176. Pengaruh Motivasi Berprestasi _Sr. Yustiana CB_

26
1 PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI DAN PERAN ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMU TARAKANITA I Sr. Yustiana Wiwiek Iswanti CB Dosen Akademi Sekretari/LPK Tarakanita, E-mail: [email protected] Abstract The research is a correlations study among performance motivation role of parents and study achievement. The research shows that performance motivation has positive correlation which is not significant by the probability of 0,888. The role of parents with study achievement have positive correlation and weak by 0,048 and the result of significant tests shows that the correlation is not significant by the probability of 0,670. Performance motivation and the role of parents have correlation positive and weak, that is 0,045 and the result of significant test shows that the correlation is not significant by the probability of 0,022. Performance motivation and the role of parents in study achievement in together has positive correlation and weak, that is 0,048 and the result of significant test shows that it is not significant by the probability of 0,913. It can be concluded that performance motivation and the role of parents do not show strong influence in study achievement. Keywords: performance motivation, the role of parents and study achievement. Pendahuluan Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia sudah menjadi wacana umum di kalangan masyarakat. Berbagai macam seminar, diskusi, lokakarya, baik di kalangan pemerintah maupun instansi-instansi lain memperbincangkan hal tersebut. Mutu lulusan sekolah Indonesia masih belum berbicara di forum dunia, bahkan di forum Asia saja Indonesia masih harus mengejar ketinggalan. Oleh karena itu, perlu diusahakan peningkatan mutu pendidikan. Upaya peningkatan mutu pendidikan telah banyak dilakukan, baik oleh instansi swasta maupun pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam perbaikan yang telah dilakukan, baik dari segi sarana, prasarana, kurikulum, tenaga kependidikan, pendanaan maupun dalam aspek-aspek yang lainnya. Namun mutu pendidikan belum juga tercapai secara optimal. Mutu pendidikan sangat berkaitan dengan prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan hasil maksimal yang dicapai seseorang setelah melalui proses belajar. Selanjutnya prestasi belajar sangat tergantung pada kualitas proses pembelajaran di kelas, yakni menyangkut peran guru, kurikulum, dana, sarana, prasarana, dan siswa sendiri.

Transcript of 176. Pengaruh Motivasi Berprestasi _Sr. Yustiana CB_

1

PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI DAN PERAN ORANGTUA

DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMU TARAKANITA I

Sr. Yustiana Wiwiek Iswanti CB Dosen Akademi Sekretari/LPK Tarakanita, E-mail: [email protected]

Abstract

The research is a correlations study among performance motivation role of parents and study achievement. The research shows that performance motivation has positive correlation which is not significant by the probability of 0,888. The role of parents with study achievement have positive correlation and weak by 0,048 and the result of significant tests shows that the correlation is not significant by the probability of 0,670. Performance motivation and the role of parents have correlation positive and weak, that is 0,045 and the result of significant test shows that the correlation is not significant by the probability of 0,022. Performance motivation and the role of parents in study achievement in together has positive correlation and weak, that is 0,048 and the result of significant test shows that it is not significant by the probability of 0,913. It can be concluded that performance motivation and the role of parents do not show strong influence in study achievement. Keywords: performance motivation, the role of parents and study achievement.

Pendahuluan

Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia sudah menjadi wacana umum di

kalangan masyarakat. Berbagai macam seminar, diskusi, lokakarya, baik di kalangan

pemerintah maupun instansi-instansi lain memperbincangkan hal tersebut. Mutu lulusan

sekolah Indonesia masih belum berbicara di forum dunia, bahkan di forum Asia saja

Indonesia masih harus mengejar ketinggalan. Oleh karena itu, perlu diusahakan

peningkatan mutu pendidikan.

Upaya peningkatan mutu pendidikan telah banyak dilakukan, baik oleh instansi

swasta maupun pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam perbaikan yang

telah dilakukan, baik dari segi sarana, prasarana, kurikulum, tenaga kependidikan,

pendanaan maupun dalam aspek-aspek yang lainnya. Namun mutu pendidikan belum

juga tercapai secara optimal.

Mutu pendidikan sangat berkaitan dengan prestasi belajar. Prestasi belajar

merupakan hasil maksimal yang dicapai seseorang setelah melalui proses belajar.

Selanjutnya prestasi belajar sangat tergantung pada kualitas proses pembelajaran di

kelas, yakni menyangkut peran guru, kurikulum, dana, sarana, prasarana, dan siswa

sendiri.

2

Dalam proses belajar mengajar, tugas siswa adalah belajar dan peran guru adalah

mendorong, mendampingi, membantu siswa untuk belajar. Prestasi belajar siswa akan

tercapai secara maksimal jika disertai usaha keras. Usaha keras merupakan bagian dari

motivasi berprestasi.

Banyak ahli mengkaji korelasi antara motivasi dan prestasi. Uguroglv dan

Walberg (dikutip oleh Bage dan Berliner, 1988) melakukan analisis terhadap 232

koefisien-koefisien korelasi antara hasil pengukuran motivasi dan prestasi akademik,

melibatkan 627.000 siswa dari Taman Kanak-kanak sampai dengan Sekolah Menengah

Tingkat Atas. Dari sekian banyak koefisien korelasi yang dianalisis, ternyata 98%

memiliki korelasi positif. Hal ini menunjukkan antara motivasi berprestasi dan prestasi

akademik mempunyai hubungan timbal balik yang sangat erat (Handoko, 1998:3).

Di India, Aquinas (1990), seorang peneliti bidang psikologi mengadakan penelitian

terhadap 240 siswa Senior High School (SMA) untuk melihat pengaruh motivasi

berprestasi terhadap prestasi. Akhirnya diperoleh kesimpulan bahwa memang ada

korelasi yang signifikan (Handoko, 1998:3).

Para peneliti di atas mengambil kesimpulan bahwa motivasi berprestasi

mempunyai pengaruh terhadap prestasi.

