PENELITIAN KUALITATIF : CARA BELAJAR SISWA BERPRESTASI DI SMP NEGERI 32 SURABAYA

72
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Winarno (1983) bahwa pembelajaran adalah proses berlangsungnya kegiatan belajar dan membelajarkan siswa dikelas. Pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi guru dan siswa dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dari definisi tersebut diketahui bahwa dalam proses pembelajaran terdapat beberapa unsur diantaranya adalah pembelajaran sebagai sebuah proses yang bertujuan untuk membelajarkan siswa di dalam kelas. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi yang bersifat edukatif antara guru dengan siswa. Kegiatan yang dilaksanakan tersebut bermuara pada satu tujuan yaitu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Diantara salah satu tujuan belajar yang paling terlihat adalah prestasi belajar yang dihasilkan oleh masing-masing siswa. Kegiatan belajar mengajar merupakan langkah awal yang dapat meningkatkan keberhasilan peserta didik dalam suatu pendidikan di sekolah. Karena keberhasilan dalam pendidikan sangat tergantung pada kinerja dari proses belajar mengajar. Guru mempunyai peran penting didalammnya, diantara peran guru adalah mampu membangun prestasi dan

Transcript of PENELITIAN KUALITATIF : CARA BELAJAR SISWA BERPRESTASI DI SMP NEGERI 32 SURABAYA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses yang

mengandung serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar hubungan

timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai

tujuan tertentu. Menurut Winarno (1983) bahwa pembelajaran adalah

proses berlangsungnya kegiatan belajar dan membelajarkan siswa dikelas.

Pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi guru dan siswa dalam rangka

menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dan untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Dari definisi tersebut diketahui bahwa dalam proses

pembelajaran terdapat beberapa unsur diantaranya adalah pembelajaran

sebagai sebuah proses yang bertujuan untuk membelajarkan siswa di

dalam kelas. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi yang

bersifat edukatif antara guru dengan siswa. Kegiatan yang dilaksanakan

tersebut bermuara pada satu tujuan yaitu untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Diantara salah satu

tujuan belajar yang paling terlihat adalah prestasi belajar yang dihasilkan

oleh masing-masing siswa.

Kegiatan belajar mengajar merupakan langkah awal yang dapat

meningkatkan keberhasilan peserta didik dalam suatu pendidikan di

sekolah. Karena keberhasilan dalam pendidikan sangat tergantung pada

kinerja dari proses belajar mengajar. Guru mempunyai peran penting

didalammnya, diantara peran guru adalah mampu membangun prestasi dan

2

mewujudkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran di kelas. Dalam

pembelajaran, guru merupakan salah satu tolok ukur berhasil atau tidaknya

pembelajaran di sekolah melaui prestasi siswa . Namun faktor lain yang

sangat berpengaruh terhadap prestasi siswa tidak lain adalah cara belajar

peserta didik itu sendiri.

Cara belajajar siswa merupakan salah satu faktor penting yang

sangat berpengaruh terhadap prestasi atau hasil belajar yang diperoleh.

Dalam pendidikan sering diketahui bahwa siswa yang mempunyai cara

belajar yang terstruktur dengan baik maka ia akan memperoleh nilai yang

baik. Begitu pula siswa yang cara belajarnya tidak teratur secara

sistematis, maka ia akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan

bahkan bisa dikatakan tidak memuaskan. Namun selama ini cara belajar

yang teratur tidak menjamin seorang siswa untuk memperoleh nilai

akademik yang memuaskan. Kemungkinan hal seperti ini disebabkan oleh

berbagai faktor, baik faktor internal dan eksternal siswa itu sendiri. Tidak

semua siswa ahli dalam bidang akademik. Ada sebagian siswa yang

kurang mahir dalam hal akademik, akan tetapi ia berprestasi dalam bidang

non akademik dan sebaliknya. Jadi pada hakikatnya tidak ada siswa yang

bodoh, semua siswa bisa. Hanya kekurangan mungkin yang membuat

mereka dikatakan bodoh, padahal dengan belajar yang baik, mempunyai

cara belajar yang baik pula,tentunya akan meminimalisir hasil belajar yang

kurang baik.

Keberhasilan belajar seorang siswa dalam menguasai pelajaran di

sekolah tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor

3

tersebut bisa dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa. Faktor dari

dalam diri siswa diantaranya cara belajar dan kebiasaan belajar. Oemar

Hamalik, (2008: 10) mengemukakan bahwa “seseorang yang ingin

berhasil dalam belajar hendaknya mempunyai sikap serta kebiasaan belajar

yang baik karena prestasi belajar yang baik dapat diperoleh melalui proses

belajar yang baik”1. Cara belajar siswa disekolah ataupun dirumah sangat

menentukan prestasi belajar yang akan dihasilkan. Cara belajar akan

berbanding lurus dengan hasil yang didapatkan. Siswa yang mempunyai

cara belajar yang baik, aktif, dan disiplin maka akan memperoleh hasil

belajar yang memuaskan dan begitu pula sebaliknya. Namun cara belajar

yang baik tidak sepenuhnya menjamin prestasi belajar yang baik dan

memuaskan. Namun setidaknya dengan mempunyai cara belajar yang

baik, diharapkan dapat meminimalisir hasil belajar atau prestasi belajar

yang tidak diinginkan.

Pada dasarnya setiap siswa mempunyai cara belajar yang berbeda-

beda antara satu dengann yang lainya. Diantara perbedaan tersebut

seharusnya bisa menjadi keunikan tersendiri diantara masing-masing

individu, bukan malah menjadi hal yang membebankan masing-masing

siswa. Karena dengan perbedaan itu, antara satu individu dengan individu

lain dapat saling melengkapi. Perbedaan itu dapat dilihat dari dua segi,

yakni horizontal dan vertikal. Perbedaan segi horizontal adalah perbedaan

individu dalam aspek mental, seperti tingkat kesadaran, bakat, minat,

ingatan, emosi, dan sebagainya. Perbedaan vertikal adalah perbedaan

1 Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. hlm.10.

4

individu dalam aspek jasmaniah, seperti: bentuk, tinggi dan besarnya

badan, tenaga, dan sebagainya. Masing-masing aspek individu tersebut

besar pengaruhnya terhadap kegiatan dan keberhasilan belajar.

Dewasa ini kecerdasan dalam proses pendidikan dianggap sangat

penting dan dapat menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam

belajar. Mungkin pandangan seperti ini lebih condong tehadap

kemampuan kognitif siswa. Siswa yang kurang cerdas menunjukkan ciri-

ciri belajar lebih lamban, memerlukan banyak latihan, membutuhkan

waktu yang lebih lama untuk maju, tidak mampu melakukan abstraksi

sedangkan siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi pada

umumnya memilki perhatian yang lebih baik, belajar lebih cepat, kurang

memerlukan latihan, mampu menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu

yang singkat, mampu menarik kesimpulan dan melakukan abstraksi.

Dari berbagai permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka

peneliti berkesimpulan untuk melakukan suatu penelitian terhadap tiga

siswa berprestasi dan tiga siswa kurang berprestasi, hal ini ditujukan untuk

mengetahui cara belajar yang digunakan dan perbedaan cara belajar

keduanya.

B. Fokus Peneleitian

Fokus penelitian ini adalah meneliti cara belajar siswa berprestasi

pada siswa kelas VII C yang masuk rangking tiga besar teratas dan

rangking tiga besar terbawah di SMP Negeri 32 Surabaya. Penelitian ini

hanya dibatasi untuk satu kelas saja.

5

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana cara belajar siswa yang masuk ranking 3 besar teratas kelas

VII C SMP Negeri 32 Surabaya Tahun Ajaran 2013/2014?

2. Bagaimana cara belajar siswa yang masuk ranking 3 besar terbawah kelas

VII C SMP Negeri 32 Surabaya Tahun Ajaran 2013/2014

3. Bagaimana perbedaan cara belajar siswa yang masuk ranking 3 besar

teratas dan 3 besar terbawah kelas VII C SMP Negeri 32 Surabaya Tahun

Ajaran 2013/2014?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Cara belajar siswa yang masuk ranking 3 besar teratas kelas VII C SMP

Negeri 32 Surabaya Tahun Ajaran 2013/2014.

2. Cara belajar siswa yang masuk ranking 5 besar terbawah kelas VII C SMP

Negeri 32 Surabaya Tahun Ajaran 2013/2014.

3. Perbedaan cara belajar siswa yang masuk ranking 3 besar teratas dan 3

besar terbawah kelas VII C SMP Negeri 32 Surabaya Tahun Ajaran

2013/2014.

6

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah mampu

memberikan wawasan dan sumber keilmuan tentang cara belajar yang

baik bagi siswa ataupun pendidik, guna menunjang prestasi belajar yang

memuaskan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Dapat membantu siswa dalam memahami cara belajar yang baik,

yang dapat mendukung prestasi belajar yang dihasilkan.

b. Bagi Guru

Dapat digunakan sebagai acuan guru dalam menerapkan

kegiatan belajar mengajar dikelas yang lebih efektif dan efisien.

Sehingga pembelajaran lebih menarik, serta memotivasi guru untuk

lebih kreatif dan inovatif dalam kegiatan belajar mengajar.

c. Bagi Peneliti lain

Untuk memberi pengalaman dalam mempersiapkan strategi

mengajar yang baik pada kegiatan belajar mengajar sekaligus

memanfaatkan ilmu pengetahuan yang telah peneliti peroleh

selama di bangku perkuliahan. Selain itu juga sebagai bahan

pertimbangan untuk melakukan penelitian serupa bagi peneliti lain.

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Belajar

Belajar menurut pengertian secara psikologis, adalah merupakan

suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah

laku. Menurut Slameto pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai

berikut: .Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya ( Slameto. 2003 : 2 )2

Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia.

Melalui belajar, manusia mengalami proses perubahan sehingga

pengetahuan, tingkah laku, pemahaman maupun keterampilannya pun

berubah. Belajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan setiap

orang secara maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu.

Gagne dalam Sri Anita (2008: 13)3 menyatakan bahwa “ belajar

adalah suatu proses dimana organisme berubah perilakunya akibat

pengalaman”. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu jika telah terjadi

2 Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta. Hlm

2

3 Anita Sri, dkk.2008.Strategi Pembelajaran. Jakarta. Universitas Terbuka.hlm.13.

8

perubahan tertentu misalnya seseorang siswa tidak dapat mengoperasikan

komputer kemudian dia belajar komputer akhirnya mahir menggunakan

komputer.

Belajar juga dapat diartikan proses perubahan perilaku akibat

interaksi individu dengan lingkungannya (Sumiati dan Asra, 2009: 38)4.

Lingkungan yang baik untuk belajar adalah lingkungan yang memacu dan

menantang siswa belajar. Belajar dapat melalui pengalaman langsung

maupun tidak langsung. Belajar dari pengalaman langsung hasilnya akan

lebih baik karena siswa akan lebih memahami dan lebih menguasai

pelajaran.

M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan,

mengemukakan bahwa belajar adalah tingkah laku yang mengalami

perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik

fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan

suatu masalah atau berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun

sikap (Purwanto, 2003: 85)5

Garry dan Kengsley dalam Sunarya Kartadinata dkk (2002:46)6

menyatakan bahwa “belajar adalah proses tingkah laku (dalam arti luas)

ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan”. Bayi yang tadinya

belum bisa merangkak kemudian dapat merangkak, perubahan tersebut

terjadi kematangan dan merupakan proses perkembangan pertumbuhan.

4 Sumiati dan Asra, M, 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. hlm.38.

5 Purwanto, M. Ngalim. 2003. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.Hlm 85

6Kartadinata, Sunaryo, dkk. 2002. Bimbingan Di Sekolah dasar. Bandung; CV.Maulana.hlm.46.

9

Kematangan ini merupakan faktor penting yang mempengaruhi hasil

belajar. Oleh karena itu belajar membutuhkan waktu.

James O. Whittaker (dalam Aunurrahman 2009:35)7

mengemukakan bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku

ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar adalah

suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman.

Slameto (2003:2)8 juga menyatakan bahwa “Belajar adalah suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”.

Dalam kepustakaan pendidikan kita mengenal konsep learning

yaitu belajar. Menurut Skiner dalam Noehi Nasution (1992:77)9 proses

belajar melalui tiga tahapan yaitu :

Pertama : adanya rangsangan atau stimulus atau situasi (S) yang

dihadapi oleh atau dihadapkan pada murid,

Kedua : lahirnya perilaku atau behavior (B),

Ketiga : penguatan atau Reinforcement (R).

