!

Sebelum kita bergerak ke “argumen” utama dan isi utama dari

“analisa ekonomi”nya Kautsky, mari kita periksa baris-baris awal Kautsky

yang mengungkapkan kebingungan dan kedangkalan dalam berpikir.

88

Sang “teoretikus” kita menulis, “Pertanian, dan terutama pertanian

kecil, sampai hari ini merepresentasikan fondasi ekonomi Rusia. Sekitar

empat-per-lima, mungkin bahkan lima-per-enam, dari populasi Rusia hidup

dengan bertani” (hal. 45). Pertama-tama, pernahkah kamu pertimbangkan

berapa banyak penindas di antara massa produsen kecil ini? Tentunya tidak

lebih dari satu-per-sepuluh, dan di kota-kota bahkan lebih kecil, karena

produksi skala-besar lebih berkembang di sana. Bahkan kalau kita

mengambil estimasi tinggi, dan berasumsi bahwa satu-per-lima dari

produsen kecil adalah penindas yang tidak punya hak suara. Bahkan dengan

estimasi ini 66% suara yang diraih oleh Bolshevik pada Kongres Kelima

Soviet mewakili mayoritas populasi. Selain itu, cukup banyak kaum

Sosialis-Revolusioner Kiri yang mendukung kekuasaan Soviet – secara

prinsipil semua kaum Sosialis-Revolusioner Kiri mendukung kekuasaan

Soviet, dan ketika satu seksi dari Sosialis-Revolusioner Kiri, pada Juli 1918,

melakukan pemberontakan avonturis, dua partai yang baru pecah dari partai

lama ini: “Komunis Narodnik” dan “Komunis Revolusioner”1. (Dari para

1 Dua partai yang baru – Komunis Narodnik dan Komunis Revolusioner – pecah dari

Partai Sosialis Revolusioner Kiri setelah pembunuhan yang dilakukan oleh sejumlah anggota Sosialis-Revolusioner Kiri terhadap duta besar Jerman, Count Mirbach, dan pemberontakan mereka pada 6-7 Juli 1918.

Partai Komunis Narodnik mengutuk aktivis anti-Soviet yang dilakukan oleh Sosialis-Revolusioner Kiri dan membentuk partai mereka sendiri, yang dideklarasikan pada sebuah konferensi pada September 1918. Program mereka, yang berjudul “Manifesto”, diterbitkan di koran Znamya Trudovoi Kommuny (Panji Komune Buruh) pada 21 Agustus. Mereka setuju dengan kebijakan Bolshevik untuk beraliansi dengan petani menengah. Banyak dari anggota Komunis Narodnik menjabat sebagai anggota badan-badan Soviet dan beberapa dari mereka, misalnya G.D. Zaks, duduk di Komite Eksekutif Pusat Seluruh Rusia. Pada 6 November 1918, di kongres luar biasa mereka, partai ini memutuskan untuk melebur dengan Partai Komunis Rusia (Bolshevik).

Partai Komunis Revolusioner dideklarasikan di kongres para pendukung koran Volya Truda (Kebebasan Buruh), yang diadakan di Moskow, 25-30 September 1918. Edisi pertama koran ini terbit pada 14 September, dan mengeluarkan pernyataan mengutuk tindakan-tindakan teroris yang dilakukan oleh kaum Sosialis-Revolusioner Kiri dan usaha mereka untuk menyabotase Perjanjian Damai Brest-Litovsk. Kongres Pendirian Partai menyatakan kerja samanya dengan kekuasaan Soviet. Program partai ini sangatlah penuh kontradiksi. Sementara mengakui bahwa Soviet menciptakan syarat-syarat untuk terbentuknya sosialisme, partai ini menyangkal perlunya kediktatoran proletariat selama transisi dari kapitalisme ke sosialisme. Setelah Kongres Kedua Komunis Internasional mengeluarkan keputusan bahwa hanya boleh ada satu Partai Komunis di setiap negeri, Partai Komunis Revolusioner memutuskan pada September 1920 untuk berafiliasi dengan Partai Komunis Rusia

89

pemimpin terkemuka Sosialis-Revolusioner Kiri yang telah ditunjuk untuk

posisi penting di dalam pemerintahan oleh partai SR Kiri, Zax adalah

anggota partai Komunis Narodnik, dan Kolegayev anggota partai Komunis

Revolusioner). Jadi, Kautsky sendiri secara tidak sengaja telah membantah

dongeng konyol bahwa kaum Bolshevik hanya mendapatkan dukungan dari

minoritas rakyat.

Kedua, sang teoretikus saya yang terhormat, pernahkah kau

pertimbangkan kenyataan bahwa kaum tani kecil niscaya terombang-ambing

antara kaum proletar dan kaum borjuasi? Kebenaran Marxis ini, yang telah

dikonfirmasikan oleh keseluruhan sejarah modern Eropa, dengan nyaman

“dilupakan” oleh Kautsky, karena kebenaran ini menghancurkan “teori”

Menshevik yang terus dia ulang-ulang! Bila Kautsky tidak “melupakan”

kebenaran ini, dia tidak akan menyangkal perlunya kediktatoran proletariat

di sebuah negeri di mana kaum tani kecil jumlahnya lebih banyak.

Mari kita periksa “analisa ekonomi” dari sang teoretikus kita.

Kekuasaan Soviet adalah sebuah kediktatoran, dan ini tidak bisa

diperdebatkan, kata Kautsky. “Tetapi apakah kediktatoran ini adalah

kediktatoran proletariat?” (hal. 34)

“Menurut Konstitusi Soviet, kaum tani membentuk mayoritas populasi

dan memiliki hak untuk berpartisipasi dalam parlemen dan administrasi

pemerintah. Apa yang disajikan di depan kita sebagai kediktatoran

proletariat ternyata – bila dijalankan dengan konsisten, dan bila, berbicara

secara umum, sebuah kelas dapat secara langsung mengimplementasikan

kediktatoran, yang pada kenyataannya hanya dapat diimplementasikan oleh

sebuah partai – hanyalah kediktatoran kaum tani.” (hal. 35)

Merasa bangga karena argumennya yang begitu dalam dan pintar,

Kautsky mencoba untuk membuat lelucon dan mengatakan: “Tampaknya

(Bolshevik). Pada bulan Oktober tahun yang sama, Komite Pusat Partai Komunis Rusia (Bolshevik) mengizinkan organisasi-organisasi partai untuk menerima para mantan anggota Partai Komunis Revolusioner.

90

pencapaian yang paling mudah dari sosialisme akan paling terjamin kalau ini

diletakkan di tangan kaum tani.” (hal. 35)

Dengan sangat terperinci, dan mengutip sejumlah kutipan yang sangat

pintar dari Maslov yang semi-liberal, teoretikus kita mencoba membuktikan

sebuah gagasan baru bahwa kaum tani tertarik pada harga gandum yang

tinggi, upah rendah untuk kaum pekerja kota, dsb., dsb. Semakin Kautsky

mengulang-ulang gagasan-gagasan baru ini, semakin sedikit perhatian yang

dia berikan pada situasi-situasi baru yang muncul setelah peperangan.

Contohnya, kaum tani tidak menginginkan uang untuk gandum mereka,

tetapi mereka menginginkan komoditas, dan bahwa kaum tani tidak punya

cukup alat-alat pertanian, yang tidak dapat mereka peroleh dengan cukup

biarpun mereka punya uang. Kita akan kembali lagi ke topik ini.

Oleh karenanya, Kautsky menuduh partai Bolshevik, partainya kaum

proletariat, telah menyerahkan kediktatoran dan tugas untuk mencapai

sosialisme ke kaum tani borjuis-kecil. Baik sekali, Tn. Kautsky! Tetapi,

menurut pendapatmu yang mencerahkan, apa seharusnya sikap partai

proletariat terhadap kaum tani borjuis-kecil?

Teoretikus kita lebih memilih untuk diam seribu bahasa dalam hal ini,

karena ada pepatah yang mengatakan: “Bicara itu perak, diam itu emas.”

Tetapi dia mengekspos dirinya dengan argumen berikut ini:

“Pada masa awal Republik Soviet, soviet-soviet tani adalah

organisasi kaum tani secara umum. Sekarang Republik ini memproklamirkan

bahwa Soviet-soviet adalah organisasi proletariat dan kaum tani miskin.

Kaum tani yang kaya dirampas hak suaranya di dalam pemilu Soviet-soviet.

Kaum tani miskin diakui sebagai produk permanen dan massa dari reforma

agraria sosialis di bawah ‘kediktatoran proletariat’.” (hal. 48)

Sungguh sebuah ironi yang menakjubkan! Ironi yang hanya dapat

didengar dari kaum borjuasi. Mereka semua mencemooh dan mengejek

Republik Soviet yang secara terbuka mengakui keberadaan kaum tani

miskin. Mereka mencibir sosialisme. Ini hak mereka. Tetapi seorang

91

“sosialis” yang mencemooh kenyataan bahwa setelah empat tahun

peperangan yang paling menghancurkan masih ada (dan masih akan ada

untuk waktu yang lama) kaum tani miskin di Rusia – seorang “sosialis”

macam ini hanya dapat lahir dari pengkhianatan yang sepenuhnya.

Dan lagi:

“... Republik Soviet mengganggu relasi-relasi antara kaum tani

kaya dan miskin, tetapi tidak dengan mendistribusi ulang tanah.

Untuk mengatasi kekurangan roti di kota-kota, detasemen-

detasemen buruh bersenjata dikirim ke pedesaan untuk

merampas stok-stok surplus gandum milik kaum tani kaya.

Sebagian dari stok tersebut diberikan kepada penduduk kota,

sebagai lagi kepada kaum tani yang lebih miskin.” (hal. 48)

Tentu saja, Kautsky sang sosialis dan sang Marxis sangatlah geram

ketika kebijakan seperti ini diperluas melampaui batas-batas kota-kota besar

(dan kita telah memperluasnya ke seluruh negeri). Dengan nada yang sangat

dingin (atau keras kepala), Kautsky sang sosialis dan sang Marxis

berceramah: \

“Ini [penyitaan terhadap kaum tani kaya] memperkenalkan

elemen ketidakstabilan dan perang sipil yang baru ke dalam

proses produksi” ... (perang sipil diperkenalkan ke dalam

“proses produksi) – sungguh sesuatu yang supernatural)... “yang

sangat membutuhkan kedamaian dan keamanan untuk bisa

pulih” (hal. 49)

Ya, tentu saja, Kautsky sang Marxis dan sang sosialis menghela napas

dan meneteskan air mata untuk kedamaian dan keamanan bagi para

pengeksploitasi dan pengeruk-laba yang menimbun stok surplus mereka,

menyabotase hukum monopoli gandum, dan membuat penduduk kota

kelaparan. “Kami semua adalah kaum sosialis dan Marxis dan

internasionalis,” nyanyi para Kautsky, Heinrich Weber (Wina), Longuet

(Paris), MacDonald (London), dan yang lainnya. “Kami semua mendukung

92

revolusi kelas buruh. Hanya saja ... hanya saja kami menginginkan sebuah

revolusi yang tidak mengganggu kedamaian dan keamanan para penimbun

gandum! Dan kami menutupi penghambaan pada kapitalis ini dengan sebuah

referensi ‘Marxis’ mengenai ‘proses produksi’ ...” Bila ini adalah Marxisme,

lantas apa itu penghambaan pada borjuasi?

Mari kita periksa kesimpulan dari teoretikus kita ini. Dia menuduh

kaum Bolshevik telah menyajikan kediktatoran kaum tani sebagai

kediktatoran proletariat. Tetapi pada saat yang sama dia menuduh kami telah

memperkenalkan perang sipil ke daerah-daerah pedesaan, telah mengirim

detasemen-detasemen buruh bersenjata ke desa-desa, yang secara publik

memproklamirkan bahwa mereka sedang mengimplementasikan

“kediktatoran buruh dan tani miskin”, membantu tani miskin dan menyita

stok gandum para peraup laba dan kaum tani kaya yang mereka timbun,

yang melanggar hukum monopoli gandum.

Di satu pihak, teoretikus Marxis kita mendukung demokrasi murni,

dalam kata lain dia mendukung tunduknya kelas revolusioner, pemimpin

rakyat pekerja dan tertindas, kepada mayoritas populasi (oleh karenanya

termasuk para pengeksploitasi). Di lain pihak, sebagai sebuah argumen

untuk menentang kami, dia menjelaskan bahwa revolusi Rusia haruslah

berkarakter borjuis, karena kehidupan kaum tani secara keseluruhan adalah

berdasarkan relasi-relasi sosial borjuis – dan pada saat yang sama dia

berpura-pura menjunjung sudut pandang proletariat, kelas, dan Marxis.

