Pengantar Untuk Edisi Bahasa Indonesia “Revolusi Proletariat
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Pengantar Untuk Edisi Bahasa Indonesia “Revolusi Proletariat
Revolusi Proletariat dan Kautsky si Pengkhianat
V.I. Lenin (1918)
Ditulis: Oktober - November 1918
Diterbitkan dalam bentuk pamflet pada 1918 oleh Kommunist
Publishers, Moskow. Diterbitkan berdasarkan pamflet yang diperiksa dari
manuskrip.
Judul Asli: The Proletarian Revolution and The Renegade Kautsky
Sumber terjemahan: Lenin’s Collected Works, Progress Publishers,
Moskow, Volume 28, 1974, hal. 227-325
Penerjemah ke Bahasa Indonesia: Ted Sprague (13 April 2014)
i
Pengantar Untuk Edisi Bahasa Indonesia “Revolusi Proletariat
dan Kautsky si Pengkhianat”
Untuk pertama kalinya karya polemik Lenin terhadap Kautsky, yang
diberi oleh Lenin satu judul yang teramat tajam: “Revolusi Proletariat dan
Kautsky si Pengkhianat”, diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.
Mungkin banyak pembaca yang akan bertanya: apa gunanya membaca karya
yang sudah 96 tahun tuanya selain hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu
historis atau kepentingan akademis? Namun sesungguhnya karya ini
masihlah relevan sampai hari ini untuk perjuangan revolusioner. Di
dalamnya termaktub pelajaran-pelajaran yang teramat berharga. Lenin
menulis karya ini bukan untuk kepentingan akademis atau intelektual
semata, tetapi untuk mempersenjatai kaum buruh secara ideologis, dan
begitu juga penerjemahan karya ini yang ditujukan untuk para pejuang
revolusioner hari ini di bumi Indonesia.
Sampai pada Perang Dunia Pertama yang meledak pada tahun 1914,
Lenin selalu menganggap Kautsky sebagai salah satu gurunya. Tidak hanya
Lenin, setelah meninggalnya Marx dan Engels. Kautsky selalu dianggap
sebagai guru besar Marxisme di Eropa oleh hampir semua kaum sosialis.
Otoritasnya tidak terbantahkan. Tulisan-tulisannya menjadi salah satu
fondasi Marxisme di Rusia, dan ini diakui oleh Lenin sendiri dalam
karyanya Negara dan Revolusi: “Tak diragukan lagi bahwa karya-karya
Kautsky telah diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia jauh lebih banyak dari
pada ke dalam bahasa lain manapun. Bukanlah tanpa alasan jika beberapa
orang Sosial-Demokrat Jerman bergurau bahwa Kautsky lebih banyak
dibaca di Rusia dari pada di Jerman.”
Selama puluhan tahun Kautsky mengajari kaum buruh Eropa untuk
mempersiapkan diri mereka untuk revolusi ketika kapitalisme memasuki
krisis. Krisis akut ini tiba pada tahun 1914 ketika kekuatan-kekuatan
imperialis menenggelamkan Eropa ke dalam kubangan darah. Akan tetapi
malangnya Kautsky justru tertangkap basah tidak siap dan berusaha mati-
matian menyangkal realitas ini. Kita akan lihat di karya Lenin ini bagaimana
ii
dia berkali-kali mengecam Kautsky yang berpaling dari tulisan-tulisannya
sendiri. Leon Trotsky sendiri menulis ini mengenainya:
“Kautsky adalah seperti seorang guru yang menyedihkan
hidupnya, yang selama bertahun-tahun mengulang-ulang
penjelasan mengenai musim semi kepada murid-muridnya di
dalam kungkungan empat tembok kelasnya yang sesak. Ketika
di akhir kariernya sebagai seorang guru dia memutuskan untuk
keluar menghirup udara segar, dia tidak mengenali musim semi,
dan menjadi marah dan mencoba untuk membuktikan bahwa
musim semi bukanlah musim semi, tetapi hanyalah sebuah
kekacauan alam yang besar yang tidak sesuai dengan hukum-
hukum alam.” (Hasil dan Prospek)
Demikianlah adanya, ketika musim semi tiba, yakni Revolusi
Oktober, Kautsky malah berusaha sekeras mungkin membuktikan bahwa
Revolusi Oktober adalah revolusi yang tidak sesuai dengan hukum-hukum
revolusi sebagaimana yang dia percaya.
Salah satu argumen dari Kautsky dalam menentang Revolusi Oktober
adalah bahwa tidak ada kondisi revolusioner di Eropa yang membenarkan
kaum Bolshevik untuk merebut kekuasaan di Rusia. Dalam memimpin
revolusi proletariat di Rusia, kaum Bolshevik melakukan ini dengan
pengharapan bahwa revolusi di Rusia akan memercikkan revolusi-revolusi
yang serupa di Eropa Barat. Ini karena Lenin dan kaum Bolshevik lainnya
paham betul bahwa revolusi bisa dimenangkan di Rusia, yakni sebuah negeri
yang terbelakang yang menjadi mata rantai terlemah dalam kapitalisme,
tetapi tidak akan bisa dipertahankan kalau tidak diikuti oleh revolusi di
negeri-negeri kapitalis maju. Selain itu, pengharapan ini juga berdasarkan
kondisi objektif yang ada, yakni Perang Dunia yang meledak telah
menciptakan situasi yang revolusioner di seluruh dunia. Inilah prognosis
kaum Bolshevik yang dikecam oleh Kautsky, yang ternyata terbukti benar
tidak lama setelah Kautsky menulis kritiknya itu. Revolusi Jerman meledak
pada November 1918, hanya beberapa bulan setelah pamflet Kautsky terbit
iii
di mana dia mempertanyakan prospek revolusi di Jerman dan Eropa secara
umum.
Revolusi Jerman ini menemui kegagalan karena pengkhianatan para
pemimpin Sosial Demokrat. Partai Sosial Demokrat Jerman bekerja sama
dengan tentara dan milisi reaksioner dalam menumpas pemberontakan
Spartakus (Partai Komunis Jerman) pada Januari 1919, di mana Rosa
Luxemburg dan Karl Leibknecht – pendiri dan pemimpin Partai Komunis
Jerman – dibunuh. Kautsky sendiri memainkan peran yang negatif, karena
alih-alih mempersiapkan kaum buruh Jerman untuk menyambut revolusi dia
malah sibuk meragukan datangnya revolusi Jerman. Keraguannya berbuah
kegagalan, karena tidak akan ada revolusi yang pernah menang ketika para
partisipannya meragukannya sejak awal. Dosa Kautsky bahkan jauh lebih
besar karena dia memiliki pengaruh yang tidak kecil di dalam gerakan buruh
Jerman.
Kita bisa melihat bagaimana Kautsky terjerumus ke dalam idealisme
ketika dia mengaji Revolusi Oktober. Pertama, dia mengharapkan adanya
demokrasi murni yang tidak berkarakter kelas, dengan tidak membedakan
antara demokrasi borjuis dan demokrasi proletar.
Kedua, dia menaruh pengharapan yang tidak realistis kepada negara
Soviet yang baru saja lahir. Dia mengecam konstitusi Soviet yang katanya
tidak rinci dan oleh karenanya rentan digunakan semena-mena. Lenin
menepis kritik Kautsky ini sebagai “ocehan dari seorang jurnalis picisan
yang dibayar oleh kaum borjuis”. Rakyat pekerja Rusia baru saja
membangun sebuah negara Soviet yang baru – dan yang tidak pernah ada
sebelumnya – di tengah-tengah Perang Dunia yang berkecamuk dan perang
sipil yang baru saja dimulai oleh kaum monarkis Tsar dan borjuasi yang
tidak rela kehilangan kekuasaan mereka. Mereka tidak punya sebuah sketsa
yang sudah jadi dan siap pakai. Mereka tidak punya ahli-ahli hukum dan
pengacara-pengacara yang pintar di tengah-tengah mereka. Kautsky
sementara menuntut sebuah konstitusi Soviet yang sempurna dalam waktu
beberapa bulan setelah Revolusi Oktober. Kautsky, kata Lenin, “tidak
keberatan pada kaum borjuasi Inggris yang membutuhkan beberapa abad
iv
untuk menyempurnakan konstitusi borjuis yang baru (baru di Abad
Pertengahan). Tetapi dia, karena dia adalah perwakilan kacung borjuasi,
tidak memberikan waktu kepada kita, kaum buruh dan tani Rusia. Dia
menuntut agar kita segera menyempurnakan konstitusi kita sampai ke huruf
yang terakhir dalam beberapa bulan.”
Ketiga, Kautsky juga menuntut agar rejim Soviet yang baru ini bisa
segera membawa kesejahteraan. Dia mengeluh bagaimana “setelah sembilan
bulan, Republik Soviet, alih-alih membawa kesejahteraan, harus
menjelaskan mengapa masih ada kemiskinan secara umum.” Bagaimana
mungkin bisa ada kesejahteraan ketika Perang Dunia masih berkecamuk,
Jerman masih menyerang Rusia (sampai ditandatanganinya Perjanjian Brest-
Litovsk antara Rusia dan Jerman pada Maret 1918 di mana Soviet terpaksa
kehilangan sejumlah daerah yang luas, yang mencakup ¼ populasinya, 9/10
dari tambang batubara, dan pusat-pusat industri), dan pemberontakan-
pemberontakan reaksioner mulai meledak di seluruh penjuru Rusia? Kautsky
diam saja mengenai kondisi-kondisi yang mencekik rakyat pekerja Rusia ini.
Ini tidak berbeda jauh dengan keluhan-keluhan dari Emma Goldman,
pemimpin Anarkis terkenal dari Amerika Serikat, terhadap rejim Soviet. Di
dalam karyanya yang paling banyak dibaca oleh kaum Anarkis,
“Kekecewaan saya di Rusia” (My Disillusionment in Rusia, 1921), dia
menceritakan pengalamannya ketika dia berada di Rusia:
“Melewati Nevsky Prospekt, dekat Jalan Liteiny, saya melihat
sekelompok perempuan yang berkerumun untuk
menghangatkan diri mereka dari udara dingin. Mereka
dikelilingi oleh sejumlah prajurit, yang mengobrol dengan
mereka. Perempuan-perempuan ini adalah pelacur yang sedang
menjual diri mereka untuk sepotong roti, sabut atau cokelat.
Para prajurit adalah satu-satunya yang dapat membeli mereka
karena jatah makanan mereka yang lebih. Prostitusi di Rusia
Revolusioner. Saya heran. Apa yang sedang dilakukan oleh
Pemerintahan Komunis untuk mereka-mereka yang malang ini?
Apa yang sedang dilakukan oleh Soviet Buruh dan Tani? ... Ini
v
terlalu mengejutkan, terlalu luar biasa, tetapi begitulah adanya –
makhluk-makhluk yang kedinginan yang menjual diri mereka
dan para pembeli mereka, yakni para pembela Revolusi. “Para
penyerang yang terkutuk itu, blokade – mereka-lah yang
menyebabkan ini,” jawab pengantar saya. Ya, kaum kontra-
revolusioner dan blokade-lah yang bertanggung jawab. Saya
mencoba meyakinkan diri saya. Saya mencoba menghiraukan
kerumunan tersebut, tetapi saya tidak bisa melupakannya.”
Emma Goldman mengharapkan prostitusi segera dihapuskan dari
tanah Soviet dalam waktu yang singkat, di tengah kepungan Tentara Putih
dan pasukan imperialis, di tengah kemiskinan yang mengerikan di Soviet.
Dia tidak paham bahwa prostitusi disebabkan oleh kemiskinan dan bukan
oleh semacam cacat moral dari “para pembela Revolusi” yang dia kecam
tersebut, dan hanya setelah kemiskinan bisa diatasi maka prostitusi akan
segera pupus secara signifikan. Dalam hal ini kita bisa melihat bagaimana
idealisme borjuis-kecil Kautsky ini tidak berbeda dengan idealisme borjuis-
kecil seorang anarkis, yang tidak bisa mengkaji situasi berdasarkan kondisi
objektif yang ada.
Kebijakan-kebijakan luar biasa dan keras yang diambil oleh Soviet di
bawah kepemimpinan Lenin dan Trotsky bukanlah sesuatu yang inheren
dalam Marxisme dan konsep kediktatoran proletariat, namun adalah reaksi
terhadap situasi-situasi sulit yang harus mereka hadapi: revolusi sosialis di
negeri terbelakang, perang sipil dan kepungan tentara-tentara imperialis, dan
keterlambatan revolusi-revolusi di Eropa Barat dan kegagalan mereka.
Kendati kritik-kritik tajam terhadap Bolshevisme yang datang dari semua
kaum “sosialis” dan “Marxis” tipe Karl Kautsky, Antonie Pannekoek,
Herman Gorter, dll. dan juga kaum anarkis dari berbagai tendensi, sampai
hari ini tidak ada satu pun dari mereka yang pernah berhasil dalam merebut
kekuasaan dari tangan kelas borjuasi. Sebaliknya, gagasan-gagasan mereka
justru melucuti rakyat pekerja dalam memenangkan revolusi.
Karya ini bukanlah karya pertama Lenin dalam berpolemik melawan
Kautsky. Dalam “Negara dan Revolusi”, Lenin juga sudah memulai kritik
vi
tajamnya terhadap Kautsky dalam perihal karakter Negara borjuasi. Bahkan
sebelumnya, dalam karyanya “Imperialisme: Tahapan Tertinggi di dalam
Kapitalisme” yang ditulisnya pada 1916 Lenin sudah mengkritik gagasan
ultra-imperialisme Kautsky. Kautsky berpendapat bahwa kapitalisme akan
bergerak ke arah ultra-imperialisme di mana semua negara kapitalis bersatu
dan membagi-bagi dunia secara damai sehingga tidak akan ada lagi
peperangan di antara mereka.
Leon Trotsky juga menulis sebuah karya polemik terhadap Kautsky
pada 1920, yakni pada puncak Perang Sipil di Rusia di mana Leon Trotsky
sedang memimpin Tentara Merah dalam memerangi Tentara Putih,
kepungan tentara-tentara imperialis dan usaha-usaha sabotase kaum
reaksioner. Pada tahun 1919, Kautsky menerbitkan sebuah pamflet berjudul
“Terorisme dan Komunisme” yang mengutuk keras kebijakan-kebijakan
“teror” Bolshevik yang dianggapnya kejam dan tidak demokratis. Trotsky,
sebagai Komisar Perang yang berdiri memimpin perjuangan hidup-mati
untuk mempertahankan Negara Buruh Soviet yang baru saja lahir ini,
menjawabnya lewat pamflet dengan judul yang sama, “Terorisme dan
Komunisme.”
Pada akhirnya, Kautsky adalah produk dari epos kebangkitan
kapitalisme pada 1870-1910. Dalam periode kemajuan kapitalisme tersebut
kaum proletariat tumbuh besar. Namun mereka juga tumbuh terbiasa pada
reforma-reforma yang dapat diberikan oleh kapitalisme yang sedang
berkembang itu. Para pemimpin serikat-serikat buruh dan partai-partai buruh
yang tergabung dalam Internasional Kedua mulai bergeser dari Marxisme ke
reformisme, bahwa sosialisme dapat dicapai secara bertahap tanpa perlunya
revolusi. Mengapa tidak ketika tampaknya kapitalisme bisa terus tumbuh
dan memberikan reforma kepada buruh? Kautsky pada awalnya menentang
pergeseran ke reformisme ini, tetapi oposisinya tidak tegas dan tidak
konsisten karena dia sendiri telah mengasimilasi reformisme ke dalam
pemikirannya.
Hari ini, perjuangan melawan reformisme dan oportunisme di dalam
gerakan buruh masihlah merupakan perjuangan ideologis yang paling
vii
penting. Bahkan dapat dikatakan bahwa kapitalisme tidak akan dapat
bertahan barang satu hari pun tanpa reformisme yang membebani kesadaran
kelas buruh. Tidak cukup hanya mengkritik kapitalisme. Inilah mengapa
karya-karya polemik Lenin terhadap reformisme dalam berbagai bentuknya
masih tetap relevan bagi kaum buruh dan kaum muda revolusioner di
Indonesia hari ini.
Ted Sprague
Montreal, 13 April 2014
viii
Pendahuluan
Pamflet Kautsky1, “The Dictatorship of Proletariat” (Kediktatoran
Proletariat), yang baru-baru ini diterbitkan di Wina (Wien, 1918, Ignaz
Brand, hal. 63), merupakan contoh paling jelas dari kebangkrutan
Internasional Kedua yang paling memalukan, yang telah lama dibicarakan
oleh semua kaum sosialis yang jujur di semua negeri. Revolusi proletariat
sekarang sudah menjadi persoalan praktis di sejumlah negeri, dan oleh
karenanya pemeriksaan terhadap cara-cara berpikir Kautsky yang sesat dan
penuh pengkhianatan dan penolakan sepenuhnya terhadap Marxisme
menjadi sangat penting.
Namun, pertama-tama harus ditekankan bahwa sejak permulaan
perang [Perang Dunia Pertama – Ed.] sang penulis telah berulang kali
menunjukkan perpecahan Kautsky dengan Marxisme. Sejumlah artikel yang
diterbitkan antara tahun 1914-1916 di jurnal Sotsial-
Demokrat2 dan Kommunist3, yang diterbitkan di luar negeri, membahas soal
itu. Artikel-artikel ini selanjutnya dikumpulkan dan diterbitkan oleh Soviet
Petrograd dengan judul “Against the Stream” (Melawan Arus), oleh G.
Zinoviev4, dan N. Lenin (Petrograd, 1918. hal. 550). Dalam sebuah pamflet
1 Karl Kautsky (1854-1938) adalah teoretikus Marxis terkemuka dari Jerman. Dia
adalah salah satu pendiri Internasional Kedua dan teoretikus organisasi tersebut. Awalnya Kautsky dianggap sebagai guru Marxis oleh kaum Bolshevik, termasuk Lenin. Tetapi dengan semakin dekatnya revolusi, Kautsky menjadi semakin reformis. Saat Perang Dunia I meledak, dia mengambil posisi yang ambigu. Ketika Revolusi Oktober meledak, dia mengambil posisi menentangnya dan berdiri di pihak kontra-revolusi. Lenin dan Trotsky lalu mencapnya sebagai pengkhianat.
2 Koran Sotsial-Demokrat adalah koran ilegal Rusia, organ sentral dari Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia yang diterbitkan dari Februari 1908 hingga Januari 1917. Koran ini diterbitkan di luar negeri. Dewan Editornya terdiri dari perwakilan Bolshevik, Menshevik, dan kaum Sosial Demokrat Polandia. Lenin adalah salah satu editornya, dan menulis banyak artikel di dalam koran ini.
3 Majalah Kommunist adalah majalah yang didirikan oleh Lenin. Hanya dua edisi yang berhasil terbit sebelum majalah ini ditutup karena perbedaan politik di antara dewan editornya.
4 Gregory Zinoviev (1883-1936) adalah seorang Bolshevik Tua. Bersama Lenin dan Kamenev, mereka membangun Bolshevik sejak awal. Dengan Stalin dan Kamenev, ia menentang Trotsky pada 1923. Setelah sadar bahwa bahaya sesungguhnya di dalam Partai adalah Stalin dan kaum birokrasi, ia lalu bersatu dengan Trotsky untuk melawan Stalin pada
ix
yang diterbitkan di Jenewa pada 1915 dan diterjemahkan ke dalam bahasa
Jerman dan Prancis pada tahun yang sama, saya menjelaskan tentang
“Kautskyisme” sebagaimana di bawah ini:
“Kautsky, pemimpin terkemuka Internasional Kedua, adalah contoh
yang paling jelas dan khas tentang bagaimana sebuah pengakuan verbal
terbuka terhadap Marxisme dalam prakteknya berubah menjadi
“Struvisme”5 atau “Brentanoisme”6 (dengan kata lain, menjadi teori borjuis
liberal yang mengakui adanya perjuangan “kelas” kaum proletariat yang
non-revolusioner, yang mana diungkapkan dengan jelas oleh Struve, seorang
penulis dari Rusia, dan Brentano, ekonom dari Jerman). Contoh lainnya
adalah Plekhanov7. Melalui metode sofistri, Marxisme dilucuti dari semangat
revolusionernya yang hidup; segala sesuatunya diakui dalam kerangka
Marxisme, kecuali metode-metode perjuangan revolusioner, propaganda dan
persiapan untuk metode-metode tersebut, dan juga pendidikan bagi massa
dalam rangka perjuangan revolusioner. Kautsky dengan cara-cara yang tidak
prinsipil mendamaikan ide fundamental sovinisme-sosial, pengakuan atas
pembelaan terhadap tanah air dalam perang hari ini, dengan konsesi
diplomatis palsu kepada kaum Kiri. Hal ini dilakukannya dengan abstain dari
pemungutan suara anggaran perang, klaim verbalnya sebagai oposisi, dll.
Kautsky, yang pada 1909 menulis sebuah buku tentang periode revolusi
yang semakin dekat dan tentang kaitan antara perang dan revolusi, yang
1926-27. Oposisi Kiri ini kalah dalam perjuangannya melawan Stalin dan birokrasi. Ia dipecat dari partai pada 1927, tetapi kemudian menyerah pada Stalin dan diizinkan masuk kembali ke dalam Partai. Dipecat lagi pada 1932, dia lalu dihukum 10 tahun penjara. Pada 1935, Zinoviev diadili di dalam Pengadilan Moskow dan dihukum eksekusi.
5 Peter Struve (1870-1944) adalah seorang politisi dan intelektual terkemuka Rusia, yang awalnya seorang Marxis, lalu menjadi liberal. Ia adalah salah seorang pendiri Partai Konstitusional Demokratik (Kadet), sebuah partai borjuis liberal di Rusia.
6 Lujo Brentano (1844-1931) adalah seorang ekonom Jerman, yang mendukung gagasan “sosialisme negara”. Dia mencoba membuktikan kemungkinan mencapai keadilan sosial di dalam kerangka kapitalisme, dengan cara reforma dan mendamaikan kepentingan kapitalis dan buruh.
7 Georgi Plekhanov (1856-1918) adalah Bapak Marxisme Rusia. Dia adalah salah satu pendiri organisasi Marxis pertama di Rusia: Kelompok Emansipasi Buruh. Dianggap oleh Lenin sebagai gurunya, dia pada akhirnya berseberangan dengan Lenin mengenai masalah Revolusi Rusia 1917, dan menentang Revolusi Oktober.
x
pada 1912 menandatangani Manifesto Basel8 yang berbicara mengenai
menggunakan peluang revolusioner dari perang yang akan datang, sungguh
berusaha keras untuk membenarkan dan menghiasi sovinisme-sosial, dan,
seperti Plekhanov, bergabung dengan kaum borjuasi untuk mencemooh
setiap pemikiran tentang revolusi dan semua langkah menuju perjuangan
revolusioner yang segera.
“Kelas buruh tidak dapat memainkan peran revolusioner yang
mendunia kecuali jika kelas buruh mengobarkan sebuah perjuangan yang
tanpa-belas-kasihan untuk melawan kemunduran, kepengecutan, dan
ketundukan terhadap oportunisme, dan vulgarisasi terhadap teori-teori
Marxisme yang tidak ada paralelnya ini. Kautskyisme bukanlah sebuah
kebetulan; ia adalah produk sosial dari kontradiksi-kontradiksi di dalam
Internasional Kedua, yang merupakan campuran antara kesetiaan terhadap
Marxisme dalam kata-kata dan subordinasi terhadap oportunisme dalam
praktek. “(G. Zinoviev dan N. Lenin, “Sosialisme dan Perang” Jenewa,
1915, hal. 13-14).
Lagi, dalam buku saya yang berjudul “Imperialisme, Tahapan
Tertinggi Dalam Kapitalisme” yang ditulis pada 1916, dan diterbitkan di
Petrograd pada 1917, saya membedah serinci-rincinya kesalahan teoritis dari
semua argumen Kautsky tentang imperialisme. Saya mengutip definisi
Kautsky tentang imperialisme: “Imperialisme adalah sebuah produk dari
kapitalisme industrial yang sangat berkembang, di mana setiap bangsa
kapitalis industrial berusaha mengontrol atau menganeksasi semua
daerah agraris yang besar [italik dari Kautsky], tidak peduli bangsa mana
yang mendudukinya.” Saya menunjukkan betapa kelirunya penjelasan ini,
dan bagaimana penjelasan itu telah ‘diadaptasi” untuk menyembunyikan
kontradiksi-kontradiksi yang paling dalam dari imperialisme, dan kemudian
8 Manifesto Basel adalah manifesto yang ditandatangani oleh Internasionale Kedua
pada 1912, yang menyatakan bahwa Internasionale Kedua akan melakukan apapun yang diperlukan untuk menghentikan perang dunia, dan akan menggunakan momen krisis politik dan ekonomi yang ada untuk menumbangkan kekuasaan kapitalis. Namun, ternyata pada 1914 ketika perang dunia meledak, mayoritas anggota Internasionale Kedua mendukung pemerintahan borjuasi mereka sendiri. Ini menandai kematian Internasionale Kedua.
xi
“diadaptasi” untuk didamaikan dengan oportunisme. Saya memberikan
definisi saya sendiri tentang imperialisme: “Imperialisme adalah kapitalisme
pada tahap perkembangan di mana dominasi monopoli dan kapital finansial
telah menjadi kenyataan, di mana ekspor kapital telah menjadi sangat
penting; di mana pembagian dunia di antara sindikat-sindikat internasional
telah dimulai; di mana pembagian wilayah-wilayah dunia di antara kekuatan-
kekuatan kapitalis terbesar telah selesai.” Saya menunjukkan bahwa kritik
Kautsky terhadap imperialisme jauh lebih rendah ketimbang kritik kaum
borjuis filistin.
Akhirnya, pada bulan Agustus dan September 1917 — yakni, sebelum
revolusi proletar Rusia (25 Oktober [7 November] 1917), saya menulis
sebuah pamflet (yang diterbitkan di Petrograd di awal 1918) yang berjudul
“Negara dan Revolusi. Teori Marxis tentang Negara dan Tugas-Tugas Kaum
Proletariat dalam Revolusi”. Dalam Bab IV dari buku ini yang berjudul
“Vulgarisasi Marxisme oleh Kaum Oportunis,” saya memberikan perhatian
khusus terhadap Kautsky dengan menunjukkan bahwa dia telah sepenuhnya
mendistorsi pemikiran-pemikiran Marxisme, mengubahnya agar sesuai
dengan oportunisme, dan bahwa dia telah “menyangkal revolusi dalam
praktek, kendati menerimanya dalam ucapan.”
Pada intinya, kesalahan utama secara teoritis yang dibuat oleh
Kautsky dalam pamfletnya tentang kediktatoran proletariat terletak pada
distorsi-distorsinya yang oportunis terhadap pemikiran-pemikiran Marx
tentang Negara — distorsi-distorsi yang telah saya bedah secara rinci dalam
pamflet saya yang berjudul “Negara dan Revolusi.”
Pernyataan-pernyataan awal ini dibutuhkan karena mereka
menunjukkan bahwa saya telah menuduh Kautsky secara terbuka sebagai
seorang pengkhianat jauh sebelum kaum Bolshevik mengambil alih
kekuasaan Negara dan dikutuk oleh Kautsky sehubungan dengan perebutan
kekuasaan tersebut.
xii
DAFTAR ISI
Pengantar Untuk Edisi Bahasa Indonesia “Revolusi Proletariat
dan Kautsky si Pengkhianat” ………………………………………. i
Pendahuluan ………………………………………………………… viii
Daftar Isi …………………………………………………………….. xii
Bagaimana Kautsky Mengubah Marx Menjadi Seorang Liberal … 1
Demokrasi Borjuis dan Demokrasi Proletariat ……………………. 15
Apakah Mungkin Bisa Ada Kesetaraan Antara yang
Tereksploitasi dan Yang Mengeksploitasi? ………………………… 26
Soviet Tidak Berani Menjadi Organisasi Negara …………………. 35
Majelis Konstituante dan Republik Soviet ………………………… 43
Konstitusi Soviet …………………………………………………….. 55
Apa itu Internasionalisme? ………………………………………….. 69
Kepatuhan pada Borjuasi dengan Kedok “Analisis Ekonomi” …… 86
Lampiran I: Tesis Mengenai Majelis Konstituante
Lampiran II: Buku Baru Vandervelde mengenai Negara
1
Bagaimana Kautsky Mengubah Marx Menjadi Seorang Liberal
Persoalan fundamental yang didiskusikan oleh Kautsky dalam
pamfletnya adalah esensi utama dari revolusi proletariat, yakni kediktatoran
proletariat. Ini adalah persoalan yang mempunyai arti penting terbesar bagi
semua negeri, terutama bagi negeri-negeri yang maju, terutama bagi negeri-
negeri yang sedang berperang, dan terutama pada saat ini. Seseorang bisa
berkata tanpa ketakutan untuk melebih-lebihkan bahwa kediktatoran
proletariat merupakan problem kunci dari semua perjuangan kelas proletar.
Oleh karena itu, amat penting untuk memberikan perhatian khusus terhadap
masalah tersebut.
Kautsky merumuskan persoalan ini sebagai berikut: “Perbedaan antara
dua aliran sosialis (yakni kaum Bolshevik dan kaum non-Bolshevik) adalah
perbedaan antara metode-metode yang sangat berbeda: metode diktatorial
dan metode demokratis” (hal. 3).
Marilah kita ingat lagi, bahwa ketika Kautsky menyebut kaum non-
Bolshevik di Rusia (yakni kaum Menshevik dan kaum Sosialis-
Revolusioner) kaum sosialis, ia dibimbing oleh nama mereka, yakni oleh
sebuah kata, dan bukan oleh tempat yang sesungguhnya mereka tempati di
dalam perjuangan antara kaum borjuasi dan kaum proletar. Betapa indahnya
pemahaman dan penerapan Marxisme yang seperti demikian! Tetapi saya
akan menjelaskan lebih jauh tentang ini nanti.
Untuk saat ini, kita harus menghadapi masalah yang utama, yakni
penemuan Kautsky yang terbesar mengenai “perbedaan fundamental” antara
“metode demokratis dan metode diktatorial”. Inilah problem yang terutama;
inilah esensi dari pamflet Kautsky. Dan ini sungguh merupakan kekacauan
teoritis yang begitu buruk, penolakan yang sepenuh-penuhnya terhadap
Marxisme, di mana Kautsky, harus diakui, telah begitu jauh melebihi
Bernstein.
Persoalan kediktatoran proletariat adalah persoalan relasi negara
proletariat terhadap negara borjuis, relasi demokrasi proletariat terhadap
2
demokrasi borjuis. Kita mungkin dapat berpikir bahwa ini begitu jelas dan
mudah. Akan tetapi Kautsky, seperti seorang guru sekolah yang telah
menjadi kering kerontang seperti debu karena mengutip buku-buku teks
sejarah tua yang sama, dengan berkeras-hati memalingkan punggungnya ke
abad ke-20 dan terus menatap ke abad ke-18, dan untuk keseratus kalinya, di
dalam sejumlah paragraf, dengan cara yang sungguh membosankan
bermeditasi mengenai relasi demokrasi borjuis terhadap absolutisme dan
medievalisme!
Ini terdengar seperti dia sedang mengigau dalam tidur!
Akan tetapi, ini artinya ia telah sepenuhnya gagal memahami masalah
ini. Kita tidak bisa tidak tersenyum melihat usaha Kautsky untuk membuat
bahwa tampaknya ada orang-orang yang mengajarkan “kebencian terhadap
demokrasi” (hal. IA) dan sebagainya. Inilah omong kosong yang digunakan
oleh Kautsky untuk mengaburkan dan membuat masalah ini menjadi kacau-
balau, karena ia berbicara seperti kaum liberal, berbicara tentang demokrasi
secara umum, dan bukannya tentang demokrasi borjuis; bahkan ia menolak
menggunakan istilah kelas yang jelas ini, dan sebaliknya ia berusaha
berbicara tentang demokrasi “pra-sosialis”. Pembual ini menghabiskan
sepertiga dari pamfletnya, atau dua puluh halaman dari enam puluh tiga
halaman pamfletnya, untuk omong kosong ini, yang begitu menyejukkan
hati kaum borjuasi karena ini pada akhirnya sama dengan menghiasi
demokrasi borjuis, dan mengaburkan masalah revolusi proletariat.
Namun, bagaimanapun juga, judul dari pamflet Kautsky adalah
“Kediktatoran Proletariat”. Semua orang tahu, bahwa inilah esensi yang
paling mendasar dari doktrin Marx; dan setelah sekian banyak omong
kosong yang tidak relevan Kautsky merasa berkewajiban mengutip kata-
kata Marx tentang kediktatoran proletariat.
Akan tetapi cara bagaimana Kautsky, “sang Marxis”, mengutip Marx
sangatlah konyol! Coba dengar ini:
3
“Pandangan ini (yang Kautsky sebut “kebencian terhadap
demokrasi”) “bersandar pada sebuah kata tunggal dari Karl
Marx.” Inilah yang Kautsky katakan secara harfiah pada
halaman 20. Dan pada halaman 60, hal yang sama diulang
kembali, bahkan dalam bentuk bahwa, mereka (kaum
Bolshevik) “secara oportunis mengungkit kembali kata kecil
ini” (inilah yang secara harfiah Kautsky tulis - des Wörtchens!!)
“tentang kediktatoran proletariat yang dipergunakan oleh Marx
sekali saja pada tahun 1875 dalam sebuah surat“.
Inilah sedikit “kata kecil” dari Marx tersebut:
“Di antara masyarakat kapitalis dan komunis ada sebuah
periode transformasi revolusioner dari masyarakat kapitalis ke
masyarakat komunis. Bersamaan dengan ini terdapat juga
sebuah periode transisi politik di mana negara haruslah berupa
kediktatoran proletariat yang revolusioner”
Pertama-tama, untuk menyebut pemikiran Marx klasik ini, yang
menyimpulkan seluruh ajarannya yang revolusioner, sebagai “sebuah kata
tunggal” dan bahkan “sebuah kata kecil” adalah penghinaan dan penolakan
penuh terhadap Marxisme. Kita tidak boleh lupa kalau Kautsky paham betul
tentang Marx, dan menimbang dari semua yang telah dia tulis, dia memiliki
di mejanya, atau di kepalanya, sejumlah laci di mana semua yang pernah
ditulis oleh Marx telah diarsipkan dengan hati-hati supaya dengan mudah
dapat digunakan sebagai kutipan. Kautsky mestinya tahu bahwa baik Marx
maupun Engels, dalam surat-suratnya sebagaimana juga karya-karyanya
yang dipublikasikan, berulang kali berbicara tentang kediktatoran
proletariat, sebelum dan terutama setelah Komune Paris. Kautsky harusnya
tahu bahwa formula “kediktatoran proletariat” adalah formulasi yang lebih
konkret secara historis dan lebih tepat secara ilmiah mengenai tugas-tugas
kaum proletariat untuk “menghancurleburkan” mesin negara borjuis. Inilah
yang dinyatakan oleh Marx dan Engels selama 40 tahun antara 1852 dan
1891 dalam menyimpulkan pengalaman revolusi 1848, dan terlebih lagi,
revolusi 1871.
4
Kemudian bagaimana menjelaskan distorsi yang begitu dahsyat
terhadap Marxisme yang dibuat oleh Kautsky, sang Marxis formalis itu?
Sehubungan dengan akar filsafat dari fenomena ini, ini adalah substitusi
dialektika dengan eklektisme dan sofisme. Kautsky adalah ahli substitusi
seperti ini. Berangkat dari sudut pandang politik praktis, ini adalah
ketundukan terhadap kaum oportunis, yakni pada analisa terakhir adalah
ketundukan terhadap kaum borjuis. Semenjak pecahnya perang, Kautsky
telah tumbuh pesat dalam seni menjadi seorang Marxis dalam kata-kata dan
antek kaum borjuis dalam perbuatan, hingga ia sekarang telah menjadi
ahlinya.
Kita akan merasa bahkan lebih yakin tentang ini bila kita periksa
betapa hebatnya Kautsky dalam “menginterpretasi” “kata kecil” Marx
tentang kediktatoran proletariat. Perhatikan hal berikut ini:
“Sayangnya Marx lalai menunjukkan kepada kita dengan lebih
terperinci tentang bagaimana ia membentuk konsep
kediktatoran ini…(Ini adalah sebuah kalimat yang sungguh-
sungguh palsu dari seorang pengkhianat, karena Marx dan
Engels sesungguhnya telah memberikan kepada kita sejumlah
indikasi yang sangat detil, yang mana Kautsky, sang Marxis
formalis, telah dengan sengaja mengabaikannya.)“
Secara harfiah, istilah kediktatoran bermakna penghapusan terhadap
demokrasi. Namun tentunya juga secara harfiah istilah ini juga bermakna
kekuasaan absolut dari seorang individu yang tidak dibatasi oleh satu hukum
pun -- sebuah autokrasi yang berbeda dari despotisme hanya jika
kediktatoran ini bukan sebuah lembaga negara yang permanen, melainkan
kebijakan darurat sementara.
“Istilah kediktatoran proletariat, oleh karenanya bukan kediktatoran
dari seorang individu, tetapi kediktatoran kelas yang dalam dirinya sendiri
(ipso facto) menghindari kemungkinan bahwa Marx dalam hal ini
memikirkan kediktatoran secara harfiah.
5
“Di sini dia tidak berbicara mengenai bentuk pemerintahan, tetapi
mengenai sebuah kondisi yang harus muncul ketika proletariat telah meraih
kekuasaan politik. Bahwa Marx dalam hal ini tidak berbicara mengenai
bentuk pemerintahan terbukti oleh fakta bahwa dia berpendapat bahwa
transisi di Inggris dan Amerika dapat terjadi dengan damai, yakni dengan
cara demokratis.” (hal. 20)
Kita telah dengan sengaja mengutip argumen ini sepenuhnya sehingga
pembaca dapat melihat dengan jelas metode yang dipakai oleh Kautsky
“sang teoretikus”.
Kautsky memilih untuk melakukan pendekatan terhadap masalah ini
dengan memulai mendiskusikan definisi “kata” kediktatoran.
Baiklah. Setiap orang punya hak sakral untuk menggunakan
pendekatan apapun yang dia kehendaki terhadap sebuah masalah. Kita hanya
harus melihat mana pendekatan yang serius dan jujur, dan mana yang tidak
jujur. Setiap orang yang ingin serius dalam melakukan pendekatan terhadap
masalah ini harus memberikandefinisinya sendiri tentang “kata”
kediktatoran. Dengan demikian, masalah ini bisa ditelaah dengan sebaik-
baiknya. Namun Kautsky tidak melakukan ini. Dia menulis, “Secara harfiah,
kata kediktatoran bermakna penghapusan demokrasi.”
Pertama-tama, ini bukanlah sebuah definisi. Bila Kautsky ingin
menghindari pemberian definisi tentang konsep kediktatoran, mengapa dia
memilih pendekatan seperti ini?
Kedua, yang dikatakan oleh Kautsky itu jelas salah. Adalah hal yang
alami bagi seorang liberal untuk berbicara mengenai “demokrasi” secara
umum; tetapi seorang Marxis tidak akan pernah lupa bertanya: “untuk kelas
mana?” Setiap orang tahu, misalnya (dan Kautsky “sang sejarawan” juga
tahu), bahwa pemberontakan, atau bahkan gejolak yang besar, di antara para
budak pada zaman kuno dengan segera mengungkapkan bahwa negara
zaman kuno itu pada dasarnya adalah sebuah kediktatoran pemilik
6
budak. Apakah kediktatoran ini menghapus demokrasi di antara, dan bagi,
para pemilik budak? Semua orang tahu ini tidak.
Kautsky “sang Marxis” membuat pernyataan yang betul-betul tidak
masuk akal dan sama sekali tidak benar ini karena
ia “melupakan” perjuangan kelas…
Agar kita dapat mengubah pernyataan Kautsky yang liberal dan keliru
itu menjadi pernyataan yang betul-betul Marxis dan benar, maka kita harus
berkata: kediktatoran itu tidak selalu berarti penghapusan terhadap
demokrasi bagi kelas yang melaksanakan kediktatoran di atas kelas-kelas
yang lain; akan tetapi ia berarti penghapusan (atau pembatasan material yang
teramat ketat, yang juga merupakan salah satu bentuk penghapusan)
demokrasi bagi kelas yang menjadi objek dari kediktatoran tersebut.
Akan tetapi, sebenar-benarnya pernyataan ini, tetap saja ini tidak
memberikan sebuah definisi untuk kediktatoran.
Marilah kita periksa kalimat Kautsky yang selanjutnya:
“… Tetapi, tentu saja, bila diambil secara harfiah, kata itu juga
bermakna kediktatoran absolut dari seorang individu yang tidak
dibatasi oleh satu hukum pun….”
