PENELITIAN KUALITATIF : CARA BELAJAR SISWA BERPRESTASI DI SMP NEGERI 32 SURABAYA
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of PENELITIAN KUALITATIF : CARA BELAJAR SISWA BERPRESTASI DI SMP NEGERI 32 SURABAYA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses yang
mengandung serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar hubungan
timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan tertentu. Menurut Winarno (1983) bahwa pembelajaran adalah
proses berlangsungnya kegiatan belajar dan membelajarkan siswa dikelas.
Pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi guru dan siswa dalam rangka
menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Dari definisi tersebut diketahui bahwa dalam proses
pembelajaran terdapat beberapa unsur diantaranya adalah pembelajaran
sebagai sebuah proses yang bertujuan untuk membelajarkan siswa di
dalam kelas. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi yang
bersifat edukatif antara guru dengan siswa. Kegiatan yang dilaksanakan
tersebut bermuara pada satu tujuan yaitu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Diantara salah satu
tujuan belajar yang paling terlihat adalah prestasi belajar yang dihasilkan
oleh masing-masing siswa.
Kegiatan belajar mengajar merupakan langkah awal yang dapat
meningkatkan keberhasilan peserta didik dalam suatu pendidikan di
sekolah. Karena keberhasilan dalam pendidikan sangat tergantung pada
kinerja dari proses belajar mengajar. Guru mempunyai peran penting
didalammnya, diantara peran guru adalah mampu membangun prestasi dan
2
mewujudkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran di kelas. Dalam
pembelajaran, guru merupakan salah satu tolok ukur berhasil atau tidaknya
pembelajaran di sekolah melaui prestasi siswa . Namun faktor lain yang
sangat berpengaruh terhadap prestasi siswa tidak lain adalah cara belajar
peserta didik itu sendiri.
Cara belajajar siswa merupakan salah satu faktor penting yang
sangat berpengaruh terhadap prestasi atau hasil belajar yang diperoleh.
Dalam pendidikan sering diketahui bahwa siswa yang mempunyai cara
belajar yang terstruktur dengan baik maka ia akan memperoleh nilai yang
baik. Begitu pula siswa yang cara belajarnya tidak teratur secara
sistematis, maka ia akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan
bahkan bisa dikatakan tidak memuaskan. Namun selama ini cara belajar
yang teratur tidak menjamin seorang siswa untuk memperoleh nilai
akademik yang memuaskan. Kemungkinan hal seperti ini disebabkan oleh
berbagai faktor, baik faktor internal dan eksternal siswa itu sendiri. Tidak
semua siswa ahli dalam bidang akademik. Ada sebagian siswa yang
kurang mahir dalam hal akademik, akan tetapi ia berprestasi dalam bidang
non akademik dan sebaliknya. Jadi pada hakikatnya tidak ada siswa yang
bodoh, semua siswa bisa. Hanya kekurangan mungkin yang membuat
mereka dikatakan bodoh, padahal dengan belajar yang baik, mempunyai
cara belajar yang baik pula,tentunya akan meminimalisir hasil belajar yang
kurang baik.
Keberhasilan belajar seorang siswa dalam menguasai pelajaran di
sekolah tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor
3
tersebut bisa dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa. Faktor dari
dalam diri siswa diantaranya cara belajar dan kebiasaan belajar. Oemar
Hamalik, (2008: 10) mengemukakan bahwa “seseorang yang ingin
berhasil dalam belajar hendaknya mempunyai sikap serta kebiasaan belajar
yang baik karena prestasi belajar yang baik dapat diperoleh melalui proses
belajar yang baik”1. Cara belajar siswa disekolah ataupun dirumah sangat
menentukan prestasi belajar yang akan dihasilkan. Cara belajar akan
berbanding lurus dengan hasil yang didapatkan. Siswa yang mempunyai
cara belajar yang baik, aktif, dan disiplin maka akan memperoleh hasil
belajar yang memuaskan dan begitu pula sebaliknya. Namun cara belajar
yang baik tidak sepenuhnya menjamin prestasi belajar yang baik dan
memuaskan. Namun setidaknya dengan mempunyai cara belajar yang
baik, diharapkan dapat meminimalisir hasil belajar atau prestasi belajar
yang tidak diinginkan.
Pada dasarnya setiap siswa mempunyai cara belajar yang berbeda-
beda antara satu dengann yang lainya. Diantara perbedaan tersebut
seharusnya bisa menjadi keunikan tersendiri diantara masing-masing
individu, bukan malah menjadi hal yang membebankan masing-masing
siswa. Karena dengan perbedaan itu, antara satu individu dengan individu
lain dapat saling melengkapi. Perbedaan itu dapat dilihat dari dua segi,
yakni horizontal dan vertikal. Perbedaan segi horizontal adalah perbedaan
individu dalam aspek mental, seperti tingkat kesadaran, bakat, minat,
ingatan, emosi, dan sebagainya. Perbedaan vertikal adalah perbedaan
1 Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. hlm.10.
4
individu dalam aspek jasmaniah, seperti: bentuk, tinggi dan besarnya
badan, tenaga, dan sebagainya. Masing-masing aspek individu tersebut
besar pengaruhnya terhadap kegiatan dan keberhasilan belajar.
Dewasa ini kecerdasan dalam proses pendidikan dianggap sangat
penting dan dapat menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam
belajar. Mungkin pandangan seperti ini lebih condong tehadap
kemampuan kognitif siswa. Siswa yang kurang cerdas menunjukkan ciri-
ciri belajar lebih lamban, memerlukan banyak latihan, membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk maju, tidak mampu melakukan abstraksi
sedangkan siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi pada
umumnya memilki perhatian yang lebih baik, belajar lebih cepat, kurang
memerlukan latihan, mampu menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu
yang singkat, mampu menarik kesimpulan dan melakukan abstraksi.
Dari berbagai permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka
peneliti berkesimpulan untuk melakukan suatu penelitian terhadap tiga
siswa berprestasi dan tiga siswa kurang berprestasi, hal ini ditujukan untuk
mengetahui cara belajar yang digunakan dan perbedaan cara belajar
keduanya.
B. Fokus Peneleitian
Fokus penelitian ini adalah meneliti cara belajar siswa berprestasi
pada siswa kelas VII C yang masuk rangking tiga besar teratas dan
rangking tiga besar terbawah di SMP Negeri 32 Surabaya. Penelitian ini
hanya dibatasi untuk satu kelas saja.
5
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana cara belajar siswa yang masuk ranking 3 besar teratas kelas
VII C SMP Negeri 32 Surabaya Tahun Ajaran 2013/2014?
2. Bagaimana cara belajar siswa yang masuk ranking 3 besar terbawah kelas
VII C SMP Negeri 32 Surabaya Tahun Ajaran 2013/2014
3. Bagaimana perbedaan cara belajar siswa yang masuk ranking 3 besar
teratas dan 3 besar terbawah kelas VII C SMP Negeri 32 Surabaya Tahun
Ajaran 2013/2014?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Cara belajar siswa yang masuk ranking 3 besar teratas kelas VII C SMP
Negeri 32 Surabaya Tahun Ajaran 2013/2014.
2. Cara belajar siswa yang masuk ranking 5 besar terbawah kelas VII C SMP
Negeri 32 Surabaya Tahun Ajaran 2013/2014.
3. Perbedaan cara belajar siswa yang masuk ranking 3 besar teratas dan 3
besar terbawah kelas VII C SMP Negeri 32 Surabaya Tahun Ajaran
2013/2014.
6
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah mampu
memberikan wawasan dan sumber keilmuan tentang cara belajar yang
baik bagi siswa ataupun pendidik, guna menunjang prestasi belajar yang
memuaskan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Dapat membantu siswa dalam memahami cara belajar yang baik,
yang dapat mendukung prestasi belajar yang dihasilkan.
b. Bagi Guru
Dapat digunakan sebagai acuan guru dalam menerapkan
kegiatan belajar mengajar dikelas yang lebih efektif dan efisien.
Sehingga pembelajaran lebih menarik, serta memotivasi guru untuk
lebih kreatif dan inovatif dalam kegiatan belajar mengajar.
c. Bagi Peneliti lain
Untuk memberi pengalaman dalam mempersiapkan strategi
mengajar yang baik pada kegiatan belajar mengajar sekaligus
memanfaatkan ilmu pengetahuan yang telah peneliti peroleh
selama di bangku perkuliahan. Selain itu juga sebagai bahan
pertimbangan untuk melakukan penelitian serupa bagi peneliti lain.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar
Belajar menurut pengertian secara psikologis, adalah merupakan
suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah
laku. Menurut Slameto pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai
berikut: .Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya ( Slameto. 2003 : 2 )2
Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia.
Melalui belajar, manusia mengalami proses perubahan sehingga
pengetahuan, tingkah laku, pemahaman maupun keterampilannya pun
berubah. Belajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan setiap
orang secara maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu.
Gagne dalam Sri Anita (2008: 13)3 menyatakan bahwa “ belajar
adalah suatu proses dimana organisme berubah perilakunya akibat
pengalaman”. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu jika telah terjadi
2 Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta. Hlm
2
3 Anita Sri, dkk.2008.Strategi Pembelajaran. Jakarta. Universitas Terbuka.hlm.13.
8
perubahan tertentu misalnya seseorang siswa tidak dapat mengoperasikan
komputer kemudian dia belajar komputer akhirnya mahir menggunakan
komputer.
Belajar juga dapat diartikan proses perubahan perilaku akibat
interaksi individu dengan lingkungannya (Sumiati dan Asra, 2009: 38)4.
Lingkungan yang baik untuk belajar adalah lingkungan yang memacu dan
menantang siswa belajar. Belajar dapat melalui pengalaman langsung
maupun tidak langsung. Belajar dari pengalaman langsung hasilnya akan
lebih baik karena siswa akan lebih memahami dan lebih menguasai
pelajaran.
M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan,
mengemukakan bahwa belajar adalah tingkah laku yang mengalami
perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik
fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan
suatu masalah atau berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun
sikap (Purwanto, 2003: 85)5
Garry dan Kengsley dalam Sunarya Kartadinata dkk (2002:46)6
menyatakan bahwa “belajar adalah proses tingkah laku (dalam arti luas)
ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan”. Bayi yang tadinya
belum bisa merangkak kemudian dapat merangkak, perubahan tersebut
terjadi kematangan dan merupakan proses perkembangan pertumbuhan.
4 Sumiati dan Asra, M, 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. hlm.38.
5 Purwanto, M. Ngalim. 2003. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.Hlm 85
6Kartadinata, Sunaryo, dkk. 2002. Bimbingan Di Sekolah dasar. Bandung; CV.Maulana.hlm.46.
9
Kematangan ini merupakan faktor penting yang mempengaruhi hasil
belajar. Oleh karena itu belajar membutuhkan waktu.
James O. Whittaker (dalam Aunurrahman 2009:35)7
mengemukakan bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar adalah
suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman.
Slameto (2003:2)8 juga menyatakan bahwa “Belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”.
Dalam kepustakaan pendidikan kita mengenal konsep learning
yaitu belajar. Menurut Skiner dalam Noehi Nasution (1992:77)9 proses
belajar melalui tiga tahapan yaitu :
Pertama : adanya rangsangan atau stimulus atau situasi (S) yang
dihadapi oleh atau dihadapkan pada murid,
Kedua : lahirnya perilaku atau behavior (B),
Ketiga : penguatan atau Reinforcement (R).
Mengenai perubahan bentuk atau proses transformasi belajar
Bruner dalam Noehi Nasution (1992: 78)10 berlangsung dalam tiga bentuk
yaitu :
7 Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Alfabeta.hlm.35.
8 Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta. PT Rineka Cipta.
hlm.2.