Alih-alih “analisa ekonomi”, kita dapati tambal sulam yang teramat

buruk. Alih-alih Marxisme, kita dapati fragmen-fragmen doktrin liberal dan

dakwah untuk tunduk pada kaum borjuasi dan kaum kulak (tani kaya).

Masalah yang begitu membuat Kautsky kebingungan sudah dijelaskan

sepenuhnya oleh kaum Bolshevik semenjak tahun 1905. Ya, revolusi kita

adalah sebuah revolusi borjuis selama kita berbaris bersama kaum tani

secara keseluruhan. Ini sangatlah jelas bagi kami; kami telah

mengatakannya ratusan dan ribuan kali semenjak tahun 1905, dan kita tidak

pernah mencoba melompati tahapan proses sejarah yang diperlukan ini atau

93

menghapusnya dengan dekrit. Usaha Kautsky untuk “mengekspos” kami

sekarang pada akhirnya hanya mengekspos kebingungannya sendiri dan

ketakutannya untuk mengingat apa yang dia tulis pada 1905, ketika dia

belum menjadi seorang pengkhianat.

Akan tetapi, sejak April 1917, jauh sebelum Revolusi Oktober, yakni

jauh hari sebelum kami merebut kekuasaan, secara publik kami menyatakan

dan menjelaskan kepada rakyat: revolusi kita sekarang tidak bisa berhenti

pada tahapan ini, karena bangsa ini telah melangkah maju, kapitalis telah

bergerak maju, kehancuran telah mencapai dimensi yang luar biasa, yang

(suka atau tidak) menuntut langkah-langkah maju, menuju sosialisme.

Karena tidak ada jalan lain untuk maju, untuk menyelamatkan bangsa yang

porak-poranda karena perang ini dan meringankan penderitaan rakyat

pekerja dan tertindas.

Peristiwa-peristiwa telah bergulir seperti yang telah kami katakan.

Jalannya revolusi telah mengkonfirmasikan kebenaran dari nalar kami.

Pertama, dengan “seluruh” kaum tani untuk melawan monarki, tuan tanah,

dan feodalisme (dan pada tingkatan ini, revolusi masih merupakan revolusi

borjuis, borjuis-demokratik).Kemudian, dengan kaum tani miskin, dengan

kaum semi-proletar, dengan semua kaum tertindas, melawan kapitalisme,

termasuk kaum kaya di pedesaan, kulak (tani kaya), lintah darah, dan pada

tingkatan ini revolusi menjadi revolusi sosialis. Untuk mencoba membangun

sebuah Tembok Cina yang artifisial antara revolusi yang pertama dan kedua,

untuk memisahkan mereka dengan cara apapun selain tingkat kesiapan

kaum proletariat dan tingkat persatuannya dengan kaum tani miskin, ini

berarti mendistorsi Marxisme, membuatnya vulgar, menggantikannya

dengan liberalisme. Ini berarti menyeludupkan pembelaan reaksioner

terhadap borjuasi, ini berarti menentang kaum proletariat sosialis dengan

merujuk secara quasi-ilmiah pada karakter progresif kaum borjuasi

dibandingkan dengan feodalisme.

Soviet merepresentasikan bentuk dan tipe demokrasi yang jauh lebih

tinggi karena, dengan menyatukan dan menarik massa buruh dan tani ke

kehidupan politik, ia menjadi sebuah barometer pertumbuhan dan

94

perkembangan kedewasaan politik dan kelas dari rakyat yang paling sensitif,

yang paling dekat dengan “rakyat” (seperti yang dikatakan Marx pada 1871

mengenai revolusi rakyat yang sesungguhnya2). Konstitusi Soviet tidak

ditulis berdasarkan semacam “rencana”; ia tidak dirancang di ruang studi,

dan tidak disajikan kepada rakyat pekerja oleh para pengacara borjuasi.

Tidak, Konstitusi ini tumbuh di dalam alur perkembanganperjuangan

kelas seiring dengan matangnya antagonisme kelas. Kautsky sendiri

mengakui ini.

Awalnya, Soviet-soviet merangkul kaum tani secara keseluruhan.

Karena ketidakdewasaan, keterbelakangan, dan ketidaktahuan kaum tani

miskin, kepemimpinan jatuh ke tangan kaum kulak, kaum kaya, kaum

kapitalis dan intelektual borjuis-kecil. Ini adalah periode dominasi borjuis

kecil, dominasi kaum Menshevik dan kaum Sosialis-Revolusioner (hanya

orang-orang bodoh dan pengkhianat seperti Kautsky yang dapat

menganggap mereka sebagai sosialis). Kaum borjuis kecil tidak-bisa-tidak

terombang-ambing antara kediktatoran borjuasi (Kerensky, Kornilov,

Savinkov) dan kediktatoran proletariat. Karena posisi ekonomi mereka,

kaum borjuis kecil tidak mampu melakukan apapun secara independen.

Kautsky sepenuhnya menyangkal Marxisme karena ia membatasi analisanya

mengenai Revolusi Rusia pada konsep “demokrasi” yang legal dan formal,

demokrasi yang bagi kaum borjuasi adalah kedok untuk dominasi mereka

dan adalah alat untuk menipu rakyat. Kautskylupa bahwa dalam prakteknya

“demokrasi” kadang-kadang berarti kediktatoran borjuasi, dan kadang-

kadang berarti reformisme impoten dari kaum borjuis kecil yang tunduk

pada kediktatoran borjuasi. Menurut Kautsky, di sebuah negeri kapitalis ada

partai-partai borjuasi dan ada partai proletariat (kaum Bolshevik), yang

memimpin mayoritas, massa proletariat, tetapi tidak ada partai borjuis

kecil! Kaum Menshevik dan Sosialis-Revolusioner tidak punya akar kelas,

tidak punya akar borjuis-kecil!

Kaum borjuis kecil, yakni Menshevik dan Sosialis-Revolusioner,

terombang-ambing antara borjuasi dan proletar, dan ini membantu

2 Marx dan Engels, Selected Correspondence, Moskow, 1955, hal. 318

95

mencerahkan rakyat dan membuat mayoritas besar rakyat, yakni semua

“lapisan bawah”, semua kaum proletar dan semi-proletar, meninggalkan

“para pemimpin” ini. Kaum Bolshevik memenangkan mayoritas di Soviet-

soviet (di Petrograd dan Moskow pada Oktober 1917); perpecahan di antara

kaum Sosialis-Revolusioner dan Menshevik menjadi semakin dalam.

Kemenangan revolusi Bolshevik berarti berakhirnya kebimbangan,

berarti kehancuran total dari monarki dan sistem tuan tanah (yang belum

hancur sebelum Revolusi Oktober). Kami menyelesaikan revolusi borjuasi

sampai ke kesimpulannya. Kaum tani secara keseluruhan mendukung kami.

Antagonisme mereka terhadap kaum proletariat sosialis belumlah terungkap

sepenuhnya. Soviet-soviet menyatukan kaum tani secara umum. Divisi kelas

di antara kaum tani belumlah matang, dan belumlah terkuak.

Proses ini berlangsung pada musim panas dan gugur 1918.

Pemberontakan kontra-revolusioner di Ceko membangkitkan kaum kulak.

Gelombang pemberontakan kaum kulak menyapu seluruh Rusia. Kaum tani

miskin belajar, bukan dari buku-buku atau koran-koran, tetapi dari

kehidupan itu sendiri, bahwa kepentingan mereka bertentangan sepenuhnya

dengan kepentingan kaum kulak, kaum kaya, dan kaum borjuasi pedesaan.

Seperti semua partai borjuis-kecil, “Partai Sosialis-Revolusioner Kiri”

merefleksikan kebimbangan rakyat, dan pada musim panas 1918 partai ini

pecah. Satu seksi bergabung dengan kekuatan kontra-revolusi Ceko

(pemberontakan di Moskow, ketika Proshyan, setelah merebut Kantor

Telegraf selama satu jam! – menyiarkan bahwa kaum Bolshevik telah

ditumbangkan; kemudian pengkhianatan Muravyov3, Pemimpin angkatan

3 Pembelotan M.A. Muravyov, Komandan Pasukan Soviet di Front Timur,

berhubungan erat dengan pemberontakan kaum Sosialis-Revolusioner Kiri pada Juli 1918. Menurut rencana para pemberontak, Muravyov akan memberontak melawan kekuasaan Soviet dan bergabung dengan para Tentara Putih Ceko untuk menyerang Moskow. Pada 10 Juli, Muravyov tiba di Simbirsk dan menyatakan bahwa dia tidak mengakui Perjanjian Perdamaian Brest-Litovsk dan menyatakan perang terhadap Jerman. Para tentara yang terkecoh ini lalu menduduki Gedung Kantor Post, Telegraf, dan Radio, dan mengepung gedung Komite Eksekutif dan staf angkatan bersenjata Simbirsk. Muravyov mengirim pesan radio kepada Tentara Putih di antara Samara dan Vladivostok untuk mulai bergerak ke Moskow.

96

bersenjata yang sedang memerangi Ceko, dsb.), sementara seksi yang

lainnya, yang telah disebut di atas, tetap bersama Bolshevik.

Kekurangan gandum di kota-kota yang semakin parah membuat

masalah monopoli gandum semakin mendesak (ini sama sekali “dilupakan”

oleh Kautsky dalam analisa ekonominya, yang sebenarnya hanyalah

pengulangan dari tulisan-tulisan Maslov sepuluh tahun yang lalu!).

Para tuan tanah dan borjuasi yang lama, dan bahkan negeri republik-

demokratik, mengirim ke daerah-daerah pedesaan detasemen-detasemen

bersenjata yang ada di bawah komando borjuasi. Tn. Kautsky tidak

mengetahui ini! Dia tidak menganggap ini “kediktatoran borjuasi”. Ini

adalah “demokrasi murni”, terutama bila disahkan oleh parlemen borjuasi!

Kautsky juga tidak “mendengar” bahwa pada musim panas dan gugur tahun

1917, Avksentyev dan S. Maslov, bersama dengan para Kerensky, Tsereteli

dan kaum Sosialis-Revolusioner dan Menshevik lainnya, menangkap para

anggota Komite-Komite Tanah; dia tidak mengucapkan satu kata pun

mengenai ini!

Sebuah negara borjuasi yang sedang melakukan kediktatoran borjuasi

melalui sebuah republik demokratik tidak dapat mengaku kepada rakyat

bahwa ia melayani kaum borjuasi; negara ini tidak dapat mengatakan yang

sebenarnya, dan harus menjadi seorang munafik.

Tetapi negara tipe Komune Paris, yakni negara Soviet, secara terbuka

dan jujur mengatakan kebenaran kepada rakyat dan menyatakan bahwa ia

adalah kediktatoran proletariat dan tani miskin; dan dengan kebenaran ini ia

memenangkan ke sisinya jutaan dan jutaan rakyat yang tertindas di republik

Pemerintahan Soviet mengambil langkah cepat untuk mematahkan serangan

Muravyov. Kaum Komunis Simbirsk meluncurkan kerja propaganda di antara para tentara dan penduduk kota. Unit-unit tentara yang sebelumnya mendukung Muravyov sekarang mengumumkan bahwa mereka siap untuk melawannya. Pada malam 11 Juli, Muravyov dipanggil untuk menghadap Komite Eksekutif Simbirsk. Dia mengira ini adalah pernyataan menyerah dari Komite Eksekutif. Ketika pesannya untuk berhenti melawan Tentara Putih dibacakan, para Komunis menangkapnya. Muravyov melawan dan ditembak. Para pengikutnya ditangkap.

97

demokratis manapun, tetapi yang sekarang terdorong oleh Soviet ke dalam

kehidupan politik, ke dalam demokrasi, ke dalam administrasi negara.

Republik Soviet mengirim ke daerah-daerah pedesaan detasemen-detasemen

buruh bersenjata, terutama buruh yang lebih maju, dari kota-kota besar.

Buruh-buruh ini membawa sosialisme ke pedesaan, memenangkan ke sisi

mereka kaum miskin, mengorganisir mereka dan mencerahkan mereka, dan

membantu mereka melawan resistensi kaum borjuasi.