Di samping faktor motivasi berprestasi, prestasi belajar siswa ditentukan faktor-

faktor lain seperti (1) faktor fisiologi, (2) faktor psikologis, (3) faktor kematangan fisik

maupun psikis, (4) faktor sosial, (5) faktor budaya, (6) faktor lingkungan fisik, dan (7)

faktor lingkungan spiritual atau keamanan (Ahmadi dan Supriyono, 1990:130).

Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi dalam mencapai prestasi belajar. Dari

sekian banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, faktor sosial yang terdiri atas

lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan kelompok memiliki peran yang penting

dalam pencapaian prestasi belajar.

Seperti telah dikemukakan di atas bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar

dipengaruhi banyak faktor yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah

faktor yang berasal dari dalam diri siswa, meliputi dua aspek yakni (1) aspek fisiologis

(yang bersifat jasmani), (2) aspek psikologi antara lain intelegensi, sikap, minat, bakat,

motivasi. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar siswa meliputi

dua aspek yakni, (1) aspek lingkungan sosial antara lain keluarga, guru, masyarakat,

teman, (2) aspek lingkungan non-sosial antara lain rumah, sekolah, peralatan, dan alam.

3

Oleh karena banyaknya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, maka perlu

diketahui sumbangan faktor-faktor tersebut terhadap prestasi belajar.

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, rumusan masalah

dapat disusun sebagai berikut: (1) Apakah terdapat hubungan antara motivasi berprestasi

dengan prestasi belajar siswa? (2) Apakah terdapat hubungan antara peran dengan

prestasi belajar siswa? (3) Apakah terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan

peran orangtua?

Ada empat tujuan penelitian yang diharapkan dari penelitian ini secara operasional

dirumuskan sebagai berikut. Pertama, mengetahui hubungan antara motivasi berprestasi

dengan prestasi belajar siswa. Kedua, mengetahui hubungan antara peran orangtua

dengan prestasi belajar siswa. Ketiga, mengetahui hubungan antara motivasi berprestasi

dengan peran orangtua.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi kepentingan pembelajaran

dalam rangka meningkatkan hasil belajar. Jika motivasi berprestasi dan peran orangtua

ternyata berkorelasi positif dengan prestasi belajar, maka penemuan ini dapat digunakan

para praktisi pendidikan, orangtua, yayasan untuk lebih mendorong berkembangnya

motivasi berprestasi dalam diri siswa dan meningkatkan peran orangtua.

Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dapat

dirumuskan sebagai berikut. (1) Terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan

prestasi belajar, (2) Terdapat hubungan antara peran orangtua dengan prestasi belajar,

(3) Terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan peran orangtua

Kajian Pustaka

Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi adalah suatu keinginan untuk menyelesaikan pekerjaan yang

menantang. Orang yang memiliki motivasi berprestasi biasanya bekerja secara mandiri

dan cepat serta senang berkompetisi (Klein, 1983:35). Sedangkan indikator motivasi

berprestasi adalah: senang mengerjakan tugas yang menantang, bekerja secara cepat,

senang berkompetisi, dan bekerja secara mandiri.

4

Peran Orangtua

Peran orangtua adalah andil orangtua dalam memberikan persiapan yang baik

untuk anak-anak mereka demi keberhasilan pendidikan yang dijalani. Indikatornya peran

orangtua adalah perhatian terhadap kegiatan pelajaran anak di sekolah dan menekankan

pentingnya pencapaian prestasi belajar (Endah Prameswari, 1999: 67-68)

Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa yang tercermin dalam

nilai rapor. Nilai rapor merupakan hasil pengolahan rata-rata nilai ulangan umum, nilai

ulangan harian, nilai pekerjaan rumah, dan tugas.

Hakikat Motivasi Berprestasi

Motivasi sangat diperlukan dalam kehidupan manusia. Manusia ingin mengetahui

lebih jauh tentang apa yang dimaksud dengan motivasi dan seberapa jauh mempengaruhi

manusia. Motivasi adalah daya pendorong yang ada dalam diri manusia sehingga ia

melakukan suatu kegiatan.

Ditinjau dari asal katanya motivasi berasal dari kata motif yang artinya dorongan.

Motif dapat dikatakan sebagai dorongan sadar untuk bertindak sesuai tujuan/maksud

(Dagun, M. Save, 1997:687 ). Purwanto (1990:60) menyatakan bahwa motif adalah

segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Menurut

Ibrahim dan Nana (1996:27-28) motif adalah dorongan yang ada dalam diri individu

untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Suryabrata (1993:70) motif adalah keadaan

dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas

tertentu guna mencapai suatu tujuan. Selanjutnya menurut Dimyati (1990:80) motivasi

adalah kekuatan mental yang mendorong terjadinya sesuatu. Dari ketiga pendapat

tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan untuk melakukan

sesuatu demi tercapainya tujuan.

Jenis motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Ditinjau dari sumber

dorongan perilaku motivasi dapat dibagi menjadi dua, yakni motivasi instrisik dan

motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau dapat

berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada

dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrisik adalah motif-motif

yang aktif dan berfungsi karena pengaruh dari luar (Sardiman, 2001:87-88).

5

Sebagai contoh siswa yang memiliki motivasi intrinsik dalam hubungannya

dengan belajar adalah bila siswa tersebut melakukan kegiatan belajar karena betul-betul

ingin mendapat pengetahuan, nilai, atau ketrampilan agar dapat berubah tingkah

lakunya. Jadi motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara

esensial. Sedangkan motivasi ekstrinsik dalam kaitannya dengan belajar adalah apabila

seorang siswa melakukan kegiatan belajar karena ada ulangan, dia berharap dengan

belajar akan mendapat nilai baik, sehingga mendapatkan pujian. Jadi kalau dilihat dari

segi tujuan kegiatan yang dilakukan, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa

yang dilakukannya.