Mengenai perubahan bentuk atau proses transformasi belajar

Bruner dalam Noehi Nasution (1992: 78)10 berlangsung dalam tiga bentuk

yaitu :

7 Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Alfabeta.hlm.35.

8 Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta. PT Rineka Cipta.

hlm.2.

9 Nasution, Noehi, dkk 1992. Psikologi pendidikan.Jakarta: Dikti Depdikbud. hlm.77.

10

a) Bentuk enactive merupakan yang sangat operasional tidak menggunakan

citra (bayangan) tetapi dalam bentuk tindakan.

b) Bentuk iconic merupakan yang nampak lebih maju dalam penggunaan

bayangan tetapi masih belum menggunakan bahasa.

c) Bentuk symbolik merupakan proses yang lebih dari tindakan dan imajinasi

yakni dengan menggunakan bahasa.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah sesuatu yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh perubahan

tingkah laku secara bertahap dan berkelanjutan sebagai hasil dari latihan

dan pengalaman serta interaksi dengan lingkungan yang melibatkan

kognitif.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Belajar dan cara belajar memiliki faktor-faktor yang dapat

mempengaruhinya. Diantara faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi

dua, yaitu faktor instrinsik yang berasal dari dalam diri sendiri dan faktor

ekstrinsik yang berasal dari luar diri individu.

Nana Sudjana (2005: 39-40) menyebutkan faktor-faktor yang

menentukan pencapaian hasil belajar antara lain 11 :

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa yaitu faktor yang berasal

dari dalam diri siswa misalnya kemampuan yang dimilikinya, motivasi

belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial

10 Nasution, Noehi, dkk 1992. Psikologi pendidikan.Jakarta: Dikti Depdikbud. hlm.78.

11 Sudjana, N. 1997. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo

11

ekonomi, faktor fisik dan psikis. Dan Faktor yang berasal dari luar diri

siswa atau faktor lingkungan. Salah satu lingkungan belajar yang paling

dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah adalah kualitas

pengajaran, yaitu efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai

tujuan pengajaran. Menurut Winarno Surachmad (1984: 77)

mengemukakan bahwa faktor fisiologik yang mempengaruhi belajar siswa

adalah:

Cara mengajar dan sistem pembelajaran yang diterapkan di sekolah

Gangguan visual yang tidak nampak sering kali disertai gejala-

gejala pusing, mual, sakit kepala, malas dan kehilangan konsentrasi

pada pelajaran.

Kelelahan dalam belajar dapat dibedakan antara kelelahan mental

dankelelahan fisik. Orang yang mengalami kelelahan fisik di dalam

badannya terdapat substansi yang meracun. Sedangkan orang yang

mengalami kelelahan mental dapat dilihat adanya kelesuan dan

kebosanan sehingga akan kehilangan minat dan dorongan untuk

menghasilkan sesuatu.

Umur, jenis kelamin dan perkembangan jasmani

Sedangkan menurut Sumardi Suryabrata (2002:233)12 adapun

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap cara belajar dibagi menjadi dua :

Intrinsik ( dari dalam diri siswa ), yang meliputi faktor psikis

a) Bakat adalah kemampuan untuk belajar.

b) Kecerdasan

12 Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Perkasa Rajawali.

hlm.233.

12

c) Minat adalah kecenderungan untuk tetap memperhatikan dan

mengenang beberapa kegiatan.

d) Motivasi adalah kondisi psikologis untuk melakukan sesuatu.

e) Kemampuan kognitif yaitu kemampuan menalar pelajaran yang

diberikan.

f) Faktor fisiologis dibedakan menjadi 2 yaitu:

Keadaan tonus jasmani pada umumnya, hal tersebut

melatarbelakangi aktivitas belajar, keadaan jasmani yang segar

akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang

segar,

Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.

Ekstrinsik ( dari luar diri siswa ),

a) Faktor pengatur belajar mengajar di sekolah yaitu kurikulum

pengajaran, disiplin sekolah, fasilitas belajar, pengelompokan siswa

b) Faktor-faktor sosial di sekolah yaitu sistem sekolah, status sosial

siswa, interaksi guru dengan siswa.

c) Faktor situasional yaitu keadaan sosial ekonomi, keadaan waktu dan

tempat, dan lingkungan.

Menurut Gagne dalam Noehi Nasution (1992: 35)13 kondisi eksternal

atau dari luar dapat diatur oleh guru seperti adanya kegiatan guru

menimbulkan motivasi, pemilihan cara mengajar yang tepat,

menyenangkan serta sesuai dengan tahap perkembangan siswa sangat

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

13 Nasution, Noehi, dkk 1992. Psikologi pendidikan.Jakarta: Dikti Depdikbud. hlm.35.

13

3. Cara Belajar

Cara belajar pada dasarnya merupakan satu cara atau strategi

belajar yang diterapkan siswa, hal ini sesuai dengan pendapat The Liang

Gie (1987:48) yang mengemukakan bahwa “cara belajar adalah rangkaian

kegiatan yang dilaksanakan dalam usaha belajarnya”14.

Dari pendapat-pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

cara belajar siswa adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan siswa pada

situasi belajar tertentu, kegiatan-kegiatan tersebut merupakan pencerminan

usaha belajar yang dilakukannya.

Slameto (2003:82)15 juga berpendapat tentang cara-cara yang

dilakukan oleh siswa dalam belajar sebagai berikut : “Kebiasaan belajar

yang mempengaruhi buat catatan, mengulangi bahan pelajaran,

konsentrasi dan mengerjakan tugas”.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa

cara-cara belajar siswa meliputi

a) Cara membuat jadwal dan pelaksanaannya

b) Cara membaca buku

c) Cara membuat catatan

d) Cara mengikuti pelajaran

e) Cara mengulangi pelajaran

f) Cara melakukan konsentrasi

14 The Liang Gie. 1987. Cara Belajar Yang Efisisen. Yogyakarya: Liberty.Tim Tetap Penulis

Universitas Negeri Malang.hlm.48.

15 Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta. PT Rineka Cipta.

hlm.82.

14

g) Cara menghafal pelajaran

h) Cara menempuh ujian

Cara-cara belajar tersebut di atas, agar mencapai hasil belajar yang

optimal dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Cara Membuat Jadwal dan Pelaksanaannya

Mengatur waktu belajar merupakan salah satu masalah yang

dihadapi sebagian besar oleh siswa. Mereka kurang memiliki keteraturan

dan disiplin untuk menggunakan waktu secara efisien. Kesulitan

penggunaan waktu tersebut disebabkan karena siswa kurang dapat

memanfaatkan waktunya untuk bermacam-macam kegiatan dan tidak

mengetahui waktu-waktu terbaik untuk belajar. Siswa juga tidak

mempunyai rencana atau jadwal belajar yang tepat. Menurut Slameto

(2003:82)16 bahwa “Jadwal adalah pembagian waktu untuk sejumlah

kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang setiap harinya”. Jadwal juga

berpengaruh terhadap belajar. Seorang siswa perlu mempunyai jadwal

yang baik dan melaksanakan secara teratur dan disiplin agar belajarnya

dapat berjalan dengan baik dan berhasil.

b) Cara Membaca Buku

Menurut The Liang Gie (1998:11)17 mengemukakan bahwa

“Membaca adalah serangkaian kegiatan pikiran seseorang yang dilakukan

dengan penuh perhatian untuk memahami sesuatu keterangan yang

disajikan kepada indera penglihatan dalam bentuk lambar huruf dan tanda

16 Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta. PT Rineka Cipta.

hlm.82.

17 The Liang Gie. 1998. Cara Belajar Yang Efisien. Yogyakarta. Pusat Kemajuan Studi.hlm.11.

15

lainnya”. Berdasarkan pengertian tersebut, membaca bukanlah kegiatan

mata untuk memandang serangkaian kalimat dalam bahan bacaan,

melainkan kegiatan pikiran memahami suatu keterangan melalui indera

penglihatan. Siswa harus memperhatikan kebiasaan-kebiasaan dalam

membaca agar dapat memberikan hasil yang sebesar-besarnya.

c) Cara Membuat Catatan

Membuat catatan, mempunyai pengaruh yang besar terhadap hasil

belajar siswa. Diharapkan dalam setiap pembelajaran siswa mampu

mencatat poin-poin penting terhadap apa-apa yang disampaikan guru .Hal

tersebut dikarenakan dengan memiliki catatan singkat sangat memudahkan

siswa dalam memahami materi pelajaran. Dengan pemahaman yang

dimiliki siswa tentunya hasil belajar juga akan meningkat.

d) Cara Mengikuti Pelajaran

Menurut Hasbullah Thabrany (1995:69) ada tiga proses yang dapat

siswa lakukan jika hadir di dalam suatu kelas yaitu “Pertama,

mendengarkan guru atau dosen berbicara, kedua kita melihat tulisan,

ilustrasi atau grafik, dan ketiga kita mencatat atau menggambar”. Ada juga

berbagai kemungkinan peristiwa lain yang dapat membantu siswa

mengingat di dalam kelas. Misalnya, jika terjadi perdebatan atas suatu

konsep atau dalam melakukan diskusi di dalam kelas, siswa akan lebih

mudah mengingatnya.

Cara-cara atau petunjuk untuk mengikuti pelajaran di kelas,

menurut The Liang Gie (1998)18 adalah:

18 The Liang Gie. 1998. Cara Belajar Yang Efisien. Yogyakarta. Pusat Kemajuan Studi.

16

Persiapan Sarana

Persiapan Jasmani

Persiapan tekad

Persiapan pikiran

Dengan penjelasan sebagai berikut:

Persiapan Sarana

Persiapan pertama yang perlu dilakukan setiap siswa ialah

persiapan sarana, yaitu menyediakan perlengkapan tulis dan lembar

catatan untuk keperluan mengikuti dan mencatat pelajaran.

Persiapan Jasmani

Persiapan jasmani berarti seorang siswa melakukan usaha-usaha

mempersiapkan tubuhnya sehingga dalam keadaan sehat untuk mengikuti

pelajaran sebaik-baiknya, proses belajar akan terganggu jika kesehatan

seseorang terganggu. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah

mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu

banyak istirahat, tidur teratur, makan, olahraga, rekreasi.

Persiapan Tekad

Persiapan tekad dilakukan berwujud suatu hasrat yang bersungguh

sungguh untuk mengikuti dan mempelajari mata pelajaran yang akan

disajikan oleh pengajar.

Persiapan Pikiran

Persiapan pikiran ini berupa usaha membaca buku pelajaran wajib

atau bahan pelajaran lainnya sebelum mengikuti pelajaran.

e) Cara Mengulangi Pelajaran

17

Bahan atau materi pelajaran tidak mungkin dikuasai hanya satu

kali belajar saja. Materi yang dipelajari agar tidak mudah lupa harus

dipelajari berulangulang, sehingga benar-benar tertanam erat dalam

ingatan.

Slameto (2003:85)19 berpendapat bahwa “Mengulangi besar

pengaruhnya dalam belajar, karena dengan adanya pengulangan (review)

bahan yang belum begitu dikuasai serta mudah terlupakan akan tetap

tertanam dalam otak seseorang”. Berdasarkan pendapat tersebut

dinyatakan bahwa dengan mengulangi pelajaran yang sudah dipelajari

akan menjadi lebih bermakna dan memahami bahan pelajaran yang

diulang secara sungguh-sungguh.

Belajar dengan cara mengulangi bahan pelajaran yang baru diserap

dapat dibantu dengan membandingkannya dengan buku paket atau buku

penunjang lainnya yang berhubungan. Cara tersebut bertujuan untuk

memudahkan tingkat pemahaman. Penjelasan yang diberikan oleh guru

biasanya akan menjadi lebih jelas apabila kita mengulangi pelajaran

sendiri.

f) Cara Melakukan Konsentrasi

Menurut Slameto (2003:86)20 bahwa “Konsentrasi adalah

pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan mengesampingkan semua hal

yang lainnya yang tidak berhubungan”. Berdasarkan pengertian tersebut,

19 Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta. PT Rineka Cipta.

hlm.85.

20 Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta. PT Rineka Cipta.

hlm.86.