Semua yang paham akan situasi ini dan telah pergi ke daerah-daerah

pedesaan menyatakan bahwa baru sekarang, pada musim panas dan gugur

1918, daerah-daerah pedesaan ini melalui Revolusi “Oktober” (dalam kata

lain, Revolusi Proletarian). Semua mulai berubah. Gelombang

pemberontakan kulak digantikan dengan kebangkitan kaum tani miskin dan

tumbuhnya “Komite-komite Tani Miskin”. Di dalam angkatan bersenjata,

jumlah buruh-buruh yang menjadi komisar, perwira, dan komandan divisi

tentara menjadi semakin banyak. Dan ketika Kautsky yang bodoh ini, yang

merasa takut pada Krisis Juli 19184 dan ratap tangis kaum borjuasi, lalu

mengejar yang belakangan ini seperti seekor ayam, dan menulis sebuah

pamflet yang dipenuhi dengan keyakinan bahwa kaum Bolshevik tidak lama

lagi akan ditumbangkan oleh kaum tani; pada saat ketika orang bodoh ini

menganggap pembelotan kaum Sosialis-Revolusioner Kiri sebagai

“mengecilnya” (hal. 37) lingkaran orang-orang yang mendukung Bolshevik,

justru lingkaran pendukung Bolshevisme yang sesungguhnya sedang tumbuh

menjadi sangat besar, karena jutaan kaum tani miskin membebaskan diri

mereka dari dominasi dan pengaruh kaum kulak dan borjuasi di pedesaan,

dan sedang terbangunkan ke kehidupan politik yangindependen.

4 Pada Musim Panas 1918, terjadi pemberontakan-pemberontakan kaum kulak di

daerah Volga, Ural, dan Siberia, yang diorganisir oleh kaum Menshevik dan Sosialis-Revolusioner dengan bantuan intervensi asing.

98

Kita telah kehilangan ratusan kaum Sosialis-Revolusioner Kiri, para

intelektual tak-bertulang-punggung dan kaum kulak di antara petani, tetapi

kita telah meraih jutaan rakyat miskin5.

Setelah menyelesaikan revolusi borjuis-demokratik dengan beraliansi

dengan kaum tani secara keseluruhan, kaum proletariat Rusia akhirnya

bergerak ke revolusi sosialis ketika mereka berhasil memecah belah populasi

pedesaan, dengan memenangkan kaum proletariat dan semi-proletariat

pedesaan, dan dengan menyatukan mereka dalam melawan kaum kulak dan

kaum borjuasi, termasuk kaum tani borjuis.

Bila kaum proletariat Bolshevik di kota-kota besar dan pusat-pusat

industri besar belum mampu menyatukan kaum tani di sekitar mereka untuk

melawan kaum tani kaya, ini membuktikan bahwa Rusia “belum matang”

untuk revolusi sosialis. Kaum tani akan tetap menjadi satu “kesatuan penuh”,

dalam kata lain mereka akan terus berada di bawah kepemimpinan ekonomi,

politik dan moral kaum kulak, kaum kaya, dan kaum borjuasi, dan revolusi

ini tidak akan beranjak melebihi batas-batas revolusi borjuis-demokratik.

(Namun, bahkan bila demikian adanya, ini tidak membuktikan kalau kaum

proletariat seharusnya tidak merebut kekuasaan, karena hanya proletariat

sendiri yang dapat menyelesaikan revolusi borjuis-demokratik sampai ke

kesimpulannya, hanya proletariat sendiri yang telah melakukan suatu hal

yang sangat penting untuk membawa revolusi proletariat dunia semakin

dekat, dan kaum proletariat sendiri yang telah membentuk negara Soviet,

yang, setelah Komune Paris, adalah langkah kedua menuju negara sosialis.)

Di lain pihak, bila kaum proletariat mencoba sekaligus, pada Oktober-

November 1917 -- tanpa menunggu diferensiasi kelas di daerah-daerah

pedesaan, tanpapersiapan – “mendekritkan” perang sipil atau

“memperkenalkan sosialisme” ke pedesaan, dan mencoba melakukan ini

tanpa membentuk blok sementara dengan kaum tani secara umum, tanpa

5 Pada Kongres Soviet Keenam (6-9 November, 1918), ada 967 delegasi dengan hak

pilih, dan 950 di antaranya adalah kaum Bolshevik. Dan ada 351 delegasi tanpa hak pilih, dan 335 di antaranya adalah kaum Bolshevik, dalam kata lain 97 persen dari total delegasi adalah kaum Bolshevik. – Lenin.

99

membuat sejumlah konsesi kepada kaum tani menengah, dsb., ini adalah

distorsi Blanquist terhadap Marxisme. Ini adalah usaha dariminoritas untuk

memaksakan kehendaknya kepada mayoritas. Ini akan menjadi sebuah

kekonyolan teoritis, yang mengungkapkan kegagalan untuk memahami

bahwa revolusi tani secara umum masihlah merupakan revolusi borjuis,

dan tanpa serangkaian transisi, tanpa tahapan-tahapan transisional, revolusi

ini tidak dapat ditransformasikan menjadi sebuah revolusi sosialis di sebuah

negeri terbelakang.

Dalam masalah teori dan politik yang sangat penting ini, Kautsky

telah mengacaukan semuanya. Dia, dalam praktek, terbukti menjadi pelayan

kaum borjuasi, yang menentang kediktatoran proletariat.

***

Kautsky telah memperkenalkan kebingungan yang serupa, bila tidak

lebih buruk, ke dalam masalah yang sangatlah penting, yakni: apakah

aktivitas legislatifRepublik Soviet di dalam ranah reforma agraria – yakni

reforma sosialis yang paling sulit namun paling penting – berdasarkan

prinsip-prinsip yang kokoh dan dijalankan dengan baik? Kita akan sangat

berterima kasih kepada kaum Marxis Eropa Barat manapun, yang setelah

mempelajari dokumen-dokumen yang paling penting lalu memberikan

kritik terhadap kebijakan kami, karena dengan demikian dia akan sangat

membantu kami, dan akan membantu revolusi yang sedang ranum di seluruh

dunia. Tetapi alih-alih kritik, Kautsky menghasilkan kekacauan teori yang

teramat luar biasa, yang mengubah Marxisme menjadi liberalisme, dan yang,

dalam praktek, adalah serangkaian ujar-ujar pandai yang tak berguna, penuh

bisa beracun, dan vulgar. Biarlah para pembaca menilainya sendiri.

“Kepemilikan tanah besar tidak dapat dipertahankan. Ini adalah hasil

dari revolusi. Ini jelas. Distribusi tanah ke populasi tani menjadi tak

terelakkan ...” (Ini tidak benar, Tn. Kautsky. Kau menggantikan sikap

dari kelas-kelas yang berbeda terhadap masalah ini dengan apa yang “jelas”

bagimu. Sejarah revolusi telah menunjukkan bahwa pemerintahan koalisi

borjuasi dan borjuis-kecil, yakni Menshevik dan Sosialis-Revolusioner, telah

100

melaksanakan kebijakan mempertahankan kepemilikan tanah besar. Ini

terutama dibuktikan oleh rancangan undang-undang S. Maslov dan

ditangkapnya anggota-anggota Komite Tanah6. Tanpa kediktatoran

proletariat, “populasi tani” tidak akan mengalahkan kaum tuan tanah, yang

telah bergabung dengan kelas kaum kapitalis.)

“Tetapi mengenai bentuk distribusi tanah ini, tidak ada persatuan di

antara kaum sosialis mengenai solusi yang tepat. Ada berbagai solusi yang

memungkinkan ...” (Kautsky paling khawatir mengenai “persatuan” di antara

“kaum sosialis”, tidak peduli siapa yang memanggil diri mereka sendiri

dengan nama itu. Dia lupa bahwa kelas-kelas utama di dalam masyarakat

kapitalis akan selalu tiba pada solusi yang berbeda.) “... Dari sudut pandang

sosialis, solusi yang paling rasional adalah mengubah lahan-lahan besar

menjadi properti negara dan mengizinkan para petani yang selama ini telah

bekerja di lahan-lahan ini sebagai buruh tani untuk mengolah lahan-lahan ini

dalam bentuk koperasi. Tetapi solusi seperti ini mensyaratkan keberadaan

tipe buruh tani yang tidak ada di Rusia. Solusi yang lain adalah mengubah

lahan-lahan besar ini menjadi properti negara dan membagi-bagikan tanah

ini menjadi lahan-lahan kecil yang disewakan kepada para tani yang hanya

memiliki lahan kecil. Bila ini dilakukan, maka setidaknya sesuatu yang

sosialis dapat diraih...”

Seperti biasa Kautsky membatasi dirinya pada hal yang sudah

diketahui: di satu pihak ini tidak dapat diakui, dan di lain pihak ini harus

6 Ini merujuk pada RUU Sosialis-Revolusioner yang diperkenalkan oleh Menteri

Pertanian S.L. Maslov kepada Pemerintahan Provisional beberapa hari sebelum Revolusi Oktober. RUU ini berjudul “Undang-Undang Regulasi oleh Komite Tanah dan Relasi Pertanian”, dan sebagian RUU ini diterbitkan di surat kabar Dyelo Naroda (Perjuangan Rakyat), organ dari Komite Pusat Partai Sosialis Revolusioner, pada 18 (31) Oktober 1917.

Lenin menulis: “RUU dari Maslov ini adalah pengkhianatan partai SR terhadap kaum tani, dan menandakan penghambaan mereka pada para tuan tanah.” (Collected Works, Vol. 26, hal. 228). RUU ini membentuk dana sewa khusus di Komite Tanah, di mana tanah-tanah milik negara dan gereja akan ditransfer. Kepemilikan tanah tidak disentuh. Para tuan tanah hanya perlu menyerahkan tanah yang mereka sewa sebelumnya dan para petani harus membayar sewa untuk tanah “sewaan” ini kepada para tuan tanah.

Pemerintahan Provisional menangkap para anggota Komite Tanah karena pemberontakan dan penyitaan tanah yang dilakukan oleh kaum tani.

101

diakui. Dia menempatkan solusi-solusi yang berbeda pada level yang sama,

tanpa memikirkan apa yang harus dilakukan pada tahapan-tahapan

transisional dari kapitalisme ke komunisme di bawah kondisi-

kondisi tertentu. Ada kaum buruh tani di Rusia, tetapi tidak banyak; dan

Kautsky tidak menyentuh masalah – yang dikedepankan oleh pemerintahan

Soviet – mengenai metode transisi ke bentuk pengolahan tanah secara

komunal dan koperasi. Akan tetapi, yang paling mengherankan Kautsky

mengklaim bahwa menyewakan lahan-lahan kecil adalah “sesuatu yang

sosialis”. Pada kenyataannya, ini adalah slogan borjuis kecil, dan tidak

ada yang “sosialis” di dalamnya. Bila “negara” yang menyewakan tanah

ini bukanlah negara tipe Komune Paris, tetapi sebuah republik parlementer

borjuis (dan inilah asumsi Kautsky), penyewaan lahan-lahan kecil adalah

reforma liberal yang tipikal.

Kautsky tidak mengatakan apapun mengenai pemerintahan Soviet

yang telah menghapus semua kepemilikan pribadi atas tanah. Lebih parah

lagi, dia melakukan pemalsuan yang luar biasa dan mengutip dekrit-dekrit

pemerintahan Soviet dengan sedemikian rupa sehingga bagian yang paling

penting sengaja diabaikan.

Setelah menyatakan bahwa “produksi skala-kecil menginginkan

kepemilikan pribadi penuh atas alat-alat produksi,” dan bahwa Majelis

Konstituante adalah “satu-satunya otoritas” yang dapat mencegah dibagi-

bagikannya tanah (sebuah pernyataan yang akan menimbulkan tawa di

Rusia, di mana semua orang tahu bahwa Soviet adalah satu-satunya otoritas

yang diakui oleh buruh dan tani, sementara Majelis Konstituante telah

menjadi slogan dari kaum kontra-revolusioner Ceko dan para tuan tanah),

Kautsky melanjutkan:

“Salah satu dekrit pertama yang dinyatakan oleh Pemerintahan

Soviet adalah: (1) Kepemilikan tanah dihapus tanpa ganti rugi.

(2) Tanah-tanah kaum bangsawan, dan juga semua tanah

monarki, biara dan gereja, dengan semua ternak, alat-alat,

bangunan-bangunan, dan semua properti yang ada di sana, akan

102

diserahkan ke Komite-Komite Tanah volost7 dari Soviet

Tani uyezd8, menunggu penyelesaian masalah tanah oleh

Majelis Konstituante.”