Seperti seekor anjing buta yang mengendus ke sana ke mari, Kautsky
secara kebetulan menemukan sebuah ide yang benar (yaitu, bahwa
kediktatoran adalah kekuasaan yang tak terbatas oleh satu hukum
pun). Meskipun demikian, ia gagal untuk memberikan definisi tentang
kediktatoran, dan, terlebih lagi, ia membuat kesalahan besar historis yang
sangat jelas, yakni bahwa kediktatoran berarti kekuasaan dari seorang
individu. Ini bahkan keliru secara tata bahasa, karena kediktatoran bisa juga
dilaksanakan oleh sekelompok orang, atau oleh sebuah oligarki, atau oleh
sebuah kelas dan sebagainya.
Kautsky kemudian menunjukkan perbedaan antara kediktatoran dan
despotisme. Meskipun yang dikatakannya jelas-jelas salah, kita tidak akan
7
mendiskusikannya karena ini sama sekali tidak relevan untuk masalah yang
kita hadapi. Semua orang tahu kecenderungan Kautsky untuk berpaling dari
abad ke-20 ke abad ke-18, dan dari abad ke-18 ke zaman klasik kuno, dan
kita berharap bahwa kaum proletariat Jerman, setelah mereka telah meraih
kediktatorannya, akan mengingat kecenderungan Kautsky ini dan
menunjuknya untuk menjadi guru sejarah kuno di sebuah sekolah tertentu.
Untuk menghindari definisi kediktatoran proletariat dengan berfilsafat
mengenai despotisme adalah kebodohan yang kasar atau tipu daya yang
canggung.
Sebagai akibatnya, kita menemukan bahwa, setelah berdiskusi tentang
kediktatoran, Kautsky mengulang-ulang begitu banyak kebohongan tetapi
tidak memberikan satu definisi pun tentang kediktatoran! Alih-alih
menggunakan kemampuan berpikirnya, dia bisa saja menggunakan
memorinya untuk menarik dari “laci-laci dokumennya” setiap saat Marx
berbicara tentang kediktatoran. Bila saja dia melakukan ini, dia tentu akan
tiba pada definisi berikut ini atau yang serupa dengannya:
Kediktatoran adalah kekuasaan yang didasarkan langsung atas
kekerasan dan tidak dibatasi oleh hukum apapun.
Kediktatoran revolusioner proletariat adalah kekuasaan yang
dimenangkan dan dipelihara dengan penggunaan kekerasan oleh proletariat
dalam melawan kaum borjuasi, kekuasaan yang tidak dibatasi oleh hukum
apa pun.
Kebenaran yang sederhana ini, kebenaran yang begitu jelas ini bagi
setiap buruh yang sadar-kelas (yang mewakili massa rakyat, dan bukan
lapisan atas dari para bajingan borjuis-kecil yang telah disuap oleh kaum
kapitalis, begitulah kaum imperialis-sosial di semua negeri), kebenaran ini,
yang begitu jelas bagi setiap perwakilan dari kelas-kelas tertindas yang
sedang berjuang bagi emansipasinya, kebenaran ini, yang tidak bisa
diganggu gugat bagi setiap Marxis, harus “diperas dengan susah payah” dari
tuan Kautsky yang terpelajar! Bagaimana hal ini dapat dijelaskan? Ini dapat
dijelaskan dengan mudah oleh semangat penghambaan yang memenuhi para
8
pemimpin Internasional Kedua, yang telah menjadi penjilat kaum borjuasi
yang hina
Kautsky pertama-tama menggunakan tipu daya dengan mengumbar
omong kosong bahwa kata kediktatoran, secara harfiah, berarti kediktatoran
dari seorang individu, dan kemudian – dengan menggunakan kekuatan dari
tipu daya ini – dia menyatakan bahwa “oleh karenanya” kata-kata Marx
mengenai kediktatoran sebuah kelas tidak dimaknakan dalam arti harfiahnya
(tetapi di dalam makna di mana kediktatoran tidak berarti kekerasan
revolusioner, tetapi berarti “secara damai” memenangkan mayoritas di
bawah “demokrasi” borjuis).
Kita harus membedakan antara “kondisi” dan “bentuk pemerintahan”.
Sungguh perbedaan yang sangat dalam; ini seperti menggambarkan
perbedaan antara “kondisi” dari kebodohan seseorang yang berpikir bodoh,
dan “bentuk” kebodohannya.
Kautsky merasa perlu mengartikan kediktatoran sebagai sebuah
“kondisi dominasi” (inilah ungkapan harfiah yang digunakannya di halaman
selanjutnya, hal. 21), karena dengan demikian kekerasan revolusioner, dan
revolusi yang penuh dengan kekerasan menghilang. “Kondisi dominasi”
adalah sebuah kondisi di mana setiap mayoritas menemui dirinya di bawah
... “demokrasi”! Berkat tipu daya seperti ini, revolusi lenyap dengan
mudahnya!
Akan tetapi, penipuan itu begitu kasar dan tidak akan dapat
menyelamatkan Kautsky. Kita tidak dapat menyembunyikan fakta bahwa
kediktatoran mensyaratkan dan bermakna sebuah “kondisi”, sebuah kondisi
yang begitu tidak disetujui oleh para pengkhianat, kondisi kekerasan
revolusioner satu kelas terhadap kelas yang lainnya. Sangatlah konyol untuk
menarik perbedaan antara sebuah “kondisi” dan sebuah “bentuk
pemerintahan”. Untuk berbicara tentang bentuk pemerintahan dalam hal ini
adalah sangat bodoh, karena setiap anak sekolah tahu bahwa monarki dan
republik adalah dua bentuk pemerintahan yang berbeda. Kita harus
menjelaskan kepada Tn. Kautsky bahwa kedua bentuk pemerintahan ini,
9
seperti semua “bentuk pemerintahan” transisional di bawah kapitalisme,
hanyalah variasi-variasi dari negara borjuis, yakni, variasi-variasi
dari kediktatoran borjuis.
Terakhir, berbicara tentang bentuk pemerintahan bukan hanya sesuatu
yang bodoh, tetapi juga pemalsuan yang kasar terhadap pemikiran Marx,
yang jelas-jelas berbicara mengenai bentuk negara dan bukan bentuk
pemerintahan.
Revolusi proletariat tidak mungkin dapat diwujudkan tanpa
penghancuran paksa mesin negara borjuis, dan penggantiannya dengan
negara yang baru yang, seperti yang dikatakan oleh Engels, “bukan lagi
negara dalam makna kata yang sesungguhnya”.
Posisi Kautsky yang berkhianat membuat dirinya harus memungkiri
dan mengaburkan semua ini.
Maka kita lihat tipu muslihat yang dipergunakannya.
Muslihat yang pertama. “Bahwa Marx dalam hal ini tidak berbicara
mengenai bentuk pemerintahan terbukti oleh fakta bahwa dia berpendapat
bahwa transisi di Inggris dan Amerika dapat terjadi dengan damai, yakni
dengan cara demokratis.”
Bentuk pemerintahan tidak ada hubungannya sama sekali dengan ini,
karena ada monarki-monarki yang merupakan bentuk negara borjuis yang
tidak tipikal, di mana tidak ada klik militer. Dan ada republik-republik yang
cukup tipikal dalam hal ini, misalnya memiliki klik militer dan birokrasi. Ini
adalah fakta historis dan politis yang diketahui secara universal, dan Kautsky
tidak dapat memalsukannya.
Bila Kautsky hendak berargumen dengan cara yang serius dan jujur,
seharusnya ia bertanya pada dirinya sendiri: Apakah ada hukum sejarah
mengenai revolusi yang tidak ada pengecualian? Dan jawabannya: tidak ada
hukum seperti itu. Hukum seperti itu hanya berlaku untuk kasus-kasus
10
tipikal, yang Marx istilahkan sebagai “yang ideal,” yakni kapitalisme yang
umum, normal, dan tipikal.
Lebih jauh lagi, apakah terdapat sesuatu pada tahun 1870an yang
membuat Inggris dan Amerika harus dikecualikan sehubungan dengan apa
yang kita diskusikan saat ini? Seharusnya menjadi jelas bagi setiap orang
yang memahami persyaratan-persyaratan ilmiah dalam hubungannya dengan
permasalahan-permasalahan kesejarahan bahwa pertanyaan ini harus
diajukan. Bila kita gagal mengajukannya, ini sama halnya dengan
memalsukan pengetahuan ilmiah, sama halnya dengan melakukan sofisme.
Dan, setelah mengajukan pertanyaan ini, tidak ada keraguan sama sekali
bahwa jawabannya adalah: kediktatoran revolusioner proletariat
merupakan kekerasan terhadap kaum borjuasi; dan kekerasan semacam
itu terutama menjadi sebuah kebutuhan karena keberadaan militerisme dan
birokrasi, sebagaimana yang sudah dijelaskan oleh Marx dan Engels
berulang kali secara rinci (terutama dalam tulisan mereka “Perang Sipil di
Prancis” dan dalam pengantar dari karya tersebut). Justru institusi-institusi
inilah yang tidak eksis di Inggris dan Amerika pada tahun 70an, ketika Marx
membuat pengamatannya (mereka sekarang eksis di Inggris dan di
Amerika)!
Kautsky harus menggunakan tipu daya di setiap langkahnya untuk
menutupi pengkhianatannya!
Dan perhatikan bagaimana dia secara tidak sengaja menunjukkan jati
dirinya ketika dia menulis: “secara damai, yakni dengan cara yang
demokratis”!
Dalam mendefinisikan kediktatoran, Kautsky berusaha semaksimal
mungkin menyembunyikan dari para pembaca karakter fundamental dari
konsep ini, yaitukekerasan revolusioner. Namun sekarang sudah kelihatan
kebenarannya: ini adalah masalah perbedaan antara revolusi damai dan
revolusi kekerasan.
11
Inilah duduk perkaranya. Kautsky harus menggunakan segala macam
tipu muslihat, sofisme dan pemalsuan hanya untuk menyelamatkan dirinya
dari revolusikekerasan, dan untuk menyembunyikan penolakannya terhadap
revolusi kekerasan dan pembelotannya ke sisi kebijakan buruh liberal, yakni
ke sisi kaum borjuasi. Inilah duduk perkaranya.
Kautsky “sang sejarawan” begitu tanpa malunya memalsukan sejarah,
sampai-sampai dia “melupakan” fakta fundamental bahwa kapitalisme pra-
monopoli -- yang sebenarnya mencapai puncaknya pada periode 1870an --
karena karakter-karakter fundamental ekonominya, memiliki karakter yang
unik, yakni secara relatif sangat berpihak pada perdamaian dan kebebasan.
Imperialisme di lain pihak, yakni kapitalisme monopoli, yang akhirnya
matang pada abad ke-20, karena karakter-karakter
fundamental ekonominya, memiliki karakter yang paling tidak berpihak pada
perdamaian dan kebebasan, yang mana perkembangan militernya mencapai
tingkat tertinggi dan universal. Bila kita “gagal mempertimbangkan” ini
dalam mendiskusikan sejauh mana sebuah revolusi damai atau kekerasan
adalah hal yang tipikal atau hal yang memungkinkan, maka kita telah jatuh
ke level seorang kacung kaum borjuasi.
Muslihat yang kedua. Komune Paris merupakan kediktatoran
proletariat, namun kediktatoran itu dipilih melalui pemilu yang universal,
yakni tanpa merampas hak-hak demokrasi dari kaum borjuasi, yakni “secara
demokratis”. Dan Kautsky berkata dengan begitu yakinnya: “… kediktatoran
proletariat bagi Marx” (atau menurut Marx) adalah “sebuah kondisi yang
secara niscaya mengalir dari demokrasi murni, bila proletariat membentuk
mayoritas.” (bei überwiegendem Proletariat, S. 21)
Argumen Kautsky ini begitu luar biasanya sehingga membuat
seseorang menderita embarras de richesses (rasa malu karena kelimpahan ...
keberatan-keberatan yang dapat dilemparkan terhadap argumen tersebut).
Pertama-tama, semua orang mengetahui dengan sangat baik bahwa
kepemimpinan dan lapisan-lapisan atas kaum borjuasi telah melarikan diri
dari Paris ke Versailles. Di Versailles ada “sang sosialis” Louis Blanc – yang
membuktikan kekeliruan dari pernyataan Kautsky bahwa “semua tendensi”
12
sosialisme mengambil bagian dalam Komune Paris. Sungguh menggelikan
kalau pembagian penduduk Paris ke dalam dua kamp yang saling memusuhi,
di mana salah satunya adalah seksi borjuasi yang militan dan aktif secara
politik, digambarkan sebagai “demokrasi murni” dengan “pemilu universal”.
Yang kedua, Komune Paris melancarkan perang melawan Versailles
sebagai pemerintahan buruh Prancis melawan pemerintahan borjuis. Apa
hubungannya “demokrasi murni” dan “pemilu universal” dengan ini, ketika
Paris sedang menentukan nasib Prancis? Ketika Marx menyatakan
pendapatnya bahwa Komune Paris telah melakukan sebuah kesalahan ketika
ia gagal menyita bank, yang adalah milik seluruh Prancis1, apa dia
berangkat dari prinsip-prinsip dan praktek “demokrasi murni”?
Pada kenyataannya, jelas kalau Kautsky menulis di sebuah negeri di
mana polisi melarang rakyat untuk tertawa “secara bergerombolan,” kalau
tidak Kautsky sudah akan terbunuh oleh tawa ejekan.
Ketiga, mari saya ingatkan Tn. Kautsky, yang telah menghafal Marx
dan Engels dengan sangat baik, penilaian berikut ini yang diberikan oleh
Engels terhadap Komune Paris dari sudut pandang ... “demokrasi murni”:
“Apakah orang-orang ini” (kaum anti-otoriter) “pernah melihat sebuah
revolusi? Sebuah revolusi tentunya adalah hal yang paling otoriter yang ada;
sebuah tindakan di mana satu bagian dari penduduk memaksakan
kehendaknya atas bagian penduduk lainnya dengan penggunaan senapan,
bayonet dan meriam – yang semuanya adalah cara-cara yang sangatlah
otoriter. Dan pihak yang menang harus mempertahankan kekuasaannya
dengan menggunakan senjata-senjatanya yang akan mengilhami teror di
antara kaum reaksioner. Apakah Komune Paris dapat bertahan lebih dari
sehari jika tidak menggunakan otoritas dari rakyat yang bersenjata untuk
1 Kata Pengantar Engels untuk Perang Sipil di Prancis oleh Marx (Marx dan
Engels, Selected Works, Moskow, 1962, Vol. I, hal. 581).
13
melawan kaum borjuasi? Sebaliknya, apakah kita tidak dapat menyalahkan
Komune Paris karena begitu sedikit menggunakan otoritas tersebut?”2
Inilah “demokrasi murni” Anda! Engels akan mencibir para borjuis
kecil vulgar, para “Sosial Demokrat” (di Prancis pada tahun 1840an dan di
Eropa secara umum pada 1915-1918), yang berbicara mengenai “demokrasi
murni” di dalam masyarakat kelas.
Namun, cukup sampai sini saja. Mustahil untuk menyebut satu demi
satu berbagai absurditas Kautsky, karena setiap kalimat yang dia ucapkan
adalah sumur pengkhianatan yang tak berdasar.
Marx dan Engels menganalisis Komune Paris secara detil dan
menunjukkan bahwa Komune Paris berusaha menghancurkan dan
membubarkan “mesin negara yang sudah jadi”. Marx dan Engels
menganggap kesimpulan ini begitu penting sehingga inilah satu-satunya
perubahan yang mereka perkenalkan pada tahun 1872 ke dalam program
Manifesto Komunis yang sudah (sebagian) “usang”. Marx dan Engels
menunjukkan bahwa Komune Paris telah membubarkan angkatan bersenjata
dan birokrasi, telah membubarkan parlementerisme, telah menghancurkan
“negara, yakni bonggol yang parasitik itu”, dan sebagainya. Namun Kautsky
yang bijaksana, justru mengenakan topi tidurnya, mengulang-ulang
dongengnya tentang “demokrasi murni”, yang sudah diceritakan ribuan kali
oleh para profesor kaum liberal.
Tidak mengherankan jika Rosa Luxemburg pada 4 Agustus 1915
menyatakan bahwa Sosial Demokrasi Jerman tak ubahnya mayat yang
membusuk.
Muslihat yang ketiga. “Ketika kita berbicara tentang kediktatoran
sebagai sebuah bentuk pemerintahan, kita tidak dapat berbicara tentang
kediktatoran kelas, karena sebuah kelas sebagaimana yang sudah kita
tunjukkan, hanya dapat berkuasa tetapi tidak memerintah…“ Hanya
“organisasi” dan “partai” yang dapat memerintah.
2 Marx dan Engels, Selected Works, Moskow, 1962, Vol. I, hal. 630.
14
Ini adalah sebuah kekacauan, sebuah kekacauan yang menjijikkan, Tn.
“Penasihat yang kacau-balau”. Kediktatoran bukanlah sebuah “bentuk
pemerintahan”; ini adalah omong kosong yang konyol. Dan Marx tidak
berbicara tentang “bentuk pemerintahan” namun bentuk atau tipe negara. Ini
adalah dua hal yang sangat berbeda satu dengan yang lainnya. Juga keliru
kalau kita mengatakan bahwa sebuah kelas tidak dapat memerintah:
absurditas seperti ini hanya dapat dikemukakan oleh seorang “kretin
parlementer” yang tidak bisa melihat apa-apa selain parlemen borjuis dan
tidak menyadari apapun selain “partai-partai berkuasa”. Setiap negeri di
Eropa akan memberikan kepada Kautsky banyak contoh pemerintahan
oleh kelas yang berkuasa, seperti misalnya, pemerintahan para tuan tanah di
abad pertengahan, kendati organisasi mereka yang tidak memadai.
Pendek kata: Kautsky telah, dengan cara yang sungguh tidak ada
duanya, telah mendistorsi konsep kediktatoran proletariat, dan telah
mengubah Marx menjadi seorang liberal. Dalam kata lain, dia sendiri telah
tenggelam ke level seorang liberal yang mengutarakan frase-frase kosong
mengenai “demokrasi murni,” mengabaikan demokrasi borjuis dan
mengabaikan konten kelasnya, dan di atas segalanya tidak berani berbicara
mengenai penggunaan kekerasan revolusioneroleh kelas yang tertindas.
Dengan “menginterpretasikan” konsep “kediktatoran revolusioner
proletariat” seperti demikian, di mana dia menghapus kekerasan revolusioner
dari kelas tertindas terhadap penindasnya, Kautsky telah memecahkan rekor
dunia dalam mendistorsi Marx. Bernstein sang pengkhianat terlihat seperti
seekor anak anjing dibandingkan dengan Kautsky sang pengkhianat.
15
Demokrasi Borjuis dan Demokrasi Proletariat
Masalah yang dikacau-balaukan oleh Kautsky sesungguhnya adalah
ini.
Bila kita tidak ingin menghina akal sehat dan sejarah, jelas bahwa kita
tidak bisa berbicara mengenai “demokrasi murni” selama kelas-kelas yang
berbeda eksis; kita hanya dapat berbicara mengenai demokrasi kelas. (Mari
kita katakan dalam tanda kurung bahwa “demokrasi murni” bukan hanya
sebuah frase yang bodoh, yang mengungkapkan ketidakpahaman mengenai
perjuangan kelas dan watak negara, tetapi juga sebuah frase yang kosong,
karena dalam masyarakat komunis demokrasi akan melayu dalam proses di
mana ia berubah dan menjadi sebuah kebiasaan, tetapi tidak akan pernah
menjadi demokrasi “murni”.)
“Demokrasi murni” adalah sebuah frase tidak-jujur dari seorang
liberal yang ingin menipu para buruh. Sejarah mengenal demokrasi borjuis
yang menggantikan feodalisme, dan demokrasi proletariat yang akan
menggantikan demokrasi borjuis.
Ketika Kautsky membaktikan puluhan lembar halaman untuk
“membuktikan” bahwa demokrasi borjuis adalah sesuatu yang progresif
dibandingkan dengan abad pertengahan, dan bahwa kaum proletariat harus
menggunakan demokrasi ini dalam perjuangannya melawan kaum borjuasi,
ini pada kenyataannya tidak lebih dari omong kosong liberal untuk menipu
buruh. Ini adalah sebuah truisme, tidak hanya bagi Jerman yang terpelajar,
tetapi juga bagi Rusia yang tidak terpelajar. Kautsky sesungguhnya
melemparkan debu “pintar” ke mata buruh ketika, dengan sombongnya, dia
berbicara mengenai Weitling1 dan kaum Jesuit Paraguay2 dan banyak hal
1 Wilhem Weitling (1808-1871) adalah seorang sosialis radikal Eropa. Marx dan
Engels menganggap Weitling sebagai seorang sosialis utopis. 2 Kaum Jesuit di Paraguay pada abad ke-17 dan ke-18 membangun pemukiman-
pemukiman di Paraguay untuk kaum pribumi (orang Indian). Di pemukiman ini, kaum pribumi dikumpulkan untuk dijadikan Kristen, tetapi tanpa harus mengadopsi gaya hidup dan nilai-nilai kebudayaan Eropa.
16
lainnya, guna menghindari berbicara mengenai esensi borjuis dari demokrasi
modern, atau demokrasi kapitalis.
Kautsky mengambil dari Marxisme apa yang dapat diterima oleh
kaum liberal, oleh kaum borjuasi (kritik terhadap Abad Pertengahan, dan
peran historis yang progresif dari kapitalisme secara umum dan demokrasi
kapitalis khususnya), dan mencampakkan, bungkam, dan mengabaikan
semua yang ada di dalam Marxisme yang tidak dapat diterima oleh kaum
borjuasi (kekerasan revolusioner kaum proletariat terhadap kaum borjuasi
dalam usahanya untuk menghancurkannya). Inilah mengapa Kautsky, karena
posisi objektifnya dan tidak peduli apa kepercayaan subjektifnya, secara tak
terelakkan membuktikan dirinya sebagai seorang kacung kaum borjuasi.
Demokrasi borjuasi, walaupun adalah sebuah kemajuan historis yang
besar dibandingkan dengan abad pertengahan, akan selalu terbatas, tidak
lengkap, dan munafik, sebuah surga untuk yang kaya dan jebakan dan tipuan
bagi yang tertindas, bagi yang miskin. Kebenaran inilah yang membentuk
bagian paling penting dari ajaran Marx, yang gagal dipahami oleh Kautsky
“sang Marxis”. Mengenai isu fundamental ini Kautsky memberikan “rasa
bahagia” kepada kaum borjuasi, alih-alih kritik ilmiah terhadap kondisi-
kondisi yang membuat setiap demokrasi borjuis sebagai sebuah demokrasi
untuk kaum kaya.
Mari kita ingatkan Tn. Kautsky yang sangat terpelajar ini mengenai
proposisi teoritis Marx dan Engels, yang telah begitu memalukan dilupakan
oleh sang formalis (untuk menyenangkan kaum borjuasi), dan lalu kita akan
jelaskan masalah ini dengan sejelas mungkin.
Tidak hanya negara zaman kuno dan feodal, tetapi juga “negara
modern adalah sebuah instrumen penindasan kerja-upahan oleh kapital”
(Engels, dalam karyanya mengenai negara)3. “Karena negara hanyalah
sebuah institusi transisional yang digunakan di dalam perjuangan, di dalam
revolusi, untuk menekan musuh-musuh dengan kekerasan, maka adalah
3 Frederick Engels, The Origin of the Family, Private Property and the State (Marx
dan Engels, Selected Works, Moskow, 1962, Vol. II, hal. 320).
17
omong kosong besar untuk berbicara mengenai ‘negara rakyat yang bebas’;
selama kaum proletariat masih membutuhkan negara, mereka
memerlukannya bukan untuk kepentingan kebebasan tetapi untuk menekan
musuh-musuhnya, dan segera setelah mungkin berbicara mengenai
kebebasan maka negara akan berhenti eksis.” (Engels, dalam suratnya
kepada Bebel, 28 Maret, 1875) “Akan tetapi, pada kenyataannya negara
tidak lain adalah sebuah mesin penindas satu kelas oleh kelas yang lain, dan
ini benar di dalam republik demokratis seperti halnya di dalam monarki”
(Engels, Pembukaan untuk “Perang Sipil di Prancis” oleh Marx)4. Pemilu
universal adalah “alat ukur kedewasaan dari kelas buruh. Ia tidak bisa dan
tidak akan pernah bisa menjadi lebih dari ini di bawah negara yang ada
hari ini.” (Engels, dalam karyanya mengenai negara5. Tn. Kautsky
mengulang-ulang bagian pertama dari kalimat Engels ini, yang dapat
diterima oleh kaum borjuasi. Tetapi bagian kedua yang dalam italik, yang
tidak dapat diterima oleh kaum borjuasi, Kautsky sang pengkhianat
bungkam!) “Komune harus menjadi badan kerja, bukan badan parlementer.
Ia harus menjadi badan legislatif dan eksekutif pada saat yang sama ... Alih-
alih memutuskan setiap 3 atau 6 tahun anggota kelas penguasa yang mana
yang akan mewakili dan menindas (ver- und zertreten) rakyat di Parlemen,
pemilu universal harus melayani rakyat yang tergabungkan di dalam
Komune, seperti halnya hak pilih individual melayani setiap pemilik modal
dalam mencari buruh, mandor, dan akuntan untuk bisnisnya” (Marx, dalam
karyanya mengenai Komune Paris, “Perang Sipil di Prancis”)6.
Setiap proposisi di atas, yang sangat diketahui oleh Tn. Kautsky yang
sangat terpelajar ini, adalah tamparan di pipinya dan mengekspos
pengkhianatannya. Di dalam pamfletnya tidak kita temukan satu pun
pemahaman mengenai kebenaran-kebenaran ini. Seluruh pamfletnya adalah
penghinaan terhadap Marxisme!
4 Karl Marx, The Civil War in France (Marx and Engels, Selected Works, Moskow,
1962, Vol. I, hal. 585). hal. 253 5 Frederick Engels, The Origin of the Family, Private Property and the State (Marx
dan Engels, Selected Works, Moskow, 1962, Vol. II, hal. 332). 6 Marx dan Engels, Selected Works, Moskow, 1962, Vol. I, hal. 520-21
18
Mari kita lihat hukum-hukum dasar dari negara-negara modern, mari
kita lihat administrasi mereka, kebebasan berkumpul, kebebasan pers, atau
“kesetaraan semua warga negara di mata hukum,” dan kita akan temui di
setiap langkah bukti kemunafikan dari demokrasi borjuis, yang sangat
dikenal oleh setiap buruh yang sadar-kelas dan jujur. Tidak ada satu pun
negara, sedemokratis apapun, yang tidak punya celah di dalam hukum
mereka yang menjamin kaum borjuasi untuk bisa mengirim tentara untuk
menindas buruh, untuk menyatakan hukum darurat, dan sebagainya, ketika
ada “pelanggaran ketertiban umum,” dan ketika kelas tertindas “melanggar”
posisi perbudakannya dan mencoba bertingkah tidak seperti budak. Kautsky
dengan tanpa malu menghiasi demokrasi borjuis dan tidak menceritakan,
misalnya, bagaimana kaum borjuasi yang paling demokratis dan republiken
di Amerika atau Swiss menghadapi buruh yang sedang mogok.
Kautsky yang bijak dan terpelajar menutup mulutnya mengenai hal-
hal ini! Politisi terpelajar ini tidak menyadari bahwa bungkam mengenai hal
ini adalah hal yang hina. Dia lebih memilih untuk menceritakan kepada para
buruh dongeng-dongeng mengenai demokrasi yang berarti “melindungi
minoritas”. Sungguh luar biasa, tetapi inilah kenyataannya! Pada tahun 1918,
pada tahun ke-5 dari pembantaian imperialis dan pencekikan para minoritas
internasional (yakni mereka-mereka yang tidak mengkhianati sosialisme,
seperti para Renaudel7 dan Longuet8, para Scheidemann9 dan Kautsky, para
Henderson10 dan Webb11, dan yang lainnya) di semua “negeri demokratis” di
7 Pierre Renaudel (1871-1935) adalah seorang politisi sosialis konservatif di Prancis.
Dia menentang ideologi Marxisme. 8 Jean Longuet (1876-1938) adalah politisi sosialis Prancis dan cucu dari Karl Marx.
Dia adalah seorang pasifis tetapi pada 1914 mendukung Perang Dunia Pertama. 9 Philipp Scheidemann (1865-1939) adalah salah seorang pemimpin Partai Sosial
Demokrasi Jerman. Pada 1914, dia memberikan dukungannya kepada pemerintahan borjuis Jerman untuk melakukan perang. Pada saat Revolusi Jerman 1918-19, dia memproklamirkan Jerman sebagai republik.
10 Arthur Henderson (1863-1935) adalah pemimpin reformis terkemuka dari Partai Buruh Inggris. Dia menjabat sebagai menteri dalam negeri pada 1924 dan menteri luar negeri pada 1929-1931. Dia memenangkan hadiah Nobel Perdamaian pada 1934.
11 Sidney Webb (1859-1947) adalah seorang sosialis dan ahli ekonomi Inggris. Bersama istrinya, dia adalah anggota terkemuka dari Fabian Society. Ia adalah anggota Partai
19
dunia, Tn. Kautsky yang terpelajar dengan manis, dengan teramat manis,
menyanyikan puji-pujian mengenai “perlindungan terhadap kaum
minoritas”. Mereka-mereka yang tertarik dapat membaca ini pada halaman
ke-15 dari pamflet Kautsky. Dan pada halaman ke-16 individu terpelajar ini
bercerita mengenai kaum Whig12 dan Tory13 di Inggris pada abad ke-18!
Sungguh pengetahuan yang luar biasa! Sungguh penghambaan yang
teramat santun terhadap kaum borjuasi! Sungguh penyembahan dan
penjilatan yang sangat beradab di hadapan kaum kapitalis! Bila saya adalah
Krupp14 atau Scheidemann, atau Clemenceau15 atau Renaudel, saya akan
membayar Tn. Kautsky jutaan dolar, memberikannya ciuman Yudas,
memujinya di hadapan buruh dan menyerukan “persatuan sosialis” dengan
orang-orang “terhormat” seperti dia. Untuk menulis pamflet yang menentang
kediktatoran proletariat, untuk berbicara mengenai kaum Whig dan Tory di
Inggris pada abad ke-18, untuk menyatakan bahwa demokrasi berarti
“perlindungan terhadap kaum minoritas,” dan bungkam mengenai pogrom
terhadap kaum internasionalis di republik “demokratis” Amerika, bukankah
ini adalah pelayanan seorang kacung kepada kaum borjuasi?
Tn. Kautsky yang terpelajar telah “melupakan” -- secara kebetulan
“melupakan”, mungkin -- sebuah “hal sepele”, yakni bahwa partai yang
berkuasa di negara demokrasi borjuasi hanya memberikan perlindungan
Buruh Inggris dan menjadi anggota parlemen pada tahun 1922. Lalu dari tahun 1929 hingga 1931 dia menjadi Menteri Urusan Tanah Jajahan.
12 Whig adalah partai politik di Inggris yang dibentuk pada 1678 dan bubar pada tahun 1868. Mereka menentang monarki dan terlibat dalam Revolusi Agung 1688. Whig kemudian berkoalisi dengan sejumlah organisasi politik lainnya dan menjadi Partai Liberal, yang lalu sekarang menjadi Partai Liberal Demokrat.
13 Tory adalah partai politik di Inggris dari 1678 hingga 1834. Mereka adalah partai borjuasi konservatif, yang lalu bertransformasi menjadi Partai Konservatif di Inggris hari ini. Sampai hari ini, anggota Partai Konservatif masih sering dipanggil dengan sebutan Tory.
14 Krupp adalah keluarga dinasti kapitalis besar di Jerman sejak abad ke-19. Dinasti Krupp terkenal dengan produksi besi baja, amunisi dan senjata perang. Bisnis keluarga yang dikenal dengan nama Friedrich Krupp AG ini adalah perusahaan terbesar di Eropa pada awal abad ke-20. Pada 1999 Krupp melakukan merger dengan Thyssen AG dan membentuk ThyssenKrupp AG, sebuah konglomerasi industri raksasa.
15 Georges Benjamin Clemenceau (1841-1929) adalah politisi Prancis yang menjabat sebagai perdana menteri Prancis dari tahun 1906-1909 dan 1917-1920.
20
minoritas untuk partai borjuis lainnya. Sementara kaum proletariat, dalam
semua isu-isu yang serius dan fundamental, mendapatkan hukum darurat
atau pogrom, dan bukannya “perlindungan terhadap minoritas”. Semakin
maju sebuah demokrasi, semakin mungkin pogrom atau perang sipil bila
ada penyimpangan politik yang berbahaya bagi kaum borjuasi. Tn. Kautsky
yang terpelajar dapat saja mempelajari “hukum” demokrasi borjuis ini dalam
hubungannya dengan kasus Dreyfus16 di republik Prancis, dengan
pembantaian orang-orang Negro hitam dan kaum internasionalis di republik
demokratik Amerika, dengan kasus Irlandia dan Ulster di Inggris17, dengan
penindasan terhadap kaum Bolshevik dan pogrom terhadap mereka pada
April 1917 di republik demokratik Rusia. Saya dengan sengaja memberi
sejumlah contoh tidak hanya pada saat perang [Perang Dunia I – Ed.] tetapi
juga sebelum perang. Tetapi Tn. Kautsky lebih memilih menutup matanya
dari fakta-fakta abad ke-20 ini, dan memilih menceritakan kepada buruh hal-
hal penting yang luar biasa baru, menarik, dan mendidik mengenai kaum
Whig dan Tory pada abad ke-18!
Mari kita ambil parlemen borjuis. Apakah Kautsky tidak pernah
mendengar bahwa semakin berkembang demokrasi maka semakin parlemen
borjuis ada di bawah kendali bursa saham dan bankir? Ini bukan berarti
bahwa kita tidak boleh menggunakan parlemen borjuis (kaum Bolshevik
menggunakan parlemen borjuis lebih baik daripada semua partai yang ada di
dunia, karena pada 1912-15 kita memenangkan semua perwakilan buruh di
Duma Keempat). Tetapi ini berarti bahwa hanya seorang liberal yang dapat
melupakan keterbatasan historis dan watak konvensional dari sistem
parlemen borjuis, seperti halnya Kautsky. Bahkan di negara borjuis yang
16 Pada 1895, lingkaran monarkis reaksioner di Prancis membawa ke pengadilan
seorang perwira Yahudi bernama Dreyfus, yang difitnah melakukan spionase dan pengkhianatan. Pengadilan Dreyfus, yang dihukum penjara seumur hidup, menjadi dalih bagi kaum reaksioner Prancis untuk melakukan kampanye anti-Yahudi dan menyerang kebebasan demokratis. Pada 1898, kaum sosialis dan kaum demokrat progresif memulai kampanye untuk peninjauan kembali kasus Dreyfus. Ini memberikan karakter politik pada kasus ini. Karena tekanan dari opini publik, pada 1899 Dreyfus dimaafkan dan pada 1906 jabatannya di angkatan bersenjata dikembalikan.
17 Ini merujuk pada penindasan pemberontakan Irlandia pada 1910, di mana rakyat Irlandia berusaha merdeka dari penjajahan Inggris.
21
paling demokratis, rakyat tertindas di setiap langkah menemui kontradiksi
antara kesetaraan formal yang diproklamirkan oleh “demokrasi” kapitalis
dan ribuanhambatan-hambatan dan akal-akalan riil yang membuat kaum
proletar menjadi budak-upah. Inilah kontradiksi yang membuka mata rakyat
terhadap kebangkrutan, kepalsuan, dan kemunafikan kapitalisme. Inilah
kontradiksi yang diekspos oleh para agitator dan propagandis sosialisme
kepada rakyat, guna menyiapkan mereka untuk revolusi! Dan sekarang
ketika era revolusi telah dimulai, Kautsky memalingkan punggungnya pada
revolusi dan mulai memuji-muji demokrasi borjuis yang sudah sekarat.
Demokrasi proletariat, yang mana pemerintahan Soviet adalah salah
satu bentuknya, telah membawa sebuah perkembangan dan perluasan
demokrasi yang tidak ada presedennya di dunia, bagi mayoritas besar rakyat
tertindas dan rakyat buruh. Untuk menulis sebuah pamflet mengenai
demokrasi, seperti yang dilakukan oleh Kautsky, di mana dua halaman
didedikasikan untuk berbicara mengenai kediktatoran dan puluhan halaman
untuk “demokrasi murni”, dan gagal menyadari fakta ini, ini berarti
mendistorsi sepenuhnya kediktatoran proletariat dengan metode liberal.
Mari kita ambil kebijakan luar negeri. Tidak ada satu pun negara
borjuis, bahkan yang paling demokratis sekalipun, yang melakukan
kebijakan luar negeri mereka secara terbuka. Rakyat di mana-mana
dibohongi, dan di Prancis, Swiss, Amerika dan Inggris yang demokratis, ini
dilakukan dengan sangat luas dan dengan cara yang jauh lebih halus
daripada negeri-negeri lain. Pemerintahan Soviet telah merobek kedok
kebijakan luar negeri dengan cara yang revolusioner. Kautsky mengabaikan
ini. Dia diam seribu bahasa mengenai ini, walaupun di era peperangan yang
buas dan perjanjian-perjanjian rahasia untuk “pembagian daerah-daerah
pengaruh” (yakni, untuk partisi dunia di antara bandit-bandit kapitalis) ini
adalah hal yang teramat penting, karena pada inilah tergantung masalah
perdamaian dan hidup mati puluhan juta rakyat.
Mari kita ambil struktur negara. Kautsky memilah-milah semua hal
yang “remeh-temeh”, sampai ke argumen bahwa di bawah Konstitusi Soviet
pemilu adalah “tidak langsung”. Tetapi dia gagal melihat hal yang
22
terpenting. Dia gagal melihat karakter kelas dari aparatus negara, dari mesin
negara. Di bawah demokrasi borjuis, kaum kapitalis, dengan ribuan muslihat
-- yang semakin licik dan efektif dengan semakin “murninya” demokrasi –
menyingkirkan rakyat dari kerja administratif, dari kebebasan pers, dari
kebebasan berkumpul, dll. Pemerintahan Soviet adalah yang pertama di
dunia (atau kalau mau lebih tepat, yang kedua, karena Komune Paris sudah
mulai melakukan ini) yang melibatkan rakyat, terutama rakyat
tertindas, dalam kerja administratif. Rakyat pekerja dihalangi dari partisipasi
di dalam parlemen borjuis (mereka tidak pernah memutuskan hal-hal yang
penting di bawah demokrasi borjuis, yang diputuskan oleh bursa saham dan
bank-bank) oleh ribuan halangan, dan kaum buruh mengetahui dan
merasakan, melihat dan menyadari sepenuhnya bahwa parlemen borjuis
adalah institusi yang asing bagi mereka,instrumen penindasan terhadap
kaum buruh oleh kaum borjuasi, institusinya kelas yang memusuhi mereka,
institusinya kaum minoritas yang mengeksploitasi.
Soviet adalah organisasi langsung dari rakyat pekerja yang tertindas,
yang membantu mereka untuk mengorganisir dan mengurus masalah-
masalah mereka dengan berbagai cara. Dan di dalam soviet, kaum pelopor
rakyat pekerja tertindas, yakni kaum proletar urban, diuntungkan karena
mereka tersatukan oleh pabrik-pabrik besar. Lebih mudah bagi mereka untuk
memilih dan mengontrol orang-orang yang mereka pilih. Bentuk organisasi
soviet secara otomatis membantu menyatukan semua rakyat tertindas di
sekitar kaum pelopor mereka, yakni kaum proletariat. Aparatus borjuis lama
– birokrasi, privilese kekayaan, privilese pendidikan borjuis, privilese
koneksi sosial, dsb. (semua privilese riil ini semakin beragam bentuknya
dengan semakin berkembangnya demokrasi borjuis) -- semua ini menghilang
di bawah bentuk organisasi soviet. Kebebasan pers berhenti menjadi sebuah
kemunafikan, karena percetakan dan stok kertas direbut dari tangan borjuasi.
Hal yang sama juga berlaku untuk bangunan-bangunan terbaik, istana-istana,
vila-vila dan rumah-rumah bangsawan. Kekuasaan Soviet menyita ribuan
bangunan-bangunan terbaik ini dari tangan kaum penindas dengan satu
pukulan, dan dengan ini membuat hak untuk berkumpul, yang tanpanya
maka demokrasi adalah palsu, satu juta kali lebih demokratik bagi rakyat.
23
Pemilu-pemilu tidak langsung ke Soviet-soviet non-lokal membuat lebih
mudah menyelenggarakan kongres-kongres Soviet. Mereka
membuat seluruh aparatus lebih murah, lebih fleksibel, lebih mudah
dijangkau oleh buruh dan tani di saat ketika situasi bergejolak dan kita harus
bisa dengan cepat me-recall seorang perwakilan soviet kita atau
mendelegasikannya ke kongres umum Soviet-soviet.