9 Nasution, Noehi, dkk 1992. Psikologi pendidikan.Jakarta: Dikti Depdikbud. hlm.77.
10
a) Bentuk enactive merupakan yang sangat operasional tidak menggunakan
citra (bayangan) tetapi dalam bentuk tindakan.
b) Bentuk iconic merupakan yang nampak lebih maju dalam penggunaan
bayangan tetapi masih belum menggunakan bahasa.
c) Bentuk symbolik merupakan proses yang lebih dari tindakan dan imajinasi
yakni dengan menggunakan bahasa.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah sesuatu yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh perubahan
tingkah laku secara bertahap dan berkelanjutan sebagai hasil dari latihan
dan pengalaman serta interaksi dengan lingkungan yang melibatkan
kognitif.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Belajar dan cara belajar memiliki faktor-faktor yang dapat
mempengaruhinya. Diantara faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi
dua, yaitu faktor instrinsik yang berasal dari dalam diri sendiri dan faktor
ekstrinsik yang berasal dari luar diri individu.
Nana Sudjana (2005: 39-40) menyebutkan faktor-faktor yang
menentukan pencapaian hasil belajar antara lain 11 :
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa yaitu faktor yang berasal
dari dalam diri siswa misalnya kemampuan yang dimilikinya, motivasi
belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial
10 Nasution, Noehi, dkk 1992. Psikologi pendidikan.Jakarta: Dikti Depdikbud. hlm.78.
11 Sudjana, N. 1997. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
11
ekonomi, faktor fisik dan psikis. Dan Faktor yang berasal dari luar diri
siswa atau faktor lingkungan. Salah satu lingkungan belajar yang paling
dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah adalah kualitas
pengajaran, yaitu efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai
tujuan pengajaran. Menurut Winarno Surachmad (1984: 77)
mengemukakan bahwa faktor fisiologik yang mempengaruhi belajar siswa
adalah:
Cara mengajar dan sistem pembelajaran yang diterapkan di sekolah
Gangguan visual yang tidak nampak sering kali disertai gejala-
gejala pusing, mual, sakit kepala, malas dan kehilangan konsentrasi
pada pelajaran.
Kelelahan dalam belajar dapat dibedakan antara kelelahan mental
dankelelahan fisik. Orang yang mengalami kelelahan fisik di dalam
badannya terdapat substansi yang meracun. Sedangkan orang yang
mengalami kelelahan mental dapat dilihat adanya kelesuan dan
kebosanan sehingga akan kehilangan minat dan dorongan untuk
menghasilkan sesuatu.
Umur, jenis kelamin dan perkembangan jasmani
Sedangkan menurut Sumardi Suryabrata (2002:233)12 adapun
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap cara belajar dibagi menjadi dua :
Intrinsik ( dari dalam diri siswa ), yang meliputi faktor psikis
a) Bakat adalah kemampuan untuk belajar.
b) Kecerdasan
12 Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Perkasa Rajawali.
hlm.233.
12
c) Minat adalah kecenderungan untuk tetap memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan.
d) Motivasi adalah kondisi psikologis untuk melakukan sesuatu.
e) Kemampuan kognitif yaitu kemampuan menalar pelajaran yang
diberikan.
f) Faktor fisiologis dibedakan menjadi 2 yaitu:
Keadaan tonus jasmani pada umumnya, hal tersebut
melatarbelakangi aktivitas belajar, keadaan jasmani yang segar
akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang
segar,
Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.
Ekstrinsik ( dari luar diri siswa ),
a) Faktor pengatur belajar mengajar di sekolah yaitu kurikulum
pengajaran, disiplin sekolah, fasilitas belajar, pengelompokan siswa
b) Faktor-faktor sosial di sekolah yaitu sistem sekolah, status sosial
siswa, interaksi guru dengan siswa.
c) Faktor situasional yaitu keadaan sosial ekonomi, keadaan waktu dan
tempat, dan lingkungan.
Menurut Gagne dalam Noehi Nasution (1992: 35)13 kondisi eksternal
atau dari luar dapat diatur oleh guru seperti adanya kegiatan guru
menimbulkan motivasi, pemilihan cara mengajar yang tepat,
menyenangkan serta sesuai dengan tahap perkembangan siswa sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
13 Nasution, Noehi, dkk 1992. Psikologi pendidikan.Jakarta: Dikti Depdikbud. hlm.35.
13
3. Cara Belajar
Cara belajar pada dasarnya merupakan satu cara atau strategi
belajar yang diterapkan siswa, hal ini sesuai dengan pendapat The Liang
Gie (1987:48) yang mengemukakan bahwa “cara belajar adalah rangkaian
kegiatan yang dilaksanakan dalam usaha belajarnya”14.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
cara belajar siswa adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan siswa pada
situasi belajar tertentu, kegiatan-kegiatan tersebut merupakan pencerminan
usaha belajar yang dilakukannya.
Slameto (2003:82)15 juga berpendapat tentang cara-cara yang
dilakukan oleh siswa dalam belajar sebagai berikut : “Kebiasaan belajar
yang mempengaruhi buat catatan, mengulangi bahan pelajaran,
konsentrasi dan mengerjakan tugas”.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa
cara-cara belajar siswa meliputi
a) Cara membuat jadwal dan pelaksanaannya
b) Cara membaca buku
c) Cara membuat catatan
d) Cara mengikuti pelajaran
e) Cara mengulangi pelajaran
f) Cara melakukan konsentrasi
14 The Liang Gie. 1987. Cara Belajar Yang Efisisen. Yogyakarya: Liberty.Tim Tetap Penulis
Universitas Negeri Malang.hlm.48.
15 Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta. PT Rineka Cipta.
hlm.82.
14
g) Cara menghafal pelajaran
h) Cara menempuh ujian
Cara-cara belajar tersebut di atas, agar mencapai hasil belajar yang
optimal dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Cara Membuat Jadwal dan Pelaksanaannya
Mengatur waktu belajar merupakan salah satu masalah yang
dihadapi sebagian besar oleh siswa. Mereka kurang memiliki keteraturan
dan disiplin untuk menggunakan waktu secara efisien. Kesulitan
penggunaan waktu tersebut disebabkan karena siswa kurang dapat
memanfaatkan waktunya untuk bermacam-macam kegiatan dan tidak
mengetahui waktu-waktu terbaik untuk belajar. Siswa juga tidak
mempunyai rencana atau jadwal belajar yang tepat. Menurut Slameto
(2003:82)16 bahwa “Jadwal adalah pembagian waktu untuk sejumlah
kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang setiap harinya”. Jadwal juga
berpengaruh terhadap belajar. Seorang siswa perlu mempunyai jadwal
yang baik dan melaksanakan secara teratur dan disiplin agar belajarnya
dapat berjalan dengan baik dan berhasil.
b) Cara Membaca Buku
Menurut The Liang Gie (1998:11)17 mengemukakan bahwa
“Membaca adalah serangkaian kegiatan pikiran seseorang yang dilakukan
dengan penuh perhatian untuk memahami sesuatu keterangan yang
disajikan kepada indera penglihatan dalam bentuk lambar huruf dan tanda
16 Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta. PT Rineka Cipta.
hlm.82.
17 The Liang Gie. 1998. Cara Belajar Yang Efisien. Yogyakarta. Pusat Kemajuan Studi.hlm.11.
15
lainnya”. Berdasarkan pengertian tersebut, membaca bukanlah kegiatan
mata untuk memandang serangkaian kalimat dalam bahan bacaan,
melainkan kegiatan pikiran memahami suatu keterangan melalui indera
penglihatan. Siswa harus memperhatikan kebiasaan-kebiasaan dalam
membaca agar dapat memberikan hasil yang sebesar-besarnya.
c) Cara Membuat Catatan
Membuat catatan, mempunyai pengaruh yang besar terhadap hasil
belajar siswa. Diharapkan dalam setiap pembelajaran siswa mampu
mencatat poin-poin penting terhadap apa-apa yang disampaikan guru .Hal
tersebut dikarenakan dengan memiliki catatan singkat sangat memudahkan
siswa dalam memahami materi pelajaran. Dengan pemahaman yang
dimiliki siswa tentunya hasil belajar juga akan meningkat.
d) Cara Mengikuti Pelajaran
Menurut Hasbullah Thabrany (1995:69) ada tiga proses yang dapat
siswa lakukan jika hadir di dalam suatu kelas yaitu “Pertama,
mendengarkan guru atau dosen berbicara, kedua kita melihat tulisan,
ilustrasi atau grafik, dan ketiga kita mencatat atau menggambar”. Ada juga
berbagai kemungkinan peristiwa lain yang dapat membantu siswa
mengingat di dalam kelas. Misalnya, jika terjadi perdebatan atas suatu
konsep atau dalam melakukan diskusi di dalam kelas, siswa akan lebih
mudah mengingatnya.
Cara-cara atau petunjuk untuk mengikuti pelajaran di kelas,
menurut The Liang Gie (1998)18 adalah:
18 The Liang Gie. 1998. Cara Belajar Yang Efisien. Yogyakarta. Pusat Kemajuan Studi.
16
Persiapan Sarana
Persiapan Jasmani
Persiapan tekad
Persiapan pikiran
Dengan penjelasan sebagai berikut:
Persiapan Sarana
Persiapan pertama yang perlu dilakukan setiap siswa ialah
persiapan sarana, yaitu menyediakan perlengkapan tulis dan lembar
catatan untuk keperluan mengikuti dan mencatat pelajaran.
Persiapan Jasmani
Persiapan jasmani berarti seorang siswa melakukan usaha-usaha
mempersiapkan tubuhnya sehingga dalam keadaan sehat untuk mengikuti
pelajaran sebaik-baiknya, proses belajar akan terganggu jika kesehatan
seseorang terganggu. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah
mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu
banyak istirahat, tidur teratur, makan, olahraga, rekreasi.
Persiapan Tekad
Persiapan tekad dilakukan berwujud suatu hasrat yang bersungguh
sungguh untuk mengikuti dan mempelajari mata pelajaran yang akan
disajikan oleh pengajar.
Persiapan Pikiran
Persiapan pikiran ini berupa usaha membaca buku pelajaran wajib
atau bahan pelajaran lainnya sebelum mengikuti pelajaran.
e) Cara Mengulangi Pelajaran
17
Bahan atau materi pelajaran tidak mungkin dikuasai hanya satu
kali belajar saja. Materi yang dipelajari agar tidak mudah lupa harus
dipelajari berulangulang, sehingga benar-benar tertanam erat dalam
ingatan.
Slameto (2003:85)19 berpendapat bahwa “Mengulangi besar
pengaruhnya dalam belajar, karena dengan adanya pengulangan (review)
bahan yang belum begitu dikuasai serta mudah terlupakan akan tetap
tertanam dalam otak seseorang”. Berdasarkan pendapat tersebut
dinyatakan bahwa dengan mengulangi pelajaran yang sudah dipelajari
akan menjadi lebih bermakna dan memahami bahan pelajaran yang
diulang secara sungguh-sungguh.
Belajar dengan cara mengulangi bahan pelajaran yang baru diserap
dapat dibantu dengan membandingkannya dengan buku paket atau buku
penunjang lainnya yang berhubungan. Cara tersebut bertujuan untuk
memudahkan tingkat pemahaman. Penjelasan yang diberikan oleh guru
biasanya akan menjadi lebih jelas apabila kita mengulangi pelajaran
sendiri.
f) Cara Melakukan Konsentrasi
Menurut Slameto (2003:86)20 bahwa “Konsentrasi adalah
pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan mengesampingkan semua hal
yang lainnya yang tidak berhubungan”. Berdasarkan pengertian tersebut,
19 Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta. PT Rineka Cipta.
hlm.85.
20 Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta. PT Rineka Cipta.
hlm.86.
18
belajar konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata
pelajaran dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak
berhubungan dengan pelajaran. Slemeto (2003:87)21 juga mengatakan
bahwa: Agar dapat berkonsentrasi dengan baik (untuk mengembangkan
kemampuan konsentrasi lebih baik) perlulah diusahakan sebagai berikut:
pelajar hendaknya berminat atau punya motivasi yang tinggi, ada tempat
belajar tertentu dengan meja belajar yang bersih dan rapi, mencegah
timbulnya kejemuan/kebosanan, menjaga kesehatan dan memperhatikan
kelelahan, menyelesaikan soal/masalah-masalah yang mengganggu dan
bertekad untuk mencapai tujuan/hasil terbaik setiap kali belajar. Siswa
yang sudah biasa berkonsentrasi dalam belajar, maka hasil yang
diperolehnya akan lebih baik. Konsentrasi dalam belajar merupakan kunci
untuk menentukan keberhasilan siswa.
g) Cara Menghafal Pelajaran
Menghafal dalam belajar pada dasarnya bukanlah tujuan utama,
namun yang lebih penting adalah memahami/mengerti pelajaran.