Pengertian motif tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan seseorang untuk

melakukan sesuatu. Sedikit banyak ada kebutuhan di dalam diri seseorang atau ada

sesuatu yang hendak dicapai. Kebutuhan yang dimaksudkan adalah kebutuhan yang

bersifat fisiologis dan psikis.

A.H. Maslow mengemukakan tingkatan-tingkatan motif menurut urutan

urgensinya yakni (1) kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan rasa aman, (3) kebutuhan untuk

dicintai dan disayangi, (4) kebutuhan untuk dihargai, dan (5) kebutuhan untuk

aktualisasi diri (Irwanto, 1989:205).

Dengan melihat hirarki kebutuhan maka perlu ditekankan bahwa setiap tingkat di

atas hanya dapat dicapai bila tingkat motivasi di bawahnya dipenuhi. Bila guru

menginginkan siswanya belajar dengan baik, maka harus dipenuhi tingkat yang terendah

sampai yang tertinggi. Anak yang lapar, merasa tidak aman, tidak dikasihani, tidak

diterima sebagai anggota masyarakat, goncang harga dirinya, tentu tidak akan dapat

belajar dengan baik.

Dari sekian banyak motivasi yang berperan dalam kehidupan manusia, motivasi

berprestasi memegang peranan penting. Motivasi berkaitan erat dengan usaha untuk

mencapai prestasi, tujuan dari motivasi adalah sukses dalam setiap kompetisi (Richard

de Charms, 1976:8). Motivasi berprestasi adalah suatu keinginan untuk menyelesaikan

pekerjaan yang menantang. Orang yang memiliki motivasi berprestasi bekerja secara

mandiri, cepat, dan senang berkompetisi. (Klein, 1983:353)

Menurut Mc. Clelland yang dikutip oleh Galloway (1976:256), "setiap manusia

mempunyai kebutuhan untuk berprestasi". Untuk memenuhi kebutuhan itu manusia

berusaha mencapainya dengan bermacam-macam cara. Cara yang sering dilakukan

adalah belajar. Dengan belajar siswa akan memperoleh berbagai kemampuan sehingga

6

siswa akan mencapai keberhasilan tertentu. Dengan kata lai, intensitas motivasi seorang

siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

Hakikat Peran

Peran orangtua sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Menurut

Nursito (2002:39) mutu pendidikan di Indonesia ini rendah karena peranserta

masyarakat, khususnya orangtua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan sangat

minim.

Banyak ahli menyatakan bahwa orangtua merupakan pendidik yang pertama dan

utama. Menurut Drost (1998:58), pendidikan merupakan tanggung jawab orangtua,

masyarakat, dan sekolah. Orangtua adalah yang paling bertanggung jawab terhadap

pendidikan. Dengan demikian orangtua adalah pendidik pertama dan utama. Berikutnya

menurut Idris, (1992:34-35), orang dewasa yang mempunyai tanggung jawab terhadap

anak terutama adalah orangtua. Peran orangtua tersebut disebut pendidik. Pendidik yang

pertama dan utama adalah orangtua. Peran orangtua sebagai pendidik antara lain

diwujudkan dalam mencintai dan mendorong anak. Selanjutnya Suharyono (2001:3)

berpendapat bahwa tugas utama mencerdaskan anak tetaplah ada pada orangtua.

Kesadaran bahwa tugas utama mencerdaskan anak adalah tugas orangtua, maka orangtua

akan memberikan pengaruh positif dalam pembentukan tanggung jawab dan

pengkondisian lingkungan keluarga untuk mewujudkan anak-anak cerdas.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa orangtua merupakan pendidik yang

pertama dan utama. Dikatakan pertama karena sejak anak masih ada dalam kandungan

dan lahir berada dalam keluarga. Dikatakan utama karena keluarga merupakan

lingkungan yang sangat penting dalam proses pendidikan untuk membentuk pribadi

yang utuh.

Drost (1999:22) memberikan uraian yang termasuk tanggung jawab orangtua

dalam membentuk anak mereka, yakni (1) mencintai dan memberikan perhatian, (2)

melindungi, dan (3) membimbing. Selanjutnya Sylvia (1997:56) menyatakan bahwa

model orangtua yang baik merupakan faktor penting dalam pencapaian prestasi.

Orangtua yang senang terhadap prestasi merupakan model yang penting bagi anak.

Senang berprestasi tersebut diwujudkan dalam bentuk penghargaan terhadap

pendidikam.

7

William J. Goode (1985), seorang sosiolog pendidikan mengemukakan bahwa

keberhasilan atau prestasi yang dicapai siswa memperlihatkan keberhasilan orangtua

yang ditunjukkan dalam bentuk perannya dalam memberi perhatian terhadap kegiatan

belajar anak di sekolah dan menekankan arti pentingnya pencapaian prestasi (Endah

Prameswari, 1999:67-68)

Hakikat Prestasi Belajar

Prestasi belajar menurut kamus umum ilmu pengetahuan adalah tingkat hasil yang

diperoleh pada saat sekarang terhadap suatu bidang yang dipelajari (Dagon, M. Save,

1997:886).

Definisi mengenai prestasi belajar banyak dirumuskan oleh para ahli. Menurut

Utami, prestasi merupakan perwujudan dari bakat, kemampuan serta merupakan ukuran

keberhasilan seseorang dalam belajar (Utami Munandar, 1987:35). Prestasi belajar

menurut Gagne adalah kapabilitas yang dihasilkan dari kegiatan belajar yakni berupa

ketrampilan, pengetahuan, sikap dan seperangkat nilai-nilai. Timbulnya kapabilitas

tersebut adalah dari (1) stimulus yang berasal dari lingkungan, dan (2) proses kognitif

yang dilakukan oleh siswa (Dimyati, 1999:10). Selanjutnya Piaget berpendapat bahwa

prestasi belajar adalah pengetahuan yang dibentuk oleh individu melalui interaksi terus

menerus dengan lingkungan (Dimyati, 1999:13-14).