Demokrasi proletariat satu juta kali lebih demokratik dibandingkan
demokrasi borjuis manapun; kekuasaan Soviet satu juta kali lebih
demokratik dibandingkan dengan republik borjuis yang paling demokratik.
Kalau kita gagal menyadari ini, ini berarti entah kita dengan sukarela
melayani kaum borjuasi atau kita bebal secara politik seperti paku, tidak
mampu melihat kehidupan yang riil dari balik halaman buku-buku borjuis
yang penuh debu, dipenuhi dengan prasangka-prasangka demokrasi-borjuis,
dan oleh karenanya secara objektif mengubah diri sendiri menjadi seorang
kacung borjuasi.
Kalau kita gagal menyadari ini, ini berarti kita tidak
mampu mengedepankan masalah ini dari sudut pandang kelas-kelas yang
tertindas:
Apakah ada satu negeri pun di dunia ini, bahkan di antara negeri-
negeri borjuis yang paling demokratik sekalipun, di mana buruh jelata,
buruh tani jelata, atau semi-proletar di pedesaan (yakni, perwakilan dari
kaum yang tertindas, dari mayoritas besar populasi),
menikmati kebebasan untuk menyelenggarakan pertemuan di gedung-
gedung terbaik, kebebasan untuk menggunakan percetakan terbesar dan stok
kertas terbesar untuk mengekspresikan gagasan mereka dan
mempertahankan kepentingan mereka, kebebasan untuk mengedepankan
perwakilan dari kelasnya sendiri untuk mengurus dan “membentuk” negara,
seperti di Soviet Rusia?
Tn. Kautsky tidak akan dapat menemukan di negeri manapun bahkan
satu dari seribu buruh atau buruh tani yang maju yang tidak tahu jawaban
24
dari pertanyaan di atas. Mengikuti insting mereka, dari mendengar sepotong-
sepotong kebenaran dari pers borjuis, kaum buruh dari seluruh dunia
bersimpati dengan Republik Soviet karena mereka menganggapnya sebagai
demokrasi proletariat, sebuah demokrasi untuk yang miskin, dan bukan
demokrasi untuk yang kaya, yang sesungguhnya adalah demokrasi borjuis,
bahkan yang terbaik sekalipun.
Kita diperintah (dan negara kita “dibentuk”) oleh para birokrat borjuis,
oleh para anggota parlemen borjuis, oleh para hakim borjuis – ini adalah
kebenaran yang sederhana, jelas, dan tidak dapat diganggu gugat, sebuah
kebenaran yang dikenal oleh puluhan dan ratusan juta rakyat dari kelas-kelas
tertindas dari pengalaman mereka sendiri, pengalaman yang mereka rasakan
dan jalankan setiap hari.
Akan tetapi, di Rusia, mesin birokrasi ini telah sepenuhnya
dihancurkan dan diluluhlantakkan; para hakim yang lama telah diusir,
parlemen borjuis telah dibubarkan – dan perwakilan yang jauh lebih mudah
diakses telah diberikan kepada buruh dan tani; Soviet-soviet mereka telah
menggantikan para birokrat, atau Soviet-sovietmereka telah diberi kuasa
untuk mengendalikan para birokrat, dan Soviet-soviet mereka telah diberikan
otoritas untuk memilih para hakim. Fakta ini sendiri saja sudah cukup bagi
semua kelas-kelas yang tertindas untuk mengakui bahwa kekuasaan Soviet,
yakni bentuk kediktatoran proletariat yang sekarang, adalah satu juta kali
lebih demokratis dibandingkan republik borjuis yang paling demokratis.
Kautsky tidak memahami kebenaran ini, yang begitu jelas bagi setiap
buruh, karena dia telah “melupakan” untuk bertanya: demokrasi untuk kelas
yang mana? Dia berbicara dari sudut pandang demokrasi “murni” (yakni
demokrasi non-kelas? atau demokrasi yang di atas kelas?). Dia berargumen
seperti Shylock: “satu pon daging saya” dan tidak lebih18. Kesetaraan bagi
semua warga negara – kalau tidak demikian, maka ini bukan demokrasi.
18 Shylock adalah tokoh fiktif di dalam drama “The Merchant of Venice” oleh
Shakespeare. Dalam cerita ini, Shylock adalah seorang rentenir. Ia meminjamkan uang kepada Antonio, dengan jaminan satu pon daging Antonio. Ketika Antonio tidak mampu
25
Kita harus bertanya kepada Kautsky “sang Marxis” dan “sang
Sosialis” yang terpelajar ini:
Apakah mungkin bisa ada kesetaraan antara yang tereksploitasi dan
yang mengeksploitasi?
Sungguh memalukan kalau pertanyaan seperti ini harus ditanyakan
dalam mendiskusikan buku yang ditulis oleh pemimpin ideologi
Internasional Kedua. Tetapi “setelah siap untuk membajak, tidak boleh
menoleh ke belakang,”19 dan setelah memulai menulis mengenai Kautsky,
saya harus menjelaskan kepada orang terpelajar ini mengapa tidak mungkin
bisa ada kesetaraan antara yang tereksploitasi dan yang mengeksploitasi.
membayar hutangnya, dia tetap menuntut dengan keras kepala satu pon daging Antonio yang menurutnya adalah haknya.
19 Merujuk pada kitab Lukas 9:62, “Tetapi Yesus berkata, ‘Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”
26
Apakah Mungkin Bisa Ada Kesetaraan Antara yang
Tereksploitasi dan Yang Mengeksploitasi?
Kautsky memaparkan argumennya seperti berikut ini:
“Yang mengeksploitasi selalu hanya membentuk minoritas kecil
di dalam populasi.” (hal. 14 dari pamflet Kautsky)
Ini benar. Berangkat dari sini, apa argumennya? Kita dapat
berargumen dengan metode Marxis, dengan metode sosialis, yakni kita
mulai dari hubungan antara yang tereksploitasi dan yang mengeksploitasi.
Atau kita dapat berargumen dengan metode liberal, dengan metode
demokrasi-borjuis. Dan bila demikian, kita akan mulai dari hubungan antara
mayoritas dan minoritas.
Bila kita berargumen secara Marxis, kita harus mengatakan: kaum
yang mengeksploitasi niscaya mengubah negara (dan kita sedang berbicara
mengenai demokrasi, yakni salah satu bentuk negara) menjadi sebuah
instrumen untuk kekuasaan kelas mereka. Oleh karenanya, selama ada kaum
pengeksploitasi yang berkuasa atas mayoritas yang tereksploitasi, negara
demokratis ini niscaya adalah demokrasi untuk kaum pengeksploitasi.
Sebuah negara kaum tereksploitasi secara fundamental harus berbeda dari
negara kaum pengeksploitasi; ia haruslah berupa demokrasi untuk yang
tereksploitasi, dan alat untuk menindas yang mengeksploitasi; dan
penindasan terhadap sebuah kelas berarti ketidaksetaraan untuk kelas
tersebut, ini berarti kelas tersebut disisihkan dari “demokrasi”.
Bila kita berargumen secara liberal, kita harus mengatakan: mayoritas
memutuskan, minoritas tunduk. Mereka yang tidak tunduk akan dihukum.
Begitu saja. Tidak ada yang perlu dikatakan mengenai karakter kelas dari
negara secara umum, atau mengenai “demokrasi murni” khususnya, karena
ini tidaklah relevan, karena mayoritas adalah mayoritas dan minoritas adalah
minoritas. Satu pon daging adalah satu pon daging, dan begitu saja.
Dan begini cara Kautsky berargumen:
27
“Mengapa kekuasaan oleh kaum proletariat harus mengambil
sebuah bentuk yang tidak kompatibel dengan demokrasi?” (hal.
21)
Lalu ini disusul dengan penjelasan yang sangat terperinci dan panjang
lebar, yang didukung oleh sebuah kutipan dari Marx dan hasil pemilu
Komune Paris, di mana proletariat adalah mayoritas. Kesimpulannya adalah:
“Sebuah rejim yang mendapatkan dukungan yang sangat kuat
dari rakyat tidak punya alasan sama sekali untuk melanggar
demokrasi. Ia tidak dapat menggunakan kekerasan ketika
kekerasan ini digunakan untuk menekan demokrasi. Kekerasan
hanya dapat dilawan dengan kekerasan. Tetapi sebuah rejim
yang tahu bahwa ia punya dukungan rakyat akan menggunakan
kekerasan hanya untuk melindungi demokrasi dan bukan
untuk menghancurkan demokrasi. Adalah bunuh diri kalau
rejim ini mencampakkan dukungan yang begitu kuat dari
pemilu universal, yang merupakan sumber otoritas moral yang
besar.” (hal. 22)
Seperti yang kita lihat, hubungan antara yang tereksploitasi dan yang
mengeksploitasi telah hilang di dalam argumen Kautsky. Yang ada hanya
mayoritas secara umum, minoritas secara umum, demokrasi secara umum,
“demokrasi murni” yang telah kita kenal dengan baik.
Dan semua ini katanya berkaitan dengan Komune Paris! Untuk lebih
jernihnya saya akan mengutip Marx dan Engels, guna menunjukkan apa
yang mereka katakan mengenai kediktatoran dalam kaitannya dengan
Komune Paris:
Marx: “... Ketika kaum buruh menggantikan kediktatoran
borjuis dengan kediktatoran revolusioner mereka ... untuk
meluluhlantakkan perlawanan balik dari kaum borjuasi ... kaum
28
buruh memberikan negara ini bentuk yang revolusioner dan
transisional ...”1
Engels: “... Dan pihak yang memang (di dalam sebuah revolusi)
harus mempertahankan kekuasaannya dengan senjatanya yang
akan mengilhami teror di antara kaum reaksioner. Apakah
Komune Paris dapat bertahan lebih dari sehari jika tidak
menggunakan otoritas dari rakyat yang bersenjata untuk
melawan kaum borjuis? Sebaliknya, apakah kita tidak dapat
menyalahkan Komune Paris karena begitu sedikit menggunakan
otoritas tersebut?”2
Engels: “Karena negara hanyalah sebuah institusi transisional yang
digunakan di dalam perjuangan, di dalam revolusi, untuk menekan musuh-
musuh dengan kekerasan, maka adalah omong kosong besar untuk berbicara
mengenai ‘negara rakyat yang bebas’; selama kaum proletariat masih
membutuhkan negara, mereka memerlukannya bukan untuk kepentingan
kebebasan tetapi untuk menekan musuh-musuhnya, dan segera setelah
mungkin berbicara mengenai kebebasan maka negara akan berhenti eksis.”3
Kautsky begitu terpisah dari Marx dan Engels seperti surga dan
neraka, seperti seorang liberal dan seorang revolusioner proletariat.
Demokrasi murni dan “demokrasi” sederhana yang dibicarakan oleh
Kautsky hanyalah parafrasa dari “negara rakyat bebas”, yakni omong kosong
besar. Kautsky, dengan aura pengetahuan dari seorang bodoh yang
terpelajar, atau dengan keluguan anak sekolah yang berumur 10 tahun,
bertanya: Mengapa kita membutuhkan sebuah kediktatoran ketika kita
memiliki mayoritas? Dan Marx dan Engels menjelaskan:
1. Untuk meluluhlantakkan perlawanan balik dari kaum borjuasi;
1 Baca artikel Marx “L’indifferenza in materia politica” (“On Political
Indilferentism”) (Alinanacco Republicano for 1874). 2 Marx dan Engels, Selected Works, Moskow, 1962, Vol. I, hal. 639. 3 Baca surat Engels untuk A. Bebel, 18-28 Maret, 1875 (Marx dan Engels, Selected
Correspondence, Moskow, 1955, hal. 357).
29
2. Untuk mengilhami rasa takut di antara kaum reaksioner;
3. Untuk mempertahankan otoritas dari rakyat yang bersenjata dalam
melawan kaum borjuasi;
4. Agar kaum proletariat dapat menekan musuh-musuhnya secara paksa.
Kautsky tidak memahami penjelasan-penjelasan ini. Begitu jatuh
cintanya dia pada “kemurnian” demokrasi, dan tidak dapat melihat karakter
borjuasinya, dia “secara konsisten” menyerukan agar pihak mayoritas,
karena mereka adalah mayoritas, tidak perlu “menghancurkan perlawanan
balik” dari pihak minoritas, tidak perlu “secara paksa menekannya”. Kita
hanya perlu menekan kasus-kasus pelanggaran demokrasi. Begitu jatuh
cintanya Kautsky dengan “kemurnian” demokrasi, dia dengan tidak
sengaja melakukan kesalahan kecil yang selalu dilakukan oleh kaum
demokrat borjuis, yakni dia menyamakan kesetaraan formal (yang tidak lain
adalah palsu dan munafik di bawah kapitalisme) dengan kesetaraan yang
sesungguhnya!
Yang mengeksploitasi dan yang dieksploitasi tidak bisa setara.
Kebenaran ini, tidak peduli betapa tidak menyenangkannya bagi
Kautsky, membentuk esensi dari sosialisme.
Kebenaran yang lain: tidak akan pernah bisa ada kesetaraan yang
sesungguhnya sampai semua kemungkinan eksploitasi satu kelas oleh kelas
yang lain telah benar-benar dihancurkan.
Kaum pengeksploitasi bisa dikalahkan dengan satu pukulan bila
pemberontakan berhasil di pusat, atau bila ada pemberontakan di dalam
angkatan bersenjata. Tetapi kecuali dalam kasus yang benar-benar unik dan
langka, kaum pengeksploitasi tidak bisa dihancurkan dengan satu pukulan.
Mustahil untuk menyita semua tuan tanah dan kapitalis di negeri yang besar
dengan sekaligus. Terlebih lagi, penyitaan saja, sebagai sebuah aksi legal
atau politik, tidak dapat menyelesaikan semua permasalahan, karena kita
harus melengserkan para tuan tanah dan kapitalis secara konkret, kita
harus menggantikan manajemen pabrik dan pertanian mereka dengan
30
manajemen yang berbeda, manajemen buruh, secara konkret. Tidak bisa ada
kesetaraan antara pengeksploitasi – yang selama puluhan generasi kondisi
hidupnya lebih baik karena pendidikan, kekayaan, dan kebiasaan mereka –
dan yang dieksploitasi, yang mayoritas dari mereka bahkan di republik-
republik yang paling maju dan demokratik adalah kaum miskin yang
terbelakang, tidak terdidik, penakut, dan terpecah belah. Untuk waktu yang
lama setelah revolusi, kaum pengeksploitasi secara tak terelakkan masih
akan memiliki sejumlah keunggulan praktis yang besar: mereka masih punya
uang (karena mustahil untuk menghapus uang dengan sekaligus); mereka
masih punya sejumlah properti yang mudah dipindah-pindahkan – sering
kali ini cukup besar; mereka masih punya berbagai koneksi, kemampuan
berorganisasi dan manajemen; pengetahuan akan semua “rahasia”
manajemen (metode-metode); pendidikan yang lebih baik; koneksi yang
dekat dengan teknisi-teknisi ulung (yang hidup dan berpikir seperti kaum
borjuasi); jauh lebih berpengalaman dalam seni berperang (ini sangatlah
penting), dan seterusnya.
Bila kaum pengeksploitasi dikalahkan hanya di satu negeri – dan ini
tentunya adalah tipikal, karena revolusi yang bersamaan di sejumlah negeri
adalah sebuah pengecualian yang langka – mereka masih akan tetap lebih
kuat daripada kaum tereksploitasi, karena koneksi internasional mereka
sangatlah besar. Semuarevolusi telah membuktikan bahwa satu lapisan dari
kaum tereksploitasi, yang datang dari petani menengah, artisan, dan
kelompok-kelompok serupa yang paling terbelakang, mendukung kaum
pengeksploitasi. Termasuk juga Komune (karena ada juga proletariat di
antara tentara Versailles, yang “dilupakan” oleh Kautsky).
Dalam situasi seperti ini, untuk berasumsi bahwa sebuah revolusi,
yang merupakan isu yang sangatlah penting dan serius, ditentukan oleh relasi
antara mayoritas dan minoritas adalah puncak dari kebodohan, prasangka
yang paling konyol dari seorang liberal, dan usaha untuk menipu
rakyat dengan menutup-nutupi dari mereka sebuah kebenaran historis yang
telah terbukti. Kebenaran historis ini adalah bahwa di setiap revolusi yang
besar kaum pengeksploitasi, yang selama bertahun-tahun masih akan
31
memiliki sejumlah keunggulan praktis yang penting,
akan selalu mengobarkan perlawanan yang berkepanjangan, keras-kepala,
dan nekat. Tidak akan pernah – kecuali di dalam mimpi sentimentil dari
Kautsky, sang bodoh yang sentimentil – kaum pengeksploitasi akan tunduk
pada keputusan dari mayoritas yang tereksploitasi tanpa mencoba
menggunakan semua keunggulan mereka dalam sebuah pertempuran terakhir
yang nekat atau serangkaian pertempuran.
Transisi dari kapitalisme ke komunisme membutuhkan waktu satu
epos sejarah. Sampai epos ini selesai, kaum pengeksploitasi niscaya akan
selalu mengharapkan restorasi, dan harapan ini berubah menjadi usaha-
usaha untuk restorasi. Setelah kekalahan serius mereka yang pertama, kaum
pengeksploitasi yang tertumbangkan – yang tidak menyangka mereka dapat
ditumbangkan, tidak pernah percaya kalau ini mungkin, dan tidak pernah
mengakui penumbangan mereka – akan melempar diri mereka dengan
kekuatan yang berlipat sepuluh kali, dengan gairah yang penuh kegeraman
dan kebencian yang tumbuh seratus kali lipat, ke dalam pertempuran untuk
mengembalikan “surga” mereka, yang telah direbut dari mereka. Mereka
akan bertempur demi keluarga mereka, yang telah menjalani kehidupan yang
begitu indah dan penuh kemudahan, yang sekarang oleh “massa rakyat
jelata” dihancurkan dan dijadikan miskin (atau dijadikan buruh “biasa”). Di
belakang kaum kapitalis adalah sejumlah lapisan luas borjuis kecil. Puluhan
tahun pengalaman sejarah dari semua negeri telah membuktikan bahwa
mereka tidak tegas dan selalu ragu. Satu hari mereka berbaris di belakang
kaum proletariat, dan esok harinya mereka merasa takut akan kesulitan-
kesulitan dari revolusi. Mereka menjadi panik ketika buruh mengalami
kekalahan atau setengah-kekalahan mereka yang pertama, menjadi gelisah,
kebingungan, mengeluh, dan tergopoh-gopoh menyebrang dari satu kamp ke
kamp lainnya – seperti kaum Menshevik dan Sosialis-Revolusioner kita.
Di situasi seperti ini, di dalam sebuah epos peperangan yang teramat
akut, ketika sejarah mengajukan pertanyaan mengenai eksistensi dari
privilese kelas penguasa yang sudah ada selama ribuan tahun, ketika di
momen seperti ini ada yang berbicara mengenai mayoritas dan minoritas,
32
mengenai demokrasi murni, mengenai tidak diperlukannya kediktatoran, dan
mengenai kesetaraan antara yang mengeksploitasi dan yang dieksploitasi!
Sungguh kebodohan yang tak ada batasnya dan filistinisme yang bukan
kepalang!
Akan tetapi, selama puluhan tahun keberadaan kapitalisme yang
relatif “damai” dari tahun 1871 sampai 1914, sampah filistinisme,
kedunguan, dan pengkhianatan menumpuk di partai-partai sosialis yang
beradaptasi pada oportunisme ...
***
Para pembaca mungkin telah melihat bagaimana Kautsky, di paragraf
yang dikutip di atas, berbicara mengenai usaha untuk melanggar hak pilih
universal (di mana dia menggambarkan hak pilih universal sebagai sumber
otoritas moral yang besar, sementara Engels, dalam kaitannya dengan
Komune Paris dan masalah kediktatoran proletariat, berbicara mengenai
otoritas dari rakyat yang bersenjata dalam melawan kaum borjuasi –
sungguh perbedaan yang mencolok antara seorang filistin dan seorang
revolusioner dalam memandang “otoritas”...)
Perampasan hak pilih dari kaum pengeksploitasi adalah murni kasus
Rusia, dan ini bukan masalah kediktatoran proletariat secara umum. Bila saja
Kautsky, dengan mengesampingkan kemunafikannya, memberi judul
pamfletnya “Menentang Kaum Bolshevik”, judul ini akan sesuai dengan isi
pamfletnya, dan Kautsky akan dibenarkan dalam berbicara secara blak-
blakan mengenai hak pilih ini. Tetapi Kautsky ingin tampil terutama sebagai
“teoretikus”. Dia menyebut pamfletnya“Kediktatoran Proletariat” – secara
umum. Dia berbicara mengenai Soviet-soviet dan mengenai Rusia terutama
hanya di bagian kedua dari pamfletnya, di mulai dari paragraf keenam.
Topik yang ditelaahnya di bagian pertama (yang saya kutip) adalah
demokrasi dan kediktatoran secara umum. Dalam berbicara mengenai hak
pilih, Kautsky menampilkan dirinya sebagai seorang musuh Bolshevik, yang
sama sekali tidak peduli teori. Karena teori, yakni penalaran mengenai
fondasi kelas dari demokrasi dan kediktatoran secara umum (dan bukan yang
33
spesifik secara nasional), harus berbicara bukan mengenai masalah yang
spesifik, seperti hak pilih, tetapi mengenai pertanyaan yang umum: apakah
demokrasi dapat dipertahankan untuk kaum kaya, untuk kaum
pengeksploitasi di dalam periode sejarah di mana kekuasaan mereka
ditumbangkan dan negara mereka digantikan oleh negara kaum yang
tereksploitasi.
Inilah satu-satunya cara seorang teoretikus dapat mengajukan
pertanyaan ini.
Kita tahu contoh Komune Paris. Kita tahu semua yang telah dikatakan
oleh para bapak Marxisme mengenai ini. Di atas basis materi-materi ini saya
memeriksa, misalnya, masalah demokrasi dan kediktatoran di dalam pamflet
saya, “Negara dan Revolusi” yang ditulis sebelum Revolusi Oktober. Saya
sama sekali tidak berbicara mengenai pembatasan hak suara. Dan sekarang
masalah pembatasan hak suara adalah masalah yang spesifik secara nasional,
dan bukan masalah kediktatoran secara umum. Dalam melakukan
pendekatan terhadap masalah pembatasan hak suara, kita harus
mempelajari kondisi-kondisi spesifik dari Revolusi Rusia dan alur
perkembangannya yang spesifik. Ini akan kita lakukan di bagian selanjutnya
di pamflet ini. Akan tetapi, akan menjadi sebuah kekeliruan kalau kita sejak
awal menjamin bahwa revolusi-revolusi yang akan datang di Eropa
semuanya, atau mayoritas, akan disertai dengan pembatasan hak suara kaum
borjuasi. Mungkin saja demikian. Setelah peperangan dan pengalaman
Revolusi Rusia mungkin saja demikian; tetapi pembatasan hak suara
bukanlah hal yang niscaya di dalam kediktatoran, ia bukanlah sesuatu yang
diharuskan dari konsep logis “kediktatoran”. Ia sama sekali bukan kondisi
yang diharuskan di dalam konsep historis dan kelas “kediktatoran”.
Kondisi yang diharuskan dari kediktatoran adalah penindasan paksa
terhadap kaum pengeksploitasi sebagai sebuah kelas, dan, oleh karenanya,
pelanggaran “demokrasi murni”, yakni kesetaraan dan kebebasan, dalam
kaitannya terhadap kelas tersebut.
34
Inilah satu-satunya cara masalah ini dapat dikedepankan secara
teoritis. Karena ia gagal melakukan ini, Kautsky telah menunjukkan bahwa
dia menentang kaum Bolshevik bukan sebagai seorang teoretikus, tetapi
sebagai seorang penjilat kaum oportunis dan borjuasi.
Di negeri mana, dan dengan mempertimbangkan fitur-fitur nasional
kapitalisme yang ada, demokrasi bagi kaum pengeksploitasi akan dalam satu
atau lain bentuk dibatasi (sepenuhnya atau sebagian saja) dan dilanggar
adalah masalah fitur-fitur nasional yang spesifik dari kapitalisme ini atau itu,
dari revolusi ini atau itu. Pertanyaan teoritisnya berbeda: apakah
kediktatoran proletariat mungkin tanpa melanggar demokrasi dari kelas
yang mengeksploitasi?
Inilah pertanyaan, satu-satunya pertanyaan yang penting dan esensial
secara teoritis, yang dihindari oleh Kautsky. Dia telah mengutip banyak
paragraf dari Marx dan Engels, kecuali paragraf-paragraf yang berkaitan
dengan pertanyaan ini, dan yang telah saya kutip di atas.
Kautsky berbicara mengenai apapun yang kau sukai, mengenai
apapun yang dapat diterima oleh kaum liberal dan kaum demokrat borjuis,
dan tidak keluar dari kerangka gagasan mereka. Tetapi dia tidak berbicara
mengenai hal yang terutama, yakni kenyataan bahwa kaum proletariat tidak
dapat meraih kemenangan tanpa mematahkan perlawanan kaum
borjuasi, tanpa secara paksa menekan musuh-musuh mereka. Di mana ada
“penekanan secara paksa”, di mana tidak ada “kebebasan”, maka tentunya
tidak ada demokrasi.
Ini tidak dipahami oleh Kautsky.
***
Kita sekarang harus memeriksa pengalaman Revolusi Rusia, dan
perbedaan antara Soviet dan Majelis Konstituante, yang berakhir pada
pembubaran yang belakangan ini dan pembatalan hak suara kaum borjuasi.
35
Soviet Tidak Berani Menjadi Organisasi Negara
Soviet adalah bentuk kediktatoran proletariat di Rusia. Bila seorang
teoretikus Marxis, yang menulis sebuah karya mengenai kediktatoran
proletariat, benar-benar telah mempelajari topik ini (dan tidak serta-merta
mengulang-ulang keluhan-keluhan borjuis-kecil terhadap kediktatoran,
seperti yang dilakukan oleh Kautsky, yang menyanyikan lagu Menshevik),
dia akan pertama-tama memberikan definisi umum untuk kediktatoran, dan
dia akan kemudian memeriksa bentuknya yang unik secara nasional, yakni
Soviet. Dia akan memberikan kritiknya terhadap Soviet sebagai salah satu
bentuk kediktatoran proletariat.
Sungguh tidak ada hal yang serius yang bisa diharapkan dari Kautsky
setelah “interpretasi” liberalnya terhadap ajaran-ajaran Marx mengenai
kediktatoran. Tetapi cara dia melakukan pendekatan terhadap masalah apa
itu Soviet, dan cara dia menjawab masalah ini sangatlah khas.
Soviet, katanya, mengingat munculnya mereka pada 1905,
menciptakan “bentuk organisasi proletariat yang paling inklusif
(umfassendste), karena ia merangkul semua pekerja upahan.” (hal. 31) Pada
1905 soviet-soviet hanyalah badan-badan yang bersifat lokal; pada 1917
mereka menjadi sebuah organisasi nasional.
Kautsky melanjutkan: “Bentuk organisasi Soviet telah memiliki
sejarah yang hebat dan mulia di belakangnya, dan ia masih memiliki masa
depan yang bahkan lebih hebat di depannya, dan bukan hanya di Rusia saja.
Di mana-mana tampaknya metode-metode perjuangan ekonomi dan politik
kaum proletariat yang lama sudah tidak memadai (versagen; ekspresi Jerman
ini lebih kuat daripada “tidak memadai” dan lebih lemah daripada
“impoten”) dalam melawan kekuatan ekonomi dan politik yang ada di
tangan kapital finans. Metode-metode lama ini tidak bisa dicampakkan;
mereka masih tak-tergantikan pada masa-masa normal; tetapi dari waktu ke
waktu ada tugas-tugas yang muncul yang tidak dapat mereka penuhi, tugas-
tugas yang hanya bisa dipenuhi secara berhasil dengan kombinasi dari semua
instrumen kekuatan politik dan ekonomi kelas buruh.” (hal.32)
36
Lalu ini diikuti dengan sebuah penalaran mengenai pemogokan massa
dan “birokrasi serikat buruh” – yang juga dibutuhkan seperti serikat-serikat
buruh – yang “tidak berguna dalam memimpin pertempuran-pertempuran
massa yang besar, yang menjadi semakin sering terjadi ...”
“Oleh karenanya,” Kautsky menyimpulkan, “bentuk organisasi Soviet
adalah salah satu fenomena terpenting di jaman kita. Ia memiliki peluang
untuk memainkan peran yang menentukan di dalam pertempuran-
pertempuran besar yang menentukan antara kapital dan buruh, yang mana
kita sedang bergerak ke arah sana.”
“Tetapi, apakah kita punya hak untuk menuntut lebih dari Soviet?
Kaum Bolshevik, setelah Revolusi November (penanggalan baru, atau
Revolusi Oktober sesuai dengan penanggalan lama Rusia), bersama-sama
dengan kaum Sosialis-Revolusioner Kiri mengamankan mayoritas di dalam
Soviet Perwakilan Buruh Rusia, dan setelah pembubaran Majelis
Konstituante, mereka memulai mentransformasi Soviet-soviet
dari organisasi perjuangan sebuah kelas menjadi organisasi negara. Mereka
menghancurkan demokrasi yang telah dimenangkan oleh rakyat Rusia pada
Revolusi Maret (penanggalan lama, atau Revolusi Februari sesuai dengan
penanggalan lama Rusia). Bersamaan dengan ini, kaum Bolshevik telah
berhenti memanggil diri mereka sendiri kaum Sosial-Demokrat. Mereka
memanggil diri mereka Komunis.” (hal. 33., italik dari Kautsky)
Mereka-mereka yang mengenal literatur Menshevik Rusia akan segera
melihat bagaimana Kautsky secara menghamba mengkopi Martov1,
Axelrod2, Stein dan yang lainnya. Ya, “secara menghamba”, karena Kautsky
dengan seenaknya mendistorsi fakta-fakta demi mengekori prasangka-
prasangka Menshevik. Kautsky tidak ambil pusing, misalnya, untuk
1 Yuli Martov (1873-1923) adalah pemimpin Menshevik. Dia memulai karir
politiknya pada tahun 1895 bekerja bersama Lenin di Liga Perjuangan Untuk Emansipasi Kelas Buruh di kota St Petersburg. Awalnya dia berkolaborasi dengan Lenin untuk mendirikan Iskra namun pecah dengannya pada tahun 1903..
2 Pavel Axelrod (1850-1928) adalah salah satu pendiri Kelompok Emansipasi Buruh. Setelah Kongres Kedua Partai Buruh Sosial Demokrasi Buruh pada 1903 dia bergabung dengan Menshevik.
37
menanyakan para informannya (Stein di Berlin, atau Axelrod di
Stockholm) kapan masalah penggantian nama Bolshevik menjadi Komunis
dan kapan masalah signifikansi Soviet sebagai organisasi negara pertama
kali dikemukakan. Bila saja Kautsky menanyakan pertanyaan sederhana ini,
dia tidak akan menulis baris-baris yang konyol ini, karena kedua masalah ini
dikemukakan oleh kaum Bolshevik pada April 1917, misalnya di “Tesis” 4
April 1917 saya, yakni jauh sebelum Revolusi Oktober 1917 (dan, tentu saja,
jauh sebelum pembubaran Majelis Konstituante pada 5 Januari 1918).
Tetapi argumen Kautsky yang telah saya kutip sepenuhnya
mewakili inti dari seluruh masalah mengenai Soviet. Intinya adalah: apakah
Soviet harus berusaha menjadi organisasi negara (pada April 1917, kaum
Bolshevik mengedepankan slogan “Seluruh Kekuasaan Untuk Soviet!” dan
pada Konferensi Partai Bolshevik yang diselenggarakan pada bulan yang
sama mereka menyatakan bahwa mereka tidak puas dengan republik
parlementer borjuis, tetapi menuntut sebuah republik buruh dan tani seperti
tipe Komune Paris atau tipe Soviet); atau apakah Soviet tidak boleh
berusaha untuk mencapai ini, dan menahan diri dari merebut kekuasaan ke
tangannya, menahan diri dari menjadi organisasi negara dan tetap menjadi
“organisasi perjuangan” dari “sebuah kelas” (seperti yang diekspresikan oleh
Martov, yang dengan harapan lugunya menutup-nutupi kenyataan bahwa di
bawah kepemimpinan Menshevik Soviet adalah instrumen yang digunakan
untuk menundukkan kaum buruh di bawah borjuasi).
Kautsky secara menghamba mengulang kata-kata Martov,
memilah fragmen-fragmen dari polemik teoritis antara Bolshevik dan
Menshevik, dan secara tidak kritis dan seenaknya mencangkokkan mereka
ke bidang teori dan Eropa secara umum. Hasilnya adalah sebuah tambal
sulam yang begitu buruk sehingga mengundang tawa keras dari setiap buruh
Rusia yang sadar kelas yang membaca argumen-argumen Kautsky ini.
Ketika kita menjelaskan apa isu utamanya, setiap buruh di Eropa
(kecuali segelintir kaum imperialis-sosial yang tak bertulang punggung)
akan menyambut Kautsky dengan tawa yang sama kerasnya.
38
Kautsky telah memberikan Martov bantuan yang tak terduga dengan
mengembangkan kesalahannya menjadi sebuah absurditas yang mencolok.
Coba kita lihat apa argumen Kautsky sebenarnya.
Soviet merangkul semua pekerja upahan. Metode-metode perjuangan
ekonomi dan politik kaum proletariat yang lama sudah tidak memadai dalam
melawan kapital finans. Soviet punya peran yang besar di masa depan, dan
tidak hanya di Rusia. Mereka akan memainkan peran yang menentukan di
dalam pertempuran-pertempuran besar yang menentukan antara kapital dan
buruh di Eropa. Inilah yang dikatakan oleh Kautsky.
Luar biasa. Tetapi bukankah “pertempuran-pertempuran yang
menentukan antara kapital dan buruh” akan menentukan kelas mana yang
akan merebut kekuasaan negara?
Tidak boleh sama sekali! Ini haram!
Soviet, yang merangkul semua pekerja upahan, tidak boleh menjadi
organisasi negara di dalam pertempuran-pertempuran “yang menentukan”!
Tetapi apa itu negara?
Negara tidak lain adalah mesin bagi satu kelas untuk menindas kelas
yang lainnya.
Oleh karenanya, kelas yang tereksploitasi, kaum pelopor dari semua
rakyat pekerja dan rakyat yang tereksploitasi di masyarakat modern, harus
berusaha bergerak ke “pertempuran-pertempuran menentukan antara kapital
dan buruh”, tetapi tidak boleh menyentuh mesin negara yang digunakan oleh
kapital untuk menindas buruh! Mereka tidak boleh menghancurkan mesin
tersebut! Mereka tidak boleh menggunakan organisasinya yang sepenuhnya-
inklusif untuk menindas kaum pengeksploitasi!
Luar biasa, Tn. Kautsky, luar biasa! “Kita” mengakui perjuangan
kelas – seperti halnya semua kaum liberal mengakuinya, yakni tanpa
penggulingan kaum borjuasi ...
39
Di sinilah perpecahan Kautsky dengan Marxisme dan sosialisme
menjadi jelas. Sesungguhnya, ini adalah pembelotan ke kamp borjuasi, yang
siap memberikan segala macam konsesi kecuali transformasi organisasi
kelas tertindas menjadi organisasi negara. Kautsky sudah tidak bisa lagi
menyelamatkan posisinya yang ingin mendamaikan segalanya dan
menghindari semua kontradiksi-kontradiksi utama dengan kata-kata.
Kautsky sepenuhnya menolak perebutan kekuasaan negara oleh kelas
buruh, atau dia menerima bahwa kelas buruh boleh mengambil alih mesin
negara borjuis yang lama. Tetapi dia tidak akan pernah menerima bahwa
kelas buruh harus menghancurkan negara borjuis yang lama dan
menggantikannya dengan mesin proletar yang baru. Bagaimanapun
argumen-argumen Kautsky “diinterpretasikan”, atau “dijelaskan”,
perpecahan dia dengan Marxisme dan pembelotan dia ke kamp borjuasi
adalah jelas.
Di “Manifesto Komunis”, Marx menjelaskan bentuk negara seperti
apa yang dibutuhkan oleh kelas buruh yang menang. Dia menulis: “negara,
yakni, kelas proletar yang terorganisir sebagai kelas penguasa.3” Sekarang
ada seseorang, yang masih mengklaim dirinya sebagai seorang Marxis, maju
ke depan dan menyatakan bahwa kaum proletariat, yang sepenuhnya
terorganisir dan mengobarkan “pertempuran menentukan” melawan
kapital, tidak boleh mengubah organisasi kelasnya menjadi organisasi
negara. Di sini Kautsky telah menunjukkan “takhayul mengenai negara”,
yang di Jerman, seperti yang ditulis oleh Engels pada 1891, “telah merasuk
ke dalam pemikiran umum kaum borjuasi dan bahkan banyak
buruh.4” Buruh, berjuanglah! -- Para filistin kita “setuju” dengan ini (semua
kaum borjuasi juga “setuju” dengan ini, karena buruh tetap akan berjuang,
dan satu-satunya hal yang perlu dilakukan adalah mencari cara untuk
menumpulkan pisau mereka) – berjuanglah, tetapi jangan berani-berani
3 Marx dan Engels, Manifesto of the Communist Party, Moskow, 1957, p. 85. 4 Lenin merujuk pada Kata Pengantar Engels untuk Perang Sipil di Prancis oleh Karl
Marx (Marx dan Engels, Selected Works, Moskow, 1962,Vol. 1, hal. 484)
40
menang! Jangan hancurkan mesin negara borjuis, jangan gantikan
“organisasi negara” borjuis dengan “organisasi negara” proletar!
Siapa pun yang secara jujur setuju dengan gagasan Marxis bahwa
negara tidak lain adalah sebuah mesin yang digunakan satu kelas untuk
menindas kelas yang lain, dan yang telah mempertimbangkan kebenaran ini,
tidak akan pernah dapat meraih kesimpulan yang konyol bahwa organisasi
proletar yang dapat mengalahkan kapital finans tidak boleh mengubah
dirinya menjadi organisasi negara. Pada poin inilah tersibak kaum borjuis
kecil yang percaya bahwa “setelah semuanya” negara adalah sesuatu yang
ada di luar kelas atau di atas kelas. Mengapa kelas proletariat, “sebuah
kelas”, diperbolehkan mengobarkan perjuangan yang tak kunjung padam
melawan kapital¸ yang menindas tidak hanya proletariat tetapi juga seluruh
rakyat, seluruh borjuasi kecil, seluruh kaum tani, tetapi “kelas yang satu
ini” tidak diperbolehkan mengubah organisasinya menjadi sebuah organisasi
negara? Karena kaum borjuis kecil takut terhadap perjuangan kelas, dan
tidak dapat membawa perjuangan kelas ke kesimpulan logisnya, ke tujuan
utamanya.
Kautsky menjadi bingung sendiri dan mengekspos dirinya sendiri. Dia
sendiri mengakui bahwa Eropa sedang bergerak ke arah pertempuran-
pertempuran menentukan antara kapital dan buruh, dan bahwa metode-
metode perjuangan ekonomi dan politik kelas proletariat yang lama sudah
tidak memadai. Tetapi metode-metode lama ini justru adalah penggunaan
demokrasi borjuis. Oleh karenanya ...?
Tetapi Kautsky takut memikirkan kelanjutannya.
... Oleh karenanya hanya seorang reaksioner, seorang musuh kelas
buruh, seorang kacung borjuasi, yang sekarang dapat memalingkan mukanya
ke masa lalu yang sudah usang, menghiasi demokrasi borjuis dan berkoar-
koar tentang demokrasi murni. Demokrasi borjuis dulunya progresif
dibandingkan dengan abad pertengahan, dan ia harus digunakan. Tetapi
sekarang ia sudah tidak lagi memadai bagi kelas buruh. Sekarang kita harus
menatap ke depan alih-alih ke belakang – untuk menggantikan demokrasi
41
borjuis dengan demokrasi proletariat. Dan sementara kerja persiapan untuk
revolusi proletariat, pembentukan dan pelatihan pasukan proletar adalah
mungkin (dan diperlukan) di dalam kerangka negara demokratik-borjuis,
sekarang ketika kita telah sampai pada tahapan “pertempuran menentukan”,
untuk membatasi proletariat ke dalam kerangka ini berarti mengkhianati
perjuangan proletariat, berarti menjadi seorang pengkhianat.