Menghafal pelajaran juga penting dalam belajar, dalam hal ini hafal bukan
hanya hafal kata demi kata tetapi harus paham/mengerti betul dengan apa
yang anda hafal. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2004:44)22 “Ilmu
pengetahuan yang bersifat hafalan diakui sebagai bahan yang siap pakai,
terutama untuk menjawab soal-soal ujian/tentamen yang menghendaki
jawaban yang bersifat hafalan”. Berdasarkan hal tersebut, dapat dijelaskan
21 Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta. PT Rineka Cipta.
hlm.87.
22 Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta. Rineka Cipta.hlm.44.
19
bahwa siswa yang memahami dan hafal suatu konsep, maka dengan
mudah untuk menggunakannya sewaktu-waktu dalam menjawab soal.
Syarat-syarat untuk menghafal bahan pelajaran dengan baik
menurut Slameto (2003:86)23 sebagai berikut:
a) Menyadari sepenuhnya tujuan belajar.
b) Mengetahui betul-betul tentang makna bahan yang dihafal.
c) Mencurahkan perhatian sepenuhnya sewaktu menghafal.
d) Menghafal secara teratur sesuai dengan kondisi badan yang sebaik-baiknya
serta daya serap otak terhadap bahan yang harus dihafal.
h) Cara Mengikuti Ujian
Ujian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar
mengajar. Ujian merupakan alat untuk mengukur seberapa jauh
penguasaan siswa atas materi pelajaran yang telah dipelajari selama kurun
waktu tertentu. Ujian dapat mendorong siswa untuk membaca, menelaah,
membahas dan mengulangi pelajaran. Ujian dapat mendidik siswa untuk
percaya pada kemampuannya sendiri.
Cara-cara belajar di atas bukanlah hal yang mutlak bagi setiap
orang, karena tiap-tiap orang mempunyai sifat dan karakteristik yang
berbeda-beda. Cara-cara belajar tersebut hanya merupakan garis besarnya
saja, maka tiap-tiap orang bisa mengembangkan caranya sendiri dengan
kemampuan masing-masing.
23 Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta. PT Rineka Cipta.
hlm.86.
20
4. Prestasi Belajar
Dalam proses belajar mengajar dikelas untuk mengetahui berhasil
atau tidaknya pembelajaran yang dicapai siswa harus dilakukan evaluasi
yang hasilnya berupa prestasi belajar siswa. Kata prestasi belajar terdiri
dari dua suku kata, yaitu ‘prestasi’ dan ‘belajar’. Di dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan presatasi adalah: .Hasil yang
telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya) 24.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 895) prestasi adalah
hasil yang telah dicapai atau dilakukan,dikerjakan,dan sebagainya. 25
Belajar adalah proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan
ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar
memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap,
keyakinan, tujuan, kepribadian dan persepsi manusi (Catharina, 2004: 4).26
Menurut Sumadi (1998: 7) prestasi belajar adalah merupakan
ukuran keberhasilan belajar paling luas dipakai dalam penelitian. Pada
umumnya prestasi belajar terdapat pada buku raport setelah siswa
melakukan aktivitas belajar di sekolah dalam kurun waktu tertentu, seperti
catur wulan atau semester. Dengan prestasi belajar maka guru, siswa dan
orang tua akan mengetahui hasil yang dicapai dalam pembelajaran atau
pendidikan.27
24 Gepdikbud, 2002:895
25 Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional: Balai
Pustaka.Hlm 895
26 Chatarina Tri Anni. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Press . Hlm 4
21
Menurut Sardiman M.S dalam Green Heroes (2010) menyatakan
bahwa “Prestasi adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi
antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari
luar individu dalam belajar”. Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993:77)
mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang
dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
Prestasi belajar adalah hasil dari berbagai upaya dan daya yang
tercermin dari partisipasi belajar yang dilakukan siswa dalam mempelajari
materi pelajaran yang diajarkan oleh guru (Abdorrakhman, 2008: 87).28
Berdasarkan definisi yang dikemukakan beberapa tokoh di atas,
maka peneliti dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku yang merupakan sebagai akibat dari
pengalaman atau latihan.
5. Fungsi dan Kegunaan Prestasi Belajar
Untuk mengetahui seberapa jauh prestasi belajar telah dicapai
peserta didik, maka diadakan kegiatan evaluasi pembelajaran. Evaluasi
pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistematis
dengan mengumpulkan bukti-bukti untuk menentukan keberhasilan
belajar. Oemar Hamalik (2001:159) dalam bukunya menyatakan tentang
evaluasi hasil belajar merupakan keseluruhan kegiatan pengukuran
(pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran, dan
pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang
28 Abdurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Alfabeta. Hlm 87
22
dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan dalam upaya mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar menunjuk kepada
prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya
dan derajat perubahan tingkah laku.29
Tujuan diadakannya kegiatan evaluasi adalah untuk mengetahui
keefektifan dan keberhasilan kegiatan belajar mengajar sehingga dalam
pelaksanaannya evaluasi harus dilakukan secara terus-menerus baik itu
pada awal, pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar maupun
pada akhir tatap muka kegiatan belajar mengajar. Evaluasi pada umumnya
digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik,
terutama hasil yang berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran
sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Zainal Arifin (1991:2)30
mengemukakan fungsi utama prestasi belajar antara lain:
Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kualitas pengetahuan
yang telah dikuasai anak didik.
Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan.
Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap
(kecerdasan) anak didik.
29 Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.Hlm 159
30 Arifin, Zainal. 1990. Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: Remaja
Rosdakarya.Hlm 2
23
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat diketahui bahwa betapa
pentingnya mengetahui prestasi belajar siswa, baik individual maupun
kelompok karena prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator
keberhasilan, dan juga berguna bagi guru yang bersangkutan sebagai
umpan balik dalam melaksanakan pembelajaran dikelas apakah akan
diadakan perbaikan dalam proses belajar mengajar ataupun tidak.
6. Evaluasi Prestasi Belajar
Prestasi belajar meliputi segenap ranah kejiwaan yang berubah
sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa yang
bersangkutan. Prestasi belajar dapat dinilai dengan cara:
Penilaian formatif. Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian
yang bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback), yang selanjutnya
hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses
belajar-mengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan.
Penilaian Sumatif. Penilaian sumatif adalah penilaian yang
dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai dimana
penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang
telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu (Purwanto, 2001:26).31
7. Jenis-jenis Prestasi Belajar
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi
segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan
proses belajar siswa. Yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah
mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang
31 Purwanto, M. Ngalim. 2001. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. Hlm 26
24
dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa,
baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun karsa. Kunci pokok untuk
memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis-
garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi belajar) dikaitkan dengan
jenis-jenis prestasi yang hendak diukur (Muhibbin Syah, 1999:150)32
Dalam sebuah situs yang membahas Taksonomi Bloom,
dikemukakan mengenai teori Bloom yang menyatakan bahwa, tujuan
belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah. Ketiga ranah
tersebut adalah ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam proses
kegiatan belajar mengajar, maka melalui ketiga ranah ini pula akan terlihat
tingkat keberhasilan siswa dalam menerima hasil pembelajaran atau
ketercapaian siswa dalam penerimaan pembelajaran. Dengan kata lain,
prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian siswa dalam penguasaan
ketiga ranah tersebut.
8. Kerangka Berpikir
Belajar adalah sesuatu yang dilakukan oleh manusia untuk
memperoleh perubahan tingkah laku secara bertahap dan berkelanjutan
sebagai hasil dari latihan dan pengalaman serta interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan kognitif.
Cara belajar siswa adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
siswa pada situasi belajar tertentu, kegiatan-kegiatan tersebut merupakan
pencerminan usaha belajar yang dilakukannya.
32 Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, Cet. Ke-2. Tafsir,
Ahmad, Ilmu Pendidikan dan Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hlm 150
25
Prestasi adalah suatu kecakapan atau hasil yang telah diperoleh
seseorang dari proses pembelajaran dengan penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang diperoleh dari ketekunan dalam berusaha.
Dari beberapa pengertian diatas dapat dibuat kerangka berpikir
bahwa cara belajar seorang siswa dapat mempengaruhi hasil belajar yang
berpengaruh pula pada prestasi siswa tersebut. Jika cara belajar siswa
efektif dan baik, maka prestasi belajarnya juga baik atau tinggi. Tetapi jika
cara belajar siswa tidak efektif, maka mengakibatkan prestasi belajarnya
rendah.
Siswa yang ingin berhasil dalam belajar, maka perlu adanya cara-
cara belajar yang efisien agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Cara belajar yang digunakan antara siswa yang satu berbeda dengan siswa
yang lain, artinya cara belajar yang cocok untuk seseorang belum tentu
sesuai dengan orang lain. Cara belajar yang baik akan membantu siswa
mempelajari dan memahami materi pelajaran yang telah diterimanya.
Siswa yang dapat mengembangkan cara-cara belajar yang paling cocok
dan paling baik bagi dirinya, maka dapat membantu meningkatkan prestasi
belajarnya.
Siswa yang dapat menerapkan cara-cara belajar yang baik, seperti
cara membuat jadwal dan pelaksanaannya, cara membaca buku, cara
membuat catatan, cara mengikuti pelajaran, cara mengulangi pelajaran,
cara melakukan konsentrasi, cara menghafal pelajaran dan cara menempuh
ujian serta dapat belajar mandiri, yang mana dari kemandirian akan
tumbuh sikap-sikap positif yang akan membantu keberhasilan belajar
26
dalam hal ini percaya diri, tidak tergantung terus-menerus pada orang lain,
tegas dalam mengambil keputusan dan memiliki sikap kreatif dalam
belajar, maka prestasi belajar yang dicapai merupakan hasil yang optimal.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian dan Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
metode kualitatif. Karena masalah yang akan dibahas dalam penelitian
belum jelas dan belum diketahui oleh peneliti. Masalah akan diketahui
selanjutnya setelah peneliti melakukan observasi dilapangan terlebih
dahulu.
Permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti merupakan masalah
yang bersifat sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih
menggunakan metode penelitian kualitatif untuk menentukan cara
mencari, mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data hasil penelitian
tersebut. Penelitian kualitatif ini dapat digunakan untuk memahami
interaksi sosial, misalnya dengan teknik wawancara dan sebagainya.
Sehingga akan ditemukan pola-pola yang jelas.
Moleong ( 2007 : 6 ) menjelaskan, bahwa penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian secara holistic ( utuh ) dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks
khusus yang alamiah, serta dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah yang salah satunya bermanfaat untuk keperluan meneliti dari segi
prosesnya.
Senada dengan Moleong, Bungin ( 2003 ) dalam Andi ( 2010 : 13 )
mengungkapkan, data dalam penelitian kualitatif bukanlah berdasarkan
28
atas tabel angka-angka hasil pengukuran atau penilaian secara langsung
yang mana dianalisis secara statistik.
Moleong ( 2008 : 9 ) kembali menjelaskan, dalam penelitian
kualitatif, peneliti itu sendiri dengan bantuan orang lain merupakan alat
pengumpul data utama dengan menggunakan metode penelitian yang
meliputi pengamatan, wawancara dan penelaahan dokumen. Data data
yang akan dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan secara sederhana,
bahwa metode penelitiann ini berusaha mendeskripsikan objek penelitian
berdasarkan data dan fakta sebenarnya, serta berusaha menganalisis
konsep-konsep yang telah dikembangkan sebelumnya dengan peneliti
sebagai instrumen itu sendiri dalam memecahkan permasalahanya.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Suatu penelitian memerlukan tempat penelitian yang akan
dijadikan obyek untuk memperoleh data yang diperlukan guna mendukung
tercapainya tujuan penelitian. Tempat penelitian ini adalah lokasi yang
digunakan untuk melaksanakan kegiatan penelitian. Sedangkan penelitian
ini dilaksanakan di SMP Negeri 32 Surabaya.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini di khususkan untuk siswa kelas VII C SMP
Negeri 32 Surabaya tahun ajaran 2014/2015.