18

belajar konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata

pelajaran dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak

berhubungan dengan pelajaran. Slemeto (2003:87)21 juga mengatakan

bahwa: Agar dapat berkonsentrasi dengan baik (untuk mengembangkan

kemampuan konsentrasi lebih baik) perlulah diusahakan sebagai berikut:

pelajar hendaknya berminat atau punya motivasi yang tinggi, ada tempat

belajar tertentu dengan meja belajar yang bersih dan rapi, mencegah

timbulnya kejemuan/kebosanan, menjaga kesehatan dan memperhatikan

kelelahan, menyelesaikan soal/masalah-masalah yang mengganggu dan

bertekad untuk mencapai tujuan/hasil terbaik setiap kali belajar. Siswa

yang sudah biasa berkonsentrasi dalam belajar, maka hasil yang

diperolehnya akan lebih baik. Konsentrasi dalam belajar merupakan kunci

untuk menentukan keberhasilan siswa.

g) Cara Menghafal Pelajaran

Menghafal dalam belajar pada dasarnya bukanlah tujuan utama,

namun yang lebih penting adalah memahami/mengerti pelajaran.

Menghafal pelajaran juga penting dalam belajar, dalam hal ini hafal bukan

hanya hafal kata demi kata tetapi harus paham/mengerti betul dengan apa

yang anda hafal. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2004:44)22 “Ilmu

pengetahuan yang bersifat hafalan diakui sebagai bahan yang siap pakai,

terutama untuk menjawab soal-soal ujian/tentamen yang menghendaki

jawaban yang bersifat hafalan”. Berdasarkan hal tersebut, dapat dijelaskan

21 Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta. PT Rineka Cipta.

hlm.87.

22 Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta. Rineka Cipta.hlm.44.

19

bahwa siswa yang memahami dan hafal suatu konsep, maka dengan

mudah untuk menggunakannya sewaktu-waktu dalam menjawab soal.

Syarat-syarat untuk menghafal bahan pelajaran dengan baik

menurut Slameto (2003:86)23 sebagai berikut:

a) Menyadari sepenuhnya tujuan belajar.

b) Mengetahui betul-betul tentang makna bahan yang dihafal.

c) Mencurahkan perhatian sepenuhnya sewaktu menghafal.

d) Menghafal secara teratur sesuai dengan kondisi badan yang sebaik-baiknya

serta daya serap otak terhadap bahan yang harus dihafal.

h) Cara Mengikuti Ujian

Ujian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar

mengajar. Ujian merupakan alat untuk mengukur seberapa jauh

penguasaan siswa atas materi pelajaran yang telah dipelajari selama kurun

waktu tertentu. Ujian dapat mendorong siswa untuk membaca, menelaah,

membahas dan mengulangi pelajaran. Ujian dapat mendidik siswa untuk

percaya pada kemampuannya sendiri.

Cara-cara belajar di atas bukanlah hal yang mutlak bagi setiap

orang, karena tiap-tiap orang mempunyai sifat dan karakteristik yang

berbeda-beda. Cara-cara belajar tersebut hanya merupakan garis besarnya

saja, maka tiap-tiap orang bisa mengembangkan caranya sendiri dengan

kemampuan masing-masing.

23 Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta. PT Rineka Cipta.

hlm.86.

20

4. Prestasi Belajar

Dalam proses belajar mengajar dikelas untuk mengetahui berhasil

atau tidaknya pembelajaran yang dicapai siswa harus dilakukan evaluasi

yang hasilnya berupa prestasi belajar siswa. Kata prestasi belajar terdiri

dari dua suku kata, yaitu ‘prestasi’ dan ‘belajar’. Di dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan presatasi adalah: .Hasil yang

telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya) 24.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 895) prestasi adalah

hasil yang telah dicapai atau dilakukan,dikerjakan,dan sebagainya. 25

Belajar adalah proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan

ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar

memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap,

keyakinan, tujuan, kepribadian dan persepsi manusi (Catharina, 2004: 4).26

Menurut Sumadi (1998: 7) prestasi belajar adalah merupakan

ukuran keberhasilan belajar paling luas dipakai dalam penelitian. Pada

umumnya prestasi belajar terdapat pada buku raport setelah siswa

melakukan aktivitas belajar di sekolah dalam kurun waktu tertentu, seperti

catur wulan atau semester. Dengan prestasi belajar maka guru, siswa dan

orang tua akan mengetahui hasil yang dicapai dalam pembelajaran atau

pendidikan.27

24 Gepdikbud, 2002:895

25 Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional: Balai

Pustaka.Hlm 895

26 Chatarina Tri Anni. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Press . Hlm 4

21

Menurut Sardiman M.S dalam Green Heroes (2010) menyatakan

bahwa “Prestasi adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi

antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari

luar individu dalam belajar”. Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993:77)

mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang

dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

Prestasi belajar adalah hasil dari berbagai upaya dan daya yang

tercermin dari partisipasi belajar yang dilakukan siswa dalam mempelajari

materi pelajaran yang diajarkan oleh guru (Abdorrakhman, 2008: 87).28

Berdasarkan definisi yang dikemukakan beberapa tokoh di atas,

maka peneliti dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa belajar adalah

suatu proses perubahan tingkah laku yang merupakan sebagai akibat dari

pengalaman atau latihan.

5. Fungsi dan Kegunaan Prestasi Belajar

Untuk mengetahui seberapa jauh prestasi belajar telah dicapai

peserta didik, maka diadakan kegiatan evaluasi pembelajaran. Evaluasi

pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistematis

dengan mengumpulkan bukti-bukti untuk menentukan keberhasilan

belajar. Oemar Hamalik (2001:159) dalam bukunya menyatakan tentang

evaluasi hasil belajar merupakan keseluruhan kegiatan pengukuran

(pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran, dan

pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang

28 Abdurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Alfabeta. Hlm 87

22

dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan dalam upaya mencapai

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar menunjuk kepada

prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya

dan derajat perubahan tingkah laku.29

Tujuan diadakannya kegiatan evaluasi adalah untuk mengetahui

keefektifan dan keberhasilan kegiatan belajar mengajar sehingga dalam

pelaksanaannya evaluasi harus dilakukan secara terus-menerus baik itu

pada awal, pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar maupun

pada akhir tatap muka kegiatan belajar mengajar. Evaluasi pada umumnya

digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik,

terutama hasil yang berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran

sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Zainal Arifin (1991:2)30

mengemukakan fungsi utama prestasi belajar antara lain:

Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kualitas pengetahuan

yang telah dikuasai anak didik.

Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu

institusi pendidikan.

Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap

(kecerdasan) anak didik.

29 Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.Hlm 159

30 Arifin, Zainal. 1990. Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: Remaja

Rosdakarya.Hlm 2

23

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat diketahui bahwa betapa

pentingnya mengetahui prestasi belajar siswa, baik individual maupun

kelompok karena prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator

keberhasilan, dan juga berguna bagi guru yang bersangkutan sebagai

umpan balik dalam melaksanakan pembelajaran dikelas apakah akan

diadakan perbaikan dalam proses belajar mengajar ataupun tidak.

6. Evaluasi Prestasi Belajar

Prestasi belajar meliputi segenap ranah kejiwaan yang berubah

sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa yang

bersangkutan. Prestasi belajar dapat dinilai dengan cara:

Penilaian formatif. Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian

yang bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback), yang selanjutnya

hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses

belajar-mengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan.

Penilaian Sumatif. Penilaian sumatif adalah penilaian yang

dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai dimana

penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang

telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu (Purwanto, 2001:26).31

7. Jenis-jenis Prestasi Belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi

segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan

proses belajar siswa. Yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah

mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang

31 Purwanto, M. Ngalim. 2001. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya. Hlm 26

24

dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa,

baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun karsa. Kunci pokok untuk

memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis-

garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi belajar) dikaitkan dengan

jenis-jenis prestasi yang hendak diukur (Muhibbin Syah, 1999:150)32

Dalam sebuah situs yang membahas Taksonomi Bloom,

dikemukakan mengenai teori Bloom yang menyatakan bahwa, tujuan

belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah. Ketiga ranah

tersebut adalah ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam proses

kegiatan belajar mengajar, maka melalui ketiga ranah ini pula akan terlihat

tingkat keberhasilan siswa dalam menerima hasil pembelajaran atau

ketercapaian siswa dalam penerimaan pembelajaran. Dengan kata lain,

prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian siswa dalam penguasaan

ketiga ranah tersebut.

8. Kerangka Berpikir

Belajar adalah sesuatu yang dilakukan oleh manusia untuk

memperoleh perubahan tingkah laku secara bertahap dan berkelanjutan

sebagai hasil dari latihan dan pengalaman serta interaksi dengan

lingkungan yang melibatkan kognitif.

Cara belajar siswa adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan

siswa pada situasi belajar tertentu, kegiatan-kegiatan tersebut merupakan

pencerminan usaha belajar yang dilakukannya.

32 Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, Cet. Ke-2. Tafsir,

Ahmad, Ilmu Pendidikan dan Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hlm 150

25

Prestasi adalah suatu kecakapan atau hasil yang telah diperoleh

seseorang dari proses pembelajaran dengan penguasaan pengetahuan atau

keterampilan yang diperoleh dari ketekunan dalam berusaha.

Dari beberapa pengertian diatas dapat dibuat kerangka berpikir

bahwa cara belajar seorang siswa dapat mempengaruhi hasil belajar yang

berpengaruh pula pada prestasi siswa tersebut. Jika cara belajar siswa

efektif dan baik, maka prestasi belajarnya juga baik atau tinggi. Tetapi jika

cara belajar siswa tidak efektif, maka mengakibatkan prestasi belajarnya

rendah.

Siswa yang ingin berhasil dalam belajar, maka perlu adanya cara-

cara belajar yang efisien agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Cara belajar yang digunakan antara siswa yang satu berbeda dengan siswa

yang lain, artinya cara belajar yang cocok untuk seseorang belum tentu

sesuai dengan orang lain. Cara belajar yang baik akan membantu siswa

mempelajari dan memahami materi pelajaran yang telah diterimanya.

Siswa yang dapat mengembangkan cara-cara belajar yang paling cocok

dan paling baik bagi dirinya, maka dapat membantu meningkatkan prestasi

belajarnya.

Siswa yang dapat menerapkan cara-cara belajar yang baik, seperti

cara membuat jadwal dan pelaksanaannya, cara membaca buku, cara

membuat catatan, cara mengikuti pelajaran, cara mengulangi pelajaran,

cara melakukan konsentrasi, cara menghafal pelajaran dan cara menempuh

ujian serta dapat belajar mandiri, yang mana dari kemandirian akan

tumbuh sikap-sikap positif yang akan membantu keberhasilan belajar

26

dalam hal ini percaya diri, tidak tergantung terus-menerus pada orang lain,

tegas dalam mengambil keputusan dan memiliki sikap kreatif dalam

belajar, maka prestasi belajar yang dicapai merupakan hasil yang optimal.

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian dan Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

metode kualitatif. Karena masalah yang akan dibahas dalam penelitian

belum jelas dan belum diketahui oleh peneliti. Masalah akan diketahui

selanjutnya setelah peneliti melakukan observasi dilapangan terlebih

dahulu.

Permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti merupakan masalah

yang bersifat sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih

menggunakan metode penelitian kualitatif untuk menentukan cara

mencari, mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data hasil penelitian

tersebut. Penelitian kualitatif ini dapat digunakan untuk memahami

interaksi sosial, misalnya dengan teknik wawancara dan sebagainya.

Sehingga akan ditemukan pola-pola yang jelas.

Moleong ( 2007 : 6 ) menjelaskan, bahwa penelitian kualitatif

adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami oleh subjek penelitian secara holistic ( utuh ) dan dengan

cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks

khusus yang alamiah, serta dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah yang salah satunya bermanfaat untuk keperluan meneliti dari segi

prosesnya.

Senada dengan Moleong, Bungin ( 2003 ) dalam Andi ( 2010 : 13 )

mengungkapkan, data dalam penelitian kualitatif bukanlah berdasarkan

28

atas tabel angka-angka hasil pengukuran atau penilaian secara langsung

yang mana dianalisis secara statistik.