Kautsky telah membuat dirinya sendiri tampak konyol dengan
mengulangi argumen Martov tanpa mengetahui bahwa dalam kasus Martov
argumen ini adalah berdasarkan argumen lain yang dia, Kautsky, tidak
gunakan! Martov mengatakan (dan Kautsky mengulanginya) bahwa Rusia
belumlah matang untuk sosialisme. Dari ini, secara logis maka terlalu dini
untuk mentransformasi Soviet dari organ perjuangan menjadi organisasi
negara (baca: adalah waktu yang tepat untuk mentransformasi Soviet,
dengan bantuan para pemimpin Menshevik, menjadi instrumen untuk
menundukkan kaum buruh ke bawah kaum borjuasi imperialis). Akan tetapi,
Kautsky tidak dapat mengatakan secara terbuka bahwa Eropa belumlah
matang untuk sosialisme. Pada 1909, ketika dia belumlah menjadi seorang
pengkhianat, dia menulis bahwa tidak ada alasan untuk takut terhadap
revolusi yang prematur, bahwa siapa pun yang menyangkal revolusi karena
takut akan kekalahan adalah seorang pengkhianat. Kautsky tidak berani
membantah ini secara terbuka. Dan oleh karenanya kita mendapati
absurditas, yang dengan sepenuhnya menyibak kebodohan dan kepengecutan
dari seorang borjuis kecil: di satu pihak, Eropa sudah matang untuk
sosialisme dan bergerak ke arah pertempuran menentukan antara kapital dan
buruh; tetapi, di lain pihak, organisasi perjuangan (yakni organisasi yang
lahir, tumbuh, dan bertambah kuat melalui perjuangan), organisasi
proletariat, sang pelopor dan organisator, sang pemimpin rakyat
tertindas, tidak boleh diubah menjadi organisasi negara.
***
Dari sudut pandang politik praktis, gagasan bahwa Soviet diperlukan
sebagai organisasi perjuangan tetapi tidak boleh diubah menjadi organisasi
negara adalah jauh lebih absurd dibandingkan dari sudut pandang teori.
42
Bahkan di masa damai, ketika tidak ada situasi revolusioner, perjuangan
massa buruh dalam melawan kapitalis – misalnya, pemogokan massa –
menimbulkan rasa permusuhan yang besar di antara kedua belah pihak,
menimbulkan semangat yang menggebu-gebu di dalam perjuangan, di mana
kaum borjuasi terus bersikeras bahwa mereka masihlah “penguasa di rumah
mereka sendiri:”, dsb. Dan di masa revolusi, ketika kehidupan politik
mencapai titik didih, sebuah organisasi seperti Soviet, yang
merangkul semua pekerja di semua cabang industri, semua tentara, dan
semua lapisan pekerja dan kaum miskin desa – organisasi seperti ini, secara
otomatis, seiring dengan perkembangan perjuangan, oleh karena “logika”
sederhana dari menyerang dan bertahan, niscaya berbenturan dengan
masalah ini secara langsung. Usaha untuk mengambil posisi tengah dan
untuk “mendamaikan” kelas proletariat dengan kelas borjuasi adalah
kebodohan yang teramat besar dan pasti menemui kegagalan. Inilah yang
terjadi di Rusia pada ceramah dari Martov dan kaum Menshevik lainnya, dan
ini akan terjadi di Jerman dan negeri-negeri lain bila Soviet berhasil
berkembang dalam skala yang luas, berhasil bersatu dan menjadi kuat.
Untuk mengatakan kepada Soviet: bertarunglah, tetapi jangan rebut
kekuasaan negara ke tanganmu, jangan menjadi organisasi negara – ini sama
dengan berceramah mengenai kolaborasi kelas dan “perdamaian sosial”
antara proletariat dan borjuasi. Sungguh tidak masuk akal untuk bahkan
berpikir bahwa di tengah perjuangan yang tajam posisi seperti ini tidak akan
berakhir pada kekalahan yang telak. Tetapi nasib Kautsky adalah untuk
duduk di antara dua kursi. Dia pura-pura tidak setuju secara teoritis dengan
kaum oportunis dalam semua hal, tetapi dalam praktek dia setuju dengan
mereka dalam semua hal yang esensial (yakni, dalam semua hal yang
berkaitan dengan revolusi).
43
Majelis Konstituante dan Republik Soviet
Masalah Majelis Konstituante dan pembubarannya oleh kaum
Bolshevik adalah inti dari seluruh pamflet Kautsky. Dia terus kembali ke
topik ini, dan seluruh karya dari pemimpin ideologi Internasional Kedua ini
dipenuhi dengan sindiran-sindiran bahwa kaum Bolshevik telah
“menghancurkan demokrasi” (lihat salah satu kutipan Kautsky di atas).
Masalah ini adalah masalah yang sungguh-sungguh menarik dan penting,
karena di sini relasi antara demokrasi borjuasi dan demokrasi proletariat
diajukan ke hadapan revolusi dalam bentuk yang praktis. Mari kita lihat
bagaimana “teoretikus Marxis” kita menjawab masalah ini.
Dia mengutip “Tesis Majelis Konstituante”, yang ditulis oleh saya dan
diterbitkan di koran Pravda pada 26 Desember 1917. Kita mungkin akan
berpikir bahwa dengan mengutip tulisan saya Kautsky telah melakukan
pendekatan yang serius terhadap masalah ini. Tetapi lihat bagaimana dia
mengutipnya. Dia tidak mengatakan bahwa ada 19 tesis; dia tidak
mengatakan bahwa tesis-tesis ini mendiskusikan relasi antara republik
borjuis yang lazim dengan Majelis Konstituante dan republik Soviet, dan
juga sejarah perbedaan di dalam revolusi kita antara Majelis Konstituante
dengan kediktatoran proletariat. Kautsky mengabaikan semua ini, dan hanya
mengatakan kepada para pembaca bahwa “kedua dari mereka (tesis-tesis ini)
adalah cukup penting”: yang satu menyatakan bahwa perpecahan di antara
kaum Sosialis-Revolusioner terjadi setelah pemilu Majelis Konstituante,
tetapi sebelum Majelis Konstituante ini bertemu (Kautsky tidak
menyebutkan bahwa ini adalah tesis kelima); dan tesis yang satu lagi, bahwa
republik Soviet secara umum adalah bentuk demokrasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan Majelis Konstituante (Kautsky tidak menyebutkan
bahwa ini adalah tesis ketiga).
Hanya dari tesis ketiga ini Kautsky mengutip dengan setengah
lengkap, yakni baris-baris berikut ini:
“Republik Soviet bukan hanya sebuah tipe institusi demokrasi
yang lebih tinggi (dibandingkan dengan republik
44
borjuis lazimnya yang dimahkotai oleh Majelis Konstituante),
tetapi juga adalah satu-satunya bentuk institusi demokrasi yang
dapat menjadi transisi yang paling tidak menyakitkan1 ke
sosialisme.” (Kautsky menghapus kata “lazimnya” dan kata-
kata pengantar dari tesis tersebut: “Untuk transisi dari sistem
borjuis ke sistem sosialis, untuk kediktatoran proletariat”).
Setelah mengutip kata-kata ini, Kautsky, dengan ironi yang luar biasa,
menyatakan:
“Sungguh menyedihkan bahwa kesimpulan ini diraih hanya
setelah kaum Bolshevik menemui diri mereka sebagai minoritas
di dalam Majelis Konstituante. Sebelum itu, tidak ada yang
menuntut diselenggarakannya Majelis Konstituante lebih
bersemangat daripada Lenin.”
Inilah yang secara harfiah ditulis oleh Kautsky di halaman 31 dari
bukunya!
Sungguh mengagumkan! Hanya seorang penjilat borjuasi yang dapat
memalsukan ini guna memberi kesan kepada para pembaca bahwa semua
yang dikatakan oleh kaum Bolshevik mengenai bentuk negara yang tinggi
adalah sebuah rekaan yang hanya muncul setelah mereka menemui diri
mereka sebagai minoritas di dalam Majelis Konstituante! Kebohongan
seperti ini hanya dapat diucapkan oleh seorang bajingan yang telah menjual
1 Kautsky jelas-jelas mencoba untuk menjadi ironis, dengan berkali-
kali mengutip ekspresi transisi yang “paling tidak menyakitkan”; tetapi di beberapa halaman berikutnya dia melakukan pemalsuan dan mengutipnya menjadi transisi yang “tidak menyakitkan”! Tentu saja, dengan cara seperti ini sangatlah mudah untuk menaruh kekonyolan apapun ke dalam mulut seorang musuh. Pemalsuan ini juga membantu dia untuk menghindari inti dari argumen ini, yakni bahwa transisi yang paling tidak menyakitkan ke sosialisme hanyalah mungkin bila semua kaum miskin terorganisir (ke dalam Soviet-soviet) dan ketika pusat dari kekuasaan negara (proletar) membantu mereka untuk terorganisir. – Catatan Lenin
45
dirinya ke kaum borjuasi, atau, sama buruknya, seorang yang mempercayai
Axelrod dan menyembunyikan sumber informasinya.
Bagi semua orang yang tahu bahwa pada hari tibanya saya di Rusia
pada 4 April 1917, saya di depan publik membaca tesis saya di mana saya
memproklamirkan superioritas tipe negara Komune Paris dibandingkan
republik parlementer borjuis. Setelah itu, saya berulang kali menyatakan ini
di koran. Misalnya, di sebuah pamflet mengenai partai-partai politik, yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan pada Januari 1918 di
koran Evening Post di New York2. Lebih dari itu, Konferensi Partai
Bolshevik pada akhir April 1917 mengadopsi sebuah resolusi yang
menyatakan bahwa republik proletariat dan tani adalah lebih superior
dibandingkan dengan republik parlementer borjuis, dan bahwa Partai kami
tidak akan puas dengan yang belakangan ini, dan bahwa Program Partai akan
diubah sesuai dengan situasi.
Di hadapan fakta-fakta ini, nama apa yang bisa diberikan kepada
muslihat Kautsky untuk meyakinkan para pembaca Jermannya bahwa saya
telah dengan menggebu-gebu menuntut diselenggarakannya Majelis
Konstituante, dan bahwa saya mulai “mengecilkan” martabat dan
kehormatan Majelis Konstituante hanya setelah kaum Bolshevik menemui
dirinya sebagai minoritas di dalamnya? Bagaimana seorang bisa memaafkan
2 Pamflet Lenin “Political Parties in Russia and The Tasks of the
Proletariat” diterbitkan oleh The Evening Post pada 15 Januari, 1918, dan oleh The Class Struggle, organ sayap kiri dari Partai Sosialis Amerika, di edisi nomor 4 untuk bulan November-Desember 1917. Ini juga diterbitkan sebagai edisi terpisah.
The Evening Post adalah koran borjuis yang diterbitkan di New York dari tahun 1801 (dari 1801 hingga 1832 koran ini bernama The New York Evening Post). Selama bertahun-tahun, koran ini mengikuti kebijakan liberal. Setelah Revolusi Oktober, koran ini menerbitkan perjanjian-perjanjian rahasia yang disetujui antara pihak Sekutu dan pemerintahan Tsar. Setelah itu, koran ini menjadi corong suara kaum imperialis yang paling reaksioner. Sekarang koran ini bernama The New York Post
46
muslihat seperti ini?3 Apa kita bisa mengatakan bahwa Kautsky tidak
mengetahui fakta-fakta yang ada? Bila demikian, mengapa dia menulis
mengenai topik ini? Atau mengapa dia tidak secara jujur mengumumkan
bahwa dia menulis berdasarkan informasi yang disediakan oleh kaum
Menshevik seperti Stein, Axelrod, dan yang lainnya? Dengan berpura-pura
objektif, Kautsky ingin menyembunyikan perannya sebagai pelayan
Menshevik, yang sakit hati karena mereka telah dikalahkan.
Akan tetapi, ini kecil dibandingkan apa yang akan datang.
Mari kita berasumsi bahwa Kautsky tidak dapat (?) memperoleh dari
para informannya terjemahan resolusi-resolusi dan pernyataan-pernyataan
Bolshevik mengenai masalah apakah kaum Bolshevik akan merasa puas atau
tidak dengan republik parlementer demokratik borjuis. Mari kita asumsikan
ini, walaupun ini adalah asumsi yang luar biasa. Tetapi Kautsky secara
langsung menyebut tesis saya pada 26 Desember 1917, di halaman 30 dari
bukunya.
Apa dia tidak tahu tesis ini dalam bentuknya yang lengkap, atau dia
hanya tahu dari apa yang diterjemahkan untuknya oleh Stein, Axelrod, dkk?
Kautsky mengutip tesis ketiga mengenai masalah fundamental apakah kaum
Bolshevik, sebelum pemilu Majelis Konstituante, menyadari bahwa republik
Soviet adalah lebih superior dibandingkan dengan republik borjuis, dan
apakah mereka memberitahu rakyat mengenai ini. Tetapi dia tetap bungkam
mengenai tesis kedua.
Tesis yang kedua adalah seperti berikut:
“Sementara menuntut diselenggarakannya Majelis Konstituante,
Sosial Demokrasi Revolusioner semenjak permulaan Revolusi
1917 telah berulang kali menekankan bahwa republik Soviet
adalah bentuk demokrasi yang lebih tinggi daripada republik
3 Juga ada banyak kebohongan Menshevik seperti ini di dalam pamflet
Kautsky! Ini adalah cercaan yang ditulis oleh seorang Menshevik yang sakit hati.
47
borjuis lazimnya dengan Majelis Konstituante.” (Italik dari
saya)
Untuk menggambarkan kaum Bolshevik sebagai orang-orang yang
tidak prinsipil, sebagai “kaum oportunis revolusioner” (ini adalah ungkapan
yang digunakan oleh Kautsky di bukunya, saya lupa dalam kaitan apa
tepatnya), Tn. Kautsky telah menyembunyikan dari para pembaca
Jermannya fakta bahwa tesis ini merujuk langsung pada deklarasi-deklarasi
yang telah “berulang kali” dinyatakan!
Ini adalah metode yang dangkal, buruk, dan memuakkan! Inilah
bagaimana caranya dia menghindari masalah teori!
Apakah benar atau tidak bahwa republik parlementer demokratik-
borjuis lebih inferior dibandingkan republik tipe Komune Paris atau Soviet?
Inilah masalah utamanya, dan Kautsky telah menghindar darinya. Kautsky
telah “melupakan” semua yang telah dikatakan oleh Marx dalam analisanya
terhadap Komune Paris. Dia juga telah “melupakan” surat Engels kepada
Bebel pada 28 Maret 1875, di mana gagasan Marx yang sama ini
diformulasikan dengan teramat jelas dan mudah dipahami: “Komune sudah
bukan lagi negara dalam makna kata yang sesungguhnya.”
Di sini, teoretikus Internasional Kedua yang paling terkemuka, di
dalam pamflet mengenai Kediktatoran Proletariat dan terutama berbicara
mengenai Rusia, di mana masalah mengenai bentuk negara yang lebih tinggi
daripada republik demokratik borjuis telah dikedepankan secara langsung
dan berulang kali, mengabaikan masalah ini. Apa bedanya ini dengan
pembelotan ke kamp borjuasi?
(Dalam hal ini juga, Kautsky hanya mengekor kaum Menshevik
Rusia. Di antara kaum Menshevik Rusia, banyak yang tahu “semua kutipan”
dari Marx dan Engels. Namun tidak ada satu pun kaum Menshevik, dari
April sampai Oktober 1917 dan dari Oktober 1917 sampai Oktober 1918,
yang berusaha sekalipun untuk memeriksa masalah mengenai tipe negara
48
Komune Paris. Plekhanov juga menghindari masalah ini. Pada
kenyataannya dia harus menghindari ini.)
Mendiskusikan pembubaran Majelis Konstituante4 dengan orang-
orang yang mengklaim dirinya sosialis dan Marxis, tetapi pada kenyataannya
untuk masalahfundamental telah membelot ke kubu borjuasi, yakni masalah
tipe negara Komune Paris, adalah seperti melempar mutiara ke seekor babi.
Kita cukup menyajikan teks lengkap dari tesis saya mengenai Majelis
Konstituante sebagai lampiran untuk buku ini. Para pembaca lalu dapat
melihat bagaimana masalah ini diajukan pada 26 Desember 1917, dari sudut
pandang teori, sejarah, dan politik praktis.
Bila Kautsky telah sepenuhnya meninggalkan Marxisme sebagai
seorang teoretikus, dia setidaknya harus memeriksa masalah perjuangan
antara Soviet dengan Majelis Konstituante sebagai seorang sejarawan. Dari
banyak karya-karyanya kita tahu bahwa Kautsky tahu bagaimana menjadi
seorang sejarawan Marxis, dan karya-karyanya tersebut akan tetap jadi
4 Pada 27 Juni 1917, Pemerintahan Provisional memutuskan untuk
menyelenggarakan pemilu Majelis Konstituante pada 30 September 1917. Pada bulan Agustus, mereka menundanya sampai 25 November.
Pemilihan untuk Majelis Konstituante berlangsung pada tanggal 25 November, setelah Revolusi Oktober. Para perwakilan terpilih berdasarkan daftar caleg sebelum Revolusi dan pemilu berlangsung sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Pemerintahan Provisional. Pemilu berlangsung di saat massa rakyat belumlah memahami signifikansi dari Revolusi Oktober. Ini memberikan keunggulan bagi kaum Sosialis-Revolusioner Kanan, dan mereka meraih mayoritas di daerah-daerah di luar pusat-pusat perkotaan dan industri. Majelis Konstituante bertemu di Petrograd pada 18 Januari 1918. Berdasarkan dekrit Komite Eksekutif Pusat Seluruh Rusia pada 19 Januari 1918, Majelis Konstituante dibubarkan karena Majelis ini, melalui mayoritasnya yang reaksioner, telah menolak Deklarasi Hak-Hak Rakyat Pekerja dan Tertindas yang diserahkan oleh Komite Eksekutif Pusat Seluruh Rusia dan telah menolak untuk menyetujui dekrit-dekrit dari Kongres Soviet Ke-2 mengenai perdamaian, reforma agraria, dan pemindahan kekuasaan ke Soviet.
49
bahan bacaan kaum proletariat walaupun dia telah berkhianat. Tetapi
mengenai masalah ini, Kautsky, bahkan sebagai seorang
sejarawan, memalingkan punggungnya ke kebenaran, mengabaikan fakta-
fakta yang sudah terbukti dan bertingkah seperti seorang penjilat.
Dia inginmenggambarkan kaum Bolshevik sebagai orang-orang yang tidak
prinsipil dan dia mengatakan kepada para pembacanya bahwa kaum
Bolshevik mencoba untukberdamai dengan Majelis Konstituante sebelum
membubarkannya. Sama sekali tidak ada yang salah dengan ini. Tidak ada
yang ingin kami tarik kembali. Saya berikan tesis kami dengan lengkap dan
di sana dikatakan dengan sejelas-jelasnya: Tuan-tuan borjuis kecil yang
terombang-ambing, yang ada di dalam Majelis Konstituante, tunduk pada
kediktatoran proletariat atau kami akan menaklukkan kalian dengan “metode
revolusioner” (tesis 18 dan 19).
Inilah bagaimana seorang proletariat yang benar-benar revolusioner
selalu bersikap dan akan selalu bersikap terhadap para borjuis kecil yang
terombang-ambing.
Kautsky mengadopsi sebuah posisi yang formal dalam masalah
Majelis Konstituante. Tesis saya dengan jelas dan berulang kali mengatakan
bahwa kepentingan revolusi adalah lebih tinggi daripada hak-hak formal
Majelis Konstituante (baca tesis 16 dan 17). Sudut pandang demokratik
formal adalah sudut pandang kaum demokrat borjuis yang menolak
mengakui bahwa kepentingan kaum proletariat dan perjuangan kelas
proletariat adalah yang tertinggi. Sebagai seorang sejarawan, Kautsky tidak
dapat menyangkal bahwa parlemen borjuis adalah organ dari kelas penguasa.
Tetapi sekarang (untuk tujuan menolak revolusi) Kautsky harus melupakan
Marxismenya, dan dia menghindari pertanyaan: Majelis Konstituante adalah
organ kelas mana? Kautsky tidak mengkaji kondisi-kondisi yang konkret.
Dia tidak ingin menghadapi fakta-fakta. Dia tidak mengatakan barang satu
kata pun kepada para pembaca Jermannya mengenai fakta bahwa tesis saya
mengandung tidak hanya penjabaran teoritis akan keterbatasan dari
demokrasi borjuis (tesis 1 sampai 3), tidak hanya penjabaran kondisi-kondisi
konkret yang menentukan perbedaan antara daftar caleg di pertengahan
50
Oktober 1917 dan situasi yang sesungguhnya pada Desember 1917 (tesis 4
sampai 6), tetapi jugasejarah perjuangan kelas dan Perang Sipil pada
Oktober-Desember 1917 (tesis 7-15). Dari sejarah yang konkret ini kita
menarik kesimpulan (tesis 14) bahwa slogan “Semua Kekuasaan Untuk
Majelis Konstituante!” telah, pada kenyataannya, menjadi slogan orang-
orang Kadet dan Kaledin5 dan kaki tangan mereka.
Kautsky sang sejarawan tidak mampu melihat ini. Kautsky sang
sejarawan tidak pernah mendengar bahwa hak pilih universal kadang-kadang
menghasilkan parlemen yang borjuis-kecil, kadang-kadang parlemen yang
reaksioner dan kontra-revolusioner. Kautsky sang sejarawan Marxis tidak
pernah mendengar bahwa bentuk pemilu, bentuk demokrasi, adalah satu hal,
dan karakter kelas dari sebuah institusi adalah satu hal lain. Masalah karakter
kelas dari Majelis Konstituante secara langsung diajukan dan dijawab di
dalam tesis saya. Mungkin jawaban saya keliru. Kami akan sangat menerima
kritik Marxis dari orang luar terhadap analisa kami. Alih-alih menulis baris-
baris yang sangat konyol (yang banyak sekali di dalam buku Kautsky)
mengenai pelarangan kritik terhadap Bolshevisme, dia mestinya membuat
kritik itu sendiri. Tetapi dia tidak menawarkan kritik sama sekali. Dia
bahkan tidak mengungkit masalah analisa kelas Soviet di satu pihak, dan
analisa kelas Majelis Konstituante di lain pihak. Oleh karenanya
mustahil untuk berargumen, untuk berdebat dengan Kautsky. Yang bisa kita
lakukan hanyamendemonstrasikan kepada para pembaca mengapa Kautsky
adalah seorang pengkhianat dan tidak bisa lain.
Perbedaan antara Soviet dan Majelis Konstituante memiliki
sejarahnya. Bahkan seorang sejarawan yang tidak punya perspektif
perjuangan kelas tidak bisa mengabaikannya. Kautsky tidak
ingin menyentuh sejarah yang sesungguhnya ini. Kautsky telah
menyembunyikan dari para pembaca Jermannya fakta yang sudah terbukti
luas (yang hanya bisa disembunyikan oleh seorang Menshevik yang culas)
bahwa perbedaan antara Soviet dan institusi “negara umumnya” (dalam kata
5 Alexei Kaledin (1861-1918) adalah Jenderal Rusia yang memimpin
Tentara Putih di daerah Don dalam memerangi pemerintahan Soviet.
51
lain, borjuis) telah eksis bahkan di bawah rejim Menshevik, dari Februari
sampai Oktober 1917. Sebenarnya, Kautsky mengadopsi posisi konsiliasi,
kompromi, dan kolaborasi antara proletariat dan borjuasi. Tidak peduli
sekeras apapun Kautsky ingin membantah ini, ini adalah kenyataan yang
termaktub di dalam seluruh pamfletnya. Untuk mengatakan bahwa Majelis
Konstituante tidak boleh dibubarkan adalah sama dengan mengatakan bahwa
perjuangan melawan borjuasi tidak boleh diperjuangkan sampai garis akhir,
bahwa kaum borjuasi tidak boleh ditumbangkan dan bahwa proletariat harus
berdamai dengan mereka.
Mengapa Kautsky diam saja mengenai kenyataan bahwa kaum
Menshevik telah melakukan kerja yang tercela ini dari Februari sampai
Oktober 1917 dan tidak meraih apapun? Bila memang mungkin
mendamaikan kaum borjuasi dengan kaum proletariat, mengapa kaum
Menshevik tidak berhasil dalam melakukan ini? Mengapa kaum borjuasi
menentang Soviet? Mengapa kaum Menshevik menyebut Soviet-soviet
sebagai “demokrasi revolusioner”, dan kaum borjuasi sebagai “elemen-
elemen berpunya”?
Kautsky telah menyembunyikan dari para pembaca Jermannya bahwa
kaum Menshevik-lah yang, dalam “epos” pemerintahan mereka (Februari
sampai Oktober 1917), menyebut Soviet sebagai “demokrasi
revolusioner”, dan oleh karenanya mengakui superioritas Soviet di atas
semua institusi lainnya. Hanya dengan menyembunyikan fakta ini Kautsky
sang sejarawan menciptakan kesan bahwa perbedaan antara Soviet dan
borjuasi tidak memiliki sejarah, bahwa perbedaan ini timbul dengan
sendirinya, tanpa sebab, tiba-tiba, karena perilaku buruk dari kaum
Bolshevik. Namun, pada kenyataannya, yang meyakinkan rakyat akan kesia-
siaan dari usaha kaum Menshevik dan menjauhkan kaum proletariat dari
mereka adalah lebih dari enam bulan (suatu waktu yang panjang di masa
revolusi) pengalamandi bawah Menshevik di mana mereka berusaha untuk
berkompromi dan mendamaikan proletariat dengan borjuasi.
Kautsky mengakui bahwa Soviet adalah organisasi perjuangan
proletariat yang hebat, dan bahwa Soviet punya masa depan yang cerah di
52
hadapannya. Tetapi, biarpun dia berkata begitu, posisi Kautsky runtuh
seperti rumah kartu, atau buyar seperti mimpi seorang borjuis kecil yang
ingin menghindari perjuangan tajam antara proletariat dan borjuasi. Karena
revolusi adalah sebuah perjuangan yang berkelanjutan dan terlebih lagi
nekat, dan kaum proletariat adalah kelas pelopor dari semua rakyat tertindas,
fokus dan pusat dari semua aspirasi rakyat tertindas untuk pembebasan
mereka! Oleh karenanya, wajar saja kalau Soviet, sebagai organ perjuangan
rakyat tertindas, merefleksikan dan mengekspresikan mood dan perubahan
opini rakyat dengan lebih cepat, lebih penuh, dan lebih sesuai dibandingkan
dengan institusi lainnya (inilah mengapa demokrasi Soviet adalah tipe
demokrasi yang lebih tinggi).
Di periode antara 28 Februari dan 25 Oktober 1917, Soviet berhasil
menyelenggarakan dua Kongres Seluruh-Rusia yang mewakili mayoritas
populasi Rusia, semua buruh dan tani, dan 70 atau 80 persen kaum tani.
Belum lagi ratusan bahkan ribuan kongres tingkat lokal, uyezd,
kota, gubernia, dan regional. Selama periode ini, kaum borjuasi tidak
berhasil menyelenggarakan satu pun pertemuan atau institusi yang mewakili
mayoritas rakyat (kecuali “Konferensi Demokratik”6 yang adalah olok-
6 Konferensi Demokratik Seluruh-Rusia diselenggarakan oleh Komite
Eksekutif Soviet Menshevik/Sosialis-Revolusioner untuk mengambil keputusan mengenai kekuasaan dan bertemu di Petrograd pada 14-22 September 1917 (27 September sampai 5 Oktober). Akan tetapi, pada kenyataannya, konferensi ini diselenggarakan untuk mengalihkan perhatian rakyat dari revolusi yang semakin dekat. Lebih dari 1500 delegasi hadir. Para pemimpin Menshevik dan Sosialis-Revolusioner melakukan segalanya untuk mengurangi perwakilan dari Soviet Buruh dan Tani, dan meningkatkan perwakilan dari berbagai organisasi borjuis-kecil dan borjuis, dan oleh karenanya mendapatkan mayoritas untuk diri mereka sendiri. Munisipalitas diberikan lebih banyak perwakilan, yang mengirim 300 delegasi; Zemstvo 200 delegasi, dan koperasi yang di bawah kendali Menshevik dan Sosialis-Revolusioner, 150 delegasi. Namun Soviet Buruh dan Tani yang mewakili mayoritas rakyat hanya diberi 230 delegasi. Kaum Bolshevik turut ambil bagian di dalam Konferensi ini untuk
53
olokan, yang membuat murka kaum proletariat). Majelis Konstituante
merefleksikan mood rakyat dan pengelompokan politik yang sama seperti
saat Kongres Soviet Seluruh Rusia Pertama (Juni 1917). Ketika Majelis
Konstituante diselenggarakan (Januari 1918), Kongres Soviet Kedua
(Oktober 1917) dan Ketiga (Januari 1918) telah bertemu, dan kedua kongres
ini telah menunjukkan sejelas-jelasnya bahwa rakyat telah berayun ke kiri,
telah menjadi revolusioner, dan telah bergerak ke sisi kaum Bolshevik.
Dalam kata lain, rakyat telah pecah dari kepemimpinan borjuis-kecil, telah
pecah dari ilusi bahwa perdamaian dengan kaum borjuasi adalah hal yang
mungkin, dan telah bergabung dengan perjuangan proletariat revolusioner
untuk menumbangkan kaum borjuasi.
Jadi, bahkan sejarah eksternal Soviet menunjukkan bahwa Majelis
Konstituante adalah sebuah badan yang reaksioner dan bahwa pembubaran
adalah hal yang tak terelakkan. Tetapi Kautsky tetap berpegang teguh pada
“slogannya”: biarlah “demokrasi murni” menang walaupun revolusi binasa
dan kaum borjuasi mengalahkan kaum proletariat! Fiat justitia, pereat
mundus! [Bahasa Latin untuk “Biarlah hukum ditegakkan, walaupun dunia
mungkin akan binasa!” – Pent.]
menggunakannya sebagai platform guna mengekspos kaum Menshevik dan Sosialis-Revolusioner.
Konferensi ini mengambil keputusan untuk membentuk sebuah Pra-Parlemen (Dewan Republik Provisional). Ini adalah usaha untuk menciptakan semacam sistem parlementer di Rusia. Menurut UU yang dirancang oleh Pemerintah Provisional, Pra-Parlemen ini akan menjadi badan penasihat pemerintah. Lenin dengan tegas menyerukan boikot, karena berada di dalamnya akan menciptakan kesan bahwa Pra-Parlemen ini akan dapat menyelesaikan tugas-tugas revolusi. Komite Pusat Partai mendiskusikan proposal Lenin dan memutuskan supaya Bolshevik mundur dari kursi-kursi mereka di Pra-Parlemen. Hanya Kamenev dan para kapitulator lainnya yang bersikeras ingin berpartisipasi. Pada sesi pembukaan, 7 (20) Oktober, para delegasi Bolshevik membacakan deklarasi mereka dan melakukan walk out.
54
Di bawah adalah hasil dari kongres-kongres Soviet Seluruh Rusia
selama perjalanan sejarah Revolusi Rusia:
Kongres Soviet Seluruh
Rusia
Jumlah Delegasi Jumlah Delegasi
Bolshevik
% Delegasi
Bolshevik
Pertama (3 Juni 1917) 790 103 13
Kedua (25 Oktober 1917) 675 343 51
Ketiga (10 Januari 1918) 710 434 61
Keempat (14 Maret 1918) 1232 795 54
Kelima (4 Juli 1918) 1164 773 66
Dengan melihat sekilas hasil di atas kita dapat memahami mengapa
pembelaan terhadap Majelis Konstituante dan kegaduhan (seperti dari
Kautsky) mengenai Bolshevik yang tidak memiliki mayoritas populasi di
belakang mereka adalah olok-olokan di Rusia.
55
Konstitusi Soviet
Seperti yang telah saya jelaskan di atas, perampasan hak pilih dari
kaum borjuasi bukanlah fitur yang niscaya dari kediktatoran proletariat. Dan
di Rusia, kaum Bolshevik, yang jauh sebelum Revolusi Oktober telah
mengedepankan slogan kediktatoran proletariat, tidak mengatakan apapun
sebelumnya mengenai merampas hak pilih dari kaum pengeksploitasi. Aspek
kediktatoran ini tidak muncul “sesuai dengan rencana” dari partai manapun;
ia muncul dengan sendirinya seiring jalannya perjuangan. Tentu saja,
Kautsky sang sejarawan gagal untuk menyadari ini. Dia gagal untuk
memahami bahwa bahkan ketika kaum Menshevik (yang berkompromi
dengan borjuasi) masih menguasai Soviet-soviet, kaum borjuasi memisahkan
diri mereka dari Soviet-soviet atas kehendak mereka sendiri, memboikotnya,
dan menentangnya dan berintrik melawannya. Soviet muncul tanpa
konstitusi apapun dan eksis tanpa konstitusi lebih dari satu tahun (dari
musim semi 1917 sampai musim panas 1918). Kemurkaan kaum borjuasi
terhadap organisasi independen dan mahakuasa (karena organisasi ini
inklusif) dari rakyat tertindas ini; perlawanan yang kotor, tak-berprinsip dan
egois yang dikobarkan oleh kaum borjuasi terhadap Soviet, dan terakhir,
partisipasi aktif (dari kaum Kadet sampai kaum Sosialis-Revolusioner
Kanan, dari Milyukov sampai Kerensky) di dalam pemberontakan
Kornilov1 -- semua ini membuka jalan untuk mengeluarkan kaum borjuasi
dari Soviet-soviet.
1 Pemberontakan Kornilov merujuk pada konspirasi kontra-revolusioner dari kaum
borjuasi Rusia pada Agustus 1917. Jendral Tsaris Kornilov memimpin para konspirator ini. Bersandar pada perwira-perwira tinggi, mereka merencanakan untuk menggunakan kadet-kadet dan unit-unit Cossack untuk merebut Petrograd, menghancurkan Partai Bolshevik, membubarkan Soviet-soviet dan mencanangkan kediktatoran militer di Rusia. Kaum buruh Petrograd dan para tentara dan kelasi revolusioner bangkit merespon seruan dari Komite Pusat
56
Kautsky telah mendengar mengenai pemberontakan Kornilov, tetapi
dia dengan megah menyangkal fakta-fakta sejarah dan alur serta bentuk
perjuangan yang menentukan bentuk kediktatoran. Tentu saja, siapa yang
peduli dengan fakta ketika berbicara mengenai “demokrasi murni”? Inilah
mengapa “kritik” Kautsky terhadap perampasan hak suara kaum borjuasi
dipenuhi dengan kenaifan yang manis, yang menyentuh kalau ini
ditunjukkan oleh seorang anak kecil, tetapi memuakkan ketika ditunjukkan
oleh seorang yang masih bisa berpikir jernih.
“... Bila kaum kapitalis menemui diri mereka sendiri dalam minoritas
di bawah pemilu yang universal, mereka akan lebih siap menerima takdir
mereka.” (hal. 33) Sungguh memukau bukan? Kautsky yang cerdik telah
menyaksikan banyak kasus di dalam sejarah, dan, secara umum, mengetahui
dengan sangat baik dari pengamatannya akan kehidupan tuan tanah dan
kapitalis yang tunduk pada kehendak mayoritas kaum tertindas. Kautsky
yang cerdik menganjurkan “oposisi”, yakni perjuangan parlementer. Ya,
inilah yang dia katakan: “oposisi” (hal. 34 dan halaman-halaman lainnya).
Sejarawan dan politisi pintar saya yang terhormat! “Oposisi” adalah
sebuah konsep yang berlaku hanya pada masa perjuangan parlementer yang
damai, yakni sebuah konsep pada masa non-revolusioner, ketika tidak ada
revolusi. Selama revolusi kita harus melawan musuh yang kejam di dalam
perang sipil; dan tidak ada satu pun keluhan reaksioner dari seorang borjuis
kecil yang gemetar ketakutan akan perang seperti ini, seperti Kautsky, yang
Partai Bolshevik dan menghancurkan usaha kudeta Kornilov. Tekanan rakyat memaksa Pemerintahan Provisional untuk memerintahkan penangkapan Kornilov dan kolega-koleganya dan menyeret mereka ke pengadilan. Dengan ini, usaha dari kaum borjuasi dan tuan tanah untuk meremukkan revolusi gagal. Setelah kekalahan pemberontakan Kornilov, kaum Bolshevik meraih lebih banyak pengaruh di antara rakyat. Pengaruh Bolshevik mulai meluas di Soviet. Mereka sekali lagi mengedepankan slogan “Seluruh Kekuasaan Untuk Soviet!”
57
akan mengubah kenyataan ini. Untuk memeriksa masalah perang sipil yang
kejam dari sudut pandang “oposisi” ketika kaum borjuasi siap melakukan
kejahatan apapun -- contoh dari orang-orang Versailles dan perjanjian-
perjanjian mereka dengan Bismarck mesti berarti sesuatu bagi setiap orang
yang tidak memperlakukan sejarah seperti Petrushka-nya Gogol2 --- ketika
bangsa-bangsa asing datang membantu kaum borjuasi dan berintrik melawan
revolusi, adalah sesuatu yang sungguh konyol. Kaum proletariat
revolusioner harus mengenakan topi tidur mereka, seperti Kautsky “sang
penasihat yang kacau balau”, dan menganggap kaum borjuasi, yang sedang
mengorganisir pemberontakan-pemberontakan kontra-revolusioner di Dutov,
Krasnov, dan Ceko dan membayar jutaan rubel kepada para penyabot,
sebagai “oposisi” legal. Oh, sungguh bijaksana!
Kautsky sangatlah tertarik pada aspek formal dan legal dari masalah
yang sedang kita diskusikan, dan membaca analisisnya mengenai Konstitusi
Soviet, kita segera teringat kata-kata Bebel: pengacara adalah sepenuhnya
reaksioner. Kautsky menulis, “Pada kenyataannya, tidak hanya kapitalis
yang hak suaranya akan terampas. Apa itu kapitalis secara legal? Seorang
pemilik properti? Bahkan di sebuah negeri yang ekonominya maju seperti
Jerman, di mana kaum proletariat sangatlah banyak, pembentukan Republik
Soviet akan merampas hak suara dari banyak orang. Pada 1907 di Jerman,
bersama dengan keluarga mereka, jumlah orang yang bekerja di tiga sektor
besar – pertanian, industri, dan perdagangan – kira-kira 35 juta orang di
kelompok pekerja-upahan dan 17 juta di kelompok independen. Oleh
karenanya, sebuah partai mungkin mendapatkan mayoritas di antara pekerja-
2 Pethruska adalah seorang hamba di novel “The Dead Souls” karya Gogol. Dia hanya
dapat membaca suku kata dan sangat menyukai membaca, namun tidak pernah berhenti sejenak untuk memikirkan isi dari buku yang dia baca.
58
upahan, tetapi hanya minoritas di antara populasi secara keseluruhan.” (hal.
33)
Inilah satu contoh bagaimana Kautsky berargumen. Bukankah ini
adalah keluhan kontra-revolusioner dari seorang borjuasi? Tn. Kautsky,
mengapa kau memasukkan semua “orang independen” ke kategori orang-
orang yang hak pilihnya dibatasi, ketika kau tahu dengan sangat baik bahwa
mayoritas besar kaum tani Rusia tidak menyewa pekerja upahan, dan oleh
karenanya mereka tidak akan kehilangan hak pilih mereka? Bukankah ini
penipuan?
Mengapa kau, seorang ekonom yang terpelajar, tidak mengutip angka-
angka yang kau ketahui dengan sangat baik dan yang juga dapat ditemui di
laporan-laporan statistik tahun 1907 mengenai pekerja-upahan di pertanian
menurut luas sawah? Mengapa kau tidak mengutip angka-angka ini agar
para buruh Jerman, yakni para pembaca pamfletmu, dapat melihat berapa
banyak kaum pengeksploitasi, dan betapa sedikitnya mereka dibandingkan
dengan jumlah total “petani” yang ada di statistik Jerman?
Kau tidak melakukan ini karena pengkhianatanmu telah membuatmu
tidak lebih daripada seorang penjilat kaum borjuasi.
Kautsky mengatakan bahwa istilah kapitalis adalah sebuah konsep
legal yang tidak jelas, dan di beberapa halaman dia mengecam
“ketidakrincian atau kesewenang-wenangan” Konstitusi Soviet. “Akademisi
serius” ini tidak keberatan pada kaum borjuasi Inggris yang membutuhkan
beberapa abad untuk menyempurnakan konstitusi borjuis yang baru (baru di
Abad Pertengahan). Tetapi dia, karena dia adalah perwakilan kacung
borjuasi, tidak memberikan waktu kepada kita, kaum buruh dan tani Rusia.
59
Dia menuntut agar kita segera menyempurnakan konstitusi kita sampai ke
huruf yang terakhir dalam beberapa bulan.
“Ketidakrincian!” Coba bayangkan betapa dalamnya kepatuhan pada
borjuasi dan kebodohan yang terkandung di dalam kecaman seperti ini.
Ketika para ahli hukum yang sepenuhnya borjuis dan reaksioner di negeri-
negeri kapitalis telah selama puluhan tahun atau ratusan tahun merancang
undang-undang yang paling terperinci dan menulis ratusan kitab hukum dan
penafsiran hukum untuk menindas buruh, untuk mengikat kaki dan tangan
kaum miskin dan meletakkan ribuan halangan dan rintangan di jalan setiap
rakyat pekerja jelata – di sini kaum liberal borjuis dan Tn. Kautsky tidak
melihat “kesewenang-wenangan”! Ini adalah “hukum” dan “ketertiban”!