Setelah mengutip hanya dua pasal ini, Kautsky menyimpulkan:

“Rujukan ke Majelis Konstituante hanyalah huruf-huruf belaka. Pada

kenyataannya, kaum tani di berbagai volost dapat melakukan apapun yang

mereka kehendaki dengan tanah di desa-desa.” (hal. 47)

Di sini kita temui contoh dari “kritik” Kautsky! Di sini kita temui

karya “ilmiah” yang lebih seperti penipuan. Para pembaca Jerman diperdaya

supaya mereka mengira kaum Bolshevik menyerah pada kaum tani

mengenai masalah kepemilikan pribadi atas tanah, bahwa kaum Bolshevik

mengizinkan kaum tani untuk bertindak sekehendak hati mereka di tiap-tiap

daerah (“di berbagai volost”).

Tetapi pada kenyataannya, dekrit yang dikutip oleh Kautsky – yang

pertama kali disebarluaskan pada 26 Oktober 1917 (kalender lama) – terdiri

dari lima pasal, dan bukannya dua pasal. Selain itu ada lagi delapan pasal

Amanat yang dengan jelas dinyatakan “akan digunakan sebagai panduan”.

Pasal ke-3 dari dekrit ini menyatakan bahwa tanah-tanah akan

dialihkan “ke rakyat”, dan “inventaris terperinci dari semua properti yang

disita” akan dibuat dan properti ini “akan dilindungi dengan metode

revolusioner yang paling tegas”. Dan Amanat ini menyatakan bahwa

“kepemilikan tanah akan dihapus untuk selamanya”. bahwa “tanah-tanah di

mana ada pertanian modern tingkat-tinggi ... tidak akan dibagi-bagikan”,

bahwa “semua ternak dan alat-alat pertanian dari tanah-tanah yang disita

akan digunakan secara eksklusif oleh negara atau komune, tergantung dari

besar kecilnya dan signifikansinya, dan tidak akan ada ganti rugi”, dan

7 volost adalah daerah administratif pedesaan di Rusia – Ed. 8 uyezd adalah daerah administratif tingkat dua pedesaan di Rusia, yang terdiri dari

sejumlah volost – Ed.

103

bahwa “semua tanah akan menjadi bagian dari dana tanah nasional (National

Land Fund).”

Terlebih lagi, bersamaan dengan dibubarkannya Majelis Konstituante

(5 Januari, 1918), Kongres Ketiga Soviet mengadopsi “Deklarasi Hak

Rakyat Pekerja dan Tertindas”, yang sekarang menjadi bagian dari “Undang-

Undang Fundamental Republik Soviet.” Artikel ke-2, Paragraf Pertama dari

Deklarasi ini menyatakan bahwa “kepemilikan tanah dihapus”, dan bahwa

“tanah-tanah dan perusahaan-perusahaan pertanian yang teladan ...

diproklamirkan sebagai milik negara.”

Jadi, rujukan pada Majelis Konstituante bukanlah huruf-huruf belaka,

karena badan perwakilan nasional lainnya, yang memiliki otoritas yang jauh

lebih besar di mata kaum tani, telah mengedepankan solusi terhadap masalah

agraria.

Lagi, pada 19 Februari, 1918, hukum sosialisasi tanah dicanangkan,

yang sekali lagi mengkonfirmasikan penghapusan kepemilikan pribadi atas

tanah. Tanah dansemua ternak pribadi dan alat-alat pertanian diberikan

kepada otoritas Soviet di bawah kontrol pemerintah federal Soviet. Di antara

tugas-tugas yang berhubungan dengan penggunaan tanah, hukum ini

menyatakan:

“perkembangan pertanian kolektif sebagai bentuk yang lebih

unggul dari sudut pandang ekonomi tenaga kerja dan produksi,

dibandingkan dengan pertanian perorangan, dengan tujuan

untuk transisi ke pertanian sosialis” (Artikel 11, paragraf e).

Undang-undang yang sama, dalam menetapkan prinsip penggunaan

tanah yang setara, menjawab pertanyaan fundamental ini: “Siapa yang

punya hak guna tanah?” dengan demikian:

(Artikel 20) “Tanah di dalam batas-batas Republik Federasi

Soviet Rusia dapat digunakan untuk kepentingan publik dan

pribadi. A. Untuk kepentingan kebudayaan dan pendidikan: (1)

oleh negara yang diwakili oleh organ-organ kekuasaan Soviet

104

(federal, begitu juga propinsi, gubernia, uyezd, volost, dan

desa), dan (2) oleh badan-badan publik (di bawah kontrol, dan

dengan izin, dari otoritas-otoritas Soviet setempat); B. Untuk

kepentingan pertanian: (3) oleh komune-komune pertanian, (4)

oleh kelompok-kelompok koperasi pertanian, (5) oleh

komunitas-komunitas desa, (6) oleh keluarga atau individu

perorangan...”

Para pembaca dapat melihat bagaimana Kautsky telah memutar balik

fakta sepenuhnya, dan telah memberi para pembaca Jerman pandangan yang

keliru mengenai kebijakan dan undang-undang pertanian negara proletar di

Rusia.

Kautsky bahkan tidak dapat memformulasikan masalah-masalah teori

yang fundamental!

Masalah-masalah ini adalah:

1. Hak guna tanah yang setara, dan

2. Nasionalisasi tanah – relasi kedua kebijakan ini dengan sosialisme

secara umum, dan relasi kedua kebijakan ini dengan transisi dari

kapitalisme ke komunisme pada khususnya.

3. Pertanian bersama sebagai transisi dari pertanian kecil yang terpencar-

pencar ke pertanian kolektif skala-besar; apakah cara bagaimana

masalah ini dihadapi di dalam undang-undang Soviet sesuai dengan

syarat-syarat sosialisme?

Mengenai masalah pertama, pertama-tama kita harus mengemukakan

dua fakta yang fundamental. (a) Dalam mencermati pengalaman revolusi

1905 (saya dapat merujuk pada karya saya mengenai masalah agraria pada

Revolusi Rusia yang Pertama ini), kaum Bolshevik merujuk pada arti

demokratis yang progresif dan revolusioner dari slogan “hak guna tanah

yang setara”, dan pada 1917, sebelum Revolusi Oktober, kami menyatakan

ini dengan cukup jelas. (b) Ketika mencanangkan undang-undang sosialisasi

tanah – yang “semangatnya” adalah penggunaan tanah yang setara – kaum

105

Bolshevik dengan terbuka dan jelas menyatakan bahwa ini bukanlah gagasan

kami. Kami tidak setuju dengan slogan ini, tetapi kami merasa bahwa adalah

tugas kami untuk mengimplementasikan undang-undang ini karena ini

adalah tuntutan dari mayoritas besar kaum tani. Dan gagasan-gagasan dan

tuntutan-tuntutan dari rakyat pekerja adalah hal-hal yang harus ditanggalkan

oleh rakyat pekerja sendiri. Tuntutan-tuntutan ini tidak dapat “dihapus” atau

“dilompati”. Kami, kaum Bolshevik, akan membantu kaum tani untuk

menanggalkan slogan-slogan borjuis kecil, untuk bergerak dari slogan-

slogan borjuis kecil ke slogan-slogan sosialis secepat mungkin dan semudah

mungkin.

Seorang teoretikus Marxis yang ingin membantu revolusi kelas buruh

dengan analisa ilmiahnya harus menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

pertama, apakah benar bahwa gagasan penggunaan tanah yang setara

memiliki arti demokratis yang revolusioner dalam melaksanakan revolusi

borjuis-demokratik ke kesimpulannya? Kedua, apakah kaum Bolshevik

benar dalam membantu meloloskan (dan dengan setia meng-

implementasikan) undang-undang penggunaan tanah yang setara yang

bersifat borjuis kecil ini?

Kautsky bahkan gagal menyadari masalah teori yang terutama ini!

Kautsky tidak akan pernah bisa menyangkal bahwa gagasan

penggunaan tanah yang setara memiliki nilai yang progresif dan revolusioner

dalam revolusi borjuis-demokratik. Revolusi seperti ini tidak dapat

melampaui batas ini. Dengan mencapai batasnya, akan semakin jelas, cepat,

dan mudah terungkap kepada rakyat bahwa solusi-solusi borjuis-

demokratik tidaklah memadai, dan rakyat harus bergerak melampaui batas-

batas borjuis demokratik ini, dan bergerak ke sosialisme.

Kaum tani, yang telah menumbangkan Tsarisme dan feodalisme,

memimpikan penggunaan tanah yang setara, dan tidak ada satu pun kekuatan

di muka bumi yang dapat menghentikan kaum tani setelah mereka bebas dari

feodalisme dan dari negara republik parlementer borjuis. Kaum buruh

mengatakan kepada kaum tani: kami akan membantumu mencapai

106

kapitalisme yang “ideal”, karena penggunaan tanah yang setara adalah

idealisasi kapitalisme yang dimimpikan oleh para produsen kecil. Pada saat

yang sama kami akan membuktikan kepadamu bahwa kapitalisme yang

“ideal” ini tidaklah memadai dan perlunya bergerak ke pertanian bersama.

Akan sangat menarik untuk melihat bagaimana Kautsky dapat

membuktikan bahwa kepemimpinan proletariat terhadap kaum tani yang

seperti ini adalah keliru.

Namun Kautsky memilih menghindari pertanyaan ini.

Lalu, Kautsky dengan sengaja menipu para pembaca Jermannya

dengan menyembunyikan dari mereka fakta bahwa dalam undang-undang

tanahnyapemerintahan Soviet memberikan preferensi langsung pada

komune-komune dan kelompok-kelompok koperasi.

Dengan seluruh kaum tani sampai pada akhir revolusi borjuis-

demokratik; dan dengan kaum tani miskin, tani-proletar dan semi-proletar,

maju menuju revolusi sosialis! Ini adalah kebijakan kaum Bolshevik, dan ini

adalah satu-satunya kebijakan Marxis.

Tetapi Kautsky sama sekali kebingungan dan tidak mampu

memformulasikan apapun! Di satu pihak, dia tidak berani mengatakan

bahwa kaum buruh harus pecah dengan kaum tani mengenai masalah

penggunaan tanah yang setara, karena dia menyadari bahwa ini adalah

konyol (dan, terlebih lagi, pada 1905, ketika dia belumlah menjadi seorang

pengkhianat, dia sendiri dengan jelas dan terbuka menyerukan pembentukan

aliansi antara buruh dan tani sebagai syarat untuk kemenangan revolusi). Di

pihak lain, dia dengan simpatik mengutip ujar-ujar liberal dari Maslov yang

Menshevik, yang “membuktikan” bahwa hak guna tanah yang setara yang

borjuis-kecil adalah utopis dan reaksioner dari sudut pandang sosialisme,

tetapi bungkam mengenai karakter progresif dan revolusioner dari

perjuangan borjuis-kecil untuk kesetaraan dan hak guna tanah yang

setara dari sudut pandang revolusi borjuis-demokratik.

107

Kautsky sungguh kebingungan: dia (pada 1918) bersikeras bahwa

Revolusi Rusia memiliki karakter borjuis. Dia (pada 1918) mengatakan:

jangan lampaui batas-batas ini! Namun Kautsky yang sama ini melihat “ada

yang sosialistis” (untuk revolusi borjuis) di dalam reforma borjuis kecil di

mana lahan-lahan kecil disewakan ke kaum tani miskin (yang adalah

aproksimasi dari hak guna tanah yang setara)!!

Coba saja untuk memahami ini bila kau bisa!

Selain itu, seperti seorang filistin Kautsky tidak mampu

mempertimbangkan kebijakan yang sesungguhnya dari sebuah partai

tertentu. Dia mengutip frase-frase kosong dari kaum Menshevik Maslov

dan menolak untuk melihat kebijakan Partai Menshevik yang sesungguhnya

pada 1917, ketika dalam suatu “koalisi” dengan para tuan tanah dan Partai

Kadet, mereka menyerukan reforma agraria liberal dan kompromi dengan

para tuan tanah (bukti: penangkapan anggota-anggota Komite Tanah dan

rancangan undang-undang S. Maslov).

Kautsky gagal menyadari bahwa frase-frase P. Maslov mengenai

karakter reaksioner dan utopis dari kesetaraan borjuis-kecil sesungguhnya

adalah kedok untuk menutupi kebijakan Menshevik yang menyerukan

kompromi antara kaum tani dan tuan tanah (dalam kata lain, mendukung

tuan tanah dalam menipu kaum tani), alih-alih penumbangan kaum tuan

tanah secara revolusioner oleh kaum tani.