Moleong ( 2008 : 9 ) kembali menjelaskan, dalam penelitian

kualitatif, peneliti itu sendiri dengan bantuan orang lain merupakan alat

pengumpul data utama dengan menggunakan metode penelitian yang

meliputi pengamatan, wawancara dan penelaahan dokumen. Data data

yang akan dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan secara sederhana,

bahwa metode penelitiann ini berusaha mendeskripsikan objek penelitian

berdasarkan data dan fakta sebenarnya, serta berusaha menganalisis

konsep-konsep yang telah dikembangkan sebelumnya dengan peneliti

sebagai instrumen itu sendiri dalam memecahkan permasalahanya.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Suatu penelitian memerlukan tempat penelitian yang akan

dijadikan obyek untuk memperoleh data yang diperlukan guna mendukung

tercapainya tujuan penelitian. Tempat penelitian ini adalah lokasi yang

digunakan untuk melaksanakan kegiatan penelitian. Sedangkan penelitian

ini dilaksanakan di SMP Negeri 32 Surabaya.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini di khususkan untuk siswa kelas VII C SMP

Negeri 32 Surabaya tahun ajaran 2014/2015.

29

D. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data,

Instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Lembar angket respon siswa

Angket ini digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap

cara belajar yang digunakan . Angket ini diisi sendiri oleh siswa tanpa

pengaruh dari orang lain. Lembar angket dalam penelitian ini di

khususkan untuk siswa.

2. Lembar Wawancara

Peneliti menggunaan tabel pertanyaan wawancara yang ditujukan

kepada guru salah satu mata pelajaran. Sedangkan lembar wawancara

dikhususkan untuk guru mapel dalam kelas tertentu.

3. Peneliti Sendiri

Selain kedua instrumen diatas, disini peneliti berperan aktif sebagai

subyek penelitian sekaligus berperan sebagai instrumen penelitian itu

sendiri. Dikarenakan peneliti mempunyai peran penting dalam

menjalankan penelitian yang sedang dilakukan.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan alat ( instrumen )

pengumpul data utama, karena peneliti adalah manusia yang dapat

berhubungan dengan respondem atau objek lainya, serta mampu

memahami kaitan kenyataan-kenyataan dilapangan. Oleh karena itu

peneliti juga berperan serta dalam pengamatan atau participant

observation ( Moleong, 2007 : 9 ).

30

Sedangkan menurut Nasution ( 2003 : 55 ) menjelaskan bahwa

tidak ada pilihan lain dari pada manusia sebagai instrumen penelitian

utama dalam penelitian kualitatif, karena segala sentuhanya belum

mempunyai kepastian dan masih perlu dikembangkan lebih lanjut.

Sehingga hanya peneliti itu sendiri sebagai alat yang dapat

mencapainya.

E. Sampel Sumber Data

Sumber data menurut Arikunto ( 2005 : 88 ) adalah benda, hal atau

orang tempat peneliti, mengamati, membaca, atau bertanya tentang data.

Lebih lanjut dikatakan bahwa, secara umum sumber data dapat

diklasifikasikan menjadi tiga jenis yang disingkat dengan 3P, yaitu :

a. Person ( orang ) adalah tempat peneliti bertanya mengenai

variabel yang sedang diteliti.

b. Paper ( kertas ) adalah berupa dokumen, warkat, keterangan,

arsip, pedoman, surat keputusan ( SK ), dan sebagainya.

c. Place ( tempat ) adalah sumber data keadaan ditempat

berlangsungnya suatu kegiatan yang berhubungan dengan

penelitian.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sumber data ini adalah tempat,

orang atau benda yang dapat memberikan data sebagai bahan penyusunan

informasi bagi peneliti. Menurut Lofland ( dalam Moleong, 2007 : 157 )

sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan

tindakan, selebihnya data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

31

Sehingga sampel sumber data dalam penelitian kualitatif ini dapat

diambil dari informan, tempat dan peristiwa serta arsip atau dokumen yang

berhubungan dengan permasalahan penelitian. Berdasarkan pertimbangan

jenis data yang dibutuhkan maka sumber data pada penelitian ini adalah :

1. Informan

Pengertian informan dalam penelitian kualitatif adalah seseorang

yang dipandang mengetahui permasalahan yang sedang dikaji dalam

penelitian dan bersedia untuk memberikan informasi kepada peneliti yang

berupa kata-kata. Peneliti akan memilih informan sesuai dengan judul

penelitian, sehingga diharapkan akan diperoleh data yang obyektif. Dalam

penelitian ini peneliti memilih informan yaitu siswa kelas VII C SMP

Negeri 32 Surabaya dan guru maata pelajaran IPS yang mengajar dikelas

tersebut.

2. Tempat dan Peristiwa

Kegiatan penelitian kualitatif tidak lepas dari wawancara dan

observasi yang akan melibatkan tempat, pelaku dan peristiwa yang terjadi.

Hal tersebut dilakukan agar peneliti dapat berhasil memperoleh data

obyektif sesuai dengan tujuan. Lokasi yang digunakan sebagai tempat

dalam penelitian ini adalah kelas VII C di SMP Negeri 32 Surabaya.

3. Dokumen dan Arsip

Dokumen dan arsip merupakan sumber data tambahan yang berupa

catatan-catatan tertulis. Dokumen dan arsip yang digunakan dalam

penelitian ini adalah daftar absensi siswa, daftar nilai siswa dalam satu

semester, kecuali nilai uas atau ujian akhir semester.

32

F. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah:

1. Purposive Sampling

Maksud dari purposive sampling ( sampel yang sudah tertuju )

yaitu peneliti menentukan langsung obyek yang akan dijadikan

penelitian.Teknik pengambilan sampel sumber data dilakukan dengan

pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut adalah dipilihnya

individu atau sekumpulan individu yang mengetahui tentang apa yang

diharapkan peneliti atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan

memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Teknik Purposive

Sampling dengan cara memilih siswa kelas VII C SMP Negeri 32

Surabaya. Dalam satu kelas tersebut akan dilakukan serangkaian

seleksi. Pertama melaui wawancara guru, kedua melaui akumulasi nilai

belajar selama satu semester ( kecuali nilai uas ), ketiga melalui

akumulasi nilai jawaban angket dan yang terakhir yaitu melalui

sejumlah jawaban angket yang disesuaikan dengan seberapa besar

indikator yang dijawab oleh obyek penelitian ( sesuai indikator yang

ditentukan oleh peneliti ). Dalam hal ini siswa kelas VII C yang

dijadikan obyek penelitian. Dari serangkaian tahapan tersebut peneliti

akan menentukan tiga siswa yang paling berprestasi dan tiga siswa

yang kurang berprestasi. Dan selanjutnya akan dilakukan penelitian

untuk mengetahui cara belajar siswa berprestasi.

33

G. Teknik Pengumpulan Data dan Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitiaan ini, peneliti menggunakan tiga teknik

pengumpulan data, yaitu :

1. Observasi

Menurut Nasution dalam Sugiono (2014: 226)33 menyatakan

bahwa,“observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan”. Observasi juga

memiliki pengertian yaitu, pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala

dalam objek penelitian.

Observasi menurut Raco ( 2010 : 112 ) adalah bagian dalam

pengumpulan data. Observasi berarti mengumpulkan data langsung dari

lapangan. Adapun menurut Sutrisno Hadi ( 1987 ) dalam Andi Prastowo (

2010 : 27 ) mengartikan observasi adalah sebagai pengamatan dan

pencatatan secara sistematik terhadap suatu gejala yang tampak pada objek

penelitian.

Dalam penelitian ini observasi yang dilakukan terhadap tingkah

laku subjek (siswa) selama kegiatan proses belajar mengajar di kelas

sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.

Dalam pada itu peneliti juga melakukan observasi secara terbuka dimana

peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan sebenarnya

kepada sumber data, bahwa sedang melakukan penelitian. Jadi mereka

yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktifitas peneliti (

33 Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:

Alfabeta.hlm.226.

34

Moleong : 2007 : 176). Oleh karena itu fakta atau fenomena yang akan

diobservasi adalah terkait unsur cara belajar siswa berprestasi, yang

meliputi tiga siswa paling terbaik di suatu kelas, tiga siswa kurang

berprestasi dalam suatu kelas, cara belajar dari siswa tersebut.

2. Wawancara

Menurut Esterberg ( 2002 ) dalam sugiyono ( 2007 : 72 )

mengungkapkan wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang

untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Sedangkan menurut Moleong ( 2007 : 186 ) wawancara adalah

percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (interviewer) dan terwawancara (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan.

Wawancara dilakukan dengan empat bentuk yaitu terstruktur, semi

terstruktur, tidak terstruktur dan kombinasi. Dalam hal ini peneliti

menggunakan teknik wawancara semi terstruktur yaitu :

a. Wawancara semi terstruktur

Dalam penelitian ini wawancara peneliti menggunakan metode

wawancara semiterstruktur, dimana dalam pelaksanaanya lebih bebas.

Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara

lebih terbuka, dimana pihak yang diwawancarai dimintai pendapat. Dalam

hal ini pihak yang diwawancarai adalah salah satu guru yang mengajar

dikelas VII C SMP Negeri 32 Surabaya yaitu guru IPS. Wawancara ini

dilakukan untuk memperoleh data tentang pengalaman guru dalam

35

mengajar kelas VII C. Mengetahui siswa yang paling berprestasi dan

kurang berprestasi menurut persepsi guru tersebut berdasarkan

pengalamannya mengajar dikelas tersebut. Hal ini dilakukan dalam rangka

memperoleh penjelasan atau informasi tentang hal-hal yang belum

tercantum dalam observasi dan dokumentasi.

Sebagaimana yang disarankan oleh ( Esterberg : 2002 ) dalam Sugiyono (

2008 : 73 ) peneliti akan mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang

akan dikemukakan oleh informan.

3. Dokomentasi

Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang

bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada di sekolah ataupun

yang berada di luar sekolah, yang ada hubungannya dengan penelitian

tersebut. Teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal atau

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.

Andi ( 2010 : 192 ) mengungkapkan dokumen merupakan rekaman

bersifat tertulis atau film dan isinya merupakan peristiwa yang telah

berlalu. Jadi, dokumen bukanlah catatan peristiwa yang terjadi saat ini dan

masa yang akan datang, namun catatan masa lalu.

Ditambahkan pula oleh Usman dan Akbar ( 1996 ) dalam Andi ( 2010 :

192 ) bahwa data-data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi

cenderung merupakan data sekunder sedangkan data-data yang

dikumpulkan dengan teknik pengamatan, dan wawancara cenderung

merupakan data primer atau data yang langsung didapat dari pihak

36

pertama. Merujuk Arikunto ( 2000 : 135 ), dokumentasi merupakan benda-

benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturen,

notulen, catatan harian, dan sebagainya. Adapun panduan pengambilan

data dokumentasi yang diperlukan.

Dalam penelitian ini teknik dokumentasi yang digunakan adalah

dokumentasi selama proses penelitian di kelas ( lapangan ), dokumentasi

nilai belajar siswa selama satu semester, kecuali nilai uas.

4. Alat Pengumpulan Data

a. Buku Catatan

Buku catatan ini berfungsi untuk mencatat semua perckapan

dengan sumber data.

b. Kamera

Diantara fungsi kamera dalam penelitian ini adalah untuk

mengambil gambar ketika peneliti sedang melakukan pembicaraan

dengan informan atau sumber data. Dengan adanya foto ini maka dapat

meningkatkan keabsahan penelitian. Penelitian akan lebih terpercaya,

karena penliti betul-betul melakukan pengumpulan data.

H. Rencana Pengujian Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, kesahihan data dapat diperoleh melalui:

1. Keabsahan Konstruk (Construct validity)

Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastian bahwa

yang diukur benar-benar merupakan variabel yang akan di ukur.

Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses pengumplan data yang

37

tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di

luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data itu. Menurut Wiliam Wierisma dalam Sugiono

(2014:370-371)34 ada 3 macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan

untuk mencapai keabsahan, yaitu:

a. Triangulasi sumber

Menguji keabsahan data dengan cara mengecek data yang

telah diperoleh melalui beberapa sumber, data yang telah dianalisis

oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya

dimintakan kesepakatan (member check) dengan beberapa sumber

tersebut;

b. Triangulasi teknik

Teknik untuk menguji data dengan cara mengecek data

kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya

data yang diperoleh dengan wawancara, alu dicek dengan

observasi,dokumentasi atau kuasioner;

c. Triangulasi waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data

yang dilakukan dengan teknik wawancara maupun observasi maka

hasilnya akan berbeda, untuk itu dalam rangka pengujian

keabsahan data dapat dilakukan dengan cara melakukan

34 Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:

Alfabeta..hlm.370-371.