Cara-cara bagaimana “menundukkan” kaum miskin telah dipikirkan matang-
matang dan dikitabkan. Ada ribuan pengacara borjuis dan birokrat
(mengenai mereka Kautsky bungkam, mungkin karena menghancurkan
mesin birokrasi dianggap sangat penting oleh Marx...) – para pengacara dan
birokrat yang tahu bagaimana menafsir hukum sedemikian rupa sehingga
buruh dan tani jelata tidak akan pernah bisa bebas dari ikatan kawat berduri
hukum. Ini bukanlah “kesewenang-wenangan” dari kaum borjuasi. Ini
bukanlah kediktatoran dari kaum pengeksploitasi yang keji dan egois, yang
menghisap darah rakyat. Sama sekali bukan! Ini adalah “demokrasi murni”,
yang semakin hari menjadi semakin murni.
Tetapi sekarang ketika kelas-kelas pekerja dan tertindas, yang terpisah
dari saudara-saudara mereka di seberang perbatasan akibat peperangan
imperialis, telah untuk pertama kalinya membentuk Soviet-soviet mereka
sendiri, telah menyerukan kepada rakyat yang sebelumnya ditindas, diinjak-
injak dan dibodohkan oleh kaum borjuasi untuk melakukan kerja konstruksi
60
politik, telah dengan tangan mereka sendiri memulai membangun sebuah
negara proletariat yang baru, dan di tengah perjuangan yang tajam dan
perang sipil yang berkobar telah mulai membuat sketsa dari prinsip-prinsip
fundamental sebuah negara tanpa eksploitasi – semua bajingan borjuis,
semua lintah darat, bersama-sama dengan Kautsky, melolong mengenai
“ketidakrincian”! Betul, bagaimana mungkin orang-orang yang bodoh ini,
buruh dan tani ini, “massa liar” ini, dapat menafsirkan hukum mereka?
Bagaimana mungkin kaum buruh jelata bisa punya pemahaman mengenai
keadilan tanpa nasihat dari pengacara-pengacara yang terdidik, dari para
komentator borjuis, dari para Kautsky dan birokrat-birokrat tua yang
bijaksana?
Tn. Kautsky mengutip dari pidato saya pada 28 April 1918: “Rakyat
sendiri yang akan menentukan prosedur dan waktu pemilu.” Dan Kautsky,
sang “demokrat murni” ini, mengambil kesimpulan dari kutipan ini:
“... Oleh karenanya, ini berarti setiap majelis pemilih dapat
menentukan prosedur pemilu sekehendak hati mereka.
Kesewenang-wenangan dan peluang untuk menyingkirkan
oposisi yang tidak dikehendaki di dalam barisan proletariat oleh
karenanya akan dilaksanakan secara ekstrem.” (hal. 37)
Baik, apa bedanya ini dengan ocehan dari seorang jurnalis picisan
yang dibayar oleh kaum borjuis, yang mengeluh mengenai rakyat pekerja
yang menindas buruh yang rajin yang “bersedia bekerja” di saat
pemogokan? Mengapa metode borjuis yang birokratis dalam menentukan
prosedur pemilu di bawah demokrasi borjuis yang “murni” bukanlah
kesewenang-wenangan? Mengapa rasa keadilan di antara massa yang telah
61
bangkit untuk melawan penindas lama mereka dan yang telah terdidik dan
tertempa di dalam perjuangan yang tajam ini bisa kurang berharga
dibandingkan dengan rasa keadilan dari segelintir birokrat, intelektual, dan
pengacara yang dididik di dalam prasangka-prasangka borjuis?
Kautsky adalah seorang sosialis sejati. Jangan berani-berani
mempertanyakan ketulusan dari bapak terhormat ini, dari warga negara yang
sangat jujur ini. Dia adalah pendukung kuat dan setia kemenangan buruh dan
revolusi proletar. Satu-satunya hal yang dia inginkan adalah para intelektual
dan filistin borjuis-kecil yang bermulut manis, yang mengenakan topi tidur,
harus terlebih dahulu sebelum massa mulai bergerak, sebelum mereka
memulai perjuangan tajam dengan para penindas mereka, dan tentunya tanpa
perang sipil, merancang peraturan-peraturan yang terperinci dan moderat
untuk perkembangan revolusi ...
Terbakar oleh kemarahan moral yang dalam, Judas Golovlyov3 kita
yang paling terpelajar ini memberitahu para buruh Jerman bahwa pada 14
Juni 1918, Komite Eksekutif Pusat Soviet Seluruh Rusia memutuskan untuk
mengeluarkan para perwakilan Partai Sosialis-Revolusioner Kanan dan
Menshevik dari Soviet. Judas Kautsky yang geram menulis, “Kebijakan ini
tidaklah diarahkan kepada orang-orang tertentu yang bersalah atas kejahatan
yang jelas... Konstitusi Republik Soviet tidak memuat satu kata pun
mengenai imunitas para perwakilan Soviet. Bukan orang-orang tertentu,
tetapi partai-partai tertentu yang dikeluarkan dari Soviet.” (hal. 37)
3 Ini merujuk pada karakter Judas Golovlyov, seorang tuan tanah feodal yang munafik
dan pura-pura suci di novel “The Golovlyov Family” oleh Saltykov-Shchedrin.
62
Ya, ini sangatlah buruk, sebuah penyimpangan dari demokrasi murni
yang tidak dapat ditolerir, menurut peraturan-peraturan revolusi yang dibuat
oleh Judas Kautsky kita yang revolusioner. Kami, kaum Bolshevik Rusia,
harus pertama-tama menjamin imunitas dari para Savinkov4 dkk., para
Lieberdan5, pada Potresov (“aktivis”6) dkk. Lalu merancang hukum-hukum
pidana yang menyatakan bahwa partisipasi di dalam perang kontra-
revolusioner di Ceko, atau aliansi dengan imperialis Jerman di Ukraina atau
Georgia untuk melawan buruh dari bangsa sendiri, adalah “kejahatan yang
dapat dihukum”. Dan hanya setelah itu, di atas basis hukum pidana ini, kita
diperbolehkan, sesuai dengan prinsip-prinsip “demokrasi murni”,
mengeluarkan “orang-orang tertentu” dari Soviet. Orang-orang Ceko, yang
mendapat uang oleh kapitalis Inggris dan Prancis lewat (dan berkat agitasi)
dari para Savinkov, Potresov dan Lieberdan, dan kelompok Krasnov yang
mendapat amunisi dari Jerman lewat kaum Menshevik Ukraina dan Tiflis,
akan duduk diam menunggu sampai kita siap dengan hukum pidana yang
4 Boris Savinkov (1879-1925) adalah salah seorang pemimpin Partai Sosialis-
Revolusioner. Pada 1917, dia menjabat sebagai asisten Menteri Peperangan dari Pemerintahan Provisional. Dia lalu dipecat dari Partai Sosialis-Revolusioner karena keterlibatannya dalam usaha kudeta Jenderal Kornilov pada September 1917. Setelah Revolusi Oktober meledak, Savinkov mengorganisir sejumlah pemberontakan bersenjata melawan Bolshevik. Pada 1920 dia mengasing ke Prancis di mana dia terus mengorganisir usaha kontra-revolusi terhadap Soviet. Pada 1924 dia ditangkap di Rusia ketika sedang mencoba menghubungi mata-mata. Dia lalu mati di penjara pada 1925.
5 Lieberdan adalah julukan untuk dua pemimpin Menshevik, Lieber dan Dan, dan para pendukung mereka.
6 “Aktivis” – sekelompok Menshevik yang meluncurkan perjuangan bersenjata untuk melawan rejim Soviet dan Partai Bolshevik setelah Revolusi Oktober. Mereka bergabung dengan berbagai organisasi kontra-revolusioner rahasia, mendukung Kornilov, Kaledin dan borjuis nasionalis di Ukraina, Rada, secara aktif terlibat di dalam pemberontakan Tentara Putih di Ceko dan membentuk front bersama dengan negeri-negeri imperialis asing. Pada 1918, dengan dalih mendiskusikan situasi pangan, para “aktivis” ini, yang didukung oleh Partai Menshevik, menyelenggarakan sejumlah konferensi ‘buruh” dan perwakilan mereka yang menuntut dibubarkannya Soviet-soviet.
63
sempurna, dan seperti kaum demokrat paling murni, mereka akan membatasi
diri mereka ke dalam peran seorang “oposisi”...
Dada Kautsky juga penuh dengan kegeraman moral karena Konstitusi
Soviet merampas hak pilih semua orang yang “menggaji pekerja-upahan
dengan tujuan mendapatkan laba”. “Seorang pekerja di rumah, atau seorang
majikan kecil yang hanya mempekerjakan seorang tukang ahli,” tulis
Kautsky “mungkin hidup dan merasa seperti seorang proletar, tetapi dia
tidak dapat memilih.” (hal. 36)
Sungguh sebuah penyelewengan “demokrasi murni”! Sungguh sebuah
ketidakadilan! Benar, sampai sekarang semua Marxis telah berpikir – dan
ribuan fakta telah membuktikannya – bahwa para majikan kecil adalah
pengeksploitasi buruh yang paling kejam dan serakah, tetapi Judas Kautsky
kita melihat para majikan kecil ini bukan sebagai sebuah kelas (siapa yang
menciptakan teori perjuangan kelas yang jahat ini?) tetapi sebagai individu-
individu terpisah, sebagai pengeksploitasi yang “hidup dan merasa seperti
seorang proletar. “Si Agnes yang hemat”, yang telah dianggap mati dan
sudah lama dikubur, sekarang bangkit hidup kembali di bawah pena
Kautsky. “Si Agnes yang hemat” ini diciptakan dan diperkenalkan ke dalam
literatur Jerman beberapa dekade yang lalu oleh Eugen Richter, sang
demokrat “murni” dan borjuis itu. Dia memprediksikan bahwa kediktatoran
proletariat dan penyitaan kapital para pengeksploitasi akan menyebabkan
malapetaka yang tak terhingga. Eugen bertanya: secara legal, apa itu seorang
kapitalis? Dia mengambil contoh seorang penjahit yang miskin dan hemat
(“si Agnes yang hemat”), yang harta bendanya yang sedikit itu dirampas
oleh “para diktator proletar” yang kejam. Dulu kala semua kaum Sosial-
Demokrat Jerman mengolok-olok “si Agnes yang hemat” ciptaan Eugen
64
Richter ini. Tetapi ini dulu sekali, ketika Bebel, yang sangat blak-blakan
mengenai banyaknya kaum liberal di dalam partainya, masih hidup. Ini dulu
sekali ketika Kautsky belumlah berkhianat.
Sekarang “si Agnes yang hemat” telah bangkit dari kuburnya di dalam
bentuk “majikan kecil yang hanya mempekerjakan seorang tukang-ahli, dan
yang hidup dan merasa seperti seorang proletar”. Kaum Bolshevik yang
jahat menindasnya, dan merampas hak suaranya. Seperti yang Kautsky
katakan, benar kalau “setiap majelis pemilih” di Republik Soviet dapat
menerima masuk seorang majikan kecil yang miskin, kalau misalnya dia
bukan seorang pengeksploitasi. Tetapi apakah kita dapat bergantung pada
pengetahuan dari kehidupan, dari rasa keadilan bila para buruh dalam
pertemuan pabrik bertindak tanpa hukum yang tertulis (sungguh buruk!)?
Bukankah lebih baik memberikan hak suara kepada semua pengeksploitasi,
kepada semua orang yang mempekerjakan pekerja-upahan, daripada
mengambil risiko merampas hak pilih dari “si Agnes yang hemat” dan “para
majikan kecil yang hidup dan merasa seperti seorang proletar”?
***
Biarlah para bajingan pengkhianat yang memuakkan, di tengah tepuk
tangan riuh dari kaum borjuasi dan sovinis-sosial7, menyerang Konstitusi
Soviet kita karena konstitusi tersebut merampas hak suara dari kaum
pengeksploitasi! Tidak mengapa karena ini akan mempercepat dan
7 Saya baru saja membaca sebuah artikel utama di koran Frankfurter Zeitung (No.
293, 22 Oktober 1918), yang secara antusias memberikan ringkasan dari pamflet Kautsky. Koran bursa saham ini merasa puas. Dan tidak mengherankan! Dan seorang kamerad menulis kepada saya dari Berlin bahwa koran Vorwärts,yakni korannya para pendukung Scheidemann, telah menyatakan di sebuah artikel khusus bahwa mereka setuju dengan setiap baris yang ditulis oleh Kautsky. Sungguh ucapan selamat yang hangat! – Lenin
65
memperlebar perpecahan antara kaum buruh revolusioner dengan para
Scheidemann dan Kautsky, para Renaudel dan Longuet, para Henderson dan
Ramsay MacDonalds, para pemimpin lama dan pengkhianat lama
sosialisme.
Massa kelas-kelas tertindas, para pemimpin proletar revolusioner yang
sadar-kelas dan jujur akan ada di sisi kita. Kita cukup mengenalkan kaum
proletar seperti itu dengan Konstitusi Soviet kita, dan mereka akan segera
mengatakan: “Mereka sungguh adalah kamerad-kamerad kita, ini adalah
partai buruh yang sesungguhnya, ini adalah pemerintahan buruh yang
sesungguhnya, karena mereka tidak menipu buruh dengan berbicara
mengenai reforma-reforma seperti yang dilakukan oleh para pemimpin yang
disebut di atas. Mereka melawan kaum pengeksploitasi dengan sungguh-
sungguh; mereka membuat revolusi dengan sungguh-sungguh, dan benar-
benar berjuang untuk emansipasi buruh yang sepenuhnya.”
Kenyataan bahwa setelah satu tahun “pengalaman” Soviet-soviet telah
merampas hak suara kaum pengeksploitasi menunjukkan bahwa Soviet
adalah sungguh-sungguh organisasi kaum tertindas, dan bukan organisasi
kaum sosial-imperialis dan sosial-pasifis yang telah menjual diri mereka ke
borjuasi. Kenyataan bahwa Soviet-soviet telah merampas hak suara kaum
pengeksploitasi menunjukkan bahwa mereka bukanlah organisasi borjuis-
kecil yang berkompromi dengan borjuasi, mereka bukanlah organ
parlementer yang hanya mengoceh (seperti orang-orang tipe Kautsky,
Longuet, dan MacDonald), tetapi mereka adalah organ proletariat yang
sungguh-sungguh revolusioner, yang sedang mengobarkan perjuangan
hidup-atau-mati melawan kaum pengeksploitasi.
66
“Buku Kautsky hampir-hampir tidak dikenal di sini,” seorang
kamerad dari Berlin menulis kepada saya beberapa hari yang lalu (hari ini
adalah 30 Oktober). Saya akan memberikan nasihat kepada para perwakilan
kita di Jerman dan Swiss untuk tidak menghemat uang, dan membeli buku
ini dan menyebarkannya secara cuma-cuma kepada para buruh yang sadar-
kelas, agar mereka dapat menginjak-injak di lumpur Sosial-Demokrasi
“Eropa” ini – baca: imperialis dan reformis – yang lama telah menjadi
“mayat busuk”.
***
Di bagian akhir bukunya, pada halaman 61 dan 63, Tn. Kautsky
dengan pahit mengeluh bagaimana “teori baru ini (dia menyebut
Bolshevisme sebagai teori baru, karena dia takut menyentuh analisis Marx
dan Engels mengenai Komune Paris) punya pendukung bahkan di negeri-
negeri demokrasi tua seperti Swiss misalnya.” “Sungguh tak dapat
dimengerti” bagi Kautsky “bagaimana teori ini dapat diadopsi oleh kaum
Sosial-Demokrat Jerman.”
Tidak, ini cukup dapat dimengerti, karena setelah pelajaran-pelajaran
serius mengenai perang massa revolusioner menjadi muak dan letih dengan
orang-orang seperti Scheidemann dan Kautsky.
“Kami” selalu mendukung demokrasi, tulis Kautsky, tetapi tiba-tiba
kami harus mengutuknya!
“Kami”, kaum oportunis Sosial-Demokrasi, selalu menentang
kediktatoran proletariat, dan Kolb dkk. sejak dulu telah memproklamirkan
ini. Kautsky tahu akan hal ini dan dengan sia-sia berharap bahwa dia dapat
67
menyembunyikan dari para pembacanya fakta yang jelas ini bahwa dia telah
“kembali ke sarang” Bernstein dan Kolb.
“Kami”, kaum Marxis revolusioner, tidak pernah menjadikan
demokrasi “murni” (borjuis) sebagai sebuah fetis. Seperti yang diketahui,
pada 1903 Plekhanov adalah seorang Marxis revolusioner (di kemudian hari
pembelotannya membuat dia menjadi Scheidemann Rusia). Dan pada tahun
itu Plekhanov menyatakan di Kongres Partai kami, yang lalu mengadopsi
program itu, bahwa di dalam revolusi proletariat dapat, bila diperlukan,
merampas hak pilih kaum kapitalis dan membubarkan semua
parlemen yang kontra-revolusioner. Bahwa ini adalah satu-satunya gagasan
yang sesuai dengan Marxisme akan menjadi jelas bagi semua orang bahkan
dari pernyataan-pernyataan Marx dan Engels yang telah saya kutip di atas.
Ini mengalir dari semua prinsip-prinsip fundamental Marxisme.
“Kami”, kaum Marxis revolusioner, tidak pernah di hadapan rakyat
membuat pidato-pidato seperti yang gemar dilakukan oleh semua Kautskyite
di semua negeri, yang gemetar ketakutan di hadapan borjuasi, beradaptasi
pada sistem parlemen borjuis, bungkam mengenai karakter borjuis dari
demokrasi modern dan menuntut hanya perluasannya, hanya
agar demokrasi dibawa sampai ke kesimpulan logisnya.
“Kami” mengatakan kepada kaum borjuasi: Kalian, pengeksploitasi
dan orang munafik, berbicara mengenai demokrasi, sementara di setiap
langkah kalian bangun ribuan rintangan untuk mencegah rakyat
tertindas berpartisipasi di dalam politik. Kami memegang kata-kata kalian
dan, untuk kepentingan rakyat, menuntut perluasan dari demokrasi
borjuis milik kalian guna mempersiapkan rakyat untuk revolusi yang akan
68
menumbangkan kalian para pengeksploitasi. Dan bila kalian mencoba
melawan revolusi proletariat kami, kami akan menindas kalian tanpa belas
kasihan. Kami akan merampas semua hak kalian; lebih dari itu, kami tidak
akan memberimu roti, karena di dalam republik proletar kami kaum
pengeksploitasi tidak akan memiliki hak-hak, mereka tidak akan diberi api
dan air, karena kami adalah kaum sosialis yang sesungguh-sungguhnya, dan
bukan sosialis seperti Scheidemann dan Kautsky.
Inilah yang telah “kami”, kaum Marxis revolusioner, katakan, dan
akan katakan – dan inilah mengapa rakyat tertindas akan mendukung kami
dan akan bersama kami, sementara orang-orang seperti Scheidemann dan
Kautsky akan tersapu ke dalam kubangan pengkhianat.
69
Apa itu Internasionalisme?
Kautsky benar-benar yakin bahwa dia adalah seorang internasionalis
dan menyebut dirinya demikian. Orang-orang seperti Scheidemann dia sebut
“kaum sosialis pemerintah”. Dalam membela kaum Menshevik (dia tidak
secara terbuka menyatakan solidaritasnya dengan mereka, tetapi dia dengan
setia mengekspresikan pandangan-pandangan mereka), Kautsky telah
menunjukkan dengan kejelasan yang sempurna “internasionalisme” macam
apa yang dia anut. Dan karena Kautsky tidak sendirian, dan dia adalah juru
bicara dari sebuah tendensi yang secara tak terelakkan tumbuh berkembang
di dalam atmosfer Internasional Kedua (Longuet di Prancis, Turati di Italia,
Nobs dan Grimm, Graber dan Name di Swiss, Ramsay MacDonald di
Inggris, dsb.), akan berguna kalau kita membahas “internasionalisme”nya
Kautsky.
Setelah menekankan bahwa kaum Menshevik juga menghadiri
Konferensi Zimmerwald1 (sebuah ijazah, tentunya, tetapi … sebuah ijazah
yang ternoda), Kautsky memaparkan pandangan-pandangan Menshevik,
yang mana dia setujui, sebagai berikut:
“… Kaum Menshevik menginginkan sebuah perdamaian
umum. Mereka menginginkan semua pihak yang berperang
untuk mengadopsi formula: menentang aneksasi dan menentang
ganti-rugi perang. Sampai kondisi ini tercapai, angkatan
bersenjata Rusia, menurut pandangan ini, harus siap sedia untuk
berperang. Kaum Bolshevik, di pihak lain, menuntut
perdamaian segera dengan cara apapun; mereka siap, bila
diperlukan, untuk menandatangani perjanjian perdamaian secara
terpisah; mereka mencoba memaksakan ini dengan
meningkatkan kekacauan di dalam angkatan bersenjata, yang
sudah cukup parah” (hal. 27). Menurut pendapat Kautsky, kaum
1 Konferensi Zimmerwald adalah konferensi yang diselenggarakan oleh kaum sosial-
demokrat yang tidak mendukung Perang Dunia Pertama. Konferensi ini diselenggarakan dari 5 sampai 8 September 1915 di Zimmerwald, Swiss.
70
Bolshevik tidak seharusnya merebut kekuasaan, dan seharusnya
puas saja dengan Majelis Konstituante.
Jadi, internasionalisme Kautsky dan kaum Menshevik pada akhirnya
berarti ini: mereka menuntut reforma-reforma dari pemerintahan borjuis
imperialis, tetapi terus mendukungnya, dan terus mendukung perang yang
dikobarkan oleh pemerintahan ini sampai semua pihak yang berperang
menerima formula menentang aneksasi dan menentang ganti-rugi perang.
Cara pandang ini berulang kali diekspresikan oleh Turati, dan oleh para
pendukung Kautsky (Haase dan lainnya), dan oleh Longuet dkk., yang
menyatakan bahwa mereka berdiri untuk pembelaan tanah air.
Secara teoritis, ini menunjukkan ketidakmampuan untuk memisahkan
diri dari kaum sovinis-sosial dan kebingungan dalam masalah pembelaan
tanah air. Secara politik, ini berarti menggantikan internasionalisme dengan
nasionalisme borjuis-kecil, membelot ke kamp reformis dan mencampakkan
revolusi.
Dari sudut pandang proletariat, mengakui “pembelaan tanah air”
berarti membenarkan perang hari ini, mengakui bahwa perang ini adalah sah.
Dan karena perang ini adalah perang imperialis (di bawah pemerintahan
monarkis maupun republik), tidak peduli negeri mana – negeri saya atau
negeri lainnya – di mana pasukan-pasukan tentara musuh ada, mengakui
pembelaan tanah air berarti, secara faktual, mendukung kaum borjuis
imperialis, dan sepenuhnya mengkhianati sosialisme. Di Rusia, bahkan di
bawah Kerensky, di bawah republik demokratik-borjuis, perang ini masihlah
perang imperialis, karena perang ini dikobarkan oleh kaum borjuasi sebagai
kelas penguasa (dan perang adalah “kelanjutan politik”); dan ekspresi yang
paling jelas dari karakter imperialis peperangan ini adalah perjanjian-
perjanjian rahasia untuk membagi-bagi dunia dan penjarahan negeri-negeri
lain yang telah disepakati oleh Tsar dengan kapitalis di Inggris dan Prancis.
Kaum Menshevik menipu rakyat dengan cara yang paling menjijikkan
dengan menyebut perang ini sebagai perang defensif atau revolusioner. Dan
dengan menyetujui kebijakan Menshevik, Kautsky setuju dengan penipuan
71
terhadap rakyat ini. Kautsky menyetujui peran yang dimainkan oleh borjuis
kecil dalam membantu kapital untuk menipu buruh dan mengikat mereka ke
kereta perang imperialis. Kautsky mendukung kebijakan yang bersifat
borjuis-kecil, kebijakan yang filistin dengan berpura-pura (dan mencoba
membuat rakyat percaya) bahwa mengedepankan sebuah slogan akan
mengubah posisi mereka yang sesungguhnya. Seluruh sejarah demokrasi
borjuis menyangkal ilusi ini. Kaum demokrat borjuis selalu mengedepankan
segala macam “slogan” untuk menipu rakyat. Yang terpenting adalah
menguji ketulusan mereka, untuk membandingkan kata-kata mereka
dengan tindakan-tindakan mereka, dan tidak menjadi puas dengan frase-
frase yang idealistis atau yang menipu, tetapi berpijak pada realitas kelas.
Sebuah perang imperialis tidak berhenti menjadi imperialis ketika para
penipu atau filistin borjuis-kecil mengedepankan slogan-slogan
“sentimentil”, tetapi hanya ketika kelas yang mengobarkan perang imperialis
ini, dan yang terikat pada perang ini oleh jutaan benang (dan bahkan tali)
ekonomi, benar-benar ditumbangkan dan digantikan dengan kelas yang
benar-benar revolusioner, yakni kelas proletariat. Tidak ada cara lain untuk
keluar dari perang imperialis, dan juga keluar dari perdamaian imperialis
yang predatoris.
Dengan menyetujui kebijakan luar negeri kaum Menshevik, dan
menyatakannya internasionalis dan bersemangat Zimmerwald, Kautsky,
pertama-tama, mengungkapkan kebangkrutan total dari mayoritas
Zimmerwald yang oportunis (tidak heran kalau kami, Zimmerwald Kiri2,
2 Zimmerwald Kiri terdiri dari delegasi-delegasi dari Komite Pusat Partai Buruh
Sosial Demokrat Rusia, Sosial-Demokrat Kiri Swedia, Norwegia, Swiss dan Jerman, Sosial-Demokrat Oposisi Polandia, dan sejumlah Sosial-Demokrat dari daerah Latvian. Dipimpin oleh Lenin, kelompok Zimmerwald Kiri memimpin polemik melawan mayoritas Sentris di Konferensi Zimmerwald dan mendorong resolusi-resolusi untuk mengutuk Perang Dunia Pertama, dan mengekspos pengkhianatan kaum sovinis-sosial, dan menyerukan perlunya melakukan perjuangan yang aktif melawan perang ini. Draf-draf resolusi ini ditolak oleh mayoritas Sentris.
Akan tetapi, kelompok Zimmerwald Kiri berhasil memasukkan sejumlah poin penting dari draf resolusinya ke dalam manifesto yang diadopsi oleh Konferensi. Menganggap bahwa manifesto ini adalah langkah pertama dalam perjuangan melawan Perang Dunia I, kelompok Zimmerwald Kiri mendukungnya. Mereka juga menerbitkan pernyataan yang menjelaskan kekurangan dan ketidak-konsistenan dari manifesto tersebut dan mengapa mereka
72
segera memisahkan diri kami dari mayoritas tersebut), dan kedua – dan ini
yang terutama – dia menyebrang dari posisi proletariat ke posisi borjuis
kecil, dari revolusioner ke reformis.
Proletariat berjuang untuk penumbangan revolusioner kaum borjuis
imperialis. Kaum borjuis kecil berjuang untuk “perbaikan” reformis dari
imperialisme, untuk beradaptasi, sementara bertekuk lutut kepadanya. Ketika
Kautsky masihlah seorang Marxis, misalnya pada 1909, ketika dia menulis
“Road to Power” (Jalan Menuju Kekuasaan), dia mengedepankan gagasan
bahwa peperangan niscaya akan membawa kita ke revolusi, dan dia
berbicara mengenai era revolusi yang semakin dekat. Manifesto Basel 1912
dengan jelas dan tegas berbicara mengenai revolusi proletariat dalam
hubungannya dengan perang imperialis antara Jerman dan Inggris, yang
akhirnya benar-benar meledak pada 1914. Tetapi pada 1918, ketika revolusi-
revolusi sungguh-sungguh terjadi, Kautsky, alih-alih menjelaskan bahwa
mereka adalah hal yang tak terelakkan, alih-alih memikirkan taktik-
taktik revolusioner dan cara untuk mempersiapkan revolusi, dia malah mulai
menggambarkan taktik-taktik reformis kaum Menshevik sebagai
internasionalis. Bukankah ini pengkhianatan?
Kautsky memuji kaum Menshevik yang bersikeras ingin
mempertahankan kekuatan perang dari angkatan bersenjata, dan dia
menyalahkan kaum Bolshevik karena telah memperparah “kekacauan
angkatan bersenjata”, yang sudah kacau balau. Ini berarti memuji
reformisme dan berkapitulasi pada borjuasi imperialis, dan menyalahkan
serta menyangkal revolusi. Karena di bawah rejim Kerensky,
mempertahankan kekuatan perang angkatan bersenjata berarti menjaga
mendukungnya. Mereka menyatakan bahwa walaupun mereka tetap akan berada di dalam organisasi Zimmerwald, mereka tetap akan menyebarkan gagasan-gagasan mereka dan bekerja secara independen dalam skala internasional. Kelompok Zimmerwald Kiri memilih badan eksekutif: Lenin, Zinoviev, dan Radek. Mereka menerbitkan sebuah koran bernamaVorbote di Jerman, yang menerbitkan sejumlah artikel Lenin. Kaum Bolshevik memimpin kelompok ini. Zimmerwald Kiri segera menjadi pusat persatuan dari elemen-elemen internasionalis dari Sosial Demokrasi sedunia. Kaum Sosial-Demokrat di berbagai negeri yang tergabung dalam Zimmerwald Kiri melakukan kerja revolusioner dan memainkan peran penting dalam pembentukan partai-partai Komunis di negeri mereka.
73
keberadaannya di bawah komando borjuis (walaupun republiken). Semua
orang tahu, dan jalannya peristiwa telah memberikan konfirmasi yang jelas,
bahwa angkatan bersenjata republiken ini mempertahankan
semangat Kornilov karena para perwira tingginya adalah orang-orang
Kornilov. Para perwira borjuis tidak bisa tidak menjadi orang-orang
Kornilov; mereka tidak bisa tidak cenderung ke imperialisme dan menindas
proletariat dengan kekerasan. Semua taktik Menshevik dalam
prakteknya berarti membiarkan seluruh fondasi perang imperialis dan
seluruh fondasi kediktatoran borjuis utuh, menambal sulam hal-hal detil
yang remeh temeh (“reforma-reforma”).
Di lain pihak, tidak ada satu pun revolusi besar yang pernah terjadi,
atau akan pernah terjadi, tanpa “kekacau-balauan” di dalam tubuh angkatan
bersenjata. Karena angkatan bersenjata adalah instrumen penjaga rejim lama
yang paling tua dan kaku, benteng kedisiplinan borjuis yang paling kuat,
yang mempertahankan kekuasaan kapital, dan mempertahankan dan
memperkuat di antara rakyat pekerja semangat penghambaan pada kapital.
Kontra-revolusi tidak pernah menoleransi, dan tidak akan pernah bisa
menoleransi keberadaan rakyat yang bersenjata. Di Prancis, Engels menulis,
di setiap revolusi kaum buruh muncul dengan senjata di tangannya, “oleh
karenanya, pelucutan buruh adalah tugas pertama dari kaum borjuasi, yang
ada di pucuk kepemimpinan negara.3” Buruh yang bersenjata adalah embrio
dari sebuah angkatan bersenjata yang baru, nukleus terorganisasi dari sebuah
tatanan sosial yang baru. Tugas pertama dari kaum borjuasi adalah
menghancurkan nukleus ini dan mencegahnya tumbuh. Tugas pertama dari
setiap revolusi yang menang, seperti yang ditekankan berulang kali oleh
Marx dan Engels, adalah untuk menghancurkan angkatan bersenjata yang
lama, membubarkannya, dan menggantikannya dengan angkatan bersenjata
yang baru4. Sebuah kelas sosial yang baru, ketika ia naik ke tampuk
kekuasaan, tidak akan pernah bisa merebut kekuasaan dan
3 Lenin mengutip dari Kata Pengantar Engels untuk Perang Sipil di Prancis oleh
Marx (Marx dan Engels, Selected Works, Moskow, 1962, Vol. I, hal. 475). 4 Karl Marx, Perang Sipil di Prancis (Marx dan Engels, Selected Works, Moskow,
1962, Vol. I, hal. 518-19).
74
mempertahankannya tanpa membubarkan sepenuhnya angkatan bersenjata
yang lama (“Kekacau-balauan!” teriak kaum filistin reaksioner yang penakut
mengenai ini), tanpa melalui sebuah periode yang paling sulit dan
menyakitkan di mana tidak ada angkatan bersenjata (Revolusi Prancis juga
melalui periode yang sulit ini), dan perlahan-lahan membangun, di tengah
peperangan sipil yang sulit, sebuah angkatan bersenjata yang baru, sebuah
kedisiplinan yang baru, sebuah organisasi militer yang baru dari kelas yang
baru. Sebelumnya Kautsky sang sejarawan memahami ini. Sekarang,
Kautsky sang pengkhianat telah melupakan ini.
Kautsky tidak punya hak untuk memanggil para Scheidemann sebagai
“kaum sosialis pemerintahan” bila dia mendukung taktik kaum Menshevik di
revolusi Rusia. Dengan mendukung Kerensky dan bergabung ke dalam
kabinetnya, kaum Menshevik juga adalah kaum sosialis pemerintah. Kautsky
tidak dapat menghindari kesimpulan ini bila dia mengedepankan
pertanyaan kelas penguasa mana yang sedang mengobarkan perang
imperialis ini. Tetapi Kautsky menghindari pertanyaan mengenai kelas
penguasa ini, sebuah pertanyaan yang penting sekali bagi seorang Marxis,
karena hanya dengan mengedepankan pertanyaan ini seorang pengkhianat
akan terekspos.
Para pendukung Kautsky di Jerman, para pendukung Longuet di
Prancis, dan Turati dkk. di Italia berargumen seperti ini: sosialisme
mensyaratkan kesetaraan, kebebasan dan hak penentuan nasib sendiri di
antara bangsa-bangsa, oleh karenanya ketika negeri kami diserang atau
ketika pasukan musuh menyerang daerah kami, adalah hak dan tugas dari
kaum sosialis untuk mempertahankan negeri mereka. Tetapi secara teoritis,
argumen seperti ini adalah entah mengolok-olok sosialisme atau penipuan
yang terselubung. Sementara dari sudut pandang politik praktis argumen
seperti ini adalah seperti argumen orang kampung yang tak terdidik, yang
tidak memahami karakter sosial dan kelas dari perang sekarang ini, dan tidak
paham tugas dari sebuah partai revolusioner pada saat perang yang
reaksioner.
75
Sosialisme menentang kekerasan terhadap bangsa-bangsa. Ini tidak
terbantahkan. Tetapi sosialisme menentang kekerasan terhadap manusia
secara umum. Selain kaum anarkis Kristen dan kaum Tolstoyan5, belum ada
satu pun orang yang menarik kesimpulan dari ini bahwa sosialisme
menentang kekerasanrevolusioner. Jadi, berbicara mengenai “kekerasan”
secara umum, tanpa memeriksa kondisi-kondisi yang membedakan
kekerasan reaksioner dari kekerasan revolusioner, berarti menjadi seorang
filistin yang menyangkal revolusi, atau ini berarti menipu diri sendiri dan
orang lain dengan sofisme.
Hal yang sama juga benar mengenai kekerasan terhadap bangsa-
bangsa. Setiap perang adalah kekerasan terhadap bangsa-bangsa, tetapi ini
tidak mencegah kaum sosialis dari mendukung sebuah perang revolusioner.
Karakter kelas dari sebuah perang – ini adalah pertanyaan fundamental yang
dihadapi oleh seorang sosialis (bila dia bukanlah seorang pengkhianat).
Perang imperialis 1914-1918 adalah sebuah peperangan antara dua
kelompok borjuis imperialis untuk membagi-bagi dunia, untuk membagi-
bagi harta jarahan, dan untuk menjarah dan mencekik bangsa-bangsa yang
kecil dan lemah. Ini adalah pengkajian mengenai perang yang akan datang
yang tertuang di Manifesto Basel pada 1912, dan yang sekarang telah
terkonfirmasikan oleh fakta. Siapa pun yang tidak setuju dengan cara
pandang ini bukanlah seorang sosialis.
Bila seorang Jerman di bawah rejim Wilhem atau seorang Prancis di
bawah rejim Clemenceau mengatakan, “Adalah hak dan tugas saya sebagai
seorang sosialis untuk membela negeri saya bila negeri saya diserang oleh
musuh”, dia berargumen bukan seperti seperti seorang sosialis, bukan seperti
seorang internasionalis, bukan seperti seorang proletar revolusioner, tetapi
seperti seorang nasionalis borjuis-kecil. Karena argumen ini mengabaikan
perjuangan kelas revolusioner antara buruh dan kapital. Argumen ini
mengabaikan pengkajian perang ini secara keseluruhan dari sudut pandang
5 Leo Tolstoy (1828-1910) adalah seorang novelis Rusia terkemuka yang terkenal
dengan novelnya “Anna Karenina” dan “Perang dan Perdamaian”. Dia adalah seorang Kristen anarkis dan anarko-pasifis, dan pendukung gagasan perjuangan damai tanpa kekerasan.
76
kaum borjuasi dunia dan kaum proletariat dunia, yakni argumen ini
mengabaikan internasionalisme. Yang ada hanyalah nasionalisme yang
buruk dan sempit. Negeri saya sedang diserang, dan saya hanya peduli ini –
inilah argumennya, dan inilah nasionalisme borjuis-kecil yang sempit. Ini
sama seperti argumen kekerasan individual, atau kekerasan terhadap seorang
individu, di mana seorang berargumen bahwa sosialisme menentang
kekerasan dan oleh karenanya saya lebih memilih menjadi seorang
pengkhianat daripada dipenjara.
Seorang Jerman, Prancis, atau Italia yang mengatakan: “Sosialisme
menentang kekerasan terhadap bangsa-bangsa, oleh karenanya saya
membela diri saya sendiri ketika negeri saya diserang”, ia mengkhianati
sosialisme dan internasionalisme, karena orang seperti ini hanya
melihat “negeri”nya sendiri, dia menaruhkaum borjuasinya “sendiri” di atas
segalanya dan tidak memikirkan mengenai relasi-relasi internasional yang
membuat perang ini sebuah perang imperialis dan bahwa kaum borjuasinya
adalah satu mata rantai di dalam rantai penjarahan imperialis.
Semua kaum filistin dan orang-orang kampung yang bodoh dan tidak
terdidik berargumen seperti para pendukung Kautsky, Longuet, Turati dkk.:
“Musuh telah menyerang negeri saya, saya hanya peduli ini.”6
Kaum sosialis, kaum proletar revolusioner, kaum internasionalis,
punya argumen yang berbeda. Dia mengatakan: “Karakter dari sebuah
perang (entah itu perang reaksioner atau perang revolusioner) tidak
ditentukan oleh siapa yang menyerang, atau di negeri mana “sang musuh”
berada; ini ditentukan oleh kelas mana yang mengobarkan perang, dan
6 Kaum sosial-sovinis (para Scheidemann, Renaudel, Henderson, Gomperses, dll.)
sama sekali menolak berbicara mengenai “Internasional” selama perang. Mereka menganggap musuh-musuh dari borjuasi “mereka” sebagai “pengkhianat” terhadap … sosialisme. Mereka mendukung kebijakan penjajahan kaum borjuasi mereka. Kaum sosial-pasifis (yakni kaum sosialis di mulut, tetapi pasifis borjuis-kecil dalam praktek) menyatakan berbagai macam sentimen “internasionalis”, protes terhadap aneksasi, dll. Tetapi dalam praktek mereka terus mendukung borjuis imperialis mereka sendiri. Perbedaan antara dua macam orang seperti ini tidaklah penting; ini seperti perbedaan antara dua kapitalis – yang satu dengan kata-kata pahit di mulutnya, yang satu lagi dengan kata-kata manis. – Lenin.
77
politik apa yang merupakan kelanjutan dari perang ini. Bila perang ini
adalah sebuah perang imperialis yang reaksioner, yakni perang ini
dikobarkan oleh dua kelompok borjuis imperialis dunia, yang rakus,
predatoris, dan reaksioner, maka setiap kaum borjuasi (bahkan negeri yang
terkecil pun) menjadi partisipan dari penjarahan ini. Tugas saya sebagai
perwakilan dari proletariat revolusioner adalah untuk menyiapkan revolusi
proletar dunia sebagai satu-satunyajalan keluar dari kengerian pembantaian
global. Saya harus berargumen, bukan dari sudut pandang negeri ‘saya’
(karena argumen ini adalah argumen dari seorang nasionalis borjuis-kecil
yang menyedihkan dan bodoh, yang tidak menyadari bahwa dia tidak
ubahnya mainan di tangan kaum borjuasi imperialis), tetapi dari sudut
pandang peran saya dalam persiapan, propaganda, dan dalam mempercepat
revolusi proletariat dunia.”