Sungguh “Marxis” Kautsky ini!

Kaum Bolshevik-lah yang secara tegas membedakan antara revolusi

borjuis-demokratik dan revolusi sosialis: dengan melaksanakan revolusi

borjuis-demokratik, mereka membuka pintu untuk transisi ke revolusi

sosialis. Ini adalah satu-satunya kebijakan yang revolusioner dan Marxis.

Akan lebih bijak kalau Kautsky tidak mengulang ujar-ujar cerdik dari

kaum liberal yang lembek ini: “Tidak pernah kaum tani kecil di mana pun

mengadopsi pertanian kolektif di bawah pengaruh keyakinan teori.” (hal. 50)

108

Sungguh cerdik!

Tetapi di mana pun tidak pernah kaum tani dari negeri yang besar ada

di bawah pengaruh sebuah negara proletariat.

Di mana pun tidak pernah kaum tani meluncurkan sebuah perjuangan

kelas terbuka yang sampai mencapai tingkatan perang sipil antara kaum tani

miskin dan kaum tani kaya, dengan dukungan propagandis, politik, ekonomi,

dan militer yang diberikan kepada kaum tani miskin oleh negara proletariat.

Di mana pun tidak pernah kaum kaya meraup begitu banyak kekayaan

dari peperangan, sementara massa tani menderita kehancuran yang luar

biasa.

Kautsky hanya mengulang-ulang ujar-ujar lama. Dia takut bahkan

untuk berpikir mengenai tugas-tugas baru dari kediktatoran proletariat.

Tetapi, Tn. Kautsky yang terhormat, bagaimana bila kaum tani tidak

memiliki alat-alat untuk pertanian skala-kecil dan negara proletariat

membantu mereka untuk mendapatkan mesin-mesin untuk pertanian

kolektif? Apakah ini sebuah “keyakinan teori”?

Mari kita sekarang sentuh masalah nasionalisasi tanah. Kaum

Narodnik kita, termasuk semua kaum Sosialis Revolusioner Kiri,

menyangkal bahwa kebijakan yang telah kita adopsi adalah kebijakan

nasionalisasi tanah. Secara teori mereka keliru. Selama kita masih berada di

dalam kerangka produksi komoditas dan kapitalisme, penghapusan

kepemilikan pribadi atas tanah adalah nasionalisasi tanah. Istilah

“sosialisasi” hanyalah mengekspresikan sebuah kecenderungan, sebuah

pengharapan, persiapan untuk transisi ke sosialisme.

Sikap apa yang harus diambil oleh kaum Marxis mengenai

nasionalisasi tanah?

Di sini, Kautsky juga gagal bahkan untuk memformulasikan masalah

teori ini. Atau, bahkan lebih parah lagi, dia dengan sengaja mengelak

109

darinya, walaupun kita tahu dari literatur Rusia bahwa Kautsky tahu akan

polemik-polemik lama di antara kaum Marxis Rusia mengenai masalah

nasionalisasi, munisipalisasi (transfer tanah-tanah besar ke pemerintahan

lokal), atau pembagian tanah.

Kautsky mengatakan bahwa mentransfer tanah-tanah besar ke negara

dan lalu menyewakan mereka dalam bentuk lahan-lahan kecil ke para petani

miskin adalah “sesuatu yang sosialistis”, dan pertanyaan ini adalah

penghinaan terhadap Marxisme. Kita sudah menunjukkan bahwa tidak ada

yang sosialistis mengenai ini. Tetapi tidak hanya itu saja; ini bahkan tidak

akan membawa revolusi borjuis-demokratik ke kesimpulannya. Kemalangan

Kautsky adalah bahwa dia menaruh kepercayaannya pada kaum Menshevik.

Inilah mengapa dia memiliki posisi yang membingungkan. Di satu pihak, dia

bersikeras bahwa revolusi Rusia adalah revolusi borjuis dan mengecam

kaum Bolshevik yang bergerak ke sosialisme; di lain pihak dia sendiri

menganjurkan reforma liberal di bawah kedok sosialisme, tanpa

melaksanakan reforma ini sampai ke titik di mana semua sisa-sisa

feodalisme dalam relasi agraria dihapuskan sepenuhnya! Argumen-argumen

Kautsky, seperti juga para penasihat Menshevik-nya, pada akhirnya adalah

pembelaan terhadap kaum borjuis liberal, yang takut terhadap revolusi, dan

bukannya pembelaan terhadap revolusi borjuis-demokratik yang konsisten.

Mengapa hanya tanah-tanah besar, dan bukan semua tanah, diubah

menjadi milik negara? Kaum borjuis liberal oleh karenanya

mempertahankan kondisi-kondisi yang lama secara maksimal, dan juga

secara maksimum memfasilitasi restorasi ke kondisi-kondisi yang lama.

Kaum borjuasi radikal, yakni kaum borjuasi yang ingin melaksanakan

revolusi borjuis sampai ke kesimpulannya, mengedepankan

slogan nasionalisasi tanah.

Kautsky, yang pada masa lalu yang samar dan jauh, kira-kira dua

puluh tahun yang lalu, menulis sebuah karya Marxis yang luar biasa

mengenai masalah agraria. Dia tidak mungkin tidak tahu bahwa Marx

mengatakan bahwa nasionalisasi tanah pada kenyataannya adalah slogan

110

konsisten dari kaum borjuasi9. Kautsky tidak mungkin tidak tahu mengenai

polemik Marx dengan Rodbertus, dan mengenai tulisan-tulisan Marx di

karyanya “Teori-teori Nilai Lebih” di mana dia memaparkan dengan teramat

jelas signifikansi revolusioner – dalam artian borjuis-demokratik – dari

slogan nasionalisasi tanah.

P. Maslov yang Menshevik, yang dipilih oleh Kautsky sebagai

penasihatnya, mengatakan bahwa kaum tani Rusia tidak akan setuju dengan

nasionalisasi semua tanah (termasuk tanah kaum tani). Sampai pada

tingkatan tertentu, pandangan Maslov ini bisa dihubungkan dengan teori

“aslinya” (yang hanya membeo para kritikus borjuis Marx), yakni,

penolakannya terhadap teori sewa tanah absolut (absolute land rent) dan

pengakuannya terhadap “hukum” (atau “fakta”, seperti yang diekspresikan

oleh Maslov) “hasil yang semakin menurun” (law of diminishing returns).

Akan tetapi, pada kenyataannya Revolusi 1905 sudah mengungkapkan

bahwa mayoritas besar petani di Rusia, para anggota komune-komune desa

serta para petani perorangan, setuju dengan nasionalisasi semua tanah.

Revolusi 1917 mengkonfirmasikan ini, dan setelah perebutan kekuasaan oleh

kaum proletariat semua tanah dinasionalisasi. Kaum Bolshevik tetap setia

pada Marxisme dan tidak pernah mencoba (seperti yang dituduhkan oleh

Kautsky tanpa bukti) “meloncati” revolusi borjuis-demokratik. Kaum

Bolshevik, pertama-tama, membantu para teoretikus borjuis-demokratik

yang paling radikal dan revolusioner dari kaum tani, mereka yang berdiri

paling dekat dengan kaum proletariat, yakni kaum Sosialis Revolusioner

Kiri, untuk melaksanakan nasionalisasi tanah. Pada 20 Oktober 1917, yakni

pada hari pertama revolusi sosialis proletariat, kepemilikan pribadi atas

tanah dihapus di Rusia.

Ini meletakkan fondasi yang paling sempurna dari sudut pandang

perkembangan kapitalisme (Kautsky tidak dapat menyangkal ini tanpa pecah

dari Marx), dan pada saat yang sama menciptakan sebuah sistem agraria

yang paling fleksibel dari sudut pandang transisi ke sosialisme. Dari sudut

9 Karl Marx, Theorien über den Mehrwert, Teil 2, Berlin 1959, S. 36.

111

pandang borjuis-demokratik, kaum tani revolusioner di Rusia tidak dapat

bergerak lebih jauh; tidak ada yang bisa “lebih ideal” dari sudut pandang ini,

tidak ada yang bisa “lebih radikal” dari nasionalisasi tanah dan hak guna

tanah yang setara. Kaum Bolshevik-lah, dan hanya kaum Bolshevik, yang

berkat kemenangan revolusi proletariat, membantu kaum tani untuk

melaksanakan revolusi borjuis-demokratik sampai ke kesimpulannya. Dan

hanya dengan cara ini mereka dapat memfasilitasi dan mempercepat transisi

ke revolusi sosialis.

Kita dapat menilai dari ini bagaimana Kautsky membuat bingung para

pembacanya ketika dia menuduh kaum Bolshevik gagal memahami karakter

borjuis dari revolusi Rusia. Namun dia sendiri telah pecah dari Marxisme

ketika dia tidak mengatakan apapun mengenai nasionalisasi tanah dan ketika

dia mengajukan reforma agraria liberal yang paling tidak revolusioner (dari

sudut pandang borjuis) sebagai “sesuatu yang sosialistis”!

Sekarang kita telah sampai pada masalah ketiga, yakni sampai mana

kediktatoran proletariat di Rusia mempertimbangkan perlunya bergerak ke

pertanian kolektif. Di sini, sekali lagi Kautsky melakukan pemalsuan: dia

mengutip hanya “tesis-tesis” di mana Bolshevik berbicara mengenai tugas

bergerak ke pertanian kolektif! Setelah mengutip salah satu tesis ini,

“teoretikus” kita dengan bangga menyatakan:

“Sayangnya, sebuah tugas tidak akan terpenuhi hanya karena ia

disebut sebagai sebuah tugas. Untuk sementara waktu, pertanian

kolektif di Rusia hanya akan ada di atas kertas. Tidak pernah

kaum tani di mana pun mengadopsi pertanian kolektif di bawah

pengaruh keyakinan teori.” (hal. 50)

Tidak pernah seorang penipu di mana pun melakukan penipuan yang

begitu rendah seperti yang dilakukan oleh Kautsky. Dia mengutip “tesis-

tesis” ini, tetapi tidak mengatakan apapun mengenai undang-undang

pemerintahan Soviet. Dia berbicara mengenai “keyakinan teori”, tetapi tidak

mengatakan apapun mengenai kekuasaan negara proletariat yang memiliki di

tangannya pabrik-pabrik dan barang-barang produksi! Semua yang ditulis

112

oleh Kautsky sang Marxis pada 1899 di karyanya “Masalah Agraria”

mengenai sumber daya yang ada di tangan negara proletariat untuk

melaksanakan transisi gradual kaum tani ke sosialisme telah dilupakan oleh

Kautsky sang pengkhianat pada 1918.

Tentu saja, beberapa ratus komune pertanian yang didukung negara

dan pertanian-pertanian milik negara (yakni, ladang-ladang besar yang

dikelola oleh asosiasi-asosiasi buruh) masihlah sangat kecil. Tetapi apakah

“kritik” Kautsky dapat benar-benar disebut kritik bila dia mengabaikan fakta

ini?

Nasionalisasi tanah yang telah dilaksanakan di Rusia oleh

kediktatoran proletariat telah memberikan jaminan terbaik atas

terlaksanakannya revolusi borjuis-demokratik sampai ke kesimpulannya –

bahkan bila terjadi kontra-revolusi yang menyebabkan pengembalian dari

nasionalisasi tanah ke pembagi-bagian tanah (saya telah melakukan

pemeriksaan khusus mengenai kemungkinan ini di pamflet saya mengenai

program agraria kaum Marxis pada Revolusi 1905). Selain itu, nasionalisasi

tanah telah memberikan negara proletar peluang maksimum untuk bergerak

ke pertanian sosialis.

Singkatnya, Kautsky telah menghidangkan kepada kita, secara teori,

tambal-sulam yang luar biasa buruk, yang merupakan penyangkalan

sepenuhnya terhadap Marxisme. Dan secara praktek, dia telah menyajikan

kepada kita sebuah kebijakan penghambaan kepada kaum borjuasi dan

reformismenya. Sungguh sebuah kritik yang baik!