Harefa (36-37) berpendapat bahwa siswa berprestasi atau berhasil dalam proses

belajar jika siswa tersebut; (1) siap hidup, yang berarti beriman dan bermoral. (2) siap

belajar, yang berarti berilmu pengetahuan, (3) siap pakai, yang berarti berketrampilan,

dan (3) siap bergaul dengan masyarakat artinya memiliki kepedulian terhadap sesama.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan

perwujudan keberhasilan siswa setelah siswa tersebut melakukan perbuatan belajar.

Hasil belajar tersebut oleh Gagne disebutkan ada lima kemampuan yang dapat

ditampilkan seseorang yakni (1) informasi verbal, (2) kemahiran intelektual, (3)

pengaturan kegiatan kognitif, (4) keterampilan motorik, dan (5) sikap. (Winkel,

1996:98).

Muhibbin (1995:150) berpendapat bahwa pengungkapan hasil belajar ideal

meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses

belajar siswa. Ranah yang dimaksudkan adalah ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

8

Mengukur keberhasilan siswa yang berdimensi kognitif, afektif dan psikomotorik

dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis, tes lisan maupun

perbuatan untuk selanjutnya dilakukan penilaian terhadap tes-tes tersebut. Penilaian

dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan prestasi belajar siswa,

sebab penilaian dapat berfungsi sebagai seleksi, diagnose, penempatan, dan pengukuran

keberhasilan (Suharsini Arikunto, 1984:9).Pada umumnya penilaian terhadap prestasi

belajar siswa mencakup tiga aspek yakni (1) aspek kognitif, (2) aspek psikomotorik, dan

(3) aspek afektif. Ketiga aspek tersebut dituangkan dalam bentuk nilai yang dituliskan

pada rapor.

Metodologi Penelitian

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi korelasi yang ingin mengetahui pengaruh motivasi

berprestasi dan peran orangtua sebagai independen variabel. Pengaruh tersebut

digambarkan pada berikut.

Bagan 1

Pengaruh Variabel Independen dengan Variabel Dependen.

Y

X1 = Motivasi berprestasi

X2 = Peran orangtua

Y = Prestasi belajar.

9

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah 640 siswa yang duduk di kelas I, II, dan III SMA

Tarakanita I, di Jakarta, Tahun Ajaran 2001/2002.

Sampel Penelitian

Dari populasi tersebut diambil 82 siswa secara purposif untuk dijadikan sebagai

sampel penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan memperhatikan sifat-sifat atau

karakteristik tertentu yang merupakan ciri-ciri populasi, subyek yang peneliti ambil

benar merupakan subyek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada

populasi.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan variabel penelitian yang telah disebut, terdapat tiga jenis data yang

dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data motivasi berprestasi, data peran orangtua,

dan data prestasi belajar siswa.

Ada dua cara yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu survei dan studi

dokumen. Survei dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden untuk

diisi. Sedangkan studi dokumen berupa dokumen nilai rapor dilakukan untuk melihat

prestasi belajar siswa.

Teknik pengumpulan data dan instrumen pengumpulan data serta sumber

informasi dapat dilihat pada Tabel berikut:

10

Tabel 1

Kisi-Kisi Instrumen

No Variabel Indikator Teknik Pengumpulan Data

Instrumen Nomor Item Responden (Sumber Informasi)

1 2. 3.

Motivasi berprestasi Peran Orangtua Prestasi Belajar

Senang mengerjakan tugas yang menantang Bekerja secara cepat Bekerja secara mandiri Senang berkompetisi a.Perhatian terhadap kegiatan belajar b.Menekankan pentingnya pencapaian prestasi belajar Nilai Rapor

Survey Survey Survey Survey Survey Survey Lihat dokumen

Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Daftar Nilai Siswa

1, 2, 3 ,4, 5 6, 7, 8, 9, 10 11, 12, 13, 14, 15 16, 17, 18, 19, 20. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,8,9,10. 11,12,13,14, 15,16,17,18, 19, 20

Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa Guru Wali kelas nilai rapor

Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan instrumen berupa kuesioner yang mencakup

tentang motivasi berprestasi dan peran orangtua. Sedangkan untuk prestasi belajar

menggunakan daftar nilai.

11

Instrumen Pengumpulan Data

Penelitian ini mengunakan instrumen yang disusun sendiri dalam bentuk

kuesioner/angket dengan menggunakan skala Likert. Pernyataan atau pertanyaan disusun

sebanyak 20 item untuk menjaring informasi yang berhubungan dengan motivasi

berprestasi dan sebanyak 20 item untuk menjaring informasi yang berhubungan dengan

peran orangtua.

Instrumen Penelitian Motivasi Berprestasi

Pengembangan instrumen motivasi berprestasi yang dirancang mengacu pada

indikator seperti terlihat pada matriks berikuti. Dari indikator tersebut disusun sebanyak

20 item pertanyaan atau pernyataan.

Tabel 2

Sasaran Butir-Butir Pernyataan untuk Mengukur Variabel Motivasi Berprestasi.

No. Indikator-indikator Pernyataan Jumlah

1.

2.

3.

4.

Senang mengerjakan tugas yang menantang

Bekerja secara cepat

Bekerja secara mandiri

Senang berkompetisi

1, 2, 3, 4, 5

6, 7, 8, 9, 10

11, 12, 13, 14, 15

16, 17, 18, 19, 20

5

5

5

5

Jumlah 20 20

Instrumen Penelitian Peran Orangtua

Pengembangan instrumen peran orangtua yang dirancang mengacu pada indikator

seperti terlihat pada matriks di bawah ini. Dari indikator tersebut disusun sebanyak 20

buah pertanyaan atau pernyataan.

Tabel 3.

Sasaran Butir-Butir Pernyataan untuk Mengukur Variabel Peran Orangtua

No Indikator-indikator Pernyataan Jumlah

1.