Inilah internasionalisme, dan inilah tugas dari kaum internasionalis,
kaum buruh revolusioner, dan kaum sosialis yang sejati. Inilah ABC yang
telah “dilupakan” oleh Kautsky sang pengkhianat. Dan pengkhianatannya
menjadi semakin jelas saat dia bergerak dari mendukung taktik-taktik kaum
nasionalis borjuis-kecil (kaum Menshevik di Rusia, pendukung Longuet di
Prancis, pendukung Turati di Italia, dan Haase dkk. di Jerman) ke mengkritik
taktik-taktik Bolshevik. Ini kritiknya:
“Revolusi Bolshevik didasarkan atas asumsi bahwa revolusi ini
akan menjadi titik awal dari revolusi Eropa secara umum,
bahwa inisiatif berani dari Rusia akan mendorong kaum
proletariat Eropa untuk bangkit.
“Asumsi ini tidak mengindahkan apa bentuk perjanjian perdamaian
yang akan ditandatangani oleh Rusia, apa kesukaran dan kehilangan daerah
(secara harfiah, mutilasi, Verstümmelungen) yang harus dihadapi oleh rakyat
Rusia, dan apa penafsiran hak penentuan nasib bangsa yang akan
diberikannya. Ini juga tidak mengindahkan apakah Rusia dapat atau tidak
dapat mempertahankan dirinya. Menurut cara pandang ini, revolusi Eropa
adalah pertahanan terbaik untuk revolusi Rusia, dan akan membawa hak
78
penentuan nasib sendiri yang sempurna dan sejati bagi seluruh rakyat yang
tinggal di Rusia.
“Sebuah revolusi di Eropa, yang akan mendirikan dan
mengonsolidasikan sosialisme di sana, juga akan menyingkirkan rintangan-
rintangan yang muncul di Rusia dalam memperkenalkan sistem produksi
sosialis karena keterbelakangan ekonomi dari negeri ini.
“Semua ini sangatlah logis dan sangatlah berlandasan kuat – hanya
bila asumsi utamanya benar, yakni bahwa revolusi Rusia akan memercikkan
revolusi Eropa. Tetapi, bagaimana kalau ini salah?
“Sampai sekarang asumsi ini belumlah terbukti. Dan kaum proletar
Eropa sekarang dituduh telah mencampakkan dan mengkhianati revolusi
Rusia. Ini adalah tuduhan yang dilemparkan ke orang-orang yang tidak
diketahui namanya, karena siapa yang harus bertanggung jawab atas perilaku
dan tindakan kaum proletariat Eropa?” (hal. 28)
Dan Kautsky lalu menjelaskan panjang lebar bahwa Marx, Engels dan
Bebel telah lebih dari sekali keliru mengenai tibanya revolusi yang
sebelumnya mereka antisipasi, tetapi mereka tidak pernah mendasarkan
taktik-taktik mereka pada pengharapan akan revolusi pada “tanggal tertentu”
(hal. 29), sementara, katanya, kaum Bolshevik “mempertaruhkan segalanya
pada satu kartu, pada revolusi Eropa”.
Kami sengaja mengutip baris-baris yang panjang ini untuk
menunjukkan kepada para pembaca kami “talenta” Kautsky dalam
memalsukan Marxisme, di mana dia menggantikan Marxisme dengan cara
pandang filistinnya yang reaksioner dan dangkal.
Pertama, Kautsky melekatkan pada kaum Bolshevik sebuah gagasan
yang jelas-jelas bodoh, dan lalu mengecam gagasan tersebut. Ini adalah
taktik yang digunakan oleh orang yang tidak terlalu cerdas. Bila kaum
Bolshevik mendasarkan taktik mereka pada harapan terjadinya revolusi di
negeri-negeri lain pada tanggal tertentu, ini sungguh adalah kebodohan.
Tetapi Partai Bolshevik tidak pernah bersalah atas kebodohan seperti itu. Di
79
surat saya kepada kaum buruh Amerika (20 Agustus, 1918), saya dengan
jelas menyangkal gagasan bodoh ini, dengan mengatakan bahwa kita
bergantung pada revolusi Amerika, tetapi bukan pada tanggal tertentu. Saya
menulis panjang lebar mengenai gagasan ini lebih dari sekali di dalam
polemik saya dengan kaum Sosialis-Revolusioner Kiri dan kaum “Komunis
Kiri” (Januari-Maret 1918). Kautsky telah melakukan pemalsuan yang
sangat cerdik dalam melakukan kritiknya terhadap Bolshevisme. Kautsky
telah mencampur aduk taktik yang berdasarkan pengharapan akan revolusi
Eropa di masa depan yang kurang lebih dekat, tetapi bukan pada tanggal
tertentu, dengan taktik yang berdasarkan pengharapan akan revolusi Eropa
pada tanggal tertentu. Sungguh sebuah pemalsuan yang sangat cerdik!
Taktik yang belakangan [berdasarkan pengharapan akan revolusi pada
tanggal tertentu – Ed.] sangatlah bodoh. Taktik yang pertama [berdasarkan
pengharapan akan revolusi Eropa di masa depan yang kurang lebih dekat –
Ed.] adalah taktik yang wajib bagi seorang Marxis, bagi setiap proletar
revolusioner dan internasionalis. Ini adalah taktik yang wajib karena taktik
ini mempertimbangkan secara Marxis situasi objektif yang menyebabkan
perang ini di seluruh Eropa, dan taktik ini sesuai dengan tugas internasional
kaum proletariat.
Kautsky menggantikan masalah fondasi taktik revolusioner secara
umum dengan masalah remeh temeh mengenai kekeliruan kaum Bolshevik.
Dengan ini, dia telah dengan sangat cerdik menolak semua taktik
revolusioner.
Seorang pengkhianat dalam politik, Kautsky bahkan tidak mampu
secara teoritis mengedepankan pertanyaan mengenai syarat-syarat objektif
taktik revolusioner.
Dan ini membawa kita ke poin kedua.
Kedua, adalah kewajiban bagi seorang Marxis untuk berharap pada
revolusi Eropa bila ada situasi revolusioner. Adalah ABC Marxisme bahwa
80
taktik proletariat sosialis tidak bisa sama ketika ada situasi revolusioner dan
ketika tidak ada situasi revolusioner.
Bila Kautsky mengedepankan pertanyaan ini, yang wajib bagi seorang
Marxis, maka dia akan menemukan bahwa jawabannya sungguh
bertentangan dengan dia. Jauh sebelum perang, semua kaum Marxis dan
semua kaum sosialis setuju bahwa sebuah peperangan Eropa akan
menciptakan sebuah situasi revolusioner. Kautsky sendiri, sebelum dia
menjadi seorang pengkhianat, jelas-jelas dan dengan tegas mengakui ini –
pada 1902 (di karyanya “Social Revolution”) dan pada 1909 (di karyanya
“Road to Power”). Ini juga diakui atas nama seluruh Internasional Kedua di
dalam Manifesto Basel. Tidak mengherankan kalau para sosial-sovinis dan
pendukung Kautsky (kaum “Sentris”, yakni mereka yang terombang-ambing
antara revolusi dan oportunisme) dari semua negeri menghindari deklarasi
Manifesto Basel seperti wabah!
Jadi, harapan atas berkembangnya situasi revolusioner di Eropa
bukanlah harapan hanya dari kaum Bolshevik, tetapi ini adalah pendapat
umum dari semua Marxis. Ketika Kautsky mencoba lari dari kebenaran yang
tak terbantahkan ini dengan menggunakan kalimat-kalimat seperti kaum
Bolshevik “selalu percaya akan kemahakuasaan dari kekerasan dan
kehendak”, dia sebenarnya menggunakan frase kosong yang berisik
untuk menutup-nutupi pengelakannya, yakni pengelakan yang memalukan,
dari pertanyaan mengenai situasi revolusioner.
Apakah situasi revolusioner telah datang atau belum? Kautsky tidak
mampu mengedepankan pertanyaan ini. Fakta-fakta ekonomi telah
memberikan jawabannya: bencana kelaparan dan kehancuran yang
diciptakan di mana-mana oleh perang berarti ada situasi revolusioner. Fakta-
fakta politik juga menyediakan jawaban: semenjak 1915 sebuah proses
perpecahan telah terjadi di semua negeri di dalam partai-partai sosialis lama
yang telah membusuk, sebuah proses di mana massa proletariat bergeser ke
kiri menjauhi para pemimpin sosial-sovinis, bergerak menuju gagasan-
gagasan revolusioner dan pemimpin-pemimpin revolusioner.
81
Hanya orang yang membenci revolusi dan mengkhianatinya dapat
gagal untuk melihat fakta-fakta pada tanggal 5 Agustus 1918, ketika Kautsky
sedang menulis pamflet ini. Dan sekarang, pada akhir Oktober 1918,
revolusi sedang berkembang di sejumlah negeri-negeri Eropa, dan
berkembang di depan mata semua orang dan dengan sangat cepat. Kautsky
“sang revolusioner”, yang masih ingin dianggap sebagai seorang Marxis,
telah membuktikan dirinya sebagai seorang filistin yang rabun jauh, yang,
seperti para filistin yang diolok-olok Marx pada 1847, tidak mampu melihat
revolusi yang sedang datang!
Sekarang ke poin ketiga.
Ketika, apa yang harus menjadi fitur-fitur spesifik dari taktik
revolusioner ketika ada situasi revolusioner di Eropa? Setelah menjadi
seorang pengkhianat, Kautsky tidak berani mengajukan pertanyaan ini, yang
wajib diajukan oleh seorang Marxis. Kautsky berargumen seperti seorang
borjuis kecil yang tipikal, seorang filistin, atau seperti seorang petani yang
tak berpendidikan: apakah “Revolusi Eropa secara umum” telah dimulai atau
belum? Bila sudah, maka dia juga siap menjadi seorang revolusioner!
Tetapi, kalau demikian maka setiap bajingan (seperti para bajingan yang
sekarang kadang-kadang menempelkan diri mereka ke kaum Bolshevik yang
telah menang) akan menyatakan dirinya sebagai seorang revolusioner!
Bila revolusi Eropa belum dimulai, maka Kautsky akan memalingkan
punggungnya ke revolusi! Kautsky tidak punya secuil pun pemahaman
bahwa seorang Marxis revolusioner membedakan dirinya dari kaum filistin
dan borjuis kecil dari kemampuannya untuk menyampaikan kepada massa
yang tak-terdidik bahwa revolusi yang menjadi matang adalah hal yang
diperlukan, untuk membuktikan bahwa ini adalah hal yang tak-terelakkan,
untuk menjelaskan keuntungannya bagi rakyat, dan untuk mempersiapkan
kaum proletariat dan semua rakyat pekerja dan tertindas untuk situasi ini.
Kautsky mengatakan bahwa kaum Bolshevik konyol karena mereka
mempertaruhkan segalanya pada satu kartu, yakni pada Revolusi Eropa yang
akan bergulir pada tanggal tertentu. Kekonyolan ini telah berbalik
82
menyerang Kautsky, karena kesimpulan logis dari argumennya adalah
bahwa taktik kaum Bolshevik hanya akan benar kalau revolusi Eropa terjadi
pada 5 Agustus 1918! Inilah tanggal yang disebutkan oleh Kautsky ketika
dia menulis pamfletnya. Dan ketika, beberapa minggu setelah 5 Agustus ini,
telah menjadi jelas kalau revolusi sedang tiba di sejumlah negeri-negeri
Eropa, seluruh pengkhianatan Kautsky, seluruh pemalsuannya terhadap
Marxisme, dan ketidakmampuannya untuk bernalar atau bahkan mengajukan
pertanyaan secara revolusioner, telah terungkap dengan sangat jelas!
Ketika kaum proletar Eropa dituduh berkhianat, Kautsky menulis
bahwa tuduhan ini dilemparkan ke orang-orang tidak bernama.
Kau keliru, Tn. Kautsky! Bercerminlah dan kau akan melihat “orang-
orang tidak bernama” tersebut. Kautsky pura-pura naif dan tidak paham
siapa yang melemparkan tuduhan tersebut, dan apa arti tuduhan tersebut.
Namun pada kenyataan, Kautsky tahu dengan sangat jelas bahwa tuduhan
tersebut dilemparkan oleh kaum “Kiri” Jerman, oleh kaum Spartakus (Partai
Komunis Jerman – Ed.), oleh Liebknecht7 dan kawan-kawannya. Tuduhan
ini mengekspresikan pemahaman jelas akan kenyataan bahwa kaum
proletariat Jerman telah mengkhianati revolusi Rusia (dan dunia) ketika ia
mencekik Finlandia, Ukraina, Latvia dan Estonia. Tuduhan ini terutama
dilemparkan, bukan kepada massa yang selalu tertindas, tetapi kepada para
pemimpin, seperti para Scheidemann dan Kautsky, yang gagaldalam tugas
mereka untuk melakukan agitasi revolusioner, propaganda revolusioner,
kerja revolusioner di antara massa untuk menggerakkan mereka. Para
pemimpin ini pada kenyataannya bekerja melawan insting dan aspirasi
revolusioner yang selalu bersinar di dalam benak massa kelas tertindas. Para
Scheidemann secara terbuka, vulgar, sinis, dan kebanyakan demi
kepentingan pribadi mereka mengkhianati kaum proletariat dan membelot ke
sisi borjuasi. Kautsky dan para pendukung Longuet melakukan hal yang
7 Karl Liebknecht (1871-1919) adalah pemimpin Marxis Jerman dan salah satu
pendiri Partai Komunis Jerman. Dia adalah rekan dekat Rosa Luxemburg yang setia melawan revisionisme dan reformisme di dalam gerakan buruh Jerman. Bersama dengan Rosa, dia diculik pada tanggal 15 Januari 1919 dan dibunuh dengan kejam oleh kekuatan reaksi di Jerman yang dibantu oleh para pemimpin sosial demokrasi Jerman.
83
sama, hanya saja dengan ragu-ragu dan tersendat-sendat, dan seperti
pengecut selalu melirik ke pihak yang lebih kuat pada saat itu. Di semua
tulisan-tulisannya selama perang Kautsky mencoba memadamkan semangat
revolusioner, dan bukannya mengembangkannya dan membuatnya lebih
besar.
Kautsky bahkan tidak memahami signifikansi teoritis, dan signifikansi
agitasi dan propaganda yang bahkan lebih besar, dari “tuduhan” bahwa kaum
proletariat Eropa telah mengkhianati revolusi Rusia. Ini adalah monumen
historis dari kebodohan filistin dari para pemimpin resmi Sosial-Demokrasi!
Kautsky tidak paham bahwa karena sensor di bawah rejim “Reich” Jerman
“tuduhan” ini mungkin adalah satu-satunya bentuk di mana kaum sosialis
Jerman yang belum berkhianat – yakni Liebknecht dan kawan-kawannya –
dapat menyatakan seruan mereka kepada para buruh Jerman untuk
menumbangkan para Scheidemann dan Kautsky, untuk menyingkirkan “para
pemimpin” ini, untuk membebaskan diri mereka dari propaganda yang
membodohi mereka, untuk bangkit memberontak tanpa “para pemimpin”
ini, dan bergerak melangkahi mereka untuk menuju revolusi!
Kautsky tidak memahami ini. Dan bagaimana mungkin dia bisa
memahami taktik kaum Bolshevik? Dapatkah seseorang yang telah
menyangkal revolusi secara umum diharapkan untuk mengkaji dan
mempertimbangkan kondisi-kondisi perkembangan revolusi di salah satu
kasus yang paling “sulit”?
Taktik-taktik kaum Bolshevik adalah taktik-taktik yang tepat; mereka
adalah satu-satunya taktik internasionalis, karena mereka bukan didasarkan
atas ketakutan terhadap revolusi dunia, bukan didasarkan atas
“ketidakpercayaan” filistin terhadap revolusi dunia, bukan didasarkan atas
keinginan nasionalis yang sempit untuk membela “tanah air” diri sendiri
(tanah air kaum borjuasi mereka sendiri), sementara tidak “peduli sama
sekali” pada hal-hal lain. Namun taktik-taktik Bolshevik berdasarkan
estimasi yang tepat mengenai situasi revolusioner di Eropa (sebelum perang
dan sebelum pengkhianatan kaum sosial-sovinis dan sosial-pasifis, estimasi
ini diterima oleh semua pihak). Taktik-taktik Bolshevik adalah satu-satunya
84
taktik internasionalis, karena mereka melakukan segala hal yang
memungkinkan di satu negeri demi perkembangan dan kebangkitan revolusi
di negeri-negeri lain. Taktik-taktik ini telah dibenarkan oleh keberhasilan
mereka yang besar, karena Bolshevisme (bukan karena jasa kaum Bolshevik
Rusia saja, tetapi karena simpati mendalam dari rakyat di mana-mana atas
taktik-taktik yang revolusioner dalam praktek) telah menjadi
Bolshevisme dunia, telah menghasilkan sebuah gagasan, sebuah teori,
sebuah program dan taktik-taktik yang berbeda secara konkret dan praktek
dari sosial-sovinisme dan sosial-pasifisme. Bolshevisme telah
meluluhlantakkan Internasional lama dan busuk dari para Scheidemann dan
Kautsky, Renaudel dan Longuet, Henderson dan MacDonalds, yang dari
sekarang akan saling menyerang, bermimpi mengenai “persatuan” dan
mencoba untuk membangkitkan kembali sebuah mayat. Bolshevisme telah
menciptakan fondasi ideologi dan taktik dari Internasional Ketiga, dari
sebuah Internasional yang sungguh-sungguh proletariat dan Komunis, yang
akan mempertimbangkan pencapaian-pencapaian dari masa damai serta
pengalaman dari masa revolusi, yang telah dimulai.
Bolshevisme telah mempopulerkan gagasan “kediktatoran proletariat”
ke seluruh penjuru dunia, telah menerjemahkan kata-kata ini dari Latin,
pertama ke bahasa Rusia dan lalu ke semua bahasa di dunia, dan telah
menunjukkan dengan contoh pemerintahan Soviet bahwa kaum buruh dan
tani miskin, bahkan yang dari negeri terbelakang, bahkan yang punya
pengalaman, pendidikan dan kebiasaan berorganisasi yang paling
sedikit, telah mampu dalam satu tahun ini, di tengah kesulitan yang besar
dan di tengah perjuangan melawan para penindas (yang didukung oleh kaum
borjuasi dari seluruh dunia), mempertahankan kekuasaan rakyat pekerja,
menciptakan demokrasi yang jauh lebih tinggi dan luas daripada semua
demokrasi yang terdahulu di dunia, dan memulai kerja kreatif dari puluhan
juta buruh dan tani untuk membangun sosialisme secara praktikal.
Bolshevisme telah membantu mengembangkan revolusi proletariat di
Eropa dan Amerika dengan lebih baik daripada partai manapun. Kaum buruh
di seluruh dunia semakin hari menjadi semakin sadar bahwa taktik para
85
Scheidemann dan Kautsky belumlah membebaskan mereka dari perang
imperialis dan perbudakan-upah, dan bahwa taktik ini tidak dapat menjadi
model untuk semua negeri. Dan massa buruh di semua negeri semakin
menyadari bahwa Bolshevisme telah menunjukkan jalan keluar dari
kengerian perang dan imperialisme, dan bahwa Bolshevisme dapat menjadi
model taktik untuk semua negeri.
Tidak hanya Revolusi Eropa, tetapi revolusi proletariat sedunia sedang
menjadi semakin matang di depan mata semua orang, dan ini telah dibantu,
dipercepat, dan didukung oleh kemenangan kaum proletariat di Rusia.
Semua ini tidak cukup untuk kemenangan mutlak sosialisme, katamu? Tentu
saja ini tidak cukup. Satu negeri saja tidak akan bisa. Tetapi satu negeri ini,
karena terbentuknya pemerintahan Soviet, telah melakukan begitu banyak
hal, sehingga kalau pemerintahan Soviet di Rusia diremukkan oleh
imperialisme dunia esok harinya, katakanlah karena perjanjian antara
imperialisme Jerman dan Anglo-Prancis – bahkan dalam skenario yang
paling buruk ini – taktik-taktik Bolshevik masih akan sangat berguna bagi
sosialisme dan membantu perkembangan revolusi dunia.
86
Kepatuhan pada Borjuasi dengan Kedok “Analisis Ekonomi”
Seperti yang telah dikatakan, bila judul buku Kautsky sungguh-
sungguh mencerminkan isinya, seharusnya buku tersebut diberi judul, bukan
“Kediktatoran Proletariat”, tetapi “Pengulangan Kembali Serangan Borjuasi
terhadap Bolshevik”.
“Teori-teori” Menshevik yang lama mengenai karakter borjuis dari
revolusi Rusia, yakni distorsi terhadap Marxisme yang dilakukan oleh kaum
Menshevik (yangditolak oleh Kautsky pada 1905!), sekarang diulang
kembali oleh sang teoretikus kita. Kita harus menjawab masalah ini,
walaupun ini akan begitu membosankan bagi kaum Marxis Rusia.
Revolusi Rusia adalah revolusi borjuis. Ini yang dikatakan oleh semua
kaum Marxis Rusia sebelum 1905. Kaum Menshevik, yang menggantikan
Marxisme dengan liberalisme, menarik kesimpulan berikut: oleh karenanya
kelas proletariat tidak boleh bergerak melebihi apa yang dapat diterima oleh
kelas borjuasi dan harus melaksanakan kebijakan kompromi dengan mereka.
Kaum Bolshevik mengatakan bahwa ini adalah teori borjuis-liberal. Kaum
borjuasi sedang mencoba melakukan reforma terhadap pemerintahan di atas
garis borjuis dan reformis, bukan di atas garis revolusioner. Pada saat yang
sama mereka ingin mempertahankan sebisa mungkin sistem monarki, sistem
feodal, dsb. Kaum proletariat harus melaksanakan revolusi borjuis
demokratik sampai ke garis akhir, dan tidak boleh membiarkan dirinya
“terikat” oleh reformisme borjuasi. Kaum Bolshevik merumuskan
perimbangan kekuatan-kekuatan kelas di dalam revolusi borjuis ini sebagai
berikut: kaum proletar, memenangkan kaum tani ke sisinya, akan
menetralisir kaum borjuasi dan sepenuhnya menghancurkan sistem monarki,
medievalisme, dan sistem feodal.
Aliansi antara kaum proletar dan tani ini secara umum
mengungkapkan karakter borjuis dari revolusi Rusia, karena kaum tani
secara umum adalah produsen kecil yang eksis di atas basis produksi
komoditas. Terlebih lagi, kaum Bolshevik kemudian menambahkan,
proletariat akan memenangkan seluruh elemen semi-proletariat (semua
87
rakyat pekerja dan tertindas), akan menetralisir kaum tani menengah
dan menumbangkan kaum borjuasi; ini akan menjadi revolusi sosialis, yang
berbeda dari revolusi borjuis demokratik. (Baca pamflet saya, “Dua Taktik”,
yang diterbitkan pada 1905 dan dicetak ulang di “Dua Belas Tahun”, St.
Petersburg, 1907)
Kautsky terlibat secara tidak langsung dalam polemik ini pada 1905,
ketika dia menjawab sebuah pertanyaan dari Plekhanov, yang saat itu sudah
menjadi Menshevik, dan dia mengeluarkan sebuah opini yang menentang
Plekhanov. Karena opini Kautsky ini, pers Bolshevik mencibir Plekhanov
pada saat itu. Tetapi sekarang Kautsky tidak mengucapkan satu kata pun
mengenai polemik pada saat itu (karena dia takut terekspos oleh
pernyataannya sendiri!), dan oleh karenanya dia membuat mustahil bagi para
pembaca Jerman untuk memahami inti dari permasalahan ini. Tn. Kautsky
tidak dapat mengatakan kepada para buruh Jerman pada tahun 1918 kalau 13
tahun yang lalu dia mendukung aliansi buruh dengan kaum tani, dan bukan
dengan kaum borjuis liberal, dan apa syarat-syarat untuk aliansi ini, dan apa
program yang dia rumuskan untuk aliansi ini.
Menjilat ludahnya sendiri, Kautsky, di bawah kedok “analisa
ekonomi” dan berbicara dengan bangga mengenai “materialisme historis”,
sekarang menyerukan agar kaum buruh tunduk pada kaum borjuasi. Dengan
bantuan kutipan-kutipan dari Maslov, seorang Menshevik, dia memuntahkan
kembali pandangan-pandangan liberal lama dari kaum Menshevik. Kutipan-
kutipan digunakan untuk membuktikan gagasan baru mengenai
keterbelakangan Rusia. Tetapi deduksi yang ditarik dari gagasan baru ini
adalah deduksi tua, yakni bahwa di dalam sebuah revolusi borjuis kita tidak
boleh bergerak melampaui kaum borjuasi! Dan ini setelah semua yang
dikatakan oleh Marx dan Engels ketika membandingkan revolusi borjuis
1789-93 di Jerman dengan revolusi borjuis 1848 di Jerman!
Sebelum kita bergerak ke “argumen” utama dan isi utama dari
“analisa ekonomi”nya Kautsky, mari kita periksa baris-baris awal Kautsky
yang mengungkapkan kebingungan dan kedangkalan dalam berpikir.
88
Sang “teoretikus” kita menulis, “Pertanian, dan terutama pertanian
kecil, sampai hari ini merepresentasikan fondasi ekonomi Rusia. Sekitar
empat-per-lima, mungkin bahkan lima-per-enam, dari populasi Rusia hidup
dengan bertani” (hal. 45). Pertama-tama, pernahkah kamu pertimbangkan
berapa banyak penindas di antara massa produsen kecil ini? Tentunya tidak
lebih dari satu-per-sepuluh, dan di kota-kota bahkan lebih kecil, karena
produksi skala-besar lebih berkembang di sana. Bahkan kalau kita
mengambil estimasi tinggi, dan berasumsi bahwa satu-per-lima dari
produsen kecil adalah penindas yang tidak punya hak suara. Bahkan dengan
estimasi ini 66% suara yang diraih oleh Bolshevik pada Kongres Kelima
Soviet mewakili mayoritas populasi. Selain itu, cukup banyak kaum
Sosialis-Revolusioner Kiri yang mendukung kekuasaan Soviet – secara
prinsipil semua kaum Sosialis-Revolusioner Kiri mendukung kekuasaan
Soviet, dan ketika satu seksi dari Sosialis-Revolusioner Kiri, pada Juli 1918,
melakukan pemberontakan avonturis, dua partai yang baru pecah dari partai
lama ini: “Komunis Narodnik” dan “Komunis Revolusioner”1. (Dari para
1 Dua partai yang baru – Komunis Narodnik dan Komunis Revolusioner – pecah dari
Partai Sosialis Revolusioner Kiri setelah pembunuhan yang dilakukan oleh sejumlah anggota Sosialis-Revolusioner Kiri terhadap duta besar Jerman, Count Mirbach, dan pemberontakan mereka pada 6-7 Juli 1918.
Partai Komunis Narodnik mengutuk aktivis anti-Soviet yang dilakukan oleh Sosialis-Revolusioner Kiri dan membentuk partai mereka sendiri, yang dideklarasikan pada sebuah konferensi pada September 1918. Program mereka, yang berjudul “Manifesto”, diterbitkan di koran Znamya Trudovoi Kommuny (Panji Komune Buruh) pada 21 Agustus. Mereka setuju dengan kebijakan Bolshevik untuk beraliansi dengan petani menengah. Banyak dari anggota Komunis Narodnik menjabat sebagai anggota badan-badan Soviet dan beberapa dari mereka, misalnya G.D. Zaks, duduk di Komite Eksekutif Pusat Seluruh Rusia. Pada 6 November 1918, di kongres luar biasa mereka, partai ini memutuskan untuk melebur dengan Partai Komunis Rusia (Bolshevik).
Partai Komunis Revolusioner dideklarasikan di kongres para pendukung koran Volya Truda (Kebebasan Buruh), yang diadakan di Moskow, 25-30 September 1918. Edisi pertama koran ini terbit pada 14 September, dan mengeluarkan pernyataan mengutuk tindakan-tindakan teroris yang dilakukan oleh kaum Sosialis-Revolusioner Kiri dan usaha mereka untuk menyabotase Perjanjian Damai Brest-Litovsk. Kongres Pendirian Partai menyatakan kerja samanya dengan kekuasaan Soviet. Program partai ini sangatlah penuh kontradiksi. Sementara mengakui bahwa Soviet menciptakan syarat-syarat untuk terbentuknya sosialisme, partai ini menyangkal perlunya kediktatoran proletariat selama transisi dari kapitalisme ke sosialisme. Setelah Kongres Kedua Komunis Internasional mengeluarkan keputusan bahwa hanya boleh ada satu Partai Komunis di setiap negeri, Partai Komunis Revolusioner memutuskan pada September 1920 untuk berafiliasi dengan Partai Komunis Rusia
89
pemimpin terkemuka Sosialis-Revolusioner Kiri yang telah ditunjuk untuk
posisi penting di dalam pemerintahan oleh partai SR Kiri, Zax adalah
anggota partai Komunis Narodnik, dan Kolegayev anggota partai Komunis
Revolusioner). Jadi, Kautsky sendiri secara tidak sengaja telah membantah
dongeng konyol bahwa kaum Bolshevik hanya mendapatkan dukungan dari
minoritas rakyat.
Kedua, sang teoretikus saya yang terhormat, pernahkah kau
pertimbangkan kenyataan bahwa kaum tani kecil niscaya terombang-ambing
antara kaum proletar dan kaum borjuasi? Kebenaran Marxis ini, yang telah
dikonfirmasikan oleh keseluruhan sejarah modern Eropa, dengan nyaman
“dilupakan” oleh Kautsky, karena kebenaran ini menghancurkan “teori”
Menshevik yang terus dia ulang-ulang! Bila Kautsky tidak “melupakan”
kebenaran ini, dia tidak akan menyangkal perlunya kediktatoran proletariat
di sebuah negeri di mana kaum tani kecil jumlahnya lebih banyak.
Mari kita periksa “analisa ekonomi” dari sang teoretikus kita.
Kekuasaan Soviet adalah sebuah kediktatoran, dan ini tidak bisa
diperdebatkan, kata Kautsky. “Tetapi apakah kediktatoran ini adalah
kediktatoran proletariat?” (hal. 34)
“Menurut Konstitusi Soviet, kaum tani membentuk mayoritas populasi
dan memiliki hak untuk berpartisipasi dalam parlemen dan administrasi
pemerintah. Apa yang disajikan di depan kita sebagai kediktatoran
proletariat ternyata – bila dijalankan dengan konsisten, dan bila, berbicara
secara umum, sebuah kelas dapat secara langsung mengimplementasikan
kediktatoran, yang pada kenyataannya hanya dapat diimplementasikan oleh
sebuah partai – hanyalah kediktatoran kaum tani.” (hal. 35)
Merasa bangga karena argumennya yang begitu dalam dan pintar,
Kautsky mencoba untuk membuat lelucon dan mengatakan: “Tampaknya
(Bolshevik). Pada bulan Oktober tahun yang sama, Komite Pusat Partai Komunis Rusia (Bolshevik) mengizinkan organisasi-organisasi partai untuk menerima para mantan anggota Partai Komunis Revolusioner.
90
pencapaian yang paling mudah dari sosialisme akan paling terjamin kalau ini
diletakkan di tangan kaum tani.” (hal. 35)
Dengan sangat terperinci, dan mengutip sejumlah kutipan yang sangat
pintar dari Maslov yang semi-liberal, teoretikus kita mencoba membuktikan
sebuah gagasan baru bahwa kaum tani tertarik pada harga gandum yang
tinggi, upah rendah untuk kaum pekerja kota, dsb., dsb. Semakin Kautsky
mengulang-ulang gagasan-gagasan baru ini, semakin sedikit perhatian yang
dia berikan pada situasi-situasi baru yang muncul setelah peperangan.
Contohnya, kaum tani tidak menginginkan uang untuk gandum mereka,
tetapi mereka menginginkan komoditas, dan bahwa kaum tani tidak punya
cukup alat-alat pertanian, yang tidak dapat mereka peroleh dengan cukup
biarpun mereka punya uang. Kita akan kembali lagi ke topik ini.
Oleh karenanya, Kautsky menuduh partai Bolshevik, partainya kaum
proletariat, telah menyerahkan kediktatoran dan tugas untuk mencapai
sosialisme ke kaum tani borjuis-kecil. Baik sekali, Tn. Kautsky! Tetapi,
menurut pendapatmu yang mencerahkan, apa seharusnya sikap partai
proletariat terhadap kaum tani borjuis-kecil?
Teoretikus kita lebih memilih untuk diam seribu bahasa dalam hal ini,
karena ada pepatah yang mengatakan: “Bicara itu perak, diam itu emas.”
Tetapi dia mengekspos dirinya dengan argumen berikut ini:
“Pada masa awal Republik Soviet, soviet-soviet tani adalah
organisasi kaum tani secara umum. Sekarang Republik ini memproklamirkan
bahwa Soviet-soviet adalah organisasi proletariat dan kaum tani miskin.
Kaum tani yang kaya dirampas hak suaranya di dalam pemilu Soviet-soviet.
Kaum tani miskin diakui sebagai produk permanen dan massa dari reforma
agraria sosialis di bawah ‘kediktatoran proletariat’.” (hal. 48)
Sungguh sebuah ironi yang menakjubkan! Ironi yang hanya dapat
didengar dari kaum borjuasi. Mereka semua mencemooh dan mengejek
Republik Soviet yang secara terbuka mengakui keberadaan kaum tani
miskin. Mereka mencibir sosialisme. Ini hak mereka. Tetapi seorang
91
“sosialis” yang mencemooh kenyataan bahwa setelah empat tahun
peperangan yang paling menghancurkan masih ada (dan masih akan ada
untuk waktu yang lama) kaum tani miskin di Rusia – seorang “sosialis”
macam ini hanya dapat lahir dari pengkhianatan yang sepenuhnya.
Dan lagi:
“... Republik Soviet mengganggu relasi-relasi antara kaum tani
kaya dan miskin, tetapi tidak dengan mendistribusi ulang tanah.
Untuk mengatasi kekurangan roti di kota-kota, detasemen-
detasemen buruh bersenjata dikirim ke pedesaan untuk
merampas stok-stok surplus gandum milik kaum tani kaya.
Sebagian dari stok tersebut diberikan kepada penduduk kota,
sebagai lagi kepada kaum tani yang lebih miskin.” (hal. 48)
Tentu saja, Kautsky sang sosialis dan sang Marxis sangatlah geram
ketika kebijakan seperti ini diperluas melampaui batas-batas kota-kota besar
(dan kita telah memperluasnya ke seluruh negeri). Dengan nada yang sangat
dingin (atau keras kepala), Kautsky sang sosialis dan sang Marxis
berceramah: \
“Ini [penyitaan terhadap kaum tani kaya] memperkenalkan
elemen ketidakstabilan dan perang sipil yang baru ke dalam
proses produksi” ... (perang sipil diperkenalkan ke dalam
“proses produksi) – sungguh sesuatu yang supernatural)... “yang
sangat membutuhkan kedamaian dan keamanan untuk bisa
pulih” (hal. 49)
Ya, tentu saja, Kautsky sang Marxis dan sang sosialis menghela napas
dan meneteskan air mata untuk kedamaian dan keamanan bagi para
pengeksploitasi dan pengeruk-laba yang menimbun stok surplus mereka,
menyabotase hukum monopoli gandum, dan membuat penduduk kota
kelaparan. “Kami semua adalah kaum sosialis dan Marxis dan
internasionalis,” nyanyi para Kautsky, Heinrich Weber (Wina), Longuet
(Paris), MacDonald (London), dan yang lainnya. “Kami semua mendukung
92
revolusi kelas buruh. Hanya saja ... hanya saja kami menginginkan sebuah
revolusi yang tidak mengganggu kedamaian dan keamanan para penimbun
gandum! Dan kami menutupi penghambaan pada kapitalis ini dengan sebuah
referensi ‘Marxis’ mengenai ‘proses produksi’ ...” Bila ini adalah Marxisme,
lantas apa itu penghambaan pada borjuasi?
Mari kita periksa kesimpulan dari teoretikus kita ini. Dia menuduh
kaum Bolshevik telah menyajikan kediktatoran kaum tani sebagai
kediktatoran proletariat. Tetapi pada saat yang sama dia menuduh kami telah
memperkenalkan perang sipil ke daerah-daerah pedesaan, telah mengirim
detasemen-detasemen buruh bersenjata ke desa-desa, yang secara publik
memproklamirkan bahwa mereka sedang mengimplementasikan
“kediktatoran buruh dan tani miskin”, membantu tani miskin dan menyita
stok gandum para peraup laba dan kaum tani kaya yang mereka timbun,
yang melanggar hukum monopoli gandum.
Di satu pihak, teoretikus Marxis kita mendukung demokrasi murni,
dalam kata lain dia mendukung tunduknya kelas revolusioner, pemimpin
rakyat pekerja dan tertindas, kepada mayoritas populasi (oleh karenanya
termasuk para pengeksploitasi). Di lain pihak, sebagai sebuah argumen
untuk menentang kami, dia menjelaskan bahwa revolusi Rusia haruslah
berkarakter borjuis, karena kehidupan kaum tani secara keseluruhan adalah
berdasarkan relasi-relasi sosial borjuis – dan pada saat yang sama dia
berpura-pura menjunjung sudut pandang proletariat, kelas, dan Marxis.
Alih-alih “analisa ekonomi”, kita dapati tambal sulam yang teramat
buruk. Alih-alih Marxisme, kita dapati fragmen-fragmen doktrin liberal dan
dakwah untuk tunduk pada kaum borjuasi dan kaum kulak (tani kaya).
Masalah yang begitu membuat Kautsky kebingungan sudah dijelaskan
sepenuhnya oleh kaum Bolshevik semenjak tahun 1905. Ya, revolusi kita
adalah sebuah revolusi borjuis selama kita berbaris bersama kaum tani
secara keseluruhan. Ini sangatlah jelas bagi kami; kami telah
mengatakannya ratusan dan ribuan kali semenjak tahun 1905, dan kita tidak
pernah mencoba melompati tahapan proses sejarah yang diperlukan ini atau
93
menghapusnya dengan dekrit. Usaha Kautsky untuk “mengekspos” kami
sekarang pada akhirnya hanya mengekspos kebingungannya sendiri dan
ketakutannya untuk mengingat apa yang dia tulis pada 1905, ketika dia
belum menjadi seorang pengkhianat.
Akan tetapi, sejak April 1917, jauh sebelum Revolusi Oktober, yakni
jauh hari sebelum kami merebut kekuasaan, secara publik kami menyatakan
dan menjelaskan kepada rakyat: revolusi kita sekarang tidak bisa berhenti
pada tahapan ini, karena bangsa ini telah melangkah maju, kapitalis telah
bergerak maju, kehancuran telah mencapai dimensi yang luar biasa, yang
(suka atau tidak) menuntut langkah-langkah maju, menuju sosialisme.
Karena tidak ada jalan lain untuk maju, untuk menyelamatkan bangsa yang
porak-poranda karena perang ini dan meringankan penderitaan rakyat
pekerja dan tertindas.
Peristiwa-peristiwa telah bergulir seperti yang telah kami katakan.
Jalannya revolusi telah mengkonfirmasikan kebenaran dari nalar kami.
Pertama, dengan “seluruh” kaum tani untuk melawan monarki, tuan tanah,
dan feodalisme (dan pada tingkatan ini, revolusi masih merupakan revolusi
borjuis, borjuis-demokratik).Kemudian, dengan kaum tani miskin, dengan
kaum semi-proletar, dengan semua kaum tertindas, melawan kapitalisme,
termasuk kaum kaya di pedesaan, kulak (tani kaya), lintah darah, dan pada
tingkatan ini revolusi menjadi revolusi sosialis. Untuk mencoba membangun
sebuah Tembok Cina yang artifisial antara revolusi yang pertama dan kedua,
untuk memisahkan mereka dengan cara apapun selain tingkat kesiapan
kaum proletariat dan tingkat persatuannya dengan kaum tani miskin, ini
berarti mendistorsi Marxisme, membuatnya vulgar, menggantikannya
dengan liberalisme. Ini berarti menyeludupkan pembelaan reaksioner
terhadap borjuasi, ini berarti menentang kaum proletariat sosialis dengan
merujuk secara quasi-ilmiah pada karakter progresif kaum borjuasi
dibandingkan dengan feodalisme.
Soviet merepresentasikan bentuk dan tipe demokrasi yang jauh lebih
tinggi karena, dengan menyatukan dan menarik massa buruh dan tani ke
kehidupan politik, ia menjadi sebuah barometer pertumbuhan dan
94
perkembangan kedewasaan politik dan kelas dari rakyat yang paling sensitif,
yang paling dekat dengan “rakyat” (seperti yang dikatakan Marx pada 1871
mengenai revolusi rakyat yang sesungguhnya2). Konstitusi Soviet tidak
ditulis berdasarkan semacam “rencana”; ia tidak dirancang di ruang studi,
dan tidak disajikan kepada rakyat pekerja oleh para pengacara borjuasi.