38

pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam

waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data

yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga

sampai ditemukan kepastian datanya.

Penjelasan Triangulasi

Dalam hal ini Triangulasi dapat dikatakan sebagai teknik

pengumpulan data yang sekaligus menguji kredibiitas atau

keabsahan data. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan

data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dari sumber yang telah ada ( Sugiyono, 2008 :

83 ), bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi,

maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus

melakukan uji kredibilitas atau keabsahan data, yaitu mengecek

kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan

berbagai sumber.

Tujuan dari Triangulasi bukan untuk mencari kebenaran

tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan

pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.

Oleh karena itu, teknik triangulasi yang dimaksudkan

dalam penelitian ini adalah pengecekan data yang diperoleh dari

berbagai teknik pengumpulan data. Data dari observasi

dikonfirmasi melalui wawancara dan dokumentasi, data hasil

wawancara di konfirmasi melalui observasi dan dokumentasi, dan

data dari dokumentasi juga dikonfirmasi dari wawancara dan

39

observasi. Namun jika dalam penelitian menemui kejanggalan

antara data satu dengan data lainya, maka peneliti mengambil jalan

akhir yaitu mengambil data sesuai keyakinan kebenaran dari

peneliti seperti angket, dan menyesuaikan dengan indikator yang

telah ditentukan peneliti sebelumnya.

2. Keabsahan Internal (Internal validity)

Keabsahan internal merupakan konsep yang mengacu pada

seberapa jauh kesimpulan hasil penelitian menggambarkan keadaan

yang sesungguhnya. Keabsahan ini dapat dicapai melalui proses

analisis dan interpretasi yang tepat. Aktivitas dalam melakukan

penelitian kualitatif akan selalu berubah dan tentunya akan

mempengaruhi hasil dari penelitian tersebut. Walaupun telah dilakukan

uji keabsahan internal, tetap ada kemungkinan munculnya kesimpulan

lain yang berbeda.

3. Keabsahan Eksternal (Eksternal validity)

Keabsahan ekternal mengacu pada seberapa jauh hasil penelitian

dapat digeneralisasikan pada kasus lain. Walaupun dalam penelitian

kualitatif memeiliki sifat tidak ada kesimpulan yang pasti, penelitiaan

kualitatif tetapi dapat dikatakan memiliki keabsahan ekternal terhadap

kasus-kasus lain selama kasus tersebut memiliki konteks yang sama.

4. Keajegan (Reliabilitas)

Reliabilitas merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh

penelitian berikutnya akan mencapai hasil yang sama apabila

40

mengulang penelitian yang sama. Dalam penelitian ini, keajegan

mengacu pada kemungkinan peneliti selanjutnya memperoleh hasil

yang sama apabila penelitian dilakukan sekali lagi dengan subjek yang

sama. Hal ini menujukan bahwa konsep keajegan penelitian kualitatif

selain menekankan pada desain penelitian, juga pada cara

pengumpulan data dan pengolahan data.

I. Metode Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasikan data, menyeleksi berbagai data

yang ada dan menjadikan satu kesatuan yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

diceriterakan kepada orang lain.

Dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapan-

tahapan yang perlu dilakukan, diantaranya :

1. Mengorganisasikan Data

Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui

wawancara mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut

direkam dengan tape recorder atau sejenisnya dan dibantu alat tulis

lainya. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan mengubah hasil

wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis secara

verbatim. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar penulis

mengerti benar data atau hasil yang telah di dapatkan.

41

2. Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema dan Pola Jawaban

Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam terhadap

data, perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang

muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan

pedoman wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal

analisis sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan coding. Dengan

pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara

dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan

dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan

penjelasan singkat, kemudian dikelompokan atau dikategorikan

berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat.

Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang

diteliti. Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan

pemahaman terhadap hal-hal diungkapkan oleh responden. Data yang

telah dikelompokan tersebut oleh peneliti dicoba untuk dipahami

secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya.

Sehingga peneliti dapat menangkap pengalaman, permasalahan, dan

dinamika yang terjadi pada subjek.

3. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada terhadap Data

Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji

data tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian

ini. Pada tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau

kemabali berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan dalam bab

II, sehingga dapat dicocokan apakah ada kesamaan antara landasan

42

teoritis dengan hasil yang dicapai. Walaupun penelitian ini tidak

memiliki hipotesis tertentu, namun dari landasan teori dapat dibuat

asumsi-asumsi mengenai hubungan antara konsep-konsep dan faktor-

faktor yang ada.

4. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data

Setelah keterkaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi

terwujud, peneliti masuk ke dalam tahap penejelasan. Dan berdasarkan

kesimpulan yang telah didapat dari kaitanya tersebut, penulis merasa

perlu mencari suatu alternative penjelasan lain tentang kesimpulan

yang telah didapat. Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu

ada alternative penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada

kemungkinan terdapat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau

tidak terfikir sebelumnya. Pada tahap ini akan dijelaskan dengan

alternative lain melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini

akan sangat berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran.

5. Menulis Hasil Penelitian

Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan

suatu hal yang membantu penulis untuk memeriksa kembali apakah

kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan

yang dipakai adalah presentase data yang didapat yaitu, penulisan data-

data hasil penelitian berdasarkan wawancara dan observasi dengan

subjek melalui lembar dan hal-hal penting lainya.

Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari subjek penelitian,

dibaca berulang kali sehinggga penulis mengerti benar

43

permasalahanya, kemudian dianalisis, dibandingkan antara satu data

dengan data yang lainya. Dalam penelitian ini ditemukan beberapa

kejanggalan data. Kejanggalan data tersebut seperti data wawancara

guru tidak sesuai dengan data observasi melalui akumulasi nilai belajar

dan angket siswa.

Sehingga peneliti menempuh jalan akhir yaitu dengan

menyesuaikan indikator peneliti terhadap jawaban angket siswa.

Maksudnya siswa yang paling banyak menjawab angket sesuai delapan

indikator yang ditentukan peneliti, maka mereka akan dikategorikan

sebagai siswa berprestasi begitu pula sebaliknya. Selanjutnya

dilakukan interprestasi secara keseluruhan, dimana di dalamnya

mencangkup keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian. Jadi disini

peneliti lebih yakin menggunakan data hasil lembar angket dari pada

data yang lain.

44

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penemuan Data

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan

mencari informasi mengenai cara belajar siswa berprestasi. Dalam

penelitian ini dimulai dari pencarian tiga siswa peringkat teratas, dan tiga

siswa peringkat terbawah. Penelitian di awali dari penyeleksian dari

sejumlah siswa yang ada dalam satu kelas. Dari beberapa tahapan tersebut

kemudian diambil tiga siswa dengan peringkat teratas dan tiga siswa

peringkat terbawah. Penyeleksian ini dilakukan karena tidak adanya

korelasi antara satu data dengan data lainya. Sehingga peneliti

membutuhkan analisis lebih mendalam, guna menemukan kesimpulan

secara objektif.

Diawal penelitian sebenarnya peneliti telah menemukan jawaban

sementara dari salah satu guru yang mengajar di kelas tersebut. Namun

jawaban tersebut masih diragukan kebenarnya oleh peneliti. Hal tersebut

dikarenakan, data yang diambil masih dari satu persepsi saja mengenai

siswa berprestasi dan kurang berprestasi dalam suatu kelas. Disini peneliti

tidak mungkin mengambil data hanya dari salah satu guru dikelas tersebut.

Dan tentunya peneliti juga tidak mungkin untuk mewawancarai seluruh

guru mata pelajaran yang mengajar dikelas obyek penelitian. Namun

dalam penelitian selanjutnya peneliti menemukan ketidaksesuaian antara

45

data satu dengan data lainya. Misalnya saja ketidaksesuaian antara data

wawancara guru dengan hasil nilai belajar siswa. Menurut peneliti

anggapan berprestasi menurut guru hanya sebatas nilai kognitif, dan

kurang memperhatikan kemampuan siswa di luar akademik. Mungkin hal

seperti ini yang menjadi kelemahan pendidikan di Indonesia saat ini.

Dikarenakan masih banyaknya guru menganggap siswa berprestasi yang

mempunyai nilai akademis tinggi. Padahal masih banyak prestasi lain

diluar akademik yang kurang medapatkan perhatian dari pihak guru atau

sekolah bersangkutan. Berikut peneliti akan mencantumkan berbagai

penemuan data dalam penelitian :

1. Berikut data hasil wawancara guru yang membahas mengenai

siswa berprestasi :

Daftar pertanyaan wawancara terhadap guru :

1. Bagaimana cara belajar siswa berprestasi ?

2. Bagaimana kriteria penilaian anda terhadap prestasi siswa ?

3. Menurut anda, apa yang membedakan siswa berprestasi dan siswa

kurang berprestasi ?

4. Seperti apakah bentuk apresiasi anda terhadap siswa yang berprestasi ?

Berikut Jawaban Guru terhadap pertanyaan diatas :

1. Berdasarkan data yang diperoleh dari sumber penelitian yaitu guru

mengenai cara belajar siswa berprestasi dapat dijelaskan sebagai

berikut :

a. Selalu duduk di depan dan aktif dalam proses belajar mengajar di

kelas

46

b. Mempunyai kepribadian yang pendiam, suka menyendiri. Kurang

mau bergaul dengan teman yang mempunyai kemampuan

dibawahnya

c. Mengumpulkan tugas tepat waktu

d. Untuk secara detail mengenai cara belajar siswa yang berprestasi,

narasumber belum bisa memberi keterangan lebih detail.

Dikarenakan narasumber hanya mengetahui cara belajar dan

prestasi siswanya melalui keaktifan di kelas, nilai ulangan harian,

ujian tengah semester ( UTS ) dan ujian akhir semester ( UAS ).

2. Untuk pertanyaan kedua ini dapat dijelaskan sebagi berikut :

a. Dijelaskan bahwa rata-rata atau secara umum siswa yang

berprestasi mampu menguasai seluruh mata pelajaran. Namun juga

ada siswa yang hanya menguasai mata pelajaran tertentu. Seperti

Matematika, IPA, IPS dan sebagainya. Sekali lagi, guru hanya

mengetahui prestasi siswa dari keaktifanya dikelas,nilai ulangan

harian, ujian tengah semester, dan ujian akhir sekolah. Namun

kebanyakan guru di SMP Negeri 32 Surabaya masih meragukan

keotentikan hasil dari ulangan harian. Hal ini dikarenakan masih

banyaknya siswa yang mencontek. Beda halnya dengan ujian

tengah semester yang hasilnya lebih bisa dipercaya, dikarenakan

penjagaanya lebih ketat oleh para guru dari masing-masing mata

pelajaran.

3. Untuk pertanyaan ketiga ini, narasumber menjelaskan bahwa dirinya

tidak pernah membeda-bedakan antara siswa berprestasi dengan siswa

47

yang kurang berprestasi. Guru tetap memberikan perhatian yang sama

diantara semua siswa. Narasumber tidak ingin adanya kecemburuan

sosial antar siswa dikelak kemudian hari.

4. Sampai saat ini khususnya di SMP Negeri 32 Surabaya, siswa yang

memperoleh nilai akademik tinggi di setiap kelas hanya sebatas

diberikan reward (hadiah ) oleh masing-masing guru mata pelajaran

yang bersangkutan. Tidak jarang wali kelas juga ikut memberikan

hadiah terhadap siswa yang berprestasi. Hadiah yang diberikan

biasanya berupa makanan ringan atau snack, buku dan perlengakapan

tulis menulis. Sampai saat ini pun pihak sekolah belum memberikan

piagam penghargaan atau sertifikat resmi kepada siswa yang

memperoleh prestasi akademik di masing-masing kelas.