Perhatian terhadap kegiatan

belajar anak di sekolah.

1, 2, 3, 4, 5,

6, 7, 8, 9, 10

10

12

2.

Menekankan pentingnya

pencapaian prestasi belajar.

11, 12, 13, 14, 15,

16, 17, 18, 19, 20.

10

Jumlah 20 20

Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan prosedur sebagai berikut.

Meminta izin kepada Kepala Sekolah untuk melakukan penelitian. Setelah mendapatkan

izin, peneliti dibantu 2 orang guru memberikan kuesioner kepada siswa. Kuesioner

beserta lembar jawaban yang sudah selesai dikerjakan dikumpulkan pada guru. Peneliti

secara langsung meminta data nilai rapor melalui kepala sekolah.

Prosedur Pengolahan Data dan Analisis Data

Untuk memudahkan dalam pengolahan data, penulis melakukan prosedur

pengolahan data sebagai berikut.

Prosedur Pengolahan Data

Mengumpulkan semua lembar jawaban kuesioner yang telah diisi responden

Memberikan skor jawaban kuesioner.

1 = sangat tidak setuju

2 = tidak setuju

3 = setuju

4 = sangat setuju

Skor untuk setiap butir pertanyaan adalah satu sampai dengan empat. Oleh karena

jumlah butir pertanyaan adalah 20 item, maka jumlah skor tertinggi setiap responden

adalah 4 x 20 = 80, sedang skor terendah adalah 20.

Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis korelasi sederhana yaitu suatu teknik untuk

menentukan kuat lemahnya pengaruh antara variabel. Dalam penelitian ini terdapat dua

variabel independen dan satu variabel dependen, yang pengaruhnya terlihat pada bagan

berikut.

13

Bagan 2

Pengaruh Antar-Variabel Penelitian

RX1X2Y

Keterangan:

X1 = variabel motivasi berprestasi

X2 = variabel peran

Y = variabel prestasi belajar

Ryx1 = garis yang menunjukkan hubungan antara variabel motivasi

berprestasi dengan prestasi belajar.

Ryx2 = garis yang menunjukkan hubungan antara variabel peran orang

tua dengan prestasi belajar.

Ryx1x2 = garis yang menunjukkan bahwa variabel motivasi berprestasi dan

variabel peran orangtua secara bersama-sama mempengaruhi variabel prestasi belajar.

Korelasi Product Moment

Untuk menguji ada atau tidaknya hubungan antara x1 dengan y, x2, dengan y dan

x1 dengan x2 teknik korelasi yang digunakan adalah Korelasi Product Moment

(Sanapiah, 1999:225) dengan rumus sebagai berikut:

n∑xy − ( ∑ x). (∑ y )

Rxy =

{n ∑ x2−( ∑x 2)}{n∑y2− (∑y2)}

X1

X1+X2

X2

Y

14

Keterangan:

Rxy = koefisien korelasi r

x = skor dalam distribusi variabel x

y = skor dalam distribusi variabel y

n = banyaknya pasangan skor x dan y (banyaknya subyek)

Untuk memberikan interprestasi kuatnya pengaruh hubungan, digunakan

pedoman:

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 → Sangat lemah

0,20 – 0,399 → Lemah

0,40 – 0,599 → Sedang

0,60 – 0,799 → Kuat

0,80 – 0,1000 → Sangat kuat

Koefisien Korelasi Ganda (Jamak)

Untuk menguji ada tidaknya hubungan antara x1 dan x2 secara bersama-sama

dengan Y, teknik korelasi yang digunakan adalah Koefisien Korelasi Ganda dengan

rumus sebagai berikut:

Rx1x2y = r2x1y + r2x2y –2rx1yrx2yrx1x2

1-r2x1x2

rx1y = Koefisien Korelasi antara x1 dan y

rx2y = koefisien korelasi antara x2 dan y

rx1x2 = koefisien korelasi antara x1 dan x2

Uji Signifikansi Koefisien Korelasi

Untuk melihat signifikansi korelasi yang didapat antara x1 dengan Y, dan x2

dengan y, dan x1 dengan x2 digunakan rumus uji signifikansi korelasi product momen

sebagai berikut:

15

r ( n-2 )

T = 1-r2

Untuk menguji signifikansi koefisien korelasi ganda digunakan rumus sebagai

berikut:

R2 k F = (1-R2) R = koefisien korelasi ganda

K = jumlah variabel

F = F hitung yang dikonsultasikan dengan F tabel

F tabel dicari pada F tabel, F dengan didasarkan dk = k, dk penyebut (n-k-1) dari

taraf yang ditetapkan 5% dengan ketentuan bila F hitung > F tabel, maka koefisien

korelasi ganda yang di uji adalah signifikan yang dapat diberlakukan untuk seluruh

populasi.

Pembahasan dan Hasil

Pembahasan dalam penelitian ini akan diawali dengan data demografi responden

dan selanjutnya disajikan hasil yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian.

Pembahasan

Data Demografi Responden

Jumlah seluruh siswa kelas I, II dan III SMA Tarakanita 1 yang dijadikan populasi

penelitian adalah 640 siswa. Selanjutnya yang dijadikan sampel penelitian berjumlah 82

siswa, yang diambil secara purposif. Untuk lebih jelasnya rincian data responden dapat

dilihat pada Tabel 4.

16

Tabel 4.

Data Usia Responden

Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002

No Usia Jumlah Persentase

1

2

3

15 tahun

16 tahun

17 tahun

32

29

21

39 %

35 %

26 %

Jumlah 82 100 % Sumber: Data Primer SMA Tarakanita I

Dari data tersebut terlihat bahwa pada umumnya usia siswa sesuai dengan jenjang

pendidikannya atau bahkan di bawah usia yang seharusnya. Hal ini menunjukkan

ketepatan dan kecepatan masa studi.