Tidak, Konstitusi ini tumbuh di dalam alur perkembanganperjuangan
kelas seiring dengan matangnya antagonisme kelas. Kautsky sendiri
mengakui ini.
Awalnya, Soviet-soviet merangkul kaum tani secara keseluruhan.
Karena ketidakdewasaan, keterbelakangan, dan ketidaktahuan kaum tani
miskin, kepemimpinan jatuh ke tangan kaum kulak, kaum kaya, kaum
kapitalis dan intelektual borjuis-kecil. Ini adalah periode dominasi borjuis
kecil, dominasi kaum Menshevik dan kaum Sosialis-Revolusioner (hanya
orang-orang bodoh dan pengkhianat seperti Kautsky yang dapat
menganggap mereka sebagai sosialis). Kaum borjuis kecil tidak-bisa-tidak
terombang-ambing antara kediktatoran borjuasi (Kerensky, Kornilov,
Savinkov) dan kediktatoran proletariat. Karena posisi ekonomi mereka,
kaum borjuis kecil tidak mampu melakukan apapun secara independen.
Kautsky sepenuhnya menyangkal Marxisme karena ia membatasi analisanya
mengenai Revolusi Rusia pada konsep “demokrasi” yang legal dan formal,
demokrasi yang bagi kaum borjuasi adalah kedok untuk dominasi mereka
dan adalah alat untuk menipu rakyat. Kautskylupa bahwa dalam prakteknya
“demokrasi” kadang-kadang berarti kediktatoran borjuasi, dan kadang-
kadang berarti reformisme impoten dari kaum borjuis kecil yang tunduk
pada kediktatoran borjuasi. Menurut Kautsky, di sebuah negeri kapitalis ada
partai-partai borjuasi dan ada partai proletariat (kaum Bolshevik), yang
memimpin mayoritas, massa proletariat, tetapi tidak ada partai borjuis
kecil! Kaum Menshevik dan Sosialis-Revolusioner tidak punya akar kelas,
tidak punya akar borjuis-kecil!
Kaum borjuis kecil, yakni Menshevik dan Sosialis-Revolusioner,
terombang-ambing antara borjuasi dan proletar, dan ini membantu
2 Marx dan Engels, Selected Correspondence, Moskow, 1955, hal. 318
95
mencerahkan rakyat dan membuat mayoritas besar rakyat, yakni semua
“lapisan bawah”, semua kaum proletar dan semi-proletar, meninggalkan
“para pemimpin” ini. Kaum Bolshevik memenangkan mayoritas di Soviet-
soviet (di Petrograd dan Moskow pada Oktober 1917); perpecahan di antara
kaum Sosialis-Revolusioner dan Menshevik menjadi semakin dalam.
Kemenangan revolusi Bolshevik berarti berakhirnya kebimbangan,
berarti kehancuran total dari monarki dan sistem tuan tanah (yang belum
hancur sebelum Revolusi Oktober). Kami menyelesaikan revolusi borjuasi
sampai ke kesimpulannya. Kaum tani secara keseluruhan mendukung kami.
Antagonisme mereka terhadap kaum proletariat sosialis belumlah terungkap
sepenuhnya. Soviet-soviet menyatukan kaum tani secara umum. Divisi kelas
di antara kaum tani belumlah matang, dan belumlah terkuak.
Proses ini berlangsung pada musim panas dan gugur 1918.
Pemberontakan kontra-revolusioner di Ceko membangkitkan kaum kulak.
Gelombang pemberontakan kaum kulak menyapu seluruh Rusia. Kaum tani
miskin belajar, bukan dari buku-buku atau koran-koran, tetapi dari
kehidupan itu sendiri, bahwa kepentingan mereka bertentangan sepenuhnya
dengan kepentingan kaum kulak, kaum kaya, dan kaum borjuasi pedesaan.
Seperti semua partai borjuis-kecil, “Partai Sosialis-Revolusioner Kiri”
merefleksikan kebimbangan rakyat, dan pada musim panas 1918 partai ini
pecah. Satu seksi bergabung dengan kekuatan kontra-revolusi Ceko
(pemberontakan di Moskow, ketika Proshyan, setelah merebut Kantor
Telegraf selama satu jam! – menyiarkan bahwa kaum Bolshevik telah
ditumbangkan; kemudian pengkhianatan Muravyov3, Pemimpin angkatan
3 Pembelotan M.A. Muravyov, Komandan Pasukan Soviet di Front Timur,
berhubungan erat dengan pemberontakan kaum Sosialis-Revolusioner Kiri pada Juli 1918. Menurut rencana para pemberontak, Muravyov akan memberontak melawan kekuasaan Soviet dan bergabung dengan para Tentara Putih Ceko untuk menyerang Moskow. Pada 10 Juli, Muravyov tiba di Simbirsk dan menyatakan bahwa dia tidak mengakui Perjanjian Perdamaian Brest-Litovsk dan menyatakan perang terhadap Jerman. Para tentara yang terkecoh ini lalu menduduki Gedung Kantor Post, Telegraf, dan Radio, dan mengepung gedung Komite Eksekutif dan staf angkatan bersenjata Simbirsk. Muravyov mengirim pesan radio kepada Tentara Putih di antara Samara dan Vladivostok untuk mulai bergerak ke Moskow.
96
bersenjata yang sedang memerangi Ceko, dsb.), sementara seksi yang
lainnya, yang telah disebut di atas, tetap bersama Bolshevik.
Kekurangan gandum di kota-kota yang semakin parah membuat
masalah monopoli gandum semakin mendesak (ini sama sekali “dilupakan”
oleh Kautsky dalam analisa ekonominya, yang sebenarnya hanyalah
pengulangan dari tulisan-tulisan Maslov sepuluh tahun yang lalu!).
Para tuan tanah dan borjuasi yang lama, dan bahkan negeri republik-
demokratik, mengirim ke daerah-daerah pedesaan detasemen-detasemen
bersenjata yang ada di bawah komando borjuasi. Tn. Kautsky tidak
mengetahui ini! Dia tidak menganggap ini “kediktatoran borjuasi”. Ini
adalah “demokrasi murni”, terutama bila disahkan oleh parlemen borjuasi!
Kautsky juga tidak “mendengar” bahwa pada musim panas dan gugur tahun
1917, Avksentyev dan S. Maslov, bersama dengan para Kerensky, Tsereteli
dan kaum Sosialis-Revolusioner dan Menshevik lainnya, menangkap para
anggota Komite-Komite Tanah; dia tidak mengucapkan satu kata pun
mengenai ini!
Sebuah negara borjuasi yang sedang melakukan kediktatoran borjuasi
melalui sebuah republik demokratik tidak dapat mengaku kepada rakyat
bahwa ia melayani kaum borjuasi; negara ini tidak dapat mengatakan yang
sebenarnya, dan harus menjadi seorang munafik.
Tetapi negara tipe Komune Paris, yakni negara Soviet, secara terbuka
dan jujur mengatakan kebenaran kepada rakyat dan menyatakan bahwa ia
adalah kediktatoran proletariat dan tani miskin; dan dengan kebenaran ini ia
memenangkan ke sisinya jutaan dan jutaan rakyat yang tertindas di republik
Pemerintahan Soviet mengambil langkah cepat untuk mematahkan serangan
Muravyov. Kaum Komunis Simbirsk meluncurkan kerja propaganda di antara para tentara dan penduduk kota. Unit-unit tentara yang sebelumnya mendukung Muravyov sekarang mengumumkan bahwa mereka siap untuk melawannya. Pada malam 11 Juli, Muravyov dipanggil untuk menghadap Komite Eksekutif Simbirsk. Dia mengira ini adalah pernyataan menyerah dari Komite Eksekutif. Ketika pesannya untuk berhenti melawan Tentara Putih dibacakan, para Komunis menangkapnya. Muravyov melawan dan ditembak. Para pengikutnya ditangkap.
97
demokratis manapun, tetapi yang sekarang terdorong oleh Soviet ke dalam
kehidupan politik, ke dalam demokrasi, ke dalam administrasi negara.
Republik Soviet mengirim ke daerah-daerah pedesaan detasemen-detasemen
buruh bersenjata, terutama buruh yang lebih maju, dari kota-kota besar.
Buruh-buruh ini membawa sosialisme ke pedesaan, memenangkan ke sisi
mereka kaum miskin, mengorganisir mereka dan mencerahkan mereka, dan
membantu mereka melawan resistensi kaum borjuasi.
Semua yang paham akan situasi ini dan telah pergi ke daerah-daerah
pedesaan menyatakan bahwa baru sekarang, pada musim panas dan gugur
1918, daerah-daerah pedesaan ini melalui Revolusi “Oktober” (dalam kata
lain, Revolusi Proletarian). Semua mulai berubah. Gelombang
pemberontakan kulak digantikan dengan kebangkitan kaum tani miskin dan
tumbuhnya “Komite-komite Tani Miskin”. Di dalam angkatan bersenjata,
jumlah buruh-buruh yang menjadi komisar, perwira, dan komandan divisi
tentara menjadi semakin banyak. Dan ketika Kautsky yang bodoh ini, yang
merasa takut pada Krisis Juli 19184 dan ratap tangis kaum borjuasi, lalu
mengejar yang belakangan ini seperti seekor ayam, dan menulis sebuah
pamflet yang dipenuhi dengan keyakinan bahwa kaum Bolshevik tidak lama
lagi akan ditumbangkan oleh kaum tani; pada saat ketika orang bodoh ini
menganggap pembelotan kaum Sosialis-Revolusioner Kiri sebagai
“mengecilnya” (hal. 37) lingkaran orang-orang yang mendukung Bolshevik,
justru lingkaran pendukung Bolshevisme yang sesungguhnya sedang tumbuh
menjadi sangat besar, karena jutaan kaum tani miskin membebaskan diri
mereka dari dominasi dan pengaruh kaum kulak dan borjuasi di pedesaan,
dan sedang terbangunkan ke kehidupan politik yangindependen.
4 Pada Musim Panas 1918, terjadi pemberontakan-pemberontakan kaum kulak di
daerah Volga, Ural, dan Siberia, yang diorganisir oleh kaum Menshevik dan Sosialis-Revolusioner dengan bantuan intervensi asing.
98
Kita telah kehilangan ratusan kaum Sosialis-Revolusioner Kiri, para
intelektual tak-bertulang-punggung dan kaum kulak di antara petani, tetapi
kita telah meraih jutaan rakyat miskin5.
Setelah menyelesaikan revolusi borjuis-demokratik dengan beraliansi
dengan kaum tani secara keseluruhan, kaum proletariat Rusia akhirnya
bergerak ke revolusi sosialis ketika mereka berhasil memecah belah populasi
pedesaan, dengan memenangkan kaum proletariat dan semi-proletariat
pedesaan, dan dengan menyatukan mereka dalam melawan kaum kulak dan
kaum borjuasi, termasuk kaum tani borjuis.
Bila kaum proletariat Bolshevik di kota-kota besar dan pusat-pusat
industri besar belum mampu menyatukan kaum tani di sekitar mereka untuk
melawan kaum tani kaya, ini membuktikan bahwa Rusia “belum matang”
untuk revolusi sosialis. Kaum tani akan tetap menjadi satu “kesatuan penuh”,
dalam kata lain mereka akan terus berada di bawah kepemimpinan ekonomi,
politik dan moral kaum kulak, kaum kaya, dan kaum borjuasi, dan revolusi
ini tidak akan beranjak melebihi batas-batas revolusi borjuis-demokratik.
(Namun, bahkan bila demikian adanya, ini tidak membuktikan kalau kaum
proletariat seharusnya tidak merebut kekuasaan, karena hanya proletariat
sendiri yang dapat menyelesaikan revolusi borjuis-demokratik sampai ke
kesimpulannya, hanya proletariat sendiri yang telah melakukan suatu hal
yang sangat penting untuk membawa revolusi proletariat dunia semakin
dekat, dan kaum proletariat sendiri yang telah membentuk negara Soviet,
yang, setelah Komune Paris, adalah langkah kedua menuju negara sosialis.)
Di lain pihak, bila kaum proletariat mencoba sekaligus, pada Oktober-
November 1917 -- tanpa menunggu diferensiasi kelas di daerah-daerah
pedesaan, tanpapersiapan – “mendekritkan” perang sipil atau
“memperkenalkan sosialisme” ke pedesaan, dan mencoba melakukan ini
tanpa membentuk blok sementara dengan kaum tani secara umum, tanpa
5 Pada Kongres Soviet Keenam (6-9 November, 1918), ada 967 delegasi dengan hak
pilih, dan 950 di antaranya adalah kaum Bolshevik. Dan ada 351 delegasi tanpa hak pilih, dan 335 di antaranya adalah kaum Bolshevik, dalam kata lain 97 persen dari total delegasi adalah kaum Bolshevik. – Lenin.
99
membuat sejumlah konsesi kepada kaum tani menengah, dsb., ini adalah
distorsi Blanquist terhadap Marxisme. Ini adalah usaha dariminoritas untuk
memaksakan kehendaknya kepada mayoritas. Ini akan menjadi sebuah
kekonyolan teoritis, yang mengungkapkan kegagalan untuk memahami
bahwa revolusi tani secara umum masihlah merupakan revolusi borjuis,
dan tanpa serangkaian transisi, tanpa tahapan-tahapan transisional, revolusi
ini tidak dapat ditransformasikan menjadi sebuah revolusi sosialis di sebuah
negeri terbelakang.
Dalam masalah teori dan politik yang sangat penting ini, Kautsky
telah mengacaukan semuanya. Dia, dalam praktek, terbukti menjadi pelayan
kaum borjuasi, yang menentang kediktatoran proletariat.
***
Kautsky telah memperkenalkan kebingungan yang serupa, bila tidak
lebih buruk, ke dalam masalah yang sangatlah penting, yakni: apakah
aktivitas legislatifRepublik Soviet di dalam ranah reforma agraria – yakni
reforma sosialis yang paling sulit namun paling penting – berdasarkan
prinsip-prinsip yang kokoh dan dijalankan dengan baik? Kita akan sangat
berterima kasih kepada kaum Marxis Eropa Barat manapun, yang setelah
mempelajari dokumen-dokumen yang paling penting lalu memberikan
kritik terhadap kebijakan kami, karena dengan demikian dia akan sangat
membantu kami, dan akan membantu revolusi yang sedang ranum di seluruh
dunia. Tetapi alih-alih kritik, Kautsky menghasilkan kekacauan teori yang
teramat luar biasa, yang mengubah Marxisme menjadi liberalisme, dan yang,
dalam praktek, adalah serangkaian ujar-ujar pandai yang tak berguna, penuh
bisa beracun, dan vulgar. Biarlah para pembaca menilainya sendiri.
“Kepemilikan tanah besar tidak dapat dipertahankan. Ini adalah hasil
dari revolusi. Ini jelas. Distribusi tanah ke populasi tani menjadi tak
terelakkan ...” (Ini tidak benar, Tn. Kautsky. Kau menggantikan sikap
dari kelas-kelas yang berbeda terhadap masalah ini dengan apa yang “jelas”
bagimu. Sejarah revolusi telah menunjukkan bahwa pemerintahan koalisi
borjuasi dan borjuis-kecil, yakni Menshevik dan Sosialis-Revolusioner, telah
100
melaksanakan kebijakan mempertahankan kepemilikan tanah besar. Ini
terutama dibuktikan oleh rancangan undang-undang S. Maslov dan
ditangkapnya anggota-anggota Komite Tanah6. Tanpa kediktatoran
proletariat, “populasi tani” tidak akan mengalahkan kaum tuan tanah, yang
telah bergabung dengan kelas kaum kapitalis.)
“Tetapi mengenai bentuk distribusi tanah ini, tidak ada persatuan di
antara kaum sosialis mengenai solusi yang tepat. Ada berbagai solusi yang
memungkinkan ...” (Kautsky paling khawatir mengenai “persatuan” di antara
“kaum sosialis”, tidak peduli siapa yang memanggil diri mereka sendiri
dengan nama itu. Dia lupa bahwa kelas-kelas utama di dalam masyarakat
kapitalis akan selalu tiba pada solusi yang berbeda.) “... Dari sudut pandang
sosialis, solusi yang paling rasional adalah mengubah lahan-lahan besar
menjadi properti negara dan mengizinkan para petani yang selama ini telah
bekerja di lahan-lahan ini sebagai buruh tani untuk mengolah lahan-lahan ini
dalam bentuk koperasi. Tetapi solusi seperti ini mensyaratkan keberadaan
tipe buruh tani yang tidak ada di Rusia. Solusi yang lain adalah mengubah
lahan-lahan besar ini menjadi properti negara dan membagi-bagikan tanah
ini menjadi lahan-lahan kecil yang disewakan kepada para tani yang hanya
memiliki lahan kecil. Bila ini dilakukan, maka setidaknya sesuatu yang
sosialis dapat diraih...”
Seperti biasa Kautsky membatasi dirinya pada hal yang sudah
diketahui: di satu pihak ini tidak dapat diakui, dan di lain pihak ini harus
6 Ini merujuk pada RUU Sosialis-Revolusioner yang diperkenalkan oleh Menteri
Pertanian S.L. Maslov kepada Pemerintahan Provisional beberapa hari sebelum Revolusi Oktober. RUU ini berjudul “Undang-Undang Regulasi oleh Komite Tanah dan Relasi Pertanian”, dan sebagian RUU ini diterbitkan di surat kabar Dyelo Naroda (Perjuangan Rakyat), organ dari Komite Pusat Partai Sosialis Revolusioner, pada 18 (31) Oktober 1917.
Lenin menulis: “RUU dari Maslov ini adalah pengkhianatan partai SR terhadap kaum tani, dan menandakan penghambaan mereka pada para tuan tanah.” (Collected Works, Vol. 26, hal. 228). RUU ini membentuk dana sewa khusus di Komite Tanah, di mana tanah-tanah milik negara dan gereja akan ditransfer. Kepemilikan tanah tidak disentuh. Para tuan tanah hanya perlu menyerahkan tanah yang mereka sewa sebelumnya dan para petani harus membayar sewa untuk tanah “sewaan” ini kepada para tuan tanah.
Pemerintahan Provisional menangkap para anggota Komite Tanah karena pemberontakan dan penyitaan tanah yang dilakukan oleh kaum tani.
101
diakui. Dia menempatkan solusi-solusi yang berbeda pada level yang sama,
tanpa memikirkan apa yang harus dilakukan pada tahapan-tahapan
transisional dari kapitalisme ke komunisme di bawah kondisi-
kondisi tertentu. Ada kaum buruh tani di Rusia, tetapi tidak banyak; dan
Kautsky tidak menyentuh masalah – yang dikedepankan oleh pemerintahan
Soviet – mengenai metode transisi ke bentuk pengolahan tanah secara
komunal dan koperasi. Akan tetapi, yang paling mengherankan Kautsky
mengklaim bahwa menyewakan lahan-lahan kecil adalah “sesuatu yang
sosialis”. Pada kenyataannya, ini adalah slogan borjuis kecil, dan tidak
ada yang “sosialis” di dalamnya. Bila “negara” yang menyewakan tanah
ini bukanlah negara tipe Komune Paris, tetapi sebuah republik parlementer
borjuis (dan inilah asumsi Kautsky), penyewaan lahan-lahan kecil adalah
reforma liberal yang tipikal.
Kautsky tidak mengatakan apapun mengenai pemerintahan Soviet
yang telah menghapus semua kepemilikan pribadi atas tanah. Lebih parah
lagi, dia melakukan pemalsuan yang luar biasa dan mengutip dekrit-dekrit
pemerintahan Soviet dengan sedemikian rupa sehingga bagian yang paling
penting sengaja diabaikan.
Setelah menyatakan bahwa “produksi skala-kecil menginginkan
kepemilikan pribadi penuh atas alat-alat produksi,” dan bahwa Majelis
Konstituante adalah “satu-satunya otoritas” yang dapat mencegah dibagi-
bagikannya tanah (sebuah pernyataan yang akan menimbulkan tawa di
Rusia, di mana semua orang tahu bahwa Soviet adalah satu-satunya otoritas
yang diakui oleh buruh dan tani, sementara Majelis Konstituante telah
menjadi slogan dari kaum kontra-revolusioner Ceko dan para tuan tanah),
Kautsky melanjutkan:
“Salah satu dekrit pertama yang dinyatakan oleh Pemerintahan
Soviet adalah: (1) Kepemilikan tanah dihapus tanpa ganti rugi.
(2) Tanah-tanah kaum bangsawan, dan juga semua tanah
monarki, biara dan gereja, dengan semua ternak, alat-alat,
bangunan-bangunan, dan semua properti yang ada di sana, akan
102
diserahkan ke Komite-Komite Tanah volost7 dari Soviet
Tani uyezd8, menunggu penyelesaian masalah tanah oleh
Majelis Konstituante.”
Setelah mengutip hanya dua pasal ini, Kautsky menyimpulkan:
“Rujukan ke Majelis Konstituante hanyalah huruf-huruf belaka. Pada
kenyataannya, kaum tani di berbagai volost dapat melakukan apapun yang
mereka kehendaki dengan tanah di desa-desa.” (hal. 47)
Di sini kita temui contoh dari “kritik” Kautsky! Di sini kita temui
karya “ilmiah” yang lebih seperti penipuan. Para pembaca Jerman diperdaya
supaya mereka mengira kaum Bolshevik menyerah pada kaum tani
mengenai masalah kepemilikan pribadi atas tanah, bahwa kaum Bolshevik
mengizinkan kaum tani untuk bertindak sekehendak hati mereka di tiap-tiap
daerah (“di berbagai volost”).
Tetapi pada kenyataannya, dekrit yang dikutip oleh Kautsky – yang
pertama kali disebarluaskan pada 26 Oktober 1917 (kalender lama) – terdiri
dari lima pasal, dan bukannya dua pasal. Selain itu ada lagi delapan pasal
Amanat yang dengan jelas dinyatakan “akan digunakan sebagai panduan”.
Pasal ke-3 dari dekrit ini menyatakan bahwa tanah-tanah akan
dialihkan “ke rakyat”, dan “inventaris terperinci dari semua properti yang
disita” akan dibuat dan properti ini “akan dilindungi dengan metode
revolusioner yang paling tegas”. Dan Amanat ini menyatakan bahwa
“kepemilikan tanah akan dihapus untuk selamanya”. bahwa “tanah-tanah di
mana ada pertanian modern tingkat-tinggi ... tidak akan dibagi-bagikan”,
bahwa “semua ternak dan alat-alat pertanian dari tanah-tanah yang disita
akan digunakan secara eksklusif oleh negara atau komune, tergantung dari
besar kecilnya dan signifikansinya, dan tidak akan ada ganti rugi”, dan
7 volost adalah daerah administratif pedesaan di Rusia – Ed. 8 uyezd adalah daerah administratif tingkat dua pedesaan di Rusia, yang terdiri dari
sejumlah volost – Ed.
103
bahwa “semua tanah akan menjadi bagian dari dana tanah nasional (National
Land Fund).”
Terlebih lagi, bersamaan dengan dibubarkannya Majelis Konstituante
(5 Januari, 1918), Kongres Ketiga Soviet mengadopsi “Deklarasi Hak
Rakyat Pekerja dan Tertindas”, yang sekarang menjadi bagian dari “Undang-
Undang Fundamental Republik Soviet.” Artikel ke-2, Paragraf Pertama dari
Deklarasi ini menyatakan bahwa “kepemilikan tanah dihapus”, dan bahwa
“tanah-tanah dan perusahaan-perusahaan pertanian yang teladan ...
diproklamirkan sebagai milik negara.”
Jadi, rujukan pada Majelis Konstituante bukanlah huruf-huruf belaka,
karena badan perwakilan nasional lainnya, yang memiliki otoritas yang jauh
lebih besar di mata kaum tani, telah mengedepankan solusi terhadap masalah
agraria.
Lagi, pada 19 Februari, 1918, hukum sosialisasi tanah dicanangkan,
yang sekali lagi mengkonfirmasikan penghapusan kepemilikan pribadi atas
tanah. Tanah dansemua ternak pribadi dan alat-alat pertanian diberikan
kepada otoritas Soviet di bawah kontrol pemerintah federal Soviet. Di antara
tugas-tugas yang berhubungan dengan penggunaan tanah, hukum ini
menyatakan:
“perkembangan pertanian kolektif sebagai bentuk yang lebih
unggul dari sudut pandang ekonomi tenaga kerja dan produksi,
dibandingkan dengan pertanian perorangan, dengan tujuan
untuk transisi ke pertanian sosialis” (Artikel 11, paragraf e).
Undang-undang yang sama, dalam menetapkan prinsip penggunaan
tanah yang setara, menjawab pertanyaan fundamental ini: “Siapa yang
punya hak guna tanah?” dengan demikian:
(Artikel 20) “Tanah di dalam batas-batas Republik Federasi
Soviet Rusia dapat digunakan untuk kepentingan publik dan
pribadi. A. Untuk kepentingan kebudayaan dan pendidikan: (1)
oleh negara yang diwakili oleh organ-organ kekuasaan Soviet
104
(federal, begitu juga propinsi, gubernia, uyezd, volost, dan
desa), dan (2) oleh badan-badan publik (di bawah kontrol, dan
dengan izin, dari otoritas-otoritas Soviet setempat); B. Untuk
kepentingan pertanian: (3) oleh komune-komune pertanian, (4)
oleh kelompok-kelompok koperasi pertanian, (5) oleh
komunitas-komunitas desa, (6) oleh keluarga atau individu
perorangan...”
Para pembaca dapat melihat bagaimana Kautsky telah memutar balik
fakta sepenuhnya, dan telah memberi para pembaca Jerman pandangan yang
keliru mengenai kebijakan dan undang-undang pertanian negara proletar di
Rusia.
Kautsky bahkan tidak dapat memformulasikan masalah-masalah teori
yang fundamental!
Masalah-masalah ini adalah:
1. Hak guna tanah yang setara, dan
2. Nasionalisasi tanah – relasi kedua kebijakan ini dengan sosialisme
secara umum, dan relasi kedua kebijakan ini dengan transisi dari
kapitalisme ke komunisme pada khususnya.
3. Pertanian bersama sebagai transisi dari pertanian kecil yang terpencar-
pencar ke pertanian kolektif skala-besar; apakah cara bagaimana
masalah ini dihadapi di dalam undang-undang Soviet sesuai dengan
syarat-syarat sosialisme?
Mengenai masalah pertama, pertama-tama kita harus mengemukakan
dua fakta yang fundamental. (a) Dalam mencermati pengalaman revolusi
1905 (saya dapat merujuk pada karya saya mengenai masalah agraria pada
Revolusi Rusia yang Pertama ini), kaum Bolshevik merujuk pada arti
demokratis yang progresif dan revolusioner dari slogan “hak guna tanah
yang setara”, dan pada 1917, sebelum Revolusi Oktober, kami menyatakan
ini dengan cukup jelas. (b) Ketika mencanangkan undang-undang sosialisasi
tanah – yang “semangatnya” adalah penggunaan tanah yang setara – kaum
105
Bolshevik dengan terbuka dan jelas menyatakan bahwa ini bukanlah gagasan
kami. Kami tidak setuju dengan slogan ini, tetapi kami merasa bahwa adalah
tugas kami untuk mengimplementasikan undang-undang ini karena ini
adalah tuntutan dari mayoritas besar kaum tani. Dan gagasan-gagasan dan
tuntutan-tuntutan dari rakyat pekerja adalah hal-hal yang harus ditanggalkan
oleh rakyat pekerja sendiri. Tuntutan-tuntutan ini tidak dapat “dihapus” atau
“dilompati”. Kami, kaum Bolshevik, akan membantu kaum tani untuk
menanggalkan slogan-slogan borjuis kecil, untuk bergerak dari slogan-
slogan borjuis kecil ke slogan-slogan sosialis secepat mungkin dan semudah
mungkin.
Seorang teoretikus Marxis yang ingin membantu revolusi kelas buruh
dengan analisa ilmiahnya harus menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
pertama, apakah benar bahwa gagasan penggunaan tanah yang setara
memiliki arti demokratis yang revolusioner dalam melaksanakan revolusi
borjuis-demokratik ke kesimpulannya? Kedua, apakah kaum Bolshevik
benar dalam membantu meloloskan (dan dengan setia meng-
implementasikan) undang-undang penggunaan tanah yang setara yang
bersifat borjuis kecil ini?
Kautsky bahkan gagal menyadari masalah teori yang terutama ini!
Kautsky tidak akan pernah bisa menyangkal bahwa gagasan
penggunaan tanah yang setara memiliki nilai yang progresif dan revolusioner
dalam revolusi borjuis-demokratik. Revolusi seperti ini tidak dapat
melampaui batas ini. Dengan mencapai batasnya, akan semakin jelas, cepat,
dan mudah terungkap kepada rakyat bahwa solusi-solusi borjuis-
demokratik tidaklah memadai, dan rakyat harus bergerak melampaui batas-
batas borjuis demokratik ini, dan bergerak ke sosialisme.
Kaum tani, yang telah menumbangkan Tsarisme dan feodalisme,
memimpikan penggunaan tanah yang setara, dan tidak ada satu pun kekuatan
di muka bumi yang dapat menghentikan kaum tani setelah mereka bebas dari
feodalisme dan dari negara republik parlementer borjuis. Kaum buruh
mengatakan kepada kaum tani: kami akan membantumu mencapai
106
kapitalisme yang “ideal”, karena penggunaan tanah yang setara adalah
idealisasi kapitalisme yang dimimpikan oleh para produsen kecil. Pada saat
yang sama kami akan membuktikan kepadamu bahwa kapitalisme yang
“ideal” ini tidaklah memadai dan perlunya bergerak ke pertanian bersama.
Akan sangat menarik untuk melihat bagaimana Kautsky dapat
membuktikan bahwa kepemimpinan proletariat terhadap kaum tani yang
seperti ini adalah keliru.
Namun Kautsky memilih menghindari pertanyaan ini.
Lalu, Kautsky dengan sengaja menipu para pembaca Jermannya
dengan menyembunyikan dari mereka fakta bahwa dalam undang-undang
tanahnyapemerintahan Soviet memberikan preferensi langsung pada
komune-komune dan kelompok-kelompok koperasi.
Dengan seluruh kaum tani sampai pada akhir revolusi borjuis-
demokratik; dan dengan kaum tani miskin, tani-proletar dan semi-proletar,
maju menuju revolusi sosialis! Ini adalah kebijakan kaum Bolshevik, dan ini
adalah satu-satunya kebijakan Marxis.
Tetapi Kautsky sama sekali kebingungan dan tidak mampu
memformulasikan apapun! Di satu pihak, dia tidak berani mengatakan
bahwa kaum buruh harus pecah dengan kaum tani mengenai masalah
penggunaan tanah yang setara, karena dia menyadari bahwa ini adalah
konyol (dan, terlebih lagi, pada 1905, ketika dia belumlah menjadi seorang
pengkhianat, dia sendiri dengan jelas dan terbuka menyerukan pembentukan
aliansi antara buruh dan tani sebagai syarat untuk kemenangan revolusi). Di
pihak lain, dia dengan simpatik mengutip ujar-ujar liberal dari Maslov yang
Menshevik, yang “membuktikan” bahwa hak guna tanah yang setara yang
borjuis-kecil adalah utopis dan reaksioner dari sudut pandang sosialisme,
tetapi bungkam mengenai karakter progresif dan revolusioner dari
perjuangan borjuis-kecil untuk kesetaraan dan hak guna tanah yang
setara dari sudut pandang revolusi borjuis-demokratik.
107
Kautsky sungguh kebingungan: dia (pada 1918) bersikeras bahwa
Revolusi Rusia memiliki karakter borjuis. Dia (pada 1918) mengatakan:
jangan lampaui batas-batas ini! Namun Kautsky yang sama ini melihat “ada
yang sosialistis” (untuk revolusi borjuis) di dalam reforma borjuis kecil di
mana lahan-lahan kecil disewakan ke kaum tani miskin (yang adalah
aproksimasi dari hak guna tanah yang setara)!!
Coba saja untuk memahami ini bila kau bisa!
Selain itu, seperti seorang filistin Kautsky tidak mampu
mempertimbangkan kebijakan yang sesungguhnya dari sebuah partai
tertentu. Dia mengutip frase-frase kosong dari kaum Menshevik Maslov
dan menolak untuk melihat kebijakan Partai Menshevik yang sesungguhnya
pada 1917, ketika dalam suatu “koalisi” dengan para tuan tanah dan Partai
Kadet, mereka menyerukan reforma agraria liberal dan kompromi dengan
para tuan tanah (bukti: penangkapan anggota-anggota Komite Tanah dan
rancangan undang-undang S. Maslov).
Kautsky gagal menyadari bahwa frase-frase P. Maslov mengenai
karakter reaksioner dan utopis dari kesetaraan borjuis-kecil sesungguhnya
adalah kedok untuk menutupi kebijakan Menshevik yang menyerukan
kompromi antara kaum tani dan tuan tanah (dalam kata lain, mendukung
tuan tanah dalam menipu kaum tani), alih-alih penumbangan kaum tuan
tanah secara revolusioner oleh kaum tani.
Sungguh “Marxis” Kautsky ini!
Kaum Bolshevik-lah yang secara tegas membedakan antara revolusi
borjuis-demokratik dan revolusi sosialis: dengan melaksanakan revolusi
borjuis-demokratik, mereka membuka pintu untuk transisi ke revolusi
sosialis. Ini adalah satu-satunya kebijakan yang revolusioner dan Marxis.
Akan lebih bijak kalau Kautsky tidak mengulang ujar-ujar cerdik dari
kaum liberal yang lembek ini: “Tidak pernah kaum tani kecil di mana pun
mengadopsi pertanian kolektif di bawah pengaruh keyakinan teori.” (hal. 50)
108
Sungguh cerdik!
Tetapi di mana pun tidak pernah kaum tani dari negeri yang besar ada
di bawah pengaruh sebuah negara proletariat.
Di mana pun tidak pernah kaum tani meluncurkan sebuah perjuangan
kelas terbuka yang sampai mencapai tingkatan perang sipil antara kaum tani
miskin dan kaum tani kaya, dengan dukungan propagandis, politik, ekonomi,
dan militer yang diberikan kepada kaum tani miskin oleh negara proletariat.
Di mana pun tidak pernah kaum kaya meraup begitu banyak kekayaan
dari peperangan, sementara massa tani menderita kehancuran yang luar
biasa.
Kautsky hanya mengulang-ulang ujar-ujar lama. Dia takut bahkan
untuk berpikir mengenai tugas-tugas baru dari kediktatoran proletariat.
Tetapi, Tn. Kautsky yang terhormat, bagaimana bila kaum tani tidak
memiliki alat-alat untuk pertanian skala-kecil dan negara proletariat
membantu mereka untuk mendapatkan mesin-mesin untuk pertanian
kolektif? Apakah ini sebuah “keyakinan teori”?
Mari kita sekarang sentuh masalah nasionalisasi tanah. Kaum
Narodnik kita, termasuk semua kaum Sosialis Revolusioner Kiri,
menyangkal bahwa kebijakan yang telah kita adopsi adalah kebijakan
nasionalisasi tanah. Secara teori mereka keliru. Selama kita masih berada di
dalam kerangka produksi komoditas dan kapitalisme, penghapusan
kepemilikan pribadi atas tanah adalah nasionalisasi tanah. Istilah
“sosialisasi” hanyalah mengekspresikan sebuah kecenderungan, sebuah
pengharapan, persiapan untuk transisi ke sosialisme.
Sikap apa yang harus diambil oleh kaum Marxis mengenai
nasionalisasi tanah?
Di sini, Kautsky juga gagal bahkan untuk memformulasikan masalah
teori ini. Atau, bahkan lebih parah lagi, dia dengan sengaja mengelak
109
darinya, walaupun kita tahu dari literatur Rusia bahwa Kautsky tahu akan
polemik-polemik lama di antara kaum Marxis Rusia mengenai masalah
nasionalisasi, munisipalisasi (transfer tanah-tanah besar ke pemerintahan
lokal), atau pembagian tanah.
Kautsky mengatakan bahwa mentransfer tanah-tanah besar ke negara
dan lalu menyewakan mereka dalam bentuk lahan-lahan kecil ke para petani
miskin adalah “sesuatu yang sosialistis”, dan pertanyaan ini adalah
penghinaan terhadap Marxisme. Kita sudah menunjukkan bahwa tidak ada
yang sosialistis mengenai ini. Tetapi tidak hanya itu saja; ini bahkan tidak
akan membawa revolusi borjuis-demokratik ke kesimpulannya. Kemalangan
Kautsky adalah bahwa dia menaruh kepercayaannya pada kaum Menshevik.
Inilah mengapa dia memiliki posisi yang membingungkan. Di satu pihak, dia
bersikeras bahwa revolusi Rusia adalah revolusi borjuis dan mengecam
kaum Bolshevik yang bergerak ke sosialisme; di lain pihak dia sendiri
menganjurkan reforma liberal di bawah kedok sosialisme, tanpa
melaksanakan reforma ini sampai ke titik di mana semua sisa-sisa
feodalisme dalam relasi agraria dihapuskan sepenuhnya! Argumen-argumen
Kautsky, seperti juga para penasihat Menshevik-nya, pada akhirnya adalah
pembelaan terhadap kaum borjuis liberal, yang takut terhadap revolusi, dan
bukannya pembelaan terhadap revolusi borjuis-demokratik yang konsisten.
Mengapa hanya tanah-tanah besar, dan bukan semua tanah, diubah
menjadi milik negara? Kaum borjuis liberal oleh karenanya
mempertahankan kondisi-kondisi yang lama secara maksimal, dan juga
secara maksimum memfasilitasi restorasi ke kondisi-kondisi yang lama.
Kaum borjuasi radikal, yakni kaum borjuasi yang ingin melaksanakan
revolusi borjuis sampai ke kesimpulannya, mengedepankan
slogan nasionalisasi tanah.
Kautsky, yang pada masa lalu yang samar dan jauh, kira-kira dua
puluh tahun yang lalu, menulis sebuah karya Marxis yang luar biasa
mengenai masalah agraria. Dia tidak mungkin tidak tahu bahwa Marx
mengatakan bahwa nasionalisasi tanah pada kenyataannya adalah slogan
110
konsisten dari kaum borjuasi9. Kautsky tidak mungkin tidak tahu mengenai
polemik Marx dengan Rodbertus, dan mengenai tulisan-tulisan Marx di
karyanya “Teori-teori Nilai Lebih” di mana dia memaparkan dengan teramat
jelas signifikansi revolusioner – dalam artian borjuis-demokratik – dari
slogan nasionalisasi tanah.
P. Maslov yang Menshevik, yang dipilih oleh Kautsky sebagai
penasihatnya, mengatakan bahwa kaum tani Rusia tidak akan setuju dengan
nasionalisasi semua tanah (termasuk tanah kaum tani). Sampai pada
tingkatan tertentu, pandangan Maslov ini bisa dihubungkan dengan teori
“aslinya” (yang hanya membeo para kritikus borjuis Marx), yakni,
penolakannya terhadap teori sewa tanah absolut (absolute land rent) dan
pengakuannya terhadap “hukum” (atau “fakta”, seperti yang diekspresikan
oleh Maslov) “hasil yang semakin menurun” (law of diminishing returns).
Akan tetapi, pada kenyataannya Revolusi 1905 sudah mengungkapkan
bahwa mayoritas besar petani di Rusia, para anggota komune-komune desa
serta para petani perorangan, setuju dengan nasionalisasi semua tanah.
Revolusi 1917 mengkonfirmasikan ini, dan setelah perebutan kekuasaan oleh
kaum proletariat semua tanah dinasionalisasi. Kaum Bolshevik tetap setia
pada Marxisme dan tidak pernah mencoba (seperti yang dituduhkan oleh
Kautsky tanpa bukti) “meloncati” revolusi borjuis-demokratik. Kaum
Bolshevik, pertama-tama, membantu para teoretikus borjuis-demokratik
yang paling radikal dan revolusioner dari kaum tani, mereka yang berdiri
paling dekat dengan kaum proletariat, yakni kaum Sosialis Revolusioner
Kiri, untuk melaksanakan nasionalisasi tanah. Pada 20 Oktober 1917, yakni
pada hari pertama revolusi sosialis proletariat, kepemilikan pribadi atas
tanah dihapus di Rusia.
Ini meletakkan fondasi yang paling sempurna dari sudut pandang
perkembangan kapitalisme (Kautsky tidak dapat menyangkal ini tanpa pecah
dari Marx), dan pada saat yang sama menciptakan sebuah sistem agraria
yang paling fleksibel dari sudut pandang transisi ke sosialisme. Dari sudut
9 Karl Marx, Theorien über den Mehrwert, Teil 2, Berlin 1959, S. 36.
111
pandang borjuis-demokratik, kaum tani revolusioner di Rusia tidak dapat
bergerak lebih jauh; tidak ada yang bisa “lebih ideal” dari sudut pandang ini,
tidak ada yang bisa “lebih radikal” dari nasionalisasi tanah dan hak guna
tanah yang setara. Kaum Bolshevik-lah, dan hanya kaum Bolshevik, yang
berkat kemenangan revolusi proletariat, membantu kaum tani untuk
melaksanakan revolusi borjuis-demokratik sampai ke kesimpulannya. Dan
hanya dengan cara ini mereka dapat memfasilitasi dan mempercepat transisi
ke revolusi sosialis.