2. Data dari Jawaban Guru terhadap siswa berprestasi

Dari data wawancara dengan guru menyebutkan bahwa siswa

yang paling berprestasi dikelas VII C SMP Negeri 32 Surabaya adalah

Ninda Irsanti Nur Azizah dan yang sangat kurang berprestasi adalah

Fitria Ulfatul Khasanah. Disini guru hanya menyebutkan satu siswa

yang memiliki nilai akademik teratas dan satu siswa yang memiliki

nilai akademik terendah. Data ini mungkin hanya sebatas persepsi

guru. Peneliti juga belum bisa menyakini keterangan ini. Alasan

narasumber menyebut Ninda sebagai siswa berprestasi karena ia

dianggap siswa yang aktif dikelas, memiliki rata-rata nilai yang bagus,

hampir mampu menguasai seluruh mata pelajaran. Sedangkan Fitria

dianggap sebagai siswi yang pembolos, jarang masuk sekolah, tidak

48

mau bergaul dengan teman sebayanya, mempunyai nilai yang jelek

bahkan sangat kurang.

3. Hasil penentuan tiga Siswa berprestasi dan tiga siswa kurang

berprestasi berdasarkan total nilai belajar siswa, kecuali nilai

UAS :

a. Peringkat tiga teratas ( dari nilai tertinggi ke terendah )

Devira Nabilah R, memperoleh total nilai 724 ( paling

tinggi )

Dewi Rahmmadhani H., memperoleh total nilai 712

Puspa Dwi Liestiyanti, memperoleh total nilai 711

b. Peringkat tiga terbawah ( dari nilai tertinggi ke terendah )

Sefrian Bima Adi S, memperoleh total nilai 648 ( paling rendah )

M. Zidane Alfarisy, mempeoleh total nilai 652

Della Putri Amelia Narno, memperoleh total nilai 653

4. Hasil penentuan tiga Siswa berprestasi dan tiga siswa kurang

berprestasi berdasarkan total jawaban angket siswa secara

keseluruhan. Yang didalamnya terdapat kriteria siswa berprestasi

dan kurang berprestasi :

Kriteria :

Kurang berprestasi : 35 – 46

Berprestasi : 47 – 58

Setelah dilakukan verifikasi data, maka dapat ditentukan seperti

berikut :

a. Tiga peringkat teratas

Naufal Hafidz, memperoleh total nilai angket 49

49

Muflihatul Fadhilah, memperoleh total nilai angket 47

Disini sebenarnya ada beberapa siswa yang memperoleh

nilai 47, akan tetapi untuk menghindari kesamaan tersebut.

Peneliti membandingkan siswa yang memperoleh nilai 47

dengan total nilai belajar yang paling tinggi. Sehingga

ditemukan siswa yang mempunyai nilai tertinggi urutan

kedua yaitu Muflihatul Fadhilah

Moch. Farid Amin Wibowo, memperoleh nilai total 46

Disini sebenarnya ada beberapa siswa yang memperoleh

nilai 46, akan tetapi untuk menghindari kesamaan tersebut.

Peneliti membandingkan siswa yang memperoleh nilai 46

dengan total nilai belajar yang paling tinggi. Sehingga

ditemukan siswa yang mempunyai nilai tertinggi urutan

ketiga yaitu Moch. Farid Amin Wibowo

b. Tiga peringkat terbawah

Bintang Anggry A.D.C, memperoleh total nilai 35

Fitri Rizkya, memperoleh total nilai 38

Ayu Sagita, memperoleh total nilai 39

5. Jumlah keseluruhan siswa kelas VII C SMP Negeri 32 Surabaya

Laki-Laki : 18 Siswa

Dan terdapat satu siswa yang tidak diikut sertakan dalam

penelitian, dikarenakan ia merupakan siswa berkebutuhan

khusus, yaitu absen nomor 27 atas nama Nugroho Prasetyo.

Perempuan : 18 Siswa

50

Jadi jumlah keseluruhan siswa adalah 36 dan dikurangi satu siswa

berkebutuhan khusus menjadi 35 siswa ( yang diikut sertakan

dalam penelitian ini )

6. Hasil jawaban angket sesuai jumlah indikator, yang telah ditentukan

peneliti

Ketentuan Penelitian :

Jika siswa memperoleh nilai tertinggi dari pemenuhan indikator yang

ada didalam angket. Maka ia dikategorikan sebagai siswa berprestasi

dan begitu pula sebaliknya. Berikut peneliti cantumkan delapan

indikator siswa berprestasi berdasarkan kriteria peneliti sendiri :

i) Cara membuat jadwal dan pelaksanaannya

j) Cara membaca buku

k) Cara membuat catatan

l) Cara mengikuti pelajaran

m) Cara mengulangi pelajaran

n) Cara melakukan konsentrasi

o) Cara menghafal pelajaran

p) Cara menempuh ujian

Dari delapan indikator diatas telah tercantumkan disetiap masing-

masing soal angket secara acak. Jadi setiap pertanyaan yang ada dalam

angket sudah terdapat indikator didalamnya. Jumlah pertanyaan angket

adalah 15

Dengan ketentuan sebagai berikut,

Kunci Jawaban dari Peneliti :

51

SS : Sangat Setuju, S : Setuju, TS : Tidak Setuju, STS : Sangat Tidak

Setuju

No Instrumen Pertanyaan Indikator Kunci

1 Menepati daftar atau jadwal waktu

untuk belajar pada tiap hari justru

membuat saya menjadi tertekan

1 STS

2 Apabila guru mulai masuk kelas,

saya segera menyiapkan buku

pelajaran dan alat tulis yang

diperlukan

4 SS

3 Ketika guru menjelaskan pelajaran,

saya mendengarkan tapi tidak

mencatat

4 TS

4 Pelajaran yang belum saya kuasai

selalu saya pelajari lagi pada

malam hari karena dengan

pengulangan, maka materi

pelajaran lebih tertanam dalam

ingatan saya

5 SS

5 Selama pelajaran, pikiran saya

dipenuhi masalah-masalah dari luar

pelajaran

6 STS

6 Saya berusaha mendengarkan

dengan penuh konsentrasi dan

mencatat hal-hal terpenting pada

keteragan yang disampaikan guru

6 SS

7 Saya sering membaca buku

diperpustakaan

2 SS

8 Saya lebih suka memilih ringkasan

atau rangkuman materi, karena

dengan ringkasan tidak perlu

membaca buku lagi untuk kedua

kalinya

3 SS

9 Saya belajar semalam suntuk bila

esok hari akan dilaksanakan ujian

atau Test

8 STS

10 Saya tidak pernah menanyakan

materi pelajaran yang belum saya

mengerti kepada guru, karena takut

dianggap bodoh

4 STS

11 Saya mencatat hal-hal yang tidak

atau kurang dimengerti kemudian

menanyakanya kepada guru

3 SS

12 Saya selalu berusaha mengerjakan

soal-soal yang ada di buku dan

5 SS

52

selalu berlatih dengan tekun

13 Saya merasa takut, gugup, khawatir

dalam menghadapi ujian atau

ulangan, maka saya berusaha keras

dengan banyak membaca,

menghafal, dan berlatih

mengerjakan soal.

8 SS

14 Saya membuat pesiapan-persiapan

sebelum ujian, misalnya pembagian

waktu belajar, bahan-bahan

pelajaran, latihan mengerjakan soal

sendiri dan sebagainya

8 SS

15 Untuk menghafal suatu pelajaran,

saya lakukan dengan menulis diatas

kertas kecil. Sehingga mudah

dibawa kemanapun pergi

7 S

Data Hasil dari Jumlah jawaban Angket sesuai Indikator

Tiga Peringkat teratas :

1. M.Yusuf Zaldan ( Memenuhi 8 Indikator Angket ), Masuk

Kategori Siswa Berprestasi berdasarkan Kategorisasi Angket

2. Muflikhatul Fadhilah ( Memenuhi 7 Indikator Angket ), Masuk

Kategori Siswa Berprestasi berdasarkan Kategorisasi Angket

3. Nimas Wulan Puspita ( Memenuhi 7 Indikator Angket ), Masuk

dalam Kategori Siswa Kurang berprestasi berdasarkan Kategorisasi

Angket

Disini ditemukan tiga siswa yang memenuhi tujuh Indikator Angket,

namun untuk menentukan siswa berprestasi urutan kedua dan ketiga, kami

membandingkanya dengan total nilai hasil belajar. Untuk Muflihatul Fadhilah

memperoleh nilai total hasil belajar 704, sedangkan Nimas Wulan Puspita

memperoleh nilai Total belajar 685.

53

Tiga Peringkat terbawah :

1. Anas Ibnu I ( Memenuhi 2 Indikator Angket ), Masuk

Kategori Siswa kurang berprestasi berdasarkan kategorisasi angket

2. Devina Halla M ( Memenuhi 3 Indikator Angket ), Masuk

Kategori Siswa kurang berprestasi berdasarkan kategorisasi angket

3. El Yana Bahagianto ( Memenuhi 3 Indikator Angket ), Masuk

Kategori Siswa Kurang berprestasi berdasarkan kategorisasi angket

Disini ditemukan dua siswa yang memenuhi tujuh Indikator Angket,

namun untuk menentukan siswa terbawah urutan ke dua dan ketiga, kami

membandingkanya dengan total nilai hasil belajar. Devina Halla M

memperoleh nilai total hasil belajar 704, sedangkan El Yana Bahagianto

memperoleh nilai Total belajar 688.

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 32 Surabaya

SMP Negeri 32 Surabaya merupakan lembaga pendidikan negeri

yang berada dibawah naungan Pendidikan Nasional (Diknas) berdiri pada

22 Agustus 1988 dan telah terakriditasi A dengan nilai 92,92 (Amat baik).

SMP tersebut merupakan sekolah negeri yang mendapatkan kepercayaan

dari masyarakat Surabaya, karena selain mampu menempatkan suasana

proses belajar mengajar yang kondusif juga mampu mencetak siswa yang

sangat berprestasi.

Lembaga SMP Negeri 32 Surabaya yang berada diperbatasan kota

Surabaya dan Sidoarjo tepatnya di wilayah Surabaya timur yang strata

54

sosialnya beragam, masyarakatnya ada yang peduli dengan dunia

pendidikan, adapula yang peduli terhadap peningkatan mutu pendidikan.

Untuk itu SMP Negeri 32 Surabaya dituntut untuk mampu menyamakan

visi dan misi sekolah dan meningkatakan pendidikannya.

2. Letak Geografis Sekolah

SMP Negeri 32 Surabaya terletak di Kecamatan wonokromo

Jalan. Ahmad Yani No. 6- 8 Surabaya. Sekolah ini mempunyai posisi yang

strategis dengan berbagai fasilitas umum. Posisi sekolah ini berdampingan

dengan Rumah Sakit Islam Surabaya ( RSI ), Lembaga 56 Pendidikan

Islam Khodijah, berdekatan dengan Universitas Surabaya (UNESA) dan

sekolah negeri sederajat, beberapa pusat perbelanjaan besar seperti DTC,

stasiun kereta api, akomodasi dan transportasi dapat dijangkau dengan

mudah oleh masyarakat.

3. Visi Dan Misi SMP Negeri 32 Surabaya

a. Visi

Terwujudnya siswa yang cerdas dan kreatif yang dilandasi iman dan taqwa

(imtaq)

b. Misi

1) Mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar

2) Memotivasi siswa terhadap minat baca

3) Meningkatkan kegiatan seni dan budaya

4) Meningkatkan kegiatan olah raga

5) Meningkatkan kegiatan keagamaan

4. Struktur Organisasi Sekolah

55

Struktur Organisasi Sekolah adalah susunan orang-orang yang duduk

sebagai pelaksana dan penanggung jawab sebagai bidang tertentu dan ikut

membantu terlaksananya proses belajar mengajar yang lancar, tertib dan

teratur. Struktur Organisasi SMP Negeri 32 Surabaya sebagai berikut :

5.

6.

Ketua Komite

Sarbini SH

Kepala Sekolah

Dra. Istuningsih, M.Pd

NIP. 131 561 351

Wakil Kepala Sekolah

Drs. Agus Soemanto

Wakil Kepala Sekolah

Dra. Maskuroh

Waka Humas

Rr. Soelistiyowati, S.Pd

NIP. 131 261 047

Kaur Sarpras

Sumiati, M.Pd

NIP. 131 600 356

Kaur. Kesiswaan

Sariati, S.Pd

NIP. 131 472 044

Kaur. Kurikulum

Asrumi, S.Pd

NIP. 131 100 279

DEWAN GURU

SISWA

56

4. Keadaan Guru, Siswa dan Tenaga Pendukung

a. Keadaan guru

Keadaan guru mata pelajaran saat ini sudah terpenuhi, SMP Negeri

32 Surabaya mempunyai guru-guru yang profesional dengan bidang

studinya, 2 orang guru bergelar master (S2), 50 orang guru bergelar

sarjana (S1), 5 orang guru berpendidikan D3, 2 guru D2 dan 1 guru D1.