29
D. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data,
Instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Lembar angket respon siswa
Angket ini digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap
cara belajar yang digunakan . Angket ini diisi sendiri oleh siswa tanpa
pengaruh dari orang lain. Lembar angket dalam penelitian ini di
khususkan untuk siswa.
2. Lembar Wawancara
Peneliti menggunaan tabel pertanyaan wawancara yang ditujukan
kepada guru salah satu mata pelajaran. Sedangkan lembar wawancara
dikhususkan untuk guru mapel dalam kelas tertentu.
3. Peneliti Sendiri
Selain kedua instrumen diatas, disini peneliti berperan aktif sebagai
subyek penelitian sekaligus berperan sebagai instrumen penelitian itu
sendiri. Dikarenakan peneliti mempunyai peran penting dalam
menjalankan penelitian yang sedang dilakukan.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan alat ( instrumen )
pengumpul data utama, karena peneliti adalah manusia yang dapat
berhubungan dengan respondem atau objek lainya, serta mampu
memahami kaitan kenyataan-kenyataan dilapangan. Oleh karena itu
peneliti juga berperan serta dalam pengamatan atau participant
observation ( Moleong, 2007 : 9 ).
30
Sedangkan menurut Nasution ( 2003 : 55 ) menjelaskan bahwa
tidak ada pilihan lain dari pada manusia sebagai instrumen penelitian
utama dalam penelitian kualitatif, karena segala sentuhanya belum
mempunyai kepastian dan masih perlu dikembangkan lebih lanjut.
Sehingga hanya peneliti itu sendiri sebagai alat yang dapat
mencapainya.
E. Sampel Sumber Data
Sumber data menurut Arikunto ( 2005 : 88 ) adalah benda, hal atau
orang tempat peneliti, mengamati, membaca, atau bertanya tentang data.
Lebih lanjut dikatakan bahwa, secara umum sumber data dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis yang disingkat dengan 3P, yaitu :
a. Person ( orang ) adalah tempat peneliti bertanya mengenai
variabel yang sedang diteliti.
b. Paper ( kertas ) adalah berupa dokumen, warkat, keterangan,
arsip, pedoman, surat keputusan ( SK ), dan sebagainya.
c. Place ( tempat ) adalah sumber data keadaan ditempat
berlangsungnya suatu kegiatan yang berhubungan dengan
penelitian.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sumber data ini adalah tempat,
orang atau benda yang dapat memberikan data sebagai bahan penyusunan
informasi bagi peneliti. Menurut Lofland ( dalam Moleong, 2007 : 157 )
sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan
tindakan, selebihnya data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
31
Sehingga sampel sumber data dalam penelitian kualitatif ini dapat
diambil dari informan, tempat dan peristiwa serta arsip atau dokumen yang
berhubungan dengan permasalahan penelitian. Berdasarkan pertimbangan
jenis data yang dibutuhkan maka sumber data pada penelitian ini adalah :
1. Informan
Pengertian informan dalam penelitian kualitatif adalah seseorang
yang dipandang mengetahui permasalahan yang sedang dikaji dalam
penelitian dan bersedia untuk memberikan informasi kepada peneliti yang
berupa kata-kata. Peneliti akan memilih informan sesuai dengan judul
penelitian, sehingga diharapkan akan diperoleh data yang obyektif. Dalam
penelitian ini peneliti memilih informan yaitu siswa kelas VII C SMP
Negeri 32 Surabaya dan guru maata pelajaran IPS yang mengajar dikelas
tersebut.
2. Tempat dan Peristiwa
Kegiatan penelitian kualitatif tidak lepas dari wawancara dan
observasi yang akan melibatkan tempat, pelaku dan peristiwa yang terjadi.
Hal tersebut dilakukan agar peneliti dapat berhasil memperoleh data
obyektif sesuai dengan tujuan. Lokasi yang digunakan sebagai tempat
dalam penelitian ini adalah kelas VII C di SMP Negeri 32 Surabaya.
3. Dokumen dan Arsip
Dokumen dan arsip merupakan sumber data tambahan yang berupa
catatan-catatan tertulis. Dokumen dan arsip yang digunakan dalam
penelitian ini adalah daftar absensi siswa, daftar nilai siswa dalam satu
semester, kecuali nilai uas atau ujian akhir semester.
32
F. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah:
1. Purposive Sampling
Maksud dari purposive sampling ( sampel yang sudah tertuju )
yaitu peneliti menentukan langsung obyek yang akan dijadikan
penelitian.Teknik pengambilan sampel sumber data dilakukan dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut adalah dipilihnya
individu atau sekumpulan individu yang mengetahui tentang apa yang
diharapkan peneliti atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan
memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Teknik Purposive
Sampling dengan cara memilih siswa kelas VII C SMP Negeri 32
Surabaya. Dalam satu kelas tersebut akan dilakukan serangkaian
seleksi. Pertama melaui wawancara guru, kedua melaui akumulasi nilai
belajar selama satu semester ( kecuali nilai uas ), ketiga melalui
akumulasi nilai jawaban angket dan yang terakhir yaitu melalui
sejumlah jawaban angket yang disesuaikan dengan seberapa besar
indikator yang dijawab oleh obyek penelitian ( sesuai indikator yang
ditentukan oleh peneliti ). Dalam hal ini siswa kelas VII C yang
dijadikan obyek penelitian. Dari serangkaian tahapan tersebut peneliti
akan menentukan tiga siswa yang paling berprestasi dan tiga siswa
yang kurang berprestasi. Dan selanjutnya akan dilakukan penelitian
untuk mengetahui cara belajar siswa berprestasi.
33
G. Teknik Pengumpulan Data dan Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitiaan ini, peneliti menggunakan tiga teknik
pengumpulan data, yaitu :
1. Observasi
Menurut Nasution dalam Sugiono (2014: 226)33 menyatakan
bahwa,“observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan”. Observasi juga
memiliki pengertian yaitu, pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala
dalam objek penelitian.
Observasi menurut Raco ( 2010 : 112 ) adalah bagian dalam
pengumpulan data. Observasi berarti mengumpulkan data langsung dari
lapangan. Adapun menurut Sutrisno Hadi ( 1987 ) dalam Andi Prastowo (
2010 : 27 ) mengartikan observasi adalah sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap suatu gejala yang tampak pada objek
penelitian.
Dalam penelitian ini observasi yang dilakukan terhadap tingkah
laku subjek (siswa) selama kegiatan proses belajar mengajar di kelas
sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.
Dalam pada itu peneliti juga melakukan observasi secara terbuka dimana
peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan sebenarnya
kepada sumber data, bahwa sedang melakukan penelitian. Jadi mereka
yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktifitas peneliti (
33 Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.hlm.226.
34
Moleong : 2007 : 176). Oleh karena itu fakta atau fenomena yang akan
diobservasi adalah terkait unsur cara belajar siswa berprestasi, yang
meliputi tiga siswa paling terbaik di suatu kelas, tiga siswa kurang
berprestasi dalam suatu kelas, cara belajar dari siswa tersebut.
2. Wawancara
Menurut Esterberg ( 2002 ) dalam sugiyono ( 2007 : 72 )
mengungkapkan wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang
untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Sedangkan menurut Moleong ( 2007 : 186 ) wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan.
Wawancara dilakukan dengan empat bentuk yaitu terstruktur, semi
terstruktur, tidak terstruktur dan kombinasi. Dalam hal ini peneliti
menggunakan teknik wawancara semi terstruktur yaitu :
a. Wawancara semi terstruktur
Dalam penelitian ini wawancara peneliti menggunakan metode
wawancara semiterstruktur, dimana dalam pelaksanaanya lebih bebas.
Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara
lebih terbuka, dimana pihak yang diwawancarai dimintai pendapat. Dalam
hal ini pihak yang diwawancarai adalah salah satu guru yang mengajar
dikelas VII C SMP Negeri 32 Surabaya yaitu guru IPS. Wawancara ini
dilakukan untuk memperoleh data tentang pengalaman guru dalam
35
mengajar kelas VII C. Mengetahui siswa yang paling berprestasi dan
kurang berprestasi menurut persepsi guru tersebut berdasarkan
pengalamannya mengajar dikelas tersebut. Hal ini dilakukan dalam rangka
memperoleh penjelasan atau informasi tentang hal-hal yang belum
tercantum dalam observasi dan dokumentasi.
Sebagaimana yang disarankan oleh ( Esterberg : 2002 ) dalam Sugiyono (
2008 : 73 ) peneliti akan mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang
akan dikemukakan oleh informan.
3. Dokomentasi
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang
bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada di sekolah ataupun
yang berada di luar sekolah, yang ada hubungannya dengan penelitian
tersebut. Teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.
Andi ( 2010 : 192 ) mengungkapkan dokumen merupakan rekaman
bersifat tertulis atau film dan isinya merupakan peristiwa yang telah
berlalu. Jadi, dokumen bukanlah catatan peristiwa yang terjadi saat ini dan
masa yang akan datang, namun catatan masa lalu.
Ditambahkan pula oleh Usman dan Akbar ( 1996 ) dalam Andi ( 2010 :
192 ) bahwa data-data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi
cenderung merupakan data sekunder sedangkan data-data yang
dikumpulkan dengan teknik pengamatan, dan wawancara cenderung
merupakan data primer atau data yang langsung didapat dari pihak
36
pertama. Merujuk Arikunto ( 2000 : 135 ), dokumentasi merupakan benda-
benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturen,
notulen, catatan harian, dan sebagainya. Adapun panduan pengambilan
data dokumentasi yang diperlukan.
Dalam penelitian ini teknik dokumentasi yang digunakan adalah
dokumentasi selama proses penelitian di kelas ( lapangan ), dokumentasi
nilai belajar siswa selama satu semester, kecuali nilai uas.
4. Alat Pengumpulan Data
a. Buku Catatan
Buku catatan ini berfungsi untuk mencatat semua perckapan
dengan sumber data.
b. Kamera
Diantara fungsi kamera dalam penelitian ini adalah untuk
mengambil gambar ketika peneliti sedang melakukan pembicaraan
dengan informan atau sumber data. Dengan adanya foto ini maka dapat
meningkatkan keabsahan penelitian. Penelitian akan lebih terpercaya,
karena penliti betul-betul melakukan pengumpulan data.
H. Rencana Pengujian Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif, kesahihan data dapat diperoleh melalui:
1. Keabsahan Konstruk (Construct validity)
Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastian bahwa
yang diukur benar-benar merupakan variabel yang akan di ukur.
Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses pengumplan data yang
37
tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu. Menurut Wiliam Wierisma dalam Sugiono
(2014:370-371)34 ada 3 macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan
untuk mencapai keabsahan, yaitu:
a. Triangulasi sumber
Menguji keabsahan data dengan cara mengecek data yang
telah diperoleh melalui beberapa sumber, data yang telah dianalisis
oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya
dimintakan kesepakatan (member check) dengan beberapa sumber
tersebut;
b. Triangulasi teknik
Teknik untuk menguji data dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya
data yang diperoleh dengan wawancara, alu dicek dengan
observasi,dokumentasi atau kuasioner;
c. Triangulasi waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data
yang dilakukan dengan teknik wawancara maupun observasi maka
hasilnya akan berbeda, untuk itu dalam rangka pengujian
keabsahan data dapat dilakukan dengan cara melakukan
34 Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:
Alfabeta..hlm.370-371.
38
pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam
waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data
yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga
sampai ditemukan kepastian datanya.
Penjelasan Triangulasi
Dalam hal ini Triangulasi dapat dikatakan sebagai teknik
pengumpulan data yang sekaligus menguji kredibiitas atau
keabsahan data. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan
data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dari sumber yang telah ada ( Sugiyono, 2008 :
83 ), bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi,
maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus
melakukan uji kredibilitas atau keabsahan data, yaitu mengecek
kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan
berbagai sumber.
Tujuan dari Triangulasi bukan untuk mencari kebenaran
tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan
pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.