Tabel 5

Data Responden Menurut Daerah Asal

Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002

Daerah Asal Jumlah Persentase

Jakarta Selatan 53 64%

Jakarta Pusat 8 10%

Jakarta Barat 4 5%

Jakarta Timur 8 10%

Lain-lain 9 11%

Jumlah 82 100% Sumber: Data Primer SMA Tarakanita I

Dari tabel 5 di atas dapat dilihat rincian daerah asal responden, yaitu: 53 siswa

atau 64% berasal dari Jakarta Selatan, 8 siswa atau 10% berasal dari Jakarta Pusat, 4

siswa atau 5% berasal dari Jakarta Barat, 8 siswa atau 10% berasal dari Jakarta Timur

dan 9 siswa atau 11% berasal dari luar Jakarta. Uraian ini menunjukkan bahwa sebagian

besar siswa berasal dari Jakarta dan sebagian kecil berasal dari luar Jakarta.

17

Tabel 6

Data Responden Menurut Kewarganegaraan

Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002

Kewarganegaraan Jumlah Persentase

WNI Pribumi 63 77%

WNI Keturunan 19 23%

Jumlah 82 100% Sumber: Data Primer SMA Tarakanita I

Dari tabel 6 di atas dapat dilihat kewarganegaraan responden dengan rincian: 63

siswa atau 77% WNI pribumi, dan 19 siswa atau 23% WNI keturunan.

Tabel 7

Latar Belakang Pendidikan Orangtua

Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002

No Pendidikan Jumlah Presentase

1

2

3

4

5

6

S3

S2

S1

D3

SLTA

SLTP

2

8

45

14

11

2

2 %

10 %

55 %

17 %

13 %

3 %

Jumlah 82 100 % Sumber: Data Primer SMA Tarakanita I

Dari tabel 7 terlihat bahwa pada umumnya latar belakang pendidikan orangtua

siswa adalah strata satu dengan persentase 55%, strata dua 10% dan strata tiga 2%. Hal

ini menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan orangtua cukup tinggi. Selanjutnya

akan dipaparkan juga keadaan status sosial ekonomi orangtua seperti terlihat pada

tabel 8.

18

Tabel 8

Keadaan Status Sosial Ekonomi Orangtua

Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002

No Pekerjaan Jumlah Persentase

1

2

3

4

5

Pegawai Negeri

TNI/POLRI

Pegawai Swasta

Pengusaha /Wiraswasta

Lain-lain

18

5

39

18

2

22 %

6 %

48 %

22 %

2 %

Jumlah 82 100% Sumber: Data Primer SMA Tarakanita I

Dari data tersebut terlihat bahwa pada umumnya status sosial orangtua siswa

berasal dari kalangan menengah ke atas, dengan jenis pekerjaan yang jelas dan

penghasilan yang memadai.

Distribusi Perolehan Skor

Untuk mengawali penyajian hasil, akan disajikan nilai total dari tiga variabel, yaitu

motivasi berprestasi, kebiasaan belajar, dan prestasi belajar.

Tabel 9

Distribusi Perolehan Skor Motivasi Berprestasi

Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002

Interval Frekuensi Persentase

45 - 53

54 - 62

63 - 71

72 - 80

81 - 89

-

2

15

47

13

-

3 %

18 %

57 %

16 %

19

90 - 98

99 - 107

5

-

6 %

-

Jumlah 82 100%

Sumber: Data Distribusi Perolehan Skor Motivasi Berprestasi. Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002

Distribusi Nilai Motivasi Berprestasi

Data motivasi berprestasi dari 82 responden yang terlihat pada tabel 9.

menunjukkan nilai yang cukup bervariasi. Nilai terendah 54 dan nilai tertinggi 98. Dan

yang mendapat nilai dengan interval 54 sampai 62 sejumlah 2 orang atau 3%, interval 63

sampai 71 sejumlah 15 orang atau 18%, interval 72 sampai 80 sejumlah 47 orang atau

57%, interval 81 sampai 89 sejumlah 13 orang atau 16%, dan interval 90 sampai 98

sejumlah 5 orang atau 6%.

Tabel 10

Distribusi Perolehan Skor Peran Orangtua

Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002

Interval Frekuensi Persentase

45 - 53

54 - 62

63 - 71

72 - 80

81 - 89

90 - 98

99 - 107

6

30

31

13

2

-

-

7 %

37 %

38 %

16 %

2 %

-

-

Jumlah 82 100% Sumber: Data Distribusi Perolehan Skor Peran Orangtua. Siswa SMA Tarakanita I Tahun Ajaran 2001/2002

Distribusi Nilai Peran Orangtua

Data peran orangtua dari 82 responden yang terlihat pada tabel 10. menunjukkan

nilai yang cukup bervariasi. Nilai terendah 45 dan nilai tertinggi 89. Dari data tersebut

20

yang mendapat nilai dengan interval 45 sampai 53 sejumlah 6 orang atau 7%, interval 54

sampai 62 sejumlah 30 orang atau 37%, interval 63 sampai 71 sejumlah 31 orang atau

38%, interval 72 sampai 80 sejumlah 13 orang atau 16%, dan interval 81 sampai 89

sejumlah 2 peserta atau 2%.

Tabel 11

Distribusi Perolehan Skor Prestasi Belajar

Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002

Interval Frekuensi Persentase

45 - 53

54 - 62

63 - 71

72 - 80

81 - 89

90 - 98

99 - 107

-

-

-

15

40

22

5

-

-

-

18 %

49 %

27 %

6 %

Jumlah 82 100%

Sumber: Data Distribusi Perolehan Skor Prestasi Belajar. Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002

Distribusi Nilai Prestasi Belajar

Data prestasi belajar dari 82 responden yang terlihat pada tabel 11 menunjukkan

nilai yang cukup bervariasi. Nilai terendah 72 dan nilai tertinggi 107. Dan yang

mendapat nilai dengan interval 72 sampai 80 sejumlah 15 orang atau 18%, interval 81

sampai 89 sejumlah 40 orang atau 49%, interval 90 sampai 98 sejumlah 22 orang atau

27%, dan interval 99 sampai 107 sejumlah 5 orang atau 6%.