Tabel 1

Jumlah Guru

No Guru

Jumlah Guru dengan latar belakang pendidikan sesuai

dengan tugas mengajar

Jumlah Guru dengan latar belakang pendidikan yang

TIDAK sesuai dengan tugas mengajar

Jumlah

D1/D2

D3/Sarmud S1/D4

S2/S3

D1/D2

D3/Sarmud S1/D4

S2/S3

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

12

13

IPA Matematika Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Pendidikan Agama IPS Penjaskes Seni Budaya PKN TIK/Keterampilan Bimbingan kongseling Lainnya: Lab. Bahasa Inggris Bahasa Jawa

- - - - - - - 2 - 1 - - -

- - - - 1 - - - - - - - -

7 6 7 5 2 5 3 1 5 - 4 1 2

- - - - - - - - - - - - -

- - - - 1 - - - - 2 - 1 -

- - - - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - 1 - - -

- 1 - - - - - - - 1 - - -

7 7 7 5 4 5 3 3 5 5 4 3 2

Jumlah 3 1 48 0 4 0 2 2 60

Tabel 2

Jumlah Tenaga Pendukung

No Tenaga Pendukung

Jumlah tenaga pendukung dan kualifikasi pendidikannya

Jumlah tenaga pendukung berdasarkan status dan

jenis kelamin Jumlah PNS Honorer

SMP SMA D1 D2 D3 S1 L P L P

57

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Tata Usaha Perpustakaan Laboran Lab IPA Teknisi Lab. Komputer Bahasa PTD (pend Dasar) Kantin Penjaga Sekolah Tukang Kebun Keamanan Lainnya : UKS

- - - - - - - 1 1 - -

- - - - - - - - - 1 -

- - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - 1

4 1 1 - - - - - - - -

- - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - - -

- - - - - - - - 1 1 1 -

4 1 1 - 1 - - - - - 1

4 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1

Jumlah 2 1 0 0 1 7 0 0 3 8 11

b. Keadaan Sarana dan Prasarana

Keadaan sarana dan prasarana di SMP Negeri 32 Surabaya sudah

cukup baik dan memenuhi suatu standart persyaratan lembaga pendidikan

yang berkualitas, dimana tahun demi tahun terus berbenah diri untuk

meningkatkan sarana dan prasarana supaya tetap mendapatkan

kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan tersebut.

Tabel 3

Sarana dan Prasarana SMP Negeri 32 Surabaya

No Jenis Nama Jumlah

1 Sarana Meja Siswa 882 unit

2 Sarana Kursi Siswa 882 unit

3 Sarana Meja Guru 26 unit

4 Sarana Kursi Guru 50 unit

5 Sarana Meja TU 7 unit

6 Sarana Kursi TU 12 unit

7 Sarana Papan Tulis 31 unit

8 Sarana Lemari / Filling Cabinet 27 unit

9 Sarana Komputer TU 4 unit

10 Sarana Printer TU 4 unit

11 Sarana Alat Peraga IPS 21 unit

12 Sarana Mesin Ketik 5 unit

13 Sarana Foto Copy 1 unit

14 Sarana Komputer 49 unit

15 Sarana Alat Peraga Pendidikan Jasmani 140 unit

16 Sarana Alat Peraga Matematika 20 unit

17 Sarana Alat Peraga IPA 1193

unit

18 Prasarana Ruang Teori/Kelas 20 unit

19 Prasarana Kamar Mandi/WC Siswa Laki-laki 12 unit

20 Prasarana Koperasi/Toko 7 unit

58

21 Prasarana Kamar Mandi/WC Guru Laki-laki 2 unit

22 Prasarana Laboratorium IPA 2 unit

23 Prasarana Ruang Olahraga 1 unit

24 Prasarana Ruang TU 1 unit

25 Prasarana Kamar Mandi/WC Guru Laki-laki 1 unit

26 Prasarana Koperasi/Toko 1 unit

27 Prasarana Ruang TU 1 unit

28 Prasarana Ruang Keterampilan 1 unit

29 Prasarana Ruang Guru 1 unit

30 Prasarana Lainnya 1 unit

31 Prasarana Ruang Kepala Sekolah 1 unit

32 Prasarana Ruang Ibadah 1 unit

33 Prasarana Laboratorium Bahasa 1 unit

34 Prasarana Ruang UKS 1 unit

35 Prasarana Ruang BP/BK 1 unit

36 Prasarana Laboratorium Komputer 1 unit

37 Prasarana Ruang Perpustakaan 1 unit

38 Prasarana Laboratorium Multimedia 1 unit

39 Prasarana Ruang Multimedia 1 unit

C. Pembahasan

Dalam penelitian ini di SMP Negeri 32 Surabaya kami mengambil

sampel 3 siswa berprestasi dan 3 siswa kurang berprestasi dari 35 siswa di

kelas VII C. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana

cara belajar siswa berprestasi dan siswa kurang berprestasi. Pada data

akhir kami menentukan pilihan bahwa, siswa dikatakan berprestasi jika

memenuhi 8 indikator penilaian tentang cara belajar siswa berprestasi dan

sebaliknya siswa dianggap kurang berprestasi jika tidak memenuhi dari 8

indikator penilaian tentang cara belajar siswa. Delapan indikator tersebut

sudah dijelaskan di bagian penemuan data. Peneliti meyakini bahwa 8

indikator yang telah peneliti tentukan telah memenuhi data yang valid

untuk dijadikan rujukan siswa berprestasi dan kurang berprestasi dalam

penelitian ini. Dengan hasil akhir sebagai berikut :

59

Siswa Berprestasi :

1. M. Yusuf Zaldan

2. Muflihatul Fadhilah

3. Nimas Wulan Puspita

Siswa Kurang Berprestasi :

1. Anas Ibnu I

2. Devina Halla M

3. El Yana Bahagianto

Dengan rincian cara belajar dari masing-masing siswa sebagai

berikut :

a. Cara Belajar Siswa Berprestasi

1. M. Yusuf Zaldan

Siswa ini dikategorikan berprestasi karena berdasarkan data yang

ada telah memenuhi delapan indikator ( 1,2,3,4,5,6,7 dan 8) berprestasi

yang telah ditentukan peneliti. Delapan indikator tersebut adalah cara

membuat jadwal dan pelaksanaannya, cara membaca buku, cara

membuat catatan, cara mengikuti pelajaran, cara mengulangi pelajaran,

cara melakukan konsentrasi, cara menghafal pelajaran, dan cara

menempuh ujian. Dengan memenuhi semua indikator yang telahc

ditentukan peneliti, berarti secara umum siswa ini mempunyai cara

belajar yang baik, tekun, disiplin dan teratur.

Pertama, selalu membuat jadwal belajar disetiap harinya. Ia tidak

merasa terikat atau keberatan dengan jadwal yang dibuatnya sendiri.

Dan melaksanakan jadwal belajar secara teratur ( continue ) tanpa

60

melanggar jadwal yang dibuatnya sendiri. Terkecuali ada alasan yang

mendadak dan dapat menghambat kelangsungan jadwal belajar yang

sedang berlangsung. Kedua, mempunyai cara atau trik membaca buku

yang baik. Siswa ini sering membaca buku diperpustakaan. Sehingga

pengetahuan yang didapatkanya lebih banyak dari pada teman lainya

yang jarang ke perpustakaan. Ketiga, sering mencatat hal-hal penting

atau kurang jelas dalam sebuah mata pelajaran ( materi ), dan

kemudian menanyakan kepada guru. Kesulitan tersebut biasanya

didapatkan dari penjelasan guru yang sulit difahami, dari buku-buku

bacaan dan sebagainya. Lebih memilih ringkasan materi sebagai

alternatif belajar. Karena dengan demikian tak perlu lagi membaca

buku inti Keempat, selalu mempersiapkan segala alat-alat yang

dibutuhkan dalam PBL ( Proses Belajar Mengajar ) di kelas, sebelum

guru masuk ke dalam kelas. Ketika pelajaran dimulai selalu mengikuti

pelajaran dengan baik. Mendengar penjelasan guru dengan penuh

konsentrasi dan mencatat hal-hal penting yang perlu untuk dicatat.

Kelima, selalu mengasah kemampuan sendiri dengan mengerjakan

latihan soal-soal dan mengulang segala materi pelajaran yang belum

difahami pada malam harinya. Karena dengan mengulangi pelajaran

maka bahan pelajaran akan tetap tertanam dalam otak serta penjelasan

yang diberikan oleh guru akan menjadi lebih jelas apabila kita

mengulangi pelajaran sendiri. Keenam, dalam PBL selalu konsentrasi

atau fokus terhadap materi yang disampaikan guru dan menyingkirkan

segala pikiran yang tidak berhubungan dengan pelajaran. Ketujuh,

61

selalu menulis-nulis inti pelajaran di selembar atau secarik kertas

untuk mempermudah menghafal dan menguasai materi pelajaran.

Kedelapan, tidak measa ketakutan ketika hendak menghadapi ujian.

Karena telah menyiapkan segela sesuatunya jauh-jauh hari

sebelumnya. Sehingga pikiran tetap rilek dan tak terbebani.

2. Muflihatul Fadhilah

Siswa ini dikategorikan siswa berpestasi urutan kedua karena telah

memenuhi tujuh indikator berprestasi (1,2,3,4,5,7 dan 8 ) yang sudah

ditentukan peneliti. Dengan rincian cara belajar sebagai berikut :

Pertama, selalu membuat jadwal belajar disetiap harinya. Tidak tidak

merasa terikat atau keberatan terhadap jadwal yang dibuatnya sendiri.

Dan melaksanakan jadwal belajar secara teratur ( continue ) atau tepat

waktu tanpa melanggar jadwal yang dibuatnya sendiri. Terkecuali ada

alasan yang mendadak dan dapat menghambat kelangsungan jadwal

belajar yang sedang berlangsung.

Kedua, untuk menambah wawasan, siswa ini sering membaca buku

diperpustakaan. Ketiga, memilih ringkasan materi hasil sendiri sebagai

alternatif belajar tanpa harus membaca buku inti untuk kedua kalinya.

Dan selalu mencatat hal-hal yang kurang jelas, ambigu dan kemudian

menanyakan kepada guru yang bersangkutan. Kelima,senang berlatih

mengerjakan soal-soal latihan yang ada dibuku. Selalu mengulang

kembali materi pelajaran pada malam hari. Dengan demikian maka

materi pun akan mudah diingat dan dipelajari kembali. Keenam, untuk

mempermudah menghafal dan memahami pelajaran yang disampaikan

62

guru dan lainya maka yang ia lakuakan adalah mencatat hal-hal

penting ( mengenai pelajaran ) diatas kertas. Ketujuh, merasa biasa-

biasa saja ketika hendak menghadap ujian. Karena seduah

mempersiapkan segala sesuatunya di jauh – jauh hari.

Kekurangan dari cara belajar siswa ini adalah dia tidak memenuhi

indikator keenam yakni cara melakukan konsentrasi, karena jarang

berkonsentrasi diwaktu pelajaran, mungkin dalam pikiran siswa ini ada

pikiran-pikiran atau masalah lain yang difikirkan diluar pelajaran.

3. Nimas Wulan Puspita

Siswa ini masuk dalam kategori siswa berprestasi urutan ketiga, karena

telah memenuhi tujuh indikaator angket (1,2,3,4,5,7 dan 8). Maing

masing indikator telah dijelaskan diatas. Berikut rincian dari cara

belajar siswa ini :

Pertama, siswa ini menerapkan pembuatan dan penerapan jadwal

dengan baik dan merasa tidak terikat atas jadwal yang dibuatnya

sendiri. Jadwal yang sudah dibuat kemudian dilaksanakan dengan

disiplin, karena bagaimanapun baiknya jadwal yang dibuat tidak akan

berarti bila tidak dikerjakan. Kedua, untuk menambah pengetahuan

yang didapatnya dari kelas, siswa ini selalu membaca buku

diperpustakaan. Ia selalu menyempatkan waktu luang untuk membaca

buku diperpustakaan dengan rajin dan continue. Ketiga, selalu

mencatat hal-hal penting yang kurang dimengerti, kemudian

ditanyakan kepada guru. Keempat, siswa ini selalu mempersiapkan

perlengkapan tulis dan lembar catatan untuk keperluan mengikuti dan

63

mencatat pelajaran sebelum pelajaran dimulai serta menanyakan materi

yang tidak dipahami kepada guru dan tidak merasa takut dianggap

bodoh oleh guru. Kelima, selalu mengasah kemampuan sendiri dengan

mengerjakan latihan soal-soal dan mengulang segala materi pelajaran

yang belum difahami pada malam harinya. Karena dengan mengulangi

pelajaran maka bahan pelajaran akan tetap tertanam dalam otak serta

penjelasan yang diberikan oleh guru akan menjadi lebih jelas apabila

kita mengulangi pelajaran sendiri. Keenam, selalu menulis-nulis inti

pelajaran di selembar atau secarik kertas untuk mempermudah

menghafal dan menguasai materi pelajaran. Ketujuh, tenang ketika

akan menghadapi ujian. Diusahakan agar tidak down, dikarenakan

sudah mempersiapkan segala sesuatunya jauh-jauh hari sebelum ujian

dimulai.