Oleh karena itu, teknik triangulasi yang dimaksudkan
dalam penelitian ini adalah pengecekan data yang diperoleh dari
berbagai teknik pengumpulan data. Data dari observasi
dikonfirmasi melalui wawancara dan dokumentasi, data hasil
wawancara di konfirmasi melalui observasi dan dokumentasi, dan
data dari dokumentasi juga dikonfirmasi dari wawancara dan
39
observasi. Namun jika dalam penelitian menemui kejanggalan
antara data satu dengan data lainya, maka peneliti mengambil jalan
akhir yaitu mengambil data sesuai keyakinan kebenaran dari
peneliti seperti angket, dan menyesuaikan dengan indikator yang
telah ditentukan peneliti sebelumnya.
2. Keabsahan Internal (Internal validity)
Keabsahan internal merupakan konsep yang mengacu pada
seberapa jauh kesimpulan hasil penelitian menggambarkan keadaan
yang sesungguhnya. Keabsahan ini dapat dicapai melalui proses
analisis dan interpretasi yang tepat. Aktivitas dalam melakukan
penelitian kualitatif akan selalu berubah dan tentunya akan
mempengaruhi hasil dari penelitian tersebut. Walaupun telah dilakukan
uji keabsahan internal, tetap ada kemungkinan munculnya kesimpulan
lain yang berbeda.
3. Keabsahan Eksternal (Eksternal validity)
Keabsahan ekternal mengacu pada seberapa jauh hasil penelitian
dapat digeneralisasikan pada kasus lain. Walaupun dalam penelitian
kualitatif memeiliki sifat tidak ada kesimpulan yang pasti, penelitiaan
kualitatif tetapi dapat dikatakan memiliki keabsahan ekternal terhadap
kasus-kasus lain selama kasus tersebut memiliki konteks yang sama.
4. Keajegan (Reliabilitas)
Reliabilitas merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh
penelitian berikutnya akan mencapai hasil yang sama apabila
40
mengulang penelitian yang sama. Dalam penelitian ini, keajegan
mengacu pada kemungkinan peneliti selanjutnya memperoleh hasil
yang sama apabila penelitian dilakukan sekali lagi dengan subjek yang
sama. Hal ini menujukan bahwa konsep keajegan penelitian kualitatif
selain menekankan pada desain penelitian, juga pada cara
pengumpulan data dan pengolahan data.
I. Metode Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, menyeleksi berbagai data
yang ada dan menjadikan satu kesatuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceriterakan kepada orang lain.
Dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapan-
tahapan yang perlu dilakukan, diantaranya :
1. Mengorganisasikan Data
Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui
wawancara mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut
direkam dengan tape recorder atau sejenisnya dan dibantu alat tulis
lainya. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan mengubah hasil
wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis secara
verbatim. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar penulis
mengerti benar data atau hasil yang telah di dapatkan.
41
2. Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema dan Pola Jawaban
Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam terhadap
data, perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang
muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan
pedoman wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal
analisis sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan coding. Dengan
pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara
dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan
dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan
penjelasan singkat, kemudian dikelompokan atau dikategorikan
berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat.
Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang
diteliti. Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan
pemahaman terhadap hal-hal diungkapkan oleh responden. Data yang
telah dikelompokan tersebut oleh peneliti dicoba untuk dipahami
secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya.
Sehingga peneliti dapat menangkap pengalaman, permasalahan, dan
dinamika yang terjadi pada subjek.
3. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada terhadap Data
Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji
data tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian
ini. Pada tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau
kemabali berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan dalam bab
II, sehingga dapat dicocokan apakah ada kesamaan antara landasan
42
teoritis dengan hasil yang dicapai. Walaupun penelitian ini tidak
memiliki hipotesis tertentu, namun dari landasan teori dapat dibuat
asumsi-asumsi mengenai hubungan antara konsep-konsep dan faktor-
faktor yang ada.
4. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data
Setelah keterkaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi
terwujud, peneliti masuk ke dalam tahap penejelasan. Dan berdasarkan
kesimpulan yang telah didapat dari kaitanya tersebut, penulis merasa
perlu mencari suatu alternative penjelasan lain tentang kesimpulan
yang telah didapat. Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu
ada alternative penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada
kemungkinan terdapat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau
tidak terfikir sebelumnya. Pada tahap ini akan dijelaskan dengan
alternative lain melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini
akan sangat berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran.
5. Menulis Hasil Penelitian
Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan
suatu hal yang membantu penulis untuk memeriksa kembali apakah
kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan
yang dipakai adalah presentase data yang didapat yaitu, penulisan data-
data hasil penelitian berdasarkan wawancara dan observasi dengan
subjek melalui lembar dan hal-hal penting lainya.
Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari subjek penelitian,
dibaca berulang kali sehinggga penulis mengerti benar
43
permasalahanya, kemudian dianalisis, dibandingkan antara satu data
dengan data yang lainya. Dalam penelitian ini ditemukan beberapa
kejanggalan data. Kejanggalan data tersebut seperti data wawancara
guru tidak sesuai dengan data observasi melalui akumulasi nilai belajar
dan angket siswa.
Sehingga peneliti menempuh jalan akhir yaitu dengan
menyesuaikan indikator peneliti terhadap jawaban angket siswa.
Maksudnya siswa yang paling banyak menjawab angket sesuai delapan
indikator yang ditentukan peneliti, maka mereka akan dikategorikan
sebagai siswa berprestasi begitu pula sebaliknya. Selanjutnya
dilakukan interprestasi secara keseluruhan, dimana di dalamnya
mencangkup keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian. Jadi disini
peneliti lebih yakin menggunakan data hasil lembar angket dari pada
data yang lain.
44
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penemuan Data
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan
mencari informasi mengenai cara belajar siswa berprestasi. Dalam
penelitian ini dimulai dari pencarian tiga siswa peringkat teratas, dan tiga
siswa peringkat terbawah. Penelitian di awali dari penyeleksian dari
sejumlah siswa yang ada dalam satu kelas. Dari beberapa tahapan tersebut
kemudian diambil tiga siswa dengan peringkat teratas dan tiga siswa
peringkat terbawah. Penyeleksian ini dilakukan karena tidak adanya
korelasi antara satu data dengan data lainya. Sehingga peneliti
membutuhkan analisis lebih mendalam, guna menemukan kesimpulan
secara objektif.
Diawal penelitian sebenarnya peneliti telah menemukan jawaban
sementara dari salah satu guru yang mengajar di kelas tersebut. Namun
jawaban tersebut masih diragukan kebenarnya oleh peneliti. Hal tersebut
dikarenakan, data yang diambil masih dari satu persepsi saja mengenai
siswa berprestasi dan kurang berprestasi dalam suatu kelas. Disini peneliti
tidak mungkin mengambil data hanya dari salah satu guru dikelas tersebut.
Dan tentunya peneliti juga tidak mungkin untuk mewawancarai seluruh
guru mata pelajaran yang mengajar dikelas obyek penelitian. Namun
dalam penelitian selanjutnya peneliti menemukan ketidaksesuaian antara
45
data satu dengan data lainya. Misalnya saja ketidaksesuaian antara data
wawancara guru dengan hasil nilai belajar siswa. Menurut peneliti
anggapan berprestasi menurut guru hanya sebatas nilai kognitif, dan
kurang memperhatikan kemampuan siswa di luar akademik. Mungkin hal
seperti ini yang menjadi kelemahan pendidikan di Indonesia saat ini.
Dikarenakan masih banyaknya guru menganggap siswa berprestasi yang
mempunyai nilai akademis tinggi. Padahal masih banyak prestasi lain
diluar akademik yang kurang medapatkan perhatian dari pihak guru atau
sekolah bersangkutan. Berikut peneliti akan mencantumkan berbagai
penemuan data dalam penelitian :
1. Berikut data hasil wawancara guru yang membahas mengenai
siswa berprestasi :
Daftar pertanyaan wawancara terhadap guru :
1. Bagaimana cara belajar siswa berprestasi ?
2. Bagaimana kriteria penilaian anda terhadap prestasi siswa ?
3. Menurut anda, apa yang membedakan siswa berprestasi dan siswa
kurang berprestasi ?
4. Seperti apakah bentuk apresiasi anda terhadap siswa yang berprestasi ?
Berikut Jawaban Guru terhadap pertanyaan diatas :
1. Berdasarkan data yang diperoleh dari sumber penelitian yaitu guru
mengenai cara belajar siswa berprestasi dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Selalu duduk di depan dan aktif dalam proses belajar mengajar di
kelas
46
b. Mempunyai kepribadian yang pendiam, suka menyendiri. Kurang
mau bergaul dengan teman yang mempunyai kemampuan
dibawahnya
c. Mengumpulkan tugas tepat waktu
d. Untuk secara detail mengenai cara belajar siswa yang berprestasi,
narasumber belum bisa memberi keterangan lebih detail.
Dikarenakan narasumber hanya mengetahui cara belajar dan
prestasi siswanya melalui keaktifan di kelas, nilai ulangan harian,
ujian tengah semester ( UTS ) dan ujian akhir semester ( UAS ).
2. Untuk pertanyaan kedua ini dapat dijelaskan sebagi berikut :
a. Dijelaskan bahwa rata-rata atau secara umum siswa yang
berprestasi mampu menguasai seluruh mata pelajaran. Namun juga
ada siswa yang hanya menguasai mata pelajaran tertentu. Seperti
Matematika, IPA, IPS dan sebagainya. Sekali lagi, guru hanya
mengetahui prestasi siswa dari keaktifanya dikelas,nilai ulangan
harian, ujian tengah semester, dan ujian akhir sekolah. Namun
kebanyakan guru di SMP Negeri 32 Surabaya masih meragukan
keotentikan hasil dari ulangan harian. Hal ini dikarenakan masih
banyaknya siswa yang mencontek. Beda halnya dengan ujian
tengah semester yang hasilnya lebih bisa dipercaya, dikarenakan
penjagaanya lebih ketat oleh para guru dari masing-masing mata
pelajaran.
3. Untuk pertanyaan ketiga ini, narasumber menjelaskan bahwa dirinya
tidak pernah membeda-bedakan antara siswa berprestasi dengan siswa
47
yang kurang berprestasi. Guru tetap memberikan perhatian yang sama
diantara semua siswa. Narasumber tidak ingin adanya kecemburuan
sosial antar siswa dikelak kemudian hari.
4. Sampai saat ini khususnya di SMP Negeri 32 Surabaya, siswa yang
memperoleh nilai akademik tinggi di setiap kelas hanya sebatas
diberikan reward (hadiah ) oleh masing-masing guru mata pelajaran
yang bersangkutan. Tidak jarang wali kelas juga ikut memberikan
hadiah terhadap siswa yang berprestasi. Hadiah yang diberikan
biasanya berupa makanan ringan atau snack, buku dan perlengakapan
tulis menulis. Sampai saat ini pun pihak sekolah belum memberikan
piagam penghargaan atau sertifikat resmi kepada siswa yang
memperoleh prestasi akademik di masing-masing kelas.
2. Data dari Jawaban Guru terhadap siswa berprestasi
Dari data wawancara dengan guru menyebutkan bahwa siswa
yang paling berprestasi dikelas VII C SMP Negeri 32 Surabaya adalah
Ninda Irsanti Nur Azizah dan yang sangat kurang berprestasi adalah
Fitria Ulfatul Khasanah. Disini guru hanya menyebutkan satu siswa
yang memiliki nilai akademik teratas dan satu siswa yang memiliki
nilai akademik terendah. Data ini mungkin hanya sebatas persepsi
guru. Peneliti juga belum bisa menyakini keterangan ini. Alasan
narasumber menyebut Ninda sebagai siswa berprestasi karena ia
dianggap siswa yang aktif dikelas, memiliki rata-rata nilai yang bagus,
hampir mampu menguasai seluruh mata pelajaran. Sedangkan Fitria
dianggap sebagai siswi yang pembolos, jarang masuk sekolah, tidak
48
mau bergaul dengan teman sebayanya, mempunyai nilai yang jelek
bahkan sangat kurang.