***

Kautsky memulai “analisa ekonomi”nya terhadap industri dengan

argumen luar biasa berikut ini:

Rusia memiliki industri kapitalis skala-besar. Dapatkah sistem

produksi sosialis dibangun di atas fondasi ini? “Kita mungkin

berpikir demikian, bila sosialisme berarti bahwa buruh dari tiap-

tiap pabrik dan tambang menyita mereka” (secara harfiah

113

menyita pabrik dan tambang untuk diri mereka sendiri) “guna

melakukan produksi secara terpisah di tiap-tiap pabrik”

(hal.52), “Pada hari ini, 5 Agustus, ketika saya sedang menulis

baris-baris ini,” tambah Kautsky, “sebuah pidato dilaporkan

dari Moskow, yang disampaikan oleh Lenin pada 2 Agustus, di

mana dia mengatakan: ‘Kaum buruh mempertahankan

kepemilikan pabrik dengan teguh di tangan mereka, dan kaum

tani tidak akan mengembalikan tanah ke para tuan tanah.’

Sampai sekarang, slogan: pabrik untuk kaum buruh, dan tanah

untuk kaum tani, adalah slogan anarko-sindikalis, dan bukan

slogan Sosial-Demokratik” (hal 52-53).

Saya telah mengutip kalimat ini secara penuh supaya kaum buruh

Rusia, yang sebelumnya menghormati Kautsky, dapat melihat dengan mata

mereka sendiri metode yang digunakan oleh pengkhianat ini yang telah

membelot ke sisi borjuasi.

Coba pikirkan: pada tanggal 5 Agustus, ketika puluhan dekrit

mengenai nasionalisasi pabrik telah diterbitkan – dan tidak ada satu pun

pabrik yang “disita” oleh buruh untuk diri mereka sendiri tetapi semua telah

diubah menjadi milik Republik Soviet – pada 5 Agustus, dengan penafsiran

yang jelas menipu dari satu kalimat di dalam pidato saya, Kautsky mencoba

membuat kaum buruh Jerman percaya bahwa pabrik-pabrik telah diserahkan

kepada kelompok-kelompok buruh yang terpisah! Dan setelah itu Kautsky

mengatakan bahwa menyerahkan pabrik-pabrik kepada kelompok-kelompok

buruh yang terpisah adalah sesuatu yang keliru!

Ini bukan kritik, tetapi tipu daya dari seorang antek borjuasi, yang

telah disewa oleh kapitalis untuk memfitnah revolusi buruh.

Kautsky mengatakan berulang kali bahwa pabrik-pabrik harus

diserahkan kepada negara, atau kepada pemerintahan munisipal, atau kepada

koperasi-koperasi konsumen, dan lalu dia akhirnya menambahkan:

“Ini yang sekarang mereka coba lakukan di Rusia...”

114

Sekarang! Apa artinya ini? Pada bulan Agustus? Mengapa Kautsky

tidak meminta teman-temannya, Stein atau Axelrod, atau teman-teman

borjuasi lainnya, untuk menerjemahkan setidaknya salah satu dekrit

mengenai pabrik?

“Seberapa jauh mereka telah bergerak ke arah ini, kita tidak tahu.

Aktivitas Republik Soviet dalam aspek ini adalah hal yang paling penting

bagi kita, tetapi ini masih belum jelas. Tidak ada kekurangan dekrit-dekrit

...” (Inilah mengapa Kautsky mengabaikan isi dekrit-dekrit tersebut, atau

menyembunyikannya dari para pembacanya!) “Tetapi tidak ada sumber

informasi yang dapat diandalkan mengenai dekrit-dekrit ini. Produksi

sosialis adalah mustahil tanpa informasi statistik yang cakupannya luas,

terperinci, dapat diandalkan, dan cepat. Republik Soviet masih belum bisa

menciptakan statistik seperti ini. Apa yang kita pelajari mengenai aktivitas-

aktivitas ekonominya sangatlah penuh kontradiksi dan tidak dapat sama

sekali diverifikasi. Ini juga adalah akibat dari kediktatoran dan ditekannya

demokrasi. Tidak ada kebebasan pers ataupun kebebasan berpendapat.” (hal.

53)

Beginilah caranya sejarah ditulis! Kautsky menerima informasi

mengenai pabrik-pabrik yang diambil alih oleh buruh dari pers “bebas”

kapitalis dan orang-orang Dutov ... “Pemikir serius” yang berdiri di atas

kelas-kelas ini memang sungguh luar biasa! Mengenai ratusan fakta yang

menunjukkan bahwa pabrik-pabrik telah diserahkan ke Republik, bahwa

mereka dikelola oleh organ kekuasaan Soviet, yakni Dewan Ekonomi

Agung, yang terdiri dari para buruh yang telah dipilih oleh serikat-serikat

buruh, Kautsky menolak untuk mengatakan barang satu kata pun. Dengan

keras kepala dia terus mengulang-ulang satu hal: berikan saya demokrasi

yang damai, tanpa perang sipil, tanpa kediktatoran dan dengan statistik yang

baik (Republik Soviet telah mendirikan sebuah badan statistik di mana ahli-

ahli statistik terbaik di Rusia bekerja, tetapi tentu saja statistik yang ideal

tidak dapat diperoleh begitu cepat). Dalam kata lain, Kautsky menginginkan

sebuah revolusi tanpa revolusi, tanpa perjuangan yang keras, tanpa

kekerasan. Ini sama saja dengan meminta sebuah pemogokan di mana buruh

115

dan kapitalis merasa tenang-tenang saja. Carilah perbedaan antara “sosialis”

macam ini dengan kaum birokrat liberal!

Jadi, dengan bersandar pada “fakta-fakta material” seperti ini, yakni

dengan sengaja mengabaikan banyak fakta, Kautsky “menyimpulkan”:

“Sangat diragukan kalau kaum proletariat Rusia telah meraih

lebih dalam hal pencapaian-pencapaian praktis yang riil, dan

tidak hanya dekrit-dekrit semata, di bawah Republik Soviet

dibandingkan dengan apa yang dapat dicapainya dari Majelis

Konstituante, di mana, seperti halnya di dalam Soviet-soviet,

kaum sosialis, walaupun dari warna yang berbeda,

mendominasi.” (hal. 58)

Sungguh luar biasa bukan? Kami akan menganjurkan kepada para

pemuja Kautsky untuk menyebarkan kalimat di atas seluas mungkin di

antara buruh Rusia, karena tidak ada materi yang lebih baik daripada ini

untuk mengukur tingkat kebangkrutan politiknya. Kamerad-kamerad buruh,

Kerensky juga adalah seorang “sosialis”, hanya saja “dari warna yang

berbeda”! Kautsky sang sejarawan puas dengan nama, dengan gelar yang

“disita” oleh kaum Sosialis-Revolusioner Kanan dan Menshevik untuk

mereka sendiri. Kautsky sang sejarawan menolak untuk mendengarkan

fakta-fakta yang menunjukkan bahwa di bawah Kerensky kaum Menshevik

dan Sosialis-Revolusioner Kanan mendukung kebijakan imperialis dan

praktek-praktek penjarahan kaum borjuasi. Diam-diam dia bungkam

mengenai fakta bahwa mayoritas Majelis Konstituante terdiri dari orang-

orang yang mendukung peperangan imperialis dan kediktatoran borjuis. Dan

ini disebut “analisa ekonomi”!

Sebagai kesimpulan, mari saya kutip satu contoh lagi dari “analisa

ekonomi” ini:

“... Setelah sembilan bulan, Republik Soviet, alih-alih

membawa kesejahteraan, harus menjelaskan mengapa masih

ada kemiskinan secara umum” (hal. 41).

116

Kita terbiasa mendengar argumen seperti ini dari bibir kaum Kadet.

Semua kacung borjuasi di Rusia berargumen seperti ini: tunjukkan kepada

kami, setelah sembilan bulan, kesejahteraanmu – dan ini setelah empat tahun

peperangan yang menghancurkan, dengan kapital asing yang memberikan

dukungan penuh terhadap sabotase dan pemberontakan kaum borjuasi di

Rusia. Pada kenyataannya, tidak ada perbedaan sama sekali antara Kautsky

dan seorang borjuasi kontra-revolusioner. Ujar-ujarnya yang manis, yang

diberi kedok “sosialisme”, hanya mengulang-ulang apa yang dikatakan oleh

orang-orang Kornilov, orang-orang Dutov, dan orang-orang Krasnov di

Rusia secara blak-blakan, secara langsung dan tanpa ditutup-tutupi.

***

Baris-baris di atas ditulis pada 8 November 1918. Pada malam yang

sama kita menerima berita dari Jerman mengenai mulainya revolusi, pertama

di Kiel dan kota-kota dan pelabuhan-pelabuhan di Utara, di mana kekuasaan

telah berpindah tangan ke Dewan Deputi Buruh dan Tentara, dan kemudian

di Berlin, di mana kekuasaan juga telah berpindah tangan ke Dewan.

Kesimpulan yang masih harus ditulis di pamflet saya mengenai

Kautsky dan mengenai revolusi proletariat sekarang sudah tidak dibutuhkan

lagi.

10 November, 1918

Lampiran I: Tesis Mengenai Majelis Konstituante

1. Tuntutan untuk diselenggarakannya Majelis Konstituante adalah bagian

dari program Sosial-Demokrasi revolusioner yang sepenuhnya sah,

karena di dalam republik borjuis Majelis Konstituante mewakilkan

bentuk demokrasi yang tertinggi, dan karena, dengan membentuk pra-

Parlemen, republik imperialis yang dipimpin oleh Kerensky sedang

bersiap-siap untuk melakukan kecurangan dalam pemilu dan melanggar

demokrasi dengan berbagai cara.

2. Sementara menuntut diselenggarakannya Majelis Konstituante, Sosial-

Demokrasi revolusioner telah berulang kali menekankan semenjak awal

Revolusi 1917 bahwa republik Soviet adalah bentuk demokrasi yang

lebih tinggi daripada republik borjuis dengan Majelis Konstituante.

3. Untuk transisi dari sistem borjuis ke sistem sosialis, untuk kediktatoran

proletariat, Republik Soviet (Buruh, Tentara, dan Tani) bukan hanya

sebuah bentuk institusi demokratik yang lebih tinggi (dibandingkan

dengan republik borjuis yang dipimpin oleh Majelis Konstituante), tetapi

juga adalah satu-satunya bentuk yang dapat mengamankan transisi yang

paling mulus ke sosialisme.

4. Penyelenggaraan Majelis Konstituante dengan daftar yang diserahkan

pada pertengahan Oktober 1917 berlangsung di bawah kondisi-kondisi

yang tidak memungkinkan pemilu yang mengekspresikan kehendak

rakyat secara umum dan rakyat pekerja khususnya.

5. Pertama, perwakilan proporsional akan mengekspresikan kehendak

rakyat hanya bila daftar para perwakilan partai sesuai dengan dukungan

rakyat terhadap faksi-faksi partai. Akan tetapi, dalam kasus kita, seperti

yang diketahui semua orang, partai yang dari Mei hingga Oktober punya

dukungan terbesar dari rakyat, dan terutama dari kaum tani – Partai

Sosialis-Revolusioner – mengeluarkan daftar perwakilan bersama untuk

Majelis Konstituante pada pertengahan Oktober 1917, tetapi pecah pada

November 1917, setelah pemilu dan sebelum Majelis ini bertemu.

Oleh karenanya, tidak ada, dan tidak mungkin akan ada, kesesuaian

antara kehendak massa pemilih dan komposisi Majelis Konstituante yang

terpilih.

6. Kedua, yang lebih penting, yakni sumber perbedaan – yang bukan

bersifat formal maupun legal, tetapi sosio-ekonomik dan kelas – antara

kehendak rakyat, terutama kehendak kelas pekerja, dengan komposisi

Majelis Konstituante. Ini karena pemilihan Majelis Konstituante

berlangsung ketika mayoritas besar rakyat masih belum mengetahui

sepenuhnya cakupan dan signifikansi Revolusi Oktober, Soviet,

proletariat-tani, yang dimulai pada 25 Oktober 1917, yakni setelah daftar

kandidat Majelis Konstituante telah diserahkan.

7. Revolusi Oktober melalui serangkaian tahapan perkembangan,

memenangkan kekuasaan untuk Soviet dan merebut kekuasaan politik

dari kaum borjuasi dan mentransfernya ke kaum proletariat dan tani

miskin.

8. Ini dimulai dengan kemenangan 24-25 Oktober di ibukota, ketika

Kongres Soviet Buruh dan Tani Kedua, yakni pelopor kaum proletariat

dan seksi kaum tani yang paling aktif secara politik, memberikan

mayoritas kepada Partai Bolshevik dan menaruhnya ke tampuk

kekuasaan.