Kekurangan dari cara belajar siswa ini adalah dia tidak memenuhi

indikator keenam yakni cara melakukan konsentrasi, karena jarang

berkonsentrasi diwaktu pelajaran, mungkin dalam pikiran siswa ini ada

pikiran-pikiran atau masalah lain yang difikirkan diluar pelajaran.

Mengenai cara mengulangi pelajaran, mungkin siswa ini merasa hanya

dengan mengerjakan latihan-latihan soal saja sudah cukup untuk

mengulang materi yang telah disampaikan oleh guru, sehingga jarang

melakukan pengulangan pelajaran pada tiap malam hari di setiap

harinya.

64

b. Cara Belajar Siswa Kurang Berprestasi

Dari pengelolahan data yang ada, pada akhirnya dapat dijelaskan

sebagai berikut yaitu tiga siswa yang masuk dalam kategori kurang

berprestasi, tentunya tetap disesuaikan dengan kriteria yang telah

peneliti tetapkan pada indikator penilaian cara belajar siswa kurang

berprestasi. Berikut adalah penjelasan mengenai cara belajar siswa

kurang berprestasi :

1. Anas Ibnu I

Siswa ini dikategorikan kurang berprestasi karena hanya

memenuhi tiga indikator ( 4,7 dan 8 ) dari delapan indikator cara

belajar siswa berprestasi. Dapat dijelaskan bahwa siswa ini

memiliki cara belajar yang kurang baik dan tidak disiplin.

Pertama, tidak membuat jadwal belajar harian secara terstruktur.

Sehingga secara tidak langsung ia merasa tertekan dengan cara

belajarnya sendiri.Kedua, siswa ini merasa sudah cukup dengan

pengetahuan yang didapatnya di kelas. Tidak ada kemauan untuk

menambah pengetahuan dengan pergi ke perpustakaan. Ketiga,

siswa ini lebih suka belajar dengan cara apa adanya. Seperti

membaca buku pelajaran yang bertumpuk-tumpuk, tanpa membuat

ringkasan singkat tentang materi yang sedang dipelajari. Sehingga

cara ini secara tidak langsung mempersulit cara belajar yang

diterapkanya. Keempat, menyiapkan segala hal-hal yang

dibutuhkan sebelum guru masuk ke dalam kelas. Seperti

menyiapkan alat-alat tulis, buku lks dan lain-lain. Mendengarkan

65

materi yang sedang dijelaskan guru secara seksama atau serius.

Kelima, siswa ini mempelajari kembali pelajaran yang sudah

diperoleh saat dikelas pada malam harinya jika ia sedang

menginginkannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa hanya

belajar pada waktu-waktu tertentu saja. Keenam,tidak pernah

berlatih mengerjakan soal-soal latihan secara pribadi. Hanya

mengerjakan soal-soal ketika disuruh guru semata. Ketujuh,

mencatat materi inti dari masing-masing mata pelajaran di sebuah

kertas atau lainya. Tujuanya untuk memudahkan menghafal

materi-materi yang telah diajarkan.Ketujuh, merasa gugup ketika

hendak menjelang ujian. Sebenarnya siswa ini telah membuat

persiapan jauh hari sebelum ujian dimulai.

2. Devina Halla M

Siswa ini dikategorikan kurang berprestasi karena hanya

memenuhi 3 indikator penilaian ( indikator 5 dan 7 ) tentang cara

belajar siswa berprestasi. Dapat dijelaskan bahwa siswa ini

melaksanakan cara belajar yang tidak teratur dan tidak disiplin.

Pertama, siswa ini tidak membuat jadwal belajar, ia akan belajar

ketika ada tugas atau saat ada ujian. Kedua, siswa ini jarang

membaca buku dan pergi ke perpustakaan. Ketiga,tidak pernah

mencatat hal-hal penting yang disampaikan guru dalam kelas.

Keempat, tidak serius ketika mendengarkan materi yang dijelaskan

guru atau tidak konsentrasi dalam pembelajaran. Kelima, siswa ini

mempelajari kembali pelajaran yang sudah diperoleh saat dikelas

66

pada malam harinya jika ia sedang menginginkannya. Keenam,

siswa ini jarang membuat catatan hal-hal penting dari penjelasan

yang disampaikan gurunya dan ia juga jarang membaca buku-buku

pelajaran.Ketujuh, kurang konsentrasi dalam PBL karena

terfikirkan masalah-masalah yang ada diluar pelajaran. Merasa

takut dan gugup ketika menjelang ujian. Karena tidak

mempersiapkan segala sesuatunya jauh hari sebelum ujian

dimulai. Ketika ujian akan dimulai, siswa ini lebih sering

menggunakan cara belajar sks ( sistem kebut semalam ).

3. El Yana Bahagianto

Siswa ini dikategorikan berprestasi karena hanya memenuhi

3 indikator penilaian ( indikator 4,5 dan 6 ) tentang cara belajar

siswa berprestasi Dapat dijelaskan bahwa siswa ini melaksanakan

cara belajar yang tidak disiplin dan tidak teratur. Pertama, siswa

ini tidak membuat jadwal belajar karena hal tersebut akan

membuatnya menjadi tertekan. Kedua, jarang membaca buku

pelajaran baik di rumahdiperpustakaan. Ketiga, siswa ini tidak

berusaha menanyakan hal-hal tentang pelajaran yang belum ia

mengerti dari penjelasan yang disampaikan guru saat proses

pembelajaran. Dan tidak pernah membuat catatan atau ringkasan

untuk memudahkan dalam belajar. Keempat, saat guru sedangkan

menjelskan siswa ini mendengarkan dan meperhatikan tapi tidak

mancatatnya. Kelima, siswa ini tidak berusaha latihan

mengerjakan soal-soal yang ada dibuku dan sebagai persiapan

67

untuk menghadapi ujian. Keenam, berkonsentrasi dalam

mendengarkan materi pelajaran yang disampaikan guru serta

mencatat hal-hal penting yang perlu untuk dicatat. Ketujuh, tidak

perlu menghafal materi pelajaran, yang terpenting membaca buku

secara teratur. Dan tidak pernah membuat catatan-catatan kecil di

kertas untuk mempermudah menghafal materi pelajaran yang ada.

Kedelapan, merasa takut dan gugup menjelang ujian. Hal tersebut

dilatar belakangi tidak adanya kesiapan mental yang matang jauh

hari sebelum ujian.

c. Perbedaan Cara Belajar Siswa Berprestasi dan Kurang Berprestasi

Siswa dikatakan berprestasi jika memenuhi sebanyak mungkin dari

delapan indikator cara belajar siswa berprestasi, yaitu seperti cara

membuat jadwal dan pelaksannannya, cara membuka buku, cara

membuat catatan, cara mengikuti pelajaran, cara mengulangi pelajaan,

cara melakukan konsentrasi, cara menghafal pelajaran, dan cara

menempuh ujian.

Jadi perbandingan secara umum antara siswa yang berprestasi dan

kurang berprestasi menurut peneliti adalah siswa yang berprestasi lebih

banyak menjawab kriteria-kriteria cara belajar yang telah ditentukan

oleh peneliti. Sedangkan siswa yang kurang berprestasi lebih sedikit

jawaban yang sesuai dengan indikator cara belajar yang telah

ditentukan oleh peneliti. Selain dari itu perbandingan juga dapat dilihat

dari cara belajar mereka. Siswa yang berprestasi lebih cenderung

mempunyai cara belajar yang baik dan disiplin. Untuk siswa yang

68

kurang berprestasi lebih dominan mempunyai cara belajar yang kurang

disiplin. Meskipun cara belajar yang baik tidak menjamin akan

menghasilkan prestasi yang optimal. Namun sekiranya dengan

memiliki cara belajar yang baik dapat meminimalisir hal-hal yang tak

diinginkan.

69

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMP Negeri 32

Surabaya kelas VII C, dapat diambil kesimpulan bahwa, cara belajar siswa

menentukan prestasi atau hasil belajar. Sebagian besar siswa berprestasi

memiliki cara belajar yang dapat dibilang sempurna, yaitu dengan memenuhi

kriteria yang diberi oleh peneliti. Sedangkan siswa yang kurang berprestasi

lebih dominan memiliki cara belajar yang kurang disiplin. Siswa yang

berprestasi tentunya akan lebih mudah dalam menerima materi pelajaran.

Karena sebagian besar dari mereka telah berhasil memenuhi indikator cara

belajar yang ditentukan peneliti. Siswa yang mempunyai cara belajar yang

baik, teratur dan disiplin akan menghasilkan prestasi belajar yang memuaskan

dan begitu juga sebaliknya. Jadi cara belajar siswa berbanding lurus terhadap

hasil belajar ataupun prestasi yang didapatkan.

B. Saran

Setiap individu mempunyai cara belajar yang berbeda-beda. Dari cara-cara

belajar yang bervariasi tersebut secara langsung dapat berpengaruh terhadap

hasil belajar yang didapatkan. Dan pada hakikatnya tidak ada siswa yang

bodoh di dunia ini, khususnya dalam dunia pendidikan. Setiap individu

mempunyai keahlian masing-masing yang mungkin dari sebagian besar

mereka belum mengetahui bakat terpendam tersebut. Siswa yang ahli dalam

bidang akademik, belum tentu ahli dalam bidang non akademik, seperti seni,

70

olahraga dan lain-lain. Dan juga apabila ada siswa yang berprestasi di setiap

kelas sebaiknya pihak sekolah utamanya SMP Negeri 32 Surabaya dapat

memberikan reward atau piagam penghargaan yang pantas. Siswa yang

berprestasi mendapatkan jam belajar tambahan dalam mengasah keahlianya

baik di bidang akademik atau non akademik. Karena selama ini pihak SMP

Negeri 32 Surabaya masih kurang dalam memberikan penghargaan kepada

siswanya yang berprstasi. Dengan begitu maka siswa yang berprestasi itu akan

menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi sekolahnya. Selain itu peran orang

tua harus dikedepankan dalam menentukan cara belajar yang baik bagi anak-

anaknya. Dengan demikian peran guru dan oran tua juga sangat berperan

terhadap siswa dalam memperoleh hasil belajar yang optimal

71

DAFTAR PUSTAKA

Sudjana, N. 1997. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algensindo

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta:

Rineka Cipta.

Purwanto, M. Ngalim. 2003. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan

Nasional: Balai Pustaka.

Chatarina Tri Anni. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Press .

Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Arifin, Zainal. 1990. Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999,

Cet. Ke-2. Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dan Perspektif Islam, Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Anita Sri, dkk.2008.Strategi Pembelajaran. Jakarta. Universitas Terbuka.

Abdurrahman. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Alfabeta.

Harahap, Nasrun, dkk. 2000. Teknik Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Bulan

Bintang.

72

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Kartadinata, Sunaryo, dkk. 2002. Bimbingan Di Sekolah dasar. Bandung;

CV.Maulana.

Nasution, Noehi, dkk 1992. Psikologi pendidikan.Jakarta: Dikti Depdikbud

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sumiati dan Asra, M, 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima

Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Perkasa

Rajawali.

Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta. Rineka Cipta.

The Liang Gie. 1987. Cara Belajar Yang Efisisen. Yogyakarya: Liberty.Tim

Tetap Penulis : Universitas Negeri Malang.

The Liang Gie. 1998. Cara Belajar Yang Efisien. Yogyakarta. Pusat Kemajuan

Studi.