Hasil Perhitungan Korelasi antara Motivasi Berprestasi dan Peran Orangtua

dengan Prestasi Belajar

Peran Orangtua (X 2) dengan Prestasi Belajar ( Y), Motivasi Berprestasi (X 1)

dengan Peran Orangtua (X 2) dapat dilihat pada tabel berikut.

21

Tabel 12

Hasil Korelasi antar Variabel

PRESTASI MOTIVASI ORANG-TUA

Pearson Correlation PRESTASI

MOTIVASI

ORANGTUA

1.000

.040

-.020

.040

1.000

.065

-.020

.065

1.000

Sig. (1-tailed) PRESTASI

MOTIVASI

ORANGTUA

.

.360

.428

.360

.

.281

.428

.281

.

N PRESTASI

MOTIVASI

ORANGTUA

82

82

82

82

82

82

82

82

82 Sumber: hasil olahan SPSS

Hasil Korelasi antara Motivasi Berprestasi dan Peran Orangtua dengan Prestasi

Belajar

Tabel 13.

Hasil Korelasi antara Motivasi Berprestasi dan Peran Orangtua

dengan Prestasi Belajar

Siswa SMA Tarakanita I, Tahun Ajaran 2001/2002

Model Variabel Entered Variabel Removed Method

1

, MOTIVASIa .

Enter

All requested variables entered

Sumber: hasil olahan SPSS

Dependent Variable: PRESTASI

22

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .046a .002 -.023 7.4832

Sumber: hasil olahan SPSS

Model Summaryb

Mode

l

Change Statistic

Durbin-Watson

R

Square

Change

F Change df1 df2 Sig. F

Change

1 .002 .085 2 79 .919 1.678 Predictor: (Constant ), ORANGTUA, MOTIVASI Dependent Variable : PRESTASI Sumber: hasil olahan SPSS

Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar

Hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar didapat angka

korelasi positif, yaitu 0.040. Ini berarti semakin tinggi motivasi berprestasi, maka

prestasi belajar cenderung semakin tinggi; dan sebaliknya semakin tinggi prestasi

belajar, maka motivasi cenderung semakin tinggi.

Besar korelasi 0,040 bararti lebih kecil 0,5. Dengan demikian motivasi berprestasi

berkorelasi lemah dengan prestasi belajar. Nilai probabilitas yang diperoleh sebesar

0,720 yang berarti lebih besar dari 0.05 sehingga korelasi antara motivasi berprestasi

dengan prestasi belajar tidak signifikan.

Hubungan antara Peran Orangtua dengan Prestasi Belajar

Hubungan antara peran orangtua dengan prestasi belajar didapat angka korelasi

negatif yaitu -0,020. Hal ini berarti semakin tinggi peran orangtua, maka prestasi belajar

cenderung semakin rendah; dan sebaliknya semakin tinggi prestasi belajar maka peran

orangtua cenderung semakin rendah pula.

Besar korelasi -0,020 berarti lebih kecil dari 0,5. Dengan demikian peran orangtua

berkorelasi lemah dengan prestasi belajar. Nilai probabilitas yang diperoleh 0,856 yang

23

berarti lebih besar dari 0,05 sehingga korelasi antara peran orangtua dengan prestasi

belajar tidak signifikan.

Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Peran Orangtua

Hubungan antara motivasi berprestasi dengan peran orangtua didapat angka

korelasi positif yaitu 0,065. Hal ini berarti semakin tinggi motivasi berpretasi maka

peran orangtua cenderung semakin tinggi; dan sebaliknya semakin tinggi motivasi

berprestasi maka peran orangtua cenderung semakin tinggi.

Besar korelasi 0,065 berarti lebih kecil dari 0,5. Dengan demikian motivasi berprestasi

berkorelasi lemah dengan peran orangtua. Nilai probabilitas yang diperoleh 0,562 yang

berarti lebih besar dari 0,05 sehingga korelasi antara motivasi berprestasi dengan peran

orangtua tidak signifikan.

Hubungan antara Motivasi Berprestasi dan Peran Orangtua dengan Prestasi

Belajar

Ditemukan bahwa terdapat korelasi yang positif antara motivasi berprestasi dan

peran orangtua dengan prestasi belajar berarti semakin tinggi motivasi berprestasi dan

peran orangtua, maka prestasi belajar cenderung makin tinggi pula. Hasil korelasi 0,046

lebih kecil dari 0,5 berarti motivasi berprestasi dan peran orangtua berkorelasi lemah

dengan prestasi belajar. Nilai probabilitas yang diperoleh sebesar 0,919 yang berarti

lebih besar dari 0,05 sehingga korelasi antara motivasi berprestasi dan peran orangtua

dengan prestasi belajar dinyatakan tidak signifikan.

Hasil

Hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar dari hasil temuan

menunjukkan korelasi yang lemah dan tidak signifikan. Hal ini berarti di samping

motivasi berprestasi ada faktor-faktor lain yang berperan dalam mencapai prestasi

belajar. Faktor-faktor tersebut antara lain lingkungan belajar yang kondusif, peran guru

dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran, sarana prasarana pembelajaran yang

memadai.

Hubungan antara peran orangtua dengan prestasi belajar dari hasil temuan

menunjukkan korelasi yang lemah dan tidak signifikan. Hal ini berarti siswa yang

berprestasi tinggi cenderung tidak mencerminkan besarnya peran orangtua. Peran

24

orangtua terhadap siswa usia SLTA cenderung lebih kecil dibandingkan terhadap siswa

usia SLTP apalagi usia SD dan TK. Ini juga menunjukkan kemandirian siswa SLTA

dalam pencapaian prestasi belajar serta tanggung jawab terhadap belajar lebih besar

dibandingkan dengan siswa di jenjang yang lebih rendah.