9. Kemudian, selama bulan November dan Desember, revolusi menyebar ke

seluruh tentara dan kaum tani. Ini terutama terekspresikan dengan

disingkirkannya badan-badan kepemimpinan lama (komite-komite

tentara, komite-komite tani gubernia, Komite Eksekutif Pusat dari Soviet

Tani Seluruh Rusia, dsb.) – yang merupakan fase lama dan kompromi

dari revolusi, fase borjuis dan bukan fase proletariat, yang oleh karenanya

niscaya lenyap di bawah tekanan massa yang semakin luas – dan di

dalam pemilihan-pemilihan badan-badan kepemimpinan yang baru untuk

menggantikan mereka.

10. Gerakan rakyat tertindas yang masif ini untuk membangun kembali

badan-badan kepemimpinan dari organisasi-organisasi mereka bahkan

belum berakhir sampai sekarang, di pertengahan bulan Desember 1917,

dan Kongres Buruh Kereta Api, yang masih berlangsung, mewakili salah

satu tahapan ini.

11. Oleh karenanya, pengelompokan kekuatan-kekuatan kelas di Rusia

seiring dengan berjalannya perjuangan kelas pada kenyataannya

mengambil, pada bulan November dan Desember, bentuk yang berbeda

secara prinsipil dengan daftar kandidat partai untuk Majelis Konstituante

yang dibuat pada pertengahan Oktober 1917.

12. Peristiwa-peristiwa belakangan ini di Ukraina (dan juga di Finlandia dan

Byelorussia, dan juga di Caucasus) juga menunjukkan pengelompokan

ulang kekuatan-kekuatan kelas yang terjadi di dalam proses perjuangan

antara nasionalisme borjuis dari Bada Ukraina, Diet Finlandia, dsb. di

satu pihak, dan kekuasaan Soviet, revolusi proletariat-tani di tiap-tiap

republik nasional ini, di pihak lain.

13. Terakhir, peperangan sipil yang dimulai oleh pemberontakan kontra-

revolusioner Kadet-Kaledin terhadap otoritas Soviet, terhadap

pemerintahan buruh dan tani, telah akhirnya membawa perjuangan kelas

ke permukaan secara terbuka, dan telah menghancurkan semua

kesempatan untuk menyelesaikan secara formal-demokratis semua

masalah-masalah akut yang telah dilemparkan oleh sejarah ke rakyat

Rusia, dan terutama kelas buruh dan tani Rusia.

14. Hanya dengan kemenangan mutlak buruh dan tani atas pemberontakan

kaum borjuasi dan tuan tanah (seperti gerakan Kadet-Kaledin), hanya

dengan menumpas pemberontakan pemilik-budak ini secara militer dan

tanpa belas kasihan maka kita dapat sungguh-sungguh menjaga revolusi

proletar-tani ini. Jalannya peristiwa-peristiwa dan perkembangan

perjuangan kelas di dalam revolusi telah membuat slogan “Semua

Kekuasaan untuk Majelis Konstituante!” – yang mengabaikan

pencapaian-pencapaian revolusi buruh dan tani, yang mengabaikan

kekuasaan Soviet, yang mengabaikan keputusan-keputusan dari Kongres

Soviet Buruh dan Tani Kedua, dsb. – menjadi slogannya Kadet dan

Kaledin dan para pendukungnya. Seluruh rakyat sekarang sudah tahu

bahwa bila Majelis Konstituante memisahkan diri dari kekuasaan Soviet

maka ia akan jatuh ke dalam kepunahan secara politik.

15. Salah satu masalah nasional yang teramat akut adalah masalah

perdamaian. Sebuah perjuangan yang sungguh-sungguh revolusioner

demi perdamaian dimulai di Rusia hanya setelah kemenangan Revolusi

Oktober, dan buah pertama dari kemenangan ini adalah diterbitkannya

pakta-pakta perjanjian rahasia, ditandatanganinya gencatan senjata, dan

dimulainya negosiasi-negosiasi terbuka untuk perdamaian umum tanpa

aneksasi dan ganti-rugi perang.

Hanya sekarang lapisan luas rakyat sungguh-sungguh punya kesempatan

untuk menyaksikan secara penuh dan terbuka kebijakan perjuangan

revolusioner untuk perdamaian dan mempelajari hasil-hasilnya.

Pada saat pemilu Majelis Konstituante, massa rakyat tidak memiliki

kesempatan seperti ini.

Jelas bahwa perbedaan antara komposisi Majelis Konstituante yang

terpilih dan kehendak rakyat yang sesungguhnya mengenai masalah

menghentikan perang adalah sesuatu yang tidak terelakkan dari sudut

pandang ini juga.

16. Semua kondisi yang disebut di atas secara keseluruhan membuat Majelis

Konstituante, yang dipilih berdasarkan daftar partai sebelum revolusi

proletariat-tani di bahwa kekuasaan borjuasi, secara tak terelakkan

berbenturan dengan kehendak dan kepentingan kelas-kelas pekerja dan

tertindas, yang pada tanggal 25 Oktober memulai revolusi sosialis yang

melawan kaum borjuasi. Sewajarnya, kepentingan revolusi ini lebih

tinggi daripada hak-hak formal Majelis Konstituante, bahkan bila hak-hak

formal tersebut tidak dilemahkan oleh tidak adanya pasal di dalam hukum

Majelis Konstituante yang mengakui hak rakyat untuk me-recall

perwakilan mereka dan menyelenggarakan pemilihan kapan pun.

17. Setiap usaha langsung atau tidak langsung untuk mempertimbangkan

masalah Majelis Konstituante dari sudut pandang legal dan formal, di

dalam kerangka demokrasi borjuis umumnya, dan mengabaikan

perjuangan kelas dan perang sipil adalah pengkhianatan terhadap

perjuangan proletariat, dan mengadopsi sudut pandang borjuis. Kaum

Sosial-Demokrat Revolusioner punya tugas untuk memperingatkan

semua orang agar tidak melakukan kekeliruan ini, yang telah dilakukan

oleh beberapa pemimpin Bolshevik yang tidak mampu memahami

signifikansi dari pemberontakan Oktober dan tugas kediktatoran

proletariat.

18. Satu-satunya peluang untuk menjamin solusi yang mulus untuk krisis

yang diakibatkan oleh perbedaan antara pemilu Majelis Konstituante dan

kehendak kelas pekerja dan tertindas adalah memberikan rakyat hak

seluas mungkin dan secepat mungkin untuk memilih ulang anggota-

anggota Majelis Konstituante, dan Majelis Konstituante harus menerima

undang-undang pemilu dari Komite Eksekutif Pusat, menyatakan bahwa

ia mengakui sepenuhnya kekuasaan Soviet, revolusi Soviet, dan

kebijakan Soviet mengenai perdamaian, tanah dan kontrol buruh, dan

dengan tegas bergabung dengan musuh-musuh dari kontra-revolusi

Kadet-Kaledin.

19. Kalau syarat-syarat ini tidak terpenuhi, maka krisis Majelis Konstituante

ini hanya dapat diselesaikan dengan cara revolusioner, yakni kekuasaan

Soviet melaksanakan kebijakan yang paling enerjetik, cepat, tegas, dan

revolusioner dalam melawan kontra-revolusi Kadet-Kaleditn, tidak peduli

apa slogan dan institusi (bahkan partisipasi di dalam Majelis

Konstituante) yang digunakan oleh kontra-revolusi untuk bersembunyi.

Setiap usaha untuk mengikat tangan dan kaki kekuasaan Soviet dalam

perjuangan ini adalah sama saja dengan membantu kontra-revolusioner.

Lampiran II: Buku Baru Vandervelde mengenai Negara

Hanya setelah saya membaca bukunya Kautsky saya punya

kesempatan untuk membaca buku Vandervelde “Socialism versus the State”

(“Sosialisme versus Negara”) (Paris, 1918). Perbandingan kedua buku ini

dengan sendirinya menunjukkan bahwa Kautsky adalah pemimpin ideologis

dari Internasional Kedua (1889-1914), sementara Vandervelde, dalam

kapasitasnya sebagai Ketua Biro Internasional Sosialis, adalah perwakilan

resminya. Keduanya mewakili kebangkrutan total dari Internasional Kedua,

dan keduanya dengan keterampilan seorang jurnalis berpengalaman “dengan

mahir” menutup-nutupi kebangkrutan ini dan kebangkrutan mereka sendiri

dan pembelotan mereka ke sisi borjuasi dengan ujar-ujaran Marxis. Yang

satu memberikan kita satu contoh yang baik apa itu oportunisme Jerman

yang tipikal, yang membosankan, suka berteori dan memalsukan Marxisme

dengan menyingkirkan semua yang tidak dapat diterima oleh kaum borjuasi.

Yang satu lagi adalah variasi oportunisme Latin – pada tingkatan tertentu,

oportunisme Eropa Barat (yakni, Barat dari Jerman) – yang lebih fleksibel,

lebih tidak membosankan, dan yang memalsukan Marxisme dengan metode

yang secara fundamental sama, tetapi dengan cara yang lebih halus.

Keduanya secara radikal mendistorsi ajaran Marx mengenai Negara

dan juga mengenai kediktatoran proletariat; Vandervelde lebih berbicara

mengenai masalah Negara, sementara Kautsky masalah kediktatoran

proletariat. Keduanya mengaburkan hubungan yang sangat dekat dan tak

terpisahkan antara kedua subjek ini. Mereka berdua adalah revolusioner dan

Marxis dalam kata-kata, tetapi pengkhianat dalam praktek, yang berusaha

sangat keras untuk memisahkan diri merekadari revolusi. Gagasan mereka

tidak mengandung satu pun gagasan Marx dan Engels, dan tidak

membedakan sosialisme dari karikatur borjuisnya, dalam kata lain mereka

tidak menguraikan tugas-tugas revolusi sebagai sesuatu yang berbeda dari

tugas-tugas reforma, mereka tidak menguraikan taktik-taktik revolusioner

sebagai sesuatu yang berbeda dari taktik-taktik reformis, tidak menguraikan

tugas kaum proletariat dalam menghapus tatanan, orde, atau rejim

perbudakan-upah sebagai sesuatu yang berbeda dari tugas proletariat negeri-

negeri “Adidaya” yang berbagi secuil super-profit dan penjarahan imperialis

dengan kaum borjuasi.

Kita akan mengutip beberapa argumen Vandervelde yang paling

penting.

Seperti Kautsky, Vandervelde mengutip Marx dan Engels dengan

sangat bersemangat, dan seperti Kautsky, dia mengutip semua dari Marx dan

Engels kecualiyang benar-benar tidak dapat diterima oleh kaum borjuasi dan

yang membedakan seorang revolusioner dari seorang reformis. Dia berbicara

banyak mengenai perebutan kekuasaan politik oleh proletariat, karena

praktek telah membatasi ini di dalam kerangka parlementer. Tetapi

mengenai fakta bahwa setelah pengalaman Komune Paris, Marx dan Engels

merasa harus menambahi karya Manifesto Komunis yang sudah usang

dengan penguraian sebuah kebenaran bahwa kelas buruh tidak boleh

menggunakan mesin negara yang sudah ada, tetapi harus menghancurkannya

– tidak ada satu pun kata mengenai ini dari Vandervelde! Vandervelde dan

Kautsky, seperti sudah saling setuju, bungkam mengenai apa yang paling

penting di dalam pengalaman revolusi proletariat, yakni yang membedakan

antara revolusi proletariat dari reforma borjuis.

Seperti Kautsky, Vandervelde berbicara mengenai kediktatoran

proletariat hanya untuk memisahkan dirinya dari kediktatoran proletariat.

Kautsky melakukan ini dengan pemalsuan yang kasar. Vandervelde

melakukan ini dengan cara yang lebih halus. Di bagian ke-4 bukunya, yang

berbicara mengenai “perebutan kekuasaan politik oleh proletariat”, dia

mendedikasikan sub-bagian b untuk masalah “kediktatoran kolektif

proletariat”, “mengutip” Marx dan Engels (saya ulangi kembali: menghapus

justru yang penting, yakni menghancurkan mesin negara borjuis-demokratik

yang lama), dan menyimpulkan:

“... Di antara lingkaran-lingkaran sosialis, revolusi sosial

biasanya dimaknai seperti demikian: sebuah Komune [Paris –

Ed.] yang baru, yang kali ini menang, dan tidak hanya di satu

tempat saja tetapi di pusat-pusat utama dunia kapitalis.