Kita dapat menilai dari ini bagaimana Kautsky membuat bingung para
pembacanya ketika dia menuduh kaum Bolshevik gagal memahami karakter
borjuis dari revolusi Rusia. Namun dia sendiri telah pecah dari Marxisme
ketika dia tidak mengatakan apapun mengenai nasionalisasi tanah dan ketika
dia mengajukan reforma agraria liberal yang paling tidak revolusioner (dari
sudut pandang borjuis) sebagai “sesuatu yang sosialistis”!
Sekarang kita telah sampai pada masalah ketiga, yakni sampai mana
kediktatoran proletariat di Rusia mempertimbangkan perlunya bergerak ke
pertanian kolektif. Di sini, sekali lagi Kautsky melakukan pemalsuan: dia
mengutip hanya “tesis-tesis” di mana Bolshevik berbicara mengenai tugas
bergerak ke pertanian kolektif! Setelah mengutip salah satu tesis ini,
“teoretikus” kita dengan bangga menyatakan:
“Sayangnya, sebuah tugas tidak akan terpenuhi hanya karena ia
disebut sebagai sebuah tugas. Untuk sementara waktu, pertanian
kolektif di Rusia hanya akan ada di atas kertas. Tidak pernah
kaum tani di mana pun mengadopsi pertanian kolektif di bawah
pengaruh keyakinan teori.” (hal. 50)
Tidak pernah seorang penipu di mana pun melakukan penipuan yang
begitu rendah seperti yang dilakukan oleh Kautsky. Dia mengutip “tesis-
tesis” ini, tetapi tidak mengatakan apapun mengenai undang-undang
pemerintahan Soviet. Dia berbicara mengenai “keyakinan teori”, tetapi tidak
mengatakan apapun mengenai kekuasaan negara proletariat yang memiliki di
tangannya pabrik-pabrik dan barang-barang produksi! Semua yang ditulis
112
oleh Kautsky sang Marxis pada 1899 di karyanya “Masalah Agraria”
mengenai sumber daya yang ada di tangan negara proletariat untuk
melaksanakan transisi gradual kaum tani ke sosialisme telah dilupakan oleh
Kautsky sang pengkhianat pada 1918.
Tentu saja, beberapa ratus komune pertanian yang didukung negara
dan pertanian-pertanian milik negara (yakni, ladang-ladang besar yang
dikelola oleh asosiasi-asosiasi buruh) masihlah sangat kecil. Tetapi apakah
“kritik” Kautsky dapat benar-benar disebut kritik bila dia mengabaikan fakta
ini?
Nasionalisasi tanah yang telah dilaksanakan di Rusia oleh
kediktatoran proletariat telah memberikan jaminan terbaik atas
terlaksanakannya revolusi borjuis-demokratik sampai ke kesimpulannya –
bahkan bila terjadi kontra-revolusi yang menyebabkan pengembalian dari
nasionalisasi tanah ke pembagi-bagian tanah (saya telah melakukan
pemeriksaan khusus mengenai kemungkinan ini di pamflet saya mengenai
program agraria kaum Marxis pada Revolusi 1905). Selain itu, nasionalisasi
tanah telah memberikan negara proletar peluang maksimum untuk bergerak
ke pertanian sosialis.
Singkatnya, Kautsky telah menghidangkan kepada kita, secara teori,
tambal-sulam yang luar biasa buruk, yang merupakan penyangkalan
sepenuhnya terhadap Marxisme. Dan secara praktek, dia telah menyajikan
kepada kita sebuah kebijakan penghambaan kepada kaum borjuasi dan
reformismenya. Sungguh sebuah kritik yang baik!
***
Kautsky memulai “analisa ekonomi”nya terhadap industri dengan
argumen luar biasa berikut ini:
Rusia memiliki industri kapitalis skala-besar. Dapatkah sistem
produksi sosialis dibangun di atas fondasi ini? “Kita mungkin
berpikir demikian, bila sosialisme berarti bahwa buruh dari tiap-
tiap pabrik dan tambang menyita mereka” (secara harfiah
113
menyita pabrik dan tambang untuk diri mereka sendiri) “guna
melakukan produksi secara terpisah di tiap-tiap pabrik”
(hal.52), “Pada hari ini, 5 Agustus, ketika saya sedang menulis
baris-baris ini,” tambah Kautsky, “sebuah pidato dilaporkan
dari Moskow, yang disampaikan oleh Lenin pada 2 Agustus, di
mana dia mengatakan: ‘Kaum buruh mempertahankan
kepemilikan pabrik dengan teguh di tangan mereka, dan kaum
tani tidak akan mengembalikan tanah ke para tuan tanah.’
Sampai sekarang, slogan: pabrik untuk kaum buruh, dan tanah
untuk kaum tani, adalah slogan anarko-sindikalis, dan bukan
slogan Sosial-Demokratik” (hal 52-53).
Saya telah mengutip kalimat ini secara penuh supaya kaum buruh
Rusia, yang sebelumnya menghormati Kautsky, dapat melihat dengan mata
mereka sendiri metode yang digunakan oleh pengkhianat ini yang telah
membelot ke sisi borjuasi.
Coba pikirkan: pada tanggal 5 Agustus, ketika puluhan dekrit
mengenai nasionalisasi pabrik telah diterbitkan – dan tidak ada satu pun
pabrik yang “disita” oleh buruh untuk diri mereka sendiri tetapi semua telah
diubah menjadi milik Republik Soviet – pada 5 Agustus, dengan penafsiran
yang jelas menipu dari satu kalimat di dalam pidato saya, Kautsky mencoba
membuat kaum buruh Jerman percaya bahwa pabrik-pabrik telah diserahkan
kepada kelompok-kelompok buruh yang terpisah! Dan setelah itu Kautsky
mengatakan bahwa menyerahkan pabrik-pabrik kepada kelompok-kelompok
buruh yang terpisah adalah sesuatu yang keliru!
Ini bukan kritik, tetapi tipu daya dari seorang antek borjuasi, yang
telah disewa oleh kapitalis untuk memfitnah revolusi buruh.
Kautsky mengatakan berulang kali bahwa pabrik-pabrik harus
diserahkan kepada negara, atau kepada pemerintahan munisipal, atau kepada
koperasi-koperasi konsumen, dan lalu dia akhirnya menambahkan:
“Ini yang sekarang mereka coba lakukan di Rusia...”
114
Sekarang! Apa artinya ini? Pada bulan Agustus? Mengapa Kautsky
tidak meminta teman-temannya, Stein atau Axelrod, atau teman-teman
borjuasi lainnya, untuk menerjemahkan setidaknya salah satu dekrit
mengenai pabrik?
“Seberapa jauh mereka telah bergerak ke arah ini, kita tidak tahu.
Aktivitas Republik Soviet dalam aspek ini adalah hal yang paling penting
bagi kita, tetapi ini masih belum jelas. Tidak ada kekurangan dekrit-dekrit
...” (Inilah mengapa Kautsky mengabaikan isi dekrit-dekrit tersebut, atau
menyembunyikannya dari para pembacanya!) “Tetapi tidak ada sumber
informasi yang dapat diandalkan mengenai dekrit-dekrit ini. Produksi
sosialis adalah mustahil tanpa informasi statistik yang cakupannya luas,
terperinci, dapat diandalkan, dan cepat. Republik Soviet masih belum bisa
menciptakan statistik seperti ini. Apa yang kita pelajari mengenai aktivitas-
aktivitas ekonominya sangatlah penuh kontradiksi dan tidak dapat sama
sekali diverifikasi. Ini juga adalah akibat dari kediktatoran dan ditekannya
demokrasi. Tidak ada kebebasan pers ataupun kebebasan berpendapat.” (hal.
53)
Beginilah caranya sejarah ditulis! Kautsky menerima informasi
mengenai pabrik-pabrik yang diambil alih oleh buruh dari pers “bebas”
kapitalis dan orang-orang Dutov ... “Pemikir serius” yang berdiri di atas
kelas-kelas ini memang sungguh luar biasa! Mengenai ratusan fakta yang
menunjukkan bahwa pabrik-pabrik telah diserahkan ke Republik, bahwa
mereka dikelola oleh organ kekuasaan Soviet, yakni Dewan Ekonomi
Agung, yang terdiri dari para buruh yang telah dipilih oleh serikat-serikat
buruh, Kautsky menolak untuk mengatakan barang satu kata pun. Dengan
keras kepala dia terus mengulang-ulang satu hal: berikan saya demokrasi
yang damai, tanpa perang sipil, tanpa kediktatoran dan dengan statistik yang
baik (Republik Soviet telah mendirikan sebuah badan statistik di mana ahli-
ahli statistik terbaik di Rusia bekerja, tetapi tentu saja statistik yang ideal
tidak dapat diperoleh begitu cepat). Dalam kata lain, Kautsky menginginkan
sebuah revolusi tanpa revolusi, tanpa perjuangan yang keras, tanpa
kekerasan. Ini sama saja dengan meminta sebuah pemogokan di mana buruh
115
dan kapitalis merasa tenang-tenang saja. Carilah perbedaan antara “sosialis”
macam ini dengan kaum birokrat liberal!
Jadi, dengan bersandar pada “fakta-fakta material” seperti ini, yakni
dengan sengaja mengabaikan banyak fakta, Kautsky “menyimpulkan”:
“Sangat diragukan kalau kaum proletariat Rusia telah meraih
lebih dalam hal pencapaian-pencapaian praktis yang riil, dan
tidak hanya dekrit-dekrit semata, di bawah Republik Soviet
dibandingkan dengan apa yang dapat dicapainya dari Majelis
Konstituante, di mana, seperti halnya di dalam Soviet-soviet,
kaum sosialis, walaupun dari warna yang berbeda,
mendominasi.” (hal. 58)
Sungguh luar biasa bukan? Kami akan menganjurkan kepada para
pemuja Kautsky untuk menyebarkan kalimat di atas seluas mungkin di
antara buruh Rusia, karena tidak ada materi yang lebih baik daripada ini
untuk mengukur tingkat kebangkrutan politiknya. Kamerad-kamerad buruh,
Kerensky juga adalah seorang “sosialis”, hanya saja “dari warna yang
berbeda”! Kautsky sang sejarawan puas dengan nama, dengan gelar yang
“disita” oleh kaum Sosialis-Revolusioner Kanan dan Menshevik untuk
mereka sendiri. Kautsky sang sejarawan menolak untuk mendengarkan
fakta-fakta yang menunjukkan bahwa di bawah Kerensky kaum Menshevik
dan Sosialis-Revolusioner Kanan mendukung kebijakan imperialis dan
praktek-praktek penjarahan kaum borjuasi. Diam-diam dia bungkam
mengenai fakta bahwa mayoritas Majelis Konstituante terdiri dari orang-
orang yang mendukung peperangan imperialis dan kediktatoran borjuis. Dan
ini disebut “analisa ekonomi”!
Sebagai kesimpulan, mari saya kutip satu contoh lagi dari “analisa
ekonomi” ini:
“... Setelah sembilan bulan, Republik Soviet, alih-alih
membawa kesejahteraan, harus menjelaskan mengapa masih
ada kemiskinan secara umum” (hal. 41).
116
Kita terbiasa mendengar argumen seperti ini dari bibir kaum Kadet.
Semua kacung borjuasi di Rusia berargumen seperti ini: tunjukkan kepada
kami, setelah sembilan bulan, kesejahteraanmu – dan ini setelah empat tahun
peperangan yang menghancurkan, dengan kapital asing yang memberikan
dukungan penuh terhadap sabotase dan pemberontakan kaum borjuasi di
Rusia. Pada kenyataannya, tidak ada perbedaan sama sekali antara Kautsky
dan seorang borjuasi kontra-revolusioner. Ujar-ujarnya yang manis, yang
diberi kedok “sosialisme”, hanya mengulang-ulang apa yang dikatakan oleh
orang-orang Kornilov, orang-orang Dutov, dan orang-orang Krasnov di
Rusia secara blak-blakan, secara langsung dan tanpa ditutup-tutupi.
***
Baris-baris di atas ditulis pada 8 November 1918. Pada malam yang
sama kita menerima berita dari Jerman mengenai mulainya revolusi, pertama
di Kiel dan kota-kota dan pelabuhan-pelabuhan di Utara, di mana kekuasaan
telah berpindah tangan ke Dewan Deputi Buruh dan Tentara, dan kemudian
di Berlin, di mana kekuasaan juga telah berpindah tangan ke Dewan.
Kesimpulan yang masih harus ditulis di pamflet saya mengenai
Kautsky dan mengenai revolusi proletariat sekarang sudah tidak dibutuhkan
lagi.
10 November, 1918
Lampiran I: Tesis Mengenai Majelis Konstituante
1. Tuntutan untuk diselenggarakannya Majelis Konstituante adalah bagian
dari program Sosial-Demokrasi revolusioner yang sepenuhnya sah,
karena di dalam republik borjuis Majelis Konstituante mewakilkan
bentuk demokrasi yang tertinggi, dan karena, dengan membentuk pra-
Parlemen, republik imperialis yang dipimpin oleh Kerensky sedang
bersiap-siap untuk melakukan kecurangan dalam pemilu dan melanggar
demokrasi dengan berbagai cara.
2. Sementara menuntut diselenggarakannya Majelis Konstituante, Sosial-
Demokrasi revolusioner telah berulang kali menekankan semenjak awal
Revolusi 1917 bahwa republik Soviet adalah bentuk demokrasi yang
lebih tinggi daripada republik borjuis dengan Majelis Konstituante.
3. Untuk transisi dari sistem borjuis ke sistem sosialis, untuk kediktatoran
proletariat, Republik Soviet (Buruh, Tentara, dan Tani) bukan hanya
sebuah bentuk institusi demokratik yang lebih tinggi (dibandingkan
dengan republik borjuis yang dipimpin oleh Majelis Konstituante), tetapi
juga adalah satu-satunya bentuk yang dapat mengamankan transisi yang
paling mulus ke sosialisme.
4. Penyelenggaraan Majelis Konstituante dengan daftar yang diserahkan
pada pertengahan Oktober 1917 berlangsung di bawah kondisi-kondisi
yang tidak memungkinkan pemilu yang mengekspresikan kehendak
rakyat secara umum dan rakyat pekerja khususnya.
5. Pertama, perwakilan proporsional akan mengekspresikan kehendak
rakyat hanya bila daftar para perwakilan partai sesuai dengan dukungan
rakyat terhadap faksi-faksi partai. Akan tetapi, dalam kasus kita, seperti
yang diketahui semua orang, partai yang dari Mei hingga Oktober punya
dukungan terbesar dari rakyat, dan terutama dari kaum tani – Partai
Sosialis-Revolusioner – mengeluarkan daftar perwakilan bersama untuk
Majelis Konstituante pada pertengahan Oktober 1917, tetapi pecah pada
November 1917, setelah pemilu dan sebelum Majelis ini bertemu.
Oleh karenanya, tidak ada, dan tidak mungkin akan ada, kesesuaian
antara kehendak massa pemilih dan komposisi Majelis Konstituante yang
terpilih.
6. Kedua, yang lebih penting, yakni sumber perbedaan – yang bukan
bersifat formal maupun legal, tetapi sosio-ekonomik dan kelas – antara
kehendak rakyat, terutama kehendak kelas pekerja, dengan komposisi
Majelis Konstituante. Ini karena pemilihan Majelis Konstituante
berlangsung ketika mayoritas besar rakyat masih belum mengetahui
sepenuhnya cakupan dan signifikansi Revolusi Oktober, Soviet,
proletariat-tani, yang dimulai pada 25 Oktober 1917, yakni setelah daftar
kandidat Majelis Konstituante telah diserahkan.
7. Revolusi Oktober melalui serangkaian tahapan perkembangan,
memenangkan kekuasaan untuk Soviet dan merebut kekuasaan politik
dari kaum borjuasi dan mentransfernya ke kaum proletariat dan tani
miskin.
8. Ini dimulai dengan kemenangan 24-25 Oktober di ibukota, ketika
Kongres Soviet Buruh dan Tani Kedua, yakni pelopor kaum proletariat
dan seksi kaum tani yang paling aktif secara politik, memberikan
mayoritas kepada Partai Bolshevik dan menaruhnya ke tampuk
kekuasaan.
9. Kemudian, selama bulan November dan Desember, revolusi menyebar ke
seluruh tentara dan kaum tani. Ini terutama terekspresikan dengan
disingkirkannya badan-badan kepemimpinan lama (komite-komite
tentara, komite-komite tani gubernia, Komite Eksekutif Pusat dari Soviet
Tani Seluruh Rusia, dsb.) – yang merupakan fase lama dan kompromi
dari revolusi, fase borjuis dan bukan fase proletariat, yang oleh karenanya
niscaya lenyap di bawah tekanan massa yang semakin luas – dan di
dalam pemilihan-pemilihan badan-badan kepemimpinan yang baru untuk
menggantikan mereka.
10. Gerakan rakyat tertindas yang masif ini untuk membangun kembali
badan-badan kepemimpinan dari organisasi-organisasi mereka bahkan
belum berakhir sampai sekarang, di pertengahan bulan Desember 1917,
dan Kongres Buruh Kereta Api, yang masih berlangsung, mewakili salah
satu tahapan ini.
11. Oleh karenanya, pengelompokan kekuatan-kekuatan kelas di Rusia
seiring dengan berjalannya perjuangan kelas pada kenyataannya
mengambil, pada bulan November dan Desember, bentuk yang berbeda
secara prinsipil dengan daftar kandidat partai untuk Majelis Konstituante
yang dibuat pada pertengahan Oktober 1917.
12. Peristiwa-peristiwa belakangan ini di Ukraina (dan juga di Finlandia dan
Byelorussia, dan juga di Caucasus) juga menunjukkan pengelompokan
ulang kekuatan-kekuatan kelas yang terjadi di dalam proses perjuangan
antara nasionalisme borjuis dari Bada Ukraina, Diet Finlandia, dsb. di
satu pihak, dan kekuasaan Soviet, revolusi proletariat-tani di tiap-tiap
republik nasional ini, di pihak lain.
13. Terakhir, peperangan sipil yang dimulai oleh pemberontakan kontra-
revolusioner Kadet-Kaledin terhadap otoritas Soviet, terhadap
pemerintahan buruh dan tani, telah akhirnya membawa perjuangan kelas
ke permukaan secara terbuka, dan telah menghancurkan semua
kesempatan untuk menyelesaikan secara formal-demokratis semua
masalah-masalah akut yang telah dilemparkan oleh sejarah ke rakyat
Rusia, dan terutama kelas buruh dan tani Rusia.
14. Hanya dengan kemenangan mutlak buruh dan tani atas pemberontakan
kaum borjuasi dan tuan tanah (seperti gerakan Kadet-Kaledin), hanya
dengan menumpas pemberontakan pemilik-budak ini secara militer dan
tanpa belas kasihan maka kita dapat sungguh-sungguh menjaga revolusi
proletar-tani ini. Jalannya peristiwa-peristiwa dan perkembangan
perjuangan kelas di dalam revolusi telah membuat slogan “Semua
Kekuasaan untuk Majelis Konstituante!” – yang mengabaikan
pencapaian-pencapaian revolusi buruh dan tani, yang mengabaikan
kekuasaan Soviet, yang mengabaikan keputusan-keputusan dari Kongres
Soviet Buruh dan Tani Kedua, dsb. – menjadi slogannya Kadet dan
Kaledin dan para pendukungnya. Seluruh rakyat sekarang sudah tahu
bahwa bila Majelis Konstituante memisahkan diri dari kekuasaan Soviet
maka ia akan jatuh ke dalam kepunahan secara politik.
15. Salah satu masalah nasional yang teramat akut adalah masalah
perdamaian. Sebuah perjuangan yang sungguh-sungguh revolusioner
demi perdamaian dimulai di Rusia hanya setelah kemenangan Revolusi
Oktober, dan buah pertama dari kemenangan ini adalah diterbitkannya
pakta-pakta perjanjian rahasia, ditandatanganinya gencatan senjata, dan
dimulainya negosiasi-negosiasi terbuka untuk perdamaian umum tanpa
aneksasi dan ganti-rugi perang.
Hanya sekarang lapisan luas rakyat sungguh-sungguh punya kesempatan
untuk menyaksikan secara penuh dan terbuka kebijakan perjuangan
revolusioner untuk perdamaian dan mempelajari hasil-hasilnya.
Pada saat pemilu Majelis Konstituante, massa rakyat tidak memiliki
kesempatan seperti ini.
Jelas bahwa perbedaan antara komposisi Majelis Konstituante yang
terpilih dan kehendak rakyat yang sesungguhnya mengenai masalah
menghentikan perang adalah sesuatu yang tidak terelakkan dari sudut
pandang ini juga.
16. Semua kondisi yang disebut di atas secara keseluruhan membuat Majelis
Konstituante, yang dipilih berdasarkan daftar partai sebelum revolusi
proletariat-tani di bahwa kekuasaan borjuasi, secara tak terelakkan
berbenturan dengan kehendak dan kepentingan kelas-kelas pekerja dan
tertindas, yang pada tanggal 25 Oktober memulai revolusi sosialis yang
melawan kaum borjuasi. Sewajarnya, kepentingan revolusi ini lebih
tinggi daripada hak-hak formal Majelis Konstituante, bahkan bila hak-hak
formal tersebut tidak dilemahkan oleh tidak adanya pasal di dalam hukum
Majelis Konstituante yang mengakui hak rakyat untuk me-recall
perwakilan mereka dan menyelenggarakan pemilihan kapan pun.
17. Setiap usaha langsung atau tidak langsung untuk mempertimbangkan
masalah Majelis Konstituante dari sudut pandang legal dan formal, di
dalam kerangka demokrasi borjuis umumnya, dan mengabaikan
perjuangan kelas dan perang sipil adalah pengkhianatan terhadap
perjuangan proletariat, dan mengadopsi sudut pandang borjuis. Kaum
Sosial-Demokrat Revolusioner punya tugas untuk memperingatkan
semua orang agar tidak melakukan kekeliruan ini, yang telah dilakukan
oleh beberapa pemimpin Bolshevik yang tidak mampu memahami
signifikansi dari pemberontakan Oktober dan tugas kediktatoran
proletariat.
18. Satu-satunya peluang untuk menjamin solusi yang mulus untuk krisis
yang diakibatkan oleh perbedaan antara pemilu Majelis Konstituante dan
kehendak kelas pekerja dan tertindas adalah memberikan rakyat hak
seluas mungkin dan secepat mungkin untuk memilih ulang anggota-
anggota Majelis Konstituante, dan Majelis Konstituante harus menerima
undang-undang pemilu dari Komite Eksekutif Pusat, menyatakan bahwa
ia mengakui sepenuhnya kekuasaan Soviet, revolusi Soviet, dan
kebijakan Soviet mengenai perdamaian, tanah dan kontrol buruh, dan
dengan tegas bergabung dengan musuh-musuh dari kontra-revolusi
Kadet-Kaledin.
19. Kalau syarat-syarat ini tidak terpenuhi, maka krisis Majelis Konstituante
ini hanya dapat diselesaikan dengan cara revolusioner, yakni kekuasaan
Soviet melaksanakan kebijakan yang paling enerjetik, cepat, tegas, dan
revolusioner dalam melawan kontra-revolusi Kadet-Kaleditn, tidak peduli
apa slogan dan institusi (bahkan partisipasi di dalam Majelis
Konstituante) yang digunakan oleh kontra-revolusi untuk bersembunyi.
Setiap usaha untuk mengikat tangan dan kaki kekuasaan Soviet dalam
perjuangan ini adalah sama saja dengan membantu kontra-revolusioner.
Lampiran II: Buku Baru Vandervelde mengenai Negara
Hanya setelah saya membaca bukunya Kautsky saya punya
kesempatan untuk membaca buku Vandervelde “Socialism versus the State”
(“Sosialisme versus Negara”) (Paris, 1918). Perbandingan kedua buku ini
dengan sendirinya menunjukkan bahwa Kautsky adalah pemimpin ideologis
dari Internasional Kedua (1889-1914), sementara Vandervelde, dalam
kapasitasnya sebagai Ketua Biro Internasional Sosialis, adalah perwakilan
resminya. Keduanya mewakili kebangkrutan total dari Internasional Kedua,
dan keduanya dengan keterampilan seorang jurnalis berpengalaman “dengan
mahir” menutup-nutupi kebangkrutan ini dan kebangkrutan mereka sendiri
dan pembelotan mereka ke sisi borjuasi dengan ujar-ujaran Marxis. Yang
satu memberikan kita satu contoh yang baik apa itu oportunisme Jerman
yang tipikal, yang membosankan, suka berteori dan memalsukan Marxisme
dengan menyingkirkan semua yang tidak dapat diterima oleh kaum borjuasi.
Yang satu lagi adalah variasi oportunisme Latin – pada tingkatan tertentu,
oportunisme Eropa Barat (yakni, Barat dari Jerman) – yang lebih fleksibel,
lebih tidak membosankan, dan yang memalsukan Marxisme dengan metode
yang secara fundamental sama, tetapi dengan cara yang lebih halus.
Keduanya secara radikal mendistorsi ajaran Marx mengenai Negara
dan juga mengenai kediktatoran proletariat; Vandervelde lebih berbicara
mengenai masalah Negara, sementara Kautsky masalah kediktatoran
proletariat. Keduanya mengaburkan hubungan yang sangat dekat dan tak
terpisahkan antara kedua subjek ini. Mereka berdua adalah revolusioner dan
Marxis dalam kata-kata, tetapi pengkhianat dalam praktek, yang berusaha
sangat keras untuk memisahkan diri merekadari revolusi. Gagasan mereka
tidak mengandung satu pun gagasan Marx dan Engels, dan tidak
membedakan sosialisme dari karikatur borjuisnya, dalam kata lain mereka
tidak menguraikan tugas-tugas revolusi sebagai sesuatu yang berbeda dari
tugas-tugas reforma, mereka tidak menguraikan taktik-taktik revolusioner
sebagai sesuatu yang berbeda dari taktik-taktik reformis, tidak menguraikan
tugas kaum proletariat dalam menghapus tatanan, orde, atau rejim
perbudakan-upah sebagai sesuatu yang berbeda dari tugas proletariat negeri-
negeri “Adidaya” yang berbagi secuil super-profit dan penjarahan imperialis
dengan kaum borjuasi.
Kita akan mengutip beberapa argumen Vandervelde yang paling
penting.
Seperti Kautsky, Vandervelde mengutip Marx dan Engels dengan
sangat bersemangat, dan seperti Kautsky, dia mengutip semua dari Marx dan
Engels kecualiyang benar-benar tidak dapat diterima oleh kaum borjuasi dan
yang membedakan seorang revolusioner dari seorang reformis. Dia berbicara
banyak mengenai perebutan kekuasaan politik oleh proletariat, karena
praktek telah membatasi ini di dalam kerangka parlementer. Tetapi
mengenai fakta bahwa setelah pengalaman Komune Paris, Marx dan Engels
merasa harus menambahi karya Manifesto Komunis yang sudah usang
dengan penguraian sebuah kebenaran bahwa kelas buruh tidak boleh
menggunakan mesin negara yang sudah ada, tetapi harus menghancurkannya
– tidak ada satu pun kata mengenai ini dari Vandervelde! Vandervelde dan
Kautsky, seperti sudah saling setuju, bungkam mengenai apa yang paling
penting di dalam pengalaman revolusi proletariat, yakni yang membedakan
antara revolusi proletariat dari reforma borjuis.
Seperti Kautsky, Vandervelde berbicara mengenai kediktatoran
proletariat hanya untuk memisahkan dirinya dari kediktatoran proletariat.
Kautsky melakukan ini dengan pemalsuan yang kasar. Vandervelde
melakukan ini dengan cara yang lebih halus. Di bagian ke-4 bukunya, yang
berbicara mengenai “perebutan kekuasaan politik oleh proletariat”, dia
mendedikasikan sub-bagian b untuk masalah “kediktatoran kolektif
proletariat”, “mengutip” Marx dan Engels (saya ulangi kembali: menghapus
justru yang penting, yakni menghancurkan mesin negara borjuis-demokratik
yang lama), dan menyimpulkan:
“... Di antara lingkaran-lingkaran sosialis, revolusi sosial
biasanya dimaknai seperti demikian: sebuah Komune [Paris –
Ed.] yang baru, yang kali ini menang, dan tidak hanya di satu
tempat saja tetapi di pusat-pusat utama dunia kapitalis.
“Sebuah hipotesa, tetapi sebuah hipotesa yang tidak mustahil ketika
menjadi jelas bahwa periode pasca-perang akan menyaksikan antagonisme
kelas dan gejolak sosial yang tidak ada presedennya di banyak negeri.
“Kegagalan Komune Paris, dan apalagi kesulitan-kesulitan revolusi
Rusia, membuktikan bahwa mustahil kita bisa mengakhiri sistem kapitalis
kalau kaum proletariat belumlah cukup siap untuk menggunakan dengan
baik kekuasaan yang diberikan kepadanya oleh kondisi-kondisi yang ada.”
(hal. 73)
Dan begitu saja!
Inilah, para pemimpin dan perwakilan Internasional Kedua! Pada
1912 mereka menandatangani Manifesto Basel, yang secara eksplisit
berbicara mengenai hubungan antara perang – yang kemudian pecah pada
tahun 1914 – dan revolusi proletariat, dan menjunjung revolusi proletariat
sebagai ancaman. Dan ketika perang pecah dan situasi revolusioner muncul,
para Kautsky dan Vandervelde mulai memisahkan diri mereka dari revolusi.
Sebuah revolusi seperti Komune Paris hanyalah sebuah hipotesa yang tidak
mustahil! Ini sama dengan argumen Kautsky mengenai kemungkinan peran
Soviet di Eropa.
Tetapi beginilah cara kaum liberal yang terpelajar berargumen; tentu
saja, dia sekarang akan setuju bahwa sebuah Komune yang baru adalah
sesuatu yang “tidak mustahil”, bahwa Soviet punya peran besar, dsb.
Seorang proletariat revolusioner berbeda dari seorang liberal, di mana dia,
sebagai seorang teoretikus, menganalisis signifikansi baru Komune dan
Soviet sebagai sebuah negara. Vandervelde, di lain pihak, bungkam
mengenai apa yang dikatakan oleh Marx dan Engels panjang lebar mengenai
analisis pengalaman Komune Paris.
Sebagai seorang buruh yang praktis, sebagai seorang politisi, seorang
Marxis harus menjelaskan bahwa hanya pengkhianat sosialisme dapat
menghindari tugas menguraikan perlunya revolusi proletariat (model
Komune, model Soviet, atau mungkin model ketiga yang lain), menjelaskan
perlunya persiapan untuk revolusi ini, melakukan propaganda untuk revolusi
di antara rakyat, menjawab prasangka-prasangka borjuis-kecil, dsb.
Tetapi Kautsky dan Vandervelde tidak melakukan ini sama sekali,
karena mereka sendiri adalah pengkhianat sosialisme, yang ingin
mempertahankan reputasi mereka sebagai sosialis dan Marxis di antara kaum
buruh.
Mari kita tengok formulasi teori mengenai masalah negara.
Negara, bahkan di dalam republik demokratik, tidak lain adalah mesin
penindasan satu kelas oleh kelas yang lain. Kautsky akrab dengan kebenaran
ini, mengakuinya, setuju dengannya, tetapi ... dia menghindari pertanyaan
fundamental ini: kelas mana yang harus ditindas oleh kelas proletariat ketika
kelas ini membentuk negara proletariat, untuk alasan apa, dan dengan cara
apa.
Vandervelde akrab, mengakui, dan setuju dengan proposisi
fundamental Marxisme ini (hal 72. bukunya), tetapi ... dia tidak mengatakan
satu kata pun mengenai subjek penumpasan resistensi kaum penindas “yang
tidak menyenangkan” (bagi para tuan-tuan kapitalis)!
Vandervelde dan Kautsky telah sepenuhnya menghindari subjek
“yang tidak menyenangkan” ini. Di sinilah terletak pengkhianatan mereka.
Seperti Kautsky, Vandervelde adalah ahli dalam seni menggantikan
dialektika dengan eklektisme. Di satu pihak ini tidak bisa tidak diakui, dan di
lain pihak ini harus diakui. Di satu pihak, istilah negara dapat berarti “bangsa
secara keseluruhan” (baca kamus Littré – sebuah karya yang baik, ini tidak
dapat disangkal – dan Vandervelde, hal. 87); di lain pihak, istilah negara
dapat berarti “pemerintahan” (Vandervelde, hal. 87). Vandervelde mengutip
pernyataan cerdik ini berdampingan dengan kutipan-kutipan dari Marx.
Makna Marxis dari istilah “negara” berbeda dari makna biasanya, tulis
Vandervelde. Oleh karenanya, “kesalahpahaman” mungkin dapat timbul.
“Marx dan Engels menganggap negara bukan sebagai negara dalam artian
yang luas, bukan sebagai organ pemandu, bukan sebagai perwakilan dari
kepentingan-kepentingan umum masyarakat (intérêts généraux de la
société). Namun negara sebagai kekuasaan, negara sebagai organ otoritas,
negara sebagai instrumen kekuasaan satu kelas terhadap kelas yang lain.”
(hal. 75-76)
Marx dan Engels berbicara mengenai penghancuran negara hanya
dalam artian kedua ... “Afirmasi yang terlalu absolut berisiko menjadi tidak
tepat. Ada banyak tahapan-tahapan transisional antara negara kapitalis, yang
berdasarkan kekuasaan eksklusif dari satu kelas, dan negara proletariat, yang
tujuannya adalah menghapus semua kelas.” (hal. 156)
Ini contoh “cara”nya Vandervelde, yang hanya sedikit berbeda dengan
caranya Kautsky, dan pada intinya identik. Dialektika menyangkal adanya
kebenaran yang absolut dan menjelaskan perubahan berturut-turut dari yang
berlawanan dan signifikansi krisis di dalam sejarah. Kaum eklektis tidak
menginginkan proposisi yang “terlalu absolut”, karena dia ingin mendorong
hasrat filistinnya untuk menggantikan revolusi dengan “tahapan-tahapan
transisional”.
Para Kautsky dan Vandervelde tidak berbicara satu kata pun mengenai
fakta bahwa tahapan transisional antara negara sebagai organ kekuasaan
kelas kapitalis dan negara sebagai organ kekuasaan proletariat adalah
revolusi, yang berarti penumbangan kaum borjuasi dan pembubaran dan
penghancuran mesin negaramereka.
Para Kautsky dan Vandervelde mengaburkan fakta bahwa
kediktatoran borjuis harus digantikan dengan kediktatoran satu kelas, yakni
kelas proletariat, dan bahwa “tahapan-tahapan transisional” revolusi akan
disusul oleh “tahapan-tahapan transisional” pupusnya negara proletar.
Di sinilah terletak pengkhianatan politik mereka.
Di sinilah, secara teori dan filsafat, mereka menggantikan dialektika
dengan eklektisme dan sofisme. Dialektika adalah filsafat yang konkret dan
revolusioner, dan membedakan antara “transisi” dari kediktatoran satu kelas
ke kediktatoran kelas yang lainnya, dan “transisi” dari negara proletar
demokratik ke masyarakat tanpa negara (“pupusnya negara”). Untuk
menyenangkan kaum borjuasi, eklektisme dan sofisme para Kautsky dan
Vandervelde mengaburkan semua yang konkret dan tepat di dalam
perjuangan kelas dan mengedepankan konsep umum “transisi”, di mana
mereka dapat menyembunyikan penyangkalan mereka terhadap revolusi
(seperti yang dilakukan oleh sembilan dari sepuluh kaum Sosial Demokrat
kita hari ini).
Sebagai seorang eklektis dan sofis, Vandervelde lebih mahir dan halus
daripada Kautsky; karena frase “transisi dari negara dalam arti yang sempit
ke negara dalam arti yang luas” dapat menjadi cara untuk menghindari
semua masalah revolusi, semua perbedaan antara revolusi dan reforma, dan
bahkan perbedaan antara kaum Marxis dan kaum liberal. Kaum borjuasi
dengan pendidikan Eropa mana yang akan menyangkal, “secara umum”,
“tahapan-tahapan transisional” dalam artian “umum” ini?
Vandervelde menulis:
“Saya setuju dengan Guesde bahwa mustahil untuk
mensosialisasi alat-alat produksi dan distribusi tanpa memenuhi
dua kondisi berikut ini:
1. Transformasi negara yang sekarang sebagai organ kekuasaan
satu kelas terhadap kelas yang lain menjadi apa yang disebut
Monger sebagai sebuah negara buruh rakyat (people’s
labour state), dengan perebutan kekuasaan oleh proletariat.
2. Pemisahan negara sebagai sebuah organ otoritas dari negara
sebagai sebuah organ pemandu, atau, dengan menggunakan
istilah dari Saint-Simon, pemisahan pemerintahan rakyat
dari administrasi.” (hal.89)
Vandervelde menulis baris-baris di atas dalam huruf miring, yang
memberikan penekanan khusus pada signifikansi dari proposisi-proposisi ini.
Tetapi ini sebenarnya hanyalah gado-gado eklektik, yang pecah sepenuhnya
dari Marxisme! “Negara buruh rakyat” (people’s labour state) hanyalah
parafrase dari “negara rakyat yang bebas” (free people’s state), yang
diparadekan oleh kaum Sosial-Demokrat Jerman pada tahun 1870an dan
yang dicap konyol oleh Engels1. Istilah “negara buruh rakyat” adalah istilah
dari kaum demokrat borjuis-kecil (seperti kaum Sosialis-Revolusioner Kiri
kita), sebuah istilah yang menggantikan konsep kelas dengan konsep non-
kelas. Vandervelde menempatkan perebutan kekuasaan negara oleh
proletariat (oleh sebuah kelas) berdampingan dengan negara “rakyat”, dan
tidak mampu melihat bahwa hasilnya adalah sebuah gado-gado. Dengan
Kautsky dan “demokrasi murni”nya, hasilnya adalah gado-gado yang serupa
dan filistinisme anti-revolusioner yang serupa, yang mengabaikan tugas dari
1 Marx dan Engels, Selected Correspondence, Moskow, 1955, hal. 357.
revolusi kelas proletariat, tugas dari kediktatoran kelas proletariat, tugas dari
negara kelas proletariat.
Terlebih lagi, pemerintahan rakyat akan lenyap dan digantikan oleh
administrasi hanya ketika negara dalam semua bentuk pupus. Tetapi
berbicara mengenai masa depan yang relatif jauh ini, Vandervelde
mengaburkan tugas esok hari, yakni penumbangan kelas borjuasi.
Tipu daya ini sama dengan penghambaan terhadap kaum borjuis
liberal. Kaum liberal bersedia berbicara mengenai apa yang akan terjadi
ketika mereka tidak perlu memerintah rakyat. Mengapa tidak bermain saja
dalam mimpi yang tidak berbahaya ini? Tetapi mengenai kaum proletariat
yang harus meremukkan perlawanan kaum borjuasi – tidak ada satu kata
pun. Kepentingan kelas kaum borjuasi menuntut ini.
Sosialisme versus negara. Inilah bagaimana Vandervelde
mengangguk kepada kaum proletariat. Tidaklah sulit untuk mengangguk;
setiap politisi “demokratis” tahu bagaimana mengangguk kepada para
pemilihnya. Dan di bawah kedok “anggukan” ini, tersembunyi makna anti-
revolusioner dan anti-proletariat.
Vandervelde mengutip Ostrogorsky2 panjang lebar untuk
menunjukkan betapa banyaknya penipuan, kekerasan, korupsi, kebohongan,
kemunafikan, dan penindasan yang tersembunyi di balik kedok beradab,
mengkilap, dan harum dari demokrasi borjuis modern. Tetapi dia tidak
menarik kesimpulan dari ini. Dia gagal memahami bahwa demokrasi borjuis
menindas rakyat pekerja, dan demokrasi proletariat harus menindas kaum
borjuasi. Kautsky dan Vandervelde matanya buta terhadap ini. Mereka
membuntuti kepentingan kelas kaum borjuasi, dan kepentingan kelas
borjuasi ini menuntut agar masalah penindasan ini dihindari, didiamkan, atau
disangkal.
2 Lenin merujuk pada buku M. Ostrogorsky, La Democratic et les Partis Politiques,
yang pertama kali terbit di Paris pada 1903. Buku ini mengandung banyak materi faktual mengenai sejarah Inggris dan Amerika Serikat, yang mengekspos kepalsuan dan kemunafikan demokrasi borjuis.