3. Hasil penentuan tiga Siswa berprestasi dan tiga siswa kurang
berprestasi berdasarkan total nilai belajar siswa, kecuali nilai
UAS :
a. Peringkat tiga teratas ( dari nilai tertinggi ke terendah )
Devira Nabilah R, memperoleh total nilai 724 ( paling
tinggi )
Dewi Rahmmadhani H., memperoleh total nilai 712
Puspa Dwi Liestiyanti, memperoleh total nilai 711
b. Peringkat tiga terbawah ( dari nilai tertinggi ke terendah )
Sefrian Bima Adi S, memperoleh total nilai 648 ( paling rendah )
M. Zidane Alfarisy, mempeoleh total nilai 652
Della Putri Amelia Narno, memperoleh total nilai 653
4. Hasil penentuan tiga Siswa berprestasi dan tiga siswa kurang
berprestasi berdasarkan total jawaban angket siswa secara
keseluruhan. Yang didalamnya terdapat kriteria siswa berprestasi
dan kurang berprestasi :
Kriteria :
Kurang berprestasi : 35 – 46
Berprestasi : 47 – 58
Setelah dilakukan verifikasi data, maka dapat ditentukan seperti
berikut :
a. Tiga peringkat teratas
Naufal Hafidz, memperoleh total nilai angket 49
49
Muflihatul Fadhilah, memperoleh total nilai angket 47
Disini sebenarnya ada beberapa siswa yang memperoleh
nilai 47, akan tetapi untuk menghindari kesamaan tersebut.
Peneliti membandingkan siswa yang memperoleh nilai 47
dengan total nilai belajar yang paling tinggi. Sehingga
ditemukan siswa yang mempunyai nilai tertinggi urutan
kedua yaitu Muflihatul Fadhilah
Moch. Farid Amin Wibowo, memperoleh nilai total 46
Disini sebenarnya ada beberapa siswa yang memperoleh
nilai 46, akan tetapi untuk menghindari kesamaan tersebut.
Peneliti membandingkan siswa yang memperoleh nilai 46
dengan total nilai belajar yang paling tinggi. Sehingga
ditemukan siswa yang mempunyai nilai tertinggi urutan
ketiga yaitu Moch. Farid Amin Wibowo
b. Tiga peringkat terbawah
Bintang Anggry A.D.C, memperoleh total nilai 35
Fitri Rizkya, memperoleh total nilai 38
Ayu Sagita, memperoleh total nilai 39
5. Jumlah keseluruhan siswa kelas VII C SMP Negeri 32 Surabaya
Laki-Laki : 18 Siswa
Dan terdapat satu siswa yang tidak diikut sertakan dalam
penelitian, dikarenakan ia merupakan siswa berkebutuhan
khusus, yaitu absen nomor 27 atas nama Nugroho Prasetyo.
Perempuan : 18 Siswa
50
Jadi jumlah keseluruhan siswa adalah 36 dan dikurangi satu siswa
berkebutuhan khusus menjadi 35 siswa ( yang diikut sertakan
dalam penelitian ini )
6. Hasil jawaban angket sesuai jumlah indikator, yang telah ditentukan
peneliti
Ketentuan Penelitian :
Jika siswa memperoleh nilai tertinggi dari pemenuhan indikator yang
ada didalam angket. Maka ia dikategorikan sebagai siswa berprestasi
dan begitu pula sebaliknya. Berikut peneliti cantumkan delapan
indikator siswa berprestasi berdasarkan kriteria peneliti sendiri :
i) Cara membuat jadwal dan pelaksanaannya
j) Cara membaca buku
k) Cara membuat catatan
l) Cara mengikuti pelajaran
m) Cara mengulangi pelajaran
n) Cara melakukan konsentrasi
o) Cara menghafal pelajaran
p) Cara menempuh ujian
Dari delapan indikator diatas telah tercantumkan disetiap masing-
masing soal angket secara acak. Jadi setiap pertanyaan yang ada dalam
angket sudah terdapat indikator didalamnya. Jumlah pertanyaan angket
adalah 15
Dengan ketentuan sebagai berikut,
Kunci Jawaban dari Peneliti :
51
SS : Sangat Setuju, S : Setuju, TS : Tidak Setuju, STS : Sangat Tidak
Setuju
No Instrumen Pertanyaan Indikator Kunci
1 Menepati daftar atau jadwal waktu
untuk belajar pada tiap hari justru
membuat saya menjadi tertekan
1 STS
2 Apabila guru mulai masuk kelas,
saya segera menyiapkan buku
pelajaran dan alat tulis yang
diperlukan
4 SS
3 Ketika guru menjelaskan pelajaran,
saya mendengarkan tapi tidak
mencatat
4 TS
4 Pelajaran yang belum saya kuasai
selalu saya pelajari lagi pada
malam hari karena dengan
pengulangan, maka materi
pelajaran lebih tertanam dalam
ingatan saya
5 SS
5 Selama pelajaran, pikiran saya
dipenuhi masalah-masalah dari luar
pelajaran
6 STS
6 Saya berusaha mendengarkan
dengan penuh konsentrasi dan
mencatat hal-hal terpenting pada
keteragan yang disampaikan guru
6 SS
7 Saya sering membaca buku
diperpustakaan
2 SS
8 Saya lebih suka memilih ringkasan
atau rangkuman materi, karena
dengan ringkasan tidak perlu
membaca buku lagi untuk kedua
kalinya
3 SS
9 Saya belajar semalam suntuk bila
esok hari akan dilaksanakan ujian
atau Test
8 STS
10 Saya tidak pernah menanyakan
materi pelajaran yang belum saya
mengerti kepada guru, karena takut
dianggap bodoh
4 STS
11 Saya mencatat hal-hal yang tidak
atau kurang dimengerti kemudian
menanyakanya kepada guru
3 SS
12 Saya selalu berusaha mengerjakan
soal-soal yang ada di buku dan
5 SS
52
selalu berlatih dengan tekun
13 Saya merasa takut, gugup, khawatir
dalam menghadapi ujian atau
ulangan, maka saya berusaha keras
dengan banyak membaca,
menghafal, dan berlatih
mengerjakan soal.
8 SS
14 Saya membuat pesiapan-persiapan
sebelum ujian, misalnya pembagian
waktu belajar, bahan-bahan
pelajaran, latihan mengerjakan soal
sendiri dan sebagainya
8 SS
15 Untuk menghafal suatu pelajaran,
saya lakukan dengan menulis diatas
kertas kecil. Sehingga mudah
dibawa kemanapun pergi
7 S
Data Hasil dari Jumlah jawaban Angket sesuai Indikator
Tiga Peringkat teratas :
1. M.Yusuf Zaldan ( Memenuhi 8 Indikator Angket ), Masuk
Kategori Siswa Berprestasi berdasarkan Kategorisasi Angket
2. Muflikhatul Fadhilah ( Memenuhi 7 Indikator Angket ), Masuk
Kategori Siswa Berprestasi berdasarkan Kategorisasi Angket
3. Nimas Wulan Puspita ( Memenuhi 7 Indikator Angket ), Masuk
dalam Kategori Siswa Kurang berprestasi berdasarkan Kategorisasi
Angket
Disini ditemukan tiga siswa yang memenuhi tujuh Indikator Angket,
namun untuk menentukan siswa berprestasi urutan kedua dan ketiga, kami
membandingkanya dengan total nilai hasil belajar. Untuk Muflihatul Fadhilah
memperoleh nilai total hasil belajar 704, sedangkan Nimas Wulan Puspita
memperoleh nilai Total belajar 685.
53
Tiga Peringkat terbawah :
1. Anas Ibnu I ( Memenuhi 2 Indikator Angket ), Masuk
Kategori Siswa kurang berprestasi berdasarkan kategorisasi angket
2. Devina Halla M ( Memenuhi 3 Indikator Angket ), Masuk
Kategori Siswa kurang berprestasi berdasarkan kategorisasi angket
3. El Yana Bahagianto ( Memenuhi 3 Indikator Angket ), Masuk
Kategori Siswa Kurang berprestasi berdasarkan kategorisasi angket
Disini ditemukan dua siswa yang memenuhi tujuh Indikator Angket,
namun untuk menentukan siswa terbawah urutan ke dua dan ketiga, kami
membandingkanya dengan total nilai hasil belajar. Devina Halla M
memperoleh nilai total hasil belajar 704, sedangkan El Yana Bahagianto
memperoleh nilai Total belajar 688.
B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 32 Surabaya
SMP Negeri 32 Surabaya merupakan lembaga pendidikan negeri
yang berada dibawah naungan Pendidikan Nasional (Diknas) berdiri pada
22 Agustus 1988 dan telah terakriditasi A dengan nilai 92,92 (Amat baik).
SMP tersebut merupakan sekolah negeri yang mendapatkan kepercayaan
dari masyarakat Surabaya, karena selain mampu menempatkan suasana
proses belajar mengajar yang kondusif juga mampu mencetak siswa yang
sangat berprestasi.
Lembaga SMP Negeri 32 Surabaya yang berada diperbatasan kota
Surabaya dan Sidoarjo tepatnya di wilayah Surabaya timur yang strata
54
sosialnya beragam, masyarakatnya ada yang peduli dengan dunia
pendidikan, adapula yang peduli terhadap peningkatan mutu pendidikan.
Untuk itu SMP Negeri 32 Surabaya dituntut untuk mampu menyamakan
visi dan misi sekolah dan meningkatakan pendidikannya.
2. Letak Geografis Sekolah
SMP Negeri 32 Surabaya terletak di Kecamatan wonokromo
Jalan. Ahmad Yani No. 6- 8 Surabaya. Sekolah ini mempunyai posisi yang
strategis dengan berbagai fasilitas umum. Posisi sekolah ini berdampingan
dengan Rumah Sakit Islam Surabaya ( RSI ), Lembaga 56 Pendidikan
Islam Khodijah, berdekatan dengan Universitas Surabaya (UNESA) dan
sekolah negeri sederajat, beberapa pusat perbelanjaan besar seperti DTC,
stasiun kereta api, akomodasi dan transportasi dapat dijangkau dengan
mudah oleh masyarakat.
3. Visi Dan Misi SMP Negeri 32 Surabaya
a. Visi
Terwujudnya siswa yang cerdas dan kreatif yang dilandasi iman dan taqwa
(imtaq)
b. Misi
1) Mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar
2) Memotivasi siswa terhadap minat baca
3) Meningkatkan kegiatan seni dan budaya
4) Meningkatkan kegiatan olah raga
5) Meningkatkan kegiatan keagamaan
4. Struktur Organisasi Sekolah
55
Struktur Organisasi Sekolah adalah susunan orang-orang yang duduk
sebagai pelaksana dan penanggung jawab sebagai bidang tertentu dan ikut
membantu terlaksananya proses belajar mengajar yang lancar, tertib dan
teratur. Struktur Organisasi SMP Negeri 32 Surabaya sebagai berikut :
5.
6.
Ketua Komite
Sarbini SH
Kepala Sekolah
Dra. Istuningsih, M.Pd
NIP. 131 561 351
Wakil Kepala Sekolah
Drs. Agus Soemanto
Wakil Kepala Sekolah
Dra. Maskuroh
Waka Humas
Rr. Soelistiyowati, S.Pd
NIP. 131 261 047
Kaur Sarpras
Sumiati, M.Pd
NIP. 131 600 356
Kaur. Kesiswaan
Sariati, S.Pd
NIP. 131 472 044
Kaur. Kurikulum
Asrumi, S.Pd
NIP. 131 100 279
DEWAN GURU
SISWA
56
4. Keadaan Guru, Siswa dan Tenaga Pendukung
a. Keadaan guru
Keadaan guru mata pelajaran saat ini sudah terpenuhi, SMP Negeri
32 Surabaya mempunyai guru-guru yang profesional dengan bidang
studinya, 2 orang guru bergelar master (S2), 50 orang guru bergelar
sarjana (S1), 5 orang guru berpendidikan D3, 2 guru D2 dan 1 guru D1.