“Sebuah hipotesa, tetapi sebuah hipotesa yang tidak mustahil ketika

menjadi jelas bahwa periode pasca-perang akan menyaksikan antagonisme

kelas dan gejolak sosial yang tidak ada presedennya di banyak negeri.

“Kegagalan Komune Paris, dan apalagi kesulitan-kesulitan revolusi

Rusia, membuktikan bahwa mustahil kita bisa mengakhiri sistem kapitalis

kalau kaum proletariat belumlah cukup siap untuk menggunakan dengan

baik kekuasaan yang diberikan kepadanya oleh kondisi-kondisi yang ada.”

(hal. 73)

Dan begitu saja!

Inilah, para pemimpin dan perwakilan Internasional Kedua! Pada

1912 mereka menandatangani Manifesto Basel, yang secara eksplisit

berbicara mengenai hubungan antara perang – yang kemudian pecah pada

tahun 1914 – dan revolusi proletariat, dan menjunjung revolusi proletariat

sebagai ancaman. Dan ketika perang pecah dan situasi revolusioner muncul,

para Kautsky dan Vandervelde mulai memisahkan diri mereka dari revolusi.

Sebuah revolusi seperti Komune Paris hanyalah sebuah hipotesa yang tidak

mustahil! Ini sama dengan argumen Kautsky mengenai kemungkinan peran

Soviet di Eropa.

Tetapi beginilah cara kaum liberal yang terpelajar berargumen; tentu

saja, dia sekarang akan setuju bahwa sebuah Komune yang baru adalah

sesuatu yang “tidak mustahil”, bahwa Soviet punya peran besar, dsb.

Seorang proletariat revolusioner berbeda dari seorang liberal, di mana dia,

sebagai seorang teoretikus, menganalisis signifikansi baru Komune dan

Soviet sebagai sebuah negara. Vandervelde, di lain pihak, bungkam

mengenai apa yang dikatakan oleh Marx dan Engels panjang lebar mengenai

analisis pengalaman Komune Paris.

Sebagai seorang buruh yang praktis, sebagai seorang politisi, seorang

Marxis harus menjelaskan bahwa hanya pengkhianat sosialisme dapat

menghindari tugas menguraikan perlunya revolusi proletariat (model

Komune, model Soviet, atau mungkin model ketiga yang lain), menjelaskan

perlunya persiapan untuk revolusi ini, melakukan propaganda untuk revolusi

di antara rakyat, menjawab prasangka-prasangka borjuis-kecil, dsb.

Tetapi Kautsky dan Vandervelde tidak melakukan ini sama sekali,

karena mereka sendiri adalah pengkhianat sosialisme, yang ingin

mempertahankan reputasi mereka sebagai sosialis dan Marxis di antara kaum

buruh.

Mari kita tengok formulasi teori mengenai masalah negara.

Negara, bahkan di dalam republik demokratik, tidak lain adalah mesin

penindasan satu kelas oleh kelas yang lain. Kautsky akrab dengan kebenaran

ini, mengakuinya, setuju dengannya, tetapi ... dia menghindari pertanyaan

fundamental ini: kelas mana yang harus ditindas oleh kelas proletariat ketika

kelas ini membentuk negara proletariat, untuk alasan apa, dan dengan cara

apa.

Vandervelde akrab, mengakui, dan setuju dengan proposisi

fundamental Marxisme ini (hal 72. bukunya), tetapi ... dia tidak mengatakan

satu kata pun mengenai subjek penumpasan resistensi kaum penindas “yang

tidak menyenangkan” (bagi para tuan-tuan kapitalis)!

Vandervelde dan Kautsky telah sepenuhnya menghindari subjek

“yang tidak menyenangkan” ini. Di sinilah terletak pengkhianatan mereka.

Seperti Kautsky, Vandervelde adalah ahli dalam seni menggantikan

dialektika dengan eklektisme. Di satu pihak ini tidak bisa tidak diakui, dan di

lain pihak ini harus diakui. Di satu pihak, istilah negara dapat berarti “bangsa

secara keseluruhan” (baca kamus Littré – sebuah karya yang baik, ini tidak

dapat disangkal – dan Vandervelde, hal. 87); di lain pihak, istilah negara

dapat berarti “pemerintahan” (Vandervelde, hal. 87). Vandervelde mengutip

pernyataan cerdik ini berdampingan dengan kutipan-kutipan dari Marx.

Makna Marxis dari istilah “negara” berbeda dari makna biasanya, tulis

Vandervelde. Oleh karenanya, “kesalahpahaman” mungkin dapat timbul.

“Marx dan Engels menganggap negara bukan sebagai negara dalam artian

yang luas, bukan sebagai organ pemandu, bukan sebagai perwakilan dari

kepentingan-kepentingan umum masyarakat (intérêts généraux de la

société). Namun negara sebagai kekuasaan, negara sebagai organ otoritas,

negara sebagai instrumen kekuasaan satu kelas terhadap kelas yang lain.”

(hal. 75-76)

Marx dan Engels berbicara mengenai penghancuran negara hanya

dalam artian kedua ... “Afirmasi yang terlalu absolut berisiko menjadi tidak

tepat. Ada banyak tahapan-tahapan transisional antara negara kapitalis, yang

berdasarkan kekuasaan eksklusif dari satu kelas, dan negara proletariat, yang

tujuannya adalah menghapus semua kelas.” (hal. 156)

Ini contoh “cara”nya Vandervelde, yang hanya sedikit berbeda dengan

caranya Kautsky, dan pada intinya identik. Dialektika menyangkal adanya

kebenaran yang absolut dan menjelaskan perubahan berturut-turut dari yang

berlawanan dan signifikansi krisis di dalam sejarah. Kaum eklektis tidak

menginginkan proposisi yang “terlalu absolut”, karena dia ingin mendorong

hasrat filistinnya untuk menggantikan revolusi dengan “tahapan-tahapan

transisional”.

Para Kautsky dan Vandervelde tidak berbicara satu kata pun mengenai

fakta bahwa tahapan transisional antara negara sebagai organ kekuasaan

kelas kapitalis dan negara sebagai organ kekuasaan proletariat adalah

revolusi, yang berarti penumbangan kaum borjuasi dan pembubaran dan

penghancuran mesin negaramereka.

Para Kautsky dan Vandervelde mengaburkan fakta bahwa

kediktatoran borjuis harus digantikan dengan kediktatoran satu kelas, yakni

kelas proletariat, dan bahwa “tahapan-tahapan transisional” revolusi akan

disusul oleh “tahapan-tahapan transisional” pupusnya negara proletar.

Di sinilah terletak pengkhianatan politik mereka.

Di sinilah, secara teori dan filsafat, mereka menggantikan dialektika

dengan eklektisme dan sofisme. Dialektika adalah filsafat yang konkret dan

revolusioner, dan membedakan antara “transisi” dari kediktatoran satu kelas

ke kediktatoran kelas yang lainnya, dan “transisi” dari negara proletar

demokratik ke masyarakat tanpa negara (“pupusnya negara”). Untuk

menyenangkan kaum borjuasi, eklektisme dan sofisme para Kautsky dan

Vandervelde mengaburkan semua yang konkret dan tepat di dalam

perjuangan kelas dan mengedepankan konsep umum “transisi”, di mana

mereka dapat menyembunyikan penyangkalan mereka terhadap revolusi

(seperti yang dilakukan oleh sembilan dari sepuluh kaum Sosial Demokrat

kita hari ini).

Sebagai seorang eklektis dan sofis, Vandervelde lebih mahir dan halus

daripada Kautsky; karena frase “transisi dari negara dalam arti yang sempit

ke negara dalam arti yang luas” dapat menjadi cara untuk menghindari

semua masalah revolusi, semua perbedaan antara revolusi dan reforma, dan

bahkan perbedaan antara kaum Marxis dan kaum liberal. Kaum borjuasi

dengan pendidikan Eropa mana yang akan menyangkal, “secara umum”,

“tahapan-tahapan transisional” dalam artian “umum” ini?

Vandervelde menulis:

“Saya setuju dengan Guesde bahwa mustahil untuk

mensosialisasi alat-alat produksi dan distribusi tanpa memenuhi

dua kondisi berikut ini:

1. Transformasi negara yang sekarang sebagai organ kekuasaan

satu kelas terhadap kelas yang lain menjadi apa yang disebut

Monger sebagai sebuah negara buruh rakyat (people’s

labour state), dengan perebutan kekuasaan oleh proletariat.

2. Pemisahan negara sebagai sebuah organ otoritas dari negara

sebagai sebuah organ pemandu, atau, dengan menggunakan

istilah dari Saint-Simon, pemisahan pemerintahan rakyat

dari administrasi.” (hal.89)

Vandervelde menulis baris-baris di atas dalam huruf miring, yang

memberikan penekanan khusus pada signifikansi dari proposisi-proposisi ini.

Tetapi ini sebenarnya hanyalah gado-gado eklektik, yang pecah sepenuhnya

dari Marxisme! “Negara buruh rakyat” (people’s labour state) hanyalah

parafrase dari “negara rakyat yang bebas” (free people’s state), yang

diparadekan oleh kaum Sosial-Demokrat Jerman pada tahun 1870an dan

yang dicap konyol oleh Engels1. Istilah “negara buruh rakyat” adalah istilah

dari kaum demokrat borjuis-kecil (seperti kaum Sosialis-Revolusioner Kiri

kita), sebuah istilah yang menggantikan konsep kelas dengan konsep non-

kelas. Vandervelde menempatkan perebutan kekuasaan negara oleh

proletariat (oleh sebuah kelas) berdampingan dengan negara “rakyat”, dan

tidak mampu melihat bahwa hasilnya adalah sebuah gado-gado. Dengan

Kautsky dan “demokrasi murni”nya, hasilnya adalah gado-gado yang serupa

dan filistinisme anti-revolusioner yang serupa, yang mengabaikan tugas dari

1 Marx dan Engels, Selected Correspondence, Moskow, 1955, hal. 357.

revolusi kelas proletariat, tugas dari kediktatoran kelas proletariat, tugas dari

negara kelas proletariat.

Terlebih lagi, pemerintahan rakyat akan lenyap dan digantikan oleh

administrasi hanya ketika negara dalam semua bentuk pupus. Tetapi

berbicara mengenai masa depan yang relatif jauh ini, Vandervelde

mengaburkan tugas esok hari, yakni penumbangan kelas borjuasi.

Tipu daya ini sama dengan penghambaan terhadap kaum borjuis

liberal. Kaum liberal bersedia berbicara mengenai apa yang akan terjadi

ketika mereka tidak perlu memerintah rakyat. Mengapa tidak bermain saja

dalam mimpi yang tidak berbahaya ini? Tetapi mengenai kaum proletariat

yang harus meremukkan perlawanan kaum borjuasi – tidak ada satu kata

pun. Kepentingan kelas kaum borjuasi menuntut ini.

Sosialisme versus negara. Inilah bagaimana Vandervelde

mengangguk kepada kaum proletariat. Tidaklah sulit untuk mengangguk;

setiap politisi “demokratis” tahu bagaimana mengangguk kepada para

pemilihnya. Dan di bawah kedok “anggukan” ini, tersembunyi makna anti-

revolusioner dan anti-proletariat.

Vandervelde mengutip Ostrogorsky2 panjang lebar untuk

menunjukkan betapa banyaknya penipuan, kekerasan, korupsi, kebohongan,

kemunafikan, dan penindasan yang tersembunyi di balik kedok beradab,

mengkilap, dan harum dari demokrasi borjuis modern. Tetapi dia tidak

menarik kesimpulan dari ini. Dia gagal memahami bahwa demokrasi borjuis

menindas rakyat pekerja, dan demokrasi proletariat harus menindas kaum

borjuasi. Kautsky dan Vandervelde matanya buta terhadap ini. Mereka

membuntuti kepentingan kelas kaum borjuasi, dan kepentingan kelas

borjuasi ini menuntut agar masalah penindasan ini dihindari, didiamkan, atau

disangkal.

2 Lenin merujuk pada buku M. Ostrogorsky, La Democratic et les Partis Politiques,

yang pertama kali terbit di Paris pada 1903. Buku ini mengandung banyak materi faktual mengenai sejarah Inggris dan Amerika Serikat, yang mengekspos kepalsuan dan kemunafikan demokrasi borjuis.

Eklektisme borjuis-kecil versus Marxisme, sofisme versus dialektika,

reformisme filistin versus revolusi proletariat – inilah yang seharusnya

menjadi judul bukunya Vandervelde.