Pencapaian prestasi belajar bukan pertama-tama karena peran orangtua namun juga

disebabkan faktor intelegensi, kesehatan, adanya cita-cita dan harapan.

Hubungan antara motivasi berprestasi dengan peran orangtua dari hasil temuan

menunjukkan korelasi yang lemah dan tidak signifikan. Hal ini berarti siswa yang

memiliki motivasi berprestasi cenderung tidak menunjukkan besarnya peran orangtua.

Motivasi berprestasi merupakan faktor internal yang ada dalam diri siswa dan besar

kecilnya motivasi berprestasi siswa bukan saja disebabkan karena peran orangtua,

namun banyak faktor-faktor lain yang ikut berpengaruh seperti, faktor lingkungan,

strategi pembelajaran, media atau sarana prasarana, pendekatan kurikulum.

Hubungan secara bersama-sama antara motivasi berprestasi dan peran orangtua

dengan prestasi belajar menunjukkan korelasi yang lemah. Temuan ini menunjukkan

bahwa selain motivasi berprestasi dan peran orangtua ada faktor lain mempengaruhi

keberhasilan prestasi belajar. Hasil penelitian prestasi belajar berdasarkan pengkajian

dokumen yakni nilai rapor menunjukkan prestasi belajar yang baik. Keberhasilan

pencapaian prestasi belajar tersebut tentu dipengaruhi faktor-faktor lain, antara lain,

faktor peran guru dalam peningkatan kualitas pembelajaran, metode, strategi, sarana

prasarana belajar, intelegensi ataupun kemampuan siswa, dan kurikulum.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Dari temuan dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan

antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar menunjukkan angka korelasi positif

dan lemah yaitu 0,040 dan dari hasil uji signifikan menunjukkan angka 0,720 yang

berarti tidak signifikan. Hubungan antara peran orangtua dengan prestasi belajar

menunjukkan angka korelasi negatif dan lemah yaitu -0,020 dan dari hasil uji siqnifikan

menunjukkan angka 0,856 yang berarti tidak signifikan.

Hubungan antara motivasi berprestasi dan peran orangtua menunjukkan angka

korelasi positif dan lemah yaitu 0,065 dan dari hasil uji siqnifikan menunjukkan angka

0,562 yang berarti tidak signifikan.

25

Hubungan antara motivasi berprestasi dengan peran orangtua secara sama-sama

dengan prestasi belajar menunjukkan angka korelasi positif dan lemah yaitu 0,046 dan

dari hasil uji signifikan menunjukkan angka 0.919 yang berarti tidak signifikan.

Saran

Motivasi berprestasi memegang peranan penting dalam pencapaian prestasi

belajar, meskipun banyak faktor lain juga berpengaruh. Oleh karena itu, baik guru

maupun orangtua berupaya memupuk dan meningkatkan motivasi berprestasi siswanya.

Selain meningkatkan motivasi berprestasi, perlunya ditunjang lingkungan belajar yang

kondusif, serta terpenuhinya sarana prasarana yang memadai untuk meningkatkan

prestasi belajar.

Diharapkan dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan membandingkan sekolah

satu dan yang lain dalam kondisi yang berbeda. Kajian tersebut akan mampu memberi

konfirmasi ataupun perbaikan terhadap temuan dari penelitian ini.

Penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda dari penelitian yang pernah

dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan sampel yang lebih

bervariasi. Penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan kajian korelasi prestasi belajar

dengan faktor-faktor lain misalnya peran guru, metode, sarana prasarana, kurikulum.

DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. dan Supriyono, Widodo. 1990. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka

Cipta. Andrias Harefa. 2001. “Pembelajaran di Era Serba Otonomi”. Kompas. A.M., Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada. Arikunto, S. 1984. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara Charms, R.D., 1976. Enchancing Motivation.New York: Irvington Publiser, Inc. Dagun, Save. M. 1997. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta : Lembaga Pengkajian

Kebudayaan Nusantara (LPKN). Dimyati, dan Mudjiono. 1990. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Dimyati Mahmud, M. 1990. Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta: BPFF.

26

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Drost, S.J., J.I.M. 1998. Sekolah Mengajar atau Mendidik. Yogyakarta: Kanisius. ___________. 1999. Proses Pembelajaran Sebagai Proses Pendidikan. Jakarta:

Grasindo. Faisal, Sanapiah, 1999. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Galloway, C. 1976. Psycology For Learning and Teaching. New York: Mc.Grow Hill. Handoko, M.T., 1998. Klarifikasi Nilai Sebagai Pendekatan Alternatif Bagi Terapi

Peningkatan Motivasi Belajar. Semarang: Universitas Katolik Soegiopranato

Ibrahim, R. dan Nana Syaodih S. 1996. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Irwanto, D. dkk. 1989. Psikologi Umum. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Idris, Z. Zahara. 1992. Pengantar Pendidikan I. Jakarta: Grasindo. Janson Tan, S. Goppinathan, Ho Wah Kam., 1997. Education in Singapore. Singapore:

Simon Dan Schuster (Asia) Pte Ltd. Klein, Stephen B., 1982. “Achievement Motivation” dalam Motivation Bioscial

Approaches. New York: Mc Graw-Hill Book Company. Munandar, Utami. 1987. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak sekolah, Jakarta:

PT Gramedia. Nursisto. 2002. Peningkatan Prestasi Sekolah Menengah. Insan Cendekia Purwanto, Ngalim. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Suryabrata, Sumadi. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suharsono (penulis). 2001. Mencerdaskan Anak. Jakarta: Inisiasi Press. Syah, Muhibbin, 1995. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya. Sylvia Rimm. 1997. Why Bright Kids Get Poor Grades. Jakarta: PT Gramedia. T.O. Ilhromi (penyunting), 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Obor. Winkel, W.S. 1996.Psikologi Pengajaran.Jakarta: Grasindo. ___________. 2002. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Citra Pendidikan Indonesia.