Tabel 1
Jumlah Guru
No Guru
Jumlah Guru dengan latar belakang pendidikan sesuai
dengan tugas mengajar
Jumlah Guru dengan latar belakang pendidikan yang
TIDAK sesuai dengan tugas mengajar
Jumlah
D1/D2
D3/Sarmud S1/D4
S2/S3
D1/D2
D3/Sarmud S1/D4
S2/S3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
12
13
IPA Matematika Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Pendidikan Agama IPS Penjaskes Seni Budaya PKN TIK/Keterampilan Bimbingan kongseling Lainnya: Lab. Bahasa Inggris Bahasa Jawa
- - - - - - - 2 - 1 - - -
- - - - 1 - - - - - - - -
7 6 7 5 2 5 3 1 5 - 4 1 2
- - - - - - - - - - - - -
- - - - 1 - - - - 2 - 1 -
- - - - - - - - - - - - -
- - - - - - - - - 1 - - -
- 1 - - - - - - - 1 - - -
7 7 7 5 4 5 3 3 5 5 4 3 2
Jumlah 3 1 48 0 4 0 2 2 60
Tabel 2
Jumlah Tenaga Pendukung
No Tenaga Pendukung
Jumlah tenaga pendukung dan kualifikasi pendidikannya
Jumlah tenaga pendukung berdasarkan status dan
jenis kelamin Jumlah PNS Honorer
SMP SMA D1 D2 D3 S1 L P L P
57
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tata Usaha Perpustakaan Laboran Lab IPA Teknisi Lab. Komputer Bahasa PTD (pend Dasar) Kantin Penjaga Sekolah Tukang Kebun Keamanan Lainnya : UKS
- - - - - - - 1 1 - -
- - - - - - - - - 1 -
- - - - - - - - - - -
- - - - - - - - - - -
- - - - - - - - - - 1
4 1 1 - - - - - - - -
- - - - - - - - - - -
- - - - - - - - - - - -
- - - - - - - - 1 1 1 -
4 1 1 - 1 - - - - - 1
4 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1
Jumlah 2 1 0 0 1 7 0 0 3 8 11
b. Keadaan Sarana dan Prasarana
Keadaan sarana dan prasarana di SMP Negeri 32 Surabaya sudah
cukup baik dan memenuhi suatu standart persyaratan lembaga pendidikan
yang berkualitas, dimana tahun demi tahun terus berbenah diri untuk
meningkatkan sarana dan prasarana supaya tetap mendapatkan
kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan tersebut.
Tabel 3
Sarana dan Prasarana SMP Negeri 32 Surabaya
No Jenis Nama Jumlah
1 Sarana Meja Siswa 882 unit
2 Sarana Kursi Siswa 882 unit
3 Sarana Meja Guru 26 unit
4 Sarana Kursi Guru 50 unit
5 Sarana Meja TU 7 unit
6 Sarana Kursi TU 12 unit
7 Sarana Papan Tulis 31 unit
8 Sarana Lemari / Filling Cabinet 27 unit
9 Sarana Komputer TU 4 unit
10 Sarana Printer TU 4 unit
11 Sarana Alat Peraga IPS 21 unit
12 Sarana Mesin Ketik 5 unit
13 Sarana Foto Copy 1 unit
14 Sarana Komputer 49 unit
15 Sarana Alat Peraga Pendidikan Jasmani 140 unit
16 Sarana Alat Peraga Matematika 20 unit
17 Sarana Alat Peraga IPA 1193
unit
18 Prasarana Ruang Teori/Kelas 20 unit
19 Prasarana Kamar Mandi/WC Siswa Laki-laki 12 unit
20 Prasarana Koperasi/Toko 7 unit
58
21 Prasarana Kamar Mandi/WC Guru Laki-laki 2 unit
22 Prasarana Laboratorium IPA 2 unit
23 Prasarana Ruang Olahraga 1 unit
24 Prasarana Ruang TU 1 unit
25 Prasarana Kamar Mandi/WC Guru Laki-laki 1 unit
26 Prasarana Koperasi/Toko 1 unit
27 Prasarana Ruang TU 1 unit
28 Prasarana Ruang Keterampilan 1 unit
29 Prasarana Ruang Guru 1 unit
30 Prasarana Lainnya 1 unit
31 Prasarana Ruang Kepala Sekolah 1 unit
32 Prasarana Ruang Ibadah 1 unit
33 Prasarana Laboratorium Bahasa 1 unit
34 Prasarana Ruang UKS 1 unit
35 Prasarana Ruang BP/BK 1 unit
36 Prasarana Laboratorium Komputer 1 unit
37 Prasarana Ruang Perpustakaan 1 unit
38 Prasarana Laboratorium Multimedia 1 unit
39 Prasarana Ruang Multimedia 1 unit
C. Pembahasan
Dalam penelitian ini di SMP Negeri 32 Surabaya kami mengambil
sampel 3 siswa berprestasi dan 3 siswa kurang berprestasi dari 35 siswa di
kelas VII C. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana
cara belajar siswa berprestasi dan siswa kurang berprestasi. Pada data
akhir kami menentukan pilihan bahwa, siswa dikatakan berprestasi jika
memenuhi 8 indikator penilaian tentang cara belajar siswa berprestasi dan
sebaliknya siswa dianggap kurang berprestasi jika tidak memenuhi dari 8
indikator penilaian tentang cara belajar siswa. Delapan indikator tersebut
sudah dijelaskan di bagian penemuan data. Peneliti meyakini bahwa 8
indikator yang telah peneliti tentukan telah memenuhi data yang valid
untuk dijadikan rujukan siswa berprestasi dan kurang berprestasi dalam
penelitian ini. Dengan hasil akhir sebagai berikut :
59
Siswa Berprestasi :
1. M. Yusuf Zaldan
2. Muflihatul Fadhilah
3. Nimas Wulan Puspita
Siswa Kurang Berprestasi :
1. Anas Ibnu I
2. Devina Halla M
3. El Yana Bahagianto
Dengan rincian cara belajar dari masing-masing siswa sebagai
berikut :
a. Cara Belajar Siswa Berprestasi
1. M. Yusuf Zaldan
Siswa ini dikategorikan berprestasi karena berdasarkan data yang
ada telah memenuhi delapan indikator ( 1,2,3,4,5,6,7 dan 8) berprestasi
yang telah ditentukan peneliti. Delapan indikator tersebut adalah cara
membuat jadwal dan pelaksanaannya, cara membaca buku, cara
membuat catatan, cara mengikuti pelajaran, cara mengulangi pelajaran,
cara melakukan konsentrasi, cara menghafal pelajaran, dan cara
menempuh ujian. Dengan memenuhi semua indikator yang telahc
ditentukan peneliti, berarti secara umum siswa ini mempunyai cara
belajar yang baik, tekun, disiplin dan teratur.
Pertama, selalu membuat jadwal belajar disetiap harinya. Ia tidak
merasa terikat atau keberatan dengan jadwal yang dibuatnya sendiri.
Dan melaksanakan jadwal belajar secara teratur ( continue ) tanpa
60
melanggar jadwal yang dibuatnya sendiri. Terkecuali ada alasan yang
mendadak dan dapat menghambat kelangsungan jadwal belajar yang
sedang berlangsung. Kedua, mempunyai cara atau trik membaca buku
yang baik. Siswa ini sering membaca buku diperpustakaan. Sehingga
pengetahuan yang didapatkanya lebih banyak dari pada teman lainya
yang jarang ke perpustakaan. Ketiga, sering mencatat hal-hal penting
atau kurang jelas dalam sebuah mata pelajaran ( materi ), dan
kemudian menanyakan kepada guru. Kesulitan tersebut biasanya
didapatkan dari penjelasan guru yang sulit difahami, dari buku-buku
bacaan dan sebagainya. Lebih memilih ringkasan materi sebagai
alternatif belajar. Karena dengan demikian tak perlu lagi membaca
buku inti Keempat, selalu mempersiapkan segala alat-alat yang
dibutuhkan dalam PBL ( Proses Belajar Mengajar ) di kelas, sebelum
guru masuk ke dalam kelas. Ketika pelajaran dimulai selalu mengikuti
pelajaran dengan baik. Mendengar penjelasan guru dengan penuh
konsentrasi dan mencatat hal-hal penting yang perlu untuk dicatat.
Kelima, selalu mengasah kemampuan sendiri dengan mengerjakan
latihan soal-soal dan mengulang segala materi pelajaran yang belum
difahami pada malam harinya. Karena dengan mengulangi pelajaran
maka bahan pelajaran akan tetap tertanam dalam otak serta penjelasan
yang diberikan oleh guru akan menjadi lebih jelas apabila kita
mengulangi pelajaran sendiri. Keenam, dalam PBL selalu konsentrasi
atau fokus terhadap materi yang disampaikan guru dan menyingkirkan
segala pikiran yang tidak berhubungan dengan pelajaran. Ketujuh,
61
selalu menulis-nulis inti pelajaran di selembar atau secarik kertas
untuk mempermudah menghafal dan menguasai materi pelajaran.
Kedelapan, tidak measa ketakutan ketika hendak menghadapi ujian.
Karena telah menyiapkan segela sesuatunya jauh-jauh hari
sebelumnya. Sehingga pikiran tetap rilek dan tak terbebani.
2. Muflihatul Fadhilah
Siswa ini dikategorikan siswa berpestasi urutan kedua karena telah
memenuhi tujuh indikator berprestasi (1,2,3,4,5,7 dan 8 ) yang sudah
ditentukan peneliti. Dengan rincian cara belajar sebagai berikut :
Pertama, selalu membuat jadwal belajar disetiap harinya. Tidak tidak
merasa terikat atau keberatan terhadap jadwal yang dibuatnya sendiri.
Dan melaksanakan jadwal belajar secara teratur ( continue ) atau tepat
waktu tanpa melanggar jadwal yang dibuatnya sendiri. Terkecuali ada
alasan yang mendadak dan dapat menghambat kelangsungan jadwal
belajar yang sedang berlangsung.
Kedua, untuk menambah wawasan, siswa ini sering membaca buku
diperpustakaan. Ketiga, memilih ringkasan materi hasil sendiri sebagai
alternatif belajar tanpa harus membaca buku inti untuk kedua kalinya.
Dan selalu mencatat hal-hal yang kurang jelas, ambigu dan kemudian
menanyakan kepada guru yang bersangkutan. Kelima,senang berlatih
mengerjakan soal-soal latihan yang ada dibuku. Selalu mengulang
kembali materi pelajaran pada malam hari. Dengan demikian maka
materi pun akan mudah diingat dan dipelajari kembali. Keenam, untuk
mempermudah menghafal dan memahami pelajaran yang disampaikan
62
guru dan lainya maka yang ia lakuakan adalah mencatat hal-hal
penting ( mengenai pelajaran ) diatas kertas. Ketujuh, merasa biasa-
biasa saja ketika hendak menghadap ujian. Karena seduah
mempersiapkan segala sesuatunya di jauh – jauh hari.
Kekurangan dari cara belajar siswa ini adalah dia tidak memenuhi
indikator keenam yakni cara melakukan konsentrasi, karena jarang
berkonsentrasi diwaktu pelajaran, mungkin dalam pikiran siswa ini ada
pikiran-pikiran atau masalah lain yang difikirkan diluar pelajaran.
3. Nimas Wulan Puspita
Siswa ini masuk dalam kategori siswa berprestasi urutan ketiga, karena
telah memenuhi tujuh indikaator angket (1,2,3,4,5,7 dan 8). Maing
masing indikator telah dijelaskan diatas. Berikut rincian dari cara
belajar siswa ini :
Pertama, siswa ini menerapkan pembuatan dan penerapan jadwal
dengan baik dan merasa tidak terikat atas jadwal yang dibuatnya
sendiri. Jadwal yang sudah dibuat kemudian dilaksanakan dengan
disiplin, karena bagaimanapun baiknya jadwal yang dibuat tidak akan
berarti bila tidak dikerjakan. Kedua, untuk menambah pengetahuan
yang didapatnya dari kelas, siswa ini selalu membaca buku
diperpustakaan. Ia selalu menyempatkan waktu luang untuk membaca
buku diperpustakaan dengan rajin dan continue. Ketiga, selalu
mencatat hal-hal penting yang kurang dimengerti, kemudian
ditanyakan kepada guru. Keempat, siswa ini selalu mempersiapkan
perlengkapan tulis dan lembar catatan untuk keperluan mengikuti dan
63
mencatat pelajaran sebelum pelajaran dimulai serta menanyakan materi
yang tidak dipahami kepada guru dan tidak merasa takut dianggap
bodoh oleh guru. Kelima, selalu mengasah kemampuan sendiri dengan
mengerjakan latihan soal-soal dan mengulang segala materi pelajaran
yang belum difahami pada malam harinya. Karena dengan mengulangi
pelajaran maka bahan pelajaran akan tetap tertanam dalam otak serta
penjelasan yang diberikan oleh guru akan menjadi lebih jelas apabila
kita mengulangi pelajaran sendiri. Keenam, selalu menulis-nulis inti
pelajaran di selembar atau secarik kertas untuk mempermudah
menghafal dan menguasai materi pelajaran. Ketujuh, tenang ketika
akan menghadapi ujian. Diusahakan agar tidak down, dikarenakan
sudah mempersiapkan segala sesuatunya jauh-jauh hari sebelum ujian
dimulai.
Kekurangan dari cara belajar siswa ini adalah dia tidak memenuhi
indikator keenam yakni cara melakukan konsentrasi, karena jarang
berkonsentrasi diwaktu pelajaran, mungkin dalam pikiran siswa ini ada
pikiran-pikiran atau masalah lain yang difikirkan diluar pelajaran.
Mengenai cara mengulangi pelajaran, mungkin siswa ini merasa hanya
dengan mengerjakan latihan-latihan soal saja sudah cukup untuk
mengulang materi yang telah disampaikan oleh guru, sehingga jarang
melakukan pengulangan pelajaran pada tiap malam hari di setiap
harinya.
64
b. Cara Belajar Siswa Kurang Berprestasi
Dari pengelolahan data yang ada, pada akhirnya dapat dijelaskan
sebagai berikut yaitu tiga siswa yang masuk dalam kategori kurang
berprestasi, tentunya tetap disesuaikan dengan kriteria yang telah
peneliti tetapkan pada indikator penilaian cara belajar siswa kurang
berprestasi. Berikut adalah penjelasan mengenai cara belajar siswa
kurang berprestasi :
1. Anas Ibnu I
Siswa ini dikategorikan kurang berprestasi karena hanya
memenuhi tiga indikator ( 4,7 dan 8 ) dari delapan indikator cara
belajar siswa berprestasi. Dapat dijelaskan bahwa siswa ini
memiliki cara belajar yang kurang baik dan tidak disiplin.
Pertama, tidak membuat jadwal belajar harian secara terstruktur.
Sehingga secara tidak langsung ia merasa tertekan dengan cara
belajarnya sendiri.Kedua, siswa ini merasa sudah cukup dengan
pengetahuan yang didapatnya di kelas. Tidak ada kemauan untuk
menambah pengetahuan dengan pergi ke perpustakaan. Ketiga,
siswa ini lebih suka belajar dengan cara apa adanya. Seperti
membaca buku pelajaran yang bertumpuk-tumpuk, tanpa membuat
ringkasan singkat tentang materi yang sedang dipelajari. Sehingga
cara ini secara tidak langsung mempersulit cara belajar yang
diterapkanya. Keempat, menyiapkan segala hal-hal yang
dibutuhkan sebelum guru masuk ke dalam kelas. Seperti
menyiapkan alat-alat tulis, buku lks dan lain-lain. Mendengarkan
65
materi yang sedang dijelaskan guru secara seksama atau serius.
Kelima, siswa ini mempelajari kembali pelajaran yang sudah
diperoleh saat dikelas pada malam harinya jika ia sedang
menginginkannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa hanya
belajar pada waktu-waktu tertentu saja. Keenam,tidak pernah
berlatih mengerjakan soal-soal latihan secara pribadi. Hanya
mengerjakan soal-soal ketika disuruh guru semata. Ketujuh,
mencatat materi inti dari masing-masing mata pelajaran di sebuah
kertas atau lainya. Tujuanya untuk memudahkan menghafal
materi-materi yang telah diajarkan.Ketujuh, merasa gugup ketika
hendak menjelang ujian. Sebenarnya siswa ini telah membuat
persiapan jauh hari sebelum ujian dimulai.
2. Devina Halla M
Siswa ini dikategorikan kurang berprestasi karena hanya
memenuhi 3 indikator penilaian ( indikator 5 dan 7 ) tentang cara
belajar siswa berprestasi. Dapat dijelaskan bahwa siswa ini
melaksanakan cara belajar yang tidak teratur dan tidak disiplin.
Pertama, siswa ini tidak membuat jadwal belajar, ia akan belajar
ketika ada tugas atau saat ada ujian. Kedua, siswa ini jarang
membaca buku dan pergi ke perpustakaan. Ketiga,tidak pernah
mencatat hal-hal penting yang disampaikan guru dalam kelas.
Keempat, tidak serius ketika mendengarkan materi yang dijelaskan
guru atau tidak konsentrasi dalam pembelajaran. Kelima, siswa ini
mempelajari kembali pelajaran yang sudah diperoleh saat dikelas
66
pada malam harinya jika ia sedang menginginkannya. Keenam,
siswa ini jarang membuat catatan hal-hal penting dari penjelasan
yang disampaikan gurunya dan ia juga jarang membaca buku-buku
pelajaran.Ketujuh, kurang konsentrasi dalam PBL karena
terfikirkan masalah-masalah yang ada diluar pelajaran. Merasa
takut dan gugup ketika menjelang ujian. Karena tidak
mempersiapkan segala sesuatunya jauh hari sebelum ujian
dimulai. Ketika ujian akan dimulai, siswa ini lebih sering
menggunakan cara belajar sks ( sistem kebut semalam ).
3. El Yana Bahagianto
Siswa ini dikategorikan berprestasi karena hanya memenuhi
3 indikator penilaian ( indikator 4,5 dan 6 ) tentang cara belajar
siswa berprestasi Dapat dijelaskan bahwa siswa ini melaksanakan
cara belajar yang tidak disiplin dan tidak teratur. Pertama, siswa
ini tidak membuat jadwal belajar karena hal tersebut akan
membuatnya menjadi tertekan. Kedua, jarang membaca buku
pelajaran baik di rumahdiperpustakaan. Ketiga, siswa ini tidak
berusaha menanyakan hal-hal tentang pelajaran yang belum ia
mengerti dari penjelasan yang disampaikan guru saat proses
pembelajaran. Dan tidak pernah membuat catatan atau ringkasan
untuk memudahkan dalam belajar. Keempat, saat guru sedangkan
menjelskan siswa ini mendengarkan dan meperhatikan tapi tidak
mancatatnya. Kelima, siswa ini tidak berusaha latihan
mengerjakan soal-soal yang ada dibuku dan sebagai persiapan
67
untuk menghadapi ujian. Keenam, berkonsentrasi dalam
mendengarkan materi pelajaran yang disampaikan guru serta
mencatat hal-hal penting yang perlu untuk dicatat. Ketujuh, tidak
perlu menghafal materi pelajaran, yang terpenting membaca buku
secara teratur. Dan tidak pernah membuat catatan-catatan kecil di
kertas untuk mempermudah menghafal materi pelajaran yang ada.
Kedelapan, merasa takut dan gugup menjelang ujian. Hal tersebut
dilatar belakangi tidak adanya kesiapan mental yang matang jauh
hari sebelum ujian.
c. Perbedaan Cara Belajar Siswa Berprestasi dan Kurang Berprestasi
Siswa dikatakan berprestasi jika memenuhi sebanyak mungkin dari
delapan indikator cara belajar siswa berprestasi, yaitu seperti cara
membuat jadwal dan pelaksannannya, cara membuka buku, cara
membuat catatan, cara mengikuti pelajaran, cara mengulangi pelajaan,
cara melakukan konsentrasi, cara menghafal pelajaran, dan cara
menempuh ujian.
Jadi perbandingan secara umum antara siswa yang berprestasi dan
kurang berprestasi menurut peneliti adalah siswa yang berprestasi lebih
banyak menjawab kriteria-kriteria cara belajar yang telah ditentukan
oleh peneliti. Sedangkan siswa yang kurang berprestasi lebih sedikit
jawaban yang sesuai dengan indikator cara belajar yang telah
ditentukan oleh peneliti. Selain dari itu perbandingan juga dapat dilihat
dari cara belajar mereka. Siswa yang berprestasi lebih cenderung
mempunyai cara belajar yang baik dan disiplin. Untuk siswa yang
68
kurang berprestasi lebih dominan mempunyai cara belajar yang kurang
disiplin. Meskipun cara belajar yang baik tidak menjamin akan
menghasilkan prestasi yang optimal. Namun sekiranya dengan
memiliki cara belajar yang baik dapat meminimalisir hal-hal yang tak
diinginkan.
69
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMP Negeri 32
Surabaya kelas VII C, dapat diambil kesimpulan bahwa, cara belajar siswa
menentukan prestasi atau hasil belajar. Sebagian besar siswa berprestasi
memiliki cara belajar yang dapat dibilang sempurna, yaitu dengan memenuhi
kriteria yang diberi oleh peneliti. Sedangkan siswa yang kurang berprestasi
lebih dominan memiliki cara belajar yang kurang disiplin. Siswa yang
berprestasi tentunya akan lebih mudah dalam menerima materi pelajaran.
Karena sebagian besar dari mereka telah berhasil memenuhi indikator cara
belajar yang ditentukan peneliti. Siswa yang mempunyai cara belajar yang
baik, teratur dan disiplin akan menghasilkan prestasi belajar yang memuaskan
dan begitu juga sebaliknya. Jadi cara belajar siswa berbanding lurus terhadap
hasil belajar ataupun prestasi yang didapatkan.
B. Saran
Setiap individu mempunyai cara belajar yang berbeda-beda. Dari cara-cara
belajar yang bervariasi tersebut secara langsung dapat berpengaruh terhadap
hasil belajar yang didapatkan. Dan pada hakikatnya tidak ada siswa yang
bodoh di dunia ini, khususnya dalam dunia pendidikan. Setiap individu
mempunyai keahlian masing-masing yang mungkin dari sebagian besar
mereka belum mengetahui bakat terpendam tersebut. Siswa yang ahli dalam
bidang akademik, belum tentu ahli dalam bidang non akademik, seperti seni,
70
olahraga dan lain-lain. Dan juga apabila ada siswa yang berprestasi di setiap
kelas sebaiknya pihak sekolah utamanya SMP Negeri 32 Surabaya dapat
memberikan reward atau piagam penghargaan yang pantas. Siswa yang
berprestasi mendapatkan jam belajar tambahan dalam mengasah keahlianya
baik di bidang akademik atau non akademik. Karena selama ini pihak SMP
Negeri 32 Surabaya masih kurang dalam memberikan penghargaan kepada
siswanya yang berprstasi. Dengan begitu maka siswa yang berprestasi itu akan
menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi sekolahnya. Selain itu peran orang
tua harus dikedepankan dalam menentukan cara belajar yang baik bagi anak-
anaknya. Dengan demikian peran guru dan oran tua juga sangat berperan
terhadap siswa dalam memperoleh hasil belajar yang optimal
71
DAFTAR PUSTAKA
Sudjana, N. 1997. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta:
Rineka Cipta.
Purwanto, M. Ngalim. 2003. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional: Balai Pustaka.
Chatarina Tri Anni. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Press .
Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Arifin, Zainal. 1990. Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999,
Cet. Ke-2. Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dan Perspektif Islam, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Anita Sri, dkk.2008.Strategi Pembelajaran. Jakarta. Universitas Terbuka.
Abdurrahman. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Alfabeta.
Harahap, Nasrun, dkk. 2000. Teknik Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Bulan
Bintang.
72
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Kartadinata, Sunaryo, dkk. 2002. Bimbingan Di Sekolah dasar. Bandung;
CV.Maulana.
Nasution, Noehi, dkk 1992. Psikologi pendidikan.Jakarta: Dikti Depdikbud
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sumiati dan Asra, M, 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima
Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Perkasa
Rajawali.
Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta. Rineka Cipta.
The Liang Gie. 1987. Cara Belajar Yang Efisisen. Yogyakarya: Liberty.Tim
Tetap Penulis : Universitas Negeri Malang.
The Liang Gie. 1998. Cara Belajar Yang Efisien. Yogyakarta. Pusat Kemajuan
Studi.